EVALUASI KUALITAS SEDIMEN TAMBAK UDANG WINDU
(Penaeus monodon) di DESA MARGASARI KECAMATAN
LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
SKRIPSI
Oleh
BALAN NUGRA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
EVALUATION OF THE POND SEDIMENT QUALITY OF BLACK
TIGER SHRIMP (Penaeus monodon)
CULTIVATION IN MARGASARI VILLAGE
LABUHAN MARINGGAI DISTRICT LAMPUNG TIMUR REGENCY
By:
Balan Nugra1Wardiyanto
2Supono
2
Margasari aquaculture area in Labuhan Maringgai District of East Lampung
Regency is applying the system of black tiger shrimp (Penaeus monodon)
extensively. The decrease in the number of shrimp production in Margasari
Village is suspected as a result of sediment degradation in the pond area. This
study was aimed to evaluate the quality of sediment in the pond area for the
cultivation of black tiger shrimp. The samples were collected for 4 weeks at 3
ponds, data were analyzed qualitatively and quantitatively. The results showed the
location of ponds of 1 belongs to the suitability of the highly suitable (S1) for
cultivation activities. The location of ponds of 2 and 3 belong to the moderately
suitable (S2) for the cultivation of black tiger shrimp, and requiring more
treatment for pH, C-Organic, nitrogen, potassium.
Keywords: Suitability of Sediment, the Village of Margasari, Black Tiger Shrimp.
ABSTRAK
EVALUASI KUALITAS SEDIMEN TAMBAK UDANG WINDU
(Penaeus monodon) DI DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN
MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Balan Nugra1Wardiyanto
2Supono
2
Daerah pertambakan Margasari di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Lampung Timur menerapkan sistem budidaya udang windu (Penaeus monodon)
secara ekstensif. Penurunan jumlah produksi udang di Desa Margasari diduga
akibat dari degradasi sedimen pada areal tambak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kualitas sedimen di areal tambak untuk budidaya udang windu.
Pengambilan sampel dilakukan selama 4 minggu pada 3 tambak, data dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pada lokasi tambak
ke 1 tergolong sangat sesuai (S1) untuk kegiatan budidaya. Adapun lokasi tambak
ke 2 dan ke 3 tergolong cukup sesuai (S2) untuk budidaya udang windu, dan
memerlukan perlakuan lebih lanjut untuk pH, C-Organik, nitrogen, kalium.
Kata Kunci : Kesesuaian Sedimen, Desa Margasari, Udang Windu.
EVALUASI KUALITAS SEDIMEN TAMBAK
UDANG WINDU (Penaeus monodon) di DESA MARGASARI
KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Oleh
BALAN NUGRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lahat pada tanggal 10 Februari
1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Darsya Alam, SKM dan Ibu Vera Febri,
AMG. Penulis mengawali pendidikan dari TK Pertiwi
Lahat Tengah pada tahun pelajaran 1998-
1999.Melanjutkan pendidikan di SD Santo Yosef Lahat
sampai selesai pada tahun 2005. Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 5
Lahat pada tahun 2008 serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 4 Lahat
pada tahun 2011.
Tahun 2011, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan
Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti organisasi
Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota
bidang Minat dan Bakat pada tahun periode 2012-2013.
Selama menikmati masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Praktik Umum
(PU) di PT Biru Laut Khatulistiwa (BLK) Merak Belantung-Lampung Selatan
dengan judul “Kultur Tetraselmis sp. di PT. Biru Laut Khatulistiwa Sebagai
Pakan Alami Larva Organisme Budidaya Laut” selama 30 hari pada bulan Juli
2014. Di awal tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama 40 hari di Desa Lengkukai, Kelumbayan Barat–Tanggamus.
Terakhir pada tahun 2017, penulis melakukan penelitian yang merupakan tugas
akhir Perguruan Tinggi berupa skripsi berjudul “Evaluasi Kualitas Sedimen
Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Margasari, Kecamatan
Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur” yang terletak di Kecamatan
Labuhan Maringgai-Lampung Timur.
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada Ayahku:
"DARSYA ALAM"
Terimakasih atas segala motivasimu yang tak henti-hentinya engkau berikan, semua kerja kerasmu untukku anakmu ini, sehingga membuatku selalu yakin bisa
dan pada akhirnya menyelesaikan studi ini...
Untuk Ibuku:
"VERA FEBRI"
Terimakasih Ibu atas do'a , dukungan, serta kesabaranmu kepada ku...
Untuk Adik-Adikku:
"MUHAMMAD IHSAN"
"MUHAMMAD RAMADHANDI"
Terimakasih dek, atas segala dukungan kalian, motivasi dari kalian juga sangat berharga buat kakak...
MOTTO
“So Verily with the hardship there is relief, verily with the hardship
there is relief”
(Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
"There's no talent here, this is hard work. This is an obsession.
Talent does not exist, we are all equals as human beings, you could
be anyone if you put in the time. You will reach the top, and that's
that. I am not talented, I am obsessed"
(Conor McGregor "UFC Fighter")
"Sometimes You Win Sometimes You Learn"
"LOVE WHAT YOU DO, DO WHAT YOU LOVE"
"LEBIH BAIK GAGAL TAPI SUDAH MENCOBA DARIPADA TIDAK
MENCOBA YANG SUDAH PASTI GAGAL TOTAL!!"
" I WILL..., I CAN..., I MUST.."
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan
(S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung dengan judul “Evaluasi Kualitas Sedimen Tambak Udang Windu
(Penaeus monodon) di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Berta Putri, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas
kesediaan dan kesabarannya meluangkan waktu membimbing selama
perkuliahan.
4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen pembimbing Utama yang
memberikan motivasi penuh dan saran yang membangun selama penulis
aktif dalam perkuliahan serta dengan sabar memberikan bimbingan, kritik
dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi.
5. Bapak Dr. Supono, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing Anggota atas
bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi.
6. Bapak Dr. Ir. A. Aman Damai, M.Si., selaku dosen pembahas atas segala
kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran Dosen dan seluruh Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan
yang telah memberikan ilmunya dan semangatnya.
8. Manajer Algae Massal Pak Bowi, Staf Karyawan Algae Massal (Outdoor)
dan Laboratorium (Indoor), Kak Muarif, Kak Arif, Kak Wahyudi, teman-
teman seperjuangan: Candra Pambudi, Suryo Kunindar, Surya Edma
Syaputra, dan teman-teman IPB Bogor yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan Praktik Umum.
9. Seluruh masyarakat Pekon Lengkukai, Kelumbayan Barat, Tanggamus,
teman-teman seperjuangan saat KKN (Bang Tyo, Yoya, Anissa, Putri,
Bram, dan Andrian) yang selalu kompak menyelesaikan tugas dan amanat
bersama selama disana serta kakak-kakak dan adik-adik disana yang selalu
menghibur.
10. Teman-teman sepermainan: Maryani, Widi, Mustawa, Ahyar, Afif, Bima,
Galih, Tiras, Toni, Rasyid, serta adek-adek sepupu: Dira, Desti, dan Shinta
yang telah memberikan motivasi dan menghibur selama kuliah dan
pengerjaan skripsi.
11. My Lovely Muthia A.K.A. Uthe, thanks for your support to me and
everythings. Thank You So Much.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011, Aan, Acib, Agashi, Bene,
Candra, Dimas, Glycine, Indah, Lukman, Maryani, Mutakin, Mustawa,
Neneng, Puraka, Rahmadi, Surya, Suryo, Tina, Yola, Widi, dan semuanya
Terimakasih untuk perjuangan kita selama 4 tahun ini.
13. Seluruh Keluarga Besar Budidaya Perairan Unila angkatan 2008, 2009,
2010, 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, semoga Allah SWT
memberikan yang terbaik untuk kita semua. Semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 18 April 2018
Penulis,
Balan Nugra
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................................... 2
1.4. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 2
1.5. Hipotesis .................................................................................................. 4
II. TINJAUAN ................................................................................................... 5
2.1. Sedimen ................................................................................................... 5
2.1.1. Pengertian Sedimen........................................................................ 5
2.1.2. Proses Pembentukan Sedimen........................................................ 5
2.2. Kualitas Sedimen Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)............... 6
2.2.1. Sifat Fisika Sedimen....................................................................... 6
2.2.2. Sifat Kimia Sedimen....................................................................... 9
2.2.3. Sifat Biologi Sedimen..................................................................... 10
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 12
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 13
3.3. Variabel Penelitian ................................................................................. 14
3.4. Persiapan Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 14
3.5. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 15
3.5.1. Pengamatan Lapangan................................................................... 15
i
3.5.2. Pengamatan Laboratorium............................................................. 15
3.6. Jenis Penelitian......................................................................................... 21
3.7.Analisis Kesesuaian Sedimen untuk Budidaya Udang Windu
(Penaeus monodon).................................................................................. 21
3.8. Penilaian untuk Lokasi Sedimen Tambak Udang Windu
(Penaeus monodon).................................................................................. 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 30
4.1. Keadaan Lokasi Penelitian ................................................................... 30
4.2. Kondisi Fisika, Kimia, dan Biologi Sedimen......................................... 31
4.2.1. Kondisi Fisika Sedimen............................................................... 31
4.2.2. Kondisi Kimia Sedimen............................................................... 38
4.2.3. Kondisi Biologi Sedimen............................................................. 45
4.3. Analisis Sedimen Tambak Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan
Tambak Udang Windu (Penaeus monodon).......................................... 46
4.4. Kesesuaian Sedimen Pada Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)
di Desa Margasari.................................................................................. 48
V. KESIMPULAN.............................................................................................. 53
5.1. Kesimpulan................................................................................................ 53
5.2. Saran.......................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ . 54
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Karakteristik Fisika Sedimen dengan Tekstur yang Berbeda ...................... 8
2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian .................................... 14
3. Variabel Pengamatan Penelitian ................................................................ 14
4. Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak ............................... 22
5. Sistem Penilaian Kesesuaian Sedimen untuk Media Budidaya Udang
Windu (Penaeus monodon) ........................................................................ 27
6. Kisaran Nilai atau Skor Kesesuaian Sedimen Tambak .............................. 29
7. Data Hasil Pengamatan Warna Sedimen pada Sampel Tambak ke 1 ........ 31
8. Data Hasil Pengamatan Warna Sedimen pada Sampel Tambak ke 2 ........ 33
9. Data Hasil Pengamatan Warna Sedimen pada Sampel Tambak ke 3 ........ 34
10. Data Analisis Tekstur Sedimen .................................................................. 36
11. Data Rata-Rata Tiap Pengambilan Sampel Tekstur Sedimen .................... 36
12. Kualitas Tekstur Sedimen Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) .. 38
13. Data Analisis Karbon Organik (C-Organik) Diamati di Laboratorium ..... 39
14. Data Analisis Nitrogen Sedimen yang Diamati di Laboratorium .............. 40
15. Data Analisis Pospor Sedimen yang Diamati di Laboratorium ................. 40
16. Data Analisis Kalium Sedimen yang Diamati di Laboratorium ................ 41
17. Data Analisis pH Sedimen yang Diamati di Laboratorium ....................... 43
18. Data Analisis Respirasi Mikrobia Sedimen yang Diamati
di Laboratorium ......................................................................................... 45
19. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Sedimen untuk Budidaya Udang
Windu pada Lokasi Tambak 1 di Desa Margasari ..................................... 49
20. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Sedimen untuk Budidaya Udang
Windu pada Lokasi Tambak 2 di Desa Margasari ..................................... 49
21. Pembobotan dan Skoring Kesesuaian Sedimen untuk Budidaya Udang
Windu pada Lokasi Tambak 3 di Desa Margasari ..................................... 50
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran ......................................................... 4
2. Diagram Segitiga Tekstur Sedimen USDA ............................................ 8
3. Denah Tempat Pengambilan Sampel Sedimen pada Satu Tambak .... ..12
4. Denah Keseluruhan Tambak Desa Margasari Tempat Pengambilan
Sampel Sedimen ................................................................................... 13
5. Hasil Identifikasi Warna Sedimen
(Hue Gley 1, Value 5, Chroma 5 GY) ................................................. 32
6. Hasil Identifikasi Warna Sedimen
(Hue Gley 1, Value 5, Chroma 10 GY) ............................................... 34
7. Hasil Identifikasi Warna Sedimen
(Hue Gley 1, Value 6, Chroma 10 Y) .................................................. 35
8. Tekstur Sedimen Pada Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)
di Desa Margasari ................................................................................. 37
9. Karbon Organik (C-Organik) Pada Tambak Udang Windu (Penaeus
monodon) di Desa Margasari ................................................................ 39
10. Unsur Hara (N,P,K) Pada Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)
di Desa Margasari ................................................................................. 42
11. pH Sedimen Pada Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)
di Desa Margasari ................................................................................. 43
12. Respirasi Mikrobia Sedimen Pada Tambak Udang Windu (Penaeus
monodon) di Desa Margasari ................................................................ 45
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Semua Lokasi Tambak Tempat Pengambilan Sampel Sedimen
di Margasari 58
2. Titik Pengambilan Sampel Sedimen 58
3. Sampel Sedimen yang disimpan dalam Coolbox 59
4. Sampel Sedimen dari Pengambilan 1 sampai 4 60
5. Peta Wilayah Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur 62
v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah pertambakan Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur menerapkan sistem budidaya Udang Windu (Penaeus
monodon) secara ekstensif. Usaha budidaya tambak di Desa Margasari,
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur dimulai sejak tahun
1980-an. Produksi udang windu di tambak Desa Margasari pernah mengalami
puncak produksi pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 dengan produksi
udang windu sebanyak 500kg/ha. Pada tahun 2003 sampai dengan sekarang
produksi udang di daerah pertambakan ini mulai mengalami penurunan jumlah
produksi menjadi 120-150 kg/ha atau sekitar 70% (Purnomo, 2015).
Penurunan jumlah produksi udang di Desa Margasari diduga salah satunya
akibat dari degradasi sedimen yang terjadi di areal tambak. Karena pada
hakikatnya kualitas sedimen yang kurang baik mengakibatkan kualitas tambak
menjadi kurang baik. Dalam usaha budidaya perikanan, kondisi baik atau tidaknya
suatu tambak ditentukan oleh sedimen tempat lokasi budidaya tersebut. Secara
umum tekstur sedimen tambak termasuk dalam tipe lempung dan lempung
berpasir yang tergolong dalam kondisi cocok untuk kegiatan budidaya.
Ketersediaan bahan organik yang terdapat dalam sedimen kebanyakan berasal
dari feses ikan dibandingkan dengan masukan dari detritus alami yang mati.
Buwono (1993), menyatakan bahwa tambak dan kolam yang banyak mengandung
bahan organik (tanah humus) sangat produktif untuk pertumbuhan algae dasar.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai evaluasi
kualitas sedimen yang berada di areal tambak Desa Margasari untuk mengetahui
kualitas sedimen di lingkungan tambak tersebut.
2
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas sedimen di areal
tambak Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur untuk budidaya udang windu.
1.3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas
sedimen yang baik dan ideal sebagai media budidaya udang windu di areal
tambak Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur.
1.4. Kerangka Pemikiran
Udang windu merupakan komoditas penting dalam usaha budidaya
tambak. Terlepas dari berbagai permasalahan dalam usaha budidaya yaitu adanya
kegagalan dalam pembesaran di tambak, hingga saat ini komoditas udang windu
masih merupakan pilihan utama untuk dibudidayakan oleh petambak terutama
petambak sederhana (ekstensif), hal ini dikarenakan udang windu mempunyai
harga pasar yang baik dan relatif stabil.
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai
tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara
umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,
walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat dibudidayakan. Udang
windu (Penaeus monodon) merupakan produk perikanan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi berorientasi ekspor. Tingginya harga udang windu cukup
menarik perhatian para pengusaha untuk terjun dalam usaha budidaya tambak
udang. Para pengusaha dibidang lain yang sebelumnya tidak pernah terjun dalam
usaha budidaya tambak udang windu secara beramai-ramai membuka lahan baru
tanpa memperhitungkan aturan-aturan yang berkenaan dengan kelestarian
lingkungan sehingga meninbulkan masalah. Masalah yang menonjol adalah
terjadinya degradasi lingkungan pesisir akibat dari pengelolaan yang tidak benar.
Penurunan mutu lingkungan pesisir akibatnya membawa dampak yang sangat
serius terhadap produktivitas lahan bahkan sudah sampai pada ancaman terhadap
kelangsungan hidup kegiatan budidaya tambak udang.
3
Permasalahan yang dihadapi oleh para petambak udang saat ini sangat
kompleks, antara lain penurunan produksi panen yang disebabkan oleh berbagai
penyakit, sampai pada harga udang yang tidak stabil. Semuanya ini merupakan
dilematis bagi para petambak, padahal potensi sumberdaya alam pesisir yang
dapat dikelola untuk dimanfaatkan sebagai tambak udang masih cukup besar.
Limbah juga merupakan permasalahan yang dihadapi di areal tambak udang
windu, limbah di areal pertambakan dapat berasal dari pabrik, sawah, pemukiman
penduduk dan dari kegiatan budidaya itu sendiri seperti kotoran udang dan sisa
pakan.
Evaluasi kualitas sedimen pada areal tambak perlu dilakukan karena
sedimen memegang peranan penting untuk budidaya tambak udang. Sedimen
yang baik, tidak hanya yang mampu menahan air, tapi sedimen tersebut harus
mampu menyediakan berbagai unsur hara bagi makanan alami untuk udang yang
dipelihara. Sedimen yang banyak mengandung pasir kurang baik untuk
pertambakan, sebab di samping sangat berporos juga miskin unsur hara yang
sangat diperlukan untuk pertumbuhan algae dan berbagai makanan alami algae
sebagai makanan alami benur. Dengan demikian fungsi utama sedimen dasar
tambak disamping untuk menahan air, juga untuk menyediakan unsur hara dalam
sedimen yang sangat dibutuhkan untuk makanan alami (Buwono, 1993).
4
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah
ini (Gambar 1):
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
1.5. Hipotesis
Diduga kualitas sedimen tambak di wilayah pertambakan di Desa
Margasari tidak sesuai untuk budidaya udang windu (Penaeus monodon).
Budidaya Tambak Ekstensif
Pengembangan Lahan Budidaya Tanpa Konsep Lingkungan
Penurunan Kualitas Lahan Tambak
Penurunan Produktivitas Hasil Panen
Evaluasi Kualitas Sedimen Pada Areal Tambak
5
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sedimen
2.1.1 Pengertian Sedimen
Sedimen adalah hasil dari proses pengendapan dialam, sedangkan
sedimentasi adalah proses pengendapan yang biasanya dipengaruhi oleh agen
transportasi seperti angin, gelombang, arus dan lingkungan pengendapannya.
Sedimentasi akan dominan terjadi apabila kekuatan arus atau gaya dari agen
transporatasi mulai menurun sehingga berada dibawah titik daya angkutnya,
maka bahan-bahan yang berada dalam suspensi akan mulai terendapkan.
Kecepatan pengendapan suatu bahan tergantung dari gaya beratnya sehingga
umumnya bahan-bahan kasar akan lebih dulu terendapkan kemudian menyusul
bahan-bahan yang halus. Material sedimen baik yang berasal dari muntahan
muara sungai maupun hasil proses erosi di sepanjang pantai akan terangkut oleh
arus di perairan pantai dan tersebar sesuai dengan arah arus yang mengangkutnya
(Soewarno, 1991).
2.1.2 Proses Pembentukan Sedimen
1. Secara Fisika
Pelapukan secara fisika yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu
dan perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-
masing mineral, karena masing-masing mineral akibat perubahan suhu
mengembang dan mengerut dengan kekuatan yang berbeda-beda, maka batuan
menjadi rapuh dan mudah hancur (Hardjowigeno, 1987).
6
2. Secara Kimia
Pelapukan kimia merupakan pelapukan yang terjadi akibat proses kimia.
Biasanya yang menjadi perantara adalah air, terutama air hujan. Air hujan atau air
tanah selain mengandung senyawa H2O, juga mengandung CO2dari udara. Oleh
karena itu air hujan mengandung tenaga melarutkan yang besar, apalagi jika air
itu mengenai batuan kapur atau kast (Majid, 2007).
3. Secara Biologi
Pelapukan biologis atau sering disebut juga pelapukan organik terjadi
akibat proses organik. Pelakunya adalah makhluk hidup, bisa juga oleh tumbuh-
tumbuhan, hewan atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan yang bertambah panjang
dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkram
batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh, cendawan dan
lumut yang menutupi permukaan batuan akan menghisap makanan dari batuan
tersebut sehingga dapat menghancurkan batuan (Majid, 2007).
Akar-akar yang masuk kedalam batuan melalui retakan-retakan batuan
dapat terus berkembang dengan kekuatan yang sangat tinggi sehingga dapat
menghancurkan batuan tersebut. sel-sel akar yang berkembang dapat
menimbulkan kekuatan lebih dari 10 atmosfer sehingga batuan menjadi hancur
akibat perkembangan akar didalamnya (Hardjowigeno, 1987).
2.2. Kualitas Sedimen Tambak Udang Windu (Penaeus monodon)
2.2.1. Sifat Fisika Sedimen
A. Warna Sedimen
Pada umumnya warna sedimen mempunyai hubungan dengan oksida-besi
yang terhidratasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah
biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik (Darmawijaya, 1990). Salah
satu sifat fisika sedimen yang secara langsung dapat dilihat dengan mata telanjang
yaitu warna sedimen. Warna sedimen adalah merupakan campuran dari warna
abu-abu, coklat dan komponen warna lainnya yang terjadi oleh adanya pengaruh
berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama memberikan jenis warna
tertentu. Warna hijau atau biru yang murni tidak dijumpai pada sedimen,
7
sedangkan dua warna atau lebih yang terjadi pada suatu bidang permukaan atau
tempat tertentu disebut becak-becak (nottling).
Warna sedimen dipengaruhi oleh kondisi atau sifat sedimen lainnya
melalui pengaruhnya atas radiasi dari energi sinar matahari. Warna yang semakin
hitam atau semakin gelap akan lebih banyak menyerap panas dari sinar matahari
dari pada warna sedimen yang terang. Sejumlah energi panas yang terdapat dalam
sedimen mengakibatkan tingkat evaporasi yang tinggi, sehingga sedimen yang
semakin gelap akan lebih cepat mengering dibanding warna yang lebih muda.
Temperatur sedimen dipengaruhi oleh warna sedimen dan akan berpengaruh pada
pertumbuhan aktifitas jasad renik serta struktur sedimen, jadi dengan adanya
warna sedimen secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan jasad renik.
Selain itu warna sedimen secara langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat
pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai keadaan pembuangan air,
melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan serta untuk dapat
menaksir kandungan mineral.
Warna sedimen yang semakin merah menunjukkan tingkat pelapukan
semakin lanjut. Sedimen yang semakin gelap warnanya akan semakin banyak
kandungan bahan organiknya. Warna kuning, coklat, atau merah menunjukkan
drainase baik, sedang warna kelabu kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan
drainase jelek. Warna putih atau pucat menunjukkan horison pengendapan
(akumulasi) bahan dari horison diatasnya. Warna pucat atau kekuningan ini
menunjukkan berasal dari mineral kuarsa, sedangkan warna merah menunjukkan
berasal dari mineral yang mengandung besi (Soepardi, 1979).
B. Tekstur Sedimen
Kondisi baik atau tidaknya suatu tambak ditentukan oleh sedimen tempat
lokasi budidaya tersebut. Tekstur sedimen menunjukkan komposisi partikel
penyusun sedimen yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif
antara fraksi pasir (sand), debu (silt) dan tanah liat (clay) (Hanafiah, 2005).
Tekstur sedimen itu sendiri adalah klasifikasi berdasarkan proporsi dan persentase
kenaikan dari tiga kelompok butir-butir tanah: pasir, debu dan liat dalam sedimen
(Hardjowigeno, 1989).
8
Tekstur sedimen yang baik untuk kegiatan budidaya hewan akuatik, dapat
dilihat pada Tabel 1. Diagram yang menunjukkan persentase tekstur sedimen
dapat dilihat pada gambar 2.
Tabel 1. Karakteristik Fisika Sedimen dengan Tekstur yang Berbeda
Tekstur Sedimen
Kapasitas
Penahan
Nutrien
Infiltrasi
Air
Kapasitas
Penahanan
Air
Aerasi
Tanah liat/pekat (clay) Baik Jelek Baik Jelek
Lumpur (slit) Sedang Sedang Sedang Sedang
Pasir (sand) Jelek Baik Jelek Baik
Tanah lempung/gemuk
(loam) Sedang Sedang Sedang
Sedang
Sumber: (Effendi, 2003)
Gambar 2. Diagram Segitiga Tekstur Sedimen USDA (Pairunan,1985)
pasir
Pasir
Berlempung
Lempung Liat
Berpasir
Liat Berpasir
Liat Berdebu
Lempung Berdebu
Debu
Lempung Liat
Berdebu
Lempung
Berliat
Lempung Berpasir % Pasir Lempung
9
2.2.2. Sifat Kimia Sedimen
A. Bahan Organik
Tambak dan kolam yang banyak mengandung bahan organik (humus),
sangat produktif untuk pertumbuhan algae dasar (Buwono, 1993). Bahan organik
sedimen adalah semua reaksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen
penyusun sedimen. Bahan organik merupakan sisa tumbuhan atau hewan
seluruhnya yang telah mengalami perombakan jasad renik hidup. Bahan organik
ini terdapat dalam sedimen dengan jumlah relatif sedikit yaitu 3-5 dari berat bahan
dalam top soil sedimen mineral yang mewakili (Darmawijaya, 1990).
Pengaruh bahan organik pada sedimen antara lain:
Memperbaiki sifat fisika sedimen seperti: menghindarkan erosi, memperbaiki
struktur sedimen, kemampuan sedimen menyerap air (pasir), dan
memperbaiki aerase dan drainase sedimen.
Memperbaiki sifat kimia sedimen, seperti; KPK (Kapasitas Pertukaran
Kation) dan menambah unsur hara sedimen dari dekomposisi bahan organik.
Sifat Biologi, seperti; Meningkatkan aktivitas mikroorganisme karena bahan
organik menjadi sumber energinya.
B. pH Sedimen
Tingkat keasaman (pH) sedimen banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang
mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit). Biasanya pH
sedimen tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik sedimen
yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna. pH sedimen yang
rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan
logam lainnya. pH sedimen yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan ikan
berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1981).
C. Unsur Hara dalam Sedimen
Unsur hara yang terdapat di lokasi calon tambak sangat bermanfaat dalam
menentukan kualitas tambak yang akan dibuat. Daerah yang cukup mengandung
unsur hara, karena didaerah tersebut klekap dan tumbuhan air lainnya yang
berperan sebagai makanan alami udang windu dapat tumbuh dengan baik. Unsur
10
hara yang dibutuhkan pertumbuhan klekap dan tanaman air adalah Nitrogen dan
Pospor.
1. Nitrogen
Sumber utama Nitrogen yang terdapat dalam tambak berasal dari bahan
organik. Nitrogen yang terdapat dalam bahan organik tidak dapat dimanfaatkan
langsung oleh klekap atau tumbuhan air lainnya, karena masing-masing terbentuk
persenyawaan kompleks. Selain itu bahan organik dapat berasal dari nitrogen
bebas yang terdapat diudara.
2. Pospor
Unsur Pospor sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan klekap dan tumbuhan
air lainnya dalam tambak. Semakin besar kandungan unsur pospor dengan jumlah
>0,3 mg/l di dalam tambak, semakin subur tambak tersebut sehingga pertumbuhan
klekap dan tumbuhan dalam tambak semakin baik (Afriyanto et al., 1991).
Menurut Boyd (1982), pospor merupakan salah satu nutrisi utama didalam
tambak. Pospor berperan dalam pertumbuhan tanaman. Sumber utama pospor
dalam sedimen berasal dari hasil pelapukan mineral yang mengandung pospor dan
dari bahan organik.
3. Kalium
Unsur kalium diserap dalam bentuk K+ dari larutan sedimen. Sebagai
unsur, kalium tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu terdapat sebagai
persenyawaan di dalam batuan, mineral dan larutan garam.
2.2.3. Sifat Biologi Sedimen
A. Respirasi Mikrobia
Respirasi sedimen merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba
sedimen. Pengukuran respirasi (mikroba sedimen) merupakan cara yang pertama
kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroba sedimen. Penetapan
respirasi sedimen didasarkan pada :
Penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba sedimen.
Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba sedimen.
11
Respirasi mikrobia sedimen sangat kompleks, banyak metode yang telah
diusulkan untuk menangkap gas yang dihasilkan dan menganalisisnya sesuai
dengan tujuan dan lingkungan peneliti. Adapun cara penetapan di laboratorium
lebih disukai. Prosedur di laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau
jumlah CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh sedimen yang diinkubasi dalam
keadaan yang diatur di laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah
Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato).
Keadaan yang berfluktuasi.
Untuk keadaan yang stabil, kadar air, temperatur, kecepatan, aerasi, dan
pengaturan ruangan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Peningkatan
respirasi terjadi bila ada pembasahan dan pengeringan, fluktuasi aerasi sedimen
selama inkubasi. Oleh karena itu, peningkatan respirasi dapat disebabkan oleh
perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini bisa tidak mencerminkan keadaan
aktifitas mikroba dalam keadaan lapang, cara steady-stato telah digunakan untuk
mempelajari dekomposisi bahan organik, dalam penelitian potensi aktivitas
mikroba dalam sedimen dan dalam perekembangan penelitian (Anas, 1989).
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Margasari Kecamatan Labuhan
Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan data dilakukan selama 4
minggu dengan frekuensi pengambilan sebanyak 4 kali dan selang waktu 1
minggu sekali dan dilakukan secara acak pada 3 titik pada satu tambak dengan 3
jumlah tambak. Denah pengambilan sampel sedimen terdapat pada (Gambar 3)
dan (Gambar 4) :
Gambar 3. Denah Tempat Pengambilan Sampel Sedimen pada Satu Tambak
(I.) Bagian inlet (II.) Bagian caren tambak (III.) Bagian tengah tambak
Inlet Tambak
Aliran
Air
Penampung air ke 1
Penampung air ke 2
Outlet
I I
II
13
Jarak 500 m Jarak 1 km
Gambar 4. Denah Keseluruhan Tambak Desa Margasari Tempat Pengambilan
Sampel Sedimen
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
Sampe
l 2
Sampe
l 1
Sampe
l 3
Jala
n
Ray
a
Jala
n
Ray
a
14
Tabel 2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
No. Nama Alat dan Bahan Fungsi
1.
2.
3.
4.
6.
7.
8.
9.
10.
pH indicator
HCL
Aquades
Botol Plastik
Botol film
GPS (Global Positioning System)
Alat tulis
Cangkul
Untuk mengetahui tingkat keasaman
sedimen
Untuk analisa kadar kapur sedimen
Untuk analisa ada/tidak adanya bahan
organik didalam sedimen
Cairan pada tabung reaksi untuk sampel
sedimen
Untuk mengambil sampel sedimen
Untuk menyimpan sampel sedimen
Untuk menentukan tempat penelitian
Untuk mencatat hasil penelitian
Untuk mengambil sampel sedimen
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian Evaluasi Kualitas Sedimen Tambak Udang Windu
(Penaeus monodon) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Variabel Pengamatan Penelitian
3.4 Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Persiapan pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan penentuan titik lokasi
pengambilan sampel sedimen tambak di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan
Margasari, Kabupaten Lampung Timur. Pengambilan data dilakukan pada 3 titik
No Variabel Skala
1
2.
3
4
5
6
Warna Sedimen
Tekstur Sedimen
pH Sedimen
C-Organik
Unsur Hara (N,P,K)
Respirasi Mikrobia
Lapangan
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
15
lokasi berbeda yaitu bagian inlet, bagian caren tambak, dan bagian tengah tambak.
Masing-masing stasiun pengamatan dilakukan sebanyak 4 ulangan agar
didapatkan pemerataan data.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan antara pukul 11.00 WIB
sampai dengan pukul 15.00 WIB. Dalam penelitian ini dilakukan dua pengamatan
yaitu pengamatan lapangan dan pengamatan laboratorium.
3.5.1. Pengamatan Lapangan
Data parameter kualitas sedimen yang akan diamati langsung di lapangan
adalah sebagai berikut:
a. Warna Sedimen
Pengamatan warna sedimen dapat dilakukan dengan pengamatan langsung
untuk dapat menentukan warna sedimen tersebut, yaitu dengan menggunakan
buku panduan warna sedimen seperti Buku Munsell Soil Colour Chart, terdapat
macam-macam variasi warna-warna sedimen. Colour Chart, yang terdiri dari
kartu yang berbeda warna spektrumnya. Cara menentukan warna sedimen adalah
dengan membandingkan warna sampel dengan warna pembanding dalam kartu
(Darmawijaya, 1990).
Parameter kualitas fisika-kimia yang dapat diukur di lapangan dilakukan
secara in situ. Sampel sedimen tambak diambil pada lapisan topsoil (0-5 cm) .
3.5.2. Pengamatan Laboratorium
Parameter kualitas sedimen diamati di Laboratorium Terpadu Poltekes
(Politeknik Kesehatan) Kampus B di Natar, saat pengamatan di laboratorium
sedimen yang diamati pada satu tambak dihomogen dari ketiga titik sampel jadi
pada satu tambak sedimen hanya satu sampel yang diamati, satu sampel ini
merupakan sedimen yang diambil dari ketiga titik tambak yaitu bagian caren,
tengah, dan inlet yang telah dicampur menjadi satu (homogen). Berikut adalah
pengamatan sedimen yang dilakukan di laboratorium:
16
1. Sifat Fisika Sedimen
1.1 Pengukuran Tekstur Sedimen
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah saringan, corong, botol tekstur, mesin
pengocok (mixer), erlemeyer, sprayer, timbangan, botol ukur, tabung
sendimentasi, hydrometer, dan termometer.
Bahan yang digunakan adalah tanah alfisol, larutan Calgon
0,05%, aquades, kertas label dan tissu roll.
b. Prosedur Pelaksanaan:
1. Ditimbang 50 gr contoh sedimen, kemudian masukkan dalam erlemeyer
250 ml.
2. Ditambahkan 100 ml natrium pirofosfat dan aduk sampai rata dan
biarkan semalam.
3. Dipindahkan suspensi secara kuantitatif kedalam tabung dispersi dan
tambahkan air bebas ion kurang lebih 5 cm dari tabung.
4. Dipindahkan suspensi secara kuantitatif kedalam gelas ukur 1000 ml
dan tambahkan air hingga tanda batas.
5. Dimasukkan alat pengaduk dan aduk sampai homogen, catat waktu
pada saat pengaduk tersebut diangkat.
6. Dimasukkan hydrometer hati-hati dan catat skala penunjukkan pada 40
detik.
7. Setelah pengaduk dicelupkan, pembacaan ini merupakan perhitungan
untuk kandungan liat dan debu.
8. Diulangi pembacaan hydrometer setelah 6 jam 52 menit, pembacaan ini
untuk menghitung kandungan liat (clay).
9. Setiap pembacaan skala hydrometer tentukan juga temperatur airnya.
10. Diulangi prosedur tersebut di atas untuk pembuatan blanko.
11. Dihitung persentase pasir, liat dan debu.
12. Ditentukan kelas teksturnya dengan segitiga tekstur (Hardjowigeno,
1989).
17
2. Sifat Kimia Sedimen
2.1. Pengukuran Nitrogen Total
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu 13 buah labu destruksi, pemanas (alat
destruksi), pipet 10 ml, 13 buah gelas piala 100 ml, 1 paket alat destilasi,
13 buah labu destilasi, dan alat titrasi.
Bahan yang digunakan yaitu sampel sedimen yang telah diayak
menggunkan ayakan 0,05, katalisator (K2SO4 + CuSO4), asam sulfat
(H2SO4), asam borat (H3BO3) 1N, NaOH 40%, batu didih, minyak paravin,
indikator metil red (merah), penitrasi (H2SO4 0,05N), dan aquades.
b. Langkah Kerja
Destruksi
a. Disediakan 13 buah labu destruksi.
b. Dimasukkan 0,5 g sampel sedimen.
c. Ditambahkan 1 g katalisator (K2SO4 + CuSO4).
d. Ditambahkan 6 ml asam sulfat (H2SO4).
e. Dilakukan pendestruksian menggunakan pemanas (alat destruksi)
selama ± 4 jam (sebaiknya1 hari).
f. Didinginkan hingga benar-benar dingin.
g. Ditambahkan 50 ml aquades.
h. Dikocok hingga tercampur, dan didiamkan hingga mengendap.
Destilasi
a. Disiapkan 13 labu destilasi.
b. Dimasukkan 4 butir batu didih.
c. Ditambahkan cairan, endapan sedimen tidak boleh ikut dimasukkan.
d. Ditambahkan 2 tetes minyak paravin.
e. Diletakkan labu destilasi pada alat destilasi.
f. Disediakan 13 gelas piala.
g. Dimasukkan 20 ml asam borat (H3BO3) 1N.
h. Ditambahkan 2 tetes metil red.
i. Diletakkan pada alat destilasi.
18
j. Ditambahkan 20 ml NaOH 40% ke labu destilasi.
k. Dinyalakan alat destilasi (air tetap mengalir).
l. Dihentikan proses destilasi setelah larutan pada gelas piala mencapai
60 ml.
**catatan: penangkap N (asam borat) tidak boleh berinteraksi dengan udara dalam
waktu yang lama.
Titrasi
a. Dipastikan saluran pada alat titrasi tidak terdapat ruang udara (diketahui
dengan cara mengeluarkan cairan penitrasi dengan memutar tuas ke
depan, hingga tak ada lagi ruang udara).
b. Diputar tuas hingga mentok (tak dapat diputar lagi) kebelakang.
c. Dilakukan titrasi menggunakan H2SO4 0,05N secara perlahan hingga
warna berubah menjadi merah muda bening (sesuai blanko).
2.2. Pengukuran C- organik
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, labu ukur 100 ml, penangas
air, spektrofotometer.
Bahan yang digunakan yaitu sampel sedimen yang telah diayak, H2SO4 Pekat,
K2Cr2O7 2N, dan aquades.
b. Langkah Kerja
Langkah kerjanya yaitu:
1. Ditimbang 0,5 g sedimen.
2. Dimasukkan dilabu ukur 100 ml.
3. Ditambahkan 7,5 ml H2SO4 Pekat dan 5 ml K2Cr2O7 2N.
4. Didiamkan hingga dingin.
5. Dipanaskan menggunakan penangas air selama 1,5 jam dan digoyang
goyangkan tiap 30 menit.
6. Diencerkan dengan cara ditambahkan aquades hingga setengahnya,
digoyang-goyangkan, dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian
ditambahkan lagi aquades hingga garis 100 ml.
7. Diamkan selama sehari hingga bening.
19
8. Diukur nilai absorben larutan menggunakan spektrofotometer.
(Darmawijaya, 1990).
2.3 Pengukuran Analisa Ada atau Tidak Bahan Organik
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu: gelas ukur.
Bahan yang digunakan yaitu:
b. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Diambil sedimen sedikit.
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur dan teteskan cairan , lalu di kocok.
3. Didiamkan sampai mengeluarkan gelembung atau berbuih, jika berbuih
lapisan permukaan sedimen mengandung bahan organik. (Boyd, 1995).
2.4 Pengukuran pH Sedimen
a. Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan yaitu: kertas lakmus atau pH indikator, gelas mineral,
sendok teh.
Bahan yang digunakan adalah air mineral, sampel sedimen (cara
mengambil sampel sedimen: ambil sedimen kering dari empat ujung dan
tengah-tengah lahan kita, campurkan secara merata, jemur beberapa jam
supaya kering. Ini bertujuan agar sedimen yang akan diukur pHnya
merupakan bagian yang rata dari lahan kita).
b. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Diambil sedikit sampel sedimen dan air mineral dengan perbandingan 1 :1.
2. Dimasukkan dalam gelas aqua.
3. Diaduk-aduk hingga benar-benar homogen (merata).
4. Dibiarkan beberapa menit hingga campuran air dan sedimen tadi memisah
(sedimennya mengendap).
5. Setelah airnya terlihat agak jernih masukkan ujung kertas lakmus atau pH
Indikator kedalam campuran tadi (sekitas 1 menit) tetapi jangan sampai
mengenai sedimennya.
20
6. Ditunggu beberapa saat sampai kertas lakmus atau pH indikator berubah
warnanya.
7. Setelah warnanya stabil, dicocokkan warna yang diperoleh oleh kertas
lakmus atau pH indikator tadi dengan bagan warna petunjuknya (Boyd,
1988).
3. Sifat Biologi Sedimen
3.1. Perhitungan Respirasi Mikrobia
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu botol respirator, labu Erlenmeyer, pipet, alat
titrasi (buret).
Bahan yang digunakan yaitu sampel sedimen yang telah diayak
menggunakan ayakan 0,05, NaOH, KOH 0,2 N, indicator fenol ftalein,
HCl 0,1 N, dan aquades.
b. Langkah Kerja
Langkah kerjanya yaitu:
1. Disediakan botor respirator.
2. Ditimbang masing-masing sedimen sebanyak 100 g.
3. Dimasukkan sedimen tersebut kedalam botol respirator.
4. Dirangkai alat respirator.
5. Disiapkan bahan KOH 0,2 N dalam erlemnyer, kemudian dimasukkan
selang kedalam erlemeyer (selang harus masuk ke dalam larutan).
6. Didiamkan selama 24 jam.
7. Ditambahkan indicator fenolftalein sebanyak 2 tetes.
8. Kemudian dititrasi menggunakan HCl 0,1 N.
9. Diukur dan dicatat berapa banyak HCl 0,1 N yang digunakan
(Iswandi A. 1989).
Parameter kualitas fisika-kimia-biologi sedimen skala Lab dilakukan di
Laboratorium Poltekes (Politeknik Kesehatan) Kampus B di Natar. Sampel
sedimen diambil pada lokasi pengamatan dengan plastik dan disimpan dalam
coolbox (stearfoam berisi es batu), agar sampel terjaga kualitasnya. Sampel
diambil sebanyak 4 kali dengan selang 1 minggu.
21
3.6. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif (metode survey)
serta mengevaluasi fenomena dan hubungan antara kondisi sedimen tambak dan
variabel yang akan diuji secara terpadu dalam penelitian Evaluasi Kualitas
Sedimen Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) di Desa Margasari, Labuhan
Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Analisis kesesuaian sedimen tambak
udang windu dilakukan dengan menitik beratkan berdasarkan kualitas sedimen
sesuai dengan yang dibudidayakan dengan menggunakan analisis metode
matching dan scoring.
3.7. Analisis Kesesuaian Sedimen untuk Budidaya Udang Windu
(Penaeus monodon)
Penggolongan analisis kesesuaian sedimen ini dapat dimasukan pada
beberapa kelas. Bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian sedimen tambak
untuk budidaya perikanan khususnya udang windu apakah dapat dievaluasi layak
atau sebaliknya. Analisis keruangan dengan melalui skoring dan faktor pembobot
matrik kesesuaian sedimen tambak yang tersusun berdasarkan matrik kesesuaian
sedimen. Hasil skoring dan pembobotan tersebut akan dievaluasi sehingga didapat
kelas kesesuaian yang diharapkan dapat menggambarkan tingkat kelayakannya.
Tingkat dari kesesuaian perairan menurut Trisakti (2003), dapat dibagi menjadi
empat kelas, yaitu:
1) Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly Suitable) Nilai 85-100%
Lokasi ini tidak memiliki pembatas yang serius untuk menerapkan suatu
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti
atau tidak memiliki pengaruh secara nyata terhadap penggunaannya dan tidak
akan menaikan masukan atau tingkat perlakuan yang diberikan.
2) Kelas S2: Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%
Lokasi ini memiliki pembatas yang agak serius untuk mempertahankan
tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas ini akan meningkatkan
masukan atau tingkat perlakuan yang diperlukan.
22
3) Kelas S3: Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%
Lokasi ini memiliki beberapa pembatas yang serius untuk mempertahankan
tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas akan lebih meningkatkan
masukan atau tingkatan perlakuan yang diperlukan.
4) Kelas N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Nilai < 65%
Lokasi ini memiliki pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Dengan melalui beberapa kajian pustaka dan pertimbangan teknis
budidaya dapatlah disusun matrik kesesuaian sedimen tambak, sehingga dapat
diketahui peubah syarat yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pemberian
bobot. Peubah yang dianggap penting dan dominan menjadi dasar yang kurang
dominan, sehingga untuk melihat keberadaan peubah diatas, maka akan didapat
hubungan antara beberapa peubah dominan yang sangat mungkin terjadi terhadap
peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang. Hubungan tersebut dapat
dianalisis mengunakan model matematika regresi berganda (multiple regression),
yaitu persamaan regresi dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen.
Standar acuan sedimen tambak dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
No. Variabel Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
1.
2.
Warna Sedimen
Tekstur Sedimen
Sedimen tambak yang memiliki warna gelap memiliki
banyak kandungan bahan organik, dalam hal ini yang
tergolong sedimen yang berwarna gelap yaitu Gley,
dengan nilai value 2,5-5 dan nilai chrome N, 10Y,
5GY, 10GY, 5G (Soepardi, 1979). Sedimen yang
mengandung bahan organik sangat cocok untuk
budidaya tambak udang karena bahan organik adalah
sumber energi bagi bakteri dan mikroba yang
menghasilkan nutrisi proses biokimia (Boyd. 1995).
Khusus untuk tambak udang windu (Penaeus
monodon) tekstur sedimen yang baik adalah yang
22
23
No.
3.
4.
Variabel
pH Sedimen
C-Organik
Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
bertekstur: liat, lempung berliat, lempung liat
berdebu, lempung berdebu, lempung, dan lempung
liat berpasir (Ilyas et al.,1987). Tekstur sedimen
tambak yang baik untuk budidaya udang windu
tradisional (ekstensif) dan semi-intensif yaitu lempung
liat berpasir dengan kandungan Pasir (%) Sangat Baik
>25-37, Baik >10-<25<2-10, Cukup Baik >37-<35<3
dan >2, Kurang Baik <10 dan >35. Liat (%) Sangat
Baik 37-70, Baik 3-<37, Cukup Baik >70-<80 dan
<3, Kurang Baik >80 dan <10 (Supratno dan Kasnadi,
2003).
Karthik et al., (2005) menyatakan secara umum bahwa
sedimen tambak dengan pH antara 6,5 dan 8,5
digolongkan sebagai slight yang berarti nilai pH
sedimen tambak tergolong baik. pH sedimen
optimum untuk udang windu berkisar antara 7,5 dan
8,3 (Ilyas et al., 1987; Poernomo, 1992). Nilai pH
untuk budidaya tambak udang windu yaitu: Sangat
Baik 7–8, Baik 6,5-<7, Cukup Baik 6-<6,5, Kurang
Baik <6 (Supratno dan Kasnadi, 2003).
Pendapat (Boyd, 1995), kandungan bahan organik
<8% tergolong baik untuk budidaya tambak.
Selanjutnya Mintardjo et al., (1984), menjelaskan
bahwa kandungan bahan organik (C-Organik) pada
tambak yang lebih dari 3,6% tingkat kesuburannya
tinggi sehingga baik untuk kegiatan budidaya di
tambak, jadi kandungan bahan organik yang baik
untuk sedimen tambak udang yaitu memiliki bahan
organik >3,6% dan <8%. Kandungan bahan organik
24
No.
5.
Variabel
Unsur Hara
(N,P,K)
Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
(C-Organik) (%) pada sedimen dasar tambak yang
tergolong Sangat Baik <6, Baik 6–8, Cukup Baik >8–
15, Kurang Baik >16 (Supratno dan Kasnadi, 2003).
Nutrisi sedimen tambak (N,P,K) Tiga unsur nutrisi
penting yang dibutuhkan di tambak budidaya adalah
nitrogen, phosfor (Boyd et al., (2002) dan kalium,
karena ketiganya merupakan pembatas bagi
pertumbuhan phytoplankton. Khusus nutrisi kalium
sangat rendah dibutuhkan oleh phytoplankton.
Nitrogen dan phosfor bisa ditambahkan melalui
penambahan pupuk, pupuk kandang, dan makanan.
Pupuk nitrogen bisa diperoleh dari jenis pupuk urea
atau ammonium. Jenis ini mudah sekali terhidrolisis
menjadi ammonium dan ammonium merupakan
nutrisi bagi phytoplankton. Standar optimum
kandungan N total pada sedimen tambak untuk
budidaya udang adalah 0,40-0,75% (BSN, 2009).
Kandungan Nitrogen pada sedimen dasar tambak yang
tergolong Baik >0,6%, Cukup Baik 0,3-0,6%, Kurang
Baik <0,3% (BSN, 2009). Kandungan pospor (mg/l)
pada sedimen tambak udang yang tergolong Baik
>0,3, Cukup Baik 0,05-0,3, Kurang Baik <0,05
(Poernomo, 1992). Nilai Kalium yang ideal untuk
sedimen tambak 0,5–1,0 mg/l (Poernomo, 1992;
Widigdo, 2002). Dengan kandungan Kalium (mg/l)
pada sedimen dasar tambak yang tergolong Baik
>0,75-1,0, Cukup Baik 0,5-0,75, Kurang Baik <0,5
(SNI, 2009). Fungsi utama Kalium (K) ini pada
tambak udang windu adalah untuk pembentukan
karbohidrat dan khlorofil bagi algae dasar. Kandungan
25
31
No.
6.
Variabel
Respirasi Mikrobia
Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
Kalium (K) dalam sedimen tambak dapat digunakan
untuk menduga produktivitas algae dasar di tambak
(Giap et al., 2005).
Dalam proses oksidasi secara biologis, bahan organik
dari limbah tambak yang terdiri dari komponen
karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain, akan
mengalami pemecahan oleh aktivitas mikroba (enzim)
yang merupakan aktivitas respirasi mikrobia dan
menghasilkan berbagai senyawa yang lebih sederhana.
Proses ini berlangsung dalam beberapa tahap, karena
tidak otomatis seluruh senyawa organik langsung
dapat diubah menjadi bentuk yang sederhana. Fukuda
(2000) menyatakan, reaksi oksidasi dari bakteri
melalui respirasi endogenous akan berjalan dalam 3
tahapan reaksi, yakni :
1. Oksidasi senyawa organik:
+ O
2. Sintesa materi sel: + +
Sel +
3. Oksidasi materi sel: Sel + + O
+
Dalam respirasi tersebut, sintesa materi sel merupakan
tahapan terpenting proses oksidasi senyawa organik
karena mikroba melepaskan ion nitrat kedalam air
setelah mengoksidasi ion amonium. Persamaan diatas
merupakan kunci keberhasilan proses penguraian
limbah organik secara biologis aerobik, karena
ketersediaan bahan organik dan amonia akan menjadi
faktor penentu perkembangan populasi mikroba
pengurai (sintesa sel). Bila selama proses penguraian
26
3.8 Penilaian untuk Lokasi Sedimen Tambak Udang Windu
(Penaeus monodon)
Sistem penilaian atau skoring dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan sedimen sebagai media budidaya udang windu, dapat disusun dengan
menggunakan matrik kesesuaian sedimen. Metode skoring digunakan untuk
pembobotan pada setiap parameter, dikarenakan setiap parameter memiliki
peranan yang berbeda dalam hal menunjang kehidupan suatu komoditas. Dalam
budidaya udang windu, pada parameter yang memiliki peran yang besar akan
mendapatkan nilai lebih besar dari parameter yang tidak memiliki dampak yang
besar (Kangkan, 2006).
Matrik kesesuaian sedimen disusun dengan sistem penilaian atau skoring
untuk mengetahui tingkat kelayakan sedimen sebagai budidaya udang windu yang
disajikan pada Tabel 5.
No.
Variabel
Standar Acuan Literatur Aspek Lingkungan Tambak
limbah organik tersebut terdapat nitrogen, maka akan
dioksidasi menjadi nitrit dan akhirnya membentuk
produk nitrat yang mempunyai bentuk stabil dan tidak
beracun. Jumlah respirasi mikrobia pada sedimen
tambak yang ideal untuk budidaya udang windu
(Penaeus monodon) yaitu 30,72 mgC/hari/100gr,
dengan jumlah mikroba yang banyak pada sedimen
tambak akan meningkatkan kesuburan sedimen
(Nagata et al., 2003). Proses respirasi mikrobia
(mgC/hari/100gr) pada sedimen dasar tambak yang
tergolong Baik >30,72, Cukup Baik 25-30,72, Kurang
Baik <25 (Ellis, 1992).
27
Tabel 5. Sistem Penilaian Kesesuaian Sedimen untuk Media Budidaya Udang
Windu (Penaeus monodon)
Variabel Kisaran Batas Nilai (A) Bobot
(B)
Skor
(A x B) Sumber
Warna
(Hue, Value,
Chroma)
2,5-5
5
(Sesuai)
2
10 (Soepardi,
1979)
(Boyd,
1995)
> 5,1-8 3 (Cukup
Sesuai) 6
0-2,4 dan
> 8,1 1
(Tidak
Sesuai) 2
Tekstur
Sedimen (%)
(Pasir)
25 – 37
5
(Sesuai)
3
15
(Ilyas et al.,
1987)
10 -24
dan 31-35 3
(Cukup
Sesuai) 9
0-10 dan
> 37 1
(Tidak
Sesuai) 3
(Liat)
37-70 5 (Sesuai)
3
15 (Supratno
dan
Kasnadi,
2003)
3 -36 dan
71 –79 3
(Cukup
Sesuai) 9
0-2 dan
>80 1
(Tidak
Sesuai) 3
pH 7-8
5
(Sesuai)
2
10
Karthik et
al., (2005)
(Ilyas et al.,
1987;
Poernomo,
1992)
(Supratno
dan
Kasnadi,
2003)
6-6,9 dan
8-8,5
3
(Cukup
Sesuai)
6
1-5,5 dan
9-14
1
(Tidak
Sesuai)
2
C-Organik
(%)
3,6 - 6
5
(Sesuai)
2
10
(Boyd,
1995)
(Mintardjo
et al.,
1984)
(Supratno
dan
Kasnadi,
2003)
3-3,5 dan
6,1– 15 3
(Cukup
Sesuai) 6
0-2,9 dan
>16
1
(Tidak
Sesuai)
2
28
Variabel
Unsur Hara:
Nitrogen
(%)
Kisaran
> 0,6%
5
(Sesuai)
Bobot
(B)
2
Skor
(A x B)
10
Sumber
Effendi,
2003; PP
No. 82
Tahun
2001
0,3-0,6%
3
(Cukup
Sesuai)
6
< 0,3%
1
(Tidak
Sesuai)
2
Pospor
(mg/l)
> 0,3
0,05-0,3
< 0,05
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
g (Tidak
Sesuai)
2
10
6
2
(BSN,
2009)
(Poernomo
, 1992)
Kalium
(mg/l)
> 0,75-1,0 5 (Sesuai)
2
10 (Poernomo
, 1992;
Widigdo,
2002)
0,5-0,75 3 (Cukup
Sesuai) 6
< 0,5 1 (Tidak
Sesuai) 2
Respirasi
Mikrobia
(mgC/hari
/100gr)
> 30,72 5 (Sesuai)
2
10 Basmi,
(2000) 25-30,72 3 (Cukup
Sesuai) 6
< 25 1 (Tidak
Sesuai) 2
TOTAL SKOR
MAKSIMAL 100
Keterangan:
1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu:
5 : Baik
3 : Sedang
1 : Kurang
2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh
variabel dominan
n
3. Skor adalah Σ = A X B i=1
Batas Nilai (A)
1
29
Tekstur sedimen (liat, pasir) merupakan syarat optimal yang harus
dipenuhi dalam mendukung budidaya udang windu. Variabel tersebut dibutuhkan
oleh biota supaya dapat hidup lebih optimal. Sedangkan Warna, pH, C-Organik,
Unsur Hara (Nitrogen, Pospor, dan Kalium) dan respirasi mikrobia merupakan
variabel pendukung kegiatan budidaya karena keberadaannya di sedimen tambak
tidak berhubungan langsung dengan kehidupan biota didalamnya. Variabel
tersebut mendapatkan bobot paling kecil. Untuk komoditas yang berbeda,
pembobotan pada setiap variabel juga berbeda.
Menurut Trisakti (2003), jumlah dari total skor dari hasil perkalian nilai
parameter dengan bobotnya selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas
kesesuaian lahan budidaya udang windu. Berdasarkan karakteristik kualitas
sedimen sehingga dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
Total skor
Total skoring = x 100%
Total Skor Maks
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian
sedimen seperti yang disajikan pada Tabel 6.
.
Tabel 6. Kisaran Nilai atau Skor Kesesuaian Sedimen Tambak
No Kisaran Nilai (%) Tingkat Kesesuaian Keterangan
1 85 – 100 S1 Sangat Sesuai
2 75 – 84 S2 Cukup Sesuai
3 65 – 74 S3 Sesuai Marginal
4 < 65 N Tidak Sesuai
(Sumber: Trisakti 2003)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Kualitas sedimen
tambak di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur tergolong sangat sesuai (S1) pada lokasi tambak ke 1 untuk budidaya
udang windu, adapun lokasi tambak ke 2 dan ke 3 tergolong cukup sesuai (S2)
untuk budidaya udang windu. Parameter yang memerlukan penanganan lebih
lanjut adalah kadar pH sedimen, C-Organik, nitrogen, kalium.
5.2. Saran
Pembudidaya tambak udang harus lebih memperhatikan kembali unsur
fisika, kimia, dan biologi sedimen tambak udang windu (Penaeus monodon) pada
lokasi tambak ke 2 dan ke 3. Parameter yang perlu diperhatikan dan memerlukan
penanganan lebih lanjut yaitu kadar pH sedimen, C-Organik, nitrogen, kalium,
sehingga udang yang dibudidayakan lebih berkualitas serta memiliki kandungan
nutrisi yang lebih baik sebagai komoditas konsumsi.
2
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1991. Teknik Pembuatan Tambak Udang. Kanisius,
Yogyakarta. 100 hlm.
Anas, Iswandi. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB, Bogor. 87 hlm.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2009. Produksi udang windu (Penaeus
monodon) di tambak dengan teknologi sederhana (4 Juli 2011).
Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Ilmu Pertanian Bogor.
Hlm 32-42.
Boyd, C. E. 1981. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Aubrn
University. Alabama. 561 pp.
Boyd, C. E. 1982. Water quality for pond fish culture. Elsevier Scientific
Publishing Company. Amsterdam. 312 p.
Boyd, C. E. 1988. Water Quality for Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agriculture Experiment Station, Alabama, USA. 280 p.
Boyd, C. E. 1995. Chemistry and Efficacy of Amendments Used to Treat Water
and Soil Quality Imbalances in Shrimp Penaeids. Proceeding of the
Aquaculture’ 95. World Aquaculture Society.San diego, California.
Boyd, C. E. 2003. Applying effluent standard to small-scale shrimp farm.
Aquaculture Certification Council: http://[email protected]. (12
Oktober 2007).
Boyd, C. E. and Queiroz, J. F. (2014). Therole and management of bottom soils
inaquaculture ponds. Info fish International, 2:22–28.
Boyd, C. E., Wood, C.W., & Thunjai, T., 2002. Aquaculture Pond Bottom Soil
Quality Management. Oregon State University,Corvallis, Oregon. 41 pp.
Buwono. 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola Intensif,
Kanisius. Yogyakarta. 100 hlm
Darmawijaya. 1990. Klasifikasi tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
diakses pada 12 Agustus 2014 pukul 06.27.
3
DKP. 2002. Kebijakaan dan Program Kerja Ditjen Perikanan Budidaya. Dep.
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius. 100 hlm.
Ellis MS. 1992. Oxygen, carbon, and sulfur cycling in the sediments of
hypereutrophic mesocosms (shrimp mariculture ponds). MSc thesis, Texas
A&M University, Texas. 152 pp.
Fukuda, R. 2000. Microbial Degradation of Proteinaceous Organic Matter in
Marine Environments. Desertation in University of Tokyo, Tokyo. 850 p.
Giap DH, Yi Y, Yakupitiyage A., 2005. GIS for land evaluation for shrimp
farming in Haiphong of Vietnam. Ocean and Coastal Management 48: 51-
63.
Hanafi, A and RB. Badayos. 1989. Evaluation of Brackish water Fish Pond
Productivity in Bulacan Province, Philipines. J. PBP 5. (1) : 66-76.
Hanafiah. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers. 56 hlm.
Hanafiah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 75 hlm.
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. 125 hlm.
Hardjowigeno. 1989. Ilmu Tanah. PT Media Tama Sapama. Jakarta. 73 hlm.
Ilyas, S., Cholik, F., Poernomo, A., Ismail, W.,Arifudin, R., Daulay, T., Ismail,
A.,Koesoemadinata, S., Rabegnatar, I N.S.,Soepriyadi, H., Suharto, H.H.,
Azwar, Z.I., & Ekowardoyo, S. 1987. Petunjuk Teknis bagi Pengoperasian
Unit Usaha Pembesaran Udang Windu. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Jakarta, 100 hlm.
Kangkan. A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. (Tesis yang dipublikasikan, Universitas
Diponegoro, 2006). 85 hlm.
Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.
120 hlm.
Kartasapoetra. 2002. Teknologi Konvesvasi Tanah dan Air. PT. Bina Aksara,
Jakarta. 85 hlm.
Karthik, M., Suri, J., Saharan, N. and Biradar, R.S. 2005. Brackish Water
Aquaculture Site Selection in Palghar Taluk, Thane district of
Maharashtra, India, Using the Techniques of Remote Sensing and
Geographical Information System. Aquacultural Engineering, 32: 285-302
Menon, R.G. 1973. Soil and Water Analysis: A Laboratory Manual for the
4
Analysis of Soil and Water. Proyek Survey O.K.T. Sumatera Selatan,
Palembang. 190 pp.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas
Pertanian Unsri. http://dasar2ilmutanah. blogspot. com.
Mintardjo, Anto, S, Utamingsih dan Hermania. 1984. Persayaratan Tanah dan
Air Untuk Tambak, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian.
43 hlm
Mintardjo, Anto, S, Utamingsih dan Hermania. 1984. Pedoman Budidaya
Tambak. Direktorat Jendral Perikanan. 160 hlm
Murtidjo. 2003. Benih Udang Windu Skala Kecil, Dalam Seri
Penangkapan, anisius, Yogyakarta. 60 hlm.
Nagata, T., B. Meon, and D. L. Kirchman. 2003. Microbial Degradation of
Organic Matter in Sea Water, Journal of Limnology and Oceanography,
48: 745-754.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktur Jendral Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 75 hlm
Pairunan. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM.
Pertanian IPB. Bogor. 60 hlm.
Poernomo, A. 1988. Pembuatan Tambak Udang di Indonesia. Seri Pengembangan
No. 7. Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros. 30 hlm.
Poernomo, A. 1989. Faktor lingkungan dominan pada budidaya udang intensif.
Dalam: Bittner, A. (Ed.), Budidaya Air. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
hlm. 66-120.
Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Dep. Petanian. Jakarta. 45 hlm.
Purnomo, A. 2015. Penurunan Produktifitas Udang Windu di Desa Sriminosari
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Lampung.
SNI 01-6487.8-2009. 2009. SNI Ikan Kerapu Tikus (Chomileptes altivelis) Bagian
8: Pendederan di Tambak. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Soepardi. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas. 70
hlm.
Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian Institut
Pertanian. 65 hlm.
Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri), Nova. Bandung. Hlm. 643-795.
5
Supratno. K.P, T dan Kasnadi. 2003. Peluang usaha Budidaya Alternatif dengan
Pembesaran Kerapu di Tambak Melalui Sistem Modular. Pelatihan
Budidaya Udang Windu Sistem Tertutup bagi Petani Kab.Tegal dan
Jepara-Jateng 19 Mei - 8 Juni 2003, di BBPBAP. Jepara. 78 hal.
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta. 78 hlm
Widigdo, B. 2002. Diperlukan Pembakuan Kriteria Eko-Biologis Untuk
Menentukan “Potensi Alami” Kawasan Pesisir Untuk Budidaya Udang.
Prosiding. Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu.
PKSPL-IPB. Bogor 21-26 Februari 2002.
Wirjodiharjo, S dan Kartasapoetra, A.G., 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka
Cipta. Jakarta. 43 hlm.