c documents and settings tasikmalaya local settings application data mozilla firefox profiles...

126
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA PADA PT TASPEN (Persero) Oleh : SONY RULYANTO H24103033 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: sitiastuti

Post on 28-Jul-2015

3.630 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

Oleh :

SONY RULYANTO

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

ABSTRAK

Sony Rulyanto H24103033. Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Adanya risiko tenaga kerja (labor risk) menyebabkan perlunya keberadaan jaminan sosial bagi para tenaga kerja tersebut. Agar penyelenggaraan jaminan sosial tersebut dapat berlangsung dengan baik maka diperlukan suatu badan umum yang mengelola kegiatan pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. PT TASPEN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai penyelenggara pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. Agar dapat melakukan fungsi perusahaan secara optimal diperlukan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam tubuh perusahaan secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk asuransi yang dikelola perusahaan, mengetahui bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero), serta menganalisis kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Pada tujuan kedua dan ketiga dari kegiatan penelitian ini, ruang lingkup hanya terbatas pada salah satu produk asuransi perusahaan yang dalam hal ini berupa tabungan hari tua. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa laporan keuangan beserta ikhtisarnya yang diperoleh melalui wawancara, data mengenai jumlah peserta dan penerima manfaat, serta data pemberian manfaat bagi peserta. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, serta jenis program yang dikelola perusahaan. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan meliputi analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont, dan analisa Altman Z Score. Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua dan program pensiun dimana pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Investasi perusahaan sangat didominasi dalam bentuk obligasi yang mencapai 77,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Sedangkan pengelolaan dana lainnya berupa deposito sebesar 25,93% dan investasi lainnya sebesar 0,69% dari keseluruhan nilai investasi. Dari hasil analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dinilai cukup baik. Analisa persentase per komponen menunjukkan bagaimana komposisi pada laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan investasi untuk setiap akun perusahaan, dimana dapat diketahui bahwa sumber pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang ditunjang dengan pendapatan investasi. Dari hasil analisa Du Pont dapat diketahui bahwa pencapaian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan sebesar 37,24%. Z score dihasilkan mempunyai nilai yang tidak secara signifikan menunjukkn keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini terjadi karena perusahaan sangat menitikberatkan pada penjaminan kewajiban pemegang polis.

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA

PADA PT TASPEN (Persero)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Sony Rulyanto

H24103033

Menyetujui, Februari 2007

Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen

Tanggal Ujian : 6 Februari 2007 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sony Rulyanto lahir pada tanggal 25 Maret 1985

di Mojokerto, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara

dari pasangan Rudy Widaryanto dan Lilik Sukantiasih.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Wijana Sejati pada

tahun 1990 dan lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan pada

Sekolah Dasar Katolik Wijana Sejati kota Mojokerto tahun 1991 dan lulus pada

tahun 1997. Sekolah lanjutan pertama penulis tempuh pada Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 1 Mojokerto dan tamat tahun 2000. Penulis menamatkan

pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Puri

Mojokerto pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi

pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB

(USMI).

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penyusunan skripsi

yang berjudul “Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN

(Persero)” dapat penulis selesaikan..

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak telah

memberikan saran, bimbingan, dan dukungan hingga akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak saran, bimbingan dan dukungan kepada penulis dengan

penuh kesabaran. Secara pribadi, dalam kesempatan ini penulis juga meminta

maaf yang sebesar-besarnya karena selama penulisan skripsi ini telah banyak

melakukan kesalahan baik dalam proses maupun secara prosedural..

2. Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Beatrice Mantoroadi, SE.AK, MM

selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak banyak kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini.

3. Ibu Susiana Retnowati selaku Manajer Utama divisi personalia PT TASPEN

(Persero) yang telah memberikan izin bagi penulis untuk dapat melakukan

penelitian di PT TASPEN (Persero).

4. Ibu Anna dari PT TASPEN (Persero) yang telah banyak membantu dan

memberikan bimbingan bagi penulis dalam pengumpulan data selama

melakukan penelitian.

5. Mama Papa atas doa, semangat dan dukungannya yang telah diberikan selama

ini.

6. Dina Hestary atas semua motivasi, doa dan semangatnya. U’re my inspiration.

7. Nia atas semua bantuan dan dukungannya yang berarti bagi penulis selama

menyelesaikan studi di IPB. Thanks for every thinks girl.

8. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang

telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat mengikuti studi pada

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor (FEM IPB).

9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya

Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis

selama menyelesaikan studi di FEM IPB.

10. Temen-temen kontrakan yang sekarang tinggal 2 orang Steph n Potel, makasih

banyak atas kebersamaannya selama ini. Expecially To Steph “makasih udah

jadi bapak rumah tangga yang baik, klo ga, ga tau deh jadinya tu kontrakan”.

11. My best friends Hilman, Dedi, Sansa, Gema, Dodo, Gala, Eko, Aca, Kiki,

Made, Okty, Citra, Melly, Dewi atas kebersamaan dan suport yang diberikan.

My specially advice to Hilman don’t be so pesimistic, U’re destiny on U’re

Hands.

12. Temen-temen Manajemen 40, terimakasih atasi motivasi dan dukungannya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga

skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Asuransi ............................................................ 5

2.1.1. Zaman Purbakala ................................................ 5 2.1.1.1. Benih Asuransi Harta ............................ 5 2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa .............................. 6

2.1.2. Abad Pertengahan .............................................. 7 2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda ............................... 7 2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut ....... 7

2.1.3. Zaman Modern ................................................... 7 2.1.3.1. Asuransi Laut ........................................ 7 2.1.3.2. Asuransi Kebakaran .............................. 8 2.1.3.3. Asuransi Jiwa ........................................ 9

2.2. Perusahaan Asuransi ..................................................... 9 2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi................. 10

2.3. Sistem Perlindungan Sosial ............................................ 11 2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal ................... 12

2.4. Laporan Keuangan ......................................................... 14 2.4.1. Laporan Rugi Laba ............................................. 17 2.4.2. Neraca ................................................................ 17

2.5. Analisa Laporan Keuangan ............................................. 23 2.5.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 24 2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common

Size Percentage) ................................................. 28 2.5.3. Analisa Du Pont ................................................. 29

2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score) .. 31 2.6. Hasil Penelitian terdahulu .............................................. 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................... 34 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 35 3.3. Jenis dan Sumber Data ................................................... 35 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................... 35

3.4.1. Deskriptif ........................................................... 35 3.4.2. Analisa Rasio Keuangan .................................... 36 3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 40 3.4.4. Analisa Du Pont ................................................. 41 3.4.5. Analisa Altman Z Score ..................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero).......................... 45 4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar

Hukum ................................................................ 45 4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan ............................ 46 4.1.3. Profil Karyawan .................................................. 50

4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 51

4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 51

4.4. Mekanisme Penyampaian Produk .................................. 56 4.5. Peserta dan Pendapatan Premi ........................................ 57

4.5.1. Peserta ................................................................ 57 4.5.2. Pendapatan Premi................................................ 57

4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) dalam Kegiatan Investasi ................ 58 4.6.1. Penilaian Investasi .............................................. 58 4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 60 4.6.3. Hasil (pendapatan) investasi .............................. 62

4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat ............ 63 4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim ........................ 63 4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat .................... 63 4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ........ 64

4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero) ..................... 66 4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ....................... 66 4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ........................... 69

4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan .......................... 71 4.9.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 71 4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 79 4.9.3. Analisa Du Pont ................................................. 82 4.9.4. Analisa Altman Z Score ..................................... 87

BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan...................................................................... 89 5.2. Saran ............................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 91

LAMPIRAN ......................................................................................... 93

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Analisa Du Pont ............................................................... 30 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 44 3. Mekanisme Penyampaian Produk ................................................... 57 4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat ...................... 64 5. Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero) ................................. 86

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Rincian Pendapatan Premi Program Tabungan Hari Tua ................ 58 2. Dasar Pencatatan dan Penilaian Investasi ........................................ 59 3. Rincian Modal Saham yang Disetor Pada PT Arthaloka Indonesia 60 4. Pengalokasian Dana Investasi Program Tabungan Hari Tua ........... 60 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua ......................... 63 6. Rincian Pembayaran Manfaat Program Tabungan Hari Tua (THT) 65 7. Rasio keuangan Program Tabungan Hari Tua (THT) ...................... 71 8. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Neraca Program

Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ..................................... 79 9. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Laporan Rugi Laba

Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ....................... 81 10. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) PT

TASPEN (Persero) ........................................................................... 83 11. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) PT

TASPEN (Persero) ........................................................................... 84 12. Komponen Margin Laba Bersih PT TASPEN (Persero) ................. 85 13. Komponen Rasio Perputaran Total Aktiva PT TASPEN (Persero) . 85

DAFTAR GRAFIK

No Halaman

1. Profil Karyawan Menurut Jabatan ................................................... 50 2. Profil Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan ................................ 50

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Struktur Organisasi PT TASPEN (Persero) .................................... 93 2. Kantor Cabang PT TASPEN (Persero) Di Indonesia ...................... 94 3. Iktisar Peserta Aktif Dan Penerima Pensiun 2001-2005................... 95 4. Produktivitas Karyawan Terhadap Peserta Dan Penerima Pensiun . 96 5. Kebijakan Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ..................... 97 6. Laporan Keuangan Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN

(Persero) Tahun 2005 Dan 2004 ...................................................... 99 7. Perhitungan Rasio Keuangan Program Tabungan Hari Tua ............ 108 8. Perhitungan Metode Analisa Altman Z Score ................................. 111

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan suatu bentuk

perlindungan yang diberikan kepada pekerja beserta keluarganya terhadap

berbagai risiko yang ada pada tenaga kerja itu sendiri (labor risk) misalnya

risiko kehilangan pekerjaan, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia,

meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial bagi tenaga kerja

merupakan bagian dari sistem perlindungan sosial yang memberikan

perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja tetapi juga

kepada seluruh anggota keluarganya.

Dalam masyarakat tradisional perlindungan sosial terhadap

warganya lebih banyak dilakukan secara informal dengan mengandalkan

bantuan keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat. Misalnya setiap

generasi mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan memelihara

orang tua di hari tua mereka dan masyarakat diharapkan akan membantu

mereka yang lemah. Akan tetapi, adanya tekanan-tekanan seperti arus

urbanisasi mengakibatkan melemahnya sistem perlindungan sosial

informal tersebut (Lembaga Penelitian SMERU 2003).

Industrialisasi yang diikuti dengan urbanisasi telah menyebabkan

kota-kota besar dipadati dengan sejumlah besar tenaga kerja yang

hidupnya tergantung dari penerimaan upah. Kemajuan teknologi

kedokteran telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup tetapi di lain

sisi hal ini dapat mengakibatkan akan bertambah banyaknya golongan

penduduk lanjut usia dan tidak produktif lagi yang hidupnya tergantung

dari orang lain dan semakin banyaknya jumlah pensiunan lanjut usia

(manula) yang memerlukan biaya untuk kesehatannya.

PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang asuransi sosial dengan kegiatan utamanya yang bergerak dalam

penyimpanan tabungan pegawai negeri yang menjadi peserta dan

2

memberikan manfaat atas tabungan tersebut dalam bentuk asuransi bagi

peserta. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi

tingkat risiko yang dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini disebabkan

karena ruang kegiatan usaha perusahaan yang bergerak di bidang asuransi.

Dalam dunia asuransi, risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan

asuransi ialah risiko klaim dari peserta. Risiko tersebut dikatakan cukup

tinggi karena perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi

menghadapi kondisi ketidakpastian yang dapat menyebabkan terjadinya

klaim itu sendiri. Perusahaan hanya dapat memperkirakan kejadian-

kejadian yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan risiko klaim yang

dihadapi akan tetapi perusahaan tidak dapat mengetahui dengan pasti

kapan klaim tersebut terjadi. Dalam hal ini perusahaan memerlukan

perencanaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana keuangannya secara

baik agar saat terjadi klaim dari peserta, perusahaan dapat melakukan

kewajibannya sebagai penyelenggara asuransi secara optimal. Oleh karena

itu, agar pemberian manfaat bagi peserta dapat dilakukan secara maksimal

maka PT TASPEN (Persero) perlu menghasilkankinerja-kinerja yang

berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan.

Kinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi

perusahaan sangat diperlukan karena kegiatan tersebut sangat menunjang

eksistensi dari PT TASPEN (Persero). Pengelolaan dana tabungan yang

terkumpul dari peserta ke dalam aktivitas dunia investasi merupakan

bentuk dari kinerja yang berorientasi laba.

Pengelolaan dana yang efektif pada PT TASPEN (Persero) akan

berdampak positif bagi kinerja perusahaan dimana keuntungan dari

pengelolaan dana dapat menghasilkan pemberian manfaat yang maksimal

bagi peserta. Akan tetapi kegiatan pengelolaan dana perlu

dipertimbangkan secara baik mengingat PT TASPEN (Persero) bergerak

dalam bidang asuransi sosial. Dalam hal ini keberadaan perusahaan yang

didasarkan atas adanya peserta yang mempunyai peranan vital. Adanya

klaim-klaim yang diajukan peserta serta beban-beban yang ditanggung

3

dapat dijadikan salah satu dasar pemikiran mengenai kebijakan

pengelolaan dana yang ada pada PT TASPEN (Persero).

1.2. Perumusan Masalah

Selain hal di atas, faktor-faktor seperti kondisi perekonomian yang

ada di Indonesia dan kebijakan pemerintah mengenai gaji pokok Pegawai

Negeri Sipil perlu untuk diperhatikan. Mengingat kebijakan pengelolaan

dana yang ada melalui investasi dapat dilakukan melalui deposito, obligasi

dan sejenisnya maka faktor-faktor ekonomi perlu untuk dipertimbangkan.

Bagaimana seringkali tingkat suku bunga sebagai salah satu faktor yang

ada dalam perekonomian dapat memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kegiatan investasi sebuah perusahaan. Disamping itu adanya

kebijakan pemerintah menaikkan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil

menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan premi akan tetapi di sisi lain

hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap

beban klaim dan pemberian manfaat dalam pemenuhan kewajiban manfaat

polis masa depan yang cukup signifikan pula. Oleh karena itu berbagai

faktor perlu untuk dipertimbangkan dalam kegiatan pengelolaan dana yang

ada agar kegiatan pengelolaan dana dapat dilakukan secara efektif. Dengan

pengelolaan dana yang efektif maka perusahaan dapat memperoleh tingkat

keuntungan yang maksimal disamping juga melakukan pemberian manfaat

bagi peserta secara maksimal pula.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan

diteliti ialah :

1. Bagaimana program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN

(Persero).

2. Bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri

yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero).

3. Bagaimana kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan

kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.

4

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mengetahui program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN

(Persero)

2. Mengetahui pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri

pada PT TASPEN (Persero).

3. Menganalisis kinerja PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan

pengelolaan dana yang dilakukan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT

TASPEN (Persero) dalam menentukan kegiatan pengelolaan dana

tabungan dan asuransi yang efektif.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan

pengetahuan bagi penulis sendiri dan para pembaca.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan.

1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan

berkaitan dengan pengelolaan dana tabungan hari tua sebagai salah satu

produk asuransi yang dikelola perusahaan serta penilaian kinerja keuangan

terhadap pengelolaan dana yang dilakukan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Asuransi

Menurut Mehr dan Commack dalam A. Hasymi (1982)

menggambarkan sejarah asuransi sebagai berikut :

2.1.1. Zaman Purbakala

Karena langkanya bukti-bukti yang dapat dipercaya, maka

terdapat perbedaan pendapat mengenai asal usul asuransi yang

kita kenal sekarang. Akan tetapi, benih asuransi dapat terlihat

dari cara-cara manusia purba menangani risiko harta dan jiwa

mereka.

2.1.1.1. Benih Asuransi Harta

Beberapa ahli menganggap bahwa benih asuransi harta

sudah ada di lembah Eufrat, Babylonia, beberapa ribu tahun yang

lalu. Pada waktu itu perniagaan Babylonia telah berkembang

pesat sehingga para saudagar mengirimkan penjual-penjual

mereka ke daerah sekitar Babilon untuk menjual barang-barang

mereka. Para saudagar sebagai majikan penjual-penjual tersebut

tentu saja meminta sesuatu jaminan untuk meyakinkannya bahwa

para penjual itu akan kembali dengan membawa laba dan tidak

akan melarikan diri. Para penjual itu menjadikan harta mereka

sendiri sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menipu

majikan mereka dan penjual ini bekerja berdasarkan persentase

keuntungan dari perjalanan dagang mereka.

Akan tetapi sebagian daerah yang dikunjungi para

penjual ini tidak begitu aman. Adakalanya barang-barang dan

uang kepunyaan majikan mereka dirampas di tengah jalan

sehingga para penjual kembali ke negeri mereka dengan tidak

membawa apa-apa sehingga harta mereka yang dijadikan

jaminan disita oleh majikan mereka. Keadaan ini menimbulkan

6

protes dari para penjual karena dirasa tidak adil sehingga

kemudian lahirlah perubahan pengaturan perjanjian. Dengan

sistem baru ini, majikan dan penjual membagi rata keuntungan

yang diperoleh dari perjalanan dagang akan tetapi jika terjadi

kerugian yang disebabkan oleh pencurian atau perampokan di

negeri asing dan bukan karena kesalahan penjual maka harta

jaminan penjual tidak akan disita oleh majikan. Jadi sebagian

risiko usaha itu dipindahkan atau dikisarkan dari para penjual

kepada majikannya. Pemindahan atau pengisaran risiko inilah

yang merupakan ciri-ciri asuransi yang merupakan benih asuransi

harta.

Konsep pengisaran risiko dari satu pihak ke pihak lain

dalam suatu transaksi ini dijumpai pula di Yunani kuno. Apabila

seorang pelepas uang Yunani memberikan pinjaman kepada

pemilik kapal untuk membiayai suatu pelayaran, maka kapal itu

dijadikan jaminan atau agunan untuk pinjaman tersebut. Akan

tetapi, pemberi pinjaman ini setuju bahwa pinjaman itu batal jika

kapal gagal kembali pulang. Karena besarnya risiko usaha

tersebut maka tingkat bunga yang harus dibayar oleh peminjam

lebih tinggi dari yang biasa. Perbedaan antara tingkat bunga yang

harus dibayar peminjam dengan tingkat bunga normal adalah

sama dengan apa yang sekarang disebut premi asuransi.

2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa

Perintis asuransi jiwa dan kesehatan modern juga

dijumpai di Yunani dan Romawi kuno. Di Yunani terdapat

kelompok-kelompok keagamaan yang melakukan kegiatan

pengumpulan dana dari para anggotanya untuk menjamin biaya

penguburan. Kegiatan ini barangkali merupakan bentuk awal dari

asuransi penguburan.

Sewaktu Romawi menggantikan Yunani sebagai pemimpin

dunia kuno, orang Romawi ini menggunakan sistem yang sama

untuk asuransi jiwa. Akan tetapi, dengan berkembangnya sistem

7

Romawi titik berat kegiatan ini bukan lagi pada unsur keagamaan

melainkan terbuka untuk masyarakat umum.

2.1.2. Abad Pertengahan

2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda

Kegiatan gilda-gilda di abad pertengahan banyak

membantu berkembangnya ide asuransi. Mereka mengadakan

rancangan asuransi yang dibiayai dengan iuran reguler para

anggotanya. Manfaat dibayarkan untuk berbagai macam kerugian

diantaranya adalah untuk kerugian kebakaran, karamnya kapal,

pencurian dan kebanjiran. Walaupun gilda-gilda ini tidak

berkembang menjadi perusahaan asuransi seperti yang kita kenal

sekarang namun mereka telah menyediakan kebutuhan asuransi

pada jamannya.

2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut

Tidak ada kesepakatan para ahli mengenai kapan

tepatnya kontrak asuransi laut pertama kali lahir. Akan tetapi,

tampaknya asuransi laut mungkin telah ditulis sejak pertengahan

abad XIV. Pada pertengahan abad VX aturan-aturan tentang

perilaku bisnis telah dikembangkan oleh beberapa kota

pelabuhan Laut Tengah.

2.1.3. Zaman Modern

2.1.3.1. Asuransi laut

Perkembangan asuransi laut didorong oleh disahkannya

suatu rencana undang-undang di Inggris pada tahun 1574 yang

menciptakan suatu dewan asuransi untuk menjual asuransi

tersebut. Beberapa tahun kemudian didirikanlah sebuah

pengadilan istimewa untuk menangani perselisihan-perselisihan

asuransi. Dengan perkembangan lanjutan ini, pengadaan asuransi

laut berubah dari kegiatan part time untuk para saudagar menjadi

bisnis full time bagi para spesialis.

Pada masa inilah lahir istilah underwriter (penulis

dibawah, penanggung). Mereka yang mencari asuransi akan

8

mencantumkan usul untuk diperiksa oleh calon penanggung.

Setiap orang yang ingin ikut serta dalam risiko tersebut akan

menuliskan namanya di bawah usul itu dan menunjukkan bagian

risiko yang bersedia ditanggungnya. Jadi orang yang menulis di

bawah usul tersebut dikenal sebagai underwriter (penulis di

bawah, penanggung)

Selama periode tersebut di atas, semua asuransi laut

ditanggung oleh individu-individu. Usaha ini dimulai sebagai

usaha sampingan para saudagar yang berangsur-angsur digeser

oleh para spesialis yang usaha pokoknya adalah menanggung

risiko. Pada tahun 1668 di Paris didirikan perusahaan pertama

yang diorganisasi untuk melaksanakan bisnis asuransi laut.

Selama periode spekulasi terjadi di Inggris yang dikenal

dengan bubble period (periode gelembung) tak terhitung

banyaknya rancangan asuransi yang diadakan. Salah satu hasil

yang timbul setelah spekulasi bubble period ini adalah

disahkannya Bubble Act tahun 1720. Berdasarkan undang-

undang tersebut raja George mengesahkan piagam untuk dua

perusahaan asuransi laut yaitu London Assurance Corporation

dan Royal Exchange Assurance Corporation.

2.1.3.2. Asuransi Kebakaran

Kebakaran besar di London pada tahun 1666

menimbulkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar sehingga

perhatian masyarakat mulai memikirkan untuk mengadakan

fasilitas asuransi kebakaran yang memadai. Dr. Nicholas Barbon

merupakan orang yang menanggapi kejadian tersebut. Ia bukan

saja membangun rumah-rumah untuk mengganti rumah yang

hancur akibat kebakaran, melainkan juga menawarkan asuransi

kebakaran kepada calon-calon pembeli. Pada tahun 1667

berdirilah perusahaan asuransi kebakaran pertama di dunia yang

dikenal sebagai Fire Office.

9

2.1.3.3. Asuransi Jiwa

Organisasi asuransi jiwa pertama ialah Society of

Assurance for Widows and Orphans (Masyarakat Asuransi untuk

Janda dan Yatim) yang didirikan di London pada tahun 1699

dengan tujuan membayarkan sejumlah tertentu pada waktu ada

anggota yang meninggal. Pembayaran premi dilakukan setiap

satu minggu sekali. Perusahaan asuransi tertua yang masih

berdiri hingga sekarang ialah Society for the Equitable Assurance

of Lives and Suvivorship yang biasa disebut Old Equitable,

didirikan pada tahun 1756 di Inggris.

2.2. Perusahaan Asuransi

Menurut Fabozzi (1999) perusahaan asuransi ialah perantara

keuangan yang berdasarkan premi yang diterimanya akan melakukan

pembayaran kepada pemegang polis jika terjadi sesuatu. Dengan

penjabaran definisi perusahaan asuransi di atas maka dapat dikatakan

bahwa perusahaan asuransi berfungsi sebagai penanggung risiko.

Menurut Yoshida (1995) risiko didefinisikan sebagai kemungkinan

penyimpangan yang tak diharapkan. Kemungkinan itu adalah berupa

terjadinya hal yang tidak diinginkan atau tidak terjadinya hal yang

diinginkan. Kejadian demikian biasa disebut kerugian atau loss. Di sini

mengandung arti bahwa kerugian tersebut harus dapat diukur dalam satuan

uang. Hal ini berasal dari praktek asuransi membayar ganti kerugian atas

terjadinya peristiwa tertentu.

Pada umumnya kewajiban perusahaan asuransi dinyatakan dalam

satuan moneter dan si tertanggung dianggap telah menderita kerugian yang

sama atau lebih besar dari jumlah uang yang diterimanya dari perusahaan

asuransi berdasarkan perjanjian asuransinya (Fabozzi, 1999).

Fabozzi (1999), berdasarkan karakteristik kewajiban yang dimiliki

perusahaan asuransi dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan asuransi

jiwa dan perusahan asuransi properti dan kerugian. Pada asuransi jiwa,

peristiwa utama yang diasuransikan adalah kematian. Jika pemegang polis

meninggal dunia perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam

10

jumlah besar sekaligus maupun melalui serangkaian pembayaran kepada

ahli waris. Perlindungan asuransi jiwa bukanlah satu-satunya produk yang

dijual, sebagian besar usaha yang dilakukan juga meliputi pemberian

manfaat masa pensiun. Sedangkan perusahaan asuransi properti dan

kerugian menjamin pembayaran berbagai macam peristiwa yang

menyebabkan kerugian, misalnya asuransi rumah dan mobil.

2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan

asuransi, berikut ini akan diuraikan mengenai karakteristik dasar

industri asuransi.

Menurut Fabozzi (1999) karakteristik dasar industri

asuransi adalah sebagai berikut :

a. Polis dan premi asuransi

Polis asuransi adalah kontrak yang mengikat secara hukum

dimana pemegang polis (pemilik) membayarkan sejumlah uang

sebagai ganti pembayaran yang akan dilakukan oleh

perusahaan asuransi terkait dengan peristiwa yang akan terjadi

dimasa depan. Perusahaan asuransi dikatakan menanggung

(underwriting) risiko pemegang polis dan bertindak sebagai

pelindung dari ketidakpastian yang ada. Sedangkan sejumlah

uang yang dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan

asuransi dinamakan dengan premi asuransi.

b. Surplus dan Cadangan

Surplus bagi perusahan asuransi adalah perbedaan antara aktiva

dan kewajibannya. Dalam menentukan surplus suatu perusahan

asuransi, nilai aktiva dan kewajiban harus ditentukan terlebih

dahulu. Adanya kesulitan penentuan nilai kewajiban yang

timbul pada perusahaan asuransi disebabkan karena adanya

kewajiban pada perusahaan asuransi yang bersifat kontijen

(bergantung pada peristiwa yang akan terjadi di masa depan)

maka perusahaan asuransi harus memiliki suatu pos/akun yang

11

disebut cadangan (reverse). Pos cadangan adalah sejumlah nilai

uang nontunai yang dipisahkan secara khusus

Surplus yang ada pada perusahaan asuransi adalah penting

sebagai acuan/tolak ukur mengenai jumlah akhir yang dapat

ditarik untuk dibayarkan kepada pemegang polis. Pertumbuhan

surplus ini bagi perusahaan asuransi akan menentukan berapa

banyak risiko yang dapat ditanggung.

c. Penentuan laba

Pendapatan perusahan asuransi untuk setiap tahun fiskal

berasal dari dua sumber utama. Sumber pertama adalah

pendapatan premi yang dihasilkan selama tahun fiskal. Sumber

pendapatan kedua adalah pendapatan investasi yang dihasilkan

dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan.

Laba pada perusahaan asuransi ditentukan dari pendapatan

yang diterima tersebut dengan jumlah pengurangan biaya yang

terjadi. Laba atau kerugian total dibedakan menjadi dua yaitu

pendapatan investasi dan pendapatan pertanggungan risiko

(underwriting). Pendapatan investasi pada dasarnya adalah

pendapatan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi

sedangkan pendapatan pertanggungan risiko adalah selisih

antara premi yang dihasilkan dengan biaya penyelesaian klaim.

2.3. Sistem Perlindungan Sosial

Sistem perlindungan sosial (social protection) dapat dilihat sebagai

alat untuk memenuhi sekurang-kurangnya beberapa kebutuhan dasar

manusia. Saat ini perlindungan sosial telah diterima hampir secara

universal, baik sebagai alat penanggulangan kemiskinan maupun pencegah

kemiskinan. Hampir kebanyakan negara anggota ILO (International Labor

Organization) yang berjumlah 164 negara memiliki sekurang-kurangnya

satu program jaminan sosial. Bahkan perlindungan sosial juga

dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) dari

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahwa setiap orang berhak

mendapat perlindungan apabila mencapai hari tua, menderita sakit,

12

mengalami cacat, menganggur, dan meninggal dunia (Daniel Perwira, dkk.

2003).

Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu

kebijakan ekonomi makro yang berfungsi sebagai sistem perlindungan

dasar bagi masyarakat beserta keluarganya terhadap risiko-risiko sosial-

ekonomi. Dalam pelaksanaannya perlindungan sosial berkaitan dengan

kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya. Dengan demikian

pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraannya

dan ikut serta membiayainya.

Penyelenggaraan program perlindungan sosial pada prinsipnya

menganut sistem gotong-royong, baik melalui gotong-royong antar

generasi (horisontal) maupun antar kelompok penghasilan (vertikal).

Gotong-royong sistem vertikal biasanya dilaksanakan melalui mekanisme

anggaran negara, dimana satu kelompok masyarakat diharuskan membayar

pajak dan kelompok lainnya menjadi penerima transfer dari pemerintah.

Sementara itu sistem gotong-royong antar generasi umumnya terjadi di

luar mekanisme anggaran negara, tetapi pemerintah tetap dapat

menetapkan aturan-aturan karena manfaat yang diberikan terkait dengan

hak normatif masyarakat (Daniel Perwira, dkk. 2003)

2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal

Dalam pelaksanannya, sistem perlindungan sosial dapat

dilakukan baik secara formal maupun informal. Sistem

perlindungan sosial yang terjadi di masyarakat tradisional

cenderung dilakukan secara informal dimana bantuan keluarga

lainnya diandalkan dalam pelaksanaan sistem perlindungan sosial

itu sendiri. Akan tetapi munculnya tekanan-tekanan yang ada

menjadikan sistem perlindungan sosial informal tersebut semakin

memudar. Sistem perlindungan sosial formal mempunyai cakupan

yang lebih luas dari sistem perlindungan informal dimana sistem

ini bersifat universal bagi masyarakat.

Menurut Kertonegoro (1982), sistem perlindungan sosial

yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,

13

yaitu bantuan sosial (social assistance), tabungan hari tua

(provident fund), asuransi sosial (social insurance) dan tanggung

jawab pemberi kerja (employer liability). Setiap negara biasanya

menggunakan satu atau beberapa bentuk perlindungan sosial

tersebut. Sistem jaminan sosial tenaga kerja biasanya dilaksanakan

dalam bentuk tabungan hari tua, asuransi sosial, dan tanggung

jawab pemberi kerja.

Bantuan sosial diberikan kepada penduduk atau warga

negara yang mengalami peristiwa tertentu sehingga dianggap

membutuhkan bantuan, misalnya bantuan untuk korban bencana

alam, santunan bagi panti asuhan, orang lanjut usia, anak yatim-

piatu, penderita cacat dan penganggur, yang semuanya tidak

memiliki sumber penghasilan yang mencukupi. Pembiayaan

program bantuan sosial umumnya berasal dari anggaran belanja

negara.

Tabungan hari tua menggunakan metode tabungan dimana

tenaga kerja diwajibkan membayar iuran setiap bulan untuk

dikumpulkan sebagai suatu dana yang dikelola oleh suatu badan

publik. Iuran tersebut dicatat dalam rekening tenaga kerja yang

saldo dan bunganya hanya dapat dibayarkan dalam hal atau

peristiwa tertentu, yaitu biasanya bila tenaga kerja mencapai umur

tua, menderita sakit, cacat, atau meninggal dunia sebelum hari tua.

Asuransi sosial menggunakan metode risiko hubungan

kerja dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya

masa kerja atau keikutsertaan dalam sistem ini. Bentuk-bentuk dari

asuransi sosial ini dapat berupa asuransi kesehatan (health

insurance), asuransi kematian (life insurance), asuransi kecelakaan

kerja (work accident insurance), asuransi pengangguran

(unemployment insurance). Jaminan yang diberikan bisa berupa

santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan

pada persentase penghasilan, atau berupa pelayanan (medis), atau

kemanfaatan lain (misalnya obat-obatan). Pembiayaannya berasal

14

dari premi yang dibayarkan oleh tenaga kerja, pemberi kerja, atau

keduanya, yang dikelola oleh suatu badan publik.

Dalam tanggung jawab pemberi kerja, pemberi kerja

memberikan jaminan kepada tenaga kerjanya atau tenaga kerja dan

keluarganya. Bentuk jaminan umumnya yang berkaitan dengan

hubungan kerja seperti kompensasi kecelakaan kerja dan sakit

akibat kerja, pesangon untuk pemutusan hubungan kerja (PHK),

dan jaminan hari tua. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh

pengusaha dan besarnya tergantung pada peristiwa yang terjadi

(apakah pekerja tersebut sakit, kecelakaan, meninggal dunia, atau

PHK).

2.4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi.

Soediyono (1991) mendefinisikan bahwa pada dasarnya akuntansi dapat

dibedakan menjadi tiga fungsi pokok yaitu :

1. Fungsi pencatatan (recording), yaitu mencatat secara sistematik semua

transaksi keuangan perusahaan.

2. Fungsi penyajian (presentation), yaitu mengikhtisarkan secara

sistematik data akuntansi dalam bentuk laporan-laporan keuangan dan

disajikan untuk mereka yang mempunyai kepentingan dengan

perusahaan.

3. Fungsi penafsiran (interpretation), yaitu membuat analisa terhadap data

akuntansi yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan.

Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi seperti disebutkan

diatas, proses akuntansi harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku

dan tertuang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) (Soediyono,1991).

Menurut Soediyono (1991), menjelaskan bahwa laporan-laporan

keuangan merupakan ikhtisar dari data keuangan perusahaan yang

pencatatannya dilakukan melalui fungsi kedua dari kegiatan akuntansi.

Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan umum atau general purpose

financial statement setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali

atau tiap kurun waktu tergantung kebutuhan.

15

Menurut S. Munawir (2002) yang mengutip Myer dalam bukunya

Financial Statement Analysis, yang dimaksud dengan laporan keuangan

adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk

suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi

keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-

akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk

menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau laba yang tak

dibagikan (laba yang ditahan).

S. Munawir (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan

dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran

atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan

oleh pihak managemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah

bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report.

Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu

kombinasi antara :

1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan

keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti

jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang

disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, utang

maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos

ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah

terjadi pada masa lampau, dan jumlah uang yang tercatat dalam pos-

pos tersebut dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya

peristiwa tersebut.

2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting

convention and postulate), berarti data yang dicatat tersebut didasarkan

pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan

prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan

memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.

3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa,

walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi

atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan menjadi standard

16

praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan

dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau managemen

perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak-

pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan tidak hanya

pimpinan perusahaan tetapi juga meliputi para pemilik perusahaan, para

investor, para kreditur, serikat-serikat pekerja dan juga pihak pemerintah.

Bagi pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan

perusahaannya, pemimpin perusahaan akan dapat menyusun rencana yang

lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan

kebijaksanaan yang lebih tepat. Pemilik perusahaan, yang bagi perusahaan

berbentuk perseroan terbatas adalah para pemegang saham, mempunyai

kepentingan terhadap berhasil atau gagalnya perusahaan tempat mereka

menanamkan modal dalam memberikan pendapatan. Investor

berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan

perkembangan perusahaan selanjutnya, mengetahui jaminan investasinya

dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek

perusahaan. Para kreditur mempunyai kepentingan dalam memberikan

pinjaman dan mendapat jaminan dalam hal pembayaran kredit yang

mereka berikan. Serikat-serikat pekerja berkepentingan untuk memperoleh

tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih

baik. Sedangkan pihak pemerintah berkepentingan dalam kaitannya

dengan penentuan beban pajak bagi perusahaan (S. Munawir, 2002).

Menurut Soediyono (1991), laporan keuangan menurut Prinsip

Akuntansi Indonesia (PAI) pada pokoknya terdiri dari neraca, perhitungan

rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan

keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah

neraca dan laporan rugi laba.

17

2.4.1. Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba atau (income statement atau profit and

loss statement) ialah ikhtisar yang disusun secara sistematis

berisikan data yang mencakup seluruh pendapatan (revenue)

perusahaan dan seluruh beban perusahaan untuk tahun buku

bersangkutan (Soediyono, 1991). Menurut keown (2004), laporan

laba rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan

dalam jangka waktu tertentu.

Keown (2004), menjelaskan laporan laba rugi menyajikan

informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar

usaha, yaitu :

1. Penghasilan, uang yang diperoleh dari penjualan produk atau

jasa perusahaan.

2. Beban produksi atau biaya untuk menghasilkan barang dan jasa

yang dijual.

3. Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan

distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis.

4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga yang

dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran

dividen kepada pemegang saham istimewa.

5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan

pendapatan perusahaan.

2.4.2. Neraca

Neraca (balance sheet/statement of financial

position/statement of financial condition) adalah laporan dalam

bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang mengikhtisarkan

nilai dan susunan aktiva, utang dan modal sebuah perusahaan pada

suatu tanggal tertentu (Soediyono, 1991). Menurut Keown (2004),

neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada

waktu tertentu mengenai aktiva (asset), ekuitas pemegang saham

dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik.

Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh

18

perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham

menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai.

Menurut Soediyono (1991), neraca dapat disusun dalam

bentuk stafel yang biasa juga disebut bentuk report dan dapat pula

disusun dalam bentuk skontro atau yang biasa disebut bentuk T-

account. Neraca yang disusun dalam bentuk skontro menunjukkan

bagian sebelah debit neraca memuat semua aktiva perusahaan,

sedangkan bagian kredit memuat utang dan modal sendiri

perusahaan.

Dalam bentuk stafel, neraca disusun dari atas ke bawah

dimulai dari aktiva-aktiva perusahaan, kemudian di bawahnya

pencatatan utang-utang perusahaan dan paling bawah memuat

modal sendiri perusahaan. Kebaikan penyajian neraca dalam

bentuk stafel tersebut ialah lebih mudahnya penyusunan neraca

banding (neraca komparatif) yang memuat data lebih dari satu

tanggal (Soediyono, 1991). Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia

yang dikutip Soediyono (1991), komponen-komponen neraca dapat

digolongkan sebagai berikut :

a. Aktiva

Aktiva dalam neraca memuat pos (akun) aktiva lancar,

investasi (penyertaan), aktiva tetap, aktiva tidak berwujud,

aktiva lain-lain.

b. Kewajiban

Kewajiban memuat pos (akun) kewajiban lancar (jangka

pendek), kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain.

c. Modal (ekuitas)

Modal memuat pos (akun) modal saham, agio saham, laba yang

ditahan.

Keown (2004), menjelaskan bahwa aktiva merupakan

sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S.

Munawir (2002), pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak

19

lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang

dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam perputaran

kegiatan perusahaan yang normal dapat diharapkan untuk dicairkan

atau ditukarkan menjadi uang tunai. Dengan demikian aktiva-

aktiva perusahaan yang tergolong sebagai aktiva lancar ialah :

1. Uang tunai atau kas, adalah semua aktiva yang dalam keadaan

normal dapat dan siap untuk dipakai guna melunasi utang-

utang perusahaan dan membiayai operasi perusahaan. Dengan

demikian maka disamping uang kertas ataupun uang logam

termasuk juga dalam aktiva uang tunai ialah cek dan saldo

kredit rekening di bank.

2. Investasi sementara (jangka pendek), investasi yang sifatnya

sementara yang pada umumnya dipergunakan untuk

memanfaatkan kelebihan modal kerja yang untuk sementara

belum dibutuhkan dalam operasi. Agar supaya sewaktu-waktu

aktiva tersebut dapat dicairkan maka perlu dipenuhi syarat

bahwa aktiva investasi sementara mempunyai sifat marketable,

yaitu penjualannya mudah dan harganya tidak banyak berubah.

Yang termasuk dalam kategori investasi sementara adalah

deposito berjangka, saham, obligasi, sertifikat bank dan

investasi lain yang mudah diperjualbelikan.

3. Piutang niaga, adalah pos yang timbul sebagai akibat adanya

transaksi penjualan dengan cara kredit.

4. Wesel tagih, pos ini uraiannya sama dengan pos piutang niaga

di atas, hanya bedanya ialah bahwa dalam wesel tagih ini,

sebagai tanda bukti adanya hubungan utang-piutang

dipergunakan tanda bukti tertulis dimana debitur memberikan

pernyataan mengenai kesanggupannya untuk pada tanggal yang

ditentukan membayar sejumlah uang tertentu kepada kreditur

atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh kreditur.

20

5. Pendapatan yang masih akan diterima, pendapatan yang sudah

menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya

kepada pihak lain tetapi belum diterima pembayarannya.

6. Persediaan, untuk perusahaan-perusahaan dagang, yang

membentuk persediaan adalah barang-barang dagangan yang

dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Untuk perusahaan-

perusahaan manufaktur (perusahaan industri) persediaan yang

dimiliki meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang

dalam proses dan persediaan barang jadi.

7. Biaya dibayar dimuka, pembayaran yang dilakukan perusahaan

untuk memperoleh jasa dari pihak lain yang manfaat jasanya

belum dinikmati atau belum berakhir untuk periode

bersangkutan.

S. Munawir (2002), menjelaskan aktiva tidak lancar adalah

aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau

jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun

atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi

perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah :

1. Investasi (penyertaan) ialah merupakan bentuk penanaman

modal kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Tujuan

dari penyertaan tersebut bisa dengan maksud untuk menguasai

atau mengawasinya dalam arti mempengaruhi jalannya

perusahaan lain. Tujuan lebih lanjut dari penyertaan ialah agar

perusahaan tempat penanaman modal bisa diusahakan

mendukung kelancaran kegiatan perusahaan penanam modal.

2. Aktiva tetap, ialah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang

fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk aktiva yang

masuk dalam kategori aktiva tetap ialah digunakan dalam

operasi yang bersifat permanen atau aktiva tersebut mempunyai

umur kegunaan jangka panjang yang tidak akan habis dipakai

dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam

21

kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, mesin,

inventaris, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.

3. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), adalah

kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi

merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh

perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang

termasuk dalam intangible fixed assets ini meliputi hak cipta,

hak paten, merk dagang, lisensi, dan sebagainya.

4. Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran

atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari

satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga

pada periode-periode berikutnya.

5. Aktiva lain-lain, menunjukkan kekayaan atau aktiva

perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan

dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung

dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka

panjang dan sebagainya.

Utang merupakan komponen neraca yang kedua. Menurut

Keown (2004), utang adalah uang yang telah dipinjam dan harus

dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Menurut S.

Munawir (2002), utang adalah semua kewajiban keuangan

perusahaan yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan

sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.

Utang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam utang

lancar (utang jangka pendek) dan utang jangka panjang.

Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban

keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan

dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)

dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Utang lancar meliputi :

1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya

pembelian barang secara kredit.

22

2. Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis

untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu

tertentu di masa yang akan datang.

3. Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan

maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke

kas negara.

4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang

sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

5. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah

sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi

utang jangka pendek karena harus segera dilakukan

pembayarannya.

6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang

untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisasi.

Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang

jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang

(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Utang jangka panjang

ini meliputi utang obligasi, utang hipotik adalah utang yang

dijamin dengan aktiva tetap tertentu, pinjaman jangka panjang

yang lain.

Komponen neraca lainnya ialah modal. Soediyono (1991)

mendefinisikan modal sebagai nilai yang dimiliki oleh pemilik atau

para pemilik perusahaan yang tertanam pada perusahaan tersebut.

Menurut S. Munawir (2002), modal adalah hak atau bagian yang

dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos

modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau

kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap

seluruh utang-utangnya.

Untuk perusahaan yang berbadan hukum, dalam neraca

biasanya dipisahkan antara modal sendiri yang berasal dari

penyertaan dan modal sendiri dari laba yang tidak dibagikan.

Modal sendiri yang berasal dari keuntungan inilah yang biasa

23

disebut retained earnings atau laba ditahan. Sedangkan modal yang

berasal penyertaan, untuk perusahaan dengan bentuk Perseroan

Terbatas disebut capital stock atau modal saham.

2.5. Analisa Laporan Keuangan

Menurut S. Munawir (2002), Laporan keuangan merupakan alat

yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan

posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Data

keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode

atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang

dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau

kemajuan-kemaujuan suatu perusahaan, faktor utama yang perlu untuk

diperhatikan ialah :

1. Likuiditas, menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada

saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban

keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam

keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi

kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut

mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar

daripada utang lancarnya atau utang jangka pendek.

2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik

kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu

perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai

aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utangnya,

sebaliknya apabila jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan tidak cukup

atau lebih kecil daripada jumlah utangnya berarti perusahaan tersebut

dalam keadaan insolvabel.

24

3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu

perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan

menggunakan ativanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas

suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan laba

yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah

modal perusahaan tersebut.

Analisa laporan keuangan mempunyai tujuan untuk membuat agar

data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Faktor-

faktor seperti likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas akan dapat diketahui

dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan

perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik

analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa. Dengan kata lain,

kegiatan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan akan memperoleh

gambaran yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang

dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

2.5.1. Analisa Rasio Keuangan

Secara matematis, rasio keuangan merupakan rasio dimana

pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Menurut

Keown (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan merupakan

penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan

dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan

perusahaan. Oleh karena itu, rasio keuangan dapat dijadikan

sebagai suatu ukuran untuk mengukur kinerja keuangan suatu

perusahaan.

Dalam menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai alat

ukur untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan perlu

diperhatikan bahwa adanya keaneka ragamaan rasio keuangan

menyebabkan adanya kesamaan-kesamaan pendapat tentang

penggunaan sejumlah rasio keuangan tertentu tetapi tidak sedikit

pula dijumpai adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Menurut

25

Soediyono (1991), perbedaaan-perbedaan pendapat tersebut

tercermin antara lain dalam bentuk :

1. Perbedaan terminologi

Dalam bidang pengetahuan yang sedang menjadi perhatian,

menurut kenyataan tidak jarang dijumpai istilah yang sama

dipergunakan dalam artian yang berbeda. Disamping itu

banyak pula ditemukan hal yang sebaliknya, yaitu untuk

sebuah pengertian dipergunakan lebih dari satu istilah.

2. Perbedaan klasifikasi

Dalam mengelompokkan rasio-rasio keuangan ditemukan juga

adanya ketidakseragaman antara penulis yang satu dengan

penulis yang lain.

3. Perbedaan isi

Di samping perbedaan terminologi dan perbedaan klasifikasi

berkecenderungan menghasilkan ungkapan kesimpulan yang

berbeda-beda, tidak jarang pula perbedaan asumsi

menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda mengenai

substansinya.

Soediyono (1991), menjelaskan dalam menggunakan rasio-

rasio keuangan yang bertujuan untuk menginterpretasikan data

keuangan perusahaan diperlukan beberapa pedoman sebagai

pegangan dalam melaksanakan penafsiran tersebut. Di bawah ini

disajikan pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dalam

memanfaatkan analisis rasio-rasio keuangan perusahaan.

1. Dalam menafsirkan data dan rasio keuangan diperlukan

pemahaman yang baik mengenai maksud yang terkandung

dalam setiap pos (akun) pada laporan keuangan yang hendak

dianalisis.

2. Penganalisis perlu mengetahui metode penilaian yang

dipergunakan perusahaan dalam menyusun laporan

keuangannya.

26

3. Penganalisis perlu menyadari bahwa rasio keuangan yang ideal

bagi suatu bidang usaha belum tentu ideal bagi bidang usaha

yang lain.

4. Penganalisis perlu memperhatikan mengenai kebijakan yang

diambil perusahaan pada periode pembukuan bersangkutan.

Umar (2004) menjelaskan rasio-rasio keuangan sebagai

berikut :

a. Rasio likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir

mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua

kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio ini terdiri atas

rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid test ratio/quick

ratio), dan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva.

Rasio lancar menunjukkan kemampuan dalam memenuhi

kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar

dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban

lancar.

Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan

aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan dibagi dengan

kewajiban lancar.

Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan

potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara

aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

b. Rasio aktivitas

Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas

perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan

penjualan. Rasio ini terdiri dari rasio perputaran persediaan,

rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, dan

rasio perputaran piutang.

Rasio perputaran persediaan menunjukkan keefektifan dan

keefisienan perusahaan dalam mengatur investasinya dalam

27

persediaan yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu

diputar selama satu periode tertentu.

Rasio perputaran total aktiva mengukur efisiensi perusahaan

dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan

penjualan.

Rasio perputaran aktiva tetap mengukur efisiensi perusahaan

dalam menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan.

Rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang

tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode

tertentu.

c. Rasio leverage (solvabilitas)

Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta

berapa besar perbandingan kewajiban tersebut dengan aktiva

perusahaan. Rasio ini terdiri atas rasio utang, rasio kewajiban

lancar terhadap total aktiva dan rasio kewajiban tidak lancar

terhadap total aktiva.

Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan

digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva

perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan total

kewajiban dibagi dengan total aktiva.

Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur

seberapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban

lancar.

Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur

berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban

bukan lancar.

d. Rasio profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rasio ini

terdiri atas margin laba kotor, margin laba bersih, return on

investment (ROI), return on assets (ROA) dan return on equity

(ROE).

28

Margin laba kotor adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna

untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi

perusahaan dan penetapan harga jual.

Margin laba bersih adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah beban

operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam

hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

Return on investment (ROI) mencerminkan kemampuan

manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal

mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang

tersedia.

Return on equity menunjukkan perbandingan antara laba bersih

terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki oleh perusahaan.

2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage)

Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase

perkomponen adalah suatu metode analisa untuk mengetahui

persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total

aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan

komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah

penjualannya. Analisa ini dapat memberikan gambaran tentang

perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke

tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan.

Menurut S. Munawir (2002), metode untuk merubah

jumlah-jumlah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-

persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto

masing-masing dengan 100%.

2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan

tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-

29

masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah

masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-

masing pos rugi laba dengan penjualan nettonya, dikalikan

100%.

2.5.3. Analisa Du Pont

Menurut Keown (2004), analisa Du Pont merupakan sistem

rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determinan rasio

pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva.

Menurut Keown (2001), penggunaan persamaan Du Pont

memungkinkan manajemen melihat lebih jelas faktor pemicu

tingkat pengembalian ekuitas serta hubungan antara margin laba

bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Profitabilitas perusahaan

digambarkan pada sisi kiri bagan Du Pont berupa margin laba

bersih. Margin laba bersih tersebut diperoleh dari perhitungan laba

bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan penjualan yang

telah dilakukan. Untuk mengukur laba bersih perusahaan

diperlukan kalkulasi terhadap semua biaya sehingga diperoleh total

biaya dan kemudian mengurangkan jumlah total biaya tersebut

terhadap penjualan. Rasio aktivitas yang mencerminkan kegiatan

perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya digambarkan pada

sisi kanan bagan Du Pont dalam bentuk perputaran total aktiva.

Perputaran total aktiva tersebut diperoleh dari perhitungan

penjualan dibagi dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan

yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya.

Perkalian hasil perhitungan margin laba bersih dengan perputaran

total aktiva akan menghasilkan tingkat pengembalian atas aktiva

(ROA).

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) pada metode analisa

Du Pont ditentukan oleh dua komponen yang terdiri dari tingkat

pengembalian aktiva (ROA) dan 1 – rasio utang.

30

Dikurangi

Dibagi Dibagi

Dibagi

bagi

Gambar 1. Kerangka Analisa Du Pont

(Keown, 2001)

Marjin laba bersih

Kas dan surat berharga

Piutang dagang

Persediaan

Aktiva lancar lain

Harga pokok penjualan

Beban operasi tunai

Depresiasi

Beban bunga

Pajak

Penjualan

Total biaya Aktiva lancar

Aktiva tetap Aktiva lain

Laba bersih Penjualan Penjualan Total aktiva

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)

Tingkat pengembalian aktiva

(ROA)1 -

aktivaTotalutangTotal

Perputaran total aktiva Dikali

31

2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score)

Dalam jurnal yang berjudul “Studi Tentang Analisis

Laporan Keuangan Secara Elektronik”, menjelaskan bahwa untuk

mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, para

investor umumnya menghitung dan menganalisis berbagai macam

rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas,

tingkat utang atau leverage, dan likuiditas. Permasalahannya adalah

masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan

indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.

Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio

secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan

kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi

sehat atau sebaliknya.

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, Edward

Altman seorang professor of finance dari New York University

School of Business memperkenalkan rumus Z-Score pada akhir

1960-an. Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan

yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang

berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan

bangkrutnya sebuah perusahaan. Lima rasio yang digunakan dalam

metode analisa Altman Z Score yaitu rasio modal kerja terhadap

total aktiva, rasio saldo laba terhadap total aktiva, rasio laba

sebelum beban bunga dan pajak terhadap total aktiva, rasio nilai

modal sendiri terhadap total kewajiban dan rasio total pendapatan

atau penjualan terhadap total aktiva.

Menurut Umar (2004), Z skor merupakan metode yang

digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan suatu

perusahaan. Metode ini dapat dijadikan salah satu indikator kinerja

perusahaan.

Altman Z score yang digunakan untuk mengukur tingkat

kebangkrutan sebuah perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

32

1. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public

manufactured).

2. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private

manufactured).

3. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Setiati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa

Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003”

menjelaskan bahwa analisa kinerja keuangan terhadap PT Jaya teknik

dilakukan dengan menggunakan metode analisa trend, analisa persentase

per komponen, analisa rasio dan anlisa Du Pont. Selama lima periode

analisa dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan PT Jaya teknik

Indoensia mengalami perubahan-perubahan atau kecenderungan-

kecenderungan baik yang menguntungkan maupun yang tidak

menguntungkan.

Menurut Nugroho (2005) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero)” menjelaskan

bahwa selama empat tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2004, PT

Askes selalu menempatkan lebih dari 60% dana investasinya ke dalam

deposito. Dengan begitu dapat diketahui bahwa PT Askes sangat berhati-

hati dalam menghadapi risiko. Korelasi antar investasi menunjukkan

bahwa kombinasi dari deposito, obligasi, IHSG dan reksadana dapat

mengurangi risiko investasi.

Menurut Nurhasanah (2005) dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT (Persero) Biro

Klasifikasi Indonesia” menjelaskan bahwa penilaian kinerja keuangan

dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan dan analisa Du Pont. Dari

hasil evaluasi yang dilakukan terdapat tujuh indikator rasio-rasio

perusahaan yang nilainya masih berada di bawah standar BUMN.

Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2005), menjelaskan bahwa

para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini

menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem

33

yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan

mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain,

publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk

meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan, hasil

dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya.

Terdapat tiga kategori dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu

sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan

keuangan secara hard copy (paper bound), sistem analisis yang

dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form

elektronik (web based/program bound), dan sistem analisis yang

dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard

Based). Sistem yang adaptiflah yang paling memberikan keunggulan

untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis laporan keuangan

secara elektronik. Laporan keuangan yang disusun dengan format XBRL

(eXtensible Business Reporting Language) akan memudahkan pihak

internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan

format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan

mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir

kehilangan konsistensi data dan informasi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang asuransi sosial dimana kegiatan utamanya berupa kegiatan

penyimpanan tabungan pegawai negeri dan melakukan pemberian manfaat

dalam bentuk asuransi bagi pegawai negeri yang menjadi peserta. Dalam

hal ini perusahaan memerlukan suatu kegiatan pengelolaan dana yang baik

agar dapat menjalankan fungsi perusahaan.

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi maka

sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari iuran (premi) yang

dibayarkan oleh masing-masing peserta program asuransi yang ditawarkan

oleh perusahaan. Disamping pendapatan premi tersebut, sumber

pendapatan lain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dapat berasal dari

kegiatan investasi perusahaan. Dari kegiatan investasi ini perusahaan akan

memperoleh pendapatan yang berupa pendapatan investasi dari aktiva

perusahaan yang diinvestasikan.

Kegiatan pengelolaan dana sangat menentukan dalam upaya untuk

mencapai tingkat keuntungan perusahaan. Dimana dengan kegiatan

pengelolaan dana yang baik, perusahaan akan dapat memberikan kualitas

pelayanan yang baik pula bagi peserta program asuransi dalam hal

pemberian manfaatnya serta di sisi lain perusahaan mendapatkan

keuntungan dari kegiatan usahanya tersebut.

Dalam mengelola suatu dana yang terkumpul, maka perusahaan

juga memerlukan suatu ukuran mengenai pelaksanaan pengelolaan dana

itu sendiri. Kinerja keuangan perusahaan dapat dijadikan ukuran tersebut.

Laporan keuangan digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahan.

Dalam hal ini laporan keuangan yang digunakan berupa neraca dan

laporan rugi laba. Analisa terhadap laporan keuangan dilakukan dengan

menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per komponen,

35

analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Melalui analisa tersebut dapat

diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT TASPEN (Persero) yang berlokasi di

Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif

(sengaja) dengan pertimbangan akan kelengkapan data dan informasi

yang diperlukan untuk kegiatan penelitian mengenai analisis pengelolaan

dana tabungan hari tua. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan

November sampai Desember 2006.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, data yang

digunakan berupa data primer dan data sekunder baik untuk data utama

maupun sebagai data penunjang. Data primer meliputi laporan keuangan

(beserta ikhtisar-ikhtisarnya) yang diperoleh melalui wawancara, data-data

mengenai jumlah peserta serta penerima manfaat, dan data mengenai

pemberian manfaat bagi peserta.

Sumber data sekunder diperoleh dari literatur PT TASPEN

(Persero) serta studi pustaka dari perpustakaan. Data sekunder meliputi

sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah

pegawai (kekuatan sumber daya manusia), serta jenis-jenis program yang

ada pada PT TASPEN (PERSERO).

3.4. Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.4.1. Deskriptif

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan

pengolahan, analisis dan interpretasi data. Pengolahan data

dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pengolahan deskriptif

kualitatif dilakukan dengan menjelaskan secara deskriptif rumusan

masalah yang ada dengan menggunakan data-data utama maupun

data penunjang.

Pada pokok permasalahan pertama, kegiatan penelitian

akan mencermati program asuransi yang dikelola oleh perusahaan.

36

Pengolahan data yang dilakukan bertujuan untuk menguraikan dan

memberikan penjelasan mengenai program asuransi yang dikelola

perusahaan, jumlah peserta program dan hak-hak yang dapat

diterima oleh masing-masing peserta yang mengikuti program

asuransi tersebut.

Selanjutnya mengenai kegiatan pengelolaan dana yang

dilakukan oleh perusahaan. Pengolahan data pada pokok

permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang

dihasilkan oleh perusahaan dari kedua sumber pendapatan utama

perusahaan asuransi. Sedangkan pemberian manfaat bagi peserta

program asuransi bertujuan untuk menunjukkan kewajiban pokok

pada perusahaan asuransi. Interpretasi data dilakukan dengan

menggunakan data-data mengenai besar premi yang dibayarkan

oleh masing-masing peserta, kegiatan investasi perusahaan dan

pemberian manfaat bagi peserta.

Analisa mengenai kinerja keuangan menjadi pokok

permasalahan ketiga dari kegiatan penelitian yang dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana

kinerja keuangan perusahaan terkait dengan kegiatan pengelolaan

dana yang dilakukan. Data yang diperlukan berupa laporan

keuangan beserta ikhtisar-ikhtisarnya. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per

komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Setelah itu

hasil pengolahan data akan dianalisa dan kemudian dilakukan

interpretasi.

3.4.2. Analisa Rasio Keuangan

Menurut Umar (2004), rasio-rasio keuangan yang dapat

digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan adalah

sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir

37

mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua

kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas ini

terdiri atas :

a. Rasio lancar

Rasio yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi

kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut :

Rasio lancar = ancarLKewajiban

ancarLAktiva

b. Rasio cepat

Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan

menggunakan aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan

dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio ini dirumuskan

sebagai berikut :

Rasio cepat = ancarLKewajiban

PersediaanLancarAktiva −

c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva

Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva

menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih

yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva =

AktivaTotalLancarKewajiban -Lancar Aktiva

2. Rasio aktivitas

Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas

perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan

penjualan. Rasio ini terdiri atas :

a. Rasio perputaran persediaan

Rasio ini menunjukkan keefektifan dan keefisienan

perusahaan dalam mengatur investasinya dalam persediaan

yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar

38

selama satu periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut :

Rasio perputaran persediaan = Persediaan

Penjualan Pokok Harga

b. Rasio perputaran total aktiva

Rasio ini mengukur efisiensi perusahaan dalam pemakaian

total aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut :

Rasio perputaran total aktiva = AktivaTotal

Penjualan

c. Rasio perputaran aktiva tetap

Rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam

menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio perputaran aktiva tetap = Tetap Aktiva

Penjualan

d. Rasio perputaran piutang

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dana

yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu

periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio perputaran piutang = Piutang

Penjualan

3. Rasio leverage (solvabilitas)

Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta

berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan

aktiva perusahaan. Rasio leverage (solvabilitas) terdiri atas :

a. Rasio utang

Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan

digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas

aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio utang = AktivaTotal

Kewajiban Total

39

b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva

Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur

berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban

lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva =

AktivaTotalLancarKewajiban

c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva

Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva

mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai

oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut :

Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva =

AktivaTotalLancarTidak Kewajiban

4. Rasio profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri atas :

a. Margin laba kotor

Menunjukkan kemampuan perusahaan dari penjualan untuk

mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan

indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan

penetapan harga jual. Rasio ini dirumuskan sebagi berikut :

Margin laba kotor = Penjualan

Kotor Laba

b. Margin Laba bersih

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan

harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan

penjualan yang dilakukan. Rasio ini dirumuskan sebagai

berikut :

40

Margin laba bersih = Penjualan

Bersih Laba

c. Return on Investment (ROI)

Return on investment mencerminkan kemampuan

manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal

mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Return on Investment (ROI) = AktivaTotal UsahaLaba

d. Return on Assets (ROA)

Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang

tersedia. Rasio ini diumuskan sebagai berikut :

Return on Assets (ROA) = AktivaTotalBersih Laba

e. Return on equity (ROE)

Retun on equity menunjukkan perbandingan antara laba

bersih terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki. Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut :

Return on equity (ROE) = Ekuitas

Bersih Laba

3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen

Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase per

komponen menyederhanakan angka-angka dalam laporan

keuangan. Angka dasar yang ditetapkan diperlukan sebagai dasar

perhitungan angka konversi dari pos-pos yang akan

dipresentasikan dalam analisa tersebut. Angka dasar yang dipakai

dalam neraca ialah total asset yang ditetapkan sebesar 100%

sedangkan untuk laporan rugi laba memakai penjualan sebagai

angka dasarnya. Analisa persentase per komponen dapat

dirumuskan sebagai berikut :

41

Ryi = yo

yi

PP x 100%

dimana :

Ryi = nilai persentase pos yang dibandingkan

Pyi = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-i

Pyo = pos dasar sebagai pembanding

3.4.4. Analisa Du Pont

Menurut Keown (2001) persamaan Du Pont menunjukkan

bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat dihitung sebagai

berikut :

ROA = margin laba bersih x perputaran total aktiva

= Penjualan

Bersih Laba x AktivaTotal

Penjualan

Tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) pada metode

analisa Du Pont ini dapat diperoleh dengan membagi tingkat

pengembalian atas aktiva (ROA) dengan 1 – rasio utang. Berikut

ini perhitungan nilai ROE :

ROE = UtangRasio - 1

ROA

3.4.5. Analisa Altman Z Score

Menurut Bapepam (2005), metode analisa Altman Z Score

adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan

mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk

menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah

perusahaan. Altman Z Score dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public

manufactured).

Z = 1,2A + 1,4B + 3,3C + 0,6D + 1,0E

dimana :

Z = nilai hasil perhitungan

A = modal kerja / Total Aktiva

B = Saldo Laba / Total Aktiva

C = Return on Investment (ROI)

42

D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban

E = Total Pendapatan atau Penjualan / Total Aktiva

Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :

1. Jika nilai Z > 3 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi

sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari

ancaman kebangkrutan.

2. Jika nilai Z diantara 1,8 dan 3 artinya perusahaan

mempunyai peluang besar berada pada ambang

kebangkrutan.

3. Jika nilai Z < 1,8 artinya perusahaan berpeluang besar

untuk segera mengalami kebangkrutan.

b. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private

manufactured).

Z = 0,72A + 0,85B + 3,1C + 0,42D + 1,0E

Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :

1. Jika nilai Z > 2,9 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi

sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari

ancaman kebangkrutan.

2. Jika nilai Z diantara 1,23 dan 2,9 artinya perusahaan

mempunyai peluang besar berada pada ambang

kebangkrutan.

3. Jika nilai Z < 1,23 artinya perusahaan berpeluang besar

untuk segera mengalami kebangkrutan.

c. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).

Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D

Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :

1. Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi

sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari

ancaman kebangkrutan.

2. Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan

mempunyai peluang besar berada pada ambang

kebangkrutan.

43

3. Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar

untuk segera mengalami kebangkrutan.

Metode analisa Altman Z Score yang akan digunakan

dalam penelitian ialah Z Score untuk perusahaan tertutup (private

general firm).

44

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT TASPEN (PERSERO)

Produk asuransi yang dikelola

Pengelolaan (kegiatan investasi)

Obligasi

Laporan keuangan

Deposito Investasi lainnya

Neraca Laporan rugi laba

Analisa Altman Z Score

Analisa Du Pont

Analisa persentase per komponen Analisa rasio

Analisa laporan keuangan

Penilaian kinerja keuangan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero)

4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum

Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi

masyarakat adalah merupakan salah satu unsur penting dalam

melaksanakan tugas-tugas pemerintah khususnya dalam

melaksanakan tugas-tugas nasional. Berhasil tidaknya pegawai

negeri dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah ditentukan

oleh beberapa faktor, antara lain yang terpenting adalah faktor

jaminan sosial untuk pegawai negeri dan keluarganya. Pemberian

jaminan sosial yang memadai pada masa aktif saja belumlah

menjamin sepenuhnya ketenangan kerja pegawai negeri. Oleh

karena itu, jaminan hari tua pegawai negeri dan keluarganya

mutlak diperlukan mengingat mempunyai kaitan yang erat dengan

ketenangan, semangat dan disiplin kerja serta dedikasi terhadap

tugas-tugas yang diembannya.

Usaha-usaha untuk memikirkan kesejahteraan hari tua

pegawai negeri dan keluarganya sedah mulai dipikirkan oleh

pemerintah sejak tahun 1960. Usaha ini dirintis melalui Konferensi

Kesejahteraan Pegawai Negeri yang dihadiri oleh semua Kepala

Urusan Pegawai dari seluruh depertemen. Konferensi tersebut

berlangsung pada tanggal 25 sampai 26 Juli 1960 di Jakarta.

Keputusan konferensi tersebut secara resmi dituangkan

dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 338/MP/1960

tertanggal 25 Agustus 1960, yang antara lain menetapkan tentang

perlunya pembentukan Jaminan Sosial Pegawai Negeri sebagai

bekal bagi pegawai negeri atau keluarganya yang akan mengakhiri

pengabdiannya kepada negara. Keputusan Menteri Pertama

tersebut di atas kemudian ditingkatkan menjadi Peraturan

46

Pemerintah Nomor 9 tahun 1963 yang mengatur tentang

Pembelanjaan Kesejahteraan Pegawai Negeri.

Selanjutnya bentuk jaminan hari tua bagi pegawai negeri

dan keluarganya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor

10 tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.

Iuran wajib pegawai negeri/ peserta maupun haknya ditetapkan

berlaku surut sejak 1 Juli 1961.

Dengan demikian Lembaga Usaha Kesejahteraan Pegawai

Negeri melalui sistem asuransi mulai dilakukan sejak 1 Juli 1961.

Badan penyelenggaraan program tabungan dan asuransi pegawai

negeri tersebut didirikan pada tahun 1963 dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 15 tahun 1963 yang diberi nama Perusahaan

Negara Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PN

TASPEN).

Setelah beberapa tahun kemudian bentuk hukum

perusahaan mengalami dua kali perubahan : pertama, berdasarkan

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969, dengan surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor Kep. 749/MK/IV/II/1970 statusnya

berubah menjadi Perusahaan Umum atau PERUM TASPEN;

kedua : dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1981 dan

akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH Nomor 4 tahun 1982 status

perusahaan menjadi Perusahaan Perseroan atau PT TASPEN

(Persero).

4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan

PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri

Perusahaan Perseroan atau secara singkat disebut PT TASPEN

(Persero) didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia di Jakarta

pada tanggal 17 April 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.

15/1963 yang beberapa kali mengalami perubahan, terakhir melalui

Peraturan Pemerintah No. 26/1981.

Pendirian PT TASPEN (Persero) bertujuan untuk

menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk

47

Asuransi Dana Pensiun dan Tabungan Hari Tua bagi Pegawai

Negeri Sipil. Sampai dengan akhir tahun 2005 PT TASPEN

(Persero) telah melayani 3.879.842 peserta aktif dan 1.948.206

penerima pensiun.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada peserta

dan penerima pensiun, PT TASPEN (Persero) memiliki jaringan

pelayanan yang cukup luas cakupannya sebagaimana tercermin

dari gambaran berikut :

a. 7 (Tujuh) kantor Cabang Utama dan 35 Kantor Cabang di

seluruh Indonesia.

b. Lebih dari 4000 titik pelayanan melalui kerjasama dngan bank

dan kantor pos di seluruh Indonesia.

c. Sosialisasi melalui dialog interaktif di radio baik RRI maupun

Swasta di setiap Kantor Cabang Utama dan Kantor Cabang.

d. Penjelasan dengan tanya jawab secara langsung dengan PNS

Pusat maupun PNS Daerah melalui instansi masing-masing.

e. Layanan telepon bebas pulsa 0800.1222.333

f. Website PT TASPEN (Persero) www.Taspen.com

Untuk mendukung pelayanan yang berorientasi kepada

kepuasan peserta maka ditetapkan suatu acuan semangat yang

tertuang dalam motto perusahaan yaitu “layanan dan kinerja selalu

ditingkatkan”. Dalam pelaksanaannya didasarkan kepada target

mutu pelayanan yang meliputi 5T yaitu :

1. Tepat orang

Manfaat dibayarkan kepada peserta yang berhak atau ahli

warisnya yang sah sesuai dengan identitas penerima yang

dibuktikan dengan KTP/SIM/Kartu pegawai, dan dengan

identitas peserta yang meliputi NIP, nama, tanggal lahir, jenis

kelamin, status, penghasilan instansi dan domisili yang

tercantum pada Kartu Peserta Taspen, kartu identitas pensiun,

kartu pegawai dan dokumen kepegawaian lainnya.

48

2. Tepat waktu

Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah

permohonan klaim diterima dan dinyatakan memenuhi syarat

serta dibayarkan kepada pemohon dalam waktu tidak lebih dari

1 (satu) jam untuk Surat Permohonan Pembayaran (SPP)

langsung dan tidak lebih dari 2 (dua) jam untuk SPP tidak

langsung.

3. Tepat jumlah

Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah

dihitung berdasarkan persyaratan, jumlah dan tata cara

pembayaran manfaat yang telah ditetapkan oleh menteri

keuangan atau ketentuan yang berlaku, dan jumlah yang

dibayarkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada tanda

penerimaan uang (tanpa dikurangi oleh biaya-biaya lain atau

dalam bentuk apapun).

4. Tepat tempat

Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya pada

kantor bayar yang sesuai dengan keinginan pemohon klaim.

5. Tepat administrasi.

Setiap permohonan klaim diterima, diperiksa, dibayarkan dan

menurut prinsip-prinsip kearsipan dan dokumentasi sehingga

mudah dan cepat ditemukan, serta aman dari bahaya kebakaran,

kebanjiran, dan kehilangan.

Sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero)

mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

VISI

Menjadikan PT TASPEN (Persero) sebagai pengelola dana pensiun

dan tabungan hari tua berkelas dunia yang bersih, sehat dan benar

dengan pelayanan tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat

tempat dan tepat administrasi.

49

MISI

Mewujudkan hari-hari yang indah bagi peserta melalui pengelolaan

dana pensiun dan tabungan hari tua secara profesional dan

akuntabel dengan berlandaskan etika serta integritas yang tinggi.

Sedangkan tujuan perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraan kepada peserta melalui

peningkatan manfaat/nilai.

2. Meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan dan

keluarganya.

3. Berperan serta dalam pelaksanaan tanggung jawab sesuai

dengan kepentingan lingkungan secara selaras dan seimbang.

Perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya juga

mempunyai tata nilai yang harus dipertahankan dan terus untuk

dikembangkan. Berikut ini tata nilai yang ada dalam tubuh PT

TASPEN (Persero) :

1. Tumbuh : PT TASPEN (Persero) mengembangkan diri dan

mampu mengikuti tuntutan perubahan yang terjadi, baik karena

tuntutan lingkungan internal maupun eksternal.

2. Etika : PT TASPEN (Persero) melayani peserta dan

keluarganya dengan ramah, santun, rendah diri, sabar dan

manusiawi.

3. Profesional : PT TASPEN (Persero) bekerja dengan terampil

dan mampu memberikan solusi berdasarkan 5T : Tepat orang,

Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat tempat, dan Tepat

administrasi.

4. Akuntabilitas : PT TASPEN (Persero) dalam melaksanakan

pekerjaan dapat ditelusuri rangkaian prosesnya berdasarkan

sistem dan prosedur kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.

5. Integritas : PT TASPEN (Persero) senantiasa konsisten dalam

memegang amanah dan melaksanakan janjinya sebagaimana

yang dituangkan dalam Visi dan Misi perusahaan.

50

4.1.3. Profil Karyawan

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sebuah

perusahaan mutlak dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan.

Sampai dengan Desember 2005, jumlah karyawan PT TASPEN

(Persero) sebanyak 2031 orang, yang tersebar di Kantor Pusat (KP)

dan 7 Kantor Cabang Utama serta 35 Kantor Cabang. Adapun

komposisi jabatan terdiri dari 9 orang Manajer Utama, 7 orang

Kepala Cabang Utama, 7 orang Wakil Kepala Cabang Utama, 35

orang Kepala Cabang, 110 orang Manajer, 342 orang Asisten

Manajer dan 1521 orang staf. Kategori dan jenis karyawan

disajikan dalam grafik berikut :

Grafik 1. Profil karyawan menurut jabatan

Grafik 2. Profil karyawan menurut tingkat pendidikan

Pembagian tugas karyawan dituangkan sepenuhnya dalam

struktur organisasi pejabat.sebagaimana dituangkan dalam

Keputusan Direksi No. SK-38/DIR/1999 dan surat Direksi No.

M anajer/ setingkat 7% Asisten M anajer

17%

M anajer Utama /setingkat 1%

Non Pejabat75%

SLT A46%

SARMUD7%

S143%

SLT P1%

S23%

51

SRT-442/DIR/1999. PT TASPEN (Persero) juga mempekerjakan

tenaga kontrak untuk mengisi posisi tenaga security, pengemudi,

cleaning servicedan operator telepon.

Untuk memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

maka PT TASPEN (Persero) menyediakan berbagai sarana K3

seperti penyediaan poliklinik, penggantian biaya pengobatan,

penyediaan tenaga security dan penyediaan fasilitas pemadam

kebakaran.

4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang

Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero)

PT TASPEN (Persero) dalam menjalankan kegiatan usahanya

didasarkan pada perundangan dan peraturan-peraturan perundangan yang

meliputi :

1. UU No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Negeri Sipil dan

Pensiun Janda/Duda Pegawai Negeri Sipil.

2. Keputusan Presiden Nomor 56 tahun 1974 tentang Pembagian,

Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran

yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima

Pensiun.

3. PP No. 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.

4. PP No. 26 tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum

Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero).

5. UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan UU Nomor 8 tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

6. Berbagai macam ketentuan Menteri Keuangan yang terkait dengan

Manfaat Tabungan Hari Tua dan Manfaat Pensiun.

4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero)

PT TASPEN (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

asuransi sosial mengacu ruang lingkup usahanya pada Peraturan

Pemerintah No. 25/1981 dan Peraturan Pemerintah No. 26/1981 yaitu

52

sebagai penyelenggara asuransi sosial bagi pegawai negeri sipil dan

BUMN/BUMD.

Secara garis besar produk dan layanan PT TASPEN (Persero)

terdiri atas dua program utama, yaitu :

1. Program Tabungan Hari Tua (THT)

Program tabungan hari tua adalah suatu program asuransi dwiguna

yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi

kematian. Asuransi dwiguna adalah suatu jenis asuransi yang

memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada saat mencapai usia

pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada saat peserta meninggal dunia

sebelum mencapai usia pensiun.

Program tabungan hari tua tersebut diikuti oleh para peserta yang

terdiri dari atas :

1. Pegawai negeri sipil.

2. Pejabat negara.

3. Pegawai BUMN/BUMD.

Hak Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)

Hak-hak peserta yang mengikuti program tabungan hari tua dapat

berupa :

a. Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua). Hak yang dibayarkan

apabila peserta berhenti sebagai pegawai negeri karena pensiun

atau meninggal dunia.

b. Hak Asuransi Kematian. Hak asuransi yang memberikan jaminan

keuangan kepada peserta apabila istri/suami/anak meninggal dunia

atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia. Asuransi

kematian merupakan asuransi jiwa seumur hidup bagi pegawai

negeri sipil dan istri atau suami, kecuali bagi janda/duda pegawai

negeri sipil yang menikah lagi. Sedangkan bagi anak pegawai

negeri sipil, asuransi kematian merupakan asuransi berjangka bagi

anak peserta yang belum mencapai usia 21 tahun atau 25 tahun

bagi yang belum menikah dan masih belajar secara formal.

53

c. Hak Nilai Tunai. Hak yang dibayarkan apabila peserta berhenti

bukan karena pensiun atau meninggal dunia (keluar).

Kewajiban Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program

tabungan hari tua diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 3,25%

dari penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjangan

anak) kepada PT TASPEN (Persero).

Jenis Produk Tabungan Hari Tua (THT) lainnya

Dalam mengelola program tabungan hari tua tersebut, PT TASPEN

(Persero) juga mengelola pengembangan dari Program Tabungan Hari

Tua yang berupa Asuransi Multiguna Sejahtera dan Asuransi Ekaguna

Sejahtera. Pada saat ini pemasaran program terbatas kepada peserta

BUMN/BUMD.

Pengembangan program tabungan hari tua meliputi :

a. Asuransi Multiguna Sejahtera

Program asuransi multiguna sejahtera adalah pengembangan dari

asuransi dwiguna dengan penambahan manfaat bagi peserta berupa

manfaat berkala, disamping manfaat tabungan hari tua dan manfaat

nilai tunai. Besarnya manfaat berkala disesuaikan dengan

kebutuhan masing-msing peserta.

b. Asuransi Ekaguna Sejahtera

Program asuransi ekaguna sejahtera menawarkan manfaat

tabungan hari tua saja kepada peserta yang ingin membatasi

kewajiban iurannya.

2. Program Pensiun

Sejak 1 Januari 1987 PT TASPEN (Persero) diberi kepercayaan oleh

pemerintah untuk menyelenggarakan pembayaran pensiun bagi

Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Keuangan RI Nomor 822/KMK.03/1986 tanggal 22 September 1986

dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-841

54

tanggal 13 Oktober 1986 dimulai pada tiga provinsi (Bali, Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur).

Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI

Nomor 702/KMK.03/1987 tanggal 31 Oktober 1987 dan Surat

Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-1402 tanggal 14

November 1987, maka mulai tanggal 1 Januari 1988 PT TASPEN

(Persero) melakukan pembayaran pensiun di wilayah Sumatera sebagai

kelanjutan pembayaran pensiun di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat

dan Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

812/KMK.03/1988 tanggal 23 Agustus 1988 dan Surat Keputusan

Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-755 tanggal 27 September

1988, mulai tanggal 1 April 1989 PT TASPEN (Persero)

melaksanakan pembayaran pensiun di wilayah Jawa dan Madura.

Dalam upaya perluasan pembayaran pensiun ke seluruh wilayah

Indonesia, maka sejak 1 April 1990 PT TASPEN (Persero) telah

melaksanakan pembayaran pensiun di seluruh provinsi di wilayah

Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya dan Timor Timur. Pelaksanaan

pembayaran pensiun tersebut didasarkan pada Surat Keputusan

Menteri Keuangan RI Nomor 79/KMK.03/1990 tanggal 22 Januari

1990 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-099

tanggal 12 Februari 1990.

Program pensiun adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

memberikan jaminan hari tua kepada pegawai negeri sipil sebagai

penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdiannya kepada negara

sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor : 11 Tahun

1969.

Selain kepada pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero) juga

melakukan pembayaran pensiun bagi :

1. Penerima pensiun pejabat negara.

2. Penerima tunjangan perintis kemerdekaan RI.

3. Penerima Tunjangan Veteran.

55

4. Penerima Pensiun anggota TNI/POLRI yang pensiun sebelum

April 1989.

Jenis pensiun (yang berhak menerima pensiun)

Jenis pensiun bagi peserta program pensiun dikategorikan sebagai

berikut :

a. Pensiun Sendiri. Hak pensiun yang dibayarkan kepada peserta

program pensiun yang telah mencapai usia persyaratan pensiun.

b. Pensiun Janda/Duda. Hak pensiun yang dibayarkan kepada

janda/duda penerima pensiun.

c. Pensiun Yatim/Piatu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada anak

pegawai pewaris pensiun yang memenuhi persyaratan.

d. Pensiun Orang tua. Hak pensiun yang dibayarkan kepada orang tua

pegawai negeri sipil/TNI/POLRI yang meninggal dengan tidak

meninggalkan isteri/suami/anak.

e. Penerima Uang Tunggu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada

pegawai negeri sipil yang diberhentikan dengan hormat dari

jabatannya.

Hak Peserta Program Pensiun

Hak yang diterima peserta program pensiun meliputi :

1. Menerima Pensiun Pertama

Pensiun sendiri yang diberikan ketika PNS/Pejabat Negara berhenti

dengan hak pensiun dan pembayarannya bersamaan dengan

pemberian hak THT.

2. Menerima Pensiun Bulanan

Pensiun yang dibayarkan pada setiap bulan melalui kantor bayar

pensiun yang ditunjuk.

3. Menerima Uang Duka wafat

Diberikan kepada isteri/suami/anak/ahli waris yang ditunjuk karena

pensiunan meninggal dunia

4. Pensiun bagi janda/duda/anak

Pensiun yang diberikan kepada janda/duda/anak karena pensiunan

meninggal dunia

56

5. Uang Kekurangan Pensiun (UKP)

Kekurangan pensiun yang belum dibayarkan kepada penerima

pensiun akibat penyesuaian pensiun pokok, penyesuaian tabel, dan

adanya pangkat pengabdian karena penerbitan SK terlambat.

6. Pensiun lanjutan

Uang pensiun lanjutan akibat perpindahan kantor bayar antar

Kantor Cabang PT. TASPEN (PERSERO).

Kewajiban Peserta Program Pensiun

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program

pensiun diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 4,75% dari

penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjngan anak)

kepada PT TASPEN (Persero).

4.4. Mekanisme Penyampaian Produk

Keseluruhan dari produk dan layanan utama yang dikelola oleh PT

TASPEN (Persero) tersebut disampaikan kepada peserta melalui

mekanisme sebagai berikut :

1. Produk pensiun dan tabungan hari tua untuk Pegawai Negeri Sipil

(PNS) kepesertaannya bersifat wajib (compulsory) sehingga PT

TASPEN (Persero) tidak melakukan proses pemasaran secara

langsung. Sebagai bukti kepesertaan PT TASPEN (Persero)

memberikan Kartu Peserta Taspen (KPT) kepada setiap peserta

melalui instansinya masing-masing.

2. Produk Tabungan Hari Tua (THT), THT Multiguna dan THT Ekaguna

untuk para pegawai BUMN/BUMD dipasarkan secara langsung

kepada setiap instansi peserta. Sebagai bukti kepesertaan, PT TASPEN

(Persero) memberikan Kartu Peserta kepada setiap peserta melalui

instansinya masing-masing.

57

Iuran 3,25%

Iuran 4,75%

Iuran 3,25%

Iuran 19,5%

VOLUNTARY

COMPULSORY

Manfaat

Manfaat

Gambar 3. Mekanisme Penyampaian Produk

4.5. Peserta dan Pendapatan Premi

4.5.1. Peserta

Jumlah peserta aktif sampai dengan tahun 2005, yang terdiri dari

Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat Tinggi/Tertinggi Negara,

Duta Besar RI dan pegawai beberapa BUMN/BUMD mencapai

3.879.842 orang. Pada periode yang sama jumlah penerima

pensiun yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat

Negara, TNI/POLRI, Perintis Kemerdekaan RI, Veteran, penerima

uang tunggu dan pegawai BUMN mencapai 1.948.206 orang.

4.5.2. Pendapatan Premi

Pendapatan premi yang diperoleh dari pengelolaan program

asuransi sosial yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk

program tabungan hari tua sebesar Rp 1.795,42 miliar yang terdiri

dari premi tabungan hari tua (THT) pegawai negeri sipil sebesar

Rp 1.737,87 miliar, premi tabungan hari tua (THT) pegawai

BUMN sebesar Rp 30,27 miliar, premi multiguna sejahtera sebesar

Rp 27,26 miliar serta premi ekaguna sejahtera sebesar Rp 0,02

miliar.

PT TASPEN (Persero)

PROGRAM PENSIUN

PROGRAM THT

PROGRAM MULTIGUNA PROGRAM EKAGUNA

Peserta Kantor Bayar

PNS BUMN/BUMD

Pengelolaan Dana

58

Tabel 1. Rincian pendapatan premi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004

Premi asuransi Dwiguna

• Premi THT PNS

• Premi THT BUMN

1.737,87

30,27

1.644,08

32,07

Premi MultigunaSejahtera 27,26 23,61

Premi Ekaguna Sejahtera 0,02 0,02

Jumlah Pendapatan Premi 1.795,42 1.699,77

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.

4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN

(Persero) Dalam Kegiatan investasi

PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang asuransi sosial. Oleh karena itu pendapatan utama perusahaan

berupa pendapatan premi yang dibayarkan oleh peserta program yang

dikelola oleh perusahaan.

Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) itu

sendiri ditujukan untuk menciptakan penambahan nilai uang yang dimiliki

oleh perusahaan (pemerolehan laba). Dengan kata lain disamping untuk

tujuan di atas kegiatan pengelolaan dana juga bertujuan untuk menghindari

adanya kas beku dalam perusahaan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat

dilakukan dengan adanya kegiatan pengelolaan dana tersebut (aktivitas

investasi).

Kegiatan Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN

(Persero) dalam kegiatan investasi berupa deposito, obligasi dan investasi

selain deposito dan obligasi.

4.6.1. Penilaian Investasi

Kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT

TASPEN (Persero) dalam bentuk investasi dicatat dan dinilai

berdasarkan kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Dalam

59

penyajian laporan keuangan perusahaan investasi yang dilakukan

dicatat dan dinilai berdasarkan tabel berikut di bawah ini.

Tabel 2. Dasar pencatatan dan penilaian investasi

Jenis Investasi

Dasar Pencatatan dan

Penilaian dalam Laporan

Keuangan

Saham Nilai pasar

Deposito Berjangka Nilai nominal

Obligasi yang dimiliki hingga

jatuh tempo

Nilai perolehan setelah

amortisasi

Obligasi yang tersedia untuk

dijual

Nilai perolehan

Sertifikat Bank Indonesia Nilai Tunai

Penyertaan pada PT Arthaloka

Indonesia

Konsolidasi

Investasi langsung Harga perolehan

Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.

PT Arthaloka Indonesia sebagai anak perusahaan PT

TASPEN (Persero) dibentuk berdasarkan akta notaris Ny. Soenardi

Adisasmitro No. 24 tanggal 14 April 1988 dengan bidang usaha

sebagai berikut :

1. Bisnis penyewaan gedung perkantoran, antara lain : restoran,

pertokoan serta sarana penunjang yang ada kaitannya dengan

bisnis tersebut dalam arti yang seluas-luasnya.

2. Bergerak dalam bidang jasa pada umumnya yang berkaitan

dengan kegiatan perusahaan kecuali jasa bidang hukum.

Kepemilikan PT TASPEN (Persero) pada PT Arthaloka

Indonesia adalah sebesar Rp 40.096.229.337,- atau 90,13% dari

seluruh modal saham yang disetor sehingga laporan keuangan PT

TASPEN (Persero) harus dikonsolidasikan dengan PT Arthaloka

Indonesia selaku anak perusahaan. Berikut ini rincian modal saham

yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia :

60

Tabel 3. Rincian modal saham yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia

Uraian Jumlah

PT TASPEN (PERSERO) Rp 40.096.229.371

PT Aerowisata Rp 1.147.767.356

PT Asuransi Ekport Indonesia Rp 916.434.400

PT Asuransi Kredit Indonesia Rp 823.011.476

PT Asuransi Jiwasraya Rp 587.229.810

PT Asuransi Jasa Raharja Rp 587.229.810

PT Reasuransi Umum Indonesia Rp 329.204.500

Jumlah Rp 44.487.106.723

Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005

4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT)

Investasi yang telah dilakukan perusahaan dalam kaitannya

dengan pengelolaan dana program tabungan hari tua adalah sebagai

berikut :

Tabel 4. Pengalokasian dana investasi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah

Alokasi 2005 % 2004 % % Naik (Turun)

Deposito 3.737,46 25,93 3.345,60 26,74 11,71 Obligasi 10.574,56 73,37 9.146,85 73,11 15,61

Investasi lainnya

99,71 0,69 18,69 0,15 433,49

Jumlah investasi

14.411,73 100 12.511,14 100 15,19

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) diolah.

Investasi yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk

program tabungan hari tua sangat didominasi oleh investasi dalam

bentuk obligasi. Hal ini dapat tercermin dari nilai obligasi terhadap

keseluruhan nilai investasi perusahaan yang mencapai 73,37%

pada tahun 2005 dan sebesar 73,11% pada tahun 2004. Secara

61

keseluruhan nilai investasi perusahaan mengalami peningkatan

sebesar 15,19 % dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp 12.511,14

miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 14.411,73 miliar pada tahun

2005. Di bawah ini akan diuraikan mengenai jenis investasi

perusahaan.

1. Deposito

Deposito berjangka sampai 31 Desember 2005 sebesar Rp

3.737,46 miliar atau mencapai 25,93% dari keseluruhan nilai

investasi perusahaan. Deposito tersebut ditempatkan pada

bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Jangka waktu deposito antara 3 sampai dengan 24 bulan

dengan tingkat bunga 7,5% sampai 13,2% untuk tahun 2005.

Deposito pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar

11,71% apabila dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp

3.345,60 miliar.

2. Obligasi

Jumlah obligasi tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh

tempo pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp 10.574,56

miliar atau mencapai 73,37% dari keseluruhan nilai investasi

perusahaan. Obligasi tersebut merupakan obligasi yang

dikeluarkan oleh pemerintah, Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) dan Perusahaan Swasta Nasional dengan jangka

waktu investasi antara 1 tahun sampai 15 tahun dengan tingkat

bunga 9,5% sampai dengan dengan 18,25%. Jumlah obligasi

yang dimiliki oleh PT TASPEN (Persero) tersebut mengalami

peningkatan sebesar 15,61% dari tahun sebelumnya yang

sebesar Rp 9.146,85 miliar.

3. Investasi selain deposito dan obligasi

Investasi selain deposito dan obligasi yang dilakukan untuk

program tabungan hari tua sebesar Rp 99,71 miliar atau 0,69%

dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Investasi ini berupa

saham trading, saham yang tersedia untuk dijual serta investasi

62

langsung. Investasi langsung pada beberapa perusahaan

dilaksanakan dalam bentuk penyertaan saham yang merupakan

investasi jangka panjang dengan maksud untuk mempengaruhi

atau menguasai perusahaan yang bersangkutan. Saldo investasi

langsung per 31 Desember 2005 sebesar Rp 682.500.000

adalah nilai penyertaan saham yang kepemilikannya kurang

dari 20% dari modal yang disetor. Investasi lain tersebut

mengalami kenaikan cukup tinggi yang mencapai 433,39% bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp

18,69 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena

meningkatnya saham trading yang dimiliki perusahaan sebesar

442,92%.

4.6.3. Hasil (Pendapatan) Investasi

Pendapatan investasi yang diperoleh oleh PT TASPEN

(Persero) merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan

investasi (pengelolaan dana) tabungan dan simpanan pegawai

negeri yang ada pada perusahaan. Kegiatan investasi tersebut pada

dasarnya dilakukan untuk menciptakan penambahan nilai uang

yang telah terkumpul dalam perusahan. Dengan demikian,

pendapatan dari kegiatan investasi tersebut disamping sebagai

sumber pendapatan lain selain pendapatan premi, pendapatan

investasi juga dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam

kaitannya dengan pemberian manfaat bagi peserta.

Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan dana

yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) sampai dengan akhir

2005 mencapai Rp 1.567,53 miliar naik sebesar 13,93% dari tahun

sebelumnya sebesar Rp 1.375,86 miliar untuk program tabungan

hari tua. Pendapatan investasi program tabungan hari tua yang

diperoleh perusahaan meliputi bunga deposito, bunga obligasi,

capital gain obligasi, bunga medium term notes, bunga deposito on

call, dividen saham, dividen penyertaan, dan capital gain selain

63

obligasi. Berikut ini rincian hasil (pendapatan) investasi yang

diperoleh oleh PT TASPEN (Persero) :

Tabel 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua Dalam miliaran rupiah

Uraian 2005 % 2004 % % naik (Turun)

Bunga deposito 274,05 17,48 293,49 21,33 (6,62)Bunga obligasi 1.261,44 80,47 1.056,23 76,77 19,43 Capital Gain (loss) obligasi 18,38 1,17 - -

Bunga medium term notes - - 1,28 0,09

Bunga deposit on call - - 0,02 0,001 Dividen saham 3,14 0,20 5,56 0,40 (43,55)Dividen penyertaan 0,15 0,01 0,45 0,03 (66,67)Capital gain - Realisasi 10,38 0,66 18,82 1,37 (44.85)- Bukan realisasi 0,00 - 0,00 - Jumlah pendapatan investasi 1.567,53 100 1.375,86 100 13,93

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 diolah.

4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat

4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim

Mekanisme penyelesaian klaim dari peserta program

asuransi PT TASPEN (Persero) kepada perusahan dapat dilakukan

dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Penyelesaian klaim secara langsung dapat dilakukan di Kantor

Cabang Utama (KCU) dan Kantor Cabang (KC) PT TASPEN

(Persero).

2. Penyelesaian secara tidak langsung atau melalui surat

menyurat.

3. Pelayanan secara pro aktif oleh Kantor Cabang Utama (KCU)

dan Kantor Cabang (KC) kepada peserta melalui instansi yang

bersangkutan 3 (tiga) bulan menjelang usia pensiun. Sedangkan

bagi lanjut usia yang sakit disampaikan di kediamannya.

64

TIDAK LANGSUNG

LANGSUNG

4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat

Penyampaian manfaat baik program Tabungan Hari Tua

(THT) dan program pensiun dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :

1. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan secara

langsung (tunai) di Taspen.

2. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan melalui

perbankan dan kantor pos sebagai mitra kerja PT TASPEN

(Persero).

4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta

Pemberian manfaat program dilakukan berdasarkan

kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan. Adanya kebijakan

pemerintah mengenai perubahan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil

terhitung 1 Januari 2001 dimana gaji pokok pegawai negeri sipil

mengalami kenaikan sebesar 108% sampai 270%, maka hal ini

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Secara positif kenaikan gaji pokok tersebut menyebabkan

terjadinya kenaikan pendapatan iuran yang diterima perusahaan.

Akan tetapi, hal tersebut juga memberikan pengaruh yang

signifikan pula terhadap beban klaim dan manfaat serta terjadinya

kekurangan pendanaan (unfunded liability). Berdasarkan hasil

perhitungan aktuaria perusahaan, kekurangan pendanaan yang akan

Peserta Verifikasi

Validasi

Administrasi

Pembayaran Kantor Pos

Peserta Bank & Pos

Gambar 4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat

65

dialami perusahaan diperkirakan sebesar Rp 10,5 triliun per 1

Januari 2001 (laporan tahunan PT TASPEN (Persero) tahun 2001) .

Oleh karena itu, dengan pertimbangan untuk menjaga

eksistensi perusahaan dan kesinambungan pelayanan kepada

peserta maka perusahaan telah mengambil kebijakan mengenai

pembayaran manfaat dengan menetapkan modifikasi formula

pemberian manfaat bagi peserta.

Pada tahun 2005 jumlah penyelesaian klaim untuk program

tabungan hari tua mencapai 172.652 kejadian. Jumlah klaim

tersebut naik 11,09% dibandingkan tahun 2004 sebanyak 155.415

kejadian. Penyelesaian santunan tersebut terdiri dari 97.589

kejadian untuk tabungan hari tua dwiguna, 68.225 kejadian untuk

asuransi kematian serta 6838 kejadian untuk program THT

multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera.

Tabel 6. Rincian pembayaran manfaat program tabungan hari tua (THT)

2005 2004

Program Kejadian

Manfaat

Santunan

(jutaan Rupiah)

Rata-rata

Santunan

(jutaan Rupiah)

Kejadian

Manfaat

Santunan

(jutaan rupiah)

Rata-rata

Santunan

(jutaan Rupiah)

Dwiguna 97.589 1.162.470,91 11,91 90.848 1.240.569,40 13,66

Kematian 68.225 119.743,68 1,76 56.771 125.688,05 2,21

Multiguna &

Ekaguna 6.838 24.623,35 3,6 7.796 22.724,12 2,91

Jumlah 172.652 1.306.837,94 7,57 155.415 1.388.981,57 8,94

Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.

Jumlah santunan manfaat program tabungan hari tua yang

dibayarkan selama tahun 2005 mengalami penurunan sebanyak

5,91% menjadi Rp 1.306,84 miliar dibandingkan sebesar Rp

1.388,98 miliar pada tahun 2004.

Secara rata-rata, nilai pembayaran manfaat santunan untuk

masing-masing peserta program tabungan hari tua dwiguna

mengalami penurunan sebesar 12,8% yaitu dari Rp 13,66 juta pada

tahun 2004 menjadi Rp 11,91 juta pada tahun 2005 dan untuk

program THT kematian turun sebesar 20,36% dari Rp 2,21 juta

66

pada tahun 2004 menjadi Rp 1,76 juta pada tahun 2005 dan

multiguna serta ekaguna sejahtera naik sebesar 23,71% yaitu dari

Rp 2,91 juta menjadi Rp 3,6 juta. Sedangkan nilai rata-rata klaim

dan manfaat untuk seluruh program turun sebesar 15,3% yaitu dari

Rp 8,94 juta menjadi sebesar Rp 7,57 juta.

4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero)

Gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan diperlukan

untuk dapat melihat kinerja keuangan perusahaan. Disamping hal tersebut

untuk mendukung upaya dalam menginterpretasi kinerja keuangan

perusahaan pertimbangan mengenai kebijakan akuntansi yang ditetapkan

oleh perusahaan perlu untuk diperhatikan.

4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan

a. Dasar Akuntansi

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan

dari basis akrual, sedangkan laporan arus kas disusun dengan

menggunakan metode tidak langsung.

b. Sistem Pembukuan

Pembukuan untuk seluruh Kantor Cabang PT TASPEN

(Persero) diselenggarakan secara desentralisasi. Seluruh

transaksi keuangan yang terjadi di Kantor Cabang dibukukan di

Kantor Cabang yang bersangkutan. Setiap akhir bulan seluruh

Kantor Cabang mengirimkan neraca saldo ke Kantor Pusat

untuk menyusun laporan keuangan gabungan. Eliminasi

transaksi Kantor Pusat dengan Kantor Cabang dilakukan

melalui rekening koran Kantor Pusat – Cabang sehingga dalam

laporan keuangan Kantor Cabang tidak disajikan perkiraan

modal.

c. Penyajian laporan keuangan

Laporan keuangan disajikan dengan nilai Rupiah. Tahun buku

perusahaan meliputi periode dari 1 Januari sampai dengan 31

Desember.

d. Deposito berjangka

67

Deposito berjangka milik PT TASPEN (Persero) disajikan

sebagai aktiva kelompok investasi, sedangkan deposito

berjangka PT Arthaloka Indonesia disajikan sebagai aktiva

bukan kelompok investasi (kelompok aktiva lancar)

e. Piutang

Piutang usaha PT Arthaloka Indonesia diakui dan dicatat pada

saat penyewa (tenant) sudah menikmati pelayanan gedung.

Terhadap piutang yang menunggak dilakukan penyisihan yang

besarnya dihitung berdasarkan hasil analisis kualitas masing-

masing debitur.

f. Piutang premi dan iuran

Besarnya piutang premi dan iuran dihitung dengan cara sebagai

berikut :

1. Piutang Iuran Pegawai Negeri Sipil dihitung tiap bulan

berdasarkan laporan kas posisi yang didukung dengan Surat

Setoran Bukan Pajak (SSBP).

2. Piutang premi dan iuran BUMN/BUMD dihitung setiap

awal bulan atas dasar data peserta atau penerimaan iuran

bulan sebelumnya.

Perusahaan tidak membentuk penyisihan (allowance) atas

piutang premi dan iuran yang tidak tertagih, karena akan

diperhitungkan sebagai pengurang atas pembayaran santunan

apabila peserta bersangkutan mengajukan haknya.

g. Investasi

Investasi disajikan tersendiri dalam neraca yaitu sesuai dengan

tujuan untuk menjamin kewajiban pembayaran santunan

kepada peserta pada saat mengajukan haknya (jangka panjang).

Hasil investasi dibukukan terpisah atas dasar akrual.

h. Aktiva tetap

Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan, kecuali aktiva

tetap yang diperoleh dari pengalihan bentuk (likuidasi Perum

Taspen) dinilai berdasarkan hasil penilaian kembali.

68

i. Biaya ditangguhkan

Biaya ditangguhkan diamortisasi berdasarkan metode garis

lurus sesuai dengan masa manfaat

j. Utang klaim

Utang klaim dicatat sebagai beban tahun berjalan pada saat

terjadinya santunan yang sudah dihitung dan disetujui, namun

belum dapat dibayarkan sampai dengan akhir tahun buku

diperlakukan sebagai beban dan utang klaim tahun yang

bersangkutan

k. Kewajiban manfaat polis masa depan

Kewajiban manfaat polis masa depan merupakan kewajiban

perusahaan kepada peserta yang besarnya dihitung pada akhir

tahun oleh aktuaris perusahaan dengan menggunakan metode

perhitungan kombinasi antara Define Benefit Plan dan Define

Contribution Plan berdasarkan tingkat bunga asuransi sebesar

10,57% sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2004.

sedangkan untuk tahun 2005 tingkat bunga asuransi sebesar

10,40%. Kenaikan kewajiban manfaat polis masa depan dari

tahun sebelumnya disajikan dalam perhitungan laba rugi

sebagai komponen beban.

l. Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun

Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun ditetapkan sebesar

5% dari hasil investasi program pensiun ditambah 0,3% dari

manfaat pensiun.

m. Lain-lain

1. Pengakuan pendapatan dan beban PT Arthaloka Indonesia

Pendapatan diakui pada saat penyewa (tenant) sudah

menikmati pelayanan/jasa gedung. Biaya dibebankan

berdasarkan masa manfaat dari beban tersebut.

2. Transaksi dalam mata uang asing PT Arthaloka Indonesia

69

Transakasi dalam mata uang asing dibukukan setelah

dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan

menggunakan kurs intern (kurs yang berlaku pada saat

transaksi dicatat). Saldo mata uang asing dalam neraca

dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan

menggunakan kurs Bank Indonesia pada tanggal neraca.

Perbedaan antara kurs pada saat transaksi dicatat (kurs

intern) dengan kurs pada tanggal neraca dicatat sebagai

pendapatan/beban selisih kurs tahun yang bersangkutan.

3. Biaya ditangguhkan pada PT Arthaloka Indonesia

Aktiva ini terjadi karena adanya penyewa baru yang

menempati ruangan gedung PT Arthaloka yang sesuai

dengan perjanjian PT Arthaloka Indonesia menyediakan

partisi bagi penyewa tersebut serta memperoleh sambungan

telepon baru.

4. Saham PT Arthaloka Indonesia

Pencatatan nilai investasi jangka pendek dalam bentuk

saham yang dimiliki PT Arthaloka Indonesia dicatat

berdasarkan harga terendah antara harga perolehan dan

harga pasar.

4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan

Pengelolaan keuangan selama tahun buku 2005 baik

program tabungan hari tua maupun program dana pensiun pegawai

negeri tercermin melalui beberapa indikator sebagai berikut :

a. Pendapatan

Realisasi pendapatan program tabungan hari tua tahun 2005

sebesar Rp 3.493,21 miliar atau meningkat sebesar 8,83% bila

dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp 3.209,90 miliar.

Peningkatan tersebut menunjukkan adanya penambahan total

pendapatan yang diterima perusahaan yang dalam hal ini

peningkatan tersebut sangat didominasi oleh peningkatan hasil

investasi yang mencapai 13,93%.

70

b. Beban

Jumlah beban program tabungan hari tua (THT) tahun 2005

mengalami peningkatan sebesar 2,18% dibandingkan tahun

2004 yaitu dari Rp 3.044,38 miliar menjadi sebesar Rp

3.110,87 miliar. Peningkatan pada beban perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kenaikan dalm

membiayai pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan yang dalam

hal ini kenaikan beban tersebut terutama disebabkan oleh

adanya peningkatan beban umum dan administrasi sebesar

11,20%.

c. Aktiva

Sampai dengan akhir tahun 2005 aktiva program tabungan hari

tua (THT) mengalami kenaikan sebesar 11,85% dari Rp

15.540,47 miliar pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp

17.381,37 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan

adanya peningkatan pada sisi aktiva lancar sebesar 42,18%

yang disebabkan adanya pengakuan piutang kepada program

pensiun dan piutang hasil investasi.

d. Kewajiban

Pada akhir tahun 2005 kewajiban program tabungan hari tua

(THT) mencapai sebesar Rp 16.356,12 miliar atau mengalami

kenaikan sebesar 9,83% dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp

14.892,36 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan

adanya peningkatan kewajiban jangka pendek yang signifikan

sebesar 120,10%. Hal ini akibat meningkatnya pendapatan

diterima dimuka. Jumlah kewajiban pemegang polis secara

keseluruhan sebesar Rp 16.209,94 miliar telah dijamin oleh

aktiva investasi sebesar Rp 14.411,73 miliar atau aktiva

keseluruhan sebesar Rp 17.381,37 miliar.

e. Ekuitas

71

Jumlah ekuitas program tabungan hari tua (THT) pada akhir

tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 58,19% atau mencapai

Rp 1.025,25 miliar dibandingkan tahun 2004 yang mencapai

Rp 648.11 miliar.

4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan

Analisa mengenai kinerja keuangan PT TASPEN (Persero)

dilakukan dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan

perusahaan. Melalui analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dapat

diperoleh gambaran informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan.

Analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan

menggunakan metode analisa rasio keuangan, analisa persentase per

komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score.

4.9.1. Analisa Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan salah satu indikator untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Melalui angka-angka rasio

keuangan dapat diperoleh beberapa informasi mengenai kinerja

keuangan perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan yang

dapat diperoleh melalui analisa rasio meliputi tingkat likuiditas,

aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan. Rasio-rasio

keuangan yang terkait dengan kegiatan usaha PT TASPEN

(Persero) ditampilkan pada tabel 8.

Tabel 7. Rasio keuangan program tabungan hari tua (THT)

Rasio Keuangan 2005 (%) 2004 (%) % Naik (Turun)

Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek 474,51 734,59 (35,41)

Modal kerja bersih terhadap total aktiva 2,89 2,49 16,06

Pendapatan terhadap total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)

Pendapatan terhadap aktiva tetap 69,45 kali 68,11 kali 1,97

Pendapatan terhadap piutang 1,23 kali 1,1 kali 11,82 Total kewajiban terhadap total aktiva 94,10 95,83 (1,81)

Kewajiban lancar terhadap 0,77 0,39 97,44

72

total aktiva Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva 0,03 0,03 0,00

Lanjutan tabel 7. Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis 107,23 104,86 2,26

Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis

88,91 84,42 5,32

Margin Laba kotor 19,60 13,63 43,80 Margin laba bersih 10,93 5,14 112,65 Laba usaha terhadap aktiva (ROI) 2,20 1,07 105,61

Laba bersih terhadap aktiva (ROA) 2,20 1,06 107,55

Laba bersih terhadap ekuitas (ROE) 37,24 25,45 46,33

Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran 72,79 81,72 (10,93)

Pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment)

10,88 11,00 (1,09)

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah)

Melalui tabel di atas dapat diperoleh gambaran mengenai

kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut :

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menyediakan kas dan pos lancar lainnya yang sifatnya hampir

mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban

perusahaan yang segera jatuh tempo. Analisa rasio likuiditas yang

digunakan meliputi :

a. Rasio lancar berupa perbandingan antara aktiva lancar terhadap

kewajiban jangka pendek mengalami penurunan dari 734,59%

atau turun sebesar 35,41% pada tahun 2004 menjadi 474,51%

pada tahun 2005. Penurunan tersebut disebabkan adanya

peningkatan jumlah kewajiban kepada pemegang polis masa

depan.

73

b. Rasio cepat, dalam hal ini rasio cepat tidak dijadikan salah satu

penilaian mengenai likuiditas perusahaan dikarenakan

persediaan yang diperlukan dalam perhitungan rasio ini tidak

sesuai dengan ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan.

Persediaan yang ada dalam perusahaan lebih mengarah kepada

inventaris-inventaris kantor yang merupakan perlengkapan dan

bukan seperti persediaan yang ada pada perusahaan dagang

maupun manufaktur, seperti kertas, tinta, dan lain-lain.

c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan

potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara

aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengalami

kenaikan sebesar 16,06% dari sebesar 2,49% pada tahun 2004

menjadi 2,89% pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa

perusahaan mampu menciptakan cadangan potensi kas yang

ada menjadi lebih baik.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas

perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan

penjualan. Dalam hal ini penjualan yang dimaksud lebih

direfleksikan pada pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam

menjalankan usahanya. Rasio yang digunakan dalam menilai

tingkat aktivitas perusahaan meliputi :

a. Rasio perputaran persediaan dalam hal ini tidak dijadikan salah

satu ukuran mengenai tingkat aktivitas perusahaan dikarenakan

substansi dari rumus perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan

ruang lingkup usaha perusahaan.

b. Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi

perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk

menghasilkan pendapatan. Dari hasil perhitungan rasio ini,

dapat diketahui rasio perputaran total aktiva perusahaan

mengalami penurunan sebesar 4,76%. Penurunan ini

74

disebabkan karena adanya peningkatan aktiva sebesar 11,85%

yang hanya diikuti peningkatan pendapatan sebesar 8,83%.

c. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan ukuran efisiensi

perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya guna

menghasilkan pendapatan. Hasil perhitungan rasio ini

menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perusahaan dalam

menggunakan aktiva tetapnya mengalami sedikit peningkatan

yaitu sebesar 1,97%. Tingginya nilai rasio perputaran aktiva

tetap perusahaan dikarenakan rendahnya nilai aktiva tetap

perusahaan. Dengan kata lain jenis kegiatan usaha perusahaan

sangat mempengaruhi nilai rasio tersebut.

d. Rasio perputaran piutang menunjukkan kemampuan dana yang

tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode

tertentu. Dapat diartikan bahwa berapa kali perusahaan

melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode.

Kebijakan piutang yang ditetapkan oleh perusahaan

menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya, perusahaan

tidak melakukan penyisihan terhadap piutangnya. Dapat

diartikan bahwa kegiatan utama perusahaan yang begerak

dalam bidang asuransi sosial tersebut akan melakukan

pengurangan terhadap manfaat yang dapat diterima oleh peserta

apabila peserta mengajukan haknya. Piutang yang berkaitan

dengan kekurangan pendanaan (unfunded liability) lebih

mengarah kepada penagihan piutang kepada pemerintah.

Piutang kepada pemerintah tersebut akan dibayar kepada

perusahaan secara cicilan. Hasil dari rasio ini menunjukkan

bahwa rasio perputaran piutang perusahaan mengalami

peningkatan sebesar 11,82% dari 1,1 kali menjadi 1,23 kali

pada tahun 2005.

Rasio Solvabilitas

Analisa rasio solvabilitas (leverage) dilakukan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya

75

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek atau dapat juga

memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio

yang digunakan untuk menilai rasio solvabilitas perusahaan

meliputi :

a. Rasio utang digunakan untuk mengukur sejauh mana

kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian

atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio utang perusahaan

mengalami penurunan dari sebesar 95,83% menjadi 94,10% di

tahun 2005. Dalam menilai rasio ini perusahaan menggunakan

perhitungan yang berbeda dengan rumus yang didapat dari

literatur dimana rumus yang digunakan membandingkan total

aktiva tehadap kewajiban. Dengan mengetahui rumus

perhitungan rasio utang yang digunakan oleh perusahaan dapat

dijelaskan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk bagaimana

menjamin kewajiban perusahaan yang ada dengan aktiva yang

dimilikinya dan bukan melihat sejauh mana kewajiban

perusahaan digunakan untuk mendanai aktivanya. Dengan

menggunakan perhitungan tersebut maka rasio aktiva terhadap

kewajiban sebesar 106,27% pada tahun 2005 dan 104,35%

untuk tahun 2004. Dapat diartikan bahwa setiap Rp 1

kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,04 aktiva di tahun 2005

dan dengan Rp 1,06 aktiva di tahun 2004.

b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva digunakan untuk

mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan

kewajiban lancar menunjukkan peningkatan sebesar 97,44%.

Rendahnya nilai rasio ini disebabkan karena dalam kewajiban

utama perusahaan berupa kewajiban kepada pemegang polis.

c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva digunakan

untuk mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai

oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini menunjukkan nilai yang

tetap baik di tahun 2004 maupun 2005 yaitu sebesar 0,03%.

76

Tidak adanya perubahan terhadap nilai rasio disebabkan

disamping kewajiban utama perusahaan yang berupa kewajiban

kepada pemegang polis juga dikarenakan kewajiban jangka

panjang perusahaan yang hanya berupa telepon deposit dan

security deposit jumlahnya tidak banyak mengalami perubahan.

d. Rasio aktiva terhadap kewajiban pemegang polis digunakan

untuk mengukur sejauh mana kewajiban terhadap pemegang

polis dapat dijamin dengan aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan oleh

perusahaan dan dianggap sebagai rasio penting bagi pihak

manajemen perusahaan dalam menilai kinerja keuangan

perusahaan. Dari hasil rasio tersebut dapat diketahui bahwa

nilai rasio mengalami peningkatan sebesar 2,26% dari sebesar

104,86% pada tahun 2004 menjadi 107,23%.

e. Rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang

polis menunjukkan perbandingan nilai aktiva yang

diinvestasikan oleh perusahaan dengan kewajiban kepada polis.

Nilai rasio ini menunjukkan sebesar 84,42% pada tahun 2004

dan mengalami peningkatan 5,32% sehingga mencapai 88,91%

pada tahun 2005.

Rasio Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas

usaha yang baik dapat memperkecil risiko perusahaan mengalami

kebangkrutan. Analisa profitabilitas dilakukan dengan

menggunakan rasio margin laba kotor, rasio margin laba bersih,

rasio tingkat pengembalian investasi, rasio tingkat pengembalian

aktiva dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Disamping rasio-

rasio tersebut, analisa mengenai rasio profitabilitas peruasahaan

juga menggunakan rasio-rasio yang dipakai oleh pihak manajemen

perusahaan dalam menilai tingkat profitabilitas usahanya yang

meliputi rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang

77

polis, rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran, rasio

pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment).

a. Rasio margin laba kotor mencerminkan kemampuan

perusahaan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan

berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi

perusahaan. Laba kotor perusahaan diperoleh dengan

menghitung pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan

beban utama perusahaan yang berupa manfaat santunan dan

kenaikan manfaat polis masa depan. Rasio ini mengalami

peningkatan dari 13,63% pada tahun 2004 menjadi 19,60%

pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 43,8%. Kenaikan ini

disebabkan karena meningkatnya jumlah pendapatan yang

diperoleh perusahaan dan juga diikuti menurunnya manfaat

santunan yang diberikan kepada peserta.

b. Rasio margin laba bersih mencerminkan kemampuan

manajemen untuk menghasilkan laba bersih dari aktivitas usaha

yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari perhitungan rasio

ini menunjukkan bahwa margin laba bersih perusahaan sebesar

10,93% pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan sebesar

112,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,14%.

c. Rasio tingkat pengembalian investasi (ROI) mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya

seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang

diinginkan. ROI perusahaan menunjukkan sebesar 2,2% pada

tahun 2005, mengalami peningkatan sebesar 105,61% dari nilai

ROI pada tahun 2004 yang sebesar 1,07%.

d. Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukkan menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari

aktiva-aktiva yang tersedia dimana rasio ini menunjukkan nilai

sebesar 2,2% pada tahun 2005.

e. Rasio tingkat pengembalian ekuitas menunjukkan

perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang

78

dimiliki oleh perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar

46,33% dari sebesar 25,45% pada tahun 2004 menjadi 37,24%

pada tahun 2005.

f. Rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran

menunjukkan perbandingan klaim dan manfaat terhadap

pendapatn iuran (premi) yang diperoleh dari tiap peserta

program. Perusahaan menggunakan rasio ini untuk melihat

bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan jika hanya

memperhitungkan sumber pendapatan utama perusahaan.

Dengan demikian efisiensi dan efektifitas premi yang dibayar

oleh peserta dapat terlihat dalam rasio ini dalam kaitannya

dengan manfaat program. Hasil rasio ini pada tahun 2005

menunjukkan penurunan sebesar 10,93% dari tahun

sebelumnya yang mencapai 81,72%. Penurunan tersebut

disebabkan karena menurunnya klaim dan pemberian manfaat

yang dibayarkan bagi peserta.

g. Rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on

invesment) menunjukkan kemampuan kegiatan investasi dalam

memberikan pendapatan bagi perusahaan. Rasio ini mengalami

penurunan sebesar 1,09% dari sebesar 11% pada tahun 2004

menjadi sebesar 10,88%.

Secara menyeluruh, dari analisa rasio keuangan yang dilakukan

dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam

mengelola program tabungan hari tua dinilai baik. Hal ini dapat

terlihat hasil analisa rasio program tabungan hari tua. Yang perlu

diperhatikan ialah dalam melakukan kegiatan usahanya,

perusahaan sangat memperhatikan adanya tanggung jawab utama

perusahaan yang berupa pemberian manfaat program bagi peserta

dimana terdapat rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran

maupun menjamin pemberian manfaat bagi peserta. Besarnya total

aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan ukuran bahwa

79

perusahaan sangat memperhatikan tanggung jawabnya kepada

peserta.

4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen

Analisa persentase perkomponen adalah suatu metode

analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing

aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur

permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi

dihubungkan dengan jumlah penjualannya (pendapatan). Analisa

ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan

dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya

dengan total aktiva atau total penjualan.

Analisa persentase per komponen digunakan sebagai

analisa pendukung terhadap analisa rasio keuangan. Melalui

analisa persentase per komponen yang dilakukan dapat diperoleh

informasi sebagai berikut :

1. Komposisi neraca

Komposisi neraca melalui analisa persentase per komponen

menggunakan total aktiva sebagai angka dasar untuk kelompok

aktiva dan total pasiva sebagai angka dasar kelompok pasiva.

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi

pada tiap pos (akun) neraca dan melihat struktur komposisinya.

Hasil analisa persentase per komponen terhadap neraca dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 8. Analisa persentase per komponen terhadap neraca program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005 (%) 2004 (%) AKTIVA Investasi Deposito 21,50 21,53 Obligasi 60,84 58,86 Invesatsi Lainnya 0,57 0,12 Jumlah investasi 82,91 80,51 Aktiva lancar Kas, bank dan giro 0,01 0,03

80

Lanjutan tabel 8. Aktiva Lainnya 3,65 2,85 Jumlah Aktiva Lancar 3,66 2,88 Aktiva Tetap Setelah Dikurangi Akumulasi Penyusutan 0,29 0,30

Aktiva Lain-Lain 13,14 16,31 Jumlah Aktiva 100 100 PASSIVA Kewajiban Kepada Pemegang Polis Kewajiban manfaat polis masa depan 92,25 93,52 Utang klim 1,01 1,84 Jumlah kewajiban kepada pemegang polis 93,26 95,36 Kewajiban jangka pendek 0,77 0,39 Kewajiban jangka panjang 0,03 0,03 Kepentingan minoritas 0,04 0,05 Ekuitas 5,90 4,17 Jumlah kewajiban dan ekuitas 100 100

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) tahun 2005 (diolah)

Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktiva investasi

perusahaan memiliki proporsi yang paling besar dari

keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dengan nilai

mencapai 82,91%. Besarnya komposisi aktiva investasi

tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahanya

perusahaan lebih cenderung untuk mengalokasikan dananya

pada kegiatan investasi sehingga aktiva lain yang ada dalam

perusahaan relatif kecil dengan hanya mencapai sebesar

17,09% dari keseluruhan aktiva perusahaan.

Komposisi kelompok pasiva perusahaan didominasi oleh

kewajiban kepada pemegang polis dengan nilai mencapai

93,26% dari keseluruhan pasiva perusahaan. Angka ini

menunjukkan bahwa kewajiban utama perusahaan terletak pada

tanggung jawab perusahaan kepada peserta program asuransi.

Pos (akun) lain yang signifikan terhadap komposisi struktur

pasiva dalam neraca perusahaan ialah modal. Melalui tabel

tersebut dapat dilihat bahwa komposisi modal menempati

urutan kedua terbesar dengan nilai mencapai 5,9% dari

keseluruhan pasiva perusahaan. Analisa menyeluruh dari

81

metode analisa ini menggambarkan bahwa pembiayaan aktiva

perusahaan lebih banyak menggunakan sumber dana yang

berasal dari kewajiban kepada pemegang polis.

• Komposisi laporan rugi laba

Analisa persentase per komponen yang dilakukan terhadap

laporan rugi laba perusahaan bertujuan untuk menunjukkan

jumlah atau persentase dari penjualan (pendapatan) yang

diserap tiap-tiap pos biaya dan juga menunjukkan persentase

yang masih tersedia sebagai laba (profit) yang diperoleh

perusahaan. Hasil analisa persentase per komponen terhadap

laporan rugi laba perusahaan dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 9. Analisa persentase per komponen terhadap laporan rugi laba program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005 (%) 2004 (%) PENDAPATAN Pendapatan Iuran 51,40 52,95 Hasil Investasi 44,87 42,86 Fee penyelenggaraan pensiun 3,11 3,45 Pendapatan Lain-Lain 0,62 0,73 Jumlah Pendapatan 100 100 Beban Manfaat santunan 37,41 43,27 Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan 42,99 43,10 Pemenuhan Kekurangan Pendanaan - - Beban Umum Dan Administrasi 8,65 8,47 Jumlah Beban 89,05 94,84 Laba Sebelum PPH Badan 10,95 5,16 PPH 0,005 0,005 Laba setelah pajak 10,94 5,15 Kepentingan minoritas 0,01 0,01 Laba bersih 10,93 5,14

Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah)

Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa proporsi masing-

masing sumber pendapatan perusahaan dapat dilihat secara

berturut-turut sebagai berikut : pendapatan iuran, hasil

investasi, fee penyelenggaraan pensiun dan pendapatan lain-

lain dengan besar proporsi masing-masing 51,40%, 44,87%,

82

3,11% dan 0,62%. Dari informasi tersebut, menunjukkan

bahwa pendapatan iuran (premi) merupakan sember

pendapatan terbesar yang diperoleh perusahaan (pendapatan

utama) dan pendapatan investasi merupakan sumber

pendapatan kedua perusahaan.

Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi beban sebagai

penyerap unsur pendapatan memperlihatkan bahwa beban

manfaat santunan dan beban kenaikan manfaat polis masa

depan sebagai unsur penyerap utama. Hal tersebut ditunjukkan

dengan nilai dari komposisi manfaat santunan sebesar 37,41%

dan komposisi kenaikan manfaat polis masa depan sebesar

42,99% dari keseluruhan pendapatan yang dihasilkan

perusahaan. Secara keseluruhan kedua komposisi beban

tersebut dapat menyerap pendapatan perusahaan sampai

sebesar 80,4%.

Laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2005

mencapai sebesar 10,93%. Angka ini menunjukkan nilai yang

lebih baik apabila dibandingkan dengan laba bersih yang

dihasilkan perusahaan pada tahun 2004 yang sebesar 5,14%.

Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi pos pengurang

sebagai unsur penyerap pos (akun) penambahan aktiva bersih

memperlihatkan bahwa proporsi pengurang aktiva bersih

mencapai sebesar 101,47%, dimana jumlah nilai tersebut

melebihi jumlah nilai penambahan aktiva bersih (yang

ditetapkan sebagai angka dasar dengan nilai sebesar 100%).

Hal ini mengakibatkan jumlah aktiva bersih pada akhir periode

sebesar 48,16% mengalami penurunan apabila dibandingkan

aktiva bersih pada awal periode tahun 2005 yang sebesar

50,18%.

4.9.3. Analisa Du Pont

Analisa Du Pont merupakan sistem rasio keuangan yang

dirancang untuk menyelidiki determinan rasio pengembalian

83

ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva. Dengan

menggunakan analisa Du Pont tersebut dapat diperoleh gambaran

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

pengembalian ekuitas perusahaan serta hubungan antara margin

laba bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Penilaian terhadap

tingkat pengembalian ekuitas (ROE) dilakukan untuk melihat

efektifitas pengelolaan aktiva perusahaan dalam memaksimumkan

tingkat pengembalian bagi para pemegang saham.

Analisa terhadap nilai ROE perusahaan dapat dilakukan

dengan melakukan analisa terhadap komponen-komponen

penyusun ROE. Melalui rasio-rasio keuangan yang telah digunakan

dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui pada

tabel berikut :

Tabel 10. Komponen rasio tingkat pengembalian ekuitas (ROE) PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005

(%)

2004

(%)

% Naik

(Turun) ROA 2,2 1,06 107,55

1 – Rasio Utang 5,9 4,17 41,49

ROE 37,24 25,45 46,33

Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai tingkat

pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan mencapai 2,2% pada

tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 107,55% dari tahun

sebelumnya yang sebesar 1,06%. Rasio utang pada tahun 2005

mengalami penurunan sebesar 1,81% dari sebesar 95,83% pada

tahun 2004 menjadi sebesar 94,1%. Dari hal tersebut, dapat

diketahui bahwa nilai tingkat pengembalian atas aktiva (ROA)

mempunyai hubungan lurus terhadap nilai ROE, dimana

peningkatan nilai pada ROA dapat menyebabkan meningkatnya

nilai ROE.

Rasio utang sebagai salah satu komponen penentu ROE

juga mempunyai hubungan lurus terhadap nilai ROE. Dalam hal

84

ini, penjelasan secara matematis digunakan untuk menerangkan

hubungan rasio utang tersebut terhadap ROE. Pada dasarnya rasio

utang yang digunakan dalam analisa Du Pont secara matematis

merupakan faktor yang membagi nilai ROA untuk menentukan

besarnya nilai ROE. Semakin kecil faktor pembagi tersebut akan

didapatkan nilai ROE yang semakin besar dan sebaliknya. Dengan

kata lain, untuk memaksimumkan nilai ROE diperlukan faktor

pembagi (yang berupa 1 – rasio utang) dengan nilai yang

minimum. Nilai yang minimum dari 1 – rasio utang tersebut dapat

dicapai dengan memaksimumkan nilai rasio utang.

Secara keseluruhan, tingkat pengembalian ekuitas

perusahaan mengalami kenaikan dari 25,45% pada tahun 2004

menjadi sebesar 37,24% atau naik sebesar 46,33%. Penurunan nilai

rasio utang sebesar 1,81% secara signifikan tidak menyebabkan

penurunan terhadap nilai ROE dikarenakan proporsi penurunan

tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan

nilai ROA.

Meningkatnya nilai ROA dapat dianalisa dari komponen-

komponen penyusunnya. Pada tabel berikut ini akan disajikan

komponen penyusun ROA.

Tabel 11. Komponen rasio tingkat pengembalian aktiva (ROA) PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005

2004

% Naik

(Turun) Margin laba bersih 10,93 % 5,14 % 112,65

Perputaran total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)

ROA 2,2 % 1,06 % 107,55

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui pada tahun 2005

margin laba bersih mengalami peningkatan sebesar 112,65% dari

tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena pendapatan

yang dihasilkan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 8,83%

yang diikuti dengan naiknya total beban perusahaan sebesar 2,18%.

85

Dengan proporsi kenaikan pendapatan yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan proporsi kenaikan total beban perusahaan

tersebut maka margin laba bersih mengalami peningkatan. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Komponen margin laba bersih PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005

(miliar rupiah)

2004

(miliar rupiah)

% Naik

(Turun) Pendapatan 3.493,21 3.209,90 8,83

Total Beban 3.111,45 3.044,97 2,18

Margin laba bersih 10,93% 5,14% 112,65

Perputaran total aktiva pada tahun 2005 mengalami

penurunan sebesar 4,76% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini

disebabkan kenaikan pendapatan yang diperoleh perusahaan

sebesar 8,83% diikuti dengan kenaikan total aktiva perusahaan

sebesar 11,85%. Proporsi kenaikan total aktiva yang lebih besar

bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan pendapatan tersebut

secara signifikan menyebabkan rasio perputaran total aktiva

mengalami penurunan. Pada tabel 13 dapat dilihat komponen rasio

perputaran total aktiva.

Tabel 13. Komponen rasio perputaran total aktiva PT TASPEN (Persero)

Uraian 2005

(miliar rupiah)

2004

(miliar rupiah)

% Naik

(Turun) Pendapatan 3.493,21 3.209,90 8,83

Total aktiva 17.381,37 15.540,47 11,85 Perputaran total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)

Dari hasil analisa Du Pont yang dilakukan, secara

keseluruhan menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam

meningkatkan nilai pengembalian atas ekuitas (ROI) dan

pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan.

86

Dibagi Dibagi

Dikurangi

Dibagi

Dibagi

Gambar 5. Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero)

Tingkat pengembalian aktiva (ROA)

2,2%1 -

aktivaTotalutangTotal

0,059

Marjin laba bersih 10,93%

Perputaran total aktiva 0,2 kali

Laba bersih Rp 381,76 M

Pendapatan Rp 3.493,21 M

Pendapatan Rp 3.493,21 M

Total aktiva Rp 17.381,37 M

Pendapatan Rp 3.493,21 M

Total biaya Rp 3.111,45 M

Manfaat santunan Rp 1.306,84 M

Kenaikan manfaat polis masa depan Rp 1.501,72 M

Beban umum dan administrasi Rp 302,31 M

Pajak Rp 0,17 M

Kepentingan minoritas

Rp 0,41 M

Dikali

Aktiva lancar Rp 635,94 M

Aktiva tetap Rp 50,30 M

Aktiva lain Rp 2.283,40 M

Kas,bank dan giro Rp 1,16

Deposito berjangka Rp 31,36 M

Piutang lancar Rp 592,2 M

Biaya dibayar dimuka Rp 11,21 M

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)

37,24%

Investasi Rp 14.411,73 M

Deposito Rp 3.737,46 M

Obligasi Rp 10.574,56 M

Investasi lainnya Rp 99,71 M

87

4.9.4. Analisa Altman Z Score

Analisa Altman Z Score merupakan suatu model analisa

keuangan yang digunakan untuk menentukan potensi atau

kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Analisa Z score

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D

dimana,

Z = nilai hasil perhitungan

A = modal kerja / Total Aktiva

B = Saldo Laba / Total Aktiva

C = Return on Investment (ROI)

D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban

Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :

• Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi

sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman

kebangkrutan.

• Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan mempunyai

peluang besar berada pada ambang kebangkrutan.

• Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar untuk

segera mengalami kebangkrutan.

Z Score yang diperoleh dari hasil perhitungan ialah sebesar

0,54 (dapat dilihat pada lampiran 8). Berdasarkan kriteria penilaian

Z Score untuk model ini dapat diketahui bahwa perusahaan

berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. Akan

tetapi, rendahnya nilai Z Score tersebut dapat juga diinterpretasi

bahwa ruang lingkup kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan,

dalam hal ini di bidang asuransi sosial, dapat menyebabkan metode

analisa Z Score yang digunakan tidak secara signifikan

menunjukkan kenyataan yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini

dapat dilihat secara menyeluruh dari komposisi penyusun laporan

keuangan perusahaan dan model analisa lain yang digunakan

dalam penelitian ini yang menunjukkan tanda-tanda sebaliknya.

88

Hal lain yang dapat digunakan untuk memperkuat bahwa

hasil analisa Z Score tersebut tidak signifikan adalah kewajiban

perusahaan terutama yang berupa kewajiban kepada pemegang

polis dapat dijamin dengan baik oleh keseluruhan aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan. Disamping itu, keberhasilan perusahaan

dalam meningkatkan keuntungan (laba), tingkat pengembalian

aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas dari tahun sebelumnya

juga mengindikasikan hal yang serupa.

BAB V

KESIMPULAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT TASPEN (Persero)

mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua

(THT) dan program pensiun. Pengembangan program tabungan hari

tua berupa asuransi multiguna dan ekaguna sejahtera.

2. Sumber pendapatan utama program tabungan hari tua berasal dari

pembayaran premi dan hasil dari kegiatan investasi (pendapatan

investasi). Melalui pengembangan produk tabungan hari tua

perusahaan memperoleh pendapatan premi sebesar Rp 27,28 miliar.

3. Pengelolaan dana dalam aktivitas investasi dilakukan dalam bentuk

deposito, obligasi dan investasi lainnya yang meliputi medium term

notes, saham, dan investasi (penyertaan) langsung. Deposito

ditempatkan pada bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan

Daerah (BPD), obligasi merupakan obligasi-obligasi yang dikeluarkan

oleh pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta nasional (PSN). Dari

keseluruhan nilai investasi perusahan untuk program tabungan hari tua,

deposito mencapai 25,93%, obligasi mencapai 73,37%, dan investasi

lainnya mencapai 0,69% yaitu deposito sebesar Rp 3.737,46 miliar,

obligasi sebesar Rp 10.574,56 miliar dan investasi selain deposito dan

obligasi sebesar Rp 99,71 miliar.

4. Hasil rasio keuangan menunjukkan (1) Tingkat likuiditas perusahaan

cukup likuid. (2) Tingkat aktivitas perusahaan relatif rendah

dikarenakan besarnya aktiva perusahaan yang digunakan untuk

menjamin kewajiban kepada pemegang polis. (3) Tingkat solvabilitas

perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan secara keseluruhan dapat

menjamin kewajiban yang ada dengan baik. (4) Tingkat profitabilitas

perusahaan dinilai cukup baik dimana pencapaian laba bersih

mengalami peningkatan sebesar 112,65%.

90

5. Hasil analisa persentase per komponen menunjukkan komposisi aktiva

pada neraca sangat didominasi oleh aktiva investasi sedangkan

komposisi pasivanya didominasi oleh kewajiban kepada pemegang

polis. Selain itu komponen beban manfaat santunan dan kewajiban

manfaat polis masa depan merupakan komponen pengurang terbesar

terhadap pendapatan yang dihasilkan.

6. Hasil analisa Du Pont menunjukkan kinerja perusahaan dinilai cukup

baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian tingkat pengembalian

ekuitas sebesar 37,24%.

7. Hasil analisa Altman Z Score yang dilakukan menunjukkan bahwa

analisa Z Score tidak secara signifikan menunjukkan keadaan

perusahaan secara nyata. Hal ini dapat dilihat bahwa ruang lingkup

kegiatan usaha perusahaan dapat menyebabkan tidak signifikannnya

analisa tersebut. Melalui hasil analisa lain yang digunakan dalam

penelitian ini juga menunjukkan hal yang serupa.

5.2. SARAN

1. Perusahaan sebaiknya memikirkan pengembangan-pengembangan dari

produk asuransi yang dikelola dengan tidak melupakan unsur

penciptaan nilai tambah yang dihasilkan.

2. Kegiatan pengelolan dana dalam kegiatan investasi sebaiknya tidak

hanya dititikberatkan dalam bentuk obligasi melainkan melakukan

diversifikasi terhadap portofolio investasi. Hal tersebut diharapkan

agar tingkat pengembalian portofolio yang dihasilkan paling optimal

dengan tingkat risiko yang masih dapat diterima.

3. Adanya keterbatasan dalam penelitian mengenai tingkat efektifitas

pengelolaan dana perusahaan dapat dijadikan suatu bahan

pertimbangan bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat, D. 1990. Prinsip-Prinsip Aktuaria Asuransi Jiwa. Gunadarma. Jakarta

Bapepam. 2005. Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik.

Jurnal. Jakarta. http://www.bapepam.com

Fabozzi, F. J. 1999. Manajemen Investasi. Salemba Embat. Jakarta

Hasyimi, A. 1982. Manajemen Asuransi. Balai Aksara. Jakarta

Keown, A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi

kesembilan, Jilid 1. PT INDEKS kelompok GRAMEDIA. Jakarta

___________ 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketujuh. Jilid 1.

Salemba Empat. Jakarta

Laporan Manajemen Program Pensiun PT TASPEN (Persero) Untuk Periode

Yang berakhir Pada 31 Maret 2001

Laporan Manajemen Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) Tahun

2001

Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Nugroho, A. 2005. Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero). Skripsi

pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Nurhasanah, W. 2005. Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT

(Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor

Nursaw, W. G. 1976. Principles of Pension Fund Invesment. 2nd edition.

Hutchinson & Co Ltd. London

Perwira, D. 2006. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Melalui Sistem Jaminan

Sosial : Pengalaman Indonesia. Jurnal. Lembaga Penelitian SMERU.

92

Jakarta. http://www.pbhi.or.id/content.php?id=204&id_tit=2 [November

2006]

Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan : Analisis Rasio. Liberty.

Yogyakarta

Setiati, M. 2004. Analisa Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode

1999-2003. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut

Pertanian Bogor

Takeuchi, S. 1995. Life Insurance and Law. Incorporated Foundation Oriental

Life Insurance Cultural Deveploment Center. Tokyo

Umar, H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta

Yoshida, A. 1995. Issues on Life Insurance Contracts and Policy Conditions.

Incorporated Foundation Oriental Life Insurance Cultural Deveploment

Center. Tokyo

93

Lampiran 1. Struktur organisasi PT TASPEN (Persero) DIREKTUR

UTAMA

DIREKTUR OPERASI

DIREKTUR SDM

DIREKTUR KEUANGAN

DIVISI INVESTASI

DIVISI PERBENDAHARAAN

DIVISI ANGGARAN DAN AKUNTANSI

DIVISI PERSONALIA

DIVISI UMUM

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

DIVISI PELAYANAN

DIVISI PEMASARAN

PUSTEKSI

KCU/KC

SEKRETARIS PERUSAHAAN

SATUAN PENGAWASAN

INTERN

94

Lampiran 2. Kantor cabang PT TASPEN (Persero) di Indonesia

KANTOR CABANG DI SELURUH INDONESIA

Kantor Pusat / Head Office

Jl. Letjen Soeprapto – Cempaka Putih, Jakarta 10520 – Indonesia

Telp. (6221) 424 1808 – Fax. (6221) 420 3809

1. Kantor Cabang Utama Medan

2. Kantor Cabang Banda Aceh

3. Kantor Cabang Pematang Siantar

4. Kantor Cabang Pekanbaru

5. Kantor Cabang Padang

6. Kantor Cabang Bukittinggi

7. Kantor Cabang Jambi

8. Kantor Cabang Bandar Lampung

9. Kantor Cabang Palembang

10. Kantor Cabang Bengkulu

11. Kantor Cabang Utama DKI Jakarta

12. Kantor Cabang Utama Bandung

13. Kantor Cabang Bogor

14. Kantor Cabang Tasikmalaya

15. Kantor Cabang Cirebon

16. Kantor Cabang Serang

17. Kantor Cabang Utama Semarang

18. Kantor Cabang Purwokerto

19. Kantor Cabang Surakarta

20. Kantor Cabang Jogyakarta

21. Kantor Cabang Pekalongan

22. Kantor Cabang Utama Surabaya

23. Kantor Cabang Malang

24. Kantor Cabang Madiun

25. Kantor Cabang Kediri

26. Kantor Cabang Jember

27. Kantor Cabang Pontianak

28. Kantor Cabang Palangkaraya

29. Kantor Cabang Pangkal Pinang

30. Kantor Cabang Banjarmasin

31. Kantor Cabang Samarinda

32. Kantor Cabang Utama Denpasar

33. Kantor Cabang Mataram

34. Kantor Cabang Kupang

35. Kantor Cabang Utama Makasar

36. Kantor Cabang Manado

37. Kantor Cabang Palu

38. Kantor Cabang Kendari

39. Kantor Cabang Gorontalo

40. Kantor Cabang Ambon

41. Kantor Cabang Ternate

42. Kantor Cabang Jayapura

95

Lampiran 3. Ikhtisar peserta aktif dan penerima pensiun 2001-2005

Uraian 2005 2004 2003 2002 2001

Peserta aktif

PNS 3.717.390 3.694.151 3.799.910 3.824.053 3.845.227

BUMN 130.804 129.718 133.420 137.103 143.750

Multuguna & Ekaguna 31.648 31.590 33.296 33.698 32.038

Jumlah 3.879.842 3.855.459 3.966.626 3.994.854 4.021.015

Penerima Pensiun

PNS 1.451.956 1.399.354 1.346.602 1.299.400 1.249.674

TNI/POLRI 302.269 313.329 323.507 333.194 342.003

Pejabat Pemerintah 5.141 4.790 4.729 4.731 4.704

Veteran 185.838 191.287 198.602 202.628 206.151

Perintis Kemerdekaan RI 1.804 1.847 1.910 2.029 2.174

PNS Ex.Pegadaian 1.198 - - - -

Jumlah 1.948.206 1.910.607 1.875.350 1.841.982 1.804.706

BUMN - - 7.533 6.587 5.592

Jumlah 1.948.206 1.910.607 1.882.883 1.848.569 1.810.298

96

Lampiran 4. Produktivitas karyawan terhadap peserta dan penerima pensiun

Uraian 2005 2004

Jumlah Pegawai 2.031 2.071

Jumlah Peserta Aktif 3.879.842 3.855.459

Jumlah Penerima Pensiun 1.948.206 1.910.607

Jumlah Peserta Aktif dan Penerima Pensiun 5.828.048 5.766.066

Produktivitas Karyawan terhadap Peserta Aktif dan Penerima

Pensiun 2.870 2.784

97

Lampiran 5. Kebijakan pemberian manfaat program bagi peserta

2. Manfaat program asuransi Tabungan Hari tua (THT)

• Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua)

Berhenti Karena Pensiun

Hak yang diperoleh :

( 0,60 x Masa Iuran 1 x Gaji Terakhir 1) + ((0.60 x Masa Iuran 2 x (Gaji

Terakhir 2 – Gaji terakhir 1))

o Masa iuran 1 dihitung sejak menjadi Calon Pegawai hingga 31

Desember 2000.

o Masa iuran 2 dihitung sejak 1 Januari 2001 hingga berhenti karena

pensiun.

o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari

2001

o Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir

Berhenti Karena Meninggal Dunia

Hak yang diperoleh :

(0,60 x Y1 x Gaji Terakhir 1) + (0.60 x Y2 x (Gaji Terakhir 2 – Gaji

Terakhir 1))

o Y1 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia menjadi

peserta.

o Y2 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia pada 1 Januari

2001.

o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari

2001

Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir

• Hak Asuransi Kematian

Peserta Meninggal Dunia

Hak Asuransi Kematian adalah 2 x Gaji terakhir.

Istri/Suami Peserta Meninggal Dunia

o Hak Asuransi Kematian adalah 1,5 x Gaji terakhir (meninggal sebelum

1 Januari 2001).

98

Lanjutan lampiran 5.

o Hak Asuransi Kematian adalah 1,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai

1 Januari 2001).

Anak Peserta Meninggal Dunia

o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal

sebelum 1 Januari 2001).

o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai

1 Januari 2001).

• Hak Nilai Tunai

Berhenti Karena Sebab-sebab Lain Sebelum Mencapai Usia Pensiun

(keluar)

Hak yang diperoleh :

Tabel Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 1 x Gaji Terakhir 1 + Tabel

Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 2 x Gaji Terakhir 2

3. Manfaat program pensiun

• Pensiun

Besarnya pensiun pokok ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat

Keputusan Pensiun dengan besaran sebagai berikut : 2,5% dikalikan gaji

pokok terakhir.

• Uang Duka Wafat (UDW)

o UDW untuk isteri/suami karena pensiunan meninggal dunia sebesar 3

kali penghasilan.

o UDW untuk isteri/suami karena penerima tunjangan veteran meninggal

dunia sebesar Rp.300.000,-

o UDW untuk ahli waris karena janda/duda penerima tunjangan veteran

meningal dunia sebesar Rp. 200.000,-

o Jika pensiunan menerima lebih dari satu pensiun, UDW hanya

diberikan dari salah satu jenis pensiun yang menguntungkan bagi

penerima.

99

Lampiran 6. Laporan keuangan program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero) tahun 2005 dan 2004

LAPORAN KEUANGAN

PROGRAM TABUNGAN HARI TUA

PT TASPEN (Persero)

Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 AKTIVA Investasi Deposito 3.737,46 3.345,60 Obligasi 10.574,56 9.146,85 Investasi lainnya 99,71 18,69 Jumlah Investasi 14.411,73 12.511,14 Aktiva Lancar Kas, Bank Dan Giro 1,16 4,06 Aktiva lainnya 634,78 443,23 Jumlah Aktiva Lancar 635,94 447,29 Aktiva Tetap Setelah Dikurangi Akumulasi Penyusutan 50,30 47,13

Aktiva lain-lain 2.283,40 2.534,91 Jumlah Aktiva 17.381,37 15.540,47 PASIVA Kewajiban kepada Pemegang Polis Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan 16.035,10 14.533,37 Utang Klaim 174,84 286,62 Jumlah Kewajiban kepada Pemegang Polis 16.209,94 14.819,99 Kewajiban Jangka Pendek 134,02 60,89 Kewajiban Jangka Panjang 4,80 4,33 Kepentingan Minoritas 7,36 7,15 EKUITAS 1.025,25 648,11 Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas 17.381,37 15.540,47

100

Laporan Laba Rugi Konsolidasi Untuk Periode Yang Berakhir Pada 31 Desember

2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 PENDAPATAN Pendapatan Iuran 1.795,42 1.699,77 Hasil Investasi 1.567,54 1.375,87 Fee Penyelenggaraan Pensiun 108,51 110,86 Pendapatan lain-lain 21,74 23,40 Jumlah Pendapatan 3.493,21 3.209,90 BEBAN Manfaat Santunan 1.306,84 1.388,99 Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan 1.501,72 1.383,53 Pemenuhan Kekurangan Pendanaan - - Beban Umum Dan Administrasi 302,31 271,86 Jumlah Beban 3.110,87 3.044,38 Laba Sebelum PPH Badan 382,34 165,52 PPH (0,17) (0,16) Laba Setelah Pajak 382,17 165,36 Kepentingan Minoritas (0,41) (0,43) Laba Bersih 381,76 164,93

Laporan Arus Kas Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Laba Bersih Sebelum Kepentingan Minoritas 382,17 165,36 Laba Operasi Sebelum Modal Kerja 1.894,93 1.559,74 Penurunan (Kenaikan) Aktiva 59,56 (1.946,33) Kenaikan (Penurunan) Kewajiban (38,16) 2.136,33 Kenaikan (Penurunan) Ekuitas (4,83) (41,26) Arus Kas dari Kegiatan Operasi 1.911,91 1.708,47 ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI (1.914,81) (1.706,66) Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Dan Setara Kas (2,90) 1,81 Kas dan Setara Kas Pada Awal Periode 4,06 2,25 Kas dan Setara Kas Pada Akhir Periode 1,16 4,06

101

Ikhtisar Alokasi Deposito Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2.005 2004 PT BANK RAKYAT INDONESIA 316,35 261,40 PT BANK MANDIRI Cempaka Putih 1.420,91 1.230,05 PT BANK MANDIRI Jatinegara 10,35 0,00 PT BANK MANDIRI Cikini 25,00 0,00 PT BANK MANDIRI Gambir 831,65 584,70 PT BANK MANDIRI Pasar Baru 7,90 0,00 PT BANK MANDIRI Tanah Abang 25,00 0,00 PT BANK MANDIRI Tanjung Priuk 100,00 0,00 PT BANK TABUNGAN NEGARA 485,10 849,10 PT BANK NEGARA INDONESIA 277,30 265,65 BANK PEMBANGUNAN DAERAH 169,40 118,20 BTPN 10,00 10,00 BANK MUAMALAT 25,00 0,00 BANK KESEJAHTERAAN 33,50 26,50 Jumlah 3.737,46 3.345,60

Ikhtisar Investasi Lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Medium Term Notes - - Saham Trading 97,25 15,93 Saham Yang Tersedia Untuk Dijual 1,78 2,08 Investasi Langsung 0,68 0.68 Jumlah 99,71 18.69

102

Ikhtisar Aktiva Lancar Lainnya Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Kas, Bank Dan Giro Pos 1,16 4,06 Deposito Berjangka 31,36 28,31 Piutang Premi Dan Iuran 45,97 22,07 Piutang Usaha 1,70 0,91 Piutang kepada Dana Pensiun 293,30 184,88 Piutang Hasil Investasi 245,06 193,55 Piutang lain-lain 2,84 2,08 Biaya Dibayar Dimuka 11,21 8,41 Piutang kepada Pemberi Kerja 3,33 2,98 Jumlah 635,94 447,29

Catatan

Deposito berjangka merupakan penanaman jangka pendek yang dilakukan oleh

PT Arthaloka Indonesia, masing-masing terdiri dari deposito berjangka valuta

asing (US$) dan Rupiah dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan.

Piutang usaha merupakan piutang usaha PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember

2005. piutang kepada dana pensiun adalah tagihan fee atas penyelenggaraan

program PNS oleh PT TASPEN (Persero). Piutang hasil investasi merupakan

pendapatan hasil investasi tahun yang realisasinya baru akan diterima setelah 31

Desember 2005.

Piutang lain-lain merupakan tagihan kepada pihak ketiga yang antara lain kepada

pegawai dan tagihan lainnya.

Biaya dibayar dimuka adalah biaya sewa kontrak rumah yang dibayarkan kepada

pegawai yang pembebanannya belum jatuh tempo.

Piutang kepada pemberi kerja merupakan Past Service Liability (kekurangan

pendanaan) sebagai akibat perubahan gaji pokok pegawai Perum Damri, PT

Garam, PT Perhutani dan PT Pos Indonesia.

103

Ikhtisar Ativa Tetap Per 31 Desember 2005 Dan 2004

Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah

2005 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo

Akhir Nilai Buku

Tanah 6,90 - - 6,90 6,45 Bangunan 22,85 1,35 - 24,20 14,01 Mesin Kantor - - - - - Kendaraan 23,29 5,68 0,10 28,87 11,37 Komputer 42,92 4,07 7,26 39,73 7,29 Inventaris Kantor 26,30 2,50 - 28,80 11,19

Jumlah 122,26 13,60 7,36 128,50 50,31

Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah

2005 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Tanah 0,38 0,07 - 0,45 Bangunan 8,89 1,35 0,05 10,19 Mesin kantor - - - - Kendaraan 14,41 3,20 0,11 17,50 Komputer 36,19 3,51 7,26 32,44 Inventaris Kantor 15,26 2,44 0,09 17,61

Jumlah 75,13 10,57 7,51 78,19

Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah

2004 Sldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo

Akhir Nilai Buku

Tanah 6,90 - - 6,90 6,52 Bangunan 17,99 4,86 - 22,85 13,96 Mesin Kantor 9,91 1,22 - 11,13 5,85 Kendaraan 19,70 3,88 0,29 23,29 8,88 Komputer 40,04 2,89 - 42,93 6,73 Inventaris Kantor 13,22 1,96 0,01 15,17 5,20

Jumlah 107,76 14,81 0,30 122,27 47,13

104

Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah

2004 Saldo awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir Tanah 0,34 0,04 - 0,38 Bangunan 7,96 0,93 - 8,89 Mesin kantor 4,68 0,61 - 5,28 Kendaraan 11,39 3,28 0,26 14,41 Komputer 31,92 4,26 - 36,19 Inventaris Kantor 7,99 1,99 0,01 9,98

Jumlah 64,29 11,12 0,27 75,13

Ikhtisar Aktiva Lain-Lain Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Piutang Unfunded Liability 2.243,30 2.493,48 Aktiva Dalam Penyelesaian 29,95 30,20 Piutang Past Service Liability 5,60 8,59 Uang Jaminan / Setoran DAI 0,02 0,02 Persediaan 0,35 0,42 Biaya Ditangguhkan 4,18 2,20 Jumlah 2.283,40 2.534,91

Catatan

Piutang Unfended Liability merupakan tagihan kepada pemerintah atas kekurangan

pendanaan yang timbul sebagai dampak kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil

(PNS) sesuai peraturan pemerintah Nomor 26 tahun 2001 tanggal 18 Mei 2001 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 tanggal 17 Februari 2003 dan akibat

perubahan formula manfaat THT berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor :

500 dan 501/KMK.06/2004. Pada tahun 2005 pemerintah mulai memberikan

penggantian Unfunded Liability secara cicilan sebesar Rp 250,10 miliar, sehingga

besar piutang Unfended Liability menjadi Rp 2.243,30 miliar.

Aktiva dalam penyelesaian merupakan aktiva dalam penyelesaian milik PT TASPEN

(Persero) dan PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember 2005 dan 2004.

105

Piutang Past Service Liability merupakan PSL peserta BUMN yang timbul akibat

kenaikan gaji pokok pegawai per 31 Desember 2005 dan 2004 yang akan dicicil

setelah tahun 2006.

Uang jaminan/Setoran Dana Asuransi Indonesia (DAI) merupakan jaminan telepon,

iuran DAI dan jaminan PLN Kantor Cabang.

Ikhtisar Kewajiban Kepada Pemegang Polis Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan 16.035,10 14.533,37 Hutang Klaim 174,84 286,62 Jumlah 16.209,94 14.819,99

Ikhtisar Kewajiban Jangka Pendek Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Utang Pembelian/Pemborongan 4,28 1,74 Biaya Yang Masih Harus Dibayar 60,80 41,73 Pendapatan Diterima Dimuka 60,48 3,78 Utang Pajak 4,56 6,30 Utang kepada Dana Pensiun TASPEN 1,15 3,97 Kewajiban lainnya 2,75 3,37 Jumlah 134,02 60,89

Ikhtisar Kewajiban Jangka Panjang Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Telepon Deposit 0.94 0.82 Security Deposit 3.86 3.51 Jumlah 4.80 4.33

106

Iktisar Ekuitas Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Modal Saham 12,50 12,50 Kenaikan (Penurunan) Nilai Saham (3,19) (3,72) Cadangan Umum 27,59 28,51 Cadangan Tujuan 606,59 445,89 Laba Tahun Berjalan 381,76 164,93 Jumlah 1.025,25 648,11

Ikhtisar Pendapatan Lain-lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 Pendapatan Sewa dan Service Charge 9,65 16,60 Pendapatan Usaha lainnya 7,31 0,05 Bunga Deposito 2,28 2,43 Jasa Giro 0,24 0,22 Sewa Ruangan Kantor/Rumah Instansi 0,28 0,10 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT TASPEN) 0,19 2,13 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT Arthaloka) 1,60 1,85 Laba(Rugi) penjualan Aktiva tetap 0,19 0,02 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 21,74 23,40

Ikhtisar Kenaikan (Penurunan) Manfaat Polis Masa Depan Per 31 Desember 2005

Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 THT Dwiguna 1.324,72 1.203,82 THT Kematian 130,63 135,46 Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 46,37 44,25 Jumlah 1.501,72 1.383,53

Ikhtisar Manfaat Santunan Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 THT Dwiguna 1.162,47 1.240,57 THT Kematian 119,74 125,69 Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 24,62 22,72 Jumlah 1.306,83 1.388,98

107

Ikhtisar Beban Umum Dan Administrasi Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah

Uraian 2005 2004 PT TASPEN (Persero) Beban Pegawai 156,73 143,26 Beban Jaminan Sosial 66,27 59,39 Beban Umum 48,78 40,83 Beban Pengolahan Data Elektronik 5,25 2,63 Beban Penyesuaian 8,78 9,34 Sub Jumlah 285,81 255,47 PT ARTHALOKA INDONESIA Beban Pelayanan dan Keamanan 0,262 0,249 Beban Teknis dan Utilitas 3,173 3,442 Beban Pemasaran dan Riset 0,349 0,483 Beban Akuntansi dan Keuangan 0,10 0,341 Beban Personalia 6,55 6,51 Beban Umum dan Sekretariat 1,88 1,58 Beban Penyusutan dan Amortisasi 2,78 2,65 Beban Lain 1,40 1,14 Sub Jumlah 16,49 16,40 Jumlah 302,30 271,86

108

Lampiran 7. Perhitungan rasio keuangan program tabungan hari tua

• Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek

Tahun 2005 = M 02,134M 94,635 = 474,51%

Tahun 2004 = M 60,89M 447,29 = 734,59%

• Modal kerja bersih terhadap total aktiva

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 501,92 = 2,89%

Tahun 2004 = M 15.540,47

M 386,4 = 2,49%

• Pendapatan terhadap total aktiva

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 3.493,21 = 0,2 kali

Tahun 2004 = M 15.540,47M 3.209,90 = 0,21 kali

• Pendapatan terhadap aktiva tetap

Tahun 2005 = M 50,30

M 3.493,21 = 69,45 kali

Tahun 2004 = M 47,13

M 3.209,90 = 68,11 kali

• Pendapatan terhadap piutang

Tahun 2005 = M 2.841,1M 3.493,21 = 1,23 kali

Tahun 2004 = M 2.908,54M 3.209,90 = 1,1 kali

• Total kewajiban terhadap total aktiva

Tahun 2005 = M 17.381,37M 16.356,12 = 94,10%

Tahun 2004 = M 15.540,47M 14.892,36 = 95,83%

109

Lanjutan lampiran 7.

• Kewajiban lancar terhadap total aktiva

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 134,02 = 0,77%

Tahun 2004 = M 15.540,47

M 60,89 = 0,39%

• Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 4,80 = 0,03%

Tahun 2004 = M 15.540,47

M 4,33 = 0,03%

• Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis

Tahun 2005 =M 16.209,94M 17.381,37 = 107,23%

Tahun 2004 =M 14.819,99M 15.540,47 = 104,86%

• Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis

Tahun 2005 = M 16.209,94M 14.411,73 = 88,91%

Tahun 2004 = M 14.819,99M 12.511,14 = 84,42%

• Margin Laba kotor

Tahun 2005 = M 3.493,21

M 684,65 = 19,6%

Tahun 2004 = M 3.209,90

M 437,38 = 13,63%

• Margin laba bersih

Tahun 2005 = M 3.493,21

M 381,76 = 10,93%

Tahun 2004 = M 3.209,90

M 164,93 = 5,14%

110

Lanjutan lampiran 7.

• Laba Usaha terhadap aktiva (ROI)

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 382,34 = 2,2%

Tahun 2004 = M 15.540,47

M 165,52 = 1,07%

• Laba bersih terhadap aktiva (ROA)

Tahun 2005 = M 17.381,37

M 381,76 = 2,2%

Tahun 2004 = M 15.540,47

M 164,93 = 1,06%

• Laba bersih terhadap ekuitas (ROE)

Tahun 2005 = M 1.025,25

M 381,76 = 37,24%

Tahun 2004 = M 648,11M 164,93 = 25,45%

• Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran

Tahun 2005 = M 1.795,42M 1.306,84 = 72,79%

Tahun 2004 = M 1.699,77M 1.388,99 = 81,72%

• Pendapatan investasi terhadap nilai investasi

Tahun 2005 = M 14.411,73M 1.567,54 = 10,88%

Tahun 2004 = M 12.511,14M 1.375,87 = 11%

111

Lampiran 8. Perhitungan metode analisa Altman Z Score

Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D

Z = 6,56 (2,89%) + 3,26 (2,2%) + 6,72 (2,2%) + 1,05 (6,27%)

Z = 0,19 + 0,14 + 0,15 + 0,07

Z = 0,54

dimana,

Z = nilai hasil perhitungan

A = modal kerja / Total Aktiva

B = Saldo Laba / Total Aktiva

C = Return on Investment (ROI)

D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban

• Modal kerja terhadap total aktiva = M 17.381,37

M 501,92 = 2,89%

• Laba terhadap total aktiva = M 17.381,37

M 381,76 = 2,2%

• ROI = M 17.381,37

M 382,34 = 2,2%

• Nilai modal sendiri terhadap total kewajiban = M 16.356,12

M 1.025,25 = 6,27%