Download - PRESUS obgyn solutio placenta
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 1/24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam suatu persalinan merupakan suatu landasan bagi
kami untuk memaparkannya dan mengajak teman-teman sejawat untuk berdiskusi, sehingga
diharapkan apabila dalam menghadapi persalinan yang serupa dengan yang akan kami
presentasikan teman-teman sudah mengerti dan dapat berbuat atau bertindak dengan benar
sehingga diharapkan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
Latar belakang mengulas kasus ini ialah intra uterin fetal death dan solutio placenta.
Dengan maksud untuk dapat memberikan diagnose dan terapi terhadap pada
kehamilan dengan IUFD dan suspect solutio placenta serta mengetahui hal-hal yang
dapat menjadi dasar pertimbangan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan presentasi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara
kronologis perjalanan diagnosis dan penatalaksanaan IUFD dan suspect solutio placenta.
C. TINJAUAN PUSTAKA
INTRA UTERINE FETAL DEATH
Definisi : Kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya, janin tidak
bernapas atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan , seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat,
atau kontraksi otot.
Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan , yaitu:
1. Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu
3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late fetal death)
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 2/24
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
Etiologi:
1. Infeksi : TORCH, sifilis, pneumonia, tifoid
2. Kelainan congenital : anensefali
3. Perdarahan antepartum : solutio plasenta, plasenta previa
4. Kelainan darah : inkompabilitas Rh, ABO
5. Preeklampsia, eklampsia
6. Lilitan tali pusat
7. After coming head
8. Trauma
9.
Hipoksia kronik10. Malnutrisi
Diagnosis
1. Perut tidak bertambah besar (TFU >>)
2. Tidak ada gerakan janin
3. Tidak terdengar DJJ
4. Ro : tanda Spalding (overlapping sutura janin)
5. USG : tidak ada DJJ / gerakan janin
6. Post partum : derajat maserasi janin
I : kulit belum rusak tetapi mudah terkelupas
II : bula (hemoragik) pada kulit
III : kulit kisut & kendor, jaringan & sendi kendor
Terminologi untuk menerangkan DJJ janin.
DJJ merupakan dasar merujuk pada kecepatan modalitas uang mengungkapkan sebagian dari
akselerasi periodik yang dikaitkan dengan kontraksi uterus. Angka dasar antara 120 dan 160
detak/menit dianggap normal, angka 100-120 bradikardi ringan dan kurang dari 100 bradikardi berat.
Takikardi dianggap ringan kalau angka dasarnya antara 161-180 detak/menit dan jelas kalau lebih dari
180 detak/menit.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 3/24
Akselerasi merujuk pada meningkatnya DJJ diatas dasar dan deselerasi menunjukkan
perlambatan dibawah angka dasar. Tiga pola utama deselerasi :
1. Pola deselerasi seragam mencerminkan bentuk yang terekam bersamaan dengan kejadian kontraksi
uterus. Deselerasi dini biasanya dihubungkan dengan kompresi kepala janin, meskipun stimulasiuntuk deselerasi dinin dapat lebih tidak menggembirakan lagi.
2. Pola deselerasi awal yang ditandai dengan perlambatn DJJ saat mulainya kontraksi, kemudian
merupakan akibat penekanan tekanan intrakranial sementara karena kompresi kepala yang
merangsang N. Vagus dan karena inu memperlambat jantung. Tetapi deselerasi awal mempunyai
sebab yang lebh mengkhawatirkan yang sering disebabkan kompresi tali pusat.
3. Pola deselerasi lambat kemungkinan akibat hipoksia dan gangguan metabolik yang ditimbulkan
serta asidosis karena sebab-sebab lain, misalkan jepitan tali pusat lama dan berulang atau sepsis
janin karena karioamnionitis. Kehamilan dapat ditangguhkan dengan aman hanya kalau insufisiensi
uteroplaebter dapat dikoreksi, seperti menghilangnya aktivitas uterus yang berlebihan dengan
menghentikan segera stimulasi oksitosin atau dengan segera mengkoreksi hipotensi ibu oleh sebab
itu akan memperbaiki sirkulasi uteroplasenter.
4. Pola deselerasi variabel kemungkinan oleh kompresi tali pusat.
Alat yang dipakai :
- Stetoskop Laenec/Doppler.
- CTG.
Penilaian keadaan janin :
- Pembuatan foto rontgen.
- USG.
- Amnioskopi.
- Menganalisa air ketuban.
- Perbandingan lesitin sfingomyelin.
- NST (Non Stress Test).
- OCT.
- Gerakan janin.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 4/24
Terapi
1. Preventif : ANC yang baik
2. Observasi 2-3 minggu
3. Persalinan
I. Pervaginam : priming dengan Misoprostol & induksi dengan infuse Oksitosin embriotomi
(atas indikasi)
II. Perabdominam : SC (atas indikasi)
Solutio Placenta
Def : Keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir.
Klasifikasi menurut derajat lepasnya plasenta :
1) Solusio plasenta parsialis.
Hanya sebagian saja plasenta dari tempat perlekatannya.
2) Solusio plasenta totalis.
Seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
3) Kadang-kadang plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam, disebut :
³populasi placenta´.
Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinis :
1. Solusio plasenta ringan
Perdarahan kurang dari 200 cc, uterus tidak tegang, belum ada renjatan, pelepasan plasenta
kurang dari 1/6 bagian permukaan fibrinogen plasma > 250 mg %.
2. Solusio plasenta sedang
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 5/24
Perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pra renjatan, gawat janin atau
janin telah mati, pelepasan plasenta ¼-23 bagian permukaan plasenta, fibrinogen plasma
150-250 mg %.
3. Solusio plasenta berat
Uterus tegang berkontraksi tetanik, terdpat tanda renjatan, janin telah mati, plasenta lepas >
2/3 permukaan atau keseluruhan permukaan.
Etiologi :
Sebab jelasnya belum diketahui.
Teori dari para ahli :
Turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme arteri yang menuju ke ruangan inter viller,
maka terjadi nekrosis, spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam inter villi, pembuluh
darah distal tadi rapuh dan menjadi mudah pecah, sehingga hematom terbentuk dan lambat laun
melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hematom
retroplacenta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Faktor vaskuler
Yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis, hipertensi esensial.
2. Faktor trauma
Trauma langsung seperti jatuh, tertentdang, tarikan pada tali pusat yang pendek akibat
pergerakan janin yang banyak, versiluar, pertolongan persalinan.
3. Faktor paritas
Lebih banyak dijumpai pada multi dari pada primi.
4. Pengaruh lain
Seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior.
Diagnosis :
1. Anamnesis :
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 6/24
Perdarahan pervaginum dengan sifat bisa hebat dan sekonyong-konyong (non rekuren) terdiri
dari darah segar dan bekuan-bekuan darah.
Pergerakan anak mulai hebat terasa pelan akhirnya tidak bergerak lagi.
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang.
Ibu kelihatan anemis, tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
2. Inspeksi :
Pasien gelisaah, sering mengerang kesakitan.
Pucat sianosis keringat dingin.
Keluar darah per vaginam.
3. Palpasi :
Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya retro plasenter hematom, uterus tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.
Uterus teraba tegang dan keras seperti papan [uterus in bois (wooden uterus)] baik waktu his
maupun di luar his.
Bagian-bagian janin sukar dikenali karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi :
Sulit, karena uterus tegang. Bila BJJ terdengar biasanya di atas 140 x, kemudian turun di
bawah 100 dan akhirnya hilang.
5. Pemeriksaan dalam :
Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun di luar his.
Kalau ketuban pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, maka plasenta akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan.
6. Pemeriksaan umum :
Tensi semula tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler tetapi lambat laun
turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok.
Nadi cepat, kecil.
7. Pemeriksaan laboratorium :
Urin : albumin (+)
Darah : - Hb menurun
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 7/24
- a/hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta :
Sesudah bayi lahir plasenta cekung dan tipis di bagian plasenta yang terlepas dan terdapat
koagulum (haematom retroplasenter).
Diagnosis Banding
- Plasenta previa.
- Vasa previa.
Komplikasi
a. Langsung : - Perdarahan
- Infeksi
- Emboli
b. Tidak langsung :
y Cauvelair uterus, sehingga kontrasi tidak baik, dan menyebabkan perdarahan post partum.
y a/hipo-fibrinogenemia dengan perdarahan post partum.
y Nekrosis-kontaks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.
y Kerusakan-kerusakan ringan seperti hati, hipofisis dan lain-lain.
Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif (ekspektatif)
Menunggu sampai perdarahan berhentiu dan partus berlansung spontan. Selama
menunggu/mengawasi diberikan :
Perbaiki keadaan umum.
Berikan antibiotik.
Suntikan morfin sibkutan.
Stimulasi dengan kardio tonika.
Transfusi darah.
2. Terapi aktif
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 8/24
Prinsip : melakukan tindakan dengan tujuan anak segera dilahirkan dan perdarahan dapat
segera dihentikan.
Persalinan yang tidak selesai, atau tidak diharapkan selesai dalam 6 jam setelah terjadinya solutio
placenta walaupun dengan pemecahan selaput ketuban, infus oksitosin, satu-satunya cara untuk
segera mengosongkan uterus ialah dengan seksio sesarea. Seksio sesarea tidak usah menunggu
sampai darah tersedia secukupnya atau syok elah dapat diatasi, karena tindakan terbaik untuk
mengatasi perdarahan ialah dengan mengatasi perdarahan.
Ruptura UteriRuptur uteri merupakan robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan
dengan atau tanpa robeknya peritoneum viserale.
ETIOLOGI Menurut etiologinya :
(1). Ruptura uteri spontanea
Menurut etiologi dapat dibagi 2 :
(a). Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada bekas seksio sesarea,
miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia, pelepasan plasenta secara manual.
Dapat juga pada graviditas pada kornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis,
kelainan kongenital dari uterus, seperti hipoplasia uteri dan uterus bikornus, penyakit
pada rahim, misalnya mola destruens, dan lain-lain, atau pada gemeli dan hidramnion,
dimana dinding rahim tipis dan regang.
(b). Karena peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya pada panggul sempit atau
kelainan bentuk panggul, janin besar seprti janin penderita D.M, hidup fetalis,
postmaturitas dan grandemultipara. Juga dapat karena kelainan kongenital dari janin :
hidrosefalus, monostrum, torakofagus, anensefalus dan shoulder dystocia; kelainan letak
janin : letak lintang dan presentasi rangkap; atau malposisi dari kepala : letak defleksi,
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 9/24
letak tulang ubun-ubun dan putar paksi salah. Selain itu karena adanya tumor pada jalan
lahir; rigid cervix: conglumeratio cervicis, hanging cervix ; retrofleksia uteri gravida dengan
sakulasi; grandemultipara dengan perut gantung (pendulum); atau pimpinan partus yang
salah.
(2). Ruptura uteri violenta (traumatika), karena tindakan dan trauma lain seperti :
- Ekstraksi forsep
- Versi dan ekstraksi
- Embriotomi
- Versi Braxton Hicks
- Sindroma tolakan (pushing syndrome)
- Manual plasenta
-
Kuretase- Ekpressi Kristeller atau Crede
- Pemberian pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
- Trauma tumpul dan tajam dari luar
Menurut gejala klinis :
(1). Ruptura uteri imminens (membakat = mengancam); penting untuk diketahui. Gejala klinis akan
dibicarakan kemudian.
(2). Ruptura uteri (sebenarnya).
MEKANISME RUPTUR UTERI
Pada umumnya uterus dibagi atas dua bagian besar : korpus uteri dan serviks uteri. Batas
keduanya disebut ismus uteri (2-3 cm) pada rahim yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira
± 20 mg, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran kavum uteri, maka mulailah terbentuk
SBR ismus ini.
Batas antara korpus yang kontrakstil dan SBR yang pasif disebut lingkaran dari Bandl.
Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila terdapat pada 2-3 jari diatas simfisis, bila meninggi maka
kita harus waspada terhadap kemungkinan adanya ruptura uteri mengancam (RUM).
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 10/24
Ruptur uteri terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus. Sedangkan
kalau uterus telah cacat, mudah dimengerti, karena adanya lokus minoris resistens.
Rumus mekanisme terjadinya ruptura uteri :
R = H + O
Dimana : R = Ruptura
H = His kuat (tenaga)
O = Obstruksi (halangan)
Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan cervix
menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju
(obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif
ini akan tertarik ke atas, menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran Bandl ikut meninggi,
sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi Ruptura Uteri.
Dalam hal terjadinya ruptur uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring apparatus untuk
memfiksir uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum latum, ligamentum sacrouterine, dan
jaringan parametra.
DIAGNOSIS DAN GEJALA KLINIS
Terlebih dahulu, dan ini yang penting, adalah mengenal betul gejala dari ruptura uteri
mengancam (threatened uterine rupture) sebab dalam hal ini kita dapat bertindak secepatnya
supaya tidak terjadi ruptura uteri yang sebenarnya.
Gejala ruptura uteri mengancam (RUM)
(1). Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong/didorong oleh dukun/bidan, partus sudah lama
berlangsung.
(2). Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri di perut.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 11/24
(3). Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan
meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
(4). Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
(5). Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor ), yaitu mulut kering, lidah
kering dan haus, badan panas (demam).
(6). His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
(7). Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras, terutama
sebelah kiri atau keduanya.
(8). Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis dan
teregang.
(9). Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang bertambah
lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis dan teregang.Sering lingkaran Bandl ini dekelirukan dengan kandung kemih yang penuh, untuk itu
lakukan kateterisasi kandung kemih.
Dapat peregangan dan tipisnya SBR terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat
kita periksa, misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun
belakang.
(10). Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang ke atas,
terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuri.
(11). Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
(12). Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi seperti edema porsio,
vagina, vulva, dan kaput kepala janin yang besar.
Gejala-gejala ruptura uteri
Bila ruptura uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu saat akan terjadilah
ruptura uteri.
(1). Anamnesis dan inspeksi
- Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang di robek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
keringat dingin sampai kolaps.
- Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 12/24
- Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
- Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur.
- Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak begitu banyak, lebih-lebih kalau
bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan menyumbat jalan lahir.
- Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan di bahu.
- Kontraksi uterus biasanya hilang.
- Mula-mula terdapat defans muskuler kemudian perut menjadi kembung dan
meteoristis (paralisis usus).
(2). Palpasi
- Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan.
- Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
- Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba
bagian-bagian janin langsung di bawah kulit perut, dan disampingnya kadang-
kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
- Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.
(3). Auskulatsi
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah
ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
(4). Pemeriksaan Dalam
- Kepala janin yang tadinya sudah jatuh turun ke bawah, dengan mudah dapat
didorong ke atas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak.
- Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diaraba robekan pada dinding rahim dan
kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,
omentum, dan bagian-bagian janin.
Kalau jari tangan kita yang didalam kita temukan dengan jari luar, maka terasa
seperti dipidahkan oleh bagian yang tipis sekali dari dinding perut, juga dapat
diraba fundus uteri.
(5). Kateterisasi
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada kandung kemih.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 13/24
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 14/24
Atoni uteri merupakan salah satu penyebab perdarahan post partum, selain atoni uteri dapat juga oleh
perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta
misalnya kotiledon atau plasenta suksenturiata.
Atoni juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus ke bawah
dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak dalam waktu pendek. Apabila
terjadi perdarahan postpartum dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan melahirkan plasenta segera.
Jikalau plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia atau perdarahan akibat
perlukaaan jalan lahir. Pada perdarahan akibat atonia, uterus membesar dan lembek pada palpasi,
sedangkan bila akibat perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik.
1.
Observasi TTV syok2. Palpasi uterus (TFU & UC) atonia uteri
3. Periksa kelengkapan plasenta plasenta restan
4. Eksplorasi cavum uteri plasenta restan
5. Periksa jalan lahir laserasi jalan lahir
6. Cek lab (DL,PT, APTT, LED) kelainan darah
Terapi
1. Syok infuse RL
2. Masase fundus uteri masih perdarahan:
3. Eksplorasi cavum uteri
4. Kompesi bimanual eksternal
5. Uterotonik:
y Oksitosin 20 IU (2 amp) + 500 cc RL drip 20 tpm
y Injeksi Metil Ergometrin 0,2 mg 1x1 amp i.m
6. Kompresi bimanual internal masih perdarahan:
7. Rujuk laparotomi, selama di perjalanan
y Oksitosin 20 IU (2 amp + 500 cc RL drip)
y Kompresi bimanual eksternal + kompresi aorta abdominalis
8. Ligasi A. uterina dan/ atau A. Hipogastrika masih perdarahan :
9. Operatif : Histerektomi
10. Cek DL : Hb< 8 transfusi: WB/ PRC/ FFP
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 15/24
BAB II
KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 28 th
Alamat : Tamansari 1/6 Kr Uwas
No. CM : 074113
Dtg/Tgl : 12.30 WIB, 1 Agustus 2009
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kencang-kencang, belum keluar lendir darah dan ketuban tak lama
kemudian, gerak janin tidak dirasakan. Perut tegang dan nyeri tekan (+). Riwayat Haid : HPHT : 14-12-
2008, HPL : 21-9-09, Riwayat nikah 1x selama 1 tahun, Riwayat ANC : teratur sebulan 1x di bidan, TT (-),
Riwayat KB Pil (+) 2 Th . Riwayat obstetric : An.I hamil ini. Riwayat Penyakit Dahulu : Jantung, Hipertensi,
DM, Asma disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Pucat
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : T : 90/70 mmHg, N : 120x/ menit
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 16/24
R : 40 x/ mnt, S : Afebris
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 52 kg
Status Generalis : - Mata : Conjuntiva Anemis (-), Skelra Ikterik (-)
- Thorak : Cor : S1> S2 Reguler, Bising (-), Gallop (-)
Pulmo: Suara Dasar Vesikuler, Suara Tambahan (-)
- Genetalia Eksterna : Lendir darah (-), Edeme Vulva (-)
- Ektremitas : Udeme (-) ekstremitas bawah, Reflek Fisiologis (+), Reflek
Patologis (-)
Status Obstetri
- Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : Perut Membuncit tampak membujur
Palpasi : TFU 22 cm,
Presentasi belakang kepala, His (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : DJJ : tidak terdengar
- Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher : Pembukaan 1 cm, selaput ketuban (+), lendir darah (-), kepala turun
Hodge I
D. Diagnosis
G1P0A0, 28 th, Hamil 33 mgg, Janin Mati Intrauterine, Presentasi belakang kepala, Letak membujur,
Suspect solutio placenta
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 17/24
E. Penatalaksanaan
y Rencana Diagnostik : Lapor dokter umum IGD
y Rencana Terapi : Usaha darah 3 kolff, cek lab darah lengkap, tunggu hasil lab
y Rencana Diagnostik: Lapor dokter konsulen jaga obsgin
y Rencana Terapi : Infus 2 jalur, injeksi Ampicillin 3x1 gr , konsul anestesi untuk SC, siapkan SC
F. Observasi di VK IGD
Tgl : 01/08/2009 jam 15.00 : Dapat darah 2 kolff, TD: 100/70
Jam 15.15 : Dokter residen anestesi periksa dan diberi ranitidin
Jam 16.00 : Operasi dimulai
Jam 16.10 : Bayi lahir mati, perempuan, pada ibu ditemukan adanya rupture uteri
spontan dan atonia uteri maka dilakukan histerektomi
Jam 17.30 : Operasi selesai, usaha darah lagi 4 kolff, observasi keadaan umum
Laporan Operasi
Tanggal Pembedahan : 1 Agustus 2009
Pembedahan dimulai : Jam 16.00
Pembedahan Selesai : jam 17.30
Diagnosis Pra Bedah : G1P0A0, 28 thn, hamil 33 minggu, IUFD, presentasi belakang kepala,
letak membujur, suspect solutio placenta
Diagnosis Pasca Bedah : Post SCTP & Histerektomi a.i IUFD, rupture uteri spontan dan atonia uteri
Jenis Pembedahan : SCTP dan Histerektomi
Laporan Operasi
y Penderita tidur telentang dimeja operasi
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 18/24
y Asepsi dan anti sepsis abdomen dan daerah sekitarnya
y Tutup dengan duk steril kecuali di daerah tindakan
y Insisi pada linea mediana sampai cavum abdomen terbuka
y Pasang speculum abdomen, tampak uterus sebesar hamil aterm
y Insisi Segmen Bawah Rahim sampai cavum uteri terbuka.
y Pecah kulit ketuban
y Bayi lahir dengan ekstraksi kaki, perempuan, IUFD , BB : 1750 gr, PB : 43 cm
y Jahit Corpus dengan benang Dixon share jelujur terkunci
y Dilanjutkan dengan menjahit SBR dengan cara yang sama
y Dilanjutkan dengan sterilisasi Pomeroy
y Perdarahan minimal
y Tutup dinding abdomen selapis demi selapis
y Operasi selesai
Instruksi Post Operasi :
y Infus RL + NaCl = 1:2:1 = 30 tpm
y Transfusi s/d Hb 10 gr/dl
y Ceftriaxone injeksi 2x1 gr 1L
y MetronIdazol drip 2x500 gr (2 hari)
y Alinamin F injeksi 2x1 gr 1L
y Vit. C injeksi 3x1 gr 1L
y Tiamolol injeksi 3x1 gr
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 19/24
HASIL LABORATORIUM
DARAH LENGKAP
Hb : 7,9 gr/dl (nilai normal 12-16 gr/dl)
Leukosit : 14.700 gr/dl (nilai normal 5000-10000 gr/dl)
Hematokrit : 21,1 % (nilai normal 37-47%)
Eritrosit : 2 juta 3,7 juta (nilai normal 4,2 -5,4 juta/ uL
Trombosit : 87.000 (nilai normal 150.000-450.000/ uL)
Hitung Jenis Leukosit :
- Basofil : 0 (nilai normal 0-1 %)
- Eosinofil : 0 (nilai normal 2-4 %)
- Batang : 0 (nilai normal 2-5 %)
- Segmen : 70 (nilai normal 40-70%)
- Limfosit : 30 (nilai normal 20-40%)
- Monosit : 0 (nilai normal 2-8 %)
GLUKOSA SEWAKTU : 129 mg/dl (nilai normal 200 mg/dl)
SGOT : 22 (nilai normal 14-36)
SGPT : 19 (nilai normal 9-52)
UREUM DARAH : 21-9 (nilai normal 15-36,4)
KREATININ DARAH : 0-88 (nilai normal 0,7-1,2)
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 20/24
Follow up di Bangsal Flamboyan
Tanggal S O A P
02/08/09 Perut terasa mules
BAK : (+) DC
BAB : (-)
Flatus : (-)
PPV : (+)
K U: Lemah, Compos Mentis.
VS : T : 100/70 mmHg
N : 90 x /Mnt
S : Afebris
R : 72 x/mnt
St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/-
Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :dbn
St. Obstetrik
I : Datar, luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+) N
PIA0,28 th Post
SCTP &
histerektomi a.i
IUFD, rupture
uteri spontan,
atoni uteri
03/08/09 Perut masih sakit
Kel: Flatus (-)
BAK (+) DC
BAB (-)
ASI (-)
PPV (+)
K U: sedang, Compos Mentis.
VS : T : 110/70 mmHg
N : 80 x /Mnt
S : Afebris
R : 28 x/mnt
St Generalis
Mata: C
A-/-,
SI-/-
Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :dbn
St. Obstetrik
I : Datar, luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah pusat
PIA0,28 th Post
SCTP &
histerektomi a.i
IUFD, rupture
uteri spontan,
atoni uteri
-Ampicillin 3x500
mg
- Sulfas Ferrosus
Vit C
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 21/24
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+) N
05/08/09P
erut masih sakitKel:
Flatus (+)
BAK (+)
BAB (-)
PPV (+)
K U
: sedang, ComposM
entis.VS : T : 110/70 mmHg
N : 84 x /Mnt
S : Afebris
R : 20 x/mnt
St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/-
Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :dbn
St. Obstetrik I : Datar, luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+) N
PIA
0,28 thP
ostSCTP &
histerektomi a.i
IUFD, rupture
uteri spontan,
atoni uteri
- Obat diteruskan- Amoxicillin 3x500
mg
- Vit C/ SF
- Asam mefenamat
3x500 mg
- Pengawasan K U,
TFU, PPV, BAK,
BAB, Flatus
-
06/08/09 Batuk
Kel:
Flatus (+)
BAK(+)
BAB (+)
PPV (+)
K U: sedang, Compos Mentis.
VS : T : 100/60 mmHg
N : 80 x /Mnt
S : Afebris
R : 20 x/mnt
St Generalis
Mata: CA -/-, SI -/-
Thorax: C/P dbn
Ekstemitas :dbn
St. Obstetrik
I : Datar, luka op tertutup kasa
Pa : TFU 3 jr dibawah pusat
Nyeri tekan (-)
Pe : Tympani
A : Bising Usus (+) N
PIA0,28 th Post
SCTP &
histerektomi a.i
IUFD, rupture
uteri spontan,
atoni uteri
-Amoxicillian 3x500
mg
-Vit C/ SF 2x5 tab
-Asam mefenamat
3x500 mg
-Diet biasa
-Pengawasan K U,
TFU, PPV, BAK,
BAB, Flatus
-Boleh pulang
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 22/24
BAB III
PEMBAHASAN
Dari laporan kasus yang kami presentasikan ini, pasien datang dengan GIP0A0, 28 thn, Hamil 33
minggu, Janin Mati Intrauterin, Presentasi belakang kepala, Letak membujur, Suspect Solutio Placenta.
Diagnosis ini berdasarkan pada :
- GIP0A0 : ini adalah kehamilan pasien yang pertama, pasien belum pernah
melahirkan dan belum pernah abortus.
- Hamil 33 minggu : ini berdasarkan HPHT pasien, yaitu 14 Desember 2008 dengan
HPL tanggal 21 September 2009.
- Janin mati intra uterine, Letak membujur ditentukan dengan pemeriksaan Leopold
dan DJJ (-).
- Suspect Solutio Placenta pada pasien ini didiagnosis dari perut tegang dan adanya
nyeri tekan di perut, serta Hb rendah : 7,9 gr/dl
Pada kasus ini dilakukan tindakan untuk segera mengakhiri persalinan yakni dengan tindakan
secsio secaria dan histerektomi. Karena pada kasus ini memenuhi kriteria untuk segera melakukan
tindakan secsio secaria dan histerektomi, adapun kriterianya adalah pada kasus ini didapatkan keadaan
IUFD , rupture uteri spontan, dan atoni uteri.
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 23/24
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini : GIP0A0, 28 thn, Hamil 33 minggu, Janin Mati Intrauterin, Presentasi
Belakang Kepala, Letak Membujur, Suspect Solutio Placenta
2. Janin tidak bisa dilahirkan pervaginam karena adanya kegawatdaruratan janin yang harus segera
dilakukan tindakan sectio secaria.
3. Intra Uterine Fetal Death kemungkinan dikarenakan adanya perdarahan antepartum
4. Dasar diagnosis suspect solutio placenta didasarkan pada adanya perut tegang, nyeri tekan di perut,
Hb yang rendah (7,9 gr/dl).
5. Histerektomi dilakukan atas dasar rupture uteri dan atoni uteri. Sehingga bila uterus tidak diangkat
dikhawatirkan akan terjadi perdarahan post partum
8/7/2019 PRESUS obgyn solutio placenta
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-solutio-placenta 24/24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono P, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta ,
Tahun 1999, Bab Perlukaan dan Peristiwa Lain dalam Persalinan, Hal 668-672
2. Sarwono P, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta ,
Tahun 1999, Bab Gangguan dalam Kala III Persalinan, Hal 653-654.
3. Delfi Lutan, (1998), SINOPSIS OBSTETRI : Obstetri Fisiologi dan Patologi , Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
4. Anonim, (1984), Obstetri Patologi , Bagian Obstetri dan Ginekologi Fk Unpad, Bandung.