Download - AKRUAL 3 (1) (2011): 1-14
AKRUAL 3 (1) (2011): 1-14 e-ISSN: 2502-6380
AKRUAL Jurnal Akuntansi
http://fe.unesa.ac.id/ojs/index.php/akrl
1
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK PEMERINTAH
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Sri Hastuti
Dyah Ratnawati H
Email: [email protected]
Artikel diterima: 30 Agustus 2011
Terakhir direvisi: 29 Oktober 2011
Abstract
Performance or performance of bank is the image of reached achievement in banking
operational in all aspect, covering monetary management of bank and ability of
bank’s assets had to yield profit efficiently, so bank can stay and compete in the
middle of inflation distortion and policy of Bank Indonesia, hence the bank had to
have up to standard performance or performance - condition health of bank
determined by Bank Indonesia. This research aim to analyse and prove the difference
flattens which isn't it in monetary performance Private National Bank and State Bank
pursuant to ratioes of CAMEL. Sampel the used to amount to 12 banks, consist of 9
Private National Bank and 3 taken State Bank pursuant to Purposive Sampling with
criterion enlist in Indonesia Stock Exchange (BEI), routine deliver financial
statement, period of year 2005-2007.
Keywords: Monetary Performance of Bank, Ratio of CAMEL, Private National Bank,
State Bank.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak
di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998
tentang perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Salah satu sektor yang paling berperan dalam perekonomian nasional adalah
sektor perbankan. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk
perbankan. Salah satu dampaknya adalah kolapsnya sejumlah bank-bank karena
dianggap tidak layak lagi untuk meneruskan bisnisnya.
2
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan, sebanyak 16 bank umum telah
dicabut ijinnya pada tanggal 1 November 1997. Menyusul kemudian pada tanggal 13
Maret 1999 sebanyak 38 bank lain dinyatakan tidak boleh lagi meneruskan
kegiatannya atau dilikuidasi. Agar suatu bank mampu bertahan dan bersaing dengan
bank-bank lainnya, maka bank tersebut harus memiliki performance atau kinerja yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan bank yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
Menurut Abdullah (2004: 120), kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja
bank secara keseluruhan. Kinerja atau performance bank secara keseluruhan ini
adalah gambaran prestasi yang dicapai dalam operational perbankan dalam segala
aspek. Analisis kinerja keuangan ini bermaksud untuk mengetahui keberhasilan
pengelolaan keuangan bank dan mengetahui kemampuan bank dalam
mendayagunakan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan profit secara efisien,
selain itu untuk memprediksi kesehatan suatu bank.
Dalam dunia perbankan Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah
CAMEL. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) Nomor
26/23/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank, serta Surat Edaran Gubernur BI Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993
tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Faktor CAMEL
meliputi, permodalan (Capital), kualitas aktva produktif (Assets Quality), manajemen
(Management), rentabilitas (Earnings), likuiditas (Liquidity). CAMEL tidak sekedar
mengukur tingkat kesehatan bank, tapi digunakan sebagai indikator dalam menyusun
peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank. Menurut Nasser dan Aryati (2000:
112-113), tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu
sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank
yang bersangkutan.
Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi
tentang laporan keuangan dalam mengevaluasi dan menginterpretasikan data laporan
keuangan, salah satu caranya adalah dengan analisis rasio. Melalui analisis rasio ini,
investor ataupun kreditor dapat mengukur kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
oleh suatu perbankan. Hasil analisis laporan keuangan dapat membantu dalam
menginterpretasikan berbagai hubungan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di
masa mendatang. Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan dapat
diukur dengan rasio keuangan CAMEL, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
penampilan perbankan yang meliputi Capital Adequacy (Permodalan), Assets Quality
(Kualitas Aktiva Produktif), Management of Risk (Manajemen Resiko), Earning
Ability (Rentabilitas), Liquidity (Likuiditas). Variabel CAR, RORA, ROA, rasio
kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dan rasio kredit terhadap dana
yang diterima signifikan untuk membedakan antara bank sehat dengan yang gagal
dan NPM, BOPO tidak signifikan selama 5 tahun sebelum gagal (Aryati dan Manao,
2002).
Faktor permodalan penting dalam rangka pengembangan usaha dan
menampung risiko kerugian. Faktor permodalan dinilai dengan Capital Adequacy
Ratio (CAR). Ukuran CAR terbaik ditetapkan 8%. Itu sebuah ketentuan baku dan
3
lazim digunakan di dunia perbankan sedangkan untuk bobot CAR adalah 20%. Faktor
kuailtas aktiva produktif digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan aktiva
produktif yang bermasalah dan pembentukan cadangan khusus untuk menampung
kerugian akibat menurunnya kualitas akitva produktif, faktor ini diukur dengan
Return On Risk Asset (RORA). Faktor manajemen diukur berdasarkan Net Profit
Margin (NPM), hal ini merupakan inti dari pengukuran perbankan dimana seluruh
kegiatan manajemen suatu bank pada akhirnya akan bermuara pada perolehan laba
bank tersebut. Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba dan tingkat efisiensi, baik dari kegiatan operasional maupun non
operasional dalam suatu periode, faktor ini dinilai dengan menghitung Return Of
Assets (ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Angka ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dengan rata-rata
asset total dengan standar terbaik 1,5%. Untuk bobot ROA sebesar 10% dan BOPO
10%. Faktor likuiditas merupakan faktor untuk mengukur tingkat kemampuan bank
dalam melunasi kewajiban-kewajibannya pada saat ditarik atau jatuh tempo, faktor ini
dinilai dengan Banking Ratio (BR). Perusahaan yang besar mempunyai komponen
rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio keuangan tersebut akan
digunakan untuk memprediksi laba masa mendatang,dan Variabel CAR, RORA,
ROA, rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dan rasio kredit
terhadap dana yang diterima signifikan untuk membedakan antara bank sehat dengan
yang gagal dan NPM, BOPO tidak signifikan selama 5 tahun sebelum gagal
(Machfoedz, 1994 dalam Nasser dan Aryati, 2000).
Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis dan membuktikan apakah
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dalam kinerja keuangan antara Bank
Swasta Nasional dan Bank Pemerintah berdasarkan CAMEL.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian dan Peranan Bank
Bank sering kali disebut sebagai lembaga kepercayaan karena peran
intermediasi keuangan yang dijalankan oleh bank terkait dengan penghimpunan dana
dan penyaluran dana dalam masyarakat. Pengertian bank sebagaimana diatur dalam
pasal 1 UU Nomor 7/1992 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalm bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Abdullah, 2004: 17). Melalui
pengertian tersebut diatas mencerminkan dua peran bank baik sebagai financial
intermediet maupun institute of economic development.
Bank dapat diartikan secara sederhana sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2003: 2).
Melalui pengertian tersebut, kegiatan bank sebagai lembaga keuangan yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dalam hal ini bank
sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi dengan harapan memperoleh
bunga dari hasil simpanannya serta memudahkan untuk melakukan transaksi
4
pembayaran, menyalurkan dana ke masyarakat dengan memberikan pinjaman (kredit)
agar bank terhindar dari kerugian akibat tidak dikembalikannya pinjaman yang
disalurkan bank.
Pengertian bank dari berbagai sumber lain dalam Dendawijaya (2001: 25),
sebagai berikut :
1. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana
atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”.
2. “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya
dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru
berupa uang giral” (G.M. Verryn Stuart).
3. “Bank adalah badan yang usaha utamanya menciptakan kredit” (Suyatno,
1996:1).
4. “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam
jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda
berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain” (A. Abdurrachman,
Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan).
Jenis-jenis Bank
Dalam praktiknya perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan, namun kegiatan
utama perbankan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya. Karena luasnya mengenai
lingkup perbankan, bank dibedakan menurut beberapa kelompok, berdasarkan fungsi
dan peranannya (Ruddy 1996: 4), antara lain:
Menurut fungsinya
a. Bank umum adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan
masyarakat, terutama giro, tabungan dan deposito serta pemberian kredit jangka
pendek dalam penyaluran dananya.
b. Bank sentral adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara.
c. Bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
berasal dari penerimaan simpanan dalam bentuk deposito serta komersial jangka
panjang dan menengah.
d. Bank desa adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program
pemerintah memajukan sektor pedesaan serta peningkatan produksi pertanian,
terutama pangan.
e. Bank Perkreditan Rakyat adalah kantor bank di kecamatan yang merupakan unsur
penghimpunan dana masyarakat maupun menyalurkan dananya ke sektor
pertanian atau pedesaan.
5
Menurut kepemilikannya
a. Bank Pemerintah adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan
Negara yang dipisahkan dan pendiriannya dibawah undang-undang tersendiri.
b. Bank Swasta Nasional adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk
hukum perseroan terbatas dimana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI atau
badan hukum di Indonesia.
c. Bank Koperasi adalah bank yang pengoperasiannya berlandaskan hukum koperasi
dan anggotanya terdiri dari badan hukum koperasi.
d. Bank Swasta Asing adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang
sudah ada di luar negeri.
e. Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang pendiriannya berdasarkan
peraturan daerah tingkat I dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah
daerah tingkat II di wilayah bersangkutan dan modalnya merupakan harta
kekayaan milik pemerintah daerah yang dipisahkan.
Laporan Keuangan Perbankan
Setiap perusahaan, baik bank maupun non-bank pada periode tertentu akan
melaporkan semua kegiatan keuangannya. Menurut Kasmir (2003:239), laporan
keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan dari laporan
ini akan terbaca mengenai kondisi bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki.
Menurut Myer dalam Munawir (2000:5), laporan keuangan adalah dua daftar
yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar
rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-
perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang
tidak dibagikan (laba yang ditahan).
Menurut Abdullah (2004:106), laporan keuangan adalah sebagai bentuk
pencatatan keuangan secara sistematis dan metodologis tentang posisi keuangan
maupun hasil operasi keuangan perusahaan pada suatu periode waktu tertentu.
Kinerja Keuangan Perbankan
Menurut Abdullah (2004:120), kinerja keuangan perbankan merupakan
bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank dicapai
secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan
penyaluran dan teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.
6
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan dengan Metode CAMEL
Menurut Abdullah (2004:120), analisis kinerja keuangan bank merupakan
proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasikan dan memberi solusi terhadap keuangan
bank pada suatu periode tertentu. Analisis laporan keuangan yang umumnya disajikan
di analisis berdasarkan tingkat kesehatan suatu bank, BI telah menetapkan sebuah
ketentuan bahwa alat analisis yang digunakan adalah CAMEL. Hal ini sesuai dengan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (BI) Nomor 26/23/KEP/DIR tanggal 29 Mei
1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, serta Surat Edaran
Gubernur BI Nomor 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Penilaian kinerja bank dengan teknik analisis CAMEL sebagai akronim
Capiital, Assets Quality, Management, Earnings dan Liquidity dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
1. Melakukan review data laporan keuangan (Neraca dan Laporan Laba-Rugi)
dengan sistem akuntansi yang berlaku maupun penjelasan lain yang mendukung.
2. Menghitung angka rasio masing-masing aspek CAMEL.
3. Menghitung nilai kotor masing-masing rasio.
4. Menghitung nilai bersih masing-masing rasio dengan jalan mengalikan nilai kotor
masing-masing dengan standart bobot masing-masing rasio.
5. Menjumlahkan nilai bersih rasio CAMEL.
6. Membandingkan hasil penjumlahan keseluruhan rasio CAMEL dengan standart
Bank Indonesia.
Setiap rasio keuangan bank yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai
yang artinya tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa banyak rasio yang
terdapat pada setiap aspek CAMEL yang harus dianalisis, berikut ini analisis masing-
masing aspek CAMEL (Faud dan Rustan, 2005:287) yaitu :
1. Capital
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh suatu bank. Salah
satu penilaiannya dengan menggunakan metode CAR (Capital Adequacy Ratio)
yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aset beresiko.
2. Assets Quality
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu
bank yang diukur dengan 2 macam, yaitu :
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasi terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang
diklasifikasikan.
3. Management
Penilaian didasarkan kepada manajemen dibagi dalam 5 kelompok yaitu
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen
likuiditas dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250
pertanyaan yang diajukan.
7
4. Earnings
Penilaian ini didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu dengan melihat
kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian ini didasarkan atas 2
macam, yaitu :
a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets).
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
5. Liquidity
Penilaian ini didasarkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban segeranya. Perhitungan didasarkan kepada 2 macam rasio, yaitu :
a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan
termasuk aktiva lancar adalah kas, giro pada BI, SBI, SBPU yang sudah
diendos oleh bank lain.
b. Rasio antar kredit terhadap dana yang diterima oleh bank.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disusun kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
H1: Bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah berdasarkan CAMEL.
Kinerja keuangan Bank
Swasta Nasional (µ1)
berdasarkan :
1. Capital
2. Assets Quality
3. Management
4. Earnings
5. Liquidity
Kinerja keuangan Bank
Swasta Nasional (µ2)
berdasarkan :
1. Capital
2. Assets Quality
3. Management
4. Earnings
5. Liquidity
Uji t Beda
8
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Pada penelitian ini kinerja keuangan merupakan gambaran prestasi yang
dicapai bank dalam operasionalnya, (Abdullah 2004:120), yang dianalisis
berdasarkan rasio keuangan, dengan indikator
a) Capital (Permodalan)
Kecukupan capital atau modal dianalisis dengan menggunakan rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan membandingkan capital atau modal dengan aset
beresiko.
CAR = s Securitie Loans Total
Equity
x 100%
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio dengan
satuan pengukuran data adalah persentase.
b) Assets Quality (Kualitas Aset)
Kualitas aktiva produktif berkaitan dengan kelangsungan bank, dan manajemen
bank dituntut untuk senantiasa memantau dan menganalisis kualitas aktiva
produktif secara periodik (Sinungan,1994: 58).
Return On Risk Asset (RORA) yaitu suatu pengukuran besarnya resiko dan
terjadinya kerugian yang mengakibatkan penurunan terhadap usaha bank yang
bersangkutan sampai sejauh mana masih dapat ditutupi oleh modal.
RORA = s Securitie Loans Total
Tax BeforeEarning
x 100%
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio dengan
satuanpengukuran data adalah persentase.
c) Management (Manajemen)
Manajemen merupakan kemampuan menjamin bank dalam memperoleh laba atau
margin yang menunjukkan bahwa aktiva bisnis telah dikelola secara efisien oleh
pihak manajemen. (Dendawijaya, 2001: 122 ).
Aspek manajemen dianalisis dengan menggunakan profit margin atau Net Profit
Margin (NPM), yaitu rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang
diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang dikurangi dengan biaya
kegiatan operasionalnya (Dendawijaya, 2001: 122).
NPM = IncomeOperating
IncomeNet
x 100%
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio dengan
satuan pengukuran data adalah persentase.
9
d) Earnings (Rentabilitas)
Rentabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan hasil usaha dalam
kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam persentase aset dan modal (Muljono,
1900:54). Hasil usaha bank dapat berupa kerugian yang diderita dan laba yang
diperolehnya, oleh karena itu rentabilitas merupakan indikator penting untuk
melihat keberhasilan manajemen bank.
Earnings atau rentabilitas dianalisis dengan Return Of Assets (ROA) dan Beban
Operasional (BOPO) adalah variabel yang digunakan untuk mengukur rentabilitas
bank.
ROA =
aktivaTotal
pajaksebelumLabax 100%
Sumber : (Titik Aryati, 2002 : 142)
BOPO = lOperasionaPendapatanTotal
lOperasionaBebanTotal
x 100%
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio dengan
satuan pengukuran data adalah persentase.
e) Liquidity (Likuiditas)
Likuiditas merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus
segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.
Aspek likuiditas dianalisis dengan Banking Ratio (BR) yaitu salah satu variabel
dari aspek likuiditas dengan melihat jumlah kredit terhadap jumlah pinjaman.
Banking Ratio =
DepositTotal
LoansTotalx 100%
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan menggunakan skala rasio dengan
satuan pengukuran data adalah persentase.
Teknik Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 23 bank, terdiri dari 20 bank swasta
dan 3 bank pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2005-
2007.
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel nonprobabilitas yang berdasarkan
ciri - ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel, dan sampel tersebut merupakan
representative dari populasi. (Sumarsono, 2001:52). Kriteria yang ditetapkan dalam
pemilihan sampel penelitian ini sebagai berikut :
10
1. Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang memiliki laporan keuangan selama periode 2005-2007.
3. Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang rutin menyerahkan laporan
keuangan.
4. Periode masing - masing bank swasta nasional dan bank pemerintah yang diteliti
adalah 3 tahun, antara tahun 2005-2007.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 12 bank yang terdiri dari 9 Bank Swasta
Nasional dan 3 Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan perbankan berupa neraca dan laporan laba/rugi bank swasta nasional dan
bank pemerintah yang diperoleh dalam bentuk Indonesia Captal Market Directory
(ICMD) yang berada di Bursa Efek Indonesia.
Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Untuk menjawab permasalahan, tujuan dan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian, maka metode analisis yang digunakan adalah Independent Sample t-Test
(uji t untuk dua sampel independen). Akan tetapi, terlebih dahulu dilakukan review
atas data laporan keuangan dan menghitung rasio-rasio CAMEL seperti yang telah
ditentukan dalam penelitian, setelah itu dilakukan pengujian Independent Sample t -
Test. Untuk mengolah data yang ada digunakan alat bantu komputer dengan program
SPSS. 12.0, dimana pada output SPSS terdiri dari serangkaian pengujian yaitu
Levene’s Test For Equlity Of Variance yang digunakan untuk menguji varians
populasi.
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
varians populasi adalah identik (homogen).dan sebaliknya Jika probabilitas < 0,05
maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians populasi adalah berbeda
(tidak homogen).
Berdasarkan hasil Levene’s Test For Equality Of Variance nantinya akan
diperoleh kesimpulan bahwa kedua varians populasi adalah homogen atau tidak
homogen yang akan menentukan rumus t hitung pada tahap pengujian t - Test For
Equality Of Means yang digunakan untuk menguji rata - rata populasi.
Jika t hitung > t tabel atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Hi
diterima, jika thitung < ttabel atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Hi ditolak
(Santoso 2001:96-99)
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengujian dengan menggunakan metode Independent Sample t-Test
yang telah dilakukan, dapat diringkas sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji t
L e v e n e ’ s T e s t F o r
Equality Of Variance
T - Test For Equality Of
Means Keterangan
NO RATIO F hitung Prob.(Sig) t
hitung t tabel Prob.(sig)
1 CAR 8,583 0,006 1,212 2,181 0,235 Sama / identik
2 RORA 0,807 0,375 -0,645 2,042 0,523 Sama / identik
3 NPM 0,178 0,676 -0,366 2,042 0,717 Sama / identik
4 ROA 6,639 0,014 -0,95 2,181 0,365 Sama / identik
5 BOPO 0,197 0,66 0,339 2,042 0,737 Sama / identik
6 BR 8,981 0,005 2,66 2,181 0,013 Berbeda Sumber : Data diola penulis
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat satu variabel
yang berbeda secara signifikan antara kinerja keuangan Bank Swasta Nasional
dengan Bank Pemerintah berdasarkan Capital, Assets Quality, Management,
Earnings, dan Liquidity (CAMEL) yang dianalisis dengan Independent Sample t-Test
(uji t untuk dua sampel independen) . Yang terlebih dahulu diuji dengan Levene’s
Test For Equlity Of Variance untuk menguji varians populasi dan t-Test For Equality
Of Means untuk menguji rata-rata populasi. Variabel yang berbeda tersebut terletak
pada rasio Liquidity yang diukur dengan Banking Ratio (BR).,dimana (sig) < 0,05.
Analisis kinerja keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis
terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur,
menginterpretasikan dan memberikan solusi terhadap keuangan bank pada suatu
periode tertentu. Analisis laporan keuangan yang umumnya disajikan, di analisis
berdasarkan tingkat kesehatan suatu bank. Bank Indonesia telah menetapkan sebuah
ketentuan bahwa alat analisis yang digunakan adalah CAMEL.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan antara kinerja keuangan Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah
berdasarkan Capital, Assets Quality, Management, Earnings, tetapi terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Swasta Nasional dan Bank
Pemerintah berdasarkan Liquidity.
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Asset (RORA), Net Profit
Margin (NPM), Return Of Assets (ROA), Beban Operasional (BOPO) tidak
menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan antara Bank Swasta Nasional dan
Bank Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan adanya kenaikan BI Rate yang membawa
dampak yang cukup luas meliputi kenaikan kredit macet, terganggunya fungsi
intermediasi hingga penurunan spread perbankan yang cukup signifikan sebagai
akibat dari inflasi yang melonjak tajam, sehingga pemerintah selaku otoritas fiskal
dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter sepakat untuk meredam inflasi dengan
12
menaikkan BI Rate untuk menyerap kelebihan likuiditas rupiah di pasar dengan
harapan agar masyarakat tetap percaya terhadap rupiah.
Sesuai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal 5 Juni 2008, BI dan
Pemerintah sepakat meredam lonjakan laju inflasi akibat kenaikan harga BBM
dengan menaikkan BI Rate. Kenaikan BI Rate itu untuk mendorong masyarakat tetap
percaya terhadap rupiah. Banking Ratio menunjukkan perbedaan rata-rata yang
signifikan antara Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah. Hal ini dapat
disebabkan karena total kredit yang diberikan dibandingkan dengan total deposit yang
diterima menurun. Hal ini bisa terjadi karena terdapat banyak kredit bank yang
menunggak atau belum dilunasi pada saat jatuh tempo.
Tidak adanya perbedaan rata-rata NPM yang signifikan antara Bank Swasta
Nasional dan Bank Pemerintah mungkin disebabkan adanya proporsionalitas antara
Net Income dengan Operating Income. Bank Pemerintah akan mendapatkan net
income-nya yang besar dan operating income-nya juga sebanding atau proporsional
dengan net income-nya, demikian juga sebaliknya untuk Bank Swasta Nasional.
Adanya proporsionalitas tersebut mungkin merupakan penyebab tidak adanya
perbedaan rata-rata BOPO antara Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah.
Sesuai penjelasan dalam penelitian Aryati dan Manao (2002), bahwa NPM
dan BOPO antara bank yang sehat dan bank yang gagal tidak terdapat perbedaan
yang signifikan karena adanya proporsionalitas antara Net Income dan Operating
Income, bank yang sehat akan mendapatkan Net Income lebih besar dan Operating
Income-nya juga sebanding atau proporsional dengan Net Income-nya, hal ini juga
mungkin yang menyebabkan tidak adanya perbedaan rata-rata BOPO antara bank
yang sehat dan bank yang gagal.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai “Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat
perbedaan rata-rata yang sinifikan antara kinerja keuangan Bank Swasta Nasional dan
Bank Pemerintah berdasarkan Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kinerja keuangan Bank Swasta
Nasional dan Bank Pemerintah berdasarkan Liquidity.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal, 2004, Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan
Bank. Edisi Pertama, Penerbit Universitas Muhammdiyah, Malang.
Anonim, 2007, Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan
Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
----------, 2008, “Bank-Bank Dibakar Inflasi”, Info Bank, Edisi Juni no. 351, hal. 14.
----------, 2008, “Kriteria Penting Rating 125 Bank”, Info Bank, Edisi Juni No. 351,
hal. 18.
----------, 2008, “Tahan Bunga untuk Jaga Rupiah”, Surya, 08 November, hal. 5.
----------, 2008, “Perbankan Masih Sehat”, Jawa Pos, 21 November, hal. 8.
----------, 2008, “Bunga Kredit Segera Turun”, Surya, 05 Desember, hal. 5.
----------, 2008, “BI Waspadai Kredit Macet”, Surya, 10 Desember, hal. 6.
----------, 2008, “NPL Bank Diprediksi Naik”, Surya, 16 Desember, hal. 5.
---------, 2008, “BI Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi”, Surya, 19 Desember,
hal. 5.
Aryati, Titik dan Hekinus Manao, 2002, Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Bank
Bermasalah di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 2,
Mei, hal 137-147.
Dendawijaya, Lukman, 2001, Manajemen Perbankan. Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Faud, Moh. Ramly dan M. Rustan, 2005, Akuntansi Perbankan: Petunjuk Praktis
Operasional Bank. Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Munawir, 2000, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Mongid, Abdul, 2002, Accounting Data and Bank Failure: A Model for Indonesia,
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari, hal. 17-34.
Nasser, Etty M. dan Titik Aryati, 2000, Model Analisis CAMEL untuk Memprediksi
Financial Distress pada Sektor Perbankan yang Go Publik, Jurnal Akuntansi
dan Auditing Indonesia, Vol. 4, No. 2, Desember, hal. 111-127.
Setyaningsih, 2001, Faktor-Faktor Struktur Keuangan Bank yang Berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan pada Saat Krisis Ekonomi di
Indonesia, Ventura, Vol. 4, No. 2, September, hal. 1-11.
Sugiyono, 1999, Statistik Untuk Penelitian. Penerbit CV. ALFABETA, Bandung.
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi. Edisi Revisi, Surabaya.
Surifah, 2002, Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan
Setelah Krisis Ekonomi, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 6, No.
2, Desember, hal. 23-42.
Wijaya, Andi, 2005, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Sebelum dan
Sesudah Go Public di BES dengan Menggunakan Metode CAMEL, Skripsi,