7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
Dalam kajian teori ini berisi tentang Pendekatan saintifik, Pengembangan
Pembelajaran ASSURE (Analyze Leaner, State Standars and Objacctives, Select
Strategies, Technology, Media, and Materials, Utillize Techology, Media, and
Material, Require Learner Participation, Evaluate and Revise), IPA dan hasil
belajar.
2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum
atau prinsip yang ditemukan. (Lazim,2014:1)
Kemendikbud (2013) pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar,
mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan. Menurut (Daryanto
2014:51) pendekatan saintifik dimaksudkan utnuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendektan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak
bergantung pada informasi searah dari guru.
Dari beberapa pendapat diatas maka pendekatan saintifik dapat diartikan
suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dirancang oleh guru agar peserta didik
membangun pengetahuannya secara aktif dengan proses pembelajaran sebagai
berikut: mengamati, menanya, menalar, mencoba, mencipta.
8
2.1.1.1 Karakteristik Pendekatan Saintifik
Menurut Lazim (2014:2) Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Menurut Daryanto (2014:58) Beberapa prinsip pendekatan saintifik
dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa
b. Pembelajaran membentuk students’ self concept
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir
siswa
f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi
h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
9
2.1.1.4 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Menurut Zalim (2014:4). Pendekatan saintifik dalam pembelajaran
disajikan sebagai berikut:
a. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan
pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu
benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan
pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan.
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
10
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.
c. Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan
menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris
yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
d. Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
11
a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum
b) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan.
c) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;.
d) Melakukan dan mengamati percobaan
e) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data
f) Menarik simpulan atas hasil percobaan.
g) Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
e. Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan”
dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik
dan benar.
12
observing (Mengamati)
Questioning (Menanya)
Associating (Menalar)
Experimentil (Mencoba)
Networking (Membentuk
Jejaring)
Gambar 2.1
Bagan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Sumber: Pendekatan Pembelajaran saintifik kurikulum 2013.Daryanto(2014:59)
2.1.1.5 Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Menurut Daryanto (2014:81). Kegiatan pembelajaran meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup:
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah
memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai
yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa.
Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu
konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami
kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.
Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya
konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui
langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua,
pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
2.1.2 Pengembangan Pembelajaran ASSURE
Dalam Pengembangan Pembelajaran ASSURE akan dijelaskan beberapa
hal meliputi Pengertian Pengembangan Pembelajaran ASSURE, Langkah-langkah
Pengembangan Pembelajaran ASSURE, kelebihan pengembangan pembelajaran
ASSURE
13
2.1.2.1 Pengertian Pengembangan Pembelajaran ASSURE
Menurut Smaldino, Lowther dan James (2011) Pengembangan
Pembelajaran ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa
membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan
tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Menurut Heinichi,Moelenda
dan Russel dalam susilana dan riyana (2009:81) ASSURE mengandung makna
dari masing-masing huruf, yaitu Analyze Learner , State Standards And
Objectives, Select Strategies, Technology, Media, And Materials,Utillize
Techology, Media, and Material, Require Learner Participation, Evaluate and
Revise.
Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ASSURE
merupakan suatu prosedur pengembangan perencanaan pembelajaran yang terdiri
dari tahapan Analyze Learner , State Standards And Objectives, Select Strategies,
Technology, Media, And Materials,Utillize Techology, Media, and Material,
Require Learner Participation, Evaluate and Revise, dimana prinsip kerjanya
mempertimbangkan sisi pembelajar, materi yang akan dipelajari dengan kesesuain
media yang akan digunakan.
2.1.2.2 Langkah-Langkah Pengembangan Pembelajaran ASSURE
Dalam penerapan model pembelajaran ASSURE dalam proses belajar
mengajar, Sharon dkk (2011:110) mengatakan bahwa model pembelajaran
ASSURE memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menganalisis Pembelajaran (Analyze Learner)
Langkah pertama dalam merencanakan mata pelajaran adalah
mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pemelajar yang disesuaikan
dengan hasil-hasil belajar. Informasi ini akan memandu pengambilan keputusan
saat merancang mata pelajaran. Area-area kunci yang harus dipertimbangkan
selama analisis pembelajaran meliputi:
a) Karakteristik umum
Menurut Slameto (2012:5) secara umum peserta didik SD
memiliki empat karatkteristik yaitu: senang bermain, senang bergerak,
14
senang bekerja dalam kelompok, senang merasakan atau memperagakan
secara langsung.
b) Kompetensi dasar spesifik (pengetahuan, kemampuan, dan
sikap)
Menurut Asrori (2009:81) karaktersitik khusus berkaitan
dengan pengetahuan, skill dan sikap tertentu yang dimiliki siswa. Lebih
lanjut Asrori menyatakan bahwa secara psikologi anak pada jenjang
pendidikan awal menuntut informasi yang konkrit, jelas tidak
verbalistik, sederhana dan diperlukan pola pembelajran yang lebih
menyenangkan yang juga penting pembelajran sesuai dengan
ketrampilan berfikir siswa.
Dalam buku perkembangan peserta didik oleh Ingridwati
kurnia menuliskan tahap perkembangan kognitif piaget dianatarnya
tahap ketiga : konkret operasional (7-11 tahun) pada masa ini anak sudah
bisa melakukan berbagai macam tugas mengkonservasi angka melalui
tiga macam proses operasi yaitu:
a) Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang
terjadi diantara kegiatan dan memahami hubungan antar
keduanya
b) Resprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan
timbal balik
c) Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada
c) Gaya belajar.
Menurut Asrori (2009:221) berdasarkan kemampuan yang
dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan meyampaikan
informasi,maka cara belajar individu dapat dikelompokan kedalam tiga
gaya belajar.yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditif, gaya belajar
kinestetik
Menurut DePorter & Hernacki ,(2001) dalam Asrori(2009:221)
ciri-ciri perilaku belajar sesuai dengan masing—masing gaya belajar
tersebut adalah:
15
Ciri-ciri karakteristik perilaku gaya belajar visual:
a) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang
didengar
b) Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
c) Sulit menerima instruksi verbal sehingga seringkali minta
instruksi secara tertulis
d) Biasanya tidak mudah tergangu oleh keributan atau suara
berisik ketika sedang belajar
e) Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
f) Merupakan pembaca yang cepat dan tekun
g) Lebih suka membaca daripada dibacakan
h) Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik
i) Teliti dan rinci
j) Mementingkan penampilan
k) Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, cenderung
bersikap waspada dan membutuhkan penjelasan secara
menyeluruh
l) Jika sedang berbicara di telepon suka membuat coretan-coretan
tanpa arti selama berbicara
m) Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
n) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya”
atau “tidak”
o) Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato
p) Lebih tertarik pada bidang seni lukis, pahat, dan gambar
daripada musik
Ciri-ciri karakteristik gaya belajar auditif :
a) Jika membaca maka lebih senang membaca dnegan suaru keras
b) Lebih senang mendengarkan daripada membaca
c) Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
d) Mudah tergangu oleh kerubutan atau suara berisik
16
e) Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama, dan warna
suara
f) Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat
pandai dalam menceritakannya
g) Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
h) Berbicara dengan sangat fasih
i) Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni lainnya
j) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa
yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
k) Sencang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara
panjang lebar
l) Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas
yang berhubungan dengan visualisasi
m) Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dnegan
keras daripada menuliskannya
n) Lebih suka humor atau gurauan lisan daipada membaca buku
humor/komik
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik
a) Berbicara dengan perlahan
b) Menanggapi perhatian fisik
c) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
d) Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
e) Banyak gerak fisik
f) Memiliki perkembangna otot yangbaik
g) Belajar melalui praktek langsung
h) Menghafalkan sesuatu dengna cara berjalan atau melihat
langsung
i) Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang sedang dibaca
j) Senang menggunakan bahasa tubuh
k) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang
lama
17
l) Sulit membaca peta keuali ia memang pernah ke tempat
tersebut
m) Pada umumnya tulisannya kurang bagus
n) Menyukai kegiatan atau permaian yang menyibukan secara
fisik
b. Menyatakan Standar dan Tujuan (State Standards And Objectives)
Langkah selanjutnya adalah menyatakan standar dan tujuan belajar
sespesifik mungkin. Adalah penting untuk memulai dengan kurikulum dan
teknologi. Tujuan-tujuan yang dinyatakan dengan baik akan memperjelas tujuan,
perilaku yang harus ditampilkan, kondisi yang perilaku atau kinerja akan diamati,
dan tingkat yang pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai siswa. Dalam
hal ini standar dan tujuan yang digunakan bersumber dari silabus Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) silabus kelas III tahun pelajaran 2013-2014
Tabel 2.1
Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) silabus kelas III
tahun pelajaran 2013-2014
SK : 4. Menerapkan konsep energi gerak
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan Uraian
Materi
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.1 Mengidentifi
kaasi sumber
energi dan
kegunaanya.
Macam-
macam
sumber
energi
Pengunaan
energi.
Mengetahui sumber-sumber energi
yang terdapat di sekitar kita
Menunjukan adanya energi
berdasarkan pengamatan.
Menjelaskan tujuan penggunaan
sumber energi
Membedakan energi yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat
diperbaharui
18
4.2 Menerapkan
cara
menghemat
energi dalam
kehidupan
sehari-hari
Pemanfaatan
energi
Mengetahui cara-cara penghematan
energi
c. Memilih Strategi, Teknologi, Media, dan Materi (Select Strategies,
Technology, Media, And Materials)
Setelah menganalisi pembelajar dan menyatakan standar dan tujuan
belajar, kita harus membuat titik permulaan (pengetahuan, kemampuan, dan sikap
terkini para siswa) dan titik akhir (tujuan belajar) dari pengajaran. Tugas kita
sekarang adalah membangun jembatan diantara kedua titik tersebut dengan
memilih strategi pengajaran, teknologi, dan media yang sesuai, kemudian
memutuskan materi untuk menerapkan pilihan-pilihan tersebut.
Hal diatas sejalan dengan pendapat Susilana dan Riyana (2009:70),
dimana pendekatan yang digunakan dalam mengkaji media adalah bagian integral
dari pendidikan yang akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria sebagai berikut:
Gambar .2.2
Sumber : Media Pembelajaran,Hakikat,Pengembangan,Pemanfaatan, dan
Penilaian,Susilana dan Riyana,2009
19
d. Menggunakan Teknologi, Media, dan Material (Utilize Technology,
Media And Materials)
Tahap ini melibatkan perencanaan peran guru untuk menggunakan
teknologi, media, dan material untuk membantu para siswa mencapai tujuan
belajar. Dalam proses pelaksanaanya terdiri dari “5P”: mengulas (preview)
teknologi, media dan material; menyiapkan (prepare) teknologi, media dan
material; menyiapkan (prepare) lingkungan; menyiapkan (prepare) para
pembelajar; dan memberikan (provide) pengalaman belajar.
e. Mengharuskan Partisipasi Pembelajaran (Require Learner Parcipation)
Agar efektif pengajaran sebaiknya mengharuskan keterlibatan aktif
mental para pembelajar. Sebaiknya terdapat aktifitas yang memungkinkan mereka
menerapkan pengetahuan atau kemampuan baru dan menrima umpan balik
mengenai kesesuaian usaha mereka sebelum secara formal dinilai. Praktik
mungkin melibatkan periksa mandiri para siswa, pengajaran dibantu komputer,
kegiatan internet, atau kerja kelompok. Guru, komputer, para siswa lainnya, atau
evaluasi mandiri mungkin memberikan umpan balik.
f. Mengevaluasi dan Merevisi (Evaluate And Revise)
Setelah melaksanakan sebuah mata pelajaran adalah penting untuk
mengevaluasi dampaknya pada pembelajaran siswa. Penilaian ini sebaiknya tidak
hanya memeriksa tingkat dimana para siswa telah mencapai tujuan belajar, tetapi
juga memeriksa keseluruhan proses pengajaran dan dampak penggunaan
teknologi dan media. Sekiranya terdapat ketidak cocokan antara tujuan belajar dan
hasil-hasil siswa. Kita sebaiknya merevisi rencana mata pelajaran untuk
membahas area-area pertimbangan tersebut.
2.1.2.3 Kelebihan Pengembangan Pembelajaran ASSURE
Menurut Smaldino, Lowther, dan James (2011:173) kelebihan model
pembelajaran ASSURE adalah sebagai berikut ini:
a. Individualis :Komputer dan multimedia memungkinkan parasiswa
mengendalikan laju dan urutan pembelajaran mereka, yang memberkan mereka
lebih banyak kontrol atas hasil-hasil.
20
b. kebutuhan khusus : komputer dan multimedia efektif untuk pembelajar
khusus siswa yang beresiko, siswa dalam latar belakang budaya beragam, dan
siswa dengan ketidakmampuan.
c. Pemantauan : kemampuan komputer dalam menyimpan rekaman
menjadikan pengajaran lebih terindividualisasi : guru bisa menyiapkan mata
pelajaran individual untuk seluruh siswa ( terutama siswa normal istimewa) dan
memantau perkembangan mereka.
d. Manajemen informasi :Komputer dan media bisa mencakup dasar
pengetahuan yang terus tumbuh yang terkait dengan ledakkan informasi.
e. Pengalaman multisensorik : komputer dan multimedia menyediakan
beragam pengalaman belajar
f. Partisipasi pembelajar : R dari model assure tercapai dengan materi
komputer dan multimedia karena mereka mengharuskan para pembelajar untuk
terlibat dalam kegiatan
2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam dan Pembelajarannya
2.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk
hidup maupun benda mati yang diamati, Kardi dan Nur (dalam Trianto,
2012:136).
Adapun Wahyana (dalam Trianto, 2012:136) mengatakan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan
sikap ilmiah.
Berdasarkan pendapat diatas jadi IPA merupakan suatu ilmu yang
didalamnya tidaknya terdapat sebuah fakta dan konsep tetapi juga harus disertai
dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah untuk membuktikan kebenaran dari fakta
dan konsep dalam IPA.
21
2.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah,
dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan
sebagai prosedur, Donosepoetro (dalam Trianto, 2012:137). Sebagai proses
diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang
alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan
sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau
diluar sekolah ataupun sebagai bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut
metode ilmiah (scientific method).
Sementara itu, menurut Prihantoro dkk (dalam Trianto, 2012:137)
mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan
konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan
teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Dengan demikian, dari pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan
bahwa dalam hakikat IPA terdapat 3 kompenen penting yaitu proses, produk dan
prosedur yang ada didalam IPA. Selain itu hakikat IPA ini juga didukung secara
khusus dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA didasarkan kurikulum berbasis
kompetensi, Depdiknas (dalam Trianto, 2012:138) adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan sikap, ketrampilan dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi.
d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.
22
Dari pernyataan itu dapat tersebut dapat dijadikan penguat bagi hakikat
IPA bahwa IPA bukan hanya sekedar ilmu, tetapi merupakan suatu dimensi yang
memiliki kekuatan yang sangat besar karena memperlajari banyak hal yang luar
biasa, misalnya tentang sistem tata surya kita.
2.1.3.3 Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Trianto (2012:141) mengatakan bahwa secara umum IPA
dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula
dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori
yang berlaku secara universal.
Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan diatas, maka nilai-
nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai
berikut, Trianto (2012:141):
a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan,
Laksmi (dalam Trianto, 2012:142).
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu,
yaitu:
a. Memberikan pengetahuan kepada tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
23
d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai
para ilmuan penemunya.
e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan, Laksmi (dalam Trianto, 2012:142)..
Dari pembahasan diatas, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,
fakta yang ada di alam, hubungan ketergantungan, dan hubungan atara
sains dan teknologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka,
benar dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berbikir analitis induktif dan
deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi,
Depdiknas (dalam Trianto, 2012:143).
Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA
lebih ditetankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan, Trianto (2012:143).
2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2011), hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil
belajar Menurut Rusman (2012:123) adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh
24
siswa yang mencakap ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi menurut
Bloom, yakni hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan kemampuan yang didapat siswa setelah melaksanakan proses
pembelajaran yang hasilnya meliputi tiga aspek yaitu kognitif, sikap dan
psikomotor .
2.1.4.1 Ranah kognitif
Menurut Suprihartiningrum (2014:38) Dimensi kognitif adalah
kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui dan memcahkan
masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analissi, dan
pengetahuan evaluatif.
Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) mengemukakan
adanya enam kelas/tingkatan aspek kognitif yaitu :
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang
hal yang dipelajari.
c. Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
25
2.1.4.1.1 Pengukuran Kognitif
Menurut Dimyati (2006:256), bahan mentah hasil belajar terwujud dalam
lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau
benda.
2.1.4.2 Ranah Afektif
Ranah Afektif adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta,
mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, serta mempunyai daya atau makna
yang menunjukkan perasaan. Putra ( 2013:239). Ranah afektif mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Slameto (2012:194)
senada dengan pendapat putra, depdiknas dalam Suprihartiningsih (2014:41)
aspek afektif yang bisa dinilai disekolah yaitu sikap, minat,nilai, dan konsep diri.
Dari tiga pendapat diatas maka aspek yang dapat dinilai adalah sikap,minat,nilai
dan konsep diri, dari empat aspek afektif tersebut peneliti mengambil aspek sikap
untuk diteliti.
Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek
(Suprihartiningsih, 2014:42) sejalan dengan pendapat diatas, sikap menurut
fishbein dan Ajzen dalam ( Slameto 2012:197) adalah suatu predoposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positifi atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang. Menurut Suprijono (2011:6) Sikap adalah kemampuan
menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Dari
kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah pandangan positif
maupun negatif oleh peserta didik terhadap suatu objek setelah melalui proses
pembelajaran.
2.1.4.2.1 Pengukuran sikap
Menurut Asrori dalam karyanya Psikologi pembelajaran menyatakan
bahwa secara operasional sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau
tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik
berupa orang,suatu peristiwa, situasi dan lain sebagainya
Menurut Slameto (2012:196) Instrumen sikap adalah alat ukur ranah
afektif yang dipergunakan untuk mengetahui sikap pesereta didik terhadap suatu
26
objek. Dari beberapa teknik atau skala sikap yang dapat dipakai adalah sekala
sikap likert. Asrori (2009:161) Dalam skala Likert disajikan satu seri pertanyaan
pertanyaan sederhana kemudian responden yang dikur sikapnya diminta
menjawabnya dengan cara memilih salah satu pilihan jawaban di antara lima
pilihan jawaban yang telah disediakan yaitu:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Menurut Majid (2009:213) penilaian sikap dalam berbagai mata
pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai mata pelajaran yang dapat
dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran
b. Sikap guru terhadap mata pelajaran
c. Sikap terhadap proses pembelajran
d. Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada
e. Sikap berhubungan dengan nilia-nilai tertentu yang ingin ditanamkan
dalam diri siswa melalui materi tertentu
f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum
Dari enam sikap diatas, peneliti mengambil sikap berhubungan dengan
nilai nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu
dalam hal ini sikap nilai terhadap perilaku penghematan energi.
2.1.4.3 Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor menurut Putra (2013:287) adalah ranah yang
berkaitan dengan keterampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.
27
2.1.4.3.1Pengukuran Ranah Psikokotor
Simpson 1956 dalam Putra (2013:287) menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak
individu. Putra (2013:287) tes untuk mengukur ranah psikomotor merupakan tes
untuk mengukur penampilan atau kinerja yang telah dikuasai peserta didik.
Suprijono (2011:139) tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta
didik mendemonstrasikan kemahirannya. Penilaian kinerja merupakan penilaian
dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks(Abdul
Majid,2009:200)
Putra (2013:287) ranah psikomotor yang diukur meliputi gerak refleks,
gerak dasar fundamen, ketrampilan perceptual yang terkoordinasi, ketrampilan
fisik, gerakan terampil dan komunikasi non diskuis. Dari beberapa pendapat diatas
maka ranah psikomotor yang diukur peneliti adalah keterampilan siswa dalam
melakukan percobaan pemanfaatan energi matahari.
2.2 Kajian penelitian yang relevan
Terdapat beberapa penelitian relevan yang akan dibahas dalam kajian ini
yaitu:
a. Dewi (2012). Dalam Skripsinya berjudul penerapan desain sistem
pembelajaran ASSURE untuk meningkatkan hasil belajar memukul bola
dalam permaian kasti pada siswa kelas IV SD Negeri Purworejo
Kecamatan Banjarsari Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: 1) penerapan
desain sistem pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan hasil belajar
memukul bola pada siswa kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan
Banjarsari Surakarta, dimana hasil belajar pada prasiklus ke siklus I
dan dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan yang signifikan
bahwa siswa yang tuntas padaprasiklus adalah 11 siswa atau 36, 67%
kemudian pada siklus I meningkat dalam kategori tuntas adalah 16
28
siswa atau 53, 33% dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 25
siswa atau 83,33%. 2) Sebagian besar siswa setuju dengan penerapan
desain sistem pembelajaran ASSURE. Kaitanya penelitian Dewi ini
dengan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah sama-sama
menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars and
Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials,
Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation,
Evaluate and Revise(ASSURE)untuk meningkatkan hasil belajar dan
sama-sama berjenis penelitian tindakan kelas ( PTK ), sedangkan
perbedaannya adalah untuk mata pelajarannya adalah Olahraga.dalam
penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Dewi
telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar olahraga siswa kelas 4.
b. Ansrida, Dakir, dan Hidayah (2012). pengaruh penerapan model
pembelajaran ASSURE terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
Negeri se-Dabin I Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
Tahun Ajaran 2012/2013 Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa adanya
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis pada taraf signifikansi 5%,
diperoleh skor thitung > ttabel (2,031 > 1,997), sehingga H0 ditolak.
Simpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan model
ASSURE terhadap hasil belajar IPS.Kaitanya penelitian Ansrida, Dakir,
dan Hidayah dan penelitian yang akan kami lakukan ini adalah sama-
sama menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars
and Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials,
Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation,
Evaluate and Revise(ASSURE).
c. Giarti (2012). Penerapan model pembelajaran ASSURE untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle
Kecamatan Wonosegoro-Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas
KKM kurang 70 hanya 3 siswa dari 20 siswa (25%) dengan minat
belajar sebesar 33%. Pada pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM
29
hanya 5 siswa (83%) dengan minat belajar sebesar 33%. Pada
pembelajran sikus II siswa yang tuntas KKM menjadi 10 siswa (100%)
dengan minat belajar sebesar (83%). Kaitanya penelitian Giarti ini
dengan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah sama-sama
menggunakan model pembelajaran Analyze Leaner, State Standars and
Objacctives, Select Strategies, Technology, Media, and Materials,
Utillize Techology, Media, and Material, Require Learner Participation,
Evaluate and Revise(ASSURE)untuk meningkatkan hasil belajar dan
sama-sama berjenis penelitian tindakan kelas ( PTK ), sedangkan
perbedaannya adalah untuk mata pelajarannya adalah IPA. dalam
penelitian yang berjenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan Dewi
telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 6.
Dari hasil penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
penerapan pengembangan pembelajaran ASSURE dapat mengefektifkan dan
mengefisienkan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. akan
tetapi dalam penelitian yang dilakukan peneliti ada perbedaan mendasar yang
dilakukan, yaitu peneliti mengintegrasikan pendekatan saintifik kedalam
pengembangan pembelajaran saintifik. sehingga didapatkan tidak hanya hasil
belajar siswa meningkat tapi kemampuan siswa dalam berfikir tingkat tinggi bisa
didapatkan sebagai upaya siswa dalam mengembangkan dirinya lebih lanjut.
Berdasarkan landasan teori yang sudah dipaparkan, bahwa ada asumsi
bahwa pengaruh pendekatan saintifik yang diintegrasikan kedalam Pengembangan
Pembelajaran ASSURE terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Artinya dalam pembelajaran, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat
maka dapat mempengaruhi hasil belajar. Untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik, maka guru harus mampu mengemas dan mendesain KBM sebaik mungkin
dengan cara pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Hasil observasi di SD Negeri Semowo 1 kecamatan Pabelan guru kurang
dapat memaksimalkan pembelajaran dengan penerapan RPP sesuai dengan apa
30
yang diinginkan.guru masih terjebak pola pembelajaran yang diawali penjelasan
singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, pemberian contoh soal, kemudian
diakhiri dengan latihan soal . Hal yang melatar belakangi kenapa pembelajaran
yang dilakukan kurang maksimal adalah kurang dipahaminya RPP, hal ini
berkaitan dengan RPP yang digunakan guru hanya digunakan sebagai pelengkap
administrasi saja, RPP yang digunakan pun berasal dari KKG .
Penggunaan RPP dari KKG memang bukan merupakan sebuah kesalahan
akan tetapi pelaksaanan pembelajaran dengan menggunakan RPP dari KKG tanpa
melakukan penyesuaian siswa dikelas yang diampunya,akan mengakibatkan
pembelajaran yang dilakukan kurang sesuai dengan kondisi kelas dan siswa
sehingga pada akhirnya berdampak pada pembelajaranhal ini terlihat ketika pada
proses tanya jawab serta pengerjaaan soal beberapa siswa terlihat masih
kebingungan dengan materi yang ada, serta jawaban yang diberikan siswa
cenderung melihat pada buku materi sehingga berdampak terhadap hasil belajar
siswa yang rendah. Bila melihat data hasil rata-rata nilai masih terdapat 3 siwa
(25%) yang belum lulus KKM dari 11 siswa yang ada. Hal ini perlu diperbaiki,
guru perlu menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan, menciptakan
iklim belajar yang serta melibatkan siswa secara efektif dalam pembelajaran yang
akan berdampak pada konsep dan materi pelajaran yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan kajian teori, dapat diketahui salah satu upaya untuk
menyelesaikan masalah ini adalah dengan penggunaan pengembangan ASSURE
dalam tahapan pembuatan RPP serta penggunaan pendekatan saintifik dalam
implementasi pembelajarannya.
Pengembangan Pembelajaran ASSURE merupakan pembelajaran yang
direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mempertimbangkan beberapa
hal-hal yang berkaitan pembelajaran seperti penyesuaian antara karakteristik
pembelajar, materi, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan bermakna bagi peserta didik.
31
Penggunaan Pendekatan saintifik akan dapat meningkatkan kemampuan
berfikir siswa, selain itu siswa yang pada pola lama menjadi objek belajar oleh
guru beralih menjadi subjek pembelajar sehingga siswa akan tidak akan merasa
tertekan dan mengganggap bahwa belajar merupakan sebuah kebutuhan siswa,
hasil belajar pun juga akan tinggi bila menggunakan pendekatan saintifik.
Dari dua penjambaran diatas maka didapatkan sebuah kesimpulan
perancangan pembelajaran dengan menggunakan ASSURE sebagai upaya
mewujudkan perencaanan dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien,
kemudian pengimplementasian pembelajran menggunakan pendekatan saintifik
maka akan didapatkan sebuah pembelajaran yang efektif efisien serta hasil belajar
siswa yang tinggi dalam hal ini akan hasil belajar siswa akan meningkat.
32
Tabel 2.2
kerangka berfikir
Pretest Subject
eksperimen
Mengetahui hasil pretest untuk acuan
Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang dintegrasikan model
pembelajaran ASSURE
State Standards And ObjectivesAnalyze
1. Learner)
Select Strategies, Technology, Media,
And Materials
Pendekatan
saintifik
Utilize Technology, Media And
Materials (Analyze Learner)
Require Learner Parcipation
Revise And Evaluate
Posttes
Ada pengaruh Penerapan Pengembagnan Pembelajaran ASSURE dalam
mengimplementasikan Pendektan Saintifik terhadap hasil belajar siswa
33
Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar ipa
kelas III yang menggunakan Pengembangan Pembelajaran ASSURE dalam
mengimlementasikan pendekatan saintifik dengan hasil belajar yang
menggunaakan pendekatan saintifik.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian yaitu:
”Pengembangan pembelajaran ASSURE dalam mengimplementasikan pendekatan
saintifik dapat mengefektifkan hasil belajar muatan IPA siswa di kelas 3 SD.