Download - ITS Undergraduate 12831 Paper
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
1/12
1
STUDI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) EMBALUT 2x25
MW DI DESA TANJUNG BATU, TENGGARONG SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR,
DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR
Yesaya Timotius Sinambela
Bidang Studi Teknik Sistem TenagaJurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh NovemberKampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111
Abstrak: Sejak Indonesia merdeka hinggatahun 2007, daya listrik di Indonesia hanya
mencapai kisaran 25.000 MW. Akibatnya,
pembangunan di Indonesia belum berjalan secaraoptimal disebabkan oleh krisis energi listrik.
Dalam mengantisipasi krisis ini pemerintah
mendorong terciptanya kerja sama antara
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan listrikswasta dalam pengadaan listrik. Bentuknya adalah
pembangunan pembangkit 10.000 MW yang
sedang berlangsung. Salah satu sumber energi yangmemiliki potensi sangat besar untuk kelistrikan di
Indonesia adalah tenaga uap dari pembakaranbatubara. Indonesia memiliki sumber batubara
sebanyak 104,76 miliar ton. Deposit terbanyak
adalah Sumatra (50,1 %) diikuti Kalimantan(49,6 %).
Kalimantan Timur adalah daerah yang
memiliki potensi penghasil batubara yang cukupbesar di Indonesia. Disamping itu daerah ini
mengalami pertumbuhan dari segi jumlah
penduduk dan dari segi perekonomian sehingga
menuntut perkembangan dan pertumbuhan di
sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukungkemajuan tersebut.
Oleh karena itu dibangun suatu pembangkit
baru yaitu PLTU Embalut yang dapatmemanfaatkan potensi batubara yang ada di daerah,
sehingga kebutuhan energi listrik khususnya di
Kalimantan Timur dapat terpenuhi dengan baik.
Pengembang PLTU Embalut adalah IndependentPower ProducerIPP (listrik swasta).
Kata kunci: energi listrik, batubara, listrik swasta,
PLTU Embalut, tarif ristrik regional
I. PENDAHULUAN
Kalimantan Timur adalah daerah yangmemiliki potensi penghasil batubara yang cukup
besar di Indonesia. Disamping itu daerah ini
mengalami pertumbuhan dari segi jumlah
penduduk dan dari segi perekonomian sehinggamenuntut perkembangan dan pertumbuhan di
sektor ketenagalistrikan agar dapat mendukung
kemajuan tersebut.
Jumlah pelangan PLN di Kaltim mencapai
430.000 orang dengan 11 area pelayanan.Diperkirakan, permintaan konsumsi listrik di
Kaltim naik 12 % pertahun. Sebanyak 120.000 atau28 % pelanggan dilayani oleh sistem Mahakam,
yaitu Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong.
Sementara beban yang harus dipenuhi 195 MegaWatt (MW) sedangkan kemampuan optimal hanya
175 MW. Jadi singkatnya, PLN defisit 25 MW
sehingga pemadaman tak dapat terhindari.Disebabkan oleh banyaknya pembangkit yang
sudah tua dan mengalami de-rating atau penurunan
daya, maka kapasitas daya mampu pembangkit
yang ada tidak maksimal. Dapat diasumsikankekurangan energi listrik di Kalimantan Timur
akan terjadi bila tidak ada pemecahanpermasalahan kelistrikan ini. Selain itu komposisi
pembangkit yang ada sekarang didominasi oleh
PLTD (diesel). Dengan komposisi seperti ini makaPLN Wilayah Kalimantan Timur menderita
kerugian yang cukup besar mengingat harga BBM
yang tinggi mengakibatkan harga biaya pokokpenyediaan (BPP) pun akan tinggi sedangkan harga
jual listrik sangat rendah.
Beberapa permasalahan yang mendapat
sorotan dalam pembahasan ini adalah :
1. Latar belakang di bangunnya PLTUEmbalut 2x25 MW di Desa Tanjung Batu,
Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur.
2. Pemanfaatan potensi hasil alam KalimantanTimur dalam hal ini batubara, sehingga bisa
memberikan manfaat secara langsung untuk
masyarakat khususnya berupa energi listrik.
3. Bagaimana kebutuhan listrik di KalimantanTimur dan kapasitas cadangan daya yang
terpasang dari pembangkit saat ini dan
tahun tahun mendatang.
4. Pengaruh operasional PLTU Embalut 2x25MW di Desa Tanjung Batu, TenggarongSeberang, Kalimantan Timur terhadap tarif
listrik regional Kalimantan Timur.
II. TEORI PENUNJANG
2.1. Bahan Bakar Batu BaraBatu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman
prasejarah yang berubah bentuk yang awalnya
berakumulasi di rawa dan lahan gambut.
Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama
dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagaipergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
2/12
2
yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat
dalam. Dengan penimbunan tersebut, material
tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang
tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalamiproses perubahan fisika dan kimiawi dan
mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan
kemudian batu bara.
Gambar 2.1 Batubara
2.2. Jenis Batu BaraBatu bara dibagi dalam berbagai kategori
dan sub kategori berdasarkan nilai panas
karbonnya, dimulai dengan lignit, yang kadar
karbon padatnya terendah, melalui berbagaitingkatan batu bara muda, batu bara sub-bituminus,batu bara bituminus, hingga kepada antrasit.
Gambar 2.2 Jenis-Jenis Batu Bara
Berikut ini suatu klasifikasi yang dipakai
oleh WEC (World Energy Conference) mengenaijenis-jenis dari bahan bakar padat.
Tabel 2.1
Batas-Batas Untuk Klasifikasi Bahan Bakar
Padat Menurut WECJenis bahan
bakar padat
Kadar air
(%) berat
Nilai panas
(kCal/kg)
GambutLignit
Batu bara sub-
bituminusBatu bara bituminus
dan
Antrasit
70-7535-40
1k 10
1k 3
-
1k 16004.500-4.600
5.700-6.400
1k 8.450
-
2.3. Proses terjadinya energi listrik
Pembakaran batu bara ini akanmenghasilkan uap dan gas buang yang panas. Gas
buang itu berfungsi juga untuk memanaskan pipa
boiler yang berada di atas lapisan mengambang.
Gas buang selanjutnya dialiri ke pembersih yang di
dalamnya terdapat alat pengendap abu setelah gas
itu bersih lalu dibuang ke udara melalui cerobong.
Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akanmenyebabkan turbin bergerak, tapi karena poros
turbin digandeng/dikopel dengan poros generator
akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkanpula gerakan generator sehingga dihasilkan energi
listrik. Uap itu kemudian dialiri ke kondensor
sehingga berubah menjadi air dan dengan bantuanpompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi.
Generator biasanya berukuran besar dengan
jumlah lebih dari satu unit dan dioperasikan secara
berlainan. Sedangkan generator ukuran menengah
didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masamanfaatnya akan terjadi 10.000 kali start-stop.
Berarti selama setahun dilakukan 250 x star-stop
maka umur pembangkit bisa mencapai 40 tahun.Bila daya generator meningkat maka kecepatannya
meningkat pula dan bila kecepatan kritikan dilaluimaka perlu dilakukan pengendalian porosgenerator supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu
konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi
perlu ditingkatkan. Boilernya menggunakan
sirkulasi alam dan menghasilkan uap dengan
tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu 5540C. PLTU ini
dilengkapi dengan presipitator elektro static yaitusuatu alat untuk mengendalikan partikel yang akan
keluar cerobong dan alat pengolahan abu batu bara.
Sedang uap yang sudah dipakai kemudiandidinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan
air yang dialirkan ke dalam boiler. Pada waktu
PLTU batubara beroperasi suhu pada kondensor
naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkankondensor menjadi panas. Sedang untuk
mendinginkan kondensor bisa digunakan air, tapi
harus dalam jumlah besar, hal inilah yang
menyebabkan PLTU dibangun dekat dengansumber air yang banyak seperti di tepi sungai atau
tepi pantai.
Bila pada PLTU batu bara tekanankondensornya turun, maka daya gunanya
meningkat. Biasanya tekanan kondensor
berhubungan langsung atau berbanding lurus
dengan besarnya suhu air pendingin yang berasaldari uap pada kondensor. Jadi bila suhu itu rendah,
maka tahanannya juga rendah dan pada suhuterendah akan dihasilkan/terjadi tekanan jenuh.
Karena air pendingin itu biasanya terdiri dari air
yang berasal dari uap turbin dan air berasal darilaut dan sungai. Akibatnya suhu terendah besarnya
sesuai dengan air yang digunakan sehingga tekananjenuh sulit diperoleh. Peningkatan daya guna bisa
dilakukan dengan pemanasan ulang dan
pembakaran batu bara yang kurang bermutu.
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
3/12
3
Gambar 2.3
Siklus kerja PLTU Modern
2.4. Metode Peramalan Kebutuhan Listrik
Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk
mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yangakan dating dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain dengan metode regresi dan metode
DKL 3. Metode regresi adalah suatu metodedengan menggunakan model matematik,
sedangkan metode DKL 3 merupakan metode
menghitung peramalan kebutuhan listrik tiappelanggan dengan memperhitungkan rasio
elektrifikasi tiap pelanggan. Metode tersebut palingbanyak digunakan oleh PLN.
2.5. Energi TerjualPerkiraan energi terjual PLN diperoleh
dengan menjumlahkan energi Rumah Tangga,
energi Komersil, energi Publik dan energi Industridengan rumus sebagai berikut :
ETSt= ERTt+ EKt+ EPt+ EIStdi mana :
ETSt = energi terjual PLN total pada tahun t
ERTt = energi terjual PLN sektor RumahTangga pada tahun t
EKt = energi terjual PLN sektor Komersil
pada tahun t
EPt = energi terjual PLN sektor Publikpada tahun t
EISt = energi terjual PLN sektor Industri
pada tahun t
2.6. Beban Puncak
Perkiraan beban puncak ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
BPt=
t
t
xLF
EP
8760
Dimana :BPt = Beban puncak pada tahun t
EPTt = Energi produksi pada tahun t
LFt = Faktor beban pada tahun t
2.7. Index Pembangunan Manusia (IPM)IPM merupakan indeks komposit yang
dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks
harapan hidup, indeks pendidikan (melek huruf dan
rata-rata lama sekolah) dan indeks standar hidup
layak.
III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN
DI KALIMANTAN TIMUR
3.1. Pembangkitan di Kalimantan Timur
Kebutuhan energi listrik di Propinsi
Kalimantan Timur, produksi listrik yangdibangkitkan oleh PT. (Persero) PLN di Propinsi
Kalimantan Timur tahun 2008 adalah 1.731,60
Gwh sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1. Darijumlah tersebut permintaan energi di Kalimantan
Timur adalah sebesar 1.546,51 Gwh. Dengan
demikian untuk keadaan sekarang ini Kalimantan
Timur memang masih mampu unuk memenuhikebutuhan energi pelanggannya. Akan tetapi
keadaannya tidak akan sama jika kebutuhan energi
dihitung keseluruhan dengan daftar tungguKalimantan Timur yang pada tahun 2008 tercatat
sebanyak 101.169 pelanggan atau 300.811,00 KVA.
Karena itu, perlu dipersiapkan pembangkit-pembangkit baru yang dapat membantu suplai
energi listrik di Kalimantan Timur.Daya terpasang pembangkit yang ada di
wilayah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah
Kalimantan Timur sampai tahun 2008 sebesar
414,63 MW dengan daya mampu 203,43 MW danbeban puncak 317,22 MW. Pembangkit
pembangkit ini terbagi ke dalam 4 bagian yaitu
pembangkit di Sektor Mahakam, Cabang Berau,Cabang Samarinda dan Cabang Balikpapan.
Sumber: PLN Wil. Kaltim 2009
Gambar 3.1
Komposisi Produksi Tenaga Listrik
Wil. Kaltim tahun 2008
Tabel 3.2
Data Pembangkit Gabungan di Kalimantan
Timur
No UraianTahun
2005 2006 2007 2008
1234
Daya Terpasang (MW)Daya Mampu (MW)Beban Puncak (MW)Capacity Factor (%)
297,61205,76250,71114,72
288,76201,63277,6058,98
414,43276,44241,4144,63
414,43203,43317,2245,46
Sumber: Statistik PLN 2008
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
4/12
4
Tabel 3.3
Kapasitas Terpasang (MW)
di Kalimantan TimurTahun PLTA PLTU PLTG PLTGU PLTD Jumlah
2000 0,20 - - 60,00 223,21 283,41
2001 0,20 - - 60,00 255,63 315,83
2002 0,20 - - 60,00 194,27 254,47
2003 0,20 - - 60,00 250,54 310,74
2004 0,20 - - 60,00 276,34 336,34
2005 0,22 - - 60,00 237,39 297,61
2006 0,22 - - 60,00 228,54 288,76
2007 - 14,00 20,00 60,00 320,43 414,43
2008 - 14,00 20,00 60,00 320,43 414,43
Sumber : Statistik PT.PLN 2008
3.4.5. Pelanggan di Kalimantan Timur
Secara umum dalam kurun waktu lima
tahun, pelanggan listrik di Kalimantan Timur
meningkat sebanyak 15,88%. Sedangkan secara
nasional, pelanggan di Indonesia meningkatsebanyak 20,81% dalam lima tahun. Berikut ini
adalah tabel mengenai jumlah pelanggan listrik dan
daya tersambung berdasarkan kelompok pelanggan
di Kalimantan Timur pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Jumlah Pelanggan Per Kelompok Pelanggan
di Kalimantan TimurTahun Rumah
TanggaIndustri Bisnis Sosial Gedung
Pemerin-
tahan
P.Jalan
Total
2000 337.632 2 48 21.496 6.222 2.0 37 963 368.598
2001 332.023 2 26 20.488 6.299 2.1 48 646 362.958
2002 312.482 2 04 18.042 5.934 1.5 78 963 339.203
2003 351.926 228 22.501 7.012 2.063 1.147 384.877
2004 378.435 231 24.338 7.667 2.184 1.258 414.113
2005 396.049 234 25.385 8.122 2.263 1.314 433.367
2006 400.173 239 25.505 8.598 2.365 1.415 438.295
2007 404.296 245 25.624 9.076 2.466 1.514 443.221
2008 406.143 244 25.847 9.636 2.608 1.538 446.016
Sumber: Statistik PLN 2008
Konsumsi energi listrik (energi yang terjual)di Propinsi Kalimantan Timur menunjukkan
pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya.
Hal ini disebabkan jumlah penduduk yangcenderung meningkat setiap tahunnya dan semakin
meningkatnya kemajuan daerah di propinsi
Kalimantan Timur. Sektor rumah tanggamerupakan sektor yang paling banyak
membutuhkan energi diikuti dengan sektor
komersil (bisnis), industri, penerangan jalan,
gedung pemerintah. Sedangkan di Indonesia secaratotal konsumsi energi listrik paling banyak terjadi
pada sektor rumah tangga yang diikuti sektorindustri dan bisnis dan sektor lainnya.
Hal ini terjadi karena di Kalimantan Timur
merupakan daerah perdagangan baru yang cukupramai terutama sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan angka kebutuhan barang dan
jasa. Hal ini relevan dengan semakin ramainyasektor pertambangan yang mengundang banyak
pendatang dari daerah lain. Untuk data energi
listrik terjual kelompok konsumen di Kalimantan
Timur dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Energi Listrik Terjual Kelompok Konsumen
(GWh) di Kalimantan TimurTahun Rumah
Tangga
Industri Bisnis Sosial Gedung
Pemerin-tahan
P.
Jalan
Total
2000 476,15 198,80 177,93 19,00 29,23 30,29 931,10
2001 484,47 187,65 179,64 19,18 28,33 31,30 930,56
2002 492,09 159,14 184,73 20,29 27,19 39,50 922,94
2003 550,51 170,23 221,94 23,90 31,31 40,74 1.038,64
2004 662,04 185,79 268,05 29,11 40,04 41,67 1.228,46
2005 720,33 169,17 293,74 33,19 42,56 48,04 1.307,03
2006 762,75 138,46 326,10 37,22 40,12 51,08 1.355,73
2007 808,20 129,60 352,48 41,71 41,97 52,81 1.435,71
2008 882,22 138,54 387,60 48,45 45,08 53,56 1.546,51
Sumber: Statistik PLN 2008
3.2. Permintaan Energi Listrik di Kalimantan
Timur dan di Indonesia
Permintaan energi listrik di Kalimantan
Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.Khususnya pada saat beban puncak terjadi
peningkatan permintaan konsumsi listrik yang
signifikan. Antara pukul 17.30-21.00 permintaan
energi listrik meningkat yang terkadang melebihi
kapasitas pembangkit, sehingga status cadangan
operasi tekadang mengalami defisit, dan memangdi sektor wilayah Kalimantan Timur pada tahun-
tahun sebelumnya untuk rata-rata mengalami
defisit, hal ini dikarenakan pembangkit yang ada
telah semakin tua dan mengalami de-ratingsehingga kapasitas daya kurang mampu melayani
permintaan yang ada. Daya mampu dan bebanpuncak Propinsi Kalimantan Timur dan Indonesia
disajikan pada Tabel 3.6. Sedangkan kondisi sistem
pada tanggal 18 Mei 2010 terlihat pada Gambar 3.7.
Tabel 3.6
Daya Mampu dan Beban Puncak Propinsi
Kalimantan TimurTahun Daya Mampu (MW) Beban Puncak
(MW)
2000 204,30 199,40
2001 193,00 177,30
2002 184,40 177,302003 192,1 213,60
2004 223,28 213,62
2005 205,76 250,71
2006 201,63 277,60
2007 276,44 241,41
2008 203,43 317,22Sumber : Statistik PT.PLN 2008
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
5/12
5
Sumber : PLN Wil. Kaltim 2010
Gambar 3.7
Kondisi Sistem, 18 Mei 2010
IV. ANALISA OPERASIONAL PLTU
EMBALUT 2x25 MW DI DESA TANJUNGBATU, TENGGARONG SEBERANG,
KALIMANTAN TIMUR
4.1. Analisa Potensi Energi di Kalimantan
Timur
Kegiatan pertambangan di KalimantanTimur mencakup pertambangan migas dan non-
migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan
gas alam merupakan hasil tambang yang sangat
besar pengaruhnya dalam perekonomian
Kalimantan Timur khususnya dan Indonesia padaumumnya, karena hingga kini kedua hasil tambang
terse but merupakan komoditi ekspor utama.
Sumber: Kaltim Dalam Angka 2009
Gambar 4.1
Produksi Batubara Kalimantan TimurTahun 2008
Perkembangan produksi batubara di
Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus
meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2008
produksi batubara mencapai 118.853.758 ton.Produksi pengilangan minyak untuk bahan
bakar minyak premium pada tahun 2008
mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya dari 13,14 juta barrel menjadi 14,97
juta barrel. Sedangkan produksi minyak tanah juga
mengalami peningkatan dari 14,51 juta barrel
menjadi 16,38 juta barrel.
Kegiatan pertambangan di Kabupaten KutaiKartanegara mencakup pertambangan migas dan
non migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi
dan gas alam merupakan hasil tambang yangsangat besar pengaruhnya dalam perekonomian
Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya, dan
Propinsi Kalimantan Timur pada umumnya, karenahingga kini kedua hasil tambang tersebut
merupakan komoditi ekspor utama. Perkembangan
produksi batubara misalnya, pada tahun 2008
produksinya mencapai 13.487.541 metric ton dari
90 (sembilan puluh) perusahaan tambang yangmemasukkan data pada Dinas Pertambangan.
Gambar 4.2
Letak Lokasi PLTU Embalut
4.2. Peramalan dengan Analisa Regresi
Berganda dan Metode DKL 3.01Terdapat perbedaan antara hasil proyeksi
dengan Analisa Regresi Berganda dan MetodeDKL 3.01. Namun secara umum trend kenaikan
kebutuhan energi listrik hingga tahun 2020
diperkirakan relatif serupa antara kedua metode ini.Secara lengkap proyeksi total kebutuhan atau
konsumsi energi listrik hingga tahun 2020
disajikan dalam bentuk Tabel 4.1 dan 4.2 berikutini.
PLTU Embalut
2 x 25 MW
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
6/12
6
Tabel 4.1
Proyeksi Analisa Regresi
Tahun
Energi terjual
(GWH)
Y
RT
X1
Bisnis
X2
Industri
X3
Publik
X4
2009 1.712,9 407.990 26.070 243 14.508
2010 1.802,0 409.837 26.293 242 15.234
2011 1.891,2 411.684 26.516 241 15.960
2012 1.980,3 413.531 26.739 240 16.686
2013 2.069,4 415.378 26.962 239 17.412
2014 2.158,5 417.225 27.185 238 18.138
2015 2.247,7 419.072 27.408 237 18.864
2016 2.336,8 420.919 27.631 236 19.590
2017 2.425,9 422.766 27.854 235 20.316
2018 2.515,0 424.613 28.077 234 21.042
2019 2.604,2 426.460 28.300 233 21.768
2020 2.693,3 428.307 28.523 232 22.494
Tabel 4.2
Proyeksi Metode DKL 3.01
Tahun RT Bisnis Publik Industri Total
t ERt EKt EPt EIt ETt
2009 890,87 425,97 158,42 148,23 1623,49
2010 899,87 468,14 170,61 158,59 1697,22
2011 908,96 514,49 183,75 169,68 1776,88
2012 918,15 565,42 197,90 181,54 1863,02
2013 927,43 621,40 213,14 194,24 1956,20
2014 936,80 682,92 229,55 207,82 2057,09
2015 946,26 750,53 247,23 222,35 2166,37
2016 955,83 824,83 266,26 237,90 2284,82
2017 965,48 906,49 286,76 254,53 2413,27
2018 975,24 996,23 308,84 272,33 2552,65
2019 985,10 1094,86 332,63 291,37 2703,95
2020 995,05 1203,25 358,24 311,74 2868,28
Dari hasil peramalan dengan metode regresilinier berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan
rata-rata konsumsi energi dalam kurun waktu 11
tahun sebesar 6,5 % per tahun, sedangkan dengan
metode DKL 3.01 laju pertumbuhannya rata-ratasebesar 4.3 % per tahun.
Gambar 4.3
Grafik Perbandingan Antara Regresi Linier
Berganda dengan DKL 3.01 (GWh)
4.3. Profil PLTU Embalut 2x25 MW
Nama Pembangkit : PLTU EMBALUT
Kapasitas Pembangkit : 2 x 31,25 MVADaya Terpasang : 2 x 25 MW
Kontrak Daya : 2 x 22,5 MW
Penyaluran Daya : Sistem MahakamJaringan Transmisi : 150 kV
Alamat Power Plant:Km 26 Desa Tanjung Batu
Kecamatan Tenggarong Seberang
Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Tabel 4.3
Luas Lahan PLTU Embalut
JENIS BANGUNAN LUAS (m2)
Boiler
Turbin Generator
Main Building
1.413
1.530
864TOTAL LUAS 3.807
4.3.1. Tahapan/ Kronologis Pembangunan
Power Plant PT. CFK di Tanjung Batu
Tenggarong Seberang:1. Pembebasan lahan seluas 200 Ha (tahun
2003)
2. Studi kelayakan (tahun 2003) olehkonsultan PT. Prima Layanan Nasional
Enjiniring (PLN Enjiniring), Survey
Pekerjaan Penyelidikan Tanah, Pemetaan
Topografi dan Bathymetri, Survey
Hidrologi, Meteorologi, dan PermodelanMatematis oleh konsultan PT. Diksa
Intertama.
3. Pengolahan lahan untuk tapak pabrikseluas 30 Ha, (tahun 2004 sampai
dengan 2005)
Land clearing
Fill (penimbunan)4. Peletakan batu pertama (tanggal 18
Agustus 2005)5. Pekerjaan sipil : phase 1 (tahun 2005
sampai dengan 2006), diikuti phase 2
(tahun 2007 sampai dengan 2008)
Pemancangan
Jetty
Main building
dan lain-lain6. Proses kedatangan mesin (tahun 2006)7. Erection (tahun 2007 sampai dengan
2008)
8. Trial and Run (tahun 2008)9. Unit #1 masuk system tanggal 31
Nopember 2008 sebesar 22,5 MW.
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
7/12
7
10. Unit #2 baru masuk system pada bulanMaret 2009 sebesar 22,5 MW.
4.3.2. Spesifikasi Komponen Utama (foto pada
Lampiran)
Mesin Utama, Merk, dan Negara Pembuat Mesin:
Boiler : Sichuan Boiler Factory - China
Turbin : Wuhan Steam Turbine Factory -China
Generator : Wuhan Generator Factory - China
Power House
Spesifikasi Generator (foto pada Lampiran)
Kapasitas Dasar : 2 x 31,25 MVA
Daya Terpasang : 2 x 25 MWFaktor Daya : 0,8 lag
Tegangan Dasar : 6,3 kV
Frekuensi Dasar : 50 Hz
Jumlah Fasa : 3Putaran Sinkron : 3000 putaran permenit
Metode Pendinginan : Udara Siklus TertutupKelas Isolasi : F dengan kenaikan
suhu kelas B
Jenis Eksitasi : Static atau Brushless
Spesifikasi Trafo Utama (foto pada
Lampiran)
Jenis Trafo : Pasangan luar
ruang, celup minyak
Jumlah fasa : 3Jumlah belitan : 2
Kapasitas dasar : 31,5 MVA
Tegangan : 6,3kV ke 150 kVHubungan : Ynd1, diketanahkan
secara solid
Pendinginan : ONAN/ONAF
Jumlah trafo : satu buah per unit
Spesifikasi Power Plant Boiler (foto pada
Lampiran)
Ambient Temperature : 300C
Relative Humidity Elevation : 85%Boiler Type & Model : Pulverized
Coal
Boiler Efficiency (Approx) : 92,41 %Main Fuel : Coal
Evaporation Capacity : 2 x 130
T/HTurbine Type : Non reheat
singlecylinder
Steam Flow : 117,5 ton/h
Steam Temperature : 4500CSteam Pressure : 3,82 Mpa
Gross Output : 2 x 25 MW
Auxilarry Power (Approx) : 1,3 MW
Net Plant Heat Rate : 2738,34 kcal/kwh
Spesifikasi Turbin Uap (foto pada
Lampiran)
Type : Single casing, non reheat, condensing,
extraction typePutaran : 3000 rpm.
Tekanan Uap : 3,43 Mpa
Temperatur Uap : 435oC
Kapasitas per unit : 25 MW (GrossOutput)
Turbin uap dipasok dengan uap
superheat dan beroperasi dengan 3 tahappemanas ulang (regenerative feed water
heating) yaitu 1 (satu) unit Low Preassure (LP),
1 unit Deaerator dan 1 unit High Pressure (HP)
Heater dimasukan ke dalam Deaerator.
Sedangkan pembuangan dari pemanasan lanjutLP Heater dimasukan kedalam kondensor.
Cerobong / ChimneyCerobong dibuat setinggi 80 m, dengan cara
ini partikel abu dan gas buang dapat terjadipengenceran diudara atau dapat meminimalkan
pencemaran udara. Penanggulangan gas NOx yangkeluar dari cerobong dengan pemasangan Low
NOx Burner (LNB). Coal burner yang digunakan
adalah tipe wall, opposed atau tangential firing,
yang mampu memenuhi konsentrasi emisi yang
diijinkan.Pada boiler plant dipasang electric
precipitator alat ini bekerja berdasarkan saling tarik
antara partikel bermuatan listrik dengan elektrodayang mempunyai polaritas berlawanan. Digunakan
untuk memisahkan partikel partikel dari gas
buang yang berukuran antara 0,05 200 m
dengan efisiensi cukup tinggi yaitu 80 99 %.
Sarana transportasi, pembongkaran dan
penyimpanan batubara
1. Coal Storage dan Ash DisposalDaerah penimbunan batubara terletak di
area proyek sebelah Utara seluas 33.900
m2 yang mempunyai kapasitaspenimbunan batubara sebesar 22.000 ton
sebagai dead storage (1 bulan) dan 10.800
ton sebagai life storage (2 minggu).
Untuk daerah penimbunan abu terletakbersebelahan dengan daerah penimbunan
batubara seluas 8.500 m2. Area proyek inidigunakan untuk jangka waktu 5 tahun
dengan asumsi ash content 8 %.
Sedangkan ketinggian abu diperkirakansebesar 6 meter maksimum.
2. Coal Unloading WharfDermaga berfungsi sebagai Equipment
Unloading dan Fuel/ Coal Unloading.
Mempunyai akses langsung ke coal
storage maupun laydown area.
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
8/12
8
3. Coal Conveyor
Proses Operasi
Dari coal storage batu bara diangkut dengan
belt conveyor menuju boiler house dan disimpan didalam coal silo. Untuk menghasilkan pembakaran
yang efisien, batu bara yang masuk ruang
pembakaran harus digiling terlebih dahulu hinggaberbentuk serbuk (pulverized coal). Penggilingan
batu bara menjadi serbuk dilakukan pulverizer
yang dikenal juga dengan nama bowl-mill.Pemasukan batu bara dari coal silo ke
pulverizer diatur dengan coal feeder, sehingga
jumlah batu bara yang masuk ke pulverizer bisa
diatur dari control room.
Batu bara yang sudah digiling menjadiserbuk ditiup dengan udara panas (primary air) dari
pulverizer menuju combustion burner melalui pipa-
pipa coal piping.Pada saat start up, pembakaran tidak
langsung dilakukan dengan batu bara, tetapimempergunakan bahan bakar minyak. Baru setelahbeban mencapai 10%-15% batu bara pelan-pelan
mulai masuk menggantikan minyak. Maka selain
coal piping, burner juga terhubung dengan oil pipe,
atomizing air dan scavanging air pipe yang
berfungsi untuk mensuplai BBM.
Pembakaran dalam combustion chamberberlangsung dengan didukung dengan sistem suplai
udara dan sitem pembuangan gas sisa pembakaran
yang dilakukan oleh Air and Flue Gas System.Sebelum dilepas ke udara bebas, gas buang
sisa pembakaran batu bara terlebih dahulu
melewati electrostatic precipitator untuk dikurangi
semaksimal mungkin kandungan debunya. Bagianterakhir dari flue gas system adalah stack/
chimney/ cerobong asap yang berfungsi untuk
membuang gas sisa pembakaran.
Gambar 4.4 Siklus Kerja PLTU Embalut
Air yang disuplai ke boiler, pertama kali
masuk ke economizer inlet header, terus
didistribusikan ke economizer elements,
berkumpul kembali di eco outlet header lalu
disalurkan ke steam drum.
Akibat pemanasan secara konveksi di
daerah furnace dan karena gaya gravitasi, air di
dalam steam drum air mengalami sirkulasi turun kewater wall lower header melalui pipa downcomers.
Dari waterwall lower header air kembali
mengalami sirkulasi karena panas, naik menujuwater wall upper header melalui tube-tube water
wall panel. Kemudian dari waterwall upper header
air dikembalikan ke steam drum melalui riser pipes.Sirkulasi ini berulang-ulang dan
menyebabkan air di water wall panel dan steam
drum sebagian berubah menjadi uap. Pada PLTU
Embalut, sirkulasi tersebut dibantu oleh Boiler
water Circulating Pump yang terpasang pada pipadowncomers bagian bawah.
Di dalam steam drum terdapat separator
yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air.Uap yang sudah dipisahkan tersebut, dari steam
drum disalurkan ke roof steam inlet header yangterhubung ke boiler roof panel. Boiler roof panelini yang membawa uap ke belakang menuju
backpass panel.
Dari backpass panel, uap disalurkan ke Low
Temperature Superheater (LTS) yang ada di dalam
backpass area, di atas economizer elements. dari
LTS uap disalurkan ke Intermediate TemperatureSuperheaters (ITS). Selanjutnya melalui pipa
superheater-desuperheater, uap dibawa ke High
Temperature Superheater (HTS) elements untukmenjalani proses pemanasan terakhir menjadi
superheated steam.
ITS dan HTS elements lokasinya berada di
dalam furnace (ruang pembakaran batu bara)bagian atas. Dari High Temperature Superheater
outlet header, superheated steam dengan
temperature 500-600 oC dan tekanan sangat tinggi
disalurkan ke steam turbine melalui pipa mainsteam. Superheated steam ini kemudian memutar
steam turbin yang dikopel dengan generator.
Generator akan mengubah energi mekanik menjadienergi listrik. Tegangan yang terbangkit adalah 6,3
KV. Lewat trafo step-up, tegangan akan dinaikkan
menjadi 150 KV, kemudian masuk ke saluran
transmisi.
4.4.
Analisa Perhitungan Efisiensi ThermalPLTU Embalut
Efisiensi thermal adalah efisiensi
berdasarkan nilai kalor bahan bakar. Efisiensithermal PLTU dilapangan lebih kecil daripada
hasil perhitungan dengan siklus kombinasi secarateoritis, karena analisa tersebut tidak
memperhitungkan berbagai alat tambahan yang
digunakan dalam PLTU.
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
9/12
9
Tabel 4.4
Perbandingan Nilai Kalor dan Efisiensi
Batubara
Nilai Kalor (kcal/kg) Efisiensi Thermal (%)
4000 29,60
4400 32,57
5300 39,23
Dari hasil perhitungan di Tabel 4.4 dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakin baik batubarayang digunakan (semakin tinggi nilai kalornya),
maka semakin baik pula efisiensinya. Efisiensiyang terbaik dicapai bila PLTU menggunakan
batubara dengan nilai kalor 5300 kcal/kg.
Akan tetapi yang terjadi pada keadaan
sebenarnya adalah batubara dengan nilai kalori
tinggi hampir tidak tersedia untuk pasar lokal.Batubara yang beredar di pasar lokal yaitu berkisar
pada nilai kalor 3900 4400 kcal/kg. Hal ini
terjadi akibat dari ekspor batubara yang
mengutamakan batubara kualitas tinggi. Hal inimenyisakan ironi karena pasar dalam negeri
maupun lokal Kalimantan Timur sendiri hanya
dapat memperoleh batubara kualitas rendah.Batubara kualitas rendah ini menurunkan efisiensi
pembangkit, lebih banyak kandungan airnya, dan
lebih banyak gas buangnya.
4.5.Kebutuhan Bahan Bakar
4.5.1. Batubara
Kalimantan Timur dengan kandungan
batubaranya yang berlimpah, khususnya wilayahKutai Kartanegara memiliki sumber daya alam
batu bara yang melimpah, kondisi ini memudahkan
untuk memenuhi pasokan bahan bakar utama untukPLTU Embalut ini. Pembangkit ini menggunakan
batubara jenis brown coal (lignite). Hanya saja,
kandungan air pada batubara coklat sangatlah
tinggi sehingga membuat efisiensi termal
pembangkit menjadi lebih rendah dibandingkan
pembangkit yang berbahan bakar antrasite (highrank coal). Hal ini disebabkan karena kandungan
air didalam batubara membutuhkan energi yang
tinggi untuk berubah fase menjadi uap, sehinggabanyak energy yang hanya digunakan untuk
menguapkan air dalam batubara dari pada energy
tersebut untuk digunakan menguapkan air di Boiler
dan untuk selanjutnya ditransfer untuk memutarturbin.
Tabel 4.5
Konsumsi Batubara
KapasitasKonsumsi/jam
(ton/jam)Konsumsi/hari
(ton/hari)Konsumsi/tahun
(ton/tahun)
225MW 30 720 262.800
Energi listrik per tahun dari PLTU:
Energi listrik = Kapasitas x Jam operasi x Faktor
kapasitas.. (4.1)
= 50 MW x 8760 jam/tahun x 0.85
= 372.300.000 kWh/tahun
Kebutuhan energi panas
Kebutuhan energi panas = Batu bara per tahun xLHV. (4.2)
= 262.800.000 kg/tahun x 4000 kcal/kg
= 1.051.200.000.000 kcal/tahun
Kebutuhan batubara untuk produksi 1 kwh= Konsumsi energi / Energi listrik
= 262.800.000 kg/tahun/ 372.300.000 kWh/tahun
= 0,7058 kg/kWh
Jika masa operasi PLTU 30 tahun, maka:
Jumlah batu bara yang dibutuhkan selama
operasi
= 262.800.000 kg/tahun x 30 tahun= 7.884.000.000 kg
Karena batu bara yang digunakan dipasok dari
daerah Kalimantan Timur sendiri, maka jika
dibandingkan dengan cadangan batu bara yang
dimiliki (data tahun 2008, RUKN 2008-2027)
maka:
Pemakaian batu bara untuk PLTU
= (7.884.000.000 / 40.195.570.000.000) x 100%
= 0,0196 %Jadi total pemakaian untuk PLTU berkisar
0,0196 % dari total batu bara yang terdapat di
Kalimantan Timur berdasarkan data tahun 2008.
Jika efisiensi thermal PLTU dapat ditingkatkan,maka pemakaian batu bara untuk PLTU akan lebih
sedikit lagi.
Dengan potensi batubara Kalimantan Timur
seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapatdipastikan realisasi pembangunan PLTU Embalut
tidak akan mengalami kesulitan dalam hal
penyediaan batu bara selama operasinya.
Tabel 4.6
Pemakaian Bahan Bakar PLTU Embalut
No. Perhitungan
PLTU
Batu bara
1 Energi listrik per tahun (KWh/tahun) 372.300.000
2 Kebutuhan energi kalor (Kcal/tahun) 1.051.200.000.000
3 Kebutuhan bahan bakar per tahun (kg) 262.800.000
4 Kebutuhan bahan bakar 25 tahun (kg) 5.947.500.000
5 Prosentase pemakaian bahan bakar daricadangan bahan bakar yang tersedia (%)
0,0196
Kebutuhan BatubaraDaerah Pemasok : Dondang, Kalimantan
Timur
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
10/12
10
Nilai Kalori : 4.000 ~ 5.300 Kcal/kg
Kebutuhan per Bulan : 22.000 Ton
Kebutuhan per Tahun : 299.290 Ton
Spesifikasi BatubaraCarbon : 56,90 %
Sulfur : 0,43 %
Ash : 10,58 % maxMoisture : 20,32 % max
Gross Calorie Value : 4.000 ~ 5.300 Kcal/kg
Max coal particle size : 25 mm
Supplier Batubara (saat ini)PT. Graha Panca Karsa
PT. Penta Multi Resources
4.5.2. Bahan bakar minyak
Bahan bakar minyak dalam hal ini HSD oildigunakan pada saat start-up PLTU batubara.
Sebelum menggunakan menggunakan batubara,
PLTU Embalut menggunakan pembakaran bahanbakar minyak terlebih dahulu saat mulai operasisetelah shut down. Lewat perhitungan, jumlah
bahan bakar minyak yang digunakan adalah
sebagai berikut pada Tabel 4.7. Sedangkankarakteristik bahan bakar HSD adalah seperti pada
tabel 4.8.
Tabel 4.7
Kebutuhan Bahan Bakar HSD
Bahan Bakar PLTU Embalut 2 x 25 MW
HSD 12.200 liter
Tabel 4.8
Karakteristik Bahan Bakar HSDKARAKTERISTIK MIN MAKSDensity 15 C Kg/m3 815 870
C.C.I or 45 -
Cetane number 48 -
Viscosity kinematic at 37,8 C CSt 1,6 5,8
Distillation, recovery at 300 C % Vol 40 -
Pour point C - 18
Total sulphur % wt - 0,5
Cu. Strip corrosion (3 hrs/100C) No. 1
Conradson carbon residu % wtOr (on 10 % Vol. Bottom) % wt
- 0,10,1
Water content % wt - 0,05
Sediment by extraction % wt - 0,01
Ash content % wt - 0,01
Strong acid number mg KOH/g Nil
Total acid number mg KOH/g - 0,6
Flash point P.M c.c C 60 -
Color ASTM - 3,0
4.6.Kebutuhan Air dan Pemanfaatannya
Pada dasarnya ada 2 jenis air yang
dibutuhkan PLTU Embalut. Yang pertama adalahdemineralized water (demin water) untuk
mensuplai boiler dalam memproduksi uap
penggerak turbin. Disebut demineralized waterkarena air tersebut sudah dihilangkan kandungan
mineralnya.
Yang kedua adalah raw water yang
diperlukan untuk pendingin (cooling water) bagi
mesin-mesin PLTU dan untuk dipergunakan
sebagai service water. Secara umum water
treatment sistem PLTU Embalut terdiri daridesalination plant untuk memproses air payau
menjadi raw water, demineralized plant untuk
memproduksi demin water dan tanki-tanki ataukolam penyimpanan air. Berikut adalah spesifikasi
air untuk boiler.
4.7.Kemampuan Daya Beli Masyarakat
Masyarakat Kalimantan Timur pada tahun
2008 rata-rata mengkonsumsi listrik sebesar 5%-
10%, sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah
4 orang, dengan pengeluaran riil perkapitapenduduk Kalimantan Timur Rp.585.060, jika
diasumsikan setiap penduduk propinsi Kalimantan
Timur mengeluarkan dana sebesar 10% untukmembayar listrik, maka dari pengeluaran riil untuk
membayar listrik dibutuhkan Rp.58.510 setiapbulannya, sehingga kemampuan daya belimasyarakat Kalimantan Timur berdasarkan
perhitungan adalah sebesar Rp.234.040 per bulan,
maka dapat diketahui rata-rata pemakaian dayanya
sebesar 900 VA.
Tabel 4.9
Pengeluaran Riil Perkapita dan Pengeluaran
Biaya Listrik Masyarakat Kalimantan Timur
No.
Pengeluaran
Riil per
Kapita (Rp)
Pengeluaran
BiayaListrik
(Rp)
Pengeluaran
BiayaListrikper Keluarga
(Rp)
1 585.060 58.510 234.040
Sehingga dapat menghitung daya beli
masyarakat Propinsi Kalimantan Timur adalah
sebagai berikut:
Daya1 (P) = 900 x Cos
= 900 x 0,8= 0,72 kW
Daya2(P) = 450 x Cos = 450 x 0,8
= 0,36 kW
Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulandengan cara:
kWh/Bulan 1
= kW x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas
= 0,72 x 30 x 24 x 0,85
= 440,64 kWh/Bulan
kWh/Bulan 2
= kW x 1 bulan x 24 jam x faktor kapasitas= 0,36 x 30 x 24 x 0,85
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
11/12
11
= 220,32 kWh/Bulan
Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 900
VA = Rp 20.000.00 dan 450 VA = Rp 11.000,00
Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWhBlok II 60 kwh, pemakaian 30-60 KWh
Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh
Tabel 4.10
Harga Jual ListrikDaerah RT Ind Bisnis Sosial Pem. Publik Total
Kaltim 579,26 691,61 901,21 603,73 922,29 636,64 682,12
Jawa 587,60 629,10 862,48 579,75 800,44 660,70 650,39
LuarJawa
584,83 643,02 837,98 585,30 913,83 611,77 664,88
Indonesia 588,01 622,04 850,56 580,89 847,15 665,11 653,00
Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumahtangga sebesar Rp.579,26 Maka:
Daya beli 1 = (440,64 x Rp 579,26/kWh) + 20.000
= Rp. 275.245,-
Daya beli 2 = (220,32 x Rp 579,26/kWh) + 11.000= Rp. 138.622,-
Perbandingan antara daya beli Listrik
dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk
keperluan listrik
= Rp. 492,54/kWh
= Rp. 977,98/kWh
4.8. Analisa Perhitungan Harga Pokok
Penyediaan Setelah Operasional PLTU
BPP Tenaga Listrik Sebelum OperasionalPLTU Embalut 2x25 MW dan masih
mendapatkan subsidiBerdasarkan UU No. 5Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 685,59.
BPP Tenaga Listrik Setelah OperasionalPLTU Embalut 2x25 MW tanpa subsididari
pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009Untuk menentukan harga jual yang baru
adalah sebesar Rp. 1.829.27
4.9.
Analisa Perhitungan Harga Jual perKelompok Konsumen Setelah PLTU
Embalut Beroperasi
Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk
menentukan harga jual yang baru maka di tentukandengan BPP baru daerah Kalimantan Timur yang
dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari
pemerintah, yaitu BPP sebesar 80% dari Rp.
2.286.59 yaitu Rp.1.829,27. Penentuan harga jual
daerah Kalimantan Timur dapat di tentukan dengan
rumus :
BPPbaruTotal
Persektor=persektorHJ
Dari rumus di atas maka pengaruh harga juallistrik per kelompok konsumen saat beroperasinya
PLTP Embalut 150 MW dengan BPP baru di
Propinsi Kalimantan Timur dapat Di lihat pada
Tabel 4.22.
Tabel 4.11
Harga Jual Listrik Baru di Kalimantan Timur
setelah PLTU Embalut Beroperasi Tanpa
Subsidi (Rp./kWh)
Sektor
UU No.
5
Th. 1985
Statistik
2008
BPP
Th.
2008
Kemampuan
Daya Beli
Masyarakat
UU No. 30 Th. 2009
Harga Jual Tanpa Subsidi
BPP Harga Jual
RumahTangga
579,26
Rp.685,59
1. Rp. 492,54/
kWh2. Rp.977,98/kWh
Rp.1829,27
Rp. 1.553,42
Industri 691,61 Rp. 1.854,71
Bisnis 901,21 Rp. 2.404,58Sosial 603,73 Rp. 1.610,85
Pemerintah 922,29 Rp. 2.360,82
P Jalan 636,44 Rp. 1.698,12
Total 682,12 Rp. 1.820,01
Sesuai dari Tabel 4.11 harga jual listrik
persektor Propinsi Kalimantan Timur yang tanpasubsidi sesuai Undang-Undang No.30 tahun 2009,
masih lebih tinggi dari daya beli masyarakat
Kalimantan Timur. Hal ini harus segera
mendapatkan penanganan. Salah satunya adalah
membangun lebih banyak pembangkit berkapasitasbesar dengan biaya pembangkitan rendah.
Sayangnya, potensi energi baru dan terbarukan di
Propinsi Kalimantan Timur masih sangat rendah.Tidak banyak pemanfaatan potensi tenaga air untuk
pembangkitan tenaga listrik. Selain itu hingga saat
ini belum ada potensi panas bumi yang terbukti diwilayah Kalimantan Timur. Ini jelas terlihat dari
tidak adanya gunung berapi aktif dan daerah
Kalimantan Timur memang tidak berada di jalur
sirkum Pasifik maupun Mediterania.
Untuk saat ini pembangkit yang palingsesuai dengan potensi daerah Kalimantan Timur
adalah PLTU batubara. Dengan merealisasikan
program pemerintah Tahap II sebesar 12.000 MWdengan kapasitas total 11.144 MW berdasarkan
kajian pemerintah mengenai Skenario Energi MixNasional dalam jangka waktu tertentu (2005-
2025), yang tertuang dalam Kebijakan EnergiNasional (KEN) maka diharapkan agar kebutuhan
konsumsi listrik di Kalimantan Timur dapat segera
terpenuhi dalam tahun-tahun mendatang. Dengan
PLTU yang biaya operasinya rendah maka akan
menurunkan BPP Pembangkitan Kalimantan Timur,sehingga harga jual listrik tercapai oleh daya beli
masyarakat.
-
7/25/2019 ITS Undergraduate 12831 Paper
12/12
12
Solusi dalam jangka waktu pendek adalah
konversi bahan bakar PLTD existing. Konversi
bahan bakar ini dilakukan dengan mengubah bahan
bakar dari High Speed Diesel oil (HSD) yang
mencapai kisaran harga Rp. 6.000,-/ liter menjadiMarine Fuel Oil (MFO)minyak bakar yang
harganya di kisaran Rp.3.890,-/ liter.
BAB V
KESIMPULAN
1. Latar belakang pembangunan PLTU Embalut2x25 MW adalah sebagai antisipasi terhadap
krisis energi listrik di Propinsi KalimantanTimur khususnya pada sistem pembangkitan
Mahakam. Pada tahun 2008 tercatat beban
puncak 317,22 MW sedangkan daya mampu
sebesar 203,43 MW. Sehingga defisit saat itusebesar 113,79 MW. Krisis ini terjadi akibat
keadaan sistem Mahakam yang sebagian
besar bertumpu pada PLTD yang berumur tua
dan mengalami de-rating. Persentase PLTD
pada sistem Mahakam adalah 70 %.2. Potensi hasil alam Kalimantan Timur
khususnya batubara belum sepenuhnya dapat
dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terkaitkebijaksanaan pemerintah untuk mengekspor
batubara kualitas tinggi ke luar negeri.
Batubara dengan kualitas tinggi yaitu antrasit
yang bernilai kalor mulai dari 5300kcal/kg keatas. Sedangkan batubara untuk kebutuhan
dalam negeri menggunakan kualitas rendah.
Batubara kualitas rendah tersebut adalah jenis
brown coal (lignit) yang bernilai kalor 4400kcal/kg ke bawah. Dari angka produksi,
besarnya nilai ekspor mencapai besaran lebih
kurang 80 %; hampir semua batubara kualitastinggi. Untuk pembangkit tenaga listrik,
batubara kualitas rendah akan membawa
pengaruh kepada rendahnya efisiensi PLTU
batubara.3. Pada tahun 2008, pertumbuhan energi listrik
Kalimantan Timur sebesar 7,71% per tahun
dan Ratio Elektrifikasi 57,84 % dan beban
puncak di Propinsi Kalimantan Timur pada
tahun 2005 dan sebelumnya rata-rata
mengalami defisit energi. Berdasarkanperamalan untuk tahun-tahun mendatang,
Propinsi Kalimantan Timur juga mengalamidefisit energi dimana beban puncak pada
tahun 2020 diperkirakan mencapai angka
660,16 MW.
4. Dalam perhitungan harga jual listrik barutanpa subsidi setelah operasional PLTU
Embalut 2x25 MW berjalan, didapatkan nilai
yang baru. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sesuai UU No.30 Tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan, harga jual listrik tanpa
subsidi adalah: untuk Rumah tangga sebesar
Rp. 1.553,42, Industri sebesar Rp. 1.854,71,Bisnis sebesar Rp. 2.404,58, Sosial sebesar
Rp. 1.610,85, Pemerintah sebesar Rp.
2.360,82, Penerangan Jalan sebesar Rp.
1.698,12, dan Total sebesar Rp. 1.820,01.
DAFTAR PUSTAKA1. Djiteng Marsudi Ir, 2005, Pembangkitan
Energi Listrik, Erlangga, Jakarta.
2. Djoko Santoso Ir, 2006, PembangkitanTenaga Listrik, Diktat Kuliah, Teknik
Elektro ITS, Surabaya
3. Syariffuddin, Mahmudsyah, 2010, Hand OutKuliah Pembangkit dan Manajemen Energi
Listrik, Surabaya.
4. Statistik PLN 2007, Jakarta.
5. Statistik PLN 2008, Jakarta.6. Biro Pusat Statistik, Kalimantan Timur DalamAngka 2009, Samarinda, 2009.
7. Biro Pusat Statistik, Kutai Kartanegara DalamAngka 2009, Tenggarong, 2009.
8. Perencanaan Sektor Industri PengolahanSumber Daya Lokal, BAPPEDA Propinsi
Kalimantan Timur, 2008, Samarinda.9. PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan
Timur, Data Jumlah Pelanggan dan Energi
Terjual, Desember 2007.
10. PT. Cahaya Fajar Kaltim, Upaya PengelolaanLingkungan dan Upaya PemantauanLingkungan PLTU Kalimantan Timur,
Tanjung Batu 2003.
11. ,http://www.kaltim.go.id12. ,http://www.pln-wilkaltim.co.id13. ,http://www.wikipedia.org.
Yesaya Timotius Sinambeladilahirkan di Samarinda padatanggal 26 Maret 1987. Padatahun 2004 penulis lulus dari
SMA Negeri 2 Surabaya,kemudian melanjutkan studi di D3Elektro Industri, InstitutTeknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya. Setelah lulusstudi D3 dari ITS pada tahun 2007, penulis melanjutkankuliah di kampus yang sama pada program Lintas JalurS1 di Jurusan Teknik Elektro bidang studi Teknik
Sistem Tenaga. Alamat e-mail penulis [email protected] / [email protected]