diktat psikodiagnostik ii o b s e r v a s idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...diktat...

28
DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani Ardi Putri, MSi.Psikolog 2. Endro Puspo Wiroko, MSi. Psikolog 3. Dra. Diennyarti Tjokroprihatono, M.Psi. 4. Dinda Aisha M.Psi. 5. Dentia Kusmanto, M.Psi DIGUNAKAN TERBATAS PADA FAKULTAS PSIKOLOGI UP

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II

O B S E R V A S I 2019

PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS)

DISUSUN OLEH: 1. Maharani Ardi Putri, MSi.Psikolog

2. Endro Puspo Wiroko, MSi. Psikolog 3. Dra. Diennyarti Tjokroprihatono, M.Psi.

4. Dinda Aisha M.Psi. 5. Dentia Kusmanto, M.Psi

DIGUNAKAN TERBATAS PADA FAKULTAS

PSIKOLOGI UP

Page 2: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

1 | P a g e

BAGIAN I

PEMAHAMAN OBSERVASI & JENISNYA

DEFINISI

The selection, provocation, recording and encoding of that set of behaviors and settings concerning

organisms ‘in situ’ which is consistent with empirical aims (Weick, 1968)

▸ Selection: observer memilih perilaku yang akan dijadikan fokus observasi dan tidak

mengobservasi keseluruhan kegiatan. Data apa yang harus dicatat dan kesimpulan dari data

tsb.

▸ Provocation: melakukan provokasi atau memberikan intervensi eksperimental agar perilaku

yang diharapkan muncul, tetapi tidak boleh merusak unsur natural dari situasi dan sikap

partisipan. Dibutuhkan sikap hati-hati agar tidak merusak kondisi dan sifat natural perilaku.

▸ Recording: pencatatan dilakukan tanpa memberikan penilaian. Mencatat hasil berupa catatan

lapangan, sistem kategori, film, dll.

▸ Encoding: penyederhanaan data (catatan/rekaman) dengan metode reduksi/restrukturisasi

data. Dapat dibantu dengan kriteris/kerangka tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya

sesuai dengan tujuan, misalnya menghitung frekuensi perilaku

▸ Set of behaviors and setting of organismsadalah observasi dapat difokuskan pada satu

perilaku di berbagai setting atau sebaliknya pada beberapa perilaku di satu setting. Observasi

berbagai macam perilaku, setting dan berbagai macam alat ukur

▸ In situ adalah situasi dimana organisme berada dalam lingkungan alamiahnya. Situasi yang

telah dikenal dengan baik oleh partisipan dan ia menghabiskan sebagian besar waktunya

tersebut disana.

Observers, then, must be photographers of phenomena. Their observations must accurately represent

nature. We must observe without preconceived idea, the observer’s mind must be passive; it listen to

nature and write at nature’s dictation (Claude Bernard)

FUNGSI

1. Memperoleh gambaran perilaku secara utuh dan menyeluruh

▪ Menangkap perilaku manusia sebagaimana adanya untuk melihat perilaku yang

terjadi dalam proses

Page 3: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

2 | P a g e

▪ Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kehidupan sosial, termasuk

perilaku antarpribadi dan gaya belajar (learning style)

▪ Memberikan perbandingan antara perilaku dalam situasi yang disetting untuk

percobaan/tes dan setting natural

▪ Adanya standart verifikasi mengenai ketepatan laporan, misalnya dari guru, orang tua

tentang perilaku individu

▪ Alat utama untuk meneliti perilaku populasi yang tidak dapat menyampaikan

informasi mengenai dirinya sendiri

2. Mengarahkan penelitian

▪ Mengeksplorasi topik tertentu (exploratory studies)

▪ Mendorong arah baru dan pembaharuan dalam riset sosial, misalnya dalam studi

untuk membangun hipotesis (hypothesis-generating studies)

▪ Pengembangan instrumen untuk pengumpulan data yang lebih baik karena adanya

pemahaman kontekstual yang utuh menenai perilaku

KELEBIHAN METODE OBSERVASI

➢ Kemudahan peneliti dalam mengakses setting

➢ Pengamat memiliki ruang untuk gagasan-gagasan baru berdasarkan data yang didapat di

lapangan

➢ Sebagai sumber data alternatif yang memungkinkan peneliti melakukan cek silang data secara

berkualitas atau triangulasi

KELEMAHAN METODE OBSERVASI

➢ Berpotensi memunculkan bias sehingga validitas metode ini dipertanyakan

➢ Cara mengatasi:

➢ Membentuk tim pengamat yang sebaiknya terdiri atas kelompok usia dan gender yang

beragam.

➢ Melakukan cek silang hasil temuan antar peneliti

➢ Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas.

➢ Memanfaatkan teknik verisimilitude/vraisemblance → yaitu teknik penulisan yang

bisa membawa pembaca merasa begitu dekat dengan subjek penelitian

Page 4: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

3 | P a g e

➢ Kurangnya tingkat reliabilitas

➢ Cara mengatasi:

➢ Melakukan observasi secara sistematis dan berulang terhadap berbagaiperistiwa yang

mengarah pada hasil temuan yang sama

➢ Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan

“tempat” agar hasil yang didapat lebih konsisten.

JENIS OBSERVASI

A. Derajat intervensi yang dilakukan

i. Tanpa intervensi (Naturalistic Observation)

▪ Tujuan utama: deskripsi perilaku seperti yang terjadi untuk menyelidiki hubungan antara

variabel-variabel yang ada.

▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku manusia yang tidak dapat dikontrol karena

mempertimbangkan faktor moral atau kode etik.

ii. Dengan intervensi (Laboratory Observation)

▪ Tujuan utama: Menyelidiki batas respons organisme dengan mengubah kualitas stimulus

secara sistematis, mengontrol antecedent events yang penting supaya consequent

behaviors dapat diobservasi secara akurat, dan memanipulasi satu atau lebih IV untuk

membandingkan efeknya pada perilaku.

▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku yang jarang terjadi secara alamiah, atau hanya

terjadi dalam kondisi yang sulit diobservasi (tidak ada akses untuk melakukan observasi

ilmiah pada kejadian itu).

▪ Peran observer: recorder yang aktif memanipulasi kejadian guna memunculkan variasi

perilaku yang hendak diobservasi.

▪ Metode:

1). Participant observation;

i. Participant Observation memungkinkan observer mendapat akses ke konteks situasi

yang biasanya tidak terbuka untuk observasi ilmiah.

ii. Observer berperan aktif dan signifikan dalam konteks situasi dimana perilaku

diobservasi.

Page 5: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

4 | P a g e

iii. Dapat dilakukan dalam dua cara:

❖ disguised yaitu, peran dan keberadaan observer tidak diketahui oleh subjek

❖ undisguised yaitu, subjek mengetahui peran dan keberadaan observer untuk

mengumpulkan informasi mengenai perilaku mereka. Umumnya digunakan dalam

penelitian antropologi, untuk memahami budaya setempat dan perilaku kelompok.

2). Structured observation

❖ Metode ini merupakan kompromi antara observasi naturalistik non intervensi (pasif)

dan manipulasi IV secara sistematik yang melibatkan kontrol ketat a la laboratory

experiment.

❖ Dapat dilakukan dalam setting alamiah atau laboratorium, penting untuk pengujian

hipotesis.

❖ Umum digunakan dalam penelitian psikologi klinis dan psikologi perkembangan.

3). Field observation

❖ Observer memanipulasi satu atau lebih variabelindependen dalam setting natural

untuk menentukan efeknya pada perilaku.

❖ Peneliti biasanya menggunakan confederate dalam manipulasi tersebut.

❖ Umum digunakan dalam riset psikologi social

B. Cara melakukan observasi

i. Systematic Observation

➢ Scientific observation is made under precisely defined conditions, in a systematic and

objective manner, and with careful record keeping.

➢ Sustained, explicit, methodical observing and paraphrasing of social situations in

relation to their naturally occuring context.

Sustained: berkesinambungan.

Explicit: jelas, dapat direkonstruksi dan direplikasi.

Methodical: mengikuti aturan dan langkah-langkah yang telah ditentukan.

Paraphrasing: menyampaikan ulang.

➢ Systematic observation of behavior:

Page 6: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

5 | P a g e

➢ “observe behavior in natural or specially designed settings, record & classify each

behavior objectively as it occurs or shortly thereafter, ensure that the obtained data are

reliable and valid, and convert the data into quantitative information.”

➢ Observasi sistematis harus memiliki:

a. Tujuan

b. Fokus

c. Terbatas pada jumlah data yang ingin dikumpulkan

d. Metode perekaman terstandarisasi yang valid dan reliabel

ii. Unsystematic Observation (Casual atau Non-scientific Observation)

➢ Seringkali observer tidak menyadari bias pribadi dan bias situasional.

➢ Jarang membuat formal records tentang hal yang diobservasi, hanya mengandalkan

memori → seberapa jauh memori dapat diandalkan?

C. Cara mencatat perilaku yang diobservasi

i. Pencatatan menyeluruh

ii. Pencatatan terfokus

ETIS PARTICIPANT OBSERVATION

“Observer dapat memberi dampak (terlebih, dampak tidak langsung dan tidak disadari, serta

negative after effect yang dapat terjadi) pada perilaku orang yang diobservasi.”

SETTING OBSERVASI

❑ Setiap setting memiliki keunikan tersendiri

❑ Perlu memahami perilaku yang akan diobservasi:

❑ Apakah terjadi di satu tempat atau di beberapa tempat?

❑ Apakah ada setting yang serupa di tempat lain (similar settings), dimanakah itu..?

❑ Apakah ada batasan populasi yang diteliti?

❑ Konteks sosial yang diturunkan, misal: usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll.

Page 7: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

6 | P a g e

❑ Apakah ada periode waktu observasi?

PARAMETER OBSERVASI

▸ Frequency → berapa kali perilaku muncul selama waktu observasi?

▸ Duration → berapa lama perilaku target terjadi?

▸ Latency → berapa lama waktu yang dibutuhkan antara pemicu dengan kemunculan perilaku

target?

▸ Intensity → bagaimana dengan kedalaman perilaku target?

▸ Rate → jumlah kemunculan perilaku dalam waktu yang spesifik (misal, dalam 1 menit ada

berapa perilaku)

BAGIAN II

MERENCANAKAN OBSERVASI

LANGKAH-LANGKAH OBSERVASI

1) Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.

2) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.

3) Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa).

4) Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi.

5) Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya.

6) Membuat hasil catatan-catatan/observasi.

7) Memahami pencatatan dan penggunaan alat

MEMILIH PERILAKU/SAMPLING

Mengapa menggunakan sampling?

1. Observer tidak dapat mengamati seluruh perilaku, karena terjadinya pada waktu, setting &

kondisi tertentu

Page 8: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

7 | P a g e

2. Sampel digunakan u/ merepresentasikan populasi perilaku yang lebih besar

3. Dengan memilih waktu, setting & kondisi yang representatif u/ populasi tsb., hasil dapat

digeneralisasikan

4. Sampling waktu, setting & kondisi mempengaruhi pemilihan partisipan

5. ‘Representative samples’ → sampel serupa dengan populasi partisipan yang lebih besar.

SAMPLING TERHADAP PERILAKU

JENIS SAMPLING

A. TIME SAMPLING

1. Kebanyakan digunakan untuk penelitian

2. Ada time interval/ membuat observasi secara sistematis maupun random

3. Sampel representatif diperoleh dgn memilih berbagai time interval untuk observasi

4. Interval: dipilih secara sistematis (hari pertama dari tiap minggu), random atau keduanya.

Contohnya, mengobservasi perilaku anak di kelas, yaitu waktu observasi 2 jam/hari,

jadwal observasi dibuat sistematis sepanjang hari sekolah

5. Dapat dilakukan secara acak maupun sistematis, maupun kombinasi keduanya.

6. Apapun jenis time sampling yang dipilih, peneliti harus menyadari kelebihan dan

kekurangan masing-masing jenis

7. Metode ini kurang efektif untuk sejumlah perilaku yang kemunculannya kurang

dapat diprediksi

B. EVENT SAMPLING

1. Digunakan untuk kejadian yang kemunculannya jarang, tidak teratur, atau tidak dapat

diprediksikan.

2. Dicatat setiap kejadian yang memenuhi definisi yang telah ditentukan

3. Dapat digunakan u/ kejadian yg tidak dapat diramalkan, misal bencana alam

4. Biasanya bias dalam behavioral record

C. SITUATION SAMPLING

Page 9: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

8 | P a g e

1. Mengamati perilaku di lokasi berbeda dengan situasi kondisi yang berbeda pula

2. Memilih beberapa situasi yg dapat memunculkan perilaku target

D. SUBJECT SAMPLING

Memilih partisipan tertentu

Contoh:

Studi tentang perilaku makan para Mahasiswa Psikologi UP

Interval time sampling: makan siang (12-14 WIB), makan malam (18-20 WIB)

Situation sampling: kantin fakultas Psikologi, kantin lain, kantin Rektorat.

Subject sampling: pria saja, wanita saja, atau acak

MEMBUAT DEFINISI OPERASIONAL

• Perilaku target harus didefinisikan secara obyektif, jelas dan lengkap

• Tujuannya adalah u/ membantu mengenali suatu perilaku yang terjadi pada situasi tertentu

dan membedakan perilaku target dengan perilaku lain yang serupa, misalnya perilaku marah:

mata terbelalak/melotot apakah sama dengan perilaku terkejut: mata terbelalak/melotot? Apa

bedanya? → kembali melihat teori

OPERATIONAL DEFINITION OF BEHAVIOR

➢ Contoh: hubungan antara mood dan cuaca.

definisikan mood dan cuaca

Mood: positif (contoh perilaku: tertawa, tersenyum, etc.), & negatif (menangis, sedih, dll.)

Cuaca: mendung (berawan, lembab, kabut, hujan, dll.), and berawan (hangat, matahari

masih bersinar, udara kering, dll.)

LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT DEFINISI OPERASIONAL

• Membuat definisi perilaku target dengan jelas & tepat sesuai dengan teori atau wawancara

dgn ortu, guru dan pengasuh

Page 10: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

9 | P a g e

• Membuat daftar contoh-contoh perilaku target

• Revisi definisi perilaku target dgn mencakup seluruh contoh perilaku

• Membuat daftar contoh perilaku yg mirip/serupa dgn perilaku target (tetapi bukan merupakan

perilaku target)

• Revisi definisi awal sehingga tidak ada perilaku yang “mirip” tersebut

• Contoh Pertama (1) → Observasi perilaku marah kepada teman pada anak kelas 1 SD di kelas

Definisi Operasional:

• Definisi perilaku marah ......

• Contoh perilaku marah pada anak-anak .....

• Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku

• Contoh perilaku yg “serupa” dgn marah (misalnya berteriak) tetapi bukan merupakan

perilaku marah

• Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku “serupa”

• Membuat Indikator Perilaku (1)

• Didapatkan dari contoh perilaku yg menggambarkan perilaku target, tetapi

sudah tidak ada perilaku serupa

• Membanting barang milik pribadi/teman

• Melempar barang milik pribadi/teman

• Memukul teman dgn tangan kosong

• Mengatakan sesuatu kpd teman dgn suara keras

• Menatap tajam ke arah teman

• Dapat menjadi acuan u/ melakukan observasi

• Contoh Kedua (2) → Observasi perilaku anak ketika bermain video game dengan konten

agresif dan prososial

Definisi Operasional:

• Definisi perilaku agresif dan prososial .......

Page 11: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

10 | P a g e

• Contoh perilaku agresif dan prososial pada anak-anak .....

• Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku

• Contoh perilaku yg “serupa” dgn agresif dan prososial tetapi bukan perilaku-perilaku

tersebut

• Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku “serupa”

• Membuat Indikator Perilaku (2)

• Didapat dari contoh perilaku yg menggambarkan perilaku target, tetapi sudah

bebas dari perilaku “serupa”

• Agresif

• memukul orang lain

• Menyakiti orang lain dengan tangan kosong

• Menyakiti orang lain dgn alat

• Prososial

• Memberikan sesuatu kepada orang lain

• Melakukan suatu tugas atas permintaan orang lain

ALAT OBSERVASI

1. Anekdotal

Pencatatan dilakukan terhadap hal-hal penting sesegera mungkin pada tingkah laku yang

istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian terjadi. Kerugian

dari bentuk seperti ini adalah memakan waktu yang agak lama.

2. Catatan Berkala

Observer mencacat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anekdotal,

melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu.

3. Check List

Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama aspek yang hendak diselidiki secara

sistematis. Dengan check list ini lebih dapat dipastikan bahwa penyelidik mencatat tiap-tiap

kejadian yang menjadi sasaran.

4. Rating Scale

Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Alat ini populer karena

pencatatan dan analisanya mudah.

Page 12: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

11 | P a g e

PENGUKURAN PERILAKU

Bagaimana mengukur dan merekam perilaku:

Contoh: kontak mata

Seberapa sering kontak mata terjadi?

Berapa lama kontak mata terjadi?

Bagaimana intensitas kontak mata yang terjadi?

• Tergantung dari metode apa yang digunakan

• Frekuensi: 5, 10, 15 kali

• Durasi: 5, 10, 15 menit

• Volume: jumlah susu diminum bayi dalam satu hari

• Putaran waktu dari satu perilaku ke perilaku lain

Skala pengukuran:

1. Skala Nominal: mengkategorikan perilaku atau aspek ke dalam kategori diskrit.

Contoh: warna kulit coklat, putih, kuning, etc.

2. Skala Ordinal: mengurutkan aspek yang diukur. Ada hubungan aritmatik. “lebih besar”,

“lebih kecil”.

Contoh: rangking kelas → tdk diketahui seberapa jauh beda performance antara ranking 1

dan 2, atau antara 2 dan 3

3. Skala Interval: menentukan secara spesifik sejauh mana perbedaan antar dimensi.

Contoh: perbedaan skor pada tes bakat

Dalam mengkuantifikasi perilaku, peneliti membuat rating terhadap perilaku dalam kejadian.

Contoh rating scale:

– Interaksi anak dan orang tua

– Skala emosi (menunjuk ada di level berapa)

4. Skala Rasio: mencakup skala interval dan memiliki absolut nilai nol

Contoh: berat, waktu, jarak

Page 13: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

12 | P a g e

BAGIAN III

VALIDITAS, RELIABILITAS, BIAS, ANALISIS & INTERPRETASI

• Validitas menunjukkan sejauh mana “ketepatan” dan “kecermatan” suatu alat ukur melakukan

fungsinya.

• Validitas menunjukkan seberapa jauh prosedur pengukur mengukur hal yang seharusnya diukur,

maka dalam suatu observasi dapat dilakukan sejumlah pengecekan.

• Jenis Validitas

• Validitas Konstruk

Contoh dalam hal kita ingin mengukur agresivitas anak, maka apakah benar perilaku yang

ditandai sebagai kode observasi (memaki, memukul, dan sebagainya) merupakan bagian

dari agresivitas dan merupakan definisi operasional yang tepat bagi agresivitas?

• Validitas Konkuren

Apakah data yang diperoleh sesuai dengan perolehan data bila diukur dengan cara

lain (misalnya rating, dan sebagainya).

• Validitas Konten

Apakah data yang diperoleh menggambarkan dengan cermat sifat maupun tingkat

agresivitasnya yang terjadi selama observasi?

• Validitas Prediktif

Apakah perilaku yang ditandai dengan kode observasi tersebut dapat memprediksikan

kriteria penting lain?

CARA MENINGKATKAN VALIDITAS

❖ Membentuk tim pengamat yang sebaiknya terdiri atas kelompok usia dan gender yang

beragam.

❖ Melakukan cek silang hasil temuan antar peneliti

❖ Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas.

Page 14: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

13 | P a g e

❖ Memanfaatkan teknik verisimilitude/vraisemblance → yaitu teknik penulisan yang bisa

membawa pembaca merasa begitu dekat dengan subjek penelitian

RELIABILITAS

• Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang “relatif” sama.

• Reliability → Reliabilitas hasil observasi didapat melalui metode interobserver reliability

• Derajat persetujuan diantara dua observer atau lebih

• “the fewer the categories, the more precise their definitions, and the less inference required in

making classification the greater will be the reliability of the data”

• Interobserver Reliability (IR) → Studi observasional pada umumnya adalah observer

agreement

• Observasi dilakukan secara independen & simultan

• Low IR → kejadian yang dicatat kurang dijelaskan secara lengkap

• Pengukuran IR tergantung pada bagaimana perilaku diukur

• Apabila event diklasifikasi mutually exclusive categories (skala nominal, misalnya laki-laki &

perempuan, gemuk dan kurus), maka IR dinilai menggunakan persentase persetujuan

• Jenis reliability

1. Coefficient of observer agreement → Observer yg berbeda mengamati perilaku pada

waktu yg sama

2. Stability coefficient → Observer yg sama mengamati pada waktu yg berbeda

3. Reliability coefficient → Observer yg berbeda mengamati pada waktu yg berbeda

• Rumus:

Jumlah dimana 2 observer setuju

Jumlah kesempatan untuk setuju

• Misalnya, mengamati orang yg sedang melewati kantin & mengkategorikan mereka sebagai

berbadan gemuk atau kurus

Buatlah definisi operasional mengenai gemuk/kurus

Subjek Pengamat

Page 15: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

14 | P a g e

1 G G

2 G K

3 K G

4 K K

50 G G

• Misalnya dari 50 pengamatan, ke 2 observer setuju 35 X dan berbeda 15 X

IR → 35/50 x 100 = 70%

Agreement di bawah 85% → kurang bagus/unacceptable

CARA MENINGKATKAN RELIABILITAS

1. Definisi verbal yg tepat → mencegah inferensi

2. Contoh konkret mengenai fenomena yg diamati

3. Melatih observer & praktek melakukan observasi

4. Feedback mengenai diskrepansi hasil observasi mereka

5. Gunakan kategori yg sedikit

6. Melakukan observasi secara sistematis dan berulang terhadap berbagai peristiwa yang

mengarah pada hasil temuan yang sama

7. Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan “tempat” agar

hasil yang didapat lebih konsisten

BIAS OBSERVER

• Dalam observasi, validitas dan reliabilitas dipengaruhi oleh Observer yang berpotensi

melakukan kesalahan

• Observer: Differences, Bias & Drift

• Observer Differences:

Dalam kepekaan terhadap situasi sosial penting dan faktor situasional. Gender dan etnis

Bagaimana mereka terpengaruh o/ serangkaian perilaku & respon terhadap tersebut yg

mungkin mempengaruhi observasi mereka

Page 16: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

15 | P a g e

• Observer Drift:

Apabila observasi berlangsung lama, observer mungkin menunjukkan tanda “lupa, lelah, dan

motivasi menurun” → Standar yg digunakan dapat berubah

• Observer Bias:

Errors committed by the observer in the course of the observational assessment

1. Central tendency → Observer lebih sering menggunakan kategori yang di tengah

dalam skala rating daripada kategori tepi, sehingga dalam prosesnya cenderung

underestimasi perilaku yang intens dan overestimasi perilaku yang lemah.

2. Leniency → Observer cenderung membuat penilaian yang cenderung ke arah “baik”

terhadap subjek.

3. Efek primacy → Observer membiarkan kesan pertama mendistorsikan kesan atau

penilaiannya kemudian.

4. Halo effect → Observer membuat penilaian berdasar kesan umum subjek atau

berdasar perilaku subjek yang paling mencolok.

5. Teori pribadi → Observer menyesuaiakn observasi ke asumsi teori pribadi.

6. Nilai pribadi → Observer menyesuaikan observasi ke harapan, nilai, dan minat

pribadi.

7. Overestimasi → Perilaku yang hampir-hampir tidak dikenali ada pada diri observer

sendiri. Misalnya, observer overestimasi volume suara subjek sebab observer sendiri

tidak mengenali bahwa suaranya terlalu rendah volumenya.

8. Kesalahan logika → Observer membuat penilaian yang serupa terhadap sifat-sifat

subjek yang kelihatannya secara logika saling terkait.

9. Kesalahan kontras → Pada sifat khusus, observer menilai subjek jauh lebih berbeda

dengan diri observer sendiri daripada kenyataannya.

10. Kesalahan proksimitas → Observer menilai serupa sifat-sifat tertentu karena bentuk

penilaian membuat sifat-sifat itu berdekatan dalam waktu atau letak.

11. Pengaruh pribadi → Tanpa diketahui oleh observer sendiri, karakteristik diri observer

(usia, jenis, kelamin, ras, dan status sosial) mempengaruhi penilaian perilaku subjek.

12. Ketidakstabilan penilaian observer → Kriteria penilaian yang dipakai oleh observer

berubah bersama waktu, akibat ada dan tidaknya perilaku karena kelelahan, atau

belajar, atau penyebab lainnya.

13. Terlewat → Observer alpa mencatat perilaku yang muncul.

14. Commision → Observer keliru kode suatu perilaku.

Page 17: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

16 | P a g e

15. Efek harapan → Harapan observer mempengaruhi pencatatan, atau observer

mengharapkan sesuatu terjadi dan mengkomunikasikan harapan ini kepada subjek.

16. Reaktivitas observer → Observer berubah pencatatan perilakunya karena ia sadar

diamati balik oleh observee.

17. Isyarat nonverbal → Observer dengan tidak sengaja memberi isyarat kepada subjek

sehingga mendukung perilaku tertentu pada subjek.

SECARA GARIS BESAR

Sumber Error Tipe Error

Kualitas pribadi observer Central tendency;leniency/generosity; primacy

effect; halo effect; personal values, observer

drift, omission; observer reactivity; expectancy

effect; nonverbal cues

Setting, codes, scales & instruments Unrepresentative behavioral setting; coding

complexity; rating scales; mechanical

instruments; influence of extraneous cues

Subjek yang diamati Reactivity; role selection; measurement becomes

agent of change;response set; behavior drift

Sampel Unrepresentative sample; sample instability;

unrepresentative data

ANALISIS HASIL OBSERVASI

• Observasi naturalistik → data terutama kualitatif – deskripsi dari observasi itu sendiri

• Narrative records → informasi yg kaya mengenai perilaku dalam setting ilmiah

• Menggunakan analisis data kualitatif → meringkas data secara verbal, identifikasi tema,

kategorisasi informasi, mengelompokkan berbagai informasi & mencatat observasi mengenai

narrative records

• Systematic observation → peneliti menentukan perilaku yg akan menjadi fokus, memilih

setting dimana perilaku dapat diobservasi & membuat Coding System (CS)

CS harus sangat sederhana → Contoh: ada perilaku (1), tidak ada perilaku (0)

• Data reduction: proses abstraksi dan penyimpulan data perilaku

• Data reduction: melibatkan proses Coding, yaitu identifikasi unit perilaku atau kejadian

tertentu berdasar kriteria tertentu

• Coding: biasanya didasarkan pada unit perilaku atau kejadian yang berhubungan dengan

tujuan penelitian

Page 18: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

17 | P a g e

• Data reduction dgn Coding → memungkinkan peneliti menentukan hubungan antar jenis

perilaku tertentu dan kejadian yang menjadi antecedent dari perilaku ini

• Descriptive measures digunakan u/ meringkas data observasi bila analisis data kualitatif yg

digunakan seperti mean, median, modus, frekuensi

• Apabila klasifikasi dalam bentuk mutually exclusive categories (skala normal) → biasanya

pengukuran relative frequency = rasio antara frekuensi berbagai perilaku terjadi dan frekuensi

total dari kejadian yang diobservasi

• Dinyatakan dalam proporsi atau persentase

• Apabila observasi dicatat menggunakan interval scale atau ratio scale measures of time

(duration, latency) → pengukuran central tendency: arithmatic mean atau average, standard

deviation

INTERPRETASI HASIL OBSERVASI

• Bagaimana membuat perilaku yg diamati menjadi lebih bermakna?

• Gunakan norma informal:

– misalnya kalau dalam group setting, observasi anak yg menjadi target dan salah satu

temannya yg tidak bermasalah, dgn usia & sex yg sama. Perilaku peer bisa menjadi

norma → micronorm

– buat norma lokal: norma yg dibuat berdasar metode “scan check”, mis: scanning

kelas u/ 5 detik setiap 2 menit, u/ masa 20 menit & berapa banyak individu yg

menunjukkan masalah seperti anak yg menjadi target

– Cara lain: bandingkan perilaku anak sekarang ini dgn perilakunya di waktu lalu, anak

menjadi norma/standarnya sendiri

• Hasil dari systematic observation: evaluasi bagian setting, orang yg ada dalam setting tersebut

& lingkungan secara keseluruhan mungkin dapat mempengaruhi perilaku individu

• info mengenai tempat observasi, hari 7 waktu observasi, lamanya sesi observasi, penemuan

dari observasi & implikasi dari penemuan tsb.

• Laporan mengenai koefisien reliabilitas: statisitik/angka % harus disertai penjelasan apakah

telah memuaskan atau belum. Apabila reliabilitas terlalu rendah, diskusikan apakah

sebabnya?

• Interpretasi hasil observasi: dikaitkan dengan teori psikologi yg digunakan & hasil observasi

lainnya yg ada mengenai individu/kelompok target.

BAGIAN IV

Page 19: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

18 | P a g e

MENCATAT HASIL OBSERVASI

TEKNIK PENCATATAN

• KUALITATIF → NARATIF

• KUANTITATIF → - INTERVAL RECORDING

- EVENT RECORDING

- RATINGS RECORDING

NARRATIVE RECORDING

• Teknik ini berguna untuk memberikan gambaran utuh yang menyeluruh dari tingkah laku

alami yang dimunculkan.

• Pencatatan dengan metode ini dilakukan tanpa pengukuran kuantitatif, melainkan hanya

berupa pencatatan gambaran kejadian

• Membantu memberikan gambaran yang komprehensif dari tingkah laku alamiah anak

(kelompok) → anecdotal record

• Contoh: Winky menunjuk ke arah jendela dan dengan wajah berseri, ia berkata dengan

gembira,”Hujan salju bunga ceri! Pertama putih, lalu hijau, lalu merah, merah, merah! Aku

mau melukis!” Dia menuju ke kanvas dan dengan cepat membuat coret-coretan. Sambil

bergeser ke arah Wayne, ia berbisik kepadanya, ”Wayne, kamu mau biru? Aku berikan

padamu, oke? Kamu berikan merah ke padaku karena aku akan membuat gambar buah ceri,

banyak sekali buah ceri!” Setelah anak-anak lelaki itu bertukar wadah cat, Winky duduk

tegak dan dengan sebuah helaan kelegaan, ia memulai gambarnya dengan cepat tapi dengan

sentuhan bersih, dimana kuasnya diusapkan di ujung wadah cat.

• Observer mencatat tingkah laku sebagaimana terjadinya → running record

• Contoh Running Record

07.00 Ibu berkata dengan nada santai dan ramah,”Bangun, Raymond.” dengan sedikit

desakan dalam suaranya, ia berkata lagi,”Nak, apakah kamu akan pergi ke sekolah

hari ini?” Raymond tidak segera memberikan respon.

Dia mengusap-usap wajahnya dan bergumam sedikit.

Dia masih terbaring. Ibunya mengulangi perkataan dengan nada yang

ramah,”Raymond, bangun.” Raymond bergumam lagi dan menendang kakinya

dengan cepat sebagai bentuk protes

07.01 Raymond mengambil sebuah kaus kaki dan mulai memasangnya di kaki kirinya

Page 20: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

19 | P a g e

07.02 Ibunya bertanya,”apakah kamu mau memakai kaus dalam ini atau kamu ingin

memakai yang lama?”

• Bersifat global, semiglobal atau sempit (Sattler, 1991).

• Deskripsi global (disebut juga sebagai molar or broad description) → fokus pada tindakan

yang menggambarkan tingkah laku sebagai keseluruhan; butuh inferential judgement

• Deskripsi semiglobal → berisi detil-detil umum tambahan dari tingkah laku

• Deskripsi yang sempit (disebut juga molecular or fine description) → menggambarkan detil-

detil khusus dari tingkah laku atau setting

Deskripsi Global Deskripsi Sempit

Makan di kantin Tersedak, menggunakan tangan kanan, dll.

Bermain di sekolah Main lompat tali, berlari keliling taman

• Membentuk suatu kontinum dari low inferential judgement (behavioral descriptive statement)

hingga high inferential judgement (behavioral inferential judgement)

- low inferential judgement → mencatat tingkah laku yg dapat diamati secara langsung

- high inferential judgement → membuat interpretasi berdasarkan tingkah laku yg

dapat diobservasi secara langsung

Low Inferential Judgement High Inferential Judgement

Ia mendapat nilai 100 pada ulangan matematika Ia berbakat dalam matematika

Ia mengatakan banyak hal-hal positif mengenai dirinya Ia memiliki self-concept yang baik

• Narrative vs Kuantitative → menggambarkan kejadian-kejadian tanpa menggunakan prosedur

pencatatan kuantitatif

Narrative recording dapat dikuantifikasi, misalnya, dengan mencatat jumlah tindakan tertentu

yang ditampilkan anak atau jumlah anak berbicara

Narrative recording dapat pula dikodekan ke dalam berbagai kategori, lalu koding tersebut

dikuantifikasi

• Penggunaan Narrative Recording

Dapat dilakukan dalam berbagai setting, dan periode waktu

Untuk mendapat gambaran yang mendalam tentang tingkah laku anak, kelompok, atau guru,

dll

• Perlu diperhatikan dalam mendesain Narrative Recording

o Jumlah observasi

o Lamanya tiap periode observasi

Page 21: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

20 | P a g e

o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting, dan alasan

observasi

o Jenis narrative recording yang akan digunakan (anecdotal record, running record)

o Tingkah laku target

o Cara pencatatan (mengetik di komputer/tablet, audiotape, videotape)

• Panduan membuat narrative recording

o Mengidentifikasi anak yang akan diobservasi dan orang lain yang ada dalam setting

observasi

o Mencatat setting dan waktu

o Mencatat tingkah laku verbal dan nonverbal

o Menggunakan bahasa sehari-hari dalam menuliskan deskripsi

o Catatan berupa deskripsi (gambaran) daripada interpretasi

o Pertimbangkan kehadiran observer yang dapat mempengaruhi tingkah laku anak

• Keuntungan Narrative Recording

o Memberikan catatan tingkah laku yang dimunculkan oleh responden dan kesan umum

yang ditangkap oleh pengamat.

o Menjaga urutan kejadian sesuai dengan yang sebenarnya.

o Tidak memerlukan banyak peralatan.

o Biasanya digunakan sebagai catatan pendahuluan untuk dilanjutkan dengan prosedur

observasi yang sistematis.

• Kekurangan Narrative Reading

o Sulit untuk dilakukan kuantifikasi terhadap data yang dimiliki.

o Memerlukan usaha lebih besar dalam melakukan validasi (kecuali menggunakan

videotape)

o Reliabilitas kurang kuat karena hasil dapat bervariasi di antara beberapa pengamat.

INTERVAL RECORDING

• Teknik pencatatan ini berorientasi pada aspek-aspek tingkah laku yang tampak pada interval

waktu tertentu.

Page 22: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

21 | P a g e

• Fokus pencatatan adalah pada jumlah interval dimana perilaku terjadi, bukan jumlah

kemunculan perilaku.

• Disebut juga sebagai time sampling, interval sampling, atau interval time sampling

• Fokus pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih sejalan tingkah laku itu terjadi dalam

interval waktu tertentu

• Data kuantitatif yang diperoleh dalam interval recording berupa jumlah interval di mana

tingkah laku target terjadi

• Jumlah frekuensi menggambarkan jumlah interval, bukan jumlah berapa kali tingkah laku

terjadi

• Periode observasi dibagi dalam beberapa segmen atau interval singkat (biasanya 5 sampai 30

detik, tergantung lamanya observasi)

• Kehadiran atau ketidakhadiran dari tingkah laku target pada tiap interval di-tally

• Cocok untuk observasi terkontrol dan studi laboratorium

• Beda Interval Recording – Time Sampling

o Interval recording → periode observasi terbatas (misalnya 15 menit) dan dibagi ke

dalam sejumlah interval tertentu

o Time sampling → observasi singkat dibuat baik pada waktu-waktu tertentu dalam

sehari atau pada waktu-waktu random

• Mendesain Interval Recording, ditentukan:

o Jumlah observasi

o Lamanya tiap periode observasi

o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting, dan alasan

observasi

o Jenis interval recording yang akan digunakan (lihat prosedur interval recording )

o Lamanya interval observasi → tergantung pada tingkah laku target: interval pendek

lebih dipilih untuk tingkah laku yang berlangsung singkat

o Lamanya interval recording, jika ada

o Tingkah laku target yang akan diamati

o Metode pencatatan data (paper and pencil, electronic recording device)

• Keuntungan Interval Recording

o Dengan adanya rentang waktu yang ditetapkan, maka dapat dilihat kaitan antara

waktu dan tingkah laku.

Page 23: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

22 | P a g e

o Lebih efisien dalam hal biaya, peralatan, dan waktu.

o Memfasilitasi pengecekan untuk interobserver reliability

o Menjamin tingkah laku diamati di bawah kondisi yang sama di setiap waktu

o Memungkinkan mengobservasi lebih dari satu orang

• Kekurangan Interval Recording

o Oleh karena hanya fokus pada interval-interval tertentu, maka kualitas dan lamanya

kemunculan perilaku menjadi kurang diperhatikan.

o Urutan munculnya perilaku seringkali tidak tercatat

EVENT RECORDING

• Setiap kejadian tingkah laku dicatat sebagaimana terjadi

• Unit pengukuran dalam event recording adalah tingkah laku. Artinya, observer menunggu

munculnya tingkah laku target, lalu dicatat

• Tepat untuk mengukur perilaku diskrit, yaitu yang dapat didefinisikan secara jelas kapan

dimulainya dan kapan berakhirnya, seperti jumlah masalah yang berhasil diselesaikan, jumlah

kata yang diucapkan dengan benar

• Kurang tepat untuk mencatat high-rate behavior atau tingkahlaku yang memiliki durasi

beragam

• Mendesain Event Recording, ditentukan:

o Jumlah observasi

o Lamanya tiap periode observasi

o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia, setting dan alasan

observasi

o Tingkah laku target yang akan diamati

• Metode Pencatatan Data

• Untuk merekam respons dapat digunakan checklist, membuat tally, dot-and-line

method, dll.

Metode

Tingkah laku Dot and line tally

Page 24: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

23 | P a g e

Cooperation • •

• •

IIII III

Crying • • II

• Untuk mencatat durasi tingkah laku dapat digunakan stopwatch

• Data kuantitatif yang diperoleh dalam event recording → frekuensi atau jumlah

kejadian/ tingkah laku yang muncul dalam periode tertentu

• Observer dapat mengetahui dimensi tingkah laku → misalnya rate dari tingkah laku,

durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku, dan latensi tingkah laku

Rate dari tingkah laku → n/t

n = jumlah tingkah laku

t = lamanya periode observasi

• Durasi tingkah laku = lamanya tiap-tiap kejadian dari tingkah laku berlangsung atau

periode antara permulaan dan akhir tingkah laku

• Keuntungan Event Recording

o Lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga pengamat karena mudah dilakukan

o Mendeteksi tingkah laku low rates

o Memungkinkan pencatatan beberapa tingkah laku

o Efisien dalam waktu dan SDM

o Dapat memberikan informasi perubahan tingkah laku serta jumlah

• Kelemahan Event Recording

o Sulit mencari pengamat yang memiliki kualitas baik dalam hal

mempertahankan perhatian dalam waktu yang lama.

o Memerlukan periode observasi yang konstan sedangkan tidak semua kondisi

memberikan kesempatan waktu yang cukup bagi pengamat.

o Tidak cocok untuk mencatat tingkah laku yang tidak diskrit

o Issue interobserver reliability (sulit mendapatkan nilai yang appropriate)

o Observer harus mempertahankan perhatian secara optimal dalam periode

cukup lama

Page 25: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

24 | P a g e

o Sulit dibandingkan jika periode observasi tidak konstan

RATING RECORDING

• Pengamat melakukan pengukuran dengan menggunakan skala yang mampu menunjukkan

tingkat atau derajat dari tingkah laku yang diamati.

• Rating recording memungkinkan observer menilai tingkah laku menggunakan skala

• Observer membuat on-the-spot judgement

• Issue objektivitas harus diperhatikan

• Mudah oleh dipengaruhi observer bias (lihat kuliah minggu lalu)

• Merupakan alat yang menunjukkan derajat di mana seseorang memiliki trait atau tingkah laku

tertentu

• Tiap tingkah laku dinilai dalam sebuah kontinum (dari tingkat terendah → tertinggi)

• Poin atau angka yang mewakili kontinum tingkah laku harus didefinisikan secara jelas

• Perhatikan subjektivitas observer

• Kegunaan Rating Recording

o Menilai aspek tingkah laku yang lebih global → untuk mendapat impresi kuantitatif

o Menilai tingkah laku yang sulit untuk diukur secara langsung

o Menilai perilaku dalam berbagai setting

• Mendesain rating Recording, ditentukan:

o Jumlah observasi

o Lamanya tiap periode observasi

o Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting dan alasan

observasi

o Tingkah laku target yang akan diamati

• Metode Pencatatan Data

Page 26: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

25 | P a g e

o Graphic scale → Rating scale untuk satu tingkah laku saja. Berbagai tingkah laku

yang mirip dapat di-list pada skala yang sama

o Numerical Scales (berbentuk numerik)

o Semantic Differential → penggunaan 7-skala poin dengan kata sifat dari makna yang

berbeda pada tiap ujungnya

o Forced Choice → Observer harus memilih satu dari beberapa rentang tingkah laku

yang di-list untuk tiap-tiap trait

• Keuntungan Rating Recording

o Selain data yang diperoleh dapat dikuantifikasi, aspek kualitatif juga dapat diamati.

o Menyediakan frame of reference umum untuk membandingkan perilaku individu

dengan individu lain

o Cocok untuk mencatat banyak tingkah laku / trait berbeda dalam satu waktu

o Mencatat aspek kualitatif dari tingkah laku

o Efisien dalam waktu

Graphic scale

Berbagi

Mainan selalu sering kadang2 jarang tdk pernah

Rentang Perhatian

1. Jarang menyelesaikan tugas, bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain 2. Biasanya butuh dukungan untuk menyelesaikan tugas 3. Dapat menyelesaikan tugas yang sesuai dengan usianya hingga selesai 4. Dapat bertahan dengan aktivitas yang dipilih untuk 5. Periode waktu yang lama

Sematic Differential Scale

Happy |___|___|___|___|___|___| Sad

Friendly |___|___|___|___|___|___| Hostile

Forced Choice Scale

Ball catching

Fearful Usually Often No Uses Hands

misses misses accomodation body only

____ ____ ____ ____ ____ ____

Page 27: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

26 | P a g e

o Data dapat dikuantifikasi dan dianalisis secara statistik

• Kelemahan Rating Recording

o Subjektivitas antar pengamat yang berbeda dapat menghasilkan poin yang berbeda

dalam pengisian rating pada skala.

o Nilai skala sangat mungkin berdasarkan “asumsi” observer → poin/gradasi dalam

skala kadang sulit untuk dibedakan

o Definisi yang ambigu/kompleks membuat interobserver reliability menjadi rendah

o Kurang tepat untuk mencatat penyebab dan akibat dari tingkah laku

o Tidak akurat jika ada delay antara observasi dan pencatatan tingkah laku

CHECKLIST

• Teknik pencatatan ini bermanfaat jika pengamat memiliki sejumlah perilaku target yang

sederhana dan dapat dijabarkan ke dalam bentuk item-item yang mudah dipahami.

• Daftar dari trait atau tingkah laku tertentu yang diatur dalam urutan logis

• Berguna jika observer ingin mengidentifikasi tingkah laku atau trait tertentu atau tidak

• Item-item dalam checklist harus di-list secara jelas dalam bentuk yang objektif →

nonjudgemental

• Item-item harus pendek, deskriptif, dan mudah dimengerti

• Kelebihan Checklist

o Teknik merupakan teknik pencatatan observasi yang paling mudah dilakukan dan

dapat dilakukan oleh siapa saja karena mudah dipelajari.

o Dapat digunakan oleh nonspecialist observer (mis: guru)

o Dapat digunakan saat observee hadir atau setelahnya dengan mengandalkan ingatan

terhadap tingkah laku → hati-hati

o Sejumlah observer dapat menilai anak/target yang sama → inter-observer reliability

o Dapat mencatat beberapa tingkah laku dalam satu waktu

• Kelemahan Checklist

o Hanya mengungkap ada atau tidak adanya perilaku sehingga kualitas dari perilaku

tidak dapat diketahui dengan jelas.

Page 28: DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S Idosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II O B S E R V A S I 2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS) DISUSUN OLEH: 1. Maharani

27 | P a g e

o Sifatnya tertutup, melihat tingkah laku tertentu dan bukan semua perilaku yang terjadi

→ kehilangan tingkah laku yang penting

o Terbatas pada “kehadiran” dan “ketidakhadiran” tingkah laku

o Informasi tentang kualitas tingkah laku, durasi, dan deskripsi → kurang

FORMAT LAPORAN OBSERVASI

• Tema

• Konstruk & definisi operasioal

• Kisi-kisi perilaku

• Panduan observasi

• Hasil:

o Deskriptif kelompok

o Deskriptif masing-masing peserta

• Kesimpulan

o Dinamika kelompok

o Dinamika masing-masing peserta