FUNGSI TANAH DALAM BUDAYA JAWA
Oleh : Purwadi
Jurusan Pendidikan Bahasa DaerahFakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstract
Clasification of land in Kraton Surakarta used to do agriculture, business, praying, ritual, ceremony and government activity. Food producing always need field. Farmer make rice in his land. The market as business centre give income tax to Kraton Surakarta. Some money to pray ritual and ceremonial kingdom. Culture management in Kraton Surakarta followed by abdi dalem and community that believe Javanese spiritual. Therefore land is important that need protection and regulation. Indonesian government is able to make land constitution about Kraton Surakarta Land. Last time landreform made social conflict in Javanesse community because the people did competion activity to get land hard. Now all of people must hand land regulation really, so that this country is always justice and peace. Kraton Surakarta and Indonesian government shall sit down together to create mutualism symbiosis. There are harmony among tradisionalism and nationalism.
Keywords : land, Kraton Surakarta, regulation
A. Pengantar
Tanah menjadi unsur yang penting bagi eksistensi masyarakat. Berbagai
macam aktivitas sosial, politik, ekonomi dan budaya melibatkan ruang
pertanahan. Oleh karena penggunaan, pemilikan dan urusan pertanahan mesti
diatur dengan undang-undang yang memadai. Banyak konflik pertanahan yang
meletus karena tiada kepastian hukum. Menjadi kewajiban pemerintah untuk
mengatur status hukum tanah di wilayahnya.
1
Klasifikasi tanah-tanah Kraton Surakarta berdasarkan distribusi, fungsi dan
regulasi. Status pertanahan ini dimaksudkan untuk memperoleh keselarasan sosial.
Tertib masyarakat memang diutamakan agar aktivitas bisa berjalan normal.
Terlebih-lebih bagi para petani yang sibuk bercocok tanam, maka pihak Kraton
selalu memberi bantuan, perlindungan dan peralatan. Petani dianggap warga
negara utama. Pada dasarnya Kraton Surakarta adalah sistem pemerintahan dan
kerajaan petani.
Distribusi tanah yang dilakukan Kraton Surakarta berdasarkan aspek legal
formal yang berpihak pada nilai kultural. Masa keemasan nenek moyang bangsa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari aspek pertanahan yang dikelola secara
efektif dan efisien, dengan mengutamakan rasa kemanusiaan serta kesejahteraan
lahir batin. Dengan mengkaji pertanahan masa silam, diharapkan generasi
sekarang dapat mengatur tentang seluk beluk tanah menjadi lebih tertib, adil,
damai dan sejahtera.
B. Deskripsi Lingkungan Tanah
Deskripsi mengenai lingkungan wilayah Surakarta cocok bila dihubungkan
dengan janturan pedalangan. Diceritakanlah dalam setiap awal adegan
pewayangan sebagai berikut : Negara ingkang panjang punjung pasir wukir,
gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. Artinya suatu negara yang
mempunyai sejarah panjang, luhur serta berwibawa, diapit samudra, bergunung-
gunung, murah sandang, pangan, papan, teratur, ayem, tentrem, dan aman sentosa.
Begitulah metafora yang digunakan untuk melukiskan Kraton Surakarta melalui
seni pewayangan.
2
Wilayah Surakarta berbatasan dengan wilayah Yogyakarta, Kedu,
Semarang dan Madiun. Di sebelah barat terdapat batas alam yang berwujud
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Dari kota Surakarta dua gunung ini seperti
gunung kembar. Kiri kanan tampak gapura yang menjulang tinggi. Menurut
masyarakat Jawa Gunung Merbabu lambang wanita, gunung Merapi lambang
pria. Dua gunung ini dianggap pasangan suami istri. Gunung Merbabu tampak
pasif, sedang gunung Merapi aktif sekali. Kabupaten Klaten dan Boyolali dekat
dengan kedua gunung ini. Penduduknya merupakan pendukung utama eksistensi
Kraton Surakarta (Julianto Ibrahim, 2004: 32).
Pada bagian barat terdapat Kali Opak yang mengalir dari Gunung Merapi
menuju laut selatan. Sungai Opak menjadi batas wilayah Surakarta dan
Yogyakarta. Sebelah timur Kali Opak mengalir Kali Dengkeng yang alirannya
bergabung dengan Bengawan Solo. Di sekitar sungai ini merupakan dataran yang
sangat subur, karena banyak endapan sedimen vulkanis. Kurang lebih 4 tahun
sekali Gunung Merapi mengeluarkan abu vulkanik yang menyebabkan tanah
menjadi subur.
Pegunungan Sewu berada di kawasan selatan Surakarta. Dari arah barat
memasuki daerah Pajang dan dari arah timur laut menuju daerah Keduwang.
Pegunungan Sewu membentang dari Gunung Lawu sampai Pacitan. Dari daerah
Keduwang ini terdapat Kali Keduwang yang bersambung dengan Bengawan Solo.
Kali terpanjang ini melintasi daerah Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta,
Karanganyar, Sragen, Blora, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Gresik dan
Surabaya. Dahulu kala Bengawan Solo merupakan sarana transportasi (Rouffaer,
3
1931 : 233). Babad Madura menceritakan perjalanan Paku Buwana IV yang
melintasi Bengawan Solo menuju Pamekasan. Perahu yang digunakan bernama
Kyai Rajamala.
Bagian timur Surakarta terdapat Gunung Lawu. Di sekitar Gunung Lawu
banyak ditanami kopi, sebelah barat terdapat Kali Samin, Kali Colo, Kali Wingko
dan Kali Jenes. Semua sungai ini berguna bagi para petani di Kabupaten
Karanganyar. Setiap bulan Suro raja Surakarta berziarah ke puncak Gunung
Lawu. Daya spiritual dipercaya karena penunggunya bernama Sunan Lawu.
Tempat spiritual disebut Hargo Dumilah. Konon ceritanya Prabu Brawijaya, raja
Majapahit muksa di Gunung Lawu. Oleh karena itu setiap upacara di Kraton
Surakarta tidak lupa mendoakan Kanjeng Sunan Lawu.
Sebelah utara Surakarta merupakan deretan pegunungan Kendheng.
Tanahnya tandus, gersang, berkapur dan berminyak. Hawanya panas dan kurang
subur. Pegunungan Kendheng membujur dari daerah Grobogan, Pati, Blora,
Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Ngawi, Nganjuk, sampai Gresik. Kayu jati
terbaik berasal dari Gunung Kendheng. Burung perkutut juga amat baik hidup di
daerah Gunung Kendheng (Sajid, 1984 : 62). Orang Jawa percaya bahwa gunung
Kendheng merupakan pengatur suhu, iklim dan hawa. Malah semua jenis hama
tanaman bisa dikendalikan melalui gunung Kendheng.
Pusat kota terdapat Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.
Keduanya diapit sungai Bengawan Solo dan Kali Pepe. Penduduk meliputi orang
Jawa, Cina, Arab dan Eropa. Orang Eropa dahulu tinggal di beteng Vestenburg
dan kampung Loji Wetan. Orang Cinta tinggal di kampung Pecinan Pasar Gedhe.
4
Pimpinan disebut Babah Mayor. Orang Arab tinggal di Pasar Kliwon dengan
kepala pangkat kapten. Sedangkan orang Jawa bekerja menurut profesi. Maka
tumbuh kampung Sayangan, Serengan, Undagen, Telukan, Carikan, Sraten,
Klangan, Punggawan dan Gadhing (Darsiti Suratman, 2001 : 23). Proliferasi dan
profesi diatur agar masyarakat mempunyai pekerjaan dan penghidupan yang layak
demi kemanusiaan.
C. Klasifikasi Tentang Tanah
1. Bumi Narawita
Bumi narawita adalah tanah yang berfungsi penghasilan, pemasukan serta
meningkatkan kas Kraton Surakarta. Sebetulnya Kraton Surakarta mempunyai
beberapa tanah yang dijadikan sebagai lahan bisnis. Misalnya: tanah untuk
pendirian pabrik gula Manisharjo, kebun tembakau di Tegal Gondo Klaten, kebun
teh di Ngampel Boyolali dan kebun kopi di Kembang Semarang (Wiranegara,
2005: 7). Tentu saja tanah-tanah tersebut telah memberi kontribusi besar terhadap
eksistensi Kraton Surakarta. Biaya dari hasil tanah ini digunakan untuk
pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan.
2. Bumi Pemajegan
Bumi pemajegan adalah tanah yang dapat menghasilkan uang dengan cara
menarik pajak. Misal pasar, pabrik, toko dan badan usaha yang menempati tanah
kraton semestinya dikenai pajak. Pasar Gede dan Pasar Klewer seharusnya
membayar pajak pada kraton Surakarta. Demikian pula tanah-tanah yang
digunakan untuk stasiun kereta api Balapan, Purwosari dan Jebres serta rel kereta
api perlu membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5
3. Bumi Pangrembe
Bumi pangrembe adalah jenis tanah yang menghasilkan bahan pangan.
Contoh sawah, kebun dan pekarangan yang ditanami padi, jagung, palawija,
palapendhem, palagantung, karang kitri dan buah-buahan serta sayur mayur.
Tujuannya agar tanah-tanah tersebut mendapat perlindungan dari pemerintah.
Jangan sampai tanah-tanah tersebut beralih fungsi (Schelma, 1985: 151).
Ketahanan pangan perlu dijaga dan diusahakan. Hidup mati sebuah bangsa
ditentukan oleh ketersediaan pangan yang mencukupi.
4. Bumi Gladhag
Bumi gladhag adalah tanah-tanah yang diberikan kepada penduduk atau
abdi dalem dengan tugas mengurus kendaraan. Petugas transportasi ini berguna
saat ada hajad sosial. Misal perkawinan, perayaan dan pesta. Angkutan massal dan
transportasi yang teratur memungkinkan perpindahan barang dan jasa. Roda
perekonomian pun dapat berjalan lancar.
5. Bumi Lungguh
Bumi lungguh adalah tanah yang diberikan kepada pejabat daerah sebagai
gaji. Tanah kraton ini berlaku selama pejabat tersebut bertugas. Penerima tanah
lungguh ini untuk biaya hidup. Tanah palungguhan ini sekarang mirip dengan
tanah bengkok yang digarap oleh pamong desa. Mereka bekerja dengan gaji tanah
lungguh. Pejabat daerah mendapat sumber penghasilan dengan bertani dan
beternak.
6
6. Bumi Pituwas
Bumi pituwas adalah tanah yang diberikan kepada pejabat purnakarya.
Para pensiunan pejabat Kraton Surakarta dijamin kesejahteraannya dengan
menggarap tanah pituwas sampai meninggal dunia. Jangan sampai para
purnakarya itu hidupnya susah, maka kraton memberi bekal tanah pituwas sebagai
bekalnya. Pejabat kraton setelah pensiun banyak yang melakukan kegitan
pertanian.
7. Bumi Patuh
Bumi patuh adalah tanah yang digunakan untuk kantor dan administrasi
pemerintahan. Gedung-gedung pemerintah didirikan untuk pelayanan pada rakyat.
Masyarakat diajak rembugan dalam menentukan lokasi kantor pemerintahan
(Suhartono, 1991 : 29). Pembangunan kantor pemerintahan sebisa-bisanya tidak
menggunakan lahan produktif. Asal para pegawai aman dan nyaman, maka
pekerjaan pun bisa rampung dan memuaskan.
8. Bumi Gadhuh
Bumi gadhuh adalah tanah yang dipinjamkan kepada masyarakat ekonomi
lemah. Mereka hanya berhak mengelola dengan menanami tanah. Namun tidak
berhak untuk memiliki. Tanah gadhuhan ini merupakan bentuk sosial kraton, agar
kaum dhuafa dijamin hak-hak kesejahteraan hidup.
9. Bumi Magersari
Bumi magersari adalah tanah kraton yang dihuni oleh penduduk. Mereka
menempati tanah kraton untuk tempat tinggal, hunian, pemukiman dan
perumahan. Kewajiban kraton untuk memikirkan orang-orang yang tidak punya
7
tempat tinggal. Tanah menjadi sesuatu yang penting untuk mendirikan rumah.
Kraton lantas memberi pinjaman.
10. Bumi Kaswargan
Bumi kaswargan adalah tanah yang digunakan untuk makam atau kuburan.
Perlindungan atas tanah-tanah makam itu perlu dilakukan, untuk mencegah
penggunaan Kraton Surakarta menyediakan empat tanah makam, yaitu purwalaya,
dakunalaya, pracimalaya dan untaralaya. Pemakaman umum milik kraton itu
dijaga abdi dalem. Khusus untuk makam raja dan putra disediakan makam
Kotagedhe dan Imogiri. Keturunan tingkat cucu dibuatkan makam Laweyan. Para
sesepuh kraton juga punya makam sendiri. Misalnya Ki Ageng Tarub, Ki Ageng
Sela, Ki Ageng Ngerang, Sunan Amangkurat Agung.
11. Bumi Perdikan
Bumi perdikan adalah tanah yang dihadiahkan kepada seseorang yang
punya jasa kepada kraton. Mereka menguasai tanah kraton tanpa ada pajak.
Pesantren, peguron, pendidikan seni budaya diberi modal tanah kraton. Pesantren
Gebang Tinatar merupakan contoh Bumi Perdikan. Di sana dijadikan pusat
pendidikan agama. Raden Ngabehi Ranggawarsita pernah belajar di Pondok
Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo.
12. Bumi Pengalasan
Bumi pengalasan adalah tanah kraton yang berfungsi untuk menjaga
kelestarian lingkungan. Gunung, bukit dan hutan merupakan sumber air yang
perlu dijaga. Sepanjang gunung Kendheng menjadi alat pengatur suhu, iklim dan
cuaca. Pegunungan Kendheng juga menjadi pengendali hama. Karena gunung
8
Kendheng berhawa panas, berminyak, tandus, dan berkapur. Kekayaan alam di
dalamnya meliputi minyak, kapur dan kayu jati. Oleh karena itu perlu regulasi
biar tidak terjadi konflik sosial. Pembagian kekayaan di sekitar gunung Kendheng
itu mesti adil dan beradab.
13. Bumi Bengkok
Bumi bengkok adalah tanah yang diberikan kepada pamong desa.
Misalnya : lurah, carik, kamituwa, dukuh, kebayan, modin, jagabaya, dan
jagatirta. Tanah ini sebagai ganti upah selama mereka mengabdi kepada desa dan
kraton. Penggunaan tanah ini sampai habis masa kerja. Setelah pensiun tanah
dikembalikan. Pengganti pensiun yaitu tanah pituwas ala kadarnya. Dengan
demikian pamong desa dapat hidup secara layak. Keluarganya bisa hidup tenang.
14. Bumi Gogol
Bumi gogol adalah tanah yang diberikan kepada para petani secara
bergilir. Peraturan tentang tanah gogol ini ditangani secara tertib dan cermat,
sehingga silang sengketa dapat dihindari. Para petani yang mendapat tanah gogol
ini mendapat kewajiban untuk membantu jaga thenguk dan jaga di pos ronda.
Jadwal jaga ini biasanya sudah dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama
pamong desa.
15. Bumi Pesanggrahan
Bumi pesanggrahan adalah tanah yang digunakan untuk bangunan yang
berfungsi sebagai tempat rekreasi, rapat, pertemuan santai, misalnya :
Pesanggrahan Deles Kemalang Klaten. Letaknya di sebelah lereng gunung Merapi
dan berhawa sejuk. Juga Pesanggrahan Pracimoharjo di Paras Boyolali.
9
Halamannya luas dan tertata indah. Pesanggrahan Madu Sita di desa Candi
Ngampel Boyolali. Tempatnya di sebelah lereng gunung Merbabu. Kemudian
Pesanggrahan Langenharjo di Sukoharjo. Letaknya di sebelah Bengawan Solo.
Semua pesanggrahan itu sering digunakan pertemuan antara raja dan rakyatnya.
D. Daftar Status Tanah
Pengertian Kraton berarti rumah atau tempat tinggal Ratu. Dalam
pengertian ini kraton sama dengan istana. Ada nama Kedaton yakni bagian dari
kraton (asal kata Dhatu). Kraton berarti negara (Nagari/negari), yakni daerah atau
wilayah tertentu yang diperintah oleh Ratu. Dalam pengertian ini kraton sama
dengan kerajaan, kingdom, state, staat atau vorstendom. (Sri Winarti, 2004: 28).
Kraton Surakarta Hadiningrat merupakan pindahan dari Kraton Kartasura.
Proses pemindahan Kraton Kartasura ke Surakarta ini dikisahkan dalam Babad
Tanah Jawi, Babad Kartasura Pacinan, dan Babad Giyanti. Dengan melihat
sejarah berdirinya Kraton Surakarta di atas, maka Sunan Paku Buwana II dapat
dikatakan sebagai raja Surakarta yang pertama. Adapun silsilah Paku Buwana II
menurut Bratadiningrat (1990) yang menuliskan riwayat beliau dalam bahasa
Jawa adalah sebagai berikut: Sinuwun Paku Buwana Senapati Ing Ngalaga
Abdurrahman Sayidin Panata Gama Khalifatullah Ingkang Kaping II Ing Negari
Surakarta Hadiningrat, putra dalem Sinuwun Prabu Amangkurat Jawa ing Negari
Kartasura. Miyos saking Permaisuri beliau GKR Kencana, putrinya Raden
Adipati Tirtakusuma ing Kudus. Nama Bendara Raden Mas Gusti Prabasuyasa.
10
Tanah Kagungan Dalem pada masa pemerintahan Sinuhun Paku Buwana
II yang disewa Gubermen Belanda pada tahun Jawa Be 1670. Sewa menyewa
tanah kraton ini menggunakan perjanjian dan peraturan yang tidak merugikan
siapa pun. Rakyat juga mendapat keuntungan.
No Lokasi Luas (karya)
No Lokasi Luas (karya)
1 Banten, Betawi 10.000 22 Jepara 12.0002 Cianjur 1.800 23 Pati 12.0003 Bandung, Pucang 1.000 24 Kudus 2.5004 Pranak, Ngancang, Pucang 800 25 Cengkalsewu,
Patikayam600
5 Sumedang 100 26 Juwono 1.0006 Nglengkungan Gallo 1.000 27 Nglasem 8007 Cikadang, Ciamis, Cikaha 1.500 28 Rembang
Jengkungan800
8 Nglajeng, Polak Kamanukan 500 29 Tuban 3.0159 Ciasem, Cibarang 500 30 Sedayu 1.19510 Gebang 100 31 Lamongan 80011 Cirebon Karang-pasundan 6.000 32 Surabaya, Bangil
Lumajang12.000
12 Sawojajar 800 33 Gresik 2.11513 Tegal 8.000 34 Malang 1.50014 Brebes 1.000 35 Cembong
Pasuruhan1.000
15 Wirodesa 1.000 36 Sumenep 5.00016 Pekalongan 12.000 37 Pamekasan 30017 Batang Pengangsalan
Sampang, Balega8.000 38 Madura, Sampang,
Balega8.000
18 Kaliwungu 1.500 39 Pemalang 1.00019 Kendal 1.000 40 Probolinggo 2.00020 Semarang 800 41 Blambangan,
Besuki, Banyuwangi
1.00021 Demak 12.000
Total 138.422(Sri Juari Santosa, 2002 : 3-4)
Kraton Surakarta Hadiningrat kemudian diperintah oleh Sunan Paku
Buwana IV. Bratadiningrat (1990) menulis riwayat Sinuwun Paku Buwana IV
dalam bahasa Jawa sebagai berikut : Sinuwun Kanjeng Susuhunan Prabu
Amangkurat Jawa Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panata Gama
11
Khalifatullah Ingkang Kaping IV Ing Negari Surakarta Hadiningrat, sinebut
Sunan Bagus, putra dalem Sinuwun Paku Buwana III, ingkang nomer 17 miyos
saking permaisuri Ratu Kencana. Nama BRM Gusti Subadya.
Hasil karyanya dalam bidang kesusasteraan di antaranya: Serat
Wulangreh, Serat Wulang Sunu, Serat Wulang Putri, Serat Wulang Tata Krama,
Donga Kabulla Mataram, Cipta Waskitha, Panji Sekar, Panji Raras, Panji
Dhadhap, Serat Sasana Prabu, dan Serat Polah Muna-Muni. Paku Buwana IV
dalam pandangan masyarakat Jawa namanya harum sekali (Darusuprapta, 1982:
14). Serat Wulangreh sampai sekarang sangat populer di lingkungan kebudayaan
Jawa. Orang Jawa sangat memperhatikan ajaran-ajaran dalam Serat Wulangreh itu
untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketajaman moral dan intelektual
diperlukan agar manusia tepat dalam meniti karier hidup.
Tanah Kagungan Dalem di daerah Kedu yang disewa Gubermen Inggris
pada tahun Jawa Alip 1739 saat pemerintahan Sinuhun Paku Buwana IV. Dengan
menyewakan tanah-tanah tersebut, maka pihak kraton mendapat keuntungan yang
berlipat ganda, demi kesejahteraan rakyat.
No Nama lokasi atau Abdi Dalem yang
mula-mula menggaduh
Luas (karya)
No Nama lokasi atau Abdi Dalem yang mula-mula
menggaduh
Luas (karya)
1 Cokrokusuman 331 12 Bupati Kaparak Tengen 692,52 Mangkubumen 205 13 Bupati Kaparak Kiwo 439,53 Buminatan 36 14 Bupati Gedhong Tengen 2254 Pamotan 56 15 Bupati Gedhong Kiwo 4305 Singosaren 25 16 Bupati Ngajeng 1.0806 Panularan 68 17 Bupati Kauman 207 Kaprabon 65 18 Bupati Demang Hurawan 888 Bupati Siti 3.284 19 Bupati Hanon-anon 422
12
9 Bupati Panumping 2.151 20 Bupati Kadipaten termasuk putra sentana
1.23310 Bupati Hageng 384,511 Bupati Kapatihan 852 21 Bupati Gamel 300
Total 12.389,5(Sri Juari Santosa, 2002 : 4)
Surakarta Hadiningrat kemudian diperintah oleh Sinuwun Paku Buwana
V. Bratadiningrat (1990) menulis riwayat Paku Buwana V dalam bahasa Jawa
sebagai berikut : Sinuwun Ingkang Kaping V putra dalem Sinuwun Paku
Buwana IV, miyos saking permaisuri GKR Kencana, putrinya Adipati
Cakradiningrat, ing Pamekasan Madura. Nama Bendara Raden Mas Gusti
Sugandi. Yuswa setunggal setengah warsa katilar seda ibu, lajeng kaitik-itik rama
dalem piyambak.
Sri Sunan Paku Buwana VII memberi perintah menyalin Serat Centhini
baku ciptaan Sunan Paku Buwana V, dengan tinta mas berhuruf Jawa. Serat
Centhini itu dijadikan delapan jilid mulai dari Keramaian Terbangan, Sya'iran
dan Sulapan di Kabupaten Wirosobo sampai Pertunjukan Topengan di Krajan
Lembuasta dan Trenggalek. Serat Centhini baru ini memuat 280 pupuh dan
berisikan semua cerita-cerita porno tulisan Sri Sunan Paku Buwana V sendiri,
ketika beliau masih menjadi Pangeran Mahkota yang disisipkan sebagai selingan
di antara wejangan-wejangan pembicaraan-pembicaraan suci yang diberikan oleh
para ahli ilmu tarekat kepada para murid-murid atau tetamunya. Serat Centhini
tersebut merupakan sumber ilmu pengetahuan (Soekirman, 2012: 9-10).
Tanah Kagungan Dalem di daerah nJawi Kori yang disewa Gubermen
Belanda pada tahun Jawa Jimawal 1749 saat pemerintahan Sinuhun Paku
13
Buwono V. Penggunaan tanah oleh pihak asing tetap memperhatikan aturan yang
telah disepakati. Tidak ada kerugian dan semua pihak diuntungkan.
No Nama Abdi Dalem yang mula-mula menggaduh
Luas (karya) Uang sewa (Rp.)
1 Kapatihan 100 6.6722 Ngajeng 40 6.1713 Hageng 32 2.5484 Siti 96 7.866,55 Panumping 48 5.9896 Sewu 52 5.785,57 Kaparak Tengen 46 5168 Gedhong Tengen 60 5.772,59 Kebumen 16 1.212
10 Kadipaten 150 28.74811 Para Gusti 2 120
Total 642 70.411(Sri Juari Santosa, 2002 : 5)
Kraton Surakarta Hadiningrat kemudian diperintah oleh Sinuwun Paku
Buwana VI. Bratadiningrat (1990) menulis riwayat Sinuwun Paku Buwana VI
dalam bahasa Jawa sebagai berikut : Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat
Jawa Senapati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panata Gama Khalifatullah
Ingkang Kaping VI ing Negari Surakarta Hadiningrat sinebut Sunan Bangun
Tapa, putra dalem Sinuwun Paku Buwana V nomer 11, miyos saking garwa
ampeyan Raden Ayu Sasrakusuma. Nama GRM Sapardan. Silsilahipun Sinuwun
Paku Buwana VI. saking ibu dalem Raden Ayu Sasrakusuma.
Paku Buwana VI berdiri di belakang perjuangan Pangeran Diponegoro
(1825-1830), sehingga beliau diasingkan ke Ambon oleh penjajah Belanda. Pada
masa pemerintahan Paku Buwana VI karya sastra yang dihasilkan tidak begitu
banyak. Pasca perang Dipanegara ini kekuatan politik para raja Jawa, khususnya
Mataram yang sudah terpecah menjadi empat kerajaan kecil-kecil, mengalami
14
kemerosotan. Ketenangan politik ini mendorong para elit pribumi dan kaum
bangsawan untuk aktif dalam kehidupan sastra dan budaya, yang ternyata juga
efektif sebagai sarana legitimasi. Sinuwun Paku Buwana memerintah antara tahun
1823-1830 dan wafat pada 1849 di pengasingan. Putra Paku Buwana VI ini kelak
ada yang menjadi raja dengan gelar Sinuwun Paku Buwana IX.
Tanah Kagungan Dalem di daerah Brang Kilen, Brang Wetan yang disewa
Gubermen Belanda pada tahun Jawa Jimawal 1757 saat pemerintahan Sinuhun
Paku Buwana VI. Uang sewa yang diperoleh kraton tersebut digunakan untuk
biaya pembangunan di segala bidang.
No Nama Abdi Dalem yang mula-mula menggaduh
Luas (karya) Uang sewa (Rp.)
1234567
89101112131415161718
Kediri Brang WetanKediri Brang KilenSarenganPaceNganjukCarubanPonorogo, Jogogamping, Pacitan, Lorog, Panggul, SambangKampulJogorogoKuwuBanyumasPanjerPageten, Ledok, GowongGemo, Jati, Malang, WiroDuduwoloPangrembe Banyumas, ParicandonanJoyoluwur, TambakanSingomertan, Telogo Kawiren
7.0001.0001.000
700125600
11.630298
1.50025
3.000800
8.0075050
566228328
26.5005.3006.450
8205.2265.226
17.78618.4722.8723.680
60.0716.600
18.869866306
38.8002.1009.530
Total 36.907 223.066
(Sri Juari Santosa, 2002 : 5-6)
Nenek moyang kita terlalu gemi nastiti, hemat cermat, dan efektif efisien
dalam menggunakan tanah. Mereka membagi tanah berdasarkan keperluan serta
kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dengan mengatur dan
15
menggunakan tanah secara benar, maka silang sengketa antar warga dapat
dihindari. Tanah pun menjadi barang produktif yang dapat mendatangkan
kemakmuran.
E. Penutup
Berdasarkan analisis dan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Kraton Surakarta telah mewariskan tradisi, distribusi, klasifikasi dan regulasi
pertanahan dengan teliti, cermat, merakyat dan berkeadilan. Suri teladan tersebut
hendaknya menjadi bahan introspeksi dan refleksi bagi generasi sekarang.
Pembagian tanah Kraton Surakarta sesuai dengan keperluan membuat
penduduk dapat hidup tenang, aman dan damai. Petani dapat mewujudkan murah
sandang, pangan dan papan. Surplus pertanian diwujudkan Kraton Surakarta
selama berabad-abad. Pencetus gemilang yang patut dilestarikan. Mereka
berdaulat atas tanah dan negerinya. Pada masa Kraton Surakarta pula kebudayaan
Jawa memperoleh prestasi gemilang.
Anjuran buat pemerintah masa kini, hendaknya bersedia mempelajari
sistem pertanahan Kraton Surakarta pada masa lampau. Kebijakan pertanahan
perlu pengalaman, sehingga semua pihak diuntungkan. Kesejahteraan dan
kemakmuran menjadi prioritas utama dalam menggunakan tanah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bratadiningrat, 1990. Asalsilah Warni-warni. Surakarta : Sasana Wilapa. Darsiti Suratman, 2001. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1839 – 1930.
Yogyakarta : YUI.
Darusuprapta, 1986. Serat Wulangreh. Surabaya: Citra Jaya Murti.
Julianto Ibrahim, 2004. Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan. Wonogiri : Bina Citra Pustaka.
Rouffaer, 1931. Vorstenlanden s Gravenhage. Martinus Nijhoff.
Sajid, 1984. Babad Sala. Surakarta : Reksa Pustaka.
Schelma, 1985. Bagi Hasil di Hindia Belanda. Jakarta : Yayasan Obor.
Soekirman, 2012. Ensiklopedi Ilmu Serat Centhini. Yogyakarta : Pura Pustaka.
Sri Juari Santosa, 2002. Suara Nurani Keraton Surakarta. Yogyakarta : KSD.
Sri Winarti, 2004. Sekilas Sejarah Karaton Surakarta. Surakarta : Cendrawasih.
Suhartono, 1991. Apanage dan Bekel Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830 – 1920. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Wiranegara, 2005. Paku Buwana XII Berjuang untuk Sebuah Eksistensi. Jakarta: IKJ.
17