DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…….…(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
31
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Dionysia Kowanda
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Rowland Bismark Fernando Pasaribu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Dian Indah Sari
Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma
Abstract
This study aims to analyze and empirically test the significance of partial and simultaneous effect of
insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, and EPS Dividend Payout Ratio (DPR) in
manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange of 2008 - 2013 period. The results showed
that partially turned out just ROE, IOS, PER, and EPS significantly influence of dividend payout
ratio, while the insider ownership, DER, and firm size does not affect significant. Meanwhile
simultaneously, all variables INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS significantly influence
DPR. From coefficient of determination can be concluded that the ability of Insider Ownership, DER,
ROE, Firm Size, IOS, PER and EPS in explaining dividend payout ratio amounted to 71.1 per cent
while the remaining 28.9 per cent influenced or explained by other variables not used in this study.
Keywords: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend
payout ratio
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan
pengaruh insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, dan EPS terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008 - 2013. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang
berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN,
DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dari nilai Koefisien
determinasi dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm
Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan dividend payout ratio adalah sebesar 71,1 persen
sedangkan sisanya 28,9 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan
dalam penelitian ini.
Kata Kunci: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend
payout ratio
PENDAHULUAN
Pemulihan ekonomi negara - negara maju
seperti Amerika Serikat membawa dampak
positif terutama disisi perdagangan bagi
negara - negara berkembang, termasuk
Indonesia. Namun, menurut Laporan
Perkembangan Triwulan Perekonomian
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
32
Indonesia versi World Bank Maret 2014 selain
memberikan peluang, kondisi ini juga
memberikan suatu tantangan bagi Indonesia.
Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia akan
terpusat pada negara - negara maju. Kedua,
tekanan suku bunga global akibat kebijakan
moneter negara - negara maju terus
berlangsung. Skenario dasar ke depan
menunjukkan pertumbuhan ekonomi global
yang terus menguat, dipimpin oleh
pertumbuhan ekonomi di negara - negara
maju. Perubahan orientasi ekspor Cina ke arah
domestik yang diperkirakan akan berdampak
positif pada ekspor Indonesia nyatanya belum
terlihat. Selama ini Cina mengandalkan impor
komoditas yang tinggi terhadap Indonesia,
namun hingga akhir 2014 belum ada
peningkatan yang berarti di sektor ekspor.
Dalam siaran pers Forecasting 2014 Bank
Dunia: Pertumbuhan Melambat di negara
berkembang di Kawasan Asia Timur dan
Pasifik menyatakan bahwa pada tahun 2014
pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat dan
baru akan meningkat di tahun 2015. Negara -
negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik
akan mendapatkan manfaat yang baik akibat
pemulihan ekonomi global. Akan tetapi,
manfaat yang dirasakan setiap negara akan
berbeda - beda tergantung dengan iklim
investasi dan ekspor negara tersebut. Menurut
peralaman Bank Dunia, perekonomian
Indonesia pada tahun 2014 akan menurun
menjadi 5,2% dari 5,8% di tahun 2013. Hal ini
terjadi karena Indonesia masih menjadikan
ekspor komoditas sebagai andalan. Selain itu,
penurunan harga komoditas, ketidaksesuaian
perkiraan belanja pemerintah, serta ekspansi
kredit yang melambat turut menjadi faktor
menurunnya perekonomian Indonesia.
Hingga Triwulan IV tahun 2014, Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia mencatat adanya kenaikan nilai
investasi langsung diluar investasi Migas,
Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank,
Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri
Rumah Tangga. Untuk Triwulan I sampai
dengan Triwulan III 2014 Kurs US$ 1 =
Rp10.500,00 sesuai dengan APBN 2014. Pada
Triwulan IV Kurs US$ 1 = Rp11.600,00 sesuai
dengan APBN-P 2014. Realisasi investasi
pada Triwulan IV 2014 adalah Rp120,4 triliun,
meningkat 0,4% dari Triwulan III 2014
sebesar Rp119,9 triliun atau meningkat 14,3%
dari Triwulan IV 2013 dengan nilai realisasi
sebesar Rp105,3 triliun. Realisasi investasi
pada bulan Januari sampai dengan Desember
2014 sebesar Rp463,1 triliun.
Grafik 1.
Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan IV Tahun 2014
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
PMA : Penanaman ModalAsing
PMDN : Penanaman ModalDalam Negeri
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…….…(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
33
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 16,2% dari tahun 2013 yaitu Rp398,6
triliun (Grafik 1). Peningkatan investasi
langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor pendukung. Salah satunya adalah
stabilitas politik yang memadai. Selain politik,
yang menjadi fokus utama investor adalah
pertumbuhan ekonomi dan kebijakan
pemerintah. Investor tidak akan menanamkan
modalnya jika pertumbuhan ekonomi suatu
negara tidak menunjukkan prospek yang baik.
Hal tersebut akan sangat berisiko untuk
kelanjutan usahanya. Selain itu, pemerintah
yang dinilai konsisten dalam menjalankan
kebijakannya akan memberikan rasa aman
bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Selain investasi langsung, investasi dapat pula
dilakukan melalui pasar modal. Pasar modal
sebenarnya sama dengan pasar pada
umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual
dan pembeli, namun yang diperjualbelikan di
sini adalah modal berupa saham, obligasi, atau
surat-surat berharga lainnya. Menurut Undang
- Undang No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek. Di tempat ini,
pihak yang memiliki dana (surplus) bertemu
dengan pihak yang membutuhkan dana
(defisit). Pasar modal memberikan banyak
manfaat bagi para pelakunya. Meskipun
demikian, nyatanya hal ini belum menjadi
daya tarik bagi mayoritas masyarakat di
Indonesia. Pendidikan dan pengetahuan yang
kurang menjadikan masyarakat masih enggan
berinvestasi dalam bentuk modal. Masyarakat
Indonesia masih cenderung berinvestasi dalam
bentuk emas, berlian, tanah, atau aktiva tetap
lainnya. Padahal bagi pelaku usaha, pasar
modal bermanfaat untuk mendapatkan
pendanaan jangka panjang. Sedangkan bagi
investor, pasar modal memberikan alternatif
untuk mengalokasikan dana secara tepat dan
optimal. Bukan hanya itu, investor juga akan
mendapatkan pengembalian baik dalam bentuk
dividen atau capital gain bagi pemegang
saham dan bunga bagi pemegang obligasi.
Pasar modal juga memberikan manfaat bagi
pemerintah dan perekonomian. Tersedianya
dana dari investor akan memberikan
kesempatan bagi para pelaku usaha untuk
melanjutkan atau bahkan meningkatkan
kinerja operasional usahanya. Peningkatan
usaha diberbagai sektor akan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang baik maka
pembangunan dapat dilaksanakan secara
optimal dan merata.
Sebelum menginvestasikan dananya,
seorang investor membutuhkan informasi
untuk mengurangi tingkat ketidakpastian.
Informasi ini berhubungan dengan keadaan
ekonomi dan politik. Selain itu, informasi
mengenai kinerja perusahaan juga perlu
diperhatikan. Informasi ini terdapat dalam
laporan keuangan perusahaan. Dalam menilai
kinerja sebuah perusahaan, investor dapat
menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan
menggambarkan hubungan antar pos atau akun
di dalam laporan keuangan. Data yang
dibutuhkan untuk menganalisis rasio keuangan
dapat diambil dari neraca, laporan laba rugi,
maupun kombinasi dari keduanya. Rasio yang
dapat digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan terdiri dari likuiditas, profitabilitas,
leverage. Likuiditas menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban -
kewajiban jangka pendek. Profitabilitas
menggambarkan seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.
Tujuan investor perorangan maupun badan
usaha menanamkan dana kedalam suatu
perusahaan adalah untuk meningkatkan
kemakmuran dengan memperoleh pendapatan
atau tingkat pengembalian investasi, baik
berupa dividen ataupun capital gain.
Kebijakan dividen pada suatu perusahaan
menjadi pusat perhatian bagi investor.
Kebijakan tersebut akan menjadikan seorang
investor akan membeli, mempertahankan atau
memutuskan untuk tidak membeli atau
menjual saham yang investor miliki. Apabila
dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham telah maksimal, maka langkah yang
sebaiknya diambil oleh para investor adalah
mempertahankan saham perusahaan. Apabila
pembagian dividen kepada para investor
dinilai kurang cukup atau tidak maksimal,
maka yang dilakukan para investor yaitu
menjual saham perusahaan dengan harapan
masih memperoleh keuntungan dari capital
gain pada pasar modal. Hal ini bisa
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
34
menyebabkan turunnya nilai suatu perusahaan
yang juga dapat berdampak pada turunnya
harga saham perusahaan. Oleh karena itu,
penentuan rasio pembayaran dividen
merupakan keputusan penting yang nantinya
akan menunjukkan presentase laba suatu
perusahaan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham (Rahayuningtyas, et.al,
2014).
Kebijakan dividen sebuah perusahaan
memiliki dampak penting bagi banyak pihak
yang terlibat di masyarakat. Bagi pemegang
saham atau investor, dividen merupakan imbal
hasil investasi mereka berupa kepemilikkan
saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi
pihak manajemen, dividen merupakan arus kas
keluar yang mengurangi kas perusahaan. Bagi
kreditor, dividen dapat menjadi sinyal
mengenai kecukupan kas perusahaan untuk
membayar bunga atau bahkan melunasi pokok
pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung
membayarkan dividen dalam jumlah relatif
besar akan mampu memotivasi pemerhati
untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan
yang memiliki kemampuan membayar dividen
diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan
yang menguntungkan (Azmi dan Listiadi,
2014).
Pada dasarnya kebijakan dividen
melibatkan dua pihak yang saling
bertentangan yaitu pihak pemegang saham
dan pihak manajemen. Sebagai pengelola,
manajemen memiliki kecenderungan untuk
menahan sebagian besar labanya daripada
dibagikan dalam bentuk dividen. Hal ini
terjadi karena manajemen memiliki
kepentingan untuk menanamkan kembali laba
melalui berbagai investasi yang
menguntungkan. Sedangkan pemegang saham
menginginkan pembagian dividen yang relatif
besar sebagai pengembalian atas investasi
mereka. Menurut Hikmah (2010), keputusan
dividen dapat mempengaruhi secara signifikan
kebutuhan pembiayaan eksternal perusahaan.
Dengan kata lain, jika perusahaan
membutuhkan pembiayaan, semakin besar
dividen tunai yang dibayarkan, semakin besar
jumlah pembiayaan yang harus diperoleh dari
eksternal melalui pinjaman atau melalui
penjualan saham biasa atau saham preferen.
Pada dasarnya, kebijakan dividen suatu
perusahaan tergambar pada besarnya Dividend
Payout Ratio (DPR).
Dividend Payout Ratio (DPR)
merupakan persentase laba setelah pajak yang
dibagikan dalam bentuk deviden tunai.
Penelitian terhadap faktor - faktor yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)
telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu
didominasi oleh analisis rasio keuangan.
Sebagian besar penelitian mencoba untuk
menganalisis tingkat profitabilitas dan
leverage perusahaan. Tingkat profitabilitas
diukur dengan menggunakan debt to equity
ratio. Menurut Kriscahyadi (2013) debt to
equity ratio berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Menurut Mahaputra dan
Wirawati (2014) debt to equity ratio
berpengaruh positif terhadap dividend payout
ratio. Hal tersebut bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, et al.,
(2014) yang menyatakan bahwa debt equity
ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan
secara statistik terhadap dividend payout
ratio. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Swastyastu, et al., (2014), Pratama
(2014), Rahayuningtyas, et al., (2014),
Mardaleni (2014), dan Faujimi (2014) yang
menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
dividend payout ratio. Penelitian terhadap
tingkat profitabilitas perusahaan diukur
melalui return on equity. Menurut
Rahayuningtyas, et al., (2014) dan Mardaleni
(2014) return on equity tidak berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio.
Namun, hal tersebut bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan
Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa return
on equity berpengaruh secara signifikan
terhadap dividend payout ratio. Selain
menganalisis rasio kinerja perusahaan,
investor juga menilai beberapa rasio yaitu
Price Earning Ratio (PER) yang
mencerminkan berapa jumlah rupiah yang
harus dikeluarkan oleh investor untuk
mendapatkan setiap Rp1 laba per saham
perusahaan. Rasio ini diukur dengan
membandingkan harga pasar saham dengan
laba per lembar saham. Harga pasar saham
menunjukkan seberapa besar harapan investor
terhadap pertumbuhan suatu perusahaan.
Perusahaan dengan harga saham yang tinggi
mencerminkan harapan pertumbuhan laba
yang tinggi oleh investor, dan sebaliknya.
Laba per lembar saham (Earning per Share)
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
35
menunjukkan seberapa besar keuntungan
investor dari setiap lembar saham yang
dimiliki.
Penelitian terhadap Dividend Payout
Ratio (DPR) tidak hanya sebatas pengaruh
rasio keuangan. Firm size atau ukuran
perusahaan juga memiliki hubungan dengan
dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham. Pada dasarnya firm size mengukur
besar kecilnya sebuah perusahaan. Perusahaan
yang besar mungkin lebih memiliki pemikiran
yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber
informasi yang banyak dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Karyawan, aktiva,
penjualan, market value dan value added
adalah beberapa ukuran umum untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan.
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan
akan memiliki akses yang mudah menuju
pasar modal, sementara perusahaan yang baru
dan yang masih kecil akan mengalami banyak
kesulitan untuk memiliki akses ke pasar
modal. Karena kemudahan akses ke pasar
modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang
lebih besar (Pasaribu, et al., 2014). Menurut
Putri (2013) ukuran perusahaan atau firm size
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap dividend payout ratio. Sedangkan
menurut Pasaribu, et al., (2014) firm size
berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap dividend payout ratio. Bertentangan
dengan hasil tersebut, Kriscahyadi (2013),
Swastyastu, et al., (2014), Mahaputra dan
Wirawati (2014), dan Faujimi (2014)
menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Selain rasio keuangan dan ukuran
perusahaan, faktor - faktor manajemen juga
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR). Salah satunya
adalah investment opportunity set atau
kesempatan investasi. Kesempatan investasi
ini sangat erat kaitannya dengan manajemen.
Manajemen akan cenderung menahan laba
yang dibagikan sebagai dividen apabila
terdapat kesempatan investasi yang baik di
masa yang akan datang. Hal ini biasa terjadi
pada perusahaan yang sedang mengalami
pertumbuhan. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Pratama (2014) investment
opportunity set tidak berpengaruh terhadap
dividend payout ratio. Hal tersebut
bertentangan dengan hasil penelitian Putri
(2013) dan Azmi dan Listiadi (2014) yang
menyatakan bahwa investment opportunity set
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dividend payout ratio. Selain kesempatan
investasi, insider ownership atau kepemilikan
manajerial juga mempengaruhi besarnya
dividend payout ratio. Jika dihubungkan
dengan konflik kepentingan antara manajemen
dan pemegang saham, maka insider ownership
dapat mendorong adanya kesamaan
kepentingan diantara pihak - pihak tersebut.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Hikmah (2010) insider ownership yang
menjadi variabel agency cost berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap dividend
payout ratio. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Santikarani (2012) yang
menyatakan bahwa insider ownership
berpengaruh negatif signifikan terhadap
dividend payout ratio. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawan dan Mertha
(2012) memberikan hasil yang bertentangan,
yaitu insider ownership tidak berpengaruh
terhadap dividend payout ratio. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan menguji
secara empiris signifikansi parsial dan
simultan Insider Ownership, Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, Firm Size, Investment
Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan
Earning per Share berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio.
KAJIAN LITERATUR
Dividend Payout Ratio
Menurut Bangun dan Hardiman (2014),
kebijakan dividen merupakan bagian yang
menyatu dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen
menentukan jumlah laba yang ditahan
sebagai sumber pendanaan. Semakin besar
laba ditahan semakin sedikit jumlah laba
yang dialokasikan untuk pembayaran
dividen. Alokasi penentuan laba sebagai
laba ditahan dan pembayaran dividen
merupakan aspek utama dalam kebijakan
dividen.
Menurut Hikmah (2010), teori
stakeholder memberikan suatu pandangan
perusahaan sebagai suatu nexus of contract
(kumpulan kontrak - kontrak) dengan
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
36
memasukkan investor dan non-investor
sebagai stakeholder perusahaan. Teori
stakeholder ini dikemukakan oleh Cornell dan
Shapiro (1987) yang melengkapi temuan dari
Titman (1984), dengan melihat klaim implisit
dari suatu perusahaan. Aspek klaim implisit
dari teori stakeholder, Cornell dan Shapiro
menciptakan hubungan antara kepuasan
investasi dan keputusan finansial / keuangan
perusahaan, karena tingkat dari net operating
income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh
keputusan finansial, seperti rasio pembayaran
dividen (dividen payout ratio). Menurut
Husnan (1996), ada beberapa faktor - faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan
kebijakan dividen, perusahaan tidak memiliki
kewajiban untuk membayar dividen dengan
jumlah yang sebesar - besarnya (bahkan secara
teoritis tidak perlu membagi dividen).
Selanjutnya, terdapat keengganan untuk
menurunkan pembayaran dividen per lembar
saham. Dalam keadaan tidak terdapat biaya
transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan
harga saham sama menariknya dengan
tambahan kekayaan karena pembayaran
dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk
merealisir uang kas, pemegang saham perlu
menjual sebagian saham, sedangkan
pembayaran dividen berarti menerima kas
(yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya,
jika pemodal menjual saham, mereka akan
terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika
tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan
lebih menguntungkan daripada memperoleh
capital gains. Selanjutnya, karena pemodal
juga membayar pajak penghasilan personal
tax, maka bagi pemodal yang sudah berada
dalam tax bracket yang tinggi, mungkin akan
lebih menyukai untuk tidak menerima dividen
dan memilih menikmati capital gains.
Kebijakan dividen sering dianggap
sebagai signal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan
karena kebijakan dividen dapat membawa
pengaruh terhadap harga sah am perusahaan.
Dengan demikian, seberapa besar porsi laba
yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan
seberapa besar porsi laba yang akan ditahan
untuk diinvestasikan kembali merupakan
masalah yang cukup serius bagi pihak
manajemen (Hikmah, 2010) atau lebih dikenal
dengan Teori Signalling. Kebijakan dividen
perusahaan tergambar pada dividend payout
ratio-nya yaitu presentase laba yang dibagikan
dalam bentuk dividen tunai, artinya besar
kecilnya dividend payout ratio akan
berpengaruh pada kondisi keuangan
perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan
bagus maka perusahaan tersebut akan mampu
menetapkan besarnya dividend payout ratio
sesuai dengan harapan pemegang saham tanpa
mengabaikan kepentingan perusahaan untuk
tetap sehat dan tumbuh (Mardaleni, 2014).
Insider Ownership, Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, Firm Size, Investment
Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan
Earning per Share
Manajemen sangat berhati - hati dalam
menentukan besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham. Hal ini terjadi
karena manajemen cenderung berkeinginan
menahan laba untuk ditanamkan kembali
dalam operasional perusahaan. Besar kecilnya
dividend payout ratio dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: 1) Faktor likuiditas, 2)
Faktor kebutuhan dana untuk melunasi utang,
3) Tingkat ekspansi yang direncanakan, 4)
Faktor pengawasan, 5) Ketentuan - ketentuan
pemerintah, dan 6) Pajak kekayaan
(Wibisono, 2010). Penelitian ini
menggunakan variabel bebas yaitu Insider
Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on
Equity, Firm Size, dan Investment Opportunity
Set, Price Earning Ratio, dan Earning per
Share.
Insider Ownership merupakan
kepemilikan saham oleh manajemen. Jensen
dan Meckling (1976) dalam Santikarani
(2012) menjelaskan bahwa jumlah
kepemilikan saham manajemen akan
mensejajarkan kepentingan manajemen
dengan kepentingan pemegang saham.
Kesamaan kepentingan antara pihak
manajemen dengan pihak pemegang saham
maka dapat menurunkan potensi konflik
diantara keduanya. Insider Ownership lebih
menyukai apabila laba perusahaan tidak
dibagikan kepada pemegang saham karena
digunakan sebagai modal internal untuk
kegiatan operasional perusahaan. Debt to
Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh
mana modal pemilik dapat menutupi utang -
utang kepada pihak luar dan merupakan rasio
yang mengukur hingga sejauh mana
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
37
perusahaan dibiayai dari utang (Pasaribu, et
al., 2014).
Return on Equity (ROE). ROE menunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam total modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan neto. Semakin besar ROE berarti
semakin besar kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan laba bersih sehingga
perusahaan menetapkan dividen yang tinggi
(Setiawan dan Mertha, 2012). Firm Size atau
ukuran perusahaan lebih disebabkan operasi
ketersediaan informasi yang terpublikasi.
Jumlah informasi yang terpublikasi untuk
perusahaan meningkat sesuai dengan ukuran
perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak
disorot oleh masyarakat dibandingkan
perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan
besar cenderung menjaga image perusahaan di
mata masyarakat. Untuk menjaga image
tersebut perusahaan berusaha untuk
membagikan dividen kepada pemegang saham
(Kriscahyadi, 2013).
Investment Opportunity Set. Nilai pilihan
investasi sangat tergantung pada nilai aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan
investasi tidak selalu berwujud secara fisik
tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang
bersifat intangible namun memiliki peluang
yang memberikan keuntungan bagi
perusahaan. (Azmi dan Listiadi, 2014).
Price Earning Ratio. PER dihitung dengan
membandingkan antara harga per saham
dengan laba per sahamnya. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi
biasanya mempunyai PER yang tinggi pula.
Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar
mengharapkan laba besar di masa mendatang
(Rahayuningtyas et al., 2014).
Earning per Share. EPS merupakan besaran
laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap
lembar saham yang beredar. EPS juga dapat
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Pengaruh Insider Ownership Terhadap
Dividend Payout Ratio
Berdasarkan penelitian sebelumnya,
Santikarani (2012) menyatakan bahwa insider
ownership berpengaruh negatif signifikan
terhadap dividend payout ratio, alasan yang
bisa menjelaskan ini dikarenakan insider
ownership dengan jumlah yang lebih besar
daripada outsider akan lebih mementingkan
kepentingan pribadi atau kepentingan
kelompoknya sehingga mengesampingkan
kepentingan pemegang saham. Melalui
analisis regresi linier berganda, Hikmah (2010)
menyatakan bahwa insider ownership sebagai
variabel agency cost berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap dividend payout ratio, hal
ini sejalan dengan teori yang ada yaitu
semakin meningkatnya kepemilikan dari
manajemen, maka biaya agensinya semakin
menurun, sehingga rasio pembayaran dividen
juga akan menurun. Hasil yang berbeda
dikemukakan oleh Setiawan dan Mertha
(2012) yang menyatakan bahwa Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Berdasarkan uraian singkat
diatas, maka diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
H1: Insider Ownership berpangaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Dividend Payout Ratio
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
total utang terhadap total ekuitas, yang
mencerminkan sejauh mana perusahaan
menggunakan utang dibandingkan dengan
modal sendiri (Putri, 2013). Berdasarkan
penelitian sebelumnya, Kriscahyadi (2013)
menyatakan bahwa debt to total equity
berpengaruh terhadap dividen payout ratio,
dengan semakin meningkatnya debt to equity
ratio (dimana beban utang juga semakin
besar), maka hal tersebut berdampak terhadap
profitabilitas yang diperoleh perusahaan,
karena sebagian digunakan untuk membayar
bunga pinjaman. Sebaliknya, studi Pasaribu, et
al., (2014), Faujimi (2014), Mahaputra dan
Wirawati (2014), Swastyastu, et al., (2014),
Pratama (2014), dan Rahayuningtyas, et al.,
(2014) justru menunjukkan bahwa DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio, hal ini terjadi karena utang yang
cenderung tinggi menyebabkan tingginya
beban bunga yang harus ditanggung
perusahaan sehingga mengurangi kemampuan
memperoleh laba bersih yang optimal yang
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
38
berdampak pada pembayaran dividen yang
lebih kecil kepada investor. Berdasarkan
uraian di atas, maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H2: Debt To Equity Ratio berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Return On Equity (ROE)
Terhadap Dividend Payout Ratio
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba atau profit,
sehingga mempunyai pengaruh pada kebijakan
dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat
profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan
laba yang tinggi pula dan pada akhirnya laba
yang tersedia untuk dibagikan kepada para
pemegang saham akan semakin besar.
Semakin besar laba yang tersedia bagi
pemegang saham maka pembayaran dividen
kepada pemegang saham atau alokasi untuk
laba ditahan akan semakin besar pula (Bangun
dan Hardiman, 2012). Hasil penelitian
Mardaleni (2014), dan Rahayuningtyas, et al.,
(2014) menunjukkan bahwa return on equity
tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio, hal ini kemungkinan terjadi
karena perusahaan cenderung mengutamakan
laba yang diperolehnya untuk melakukan
investasi daripada dibagikan sebagai dividen.
Sebaliknya, Azmi dan Listiadi (2014) justru
menyatakan bahwa return on equity
berpengaruh, hal ini dapat diartikan bahwa
besarnya return on equity yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan berpengaruh terhadap besar
kecilnya dividen yang akan dibayarkan.
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di
atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H3: Return On Equity berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Firm Size Terhadap Dividend
Payout Ratio
Ukuran perusahaan mencerminkan bahwa
suatu perusahaan yang mapan dan besar
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar
modal, sedangkan perusahaan kecil
sebaliknya. Perusahaan yang dapat dengan
mudah mengakses ke pasar modal, maka
perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan
dan dalam waktu yang relatif cepat. Oleh
karena itu, perusahaan dengan ukuran yang
lebih besar diperkirakan memiliki kemampuan
untuk menghasilkan earning yang lebih besar,
sehingga akan mampu membayar dividen yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
kecil (Hatta, 2002 dalam Faujimi, 2014).
Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur
dengan melihat dari total asset perusahaan
tersebut (Putri, 2013). Namun, beberapa hasil
studi empiris justru menyatakan hal yang
berbeda. Hasil studi Pasaribu, et al., (2014),
Kriscahyadi (2013), Mahaputra dan Wirawati
(2014), Swastyastu, et al., (2014), dan Faujimi
(2014), justru menyatakan bahwa firm size
tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio. Berdasarkan uraian penelitian
terdahulu di atas, maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H4: Firm Size berpengaruh signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)
Terhadap Dividend Payout Ratio
Investment Opportunity Set (IOS)
merupakan nilai kesempatan investasi dan
merupakan pilihan untuk membuat investasi di
masa yang akan datang. Kesempatan
berinvestasi ini juga dipengaruhi oleh
kebijakan dividen yang akan dilakukan oleh
pihak perusahaan. Perusahaan dengan IOS
atau kesempatan investasi yang tinggi akan
cenderung menentukan tingkat dividend
payout ratio yang rendah. Hal ini dikarenakan
apabila kondisi perusahaan sangat baik maka
pihak manajemen akan cenderung lebih
memilih investasi baru daripada membayar
dividen. (Azmi dan Listiadi, 2014).
Berdasarkan penelitian sebelumnya,
Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014)
serta Bangun dan Hardiman (2013)
menyatakan bahwa investment opportunity set
berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio, hal tersebut mengindikasikan
bahwa investasi yang dilakukan perusahaan
memberikan tingkat keuntungan yang baik
sehingga perusahaan dapat membagikan
dividen yang tinggi. Sebaliknya, Pratama
(2014) menunjukkan bahwa investment
opportunity set tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen, hal tersebut kemungkinan
dikarenakan perusahaan yang telah cukup
lama beroperasi dan telah memasuki dalam
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
39
tahap dewasa (sehingga kegiatannya lebih
terfokus pada upaya menghasilkan keuntungan
dan membagikannya kepada para pemegang
sahamnya. Berdasarkan uraian di atas, maka
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H5: Investment Opportunity Set berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Price Earning Ratio (PER)
Terhadap Dividend Payout Ratio
Price Earning Ratio (PER) merupakan
perbandingan antara harga pasar saham dengan
laba bersih per lembar saham perusahaan. PER
dapat menggambarkan seberapa mahal suatu
saham dihargai oleh investor atau seberapa
besar rupiah yang harus dibayarkan investor
untuk mendapatkan setiap Rp1 laba
perusahaan. Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya
mempunyai PER yang tinggi pula. Hal inilah
yang menunjukkan bahwa pasar
mengharapkan laba besar di masa mendatang.
PER biasanya digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba di masa mendatang
(Rahayuningtyas, et al., 2014). Berdasarkan
uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H6: Price Earning Ratio berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Earning per Share (EPS)
Terhadap Dividend Payout Ratio
Earning per Share menggambarkan besarnya
keuntungan suatu perusahaan bagi setiap
lembar saham yang dimiliki investor. Semakin
besar laba per lembar saham maka akan
memberikan kesempatan bagi perusahaan
untuk dapat membagikan dividen per lembar
saham yang besar pula. Berdasarkan uraian di
atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H7: Earning per Share (EPS) berpengaruh
secara signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2008 -
2013. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian adalah metode purposive sampling
yaitu metode pengambilan sampel secara
tidak acak atau sesuai dengan kriteria
tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang akan
diteliti sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008.
2. Perusahaan manufaktur yang selalu
membagikan dividen selama periode
penelitian 2008 - 2013.
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel
yang dapat digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 22 perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode sebagai
berikut: Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari teknik data dokumenter berupa
laporan keuangan yang dipublikasikan dan
ringkasan kinerja perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui
www.idx.co.id, web resmi perusahaan, dan
data harga saham melalui Yahoo Finance.
Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menganalisis secara empiris
tentang variabel - variabel yang diduga
berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR). Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengujian atas hipotesis - hipotesis yang
telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan
menurut metode penelitian dan analisis yang
dirancang sesuai dengan variable - variabel
yang diteliti agar mendapatkan hasil yang
akurat.
Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) dalam
penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan
presentase laba perusahaan yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa perusahaan
berupa dividen kas. Dividend Payout Ratio
(DPR) merupakan rasio dari Dividend Per
Share (DPS) terhadap Earning Per Share
(EPS), yang merefleksikan dari beberapa
earning yang tersedia bagi pemegang saham
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
40
biasa yang didistribusikan sebagai dividen
(Azmi dan Listiadi, 2014). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
Insider Ownership: pemilik sekaligus
pengelola perusahaan atau semua pihak yang
mempunyai kesempatan terlibat dalam
pengambilan kebijaksanaan dan mempunyai
akses langsung pada informasi perusahaan
(Yuniningsih, 2008 dalam Santikarani, 2012).
Insider Ownership didapat dari persentase
saham yang dimiliki oleh insider dengan
jumlah saham beredar suatu perusahaan.
Insider Ownership dirumuskan sebagai
berikut:
Insider Owneshipi
Debt to Equity Ratio: rasio yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar keseluruhan
hutang (Bangun dan Hardiman, 2012). Rasio
ini dirumuskan sebagai berikut:
Return on Equity (ROE): Return on Equity
menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam total modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan neto. Semakin
besar ROE berarti semakin besar kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan laba bersih
sehingga perusahaan menetapkan dividen yang
tinggi (Setiawan dan Mertha, 2012). Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
Firm Size: Variabel ini diukur dengan
menghitung berapa total aset yang dimiliki
oleh suatu perusahaan untuk membayar
dividen kepada seluruh pemegang saham
(Faujimi, 2014). Ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang dapat diukur dengan melihat
dari total aset perusahaan tersebut (Putri,
2013). Firm Size dirumuskan sebagai berikut:
Investment Opportunity Set: Kesempatan
perusahaan untuk tumbuh disebut sebagai
Investment Opportunity Set (IOS) yang
dijadikan dasar untuk menentukan klasifikasi
pertumbuhan perusahaan di masa depan
(Bangun dan Hardiman, 2012). Investment
Opportunity Set adalah kombinasi antara
aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi
masa depan. Investment Opportunity Set
diproksikan dengan Market to Book Value of
Equity (MVE). MVE diukur dari kapitalisasi
pasar dibagi total ekuitas (Azmi dan Listiadi,
2014). Investment Opportunity Set dirumuskan
sebagai berikut:
Price Earning Ratio: Price Earning Ratio
menunjukkan jumlah rupiah yang harus
dibayar investor untuk setiap Rp1 laba periode
berjalan (Deitiana, 2009). PER dirumuskan
sebagai berikut:
Earning per Share: Earning per Share
merupakan ukuran kemampuan untuk
menghasilkan keuntungan per lembar saham
yang dimiliki (Wibisono, 2010). EPS
dirumuskan sebagai berikut:
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
41
Teknik Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menjelaskan deskripsi data dari seluruh
variabel yang akan dimasukkan dalam model
penelitian yang dilihat dari nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi (Santikarani, 2012). Analisis deskriptif
digunakan untuk memberi gambaran umum
mengenai variabel Insider Ownership, Debt to
Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE),
Firm Size, dan Investment Opportunity Set
(IOS) dalam penelitian ini.
Model Multi Regresi
Persamaan analisis regresi berganda dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X5 + е
Keterangan :
Y = Dividend Payout Ratio
α = Konstanta
β1 - β5 = Koefisien Regresi Variabel
Independen
X1 = Insider Ownership
X2 = Debt to Equity Ratio (DER)
X3 = Return on Equity (ROE)
X4 = Firm Size
X5 = Investment Opportunity Set
(IOS)
e = Error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Statistik
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa N atau
jumlah data pada variabel Dividend Payout
Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Firm Size dan Investment Opportunity Set
yang valid adalah 132 data, dan Insider
Ownership sebanyak 74 data. Dari 74 sampel
data INSDOWN (Insider Ownership), nilai
rata - ratanya sebesar 2,9%. Hasil ini
menunjukkan bahwa rata - rata saham yang
dimiliki oleh manajemen dalam perusahaan
manufaktur yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah sangat kecil.
Kepemilikan manajerial akan
mendorong pengambilan keputusan yang lebih
baik oleh manajemen dalam berbagai bidang.
Hal ini terjadi karena pihak manajemen turut
serta menjadi pemilik dari perusahaan.
Namun, fakta bahwa rata - rata saham yang
dimiliki hanya 3%, kemungkinan besar hal ini
tidak dapat mengurangi konflik kepentingan
antara pemegang saham dan manajemen.
Selanjutnya, nilai rata - rata DER sebesar 81%
menunjukkan bahwa rata - rata perusahaan
manufaktur yang menjadi objek penelitian ini
memiliki utang yang cukup besar dibanding
modal yang dimiliki, namun masih dapat
dikatakan aman karena masih dibawah 100%.
Nilai rata-rata ROE sebesar 27,24
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal dalam menghasilkan laba
bersih. Maka, dengan melihat rata-rata yang
diperoleh, perusahaan dengan ROE yang
kurang dari 27,24% dianggap kurang baik
dalam pengelolaan modalnya dan sebaliknya.
Dari 132 sampel FSIZE (Firm Size),
nilai minimum sebesar 24,8502 terdapat pada
PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2008. Nilai
maksimum sebesar 32,9970 terdapat pada PT
Astra International Tbk tahun 2013.
Sedangkan, nilai rata - rata sebesar 28,952728
dan standar deviasi 1,908820. Ukuran
perusahaan diukur dengan logaritma natural
total aktiva yang dimiliki perusahaan karena
dianggap lebih representatif dan stabil
dibanding dengan kapitalisasi pasar dan
penjualan.
Dari 132 sampel IOS (Investment
Opportunity Set), nilai minimum sebesar
0,2049 terdapat pada Pabrik Kertas Tjiwi
Kimia Tbk tahun 2013. Nilai maksimum
sebesar 49,4584 terdapat pada PT Unilever
Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan, nilai
rata - rata sebesar 4,812827 dan standar
deviasi 8,3221346. IOS menunjukkan tingkat
kesempatan investasi yang dimiliki
perusahaan. IOS yang tinggi mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut belum sepenuhnya
matang dan masih memiliki kesempatan yang
tinggi untuk tumbuh.
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
42
Tabel 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel Min Max Mean Std.
Deviation DPR 0,0349 30,294 0,5275 0,3952 INSDOWN 0,0001 0,2562 0,0291 0,0707 DER 0,1041 31,101 0,8109 0,7141 ROE 0,0027 13,746 0,2724 0,2668 FSIZE 248,502 329,970 289,527 18,257 IOS 0,2049 494,584 48,128 83,221 PER 16,763 7,297,810 202,523 635,693 EPS 99,737 555,875,178 22,566,177 62,499,764
Sumber: Hasil Olah Data
Dari 132 sampel PER (Price Earning
Ratio), nilai minimum sebesar 1,6763 terdapat
pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012.
Nilai maksimum sebesar 729,7810 terdapat
pada PT Goodyear Indonesia Tbk tahun 2008.
Sedangkan, nilai rata - rata sebesar 20,2523
dan standar deviasi 63,5693. PER dapat
mencerminkan seberapa besar saham dinilai
oleh investor dari setiap laba per lembar saham
yang dihasilkan perusahaan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai rata - rata yang masih jauh
dengan nilai maksimumnya, hal ini
mengindikasikan PER masing-masing
perusahaan objek memiliki rentang yang
cukup besar karena terdiri dari berbagai sektor
industri manufaktur.
Dari 132 sampel EPS (Earning per
Share), nilai minimum sebesar 9,9737 terdapat
pada PT Kimia Farma Tbk tahun 2008. Nilai
maksimum sebesar 55587,5178 terdapat pada
PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2013.
Sedangkan, nilai rata-rata sebesar 2256,6177
dan standar deviasi 6249,9764. EPS
merupakan besaran laba bersih untuk per
lembar saham perusahaan.. Dari hasil olah data
diperoleh temuan bahwa secara parsial
ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang
berpengaruh signifikan terhadap DPR,
sedangkan kepemilikan internal, DER, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan. Sedangkan, secara simultan seluruh
variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS,
PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap
DPR. Nilai Koefisien determinasi sebesar
0,711 menyatakan bahwa kemampuan variabel
Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,
IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan
variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan
sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan
uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dapat
disimpulkan bahwa data variabel dividend
payout ratio tidak berdistribusi secara normal.
Hal ini wajar terjadi karena data yang
digunakan merupakan data sekunder yang
tidak dapat diprediksi dan diatur besaran jarak
antar datanya. Variabel yang menyebabkan
multikolinearitas dapat dideteksi atau
diketahui dari nilai tolerance yang lebih kecil
dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari 10
(Hikmah, 2010). Nilai tolerance untuk seluruh
variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai
VIF kurang dari 10. Hal ini menunjukkan
bahwa data tersebut tidak mengalami
multikolinearitas, sehingga dalam model
regresi linear berganda tidak ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen.
Berdasarkan hasil uji autokorelasi,
menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson
sebesar 1,314 masuk dalam kriteria -2 ≤ 2,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
linear berganda dalam penelitian tidak terjadi
gejala autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik,
dapat diketahui bahwa data yang tersedia tidak
terdapat multikolinearitas dan tidak terjadi
autokorelasi, sehingga data yang tersedia telah
memenuhi syarat untuk menggunakan model
regresi linear berganda.
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
43
Berdasarkan tabel 2 juga diperoleh
temuan bahwa secara parsial ternyata hanya
ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR, sedangkan
kepemilikan internal, DER, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
Sedangkan, secara simultan seluruh variabel
INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER,
EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711
menyatakan bahwa kemampuan variabel
Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,
IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan
variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan
sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 2.
Persamaan Multiregresi dan Hasil Uji
Hipotesis
Variabel B Sig.t
(Constant) -,071 ,912
INSDOWN -,686 ,215
DER -,037 ,572
ROE 1,205 ,000
FSIZE ,015 ,513
IOS -,019 ,020
PER ,004 ,000
EPS ,000 ,001
Sig. F ,000 Adj.R2 0.711
Sumber: Hasil Olah
PEMBAHASAN
Hasil penelitian statistik dengan uji-t
menunjukkan bahwa variable Insider
Ownership berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t
0,215 yang berarti meningkatnya Insider
Ownership akan menurunkan DPR. Tingkat
signifikan yang > 0,05 menunjukkan bahwa
manajemen telah dapat memisahkan fungsinya
sebagai manajemen dan pemegang saham.
Hasil ini sesuai dengan signalling hypothesis
theory, dimana dengan meningkatnya
kepemilikan manajerial yang diikuti
peningkatan pembagian dividen maka
manajemen ingin menunjukkan kepada
investor dan masyarakat bahwa manajemen
sebagai bagian dari pemegang saham berperan
positif terhadap keuntungan yang akan
didapatkan. Hasil pengujian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan
Mertha (2012) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial (insider ownership)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kebijakan dividen, namun bertolak belakang
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hikmah (2010) dan Santikarani (2012) yang
menyatakan bahwa insider ownership
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Debt to Equity Ratio menunjukkan
seberapa besar utang dibanding dengan modal
yang dimiliki perusahaan. Pada kenyataannya
akan sulit bagi perusahaan dalam membiayai
kegiatan operasionalnya jika hanya
mengandalkan modal sendiri. Pengendalian
terhadap utang yang baik akan mempengaruhi
laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
negatif dan tidak signifikan dengan nilai sig. t
sebesar 0,572 yang berarti meningkatnya
hutang akan menurunkan besarnya dividen
yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal
ini dapat terjadi karena sebagian besar utang
yang dimiliki perusahaan dalam penelitian ini
merupakan kewajiban yang berhubungan
dengan operasional sehingga tidak
menimbulkan beban bunga yang besar dan
dapat mengurangi jumlah laba bersih
perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Faujimi (2014),
Swastyastu, et al., (2014), Pratama (2014),
Rahayuningtyas, et al., (2014), Pasaribu, et al.,
(2014) dan Mahaputra dan Wirawati (2014)
yang menyatakan bahwa DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Return on Equity merupakan rasio
seberapa jauh perusahaan dapat mengelola
modal untuk menghasilkan laba bersih.
Perusahaan harus mampu mengelola modal
dengan efektif untuk mendapatkan laba yang
maksimal. Semakin besar ROE maka semakin
besar kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan laba
bersih sehingga perusahaan dapat menetapkan
dividen yang tinggi atau dapat dikatakan
berpengaruh positif. Hasil pengujian
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
44
menunjukkan bahwa variabel Return on Equity
(ROE) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000
yang artinya semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam mengelola modalnya untuk
menghasilkan laba maka semakin tinggi pula
dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Azmi dan Listiadi (2014) yang
menunjukkan bahwa return on equity
berpengaruh secara signifikan terhadap DPR,
namun bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mardaleni (2014),
Rahayuningtyas, et al., (2014) menunjukkan
hasil bahwa return on equity tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
variabel Firm Size berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap DPR dengan nilai
sig. t sebesar 0,513 yang berarti semakin besar
suatu perusahaan akan meningkatkan dividen
yang dibagikan kepada pemegang saham.
Perusahaan yang besar memiliki akses yang
lebih mudah dalam memasuki pasar modal.
Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi
perusahaan dalam mendapatkan pendanaan.
Pendanaan yang cukup untuk membiayai
operasional perusahaan akan memberikan
kemampuan untuk menghasilkan laba yang
lebih besar dibanding perusahaan yang lebih
kecil. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap
dividen yang dibagikan tidak signifikan karena
banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi
DPR, seperti ketersediaan dana, pengelolaan
modal, pengawasan utang, dan lain
sebagainya. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putri (2013), Kriscahyadi
(2013), Mahaputra dan Wirawati (2014),
Swastyastu, et al., (2014), Pasaribu, et al.,
(2014), dan Faujimi (2014) yang menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap DPR.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
variabel Investment Opportunity Set (IOS)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,020 yang
berarti semakin tinggi kesempatan investasi
perusahaan akan menurunkan dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini
dapat terjadi karena perusahaan dengan nilai
IOS yang tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang
dan masih memiliki kesempatan untuk
berkembang. Perusahaan dengan IOS yang
tinggi akan menentukan tingkat DPR yang
rendah dan memilih untuk menggunakan laba
untuk investasi baru yang dapat
mengembangkan perusahaan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014)
yang menunjukkan hasil bahwa IOS
berpengaruh secara signifikan terhadap DPR,
namun bertolak belakang dengan penelitian
Bangun dan Hardiman (2013), dan Pratama
(2014) yang menunjukkan hasil bahwa IOS
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
DPR.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
variabel Price Earning Ratio (PER)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000 yang
berarti meningkatnya nilai saham perusahaan
akan meningkatkan dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi
karena PER diukur dengan harga pasar saham
yang mencerminkan harapan dari investor.
Semakin tinggi harga pasar saham maka
semakin tinggi pula harapan investor terhadap
pertumbuhan suatu perusahaan. Tingginya
harapan investor akan menuntut perusahaan
untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat
menghasilkan laba yang lebih besar setiap
periode sehingga dapat memenuhi harapan
pemegang saham.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap DPR dengan
nilai sig. t sebesar 0,001 yang berarti
meningkatnya laba per lembar saham yang
dihasilkan oleh perusahaan akan meningkatkan
dividen yang dibagikan kepada pemegang
saham. Hal ini terjadi karena semakin besar
laba per lembar saham yang diperoleh
perusahaan akan meningkatkan jumlah dividen
yang mampu dibayarkan kepada pemegang
saham.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pengaruh Insider
Ownership, Debt to Equity Ratio (DER),
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
45
Return on Equity (ROE), Firm Size, Investment
Opportunity Set (IOS), Price Earning Ratio
(PER), dan Earning per Share (EPS) dalam
memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan
bahwa secara parsial ternyata hanya ROE,
IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR, sedangkan
kepemilikan internal, DER, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
Sedangkan, secara simultan seluruh variabel
INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER,
EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711
menyatakan bahwa kemampuan variabel
Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,
IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan
variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan
sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti memberikan saran -
saran sebagai berikut. Bagi peneliti
selanjutnya, sebaiknya menambahkan variabel
- variabel independen lain yang diduga dapat
mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR).
Karena, dalam penelitian ini variabel
independen hanya mampu menjelaskan
variabel dependen sebesar 71,1% sementara
sisanya dijelaskan oleh variabel dependen lain.
Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan sampel perusahaan yang
berbeda agar dapat melihat hasil pengujian
yang beragam.
DAFTAR REFERENSI
Azmi, Maulidiyah Nur dan Listiadi, Agung.
2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas dan
IOS Terhadap Kebijakan Dividen dengan
Likuiditas sebagai Variabel Moderasi
Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 2, No. 3: 990-1001.
Bangun, Nurainun dan Hardiman, Stefanus.
2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Cash Position, Debt To Equity Ratio
(DER), dan Kesempatan Investasi
Terhadap Kebijakan Deviden Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun
2008-2010. Journal of Capital Market
and Banking, 1(2): 80-102.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, 11(1): 57-64.
Faujimi, Indrima. 2014. Pengaruh Profita-
bilitas, Leverage, Likuiditas, Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Maufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2012. Jurnal Akuntansi, 2(2): 1-26.
Hikmah, Khoirul. 2010. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen: Pendekatan Teori Stakeholder.
Jurnal Kharisma, 4(2): 91-105.
Kriscahyadi, Herdy Tedjo. 2013. Analisis
Pengaruh Free Cash Flow, Cash Position,
Debt To Equity Ratio dan Company Size
terhadap Dividen Payout Ratio pada
Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun
2008-2010. Q-MAN, 2(7): 81-96.
Mahaputra, Gede Agus, dan Ni Gusti P. W.
2014. Pengaruh Faktor Keuangan dan
Ukuran Perusahaan Pada Dividend
Payout Ratio Perusahaan Perbankan.E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
9(3): 695-708.
Mardaleni. 2014. Analisis Pengaruh Return On
Equity, Debt to Equity Ratio, dan Current
Ratioterhadap Dividend Payout Ratio
Pada Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2012. E-Jurnal
Apresiasi Ekonomi, 2(2): 73-79.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.
Kowanda, Dionysia. Nawawi, Kholid.
2014. Determinan Dividend Payout Ratio
Pada Emiten LQ-45 di Bursa Efek
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
46
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
8(1): 1-12.
Pratama, Diky May. 2014. Pengaruh
Profitabilitas, Investment Opportunity Set,
Cash Flow, Debt To Equity Ratio,
danRisiko Terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Pengolahan Non Migas.
Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2): 460-472.
Putri, Dithi Amanda. 2013. Pengaruh
Investment Opportunity Set, Kebijakan
Utang dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen Pada
PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal
Manajemen, 2(2): 1-13.
Rahayuningtyas, Septi, Suhadak, dan Siti
Ragil Handayani. 2014. Pengaruh Rasio-
Rasio Keuangan terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) (Studi Pada
Perusahaan yang Listing di BEI Tahun
2009 – 2011). Jurnal Administrasi Bisnis,
7(2): 1-9.
Santikarani, Diska. 2012. Pengaruh Asset
Growth, Cash Position, Size, dan Insider
Ownership terhadap Dividend Payout
Ratio Pada LQ 45 di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010.
JurnalKajian Pendidikandan Akuntansi
Indonesia, 1(3): 1-23.
Setiawan, Agus.dan,Mertha, I Made.2012.
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada
Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di
BEI.E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 1(2): 1-20.
Swastyastu, M. W., Gede Adi Y.,
Anantawikrama T. Atmadja. 2014.
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividend
Payout Ratio yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).e-Journal S1
Akuntansi Universitas Pendidikan
Ganesha, 2(1): 1-12.
Utama, I Made Karya. 2012. Dividend Payout
Ratio dan Faktor yang Mempengaruhinya
(Studi Pada Bursa Efek Indonesia periode
2006-2010). Manajemen Bisnis
Syariah,6(1): 1-12.
Wibisono, Anjar. 2010. Pengaruh Rasio
Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas
terhadap Dividend Pay OutRatio (Studi
pada Perusahaan Go-Public di Bursa
EfekJakarta). Jurnal Aplikasi Manajemen,
8(3): 720-731.
.