Laporan Praktikum Dosen PembimbingPengolahan Limbah Drs. Edward HS, MS
ANALISA TPH (TOTAL PETROLEUM HYDROCARBON)PADA PENCEMARAN TANAH
Kelompok : II (Dua)
Nama : Rita P. Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub J. Silaen (1107036648)
LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES KIMIA
PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2013
Abstrak
Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) didefinisikan sebagai metoda analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah hidrokarbon minyak bumi dalam suatu media. Percobaan analisa TPH pada pencemaran tanah ini bertujuan untuk mengetahui persen TPH dari sampel tanah yang diuji. Percobaan dilakukan dengan mengekstraksi petroleum hidrokarbon yang terkandung di dalam sampel tanah dengan menggunakan pelarut n-Heksan. Solven yang mengandung petroleum hidrokarbon kemudian dioven sehingga didapat petroleum hidrokarbon dengan berat 0,4 gram. Berdasarkan hasil percobaan, didapat harga TPH sampel tanah yang diuji sebesar 4%. Nilai ini melebihi batas ambang TPH yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003, yaitu hanya 1%. Ini berarti, sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini tercemar, sehingga apabila tanah ini tidak diolah (bioremediasi), maka akan menimbulkan dampak negatif bagi manusia, pada pertumbuhan berbagai tanaman ataupun perlindian pada air tanah.Kata Kunci :Total petroleum hidrokarbon, bioremediasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) pada
pencemaran tanah yaitu untuk mengetahui persentase TPH sampel tanah yang
diuji.
1.2. Dasar Teori
Aktivitas industri perminyakan (pengeboran, pengilangan, proses produksi
dan transportasi) umumnya menghasilkan limbah minyak dan terjadi tumpahan
baik ditanah maupun perairan. Limbah tumpahan tersebut akan semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas industri perminyakan
dilapangan (Udiharto, 1996 dalam Edward, dkk. 2013). Usaha penanggulangan
minyak bumi secara konvensional hasilnya kurang memuaskan. Membuang bahan
pencemar minyak bumi ketanah dapat mengakitbatkan tercemarnya tanah, dimana
tanah akan menjadi tandus dengan tumbuhnya dekomposer ditanah dan dengan
membenamkan kedalam tanah tidak menanggulangi masalah, bahkan dapat
meresap ke air tanah dan mencemari perairan.
Maka untuk usaha pengolahan tanah tercemar minyak bumi lebih lanjut
perlu dilakukan analisa kandungan minyak yang terdapat ditanah tercemar
tersebut untuk dicarikan solusi lebih lanjut (bioremediasi). Keberadaan limbah
minyak ditanah harus sesuai dengan kriteria nilai akhir yang diperkenankan untuk
dibuang kelingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Nilai batas aman yang telah ditentukan yaitu dibawah 10000 µg/g
(KEMEN LH No. 128 Tahun 2003)
1.2.1 Minyak Bumi
Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawa organik
dari sulfur, oksigen, dan senyawa-senyawa yang mengandung konsituen logam
terutama nikel, besi, dan tembaga. Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan
yang uniform, melainkan komposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur. Dalam minyak bumi
parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97% sedangkan
dalam jenis asphalitik berat paling murah 50% komponen hidrokarbon. Unsur-
unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil
analisa, diperoleh data sebagai berikut :
Karbin : 88,3-0,87%
Hydrogen : 10-14%
Nitrogen : 0,1-2 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga bagian,
yaitu :
Golonganparafinik
Golongannephthenik
Golonagan aromatic
Sedangkan golongan olefenik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil,
demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang. Crude oil mengandung
sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan sulfur, senyawaan
nitrogen, senyawaan oksigen, senyawan organometalik. dan garam-garam organik
(Edward,dkk, 2013).
Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitinya lebih tinggi mempunyai kandungan sulfur yang
lebih tinggi pula. Keberadaan sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam gasolin dapat menyebabkan korosi
(khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang
dihasilkan dari oksida sulfur dan air.
Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2%
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa naik apabila
produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada
dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidribida,
senyawa monosiklo dan disiklo serta phenol. Sebagai asam karboksilat berupa
asam nepthenat (asam alisklik) asam alifatik.
Senyawaan Nitorgen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu
0,1-0,9%. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen
mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum/getah pada
fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi.
Nitrogen kelas dasar yang mempuyai berat molekul yang relatif rendah dapat
diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul
yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
KonstituenMetalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada
proses katalitik cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan
produk gasolin, menghasilkan banyak gas dan pembentukan coke. Pada power
generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbin, adanya konsistuen
logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbin. Abu yang
dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama
vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan
turunnya titik lebur campuran sehingga merusak refactory itu. Agar dapat diolah
menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut kekilang
menggunakan kapal, pipa, mobil tangki atau kereta api. Di dalam kilang minyak,
minyak bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan
treyek didihnya (destilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan
residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi. Setiap trayek titik didih disebut
“fraksi”, missal :
0 - 500C : Gas
50 - 850C : Gasoline
85 - 1050C : Kerosin
105 - 1350C : Solar
>1350C : Residu (umpan proses lebih lanjut)
1.2.2 Total Petroleum Hidrokarbon (TPH)
Kegiatan industri perminyakan dapat menimbulkan limbah yang mencemari
lingkungan. Selain itu, proses pengeboran dan pengilangan minyak bumi juga
menghasilkan lumpur minyak dalam jumlah besar. Lumpur minyak merupakan
polutan yang sangat berbahaya, UU No. 23 tahun 1997 dan PP No. 18 tahun 1999
mengkategorikan lumpur minyak sebagai limbah B3 (Bahan Kimia Berbahaya
dan Beracun) (Jannah, 2012).
Petroleum berasal dari kata petra yang artinya batu dan oleum yang artinya
minyak. Petroleum merupakan campuran kompleks. Petroleum terdiri dari
senyawa hidrokarbon (98%), Sulfur (1 – 3%), Nitrogen (< 1%), Oksigen (< 1%),
logam atau mineral (< 1%), Garam (< 1%). Menurut EPA (Environmental
Protection Agency), petroleum hidrokarbon berasal dari minyak mentah (crude
oil). Crude oil ini digunakan untuk membuat produk petroleum, yang dapat
mencemari lingkungan (Jannah, 2012).
TPH adalah jumlah hidrokarbon minyak bumi yang terukur dari media
lingkungan. Hidrokarbon minyak bumi (PHC – Petroleum Hydrocarbon) adalah
berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi. Dalam
satu jenis campuran minyak bumi akan terdapat rantai hidrokarbon dengan rantai
C3 – C35. Dengan demikian, TPH didefinisikan sebagai metoda analisis yang
digunakan untuk mengukur jumlah hidrokarbon minyak bumi dalam suatu media.
1.2.3 Ambang Batas TPH
Dalam Kepmen LH 128/2003 dicantumkan bahwa kosentrasi TPH
maksimum yang diijinkan untuk mengolah tanah tercemar dengan bioremediasi
adalah 15%. Jika terdapat konsentrasi hidrokarbon minyak bumi diatas 15% maka
harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu yang tujuannya adalah pemanfaatan.
Salah satu contohnya adalah oil recovery. KLH mempertimbangkan bahwa
konsentrasi TPH >15% masih memiliki potensi pemanfaatan.
Petroleum hydrokarbon yang dimaksudkan dalam Kepmen 128/2003 adalah
senyawa yang terdapat pada industri migas dan dihasilkan dari industri migas.
Dengan demikian, keberadaan senyawa ini pada daerah industri. pertimbangan
konsentrasi ambang batas untuk TPH industri migas didasarkan pada proteksi
terhadap tanaman dan sumber air (air tanah dan air permukaan). Hasil studi-studi
ini menunjukkan bahwa konsentrasi hidrokarbon minyak bumi pada <10.000
mg/kg atau 1% tidak menyebabkan dampak negatif pada pertumbuhan berbagai
tanaman ataupun perlindian pada air tanah. Angka 1% ini kemudian digunakan
oleh beberapa negara bagian di US untuk aplikasi pengolahan tanah tercemar di
Industri migas. Pada saat kepmen 128/2003 disusun, belum ada studi di Indonesia
yang menunjukkan berapa angka toksisitas petroleum hidrokarbon untuk
tanaman-tanaman di Indonesia, ataupun resiko terhadap sumber air (air tanah).
Oleh karena itu, angka 1% digunakan sebagai target konsentrasi akhir
bioremediasi di Indonesia. Dengan demikian, jelas tertera dalam judul Kepmen
128/2003 bahwa peraturan ini spespesifik untuk Industri Minyak dan Gas
(Anonim, 2013).
1.2.4 Metode Peng ukuran TPH
Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur TPHadalah
spectrophotometry inframerah (IR), teknik analisis gravimetri dan gas
kromatografi (GC).Metode Pengukuran TPH berbasis IR digunakan karena
sederhana, cepat dan murah. Namun, penggunaan saat ini sangat menurun dan
terbatas karena larangan seluruh dunia pada produksi Freon dan keterbatasan
penggunaan CCl4 (yang diperlukan untuk ekstraksi sampel dan pengukuran).
Pengukuran dengan spectrophotometerdigunakan untuk mengukur konsentrasi
TPH yang rendah (<500 ppm). Metode pengukuran TPH berbasis
gravimetrimemiliki keterbatasan yang sama seperti metode berbasis IR, tetapi
paling tepat digunakan untuk mengukur TPH dalam konsentrasi besar (%).
Karena prosedur metode gravimetri sederhana, cepat dan murah, metode ini
paling sesuai untuk penghitungan TPH pada tahapan monitoring proses
bioremediasi. Metode untuk pengukuran TPH berbasis GC akan mendeteksi
berbagai jenis hidrokarbon, sensitivitas dan selektivitas yang paling terbaik, dan
dapat digunakan untuk identifikasi TPHserta kuantifikasi. Metoda GC umumnya
dipakai sebagai analisis awal dan akhir karena prosedur analisisanya memakan
waktu yang cukup lama. Dengan demikian, Kepmen LH 128/2003 mengijinkan
untuk menggunakan metoda gravimetri atau spectrophotometri untuk analisis
TPH selama tahap monitoring proses biodegradasi (Jannah, 2012).
1.2.5 Dampak Petroleum Hidrokarbon
Petroleum hidrokarbon merupakan salah satu kontaminan yang dapat
berdampak buruk baik bagi manusia maupun lingkungan. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan,
atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun, akibatnya,
ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu.
Pencemaran petroleum hidrokarbon atom juga dapat diakibatkan oleh proses
pembuangan limbah industri atau pun rumah tangga, kendaraan bermotor, dan
kegiatan pengeboran minyak. Petroleum hidrokarbon dapat mencemari air secara
langsung melalaui proses kebocoran. Selain itu, petroleum hidrokarbon juga dapat
meresap ke dalam lapisan tanah dan tertahan dalam jangka waktu yang cukup
lama.Sisanya menguap ke udara dan diuraikan oleh cahaya. Uap dari senyawa ini
juga dapat mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia bila terhirup
(Anonim, 2013).
BAB II
PERCOBAAN
2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan analisa TPH (Total Petroleum
Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :
1. Sampel tanah (tercemar minyak bumi)
2. n-Heksan
3. Natrium sulfat (Na2SO4 anhidrat)
2.2 Alat
Alat-alat yangdigunakan pada percobaan percobaan analisa TPH (Total
Petroleum Hidrokarbon) pada pencemaran tanah antara lain :
1. Timbangan analitik
2. Oven
3. Desikator
4. Erlenmeyer 250 ml
5. Corong
6. Cawan porslen
7. Pipet tetes
8. Kertas saring
9. Gelas ukur
10. Batang pengaduk
2.3 Prosedur Percobaan
1. Sampel tanah tercemar ditimbang sebanyak 10 gram.
2. Sampel tanah dicampurkan dengan 100 ml n-Heksan di dalam erlenmeyer.
Campuran diaduk selama ±10 menit.
3. Campuran disaring dengan kertas saring, residu dibuang sedangkan filtrat
ditampung di dalam erlenmeyer lainnya.
4. Filtrat ditambahkan 10 gram Na2SO4anhidrat dan diaduk ±10 menit.
5. Campuran filtrat dan Na2SO4 kemudian disaring kembali dengan
menggunakan kertas saring, residu dibuang sedangkan filtratnya
dimasukkan ke dalam cawan porslen yang telah diketahui beratnya.
6. Filtrat dioven pada suhu 1050C sampai kering (hanya tersisa residu),
kemudian dimasukkan ke dalam desikator.
7. Cawan yang berisi residu ditimbang dan dicatat. Pengovenan dilakukan
kembali hingga di dapat berat yang konstan.
8. Analisa TPH dilakukan.
2.4 Diagram Alir Percobaan
Diagram alir percobaan analisa TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) pada
pencemaran tanah disajikan pada Gambar 2.1.
2.5 Perhitungan dan Analisa Data
Perhitungan %TPH menggunakan persamaan berikut:
%TPH = Berat ResiduBerat Sampel
x 100
- dimasukkan kedalam erlenmeyer
- dicampur dan diaduk selama
± 10 menit
- campuran berwarna coklat tua
- disaring menggunakan kertas saring
- ditambahkan 10 gram Na2SO4
anhidrat - larutan berwarna coklat tua- terdapat endapan berwarna cream
- disaring menggunakan kertas saring
- dimasukkan kedalam cawan - ditimbang
- ditimbang kembali hingga beratnya konstan
Gambar 2.1 Diagram alir percobaan analisa TPH (Total Petroleum
Hidrokarbon) pada pencemaran tanah.
10 gram sampel tanah + 100 ml n-Heksan
Campuran tanah + heksan
Penyaringan ke-I
FiltratResidu (tanah)
Penyaringan ke-II
FiltratResidu (Na2SO4)
Pengovenan, 100oC
Analisa TPH
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
Hasil percobaan analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) pada
pencemaran tanah didapat persentase TPH sampel tanah yang diuji sebesar 4 %.
3.2 Pembahasan
Tahapan proses dari percobaan analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon)
pada pencemaran tanah yaitu dimulai denganmenimbang sebanyak 10 gram
sampel tanah yang mengandung bahan pencemar berupa minyak bumi (petroleum
hidrokarbon) dan dicampurkan dengan 100 ml n-Heksan, kemudian diaduk
selama ±10 menit. Larutan n-Heksan berwarna bening. Larutan n-Heksan
digunakan karena larutan ini bersifat nonpolar, sama halnya dengan minyak bumi.
Prinsip like dissolved like menyebabkan larutan n-Heksan ini mampu melarutkan
minyak bumi yang terkandung di dalam sampel tanah. Ketika dicampur dan
diaduk, minyak bumi (petroleum hidrokarbon) yang terkandung didalam sampel
tanah akan terekstraksi ke dalam larutan n-Heksan, sehingga menyebabkan larutan
n-Heksan berubah warna menjadi coklat tua. Perubahan warna ini menunjukkan
bahwa sampel tanah yang digunakan tidak lagi mengandung zat pencemar ini.
Proses selanjutnya yaitu memisahkan sampel tanah dengan larutan
n-Heksan yang telah bercampur minyak bumi. Pemisahan dilakukan dengan
menyaring campuran menggunakan kertas saring. Proses penyaringan
menghasilkan residu berupa tanah dan filtrat berupa larutan n-Heksan yang
bercampur minyak bumi. Rangkaian peralatan pada proses penyaringan disajikan
pada Gambar 2.1, sedangkan filtrat hasil penyaringan disajikan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1 Proses penyaringan
(Sumber: Arsip pribadi)
Gambar 2.2 Filtrat hasil penyaringan
(Sumber: Arsip pribadi)
Filtrat kemudian ditambahkan 10 gram Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4)
dan di aduk ±10 menit. Penambahan Na2SO4dimaksudkan guna mengurangi sisa
air yang terkandung di dalam filtrat. Filtrat kemudian didiamkan sejenak dan
terlihat warna larutan coklat tua dan adanya endapan berwana cream. Filtrat ini
kemudian disaring kembali dengan menggunakan kertas saring. Proses
penyaringan kedua ini berfungsi untuk memisahkan residu berupa Na2SO4dan
sisaair dengan filtrat berupa larutan n-Heksan dan minyak bumi. Filtrat ini
kemudian dilakukan proses pengovenan. Proses pengovenan disajikan pada
Gambar 2.3.
Cawan porslen ditimbang untuk mengetahui beratnya, kemudian filtrat
(larutan n-Heksan-minyak bumi) dimasukkan ke dalam cawan tersebut untuk
kemudian dilakukan proses pengovenan. Proses pengovenan dilakukan pada suhu
1050C. Proses pengovenan ini dilakukan untuk menguapkan n-Heksan (n-Heksan
merupakan senyawa yang sangat mudah menguap) serta untuk menghilangkan
sisa-sisa air yang mungkin masih terdapat di dalam filtrat, sehingga yang
tertinggal di cawan porslen hanya residu saja, yaitu berupa minyak bumi
(petroleum hidrokarbon), seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. Setelah selesai
proses pengovenan (ditandai dengan berat cawan + residu konstan untuk beberapa
kali penimbangan berturut-turut),
Gambar 2.3 Proses pengovenan
(Sumber: Arsip pribadi)
cawan porslen yang berisi residu di timbang, sehingga diketahui berat residu atau
minyak bumi (petroleum hidrokarbon) yang terkandung di dalam sampel tanah
yang diuji.
Gambar 2.4 Petroleum Hidrokarbon
(Sumber: Arsip pribadi)
Berdasarkan hasil percobaan, didapat harga TPH sampel tanah yang diuji
sebesar 4%. Nilai ini melebihi batas ambang TPH yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003, yaitu hanya 1%.
Ini berarti, sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini tercemar, sehingga
apabila tanah ini tidak diolah (bioremediasi), maka akan menimbulkan dampak
negatif bagi manusia, pada pertumbuhan berbagai tanaman ataupun perlindian
pada air tanah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, didapat harga TPH sampel tanah yang diuji
sebesar 4%. Nilai ini melebihi batas ambang TPH yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dalam Kepmen LH 128/2003, yaitu hanya 1%.
Ini berarti, sampel tanah yang diuji di dalam percobaan ini tercemar, sehingga
apabila tanah ini tidak diolah (bioremediasi), maka akan menimbulkan dampak
negatif bagi manusia, pada pertumbuhan berbagai tanaman ataupun perlindian
pada air tanah.
4.2. Saran
Pada percobaan ini, praktikan menghabiskan banyak waktu hanya untuk
melakukan penimbangan dan pengovenan bahan maupun petroleum hidrokarbon
hasil percobaan dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya. Seharusnya
peralatan percobaan analisa TPH pada pencemaran tanah, seperti misalnya neraca
digital dan oven, tersedia dengan lengkap di dalam laboratorium dasar-dasar
proses kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Bioremediasi dan Total Petroleum. [online] Tersedia:
http://www.bioremediasi.blogspot.com [Diakses pada 18 Desember 2012]
Jannah, D.A.K. 2012. Analisis Total Petroleum Hidrokarbon. [online] Tersedia:
http://www.chemistranger.blogspot.com [Diakses pada 18 Desember 2012]
Suhardi, Renni. 2013. Bioremediasi dan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH).
[online] Tersedia: http://www.blogs.itb.ac.id [Diakses pada 18 Desember
2012]
Edward, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Pengolahan Limbah. Pekanbaru :
Program Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Adapun perhitungan dari data-data yang didapat pada percobaan analisa
TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) yaitu :
Berat sampel tanah : 10 gram
Berat Erlenmeyer : 175,6 gram
Berat erlenmeyer + sampel tanah : 185,6 gram
Berat Na2SO4 : 10 gram
Berat cawan kosong : 82,3 gram
Berat cawan + filtrat sebelum dioven : 128,7 gram
Berat cawan + residu setelah dioven : 82,7gram
Berat residu : 0,4 gram
%TPH = Berat ResiduBerat Sampel
x 100
¿ 0,4 gr10 gr
x100
= 4
LAMPIRAN B
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum : Analisa TPH (Total Petroleum Hidrokarbon) pada
Pencemaran Tanah
Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/5 Desember 2013
Pembimbing : Drs. Edward, HS, MS
Asisten Laboratorium : Purwanti
Nama Kelompok III : Rita Puriani Mendrova (1107035609)
Ryan Tito (1107021186)
Yakub Jeffery Silaen (1107036648)
Hasil Percobaan :
Berat sampel tanah : 10 gram
Berat Erlenmeyer : 175,6 gram
Berat erlenmeyer + sampel tanah : 185,6 gram
Berat Na2SO4 : 10 gram
Berat cawan kosong : 82,3 gram
Berat cawan + filtrat sebelum dioven : 128,7 gram
Berat cawan + residu setelah dioven : 82,7gram
Berat residu : 0,4 gram
%TPH = Berat ResiduBerat Sampel
x 100
¿ 0,4 gr10 gr
x100
= 4
Diagram alir percobaan :10 gram sampel tanah +
100 ml n-Heksan
- dimasukkan kedalam erlenmeyer
- dicampur dan diaduk selama
± 10 menit
- campuran berwarna coklat tua
- disaring menggunakan kertas saring
- ditambahkan 10 gram Na2SO4
anhidrat- larutan berwarna coklat tua- terdapat endapan berwarna cream
- disaring menggunakan kertas saring
- dimasukkan kedalam cawan - ditimbang
- ditimbang kembali hingga beratnya konstan
Pekanbaru, 5 Desember 2013
Asisten Laboratorium,
Purwanti
Campuran tanah + heksan
Penyaringan ke-I
FiltratResidu (tanah)
Penyaringan ke-II
FiltratResidu (Na2SO4)
Pengovenan, 100oC
Analisa TPH