closed fracture tibial plateau

35
ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY DEPARTMENT MEDICAL FACULTY CASE REPORT HASANUDDIN UNIVERSITY SEPTEMBER 2015 CLOSED FRACTURE LEFT TIBIAL PLATEAU SCHAZTKER TYPE VI PRESENTED BY: Windy Nurul Aisyah C111 10127 ADVISOR dr. Aries Hutabarat dr.Jansen SUPERVISOR dr. W. Supriyadi, SpOT. CREATED AS A CLINICAL STUDENT ASSIGNMENT IN ORTHOPEDI AND TRAUMATOLOGY DEPARTMENT MEDICAL FACULTY OF HASANUDDIN UNIVERSITY 1

Upload: windy-nurul-aisyah

Post on 18-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Orthopedi dan Traumatologi

TRANSCRIPT

Page 1: Closed Fracture Tibial Plateau

ORTHOPAEDIC AND TRAUMATOLOGY DEPARTMENT

MEDICAL FACULTY CASE REPORT

HASANUDDIN UNIVERSITY SEPTEMBER 2015

CLOSED FRACTURE LEFT TIBIAL PLATEAU SCHAZTKER TYPE VI

PRESENTED BY:

Windy Nurul Aisyah

C111 10127

ADVISOR

dr. Aries Hutabarat

dr.Jansen

SUPERVISOR

dr. W. Supriyadi, SpOT.

CREATED AS A CLINICAL STUDENT ASSIGNMENT

IN ORTHOPEDI AND TRAUMATOLOGY DEPARTMENT

MEDICAL FACULTY OF HASANUDDIN UNIVERSITY

MAKASSAR

2015

1

Page 2: Closed Fracture Tibial Plateau

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. N

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : PNS

No. Rekam Medik : 726192

Tanggal MRS : 16 September 2015

Rumah Sakit : RS Wahidin Sudirohusodo

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Nyeri pada tungkai bawah kiri

Anamnesis Terpimpin:

Dialami sejak kurang lebih 6 jam yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas.

Mekanisme trauma: Pasien sedang menyeberang jalan kemudian ditabrak

oleh pengendara sepeda motor dari arah kanan dan jatuh ke sebelah kiri.

Riwayat kehilangan kesadaran ada. Riwayat mual dan muntah tidak ada.

Riwayat nyeri kepala tidak ada. Riwayat dirawat di RS Pare-pare dan

dipasang long leg back slab pada tungkai kiri.

III. PEMERIKSAAN FISIS

A. Primary Survey

Airway : Bebas

Breathing : RR 20x/menit, spontan, tipe thoracoabdominal

Circulation : TD 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, reguler, kuat

angkat.

Disability : GCS 15 (E4M6V5)

Exposure : Suhu 36,5oC

2

Page 3: Closed Fracture Tibial Plateau

B. Secondary Survey

Regio Knee Joint Sinistra

Look : Tampak hematom dan edema pada bagian medial, tidak

tampak luka

Feel : Nyeri tekan ada, patellar tapping ada

Move : Gerak aktif dan pasif knee joint sulit dievaluasi akibat

nyeri

Regio Cruris Sinistra

Look : Tampak deformitas, hematom, dan edema pada bagian

proximal. Tampak luka ekskoriasi pada aspek lateral

setinggi 1/3 proximal.

Feel : Nyeri tekan ada

Move : Gerak aktif dan pasif ankle joint sulit dievaluasi akibat

nyeri

NVD : Sensibilitas baik, arteri dorsalis pedis dan tibialis

posterior teraba. CRT < 2 detik

IV. GAMBARAN KLINIS

Anterior view

3

Page 4: Closed Fracture Tibial Plateau

Lateral view

Medial view

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

WBC : 9.000/ ul

RBC : 3.520.000/ ul

HGB : 15.6 g/dl

HCT : 31,1 %

PLT : 189.000/ ul

CT : 7’00’’

BT : 3’00’’

HBsAg : Non-Reactive

4

Page 5: Closed Fracture Tibial Plateau

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. X-Ray Knee Joint Sinistra posisiAP/Lateral

B. X-Ray Cruris Sinistra posisi AP/Lateral

VII. RESUME

5

Page 6: Closed Fracture Tibial Plateau

Laki-laki 58 tahun masuk RS Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan utama

nyeri pada tungkai bawah kiri sejak 6 jam yang lalu akibat kecelakaan lalu

lintas. Dari pemeriksaan fisis didapatkan patella tapping pada knee joint

sinistra, deformitas (+), edema (+) pada bagian proximal, hematoma (+),

luka ekskoriasi pada aspek lateral setinggi 1/3 proximal pada aspek anterior

tengah, dengan nyeri tekan pada daerah cruris sinistra.

Dari pemeriksaan radiologi, foto cruris sinistra AP / Lateral, tampak fraktur

kominutif 1/3 proximal os tibia sinistra dan fraktur transversal 1/3 proximal

os fibula sinistra.

VIII. DIAGNOSA

Left Knee Joint Efusion

Closed Fracture Left Tibial Plateau Schatzker VI

Closed Fracture 1/3 Proximal Left Fibula

IX. PENATALAKSANAAN

IVFD RL

Analgesia

Tetanus Toxoid

Imobilisasi dengan Apply long leg back slab

Rencana ORIF

DISKUSI

6

Page 7: Closed Fracture Tibial Plateau

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

I. PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Ini akibat dari

adanya retakan, akibat terjatuh atau pecahnya lapisan kortex sehingga tulang

terenggang baik secara komplet dan ada pergeseran dari fragmen tulang.

Jika kulit diatas fraktur masih utuh maka disebut fraktur tertutup, jika kulit

terhubung dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, hati-hati

terhadap kontaminasi dan infeksi.1

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau

tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.1,2,3

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis

Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

pada tahun 2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249

kasus atau 14,7% nya mengalami fraktur femur.1

Fraktur tibia dan fibula merupakan fraktur yang paling banyak dari

fraktur tulang panjang. Populasi rata-rata menunjukkan bahwa sekitar 26

tibia diafisis mengalami fraktur per 100.000 populasi per tahun.2

Fraktur tibial plateau menduduki 1% dari semua jenis fraktur dan 8%

terjadi pada usia lanjut. Cedera tertutup pada lateral plateau berkisar 55-70%

fraktur tibial plateau dibandingakan dengan fraktur medial plateau sebanyak

10-25% dan 10-30% lesi bicondilar. Sebanyak 1-3% dari kasus fraktur tibial

plateau adalah cedera terbuka.3

II. ANATOMI

7

Page 8: Closed Fracture Tibial Plateau

Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk

segitiga. Batas anteromedial dari tibia adalah jarungan subkutan dan

dikelilingi oleh empat buah fasia yang membentuk kompartemen (anterior,

lateral, superficial posterior dan deep posterior). Otot dari kompartemen

anterior adalah untuk dorsofleksi atau ekstensi ibu jari kaki. Sedangkan otot

dari kompartemen lateral, superficial posterior dan deep posterior fleksi

bagian plantar kaki.3,5,6

Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai

bawah. Ini bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut, tetapi

dibawah dari malleolus lateralis dari sendi pergelangan kaki. Ini bukan

merupakan bagian dari penopang berat tubuh, tetapi ini merupakan bagian

dari perlengketan otot. Fibula ini luas pada bagian proximal, corpus dan

distal. 7

Suplai darah

Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang

memasuki korteks posterolateral distal sampai ke origin dari muskulus

soleus. Pada saat pembuluh darah memasuki kanalis intermedullaris, ia

terbagi menjadi tiga cabang asendens dan satu cabang desendens. Cabang-

cabang ini yang kemudian membentuk endosteal vascular tree, yang

beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.3

Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena

perjalanannya yang melalui sebuah celah padah mebran interosseus.3

Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan terjadi aliran

melalui korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting.

Hal ini menkankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum

selama fiksasi.3

Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada

bagian leher fibula berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat

dengan permukaan kulit. Hal ini menyebabkan nervus peroneus

komunisrentan terhadap trauma langsung pada daerah leher fibula. 3

8

Page 9: Closed Fracture Tibial Plateau

Gambar 1. Tibia dan Fibula4

9

(a) (b)(b)(a)

Page 10: Closed Fracture Tibial Plateau

Gambar 2. Kompartemen dari tungkai bawah. (a) Anterior compartment; (b)

Lateral compartment; (c) Superficial posterior compartment; (d) Deep posterior

compartment. 6

III. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR

Fraktur dapat disebabkan dari kecelakaan, stress yang berulang

maupun gangguan pada tulang (fraktur patologis). (1,2,3,8,9)

A. Fraktur yang disebabkan karena kecelakaan

Pada umumnya fraktur disebabkan oleh kekuatan yang berlebihan

yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat terjadi secara langsung maupun

tidak langsung.

1. Mekanisme secara Langsung

a. Energi tinggi: kecelakaan kendaraan bermotor

Sebagian besar berupa fraktur transversal, comminuted,

displaced fractures.

Angka kejadian kerusakan terhadap jaringan sangat tinggi.

b. Penetrasi: luka tembakan

Pola luka bervariasi.

10

Page 11: Closed Fracture Tibial Plateau

Pada senjata genggam dengan kecepatan rendah tidak dapat

menyebabkan gangguan pada tulang maupun kerusakan

jaringan seperti yang disebabkan oleh energy tinggi

(kecelakaan bermotor) atau kecepatan tinggi (senjata tembak

dan senjata mematikan lainnya).

c. Bending: three- or four-point (ski boot injuries)

Obliq yang pendek maupun fraktur transversal dapat timbul,

dengan kemungkinan menghasilkan potongan butterfly.

Timbulnya crush injury.

Pola comminuted dan segmental sangat berhubungan dengan

kerekatan janringan disekitarnya.

Kemungkinan terjadinya kompartemen sindrom harus

diperhatikan

d. Fraktur corpus fibula: Akibat dari trauma langsung dari bagian

lateral tungkai bawah.

2. Tidak langsung

a. Mekanisme terpelintir

Terputarnya kaki dan terjatuh dari ketinggian rendah

merupakan penyebab utama.

Spiral, tidak ada pergeseran pada bagian fraktur yang

memiliki hubungan yang sedikit terhadap kerusakan jaringan

sekitar.

b. Fracture Stres

Pada pelatihan militer, jenis kecelakaan ini sangat sering

timbul pada sambungan antara metafisis dan diafisis, ditandai

dengan bagian sklerotik pada kortexpostero medial.

Pada penari balet, fraktur ini biasanya muncul pada 1/3

tengah, yang biasanya tersembunyi akibat penggunaan yang

berlebihan.

11

Page 12: Closed Fracture Tibial Plateau

Temuan radiologi dapat tertunda sampai beberapa minggu.

B. Fraktur karena stress berulang

Fraktur jenis ini muncul pada tulang yang normal yang

menanggung berat secara berulang-ulang, biasanya terjadi pada atlet,

penari dan anggota militer yang selalu melakukan latihan. Beban yang

berat akan menimbulkan deformitas yang menginisiasi proses normal

dari remodeling tulang, gabungan dari proses reabsropsi tulang dan

pembentukan tulang baru sesuai dengan hukum Wolff’s. Ketika terpajan

oleh stress serta proses deformasi yang berulang dan memanjang,

reabsorpsi timbul lebih cepat daripada penggantian, sehingga

meninggalkan daerah yang kosong dan menyebabkan fraktur. Masalah

yang sama timbul pada orang yang sedang dalam pengobatan sehingga

mengganggu keseimbangan proses reabsorpsi dan penggantian tulang

baru.

C. Fraktur patologis

Fraktur dapat terjadi dengan stres yang normal jika tulang

melemah akibat perubahan pada strukturnya (contohnya pada

osteoporosis, osteogenesis imperfekta atau Paget’s disease) atau sebuah

lesi litik (contohnya kista pada tulang atau sebuah metastasis).

12

Page 13: Closed Fracture Tibial Plateau

Gambar 3. Beberapa pola fraktur dapat dijadikan sebagai patokan

mekanisme penyebab: (a) pola spiral (terputar); (b) pola obliq pendek

(kompresi); (c) potongan segitiga ‘butterfly’ (tertarik) dan (d) pola

transversal (tertekan). Pola spiral dan beberapa obliq (panjang) seringkali

terjadi akibat kecelakaan energi rendah secara tidak langsung; pola tertarik

dan transversal disebabkan kecelakaan energy tinggi secara langsung. 1

Penyebab dari fraktur tibia dan fibula dapat disebabkan oleh karena

High-energy trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian

atau tembakan senjata tajam adalah penyebab terbanyak menyebabkan

fraktur pada femur atau Low energy trauma menyebabkan fraktur badan

femur pada kasus patologik atau tulang yang mengalami osteoporosis

IV. KLASIFIKASI MULLER

Secara universal, didasarkan pada posisi anatomis, komunikasi dan

berbagai data dari banyak negara dan populasi, yang berkontribusi dalam

penelitian dan tatalaksana. Sebuah klasifikasi alfanumerik yang

dikembangkan oleh Muller dan kawan-kawan saat ini telah diadaptasi dan

direvisi (Muller et al., 1990; Marsh et al., 2007; Slongo and Audige 2007).

Walaupun hal tersebut belum sepenuhnya divalidasi untuk reabilitas dan

reproduksibilitas, sementara diusahakan secara komprehensif.1

13

Page 14: Closed Fracture Tibial Plateau

Gambar 4 Klasifikasi Muller (a) Masing-masing tulang panjang memiliki

tiga segmen-proximal, diafisis dan distal; fragmen proximal dan distal

dibatasi oleh segiempat dari ukuran terlebar tulang (b,c,d) fraktur pada

segmen diafisis dapat sederhana, tajam maupun kompleks. (e,f,g) fraktur

pada bagian proximal dan distal dapat berupa ekstraartikular, partial

artikular dari articular lengkap.1

V. KLASIFIKASI FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Tscherne (Oestern dan Tscherne, 1984) mengklasifikasikan kerusakan

jaringan lunak pada fraktur tertutup dan mempertimbangkan antara

mekanisme langsung dan tidak langsung.1

Grade 0 : fratur sederhana dengan kerusakan jaringan lunak minimal

atau tidak ada

Grade 1 : fraktur dengan abrasi superfisial atau memar pada kulit dan

jaringan subcutaneous.

Grade 2 : fraktur lebih berat dengan kontusio dan pembegkakan

jaringan lunak bagian dalam.

Grade 3 : cedera berat ditandai dengan kerusakan jaringan lunak dan

sindrom kompartemen.

Klasifikasi pada cedera yang lebih berat memerlukan beberapa teknik

fiksasi mekanik seperti stabilitas kerangka yang baik dapat membantu

pemulihan jaringan lunak.1

14

Page 15: Closed Fracture Tibial Plateau

Fraktur tibial plateau diklasifikasikan menjadi 6 tipe menurut Schatzker

berdasarkan pola fraktur dan derajat displacement dari upper end tibia.

Gambar 5. Klasifikasi fraktur tibial plateau menurut Schatzker4

I. Fraktur split lateral plateau

II. Fraktur split/depresi lateral plateau

III. Depresi lateral plateau

IV. Fraktur split medial plateau

V. Fraktur bicondilar plateau

VI. Fraktur plateau disertai pemisahan dari metafis-diafisis

Tipe IV-VI biasanya merupakan akibat dari high-energy trauma.

VII. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis diperoleh dari informasi mengenai riwayat yang

lengkap dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, hal ini sangat penting ketika

memeriksa seseorang yang diduga mengalami fraktur tibia. Dapat diketahui

bagaimana mekanisme perlukaan, waktu terjadinya perlukaan dan nyeri

yang akan muncul. Sangat penting untuk menentukan apakah perlukaan ini

termasuk tinggi-atau rendah energi, perlukaan dengan energi yang tinggi

15

Page 16: Closed Fracture Tibial Plateau

juga akan sangat signifikan akan mengalami perlukaan jaringan lunak pada

sekitar daerah fraktur.

Fraktur corpus tibia disebabkan oleh perlukaan energi rendah yang

berpotensi dengan keadaan patologik atau kondisi osteopenik. Ini sangat

penting untuk menanyakan mengenai lokasi dan berat ringannya nyeri pada

tungkai bawah termasuk panggul, lutut dan pergelangan kaki. Penanganan

harus hati-hati pada associated injuries. Dari pemeriksaan fisis, biasanya

ditemukan nyeri pada sisi yang fraktur yang berhubungan dengan hematom

dari jaringan lunak.2 Pemeriksaan Neurovascular Distal (NVD) penting

dilakukan. Arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior harus diraba

untuk dievaluasi dan kita laporkan hasilnya, khususnya pada fraktur terbuka

vascular biasanya mengalami gangguan. Nervus peroneal comunis dan

tibialis harus kita lakukan pemeriksaan. 3

VIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologi pada fraktur tibia dan fibula harus mencakup

semua tibia (posisi anteroposterior [AP] dan lateral) dengan visualisasi sendi

pergelangan kaki dan sendi lutut. Posisi oblik dapat membantu untuk

melihat karakteristik fraktur. Foto radiologi post- reduksi harus mencakup

lutut dan pergelangan kaki untuk aligment dan rencana preoperatif.3

Seorang ahli bedah sebaiknya melihat ciri- ciri foto radiologi AP dan lateral

seperti berikut: 3

1. Lokasi dan morfologi fraktur harus ditentukan.

2. Adanya garis fraktur sekunder: garis ini dapat berubah selama

operasi.

3. Adanya fraktur komunitive: hal ini menandakan cedera- energi

tinggi.

4. Jarak fragmen tulang yang telah berubah dari lokasi normalnya:

pergeseran fragmen yang luas menunjukkan bahwa jaringan lunak

yang terikat telah rusak dan fragmen mungkin avaskular.

5. Defek osseus: hal ini menunjukkan adanya tulang yang hilang.

16

Page 17: Closed Fracture Tibial Plateau

6. Garis fraktur dapat meluas ke proximal hingga ke lutut atau ke distal

hingga ke pergelangan kaki.

7. Keadaan tulang: Apakah ada bukti adanya osteopenia, metastasis,

atau fraktur sebelumnya?

8. Osteoarthritis atau adanya artroplasti lutut: hal tersebut dapat

mengubah metode pengobatan yang dipilih oleh ahli bedah.

9. Gas dalam jaringan: hal ini biasanya akibat sekunder dari fraktur

terbuka tetapi juga dapat menandakan adanya gas gangren,

necrotizing fasciitis, atau infeksi anaerob lainnya.

Pemeriksaan X-ray adalah hal yang wajib. Harus diingat rule of twos: 1

1. Two views - Sebuah fraktur atau dislokasi tidak dapat terlihat hanya

dari satu posisi foto X- ray dan setidaknya dibutuhkan dua posisi

(anteroposterior dan lateral) yang harus diambil.

2. Two joints – Pada lengan bawah atau tungkai bawah, satu tulang

dapat fraktur dan mengalami angulasi. Angulasi tidak mungkin

terjadi kecuali tulang lainnya juga rusak, atau sendi dislokasi.

Keduanya, sendi atas dan bawah fraktur harus diambil pada film x-

ray.

3. Two limbs - Pada anak-anak, adanya epifisis yang imatur dapat

membingungkan dengan diagnosis fraktur; foto x-ray dari

ekstremitas yang tidak terluka diperlukan untuk perbandingan.

4. Two injuries – cedera yang parah sering menyebabkan cedera pada

lebih dari satu level. Jadi, pada fraktur calcaneum atau femur penting

dilakukan foto x-ray pelvis dan spine.

5. Two occasions - Beberapa fraktur yang sangat sulit untuk dideteksi

segera setelah cedera, tapi pemeriksaan x-ray yang lain satu atau dua

minggu kemudian dapat menunjukkan adanya lesi. Contoh umum

adalah undisplaced fraktur ujung distal klavikula, scaphoid, neck

femur dan maleolus lateralis dan juga fraktur stress dan cedera fiseal

yang tidak berpindah dimanapun terjadi.

17

Page 18: Closed Fracture Tibial Plateau

Computed tomography dan magnetic resonance imaging (MRI)

biasanya tidak diperlukan. Technetium scan tulang dan MRI dapat berguna

dalam mendiagnosis stress fraktur sebelum cederanya menjadi jelas pada

foto polos. Angiografi diindikasikan jika dicurigai terdapat cedera arteri.3

IX. PENATALAKSANAAN

Dari semua penanganan kecelakaan, atasi syok merupakan langkah

awal dan fraktur dibidai sebelum dipindahkan. Bidai fraktur dengan metode

Thomas-type splint untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Berikan

antibiotik dan analgetik intravena.1

1. Non-operative 3

Reduksi fraktur diikut dengan pengaplikasian long leg cast

dengan pemberian beban secara progresif dapat digunakan untuk

mengisolasi dan menutup fraktur berenergi rendah dengan

pergeseran dan pola kominutive yang minimal.

Cast pada lutut dengan sudut fleksi 0-5º untuk

memperbolehkan beban ditopang secepat mungkin oleh pasien

dengan percepatan untuk pemberian beban secara penuh pada

minggu kedua dan keempat.

Setelah empat sampai enam minggu, long leg cast dapat

diganti dengan patella-bearing cast atau fraktur brace.

Kesuksesan union mencapai 97%, namun pemberian beban

yang terlambat dapat menyebabkan penyetuan tulang terlambat atau

malunion.

Reduksi fraktur yang dapat diterima

Direkomendasikan angulasi varus/valgus < 5º

Direkomendasikan angulasi anterior/posterior < 10º (disarankan

< 5º)

Direkomendasikan deformitas rotasional < 10º dengan eksternal

rotasi dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan internal rotasi.

18

Page 19: Closed Fracture Tibial Plateau

Pemendekan < 1 cm; 5 mm distraksi dapat menunda

penyembuhan antara 8-12 bulan.

Direkomendasikan jika kontak lebih dari 50%.

Diperkirakan, spina iliaca anteroposterior, bagian tengah dari

patella dan dasar dari jari kedua dalam satu garis.

Waktu untuk Union

Waktu rata-rata adalah 16±4 minggu. Hal ini bervariasi

tergantung pada pola fraktur dan kerusakan jaringan.

Union yang terlambat didefinisikan > 20 minggu.

Pada fraktur tibial plateau tindakan non operatif diindikasikan untuk fraktur

tanpa pergeseran atau pergeseran minimal, serta pada pasien dengan osteoporosis.

Latihan isometrik quadriceps dan progressive passive, active-assisted, dan latihan

range of knee motion diindikasikan.

2. Pengobatan Operatif 3

Intramedullary (IM) Nailing

IM nailing memiliki keuntungan dalam menjaga suplai darah

periosteal dan membatasi kerusakan jaringan lunak. Selain itu,

keuntungan biomekaniknya adalah dapat mengontrol alignment,

translasi dan rotasi. Oleh karena itu direkomendasikan pada

sebagian besar pola fraktur.

Locked versus unlocked nail

– Locked nail: Alat ini memberikan kontrol rotasi; efektif

dalam mencegah pemendekan pada fraktur comminutive

dan pada orang-orang dengan kehilangan tulang yang

signifikan. Interlocking screws dapat dibuka pada lain

waktu untuk dinamisasi lokasi fraktur, jika diperlukan,

untuk penyembuhan.

19

Page 20: Closed Fracture Tibial Plateau

– Nonlocked nail: Alat ini memungkinkan impaksi pada

lokasi fraktur dengan weight bearing, tetapi sulit untuk

mengontrol rotasi. Nonlocked nail jarang digunakan.

Reamed versus unreamed nail

– Reamed nail: Hal ini diindikasikan untuk kebanyakan

fraktur tertutup dan terbuka. Hal ini memungkinkan IM

splint yang sangat baik pada fraktur dan penggunaan

diameter yang lebih besar, nail yang lebih kuat.

– Unreamed nail: Hal ini dirancang untuk menjaga suplai

darah IM pada fraktur terbuka di mana suplai periosteal

telah hancur. Saat ini disediakan untuk fraktur terbuka

dengan derajat tinggi; kerugiannya adalah bahwa alat ini

secara signifikan lebih lemah dari reamed nail yang lebih

besar dan memiliki risiko yang lebih tinggi terjadinya

implant fatigue failure.

Flexible Nails (Enders, Rush Rods)

– Beberapa pin IM yang menggunakan tenaga pegas untuk

menahan angulasi dan rotasi, dengan kerusakan minimal

pada sirkulasi medula.

– Alat ini jarang digunakan di Amerika Serikat karena

dominasi pola fraktur yang tidak stabil dan sukses dengan

interlocking nails.

– Hal ini direkomendasikan hanya pada anak-anak atau

remaja dengan physes terbuka.

Fiksasi Eksternal

– Terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga

dapat digunakan pada fraktur tertutup dengan komplikasi,

seperti sindrom kompartemen, adanya cedera kepala

bersamaan, atau luka bakar.

20

Page 21: Closed Fracture Tibial Plateau

– Popularitasnya di Amerika Serikat telah berkurang dengan

meningkatnya penggunaan reamed nails untuk sebagian

besar fraktur terbuka.

– Tingkat union: Hingga 90%, dengan rata-rata 3,6 bulan

untuk union.

Plates and Screws

– Biasanya dilakukan pada fraktur yang meluas ke metafisis

atau epifisis.

– Tingkat keberhasilan yang dilaporkan adalah 97%.

– Tingkat komplikasi infeksi, kerusakan luka, dan malunion

atau nonunion meningkat pada pola cedera-energi yang

tinggi.

Pada fraktur tibial plateau indikasi tindakan operatif diantaranya range

dari depresi articular >2 mm sampai 1 cm, fraktur terbuka, adanya

sindrom compartment, dan adanya kerusakan vascular. Pada fraktur

tibial plateau Schatzker tipe I-IV dapat diperbaiki dengan

percutaneous screw atau penempatan periarticular plate di bagian

lateral plateau. Fraktur tipe V dan VI dapat ditangani dengan

menggunakan plate dan screw, ring fixator, atau hybrid fixator.

X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan

komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli

lemak, trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan

infeksi. Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union,

non union, malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 1,4,6

– Malunion: Hal ini termasuk deformitas yang tidak sesuai dengan

posisi anatominya.

21

Page 22: Closed Fracture Tibial Plateau

– Nonunion: Hal ini terkait dengan cedera- berkecepatan tinggi, fraktur

terbuka (terutama Gustilo grade III), infeksi, fibula yang intak, fiksasi

yang tidak adekuat dan fraktur yang pada awalnya mengalami

pergeseran.

– Dapat terjadi kekakuan pada lutut dan / atau pergelangan kaki.

– Nyeri pada lutut: Hal ini merupakan komplikasi yang paling umum

yang berhubungan dengan IM tibial nailing.

– Kerusakan hardware: Kerusakan nail dan locking screw tergantung

pada ukuran nail yang digunakan dan jenis logamnya. Reamed nail

yang lebih besar memiliki cross screw yang lebih besar; insidens

kerusakan nail dan screw lebih besar pada undreamed nail yang

memanfaatkan locking screw dengan diameteter- kecil.

– Nekrosis akibat suhu dari diafisis tibia dengan reaming merupakan hal

yang tidak biasa dan merupakan komplikasi yang serius. Risiko

meningkat dengan penggunaan reamer yang tumpul dan reaming

dengan kontrol tourniquet.

– Reflex simpatik distrofi: Hal ini merupakan hal yang paling umum

terjadi pada pasien yang tidak bisa menggunakan bear weight early

dan dengan imobilisasi cast yang lama. Hal ini ditandai dengan nyeri

dan bengkak yang diikuti oleh atrofi ekstremitas. Tanda-tanda

radiografi adalah demineralisasi bercak-bercak pada kaki dan distal

tibia serta pergelangan kaki equinovarus. Hal tersebut diobati dengan

stoking kompresi elastis, weight bearing, blok simpatis, dan orthoses

kaki, disertai dengan terapi fisik yang agresif.

– Kompartemen syndrome: Kompartemen anterior merupakan

kompartemen yang paling sering terkena. Tekanan tertinggi terjadi

pada saat reduksi terbuka atau tertutup. Hal ini memerlukan fasiotomi.

Kematian otot terjadi setelah 6 sampai 8 jam. Kompartemen syndrome

deep posterior mungkin terlewatkan karena tidak terkenanya

kompartemen superficial diatasnya, dan menyebabkan claw toes.

22

Page 23: Closed Fracture Tibial Plateau

– Cedera neurovaskular: Cedera vascular jarang terjadi kecuali jika

cedera berkecepatan tinggi, adanya pergeseran nyata, sering pada

fraktur terbuka. Hal ini paling sering terjadi pada arteri tibialis anterior

yang melintasi membran interoseus tungkai bawah bagian proximal.

Hal ini mungkin memerlukan saphenous vein interposition graft.

Nervus peroneal komunis rentan terhadap cedera langsung pada fibula

proximal serta fraktur dengan angulasi varus yang signifikan. Traksi

yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada saraf, dan cetakan

cast/ padding yang tidak adekuat dapat mengakibatkan neurapraksia.

23

Page 24: Closed Fracture Tibial Plateau

DAFTAR PUSTAKA

1. Nalyagam S. Principles of Fractures. In: Solomon L. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 687-693.

2. Bucholz, Robert W.; Heckman, James D. Fractures of The Tibia and Fibula.

In: Court-Brown, Charles M. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 7th

Edition. UK: Lippincott Williams & Wilkins. 2006. p. 1868-76.

3. Koval, Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 4th

Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006.p. 464-75.

4. Thompson, John C. Thigh/Hip: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy. 2th

Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 250-3, 266-8.

5. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s Atlas of Anatomy 12th edition. New York:

Lippincott William Wilkins. 2009. p. 422-5.

6. Thompson, John C. Leg and Knee in: Netter's Concise Orthopaedic Anatomy.

2th Edition..Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p. 294, 316-9.

7. Snell RS. The Lower Limb. Clinically Anatomy by Regions. 8th Edition. New

York: Lippincott Williams & Wilkins; p. 595-6.

8. Mostofi SB. Fracture Classification in Clinical Practice. London: Springer.

2006. 59-60.

9. Miller MD, Thompson SR, Hart JA. Review of Orthopaedics 6th Edition.

Philadelphia; Saunder Elsevier. 2012. p. 315-6.

10. James Beaty, Kaser, R james.Rockwood and Wilkins Fracture in Children 7 th

ed.2010.

24

Page 25: Closed Fracture Tibial Plateau

11. Nalyagam S. Fracture Hip/Thigh. In: Solomon L. Apley’s System of

Orthopaedics and Fractures. Ninth edition. UK: 2010. p. 859-60.

25