Download - Bayu Narayana
bayu narayana
Selasa, 08 Januari 2013
PROPOSAL TESIS IMPLEMENTASI MODEL ASSURE
PROPOSAL TESIS
IMPLEMENTASI MODEL ASSURE (ANALYZE LEARNER,
STATE OBJECTIVES, SELECT METHODS AND MEDIA, UTILIZE MATERIALS, REQUIRES
LEARNER PARTICIPATION,
ALSO EVALUATE AND REVISE)
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V
SDIT UKHUWAH ISLAMIYAH YOGYAKARTA
BAYU PURBHA SAKTI
NIM. 11712251012
Proposal tesis ini ditulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah Seminar Proposal Tesis Program Studi Pendidikan Dasar
Dosen pengampu: 1. Dr. Muhammad Nur Wangid
2. Dr. Muhammad Farozin
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER
2012
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………..….. i
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………..... 7
C. Pembatasan Masalah…………………………………...…. 8
D. Rumusan Masalah……………………………………….... 8
E. Tujuan Penelitian…………………………………………. 9
F. Manfaat Penelitian………………………………………... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pembelajaran Mendengarkan………………………. 12
b. Pembelajaran Berbicara……………………………. 13
c. Pembelajaran Membaca……………………………. 14
d. Pembelajaran Menulis……………………………… 15
2. Desain Pembelajaran Model ASSURE
a. Analyze Learner………………………………………… 18
b. State Objectives…………………………………………. 19
c. Select Methods…………………………….……………. 20
d. Select Media…………………………………………….. 25
e. Utilize Materials………………………………………… 27
f. Requires Learner Participation………………………. 30
g. Evaluate and Revise……………………………………. 31
B. Kajian Penelitian yang Relevan………………………..… 33
C. Kerangka Pikir……………………………………………. 35
D. Pertanyaan Penelitian……………………………………. 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………… 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………. 38
C. Subjek dan Objek Penelitian………………………….….. 39
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…………….…. 39
E. Keabsahan Data……………………………………….….. 42
F. Teknik Analisis Data………………………………….….. 44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….…. 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi wawancara…………………………………… 49
Lampiran 2. Indikator wawancara……………………..……………. 52
Lampiran 3. Pedoman observasi……………………………….…… 62
BAB I
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar adalah modal pendidikan terpenting bagi setiap Warga Negara
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan di sekolah
dasar merupakan proses pembelajaran bersifat dasar yang mencakup berbagai ketrampilan
sebelum berlanjut ke pendidikan di sekolah menengah.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang selalu berusaha meninjau program sekolahnya
dalam rangka memajukan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut (Soekarto Indrafacrudi,
2006: 139). Sekolah swasta pun juga dituntut untuk memajukan pendidikan supaya tidak kalah
dengan sekolah negeri. Sebenarnya banyak sekolah swasta yang memiliki kemajuan pendidikan.
Salah satu hasil kemajuan pengajaran dilaksanakan di sekolah islam terpadu sebagai sekolah
swasta yang baik adalah keberhasilan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Iqra 1 Kota
Bengkulu dalam meraih 2 medali emas, 1 medali perak, dan 3 medali perunggu dalam kompetisi
International Islamic School Robot Olympiad (IISRO), yang berlangsung di Kuala Lumpur,
Malaysia, pada 24 s/d 29 Mei 2012 (www.sditiqra.org/sdit/news).
Hidayat Nur Wahid menilai keberadaan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) telah
banyak melakukan pendidikan karakter baik kepada peserta didik maupun pengajarnya
(www.republika.co.id/berita/menuju-jakarta-1/news/12/05/19). JSIT, melalui sekolah islam
terpadunya, terbukti tidak pernah terjebak dalam transaksi-transaksi pendidikan seperti
pembocoran soal Ujian Nasional dan yang lainnya.
Model pembangunan karakter dirangkum dalam “Model Lima E” yaitu example atau
teladan, experience atau pengalaman, education atau pendidikan, environment atau lingkungan,
dan evaluation yang merupakan bentuk memberikan keputusan terhadap suatu keadaan
berdasarkan pertimbangan tertentu (www.uny.ac.id/berita/UNY/implementasi-pendidikan-
karakter-dalam-dunia-pendidikan). Karakter atau watak pada hakekatnya merupakan ciri khas
kepribadian yang berkaitan dengan timbangan moralitas normatif yang berlaku. Kualitas
kepribadian seseorang bersifat relatif tetap dan akan tercermin dalam penampilan kepribadiannya
ditinjau dari sudut timbangan nilai moral normatif.
Salah satu contoh Sekolah Islam Terpadu adalah sekolah yang berbasis pendidikan
Tahfizhul Quran (Aischa Revaldi, 2010: 83). Sekolah seperti SD Islam Terpadu merupakan
salah satu contoh dari implementasi dari full day school. Kelebihan lainnya adalah pelajaran
fasih membaca Al-Quran (Tahsin) yang lebih diutamakan. Dalam kurikulum, mata pelajarannya
pun bermuatan spiritual. Salah satu contoh SD Islam Terpadu adalah Sekolah Dasar Islam
terpadu Auliya yang mengadakan pengajaran membaca Al-Qur'an dengan metode A Ba Ta Tsa,
menghafal Juz 30, surat pendek, hadits, dan doa pilihan (www.auliya.sch.id).
Abdul Rohim, et al (2009: 36) menyatakan bahwa pembelajaran kebahasaan di sekolah
dasar diintegrasikan pada pembelajaran keterampilan berbahasa, seperti menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar yang bertumpu
pada kemampuan baca tulis maka pembelajarannya tidak hanya pada tahap keberwacanaan yang
biasanya dilakukan di kelas rendah sampai kelas tinggi. Pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar seharusnya sudah sampai pada tahap mahir wacana yang mulai dilaksanakan pada
pembelajaran di kelas tinggi. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan lulusan sekolah dasar
dalam penguasaan kemampuan baca tulis.
Menurut Didin Widyartono (www.endonesa.wordpress.com), belajar bahasa pada
hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pembelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis.
Pembelajaran yang menarik dan menarik perhatian tentunya akan menumbuhkan minat siswa
untuk menyenanginya. Peneliti pun termotivasi untuk mengamati pembelajaran Bahasa
Indonesia di SDIT Ukhuwah Islamiyah.
Dewi Salma Prawiladilaga (2007: 26) berpendapat bahwa penyusunan desain
pembelajaran, terlepas dari model yang dipilih merupakan tugas suatu tim. Tim itu terdiri dari
desainer, pengajar, ahli materi, dan penilai. Seorang guru yang kreatif tentunya memiliki
beberapa desain pembelajaran yang berbeda dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Benny Agus Pribadi (2009: 59) berpendapat bahwa hasil dari proses desain sistem
pembelajaran berupa cetak biru yang berisi rancangan sistematik dan menyeluruh dari sebuah
aktivitas atau proses pembelajaran. Desain pembelajaran model ASSURE adalah sebuah desain
pembelajaran yang sederhana dan praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Langkah-
langkah dalam model ini adalah menganalisis karakteristik siswa, menetapkan tujuan
pembelajaran, menyeleksi media, dan metode, menggunakan bahan ajar, melibatkan siswa
dalam kegiatan belajar, serta melakukan evaluasi dan revisi pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Ukhuwah Islamiyah karena SDIT tersebut
merupakan SDIT yang pertama kali didirikan di kecamatan kalasan. Popon Syuarah (2008: 1)
mengemukakan bahwa SD Islam Terpadu Ukhuwah Islamiyah didirikan pada tahun 2003 setelah
setahun sebelumnya didirikan TKIT Ukhuwah Islamiyah. SDIT Ukhuwah Islamiyah
menggunakan integral curriculum. Kurikulum ini adalah kurikulum keterpaduan antara
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kurikulum Sekolah Islam Terpadu (SIT).
Selain itu, juga ada buku evaluasi harian yang digunakan para guru untuk berkomunikasi dengan
para orang tua. SDIT Ukhuwah Islamiyah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dari pagi
hari sampai dengan sore hari. Hal ini dikarenakan lingkungan yang ada di SDIT itu merupakan
sarana untuk membentuk akhlak islami bagi para siswanya. Pembelajaran yang dilakukan oleh
para guru SDIT Ukhuwah Islamiyah tentu saja memiliki berbagai tujuan, metode, media,
sasaran, dan evaluasi yang berbeda. Perihal ini dikarenakan adanya 16 mata pelajaran yang
diselenggarakan di SDIT Ukhuwah Islamiyah. Berdasarkan wawancara dan observasi awal yang
dilakukan peneliti, pada awal berdirinya SDIT Ukhuwah Islamiyah ini masih diampu beberapa
guru yang tidak sesuai latar belakangnya dengan bidang studinya.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 34) berpendapat bahwa metode pembelajaran
bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan, dan
penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Berdasarkan hasil observasi awal,
aplikasi dari metode pembelajaran Bahasa Indonesia di SDIT Ukhuwah Islamiyah menggunakan
beberapa metode termasuk metode ceramah dan tanya jawab tetapi belum diketahui secara pasti
mengenai variasi metode lainnya yang telah digunakan.
Informasi yang diperoleh siswa melalui media di sekolah dasar sangat menunjang dalam
pengetahuan bahasa. Peneliti termotivasi untuk mengamati media-media yang terdapat di SDIT
Ukhuwah Islamiyah. Sumiati dan Asra (2009: 161) berpendapat bahwa konsep tentang
kemanfaatan alat bantu pandang dengar didasarkan atas konsep tentang peroleh pengalaman
seseorang melalui media pembelajaran (perantara) yang digunakan. Salah satu media yang
tersedia di SDIT Ukhuwah Islamiyah adalah media komputer. Namun media yang digunakan
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Jawa
terbatas pada papan tulis. Para guru juga belum optimal dalam menggunakan media
pembelajaran berupa media komputer pada empat mata pelajaran bahasa yaitu Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Jawa. Mayoritas dari mereka masih melaksanakan
pembelajaran di ruang kelas.
Ahmad Rofiuddin dan Darmiyati Zuhdi (2001: 150) berpendapat bahwa kegiatan evaluasi
pengajaran bahasa dapat dipilah menjadi dua macam yaitu penilaian proses belajar dan penilaian
hasil belajar. Berdasarkan hasil observasi awal maka peneliti belum mengetahui cara guru
mengevaluasi pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDIT Ukhuwah Islamiyah. Hal
itu disebabkan guru tersebut sibuk dalam menjalani kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut.
Fenomena terbaru yang dihasilkan dari proses pembelajaran di SDIT Ukhuwah Islamiyah
adalah ada beberapa siswa yang memiliki nilai di atas sembilan dari beberapa mata pelajaran
yang diujikan untuk UASBN tahun 2012 di Kecamatan Kalasan. Ada siswa yang memperoleh
nilai Bahasa Indonesia 9,80 dengan nilai tertinggi 10,00. Ada siswa yang memperoleh nilai
Matematika 10,00 dengan nilai tertinggi 10,00. Ada siswa yang memperoleh nilai IPA 9,25
dengan nilai tertinggi 10,00. Nilai rata-rata yang diperoleh SDIT Ukhuwah Islamiyah adalah
nilai rata-rata Bahasa Indonesia 8,31; nilai rata-rata Matematika 7,76; dan nilai rata-rata IPA
8,01. Nilai rata-rata dari ketiga mata pelajaran tersebut adalah 8,03 dan berada di atas nilai rata-
rata ketiga mata pelajaran dari semua sekolah dasar yang ada di Kecamatan Kalasan yaitu 7,85.
Hal ini berdasarkan data yang diambil dengan pengamatan peneliti dari UPT Pendidikan
Kecamatan Kalasan. Namun, diketahui bahwa nilai rata-rata Bahasa Indonesia di SDIT
Ukhuwah UASBN tahun 2012 masih di bawah nilai rata-rata dari semua sekolah dasar di
Kecamatan Kalasan. Sering kali guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDIT Ukhuwah
islamiyah menggunakan pembelajaran kontekstual. Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui
gambaran mendesain pembelajaran Bahasa Indonesia di SDIT Ukhuwah Islamiyah karena belum
diketahuinya gambaran penjelasan dan uraian tentang desain pembelajaran mata pelajaran
tersebut.
Selama ini peneliti belum mengetahui gambaran desain pembelajaran pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas V SDIT Ukhuwah Islamiyah karena para siswa kelas tersebut
tentunya belum dipersiapkan untuk menghadapi UASBN. Berdasarkan pada latar belakang
masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi desain pembelajaran
model ASSURE pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDIT Ukhuwah Islamiyah
Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
H. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti telah mengidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Guru SDIT Ukhuwah Islamiyah belum optimal dalam menggunakan media pembelajaran berupa
media komputer pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Belum diketahui gambaran desain pembelajaran yang dirancang oleh guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di SDIT Ukhuwah islamiyah.
I. Pembatasan Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki beberapa kendala dalam
metode, media, dan evaluasi. Kendala ini menyebabkan guru sekolah dasar untuk mendesain
sebuah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan, maka
penelitian ini dibatasi pada implementasi desain pembelajaran model ASSURE yang diterapkan
guru Bahasa Indonesia pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berada di Kelas V SDIT
Ukhuwah Islamiyah Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
J. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana deskripsi implementasi desain pembelajaran model ASSURE pada
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDIT Ukhuwah Islamiyah Kecamatan
Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta?
K. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
implementasi desain pembelajaran model ASSURE pada pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas V SDIT Ukhuwah Islamiyah Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta.
L. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah untuk perkembangan pendidikan di SDIT
Ukhuwah Islamiyah dalam mendesain pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Secara praktis
a. Bagi Penulis
Dapat memberikan pengalaman ilmiah dalam melakukan penelitian ilmiah.
b. Bagi Guru
Sebagai dorongan untuk untuk mendesain pembelajaran Bahasa Indonesia. yang kreatif
dan inovatif sehingga mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik walaupun dalam kondisi
yang tidak memadai untuk melakukan proses belajar mengajar.
c. Bagi Sekolah
Sebagai penambah wawasan dan informasi untuk pengembangan pendidikan di sekolah
untuk perbaikan mutu pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu
masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Abdul Rohim, et
al, 2009: 4). Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-
pola tertentu, baik dalam tata bunyi, tata bentuk kata, maupun kalimat. Aturan tersebut diajarkan
sejak anak-anak mulai belajar di sekolah dasar.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 27) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa
di sekolah dasar juga mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa. Anak-
anak yang belajar di kelas rendah sekolah dasar adalah mereka yang paling kuat dalam menerima
pemerolehan bahasa.
Ahmad Rofiuddin dan Darmiyati Zuhdi (2001: 2) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran bahasa secara holistik setiap anak memperoleh kesempatan untuk belajar dan
mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan, mengemukakan pendapat, bertanya,
menjawab pertanyaan, dan sebagainya.
a. Pembelajaran Mendengarkan
Farida Ariani, Slamet Mulyana, dan Asep (2009: 10) berpendapat bahwa pembelajaran
mendengarkan yang dilakukan oleh siswa harus merupakan proses pemahiran mendengarkan
yang dilatihkan dan dialami. Ini berarti bahwa konsep pembelajaran mendengarkan yang
dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan mendengarkan sebagaimana yang dialami oleh siswa
dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Abdul Rohim, et al (2009: 36) mengemukakan bahwa pembelajaran mendengarkan
melalui penyampaian pesan secara berantai juga baik dilaksanakan. Setelah menerima pesan,
para siswa langsung diminta untuk mengucapkan kata yang baru disimaknya/didengarnya itu.
Anak yang lahir dengan normal dilengkapi dengan kemampuan mendengarkan yang akan
berkembang dan meningkat melalui proses belajar (Farida Ariani, Slamet Mulyana, dan Asep,
2009: 38). Proses belajar yang dilaluinya itu akan menjadikan yang bersangkutan memiliki
kemampuan mendengarkan yang efektif. Pelajar atau mahasiswa yang tidak pandai
mendengarkan pelajaran/kuliah yang diberikan guru/dosennya akan mendapat kesukaran dalam
mengikuti pelajarannya itu, bahkan besar sekali kemungkinannya gagal bagi mereka.
b. Pembelajaran Berbicara
Mudini dan Salamat Purba (2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran berbicara harus
berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal
tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat dan mendorong
siswa mampu mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi, bertanya
jawab, dan berpidato dan sebagainya.
Abdul Rohim, et al (2009: 38) mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara tidak bisa
ditinggalkan begitu saja. Setiap pembicaraan pasti mengandung nada, irama, dan intonasi.
Pendengar akan bisa membedakan apakah perkataan itu berupa pertanyaan, seruan, ataukah
hanya sekedar berita atau informasi.
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan (Mudini dan Salamat Purba, 2009: 43). Pendengar menerima informasi melalui
rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap
muka, berbicara dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara. Siswa membutuhkan
keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaanya secara efektif jika ia terampil berbicara.
c. Pembelajaran Membaca
Nurhayati Pandawa, Hairudin, dan Mislinatul Sakdiyah (2009: 16) berpendapat bahwa
pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara seimbang
dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan secara seimbang dengan
keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran membaca, KD membaca akan
menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan berbahasa lain menyertai dalam
kegiatan pembelajaran. Hal itulah yang dimaksud dengan adanya keseimbangan keempat aspek
tadi.
Abdul Rohim, et al (2009: 39) mengemukakan bahwa Pembelajaran membaca bagi para
siswa, hendaknya dimulai dengan pelatihan membaca nyaring, yaitu dengan cara simakan antara
siswa. Dengan cara itu, siswa bisa mengoreksi secara langsung kesalahan baca yang dilakukan
temannya baik kesalahan intonasi, lagu,penghentian, mapun kesalahan pengucapan kata.
Membaca merupakan proses berpikir atau bernalar (proses aktif dan bertujuan) yang
dilakukan melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna
terhadap bacaan yang dilakukan oleh pembaca (Nurhayati Pandawa, Hairudin, dan Mislinatul
Sakdiyah, 2009: 31). Dalam membaca, pembaca mengolah informasi secara kritis dan kreatif
yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh. Pada
akhirnya pembaca dapat memberikan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak
bacaan tersebut.
d. Pembelajaran Menulis
Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarmo (2009: 15) berpendapat bahwa pembelajaran
menulis lebih condong ke arah praktik ketimbang teori. Ini tidak berarti pembahasan teori
menulis ditabukan dalam pengajaran menulis. Pertimbangan antar praktek dan teori sebaiknya
lebih banyak praktek dari teori. Keterampilan menulis bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa
penguasaan keterampilan menulis tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan
lain, semakin banyak seseorang melakukan kegiatan menulis semakin terampil menulis yang
bersangkutan.
Abdul Rohim, et al (2009: 40) mengemukakan bahwa pembelajaran menulis hendaknya
ditekankan pada ketelitian penulisan huruf terutama penulisan kata-kata serapan. Kata-kata
seperti efektifitas, kwartal, atlit, tehnik, konsekwen, jadual, sistim, jaman, analisa, kuitansi
masing-masing sering muncul pada tulisan-tulisan ilmiah. Bentuk-bentuk yang baku dari kata-
kata tersebut adalah efektivitas, kuartal, atlet, teknik, konsekuen, jadwal, sistem, zaman, analisis,
dan kwitansi.
Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar
“menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur (Elina
Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarmo, 2009: 32). Tulisan diibaratkan sebagai bank memori yang
berguna untuk mengatasi kelemahan daya ingat seseorang, terutama untuk mengingat gagasan-
gagasan yang pernah dilontarkan orang tentang berbagai hal. Tulisan seorang guru kelas
sangatlah mempengaruhi pemahaman tentang tulisan dari para siswanya.
2. Desain Pembelajaran Model ASSURE
Model Assure ini adalah salah satu model desain sangat logis dan sederhana dan
diciptakan satu pemandu prosedur untuk perencanaan dan menjalankan pembelajaran yang
menggabungkan media (Heinich et al.: 31, 1999). Suatu desain baik pelajaran memulai dengan
menangkap perhatiannya pelajar, menyatakan maksud tujuan yang akan dijumpai,
mempresentasikan materi baru, melibatkan murid di praktek, menilai pemahaman penyediaan
umpan balik dan akhirnya menyediakan aktivitas tindak lanjut. Model Assure ini adalah
pembelajaran yang sangat memusatkan ke siswa. Model Assure ini memfokuskan pada
karakteristik umumnya pelajar, mengidentifikasi kemampuan awal spesifik yang dikehendaki,
dan mengevaluasi gaya pembelajaran.
Sasaran pembelajaran model Assure ini yang baik harus mempunyai empat bagian yaitu
pendengar, perilaku, kondisi, dan derajat keakuratan (Heinich et al. 2001). Sasaran tersebut bisa
sebagai siswa sekolah dasar (SD). Siswa SD tentunya memiliki pemahaman pendengaran yang
berbeda jika dibandingkan antar kelas 3 dengan kelas 6. Setelah mendengar perintah dari
kegiatan pembelajaran maka mereka juga memiliki perilaku yang berbeda pula. Kondisi dari
hasil belajar yang dilakukan mereka juga akan berbeda. Sebagai contoh tentang penggunaan
kalkulator jika diberikan pada siswa kelas 3 dan kelas 6. Jika untuk mengukur derajat keakuratan
maka dapat dihitung dengan 80 % jawaban yang benar. Sebagai contoh, jika siswa menjawab 4
jawaban yang benar dari 5 jawaban yang diberikan.
Neal S. dan Susan G.M. (2006: 41) mengemukakan bahwa the ASSURE model selects
and implements instructional technology and media within learning activities. Maksud mereka
adalah bahwa model ASSURE memilih dan menerapkan pembelajaran teknologi dan media
dalam aktivitas belajar. Pemilihan media pembelajaran yang dilakukan guru akan
mempengaruhi aktivitas belajar yang dialami para siswanya. .
Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 3) menyatakan
bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik
yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan teknik. Artinya,
metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Istilah
strategi pembelajaran dapat diketahui dari penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang
diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Benny Agus Pribadi (2009: 111) berpendapat bahwa model ASSURE lebih difokuskan
pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di kelas secara
aktual. Model ini sangat membantu para desainer dan pengajar untuk mengetahui tentang
bagaimana pembelajaran akan dilakukan.
Menurut Dewi Salma Prawiladilaga (2007: 47) walaupun model ASSURE berorientasi
pada KBM tetapi model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi
pembelajaran pada model ini dikembangkan melalui select methods, media, utilize materials, dan
learner participation.
Ada enam langkah untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan
desain pembelajaran model ASSURE. Langkah-langkah tersebut yaitu a) analyze learner, b)
state objectives, c) select methods and media, d). utilize materials, e) requires learner
participation, also f) evaluate and revise. Namun peneliti ingin membagi langkah pada butir
ketiga yaitu select methods and media menjadi dua bagian. Peneliti pun mengkaji butir ketiga
tadi menjadi select methods and select media yang masing-masing pemilihan metode, media, dan
penggunaan materi/bahan ajar memiliki kajian sendiri.
a. Analyze Learner (Menganalisis Pembelajar)
Pembelajar adalah pihak yang menjadi fokus suatu pembelajaran (Dewi Salma
Prawiladilaga, 2007: 37). Informasi yang paling diperlukan untuk diketahui dalam pembelajaran
yaitu sifat/watak siswa. Guru harus mengetahui sifat/watak yang baik dan kurang baik yang
dimiliki oleh para siswa.
Sumiati dan Asra (2009: 4) berpendapat bahwa pada awal pembelajaran itu guru lebih aktif
karena banyak yang harus dilakukan. Namun pada proses pembelajaran selanjutnya, guru
menjadi semakin pasif. Pada bagian tengah dan akhir pembelajaran, siswa lebih aktif karena
merekalah yang lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Benny Agus Pribadi (2009: 113) mengemukakan bahwa langkah awal yang perlu
dilakukan dalam menerapkan model ASSURE adalah mengidentifikasi student’s characteristic
yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Setiap siswa pasti memiliki sifat/watak yang
berbeda-beda dalam menghadapi suatu proses pembelajaran. Hal ini menjadi tugas seorang guru
untuk menganalisis siswa dalam sebuah pembelajaran.
Nasution (2005: 33) menyatakan bahwa setiap guru yang menghadapi kelas baru, lebih
dulu menerima jika para siswa yang berada dalam kelas itu tidak sama pandainya. Dalam setiap
pembelajaran, siswa merupakan faktor terpenting. Siswa yang lebih pintar dapat digunakan
sebagai pembantu guru dalam proses pembelajaran.
b. State Objectives (Menyatakan Maksud Tujuan)
Toto Ruhimat, et al. (2011: 148) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran merupakan suatu
target yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang diperoleh siswa tentu
saja tergantung dari tujuan awal pembelajaran yang disusun oleh guru. Rumusan tujuan
pembelajaran merupakan penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar jika
mereka telah selesai dan berhasil menguasai materi ajar tertentu (Dewi Salma Prawiladilaga,
2007: 37). Dalam merumuskan tujuannya, seorang guru terlebih dulu harus mengenali
kemampuan yang dimiliki para siswa.
Sumiati dan Asra (2009: 10) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran pada dasarnya
merupakan harapan, yaitu tentang apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Dalam
sistem pembelajaran, tujuan adalah sasaran yang dituju. Suatu sasaran harus jelas
menggambarkan sesuatu keadaan. Jadi, tujuan pembelajaran harus dapat member gambaran
secara jelas tentang bentuk perilaku yang diharapkan.
Nasution (2005: 177) menyatakan bahwa hendaknya tujuan pembelajaran harus
dirumuskan dalam bentuk kemampuan yakni hal-hal yang dilakukannya dan yang tidak dapa
dilakukannya sebelum siswa belajar. Seorang guru harus memahami kemampuan para siswanya
dulu sebelum menyusun tujuan pembelajaran.
c. Select Methods (Memilih Metode-metode)
Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 2) menyatakan bahwa
Metode merupakan jabaran dari pendekatan dan satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam
berbagai metode. Dalam suatu pembelajaran, guru harus mampu menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan apa yang dipelajari oleh para siswa. Pendekatan yang dilakukan bapak dan ibu
guru tersebut dapat diwujudkan dengan memilih metode pembelajaran yang akan dipakai.
Sumiati dan Asra (2009: 92) berpendapat bahwa metode pembelajaran menekankan pada
proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode
pembelajaran yang digunakan pada dasarnya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar.
Metode pembelajaran memungkinkan setiap siswa supaya dapat belajar sesuai dengan bakat dan
kemampuan masing-masing.
Toto Ruhimat, et al. (2011: 153) menyatakan bahwa metode dan teknik di dalam proses
belajar mengajar bergantung pada tingkah laku yang terkandung di dalam rumusan tersebut.
Metode dan teknik yang digunakan untuk tujuan menyangkut pengetahuan akan berbeda dengan
metode dan teknik yang digunakan untuk tujuan yang menyangkut ketrampilan atau sikap.
Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. (2009: 10) mengemukakan
bahwa terdapat 10 metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sepuluh metode pembelajaran tersebut adalah
1) Metode Audiolingual
Dalam audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural ini, bahasa yang diajarkan
dicurahkan pada lafal kata, dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara intensif. Guru
meminta siswa untuk mengulang-ulang sampai tidak ada kesalahan.
2) Metode Komunikatif
Contoh dari metode komunikatif ini yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami pesan, (b)
mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan untuk
memperoleh lebih banyak informasi, (d) membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis,
dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan begitu, untuk materi bahasan penyampaian
pesan saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara menarik, mendalam, dan membuat siswa
lebih intensif.
3) Metode Produktif
Dengan menggunakan metode produktif ini diharapkan siswa dapat menuangkan gagasan yang
terdapat dalam pikirannya ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara runtun. Siswa
diharapkan akan terbiasa dengan temannya dan para guru.
4) Metode Langsung
Tujuan metode langsung adalah penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat berkomunikasi
secara alamiah seperti penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-latihan
untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta
mimik secara langsung.
5) Metode Partisipatori
Dalam metode partisipatori siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan
berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar siswa dengan suara,
gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai pemandu yang penuh dengan
motivasi, pandai berperan sebagai moderator dan kreatif.
6) Metode Membaca
Metode membaca bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang
diperlukan dalam belajar siswa. Contoh dari metode ini yaitu pemberian tugas seperti mengarang
(isinya relevan dengan bacaan) atau membuat denah, skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan
sebagainya yang berkaitan dengan isi bacaan.
7) Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan
secara konkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang
dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau
dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
8) Metode Kuantum
Quantum Learning (QL) atau pembelajaran quantum lebih mengutamakan kecepatan belajar
dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan diri.
Gaya belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri menjadi ciri khas QL. Segala sesuatu dapat
berarti setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru mengubah lingkungan,
presentasi, dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar berlangsung. Hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar. Dengan
begitu, pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan
cepat.
9) Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Terjadi secara langsung
dan bersifat student centered (berpusat pada siswa). Dikatakan pembelajaran langsung karena
guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta
menentukan fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa karena
sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif dan meningkatkan
belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi mereka.
10) Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work)
Metode ini dapat dilakukan untuk mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil
merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh
pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa
yang dikerjakan siswa.
d. Select Media (Memilih Media)
Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) mengemukakan bahwa media
adalah sumber belajar dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Guru harus mampu
memilih media untuk meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran. Penggunaan suatu
benda sebagai media merupakan suatu cara yang ditempuh seorang guru untuk memberikan
pengetahuan pembelajaran kepada siswanya.
Sumiati dan Asra (2009: 160) berpendapat bahwa media pembelajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata.
Toto Ruhimat, et al. (2011: 162) menyatakan bahwa media visual adalah media yang
paling sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi
pembelajaran. Media ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Dengan
melihat, para siswa diharapkan tertarik oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 17) berpendapat bahwa dalam
usaha menggunakan media dalam proses pembelajaran, perlu bagi pendidik untuk
memperhatikan pedoman umum dalam penggunaan media sebagai berikut:
1) Tidak ada suatu media yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Masing-masing
jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, pemanfaatan kombinasi dua
atau lebih media akan lebih mampu membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
2) Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan
demikian, pemanfaatan media harus menjadi bagian integral dari penyajian pelajaran.
3) Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi
pelajaran yang disajikan.
4) Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
5) Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti melihat lagi media yang akan
dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas sebelum pelajaran
dimulai dan sebelum peserta masuk. Dengan cara ini pemanfaatan media diharapkan tidak akan
mengganggu kelancaran proses pembelajaran dan mengurangi waktu.
6) Pembelajaran perlu disiapkan sebelum media digunakan agar mereka dapat mengarahkan
perhatian pada hal-hal yang penting selama penyajian dengan media berlangsung.
7) Penggunaan media harus diusahakan agar senantiasa melibatkan partisipasi aktif peserta.
e. Utilize Materials (Menggunakan Materi-materi)
Gayle Mindes (2006: 105) berpendapat bahwa The classroom may contain materials
passed from one group of children to another, for example, our book on the trip to the fire
station. This book then becomes a part of the cultural history of children and a resource for the
class. Menurut Gayle Mindes, buku bisa menjadi salah satu materi/bahan ajar yang dapat
digunakan pada proses pembelajaran.
Sumiati dan Asra (2009: 92) berpendapat bahwa untuk melaksanakan proses pembelajaran
suatu materi pembelajaran maka perlu dipikirkan kesesuaian metode pembelajaran dengan
beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi, dan waktu.
Toto Ruhimat, et al. (2011: 152) menyatakan bahwa bahan atau materi pembelajaran pada
dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topik/sub topik dan rinciannya. Bahan atau materi pembelajaran yang digunakan guru dalam
mengajar sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Bahan atau materi pembelajaran yang
berlebihan dalam penggunaannya akan membebani pikiran siswa. Bahan atau materi
pembelajaran yang kaji dalam penelitian ini adalah pelajaran Bahasa Indonesia.
Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 25) berpendapat bahwa
Pembelajaran keempat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
bisa dilakukan dengan menggunakan media audio visual, komputer, dan mengakses internet.
Berikut ini akan dijabarkan pengembangan media itu berdasarkan empat aspek tersebut:
1). Media pembelajaran dikaitkan dengan aspek menyimak.
Dalam pelajaran menyimak media yang digunakan yaitu: guru, siswa, radio, dan tape recorder.
Contoh:
a) Guru membacakan satu cerita dari sebuah wacana,
b) Siswa mendengarkan dan dapat menceritakan kembali cerita tersebut dengan bahasanya sendiri.
c) Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain
mendengarkan.
d) Siswa diberi tugas mendengarkan berita dan drama dari radio.
e) Dengan tape recorder guru dapat memperdengarkan rekaman puisi, drama, pidato, dan lain-lain
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
2). Dalam pembelajaran berbicara, media yang dapat digunakan yaitu: kartu kata, gambar.
a) Kartu kata, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi kata-kata ungkapan kemudian siswa
disuruh membuat kalimat menggunakan kata ungkapan yang diperoleh dari kartu yang diambil.
b) Siswa dapat menceritakan isi gambar yang dipasang di depan kelas secara sistematis sehingga
menjadi satu cerita yang utuh.
3). Dalam pembelajaran membaca, media yang dapat digunakan yaitu
wacana.
Sebuah wacana dipotong menjadi penggalan-penggalan yang kemudian paragrafnya
diacak. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh yang kemudian siswa
membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan.
4). Dalam pembelajaran menulis media yang dapat digunakan yaitu:
gambar, benda, kartu.
a) Gambar, guru memperlihatkan gambar seri, siswa ditugasi
menceritakan rangkaian gambar tersebut secara tertulis.
b) Benda, sebuah benda nyata yang ada di dalam kelas dapat
dijadikan bahan oleh siswa untuk menulis sebuah cerita.
c) Kartu, yang bisa berisi gambar atau simbol-simbol dapat diberikan pada siswa dan siswa dapat
menjelaskannya secara tertulis.
f) Requires Learner Participation (Menghendaki Partisipasi Pembelajar)
Farida Rahim (2008: 28) mengatakan bahwa guru yang kurang memperhatikan keterlibatan
siswa atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar akan mengurangi motivasi membaca
siswa. Untuk meningkatkan keterlibatan siswa tersebut hendaknya guru mengawasi dan
memonitor para siswa dalam proses pembelajaran di ruang kelas.
Sumiati dan Asra (2009: 40) berpendapat bahwa siswa harus aktif dalam melakukan
sesuatu pada proses pembelajaran. Siswa harus terlibat secara emosional dalam pendidikan dan
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat menyesuaikan diri secara lebih baik
dengan berbagai kemajuan dan lingkungan yang lebih luas.
Benny Agus Pribadi (2009: 115) mengemukakan bahwa proses pembelajaran memerlukan
keterlibatan mental siswa secara aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktivitas mental siswa dengan
materi/bahan ajar apa yang akan dipelajari.
Toto Ruhimat, et al. (2011: 152) menyatakan bahwa diskusi merupakan proses tukar
pendapat di antara para partisipan. Dengan metode diskusi, para siswa diharapakan belajar lebih
aktif untuk menemukan rumusan hasil diskusi secara masing-masing. Banyak keuntungan yang
dapat diraih oleh siswa dari aktivitas belajar melalui diskusi.
Sumiati dan Asra (2009: 125) berpendapat bahwa penguatan (reinforcement) adalah bentuk
respon guru dengan menggunakan berbagai bentuk perilaku terhadap perilaku yang ditunjukkan
siswa. Jika guru mengajukan pertanyaan kemudian siswa menjawabnya maka guru hendaknya
memberikan reaksi. Ada dua jenis penguatan yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal.
Penguatan verbal dapat berbentuk kalimat, kata-kata pujian, penghargaan dan sebagainya.
Penguatan non verbal dapat berbentuk dengan gerakan isyarat tubuh, sentuhan tubuh, pemberian
hadiah, dan sebagainya.
g) Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)
Wayne E.Ross (2006: 200) berpendapat bahwa assessment in schools is most often
conceived as a means to identify what students knows and can do, that is, it is assessment of
learning. Maksud Wayne E.Ross yaitu penilaian di sekolah adalah paling sering terbayangkan
seperti sebuah makna untuk mengidentifikasi apa diketahui murid dan dapat dilakukan, yaitu, ini
adalah penilaian dari pembelajaran. Menurut Wayne E.Ross, penilaian proses pembelajaran itu
digunakan untuk mengetahui tentang suatu hal yang dikerjakan siswa dalam menghadapi
pembelajaran. Hasil dari penilaian menjadi target dari evaluasi yang akan dicapai.
Sumiati dan Asra (2009: 200) berpendapat bahwa fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui
apakah tujuan yang dirumuskan sudah tercapai. Evaluasi merupakan salah satu faktor penting
dalam proses pembelajaran. Evaluasi akan memberikan informasi tingkat pencapaian belajar
siswa. Informasi tentang kesulitan belajar akan diperoleh dari hasil analisis evaluasi.
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah (2009: 64) menyatakan bahwa Penilaian dan
pengukuran adalah bagian dari evaluasi. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan
untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur keputusan tentang nilai suatu
program (value judgement). Dalam melakukan keputusan, diperlukan data hasil pengukuran dan
informasi hasil penilaian selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
Benny Agus Pribadi (2009: 116) mengemukakan bahwa proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang
kualitas sebuah program pembelajaran. Revisi merupakan langkah yang harus dikembangkan
untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada dalam proses pembelajaran.
E. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Ilknur Pekkanli Egel (2009) melakukan penelitian yang berjudul “English Language Learning
and Teaching Styles in Two Turkish Primary Schools”. Maksud dari penelitian tersebut adalah
Gaya belajar bahasa asing diarahkan pada memfasilitasi pembelajaran para murid dan oleh
karenanya kegunaan gaya pengajaran adalah penting dalam kaitan dengan kesesuaian gaya
pelajar untuk kebutuhan bidang pendidikan mereka. Pembahasan sekarang ini diarahkan pada
penyelidikan beberapa dimensi dari gaya pembelajaran bahasa murid sekolah dasar dan cara
dimana gaya-gaya tertentu adalah terbentuk dan disukai oleh gaya pengajaran guru. Arah dasar
adalah untuk menemukan apakah ada atau tidak ukuran yang diambil oleh Kementerian Turki
dari Pendidikan berhubungan dengan mengoreksi kekurangan dari guru dari Bahasa Inggris
sebagai bahasa asing telah mempunyai satu akibat pada gaya pembelajaran pada murid sekolah
dasar. Arah sekunder adalah untuk menguji gaya pembelajaran yang bervariasi pada murid EFL
di dua sekolah dasar dan untuk mendirikan apakah ada atau tidak di situ satu perubahan dalam
gaya pembelajaran ini. Akhirnya, peneliti yang menguji apakah ada atau tidak kondisi ekonomi
dari sekolah-sekolah yang mempunyai satu pengaruh pada gaya pembelajaran murid.
2. Lee, Y dan Takahashi, Akihiko (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Lesson Plans and
the Contingency of Classroom Interactions”. Maksud dari penelitian tersebut adalah Salah satu
sumber daya paling penting untuk pembelajaran adalah perencanaan pelajaran, yang mana
menentukan urutan dari pengajaran. Bagaimanapun, di sana sering ada celah di antara yang
direncanakan dan apa sebenarnya terjadi pada kelas. Hal ini menaikkan pertanyaan dari
bagaimana guru datang untuk mengkaitkan dengan varian kontingen dan hasil tak diduga bahwa
peristiwa interaksi yang nyata dan bagaimana perencanaan pelajaran diatur ke dalam proses ini.
Pembahasan ini menguji satu program pendidikan guru yang menggunakan perencanaan
pelajaran sebagai sebuah pusat sumber daya untuk mengajarkan matematika. Hasil ini
menyarankan bahwa guru-guru ruang kelas pelajaran menggunakan perencanaan pelajaran
sebagai sumber daya komunikatif untuk mengidentifikasi masalah, menetapkan dugaan
mengenai pengajaran mereka dan bertindak atas dasar meningkatkan biaya tak terduga dari
interaksi kelas. Biaya tak terduga secara interaksi adalah lokasi dari praktek pengajaran, bukan
sebuah kendala untuk aplikasi dari prosedur-prosedur dalam perencanaan pelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2012) mengenai kreativitas guru dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia pada MIN 1 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertama, kreativitas guru dalam menyajikan materi pembelajaran menulis dengan cara
menyajikan pembelajaran dengan konsep imajinatif, penyajian pembelajaran yang merangsang
gagasan dan karya orisinil, penyajian pembelajaran yang bervariasi (pola interaksi, gaya
mengajar, dan variasi pesan), dan penilaian secara langsung. Kedua, kreativitas guru dalam
mengimplementasikan metode pembelajaran adalah menggunakan metode brainstorming (curah
pendapat) dan mengkombinasikan beberapa metode. Ketiga, kreativitas guru Bahasa Indonesia
dalam mengembangkan media pembelajaran dan sumber belajar dengan cara membuat media
sendiri, mengkombinasikan media, dan memodifikasi media. Media yang dibuat guru seperti
media ringkasan cerita, surat, pengumuman, menulis laporan, dan puisi.
F. Kerangka Pikir
SDIT Ukhuwah Islamiyah adalah SDIT yang pertama kali didirikan di kecamatan
kalasan. Perihal ini dibuktikan dengan adanya SK Ka. Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman no.
184/KPTS/P/2006. SDIT Ukhuwah Islamiyah menggunakan integral curriculum. Kurikulum ini
adalah kurikulum keterpaduan antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan
kurikulum Sekolah Islam Terpadu (SIT). Selain itu juga ada buku evaluasi harian yang
digunakan para guru untuk berkomunikasi dengan para orang tua.
SDIT Ukhuwah Islamiyah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dari pagi hari
sampai dengan sore hari. Perihal ini dilakukan untuk meminimalkan pengaruh negatif dari
lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif. Karena lingkungan yang ada di SDIT itu
merupakan sarana untuk membentuk akhlak islami bagi para siswanya. Pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru SDIT Ukhuwah Islamiyah tentu saja memiliki berbagai tujuan, metode,
media, sasaran, dan evaluasi yang berbeda. Perihal ini dikarenakan adanya 16 mata pelajaran
yang diselenggarakan di SDIT Ukhuwah Islamiyah.
Peneliti merasakan fenomena kemunculan sekolah islam terpadu telah membawa pengaruh
positif bagi anak usia sekolah dasar. Pembiasaan akhlak islami merupakan salah satu hasil
fenomena pengaruh positif tadi. Namun peneliti ingin membahas desain pembelajaran yang
dilaksanakan pada lingkungan SDIT Ukhuwah Islamiyah. SDIT Ukhuwah Islamiyah memiliki 4
pembelajaran bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Jawa.
Fokus pengkajian desain pembelajaran itu terletak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
di SDIT Ukhuwah Islamiyah.
Peneliti ingin mengetahui deskripsi implementasi model ASSURE dalam kegiatan
pembelajaran. Deskripsi implementasi model ASSURE diteliti di sekolah dasar berkaitan dengan
adanya penggunaan teknologi dan informasi. Penggunaan teknologi informasi itu sudah
dilakukan di SDIT Ukhuwah Islamiyah kelas V. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V,
guru Bahasa Indonesia sudah menggunakan laptop dalam mengajar. Guru tersebut juga sudah
mengetahui model ASSURE. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang deskripsi
implementasi model ASSURE dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT
Ukhuwah Islamiyah.
G. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini merupakan pertanyaan yang dibuat sebagai
acuan dalam penelitian yang akan dijawab berdasarkan perolehan data-data yang ada di
lapangan. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara guru menganalisis watak siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar?
2. Bagaimana cara guru menetapkan tujuan pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar?
3. Bagaimana cara guru memilih metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar
4. Bagaimana cara guru memilih media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar?
5. Bagaimana cara guru menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
dasar?
6. Bagaimana cara guru melibatkan para siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
dasar?
7. Bagaimana cara guru melakukan evaluasi dan revisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Deskripsi penelitian ini diambil
berdasarkan data yang ada di lapangan, yaitu menggambarkan situasi yang terjadi berdasarkan
fakta, pengalaman, dan cerita yang terjadi di tempat penelitian. John W. Creswell (2007: 55)
berpendapat bahwa penelitian narasi itu memiliki fokus konteks yang spesifik yaitu pada para
guru dan para siswa di ruang kelasnya. Penelitian ini nantinya melibatkan guru dalam mendesain
sebuah mata pelajaran di sekolah dasar.
Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama
yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian (Cresswell, J.W,
2009: 167). Peneliti bertindak mengamati kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di
SDIT Ukhuwah Islamiyah. Peneliti bertindak melakukan wawancara terhadap guru Bahasa
Indonesia kelas V di SDIT Ukhuwah Islamiyah. Peneliti bertindak mengumpulkan dokumen
yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Ukhuwah
Islamiyah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Ukhuwah Islamiyah Kecamatan Kalasan Kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari
tahun 2012 sampai dengan bulan Maret Tahun 2013.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia kelas V, dan beberapa siswa kelas V.
Penelitian dengan subjek guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V adalah untuk
mengetahui cara guru mendesain pembelajaran. Penelitian dengan subjek beberapa siswa kelas V
adalah untuk mengetahui situasi keadaan proses pembelajaran di kelas V. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan sumber data yang dapat dipercaya. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2009: 219). Sesuai pendapat Sugiyono
maka peneliti berusaha mendapatkan informasi terhadap beberapa siswa yang tentunya dianggap
kompeten dan guru Bahasa Indonesia kelas V.
Objek yang diteliti adalah desain pembelajaran yang dilakukan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas V. Objek lain yang diteliti adalah pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas V SDIT Ukhuwah Islamiyah Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
McMillan dan Schumacher (2010: 343) berpendapat bahwa in qualitative research there
are five major methods for gathering data: observation, interviews, questionnaires, document
review, and use of audiovisual materials. Menurut McMillan dan Schumacher, ada lima metode
utama dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data: obeservasi, wawancara, angket,
meninjau kembali dokumen, dan penggunaan dari bahan ajar audio visual. Berkaitan pendapat
dari McMillan dan Schumacher maka peneliti tidak mengambil kelima metode tersebut. Peneliti
akan mengambil data dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data observasi adalah data
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT Ukhuwah
Islamiyah. Data wawancara adalah data hasil wawancara antara peneliti dengan guru Bahasa
Indonesia kelas V di SDIT Ukhuwah Islamiyah. Data dokumentasi adalah data tertulis hasil
latihan soal yang dilakukan siswa pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDIT
Ukhuwah Islamiyah.
Peneliti lebih memfokuskan penggunaan teknik pengumpulan data kualitatif seperti yang
dikemukakan John W. Creswell. Pendapat itu adalah there are three ways to collect data for
stories: recording spontaneous incidents of storytelling, eliciting stories through interviews, and
asking for stories through such medium as the internet (John W. Creswell, 2007: 131). Menurut
Creswell, ada tiga cara untuk mengumpulkan data pada narasi-narasi ini: merekam insiden yang
spontan dari pemberitahuan cerita, memunculkan cerita-cerita melalui wawancara, dan meminta
cerita melalui sarana seperti internet. Untuk merekam insiden maka peneliti bisa menggunakan
teknik observasi atau pengamatan. Untuk meminta cerita maka peneliti bisa juga memakai sarana
penggunaan dokumentasi.
2. Instrumen Pengumpulan Data
John W. Creswell (2009: 261) berpendapat bahwa researcher as key instrument. Maksud
dari Creswell adalah peneliti sebagai instrumen kunci. Menurut Creswell, para peneliti kualitatif
mengumpulkan sendiri datanya melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara
dengan partisipan. Instrument penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri
(Sugiyono, 2009: 305). Oleh karena itu, peneliti itu sendiri yang akan menjadi instrumen utama
dalam penelitian ini. Akan tetapi dalam pengumpulan data, peneliti tetap akan berpegang pada
kisi-kisi yang akan dituangkan dalam pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kisi-kisi
wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Untuk melihat indikator wawancara maka
dapat dilihat pada lampiran 2.
Dalam penelitian ini, instrumen pengumpul data adalah lembar observasi, lembar
wawancara, dan lembar dokumentasi. Peneliti bertindak sebagai perencana dan pengumpul data
di lapangan, sebagai analis, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Untuk membantu penelitian
maka dibuat instrumen untuk memudahkan peneliti, instrumen untuk teknik wawancara
menggunakan indikator wawancara, dan kisi-kisi wawancara. Peneliti juga menggunakan
instrumen untuk teknik pengamatan yaitu menggunakan pedoman observasi. Untuk melihat
pedoman observasi maka dapat dilihat pada lampiran 3.
E. Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2009: 366), untuk menguji keabsahan data masih ada 4 hal yang harus
diuji. Yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan confirmabilitas.
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibiltas ini dapat dilakukan dengan menggunakan triangulation. Menurut Sugiyono
(2009: 372) triangulation dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Hal ini akan peneliti laksanakan
selama pengambilan data dilakukan.
2. Uji Transferabilitas
Menurut Sugiyono (2009: 376-377) bahwa transferabilitas ini sama halnya dengan
validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif dan uji transferabilitas ini dapat dilakukan dengan
penyusunan laporan penelitian secara sistematis, rinci, jelas, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu
penyusunan laporan penelitian ini sebisa mungkin akan dilakukan secara sistematis agar bisa
diterima oleh orang lain. Selain itu, penelitian ini akan disertai dengan dokumentasi-dokumentasi
selama penelitian berlangsung, sehingga derajat kepercayaan pada hasil penelitian ini tinggi.
3. Uji Dependabilitas
Dependabilitas dalam penelitian kuantitatif sama dengan reliabilitas, di mana penelitian
yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut
(Sugiyono, 2009: 377). Peneliti akan meminta bantuan orang lain, dalam hal ini adalah
pembimbing tesis yang telah ditentukan, yang sejak awal memahami dan mengerti tentang
penelitian ini. Karena uji dependabilitas ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian mulai dari peneliti menentukan fokus hingga membuat
kesimpulan.
4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas dalam penelitian kuantitatif sama halnya dengan uji obyektivitas, di
mana penelitian dikatakan obyektif jika hasil penelitian disepakati banyak orang (Sugiyono,
2009: 377). Uji konfirmabilitas ini dapat dilakukan setelah melakukan uji transferabilitas dan
dependabilitas dilakukan. Hal ini dapat dikatakan, jika uji transferabilitas dan dependabilitas
telah dilakukan, sama halnya peneliti juga telah melakukan uji konfirmabilitas.
McMillan dan Schumacher (2010: 379) berpendapat bahwa researchers use triangulation,
which is the cross-validation among data sources, data collection strategies, time periods, and
theoretical schemes. Menurut McMillan dan Schumacher, para peneliti menggunakan
triangulation yang mana adalah pengesahan berseberangan di antara sumber-sumber data,
strategi pengumpulan data, periode-periode waktu, dan perancangan teoritis. Namun menurut
peneliti, triangulation yang dimaksud adalah mengaitkan pola antara pengumpulan data,
observasi lapangan dan informan ke dalam bentuk segitiga. Peneliti menggunakan technical
triangulation yang merupakan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
berbeda. Ketiga teknik yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
F. Teknik Analisis Data
Qualitative data analysis is primarily an inductive process of organizing data into
categories and identifying patterns and relationship among the categories (McMillan dan
Schumacher, 2010: 367). Mereka mengungkapkan bahwa, analisis data kualitatif merupakan
suatu proses pengorganisasian data secara induktif ke dalam kategori dan mengidentifikasi pola-
pola dan hubungan di antara kategori-kategori tersebut. Data-data yang didapat dari penelitian
kualitatif adalah data yang sangat beragam yang kemudian akan dikategorikan kemudian
dilakukan pemaknaan terhadap data-data tersebut. Berdasarkan proses tersebut, analisis data
dalam penelitian kualitatif disebut dengan analisis induktif.
Cresswell, J.W. (2009: 274) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif bisa saja
melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan
bersama-sama. Peneliti bisa melakukan analisis data ketika wawancara berlangsung. Penelitian
naratif melibatkan penceritaan kembali cerita-cerita partisipan. Penceritaan kembali itu disusun
dengan menggunakan unsur-unsur struktural seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan ending
cerita.
Seperti yang diungkapkan oleh McMillan dan Schumacher (2010: 367) bahwa, one
characteristic that distinguishes qualitative research from quantitative research is that the
analysis is done during data collection as well as after all the data have been gathered. Bahwa
salah satu karakteristik yang membedakan penelitian kualitatif dari penelitian kuantitatif adalah
bahwa analisis dilakukan selama pengumpulan data serta setelah semua data telah terkumpul.
Sehingga analisis data dalam penelitian kualitatif ini dapat dimulai sejak awal penelitian
dilakukan.
Inductive analysis is the process through which qualitative researchers synthesize and
make meaning from the data, starting with specific data and ending with categories and pattern
(McMillan dan Schumacher, 2010: 367). Mereka menyebutkan bahwa analisis induktif adalah
proses dimana peneliti kualitatif mensintesis dan membuat makna dari data-data yang ada
dimulai dengan data yang spesifik dan berakhir dengan kategori dan pola. Analisis induktif ini
akan dimulai sejak pertama kali peneliti mengambil data di lapangan, hingga penelitian ini
selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohim, et al. 2009. Kebahasaan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad Rofiuddin dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Benny Agus Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Cresswell, J.W. 2009. Research design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
____________. 2009. Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications.
____________. 2007. Qualitative Inquiry and Research design: Choosing among Five Approaches. California: Sage Publications.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dewi Salma Prawiladilaga. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Egel, Ilknur Pekkanli. 2009. English Language Learning and Teaching Styles in Two Turkish Primary Schools. Society for Personality Research.
Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarmo. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Elita Burhanuddin, Hari Wibowo, dan Irmawati. 2009. Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Endah Ariani Madusari, Teuku Alamsyah, dan Evi Dihanti. 2009. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah. 2009. Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Farida Ariani, Slamet Mulyana, dan Asep. 2009. Pembelajaran Mendengarkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J., & Smaldino, S. 1999. Instructional media and technologies for learning. (6th ed.) Upper Saddle River, NJ: Prince Hall.
_____________________________________________. 2001. Instructional Media and Technologies for Learning, 7th Edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.
Lee, Y dan Takahashi, Akihiko. 2011. Lesson Plans and the Contingency of Classroom Interactions. Springer Science Business Media.
McMillan, J.H. & Schumacher, S. 2010. Research in Education: Evidence-based Inquiry. New Jersey: Pearson Education.
Mindes, Gayle. 2006. Teaching Young Children Social Studies. London: Preger Publishers.
Mudini dan Salamat Purba. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Nasution. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Neal S. dan Susan G.M. 2006. Instructional Design: A Systematic Approach for Reflextive Practice. Boston: Pearson Education.
Nurhayati Pandawa, Hairudin, dan Mislinatul Sakdiyah. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Popon Syuarah. 2008. Buku Panduan Wali Siswa. Yogyakarta: Ash-Shaff.
Ross, E.W. 2006. The Social Studies Curriculum: Purposes, Problems, and Possibilities. New York: State University of New York Press.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Toto Ruhimat, et al. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
www.auliya.sch.id/index.php?action=profil.main&xid=8. Keunggulan Sekolah Islam terpadu Auliya. Diambil tanggal 16 Juli 2012.
www.uny.ac.id/berita/UNY/implementasi-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Dunia Pendidikan. Diambil tanggal 17 Juli 2012.
www.endonesa.wordpress.com . Pembelajaran Bahasa Indonesia. Diambil tanggal 3 Agustus 2012.
www.republika.co.id/berita/menuju-jakarta-1/news/12/05/19/m498x4-hidayat-apresiasi-pendidikan-karakter-sekolah-islam-terpadu. Apresiasi Pendidikan Karakter Sekolah Islam Terpadu. Diambil tanggal 16 Juli 2012.
www.sditiqra.org/sdit/news.php?noid=19&judul=Murid%20SDIT%20Iqra%20I%20Kota%20Bengkulu%20Raih%20Medali%20Emas%20di%20Kuala%20Lumpur. Berita dan Artikel SDIT Iqra 1 Kota Bengkulu. Diambil tanggal 16 Juli 2012.
Lampiran 1. Kisi-kisi Wawancara
IMPLEMENTASI MODEL ASSURE (ANALYZE LEARNER, STATE OBJECTIVES, SELECT
METHODS AND MEDIA, UTILIZE MATERIALS, REQUIRES LEARNER PARTICIPATION,
ALSO EVALUATE AND REVISE) PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KELAS V SDIT UKHUWAH ISLAMIYAH YOGYAKARTA
No.
Indikator wawancara Nomer butir Jumlah
1 Menganalisis watak atau kepribadian 1, 2, 3 3
2 Menganalisis kebutuhan ekonomi 4, 5, 6 3
3 Menganalisis kemampuan siswa 94, 95, 96 3
4 Menetapkan tujuan pembelajaran 7, 8, 9 3
5 Memilih metode atau cara pembelajaran 10, 11, 12 3
6 Memilih media pembelajaran 13, 14, 15 3
7 Menggunakan metode ceramah 16, 17, 18 3
8 Menggunakan metode bermain peran 19, 20, 21 3
9 Menggunakan metode peragaan 22, 23, 24 3
10 Menggunakan metode penyelidikan 25, 26, 27 3
11 Menggunakan media audio 28, 29, 30 3
12 Menggunakan media visual 31, 32, 33 3
13 Menggunakan media audio visual 34, 35, 36 3
14 Menggunakan media sederhana dan rumit 37, 38, 39 3
15 Menggunakan bahan atau materi ajar 40, 41, 42 3
16 Menggunakan materi dari media cetak 43, 44, 45 3
17 Menggunakan materi dari media elektronik 46, 47, 48 3
18 Melibatkan siswa dalam pembelajaran 49, 50, 51 3
19 Memberikan penguatan ke siswa untuk belajar 52, 53, 54 3
20 Memberikan hadiah ke siswa 55, 56, 57 3
21 Melakukan evaluasi dan revisi 58, 59, 60 3
22 Melakukan evaluasi formatif tiap pertemuan 61, 62, 63 3
23 Melakukan evaluasi sumatif tiap semester 64, 65, 66 3
24 Melakukan penilaian pembelajaran 67, 68, 69 3
25 Melakukan penilaian portofolio 70, 71, 72 3
26 Melakukan program remedial 73, 74, 75 3
27 Melakukan program pengayaan 76, 77, 78 3
28 Tanggapan tentang desain pembelajaran 79, 80, 81 3
29 Tanggapan pembelajaran mendengarkan 82, 83, 84 3
30 Tanggapan pembelajaran berbicara 85, 86, 87 3
31 Tanggapan pembelajaran membaca 88, 89, 90 3
32 Tanggapan pembelajaran menulis 91, 92, 93 3
Lampiran 2. Indikator wawancara
IMPLEMENTASI MODEL ASSURE (ANALYZE LEARNER, STATE OBJECTIVES, SELECT
METHODS AND MEDIA, UTILIZE MATERIALS, REQUIRES LEARNER PARTICIPATION,
ALSO EVALUATE AND REVISE) PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KELAS V SDIT UKHUWAH ISLAMIYAH YOGYAKARTA
No Indikator wawancara
1Bagaimana cara bapak atau ibu guru menganalisis kepribadian siswa kelas 5 dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
2 Apakah menurut bapak atau ibu guru, siswa kelas 5 menunjukkan kepribadian dan
perilaku yang dapat mempercepat proses pembelajaran? Apa alasannya?
3 Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi perkelahian antar siswa dalam kegiatan
pembelajaran? Apa alasannya?
4Bagamana tanggapan bapak atau ibu kepala sekolah mengenai latar belakang kehidupan
perekonomian yang dimiliki para siswa kelas 5?
5 Apakah menurut bapak atau ibu guru sebagian besar siswa kelas 5 memiliki kebutuhan
ekonomi yang baik atau kurang baik? Apa alasannya?
6
Apakah menurut bapak atau ibu guru sebagian siswa kelas 5 yang memiliki kebutuhan
ekonomi yang kurang baik akan mempengaruhi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
5? Apa alasannya?
7Bagaimana cara bapak atau ibu guru menetapkan tujuan pembelajaran dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
8Faktor atau peristiwa apakah menurut bapak atau ibu guru yang menjadi penghambat
menetapkan tujuan pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
9Faktor atau peristiwa apakah menurut bapak atau ibu guru yang menjadi pendukung
menetapkan tujuan pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
10Bagaimana cara bapak atau ibu guru memilih metode dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
11Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru untuk memilih metode dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
12Bagaimana tanggapan bapak atau ibu kepala sekolah terhadap bapak atau ibu guru yang
memilih metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
13Bagaimana cara bapak atau ibu guru memilih media dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5sekolah dasar?
14Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru untuk memilih media dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
15Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan penggunaan media dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
16Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
17Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru ketika menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
18Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan metode
ceramah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
19Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan metode bermain peran dalam
pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
20Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru ketika menggunakan metode bermain
peran dalam pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
21Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan metode
bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
22Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan metode peragaan dalam pembelajaran
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
23Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru ketika menggunakan metode peragaan
dalam pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
24Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan metode
peragaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
25Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan metode penyelidikan dalam
pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
26Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru ketika menggunakan metode
penyelidikan dalam pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
27Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan metode
penyelidikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
28 Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan media audio dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
29 Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru untuk menggunakan media audio
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
30Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan media
audio dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
31 Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan media visual dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
32Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru untuk menggunakan media visual
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
33Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan media
visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
34 Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan media audio visual dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
35Apakah kendala yang dihadapi bapak atau ibu guru untuk menggunakan media audio
visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
36Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan media
audio visual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
37Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan media pembelajaran yang sederhana
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
38Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan media pembelajaran yang rumit dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
39Bagaimana cara bapak atau ibu guru mempersingkat penggunaan kederhanaan media
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
40Bagaimana cara bapak atau ibu guru menggunakan bahan atau materi ajar dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
41Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru menggunakan bahan atau materi
ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
42Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan bahan
atau materi ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
43 Ada berapakah buku teks yang digunakan bapak atau ibu guru dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5? Apakah digunakan semuanya? Apa alasannya?
44Apakah bapak atau ibu guru menggunakan modul dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas 5? Apa alasannya?
45
Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan buku
yang dipakai dan mengumbar isu pelecehan seksual dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5?
46Apakah bapak atau ibu guru menggunakan materi pelajaran dari media elektronik seperti
TV dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
47Apakah bapak atau ibu guru menggunakan materi pelajaran dari media komputer dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
48Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penggunaan media
komputer dan laptop dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
49Bagaimana cara bapak atau ibu guru melibatkan para siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
50Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melibatkan para siswa
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
51Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap siswa yang bersikap
nakal dan mengganggu teman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
52 Bagaimana cara bapak atau ibu guru memberikan penguatan ke siswa seperti pujian
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
53Bagaimana cara bapak atau ibu guru memberikan penguatan ke siswa dengan gerakan
isyarat dari anggota tubuh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
54Bagaimana cara bapak atau ibu guru memberikan penguatan ke siswa dengan sentuhan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
55Bagaimana cara bapak atau ibu guru memberikan hadiah ke siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
56Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk memberikan hadiah ke
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
57Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap pemberian hadiah ke
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
58Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap evaluasi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
59Apakah menurut bapak atau ibu guru evaluasi dapat menjadi faktor penting dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
60Apakah menurut bapak atau ibu guru revisi dapat menjadi faktor penting dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
61Apakah bapak atau ibu guru melakukan evaluasi formatif dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
62Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan evaluasi
formatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
63Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap melakukan evaluasi
formatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
64 Apakah bapak atau ibu guru melakukan evaluasi sumatif dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
65Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan evaluasi
sumatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
66Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap melakukan evaluasi
sumatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
67Ada berapakah jenis penilaian yang dilakukan bapak atau ibu guru dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5? Apakah digunakan semuanya? Apa alasannya?
68Apakah bapak atau ibu guru mengumpulkan karya-karya siswa selama satu semester dan
menilainya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
69Apakah para siswa menyukai cara menilai bapak atau ibu guru dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5? Apa alasannya?
70Sebutkan beberapa hal yang dilakukan bapak atau ibu guru untuk penilaian portofolio
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
71Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk penilaian portofolio dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
72Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap penilaian portofolio
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
73Bagaimana cara bapak atau ibu guru melakukan program remedial dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
74Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru melakukan program remedial
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
75Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap program remedial
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
76 Bagaimana cara bapak atau ibu guru melakukan program pengayaan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
77Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan program
pengayaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
78Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap program pengayaan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
79Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap melakukan desain
pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
80Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan desain
pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar?
81Faktor atau peristiwa apakah menurut bapak atau ibu guru yang menjadi pendukung
untuk mendesain pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 5?
82Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap pembelajaran
mendengarkan Bahasa Indonesia di kelas 5?
83Apakah siswa menyukai pembelajaran mendengarkan yang diajarkan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
84Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan pembelajaran
mendengarkan Bahasa Indonesia di kelas 5?
85Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap pembelajaran
berbicara Bahasa Indonesia di kelas 5?
86Apakah siswa menyukai pembelajaran berbicara yang diajarkan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
87Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan pembelajaran
berbicara Bahasa Indonesia di kelas 5?
88 Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap pembelajaran
membaca Bahasa Indonesia di kelas 5?
89Apakah siswa menyukai pembelajaran membaca yang diajarkan pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
90Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan pembelajaran
membaca Bahasa Indonesia di kelas 5?
91Bagaimana cara bapak atau ibu guru mengatasi kesalahan terhadap pembelajaran menulis
Bahasa Indonesia di kelas 5?
92Apakah siswa menyukai pembelajaran menulis yang diajarkan pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas 5 sekolah dasar?
93Apakah yang menjadi kendala bagi bapak atau ibu guru untuk melakukan pembelajaran
menulis Bahasa Indonesia di kelas 5?
94Apakah siswa mampu untuk memahami pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 yang
diajarkan bapak atau ibu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5?
95Apakah siswa mampu untuk menyelesaikan tugas dari pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
5 dalam satu pertemuan di hari itu juga?
96Apakah siswa mampu untuk mengikuti arahan dan petunjuk guru dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas 5?
Lampiran 6. Pedoman observasi
IMPLEMENTASI MODEL ASSURE (ANALYZE LEARNER, STATE OBJECTIVES, SELECT
METHODS AND MEDIA, UTILIZE MATERIALS, REQUIRES LEARNER PARTICIPATION,
ALSO EVALUATE AND REVISE) PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KELAS V SDIT UKHUWAH ISLAMIYAH YOGYAKARTA
A. Pelaksanaan observasi
1. Peneliti melakukan observasi pada SDIT Ukhuwah Islamiyah Yogyakarta pada bulan Januari
dan Februari 2013.
2. Kegiatan observasi yang dilakukan peneliti dilakukan berulang kali sampai peneliti menemukan
banyak bukti yang dianggap telah memenuhi syarat untuk dijadikan data dan dokumen.
3. Selama observasi dilakukan maka peneliti mencatat, merangkum, dan mendeskripsikan hasil
observasi.
4. Peneliti juga akan menggunakan lembar observasi ketika peneliti melakukan pengamatan.
5. Peneliti membuat kesimpulan dari hasil observasi yang telah dilakukan.
B. Sasaran observasi
1. Sasaran pengamatan secara umum adalah Kepala Sekolah, guru yang mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas 5, dan beberapa siswa kelas 5.
2. Lokasi observasi penelitian bertempat di SDIT Ukhuwah Islamiyah Yogyakarta.
3. Fasilitas sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran:
a. Media pembelajaran.
b. Ruang perpustakaan.
c. Laboratorium komputer.
4. Aktivitas Kepala Sekolah, guru, dan siswa yang ada di SDIT Ukhuwah Islamiyah Yogyakarta
mencakup:
a. Kehadiran Kepala Sekolah, guru, dan siswa.
b. Interaksi Kepala Sekolah dengan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Interaksi Kepala Sekolah dengan guru dalam kegiatan pembelajaran.
d. Interaksi Kepala Sekolah dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
e. Interaksi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
f. Penggunaan media oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
g. Penggunaan media oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
C. Tahapan observasi
1. Observasi deskripsi
Dilakukan pada tahap awal penelitian saat peneliti mengidentifikasi subyek penelitian, yaitu:
aktivitas Kepala Sekolah, guru, dan beberapa siswa kelas 5. Peneliti juga memperhatikan semua
aspek yang berhubungan dengan desain pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas V di SDIT Ukhuwah Islamiyah Yogyakarta.
2. Observasi terpusat
Observasi dilakukan tertuju dan mengarah langsung terhadap orang yang diamati yaitu guru yang
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5. Guru tersebut diamati untuk mengetahui
perilaku dalam mendesain pembelajaran dan melakukan kegiatan empat aspek dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
3. Observasi selektif
Observasi dilakukan secara teliti dan cermat dalam memilih data yang lebih spesifik. Observasi
juga dilakukan untuk menentukan data yang paling relevan dengan masalah penelitian.
Diposkan oleh Bayu Narayana di 14.23 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
PENDIDIKAN DASAR
2 susun RPP tematik 1 susun silabus tematik twitter bayu facebook bayu BSE Bhs indonesia Promes SD Prota SD
Silabus tematik RPP tematik Standar kompetensi n kompetensi dasar RPP SILABUS PROMES PROTA Tematik 123
Mengenai Saya
Bayu Narayana Namaku Bayu Purbha Sakti. Jangan lupa dengan namaku. Panggil namaku tiga kali dalam sehari.
Lihat profil lengkapku
Player Radio Muslim
Pesan teks
Pesan darimu untukku
bisnis gratis
Langganan
Pos Komentar
Total Tayangan Laman
6903
Pengikut
Cari Blog Ini
Entri Populer
membuat rekening BNI
Membuat Rekening Tabungan BNI 1.BNI Taplus Persyaratan * KTP (domisili se-kab/kodya dengan cabang BNI tempat membuka rekening), atau di...
Kenapa Pria Tidak Peka / Sensitif Terhadap Wanita
“Kamu ga ngertiin aku”, “kamu ga peka”, “kamu ga paham maksud aku” dan masih banyak lagi kata-kata yang diucapkan wanita sebagai bentuk ke...
SYARAT MENDIRIKAN TAMAN KANAK-KANAK/SEKOLAH DASAR SWASTA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Pra Sekolah (TK) dan Peraturan Pemerintah Nomor : 28 Tahun 1990 ...
Doa Penyemangat
:♥ Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal khazan waa'udzubika minal 'ajzi wal kasal wa'audzubika minal jubni wal buhl waa...
Daftar Harga Ban Motor
FDR FDR Flemmo (tube type) 70/90-14 ——- Rp 76.000 80/90-14 ——- Rp 92.000 90/90-14 ——- Rp 118.000 70/90-17 ——- Rp 82.000 80/90-17 ——-...
Pengakuan seorang istri
Sore itu, aku menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kemudian ada seorang akhwat datang, terse...
PROPOSAL TESIS IMPLEMENTASI MODEL ASSURE
PROPOSAL TESIS IMPLEMENTASI MODEL ASSURE (ANALYZE LEARNER, STATE OBJECTIVES, SELECT METHODS AND MEDIA, UTILIZE MATERIALS, REQUIRES LEAR...
Doa Ali bin Abi Thalib Ra
Ketika aku memohon kepada Allah kekuatan Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat Ketika aku memohon kepada Allah kebijaksanaan Allah...
Syarat khitbah
Kata khitbah dalam terminology arab memiliki 2 akar kata. Yang pertama al-khithab yang berarti pembicaraan dan yang kedua al-khathb yang ar...
Bolehkah akad nikah (ijab kabul) dengan selain bahasa Arab
Bolehkah akad nikah (ijab kabul) dengan selain bahasa Arab? Pendapat yang lebih kuat, bahwa akad nikah sah dengan selain bahasa Arab, me...
Arsip Blog
▼ 2013 (7) o ► 02/10 - 02/17 (2) o ► 01/13 - 01/20 (1) o ▼ 01/06 - 01/13 (4)
PROPOSAL TESIS IMPLEMENTASI MODEL ASSURE PROPOSAL PROYEK PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN PROPOSAL PROYEK PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN PROPOSAL PROYEK PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN
► 2012 (145)
► 2011 (25)
Mau bisnis di internet? ayuk! silakan.
Daftar Link
4shared bayu narayana bisnis gratis Daily Journal Starters docstoc bayu narayana FB-nya bayu narayana Genamics JournalSeek Informasi BCA BNI BRI MANDIRI, etc INTERNATIONAL ELECTRONIC JOURNAL OF ELEMENTARY EDUCATION Jawa Pos Jurnal ilmiah DIKTI Jurnal JSTOR kedaulatan rakyat klik blogger komik NARUTO Kompas Siana LAGU NARAYANA Lagu Naruto Mediafire bayu narayana my yahoo bayu narayana Nulis bergambar orkut bayu narayana
penghasil uang dr blog Pikiran Rakyat Proquest bayu narayana Radio Lughatuna Radio Muslim Radio ngaji Radio Rodja school education school family bayu narayana Scribd bayu narayana shvoong bayu narayana Solo Pos Suara Merdeka sukses bisnis Tafsir Ibnu katsir TEMATIK KEBUMEN Tesis Ilmiah transfer sukses Tribun News Twitternya bayu narayana Web Ebook Web Library nu
Template Watermark. Gambar template oleh TommyIX. Diberdayakan oleh Blogger.