abstract d0213026.docx · web viewword : interpersonal communication, phatic communication, verbal...
TRANSCRIPT
JURNAL
KOMUNIKASI FATIS DALAM ORGANISASI MAHASISWA
(Studi Kasus Bentuk dan Fungsi Komunikasi Fatis pada Tim Kompetisi “63rd
International Choral Contest Habaneras and Poliphony-Torreveija 2017” oleh Unit
Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Voca Erudita UNS)
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
Christina Kusuma Jati
D0213026
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
KOMUNIKASI FATIS DALAM ORGANISASI MAHASISWA
(Studi Kasus Bentuk dan Fungsi Komunikasi Fatis pada Tim Kompetisi “63rd
International Choral Contest Habaneras and Poliphony-Torreveija 2017” oleh
Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Voca Erudita UNS)
Christina Kusuma Jati
Chatarina Heny Dwi Suwarti
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This research aims to identify the function and form of phatic communication in student organization, Voca Erudita student choir of Sebelas Maret University’s competition team, that join in “63rd International Choral Competition Habaneras and Poliphony” international competition. By using case study research method on a number of member on board and through collecting data techniques of observation, documentation, and interview, the research result that were obtained showed about the using of the twelve function of phatic speech for interacting by the competition team members of Voca Erudita student choir. The research result showed that the tweleve functions of phatic communication is very fluently used by the competition team. The using of phatic communication ideally suited to whom they were communicate. The functions of phatic communication built the team’s solidarity that impact on singing harmonization. Phatic communication is strongly influenced by the origins of their birthplace which mostly come from Java (Central Java). So they most use the language “Java Ngoko” that spoken in formal or informal situation to another member. While phatic speech that use bahasa Indonesia and English used in several situation. Nonverbal activity such as smile, shake hand, embracing, etc revealed certain verbal language that implies a symbol of affection, aprreciation of other people’s presence and warmth.
Keyword : Interpersonal Communication, Phatic communication, Verbal and Nonverbal Language
1
Pendahuluan
Perkembangan media massa saat ini memungkinkan banyak orang
mendapat kesempatan untuk berkomunikasi tanpa harus bertatap muka. Dengan
menggunakan alat komunikasi modern, seperti smartphone, setiap orang dapat
mengakses informasi dari manapun dan dengan siapapun. Di Indonesia, pengguna
internet kian bertambah dengan pesat hingga menjadikan Indonesia menduduki
peringkat sepuluh besar negara dengan pengguna internet terbesar di dunia dengan
separuh penggunanya merupakan masyarakat dalam kelompok usia produktif.
Selain itu, saat ini sebanyak 16.68 % anak serta remaja dengan rentang usia 13-18
tahun telah menggunakan fitur internet.
Sebelum mengenal media sosial dan jaringan internet, masyarakat kembali
kepada interaksi sosial antar manusia. Komunikasi tatap muka adalah komunikasi
yang sarat akan makna, baik secara verbal maupun non verbal. Dengan
berkomunikasi secara langsung, baik antar individu atau di dalam kelompok,
seseorang akan menunjukan aktualisasi dirinya, memenuhi kebutuhan sosial dan
intelektualnya serta memenuhi kebutuhan akan penghargaan diri.1 Terkhusus bagi
remaja, komunikasi tatap muka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya.
Percakapan kecil (small talk) sering kali digunakan untuk mengurangi
ketegangan dan rasa frustasi saat berinteraksi secara langsung dengan seseorang.
Percakapan kecil seperti “Selamat pagi”, “Halo!”, “bagimana kabarmu?”
menanyakan kabar, mengomentari cuaca, digunakan untuk untuk menciptakan
perasaan senang atau untuk mengakui kehadiran orang lain, memupuk
kehangatan, dan menunjukan kita ramah. Komunikasi seperti inilah yang biasa
disebut dengan komunikasi fatis (phatic communication).2
Komunikasi fatis juga menjadi salah satu cara berkomunikasi yang tepat
yang digunakan dalam suatu organisasi untuk menciptakan hubungan yang
menyenangkan diantara anggotanya. Pesan yang terkandung dalam komunikasi
1 Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 162 Ibid. Hal 18
2
fatis tidak sepenuhnya informatif namun dapat menjaga hubungan atau kontak
sosial antara komunikator dan komunikan.3
Pada penelitian ini peneliti memilih untuk mengulas penggunaan teori
komunikasi interpersonal yakni komunikasi fatis dalam organisasi mahasiswa.
Dalam ranah ilmu komunikasi, peneliti melihat bahwa penelitian mengenai teori
komunikasi fatis adalah hal yang menarik dan unik sebab sangat jarang diulas.
Secara khusus, penelitian ini menyoroti tentang penggunaan komunikasi
fatis pada anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Voca Erudita dari Universitas
Sebelas Maret yang pada bulan Juli tahun 2017 mengikuti ajang kompetisi paduan
suara internasional di kota Torrevieja, Spanyol. Selain memiliki sistem organisasi
mahasiswa yang profesional, saat dalam masa proses kompetisi Voca Erudita
memiliki intensitas komunikasi langsung yang tinggi.
Rumusan Masalah
Penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah tentang Bagaimana
fungsi dan bentuk komunikasi fatis yang terjadi pada tim kompetisi 63rd
International Choral Competition Habaneras and Poliphony di Organisasi
Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa Voca Erudita Universitas Sebelas Maret
Surakarta?
Landasan Teori
1. Komunikasi
Harold Lasswell menggambarkan komunikasi dengan cara menjawab
pertanyaan berikut “Who Says What in Which Channel to Whom with What
Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa
Dengan Pengaruh Bagaimana?4 Dalam definisi ini, komunikasi merupakan
sebuah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut ditemukan lima unsur yang harus
dipenuhi untuk berkomunikasi, yaitu Komunikator (Source), Pesan
(Message), Komunikan (Receiver), Media (Channel), dan Efek (Effect).5
3 Dr. Jumanto. 2008. Komunikasi Fatis. Semarang: WorldPro Publishing of the World Hal 3.4 Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Sebagai Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 69.5 Daryanto. 2011. Ilmu Komunikasi 1. Bandung : Yrama Widya. Hal 4
3
Sehingga komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang kemudian
menimbulkan efek tertentu.
2. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication, dyadic
communication) adalah komunikasi antara orang-orang dengan tatap-muka,
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.6 Ciri-ciri komunikasi diadik
adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada pada jarak yang dekat, pihak
yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan baik secara verbal maupun nonverbal.7
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
pikiran, perasaan, dan maksud dari pengirim pesan.8 Suatu sistem
komunikasi verbal disebut bahasa.9 Bahasa adalah sperangkat simbol,
dengan aturan untuk mengkomunikasikan simbol-simbol tersebut, yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas.10 Secara sederhana, Joseph A.
Devito mengidentifikasikan bahasa verbal sebagai pesan yang dikirim
menggunakan kata-kata.11
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) yang mempunyai nilai pesan bagi pengirim atau
penerima. Definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak
disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruhan.12 Secara sederhana, sebuah pesan dalam komunikasi
nonverbal merupakan semua isyarat yang bukan kata-kata yang
6 Ibid. Hal 817 Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1977. Human Communication. New York : Random House. Hal 8.8 Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 259.9 Ibid. Hal 260.10 Ibid. Hal 260.11 Joseph A. Devito. 1988. The Interpersonal Communication Book : The Fourteenth Edition. Edinburgh
Gate: Pearson Education Limited. Hal 103.12 Ibid. Hal 343
4
terkadang terkirim tanpa disadari bahwa pesan tersebut bermakna untuk
orang lain.13
Komunikasi nonverbal dapat dilakukan secara beriringan dengan
komunikasi verbal dengan berbagai media seperti sikap tubuh,
perawakan, raut wajah, kontak mata, sentuhan, vokalik, jarak, isyarat,
penciuman, bahkan dengan diam. Pesan nonverbal membantu
menciptakan kesan kepada komunikan.
3. Komunikasi Organisasi
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai
tujuan tertentu.14 Komunikasi organisasi merupakan suatu pertukaran sebuah
konsep yang sederhana namun sangat vital.15 Dalam komunikasi organisasi
dikenal proses komunikasi dua arah yaitu
(1) pemberi pesan media penerima pesan, dan (2) pemberi pesan media penerima pesan.Jika dari dua proses ini hanya terjadi satu kali maka komunikasi yang terjadi
bersifat searah dan tidak terjadi timbal balik.
Dalam lingkup komunikasi organisasai terdapat dua sistem
komunikasi yang terjadi yaitu komunikasi secara makro (eksternal) dan
komunikasi mikro (internal).16 Komunikasi makro terjadi antara organisasi
dengan lingkungannya, atau organisasi lainnya. Komunikasi mikro terjadi
diantara para anggota organisasi atau merupakan komunikasi interpersonal
dalam organisasi.
4. Motif Komunikasi
Seseorang berinisasi untuk melakukan komunikasi untuk
memenuhi suatu motif tertentu. Thomas M. Schiedel mengemukakan bahwa
kita berkomunikasi pada dasarnya tujuannya adalah untuk mengendalikan
lingkungan fisik dan psikologis manusia.17 Motif komunikasi menjadi
13 Joseph A. Devito. 1988. The Interpersonal Communication Book : The Fourteenth Edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited. Hal 131.
14 Alo Liliweri. 2009. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKIS. Hal 115 Ibid. Hal 13.16 Ibid.17 Thomas M. Scheidel. 1976. Speech Communication and Human Interaction Edisi 2. Glenville,III : Scott,
Foresman & Co. Hal 27
5
penyebab seseorang terdorong untuk menyampaikan pesan kepada manusia
lainnya. Manusia memiliki motif yang berbeda-beda untuk berkomunikasi.
William I. Gorden mengemukakan tujuan komunikasi berdasarkan
4 fungsinya yaitu komunikasi instrumental, komunikasi ritual, komunikasi
ekspresif, dan komunikasi sosial.18 Komunikasi sosial mengemukakan
bahwa manusia berkomunikasi dengan tujuan untuk membangun konsep
diri manusia itu sendiri, aktualisasi diri, keselamatan fisik, kelangsungan
hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tegangan dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Untuk memupuk kehangatan dengan orang
lain secara sadar manusia sering kali menggunakan komunikasi fatis.
5. Komunikasi Fatis
Komunikasi fatis pertama kali dikenalkan oleh Bronislaw Malinowski,
seorang antropolog yang telah banyak meneliti di bidang etnografi dalam
penelitiannnya “The Problem of Meaning in Primitive Languages”.19
Menurutnya komunikasi fatis merupakan sebuah tipe ujaran atau cara
bercakap yang dapat mengikat kesatuan yang dibuat dengan pertukaran
kata-kata belaka. Kata-kata itu tidak sepenuhnya membawa arti namun
dapat memenuhi fungsi membentuk dan menjaga kontak sosial dalam
komunikasi. 20
Komunikasi Fatis memang lebih banyak mengarah dalam lingkup
studi linguistik, namun Vladmir Zegarac dalam jurnalnya Phatic
Communication, mengatakan bahwa komunikasi yang merupakan arti dari
kata-kata sehari-hari tersebut lebih mengacu kepada ujaran yang mengisi
fungsi-fungsi sosial daripada dalam perspektif linguistik.21
Komunikasi Fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk
menimbulkan kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya.22
Pada umumnya komunikasi fatis ini dilakukan melalui komunikasi yang
18 Ibid. Hal 3019 K. P Schneider. 2009. Topic selection in phatic communication. Multilingua - Journal of Cross-Cultural
and Interlanguage Communication Vol 6 Issues 3. Hal 249.20 Gunter Senft. 2009. Phatic Communion. Culture and Language Use, Vol XIII, No 2. Hal 227.21 Vladimir Zegarac. 1999. Phatic Intepretation and phatic communication. Journal of Linguistics Volume 35 Edisi 2. Hal 1322 Deddy Mulyana. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 14.
6
dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi fatis dalam bahasa
Inggris disebut juga small talk, chit chat, atau komunikasi para pejalan kaki
(dull and pedestrian).23 Orang-orang menyadari bahwa beberapa ungkapan
seperti, “hari yang cerah, kan?”, “bagaimana liburanmu?” merupakan
percakapan yang bersifat sosial.
6. Komunikasi Efektif
Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rakhmat dalam
bukunya Komunikasi Efektif menyatakan bahwa komunikasi yang efektif
paling tidak menimbulkan lima hal yakni: pengertian, kesenangan, pengaruh
pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.24
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Riset studi kasus yang dilakukan memiliki batasan rentang waktu tiga
bulan yaitu bulan Mei hingga Agustus 2017. Subjek penelitian ini adalah tim
kompetisi PSM Voca Erudita UNS yang berlomba pada ajang kompetisi paduan
suara internasional kategori musik Habanera dan Polifoni di kota
Torrevieja,Spanyol. Dari populasi sebanyak 34 orang diabil 14 sampel informan
yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Informan yang dipercaya sebagai
sumber yang relevan dan mengetahui masalah penelitian secara mendalam. 14
informan yang dipilih terdiri dari mahasiswa aktif dari berbagai angkatan masuk
organisasi dan berbagai kelompok suara. Tiap angkatan diambil empat partisipan,
dimana keempat anggota berasal dari kelompok suara yang berbeda, yaitu dari
kelompok suara Sopran, Alto, Tenor, dan Bass. Dalam tim kompetisi yang
terbentuk terdapat 5 angkatan yang tergabung, yaitu angkatan organisasi tahun
2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016. Angkatan 2012 dan 2013 yang ada pada tim
kompetisi masing-masing hanya ada 1 informan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam,
observasi partisipatif, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model
analisis interaktif dari Miles & Huberman yaitu dengan mengintegrasikan setiap
23 Justine Coupland . 2000. Small Talk. Harlow, England: Pearson Education Limited. Hal 324 Jalaluddin Rakhmat. 2009. Lima Tanda Komunikasi Efektif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 23.
7
unit data yang diperoleh dengan unit data lainnya guna mendapatkan data yang
sesuai dengan tujuan penelitian.
Sajian dan Analisis DataDidalam pembahasan ini dibagi menjadi empat tipe situasi yang
didasarkan oleh karena faktor kuasa (power) dalam organisasi, dan solidaritas
(solidarity), hingga komunikator diperhadapkan kepada enam situasi yang
berbeda, yaitu
1. komunikator sebagai senior akrab, 2. komunikator sebagai senior tidak akrab,3. komunikator sebagai junior akrab,4. komunikator sebagai junior tidak akrab5. komunikator sebagai teman seangkatan akrab, dan6. komunikator sebagai teman seangkatan yang tidak akrab
Adapun pembahasan mengenai bentuk komunikasi fatis dikalangan
anggota tim kompetisi PSM Voca Erudita UNS mencakupi percakapan yang
terdiri dari tiga struktur yakni pembuka percakapan, isi percakapan dan penutup
percakapan. Ujaran tersebut mencakup fungsi komunikasi fatis yang diterapkan
dalam organisasi mahasiswa PSM Voca Erudita UNS. Adapun bentuk-bentuk
komunikasi yang dipaparkan mengacu kepada keduabelas fungsi komunikasi
fatis. Menurut Jumanto dalam bukunya Komunikasi Fatis di Kalangan Penutur
Jati Bahasa Inggris yang meliputi25:
1. untuk memecahkan kesenyapan2. untuk memulai percakapan3. untuk melakukan basa-basi4. untuk melakukan gosip5. untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung6. untuk mengungkapkan solidaritas7. untuk menciptakan harmoni8. untuk menciptakan perasaan nyaman9. untuk mengungkapkan empati10. untuk mengungkapkan persahabatan 11. untuk mengucapkan penghormatan, dan 12. untuk mengungkapkan kesantunan
Berdasarkan pengamatan dan wawancara mendalam didapatkan data
primer berupa ujaran fatis yang kemudian dikategorikan menjadi 22 jenis ujaran
25 Dr. Jumanto. 2008. Komunikasi Fatis. Semarang: WorldPro Publishing of the World. Hlm 27.
8
verbal yang terkait dengan salah satu fungsi komunikasi fatis yang dilakukan oleh
anggota tim kompetisi PSM Voca Erudita UNS. Data tersebut diringkas pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1
Ringkasan Bentuk dan Fungsi Komunikasi Fatis pada tim kompetisi Voca
Erudita UNS
No Fungsi Bentuk1. Memecahkan
KesenyapanDengan a) Mengucapkan salam
bertemub) Menyebut nama,
sapaan , atau nama julukan
c) Mengucapkan salam berpisah
d) Memberi komentar atas sesuatu yang sudah jelas
a. Mengucapkan salam bertemu “Hai”, “Hei”, “Halo”, “Woy!”, “woy coy!”,“Eh!”,
“mbak...”,“Ssst! Ssst!”,“mbak! Mas!”, “pie mbak?”, “pie mas?”,“heh nduk!”, “halo mbak”, “halo mas”,“eh mbak Hani”, “Hey Cik, dari mana?”,“bek! seko ngendi?”,“halo Isno, gimana kabare?”, “Hey Cil, ngapain lu?”, “eh,cuk! Meh neng ndi?”, “eh mbak!? Hai mbak! Enggak kelas mbak?”, “Heeeei!” “Haaah?!” “mbak!”, dsb
b.Memanggil nama- Asli : “Wahyu”, “Hai Han!”, “mbak Hani” “Yos!”,
“mas Wahyu!”, “Debora!”, “Hendra”, “Kezia”, ”Suks”, “Tom”, “Gat”.
- Julukan : “WHY!”, “Tacik!”, “Nduk!”, “Ndro!”, “Bek!”, “Yank!”, “Cik!”, “mbulcuu”, “Coy!”, “Cik!”, “lik”, “cuk”, “pak bos”, “pak ketua”, “Mariadi”, “Sulis”, “Puta”, “Su”, “cak lontong”.
- Sapaan : “Titin”, “Uma”, “Bang Edo”, “Kak Tepi” c. Mengucapkan salam berpisah
“Dah!”, “bye!”, “dadah!”,“Selamat Tinggal!”, “yuk pulang yuk”, “sorry ya lagi buru-buru”, “Sik ya!”, “tak disikan ya”, “sik ya aku pamit, soale aku selak ditunggu”, “yaudah ya aku keburu mau pergi”, “duluan ya!”, “duluan ya, met makan!”, “udahan yuk, dah malem”,“duh aku dah ngantuk banget i, pulang weh yo?”, “eh ini udah jam segini i, aku mau ketemuan.. udah janjian sama B”, “eh besok lagi ya ketemu waktu latihan”, “eh sik sik bentar ya aku tak nyelesaiin ini bentar”, “mas maaf ya mas aku ada acara, nanti kalau misalkan aku senggang tak kabari”, “ketemu ntar di latihan ya”, “yaudah duluan ya, aku balik ya, kamu ikut endak?”, “Eh aku pulang dulu ya”, “eh bentar ya aku ada urusan lain sih”, “duluan ya aku ada kelas”, “gue balik dulu ya, lu mau kemana?”, “Dah semua! Ati-ati ya pulange.. Tuhan berkati”, dsb.
2. Memulai PercakapanDengan a. Mengucapkan salam
bertemub. Menyebutkan nama,
sapaan, atau nama julukan
c. Mengucapkan salam berpisah
d. Memberi komentar atas sesuatu yang sudah jelas
e. Menyelaf. Meminta maaf untuk
memulai percakapan
9
d. Memberi komentar untuk sesuatu yang sudah jelas
“gila! hujannya deres banget”, “eh lagi pada makan to?”, “kok kamu enggak istirahat?”,“mbak.. aku mau itu yang kamu bawa!”, “kamu alisan to yos?”, “Duh, Wifi nya lemot”, “eh susah ya lagunya”, “weh opo wi cuy? Apik! Foto sik!”, “eh rambutmu bagus”, “abis potong rambut nih?”, “eh kok rambutmu kok mbok potong kenapa?”, “eh rambutmu kemerahan”, “mbak, rambutmu mbok semir to mbak?”, “eh rambutmu bagus! lucu banget”, “mbak sepatumu kok rusak to? padahal masih baru”, “eh , lucu banget batikmu beli dimana?”, “Kamu bagus pake kaos itu”, “oh Um! kae enek pantai kae, ayo rono?!”, “Eh anu Um.. Ayo! kui lho Sangria!”, “ayamnya enak mbak”, “masakannya enak”, “habis kuliah?”, “abis ngajar mbak?”,“rapi banget mau kemana?”, “eh kok kamu tambah gendutan?”, “kok kamu kurusan to mbak?”, “Beni enggak dateng to deb?”, “Eh bang, kok lo item banget sih?”, “oh, nanti ga ada latihan ya?”, dsb
e. Menyela
“eh mau kemana?”, “meh neng ndi lek?”, “eh dengerin gua, bentar.” , “eh Um Um Um!”, “heh suks, gagasa!”, “makan yuk!”, “Permisi!”, “Eh aku boleh masuk?”, “aku masuk ya”, “mas lowong enggak?”, “mbak lagi repot engga?”, “mbak nge ronde yuk?”, “mbak lagi dimana?”, ‘mbak, aku suarane pie? kurang gimana?’, “Kantung, aku mau ngomong”, “Ven kamu sibuk engga? Temenin aku yuk”, “lagi ngapain?”, “lagi mau ngapain?”, “eh, mbak lagi sibuk engga”,“Eh Mel, tak kandani”, “Eh menurut lu gue good looking enggak?”, “Eh no, kae lucu banget orak sih?”, “mas ini part ini gimana to?”, “Ben, ini gimana sih?”, “pie iso lagune iki hurung?”, “gimana yang kemaren itu?”, dsb
f. Minta maaf untuk memulai percakapan “eh mbak Minta Maaf mbak sebelume mbak. Job
yang ini aku enggak bisa handle. Aku minta tolong mbak...”, “mbak maaf, mbak besok bisa ikut ppds nggak?”, “Sorry mbak, mbak kira-kira bisa ... enggak?”,“maaf mas ngganggu bentar”, “eh maaf nih ganggu” , “eh sorry yo ki enek sesuatu, ngene ki..”, “sori mbak, bisa minta tolong ini engga”, “maaf mba, ini ada....”, “Kantung maaf, aku mau ngomong sesuatu”, “sorry, ada yang selo enggak?”, “Sorry, lagi sibuk enggak?”, “Sorry ya, aku masuk.
10
kalau menurutku..”, “Sori aku ganggu, kowe iso ngancani aku ora ….”, dsb.
3. Melakukan Basa-Basi Dengan Pembuka basa-basi Isi Penutup basa-basi
Pembuka basa basi “halo, gimana kabarmu?”, “Selamat Sore”, “Selamat berlatih kembali”,“eh lama banget enggak ketemu ya”, “ngapain lu?”, “mau ngapain?”, “abis beli apa?”, “habis dari mana?”,“ngapain ke sini?”, “mau kemana?”, “ngapain disini?”, “sama siapa?”
Isi basa basi “baik kok” , “lumayan”, “ini mbak mau gini gini gini”, “sinau ki sesuk ulangan”, “lagi ngeprint”, “ lagi fotokopi”, “Woh.. Seru!”, “eh lama banget enggak ketemu ya”, “gimana keluargamu?”,“gimana gebetanmu?”, “Gimana si itu?”, “pie kabare pacarmu?”,“eh ada game baru”, “kamu pernah nyoba nge-game pake aplikasi ini enggak?”,“gimana tadi?”, “gimana kuliahmu?”, “gimana skripsimu?”,“mbak kemarin latihannya gimana?”,“eh nanti ada latihan kan?”, “ayo makan”,“dah lama nunggu?”, “abis ini mau kemana?”, dsb
Penutup basa basi “oh yaudah”, “sik ya, aku meh nggarap tugas”, “aku duluan ya”, “duluan ya Kez”, “bye!”, “Dadah!”, “yaudah ya aku selak mau pergi”, “ketemu ntar di latihan ya”, “oh yo yo, tak kiro enek acara opo”
4. Melakukan GossipDengan Pembuka gosip Isi Penutup gosip
Pembuka gosip
“eh, si A itu kok kaya gini ya.. menurutmu gimana sih dia?”, “mbak itu mas...., punya gebetan baru”, “eh gek aku lagi sedih lho.. kemaren …”, “eh mar aku enggak bisa pulang i padahal bapakku sakit”, “eh aku kok ngrasain ....., menurutmu gimana?”,“ kalau aku kaya gini menurutmu gimana ya? Salah enggak ya?”, “aku punya masalah dengan …” , “mbak aku bad mood deh”, “eh mbak ini tadi choirnya ...”, “eh mbak mbak mbak! tak kasih tau..”,“lagi ada pikiran enggak? aku boleh cerita sesuatu?”, dsb.
Isi Gosip
“iya i aku ya ngerasa gitu juga”, “ho o i.. aku yo anyel banget”, “oh iyo ho o bener!”, “eh opo iyo to?”, “aneh gimana?”,“eh masa iya sih?”,“ketoke goro-goro iki deh”, “aneh aja kok dia .....”,
Penutup Gosip
11
“oh yaudah berarti perasaan kita sama”, “yowes to mas”, “eh latihan dah meh mulai nih, besok lagi ya”, “lanjut besok ya”, “Yowes”, dsb.
5. Menjaga agar percakapan tetap berlangsungDengan (e) menyela ; (g) menghindari kesenyapan ketika sedang berbicara; (h) mengubah topik pembicaraan, (i) memberikan ungkapan sebagai tanda mendengarkan
g. Menghindari kesenyapan ketika sedang berbicara
“ummm” ; “pie ya..” ; “emm..” ; “ho o” , “Hm m”, ‘Ehm..’ , “Hmm..’, ‘oh..’ , ‘Iyo’, ‘Oke’, ‘Well..’, ‘Mungkin to..’, ‘sik!’, ‘pie ya..’, “Eh...”, ‘oh iya?’, ‘woh?’, ‘maksudku...’, “eh apa itu namanya?” , dsb
h. Mengubah topik pembicaraan
“ih kok dadi serius ya, .....”, “Eh ....”, “by the way,.....”, “anyway,.......”, “oke, jadine mau inventaris kapan?”, “eh mbak wisuda kapan?”, “Kamu suka makanan apa?”, “kamu sekarang pie?”, “Susah banget enggak sih notasinya?”, dsb
i. Memberikan ungkapan sebagai tanda mendengarkan
“hm m”, “hmmm.. ”, “ho o”, “iya, iya”, “iya mbak”, “terus terus?”, “oh.. iya?”, “oh iya iya..”, “sungguh?” , “owalah” , “masa sih?” , dsb
6. Mengungkapkan SolidaritasDengan (j.) menyatakan harapan, (k.) memberikan ucapan selamat; (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu; (m.)meminta maaf, (n.)menyatakan terima kasih, (o.) memberi pujian, (p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan kata kotor, (r. ) mengolok-olok, (s.) bercanda
j. Menyatakan harapan
“GWS!”, “get well soon”, “cepet sembuh”, “met ujian!”, “met skripsian!”, “Semangat coy!”, “ndang rampung”, “semoga semuanya berjalan lancar”, “semoga dananya cepet turun!”, “Semoga kita bisa menampilkan yang terbaik”, “Semoga kita balik ke tanah air membawa kemenangan”, “hati-hati pulang selamat!”, “Semoga semua studinya dilancarkan dan semoga kita cepet lulus diwaktu yang tepat”, “Selamat Ulang Tahun Semoga Panjang Umur”, “Semoga ndang selesai skripsine”, “Semoga cepet Semprop”, “Tuhan memberkati”, “ndang difokusin” “Semangat kuliahe jangan sampai keteteran”, ‘yaampun semoga sponsorshipe tembus kabeh’ dsb
k. Memberikan ungkapan selamat
“Selamat Ulang Tahun”, “Happy Birthday to you”,“met ujian!”, “met skripsian!”, “Slamet ya!”, “Selamat yo coy!”, “met ulang tahun ya mel”, “selamat ya!”, “Happy birthday,semoga...”, “Selamat! udah seminar magang”, “apik banget, selamat ya!”, “Makan-makan!”, dsb
l. Menyatakan persetujuan atas sesuatu
“ho o, yowes, cus! Apik kok”, “yeey! bagus
7. Menciptakan harmoni(j.) menyatakan harapan, (k.)memberikan ucapan selamat, (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu , (m.) meminta maaf, (n.) menyatakan terimakasih, (o.) memberikan pujian,
12
(p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan kata kotor, (s.) bercanda
banget..”, “iya sih, aku setuju dengan pendapatmu”, “iyo sih.. ngaranku bener kowe tin..”, “iya sih, menurutku juga gitu”, “oh iya mas bener kamu”, “ya, akan ku coba”, “yo ho o sih”, “Eh ho o ya” , “eh yaampun, ho o!” , ”oh iya ya”, “oh yo yo”, “oh iyo iyo bener bener.. makane....”,“oh iya mbak”, “Iya sih..”, “ya.. bagus-bagus”, “yo rapopo, penting isoh”, “iya aku sependapat”, “iya sama banget sama aku!”, “menurutku yo koyo ngono sih”,”yo setuju, tapi koyokne ditambah ginian dikit...”, “yang ini kayaknya lebih bagus”, “eh setuju banget, apalagi yang ini...” ,“aku ya ngerasain hal yang sama”, dsb
m. Meminta maaf
“maaf aku baru datang aku tadi ketiduran” , “maaf aku baru datang aku tadi ketiduran”, “Sorry ya yos, aku keturon”, “maaf ya kalau ke kalian ada salah-salah kata”, “maaf ya kalau ada salah”, “aku minta maaf ya karena aku kemarin udah …”, “maaf yo mas” , “maaf ya aku nek aku kudu ngomong koyo ngene.. tapi yowes kowe ngerti nek aku sayang kowe, iki nggo kebaikanmu”, “Sorry gat, ora isoh teko”, “maaf ya gil, gue lagi capek nih”, “maaf ya do enggak jadi”, “mbak sorry enggak bisa dateng”, “mbak maaf gini gini”, “eh maaf”, “maaf ya”, “oh yo, maaf maaf..”, “mbak, maaf ya”,“Maaf Sulis ngerepoti”, “eh Sorry aku lupa ....”, “Sorry ya gil, lupa ngabarin”, “mbak Sorry, ini laudry-nya baru aku taruh”, “mas maaf mas, belom tak ambil”, “Mbak, Mas aku minta maaf ya kalau aku salah”, “maaf mbak aku enggak niat buat salah kemaren emang aku lagi emosi”,dsb.
n. Menyatakan terimakasih
“makasih ya mas ....”, “oh yowes makasih” , “ya thankyou”, “yowes nuwun ya mbak”, “makasih ya”, “makasih banyak!”, “trims ya”, “makasih ya mbak, kemarin udah nemenin aku buat.....” dsb
o. Memberi pujian
“Suaranya bagus, main pianonya bagus, “ah gantenge..”, “weh ngganteng tenan”, “suarane apik”, “Cantik”, “rambutnya bagus”, “ih gue suka deh sama baju lu”, “you look so pretty”, “Sangar kowe le”, “sangar coy!”, “Oh my God, apik banget nyanyimu”, “eh lucu banget batikmu beli dimana?”, “cantik banget sih”, “kamu bisa lebih dekat dengan anak-anak”, “Cantik, suaranya bagus”, “bulu
13
matamu bagus”, “coba deh rambut kamu digerai, pasti tambah cantik”, “Eh kamu tu cantik nek rambutmu segini”, “Eh keren kamu”, “ih gw suka deh sama rambut lo”, “wiss, teknis ik, apik!”, “koreografer terbaek!”,
p. Mengkritik
“besok lagi kamu ini dong, kalau misalkan ada orang ngomong gitu dihargai”, “Ssst! Jangan berisik”,“besok lagi jangan telat, karena ini eventnya sangat penting, kamu dibutuhin banyak orang”, “kalau menurutku, nek ... bakal...”, “Jangan gitu...”, “itu bagus.. tapi gimana kalau...”, “sorry, bukannya gini… itu baik, tapi…”, “yo enggak no, coba sekarang kamu lihat kaya gini… coba dipikir … misalkan …”, “kowe ki piye to yos, yo kudune orak ngene”, “ya kamu jangan kaya gitu ...” , “mbok wes to mas, kan kamu kan juga udah lebih gede”, “Yos kui ki elek, ora nggatuk”, “Agil jangan banyak tingkah”, “mase iki ngopo to ndadak semiran barang”, “yo ora yos, ojo sak penakmu dewe”, “Nang, suaramu gelap”, “ehm.. tenornya kok gini ya?”, “kalau menurutku enggak kayak gini, yang bener itu....”, “eh lu petakilan bets sih”, “Aku engga suka ik kalau kamu ngomong kasar”, “omongin dong ke temen-temenmu juga jangan …”, “dikurangi main hape nya, dikurangi bercandaan, hemat suara”, “eh aku boleh ngomong enggak? Tapi lujangan masukin ke hati”, “nah, kan kalau kaya gitu bisa jadi masalah juga kan”, “aku enggak suka sama dia yang tingkahnya gini”, “aku kok enggak sreg sama sikapmu yang... tutur katamu yang...”,dsb
q. Mengatakan kata kotor
“Fuck!”, “damn!”, “Anjir” , “Cuk!” , “Pekok ya..”, “Pengung ya..”, “elek” ,”koyo banci”, “bajingan”, “nggateli”, “Anying...”, “cocote”, “eh edan i, isoh ketemu koe”, “Anjing”, “Goblok”, “anjir! kita enggak ada istirahat-istirahatnya”, “eh lha tekke”, dsb
r. Mengolok-olok
“pie to ndro ndro?”, “Ngepe?”, “ini lho rambutmu kaya buntut ayam”, “kok kamu tambah item to yos?”, “Sing nggenah wae”, “ndeso kui”, “Hendro i ngopo melu-melu ngguyu ndro”, “Kenyik!”, “eh kok fals?”, “Titin kempling”, “abu-abu”,“itu kamu
14
jerawatan”, “ih suaramu kok gitu”,“pie mas Hen wes kontak-kontakan karo LO ne durung?”, “kok kamu tambah gendut sih”, “woo mbak Titin i”, “pie to, aku lagi serius cerito”, “Gendut”, “Eh tanganmu kok koyo pupu to?”, “Eh kok kamu gendut banget sih?”, “ceking banget sih?”, “ih anak kecil”, “kecil banget ig”,“eh rambutmu kaya Naruto”, “eh kamu enggak punya temen ya selain di VE?”, “eh lemot banget sih”, “weh pie to mas”, “ampun mas”, “sumbing!”, “perot!”, “hei cak lontong!”, “Puta”, “Ibu Negara”, dsb
s. Bercanda
“cantik banget sekarang, mentang-mentang udah punya pacar”, “wah ojo nganti bar yo mbak tugase”, “jo nganti leren yo mbak”, “Sing nggenah..”,“wus..sepatune anyar. larang kui, larang..”, “Ciee kayak pernah lihat tuh bajunya”, “hahaha yo mbak”, “eh mbak, itu ada yang ganteng!”, “eh itu jodoh ku, itu jodohku!”, “pipimu ndut”, “eh tom aku kok watuk-watuk ki” “oh iku gejala jantung koroner kui!”, “yo yo sing meh dadi petinggi. Ampun lho bos”, “Yos kamu udah item ntar tambah item lagi”, “itu lho dicariin si itu”, “mbak kamu enggak keramas to?”, “eh ada yang lewat!”, “keberanian!”, “kewanen!”, “berani ya kamu ya”, “bokongnya gede”, “nanti gendut lho”, “eh tanganmu gede banget to.. sak pupu”, “eh kowe ki koncoku tenan”, “yaampun my best friend baik banget sih”,“latihan enggak?” “enggak ah males”, “haa! ini gimana enggak bisa!!”, “wo pie to mbak ....?”, “eh gek rupane kae! Lucu!”, “mbak, Setya Novanto pie?”, “mas deloken kae enek sing ayu”, “halah nggantenge!”, dsb
8. Menciptakan Perasaan Nyaman(j.) menyatakan harapan, (k.)memberikan ucapan selamat, (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu , (m.) meminta maaf, (n.) menyatakan terimakasih, (o.) memberikan pujian, (p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan
t. Menenangkan seseorang
“Ada apa?”, “kenapa?”, “enek opo to?”,“tetep semangat.. pasti Tuhan beri yang terbaik”, “yowes sabar, cah-cah ki ora isoh ngono kui..”, “Semangat Semangat!”, “intinya kamu itu mencobalah untuk sedikit bersabar”, “anak-anake emang lagi kaya gini keadaannya”, “jangan terlalu cepat naik emosinya”, “Udah enggak usah dipikirin hal-hal yang bikin down”,“yaudah kamu yang positif thinking aja jangan dipikir berat-berat nanti kamu malah sakit hati sendiri”, “puk-puk!”, “fokus kompetisi sik wae”, “kamu enggak sendiri”, “rapopo jik akeh kancane”,
15
kata kotor, (s.) bercanda, (t.) menenangkan seseorang, (u.) memberikan semangat
“kamu tuh bisa”,“ya disempetke.. Disini dibilang-bilang jelek gapopo penting iso ketemu bapakmu..”, “dikuat kuatke”,“omonganku belom tentu bener, tapi......”,“Wes ra sah, santai wae..”, “jangan dibikin pusing...”, “I Feel you”, “yang sabar ya”,“semangat ya”, “udah enggak apa-apa”, “yowes rapopo santai santai”, “yoh golek mangan yoh gen mood mu apik”, “gua maria yuk?”, “sing tenang”, “ada aku dan yang lain”, “kamu jangan takut sendiri”, “yawes sabar mbak.. sabar” “ya gini lah carane bisa mengenal orang satu sama lain”,dsb
u. Memberikan semangat
“Semangat ya”, “Semangat teman-teman”, “Semangat Semangat!”, “Kamu enggak sendiri”, “masih ada waktu”, “sabar ya mbak”, “Semangat mas, Tuhan pasti menyertai”, “Ayo Semangat Semagat!!”,“bad mood kenapa?”,“apa sini cerita”, “mbak masalah apa?”, “gimana?”, “ada yang bisa tak bantu enggak?”,“kamu kenapa?”, “kamu kenapa to? bad mood to?”, “jangan badmood ya”, “Sumpah Kalian Keren”, “we did the best”, “puk puk”, dsb
9. Mengungkapkan Empati(j.) menyatakan harapan, (k.)memberikan ucapan selamat, (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu , (m.) meminta maaf, (n.) menyatakan terimakasih, (o.) memberikan pujian, (p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan kata kotor, (s.) bercanda, (t.)menenangkan seseorang, (u.)memberikan semangat, (v.)menyatakan simpati
v. Menyatakan simpati
“GWS ya mas, cepet sembuh, jangan lupa istirahat, minum obat”,“kowe ngopo kowe?”, “ketemu dosen apa enggak?”, “pie seminar kimia mu?”, “pie skripsimu?”, “kamu belom pulang to dari tadi kok belom ganti mukanya kucel, bawaannya banyak?”, “ada apa?”, “gimana skripsimu?”, “sampe mana?”, “kuliahmu gimana? apa baik-baik aja?”, “sehat to le?”, “yaudah besok ke dokter minta surat keterangan obat apa, kamu sakit apa”, “ngopo to ngopo?”, “ada apa to? sini ceritao”, “Cieee-ciee”, “kamu kenapa?”, “lho lha mau kuncimu mbok deleh ngendi?”, “kae lho mbak? Kae ngopo? Cobo koe ngomongne”, “kamu lagi badmood to?”, “kenapa lu? badmood banget ya?”, “lah lu enggak pulang?”, “mas sakit to?”, “rapopo nek enek opo-opo cerito
16
o”, dsb10. Mengungkapkan Persahabatan(j.) menyatakan harapan, (k.)memberikan ucapan selamat, (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu , (m.) meminta maaf, (n.) menyatakan terimakasih, (o.) memberikan pujian, (p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan kata kotor, (r.) mengolok-olok, (s.) bercanda, (t.)menenangkan seseorang, (u.)memberikan semangat, (v.)menyatakan simpati
11. Mengungkapkan Penghormatan(j.) menyatakan harapan, (k.)memberikan ucapan selamat, (l.) menyatakan persetujuan atas sesuatu , (m.) meminta maaf, (n.) menyatakan terimakasih, (o.) memberikan pujian, (p.)mengkritik secara tidak langsung, (q.) mengatakan kata kotor, (s.) bercanda, (t.)menenangkan seseorang, (u.)memberikan semangat, (v.)menyatakan simpati
12. Mengungkapkan Kesantunan dengan semua fungsi komunikasi di atas, kecuali gosip
(bentuk ungkapan sesuai dengan yang diberikan diatas)
17
Kesimpulan
Ujaran-ujaran fatis digunakan untuk berinteraksi dengan sesama anggota
PSM Voca Erudita UNS sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya dari
masing-masing anggota dan kepada siapa anggota berkomunikasi. Anggota tim
kompetisi PSM Voca Erudita UNS mayoritas berasal dari Jawa (Jawa Tengah).
Oleh sebab itu, sebagian besar ujaran fatis menggunakan bahasa “Jawa Ngoko”
pada situasi tidak formal. Namun untuk situasi tertentu anggota tim kompetisi
PSM Voca Erudita menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam
melakukan ujaran fatis seperti saat melakukan basa-basi “Selamat berlatih
kembali” ,“eh, lama banget enggak ketemu ya”, “ngapain lu?” atau saat
memberikan harapan “Get Well Soon”, memberikan selamat seperti “Happy
Birthday”, mengubah topik pembicaraan dengan “by the way”, dsb.
Selain konteks budaya, ujaran fatis yang digunakan oleh seseorang
tergantung kepada siapa ia berkomunikasi. Fungsi komunikatif mengolok-olok
dan mengatakan kata kotor untuk menciptakan solidaritas tidak akan digunakan
saat komunikator berbicara kepada seseorang yang lebih senior atau orang yang
tidak akrab dengannya.
Bahasa nonverbal seperti senyuman, lambaian tangan, berpegangan tangan
saat berdoa bersama, berpelukan, tepukan pundak, saling membunyikan klakson
motor saat berpapasan, maupun menunjukan simbol tangan tertentu seperti
mengangkat jempol, menyilangkan ibu jari dan jari telunjuk sebagai simbol hati
merupakan sinyal-sinyal kasih sayang, pengakuan akan kehadiran orang lain,
dukungan, sepenanggungan, dan kehangatan yang dilakukan guna
mempertahankan hubungan interpersonal dengan sesama anggota tim. Bahasa
nonverbal tersebut secara laten meningkatkan afeksi yang berdampak pada tingkat
kesehatian, solidaritas, dan keharmonisan baik dari segi keorganisasian maupun
dalam bernyanyi paduan suara guna mencapai suara yang lebih padu.
18
Daftar Pustaka
Coupland, Justine. (2000). Small Talk. Harlow, England: Pearson Education Limited.
Daryanto. (2011). Ilmu Komunikasi 1. Bandung : Yrama Widya.Deddy Mulyana. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.Devito, Joseph A.. (1988). The Interpersonal Communication Book : The
Fourteenth Edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited. Dr. Jumanto. (2008). Komunikasi Fatis. Semarang: WorldPro Publishing of the
World .Liliweri, Alo. (2009). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: LKIS.Rakhmat, Jalaluddin. (2009). Lima Tanda Komunikasi Efektif. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Scheidel, Thomas M.. (1976). Speech Communication and Human Interaction
Edisi 2. Glenville,III : Scott, Foresman & Co.Schneider, K. P. (2009). Topic selection in phatic communication. Multilingua -
Journal of Cross-Cultural and Interlanguage Communication Vol 6 Issues 3.Senft, Gunter. (2009). Phatic Communion. Culture and Language Use, Vol XIII,
Issue 2. Tubbs, Steward L. dan Sylvia Moss. (1977). Human Communication. New York :
Random House. Zegarac, Vladimir. (1999). Phatic Intepretation and phatic communication.
Journal of Linguistics Volume 35 Edisi 2.