file · web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi...

21

Click here to load reader

Upload: hoangnhan

Post on 04-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH POKOK BAHASAN “ORGANISASI GERAKAN NON BLOK, ASEAN DAN OKI” MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL MODEL KOOPERATIF

Oleh:S U N A R T O

Guru Sejarah SMAN 3 Jember

ABSTRACT . History Lesson is a subject that focuses on the formation of citizen patriotism. Based on the results of preliminary observations on the teaching and learning process there are a variety of student activities including student must be actively paying attention and not passive in receiving lessons. The influence of inactive students because students are not happy about these subject , or in other words the teacher in explaining dislike in the hearts of the students so that the students lots of jokes. Based on the above, the problem is formulated, Is the use of a contextual approach to the cooperative model can enhance the activity of learning the history of the subject " Organization of Non-Blok, ASEAN, and the OKI " of class XII IPS - 1 in the SMAN 3 Jember ? The objectives to be achieved in this study was to determine whether there is an increase in the activity of learning the history of the subject " Organization of Non-Blok, ASEAN, and the OKI " contextual approach through the cooperative model of class XII IPS - 1 in The SMAN 3 Jember. The hypothesis formulated action , if the cooperative model contextual approach applied in teaching history subject " Organization Non-Blok, ASEAN, and the OKI " , then the activity will increase student learning increases. study subjects were all students of Class XII IPS - 1 by 29 students. Instrument data collection using guidelines observation ( observation , and the achievement of learning achieved by using teacher made tests of learning achievement itself. Analysis of data to determine the success of actions based on the qualifications diskriptor student learning activities, while determining the success of the learning outcomes determined through daily test . The study concluded that the contextual approach can increase the activity model of cooperative learning the history of the subject " Organization of Non-Blok, ASEAN , and the OKI " of class XII IPS - 1 in the SMAN 3 Jember.

Keywords : Activity Learning , Contextual Model Cooperative Approach

PENDAHULUANDalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan

meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual menekankan pada situasi dunia nyata yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).

Page 2: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan di SMA Negeri 3 Jember, selama ini proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (sejarah) yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di depan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut, “Apakah pendekatan kontekstual model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” pada siswa kelas XII IPS-1 di SMA Negeri 3 Jember semester genap tahun pelajaran 2010/2011?

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif pada siswa kelas XII IPS-1 di SMA Negeri 3 Jember.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :a. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang berharga dalam rangka mengembangkan

pengetahuan dan sebagai bekal untuk terjun dalam dunia pendidikan.b. Bagi guru mata pelajaran, sebagai sumbangsih pemikiran dan menambah wawasan

tentang pendekatan kontekstual model kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

c. Bagi Sekolah, penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu pelajaran.

d. Bagi Peneliti lain, sebagai motivasi untuk melakukan penelitian yang sejenis sekaligus pengembangannnya.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yang merumuskan sebagai berikut, jika pendekatan kontekstual model kooperatif diterapkan dalam pembelajaran sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI”, maka aktivitas belajar siswa akan meningkat meningkat

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pembelajaran KontekstualContextual Teaching and Learning adalah salah satu strategi pembelajaran yang

dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan perguruan tinggi, 20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pendidikan di Amerika Serikat. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu upaya pendekatan pembelajaran pendidikan yang dikatakan sebagai hasil integrasi dari banyak praktek pembelajaran, yang diharapkan bukan hanya ranah pengetahuan dan ketrampilan proses siswa saja yang berkembang, tetapi juga dikembangkan sikap, nilai, serta kreativitas dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari melalui interaksi dengan sesama siswa dengan mengembangkan ketrampilan sosial. Pendekatan kontekstual, atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran sejarah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka, baik sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Nurhadi

Page 3: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

(2003), menyatakan bahwa dengan penerapan konsep belajar ini diharapkan hasil pembelajaran di Indonesia khususnya di pendidikan tingkat menengah, akan lebih menjadi bermakna, karena proses pembelajaran berlangsung dalam kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri secara langsung apa yang sedang dan perlu mereka pelajari, secara kooperatif tetapi tetap mempertahankan prinsip kemandirian.

Selanjutnya diingatkan bahwa ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran konteksual yang terdiri dari :a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara

keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan secara detil;c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dengan cara menyusun (a) konsep

sementara (synopsis); (b) melakukan sharing/berbagi ide kepada orang lain aga mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu; (c) konsep tersebut direvisi dan kemudian dikembangkan;

d. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge);e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan

(Nurhadi, 2004).

Cara Kerja Pendekatan Kontekstual dalam Proses PembelajaranPenerapan ketujuh komponen utama pendekatan pembelajaran kontekstual dalam

proses pembelajaran dapat disusun dalam 4 macam kegiatan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan pemantapan dan kegiatan penilaian.

Kegiatan Awal

Langkah 1: - Mengorientasikan siswa pada masalah autentik melalui kegiatan mengamati dan bertanya;

- Guru memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang akan dipelajari;

- Siswa diminta untuk mendiskusikan tentang materi yang akan diajarkan;

- Guru mengarahkan siswa agar memiliki kesamaan konsep dan ide-ide;

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang akan didiskusikan.

Kegiatan Inti

Langkah 2 - Mengorganisasi siswa untuk belajar kooperatif (learning community);

- Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 orang siswa guna mendiskusikan materi yang akan disampaikan.

Langkah 3 - Mendemonstrasikan cara untuk memecahkan masalah yang terkait dengan materi (pemodelan);

- Pada fase ini guru memberikan contoh langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan materi;

- Siswa diminta untuk mengamati kegiatan tersebut, untuk kemudian memikirkan bagaimana untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi;

- Setelah siswa melakukan kegiatan tersebut di atas, guru menanyakan kepada siswa bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah, yang terkait dengan materi yang didiskusikan;

Page 4: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Langkah 4 - Menemukan, (inquiry) siswa dapat menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang telah didiskusikan;

- Guru meminta tiap-tiap kelompok untuk melakukan hal yang sama dengan langkah 3 dengan menggunakan media yang telah disiapkan untuk membuktikan apakah sudah benar atau belum;

Langkah 5 - Melaporkan kegiatan - Hasil kerja masing-masing kelompok dipresentasikan oleh salah

seorang wakil dari tiap kelompok di depan kelas;- Kemudian secara bersama-sama menyimpulkan materi yang telah

didiskusikan;

Kegiatan Pemantapan

Langkah 6 : - Refleksi (reflection).- Guru menanyakan apa yang telah dipelajari siswa;- Guru menanyakan kepada siswa apakah mereka senang dengan

pembelajaran yang dilakukan; - Guru menanyakan kepada siswa apakah ada masukan atau saran

untuk perbaikan kegiatan inti;

Kegiatan Penilaian

Langkah 7 - Penilaian autentik.- Guru memberikan penilaian langsung terhadap aktifitas siswa

selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan kriteria pada pedoman observasi;

- Guru mengadakan tes formatif untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan;

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Subyek PenelitianPenelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Jember, subyek penelitian adalah

seluruh siswa Kelas XII IPS-1 sebanyak 29 siswa.Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah melalui pendekatan

kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI kelas XII IPS-1 SMA Negeri 3 Jember.

2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran sejarah melalui pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI kelas XII IPS-1 SMA Negeri 3 Jember.

3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.

Prosedur Pengumpulan DataKegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

penelitian: pedoman pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI. Catatan lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara diskriptif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan mendokumen data verbal tertulis dan foto. Prestasi belajar diraih dengan menggunakan tes prestasi belajar buatan guru sendiri

Page 5: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Analisis DataAnalisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang

di dalamnya melibatkan kegitan penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan, reduksi data (di dalamnya terdapat kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian) dan verifikasi, serta penyimpulan data. Penentuan keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan keberhasilan proses didasarkan pada aktivitas belajar siswa, sedang penentuan keberhasilan hasil belajar melalui ulangan harian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Siklus I

PerencanaanPerencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan kontekstual model kooperatif. Menyiapkan lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati, menganalisis, menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya kepada teman sebaya. Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa.

PelaksanaanPada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan pembelajaran sejarah

melalui pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI melalui pendekatan kontekstual model kooperatif seperti pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Saat kegiatan belajar mengajar, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 siswa secara heterogen, guru menyampaikan materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti, guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa. Sete1ah itu setiap kelompok wajib mempresentasikan hasil pembahasan di kelompoknya, dan kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. Guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evaluasi.

ObservasiSelama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi dilaksanakan secara

kolaborasi oleh dua pengamat, dengan menggunakan instrumen yang disiapkan.a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran:

1) Aktivitas GuruHasil pengamatan terhadap terhadap aktivitas guru pada siklus I ditunjukkan

pada tabel berikut :Tabel 1. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Model Kooperatif Siklus INo Kategori Aktivitas Guru Kemunculan1 Menyampaikan pendahuluan 20%2 Menjelaskan materi/mendemontrasikan ketrampilan 25,71%3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 4,28%4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif 7,15%

5 Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan batik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas 22,85%

6 Resitasi/tanya jawab 7,16%7 Membantu siswa melakukan refleksi 12,85%

Page 6: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Aktivitas guru yang dominan adalah menjelaskan materi (25,71%), dan aktivitas guru dalam memeriksa pemahaman siswa, memberi umpan balik dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas (22,85%). Aktivitas pendahuluan yang muncul sebanyak 20%. Pada tahap pendahuluan guru melakukan identifikasi pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahasan Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI. Guru juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-pertanyaan tentang Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI. Tujuan pembelajaran juga disampaikan pada tahap ini. Aktivitas guru-guru dalam memberi motivasi siswa dalam kelompok kooperatif sebanyak 4,28%. Dalam ha1 ini guru memberi dorongan tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan sistem penilaian dalam pembelajaran kooperatif. Selama siswa bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan dalam kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang muncul sebanyak 7,16%. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain untuk menjawabnya. Guru mengklarifikasi pemahaman siswa yang kurang jelas. Aktivitas tanya jawab yang muncul sebanyak 1,15%. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa melakukan refleksi (12,85%). Guru meminta siswa dari beberapa kelompok menyampaikan catatan kecil tentang materi yang telah diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa bisa berbeda, dan bagi siswa yang refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap.

2) Aktivitas SiswaData aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus INo Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan1 Memperhatikan penjelasan guru 21,45%2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) 7,15%3 Bekerja dalam kelompok kooperatif 11,43%4 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS 20,00%5 Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok

kooperatif 11,41%

6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa 15,71%7 Merefleksikan materi pelajaran 12,85%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru (21,45%) dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20%). Penjelasan guru menyangkut definisi dan konsep Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI dengan berbagai ilustasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat pengertian Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Kemudian mengaitkan pengertian Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari.

Pada saat ini, guru aktif juga menguatkan apa yang dilihat siswa. Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan contoh-contoh Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Guru dianggap banyak menjelaskan karena setelah demontrasi dan di luar tugas LKS, guru mengaitkan Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.

Pada tahap ini, pengamat menilai aktivitas guru, hasil pengamatan bahwa sebenarnya penjelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan perpaduan penjelasan pada metode demontrasi dan metode tanya jawab.

Page 7: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

b. Data prestasi belajar siswaData prestasi siswa dapat dilihat ada tabel 3 berikut :

Tabel 3 . Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus I

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikatl 25 Hebat2 20 Baik3 20 Baik4 20 Baik5 20 Baik6 20 Baik

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal, karena dari 29 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 21 siswa (72,41 %). Ini berarti dari pembelajaran siklus ke I, 8 siswa yang belum tuntas belajarnya. Dan dalam 6 kelompok yang ada, hanya 5 kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok l dengan predikat hebat, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5 dan kelompok 6 dengan predikat baik, sedangkan kelompok 4 tidak mendapat predikat.

RefleksiBerdasarkan hasil observasi pada siklus I, diperoleh hasil temuan sebagai berikut:

a. Terdapatnya keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS.c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yang

bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga masih bersikap

menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya aktivitas guru dalam rnengelola pembelajaran untuk memotivasi dalam kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam kelompok kooperatif.

Siklus II

Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada siklus I adalah guru berusaha (a) menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif, (c) memberi latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep, (d) lebih banyak memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar terbiasa bersikap positif, dan (e) menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki pengetahuan tentang Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Setelah selesai guru membantu siswa melakukan refleski. Diakhir pembelajaran guru memberikan kuis.

Page 8: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

ObservasiBerikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.

a. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kelompok pembelajaran.l ) Aktivitas GuruTabel 4. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran KontekstualModel Kooperatif Siklus II

No Kategori Aktivitas Guru % Kemunculan1 Menyampaikan pendahuluan I 17,502 Menjelaskan materi / mendemontrasikan ketrampilan 22,503 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 7,504 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok Kooperatif 12,50

5Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

20,00

6 Resitasi/tanya jawab 10,007 Membantu siswa melakukan refleksi 10,00

Pada siklus II aktivitas guru pada pendahuluan sebanyak 17,50%. Pada tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan apersepsi tentang perubahan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal agar mendapat penghargaan Aktivitas yang dominan tetap guru menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan (22,50%) dan memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas (30%). Meski sudah dengan sadar guru bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap menjelaskan, mendemontrasikan, dan memberikan umpan balik pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak banyak berubah Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (7,5%), lebih meningkat dari siklus sebelumnya yang hanya 4,28% Ini dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih mempertanyakan tentang Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Guru banyak memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.

Permasalahan pada akhir siklus II ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif di depan kelas. Dari 6 kelompok yang ada, yang berkesempatan mempresentasikan hasil kerja kelompok kooperatifnya hanya 4 kelompok. Dari 4 kelompok yang tampil rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang jelas. Meski demikian, tanggapan dari kelompok lain sangat baik. Mereka secara antusias berebut kesempatan untuk memberikan komentar. Bagi peneliti sampai pada siklus II ini suasana belajar mengajar induktif dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan dimaksimalkan pada siklus III adalah suasana belajar dalam kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini merupakan kunci belajar secara induktif.

2) Aktivitas SiswaDalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk mengikuti

kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan guru, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan praktikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk melakukan

Page 9: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

praktikum, serta siswa segera duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika guru minta.

Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Tabel 5. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II

No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan % 1 Memperhatikan penjelasan guru 52 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) 153 Bekerja dalam kelompok kooperatif 12,54 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS 12,5

5 Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusikelompok kooperatif 22,5

6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa 207 Merefleksikan materi pelajaran 12,5

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan aktivitas guru. Aktivitas dominan siswa yang muncul adalah menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif (22,5%), berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa (20%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (15%). Aktivitas dominan ini menunjukkan bahwa suasana belajar dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Presentasi di depan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok kooperatif juga sudah berjalan.

b. Data prestasi belajar siswaBerikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus II.

Tabel 6. Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus II

Kelompok Skor Perkembangan 2 Predikat1 30 Super Super I2 20 Baik3 25 Hebat4 20 Baik I5 20 Baik 6 25 Hebat

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan. Dari 29 siswa yang mengikuti kuis, 25 siswa yang mendapatkan nilai di atas 65. Ini berarti pembelajaran siklus II, 25 siswa (86.21%) yang belajarnya tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi 6 kelompok (pada kuis pertama hanya 5 kelompok). Kelompok yang meraih predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super, kelompok dua dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4 dengan predikat baik, kelompok 5 dengan predikat baik dan kelompok 6 dengan predikat hebat.

RefleksiBerdasarkan hasil observasi pada siklus II menunjukkan kemajuan dengan temuan

adanya peningkatan aktivitas guru da1am membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini berarti suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Page 10: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Siklus III

PerencanaanPermasalahan yang terjadi pada siklus II akan diatasi pada siklus III. Beberapa hal

yang direncanakan guru untuk menyelesaikan permasalahan pada siklus II adalah (1) guru berusaha memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, dan (d) guru berusaha lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan mengembangkannya.

PelaksanaanGuru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada siswa

dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu dan sekarang. Kemudian memacing siswa dengan bertanya, apakah pentingnya pengetahuan tentang Organisasi Gerakan Non Blok, ASEAN dan OKI. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pada waktu itu siswa sudah duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk pengerjaan LKS tersebut.

Observasia. Aktivitas Guru

1) Data hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus III ditunjukkan pada tabel berikut :Tabel 7. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kontekstual Model Kooperatif Siklus III

No Kategori Aktivitas Guru Kemunculan %12345

67

Menyampaikan pendahuluanMenjelaskan materi/mendemontrasikan KetrampilanMemotivasi siswa dalam kelompok kooperatifMemberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatifMemeriksa Pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelasResitasi/tanya jawabMembantu siswa melakukan refleksi

18,7525

6,2525

9,37

6,259,38

Dominasi waktu digunakan guru untuk menjelaskan dan mendemontrasikan ketrampilan dan memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang masing-masing mengambil waktu 25%. Aktivitas lain, memotivasi siswa (6,25%), memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (9,37%), resitasi/tanya jawab (6,25%) dan membantu siswa melakukan refleksi (9,38%).

Sebagaimana siklus I dan ke II, aktivitas pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak (18,75%). Hal ini disebabkan karena di dalam aktivitas pendahuluan terdapat 4 sub aktivitas sehingga persentase yang terbaca pada tabel tinggi. Analisis ini juga didukung oleh persentase penggunaan waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus I, pendahuluan mengambil Waktu 20%, siklus II 17%, dan siklus III 18,75%. Tampak bahwa pada setiap siklus, waktu yang dibutuhkan kurang dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu.

2) Aktivitas SiswaPada siklus III tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti kegiatan

pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusias, dan berebut mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi di depan kelas.

Page 11: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Tabel 8. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus III

No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan %1 Memperhatikan penjelasan guru 12,52 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal) 15.623 Bekerja dalam kelompok kooperatif 9,384 Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS 15,625 Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif 25

6 Berdiskusi tanya/jawab antara guru dan siswa 12,57 Merefleksikan materi pelajaran 9,38

Pada siklus III aktivitas siswa da1am kelompok kooperatif lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%), membaca/ mengerjakan LKS (15,62%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (15,62%).

b. Data Prestasi Siswa

Tabe1 9. Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus III

Kelompok Skor Perkembangan 3 Predikat1 30 Super2 30 Super3 25 Hebat4 30 Super5 20 Baik6 30 Super

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Dari 29 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 28 siswa, ini berarti pembelajaran siklus III ada 28 siswa (96,55%) tuntas belajarnya. Kelompok 1 dan kelompok 2 dengan predikat super, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4 dengan predikat super, kelompok 5 predikat baik, dan kelompok 6 dengan predikat super. Hal ini berarti ada peningkatan.

RefleksiBerdasarkan hasil observasi pada siklus III, diperoleh hasil temuan adanya

peningkatan aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif, dan peningkatan aktivitas guru dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada siklus I, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena di dalamnya terdapat beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan (d) penjelasan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk.2000). Berdasarkan prinsip pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kontek, dalam sesuatu yang terkait dengan kebutuhan yang diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001).

Page 12: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Aktivitas guru dalam memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas (22,85%). Penjelasan guru menggunakan perpaduan penjelasan metode diskusi, demontrasi dan tanya jawab. Siswa aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen dari pembelajaran kontekstual, yaitu mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated-learners) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba (trial and error), sehingga siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah, dan memanfaatkannya (Depdikbud, 2002).

Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara berkelompok 5 - 6 siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa diminta duduk dalam kelompok kooperatif, siswa masih kebingungan duduk di bangkunya dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus I ini dicoba diatasi pada siklus berikutnya. Sesuai dengan indikator pembelajaran kontekstual dengan pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara teratur dalam diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi, dan menanggapi konsep dan keputusan penting.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa kelompok. Kegiatan ini berlangsung dalam keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok sebelumnya Hanya kelemahannya siswa masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif dan kurangnya guru memberi latihan terbimbing dalarn kelompok kooperatif.

Pada siklus II, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran adalah menyarnpaikan pendahuluan (17,50%). Tahap pendahuluan memerlukan waktu yang banyak karena terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus I. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum menunjukkan peningkatan dari siklus I. Langkah guru memberi persepsi sesuai dengan ciri pembelajaran kontekstual, yaitu selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.

Aktivitas dominan guru yang lain adalah memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan siswa dapat mengembangkan sikap positif siswa. Peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus I) dan memberi latihan terbimbing dalam kelompok (menjadi 12,5% dari 7,15% pada siklus I).

Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup. Latihan terbimbing yang muncul 12,5% dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu melaksanakan eksperimen, serta memancing siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok kooperatif (12,5%). Hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif di depan kelas. Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja masih kurang.

Pada siklus III, kegiatan guru menonjol pada pemberian latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25%). Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%), mengerjakan LKS (15,62%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,62%).

Page 13: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus II. Siswa sudah tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan susana pembelajaran diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerjasama di antara siswa (Hernowo, 2001)

Dengan demikian salah satu ciri pembelajaran kontekstual dimana contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri siswa sudah tampak dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual yang diterapkan guru sudah berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja kooperatif, dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus II sikap menonjolkan diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif. Pada siklus III sikap yang negatif tersebut sudah tidak tampak. Diakhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup tajam, dari siklus I yang tuntas 21 siswa (72.41%), siklus II 25 siswa (86.21%), meningkat 28 siswa menjadi 96,55% pada siklus ke III.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan bahwa, pendekatan kontekstual model kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “Organisasi Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan OKI” pada siswa kelas XII IPS-1 di SMA Negeri 3 Jember.

Saran-saranBerdasarkan simpulan di atas dikemukakan saran-saran antara lain :

1. Hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran Sejarah khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.

2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya teknik penilaian autentik yang diterapkan secara bervariasi.

3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001

Nurhadi, 2002. Pendekatam Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Kontekstual. Makalah pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001

Page 14: file · Web viewpeningkatan aktivitas belajar sejarah pokok bahasan “organisasi gerakan non blok, asean dan oki” melalui pendekatan kontekstual model kooperatif