dilema bahasa. jawa ning jawa (dokumenter tentang ... d0214016.pdfdilema bahasa. jawa ning jawa...

20
DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia) Arief Rahman Hakim Chatarina Heny Dwi Surwati Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Javanese is the language that has the most speakers in Indonesia. In addition to having more speakers than Bahasa Indonesia's speakers, Javanese has also been widely recorded in its existence ranging from written language to spoken language. Research with the Javanese language as an object has also been widely done by various parties. So that quantitatively Javanese is belongs to the category of regional languages which are classified as safe, because it has many speakers and literature. However, the fact is that not a few Javanese children are no longer proficient in Javanese, despite living in one of the centers of Javanese civilization. We use observation and interview methods to collect data and information in the field. We conduct observation on the daily life of peoples in Baluwarti Village, Pasar Kliwon Sub-District, Surakarta City. Formal and non-formal activities are our observation targets. We interviewed two informants from Baluwarti who had different attitudes towards declining Javanese skills in his community. Baluwarti itself is a village complex inhabited by courtiers and families of Kasunanan Surakarta Hadiningrat Palace. Geographically and historically, this village is located within one of the centers of Javanese civilization. Two expert speakers are also interviewed to provide a broader and credible perspective. This film raises the current state of Javanese, especially in the Baluwarti community. Despite having the most speakers and located at the center of civilization, the Javanese language in Baluwarti also suffered setbacks. This fact was conveyed by both Baluwarti's informants. From observations, we also get the same facts, namely the decline in the use of Javanese even to the shift of the mother tongue from Javanese to Bahasa Indonesia. Keywords: local language, mother tongue, language extinction, Javanese

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA

(Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Arief Rahman Hakim Chatarina Heny Dwi Surwati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Javanese is the language that has the most speakers in Indonesia. In addition to having more speakers than Bahasa Indonesia's speakers, Javanese has also been widely recorded in its existence ranging from written language to spoken language. Research with the Javanese language as an object has also been widely done by various parties. So that quantitatively Javanese is belongs to the category of regional languages which are classified as safe, because it has many speakers and literature. However, the fact is that not a few Javanese children are no longer proficient in Javanese, despite living in one of the centers of Javanese civilization.

We use observation and interview methods to collect data and information in the field. We conduct observation on the daily life of peoples in Baluwarti Village, Pasar Kliwon Sub-District, Surakarta City. Formal and non-formal activities are our observation targets. We interviewed two informants from Baluwarti who had different attitudes towards declining Javanese skills in his community. Baluwarti itself is a village complex inhabited by courtiers and families of Kasunanan Surakarta Hadiningrat Palace. Geographically and historically, this village is located within one of the centers of Javanese civilization. Two expert speakers are also interviewed to provide a broader and credible perspective.

This film raises the current state of Javanese, especially in the Baluwarti community. Despite having the most speakers and located at the center of civilization, the Javanese language in Baluwarti also suffered setbacks. This fact was conveyed by both Baluwarti's informants. From observations, we also get the same facts, namely the decline in the use of Javanese even to the shift of the mother tongue from Javanese to Bahasa Indonesia.

Keywords: local language, mother tongue, language extinction, Javanese

Page 2: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku yang memiliki

budaya khasnya masing-masing. Tercatat dalam sensus penduduk tahun 2010 ,

Indonesia memiliki 1340 suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke

(Badan Pusat Statistik, 2011). Meskipun begitu, belum semua suku bangsa yang

ada di Indonesia tercatat. Sebelumnya, pada tahun 1995 Melalatoa berhasil

merampungkan Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia dan telah mendeskripsikan

485 suku bangsa (Melalatoa, 1995).

Banyaknya suku bangsa di Indonesia berbanding lurus dengan kuantitas

ragam bahasa yang ada di Indonesia. Sesuai dengan salah satu dari lima inti Teori

Kode-Kode Berbicara (Speech Codes Theory) yang dilahirkan oleh Gerry Philipsen

bahwa “di mana ada suatu peradaban budaya, di sana akan ditemukan kode

berbicara yang berbeda pula” (Pala, 2014). Teori ini dipertegas dengan data Badan

Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa dari penelitian pemetaan

bahasa sejak 1991 hingga 2017 terdapat 652 bahasa dari 2452 daerah pengamatan

di Indonesia. Jika berdasarkan akumulasi persebaran bahasa daerah per-provinsi,

terdapat 733 bahasa daerah (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017).

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan salah satu warisan budaya dunia

yaitu bahasa.

Bahasa daerah maupun bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukannya

masing-masing. Bahasa lokal di tiap suku memiliki kedudukan sebagai bahasa

daerah. Sedangkan bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa

nasional dan bahasa negara. Amran Halim dan banyak ahli bahasa berpendapat

bahwa kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berarti bahasa

Indonesia merupakan “alat pemersatu” atau “lambang kesatuan jiwa nasional

Indonesia” (Samuel, 2008). Sedangkan kedudukan sebagai bahasa negara karena

bahasa Indonesia digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan

negara, serta pendidikan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1975).

Page 3: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Kondisi penggunaan bahasa lebih dari satu merupakan hal yang biasa dalam

masyarakat multikultur. Dalam istilah linguistik, kondisi semacam ini disebut

dengan diglosia. Situasi berbahasa yang bersifat diglosik memunculkan peran

penggunaan bahasa dalam situasi kemasyarakatan yang berbeda-beda (Listiyorini,

2008). Orang-orang yang hidup dalam masyarakat diglosik biasanya tidak

memandang kondisi ini sebagai suatu masalah. Karena pada dasaranya, diglosia

adalah situasi pemakaian bahasa yang stabil karena setiap bahasa diberi keleluasaan

untuk menjalankan fungsi kemasyarakatannya secara proporsional (Wijana &

Rohmadi, 2006).

Kebijakan yang mencipatakan kondisi berbahasa bersifat diglosik sebenarnya

tidak menjadi permasalahan. Namun yang patut dikhawatirkan adalah

implementasi penggunaan bahasa Indonesia yang berperan sebagai bahasa

persatuan. Putu Wijana dan Rohmadi mengutip pendapat Ronald Wardhaugh,

seorang Profesor Linguistik dari University of Toronto, bahwa keinginan yang

besar untuk menciptakan bahasa persatuan merupakan salah satu faktor yang paling

dominan berperan dalam melemahkan situasi diglosia (Wijana & Rohmadi, 2006).

Jérôme Samuel dalam salah satu tulisan sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa

para pendukung integrasi bahasa menganggap bahwa sekecil apapun tempat yang

diberikan kepada bahasa daerah berarti menggerogoti ruang bahasa Indonesia,

menghalangi perkembangannya dan merugikan kepentingan nasional (Samuel,

2008). Sikap para pendukung integrasi bahasa ini semakin memperlemah situasi

diglosia di Indonesia, dan yang paling dirugikan dari sikap ini adalah bahasa daerah.

Menurut Wijana & Rohmadi (2006), pengharusan penggunaan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi mengakibatkan bahasa-bahasa

daerah mulai ditinggalkan oleh para penuturnya, terutama pada individu dengan

kelas sosial tinggi, golongan usia muda, dan orang-orang di daerah perkotaan.

Fenomena melemahnya bahasa daerah sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun

1970-an. Kondisi diglosia semakin melemah dengan munculnya doktrin-doktrin

yang mengagung-agungkan persatuan, kesatuan, stabilitas dan keseragaman oleh

rezim orde baru. Banyak penutur bahasa daerah yang beralih kepada bahasa yang

Page 4: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

lebih dominan yang dipandang lebih menjanjikan serta memudahkan dalam

melakukan mobilitas vertikal (Wijana & Rohmadi, 2006). Fenomena penerobosan

fungsi bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat seperti ini dikenal dengan

istilah kebocoran diglosia (digglossia leakage). Akibat paling parah yang

ditimbulkan dari kebocoran diglosia adalah punahnya sejumlah bahasa daerah

sebelum sempat didokumentasikan.

Fenomena kebocoran diglosia kini banyak terjadi di Indonesia. Salah satunya

dialami oleh Bahasa Jawa. Tidak sedikit kasus keluarga suku Jawa yang telah

menggunakan bahasa Indonesia di dalam keluarganya. Banyak keluarga muda yang

berkomunikasi dengan anaknya sejak dini menggunakan bahasa Indonesia

meskipun tinggal di lingkungan berbahasa daerah (Listiyorini, 2008). Kemunduran

penguasaan bahasa daerah oleh anak-anak mengindikasikan semakin lemahnya

peran dan fungsi bahasa daerah di masyarakat. Dan ini merupakan indikasi serius

menuju kepunahan bahasa daerah di Indonesia.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana fenomena kemunduran bahasa jika dilihat dari sudut pandang

bahasa Jawa yang memiliki kuantitas penutur bahasa terbanyak di

Indonesia, namun tetap mengalami penurunan kualitas penuturnya?

Tinjauan Pustaka

1. Bahasa Sebagai Bagian dari Komunikasi

Liliweri mengemukakan bahwa bahasa merupakan medium yang digunakan

dalam berkomunikasi. Hal menarik dari bahasa adalah bahwa bahasa merupakan

medium untuk menyatakan kesadaran, tidak hanya sekedar mengalihkan informasi.

Kesadaran yang dimaksud Liliweri disini adalah kesadaran dalam konteks sosial.

Dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari, kita mengenal istilah-istilah seperti

bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa visual dan lain-lain. Istilah

Page 5: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

tersebut merupakan penggambaran aspek pragmatis dari penggunaan bahasa

(Liliweri, 2011). Muncul istilah bahasa lisan karena penggunaan bahasa melalui

alat ucap, yang dalam kalangan komunikasi disebut oral communication. Selain

penggunaan lisan dalam penyampaian pesan, terkadang seseorang menggunakan

tulisan atau dikenal dengan verbal communication.

2. Bahasa Sebagai Bagian dari Budaya

Bahasa adalah representasi budaya, atau suara “peta kasar” yang

menggambarkan budaya, termasuk pandangan dunia, kepercayaan, nilai,

pengetahuan, dan pengalaman yang dianut komunitas bersangkutan. Pandangan

tentang dunia oleh pemuda yang sering menyebut Allah, akhirat, iman, ikhlas,

kematian dan kubur, tentu berbeda dengan pemuda yang sering mengucap kata-kata

seperti duit, cewek, pesta, minum, dan teler (Mulyana, 2005). Sedangkan Finegan

menjelaskan bahasa sebagai sejumlah simbol atau tanda yang disetujui untuk

digunakan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan arti. Hubungan antara

simbol yang dipilih dan arti yang disepakati kadang berubah-ubah (Samovar, dkk,

2010).

3. Kepunahan Bahasa

Suatu bahasa dikatakan punah jika bahasa tersebut sudah tidak memiliki

penutur sama sekali. Jika masih dituturkan walau oleh sedikit penutur, masuk dalam

kategori bahasa yang terancam punah. Menurut Gufran Ali Ibrahim (2011:36),

terdapat tiga sudut pandang daya hidup sebuah bahasa, yaitu :

1. Bahasa yang masih setia digunakan oleh penuturnya dalam semua lapisan

usia serta digunakan dalam berbagai ranah pertuturan;

2. Bahasa yang hanya digunakan oleh selapis generasi tua dan telah

ditinggalkan oleh anak-anak dan remaja;

3. Bahasa yang hanya digunakan oleh beberapa orang tua dan sebagian besar

penutur tidak lagi cakap menggunakannya.

Dalam prosesnya, Kloss (1984) dalam Sumarsono (2012:231)

mengungkapkan tiga tipe kepunahan bahasa, yaitu : (1) kepunahan bahasa tanpa

Page 6: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

mengalami pergeseran bahasa, misalnya karena bencana alam atau genosida, (2)

kepunahan bahasa karena terjadi pergeseran bahasa, misalnya karena penutur tidak

berada dalam “wilayah tutur yang kompak” atau karena pewajiban satu bahasa oleh

pemerintah, (3) kepunahan bahasa melalui metamorfosis, misalnya ketika suatu

bahasa tutur turun derajatnya menjadi dialek dan masyarakat tidak lagi menulis

dalam bahasa itu dan kemudian mulai menggunakan bahasa lain.

Gufran menganalogikan bahasa-bahasa yang mengalami krisis jumlah

penutur sebagai makhluk hidup yang kehilangan kemampuan reproduksinya. Bila

makhluk hidup seperti reptil, mamalia, burung, juga manusia kehilangan fungsi

reproduksinya, maka alamat akan segera tiba masa kepunahannya dalam waktu

dekat. Gufran juga berpendapat bahwa krisis jumlah penutur sebagai tanda akan

punahnya sebuah bahasa merupakan krisis yang menyedihkan dan menakutkan

karena fakta ini juga menunjukkan lanskap kepunahan sebuah peradaban. (Ibrahim,

2011:38)

4. Film Dokumenter Sebagai Media Komunikasi

Pada hakikatnya, komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui sebuah media. Menurut Onong

Uchjana Effendy (2003:55) terdapat empat fungsi komunikasi, yaitu untuk

menyampaikan informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), untuk

menghibur (to entertain), dan untuk memengaruhi (to influence). Guna

mewujudkan fungsi-fungsi tersebut, salah satu media yang dapat digunakan adalah

film dokumenter.

Film dokumenter merupakan salah satu bentuk produk audio visual. Gerzon

Ron Ayawaila (2012) mendefinisikan dokumenter seperti di bawah ini :

Dokumenter merupakan bentuk film yang merepresentasikan sebuah realita, dengan melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

Dari definisi tersebut, Gerzon memberikan batasan yang cukup jelas antara film

dokumenter dengan film fiksi. Film dokumenter harus merepresentasikan sebuah

realita yang biasanya didapatkan melalui kepekaan terhadap lingkungan sosial,

Page 7: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

budaya, politik, dan alam semesta (Ayawaila, 2010). Sebuah film yang memiliki

cerita imajinatif dan tidak berdasarkan fakta, tidak dapat dikategorikan sebagai film

dokumenter. Namun dalam perkembangannya, terdapat juga film dokumenter yang

memuat reka adegan seperti dalam film dokumenter sejarah. Reka adegan dalam

film dokumenter dapat dilakukan untuk memvisualisasikan informasi dari

narasumber. Menurut Frank Beaver (2015), film dokumenter bertujuan untuk

memberi pencerahan, memberi informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan

memberikan wawasan tentang realitas sosial yang ada.

Metodologi

Penulis menggunakan metode observasi dan wawancara dalam tugas akhir

ini. Menurut Pawito (2007:111), metode observasi digunakan untuk melacak secara

sistematis dan langsung berbagai gejala komunikasi utamanya yang berkaitan

dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat. Sedangkan

metode wawancara dijadikan sebagai alat pengumpulan data yang sangat penting

yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan

realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Kedua metode tersebut digunakan

dengan tujuan untuk mendapatkan data serta informasi yang dibutuhkan dalam

pembuatan dokumenter dan penyusunan laporan tugas akhir ini.

Sajian dan Analisis Data

1. Judul

Dilema Bahasa: Jawa Ning Jawa

2. Durasi

37 menit 04 detik

3. Audiens

Masyarakat umum.

4. Lokasi

Lokasi pengambilan gambar khusus di daerah Baluwarti, Surakarta serta

beberapa lokasi untuk footage landmark seperti di Pasar Gede, Balaikota

Surakarta, Tugu Gladag Surakarta, dan Keraton Kasunanan Surakarta.

Page 8: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Sedangkan untuk narasumber penulis melakukan wawancara di Surakarta dan

Yogyakarta.

5. Film Statement

Bahasa Jawa merupakan bahasa dengan penutur terbanyak di Indonesia.

Selain penuturnya yang lebih banyak daripada penutur bahasa Indonesia,

Bahasa Jawa juga telah banyak terekam keberadaannya. Mulai dari bahasa tulis

hingga bahasa tutur. Penelitian dengan objek bahasa Jawa juga telah banyak

dilakukan. Sehingga secara kuantitas, bahasa Jawa masuk kategori bahasa

daerah yang aman, karena memiliki banyak penutur serta literatur. Namun

faktanya tidak sedikit anak-anak penutur Jawa yang tak lagi mahir berbahasa

Jawa, meskipun tinggal di salah satu pusat peradabannya. Peran orang tua

sangat vital mengingat merekalah salah satu sumber belajar bahasa anak-

anaknya.

6. Ringkasan Film

Film dokumenter Dilema Bahasa. Jawa Ning Jawa ini terdiri dari lima babak

dengan 11 sequence di dalamnya, yaitu : Pembukaan (1 sequence), Pengantar

(3 sequence), Isi (4 sequence), Klimaks (2 sequence), dan Penutup (1 sequence).

A. Pembukaan

• Sequence I

Film ini dibuka dengan narasi tentang pentingnya bahasa dalam setiap sendi

kehidupan manusia dan salah satunya adalah bahasa Jawa. Dimulai dengan aksi

3 orang anak Baluwarti melakukan presentasi kegiatan yang sedang berlangsung

di Komplek Dalem Suryohamijayan.

Gambar 1. Gibran, Elo, dan Jundan memperkenalkan diri

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 9: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Wis? Ji..ro..lu… perkenalkan nama saya Gibran, / Nama saya Elo, / …Jundan… // Ini namanya Jundan. // Baiklah, bertemu lagi dengan kita si anak bocah-bocah kecil hebat. // Mari lanjut-lanjut. //Baiklah, kita baru di tempat Suryahamijayan. Ada yang bermain sepak bola, tenis, dan.. apa itu? Apa itu namanya? Kasti, iya kasti, saya lupa. (Gibran, Elo, dan Jundan di Halaman Ndalem Suryohamijayan)

B. Pengantar

• Sequence II

Pada sequence ini akan menjelaskan tentang kelebihan bahasa Jawa

dari segi kuantitas salah satunya persebaran penutur bahasa Jawa di

Indonesia dan luar negeri, sehingga bahasa Jawa masuk dalam kategori

bahasa yang aman.

Gambar 2. Grafis tabel jumlah

penutur bahasa di Indonesia

Sumber : Gambar Dokumen Pribadi (Data

BPS 2010)

Gambar 3. Grafis informasi

persebaran bahasa Jawa di dunia

Sumber : Gambar Dokumen Pribadi (Data

Rosemarijn Hoefte KITLV – 1998)

• Sequence III

Sequence ketiga menjelaskan lokasi sampel masyarakat yang akan

direkam kesehariannya, yaitu Baluwarti. Serta alasan kampung

Baluwarti dijadikan lokasi sampel untuk film.

Gambar 4. Keraton Surakarta

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 5. Kegiatan warga Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 10: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

• Sequence IV

Pada sequence ini akan berisikan soundbite narasumber dari warga

Baluwarti yaitu Gatot Basuki dan Mariatin. Hal-hal yang disampaikan

diantaranya adalah perkenalan serta bagaimana keadaan penggunaan

bahasa Jawa dulu semasa narasumber masih kecil.

Gambar 6. Wawancara

perkenalan Gatot Basuki

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 7. Gatot menyambut

rombongan Pemkot Surakarta

Sumber : Dokumen Pribadi

tahun 60an ketika saya masih muda ketika masih sekolah tingkat atas, saya melihat penggunaan bahasa jawa di baluwarti ini menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar, tahun 60an. (Wawancara Gatot Basuki, warga Baluwarti Surakarta)

Gambar 8. Wawancara

perkenalan Mariatin

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 9. Kegiatan Mariatin di

salah satu Pos Lansia

Sumber : Dokumen Pribadi

waktu kecil saya tuh ndak basa ndak boleh. Andakan kita dipanggi itu “dalem” itu salah, “kula”. Nek dipanggil itu jawabnya “kula” “nun kula”// Nah lagi matur “dalem badhe …. badhe ….” Ning nek ditimbali misal “heh le!” “kula”. Nek saiki kan gak, “dalem”. Dadi dikaprah, salah kaprah. Dadi saat kita dipanggil dan waktu kita erbicara niku beda. (Wawancara Mariatin, warga Baluwarti Surakarta)

Page 11: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

C. Isi

• Sequence V

Pada sequence ini akan dijelaskan mengenai kedudukan bahasa

Indonesia dan bahasa daerah serta regulasi kebahasaan di Indonesia,

khususnya regulasi bahasa di ranah pendidikan.

Gambar 10. Pasal 33 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sumber : Dokumen Pribadi

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. (Pasal 33 ayat 1, UU No. 20 tahun 2003) Gambar 11. Suasana di dalam KB Mentari Ceria Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

kalau di sekolahan itu sebetulnya memang untuk sehari-hari di kelas, di luar kelas kita bisa pakai bahasa Jawa. Tapi kalau di dalam kelas itu kan sekarang diharuskan untuk bahasa Indonesia. Jadi hanya Jumat yang harus kita kenalkan. (Wawancara Mariatin)

Page 12: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Gambar 12. Proses penimbangan anak di Posyandu Dewi Shinta Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Gapapa sayang, gapapa. Gapapa ini juga uti ini, gapapa. // Gojegi terus mbak, ayo mbak mriki mbak // Yo..e… ndak apa-apa, ndak apa-apa, bisane pinter kok yo. Mpun gapapa // Sik..sik.. ndak kepuntir ndak kepuntir // Ndek mben piro? 10,5 (kg). kudu mundak // Mundake sithik banget mbah… // Sik dereng, dereng pas. Ojo dikiro-kiro // 10,6 (kg) mundak 1 ons. // Is rasido-rasido. Oh sayang, ndak papa. Ituloh sama om itu loh. “om dadah om” halo-halo” (Pengurus dan Kader Posyandu Dewi Shinta, Baluwarti)

• Sequence VI

Pada sequence ini akan disajikan statemen dari R. Bima Slamet

Raharja, akademisi bahasa Jawa, yang mempertanyakan kategori

amannya bahasa Jawa dibandingkan dengan fakta menurunnya kualitas

penutur bahasa Jawa yang terjadi di masyarakat.

Gambar 13. Wawancara dengan

R. Bima Slamet Raharja

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 14. R. Bima Slamet

Raharja menabuh kendang

Sumber : Dokumen Pribadi

Saya juga masih mempertanyakan ketika kuantitas itu masih ditonjolkan, artinya seberapa jauh kita juga menerima bukti survey bahwa bahasa jawa masih eksis. sehingga mengatakan bahwa masih dikategorikan aman. tapi sebenarnya secara praktek dilapangan

Page 13: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

sudah banyak jauh dari rasa aman itu tadi. Nah aman itu kan ada parameternya, aman gimana. Kita memakai bahasa itu secara lisan ataukah tertulis . Lisan dan tertulis itu apakah akan sama? (Wawancara R. Bima)

Gambar 15. Jual beli di lapak pedagang sayuran di Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Lombok ijo kaleh….. lombok ijo mawon setunggal ewu. // Ijo thok mbak? // Geh.// Dados sewu, gangsal, enem, pitu. Pitu kaleh niki papat sewelas. Sewelas kaleh wolu setengah, songolas setengah. Nopo maleh? // Sing limangatus tokolan dele mbak .// Oh gih. (Pedagang dan Pembeli sayuran di Baluwarti)

• Sequence VII

Pada sequence ini akan disajikan informasi tentang apa itu diglosia,

kondisi diglosia di Indonesia dan juga fungsi serta kedudukan antara

bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Gatot Basuki memberikan contoh

penggunaan bahasa daerah di dalam keluarganya. Mariatin prihatin

dengan penggunaan bahasa asing di dalam keluarga oleh cucunya.

Gambar 16. Kegiatan latihan

ketoprak anak-anak di Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 17. Kegiatan latihan

karawitan masyarakat Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 14: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Mulane wiwit bocah bisa ngomong dijari basa, supaya menwa gedhe wis turut basane. Mulo kang, aku meling karo kowe, tangga-tanggamu dikandani supaya ngarahke anake basa. (Naskah Latihan Ketoprak Anak-Anak di Baluwarti)

Gambar 18. Wawancara Gatot

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 19. Wawancara Mariatin

Sumber : Dokumen Pribadi

seperti misalnya dari anak saya ke cucu saya lebih runyam lagi. Karena anak sekarang lingkungan pergaulannya rata2 berbahasa indonesia, kemudian di rumah juga tidak diberi pelajaran, pelatihan, atau tuntunan berbahasa jawa. Sehingga bahasa jawa semakin lama semakin surut. (Wawancara Gatot Basuki)

Karena sekarangn itu sudah kualik, lebih diutamakan bahasa Inggris. Kan itu yang di playgroup-playgroup standar itu bahasanya Inggris semua. Wong saya punya cucu itu “ini putih” bukan-bukan,“white”. Dia gak tau putih, taunya white. Nah saya marah sama ibunya, “jangan gitu,putih ya putih. Kalau bahas Inggrisnya white,itu dijelaskan begitu”. Pokoknya ndak mau (cucu saya) “makan ayo makan””eat yang bukan makan! Eat!”. Jadi sudah di dalam keseharian ibunya, juga di sekolahan itu yang sudah playgroup favorit itu, semuanya bahasa Inggris. Ada juga yang bahasa Arab. Tapi bahasa Jawa enggak. (Wawancara Mariatin)

Gambar 20. Cover Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa

Nasional 1975

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 15: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

banyak sekali idiom2 jawa istilah jawa, padanan kata jawa yang mereka sudah hampir sama sekali tidak tahu. Dan mereka hanya tau yang sebatas mereka tahu. Termasuk lafal, orang membedakan wedi dan wedhi saja tidak bisa. …. kadang anak harus diperkenalkan kata2 yang seperti itu, untuk bisa membedakan lafal tertentu, membedakan da dengan dha, mebedakan ta dengan tha itu kan sekarang menjadi “kisruh”. Kisruh itu hampir ini tidak ada bedanya antara ketika saya mengatakan wedhi yang berarti pasir dengan wedi yang berarti takut. Nah ini numpuk mas, gejala ini sangat numpuk. Dados menjadi dadhos. Ini banyak terjadi lho. (Wawancara R. Bima Slamet Rahardja)

• Sequence VIII

Pada sequence ini akan dimunculkan statemen Dr. Mu’jizah selaku

peneliti Badan Bahasa mengenai himbauan penggunaan bahasa daerah

di dalam keluarga serta gempuran bahasa asing di media luar ruang.

Gambar 21. Dr. Mu’jizah dalam

diskusi Komunitas Jagongan

Naskah di Pura Pakualaman

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 22. Wawancara Dr.

Mu’jizah

Sumber : Dokumen Pribadi

kalau kita lhat anak muda, itu gempuran budaya. Ada juga orang yang tidak setuju “kenapa harus dibatasi penggunaan bahasa asing?” padahal kita tahu di media luar ruang banyak sekali bahasa asing yang berjejer dimana-mana tidak bisa kita kendalikan. (Wawancara Dr. Mu’jizah) Karena itu tadi, dari awal mereka sudah diberikan pemahaman bahasa yang menurut orang tua itu bisa memberikan keuntungan untuk semua. (Wawancara R. Bima Slamet Rahardja)

Page 16: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Gambar 23. Sholat Jumat di Masjid Paramasana Keraton

Surakarta

Sumber : Dokumen Pribadi

Ashshobirina, yakni mereka orang-orang yang sabar. Dan mereka, orang-orang yang mampu menahan diri untuk tetap melaksanakan segala perintah Allah dan Rosul-Nya. Dan juga orang-orang yang mampu untuk tidak melakukan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. (Khotib Sholat Jumat Masjid Paramasana Keraton Surakarta)

D. Klimaks

• Sequence IX

Dijelaskan mengenai upaya pemerintah dalam melindungi bahasa

daerah. Dr. Mu’jizah menjelaskan program pemetaan bahasa serta

revitalisasi bahasa daerah berbasis keluarga. R. Bima Slamet Raharja

juga akan menyampaikan kritiknya mengenai konsep “lestarikan bahasa

daerah” dalam semboyan Badan Bahasa.

Gambar 24. Wawancara Dr. Mu’jizah

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 25. ILM Bahasa Kemendikbud

Sumber : Facebook Badan Bahasa

nah kami di badan bahasa itu punya revitalisasi bahasa daerah. Revitalisasi bahasa daerah ini sasarannya bukan di sekolah karena di sekolah sudah ada pembelajarannya mulok dan segala macam. Nah kami pembelajarannya itu di masyarakat berbasis keluarga. Nah saya menangani khusus untuk

Page 17: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

revitalisasi bahasa Nafri. Disemboyan badan bahasa kan “utamakan bahasa indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing” (Wawancara Dr. Mu’jizah)

Bangga berbahasa negara. Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Pesan ini dipersembahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Video ILM Bahasa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Gambar 26. R. Bima mengkritik konsep “Melestarikan Bahasa Daerah”

Sumber : Dokumen Pribadi

menurut saya kok beda antara ketika kita mengatakan mengutamakan, bahasa daerah hanya sekedar dilestarikan saja, kemudian bahasa asing harus dikuasai. Yang disebut melestarikan, sama aja dengan melestarikan budaya. Kalau melestarikan itu terjemahannya nguri-nguri. Kalau nguri-uri matipun gapapa, sudah mati diuri-uri seperti gamelan. Kita menguri-uri gausah ditabuhpun gak apa-apa, yang penting ada fisiknya. Nah apakah bahasa juga akan seperti itu? Yang penting ada kamusnya. Perkara orang tidak bisa baca kamusnya gak masalah yang penting ada kamus bahasa jawa untuk menandingi kamus bahasa indonesia dan bahasa asing.. (Wawancara R. Bima Slamet Rahardja)

• Sequence X

Pada sequence ini setiap narsumber akan menyampaikan closing

statement masing-masing.

Gambar 27. Closing Statement

bapak R. Bima Slamet Raharja.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 28. Closing Statement ibu

Dr. Mu’jizah.

Sumber : Dokumen Pribadi

Page 18: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

ini bukan hanya sekedar tanggungjawab pemerintah jangan menyalahkan pemerintah, tanggungjawab kita semua. Yang kalau mau dikatakan nanti bahasa jawa akan tergerus, bukan punah ya saya katakan tergerus. Tergerus itu masih ada sisanya, siapa yang akan disalahkan? Jangan salahkan anaknya, salahkan orang tuanya. (Wawancara R. Bima Slamet Raharja) Jadi bahasa daerah memang menjadi perhatian, dan disitulah kekayaan yang super-super kekyaan indonesia. Jadi diantara sekian budaya, bahasa itu menjadi kekayaan yg tak terhingga. (Wawancara Dr. Mu’jizah)

Gambar 29. Closing Statement ibu

AV Mariatin.

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 30. Closing Statement

bapak Gatot Basuki.

Sumber : Dokumen Pribadi

Bagus itu bahasa nasional, tapi bahasa ibu itu harus lebih dikuatkan. (Wawancara Mariatin)

tetapi saya masih optimis karena sehari-hari untuk pembicaraan sehari-hari masih menggunakan bahasa jawa hanya saja memang dari segi penerapan, segi kehalusan itu sudah tidak seperti jaman saya masih kecil. (Wawancara Gatot Basuki)

E. Penutup

• Sequence XI

Film akan ditutup dengan kegiatan peringatan HUT Kota Surakarta

ke-274 yaitu wayangan. Pagelaran wayang diadakan di Dalem

Purwodiningratan, Baluwarti oleh Dalang dan pengarwit muda dari

Baluwarti. Serta dilemparkan pertanyaan “jika bahasa Jawa yang

memiliki penutur terbanyak mengalami kemunduran, bagaimana

dengan bahasa daerah lainnya?”.

Page 19: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

Gambar 31. Dalang muda Baluwarti

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 32. Para pengrawit muda

Sumber : Dokumen Pribadi

Niki dalange saking Baluwarti piyambak njih?// Dari Baluwarti, dia jusru masih ada hubungan trah dengan pemilik rumah ini entah generasi ke berapa. Jadi rumahnya di sini, sanggarnya di sini, dia juga lahir di sini. (Wawancara Gatot Basuki)

Kesimpulan

Berada di salah satu pusat peradaban Jawa tak menjadikan masyarakat di

kelurahan Baluwarti bebas dari penurunan kualitas Bahasa Jawa. Kemampuan

penggunaan Bahasa Jawa Krama sudah banyak berkurang, terlebih di kalangan

anak dan remaja. Kemampuan berbahasa Jawa generasi ini lebih banyak terbatas

pada Bahasa Jawa Ngoko seperti yang disampaikan kedua narasumber dari

Baluwarti. Bahkan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu saat ini sudah

menjadi hal yang lazim di Baluwarti. Penggunaan Bahasa Indonesia sejak dini di

Baluwarti salah satunya banyak terlihat ketika berlangsung kegiatan Posyandu

Dewi Shinta Baluwarti.

Kesadaran masyarakat daerah untuk menghidupkan dan menjaga bahasa

ibunya seringkali terbentur dengan kebutuhan ekonomi maupun lingkungan sosial.

Faktor efektifitas komunikasi juga menjadi salah satu penyebab menurunnya

kualitas pengguna bahasa Jawa di Baluwarti, seperti yang di alami dalam keluarga

Gatot Basuki. Ketidakmampuan orang tua muda dalam berbahasa Jawa juga

berpengaruh terhadap posisi Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu di dalam keluarga,

seperti yang terjadi di dalam keluarga Mariatin.

Memilih bahasa apa yang digunakan dalam keseharian merupakan hak

setiap masyarakat, seperti yang disampaikan oleh R. Bima Slamet Rahardja di

Page 20: DILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang ... D0214016.pdfDILEMA BAHASA. JAWA NING JAWA (Dokumenter Tentang Terancam Punahnya Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu di Indonesia)

dalam dokumenter ini. Regulasi di Indonesia telah mengatur kondisi kebahasaan

masyarakatnya yang bersifat diglosik atau dwibahasa. Dibutuhkan peran serta

semua pihak dalam rangka menjaga ragam bahasa yang ada agar berfungsi

sebagaimana mestinya, tanpa ada tumpang tindih peran antar bahasa di Indonesia.

Daftar Pustaka

Ayawaila, G. R. (2010). Penyutradaraan Dokumenter. Dipetik Juni 5, 2018, dari http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/2010/05/ penyutradaraan-dokumenter.html

Ayawaila, G. R. (2012). Menjadi Sineas Dokumenter. Dipetik Juni 5, 2018, dari http://gerzonayawaila.blogspot.co.id/2012/08/ menjadi-sineas-dokumenter.html

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Data Bahasa Daerah 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Badan Pusat Statistik. (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: BPS.

Beaver, F. E. (2015). Dictionary of Film Terms. The Aesthetic Companion to Film Art. Michigan: Peter Lang.

Effendy, O. U. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek: Bandung. Remaja Rosdakarya.

Ibrahim, G. A. (2011, Februari). Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan Strategi Perawatannya. Jurnal Linguistik Indonesia, 35-52.

Liliweri, A. (2011). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Listiyorini, A. (2008). Eksistensi Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia Sebagai Alat Komunikasi Dalam Persaingan Global. Dipetik Mei 3, 2018, dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/132231576/penelitian/MAKALAH+EKSISTENSI+BI-1.pdf

Melalatoa, M. J. (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Mulyana, D. (2005). Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Pala, R. (2014, Desember). Teori Kode-Kode Berbicara. Jurnal Insani, 1, 45-49. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1975). Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2010). Komunikasi Lintas

Budaya. Jakarta: Salemba Humanika. Samuel, J. (2008). Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan Kosakata dan

Politik Peristilahan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Sumarsono. (2012). Sosiolinguistik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wijana, I. D., & Rohmadi, M. (2006). Sosiolinguistik. Kajian Teori dan Analisis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.