diinas deperindag-komoditas unggulan
TRANSCRIPT
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
1
KOMODITI UNGGULAN DAERAH1)
Oleh
Dr. Made Antara, Ir., MS.2)
PENDAHULUAN
Sejak diratifikasinya kesepakatan organisasi perdagangan dunia (World Trade
Organiozation, WTO) 1 Januari 1995, yang mengatur negosiasi perjanjian dagang
antar anggota, terutama menyangkut the General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT), the General Agreement on Trade in Services (GATS), dan the Trade-
Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) agreement (Hoekman,
2002), maka regim protektif dalam perdagangan internasional telah berakhir.
Berbagai kebijakan tarif dan non-tarif yang menghambat perdagangan internasional
di masa lalu secara bertahap akan diminimumkan/dihapus. Meskipun WTO baru
akan efektif tahun 2020, namun bagi Indonesia era liberalisasi perdagangan dan
investasi sudah harus dihadapi tahun 2003 dalam kawasan Asia Tenggara (Asean
Free Trade Area, AFTA), dan kemudian makin meluas ke kawasan Asia Pasifik
(Asia Pacific Economic Cooperation, APEC) tahun 2010.
Berlangsungnya liberalisasi perdagangan tidak hanya membawa peluang,
tetapi juga menjadi tantangan baru bagi agribisnis nasional. Dengan
diminimumkannya atau bahkan dihapus tarif perdagangan, maka pasar produk
agribisnis di setiap negara akan semakin terbuka bagi setiap negara, sehingga
persaingan antara produsen produk agribisnis akan semakin ketat. Bila produk-
produk agribisnis Indonesia mampu bersaing, berarti agribisnis Indonesia
akan mampu meningkatkan pangsanya di pasar internasional. Sebaliknya,
jika agribisnis Indonesia tidak mampu bersaing, bukan hanya pangsanya hilang di
pasar internasional, tetapi di pasar domestik sendiri juga akan terdesak. Oleh
karena itu, untuk menghadapi liberalisasi perdagangan tersebut bagi Indonesia tidak
ada pilihan kecuali mempercepat peningkatan daya saing.
1) Makalah disajikan pada ”Kegiatan Temu Usaha Pemasaran Hasil Pertanian”, yang Diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pasar dan Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan RI. bekerjasama dengan Dinas Deperindag Provinsi Bali, Kamis 29 September 2005 di Denpasar-Bali.
2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Dosen pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Program Pasca Sarjana Universiats Udayana, Bali.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
2
Keunggulan produk pertanian negara-negara maju selama ini tidak lepas dari
tingginya proteksi dan subsidi yang diberikan oleh pemerintahnya. Dalam kerangka
GATT/WTO yang mengharuskan pembukaan akses pasar dan penghapusan subsidi,
pasar internasional akan semakin terbuka dan daya saing produk-produk pertanian
semakin meningkat. Tantangan yang ada, bagaimana Indonesia mampu
memanfaatkan peluang tersebut dalam arti bahwa jika Indonesia terlambat
mengembangkan komoditas-komoditas pertanian yang memiliki keunggulan
kompetitif di pasar global, maka peluang yang bagus tersebut akan segera diambil
alih oleh negara-negara berkembang lainnya yang lebih siap. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi sektor
pertanian yang cukup besar, perlu segera berbenah diri untuk menghadapi pasar
global tersebut. Pembangunan sektor pertanian di Indonesia perlu direformasi dan
direvitalisasi untuk memperbaiki kesalahan pembangunan sektor pertanian di masa
lalu.
Selama dua dekade terakhir pasca pencapaian swasembada beras tahun
1984, perhatian terhadap sektor pertanian mulai mengendor. Sektor pertanian
diposisikan hanya sebagai “pendukung” sektor lain, bukan sebagai “mesin
penggerak” pertumbuhan perekonomian nasional. Sebagai sektor pendukung, maka
sektor pertanian diposisikan sebagai: (1) Pemasok bahan kebutuhan pangan dan
bahan baku industri murah; (2) Pengendali stabilitas harga; (3) Pemasok tenaga
kerja murah; dan (4) Dianggap hanya berorientasi pada peningkatan produksi
semata, sehingga tidak tanggap terhadap kondisi dan perubahan pasar dan
keragaannya semata-mata tergantung pada teknologi dan alam. Pola pikir seperti ini
menganggap bahwa perekonomian makro maupun sektor riil lainnya tidak terkait erat
dengan keragaan sektor pertanian. Hal ini, menyebabkan melemahnya kemampuan
pertanian dalam mendukung pembangunan ekonomi.
Reformasi pembangunan pertanian menjadikan sektor pertanian harus
mampu dibangun menjadi sektor andalan dan sebagai mesin penggerak
perekonomian nasional. Sedangkan VISI Pembangunan Pertanian periode 2005-
2009 adalah Terwujudnya pertanian tangguh untuk kemantapan ketahanan pangan,
peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan
kesejahteraan petani. Sedangkan pertanian tangguh atau pertanian industrial adalah
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
3
sosok pertanian yang memiliki ciri-ciri (Bahan Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan
Komisi IV DPR-RI, 25 Nopember 2004) sebagai berikut:
1. Pengetahuan merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan,
memperkuat intuisi, kebiasaan, atau tradisi;
2. Kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan
sumberdaya;
3. Mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa;
4. Efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya dan
karenanya membuat hemat dalam penggunaan sumberdaya;
5. Mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan;
6. Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan
7. Perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang
dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan lebih dahulu
dalam mutu, jumlah, berat, volume, bentuk, warna, rasa, khasiat, dan sifat-sifat
lainnya dengan ketepatan waktu.
KOMODITI ANDALAN DAN UNGGULAN DAERAH
Definisi Komoditi Andalan dan Unggulan
Secara prinsip tidak ada perbedaan antara komoditi andalan dan komoditi
unggulan. Namun antara keduanya dapat diberi definisi sedikit berbeda. Komoditi
andalan adalah sejumlah komoditi yang telah dkembangkan di suatu wilayah
berdasarkan kesesuaian agroekologi (tanah dan iklim), serta menjadi sumber
pendapatan utama petani setempat. Sedangkan komoditi unggulan adalah salah
satu komoditi andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/
dikembangkan pada suatu wilayah, mempunyai prospek pasar, mampu
meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumberdaya
lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya,
seperti rasa, aroma, bentuk dan lain-lain (Anonim, 1999; Anonim, 2000).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
4
Sentra Pengembangan Komoditi Andalan
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Umumnya klasifikasi zone agroekosistem ditetapkan berdasarkan ketinggian
tempat suatu wilayah, sehingga ada agroekosistem lahan basah dataran rendah.
lahan basah dataran tinggi dan ada agroekosistem lahan kering dataran tinggi.
Daerah Pengembangan komoditi andalan tanaman pangan dan hortikultura lebih
banyak mengarah ke lahan basah dataran rendah dan dataran tinggi dan lahan
kering dataran rendah/dataran tinggi. Pengembangan kawasan pertanian lahan
kering diarahkan hampir ke semua wilayah kabupaten, kecuali Kota Denpasar
dikembangkan secara terbatas.
Pada Tabel 1 tampak bahwa secara agroekosistem masing-masing
kabupaten memiliki komoditi andalan tanaman pangan dan hortikultura yang
berbeda-beda. Hal ini terkait dengan jenis tanah dan agroekosistem masing-masing
kabupaten. Namun demikian, jenis komoditi yang sesuai untuk dikembangkan di Bali
tampak cukup banyak.
Perkebunan
Berdasarkan identifikasi potensi komoditi, terdapat delapan komoditi
perkebunan yang merupakan andalan daerah Bali, yaitu: kelapa dalam, kopi arabika,
kopi robusta, panili, jambu mete, kakao, tembakau virginia dan tembakau rakyat.
Sentra pengembangan kedelapan jenis komoditi perkebunan tersebut disajikan pada
Tabel 2.
Peternakan
Dari hasil analisis empirik pada subsektor peternakan, ditemukan dua jenis
ternak yang menjadi andalan di Provinsi Bali, yaitu sapi potong Bali dan ayam buras.
Komoditi andalan ini hanya ditemukan pada beberapa kabupaten di Provinsi Bali. Hal
ini disebabkan oleh keberadaan kedua jenis ternak ini harus didukung oleh
ketersediaan pakan. Dengan demikian komoditi ini akan dijumpai pada kabupaten
atau kawasan yang potensial memproduksi pakan ternak. Adapun sentra
pengembangan kedua jenis komoditi ternak sapi Bali dan ayam buras disajikan pada
Tabel 3.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
5
Tabel 1 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura
di Provinsi Bali
No Kabupaten/ Kecamatan
Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Lahan Sawah Lahan Kering Utama Penunjang Utama Penunjang
1 Jembrana:
Melaya Padi Jagung Pisang Mangga
Negara Padi Kedele Pisang Mangga
Mendoyo Padi Kedele Pisang Mangga
Pekutatan Padi Kedele Pisang Mangga
2 Tabanan:
Selemadeg Padi Kedele, Jagung Manggis Pisang
Kerambitan Padi Kedele, Jagung Pisang -
Tabanan Padi Kedele Rambutan Pisang
Kediri Padi K.Tanah, Jagung Mangga Pisang
Marga Padi Kedele Pepaya Pisang
Penebel Padi Kedele, K.Tanah, Cabe Pisang Jeruk
Baturiti Padi K.Tanah, Jagung Jeruk Jagung
Pupuan Padi Kedele, K.Tanah, Jagung, Cabe
Pisang Salak
3 Badung:
Kuta Padi Kedele Jeruk -
Mengwi Padi Kedele Manggis Mangga
Abiansemal Padi Kedele manggis Pisang
Petang Padi Kedele Jeruk Pisang, Manggis
4 Kota Denpasar:
Denpasar Timur Padi Kedele, Jagung, Cabe Pisang Mangga
Denpasar Barat Padi Kedele, Cabe Pisang Mangga
Denpasar Selatan Padi Kedele, Jagung, B.Merah
Pisang Mangga, Anggrek
5 Gianyar
Sukawati Padi Kedele Mangga -
Blahbatuh Padi Kedele, Pepaya, Melon Anggrek -
Gianyar Padi Kedele, K. Tanah Pisang Mangga
Tampaksiring Padi Kedele, Jagung Jeruk Melinjo
Ubud Padi Kedele, K.Tanah, Jagung Mangga Pisang
Tegalalang Padi Jagung Jeruk Jagung
Payangan Padi Kedele, Jagung Jeruk Jagung
6 Klungkung:
Nusa Penida - - Jagung K.tanah, Mangga, Jeruk, Kedele, Ketela Pohon, Pisang
Banjarangkan Padi K. Tanah, Cabe Pisang Jeruk, Salak, Cabe
Klungkung Padi Kedele, K. Tanah, Cabe
Pisang Mangga
Dawan Padi Kedele Pisang Mangga, Sawo
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
6
Tabel 1 Lanjutan
No Kabupaten/ Kecamatan
Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Lahan Sawah Lahan Kering Utama Penunjang Utama Penunjang
7 Bangli:
Susut Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Salak Jeruk, Pisang
Bangli Padi K.tanah, Jagung Cabe Pisang Jeruk, Jagung, Padi
Tembuku Padi K.Tanah, Jagung, Cabe
Padi gogo Salak, Jagung, Jeruk
Kintamani Padi Jagung Jeruk Cabe. B.Merah
8 Karangasem:
Rendang Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Jeruk Pisang, Salak, Jagung
Manggis Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Pisang Mangga
Sidemen Padi Kedele, Cabe, B.Merah Salak Pisang, Manggis, Jeruk
Karangasem Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Pisang Jeruk
Bebandem Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Salak K.Tanah
Abang Padi K. Tanah, Jagung Mangga Jeruk, Jagung, Pisang
Selat Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
Salak Pisang, Jeruk
Kubu Padi Kedele, Jagung, Cabe Mangga Jagung, K.Tanah
9 Buleleng:
Gerokgak Padi K. Tanah, Jagung - -
Seririt Padi Kedele, K. Tanah, Jagung
K.Tanah Jagung, Pisang, Mangga
Busungbiu Padi K. Tanah, Jagung Pisang Mangga
Banjar Padi Kedele, Jagung Jagung Pisang, Mangga
Sukasada Padi Kedele, Jagung Mangga Jeruk, Pisang
Buleleng Padi Kedele Mangga Pisang
Sawan Padi - - Mangga
Kubutambahan Padi K. Tanah, Jagung Jagung Jeruk, Pisang, Mangga, Manggis
Tejakula Padi - Jeruk Jagung, K.Tanah
Sumber: Profil Pembangunan Pertanian Rakyat terpadu, Kanwil Pertanian, 1997 (dalam Anonim, 2000).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
7
Tabel 2 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Perkebuanan Setiap Kabupaten di Provinsi Bali
No Kabupaten/ Kecamatan
Panili Kakao Kelapa Dalam
Kopi Arabika
Kopi Robusta
Jambu Mete
Tembakau Virginia
Tembakau Rakyat
1 Tabanan:
Baturiti V - - - - - - -
Selemadeg V V V - - - - -
Pupuan V - - - V - - -
2 Buleleng:
Seririt - - - - - V V -
Busungbiu V - - - V - - -
Banjar V - - V V - - -
Kubutambahan V - - - V - - -
Sukasada - - - - - -
3 Jembrana:
Mendoyo V V V - - - V -
Pekutatan V - - - V - - -
Melaya - V V - - - - -
Negara - V - - - - - -
4 Karangasem:
Abang - - V - - V - -
Manggis - - V - - - - -
Kubu - - - - - V - -
5 Bangli:
Kintamani - - - V - - - V
6 Badung:
Petang - - - V - - - -
7 Klungkung:
Nusa Penida - - - - - V - -
8 Gianyar:
Sukawati - - - - - - - V Sumber: Anonim (2000); Catatan: V = sentra pengembangan
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
8
Tabel 3 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Peternakan di Provinsi Bali
No Kabupaten/Kecamatan Sapi Potong Ayam Buras
1 Klungkung:
Nusa Penida V -
2 Tabanan:
Selemadeg - V
Penebel V -
Baturiti V -
3 Badung:
Petang V -
Mengwi V -
4 Gianyar:
Payangan V -
5 Bangli:
Susut V -
Kintamani - V
6 Jembrana:
Melaya - V
Mendoyo V -
7 Buleleng
Gerokgak V V
Tejakula - V Sumber: Anonim (2000); Catatan: V = sentra pengembangan
Perikanan
Berdasarkan hasil analisis empirik, di Bali terdapat beberapa jenis komoditi
perikanan yang dapat dijadikan komoditi andalan pada beberapa kabupaten.
Adapun kabupaten-kabupaten yang menjadikan komoditi perikanan sebagai
komoditi andalan adalah: Kabupaten Buleleng (ikan tongkol dan telur bandeng),
Kabupaten Karangasem (ikan mas dan ikan tongkol), Kabupaten Klungkung (ikan
tongkol dan rumput laut), Kabupaten Gianyar (udang windu, udang galah, ikan
karper, dan ikan nila), kabupaten Badung (ikan emas, ikan hias air
tawar),Kabupaten tabanan (ikan mas, gurami dan nila), Kabupaten Jembrana
(udang windu, ikan karper dan ikan lemuru) dan Kota Denpasar (ikan emas, ikan
lele, ikan tuna dan ikan lemuru) sebagai komoditiandalan (Tabel 4).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
9
Tabel 4 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Perikanan di Provinsi Bali
No Kabupaten/ Kecamatan
Telur Bandeng
Ikan Mas
Ikan Tongkol
Udang Windu
Rumput Laut
Udang Galah
Ikan Karper
Ikan Hias Air
Tawar
Lele Gurami Nila Lemuru Tuna
1 Buleleng:
K. Tambahan - - V - - - - - - - - - -
Gerokgak V - - - - - - - - - - - -
Sawan - - V - - - - - - - - - -
Tejakula - - V - - - - - - - - - -
2 Karangasem: - - - - - - - - - - - -
Kubu - - V - - - - - - - - - -
Abang - - V - - - - - - - - - -
Karangasem - V V - - - - - - - - - -
Manggis - - V - - - - - - - - - -
3 Klungkung:
Dawan - - V - - - - - - - - - -
Nusa Penida - - V - V - - - - - - - -
4 Gianyar:
Blahbatuh - - - - - V - - - - V - -
Payangan - - - - - - V - - - V - -
Sukawati - - - V - - - - - - V - -
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
10
Tabel 4 Lanjutan
No Kabupaten/ Kecamatan
Telur Bandeng
Ikan Mas
Ikan Tongkol
Udang Windu
Rumput Laut
Udang Galah
Ikan Karper
Ikan Hias Air
Tawar
Lele Gurami Nila Lemuru Tuna
5 Tabanan:
Selemadeg - V - - - - - - - V - - -
Kediri - V - - - - - - - - - - -
Penebel - V - - - - - - - V V - -
Baturiti - V - - - - - - - - V - -
7 Jembrana:
Mendoyo - - - V - - V - - - - - -
Pekutatan - - - - - - V - - - - - -
Negara - - - - - - - - - - - - -
Melaya - - - V - - - - - - - V -
8 Badung:
Abiansemal - V - - - - - V - - - - -
9 Denpasar:
DenSel - V - - - - - - - - - V V
DenBar - - - - - - - - V - - - Sumber: Anonim (2000); Catatan: V = sentra pengembangan
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
11
Industri Kerajinan
Dari hasil pengamatan dan analisis data sekunder (Deperindah, 1999
dalam Anonim, 2000), terdapat cukup banyak industri kerajinan yang dapat
dijadikan komoditi andalan pada beberapa kabupaten di Bali. Adapan kabupaten
yang menggunakan komoditi industri kerajinan sebagai komoditi andalannya
adalah Kabupaten Buleleng, Karangasem, Gianyar, Bangli, Badung dan Tabanan.
Jenis-jenis industri yang menjadi andalan setiap kabupaten disajikan pada Tabel
5.
Pada tabel 5 tampak bahwa Kecamatan Sukasada di Kabupaten Buleleng
kegiatan pembuatan album dari daun waru dan pelepah pisang merupakan
kegiatan utama masyarakat Desa Ambengan (Sukasada). Kegiatan ini dapat
menyerap cukup banyak tenagakerja dengan upah yang cukup tinggi (rata-rata Rp
20.000 sampai dengan Rp 30.000 per hari tahun 2000).
Tabel 5
Sentra Pengembangan Komoditi Industri Kerajinan Setiap Kabupaten di Provinsi Bali
No Kabupaten/ Kecamatan
Industri Album
Industri Anyaman
Industri Kerajinan
Kayu
Industri Kerajinan Bambu
Industri Keramik
1 Buleleng:
Sukasada V - - - -
2 Karangasem:
Abang V
3 Gianyar:
Blahbatuh - - - V -
Sukawati - - V - -
Payangan - - V - -
4 Bangli:
Susut - V - - -
5 Badung:
Abiansemal - - V - -
6 Tabanan:
Kediri - - - - V
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
12
Sentra Pengembangan Komoditi Unggulan
Menyimak definisi sebelumnya, komoditi unggulan sesungguhnya adalah
komoditi andalan yang memiliki potensi dikembangkan, prospek pasar yang cerah
dan jika dikembangkan dapat menjadi sumber pendapatan bagi petani/pengusaha
dan menjadi penggerak perekonomian wilayah. Namun demikian, dalam memilih
satu dari beberapa jenis komoditi andalan menjadi komoditi unggulan, Anonim
(1999) menggunakan beberapa kriteria yaitu:
a. Nilai perdagangan dengan bobot 3. Dalam konsep agribisnis ada teori,
”berawal dari pasar dan berakhir juga pada pasar”. Komoditi tidak ada artinya
bila tidak mempunyai nilai pasar. Unsur-unsur dalam nilai perdagangan yang
perlu diperhatikan al.: nilai total perdagangan, daya serap pasar, daya saing
komoditi dikelompoknya, andil dalam perdagangan antar pulau dan ekspor.
Makin besar nilai perdagangan suatu komoditi akan mendapat skor makin
besar.
b. Produksi dengan bobot 2. Kita tidak bisa membandingkan jumlah produksi
komoditi A dengan komoditi B untuk menentukan komoditi unggulan. Oleh
karena itu, produksi ini bisa dibandingkan dengan pangsa produksi daerah lain
(nasional). Kadang-kadang berawal dari produksi, suatu komoditi mempunyai
nilai perdagangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
produksi al.: pengembangan telah sesuai dengan agroekosistem, jumlah
produksi, luas areal/populasi, dan daya produktivitas.
c. Keuntungan/pendapatan per hektar dengan bobot 4. Hilir suatu usahatani
adalah kesejahteraan petani. Untuk itu dalam pengembangan komoditi yang
perlu diperhatikan al.: biaya produksi per hektar, keuntungan per hektar, B/C
ratio, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam.
d. Spesifik genetik unggul dengan bobot 1. Umumnya komoditi-komoditi unggul
mempunyai sifat genetik unggul yang tidak dipunyai oleh komoditi lainnya yang
sejenis serta unggul lokasi yang tidak ada di daerah lain, walaupun
sebenarnya sifat-sifat ini telah terakomodasi dalam bentuk produksi komoditi
atau terakomodasi dalam sistem pasar (karena telah disenangi konsumen).
Keunggulan ini terwujud dalam kemurahan, kemudahan/kontinuitas, kualitas,
rasa, bau, bentuk, ketahanan, produktivitas, aroma, dll.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
13
Berdasarkan kriteria dari berbagai unsur dengan bobot masing-masing,
maka Anonim (1999) merumuskan komoditi-komoditi unggulan di setiap
kabupaten seperti disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel yang sama tampak bahwa
komoditi-komodit unggulan di setiap kabupaten umumnya adalah komoditi
tradisional yang telah diusahakan oleh masyarakat secara turun-temurun, sesuai
dengan agroekosistem setempat, teknik budidaya yang telah dikuasai dan
memiliki prospek pasar. Namun perlu diingat bahwa suatu komoditi unggulan di
suatu wilayah belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena
perubahan-perubahan permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga n
input-output, mungkin komoditi yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu
tahun tertentu menjadi tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditi primadona
yang menjadi komoditi unggulan baru. Oleh karena itu, komoditi unggulan akan
berubah seiring adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang
tidak dikuasai oleh petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang
akan mempengaruhi pasar dan keuntungan, dan harga-harga input-output yang
yang mempengaruhi pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.
Tabel 6
Sentra Pengembangan Komoditi Unggulan di Provinsi Bali
No Kabupaten/Kota Komoditi Unggulan
1 Karangasem Salak
2 Klungkung Sapi Bali
3 Bangli Kopi Arabika
4 Gianyar Udang Galah
5 Badung Babi
6 Tabanan Manggis
7 Buleleng Mangga
8 Jembrana Ikan Lemuru
9 Denpasar Ikan Tuna Sumber: Anonim (1999)
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
14
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN DAERAH
Implementasi Konsep Sistem Agribisnis
Strategi pengembangan komoditi unggulan daerah adalah dengan
mengimplementasikan konsep sistem agribisnis, yaitu mengintegrasikan aktivitas
produksi dengan aktivitas agroindustri hulu sebagai penyedia input, aktivitas
agroindustri hilir sebagai pengolah output, aktivitas pemasaran/perdagangan
sebagai distributor dan aktivitas penyedia jasa-jasa penunjang.
Apabila mata rantai aktivitas agribisnis dipandang dalam suatu konsep
sistem, maka mata rantai kegiatan tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi empat
subsistem yaitu: (1) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), (2)
Subsistem usahatani atau produksi, (3) subsistem pengolahan atau agroindustri
(down-stream agribusiness), (4) Subsistem pemasaran/perdagangan, dan (5)
Subsistem lembaga dan jasa penunjang (Gambar 1). Kelima subsistem ini
mempunyai kaitan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu subsistem atau
aktivitas akan berpengaruh terhadap subsistem atau kelancaran aktivitas dalam
bisnis.
Definisi Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Davis and Golberg, 1957; Downey and Erickson, 1987; Saragih, 1998).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
15
PEMASARAN/
PERDAGANGAN -Perdagangan Domestik -Perdagangan Internasional AGROINDUSTRI PRODUKSI AGROINDUSTRI HULU (Usahatani/ternak/ HILIR (Upstream) ikan) (Downstream) - Benih - Pangan - Pasca panen - Pupuk - Hortikultura - Pengolahan - Pakan - Kebun lanjutan - Pestisida - Ternak - Alat dan Mesin - Ikan - Obat-Obatan - Teknologi LEMBAGA PENUNJANG PRASARANA ORGANISASI -Jalan - Perkreditan -Jembatan - Penyuluhan -Transportasi - Koperasi - Pelabuhan - Penelitian
- Peraturan Pemerintah
- dll.
Gambar 1. Sistem Agribisnis
= keterkaitan dua arah (saling menunjang/membutuhkan/terkait)
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
16
Pertama: Sub-sistem agroindustri hulu (up-stream agribusiness) yakni
industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi
pertanian (arti luas) yakni industri perbenihan/pembibitan
tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida,
obat/vaksin ternak) dan industri agro-otomotif (mesin dan
peralatan pertanian) serta industri pendukungnya.
Kedua: Sub-sistem produksi atau usahatani (on-farm agribusiness)
yakni kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan
sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Termasuk dalam hal ini adalah usahatani tanaman
pangan dan hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan,
usahatani perkebunan, dan usahatani peternakan, usaha
perikanan dan usaha kehutanan.
Ketiga:
Sub-sistem agroindustri hilir (down-stream agribusiness) yakni
industri yang mengolah komoditas pertanian primer
(agroindustri) menjadi produk olahan baik produk antara
(intermediate product) maupun produk akhir (finish product).
Termasuk di dalamnya industri makanan, industri minuman,
industri barang-barang serat alam (barang-barang karet,
plywood, pulp, kertas, bahan-bahan bangunan terbuat kayu,
rayon, benang dari kapas/sutera, barang-barang kulit, tali dan
karung goni), industri biofarmaka, dan industri agro wisata dan
estetika.
Keempat: Sub-sistem pemasaran dan perdagangan yakni kegiatan-
kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian
baik segar maupun olahan di dalam dan di luar negeri.
Termasuk di dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk
memperlancar arus komoditi dari sentra produksi ke sentra
konsumsi, promosi, informasi pasar, serta intelijen pasar
(market intelligence).
Kelima: Sub-sistem lembaga dan jasa yang menyediakan jasa bagi sub-
sistem agribisnis hulu, sub-sistem usahatani dan sub-sistem
agribisnis hilir. Termasuk ke dalam sub-sistem ini adalah
penelitian dan pengembangan, perkreditan dan asuransi,
transportasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, sistem
informasi dan dukungan kebijaksanaan pemerintah (mikro
ekonomi, tata ruang, makro ekonomi).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
17
Keterkaitan antar Subsistem dalam Sistem Agribisnis
Tidak jarang dilaporkan peristiwa terputusnya kaitan antara satu subsistem
dengan subsistem lainnya. Misalnya, keluhan pengrajin tempe dan tahu di suatu
wilayah karena sulitnya memperoleh bahan baku kedelai. Sebaliknya di suatu
wilayah di laporkan adanya kelebihan produksi kedelai yang yang tidak terjual
sehingga menumpuk di rumah petani. Di daerah-daerah transmigrasi sering
dilaporkan produk-produk petani tidak ada yang membeli, karena pasarnya jauh
atau sarana dan prasarana transportasi belum tersedia, sehingga produk menjadi
busuk. Juga dilaporkan penderitaan peternak unggas karena harga telur rendah,
sedangkan harga pakan meningkat terus. Meningkatnya harga pakan disebabkan
oleh naiknya harga jagung dan dedak yang dipakai sebagai bahan baku. Akhirnya,
banyak peternak yang menawarkan ayamnya sebelum merugi terus. Uraian di
atas menunjukkan bahwa dalam agribisnis tidak ada subsistem yang lebih penting
dari yang lainnya. Pengembangan agribisnis memerlukan penanganan kelima
subsistem yang ada di dalamnya.
Apabila subsistem produksi (usahatani) dikembangkan atau dimodernisasi,
maka akan timbul kaitan ke belakang (backward linkages) yang berupa
peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Kaitan ke
belakang ini mengundang perorangan atau perusahaan untuk menangani
masalah input produksi (usahatani) dengan berpedoman pada 4-tepat, yaitu tepat
waktu, tempat, jumlah dan kualitas. Ketepatan dalam melaksanakan empat hal ini
akan sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga penunjang agribisnis, seperti
kelancaran angkutan, ketersediaan lembaga kredit dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
Produk pertanian tergantung pada musim (seasonal), menyita banyak
ruangan untuk menyimpannya (bulky), tidak tahan lama sehingga harus segera
dikonsumsi atau diolah menjadi produk yang dapat disimpan (lekas rusak).
Peningkatan produksi usahatani dan menyiasati ketiga kelemahan produk
pertanian, maka perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan produk disebabkan
juga oleh permintaan konsumen di dalam dan di luar negeri yang semakin
menuntut persyaratan kualitas dan diversifikasi produksi olahan bila pendapatan
mereka meningkat. Jadi modernisasi sektor produksi (usahatani) akan
menimbulkan kaitan ke depan (forward linkages).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
18
Dalam agribisnis yang telah berkembang, terdapat pembagian tugas yang
mendasar antara berbagai fungsi. Semakin dalam peranan teknologi masuk ke
dalam agribisnis, semakin kompleks sifat kegiatan dalam tiap subsistem sehingga
diperlukan adanya diferensiasi tugas yang dilakukan oleh kelompok pelaku yang
berbeda. Ada petugas yang bertanggung jawab terhadap produksi, lainnya
terhadap pemasaran atau penjualan, lainnya lagi terhadap personalia. Kehadiran
pelaku-pelaku baru dari luar kelompok pelaku yang telah ada disebut kaitan ke
luar (outside linkages). Kelompok baru ini dapat memberikan pengaruh positif
apabila dapat mengurangi pemusatan kekuatan ekonomi di satu tangan.
Sebaliknya, kaitan ini mempunyai pengaruh negatif apabila merugikan kelompok
pelaku yang telah ada, misalnya menimbulkan berkurangnya imbalan atau bagian
keuntungan yang diterima. Kasus, agribisnis komoditi unggulan cengkeh di era
Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). BPPC telah
menguntungkan lembaganya sendiri (subsistem pamasaran) dan merugikan
subsistem lainnya yakni petani (subsistem produksi) dan paberik rokok (subsistem
agroindustri). Dalam hal ini BPPC telah berlaku sebagai monopsoni (pembeli
tunggal) kepada petani dengan penetapan harga rendah yang berarti merugikan
petani, dan juga berlaku sebagai monopoli (penjual tunggal) ke paberik rokok
dengan menetapkan harga tinggi, sehingga merugikan paberik rokok. Selisih
harga dari penjualan dengan harga tinggi ke paberik rokok dan pembelian dengan
harga rendah dari petani cengkeh telah menyebabkan BPPC memperoleh marjin
pemasaran sangat tinggi, yang hanya menguntungkan BPPC dan PUSKUD
sebagai rekanan pembelian. Jadi sistem agribisnis komoditi cengkeh yang hanya
menguntungkan satu subsistem yakni subsistem pemasaran (BPPC) telah
membuat resah subsistem lainnya yang merasa dirugikan, sehingga akhirnya di
era reformasi BPPC dibubarkan. Ini sebagai bukti empirik bahwa semua
subsistem atau pelaku-pelaku dalam sistem agribisnis harus diuntungkan.
Pemerintah mestinya bukan menjadi pemimpin dunia agribisnis, tetapi
menjadi fasilitator, regulator dan promotor pembangunan agribisnis. Pemerintah
berperan memberikan iklim yang kondusif dan melengkapi prasarana dan
perangkat hukum. Pasar amat dipercaya untuk menumbuhkan daya juang petani.
Di sini berbaur petani, pengusaha, pemilik alat angkutan, daya beli, dan berbagai
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
19
faktor lainnya. Keputusan jual beli terletak di atas segala tarik-menarik faktor
produksi.
Sebuah bukti kuat dalam menjelaskan positifnya peran pemerintah sebagai
fasilitator adalah sukses perusahaan pakan ayam Charoen Pokhand di Thailand.
Perusahaan yang mulanya hanya bergerak di dunia pakan ayam tersebut, kini
berkembang menjadi sebuah konglomerat. Charoen melakukan diversifikasi ke
bidang telekomunikasi. Pemerintah Thailand mengembangkan usaha ini lewat
berbagai fasilitas yang disediakan seperti teknologi pengolahan pakan ternak,
pasar di luar negeri dan mekanisme transaksi. Sedangkan transaksi dan proses
produksi dilakukan oleh Charoen sendiri. Mungkin akan berbeda jadinya jika
perusahaan Charoen ini sejak semula dikelola oleh pemerintah. Di samping tidak
efisien, usaha ini tidak bisa digarap sungguh-sungguh karena bukan itu saja yang
mesti diurus pemerintah. Bila peran pemerintah sebagai fasilitator dan promoter
dapat dijalankan dengan sungguh-sunguh dan konkrit, pengembangan agribisnis
akan dapat berjalan lebih cepat. Namun dinia usaha tak pernah luput dari
persaingan. Kelengahan sedikit saja berarti peluang bagi pesaing.
Peranan Manajemen dalam Agribisnis
Sektor agribisnis merupakan lapangan kerja yang berperan besar dalam
menurunkan tingkat pengangguran. Tetapi perlu dicatat bahwa kemajuan di
bidang produksi pertanian yang dicapai negara-negara maju seharusnya
membuka mata negara berkembang bahwa pembangunan pertanian sudah
seharusnya dipusatkan pada peningkatan produktivitas yang dicapai melalui
manajemen agribisnis yang ditata baik. Patut dipertanyakan, mengapa negara-
negara industri dengan hanya tiga persen angkatan kerja yang terlibat langsung
dalam usahatani (seperti AS) justru menjadi eksportir utama bahan pangan,
sementara negara-negara berkembang dengan lebih 50 persen angkatan kerja
setiap hari bergelut di sawah dan ladang justru sering dilanda bencana kelaparan
dan menjadi importir utama bahan pangan ?. Faktor apakah yang menjadi
kambing hitamnya ?. Inilah suatu ironi yang harus dihadapi dengan manajemen
agribisnis yang akan merupakan alat bagi kita untuk berpacu bersama negara
lain.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
20
Dalam hal ini yang perlu ditegaskan bahwa Manajemen Agribisnis
berbicara mengenai penanganan dan pengolahan lebih lanjut atas produk-
produksi-produk pertanian agar produk tersebut makin dibutuhkan, agar pasar
produk tersebut makin meluas, agar harga produk makin membaik sehingga
mampu meningkatkan nilai tambah dari produk-produk tersebut, yang pada
akhirnya para pengusahatani dan ternak atau ikan/nelayan serta pengusaha
agribisnis bisa menikmati kesejahteraan hidup lebih baik.
PENUTUP
1. Komoditi unggulan adalah salah satu komoditi andalan yang paling
menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan pada suatu wilayah,
mempunyai prospek pasar, mampu meningkatkan pendapatan petani dan
keluarga, mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup luas, memiliki
sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya, seperti rasa, aroma, bentuk
dan lain-lain
2. Komoditi andalan untuk masing-masing kabupaten, yaitu: Karangasem-Salak,
Klungkung-Sapi Bali, Bangli-Kopi Arabika, Gianyar-Udang Galah, Badung-
Babi, Tabanan-Manggis, Buleleng-Mangga, Jembrana-Ikan Lemuru, dan
Denpasar-Ikan Tuna.
3. Strategi pengembangan komoditi unggulan daerah adalah dengan
mengimplementasikan konsep sistem agribisnis, yaitu mengintegrasikan
aktivitas produksi dengan aktivitas agroindustri hulu sebagai penyedia input,
aktivitas agroindustri hilir sebagai pengolah output, aktivitas
pemasaran/perdagangan sebagai distributor dan aktivitas penyedia jasa-jasa
penunjang.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH
JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Informasi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Sentra Agribisnis (Komoditi Salak, Jeruk, Sapi, Babi, Ikan Tuna, Mas/Karper). Bagian Proyek Pengembangan Sumberdaya Sarana dan Prasarana Pertanian Bali-TA. 1998/1999. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Bali.
Anonim. 2000. Penyusunan Master Plan dan Action Plan Kawasan Andalan dan Kawasan Sentra Produksi Propinsi Bali. Kerjasama Bappeda Propinsi Bali dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.
Davis, H.J. and R.A. Golberg. 1957. „A Concept of Agribusiness‟. Harvard Graduate School of Business Administration. Boston, Massachusets.
Downey, W.D and Erickson, S.P. 1987. „Agribusiness Managemen‟. Mc Graw-Hill, Inc, New York. Second Edition.
Hoekman, Bernard. 2002. The WTO: Functions and Basic Principles. In Development, Trade, WTO, A Hand Book (edited By Bernard Hoekman, Aditya Matto, and Phillip English). The World bank, Washington, D.C. pp. 41-49
Saragih, B. 1998. „Agribisnis, Pardigma Baru Pembangunan EKonomi Berbasis Pertanian‟. Penerbit Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT. Surveyor Indonesia bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.