cover journal azithromycin chloramfenicol
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
![Page 1: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORANJOURNAL READING
“Azithromycin vs chloramphenicol for uncomplicated typhoid fever in children”
_______________________________________Sumber : Journal Pediatrica Indonesiana , Penulis : Yulia Antolis,
Tony Rampengan, Rocky Wilar, Novie Homenta Rampengan
Departement of Child Health, Sam Ratulangi University Medical School, Manado, Indonesia
Oleh :
Muh Hasan Passamula
2009730032
Dokter Pembimbing :
dr. Jauhari Tri Wasisto, Sp.A
STASE ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR
&
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
![Page 2: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas journal reading
ini tepat pada waktunya, journal reading yang berjudul ” Azithromycin vs
chloramphenicol for uncomplicated typhoid fever in children” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepanitraan Klinik di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis:
1. dr. Jauhari Tri Wasisto, Sp.A selaku dokter pembimbing serta Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, semoga journal reading ini dapat
memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan
kepada pembaca.
Terimakasih
Cianjur, November 2015
Penyusun
![Page 3: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Journal Pediatrica Indonesiana , Yulia Antolis, Tony Rampengan, Rocky Wilar,
Novie Homenta Rampengan. Departement of Child Health, Sam Ratulangi
University Medical School, Manado, Indonesia. May 2013
![Page 4: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/4.jpg)
AZITROMISIN vs KLORAMFENIKOL UNTUK TERAPI DEMAM
TIFOID TANPA KOMPLIKASI
Oleh :
Yulia Antolis, Tony Rampengan, Rocky Wilar, Novie Homenta RampenganDepartement of Child Health, Sam Ratulangi University Medical School, Manado, Indonesia
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang sampai saat ini masih menjadi
penyakit endemik dengan insiden tertinggi di Indonesia. Sampai saat ini,
kloramfenikol masih menjadi obat lini pertama untuk terapi demam tifoid tanpa
komplikasi. Tetapi pada kenyataannya telah terbukti, bahwa strain dari Salmonella
typhi sudah mengalami resistensi terhadap kloramfenikol, ampicilin, dan
trimetorprim-sulfametoksazol. Selain itu, penggunaan terpai kloramfenikol
terhadap penderita demam tifoid ternayata juga dapat menjadikan kekambuhan
kembali dan timbulnya kompikasi berat terhadap penderita, seperti depresi
sumsum tulang dan anemia aplastik. Dibutuhkan alternatif baru sebagai pengganti
dari kloramfenikol. Azitromicin adalah derivat dari makrolid dasar yang memiliki
efektivitas yang lebih baik daripada eritromisin terhadap bakteri gram negatif.
Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kemanjuran
azitromicin terhadap demam tifoid tanpa komplikasi yang dibandingkan dengan
kloramfenikol.
Metode Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian yang dipilih adalah anak berusia 2-13 tahun dengan
demam tifoid tanpa komplikasi yang datang ke Depertemen Kesehatan
Anak, Universitas Sam Ratulangi/Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou,
Manado dari November 2011 – Maret 2012;
![Page 5: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/5.jpg)
b. Jumlah Sampel
Minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 65 orang, 33 untuk
digolongkan manjadi kelompok A sebagai kelompok yang menerima
Azitromicin (p.o 10 mg/kgBB/hari satu kali), dan menjadi 32 menjadi
kelompok B sebagai kelompok yang menerima Kloramfenikol (100
mg/kgBB/hari/4 jam).
Kriteria eksklusi: anak-anak yang malnutrisi berat, riwayat hipersensitivitas
terhadap azitromicin dan kloramfenikol, riwayat infeksi S.enteritidis, dan
beberapa penyakit lain seperti demam dengue, malaria, pneumonia, TBC,
atau ISK.
c. Proses Pemilihan Sampel
Sampel terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menyingkirkan kriteria eksklusi melalui tes darah lengkap, tes Tubex, dan
urinalisis. Untuk hasil urinalisis, jika leukosit >5 sel per lapang pandang
maka dilakukan kultur urin. Hal ini berfungsi untuk menyingkirkan ISK.
Setelah pemilihan sampel selesai, pasien diberikan terapi dan setelah itu
dilihat masa demamnya (waktu pada jam dimulainya terapi sampai temperatur
tubuh turun <37,5oC dan dilihat kembali selama 48 jam). Lalu, respon dari
terapinya (penurunan tanda dan gejala), dan beberapa efek samping serta
komplikasi yang ditimbulkannya. Jika proses terapi mengalami kegagalan (timbul
efek samping dan komplikasi berat), maka pasien diberikan terapi dengan
seftriakson 80mg/kgBB/hari selama 7 hari.
d. Analisis Data
Proporsi kesembuhan diukur dengan uji Chi-square dan fever clearance time
dengan independent T-tes dengan P value 0,05.
![Page 6: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/6.jpg)
Hasil Penelitian
Tabel 1 menunjukkan kriteria epidemiologi, klinis, dan hasil laboratorium
diantara kedua kelompok. Dimana 17 dan 16 laki-laki menerima terapi dengan
azitromicin dan kloramfenikol. Rata-rata usia dalam penelitian ini adalah 6,04
(SD 3,09) tahun pada kelompok azitromisin dan 6,18 (SD 2,55) tahun pada
![Page 7: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/7.jpg)
kelompok kloramfenikol. Anoreksi adalah tanda yang paling umum terjadi setelah
demam, lalu diikutu dengan mual dan muntah. Hasil dari hitung darah lengkap
pada kedua kelompok dalam batas normal.
Untuk tabel 2, menjelaskan bahwa fever mean clearance pada azitromicin
lebih cepat (mean 37,90 jam) dibandingkan dengan kloramfenikol (mean 49 jam),
tetapi hasil statistik membuktikkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
keduanya. Sedangkan untuk kesembuhan klinis, azitromicin lebih baik dalam
menyembuhkan demam tifoid dibandingkan dengan kloramfenikol. Hal ini
terbukti dari hasil kegagalan terapi pada dua pasien kelompok kloramfenikol.
Diskusi
Dalam penelitian ini ditemukan, bahwa antara azitromisin dengan
kloramfenikol memiliki khasiat yang sama dalam menyembuhkan demam tifoid
tanpa komplikasi yaitu dengan hasil clinical cure rates 93-100%;
Dalam penelitian ini ditemukan fever clearance times lebih cepat. Hal ini
terbukti juga dalam penelitian yang dilaporkan oleh Butler et al yang menemukan
bahwa pemberian azitromisin pada penderita demam tifoid dewasa dengan dosis
500 mg/hari selama 7 hari dapat mengashilkan mean fever clearance time 98,4
jam jika dibandingkan dengan kloramfenikol dengan dosis 2-3 gram/hari/4 jam
selama 14 hari yang menghasilkan mean fever clearance times selama 103,2 jam.
Sama halnya dengan Butler et al, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Frenck et al yang menemukan bahwa terapi oral azitromisi
pada anak dan remaja dengan dosis 10 mg/kgBB/hari selama 7 hari
mengahasilkan mean fever clearance time selama 4,1 hari. Untuk efek samping
yang ditimbulkan oleh azitromisin, dalam penelitian ini ditemukan efek samping
![Page 8: Cover JOURNAL Azithromycin Chloramfenicol](https://reader036.vdocument.in/reader036/viewer/2022082822/5695d41f1a28ab9b02a062d1/html5/thumbnails/8.jpg)
yang minimal, yaitu adanya gangguan gastrointestinal dan batuk yang tidak serius
dan tidak perlu diterapi.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah, bahwa dalam penelitian ini tidak
dilakukan kultur darah untuk mengetahui sensitivitas antiviotik terhadap bakteri,
yang padahal kultur darah merupakan gold standar dalam mendiagnosa demam
tifoid.
Kesimpulan
Keberhasilan azitromicin dalam terapi demam tifoid tanpa komplikasi sama
halnya dengan terapi dengan kloramfenikol. Perbedaannya hanyalah terdapat pada
masa penunrunan demam dan penyembuhan klinis yang lebih cepat dibandingkan
dengan kloramfenikol, yang meskipun secara statistik dalam penelitian ini tidak
ada hasil yang signifikan.