diskursus, kekuasaan dan praktik kemiskinan di … · through the power of solidarity point of...

275
DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI PEDESAAN IVANOVICH AGUSTA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: phungkhue

Post on 13-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI PEDESAAN

IVANOVICH AGUSTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 2: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA DISERTASI YANG

BERJUDUL DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI

PEDESAAN BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI, DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU

DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN BAIK OLEH PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN

YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI

SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERNYATAAN INI.

Bogor, Januari 2012

IvanovichAgusta

A 162050071

Page 3: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

ABSTRACT

IVANOVICH AGUSTA. Discourse, Power, and Practice on Rural Poverty. Supervised by ENDRIATMO SOETARTO, DJUARA P. LUBIS, IRWAN ABDULLAH

Poverty is analyzed together with complexity of mutual relations and influences between discourses. As power is integrated in every social interaction, the relationships among and between level of discourses and practices should be seen as power relations as well. Power operates in enabling surface of emergence discourse and practice of poverty reduction. In line with the emergence of a particular discourse, it also emerges the certain poor. The will to overcome poverty further directs power to operate, manage or eliminate the poor that has emerged. Efforts to reduce poverty in Indonesia has been shaped by a variety of discourse and practice of poverty, namely surplus sharing, poverty of race and ethnicity, desiring modesty, socialist poverty, potential of the poor, and poverty of production. This study also examines power to dominate others. War discourse and practice is always shaped relationship of actions and reactions that are difficult to stop. The victory of the discourse to actively interpret poverty is dynamic, because at the same time also emerged a reaction from other discourses and practices in the form of manipulation of interpretation.Thus the victory of the discourse and practice in this war is always delayed, not total and complete victory. In accordance with the nature of discourse that builds space for power, the stronger the poverty discourse develops, then the bodies of the poor more and more emerges. Consequently, expansion poverty domain –from individual domains to families, groups, small businessmen, and local government—will also grow number of poor to more and more parties. The next operation of power seeks will manage, reduce or eliminate the poor body. The body of the poor just keeps emerging and active in the discourse and practice of socialist poverty and potential of the poor. Through the power of solidarity point of view, only within the potential of the poor power operates to emerge the poor, developing habitus to believe the poor, and create fields for emergence and activity or movement of the poor body.

Keywords: discourse analysis, habitus, field

Page 4: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

RINGKASAN

IVANOVICH AGUSTA. Diskursus, Kekuasaan dan Praktik Kemiskinan di Pedesaan. Di bawah bimbingan ENDRIATMO SOETARTO, DJUARA P. LUBIS, IRWAN ABDULLAH

Penelitian ini hendak menjawab pertanyaan penelitian, yaitu, pertama,

mengapa kekuasaan yang beroperasi belum mampu menanggulangi kemiskinan di

pedesaan. Kedua, bagaimana kekuasaan beroperasi dengan membentuk dan

mengelola beragam diskursus dan praktik kemiskinan di pedesaan. Ketiga,

mengapa perang antar diskursus dan praktik kemiskinan berlangsung secara terus

menerus.

Penelitian ini juga memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu, pertama,

menginterpretasi kemunculan keragaman diskursus, strategi penggunaan

kekuasaan, dan praktik pengelolaan kemiskinan di pedesaan. Kedua,

menginterpretasi hubungan kekuasaan dalam perang antar diskursus dan praktik

kemiskinan di pedesaan. Ketiga, memunculkan golongan miskin untuk

menanggulangi kemiskinannya sendiri.

Penelitian dilakukan dengan metode diskursus praktik, yang terdiri atas

metode diskursus, metode praktik, dan metode perang diskursus. Metode

diskursus meliputi arkeologi dan genealogi. Metode praktis meliputi refleksif dan

obyektivisasinya. Metode perang diskursus mengarah pada interaksi yang

berisikan kekuasaan di dalam sekelompok diskursus praktik tertentu, maupun

interaksi antar sekelompok lainnya.

Pengambilan data lapangan pada level nasional terutama dilaksanakan di

Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa di Pasar Minggu, Jakarta. Di sini dikaji

diskursus kemiskinan produksi dan potensi golongan miskin. Penelitian terhadap

diskursus berbagi kelebihan, menginginkan kesederhanaan, kemiskinan ras dan

etnis dilakukan di Dusun Kalioso, Desa Karangrowo, Kabupaten Kudus, Provinsi

Jawa Tengah. Diskursus kemiskinan sosialis dipelajari dari analisis dokumen.

Kemiskinan dianalisis bersamaan dengan kompleksitas saling hubung dan

pengaruh antar diskursus. Oleh karena kekuasaan terintegrasi dalam setiap

Page 5: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

interaksi, maka hubungan antar diskursus maupun antara tataran diskursif dan

praktik juga berupa hubungan kekuasaan. Kekuasaan beroperasi sesuai dengan

kehendak untuk memunculkan landasan bagi berlangsungnya diskursus dan

praktik (enabling surface of emergence) penanggulangan kemiskinan. Sejalan

dengan kemunculan diskursus tertentu mula-mula golongan miskin tertentu

memang muncul. Kehendak untuk menanggulangi kemiskinan selanjutnya

mengarahkan kekuasaan untuk beroperasi mengelola atau menghilangkan

kemiskinan yang telah muncul tersebut. Upaya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia telah dibentuk oleh beragam diskursus dan praktik kemiskinan, yaitu

berbagi kelebihan, kemiskinan ras dan etnis, menginginkan kesederhanaan,

kemiskinan sosialis, potensi golongan miskin, dan kemiskinan produksi.

Di samping kekuasaan untuk memunculkan diskursus dan praktik tersebut,

dalam penelitian ini kekuasaan juga dikaji dalam mendominasi pihak lain. Perang

diskursus dan praktik selalu berbentuk hubungan aksi dan reaksi yang sulit

berhenti. Kemenangan satu diskursus untuk aktif menafsir kemiskinan bersifat

dinamis, karena pada saat yang sama juga muncul reaksi dari diskursus dan

praktik lain dalam bentuk manipulasi tafsir.

Hubungan kekuasaan antara satu diskursus dan praktik kemiskinan dengan

lainnya tidak hanya mendominasi, melainkan sekaligus membuka permukaan bagi

manipulasi tafsir baru yang menguntungkan diskursus dan praktik lainnya.

Dengan demikian kemenangan satu diskursus dan praktik dalam perang ini selalu

bersifat tertunda, bukan kemenangan total dan selesai.

Sesuai dengan sifat diskursus yang membangun ruang untuk berkuasa,

semakin kuat diskursus kemiskinan berkembang, maka tubuh-tubuh miskin

semakin banyak muncul. Konsekuensinya, perluasan domain kemiskinan –dari

individu bertambah keluarga, kelompok, usahawan kecil, hingga pemerintah

daerah—kian banyak memberikan identitas miskin kepada semakin banyak pihak.

Penguatan diskursus kemiskinan sekaligus menunjukkan peningkatan kebutuhan

akan tubuh-tubuh miskin.

Operasi kekuasaan berikutnya berupaya pengelolaan, pengurangan atau

penghilangan jumlah tubuh miskin. Tubuh orang miskin hanya terus muncul dan

aktif dalam diskursus serta praktik kemiskinan sosialis dan potensi golongan

Page 6: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

miskin. Melalui sudut pandang kekuasaan untuk bersolidaritas, hanya potensi

golongan miskin yang dapat mengoperasikan kekuasaan untuk memunculkan

golongan miskin, mengembangkan habitus untuk mempercayai golongan miskin,

serta menciptakan arena bagi kemunculan dan aktivitas atau gerakan tubuh-tubuh

miskin.

Page 7: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI PEDESAAN

IVANOVICH AGUSTA

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Sosiologi Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 8: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, MS, DEA

(Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor)

Dr. Rilus A. Kinseng

(Staf Pengajar Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor)

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, MS, DEA

(Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor)

Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D

(Kepala Sub-Direktorat Analisa Sosial dan

Ekonomi Regional Bappenas Jakarta)

Page 9: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Judul Disertasi : Diskursus, Kekuasaan, dan Praktik Kemiskinan di Pedesaan Nama : Ivanovich Agusta NIM : A 162050071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA Ketua

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Prof. Drs. Irwan Abdullah, Ph.D

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Sosiologi Pedesaan Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr Tanggal Ujian: 11 Januari 2012 Tanggal Lulus:

Page 10: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

KATA PENGANTAR

Hanya atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertasi berjudul

Diskursus, Kekuasaan dan Praktik Kemiskinan di Pedesaan dapat diselesaikan.

Karya ilmiah ini dimaksudkan sebagai landasan untuk mengatasi permasalahan

sosial bersama golongan yang kekurangan di pedesaan.

Kemiskinan di pedesaan telah menjadi kajian peneliti sejak tahun 1997

hingga kini. Sejak krisis moneter pada tahun 1998, penelitian perihal kemiskinan

dan pemberdayaan masyarakat berkembang secara luas. Peneliti hampir setiap

tahun turut serta dalam penelitian kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat –

sebagian besar menjadi ketua tim— di Bappenas, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, di samping di dalam

Institut Pertanian Bogor sendiri.

Suatu ketika, pada tahun 2005 peneliti mendapatkan tugas dari Bappenas

untuk menyelidiki paradigma pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan di

Indonesia. Hasil kajian tersebut memberikan pengetahuan awal tentang

keragaman cara pandang dan praktik penanggulangan kemiskinan.

Hasil kajian tersebut terus diperdalam selama peneliti menjalani

perkuliahan program doktoral di Institut Pertanian Bogor. Pilihan analisis

diskursus dan praktik didasarkan pada jenis analisis mutakhir dalam sosiologi

pedesaan. Harapannya dapat menempatkan sosiologi pedesaan pada posisi

termaju dalam kancah ilmu-ilmu sosial. Sebenarnya analisis diskursus dan praktik

hanya digunakan untuk mengkritik teori dan konsep dari Barat, dan selanjutnya

peneliti mengembangkan konsep dan teori dari pedesaan Indonesia sendiri.

Kami menyadari bahwa karya ini masih mengandung beragam retakan

kekurangan. Kritik dan saran dari Pembaca budiman sangat kami hargai.

Bogor, Januari 2012

Ivanovich Agusta

A 162050071

Page 11: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

RIWAYAT HIDUP

Ivanovich Agusta dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah, pada tanggal 16

Agustus 1970. Anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Alex Achlish

dan Hartati. Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1993; Program Magister pada Program

Studi Sosiologi Pedesaan, Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor dan

lulus pada tahun 1997. Pada saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar pada

Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Tulisan-tulisan penulis disajikan dalam berbagai seminar nasional dan

internasional. Makalah dari berbagai bagian disertasi ini telah disertakan dalam

seminar kajian strategis di IPB Bogor tahun 2007, International Conference of

Asian Scholar tahun 2009, seminar penanggulangan kemiskinan di Kementerian

Dalam Negeri tahun 2010 dan 2011. Bagian dari disertasi ini juga telah dimuat

dalam Journal of Asia Pacific Studies, Jurnal Sodality IPB Bogor, Jurnal Wacana

Universitas Indonesia, Jurnal Studi Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta,

Jurnal Jantra Yogyakarta, serta akan dimuat dalam Jurnal Fajar UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Sebagian disertasi dalam versi ringkas telah dimuat

beberapa kali dalam koran Kompas.

Page 12: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada

1. Berbagai pihak yang bersedia melakukan rembugan di lapangan, yaitu Fuji

Artanto, Anom Surya Putra, Indra Kwarnas, Aries, Hery, Wahono, Tino,

Irwan, Suntono, Nurhadi, Safwan, Wargono, Gunretno, Gunondo, Sugiri,

Leginah, Sarpan.

2. Promotor yang telah memberikan berbagai saran perbaikan disertasi, yaitu

Prof. Dr. Drs. Endriatmo Soetarto, MA, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, dan Prof.

Drs. Irwan Abdullah, Ph.D.

3. Para penguji pada ujian tertutup, yaitu Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, MS,

DEA, dan Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA.

4. Para penguji pada ujian terbuka, yaitu Prof. Dr. Ir. Didin S. Damanhuri, MS,

DEA, dan Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D.

5. Pejabat Sekolah Pascasarjana IPB, yaitu Prof. Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr,

Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc

6. Pejabat dan mantan pejabat Program Studi Sosiologi Pedesaan, yaitu Dr. Ir.

Arya H. Dharmawan, MSc, Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, Dr. Ir. M.T. Felix

Sitorus, MS, dan Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA.

7. Dr. Ir. M.T. Felix Sitorus, MS yang telah memberikan kesempatan untuk

bersekolah di Program Studi Sosiologi Pedesaan.

8. Prof. Dr. Ir. Sajogyo, Prof. Dr. Sediono M.P. Tjondronegoro, Prof. Dr. Amri

Marzali, yang telah memberikan rekomendasi untuk bersekolah di Sekolah

Pasca Sarjana IPB Bogor

9. Dosen-dosen di Program Studi Sosiologi Pedesaan, yaitu Dr. Ir. M.T. Felix

Sitorus, MS, Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS, Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA,

Prof. Dr. Drs. Endriatmo Soetarto, MA, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, Dr.

Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA, Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS, Dr. Ir.

Titik Sumarti, MS, Dr. Ir. Arya H. Dharmawan, MSc.

Page 13: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

10. Para pejabat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

IPB Bogor, yaitu Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS dan Ir. Fredian Tonny

Nasdian, MS.

11. Kepala Pusat Studi Pembangunan, Pertanian dan Pedesaan IPB Bogor, Dr. Ir.

Lala M. Kolopaking, MS.

12. Teman-teman seangkatan yaitu Dr. Tyas Retno Wulan, Dr. Abdul Malik, Dr.

Pulanggono Setyo Lenggono, Bob Alfiandi, Dr. Maihasni, Dr. Hartoyo.

13. Istri dan anak-anak, yaitu Ir. Ani Tetiani, MSi, Madania Tetiani Agusta,

Karyssa Tetiani Agusta, dan Muhammad Aliansya Agusta.

14. Kedua orang tua, yaitu Alex Achlish, Hartati, Oman Sukmara, Imas Sukaya

15. Adik dan bulik di Kudus, yaitu Helida Heirani, Heri Prasetya, Paramita

Savitri, Arif Purnomo, Durroh.

16. Kerabat di Bandung, yaitu A. Samsi Sahirin, Lilis Tarliani, Yiyi Sri Gustini,

Wawan Somantri, Ida Muliani, Dasep Hilman, Cucu Suryati.

Page 14: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR ISI

Halaman

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................... 1

Perumusan Masalah .................................................................. 6

Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

BAB 2 PENDEKATAN TEORETIS ...................................................... 9

Tinjauan Pustaka ...................................................................... 9

Filsafat Kuasa/Pengetahuan ...……………….... 9

Pemandangan Baru Sosiologi …………………... 12

Memadukan Teori Diskursus dan Praktik Sosial 15

Diskursus menurut Foucault ................................. 17

Pembentukan Diskursus …………… 19

Pengelolaan Diskursus …………….. 21

Diskontinuitas Diskursus …...……... 22

Praktik Sosial menurut Bourdieu .......................... 23

Habitus …………………………...... 24

Arena …………………………….... 25

Kemunculan Kekuasaan melalui Interaksi Sosial 26

Kajian Diskursus Kemiskinan secara Dikotomis 28

Kerangka Penelitian ................................................................. 29

Konsep Kerja ............................................................................ 32

BAB 3 PENDEKATAN LAPANGAN .................................................. 35

Metode Diskursus Praktik ........................................................ 35

Lokasi Pengumpulan Data ....................................................... 38

Metode Pengumpulan Data ...................................................... 47

Metode Analisis Dokumen dan Penemuan Diskursus Kemiskinan ..........................................

47

Metode "Rembugan" ............................................. 51

Page 15: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Metode Pengamatan Berpartisipasi ....................... 56

Metode Analisis Data ............................................................... 57

Bias dan Kebaruan Penelitian ................................................... 61

BAB 4 DISKURSUS DAN PRAKTIK BERBAGI KELEBIHAN …… 65

Penyamaran Hierarki/Diferensiasi …………………............... 66

Dinamika Mekanisme Mengutangi/Menabung, Mengakumulasi/Berbagi, Berbagi/Mengakumulasi …………

70

Ikhtisar ……………………………………………………...... 81

BAB 5 DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN RAS DAN ETNIS ………………………………………………………….....

83

"Mem-primitif-kan" ………………………………………….. 84

Pemberontakan Tubuh Primitif …………………………… 94

Ikhtisar ……………………………………………………… 98

BAB 6 DISKURSUS DAN PRAKTIK MENGINGINKAN KESEDERHANAAN ………………………………………………….

99

Disiplin Pelemahan Daging ………………………………….. 100

"Ngrame" Mengabarkan Kebenaran …………………………. 106

Ikhtisar …………………………...………………………… 110

BAB 7 DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN SOSIALIS …. 113

Menghisap Tubuh ……………………………………………. 115

Merebut Hak Tubuh Miskin …...…………………………….. 122

Ikhtisar ……………………...……………………………… 125

BAB 8 DISKURSUS DAN PRAKTIK POTENSI ORANG MISKIN 127

Mempercayai Tubuh Miskin ………………………………… 128

Berkelompok Menghadirkan Kekuasaan ……………………. 135

Ikhtisar …………………...………………………………… 138

BAB 9 DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN PRODUKSI 141

Mengorganisasikan Kemiskinan ………………….................. 142

Kehendak Menguasai Pengetahuan Kemiskinan ……………. 147

Mendisiplinkan Efisiensi Tubuh Miskin …………………….. 151

Ikhtisar ………………...…………………………………… 157

BAB 10 PERANG DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN …. 159

Page 16: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Penghilangan dan Perluasan Domain Kemiskinan ………… 160

Kekuasaan Memanipulasi Tafsir Kemiskinan ……………….. 165

Panoptisme Orang Miskin Sedunia …………………………. 180

Ikhtisar ……………………………………………………….. 191

BAB 11 KESIMPULAN: KEMBALI KE UUD 1945 ……................... 193

Menjawab Permasalahan dan Tujuan Penelitian …………….. 193

Epilog: Tubuh Miskin dan Konstitusi ……………………….. 197

DAFTAR PUSTAKA ……..................................................................... 201

LAMPIRAN …………………………………………………………… 211

Page 17: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Kesetaraan Analisis antara Foucault dan Bourdieu ................. 16

2 Teori Diskursus Foucault, Laclau dan Moffe, serta Habermas 18

3 Kesejajaran Level Analisis Umum dan Formasi Diskursus Foucault ................................................................................... 19

4 Responden dan Informan ........................................................ 53

Page 18: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Perpaduan Teori Diskursus dan Teori Praktik Sosial ……….. 16

2 Bentuk Diskursif ..................................................................... 20

3 Sirkulasi Diskursus .................................................................. 22

4 Arkeologi Diskursus ................................................................ 23

5 Kerangka Penelitian ................................................................ 30

6 Stratifikasi dan Mobilitas Sosial di Dusun Kalioso ………… 68

7 Dikotomi Diskursus Berbagai Kelebihan …………………… 69

8 Dikotomi Diskursus Kemiskinan Rasial dan Etnis..………… 89

9 Dikotomi Diskursus Menginginkan Kesederhanaan………… 101

10 Dikotomi Diskursus Kemiskinan Sosialis…………………… 116

11 Dikotomi Diskursus Potensi Golongan Miskin ….....……….. 129

12 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1975-2008 ……………………………………………………

144

13 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Tahun 1975-2008 ……………………………………………

145

14 Dikotomi Diskursus Kemiskinan Produksi....……………….. 146

15 Evaluasi Kemiskinan Hipotetis …………………………… 148

16 Adaptasi Ekonomi Formal dan Psikologi dalam CDD …… 153

17 Genealogi Diskursus Kemiskinan di Pedesaan Indonesia …... 159

18 Hubungan Terbalik antara Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial …………………………………………………

188

19 Kejadian Sejarah, Gini Pedesaan, Perkotaan dan Indonesia 1880-2009 …………………………………………………..

189

Page 19: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Makalah Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia ……….. 211

Page 20: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR ISTILAH

Arena : struktur yang bersifat obyektif, berisikan syarat-syarat obyektif,

yang bisa digunakan individu untuk berinteraksi dengan pihak

lain

Arkeologi diskursus : pembentukan diskursus, pengelolaannya, penormalan pada

saat menemui keretakan epistemologis.

Diskursus : jenis pernyataan yang memungkinkan sesuatu menjadi muncul,

baik berupa habitus, arena, maupun benda-benda tertentu.

Episteme : kegiatan untuk menelusuri sejarah timbulnya, berkembangnya,

hingga berubahnya suatu pengetahuan atau disiplin formal dan

bukan-formal tentang kemiskinan.

Genealogi diskursus : operasi kekuasaan untuk menghasilkan diskursus atau

menimbulkan krisis bagi terbentuknya diskursus baru

Habitus : predisposisi, pengalaman, pemikiran sebelum melakukan

tindakan

Kekuasaan : kemampuan untuk mendominasi, namun juga untuk

memunculkan solidaritas, dan kekuasaan hanya muncul melalui

interaksi antara habitus, arena, dan diskursus

Modal : benda dan jasa yang memberi kekuatan habitus atau individu

untuk bertindak

Panoptisme : operasi kekuasaan untuk mengawasi individu atau kelompok

miskin, juga habitus dan arena

Parrhesia : kehendak untuk membatasi ketergantungan kepada kebendaan

agar tubuh menjadi suci, serta memunculkan kehendak untuk

mengabarkan kebenaran kepada pihak lain

Perang diskursus : operasi kekuasaan untuk mendominasi diskursus lain, sekaligus

membuka permukaan bagi reaksi diskursus lainnya.

Praktik : habitus dan arena yang selalu diuji pada setiap kesempatan dan

lokasi yang berbeda.

Page 21: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Tubuh : jejak dan perwujudan operasi kekuasaan berupa penyusunan

identitas material maupun kultural

Strategi : kegiatan berinteraksi untuk menyalurkan kekuasaan, baik antar

individu atau kelompok, habitus, arena, dan diskursus

Page 22: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa negara

Indonesia dibentuk guna memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan dengan hal

tersebut, pembangunan telah dijadikan pilihan mekanisme untuk mengisi

kemerdekaan bangsa (Soeharto 2008: 238).1 Untuk memajukan kesejahteraan

umum, secara khusus pemerintah diwajibkan memelihara fakir miskin,

mengembangkan sistem jaminan sosial, dan memberdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu2 (Tim Penyusun Naskah Komprehensif Proses dan Hasil

Perubahan UUD 1945 2010: 766).

Akan tetapi ditemukan berbagai kejanggalan pengelolaan kemiskinan –

yang mencakup pula pengelolaan golongan fakir, lemah dan tidak mampu.

Mungkin karena dipandang bersifat relatif, namun muncul kehendak untuk

mengobyektifikasi ukurannya, kemiskinan telah lama menjadi medan pertarungan

kekuasaan. Operasi kekuasaan telah memunculkan atau menghilangkan topik

kemiskinan, mengurangi atau menambahi jumlah golongan miskin, menentukan

pengelola orang miskin, dan sebagainya. Sajogyo (2006: 257) menjelaskan

sebagai berikut.

Untuk menentukan miskin tidaknya seseorang bukanlah hal yang mudah, hal ini relatif. Ukuran kemiskinan di tiap daerah berbeda.

Presiden Soeharto (2008: 415) menyatakan hal serupa.

1 Pembangunan juga menjadi orientasi Presiden Soekarno untuk mengisi kemerdekaan, sebagaimana tulisannya untuk Pembangunan Semesta Berentjana, Bagian jang Diucapkan pada rapat pleno Depernas, 28 Agustus 1959, halaman 29. 2 UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dan 2.

Page 23: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

2

… kita jadi berpikir mengenai ukuran adil dan makmur itu, dan jawabannya bergantung pada orangnya. Ukuran adil dan makmur tidak terlepas dari penilaian kita masing-masing. Dan hal itu harus dilihat juga dari segi kemampuan masing-masing.

Ada batas minimal untuk menyebut bahwa secara lahiriah seorang itu mestinya sudah harus bisa mengatakan cukup dan terjamin ketentraman hidupnya. Tetapi inipun menyangkut lagi soal sikap seseorang.

Dalam dekade terakhir penjajahan Belanda, Soekarno juga pernah

menolak ukuran kecukupan makan senilai sebenggol (f 2,5) sehari yang

dinyatakan direktur Binnenlands Bestuur (BB) dalam sidang legislatif.

… adalah perbedaan besar antara apa yang dikatakan oleh direktur BB dengan apa yang saya katakan; adalah perbedaan besar antara perkataan CUKUP dengan perkataan TERPAKSA. Terpaksa hidup dengan sebenggol, dan cukup hidup dengan sebenggol –di antara dua ini adalah perbedaan yang sama lebarnya dengan perbedaan antara sana dan sini, antara kaum penjajah dan kaum terjajah, antara kaum kolonisator dan kaum gekoloniseerde!

… Pemerintah dengan enormiteit-nya direktur BB itu bermaksud menunjukkan, bahwa dus kaum Marhaen1 masih gampang hidup, bahwa dus pemerintah punya krisis-politik adalah tak merugikan Marhaen (Soekarno 1965: 178).

Dengan dorongan kekuasaan, kemiskinan menjadi topik bermasyarakat

dan bernegara yang berkali-kali dimunculkan atau dihilangkan. Di tengah-tengah

masyarakat sendiri, kemiskinan –atau dengan konsep yang serupa seperti

kekurangan—telah muncul dan diatasi bersama-sama sejak lama (Soedjatmoko

1984: 46). Pemerintah Hindia Belanda membesarkan kemunculannya hingga

meliputi wilayah nusantara untuk menangani kemiskinan khusus pada tubuh kreol

Indo Eropa pada awal abad ke 20 (Gouda 2007: 196). Bersamaan dengan

pernyataan kemerdekaan Indonesia, tubuh orang miskin yang sakit muncul dalam

aturan pemeliharaan Departemen Kesehatan di rumah-rumah sakit pada masa

pemerintahan Presiden Soekarno.2 Hingga dua pertiga masa pemerintahan

1 Dalam penelitian ini digolongan sebagai kelas miskin. 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1953 tentang penunjukan rumah-sakit rumah-sakit partikulir yang merawat orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang mampu; Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1953 tentang penunjukan rumah-rumah sakit partikulir yang merawat orang-orang yang miskin dan orang-orang yang kurang mampu; Undang-Undang Darurat Nomor 6

Page 24: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

3

Presiden Soeharto, fakir miskin secara normatif ditangani oleh Departemen

Sosial.1 Bersama-sama dengan program pemerintah yang didukung utang luar

negeri, sejak tahun 1993 tubuh orang miskin muncul dalam kelompok masyarakat

atau disingkat pokmas (Mubyarto 2000, 1-6). Organisasi yang mengawasi dan

mengorganisasikan program penanggulangan kemiskinan kemudian resmi

dibentuk pemerintah secara beruntun sejak tahun 2000 hingga kini.2

Dalam sifat kemiskinan yang relatif, peperangan terjadi untuk menentukan

jenis dan jumlah orang miskin. Kekuasaan yang lebih dominan memunculkan

makna kemiskinan yang lebih dominan, sekaligus melemahkan atau

menghilangkan tafsir kemiskinan lainnya. Pada waktu tubuh Indo Eropa

digolongkan miskin, tubuh pribumi dengan tingkat pengeluaran ekonomi lebih

rendah dilepaskan dari taksonomi ini (Gouda 2007: 196). Meskipun akademisi

menegaskan kemiskinan di pedesaan (Geertz 1983: 102; Singarimbun dan Penny,

1976: 50-61), namun semasa pemerintahan Soekarno dan pada awal pemerintah

Soeharto justru kegotongroyongan warga desa dipandang sebagai modal

pembangunan untuk mengimbangi persoalan ketimpangan sosial di perkotaan.3

Saat kemiskinan di pedesaan yang ditangani kelompok masyarakat dimunculkan

lebih kuat pada dekade 1990-an, peran pemerintah daerah diminimalkan (Sajogyo,

ed. 1997: 116-136). Berlawanan dari itu, sejak dekade berikutnya peran

pemerintah, pemerintah daerah dan swasta meninggalkan peran kelompok

masyarakat.4

Tahun 1955 tentang pengubahan dan tambahan pasal 4 undang-undang nomor 18 tahun 1953 (lembaran negara nomor 48 tahun 1953) tentang penunjukan rumah-sakit rumah-sakit partikulir yang merawat orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang mampu. 1 Mandat normatif untuk menangani fakir miskin tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) periode 1973-1978, 1978-1983, 1983-1988, 1988-1993, pada arah kebijakan bidang Kesejahteraan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan, pada sektor Kesejahteraan Sosial. 2 Melalui pembentukan Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) pada tahun 2001, Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) pada tahun 2001, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) pada tahun 2005, dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tahun 2010. 3 Untuk pandangan Presiden Soekarno lihat Amanat Presiden tentang Pembangunan Semesta Berentjana, Bagian Tertulis jang Disampaikan kepada Depernas, 28 Agustus 1959, halaman 45; untuk pandangan pemerintahan Presiden Soeharto lihat Pola Dasar Program Umum Nasional dan Pola Dasar Rentjana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), 29 Pebruari 1968, halaman 34. 4 Seluruh perencanaan penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat disalurkan bersama-sama perencanaan pemerintah dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Lihat Panduan Pelaksanaan PNPM PISEW Tahun 2010, halaman 52-53.

Page 25: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

4

Peperangan tidak hanya muncul pada tataran tafsir atau diskursus,

melainkan juga dalam praktik. Setiap diskursus yang kuat dikembangkan lebih

lanjut dengan pembentukan lembaga dan organisasi tersendiri. Kelembagaan ini

mendisiplinkan tingkah laku agar berpola sesuai diskursusnya sendiri.

Perkembangan kelompok masyarakat miskin selama tahun 1993-1998 mengarah

untuk membentuk gerakan masyarakat, mengikuti arahan dari pemerintah yang

kuat menuju masyarakat yang kuat (Mubyarto 1996: 27-28, 59-60).

Diskontinuitas terjadi ketika muncul arah yang berkebalikan dari Program IDT

tersebut, untuk menguatkan pemerintah daerah hingga pemerintah pusat. Telah

disebutkan di muka, bahwa sejak tahun 2008 penanganan kemiskinan diarahkan

untuk masuk dalam struktur perencanaan pembangunan dari tingkat desa,

kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

Dengan meletakkan kumulasi maupun diskontinuitas penanganan

kemiskinan di pedesaan Indonesia seperti di atas, analisis yang pernah dilakukan

selama ini terlihat mengandung berbagai kelemahan. Analisis budaya sejak awal

sulit memutuskan budaya kemiskinan sebagai faktor penyebab munculnya

masalah sosial lain (Lewis 1993: 6), ataukah kemiskinan menjadi akibat dari

kemunculan masalah sosial yang berbeda (Geertz 1983: 150). Analisis kemiskinan

struktural (Soemardjan 1984: 5-11) sulit mempertimbangkan penciptaan berulang

kali organisasi penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat, provinsi, dan

kabupaten/kota sejak tahun 2001 berikut penciptaan puluhan ribu kelompok orang

miskin, namun diikuti dengan peningkatan kemiskinan relatif, sebagaimana

ditunjukkan oleh peningkatan koefisien Gini sebesar 0,33 pada tahun 2001

menjadi 0,37 pada tahun 2009.1 Analisis berbasis agensi sulit mempertimbangkan

persaingan pendefinisian kemiskinan yang terbentuk justru dalam agensi yang

sama. Dalam pemerintahan telah berkembang perbedaan definisi dan jumlah

golongan miskin, seperti perbedaan antara Badan Pusat Statistik, Kementerian

Sosial, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, dan Bappenas. Analisis

ekonomi dalam kaitannya dengan pembangunan sulit menjelaskan jumlah (lebih

dari 17 juta) dan persentase (56 persen) orang miskin jauh lebih tinggi di Jawa

dibandingkan wilayah lain (BPS 2011: 40), padahal industrialisasi dimulai dari 1 Data koefisien Gini menurut pengeluaran rumahtangga yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik tahun 2003 hingga tahun 2011.

Page 26: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

5

Jawa sejak masa penjajahan dan pembangunan tetap terkonsentrasi di sana hingga

kini.

Dengan menyadari kelemahan analisis selama ini, diperlukan pola analisis

baru yang mampu memperhitungkan beragam makna kemiskinan, hubungan antar

agensi yang melintasi pelapisan sosial, dan diskontinuitas perang antar beragam

makna kemiskinan. Penelitian mengajukan alternatif analisis diskursus

kemiskinan. Dalam membentuk pengetahuan yang kuat, diskursus kemiskinan

secara timbal balik membentuk praktik-praktik khusus. Perang antar diskursus

kemiskinan sekaligus terwujud dalam upaya dominasi antar agensi maupun

struktur sosial.

Analisis diskursus terhadap kemiskinan pada level global sudah dimulai

sejak awal 1990-an. Analisis tersebut telah mampu menunjukkan kekuasaan

pemaknaan kemiskinan oleh donor dan negara maju, yang digunakan untuk

melangsungkan pembangunan di negara-negara miskin (Rahnema 1992: 167-

169). Telah ditemukan dikotomi antara makna kemiskinan menurut donor dan

negara maju yang berbeda dari makna yang berkembang di negara miskin atau di

tengah masyarakat miskin.

Sayangnya beragam analisis diskursus kemiskinan selama ini masih belum

menggali aneka diskursus kemiskinan lokal, kecuali hanya sebagai satu kutub dari

dikotomi dengan negara maju.1 Masih diperlukan kajian lebih mendalam untuk

mendapatkan beragam diskursus kemiskinan, khususnya yang tercipta di pedesaan

Indonesia. Tertuju pada kritik terhadap dominasi diskursus kemiskinan donor dan

negara maju, jaringan peperangan antar beragam diskursus kemiskinan bahkan

belum digali secara mendalam.

Secara khusus kajian di wilayah pedesaan penting, karena persentase

penduduk miskin di pedesaan mendadak melampaui perkotaan serentak dengan

penerbitan Inpres Nomor 5 Tahun 1993 (Inpres Desa Tertinggal), diikuti dominasi

program pengurangan kemiskinan di pedesaan hingga kini. Akan tetapi undang-

undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin hendak

memusatkan penanganan kemiskinan perkotaan sebagaimana terbaca dari

1 Lihat contoh pada hasil kajian Levinsohn (2003: 6-9), Mohan (2001: 153-167), Mosse (2001: 16-35), Rahnema (1992:169-174).

Page 27: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

6

alternatif penanganan melalui rumah singgah, panti, dan sebangsanya, yang biasa

terdapat di perkotaan.

Perumusan Masalah

Meskipun terdapat beragam diskursus dan praktik penanggulangan

kemiskinan, tampaknya kewajiban negara untuk memajukan kesejahteraan umum

dalam Pembukaan UUD 1945 belum terwujud, terutama di pedesaan. Pertanyaan

pokok dan pertama yang diajukan dalam penelitian ini ialah, mengapa kekuasaan

yang beroperasi belum mampu menanggulangi kemiskinan di pedesaan.

Dengan menyadari keberadaan berbagai diskursus kemiskinan yang

memiliki kekuatan untuk mendominasi tafsir kemiskinan, perlu dipelajari proses

pembentukan masing-masing diskursus tersebut. Meskipun muncul beragam

diskursus, namun hal tersebut belum mampu menanggulangi kemiskinan di

pedesaan. Berkaitan dengan itu, rumusan masalah kedua ialah, bagaimana

kekuasaan beroperasi dalam membentuk dan mengelola beragam diskursus dan

praktik kemiskinan di pedesaan.

Dibutuhkan pula pengetahuan perihal perang antara diskursus dan praktik

sosial yang satu dengan lainnya, karena dalam peperangan tersebut upaya

penanggulangan kemiskinan yang satu dapat ditenggelamkan oleh upaya

kemiskinan lainnya. Seluruh pola hubungan tersebut mengikutsertakan kekuasaan,

atau kekuasaan terbangun dari hubungan tersebut. Dalam kaitan ini diajukan

permasalahan ketiga, mengapa perang antar diskursus dan praktik kemiskinan

berlangsung secara terus menerus.

Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan beragam permasalahan di atas, penelitian ini memiliki

tujuan yang ingin dicapai, yaitu, pertama, menginterpretasi kemunculan

keragaman diskursus, strategi penggunaan kekuasaan, dan praktik pengelolaan

kemiskinan di pedesaan. Kedua, menginterpretasi hubungan kekuasaan dalam

Page 28: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

7

perang antar diskursus dan praktik kemiskinan di pedesaan. Ketiga, memunculkan

golongan miskin untuk menanggulangi kemiskinannya sendiri.

Page 29: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

8

Page 30: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 2

PENDEKATAN TEORETIS

Tinjauan Pustaka

Filsafat Kuasa/Pengetahuan

Di tengah kritik lemahnya landasan filosofis karya ilmiah di Indonesia

(Sajogyo, 2006: 65), satu bagian khusus perihal landasan filosofis penelitian ini

perlu disertakan, pertama, untuk mengetengahkan posisi filosofis penelitian,

dengan menunjukkan ide-ide filosofis tertentu yang digunakan dalam penyusunan

teori dan metode. Posisi penelitian ini berada dalam ranah episteme. Kedua, untuk

mengajukan kritik dan membuka peluang penelitian baru dalam ilmu-ilmu sosial.

Kajian beragam diskursus kemiskinan dalam suatu waktu yang sama

dimungkinkan, dengan terlebih dahulu mengetengahkan domainnya yang

berbeda-beda. Adapun interaksi antar beragam diskursus –sebagai konsekuensi

dari kemunculannya dalam waktu yang bersamaan—berpeluang dikaji melalui

konsep kekuasaan dan praktik sosial.

Konsep episteme, yang mula-mula berkembang dalam filsafat Perancis,

digunakan sebagai pangkal tolak pembahasan. Sementara konsep epistemologi –

yang lebih dikenal—menggali berbagai cara yang digunakan manusia untuk

mendapatkan pengetahuan, episteme secara khusus merujuk pada kegiatan untuk

menelusuri sejarah timbulnya, berkembangnya, hingga berubahnya suatu

pengetahuan atau disiplin.1 Dalam penelitian ini episteme diarahkan pada

perkembangan pengetahuan perihal kemiskinan.

Georges Canguilhem menyajikan kekhususan kajian terhadap sejarah

pengetahuan tersebut. Filsuf lainnya membedakan atau menyusun demarkasi

pengetahuan ilmiah dari pengetahuan masyarakat umumnya, dan secara sengaja

hanya mengkaji ilmu pengetahuan yang ilmiah (Popper 2008: viii), namun

episteme sengaja tidak membedakan kedua jenis pengetahuan tersebut. Golongan 1 Pembedaan pengertian ini diambil dari K. Bertens (2006: 178).

Page 31: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

10

filsuf yang meninggikan derajat ilmu pengetahuan mendasarkan argumennya pada

pandangan bahwa susunan jenis pengetahuan ini sistematis. Sebaliknya dalam

episteme berkembang pandangan bahwa dalam tiap jenis pengetahuan, termasuk

pengetahuan umum dalam masyarakat, terdapat susunan yang terstruktur dan

sistemik. Struktur tersebut telah ditemukan baik pada masyarakat Barat1 maupun

dalam komunitas tribal.2 Canguilhem (2005: 79) menjelaskannya sebagai berikut.

A culture is a code that orders human experience in three

respects – linguistic, perceptual, practical; a science or a philosophy is a theory or an interpretation of that ordering. But the theories and interpretations in question do not apply directly to human experience. Science and philosophy presuppose the existence of a network or configuration of forms through which cultural productions are perceived. These forms already constitute, with respect to that culture, knowledge different from the knowledge constituted by sciences and philosophies. This network is invariant and unique to a given epoch, and thus identifiable through reference to it.

Diskontinuitas sejarah pengetahuan berkaitan dengan pandangan, bahwa

perkembangan tiap jenis pengetahuan terbatas menurut ruang dan waktu, tidak

bersifat universal baik dalam arti teorinya berguna untuk masyarakat sedunia, atau

teorinya berlaku sepanjang waktu. Konsekuensinya metode untuk menilai atau

mengontrol pengetahuan juga tidak universal, melainkan hanya sesuai dengan

ruang dan waktu perkembangan jenis pengetahuan tersebut.

Konsekuensi yang lebih mendasar muncul dalam perumusan sejarah

pengetahuan. Perkembangan pengetahuan tidak bersifat kumulatif, melainkan

bersifat diskontinu.

Adapun hubungan antar diskursus yang telah memiliki domainnya sendiri-

sendiri dapat dilakukan melalui filsafat kekuasaan. Pengetahuan tidak disusun atas

fakta-fakta obyektif atau realis, melainkan terbatas pada tafsir atas metafora

(Nietzsche 2002: 45-47). Dengan kata lain, pengetahuan menjadi bersifat

imajiner, yang menyembunyikan perspektif dan hasrat penyusunnya. Kesadaran

1 Canguilhem (2005: 90) menunjukkan dikotomi "yang normal" dan "yang abnormal" (atau pernah disebutnya "yang patologis" (Foucault 2002: 394)) dalam struktur pengetahuan Barat masa kini. 2 Levi Strauss menemukan struktur majemuk dikotomis dalam masyarakat tribal (lihat Levi Strauss 2005: 375-433).

Page 32: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

11

pengetahuan seseorang selalu berupa kesadaran-atas-hierarki antara penafsir yang

lebih kuat dan yang lebih lemah.

Tafsir tidaklah netral atau sekedar sesuai dengan kepentingan pelakunya

sebagaimana pandangan konstruktivisme, namun di sini tafsir terkuat muncul

sebagai tanda bekerjanya kekuasaan tertinggi yang melingkupinya. Tafsir atas

sesuatu diketahui melalui kekuasaan yang dimilikinya atau diekspresikan olehnya.

Dengan demikian kekuasaan mendominasi realitas, sehingga suatu hubungan

antara diskursus dan praktik yang satu dengan lainnya selalu menunjukkan

kekuasaan penafsiran terkuat. Persepsi yang disusun peneliti terhadap realitas

tersebut juga merupakan ekspresi atas kekuasaan-kekuasaan yang membentuk

realitas tersebut. Peneliti dapat menangkap makna dari perang diskursus pada saat

mengetahui kekuasaan utama yang menyusun tafsir tersebut. Suatu kekuasaan

yang ditemukan, sebaliknya, dapat menjadi petunjuk tafsir utama yang mungkin

diambil dari hasil perang diskursus tersebut. Namun demikian, hierarki penafsiran

tidak membuat pemaknaan homogen, namun pemaknaan atas sesuatu senantiasa

bersifat plural. Obyek tidak pasif, namun ia sendiri merupakan kekuasaan, atau

yang mengekspresikan kekuasaan untuk memaknai. Oleh sebab itu terdapat

kekuatan tarik menarik antara obyek dengan kekuatan yang menguasainya

(Nietzsche 2000: 81-83).

Dalam bentuk saling berkaitan atau berinteraksi dengan kekuasaan lain,

kekuatan ini dinamakan sebagai kehendak untuk berkuasa (Nietzsche 2002: 45-

47). Yang diinginkan oleh kehendak untuk berkuasa ialah menegaskan

perbedaannya, distingsinya, atau diskontinuitasnya dari kekuatan lain. Kelahiran

pembedaan menunjukkan kehendak untuk berkuasa sebagai elemen genealogis,

dengan cara tidak menghapuskan kesempatan (misalnya praktik untuk melarang),

sebaliknya mengimplikasikan peluang berpraktik atau bersifat produktif. Suatu

kesempatan akhirnya membawa kekuasaan dalam suatu hubungan praktis atau

hubungan sosial, dan kehendak untuk berkuasa merupakan prinsip yang

menentukan praktik ini.

Page 33: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

12

Pemandangan Baru Sosiologi

Gerakan akademis berupa putaran linguistik (linguistic turn) yang bermula

di Perancis pada dekade 1960-an dan 1970-an telah mengubah karakteristik ilmu-

ilmu sosial masa kini, yang benar-benar berbeda dari era sebelumnya (Ritzer

2006: 1-3; Sutherland 2008: 46-66). Tantangan tidak hanya berlaku pada teori-

teori umum, namun juga pada teori-teori yang dikembangkan dari wilayah khusus,

misalnya dari Indonesia (Dhakidae 2002: 60-66; Philpott 2003: 56-67). Pengaruh

putaran linguistik tidak sekedar berupa pengembangan strukturalisme sebagai

konsekuensi dari teori linguistik dari Saussure (1993: 85-101), melainkan hingga

kritiknya dalam bentuk pascastrukturalisme dan pascamodernisme (Hoed 2008:

55-73). Kritik terhadap strukturalisme inilah yang digunakan dalam penelitian ini.

Salah satu konsep dasar Saussure (1993: 85-87) tentang hierarki antara

langue yang lebih umum dan parole yang spesifik diadaptasi dalam menganalisis

hubungan hierarkis antara struktur sosial yang lebih abstrak, lebih umum serta

tahan lama, dan interaksi sosial yang lebih kongkrit, spesifik lokasi dan waktu.1

Selain itu, hubungan antara petanda yang lebih konseptual dan penanda yang lebih

operasional (Saussure 1993: 145-151) mengantarkan pemikiran untuk

menganalisis hubungan sosial secara lebih mendalam. Hubungan antara petanda

dan penanda sejajar dengan representasi sosial yang bersifat lebih abstrak dalam

hubungannya dengan referen secara fisik, hubungan antara struktur dan agensi,

serta antara habitus dan arena. Analisis tidak hanya diterapkan pada interaksi antar

individu sebagai hubungan sosial primer, melainkan lebih difokuskan pada

hubungan refleksif (Bourdieu 2011: 173-174; Giddens 2003: 49-53) yang mampu

mempertanyakan konsep-konsep dasar dalam kehidupan sosial (Habermas 1996:

94-99) maupun menjelaskan hubungan yang lebih abstrak antar institusi (2002a:

64).

Pengaruh strukturalisme telah melemahkan posisi subyek,

menghilangkannya, atau meletakkannya sebagai anonimitas (Habermas 1996: 28-

41; Bourdieu 2010a: 3-25). Subyek tidak bisa muncul dan bertindak secara bebas

sebagaimana diteorikan oleh tindakan sosial weberian (Weber 1978: 4-26), 1 Tampaknya Saussure menggunakan ide dualisme struktur dan interaksi sosial dari Durkheim (Kridalaksana 1993: 5)

Page 34: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

13

melainkan dimunculkan oleh atau mengambil posisi terbatas dalam institusi atau

arena yang sudah ditentukan (Bourdieu 2010a: 3-25; Foucault 2007: 62-69) atau

berperan sebagai agensi yang dipengaruhi struktur (Giddens 2003: 6-34).

Menggunakan hasil analisis Freud (2003: 140-158) tentang keberadaan id

(ketidakrasionalan) yang mempengaruhi ego, serta hipotesis Darwin (2003: 434-

461) tentang evolusi manusia dari makhluk yang sederhana, hadir penyangkalan

terhadap dominasi subyek yang rasional sekaligus mempertanyakan rasionalitas,

bahkan meletakkannya di bawah posisi ketidakrasionalan. Sebagai gantinya

dikemukakan kehendak dan kekuasaan sebagai pengarah penting tingkah laku

manusia1 (Foucault 2002d: 65-66, 2008: 120-126). Sebagian teoretisi

mengemukakan konsep kesempatan (chance) untuk menjelaskan “ruang kosong”

yang mempengaruhi pilihan dan tindakan individu dan kelompok tersebut (Sibeon

2004: 34-45). Pembalikan posisi subyek rasional di bawah ketidakrasionalan

memungkinkan kajian mendalam terhadap suara lapisan terbawah, seperti sastra

pascakolonial (Said 2001: 3-20), kemiskinan radikal (Rahnema 1992: 158-172),

orang gila (Foucault 2002b: 323-334), homoseksual (Foucault 2008: 56-74), dan

sebagainya.

Pengaruh linguistik saussurean juga menguatkan relasi atau jaringan baik

antar orang atau antar institusi. Satu pihak saja tidak dapat mendefinisikan sesuatu

tanpa berinteraksi dengan pihak lain (Levi-Strauss 2005: 43-73), dan hanya dalam

interaksi itulah dapat dimunculkan pengetahuan, konsensus untuk bersikap atau

bertindak. Konsekuensinya bagi sosiologi mendalam, karena pandangan tersebut

menghancurkan konsep struktur yang kaku dalam bentuk pembagian kerja

(Durkheim 1933: 70-132) atau kelas (Marx dan Engels 1960: 49-67), sebagai

pola-pola yang dapat digunakan untuk memprediksi sikap, tindakan, dan

pemikiran. Pada saat ini paling-paling yang dapat dimunculkan berupa proses

menuju penciptaan struktur namun relatif cair atau mudah berubah, misalnya

berupa strukturasi (Giddens 2003: 19-34) atau arena (Bourdieu 2010a: 5).

Konsekuensi berikutnya berupa semakin pentingnya interaksi sebagai

penghasil konsep kunci sosiologis lainnya. Kekuasaan tidak bisa lagi dialamatkan

pada suatu status, posisi, atau institusi sosial apa adanya (Weber 1958: 180-195;

1 Salah satu pendapat awal tersebut dikemukakan oleh Lacan (Bracher 2009: 29-73)

Page 35: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

14

Parsons, 1977: 204-228; Marx dan Engels 1960: 49-67), melainkan kekuasaan

hanya muncul dalam suatu interaksi antar individu atau antar institusi (Foucault,

2002a: 62-65, 2002d: 120-128).

Kekuasaan menjadi muncul di mana-mana, sejauh interaksi sosial

berlangsung. Hal itu mengantarkan pada pemikiran, bahwa kekuasaan melandasi

interaksi sosial. Dalam kaitan dengan tanda-tanda yang dianalisis linguistik

saussurean, kekuasaan ditunjukkan oleh kemampuannya dalam mendominasi

tafsir terhadap tanda tersebut. Sebuah tanda dapat memiliki tafsir yang beragam

dan bertingkat-tingkat, namun pada akhirnya suatu definisi atau makna atas tanda

dalam suatu masyarakat tergantung kepada pemilik kekuatan dominan (Nietzsche

2000: 81-83).

Konsekuensi lebih jauh lagi pada pascastrukturalisme berupa upaya untuk

menunda hubungan langsung antara penanda dan petanda.1 Ruang kosong antara

penanda dan petanda diisi dengan kekuasaan (Foucault 2002d: 120-128), sehingga

pemikiran Nietzsche mendapatkan landasan empirisnya.

Selain menggugat hubungan langsung antara petanda dan penanda, para

penganut pascamodernisme menghilangkan penanda. Ketika suatu petanda

mengemukakan referennya, yang yang dimaksud bukan lagi suatu penanda yang

esensial atau riil, melainkan berupa petanda lainnya. Jaringan hubungan antar

petanda akhirnya membentuk simulakra yang tidak berakhir (Baudrillard 2001:

181-194), sehingga mewujudkan pemikiran antiesensialisme.

Perkembangan sosiologi masa kini memiliki konsekuensi dalam kajian

kemiskinan. Pertama, konsep kemiskinan dapat dianalisis recara refleksif atau

sebagai diskursus. Kedua, refleksi dan diskursus kemiskinan dihasilkan melalui

interaksi sosial. Ketiga, interaksi sosial mengandung kekuasaan untuk

mendominasi pemaknaan dan penciptaan diskursus kemiskinan, serta memerangi

diskursus lainnya. Keempat, golongan miskin, simpatisan atau pengelolanya

dalam suatu kondisi dan waktu tertentu dipandang memiliki diskursus kemiskinan

tersendiri yang sistematis, sehingga salah satu tugas peneliti ialah menemukan

sistem pengetahuan khas tersebut. Kelima, dimungkinkan munculnya beragam

diskursus kemiskinan dari golongan sosial yang berbeda-beda.

1 Sebagaimana diuraikan oleh Derrida (Spivak 2003: 133-156).

Page 36: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

15

Memadukan Teori Diskursus dan Praktik Sosial

Analisis sosiologis dapat dilakukan dalam tataran diskursus, refleksif,

struktur sosial, dan pengelolaan benda-benda (Foucault 2002a: 62-65). Saat ini

belum ditemui teori sosiologi yang membicaraan sekaligus keempat tataran

tersebut, sehingga dalam penelitian ini dipadukan teori diskursus dari Foucault

dan teori sosiologi dari Bourdieu. Meskipun Foucault telah menunjukkan keempat

tataran analisis ilmu sosial tersebut, namun ia hanya mengembangkan secara

mendalam teori diskursus. Adapun Bourdieu (2010aa: 9-10) menyetujui analisis

diskursus Foucault, namun lebih banyak mengembangkan tataran refleksif dan

interaksi sosial. Keduanya sama-sama mengkaji susunan benda-benda, dalam

kaitannya dengan tataran analisis di atas. Keduanya juga bersepakat dalam paham

filosofis diskontinuitas dalam perkembangan ilmu pengetahuan, mengembangkan

orientasi teori pada praktik sehari-hari, menyepakati konsep predisposisi sebagai

refleksi individu sebelum bertindak, dan munculnya kekuasaan secara inheren

dalam interaksi sosial.

Teori diskursus sendiri telah dikembangkan oleh banyak ahli, diantaranya

Foucault, Habermas, Laclau dan Moffe. Dibandingkan teori diskursus lainnya,

karya Foucault memiliki metode yang lengkap, dan telah dipraktikkan pada

berbagai bidang, termasuk dalam kritik pembangunan dan kemiskinan.

Pada tataran refleksif, Bourdieu (2010a: 5-58) menyatakan bahwa dalam

diri agensi terwujud predisposisi sikap untuk melakukan tindakan, yang

dinamakannya habitus. Interaksi sosial antar agensi terstrukturkan dalam suatu

arena. Konsep agensi digunakan untuk menunjukkan kemampuannya membentuk

struktur, sekaligus kenyataan bahwa dirinya turut dipengaruhi oleh struktur

sekelilingnya. Dalam arena tersebut, hubungan antar agensi secara empiris

didorong oleh habitus dan berbagai modal yang dimilikinya. Modal tersebut dapat

dirumuskan sebagai modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, dan modal

simbolik. Sebenarnya Foucault (2003: 12-17) sempat menuliskan hubungan antara

diskursus dan lembaga sosial. Dengan membandingkan kesamaan tataran analisis,

konsep lembaga menurut Foucault setara dengan arena menurut Bourdieu (Tabel

1).

Page 37: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

16

Tabel 1. Kesetaraan Analisis antara Foucault dan Bourdieu Tataran Analisis Sosiologi Konsep Foucault Konsep Bourdieu

Diskursus Diskursus Diskursus Refleksif Refleksif Habitus Struktur sosial Lembaga Arena Susunan benda-benda Susunan benda-benda Modal ekonomi

Suatu interaksi, baik berupa interaksi sosial dalam arena atau lembaga,

maupun interaksi antar diskursus, dijelaskan sebagai suatu strategi (Bourdieu

2010a: 5; Foucault 2002a: 89-98). Konsep ini digunakan karena persis pada saat

interaksi berlangsung, maka turut serta kekuasaan yang dilimpahkan dari satu

agensi, struktur atau diskursus kepada pihak lainnya. Di sini kekuasaan tidak

didefinisikan sebagai semacam entitas tersendiri atau terstruktur hanya pada

lembaga politik, namun lebur dalam setiap interaksi.

Gambar 1. Paduan Teori Diskursus dan Teori Praktik Sosial

Perpaduan teori diskursus Foucault dan teori sosiologi Bourdieu dapat

disusun dengan menempatkan diskursus sebagai konteks yang mendasari

keseluruhan refleksi dan tindakan sosial (Gambar 1). Hubungan antara diskursus

dan arena atau habitus tidak terjadi secara langsung, namun hanya saat diskursus

secara efektif mendukung eksistensi arena atau habitus tersebut.

Diskursus

modalHabitus 1

Habitus 2modal

stra

tegi

arena

Page 38: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

17

Interaksi sosial antar agensi dapat digambarkan sebagai hubungan antar

habitus dalam suatu arena. Sementara habitus bersifat subyektif, arena memiliki

sifat obyektif dan terstruktur secara lebih ketat. Hubungan antara habitus dan

arena hanya dapat berlangsung ketika prasyarat untuk memasuki arena sesuai

dengan predisposisi habitus. Predisposisi tersebut diperoleh melalui sejarah dan

pemikiran refleksif.

Berbagai jenis modal turut mendorong interaksi antar habitus. Hubungan

interaktif tersebut berlangsung sebagai suatu jaringan sosial, meskipun melewati

struktur yang hierarkis. Interaksi berlangsung sebagai suatu strategi yang

melibatkan kekuasaan antar agensi.

Diskursus menurut Foucault

Di antara beragam teori diskursus, terdapat tiga teori diskursus yang lebih

kuat sebagai landasan bagi munculnya analisis hingga teori sosial baru. Pertama,

teori diskursus dari Foucault (2002a: 28-188; 2003: 9-62), sebagai basis

pengembangan teori poskolonial, kekuasaan yang produktif untuk memampukan

atau memberdayakan, teori gay, teori pasca pembangunan, kritik modernitas

(Sachs 1992: 1-5; Said 2001: 3-20). Kedua, teori diskursus dari Laclau dan Moffe

(2008: 1-63), sebagai basis analisis hegemoni masa kini, post-Marxis,

konstruktivisme marxian dalam antropologi dan psikologi. Ketiga, teori diskursus

dari Habermas (1996: 118-132), dikembangkan dalam teori demokrasi deliberatif

dan analisis terhadap konflik (Dryzek 2002: 20-30).

Perbandingan antar teori diskursus tersebut tersaji pada Tabel 2.

Keseluruhan teori diskursus tidak memandang realitas sosial sebagai fakta,

melainkan sebagai metafora atau makna sesuai pandangan agensi. Manusia

sebagai subyek yang bebas dalam merekayasa dan meramalkan kejadian sosial

tidak lagi dipercaya.

Secara khusus penelitian kali ini menggunakan teori diskursus dari

Foucault, karena selama ini juga digunakan dalam menganalisis pihak-pihak yang

di-Lain-kan (Othered) atau tersisih, yaitu orang gila, orang sakit, narapidana, gay.

Dalam penelitian ini, upaya untuk menampilkan golongan miskin di tingkat lokal

Page 39: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

18

pedesaan sebagai pihak yang di-Lain-kan dilandasi penolakan penggunaan tipe

ideal dari narasi besar modernisasi, kesediaan menggali beragam diskursus dan

praktik yang rasional (modernisasi) maupun bukan rasional (dari orang miskin

sendiri), serta pandangan kekuasaan yang menyebar dalam seluruh interaksi sosial

(sehingga orang miskin dipandang turut memiliki kekuasaan pula).

Tabel 2. Teori Diskursus Foucault, Laclau dan Moffe, serta Habermas

Keterangan Teori Diskursus Foucault Teori Diskursus Laclau dan Moffe

Teori Diskursus Habermas

Realitas Antiesensialisme Antiesensialisme Antiesensialisme Filsafat subyek

Ditolak Ditolak Ditolak

Universalisme Ditolak, dikembangkan narasi lokal

Ditolak, tergantung konstruksi masing-masing masyarakat

Klaim-klaim kebenaran bersifat universal

Diskontinuitas Diterima Diterima Ditolak, karena terdapat konsensus

Rasio Bawah sadar mendahului rasio

Sistematis Rasio prosedural

Tipe ideal Tidak mempercayai tipe ideal

Tidak mempercayai tipe ideal, realitas sesuai konstruksi masyarakat

Tindakan komunikatif merujuk tipe ideal

Kekuasaan Kekuasaan inheren dalam interaksi

Kekuasaan diskursif dalam bentuk hegemoni atau resistensi

Muncul dalam filsafat subyek

Peran diskursus

Memungkinkan munculnya refleksi, pemikiran dan susunan benda-benda

Memahami realitas sesuai konstruksi kepentingan tiap masyarakat

Memungkinkan komunikasi yang bersifat reflektif (bukan komunikasi naif)

Wilayah diskursus

Hanya pada tataran diskursus, bukan pada tataran refleksif/institusional, interaksi sosial, dan pengorganisasi benda

Pada seluruh tataran, baik diskursus, organisasi dan institusi, interaksi sosial, dan susunan benda-benda

Hanya pada praksis tindakan komunikatif

Tindakan manusia

Didisiplinkan oleh diskursus dan institusi

Dipengaruhi hegemoni Bersifat rasional, untuk mencapai konsensus

Susunan benda-benda

Diperhatikan, tidak bersifat diskursif

Tidak diperhatikan, bersifat diskursif

Tidak diperhatikan, tidak bersifat diskursif

Analisis diskursus sebagai kesatuan dapat dilakukan karena menerima

pandangan diskontinuitas untuk memperoleh pengetahuan yang benar-benar

berbeda (distinctif). Analisis diskursus menurut Foucault dibatasi pada tataran

diskursus, sedangkan tataran tindakan manusia dan susunan benda-benda tidak

memiliki hubungan langsung dengan diskursus. Hubungan yang tidak langsung

Page 40: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

19

ini memungkinkan interaksi antar diskursus, dan memungkinkan analisis

perubahan sosial yang bersumber dari tataran diskursus maupun praktik.

Pembentukan Diskursus

Diskursus didefinisikan sebagai pernyataan yang memungkinkan

sekelompok tanda-tanda sebagai obyek suatu diskursus menjadi eksis (Foucault

2002a: 152-153), serta memungkinkan hadirnya bentuk dan aturan-aturan

kehadiran tanda-tanda kemiskinan tersebut. Sebuah pernyataan dikaitkan dengan

kemungkinan aturan-aturan bagi eksistensi obyek-obyek kemiskinan yang

dinamai, ditunjuk dan ditandai dalam pernyataan tersebut, dan bagi relasi antar

agensi yang diakui atau dibentuk di dalamnya.

Tabel 3. Kesejajaran Level Analisis Umum dan Pembentukan Diskursus Foucault

Level Analisis Umum Level Formasi Diskursus Teori Strategi Proposisi Modalitas penyampaian Konsep Konsep Fakta Pernyataan

Kajian pembentukan diskursus terdiri atas level strategi, modalitas

penyampaian, konsep, positivitas, dan pernyataan (Tabel 3). Mengadaptasi

pemikiran Foucault (2002a: 56-77), bentuk diskursif kemiskinan ialah

sekelompok pernyataan yang menunjukkan: (1) seperangkat aturan umum yang

membentuk sendiri obyek kemiskinan (pemikiran, tindakan, susunan benda-

benda), (2) secara teratur memilah-milah hal yang boleh disampaikan, dan (3)

referensi dari suatu domain tindakan dan pemikiran. Bentuk diskursif terdiri atas

analisis pernyataan kemiskinan (pembentukan obyek, pembentukan posisi subyek,

pembentukan konsep, pembentukan pilihan strategi), yang berkorespondensi

dengan analisis domain tempat fungsi penyampaian informasi kemiskinan bekerja

(wilayah peristiwa diskursif dan modalitas penyampaian). Hal ini tersaji pada

Gambar 2.

Obyek diskursus kemiskinan dibentuk mula-mula dengan dipetakannya

kemunculan obyek pikiran, tindakan dan benda-benda pertama kali (surface of

Page 41: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

20

emergence). Bagi penganutnya, obyek diskursus baru dipandang lebih rasional

daripada diskursus lama. Analisis diarahkan kepada cara untuk menentukan dan

membatasi domain suatu diskursus kemiskinan, hal-hal yang boleh dibahas di

antara penganutnya, status suatu obyek dihubungkan dengan obyek kemiskinan

lainnya, penamaannya, dan pengelompokan yang dimungkinkan.

Wilayah peristiwa diskursif

Pembentukan obyek

Modalitas penyampaian

Pembentukan konsep

Pembentukan strategi

Pembentukan subyek

Analisis Pernyataan

Domain diskursus

Gambar 2. Bentuk Diskursif

Pembentukan subyek dikembangkan melalui situasi yang memungkinkan

golongan miskin dan pihak lain bertindak dalam kaitannya dengan berbagai

peluang tindakan yang diperbolehkan, yang disebut domain diskursus. Situasi

tersebut dikondisikan oleh jangkauan pemikiran, tindakan dan penyusunan benda

yang paling optimal, penggunaan perantara untuk memodifikasi informasi, dan

posisi di mana subyek bisa masuk ke dalam jaringan informasi.

Pengembangan diskursus kemiskinan secara khusus menciptakan

kebutuhan analisis modalitas penyampaian. Analisis mencakup, pertama, subyek

yang berbicara: yang memiliki hak, yang berkompeten, sumber untuk

mendapatkan kemampuan khusus itu, dan status subyek tersebut. Kedua, institusi

atau arena tempat subyek menyusun suatu diskursus kemiskinan, menerima

sumber diskursus, atau mengaplikasikannya. Ketiga, posisi subyek dalam

hubungannya dengan situasi untuk saling berhubungan dalam suatu diskursus

kemiskinan, serta kondisi tentang batas diskursus, instrumen yang digunakan, dan

posisinya dalam jaringan informasi kemiskinan. Analisis wilayah diskursif

Page 42: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

21

diarahkan untuk menentukan syarat eksistensi golongan miskin, menjelaskan

batas-batas eksistensinya, menentukan korelasinya dengan pernyataan-pernyataan

lain yang mungkin tidak termasuk ke dalam wilayah diskursif tersebut.

Pengelolaan Diskursus

Lembaga sosial dan susunan benda-benda tidak bersifat diskursif.

Sementara diskursus bisa menemukan diskontinuitas dan berkembang lebih jauh,

lembaga sosial memainkan peranan utama untuk mengurangi efek revolutif

diskursus dalam melakukan perubahan sosial (Foucault 2003: 9-62). Penataan

diarahkan pada pengurangan atau pendisiplinan interaksi sosial yang secara

inheren menyebarkan kekuasaan.

Lembaga sosial menyusutkan kekuatan diskursus melalui aturan

penyisihan, yang mengontrolnya secara eksterior (Gambar 3). Aturan penyisihan

meliputi, pertama, aturan pengecualian (exclusion), yang berisi larangan

(prohibition) untuk membahas aspek-aspek tertentu dari kemiskinan. Kedua,

aturan pembagian (division) dan penolakan (rejection) dari suatu konsep

kemiskinan. Ketiga, oposisi salah dan benar atas suatu pernyataan tentang

kemiskinan yang disampaikan.

Aturan internal suatu diskursus kemiskinan mempertanyakan kontrol yang

dilakukannya sendiri. Pertama, pengaturan klasifikasi penataan dan distribusi

berbagai pernyataan tentang kemiskinan. Kedua, perhatian terhadap komentar

tentang kemiskinan karena memainkan dua peranan, yaitu berpeluang

menciptakan diskursus kemiskinan yang baru, atau sebaliknya dengan

mengatakan hal-hal biasa tanpa munculnya pernyataan baru. Ketiga, pengarang

(author) bukan sebagai subyek, melainkan sebagai kesatuan prinsip dalam satu

kelompok tulisan atau pernyataan-pernyataan tertentu, sebagai dudukan bagi

keterpaduan sistem pemikiran dalam suatu diskursus kemiskinan. Keempat,

keberadaan disiplin kemiskinan tertentu (bukan sains), yang dibentuk oleh

kelompok obyek, metode, sekelompok proposisi yang diandaikan benar, aneka

ragam aturan dan definisi, teknik dan peralatan sehingga membentuk tata aturan

yang anonim.

Page 43: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

22

Gambar 3. Sirkulasi Diskursus

Aturan pengelolaan kekuasaan dalam diskursus kemiskinan meliputi,

pertama, ritual, berupa tindakan berulang dalam suatu diskursus kemiskinan.

Kedua, persahabatan diskursus (fellowship of discourse), berupa interaksi

solidaritas suatu diskursus kemiskinan dengan diskursus kemiskinan lainnya.

Ketiga, kelompok doktrinal dalam suatu diskursus kemiskinan. Keempat,

penyisihan sosial (social exclusion) bagi pihak lain yang dipandang sebagai orang

luar dari suatu diskursus kemiskinan.

Diskontinuitas Diskursus

Pembentukan diskursus kemiskinan tidak hanya membuka peluang

munculnya diskursus yang sudah dikenal, namun sekaligus dapat menemukan

Institusi sosial

Aturan penyisihan

Aturan pengecualian

Obyek yang ditutupi

Ritual dan keadaan ritual

Hak bicara istimewa dan

eksklusif

Aturan pembagian dan penolakan

Oposisi salah dan benar

Aturan internal

Prinsip klasifikasi, penataan, distribusi

Komentar

Aspek pengarang

Disiplin

Aturan pengelolaan kekuasaan

Ritual

Fellowship of discourse

Kelompok doktrinal

Penyisihan sosial

Page 44: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

23

domain bagi munculnya calon diskursus kemiskinan lainnya. Domain bagi suksesi

suatu diskursus tersebut berupa suatu kejanggalan (Gambar 4).

Formasi dan

Sirkulasi diskursus

Arkeologi Diskursus

Kesatuan diskursus

Kejanggalan

Kontradiksi

Transformasi

Gambar 4. Arkeologi Diskursus

Kejanggalan yang menguat menghasilkan kontradiksi kemiskinan.

Terdapat dua level kontradiksi (Foucault 2002a: 150-179), pertama, kontradiksi

penampakan, yang telah didamaikan dalam kesatuan diskursus kemiskinan yang

lama. Kedua, kontradiksi fondasi, yang melahirkan diskursus kemiskinan yang

baru. Analisis diarahkan kepada tipe-tipe kontradiksi kemiskinan, perbedaan level

sesuai dengan kemampuan kontradiksi tersebut dipetakan, dan perbedaan peran

terhadap diskursus kemiskinan yang bisa dikaji.

Kontradiksi yang memuncak menghasilkan transformasi atau

diskontinuitas diskursus. Diskontinuitas merupakan praktik untuk menghasilkan

perbedaan, diferensiasi atau distingsi dari diskursus kemiskinan sebelumnya.

Praktik Sosial menurut Bourdieu

Hubungan antara diskursus dan praktik sosial berkaitan dengan efektivitas

diskursus untuk dijalankan dalam tindakan-tindakan sosial (Bourdieu 2011: 110-

112). Diskursus dan praktik dilaksanakan dalam ruang sosial (bukan ruang

Page 45: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

24

geografis) di mana ketika agensi, kelompok atau institusi semakin dekat satu sama

lain, maka makin banyak sifat umum yang mereka miliki.

Bourdieu (2011: 31-32, 88) mengetengahkan teori tentang praktik untuk

menganalisis kejadian-kejadian sosial. Sementara lazimnya teori sosiologi

mencari struktur atau makna dalam jangka panjang, teori tentang praktik sosial

memperdalam tindakan yang diambil agensi dalam suatu ruang dan waktu yang

terbatas. Analisis diarahkan terhadap struktur sosial atau arena yang membatasi,

namun juga kemampuan agensi untuk menggunakan pengalaman dan

pemikirannya dalam memutuskan sesuatu perihal kemiskinan pada saat itu (saat

habitus bersesuaian dengan arena kemiskinan tertentu).

Habitus

Habitus merupakan sistem disposisi dari agensi (orang miskin, pengelola

praogram dan sebagainya), yang bertahan lama dan bisa dialihpindahkan melalui

sosialisasi atau pendidikan (Bourdieu 2010a: 5-58). Disposisi tersebut diperoleh

sepanjang pengalaman hidupnya, menciptakan prinsip-prinsip tindakan sehingga

dapat berfungsi untuk menyusun struktur pengelolaan kemiskinan. Dalam

merumuskan habitus, Bourdieu menggunakan berbagai sudut pandang.

Habitus yakni disposisi berdasarkan peraturan yang akan

melahirkan perilaku-perilaku berdasarkan aturan dan teratur (Bourdieu 2011: 85).

(Habitus adalah) asal-usul berupa skema persepsi, pikiran dan tindakan (Bourdieu 2011: 164).

Habitus…yaitu struktur-struktur mental yang mereka pakai untuk memahami dunia sosial, sebenarnya merupakan internalisasi struktur dunia tersebut (Bourdieu 2011: 173).

Habitus adalah sistem skema produksi praktik sekaligus sistem skema persepsi dan apresiasi atas praktik… Konsekuensinya habitus memproduksi praktik dan representasi yang dapat diklasifikasi, yang dapat dipilah-pilah secara obyektif (Bourdieu 2011: 174).

Dalam kaitan pedesaan dan orang miskin, Bourdieu mengemukakan

kekhasan habitus sebagai berikut.

Page 46: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

25

Dalam masyarakat di mana kodifikasi hukum belum terlalu canggih, habitus adalah prinsip cara-cara praktik yang paling utama (Bourdieu 2011: 85).

Karena disposisi perseptif cenderung disesuaikan dengan posisi, maka para agen, bahkan yang tidak beruntung sekalipun, cenderung memahami dunia sebagai sesuatu yang alamiah dan memang begitu adanya serta menerimanya dengan enteng melebihi apa yang bisa dibayangkan orang (Bourdieu 2011: 173).

Sistem dalam habitus dibentuk melalui oposisi-oposisi pemikiran untuk

memahami lingkungan kemiskinan. Oposisi disusun menjadi beragam kode-kode

biner, sehingga bisa dipraktikkan melalui permainan homologi, yaitu

menggunakan kode-kode yang setara untuk memahami diskursus kemiskinan

yang lain (Bourdieu 2010a: 25-28). Permainan homologi antar oposisi terpenting

dapat membentuk struktur atau arena, dan menstrukturkan hubungan kekuasaan

serta antar lapisan sosial atas dan bawah. Homologi-homologi yang bersifat

oposisional tersebut juga membentuk aliansi di antara posisi-posisi yang serupa

(homolog).

Hubungan antara habitus dan arena dimulai dari pandangan, bahwa arena

merupakan serangkaian kesempatan atau prasyarat sosial yang obyektif,

sebagaimana halnya persyaratan untuk mendapatkan proyek pengurangan

kemiskinan. Agensi perlu menyesuaikan disposisinya yang subyektif dengan

ruang kesempatan obyektif yang sesuai, misalnya melalui pelatihan bagi golongan

miskin. Biasanya agensi memilih di antara kesempatan tersebut yang paling

mudah dimasuki, atau bersifat kontinum. Habitus yang bersifat diskontinu

terhadap persyaratan arena menyulitkan agen untuk memasuk arena tersebut.

Arena

Arena dapat dipandang sebagai struktur sosial yang hierarkis, yang

didefinisikan sebagai ruang yang terstruktur dengan kaidahnya sendiri, dan

dengan relasi kekuasannya sendiri. Strukturnya dibentuk oleh hubungan antar

posisi dalam arena, misalnya mekanisme hubungan kewajiban dan hak antara

pengelola proyek pengurangan kemiskinan di pusat, provinsi, kabupaten, hingga

desa. Bourdieu (2010a: 5) sendiri mendefinisikan arena sebagai berikut.

Page 47: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

26

Dan struktur arena, yaitu ruang posisi-posisi, tak lain

adalah struktur distribusi modal properti-properti spesifik yang mengatur keberhasilan di dalam arena dan memenangkan laba eksternal atau laba spesifik (seperti prestise sastra) yang dipertaruhkan di dalamnya

Pengalaman keragaman posisi yang pernah ditempati agensi dinamakan

lintasan (Bourdieu 2010a: 5-58), sebagaimana seringkali dimiliki pendamping

berbagai proyek pengurangan kemiskinan. Adapun hubungan antar agensi yang

melibatkan kekuasaan yang inheren disebut sebagai strategi. Strategi lazimnya

dilaksanakan secara tidak sadar dan bersifat jaringan.

Strategi dilakukan antar agensi dengan mempertimbangkan modal yang

dimiliki, baik berupa modal ekonomi dan sarana benda-benda, modal sosial,

modal budaya, dan modal simbolik. Distribusi agensi dalam arena tergantung dari

jumlah modal sosial mereka secara keseluruhan maupun jumlah relatif menurut

jenis modal yang spesifik. Modal lazimnya bersifat spesifik dalam suatu arena

tertentu, dan dengan modal tersebut agensi dapat bertahan dengan cara

menegaskan perbedaannya, membuat diri mereka diketahui dan diakui.

Perubahan dalam ruang kemungkinan atau kesempatan dalam arena

merupakan hasil dari hubungan kekuasaan yang membentuk ruang posisi-posisi

baru. Agensi yang baru yang lebih kuat dapat memodifikasi ruang posisi tersebut,

dan dapat terbentuk diskontinuitas arena baru.

Kemunculan Kekuasaan melalui Interaksi Sosial

Menurut Foucault (2008: 120-126) dan Bourdieu (2011: 195), kekuasaan

belum muncul ketika relasi sosial tidak terjadi, dan baru muncul sejalan dengan

relasi tersebut. Pemahaman kekuasaan semacam ini menggeser pemikiran

sebelumnya, misalnya pemikiran Weber (1958: 180-195) serta Marx dan Engels

(1960: 49-67), yang memandang kekuasaan sebagai kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi pihak lain. Di sini kekuasaan berdiam atau menempati seseorang

atau kelompok, atau kekuasaan sudah ada dalam diri seseorang atau kelompok.

Berbeda dari itu, dalam memandang kaitan diskursus, refleksi dan

interaksi sosial, kekuasaan tidak bersifat untuk dimiliki atau selalu represif,

Page 48: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

27

melainkan bersifat praktis atau untuk dipraktikkan. Melalui hubungan antar

diskursus, habitus dan arena, operasi kekuasaan dapat bersifat produktif untuk

mengembangkan kesempatan agar individu bisa menggunakan kemampuannya

setinggi mungkin. Pada saat ini, misalnya, konsep pemberdayaan digunakan

pendamping untuk membuka peluang orang miskin agar mampu menjalankan

usaha ekonomi mikro.

Sewaktu memproduksi diskursus kemiskinan, kekuasaan menghasilkan

subyek atau agensi, seperti orang orang, keluarga miskin, pengusaha miskin, dan

sebagainya. Subyek aktif atau agensi memproduksi golongannya sendiri,

meskipun terikat hanya pada aturan-aturan diskursif yang sudah terbentuk. Agensi

tidak sepenuhnya muncul secara alamiah, melainkan diciptakan, misalnya melalui

ilmu pengetahuan sosial (Foucault 2007: 394-407). Kekuasaan masuk ke dalam

subyektivitas melalui diskursus dan habitus. Di sini subyek membentuk kondisi-

kondisi obyektif agar suatu pengetahuan dapat muncul ke permukaan arena sosial

(Bourdieu 2010a: 5-58).

Secara material maupun kultural, kekuasaan menampakkan jejaknya dalam

tubuh orang miskin. Agensi juga menampakkan diri dalam tubuh, dan kekuasaan

ditempelkan menjadi konstruksi identitas tubuh miskin (Bourdieu 2010b: 10-31).

Menurut Foucault (2002d: 71) tubuh sosial bukanlah merupakan konsensus,

namun lebih tepat dipandang sebagai perwujudan operasi kekuasaan.

Kebenaran suatu pengetahuan menginduksi efek-efek kekuasaan secara

teratur. Sesuai kaidah diskontinuitas, setiap masyarakat memiliki rezim kebenaran

sendiri. Rezim kebenaran ialah tipe diskursus tertentu yang diterima dan

difungsikan sebagai sesuatu yang benar (Foucault 2002d: 164-165). Suatu rezim

kebenaran kemiskinan tertentu mencakup berbagai mekanisme dan instansi yang

memampukan orang membedakan pernyataan yang benar dan salah atas suatu

tafsir kemiskinan, di mana setiap penilaian tersebut memiliki sanksi-sanksinya

sendiri. Rezim kebenaran juga beroperasi dalam bentuk teknik dan prosedur untuk

mencapai tafsir kemiskinan yang diharapkan. Rezim kebenaran selanjutnya

memberikan status sosial bagi subyek yang berani mengatakan aspek kemiskinan

yang dianggap benar.

Page 49: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

28

Kajian Diskursus Kemiskinan secara Dikotomis

Di luar Indonesia, pembahasan kemiskinan sebagai diskursus telah dimulai

Rahnema (1992: 158-172), dengan informasi yang dapat ditelusuri dari abad ke

10, sebagaimana tercantum dalam tulisan sosiologis Ibn Khaldun dan kisah sufi

perempuan Rabiah Al-Adawiyah. Rahnema selanjutnya mendikotomikan

diskursus kemiskinan alternatif atau partisipatoris, dengan penguatan World Bank

dalam mengelola kemiskinan dari tingkat nasional hingga global melalui proyek-

proyek pengurangan kemiskinan. Pembentukan diskursus kemiskinan global ini

dimulai dari pidato Truman pada tahun 19471 (Esteva 1992: 6-25). Kemiskinan

dibentuk sebagai obyek diskursus yang terkoordinasi hingga tingkat nasional dan

internasional. Kemiskinan pun tidak lagi dipandang sebagai masalah individu atau

kerabat, melainkan turut membesar sebagai masalah suatu negara, bahkan ke

tingkat dunia.

Modalitas untuk mengembangkan diskursus ini disampaikan melalui teks

yang menstandarisasi pengurangan kemiskinan di seluruh dunia, yaitu dokumen

Millennium Development Goals. Modalitas kepada negara penerima donasi World

Bank juga dikembangkan secara seragam melalui disiplin perencanaan program

dan anggaran yang tercantum dalam Poverty Reduction Strategy Paper

(Levinsohn 2003: 9-13). Konsep kemiskinan distandardisasi sebagai penduduk

yang memiliki pendapatan minimal 1 dolar AS per hari untuk negara miskin –

yang di-Lain-kan dari negara maju dengan garis lebih tinggi yaitu 2 dolar AS per

hari. Adapun strategi untuk mengurangi kemiskinan tercantum dalam teori CDD

(community-driven development), yang dimaknai sebagai pengambilan keputusan

oleh komunitas (Dongier dkk. 2003: 3-4). Pengambilan keputusan dilakukan

menurut kaidah rasionalitas ekonomi, yaitu mengambil peluang yang paling

efisien di antara hierarki tujuan dan sumberdaya proyek. Upaya efisiensi proyek

pada akhirnya meninggalkan lapisan termiskin, dan memilih golongan pengusaha

kecil yang masih mampu mengembalikan pinjaman proyek.

1Presiden Truman mengatakan, “We must embark on a bold new program for making the benefit of our scientific advances and industrial progress available for the improvement and growth of underdeveloped areas. The old imperialisme –exploitation for foreign profit—has no place in our plan. What we envisage is a program of development based on the concepts of democratic fair dealing”. Dikutip dari Esteva (1992: 6).

Page 50: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

29

Rahnema (1992: 158-172) mengemukakan pula diskursus kemiskinan

alternatif atau partisipatoris berupa upaya pengembangan kapasitas penduduk

miskin. Akan tetapi, sejak istilah pembangunan partisipatoris menjadi populer

untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan, sebagian organisasi menggunakan

konsep ini hanya untuk mendapatkan legitimasi dalam perolehan dana (Cooke dan

Kothari 2001: 1-15). Kegiatan pemberdayaan biasanya melewati birokratisme

pemerintah, namun dengan menyalurkan bantuan melalui elite komunitas

sebenarnya kegiatan itu juga sedang memarjinalisasi golongan miskin (Mosse

2001: 16-35). Oleh karena donor biasanya juga menyalurkan sumberdaya melalui

kelompok yang memiliki organisasi lebih baik, maka pembangunan partisipatoris

justru melemahkan kelompok lokal dari golongan miskin yang belum

berpengalaman dalam proyek pengurangan kemiskinan (Mohan 2001: 153-167).

Terlihat di sini, bahwa meskipun telah diperoleh indikasi beragam

diskursus kemiskinan (yang dikembangkan sufi, World Bank, dan pengamat

pembangunan partisipatoris), namun selama ini yang dikembangkan sekedar

dikotomi antara diskursus kemiskinan ciptaan donor dan diskursus kemiskinan

alternatif. Mekanisme hubungan keduanya juga dikaji secara sederhana sebagai

dominasi pihak pertama kepada pihak kedua. Kajian yang berpusat pada sifat

dikotomi tersebut menghilangkan peluang munculnya kemajemukan diskursus

kemiskinan dalam suatu waktu dan tempat tertentu. Analisis kekuasaan yang

diterapkan dalam kajian-kajian selama ini juga tertuju pada sifat dominasi, yang

menutupi kekuatan untuk memunculkan subyek miskin itu sendiri.

Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian disusun dengan mempertimbangkan kemajuan

kajian diskursus kemiskinan yang masih bersifat dikotomis, serta

mempertimbangkan masalah dan tujuan penelitian ini. Berkaitan dengan itu,

kerangka penelitian ini disusun sebagai pembentukan diskursus, praktik

pelembagaan diskursus, dan mekanisme kekuasaan dalam interaksi antar

diskursus maupun praktik kemiskinan di pedesaan.

Page 51: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

30

Mula-mula dikaji pembedaan (distinctiveness) dari beragam teori dan

konsep formal kemiskinan (Gambar 5), seperti kemiskinan absolut dan relatif.

Pembedaan tersebut dikembangkan lebih lanjut dengan membandingkan

pembedaan statistika dan data-data sekunder tentang kemiskinan, sehingga

menghasilkan lebih banyak lagi pembedaan sesuai dengan data pendukungnya.

Contohnya pembedaan jumlah orang miskin dan sumber kemiskinan dari sumber

statistika atau dokumen yang sama maupun berbeda. Oleh karena berada dalam

ranah studi pembangunan, dikaji pula pembedaan isi beragam kebijakan yang

berkaitan dengan kemiskinan, seperti kebijakan untuk subyek kemiskinan yang

berbeda-beda. Sebagaimana hasil pembedaan data sekunder, pembedaan yang

muncul dalam kebijakan tersebut juga digunakan untuk mengembangkan

kemajemukan tafsir kemiskinan.

Pembedaan beragam teori dan

konsep kemiskinan

Pembedaan beragam data

statistika dan data sekunder

Pembedaan beragam kebijakan

tentang kemiskinan

Pembedaan diskursus

kemiskinan

Pembedaan konsekuensi

habitus tentang kemiskinan

Pembedaan konsekuensi

beragam arena

Perang antar diskursus, habitus,

dan arena yang berbeda

Modal spesifik pendukung habitus

Analisis kemunculan

golongan miskin

Gambar 5. Kerangka Penelitian

Page 52: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

31

Pada tahap selanjutnya, diinterpretasi berbagai pernyataan yang

memungkinkan munculnya temuan kemajemukan pembedaan teori, konsep,

statistika, data sekunder lainnya, serta kebijakan. Kelompok pernyataan yang

mampu menjelaskan kemunculan masing-masing golongan teori, data dan

kebijakan tersebut dinyatakan sebagai diskursus kemiskinan.

Tahap berikutnya berupa penggalian argumentasi alasan dan sejarah atas

munculnya berbagai dokumen kebijakan, tindakan-tindakan yang berpola, hingga

pengelompokan benda-benda tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak

responden dan informan untuk berefleksi atas pengalamannya pribadi, lalu

membandingkan dengan refleksi agensi lainnya. Argumentasi alasan dan sejarah

tersebut distrukturkan dalam keragaman oposisi biner, yang bisa diuji dalam

menjelaskan praktik yang berlangsung. Hal ini dinyatakan sebagai habitus.

Adapun kekuatan yang mendukung habitus suatu agensi dalam berhubungan

dengan agensi lainnya dinyatakan sebagai modal spesifik. Modal dapat berupa

benda atau harta yang bersifat ekonomis, keeratan hubungan sosial, hingga

penguasaan simbol-simbol yang berprestise tinggi.

Analisis berikutnya diarahkan pada hubungan antara keragaman

diskursus yang telah tersusun, dengan keragaman susunan habitus ini. Digali

sampaimana diskursus yang spesifik memunculkan habitus tertentu.

Pada tahap selanjutnya analisis diarahkan pada beragam aturan atau

lembaga dan organisasi yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Di

sinipun digali pembedaan antar prasyarat untuk masuk, modal yang dinilai lebih

tinggi, aturan-aturan yang dikembangkan lebih lanjut, serta posisi-posisi sosial

pada kelompok-kelompok lembaga dan organisasi. Dengan kata lain,

dikembangkan susunan arena yang beragam.

Pengembangan arena tertentu juga dianalisis dalam kaitannya dengan

diskursus yang spesifik. Digali kemampuan diskursus tersebut dalam

memunculkan arena tertentu. Digali pula hubungan antara arena dan habitus

tertentu, berupa kecocokan antara prasyarat dan aturan dalam suatu arena dengan

penguasaan modal dan refleksi pemikiran dalam habitus tertentu.

Sampai di sini analisis sudah mulai memperluas cakrawala kajian

diskursus kemiskinan. Analisis, lebih jauh lagi, dapat membawa penelitian untuk

Page 53: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

32

mencapai tujuan menginterpretasi kemunculan keragaman diskursus, strategi

penggunaan kekuasaan, dan praktik pengelolaan kemiskinan di pedesaan. Analisis

juga mampu menjawab pertanyaan penelitian perihal alasan kekuasaan beroperasi

dengan membentuk dan mengelola beragam diskursus dan praktik kemiskinan di

pedesaan.

Setelah melakukan analisis di dalam diskursus dan praktik (analisis

habitus dan arena) tersebut, berikutnya analisis diarahkan pada hubungan

peperangan antar kelompok diskursus dan praktik kemiskinan yang berbeda-beda.

Analisis dilakukan pada masing-masing level diskursus, habitus, dan arena.

Perang tersebut dapat saling menggunakan dan memanipulasi beragam aspek

diskursus dan praktik yang berbeda-beda, maupun berupa upaya dominasi antar

kelompok diskursus dan praktik.

Analisis perang diskursus dapat mengarahkan penelitian ini pada tujuan

untuk menginterpretasi hubungan kekuasaan dalam perang antar diskursus dan

praktik kemiskinan di pedesaan. Analisis ini juga dapat menjawab pertanyaan

penelitian tentang alasan perang antar diskursus dan praktik kemiskinan

berlangsung secara terus menerus.

Interpretasi lebih lanjut dipusatkan pada peluang dan kenyataan

munculnya orang miskin di antara beragam diskursus dan praktik kemiskinan di

pedesaan, serta selama perang berlangsung. Dianalisis operasi kekuasaan untuk

memunculkan atau menenggelamkan golongan miskin, serta hubungan golongan

miskin dengan agensi lainnya.

Analisis perihal kemunculan golongan miskin diharapkan dapat

menjawab tujuan untuk memunculkan golongan miskin dalam rangka

menanggulangi kemiskinannya sendiri. Analisis ini juga hendak menjawab

pertanyaan pokok berupa alasan operasi kekuasaan dalam diskursus dan praktik

belum mampu menanggulangi kemiskinan di pedesaan.

Konsep Kerja

Dalam penelitian ini telah disusun konsep-konsep kerja untuk

mempermudah pencarian data di lapangan dan data sekunder, serta penyusunan

Page 54: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

33

analisisnya. Diskursus kemiskinan dipahami sebagai pemikiran, pengetahuan,

kebijakan, peraturan perundangan untuk mengelola kemiskinan dan golongan

miskin di tingkat desa, kabupaten, provinsi, nasional dan global.

Praktik kemiskinan meliputi pengembangan habitus, penyusunan arena,

institusi sosial, interaksi sosial, strategi, lintasan, penggunaan modal dan susunan

benda-benda yang dikembangkan untuk mengelola suatu diskursus kemiskinan

tertentu. Praktik kemiskinan mencakup, pertama, arena, meliputi lembaga atau

aturan lokal, kelompok, organisasi, proyek dan program penanggulangan

kemiskinan. Kedua, strategi, merupakan interaksi sosial obyektif yang terjadi

antar agensi dengan melibatkan kekuasaan. Ketiga, habitus, meliputi sejarah, pola

pemikiran, dan harapan terhadap suatu tindakan. Keempat, modal, merupakan

benda dan jasa yang dimiliki agensi untuk mendukung interaksi dengan agensi

lainnya, baik berupa modal ekonomi atau susunan benda-benda, tubuh orang

miskin, wilayah tempat kemiskinan muncul, simbol kemiskinan, pemikiran yang

ditumbuhkan, dan jaringan sosial yang dimiliki.

Kemiskinan dipahami sebagai diskursus tentang lapisan sosial terbawah

atau kondisi keterbatasan, di mana penempatan posisi sosial pada tingkat terbawah

dan kondisi keterbatasan diperoleh melalui susunan obyektif arena yang

dikembangkan dari subyektivitas pengetahuan lokal. Kekuasaan dipandang

sebagai pola tindakan dalam hubungan sosial yang diarahkan secara strategis

untuk mengidentifikasi, memelihara dan menghilangkan kehadiran orang miskin

atau kemiskinan, mengatur aspek-aspek kemiskinan yang-bisa-dikatakan dan

yang-bisa-dilihat, serta berupaya menghasilkan makna terkuat atau pandangan

yang dinilai paling benar tentang kemiskinan.

Pengetahuan didefinisikan sebagai kehendak terhadap kekuasaan yang

diterapkan dalam bentuk pengembangan rezim kebenaran tertentu tentang

kemiskinan. Kehendak pengetahuan dioperasionalkan dalam penyusunan

predisposisi sosial dalam bentuk pola pemikiran yang argumentatif untuk

mendukung klaim kebenaran atas suatu metafora kemiskinan agar bisa diterima

masyarakat.

Pembangunan dilihat sebagai diskursus tentang transformasi sosial yang

terutama disusun oleh negara atau lembaga internasional, dengan dukungan ilmu

Page 55: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

34

pengetahuan formal. Pembangunan sekaligus mengandung kehendak untuk

mengambil kekuatan dari pengetahuan informal, seperti hasil-hasil perencanaan

partisipatoris.

Page 56: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 3

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Diskursus Praktik

Ada kalanya dikritik sebagai tanpa metode, ternyata metode diskursus,

terutama yang dikembangkan oleh Foucault, telah dikaji secara khusus,

sebagaimana ditunjukkan pula oleh bangunan identitasnya sendiri sebagai metode

Foucault. Artikel maupun buku berjudul metode Foucault telah diterbitkan

(Kendall dan Wickham 2000: 1-29; Scheurich dan McKenzie 2011: 217-247),

dijelaskan dalam wawancara dengannya (Foucault 2002c: 29-408), serta dalam

buku karyanya sendiri sendiri perihal tahapan-tahapan pelaksanaan metodenya

(Foucault 2002a: 28-188; 2003: 12-108).

Metode ini tergolong dalam ranah ontologi pragmatisme dan epistemologi

koherensi. Ontologi pragmatisme mencurigai realitas sosial yang dipandang riil

saat ini, dan berkehendak mengubahnya dalam rangka meningkatkan

kegunaannya bagi semua pihak yang terkait realitas tersebut. Aspek kegunaan ini

penting, bahkan nanti juga menjadi kriteria pendefinisian teori maupun kekuatan

teori tersebut. Adapun epistemologi koherensi merujuk kepada analisis kekuasaan

serta upaya membongkar operasi kekuasaan, yang menentukan susunan

pernyataan dimunculkan atau ditenggelamkan dalam dokumen maupun tafsiran

berbagai pihak yang ditemui di lapangan.

Metode diskursus praktik dikembangkan dari penggabungan metode

diskursus, metode praktik, dan metode perang diskursus. Metode diskursus

meliputi arkeologi dan genealogi. Metode arkeologis (Foucault 2003: 70-89)

menerapkan kaidah pembalikan. Kaidah ini dibedakan menurut bentuk-bentuk

pengecualian, pembatasan dan penyisihan. Analisis arkeologis hendak

memperlihatkan proses bentuk-bentuk pengecualian dalam pembicaraan

kemiskinan terbangun, bagaimana berbagai aspek kemiskinan dimodifikasi dan

diganti untuk menghadapi segala bentuk halangan yang dihadapinya, dan

sejauhmana bentuk-bentuk baru ini dapat bekerja di lapangan.

Page 57: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

36

Metode genealogis menerapkan prinsip diskontinuitas, penetapan dan

eksterioritas (Foucault 2002c: 270-308; 2003: 89-90). Analisis genealogis

mengacu pada pembentukan diskursus kemiskinan yang sesungguhnya, apakah

berada dalam jangkauan kontrol atau di luar kontrol orang miskin sendiri, atau

kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang di luar jangkauan kontrol mereka.

Genealogi mempertanyakan fungsi kehendak akan kebenaran, mempertunjukkan

karakter "kekuasaan untuk membenarkan tersebut" dalam diskursus menjadi

bentuk-bentuk peristiwa sosial. Kehendak akan kebenaran biasanya muncul dalam

bentuk kehendak untuk menambah pengetahuan tentang kemiskinan, menghitung

dan mengkategorikan tubuh miskin, dan sebagainya. Kekuatan untuk mencari

pengetahuan kemiskinan ini diperoleh dari institusi pengelolanya.

Konstruksi makna kemiskinan memang termasuk ke dalam kajian, namun

tekanannya justru pada kehancuran atau penghancuran makna. Tindakan ini

didasari pemikiran, bahwa perkembangan pengetahuan terjadi saat memperbaiki

kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya (Foucault 2002c: 385-394;

2011: 123-124). Dituntun oleh pemahaman tersebut, kajian akademis diarahkan

untuk mencari kesalahan, dalam kerangka pencarian diskursus atau cakrawala

pengetahuan baru. Upaya semacam ini tidak cukup dilakukan dengan falsifikasi,

karena di sana kajian diarahkan untuk menjaga ketegaran atau koroborasi teori

ilmiah dari uji-uji kesalahan (Popper 2008: 72-93, 335-347). Bergerak pada arah

yang berkebalikan, metode ini justru mencari kesalahan hingga batas kritis,

sehingga cara pandang lama tidak bisa digunakan lagi untuk menjelaskan gejala

sosial yang diamati.

Untuk mendapatkan retakan epistemologi (krisis) dan mewujudkan

diskontinuitas, analisis diskursus berusaha memahami dan menerangi tindakan

dari kejanggalan yang terjadi (Foucault 2002a: 168-253). Analisis diarahkan pada

penggunaan kekuatan untuk menegaskan yang bersifat lokal namun dipandang

paling kuat (bukan analisis menuju universalitas makna). Tepat pada kehancuran

makna terjadilah diskontinuitas dari pengetahuan yang sebelumnya tumbuh

terakumulasi, dan membuka peluang munculnya cakrawala pengetahuan baru.

Melalui diskontinuitas tersebut makna lama dihancurkan, selanjutnya makna baru

yang berbeda diupayakan untuk dikembangkan. Suatu kekuatan atau kekuasaan

Page 58: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

37

(power) ilmu pengetahuan ditunjukkan melalui penciptaan makna baru atau

distingsi (distinction) dari rasa praktis sebelumnya.

Aspek praktis dalam metode praktis ialah untuk menemukan sebanyak

mungkin konteks atau kejadian sosial bagi penyusunan aspek-aspek subyektif dan

obyektif agensi (Bourdieu 2011: 31-32). Metode praktis meliputi refleksi dan

obyektivisasinya. Dalam metode refleksif digali konteks sejarah dari agensi, serta

pembentukan habitusnya, atau proses subyektivisasi dari konteks obyektif.

Kodifikasi menurut berbagai konteks dikembangkan menjadi dikotomi-dikotomi

penting (Bourdieu 2011: 99-112).

Aspek obyektif mengumpulkan berbagai konteks sosial sebagai arena

praktik bagi habitus. Yang digali ialah obyektivikasi habitus dalam bentuk

tindakan dan susunan benda-benda (Bourdieu 2011: 121-126).

Dalam perkembangannya kekuasaan dan ilmu pengetahuan tidak hanya

ditunjukkan dari penciptaan makna baru (ilmu pengetahuan aktif), namun ada juga

yang diarahkan untuk mengambil makna dari pengetahuan lain atau mematikan

makna pengetahuan lain (ilmu pengetahuan reaktif). Dalam interaksi inilah

kekuasaan terlihat diimplementasikan secara jelas. Metode perang diskursus

mengarah pada interaksi yang berisikan kekuasaan di dalam sekelompok

diskursus dan praktik tertentu, maupun interaksi dengan sekelompok lainnya

(Foucault 2002d: 141-153). Metode ini bukanlah studi komparasi, karena antar

diskursus tidak dapat dibandingkan. Mereka memiliki mekanisme berbeda,

sehingga perlu dievaluasi secara berbeda pula. Yang dapat dikaji ialah interaksi

antar diskursus tersebut. Dengan demikian terdapat dua kelompok analisis,

pertama, analisis di dalam kelompok diskursus dan praktik. Kedua, analisis

interaksi antara kelompok ini dengan kelompok-kelompok lainnya.

Dengan menggabungkan pemikiran Foucault (Kendall dan Wickham

2000: 25-52) dan Bourdieu (2011: 77-126), maka kekhasan metode diskursus

praktis ialah, pertama, analisis diskursus dilakukan dengan mendeskripsikan

pernyataan yang ditemukan dalam struktur sosial, refleksi yang diceritakan dan

dalam dokumen, serta konsekuensinya dalam menyusun benda-benda dan struktur

sosial yang berkaitan dengan kemiskian. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi

analisis kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menafsirkan, menyusun interaksi

Page 59: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

38

sosial lebih lanjut, atau menentukan benda-benda yang berkaitan dengan

kemiskinan.

Kedua, analisis praktik sosial dilakukan dengan mendeskripsikan

pernyataan, predisposisi, dan tindakan sosial lebih sebagai proses yang terus

berjalan menurut konteks-konteks sosial yang berbeda-beda, daripada sebagai

suatu pola yang tetap dalam struktur sosial. Pernyataan, habitus, dan arena

mempunyai makna produktif, karena digunakan sebagai landasan bertingkah laku

dan menyusun benda-benda pada masa dan lokasi tertentu.

Ketiga, analisis kekuasaan dilakukan dengan mengenalkan kekuasaan

dalam interaksi sosial, sehingga dapat memunculkan diskursus, habitus dan arena-

arena lokal yang sebelumnya tidak diakui secara formal. Salah satu metode untuk

menemukan hal ini ialah meneliti aspek-aspek yang sebelumnya dipandang tidak

rasional namun dilaksanakan oleh orang miskin.

Lokasi Pengumpulan Data

Mungkin dengan karikatural, namun juga secara serius, sebuah buku teks

mempersilakan pembaca ke perpustakaan untuk mendapati ilmuwan pasca

struktural (Aitken dan Valentine 2006: 166). Tentu perpustakan itu sendiri bukan

lokasi pengambilan data, namun jelas penentuan lokasi pengambilan data primer

untuk penelitian ini tidak mudah ditentukan. Penelitian ini secara intensif

menggabungkan analisis dokumen atau pustaka, rembugan dengan responden dan

informan, dan pengamatan berpartisipasi.

Secara garis besar lokasi penelitian mencakup level nasional dan level

lokal. Semula pembedaan level lokasi digunakan untuk memusatkan pengambilan

data diskursus pada level nasional dan data praktik pada level lokal. Ternyata data

seluruh level analisis (diskursus, habitus, arena) diperoleh pada level lokasi

nasional dan lokal, dan pengalaman ini memudahkan pencarian hubungan analisis

data antara kedua level lokasi. Perbedaannya berupa perolehan lebih banyak data

habitus dan arena pengelola program penanggulangan kemiskinan pada level

nasional, sementara pada level lokal lebih banyak diperoleh data habitus dan arena

di antara golongan-golongan miskin sendiri.

Page 60: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

39

Pengambilan data lapangan pada level nasional terutama berpusat di

kantor Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian

Dalam Negeri. Pada akhir tahun 2010, saat mendapat undangan untuk

mempresentasikan kemiskinan di Indonesia, peneliti sengaja menyajikan prasaran

berbagai diskursus kemiskinan beserta lokasi, jumlah, dan program

penanggulangan yang pernah diberikan. Makalah tersebut merupakan hasil

analisis dokumen dan pustaka yang telah dilakukan sejak lima tahun sebelumnya.

Setelah menyajikan makalah dan dipandang memahami kemiskinan di

pedesaan Indonesia, peneliti diajak untuk menjadi anggota tim teknis Sub

Direktorat Ekonomi Perdesaan dan Masyarakat Tertinggal. Kantor ini

mendapatkan mandat pengelolaan penanggulangan kemiskinan tingkat nasional

dalam bentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Tim teknis

menyediakan bahan akademis untuk kajian kebijakan dan pengambilan keputusan.

Anggota tim teknis dapat turut serta dalam pertemuan perumusan kebijakan atau

evaluasi ke provinsi-provinsi di Indonesia.

Peneliti tidak mendatangi kantor tersebut setiap hari, kecuali pada saat

mengikuti pertemuan untuk menambah data penelitian, yang sekaligus

membutuhkan keahlian peneliti. Peneliti tidak turut serta ke provinsi-provinsi,

melainkan mendapatkan laporan dan bahan dari pemerintah daerah. Komunikasi

dengan anggota tim teknis lain serta pejabat pemerintahan dilakukan secara

interpersonal dan lewat internet. Melalui proses kerja tim teknis tersebut peneliti

mengembangkan kajian diskursus kemiskinan produksi dan diskursus potensi

golongan miskin, terutama pada level nasional.

Pada level lokal, penelitian dilaksanakan di Dusun Kalitani, Desa

Sawahan, Kecamatan Banyu, Kabupaten Makmur, Provinsi Jawa Tengah.1 Pilihan

kajian pada tingkat dusun memiliki kelebihan, karena dusun merupakan desa asli

di Jawa sehingga warganya memiliki ikatan sejarah yang kuat, serta telah

mengembangkan beragam lembaga bentukan masyarakat secara sukarela (Sajogyo

2006: 217). Di Dusun Kalitani juga ditemukan beragam ruang sosial tempat

masing-masing diskursus kemiskinan berkembang, terutama diskursus berbagi

kelebihan, diskursus kemiskinan rasial dan etnis, dan diskursus menginginkan 1 Untuk menjaga privasi responden dan informan di desa, dalam penelitian ini hanya disajikan nama tempat dan nama orang yang tidak sebenarnya.

Page 61: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

40

kesederhanaan. Praktik diskursus potensi kemiskinan dan diskursus kemiskinan

produksi juga tergali menurut sudut pandang warga dusun sendiri.

Desa Sawahan terbagi atas tiga dusun, yaitu Dusun Kito, Dusun Godhong,

dan Dusun Kalitani. Desa ini terletak sejauh 18 km dari pusat kota Makmur –

tempat peneliti bermukim—dan dapat ditempuh dengan sepeda motor selama

sekitar 30 menit. Luas desa ini ialah 1.303 Ha. Sebanyak 645 Ha berupa sawah

beririgasi setengah teknis, sementara 280 Ha berupa sawah beririgasi teknis.

Menurut data profil desa 2009, terdapat 7.027 penduduk yang terdiri atas 3.553

laki-laki dan 3.474 perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga ialah 1.825.

Kemiskinan terekam pada 350 keluarga pra-sejahtera 350 (Pra-KS) dan 1.258

keluarga sejahtera I (KS-I). Mata pencaharian pokok penduduk yang terbanyak

adalah petani (1.602 orang) dan buruh tani (1.874 orang). Sebanyak 6.875 jiwa

beragama Islam dan 152 jiwa beragama Kristen.

Desa ini telah lama dikenal karena memiliki wilayah sungai dan rawa yang

luas. Hingga pertengahan dekade 1980-an lebih mudah mendatangi desa ini

melalui aliran sungai daripada melalui daratan. Tidak mengherankan desa selalu

dilanda banjir pada puncak musim hujan dan kekeringan pada puncak musim

kemarau. Air bersih yang diambil dari tanah kurang bagus untuk air minum.

Muslim, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sawahan, menjelaskan hal ini.

Dulu untuk ke sini naik perahu. Untuk mempelajari riwayat Kalitani dan Sawahan, sebaiknya kita melihat jauh ke belakang. Dulu Banyu, Demak, sampai Tanjung Mas, Semarang, itu wilayah laut. Sampai Kecamatan Seneng, Pati. Bukti dahulu wilayah laut, tanah di sini semakin ke dalam menjadi tanah gambut. Semakin ke dalam dibor antara 125 m sampai 135 m airnya masih asin. Semakin dibor ke dalam malah asin. Bahwa di sini merupakan wilayah laut juga dikaitkan dengan sejarah lama dan peninggalan Belanda. Biasanya ada trip atau alat ukur air. Dulu di sini ada, seperti sumur tapi ada angka-angka, untuk mengukur ketinggian air. Biasanya yang memiliki trip itu daerah rawa atau aliran sungai. Sebelum zaman Belanda, yaitu zaman Kerajaan Demak ke sana, kita ketahui Demak itu daerah rawa, sehingga di sana disebut alas Glagah Wangi. Berarti hutan, namun glagah atau rawa. Rawa dari Demak sampai ke Seneng.

Page 62: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

41

Kepala desa memegang peranan paling penting dalam pengambilan

keputusan di tingkat desa. Legitimasinya meningkat pada saat keputusannya

menyejahterakan warga desa. Akan tetapi pengambilan keputusan untuk

kepentingan pribadi menurunkan legitimasi tersebut. Projo, Kepala Dusun

Kalitani, menjelaskan sejarah wewenang kepala desa di Sawahan.

Setahu saya dari silsilah kepala desa di Sawahan, kalau dia bijaksana dan adil maka nanti akan ada imbalan. Nyatanya itu dari cerita orang tua. Petinggi pertama saya lupa, lalu petinggi Tondo, lalu orang tua Mbah Sumarni.

Petinggi desa yang pertama juga tidak dihargai masyarakat dan anaknya, hartanya juga habis. Kepala desa yang kedua namanya Tondo, tanahnya ratusan hektar lebih. Tanahnya kemudian diberikan kepada anak-anaknya, lalu kena retool (reforma agraria awal tahun 1960-an). Lalu setelah tidak menjadi kepada desa ia tidak dihargai anak-anaknya dan masyarakatnya.

Kepala desa yang ketiga bernama Pak Kusmanto, tanahnya juga banyak. Setelah tanahnya diberikan kepada anak-anaknya, ia juga tidak dihargai mereka. Pak Kusmanto menjabat kepada desa selama 24 tahun, mungkin lebih. Selama menjabat kepala desa pengabdiannya kepada masyarakat kurang, sehingga dia kurang dihormati masyarakat.

Lalu kepala desa bernama Pak Subiyarto, selama 8 tahun. Selama menjabat kepada desa dia berjaya. Namun pengabdiannya kepada masyarakat kurang, juga kurang mengelola pembangunan. Pada waktu mencalonkan diri menjadi kepada desa, dia tidak memiliki tanah. Masyarakat memilihnya, agar ia bisa mengubah Sawahan. Tapi setelah menjadi kepala desa dia tidak mengabdi kepada rakyat. Saat ini Pak Subiyarto tergolong miskin, tinggal di Godhong, tidak punya tanah apa-apa, kecuali rumahnya. Bahkan saat berobat ke rumah sakit menggunakan surat miskin. Setelah tidak menjadi kepala desa dia tidak memiliki pekerjaan sampingan yang lain, keluarganya juga tidak menghargai.

Setelah itu Pak Rumadi. Mohon maaf, waktu menjabat periode pertama dia baik di mata masyarakat, namun waktu periode kedua, dia juga masih baik di mata masyarakat, tetapi dia menggunakan keuangan desa dari pelelangan petak sawah. Ada penyelewengan, tidak ditempatkan pada jobnya. Di bidang pembangunan desa, menurut pengamatan saya dan masyarakat, itu ada ketidakadilan, banyak pembangunan di Godhong dan Kito. Bahkan selama menjadi perangkat pernah saya sampaikan, bahwa kepala-kepala desa yang saya kenal dari Pak Kusmanto sampai sekarang, saya sindir seperti itu, ada rapat di balai desa dan di BPD (Badan Perwakilan Desa), saya sampaikan bahwa

Page 63: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

42

pembangunan di Kalitani kurang dibandingkan yang lain. Sampai sekarangpun masih begitu.

Program-program pembangunan di desa, termasuk berbagai program

penanggulangan kemiskinan, selama ini membutuhkan tambahan swadaya dari

pemerintah desa. Selain diminta dari warga, dana swadaya juga diambil dari kas

pemerintah desa. Pendapatan asli desa –pengisi terbanyak kas desa—diperoleh

dari penyewaan lahan milik pemerintah desa (bondho deso). Projo menjelaskan

bondho deso tersebut.

Bondho desa yang di Dusun Kito dilelang 1 bau (5 kotak) seluas 7.000 m2 hanya Rp 2 juta dalam satu tahun. Di Dusun Kalitani nilainya Rp 11 juta dalam satu tahun. Namun dahulu di Dusun Kito sama sekali tidak ada tanah bondho desa. Saat saya menjabat anggota BPD pada tahun 2001-2002, pada masa kepala desa sebelum Pak Rumadi akan selesai, ada program mengikuti Perda (peraturan daerah) menjadi Perdes (peraturan desa), merencanakan agar di Desa Sawahan ada bondho desa. Perangkat desa yang sudah purna, sudah tidak menjabat lagi, tanah bengkoknya dirampingkan untuk menjadi bondho desa.

Karyo, kader pemberdayaan masyarakat (KPM) menambahkan jenis

bondho deso lainnya.

PAD (Pendapatan Asli Desa) dari lelang pohon kapuk randu kecil, hanya Rp 1,6 juta per tahun, lelang tanah bengkok perangkat desa yang kosong Rp 60 juta per tahun, tapi belum dipotong iuran P3A (kelompok persatuan petani pemakai air) dan dana kesejahteraan RT (Rukun Tetangga). Ini turun karena Dusun Kito kebanjiran. Dalam 5 tahun terakhir PAD meningkat, terutama dari pelelangan bondho desa. Lelangan blok pertanian meningkat. Reorganisasi kelompok P3A kemarin mendapatkan Rp 1,084 M.

Berbagai program pembangunan telah masuk ke Desa Sawahan, di

antaranya pembangunan daerah aliran sungai Jratunseluna pada dekade 1980-an,

program IDT pada awal dekade 1990-an, program-program pemberdayaan,

Bantuan Langsung Tunai (BLT), perbaikan rumah, program Tentara Nasional

Indonesia (TNI) masuk desa sejak akhir dekade 2000-an.

Page 64: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

43

Selama ini Kecamatan Banyu menjadi sumber pengadaan padi bagi

Kabupaten Makmur dan sekitarnya. Akan tetapi pada puncak musim hujan

wilayah ini kebanjiran.

Desa Sawahan juga didominasi sawah. Sebagian sawah di wilayah

Tenggara mendapatkan irigasi dari Jratunseluna, yang mendapatkan air dari

Waduk Kedungombo. Blok sawah Bangunsari, Srimulyo, dan Sidodadi tersebut

menggunakan saluran irigasi teknis. Blok sawah lainnya mendapatkan air melalui

pompa dari sungai ke sawah-sawah. Proyek Jratunseluna pada pertengahan 1980-

an telah mengubah pola aliran sungai. Sungai-sungai di Dusun Kito tidak lagi

berair. Akan tetapi posisinya yang lebih rendah mengakibatkan banjir terpusat di

dusun ini setiap tahun. Air juga biasa merendam sekitar seper tiga luas sawah di

Dusun Godhong. Hanya Dusun Kalitani yang tidak kebanjiran, kecuali pada saat

banjir besar yang disebabkan curah hujan lebih tinggi atau bobolnya jaringan

irigasi di Babalan di tepi jalan raya antar kabupaten.

Terdapat dua musim tanam (MT) di Desa Sawahan. Musim tanam pertama

(MT 1) dimulai pada bulan September hingga Oktober. Musim tanam kedua

dimulai pada bulan Pebruari hingga Maret. Musim tanam pertama menghasilkan

gabah lebih tinggi daripada musim tanam kedua.

Organisasi petani yang penting ialah Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan beranggotakan

berbagai P3A. Satu kelompok P3A menguasai satu blok sawah, tidak hanya dalam

hal pengairan, melainkan juga pembangunan fisik, pemeliharaan bangunan,

hingga pemungutan sebagian hasil panen. Pengurus P3A dapat memiliki

keuntungan yang tinggi jika keseluruhan pungutan dari petani lebih tinggi

daripada keseluruhan pengeluaran untuk mengelola blok sawah. Pungutan tersebut

sebesar seper sepuluh dari hasil panen di blok persawahan. Pengurus P3A

biasanya mendapatkan untung lebih besar, sehingga selalu terjadi perebutan untuk

menjadi pengurus P3A dalam upacara pelelangan blok-blok pertanian.

Prosedur pelelangan dimulai dari penawaran harga oleh para calon ketua

pengurus P3A. Atas dasar penawaran tersebut, perangkat desa dan anggota Badan

Perwakilan Desa (BPD) menetapkan harga dasar atau standard menurut luas

sawah dan lokasinya. Harga dasar ditetapkan dalam musyawarah di balai desa.

Page 65: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

44

Dalam pertemuan tersebut diundang para penawar pengurus P3A. Harga dasar

kemudian ditawarkan kepada petani di blok yang bersangkutan. Dari harga

standard dapat diperkirakan pembangunan prasarana pendukung blok persawahan

yang harus dilakukan pengurus P3A. Setelah petani menyetujuinya, selanjutnya

mereka memilih ketua P3A. Nilai dari hasil pelelangan digunakan untuk

pembangunan dusun sebesar sepuluh persen, fasilitasi oleh perangkat desa dan

pembangunan desa sebesar lima persen, dan sisanya untuk pembangunan di blok

persawahan yang bersangkutan. Karyo menjelaskan prosedur pelelangan blok

persawahan sebagai berikut.

Di sini ada pompanisasi. Pompa tersebut milik P3A, ada juga yang disewa. Pengurus P3A dipilih untuk setiap 3 tahun. Pemerintah desa hanya memfasilitasi. Lelangan Blok Dani dan Blok Bangunsari seluas 150 Ha pada tahun 2010 bernilai sebesar Rp 250 juta. Lelangan tersebut untuk mengelola P3A, meliputi mengurus pompa air. Hasil pelelangan itu 10 persen untuk dusun, 5 persen untuk operasional pemerintah desa, sisanya untuk pembangunan fasilitas pertanian di blok tersebut, untuk pembangunan gorong-gorong, jalan usahatani. Tahun lalu pernah mendatangkan backhoe atau excavator untuk pembangunan tanggul dan jalan. Pemilik sawah tidak terkena potongan. Yang dipotong ialah panitia pengurus air. Untungnya untuk pengurus ialah, pas panen, misalnya 1 hektar dibagi 10, yang 1/10 untuk panitia, yang 9/10 untuk petani. Untungnya dari situ. Panitia Bangunsari 20 orang. Uang Rp 250 juta merupakan hasil iuran 20 orang tersebut. Kemarin di Blok Wangunrejo hanya terjual Rp 90 juta, sehingga panitia hanya 8 orang. Pada saat reorganisasi mereka menawar, terus ditentukan, lalu membayar 10 persen. Pada akhir musim tanam harus lunas semua. Ketua panitia harus punya sawah di blok tersebut, tetapi anggotanya boleh hanya menggarap tanpa punya sawah.

Pelelangan blok yang berbeda berlangsung pada hari yang berbeda, karena kita juga mengundang dari pihak kecamatan, dari mantri pengairan, dinas pengairan, polsek, koramil. Pada saat pertemuan tersebut biasanya bolo-bolonan (mencari massa). Dikuatirkan kalau ada yang tidak cocok, bisa timbul pertengkaran. Pemilihan untuk Blok Kudu Manis dan Loistijab (85 Ha) sampai malam, karena panas, sama-sama ingin menjadi ketua. Panas dalam penentuan harga-harga standard. Ketuanya juga dipilih oleh petani. Di Kito juga ada seperti itu, tapi tidak sampai malam, karena lokasinya kadang-kadang terkena banjir.

Page 66: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

45

Sumber kredit usahatani diperoleh dari tetangga dan toko pertanian di

dalam desa. Sumber kredit usahatani lainnya dari Gapoktan, namun jumlah yang

disediakan terlalu kecil dan pemberitahuannya tidak terbuka. Rentenir tidak

berkembang di sini.

Banjir selalu melanda Dusun Kito setiap tahun mendorong warga dusun

ini kini lebih banyak menjadi buruh pabrik. Kerja ke luar desa juga dilakukan

untuk berburuh bangunan, hingga ke luar Jawa. Migrasi ke luar negeri lebih

banyak dilakukan di Dusun Kalitani. Hal ini disampaikan oleh Karyo.

Mayoritas penduduk Sawahan petani, tapi di Kito sebagian besar buruh pabrik, yang Godhong sebagian, di Kalitani hampir tidak ada. Sebagian besar di Kalitani lebih suka menjadi TKW (tenaga kerja wanita). Di Kito juga ada TKW, di Godhong juga ada, tapi yang paling besar dari Kalitani. Persentasenya, Kalitani 60%, Godhong 30%, Kito hampir tidak ada. Namun demikian, jarak pabrik dengan rumah lebih dekat di Kito. Pabriknya berupa pabrik rokok Djarum, Gentong. Biasanya warga berangkat jam 5 pagi. Dulu mereka pulang sore, namun sekarang pulang siang. Dalam berkendara ada yang menggunakan motor, ada yang mencarter carry, ada yang mencarter colt brondol (pick up). Di Kito sebagian besar buruh menggunakan carry dan colt brondol, yang menggunakan motor sedikit. Yang di Godhong lebih banyak menggunakan sepeda motor. Itu juga tergantung lokasi pabriknya. Kebanyakan di Djarum Tanjung, tapi menggunakan mobil Djarum. Rata-rata sudah berkeluarga. Perempuan saja. Laki-laki ke sawah dan buruh bangunan. Pemuda juga menjadi buruh bangunan dan bekerja di pabrik kertas Pusaka Raya. Tapi kalau sudah tua kembali ke sawah. Yang muda lebih suka merantau. Kemarin ada angkatan ke Riau, dua gelombang. Tahun kemarin ke Batam, Palembang. Mereka berombongan dengan pemborong. Ada yang orang asli sini, ada yang berdomisili di Kajen, Pati. Dia pemborong di Batam dan Jakartanan, dan mengajak pemuda di sini untuk bekerja. Untuk masuk ke pabrik rokok minimal lulusan SLTP, tapi lowongannya kini tidak ada. Karena rokok semakin ketat, aturannya semakin ketat, produksinya juga dibatasi. Kemarin pulang sore, sekarang pulang siang. Kemarin pulang sampai Sabtu, tapi sekarang pulang sampai Jumat, Sabtu libur. Pabrik rokok kecil biasanya malah shift-shiftan, seminggu hanya masuk 3 hari. Nanti yang lain 3 hari.

Walaupun pertanian memberikan jaminan kerja, namun warga di Dusun

Kalitani lebih menyukai bekerja sebagai migran di luar negeri. Pada satu sisi,

Page 67: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

46

pekerjaan ini telah menghasilkan modal golongan kekurangan untuk membeli

sawah atau memperbaiki rumah. Akan tetapi di sisi lain permasalahan buruh

migran tetap muncul. Saat permasalahan terungkap di luar negeri, mereka sulit

ditangani secara formal ketika berbagai dokumen kerja dipalsukan. Muslim

menjelaskan proses pemalsuan dokumen di tingkat desa.

Banyak TKW yang berasal dari Kalitani dibandingkan dari Godhong dan Sawahan. Ini dipengaruhi sejarah. Pertama kali orang merantau itu di Kalitani. Jasa pengantar tenaga kerja juga hanya ada di Kalitani. Jasa ke Korea, Taiwan, itu ada di Kalitani. Mereka biasanya yang membujuk, ayo ke luar negeri, mau ke Saudi gampang, tidak usah menggunakan ijazah. Umurnya belum cukup, tidak apa-apa, nanti tak dengkulno (saya urus). Kalau berumur 18 tahun, dahulu bisa didengkul karena aturannya minimal berumur 21-22 tahun. PT (perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia) bisa melakukan seperti itu, dokumen dipalsukan, di sini sudah banyak terjadi demikian. Kurang umur dituakan, namanya dipalsukan. Kalau ingin terbang cepat, padahal membutuhkan paspor, maka menggunakan paspor orang lain. Oleh sebab itu menggunakan nama orang lain. PT itu nakal. Hal semacam itu adalah hal-hal yang biasa. Itu sudah lama terjadi. Umur dituakan, status juga bisa dipalsukan, dari kawin menjadi belum kawin. Ini memang permainan calo-calo TKW, pengantar tenaga kerja, sponsor.

Dokumen palsu merugikan warga desa pada saat mengalami kesulitan di

luar desa. Muslim menunjukkan contohnya.

Kemarin ada kasus tenaga kerja dari sini dianiaya orang Arab sampai meninggal. Kasusnya sampai di TV, namanya Ernawati. Rumahnya di dekat Balai Desa. Mayatnya sampai berbulan-bulan, lima bulan atau enam bulan, tidak bisa sampai ke desa. Ini karena terkendala dokumen yang dipalsukan, umurnya dipalsukan, namanya dipalsukan, sehingga sulit dikirim ke desa yang tepat. Pada waktu pergi usianya 16 tahun. Seharusnya umurnya 21 tahun, sehingga ia di-tua-kan, tanggal lahirnya diganti, tahun kelahirannya diganti.

Dalam kehidupan sehari-hari di desa, warga biasa saling membantu

melalui lembaga sinoman. Sinoman dilakukan untuk pembangunan rumah,

Page 68: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

47

penyelenggaraan hajat kelahiran, khitanan, perkawinan, hingga kematian. Gotong

royong juga dilakukan untuk pembangunan jalan dan masjid.

Metode Pengumpulan Data

Setelah di atas disampaikan kondisi lokasi pengumpulan data, kini

dijelaskan jenis data yang dikumpulkan, pertama, pernyataan yang

memungkinkan analisis diskursus tentang orang miskin, mobilitas sosial, dan

penggunaan benda-benda fisik di lingkungan tersebut. Data pernyataan diperoleh

dari dokumen yang berisikan pemikiran, ilmu pengetahuan, kebijakan, dan

peraturan perundangan tentang kemiskinan. Kedua, refleksi pelaku. Data yang

diperoleh meliputi riwayat hidup, tindakan yang diharapkan (predisposisi),

kejadian penting dalam dalam kehidupan. Ketiga, aturan, interaksi sosial,

organisasi yang membatasi atau menguatkan orang miskin. Data diperoleh dari

substansi program dan proyek penanggulangan kemiskinan, organisasi atau aturan

lokal yang diciptakan, serta pengembangan kelompok dan organisasi. Keempat,

benda-benda yang dipandang penting bagi orang miskin. Data yang diambil

meliputi informasi benda berharga dan tidak berharga, serta informasi wilayah

yang menjadi tempat tinggal orang miskin

Metode Analisis Dokumen dan Penemuan Diskursus Kemiskinan

Meskipun mengambil sumber antara lain dari teori linguistik Saussure

yang menekankan ujaran, teori diskursus lebih mengedepankan tulisan, dan

praktik (Bourdieu 2010: 9-10; Foucault 2002a: 62-65). Kajian terhadap tulisan

dilakukan melalui analisis dokumen.

Metode analisis dokumen sangat penting dilaksanakan, karena menjadi

awal penemuan diskursus kemiskinan yang berkembang di Indonesia (Lampiran

1). Setelah rumusan ragam diskursus kemiskinan diperoleh, pemilihan lokasi

pengambilan data lapangan dapat ditentukan, serta metode pengambilan data

lainnya dapat dilaksanakan.

Page 69: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

48

Kajian diskursus kemiskinan dimungkinkan setelah teori diskursus

sebagaimana dikemukakan oleh Foucault (2002a: 28-188; 2003: 12-108)

dioperasionalkan untuk mengkaji pembangunan (Sachs 1992: 1-5) dan

pascakolonial (Said 2001: 3-20; King 2001: 15-60). Orang miskin dapat ada

secara riil, namun tubuh dan pengelompokan mereka telah disusun atau disusun

berulang kali melalui beragam mekanisme kekuasaan. Tanpa mempelajari

diskursus –sebagaimana terbaca pada beragam analisis sebelum tahun 2000-an—

maka masalah kemiskinan maupun penanggulangannya melalui pemerataan

pembangunan dimaknai secara seragam. Jasa analisis diskursus ialah menyingkap

kekuasaan yang menyeragamkan makna kemiskinan tersebut.

Seluruh tulisan yang penting, banyak dikutip, dan diperbincangkan

berkaitan dengan kemiskinan di Indonesia dipelajari. Isi dokumen-dokumen

tersebut menjadi awal bagi penyusunan suatu diskursus kemiskinan. Tulisan-

tulisan yang koheren dijadikan bahan pembentuk satu diskursus. Dokumen

dikelompokkan menurut tipe diskursus kemiskinan.

Di samping tulisan-tulisan yang koheren, juga dikaji tulisan-tulisan lain

yang menunjukkan anomali atau hingga perbedaan dari kelompok tulisan lainnya.

Tulisan-tulisan semacam ini dijadikan bahan kajian kejanggalan, kontradiksi, dan

pembentukan diskursus kemiskinan lainnya.

Dalam penelitian ini, sesuai saran Foucault (2002: 36-37), penggalian

diskursus kemiskinan dimulai dari taksonomi ilmu pengetahuan yang sudah

dilakukan, untuk selanjutnya dikembangkan sendiri. Taksonomi awal terbagi atas

kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural, yang sejajar dengan taksonomi

kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut (Gaiha 1993: 8-22). Kemiskinan

struktural mengembangkan pemahaman hambatan struktur dan organisasi untuk

menanggulangi kemajemukan dimensi atau relativitas kemiskinan. Kemiskinan

kultural memandang permasalahan dalam diri orang-orang yang secara absolut

tidak memiliki barang-barang dasar.

Dalam konteks Indonesia setelah kemerdekaan, taksonomi kemiskinan

tersebut sejajar pula dengan taksonomi pembangunan. Paradigma pembangunan

struktural, ketergantungan, keterbelakangan, sistem dunia, dan konflik sejajar

dengan kemiskinan struktural dan kemiskinan relatif. Permasalahan

Page 70: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

49

pembangunan—dalam hal ini kemiskinan—muncul sebagai konsekuensi

pengambilan surplus golongan miskin oleh golongan kaya (Elguea 1985: 213-

230). Paradigma modernisasi, neoliberal dan elitis sejajar dengan kemiskinan

kultural dan kemiskinan absolut. Di sini kemiskinan dipandang sebagai masalah

internal orang miskin.

Dalam perkembangannya, taksonomi pembangunan tidak sekedar bersifat

dikotomis namun kian majemuk, dengan kemunculan pembangunan alternatif,

people-centered development, atau partisipasi (Thomas 2002: 23-48). Meskipun

gugus pembangunan telah ditemukan, identitas kemiskinan belum dimunculkan.

Hanya saja dapat diketahui kesamaan cara memandang golongan bawah sebagai

pihak yang memiliki potensi untuk mandiri, namun terhalang oleh berbagai akses

berproduksi. Homologi cara pandang tersebut mengantar penelitian ini untuk

menemukan diskursus potensi golongan miskin.

Suatu ujian terhadap diskursus muncul dari temuan keragaman paradigma

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat pada akhir 1990-an. Paradigma

partisipasi dapat dipisahkan menurut orientasi efisiensi, hak orang miskin, dan

proses. Sejajar dengan itu, ragam paradigma pemberdayaan dibedakan atas

nominalisme, struktural, dan potensi orang miskin (Ife 2002: 48-69). Diletakkan

sejajar dengan diskursus kemiskinan di atas, maka dapat disusun homologi

kemiskinan kultural, modernisasi, partisipasi berorientasi efisiensi, pemberdayaan

nominal; lalu kemiskinan struktural, keterbelakangan, partisipasi berorientasi hak

orang miskin, pemberdayaan struktural; serta potensi orang miskin, people-

centered development, partisipasi berorientasi proses, dan pemberdayaan

berorientasi potensi orang miskin (Agusta 2009: 178).

Kajian arkeologi pengetahuan atas kemunculan orang miskin pada masa

Revolusi Industri menyebutkan mereka tersisih karena tidak mampu untuk turut

serta dalam produksi pabrik. Bangsal atau panti didirikan untuk melatih

berproduksi, dan mereka dinyatakan lulus setelah mampu bekerja kembali

(Foucault 2002d: 210). Pengorganisasian orang miskin oleh negara tersebut

berkembang hingga lintas negara melalui donor internasional saat ini (Rahnema

1992: 161-167). Hasil arkeologi pengetahuan tersebut melandasi penamaan

diskursus kemiskinan produksi.

Page 71: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

50

Kajian sejarah pengetahuan kemiskinan sendiri telah ditelusuri hingga laku

sufistik, seperti oleh Jalaluddin Rumi, Rabiah Al-Adawiyah (Rahnema 1992:

174). Golongan sufi –setidaknya sebagian dari mereka—menginginkan

kesederhanaan dan kemiskinan sebagai jalan hidup (Al-Hujwiri 1993: 30-39).

Pernyataan tersebut tidak hanya dikeluarkan oleh sufi Islam, melainkan juga tokoh

agama Kristen (Rubianto 1996: 83-88), serta mistikus atau aliran kebatinan di

Indonesia (Santosa 2011: 95). Cara pandang yang khas ini melandasi penamaan

diskursus menginginkan kesederhanaan.

Kajian kemiskinan kadang kala menuliskan pola pelapisan di pedesaan,

namun dinilai sebagai kejanggalan (Geertz 1983: 102; Sajogyo 1989:54).

Kejanggalan dinyatakan pada ketiadaan konsep miskin, namun sekedar

kekurangan, sebagai lawan cukupan. Dari hasil kajian lapangan di banyak desa di

Indonesia, khususnya pada dusun kasus untuk penelitian ini, dapat ditolak cara

memandangnya sebagai kejanggalan. Garis kekurangan tersebut muncul pada

desa-desa di berbagai pulau di Indonesia, artinya bukan sebagai kejanggalan atau

perkecualian. Membagi sesuatu menjadi konsep yang sering dikemukakan untuk

membantu golongan kekurangan, sehingga diskursus ini dinamakan berbagi

kelebihan.

Dari hasil evaluasi pelaksanaan beragam program penanggulangan

maupun pengurangan kemiskinan, tercatat penolakan bantuan tersebut oleh

berbagai masyarakat adat. Mereka menolak identitas miskin, dan tidak

memandang kehidupannya sebagai masalah. Program dari pihak luar justru

senantiasa menyusun identitas-identitas palsu guna menggolongkan mereka ke

dalam kemiskinan. Pengembangan identitas kultural kemiskinan dapat ditelusuri

hingga masa kolonial, berupa pembedaan antara etnis dan ras yang berbeda

(Gouda 2007: 196). Hal inilah yang melandasi penamaan diskursus ras dan etnis.

Diskursus yang telah tersusun selalu diuji dalam beragam praktik

pengelolaan kemiskinan. Pengujian diarahkan pada kemampuan diskursus

tersebut dalam menjelaskan kemunculan data statistika, data sekunder dan

kebijakan tertentu.

Ada kalanya dokumen yang telah ada dapat dipecah-pecah bagiannya

untuk mendapatkan informasi pasca struktural. Sebuah hasil publikasi dari Geertz

Page 72: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

51

(1983: 85-150), misalnya, dapat dipecah pada bagian yang menunjukkan

hubungan ketetanggaan untuk menjelaskan diskursus berbagi kelebihan, pengaruh

besarnya jumlah penduduk guna memahami diskursus potensi golongan miskin,

analisis fungsionalitas anggota ketetanggaan dalam diskursus kemiskinan

produksi, hipotesis kolonialisme sebagai penyebab kemalasan pribumi sebagai

kritik diskursus ras dan etnis. Pemecahan sebuah publikasi dapat dilakukan,

karena, pertama, kajian diskursus terhadap kemiskinan di Indonesia tergolong

baru dan belum memiliki publikasi khas yang memadai. Sumber informasi masih

perlu dipinjam dari analisis atas publikasi-publikasi yang sudah ada, termasuk

yang menerapkan kajian di luar pasca struktural. Kedua, sumber informasi

memang dapat diperoleh dari hasil publikasi tersebut. Kajian atas teks dokumen

justru menjadi aspek penting dalam penelitian pasca struktural.

Data-data sekunder juga dikumpulkan, karena berguna untuk mendapatkan

gambaran awal diskursus kemiskinan yang diteliti, luasnya wilayah diskursif

sesuai dengan jumlah dan lokasi orang atau organisasi yang berkaitan dengan

diskursus tersebut, menggali habitus dari pengalaman tertulis dari orang miskin

atau pihak yang solider kepadanya, serta untuk merumuskan struktur dalam arena

kemiskinan dalam diskursus tersebut. Data sekunder meliputi data statistika,

kebijakan dan peraturan perundangan, literatur pemikiran atau evaluasi

kemiskinan, literatur berisikan pengakuran-pengakuan orang miskin, dan aturan-

aturan kelembagaan.

Statistika di desa, terutama yang berkaitan dengan kemiskinan, dikuasai

oleh modin atau kepala urusan kesejahteraan rakyat. Modin pula yang biasa

menjalankan sensus di desa. Adapun statistika profil dan potensi desa serta pajak

dipegang oleh kepala urusan pemerintahan atau kabayan.

Metode "Rembugan"

Untuk mendapatkan pernyataan yang mampu menjelaskan kehadiran

(emergence) diskursus kemiskinan tertentu, semula hendak dilakukan wawancara

mendalam. Akan tetapi wawancara segera beralih menjadi rembugan dalam

bentuk dialog yang setara antara peneliti dengan responden dan informan –konsep

Page 73: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

52

responden dan informan juga akhirnya digugat di lapangan karena membedakan

diri peneliti dari mereka. Dibandingkan dengan diskusi, dialog, atau wawancara

berkelompok, metode rembugan lebih menekankan pada hasil praktis dari dialog

bagi peneliti maupun responden dan informan. Hasil praktis tersebut mencakup

perubahan pengetahuan, refleksi, hingga tindakan. Rembugan dilaksanakan untuk

mendapatkan data pernyataan, predisposisi agensi sebagai suatu habitus, proses

interaksi dalam bentuk lintasan dan strategi dengan agensi lain dalam arena-arena

kemiskinan. Sesuai dengan pengalaman Bourdieu (2011: 1-4), pertanyaan pokok

why (mengapa) diterapkan untuk menggali berbagai alasan atau pemikiran

reflektif atas pengalaman pribadi, serta penilaiannya atas ciri-ciri kemiskinan

lokal, garis kemiskinan lokal, jumlah rumahtangga miskin, dan mobilitas sosial.

Alasan atau pemikiran reflektif dari satu responden atau informan dengan yang

lain dalam diskursus yang sama dikelompokkan menurut persamaannya, dan

perbedaannya dalam waktu dan tempat yang berbeda. Data-data kesamaan dan

perbedaan refleksi menurut konteks yang berbeda dijadikan bahan penyusunan

habitus agensi dalam diskursus tersebut, yang melampaui refleksi individual.

Pengubahan metode wawancara menjadi rembugan yang lebih setara, dan

saling mempengaruhi, disebabkan sejak awal konsep penelitian dimaknai secara

negatif di Kantor PMD, Jakarta, dan di Dusun Kalitani, Kabupaten Makmur.

Penelitian ditafsir sebagai upaya pihak yang berposisi lebih tinggi untuk

menjadikan responden dan informan sebagai bahan eksperimen. Sebagai

perbandingan, pandangan penelitian sebagai mekanisme penjajahan diskursus

peneliti juga muncul pada masyarakat desa di Maori (Smith 2005: 45-110). Untuk

merespons hal tersebut secara positif, pengambilan data lapangan dinyatakan

sebagai upaya untuk menggali pengetahuan bersama. Projo memberi peringatan

sebelum ke dusun, sebagai berikut.

Nanti kalau ke rumah Mbah Kasrino (Orang Samin), jangan menyatakan hendak melakukan penelitian. Wong orang kok diteliti. Kalau seperti itu, nanti dia tidak mau menjawab pertanyaan. Nanti disampaikan saja ingin tukar kawruh (bertukar pengetahuan).

Page 74: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

53

Dalam laporan ini responden dan informan digunakan hanya untuk

kepentingan pemahaman teknis penelitian. Responden meliputi seluruh agensi

atau posisi sosial yang mendukung suatu diskursus kemiskinan, di antaranya

orang-orang yang mengalami sendiri kemiskinan, dan orang lain yang memiliki

solidaritas dan berkepentingan dengan diskursus tersebut (pengelola organisasi

penanggulangan kemiskinan, pengamat kemiskinan). Data yang diambil dari

responden meliputi refleksi terhadap pemikiran dan sikapnya, serta interaksinya

dengan agensi lainnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama berkaitan dengan

penanggulangan kemiskinan. Informan ialah pihak lain yang mengetahui

perkembangan arena (organisasi, kelembagaan) atau diskursus kemiskinan yang

diteliti. Informan meliputi pengamat ilmu sosial tentang kemiskinan, dan tokoh

Dusun Kalitani (Tabel 4).

Tabel 4. Responden dan Informan

Diskursus Responden Informan Berbagi kelebihan Sukoyo, Paing, Sarman Karyo Menginginkan kesederhanaan Muslim Projo Kemiskinan rasial dan etnis Kasrino, Kuntirto Projo, Wahono Kemiskinan sosialis*) - - Kemiskinan produksi Tino, Irwan Hery Potensi golongan miskin Fuji, Indra, Anom, Aries Hery Keterangan: *) tidak diteliti di lapangan

Informan penting untuk dikenal secara akrab, agar bersedia memberikan

penjelasan yang valid bagi peneliti. Untuk mendekati informan, peneliti

menyatakan sebanyak mungkin kesamaan dengannya, di antaranya mengingatkan

kebersamaan dalam mengkaji pedesaan, berasal dari suku bangsa Jawa, dapat

berbahasa Jawa, berasal dari kabupaten yang sama, mengenal sebagian tokoh

yang mereka akrabi, memiliki kenalan yang dahulu tinggal di desa yang sama.

Tanda-tanda penerimaan peneliti muncul setelah ditawari untuk masuk ke dalam

kelompoknya (dalam petikan diskusi ini sebagai bagian sedulur sikep atau Orang

Samin), atau tidur di rumahnya. Kasrino, yang ditokohkan sedulur sikep,

menyampaikan pernyataannya.

Page 75: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

54

(Saya katakan, waktu temu tani di IPB sempat bertemu Kasrino).

Dulu memang saya bertemu dengan Pak Harmawan di IPB. Hidup itu seperti urap, padahal dulu di sana juga bertemu. Pada saat pertemuan sering dibagikan buku dan pen. Teman-teman saya yang lain pada menulis, tapi saya membiarkannya saja. Kalau Anda menjadi panitia pada Sarasehan Petani, berarti yang mengatur saya di sana juga.

Orang memiliki rasa kepedulian yang berbeda-beda. Peduli terhadap sedulur adat itu berbeda-beda. Kebetulan saat ingin bertemu sedulur tani, malah bertemu sedulur sikep, akhirnya telanjur menjadi sedulur sampai saat ini. Padahal menurut pelajaranku dari bapakku dan ibuku, orang itu bersaudara dengan orang lain, sehingga di mana saja saat bertemu orang maka itu berarti bertemu saudaranya. Itu dijadikan saudara, kalau mereka mau. Ini Anda datang sendiri ke sini, kalau saya akui sebagai sedulur mestinya mau, bukan?

(Saya jawab, malah saya yang ingin. Jadi nanti di Bogor tambah satu sedulur).

Kuntirto, tokoh muda sedulur sikep yang saat ini memimpin perlawanan

terhadap pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Pati –sekaligus anak Kasrino—

mengajak peneliti tidur di rumahnya.

Menginap di sini saja. Kalau ke Makmur, dekat juga lewat Kalitani. Atau bisa lewat jalan besar, nanti tembus Bareng.

Pikirku, nanti rembugan itu banyak orang. Kalau tidak terburu-buru, nanti ikut saja sampai malam. Kalau perlu tidur, maka tidur di sini tidak apa-apa.

Keikutsertaan tokoh lokal dalam diskusi pertama kali dapat memberikan

keuntungan bagi peneliti. Pada satu sisi warga desa segera menjadi akrab, dan di

sisi lain sulit bagi mereka untuk mengelabui peneliti. Pada saat berdiskusi dengan

Kuswani, buruh migran ke Arab Saudi, Projo menyela sebagai berikut.

Ada juga yang suaminya menjadi TKI lalu istrinya selingkuh dan menikah lagi. Aku paham, kalian tidak bisa mungkir. Dalam pandangan orang desa, itu dinilai seimbang.

Adapun Kasrino sempat menjelaskan sebagai berikut.

Page 76: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

55

Bukti bahwa sedulur sikep di Makmur akrab dengan pemerintah di antaranya kamituwo (kepala dusun) bersedia ikut mengantar diskusi pertama. Sewaktu dia akan menjadi kamituwo, saya juga ikut berkoar-koar untuk memilihnya. Bukan tim sukses, tapi simpatisan untuk ikut berkoar-koar.

Ke sini bersama kamituwo menurut saya berarti memiliki argumen yang kuat. Saya berbicara juga jadi ada saksinya. Saya juga berpikir, kalau nanti ada pertanyaan, lalu saya jawab yang baik, nanti jangan-jangan dikira ini pura-pura dijawab dengan baik. Umpama saya minta untuk bertanya kepada yang lain, tapi wong yang disenangi bertanya kepada saya.

Setelah diskusi berlangsung lama dan beberapa kali, warga desa turut

memilih pertanyaan yang perlu dijawabnya. Pertanyaan yang dipandang tidak

penting tidak dijawabnya secara serius. Kasrino menjawab salah satu pertanyaan

peneliti tentang kesamaan sebagian nama anak-anaknya.

Kebetulan anak-anak saya namanya serupa, Kuntirto, Kuntarti, Kuntaran, Kuntarto. Kalau hendak dipikir-pikir, boleh saja maknanya diada-adakan. Tapi kalau tidak dipikir ya tidak ada maknanya. Disebut Kuntarto, artinya ya Kuntarto. Tapi kalau tidak dinamai, maka maknanya bukan Kuntarto.

Pertanyaan yang tidak bisa dijawabnya, karena bukan pengalamannya

sendiri, ditolaknya untuk dikomentari. Kasrino menjelaskan hal ini.

(Saya bertanya, sewaktu di Taman Mini, apakah masyarakat adat yang lain juga berpandangan sama, ada mligi dan lugu?)

Untuk pertanyaan itu, saya kira, alangkah lebih baik jika Anda menanyakan langsung kepada mereka yang melakukannya. Saya hanya bisa menjawab yang saya lakukan. Daripada saya mengira-ngira pasti sama. Kok berani amat mengira-ngira orang lain.

Berkaitan dengan itu, warga desa sendiri telah menyadari bahwa hasil

diskusi dengan dirinya bisa berbeda dari hasil diskusi dengan warga desa lainnya.

Kuntaran, anak Kasrino, sempat berkata sebagai berikut.

Kebetulan Anda menemui Mbah Kasrino dan keluarganya, sehingga pemahaman tentang sikep seperti ini. Tapi kalau

Page 77: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

56

bertemu dengan sikep yang lain, mungkin tidak seperti Mbah Kasrino ini.

Rembugan itu sendiri berlangsung timbal balik. Warga desa juga turut

mengharapkan tindakan peneliti untuk mereka. Kasrino menyatakan sebagai

berikut.

Nanti saat bertemu Kang Kuntirto tentu berbeda dengan saat bertemu saya. Memang harus begitu, karena di sana orang muda, di sini saya sudah tua. Maksud saya menyampaikan ini, agar saat diajak rembugan itu yang tepat. Apa-apa saja, diterima saja. Apakagi kalau bisa membuat Kang Kuntirto lancar. Bantuan tidak harus mengeluarkan modal, namun bisa membantu lewat pikiran. Kira-kira Anda nanti juga mendapat tugas dari Kang Kuntirto. Karena yang diangkat Kang Kuntirto sangat berat (memimpin konflik dengan pabrik semen sejak tahun 2008), tidak bisa hanya diangkat orang-orang satu atau dua desa. Orang tiga kecamatan itu saja tidak cukup.

Kuntirto sendiri akhirnya menugasi peneliti untuk menuliskan

kegiatannya.

Ini kalau bisa Anda turut serta untuk membicarakannya. Sebenarnya aku memiliki keterbatasan, kekurangannya ialah tidak ada yang menulis dan mengabarkan kepada Pak Bagas, dan teman-teman lainnya. Teman-temanku petani-petani sederhana. Aktivis yang gemar menulis juga jarang. Dekat dengan saya memang rekasa (sulit).

Metode Pengamatan Berpartisipasi

Arti praktik sebagai metode menekankan pengamatan berpartisipasi.

Metode ini penting untuk mendapatkan data aspek-aspek obyektif dari arena serta

modal pendukung habitus. Dalam penelitan lapangan minimal terdapat dua

amatan, yaitu pengamatan terhadap tempat atau lokasi, dan pengamatan terhadap

tingkah laku. Dipahami bahwa tempat atau penempatan suatu benda atau orang

tidak dilakukan secara tanpa sengaja, melainkan mengikuti aturan dalam diskursus

kemiskinan tertentu. Dorongan untuk memilih tempat dan untuk menyeleksi

Page 78: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

57

penempatan barang perlu digali untuk menemukan pemikiran, predisposisi atau

strategi dalam memanipulasi tempat.

Dipandang penting pula kaitan antara tempat (penempatan) dan waktu.

Penempatan barang dalam suatu periode tertentu, dan tidak demikian pada periode

lainnya, menunjukkan pola hubungan tempat dan waktu ini. Dorongan untuk

melakukan tindakan semacam ini menjadi penting diketahui.

Tingkah laku orang miskin lazimnya diatur. Aturan semacam ini memang

penting untuk menghemat waktu, tenaga, hingga goncangan psikis. Aturan formal

mudah ditemui dalam dokumen-dokumen formal. Aturan juga ditemui dalam tata

krama atau aturan yang tidak tertulis lainnya.

Di samping itu penting diamati tindakan-tindakan yang menyimpang dari

aturan formal maupun yang tidak tertulis di atas. Pengamatan ini penting,

barangkali suatu penyimpangan aturan ternyata berupa jalan baru menuju aturan

lain, meskipun tidak terdapat dalam lingkup aturan-aturan yang telah ada pada

masyarakat atau kelompok yang diamati.

Obyek pengamatan dalam penelitian ini meliputi rumah, perabot,

lingkungan di sekitar rumah. Diamati pula lokasi kerja dan lingkungannya,

kegiatan kerja, dan kegiatan di dalam rumahtangga.

Sementara itu, kejadian-kejadian sosial yang terjadi selama di desa turut

diikuti peneliti. Di antara ialah ibadah berjamaah, bergotong royong, pertemuan

persiapan demonstrasi petani. Dalam pertemuan persiapan demonstrasi tersebut,

Kuntirto mengenalkan peneliti sebagai berikut.

Karena tidak banyak waktu pada saya, maka sebaiknya sambil ikut serta kegiatan-kegiatan di sini. Tidak apa-apa untuk sekedar menjadi pendengar setia atau turut serta memikirkannya. Yang bisa dilakukan ialah menyerap informasi wilayah Kendeng, Pati, kemudian disampaikan ke IPB, agar sedulur-sedulur IPB kian jelas kondisi sekarang.

Metode Analisis Data

Analisis diskursus berusaha memahami dan menerangi tindakan dari

kejanggalan yang terjadi dengan mempergunakan kekuasaan untuk menegaskan

Page 79: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

58

makna yang dominan (Foucault 2002d: 143). Unit analisis dalam penelitian ini

berupa, pertama, pernyataan, yang digunakan untuk analisis pada tataran

diskursus kemiskinan. Kedua, pengalaman hidup dan sejarah, yang digunakan

untuk analisis pada tataran refleksif yang subyektif. Ketiga, relasi sosial, yang

digunakan untuk analisis pada tataran struktur sosial obyektif.

Menggunakan tahapan analisis diskursus dari Foucault (2002a: 28-188;

2003: 9-62), analisis data dalam penelitian ini mencakup, pertama, menganalisis

pembentukan masing-masing diskursus kemiskinan. Kegiatan yang dilakukan

ialah mendefinisikan obyek diskursus, yaitu menentukan dan membatasi hal-hal

yang bisa dinyatakan dalam diskursus kemiskinan tersebut, mencakup pernyataan

pemikiran, tindakan sosial, dan susunan benda-benda yang khas dalam diskursus

tersebut. Perkembangan diskursus dan praktik dilakukan melalui penyaringan

mana sajakah pernyataan dan tindakan yang dianggap penting, diulang-ulang, atau

sebaliknya berupaya ditentang. Digali pula kejanggalan antara pernyataan dan

tindakan yang muncul.

Analisis juga dilakukan untuk menggali bagaimana suatu subyek

kemiskinan dimunculkan, dengan kekuasaan dan pengetahuan apakah subyek

tersebut bisa dimunculkan. Subyek kemiskinan dapat berupa individu miskin,

keluarga atau rumahtangga miskin, kelompok miskin, pengusaha lemah, hingga

etnis yang dinilai primitif. Digali pula organisasi atau pengelolaan yang khas

menurut diskursus kemiskinan yang berbeda-beda. Modalitas penyampaian

diskursus kemiskinan tertentu diperoleh melalui analisis terhadap subyek yang

berbicara, institusi tempat subyek menyusun diskursus kemiskinan, habitus, dan

tindakan sosial tertentu.

Peneliti menggali relasi antar pernyataan dan transformasi antar

pernyataan yang berkaitan dengan suatu diskursus kemiskinan tertentu, seperti

penggunaan homologi, pengembangan hubungan kausal dan historis. Secara

khusus dituliskan pernyataan dalam konsep-konsep kemiskinan yang permanen

dan koheren, karena memungkinkan pernyataan dan tindakan berulang. Pada titik

inilah suatu diskursus kemiskinan benar-benar ditemukan.

Kedua, menganalisis pengelolaan diskursus di dalam habitus dan arena.

Digali organisasi, kelompok, kejadian sosial atau tindakan yang berulang yang

Page 80: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

59

digunakan dalam diskursus tertentu. Peneliti menggali agensi yang turut serta

dalam arena tersebut, berupa posisi sosial seperti julukan orang-orang menurut

pekerjaan, jenis kelamin, atau julukan lainnya. Peneliti mengamati struktur

obyektif dalam arena, yaitu berbagai tindakan yang terpola dalam arena seperti

kerjasama, konflik atau akomodasi. Habitus, lintasan, dan strategi sosial digali

dengan cara merumuskan riwayat hidup responden, menggali titik-titik dalam

riwayat hidupnya yang dipandang penting, posisi-posisi penting dalam hidupnya,

pemikiran reflektif berupa responsnya terhadap riwayat hidupnya serta alasan

untuk menunjukkan respons tindakan tersebut.

Ketiga, menganalisis anomali atau kejanggalan diskursus. Mula-mula

disusun pernyataan dan tindakan yang khas dalam tiap diskursus, lalu digali

pengecualian (exclusion) seperti ketiadaan hak untuk menyampaikan pernyataan,

ketiadaan hak untuk berinteraksi dengan pihak lain, dan ketiadaan hak untuk

memanfaatkan benda-benda tertentu. Untuk setiap pengecualian tersebut,

disusunlah deskripsi karakteristik tempat munculnya, yang berisikan sumber

aturan, sanksi, kemampuannya untuk beredar, bertukar, serta bertransformasi

melintasi waktu dan melintasi tempat.

Keempat, menganalisis kontradiksi dengan menggali kemampuan

diskursus kemiskinan tertentu untuk mengelola atau menormalisasi kejanggalan,

anomali dan kritik dalam bentuk pernyataan, protes tindakan sosial, maupun

perubahan susunan benda-benda. Menggali proses konflik dalam diskursus yang

bersangkutan, kemudian memilah kontradiksi yang tidak bisa dijelaskan oleh

pernyataan dan habitus diskursus kemiskinan yang lama.

Dalam berbagai rembugan, terutama dengan aparat pemerintah, namun

juga dengan akademisi, berkembang ketidakpercayaan atas pembagian ragam

kemiskinan pada level diskursus. Memandang keragaman diskursus sekedar

sebagai multidimensi kemiskinan, rumusan program penanggulangan kemiskinan

berupaya memasukkan seluruh dimensi tersebut. Akan tetapi, ketika ditelusuri

rumusan-rumusannya, terkuaklah kekuasaan untuk menafsir ulang atau

memanipulasi berbagai konsep diskursus yang berbeda tersebut ke dalam

diskursus mereka sendiri. Dominasi tafsir konsep tersebut ada kalanya ditentang

Page 81: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

60

penganut diskursus yang berbeda, atau justru mereka manipulasi kembali tafsir

tersebut pada tataran-tataran diskursus dan praktik yang berbeda.

Kegiatan saling mendominasi tafsir antar diskursus dan praktik ini dapat

dinyatakan sebagai perang diskursus dan praktik kemiskinan. Dengan demikian

perang antar diskursus dan praktik ditandai dua hal. Pertama, kemampuan suatu

diskursus dan praktik untuk menyatakan dirinya dengan menunjukkan

perbedaannya atau distingsinya dari diskursus dan praktik lainnya. Kedua,

kemampuan suatu diskursus untuk mendominasi tafsir atas habitus dan arena

tertentu, atau menafsirkan habitus dan arena dari lawan sehingga secara homolog

mampu diserap oleh diskursus tersebut.

Proses penyimpulan keseluruhan analisis (Alvesson dan Skőldberg 2000:

259-271) dipandu oleh fokus penelitian, dengan menganalisis manakah di antara

kelompok, kategori atau individu yang berbeda yang mampu mengeluarkan

suaranya, dan sebaliknya kehilangan suaranya dalam masing-masing diskursus

dan arena. Interpretasi lanjut dari hasil interpretasi fakta oleh responden dan

informan ini dilakukan untuk menilai operasi kekuasaan dalam tiap diskursus dan

praktik untuk memunculkan tubuh-tubuh miskin.

Pada langkah selanjutnya, proses penulisan laporan dapat pula dipandang

sebagai proses penyusunan diskursus baru, yaitu diskursus pasca pembangunan

menurut pandangan peneliti. Meskipun telah mendiskusikan hasilnya dengan

berbagai pihak, proses penulisan laporan dilaksanakan secara mandiri dan menjadi

tanggung jawab peneliti.

Sesuai dengan pola analisis di atas, secara umum penulisan terbagi

menurut latar belakang penelitian berikut perumusan masalah dan tujuannya,

pengembangan landasan teoretis dan metode penelitian. Bab-bab berikutnya

berisikan penjabaran masing-masing diskursus dan praktik kemiskinan. Setelah

seluruh diskursus dijabarkan, kemudian ditarik analisis perang antar diskursus,

dan diakhiri dengan kesimpulan. Dalam lampiran juga didokumentasikan makalah

untuk menyajikan penemuan enam diskursus kemiskinan.

Page 82: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

61

Bias dan Kebaruan Penelitian

Menggunakan pemikiran Eropa pada masa modern –sejak 1960-an—

menghasilkan bias ketika pasca strukturalisme dipraktikkan dalam penelitian di

Indonesia. Pertama, language (bahasa) dalam pengertian modern yang dikenalkan

oleh Islam klasik dan Barat baru dikenal segelintir masyarakat Indonesia pada

bagian-bagian akhir abad ke 19 (Heryanto 1990: 2-23). Berbeda dari kondisi

linguistic turn sebagai salah satu pembentuk utama teori sosiologi di Eropa masa

kini, sebelum abad ke 19 dan mungkin untuk kebanyakan penduduk desa di

Indonesia hingga saat ini bahasa (bhasa) selalu terikat dengan tingkah laku,

sebagaimana terekam dalam konsep budi bahasa. Lebih khusus lagi, bahasa

(bhasa) sekaligus berarti tingkah laku yang unggul, misalnya orang Jawa

mengharuskan bhasa kepada lapisan yang lebih tinggi. Di sini bahasa tidak

terpisah sehingga dianalisis secara rinci dan disintesiskan secara berbeda –seperti

penghilangan hubungan langsung antara bahasa dan tindakan, pembalikan logika

dan kehendak, penBanyu petanda dan penanda dalam difference—namun hampir

selalu terkait dengan tindakan, bahkan suatu tindakan yang bersifat hierarkis.

Pelaporan ini menggunakan bahasa Indonesia yang kurang mengindikasikan

hierarki kebahasaan, sehingga mungkin kurang menguatkan kerendahan posisi

sosial orang miskin di pedesaan.

Kedua,Sumpah Pemuda 1928 telah meluaskan pemakaian bahasa

Indonesia sebagai salah satu pemersatu kemajemukan bangsa Indonesia. Pada satu

sisi, penggunaan bahasa yang seragam di seluruh wilayah negara menjadikan

bahasa Indonesia sebagai mekanisme strategis bagi penguatan diskursus

kemiskinan yang beroperasi dalam proyek-proyek pembangunan pedesaan.

Berlawanan dengan itu, diskursus kemiskinan yang tidak berkonsekuensi pada

arena proyek pembangunan memiliki keterbatasan penyebaran dan perlu

menggunakan alternatif media komunikasi lainnya, seperti jaringan kelompok dan

media massa.

Ketiga, teori diskursus dan praktik sosial diciptakan untuk mengkritik

modernisme dan kolonialisme (termasuk orientalisme dan indologi), sehingga

dapat membantu melepaskan diri dari hegemoni Barat sendiri (Heryanto 1996: 94-

Page 83: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

62

103). Akan tetapi posisi demikian juga berbias pada kritik yang lebih tajam

kepada diskursus kemiskinan yang berkaitan dengan modernisme dan

kolonialisme. Bias kritik lebih tajam dapat muncul dalam pembahasan diskursus

kemiskinan produksi, diskursus potensi golongan miskin, serta diskursus

kemiskinan ras dan etnis.

Keempat, di pihak lain, analisis dengan menggunakan operasionalisasi

teori diskursus ke dalam habitus dan arena dapat menurunkan kekritisannya. Hal

ini muncul dalam teori diskursus yang dioperasionalkan Habermas dalam

komunikasi mendalam serta demokrasi deliberatif (Hardiman 2009: 144-146),

yang berkompromi terhadap kehadiran lembaga-lembaga kapitalisme dan

modernisme melalui kajian konsensus –terutama saat warga berkonsensus

menyetujui kapitalisme. Untuk mengatasi bias tersebut, penelitian ini

mengemukakan perang antar diskursus (tidak hanya relasi konsensual) agar tetap

mampu mengangkat pernyataan dan praktik perlawanan.

Kelima, meskipun sempat membicarakan seksualitas dan golongan gay,

analisis diskursus lalai dari amatan gender. Penelitian inipun tidak secara khusus

membicarakan gender atau pembagian kerja secara seksual. Analisis pembedaan

jenis kelamin dilakukan dalam kerangka pe-Lain-an perempuan miskin dengan

mendudukkannya pada posisi yang rendah dan melemahkannya, atau sebaliknya

mengembangkan prasangka efisiensi ekonomis pada kelompok perempuan

dibandingkan laki-laki.

Dikurangi berbagai bias tersebut, penelitian ini masih menyajikan

kebaruan-kebaruan sebagai berikut. Pertama, penelitian menjawab kebutuhan

untuk mendudukan pemikiran orang miskin dan warga desa sejajar dengan

pemikiran lapisan yang lebih tinggi maupun pemikiran akademis. Upaya ini

memiliki dasar filosofis episteme, teori diskursus dan praktik sosial yang

menghadirkan pandangan bahwa pemikiran dan tindakan mereka juga memiliki

sistem yang argumentatif.

Kedua, penelitian ini menggali mekanisme kekuasaan yang

menghubungkan tataran diskursus, refleksif, dan struktur sosial. Sebagai

perbandingan, karya Foucault (2002a: 28-188; 2003: 9-62) terfokus pada tataran

diskursus, sedangkan karya Bourdieu (2011: 31-32, 88) mengoperasikan diskursus

Page 84: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

63

ke tataran refleksif dan struktur sosial, sementara penelitian ini lebih jauh lagi

menggali hubungan lintas tataran tersebut.

Ketiga, pengembangan metode penelitian diskursus praktik memberikan

sumbangan terhadap metode kualitatif untuk mengoperasikan teori diskursus dan

teori praktik. Lebih khusus lagi, pengembangan metode dalam penelitian ini dapat

menunjukkan strategi penelitian diskursus ke dalam praktik masyarakat pedesaan.

Keempat, melalui analisis strategi perang antar diskursus dan antar agensi

diharapkan muncul kejernihan dalam menganalisis mekanisme kekuasaan dalam

kemiskinan. Temuan ini dapat digunakan untuk membuka kompleksitas saling

hubung diskursus dan praktik kemiskinan yang berbeda, yaitu dengan membuka

arena hierarkis, mekanisme operasi kekuasaan, dan manipulasi beragam modal

masing-masing dan antar diskursus serta praktik kemiskinan.

Kelima, penelitian ini menemukan diskursus kemiskinan baru atau

menyusunnya secara baru. Taksonomi universal kemiskinan struktural dan

kultural, misalnya, telah dimajemukkan menjadi enam diskursus kemiskinan

untuk Indonesia. Di samping untuk mengkritik Barat, pascastrukturalisme yang

digunakan dalam penelitian ini mulai dipraktikkan untuk mengembangkan teori

mandiri di Asia.1 Dalam konteks akademis, penelitian ini diarahkan untuk

mengembangkan diskursus alternatif dalam ilmu sosial Asia (Alatas 2010: 211-

217). Dengan menemukan beragam diskursus dan praktik kemiskinan sesuai

lokalitas pada masa kini, taksonomi tersebut dapat lebih mampu menanggulangi

kemiskinan di Indonesia menurut keragaman jenis yang ada. Temuan keragaman

diskursus kemiskinan dapat mengelakkan pengambilan keputusan yang bersifat

simpel atau monolitik dalam menanggulangi kemiskinan.

1 Lihat juga artikel A.Heryanto, "Indonesia dalam Kajian tentang Indonesia", Tempo Edisi Khusus Indonesianis, 20 November 2011, halaman 128-129.

Page 85: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

64

Page 86: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 4 DISKURSUS DAN PRAKTIK BERBAGI KELEBIHAN

Diskursus dan praktik berbagi kelebihan dikembangkan oleh warga desa

sendiri. Menurut Sensus Penduduk 2010,1 jumlah penduduk yang tinggal di

daerah pedesaan sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 persen dari penduduk

Indonesia). Meskipun tidak dapat dipastikan jumlahnya dalam penelitian ini,

dapat diduga bahwa subyek diskursus dan praktik berbagi kelebihan berjumlah

sangat banyak di pedesaan Indonesia.

Dibesarkan melalui komunikasi lisan, diskursus berbagi kelebihan

dipraktikkan dalam hubungan ketetanggaan. Tetangga yang kekurangan dibantu

dengan memberikan kepadanya sebagian harta pribadi, kesempatan untuk bekerja,

hingga membuka peluang mengambil hasil panen. Golongan cukupan membantu

tetangga yang kekurangan dengan memberikan kelebihan hartanya.

Dalam kaitan dengan diskursus berbagi kelebihan, homologi konsep yang

penting berasal dari Geertz (1983: 101-103), yaitu kemiskinan bersama (shared

poverty). Menurut Geertz, gejala ini muncul sebagai konsekuensi involusi

pertanian, berupa peningkatan tekanan penduduk secara terus menerus dalam

budidaya padi sawah yang memiliki luasan tetap. Hasilnya pendapatan tiap

anggota masyarakat semakin menurun, dan mewujudkan kemiskinan yang dibagi

rata atau kemiskinan bersama tersebut.

Pandangan kemiskinan bersama, serta pemikiran Geertz lainnya tentang

pedesaan, memiliki kelemahan karena tidak memperhitungkan pelapisan sosial

(Sajogyo 1983: xxvii). Sajogyo mengkritik sambil menjelaskan, bahwa

kemiskinan bersama hanya terjadi pada lapisan bawah. Adapun relasi antara

lapisan bawah dan lapisan atas berupa hubungan patron klien, di mana patron

membantu dengan memberikan kelebihan hartanya kepada klien.

Di Dusun Kalitani lebih terlihat mekanisme berbagi kelebihan kekayaan

atau harta benda dibandingkan berbagi kemiskinan secara merata. Akan tetapi

1 Diunduh dari http://sp2010.bps.go.id/index.php pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 08.09 WIB.

Page 87: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

66

strukturnya tidak seketat hubungan patron yang membantu klien, melainkan

bersifat situasional. Lapisan atas dan lapisan bawah saling membantu pada

kejadian-kejadian sosial bersama, seperti sinoman perkawinan hingga pendirian

rumah. Khusus dalam sinoman, diskursus berbagi kelebihan bahkan bisa

dipraktikkan lapisan bawah dengan mengutangi lapisan atas.

Penyamaran Hierarki/Diferensiasi

Diskursus berbagi kelebihan menyembunyikan tubuh-tubuh miskin di

pedesaan, melalui serangkaian tugas dan kewajiban yang sama dengan warga desa

lainnya. Orang miskin turut serta dalam gotong royong dan iuran sebagaimana

warga desa lainnya. Warga desa juga menyamarkan tubuh orang miskin melalui

keikutsertaannya dalam kerja maupun pembagian barang yang sama kualitasnya

dengan milik warga lainnya. Gabah hasil ngasak (mengumpulkan sisa gabah di

sawah usai dipanen) bisa dijual orang miskin kepada penebas (pedagang padi)

dengan harga yang sama dengan gabah hasil panen.

Secara khusus peletakan tubuh orang miskin dalam posisi kekurangan –

yang berlawanan dari posisi cukupan—telah ditemukan sejak lama (Geertz 1983:

102; Singarimbun dan Penny 1976: 25, 64). Menurut Singarimbun dan Penny,

cukupan merujuk terpenuhinya kebutuhan tubuh secara wajar sesuai keperluan

tubuh petani biasa. Kekurangan merujuk pada ketidakcukupan pemenuhan

kebutuhan pokok tubuh hari ini, atau jarang mempunyai persediaan untuk esok.

Masyarakat desa itu tidak terbagi atas golongan have dan have nots melainkan dengan istilah yang biasa dipakai dalam kehidupan petani (Jawa) golongan cukupan dan kekurangan (Geertz 1983: 102)

Upaya untuk melihat masa depan golongan kekurangan di pedesaan

melalui perkembangan peluang polarisasi atau diferensiasi –yang dikembangkan

Hayami dan Kikuchi (1987: 151-167)—sulit dipertahankan dalam praktik.

Sepintas dikotomi cukupan-kekurangan mendukung arah polarisasi sosial

(Sajogyo 1989:54), namun muncul pula diferensiasi sosial terus menerus dengan

menciptakan status dan posisi baru (Husken 1998: 180-210).

Page 88: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

67

Kasus Dusun Kalitani dapat digunakan untuk memahami kekhasan

pandangan pelapisan sosial tersebut. Diferensiasi sosial ditunjukkan oleh rincian

pada golongan cukupan serta rincian pada golongan kekurangan, biasanya sebagai

konsekuensi pengaruh konsep-konsep dari luar desa, seperti fakir dan miskin.

Namun demikian tafsir hierarki sosial yang paling kuat untuk menyusun

taksonomi warga desa masih tetap berdasarkan garis kecukupan.

Suatu garis kecukupan telah membagi golongan kekurangan yang meliputi

fakir, miskin, dan agak cukup, dan golongan cukupan mencakup cukup dan kaya

(Gambar 6). Terdapat berbagai pemilikan maupun penguasaan benda (sawah,

rumah) serta status sosial (anak berkuliah) untuk menandai tubuh-tubuh sosial,

namun pokok taksonomi tetap terbatas pada sejauhmana melalui harta benda dan

jasa tersebut dapat tercukupi kehidupan tubuh-tubuh miskin dalam rumahtangga

selama setahun.

Setelah garis maya kecukupan memisahkan tubuh kekurangan dari lapisan

yang lebih tinggi, pengelolaan (governmentality) kerukunan segera menyamarkan

garis maya tersebut (Gambar 7). Pengelolaan kerukunan antar tetangga

mendisiplinkan hubungan berbagai posisi sosial di desa menuju keadaan harmonis

(Geertz 1985: 151). Konsekuensi harmonis dari usaha menjaga kerukunan dapat

disalahpahami sebagai komunalisasi, kesatupaduan atau egalitarianisme

masyarakat desa (Husken 1997: 16-55), dengan melupakan pelapisan sosial dan

diferensiasi sosial yang sudah tercipta di atas. Hildred Geertz (1985: 151)

menyatakan rukun sebagai:

… determinasi untuk "memelihara pernyataan sosial yang harmonis" dengan memperkecil sebanyak-banyaknya pernyataan konflik sosial dan pribadi secara terbuka dalam bentuk apapun.

Rukun dikelola warga desa untuk membantu tubuh-tubuh yang

kekurangan. Kerukunan diwujudkan pada pembagian barang dan jasa yang

berkualitas sama, bukan barang rusak, recehan, atau yang bernilai lebih rendah.

Tidak dinyatakan pencarian keuntungan dari tetangganya. Di desa-desa di

Sulawesi Tengah, misalnya, kelapa yang jatuh sendiri ke tanah boleh dimiliki oleh

tubuh yang kekurangan (Agusta 2010a: 4). Kelapa tersebut berkualitas bagus,

Page 89: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

68

GARIS KEMISKINAN

LOKAL

MerantauSuami dan istri

sama-sama bekerja ·∙   Jumlah 350 rumahtangga

·∙   Memiliki sawah 7.500 m2 hingga 14.000 m2

·∙   Merantau, berdagang eceran, berdagang padi

·∙   Berbudidaya selain padi·∙   Menjadi perangkat dusun·∙   Pendapatan sekitar Rp 20

juta per rumahtangga per tahun

·∙   Melalui sinoman dapat memiliki rumah tembok hingga bertingkat

·∙   Menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi

·∙   Dapat turut serta dalam kelompok simpan pinjam

HAMPIR CUKUP

MerantauSuami dan istri

sama-sama bekerja

FAKIR

MISKIN

CUKUP

KAYA

·∙   Jumlah 20 rumahtangga ·∙   Dipandang malas, tidak

mau berpikir untuk maju, dan tidak kuat bekerja

·∙   Memandang diri telah bekerja kerasBerusia lanjut.

·∙   Masih muda namun tidak kuat bekerja di sawah.

·∙   Bekerja berburuhtani, makelaran

·∙   Pendapatan sekitar Rp 300 ribu per rumahtangga per bulan

·∙   Tidak memiliki sawah. ·∙   Memiliki rumah, atau

tinggal di tanah milik orang lain.

·∙   Tanah untuk rumah yang dimiliki hanya di satu tempat.

·∙   Jumlah 50 rumahtangga·∙   Dipandang memiliki

pendidikan formal rendah·∙   Memandang diri bekerja

keras dan sehat·∙   Memiliki sawah 3.000-

5.000 m2·∙   Berburuh tani, maro,

merantau·∙   Pendapatan sekitar Rp 10

juta per rumahtangga per tahun

·∙   Melalui sinoman dapat memiliki rumah tembok

·∙   Jumlah 100 rumahtangga·∙   Kebutuhan pangan

terpenuhi·∙   Dipandang berkemauan

kuat, bekerja keras, mematuhi atasan, terampil, dan berkelakuan baik

·∙   Memiliki sawah setidaknya 5.000 m2

·∙   Masih berburuh, maro, bekerja ke luar pertanian, merantau

·∙   Pendapatan sekitar Rp 15 juta per rumahtangga tahun

·∙   Menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi

·∙   Melalui sinoman dapat memiliki rumah tembok

·∙   Jumlah 50 rumahtangga·∙   Memiliki sawah 3,5 Ha

hingga 7 Ha·∙   Pendapatan dari sawah

sekitar Rp 85 juta sampai Rp 170 juta per rumahtangga per tahun

·∙   Menjadi tokoh masyarakat, tokoh agama, atau perangkat desa

·∙   Mndapatkan warisan pemilikan sawah sangat luas

·∙   Melalui sinoman dapat memiliki ruamh tembok

·∙   Dapat turut serta dalam kelompok simpan pinjam

·∙   Pembuka awal lahan desa

Bekerja keras di sawah

Tidak biasa bekerja keras

JompoGila setelah merantau

Menjadi kepala desaBerdagang

Pemecahan sawah melalui pewarisan

Pemecahan sawah melalui pewarisan

Anggota rumahtangga tidak mengelola remitan TKI

Anggota rumahtangga

tidak mengelola remitan TKI

Gambar 6. Stratifikasi dan Mobilitas Sosial di Dusun Kalitani

Page 90: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

69

Cukupan

Kekurangan

Bertengkar Rukun

Gambar 7. Dikotomi Berbagi Kelebihan

dapat dijual di pasar, sehingga mereka tetap mendapatkan uang dan makanan

melalui pengumpulan kepala jatuh. Di Dusun Kalitani –sebagaimana disampaikan

di muka—fakir juga dapat ngasak dan menjual padi tersebut kepada penebas

dengan harga yang sama dengan hasil pemilik sawah itu sendiri.

Kekuasaan dalam pengelolaan rukun ini ditunjukkan oleh warga yang

membantu orang miskin meskipun sekaligus mencurigainya (Geertz 1985: 151-

156). Bantuan diberikan disertai kecurigaan tubuh miskin tidak mampu

mengelolanya untuk keluar dari lapisan kekurangan. Subyektivikasi tersebut

disusun dari pengalaman obyektif, bahwa selama ini banyak program pemerintah

yang telah diberikan kepada golongan fakir, namun tidak bisa meningkatkan

pendapatan keluarga mereka. Muslim, kepala urusan pemerintahan di Desa

Sawahan, menyatakan sebagai berikut.

Pak Sukoyo memang istimewa. Meskipun sering mendapatkan bantuan namun tidak ada perubahan. Ini karena orangnya tidak rajin bekerja. Diberi uang ya habis, diberi uang habis lagi. Pada tahun 2011 ini mertuanya juga mendapatkan bantuan untuk perbaikan rumah sebesar Rp 4,5 juta. Entah uangnya dipakai untuk apa, saya tidak tahu. Dulu dari "BPS"

Page 91: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

70

(maksudnya bantuan langsung tunai atau BLT) kan mendapat Rp 300 ribu setiap bulan.

Golongan fakir sendiri mengembangkan subyektivitas yang berbeda dari

identitas yang diciptakan golongan lain. Mereka meyakini telah bekerja keras,

namun kerja keras tersebut tidak mempengaruhi posisi sosialnya. Dalam hal ini

Sukoyo, si fakir, menyatakan sebagai berikut.

Yang sangat dekat dengan saya, kami berteman tiga orang, hidup bertiga, mati bertiga. Malah mereka sudah meninggal semua. Yang satu Wak Min, ia sudah lama meninggal. Ia berhasil. Saya bekerja lebih banyak, tapi kok dia lebih berhasil. Dia berhasil karena orang tuanya mampu, punya sawah. Pak Towo juga mampu, dia anaknya Mbah Sukar, dia mampu tapi ada masalah dengan perempuan.

Tidak hanya dirinya yang bekerja, namun juga istrinya turut bekerja.

Istri saya ikut ngedos, ngarit, ngasak. Biasanya ia nggeblog (memukulkan segenggam padi untuk melepas bulirnya).

Predisposisi kerukunan mendorong lapisan cukupan dan lapisan

kekurangan saling membantu pada kejadian-kejadian sosial bersama, seperti

sinoman perkawinan hingga pendirian rumah. Konsep sinoman merujuk pada

saling berganti untuk tolong menolong. Pola saling membantu sekaligus bermakna

sebagai saling berutang uang, benda dan jasa. Dalam satu periode penanaman atau

pemanenan padi, kumulasi upah orang miskin juga dapat diutangkan kepada orang

cukup.

Dinamika Mekanisme Mengutangi/Menabung,

Mengakumulasi/Berbagi, Berbagi/ Mengakumulasi

Selama ini mekanisme atau prosedur untuk mengelola kemiskinan atau

keluar dari kemiskinan di pedesaan seringkali dilihat secara terpisah-pisah

menurut dimensi produksi dan konsumsi ekonomis. Menggunakan pemikiran

Geertz, involusi pertanian dinilai sebagai aspek produksi ekonomi atas munculnya

Page 92: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

71

kemiskinan, sementara berbagi dalam kemiskinan (shared poverty) dipandang

sebagai akomodasi lembaga sosial untuk mengelola kemiskinan (Wahono 2004:

224-232).

Berbeda dari pandangan tersebut, di Dusun Kalitani mekanisme

pengelolaan kemiskinan mengandung dinamika dari aspek-aspek yang semula

ditafsir dikotomis. Arena ekonomi digunakan untuk mengakumulasi kekayaan,

namun sekaligus juga sebagai mekanisme berbagi kelebihan kepada tubuh fakir

dan miskin. Dinamika mekanisme mengakumulasi/berbagi membuka tindakan

menebaskan atau menjual padi di sawah langsung kepada tengkulak, sekaligus

membuka peluang kerja bagi golongan kekurangan dan mengasak padi usai

pemanenan. Demikian pula arena bantu-membantu, seperti sinoman, digunakan

untuk berbagi kelebihan, juga sekaligus untuk mengakumulasi modal. Dalam

sinoman terdapat mekanisme bolak-balik, yang menyumbang akan disumbang di

lain waktu, yang disumbang harus menyumbang di masa depan. Dinamika

mekanisme berbagi/mengakumulasi memunculkan kehendak untuk rukun dan

membantu golongan kekurangan, sekaligus dengan tafsir tidak kehilangan benda-

benda yang dibagikan tersebut. Ketika benda-benda diganti dengan uang,

berlangsung kehendak untuk membantu dengan memberi utangan uang kepada

warga sedesa, sekaligus sebagai wahana untuk menabung uang –inilah dinamika

mekanisme mengutangi/menabung.

Arena ekonomis paling penting di Dusun Kalitani ialah budidaya padi

sawah. Padi dominan ditanam di sawah, terutama setelah digunakan pompa air,

yang mengalihkan air Sungai Juana ke petak-petak sawah secara teratur.

Pengorganisasian pompa air dilaksanakan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) menurut petak-petak sawah, sebagaimana disampaikan pada bab

sebelumnya. Penanaman di sawah dapat dilakukan hingga tiga kali, yaitu padi

pada musim tanam 1 (MT 1), padi pada MT 2, dan palawija atau hortikultura di

antara panen MT 2 dan penanaman MT 1. MT 1 berlangsung antara September

hingga Pebruari. MT 2 berlangsung antara Pebruari hingga Juli. Penanaman pada

MT 1 berlangsung selama bulan September dan Oktober, dan dipanen pada bulan

Januari hingga Pebruari. Penanaman pada MT 2 pada bulan Pebruari dan Maret,

dan panen pada bulan Juni hingga Juli. Selain padi sepanjang bulan September

Page 93: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

72

hingga Juli, pada bulan Juni hingga September di sawah juga ditanami kacang

tanah, semangka buah dan biji, melon, cabai, bawang merah.

Tebasan lazim digunakan sebagai mekanisme untuk memanen padi di

sawah. Penebas memperkirakan produksi padi dalam luasan sawah yang dipanen,

lalu menawarkan harganya kepada pemilik sawah. Di samping penebas, yang

biasanya berasal dari dalam dusun atau dalam desa, terdapat pula bakul (tengkulak

lebih besar) yang berasal dari luar daerah. Mereka mendatangi petani sekitar satu

hingga dua minggu sebelum panen, atau sebelum ditawar oleh penebas, lalu

menawarnya. Bakul juga membeli gabah dari penebas.

Selama periode tanam padi sekitar empat bulan dalam setahun, dan

periode panen padi juga sekitar empat bulan dalam setahun, tubuh-tubuh

kekurangan mendapatkan upah yang mencukupi untuk menghidupi bulan-bulan

pengelolaan budidaya sawah yang tidak menyediakan upah harian. Tubuh

kekurangan yang sudah jompo atau masih anak-anak dapat turut serta dalam kerja

tanam dan panen ini. Pada saat inilah mekanisme mengakumulasi/berbagi bekerja

di sawah. Projo menjelaskan sebagai berikut.

Bulan September ini sudah mulai membuat bibit padi. Setelah berumur 20 hari sampai 25 hari bibit tersebut ditanam ke sawah. Untuk menanam padi satu bau sawah dibutuhkan 30 orang. Buruhnya tidak dipilih-pilih, siapa saja yang mau datang ke sawah itu. Ada juga buruh yang sudah tua yang datang, tidak apa-apa.

Tubuh kekurangan antara lain diidentifikasi sebagai buruh tani, dan

taksonomi tubuh buruh tani dibedakan menurut kecepatannya dalam bekerja.

Tubuh yang sudah dikenal atau beridentitas cepat menanam dan memanen

mendapatkan peluang kerja di sawah lebih luas. Tubuh-tubuh buruh tani

mengelompok menurut taksonomi kecepatan kerja tersebut. Untuk memastikan

tingkat kecepatan kerja yang diinginkan dalam penanaman dan panen padi,

pemilik sawah atau pembeli gabah memesan tanggal kerja kepada kelompok

buruh tani beberapa hari sebelumnya. Satu kelompok buruh tani dicirikan oleh

kecepatan kerja tubuh yang serupa. Melalui kelompok tersebut buruh-buruh tani

cekatan membentuk identitas kerjanya, sekaligus membatasi dan mengusir tubuh

Page 94: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

73

buruh tani yang lebih lemah. Kuswani dari golongan miskin menjelaskan

penyisihan ini.

Yang tidak kuat tidak akan ikut rombongan tandur (menanam padi). Ia dikeluarkan dari rombongan. Kalau rombongannya yang (bekerja) keras, maka dipilih yang (bekerja) keras semua. Saya jarang ikut rombongan, hanya tandur biasa.

Kelompok buruh tani tersebut dapat melakukan serangkaian kerja di sawah

secara seirama, dengan kecepatan yang tetap dan sama. Kerja panen, misalnya,

terdiri atas mengarit padi, membawakannya ke tempat perontokan, makani

(memberi umpan) segenggam padi kepada buruh perontok dengan alat pengayuh

maupun dengan gebyokan (memukulkan segenggam padi ke batu). Kerja lainnya

ialah memasukkan gabah ke karung dan membawanya ke pinggir jalan, tempat

kendaraan pengangkut sudah menungguinya. Berkelompok menjadi mekanisme

kekuasaan untuk menguasai luas dan waktu panen lebih tinggi, dan lebih

memudahkan buruh tani untuk lepas dari kemiskinan. Projo menjelaskan

mekanisme berburuh tani.

Upah sebedug dari jam tujuh hingga jam dua belas sebesar Rp 25.000,00. Kalau dimulai dari jam enam hingga jam satu siang upahnya sampai Rp 30.000,00. Kalau dikerjakan hingga Maghrib atau jam 6 diupah Rp 60.000,00.

Kadang-kadang Bu Paing (buruh tani golongan miskin) tidak harus menunggu panen untuk membayar utang (pupuk). Dia memiliki organisasi buruh tani untuk menanam padi, ada yang 10 orang ada yang 12 orang. Mereka menanam padi dari pagi sampai sore. Nanti mereka nimbal (beralih) ke sawah yang lain. Setelah tanam selesai, mereka dibayar oleh yang punya sawah. Upah tersebut digunakan untuk membayar yang punya toko. Pada masa tanam dia bekerja tiap hari.

Adapun penggarapan sawah dilakukan dengan maro atau dikerjakan

sendiri. Lembaga maro menyalurkan kekuasaan untuk membagi dua hasil panen

padi. Dalam maro muncul aturan, bahwa bibit padi disediakan oleh pemilik

sawah. Pada saat pemilik tidak menyediakan bibit, maka nilai penyediaan bibit

tersebut diperhitungkan pengurangannya dari hasil panen. Pupuk disediakan oleh

penggarap. Tubuh golongan kekurangan sendiri diidentifikasi sebagai tubuh

Page 95: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

74

penggarap sawah tersebut. Dalam pengelolaan maro, pemilik sawah menyeleksi

tubuh-tubuh penggarap menurut ketekunannya. Pemilik sawah lebih menyukai

tubuh yang lebih tekun. Ketekunan sendiri merupakan hasil pelatihan tubuh untuk

terus bekerja dalam pertanian. Paing dari golongan miskin menceritakan

pengalamannya.

Saya mulai besar setelah mendapatkan garapan sawah dari orang lain. Katanya, kamu rajin, sawah ini kamu kerjakan.

Tubuh yang tekun tidak bisa diwariskan, sebagaimana ditunjukkan oleh

kemunculan tubuh fakir setelah orang tuanya meninggal dan tubuh fakir tidak

diijinkan meneruskan maro dengan pemilik asal. Projo menceritakan salah satu

sisi kejatuhan Sukoyo ke golongan fakir, yaitu saat tanah garapannya diminta

kembali oleh pemiliknya karena Sukoyo dinilai malas.

Sebelum memiliki anak, selama 3 tahun ia juga mengerjakan sawah orang sini yang kini menikah lalu tinggal di Seneng. Dia menggarap tanah seluas 2.500 m2. Dulu sama bapak mertuanya menggarap sekitar 6 kotak. Bapak mertuanya menggarap sekitar 3,5 kotak, dia menggarap 2,5 kotak. Tapi setelah bapak mertuanya meninggal, tanah itu diminta oleh yang punya tanah, untuk digarap sendiri.

Dibandingkan dengan berburuh tanam dan panen, maro menciptakan

modal ekonomis pendukung posisi sosial lebih tinggi, lebih terjamin perolehan

pendapatannya, serta dapat memperoleh dana lebih tinggi saat panen. Selain itu,

tubuh penggarap dapat sekaligus berganti identitas menjadi tubuh buruh tani

selama periode tanam dan panen padi. Projo menjelaskan mekanisme maro.

Saya memiliki tanah yang diparo warga sikep (Orang Samin) seluas 3.500 m2, saya menyediakan bibitnya. Kalau tidak menyediakan bibit, nanti diganti pada waktu panen, dengan cara dikurangi bagian saya. Pupuk juga diperhitungkan. Satu kotak, kalau memang baik, bisa mendapat 1 ton 1 kuintal atau 1 ton 2 kuintal pada MT 1, itupun sudah kena IPA Air (iuran penggunaan air irigasi) sebesar 1/14. Pada MT 2 paling mendapat 8-9 kuintal, sedangkan kalau pengelolaannya bagus bisa mendapatkan 1 ton. Lahan seluas 3.500 m2 atau 1,5 kotak akan mendapat 2 ton 7

Page 96: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

75

kuintal. Ini diparo 50 persen yang punya, 50 persen yang menggarap. Kemarin 1 kuintal gabah senilai Rp 270 ribu sampai Rp 300 ribu. Bahkan kemarin pas panen di sebelah Timur Dusun Kalitani mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu. Tapi panen-panen yang sudah berjalan paling-paling Rp 270 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti satu kotak mendapatkan Rp 2,7 juta hingga Rp 3 juta, bahkan dipotong yang mengambil atau kerja berburuh. Misalnya 1 ton 1 kuintal, dengan harga Rp 3.000/kg, diambil 25 ribu kali 1 ton 1 kuintal, menjadi 275, berarti dalam satu kotak diambil tenaga kerja Rp 275 ribu. Ini penghasilan kalau berhasil panen. Gagal panen juga pernah.

Arena ekonomis penting lainnya ialah migrasi beremitan. Migrasi

menyeleksi tubuh-tubuh warga desa yang lebih berani. Migran lebih

individualistik dalam menghadapi lingkungan baru –pengalaman tubuh migran

dengan lingkungan baruya dipastikan berbeda dari cerita-cerita tubuh migran lain

yang sudah kembali ke desa. Ada migran yang menetap di lokasi migrasinya –

tanda kesuksesan luar biasa—namun lebih banyak yang kembali ke desa.

Kesuksesan lalu disusun di dalam desanya sendiri. Mekanisme

mengakumulasi/berbagi muncul ketika migran mengajak warga sedesa untuk turut

bermigrasi dan sukses bersama. Projo menjelaskan kondisi tersebut.

Yang keluar negeri di Sawahan sekitar 20 persen penduduk dewasa, di Godhong 25 persen. Di Kalitani yang ke luar negeri lebih banyak, karena imbas dari dusun lain di desa lain, yaitu Galiran. Semula Kutuk, lalu Galiran, Tanggelan, lalu di antara Kalitani dan Sawahan. Selain karena berdekatan, juga ada keluarga yang menceritakan hasil di sana, akhirnya ikut berangkat.

Mekanisme migrasi beremitan mengeluarkan tubuh dari desa untuk

sementara waktu, lalu dari luar desa secara subversif menyodorkan modal ke

dalam desa, atau membawa modal bersama-sama tubuh migran saat kembali lagi

ke desa. Tubuh-tubuh yang bermigrasi ke arah kota Makmur, ke luar kota, ke luar

pulau, hingga ke luar negeri, telah menjadi pengubah penting Desa Sawahan.

Modal ekonomi yang dimasukkannya menjadi pendorong peningkatan ke arah

posisi sosial agak cukup, cukup, bahkan kaya. Identitas tubuh migran beremitan

yang sukses diperoleh setelah memperbaiki rumah dan membeli sawah.

Page 97: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

76

Bersamaan dengan itu harga sawah di Dusun Kalitani turut meningkat, yang

bermakna pula sebagai peningkatan derajat kesulitan untuk naik ke posisi sosial

lebih tinggi lagi. Adapun tubuh migran yang gagal terjatuh ke posisi fakir dan

miskin. Projo menjelaskan perubahan dusun sebagai konsekuensi masuknya

modal ekonomi dari tubuh beremitan.

Ada yang semula fakir kemudian masuk golongan cukup. Mas Saiful, contohnya, karena merantau ke luar negeri.

Kenyataannya setelah merantau 2-4 tahun dapat berhasil membeli tanah. Saat ini yang membeli tanah ialah orang yang merantau. Orang kaya tidak lagi membeli tanah karena yang meninggikan harga tanah ialah orang yang merantau. Awalnya orang merantau ini dari fakir, tidak memiliki tanah.

Merantau lebih merujuk di luar migrasi harian atau komuter. Tubuh ke

luar desa selama beberapa hari hingga berbulan-bulan ke luar kota Makmur, atau

bertahun-tahun ke luar pulau Jawa dan ke luar negeri. Di Dusun Kalitani lebih

banyak warga yang merantau ke luar negeri.

Untuk berangkat ke luar negeri, mereka membutuhkan izin atau restu, dari

suami, orang tua, bahkan kiai. Izin menjadi mekanisme evaluasi tubuh. Begitu

tubuh diidentifikasi sebagai pemberani, maka izin migrasi diberikan.

Pada saat ini prosedur keberangkatan ke luar negeri dipandang lebih

mudah. Arab Saudi menjadi pilihan utama migran perempuan, karena prosedur

untuk ke sana lebih mudah daripada ke negara lain. Periode tinggal di perusahaan

jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) hanya seminggu atau beberapa minggu. Tidak

ada kursus bahasa tertentu, dibandingkan kursus bahasa Mandarin untuk ke

Taiwan. Pada saat ini bahkan pembiayaan ke sana gratis, dibandingkan keharusan

membayar dana Rp 3 jutaan rupiah ke Taiwan. Arab Saudi juga memberikan

kelebihan simbolik, di mana migran yang beruntung dapat menunaikan ibadah

umroh atau haji. Salah satu migran pertama ke Arab Saudi justru muncul dari

golongan kaya, dan ia sekaligus berhaji saat bekerja di sana.

Di Arab Saudi sendiri, tubuh migran sebagai pembantu disejajarkan mesin

harian rumahtangga. Bekerja sejak bangun tidur –bangun lebih dahulu daripada

majikan—lalu bekerja seharian hingga malam, seringkali kaki migran kaku dan

sakit untuk sekedar berselonjor menjelang tidur. Makian dari majikan sering

Page 98: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

77

dialami seluruh migran, selebihnya ada yang disiksa, diperkosa, hingga dibunuh

majikan. Jejak-jejaknya masih bisa diikuti dari tumbuhnya anak-anak kreol Jawa-

Arab, orang gila seusai migrasi, hingga kuburan migran di Dusun Kalitani.

Walaupun demikian, Arab Saudi tetap menjadi rangsangan kerja.

Seringkali keberangkatan pertama menghasilkan kesuksesan. Satu kali masa

kontrak berlangsung selama dua tahun. Dalam setahun pembantu di Arab Saudi

mendapatkan gaji bersih sekitar Rp 14 juta, sehingga dalam satu masa kontrak

mendapatkan Rp 28 juta.

Migrasi beremitan merupakan mekanisme kerjasama akumulasi modal

ekonomi dan peningkatan posisi sosial antara tubuh migran dan tubuh

keluarganya atau tubuh kerabatnya di desa. Tubuh migran berperan mencipta

modal ekonomi, sementara tubuh keluarga dan kerabat di desa bertugas

mengakumulasi modal melalui pembangunan rumah, pembelian sawah, ternak,

perhiasan, dan barang lainnya. Kerjasama pernah terjadi antara anak yang menjadi

migran dan orang tuanya, suami yang menjadi migran dengan istri dan

kerabatnya, atau istri dengan suami dan kerabatnya. Projo menjelaskan sebagai

berikut.

Ada yang anaknya pergi ke Saudi dan berhasil. Di rumah oleh orang tuanya didirikan rumah untuk anak yang berkerja tersebut. Si anak juga dibelikan sawah. Pada saat memiliki pacar dan menikah, maka dari suami maharnya juga lumayan. Maharnya ada yang membawa sepeda motor, kerbau. Itu karena anak perempuan itu berhasil.

Kerjasama antara istri yang bermigrasi dengan suami di desa lebih sulit

dipraktikkan. Tubuh istri dan tubuh suami berpisah untuk waktu yang lama.

Selama perpisahan tersebut, kesulitan utama adalah peralihan identitas istri ke

tubuh suami. Kegiatan di dalam rumah dan pengasuhan anak beralih menjadi

tugas tubuh suami. Tubuh suami sebenarnya semula diidentifikasi sebagai tubuh

pencari nafkah. Akan tetapi tambahan identitas istri hampir menutup waktu-waktu

untuk mencari nafkah saat anak-anak belum dewasa. Kekuasaan yang mengalir

dari tubuh buruh migran telah menghilangkan identitas suami, dan menggantinya

dengan identitas istri. Konsekuensinya, perpisahan tubuh istri dari suami sering

Page 99: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

78

diikuti dengan perceraian, setelah terlebih dahulu suami melakukan

perselingkuhan dengan tetangganya. Pada kasus yang baru diselesaikan di Dusun

Kalitani, migran bahkan mengirimkan remitan khusus bagi suami untuk

membayar pelacur. Akan tetapi tidak ada pelacuran di Dusun Kalitani, dan

remitan dialihkan untuk merangsang istri tetangganya. Konflik terjadi saat tubuh

migran kembali ke desa dan menolak perselingkuhan tersebut. Kuswani

menceritakannya sendiri sebagai berikut.

Kakak saya juga menjadi TKW, dia sukses. Setelah ke sana yang pertama, dapat membeli sawah dan tanah. Terus ke sana lagi, ternyata suaminya selingkuh. Kakah saya bertengkar, perempuan dengan perempuan, lalu suaminya dibawa ke penjara. Untuk menebusnya diberi uang Rp 10 juta ke polisi. Sampai sekarang mereka tidak bercerai.

Suami saya sendiri dulu berkata, uang untuk ini, untuk itu. Tapi namanya laki-laki, di rumah kesepian, saat saya ke luar negeri, dia mengatakan ingin kawin lagi. Saya belum cerai tapi dia sudah kawin. Dia tidak menunggu, oh istri saya sedang bekerja, capai. Kalau sedang marah-marah kepada suami wajar, karena sudah capai bekerja di luar negeri, tapi uangnya habis ke mana-mana. Tapi dia tidak sabar. Di mana-mana sama, perempuan ingin disanjung suami, apalagi sudah capai-capai merantau. Tapi maunya cerai terus. Ya sudah, punya suami juga kerja, tidak punya suami juga kerja.

Sejak dekade 1980-an migrasi beremitan terus bereproduksi. Kegagalan

kumulasi modal ekonomi dan posisi sosial pada satu generasi –padahal remitan

dinilai besar—justru menjadi salah satu pendorong migrasi bagi anaknya dan

tetangga.

Kumulasi kekayaan di dalam dusun tidak langsung dilakukan melalui

kumulasi uang. Arena ekonomi uang tidak dikenal secara mendalam. Tanpa

pengalaman yang memadai, mengelola uang dipandang sulit. Di dusun ini tidak

ada lembaga perbankan atau lembaga penyimpanan uang lainnya. Uang tunai

yang diperoleh dari kerja lalu diwujudkan dalam bentuk pembelian barang, emas,

ternak, dan sinoman di antara tetangga. Mekanisme ini mempraktekkan

menabung, bukan konsumtif. Kuswani menyampaikan pengalamannya.

Page 100: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

79

Orang Jawa biasa nyimpen-nyimpen (menyimpan), berjaga-jaga kalau sakit, kalau ada yang membutuhkan. Hasil panen selain untuk sinoman biasanya disimpan dalam bentuk emas, ternak.

Seorang warga desa dapat meminjam uang dari teman atau tetangganya,

lalu mengembalikannya tanpa bunga. Setelah waktu tanam dan panen, buruh tani

dengan ringan hati meminjamkan uang kepada para tetangga dan temannya.

Setelah upahnya dibelikan gabah untuk satu atau dua periode musim tanah,

kelebihan upahnya bisa digunakan untuk meminjami orang lain. Kehendak untuk

meminjami kuat, serta sekaligus bersatu dengan kehendak untuk menabung uang.

Pinjaman tersebut dapat dimintanya pada saat ia membutuhkan uang, atau setelah

waktu tanam dan panen berikutnya. Mekanisme mengutangi/menabung mengubah

tubuh tetangga dan temannya sebagai celengan atau wadah tabungan uang. Paing

menyatakan pengalamannya sebagai berikut.

Saya mengalami peningkatan hidup sejak anak saya keluar dari SMP. Sebelum itu makanan juga diirit-irit agar bisa makan. Setelah anak saya keluar SMP, tidak ada lagi iuran untuk sekolah. Sejak itu sudah mulai menempelkan barang ke orang lain, meminjami uang ke orang lain.

Saya bisa menabung setelah anak saya tidak bersekolah lagi. Saya bisa menabung Rp 25 ribu, Rp 15 ribu, Rp 20 ribu. Di dusun memang seperti itu, dikumpul-kumpulkan sedikit demi sedikit, kalau ada yang membutuhkan juga dibantu, nanti kalau saya kekurangan nanti juga dibantu. Sekarang ini saya belum bisa membayar hutang. Nanti kalau saya bekerja lagi saat panen baru saya bisa membayar hutang. Kalau badan saya sehat.

Sinoman sekaligus mempraktekkan kerukunan dalam rangka tolong

menolong, beserta akumulasi tabungan dalam rangka mencapai kecukupan. Bantu

membantu dengan warga desa lain dilakukan dengan menolong orang yang sakit,

atau menyumbang kepada tetangga yang mengadakan hajat.

Sinoman rumah menjadi salah satu mekanisme yang populer untuk

mendirikan rumah permanen dan bertembok –benda yang ditandai sebagai

kumulasi kekayaan. Dalam sinoman rumah, tetangga, teman, atau saudara

menabung dengan cara menitipkan material yang dibutuhkan oleh warga yang

sedang membangun rumah. Identitas seluruh titipan warga ditempelkan pada

Page 101: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

80

tubuh yang sedang membangun rumah tersebut. Identitas titipan tersebut baru

berkurang sejalan dengan pengembalian barang dalam bentuk dan jumlah yang

sama kepada para penitipnya, saat mereka ganti membangun rumah di kemudian

hari. Jika telah memiliki rumah, maka nilai yang kira-kira setara diberikan pada

saat penitip memiliki keperluan lainnya, seperti hajatan. Variasi aturan ini

menguatkan sinoman rumah tetap menjadi rangsangan bagi mekanisme

berbagi/mengakumulasi. Paing menceritakan pengalamannya.

Saya tidak punya rumah, hanya menumpang di sini. Saya

membuat rumah ini, tapi menumpang. Ada duit orang lain, ada sinoman, sambatan. Ada 20 orang sambatan. Material seperti batu bata, pasir, semen, besi juga gantian. Bata 15 ribu, semen 100 sak. Ada 5 orang yang membantu semen. Saya tidak mencatat tapi ingat mereka semua. Ada Tarti, Sulis yang membantu semen. Yang menyumbang batu bata 3 orang, Murasih, Wagiman, Winarsih. Saya dulu telah meletakkan barang ke rumah Mul, Wagiman, Lik Darto. Dulu memberikan semen 10 sak ke Lik Darto, untuk Wagiman telah diberi bata 3.000, ke Murasih 7.000 bata. Bata 15 ribu dari Mur, Wagiman, dan yang saya beli sendiri.

Kalau langsung membuat rumah sendiri tidak kuat, makanya perlu sinoman. Kalau ada barang dititip-titipkan kepada orang yang sedang membangun rumah. Misalnya pada tahun 2012, yang meminjami ini ada yang mau membangun rumah, maka saya harus mengembalikan. Untuk mempersiapkan maka menaruh barang.

Anomali yang bersifat subversif ialah memanipulasi homologi dengan cara

memindahkan arena sinoman ke dalam arena ekonomis, yaitu perdagangan padi

sawah. Sinoman tanam dan panen padi yang sepenuhnya terbuka bagi warga desa

hingga dekade 1980-an, telah digantikan oleh pembentukan kelompok-kelompok

buruh tani, mekanisme tebasan dan mekanisme bakul perdagangan padi.

Kelompok buruh tani telah menyisihkan anak, jompo, dan tubuh kekurangan yang

lebih lambat bekerja. Bakul dan penebas telah mengganti sinoman sawah menjadi

penugasan kepada kelompok buruh tani. Penggarap sawah pun cenderung

menggunakan penebas untuk memanen seluruh lahan. Setelah panen selesai,

sebagian uang hasil maro atau upah buruh digunakan untuk membeli gabah dari

penebas atau bakul. Mekanisme perdagangan padi ini memanipulasi disiplin untuk

berbagi padi kepada tubuh kekurangan melalui panen secara terbuka. Tubuh

Page 102: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

81

kekurangan akhirnya hanya memiliki kesempatan mengasak padi sisa di sawah

pasca panen. Hal ini dilakukan Paing terhadap hasil panennya.

Kalau pas panen kemudian diambil sendiri, nanti bisa habis untuk orang ngasak. Kalau tidak memberi orang ngasak itu malu. Kadang-kadang ada yang berkata, "Orang panen tapi tidak memberi yang ngasak". Makanya dijual semua kepada penebas.

Ikhtisar

Untuk mengelola tubuh-tubuh miskin, warga desa mengembangkan

diskursus dan praktik berbagi kelebihan. Warga desa mengembangkan garis

kecukupan lokal menurut kepemilikan benda untuk menutupi kebutuhan keluarga

dalam setahun, namun segera mendetilkan lapisan kekurangan dan cukupan atas

beberapa sub lapisan kembali. Segera setelah garis kecukupan terbentuk dan tubuh

kekurangan muncul, kekuasaan beroperasi melalui mekanisme kerukunan antar

tetangga. Untuk menciptakan kerukunan, tetangga berbagi kelebihan harta

kepadanya. Tubuh kekurangan sendiri juga turut serta berbagi kelebihan dalam

kelembagaan sinoman antar tetangga. Selain melalui sinoman, tubuh miskin

melakukan migrasi beremitan guna menciptakan kejanggalan kumulasi kekayaan,

lalu memutus pengalaman kemiskinannya.

Bab ini menunjukkan kecurigaan yang sempat tumbuh terhadap tubuh

kekurangan di antara tetangga di desa. Warga desa curiga tubuh miskin salah

mengelola harta dan benda yang dibagikan kepada mereka, sehingga gagal keluar

dari kemiskinan. Kecurigaan kepada tubuh miskin kian besar dalam bab berikut,

yaitu tentang diskursus dan praktik kemiskinan ras dan etnis. Lingkup kecurigaan

juga turut membesar hingga ke tingkat nasional.

Page 103: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

82

Page 104: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 5

DISKURSUS SERTA PRAKTIK

KEMISKINAN RAS DAN ETNIS

Ketika budaya kemiskinan berwujud pengelompokan atas sejumlah

disposisi yang berlainan dari kegiatan produksi atau kapitalisme, kekuasaan

beroperasi melalui pengembangan prasangka kultural yang dikembangkan oleh

orang luar. Penekanan terhadap aspek kebudayaan bersifat holistik, dan kekuasaan

beroperasi untuk menghilangkan atau melupakan sudut pandang hierarki sosial.

Budaya kemiskinan, dengan demikian, dikenakan kepada seluruh anggota

masyarakat tersebut.

Dalam diskursus kemiskinan ras dan etnis diciptakan obyek berupa

prasangka sikap dan tingkah laku masyarakat miskin berupa keliaran (Breman

1997: 209-215), tradisionalitas, ketertinggalan, keterpencilan, udik atau gunung

(Li 2002: 4-7), berpindah-pindah, jauh dari Tuhan (Gouda, 2007: 197-200).

Masyarakat miskin dipandang bersifat tradisional untuk meraih hasil sekedarnya,

bukan mengakumulasi hasil. Kapasitas masyarakat tersebut tertinggal dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi. Mereka juga sulit berorganisasi atau sulit menunjang

organisasi produksi, sebaliknya cenderung liar, tidak berkomitmen, atau

berperilaku seenaknya. Untuk menjaga kelangsungan hidup yang sesuai dengan

keliarannya, mereka tinggal di wilayah terpencil, pegunungan, di dekat atau di

dalam hutan.

Identitas budaya kemiskinan yang dikenakan kepada budaya lain sekaligus

menjadikan masyarakat tersebut sebagai Si Lain (Other), terutama Si Lain dari

budaya produksi dan kapitalis. Besaran diskursus ini dapat ditunjukkan oleh

populasi komunitas adat terpencil (KAT) yang dikelola Kementerian Sosial. Pada

tahun 2009 jumlahnya mencapai 213.080 keluarga yang berdiam di 27 provinsi,

263 kabupaten, 1.044 kecamatan, dan 2.971 lokasi.1 Budaya kemiskinan juga

1 Diambil dari bahan presentasi Rusli Wahid, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Sosial RI, pada Semiloka Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Desa Tertinggal, Tanggal 2 Desember 2010 Di Hotel Merlynn Park, Jakarta

Page 105: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

84

dipandang masih berkembang dalam keluarga pra-sejahtera dan sejahtera I, yang

dikelola oleh Badan Koordinasi Keluarga Nasional (BKKBN). Jumlahnya

mencapai 17.764.735 keluarga menurut data Potensi Desa 2005.

Pembesaran diskursus kemiskinan ras dan etnis lebih ditentukan oleh

pihak luar, dibandingkan Si Lain sendiri. Akademisi, terutama etnolog, di masa

lalu telah mengembangkan pe-Lain-an (Othering) ini melalui perbandingan dari

masyarakat Eropa dan Amerika Utara. Sebagian tulisan etnolog ditulis dalam

genre perbandingan budaya tersebut (Geertz 2002: 113-141). Pemerintah

menegaskan pe-Lain-an dalam program-program pembangunan, kategorisasi

pemukiman, hingga perendahan target penurunan kemiskinan KAT (Li 2002: 31-

32). Swasta sempat menggunakannya untuk menciptakan dualisme struktur dalam

industri perkebunan, kehutanan, dan pertambangan (Breman 1997: 81-103).

Dengan mengurung orang miskin pada budayanya yang Lain, yang dinilai

lebih rendah daripada budaya orang beradab, sulit untuk membayangkan mereka

lepas dari kemiskinan dengan sendirinya. Kekuasaan untuk mengentaskan

kemiskinan dioperasikan melalui pendisiplinan mereka menuju peradaban

modern, berupa pemukiman menetap maupun penciptaan keluarga inti atau batih.

"Mem-primitif-kan"

Di masa lalu, kekuasaan kolonialisme beroperasi dengan menyusun

taksonomi tubuh menurut asal ras. Selama penjajahan Belanda, tubuh terdikotomi

menurut ras berkulit putih dan berkulit berwarna. Akan tetapi konstruksi arena

rasial tersebut tersubversi oleh munculnya tubuh-tubuh Indo Eropa. Dalam tubuh

kreol ini identifikasi rasial mustahil diterapkan. Tubuh kreol akhirnya dimusuhi

karena menyabotase dualisme rasial dalam penjajahan (Baay 2010: 176-177).

Walau bagaimanapun, di tanah jajahan Indonesia, istilah kemelaratan menjadi lebih jelas terkait dengan kemelut seksual keturunan Eurasia daripada dengan ancaman revolusi kaum proletar. Kemelaratan mengandung kecemasan menyangkut reproduksi antar ras lebih lanjut dan kebejatan seks –dan mengaburkan pemilahan sosial yang kelak dapat terjadi—daripada kecemasan yang timbul karena keprihatinan akan terjadinya pemberontakan anti kapitalis (Gouda 2007: 199).

Page 106: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

85

Kesalahan kreol dialamatkan kepada darah pribumi yang turut mengaliri

tubuhnya. Ditelusuri lebih lanjut, darah tersebut muncul dari kesalahan

perkawinan yang dimusuhi, yaitu antara pegawai berkulit putih dengan

perempuan pribumi. Nyai –perempuan berkulit pribumi tersebut—dinilai tidak

bermoral karena mempersembahkan tubuhnya kepada lelaki tanpa perkawinan sah

–padahal memang tumbuh hambatan bagi perkawinan sah mereka. Moralitas

perkawinan yang rendah menurunkan kualitas tubuh-tubuh kreol, menurunkan

kemampuan berbahasa dan bekerja. Tubuh-tubuh inipun akhirnya jatuh miskin

atau berlindung pada kriminalitas dan pelacuran (Gouda 2007: 196). Pada titik ini

fakta obyektif dan pandangan subyektif perihal negatif tubuh kreol telah menyatu.

Hanya satu abad setelah kedatangannya, penjajah Belanda telah

disibukkan dengan kemiskinan yang menimpa tubuh-tubuh kreol. Panti asuhan di

Jakarta didirikan sejak tahun 1624 untuk menampung tubuh-tubuh kreol yang

masih muda, yang telah ditolak orang tuanya yang bertubuh pribumi dan bertubuh

kulit putih (Taylor 2009: 10). Di tangan penjajah, panti asuhan digunakan sebagai

salah satu mekanisme pendisiplinan tubuh kreol.

Dalam mendirikan panti asuhan, pemerintah bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat yang teratur "di republik yang terus berkembang secara pesat setiap hari ini" (Taylor 2009: 10).

Namun demikian, perluasan administrasi penjajahan masih saja tertutup

bagi tubuh-tubuh kreol hingga awal abad ke 20, sejalan dengan peningkatan

kemiskinan mereka –yang saat itu hanya terasakan lewat peningkatan kriminalitas

dan pelacuran. Obyektifikasi dari prasangka ini kemudian dilakukan melalui

penyelidikan kemiskinan di antara tubuh kreol.

Sensus tersebut membesarkan diskursus ras dan etnis dengan

memunculkan serentak tubuh-tubuh kreol yang miskin. Dalam laporan

penyelidikan pemerintah jajahan tahun 1902 yang hanya mencakup Jawa dan

Madura tersebut, diketahui terdapat 53.584 orang Eropa di Jakarta, namun

sebanyak 9.381 tergolong kekurangan (Baay 2010: 176-177). Dari jumlah

tersebut, sebanyak 5.933 tergolong miskin, termasuk 3.234 anak-anak. Dihitung

Page 107: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

86

dalam persentase, golongan Indo Eropa yang miskin serta golongan Eropa miskin

mencapai 11 persen di Jakarta, 13,3 persen di Semarang, 12,6 persen di

Banyumas, 14 persen di Pasuruan, 15,4 persen di Surakarta, 16,7 persen di

Madiun, 18,8 persen di Kedu, dan 17,3 persen di Madura. Sebagian besar

merupakan mantan serdadu Eropa yang menjadi miskin.

Penelitian H. van Kol memberikan petunjuk berbeda, bahwa pada tahun

1902 keseluruhan penduduk Eropa di Jawa dan Madura mencapai 75.833 jiwa, di

antaranya 51.379 jiwa Indo Eropa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17.000 jiwa

Indo Eropa hidup dalam kemiskinan. Golongan Indo Eropa yang miskin mencapai

22 persen di Jawa dan Madura, atau 33 persen di seluruh Indonesia.

Setelah melakukan penelitian dan pendataan kreol miskin, akhirnya hal ini

dipandang sebagai masalah serius. Pemerintah jajahan menetapkan kebijakan

penanggulangan kemiskinan, khusus bagi tubuh-tubuh kreol. Selaras dengan

runtutan argumen moral di atas, operasi kekuasaan diarahkan untuk memperbaiki

moral tubuh kreol.

Surat penggalangan dana yang diedarkan di kalangan donatur potensial pada 1919 oleh suatu perkumpulan di Semarang yang diberi tugas untuk membangun sekolah berasrama untuk perempuan muda Indo, mengetengahkan persoalan itu secara langsung. Imbauan tertulis untuk permohonan dukungan keuangan –atau circulaire (edaran)—menegaskan bahwa para gadis sering jadi korban tak berdaya, yang tidak punya pilihan lain kecuali menyerah kepada "kekuatan jahat di daerah kumuh yang merusak mereka secara fisik dan mental". Tujuan sekolah yang ditetapkan bergantung pada pemberian "cap kebelandaan" yang istimewa, yang dapat mengangkat jiwa mereka dan menjadikan mereka sama terhormatnya seperti gadis-gadis Eropa. Dalam rangka membebaskan remaja putri Indo dari pengaruh buruh lingkungan ibu pribumi mereka, yang sering mengubah mereka menjadi pelacur tentara bayaran atau menjadi "jiwa-jiwa berpandangan picik dan murahan", maka mereka harus berinteraksi dengan guru Belanda dari kalangan baik-baik (Gouda 2007: 195).

Kekuasaan untuk menetapkan kemiskinan pada tubuh kreol sekaligus

menutupi identitas miskin pada tubuh pribumi. Penjajah mengidentifikasi tubuh

pribumi masih mampu menerima makanan senilai sebenggol (f 2,5) sehari

(Soekarno 1965: 177-180). Kekuasaan diskursif juga mengalihkan permasalahan

Page 108: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

87

tubuh pribumi pada keliarannya (Breman 1997: 209-215). Sejak lama tubuh

pribumi terlihat sebagai missing link evolusi kera menjadi manusia (Gouda 2007:

213). Nyai sendiri dinilai sebagai wujud keliaran tubuh pribumi, yang menggoda

tubuh-tubuh kulit putih (Gouda, 2007: 197-200). Keliaran tubuh juga terindikasi

dari perpindahan pemukiman mereka (Li 2002: 4-7). Tubuh yang liar juga saling

berkanibal antar sesamanya (Marsden 2008: 355-359).

Dibandingkan dengan industri atau kota yang tertata, maka tugas penjajah

terutama mendisiplinkan tubuh-tubuh yang liar ini. Kekuasaan untuk

mendisiplinkan tubuh yang liar dimulai dari upaya memukimkan pribumi.

Keliaran fisik juga didisiplinkan melalui hukuman-hukuman fisik pula (Breman

1997: 81-103). Didasari pandangan tubuh yang mampu mengkonsumsi sekedar

sebenggol sehari, sekaligus untuk mengekangnya dalam perkebunan, maka upah

bagi tubuh-tubuh pribumipun sangat rendah. Tidak ada jalan lain bagi tubuh

miskin kecuali berutang. Semakin tinggi utang membentuk identitas tubuh buruh,

maka semakin erat disiplin yang bisa diterapkan penjajah.

Jejak pemahaman tentang abnormalitas keluarga kreol semasa penjajahan

ditemukan kembali dalam perumusan keluarga sejahtera masa kini. Berorientasi

Barat, keluarga normal berisikan tubuh-tubuh inti ayah, ibu dan anak, serta

mandiri tanpa kerabat.1 Sebagai refleksi negatif dari keluarga kreol, keluarga

normal juga haruslah dibentuk melalui perkawinan yang sah. Melalui ketentuan

ini, kuasa pemerintah langsung memiskinkan tubuh-tubuh masyarakat adat yang

perkawinannya tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama maupun Kantor Catatan

Sipil.

Normalitas keluarga ditandai oleh kemampuan tubuh-tubuh di dalamnya

untuk berdisiplin menjalankan fungsi-fungsi yang ditentukan, yaitu fungsi

keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan atau proteksi, reproduksi,

sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan (berhubungan

serasi dengan lingkungannya).2 Kian berdisiplin untuk menjalankan lebih banyak

ragam fungsi tersebut maka kian normal posisi keluarga. Cukup dengan

1 Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab 1 Pasal 1 tentang ketentuan umum. 2 Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera.

Page 109: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

88

memperhatikan fungsi-fungsi puncak yang diharapkan dilaksanakan tubuh setelah

terbebas dari kemiskinan (di luar tingkatan Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga

Sejahtera I), terpampang homologinya dengan rasisme keluarga di masa kolonial.

Fungsi moral dalam keagamaan beroperasi melalui keikutsertaan pada organisasi

keagamaan (Achir 1994: 8-9). Tanda lepas dari kemiskinan juga terekam pada

tubuh yang mampu berkontribusi dalam kegiatan kemasyarakatan. Tahapan

pembangunan keluarga sejahtera tersebut disampaikan Achir (1994: 8) sebagai

berikut.

1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra-KS), yaitu yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS-I), yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial.

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS-II), yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologis dan sosial tetapi belum mampu mengembangkan keluarga itu seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS-III), yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperanserta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan, dan sebagainya.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS-III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Cara pandang terhadap kemiskinan ras, etnis, atau sub etnis yang berbeda

mula-mula mengembangkan perbedaan budaya tersebut, terutama berupa

dikotomi modern-primitif (Gambar 8). Cara pandang berikutnya berkaitan

dengan upaya menarik masyarakat primitif ke dalam masyarakat modern. Di sini

dikembangkan dikotomi menurun-tetap terhadap tradisi primitif mereka.

Page 110: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

89

Kasus pendisiplinan terhadap keluarga dalam masyarakat adat yang dinilai

miskin –yaitu Orang Samin—dapat memperjelas operasi diskursus kemiskinan ras

dan etnis ini. Dinilai sebagai kelompok termiskin di antara warga Desa Sawahan,

bantuan pemerintah Kabupaten Makmur langsung disampaikan kepada pemimpin

Samin di Dusun Kalitani, Kasrino. Ia menceritakan kejadian tersebut.

Pada awal Pak Mustofa menjabat bupati, pernah kepala dinas pertanian men-drop benih padi. Mobil sudah di halaman, benih itu langsung diturunkan. Tujuannya untuk diberikan kepada sedulur sikep (Orang Samin), khusus untuk warga sedulur sikep. Karena sudah telanjur, ya sudah. Setelah itu saya bagi-bagi, satu KK (kepala keluarga) mendapatkan, kalau tidak salah, 4 bundel. Satu sak besar berisi 12 bundel, cukup untuk 3 KK. Setelah selesai, saya berbicara kepada kamituwo (kepala dusun), “Pak, kejadian seperti ini cukup sekali ini saja. Kalau ada lagi, jangan diletakkan di rumah saya”. Setelah berbicara dengan kamituwo, lalu saya berbicara dengan pak lurah, “Kalau ada kejadian seperti itu lagi, diletakkan di sini saja, di kantor kepala desa”. Lalu saya berbicara dengan pak camat. Terus saya juga berbicara dengan pak bupati, “Jangan sekali-kali saya diperlakukan seperti ini lagi”.

NormalRasional

Kerjasama pemerintahModern

Beragama

AbnormalMistik

Musuh pemerintahPrimitifKafir

Menurun Tetap

Gambar 8. Dikotomi Kemiskinan Rasial-Etnis

Page 111: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

90

Orang Samin sering digolongkan sebagai sub etnis Jawa. Sejalan dengan

penolakan kesahihan perkawinan Orang Samin, karena tidak tercatat di Kantor

Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil, tubuh-tubuh mereka di-primitif-kan—

sekaligus dimiskinkan menurut peringkat keluarga pra sejahtera di atas. Dalam

sejarah keluarga masa purba dikenal promiskuitas (Hutter 1981: 21), di mana

perkawinan berlangsung secara bebas berkali-kali, sehingga hanya dikenal garis

keturunan dari ibu. Pada tubuh anak hanya ditemui jejak ibunya, sementara jejak

ayahnya samar-samar. Pandangan serupa diterapkan dalam menyusun kartu

keluarga (KK) bagi Orang Samin. Dengan mem-primitif-kan, manusia modern

menempatkan mereka pada domain Yang Lain (Othered). Tanpa surat nikah yang

sah dari negara, keluarga Samin dimasukkan sebagai bentuk promiskuitas dari

ibu. Tubuh ibu terangkat ke permukaan sebagai kepala keluarga, dan

meninggalkan jejak pada anak-anaknya. Sebaliknya tubuh ayah tenggelam, di-

Lain-kan, dan benar-benar ditulis sebagai lain-lain dalam keluarga tersebut.

Muslim menjelaskan praktik program pemerintah ini.

Sekarang jumlah KK sikep 53, jumlah warga sikep 168 jiwa, laki-laki 90 jiwa, perempuan 78 jiwa. Jumlah wajib KTP (Kartu Tanda Penduduk) warga sikep 119 orang. Ini pada saat saya membuatkan KK massal. Orang tua bukan dicatat. Nama KK perempuan. Pada saat pembuatan KK tersebut ada Perda, isinya apabila warga masyarakat membuat KK tetapi tidak dilampiri oleh surat nikah, maka yang menjadi kepala rumahtangga adalah istri. Nama suaminya masuk, tetapi tidak masuk menjadi kepala keluarga, namun masuk ke "lain-lain". Aturan itu tidak hanya berlaku bagi orang sikep, namun bagi semua warga masyarakat yang tidak mempunyai surat nikah, yaitu kepala rumahtangganya perempuan dan suami masuk ke "lainnya". KK SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) tahun 2009. KK dicap jempol oleh mereka, kecuali yang bersekolah membubuhkan tanda tangan.

Program pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) secara massal

menunjukkan operasi kekuasaan melalui statistika. Program KTP sebagai

penulisan identitas mula-mula menempatkan Orang Samin pada domain pra

sejarah yang belum mengenal tulisan, lalu diperadabkan (civilized) dalam budaya

tulis identitas diri. Konsep massal dalam program ini terbaca dari penyamarataan

Page 112: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

91

identitas Orang Samin. Melalui konsep massal tersebut jumlah Si Lain diketahui,

namun sekaligus identitasnya disangkal. Tanggal lahir dan bulan lahir mereka

terkelompok secara seragam, yang berarti pencacah menolak identitas kelahiran

secara individual dari tiap-tiap Orang Samin. Agama Adam yang dianut Orang

Samin berada di luar enam agama resmi negara, sehingga identitas keagamaan

mereka dikosongkan dalam KTP. 1 Pengosongan tersebut sekaligus menempatkan

Orang Samin sebagai kafir dari seluruh agama resmi negara. Sejalan dengan

penolakan keabsahannya, identitas perkawinan mereka diselewengkan menjadi

tidak kawin. Muslim mengungkapkannya dalam proses penyusunan KTP untuk

Orang Samin sebagai berikut.

Terus masalah kependudukan, KTP, KK. Pemerintah sudah menggembar-gemborkan agar memilikinya, sampai didatangi ke rumahnya untuk membuat KK. Mereka tidak mau. Katanya, "Saya tidak membutuhkan KK, tidak membutuhkan KTP. Kalau Anda ingin membuatkan, ya silakan Anda buat sendiri". Lalu mereka ditanya, "Kapan lahirnya, Mbah?". Jawabnya, "Kelahiran saya silakan dikarang. Kalau umur saya hanya satu". Hal-hal semacam itu semakin mempersulit mereka sendiri.

Program ini tujuannya agar mereka memiliki identitas, walaupun identitasnya itu setengah kenyataan. Sebetulnya salah pernyataan bahwa pemerintah mengucilkan, sebab mereka sendirilah yang tidak mau diurusi, tidak mau membayar pajak, dibuatkan KTP tidak mau, lalu mau diapakan. Dulu pajak tanah murah, pekarangan nol persen. Pajak tanah sedulur sikep (Orang Samin) sebenarnya kecil, itu dibayari oleh pemerintah desa. Mereka ditarik, tetapi sulit. Sekarang tidak sesulit dulu, karena ketika anak-anak sikep merantau ke Jakarta, mereka membutuhkan KTP.

Pe-Lain-an (Othering) Orang Samin dari rasionalitas Barat dilakukan

dengan meletakkan pemikiran mereka dalam arena kebatinan atau mistik (Benda

dan Castles 1969: 227; Mulder 1984: 21-38). Setelah filsafat kesadaran dan

pencerahan ditemukan, berkembang dikotomi antara rasional dan mistis di Barat

(King 2001: 15-60). Bersamaan dengan itu, tubuh-tubuh yang dilekati mistis

bernilai lebih rendah. Pandangan ini telah memistiskan wilayah di luar Eropa

1 Dapat KTP, Kolom Agama Dikosongkan. In: Monthly Report on Religious Issues, Th. 15, Oktober 2008, halaman 12.

Page 113: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

92

Barat dan Amerika Serikat. Di Jawa sendiri, Orang Samin seringkali digolongkan

dalam aliran kebatinan atau mistik. Sepanjang dekade 1960-an hingga 1970-an

negara memperkuat aliran kebatinan untuk mendukung kedudukannya melawan

kekuatan politik Islam (Mulder 1984: 21-38). Akan tetapi saat ini, sementara

tubuh yang beragama bernilai lebih tinggi akibat menerima firman Tuhan, tubuh

yang berkebatinan bernilai lebih rendah karena mengolah kebudayaan manusia.

Muslim bahkan menyampaikan pernyataan, bahwa peringkat mistik Orang Samin

belum sempurna.

Sedulur sikep (Orang Samin) sebenarnya termasuk Islam hakikat. Mereka tidak menggunakan syariat, tetapi keyakinan. Shalatnya itu shalat batin. Hanya sedulur sikep tidak mengetahui sejarah di atasnya.

Orang sikep juga meyakini syahadat penatas (mistik). Tapi bolak balik kembali kepada gurunya. Kadang-kadang guru menjelaskan tidak sampai tuntas. Hanya simpul-simpulnya, bukan keseluruhan. Anda tanyakan kepada sedulur sikep apa itu syahadat penatas, mereka tahu. Tapi mereka tidak tahu cara mengucapkannya. Karena memang tidak diajarkan. Inilah permasalahan yang sebenarnya.

Pe-Lain-an Si Lain (othering the Other) dilakukan dengan menarik tubuh

berkebatinan menuju tubuh beragama (Rosyid 2008: 190-230). Tubuh

berkebatinan dirangsang melalui pengajian dengan substansi mistik Islam,

pelajaran agama formal di sekolah, serta perkawinan perempuan Samin dengan

tubuh lelaki beragama Islam. Projo menjelaskan sebagai berikut.

Yang sudah tua memang agak sulit berubah, namun saya

dan Pak Kebayan (Kepala Urusan Pemerintahan) mendekati yang masih muda-muda. Sekarang yang masih muda sudah mulai menikah, anaknya sudah mulai bersekolah, bahkan sudah mulai masuk pesantren. Ini ada keluarga yang jelas orang sikep, umur orang tuanya setara dengan Mbah Kasrino, namun ia ke pesantren, bahkan sekarang sudah sampai Madrasah Tsanawiyah, bahkan ada yang berkuliah sampai Musawirin di pesantren di Gresik. Ini anaknya orang sikep. Bapak dan ibunya dulu juga tidak menikah, bahkan keluarganya sikep semua, namun ia punya minat untuk bersekolah. Katanya dulu ia dekat dengan guru agama di desa ini, lalu bertanya-tanya kepada temannya, yang menjadi santri di Gresik. Akhirnya ia jadi ikut ke pesantren. Tidak ada pertengkaran dalam keluarga karena anaknya keluar dari

Page 114: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

93

sikep, ia tidak dikucilkan, bahkan hubungannya dengan keluarganya tetap baik-baik saja.

Wahono, aktivis lembaga swadaya masyarakat yang dekat dengan Orang

Samin, memberikan penjelasan sebagai berikut.

Mereka memahami bahwa sekolah itu islamisasi. Mereka tidak suka bersekolah, karena bisa meninggalkan sikep. Mereka akhirnya memutuskan untuk tidak masuk sekolah tersebut.

Di tempat lain, keliaran masyarakat adat diidentifikasi pula dari pola

pemukimannya yang berpindah-pindah (Li 2002: 4-7). Dalam pandangan evolutif,

tubuh-tubuh primitif yang berburu dan meramu tidak bermukim secara menetap

(Geertz 1981: 1-7, 88-94). Tubuh berpindah sesuai pergerakan lokasi-lokasi

kemasakan buah di hutan atau pergerakan hewan buruan. Dengan mengontraskan

domestikasi tanaman dan hewan piaraan pada masyarakat desa, maka masyarakat

adat yang berpindah-pindah tersebut kian di-primitif-kan. Orientasi pemusatan

wilayah ialah desa tempat menetap masyarakat modern, dan operasi pemilahan

lokasi tersebut menjadikan areal peramuan dan perburuan di hutan dipandang

sebagai wilayah terpencil atau terasing (Syuroh 2011: 229-248). Masyarakat

modern mengoperasikan kekuasaan untuk menyusun taksonomi tersebut sekaligus

meng-asing-kan masyarakat adat. Program pemberadaban masyarakat adat

kemudian diarahkan untuk memukimkan mereka. Gerakan pemukiman

mengharuskan masyarakat adat untuk membudidayakan tanaman dan

menternakkan hewan. Pada saat masyarakat adat mendomestikasi hewan dan

tumbuhan, program Komunitas Adat Terpencil (KAT) juga mendomestikasi

masyarakat adat dalam desa-desa bentukan proyek. Unit kerabat masyarakat adat

dipotong menjadi unit-unit keluarga inti, dan secara obyektif ditempatkan pada

rumah-rumah beruangan terbatas untuk keluarga kecil. Perenggangan solidaritas

kerabat menjadi basis lain bagi pemberadaban, yaitu kesiapan keluarga inti atau

batih untuk melakukan kerja produktif dan menghasilkan uang (Morgan 1975: 87-

99). Syuroh (2011: 238) menunjukkan upaya pemukiman Suku Kubu justru

menguatkan identitas ke-Lain-an mereka.

Page 115: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

94

Departemen Sosial ternyata hanya menyediakan lahan seadanya yang berlokasi dekat perkebunan kelapa sawit, padahal Orang Kubu ini terasa risi dan minder bila bertemu dengan orang luar yang mereka sebut ”orang terang”. Pemukiman yang baru ini mempengaruhi efek psikologis bagi Suku Kubu yang membuat mereka tidak betah bermukim di tempat yang baru tersebut

Domestikasi mungkin tetap menjadi mekanisme penanggulangan

kemiskinan dalam diskursus ini di masa datang. Undang-undang Fakir Miskin

(UU 13/2011) dan Undang-undang Kesejahteraan Sosial (UU 11/2009)

mendiagnosis orang miskin sebagai tubuh yang berpenyakit sosial. Diskursus ini

telah mengembangkan akademisi kesejahteraan sosial pada tataran sarjana, master

hingga doktor, yang berperan sebagai pendiagnosa kemiskinan. Agar mudah

diobati maka tubuh fakir dan miskin didomestikasi. Bangsal pengobatan tubuh

berpenyakit sosial dilakukan dalam panti dan rumah singgah –seakan mengulangi

operasi kekuasaan pengobatan sosial dalam panti asuhan di Jakarta sejak tahun

1624 di atas (Taylor 2009: 10) atau bangsal penganggur selama Revolusi Industri

di Perancis pada abad ke 19 (Foucault 2002d: 208-211).

Pemberontakan Tubuh Primitif

Dari bahasan di atas terlihat bahwa operasi kekuasaan dalam diskursus

kemiskinan ras dan etnis berlangsung dengan mengidentifikasi dan

menggolongkan etnis, sub etnis, ras, hingga golongan keluarga yang tidak absah.

Anomali dalam diskursus ini muncul ketika, pertama, tubuh-tubuh rasis

memberontak pelekatan identitas tersebut. Kedua, simpati dari golongan normal

memunculkan dan menguatkan tubuh rasis.

Tubuh-tubuh Samin memberontak hampir setiap identitas negatif yang

dilekatkan oleh pihak luar. Pertama, identitas kepercayaan ditolak, dan sekaligus

Orang Samin menyerang secara simbolik dengan menamakan religi mereka

sebagai agama Adam. Konsep agama di sini digunakan untuk menolak identitas

aliran kepercayaan, sedangkan konsep Adam digunakan sebagai senjata untuk

melampaui kemurnian seluruh agama resmi negara (King 1973: 460). Melalui

penolakan demikian, Orang Samin membalik posisinya menjadi berkedudukan di

Page 116: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

95

muka serta sumber bagi munculnya seluruh agama negara dan aliran mistik yang

muncul kemudian –setelah Adam sebagai orang pertama di bumi.

Kedua, identitas mistik dibalik menjadi kepercayaan hanya kepada empiri

yang terindria. Premis-premis dalam pemikiran Orang Samin hanya disusun dari

empiri. Bentuk-bentuk mistik seperti malaikat, setan, hantu, surga, neraka telah

dimustahilkan (King 1973: 470). Begitu pula mistik yang berorientasi lokasi dan

waktu juga ditinggalkan, seperti rencana masa depan, dan menghilangkan

pembicaraan atas lokasi yang belum pernah dikunjungi. Kasrino menjelaskan hal

ini.

Sedulur sikep (Orang Samin) tidak menerima konsep katanya (hare). Konsep ini jelas tapi tidak jelas. Sedulur sikep saat menyatakan sesuatu harus jelas, kalau ya dikatakan ya, kalau tidak dikatakan tidak. Kalau ya itu ya yang seperti apa, kalau tidak itu tidak yang seperti apa? Yang dimaksud ya itu jelas, kalau mengatakan sesuatu itu yang benar-benar ada wujudnya. Wujud itu bisa dilihat semua orang, atau bisa saja yang dilakukan oleh semua orang, tidak hanya Mbah Kasrino sendiri.

Meskipun dinamakan pemerintah, namun orangnya sama saja seperti saya ini. Sama-sama sebagai manusia. Disebut pemerintah tinggal di Jakarta, tapi nanti hanya ada orang juga di sana.

Ketiga, pusat kegiatan tubuh pada sikep atau hubungan suami-istri. Orang

Samin sendiri lebih menyukai penamaan identitasnya ialah sedulur sikep, di mana

semua manusia bersaudara (sedulur) karena melakukan kegiatan dasar yang sama

yaitu hubungan suami-istri (sikep). Pengelolaan tubuh sebagai sikep

membebaskan dirinya dari represi seksualitas melalui perkawinan resmi negara

maupun perkawinan agama resmi (Foucault 2008: 33-56). Kasrino menjelaskan

pemikirannya.

Meskipun tidak ditanyakan, tetapi saya ingin menjelaskannya sendiri. Menurut paham sedulur sikep (Orang Samin) atau tata cara sedulur sikep, selagi punya tatanan maka yang terbaik ialah ditata sendiri. Misalnya ada pasuwitan (pernikahan). Ini ditata oleh bapak dan ibunya sendiri. Segala sesuatu harus memiliki barang bukti. Perilaku itu menjadi barang bukti. Misalnya perilaku pasuwitan atau perjodohan. Tidak ada perlunya disaksikan oleh aparat pemerintah. Ini masih dilakukan

Page 117: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

96

sedulur sikep di Makmur dan Pati, entah kalau di Blora. Sebenarnya itu ada aturannya. Misalnya saya yang nyuwito (menikah), sudah selayaknya saya nembung (menyatakan), contohnya saat saya mendapatkan Mbah Niti. Karena saya yang memiliki karep (kehendak) maka saya yang nembung. Menyatakan itu minimal kepada yang memiliki. Yang memiliki Mbah Niti itu ayah dan ibunya. Sehingga kalau dirunut, ini sama-sama tatanan, yang dimodali dengan perilaku, sehingga sedulur sikep bisa melakukan hal itu, dan orang pemerintahan bisa menerimanya. Pertama, ini sesuai dengan adat dan tata cara yang sudah dilaksanakan nenek moyang sejak dahulu. Kedua, menyatakan kepada yang memiliki, yang berarti menata sesuatu dengan cara menata sendiri.

Manakah yang lebih Jawa dibandingkan yang tidak bisa menata dirinya sendiri? Inilah menunjukkan bagaimana Jawa bisa dilakukan, dan yang lain-lain bisa disesuaikan dengan kejawaan itu. Jangan menekankan pernikahan di tengah sawah atau di tempat lainnya, yang pasti di rumah. Sedulur sikep memiliki tatanan dan kebutuhan apapun cukup di rumahnya sendiri. Kalau orang memiliki kebutuhan dan dijalankan di rumahnya sendiri, masak masih salah? Yang ditata juga miliknya sendiri.

Keempat, identitas miskin ditolak melalui demonstrasi tubuh yang tidak

kekurangan pangan, pakaian dan tempat tinggal (Benda dan Castles 1969: 228;

King 1973: 460; Shiraishi 1990: 113-114). Budidaya padi dan penolakan

perdagangan menyokong ketahanan dan kemandirian logistik tersebut bagi tubuh.

Kemandirian tersebut ditunjukkan dengan penolakannya terhadap berbagai

program kemiskinan dari pemerintah. Kasrino menjelaskan sebagai berikut.

Tindakan-tindakan ini (menolak program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah) dilakukan agar tidak dekat dengan tangkalan (pemerintah). Ini sebagai tindakan lugu untuk berhati-hati. Saya juga tahu bahwa dalam kehidupan menjadi genap bahwa ada orang memberi dan orang menerima. Namun kan dilihat juga bagaimana cara memberinya. Masak memberi begitu banyak. Banyak atau sedikit, kalau diserahkan kepada pamong desa kan bisa dibagi rata. Warganya kan bukan hanya sedulur sikep.

Dukungan terhadap kemunculan tubuh Samin diperoleh dari simpatisan

kalangan seniman, akademisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dukungan tersebut telah menjaga domain diskursus ciptaan Orang Samin dengan

Page 118: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

97

melawan dominasi pemerintah dan swasta. Domain tersebut, selanjutnya,

diperluas secara mandiri oleh tubuh-tubuh Samin, sehingga diskursus ciptaan

mereka –seperti gerakan tolak semen—mampu menjadi landasan penolakan

petani, LSM, akademisi dan seniman terhadap rencana ekplorasi Pegunungan

Kendeng untuk pabrik semen (Husaini, Widianto, Kristanto 2011: 1-120).

Wahono menjelaskan hal ini.

Saya bilang sedulur sikep (Orang Samin) di Pati dan Makmur lebih kuat dibandingkan lainnya. Sebelum kita ramai berkunjung di sana, Mbak Yeni, seorang antropolog UGM (Universitas Gajah Mada) di sana, lama di sana, membuat rumah di sana, lalu membuat Lembaga Sikep. Saat Temu Tani itu Lembaga Sikep masih ada. Sebagaimana banyak lembaga lainnya, lembaga inipun tidak aktif lagi. Namun awalnya melalui Lembaga Sikep tersebut jaringan Mas Kuntirto (tokoh muda Samin) meluas. Saat ini jaringan Mas Kuntirto sudah lebih luas daripada saya. Ada Desantara, dan sebagainya. Jaringan tersebut memberikan keteguhan baginya. Diundang Amman (organisasi masyarakat adat nasional), dia mengatakan, “Ternyata aku diakui sebagai masyarakat adat. Saya pikir masyarakat adat memiliki simbol pakaian, tarian, sementara sedulur sikep tidak memiliki hal itu”. Saya jawab, “Simbol sampeyan ada pada tingkah perilaku, namanya juga sikap, kan”. Jaringan ini memperkuat kesikepannya. Dukungan ini kian memperkuatnya. Mas Kuntirto mungkin berpikir, kalau saya tidak menjalankan sikep, ngapain orang berteman dengan saya.

Selama ini tubuh-tubuh anggota masyarakat adat yang menolak tinggal di

pemukiman, atau tubuh yang meninggalkan pemukiman lalu memasuki hutan

kembali, diidentifikasi sebagai penolak peradaban. Identitas serupa juga diarahkan

kepada tubuh yang meninggalkan panti dan kembali menggelandang ke jalanan.

Akan tetapi upaya kembali tinggal berpindah-pindah tersebut membalikkan tafsir

ke arah keberanian tubuh untuk menolak pendisiplinan dalam diskursus

kemiskinan rasial dan etnis. Syuroh (2011: 243) menyampaikan pernyataan

Kepala Suku Kubu.

Kami memang terisolir dari masyarakat biasa, karena memang itulah cara hidup kami….. Di tempat yang baru, kami mau saja sebenarnya, tapi luas lahannya terbatas dan jauh dari

Page 119: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

98

hutan tempat kami untuk berburu dan mencari makanan (wawancara dengan Temenggung Tarib, 20/10/2009)

Ikhtisar

Dalam diskursus kemiskinan ras dan etnis kekuasaan beroperasi melalui

pengembangan prasangka budaya oleh orang luar kepada sekelompok warga yang

berbudaya lain. Seluruh tubuh warga masyarakat dalam budaya lain dilabeli sifat

liar, tradisional, tertinggal, terpencil, udik atau gunung, berpindah-pindah, atau

jauh dari Tuhan. Kekuasaan untuk mengoperasikan pengentasan kemiskinan

mengambil patokan peradaban modern. Normalisasi dikembangkan untuk

menciptakan panduan menuju adab lebih modern, yaitu keluarga batih yang

bertempat tinggal secara menetap dan menjalankan berbagai fungsi domestik

maupun kemasyarakatan.

Berlawanan dari bab ini yang menegaskan golongan modern dalam

melabeli masyarakat adat dan golongan miskin, bab berikutnya justru berisikan

pengelolaan diri sendiri. Dalam diskursus menginginkan keterbatasan tersebut

muncul kehendak untuk menyucikan tubuh dengan membatasi ketergantungan

kepada harta benda. Tubuh yang suci memiliki kekuatan untuk mengabarkan

kebenaran.

Page 120: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 6

DISKURSUS DAN PRAKTIK

MENGINGINKAN KESEDERHANAAN

Diskursus dan praktik menginginkan kesederhanaan dijalankan melalui

pengelolaan tubuh sendiri, dan kadang-kadang diikuti penyebaran kabar

kebenaran dari tubuh suci kepada pihak lain. Pengelolaan tubuh berupa

pembatasan pemilikan harta atau tindakan secara berlebihan. Latihan kemiskinan

bagi tubuh dijalankan sebagai homologi pembatasan hasrat, kehendak, atau naluri.

Hasrat mengandung kekuatan, namun menganggu dan menyesatkan dengan

menuntun bertingkah laku negatif laksana hewan –bukan tindakan manusiawi.

Dunia, tubuh dan iblis pada dasarnya tidaklah dipandang sebagai keburukan atau imoral, melainkan lebih sebagai mengganggu atau menyesatkan, dan dengan demikian membawa pada hilangnya Kuasa atau kesaktian (Anderson 2000: 52).

Pembatasan diri dijalankan dalam laku prihatin, hidup sederhana, mencari

ngelmu (ilmu dan mistik). Perilaku menginginkan kesederhanaan ini sejak abad ke

15 telah diajarkan dalam ashrama (Riana 2009: 169-177) atau pesantren yang

menjauh dari pusat kerajaan. Pesantren sufi atau mistik yang terkenal di sekitar

dusun Kalitani terletak di Mranggen, Demak (Hadi 2010: 197-242). Subyek

diskursus dan praktik menginginkan kesederhanaan kini dapat dicari pada kiai,

ustadz, santri, pendeta, dan tubuh-tubuh yang berupaya suci lainnya, yang

berlokasi dalam pesantren yang tersebar di 14.632 desa, serta seminari dan

sejenisnya yang tersebar di 393 desa, menurut data Potensi Desa 2011. Mereka

juga berdiam dalam organisasi kebatinan hingga tingkat nasional, di antaranya

Sumarah, Subud, Pangestu. Perilaku Pangeran Diponegoro pada awal abad ke 19,

misalnya, menunjukkan pengelolaan pembatasan tubuh, dan tubuh yang terlatih

tersebut dapat menyampaikan kritik maupun saran yang bermakna bagi orang lain.

Page 121: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

100

Pengritik utama kelompok kecil istana ini adalah Pangeran Diponegoro…..

Pada masa mudanya, berbeda dengan kebiasaan para bangsawan muda Yogyakarta, Diponegoro jarang sekali muncul di keraton dan kalau ia akhirnya juga datang, maka itu hanya dilakukannya pada saat perayaan garebeg, upacara perayaan Islam yang diselenggarakan sebanyak dua kali setahun. Sebaliknya, ia menghabiskan banyak waktunya untuk mempelajari agama serta bersemadi; juga mengunjungi tempat-tempat pemujaan dan tempat-tempat suci yang terkemuka….. (Carey 2009: 17)

Disiplin Pelemahan Daging

Kajian diskursus kemiskinan sejak awal telah memunculkan tubuh-tubuh

yang menginginkan kesederhanaan, bahkan menginginkan kemiskinan (Al-

Hujwiri 1993: 30-39; Rahnema 1992: 174). Tubuh-tubuh tersebut tersebar di

kalangan sufi Islam, penganut Hindu, agamawan Kristen (Rubianto 1996: 83-88),

juga penganut kebatinan atau mistik di Jawa –disebut kejawen. Diskursus ini juga

telah lama diikuti tubuh-tubuh elitis seperti raja dan pejabat yang menjalankan

laku prihatin, di antaranya Airlangga (Susanti 2010: 85-122), dan Diponegoro

(Carey 2009: 15-16). Pemikiran Aloysius Pieris (Rubianto 1996: 88), agamawan

Kristen yang mempraktikkan pembatasan harta benda, dapat disampaikan berikut

ini.

Di lain pihak, kemiskinan dapat berwajah membebaskan

bila tampil sebagai kemiskinan sukarela (voluntary poverty). Yang merupakan usaha pembebasan diri dari keserakahan dan ketamakan. Kemiskinan sukarela semacam itu, kata Pieris, menjadi semacam penanggulangan spiritual terhadap ketamakan. Sementara itu, secara sosiologis kemiskinan dalam wajahnya yang memperbudak terjadi melalui proses hubungan-hubungan yang tidak adil, seperti nampak dalam kolonialisme dan neokolonialisme. Namun, di lain pihak kemiskinan sukarela dalam dimensi sosio-politisnya yang membebaskan melahirkan gerakan-gerakan solidaritas dengan orang miskin.

Seni menginginkan kesederhanaan diorientasikan pada penyucian dan

kemurnian diri (Foucault 2011: 170-174). Kekuasaan beroperasi terhadap tubuh

melalui pendisiplinan pengurangan ketergantungan kepada beragam benda dan

jasa dari luar. Kekuasaan diarahkan untuk melemahkan daging (body). Benda dan

Page 122: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

101

jasa keduniawian diidentifikasi sebagai kotoran, sehingga penyucian diri perlu

dilakukan dalam latihan-latihan kemiskinan. Hal ini menciptakan pembatasan

untuk memiliki sesuatu di dunia. Tubuh kian ditinggal benda-benda, dan

bersamaan dengan itu kebutuhan tubuh kian menurun sementara kemandiriannya

terus meningkat.

Konsepsi konsentrasi yang melandasi praktik-praktik tapa juga berkaitan erat dengan gagasan tentang kemurnian; sebaliknya, gagasan tentang keternodaan juga berkaitan dengan disfungsi dan disintegrasi (Anderson 2000: 52).

Makrifat

Syariat

Ngrame Nyepi

Gambar 9. Dikotomi Diskursus Menginginkan kesederhanaan

Dikotomi yang berkembang dalam diskursus menginginkan kesederhanaan

ialah makrifat-syariat dan ngrame-nyepi (Gambar 9). Makrifat merujuk pada

hierarki pengendalian diri, sedangkan syariat merujuk pada hukum-hukum fisik

peribadatan. Ngrame menunjukkan pelaksanaan (terutama) makrifat bersama

warga masyarakat lain, sedangkan nyepi menandai upaya menyendiri atau bertapa

untuk berkonsentrasi. Muslim menjelaskan pendiriannya.

Prihatin itu riyadhah. Menurut orang Jawa itu bertapa. Untuk menghindari larangan Tuhan, orang Jawa melakukan tapa. Laku prihatin ada dua macam, yaitu ngrame dan nyepi. Ngrame dapat berkumpul dengan masyarakat, sedangkan nyepi harus

Page 123: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

102

tinggal di tempat-tempat yang sepi, seperti di hutan-hutan. Mbah Salikun sampai saya termasuk prihatin yang ngrame. Tiap keyakinan memiliki laku tersendiri. Orang Jawa tidak lepas dari spiritual. Kalau tidak mengerti spiritual maka tidak mengetahui hakikat. Sebab kekuatan Jawa bukan di budayanya, tetapi pada spiritualnya. Begitu pula dengan orang Islam, bukan pada syariatnya, tetapi pada tauhidnya, makrifatnya. Laku spiritual atau laku batin berguna untuk memperkuat keyakinan.

Muncul metode loro lopo, yang berarti sakit serta miskin. Sakit ditambah

miskin diharapkan menutup ruang untuk menghibur diri. Loro lopo menunjukkan

jalan penderitaan daging sebagai penciptaan kondisi agar kebenaran muncul ke

permukaan. Metode lain yang serupa, yang biasa dilakukan ialah lelono-broto,

yaitu berkelana dalam suasana kesedihan. Perjalanan diarahkan untuk

mendapatkan tempat yang bisa menenteramkan batin. Ritual ini tidak hanya

dilakukan satu kali, melainkan rutin setiap tengah malam. Ritual bertujuan untuk

menenangkan dan introspeksi diri, serta menghayati kenyataan pengalaman

empiris di tengah masyarakat (Santosa 2011: 95).

Di tempat yang sesuai, dapat pula dilakukan topo broto, atau bertapa

dalam kesedihan. Bertapa dapat berupa puasa, berdoa, melawan hawa nafsu,

meditasi, berjaga sepanjang malam, kungkum (selama berjam-jam pada malam

hari berendam di sungai yang dipandang keramat), atau menyepi ke puncak

gunung (Mulder 1984: 25). Bertapa diarahkan untuk mendapatkan samadi, yaitu

saat ketika konsentrasi diri mampu melepaskan pikiran dari dunia dan menerima

ilham dari Tuhan, berupa rahasia kehidupan, asal usul, atau tujuan hidup.

Pelemahan daging menjadi landasan bagi tubuh untuk mendapatkan

kebenaran hidup, yang langsung disampaikan oleh Tuhan atau melalui arwah

leluhur. Pelemahan daging yang sekaligus berisikan pengendalian diri ditujukan

untuk menguasai kebenaran itu sendiri. Karamah atau kesaktian yang muncul dari

tubuh yang menyukai kesederhanaan bahkan dipandang sebagai wujud riil

kekuasaan dan kebenaran.

Dipengaruhi oleh mistik Islam, pendisiplinan tubuh diarahkan untuk

menjadikan dirinya sebagai cermin, yang mampu menyerap cahaya Tuhan

(Zoetmulder 1990: 321). Diciptakan konsep hati dalam tubuh untuk menyerap

ngelmu, dan hati tersebut homolog dengan cermin penerima sinar Tuhan.

Page 124: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

103

Kemiskinan dipandang sebagai kekangan agar tidak melakukan perbuatan tercela.

Jika hati diibaratkan cermin, maka perbuatan tercela mengotorinya. Jika kotoran

tersebut hilang, sebaliknya, maka cermin lebih mudah menyerap dan

memancarkan cahaya Tuhan. Penciptaan cermin pada hati menjadi mekanisme

mencapai kebenaran Tuhan meski di dalam dirinya sendiri. Pandangan ini antara

lain dinyatakan dalam Serat Centhini teks Dandhanggula syair 8-9 (Zoetmulder

1990: 321).

Gunung-gemunung dan ladang-ladang dapat dilihat, tetapi sukarlah melihat yang lahir dan yang batin, bila kita tidak mempergunakan sebuah cermin. Adapun cermin itu ialah ilmu (ngelmu). Seseorang yang ingin becermin, hendaknya mencari sebuah cermin yang jernih. Bila cermin itu berdusta, maka orang yang memakai cermin itu memperoleh rupa yang lain. Perubahan itu disebabkan oleh cermin.

Oleh karena itu perlu kita tekuni ngelmu. Keempat ngelmu itu yang mewujudkan cermin ialah sarengat, tarekat, kakekat, dan makripat. Hendaknya ngelmu itu dibersihkan (hening). Tetapi bila kita mempunyai pengertian keliru mengenai ngelmu, itu disebut cermin yang berdusta. Yang lahir dan yang batin kelihatan dalam cermin, entah menurut sifatnya yang tepat atau keliru.

Berkaitan dengan tafsir hati sebagai cermin, sinar atau cahaya menjadi

salah satu tanda kekuasaan yang penting. Hal ini diterangkan oleh Anderson

(2000: 65-66).

Jika kemampuan untuk menampung hal-hal yang berlawanan dan menyerap lawan adalah elemen penting dalam klaim seorang pemimpin bahwa ia memiliki Kuasa, maka satu tanda penting kemampuan tersebut adalah apa yang secara tradisional disebut sebagai wahyu, cahaya ilahiah. Tentang pancaran tersebut, Moertono menulis: "(wahyu) digambarkan dalam wujud dan bentuk yang berbeda –pendar yang terang, suatu 'bintang' tapi yang paling sering dilihat adalah bola cahaya [andaru, pulung] yang berwarna biru, hijau, atau putih mengkilat, melintas cepat menembus langit malam". (Gambaran ini menampilkan kesamaan antara Kuasa dan cahaya dalam pemikiran Jawa).

Penilaian yang tinggi terhadap pelemahan daging terletak secara asimetris

dengan kemandiriannya dari benda dan jasa luar. Bukan pihak luar, melainkan diri

Page 125: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

104

si pemilik tubuh yang menguasai dagingnya. Penguasaan diri inilah yang dinilai

tinggi. Islamisasi laku prihatin di Jawa disebut malaikatan. Berbeda dari mistik

Islam yang berorientasi pada Tuhan, dalam kejawen tubuh sendiri menjadi pusat

orientasi untuk mendapatkan kebenaran. Telah lebih dahulu dikenal wujud-wujud

mistik sedulur papat (empat kerabat mistik) yang mengawal diri (pancer, pusat)

sepanjang waktu, agar terlindungi dari hasrat duniawi. Keempat kerabat mistik

mengawal di depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri. Homologi dalam

proses islamisasi dilakukan dengan mengganti sedulur papat menjadi empat nama

malaikat –bentuk-bentuk mistis menurut Islam (Chodjim 2011: 118-147).

Homologi lebih lanjut ialah menyerupakan empat jenis kehendak atau nafsu

dengan empat jatidiri serta empat malaikat. Nafsu dapat dimaknai sebagai angkara

murka di luar suksma (Simuh 1988: 316). Dengan demikian penguasaan nafsu

homolog dengan penguasaan kebaikan malaikat, dan akhirnya homolog dengan

penguasaan keempat jatidiri –konsep awal mistis kejawen. Konsep Jawa yang

digunakan secara mendalam adalah mengembalikan kepada asal muasal manusia.

Muslim menjelaskan pengalamannya.

Manfaat prihatin terbanyak untuk pribadi, memang untuk meningkatkan keimanan. Kembali ke sangkan paraning dumadi, yang mengetahui dirinya sendiri hakikatnya mengetahui Tuhannya. Ini dalam sekali maknanya. Ini berkaitan dengan kejadian manusia, asal usul manusia.

Manusia diciptakan dari 4 unsur. Itu disebut sedulur papat limo pancer, kakang kawah dulur ari-ari. Badan papat maksudnya malaikat empat. Maka disebut ilmu malaikatan, jadi mengimani malaikat. Malaikat itu bernama malaikat Kutubin, Katibin, Haruman, Haeruman. Dalam syariat disebut malaikat Rakib dan Atit, dan malaikat Rahmat. Malaikat Rahmat ada dua, yang di depan dan di belakang. Di samping kanan dan kiri itu malaikat Rakib dan Atit. Dalam bahasa malaikatan lebih jelas. Kutubin dan Katibin itu malaikat yang mencatat hal-hal baik dan buruk. Haruman dan Haeruman itu yang menjaga di depan dan di belakang manusia. Jadi manusia siang dan malam dijaga oleh empat malaikat. Baik saat bangun maupun saat tidur. Itu disebut sedulur, karena lahirnya malaikat di dunia ini bersamaan dengan lahirnya manusia. Limo pancer, di sini pusat itu ruh diri kita sendiri. Kadang-kadang ini disebut ingsun, yaitu ruh itu sendiri.

Page 126: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

105

Melalui nyepi (menyendiri), seni hidup malaikatan memberikan manfaat

terutama terhadap diri sendiri, yaitu merangsang manusia untuk mengendalikan

kekuasaan mengabarkan kebenaran hidup. Pada masa kini, bahkan, kebatinan

tidak hanya untuk mengendalikan nafsu, namun konsentrasi batin juga diarahkan

untuk mengembangkan kesadaran atau pemikiran tentang kehidupan (Stange

2009a: 319-321).

Baik karena kebenaran Tuhan yang sampai kepada tubuh, maupun karena

kemampuan mengendalikan berbagai komponen diri, tubuh yang terus berlatih

kesederhanaan dapat memperoleh karamah atau kesaktian. Tubuh berkaramah

atau tubuh yang sakti dinilai berderajat lebih tinggi, lebih suci, lebih dekat kepada

kebenaran, dan lebih berkuasa. Kesaktian menjadikan kekuasaan terwujud secara

obyektif pada tubuh (Anderson 2000: 47-71), sekaligus mengabarkan kebenaran

hidup. Tubuh penguasa –berarti yang paling sakti—sekaligus berisikan jejak-jejak

keluasan wilayah yang dikuasainya. Muslim menjelaskannya kesaktian ini.

Ilmu malaikatan itu thoriqoh Jawa. Umumnya tidak ada bukunya, karena tidak boleh ditulis. Jadi harus hafal. Istilahnya guru spiritual, bukan guru thoriqoh. Ini kalau ditekuni akan menjadi orang Islam yang baik, namun kalau hanya setengah-setengah akan menjadi jadug, sakti. Karena ini mengandung ilmu kesaktian pada tingkat yang awal-awal. Tapi nanti kalau sudah naik, naik, ke tingkat yang lebih tinggi, nanti cuma satu (bertemu Tuhan).

Anderson (2000: 51) juga memunculkan kesaktian sebagai wujud

kekuasaan.

Nilai penting ke dalam dari tapa yang seperti itu sama sekali bukan upaya membunuh nafsu diri dengan tujuan etis di benar, melainkan semata demi mendapat Kuasa/kesaktian.

Hidup menginginkan kesederhanaan dapat dilatih terus menerus dan

dipraktikkan dalam keseharian. Pelatihan ini menghasilkan hierarki tubuh menurut

kemurniannya atau kemampuannya menerima kebenaran. Tubuh nabi berisikan

kekuatan tertinggi, diikuti tubuh wali, guru kebatinan, dan seterusnya. Hierarki

tubuh memungkinkan peran sebagai guru dan sebagai murid kebatinan. Tubuh

Page 127: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

106

murid dapat didisiplinkan oleh guru untuk mencapai peringkat mistis atau

kesucian lebih tinggi lagi. Dalam kejawen yang berorientasi pada diri sendiri, guru

baru dapat berperan pada saat-saat murid mengalami kesulitan untuk naik ke

derajat lebih tinggi (Stange 2009: 10-19). Adapun kesuksesan seni hidup dalam

bentuk pelatihan kemiskinan sehari-hari sepenuhnya tergantung kepada murid itu

sendiri.

"Ngrame" Mengabarkan Kebenaran

Selain dikembangkan secara internal antara guru dan murid sebagai seni

untuk hidup asketis, tubuh yang menginginkan kesederhanaan juga memiliki

keberanian untuk menyampaikan kebenaran, yang dikonsepkan sebagai parrhesia

(Foucault 2011: 339). Secara obyektif pula, penolakan tubuh terhadap kebendaan

menciptakan modal simbolik. Ekonomi modal simbolik ditunjukkan dari

pembalikan ekonomi formal, di mana nilai simbol meningkat justru berlawanan

dari pelekatan kebendaan pada tubuh (Bourdieu 2010: 137-183). Kian sederhana

tubuh maka modal simbolik yang dimilikinya membesar, sebaliknya ketika tubuh

mulai meninggalkan kesederhanaannya maka modal simboliknya menurun. Tubuh

yang telah terkendali dan mandiri dari kebendaan bernilai tinggi, karena sulit

untuk menghisap benda milik warga lain. Kelompok musik Slank menerbitkan

lagu berjudul Seperti Para Koruptor, yang syairnya menggambarkan kaitan

ngrame dari hidup sederhana dengan berjaga dari berkorupsi.

Hidup sederhana Gak punya apa-apa tapi banyak cinta Hidup bermewah-mewahan Punya segalanya tapi sengsara Seperti para koruptor, seperti para koruptor

Setelah tubuh terkendali, penjagaan kualitasnya dilakukan melalui

mekanisme pelarangan. Larangan berisikan predisposisi dan interaksi sosial yang

merugikan masyarakat, seperti maling, mempermainkan wanita, bermabuk-

mabukan. Muslim menjelaskan pengalamannya.

Page 128: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

107

Dalam ajaran (mistik) ini ada pantangan-pantangan yang harus dilaksanakan. Orang Jawa menyebutnya medang atau dibaiat. Kalau sudah dibaiat tidak boleh melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah. Menurut orang Jawa tidak boleh mo limo, yaitu maling, madat atau minum-minuman keras, madon, termasuk perbuatan-perbuatan lain yang dilarang. Kalau hanya syariat, nanti kalau maling itu berdosa, nanti kalau berzina itu berdosa, orang cenderung bisa lupa, dan cenderung menyepelekan. Tetapi kalau sudah diwenang seperti ini, sebab ada pantangannya, kalau kamu minum bakal seperti ini, kalau maling bakal seperti ini, kalau kamu berzina bakal begini. Yang dimaksud "begini" itu tidak di akhirat, namun di dunia. Langsung di dunia. Kadang-kadang berbentuk sakit yang tidak disembuhkan, mati tanpa sakit seperti kecelakaan, kena petir. Itu benar-benar terjadi, bukan sekedar menakut-nakuti. Memang hakikat seperti itu. Ilmu hakikat itu ilmu thoriqoh yang sudah menginjak tingkat tinggi, sehingga pantangannya itu "harus", tidak bisa ditawar. Dengan jalan itu, orang-orang yang suka minum minuman keras dengan sendirinya tidak berani minum lagi. Orang biasa main perempuan secara tidak langsung dilarang, untuk berhenti. Sedikit demi sedikit yang ikut semakin banyak. Dan yang ikut ini akan menjadi pengikut yang kuat, karena sudah disumpah sehingga tidak bisa lari. Itu gunanya baiat. Orang-orang ini memiliki anak, dan diajari hal serupa, akhirnya ada kelompok muslim di Kalitani.

Substansi pelatihan mistis dan kebenaran yang diserap oleh tubuh yang

menginginkan kesederhanaan sulit diedarkan dalam bahasa yang absolut. Untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan absolut, simbol-simbol kebenaran tersebut

dapat saja dijelaskan secara panjang lebar. Namun demikian, kebenaran tersebut

lebih banyak disebarluaskan sebagai simbol-simbol dan bersifat fiksius atau

metaforis. Karena bersifat simbolik, kebenaran lebih banyak –karena lebih

mudah—diedarkan dalam arena-arena simbolis seperti ashrama (Riana 2009:

169-177), pesantren (Carey 2009: 15-16; Hadi 2010: 197-242) atau sekolah, juga

melalui kesenian, serta upacara-upacara simbolis semacam selamatan, perayaan,

dan sebagainya. Sunan Bonang memberi contoh mencipta instrumen bonang,

kenong, kempul, serta wayang. Sunan Drajat mencipta tembang pangkur. Sunan

Kalijaga mencipta berbagai gamelan, wayang kulit, baju takwa, tembang

dhandhanggula. Sunan Giri mencipta permainan jetungan, jamuran, gula ganti,

cublak-cublak suweng, tembang asmarandana, tembang pocung. Sunan Makmur

Page 129: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

108

mencipta tembang maskumambang, tembang mijil. Sunan Muria mencipta

tembang sinom, tembang kinanthi (Purwadi 2005: 49-62).

Melalui ngrame (hidup bersama warga masyarakat) tubuh yang

menginginkan kesederhanaan berupaya mendekati keadaan tubuh warga miskin.

Solidaritas antar tubuh miskin ini memungkinkan pemberian bantuan hingga

pengembangan gerakan pembebasan bagi tubuh orang miskin. Di negara lain

diskursus kesederhanaan yang diinginkan diobyektifkan dalam bentuk hidup

bersama golongan miskin (Rubianto 1996: 83-88) dan mengembangkan

perbankan di bersama mereka (Yunus 1999: 59-130). Responden penelitian ini

yang menginginkan kesederhanaan sekaligus menjabat perangkat desa. Muslim,

tokoh agama dan Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sawahan, mengabarkan

kebenaran dengan menyalurkan program pembangunan kepada golongan

kekurangan, mengurangi penerbitan dokumen palsu dan mengurangi pungutan liar

dalam layanan publik.

Saya pulang dari pesantren tahun 1997, lalu aktif di

organisasi. Namun saya nyleneh, saya berorganisasi di karang taruna. Saat itu di sini belum ada karang taruna. Saya lalu mendekati teman-teman, "Ayo mendirikan organisasi". Tanya mereka, "Organisasi apa?". Saya jawab, "Karang taruna". Tanya mereka, "Kalau karang taruna berbau umum, mengapa tidak menjurus ke agama". Saya jawab, "Melalui karang taruna saya bisa merangkul pemuda yang bisa mengaji, saya juga bisa merangkul pemuda yang tida bisa mengaji. Kalau sudah menjadi satu, nanti mudah menyusun acara apa-apa saja".

Akhirnya karang taruna berdiri, anggotanya banyak, sampai ratusan. Kegiatan saya sesuaikan dengan keadaan. Untuk yang senang mengaji, saya buatkan kegiatan mengaji. Untuk yang senang berolah raga, saya buatkan kegiatan olah raga. Untuk yang senang musik, saya buatkan kegiatan musik. Kegiatannya bermacam-macam. Kegiatan mengaji meliputi selapanan, yasinan, tahlilan, albarzanji. Yang tidak bisa mengaji wajib ikut, meskipun hanya mendengarkan. Kegiatan olah raga berupa voli, tenis meja, badminton. Kegiatan musik mencakup terbangan biasa, terbangan rozak, dangdutan.

Selanjutnya kebetulan ada kekosongan jabatan di desa. Pada perangkat desa hanya ada kepala desa dan dua kaur (kepala urusan), yaitu kaur keuangan dan pembantu kaur kesra (kesejahteraan rakyat). Kekosongan di desa ini mulai tahun 1997. Saya menjadi perangkat desa sejak tahun 2003.

Page 130: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

109

Alhamdulillah ada perubahan. Untuk membangun masjid, mushalla, madrasah, saya bisa bersuara lantang. Saya tidak menjadi modin atau kaur kesra, karena kebetulan saat itu yang dibuka lowongannya kaur pemerintahan. Dan kebetulan saya menyukai pemerintahan. Karena di sini ada sedikit ilmu diskusi. Pemerintahan di desa ini kan berkaitan dengan hukum, seperti hukum tanah, hukum waris, banyak hukum-hukum itu. Sejak di pesantren saya juga suka hal-hal seperti itu. Ini seperti melengkapi hakikat. Istilahnya kalau ilmunya berangkap-rangkap itu lebih lengkap, sehingga lebih mengetahui ujud dunia. Karena ujud dunia beragam juga.

Kemiskinan dipandang sebagai salah satu ujian dalam kehidupan. Tujuan

dari ujian tersebut agar tubuh lulus dan naik ke taraf spiritualitas yang lebih tinggi.

Ujian dalam hidup dalam rangka membentuk sesuatu yang baru. Salin (berganti pakaian). Dengan ujian maka orang bekerja keras, berusaha. Misalnya ujian sekolah. Kalau orang mau ujian, mestinya belajar sungguh-sungguh, dan melakukan dengan sungguh-sungguh. Nanti tinggal hasilnya seperti apa. Begitu pula dengan hidup. Hidup itu ujian. Kita juga diuji oleh Allah. Ujian kesabaran kita. Ujian ketakwaan kita. Ujian nrimo ing pandum. Itu semuanya ujian.

Dipandang lebih suci karena sinar Tuhan terpancar langsung ke dalam

hatinya, tubuh-tubuh yang lulus ujian kesederhanaan ini bersifat subversif bagi

penguasa. Tubuh tidak tunduk atau berada di bawah penguasa, melainkan dapat

mengabarkan kebenaran dengan mengkritik penguasa.

Anomali atau kejanggalan bagi penanggulangan kemiskinan muncul dari

ketergantungan tubuh kepada Tuhan. Dipercaya bahwa kekuasaan yang

dipancarkan oleh tubuh prihatin semata-mata berasal dari Tuhan. Melalui laku

prihatin, tubuh kian mandiri dari kebendaan namun sekaligus kian terikat pada

Tuhan. Ketergantungan tubuh kepada Tuhan telah menghilangkan tafsir masalah

bagi kemiskinan. Kemiskinan sekedar ditafsirkan sebagai instrumen pengelolaan

tubuh. Menjadi kaya atau menjadi miskin tidak dimasalahkan. Tubuh dapat

dikelola agar bekerja keras untuk mendapatkan kebenaran takdir tersebut. Muslim

menjelaskan sebagai berikut.

Page 131: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

110

Di dunia ini ada tiga pokok yang tidak bisa kita ubah, yaitu rezeki, jodoh dan kematian. Ini sulit kita ubah, karena sudah ditentukan Tuhan. Begitu pula dengan rezeki, itu sudah ditentukan akan menerima sedikit atau banyak. Kita harus rela. Kita diberi banyak alhamdulillah (berterima kasih), diberi sedikit juga alhamdulillah. Kadang-kadang kita kan tidak tahu di balik itu semua ada rahasia terbesar, yang disembunyikan oleh Allah. Kadang kita diberi rezeki yang banyak, tetapi tidak bisa bersyukur. Kawan kita sibuk bekerja. Berarti kalau kita diberi rezeki yang banyak, mudharatnya (keburukannya) bagi kita banyak. Tapi kalau kita diberi rezeki sedikit, membuat kita rajin.

Kekuasaan tubuh berprihatin antara lain berwujud kesaktian atau karomah.

Akan tetapi kekuasaan tersebut dapat hilang saat tubuh bersifat sombong. Di

samping itu, kesaktian tubuh sendiri tidak pernah tak terbatas. Tubuh yang lebih

suci lagi senantiasa mendapatkan kebenaran dari Tuhan perihal peluruhan

kesaktian tubuh-tubuh sombong. Kesaktian, misalnya, dapat dikalahkan melalui

benda-benda tertentu, di antaranya bambu runcing. Muslim menyampaikan

sebagai berikut.

Banyak orang thoriqoh yang tersesat. Sebab orang thoriqoh, yang ahli zikir, kalau zikir cepat-cepatan, nanti akan timbul karamah. Karamah itu suatu keistimewaan yang dilahirkan melalui zikir.

Biasanya kalau sudah timbul karamah lalu dimintai tolong oleh orang lain. Akhirnya tamunya banyak, kalau dia memang ingin menerima tamu. Dalam hati, yang namanya manusia, ini kadang timbul sombong. Walaupun sombong tidak dilahirkan di mulut, tetapi hanya dalam hati, ini juga berpengaruh pada orang-orang yang memperdalam ilmu hakikat.

Pengaruhnya besar. Oleh sebab itu umumnya orang ahli hakikat yang sudah mendapatkan karamah, lalu sombong, maka cenderung mengalami kesulitan untuk kembali ke jalan yang benar.

Ikhtisar

Dalam bab ini diketengahkan pengelolaan kesucian tubuh sendiri dan

membatasi ketergantungan terhadap harta benda. Dengan mendekati kondisi

tubuh-tubuh miskin, modal simbolik tubuh kian terakumulasi. Modal simbolik

Page 132: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

111

memberikan kekuatan tubuh suci saat menyampaikan kebenaran, sehingga bersifat

subversif terhadap masyarakat dan pemimpin setempat.

Sementara bab ini berisikan pengelolaan diri sendiri agar homolog dengan

tubuh miskin, bab berikutnya berupaya mengajak tubuh-tubuh miskin untuk

membebaskan diri dari kelas kapitalis. Dalam kemiskinan sosialis diciptakan

arena obyektif agar memungkinkan tubuh miskin merebut alat produksi kelas

kapitalis.

Page 133: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

112

Page 134: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 7

DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN SOSIALIS

Diskursus dan praktik kemiskinan sosialis menampung kelompok marxis,

neo marxis, sosialis demokrat, dan pihak lain yang memandang hubungan dengan

pemegang kapital sebagai penyebab kemiskinan. Kemiskinan muncul sebagai

konsekuensi interaksi kelas bawah (marhaen, kromo, petani kecil, buruh tani, dan

sebagainya) dengan kelas atas dari masyarakat kapitalis dan feudal. Sebagai

indikasi kelas bawah, menurut Sensus Penduduk 2010 terdapat 34.746.979 buruh,

karyawan dan pegawai.1 Sebagian lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga

mengadvokasi tubuh miskin untuk merebut hak-hak pembangunan (Wahono

2005: 4-9). Deskripsi diskursus ini dapat diambil dari pemahaman sosiologis Aidit

tentang pedesaan (Edman 2007: 127-128).

Indonesia adalah sebuah bangsa yang dikendalikan oleh baik sistem kapitalis maupun sistem feudalisme, meskipun tentu saja feudalisme yang murni 100% sudah tak lagi di sini. Akan tetapi sisa-sisa feudalisme yang terpenting dan paling serius masih ada di Indonesia sampai dengan saat ini. Hal ini dapat kita buktikan dengan fakta: Pertama, masih tetap berlangsungnya hak-hak monopoli pada tuan-tuan tanah besar atas tanah-tanah mereka dikerjakan oleh para petani –yang merupakan sebagian besar orang yang tidak mungkin dapat memiliki tanah dan karenanya terpaksa harus menyewa tanah dari tuan tanah dengan berbagai macam persyaratan; Kedua, adanya sistem pembayaran sewa tanah dalam bentuk hasil-hasil panenan kepada para tuan tanah, di mana akibat-akibatnya menimbulkan sejumlah besar daripada sebagian besar kaum petani yang harus hidup dalam kemiskinan; Ketiga, adanya sistem sewa tanah dalam bentuk melakukan pekerjaan pada tanah-tanah milik tuan tanah yang telah menempatkan sebagian terbesar daripada kaum petani pada kedudukan seperti para budak. Terakhir, adanya penumpukan hutang yang demikian membebani sebagian besar kaum petani dan telah menempatkan mereka sebagai para budak milik para tuan tanah.

1 Diunduh dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=291&wid=0 pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 13.33 WIB.

Page 135: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

114

Wilayah pascakolonial memang bukan termasuk pembicaraan Karl Marx –

sumber pemikiran utama dalam diskursus dan praktik ini. Marx dan Engels (1960:

82-95) sekedar menunjukkan perkembangan perjuangan kelas, dimulai dari masa

komunisme primitif, masa feodalisme, masa kapitalisme, dan diakhiri dengan

masa sosialisme. Dengan struktur perekonomian utama masih dalam bidang

pertanian, Indonesia masuk dalam masa feodalisme. Akan tetapi kolonialisme

telah mengenalkan kapitalisme dalam industri dan jasa. Bergabungnya kedua

masa tersebut menunjukkan musuh bersama kelas bawah ialah kelas feodal dan

kelas kolonialis atau neokolonialis.

Kapitalisme yang berujud kolonialisme atau globalisme berasal dari luar

negeri, sedangkan feudalisme berkembang dari sejarah Indonesia sendiri. Hal ini

diindikasikan dari munculnya wong cilik sebagai homologi tubuh miskin yang

sudah ada sebelum penjajahan (Margana 2004: 45, 810).

Bab kaping 14 Kepala ora kena amundhut sakliyane pepundhutan utawa luwih seka pamundhute kang duwe bumi, atawa luwih sakkelare uwong cilik, kelar anyangga papundhutane mau, saupama oleh parentahe kang duwe bumi dikon jaluk luwih seka bobote, atawa papundhutan kang ora pantes, iya enggal awehya weruh marang kepala dhistrik. Terjemahan: Bab 14 Kepala desa tidak berhak meminta pungutan lebih dari pungutan orang yang mempunyai tanah atau lebih dari kemampuan rakyat kecil dalam membayar pungutan tadi, apabila memperoleh perintah dari orang yang mempunyai tanah untuk meminta lebih dari aturannya atau pungutan yang tidak pantas, harus memberitahukan kepala distrik. (Kutipan naskah nomor 84.3 tentang gambaran tugas para kepala desa, seperti bekel, panglawe, paneket, dan penatus di seluruh wilayah Keraton Yogyakarta)

Pemikiran sosialisme diperoleh dari Eropa, namun sejak awal

pertumbuhannya selalu diupayakan disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Dalam

upaya penyelarasan tersebut, sosialisme dipandang telah ada di desa sebagaimana

muncul pada musyawarah untuk memecahkan permasalahan (Tjokroaminoto

Page 136: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

115

2008: 47-114). Gotong royong di antara anggota masyarakat juga telah

dikembangkan untuk membangun desa.

Sosialisme juga dikaitkan dengan Islam. Nabi Muhammad dipandang

menerapkan sosialisme dalam kehidupan rumahtangga hingga bernegara

(Tjokroaminoto 2008: 47-114). Dalam arena rumahtangga posisi istri setara

suami, dan iapun dapat berbeda pendapat dari suami, bahkan menceraikannya.

Dalam bernegara, sosialisme dioperasikan melalui pewarisan harta agar tidak

terakumulasi pada anak saja, pelarangan rente, monopoli, perdagangan spekulasi,

hingga judi. Sosialisme dinilai dilaksanakan sahabat nabi hingga imperium Islam.

Dalam penyesuaian tersebut teori kelas dari Karl Marx digunakan, namun

dimanipulasi sesuai praktik di Indonesia. Negara, misalnya, dapat terpisah dari

kapital –sebagaimana ditunjukkan oleh perlawanan Soekarno terhadap Amerika

Serikat, Inggris, dan Belanda—karenanya bersama kelas miskin menghadapi

musuh bersama berupa neo-kolonialisme. Hanya ketika negara berhomologi

dengan kelas kapital –ini yang dicontohkan Marx dan Engels (1960: 79-81)—

barulah keduanya sama-sama menjadi musuh kelas miskin.

Menghisap Tubuh

Dikotomi pemikiran untuk mengembangkan diskursus kemiskinan sosialis

berupa marhaen-kapitalis dan sadar-hegemonis. Dikotomi marhaen-kapitalis

mampu menjelaskan hierarki kelas sosial, sementara dikotomi sadar-hegemonis

mengembangkan dinamika untuk menyusun solidaritas di dalam kelas sosial itu

sendiri (Gambar 10).

Tubuh-tubuh masyarakat dipisahkan sebagai kelas atas dan kelas bawah.

Tubuh kelas bawah turut berproduksi, namun operasi kekuasaan dalam produksi

telah menghisap surplus tersebut ke arah kelas atas. Mekanisme kekuasaan untuk

menghisap tersebut beroperasi melalui pemilikan benda-benda yang berfungsi

sebagai alat produksi, dan benda-benda tersebut melekat pada tubuh kelas atas.

Kekuasaan melalui alat produksi berjalan dalam arena produksi.

Dalam feudalisme, tubuh raja memancarkan kekuasaan yang ditangkap

oleh priyayi. Wujud dari kekuasaan priyayi ialah seperangkat tubuh-tubuh yang

Page 137: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

116

dinamakan cacah, yang bertugas menghasilkan surplus dari sebidang tanah

pemberian raja (Onghokham 1984: 3-27; Agusta 2010a: 897-915). Peringkat

kekuasaan priyayi terekam dari jumlah cacah yang dikelolanya. Surplus yang

dimiliki priyayi berasal dari hasil produksi tubuh cacah dikurangi upeti untuk raja

(Margana 2004: 68-69, 503-504).

KapitalisNeokolonial/Neoimperialisme

Feodal

MarhaenTerjajah

Wong cilik

Sadar Hegemonik

Gambar 10. Dikotomi Kemiskinan Sosialis

Bab 3 Para priyayi wenang angerehake gawene bekel lan wong cilik, kang dadhi lungguhe mau kaya dhudhuk lumpur, kesrek cecek, tuk tunguk, pondhong pikul karepe priyayi dhewe, utawa priyayi mau nglakoni gawene negara… Bab 5 Para priyayi wenang mundhut pawulu-wetune bumi gadhhuhane lungguhe mau kaparokake, iyo para bekel ora kena mopo, tamtu nyumanggakna ing blabage, ananging para priyayi wajib ambayara alif apa ing lumrahe desa kono … Terjemahan: Bab 3 Para priyayi berwenang menggunakan tenaga bekel dan rakyat kecil yang menjadi bawahannya, seperti untuk pekerjaan dhudhuk lumpur, kesrek cecek, tuk tunguk, pondhong pikul yang sudah jelas merupakan kewajiban priyayi sendiri atau priyayi tadi melaksanakan tugas kerajaan… Bab 5

Page 138: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

117

Para priyayi berhak mengambil hasil bumi dari tanah lungguhnya dengan cara maro atau mengambil pajak terserah sesuai yang disenangi, jika sawah tadi dibagi, para bekel harus menurut, dan harus menyerahkan kepadanya blabagnya. Akan tetapi para priyayi wajib membayar alip sesuai adat yang berlaku di desa tersebut… (Kutipan dokumen 14.a berupa peraturan priyayi yang mendapatkan lungguh (patuh), biasa dikenal sebagai Pranatan Patuh. Peraturan dikeluarkan Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 23 Juni 1862).

Selama masa kolonial, kapitalisme menyatu dalam tubuh penjajah. Dalam

kolonialisme, mekanisme penghisapan surplus berlangsung melalui segmentasi

posisi dalam proses produksi (Boeke1953: 32-38 ). Segmentasi telah menguatkan

batas-batas kelas, sehingga memustahilkan peningkatan posisi dari pribumi ke

kelas atas. Bersamaan dengan hal tersebut, surplus pribumi semakin lancar

mengalir kepada kelas atas di negara jajahan hingga melintasi samudera ke negara

induk.

Penyesuaian kelas bawah ala Marx dengan kondisi di Indonesia

berlangsung dalam konsep kromo, marhaen, petani kecil, buruh tani, nelayan

kecil, orang miskin. Konsep-konsep ini merupakan tubuh kelas bawah yang dapat

dilekati sedikit alat produksi atau proletar yang hampa dari peralatan tersebut.

Konsep kromo dikenal setidaknya sejak kerajaan Mataram Islam pada abad ke 16

(Agusta 2010a: 897-915), sedangkan konsep marhaen diciptakan Soekarno pada

akhir 1920-an (Soekarno 1965: 167-170, 245-248). Konsep petani kecil, buruh

tani, nelayan kecil dan orang miskin sebagai kelas bawah digunakan akhir-akhir

ini (Wahono 2004: 1-19). Bagaimanapun, beragam tubuh kelas bawah tersebut

tidak mampu menghasilkan surplus yang mencukupi untuk hidup keluarganya.

Percakapan Soekarno kepada petani kecil bernama Marhaen menjelaskan hal ini

(Saksono 2008: 48-49).

"Siapa yang punya semua (dari) yang engkau kerjakan

sekarang ini?". Jawab dia kepada Soekarno, "Saya Juragan". Kemudian Soekarno bertanya lagi, "Apakah Engkau

memiliki tanah ini bersama-sama yang lain?". "O, tidak Gan. Saya sendiri yang punya". "Tanah ini Kau beli?". "Tidak. Warisan Bapak kepada anak turun temurun".

Page 139: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

118

"Bagaimana dengan sekopmu? Sekop ini kecil, tetapi apakah kepunyaanmu juga?".

"Ya, Gan". "Dan cangkul". "Ya, Gan". "Bapak?". "Saya punya, Gan". "Untuk siapa hasil yang Kau kerjakan?". "Untuk saya, Gan". "Apakah cukup untuk kebutuhanmu?". Jawab petani itu dengan kalimat tanya, "Bagaimana

(mungkin) sawah yang begitu kecil ini dapat cukup untuk seorang istri dan empat orang anak?".

Soekarno melanjutkan pertanyaan, "Apakah ada yang dijual dari hasilmu?".

"Hasilnya sekedar cukup untuk makan kami. Tidak ada lebihnya untuk dijual".

"Kau mempekerjakan orang lain?". "Tidak, Juragan, saya tidak bisa membayarnya". "Apakah Engkau pernah memburuh?". "Tidak, Gan. Saya harus membanting tulang, akan tetapi

jerih payah saya semua untuk saya". Bung Karno kemudian menunjuk ke pondok kecil, "Siapa

yang punya rumah itu?". "Itu gubuk saya, Gan. Hanya gubuk kecil saja, tetapi

kepunyaan saya sendiri".

Haji Misbach mencatat, bahwa kekuasaan menyamarkan operasinya pada

tubuh kelas bawah melalui penciptaan serangkaian kesadaran palsu (Hiqmah

2008:41). Penghilangan perbudakan pada akhir abad ke 19, misalnya, diikuti

dengan pembentukan buruh-bebas (free-labour). Perubahan status sosial tersebut

tidak memperbaiki keadaan kelas bawah, melainkan mempermudah penghisapan

surplus buruh melalui upah yang sangat rendah dan ketiadaan perlindungan antara

individu buruh dan kelompok pengusaha penjajah. Tubuh kelas bawah juga

diidentifikasi dengan kemalasan, dan bisa dicukupi dengan konsumsi uang

sebenggol (f 2,5) sehari (Soekarno 1965: 177-180).

Tubuh marhaen tidak hanya beridentitas buruh industri, melainkan juga

petani kecil dan buruh tani. Meskipun telah merujuk petani dan buruh tani di

pedesaan, namun perhatian yang kuat terhadap mereka baru muncul sejak dekade

1950-an. Walaupun menjadi salah satu partai pemenang Pemilu 1955, pengaruh

Partai Komunis Indonesia (PKI) di industri dan perkotaan kian terdesak oleh

Page 140: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

119

Angkatan Darat. Partai kemudian mengalihkan perhatian kepada petani dan buruh

tani di pedesaan. Tidak sepenuhnya menganut teori Marx, peralihan subyek partai

ini diikuti dengan penguatan pengaruh pemikiran Lenin dalam menggerakkan

petani untuk revolusi Bolshevik di Rusia.

PKI membuka hubungan yang erat dengan organisasi petani bernama

Barisan Tani Indonesia (BTI) sejak 1950-an. Rancangan undang-undang agraria

sempat diusulkan PKI pada Desember 19581, diterima berbagai partai lain dan

dicanangkan sebagai Undang-undang Agraria pada November 1959. Undang-

undang ini segera direvisi kembali oleh akademisi, partai-partai dan pemerintah,

lalu diresmikan sebagai UU Pokok Agraria (UUPA) pada tahun 1960. Salah satu

aspek penting dari undang-undang pokok tersebut ialah pembatasan luas lahan

yang bisa dimiliki petani. Kelebihan luas lahan harus diambil oleh pemerintah

dengan kompensasi tertentu, lalu dibagikan kepada penggarap dan buruh tani.

BTI dan PKI bergerak lebih lanjut, dengan menyelenggarakan penelitian

partisipatoris pada awal dekade 1960-an. Penelitian tentang jumlah, identitas dan

lingkungan tubuh-tubuh marhaen dikerjakan sekaligus untuk menyadarkannya

dari penghisapan kelas atas. Selain untuk memahami situasi obyektif dinamika

UU Pokok Agraria (Mortimer 2011: 390), penelitian juga membantu

pengintegrasian kader partai ke kalangan petani, serta melatih kader partai dalam

penelitian sosial yang cermat. Mereka menggunakan metode tiga bersama agar

kader partai berintegrasi dengan kelas marhaen, yaitu tinggal bersama kaum tani,

sudah bersantap semeja dengan mereka, sudah bekerja bersama mereka (White

2005: 116-118). Aidit mencatat kehendak meneliti berikut ini (Edman 2007: 141).

Hal ini dimaksudkan untuk mempelajari bentuk-bentuk khusus mengenai kelas-kelas di pedesaan dan hubungan-hubungan yang terjadi antara kelas-kelas tersebut dan terutama mengenai bentuk dan cara-cara eksploitasi yang dilakukan oleh para tuan tanah dan para lintah darat terhadap para petani atau berbagai bentuk eksploitasi yang dialami oleh para buruh, para petani miskin dan para petani menengah.

1 Walaupun demikian, diketahui adanya klaim kebenaran lainnya –yang sebaliknya sepenuhnya menghilangkan peran PKI. Klaim tersebut mengetengahkan peran BTI namun sebelum bergabung dengan PKI, peran akademisi, serta berbagai panitia bentukan pemerintah untuk menyusun rancangan undang-undang agraria tersebut. Setelah diusulkan pemerintah dalam sidang parlemen, disetujui bentuknya adalah UU Pokok Agraria (Wiradi 2000: 132-139).

Page 141: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

120

Penelitian yang berorientasi praktik ini telah menghilangkan tubuh-tubuh

tuan tanah dalam kelompok petani di desa. Agitasi selama penelitian berlangsung

juga telah menyadarkan kelas marhaen akan penghisapan surplus ekonomi di

sawah, melatihnya untuk berorganisasi secara rasional, serta menguatkan

keberanian untuk melawan kelas kapitalis. Bagi kader partai yang sebelumnya

terbiasa mengelola buruh industri di kota, pengiriman ke desa kian menguatkan

pengetahuan obyektif tentang desa serta menguatkan kebersamaan antara kelas

atas dan kelas marhaen. Penelitian ini menghasilkan rincian lawan bersama yang

berasal dari dalam negeri, yaitu tuan tanah, rentenir, tukang ijon (membeli harga

pertanian sangat murah sebelum panen), kelas menengah sebagai penghubung

kota dan desa, kapitalis birokratik, serta agen perusahaan negara yang memaksa

petani untuk menjual tanamannya kepada perusahaan tersebut. Hasil penelitian

memberi konsekuensi agar petani kelas bawah memutuskan hubungan dengan

kelas feudal di pedesaan, sebagaimana dituliskan Aidit berikut ini (Edman 2007:

144).

… dalam semua bentuk aktivitas, partai akan mendasarkan diri pada buruh pertanian, para petani miskin, ikatan-ikatan dengan para petani menengah dan upaya netralisasi terhadap para petani kaya dan sebagainya sebagai upaya untuk mengucilkan para tuan tanah dan secara bertahap melakukan serangan terhadap mereka.

Hal ini … menuntut seluruh kader petani agar menjauhkan diri mereka dari para tuan tanah dan para lintah darat dalam kehidupan mereka sehari-hari dan juga secara bertahap memutuskan hubungan-hubungan mereka dengan kelas-kelas penghisap (exploiting classes) di desa-desa.

Hasil penelitian dikembangkan menjadi petunjuk dan pedoman untuk

melaksanakan aksi sepihak selangkah demi selangkah. Memilih titik moderat, BTI

dan PKI mengharapkan aksi-aksi tersebut belangsung adil, menguntungkan, dan

bergerak di batas-batas yang sudah ditetapkan pemerintah, berfokus pada hasil

kecil namun efektif, disertai dengan agitasi terus menerus.

Aksi-aksi sepihak tidak bisa sepenuhnya sesuai dengan peraturan

perundangan, justru di lapangan aksi dilakukan karena peraturan perundangan

tidak berjalan. Tuan tanah dan pemerintah daerah menghalang-halangi

Page 142: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

121

pembentukan panitia reforma agraria di kecamatan, atau panitia tidak

menyelesaikan pekerjaan untuk mendata tanah yang melebihi ketentuan luas

pemilikan dalam UU Pokok Agraria. Dalam kondisi sulit tersebut, aksi sepihak

telah efektif dalam mengambil alih kepemilikan lahan tuan tanah, dan

membagikannya kepada petani miskin dan buruh tani. Pada pertengahan dekade

1960-an di wilayah Bandung, Cirebon, Indramayu, dan Karawang, aksi sepihak

sudah menghasilkan 52 ribu kesepakatan, dan 21.750 di antaranya sudah tercapai

dalam bentuk tertulis. Setelah aksi sepihak dilancarkan, di Jawa Barat diperoleh

kesepakatan bagi-hasil sebesar 51.750. Menurut kantor pemerintah, sebanyak 21

ribu Ha telah dibagikan kepada 33.573 penggarap. Aidit menulis perihal aksi

sepihak berikut ini (Edman 2007: 137)

Terdapat beberapa langkah yang harus kita tempuh dalam rangka menjalankan tanggung jawab partai kita yang paling penting; tanggung jawab untuk melakukan penghancuran terhadap sisa-sisa feodalisme, mengobarkan revolusi agraria yang anti feudal, dan merebut tanah-tanah milik para tuan tanah dan membagi-bagikannya secara cuma-cuma kepada pada petani sebagai hak milik pribadi mereka. Revolusi agraria ini adalah esensi daripada revolusi rakyat yang demokratis di Indonesia.

Aksi sepihak dan pemilikan tanah pribadi merupakan transisi menuju

kolektivitas lahan yang dikelola negara untuk para petani. Aidit menulis sebagai

berikut (Edman 2007: 132)

Apakah dengan memberikan tanah kepada para petani untuk dijadikan sebagai hak milik pribadi mereka akan berarti bahwa sistem kepemilikan pribadi adalah sistem kepemilikan yang terbaik dan tidak akan diubah? Tentu saja tidak! Kita tahu bahwa sebagian besar buruh tani dengan berdasarkan berbagai pengalaman mereka, setelah kemenangan revolusi agraria, akan sampai pada kesimpulan bahwa menggabungkan tanah sempit dan segala perlengkapan yang mereka miliki ke dalam sebuah pertanian kolektif besar yang lebih luas yang mencakup wilayah yang luas dan mendapatkan bantuan dari negara dari negara dalam bentuk traktor-traktor, mesin-mesin pemanen dan alat-alat pertanian lainnya. Dengan kata lain, para buruh tani kita akan mengikuti pola pertanian kolektif tersebut yang merupakan jalan menuju pembangunan masyarakat sosialis. Berbagai pengalaman para petani, yang didukung oleh kepemimpinan dan berbagai pelatihan

Page 143: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

122

yang dilakukan oleh partai akan menyadari akan hal tersebut sehingga mereka secara sukarela akan meninggalkan prinsip-prinsip kepemilikan tanah secara perorangan.

Hanya di Jawa Timur pada awal tahun 1965 aksi sepihak kelas marhaen

mengalami hambatan dan tindakan balasan dari kaum santri, terutama anggota

Nahdlatul Ulama (NU). Sejak awal 1960-an, pesantren seringkali menerima

sumbangan lahan yang sangat besar dari tuan tanah, terutama untuk meloloskan

diri dari ketentuan pembatasan lahan dalam undang-undang agraria. Wilayah

konflik meliputi Banyuwangi, Jember, Jombang, Kediri, Sidoarjo, Bangil. Aksi-

aksi kekerasan meliputi penikaman, pembacokan, penculikan, membakar rumah,

merusak sawah. Kelas marhaen sendiri masih mengalami hambatan psikologis

untuk melawan kiai di desanya sendiri, sehingga mereka bergerak ke desa-desa

lain (Kuntowijoyo 1994: 11-27). Argumen keagamaan menjadi landasan tindakan

santri, seperti PKI menyerang pesantren sehingga umat Islam perlu

menghilangkan golongan "ateis" ini (Sulistyo 2011: 194-219). Pembunuhan

kepada anggota BTI berlangsung lebih hebat menjelang pergantian pemerintahan

dari Soekarno kepada Soeharto, terutama sepanjang akhir tahun 1965 dan awal

tahun 1966.

Merebut Hak Tubuh Miskin

Tenggelam selama satu dekade, diskursus kemiskinan sosialis muncul

kembali dalam tulisan akademisi dan aktivitas mahasiswa serta lembaga swadaya

masyarakat (LSM). Substansi diskursus berkembang menuju arah, pertama,

penghisapan surplus petani dan golongan miskin oleh perusahaan multinasional

atau dalam arena globalisasi. Kedua, penyadaraan hak-hak asasi petani dan orang

miskin yang diperluas, serta advokasi untuk mendapatkan hak-hak tersebut.

Terlihat identitas kromo dan marhaen melemah, dan berganti menjadi petani

(kecil) dan orang miskin.

Teori-teori keterbelakangan neomarxis dipraktekkan dalam analisis

ketergantungan elite Indonesia terhadap perusahaan multinasional (Arif 2001: 7-

36). Donor internasional juga turut menghisap surplus orang miskin melalui

Page 144: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

123

mekanisme penagihan utang luar negeri untuk pembiayaan pembangunan di

Indonesia. Dalam konteks hubungan tersebut, elite di dalam negeri turut

menghisap surplus ciptaan petani dan orang miskin, terutama melalui korupsi dan

pungutan liar (Arif 2006: 157-220).

Bank Dunia ternyata lebih mengutamakan pengurangan permintaan agregat melalui pengurangan pengeluaran pemerintah daripada peringanan beban hutang luar negeri Indonesia. Pembayaran beban hutan luar negeri setiap tahun telah sangat banyak mengurangi permintaan agregat di dalam negeri (Arif 2001: 36).

Berkaitan dengan donor internasional, berkembang pandangan bahwa

kemiskinan semakin dibesarkan hingga ke tingkat global. Pemberdayaan orang

miskin dinilai sebagai pembukaan pasar bagi mereka atau neoliberal, sekaligus

langsung mengaitkan tubuh-tubuh miskin dengan perusahaan multinasional dari

negara maju (Carrol 2010: 84-101; Cavanagh, Retallack, Welch 2004: 81-90;

Pontoh dkk. 2000: 40-128; Rich 2004: 105-120). Program pemberdayaan

dipandang sebagai mekanisme kekuasaan untuk membuka jalan negara maju

masuk langsung ke tubuh-tubuh miskin. Sebagaimana pernah dinilai Haji Misbach

pada awal dekade 1920-an di atas, globalisasi mengulang pembentukan identitas

buruh bebas –atau kini manusia bebas—yang terpencar-pencar (tidak ada

kelompok tubuh miskin di tingkat kecamatan hingga nasional) sehingga posisinya

sangat rendah ketika berhadapan dengan donor internasional.

Organisasi global seperti serangkaian putaran General Agreement on

Tariffs and Trade (GATT) dan pembentukan World Trade Organization (WTO)

dipandang sebagai pembuka pintu pemasaran produk pedesaan negara maju ke

negara miskin, sekaligus upaya mematikan usaha ekonomi warga desa di

Indonesia (Bello 2004: 95-104; Setiawan 2003: 86-106; Shiva 2004: 137-148;

Wiryono 2003: 187-204). Untuk membendung perdagangan bebas yang

merugikan tersebut, LSM melaksanakan advokasi kepada pemerintah dalam

merumuskan kebijakan perdagangan yang menguntungkan petani.

Adapun advokasi kepada petani dan orang miskin diarahkan pada

perluasan makna hak asasi manusia (Wahono 2004: 1-19). Hak asasi bagi tubuh

Page 145: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

124

petani dan orang miskin berupa berbagai program pembangunan desa dan layanan

usahatani. Penyadaran dilakukan kepada tubuh tani dan orang miskin, bukan

sekedar guna menumbuhkan kebutuhan akan program pembangunan dan layanan

usahatani, namun secara mendalam memandang hal-hal tersebut sebagai hak yang

harus direbut. Di lingkungan yang berlawanan serta tanpa organisasi terstruktur

hingga ke tingkat nasional, advokasi tersebut sulit berhasil, atau berhasil dalam

jangka waktu yang lama –lebih dari 5 tahun (Wahono 2005: 4-9). Tahapan kritis

menuju pemahaman hak orang miskin disampaikan Wahono (2005: 9).

Begitulah masyarakat Lo-Rejo, bermula dengan pendidikan penyadaran partisipatif lewat CO-PAR yang dilanjutkan dengan pengorganisasian diri mulai dari 12 petani pemberani, telah berhasil mentransformasikan "kebutuhan" menjadi "hak yang diperjuangkan" (bukan sekedar sebagai hak yang diimpikan, alias "keinginan").

Usaha pentransformasian "keinginan" menjadi "kebutuhan" melalui pendidikan penyadaran partisipatif, yang kemudian disambung dengan usaha pentransformasian "kebutuhan" menjadi "hak yang diperjuangkan" melalui pengorganisasian masyarakat, mengangkat harkat dan martabat masyarakat akar rumput. Bukan suntikan dana atau modal, bukan mobilisasi massa, bukan pula instruksi dari atas, tetapi pendidikan penyadaran dan pengorganisasian. Dalam kerangka aksi dan refleksi, pendidikan penyadaran dan pengorganisasian tidak mungkin kalau tidak bertolak dari aksi dan diarahkan oleh refleksi. Aksi itu adalah kenyataan sehari-hari yang dihadapi masyarakat, yang kemudian direfleksikan dalam bentuk analisis sosial, sehingga masyarakat mentransformasikan apa yang menjadi "keinginannya" menjadi apa yang sesungguhnya mereka "butuhkan". Akhirnya berhadapan dengan berbagai macam halangan dari luar dirinya, masyarakat haruslah kembali ke aksi, yakni mentransformasikan "kebutuhan" menjadi "hak yang harus diperjuangkan". Dari proses itu, biasanya inisiatif-inisiatif baru akan muncul dan yang lama akan diberi relevansi barunya, keduanya ditangkap oleh masyarakat sebagai usaha-usaha yang harus diperjuangkan. Apalagi baik pemerintah daerah maupun perusahaan swasta tidak pernah memberikan hak masyarakat, kendati pun mereka menuntutnya. Hak adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, diperebutkan, maka tidak hanya "kebutuhan" bertemu "hak", tetapi "kebutuhan" harus ditransformasikan masyarakat setelah mereka mengalami pendidikan penyadaran dan mengorganisasikan dirinya, sehingga "kebutuhan" diyakini sebagai "hak yang harus diperjuangkan".

Page 146: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

125

Diskursus kemiskinan sosialis dikembangkan dari perbedaan kelas atas

dan bawah, di mana kekuatan hubungan berlangsung secara horizontal dalam

kelas yang sama. Akan tetapi di pedesaan hubungan dapat berlangsung secara

vertikal, terutama menurut tradisi keagamaan. Ikatan santri dan kiainya dapat

sangat kuat, sehingga mampu melawan reforma agraria dari aktivis Barisan Tani

Indonesia (BTI). Selain itu, kemunculan petani dari kelas menengah dan atas

dalam organisasi petani menyulitkan tindakan revolusioner, seperti aksi sepihak

pendudukan lahan mereka sendiri (Mortimer 2011: 357, 394, 407-414).

Terlalu banyak kelompok kepemimpinan partai di tingkat

kecamatan dan desa dibentuk dari orang-orang yang akar sosialnya petani kaya ... yang awalnya mengambil perlindungan dari api gerakan petani revolusioner, tetapi yang, karena tingkat budaya mereka lebih tinggi, sanggup menempati posisi-posisi terkemuka dalam waktu singkat di tubuh PKI dan BTI sehingga berhasil meraih kepercayaan para petani untuk beberapa waktu tapi kemudian terbukti mengkhianati perjuangan revolusioner pada akhirnya

Ikhtisar

Diskursus dan praktik kemiskinan sosialis menemukan tubuh-tubuh

miskin setelah surplus produksi yang dihasilkannya dihisap oleh kelas kapitalis.

Berkali-kali konsep sosialisme dari Barat diadaptasikan untuk masyarakat

Indonesia, hingga menemukan kelas miskin terdiri atas marhaen, kromo, petani

kecil, buruh tani, nelayan kecil, buruh nelayan, di samping proletar. Adapun kelas

kapitalis terdiri atas kolonialis, golongan feudal, dan pendukung perdagangan

bebas dalam globalisasi.

Melalui penelitian partisipatoris, ditemukanlah tubuh-tubuh miskin. Oleh

karena tubuh miskin sendiri awalnya tidak menyadari penghisapan surplus

dirinya, maka arena penanggulangan kemiskinan mula-mula dipenuhi tindakan-

tindakan agitasi untuk menyadarkan penghisapan tersebut. Berpandangan surplus

sebagai hak milik tubuh miskin, maka setelah tubuh miskin menyadari mekanisme

penghisapan dalam proses produksi, selanjutnya tubuh-tubuh tersebut diajak

untuk merebut alat produksi. Penguasaan alat produksi, seperti tanah, perahu,

Page 147: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

126

peralatan mekanisasi, dan sebagainya, dipandang sebagai jalan untuk keluar dari

kemiskinan.

Sementara dalam bab ini diskursus kemiskinan sosialis mengajak tubuh

miskin untuk merebut alat produksi dari kelas kapitalis, bab berikutnya tubuh

miskin diajak untuk mandiri. Dalam diskursus dan praktik potensi golongan

miskin tersebut, tubuh-tubuh miskin diajak oleh pendamping untuk bersatu dalam

kelompok miskin sendiri.

Page 148: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 8

DISKURSUS DAN PRAKTIK POTENSI GOLONGAN MISKIN

Diskursus dan praktik potensi golongan miskin mengoperasikan kekuasaan

untuk membuka berbagai akses guna memunculkan tubuh-tubuh miskin. Akses-

akses tersebut menjadi modal bagi tubuh miskin untuk menunjukkan potensinya.

Mekanisme pembalikan pemikiran dilakukan akademisi dan aktivis

lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam diskursus dan praktik ini. Pertama,

tubuh-tubuh miskin tidak ditenggelamkan dalam penghitungan statistika maupun

persangkaan budaya, melainkan justru diajak untuk muncul bersama pendamping.

Dalam arena proyek penanggulangan kemiskinan, golongan miskin muncul dalam

menentukan subyek kemiskinan sendiri. Kedua, tubuh-tubuh miskin tidak

dicurigai, sebaliknya dipercaya untuk memecahkan persoalannya sendiri. Interaksi

dalam kelompok mengarahkan munculnya kekuasaan yang menguatkan

solidaritas sosial, dan diarahkan untuk mencapai kemandirian golongan miskin itu

sendiri. Ketiga, golongan miskin tidak dipandang sebagai Si Lain (Other)

melainkan menjadi subyek kemiskinan sendiri, yang biasa disebut sebagai orang

dalam. Pe-Lain-an justru diterapkan kepada pihak-pihak di luar golongan miskin,

sehingga berkonsekuensi pada tugas orang luar untuk mendekati golongan miskin

tersebut –bukan tugas golongan miskin untuk beradaptasi dengan orang luar.

Orang luar menjadi diperlukan (penyuluh, pendamping) agar bersama-

sama mewujudkan potensi golongan miskin menjadi kekuatan/kekuasaan nyata.

Potensi hendak dikembangkan setinggi-tingginya, baik dari level individual,

kelompok, hingga gabungan kelompok (pada pemikiran peningkatan kapasitas

petani, nelayan dan koperasinya), pada level lokal, regional, nasional dan

internasional (dalam kegiatan kredit mikro). Diskursus ini memang berkembang

melalui seminar dan penerbitan ilmiah, serta jaringan ilmuwan dan aktivis lokal

hingga global.

Kekuasaan lebih utama dioperasikan sebagai kekuatan untuk

meningkatkan solidaritas antar pihak dan antar lapisan sosial –bukan terutama

untuk mendominasi pihak lain. Masyarakat sendiri dipandang terstruktur secara

Page 149: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

128

hierarkis. Golongan miskin ditentukan pada lapisan terbawah dari masyarakat

tersebut. Kekuasaan untuk meningkatkan solidaritas beroperasi ketika agensi

dalam struktur tersebut memiliki kemampuan untuk bergerak antar lapisan sosial.

Dibandingkan dengan konsep orang miskin, lebih dikenal konsep

golongan miskin, golongan lemah, golongan terbawah dari masyarakat. Subyek

kemiskinan mencakup lapisan terbawah dari masyarakat, yang dapat berupa

petani berlahan sempit, buruh tani, buruh industri kecil, pengangguran. Namun

demikian, karena seringkali menggunakan data individu miskin, dapat

diperkirakan bahwa diskursus dan praktik potensi golongan miskin diterapkan

pada 13 persen atau 31 juta penduduk miskin di Indonesia.

Penyebab jatuhnya mereka pada posisi terbawah ialah ketidaksamaan

sosial (social inequality) yang bersumber dari ketidaksamaan akses terhadap

berbagai aspek pola nafkah. Tubuh-tubuh tersebut bukanlah miskin dalam makna

tidak memiliki barang dan jasa (the have nots), namun disebabkan oleh akses

kepada penghidupan yang tidak merata dalam masyarakatnya.

Mempercayai Tubuh Miskin

Sejarah pemikiran tentang potensi orang miskin menempati posisi penting,

karena selama lebih dari dua dekade dikembangkan (1970-an hingga 1980-an)

sebelum dioperasikan dalam arena program pemberdayaan masyarakat pada

waktu berikutnya (melalui Program IDT/Inpres Desa Tertinggal yang dimulai

tahun 1993). Adapun predisposisi yang dikembangkan berupa pemikiran

dikotomis berakses-nirakses, dan solidaritas-persaingan (Gambar 11).

Diskursus potensi golongan miskin mendeteksi tubuh miskin pada

golongan terlemah dalam masyarakat (Sajogyo 1977: 10-17). Tubuh golongan

miskin bukan menunjukkan ketiadaan, melainkan masih meninggalkan jejak

kepemilikan potensi untuk mandiri. Kemiskinan mereka dimaknai sebagai

ketidaksamaan atau kesenjangan (inequality) dari golongan di atasnya (Sajogyo

2006: 261-282). Kesenjangan sosial tersebut menghambat potensi mereka, karena

ketiadaan akses untuk berkembang. Oleh sebab itu, upaya penanggulangan

Page 150: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

129

kemiskinan diarahkan untuk memeratakan akses bagi tubuh-tubuh golongan

miskin (Supriatna 1997: 24-25).

Berakses

Nirakses

SolidaritasKelompok

PersainganIndividualistik

Gambar 11. Dikotomi Diskursus Potensi Golongan Miskin

Potensi kemandirian muncul karena dalam tubuh golongan miskin

terkandung struktur pengetahuan tersendiri, mampu mengakumulasi pengetahuan,

terutama perihal mekanisme menjadi miskin dan untuk lepas dari kemiskinan.

Konsekuensinya, tubuh golongan miskin dapat dipercaya untuk mengkaji dan

memahami kemiskinan di sekelilingnya serta memahami mekanisme untuk lepas

dari kemiskinan. Mubyarto (1997: 3) mempraktikkannya dalam Program IDT.

Filsafat yang mendasari pendekatan Program IDT adalah mempercayai penduduk miskin, bahwa apabila dibantu secara tepat mereka akan dapat "mengentaskan diri" dari kemiskinan yang mereka alami. Maka Program IDT ditekankan sebagai program pemberdayaan yang diarahkan pada upaya-upaya memperkuat dan memampukan usaha-usaha ekonomi rakyat dalam mencapai kemandirian. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan sekaligus pemasaran, terutama yang sumberdayanya tersedia setempat dan dikerjakan oleh rakyat secara swadaya.

Kepercayaan kepada tubuh golongan miskin diwujudkan dengan

membuka akses partisipasi mereka dalam kegiatan dan program penanggulangan

kemiskinan. Dalam proses partisipasi tersebut, berbagai posisi sosial yang berbeda

Page 151: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

130

hierarkinya diharapkan saling bekerjasama. Tindakan kerjasama ini mencipta

solidaritas antar posisi sosial.

Bagaimanapun kunci keberhasilan program-program penanggulangan kemiskinan adalah pada sikap keberpihakan aparat pemerintah atau birokrasi pada ekonomi rakyat dan penduduk miskin yang terlibat di dalamnya. Meningkatkan kepedulian, keberpihakan, dan komitmen warga yang tidak miskin terhadap warga yang masih hidup serba kekurangan hendaknya terus menerus kita dorong (Mubyarto 1997: 20).

Berkaitan dengan hubungan antar pihak, dalam diskursus ini dioperasikan

praktik metode partisipatoris, atau kadang-kadang dinyatakan sebagai metode

partisipatif. Metode ini menyalurkan kekuasaan untuk menghubungkan berbagai

pihak yang berbeda posisi sosial, sehingga sekaligus mengembangkan solidaritas

antar pihak. Dalam metode partisipatoris berbagai pihak yang memiliki

kepentingan berbeda saling berinteraksi sampai menghasilkan keputusan bersama.

Warga desa turut berpartisipasi dalam menganalisis kondisi lingkungan mereka

sendiri, dengan cara menyumbang gagasan dan kritik (Mubyarto 1996: 8).

Metode lainnya ialah belajar dan bertindak bersama (Participatory

Learning and Action). Dalam metode ini warga miskin dipandang kreatif dan

mampu menganalisis serta merencanakan hidupnya sendiri (Mubyarto 1996: 7).

Orang luar hanyalah berperan sebagai penyelenggara, katalis, atau pemelancar.

Metode kajian bersama (co-operative inquiry) juga bersesuaian dengan

diskursus ini, karena memandang setiap pribadi memiliki kemampuan untuk

bertingkah laku mandiri (Mubyarto 1996: 7). Oleh sebab itu setiap pihak yang

terlibat dalam kajian bersama dipandang sama-sama sebagai peneliti. Sumber

pengetahuan dan instrumennya ialah semua pihak yang terlibat langsung. Secara

spesifik, pengetahuan tersebut diperoleh dari tatap muka, hasil praktik,

pengalaman, dan yang dipresentasikan. Secara rinci metode partisipatoris sebagai

proses pengembangan solidaritas antar pihak dilaporkan Sajogyo (1997: 114-116).

… kajian bersama … telah menghasilkan kesadaran bersama yang semakin kuat akan pentingnya kebersamaan dalam mencari cara dan pendekatan yang lebih sesuai maksud pemberdayaan penduduk dalam menanggulangi kemiskinan.

Page 152: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

131

… kajian bersama … mencairkan kekakuan komunikasi dan hubungan antarunsur penggerak pembangunan. … metode ini memiliki dayaguna praktis dalam proses pengembagan program-program yang melibatkan banyak pihak… kajian terbuka semacam ini jarang atau belum pernah dilaksanakan dalam pengembangan suatu program. Metode kajian bersama dianggap mampu untuk membangun suatu jembatan yang kukuh bagi tiga pihak, yaitu pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sukarela (LSM) yang masing-masing mempunyai pijakan berbeda dalam memecahkan persoalan pengembangan masyarakat. … komunikasi yang lebih intensif antartiga pihak menjadi suatu tuntutan di masa depan untuk menemukan pola-pola hubungan yang lebih efektif dan lebih efisien dalam mencapai tujuan bersama, suatu masyarakat yang adil dan makmur.

Agensi dari lapisan atas yang telah mengembangkan diskursus potensi

orang miskin terutama akademisi, yang memiliki pemikiran alternatif untuk

pembangunan, seperti pembangunan alternatif, pembangunan partisipatoris, model

kebutuhan manusia. Di samping percaya kepada orang miskin dan mengakui

solidaritas lintas lapisan sosial, penganut diskursus ini mendeteksi kekuasaan

dalam memeratakan hasil pembangunan sebagai mekanisme penting untuk

menanggulangi kemiskinan. Pemerataan sempat terumuskan dalam kerangka

delapan jalur pemerataan plus empat jalur tambahan. Dua jalur pembuka

pemerataan ialah peluang berusaha dan peluang bekerja. Keduanya menentukan

tingkat pendapatan (pengusaha, buruh beserta rumahtangga tanggungan), tingkat

pangan, sandang, perumahan, serta tingkat pendidikan dan kesehatan yang

pelayanannya terjangkau. Tiga jalur pemerataan lainnya dimatrikskan dengan

kelima jalur terdahulu, yaitu meliputi jalur peranserta, jalur pemerataan

antardaerah kota dan desa, serta kesamaan dalam hukum. Empat jalur tambahan

yang perlu diwujudkan terlebih dahulu berupa pemerataan pola penguasaan tanah,

pola penyediaan modal usaha bagi masyarakat, pola komunikasi pengetahuan baru

bagi pengusaha dan buruh, serta pola penyediaan input baru untuk usaha yang

makin banyak berasal dari luar desa. (Sajogyo 2006: 203-206),

Telah dikembangkan pula pemikiran moral ekonomi Pancasila (Mubyarto

1987: 53). Sistem ekonomi ini bercirikan penggerak perekonomian berupa

rangsangan ekonomi, sosial dan moral. Penggerak lainnya ialah kehendak untuk

Page 153: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

132

pemerataan sosial sesuai asas kemanusiaan. Kebijakan ekonomi diprioritaskan

kepada penciptaan perekonomian nasional yang tangguh atau nasionalisme

ekonomi. Dalam kaitan ini, koperasi dipandang sebagai soko guru perekonomian

yang kongkrit. Untuk mengembangkan keadilan sosial, diperlukan pula imbangan

yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan daerah.

Setelah krisis moneter, Mubyarto juga mengembangkan konsep ekonomi

kerakyatan. Konsep ini mencakup sistem perekonomian tradisional yang telah

dikerjakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun (Mubyarto 1996:

46). Sistem ini bercirikan penggunakan teknologi sederhana dengan pemanfaatan

tenaga kerja dari dalam keluarga. Segala aspek di dalamnya tidak dilihat sebagai

keterbelakangan, melainkan sebagai strategi lokal untuk mengatasi masalah

setempat.

Agensi lain dari lapisan atas yang berperan penting dalam diskursus ini

ialah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Identitas swadaya dalam organisasi ini

lebih menunjukkan kemandirian, sambil menurunkan identitas sebagai organisasi

kontra pemerintah (Ismawan 1996: 49-53). Sebagian akademisi sekaligus menjadi

aktivis LSM, yang berarti sekaligus memerankan penyusunan pengetahuan formal

kemiskinan dan praktik penanggulangannya. Predisposisi pemerataan akses dapat

menjadi dorongan bagi praktik pemberdayaan, seperti pemberian fasilitas,

pelatihan penggunaannya, dan penyusunan pengetahuan bersama-sama antara

pihak luar dan golongan miskin.

Pemberdayaan menjadi saluran untuk meningkatkan akses berbagai aspek

produktif bagi golongan miskin. Dalam pemberdayaan, tubuh miskin diakui

rasionalitasnya, kebijakan lokalnya, apresiasinya terhadap alam, dan perilaku

mereka lainnya (Mubyarto 1996: 7-8). Orang luar justru belajar untuk

menghargai hal itu, sehingga diharapkan untuk berdialog serta tidak bertindak

tergesa-gesa dan menggurui.

Meskipun diyakini munculnya peluang solidaritas untuk menghubungkan

berbagai posisi sosial, disadari pula persoalan interaksional antara orang luar dan

orang dalam (Siregar 2001: 366-397). Berorientasi pada golongan miskin,

identitas mereka didefinisikan sebagai orang dalam. Kerjasama dari orang luar

bertujuan memunculkan penyadaran dan rasa kepemilikan orang dalam terhadap

Page 154: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

133

masukan kegiatan dan program dari luar (Mubyarto 1995: 18-22). Dengan kata

lain, interaksi sosial tersebut diarahkan pada proses sosial berupa kerjasama, dan

pelembagaan (institutionalization) sampai masukan dari luar dirasakan sebagai

milik tubuh golongan miskin. Siregar (2001: 370-372) menuliskan

pengalamannya.

… pendampingan merupakan ruang dialog antara dua ranah budaya yang saling membuka diri untuk berubah, saling berbagi, dan saling mempengaruhi, yaitu antara OL (Orang Luar) dan OD (Orang Dalam). Pengertian saling-berubah di situ tidaklah terbatas pada perubahan gagasan (teori dan kebijakan), melainkan juga cara pandang dan watak kami sebagai OL terhadap beragam gejala dan fakta…..

Akhirnya, kami menyadari bahwa lebih dari apapun, kesuksesan menjalin pertemanan dengan OD lebih banyak ditentukan oleh kesediaan kami belajar mempraktikkan, melakoni, menghayati, dan menikmati proses belajar dan bertindak bersama masyarakat. Kami lebih banyak menerima ketimbang memberi.

Pada golongan miskin sendiri dikembangkan proses kerjasama atau

solidaritas, dalam bentuk pembentukan kelompok. Melalui proses sosial tersebut

anggota yang lebih mampu dapat membantu anggota yang lebih kekurangan

(Mubyarto 1995: 11). Kelompok menjadi atribut penting bagi tubuh golongan

miskin. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak hanya diarahkan untuk

memandirikan tubuh golongan miskin, namun juga pada kelompok golongan

miskin (Sajogyo 1997: 109-110).

Dalam berinteraksi dengan kelompok tubuh miskin sehari-hari, orang luar

berperan sebagai pendamping kelompok. Pada saat interaksi dalam kelompok

lemah atau tanpa kegiatan, pendamping merangsang tubuh-tubuh miskin untuk

menciptakan kegiatan sendiri. Pada saat anggota kelompok telah aktif

menjalankan kegiatannya, pendamping menyediakan akses kepada peningkatan

kemampuan modal ekonomi, pengetahuan, ketrampilan. Pendamping menjadi

mitra kerja kelompok tersebut, sehingga pendampingan dinilai sebagai profesi

yang berlangsung secara berkelanjutan, dan dapat diarahkan menjadi

pendampingan yang mandiri. Pendamping tidak dipandang sebagai unsur yang

terpisah dari program penanggulangan kemiskinan, melainkan integral yang hidup

Page 155: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

134

dari mekanisme hubungan dengan kelompok masyarakat yang didampinginya

(Sajogyo 1997: 13). Dengan melekatnya pendamping, maka kelompok tidak harus

mulai dikembagkan dari anggota yang sudah mampu. Pendamping justru berperan

menyesuaikan persyaratan arena kelompok dengan habitus anggota, atau melatih

anggota sehingga habitusnya sesuai dengan arena kelompok. Peran minimal dari

pendamping ialah memastikan komponen program (pengembangan kelompok

masyarakat, penyaluran dana) tetap lestari dan, bila memungkinkan, berkembang

lebih lanjut. Keberlanjutan tersebut mencakup kelembagaan dan administrasi

kelompok yang meningkat, serta peningkatan jumlah dana yang dikelola. Hal ini

disampaikan Sajogyo (1997: 134-136).

Dalam rangka Microcredit Summit di Washington pada tanggal 2 s.d. 4 Februari 1997, yang hendak mengentaskan 100 juta keluarga dari kemiskinan pada tahun 2005, Indonesia mentargetkan untuk mengentaskan tujuh juta keluarga atau sekitar 28 juta orang miskin. Melalui pendekatan kelompok dan pengembangan kelembagaan pendampingan, program penanggulangan kemiskinan tujuh juta keluarga miskin itu berarti akan membentuk sekitar 280.000 pokmas, melibatkan 11.200 tenaga pendamping, 2.240 koordinator kecamatan dan 2.240 tenaga administrasi dan tergabung dalam Lembaga Pendamping Kelompok (LPK). Untuk mengoperasikan 2.240 LPK itu dibutuhkan dana Rp 138 miliar per tahun (2.240 x Rp 61.875.000)… Jumlah tersebut masih perlu ditambah dengan biaya-biaya penyiapan bagi pembentukan atau pengembangan LPK di seluruh Indonesia sebesar kurang lebih Rp 12 miliar. Sementara itu, dana yang harus dimobilisasi untuk kepentingan pengembangan usaha adalah Rp 1,225 triliun per tahun atau kurang lebih Rp 6 triliun selama lima tahun. Dari jumlah biaya sebesar Rp 138 miliar rupiah, diasumsikan akan memerlukan 5 tahun untuk mencapai tingkat keuntungan, dengan rincian kemampuan pembiayaan (cost recovery) sebagai berikut: - Tahun I mampu membiayai : 10% - Tahun II mampu membiayai : 20% - Tahun III mampu membiayai : 40% - Tahun IV mampu membiayai : 60% - Tahun V mampu membiayai : 80% - Tahun VI mampu membiayai : 120% (untung)

Page 156: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

135

Berkelompok Menghadirkan Kekuasaan

Setelah melalui kajian akademis sejak tahun 1970-an, dan pendampingan

melalui LSM sejak 1980-an, mulai tahun 1993 diselenggarakan Program Inpres

Desa Tertinggal (IDT). Mubyarto, akademisi penganut diskursus potensi golongan

miskin mengembangkan desain program IDT tersebut. Berkompromi dengan

aparat pemerintah, konsep kelompok swadaya masyarakat (KSM) diputuskan

menjadi kelompok masyarakat (pokmas). Penghilangan konsep swadaya

dipandang sebagai pelarangan pembangunan yang sepenuhnya bottom-up

(Sajogyo 1997: 13, 122-123).

Sampai mana upaya sejumlah LPSM (Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat) yang tahun 1993 itu menunjukkan kepedulian berhasil "menjual" konsep dana bergulir dalam kelompok pada pemerintah dalam rangka "peningkatan penanggulangan kemiskinan" (istilah di buku Repelita waktu itu)? Singkat saja: LPSM secara resmi tak pernah dimintai bantuannya, dari mulai awal penggodokan konsep program maupun dalam pelaksanaannya di daerah. Di dalam program IDT yang dimulai tahun 1994 pemerintah pusat memberi kepercayaan kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) sesuai undang-undang berlaku maupun kebijakan sentralistik sama sekali tanpa menyebut peranan LPSM. Di pusat pemeran utama adalah Bappenas dan Departemen Dalam Negeri, Dirjen PMD khususnya. Bahkan pemerintah menunjukkan kelainannya dalam hal penamaan kelompok dibentuk keluarga miskin yang menerima dana bergulir itu. Nama yang diacu LPSM adalah KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), tapi yang dipakai oleh Program IDT adalah pokmas, yaitu Kelompok Masyarakat, tanpa kata "swadaya": gambaran sikap "jangan pakai nama dari kamus LPSM"? (Sajogyo 2006: 179).

Program ini melakukan berbagai pembalikan pemikiran utama pada

masanya. Tubuh miskin yang sebelumnya dimaknai secara negatif kini diberi

kepercayaan penuh, sejak penentuan siapa sajakah orang miskin di wilayahnya,

turut serta dalam perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan secara mandiri,

hingga mengevaluasi hasil kegiatan (Bappenas Tt: ii). Dibandingkan dengan nilai

dana bantuan desa tahunan saat itu sebesar sekitar Rp 6 juta, nilai program IDT

Page 157: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

136

sebesar Rp 20 juta per desa berarti bernilai tiga kali lipat. Dana yang dinilai sangat

besar itu sepenuhnya dikelola pokmas yang berisikan tubuh-tubuh miskin.

Setiap pokmas mendapatkan sejumlah dana, biasanya senilai Rp 500 ribu

hingga Rp 5 juta per anggota, dan satu kelompok beranggotakan maksimal 20

orang. Dalam satu desa dapat terbentuk banyak pokmas. Setelah tahun pertama,

dana pengembalian dari anggota digulirkan kepada anggota lainnya, atau

digulirkan kepada pokmas lainnya. Untuk menciptakan solidaritas di antara

anggotanya, diciptakan aturan tanggung renteng, di mana kesulitan pengembalian

oleh satu anggota turut ditanggung bersama anggota lainnya.

Di samping partisipasi tubuh miskin untuk menentukan warga desa lain

yang setara dengannya, di tingkat nasional kemiskinan dipatok menurut garis

kemiskinan. Di Indonesia, Sajogyo (1988: 1-14; 2006: 247-259) mula-mula

mengembangkan garis kemiskinan untuk menentukan jumlah individu miskin

sejak tahun 1977, sebelum akhirnya pemerintah secara resmi menggunakan garis

kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) mulai tahun 1984.

Garis kemiskinan Sajogyo dan BPS sama-sama disusun menurut nilai gizi

minimal setara 2.100 Kkal per orang dalam sehari, namun demikian terdapat

perbedaan rincian dalam penyusunannya. Menurut Sajogyo (1988: 1-14), pada

saat diterapkan pada masyarakat simpangan datanya menurun hingga dua deviasi

standard, sehingga masih bisa ditoleransi hingga 1.900 Kkal per orang-hari.

Adapun proses pengumpulan data gizi dengan menggunakan pendekatan ingatan

(recall) seringkali terlapor lebih rendah (under reporting) hingga 20 persen. Atas

dasar pengalaman ini, maka garis kemiskinan terbawah dapat ditoleransi hingga

1.700 Kkal per orang-hari.

Untuk menghasilkan pengukuran yang lebih realistis, sesuai peluang

keragaman kemiskinan antar daerah, Sajogyo menyusun garis kemiskinan lebih

dari satu agar kian tajam mengukur kemajuan golongan bawah. Dirumuskannya

garis melarat (destitute), miskin sekali (very poor), dan miskin (poor).

Berdasarkan nilai tukar beras, dibedakan pula garis kemiskinan pedesaan dan

perkotaan. Di desa dipancang garis 180 kg, 240 kg, dan 320 kg setara beras per

orang-tahun. Untuk kota nilainya 270 kg, 360 kg, dan 480 kg setara beras per

orang-tahun. Demi kepraktisan, nilai rupiah bagi kalori lalu dipertukarkan dengan

Page 158: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

137

nilai beras. Beras mudah dipahami sebagai sumber kalori dan harganya tidak

fluktuatif.

Sejak awal penentuan desa tertinggal untuk menjaring tubuh-tubuh

golongan miskin dipertanyakan. Tidak terdapat korelasi yang kuat antara lokasi

tertinggal dan permukiman golongan miskin (Sarman 1997: 33-42). Sesuai

dengan data kemiskinan dari BPS, jumlah tubuh orang miskin dalam satu provinsi

atau satu kabupaten diprediksi melalui Survai Sosial dan Ekonomi Nasional

(Susenas), bukan berupa sensus. Desa tertinggal, sementara itu, ditentukan dari

susunan variabel sensus Potensi Desa (Podes). Sebagai ganti kesulitan

menentukan jumlah orang miskin dalam satu desa melalui Susenas–dan sesuai

dengan orientasi kepercayaan kepada golongan miskin—tubuh-tubuh miskin di

tiap desa akhirnya ditentukan oleh warga desa sendiri (Mubyarto 1997: 3). Tubuh

miskin juga dipercaya untuk membentuk kelompok masyarakat (pokmas) sendiri.

Dalam salah satu survai untuk mengevaluasi pokmas IDT, diketahui

bahwa hanya seper tiga pokmas tersebut mandiri (Sajogyo 1997: 13, 122-123).

Yang menarik, selain ditemukan pokmas yang telah mandiri, juga ditemukan

tubuh anggota pokmas yang telah melepaskan identitas miskin dan sedang

berkembang lebih lanjut. Sayangnya, Program IDT tidak mengantisipasi tubuh

usahawan baru hasil berkelompok, namun me-Lain-kannya dengan sekedar

mengeluarkannya dari pokmas asal. Tidak tersusun rencana pendampingan lebih

lanjut untuk anggota pokmas yang telah mandiri, atau pengembangan jaringan

permodalannya dengan perbankan. Berbeda dari tataran diskursus yang berminat

mengembangkan potensi golongan miskin setinggi-tingginya, ternyata tataran

arena program penanggulangan kemiskinan telah membatasi diri pada

pengembangan potensi sekedar sampai keluar dari kemiskinan.

Kejanggalan muncul saat metode penanggulangan kemiskinan yang

memerlukan kemitraan dari seluruh pihak di lokasi tertentu ternyata tidak

sepenuhnya dilaksanakan. Pendamping dalam program IDT mampu bermitra

dengan tubuh miskin. Akan tetapi kemitraan sulit dijalin bersama pemerintah

daerah, swasta dan LSM. Hal ini tecermin dalam kajian bersama Program IDT

(Mubyarto 1996: 26).

Page 159: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

138

Di sebagian pertemuan sarasehan keterpaduan PPK (Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan) yang diadakan atas usulan Tim Jisam (Kajian Bersama) P3R-YAE, di tingkat I maupun di tingkat II, diperoleh sejumlah apresiasi atas pendekatan (metode) diskusi kajian bersama yang terarah (terfokus), dalam situasi duduk sama rendah berdiri sama tinggi itu di antara peserta diskusi. Disayangkan, tidak seluruh peserta pada diskusi awal (arus turun) dapat berperan serta pada diskusi kedua (arus naik) ketika Tim Jisam Pusat P3R-YAE membawakan hasil jisam dari desa dan kecamatan kasus, sehingga dampak kumulatif tak sepenuhnya tercapai. Begitu pula ketidakhadiran unsur swasta (pengusaha) dan unsur LSM/Ormas sebagai peserta diskusi jisam dirasakan sebagai suatu kekurangan dalam proses menyertakan seluas mungkin unsur-unsur yang kepeduliannya sangat diharapkan, baik di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan maupun tingkat desa kasus.

Pemrograman menuju pendamping mandiri juga praktis berhenti. Hingga

saat ini dapat dijumpai tubuh-tubuh pendamping di tingkat kecamatan hingga

provinsi yang semula dilekati label pendamping IDT. Akan tetapi upaya

pengembangan profesi berlangsung secara individual, tidak terencana dalam suatu

program penanggulangan kemiskinan. Menurunnya diskursus potensi golongan

miskin dalam program nasional penanggulangan kemiskinan masa kini telah

menenggelamkan pernyataan-pernyataan kemandirian pendamping.

Ikhtisar

Dengan mempercayai potensi tubuh miskin untuk berkembang menuju

kemandiriannya, diskursus potensi golongan miskin memunculkan mereka, lallu

pendamping mengajaknya mengembangkan kekuasaan melalui kelompok dan

usaha ekonomis. Kekuasaan beroperasi melalui aktivitas pemerataan akses modal

usaha, akses prasarana ekonomis dan pendampingan. Dalam konteks demikian,

tubuh miskin menjadi orang dalam sementara pendamping dan pihak lain

berposisi sebagai orang luar. Hubungan keduanya mengoperasikan kekuasaan

untuk menciptakan permukaan solidaritas antar pihak dan antar lapisan sosial.

Pada bab berikutnya hendak dikemukakan diskursus dan praktik

kemiskinan produksi. Menggunakan arena yang serupa dengan praktik potensi

golongan miskin–meskipun saling dimanipulasi—ada baiknya dikemukakan

Page 160: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

139

pembedaan, di mana diskursus potensi golongan miskin mengoperasikan

kekuasaan dalam upaya memunculkan tubuh miskin terus menerus, sementara

diskursus kemiskinan produksi menenggelamkan kembali tubuh miskin dalam

mekanisme arena birokrasi ciptaan lapisan atas.

Page 161: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

140

Page 162: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 9

DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN PRODUKSI

Diskursus dan praktik kemiskinan produksi memiliki homologi dengan

arena produksi industrial. Pertama, tubuh miskin dilekati identitas tidak mampu

bekerja di industri (Gronemeyer 1992: 53-69), baik karena menganggur,

terlampau tua atau jompo, atau masih kanak-kanak. Domain kemiskinan juga

mencakup tubuh-tubuh yang berupaya secara mandiri namun masih tidak mampu

mencukupi kebutuhannya sendiri.

Kedua, upaya tubuh miskin dikelola agar mampu berproduksi secara

minimal, baik untuk bekerja ke perusahaan atau menjadi pengusaha kecil (Gaiha

1993: 126-129). Segmentasi pasar tenaga kerja miskin digunakan sebagai

homologi untuk membatasi jenis kegiatan penanggulangan kemiskinan tersebut.

Diperuntukkan bagi penganggur, misalnya, upah kerja padat karya ditetapkan

untuk ada (bukan gotong royong yang gratis, upah sebagai perangsang kerja),

namun upah tersebut tidak setinggi upah bekerja normal (agar pekerja normal

tidak tertarik memasuki kegiatan padat karya yang diperuntukkan bagi

penganggur).

Ketiga, pengelolaan diarahkan pada efisiensi atau peningkatan

produktivitas, baik bagi tubuh miskin maupun untuk kegiatan pengurangan

kemiskinan. Pola pengelolaan ini mendasari kegiatan persaingan proposal

kegiatan (guna mendapatkan nilai produktivitas kerja tertinggi atau harga kegiatan

termurah), dan keswadayaan masyarakat (untuk mengurangi biaya pembangunan).

Meskipun menggunakan berbagai pengukuran untuk segmen golongan

miskin yang berbeda-beda (individu, rumahtangga, kelompok), selama ini ukuran

kemiskinan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) digunakan sebagai patokan. Dengan

demikian saat ini tubuh miskin dapat ditentukan sebesar 13 persen atau sekitar 31

juta jiwa di Indonesia. Penanggulangan kemiskinan diorganisasikan secara

birokratis dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

kabupaten/kota, provinsi, pusat, juga melalui Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Selain itu, penanganan dilakukan melalui

Page 163: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

142

proyek-proyek dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Menurut data Potensi Desa 2011, lokasi PNPM untuk kegiatan transportasi berada

di 47.746 desa, pendidikan 15.129 desa, permukiman dan kesehatan 22.277 desa,

perekonomian 10.083 desa, simpan pinjam usaha pertanian 15.282 desa, simpan

pinjam usaha nonpertanian 33.398 desa, dana hibah usaha produktif 2.206 desa,

ketrampilan produksi 5.083 desa, ketrampilan pemasaran 1.497 desa,

kelembagaan sosial kemasyarakatan 3.082 desa

Mengorganisasikan Kemiskinan

Diskursus kemiskinan produksi merupakan konsekuensi teori modernisasi,

dan diskursus inilah yang senantiasa diacu dalam pernyataan-pernyataan

pemerintah, donor dan swasta sejak tahun 1969. Dirunut lebih jauh, diskursus ini

muncul bersamaan dengan laju Revolusi Industri di Eropa pada tahun 1750-1850.

Tubuh-tubuh buruh yang muncul mula-mula dipandang sebagai masalah

kemiskinan, dan hendak diatasi dengan tindakan-tindakan karitatif (Gronemeyer

1992: 53-69). Dari masa inilah pertama kali muncul pemahamanan untuk

memberikan recehan atau charity kepada pengemis dan orang miskin. Bantuan

karitatif kemudian diorganisasikan, dan setelah Perang Dunia II terutama dalam

bentuk lembaga-lembaga Bretton Woods (World Bank dan International

Monetary Fund/IMF). Tentu saja kemiskinan diupayakan diturunkan, terutama

ketika berjumlah sangat besar, karena dikhawatirkan biaya penanganannya

mampu menurunkan kemampuan negara untuk menyelenggarakan bidang-bidang

pembangunan lain (World Bank 1990: 1-6). Kemiskinan juga menjadi masalah

ketika mulai berkembang migrasi orang miskin ke negara maju. Perdana Menteri

Denmark, Poul Nyrup Rasmussen, usai Perang Dingin pada awal 1990-an

menyatakan sebagai berikut.

We have a good argument now, a very concrete one, for ordinary people, which is, if you don’t help northern Africa, if you don’t help eastern and central Europe with a little part of your welfare, then you will have these poor people in your society” (McMichael 2003: 295).

Page 164: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

143

Hingga kini pola bantuan dan program penanggulangan kemiskinan tetap

serupa dengan masa Revolusi Industri, yaitu jangan sampai tubuh-tubuh miskin

jatuh sakit dan meninggal –karena menjadi persoalan tersendiri—namun dibantu

sampai pada batas bisa berproduksi, atau tepatnya menunjang sistem produksi

industrial –kini batasan itu dijabarkan dalam bentuk garis kemiskinan atau upah

minimum buruh.

Globalitas kemiskinan juga membuka peluang kebijakan pengurangan

kemiskinan untuk dikelola secara organisatoris dari tingkat global sampai ke

tingkat nasional, tidak lagi atau tidak sekedar dilakukan secara individual maupun

dalam kelompok kecil. Pengorganisasian di tingkat global dimungkinkan melalui

proyek dan utang luar negeri. World Bank secara sendirian atau ketika

mengorganisir lembaga dan negara kreditur lain menetapkan tema kemiskinan

dalam perolehan utang luar negeri sejak dekade 1990-an (World Bank 1990: 121-

137, 2000: 189-204).

This raises the question of why the (World) Bank and (International Monetary) Fund have elected to highlight the link between their lending programmes and poverty in the late 1990s. Some of the answer is probably what a for profit business would call marketing. A quick read of issues of the World Development Report of around 20 years ago turns up consistent references to poverty reduction, most usually in the context of rural development. While the World Bank did not have a website with the lead banner proclaiming “Our Dream is a World Free of Poverty” in 1982, at some level the Bank has been working on helping the poor in developing countries for decades. The advent of the inclusive PRSP (Poverty Reduction Strategy Paper) process coincides with a heightened awareness of the Bank in civil (and sometimes not-so-civil) society. Recent anti-globalization demonstrations have put the Bank in the position of having to re-state and better market its mission. This is probably a good thing, especially if it can be done relatively costlessly. (Alas, the PRSP process is not costless, nor do the Bank and Fund incur all the costs.) (Levinsohn 2003: 9)

Kekuatan diskursus kemiskinan produksi di Indonesia dapat dibayangkan.

Pada saat perekonomian Indonesia dinilai kuat, diindikasikan oleh pergeseran

struktur ekonomi dari dominasi kontribusi pertanian menjadi manufaktur dalam

GNP (gross national product) pada tahun 1991, dan menjelang rencana tahap

Page 165: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

144

tinggal landas dalam Repelita V periode 1989/1990-1994/1995, justru pada tahun

1991 Presiden Soeharto meminta konglomerat dan badan usaha milik negara

(BUMN) untuk menyisihkan satu hingga tiga persen keuntungan bagi orang

miskin. Dikenalkan usaha pengentasan kemiskinan, diikuti program

penanggulangan kemiskinan pada tahun 1993. Lebih jauh lagi, diskursus ini telah

menjadi landasan kemunculan orang-orang miskin, sebagaimana tercatat dalam

jumlah dan persentase orang miskin sejak tahun 1993 (Gambar 12). Diskursus ini

juga telah mengalihkan konsentrasi dari persentase kemiskinan di perkotaan

menjadi di pedesaan (Gambar 13) –suatu kondisi kemiskinan yang telah didalami

World Bank satu dekade sebelumnya sebagaimana disampaikan dalam kutipan di

atas.

Gambar 12. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 1975-

2008

Obyektivasi dari diskursus produksi dapat dinyatakan dalam dikotomi-

dikotomi yang dikembangkan (Gambar 14). Dikotomi penanganan individu/

kelompok-penanganan negara/global mengarah pada pembagian kerja untuk

pengurangan kemiskinan. Dikotomi kaya-miskin memungkinkan penciptaan dan

pemunculan beragam golongan miskin. Dikotomi berproduksi-menganggur dan

manajemen-buruh mengarahkan isi kebijakan pengurangan kemiskinan untuk

menguatkan kemampuan berproduksi, terutama agar mampu bekerja kepada pihak

Page 166: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

145

lain. Dikotomi rasional-tidak rasional dan perencanaan teknokratis-perencanaan

partisipatif menempatkan tubuh miskin dalam domain tidak rasional, sehingga

metode untuk mendekatinya juga berupa perencanaan partisipatif yang lebih

berbasiskan tawar menawar dibandingkan debat logis. Dikotomi usaha besar-

usaha mikro/kecil dan pemberdayaan-karitatif merujuk pada segmentasi tubuh

miskin, yaitu yang mampu berproduksi akan berkembang dalam usaha

mikro/kecil, sementara yang tidak mampu berproduksi dilayani dalam program

karitatif.

Gambar 13. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun

1975-2008

Agar dapat dikelola hingga tingkat global, kekuasaan beroperasi melalui

standardisasi diikuti dengan mekanisme pendisiplinan kegiatan pengurangan

kemiskinan. Teks Poverty Reduction Strategy Paper (PRSP) menjadi patokan

perumusan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di banyak negara.

Tujuan pencapaian sasaran-sasaran dalam Millennium Development Goals

(MDGs) dijadikan landasan pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan

dengan pembangunan regional, nasional maupun global. Dalam MDGs

diharapkan persentase kemiskinan menurun 50 persen pada tahun 2015

dibandingkan tahun 1995. Tanpa menggunakan dokumen-dokumen pembangunan

Page 167: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

146

standard tersebut sebagai dasar pijakan, maka keputusan pemerintah tidak

memiliki legitimasi dalam pandangan donor internasional. Pelanggaran disiplin

tersebut berkonsekuensi pada penurunan atau pembatalan utang luar negeri.

In 1999, the World Bank and the International Monetary Fund (IMF) adopted a new set of processes to guide lending to some of the world’s poorest countries. Amid the blizzard of acronyms explaining the new process, the Bank and the Fund laid out a process that very poor countries would need to follow if they wished to make use of various concessionary lending facilities (Levinsohn 2003: 1).

Gambar 14. Dikotomi Kemiskinan Produksi

Untuk Indonesia, target MDGs pada tahun 2015 di antaranya penduduk

miskin diharapkan tidak lebih dari 8 persen. Di Indonesia disusun dokumen

strategi penanggulangan kemiskinan (PRSP diindonesiakan menjadi dokumen

Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan/SNPK) serta lembaga

pengurangan kemiskinan (di Indonesia berupa Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan/TKPK di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota). Dokumen

KayaBerproduksiManajemen

RasionalPerencanaan teknokratis

Usaha besarPemberdayaan

MiskinMenganggur

BuruhTidak rasional

Perencanaan partisipatifUsaha kecil, mikro

Karitatif

Penanganan individu, kelompok Penanganan negara, global

Page 168: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

147

serupa sama-sama terdapat di banyak negara penerima utang dari donor

internasional (Levinsohn 2003: 9-13).

Standardisasi juga diikuti dengan reproduksi suatu kegiatan

penanggulangan kemiskinan dari daerah tertentu ke banyak daerah lainnya,

maupun dalam waktu-waktu yang lebih kemudian. Konsep yang dikembangkan

untuk mewadahi tindakan-tindakan ini meliputi replikasi (kini jarang digunakan

karena ditafsirkan negatif sebagai membendakan masyarakat) dan scaling up

(Dongier dkk. 2003: 327). Pembesaran skala ini sekaligus memperbesar diskursus

kemiskinan produksi.

Kehendak Menguasai Pengetahuan Kemiskinan

Tubuh miskin diidentifikasi berpendapatan rendah. Pada beberapa

program penanggulangan kemiskinan, selain pendapatan rendah sebagai indikator

utama, pada tubuh miskin juga terdapat jejak informasi pemilikan sarana

pendidikan dan kesehatan yang rendah. Tubuh miskin menyelinap ke dalam

golongan umur produktif, golongan umur anak-anak yang tidak bekerja, golongan

umur tua, kemiskinan pada level rumah tangga, serta pengusaha kecil dan mikro.

Kehendak donor internasional dan pemerintah untuk menguasai

kemiskinan menumbuhkan beragam teknik penghitungan jumlah tubuh miskin,

dan masing-masing teknik terarah untuk bersaing menjadi pengukuran yang

universal. Meskipun sama-sama berangkat dari pendekatan modernisasi

pembangunan, jumlah orang dan keluarga miskin tidak pernah seragam di antara

departemen (di antaranya di Departemen Sosial,1 Departemen Pekerjaan Umum,2

Departemen Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,

Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal3) dan badan pemerintah

(di antaranya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),4 Badan

1 Dikenalkan garis miskin dan fakir miskin 2 Dikenalkan desa tertinggal dalam infrastruktur perdesaan 3 Dikenalkan garis daerah tertinggal dan daerah khusus 4 Dikenalkan rumahtangga miskin (RTM) dan rumahtangga sangat miskin (RTSM)

Page 169: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

148

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),1 Komite Penanggulangan

Kemiskinan2).

Melalui garis kemiskinan, tubuh miskin disusun dari angka-angka

pengeluaran makanan dan barang atau jasa nonmakanan. Oleh BPS, tubuh dipilah

menurut garis 2.100 kalori. Perbedaan kumulasi angka pembentuk tubuh orang

miskin satu dengan lainnya diukur dalam keparahan kemiskinan. Adapun totalitas

angka pembentuk seluruh tubuh orang miskin diidentifikasi sebagai kedalaman

kemiskinan.

Gambar 15. Evaluasi Kemiskinan Hipotetis

Garis kemiskinan dan sejenisnya digunakan sebagai pemisah penduduk

menurut golongan miskin atau lepas dari kemiskinan. Dengan menggunakan

kaidah statistika untuk jumlah sampel atau populasi yang sangat besar –di atas

200 juta untuk penduduk Indonesia—maka secara umum bentuknya seperti kurva

normal (Gambar 15). Secara hipotetis dapat disusun beberapa garis batas untuk

menggolongkan hierarki masyarakat, yaitu golongan rata-rata yang dihitung

menurut nilai tengah hingga 1 SD (standard deviation) (biasanya 34 persen

penduduk di sebelah kiri atau kanan dari nilai tengah), golongan kaya atau miskin 1 Dikenalkan keluarga pra sejahtera (Pra-KS) dan keluarga sejahtera I (KS-I) 2 Kemiskinan menurut kelompok, rumahtangga, umur

Page 170: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

149

yang dihitung antara nilai 1 SD dan 2 SD (biasanya 13,5 persen lebih jauh ke

kanan atau ke kiri), dan paling kaya atau paling miskin yang dihitung di atas 2 SD

(biasanya 2,5 persen paling kanan atau paling kiri).

Berdasarkan kaidah statistika kurva normal tersebut, kebijakan

penanggulangan kemiskinan semestinya mencantumkan target penduduk miskin

tidak lebih dari 2,5 persen. Akan tetapi dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional II (2010-2014), pembangunan diharapkan mampu

menurunkan tingkat kemiskinan hingga 8-10 persen pada akhir tahun 2014.1

Berdasarkan rancangan pembangunan tersebut, terlihat bahwa target-target yang

dicatat tergolong konservatif, artinya tidak sampai 0-2,5 persen sebagai indikasi

hilangnya kemiskinan.

Kritik lain yang dilancarkan terhadap garis kemiskinan BPS ialah

kealpaannya atas alamat orang miskin. Olahan Survai Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) samar-samar memperkirakan jumlah tubuh-tubuh orang miskin di

tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, namun tidak mencantumkan lokasi

tubuh tersebut tinggal. Kelemahan ini bersumber dari jenis data survai –bukan

sensus.

Hanya mengetahui jumlahnya, akhirnya di daerah tokoh masyarakat dan

perangkat desa mewakili tubuh-tubuh orang miskin. Tubuh orang miskin

sekaligus dibungkam, sementara kesaksian atas kemiskinannya dilakukan oleh

tokoh masyarakat atau perangkat desa. Representasi orang miskin melalui tokoh

masyarakat justru memunculkan kehadiran para tokoh tersebut (Bourdieu 2011:

210-211). Kehadiran mereka, antara lain, tercatat sebagai penerima dana jaring

pengaman sosial (JPS), dan beras miskin (raskin).

Untuk menanggulangi kejanggalan tersebut, dikembangkan sensus

rumahtangga miskin (RTM). Sensus RTM ternyata mencari, dan menemukan,

rumah yang buruk sebagai belenggu tubuh orang miskin. Tubuh orang miskin

sendiri masih luput dari pencarian. Tubuh direkatkan dengan susunan benda-

benda yang bernilai rendah, seperti rumah yang berlantai tanah, tidak bertembok,

tanpa atap dari genteng. Kalau dalam panoptikon sebuah bangunan disusun untuk

mengendalikan tubuh terpenjara (Foucault 2002d: 182-183), sensus RTM

1 Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Buku I, Halaman I-46.

Page 171: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

150

memaksa lokasi persembunyian tubuh miskin terlihat. Hanya saja, secara

paradoks, sejak penjajahan Belanda perbaikan batas-batas bangunan digunakan

untuk memperdaya penglihatan seakan penghuninya sejahtera, namun kini ketika

rumahnya bertembok maka tubuh miskin sekaligus dikeluarkan dari taksonomi

kemiskinan. Projo menjelaskan kasus Dusun Kalitani sebagai berikut.

Rumahtangga golongan miskin memiliki tanah 3.500 m2 sampai 5.000 m2. Menurut aparat Pemda, dengan pemilikan tanah seluas itu tidak lagi tergolong miskin, tetapi saya meminta untuk memasukkannya ke dalam golongan miskin. Karena saya yakin dengan sawah 3.500 m2 dalam satu tahun tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak.

Dalam sinoman (tolong menolong) membangun rumah bertembok, pada akhirnya meskipun dia dianggap miskin, pas yang membantu sedang membangun nanti dia juga bisa membantu, entah bagaimana cara menutupinya. Biasanya dia kerja, lalu hasilnya dititipkan kepada orang-orang yang membangun, akar suatu ketika dapat membantu mereka. Kalau tetangga sudah membuat rumah, bantuannya tidak untuk mereka. Dia akan mencari yang belum memiliki rumah. Oleh sebab itu saat ada pendataan sosial untuk rumahtangga miskin, petugas bertanya, mengapa memiliki rumah bertembok disebut miskin. Dia tidak mengetahui membangun rumah dengan cara bergantian di sini. Saya jelaskan rumahnya tembok, tapi penghuninya tidak punya, karena tidak memiliki sawah. Itu bisa terjadi.

Pada saat ini berkembang pandangan mengenai agregat permasalahan

orang miskin (Rahnema 1992: 158-172). Kemiskinan bukan lagi masalah

individual, melainkan menjadi permasalahan kelompok kecil, warga desa,

kabupaten, provinsi, nasional, bahkan global. Melalui perubahan pandangan ini,

kemiskinan menjadi sah untuk dikelola oleh negara, bahkan melalui organisasi

internasional.

Dianggap bersifat universal, pengukuran kemiskinan berlangsung dalam

metode kuantitatif (garis kemiskinan) maupun melalui manipulasi teknik-teknik

kualitatif agar bisa dikuantifikasi –misalnya menyelenggarakan diskusi kelompok

terarah (focus group discussion/FGD) di mana hasilnya bisa dibandingkan lintas

negara dan bisa diakumulasikan sebagaimana dilakukan oleh Mukherjee (2006: 1-

3). Jejak metode kuantitatif dalam FGD terbaca dari partisipan diskusi yang

bersifat homogen dan diskusi diakhiri kesepakatan bersama (sehingga dapat

Page 172: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

151

dinilai sebagai satu responden atau satu pernyataan, lalu 30 FGD memadai untuk

dianalisis secara statistik), dan pertanyaan digilir secara sistematis atau berurutan

(bukan diskusi tak-terstruktur) (Kruger dan Casey 2000: 10-11). Sistematisasi

demikian memang memungkinkan perbandingan antar kelompok miskin, namun

perbandingan tersebut sekaligus mereduksi kekayaan informasi dan hanya

menyajikan informasi yang seragam atau anekdotal (Levinsohn 2003: 10).

Penyusunan kotak informasi dan perbandingan yang menyatukan sifat orang

miskin juga mengesankan hubungan di antara mereka. Sulit menerima pandangan

bahwa orang-orang miskin lazim saling berhubungan lintas pulau, apalagi lintas

benua secara global. Melalui universalisme narasi kemiskinan berkembang dari

tingkat lokal menjadi global. Universalitas pengukuran menghasilkan

perbandingan kemiskinan lintas negara, dan akhirnya menghasilkan ruang-ruang

negara miskin dan kaya (World Bank 1990: 24-38, 2000: 15-30).

Mendisiplinkan Efisiensi Tubuh Miskin

Sejak tahun 1999 World Bank melansir teori pemberdayaan masyarakat

yang dinamakan Community-driven Development (CDD). Teori ini menjadi basis

proyek pemberdayaan yang didanai World Bank maupun donor internasional lain

(Operations Evaluation Department 2003: 11-13). Di Indonesia, teori ini

digunakan pada seluruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu kerangka kebijakan nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program PISEW (Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah) dengan intervensi berupa bantuan teknis dan investasi infrastruktur dasar pedesaan, dibangun dengan berorientasi pada konsep “Community Driven Development (CDD)”1

CDD merupakan konsekuensi dari teori pilihan rasional atau rational

choice (Narayan dan Pritchett 2000: 269-295). Menurut ilmuwan dari World

1 Panduan Pelaksanaan PNPM PISEW Tahun 2010, halaman 2.

Page 173: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

152

Bank, konsep modal sosial dari Coleman memiliki implikasi bagi pemerintah dan

donor internasional. Salah satu implikasi terpenting ialah pendisiplinan proyek

dalam konsep community-driven development (CDD).

One of the most important applications of social capital is in the delivery of sustainable basic services to the poor, and local infrastructure and natural resources management.

The last two decades have seen a resurgence of interest in community-driven development, with community group in charge and the focus shifting to local initiative, self help, local organizational capacity, and demand orientation. Community-driven development is defined as a process in which community groups initiate, organize, and take action to further common interests or achieve common goals (Narayan dan Pritchett 2000: 284).

Teori pilihan rasional berorientasi positivistik, dengan prinsip dasar

berasal dari ekonomi neoklasik (Coleman 1994: 1-44). Teori ini memusatkan

perhatian pada aktor, yaitu manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai

maksud. Aktor bertindak untuk mencapai tujuan, serta dipandang mempunyai

pilihan –atau nilai dan keperluan. Teori pilihan rasional tak menghiraukan

substansi dan sumber pilihan aktor, namun mementingkan kenyataan bahwa

tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan peringkat pilihan

aktor.

Teori ini memperhatikan sekurang-kurangnya dua pemaksa utama

tindakan. Pertama, keterbatasan sumber daya. Berkaitan dengan keterbatasan

sumber daya ini adalah pemikiran tentang biaya kesempatan (opportunity cost)

atau biaya yang berkaitan dengan rentetan tindakan berikutnya yang sangat

menarik, namun tak jadi dilakukan. Aktor dipandang berupaya mencapai

keuntungan maksimal, dan tujuan mungkin meliputi penilaian gabungan antara

peluang untuk mencapai tujuan utama dan apa yang telah dicapai pada peluang

yang tersedia untuk mencapai tujuan kedua yang paling bernilai. Kedua, sumber

pemaksa atas tindakan aktor individual adalah lembaga sosial. Hambatan

kelembagaan ini menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang

membantu, mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan

menghindarkan tindakan yang lain.

Page 174: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

153

CDD menjelaskan "pangsa pasar" program penanggulangan kemiskinan,

yaitu khusus untuk keluarga miskin dan keuangan mikro (Dongier dkk. 2003:

303-304). Setelah lepas dari level itu maka tubuh miskin keluar dari program-

program CDD. Menggunakan idiom dari ilmu ekonomi, pola penyaluran proyek

diarahkan pada kesetimbangan antara aspek penawaran proyek dan permintaan

masyarakat (Gambar 16). Untuk memperoleh titik yang optimal, maka

dilangsungkan persaingan antar warga dalam memperebutkan proyek. Berkaitan

dengan itu, menurut teori motivasi dari Atkinson, motivasi tertinggi dalam

melakukan tindakan diperoleh ketika peluang keberhasilan untuk mendapatkan

barang atau jasa yang diinginkan senilai 50 persen. Artinya hanya jika menulis

proposal maka muncul peluang untuk mendapatkan proyek, jika proposal tidak

dikerjakan maka pasti tidak mendapatkan proyek (peluang 0 persen), dan

sebaliknya penulisan proposal tidak sekaligus memastikan (peluang 100 persen)

akan memperoleh proyek.

Gambar 16. Adaptasi Ekonomi Formal dan Psikologi dalam CDD

Ada pula program CDD yang telah menetapkan proyek per desa dalam

nilai tertentu, misalnya PNPM Infrastruktur Perdesaan (IP) menyampaikan dana

Page 175: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

154

pembangunan infrastruktur seragam senilai Rp 250 juta per desa. Nilai proyek

PNPM IP ini lebih besar daripada program PNPM lainnya. Sesuai teori

punishment and reward, nilai yang jauh lebih besar ini diciptakan guna

membesarkan kehendak warga desa untuk mendapatkannya.

Sekalipun telah jelas bahwa CDD didasarkan pada teori pilihan rasional,

namun masih ditemui simpangannya dalam proyek-proyek CDD itu sendiri.

Dalam teori ini sempat dirumuskan collective action dihindari karena

memungkinkan munculnya penumpang gelap (free rider). Implikasi dari hal ini

ialah pengambilan sumberdaya secara selektif, sehingga menghindari sumberdaya

komunal (common goods). Akan tetapi proyek-proyek CDD justru menggarap

infrastruktur common goods seperti jalan dan jembatan, bahkan dalam jumlah

dominan dalam PNPM. Infrastruktur memungkinkan penumpang gelap di antara

warga desa sendiri (merugikan warga desa sendiri), namun lebih mudah diukur

tingkat efisiensinya dan selama ini menjadi keunggulan manajemen donor

internasional (menguntungkan donor). Sebagai perbandingan, evaluasi terhadap

pengembangan kelompok oleh donor seringkali menunjukkan kegagalan (Israel

1992: 2)

Pada kenyataannya, tujuan umum Bank (Dunia) pada kegiatan-kegiatan yang lalu telah sampai pada kesimpulan yang konsisten, bahwa komponen fisik suatu program, dua kali lebih berhasil dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh komponen pengembangan kelembagaan.

Meskipun digunakan dalam program partisipatoris, CDD telah

memberikan ide bahwa tingkah laku manusia dapat diramalkan. Tujuan tindakan

sosial terutama memaksimalkan manfaat atau keuntungan. Motivasi tindakan

pemanfaat proyek terutama didasarkan pada kepentingan-kepentingannya sendiri.

Diskursus kemiskinan produksi juga menghasilkan pandangan efisiensi-

biaya dalam pembangunan partisipatif. Pandangan efisiensi-biaya ini

menginginkan keikutsertaan orang miskin dalam pembangunan untuk

meningkatkan rasa kepemilikan, namun keikutsertaannya sekaligus sebagai upaya

memobilisasi sumberdaya lokal. PNPM berupaya membatasi biaya input atau

materi program, sambil menggali kontribusi dari tubuh miskin sendiri. Pada kasus

Page 176: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

155

di Dusun Kalitani, sebelum program fisik diusulkan, warga desa perlu

mempersiapkan modal awal, berupa swadaya masyarakat, kas dusun, dan kas

desa. Nilai swadaya menjadi bobot penting dalam persaingan proposal antar desa

di tingkat kecamatan.

Dalam aturan program, seluruh pekerja dalam kegiatan PNPM dibayar,

meskipun boleh lebih rendah daripada harga tukang dan buruh lokal. Akan tetapi

kebutuhan nilai swadaya yang tinggi membuat penyelenggara proyek mengubah

upah kerja rendah tersebut menjadi gotong royong antar warga desa. Nilai gotong

royong kemudian dicatatkan sebagai swadaya masyarakat. Karyo, Kader

Pemberdayaan Masyarakat, menjelaskannya sebagai berikut.

Untuk mengejar maka swadaya dikejar. Ada sendiri swadaya dari desa, lalu dari masyarakat juga ditarik, plus tenaga kerja. Tenaga kerja itu dibayar namun langsung diberikan kembali ke proyek. Misalnya per hari dibayar Rp 27.000 per HOK tukang (HOK= hari orang kerja), dan Rp 20.000 per HOK tenaga kerja. Kalau sehari, tenaga kerja mendapat Rp 30.000, sementara tukang Rp 40.000. Masyarakat bekerja bakti, dibayar, namun nanti dikembalikan kepada masyarakat secara swadaya. Sebab aturannya harus seperti itu.

Swadaya juga ditarik di antara rumahtangga miskin –bentuk subsidi tubuh

miskin terhadap proyek pemberdayaan. Projo menjelaskannya sebagai berikut.

Saya hitung penarikannya lewat tanah, yang lebar membayar lebih banyak, yang sedikit membayar juga. Itu tanah darat, tanah untuk rumah. Tidak termasuk tanah sawah. Masyarakat di sini kalau dibutuhkan swadaya dan pembangunan langsung dilaksanakan, itu tidak ada protes. Kalau itu diadakan swadaya tapi lama baru dilaksanakan, sampai satu tahun hingga dua tahun, barulah masyarakat protes.

Untuk PNPM, swadaya juga ditarik dari fakir dan miskin. Yang cukup memberikan iuran Rp 100 ribu. Yang fakir dan miskin Rp 50 ribu. Memang menurut luas tanah. Yang lebar membayar lebih banyak, termasuk yang tidak di pinggir jalan. Kemarin semua bisa membayar.

Swasta kini masuk sebagai salah satu penyalur dana bagi orang miskin,

yaitu sebagai konsultan pendamping program. Ciri pencarian untung yang

Page 177: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

156

mengikat secara inheren pada konsultan swasta turut terbawa dalam

pendampingan masyarakat (Agusta 2007: 27-38). Merekalah yang memiliki peran

dan kekuasaan lebih tinggi daripada pihak lain di lapangan. Dari sisi gaji yang

berlipat ganda dibandingkan pegawai negeri –antara empat kali lipat pada

pendamping tingkat kecamatan, hingga lebih dari lima puluh kali lipat bagi

konsultan pendamping nasional yang sengaja direkrut dari negara donor—tugas-

tugas yang lebih besar dan purna waktu dalam program, posisi pendamping ini

jauh lebih tinggi daripada lainnya. Dalam posisi yang paling penting, yaitu

menandatangani persetujuan pencairan proyek dan dana kegiatan, kekuasaan

konsultan pendamping bahkan hampir mutlak.

Dalam periode pasca krisis moneter, kegiatan pembangunan yang terfokus

pada pengurangan kemiskinan justru mereproduksi kemiskinan itu sendiri.

Program penanggulangan kemiskinan bahkan menggerakkan sebagian warga

maupun aparat pemerintah agar turut dimasukkan ke dalam kategori miskin

tersebut. Proyek beras untuk orang miskin dan pemberian uang tunai kepada

orang miskin dilaporkan diterima pula oleh golongan di luar rumahtangga miskin

(Mawardi dkk. 2008: 12-13). Ditemukan 10,4 juta rumahtangga baru yang

mendaftarkan diri sebagai rumahtangga miskin untuk mendapatkan dana Bantuan

Langsung Tunai (BLT).1

Berbeda dari perencanaan teknokratis yang menggunakan metode ilmiah

dan terarah kepada sifat positivistik, perencanaan partisipatif disifatkan pada

kesepakatan bersama antar pihak di tingkat desa. Perencanaan teknokratis

terhadap desa, misalnya dalam menentukan lokasi program, dilakukan secara

kuantitatif dan menggunakan statistika deskriptif atau parametrik.2 Akan tetapi di

tingkat desa usulan kegiatan tidak ditekankan pada statistika, melainkan melalui

keputusan bersama atau kolaboratif antar pihak –lazimnya warga biasa, tokoh

masyarakat, aparat pemerintah desa, dan sesekali aparat pemerintah kecamatan

dan kabupaten/kota—sampai petugas donor internasional (Mosse 2004: 16-35).

1 Sinar Harapan (19 November 2005) mengutip Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat kala itu, Alwi Shihab, menunjukkan sampai saat itu jumlah penerima BLT sebanyak 12,5 juta rumahtangga, namun sekitar 247.000 penerima BLT dihentikan karena tidak tergolong rumahtangga miskin. 2 Misalnya dalam penentuan desa, kabupaten dan provinsi penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Page 178: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

157

Metode partisipatif yang dipraktekkan dipandang tidak memiliki ciri-ciri ilmiah

berupa universalitas (Mohan 2004: 153-167), termasuk tidak bisa dipraktekkan

lintas wilayah dalam Indonesia. Metode ini juga sulit menentukan ukuran

keberhasilan sejak dari tahapan perencanaan hingga pasca pelaksanaan

pembangunan. Setelah tidak masuk ke dalam mekanisme perencanaan rasional

terutama dalam kemampuan peramalan, pelaksanaan keputusan partisipatif

akhirnya didanai oleh bantuan sosial.1 Jenis mata anggaran ini tidak

memperhitungkan kembalinya dan akumulasi investasi negara dalam

pembangunan sebagaimana mata anggaran modal, yang berarti juga tidak

dipandang sebagai pembangunan yang rasional. Dengan mengasosiasikan negara

sebagai perusahaan,2 perencana menekan jumlah mata anggaran bantuan sosial

sambil menguatkan mata anggaran belanja modal.

Usaha untuk menguasai pendekatan partisipasi sebagai wilayah di luar

rasionalitas ini dilakukan melalui mekanisme pendisiplinan tahapan partisipasi –

dalam program penanggulangan kemiskinan tahapan kegiatan disamakan dengan

konsep proses (Francis 2004: 72-87). Formulir-formulir isian tiap tahapan

diberlakukan menyeluruh ke semua lokasi pembangunan, dengan formulir isian

yang serupa pada tahapan musyawarah tingkat dusun dan desa, penyusunan

proposal, pelaporan kegiatan, hingga serah terima hasil kegiatan

Ikhtisar

Memiliki homologi dengan produksi industrial, diskursus kemiskinan

produksi mula-mula memunculkan tubuh miskin sebagai pihak yang tidak mampu

berproduksi. Setelah ditemukan, tubuh-tubuh tersebut kemudian didisiplinkan

melalui homologi manajemen produksi, berupa disiplin dalam kegiatan-kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan program-program

1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.02/2006 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2007 2 Asosiasi negara dengan perusahaan ditunjukkan dalam penjelasan UU 17/2003 tentang keuangan negara, di mana, “Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara... Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakikatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan”.

Page 179: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

158

penanggulangan kemiskinan. Pendisiplinan juga diorganisasikan secara birokratis.

Disusun Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten/Kota,

Provinsi, pusat, juga melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K).

Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk melatih ketrampilan tubuh

miskin agar sesuai dengan arena produksi, serta menyediakan modal untuk turut

serta dalam persaingan usaha dalam arena produksi tersebut. Prasarana pendukung

yang disediakan program bersifat ambigu, karena tidak hanya menjadi modal bagi

orang miskin, namun juga diperebutkan oleh lapisan atas untuk memperlancar

usaha dan mengakumulasi modal mereka lebih lanjut.

Sampai bab ini telah disajikan satu per satu proses operasi kekuasaan

dalam memunculkan enam diskursus kemiskinan serta upaya pengelolaannya

dalam habitus dan arena kemiskinan. Pada bab berikutnya disajikan interaksi antar

diskursus dan praktis penanggulangan kemiskinan secara bersama-sama. Operasi

kekuasaan untuk mendominasi atau memunculkan hal-hal baru ini dikembangkan

sebagai perang diskursus dan praktik kemiskinan.

Page 180: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 10

PERANG DISKURSUS DAN PRAKTIK KEMISKINAN

Narasi diskursus dan praktik dapat disusun menurut kaitan berbagai

konsekuensi vertikal dari tataran diskursus, habitus, dan arena, maupun peran

secara horizontal antara diskursus dan praktik yang berbeda-beda (Foucault

2002c: 85). Pada bab-bab sebelumnya disampaikan narasi vertikal dari enam

diskursus kemiskinan di pedesaan Indonesia. Pada bab ini narasi dilanjutkan

dengan perang diskursus dan praktik kemiskinan. Sudut pandang sejarah

diskursus dapat digunakan untuk mendeskripsikan perang tersebut, karena

menurut Foucault (2002d: 143) sejarah yang menguasai dan membatasi manusia

lebih memiliki bentuk peperangan daripada bahasa, tentang relasi kekuasaan

daripada relasi makna. Dengan memperhitungkan perkembangan di Indonesia,

diskursus berbagi kelebihan dan diskursus menginginkan kesederhanaan telah

dikenal setidaknya sejak 1500-an (Gambar 17). Diskursus kemiskinan ras dan

etnis dikembangkan pada dekade 1920-an, bersamaan dengan perkembangan

diskursus kemiskinan sosialis. Pada dekade 1970-an berkembang diskursus

potensi golongan miskin. Sejak akhir 1990-an berkembang diskursus kemiskinan

produksi, dan tafsirnya kini sedang menguat.

Gambar 17. Genealogi Diskursus Kemiskinan di Pedesaan Indonesia

Page 181: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

160

Penghilangan dan Perluasan Domain Kemiskinan

Dalam diskursus dan praktik berbagi kelebihan, tetangga di dalam desa

telah menyamarkan lokus tubuh miskin dalam lapisan-lapisan kekurangan, yang

mampu menghasilkan garis kemiskinan lokal berbeda-beda antar wilayah dan

waktu yang berlainan. Relativitas garis kemiskinan lokal menjadi strategi

penyamaran penting untuk menolak jangkauan mekanisme kekuasaan yang bisa

saja merepresi golongan kekurangan. Dalam kondisi tersamar, prosedur menuju

tubuh miskin baru terbuka melalui praktik kerukunan antar tetangga. Prosedur

tersebut sekaligus membatasi penanggulangan kemiskinan hanya pada tataran

antar tetangga sedesa.

Mekanisme parrhesia (Foucault 2011: 339) dalam pengelolaan tubuh

untuk mencapai kesucian dan mengabarkan kebenaran tersusun dalam diskursus

menginginkan kesederhanaan. Latihan keterbatasan harta benda secara terus

menerus oleh penganut mistik, agamawan, dan tubuh prihatin lainnya berguna

untuk menyucikan tubuh dan menyiapkannya menerima kebenaran dari Tuhan.

Keyakinan tentang hubungan langsung dengan Tuhan memberikan tubuh

sederhana tersebut keberanian untuk menyampaikan kebenaran –menurut

pandangannya—kepada pihak lain, termasuk penguasa. Tidak mengherankan

keprihatinan atau kesederhanaan ini bersifat subversif bagi masyarakat dan

penguasa. Penguasa sendiri mendapatkan rangsangan kesederhanaan untuk

mengolah tubuhnya agar memancarkan sinar kesaktian –juga disebut karamah

Tuhan—yang dipandang sebagai bentuk riil kekuasaan dirinya (Anderson 2000:

47-71).

Kemiskinan dinilai sebagai masalah sosial selama penjajahan Belanda, dan

domainnya meluas hingga nusantara. Untuk pertama kalinya pula penelitian

kemiskinan dilaksanakan pada tahun 1872. Tubuh orang miskin dari kalangan

Indo Eropa diidentifikasi, dan konsep yang diperoleh sebagai hasil identifikasi

lalu digunakan untuk memburu tubuh-tubuh serupa. Melalui penelitian ini tubuh-

tubuh miskin dimunculkan lewat pencatatan sensus. Dalam konstruksi pelapisan

sosial berbasis ras, kemiskinan dipandang sebagai permasalahan ras campuran

atau kreol antara orang Eropa dan pribumi.

Page 182: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

161

Penelitian menemukan beragam penyebab kemiskinan kreol (Baay 2010:

15-16), namun pemerintah jajahan pada tahun 1920-an hanya mengedepankan

sebab berhubungan dengan tubuh pribumi secara tidak bermoral –berupa

pergundikan (Gouda 2007: 196-200). Oleh sebab itu program penanggulangan

kemiskinan diarahkan untuk memperbaiki moral tubuh-tubuh kreol.

Komisi (penyelidikan kemiskinan orang Eropa di Hindia Belanda) juga menganjurkan untuk meningkatkan mutu moral di dalam tangsi. Jumlah anggota militer Eropa yang hidup dalam pergundikan akan berkurang sehingga akan berkurang pula jumlah anak miskin yang dilahirkan. Berkaitan dengan masalah ini komisi juga menganjurkan agar anggota militer Eropa yang telah meninggalkan ketentaraan kolonial segera dikirim kembali ke Belanda (Baay 2010: 178).

Kekuasaan dioperasikan melalui basis budaya yang holistik –artinya tanpa

mempertimbangkan pelapisan masyarakat dalam budaya tersebut—dan diskursus

kemiskinan ras dan etnis secara bersama-sama memunculkan orang miskin dari

kreol, sekaligus menahan kemunculan kemiskinan dari etnis-etnis pribumi. Etnis

tersebut di-Lain-kan secara budaya, dengan cara menempeli atribut-atribut

persangkaan budaya yang dinilai primitif atau persangkaan moral negatif. Dengan

memandang pribumi sebagai separuh kera, kemiskinan tidak dipandang sebagai

masalah mereka, melainkan keliaran tingkah lakunya (Gouda 2007: 213).

Sebagian penduduk kolonial Belanda di abad ke-20, misalnya, secara aneh masih terobsesi dengan gagasan "mata rantai yang hilang" dan menduga-duga kemiripan antara orang pribumi dengan kera-kera besar cerdas yang mirip manusia. Sebagian lain menggunakan gagasan Spencer dalam bentuk yang menyimpang, penjelasan baru tentang evolusi biologi dan metafora-metafora artifisial tentang sifat kekanak-kanakan atau "lambatnya perkembangan" orang-orang Indonesia.

Dalam periode yang sama, berkembang pula diskursus kemiskinan

sosialis. Membalik konstruksi diskursus kemiskinan ras dan etnis yang

menyalahkan hubungan dengan tubuh pribumi, dalam diskursus ini justru

hubungan dengan tubuh penjajah diyakini sebagai mekanisme kemiskinan

pribumi. Hubungan yang bercirikan feudal dengan kelas priyayi dalam kerajaan-

Page 183: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

162

kerajaan nusantara juga dipandang sebagai operasi kekuasaan untuk menghisap

surplus kelas bawah (Soekarno 1965: 1-24; Sirait, Hindrayati, Rheinhardt 2011:

125-126).

Menerapkan teori-teori dari komunisme internasional, lokus proletar

sebagai pengisi kelas miskin diidentifikasi di antara tubuh buruh industri, seperti

buruh kereta api (McVey 2010: 29). Mekanisme penanggulangan kemiskinan

ditempuh melalui boikot atau pemogokan dan pemberontakan golongan sosialis,

dalam rangka menghambat dan menghancurkan struktur sosial penjajahan.

Identitas tubuh proletar seharusnya hanya membatasi pada tubuh buruh industri,

namun terbuka bagi tubuh pribumi, kreol dan ras berkulit putih. Akan tetapi

organisasi buruh sosialis lebih banyak diisi buruh pribumi dan sebagian kecil

buruh kreol, sebaliknya buruh dengan ras murni Eropa justru sering menyabotase

pemogokan mereka.

Identifikasi proletar sebagai tubuh miskin sekaligus membungkam

golongan miskin lainnya, yang saat itu sudah mulai diketahui pada tubuh

pengusaha kecil dan petani kecil (Hiqmah 2008: 49; Tjokroaminoto 2008: 47-

114). Konsekuensinya gerakan sabotase atau pemberontakan buruh sosialis tetap

meninggalkan pengusaha kecil dan petani kecil yang dipandang tidak mengenal

rasionalitas masyarakat industrial.

Di samping kelemahan identifikasi kelas miskin tersebut, teori-teori

komunis internasional juga dipandang sulit diterapkan langsung di Indonesia

setelah kerjasama komunis internasional tidak terwujud untuk mendukung

pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) melawan penjajah Belanda pada

tahun 1926 (McVey 2010: 569-630). Untuk menyesuaikan lebih dalam dengan

keindonesiaan, nasionalisme dikembangkan sebagai revisi internasionalisme.

Adapun tubuh miskin ditangkap sebagai tubuh marhaen atau kromo (Agusta 2010:

897-915; Soekarno 1965: 167-170, 245-248). Di samping buruh industri sebagai

proletar, tubuh-tubuh miskin juga diidentifikasi pada petani kecil dan buruh tani.

Pada titik ini identifikasi golongan kekurangan dalam diskursus berbagi

kelebihan –yang berisikan petani kecil dan buruh tani—dipinjam sekaligus

ditafsirkan kembali. Tubuh-tubuh tersebut muncul sebagai dikotomi dari kapitalis

dan golongan feudal. Sebelum kemerdekaan peminjaman golongan kekurangan

Page 184: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

163

sekaligus dimanipulasi dengan komunisme, sehingga tubuh proletar dipandang

lebih superior. Soekarno (1965: 254) menjelaskan hal ini.

Ini, ini paham "proletar mengambil bagian yang besar sekali", inilah yang saya sebutkan modern, inilah yang bernama rasionil. Sebab kaum proletarlah yang kini lebih hidup di dalam ideologi-modern, kaum proletarlah yang sebagai klasse lebih langsung terkena oleh kapitalisme, kaum proletarlah yang lebih "mengerti" akan segala-galanya kemodernan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Mereka lebih "selaras zaman", mereka lebih "nyata pikirannya", mereka lebih "konkrit", dan … mereka lebih besar harga-perlawanannya, lebih besar gevechtswaarde-nya dari kaum yang lain-lain. Kaum tani adalah umumnya masih hidup dalam satu kaki di dalam ideologi feudalisme, hidup di dalam angan-angan mistik yang melayang-layang di atas awang-awang, tidak begitu "selaras zaman" dan "nyata pikiran" sebagai kaum proletar yang hidup di dala kegemparan percampur-gaulan abad ke dua puluh. Mereka masih banyak mengagung-agungkan ningratisme, percaya pada seorang "Ratu Adil" atau "Heru Cokro" yang nanti akan menjelma dari kayangan membawa kenikmatan surga-dunia yang penuh dengan rezeki dan keadilan, ngandel akan "kekuatan-kekuatan rahasia" yang bisa "memujakan" datangnya pergaulan-hidup-baru dengan termenung di dalam gua.

Pandangan ini telah berubah setelah Indonesia merdeka. Diskursus berbagi

kelebihan membatasi hubungan tubuh miskin sebatas dengan tetangganya, namun

diskursus kemiskinan sosialis mendatangkan kelas atas untuk menyadarkan

esploitasi atas mereka, lalu mengorganisasikannya hingga ke tingkat nasional.

Orientasi kepada marhaen di pedesaan antara lain ditunjukkan oleh inisiatif PKI

(Mortimer 2011: 365-373) untuk melatih marhaen dan mengorganisasikannya

dalam kelompok di desa hingga organisasi Barisan Tani Indonesia (BTI) di

tingkat nasional. Perubahan subyek kemiskinan sosialis dari buruh industri di

perkotaan menjadi petani di pedesaan tidak terlepas dari kesulitan kedudukan PKI

dalam kabinet dan penguatan angkatan darat dalam industri-industri di perkotaan.

Perubahan tersebut membutuhkan pengetahuan tentang struktur

masyarakat desa, sehingga PKI segera melakukan penelitian. Untuk pertama

kalinya penelitian partisipatoris dilaksanakan, pada awal 1960-an antara kader

PKI sebagai peneliti bersama-sama tubuh marhaen di pedesaan. Penelitian

partisipatoris yang penuh interaksi sosial tersebut menjadi operasi kekuasaan

Page 185: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

164

dalam memunculkan tubuh marhaen, mengidentifikasi tubuh-tubuh penghisap

marhaen, sekaligus menyadarkan tubuh marhaen tentang penghisapan surplus

ekonomi tersebut.

Hasil penelitian kemudian digunakan sebagai informasi untuk mengubah

syarat-syarat masuk BTI, dan dengan demikian marhaen dapat diorganisasikan

sebagaimana layaknya proletar dalam industri. Di tingkat lokal, hasil penelitian

menjadi kuasa pengetahuan bagi gerakan sosial perebutan lahan tuan tanah yang

berlebihan –dikenal sebagai aksi sepihak. Sesuai pandangan sosialisme, lahan

dipandang sebagai alat produksi utama bagi tubuh marhaen untuk menghasilkan

surplus secara mandiri. Aidit meringkas upaya pengorganisasian, pelatihan, dan

aksi bagi tubuh marhaen sebagai berikut (Mortimer 2011: 382).

Aksi-aksi sepihak akan sukses jika minimal tiga prasyarat berikut dipenuhi. Pertama, diorganisasikan secara rapi, khususnya sudut pandang dan cara kepemimpinan menyelesaikan masalah dalam aksi-aksi mereka di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa; … kedua, pendidikan mestinya diberikan dengan cepat, artinya kuliah-kuliah darurat dan pelatihan-pelatihan singkat segera diberikan bagi kader-kader desa yang secara khusus menangani sisi praktis aksi-aksi; dan ketiga, aksi-aksi yang mestinya melangkah di bawah kepemimpinan yang terlatih, artinya, kita harus menghindari "aksi pemimpin" tanpa massa atau "aksi massa" tanpa pemimpin, karena bagaimanapun aksi-aksi mesti konsisten berpijak pada kaum buruh dan petani miskin … Aksi-aksi ini, kalau begitu, harus mampu memenangkan simpati dan dukungan lebih dari 90 persen penduduk desa dan para pejabat negara yang bukan reaksioner.

Episode pengembangan kelas marhaen ditutup oleh pergantian politik

nasional secara berdarah. Dimulai dari perlawanan berdarah kiai dan santri kepada

kelas marhaen di Jawa Timur pada awal tahun 1965 (Sulistyo 2011: 194-219),

pergantian kepemimpinan nasional oleh Angkatan Darat diikuti dengan

pembunuhan para marhaen –yang menandai pembunuhan tubuh-tubuh miskin.

Page 186: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

165

Kekuasaan Memanipulasi Tafsir Kemiskinan

Beberapa tahun kemudian, di awal tahun 1970-an diskursus potensi

golongan miskin dikembangkan di antara akademisi dan aktivis lembaga swadaya

masyarakat (LSM). Komunikasi berlangsung melalui diskusi dan penerbitan, serta

dipraktikkan dalam kelompok-kelompok simpan pinjam dan usaha kecil lokal.

Bertautan dengan pembangunan alternatif yang mengedepankan kelebihan

lokalitas, diskursus ini mengarahkan penanggulangan kemiskinan untuk

menghasilkan kemandirian dari tubuh-tubuh miskin tersebut. Kemandirian tubuh

yang semula merupakan hasil dari latihan kemiskinan lapisan atas atau penganut

kebatinan (dalam diskursus menginginkan kesederhanaan) kini digeser kepada

posisi tubuh-tubuh miskin sendiri.

Ekonomi Rakyat merupakan fokus perhatian karena setelah program IDT menjadi gerakan masyarakat sendiri, gerakan roda ekonomi rakyat ini harus berputar secara swadaya dan mandiri. Demikian apabila roda ekonomi rakyat sudah bergerak secara swadaya dan mandiri, maka pembangunan ekonomi dan sosial akan makin merata (Mubyarto 1996: vi)

Konsep golongan kekurangan pada diskursus berbagi kelebihan, yang

ditafsir ulang ke dalam kelas marhaen, pada diskursus ini digunakan kembali

sembari ditafsir ulang sebagai golongan lemah. Menurut Sajogyo (1977: 10-17),

tubuh-tubuh lemah meliputi buruh tani dan petani gurem –manipulasi tafsir atas

kelas marhaen.

Tahun 1973, 57% petani di Jawa mengusahakan kurang dari 0,5 hektar tanah (rata-rata 0,25 hektar). Ini golongan petani gurem…..

Data tahun 1963 tak banyak berbeda: golongan "petani gurem" tercatat 61% (termasuk luas kurang dari 01 hektar, yang sebenarnya tak terhitung petani) yang menguasai 22% luas tanah pertanian di desa…..

Jika 2 daftar "rumahtangga" tahun 1970 (dalam persiapan sensus penduduk 1971) dapat dipakai sebagai patokan tentang berapa persen rumahtangga yang petani dan bukan petani, maka golongan petani gurem pada tahun 1973

Page 187: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

166

meliputi 33% dari rumahtangga di Jawa, jika dari 33% golongan miskin, yang 16% tergolong petani gurem (2,8 juta), maka 19% sisanya (13,0 juta) dapat dikatakan sebagian besar tergolong "buruhtani yang tidak bertanah" atau memiliki kurang dari 750 m2. Mereka meliputi hampir separuh dari golongan bukan-petani yang tercatat sebanyak 42%, dan mencakup 26% yang tak bertanah (Sajogyo 1977: 12).

Ketiadaan alat produksi sebagai sumber kemiskinan sosialis juga

ditafsirkan ulang sebagai ketiadaan akses ekonomis pada diskursus potensi orang

miskin (Sajogyo 2006: 261-282), padahal substansinya sama yaitu lahan di

pedesaan. Penggantian tafsir alat produksi menjadi akses sesuai dengan aliran

pembangunan berbasis kebutuhan dasar manusia, yang lebih mengedepankan

konsep akses daripada kepemilikan –salah satu konsekuensinya ialah pembedaan

pemilik dan penguasa (pengakses) lahan.

Perbedaan lainnya muncul dalam penggunaan kelompok sebagai

mekanisme kumulasi kekuasaan golongan lemah. Pengelompokan kekuatan-

kekuatan tubuh lemah dapat menghasilkan satu kekuasaan yang lebih kuat melalui

interaksi di antara mereka sendiri. Kelompok tidak diarahkan untuk mengambil

alih kepemilikan lahan tuan tanah di luar, sebaliknya Sajogyo (2006: 243-246)

mengarahkan reforma agraria ke dalam anggota kelompok petani gurem.

Kolektivitas di antara petani gurem yang mengerjakan lahan bersama dipandang

menyatukan kekuatan dalam berhubungan dengan posisi yang lebih tinggi.

Landreform itu justru dikenakan pada golongan yang paling gurem, misalnya menguasai kurang dari 0,2 hektar: tanah mereka dibeli pemerintah, kemudian dititipkan sebagai "tanah negara" yang diurus oleh Badan Usaha Buruh Tani (BUBT) di desa. Uang pembelian tanah itu sebagian dijadikan modal Badan Usaha Buruh Tani, baik modal untuk usaha bersama maupun modal yang dipinjamkan pada anggota untuk usaha perorangan.

Kelompok lebih dibutuhkan golongan lemah, bukan lapisan sosial atas.

Golongan yang telah lepas dari kemiskinan tidak membutuhkan kelompok lagi

(Sajogyo 1997: 89-110). Peran penting lapisan atas ialah bersolidaritas dan

memihak golongan lemah. Praktik pemihakan ditunjukkan melalui

Page 188: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

167

pendampingan. Oleh sebab itu pendampingan menjadi penting selama masih ada

kelompok berisikan tubuh-tubuh orang miskin.

Hampir semua program penanggulangan kemiskinan menggunakan pendekatan kelompok. Peran minimal pendamping kelompok adalah memastikan komponen program (pokmas, dana) tetap lestari dan bila mungkin berkembang. Artinya, kelembagaan (aturan main/AD-ART, administrasi) pokmas menjadi semakin baik, dana yang merupakan modal usaha semakin berkembang. Pendamping mestinya bukan unsur yang terpisah dari program, tetapi faktor integral yang "hidup" dari mekanisme hubungan dengan pokmas yang didampinginya.

Perubahan struktural tidak dilakukan melalui mekanisme konflik kelas

marhaen dengan kelas kapitalis dan kelas feudal, melainkan melalui mekanisme

pemerataan pembangunan. Dibandingkan dengan delapan jalur pemerintah, masih

dibutuhkan kondisi awal yang berisikan berbagai alat produksi petani di desa

(Sajogyo 2006: 261-282). Meskipun mengetengahkan dualitas penurunan

kemiskinan dan peningkatan pemerataan, namun aspek pemerataan tidak selalu

muncul bersamaan. Indikator indeks Gini untuk menunjukkan tingkat

ketimpangan wilayah kurang populer.

Diskursus potensi orang miskin lebih berorientasi pada upaya kemandirian

kelompok miskin, dan tidak memperhitungkan aspek bantuan luar negeri dari

negara maju dan donor internasional. Pada awal dekade 1980-an muncul

pemikiran tentang kemiskinan struktural. Bukannya memperhitungkan

penghisapan surplus antar negara, pemikiran ini diisi Soemardjan (1984: 3-11)

dengan identifikasi organisasi pemerintah penyebab kemiskinan dan rekomendasi

organisasi pembaru penanggulangan kemiskinan di dalam negeri.

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Golongan demikian itu biasanya terdiri dari para petani yang tidak memiliki tanah sendiri, atau para petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluarganya. Termasuk golongan miskin adalah kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih, atau yang dengan kata asing

Page 189: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

168

dinamakan unskilled laborers. Golongan miskin itu meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari Pemerintah, yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah…..

Dalam rangka pemikiran ini menarik juga anjuran Wakil Presiden Adam Malik dalam pidato yang diucapkan olehnya sendiri di muka seminar agar diusahakan perubahan struktur masyarakat Indonesia sedemikian rupa sehingga kemiskinan struktural tidak banyak lagi artinya (Soemardjan 1984: 5, 11).

Pada dekade yang sama sebenarnya Arif (2001: 7-36) dari diskursus

kemiskinan sosialis menulis perihal ketergantungan Indonesia terhadap negara

maju dan donor, serta konsekuensinya pada pemiskinan sebagian warganegara.

Akan tetapi, pendekatan ketergantungan antar negara tidak pernah muncul sebagai

pemikiran dominan.

Berorientasi pada model pendekatan kebutuhan dasar, dan berdasarkan

hasil penelitian gizi masyarakat, upaya menghitung golongan miskin dilakukan

Sajogyo (1988: 1-14) dengan garis kemiskinan berbasis gizi minimal untuk

bekerja. Bila dihitung secara individual, gizi yang dibutuhkan 2.100 Kkal/hari.

Akan tetapi dengan memperhitungkan simpangan pada tingkat masyarakat, maka

nilainya menjadi 1.900 Kkal/hari. Untuk mempermudah penghitungan –tanpa

memperhitungkan perbedaan inflasi antar tempat dan waktu—maka

penghitungannya diukur dari nilai beras. Bila dikaitkan dengan orientasi lokalitas

yang seharusnya menghasilkan garis kemiskinan lokal yang berbeda-beda, serta

pemikiran struktural kemiskinan yang tidak mempercayai garis kemiskinan

absolut, maka upaya perumusan garis kemiskinan nasional atau makro tergolong

anomali dalam diskursus ini. Hasil kajian kemiskinan mikro hampir selalu

berakhir pada kemiskinan lokal yang lebih parah dibandingkan hasil ukuran garis

kemiskinan makro (White 1996: 29-45). Argumen penyusunan garis kemiskinan

yang dimunculkan ialah untuk menduga ketidakmerataan sosial (Luthfi 2011:

165), padahal indikator yang lebih tajam dan telah mulai digunakan saat itu ialah

indeks Gini.

Diskursus kemiskinan produksi muncul untuk merespons ketimpangan

sosial –yang diindikasikan oleh ketimpangan wilayah—pada akhir tahun 1970-an.

Dekade 1970-an ditandai oleh peningkatan indeks Gini, dan kesenjangan sosial

Page 190: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

169

tersebut tampaknya dirasakan banyak pihak, sehingga pemerintah mengeluarkan

Paket Kebijaksanaan Moneter 15 November 1978 yang antara lain ditujukan pada

penciptaan kondisi bagi pola hidup yang lebih wajar –dikenal sebagai pola hidup

sederhana (Dahlan 1978: 22-32). Konsep dari diskursus menginginkan

kesederhanaan ini dimanipulasi untuk mengurangi konsumsi ekonomis seluruh

penduduk, sehingga diharapkan mengurangi ketimpangan ekonomi. Akan tetapi

diselipkan anomali, bahwa ukuran sederhana itu tergantung pada penilaian

penduduk terhadap pendapatannya. Konsekuensinya kian miskin penduduk maka

mekanisme pendisiplinan konsumsi kian merepresinya, sebaiknya kian kaya

penduduk maka kian terbuka untuk berkonsumsi lebih tinggi. Kontradiksi tersebut

sudah menghapus efektivitas kebijakan pemerintah.

Istilah sederhana atau mewah sangat relatif dan tergantung keadaan masing-masing orang pada suatu waktu tertentu. Orang cenderung menganggap mewah hal-hal yang tidak tercapai oleh kemampuannya sendiri atau yang dianggapnya berlebih-lebihan bagi dirinya pada suatu ketika. Pada saat yang lain, hal-hal yang sama mungkin dianggapnya bukan mewah lagi atau dapat bertambah mewah. Golongan menengah –yang memang lebih banyak mengeluarkan suara—dengan sendirinya cenderung menganggap pola hidup kalangan atas sebagai kemewahan; sedangkan bagi golongan yang berada itu sendiri gaya itu dirasakan wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan mereka (Dahlan 1978: 23).

Garis kemiskinan untuk kebutuhan standardisasi lebih terbuka untuk

disusun dalam diskursus kemiskinan produksi. Pada tahun 1984 BPS

mengembangkan garis kemiskinan negara. Sama-sama menggunakan basis

kebutuhan energi 2.100 Kkal per hari, orientasi kepada metode individualistik

menghalangi penggunaan batas simpangan 1.900 Kkal pada tingkat komunitas

dan negara –ini batas bawah yang digunakan Sajogyo (1988: 1-14).

Konsekuensinya, garis kemiskinan BPS senantiasa lebih tinggi daripada garis

kemiskinan Sajogyo. BPS hanya memunculkan satu garis kemiskinan, sementara

Sajogyo selalu memunculkan lehih dari satu garis kemiskinan. Nilai uang

distandardisasi antar wilayah (memperhitungkan pertumbuhan ekonomi dan

inflasi), lalu digunakan sebagai hasil penghitungan. Sama seperti Sajogyo yang

Page 191: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

170

menggunakan data Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diproduksi

tahunan, seharusnya garis kemiskinan ini dapat dipublikasikan setiap tahun.

Bahwa hal tersebut tidak dilakukan hingga tahun 1993, menunjukkan

pembungkaman diskursus kemiskinan hingga awal 1990-an. Hal ini terutama

berkaitan dengan kemunculan pandangan proses pemiskinan selama dekade 1970-

an dan 1980-an, yang ditentang oleh Presiden Soeharto (2008: 413-414). Dalam

pernyataannya identitas pencipta garis kemiskinan diberikan kepada Mubyarto,

padahal diciptakan oleh Sajogyo. Nama Sajogyo juga dihilangkan sebagai "orang

itu" yang sebelumnya menyatakan pemiskinan dalam proses pembangunan.

Pada permulaan tahun 1985 saya menyebutkan, bahwa garis kemiskinan di negeri kita, di mana kebanyakan adalah kaum petani, ialah 320 kg beras per tahun per orang.

Yang menetapkan batas itu adalah ahli-ahli ekonomi kita, seperti Mubyarto dan yang lainnya. Saya pun pernah menghitungnya sekian tahun ke belakang. Dan perhitungan saya itu kira-kira cocok dengan perhitungan para ahli ekonomi kita itu.

Alhasil, batas 320 kg beras per tahun per orang itu harus bisa dilampaui oleh seorang petani kita, supaya tidak hidup dalam kemiskinan…..

Ada yang mengatakan seolah-olah proses pembangunan kita selama 15 tahun ini, bahkan 18 tahun, merupakan proses pemiskinan terhadap rakyat kita.

Pendapat yang demikian itu maksudnya tentu baik, yakni untuk memperingatkan agar pembangunan yang kita lakukan benar-benar sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk memperbaiki taraf hidup rakyat.

Kalau benar begitu halnya di Indonesia selama ini, maka saya berdosa.

Tetapi apa yang saya lihat, kebalikan dari pendapat sementara orang itu.

Membawa proses kemiskinan berarti rakyat makin lama makin miskin.

Nyatanya, mereka yang tadinya makan hanya sekali sehari. Sekarang saya tahu bisa makan dua kali sehari, bahkan bisa tiga kali sehari. Dengan demikian, maka tentu rakyat tidak menjadi lebih miskin.

Ungkapan di atas mungkin lebih tepat menunjukkan maksud Presiden

Soeharto, dibandingkan saat secara resmi memunculkan garis kemiskinan negara

Page 192: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

171

pada tahun 1984. Dalam pidato resmi tersebut yang diacu justru garis kemiskinan

BPS –bukan garis kemiskinan Sajogyo.

Salah satu indikator penting pemerataan kesejahteraan rakyat dalam jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Apabila garis kemiskinan dipakai sebagai tingkat pengeluaran keluarga minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan setara dengan 2.100 kalori per anggota keluarga per hari serta kebutuhan pokok bukan-pangan tertentu, maka diperoleh jumlah sebagai berikut ….. berkurang dari 54,2 juta orang atau 40,1% dari seluruh penduduk dalam tahun 1976 menjadi 47,2 juta atau 33,3% dari seluruh penduduk dalam tahun 1978 ….. menjadi 40,6 juta atau 26,9% dalam tahun 1981 (Luthfi 2011: 165).

Sempat muncul pandangan bahwa pengukuran dengan menggunakan garis

kemiskinan memiliki kelemahan mendasar karena bersifat dugaan dari data

survai. Pertanyaan dalam survai juga tidak memperhitungkan utang, padahal kelas

bawah biasa mengkonsumsi barang dengan berutang (Arif 2006: 200-201).

Pandangan dari diskursus kemiskinan sosialis ini tidak berkembang lebih lanjut.

Sejak pertengahan 1980-an World Bank mengubah tema pembangunan

dari structural adjustment program (SAP) atau dikenal juga sebagai Washington

Consensus, menjadi tema pengurangan kemiskinan. Tema kemiskinan

dikembangkan dalam laporan World Development Report (WDR) 1980 dan 1990

–selanjutnya juga muncul pada tahun 1999. Dokumen ini menyebarkan kekuasaan

untuk mengarahkan pembangunan di negara-negara miskin.

…..the importance of successive WDRs in shaping the boundaries and the nature of ‘mainstream’ development debates. Their relationship with the World Bank (WB) means that they have a huge research and production budget, and the Bank can afford to disseminate them widely – a minimum of 50 000 English copies are now printed, and another 50 000 summaries are produced in seven other languages. The WDRs are usually the most ‘accessible’ of the WB’s annual publications, and in many ways act as its ‘public face’. Their association with the WB also lends them (in many circles) considerable weight and legitimacy. Thus, the WDRs have been a significant vehicle for promoting visions of development that have been broadly congruent with the views of various hegemonic institutions, including the WB, the

Page 193: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

172

International Monetary Fund (IMF) and the US government (Mawdley dan Rigg 2002: 93).

Tema kemiskinan diterima pemerintah pada awal 1990-an. Untuk pertama

kalinya –dan merupakan perubahan yang cepat—pemerintahan Presiden Soeharto

menerima pandangan munculnya kemiskinan di Indonesia. Dibandingkan dengan

laju kemiskinan yang menurun sejak dekade 1970-an (dari sekitar 40,1 persen

atau 54,2 juta pada tahun 1976 menjadi 13,7 persen atau 25,9 jiwa pada tahun

1993), sejak tahun 1993 jumlah dan persentase orang miskin meningkat.

Bersamaan dengan skandal kalkulasi BPS yang dijelaskan di bawah, jutaan orang

miskin telah dimunculkan melalui keputusan pemerintah ini (sebelum krisis

moneter, pada tahun 1996 mencapai 17,5 persen atau 34,5 juta, atau meningkat

8,6 persen dan 3,8 juta orang miskin).

Dengan konsep akademis penanggulangan kemiskinan yang jauh lebih

siap, serta praktik-praktik kelompok dampingan LSM, diskursus potensi golongan

miskin segera mengelola program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan

hingga akhir 1990-an. Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) sejak tahun 1994

mempraktikkan pandangan diskursus potensi golongan miskin pada sekitar 20

ribu desa di Indonesia. Tidak mendapatkan data sensus penduduk miskin, maka

data sensus potensi desa diolah menjadi data 22 ribu desa tertinggal. Sesuai

dengan orientasi lokalitas, warga desa tertinggal menentukan sendiri golongan

miskin di antara tetangganya. Mubyarto (1996: 7-8) mempraktekkan diskursus

potensi golongan miskin dengan mempercayai warga desa untuk menentukan

sendiri golongan miskin di desanya, membentuk kelompok berisikan tubuh-tubuh

miskin, merancang kegiatan kelompok sendiri, mempercayakan dana yang relatif

besar untuk dikelola mereka, kemudian digulirkan di antara golongan miskin

sendiri. Solidaritas lapisan atas diwujudkan dalam bentuk pendampingan untuk

memandirikan kelompok dan anggotanya. Dalam Program IDT berbagai ragam

proses pemberdayaan orang miskin kreasi pendamping dihargai sebagai lokalitas

yang paling tepat untuk melembagakan komponen proyek.

II. SIFAT DAN RUANG LINGKUP 1. Program IDT adalah bagian dari gerakan nasional penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara bertahap

Page 194: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

173

dan berkelanjutan dengan mengikutsertakan berbagai instansi dan lembaga, baik Pemerintah maupun swasta, termasuk perguruan tinggi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya; 2. Program IDT juga merupakan strategi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan yang menyeluruh dan terpadu untuk mempercepat perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat/desa tertinggal menuju kondisi ketangguhan, ketahanan dan kemandirian; 3. Program IDT menyediakan bantuan khusus berupa modal kerja bagi kelompok penduduk miskin disertai bimbingan dan pendampingan khusus.1

Berorientasi kepada kemandirian, pada tahun 1996 dikembangkan gerakan

masyarakat dan pendamping untuk mandiri dari program penanggulangan

kemiskinan. Golongan miskin yang mandiri dirancang dicirikan oleh

kemampuannya dalam berusaha serta mencari tambahan modal sendiri.

Pendamping mandiri mendapatkan nafkah dari kegiatan pendampingan

kelompok-kelompok golongan miskin, dapat beralih dari gugus kelompok yang

satu ke gugus kelompok lainnya (Sajogyo 1997: 13, 134-136).

Pertarungan gerakan kemiskinan terjadi antara proyek yang diarahkan

pada kemandirian masyarakat, dan instruksi presiden untuk melembagakan

gerakan tersebut dalam struktur pemerintahan. Menteri Negara Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan bertugas

mengkoordinasikan departemen, instansi dan kelompok masyarakat yang

memiliki program berhubungan dengan pengentasan kemiskinan, menyusun

panduan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan, mengkoordinasikan

pelaksanaan program, dan melaporkan kepada presiden. Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional bertugas dalam perencanaan program dan penyediaan dana. Menteri

Keuangan bertugas mengatur dana yang diperlukan. Menteri Dalam Negeri

bertugas menyusun petunjuk teknis pelaksanaan di provinsi dan kabupaten/kota.

Menteri lainnya dan pimpinan lembaga pemeirntah non-departemen wajib

memberikan prioritas dan dukungan terhadap pelaksanaan program Gerakan

Terpadu Pengentasan Kemiskinan. Gubernur bertugas mengkoordinasi 1 Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1993 tanggal 27 Desember 1993.

Page 195: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

174

pelaksanaan program ini. Bupati/Walikotamadya memastikan prioritas program

ini di daerah masing- masing.

… dalam rangka mendorong, mengefektifkan dan mengoptimalkan upaya pengentasan kemiskinan secara terpadu dan terkoordinasi antar lintas sektor/instansi terkait dipandang perlu mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan sebagai bagian dari upaya nasional untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.1

Sebenarnya sejak tahun 1994 muncul pula inpres yang melandasi praktik

dari diskursus kemiskinan ras dan etnis. Melanjutkan pembicaraan Presiden

Soeharto dengan konglomerat pada tahun 1991, dana karitatif dikumpulkan dan

selanjutnya dikelola dalam Yayasan Damandiri. Berkaitan dengan itu, Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengelola sensus keluarga

sejahtera oleh petugas keluarga berencana (KB) di tingkat kecamatan dan desa

(Achir 1994: 8-9). Dua kategori terbawah –keluarga pra sejahtera dan keluarga

sejahtera I—digolongkan sebagai keluarga miskin. Melalui kelompok Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Bantuan dana kepada

keluarga miskin dilakukan dalam program tabungan kesejahteraan keluarga

(Takesra) dan kredit usaha kesejahteraan keluarga (Kukesra).

Namun, karena jumlah desa di Indonesia ada sekitar 65.000 desa, maka, jelas sekali bahwa program yang dirancang itu (Program IDT) tidak akan bisa membantu keluarga miskin di 43.000 desa lainnya. Sementara itu para konglomerat, yang juga prihatin atas makin melambatnya penurunan tingkat kemiskinan tersebut merasa terketuk hatinya untuk ikut bersama pemerintah memikirkan jalan keluar yang terbaik. Dalam kesempatan yang sama mulai diadakan pula program-program pemberdayaan keluarga dalam rangka pengembangan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, para pengusaha yang peduli mengusulkan kepada Presiden untuk ikut serta menangani keluarga dan penduduk di desa yang tidak tertinggal…..

Kemudian disusun program atau gerakan keluarga sadar menabung agar supaya para keluarga yang sekarang masih miskin bisa belajar menabung. Dalam rancangan awal dana yang ditabung itu akan dijadikan modal bersama untuk dipergunakan secara

1 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1998 tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan, bagian Menimbang huruf c.

Page 196: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

175

bergulir oleh para penabungnya. Dengan memberi kesempatan para peserta KB yang telah bergabung dalam kelompok-kelompok untuk menabung akan diperoleh dana yang cukup untuk bisa dipergunakan secara bergulir. Namun karena keluarga-keluarga itu pada umumnya miskin, atas petunjuk Bapak Presiden modal awal tabungan itu disumbang oleh para pengusaha. Gerakan Keluarga Sadar Menabung itu kemudian dicanangkan oleh Bapak Presiden pada tanggal 2 Oktober 1995 dan tabungan para keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I itu kemudian terkenal sebagai Tabungan Keluarga Sejahtera atau Takesra.1

Diskursus ini juga mengembangkan program Komunitas Adat Terpencil

(KAT), dengan kegiatan yang terpola berupa pendisiplinan suku bangsa yang

terpencil dan hidup berpindah-pindah ke dalam permukiman yang mengumpul

dan lebih dekat ke wilayah perkotaan (Syuroh 2011: 229-248). Dalam

permukiman bentukan tersebut dibangun rumah-rumah kecil untuk keluarga batih.

Penghuninya dilatih budidaya dan usaha kerajinan.

Diskursus kemiskinan produksi juga menyelinap dengan program

Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Dengan jangkauan

dan nilai program yang lebih terbatas –tidak mencakup seluruh desa tertinggal—

program ini sekedar menjadi pendamping Program IDT. Hanya di kawasan Timur

Indonesia infrastruktur muncul sebagai bahan diskusi (Sarman dan Sajogyo 2000:

179).

Pandangan diskursus kemiskinan produksi sempat pula masuk ke dalam

publikasi kelompok masyarakat IDT terbaik . Dalam dokumen tersebut (Mubyarto

1995: 5-6) tertulis taksonomi tubuh miskin atas penduduk miskin produktif dan

penduduk miskin tidak produktif. Sulit untuk berkembang dalam diskursus

potensi golongan miskin, pandangan ini tidak berkembang lebih lanjut.

Tidak terwujud hubungan metodologis antara program IDT dari program

lainnya –tanda berada pada diskursus yang berbeda. Data keluarga sejahtera tidak

digunakan untuk menentukan anggota kelompok masyarakat dalam Program IDT.

Pemilihan sendiri oleh warga desa dipandang lebih sesuai dengan diskursus

potensi golongan miskin. Bantuan dana langsung –artinya tanpa pembentukan

kelompok orang miskin serta pemberdayaan kelompok melalui pendamping—

1 Diunduh dari http://www.damandiri.or.id/index.php/main/sejarah pada tanggal 31 Desember 2011 pukul 6.27 WIB.

Page 197: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

176

juga dinilai tidak sesuai dengan diskursus ini. Begitu pula menimpakan kesalahan

pada komunitas adat terasing berkebalikan dari kepercayaan potensi pada diri

golongan miskin. Infrastruktur tidak dipandang sebagai bagian diskursus

kemiskinan, sehingga Program P3DT ditafsir sebagai pendamping Program IDT.

Berkaitan dengan hal ini, Sajogyo (2006: 257-258) menyatakan pemikirannya

sebagai berikut.

Jika memakai ukuran orang Barat yang digambarkan dalam Keluarga Berencana, yang termasuk miskin adalah keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I. Jadi kurang lebih setengah penduduk Indonesia masih miskin.

Krisis moneter tahun 1998 yang diikuti turunnya pemerintahan Presiden

Soeharto mulai menguatkan diskursus kemiskinan produksi, sementara diskursus

potensi orang miskin mulai tenggelam. Program IDT dihentikan bersamaan

dengan pergantian Presiden Soeharto kemudian Presiden B.J. Habibie. Hanya

beberapa bulan sejak krisis moneter, program penanggulangan kemiskinan yang

bernilai besar muncul dalam bentuk pemberian bantuan tunai Program Jaring

Pengaman Sosial (JPS), dan pemberian beras Program Beras untuk Rakyat Miskin

(Raskin). Bantuan langsung dipandang lebih simpel tanpa perlu perencanaan

partisipatif, serta tidak mempercayai potensi golongan miskin (Mubyarto 2000:

4).

Sangat disayangkan bahwa suasana gotong royong mengatasi kemiskinan yang sudah berkembang baik ini menjadi buyar berantakan karena terjadinya krismon (krisis moneter) menjelang akhir 1997. Dalam suasana panik mengatasi dampak krismon yang cenderung dibesar-besarkan itu lahir berbagai program/proyek JPS yang juga kebablasan, yang tidak menganggap perlu "belajar" dari program-program PPK (Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan) yang sudah berjalan seperti program IDT, Takesra, Kukesra, P4K, Kube, dll. Program PDM-DKE yang menyatakan diri "berpola IDT" dalam praktik pelaksanaannya terang-terangan bertentangan dengan program IDT dalam hal tidak mempercayai warga desa untuk menentukan siapa yang berhak menerima bantuan dana JPS/PDM-DKE. Kini nasi telah menjadi bubur, "sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna"!

Page 198: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

177

Untuk menguatkan arti krisis moneter, BPS telah memanipulasi metode

pengukuran garis kemiskinan, dengan menambahkan komponen pengeluaran

barang-barang baru. Metode baru ini telah menjaring tubuh-tubuh miskin lebih

banyak, sehingga persentase tubuh miskin sebelum dan sesudah krisis moneter

meningkat tajam. Melalui kalkulasi lama, kemiskinan pada tahun 1996 sebesar

11,34 persen atau 22,5 juta jiwa, dan kalkulasi baru sebesar 17,5 persen dan 34,5

juta jiwa. Sementara itu, melalui kalkulasi baru kemiskinan pada tahun 1998

sebesar 24,23 persen dan 49,5 juta jiwa. Jika kalkulasi lama 1996 dibandingkan

dengan kalkulasi baru 1998, muncullah pandangan bahwa krisis moneter memiliki

pengaruh mendalam bagi tubuh miskin di Indonesia, dengan menambah 27 juta

tubuh miskin –sementara kalau konsisten menggunakan seluruh kalkulasi terakhir

hanya meningkatkan 15 juta tubuh miskin. Pernyataan baru ini memunculkan

basis legitimasi praktik program-program pengurangan kemiskinan.

It is interesting to see how BPS has changed the measurement of poverty , to adjust the dynamic of the society and to attempt to improve the coverage of the poor. These changes are all made to make the statictics on poverty more relevant. Yet, those reading such statictics might not be aware of these changes and mightbe inclined to make wrong conclusion…..

… In a certain BPS publication, it was stated that the calculation of the non-food poverty line had been changed in December 1998 to bring it in line with development in society with regard to non-food need. The definition of "needs" was expanded because BPS realized that the needs of society had expanded. Hence, BPS raised the poverty line. With these changes, it is no surprise that poverty figures also increased. Of the increase of 27 million, some of this represented a genuine increase and the rest was simply a result of adjustment of method of calculation (Ananta 2005: 99).

Penguatan diskursus kemiskinan produksi kian berkembang setelah tahun

1998 dikembangkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan donor

World Bank untuk sekitar 5.000 kecamatan. Hingga kini program tersebut tidak

berhenti, bahkan sejak tahun 2008 program ini berganti nama menjadi Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Perdesaan) yang

mencakup seluruh kecamatan pedesaan di Indonesia.

Page 199: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

178

Berbagai arena di dalam Program PPK atau PNPM Perdesaan menyerupai

Program IDT, namun telah ditafsir ulang dalam diskursus kemiskinan produksi.

Program tersebut menggabungkan komponen kredit kelompok dan infrastruktur.

Telah lama donor internasional dikenal lebih mampu mengelola proyek

infrastruktur dibandingkan pengembangan kelembagaan (Israel 1992: 2).

Pembangunan komponen infrastruktur selesai setelah bangunan diserahkan

kepada pemerintah desa, sedangkan pengembangan kredit kelompok seharusnya

berkelanjutan hingga durasi proyek selesai. Dalam Program PPK komponen

infrastruktur segera mendominasi nilai kegiatan dibandingkan kredit kelompok.

Pendamping di tingkat kecamatan dan desa lebih menekankan komponen

infrastruktur. Data Potensi Desa tahun 2011 menunjukkan infrastruktur

transportasi yang dibangun dengan PNPM mencapai lokasi 46.746 desa, jauh

melebihi kegiatan ekonomi yang hanya mencakup belasan ribu desa.

Kekuasaan disalurkan melalui mekanisme standardisasi. Mulai Program

PPK tahapan perencanaan partisipatif, hingga pelaksanaan, dan kontrol

didisiplinkan dalam panduan-panduan teknis operasional. Kreativitas dari

lapangan yang dipandang selaras dengan diskursus kemiskinan produksi

dikembangkan sebagai disiplin baru pada pedoman tahun berikutnya. Pada tahun

1998 hanya ditemukan pedoman-pedoman kecil dan tipis (tidak lebih dari 30

halaman) untuk program dan kegiatan, jumlahnya tidak lebih dari 5 buku. Pada

saat ini setiap desa mendapatkan 14 buku panduan, masing-masing di atas 50

halaman, yang diperbaiki setiap tahun.

Pandangan efisiensi dipraktikkan dalam arena persaingan proposal antar

kelompok dalam desa maupun antar desa dalam satu kecamatan. Penilaian

proposal diunggulkan pada efisiensi perencanaan kegiatan. Dalam persaingan di

tingkat kecamatan, proposal desa dengan persentase dana swadaya masyarakat

tertinggi hampir pasti terpilih untuk menerima dana program. Swadaya

masyarakat yang diidentifikasi sebagai kemandirian dalam diskursus potensi

golongan miskin, kini ditafsir ulang sebagai modal ekonomi desa untuk

mendapatkan proyek. Melalui persaingan, program ini ingin memilih desa yang

lebih maju dan mampu menyediakan swadaya lebih tinggi, daripada desa yang

lebih tertinggal dan hanya menyediakan swadaya rendah. Pada saat ini konsep

Page 200: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

179

persaingan telah diubah menjadi prioritas, namun pelaksanaannya tetap sesuai

teori pengambilan keputusan rasional, yaitu mengurutkan (memprioritaskan)

kegiatan sesuai dengan urutan yang paling sesuai dari tujuan pembangunan desa.

4.2.2. Perencanaan Partisipatif di Kecamatan Perencanaan partisipatif di kecamatan bertujuan untuk

menyusun prioritas kegiatan antar desa/kelurahan berdasarkan hasil perencanaan partisipatif di desa/kelurahan, sekaligus mensinergikannya dengan rencana pembangunan kabupaten/kota.

Prioritas hasil perencanaan pembangunan partisipatif PNPM Mandiri dan musrenbang desa/kelurahan menjadi prioritas untuk dibiayai dengan sumber pendanaan kecamatan.1

Formalisasi kegiatan dengan menekankan proposal tertulis ke kecamatan

hanya memperhitungkan nilai uang dari swadaya desa. Di dalam desa sendiri

konsep kerukunan dari diskursus berbagi kelebihan dimanipulasi warga desa

sendiri. Arena kerukunan berupa gotong royong digunakan untuk meningkatkan

nilai swadaya desa. Untuk mengoptimalkan kerja warga desa dalam kegiatan

program ini, mereka diupah dengan nilai sama atau sedikit di bawah upah buruh

bangunan. Upah tersebut benar-benar diberikan kepada warga yang mengerjakan

kegiatan, namun segera dikembalikan kepada pemerintah desa untuk dituliskan

sebagai swadaya masyarakat.

Persaingan untuk mendapatkan kredit kelompok juga telah menyisihkan

tubuh-tubuh miskin. Untuk menunjukkan efisiensi penggunaan kredit –sehingga

memenangkan persaingan perebutan kredit kelompok di kecamatan—maka warga

desa menyeleksi sendiri tubuh-tubuh yang telah memiliki modal berupa

penghasilan tetap. Buruh tani, petani kecil, dan golongan miskin lainnya tidak

mendapatkan kesempatan mengusulkan kelompok masyarakat ini. Agar lebih

memastikan efisiensi pengembalian kredit kelompok, dalam PNPM Perdesaan

bahkan warga yang tidak miskin diperbolehkan mengisi maksimal 25 persen

keanggotaan kelompok –padahal dalam diskursus potensi orang miskin kelompok

masyarakat hanya beranggotakan golongan miskin tanpa memperhatikan modal

awal mereka.

1 Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tahun 2007/2008, halaman 23.

Page 201: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

180

Dalam diskursus potensi golongan miskin, mekanisme tanggung renteng

dikembangkan untuk menguatkan solidaritas antar anggota kelompok masyarakat.

Mekanisme ini tetap diberlakukan, namun dimanipulasi sebagai pendisiplinan

kelompok. Unit Pengelola Kegiatan (sebelum tahun 2008 disebut Unit Pengelola

Keuangan, sama-sama disingkat UPK) terus menagih kelompok saat salah satu

anggotanya menunggak angsuran, dan menyarankan anggota lainnya untuk

menalangi sesuai perjanjian kredit.

Diskursus kemiskinan ras dan etnis menyelinap melalui prasangka

efisiensi pengembalian kredit kelompok yang rendah saat dikelola laki-laki,

sebaliknya efisiensi pengembalian yang tinggi saat dikelola perempuan.

Prasangka seksualitas ini diformalkan dalam pedoman operasional, dengan

menghilangkan kelompok laki-laki, dan memunculkan hanya kelompok simpan

pinjam oleh perempuan (SPP).

Tugas pendamping ditekankan pada disiplin pemenuhan panduan.

Kemunculan pendisiplinan ini telah menurunkan nilai kreativitas mantan

pendamping IDT yang berasal dari LSM dan lulusan baru perguruan tinggi.

Formalisasi organisasi melalui mekanisme pendisiplinan pelaporan pendampingan

yang kian melimpah, juga menyulitkan pendamping asal LSM yang lebih terbiasa

praktik daripada mendokumentasikannya. Disiplin baru bagi pendamping telah

memunculkan peran konsultan pendamping yang bersumber dari perusahaan-

perusahaan swasta konsultansi pemberdayaan, serta menenggelamkan peran LSM.

Panoptisme Orang Miskin Sedunia

Sejak tahun 2000 dibentuk organisasi untuk menyatukan program dan

kegiatan pengurangan kemiskinan. Dalam kaitan ini Foucault (2002d: 90-91).

menggunakan konsep panoptisme untuk merujuk pengawasan aparat penjara

kepada para tahanan. Organisasi menjadi panoptisme secara sosial, yang berupaya

mengawasi setiap program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. panoptisme

berlangsung sejak dari World Bank kepada Indonesia, karena kinerja pengawasan

dan pengorganisasian Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK)

menjadi prasyarat pencairan utang luar negeri. Selanjutnya BKPK menjadi

Page 202: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

181

panoptisme bagi kementerian dan lembaga di tingkat nasional, dengan cara

mengumpulkan, mengkategorikan, dan mengusulkan pembuangan program dan

kegiatan mereka.

Selaku Kepala Badan Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan, HS Dillon menilai, tugas pihaknya sangat berat. Setidaknya memiliki 'point' menentukan bagi segera teralisirnya kucuran dana bantuan dari Bank Dunia. Yang bakal dilakukan pihaknya ke depan adalah satu proses yang betul-betul melibatkan semua pihak.

"Artinya, melibatkan LSM, pengusaha, perguruan tinggi, pemerintah daerah termasuk legislatifnya," ujar anak seorang 'Kepala Suku' kelahiran Medan, Sumatera Utara tahun 1945, yang meraih gelar doktor dari Cornell University, Ithaca, New York, AS, pada tahun 1983.

….. Menurut pemilik moto "warisan" dari orang tuanya

"Knowledge is power", dan mempraktekkannya kepada masyarakat kalangan bawah, bahwa melihat persoalan kemiskinan yang terjadi saat ini tidak dapat ditanggulangi sambil jalan. Departemen-departemen yang berkompeten akan hal kemiskinan tersebut menjalankan tugas pokok-tugas pokok. Sedangkan badan ini memberikan fokus supaya tugas berat ini dapat betul-betul dilakukan secara integrated.

Pada saat yang sama, World Bank menegaskan keterkaitan antara

tingkatan global dan nasional dalam pengurangan kemiskinan. Luasnya peran

yang dirumuskan untuk donor internasional berkonsekuensi pada luasnya peluang

kegiatan berbasis utang luar negeri (World Bank 2000: 12).

The way to deal with this complexity (of poverty) is through empowerment and participation—local, national, and international. National governments should be fully accountable to their citizenry for the development path they pursue… And international institutions should listen to—and promote— the interests of poor people…..

There is an important role in this for rich countries and international organizations. If a developing country has a coherent and effective homegrown program of poverty reduction, it should receive strong support—to bring health and education to its people, to remove want and vulnerability. At the same time global forces need to be harnessed for poor people and poor countries, so that they are not left behind by scientific and med- ical advances. Promoting global financial and environmental

Page 203: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

182

stability—and lowering market barriers to the products and services of poor countries—should be a core part of the strategy.

Setahun berikutnya dibentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK)

dengan peran serupa. Peran tambahannya ialah formalisasi panoptisme sebagai

mekanisme kekuasaan yang strategis, dengan menciptakan dokumen perencanaan

pengurangan kemiskinan untuk jangka menengah (5 tahun). Dokumen hendak

dijadikan panduan bagi donor dari luar negeri untuk memberikan utang bagi

pemerintah Indonesia. Dokumen serupa juga sudah dipersyaratkan bagi negara-

negara miskin lainnya untuk mendapatkan utang dari donor internasional. Rezim

kebenaran dikembangkan melalui sasaran mainstreaming (pengarusutamaan)

kemiskinan, yaitu "terwujudnya cara pandang dan persepsi yang sama mengenai

penduduk miskin sebagai kelompok sasaran dan pelaku penanggulangan

kemiskinan".1

Mainstreaming (pengarusutamaan): upaya untuk

meletakkan perspektif yang benar tentang konsistensi antara kebijakan dan program, antara program dan penganggaran, antara penentuan sasaran dan sistem penyampaiannya, dan pembagian peran antar pelaku pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan.2

Diskursus kemiskinan produksi meninggalkan jejaknya dengan

memasukkan pemikiran efisiensi dalam dokumen Interim Poverty Reduction

Strategic Paper (I-PRSP) pada tahun 2003. Dua pendekatan utama

penanggulangan kemiskinan ialah meningkatkan pendapatan dan mengurangi

pengeluaran. Adapun taksonomi kebijakan diarahkan kepada orang miskin

produktif, dan orang miskin yang tidak mampu lagi berproduksi. Kebijakan untuk

orang miskin produktif meliputi penciptaan kesempatan kerja, pemberdayaan

masyarakat, dan peningkatan kapasitas. Kebijakan untuk orang miskin yang tidak

lagi produktif ialah proteksi sosial.

Sebagaimana disebutkan dalam langkah-langkah penanggulangan kemiskinan di muka, penanggulangan kemiskinan didekati dari dua sisi, yaitu:

1 Dokumen Interim Strategi Penanggulangan Kemiskinan, halaman 64. 2 Dokumen Interim Strategi Penanggulangan Kemiskinan, halaman 68.

Page 204: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

183

(a) Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas, di mana masyarakat miskin memiliki kemampuan pengelolaan, memperoleh peluang dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, maupun politik;

(b) Mengurangi pengeluaran melalui pengurangan beban kebutuhan dasar seperti akses ke pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi.

Ada baiknya membandingkan dua pendekatan dalam SNPK dengan dua

pendekatan yang sejak lama dimunculkan World Bank (1990: 138). Pendekatan

pertama bersifat peningkatan efisiensi bagi orang miskin yang masih bisa bekerja,

sedangkan strategi berikutnya diarahkan untuk mengurangi pengeluaran orang

miskin.

This Report has emphasized a dual approach to reducing

poverty. The elements of this twofold strategy are: • Efficient labor-intensive growth based on appropriate

market incentives, physical infrastructure, institutions, and technological innovation

• Adequate provision of social services, including primary education, basic health care, and family planning services,

Dokumen I-PRSP menjadi kerangka dalam mengembangkan dokumen

PRSP atau SNPK (Poverty Reduction Strategic Paper atau Strategi Nasional

Penanggulangan Kemiskinan). Pendekatan penanggulangan kemiskinan yang

dipilih masih sama dengan dokumen I-PRSP. Pandangan diskursus potensi orang

miskin tentang pemberdayaan masyarakat untuk kemandirian telah diambil dan

dimanipulasi dalam diskursus kemiskinan produksi untuk efisiensi pembangunan,

sebagaimana manipulasi tafsir dari arena yang sama antara Program IDT ke dalam

Program PPK.

Usulan dari diskursus kemiskinan sosialis juga diterima sekaligus

dimanipulasi. Pemikiran baru tentang hak kelas miskin sebagai basis

pengambilalihan alat produksi dari kelas atas, dimanipulasi menjadi hak untuk

mendapatkan kebutuhan dasar.

Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara

singkat dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang

Page 205: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

184

dihadapi masyarakat miskin dan keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar. Oleh sebab itu, kebijakan penanggulangan kemiskinan dipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup dan sumberdaya alam, rasa aman, dan berpartisipasi dengan memperhitungkan kemajuan secara bertahap.

Usulan program reforma agraria juga diterima, namun sekaligus

dinormalkan sebagai proyek sertifikasi lahan. Kegunaan lahan besertifikat ialah

menjadi agunan untuk meminjam modal dari perbankan. Ekonomisasi modal

orang miskin membuka pertautannya dengan ekonomi nasional hingga global

(Soto 2000: 209-292). Tanpa pengorganisasian orang miskin –tidak ada program

pengorganisasian tersebut—pertautan ekonomi dapat menjadi arena baru

penghisapan surplus modal kepada kelas atas.

Target: meningkatnya status kepemilikan tanah masyarakat miskin. Indikator: persentase rumahtangga yang memiliki tanah besertifikat. Kebijakan: meningkatnya kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat miskin tanpa diskriminasi gender. Langkah kebijakan: sertifikasi massal dan murah bagi masyarakat miskin.1

….. Pada tataran implementasi, UUPA sebagai dasar

pelaksanaan politik pertanahan dan penegakan hukum masih sangat lemah. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai masalah pertanahan. Kebijakan pertanahan hanya dilaksanakan melalui konsolidasi tanah dan reformasi agraria berupa penyediaan tanah dan sertifikasi. Di satu sisi, kebijakan tersebut mendukung penyediaan tanah untuk investasi baru, dan meningkatnya jaminan tanah bagi kredit perbankan. Di sisi lain, kebijakan tersebut mendorong percepatan transaksi tanah yang berdampak akumulasi kepemilikan tanah, konversi lahan pertanian secara massal dan meningkatnya jumlah petani gurem dan tunakisma (buruh tani).2

Dokumen SNPK telah melebarkan subyek orang miskin. Semula subyek

tersebut individu, sebagaimaan terekam pada penghitungan jumlah orang miskin

menurut garis kemiskinan Sajogyo maupun garis kemiskinan BPS. Dalam 1 Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 2004, halaman 141 2 Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 2004, halaman 64

Page 206: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

185

dokumen SNPK, subyek miskin tidak hanya individu, melainkan mencakup

keluarga atau rumahtangga, kelompok, serta pengusaha. Pelebaran subyek

kemiskinan menjadi anomali metode, yang menyulitkan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi program pengurangan kemiskinan. Gambaran umum

kemiskinan dalam SNPK dideskripsikan melalui data individu miskin, sementara

program-program dikembangkan menurut basis data yang berbeda. Upaya

penormalan dilakukan dengan membagi data kesenjangan pendidikan, kesehatan

dan ekonomi dengan kelompok berpendapatan rendah. Pengelompokan program

ke dalam SNPK lebih tertuju pada rencana program pemerintah untuk didanai

anggaran dalam negeri dan utang luar negeri.

Sejak tahun 2005 panoptisme telah menjangkau provinsi dan

kabupaten/kota. Organisasi pengelola dan pengawas program dan kegiatan

pengurangan kemiskinan di tingkat nasional kini diganti menjadi Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). Di tingkat provinsi dibentuk Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Provinsi (TKPKD Provinsi), dan

di tingkat kabupaten/kota didirikan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah Kabupaten/Kota (TKPKD Kabupaten/Kota). Dokumen SNPK menjadi

pegangan untuk menyusun dokumen serupa di daerah, berupa Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah Provinsi (SPKD Provinsi) dan Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten/Kota (SPKD Kabupaten/Kota).

Pada tingkat program dan kegiatan akhirnya sejak tahun 2008 disatukan

dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Program ini memasuki

seluruh kecamatan di Indonesia. Program terbagi-bagi menurut kendali donor

internasional. Setelah World Bank mendapatkan lokasi-lokasi untuk PNPM

Perdesaan, PNPM Perkotaan, dan PNPM Daerah Tertinggal, selanjutnya Japan

Bank for International Cooperation (JBIC) menetapkan wilayah di luar kendali

World Bank untuk melancarkan PNPM Pembangunan Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah (PISEW). Demikian pula Asian Development Bank

menetapkan wilayah PNPM Infrastruktur Perdesaan (IP) di luar kendali donor

lain. Pada saat ini seluruh kecamatan di Indonesia telah terbagi-bagi menurut

donor pengelola PNPM.

Page 207: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

186

Seluruh PNPM menggunakan pendekatan pemberdayaan usulan World

Bank dalam community-driven development (CDD). Diskursus lain yang turut

serta dalam PNPM ialah Program Keluarga Harapan yang berasal dari diskursus

kemiskinan ras dan etnis. Dalam program ini tubuh-tubuh miskin dicari di antara

warga desa dan kota yang memiliki masalah sosial. Pendamping mereka ialah

profesional lulusan sekolah kesejahteraan sosial. Hanya saja arena perencanaan

dan pelaksanaan program sepenuhnya sama dengan CDD, berupa penggalian

gagasan penyandang masalah sosial, dan pelaksanaan program.

Berbeda dari exit strategy Program IDT dalam diskursus potensi orang

miskin yang diarahkan pada gerakan masyarakat mandiri, seluruh program dalam

PNPM diarahkan untuk dikelola pemerintah. Hasil akhir program diidentifikasi

sebagai perencanaan partisipatif dari rakyat. Dokumen perencanaan mereka

dimasukkan ke dalam perencanaan birokrasi reguler melalui musyawarah

perencanaan pembangunan (musrenbang) dari tingkat desa, kecamatan,

kabupaten/kota, hingga nasional.

Lampiran 1. Tahapan Strategi Operasional PNPM Mandiri Strategi operasional PNPM Mandiri terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. PEMBELAJARAN Tahap pembelajaran merupakan tahap pengenalan bagi masyarakat, pemerintah dan pelaku pembangunan lainnya….. Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan pada tahap ini adalah:….. f. Proses perencanaan partisipatif belum terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan reguler….. 2. KEMANDIRIAN Tahap kemandirian adalah proses pendalaman atau intensifikasi dari tahap internalisasi…. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah:….. e. Proses perencanaan partisipatif telah terintegrasi ke dalam sistem perencanaan pembangunan regular….. 3. KEBERLANJUTAN Tahap keberlanjutan dimulai dengan proses penyiapan masyarakat agar mampu melanjutkan pengelolaan program pembangunan secara mandiri…..

Page 208: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

187

c. Kapasitas pemerintahan daerah meningkat sehingga lebih tanggap dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain dengan menyediakan dana dan pendampingan.1

Sejak tahun 2010, di samping TKPK terdapat pula Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).2 Tim diketuai wakil presiden,

dengan wakil ketua ialah menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat dan

perekonomian. Anggotanya terdiri atas 9 menteri. Tidak ada perwakilan golongan

miskin.Tim ini didukung oleh kelompok kerja dan tim pembiayaan.

Tim Nasional –demikian anggota tim ini memperkenalkan

organisasinya—merancang perencanaan strategis penanggulangan kemiskinan.3

Taksonomi program-program penanggulangan kemiskinan terbagi atas klaster I

untuk kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga (contohnya

PNPM Harapan), klaster II untuk kelompok program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat (contohnya PNPM Perdesaan), klaster III

untuk kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

usaha ekonomi mikro dan kecil (contohnya Kredit Usaha Rakyat), dan klaster IV

untuk kelompok program pengurangan pengeluaran (contohnya penyediaan

rumah murah). Tim Nasional juga melatih anggota TKPKD untuk menganalisis

kemiskinan di daerahnya, menyusun program penanggulangan kemiskinan, serta

menyusun anggaran untuk penanggulangan kemiskinan. Ada baiknya

membandingkan klaster penanggulangan kemiskinan nomor 1 dan 3 dengan

usulan World Bank (2000: 6-7) nomor 1 di bawah ini, serta klaster 2 dengan

usulan nomor 2. Usulan nomor 3 mungkin berkembang menjadi klaster tersendiri,

berkaitan dengan perubahan iklim, konflik, dan resiko pembangunan lainnya.

It proposes a strategy for attacking poverty in three ways:

promoting opportunity, facilitating empowerment, and enhancing security.

• Promoting opportunity. Poor people consistently em- phasize the centrality of material opportunities. This means

1 Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tahun 2007/2008, halaman 43-45. 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan, pasal 10-14. 3 Panduan Penanggulangan Kemiskinan, Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah, edisi Mei 2011, halaman 72.

Page 209: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

188

jobs, credit, roads, electricity, markets for their produce, and the schools, water, sanitation, and health services that underpin the health and skills essential for work…..

• Facilitating empowerment. The choice and implementation of public actions that are responsive to the needs of poor people depend on the interaction of political, social, and other institutional processes…..

• Enhancing security. Reducing vulnerability—to economic shocks, natural disasters, ill health, disability, and personal violence—is an intrinsic part of enhancing well-being and encourages investment in human capital and in higher-risk, higher-return activities….. (Bank Dunia 2000: 6-7)

Hingga saat ini diskursus kemiskinan produksi mengembangkan

pandangan bahwa persentase kemiskinan cenderung menurun dalam satu dekade.

Penguatan pandangan tersebut sekaligus menghambat kemunculan informasi

peningkatan ketimpangan sosial, sebagaimana terekam pada peningkatan indeks

Gini. Meskipun tingkat kemiskinan menurun, namun ketimpangan sosial terus

meningkat (Gambar 18). Data tersebut mengindikasikan persoalan kemiskinan

ditangani secara terpisah dari keadilan. Persoalan kemiskinan semakin

terakumulasi, karena di samping kemiskinan absolut masih besar secara statistika

di atas, ternyata kemiskinan relatif di antara warga negara bahkan menunjukkan

peningkatan secara terus menerus.

Gambar 18. Hubungan Terbalik antara Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial

Page 210: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

189

Dalam rekomendasinya untuk Indonesia, disarankan ketimpangan sosial

tidak dipandang sebagai krisis keadilan, sebaliknya dipandang sebagai pencetus

perbedaan harga barang untuk memperlancar perdagangan barang dan jasa

sehingga pertumbuhan ekonomi terwujud (World Bank 2009: 230-281).

Permisivitas ketimpangan sosial dilandasi pandangan kurva U terbalik dari

Kuznets, bahwa selama mencapai puncak kemajuan konsekuensinya ketimpangan

sosial meningkat, dan setelah sampai di puncak baru kemudian menurun.

Argumen tersebut kontradiktif dengan sejarah ketimpangan sosial Indonesia sejak

1880 yang menunjukkan kurva Kuznets telah tercapai pada dekade 1940-an

(Agusta, 2008: 27-38), sehingga seharusnya hingga kini ketimpangan sosial tidak

meningkat kembali (Gambar 19).

Keterangan: Penghitungan berbasis pengeluaran rumahtangga

Gambar 19. Kejadian Sejarah, Gini Pedesaan, Perkotaan, dan Indonesia 1880-

2009

Dalam perkembangan terakhir, pada tahun 2011 diskursus kemiskinan ras

dan etnis menggunakan kuasa undang-undang untuk mendisiplinkan

penanggulangan kemiskinan di masa depan. Berisikan prosedur utama, UU

13/2011 tentang penanganan fakir miskin mengharuskan beragam kementerian

Page 211: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

190

dan lembaga pemerintah untuk menyelaraskan kebijakan dengan Kementerian

Sosial yang diresmikan sebagai agensi pemerintah.

Makna kemiskinan dibangun di atas pembedaan yang-normal dan yang-

abnormal. Subyek yang-abnormal juga meliputi orang miskin (gelandangan dan

pengemis). Yang-abnormal dipahami secara khas sebagai disfungsi.1 Konsep ini

menubuh pada kelompok devian atau penyimpang dan menjadi penyakit sosial.

Seseorang yang mengalami disfungsi sosial antara lain penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, tuna susila, gelandangan, pengemis, eks penderita penyakit kronis, eks narapidana, eks pecandu narkotika, pengguna psikotropika sindroma ketergantungan, orang dengan HIV/AIDS (ODHA), korban tindak kekerasan, korban bencana, korban perdagangan orang, anak terlantar, dan anak dengan kebutuhan khusus.2

Obat bagi tubuh miskin yang sakit secara sosial ialah penormalan yang

disebut pemfungsian sosial. Klinik bagi tubuh miskin yang sakit sosial ialah panti

asuhan, rumah singgah, dan sebagainya.

Bagian Ketiga Sarana dan Prasarana Pasal 35 (1) Sarana dan prasarana penyelenggaraan penanganan fakir miskin meliputi: a. panti sosial; b. pusat rehabilitasi sosial; c. pusat pendidikan dan pelatihan; d. pusatkesejahteraansosial; e. rumah singgah; dan f. rumah perlindungan sosial.3

Selain itu, perlu dokter berijazah untuk menentukan siapa yang sakit dan

siapa yang sehat, dan yang paling terlegitimasi ialah pekerja sosial profesional.

Nilai profesional tertinggi diraih sebagai lulusan pascasarjana kesejahteraan

sosial, yang memiliki profesi pekerjaan sosial klinis (penawar penyakit abnormal

1 Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial. Undang-undang ini mendasari Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan. Kedua undang-undang ini memiliki berbagai definisi dan konsep kemiskinan yang sama. 2 Undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, penjelasan pasal 7 ayat 1. 3 Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin pasal 35

Page 212: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

191

individu) dan pekerjaan sosial komunitas (penawar abnormalitas masyarakat).

Posisi profesional ini menjadi lebih tinggi daripada relawan sosial, penyuluh

sosial, dan tenaga pendamping yang selama ini hanya memperoleh sertifikat

pelatihan, bukan ijazah magister atau doktor profesional pekerjaan sosial.

Pasal 34 (1) Tenaga penanganan fakir miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a dan huruf b minimal memiliki kualifikasi: a. pendidikan di bidang kesejahteraan sosial; b. pelatihan dan keterampilan pelayanan sosial; dan/atau c. pengalaman melaksanakan pelayanan sosial.1

Ikhtisar

Bab ini mengetengahkan interaksi kekuasaan antar diskursus dan praktik

kemiskinan, yang sekaligus berujud hubungan kekuasaan. Kekuasaan beroperasi

dalam interaksi-interaksi untuk mendominasi pihak lain, sehingga dikemukakan

konsep perang diskursus dan praktik. Tataran yang dianalisis meliputi perang

antar diskursus, perang antar habitus atau pemikiran, dan perang antar arena atau

struktur sosial. Dalam semua tataran tersebut berbagai benda disusun kembali

untuk diikutsertakan dalam penguatan diskursus dan penguatan praktik.

Pada tataran perang diskursus terlihat manipulasi yang dilakukan terhadap

pelapisan sosial di pedesaan atas golongan kekurangan dan cukupan. Pemunculan

konsep miskin, marhaen, proletar, petani gurem, nelayan kecil, pedagang kecil,

dan sebagainya, menunjukkan kehendak untuk menemukan golongan kekurangan.

Tidak hanya itu, kuasa pengetahuan juga diwujudkan dalam upaya mengukur

jumlah golongan kekurangan berikut atribut harta benda penting. Selanjutnya

kekuasaan dioperasikan dalam pemunculan beragam akses guna mengalirkan

program penanggulangan kemiskinan kepada tubuh-tubuh kekurangan.

Pada tataran perang habitus terdapat perebutan pemikiran-pemikiran

tentang dikotomi hierarkis masyarakat desa berikut identitas tiap posisi, serta

pemikiran-pemikiran tentang dikotomi cakupan penanggulangan kemiskinan.

Pelabelan sifat dan harta benda posisi sosial terbawah menjadi wahana untuk

1 Undang-undang nomor 13 tahun 2011 tentang penanganan fakir miskin pasal 34.

Page 213: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

192

menyusun komponen dan atuan-aturan dalam program penanggulangan

kemiskinan. Perang cakupan penanggulangan kemiskinan meliputi perebutan

lingkup ketetanggaan, kabupaten, provinsi, nasional, hingga internasional.

Pada tataran perang arena, diciptakan syarat-syarat untuk memasuki

kelompok atau organisasi proyek penanggulangan kemiskinan. Ada pula upaya

sebaliknya, yaitu mengadaptasi syarat organisasi petani agar lebih sesuai dengan

habitus marhaen atau petani gurem. Di dalam kelompok dan organisasi tersebut

kekuasaan beroperasi melalui pendisiplinan anggota. Di luar kelompok miskin,

pemerintah dan donor internasional mengembangkan panoptisme dalam bentuk

organisasi pengelola kemiskinan yang terstruktur dari tingkat global (didisplinkan

oleh mekanisme utang luar negeri), nasional, provinsi dan kabupaten (dengan

mekanisme pendisiplinan pelaporan dan pendanaan).

Page 214: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

BAB 11

KESIMPULAN: KEMBALI KE UUD 1945

Menjawab Permasalahan dan Tujuan Penelitian

Permasalahan penelitian kedua ialah, bagaimana kekuasaan beroperasi

dengan membentuk dan mengelola beragam diskursus dan praktik kemiskinan di

pedesaan. Untuk memahami kompleksitas kemiskinan pada ranah praktik,

pengetahuan tentang beragam diskursus kemiskinan tidak diperlakukan sebagai

tipe-tipe ideal. Kemiskinan justru dianalisis bersamaan dengan kompleksitas

saling hubung dan pengaruh antar diskursus. Oleh karena kekuasaan terintegrasi

dalam setiap interaksi, maka hubungan antar diskursus maupun antara tataran

diskursif dan praktik juga berupa hubungan kekuasaan (Foucault 2002d: 143).

Kekuasaan beroperasi sesuai dengan kehendak untuk memunculkan landasan bagi

berlangsungnya diskursus dan praktik (enabling surface of emergence)

penanggulangan kemiskinan. Sejalan dengan kemunculan diskursus tertentu mula-

mula golongan miskin dalam diskursus tersebut memang muncul. Kehendak

untuk menanggulangi kemiskinan selanjutnya mengarahkan kekuasaan untuk

beroperasi mengelola atau menghilangkan kemiskinan yang telah muncul tersebut.

Permasalahan penelitian ini berkaitan dengan tujuan pertama, yaitu

menginterpretasi kemunculan keragaman diskursus, strategi penggunaan

kekuasaan, dan praktik pengelolaan kemiskinan di pedesaan. Upaya

penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah dibentuk oleh beragam diskursus

dan praktik kemiskinan, sehingga interpretasi dapat dilakukan terhadap beragam

upaya tersebut.

Dalam waktu yang sangat panjang telah terbentuk diskursus berbagi

kelebihan, yang berguna untuk mengelola warga yang kekurangan di dalam desa.

Kekuasaan menyembunyikan golongan kekurangan dengan cara membantunya,

sehingga mampu menghindari perbedaan yang mencolok antar tetangga. Arena

pola nafkah penting untuk membantu, mengelola dan menyembunyikan golongan

Page 215: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

194

miskin berupa budidaya di dalam desa atau migrasi sambil memberikan remitan

ke dalam desa.

Warga desa yang mengikuti aliran mistik atau hakikat justru sengaja hidup

menyerupai golongan miskin. Diskursus menginginkan kesederhanaan ini berguna

untuk mengelola tubuh pribadi agar semakin suci, sekaligus mengajak warga

sedesa atau lain desa untuk menjalankan laku menuju kebenaran. Dalam

kehidupan sehari-hari mereka mempraktikkan laku prihatin untuk menjaga jarak

dari kebendaan, menjauhkan diri dari mencuri dan korupsi.

Diskursus kemiskinan rasial dan etnis berkembang bersamaan dengan

kemunculan permasalahan golongan Indo, hasil perkawinan (sering kali tidak

resmi) antara pejabat Belanda dan wanita pribumi. Kekuasaan beroperasi melalui

pengembangan prasangka abnormalitas etnis dan ras bagi tubuh-tubuh miskin.

Normalisasi mengoperasikan kekuasaan untuk menciptakan panduan menuju

golongan normal, yaitu keluarga batih yang bertempat tinggal secara menetap dan

menjalankan berbagai fungsi domestik maupun kemasyarakatan.

Dalam periode yang hampir sama, berkembang pula diskursus kemiskinan

sosialis. Kemiskinan muncul sebagai masalah konsekuensi hubungan kelas miskin

dengan feudal, kolonial dan kapitalis lain. Upaya penanggulangan kemiskinan

mengarahkan kekuasaan untuk mengambil alat produksi dari kaum feudal dan

kaum kapitalis (termasuk kapitalis global). Meskipun simpatisan dari kelas atas

memandangnya sebagai persoalan, pada saat yang sama kelas miskin tidak

melihat kemunculan eksploitasi tersebut. Oleh sebab itu kekuasaan dioperasikan

dalam kegiatan penyadaran dan agitasi guna mendapatkan kepercayaan kelas

miskin, serta mengorganisasikan kelas miskin dalam aksi perebutan alat produksi.

Sejak dekade 1970-an berkembang diskursus potensi golongan miskin.

Kekuasaan dioperasikan untuk mempercayai orang miskin dan menggali potensi

mereka untuk mandiri. Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) menggunakan

diskursus ini untuk mengoperasikan pembukaan beragam akses modal usaha,

akses prasarana ekonomis dan pendampingan. Kekuasaan diarahkan untuk

memunculkan dan bekerjasama dengan golongan miskin dalam kelompok.

Interaksi dalam kelompok menghasilkan kekuasaan untuk mengembangkan usaha

sambil tetap menjaga solidaritas.

Page 216: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

195

Sejak dekade 2000 kian menguat diskursus kemiskinan produksi.

Pengetahuan tentang kemiskinan mengoperasikan kekuasaan untuk

mengidentifikasi tubuh-tubuh miskin sebagai ketidakmampuan berproduksi.

Upaya pengelolaan tubuh miskin selanjutnya mengarahkan kekuasaan untuk

menyediakan prasarana produksi, dan sebagian pada permodalan mikro dan kecil.

Golongan miskin dilatih agar memenuhi syarat untuk memasuki dan bersaing

dalam produksi dan pemasaran. Modal usaha diberikan dalam program

pemerintah untuk tubuh-tubuh yang telah memiliki usaha.

Tujuan kedua dalam penelitian ini ialah menginterpretasi hubungan

kekuasaan dalam perang antar diskursus dan praktik kemiskinan di pedesaan.

Pencapaian tujuan berguna untuk menjawab pertanyaan ketiga, yaitu mengapa

perang antar diskursus dan praktik kemiskinan berlangsung secara terus menerus.

Di samping kekuasaan untuk memunculkan diskursus dan praktik tersebut,

dalam penelitian ini kekuasaan juga dikaji dalam mendominasi pihak lain,

sebagaimana tersaji pada bab sepuluh. Perang diskursus dan praktik selalu

berbentuk hubungan aksi dan reaksi yang sulit berhenti. Kemenangan satu

diskursus untuk aktif menafsir kemiskinan bersifat dinamis, karena pada saat yang

sama juga muncul reaksi dari diskursus dan praktik lain dalam bentuk manipulasi

tafsir.

Hubungan kekuasaan antara satu diskursus dan praktik kemiskinan dengan

lainnya tidak hanya mendominasi, melainkan sekaligus membuka permukaan bagi

manipulasi tafsir baru yang menguntungkan diskursus dan praktik lainnya.

Penelitian ini menunjukkan pengambilalihan tafsir bisa berlangsung pada tataran

diskursus (dari partisipasi marhaen untuk aksi sepihak, menjadi partisipasi warga

desa untuk menyerahkan upah kepada Program PNPM Perdesaan), tataran habitus

(alasan bersolidaritas melalui mekanisme tanggung renteng dalam kelompok,

diubah menjadi mekanisme pendisiplinan angsuran anggota kelompok), dan

tataran arena (perencanaan partisipatoris untuk melatih kemandirian warga desa

diubah tafsirnya menjadi wahana masukan program dalam perencanaan birokrasi

daerah).

Dengan demikian kemenangan satu diskursus dan praktik dalam perang ini

selalu bersifat tertunda, bukan kemenangan total dan selesai. Selalu terdapat

Page 217: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

196

reaksi dari diskursus dan praktik lainnya untuk turut serta menggunakan

kemenangan tersebut. Sebagai contoh, meskipun seluruh kecamatan telah

dimasuki diskursus kemiskinan produksi melalui PNPM sejak tahun 2008,

pendisiplinan melalui UU Fakir Miskin pada tahun 2011 mengharuskan

penerimaan panoptisme oleh Kementerian Sosial yang mendapatkan satu-satunya

mandat pengelolaan kemiskinan di dalam negeri.

Akhirnya, pertanyaan pertama dan pokok dalam penelitian ini ialah,

mengapa kekuasaan yang beroperasi belum mampu menanggulangi kemiskinan di

pedesaan. Sesuai dengan sifat diskursus yang membangun ruang untuk berkuasa,

semakin kuat diskursus kemiskinan berkembang, maka tubuh-tubuh miskin

semakin banyak muncul. Konsekuensinya, perluasan domain kemiskinan –dari

individu bertambah keluarga, kelompok, usahawan kecil, hingga pemerintah

daerah—kian banyak memberikan identitas miskin kepada semakin banyak pihak.

Penguatan diskursus kemiskinan sekaligus menunjukkan peningkatan kebutuhan

akan tubuh-tubuh miskin. Dalam episteme produksi saat ini, tubuh-tubuh miskin

di negara miskin justru dibutuhkan untuk mengefisienkan produksi barang dan

jasa. Untuk menjaga agar harga buruh tetap rendah, di masa lalu dikembangkan

nilai-nilai negatif terhadap buruh yang juga miskin tersebut, seperti pemalas,

bodoh, dan dijauhi Tuhan.

Mekanisme kekuasaan yang digunakan dalam perang antar diskursus dan

praktik diterapkan untuk mengelola perluasan domain kemiskinan dan

penanganannya. Subyek yang miskin tidak hanya menubuh pada individu,

melainkan meluas dalam keluarga atau kelompok, hingga etnis. Identitas miskin

juga meliputi buruh tani, petani kecil, hingga pedagang kecil.

Penanganan kemiskinan tidak hanya dikelola antar tetangga, tetapi telah

berbentuk panoptisme di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

nasional, dan global. Panoptisme menghubungkan pengelolaan dari tingkat lokal

hingga global, sekaligus memudahkan pendisiplinan terhadap berbagai pihak yang

mengelola kemiskinan melalui prosedur-prosedur penanganan yang kian formal

dan kian rinci. Pada saat ini pendisiplinan program partisipatoris telah membuat

tubuh-tubuh lain yang berbicara, merepresentasikan tubuh-tubuh miskin itu

sendiri. Disiplin partisipatoris kembali menyembunyikan tubuh miskin.

Page 218: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

197

Berkaitan dengan itu muncullah tujuan penelitian ketiga, yaitu

memunculkan golongan miskin untuk menanggulangi kemiskinannya sendiri.

Evaluasi terhadap diskursus dan praktik berbagi kelebihan menunjukkan operasi

kekuasaan untuk menyembunyikan tubuh miskin dalam hubungan ketetanggaan.

Diskursus dan praktik menginginkan kesederhanaan menyembunyikan tubuh

miskin dalam laku nyepi, namun secara individual memunculkan tubuh miskin

yang suci dalam laku ngrame. Diskursus serta praktik kemiskinan ras dan etnis

menyembunyikan bahkan mengalihkan tubuh miskin dalam operasi prasangka-

prasangka budaya. Berorientasi pada formalitas, diskursus kemiskinan produksi

justru tidak pernah memunculkan tubuh miskin dalam arena-arena formal

penanggulangan kemiskinan. Arena yang dibangun hendak memunculkan

pemerintah daerah dan pusat.

Tubuh orang miskin baru muncul dan aktif dalam diskursus serta praktik

kemiskinan sosialis dan potensi golongan miskin. Perbedaan keduanya terletak

pada penguatan salah satu sisi sifat kekuasaan. Diskursus dan praktik kemiskinan

sosialis menguatkan kekuasaan untuk mendominasi, sementara diskursus potensi

golongan miskin menguatkan kekuasaan untuk bersolidaritas. Melalui sudut

pandang kekuasaan untuk bersolidaritas, potensi golongan miskin dapat

mengoperasikan kekuasaan untuk memunculkan golongan miskin,

mengembangkan habitus untuk mempercayai golongan miskin, serta menciptakan

arena bagi kemunculan dan aktivitas atau gerakan tubuh-tubuh miskin.

Epilog: Tubuh Miskin dan Konstitusi

Peneliti telah menyajikan narasi beragam diskursus, habitus, dan arena

kemiskinan, baik dalam dinamika kelompoknya sendiri, maupun dalam peran

dengan kelompok lainnya. Distingsi satu kelompok ditunjukkan terutama oleh

operasi kekuasaan untuk menciptakan metode pemunculan dan pengelolaan

golongan miskin yang berbeda dari kelompok lainnya. Diskursus potensi

golongan miskin, misalnya, meminta warga desa aktif menghitung sendiri tubuh

miskin di wilayahnya, sementara diskursus kemiskinan produksi menyediakan

tenaga pencacah untuk mengukur tubuh miskin yang dipasifkan.

Page 219: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

198

Sementara itu, perang yang tak kunjung usai antar kelompok diskursus dan

praktik1 dapat menunjukkan kelonggaran atau cairnya mekanisme untuk

mendominasi sekaligus memanipulasi penggunaan tafsir, pemikiran, dan

pengorganisasian kemiskinan. Sikap yang dianjurkan peneliti ialah terus menerus

menggali pemikiran dan praktik kemiskinan yang sesuai atau bertentangan dengan

diskursus yang diikuti.

Dalam konteks ini telah diketahui cairnya makna kemiskinan telah

menjadi arena perang rezim kebenaran diskursus dan praktik. Khusus untuk

diterapkan di bumi Indonesia, selayaknya diskursus dan praktik tersebut mampu

memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan

Undang-undang Dasar 1945.

Dalam batang tubuh konstitusi telah dinyatakan bahwa Pemerintah Negara

Indonesia memiliki mandat untuk memunculkan dan mengelola tubuh fakir

miskin, tubuh peserta sistem jaminan sosial, tubuh lemah dan tubuh yang tidak

mampu. Pengelolaan tubuh miskin sekaligus mengarahkan ekonomi nasional

menuju keadilan sosial, sebagaimana ditunjukkan oleh amandemen menjadi Bab

XIV: Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial. Adi Sasono mewakili

CIDES dalam rapat MPR 28 Pebruari 2002 menyatakan hubungan ekonomi dan

kesejahteraan sosial tersebut (Tim Penyusun Naskah Komprehensif Proses dan

Hasil Perubahan UUD 1945 2010: 737).

Dalam kajian yang dilakukan oleh CIDES, saya menyimpulkan bahwa pasal-pasal ekonomi seperti juga paham lain, itu tidak bisa diletakkan dalam semangat yang netral dan bebas milih. Cara para pendiri republik kita ini merumuskan adalah refleksi dari keyakinan milih yang dianut. Jadi kita tidak bisa mempertimbangkan dalam semangat yang sifatnya bebas milih. Sistem yang dirumuskan berorientasi kepada pasal-pasal yang terkait. Jadi pendidikan Pasal 23 tentu terkait dengan Pasal 33. Penjudulan dari Bab XIV Kesejahteraan Sosial, itu menunjukkan bahwa ekonomi haruslah diletakkan dalam fungsi untuk membangun kesejahteraan sosial, bukan suatu yang berdiri sendiri…..

Oleh karena itu, saya memahami bahwa pembahasan pasal ekonomi itu selalu berkaitan dengan pendidikan dan itu berkaitan

1 Ivanovich Agusta, Persilangan Diskursus Kemiskinan, Kompas, 15 Juli 2010 halaman 6.

Page 220: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

199

dengan Pasal 34 yang di bawah judul kesejahteraan sosial sebagai fungsi dari usaha ekonomi.

Walaupun merupakan mandat konstitusi, namun pengelolaan golongan

miskin oleh negara disesuaikan dengan kemampuan pemerintah. Hal ini

dimungkinkan oleh terciptanya Pasal 34 Ayat 4, bahwa ketentuan lebih lanjut

mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. Afandi dari Fraksi

TNI/Polri memberikan penjelasan dalam pengusulan ayat tambahan ini (Tim

Penyusun Naskah Komprehensif Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945 2010:

743).

Kemudian untuk Pasal 34, "Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara". Kami sarankan perlu dipertimbangkan Ayat (1) ini untuk ditambahkan kata-kata, "dan diatur dengan undang-undang". Tanpa ada tambahan kata-kata tersebut, seolah-olah ketentuan itu bersifat mutlak dan pasti dapat diberlakukan dan negara mempunyai kemampuan. Padahal pada kenyataannya tidak demikian. Dalam arti bahwa negara belum mempunyai kemampuan yang penuh sehingga ketentuan tersebut berlaku relatif sesuai dengan perkembangan kemampuan negara dan pengaturan yang berlaku. Dengan tambahan kata-kata, "dan diatur dengan undang-undang", maka akan bermakna bahwa semangatnya atau tujuan puncaknya memang demikian, yaitu semua fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, namun dalam pelaksanaannya diatur sesuai kondisi kemampuan negara.

Dalam perkembangan mutakhir, program penanggulangan kemiskinan

diarahkan untuk dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah melalui mekanisme

musyawarah perencanaan pembangunan dari tingkat desa hingga nasional.

Sayangnya, tidak diwajibkan hadirnya tubuh miskin –atau tokoh di antara

golongan miskin—selama perjalanan mekanisme perencanaan pembangunan

tersebut. Menurut UU 13/2011 tentang fakir miskin, tubuh miskin didisiplinkan

dalam permukiman dan rumah panti.

Akan tetapi, berlawanan dari penenggelaman tubuh miskin itu, diskursus

potensi golongan miskin pernah memunculkan tubuh miskin dalam kerjasamanya

dengan berbagai orang luar. Pengalaman ini dapat digunakan untuk menguatkan

Page 221: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

200

posisi tubuh miskin dari dalam golongan mereka sendiri, agar bersambut dengan

upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.

Perkembangan mutakhir tersebut memberikan pelajaran untuk

memanfaatkan konsep kekuasaan dalam penelitian ini guna menjalin solidaritas

antar berbagai pihak –bukan kekuasaan untuk mendominasi pihak lain. Solidaritas

diarahkan untuk memunculkan tubuh miskin,1 dan mendampinginya membuka

sendiri potensi kemandirian, serta bersama-sama menuju kesejahteraan umum

sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.2

1 Ivanovich Agusta, Personifikasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Kompas, 13 Juli 2011 halaman 7. 2 Susilo Bambang Yudhoyono dan M. Yusuf Kalla. Membangun Indonesia yang Aman, Adil, dan Sejahtera: Visi, Misi dan Program. Jakarta, 20 Mei 2004.

Page 222: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

DAFTAR PUSTAKA

Achir, Y.C.A. 1994. Pembangunan Keluarga Sejahtera, Sebagai Wahana

Pembangunan Bangsa. In: Prisma Th. 23 No. 6. Agusta, I. 2007. Kritik Atas Komunikasi Pembangunan dan Program

Pengembangan Kecamatan. In: Sodality Th. 3 No. 1. Agusta, I. 2008. Puncak Kurva Kuznets Terlewati pada Masa Penjajahan:

Sejarah Ketimpangan Wilayah Indonesia. In: Jurnal Studi Ekonomi, Th. 3, No. 1, Juni 2008.

Agusta, I. 2009. Percobaan Pembangunan Partisipatif dalam Otonomi Daerah. In: Sodality Th. 3 No. 2.

Agusta, I. 2010a. Diskursus Cacah Dalam Pengelolaan Agraria Keraton Yogyakarta Abad Ke 18 – 19. In: Jantra Th. 5 No 10, Desember

Agusta, I. 2010b. Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia. Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten, tanggal 4-6 Agustus 2010, di Hotel Puri Avia Resort, Cipayung, Bogor.

Agusta, I., A.M. Soleh. 2004. Jejak-jejak Kesejahteraan: Evaluasi Benefit Program Pembangunan PrasaranaPendukungDesaTertinggal. Jakarta. Binasiamindo Aneka.

Aitken, S., G. Valentine. 2006. Editors' Passnotes. In: S. Aitken, G. Valentine, eds. Approaches to Human Geography. London: SAGE.

Alatas, S.F. 2010. Diskursus Alternatif dalam Ilmu Sosial Asia Tanggapan terhadap Eurosentrisme. Mizan Media Utama

Alvesson, M, K Skőldberg. 2000. Reflexive Methodology: New Vistas for Qualitative Research. London: SAGE.

Ananta, A. 2005. The Negative and Positive Uses of Socio-economic Statistics, In:V.R. Hadiz, D. Dhakidae, eds. Social Science and Power in Indonesia. Singapore: Equinox dan ISEAS.

Anderson, BRO,G. 2000. Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia. Terjemahan Language and Power: Exploring Political Culture in Indonesia oleh R.B. Santosa. Yogyakarta: Mata Bangsa

Arif, S. 2001. IMF/Bank Dunia & Indonesia. Surakarta: Univ. Muhammadiyah Surakarta.

Arif, S. 2006. Negeri Terjajah, Menyingkap Ilusi Kemerdekaan. Yogyakarta: Resist Book.

Baay, R. 2010. Nyai & Pergundikan di Hindia Belanda. Depok: Komunitas Bambu.

Baudrillard, J. 2001. Galaksi Simulakra. Yogyakarta: LKIS. Bello, W. 2004. WTO: Menghamba pada Negara Kaya. In: International Forum

on Globalization. Globalisasi Kemiskinan & Ketimpangan. Yogyakarta: Cindelaras.

Benda, H, L. Castles. 1969. The Samin Movement. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Th. 125 No. 2.

Page 223: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

202

Bertens, K. 2006. Filsafat Barat Kontemporer: Perancis. Jakarta: Gramedia. Boeke, J.H. 1953. Memperkenalkan Teori Ekonomi Ganda. In: Sajogyo, ed.

Bunga Rampai Perekonomian Desa. Jakarta: YOI. Bourdieu, P. 2010a. Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya.

Terjemahan The Field of Cultural Production: Essays on Art and Literature. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Bourdieu, P. 2010b. Dominasi Maskulin. Terjemahan La Domination Masculine. Yogyakarta: Jalasutra.

Bourdieu, P. 2011. Choses Dites, Uraian & Pemikiran. Terjemahan Choses Dites. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

BPS. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Mei 2011. BPS: Jakarta

Bracher, M. 2009. Jacques Lacan, Diskursus, dan Perubahan Sosial: Penganar Kritik-Budaya Psikoanalisis. Terjemahan Lacan, Discourse, and Social Change: A Psychoanalytic Cultural Criticism. Yogyakarta: Jalasutra.

Breman, J. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad Ke-20. Terjemahan Koelis, Planter en Koloniale Politiek. Jakarta: Grafiti.

Breman, J., G. Wiradi. 2004. Masa Cerah dan Masa Suram di Pedesaan Jawa, Studi Kasus Dinamika Sosio-Ekonomi di Dua Desa Menjelang Akhir Abad Ke-20. Terjemahan Good Times and Bad Times in Rural Java. Jakarta: LP3ES.

Canguilhem, G. 2005. The Death of Man, or Exhaustion of Cogito? In: G. Gutting, ed. The Cambridge Companion to Foucault, Second Edition. New York: Cambridge University Press.

Carey, P. 2009. Asal Usul Perang Jawa, Pemberontakan Sepoy & Lukisan Raden Saleh. Depok: Komunitas Bambu.

Carrol, T. 2010. Pembangunan Sosial sebagai "Kuda Troya" Neoliberal, Bank Dunia &Program Pengembangan Kecamatan di Indonesia. In: Prisma Th. 29 No. 3.

Cavanagh, J., S. Retallack, C. Welch. 2004. Rumusan IMF: Produksi Kemiskinan. In: International Forum on Globalization. Globalisasi Kemiskinan & Ketimpangan. Yogyakarta: Cindelaras.

Chodjim, A. 2011. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta: Serambi. Coleman, J.S. 1994. Foundations of Social Theory. Cambridge: Harvard

University Press. Cooke, B., U. Kothari. 2001. The Case for Participation as Tyranny, In: B.

Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Dahlan, M.A. 1978. Sosialisasi Pola Hidup Sederhana. In: Prisma Th. 7 No. 10. Darwin, C. 2003. The Origin od Species, Asal Usul Spesies. Terjemahan The

Origin od Species, b Means of Natural Selection or the Preservation of Favoured Races in the Struggle of Lilfe. Jakarta: YOI.

Dhakidae, D. 2002. Memahami Rasa Kebangsaan dan Menyimak Bangsa sebagai Komunitas-komunitas Terbayang. Kata pengantar untuk buku B. Anderson. Komunitas-komunitas Terbayang. Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar.

Page 224: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

203

Dongier, P, JV Domelen, E Ostrom, A Ryan, W Wakeman, A Bebbington, S Alkire, T Esmail, M Polski. 2003. Community-Driven Development. Washington DC: World Bank.

Dryzek, J.S. 2002. Deliberative Democracy and Beyond: Liberals, Critics, Contestation. New York: Oxford Univ. Pr.

Durkheim, E. 1933. The Division of Labor in Society. New York: Free Press. Edman, P. 2007. Komunisme Ala Aidit, Kisah Partai Komunis Indonesia Di

Bawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965. Center for Information Analysis

Elguea, J. 1985. Paradigms and Scientific Revolutions in Development Theories. In: Development and Change Th. 16 No. 2, April.

Esteva, G. 1992. Development, In:W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books.

Foucault, M. 2002a. Menggugat Sejarah Ide. Terjemahan The Archaeology of Knowledge oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2002b. Kegilaan dan Peradaban. Terjemahan Madness and Civilization: A History of Insanity in Age of Reason oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Foucault, M. 2002c. Pengetahuan dan Metode: Karya-karya Penting Foucault. Terjemahan dari P Rabinow, ed. Aesthetics, Method and Epistemology: Essential Works of Foucault 1954-1984. Yogyakarta: Jalasutra

Foucault, M. 2002d. Power/Knowledge: Wacana Kuasa/Pengetahuan. Terjemahan. Yogyakarta: Bentang.

Foucault, M. 2003. Kritik Wacana Bahasa. Terjemahan The Discourse of Language oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2007. Order of Thing:Arkeologi Ilmu-ilmu Kemanusiaan. Terjemahan The Order of Thing:An Archaeology of Human Sciences oleh B. Priambodo, P. Boy. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Foucault, M. 2008. Ingin Tahu: Sejarah Seksualitas. Terjemahan La Volonte de Savoir: Histoirie de la Sexualite. Jakarta: YOI.

Foucault, M. 2011. The Courage of the Truth (The Government of Self and Others II) Lectures at the College de France 1983-1984. New York: Palgrave Macmillan.

Francis, P. 2004. Participatory Development at the World Bank: the Primacy of Process. In: B. Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Freud, S. 2003. Teori Seks. Terjemahan Three Contributions to the Theory of Sex oleh A. Danarto. Yogyakarta: Jendela. Gaiha, R. 1993. Design of Poverty Alleviation Strategy in Rural Areas. Rome:

FAO Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi di Indonesia.

Terjemahan Agriculture Involution. Jakarta: Bhratara Geertz, C. 2002. Hayat dan Karya: Antropolog sebagai Penulis dan Pengarang.

Terjemahan Works and Lives: The Anthropology as Author oleh L. Simatupang. Yogyakarta: LkiS.

Geertz, H. 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Terjemahan Indonesian Cultures and Communities. Pulsar: Jakarta

Page 225: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

204

Geertz, H. 1985. Keluarga Jawa. Terjemahan The Javanese Family. Jakarta: Grafiti Pers.

Giddens, A. 2003. The Constitution of Society, Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial. Terjemahan The Constitution of Society, The Outline of the Theory of Structuration. Pasuruan: Pedati

Gouda, F. 2007. Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942. Terjemahan Dutch Culture Overseas: Colonial Practice in the Netherland Indies 1900-1942. Jakarta: Serambi.

Gronemeyer. 1992. Help. In: W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books.

Habermas, J. 1996. Between Facts and Norms: Contributions to a Discourse Theory of Law and Democracy. Terjemahan Faktizität und Geltung: Beiträge zur Diskurstheori desa Reacht und des demokratischen Rechtsstaats. Cambridge, Mass: MIT Press.

Hadi, M. 2011. Tiga Guru Sufi Tanah Jawa Wejangan Wejangan Ruhani. LkiS Printing Cemerlang.

Hardiman, F.B. 2009. Demokrasi Deliberatif, Menimbang 'Negara Hukum' dan 'Ruang Publik' dan Teori Diskursus Juergen Habermas. Yogyakarta: Kanisius.

Hayami, Y. M. Kikuchi. 1987. Dilema Ekonomi Desa. Terjemahan Village Economy at the Crossroads. Jakarta: YOI.

Heryanto, A. 1990. The Making of Language: Developmentalism in Indonesia, In: Prisma The Indonesian Indicator No. 50.

Heryanto, A. 1996. Bahasa dan Kuasa: Tatapan Posmodernisme, In:Y. Latif, I.S. Ibrahim, eds. Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan.

Hiqmah, N. 2008. H.M. Misbach, Kisah Haji Merah. Depok: Komunitas Bambu. Hoed, B.H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas

Bambu. Al-Hujwiri, A.i.U. 1993. Kasyful Mahjud, Risalah Persia Tertua tentang Tasawuf.

Terjemahan The Kasy Al-Mahjub: The Oldest Persian Treatise on Sufism. Bandung: Mizan.

Husaini, E.W. Widianto, E.D. Kristanto. 2011. Aksi Melawan Imperium Modal, Gerakan Rakyat Melawan Pabrik Semen. Yogyakarta: Resist Book.

Husken, F. 1997. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman, Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Terjemahan Een Dorp op Java, Sociale Differentiatie in een Boerengemeenschap, 1830-1980. Jakarta: Grasindo.

Hutter, M. 1981. The Changing Family, Comparative Perspectives. New York: John Wiley & Sons

Ife, J. 2002. Community Development, Commnunity-based Alternatives in an Age of Globalisation, 2nd Edition. New South Wales: Pearson.

Ismawan, B. 1996. Belajar dan Bekerja Bersama Prof. Sajogyo. In: Mubyarto, eds. Sajogyo, Bapak, Guru dan Sahabat. Jakarta: YAE.

Israel, A. 1992. Pengembangan Kelembagaan Pengalaman Proyek Proyek Bank Dunia. LP3ES

Kendall, G., G. Wickham. 2000. Using Foucault’s Methods. London: SAGE.

Page 226: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

205

King, R. 2001. Agama, Orientalisme, dan Poskoloniaisme, Sebuah Kajian Tentang Pertelingkahan Antara Rasionalitas dan Mistik. Terjemahan Orientalism and Religion, Postcolonial Theory, India and 'the Mystic East'. Yogyakarta: Qalam.

King, V.T. 1973. Some Observation on the Samin Movement on North-Central Java, Suggestion for the Theoretical Analysis of the Dynamics of Rural Unrest. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Th. 125 No. 2.

King, V.T. 1977. Status, Economic Determinism and Monocausality: More on the Samin. In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde Th. 133 No. 2/3.

Kridalaksana. 1993. Mongin-Ferdinand de Saussure (1857-1913) Bapak Linguistik Modern dan Pelopor Strukturalisme. In: Saussure, F.d. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique Generale. Yogyakarta: UGM Press.

Kruger, R.A., M.A. Casey. 2000. Focus Groups 3rd Editon A Practical Guide for Applied Research.Sage Publications, Inc.

Kuntowijoyo. 1994. Radikalisasi Petani. Yogyakarta: Bentang Laclau, E., C. Mouffe. 1994. Hegemony & Socialist Strategy: Towards a Radical

Democratic Politics. London: Verso. Laksono, P.M. 2009. Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa Kerajaan dan

Pedesaan, Alih Ubah Model Berfikir Jawa. Yogyakarta: Kepel Press. Levinsohn, J. 2003. The World Bank’s Poverty Reduction Strategy Paper

Approach: Good Marketing or Good Policy? G-24 Discussion Paper Series No. 21, April 2003. New York: United Nations.

Levi-Strauss, C. 2005. Antropologi Struktural. Terjemahan Antropologie Structurale. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Lewis, O. 1993. Kebudayaan Kemiskinan. In: P. Suparlan. Kemiskinan di Perkotaan, Bacaan untuk Antropologi Perkotaan. Jakarta: YOI.

Li, T.M. 2002. Keterpinggiran, Kekuasaan dan Produksi: Analisis terhadap Transformasi Daerah Pedalaman. In: T. M. Li, ed. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Jakarta: YOI.

Luthfi, A.N. 2011. Melacak Sejarah Pemikiran Agraria: Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor. Yogyakarta: STPN Press.

Margana, S. 2004. Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Marsden, W. 2008.Sejarah Sumatera. Terjemahan History of Sumatera. Jakarta: KomunitasBambu.

Marx, K. F. Engels. 1960. Manifesto Partai Komunis. Terjemahan Manifesto of the Communist Party. Jakarta: Jajasan Pembaruan Parti Komunis Indonesia.

Mawardi, S, B. Sulaksono, Akhmadi, S. Devina, R.M. Artha. 2008. Efektivitas Pelaksanaan Raskin. Jakarta: Smeru.

Mawdsley, E., J. Rigg. 2002. A Survey of World Development Report I: Discursive Strategies, In: Progress in Development Studies Th. 2 No. 2.

McMichael, P. 2003. Development and Social Change : A Global Perspective. Thousand Oaks: Pine Forge.

Page 227: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

206

Mohan, G. 2001. Beyond Participation: Strategies for Deeper Empwoerment. In: B. Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Morgan, D.H.J. 1975. Social Theory and the Family. London: Routledge % Kegan Paul.

Mortimer, R. 2011. Indonesian Communist under Sukarno, Ideologi dalam Politik 1959-1965. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mosse, D. 2001. “People Knowledge”, Participation and Patronage: Operations and Representations in Rural Development. In: B. Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Mubyarto. 1987. Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinkan. Jakarta: LP3ES.

Mubyarto. 1995. Iki Duwit Tangkarno, Profil Pokmas IDT Terbaik Penghargaan Presiden dalam Rangka Usia Kencana Republik Indonesia. Jakarta: Bappenas.

Mubyarto. 1996. Menuju Gerakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. Yogyakarta: Aditya Media.

Mubyarto. 1997. IDT dan Program Menghapus Kemiskinan. Yogyakarta: Aditya Media.

Mubyarto. 2000. Sambutan Ketua YAE. In: Mubyarto, ed. Pemulihan Ekonomi Rakyat menuju Kemandirian Masyarakat Desa. Yogyakarta: Aditya Media.

Mukherjee, N. 2006. Voices of the Poor: Making Services Work for the Poor in Indonesia. Washington DC: World Bank.

Mulder, N. 1984. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, Kelangsungan da Perubahan Kulturil. Jakarta: Gramedia.

Narayan, D., L. Pritchett. 2000. Social Capital: Evidence and Implications. In: P. Dasgupta, I. Serageldin, eds. Social Capital: A Multifaceted Perspective. Washington DC: World Bank.

Nietzsche, F. 2000. Sabda Zarathustra. Terjemahan Thus Spake Zarathustra oleh Sudarmaji dan Ahmad Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nietzsche, F. 2002. Beyond Good and Evil: Prelude Menuju Filsafat Masa Depan. Terjemahan oleh B.H. Winarno. Yogyakarta: Ikon.

Onghokham. 1984. PerubahanSosial di MadiunSelama Abad XIX: PajakdanPengaruhnyaterhadapPenguasaan Tanah, dalamSediono M.P. TjondronegorodanGunawanWiradi, eds. Dua Abad Penguasaan Tanah, PolaPenguasaan Tanah Pertanian di JawadariMasakeMasa. Jakarta: Gramedia.

Operations Evaluation Department. 2003. Community-Driven Development: A Study Methodology. Washington DC: World Bank.

Parsons, T. 1977. Social Systems and the Evolution of Action Theory. New York: The Free Press

Philpott, S. 2003. Meruntuhkan Indonesia: Politik Postkolonial dan Otoritarianisme. Terjemahan Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. Yogyakarta: LkiS.

Pontoh, C.H., dkk. 2000. Utang yang Memiskinkan. Jakarta: ICW. Popper, K.R. 2008. Logika Penemuan Ilmiah. Terjemahan The Logic of Scientific

Discovery. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 228: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

207

Purwadi. 2005. Sejarah Sastra Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang. Rahnema, M. 1992. Poverty, In: W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A

Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books. Riana, I.K. 2009. Kakawin Desa Warnnana uthawi Nagara Krtagama Masa

Keemasan Majapahit. Jakarta: Kompas. Rich, B. 2004. Tipu Daya Bank Dunia terhadap Kaum Miskin. In: International

Forum on Globalization. Globalisasi Kemiskinan & Ketimpangan. Yogyakarta: Cindelaras.

Ritzer, G. 2006. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Rosyid, M. 2008. Samin Kudus: Bersahaja di Tengah Asketisme Lokal.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rubianto,V. 1996. Paradigma Asia: Pertautan Kemiskinan dan Kereligiusan

dalam Teologi Aloysius Pieris. Yogyakarta: Kanisius Sachs, W. 1992. Introduction, In: W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A

Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books. Said, EW. 2001. Orientalisme. Terjemahan Orientalism. Bandung: Pustaka. Sajogyo. 1977. Golongan Miskin dan Partisipasinya dalam Pembangunan Desa.

In: Prisma Th. 6 No. 3. Sajogyo. 1983. Kata Pengantar. In: Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian, Proses

Perubahan Ekologi di Indonesia. Terjemahan Agriculture Involution. Jakarta: Bhratara

Sajogyo. 1988. Masalah Kemiskinan di Indonesia: Antara Teori dan Praktek. In: Mimbar Sosek No. 2, September 1988.

Sajogyo. 1989. Peluang Berusaha dan Bekerja pada Masyarakat Petani. In: Prisma No. 2 Th. 18.

Sajogyo. 1997. Menciptakan Visi Mendukung Pengembangan Kelompok Swadaya Mandiri dalam Gerakan Nasional PPK. Jakarta: Puspa Swara.

Sajogyo. 2006. Ekososiologi: Deideologisasi Teori, Restrukturisasi Aksi (Petani dan Perdesaan sebagai Kasus Uji). Yogyakarta: Cindelaras.

Saksono, G. 2008. Marhaenisme Bung Karno Marxisme Ala Indonesia. Ardhana Media.

Santosa, I.B. 2011. Laku Prihatin: Investasi menuju Sukses ala Manusia Jawa. Yogyakarta: Memayu

Sarman, M., Sajogyo. 1997. Masalah Penanggulangan Kemiskinan, Refleksi dari Kawasan Timur Indonesia. Jakarta: Puspa Swara

Saussure, F.d. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique Generale. Yogyakarta: UGM Press.

Scheurich, J.J., K.B. McKenzie. 2011. Metodologi Foucault, Arkeologi dan Genealogi. In: N.K. Denzin, Y.S. Lincoln, eds. The Sage Handbook of Qualitative Research, terjemahan The Sage Handbook of Qualitative Research, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setiawan, B. 2003. Antara Doha dan Cancun: Cengkeraman Neoliberal pada Tubuh WTO. In: I. Wibowo, F. Wahono, eds. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras.

Shiraishi, T. Dangir's Testimony: Saminism Reconsidered. In: Indonesia. Shiva, V. 2004. Peraturan Pertanian WTO: Ancaman bagi Para Petani Dunia

Ketiga. In: International Forum on Globalization. Globalisasi Kemiskinan & Ketimpangan. Yogyakarta: Cindelaras.

Page 229: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

208

Sibeon, R. 2004. Rethinking Social Theory. London: SAGE. Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita, Suatu Studi

terhadp Serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: UI Press. Singarimbun, M., D.H. Penny. 1976. Penduduk & Kemiskinan: Kasus Sriharjo di

Pedesaan Jawa. Jakarta: Bhratara. Sirait, P.H., R. Hindrayati, Rheinhardt. 2011. Pram Melawan. Jakarta: Nalar. Siregar, B.B. 2001. Menelusuri Jejak Ketertinggalan, Merajut Kerukunan

Melintasi Krisis. Bogor: Pusat P3R-YAE. Smith, L.T. 2005. Dekolonisasi Metodologi. Terjemahan Decolonising

Methodologies, Research and Indigenous People. Yogyakarta: Insist Soedjatmoko. 1984. Dimensi-dimensi Struktural Kemiskinan. In: S. Soemardjan,

Alfian, M.G. Tan, eds. Kemiskinan Struktural, Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Sangkala Pulsar.

Soeharto. 2008. Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi seperti Dipaparkan kepada G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Jakarta: Citra Kharisma Bunda.

Soekarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi, Djilid I. Djakarta: Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revolusi

Soemardjan, S. 1984. Kemiskinan Struktural dan Pembangunan. In: S. Soemardjan, Alfian, M.G. Tan, eds. Kemiskinan Struktural, Suatu Bunga Rampai. Jakarta: Sangkala Pulsar.

Soto, H.d.2000. The Mystery of Capital, Rahasia Kejayaan Kapitalisme Barat. Terjemahan The Mystery of Capital, Why Capitalism Triumphs the West and Fails Everywhere Else. Yogyakarta: Qalam

Spivak, G.C. 2003. Membaca Pemikiran Jacques Derrida Sebuah Pengantar. Khazanah Pustaka Indonesa

Stange, P. 2009a. Kejawen Modern, Hakikat dalam Penghayatan Sumarah. Yogyakarta: LKiS.

Stange, P. 2009b. Politik Perhatian, Rasa dalam Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: LKiS.

Sulistyo, H. 2011. Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan (Jombang-Kediri 1965-1966). Jakarta: Pensil-324.

Supriatna, T. 1997. Birokrasi, Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: HumanioraUtama Press.

Susanti, N. 2010. Airlangga: Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI. Jakarta: Komunitas Bambu.

Sutherland, H. 2008. Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah, In: H.S. Nordholt, B. Purwanto, R. Saptari, eds. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: YOI dan KITLV-Jakarta.

Syuroh, M. 2011. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembinaan Masyarakat Terasing di Indonesia. In: Sosiohumanika Th. 4 No. 2

Taylor, J.G. Kehidupan Sosial di Batavia. 2009. Masup Jakarta Thomas, A. 2002. Meanings and Views of Development. In: T. Allen, A. Thomas,

eds. Poverty and Development: Into the 21st Century. Oxford: Oxford Univ. Pr.

Tim Penyusun Naskah Komprehensif Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945. 2010. Naskah Komprehensif Proses dan Hasil Perubahan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Latar Belakang,

Page 230: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

209

Proses dan Hasil Pembahasan 1999-2002, Buku VII: Keuangan, Perekonomian Nasional, dan Kesejahteraan Sosial, Edisi Revisi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Tjokroaminoto, HOS. 2008. Islam dan Sosialisme. Bandung: Sega Arsy McVey, R.T. 2010. Kemunculan Komunisme Indonesia. Terjemahan The Rise of

Indonesian Communism. Depok: Komunitas Bambu. Wahono, F. 2004. Revolusi Hijau: dari Perangkap Involusi ke Perangkap

Globalisasi. In: I. Wibowo, F. Wahono, eds. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras.

Wahono, F. 2005. Pendahuluan: Petani dan Nelayan dalam Pusaran Kekerasan. In: N. Hafsah. Potret Pelanggaran Hak Asasi Petani dan Nelayan. Yogyakarta: Cindelaras.

Weber, M. 1958. From Max Weber: Essays in Sociology. New York: Galaxy Book.

Weber, M. 1978. Economy and Society, An Outline of Inrepretive Sociology. Berkeley: Univ. of California Press.

White, B. 1996. Optimisme Makro, Pesimisme Mikro? Penaksiran Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia, 1967-1987. In: M.T.F. Sitorus, A. Supriono, T. Sumarti, Gunardi, eds. Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia, Prof. Dr. Sajogyo 70 Tahun. Jakarta: Gramedia.

White, B. 2005. Between Apologia and Critical Discourse: Agrarian Transitions and Scholarly Engagement in Indonesia, In: V.R. Hadiz, D. Dhakidae, eds. Social Science and Power in Indonesia. Singapore: Equinox dan ISEAS.

Wiradi, G. 2000. Reforma Agraria Perjalanan yang Belum Berakhir. Pustaka Pelajar Offset.

Wiryono, P. 2003. Neoliberalisme dalam Sektor Industri Pangan. In: I. Wibowo, F. Wahono, eds. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras.

World Bank. 1990. World Development Report 1990: Poverty. Oxford: Oxford University Press.

World Bank. 2000. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. Washington DC: World Bank.

World Bank. 2009. World Development Report 2009: Reshaping Economic Geography. Washington, DC: World Bank.

Yunus, M. 1999. Banker to the Poor, Micro-Lending and the Battle Against World Poverty. New York: PublicAffair.

Zoetmulder, P.J. 1990. Manunggaling Kawula Gusti, Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa, Suatu Studi Filsafat. Terjemahan Pantheisme en Monisme. Jakarta: Gramedia.

Page 231: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

210

Page 232: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Lampiran 1. Makalah Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia

Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia1

Oleh Ivanovich Agusta2

Abstrak

Ditemukan enam diskursus kemiskinan yang berbeda-beda di Indonesia, mencakup diskursus kemiskinan komunal, kemiskinan yang diinginkan, kemiskinan rasial, kemiskinan sosialis, kemiskinan produksi, dan potensi orang miskin. Sebagai konsekuensi pertandingan kekuasaan, dalam proses pelembagaan terjadi perang dan persilangan antar diskursus kemiskinan. Perang saat ini dimenangkan oleh diskursus kemiskinan produksi, yang secara konseptual tidak memberikan peluang bagi orang miskin untuk menjadi kaya. Kata kunci: metodologi, analisis diskursus

Abstract I found six discourses on poverty in Indonesia such as

communality poverty, wishes poverty, racial poverty, socialist poverty, production poverty, and potencialities of the poor. As a consequent of competing power, during institutionalization process the discourses are competed and crossed each other. Unfortunately, the production poverty discourse has championed the war, which conceptually blocks the poors to move out of poverty. Keywords: methodology, discourse analysis

Pendahuluan: Indikasi Diskursus Kemiskinan Majemuk

Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia dilakukan untuk memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan dengan hal tersebut,

pembangunan telah dijadikan pilihan untuk mengisi kemerdekaan bangsa. Secara khusus

Negara harus memelihara fakir miskin, mengembangkan sistem jaminan sosial, dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu.3 Akan tetapi persoalan

sejauhmana pembangunan mampu menghilangkan kemiskinan masih saja dijawab secara

negatif hingga beberapa tahun ke depan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 1 Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten, tanggal 4-6 Agustus 2010, di Hotel Puri Avia Resort, Cipayung, Bogor. 2 Sosiolog pedesaan dan dosen Sosiologi Kemiskinan dan Pemberdayaan Sosial IPB Bogor. Email [email protected] 3 UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dan 2. Lihat Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat (2004: 1, 26)

Page 233: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

212

Nasional II (2010-2014), pembangunan diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan

hingga 8-10 persen pada akhir tahun 2014 (Bappenas, 2010: I-46) ,4 artinya tidak sampai 0-

2,5 persen sebagai indikasi hilangnya kemiskinan.

Lebih dari itu, program penanggulangan kemiskinan tampaknya kurang efektif dalam

menurunkan jumlah penduduk miskin. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),5 dalam setahun

terakhir penduduk miskin hanya berkurang 0,82 persen (1,51 juta jiwa), menjadi total 13,33

persen (32,53 juta jiwa). Jika nilai pengurangan tersebut konstan, maka target RPJMN-II

2010-2014 di atas sulit tercapai.

Penguasaan pengetahuan kemiskinan semakin kuat, sebagaimana ditandai oleh

peningkatan kompleksitas persoalan kemiskinan. Dibandingkan saat pertama kali garis

kemiskinan Sajogyo dikeluarkan pada tahun 1976 untuk mengukur individu miskin, sejak

publikasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan pada tahun 2004 golongan miskin

tidak sekedar mencakup individu miskin namun meliputi pula keluarga miskin, kelompok

miskin, pengusaha mikro dan kecil. Untuk mendapatkan pengetahuan yang luas, studi-studi

kemiskinan dilaksanakan secara multidisipliner dan dengan jenis keilmuan yang semakin

banyak, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, kependudukan, politik. Sejalan dengan

perkembangan akademis, agar mampu mengatasi berbagai aspek kemiskinan, kebijakan

sektoral berkembang menjadi pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan, dan

dilaksanakan secara lintas sektoral atau kementerian. Hal ini ditunjukkan oleh

penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, serta

pembentukan

Meskipun kajian dan kebijakan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara

kompleks, namun kemiskinan sendiri dimaknai secara tunggal. Kajian diarahkan kepada

individu, kelompok dan organisasi yang tidak mampu berproduksi, sehingga menghasilkan

kebijakan penanggulangan kemiskinan agar orang miskin mampu bekerja dan berusaha

dalam ekonomi uang. Kemampuan tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan penghasilan

finansial. Pola penanggulangan kemiskinan tersebut paling tepat dilaksanakan pada

masyarakat yang menggunakan ekonomi uang sepenuhnya.

Namun demikian, muncul anomali dari pengetahuan ketunggalan diskursus

kemiskinan tersebut, sebagaimana ditandai, antara lain, oleh ketidaksamaan identitas orang

miskin menurut pemerintah dan rakyat. Masyarakat adat menolak identitas miskin berikut

program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Sebaliknya terdapat kasus penolakan 4 Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Buku I, Halaman I-46. 5 Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010, halaman 1.

Page 234: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

213

petugas program bantuan tunai terhadap warga desa yang memasukkan dirinya ke dalam

golongan miskin.

Tulisan ini menunjukkan diskursus kemiskinan yang berbeda-beda, dan saling

berperang satu sama lain. Ada diskursus yang kini menang dan mendominasi tafsir

kemiskinan, mengalahkan diskursus lain yang sempat jaya di masa lalu. Terlihat bahwa tafsir

tidaklah netral atau sekedar sesuai dengan kepentingan pelakunya, namun tafsir terkuat akan

selalu muncul sebagai tanda bekerjanya kekuatan tertinggi yang melingkupinya. Makna dari

sesuatu diketahui melalui kekuatan yang dimilikinya atau diekspresikan olehnya (Nietzsche,

1887). Kekuatan mendominasi realitas. Sesuatu itu sendiri tidak netral dan cenderung dekat

dengan kekuatan yang saat itu menguasainya. Perdebatan tentang esensi atau hakekat

kemiskinan kini dapat dipandang sebagai satu di antara semua makna kemiskinan yang paling

dekat dengan kekuasaan yang dimiliki oleh penyusun diskursusnya.

Analisis kemiskinan pada tataran diskursus menjadi penting, karena, pertama,

membuka peluang penemuan ragam pemikiran kemiskinan di Indonesia. Kedua, analisis

perang diskursus mampu membuka “belitan” saling hubung diskursus kemiskinan yang

berbeda, yang selama ini menyulitkan analisis kemiskinan. Pencarian teknik-teknik berperang

membuka dominasi suatu diskursus kemiskinan terhadap diskursus lain. Ketiga, pengetahuan

baru ini memungkinkan rekomendasi penanggulangan kemiskinan yang lebih kontekstual.

Teori dan Perang Diskursus

Kenyataannya kemiskinan selalu muncul sebagai hasil bentukan atau kerangka

pemikiran masyarakat tertentu. Kemiskinan sebagai bentukan sosial atau kerangka pemikiran

tertentu memiliki sifat diskursif. Kerangka kemiskinan tersebut senantiasa dibangun melalui

dialog antar pihak-pihak yang bersetuju atau menolaknya. Proses komunikasi atau dialog

tersebut senantiasa menyebarkan kekuatan (power), baik digunakan untuk menguasai maupun

untuk menguatkan solidaritas sosial (Gambar 1). Tulisan ini menemukan enam diskursus

kemiskinan yang berkembang di Indonesia masa kini.

Hubungan antar diskursus juga menggunakan kekuatan, baik kekuatan untuk

menguasai maupun untuk menguatkan solidaritas. Perang diskursus berupa pertarungan untuk

merebut atau menguatkan rezim kebenaran tertentu (Foucault, 2002d, 2008), dalam hal ini

tentang penanggulangan kemiskinan. Seandainya terdapat dua diskursus kemiskinan yang

sedang berperang, diskursus pemenang (A) akan mengalami penguatan diskursus tersebut.

Diskursus kemiskinan yang kalah akan menghilang pada masa berikutnya.

Page 235: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

214

Gambar 1. Diskursus Pascastruktural dan Kekuasaan

Akan tetapi perang antar diskursus kemiskinan juga dapat mengarah kepada krisis

atas diskursus-diskursus kemiskinan yang lama, sehingga mendorong pembentukan diskursus

kemiskinan yang baru. Proses penciptaan diskursus kemiskinan baru muncul dalam proses

formasi diskursif (Foucault, 2002a, 2002c). Mula-mula perhatian diarahkan kepada

kejanggalan yang muncul dalam pernyataan, tingkah laku dan susunan benda-benda di

masyarakat. Ketika kritik dalam wujud kejanggalan tersebut mengarah kepada kontradiksi

yang mendasar, maka diskursus kemiskinan lama tersebut mengalami transformasi. Hasilnya

berupa diskursus kemiskinan baru yang berbeda dari diskursus sebelumnya. Hasil lain dari

formasi diskursif ialah pemenuhan hasrat untuk mengetahui lebih dalam perihal kemiskinan.

Melalui kekuasaan yang muncul dalam relasi sosial, hasrat untuk mengetahui kemiskinan

tersebut membesar menjadi suatu rezim kebenaran tentang kemiskinan dalam tempat dan

waktu tertentu.

Enam Diskursus Kemiskinan

Diskursus Berbagi Kelebihan

Salah satu sumber sosialisme Indonesia ialah kegiatan gotong royong dan tolong di

pedesaan (Hatta, 2000; Soeharto, 2008; Soekarno, 1965). Komunalisme di pedesaan dijaga

melalui pembagian kelebihan kekayaan –berbagi kekayaan lebih tepat daripada konsep

berbagi kemiskinan sebagaimana dikemukakan oleh Geertz (1983). Dalam suatu kelompok

atau komunitas, orang yang berkelebihan membaginya kepada sesamanya yang kekurangan.

Diskursus ini muncul berusia paling lama, dan muncul dalam banyak komunitas di Indonesia

(Tabel 1).

Page 236: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

215

Tabel 1. Diskursus Berbagi Kelebihan

Obyek Benda pribadi yang berubah menjadi milik umum Subyek Orang renta, anak-anak, orang miskin sedesa Konsep Gotong royong, kecukupan Strategi Komunalisme dijaga melalui pembagian kelebihan kekayaan Wilayah Desa dengan tradisi kuat (5.000 desa) Komunikasi Lisan, sedesa Kelembagaan Bekerja bersama, menyisakan hasil kerja di tempat yang dipandang umum Alternatif kebijakan Penguatan komunalitas desa dengan pekerjaan gotong royong

Berlainan dari orientasi produksi dan efisiensi, dalam diskursus kemiskinan komunal

barang dan jasa yang dibagi relatif berkualitas sama, bukan barang rusak, recehan, atau yang

bernilai lebih rendah. Di desa-desa di Sulawesi Tengah, misalnya, kelapa yang jatuh sendiri

ke tanah boleh dimiliki oleh siapa saja yang hendak mengambilnya. Orang miskin dapat

mengambil kelapa-kelapa yang telah ada di atas tanah. Kelapa tersebut berkualitas bagus,

dapat dijual di pasar, sehingga orang-orang miskin tetap mendapatkan uang dan makanan

melalui pengumpulan kepala jatuh.Dapat diperkirakan komunitas yang menganut diskursus

berbagi kelebihan mencapai sekitar 5.000 desa (Tabel 2), yaitu yang terbiasa melakukan

pekerjaan di luar ekonomi uang (moneter).

Tabel 2. Monetisasi Desa-desa di Indonesia, 2006

Pulau Besar Subsisten (Diskonsumsi Sendiri)

Komersial (Dijual)

Campuran (Dikonsumsi dan Dijual)

Jawa Bali Jumlah 1098 2018 17520 20636 % 5 10 85 100

Kalimantan Jumlah 818 1330 2965 5113 % 16 26 58 100

Maluku Jumlah 76 281 1070 1427 % 5 20 75 100

Nusa Tenggara

Jumlah 592 333 2327 3252 % 18 10 72 100

Papua Jumlah 703 327 1646 2676 % 26 12 62 100

Sulawesi Jumlah 288 1977 4591 6856 % 4 29 67 100

Sumatera Jumlah 1377 5960 10993 18330 % 8 33 60 100

Jumlah Indonesia 4952 12226 41112 58290 % 8 21 71 100

Salah satu komunitas di Jawa Tengah yang mempertahankan mekanisme berbagi

kelebihan ini ialah Orang Samin. Hubungan di antara kelompok mereka diidentikkan sebagai

Page 237: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

216

sedulur sikep. Sedulur sikep hidup secara tersebar di pantai Utara Jawa Tengah, seperti

Kudus, Pati, Blora, Rembang, Bojonegoro bahkan sampai ke Ngawi. Mereka hidup

berdampingan dengan warga masyarakat lain (non-Sikep). Mata pencaharian mereka

umumnya bertani.

Pengertian ekonomi bagi masyarakat Sikep adalah kecukupan sandang dan pangan

(Wahono, Warno dan Farhan, 2002). Mereka tidak membutuhkan sekolah, berpakaian dan

makan secara sederhana. Pemilikan akan sesuatu dipandang harus dijaga, dan milik orang

lain harus dihormati.

Diskursus Kemiskinan yang Diharapkan

Salah satu strategi untuk mengakumulasi kekuasaan (kasekten/kesaktian) ialah dengan

bertingkah laku sebagaimana orang miskin (Anderson, 2000). Kemiskinan menandai

ketiadaan (moksa, nir), sehingga manusia bisa berkonsentrasi lebih kuat. Konsentrasi tersebut

mencakup pemusatan atau akumulasi kekuasaan. Tidak mengherankan diskursus ini muncul

justru pada penguasa atau lapisan atas (Tabel 3).

Tabel 3. Diskursus Kemiskinan yang Diharapkan

Obyek Sebagian besar benda pribadi yang dibagikan Subyek Pelaku tapa (agamawan, ilmuwan), raja. Ada 1.254 pesantren dan seminari Konsep Prihatin, menahan diri, zuhud, asketis, sederhana Strategi Kemiskinan meningkatkan sensitivitas Wilayah Lembaga pendidikan, penelitian dan keagamaan Komunikasi Kelompok kecil sesama guru, peneliti, agamawan Kelembagaan Lembaga pendidikan keagamaan Kebijakan Penyediaan akses dan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup atau hidup sederhana

Pada bangsa Jawa muncul konsep loro lopo (Karsodihardjo, 1998), yang secara

harfiah berarti sakit serta miskin. Sudah sakit, ditambah lagi miskin, sehingga tidak ada ruang

untuk menghibur diri. Loro lopo menunjukkan jalan penderitaan sebagai kondisi agar

kekuasaan muncul ke permukaan.

Untuk melakukan loro lopo orang perlu berpegang pada nilai wader wungkuk. Ikan

yang bungkuk ini merupakan metafora urang (udang). Metafora tersebut menunjukkan

mekanisme loro lopo berupa ngurang-ngurangi, atau menurunkan konsumsi. Makanan

dikurangi agar manusia bisa hidup di masa depan. Pemborosan dikurangi agar tabungan tidak

Page 238: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

217

cepat habis. Hasrat dikurangi (ditekan) agar orang tidak mudah kalap. Tidur dikurangi untuk

memperbanyak berhubungan dengan Tuhan, berdoa memohon pertolongan dalam kehidupan.

Metode lain yang serupa, yang biasa dilakukan bangsawan ialah lelono-broto, yaitu

berkelana dalam suasana kesedihan. Perjalanan diarahkan untuk mendapatkan tempat yang

bisa menenteramkan batin. Di tempat yang sesuai, penguasa melakukan topo broto, atau

bertapa dalam kesedihan. Di atas tempat yang sesuai inilah wahyu kekuasaan dipandang bisa

diturunkan oleh Tuhan. Inilah kekuasaan yang diperoleh melalui serangkaian loro lopo,

lelono broto dan topo broto.

Diskursus Kemiskinan Rasial-Etnis

Mungkin istilah kemiskinan dalam arti modern (poverty, bukan misalnya tidak

kecukupan) muncul pertama kali di Indonesia pada awal abad ke 20. Di kota-kota di Eropa

pada abad ke 19 kemiskinan sudah tergolong sebagai konsep sosial yang dahsyat (Gouda,

2007). Kemiskinan mengundang ketakutan akan timbulnya revolusi sosial, mengingat jumlah

proletar dan buruh upahan meningkat di perkotaan.

Ketika konsep kemiskinan tersebut masuk ke dalam Hindia Belanda, penerapannya

hanya secara eksklusif diletakkan pada golongan Eurasia, bukan pada pribumi. Jumlah

penduduk Eurasia terpelajar tergolong besar, sekitar 95.000 pada tahun 1905 dan meningkat

menjadi sekitar 190.000 pada tahun 1930.

Kelompok indo (campuran Barat dan pribumi), terutama perempuan Indo, banyak

digolongkan ke dalam kelompok miskin. Secara resmi mereka dipandang malas, karena

memandang ras mereka lebih tinggi daripada pribumi, sehingga tidak bersedia bekerja. Selain

itu, golongan indo dipandang sebagai hasil perbuatan dosa. Yang dimaksud ialah golongan

indo merupakan hasil hubungan seksual antara ras Eropa dan pribumi. Lokasi di khatulistiwa

yang panas dipandang sebagai alasan perbuatan zina. Hasil dari tindakan salah ini berupa

keturunan yang melarat (Tabel 4).

Sebenarnya tidak hanya demikian. Posisi rasial Indo yang tidak jelas (bukan Eropa

atau pribumi murni), sementara posisi-posisi pekerjaan formal terbagi menurut ras,

menjadikan mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang memadai. Kreol menjadikan mereka

tidak mendapatkan akses ekonomi yang memadai. Ketika mereka jatuh miskin, pemerintah

Hindia Belanda untuk pertama kalinya memandangnya sebagai masalah kemiskinan.

Bukan berarti tidak ada kemiskinan di kalangan pribumi, namun kepada mereka

hanya diidentifikasi sebagai kurang sejahtera. Pribumi dipandang bukan manusia utuh, atau

Page 239: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

218

dipandang sebagai manusia kera (Gouda, 2007), sehingga persoalan utamanya bukanlah

kemiskinan, melainkan upaya penjinakan agar mereka tidak liar (minimal tidak sopan)

(Breman, 1997).

Tabel 4. Diskursus Kemiskinan Rasial-Etnis

Obyek Sikap dan tingkah laku Subyek Etnis terjajah, etnis terpencil, golongan indo. Ada 2.031 lokasi, 225.477 KK, 919.570 jiwa Konsep Budaya, sikap/psikologis, pelanggaran norma Strategi Sikap dan tingkah laku tercela atau pendosa mengakibatkan kemiskinan

Kemiskinan menyebabkan terorisme Wilayah Suku pedalaman, Maluku, Papua Komunikasi Tradisi, kelompok lokal Kelembagaan Pemukiman kembali, pemukiman kelompok kecil Kebijakan Perbaikan norma, target yang rendah, menjadikan lebih beradab

Diskursus Kemiskinan Sosialis

Sampai akhir penjajahan, orang miskin di Indonesia tidak hanya proletar, yang hanya

memiliki tenaga untuk bekerja kepada orang lain. Di sini sebagian orang miskin masih

memiliki alat produksi, namun dalam jumlah minimal. Sebagian besar mereka hidup dalam

bidang pertanian. Kepada orang miskin semacam itu muncul konsep marhaen (Soekarno,

1965), yaitu buruh tani, buruh industri, dan petani kecil.

Tabel 5. Diskursus Kemiskinan Sosialis

Obyek Kekayaan kelas kaya Subyek Proletar, marhaen (buruh industri, buruh tani, petani kecil). Ada 13,5 juta KK buruh tani Konsep Kontradiksi , eksploitasi Strategi Kemiskinan disebabkan hubungan penduduk lokal dengan kapitalis lokal dan global Wilayah Pedesaan, perumahan kumuh di perkotaan Komunikasi Advokasi, demonstrasi, tindakan perebutan kekayaan Kelembagaan Organisasi khusus orang miskin, organisasi buruh-buruh Kebijakan Mengurangi eksploitasi oleh industri, memenuhi kebutuhan hidup minimal

Kemiskinan merupakan akibat logis hubungan marhaen dengan kapitalis (Tabel 5).

Pada tahun 1950-an Barisan Tani Indonesia (BTI) yang berorientasi sosialis pernah

menyatakan (White, 2005), bahwa kemiskinan di desa merupakan hasil relasi penghisapan

orang miskin oleh tujuh setan desa. Meskipun diskursus pembangunan sosialis tidak

sepenuhnya menindaklanjuti hasil kegiatan suatu community development (CD), namun

setidaknya pemerintah tidak mengambil tindakan atas pendudukan petani miskin terhadap

Page 240: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

219

lahan perkebunan dan lahan milik petani kaya. Dalam perencanaan pembangunan sosial

sendiri muncul kebutuhan reforma agraria di mana lahan yang tersedia hendak dibagi secara

lebih merata kepada golongan marhaen (Departemen Penerangan RI, 1961).

Diskursus Kemiskinan Produksi

Diskursus kemiskinan produksi merupakan produk dari diskursus pembangunan

modernis. Diskursus inilah yang senantiasa diacu dalam pernyataan-pernyataan pemerintah,

donor dan swasta sejak tahun 1969.

Dirunut lebih jauh, diskursus ini muncul bersamaan dengan laju Revolusi Industri.

Proletariat yang muncul mula-mula dipandang sebagai masalah kemiskinan, dan hendak

diatasi dengan tindakan-tindakan karitatif (Gronemeyer, 1992). Dari masa ini pertama kali

muncul pemahamanan untuk memberikan recehan kepada pengemis dan orang miskin.

Bantuan karitatif kemudian diorganisasikan, dan setelah Perang Dunia II terutama dalam

bentuk lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank Dunia dan IMF). Pola bantuan dan program

penanggulangan kemiskinan tetap serupa dengan masa Revolusi Industri, yaitu jangan sampai

lapisan terbawah ini jatuh sakit dan meninggal (karena menjadi persoalan tersendiri), namun

dibantu sampai pada batas bisa berproduksi, atau tepatnya menunjang sistem produksi

industrial (kini batasan itu dijabarkan dalam bentuk garis kemiskinan atau upah minimum

buruh) (Tabel 6).

Tabel 6. Diskursus Kemiskinan Produksi

Obyek Pemberian/karitas orang kaya kepada orang miskin Subyek Buruh industri, buruh tani, pengusaha mikro/kecil. Ada 13,5 juta KK buruh tani Konsep Produksi Strategi Ketidakmampuan berproduksi dan sakit menghasilkan kemiskinan.

Kemiskinan sebagai persoalan publik, bukan persoalan privat/pribadi à perlu campur tangan pemerintah dan pengorganisasian hingga tingkat internasional.

Wilayah Perumahan kumuh di perkotaan, perumahan buruh di perkebunan, pertambangan, peternakan, pertanian

Komunikasi Persaingan, karitas Kelembagaan Lembaga karitatif, Lembaga rehabilitasi (pendidikan, kesehatan) Kebijakan Pendapatan/pengeluaran di atas garis kemiskinan/KFM, karitas (BLT, zakat), penguasaan

hirarki kebutuhan, pelatihan untuk kerja dan usaha, kontrak atau hubungan kerja tertulis, Pengelompokan rumah tinggal kelompok miskin, Jaminan sosial kelompok miskin

Golongan miskin mencakup penduduk berpendapatan rendah. Pada beberapa program

pembangunan, selain pendapatan rendah sebagai indikator utama, juga dikaitkan dengan

Page 241: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

220

pemilikan sarana pendidikan dan kesehatan yang rendah. Golongan lainnya terletak pada

kelompok umur produktif, kelompok umur anak-anak yang tidak bekerja, kelompok umur

tua, kemiskinan pada level rumah tangga, serta pengusaha kecil dan mikro.

Pembentukan kelompok miskin baru ini mengandung kritik, karena pengurangan

kemiskinan menjadi sekedar penyaluran dana/kredit orang (rumah tangga) yang perlu modal

(tambahan) untuk usahanya. Walaupun pada pilihan lokasi program bisa tercantum

pembedaan antara pedesaan dan perkotaan, namun tak dijelaskan dalam hal-hal apa saja akan

sama dan hal-hal apa akan berbeda. Kemiskinan di desa dapat pula terkait dengan kemiskinan

di kota, begitu pula dalam hal upaya mencapai perbaikan tingkat mutu hidup penduduk.

Gambar 2. Korespondensi CDD dan Teori Pasar

Teori kemiskinan terbaru Bank Dunia yang digunakan di Indonesia, yaitu

CDD/Community-Driven Development menjelaskan "pangsa pasar" program penanggulangan

kemiskinan tersebut: khusus untuk keluarga miskin dan keuangan mikro (Operations

Evaluation Department, 2003). Setelah lepas dari level itu maka orang miskin keluar dari

program-program CDD. Menggunakan idiom dari ilmu ekonomi, pola penyaluran proyek

diarahkan pada kesetimbangan antara aspek penawaran proyek dan permintaan masyarakat

(Gambar 2). Untuk memperoleh titik yang optimal, maka dilangsungkan persaingan antar

warga dalam memperebutkan proyek. Berkaitan dengan itu, menurut teori motivasi dari

Atkinson, motivasi tertinggi dalam melakukan tindakan diperoleh ketika peluang

Page 242: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

221

keberhasilan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan senilai 50 persen. Artinya

hanya jika menulis proposal maka muncul peluang untuk mendapatkan proyek, jika proposal

tidak dikerjakan maka pasti tidak mendapatkan proyek (peluang 0 persen), dan sebaliknya

penulisan proposal tidak sekaligus memastikan (peluang 100 persen) akan memperoleh

proyek.

Gambar 3. Hipotesis Statistika Penanggulangan Kemiskinan

Garis kemiskinan dan sejenisnya digunakan sebagai passing grade seseorang atau

kelompok digolongan miskin atau lepas dari kemiskinan (moving out of poverty).

Menggunakan kaidah statistika untuk jumlah sampel atau populasi yang sangat besar (di atas

200 juta penduduk Indonesia), maka secara umum bentuknya seperti kurva normal (Gambar

3). Secara hipotetis terdapat beberapa garis batas tertentu untuk menggolongkan hierarki

masyarakat, yaitu golongan rata-rata yang dihitung menurut nilai tengah hingga 1 SD

(standard deviation) (biasanya 34% penduduk di sebelah kiri atau kanan nilai tengah),

golongan kaya atau miskin yang dihitung antara nilai 1 SD dan 2 SD (biasanya 13,5% lebih

jauh ke kanan atau ke kiri), dan paling kaya atau paling miskin yang dihitung di atas 2 SD

(biasanya 2,5% paling kanan atau paling kiri).

Berdasarkan kaidah statistika tersebut, kebijakan penanggulangan kemiskinan

semestinya mencantumkan target penduduk miskin tidak lebih dari 2,5%. Berdasarkan

gambar di atas, terlihat bahwa target-target yang dicatat selama ini tergolong konservatif.

Pada saat ini muncul pandangan mengenai agregat orang miskin (Rahnema, 1992).

Kemiskinan bukan lagi masalah individual, melainkan menjadi permasalahan kelompok

kecil, warga desa, kabupaten, porvinsi, nasional, bahkan global. Melalui perubahan

Page 243: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

222

pandangan ini, kemiskinan menjadi sah untuk dikelola oleh negara, bahkan melalui

organisasi internasional.

Dianggap bersifat universal, pengukuran kemiskinan berlangsung dalam metode

kuantitatif (garis kemiskinan) maupun melalui manipulasi teknik-teknik kualitatif agar bisa

dikuantifikasi –misalnya menyelenggarakan diskusi kelompok terarah (focus group

discussion/FGD) di mana hasilnya bisa dibandingkan lintas negara dan bisa diakumulasikan

sebagaimana dilakukan oleh Mukherjee (2006). Melalui universalisme narasi kemiskinan

berkembang dari tingkat lokal menjadi global. Universalitas pengukuran menghasilkan

perbandingan kemiskinan lintas negara, dan akhirnya menghasilkan ruang-ruang negara

miskin dan kaya (World Bank, 1990, 2000).

Globalitas kemiskinan juga membuka peluang kebijakan pengurangan kemiskinan

untuk dikelola secara organisatoris dari tingkat global sampai ke tingkat nasional, tidak lagi

atau tidak sekedar dilakukan secara individual maupun dalam kelompok kecil.

Pengorganisasian di tingkat global dimungkinkan melalui proyek dan utang luar negeri. Bank

Dunia secara sendirian atau ketika mengorganisir lembaga dan negara kreditur menetapkan

tema kemiskinan dalam perolehan utang luar negeri sejak dekade 1990-an (World Bank,

1990, 2000). Dokumen strategi penanggulangan kemiskinan (Poverty Reduction Strategy

Paper/PRSP atau diindonesiakan menjadi dokumen Strategi Nasional Penanggulangan

Kemiskinan/SNPK) serta lembaga pengurangan kemiskinan (di Indonesia berupa Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/TKPK di tingkat pusat dan daerah)6 sama-sama

terdapat di banyak negara penerima utangan tersebut (Komite Penanggulangan Kemiskinan,

2004; Levinsohn, 2003; Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, 2006). Dengan kata

lain, pandangan akan sifat universalitas mutlak dari metode kemiskinan membuka peluang

penerapan pembangunan di seluruh negara-negara Selatan, meskipun metode-metode tersebut

dikembangkan di negara-negara Utara.

Selain itu, swasta kini masuk sebagai salah satu penyalur dana bagi orang miskin,

yaitu sebagai konsultan pendamping program. Ciri pencarian untung yang mengikat secara

inheren pada konsultan swasta turut terbawa dalam pendampingan masyarakat (Agusta,

2007). Merekalah yang memiliki peran dan kekuasaan lebih tinggi daripada pihak lain. Dari

sisi gaji yang berlipat ganda dibandingkan pegawai negeri (antara empat kali lipat pada

pendamping tingkat kecamatan, hingga lebih dari lima puluh kali lipat bagi “konsultan

pendamping” nasional yang sengaja direkrut dari negara donor), tugas-tugas yang lebih besar

6 Peraturan Presiden No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Page 244: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

223

dan purna waktu dalam program, posisi pendamping ini jauh lebih tinggi daripada lainnya.

Dalam posisi yang paling penting, yaitu menandatangani persetujuan pencairan proyek dan

dana kegiatan, kekuasaan konsultan pendamping bahkan hampir mutlak.

Diskursus Potensi Orang Miskin

Pernyataan-pernyataan diskursus potensi orang miskin baru muncul sejak dekade

1970-an. Kelembagaannya mudah dikenali, karena mengutamakan kelompok dan tindakan-

tindakan peningkatan potensi (peningkatan kapasitas). Pembangunan alternatif, people

centered development, basic needs approach, dan konsep serupa mempercayai bahwa orang

miskin tidak tepat didefinisikan sebagai “orang yang tidak memiliki” (the have not), tetapi

paling tepat sebagai “orang yang memiliki potensi” (Gambar 7).

Tabel 7. Diskursus Potensi Orang Miskin

Obyek Ilmu pengetahuan terapan, sumberdaya lokal Subyek Penduduk desa, kelompok buruh, pengusaha kecil/mikro Konsep Potensi, kelompok, akses Strategi Ketiadaan akses membuat orang menjadi miskin Wilayah Terpencil, tertinggal, pedesaan Komunikasi Komunikasi dua-langkah, komunikasi kelompok Kelembagaan Kelompok swadaya masyarakat, kelompok bertingkat Kebijakan Peningkatan akses, pendampingan, pelatihan

Pada pernyataan ekstrim, petani dan orang miskin merupakan pihak yang mengetahui

masalah dan peluang jalan keluarnya sendiri (Sajogyo, 2006). Pihak luar menjadi diperlukan

(penyuluh, pendamping), terutama untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi

kekuatan/kekuasaan nyata. Kalau CDD membatasi upaya pada tataran sampai bisa

berproduksi, diskursus potensi orang miskin berupaya mengembangkan potensi mereka

setinggi-tingginya, baik dari level individual, kelompok, hingga gabungan kelompok (pada

pemikiran peningkatan kapasitas petani, nelayan dan koperasinya), maupun baik lokal,

regional, nasional dan internasional (pada kredit mikro).

Diskursus potensi orang miskin bersesuaian dengan diskursus pembangunan alternatif

(Thomas, 2002a, 2002b). Diskursus ini merumuskan kondisi akhir pembangunan pada saat

seluruh anggota masyarakat maupun kelompok mampu merealisasikan potensi-potensi

mereka. Perubahan sosial akan dilakukan melalui praktek pemberdayaan (Friedmann, 1992).

Oleh karena itu pembangunan berperan sebagai proses pemberdayaan individu dan

Page 245: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

224

kelompok. Pembangunan akan dijalankan melalui individu-individu maupun gerakan

masyarakat.

Diskursus pemberdayaan alternatif bersesuaian dengan diskursus pembangunan yang

berpusat pada manusia (Ife, 1995). Di sinipun masyarakat dipandang sebagai kelompok-

kelompok yang tersusun secara hierarkis. Berbeda dari diskursus struktural yang

mengandaikan solidaritas dan pertentangan kelas, pemberdayaan alternatif mengandaikan

solidaritas antar lapisan, sehingga memungkinkan pola kerjasama seluruh pihak dalam

masyarakat (Stewart, 2001). Kekuasaan juga tidak dimaknai sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi atau mengarahkan pihak lain, melainkan sebagai kemampuan untuk

meningkatkan dan menjaga solidaritas sosial di antara lapisan masyarakat tersebut. Dengan

demikian pemberdayaan diarahkan kepada pengejawantahan potensi atau kemandirian

kelompok dan anggota masyarakat, disertai pengembangan jaringan antar kelompok tersebut.

Diskursus potensi orang miskin juga menghasilkan diskursus proses dalam

pembangunan partisipatif. Dalam diskursus proses, partisipasi yang lazim digunakan dalam

program penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk menyusun kelompok (Thomas,

2002a). Kelompok menjadi instrumen untuk meningkatkan ketrampilan, kapasitas dan

jaringan sosial. Diskursus proses hendak mewujudkan pembangunan yang pro-poor, berbasis

civil society dan pemberdayaan. Program yang tipikal dalam diskursus proses ialah Program

Inpres Desa Teringgal (IDT).

Perang di Antara Diskursus Kemiskinan

Sejarah Diskursus Kemiskinan dan Pembangunan

Pembahasan berbagai diskursus kemiskinan menjadi penting, karena kemiskinan telah

dijadikan tema sentral pembangunan global. Dengan membandingkan antara sejarah

munculnya diskursus-diskursus kemiskinan dan sejarah munculnya berbagai diskursus

pembangunan (Gambar 4), terlihat ketidaksejajaran di antara keduanya.

Hanya diskursus potensi orang miskin yang muncul bersamaan dengan diskursus

people-centered development. Keduanya memandang subyek pembangunan lebih mengetahui

kebutuhan dan jalan keluar dari masalah pembangunan yang menimpa dirinya. Diskursus

kemiskinan lainnya muncul lebih dahulu daripada diskursus pembangunan. Konsekuensinya

kebijakan pembangunan perlu memperhatikan lokasi diskursus kemiskinan dalam

menjalankan pola penanggulangan kemiskinan.

Page 246: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

225

Gambar 4. Sejarah Kemunculan Diskursus Kemiskinan dan Pembangunan

Suatu diskursus pembangunan tertentu memiliki kaitan yang lebih erat pada diskursus

kemiskinan secara khas (Tabel 8). Melalui pengetahuan tentang konsistensi antar konsep-

konsep penting pembangunan dan kemiskinan ini dapat diharapkan menguatnya efektivitas

kebijakan penanggulangan kemiskinan

Diskursus kemiskinan produksi, misalnya, menghasilkan diskursus efisiensi-biaya

dalam pembangunan partisipatif (Cooke dan Kothari, 2001). Diskursus efisiensi-biaya

menginginkan keikutsertaan orang miskin dalam pembangunan untuk meningkatkan rasa

kepemilikan. Namun keikutsertaan sekaligus sebagai upaya memobilisasi sumberdaya lokal.

Komponen program-program yang masuk dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) adalah tipikal diskursus efisiensi-biaya. Program semacam ini berupaya

membatasi biaya input atau materi program, sambil menggali kontribusi dari orang miskin

sendiri. Pada titik ini negara dan donor lebih diuntungkan karena pengeluaran mereka untuk

pembangunan lebih murah. Akan tetapi surplus keuntungan ke atas tersebut mengalir dari

swadaya orang miskin sebagai syarat perolehan program.

Perang Antar Diskursus Kemiskinan

Sejak awal perluasan diskursus kemiskinan produksi berhadapan dengan diskursus

kemiskinan lainnya. Mekanisme kamulfase perang diskursus dilakukan dengan beroperasi di

bawah kategori partisipasi yang digunakan dalam diskursus lain. Konsep pengembangan

masyarakat (community development), partisipasi, pemberdayaan, pembagian tugas sektor

negara, masyarakat sipil dan swasta sama-sama disebut. Akan tetapi, ditambahkan ruang baru

Page 247: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

226

Tabel 8. Keterbaikan Diskursus Kemiskinan dengan Pembangunan, Pengembangan Masyarakat, dan Partisipasi

Diskursus Berbagi Kelebihan Rasial-Etnis Kemiskinan Sosialis Kemiskinan Produksi Potensi Orang Miskin

Kemiskinan Diharapkan

Kemiskinan Pembagian kelebihan Rasial dan etnis Relasional, struktural Produksi Potensi orang miskin Diharapkan Pembangunan Sustainable

development (Neo) Kolonialisme Struktural, dependensi Neoliberalisme People-centered

development Sipiritual

Pengembangan masyarakat (CD)

Local wisdom, knowledge

Masyarakat terasing, karitatif

LSM, solidaritas sekelas

Pasar, kompetisi Kapasitas individu dan kelompok

Asketisme

Pemberdayaan Otonomi Pemfungsian sosial Struktural, perubahan struktur

Utilitarian, kompetisi Kapasitas, solidaritas lintas kelas

Penguatan spiritual

Partisipasi Koeksistensi Korporasi Hak Efisiensi Proses Holistik Tabel 9. Perang Diskursus Kemiskinan

Kurang Dominan

Lebih Dominan Berbagi Kelebihan Rasial-Etnis Kemiskinan Produksi Kemiskinan Sosialis Potensi Orang Miskin Kemiskinan

Diharapkan Berbagi Kelebihan

Berbagi kelebihan untuk etnis/golongan yang sama

Lobi pembagian proyek antar calon penerima

Mencurigai pencari untung dari gotong royong

Berbagi akses untuk pengembangan potensi orang miskin

Membagi hampir seluruh pendapatan

Rasial-Etnis Berbagi kelebihan untuk warga dari komunitas yang sama

Metode menjadikan beradab, target rendah

Kesamaan perlakuan antar etnis asalkan dari golongan proletar atau marhaen

Pengembangan potensi khusus bagi etnis terpencil

Kemiskinan Produksi

Jaringan sosial untuk pencari kerja, tempat tinggal

Proposal kemiskinan untuk golongan adat

Menghindari bantuan dari negara Barat

Pengembangan potensi individu untuk mendirikan usaha secara mandiri

Hidup sederhana/ membatasi konsumsi

Kemiskinan Sosialis

Gotong royong Penanggulangan kemiskinan di antara etnis yang tertindas

Pengembangan masyarakat sesuai peringkat kebutuhan

Pengembangan potensi kelompok untuk mendirikan usaha mandiri

Tidak berlebihan

Potensi Orang Miskin

Pemberian akses untuk mendapatkan hasil

Akses diutamakan untuk etnis terpencil

Pengembangan kelompok sekedar mampu berproduksi

Pengembangan potensi Mendampingi untuk mengembangkan potensi orang lain

Kemiskinan Diharapkan

Berbagi informasi antar golongan miskin

Menjaga hubungan dengan pelaku kemiskinan yang diharapkan

Beasiswa minimal Pengembangan potensi nalar dan kehendak setinggi-tingginya

Page 248: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

227

sebagai penurunan masing-masing konsep tersebut. Dikembangkan sub kategori partisipasi,

yaitu diskursus partisipasi pasar.7 Penamaan ini untuk merangkum sifat efisiensi dalam

pengambilan keputusan partisipatif. Topik yang diperbincangkan bukanlah pada tataran di

mana pembangunan seharusnya bersifat partisipasi atau sentralisasi –karena sama-sama

menerima konsep partisipasi sebagaimana diskursus pembangunan alternatif maupun

sosialis—namun pada tataran lebih bawah di mana partisipasi seharusnya dijalankan dengan

efisien –bukan terutama untuk pengembangan diri dalam pembangunan alternatif atau

perubahan struktural dalam pembangunan sosialis.

Mekanisme kamuflase menunjukkan perbedaan perang diskursus sejak 1990-an

dibandingkan masa sebelumnya. Pada dekade 1960-an dan 1970-an pembedaan diskursus

berada pada tataran konsep pembangunan, dan diwujudkan dalam konsep-konsep yang

berbeda atau berlawanan satu sama lain. Modernisasi dilawankan dengan ketergantungan,

kemudian memunculkan pembangunan alternatif, konsep pertumbuhan dilawankan dengan

pemerataan, partisipasi, kemiskinan, sedangkan top down berlawanan dari bottom up.

Pada masa kini perang diskursus tidak seterang pembedaan konsep-konsep yang

saling dipertentangkan. Pertama, dikotomi antar konsep-konsep dibaurkan, dengan cara

menurunkan derajat abstraksi dari tataran filosofis atau paradigmatis menjadi sekedar

administratif atau teknis. Contohnya pembauran top down dan bottom up. Pembauran lainnya

di antaranya pertumbuhan dan pemerataan, dari semula dipertentangkan menjadi disatukan

berupa pro poor growth, terutama ketika dipraktekkan dalam pembangunan pertanian dan

pedesaan (Tambunan, 2005; Timmer, 2002).

Kedua, menggunakan nama yang sama dengan konsep yang sebelumnya berada di

luar diskursus pembangunan modernis, namun diisi dengan metode pembangunan modernis.

Metode tersebut diarahkan pada efisiensi, pasarisasi, pengambilan keputusan rasional atau

pertukaran. Di atas telah digambarkan konsep partisipasi, yang semula berasal dari golongan

sosialis, kemudian masuk ke dalam program pembangunan modernis.

Ketiga, mengembangkan konsep-konsep yang diidealkan bernilai “baik”, dan dengan

ini memanipulasi idealisasi moral ke dalam mekanisme pembangunan. Secara terang-

terangan “kebaikan” dilekatkan pada konsep good governance, good village, metode best

practice. Idealisasi “kebaikan” juga dimasukkan ke dalam konsep modal sosial, saling

percaya (trust). Kemodernan tidak menilai moral dari konsekuensi setelah tindakan dilakukan 7 Pernyataan perangkuman dalam konsep pasarisasi untuk menandai pembangunan yang dilaksanakan oleh donor asing dan pemerintah diperoleh peneliti dari Dr. MT Felix Sitorus secara lisan, dan penulis berterimakasih atas ijin untuk menggunakan ide tersebut. Sebelumnya peneliti secara terpisah-pisah menandai pembangunan modernis tersebut sebagai pengambilan keputusan rasional, pertukaran, dan analisis ekonomi formal.

Page 249: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

228

–sebagaimana lazim pada masyarakat di waktu lampau—namun dari maksud sebelum

melakukan tindakan tersebut. Pelekatan “kebaikan” pada konsep di atas sudah sejak semula

meletakkan konsep tersebut dalam kelompok “kebaikan” bagi sasaran program pembangunan

(Nietzsche, 2002).

Perang diskursus muncul pada dua level. Pertama, perang diskursus pada level

pembangunan. Kedua, muncul pula perang diskursus pada level kemiskinan. Kemiskinan

rasialis, misalnya, mampu menegakkan kolonialisme, dengan memandang pribumi sebagai

orang malas (mitos ini muncul pada tahun 1920-an, padahal seabad sebelumnya pribumi

dimitoskan garang seiring Perang Diponegoro) (Gouda, 2007). Persilangan diskursus ini

dengan diskursus kemiskinan produksi menghasilkan pe-Lain-an (Othering) kepada orang-

orang yang dipandang liar. Sublimasi perang diskursus ini muncul dalam wujud program

penanggulangan kemiskinan untuk suku terasing. Sejak pemberlakuan UU 5/1979, suku

terasing merupakan Yang Lain, karena tidak tergolong sebagai penduduk dalam kota dan

desa (dua kelompok teritorial yang menandakan Indonesia). Sebagaimana diskursus

kemiskinan rasial, dan hasrat humanisme dalam pembangunan, maka keliaran suku terasing

tersebut hendak diatasi melalui program pengurangan kemiskinan. Program kemiskinan di

Papua juga selalu dipandang memiliki kekhususan, tanpa harapan tinggi untuk berhasil

menanggulanginya. Harapan tinggi dipandang sulit diwujudkan dari orang-orang liar.

Persilangan diskursus pembagian kelebihan dan kemiskinan produksi menghasilkan

mekanisme pemerataan proyek, meskipun dalam kerangka Community-Driven Development

(CDD) diharuskan persaingan untuk mendapatkan proyek. Di Salatiga, Ponorogo, Jombang,

misalnya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang mengharuskan

persaingan antar desa, ternyata disertai dengan upaya lobi di luar ruangan persaingan, saling

membantu desa yang belum pernah mendapatkan.

Tanpa mengetahui persilangan dan peperangan antar diskursus, ilmuwan majupun

aktivis yang bergerak dalam bidang kemiskinan dapat salah mengambil tindakan. LSM bisa

mendukung negara dalam Program IDT, karena memandang penting pengembangan

masyarakat hingga pada sekitar 20.000 desa, sedangkan LSM biasanya hanya mampu

memprogramkan tidak lebih dari 100 desa dampingan.

Ternyata peperangan diskursus muncul antara diskursus potensi orang miskin dengan

diskursus kemiskinan produksi. Ada pengembangan kelompok di sana, walau sesungguhnya

sedang bertarung untuk memperlakukan kelompok sebagai pemercepat kemandirian versus

kelompok konsumen (consumer group) dari donor. Ada pengembangan potensi di sana,

Page 250: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

229

walaupun sejatinya bertarung pengembangan potensi tanpa batas, versus pengembangan

potensi terbatas untuk berproduksi.

Peperangan antara kemiskinan produksi dan kemiskinan komunal mengambil bentuk,

seperti meminta rakyat hidup sederhana. Sebagaimana sudah ditunjukkan, loro lopo

seharusnya dilakukan oleh penguasa, bukan oleh rakyat yang sudah miskin. Dominasi ke

dalam kemiskinan komunal juga berupa upaya untuk bekerja secara kelompok dan bergotong

royong dalam rangka meningkatkan efisiensi.

Kesimpulan

Kemajemukan diskursus kemiskinan di Indonesia tumbuh bersama di seluruh

wilayah. Upaya penemuan diskursus-diskursus kemiskinan di Indonesia dapat digunakan

untuk menggali penggunaan kekuasaan dan pengetahuan oleh donor dan negara kepada

masyarakat. Intervensi pembangunan tersaji dengan membandingkan adanya diskursus

kemiskinan yang telah muncul terlebih dahulu daripada pembangunan, dan diskursus

kemiskinan baru sebagai konsekuensi dari pembangunan.

Terdapat persilangan atau perang antar diskursus-diskursus kemiskinan. Analisis

perang diskursus membuka tabir persilangan antar diskursus, saling mempergunakan konsep

untuk ditafsirkan ulang, hingga mematikan diskursus lawan. Hasil pertarungan diskursus

kemiskinan sementara ini sudah jelas. Donor negara maju dan pemerintah unggul dengan

membentuk teori CDD, melembagakan PNPM, KPK (Komite Penanggulangan Kemiskinan),

hingga mengganti pendamping orang miskin dari LSM menjadi konsultan swasta.

Kemenangan diskursus produksi yang berorientasi keuntungan (profit) dapat memunculkan

kecurigaan. Benarkah proyek kemiskinan dapat mengurangi kemiskinan, sebagaimana

digembar-gemborkan donor sebagai kegiatan poverty reduction? Tidakkah kesuksesan

proyek semacam ini –jika memang berhasil—justru dijadikan justifikasi untuk berutang lebih

banyak lagi, dan berarti makin merongrong kedaulatan negara miskin?

Diperlukan kebijakan yang spesifik untuk menanggulangi kemiskinan, sesuai dengan

diskursus kemiskinan yang dialami. Diperlukan enam seri kebijakan penanggulangan

kemiskinan. Penyebab rendahnya efektivitas kebijakan penanggulangan kemiskinan perlu

digali dari jenis kemiskinan yang berkembang pada masyarakat tertentu

Rendahnya efektivitas kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat disebabkan oleh

keterbatasan diskursus kemiskinan yang hendak diatasi. Suatu alternatif kebijakan dapat

dimulai dengan mengolah diskursus berbagi kelebihan. Sambil mengambil pelajaran

Page 251: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

230

diskursus potensi orang miskin, perlu disusun pandangan baru bahwa orang miskin bukanlah

warga tidak berpunya (the have not), melainkan warga berpotensi yang belum memperoleh

kesempatan membuktikan kemampuannya. Aktualisasi potensi orang miskin dapat dilakukan

dengan bantuan warga sedusun atau sekompleks, yang bersolidaritas untuk membantu

tetangganya sendiri. Dan hal ini telah memiliki sejarah panjang dari warganegara sendiri.

Daftar Pustaka

Agusta, I. 2005. Data Kemiskinan dan Survei. In: Kompas 29 November 2005. Agusta, I. 2007. Kritik Atas Komunikasi Pembangunan dan Program Pengembangan

Kecamatan. In: Sodality, Th. 1. No. 2 Anderson, BRO,G. 2000. Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia.

Terjemahan Language and Power: Exploring Political Culture in Indonesia oleh R.B. Santosa. Yogyakarta: Mata Bangsa

Breman, J. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad Ke-20. Jakarta: Grafiti.

Cardoso, F.H. 1972. Dependency and Development in Latin America, In:J.T. Roberts, A. Hite, eds. 2000. From Modernization to Globalization: Perspectives on Development and Social Change. Malden, Mass: Blackwell.

Cooke, B., U. Kothari. 2001. The Case for Participation as Tyranny, In: B. Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Departemen Penerangan RI. 1961. Penjelenggaraan Pembangunan Semesta, Dalam Rangka Mendjalankan Undang-Undang Dasar Pasal 33. Uraian didepan Kongres National SOBSI III pada tanggal 25 Agustus 1960 di Surakarta oleh Menteri/Ketua Depernas Prof. Mr Muhammad Yamin. Jakarta: Departemen Penerangan RI.

Foucault, M. 2002a. Menggugat Sejarah Ide. Terjemahan The Archaeology of Knowledge oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2002b. Kegilaan dan Peradaban. Terjemahan Madness and Civilization: A History of Insanity in Age of Reason oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Foucault, M. 2002c. Pengetahuan dan Metode: Karya-karya Penting Foucault. Terjemahan dari P Rabinow, ed. Aesthetics, Method and Epistemology: Essential Works of Foucault 1954-1984. Yogyakarta: Jalasutra

Foucault, M. 2002d. Power/Knowledge: Wacana Kuasa/Pengetahuan. Terjemahan. Yogyakarta: Bentang.

Foucault, M. 2003. Kritik Wacana Bahasa. Terjemahan The Discourse of Language oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2008. Ingin Tahu: Sejarah Seksualitas. Terjemahan La Volonte de Savoir: Histoirie de la Sexualite. Jakarta: YOI.

Friedmann, J. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge: Blackwell.

Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian. Jakarta: Bhratara. Gouda, F. 2007. Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942.

Terjemahan Dutch Culture Overseas: Colonial Practice in the Netherland Indies 1900-1942. Jakarta: Serambi.

Page 252: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

231

Gronemeyer, M. 1992. Helping, In:W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books.

Ha-Joon, C., I. Grabel. 2008. Membongkar Mitos Neolib: Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan. Terjemahan Reclaiming Development: An Alternative Economic Policy Manual oleh M.G. Zainal.Yogyakarta: Insist.

Hatta, M. 2000. Mohammad Hatta Bicara Marxis dan Sosialisme Indonesia. Jakarta: Melibas.

Ife, J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives – Vision, Analysis and Practice. Australia: Longman.

Karsodihardjo, D.S. 1998. Loro-Lopo Topo-Broto, In: Basis Th. 47 No. 5-6. Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2004. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

Jakarta: Komite Penanggulangan Kemiskinan. Kuhn, TS. 2002. The Structure of Scientific Revolution: Peran Paradigma dalam Revolusi

Sains. Terjemahan The Structure of Scientific Revolution oleh Tjun Surjaman. Bandung: Remaja Rosdakarya

Levinsohn, J. 2003. The World Bank’s Poverty Reduction Strategy Paper Approach: Good Marketing or Good Policy? G-24 Discussion Paper Series No. 21, April 2003. New York: United Nations.

Mukherjee, N. 2006. Voices of the Poor: Making Services Work for the Poor in Indonesia. Washington DC: World Bank.

Nietszche, F. 1887. On the Genealogy of Morals: A Polemical Tract. Leipzig Nietzsche, F. 2002. Beyond Good and Evil: Prelude Menuju Filsafat Masa Depan.

Terjemahan oleh B.H. Winarno. Yogyakarta: Ikon. Operations Evaluation Department. 2003. Community-Driven Development: A Study

Methodology. Washington DC: World Bank. Rahnema, M. 1992. Poverty, In: W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to

Knowledge as Power. London: Zed Books. Sajogyo. 2006. Ekososiologi: Deideologisasi Teori, Restrukturisasi Aksi (Petani dan

Perdesaan sebagai Kasus Uji). Yogyakarta: Cindelaras. Soeharto. 2008. Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi seperti Dipaparkan kepada

G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Jakarta: Citra Kharisma Bunda. Soekarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi, Djilid I. Djakarta: Panitya Penerbit Dibawah

Bendera Revolusi Stewart, A. 2001. Theories of Power and Domination: The Politics of Empowerment in Late

Modernity.London: SAGE. Sunardi, St. 2006. Nietzsche. Yogyakarta: LKIS. Tambunan, T. 2005. Economic Growth, Approriate Policies and Poverty Reduction in a

Developing Country: Some Experience from Indonesia. In: South Asia Economic Journal Vol. 6 No. 1.

Thomas, A. 2002a. Meanings and Views of Development. In: T. Allen, A. Thomas, eds. Poverty and Development: Into the 21st Century. Oxford: Oxford Univ. Pr.

Thomas, A. 2002b. Poverty and the “End of Development”. In: T. Allen, A. Thomas, eds. Poverty and Development: Into the 21st Century. Oxford: Oxford Univ. Pr.

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. 2006. Pedoman Umum Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

Timmer, CP. 2002. An Essay on Economic Growth and Poverty Reduction in Honor of Professor M. Sadli. In: M. Ikhsan, C. Manning, H. Soesastro, eds. 80 Tahun Mohamad Sadli: Ekonomi Indonesia di Era Politik Baru. Jakarta: Kompas.

Page 253: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

232

Wahono, Warno H.S., Y. Farhan. 2002. Sedulur Sikep: Tak Silau oleh Materi, Tak Aus oleh Gesekan, In: B.B. Siregar, Wahono, eds. Kembali ke Akar: Kembali ke Konsep Otonomi Komunitas Adat. Jakarta: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat.

White, B. 2005. Between Apologia and Critical Discourse: Agrarian Transitions and Scholarly Engagement in Indonesia, In: V.R. Hadiz, D. Dhakidae, eds. Social Science and Power in Indonesia. Singapore: Equinox dan ISEAS.

World Bank. 1990. World Development Report 1990: Poverty. Oxford: Oxford University Press.

World Bank. 2000. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. Washington DC: World Bank.

Page 254: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

Lampiran 1. Makalah Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia

Enam Diskursus Kemiskinan di Indonesia1

Oleh Ivanovich Agusta2

Abstrak

Ditemukan enam diskursus kemiskinan yang berbeda-beda di Indonesia, mencakup diskursus kemiskinan komunal, kemiskinan yang diinginkan, kemiskinan rasial, kemiskinan sosialis, kemiskinan produksi, dan potensi orang miskin. Sebagai konsekuensi pertandingan kekuasaan, dalam proses pelembagaan terjadi perang dan persilangan antar diskursus kemiskinan. Perang saat ini dimenangkan oleh diskursus kemiskinan produksi, yang secara konseptual tidak memberikan peluang bagi orang miskin untuk menjadi kaya. Kata kunci: metodologi, analisis diskursus

Abstract I found six discourses on poverty in Indonesia such as

communality poverty, wishes poverty, racial poverty, socialist poverty, production poverty, and potencialities of the poor. As a consequent of competing power, during institutionalization process the discourses are competed and crossed each other. Unfortunately, the production poverty discourse has championed the war, which conceptually blocks the poors to move out of poverty. Keywords: methodology, discourse analysis

Pendahuluan: Indikasi Diskursus Kemiskinan Majemuk

Dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pembentukan Pemerintah Negara

Indonesia dilakukan untuk memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan dengan hal tersebut,

pembangunan telah dijadikan pilihan untuk mengisi kemerdekaan bangsa. Secara khusus

Negara harus memelihara fakir miskin, mengembangkan sistem jaminan sosial, dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu.3 Akan tetapi persoalan

sejauhmana pembangunan mampu menghilangkan kemiskinan masih saja dijawab secara

negatif hingga beberapa tahun ke depan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 1 Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten, tanggal 4-6 Agustus 2010, di Hotel Puri Avia Resort, Cipayung, Bogor. 2 Sosiolog pedesaan dan dosen Sosiologi Kemiskinan dan Pemberdayaan Sosial IPB Bogor. Email [email protected] 3 UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dan 2. Lihat Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat (2004: 1, 26)

Page 255: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

212

Nasional II (2010-2014), pembangunan diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan

hingga 8-10 persen pada akhir tahun 2014 (Bappenas, 2010: I-46) ,4 artinya tidak sampai 0-

2,5 persen sebagai indikasi hilangnya kemiskinan.

Lebih dari itu, program penanggulangan kemiskinan tampaknya kurang efektif dalam

menurunkan jumlah penduduk miskin. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),5 dalam setahun

terakhir penduduk miskin hanya berkurang 0,82 persen (1,51 juta jiwa), menjadi total 13,33

persen (32,53 juta jiwa). Jika nilai pengurangan tersebut konstan, maka target RPJMN-II

2010-2014 di atas sulit tercapai.

Penguasaan pengetahuan kemiskinan semakin kuat, sebagaimana ditandai oleh

peningkatan kompleksitas persoalan kemiskinan. Dibandingkan saat pertama kali garis

kemiskinan Sajogyo dikeluarkan pada tahun 1976 untuk mengukur individu miskin, sejak

publikasi Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan pada tahun 2004 golongan miskin

tidak sekedar mencakup individu miskin namun meliputi pula keluarga miskin, kelompok

miskin, pengusaha mikro dan kecil. Untuk mendapatkan pengetahuan yang luas, studi-studi

kemiskinan dilaksanakan secara multidisipliner dan dengan jenis keilmuan yang semakin

banyak, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, kependudukan, politik. Sejalan dengan

perkembangan akademis, agar mampu mengatasi berbagai aspek kemiskinan, kebijakan

sektoral berkembang menjadi pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan, dan

dilaksanakan secara lintas sektoral atau kementerian. Hal ini ditunjukkan oleh

penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, serta

pembentukan

Meskipun kajian dan kebijakan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara

kompleks, namun kemiskinan sendiri dimaknai secara tunggal. Kajian diarahkan kepada

individu, kelompok dan organisasi yang tidak mampu berproduksi, sehingga menghasilkan

kebijakan penanggulangan kemiskinan agar orang miskin mampu bekerja dan berusaha

dalam ekonomi uang. Kemampuan tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan penghasilan

finansial. Pola penanggulangan kemiskinan tersebut paling tepat dilaksanakan pada

masyarakat yang menggunakan ekonomi uang sepenuhnya.

Namun demikian, muncul anomali dari pengetahuan ketunggalan diskursus

kemiskinan tersebut, sebagaimana ditandai, antara lain, oleh ketidaksamaan identitas orang

miskin menurut pemerintah dan rakyat. Masyarakat adat menolak identitas miskin berikut

program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Sebaliknya terdapat kasus penolakan 4 Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Buku I, Halaman I-46. 5 Berita Resmi Statistik No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010, halaman 1.

Page 256: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

213

petugas program bantuan tunai terhadap warga desa yang memasukkan dirinya ke dalam

golongan miskin.

Tulisan ini menunjukkan diskursus kemiskinan yang berbeda-beda, dan saling

berperang satu sama lain. Ada diskursus yang kini menang dan mendominasi tafsir

kemiskinan, mengalahkan diskursus lain yang sempat jaya di masa lalu. Terlihat bahwa tafsir

tidaklah netral atau sekedar sesuai dengan kepentingan pelakunya, namun tafsir terkuat akan

selalu muncul sebagai tanda bekerjanya kekuatan tertinggi yang melingkupinya. Makna dari

sesuatu diketahui melalui kekuatan yang dimilikinya atau diekspresikan olehnya (Nietzsche,

1887). Kekuatan mendominasi realitas. Sesuatu itu sendiri tidak netral dan cenderung dekat

dengan kekuatan yang saat itu menguasainya. Perdebatan tentang esensi atau hakekat

kemiskinan kini dapat dipandang sebagai satu di antara semua makna kemiskinan yang paling

dekat dengan kekuasaan yang dimiliki oleh penyusun diskursusnya.

Analisis kemiskinan pada tataran diskursus menjadi penting, karena, pertama,

membuka peluang penemuan ragam pemikiran kemiskinan di Indonesia. Kedua, analisis

perang diskursus mampu membuka “belitan” saling hubung diskursus kemiskinan yang

berbeda, yang selama ini menyulitkan analisis kemiskinan. Pencarian teknik-teknik berperang

membuka dominasi suatu diskursus kemiskinan terhadap diskursus lain. Ketiga, pengetahuan

baru ini memungkinkan rekomendasi penanggulangan kemiskinan yang lebih kontekstual.

Teori dan Perang Diskursus

Kenyataannya kemiskinan selalu muncul sebagai hasil bentukan atau kerangka

pemikiran masyarakat tertentu. Kemiskinan sebagai bentukan sosial atau kerangka pemikiran

tertentu memiliki sifat diskursif. Kerangka kemiskinan tersebut senantiasa dibangun melalui

dialog antar pihak-pihak yang bersetuju atau menolaknya. Proses komunikasi atau dialog

tersebut senantiasa menyebarkan kekuatan (power), baik digunakan untuk menguasai maupun

untuk menguatkan solidaritas sosial (Gambar 1). Tulisan ini menemukan enam diskursus

kemiskinan yang berkembang di Indonesia masa kini.

Hubungan antar diskursus juga menggunakan kekuatan, baik kekuatan untuk

menguasai maupun untuk menguatkan solidaritas. Perang diskursus berupa pertarungan untuk

merebut atau menguatkan rezim kebenaran tertentu (Foucault, 2002d, 2008), dalam hal ini

tentang penanggulangan kemiskinan. Seandainya terdapat dua diskursus kemiskinan yang

sedang berperang, diskursus pemenang (A) akan mengalami penguatan diskursus tersebut.

Diskursus kemiskinan yang kalah akan menghilang pada masa berikutnya.

Page 257: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

214

Gambar 1. Diskursus Pascastruktural dan Kekuasaan

Akan tetapi perang antar diskursus kemiskinan juga dapat mengarah kepada krisis

atas diskursus-diskursus kemiskinan yang lama, sehingga mendorong pembentukan diskursus

kemiskinan yang baru. Proses penciptaan diskursus kemiskinan baru muncul dalam proses

formasi diskursif (Foucault, 2002a, 2002c). Mula-mula perhatian diarahkan kepada

kejanggalan yang muncul dalam pernyataan, tingkah laku dan susunan benda-benda di

masyarakat. Ketika kritik dalam wujud kejanggalan tersebut mengarah kepada kontradiksi

yang mendasar, maka diskursus kemiskinan lama tersebut mengalami transformasi. Hasilnya

berupa diskursus kemiskinan baru yang berbeda dari diskursus sebelumnya. Hasil lain dari

formasi diskursif ialah pemenuhan hasrat untuk mengetahui lebih dalam perihal kemiskinan.

Melalui kekuasaan yang muncul dalam relasi sosial, hasrat untuk mengetahui kemiskinan

tersebut membesar menjadi suatu rezim kebenaran tentang kemiskinan dalam tempat dan

waktu tertentu.

Enam Diskursus Kemiskinan

Diskursus Berbagi Kelebihan

Salah satu sumber sosialisme Indonesia ialah kegiatan gotong royong dan tolong di

pedesaan (Hatta, 2000; Soeharto, 2008; Soekarno, 1965). Komunalisme di pedesaan dijaga

melalui pembagian kelebihan kekayaan –berbagi kekayaan lebih tepat daripada konsep

berbagi kemiskinan sebagaimana dikemukakan oleh Geertz (1983). Dalam suatu kelompok

atau komunitas, orang yang berkelebihan membaginya kepada sesamanya yang kekurangan.

Diskursus ini muncul berusia paling lama, dan muncul dalam banyak komunitas di Indonesia

(Tabel 1).

Page 258: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

215

Tabel 1. Diskursus Berbagi Kelebihan

Obyek Benda pribadi yang berubah menjadi milik umum Subyek Orang renta, anak-anak, orang miskin sedesa Konsep Gotong royong, kecukupan Strategi Komunalisme dijaga melalui pembagian kelebihan kekayaan Wilayah Desa dengan tradisi kuat (5.000 desa) Komunikasi Lisan, sedesa Kelembagaan Bekerja bersama, menyisakan hasil kerja di tempat yang dipandang umum Alternatif kebijakan Penguatan komunalitas desa dengan pekerjaan gotong royong

Berlainan dari orientasi produksi dan efisiensi, dalam diskursus kemiskinan komunal

barang dan jasa yang dibagi relatif berkualitas sama, bukan barang rusak, recehan, atau yang

bernilai lebih rendah. Di desa-desa di Sulawesi Tengah, misalnya, kelapa yang jatuh sendiri

ke tanah boleh dimiliki oleh siapa saja yang hendak mengambilnya. Orang miskin dapat

mengambil kelapa-kelapa yang telah ada di atas tanah. Kelapa tersebut berkualitas bagus,

dapat dijual di pasar, sehingga orang-orang miskin tetap mendapatkan uang dan makanan

melalui pengumpulan kepala jatuh.Dapat diperkirakan komunitas yang menganut diskursus

berbagi kelebihan mencapai sekitar 5.000 desa (Tabel 2), yaitu yang terbiasa melakukan

pekerjaan di luar ekonomi uang (moneter).

Tabel 2. Monetisasi Desa-desa di Indonesia, 2006

Pulau Besar Subsisten (Diskonsumsi Sendiri)

Komersial (Dijual)

Campuran (Dikonsumsi dan Dijual)

Jawa Bali Jumlah 1098 2018 17520 20636 % 5 10 85 100

Kalimantan Jumlah 818 1330 2965 5113 % 16 26 58 100

Maluku Jumlah 76 281 1070 1427 % 5 20 75 100

Nusa Tenggara

Jumlah 592 333 2327 3252 % 18 10 72 100

Papua Jumlah 703 327 1646 2676 % 26 12 62 100

Sulawesi Jumlah 288 1977 4591 6856 % 4 29 67 100

Sumatera Jumlah 1377 5960 10993 18330 % 8 33 60 100

Jumlah Indonesia 4952 12226 41112 58290 % 8 21 71 100

Salah satu komunitas di Jawa Tengah yang mempertahankan mekanisme berbagi

kelebihan ini ialah Orang Samin. Hubungan di antara kelompok mereka diidentikkan sebagai

Page 259: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

216

sedulur sikep. Sedulur sikep hidup secara tersebar di pantai Utara Jawa Tengah, seperti

Kudus, Pati, Blora, Rembang, Bojonegoro bahkan sampai ke Ngawi. Mereka hidup

berdampingan dengan warga masyarakat lain (non-Sikep). Mata pencaharian mereka

umumnya bertani.

Pengertian ekonomi bagi masyarakat Sikep adalah kecukupan sandang dan pangan

(Wahono, Warno dan Farhan, 2002). Mereka tidak membutuhkan sekolah, berpakaian dan

makan secara sederhana. Pemilikan akan sesuatu dipandang harus dijaga, dan milik orang

lain harus dihormati.

Diskursus Kemiskinan yang Diharapkan

Salah satu strategi untuk mengakumulasi kekuasaan (kasekten/kesaktian) ialah dengan

bertingkah laku sebagaimana orang miskin (Anderson, 2000). Kemiskinan menandai

ketiadaan (moksa, nir), sehingga manusia bisa berkonsentrasi lebih kuat. Konsentrasi tersebut

mencakup pemusatan atau akumulasi kekuasaan. Tidak mengherankan diskursus ini muncul

justru pada penguasa atau lapisan atas (Tabel 3).

Tabel 3. Diskursus Kemiskinan yang Diharapkan

Obyek Sebagian besar benda pribadi yang dibagikan Subyek Pelaku tapa (agamawan, ilmuwan), raja. Ada 1.254 pesantren dan seminari Konsep Prihatin, menahan diri, zuhud, asketis, sederhana Strategi Kemiskinan meningkatkan sensitivitas Wilayah Lembaga pendidikan, penelitian dan keagamaan Komunikasi Kelompok kecil sesama guru, peneliti, agamawan Kelembagaan Lembaga pendidikan keagamaan Kebijakan Penyediaan akses dan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup atau hidup sederhana

Pada bangsa Jawa muncul konsep loro lopo (Karsodihardjo, 1998), yang secara

harfiah berarti sakit serta miskin. Sudah sakit, ditambah lagi miskin, sehingga tidak ada ruang

untuk menghibur diri. Loro lopo menunjukkan jalan penderitaan sebagai kondisi agar

kekuasaan muncul ke permukaan.

Untuk melakukan loro lopo orang perlu berpegang pada nilai wader wungkuk. Ikan

yang bungkuk ini merupakan metafora urang (udang). Metafora tersebut menunjukkan

mekanisme loro lopo berupa ngurang-ngurangi, atau menurunkan konsumsi. Makanan

dikurangi agar manusia bisa hidup di masa depan. Pemborosan dikurangi agar tabungan tidak

Page 260: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

217

cepat habis. Hasrat dikurangi (ditekan) agar orang tidak mudah kalap. Tidur dikurangi untuk

memperbanyak berhubungan dengan Tuhan, berdoa memohon pertolongan dalam kehidupan.

Metode lain yang serupa, yang biasa dilakukan bangsawan ialah lelono-broto, yaitu

berkelana dalam suasana kesedihan. Perjalanan diarahkan untuk mendapatkan tempat yang

bisa menenteramkan batin. Di tempat yang sesuai, penguasa melakukan topo broto, atau

bertapa dalam kesedihan. Di atas tempat yang sesuai inilah wahyu kekuasaan dipandang bisa

diturunkan oleh Tuhan. Inilah kekuasaan yang diperoleh melalui serangkaian loro lopo,

lelono broto dan topo broto.

Diskursus Kemiskinan Rasial-Etnis

Mungkin istilah kemiskinan dalam arti modern (poverty, bukan misalnya tidak

kecukupan) muncul pertama kali di Indonesia pada awal abad ke 20. Di kota-kota di Eropa

pada abad ke 19 kemiskinan sudah tergolong sebagai konsep sosial yang dahsyat (Gouda,

2007). Kemiskinan mengundang ketakutan akan timbulnya revolusi sosial, mengingat jumlah

proletar dan buruh upahan meningkat di perkotaan.

Ketika konsep kemiskinan tersebut masuk ke dalam Hindia Belanda, penerapannya

hanya secara eksklusif diletakkan pada golongan Eurasia, bukan pada pribumi. Jumlah

penduduk Eurasia terpelajar tergolong besar, sekitar 95.000 pada tahun 1905 dan meningkat

menjadi sekitar 190.000 pada tahun 1930.

Kelompok indo (campuran Barat dan pribumi), terutama perempuan Indo, banyak

digolongkan ke dalam kelompok miskin. Secara resmi mereka dipandang malas, karena

memandang ras mereka lebih tinggi daripada pribumi, sehingga tidak bersedia bekerja. Selain

itu, golongan indo dipandang sebagai hasil perbuatan dosa. Yang dimaksud ialah golongan

indo merupakan hasil hubungan seksual antara ras Eropa dan pribumi. Lokasi di khatulistiwa

yang panas dipandang sebagai alasan perbuatan zina. Hasil dari tindakan salah ini berupa

keturunan yang melarat (Tabel 4).

Sebenarnya tidak hanya demikian. Posisi rasial Indo yang tidak jelas (bukan Eropa

atau pribumi murni), sementara posisi-posisi pekerjaan formal terbagi menurut ras,

menjadikan mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang memadai. Kreol menjadikan mereka

tidak mendapatkan akses ekonomi yang memadai. Ketika mereka jatuh miskin, pemerintah

Hindia Belanda untuk pertama kalinya memandangnya sebagai masalah kemiskinan.

Bukan berarti tidak ada kemiskinan di kalangan pribumi, namun kepada mereka

hanya diidentifikasi sebagai kurang sejahtera. Pribumi dipandang bukan manusia utuh, atau

Page 261: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

218

dipandang sebagai manusia kera (Gouda, 2007), sehingga persoalan utamanya bukanlah

kemiskinan, melainkan upaya penjinakan agar mereka tidak liar (minimal tidak sopan)

(Breman, 1997).

Tabel 4. Diskursus Kemiskinan Rasial-Etnis

Obyek Sikap dan tingkah laku Subyek Etnis terjajah, etnis terpencil, golongan indo. Ada 2.031 lokasi, 225.477 KK, 919.570 jiwa Konsep Budaya, sikap/psikologis, pelanggaran norma Strategi Sikap dan tingkah laku tercela atau pendosa mengakibatkan kemiskinan

Kemiskinan menyebabkan terorisme Wilayah Suku pedalaman, Maluku, Papua Komunikasi Tradisi, kelompok lokal Kelembagaan Pemukiman kembali, pemukiman kelompok kecil Kebijakan Perbaikan norma, target yang rendah, menjadikan lebih beradab

Diskursus Kemiskinan Sosialis

Sampai akhir penjajahan, orang miskin di Indonesia tidak hanya proletar, yang hanya

memiliki tenaga untuk bekerja kepada orang lain. Di sini sebagian orang miskin masih

memiliki alat produksi, namun dalam jumlah minimal. Sebagian besar mereka hidup dalam

bidang pertanian. Kepada orang miskin semacam itu muncul konsep marhaen (Soekarno,

1965), yaitu buruh tani, buruh industri, dan petani kecil.

Tabel 5. Diskursus Kemiskinan Sosialis

Obyek Kekayaan kelas kaya Subyek Proletar, marhaen (buruh industri, buruh tani, petani kecil). Ada 13,5 juta KK buruh tani Konsep Kontradiksi , eksploitasi Strategi Kemiskinan disebabkan hubungan penduduk lokal dengan kapitalis lokal dan global Wilayah Pedesaan, perumahan kumuh di perkotaan Komunikasi Advokasi, demonstrasi, tindakan perebutan kekayaan Kelembagaan Organisasi khusus orang miskin, organisasi buruh-buruh Kebijakan Mengurangi eksploitasi oleh industri, memenuhi kebutuhan hidup minimal

Kemiskinan merupakan akibat logis hubungan marhaen dengan kapitalis (Tabel 5).

Pada tahun 1950-an Barisan Tani Indonesia (BTI) yang berorientasi sosialis pernah

menyatakan (White, 2005), bahwa kemiskinan di desa merupakan hasil relasi penghisapan

orang miskin oleh tujuh setan desa. Meskipun diskursus pembangunan sosialis tidak

sepenuhnya menindaklanjuti hasil kegiatan suatu community development (CD), namun

setidaknya pemerintah tidak mengambil tindakan atas pendudukan petani miskin terhadap

Page 262: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

219

lahan perkebunan dan lahan milik petani kaya. Dalam perencanaan pembangunan sosial

sendiri muncul kebutuhan reforma agraria di mana lahan yang tersedia hendak dibagi secara

lebih merata kepada golongan marhaen (Departemen Penerangan RI, 1961).

Diskursus Kemiskinan Produksi

Diskursus kemiskinan produksi merupakan produk dari diskursus pembangunan

modernis. Diskursus inilah yang senantiasa diacu dalam pernyataan-pernyataan pemerintah,

donor dan swasta sejak tahun 1969.

Dirunut lebih jauh, diskursus ini muncul bersamaan dengan laju Revolusi Industri.

Proletariat yang muncul mula-mula dipandang sebagai masalah kemiskinan, dan hendak

diatasi dengan tindakan-tindakan karitatif (Gronemeyer, 1992). Dari masa ini pertama kali

muncul pemahamanan untuk memberikan recehan kepada pengemis dan orang miskin.

Bantuan karitatif kemudian diorganisasikan, dan setelah Perang Dunia II terutama dalam

bentuk lembaga-lembaga Bretton Woods (Bank Dunia dan IMF). Pola bantuan dan program

penanggulangan kemiskinan tetap serupa dengan masa Revolusi Industri, yaitu jangan sampai

lapisan terbawah ini jatuh sakit dan meninggal (karena menjadi persoalan tersendiri), namun

dibantu sampai pada batas bisa berproduksi, atau tepatnya menunjang sistem produksi

industrial (kini batasan itu dijabarkan dalam bentuk garis kemiskinan atau upah minimum

buruh) (Tabel 6).

Tabel 6. Diskursus Kemiskinan Produksi

Obyek Pemberian/karitas orang kaya kepada orang miskin Subyek Buruh industri, buruh tani, pengusaha mikro/kecil. Ada 13,5 juta KK buruh tani Konsep Produksi Strategi Ketidakmampuan berproduksi dan sakit menghasilkan kemiskinan.

Kemiskinan sebagai persoalan publik, bukan persoalan privat/pribadi à perlu campur tangan pemerintah dan pengorganisasian hingga tingkat internasional.

Wilayah Perumahan kumuh di perkotaan, perumahan buruh di perkebunan, pertambangan, peternakan, pertanian

Komunikasi Persaingan, karitas Kelembagaan Lembaga karitatif, Lembaga rehabilitasi (pendidikan, kesehatan) Kebijakan Pendapatan/pengeluaran di atas garis kemiskinan/KFM, karitas (BLT, zakat), penguasaan

hirarki kebutuhan, pelatihan untuk kerja dan usaha, kontrak atau hubungan kerja tertulis, Pengelompokan rumah tinggal kelompok miskin, Jaminan sosial kelompok miskin

Golongan miskin mencakup penduduk berpendapatan rendah. Pada beberapa program

pembangunan, selain pendapatan rendah sebagai indikator utama, juga dikaitkan dengan

Page 263: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

220

pemilikan sarana pendidikan dan kesehatan yang rendah. Golongan lainnya terletak pada

kelompok umur produktif, kelompok umur anak-anak yang tidak bekerja, kelompok umur

tua, kemiskinan pada level rumah tangga, serta pengusaha kecil dan mikro.

Pembentukan kelompok miskin baru ini mengandung kritik, karena pengurangan

kemiskinan menjadi sekedar penyaluran dana/kredit orang (rumah tangga) yang perlu modal

(tambahan) untuk usahanya. Walaupun pada pilihan lokasi program bisa tercantum

pembedaan antara pedesaan dan perkotaan, namun tak dijelaskan dalam hal-hal apa saja akan

sama dan hal-hal apa akan berbeda. Kemiskinan di desa dapat pula terkait dengan kemiskinan

di kota, begitu pula dalam hal upaya mencapai perbaikan tingkat mutu hidup penduduk.

Gambar 2. Korespondensi CDD dan Teori Pasar

Teori kemiskinan terbaru Bank Dunia yang digunakan di Indonesia, yaitu

CDD/Community-Driven Development menjelaskan "pangsa pasar" program penanggulangan

kemiskinan tersebut: khusus untuk keluarga miskin dan keuangan mikro (Operations

Evaluation Department, 2003). Setelah lepas dari level itu maka orang miskin keluar dari

program-program CDD. Menggunakan idiom dari ilmu ekonomi, pola penyaluran proyek

diarahkan pada kesetimbangan antara aspek penawaran proyek dan permintaan masyarakat

(Gambar 2). Untuk memperoleh titik yang optimal, maka dilangsungkan persaingan antar

warga dalam memperebutkan proyek. Berkaitan dengan itu, menurut teori motivasi dari

Atkinson, motivasi tertinggi dalam melakukan tindakan diperoleh ketika peluang

Page 264: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

221

keberhasilan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan senilai 50 persen. Artinya

hanya jika menulis proposal maka muncul peluang untuk mendapatkan proyek, jika proposal

tidak dikerjakan maka pasti tidak mendapatkan proyek (peluang 0 persen), dan sebaliknya

penulisan proposal tidak sekaligus memastikan (peluang 100 persen) akan memperoleh

proyek.

Gambar 3. Hipotesis Statistika Penanggulangan Kemiskinan

Garis kemiskinan dan sejenisnya digunakan sebagai passing grade seseorang atau

kelompok digolongan miskin atau lepas dari kemiskinan (moving out of poverty).

Menggunakan kaidah statistika untuk jumlah sampel atau populasi yang sangat besar (di atas

200 juta penduduk Indonesia), maka secara umum bentuknya seperti kurva normal (Gambar

3). Secara hipotetis terdapat beberapa garis batas tertentu untuk menggolongkan hierarki

masyarakat, yaitu golongan rata-rata yang dihitung menurut nilai tengah hingga 1 SD

(standard deviation) (biasanya 34% penduduk di sebelah kiri atau kanan nilai tengah),

golongan kaya atau miskin yang dihitung antara nilai 1 SD dan 2 SD (biasanya 13,5% lebih

jauh ke kanan atau ke kiri), dan paling kaya atau paling miskin yang dihitung di atas 2 SD

(biasanya 2,5% paling kanan atau paling kiri).

Berdasarkan kaidah statistika tersebut, kebijakan penanggulangan kemiskinan

semestinya mencantumkan target penduduk miskin tidak lebih dari 2,5%. Berdasarkan

gambar di atas, terlihat bahwa target-target yang dicatat selama ini tergolong konservatif.

Pada saat ini muncul pandangan mengenai agregat orang miskin (Rahnema, 1992).

Kemiskinan bukan lagi masalah individual, melainkan menjadi permasalahan kelompok

kecil, warga desa, kabupaten, porvinsi, nasional, bahkan global. Melalui perubahan

Page 265: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

222

pandangan ini, kemiskinan menjadi sah untuk dikelola oleh negara, bahkan melalui

organisasi internasional.

Dianggap bersifat universal, pengukuran kemiskinan berlangsung dalam metode

kuantitatif (garis kemiskinan) maupun melalui manipulasi teknik-teknik kualitatif agar bisa

dikuantifikasi –misalnya menyelenggarakan diskusi kelompok terarah (focus group

discussion/FGD) di mana hasilnya bisa dibandingkan lintas negara dan bisa diakumulasikan

sebagaimana dilakukan oleh Mukherjee (2006). Melalui universalisme narasi kemiskinan

berkembang dari tingkat lokal menjadi global. Universalitas pengukuran menghasilkan

perbandingan kemiskinan lintas negara, dan akhirnya menghasilkan ruang-ruang negara

miskin dan kaya (World Bank, 1990, 2000).

Globalitas kemiskinan juga membuka peluang kebijakan pengurangan kemiskinan

untuk dikelola secara organisatoris dari tingkat global sampai ke tingkat nasional, tidak lagi

atau tidak sekedar dilakukan secara individual maupun dalam kelompok kecil.

Pengorganisasian di tingkat global dimungkinkan melalui proyek dan utang luar negeri. Bank

Dunia secara sendirian atau ketika mengorganisir lembaga dan negara kreditur menetapkan

tema kemiskinan dalam perolehan utang luar negeri sejak dekade 1990-an (World Bank,

1990, 2000). Dokumen strategi penanggulangan kemiskinan (Poverty Reduction Strategy

Paper/PRSP atau diindonesiakan menjadi dokumen Strategi Nasional Penanggulangan

Kemiskinan/SNPK) serta lembaga pengurangan kemiskinan (di Indonesia berupa Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/TKPK di tingkat pusat dan daerah)6 sama-sama

terdapat di banyak negara penerima utangan tersebut (Komite Penanggulangan Kemiskinan,

2004; Levinsohn, 2003; Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, 2006). Dengan kata

lain, pandangan akan sifat universalitas mutlak dari metode kemiskinan membuka peluang

penerapan pembangunan di seluruh negara-negara Selatan, meskipun metode-metode tersebut

dikembangkan di negara-negara Utara.

Selain itu, swasta kini masuk sebagai salah satu penyalur dana bagi orang miskin,

yaitu sebagai konsultan pendamping program. Ciri pencarian untung yang mengikat secara

inheren pada konsultan swasta turut terbawa dalam pendampingan masyarakat (Agusta,

2007). Merekalah yang memiliki peran dan kekuasaan lebih tinggi daripada pihak lain. Dari

sisi gaji yang berlipat ganda dibandingkan pegawai negeri (antara empat kali lipat pada

pendamping tingkat kecamatan, hingga lebih dari lima puluh kali lipat bagi “konsultan

pendamping” nasional yang sengaja direkrut dari negara donor), tugas-tugas yang lebih besar

6 Peraturan Presiden No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Page 266: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

223

dan purna waktu dalam program, posisi pendamping ini jauh lebih tinggi daripada lainnya.

Dalam posisi yang paling penting, yaitu menandatangani persetujuan pencairan proyek dan

dana kegiatan, kekuasaan konsultan pendamping bahkan hampir mutlak.

Diskursus Potensi Orang Miskin

Pernyataan-pernyataan diskursus potensi orang miskin baru muncul sejak dekade

1970-an. Kelembagaannya mudah dikenali, karena mengutamakan kelompok dan tindakan-

tindakan peningkatan potensi (peningkatan kapasitas). Pembangunan alternatif, people

centered development, basic needs approach, dan konsep serupa mempercayai bahwa orang

miskin tidak tepat didefinisikan sebagai “orang yang tidak memiliki” (the have not), tetapi

paling tepat sebagai “orang yang memiliki potensi” (Gambar 7).

Tabel 7. Diskursus Potensi Orang Miskin

Obyek Ilmu pengetahuan terapan, sumberdaya lokal Subyek Penduduk desa, kelompok buruh, pengusaha kecil/mikro Konsep Potensi, kelompok, akses Strategi Ketiadaan akses membuat orang menjadi miskin Wilayah Terpencil, tertinggal, pedesaan Komunikasi Komunikasi dua-langkah, komunikasi kelompok Kelembagaan Kelompok swadaya masyarakat, kelompok bertingkat Kebijakan Peningkatan akses, pendampingan, pelatihan

Pada pernyataan ekstrim, petani dan orang miskin merupakan pihak yang mengetahui

masalah dan peluang jalan keluarnya sendiri (Sajogyo, 2006). Pihak luar menjadi diperlukan

(penyuluh, pendamping), terutama untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi

kekuatan/kekuasaan nyata. Kalau CDD membatasi upaya pada tataran sampai bisa

berproduksi, diskursus potensi orang miskin berupaya mengembangkan potensi mereka

setinggi-tingginya, baik dari level individual, kelompok, hingga gabungan kelompok (pada

pemikiran peningkatan kapasitas petani, nelayan dan koperasinya), maupun baik lokal,

regional, nasional dan internasional (pada kredit mikro).

Diskursus potensi orang miskin bersesuaian dengan diskursus pembangunan alternatif

(Thomas, 2002a, 2002b). Diskursus ini merumuskan kondisi akhir pembangunan pada saat

seluruh anggota masyarakat maupun kelompok mampu merealisasikan potensi-potensi

mereka. Perubahan sosial akan dilakukan melalui praktek pemberdayaan (Friedmann, 1992).

Oleh karena itu pembangunan berperan sebagai proses pemberdayaan individu dan

Page 267: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

224

kelompok. Pembangunan akan dijalankan melalui individu-individu maupun gerakan

masyarakat.

Diskursus pemberdayaan alternatif bersesuaian dengan diskursus pembangunan yang

berpusat pada manusia (Ife, 1995). Di sinipun masyarakat dipandang sebagai kelompok-

kelompok yang tersusun secara hierarkis. Berbeda dari diskursus struktural yang

mengandaikan solidaritas dan pertentangan kelas, pemberdayaan alternatif mengandaikan

solidaritas antar lapisan, sehingga memungkinkan pola kerjasama seluruh pihak dalam

masyarakat (Stewart, 2001). Kekuasaan juga tidak dimaknai sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi atau mengarahkan pihak lain, melainkan sebagai kemampuan untuk

meningkatkan dan menjaga solidaritas sosial di antara lapisan masyarakat tersebut. Dengan

demikian pemberdayaan diarahkan kepada pengejawantahan potensi atau kemandirian

kelompok dan anggota masyarakat, disertai pengembangan jaringan antar kelompok tersebut.

Diskursus potensi orang miskin juga menghasilkan diskursus proses dalam

pembangunan partisipatif. Dalam diskursus proses, partisipasi yang lazim digunakan dalam

program penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk menyusun kelompok (Thomas,

2002a). Kelompok menjadi instrumen untuk meningkatkan ketrampilan, kapasitas dan

jaringan sosial. Diskursus proses hendak mewujudkan pembangunan yang pro-poor, berbasis

civil society dan pemberdayaan. Program yang tipikal dalam diskursus proses ialah Program

Inpres Desa Teringgal (IDT).

Perang di Antara Diskursus Kemiskinan

Sejarah Diskursus Kemiskinan dan Pembangunan

Pembahasan berbagai diskursus kemiskinan menjadi penting, karena kemiskinan telah

dijadikan tema sentral pembangunan global. Dengan membandingkan antara sejarah

munculnya diskursus-diskursus kemiskinan dan sejarah munculnya berbagai diskursus

pembangunan (Gambar 4), terlihat ketidaksejajaran di antara keduanya.

Hanya diskursus potensi orang miskin yang muncul bersamaan dengan diskursus

people-centered development. Keduanya memandang subyek pembangunan lebih mengetahui

kebutuhan dan jalan keluar dari masalah pembangunan yang menimpa dirinya. Diskursus

kemiskinan lainnya muncul lebih dahulu daripada diskursus pembangunan. Konsekuensinya

kebijakan pembangunan perlu memperhatikan lokasi diskursus kemiskinan dalam

menjalankan pola penanggulangan kemiskinan.

Page 268: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

225

Gambar 4. Sejarah Kemunculan Diskursus Kemiskinan dan Pembangunan

Suatu diskursus pembangunan tertentu memiliki kaitan yang lebih erat pada diskursus

kemiskinan secara khas (Tabel 8). Melalui pengetahuan tentang konsistensi antar konsep-

konsep penting pembangunan dan kemiskinan ini dapat diharapkan menguatnya efektivitas

kebijakan penanggulangan kemiskinan

Diskursus kemiskinan produksi, misalnya, menghasilkan diskursus efisiensi-biaya

dalam pembangunan partisipatif (Cooke dan Kothari, 2001). Diskursus efisiensi-biaya

menginginkan keikutsertaan orang miskin dalam pembangunan untuk meningkatkan rasa

kepemilikan. Namun keikutsertaan sekaligus sebagai upaya memobilisasi sumberdaya lokal.

Komponen program-program yang masuk dalam Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) adalah tipikal diskursus efisiensi-biaya. Program semacam ini berupaya

membatasi biaya input atau materi program, sambil menggali kontribusi dari orang miskin

sendiri. Pada titik ini negara dan donor lebih diuntungkan karena pengeluaran mereka untuk

pembangunan lebih murah. Akan tetapi surplus keuntungan ke atas tersebut mengalir dari

swadaya orang miskin sebagai syarat perolehan program.

Perang Antar Diskursus Kemiskinan

Sejak awal perluasan diskursus kemiskinan produksi berhadapan dengan diskursus

kemiskinan lainnya. Mekanisme kamulfase perang diskursus dilakukan dengan beroperasi di

bawah kategori partisipasi yang digunakan dalam diskursus lain. Konsep pengembangan

masyarakat (community development), partisipasi, pemberdayaan, pembagian tugas sektor

negara, masyarakat sipil dan swasta sama-sama disebut. Akan tetapi, ditambahkan ruang baru

Page 269: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

226

Tabel 8. Keterbaikan Diskursus Kemiskinan dengan Pembangunan, Pengembangan Masyarakat, dan Partisipasi

Diskursus Berbagi Kelebihan Rasial-Etnis Kemiskinan Sosialis Kemiskinan Produksi Potensi Orang Miskin

Kemiskinan Diharapkan

Kemiskinan Pembagian kelebihan Rasial dan etnis Relasional, struktural Produksi Potensi orang miskin Diharapkan Pembangunan Sustainable

development (Neo) Kolonialisme Struktural, dependensi Neoliberalisme People-centered

development Sipiritual

Pengembangan masyarakat (CD)

Local wisdom, knowledge

Masyarakat terasing, karitatif

LSM, solidaritas sekelas

Pasar, kompetisi Kapasitas individu dan kelompok

Asketisme

Pemberdayaan Otonomi Pemfungsian sosial Struktural, perubahan struktur

Utilitarian, kompetisi Kapasitas, solidaritas lintas kelas

Penguatan spiritual

Partisipasi Koeksistensi Korporasi Hak Efisiensi Proses Holistik Tabel 9. Perang Diskursus Kemiskinan

Kurang Dominan

Lebih Dominan Berbagi Kelebihan Rasial-Etnis Kemiskinan Produksi Kemiskinan Sosialis Potensi Orang Miskin Kemiskinan

Diharapkan Berbagi Kelebihan

Berbagi kelebihan untuk etnis/golongan yang sama

Lobi pembagian proyek antar calon penerima

Mencurigai pencari untung dari gotong royong

Berbagi akses untuk pengembangan potensi orang miskin

Membagi hampir seluruh pendapatan

Rasial-Etnis Berbagi kelebihan untuk warga dari komunitas yang sama

Metode menjadikan beradab, target rendah

Kesamaan perlakuan antar etnis asalkan dari golongan proletar atau marhaen

Pengembangan potensi khusus bagi etnis terpencil

Kemiskinan Produksi

Jaringan sosial untuk pencari kerja, tempat tinggal

Proposal kemiskinan untuk golongan adat

Menghindari bantuan dari negara Barat

Pengembangan potensi individu untuk mendirikan usaha secara mandiri

Hidup sederhana/ membatasi konsumsi

Kemiskinan Sosialis

Gotong royong Penanggulangan kemiskinan di antara etnis yang tertindas

Pengembangan masyarakat sesuai peringkat kebutuhan

Pengembangan potensi kelompok untuk mendirikan usaha mandiri

Tidak berlebihan

Potensi Orang Miskin

Pemberian akses untuk mendapatkan hasil

Akses diutamakan untuk etnis terpencil

Pengembangan kelompok sekedar mampu berproduksi

Pengembangan potensi Mendampingi untuk mengembangkan potensi orang lain

Kemiskinan Diharapkan

Berbagi informasi antar golongan miskin

Menjaga hubungan dengan pelaku kemiskinan yang diharapkan

Beasiswa minimal Pengembangan potensi nalar dan kehendak setinggi-tingginya

Page 270: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

227

sebagai penurunan masing-masing konsep tersebut. Dikembangkan sub kategori partisipasi,

yaitu diskursus partisipasi pasar.7 Penamaan ini untuk merangkum sifat efisiensi dalam

pengambilan keputusan partisipatif. Topik yang diperbincangkan bukanlah pada tataran di

mana pembangunan seharusnya bersifat partisipasi atau sentralisasi –karena sama-sama

menerima konsep partisipasi sebagaimana diskursus pembangunan alternatif maupun

sosialis—namun pada tataran lebih bawah di mana partisipasi seharusnya dijalankan dengan

efisien –bukan terutama untuk pengembangan diri dalam pembangunan alternatif atau

perubahan struktural dalam pembangunan sosialis.

Mekanisme kamuflase menunjukkan perbedaan perang diskursus sejak 1990-an

dibandingkan masa sebelumnya. Pada dekade 1960-an dan 1970-an pembedaan diskursus

berada pada tataran konsep pembangunan, dan diwujudkan dalam konsep-konsep yang

berbeda atau berlawanan satu sama lain. Modernisasi dilawankan dengan ketergantungan,

kemudian memunculkan pembangunan alternatif, konsep pertumbuhan dilawankan dengan

pemerataan, partisipasi, kemiskinan, sedangkan top down berlawanan dari bottom up.

Pada masa kini perang diskursus tidak seterang pembedaan konsep-konsep yang

saling dipertentangkan. Pertama, dikotomi antar konsep-konsep dibaurkan, dengan cara

menurunkan derajat abstraksi dari tataran filosofis atau paradigmatis menjadi sekedar

administratif atau teknis. Contohnya pembauran top down dan bottom up. Pembauran lainnya

di antaranya pertumbuhan dan pemerataan, dari semula dipertentangkan menjadi disatukan

berupa pro poor growth, terutama ketika dipraktekkan dalam pembangunan pertanian dan

pedesaan (Tambunan, 2005; Timmer, 2002).

Kedua, menggunakan nama yang sama dengan konsep yang sebelumnya berada di

luar diskursus pembangunan modernis, namun diisi dengan metode pembangunan modernis.

Metode tersebut diarahkan pada efisiensi, pasarisasi, pengambilan keputusan rasional atau

pertukaran. Di atas telah digambarkan konsep partisipasi, yang semula berasal dari golongan

sosialis, kemudian masuk ke dalam program pembangunan modernis.

Ketiga, mengembangkan konsep-konsep yang diidealkan bernilai “baik”, dan dengan

ini memanipulasi idealisasi moral ke dalam mekanisme pembangunan. Secara terang-

terangan “kebaikan” dilekatkan pada konsep good governance, good village, metode best

practice. Idealisasi “kebaikan” juga dimasukkan ke dalam konsep modal sosial, saling

percaya (trust). Kemodernan tidak menilai moral dari konsekuensi setelah tindakan dilakukan 7 Pernyataan perangkuman dalam konsep pasarisasi untuk menandai pembangunan yang dilaksanakan oleh donor asing dan pemerintah diperoleh peneliti dari Dr. MT Felix Sitorus secara lisan, dan penulis berterimakasih atas ijin untuk menggunakan ide tersebut. Sebelumnya peneliti secara terpisah-pisah menandai pembangunan modernis tersebut sebagai pengambilan keputusan rasional, pertukaran, dan analisis ekonomi formal.

Page 271: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

228

–sebagaimana lazim pada masyarakat di waktu lampau—namun dari maksud sebelum

melakukan tindakan tersebut. Pelekatan “kebaikan” pada konsep di atas sudah sejak semula

meletakkan konsep tersebut dalam kelompok “kebaikan” bagi sasaran program pembangunan

(Nietzsche, 2002).

Perang diskursus muncul pada dua level. Pertama, perang diskursus pada level

pembangunan. Kedua, muncul pula perang diskursus pada level kemiskinan. Kemiskinan

rasialis, misalnya, mampu menegakkan kolonialisme, dengan memandang pribumi sebagai

orang malas (mitos ini muncul pada tahun 1920-an, padahal seabad sebelumnya pribumi

dimitoskan garang seiring Perang Diponegoro) (Gouda, 2007). Persilangan diskursus ini

dengan diskursus kemiskinan produksi menghasilkan pe-Lain-an (Othering) kepada orang-

orang yang dipandang liar. Sublimasi perang diskursus ini muncul dalam wujud program

penanggulangan kemiskinan untuk suku terasing. Sejak pemberlakuan UU 5/1979, suku

terasing merupakan Yang Lain, karena tidak tergolong sebagai penduduk dalam kota dan

desa (dua kelompok teritorial yang menandakan Indonesia). Sebagaimana diskursus

kemiskinan rasial, dan hasrat humanisme dalam pembangunan, maka keliaran suku terasing

tersebut hendak diatasi melalui program pengurangan kemiskinan. Program kemiskinan di

Papua juga selalu dipandang memiliki kekhususan, tanpa harapan tinggi untuk berhasil

menanggulanginya. Harapan tinggi dipandang sulit diwujudkan dari orang-orang liar.

Persilangan diskursus pembagian kelebihan dan kemiskinan produksi menghasilkan

mekanisme pemerataan proyek, meskipun dalam kerangka Community-Driven Development

(CDD) diharuskan persaingan untuk mendapatkan proyek. Di Salatiga, Ponorogo, Jombang,

misalnya, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang mengharuskan

persaingan antar desa, ternyata disertai dengan upaya lobi di luar ruangan persaingan, saling

membantu desa yang belum pernah mendapatkan.

Tanpa mengetahui persilangan dan peperangan antar diskursus, ilmuwan majupun

aktivis yang bergerak dalam bidang kemiskinan dapat salah mengambil tindakan. LSM bisa

mendukung negara dalam Program IDT, karena memandang penting pengembangan

masyarakat hingga pada sekitar 20.000 desa, sedangkan LSM biasanya hanya mampu

memprogramkan tidak lebih dari 100 desa dampingan.

Ternyata peperangan diskursus muncul antara diskursus potensi orang miskin dengan

diskursus kemiskinan produksi. Ada pengembangan kelompok di sana, walau sesungguhnya

sedang bertarung untuk memperlakukan kelompok sebagai pemercepat kemandirian versus

kelompok konsumen (consumer group) dari donor. Ada pengembangan potensi di sana,

Page 272: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

229

walaupun sejatinya bertarung pengembangan potensi tanpa batas, versus pengembangan

potensi terbatas untuk berproduksi.

Peperangan antara kemiskinan produksi dan kemiskinan komunal mengambil bentuk,

seperti meminta rakyat hidup sederhana. Sebagaimana sudah ditunjukkan, loro lopo

seharusnya dilakukan oleh penguasa, bukan oleh rakyat yang sudah miskin. Dominasi ke

dalam kemiskinan komunal juga berupa upaya untuk bekerja secara kelompok dan bergotong

royong dalam rangka meningkatkan efisiensi.

Kesimpulan

Kemajemukan diskursus kemiskinan di Indonesia tumbuh bersama di seluruh

wilayah. Upaya penemuan diskursus-diskursus kemiskinan di Indonesia dapat digunakan

untuk menggali penggunaan kekuasaan dan pengetahuan oleh donor dan negara kepada

masyarakat. Intervensi pembangunan tersaji dengan membandingkan adanya diskursus

kemiskinan yang telah muncul terlebih dahulu daripada pembangunan, dan diskursus

kemiskinan baru sebagai konsekuensi dari pembangunan.

Terdapat persilangan atau perang antar diskursus-diskursus kemiskinan. Analisis

perang diskursus membuka tabir persilangan antar diskursus, saling mempergunakan konsep

untuk ditafsirkan ulang, hingga mematikan diskursus lawan. Hasil pertarungan diskursus

kemiskinan sementara ini sudah jelas. Donor negara maju dan pemerintah unggul dengan

membentuk teori CDD, melembagakan PNPM, KPK (Komite Penanggulangan Kemiskinan),

hingga mengganti pendamping orang miskin dari LSM menjadi konsultan swasta.

Kemenangan diskursus produksi yang berorientasi keuntungan (profit) dapat memunculkan

kecurigaan. Benarkah proyek kemiskinan dapat mengurangi kemiskinan, sebagaimana

digembar-gemborkan donor sebagai kegiatan poverty reduction? Tidakkah kesuksesan

proyek semacam ini –jika memang berhasil—justru dijadikan justifikasi untuk berutang lebih

banyak lagi, dan berarti makin merongrong kedaulatan negara miskin?

Diperlukan kebijakan yang spesifik untuk menanggulangi kemiskinan, sesuai dengan

diskursus kemiskinan yang dialami. Diperlukan enam seri kebijakan penanggulangan

kemiskinan. Penyebab rendahnya efektivitas kebijakan penanggulangan kemiskinan perlu

digali dari jenis kemiskinan yang berkembang pada masyarakat tertentu

Rendahnya efektivitas kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat disebabkan oleh

keterbatasan diskursus kemiskinan yang hendak diatasi. Suatu alternatif kebijakan dapat

dimulai dengan mengolah diskursus berbagi kelebihan. Sambil mengambil pelajaran

Page 273: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

230

diskursus potensi orang miskin, perlu disusun pandangan baru bahwa orang miskin bukanlah

warga tidak berpunya (the have not), melainkan warga berpotensi yang belum memperoleh

kesempatan membuktikan kemampuannya. Aktualisasi potensi orang miskin dapat dilakukan

dengan bantuan warga sedusun atau sekompleks, yang bersolidaritas untuk membantu

tetangganya sendiri. Dan hal ini telah memiliki sejarah panjang dari warganegara sendiri.

Daftar Pustaka

Agusta, I. 2005. Data Kemiskinan dan Survei. In: Kompas 29 November 2005. Agusta, I. 2007. Kritik Atas Komunikasi Pembangunan dan Program Pengembangan

Kecamatan. In: Sodality, Th. 1. No. 2 Anderson, BRO,G. 2000. Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia.

Terjemahan Language and Power: Exploring Political Culture in Indonesia oleh R.B. Santosa. Yogyakarta: Mata Bangsa

Breman, J. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad Ke-20. Jakarta: Grafiti.

Cardoso, F.H. 1972. Dependency and Development in Latin America, In:J.T. Roberts, A. Hite, eds. 2000. From Modernization to Globalization: Perspectives on Development and Social Change. Malden, Mass: Blackwell.

Cooke, B., U. Kothari. 2001. The Case for Participation as Tyranny, In: B. Cooke, U. Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books.

Departemen Penerangan RI. 1961. Penjelenggaraan Pembangunan Semesta, Dalam Rangka Mendjalankan Undang-Undang Dasar Pasal 33. Uraian didepan Kongres National SOBSI III pada tanggal 25 Agustus 1960 di Surakarta oleh Menteri/Ketua Depernas Prof. Mr Muhammad Yamin. Jakarta: Departemen Penerangan RI.

Foucault, M. 2002a. Menggugat Sejarah Ide. Terjemahan The Archaeology of Knowledge oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2002b. Kegilaan dan Peradaban. Terjemahan Madness and Civilization: A History of Insanity in Age of Reason oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Foucault, M. 2002c. Pengetahuan dan Metode: Karya-karya Penting Foucault. Terjemahan dari P Rabinow, ed. Aesthetics, Method and Epistemology: Essential Works of Foucault 1954-1984. Yogyakarta: Jalasutra

Foucault, M. 2002d. Power/Knowledge: Wacana Kuasa/Pengetahuan. Terjemahan. Yogyakarta: Bentang.

Foucault, M. 2003. Kritik Wacana Bahasa. Terjemahan The Discourse of Language oleh I.R. Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD.

Foucault, M. 2008. Ingin Tahu: Sejarah Seksualitas. Terjemahan La Volonte de Savoir: Histoirie de la Sexualite. Jakarta: YOI.

Friedmann, J. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge: Blackwell.

Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian. Jakarta: Bhratara. Gouda, F. 2007. Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942.

Terjemahan Dutch Culture Overseas: Colonial Practice in the Netherland Indies 1900-1942. Jakarta: Serambi.

Page 274: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

231

Gronemeyer, M. 1992. Helping, In:W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to Knowledge as Power. London: Zed Books.

Ha-Joon, C., I. Grabel. 2008. Membongkar Mitos Neolib: Upaya Merebut Kembali Makna Pembangunan. Terjemahan Reclaiming Development: An Alternative Economic Policy Manual oleh M.G. Zainal.Yogyakarta: Insist.

Hatta, M. 2000. Mohammad Hatta Bicara Marxis dan Sosialisme Indonesia. Jakarta: Melibas.

Ife, J. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives – Vision, Analysis and Practice. Australia: Longman.

Karsodihardjo, D.S. 1998. Loro-Lopo Topo-Broto, In: Basis Th. 47 No. 5-6. Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2004. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan.

Jakarta: Komite Penanggulangan Kemiskinan. Kuhn, TS. 2002. The Structure of Scientific Revolution: Peran Paradigma dalam Revolusi

Sains. Terjemahan The Structure of Scientific Revolution oleh Tjun Surjaman. Bandung: Remaja Rosdakarya

Levinsohn, J. 2003. The World Bank’s Poverty Reduction Strategy Paper Approach: Good Marketing or Good Policy? G-24 Discussion Paper Series No. 21, April 2003. New York: United Nations.

Mukherjee, N. 2006. Voices of the Poor: Making Services Work for the Poor in Indonesia. Washington DC: World Bank.

Nietszche, F. 1887. On the Genealogy of Morals: A Polemical Tract. Leipzig Nietzsche, F. 2002. Beyond Good and Evil: Prelude Menuju Filsafat Masa Depan.

Terjemahan oleh B.H. Winarno. Yogyakarta: Ikon. Operations Evaluation Department. 2003. Community-Driven Development: A Study

Methodology. Washington DC: World Bank. Rahnema, M. 1992. Poverty, In: W. Sachs, ed. The Development Dictionary: A Guide to

Knowledge as Power. London: Zed Books. Sajogyo. 2006. Ekososiologi: Deideologisasi Teori, Restrukturisasi Aksi (Petani dan

Perdesaan sebagai Kasus Uji). Yogyakarta: Cindelaras. Soeharto. 2008. Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi seperti Dipaparkan kepada

G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Jakarta: Citra Kharisma Bunda. Soekarno. 1965. Dibawah Bendera Revolusi, Djilid I. Djakarta: Panitya Penerbit Dibawah

Bendera Revolusi Stewart, A. 2001. Theories of Power and Domination: The Politics of Empowerment in Late

Modernity.London: SAGE. Sunardi, St. 2006. Nietzsche. Yogyakarta: LKIS. Tambunan, T. 2005. Economic Growth, Approriate Policies and Poverty Reduction in a

Developing Country: Some Experience from Indonesia. In: South Asia Economic Journal Vol. 6 No. 1.

Thomas, A. 2002a. Meanings and Views of Development. In: T. Allen, A. Thomas, eds. Poverty and Development: Into the 21st Century. Oxford: Oxford Univ. Pr.

Thomas, A. 2002b. Poverty and the “End of Development”. In: T. Allen, A. Thomas, eds. Poverty and Development: Into the 21st Century. Oxford: Oxford Univ. Pr.

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. 2006. Pedoman Umum Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

Timmer, CP. 2002. An Essay on Economic Growth and Poverty Reduction in Honor of Professor M. Sadli. In: M. Ikhsan, C. Manning, H. Soesastro, eds. 80 Tahun Mohamad Sadli: Ekonomi Indonesia di Era Politik Baru. Jakarta: Kompas.

Page 275: DISKURSUS, KEKUASAAN DAN PRAKTIK KEMISKINAN DI … · Through the power of solidarity point of view, only within ... Riwayat pendidikan yang ditempuh adalah Program Sarjana pada

232

Wahono, Warno H.S., Y. Farhan. 2002. Sedulur Sikep: Tak Silau oleh Materi, Tak Aus oleh Gesekan, In: B.B. Siregar, Wahono, eds. Kembali ke Akar: Kembali ke Konsep Otonomi Komunitas Adat. Jakarta: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat.

White, B. 2005. Between Apologia and Critical Discourse: Agrarian Transitions and Scholarly Engagement in Indonesia, In: V.R. Hadiz, D. Dhakidae, eds. Social Science and Power in Indonesia. Singapore: Equinox dan ISEAS.

World Bank. 1990. World Development Report 1990: Poverty. Oxford: Oxford University Press.

World Bank. 2000. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. Washington DC: World Bank.