cervical root syndrome

34
CERVICAL ROOT SYNDROME A. Anatomi vertebra cervikalis Anatomi vertebrae Cervical berbeda dengan vertebrae thoracal dan juga lumbal. Ini semua berkaitan dengan fungsinya yang memang berbeda. Vertebrae cervical relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan vertebrae lumbal, begitu juga dengan discus intervertebralenya yang memiliki ukuran lebih kecil. Vertebra Cervical yang pertama dan kedua (C1 dan C2) memilki susunan anatomi yang berbeda dengan yang lainnya. 1 Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang paling bergerak (mobile), mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: 1,2 1. menopang dan memberi stabilitas pada kepala; 2. memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak; 3. melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula spinalis, akar saraf, dan arteri vertebra. Spina servikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi yang tepat. Semua pusat saraf vital berada di kepala memungkinkan pengendalian penglihatan (vision), keseimbangan vestibular, arahan pendengaran (auditory) dan saraf penciuman; secara esensial mengendalikan semua fungsi neuromuskular yang sadar. Untuk itu maka kepala harus ditopang oleh spina 1

Upload: marini

Post on 08-Feb-2016

291 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: Cervical Root Syndrome

CERVICAL ROOT SYNDROME

A. Anatomi vertebra cervikalis

Anatomi vertebrae Cervical berbeda dengan vertebrae thoracal dan juga

lumbal. Ini semua berkaitan dengan fungsinya yang memang berbeda. Vertebrae

cervical relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan vertebrae lumbal, begitu juga

dengan discus intervertebralenya yang memiliki ukuran lebih kecil. Vertebra

Cervical yang pertama dan kedua (C1 dan C2) memilki susunan anatomi yang

berbeda dengan yang lainnya.1

Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang paling bergerak

(mobile), mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:1,2

1. menopang dan memberi stabilitas pada kepala;

2. memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak;

3. melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula spinalis, akar saraf,

dan arteri vertebra.

Spina servikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi yang

tepat. Semua pusat saraf vital berada di kepala memungkinkan pengendalian

penglihatan (vision), keseimbangan vestibular, arahan pendengaran (auditory) dan

saraf penciuman; secara esensial mengendalikan semua fungsi neuromuskular

yang sadar. Untuk itu maka kepala harus ditopang oleh spina servikal pada posisi

yang tepat agar memungkinkan gerakan spesifik untuk menyelesaikan semua

fungsi tersebut.

Kolumna servikal dibentuk oleh tujuh tulang vertebra. Spina servikal, C1-

C7, terlihat dari lateral membentuk lengkung lordosis dan kepala pada tingkat

oksipitoservikal membentuk sudut yang tajam agar kepala berada di bidang

horizontal. Apabila dilihat dari anteroposterior maka spina servikal sedikit

mengangkat (tilt) kepala ke satu sisi. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh faset pada

oksiput, atlas (C1) dan aksis (C2) yang sedikit asimetrik.

Spina servikal merupakan persatuan unit fungsional yang saling tumpang-

tindih (superimposed), masing-masing terdiri atas 2 badan, yang dipisahkan oleh

diskus intervertebra mulai di bawah aksis (C2). Unit fungsional spina servikal

1

Page 2: Cervical Root Syndrome

dibagi atas dua kolumna, yaitu kolumna anterior yang terdiri atas vertebra,

ligamen longitudinal dan diskus di antaranya, serta kolumna posterior yang

meliputi kanal oseus neural, ligamen posterior, sendi zygapophyseal, dan otot

erektor spina. Secara anatomis, foramen intervertebralis terletak di antara kedua

kolumna tersebut. Sebenarnya, otot servikal bagian anterior yaitu fleksor

merupakan bagian dari kolumna anterior. Untuk mengevaluasi secara fungsional

maka spina servikal dibagi menjadi segmen servikal atas (diatas C3) dan segmen

servikal bawah (C3-C7). Setiap segmen itu berfungsi berbeda.

Gambar 1. Gerakan Leher/Cervival

Gambar 2. Vertebra, pandangan lateral dan posterior

1. Vertebra cervical 1 (Atlas) :

a) Tidak mempunyai corpus, hanya berupa arcus anterior.

b) Processus transversus tanpa foramina dan tidak ada processus spinosus.

c) Di sisi atas mempunyai 2 facet konkaf untuk menopang condylus occipitalis

2

Page 3: Cervical Root Syndrome

Gambar 3. Vertebra servikalis 1 (tulang atlas)

2. Vertebra cervical 2 (Axis) :

a) Mempunyai processus odontoid atau dens yang menonjol ke atas dari

corpusnya, bersendi dengan arcus dari atlas anterior dan diikat kuat oleh

ligament.

b) Di bawah C2 terdapat discus di antara tiap vertebrae.

Gambar 4. Vertebra servikalis 2 (axis/epistropheus)

3. Vertebra Cervical 3, 4, 5. :

Mempunyai processus spinosus yang bercabang.

Gambar 5. Vertebra servikalis 3-6 (vertebra servikalis tipikal)

3

Page 4: Cervical Root Syndrome

4. Vertebra Cervical 6 dan 7 :

a) Processus spinosus tidak bercabang dan lebih panjang.

b) Merupakan transisional vertebra, mirip dengan vertebrae thoracal.

c) Permukaan superior konkaf, terdapat processus uncinatus pada tiap sisi,

sendinya disebut uncovertebral von Luschka.

Gambar 6. Vertebra servikalis 7 (vertebra prominens)

B. Diskus intervertebralis

1) Pada vertebrae cervical lebih kecil.

2) Terdiri dari nucleus pulposus, annulus fibrosus, dan 2 cartilaginous end

plate.

3) Lebih tertutup tulang bila dibandingkan dengan vertebra yang lain.

C. Articulatio

Persendian antara kepala dan vertebra Cervical atas :

1) Articulatio atlantooccipitalis

2) Articulatio atlantoepistrphica

Persendian tiap vertebra Cervical, mempunyai 5 buah facies articularis :

1) Satu articulation corpus vertebra yang dipisahkan oelh discus

intervertebralis.

2) Dua sendi uncovertebralis von Luschka yang bersiga sendi palsu dan tidak

dibatasi membrana synovia.

3) Dua articulation facet yang terletak di belakang corpus

Oleh karena bentuk persendian pada cervical seperti Sadel sehingga terjadi

gerakan yaitu : fleksi-ekstensi, lateral-bending, dan rotasi.

4

Page 5: Cervical Root Syndrome

D. Persarafan

Saraf yang keluar dari vertebrae Cervical berjumlah 8, dimulai dari C1

sampai dengan C8. Pada daerah cervical sendiri terdapat dua plexus yakni plexus

cervicalis (C1-C4) dan plexus brachialis (C4-T1).

E. Biomekanik leher

Vertebrae cervical mempunyai fungsi sebagai penopang kepala dan

mempertahankan posisi kepala dan untuk stabilitas dan mobilitas. Gerakan fleksi

ekstensi terjadi pada articulatio atlantooccipitalis, juga bisa terjadi di antara C1

dan C2. Semua itu dikendalikan oleh otot-otot suboccipital dan ligamentum

atlantooccipital. Gerakan fleksi-ekstensi dan pembatasan lateral fleksi disebabkan

oleh uncovertebral. Bentuk dari corpus yang lebih lebar pada arah lateral

memungkinkan pergerakan fleksi-ekstensi dibanding dengan lateral-fleksi.

Pergerakan rotasi pada persendian atlantoaxial seperti fenomena kursi

putar, dengan stabilisasi dan kontrol oleh ligamentum yan g membentuk kapsul

persendian atlantoaxial yang bersifat diarthrosis. Bentuk corpus dari C3-C7 yang

seperti pelana memungkinkan untuk gerakan miring dan rotasi. Posisi dari

persendian posterior hampir tegak lurus pada bidang sagittal sehingga

memungkinkan rotasi pada bidang horizontal dan lateral bending. Pada spatium

intervertebral C5-C6 terjadi range of motion yang besar pada gerak fleksi-ekstensi

dan kemungkinan menjadi faktor penyebab dalam terjadinya spondylosis pada

bagian ini.

Range of Motion (R.O.M.) adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh

suatu sendi dengan seluruh kekuatan. Tiap sendi memiliki R.O.M. yang berbeda-

beda yang diukur menggunakan goniometer. Pada bagian cervical R.O.M normal

pada fleksi adalah 70°. Pada ekstensi 40°. Pada lateral bending 60°. Dan pada

rotasi 90°.

5

Page 6: Cervical Root Syndrome

F. Definisi

Kumpulan gejala dan tanda yang disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf

servikal.1

H. Gejala2

- Nyeri leher yang menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan bawah.

Timbulnya nyeri terjadi secara perlahan-lahan terkadang juga bisa

mendadak. Nyeri bersifat kronik.

Nyeri yang berasal dari akar serviks keempat (C4) terlokalisir di leher dan

daerah supraskapular. Nyeri dari akar serviks kelima (C5) menjalar ke

lengan bawah, sedangkan nyeri dari akar keenam dan ketujuh (C6 dan C7)

meluas ke leher, lengan bahu, dan tangan. Nyeri juga bisa menjalar ke

daerah cervical atas yang menimbulkan nyeri occipital.

Gambar 7. Gambaran nyeri radikuler

- Kaku leher (stiffness)

Kaku leher dimulai pada pagi hari dan makin bertambah dengan adanya

aktivitas, gerakan leher terbatas dan terkadang disertai dengan krepitasi

dan nyeri.

- Paresthesia

Tergantung pada radiks saraf yang terkena oleh spur atau iritasi saraf dan

biasanya bersifat unilateral.

- Kelemahan atau spasme otot

6

Page 7: Cervical Root Syndrome

Parese terjadi bila adanya penekanan hebat pada radiks saraf.

- Gejala lain

Nyeri kepala, vertigo dan tinnitus.

I.Faktor predisposisi2

1. Umur

Proses degenerasi pada vertebrae dan diskus intervertebral. Spondilosis

cervicalis biasanya mulai ditemukan setelah usia 40 tahun dan sering

didapatkan pada penderita yang berusia lebih dari 55 tahun.

2. Trauma

Trauma akibatt kecelakaan, proses “wear and tear”, yaitu proses

penggunaan sendi terus menerus yang akan menyebabkan degenerasi

sendi.

3. Pekerjaan (postur tubuh)

Pekerjaan dengan postur tubuh yang kurang baik seringkali menyebabkan

peningkatan beban tubuh ke bagian cervical. Sebagai contohnya,

mengangkat beban berat pada kuli, gerakan berlebihan pada penari

profesional, menggunakan komputer atau menjahit pakaian dalam waktu

yang cukup lama.

J. Penyebab

Cervical root syndrome sendiri bisa diakibatkan oleh beberapa sebab, antara lain:

1. Spondilosis cervicalis/Spondiloarthrosis cervical2,3

Ini merupakan proses degeneratif pada vertebra cervical yang

sering terjadi pada orang berusia lebih dari 55 tahun. Perubahan degeneraif

mula-mula pada diskus intervertebralis, dan kemudian pada sendi

intervertebral posterior (facet) dan bisa terjadi pada uncovertebral joint of

von Luschka, penyempitan diskus intervertebralis dan pembentukan spur

(osteofit) pada tepi persendian. Pada diskus intervertebralis akan terjadi

destruksi dan menipisnya kartilago vertebra. Sklerosis dan rusaknya

lapisan tulang dibawah kartilago menyebabkan ruang intervertebralis

7

Page 8: Cervical Root Syndrome

menyempit. Selain itu akan terjadi reaksi pada pinggir persendian yang

mengakibatkan pembentukan osteofit (spur). Karena kombinasi antara

mobilitas pada weight bearing dan adanya ketidakstabilan, maka sering

didapatkan strain pada daerah ini. Sehingga proses degenerasi pada daerah

cervical tidak dapat dihindari akibat proses “wear and tear”. Pada daerah

cervical, yang sering terjadi adalah pada tiga bagian terbawah, dengan C5

dan C6 yang memiliki insidensi tertinggi.

Terdapat dua pendapat mengenai pembentukan osteofit, dimana

menurut Collins osteofit terbentuk karena tekanan internal discus yang

menyebabkan lig. longitudinal longgar. Tekanan ini akan mengakibatkan

material discus keluar mengisi ruang diantara corpus vertebra dan lig.

longitudinal dan terjadi ossifikasi. Studi lebih lanjut tidak mendukung teori

ini karena secara mikroskopis tidak terdapat pembentukan tulang sub

periosteal yang baru. Menurut Vernon-Robert dan Pirie terjadi penulangan

endochordal dengan annulus dimana annulus fibrosus melekat pada

cartilaginous endplate. Karena adanya uncovertebral joint of von Luschka

maka osteofitosis sering terjadi pada bagian cervical bila dibandingkan

dengan lumbal. Oleh karena uncovertebral joint adalah pseudojoint yang

tidak memiliki kartilago di antaranya, maka sering terjadi osteoarthritis

oleh karena pergeseran, penekanan dan gesekan antar sendi.

Osteofit biasanya menonjol pada foramina intervertebral sehingga

mengurangi ruangan di mana dilewati n.cervicalis. Bila ruangan

menyempit dan ditambah adanya oedema traumatik dari jaringan lunak

maka manifestasi penekanan saraf akan terjadi. Pada vertebrae Cervical

bawah memiliki foramen kecil dan serabut saraf besar, maka pada bagian

cervical bawah biasanya terjadi penekanan yang bermanifestasi pada

gejala radikuler. Keadaan yang jarang terjadi adalah adalah konstriksi

canalis spinalis akibat penonjolan osteofit yang mengakibatkan penekanan

medulla spinalis yang bisa menyebabkan myelopati.2

Diskus intervertebralis kehilangan hidrasi dan elastisitas saat

menua, sehingga retak dan fisura. Selanjutnya diskus kolaps karena

8

Page 9: Cervical Root Syndrome

inkompetensi biomekanik, menyebabkan annulus menonjol keluar.

Ligamen sekitar juga kehilangan sifat elastis dan membentuk spur akibat

tarikan. Pembentukan spur uncovertebral terjadi akibat proses degeneratif

di mana sendi faset kehilangan tulang rawan menjadi sklerotik dan

membentuk osteofit. Stenosis servikal didapat (acquired) lebih sering

akibat perubahan degeneratif seperti pembentukan osteofit, protrusion

diskus, hipertrofi ligamen atau hipertrofi sendi faset. Sekuele neurologik

akibat stenosis kanalis sentralis terjadi apabila diameter kanal kurang dari

12 mm pada bidang sagital dan stenosis absolut dinyatakan apabila

diameter kanal kurang dari 10 mm. Stenosis spinal dengan gejala

mielopati dapat mencakup disfungsi kandung kemih dan bowel

neurogenik, gangguan pola jalan (gait), impotensi, dan perubahan fungsi

seksual. Kelemahan tungkai dan spastisitas juga dapat terjadi.

Pemeriksaan fisik secara khas menunjukkan penurunan ROM spina

servikal, terutama ekstensi leher. Tes diagnostik termasuk pencitraan polos

untuk melihat sendi uncovertebral, sendi faset, foramen dan sela diskus

intervertebra. MRI mengevaluasi kanalis spinalis dan foramen dalam

hubungannya dengan medulla spinalis, thecal sac, dan akar saraf. Respons

sensory evoked potential (SEP) terlambat atau beramplitudo rendah

dengan adanya mielopati, dan dapat dilakukan berkala untuk mengevaluasi

status perkembangan mielopati. EMG jarum dapat mengkonfirmasi

keterlibatan akar saraf pada gejala radikuler. CT scan dan mielografi

merupakan pencitraan pilihan untuk mendokumentasi stenosis spinal dan

foramen.

Tatalaksana nyeri spondilosis servikal dengan atau tanpa gejala

radikuler dimulai dengan pemberian NSAID. Modalitas terapi fisik dapat

dicoba pemberian traksi dengan hati-hati. Terapi panas yang dalam seperti

ultrasound diathermy dapat menurunkan nyeri dan selanjutnya gerak sendi

dapat ditingkatkan. TENS dan massage bermanfaat mengurangi nyeri dan

spasme otot daerah servikal. Mobilisasi seperti teknik energi otot juga

bermanfaat, akan tetapi harus diawasi dengan ketat karena mobilisasi

9

Page 10: Cervical Root Syndrome

berlebihan dapat menyebabkan mielopati. Program latihan termasuk

fleksibilitas, penguatan, stabilisasi dan kondisi aerobik. Rujukan bedah

dilakukan segera apabila evaluasi klinis dan tes neurodiagnostik positif

untuk mielopati.

Gambar 8.Perbandingan vertebra servikalis antara yang normal

dengan spondilosis servikalis

K. Diagnosis

1. Anamnesa1

Anamnesa adalah hal-hal yang menjadi sejarah kasus pasien, juga

berguna untuk menentukan diagnosa, karena misalnya dengan pendekatan

psikiatri terhadap depresinya yang kadang merupakan faktor dasar nyeri

bahu ini.

Gejala-gejala yang mungkin nampak pada inspeksi dan palpasi, misalnya :

a. Nyeri kaku pada leher

b. Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan

c. Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps

d. Berkurangnya reflex biceps

10

Page 11: Cervical Root Syndrome

e. Dijumpai nyeri menjalar (referred pain) di bahu yang samar, dimana

“nyeri bahu” hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan

infrascapula atas.

2. Pemeriksaan fisik2

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosis antara

lain :

a. Terdapat tenderness pada daerah cervical, pada beberapa keadaan akan

terlokalisir pada sebelah lateral sendi yang mengalami peradangan.

b. Spasme pada otot-otot leher.

c. Pemeriksaan R.O.M leher terbatas dan nyeri terutama pada gerakan s

lateral bending dan rotasi.

d. Pada extremitas atas bisa menunjukkan defisit sensoris dan hiporeflexia.

Parese dan atrofi otot merupakan kondisi lanjutan yang jarang ditemukan.

e. Leher tampak agak kyphotic sehingga postur terlihat kepala jatuh ke

depan yang menyebabkan center of gravity jatuh ke depan. Leher akan

bertambah lordosis sebagai usaha mempertahankan keseimbangan dan

akan mempersempit foramen intervertebrale dan menambah tekanan ke

sendi zygapophyseal.

f. Pemeriksaan darah normal, penyempitan celah sendi karena degradasi

kartilago artikuler dan memungkinkan permukaan tulang mendekat satu

sama lain dan terdapat osteofit marginalis.

Tes-tes khusus yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Tes Provokasi1

Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara

posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi,

kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila

terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi

kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna

mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika

dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual

11

Page 12: Cervical Root Syndrome

dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi

leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal

berkurang.

b. Tes distraksi kepala1

Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh

kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila

kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes

kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.

c. Tes valsava1

Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses

desak ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di

naikkannya tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri

12

Page 13: Cervical Root Syndrome

syaraf ini sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis

bagian cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava

ini adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil

positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke

lengan.

3. Pemeriksaan Penunjang2

Pemeriksaan radiologis masih menjadi standar yang paling baik

untuk penegakan diagnosis sampai sekarang. Pada foto rontgen akan

didapatkan :

1) Pembentukan osteofit dan sklerosis pada sendi-sendi apofiseal

intervertebrae.

2) Penyempitan pada discus intervertebralis akibat erosi kartilago.

3) Pembentukan tulang baru (spurring) antar vertebra yang berdekatan dan

dapat menyebabkan kompresi akar saraf.

13

Page 14: Cervical Root Syndrome

Gambar .Foto rontgen AP spondilosis servikalis

Selain menggunakan foto rontgen, dapat juga digunakan MRI dan

CT (Computerized Tomography) untuk penegakan diagnosis.

L. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa1,2

Pemberian obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) dan muscle

relaxant untuk menghilangkan rasa nyeri. Obat penghilang nyeri atau

relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini biasanya

diberikan selama 7-10 hari. Bila terdapat gejala radikuler bisa disertai

dengan pemberian kortikosteroid oral. Bila nyeri dirasa sangat

mengganggu bisa ditambahkan opioid dengan beberapa ketentuan.

b. Fisioterapi1

Tujuan utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri,

perbaikan atau resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau

keterlibatan medulla spinalis lebih lanjut.

1. Traksi

Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak

berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan

adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus

atau intermiten.

14

Page 15: Cervical Root Syndrome

2. Cervical collar

Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi

serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat

satu jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu

jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital

Mandibular Immobilizer).

Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan

malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai

kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara

dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta

kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi

nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi

radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri,

hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan

indikasi pelepasan collar.

3.Thermoterapi

Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu

menghilangkan nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau

15

Page 16: Cervical Root Syndrome

pada saat traksi servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat

diberikan sebanyak 1-4 kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres

panas/pemanasan selama 30 menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres

dingin tidak dicapai hasil yang memuaskan. Pilihan antara modalitas panas

atau dingin sangatlah pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap

pengurangan nyeri.

4. Latihan1

Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher.

Latihan bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah

anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu

proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi.

Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi

dengan melakukan pijatan.

c. Terapi Latihan2

Pada penderita Cervical Root Syndrome akan didapatkan nyeri,

kekakuan dan keterbatasan ruang sendi akibat dari penekanan radix saraf.

Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kelemahan otot yang berujung pada

postur yang buruk. Postur yang buruk akan memperberat perjalanan

penyakit ini.

Terapi latihan bertujuan untuk :

16

Page 17: Cervical Root Syndrome

a. Mengurangi rasa nyeri

b. Mengurangi lordosis cervical

c. Memperbaiki kekuatan otot

d. Meningkatkan postur pada ADL

e. Mempertahankan fleksibilitas atau rentang sendi (R.O.M)

Terapi Latihan juga akan membantu proses pengurangan rasa nyeri

selain fungsinya yang mengembalikan keadaan pasien ke kondisi

normalnya. Pada keadaan nyeri, pasien akan cenderung untuk tidak

menggerakan kepala. Hal ini bisa menyebabkan spasme otot leher yang

lama-kelamaan akan menyebabkan atrofi otot. Atrofi otot akan menambah

rasa nyeri pada pasien karena otot leher akan mengalami penurunan

fungsinya dalam mempertahankan posisi kepala.

Terapi Latihan dapat berupa :

a) Latihan penguatan otot leher

Latihan penguatan otot dilakukan secara isotmetrik, yakni melawan

tahanan yang tidak bergerak atau dengan mempertahankan leher pada

posisi statik. Latihan isometrik cervical ini dilakukan secara self resistance

pada posisi duduk.

(1) Fleksi

Pasien meletakkan ke dua tangan dan menekan dahi dengan telapak

tangan, kemudian kepala melakukan gerakan fleksi (mengangguk)

tetapi ditahan dengan tangan agar tidak terjadi gerakan.

(2) Lateral Bending

Pasien menekan dengan tangan pada sisi lateral kepala dan mencoba

untuk lateral fleksi kepala, tahanan diberikan pada telinga dan bahu,

di usahakan tidak terjadi gerakan.

(3) Ekstensi axial

Pasien menekan belakang kepala dengan kedua tangan dimana

tahanan diberikan pada belakang kepala dekat puncak kepala.

17

Page 18: Cervical Root Syndrome

(4) Rotasi

Pasien menekan dengan satu tangan menahan pada daerah atas dan

lateral dari mata dan mencoba memutar kepala (rotasi) tetapi tetap ditahan

agar tidak terjadi gerakan.

Preskripsi untuk latihan kekuatan sebagai berikut

a) Intensitas (beban) : 100% dari kontraksi maksimum

b) Durasi : 5 detik tiap kontraksi

c) Repetisi : 5-10 kontraksi

d) Frekuensi : 5 hari tiap minggu

e) Lama program : 4 minggu atau lebih

Kerugian latihan ini adalah terjadinya peningkatan tekanan darah,

disebabkan peningkatan denyut jantung tanpa perubahan perifer umum.

Pada penderita penyakit jantung, latihan isometrik dapat menyebabkan

timbulnya disaritmia ventrikel.

b) Latihan fleksibilitas / stretching otot leher

Bila terdapat rasa tidak enak akibat postur yang buruk atau adanya

spasme otot, maka R.O.M aktif akan membantu menghilangkan stress

pada struktur leher, memperbaiki sirkulasi. Tujuan dari latihan stretching

pada otot leher adalah menambah fleksibilitas dalam fleksi, ekstensi, rotasi

dan lateral fleksi secara aktif. Semua gerakan dilakukan perlahan sampai

full R.O.M dan dilakukan beberapa kali. Posisi pasien duduk dengan leher

tergantung secara rileks pada kursi atau berdiri rileks. Setelah itu pasien di

minta untuk :

(1) Menekuk leher ke depan dan belakang (gerakan ekstensi tidak boleh

dilakukan bila terdapat penekanan saraf).

(2) Menekuk kepala ke lateral kanan dan kiri, merotasikan kepala pada

masing-masing sisi.

(3) Putar bahu, elevasi, retraksi, kemudian relaks dari scapula.

(4) Putar secara melingkar lengan mengelilingi bahu. Dikerjakan dengan

siku fleksi dan ekstensi, menggunkan gerakan sirkuler yang luas maupun

kecil. Posisi lengan ke depan atau agak menyamping. Gerakan searah

18

Page 19: Cervical Root Syndrome

maupun berlawanan jarum jam harus digerakkan karena membantu dalam

latihan postur yang benar. Sendi harus digerakkan secara penuh setidaknya

2-3 kali sehari.

c) Latihan postur

Postur yang buruk akan menambah lordosis cervical dan

penambahan beban yang berlebih pada leher. Postur yang dimaksud salah

satunya adalah forward-head posture. Postur yang tidak tepat ini juga

berpengaruh pada penekanan annulus fibrosus dan menyebabkan

penyempitan foramen intervertebrale sehingga terjadi iritasi pada saraf

bagian cervical.

Latihan postur sangat membutuhkan kesadaran dalam melakukan

latihan yang teratur. Yang dilakukan adalah melakukan teknik relaksasi

otot dan stretching untuk mengembalikan ROM normal. Pada ADL juga

harus dievaluasi untuk mencegah posisi yang memperburuk kondisi

cervical serta dilakukan edukasi :

(1) Cara mengangkat barang dengan lutut fleksi.

(2) Hindari hiperekstensi leher dan forward-head posture yang terlalu

lama dan berlebihan.

(3) Perbaiki lingkungan pekerjaan penderita seperti kursi dan meja yang

kurang sesuai ukuran tingginya, lingkungan tidur seperti bantal yang

sesuai tingginya dan matras untuk membantu relaksasi otot.

d. Terapi Modalitas2

Terapi modalitas adalah terapi yang melibatkan perlakuan terhadap

fisik pasien, seperti pemberian elektroterapi, kemoterapi, krioterapi dan

tindakan pembedahan. Terapi modalitas digunakan untuk mengurangi rasa

nyeri, memperbaiki vaskularisasi dan meningkatkan metabolisme jaringan.

Terapi modalitas sebaiknya tidak diberikan tersendiri pada suatu

penatalaksanaan penyakit, dan sebaiknya diberikan tambahan terapi baik

dalam bentuk terapi latihan maupun intervensi farmakologis.

Terapi modalitas yang banyak digunakan pada penderita antara lain

:

19

Page 20: Cervical Root Syndrome

a. SWD (Short Wave Diathermy)

SWD (Short Wave Diathermy) adalah elektroterapi yang menaikan

temperatur pada jaringan dengan pemberian gelombang frekuensi tinggi.

Frekuensinya 27,12 MHz dan panjang gelombangnya 11 meter. SWD

memiliki beberapa fungsi antara lain meningkatkan metabolisme,

meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan kontraksi otot. SWD juga akan

menurunkan rasa nyeri, meningkatkan elastisitas dan oksigenasi jaringan.

Terdapat dua macam SWD dimana yang pertama adalah tipe kontinu

dimana akan didapatkan pemberian panas secara terus menerus dari alat,

dan kedua yakni pulsed mode yang memberikan jeda dalam tiap

pemanasan. Cara yang kedua akan meningkatkan efek non-thermal.

Pemberian SWD akan mengembalikan potensial membran ke tingkat

semula, dimana pada inflamasi potensial membran suatu sel akan turun

sehingga fungsinya terganggu. Selain itu juga SWD akan mengembalikan

keseimbangan dan transpor ion di membran sel. Terdapat dua teori

mekanisme pemberian SWD, yang pertama adalah mekanisme transpor

ion secara langsung atau aktivasi dari pompa natrium dan kalium.

SWD diberikan pada inflamasi kronik, dan biasanya mulai

diberikan terapi maksimal satu minggu setelah mulainya proses

peradangan. Indikasi diberikannya SWD adalah inflamasi dan juga proses

degenarasi, baik pada spondylosis cervical, osteoarthritis lutut, sprain

ligament pada tumit, dan juga pada sinusitis. Kontraindikasi SWD seperti

tumor ganas, inflamasi akut, penggunaan pacu jantung, perdarahan dan

demam tinggi. Lama pemberian SWD 5-30 menit tergantung derajat

penyakitnya.

b. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) adalah terapi

modalitas yang tidak invasif dan tidak adiktif. TENS adalah salah satu

elektroterapi yang paling sering digunakan sebagai analgesia atau

penghilang rasa sakit. Metode yang dilakukan pada TENS adalah

pemberian arus listrik ke saraf dan menghasilkan panas untuk mengurangi

20

Page 21: Cervical Root Syndrome

kekakuan, meningkatkan mobilitas dan menghilangkan nyeri. Peralatan

TENS terdiri dari stimulator yang bertenagakan baterai dan elektroda yang

ditempelkan pada bagian yang akan diberikan terapi. Selain itu TENS bisa

dikombinasikan dengan steroid topikal untuk pengobatan rasa nyeri yang

dinamakan dengan Iontoforesis.

Mekanisme kerja dari TENS adalah dengan pengaturan

neuromodulasi seperti penghambatan pre sinaps pada medulla spinalis,

pelepasan endorfin yang merupakan analgesia alami dalam tubuh dan

penghambatan langsung pada saraf yang terangsang secara abnormal.

Mekanisme analgesia TENS adalah stimulasi elektrik akan mengurangi

nyeri dengan penghambatan nosiseptif pada pre sinaps. Stimulasi elektrik

akan mengaktifkan serabut saraf bermyelin yang akan menahan

perambatan nosisepsi pada serabut C tak bermyelin ke sel T yang berada

di substansia gelatinosa pada cornu posterior yang akan diteruskan ke

cortex cerebri dan talamus. Pada pemberian TENS juga akan terjadi

peningkatan beta endorphin dan met-enkephalin yang memperlihatkan

efek antinosiseptif. Indikasi dilakukan TENS adalah rasa nyeri tidak berat,

dismenore dan inkontinensia. Kontraindikasinya antara lain pasien

penggunan pacu jantung, defisit neurologis dan pada pasien yang

mengandung.

M. Edukasi1

Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya

kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan

kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa nasehat

yang bermanfaat:

- Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai,

dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.

- Tidur dengan bantal.

- Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.

21

Page 22: Cervical Root Syndrome

- Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi

saat duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan

dengan berbagai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

- Menghindari bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam

waktu yang lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.

22

Page 23: Cervical Root Syndrome

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanjaya P. Cervical Root Syndrome. Bagian Penyakit Saraf RSU Unit

Swadana Pare-Kediri. 2012.

2. Susilo WA. Pengaruh terapi modalitas dan terapi latihan terhadap

penurunan rasa nyeri pada pasien cervical root syndrome di RSUD. DR.

Moewardi Surakarta. Skripsi. FK Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

2010.

3. Tulaar AB. Nyeri Leher dan Punggung. Studi Tinjauan Pustaka.

Departemen Kedoktteran Fisik dan Rehabilitasi. Majalah Kedokteran

Indonesia. 5 (5); Mei. 2008.

23