PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TERTULIS UNTUK MENINGKATKAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
ILMU SOSIAL DASAR1)
Oleh: Soetarno2)
Abstract
The aims of this study were: (1) to develop written-instruction material using Dick and Carey model and advance organizers, and (2) to compare the effects of two kinds of written-instructional material on students’ achievement.
This experimental study was carried out in Sebelas Maret University during the academic year 1996/1997 with student taking Basic Social Science as subjects. The design used for this research was randomized block design. Before the implementation of the experiment, written-instructional material using Dick and Carey model and advance organizers was developed.
The instruments used in the study ware: (1) an achievement test to measure students’ achievement in Basic Social Science (r=0.97),and instruments for measuring the quality of the written material consisting of: (2) a rating scale by experts (r=0,76), and (3) students’ respons (r=0,83).
ANOVA was used to test the hypothesis at the level of significance = 0.01. The results of the hypothesis testing revealed that: (1) The written-instructional material caused different affects on students’ achievement in Basic Social Science (Fo = 169,22 > Ft = 43,12. (2) The written-instructional material development using Dick and Carey model and advance organizers is more effective in improving students’ achievement compared to the already existing written-instructional material (x1 = 64,98 > x2 = 57,10). (3) For every level of entry behavior students’ achievement in Basic Social Science using the written-instructional material developed by the Dick and Carey model and using advance organizers were higher than using existing written-instructional material.
It is therefore recommended to faculty members to develop written-instructional material based on the principles of well known instructional models.
Kata kunci: pengembangan bahan ajar, advance organizer, prestasi belajar, Ilmu Sosial Dasar.
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan tinggi memiliki tanggungjawab untuk menghasilkan lulusan
1) Disarikan dari Disertasi Doktor IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta)2) Dr. Soetarno, M.Pd. adalah Dosen pada Jurusan PIPS-FKIP UNS dan Program Pascasarjana UNS
1
yang berkualitas dan menempatkan dirinya sebagai pusat perkembangan ilmu
pengetahuan. Pendidikan tinggi dituntut untuk menyiapkan lulusannya memiliki
kemampuan berpikir kritis agar dapat memecahkan masalah-masalah yang muncul akibat
perubahan sosial yang pesat. ( Soedjatmoko,1991).
Makin membengkaknya mahasiswa yang belum diimbangi dengan pemecahan
beberapa masalah penting seperti masih rendahnya kualitas belajar mengajar menjadikan
tugas pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan berkualiltas menjadi makin berat
(Yusufhadi Miarso, 1990). Agar kualitas lulusan dapat ditingkatkan, diperlukan
pengajaran yang memiliki tanggung jawab tinggi dalam mengelola pembelajaran. Tenaga
pengajar seperti itu memiliki komitmen kuat terhadap proses belajar mengajar sehingga
akan menghasilkan lulusan dengan indeks prestasi tinggi. (Bambang Suwarno dan Asep
Suryahadi, 1994).
Bertolak dari kondisi situasi proses belajar mengajar di perguruan tinggi di
Indonesia yang masih berpusat pada lembaga atau dosen (Toeti Soekamto, 1993), maka
upaya meningkatkan kualitas lulusan harus dipusatkan pada peningkatan keefektifan
pembelajaran yang dikelola oleh para dosen sekaligus berusaha mengurangi kelemahan-
kelemahan yang ada. Salah satu kelemahan pembelajaran di perguruan tinggi menurut
Dressel dan Marcus (1982) adalah kurangnya perhatian dosen dalam memberikan
dorongan belajar di luar kelas.
Pengembangan bahan ajar tertulis merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh
dalam melakukan usaha meningkatkan keefektifan pembelajaran sekaligus menyediakan
bahan bagi mahasiswa agar terdorong belajar di luar kelas. Menurut Chall dan Conrad
seperti dikutip Alexander, Kulikowich, dan Jetton (1994), bahan ajar tertulis merupakan
sarana utama bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang suatu pokok
persoalan.
Pengembangan bahan ajar tertulis yang telah dilakukan di Universitas Sebelas
Maret mencakup berbagai mata kuliah. Salah satu di antaranya adalah mata kuliah Ilmu
Sosial Dasar (ISD). Dari hasil penelitian pendahuluan terhadap bahan ajar ISD yang telah
ada, disimpulkan masih terdapatnya aspek-aspek dalam bahan ajar tersebut yang perlu
disempurnakan agar dapat menyediakan dorongan atau rangsangan belajar bagi
mahasiswa.
2
Mahasiswa pada dasarnya bukan pelajar pemula. Mereka sudah memiliki
pengetahuan awal yang diperoleh dari jenjang pendidikan sebelumnya maupun dari
berbagai sumber belajar di sekitarnya. Apalagi untuk ISD atau mata kuliah ilmu-ilmu
sosial pada umumnya, tersedianya berbagai sumber informasi memungkinkan para
mahasiswa memperoleh pengetahuan awal yang berkaitan dengan mata kuliah tersebut.
Model Dick dan Carey dengan pemakaian pemandu awal (advance organizers)
merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam menyempurnakan bahan ajar
ISD guna meningkatkan keefektifan penggunaannya dalam pembelajaran. Masalah yang
berkaitan dengan perbedaan prestasi belajar dengan digunakannya model bahan ajar yang
berbeda perlu diteliti sehingga dapat dijadikan dasar bagi pihak terkait dalam mengambil
kebijakan untuk menyempurnakan bahan ajar yang telah ada.
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana
mengembangkan bahan ajar tertulils berdasarkan model Dick dan Carey dan pemakaian
pemandu awal (advance organizers)?; (2) Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar
ISD mahasiswa dengan tingkat pemahaman awal berlainan apabila menerima bahan ajar
yang disusun berdasarkan model Dick dan Carey dan pemakaian pemandu awal (advance
organizer) dibandingkan dengan mereka yang memperoleh bahan ajar tertulis yang telah
ada.
Prestasi Belajar Mahasiswa
Prestasi belajar mahasiswa atau hasil belajar (learning outcomes) mahasiswa
adalah deskripsi mengenai apa yang dapat dilakukan mahasiswa sebagai hasil dari
pembelajaran (Dick dan Reiser, 1989). Tinggi rendahnya prestasi belajar mencerminkan
tingkat keefektifan pembelajaran.
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau prestasi belajar
mahasiswa selama mengikuti program pembelajaran perlu dilakukan evaluasi
(Arikunto,1990); dengan evaluasi akan dapat ditentukan manfaat suatu program. Evaluasi
mencakup pengumpulan informasi yang akan digunakan dalam menilai antara lain
keberhasilan pencapaian suatu tujuan pembelajaran. (Worthen dan Sanders, 1973).
Tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi merupakan tiga aspek
pembelajaran yang saling berkait satu sama lain. Tujuan pembelajaran akan memberikan
3
arah dalam memilih metode dan isi pembelajaran. Evaluasi akan menentukan sejauh
mana tujuan telah tercapai, baik untuk masing-masing perserta didik maupun untuk kelas
secara keseluruhan. (Hopkins, Stanley, dan Hopkins, 1990). Evaluasi hanya dilakukan
mengenai tujuan-tujuan pembelajaran yang secara eksplisit telah ditentukan sebelumnya
(Bloom, Madaus, dan Hastings, 1981). Alat yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat
pencapaian selama mengikuti program pembelajaran disebut tes hasil belajar
(Arikunto,1990), yang oleh Brown (1970) didefinisikan sebagai tes yang dirancang
untuk mengevaluasi keefektifan mengajar atau belajar.
Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan
sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah-masalah sosial
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat (Abu Ahmadi, 1991). Definisi lain
menyebutkan bahwa ISD atau studi sosial adalah integrasi dari sejumlah ilmu sosial dan
humaniora untuk tujuan pengajaran dalam pendidikan kesadaran berwarganegara (Barr,
Barth, dan Shermis, 1987). Hakekat ISD adalah mempelajari bidang kehidupan manusia
di masyarakat serta gejala dan masalah sosial yang menjadi bagian dari kehidupan
tersebut (Sumaatmadja, 1984).
Melalui ISD, mahasiswa di Indonesia khususnya mereka yang berkecimpung di
bidang eksakta diharapkan memperoleh bekal cukup untuk terjun ke masyarakat. Hal itu
dapat terjadi karena ISD memang menekankan pada pemecahan masalah-masalah sosial
dalam masyarakat Indonesia dengan menggunakan fakta, konsep, dan teori yang berasal
dari berbagai bidang ilmu sosial. (Abu Ahmadi, 1991).
Pengembangan Bahan Ajar
Upaya mengefektifkan pembelajaran dapat dilakukan melalui penyusunan
rancangan pembelajaran. Dalam rancangan tersebut dapat disiapkan kondisi eksternal
yang diperlukan untuk mendorong proses internal yang terjadi dalam diri orang yang
belajar.( Gagne dan Driscoll, 1989). Model pendekatan sistem perancangan pembelajaran
dari Dick dan Carey memiliki komponen-komponen yang membantu mendorong proses
internal yang terjadi dalam diri orang yang belajar. Dilakukannya analisis kebutuhan
4
dalam menyusun tujuan pembelajaran umum akan menjamin kesesuaian pembelajaran
dengan kebutuhan mahasiswa. Terdapatnya analisis tugas atau analisis pembelajaran akan
mengakibatkan terdapatnya susunan hierarkis tujuan pembelajaran sehingga
memudahkan para mahasiswa belajar. Dilakukannya identifikasi perilaku dan
karakteristik awal mahasiswa akan memungkinkan disusunnya materi dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi mahasiswa. Dengan adanya komponen
penilaian formatif memungkinkan diperlakukannya perbaikan rancangan pembelajaran
selama proses pengembangan, sehingga akan diperoleh program pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi mahasiswa.
Pemakaian pemandu awal (advance organizers) yang menyertai model Dick dan
Carey didasarkan atas teori pengolahan informasi (information processing theory).
Menurut teori ini, proses belajar merupakan suatu proses transformasi masukan (input)
menjadi hasil/keluaran (output). Masukan berupa pesan atau informasi ditransformasikan
ke dalam susunan syaraf, kemudian disimpan untuk ditransformasikan kembali menjadi
pesan yang akan mengontrol munculnya perilaku sebagai hasil belajar. (Gagne dan
Driscoll, 1989). Teori yang sama dikemukan oleh Bruner (1977) yang menyatakan
bahwa proses belajar mengandung tiga proses simultan yaitu: akuisisi, transformasi, dan
evaluasi. Demikian pula Weinstein dan Mayers seperti dikutip Pintrich (1990), dalam
teorinya menyatakan bahwa proses belajar terdiri dari empat tahapan proses yaitu:
seleksi, akuisisi, konstruksi, dan integrasi. Pemakaian pemandu awal akan mempermudah
terjadinya tahapan-tahapan proses belajar karena pemandu awal akan menjembatani
pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
Model lain dalam pengembangan bahan ajar adalah model PPSI yang juga
menggunakan pendekatan sistem. Langkah-langkah pengembangan pembelajaran dengan
model PPSI terdiri dari lima langkah pokok, yaitu: (1) merumuskan tujuan pembelajaran
khusus, (2) menyusun alat evaluasi, (3) menentukan kegiatan belajar, (4) merencanakan
program kegiatan, dan (5) melaksanakan program. (Mudhoffir, 1986).
Tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan secara operasional, mengandung:
(a) apa yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa, dinyatakan dengan kata kerja yang
menunjukkan perilaku yang dapat diamati, (b) kriteria pencapaian, dan (c) kondisi yang
disediakan dalam mencapai tujuan (Banathy, 1968). Alat evaluasi disusun berorientasi
5
pada tujuan langsung sesudah penetapan tujuan pembelajaran khusus, agar sekaligus
dapat dimanfaatkan untuk mengecek apakah rumusan tujuan pembelajaran khusus
tersebut dapat diukur atau tidak (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989). Langkah
berikutnya adalah menentukan kegiatan belajar mahasiswa, merencanakan program
kegiatan yang didasarkan pada satuan pelajaran yang diambil dari kurikulum, dan
melaksanakan program berpegang pada rencana, baik menyangkut strategi maupun
sumber yang akan digunakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berikut ini dipaparkan kerangka berpikir yang
digunakan dalam penelitian ini. Antara kedua model pengembangan bahan ajar seperti
telah dipaparkan di muka terdapat persamaan dan perbedaan. Kesamaan antara keduanya
adalah: (1) disusun dengan berorientasi pada sistem, (2) mengandung tujuan
pembelajaran khusus yang bersifat operasional, (3) mencakup pula pengembangan
strategi pembelajaran, dan(4) terdapat penilaian sumatif. Perbedaan keduanya adalah: (1)
pada model PPSI tidak begitu jelas pengembangannya, sedangkan pada model Dick dan
Carey cukup jelas; (2) dalam model Dick dan Carey dilakukan analisis kebutuhan, sedang
pada model PPSI tidak dilakukan analisis kebutuhan sehingga mungkin saja program
yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa; (3) pada model Dick dan
Carey terdapat analisis tugas atau analisis instruksional sehingga jelas hierarki
kemampuan yang harus dicapai; pada model PPSI tidak terdapat analisis tugas sehingga
kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dapat saja berdiri sendiri-sendiri; (4) pada
model PPSI tidak dapat diidentifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa sehingga
dapat saja terdapat ketidaksesuaian antara tingkat kemampuan awal dengan bahan yang
akan dipelajari; (5) bahan ajar model Dick dan Carey jelas hierarkinya; sedangkan bahan
ajar model PPSI tidak jelas karena tidak didasarkan pada anlisis tugas; (6) dengan disertai
pemandu awal, model Dick dan Carey lebih memudahkan belajar karena pemandu awal
berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan
yang akan dipelajari; (7) dengan adanya penilaian formatif pada model Dick dan Carey
akan memungkinkan adanya revisi program pembelajaran yang dikembangkan. Dari
perbedaan-perbedaan yang terkait dengan kemudahan belajar bagi mahasiswa tersebut
dapat diduga bahan ajar yang disusun berdasarkan model Dick dan Carey dengan
6
pemakaian pemandu awal akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan
model PPSI.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan bahan ajar model Dick dan
Carey dengan pemakaian pemandu awal, dan (2) mengetahui perbedaan hasil belajar
dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar antara mahasiswa yang menggunakan bahan ajar
tertulis model Dick dan Carey dan pemakaian pemandu awal dengan bahan ajar yang
telah ada.
Peneliltian dilakukan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Waktu penelitian
pada tahun 1996 selama satu semester.
Pengujian keefektifan bahan ajar dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
dalam bentuk uji coba selama proses pengembangan bahan ajar melalui reviu ahli, uji
coba perorangan, dan uji coba skala kecil. Tahap kedua dalam bentuk penilaian sumatif
untuk menguji keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dibanding bahan ajar
yangtelah ada, dengan jalan melakukan pengujian terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Rancangan pengujian yang digunakan dalam pengujian tahap kedua adalah
rancangan blok acak. Edwards (1971) menyatakan bahwa rancangan blok acak akan
memperkecil kekeliruan karena memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada antar
blok dalam analisis.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret pada jurusan
atau program studi yang mengajarkan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Sampel adalah
mereka yang mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Dasar tahun 1996. Jumlah sampel
sebanyak 160 mahasiswa, kemudian dibagi-bagi dalam blok berdasar kemampuan awal.
Pembagian perlakuan antar kelas dilakukan secara acak.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) tes prestasi belajar
mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD), (2) instrumen untuk mendapatkan penilaian (rating)
dari ahli pengembangan bahan ajar, dan (3) instrumen untuk mendapatkan tanggapan
mahasiswa dalam uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil dalam pengembangan
bahan ajar. Kalibrasi terhadap instrumen-instrumen tersebut dilakukan untuk mengetahui
7
validitas dan reliabilitasnya. Untuk instrumen tes prestasi belajar ISD dilakukan pula
analisis derajat kesukaran dan daya pembeda.
Data hasil belajar mahasiswa dikumpulkan melalui tes pada akhir perlakuan
dengan menggunakan tes prestasi belajar ISD yang telah dikembangkan. Data penilaian
(rating) ahli dikumpulkan melalui reviu oleh ahli-ahl: materi bidang studi,
pengembangan bahan ajar, evaluasi, dan desain grafis dengan menggunakan instrumen
yang telah disiapkan. Data tanggapan mahasiswa dikumpulkan melalui forum uji coba
perorangan dan uji coba skala kecil.
Teknik yang dipakai untuk menganalisis data adalah analisis variansi. Pengujian
persyaratan analisis meliputi: uji normalitas, uji homogenitas, dan uji heteroginitas antar
blok.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengembangan Bahan Ajar Model Dick dan Carey Disertai PemakaianPemandu Awal
Tahap pertama pengembangan bahan ajar dalam model ini adalah langkah
identifikasi tujuan pembelajaran umum. Langkah ini diawali dengan analisis kebutuhan
dengan menggunakan sumber: mahasiswa, koordinator Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU), dan koordinator mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Dari hasil analisis kebutuhan
diidentifikasikan sejumlah tujuan pembelajaran umum untuk mata kuliah Ilmu Sosial
Dasar.
Tahap kedua adalah analisis tugas atau analisis pembelajaran. Kompetensi umum
yang tegambar dalam tujuan pembelajaran umum pencapaianya harus melalui sejumlah
kompetensi khusus. Analisis tugas atau analisis pembelajaran dilakukan dengan
menyusun secara mundur kompetensi-kompetensi khusus yang harus dicapai mahasiswa
dengan menggunakan struktur perilaku kombinasi antara struktur perilaku hierarkikal dan
struktur perilaku pengelompokan.
Tahapan ketiga adalah identifikasi perilaku dan karakteristik awal mahasiswa.
Perilaku awal diidentifikasikan untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki
mahasiswa dari hasil belajar pada jenjang pendidikan atau semester-semester
sebelumnya. Hasil ideentifikasi ini digunakan untuk menentukan garis batas perilaku
8
awal yang digambarkan oleh kompetensi khusus hasil analisis pembelajaran. Identifikasi
karakteristik awal dilakukan mengenai: umur, kebiasaan belajar, rata-rata kemampuan
baca, dan rata-rata prestasi belajar sebelumnya. Hasil identifikasi karakteristik awal
digunakan dasar pertimbangan dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Tahap keempat adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan
pembelajaran khusus dirumuskan secara operasional mengandung unsur: peserta didik
yang menjadi sasaran (audience), perilaku (behavior), kondisi (conditions), dan tingkat
pencapaian (degree).
Tahap kelima adalah menyususn tes acuan patokan. Tes disusun melalui
penyiapan kisi-kisi penyusunan tes mengacu pada tujuan pembelajaran khusus yang telah
ditetapkan.
Tahap keenam adalah mengembangkan strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran dikembangkan dalam bentuk panduan kegiatan belajar mengajar,
mengandung lima bagian langkah kegiatan yaitu: pra-pembelajaran, penyajian materi,
pelibatan siswa, tes/latihan, dan tindak lanjut.
Tahap ketujuh adalah mengembangkan bahan ajar disertai dengan pemakaian
pemandu awal. Aspek-aspek yang memudahkan belajar mencakup kandungan isi dan
eksposisi dituangkan dalam bahan ajar yang dikembangkan. Pemandu awal disusun
dalam bentuk pengantar bab untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki
dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
Tahap kedelapan dan kesembilan adalah melakukan uji coba dan revisi. Uji coba
dilakukan dalam bentuk reviu bahan ajar oleh ahli, uji coba perorangan, dan uji coba
kelompok/skala kecil. Masukan yang diperoleh dari reviu ahli dan uji coba perorangan
serta uji coba skala kecil digunakan sebagai dasar untuk merevisi bahan ajar yang
dikembangkan sebelum digunakan dalam pembelajaran yang sesungguhnya.
Tahap kesepuluh adalah penilaian sumatif. Penilaian sumatif dilakukan dalam
bentuk pemberian tes prestasi belajar. Hasil tes dibandingkan dengan kelas yang
menggunakan bahan ajar yang telah ada untuk mengetahui keefektifan penggunaan bahan
ajar yang dikembangkan dengan model Dick dan Carey dengan pemakaian pemandu
awal.
9
2. Perbandingan Prestasi Belajar Mahasiswa dengan Dua Bahan Ajar yangBerbeda
Data rata-rata prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah ISD yang
menggunakan bahan ajar model Dick dan Carey dengan pemakaian pemandu awal adalah
sebesar 3,25; sedangkan yang menggunakan bahan ajar yang telah ada nilai rata-ratanya
adalah 2,89. Kedua rata-rata prestasi belajar tersebut cukup tinggi.
Hasil penggujian hipotesis menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar ISD yang menggunakan bahan ajar tertulis model Dick dan Carey dengan
pemakaian pemandu awal dibanding dengan bahan ajar tertulis yang telah ada. Analisis
lanjutan dengan uji-t menunjukkan bahwa untuk tingkat pengetahuan awal yang sama,
semua blok yang diberikan bahan ajar model Dick dan Carey dengan pemakaian
pemandu awal, rata-rata prestasi belajar ISD lebih besar dibanding dengan blok yang
diberikan bahan ajar yang telah ada. Rata-rata prestasi juga semakin menurun seiring
dengan makin rendahnya tingkat pengetahuan awal mahasiswa. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan awal berpengaruh terhadap prestasi belajar ISD namun tidak
bersifat interaktif dengan jenis bahan ajar yang digunakan.
3. Pembahasan
Bahan ajar tertulis model Dick dan Carey dengan pemandu awal lebih unggul
dalam meningkatkan prestasi belajar ISD karena aspek-sapek yang memudahkan dan
mendorong belajar yang terkandung dalam model tersebut lebih kuat dibanding dengan
bahan ajar yang telah ada. Adanya analisis kebutuhan dalam model Dick dan Carey akan
memberikan dorongan lebih kuat dalam belajar karena hal yang akan dipelajari
mahasiswa lebih sesuai dengan kebutuhan mereka..Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Garner (1990) yang menyebutkan bahwa bahan bacaan yang dianggap kurang penting
dikaitkan dengan kebutuhan seseorang akan kurang dapat perhatian sehingga tidak ada
usaha untuk menganalisis isinya.
Adanya analisis tugas atau analisis pembelajaran dalam model Dick dan Carey,
mengakibatkan hierarki kemampuan yang harus diperhatikan mahasiswa lebih jelas
sehingga memudahkan belajar. Bahan ajar yang disusun berdasarkan analisis tugas atau
analisis pembelajaran juga memudahkan mahasiswa dalam mempelajarinya karena
10
mahasiswa akan dapat belajar secara urut tahap demi tahap mulai dari hal yang lebih
mudah menuju ke hal yang lebih sulit.
Adanya identifikasi perilaku dan tugas yang akan dilakukan mahasiswa lebih
sesuai dengan kemampuan dan karakteristik awal yang mereka miliki. Hal ini akan
menghindarkan terjadinya kebosanan ataupun dialaminya kesulitan belajar oleh para
mahasiswa.
Berdasarkan teteori pengolahan informasi (information processing theory) seperti
diutarakan Gagne dan Driscoll (1989), pelajaran akan efektif apabila seseorang dapat
belajar secara bermakna. Belajar secara bermakna dapat terjadi apabila dapat
dihubungkan informasi baru yang akan dipelajari dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki. Penggunaan pemandu awal merupakan salah satu cara untuk mendorong
terjadinya belajar secara bermakna karena pemandu awal memiliki sejumlah fungsi.
Fungsi-fungsi itu adalah: (1) untuk mengundang perhatian atau menumbuhkan minat dan
sebagai pengikat atau acuan atas informasi yang akan dipelajari, (2) sebagai perancah
(rambu pembatas) untuk memberikan petunjuk pengorganisasian informasi yang akan
dipelajari, (3) dengan pengorganisasian yang mantap dan jelas, dapat dihindarkan
penghafalan tanpa makna.
Bagi mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan awal tinggi, adanya pemandu
awal akan dapat memanfaatkan pengetahuan yang telah disimpan dalam struktur kognitif.
Bagi mereka, akan terjadi pengulangan pembelajaran. Hal ini akan berakibat terjadinya
belajar lebih banyak sehingga akan menghasilkan tingkat retensi lebih tinggi yang
selanjutnya akan meningkatkan prestasi belajar.(Semb dan Ellis, 1994).
Bagi mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan awal rendah, pengetahuan
awal yang tersimpan dalam struktur kognitif mereka terbatas. Tersedianya pemandu awal
akan membantu mereka dalam mengorganisasikan materi yang dipelajari karena
pemandu awal dapat berfungsi mengingatkan pengetahuan awal yang pernah dipelajari
kemudian menghubungkannya dengan materi baru.
Fungsi pemandu awal sebagai penghubung sejalan dengan pandangan teori
Koneksionisme Thorndike (1976), bahwa dalam belajar diperlukan jalur penghubung
yang siap menggerakkan kerja otak. Lebih aktifnya kerja otak akan meningkatkan hasil
belajar.
11
Pemandu awal juga mendorong terjadinya asimilasi bermakna karena pemandu
awal akan menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki para mahasiswa. Dengan terjadinya asimilasi bermakna, proses belajar
menjadi lebih baik sehingga akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pula.
Bartlett seperti dikutip Chipman dan Segal (1985) menjelaskan bahwa apa yang
mampu diingat seseorang dari suatu teks tergantung pada pengetahuan yang telah
dimilikinya. Latar belakang seseorang akan mempengaruhi interprestasi dan ingatan atas
isi suatu bahan bacaan. Seseorang peserta didik menurut Leahey dan Harris (1985) akan
mengalami kesulitan mengingat dan memahami isi tugas bacaan apabila pengetahuan
yang berkaitan dengan itu terbatas. Alexander, Kulikowich, dan Jetton (1994)
mengungkapkan hasil penelitian Alexander dan Judy yang menyebutkan bahwa
pemrosesan informasi lebih efektif jika seseorang telah memiliki dasar-dasar
pengetahuan tentang bidang tersebut. Berkenaan dengan hal itu semua, pemandu awal
dapat memainkan perannya dalam membantu menampilkan dasar-dasar pengetahuan
yang telah ada dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan sehingga kesulitan dalam
mengingat, memahami, menginterprestasi, dan memproses secara strategis materi yang
harus dipelajari akan teratasi. Teratasinya kesulitan mengingat, memahami,
menginterprestasikan, dan memproses secara strategis suatu bahan pelajaran akan
meningkatkan hasil belajar berupa prestasi belajar yang lebih baik.
Manfaat pemandu awal sebagai bagian dari bahan ajar tertulis model Dick dan
Carey dengan pemakaian pemandu awal dalam meningkatkan prestasi belajar ISD sejalan
dengan berbagai penemuan beriku. Ausabel seperti dikutip Newell (1989) menyatakan
bahwa skor tes kelompok yang menggunakan pemandu awal berbeda secara signifikan
dengan kelompok lain yang menggunakan bentuk pengantar bukan pemandu awal. Hal
yang sama diungkapkan Newell dari temuan Kuhn dan Novak.
Beberapa temuan lain mengungkapkan hal senada. Temuan-temuan yang
diungkapkan West, Farmer, dan Wolff (1991) menyatakan bahwa pemandu awal
memiliki pengaruh dalam pengkategorian dan mempunyai kelebihan-kelebihan dalam
membantu belajar tentang konsep-konsep umum. Temuan Burnes dan Clawson yang
diungkapakan oleh Newell (1989) menyatakan bahwa pemandu awal akan membantu
membangun ingatan lebih lama. Dalam mata kuliah ISD, sebagaimana mata kuliah ilmu
12
sosial pada umumnya, materi yang perlu dipelajari cukup luas. Terdapatnya pemandu
awal yang membantu membangun ingatan lebih lama akan mendorong peningkatan
prestasi belajar karena materi yang cukup luas tadi harus disimpan sampai dilakukannya
tes untuk mengukur prestasi belajar.
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan, yakni: (1) Subyek yang hanya
berasal dari satu universitas membawa akibat terbatasnya kondisi yang terwakili dalam
penelitian. Perbedaan kondisi yang terkait dengan proses belajar mengajar akan
membawa perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar; (2) Penelitian hanya
menyangkut mata kuliah ISD tanpa mempertimbangkan masalah minat, padahal minat
merupakan aspek mental yang sebenarnya juga penting dalam belajar; (3) Penelitian
hanya menggunakan mata kuliah dalam bidang ilmu sosial, mungkin hasilnya berbeda
bila diterapkan untuk mata kuliah bidang eksakta; (4) Pengendalian penggunaan sumber-
sumber belajar yang lain tidak dapat dilakukan; (5) Tidak dilakukannya pemisahan unsur-
unsur yang menyebabkan meningkatnya prestasi belajar sehingga tidak dapat dipastikan
unsur mana yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar; (6) Setiap penggunaan
cara baru dalam pembelajaran memerlikan pelatihan bagi para dosen yang belum tentu
dapat diterima secara baik oleh mereka.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar mata
kuliah ISD dengan diberikannya bahan ajar model Dick dan Carey dengan pemakaian
pemandu awal lebih besar dibanding dengan bahan ajar tertulis yang telah ada.
2. Implikasi
Adanya perbedaan prestasi belajar sebagai akibat dari pemakaian bahan ajar yang
berbeda menunjukkan bahwa bahan ajar model Dick dan Carey dengan pemakaian
pemandu awal lebih baik dibanding dengan bahan ajar yang sudah ada. Dengan
demikian, seharusnyalah bagi para pengelola Universitas Sebelas Maret memikirkan
untuk merevisi bahan ajar yang ada agar dapat diperoleh bahan ajar yang lebih baik yang
bersifat luwes (fleksibel).
13
Untuk mengembangkan bahan ajar tertulis perlu dimasukkan sebanyak mungkin
aspek-aspek yang memudahkan belajar bagi mahasiswa yang meliputi berbagai bentuk
teknik penyajian yang dituangkan dalam bahan ajar tertulis maupun langkah
penggunaannya dalam pembelajaran. Pengaruh positif penggunaan bahan ajar tertulis
terhadap prestasi belajar ternyata dapat diperoleh mahasiswa dari semua tingkat
pengetahuan awal. Model Bidang Empat Situasi Belajar dari Campione dan Armbruster
(1985) menyatakan bahwa dalam memproses isi bahan ajar tertulis diperlukan
penggunaan pengetahuan awal dan bagi mereka yang memiliki pengetahuan awal rendah
perlu penanganan khusus. Mengutip penelitian Krueger, Semb, dan Ellis (1994)
mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan
mengalami pengulangan belajar yang dapat menghasilkan tingkat retensi lebih tinggi
pula.
Pengembangan bahan ajar tertulis yang memasukkan unsur-unsur yang
memudahkan belajar harus lebih memperhatikan peserta didik dengan tingkat
pengetahuan awal kelompok rendah. Mereka yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
tidak akan dirugikan karena dengan mengalami pengulangan belajar, mereka akan
memperoleh tingkat retensi yang lebih tinggi. Namun perlu dingat bahwa mereka dapat
merasa bosan. Agar hal ini tidak terjadi, kepada kelompok ini perlu disiapkan program-
program pengayaan. Dengan adanya program pengayaan, mereka akan tetap aktif
mengikuti proses pembelajaran.
Pemakaian pemandu awal dalam model Dick dan Carey telah meningkatkan hasil
belajar karena dengan pemandu awal pengetahuan yang tersimpan dalam struktur kognitif
mahasiswa dapat dimanfaatkan dalam belajar. Ausubel seperti dikutip Weil dan Joyce
(1978) menyatakan bahwa pemandu awal berperan membantu pengajaran dalam
penyampaian informasi yang cukup banyak secara bermakna dan efisien. Pemandu awal
memberikan gambaran menyeluruh mengenai bahan yang akan dipelajari dikaitkan
dengan hal yang sudah diketahui. Dengan adanya gambaran menyeluruh tersebut,
mahasiswa dapat menyesuaikan bahan yang akan dipelajari dengan struktur kongnitif
yang dimiliki. Dalam hal ini pemandu awal berperan sebagai penghubung antara
pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Dukungan
mengenai teori tersebut datang dari teori Koneksionisme dari Thorndike (1976) yang
14
menyatakan bahwa: apabila tersedia jalur penghubung, maka kerja syaraf otak siap
difungsikan. Pemakaian pemandu awal memudahkan belajar mahasiswa melalui
kemudahan dalam pemrosesan informasi. Kemudahan yang dimaksud adalah kemudahan
terjadinya tahap-tahap proses akuisisi, trasformasi, dan evaluasi menurut Bruner (1978)
atau tahap-tahap proses seleksi, akuisisi, konstruksi, serta integrasi menurut Weinstein
dan Mayer seperti dikutip Pintrich (1990). Melihat fungsi pemandu awal dalam
membantu belajar mahasiswa, maka pemakaiannya dalam pengembangan bahan ajar
menjadi penting.
3. Saran-saran
Berikut ini diajukan saran-saran yang didasarkan atas kesimpulan dari penelitian
dan implikasinya.
a. Bahan ajar yang ada di Universitas Sebelas Maret perlu diperbaiki dengan
memasukan model Dick dan Carey dengan pemakaian pemandu awal (advace
organizers).
b. Tidak semua dosen Universitas Sebelas Maret memahami model Dick dan Carey
dengan pemakaian pemandu awal. Oleh karenanya, perlu diadakan penataran yang
bersifat berkelanjutan untuk memperkenalkan model Dick dan Carey dengan
pemakaian pemandu awal di kalangan dosen Universitas Sebelas Maret.
c. Penataran untuk memperkenalkan model Dick dan Carey dengan pemakaian
pemandu awal sebaiknya dilakukan dalam bentuk lokakarya (workshop) agar para
dosen mendapat kesempatan melakukan latihan praktek menggunakan model tersebut
dalm pengembangan bahan ajar.
d. Setiap permulaan tahun ajaran, dosen perlu mengukur tingkat kemampuan awal
mahasiswa agar segera menyesuaikan bahan ajar yang telah dikembangkannya
dengan tingkat kemampuan awal mahasiswa mutakhir.
e. Dosen perlu memikirkan program-program pengayaan bagi mahasiswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi.
15
Daftar Pustaka
Abu Ahmadi. 1991. Ilmu sosial dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Alexander, Patricia A., Kulikowich, Jonna M., & Jetton, Tamara L. “ The role of subject-matter knowledge and interest in the processing of linear and nonlinear texts,” American educational research journal, Vol. 64 No. 2, 1994, 201-252.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Bambang Suwarno, & Asep Suryahadi. 1994. “Prestasi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi,” Mimbar pendidikan. Th. XII No. 1, 1994, 52-63.
Banathy, Bela H. 1968. Instructional systems. Belmont, CAL: Fearon Publishers, Inc.
Barr, Robert, Barth, James L., & Shermis, S. 1987. Hakekat dasar studi sosial. Aduran Buchari Alma dan Harlasgunawan Ap. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Bloom, Benjamin S., Madaus, George F., & Hastings, Thomaas J. 1981. Evaluation to improve learning. New York: McGraw-Hill Book Company.
Brown, Frederick G. 1970. Principles of educational and psychological testing, Hinsdale, Il.: The Dryden Press Inc.
Bruner, J. 1978. The process of education. Cambridge: Harvard University Press.
Campione, Joseph C., & Armbruster, Bonnie B. 1985. “Acquiring information from texts: An analysis of four approaches,” Thinking and learning skills, Volume 1: Relating instruction to research. Eds. Judith W. Segal, Susan F. Chipman, & R. Glaser. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Pp. 317-359.
Chipman, Susan F., & Segal, Judith W. 1985. “Higher cognitive goals for education: An introduction,” Thinking and learning skills, Volume 1: Relating instruction to research eds. Judith W. Segal, Susan F. Chipman, dan Robert Glaser Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Pp. 1-19.
Dick, Walter., & Carey, Lou. 1990. The systematic design of instruction. [ [t.t.]: Harper Collins Publishers.
Dick, Walter. & Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston: Allyn and Bacon.
Dressel, Paul L., & Marcus, Dora. 1982. On teaching and learning in college: Reemphasizing the roles of learners and the disciplines. San Francisco, CAL: Jossey-Bass Inc., Publishers.
16
Edwards, Allen L. 1971. Experimental design in psychological research. New Delhi: Amerind Publishing Co., Pvt., Ltd.
Gagne, Robert M., & Marcy Perkins Driscoll, Marcy Perkins. 1989. Essentials of Learning for instruction. Englewood Clifts, NJ: Prentice Hall.
Garner, Ruth. “When children and adult do not use learning strategies: Toward a theory of setting,” Review of educational research, Vol. 60, No. 4, 1990, 517-529.
Hopkins, Kenneth D., Stanley, Julian C., & Hopkins, B.R. 1990. Educational and psychological measurement and evaluation. Needham Heights, MASS.: Allyn and Bacon.
Leahey, Thomas Hardy, & Harris, Richard Jackson. 1985. Human learning. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.
Mudhoffir. 1986. Teknologi instruksional. Bandung: Remadja Karya CV.
Nana Sudjana, & Ahmad Rivai. 1989. Teknologi pengajaran. Bandung: Penerbit Sinar aru.
Newell, John. 1989. “Advance organizers: Their construction and use in instructional development.” Readings in instructional development. Vol. 5. Eds. Wayan Ardhana & Verna Willis. Jakarta: PPPTK Ditjen Dikti.
Pintrich, Paul R. 1990. “Implication of psychological research on student learning and college teaching for teacher education.” Handbook of research on teacher education: A project of Association of Teacher Education. Eds. W. Robert Houston, Martin Haberman, & John Sikula. New York: Macmillan Publishing Company. Pp. 826-857.
Semb, George B., & Ellis, John A. 1994. “Knowledge taught in school: What is remembered?” Review of educational research, Vol. 64, No. 2, 1994, 252-286.
Soedjatmoko. 1991. Manusia dan dunia yang sedang berubah. Dalam C.R. Semiawan dan Soedijarto (Eds). Mencari strategi pembangunan pendidikan nasional menjelang abad XXI (pp. 7-17). Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodologi pengajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bandung: Penerbit Alumni.
Thorndike, Edward Lee. 1976. “Connectionisme” Learning: Systems, Models, and Theories. Ed. William S. Sahakian. Chicago: Rand McNally College Publishing Company.
17
Toeti Soekamto. 1993. Perancangan dan pengembangan sistem instruksional. Jakarta: Intermedia, 1993
Weil, Marsha, & Joyce, Bruce. 1978. Information processing models of teaching: Expanding your teaching reportoire. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
West, Charles K., Farmer, James A. & Wolff, Phillip M. (1991). Instructional design: Implications from cognitive science. Boston: Allyn and Bacon.
Worthen, Blaine R., & Sanders, James R. 1973. Educational evaluation: Theory and practice. Belmont, CAL.: Wodsworth Publishing Inc.
Yusufhadi Miarso. 1990. “Approaches in instructional improvement in Indonesia,” Prosiding Makalah untuk Sixteenth International Conference on Improving University Teaching. 173-181. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
18