BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Teori Utama (Grand Theory)
Penelitian ini menggunakan grand theory yang dikemukan oleh
Venkatesh el. al. (2003) yaitu Unified Theory Acceptance Use of
Technology (UTAUT). Teori ini merupakan teori penerimaan dan
penggunaan teknologi terpadu terbaru yang dianggap sebagai model yang
paling tepat. UTAUT memadukan delapan model yaitu Theory Reasoned
Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model
(MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM dan TPB,
Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan
Social Cognitive Theory (SCT). Dibandingkan dengan kedelapan model
tersebut, UTAUT terbukti berhasil menjelaskan hingga 70 % varian
behavior intention. Dalam jurnal (Sundaravej, 2010) konstruksi masing-
masing model dan teori dapat dilihat sebagai berikut :
1. Theory Reasoned Action (TRA)
Theory Reasoned Action (TRA) oleh Fishbein dan Ajzen (1975)
berasal dari psikologi untuk mengukur niat perilaku dan kinerja dengan
konstruk attitude dan subjective norm.
2. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) dipopulerkan oleh Davis
(1989) mengembangkan skala baru dengan dua variabel tertentu untuk
menentukan penerimaan pengguna teknologi yaitu perceived usefulness
dan perceived ease of use. Kemudian dikembangkan lagi Technology
Acceptance Model 2 (TAM2) oleh Venkatesh dan Davis (2000)
diadaptasi dari TAM dan menambahkan variabel baru yaitu subjective
norm, experience, voluntariness, images, job relevance, output quality,
dan result demonstrability.
3. Motivational Model (MM)
Motivational Model (MM) berasal dari psikologi untuk menjelaskan
perilaku. Davis et al. (1992) memperlakukan model ini untuk adopsi
teknologi dan penggunaan dengan konstruk ekstrinsic motivation dan
intrinsic motivation.
4. Theory of Planned Behavior (TPB)
Theory of Planned Behavior (TPB) oleh Ajzen (1991) memperluas
TRA dengan memasukkan satu variabel lagi untuk menentukan niat dan
perilaku yaitu variabel perceived behavioral control.
5. Combined TAM dan TPB (C-TAM-TPB)
Combined TAM dan TPB (C-TAM-TPB) oleh Taylor dan Todd
(1995) dengan konstruk sebagai berikut :
a. Perceived Usefulness b. Perceived Ease of Use c. Attitude d. Subjective norm e. Perceived Behavioral Control
6. Model of PC Utilization (MPCU)
Model of PC Utilization (MPCU) oleh Thompson et al. (1991)
disesuaikan dengan teori sikap dan perilaku dari Triandis (1980) untuk
memprediksi perilaku penggunaan PC dengan konstruk seperti social
factors, affect, perceived consequences (complexity, job-fit, long term
consequences of use), facilitating conditions dan habits.
7. Innovation Diffusion Theory (IDT)
Innovation Diffusion Theory (IDT) oleh Rogers (1962) disesuaikan
dengan sistem informasi inovasi oleh Moore dan Benbasat (1991). Lima
variabel model dari Rogers yaitu relatif adventage, compatibility,
complexity, observability, dan trialability. Kemudian terdapat dua
konstruksi tambahan hasil identifikasi yaitu image dan voluntariness of
use.
8. Social Cognitive Theory (SCT)
Social Cognitive Theory (SCT) oleh Bandura (1986) diterapkan
untuk sistem informasi oleh Compeau dan Higgins (1995) untuk
menentukan penggunaan. Terdiri dari beberapa konstruk seperti
encouragement by others, others’ use, support, self-efficacy,
performance outcome expectations, personal outcome, expectations,
affect, dan anxiety.
9. Unified Theory Accepatance to Use Technology (UTAUT)
Unified Theory Accepatance to Use Technology (UTAUT) oleh
Venkatesh et al. (2003) mengintegrasikan teori-teori di atas dan model
untuk mengukur niat pengguna dan penggunaan teknologi Performance
Expectancy, Effort Expectancy, Attitude toward Using Technology,
Social Influence, Facilitating Conditions, Self-Efficacy, dan Anxiety.
Model UTAUT ini memiliki empat konstruk utama yang berpengaruh
signifikan terhadap behavioral intention dan use bahavior yaitu harapan
kinerja (performance expectancy), harapan kerja (effort expectancy),
pengaruh sosial (social Influency), dan kondisi fasilitas (facilitating
Conditions). Teori ini juga menunjukan bahwa efek dari keempat konstruk
tersebut di moderasi oleh usia, jenis kelamin, pengalaman dan kesukarelaan
penggunaan. Model ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 Model Teori UTAUT
Dalam artikel yang ditulis oleh (Williams, Rana, & Dwivedi, 2015)
sejak mulai diperkenalkan, teori UTAUT telah banyak bekerja di penelitian
dalam bidang teknologi yang diadopsi sebagi lensa teoritis oleh peneliti
yang melakukan studi empiris tentang niat dan perilaku penggunaan
keberdaaan UTAUT. Pokok pembahasannya mengacu pada berbagai
teknologi (internet, situs web, sistem informasi rumah sakit, sistem
pembayaran pajak, dan teknologi mobile lainnya) dengan faktor yang
berbeda seperti usia, jenis kelamin, pengalaman, kesukarelaan penggunaan,
pendapatan, dan pendidikan. Serta berfokus pada berbagai kelompok
pengguna misalnya siswa, profesional, dan penggunaan umum. Menurut
artikel (Venkatesh, 2012) UTAUT juga berperan penting dalam model garis
dasar yang telah diterapkan untuk mempelajari berbagai pengaturan
teknologi organisasi maupun non organisasi. Ada banyak aplikasi dan
replika dari seluruh model atau bagian dari model pengaturan organisasi
yang telah memberikan kontribusi untuk memperkuat generalisasinya
(Neufeld et al, 2007).
Terdapat tiga jenis ulasan tentang eksistensi atau integritas UTAUT.
Jenis yang pertama dari eksistensi atau integritas UTAUT yang diperiksa
dalam konteks teknologi baru seperti teknologi kolaboratif, sistem
informasi kesehatan (Chang et al, 2007) kemudian dalam konteks populasi
pengguna baru misalnya profesional kesehatan dan konsumen (Yi et al,
2006) dan yang terakhir pengaruh budaya misalnya cina, india, dan budaya
lainnya (Gupta et al, 2008). Tipe yang kedua adalah penambahan konstruk
baru dalam rangka memperluas lingkup mekanisme teoritis secara endogen
yang digariskan dalam UTAUT (Chan et al 2008; Sun et al. 2009). Terakhir
adalah dimasukannya prediktor eksogen dari variabel UTAUT (Neufeld et
al 2007; Yi et al. 2006). Ulasan tersebut dapat memperluas batas-batasan
teoritis tentang adopsi teknologi (Venkatesh, 2012).
2.1.2 E-learning
The ILRT of Bristol University (2005) mendefinisikan e-learning
sebagai penggunaan teknologi elektronik untuk mengirim, mendukung, dan
meningkatkan pengajaran, pembelajaran dan penilaian. Onno W Purba
(2002), e-learning adalah sebuah bentuk teknologi informasi yang
diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.
Sedangkan Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning adalah
sebagai berikut :
1. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi,
pendidikan, pelatihan secara online.
2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar konvensional (model pembelajaran konvensional, kajian
terhadap buku teks, CD Rom dan pelatihan berbasis komputer)
sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Istilah e-learning memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga
banyak pakar yang menjabarkan mengenai definisi e-learning dari berbagai
sudut pandang. Salah satu definisi yang dapat diterima banyak pihak seperti
dikemukakan Darin E. Hartley (2001) e-learning merupakan suatu jenis
belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media. Surya (2008) mendefinisikan e-learning
sebagai suatu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi
komunikasi dan informasi khususnya internet dalam (Nurdyansyah &
Fahyuni, 2016).
Menurut Deni Darmawan (2016) dalam (Batubara, 2018) terdapat tiga
fungsi pemanfaatan media elektronik atau web dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1. Suplemen (tambahan)
Fungsi ini menjadikan e-learning sebagai sumber belajar tambahan
yang dapat memperkaya khasanah pengetahuan pelajar. Dalam hal ini,
pengajar tidak mewajibkan pelajar untuk mengakses materi-materi
yang terdapat pada website e-learning, meskipun dengan
mengaksesnya pelajar dapat meningkat pemahaman mereka terhadap
materi yang dipelajari di kelas.
2. Komplemen (pelengkap)
Fungsi ini mengharuskan situs web e-learning memiliki konten yang
sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan pembelajaran agar konten
tersebuut dapat dijadikan sebagai penguatan, remidial, media latihan,
atau alat bantu dalam memberikan penugasan secara online bagi pelajar
yang mengikuti pembelajaran di kelas.
3. Substitusi (pengganti)
Fungsi ini mengharuskan situs web e-learning memiliki konten
pembelajaran yang mengacu pada kurikulum, lengkap dengan metode
yang terintegrasi dalam materi, dan berbagai fitur pengelolaan kegiatan
pembelajaran sehingga sistem pembelajaran berbasis web tersebut
dapat digunakan untuk menggantikan sebagian dari pembelajaran tatap
muka.
Secara khusus, Deni Darmawan juga mengungkap beberapa manfaat
pembelajaran dengan e-learning bgi peserta didik, pendidik, dan budaya
belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik
a. Menyediakan materi pembelajaran yang terprogram kepada peserta
didik untuk belajar di luar kelas.
b. Menumbuhkan percaya diri pada peserta didik dalam
berkomunikasi secara santu dan beretika saat berkomunikasi
dengan orang yang tidak tampak fisiknya.
c. Menyedikan kesempatan belajar didik yang trauma dengan
sekolah, dirawat di rumah sakit, putus sekolah tetapi berminat
melanjutkan pendidikan, dan peserta didik yang berada di berbagai
daerah atau bahkan yang berada diluar negeri.
d. Memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik yang berada
jauh dari lembaga pendidikan, memiliki kesibukan, atau tidak
tertampung di sekolah konvensional.
2. Pendidik
a. Memudahkan pendidik dalam melakukan pemutakhiran bahan-
bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membantu pendidik dalam mengontrol kegiatan peserta didik,
seperti: kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari,
serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang.
c. Membantu pendidik dalam mengecek kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu.
d. Membantu pendidik dalam memeriksa jawaban peserta didik dan
memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
3. Budaya mengajar
a. Memungkinkan seseorang maju unggul atas prakarsa sendiri untuk
tujuan sendiri dengan cara berkomunikasi dengan berbagai pihak
menggunakan media internet.
b. Menumbuhkan sikap demokratis karena belajar melalui web e-
learning tidak memandang berbagai simbol status yang melekat
pada diri seseorang.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar mandiri bagi peserta didik
melalui fasilitas konten belajar yang lengkap dan fitur komunikasi
melalui forum atau chat (Darmawan, 2016).
Menurut Yugowati Praharsi dalam (Batubara, 2018), beberapa manfaat
lain yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan web atau e-learning
adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan jumlah interaksi antara pengajar dan pelajar atau
sesama pelajar yang berjauhan dengan memanfaatkan fitur chatting,
forum, dan web conference. Hal ini berbeda dengan kelas konvensional
yang memiliki keterbatasan waktu pertemuan.
2. Seluruh sumber belajar telah tersedia dengan baik dan dapat diperoleh
dengan cepat melalui internet, sehingga dimungkinkan pengajar dan
peserta dapat saling berbagi sumber belajar.
3. Meningkatkan kreativitas dan kemandirian pelajar karena mereka dapat
mengatur waktu dan tempat belajarnya sendiri. Kegiatan belajar-
mengajar menjadi menyenangkan dan dapat mengurangi kebosanan
pada proses belajar, karena peserta menggunakan komputer dan
multimedia yang terhubung internet.
4. Materi pelajaran akan lebih dimengerti dan dipahami oleh peserta
secara efektif, karena diskusi dan interaksi antara pengajar dan pelajar
dapat dilakukan melalui internet.
5. Adanya kepuasan mengikuti proses pembelajaran. Peserta dapat
melakukan proses pembelajaran sambil mengerjakan aktivitas lain yang
disenangi, misalnya mendengarkan musik atau makan kue.
6. Memberikan peluang untuk penghematan dan penataan finansial secara
terintegrasi. Dengan jangkauan perolehan pelajar yang lebih luas dan
sarana pendidikan yang serba virtual telah membuka harapan untuk
meningkatkan kesehatan finansial.
7. Pemenuhan terhadap tuntutan standar kualitas pendidikan dapat
dilakukan, dimana lembaga yang memiliki kurikulum pendidikan
standar dan berkualitas dapat diakses oleh siapa saja yang
membutuhkan.
8. Mengatasi kekurangan infrastruktur pendidikan secara fisik agar terjadi
pemerataan pendidikan yang menjangkau masyarakat secara luas.
9. Lebih menawarkan fleksibilitas dan mobilitas bagi pengaksesnya,
karena tidak mengikat waktu dan tempat.
10. Lembaga pendidikan akan lebih mudah beradaptasi dengan
perkembangan terakhir, karena melalui e-learning perubahan dan
penyesuaian materi pendidikan dapat dilakukan dengan mudah dan jauh
lebih murah dibandingkan dengan model konvensional yang harus
mencetak ulang buku-buku pegangan pendidik dan peserta didik
(Praharsi, 2004).
Dari beberapa manfaat di atas dapat diketahui bahwa manfaat dan
keunggulan pembelajaran berbasis web terletak e-learning, kelengkapan
konten, kondisi jaringan internet, dan keahlian pengguna dalam mengelola
konten dan fitur pembelajaran melalui web atau e-learning.
2.1.3 Elena UNNES
Elena (Electronic Learning Aid) merupakan situs e-learning yang
dikembangkan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Elena pertama kali
dimunculkan pada tahun 2009, pada saat itu e-learning ini bernama
Increasing Learning Motivation (ILMO) berbasis web dan lebih dikenal
dengan nama e-learning ILMO. Situs ini dapat diakses oleh para pengguna
baik dosen maupun mahasiswa melalui alamat http://e-
learningilmo.unnes.ac.id (Djunaidi at al., 2009) dalam (Asrori &
Fachrurrozie, 2011). Melalui situs e-learning ILMO diharapkan informasi
atau bahan perkuliahan, tugas-tugas dan diskusi perkuliahan dapat
disediakan dan diselenggarakan secara online maupun real time, sehingga
perpaduan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran akan lebih
intensif.
Elena merupakan salah satu bentuk dari media pembelajaran elektronik
yang berguna untuk meningkatkan kemampuan komputer dan komunikasi
belajar karena pembelajaran dengan e-learning bersifat pratikal dan aktif
seperti forum (grup), chat rooms, dan tidak terbatas pada jadwal dan buku
yang telah dibutuhkan. Kemampuan belajar terasah dengan baik melalui
e-learning. memudahkan perkuliahan saat dosen tidak dapat masuk kelas.
E-learning bersifat interaktif dan inovatif, Salah satu inovasi pada sistem
Elena yaitu menyidiakan fitur forum diskusi yang dapat digunakan oleh
dosen dan mahasiswa untuk mengadakan diskusi yang lebih fleksibel. Elena
juga dapat membantu perkuliahan lebih efektif dan menarik, salah satunya
dengan mengadakan pop quiz yang diakses pada situs tersebut.
2.2 Kajian Variabel
2.2.1 Behavioral Intention to Use Technology
Behavior intention adalah ukuran variabel untuk perilaku. Ini mewakili
motivasi seseorang dalam rencana atau keputusan untuk melakukan
perlilaku tertentu (Conner & Armitage, 1998). Pada umumnya, niat yang
kuat akan memungkinkan semakin besar tingkah laku yang dilaksankan.
Bukti tentang hubungan antara niat dan tindakan telah dikumpulkan dari
berbagai jenis perilaku, dengan sebagian besar pekerjaan dilakukan dalam
kerangka Theory Reasoned Action (TRA). Tinjauan terhadap penelitian ini
dapat ditemukan dalam berbagai sumber (misalnya, Ajzen, 1988; Ajzen &
Fishbein, 1980; Canary & Seibold, 1984; Sheppard, Hartwick, & Warshaw,
1988). Dalam Theory Planned Behavior (TPB) oleh (Ajzen, 1991) faktor
utama adalah niat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat
diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi
perilaku, antara lain :
a. Indikasi tentang seberapa keras orang bersedia untuk mencoba.
b. Seberapa upaya orang berencana untuk menggerakkan dalam
melakukan perilaku.
Gagasan pencapaian perilaku tergantung pada motivasi (niat) dan
kemampuan (kontrol perilaku). Dengan demikian, niat diharapkan
mempengaruhi kinerja sejauh mana orang yang memiliki kontrol perilaku
sehingga termotivasi untuk mencoba atau bertindak. Menurut (Bandura,
1982, p. 122) dalam (Ajzen, 1991) kontrol perilaku dipengaruhi oleh
kepercayaan diri terhadap kemampuan yang dilakukan. Kepercayaan diri ini
dapat mempengaruhi pilihan kegiatan, pola pikir serta reaksi emosional.
Kontrol perilaku yang dirasakan tidak mungkin realistis ketika seseorang
sedikit menerima informasi mengenai perilaku
2.2.2 Performance Expectancy
Vankatesh et al (2003) mendefinisikan performance expectancy
sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem akan
membantu mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan kinerja
pekerjaan. Menurut Compeau & Higghs (1995) latar belakang teoritis
variabel ini berasal dari persepsi kegunaan (Technology Acceptance Model),
Motivasi Ekstrinsik (Motivation Model), Kesesuaian Pekerjaan (Model of
PC Utilization) keuntungan relatif (Innnovation Diffusion Theory) dan
harapan hasil (Social Cognition Theory) dalam artikel (Chang, 2012).
Performance expectancy merupakan prediktor terkuat dari niat dan tetap
signifikan pada semua titik pengukuran baik bersifat sukarela maupun
paksaan. Menurut (Agarwal and Prasad 1998; compeau and Higgins 1995b;
Davis at al 1992; Taylor and Tod 1995; Thompson et al. 1991; Venkatesh
and Davis 2000) dalam (Davis et al., 2003). Dalam variabel ini terdapat lima
indikator dari berbagai model penelitian sebelumnya tentang penerimaan
dan penggunaan teknologi. Adapun indikator tersebut adalah :
a. Persespi Penggunaan (Perceived Usefulness)
Persepsi penggunaan (perceived usefulness) sebagai tingkat dimana
seseorang percaya bahwa menggunakan sebuah sistem khusus akan
meningkatkan kinerja dari pekerjaan yang dilakukan. Indikator ini
terdapat di penelitian (Davis 1989, Davis et al 1989).
b. Motivasi Ekstrinsik (Extrinsic Motivation)
Motivasi Ekstrinsik (extrinsic motivation) merupakan persepsi penguna
yang menginginkan suatu kegiatan yang dianggap berperan penting
dalam mencapai hasil yang berbeda dari kegiatan itu sendiri, seperti
perbaikan pekerjaan, kinerja, prestasi atau promosi jabatan (Devis et al.
1991).
c. Kesesuaian pekerjaan (Job-Fit)
Kesesuaian pekerjaan (job-fit) merupakan kemampuan dari sistem
tertentu untuk meningkatkan kinerja pekerjaan individu. Indikator ini
telah ada di penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Thompson et al
(1991).
d. Keuntungan relatif (Relative advantages)
Moore dan Benbasat (1991) mendifinisikan Keuntungan relatif
(relative advantages) adalah tingkat penggunaan suatu inovasi
dianggap lebih baik daripada menggunakan sistem terdahulu.
e. Harapan hasil (Outcome Expectations)
Menurut Compeau dan Higgins 1995b; Compeau et al, 1999) Harapan
hasil berhubungan dengan konsekuensi dari perilaku. Berdasarkan
bukti empiris mereka dipisahkan menjadi harapan kinerja
(berhubungan dengan pekerjaan) dan harapan pribadi (tujuan individu).
2.2.3 Effort Expectancy
Menurut Vankatesh et al (2003) effort expectancy merupakan tingkat
kemudahan yang terkait dengan penggunaan sistem. Davis (1989)
menemukan bahwa aplikasi yan dirasakan oleh orang-orang akan lebih
diterima ketika aplikasi tersebut lebih mudah digunakan. Tiga indikator dari
harapan usaha terdiri dari kemudahan penggunaan (TAM / TAM2),
kompleksitas (MPCU), dan kemudahan penggunaan (IDT) yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Persepsi kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)
Persepsi kemudahan Penggunaan (Davis 1989; Davis et al 1989)
didefinisikan sebagai tingat dimana seseorang percaya bahwa
menggunakan sistem akan bebas dari usaha.
b. Kompleksitas (Complexity)
Tingkat dimana suatu sistem dapat membantu pekerjaan yang kompleks
menjadi lebih sederhana (Thompson et al, 1991).
c. Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)
Moore dan Benbasat (1991) menerangkan bahwa kemudahan
penggunaan merupakan tingkat dimana menggunakan suatu inovasi
dianggap mudah untuk digunakan.
2.2.4 Social Influence
Social influence didefinisikan sebagai sejauh mana seorang individu
merasakan percaya bahwa orang lain berperan penting pada saat dia
menggunakan sistem. Social influence sebagai penentu langsung pada niat
perilaku yang direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA,
TAM2, TPB/DTPB dan C-TAM-TPB (Davis et al., 2003). Faktor-faktor
yang secara langsung pengaruh sosial sebagai berikut :
a. Norma Subyektif (Subjective Norm)
Norma subyektif merupakan persepsi seseorang bahwa sebagian besar
orang-orang penting baginya memiliki peran mengenai dia harus
bertindak atau tidak serta harus melakukan perilaku yang bersangkutan
(Ajzen 1991; Davis et al 1989; Fishbein dan Azjen 1975; Mathieson
1991; Taylor dan Todd 1995a, 1995b).
b. Faktor Sosial (Social Factors)
Individu-individu merujuk secara subyektif pada kelompok budaya
tertentu dan perjanjian interpersonal individu yang telah dibuat dengan
orang lain dalam situasi sosial tertentu (Thompson et al. 1991).
c. Citra (Image)
Citra merupakan tingkat dimana penggunaan inovasi sistem dirasakan
untuk meningkatkan citra atau status seseorang dalam lingkungan sosial
(Moore dan Benbasat, 1991).
2.2.5 Gender
Gender menurut Puspitawati (2012) mendefinisikan sebagai perbedaan
peran, fungsi, status, dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan
sebagai hasil dari bentukan (konstruk) sosial budaya yang tertanam lewat
proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gender pada
penelitian ini dijadikan sebagai variabel dummy. Dalam statistik dan
ekonometrik, khususnya dalam analisis regresi, variabel dummy adalah
variabel yang mengambil nilai 0 atau 1 untuk menunjukkan tidak adanya
atau keberadaan beberapa efek kategori yang dapat diharapkan untuk
mengubah hasilnya.
2.2.6 Age
Age atau usia merupakan variabel yang secara teori memiliki peran
moderasi seperti gender. Dalam memandang jenis kelamin dan efek usia,
menarik untuk dicatat bahwa Levy (1988) menyatakan bahwa studi tentang
perbedaan gender dapat menyesatkan tanpa mengacu pada usia.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan untuk mendukung peneletian
ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul (Nama Penelitian) Variabel Hasil
1.
Penggunaan Teori Utaut Guna Memahami Penerimaan Dan Pengimplementasian Idea Sebagai Learning Management System Final Project Journal (Prakasa, 2016)
Variabel independen : Performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan faciliting condition Variabel dependen : Behavioral intention Variabel intervening : Attitude towards behavior
Variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan idea : Effort expectancy, facilitating conditions, performance expectancy dan attidue toward behavior Variabel yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penerimaan idea : Social influence
No Judul (Nama Penelitian) Variabel Hasil
2.
Analisis Perilaku Penerimaan Edmodo pada Perkuliahan dengan Model UTAUT (Assegaff, 2016)
Variabel independen: Performance expectancy, effort expectancy,social influence, dan facilitating conditions, hedonic motivation, price value, dan habit Variabel dependen : Behavioral intention
1. Performance expectancy, price value dan habit secara signifikan mempengaruhi behavioral intention
2. disisi lain, penelitian ini menemukan bahwa effort expectancy, social influence, hedonic motivation dan facilitation condition tidak berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention.
3.
UTAUT Model for Understanding Learning Management System (Sedana, 2010)
Variabel independen: Performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions Variabel dependen : Behavioral intention
Variabel performance expectancy, social influence dan facilitating conditions terbukti signifikan mempengaruhi behavioral intention. Sementara variabel effort expectancy terbukti tidak signifikan.
4.
Kajian Signifikansi Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan E-learning Pada Siswa SMK Global Informatika Tangerang (Butarbutar, 2017)
Variabel independen: Performance expectancy, effort expectancy , social influence, dan facilitating conditions Variabel dependen : Behavioral intention Variabel moderating: gender
Faktor-faktor yang signifikan berpengaruh adalah variabel effort expectancy dan facilitating condition terbukti signifikan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa smk global informatika dalam penggunaan e-learning.
No Judul (Nama Penelitian) Variabel Hasil
5.
Intention to use E-Journal ; A Unified Theory of Acceptance and use of Technology Perspective (Thomas & Nurkhin, 2016)
Variabel independen: performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions Variabel dependen : Behavioral intention Variabel moderating: gender dan age
Performance expectancy dan social influence berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk menggunakan e-journal. Effort expectancy tidak berpengaruh signifikan terhadap niat untuk menggunakan e-journal. Facilitating conditions dan niat perilaku memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap penggunaan aktual.
6.
Explain the Behavior Intention to Use e-learning Technologies: A Unified Theory of Acceptance and Use of Technology Perspective (Shaqrah, 2015)
Variabel independen : Performance expectancy, effort expectancy, web-based training infrastructure, trust Dan culture Variabel dependen : Behavioral intention
Performance expectancy, effort expectancy, web-baased tarining infrastruktur, trust, dan culture berpengaruh siginiikan meningkatkan behavioral intention.
7.
Factors affecting acceptance & use of ReWIND: Validating the extended unified theory of acceptance and use of technology (Nair, Ali, & Leong, 2015)
Variabel independen : Performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, dan hedonic motivation Variabel dependen : Rewind use bahavioral Variabel intervening : intention to use rewind Variabel moderating : price-value dan habit.
Performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, price–value, hedonic motivation dan habit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan dan penggunaan rewind.
No Judul (Nama Penelitian) Variabel Hasil
8.
Factors influencing the adoption of E-learning in Tabriz University of Medical Sciences (Abdekhoda, Dehnad, Mirsaeed, & Gavgani, 2016)
Variabel independen : performance expectancy, effort expectancy, social influence dan facilitating conditions
Model utaut menjelaskan 56% dari varians untuk mengadopsi e-learninng. Selain itu, performance expectancy, effort expectancy, social influence memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap perilaku. Namun, facilitating conditions tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan e-learning.
9.
Pemodelan Penerimaan Pelajar Terhadap Persekitaran Pembelajaran Maya (Vle) (Baru, Abdullah, & Yusoff, 2014)
Variabel independen: Jangkaan prestasi, jangkaan usaha, pengaruh sosial, pengaruh guru, keberkesanan diri, dan keadaan kemudahan Variabel dependen: Penggunaan tingkah laku Variabel intervening : niat tingkah laku
Perkaitan antara konstruk-konstruk kajian adalah signifikan secara statistik sementara tiga hipotesis yaitu jangkaan prestasi dan keberkesanan diri tidak mempengaruhi terhadap penggunaan vle serta pemboleh ubah keadaan kemudahan tidak mempengaruhi terhadap pemboleh ubah penggunaan tingkah laku.
10.
Modeling Factors Affecting Student’s Usage Behaviour of E-learning Systems in Lebanon (Tarhini, Mohammed, & Maqableh, 2016)
Variabel independen : performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, hedonic motivation, trust Variabel dependen : usage behaviour Variabel intervening : behavioural intention.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh positif langsung dengan performance expectancy, hedonic motivation, habit, dan trust terhadap niat perilaku dan facilitating conditions memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap perilaku penggunaan sistem e-learning. Namun, effort expectancy dan social influence tidak mempengaruhi niat perilaku.
2.4 Kerangka Berpikir
Fakultas Ekonomi merupakan bagian dari Universitas Negeri Semarang
sebagai salah satu perguruan tinggi yang tahun ini mengusung tagline bereputasi
internasional. Ditandai dari perbaikan dari segi fasilitas maupun pelayanan.
Termasuk memperbaruhi sistem pembelajaran e-learning yang duhulu sempat
fakum. Penerimaan dan penggunaan teknologi ini mengacu pada teori hasil adopsi
dari Venkatesh et al. (2003) tentang Unified Theory Accepatancy Use of
Technology (UTAUT).
UTAUT memiliki variabel yang secara signifikan mempengaruh niat perilaku
untuk menggunakan sebuah sistem yaitu performance expectancy, effort
expectancy, social influence, dan facillitating conditions. Teori tersebut diadopsi
untuk mengetahui penerimaan dan penggunaan sistem Elena pada mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
2.4.1. Pengaruh Performance Expectancy (PE) terhadap Behavioral Intention
to Use Technology (BIUT)
Penerimaan dan penggunaan teknologi terpadu (UTAUT) yang
dikemukakan oleh Venkatesh et al. (2003) memiliki variabel yang paling
berpengaruh yaitu performance expectancy. Performance expectancy adalah
tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem akan
membantu mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan kinerja pekerjaan.
Teori aslinya menyatakan bahwa variabel ini memliliki pengaruh yang paling
kuat terhadap niat berperilaku untuk menggunakan teknologi. Teori ini
didukung peneliti terdahulu seperti (Agarwal & Prasad, 1998; Compeau &
Higgins, 1995; Taylor & Todd, 1995).
Performance exepectancy memiliki lima indikator yang mendukung
model penerimaan dan penggunaan teknologi yaitu perceived usefulness
sebagai tingkat kepercayaan seseorang dalam menggunakan sistem khusus
akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Implementasi dalam penggunaan
Elena, mahasiswa Fakultas Ekonomi tergerak menggunakan Elena karena
percaya bahwa sistem tersebut dapat meningkatkan kinerjanya dalam
mengerjakan tugas. Indikator ini terdapat dalam penelitian (Davis,1989;
Davis et al, 1989).
Indikator extrinsic motivation dari (Davis et al, 1991) yang menyatakan
persepsi penguna yang menginkan suatu kegiatan memiliki peran penting
dalam mencapai hasil yang berbeda. Disini, mahasiswa menginginkan hasil
yang berbeda ketika menggunakan Elena dari pada tidak menggunakan sama
sekali. Mengumpulkan tugas dengan Elena lebih cepat dibandingkan
mahasiswa harus mengumpulkan secara langsung di kampus karena Elena
dapat diakses dimana saja. Sehingga, ketika ada anggapan atau persepsi
seperti itu mahasiswa tergerak untuk menggunakan Elena.
Indikator job-fit yang merupakan kesesuaian peran dari sistem dengan
pemanfaatannya (Thompson, 1991). Implementasinya Elena dapat dimanfaat
untuk membantu mahasiswa saat perkuliahan. Elena dijadikan alternatif
dosen untuk menggantikan jam kuliah kosong dengan mengakses sistem
tersebut. Sehingga mahasiswa tergerak untuk menggunakan Elena karena
manfaatnya sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Moore dan Benbasat (1991) mendifinisikan relative advantages adalah
tingkat penggunaan suatu inovasi dianggap lebih baik daripada menggunakan
sistem terdahulu. Disini inovasi berkaitan erat dengan kenyamana dan
kepuasan penggunaan. Mahasiswa merasa nyaman dan puas saat pertama kali
menggunakan Elena sehingga mereka terdorong untuk menggunakan lagi.
Hal ini dapat menggerakan mahasiswa untuk terus menggunakan Elena di
perkuliahan.
Outcome expectations merupakan harapan hasil yang berhubungan
dengan konsekuensi dari perilaku (Compeau dan Higgins, 1995b; Compeau
et al, 19999). Ketika mahasiswa sudah menggunakan Elena, mereka
berharapan tugas mereka menjadi lebih cepat selesai. Disitu mahasiswa
tergerak untuk menggunakan Elena karena mereka memiliki harapan hasil
dari perilaku yang telah mereka lakukan.
Dari penjelasan variabel performance expectancy beserta lima indikator
di dalamnya memiliki pengaruh terhadap niat berperilaku mahasiswa
Fakultas Ekonomi dalam menggunakan Elena sehingga dapat ditarik hipotesi
alternatif pertama:
H1 : Ada pengaruh performance expectancy terhadap behavioral
intention to Use Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
2.4.2. Pengaruh Effort Expectancy (EE) terhadap Behavioral Intention to Use
Technology (BIUT)
Variabel kedua yang mempengaruhi niat berperilaku dalam
menggunakan teknologi adalah effor expectancy. Teori Venkatesh et al.
(2003) mendefinisikan effort expectancy sebagai tingkat kemudahan dalam
menggunakan sistem. Davis (1989) menyatakan sistem akan diterima apabila
sistem tersebut lebih mudah digunakan. Mahasiswa Fakultas Ekonomi
tergerak untuk menggunakan Elena karena sistem tersebut mudah digunakan.
Teori tesebut didukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh (Abdekhoda, Dehnad, Mirsaeed, et al., 2016; Butarbutar, 2017; Nair et
al., 2015; Prakasa, 2016; Shaqrah, 2015).
Indikator pada variabel effort expectancy yang pertama perceived ease
of use yaitu persepsi kemudahan penggunaan dimana berhubungan dengan
kepercayaan seseorang dalam menggunakan suatu sistem tertentu akan
mempermudah usaha yang telah dilakukan. Kepercayaan ini menentukan niat
tingkah laku dan mengarah pada penggunaan sistem secara nyata. Teknologi
informasi yang mudah digunakan juga akan terus dipakai oleh seseorang
sehingga mempengaruhi niat perilaku penggunaan sistem tersebut.
Complexity menjelaskan bahwa semakin kompleks inovasi yang
dilakukan pada suatu teknologi informasi maka semakin rendah tingkat
adopsi dan penerimaan teknologi tersebut. Thompson et al. (1991)
mengemukakan bahwa kompleksitas memiliki pengaruh negatif pada
pemanfaatan teknologi informasi. Dalam hal ini Elena yang diharapakan
dapat membantu pekerjaan yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga
pernyataan instrumen pada indikator ini menjadi positif.
Ease of use menurut Moore dan Benbasat (1991) berkaitan dengan
ukuran kualitas sistem. Sistem yang memiliki kualitas yang baik dengan
kemudahan yang diperoleh ketika mengakses dapat menggerakan mahasiswa
untuk menggunakannya. Elena memiliki kualitas yang baik yang dapat
memudahankan mahasiswa dalam mengakses sistem tersebut. Berbagai fitur
yang ada di dalamnya dapat mendukung perkuliahan menjadi lebih
menyenangkan.
Dari penjelasan variabel effort expectancy beserta tiga indikator di
dalamnya memiliki pengaruh terhadap niat berperilaku mahasiswa Fakultas
Ekonomi dalam menggunakan Elena sehingga dapat ditarik hipotesi alternatif
kedua:
H2 : Ada pengaruh signifikan effort expectancy terhadap behavioral
intention to use technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
2.4.3. Pengaruh Social Influence (SI) terhadap Behavioral Intention to Use
Technology (BIUT) Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Social influence sebagai penentu langsung pada niat perilaku
penggunaan yan direpresentasikan sebagai norma subyektif dalam TRA,
TAM2, TPB, dan C-TAM-TPB (Davis et al, 2003). Dalam (Rahmawati,
1997) mengumukanan penelitian yang dilakukan oleh Thompson et al (1991)
menemukan bahwa faktor sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap
pemanfaatan komputer. Didukung juga penelitian lain yang dilakukan oleh
(Nair et al., 2015; Sedana, 2010; Thomas & Nurkhin, 2016). Faktor sosial ini
memiliki tiga indikator yang mendukung yaitu subjective norm, social
factors, dan images.
Subjective norm merupakan pandangan seseorang terhadap
kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau
tidak melakukan. Dengan kata lain, seseorang percaya dengan orang lain
kemudian termotivasi untuk mematuhi pikirannya antara melakukan atau
tidak melakukan. Hasil penelitian Venkatesh dan Davis menunjukan niat
berperilaku secara bersama-sama ditentukan oleh kegunaan yang dirasakan,
kemudahan penggunaan yang dirasakan, dan norma subyektif.
Indikator social factors akan mempengaruhi niat berperilaku untuk
menggunakan teknologi dikarenakan lingkungan yang bersifat mandatory.
Adanya perintah yang mewajibkan seseorang menggunakan suatu sistem,
membuat seseorang tergerak menggunakan sistem tersebut. Lingkungan yang
bersifat mandatory ini akan menjadi prediktor kuat pada masa awal
menggunakan sistem.
Images atau citra mempengaruh niat berperilaku untuk menggunakan
teknologi. Citra berkaitan dengan Elena yang digunakan sebagai alternatif
pembelajaran dalam inovasi pendidikan. Anggapan itulah yang membuat
Elena sampai saat ini dipakai karena membantu perkuliahan.
Dari penjelasan variabel social influence beserta tiga indikator di
dalamnya memiliki pengaruh terhadap niat berperilaku mahasiswa Fakultas
Ekonomi dalam menggunakan Elena sehingga dapat ditarik hipotesi alternatif
ketiga:
H3 : Ada pengaruh signifikan social influance terhadap behavioral
intention to use technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
2.4.4. Gender Memoderasi Pengaruh Performance Expectancy terhadap
Behavioral Intention to Use Technology
Penelitian (Bendi & Ari, 2014) menemukan bahwa tingkat pengaruh
performance expectancy terhadap behavioral intention lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria. Penemuan ini bertolak belakang dengan sudut
pandang teoris dalam (Davis et al., 2003), dalam teori tersebut ada hubungan
performance expectancy dan behavioral intention yang dimoderasi oleh
gender. Laki-laki cenderung berorientasi pada tugas (Minton & Schneider,
1980). Jadi, performance expectancy yang berfokus pada tugas dan
peningkatan kinerja lebih cenderung menonjol pada laki-laki.
Studi empiris di luar teknologi dan informasi pada (Kirchmeyer, 2002
dan Twenge, 1997) menunjukan gender memiliki dasar psikologi yang kuat
dan relatif abadi namun terbuka untuk berubah dari waktu ke waktu.
Beradasarkan penjelasan yang telah dikemukakan menunjukan gender
memiliki peran yang dapat memperkuat ataupun memperlemah harapan
kinerja terhadap niat berperilaku bagi laki-laki maupun perempuan. Laki-laki
lebih berorientasi pada tugas sehingga peran gender lebih kuat bagi laki-laki.
Tetapi tidak menutup kemungkin gender juga memiliki peran lebih tiggi bagi
perempuan karena sifatnya yang terbuka dan dapat berubah sewaktu waktu
seperti pada penelitian (Wibowo & Ariyanti, 2009) terbukti gender yang
memperkuat variabel independen yang mayoritas pada kelompok perempuan.
Sehingga dapat ditarik hipotesis alternatif keempat dalam penelitian ini
sebagai berikut.
H4: Gender memoderasi pengaruh performance expectancy terhadap
behavioral intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
2.4.5. Gender Memoderasi Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention to
Use Technology
Penelitian oleh (Ghalandari, 2012) menyatakan variabel gender dapat
memainkan peran moderasi antara variabel effort expectancy dan niat
berperilaku menggunakan teknologi. Seperti disebutkan sebelumnya,
perbedaan jenis kelamin diprediksi bisa didorong oleh kognisi terkait dengan
peran gender (Lynott dan McCandless, 2000; Motowidlo, 1982; Wong et al.,
1985). Venkatesh dan Morris (2000) menunjukkan bahwa effort expectancy
lebih menonjol untuk wanita dibandingkan laki-laki. Sama halnya dengan
penelitian (Wibowo & Ariyanti, 2009) gender perempuan lebih berperan
dalam memoderasi pengaruh effort expectancy pada niat berperilaku
menggunakan teknologi.
Herman dkk (2007: 3) menunjukan bahwa gender mempengaruhi
keberadaan sosial dari internet, persepsi kemudahan penggunaan internet
internet dan persepsi manfaat internet. Perempuan memiliki peran yang lebih
tinggi dalam memanfaatkan internet sebagai teknologi informasi.
Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian terdahulu, gender memiliki
peran dalam memoderasi pengaruh effort expectancy terhadap behavaioral
intention to use technology dapat ditarik hipotesis alternatif lima.
H5: Gender memoderasi pengaruh effort expectancy terhadap
behavioral intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
2.4.6. Gender Memoderasi Social Influence terhadap Behavioral Intention to
Use Technology
Teori dari (Davis et al., 2003) menyatakan bahwa wanita cenderung
lebih sensitif terhadap pendapat orang lain. Pengaruh sosial terhadap niat
berperilaku ini akan menjadi lebih menonjol ketika menunggunakan
teknologi baru (Miller, 1976 dan Venkatesh et al, 2000). Penelitian yang
dilakukan oleh (Ghalandari, 2012) memiliki peran dalam memoderasi social
influence terhadap behavioral intention.
Penelitian yang dilakukan oleh (Hofstede & Hofstede, 2005; Venkatesh
& Morris, 2000) menemukan bahwa perempuan lebih bergantung pada
pendapat orang lain dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu,
perempuan akan lebih termotivasi oleh tekanan sosial dan kebutuhan
kerjasama daripada laki-laki. Mahasiswa perempuan Fakultas Ekonomi lebih
banyak dibandingkan laki-laki sehingga pengaruh gender ini akan lebih
memberikan dampak pada perempuan dalam social influence. Berdasarkan
pemaparan teori dan penelitian terdahulu, gender memiliki peran dalam
memoderasi pengaruh social influence terhadap behavaioral intention to use
technology dapat ditarik hipotesis alternatif enam:
H6: Gender memoderasi pengaruh social influence terhadap
behavioral intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
2.4.7. Age Memoderasi Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention
to Use Technology
Venkatesh et al. (2003) menjelaskan bahwa usia adalah moderator
penting dalam model UTAUT. Usia dalam organisasi memiliki hubungan
antara harapan kinerja memiliki efek yang lebih kuat pada karyawan muda.
Dalam hal ini karyawan muda lebih terbuka dengan teknologi yang baru
sehingga mereka memanfaatkannya untuk meningkatakan kinerja.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi mulai menggunakan Elena kembali pada
tahun 2016. Angkatan 2017 masih pada tahap perkenalan dan adaptasi sistem
kuliah sehingga efek angkatan yang lebih memoderasi dilihat dari segi
pengalaman dan intensitas penggunaan adalah angkat 2015. Berdasarkan
pemaparan teori dan penelitian terdahulu, age memiliki peran dalam
memoderasi pengaruh performance expectancy terhadap behavaioral
intention to use technology dapat ditarik hipotesis alternatif tujuh:
H7: Age memoderasi pengaruh performance expectancy terhadap
behavioral intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
2.4.8. Age Memoderasi Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention
to Use Technology
Peningkatan usia telah terbukti berhubungan dengan kesulitan dalam
memproses rangsangan kompleks dan mengalokasikan perhatian terhadap
informasi pada pekerjaan (Plude & Hoyer, 1985), yang keduanya mungkin
diperlukan ketika menggunakan sistem perangkat lunak. Penelitian
sebelumnya mendukung gagasan bahwa konstruk yang berkaitan dengan
harapan usaha akan menjadi determinan yang lebih kuat dari niat individu
untuk wanita (Venkatesh & Morris, 2000; Venkatesh et al., 2000) dan untuk
pekerja yang lebih tua (Morris & Venkatesh, 2000).
Mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2015 dijadikan sebagai
angkatan usia yang lebih tua memiliki interaksi lebih intens dibandingkan
dengan angkatan 2016 dan 2017. Sajalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Ghalandari, 2012) usia memainkan peran dalam memoderasi pengaruh
effort expectancy terhadap behavioral intention to use technologi.
Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian terdahulu, age memiliki peran
dalam memoderasi pengaruh effort expectancy terhadap behavaioral
intention to use technology dapat ditarik hipotesis alternatif kedelapan:
H8: Age memoderasi pengaruh effort expectancy terhadap behavioral
intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas Ekonomi.
2.4.9. Age Memoderasi Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention
to Use Technology
Rhodes (1983) menganalisis bahwa pengguna yang lebih tua lebih
meningkat ketika mendapatkan pengaruh sosial. Dalam penelitian (Tarhini,
Hone, & Liu, 2014) menjelaskan Venkatesh et al. (2003) menemukan efek
moderasi usia pada hubungan antara pengaruh sosial seperti norma sosial dan
niat berperilaku, dengan hasil hubungan yang lebih kuat pada pada pengguna
yang lebih tua. Mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2015 memiliki
pengalaman yang lebih banyak sehingga pengaruh sosial yang diterimapun
lebih banyak.
Wang et al. (2009) juga menemukan bahwa usia moderasi antara
pengaruh sosial dan niat berperilaku, efeknya lebih kuat pada orang yang
lebih dewasa dalam menggunakan e-learning. Usia juga dapat meningkatkan
pengaruh positif pada pengaruh sosial karena kebutuhan yang lebih besar
untuk bekerja sama, dalam implementasi mahasiswa Fakultas Ekonomi
angkatan 2015 lebih intensitas menggunakan Elena karena keterbutuhan akan
penyelesaian tugas mereka yang lebih banyak. Berdasarkan pemaparan teori
dan penelitian terdahulu, age memiliki peran dalam memoderasi pengaruh
social influence terhadap behavaioral intention to use technology dapat
ditarik hipotesis alternatif kesembilan:
H9: Age memoderasi pengaruh social influence terhadap behavioral
intention to use technology Elena pada mahasiswa Fakultas Ekonomi.
Dari uraian diatas maka didapat dibuatkan gambar kerangka berpikir pada
gambar 2.3 berikut ini:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Keterangan :
PE : Performance Expectancy EE : Effort Expectancy SI : Social Influence GEN : Gender AGE : Age BIUT : Behavioral Intention to Use Technology
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangkan berfikir yang telah diuraikan daitas.
Maka dapat dikembangkann hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh performance expectancy terhadap behavioral intention to use
technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
PE
EE
SI
GEN AGE
BIUT
H1
H5
H4
H3
H2
H8
H7
H6 H9
H2 : Ada pengaruh effort expectancy terhadap behavioral intention to use
technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H3 : Ada pengaruh social influance terhadap behavioral intention to use technology
Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H4 : Gender memoderasi performance expectancy terhadap behavioral intention to
use technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H5 : Gender memoderasi effort expectancy terhadap behavioral intention to use
technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H6 : Gender memoderasi social influence terhadap behavioral intention to use
technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H7 : Age memoderasi performance expectancy terhadap behavioral intention to
use technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H8 : Age memoderasi effort expectancy terhadap behavioral intention to use
technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.
H9 : Age memoderasi social influence terhadap behavioral intention to use technology Elena mahasiswa Fakultas Ekonomi.