Pengaruh Aktivitas Bisnis Internasional dan Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Foreign Exchange Risk sebagai Variabel Moderating
Hanif Mauludin1
STIE Malangkucecwara
Abstract. This study aims to determine the effect of variable international business activities and debt policy to firm value with foreign exchange risk as a moderating variable. The data used in this analysis is the secondary data obtained with the documentation of accounting data and financial statements of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) Years 2008 to 2010. Methods of analysis used to answer the research hypotheses is the analysis of moderate regression analysis (MRA). Based on the results of testing the first hypothesis suggests that the variable of international business activity, debt policy, and foreign exchange risk to simultaneously have a significant effect on firm value. Based on the results of testing the second hypothesis suggests that the foreign exchange risk is not a moderating variable that may strengthen or weaken the independent variable. Keywords: international business activity, debt policy, and foreign exchange risk, value firm, moderating regression analysis
PENDAHULUAN
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham.1996). Namun pihak manajemen
atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan
utama tersebut, sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Nilai perusahaan biasanya dilihat dari harga saham. Kenaikan harga saham per tahunnya
merupakan dampak dari perubahan kinerja keuangan perusahaan. Adanya hubungan yang
signifikan antara harga saham dengan kinerja keuangan menjadikan perusahaan semakin
bersemangat untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui banyak cara, baik dari internal
maupun eksternal perusahaan. Faktor fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
perusahaan, misalnya adanya pemogokan, tuntutan pihak lain, penelitian yang tidak berhasil,
kinerja perusahaan (tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, leverage, deviden, asset growth,
ukuran perusahaan, dan lain-lain). Sedang faktor ekonomi yaitu faktor-faktor yang berasal dari
1 Korespondensi:
Email:[email protected] Telp. 0341 7305250 Alamat rumah: simpang wijaya 9 singosari malang
luar perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs, perubahan
GDP, dan lain-lain.
Dari semua faktor yang disebutkan diatas, peran aktivitas bisnis dalam perusahaan
sangatlah penting. Salah satu faktor yang timbul dalam aktivitas bisnis terutama bisnis
internasional dilihat dari segi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Secara tidak langsung ketika biaya yang dibutuhkan dalam aktivitas perdagangan lebih rendah,
perusahaan akan memaksimalkan faktor produksi lewat perdagangan berbasis dua negara atau
yang sering kita kenal dengan nama bisnis internasional. Dengan pertimbangan biaya yang
dikeluarkan secara otomatis perusahaan akan lebih sejahtera, karena laba yang akan didapat
semakin tinggi. Dari proporsi laba yang didapatkan setiap tahun, maka dapat dilihat bahwa
tingkat kepercayaan masyarakat akan suatu produk sangatlah tinggi, dan semua itu juga akan
berdampak positif terhadap nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan.
Selain itu aktivitas bisnis juga dapat dilihat hubungannya melalui jenis resiko perusahaan.
dalam setiap bisnis resiko selalu menyajikan hal yang bertolak belakang dengan keinginan para
pemegang saham maupun direksi perusahaan untuk memperoleh kesejahteraan. Untuk
perusahaan yang berbasis internasional, resiko yang paling berpengaruh adalah resiko pasar,
dimana resiko tersebut terjadi ketika ketidakpastian nilai perusahaan atau arus kas yang
dihubungkan dengan perubahan atau pergerakan nilai sumber-sumber risiko yang mendasari.
Sumber-sumber resiko yang mempengaruhi perusahaan antara lain perubahan tingkat suku
bunga, nilai kurs mata uang asing (foreign exchange rate), harga saham dan harga-harga
komoditas.
Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi
dan tanggal penyelesaian pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika
nilai kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat
perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi keputusan seorang
investor dalam berinvestasi. Permintaan terhadap saham menjadi turun dan risiko saham
meningkat. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi, seorang investor tentu akan
menanamkan modalnya pada perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Kinerja yang
baik menunjukkan bahwa perusahaan dapat meningkatkan kekayaaan bagi pemegang
sahamnya. Artinya, perusahaan berhasil memberikan tingkat pengembalian sebagaimana yang
diharapkan oleh investor, yang berupa capital gain atau deviden.
Adanya hubungan yang negatif antara resiko dengan kemakmuran perusahaan
membuat semua perusahaan melakukan hedging untuk mengendalikan atau bahkan
menghilangkan resiko. Karena dampak yang ditimbulkan dari resiko itu sendiri terutama untuk
aktivitas berbasis internasional sangatlah berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang
tercermin dalam transaction exposure perusahaan. Menurut Levi (1996) foreign exchange risk
diukur melalui varians asset, kewajiban, atau pendapatan operasional dalam mata uang
domestic yang melekat akibat perubahan nilai kurs mata uang asing.
Pada tingkat risiko tinggi perusahaan mengurangi kuantitas penggunaan hutang,
pengurangan penggunaan utang dilakukan untuk menghindari finansial distress. Ini juga
mendorong para direksi perusahaan memaksimalkan instrument hutang untuk aktivitas
pendanaan perusahaan. apalagi dalam aktivitas perdagangan internasional jumlah pendanaan
yang dibutuhkan sangatlah besar. IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) mendefinisikan kewajiban
atau hutang sebagai berikut (Standar Akuntansi Keuangan. 2007), kewajiban merupakan
hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus kas keluar dari sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi. Dari definisi tersebut bahwa perusahaan akan memperoleh manfaat atas penggunaan
hutang. Indikator manfaat penggunaan hutang tersebut dapat dilihat dari jumlah dana yang
dapat digunakan untuk melakukan optimalisasi kinerja dan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang tercermin dalam kemakmuran pemegang saham maupun perusahaan itu
sendiri.
Dari paparan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengajukan penelitian untuk
mengetahui lebih dalam hubungan antara variabel aktivitas bisnis, resiko, dan kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan yang akan disimbolkan dari harga saham beredar di pasar.
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan untuk diteliti adalah:
“Bagaimana pengaruh kebijakan hutang, resiko dan aktivitas bisnis terhadap nilai perusahaan.”.
Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh aktivitas bisnis,
kebijakan hutang, dan resiko terhadap nilai perusahaan. Juga untuk mengetahui apakah
variabel resiko merupakan variabel moderating yang dapat mempengaruhi hubungan antara
variabel aktivitas bisnis terhadap nilai perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Praktek Bisnis Internasional
Sebuah Perusahaan menjalankan berbagai aktivitas untuk menyediakan produk dan
jasa yang dapat dijual dan menghasilkan pengembalian investasi yang memuaskan. Laporan
keuangan perusahaan berikut pengungkapannya menginformasikan empat aktivitas utama
perusahaan: perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi. Masing-masing aktivitas bisnis
utama ini penting untuk dipahami sebelum kita dapat menganalisis laporan keuangan
perusahaan secara efektif.
Bisnis internasional adalah bisnis yang kegiatannya melewati batas -batas Negara.
Dalam bisnis internasional dikenal berbagai komponen dimulai dengan adanya perdagangan
sebagai simbol media pertukaran barang, resiko, sampai dengan metode transaksi yang
melibatkan mata uang asing.
Perdagangan internasional adalah aktivitas penukaran barang dan jasa yang
dilaksanakan antara dua negara atau lebih, yaitu dalam bentuk kegiatan ekspor dan impor.
Ekspor merupakan kegiatan pengiriman atau penjualan barang dan jasa ke luar negeri dan
impor merupakan kegiatan mendatangkan atau membeli barang dan jasa dari luar negeri.
Menurut McCulloh (2000) perdagangan intensional adalah :“Perdagangan internasional terjadi
karena negara-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar factor
produksi mereka yang berlimpah dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah
faktor produksi mereka yang langkah.” Sedangkan menurut Madura (2000) perdagangan
internasional adalah pendekatan konservatif yang digunakan pasar luar negeri untuk penetrasi
pasar luar negeri (dengan mengeskpor) dan untuk mendapatkan bahan baku berharga murah
(dengan mengimpor). Mekanisme yang terjadi dalam perdagangan internasional yaitu adanya
penyerahan barang dan pembayaran yang dilakukan oleh dua negara. Dalam pembayarannya
dapat dilakukan dengan cara tunai ataupun menggunakan instrument hutang. Levi (2001)
bahwa keuntungan perdagangan internasional dan keutungan komparatif sebagai berikut :
“manfaat utama perdagangan internasional adalah untuk meningkatkan kemakmuran, yaitu
dengan memberi kesempatan kepada setiap negara untuk mengkhusukan diri dalam
memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien. Efisiensi relatif pada suatu negara dalam
memproduksi barang tertentu dapat diseleseikan dalam jumlah produk alternatif lain yang dapat
diproduksi dengan input yang sama. Bila ditinjau dari pengertian ini, efisiensi relatif
digambarkan sebagai keuanggulan komparatif. Semua negara secara bersama-sama dapat
memperoleh keutungan dari eksploitasi keutungan komparatifnya, juga dari skala produksi yang
lebih besar dan pilihan produk yang lebih seragam yang semuanya dimungkinkan oleh
perdagangan internasional”.
Kebutuhan akan sumber daya baik langsung maupun tak langsung menjadikan praktik
perdagangan internasional sangat diminati oleh banyak perusahaan. Apalagi di zaman yang
sudah berkembang ini. Adapun faktor-faktor yang mendorong perdagangan internasional antara
lain : perbedaan tingkat kelangkaan (scarcity), tingkat kemajuan komunikasi dan keuntungan
dari spesialisasi produksi.
Aktivitas perdagangan internasional sangat identik dengan kegiatan ekspor maupun
impor. Sangat menarik untuk dicermati bahwa praktek ekspor dan impor juga dapat dijadikan
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan multinasional. Ada beberapa faktor yang
menjadi dasar semakin maraknya kegiatan ekspor, antara lain : Untuk melayani pasar dimana
perusahaan tidak memiliki fasilitas produksi atau pabrik local tidak memproduksi bauran produk
lengkap perusahaan, untuk tetap kompetitif di pasar dalam negeri, untuk mencoba pasar-pasar
di luar negeri dan persaingan luar negeri dengan biaya yang lebih murah dan untuk memenuhi
permintaan pelanggan yang aktual atau prospektif agar perusahaan itu mengekspor.
Memasuki pasar dunia internasional memang tidak mudah. Ada berbagai sarana dan prasarana
yang harus dipenuhi untuk menembus batas perdagangan antar Negara. Salah satu kegiatan
yang menghubungkan aktivitas bisnis beda Negara adalah ekspor. Dari beberapa gambaran
diatas sebenarnya ada dua cara utama untuk memasok pasar luar negeri yakni (1) mengekspor
ke pasar luar negeri dan (2) memproduksinya. Kebanyakan pelaku usaha memulai
keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan mengekspor, yaitu menjual beberapa produksi
regular mereka di luar negeri. Metode ini memerlukan sedikit investasi dan relatif bebas resiko.
Ekspor merupakan cara yang paling bagus untuk memperoleh rasa bisnis internasional
tanpa mengikat suatu sumber daya manusia atau keuangan dengan jumlah besar. Manajemen
mempunyai dua opsi untuk melakukan ekspor yakni mengekspor secara langsung dan tidak
langsung. Mengekspor secara tidak langsung lebih sederhana dari pada mengekspor secara
langsung karena tidak memerlukan keahlian maupun penanaman uang tunai sebagai modal
yang besar. Dari sedikit gambaran diatas sangatlah menarik apabila kita mengamati apakah
aktivitas bisnis berpengaruh positif dengan kinerja keuangan.
Debt policy sebagai faktor leverage keuangan perusahaan
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) mendefinisikan kewajiban atau hutang sebagai berikut
(Standar Akuntansi Keuangan. 2007), kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus kas
keluar dari sumberdaya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Menurut Keiso dan
Weygandt (1995) definisi hutang merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan dari
manfaat ekonomi yang timbul dari kewajiban sekarang dari kesatuan tertentu untuk mentransfer
aktiva atau jasa produktif kekesatuan lain dimasa depan sebagai hasil dari transaksi masa lalu.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam klaim hutang, kreditur berhak atas aliran kas
perusahaan debitur (biasanya pembayaran bunga dan pokok pinjaman). Satu hal yang perlu
diperhatikan bahwa pembayaran bunga pada kreditur atas modal yang dipinjam perusahaan
harus didahulukan sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini berbeda
dengan ekuitas dimana pemegang saham ekuitas berhak atas residual cash flow setelah
perusahaan memenuhi semua kewajiban yang lain.
Dalam penelitian ini digunakan rasio hutang (debt ratio) sebagai proksi kebijakan hutang
perusahaan. Penggunaan hutang yang semakin besar dalam struktur modal akan memberikan
resiko kegagalan yang lebih tinggi (resiko kebangkrutan). Semakin besar proporsi hutang yang
digunakan oleh perusahaan, maka pemegang saham juga akan menanggung resiko yang lebih
besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan akan dikenakan bunga tetap atas penggunaan
hutang jangka panjangnya dan hal ini akan meningkatkan resiko yang harus di tanggung oleh
pemegang saham.
Keuntungan bagi perusahaan menggunakan hutang jangka panjang menurut Agus
(1996) yaitu :biaya modal setelah pajak yang relatif rendah, bunga yang harus dibayarkan
merupakan pengurang pajak penghasilan. Melalui financial leverage dimungkinkan laba per
lembar saham akan meningkat serta kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang
saham tidak mengalami perubahan.
Sedangkan kelemahan penggunaan hutang jangka panjang menurut Agus (1996)
adalah: Financial risk perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya financial leverage.
Batasan yang disyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer. Munculnya agency problem
yang mengakibatkan meningkatnya agency cost
Dari uraian tentang keunggulan dan kelemahan hutang di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa meskipun hutang memiliki keunggulan salah satunya adalah dengan penggunaan
hutang, maka perusahaan memperoleh manfaat karena bunga dapat mengurangi pajak. Namun
hutang juga mengandung resiko yang besar karena perusahaan akan dikenakan bunga tetap
atas penggunaan hutang jangka panjang. Selain itu penggunaan hutang yang semakin besar
dalam struktur modal akan memberikan resiko kegagalan yang lebih tinggi (resiko
kebangkrutan). Dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan di atas diharapkan
perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan kebijakan hutangnya.
Berikut ini adalah beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat hutang
perusahaan. The debt ratio. Rasio ini mengukur berapa besar jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. (Besley dan Brigham, 2003). The
debt-to equity ratio. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang
yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. (Horne.2002). The debt to total capitalization. Rasio ini mengukur berapa bagian
hutang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan. (Horne.
2002)
Resiko dalam perspektif aktivitas bisnis
Berdasarkan Concise Oxford Dictionary dalam Moosa (1998), resiko
mengimplimentasikan sesuatu yang buruk, atau merupakan konsekuensi yang buruk atau
merugikan. Sedangkan menurut Webster Dictionary dalam Moosa (1998) menjelaskan bahwa
resiko itu pada dasarnya adalah hasil yang buruk. Menurut www.answers.com, resiko adalah
kemungkinan terjadinya kerugian tau kecelakaan. Sedangkan Williams (1989) mendefinisikan
resiko sebagai variasi dalam hasil yang dapat terjadi sepanjang periode dan situasi tertentu.
Chen dan Steiner (1999) mengobservasi bahwa kepemilikan manajerial secara positif
mempengaruhi risiko yang konsisten dengan argumen bahwa tingginya kepemilikan manajerial
akan mengakibatkan konflik antara stockholders dan bondholders sehingga mengakibatkan
ketidakkompakan dan meningkatkan risiko perusahaan. Dari beberapa penjabaran diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa resiko selalu berhubungan dengan kemungkinan terjadinya
atau diperolehnya hasil buruk dalam kurun waktu tentu.
Potensi resiko dalam aktivitas bisnis dan penanganannya
Williams (1989) mengklasifikasi resiko berdasarkan pengaruhnya, apakah pengaruhnya
terhadap bidang ekonomi, social, politik, psikologi, fisik, maupun hukum. Namun berdasarkan
situasi, Williams (1989) mengklasifikasikan resiko menjadi dua, yaitu: pure risk dan speculative
risk. Pure risk terjadi apabila peluang terjadinya rugi atau kehilangan tetapi tidak terdapat
peluang diperolehnya keuntungan. Misalnya saja : Pemilik mobil memiliki resiko kemingkunan
untuk bertabrakan, tetapi jika tidak terjadi tabrakan, pemilik tidak memperoleh keuntungan.
Sedangkan speculative risk terjadi apabila terdapat peluang memperoleh keuntungan
begitu pula terdapat peluang menderita kerugian. Contohnya adalah ekspansi besar-besaran
yang dilakukan oleh sebuah pabrik dapat menyebabakan keuntungan yang melimpah namun
juga dapat menimbulkan kerugian. Sedangkan menurut Chance (2004), jenis resiko yaitu antara
lain: Market Risk yaitu: ketidakpastian nilai perusahaan atau arus kas yang dihubungkan
dengan perubahan atau pergerakan nilai sumber-sumber risiko yang mendasari. Yang
dimaksud dengan sumber-sumber resiko yang memperngaruhi perusahaan antar lain
perubahan tingkat suku bunga, nilai kurs mata uang asing (foreign exchange rate), harga
saham dan harga-harga komoditas. Credit risk merupakan ketidakpastian dan kerugian
potensial yang disebabkan oleh kegagalan pembayaran kembali oleh pinjaman dana. Market
risk dan credit risk merupakan jenis resiko yang paling penting dan utama dalam dunia bisnis.
Operational risk merupakan resiko yang berasal dari gangguan dalam operasional,
program derivative atau system manajemen resiko. Model risk merupakan resiko harga dalam
instrument keuangan, seperti derivative, dimana perusahaan menggunakan model yang tidak
layak atau kesalahan yang terdapat dalam model (misalnya : virus komputer) atau penggunaan
input yang keliru. Liquidity risk merupakan resiko yang timbul ketika perusahaan perlu untuk
memasuki transaksi derivative namun ternyata pasar untuk transaksi tersebut, sangat
kecil/lemah sehingga harga sudah termasuk diskon untuk likuiditas tersebut. Accounting risk
merupakan ketidakpastian perlakuan akuntansi yang layak atas transaksi derivative. Legal risk
merupakan resiko dimana system hukum akan gagal untuk menjalankan sebuah kontrak. Tax
risk merupakan resiko dimana pajak atau interpretasi dari hukum, yang dapat berubah tanpa
diduga sebelumnya. Regulatory risk merupakan resiko yang diakibatkan oleh peraturan-
peraturan yang dapat berubah sewaktu-waktu. Settlement risk merupakan resiko yang
umumnya ditemui dalam transaksi internasional. Systemnatic risk merupakan resiko kegagalan
satu atau lebih lembaga keuangan yang dapat menyebabkan kegagalan-kegagalan lainnya,
dimana puncaknya dapat menyebabkan hancurnya system keuangan.
Foreign exchange risk sebagai ukuran resiko bisnis
Dalam penelitian ini potensi resiko yang akan dijadikan kajian penelitian adalah foreign
exchange risk,karena resiko ini sangat berperan penting terhadap aktivitas bisnis internasional
(ekspor). Moosa (1998) dan Sercu & Uppal (1996) menyatakan bahwa foreign exchange risk
muncul akibat dari ketidakpastian nilai kurs spot di masa datang. Foreign exchange risk muncul
akibat ketidakpastian nilai kurs di masa datang. Sedangkan Adler dan Dumas (1996)
menyatakan bahwa foreign exchange risk merupakan varians perubahan nilai kurs mata uang
yang tidak terantisipasi. Menurut Levi (1996) foreign exchange risk diukur melalui varians asset,
kewajiban, atau pendapatan operasional dalam mata uang domestic yang melekat akibat
perubahan nilai kurs mata uang asing.
Dari berbagai pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa foreign exchange
risk muncul akibat ketidakpastian nilai kurs di masa datang yang mengakibatkan nilai asset,
kewajiban dan pendapatan operasional dalam mata uang domestik berubah seiring dengan
perubahan nilai kurs. Untuk meminimalisasi atau bahkan menghilangkan resiko yang
disebabkan oleh perubahan nilai kurs, maka menurut Levi (1996) perusahaan dapat mengelola
foreign exchange risk ini dengan melakukan hedge. Hedge menurut Levi (1996) merupakan
langkah atau tindakan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh dari
hal-hal yang tidak pasti, misalnya saja perubahan nilai kurs. Menurut Sercu dan Uppal (1996)
Hedging mempengaruhi perusahaan melalui cash flow, pajak, kebijakan investasi dan cost of
capital perusahaan.
Perbedaan antara kurs nominal dan riil merupakan hal penting, karena mempunyai
implikasi yang sangat berbeda bagi resiko kurs mata uang. Perubahan kurs nominal apabila
diiringi perubahan tingkat inflasi yang sama, maka tidak akan mempengaruhi posisi persaingan
relatif antara produk domestik dan produk luar negeri, sebab tidak akan mengubah jumlah cash
flow riil. Namun apabila kurs mata uang riil berubah, maka akan menyebabkan perubahan
harga secara relatif – yaitu perubahan rasio harga barang dalam negeri terhadap harga barang
luar negeri. Sehingga dengan demikian perubahan mata uang secara relatif akan
mempengaruhi tingkat persaingan produk dalam negeri terhadap luar negeri. Oleh sebab itu
sebaiknya perhatian tidak hanya ditujukan pada perubahan kurs mata uang nominal, namun
juga perubahan purchasing power, antara mata uang asing terhadap mata uang lainnya.
Dengan kata lain, tidak mungkin menilai pengaruh dari sebuah perubahan kurs mata uang
tanpa mempertimbangkan secara simultan terhadap cash flow riil akibat perubahan tingkat
inflasi yang dihubungkan dengan masing-masing mata uang. Tanpa perubahan harga relatif,
perusahaan multinasional tidak akan menemui resiko riil.
Sepanjang perusahaan tidak mengunakan asumsi kurs tetap dalam kontrak, maka
besarnya cash flow dalam mata uang asing akan selalu berubah-ubah sesuai dengan tingkat
inflasi luar negeri. Karena perubahan kurs tergantung juga pada perbedaan antara tingkat inflasi
dalam dan luar negeri, maka pergerakan kurs secara pasti menunda perubahan tingkat harga
luar negeri, yang menyebabkan cash flow mata uang dalam negeri tidak terpengaruh. Dari
pejelasan tersebut menarik untuk dikaji bagaimanakah bentuk hubungan foreign exchange risk
terhadap nilai perusahaan.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar .Karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila
harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi tingkat
kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal
menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai
manajer ataupun komisaris. Enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai Company Value
(nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi
pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) menyebutkan
bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai
perusahaan tersebut di jual. Wennerfield (1988) dalam Suranta dan Machfoedz (2003)
menyimpulkan bahwa Tobin’s-Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja
perusahaan.
Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
Aktivitas bisnis secara internasional bertujuan untuk mengembangkan pasar dan
merupakan upaya positif dari manajemen untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Upaya
mengembangkan pasar akan membutuhkan tambahan dana yang umumnya akan diperoleh
perusahaan melalui instrumen hutang. Dalam praktiknya, berbisnis dengan skala internasional
tentu akan memperbesar resiko yang ditimbulkan dari perubahan kurs yang dipakai. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara aktivitas bisnis, kebijakan hutang
dan foreign exchange risk terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian rumusan hipotesis
dapat dinyatakan sebagai berikut:
H1: Diduga Aktivitas Bisnis Internasional, Kebijakan Hutang, dan Foreign Exchange Risk
berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan.
H2: Diduga Foreign Exchange Risk merupakan Variabel Moderating yang mempengaruhi
hubungan antara Aktivitas Bisnis Internasional terhadap Nilai Perusahaan.
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori, dengan mencari ada atau
tidaknya hubungan antara variabel-variabel yang diteliti melalui suatu pengujian hipotesis yang
dilakukan. Penelitian penjelasan (explanatory research) adalah penelitian yang membahas
hubungan antara variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
dengan fokus terletak pada penjelasan hubungan antar variabel penelitian (Singrimbun dan
Effendi.1995)
Peubah dan Pengukuran
Mengacu pada permasalahan yang diajukan, maka peubah yang akan diteliti
dikelompokkan dalam dua peubah, yang terdiri atas: Variabel Terikat (Y) yaitu nilai perusahaan.
Variabel Bebas yaitu Aktivitas Bisnis Internasional (X1) dan Kebijakan Hutang (X2). Sedangkan
Variabel Moderating adalah Foreign Exchange Risk (X3) Menurut Gozali (2001) varibel
moderating adalah variabel independen yang memperkuat atau melemahkan hubungan antara
variabel independen lainnya terhadap variabel dependen.. ada tiga cara menguji variabel
moderating yaitu : (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji residual. Dalam
penelitian ini pengujian variabel moderating yang akan digunakan adalah uji interaksi dengan
variabel yang digunakan adalah foreign exchange risk.
Aktivitas Bisnis
Internasional
Kebijakan Hutang
Foreign
Exchange Risk
Nilai
Perusahaan
Pengukuran
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s q.
Keterangan
Q = nilai perusahaan
EMV = nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar)
D = nilai buku dari total hutang
EBV = nilai buku dari total aktiva
Pengukuran variabel nilai perusahaan menggunakan skala rasio.
Aktivitas bisnis internasional
Ekspor merupakan kegiatan pengiriman atau penjualan barang dan jasa ke luar negeri dan
impor merupakan kegiatan mendatangkan atau membeli barang dan jasa dari luar negeri.
Prosentase ekspor dapat dihitung berdasarkan rumus :
keterangan:
E = Ekspor
Pengukuran variabel aktivitas bisnis internasional menggunakan skala rasio.
Kebijakan hutang
Rasio ini mengukur berapa besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau
modal yang berasal dari kreditur. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
(Besley dan Brigham.2003)
Pengukuran variabel kebijakan hutang menggunakan skala rasio.
Foreign exchange risk (sebagai variabel moderating)
Moosa (1998) dan Sercu & Uppal (1996) menyatakan bahwa foreign exchange risk muncul
akibat dari ketidakpastian nilai kurs spot di masa datang. foreign exchange risk muncul akibat
ketidakpastian nilai kurs di masa datang. Foreign exchange risk merupakan varians perubahan
nilai kurs mata uang yang tidak terantisipasi. Menurut Levi (1996) foreign exchange risk diukur
melalui varians asset, kewajiban, atau pendapatan operasional dalam mata uang domestic
yang melekat akibat perubahan nilai kurs mata uang asing. Variable foreign exchange risk
dapat dihitung berdasarkan rumus :
keterangan:
er,t = kurs riil periode t
et = kurs nominal pada periode t
= tingkat inflasi dalam negeri sepanjang periode 0 sampai t
= tingkat inflasi luar negeri sapanjang periode 0 sampai t
Pengukuran variabel foreign exchange risk menggunakan skala rasio.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) sejumlah 149 perusahaan manufaktur dalam Indonesian Capital Market
Directory 2008. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu
sampel yang sesuai dengan kriteria perusahaan yang diteliti dan ketersediaan data.
Kriteria utama penentu pengambilan sampel tersebut adalah perusahaan yang
memenuhi syarat sebagai berikut: Perusahaan manufaktur sesuai klasifikasi Indonesian capital
market directory tahun periode pengamatan. Perusahaan tersebut melakukan kegiatan ekspor.
Perusahaan tersebut mempunyai laporan keuangan selama periode pengamatan. Berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut akhirnya diperoleh sampel sebanyak 40 perusahaan.
Tabel 1. Data Nama Perusahaan Manufaktur
No EMITEN No EMITEN
1 PT Aqua Golden Mississippi, Tbk 21 PT Ekadharma Internasional, Tbk
2 PT Ades Waters Indonesia, Tbk 22 PT Asiaplast Industries, Tbk
3 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 23 PT Berlina, Tbk
4 PT Siantar Top, Tbk 24 PT Trias Sentosa, Tbk
5 PT Bentoel Internasional Investama 25 PT Alumindo Light Metal Industry,
Tbk Tbk
6 PT Gudang garam, Tbk 26 PT Tembaga Mulia Semanan, Tbk
7 PT Argo Pantes, Tbk 27 PT Kedaung Indah Can, Tbk
8 PT Eratex Djaja, Tbk 28 PT Intikeramik Alamasri Industry, Tbk
9 PT Panasia Filament, Tbk 29 PT Mulia Industrindo, Tbk
10 PT Panasia Indosyntex, Tbk 30 PT Jemblo Cable Company, Tbk.
11 PT Ever Shine Textil Industry, Tbk 31 PT Sumi Indo Kabel, Tbk
12 PT Ricky Putra Globalindo, Tbk 32 PT Astra Otoparts, Tbk
13 PT Surya Intrindo Makkur, Tbk 33 PT Goodyear Indonesia, Tbk
14 PT Barito Pacific, Tbk 34 PT Nipress, Tbk
15 PT Daya Sakti Unggul Corporindo, Tbk 35 PT Selamat Sempurna, Tbk
16 PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk 36 PT Darya Varia Laboratoria, Tbk
17 PT Suparma, Tbk 37 PT Kalbe Farma, Tbk
18 PT Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas, Tbk
38 PT Kimia Farma (Persero), Tbk
19 PT Budi Acid Jaya, Tbk 39 PT Tempo Scan Pacific, Tbk.
20 PT Polysindo Eka Perkasa, Tbk 40 PT Unilever Indonesia, Tbk
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2008
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan
dokumentasi data-data pembukuan dan laporan-laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008 sampai dengan 2010. Data yang
diperoleh dari variabel-variabel ini berupa data rasio yang dihitung dari laporan-laporan
pembukuan di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dipublikasikan dalam Indonesian
Capital Market Directory yang terdiri dari: Jumlah prosentase ekspor dari total produksi, Total
hutang dan total assets, Harga saham penutup (closing price) tahun 2008 dan 2010 dan Nilai
buku aktiva. Kurs nominal Rp/US$ menggunakan data yang diperoleh dari situs resmi Bank
Indonesia (www.bi.go.id) dimana dalam situs tersebut terdapat data kurs harian, sehingga
diperlukan pengolahan data untuk menentukan nilai kurs rata-rata per bulan. Tingkat inflasi
rata-rata per tahun diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), sedangkan tingkat
inflasi AS rata-rata per tahun diperoleh dari situs resmi trading economics yang merupakan
sumber informasi tentang perkembangan ekonomi Amerika Serikat
(www.tradingeconomics.com).
Analisis Data
Moderate Regression Analysis (MRA)
Metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan
di muka adalah analisis moderate regression analysis (MRA) dengan bantuan program
komputer SPSS for Windows. Analisis MRA digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan dan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas, sehingga berdasarkan hubungan
tersebut nilai variabel tak bebas (Y) tergantung pada nilai variabel bebas (X). Dengan demikian
variabel bebas (X) dapat digunakan sebagai prediksi variabel tak bebas (Y). Analisis regresi
merupakan alat untuk eksplanasi atau alat prediksi, yaitu prediksi nilai variabel dependen
bilamana nilai variabel independen diketahui atau berubah. Analisis regresi juga dapat
digunakan sebagai faktor determinan, yaitu variabel bebas mana dalam regresi berganda yang
berpengaruh dominan terhadap variabel tak bebas.
Dari model peneltian yang disusun, maka pengujian hipotesis akan dilakukan dengan model
regresi berganda dengan estimasi model sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X1.X3........+ ε…………………
Keterangan:
Y:Nilai Perusahaan
a:intersep (konstanta)
X1:aktivitas bisnis internasional
X2:kebijakan hutang
X3:foreign exchange risk
b1-b3:Koefisien regresi variabel bebas
b4:Koefisien efek moderasi antara X1 dan X3
ε:error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisa Hasil Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear. Uji regresi linear berganda
adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat, dengan pengujian hipotesis sebagai berikut :
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji Moderating Regression Anlaysis
Variabel Unstandardized Coefficients (B)
t hitung Sig. Keterangan
(Constant) 2,142
Aktivitas Bisnis Internasional (X1)
0,033 2,362 0,020 Signifikan
Kebijakan Utang (X2)
-1,857 -3,122 0,002 Signifikan
Foreign Exchange Risk (X3)
-0,0000036 -0,360 0,720 Tidak signifikan
Moderat (X1.X3) 0,00000017 0,910 0,365 Tidak signifikan
R = 0,430 R Square = 0,185 F hitung = 6,537 Sign. F = 0,000 α = 0.05
Keterangan : Jumlah data (observasi) = 120 (40 perusahaan, observasi 3 tahun) Dependent variable: Nilai Perusahaan Signifikan pada level 5%
Uji regresi berganda merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel Aktivitas Bisnis Internasional (X1), Kebijakan Hutang (X2), Foreign Exchange Risk (X3)
dan Interaksi antara Aktivitas Bisnis Internasional dan Foreign Exchange Risk (X1.X3) terhadap
Nilai Perusahaan (Y). Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linear berganda dapat
diketahui besarnya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut : Nilai
koefisien determinan (R2) sebesar 0,185 menunjukkan bahwa variabel bebas aktivitas bisnis
internasional (X1), kebijakan hutang (X2), dan foreign exchange risk (X3) secara bersama-sama
mampu menjelaskan variasi atau perubahan variabel nilai perusahaan (Y) sebesar 18,5%.
Selebihnya sebesar 81,5% disebabkan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
Nilai koefisien korelasi R = 0,430 menunjukkan hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen tergolong hubungan yang postif tetapi tidak cukup kuat.
Dari analisa nilai koefisen regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel aktivitas bisnis
internasional bernilai positif dengan nilai beta sebesar 0,033 (sig 0,020). Hasil ini menunjukkan
bahwa aktivitas bisnis internasional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y.
Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang dengan nilai beta -1,857 (sig 0,002)
menunjukkan variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan tetapi berhubungan negatif.
Lain halnya dengan foreign exchange risk yang mempunyai nilai beta sebesar -0,0000036 (sig
0,720) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini tidak signifikan.
Untuk uji interaksi antara X1.X3 hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai beta 0,00000017
(sig 0,365) sehingga di simpulkan variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan.
Dengan demikian variabel foreign exchange risk bukan merupakan variabel moderating dalam
mempengaruhi hubungan antara aktivitas bisnis internasional terhadap nilai perusahaan.
Interpretasi hasil penelitian
Pengaruh Aktivitas Bisnis Internasional terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diketahui bahwa variabel aktivitas bisnis
internasional (X1) berpengaruh secara signifikan dan berhubungan positif terhadap nilai
perusahaan (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas (p) 0,000 dibawah nilai alpha 5%.
Pengaruh positif aktivitas bisnis internasional dikarenakan adanya hubungan positif antara
tingkat penerimaan laba yang didapat perusahaan. Tingkat penerimaan laba oleh perusahaan
sangat tergantung dengan nilai penjualan bersih dan biaya yang harus dikeluarkan. Melalui
ilustrasi itu dapat dikatakan bahwa penjualan yang tinggi memungkinkan perusahaan
mendapatkan tingkat laba yang tinggi pula. Dalam penelitian ini diketahui bahwa aktivitas bisnis
internasional yang disimbolkan oleh prosentase ekspor sangat berperan penting dalam
mempengaruhi nilai perusahaan. Ketika perusahaan melakukan ekspor dengan prosentase
yang cukup besar dari kapasitas produksinya, dapat dikatakan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat atau konsumen akan suatu produk sangatlah tinggi. Dan itu semua akan dipandang
sebagai hal yang menguntungkan bagi para pemegang saham perusahaan, dimana semakin
tinggi tingkat kepercayaan konsumen akan suatu produk mendorong para investor untuk
membeli saham yang beredar pada tingkat harga yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan
investor mempunyai harapan harga saham akan semakin melambung tinggi untuk memperoleh
keuntungan maksimal di masa mendatang. Selain itu jumlah prosentase yang besar untuk
kegiatan ekspor memungkinkan adanya investor asing yang berkeinginan untuk membeli
saham perusahaan pada tingkat harga yang tinggi pula. Pada saat terjadi sebuah kesepakatan
akan harga yang harus dibayarkan untuk mendapatkan saham perusahaan tertentu, ini
menggambarkan bahwa nilai perusahaan akan meningkat.
Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan statstik, diketahui bahwa variabel kebijakan hutang (X2)
berpengaruh secara signifikan dan berhubungan negatif terhadap nilai perusahaan (Y). Hal ini
dapat dilihat dari nilai thitung sebesar -3,184. Nilai ini lebih besar dari pada T-tabel 1,658
(3,184>1,658). Selain itu probabilitas (p) 0,000 dibawah nilai alpha 5%.
Salah satu keputusan penting yang harus dibuat oleh manajer keuangan berkaitan dengan
fungsi mendapatkan dana adalah menentukan seberapa besar hutang yang akan digunakan
oleh perusahaan melalui kebijakan hutang, karena hutang merupakan salah satu sumber dana
yang sangat vital. Keputusan ini salah satunya akan nampak dalam struktur modal perusahaan,
dimana disana akan tampak komposisi dari hutang dan modal sendiri yang digunakan oleh
perusahaan. Dalam penelitian ini, kebijakan hutang mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Struktur modal yang optimal menemukan sebuah keseimbangan antara tingkat
risiko dan return sehingga akan memaksimalkan harga saham sebuah perusahaan (Brigham,
1999). Menurut Brigham (1999), ada empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan
struktur modal yang optimal salah satunya adalah resiko bisnis atau resiko yang berkaitan
dengan operasional perusahaan bila tidak menggunakan hutang. Semakin besar resiko bisnis
perusahaan maka semakin rendah rasio hutang optimalnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan akan menurun
apabila perusahaan mengubah struktur modalnya tidak mencapai tingkat optimal melalui
penggunaan hutang atau leverage secara hati-hati. Keberadaan hutang memunculkan
banyaknya biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Semakin banyak biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan maka akan mempengaruhi tingkat laba yang didapatkan oleh
perusahaan. Selain itu hubungan negatif yang ditunjukkan oleh kebijakan hutang perusahaan
yang kurang optimal, bisa juga disebabkan karena nilai nominal harga saham yang turun cukup
drastis akibat imbas dari krisis keuangan global yang akhirnya berpengaruh terhadap
menurunnya tingkat kemakmuran para pemegang saham.
Pengaruh Foreign Exchange Risk terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan statstik, diketahui bahwa variabel foreign exchannge risk
(X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (Y). Hal ini dapat dilihat dari
nilai probabilitas (p) 0,720 diatas nilai alpha 5%. Dalam penelitian ini variabel foreign exchange
rate tidak berpengaruh signifikan. Hal ini diduga adanya komitmen campur tangan pemerintah
lewat kebijakan yang ditetapkan terkait dengan intervensi pasar untuk stabilitas nilai tukar
dibaca oleh investor sebagai bentuk proteksi sehingga tidak berdampak siknifikan terhadap
perubahan nilai perusahaan. Toyne (1993) berpendapat bahwa pemerintah mempunyai
kapasitas untuk menetukan tingkat harga yang fleksibel terkait dengan fluktuasi nilai tukar
dengan catatan pemerintah mempunyai cadangan yang cukup atas valuta asing. Memang
Ketidakpastian kurs di masa mendatang dapat menyebabkan kerugian yang mungkin nilainya
cukup signifikan mempengaruhi laba perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Toyne
(1993) mengutarakan beberapa cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi
foreign exchange risk. Salah satunya dengan cara menetapkan nilai tukar terendah dan
tertinggi untuk mengestimasi fluktuasi nilai tukar yang tidak pasti. Dari paparan diatas diduga
perusahaan yang diteliti sudah menerapkan antisipasi berupa penetapan nilai tukar terendah
dan tertinggi untuk mengestimasi fluktuasi nilai tukar. Juga sangat dimungkin dalam aktivitas
bisnis internasionalnya perusahaan telah menerapkan beberapa strategi seperti hedging untuk
mengurangi kerugian bisnis akibat perubahan kurs mata uang.
Analisis pengaruh interaksi antara Aktivitas Bisnis Internasional (X1) terhadap Nilai Perusahaan
(Y) dengan Foreign Exchange Risk (X3) sebagai Variabel Moderating.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa foreign exchange risk
bukan merupakan variabel moderat yang dapat mempengaruhi hubungan parsial aktivitas
bisnis internasional terhadap nilai perusahaan. Hal ini senada dengan pendapat Bikley (1996)
yang menyatakan bahwa komitmen untuk melakukan kerja sama bisnis secara internasional
merupakan pengaruh positif yang amat kuat pada motif untuk mengembangkan bisnis dalam
rangka mencapai pertumbuhan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meskipun ada resiko
baik dari segi produksi (biaya bahan baku yang tinggi), pemasaran, maupun penjualan
termasuk foreign exchange risk yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan, komitmen
perusahaan akan perolehan laba yang maksimal menjadi faktor yang membuat resiko tersebut
dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Dengan demikian foreign exchange risk telah
dipahami oleh perusahaan sebagai bagian resiko yang telah diantisipasi sebelumnya sehingga
tidak menjadi pengalang atau variabel yang melemahkan aktivitas bisnis secara internasional
(volume ekspor). Demikian juga kecenderungan mata uang dolar yang menguat terhadap nilai
rupiah semakin memotivasi para eksportir untuk berharap adanya winfall atas naiknya nilai
tukar dolar terhadap rupiah. Karena potensi laba bisa ditingkatkan maka niklai perusahaan akan
tergerak seiring kenaikan potensi laba yang terjadi.
KESIMPULAN
Penelitian tentang pengaruh aktivitas bisnis internasional, kebijakan hutang, dan foreign
exchange risk terhadap nilai perusahaan yang dilakukan pada perusahaan manufacture di
Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data 2008-2010 . Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis pertama menunjukkan bahwa variable aktivitas bisnis internasional, kebijakan hutang,
dan foreign exchange risk secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia. Dari analisis secara parsial
ditemukan bahwa aktivitas bisnis internasional mempunyai pengaruh dan hubungan yang positif
terhadap nilai perusahan. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang mempunyai pengaruh
yang signifikan dan hubungan yang negatif. Kedua variable tersebut singnifikan pada alpha
dibawah 5%. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa foreign
exchange risk bukan merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau
memperlemah variabel independen.
Sebagai pelengkap penelitian khususnya tentang aktivitas bisnis internasional, kebijakan
hutang, dan foreign exchange risk kepada penelitan selanjutnya yang berminat untuk
mengembangkan disarankan untuk memperluas sampel dan tidak terbatas pada perusahaan
manufaktur saja dengan memperpanjang periode pengamatan dan untuk memperdalam kajian
tersebut misalnya dengan menambah faktor-faktor lain seperti transaction eksposure, resiko
pasar, tingkat suku bunga, inflasi sehingga dapat memberikan sumbangan konsep yang
mendalam untuk perkembangan Ilmu Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Penelitian ini mencatat bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan
tapi mempunyai hubungan negatif. Ini menjadi parameter bagi perusahaan agar
mengoptimalkan sturktur hutangnya agar tidak menimbulkan biaya-biaya yang mempengaruhi
tingkat perolehan laba.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F., and Louis C. Gapenski, (1994), Financial Management (Theory and Practice),
Seventh Edition. New York : The Dryden Press.
Brigham, E.F, and L.C. Gapenski, Philip R. Daves, (1999), Intermediate Financial Management,
Sixth Edition. New York : The Dryden Press.
Chance, Don M. 2004. An Introduction to Derivatives and Risk Management, sixth edition.
South-Western, Ohio,USA : Thomson.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. edisi dua,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat.
Levi, D. Maurice. 1996. Internasional Finance, The Markets and Finansial Management of
Multinasionals Business, third edition. USA: McGraw Hill Inc.
Madura, Jeff. 1997. Manajemen Keuangan Internasional, jilid satu, edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
McCulloch, Ball, A Donald, Jr, Wendell H, Frantz, Paul, Geringer, J, Michael and Minor, S,
Michael. 2005. International Business : The Challengeof Global Competition,
terjemahan Syahrial Noor, ninth edition, Jakarta : Salemba Empat.
Moosa, A. Imad. 1998. International Finance an Analytical Approach. Australia: McGraw-Hill
Sercu, Piet and Ram Uppal. 1996. International Financial Markets and The Firm. South-Western College Publishing.
Suranta, Eddy, SE, MSi, Ak dan Merdistusi, Pratana Puspita, SE, MSi, Ak. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, (340-355).
Toyne, Brian dan Walters, Peter G.P. 1993. Global Marketing Management.
Van Horne, James C. (2002). Financial Management and policy. International edition. 12
edition. New Jersey. Prentice Hall, inc.
Williams, C Arthur, and J.A. Richard. 1989. Risk Management and Insurance, sixth edition.
Singapore: McGraw Hill
Sumber Internet:
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kurs+Bank+Indonesia/Kurs+Transaksi/
http://www.idx.co.id/MainMenu/TentangBEI/History/tabid/61/lang/en-US/language/en-
US/Default.aspx
http://www.tradingeconomics.com/Economics/Inflation-CPI.aspx?Symbol=USD
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/