Download - Risk Mgmt_Financial Health & Legal Risk
TABLE OF CONTENTS
Statement of Authorship .............................................................................................................. 2
Table of Contents ............................................................................................................................ 3
CHAPTER 11—STAYING FINANCIALLY HEALTHY (Study Case: The Bancruptcy of Japan
Airlines—JAL) .................................................................................................................................. 4
A. Pre-empting financial risk .......................................................................................................... 4
B. Seven ways to reduce financial risk ............................................................................................ 5
C. Healthy margins ........................................................................................................................ 9
D. Cutting overheads ................................................................................................................... 10
E. Reducing production or operating costs ................................................................................... 11
F. Outsourcing and offshoring ..................................................................................................... 11
G. Unfixing fixed assets; flab ........................................................................................................ 14
H. Unprofitable prices ................................................................................................................... 14
I. Bad and excessive debts; substantial borrowings, and vulnerability to interests rates ............... 15
J. Selling or closing part of the business ....................................................................................... 17
K. Overseas investment; international financial risks .................................................................... 17
L. Financial management and corporate governance ................................................................... 18
M.Dealing with a cash crisis; reporting adverse results; the takeover bid; going bankrupt ............ 20
KASUS : Japan Airlines (JAL) ........................................................................................... 24
CHAPTER 13—LIABILITY, LEGAL RISKS & INTELLECTUAL PROPERTY (Study Case : Omni
International Hospital vs Prita Mulyasari—The Court)
A. The risk of litigation, and how to manage it ............................................................................. 26
B. Product liability litigation ......................................................................................................... 29
C. Sarbanes–Oxley Act ................................................................................................................. 29
D. Operating Financial Review ...................................................................................................... 30
E. Turnbull guidelines .................................................................................................................. 31
F. Non-executive directors .......................................................................................................... 32
G. Diversification, acquisitions, and divestment ........................................................................... 33
H. Intellectual property ................................................................................................................ 37
I. Legal risks of email .................................................................................................................. 40
KASUS : Prita Mulyasari .......................................................................................................... 42
BIBLIOGRAPHY ............................................................................................................................. 46
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
2
CHAPTER 11
STAYING FINANCIALLY HEALTHY
A. Pre-empting financial risk
Pengertian dasar risiko terkait adanya ketidakpastian dan tingkatan dalam segala aspek
usaha dalam bisnis, yang terukur secara kuantitatif—salah satunya dari sisi keuangan
perusahaan. Risiko keuangan dalam perusahaan timbul akibat fluktuasi target keuangan atau
ukuran moneter perusahaan—diantaranya arus kas, laba perusahaan, economic value added,
dan pertumbuhan penjualan1.
Namun sayangnya, manajemen tidak terlalu memperhatikan secara signifikan posisi
risiko keuangan perusahaan sebelum teridentifikasi dan berujung pada krisis yang terjadi di
kemudian hari. Hal ini menjelaskan mengapa begitu banyak organisasi badan usaha tidak
memperdebatkan kesehatan dan keamanan keuangannya yang membawa dampak serius
bukan hanya bagi perusahaan tetapi juga nasib para pekerjanya.
Risiko keuangan yang terjadi dapat berupa:
1. Kondisi keuangan yang tidak mencukupi dalam memenuhi komitmen perusahaan.
2. Melakukan kesepakatan yang apabila terjadi kegagalan menjadi kerugian besar.
3. Menghadapi masalah terkait pada kondisi pasar atau rentan terhadap perubahan
tingkat bunga, maupun bahan baku produksi perusahaan.
Kasus kebangkrutan raksasa penerbangan Asia—Japan Airlines (JAL) berikut ini
diharapkan dapat membantu memahami bagaimana melakukan pengelolaan risiko keuangan
perusahaan dengan baik dan tepat, terkait adanya kemungkinan ataupun masalah yang
akhirnya muncul di dalam organisasi JAL.
1 Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
3
B. Seven ways to reduce financial risk
Dalam manajemen risiko keuangan perusahaan, diperlukan mitigasi atas risiko dan
pengelolaan terkait kendala yang harus diatasi berdasarkan tujuan perusahaan dan
penanganan masing-masing sesuai dengan skala prioritasnya.
Kasus bangkrutnya Japan Airlines (JAL) pada awal tahun 2010 lalu menjadi salah satu
contoh gagalnya pengelolaan dan penanganan risiko keuangan dalam perusahaan tersebut
yang terakumulasi sejak sepuluh tahun sebelumnya. Beberapa kesimpulan dari kasus
tersebut terkait dengan tujuh langkah dalam mitigasi atau penanggulangan risiko keuangan
perusahaan JAL diantaranya sebagai berikut:
1. Mengelola margin yang sehat
Margin merupakan selisih pendapatan dengan biaya yang muncul dalam
segala aktivitas perusahaan, menandakan tingkat kemampuan perusahaan dalam
mengelola bisnisnya. Margin yang kuat merupakan fondasi utama bisnis yang sehat;
dimana pengelolaan yang tepat akan menjadi modal bisnis jangka panjang.
Masalah keuangan JAL berawal sejak merger dengan Japan Air Systems (JAS)
menciptakan jejaring bisnis inti baru pada November 2001 — Japan Airlines System.
Sejak itu, setiap tahun terjadi konflik rutin antara pimpinan JAL ‘asli’ dengan pejabat
JAL ‘ex-JAS’, menyangkut kebijakan finansial ataupun retirement karyawan.
Kenyataan ketidakmampuan JAL menciptakan marjin yang sehat disebabkan
oleh pengelolaan rute penerbangan yang tidak lagi menguntungkan, sehingga
margin yang didapat atas pelayanan dengan nilai keuntungan yang rendah tersebut
berakibat pada melemahnya performa keuangan JAL. Kondisi ini diperburuk oleh
meningkatnya persaingan terutama dengan All Nippon Airways dan lilitan utang
korporat yang mencapai 25,6 milyar dollar AS. Ini ditandai dengan pendapatannya
yang terus menurun hingga September 2009 lalu, sedangkan biaya pensiun
karyawan tanpa memperhatikan kondisi keuangan sebenarnya cenderung terus
meningkat.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
4
Sementara komitmen pemerintah dengan membantu JAL melalui suntikan
dana pun sayangnya makin berkurang. Seiring tuntutan Nippon Airlines dan para
maskapai rival lainnya yang merasa pemerintah terlalu banyak campur tangan
secara internal terhadap JAL. Hal tersebut menegaskan agar pemerintah Jepang
berlaku adil atas aturan main dalam bisnis, sehingga lama-kelamaan JAL harus
berdiri sendiri menghadapi dampak persaingan tanpa dukungan pihak pusat.
Dampak risiko utama inilah yang mengakibatkan keputusan JAL untuk
melakukan ‘restrukturisasi’ dan memangkas biaya serta inefisiensi yang selama ini
memberatkan keuangannya. Pemangkasan 15.500 karyawan dan mengganti
pesawat tua agar dapat bertahan telah dilakukan JAL, namun sayang tidak merubah
keadaan hingga pada 19 Januari 2010 lalu, maskapai terbesar Asia tersebut
mengajukan perlindungan pailit pada Pengadilan Distrik di Tokyo berdasarkan
Undang-Undang Rehabilitasi Korporat.
2. Membangun cadangan keuangan
Kesalahan JAL dalam pengelolaan risiko bisnisnya, bukan diakibatkan karena
tidak tercukupinya cadangan keuangan yang dapat membantu mempertahankan
perusahaan dalam keadaan krisis tersebut. Melainkan seluruh aset yang dimiliki JAL
terpaksa digadaikan untuk menutupi setiap kewajiban yang harus dipenuhi akibat
inefisiensi operasional perusahaan. Sedikit demi sedikit, kekayaan perusahaan pun
tergerus untuk menutupi utang JAL yang mencapai 25,6 miliar dollar AS pada 2009
lalu. Sehingga besarnya cadangan yang dimiliki kurang atau tidak berarti dalam misi
penyelamatan maskapai tersebut.
Sebagai langkah strukturisasi dan penyelamatan JAL lebih lanjut, pemerintah
Jepang membantu menyuntikkan dana sebesar 10 miliar dolar AS agar JAL tetap
beroperasi selama restrukturisasi dibawah perlindungan kepailitan berlangsung. JAL
dapat mengisi kembali cadangan keuangannya setelah adanya pernyataan bahwa
kreditor akan menghapus 350 miliar yen utang JAL dan Development of Japan
beserta EITC (Enterprise Initiative Turnaround Corporation—badan negara Jepang
perencana restrukturisasi perusahaan) pun akan menyediakan kredit sebesar 600
miliar yen selama masa pemulihan.
3. Memiliki aset yang menguntungkan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
5
Aset berwujud yang dimiliki JAL diantaranya berupa pesawat, karyawan, dan
tentunya nilai keuangan yang diciptakan melalui pendapatan penerbangan dengan
jumlah dan kualitas yang luar biasa pada masanya. Tidak hanya itu, kekuatan
finansial JAL didukung oleh strategi perusahaan dengan bergabung ke salah satu
grup aliansi maskapai dunia Oneworld pada tahun 2007.
Dengan kerjasama ini, JAL memperluas ekspansi rute penerbangan
internasional bersama dengan American Airlines (AA). Melalui kesepakatan
tersebut, JAL memiliki akses dalam melayani rute penerbangan yang sama dengan
yang dilalui oleh AA. Dengan demikian cakupan penumpang JAL pun semakin besar
dan luas.
4. Menghindari masalah keuangan yang menghancurkan perusahaan
JAL seharusnya memperhatikan apa saja kemungkinan yang dapat timbul
dari setiap keputusan bisnisnya. Mengingat perusahaan JAL bermitra dengan
13.000 lebih unit bisnis, untuk menghindari kehancuran total maka dibutuhkan
keringan hutang hingga sebesar 7 miliar dolar AS.
Dalam hal ini, penekanan prinsip penanganan risiko seharusnya mengacu
pada matriks ‘Determining Acceptable Risk’ sebagaimana dijelaskan pada bab
pertama buku Kit Sadgrove “The Complete Guide to Business Risk Management”.
Melalui matriks tersebut, tingkatan risiko yang dihadapi perusahaan dapat
ditentukan dengan melihat ganjaran atau dampak yang menyertainya.
Gambar.1: Determining Acceptable Risk
5. Memperkuat ketahanan bisnis
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
6
Jepang tidak luput dari dampak krisis ekonomi dunia yang melanda sejak
2007 silam, salah satu dampak yang memukul industri transportasi terutama akibat
peningkatan biaya bahan bakar. Bukan itu saja, masalah pembiayaan yang dihadapi
oleh JAL semakin rumit akibat persaingan yang ketat dalam rute layanan
penerbangan yang semakin banyak diisi para pesaing baik dalam atau luar Jepang,
dan isu penyebaran virus H5N1—aviant influenza yang berdampak pada
penurunan jumlah penumpang di Asia Pasifik, mengarahkan keputusan Grup JAL
untuk melakukan restrukturisasi bidang penjualan pada April 2006.
Pada Oktober berikutnya melakukan merger atas operasi dua perusahaan
utamanya yakni Japan Airlines International (menangani operasi penerbangan
internasional dan kargo) beserta Japan Airlines Domestic (menangani penerbangan
domsetik). Dengan demikian, duplikasi risiko tidak hanya dari segi keuangan namun
juga hal lain dalam organisasi dapat diperkecil dan diharapkan mengurangi
hambatan internal yang menahan perkembangan JAL setelah pemulihannya.
6. Pemahaman pengelolaan keuangan perusahaan yang baik
Memahami struktur keuangan perusahaan sebaik mungkin merupakan
tanggungjawab bagi para jajaran eksekutif korporat JAL untuk menghadapi
persaingan dan kekuatan, baik ke dalam atau ke luar perusahaan. Dengan
memahami risiko yang menyertai setiap bisnis yang dilakukan merupakan kunci
keberhasilan perusahaan manapun untuk mengelola keuangannya yang baik dan
menciptakan strategi yang menciptakan keuntungan. Namun hal itu tidak berarti
tanpa kontrol yang tepat dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
Contoh laporan keuangan JAL tahun 2007 menerangkan bahwa hambatan
secara operasional ditemukan dari sisi pengadaan bahan bakar yang dipengaruhi
oleh meningkatnya harga minyak dunia. Seharusnya dengan adanya hal itu bagi JAL
dapat langsung memutuskan untuk melakukan penghematan dengan mengurangi
kapasitas penerbangan. Sayangnya, operasional yang berlebihan sebagaimana
dilakukan JAL selama ini tidak tepat, akibatnya terjadi kebangkrutan perusahaan.
7. Mempertahankan profitabilitas
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
7
Dalam pengertiannya di sini, semakin rendah biaya yang keluar semakin
mudah mendapat atau mempertahankan laba perusahaan. Namun biaya yang
dimaksud, yakni biaya tetap yang sewajarnya berkurang dalam jangka panjang.
Nilai keuntungan JAL selama ini diperoleh melalui pelayanan yang dikenal
amat memuaskan penumpangnya. Sayangnya, dalam keadaan tersulit pun JAL
bahkan tidak mengurangi jumlah rute penerbangan yang sebenarnya membebani
perusahaan. Skala keuntungan JAL pun semakin lama semakin menurun.
Komitemen JAL yang tinggi terhadap pelanggannya dibayar mahal oleh risiko
perusahaan dan pada akhirnya berakibat fatal disebabkan pengelolaan yang tidak
tepat.
C. Healthy margins
Margin yang sehat merupakan suatu kekuatan bisnis. Dalam jangka panjang, suatu
bisnis diharapkan dapat menawarkan nilai investasi yang bisa memberikan nilai keuntungan
secara berkelanjutan dan juga nilai pertumbuhan usaha yang positif.
Margin yang sehat dapat dianalisa melalui kalkulasi dalam laporan keungan yang
berasal dari selisih pos pendapatan dan beban baik dari sisi aset, kewajiban, dan operasional
perusahaan. Namun, secara umum magin yang sehat merupakan kombinasi dari:
1. Harga yang disesuaikan dengan kondisi pasar
Pasar bersifat tidak pasti, sehingga penetapan harga dependen terhadap
posisi permintaan dan penawaran yang terjadi. Nilai margin dipengaruhi oleh besar
perubahan tingkat permintaan – penawaran dan disesuaikan dengan kondisi pasar
yang berubah-ubah; daya beli, jumlah pesanan, pendapatan konsumen, dll.
2. Volume produksi yang mencukupi
Produksi terkait dengan permintaan konsumen dan perusahaan harus
menjaga kelangsungannya untuk dapat mempertahankan bisnis. Dengan volume
produksi yang menyesuaikan kondisi pasar dan mengingat karakter faktor produksi
pada jangka panjang bersifat semakin tidak tetap (variabel), menjadi suatu alat ukur
nila margin untuk dapat mengurangi beban serta meningkatkan porsi pendapatan
dan keuntungan perusahaan.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
8
3. Strategi biaya
Selain kedua faktor di atas, biaya merupakan factor yang dapat dikendalikan
oleh perusahaan. Memahami struktur biaya dalam produksi merupakan
pengendalian terhadap keuangan bisnis. Tingkat pengeluaran keuangan dimonitor
dan dikelola langsung dari dalam perusahaan sehingga kendali margin sewajarnya
dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Biaya tambahan tetap (fixed
overhead) seringkali menjadi kendala apabila dalam jangka panjang mengakibatkan
inefisiensi dalam perusahaan.
D. Cutting overheads
Pemangkasan biaya tambahan atas produksi berperan signifikan untuk mencapai skala
ekonomis perusahaan dalam jangka panjang. Semakin besar perusahaan, semakin berusaha
rendah unit cost. Hal ini mengingat permintaan yang makin meningkat. Seiring perusahaan
berkembang, biaya terdiri dari biaya variabel dan tetap. Peningkatan profit mendorong
perusahaan untuk meningkatkan biaya tetapnya, seperti keuntungan perusahaan yang
membuka peluang investasi pabrik baru di luar negeri kelak membutuhkan mesin, tenaga
kerja, fasilitas, dll. Sayangnya jika penjualan menurun biaya tetap tambahan yang muncul
tersebut akan menjadi beban bagi perusahaan
Sehingga untuk mencegah risiko tersebut maka tindakan preventif yang dapat
dilakukan oleh perusahaan ialah dengan menganalisa setiap komponen biaya dan produksi
yang dianggap berpengaruh signifikan terhadap keuangan dan kelangsungan perusahaan. Hal
ini lebih jauh untuk memahami pengaruhnya kepada tingkat margin dan keuntungan yang
menjadi tujuan perusahaan, tanpa mempengaruhi penjualan.
Peran biaya tambahan proses produksi atau overhead dapat memberikan keuntungan
sekaligus kerugian, tergantung pengelolaannya oleh perusahaan. Biaya produksi berlebih
seringkali menguras keuangan perusahaan menjadi beban yang harus ditanggung apabila
biaya tambahan produksi tersebut tidak berhasil membantu peningkatan penjualan yang
menciptakan keuntungan. Risiko ini dapat diatasi dengan mengurangi biaya total atau unsur
biaya tetap untuk memperoleh keuntungan dalam perputaran yang singkat.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
9
E. Reducing production or operating costs; outsourcing
Biaya produksi yang tinggi mengakibatkan harga jual yang juga tinggi. Risiko ini tentu
akan mengakibatkan kerugian yang tinggi dalam bisnis. Secara alternatif pun memotong
margin di sisi lain dimana mendekatkan perusahaan pada risiko kegagalan yang lebih besar.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan memitigasi biaya dan risiko produksi yang terkait.
Beberapa cara yang dapat dilakukan melalui benchmark—in design, riset pasar, dan umpan
balik konsumen.
Pada bab empat sebelumnya, diketahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
risiko dan biaya produksi. Untuk mengurangi biaya variabel dalam perusahaan misalnya
dapat dilakukan dengan kebijakan terkait efisiensi, automatisasi, dan ukuran pemesanan.
Salah satu target perusahaan dengan meningkatkan produktivitas—menghasilkan
output lebih banyak pada tingkat harga yang sama (konstan)—dengan mengurangi risiko dan
peningkatan margin. Peningkatan produktivitas berarti:
1. Memperoleh lebih banyak output tanpa menambah biaya
Meningkatkan efisiensi akan mengurangi biaya bagi perusahaan. Hal ini
membutuhkan perencanaan matang terkait persediaan sehingga bahan atau
sumber kebutuhan produksi dapat tersedia kapanpun diperlukan. Lainnya dapat
dilakukan dengan perubahan sistem remunerasi terkait motivasi karyawan atau
pengurangan tingkatan staf. Efisiensi secara singkat dapat dikatakan sebagai proses
alokasi yang tepat antara sumber produksi terhadap target ouput yang ingin
dicapai. Keadaan sebaliknya dialami JAL yang disebabkan karena memaksakan
produksi pada tingkat yang tidak lagi memberikan keuntungan melalui aset-aset
yang dikelolanya.
2. Memperoleh output yang sama dengan biaya lebih rendah
Tujuan untuk mengurangi biaya variabel sehubungan penambahan
automatisasi—mengganti kerja karyawan dengan mesin. Perusahaan
membandingkan tingkat penggunaan mesin dengan penghematan aspek tenaga
kerja dan materi dalam perusahaan. Hal ini umumnya dilaksanakan pada divisi
pengolahan dan perakitan bahan baku produksi—product & assembly.
Jumlah pesanan yang sedikit membutuhkan biaya yang tidak sebanding
karena keuntungan yang didapat akan tidak lebih besar dari biaya pemenuhan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
10
pesanan tersebut. Beberapa usaha bisnis kadang terkeloa dengan lebih baik seperti
grosir atau ritel. Lainnya sering menerapkan ‘batch of one’ production—sistem
produksi menyeluruh dengan perbedaan produk yang besar. Hal ini tentu
menambah biaya yang besar, begitupun risikonya.
F. Outsourcing and offshoring
1. Outsourcing
Pada era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini,
perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui
pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat
memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan
berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business),
sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini
dikenal dengan istilah “outsourcing”.
Pada praktiknya bahwa pekerjaan yang umum dilakukan secara outsource
adalah jenis pekerjaan kerah biru (blue-collar jobs) atau pekerjaan-pekerjaan yang
bukan merupakan tanggungjawab inti dari perusahaan. Hasil penelitian Divisi Riset
PPM Jakarta terhadap 44 perusahaan dari berbagai industri terdapat lebih dari 50%
perusahaan di Indonesia menggunakan tenaga outsource, yaitu sebesar 73%.
Sedangkan sebanyak 27%-nya tidak menggunakan tenaga outsource dalam
operasional di perusahaannya2. Tentang alasan perusahaan yang memutuskan
untuk menggunakan outsource dijelaskan dalam gambar di bawah ini.
2) Divisi Riset PPM Manajemen. Outsourcing. Jakarta: PPM Manajemen, 2008.
11.25%
11.25%
15.00%
28.75%
33.75%
Lainnya, seperti: efektifitas mindpower, dll
Modernisasi dunia usaha
Turn over karyawan menjadi rendah
Penghematan biaya
Perusahaan dapat fokus terhadap
core business
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
11
Gambar.2: Alasan Menggunakan Outsource
Sementara di sisi lain, terdapat juga bukti yang disesalkan bagi para manajer
yang melakukan outsource. Beberapa survei menunjukkan data bahwa outsource
tidak memperlihatkan adanya kinerja yang memenuhi ekspektasi manajer
perusahaan atau bahkan dinilai gagal. Ketika risiko ini terjadi maka yang timbul
kemudian ialah kesulitan dalam mengembalikan tenaga outsource tersebut dan
mencari tenaga kerja lainnya untuk mengisi kekosongan yang ada. Sehingga
perusahaan perlu mengatasinya dengan memiliki jaringan seluas-luasnya terhadap
keberadaan perusahaan atau penyedia jasa tenaga outsource.
2. Offshoring
Offshoring merupakan upaya pengalihan kegiatan produksi ke luar negeri,
hal ini umum dilakukan dengan berbagai investasi yang diadakan di negara-negara
berkembang yang berbasis biaya produksi rendah. Tujuan offshoring ialah untuk
memangkas biaya modal.
Perkembangan offshoring yang terus meningkat bukan hanya bertujuan
untuk efisiensi produksi lebih jauh yakni penanaman modal yang tepat di lokasi juga
tepat. Seperti yang dilakukan banyak negara maju untuk mengalihkan investasi
pabriknya ke luar negeri dengan biaya tenaga kerja, lahan, dan perizinan yang
mudah dan murah. Tujuan atas pelaksanaan alih lokasi ini terkait harapan untuk
mengurangi biaya bisnis sekaligus upaya perusahaan memindahkan bagian operasi
bisnis ke negara-negara dengan kondisi ekonomi yang mendukung pertumbuhan
bisnis tersebut. Di samping keuntungan tambahan lainnya yang didapat seperti
penetrasi pasar yang lebih mudah karena dekat dengan target pasar secara
langsung atau menambah akses pasar lebih cepat dengan melihat kesesuaian
karakter lokal setempat.
Risiko melakukan offshoring yang muncul tidak hanya ditentukan oleh
pengaruh lokasi atau skala pasar yang ingin dimasuki namun juga melihat karakter
lokal ataupun isu-isu yang berkembang. Seperti yang dialami oleh ritel asal Amerika
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
12
yakni Wal-Mart yang cenderung hanya untuk ‘membeli’ atau memasok produk-
produk asal China dibandingkan dengan jika harus investasi disana. Hal ini
disebabkan kesesuaian budaya lokal untuk menerima proses offshoring
membutuhkan banyak penyesuaian dan memakan waktu lama untuk
merealisasikan perolehan keuntungan yang diharapkan. Namun semua tergantung
bagaimana investor sesungguhnya menyusun strategi baik secara ekonomi, sosial,
ataupun legal.
G. Unfixing fixed assets; flab
Mengurangi tambahan atas biaya tetap sangatlah sulit. Beban biaya tambahan ini
misalnya berhadapan dengan jumlah tenaga kerja atau merekrut pegawai dengan keahlian
tertentu seiring dengan kegiatan bisnis yang meningkat. Demikian pula dengan tingkat
risikonya.
Bagaimanapun, beberapa pekerjaan atau bagian dalam proses bisnis dapat dipisahkan
dari beban perusahaan dengan cara dikontrakkan. Artinya, perusahaan hanya membayar
segala hal yang dibutuhkannya. Konsep ini sama dengan teori keputusan ‘make or buy’.
Misal, perusahaan komputer yang sering dijumpai membeli printer atau disk driver sisa pakai
perusahaan lainnya. Hal ini dilakukan atas alasan perusahaan mengenal siklus produk yang
singkat dan menyadari bahwa tenaga ahli yang mereka miliki saat itu unggul di bidang disain
dan pemasaran produk-produk tersebut.
Banyak bagian usaha bisnis yang sebenarnya tidak berjalan baik. Mengatasi kelebihan
dalam beban produksi yang meningkat dapat dilihat dari seberapa besar biaya tambahan
produksi yang ada. Kita dapat melihat kembali tentang kasus JAL yang dengan jelas
menggambarkan begitu banyak biaya yang keluar tanpa memperhitungkan kondisi
perusahaan sesungguhnya. Seperti operasi jam terbang, pengelolaan pesawat, strategi
aliansi yang menuntut biaya yang sangat besar, dan lain-lain.
Perusahaan dapat mengatasi risiko ini dengan menghindari lapisan manjamen yang
berlebih, atau mengurangi tingkatan dalam manajemen lini tengah. Para staf diharapkan
dapat mampu bekerja mandiri dan manajemen senior seharusnya tidak perlu menangani
masalah harian yang dapat dialihkan kepada yang lain.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
13
H. Unprofitable prices
Harga rendah menjadi daya tarik bagi konsumen tanpa harus berpikir panjang
bagaimana sesungguhnya pertimbangan perusahaan menetapkan keputusan tersebut. Hal ini
pada dasarnya dapat mengancam kelangsungan perusahaan. Perusahaan menetapkan harga
rendah bagi produknya oleh karena alasan:
1. Perusahaan kurang informasi akan biaya.
2. Perusahaan ingin sekali bersaing di pasar.
Informasi tentang biaya produksi langung—direct costs—sewajarnya dapat diperoleh
dengan mudah, sekalipun alokasi biaya tambahan pada setiap produk dapat diperdebatkan.
Strategi pemotongan harga yang dilakukan oleh Unilever membantu perusahaan bertahan
lama menghadapi permintaan konsumen.
I. Bad and excessive debts; substantial borrowing & vulnerability to
interest rates
Sebagaimana yang kita pahami tentang bad debts berasal dari piutang perusahaan
yang pada akhirnya menjadi kerugian akibat pihak pengutang tidak bertanggung jawab;
umumnya disebabkan karena keterlambatan pembayaran. Dua hal yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan bad debts:
1. Debt prevention
Lebih baik mencegah terjadinya bad debts daripada menghabiskan waktu
mengatasi beban tersebut setelah muncul. Bagi perusahaan yang menghadapi
konsumen baru, dapat mencari info dari agen referensi kredit atau pedagang lain.
Atau mungkin bagi antar sesama perusahaan yang bersaing di pasar.
Dalam pertumbuhan ekonomi, perusahaan kadang merasa perlu bergabung
dalam ‘penyerbuan’ karena rasa takut akan ditinggalkan oleh para pesaing bisnis
lainnya. Sekalipun risiko yang dihadapi dalam persaingan tinggi, lebih baik bagi
perusahaan untuk menghadapinya daripada harus menambah dampak timbulnya
bad debts yang makin banyak.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
14
Hal lainnya untuk pencegahan dapat dilakukan dengan menambahkan bunga
dalam perjanjian apabila terjadi keterlambatan pembayaran. Staf keuangan
perusahaan yang bertanggung jawab harus memastikan bahwa mereka mampu
bayar pada waktunya untuk mencegah terjadi piutang atau bad debts lebih lanjut.
Jika tidak berhasil langkah selanjutnya adalah dengan menagih atau
mengumpulkannya.
2. Collecting debts
Menagih atau mengumpulkan bad debts tidaklah semudah yang dibayangkan
karena jika asal dilakukan malah menghilangkan pelanggan bagi perusahaan.
Berbagai pendekatan dilakukan kepada pelanggan atau peminjam baik secara
personal oleh sales forces perusahaan atau melalui agensi yang ditunjuk langsung.
Cara lain yang dapat ditempuh yakni melalui kredit asuransi bagi pelanggan
dimana dalam mekanisme pada umumnya perusahaan terjamin untuk memperoleh
80 persen atas piutang pelanggannya alih-alih suatu saat mereka melarikan diri.
Di sisi lain, bad debts timbul akibat masalah pinjaman yang berlebihan. Pinjaman
berlebihan dapat disebabkan oleh:
1. Manajemen yang terburu-buru
o Investasi berlebihan di pabrik baru
o Diversifikasi yg tidak tepat
o Investasi tidak tepat waktu
2. Manajemen tidak aktif
o Gagal menaggulangi penjualan yg menurun
o Gagal mencegah penjualan yg menurun
o Membiarkan biaya melonjak, dan harga menurun
3. Kenaikan tingkat bunga
o Pembayaran lebih tinggi
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
15
Masalah akibat pinjaman ini memiliki dampak buruk bagi kelangsungan perusahaan,
diantaranya yakni:
Menambah beban biaya.
Bank kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan mengembalikan
pinjaman.
Perusahaan tidak dapat memperoleh pinjaman selanjutnya.
Dengan mengetahui dampak tersebut, perusahaan harus mengatasi pinjaman
berlebih. Diantaranya yang dapat dilakukan adalah menjual aset, atau secara perlahan dan
konsisten menciptakan keuntungan perusahaan.
J. Selling or closing part of the business
Bagian bisnis yang dijual dapat membantu perusahaan mendapat tambahan modal
dan mengurangi beban bunga. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan
perusahaan.
Perusahaan dapat menjual kepada manajemen, pesaing, atau pendatang baru di pasar
tersebut. Kerugian yang terjadi dalam bisnis dapat dihentikan sebelum memperhitungkan
seluruh keuntungan yang dimiliki perusahaan. Namun jika terjadi kerugian besar, alternative
terakhir yang dilakukan hanyalah dengan menutupnya.
Menutup perusahaan dapat dilakukan saat tidak ada pembeli. Ini semata untuk
mengurangi risiko kerugian yang lebih besar.
K. Overseas investment; international financial risk
Sebelum memulai investasi antar benua, perusahaan harus memperhitungkan setiap
potensi konsekuensi bisnis yang ada. Risiko keuangan internasional yang lebih besar tentu
merupakan ancaman berbahaya bagi perusahaan. Survei yang dilakukan A.T. Kearney, salah
satu perusahaan konsultan manajemen ternama di dunia pun mengemukakan banyak
eksekutif perusahaan global terdepan memastikan pilihan pasar yang menurut mereka paling
menarik sebelum menanamkan investasi.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
16
Perbedaan macam perusahaan dan perbedaan industri akan memiliki perbedaan
kebutuhan dalam melakukan penanaman modal ke luar negeri. Hal ini terbukti dari
banyaknya kasus yang terjadi selama ataupun sebagai dampak proses pelaksanaan investasi
asing tersebut. Misal, eksportir terkadang mengalamai kerugian karena ketika mereka
dibayar, nilai tukar mata uang sudah berubah. Contoh lainnya, sebuah perusahaan yang
memproduksi suatu komoditi memiliki resiko yang berasal dari harga barang komoditi yang
berubah-ubah.
L. Financial management and corporate governance
Manajemen keuangan yang efektif berarti memiliki kecepatan sistem informasi, yang
mampu memberi peringatan akan masalah, dan mampu melakukan peninjauan sistem
manajemen sebagaimana mestinya.
Sekilas implementasi BASEL II di Indonesia
Basel II ialah suatu persetujuan internasional yang dicetuskan oleh Komite Basel bagi
pengawasan perbankan dalam membangun cara bagaimana mengukur dan mengenali risiko
perbankan dan institusi keuangan lainnya yang terstandarisasi secara global.
Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, dengan
menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review
process, dan market discipline. Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking
approach yang memungkinkan untuk dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu
ke waktu. Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II dapat mengikuti perubahan
yang terjadi di pasar maupun perkembangan-perkembangan dalam manajemen risiko.
Basel II mengusung konsep "tiga pilar" yaitu persyaratan modal minimum, tinjauan
pengawasan, serta pengungkapan informasi.
1. Minimum capital requirements
Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan persyaratan modal (regulatory
capital) yang diperhitungkan untuk tiga komponen utama risiko yang dihadapi
bank: risiko kredit, risiko pasar, serta risiko operasional. Jenis risiko lain tidak
dianggap layak diperhitungkan pada tahap ini.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
17
Risiko kredit dapat dihitung dengan tiga cara yang berbeda tingkat
kerumitannya yaitu pendekatan standar (standardized approach), Foundation
IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB.
Risiko operasional dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan
dasar (basic indicator approach, BIA), pendekatan standar (standardized approach,
STA), serta advanced measurement approach (AMA).Sedangkan pendekatan yang
biasanya dipilih untuk perhitungan risiko pasar adalah pendekatan VaR (value at
risk).
2. Supervisory review
Pilar kedua menangani tanggapan pengawasan terhadap pilar pertama yang
memberikan perkakas lanjut bagi pengawas. Pilar ini juga memberikan suatu
kerangka kerja untuk menangani semua risiko lain yang mungkin dihadapi bank,
seperti risiko sistemik, risiko pensiun, risiko konsentrasi, risiko strategik, risiko
reputasi, risiko likuiditas, serta risiko hukum, yang digabungkan menjadi risiko
residu.
3. Market discipline
Pilar ketiga memperbesar pengungkapan yang harus dilakukan bank. Ini
dirancang untuk memberikan gambaran yang lebih baik bagi pasar mengenai posisi
risiko menyeluruh bank dan untuk memberikan kesempatan bagi pihak terkait dari
bank untuk memberikan harga dan menangani risiko tersebut dengan sepantasnya.
Selanjutnya, peran aktif masyarakat dalam mengawasi bank juga dipandang
menentukan sehingga dari awal masyarakat diharapkan mampu pula menilai risiko
yang dihadapi serta mengetahui tingkat kecukupan modal yang dimiliki oleh bank.
Dengan memperhatikan sistem manajemen risiko yang terarah melalui Basel II,
diharapkan risiko perbankan dan institusi keuangan lainnya dapat diminimalisir ataupun
terhindarkan.
Demikian halnya dengan penerapan Corporate Governance atau Tata Kelola
Perusahaan yang kini tengah ramai diusung dalam konteks bisnis secara global. Definisi
Corporate Governance yang dikemukakan oleh OECD (Organization for Economic
Cooperation and Development) sebagaimana yang diterjemahkan berikut:
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
18
“Corporate Governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi hak dan
kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti dewan
direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.”
Pelaksanaan dan pengawasan perusahaan melibatkan organ-organ di dalam
perusahaan yang akan berperan sebagai pelaksana dan pengawas. Menurut Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia tahun 2006, direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Fungsi pengelolaan
perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama sebagai berikut:
1. Kepengurusan—mencakup tugas penyusunan visi & misi perusahaan; serta
penyusunan program jangka pendek & jangka panjang.
2. Manajemen risiko—mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem
manajemen risiko perusahaan, mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan.
3. Pengendalian internal—meliputi penyusunan dan pelaksanaan sistem
pengendalian internal perusahaan dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja
perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-undangan.
4. Komunikasi—mencakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara
perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi
sekretaris perusahaan.
5. Tanggung jawab sosial—mencakup perencanaan tertulis yang jelas dan terfokus
dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
M. Dealing with a cash crisis; reporting adverse results; the takeover
bid; going bankrupt
Dealing with a cash crisis. Apa saja yang harus dilakukan jika terjadi krisis keuangan?
Berikut langkah tindakan yang sebaiknya dilakukan:
1. Stop cash flowing out of the business. Dengan menghentikan arus kas yang keluar
dalam bisnis, diantaranya disertai ragam tindakan seperti:
o Stop pembelanjaan yang tidak penting bagi kelangsungan bisnis jangka pendek.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
19
o Menahan seluruh proyek utama sementara.
o Menutup operasi yang membawa kerugian.
o Mengurangi beban/biaya, terutama pada staf ataupun sektor non-produktif.
o Menjual divisi atau aset guna mendapatkan kas (uang).
2. Develop a survival plan and implement it. Menyusun rencana kontijensi dalam
keuangan untuk mempertahankan bisnis yang berjalan.
3. Communicate with the bank and other creditors. Secara intensif membangun
komunikasi yang baik dan berkonsultasi dengan bank sebagai pemberi pinjaman
modal yang dibutuhkan dalam menghadapi krisis.
Reporting adverse result. Dalam menghadapi situasi pasar yang tidak pasti dan
kondisi perusahaan yang dependen terhadapnya, pasar harus selalu mengetahui hasil
ataupun tiap informasi (sekalipun kurang memusakan) yang ada di dalam perusahaan.
Kendati keadaan tidak berpihak pada kelangsungan perusahaan jangka panjang, perlu diingat
bahwa kesatuan usaha terdiri dari banyak pihak atau pemangku kepentingan baik di dalam
ataupun luar perusahaan.
Berkonsultasi dengan lembaga keuangan sangat penting bagi perusahaan yang ingin
menjaga harga sahamnya. Pada umumnya yang dilakukan oleh perusahaan publik ialah
berkomunikasi dengan para investornya dengan harapan yang diungkapkan melalui informasi
tentang kondisi terkini perusahaan, agar memperoleh posisi yang tepat ketika memperoleh
tawaran pengambil-alihan dalam menghadapi krisis keuangan.
Responding to a takeover bid. Ketika kelangsungan perusahaan mendekati batas akhir
yang sulit dihindari lagi, maka solusi yang mungkin dapat menyelesaikan adalah dengan
menerima tawaran pengambilalihan (takeover) perusahaan oleh perusahaan ataupun pihak
lain yang bersedia. Pengambilalihan perusahaan dapat saja dilakukan dengan cara paksaan
tekanan ataupun melalui negosiasi bisnis yang lebih baik.
Perlu dipastikan bahwa pertimbangan dalam pengambilalihan perusahaan sebagai
jalan terakhir penyelamatan bisnis dengan pihak-pihak pemangku kepentingan lainnya,
adalah keputusan strategi penanganan risiko yang tepat. Dalam menentukan keputusan
pengambilalihan agar tepat, yang perlu diperhatikan:
Mengumpulkan para ahli keuangan, perbankan, pengacara, dan humas perusahaan.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
20
Menyampaikan alasan penolakan takeover kepada para pemilik saham.
Menjelaskan tentang kerugian menerima takeover & keuntungan bertahan pada
kondisi status quo, melalui argumentasi berdasarkan kondisi keuangan, bukan
sensai emosional.
Menunjukkan kesanggupan dan penyelesaian menghadapi masalah.
Going bankrupt. Dalam situasi perusahaan yang sudah dianggap tidak mampu lagi
beroperasi sebagaimana mestinya, dapat dijelaskan oleh beragam temuan model yang dinilai
mampu memprediksikan kebangkrutan perusahaan. Baik dari sisi jangka waktu maupun total
aset yang tersisa ketika perusahaan dinyatakan dalam proses menuju pailit (bankruptcy).
Salah satu model yang dicetuskan oleh L.V. Springate atau dikenal sebagai model
Springate lebih jelasnya melalui formula sebagai berikut:
Z = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
Keterangan:
- A = Working capital/total assets
- B = Net profit before interest and taxes/total assets
- C = Net profit before taxes/current liabilities
- D = Sales/total assets
Model ini dikembangkan oleh Springate (1978) dengan menggunakan analisis
multidiskriminan, dengan menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya. Model ini dapat
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat keakuratan 92,5%.
Secara kesimpulan, dampak penanganan risiko keuangan yang tidak tepat akan
berakhir pada kebangkrutan perusahaan. Dari kutipan blog yang ditulis oleh Titik
Setyaningsih3 dengan memperhatikan kondisi perekonomian yang ada di Indonesia,
terjadinya kebangkrutan secara umum disebabkan oleh:
Ketidakefisienan manajemen
Kegagalan suatu usaha dikarenakan tindakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam bentuk pengambilan keputusan tidak tepat. Kegagalan bisnis
3 http://harianjoglosemar.com/berita/waspadai-warning-kebangkrutan-4609.html
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
21
sebagian besar disebabkan oleh jeleknya manajemen, selain faktor makro lainnya
seperti inflasi, tingginya biaya finansial, penurunan permintaan yang tajam, dan
kendala aturan pemerintah yang kurang mendukung. Manajemen yang bobrok
(terutama SDM yang tidak bertanggung jawab) merupakan penyebab utama terja
dinya kebangkrutan meski di iklim bisnis yang paling sehat sekalipun.
Overextension credit
Jangka waktu kredit yang diulur-ulur, mengakibatkan pelunasan tagihan
tertunda sehingga perusahaan tidak mampu membayar utang tepat waktu.
Keterlambatan pembayaran pada satu mata rantai distribusi maka rantai lain akan
terputus pula kemampuan pembayarannya. Akumulasi kegagalan dalam
membentuk keuntungan yang memadai dari pemberian kredit akan menghasilkan
kesulitan finansial yang signifikan bagi kelangsungan usaha.
Investasi yang berlebihan pada aktiva tetap dan persediaan
Perusahaan terkadang memperbesar investasi pada aktiva tetap dengan
alasan akan mampu mengurangi biaya tenaga kerja (buntutnya keputusan untuk
PHK). Suatu usaha yang menginvestasikan kas atau dana lainnya ke peralatan
tambahan mempunyai kiat tertentu agar lebih profitabel (kemampuan produksi
sesuai target dengan asumsi level penjualan tetap sama atau bahkan lebih baik
ketika tenaga kerja belum dikurangi).
Namun ada kalanya peralatan tambahan tadi tidak dimanfaatkan
sebagaimana mestinya dikarenakan SDM yang tidak ahli, salah perhitungan, selain
itu suatu investasi peralatan memiliki keterbatasan daya produksi, apabila
penggunaan tidak sesuai dan kerusakan fatal terjadi maka akan ada biaya
tambahan untuk memperbaiki. Investasi yang berlebihan pada persediaan akan
menambah biaya penyimpanan, pemeliharaan, asuransi, dan penanganan risiko
keusangan produk.
Tidak memadainya jumlah jaminan asuransi
Perusahaan seharusnya tidak hanya menekankan usaha pada lingkungan
yang sekarang digarap untuk menjadi area bisnis yang menguntungkan, namun juga
harus mempertimbangkan beberapa kejadian dari lingkungan usaha yang tidak
mungkin dikendalikan.
Beberapa kejadian tersebut adalah: kejadian alam seperti kebakaran, gempa,
tsunami, dan angin topan. Kejadian luar biasa seperti huru-hara, demonstrasi dan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
22
amukan massa. Kejadian sosial yang umum terjadi seperti pencurian, perampokan,
dan pemalsuan. Perusahaan harus mampu melindungi miliknya dengan jumlah
asuransi yang layak, bila jumlah ini tidak cukup memadai maka perusahaan akan
mengalami kesulitan saat recovery dari keadaan terburuk yang mungkin terjadi.
KASUS : Japan Airlines (JAL)
JAL Akhirnya Bangkrut Pemerintah Jepang Terus Mendukung
Rabu, 20 Januari 2010 | 03:14 WIB
TOKYO, SELASA - Maskapai penerbangan Jepang, Japan Airlines atau JAL, Selasa (19/1),
mengajukan perlindungan kebangkrutan. Hal tersebut merupakan kegagalan korporasi
terbesar dalam sejarah Jepang. Saham perusahaan yang didukung negara itu pun sudah tidak
berharga lagi.
JAL menggunakan skema menurut Hukum Rehabilitasi Korporasi. Di AS, perlindungan dari
kreditor mengikuti perundangan yang dikenal sebagai Chapter 11.
Jika suatu perusahaan bangkrut dan mengajukan perlindungan di bawah perundangan
tersebut, maka kreditornya tidak dapat melikuidasi aset perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan dapat merestrukturisasi kinerja keuangan dan operasionalnya, dan dapat bangkit
kembali dari kebangkrutan.
Gejolak di JAL sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Maskapai penerbangan terbesar di Asia itu
terlilit utang sebesar 1,5 triliun yen atau 16,5 juta dollar AS. Pendapatannya terus menurun,
sedangkan biaya pensiun terus meningkat.
JAL kini akan memulai restrukturisasi dan memangkas biaya serta inefisiensi yang selama ini
memberatkan keuangannya. JAL juga akan memangkas rute-rute yang tidak menguntungkan.
Pekan lalu, JAL memangkas 15.000 karyawannya dan mengganti pesawat tua agar dapat
bertahan. Selain itu, semua anggota dewan direksi juga memilih mundur, demikian
dilaporkan oleh kantor berita Jiji.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
23
Dukungan
JAL sudah pernah mendapatkan dana talangan dari Pemerintah Jepang sebanyak tiga kali
dalam 10 tahun terakhir ini. Saat ini JAL harus dapat menyelamatkan diri melalui
pemangkasan dan pengetatan anggaran yang menyakitkan. Pemerintah akan memberikan
dana tunai sebesar 10 miliar dollar AS selama reorganisasi berlangsung. Selain itu, para
kreditor juga akan menghapuskan utang sebesar 8 miliar dollar AS.
”Saya tidak khawatir mengenai masa depan maskapai penerbangan ini. Saya percaya
pemerintah akan mendukung JAL. Akan tetapi, apakah JAL akan dapat berkembang sebagai
sebuah entitas bisnis, masih belum jelas juga. Saya tidak melihat bagaimana JAL akan
membangun jaringannya, baik domestik maupun internasional,” ujar Yasuhiro Matsumoto,
analis kredit pada Shinshei Securities.
Kebangkrutan JAL ini dapat membuat pesaingnya, All Nippon Airways (ANA), menjadi flag
carrier baru. Saham ANA turun 4,2 persen setelah selama enam bulan terus naik. Adapun
saham JAL tetap saja 5 yen. Saham JAL akan dihapuskan dari perdagangan di bursa saham
Tokyo pada 20 Februari mendatang. JAL juga telah kehilangan lebih dari 90 persen
kapitalisasi pasarnya sejak awal bulan ini. Dengan harga pasar sekitar 150 juta dollar AS, JAL
saat ini lebih kecil dari maskapai penebangan kecil Croatia Airlines dan Jazeera Airways, dan
nilainya pun bahkan lebih kecil dari sebuah pesawat Boeing 747.
Cara penyelamatan lain adalah dengan pengambilalihan JAL oleh perusahaan lain. Delta,
American Airlines, dan mitranya telah menawarkan suntikan dana. (AP/AFP/Reuters/joe)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/03141237/jal.akhirnya.bangkrut
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
24
CHAPTER 13
LIABILITY, LEGAL RISKS AND INTELLECTUAL PROPERTY
A. The risk of litigation & how to manage it
Legal risk merupakan salah satu resiko yang mungkin diderita oleh sebuah perusahaan.
Telah banyak perusahaan yang harus berurusan dengan masalah hukum baik sebagai
penuntut maupun sebagai pihak yang dituntut.
Meskipun pada kenyataannya kemungkinan terjadinya resiko permasalahan hukum
tidak sebesar ketakutan perusahaan dibandingkan risiko lain seperti risiko bisnis, risiko
kebakaran dan lain-lain, perusahaan tetap harus menaruh perhatiannya pada kemungkinan
terjadinya risiko hukum sekaligus berusaha untuk mencegahnya.
Sumber-sumber terjadinya risiko hukum:
– Employees : Penyebab umumnya—terjadi pelecehan, kesalahpahaman, dan batal
mendapat promosi jabatan
– The consumer : Ketidak profesionalan dan lemahnya produk dan jasa.
– Business Customers : Gagal mencapai kesepakatan dalam pembuatan kontrak
– Suppliers : Gagal untuk membayar sesuai kesepakatan
– Regulatory Authorities : Tidak mematuhi peraturan atau hukum yang berlaku di
lingkungan.
– Pressure groups : Tekanan dari perusahaan atau organisasi lain.
Perkembangan perusahaan disertai dengan tingkat risiko bisnis yang dihadapi. Dengan
memperhatikan sumber masalah hukum yang terjadi dalam wilayah bisnis, berikut cara
mengatasi litigasi atau tuntutan yang terjadi:
1. Get good contracts
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
25
Memastikan setiap kontrak di tandatangani secara benar dan tidak mudah
hilang, dan pastikan karyawan memahami betul isi dari kontrak tersebut.
Perencanaan & eksekusi kontrak yang tepat tentu memudahkan kerjasama bisnis.
2. Human resources
Memanage tata cara penerimaan karyawan, membiasakan karyawan untuk
tepat waktu, bertutur kata yang baik, serta memiliki sopan santun terutama pada
saat rapat berlangsung.
3. Don’t over-sell or over-claim
Jangan terlalu melebih-lebihkan kemampuan, yang nantinya apabila tidak
sesuai dengan keinginan konsumen akan dapat memicu timbulnya gugatan
4. Keep Solid paper work
Dalam mengerjakan paperwork haruslah valid atau dapat dipertanggung
jawabkan dengan cara memberikan bukti-bukti seperti bukti bayar dan sebagainya.
5. Train staff
Melatih staff merupakan salah satu kegiatan yang penting, karena image
perusahan dapat juga digambarkan melalui perilaku seluruh jajaran staf dan
karyawan perusahaan di setiap tingkat jabatan.
6. Act Ethically
Memiliki etika dalam bertindak di segala bentuk kegiatan bisnis. Hal ini agar
mencegah perusahaan (yang diwakili para pimpinannya) tidak memperoleh sanksi
hukum karena telah menjalankan bisnis secara tidak etis (Post et all., 2002).
Apabila perusahaan harus berhadapan dengan tuntutan yang terjadi, beberapa
langkah yang dapat diambil diantaranya:
Avoid going to court if all possible
Sebisa mungkin apabila ada suatu masalah atau gugatan tidak sampai ke
meja hijau. Tidak ada kepastian yang tidak bersalah akan bertahan, mengingat
pemahaman umum tentang hukum yang dilihat seperti sandiwara.
Get the CEO talk directly with thw litigants, if possible
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
26
Sebisa mungkin CEO turun tangan langsung berhadapan dengan penggugat
agar apabila terjadi kesepakatan dapat langsung dipertimbangkan secara korporat
dengan komprehensif dan kooperatif.
Leave your ego behind
Jangan menuruti ego yang kita miliki, karena dapat memperburuk keadaan
dan menambah cost perusahaan.
Decide how central the litigation is to your business
Nilai kembali apakah gugatan tersebut sangatlah penting atau tidak, karena
apabila tidak penting, lebih baik mengalah karena masih banyak kegiatan penting
yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Employ legal advisors whose advice you trust
Mempekerjakan pengacara yang dipercaya. Bukti dan jaminan keberhasilan
dengan menyewa pengacara handal tidak hanya terbatas dengan melihat reputasi
atau rekam jejak saja, namun juga kredibilitas dan faktor kemanusiaan lainnya yang
dapat diandalkan perusahaan.
Weigh up strengths of the litigant
Memperhitungkan pula kekuatan yang dimiliki lawan. Layaknya menyusun
strategi peperangan, untuk mengukur daya saing lawan dan mempertimbangkan
alternatif risiko yang harus dihadapi pada situasi kontijen.
Some litigants anger can be assuaged by apologies
Lebih baik meminta maaf terlebih dahulu kepada penggugat agar masalah
yang akan dihadapi tidak bertambah. Bisnis adalah bagian interaksi sosial ekonomi
yang diawali dengan niat baik untuk bisa saling bekerjasama antar perusahaan.
Use an abitration service
Menggunakan jasa penengah untuk mencari jalan damai diantara kedua
belah pihak. Hal yang umum terjadi sekarang yakni mendayagunakan penyelesaian
alternatif—Alternative Dispute Resolution (ADR)—sebagai sistem penyelesaian
sengketa bisnis tanpa mengganggu bisnis yang tengah berjalan.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
27
Hal ini bertujuan untuk memangkas birokrasi perkara, biaya dan waktu
sehingga relatif lebih ringan, harmonis antar perusahaan, dan mengembangkan
budaya musyawarah dan juga non-korporatif.
Learn from the experience
Apabila telah memiliki beberapa pengalaman serupa, sangatlah berguna
untuk belajar berdasarkan pengalaman yang telah terjadi.
Hal yang perlu diingat untuk mengurangi dampak litigasi dapat ditempuh dengan dua
cara berikut, yakni:
1. Mengurangi asset fisik
Salah satu cara untuk meminimasi kerugian yang akan dialami akibat dari
gugatan seseorang yaitu dengan mengurangi asset-aset yang dimiliki perusahaan.
2. Melindungi asset
Melindungi asset yang dimiliki, yaitu dengan cara mengganti nama
kepemilikan asset perusahaan dengan menggunakan nama top manager yang lain.
Dengan melihat berbagai bentuk risiko legal yang dapat timbul dalam perusahaan,
berikutnya adalah mitigasi risiko yakni tindakan terencana dan berkelanjutan agar bisa
mengurangi dampak jangka panjang. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
B. Product liability litigation
Product Liability adalah daerah hukum di mana produsen, distributor, pemasok,
pengecer, dan lain-lain yang membuat produk yang tersedia bagi masyarakat serta
bertanggung jawab atas luka-luka yang dapat disebabkan produk.
Regulasi produk diantaranya bertujuan untuk menghindari terjadinya masalah atas
barang atau jasa agar tidak berakhir di pengadilan, sehingga perlu adanya kepastian
pengujian yang terbukti melalui standarisasi yang tepat sebelum produk diluncurkan.
C. Sarbanes-Oxley Act
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
28
Sarbanes Oxley adalah nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor
(The Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) yang ditandatangani
George Bush bulan Juli tahun 2002 lalu. Banyak yang menyebutkan bahwa undang-undang ini
adalah reaksi keras regulator AS terhadap kasus Enron pada akhir 2001. Inti utama dari
undang-undang ini adalah upaya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan
perusahaan public.
Sarbanes Oxley Act merupakan undang-undang pelaporan dan tata kelola perusahaan
berstandar Amerika Serikat. SOA mensyaratkan perusahaan-perusahaan yang tercatat di
bursa saham Amerika untuk mentaati sejumlah aturan yang ada guna menjamin adanya
kepastian lebih besar terhadap integrasi sebuah laporan keuangan. Sarbanes-Oxley Act ini
mewajibkan semua pihak untuk menjaga dan melindungi perusahaan dari praktik kecurangan
sehingga manajemen, akuntan diminta untuk membuat surat pernyataan dan menjamin agar
pelaksanaan internal control yang dapat menghindari kecurangan itu diterapkan.
Undang-undang ini berpengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan publik,
akuntan publik (auditor), dan pengacara yang berparaktek di pasar modal. Sebagai contoh
misalnya Section 404 yang mengatur kewajiban manajemen membuat laporan penilaian atas
kontrol internal perusahaan sebagai bagian dari laporan keuangan. Mengingat sifatnya yang
sangat ketat dan berdampak luas, undang-undang ini terbilang kontroversial dan menjadi
polemik hingga sekarang.
D. Operating Financial Review
Operasi dan Tinjauan Keuangan - yang harus memberikan penilaian yang seimbang dan
dimengerti posisi perusahaan dan prospek - semakin menjadi salah satu elemen kunci dari
pelaporan perusahaan.
Oleh karena itu Lembaga telah menyiapkan panduan yang jelas dan ringkas untuk
membantu direksi dalam menghadapi tantangan yang disajikan melalui semakin pentingnya
OFR tersebut. Terdiri dari:
1. Tujuan dan strategi perusahaan
2. Sumber daya yang tersedia untuk bisnis
3. Risiko dan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
29
4. Struktur modal, kebijakan treasury dan tujuan, dan likuiditas bisnis
OFR merupakan tanggung jawab Dewan Direksi penuh. Beberapa hal penting lainnya
yang perlu diingat dari OFR bahwa:
Harus ada proses formal untuk mempersiapkan OFR yang tepat; memberikan
informasi tentang terhadap lingkungan dan sosial perusahaan, hubungannya
terhadap para karyawan, pelanggan dan pemasok.
OFR harus relevan dan memenuhi rekomendasi dari pernyataan yang ada pada
konten.
OFR harus menjadi bagian integral dari proses pelaporan perusahaan.
Proses tersebut harus melibatkan pertimbangan eksplisit apakah konten OFR
handal, seimbang dan dimengerti.
Harus ada evaluasi terus menerus dan perbaikan.
E. Turnbull guidelines
Turnbul Report (awalnya dikenal sebagai The Combined Code of the Committee on
Corporate Governance; yang dibuat tahun 1999) adalah sebuah laporan dimana laporan
tersebut merekomendasikan bahwa perusahaan-perusahaan harus menetapkan sebuah
sistem manajemen risiko yang seragam di seluruh sistem organisasi, yang akan memberikan
pandangan menyeluruh kepada direksi akan ancaman potensial bagi perusahaan dan bahaya
setiap pos. Proses didalamnya meliputi:
Penilaian dan pengawasan risiko pada bisnis
Kemungkinan terjadinya risiko
Mengukur dampak risiko yang ditimbulkan
Kemampuan bisnis untuk menghindar atau mengurangi risiko
Biaya pencegahan risiko yang sesuai
Poin utama dari Turnbull Report, terkait dengan kontrol internal, terfokus pada:
– Perlindungan terhadap pemegang saham investasi dan aset perusahaan.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
30
– Tinjauan berkala terhadap efektivitas pengendalian, terutama pada bidang
keuangan, operasi, persyaratan, dan manajemen risiko.
– Kebutuhan perusahaan dalam meninjau fungsi audit internal.
Secara singkat, Turnbull fokus terhadap maksmalisasi kekayaan pemegang saham,
melalui manajemen risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan.
Tidak seperti aturan petunjuk sebelumnya dalam prinsip corporate governance,
Turnbull Report menganjurkan untuk memperhatikan setiap ancaman dalam bisnis, bukan
hanya terbatas pada risiko keuangan saja. Disini meliputi risiko operasional, yakni faktor-
faktor yang dapat:
Menghalangi bisnis untuk beroperasi secara efektif dan menguntungkan
Merusak reputasi atau pembagian harga bagi perusahaan atau aset perusahaan.
Membawa risiko bagi perusahaan atas undang-undang yang berlaku.
Penerapan kebijakan perusahaan diperlukan untuk menjamin keberlangsungan sistem
bisnis agar terlaksana dengan baik dan terstandarisasi. Pernyataan yang diperoleh dari
Institute of Chartered Accountants, England & Wales, bahwa Dewan Direksi bertanggung
jawab melalui pengendalian internal dan peninjauan peraturan dari implementasi dan
efektivitas kebijakan yang berlaku di perusahaan. Dewan Direksi sebaiknya
mempertimbangkan:
Karakter dan cakupan risiko yang dihadapi perusahaan
Cakupan dan kategori risiko, agar diketahui tingkat kesanggupan menghadapi risiko.
Kemungkinan risiko terkait material atau pembentuk risiko tertentu
Kemampuan perusahaan dalam mengurangi insiden dan dampak risiko bisnis yang
menggunakan material tertentu
Biaya melakukan kontrol secara umum dibandingkan manfaat yang diperoleh dari
mengatasi terjadinya risiko yang terkaiti
F. Non-executive directors
Adalah anggota dewan direktur sebuah perusahaan yang bukan merupakan bagian
dari tim manajemen eksekutif. Mereka bukan karyawan perusahaan atau berafiliasi dengan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
31
perusahaan tersebut. Mereka dibedakan dari direksi dalam, yang merupakan anggota dewan
yang juga melayani atau sebelumnya menjabat sebagai manajer eksekutif perusahaan (paling
sering sebagai pejabat perusahaan).
Strategi: yakni direktur non-eksekutif secara konstruktif harus memberikan
kontribusi bagi pengembangan strategi.
Kinerja: direktur non-eksekutif harus memeriksa kinerja manajemen dalam
memenuhi tujuan dan sasaran yang telah disepakati dan monitoring, menghapus
manajemen senior apabila diperlukan dan berpaeran dalam perencanaan suksesi.
Resiko: direktur non-eksekutif harus mampu memahami informasi keuangan yang
akurat terkait kontrol keuangan dan sistem manajemen risiko yang kuat dan dapat
dipertahankan.
Orang-orang: direktur non-eksekutif bertanggung jawab untuk menentukan tingkat
yang tepat dari remunerasi direktur eksekutif dan memiliki peran utama dalam
pengangkatan, dan bila perlu menghapus manajemen senior dan dalam
perencanaan suksesi dalam perusahaan.
G. Diversification, acquisition and divestment
Diversifikasi di bidang keuangan adalah teknik manajemen risiko, terkait dengan
lindung nilai, bahwa campuran berbagai investasi dalam portofolio. Ini adalah penyebaran
investasi untuk mengurangi risiko, karena fluktuasi dari keamanan tunggal kurang berdampak
pada beragam portfolio. Diversifikasi memperkecil resiko dari suatu investasi, yang
diantaranya terbagi menjadi tiga poin utama sebagai berikut:
Strategy
Penyebaran portofolio investasi di antara beberapa kendaraan, seperti
Futures Managed Account, saham, reksadana, obligasi dan kas.
Variasikan risiko efek
Sebuah portofolio juga dapat melakukan diversifikasi ke berbagai strategi
investasi reksa dana, termasuk dana pertumbuhan, dana yang seimbang, dana
indeks, topi kecil, dan dana topi besar. Ketika mencakup investasi portofolio dengan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
32
tingkat resiko bervariasi, kerugian besar di satu wilayah yang diimbangi dengan
daerah lain.
Variasikan efek oleh industri, atau geografi
Hal ini akan meminimalkan dampak risiko industri-atau lokasi tertentu.
Portofolio Contoh di atas adalah diversifikasi dengan berinvestasi di kedua payung
dan tabir surya. Aplikasi praktis lainnya dari jenis diversifikasi adalah mencampur
investasi antara dana dalam negeri dan internasional. Dengan memilih dana di
banyak negara, peristiwa dalam perekonomian satu negara telah berpengaruh
banyak terhadap portofolio keseluruhan.
Akuisisi merupakan suatu area berbahaya bagi perusahaan karena banyaknya jumlah
uang dan kekayaan yang ada di dalamnya, dihadapkan dengan adanya kebutuhan antara
penjual dan pembeli yang berlawanan.
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada (Brealey, Myers, &
Marcus, 1999, p.598). Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik
melalui merger maupun akuisisi, yaitu :
Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar
saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan
ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi
perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan
perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang
melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja
yang berlebihan dapat dihilangkan.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
33
Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan
penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan
biaya rendah.
Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak
adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang
tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk
mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan
yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan
atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian
pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk
memanfaatkan kerugian pajak.
Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi
pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari
perusahaan yang diakuisisi.
Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak,
tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas
yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas
dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil.
Melindungi diri dari pengambilalihan
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
34
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan
yang tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban
perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang
berminat (Gitman, 2003, p.714-716).
Divestasi atau pelepasan adalah pengurangan dari beberapa jenis aset baik untuk
tujuan keuangan atau etis atau penjualan bisnis yang sudah ada oleh perusahaan. divestasi
adalah kebalikan dari investasi. Perusahaan mungkin memiliki beberapa motif untuk
divestasi.
Pertama, perusahaan dapat melakukan divestasi (menjual) bisnis yang bukan bagian
dari kegiatan utama sehingga dapat berfokus pada apa yang dilakukannya terbaik. Sebagai
contoh, Eastman Kodak, Ford Motor Company, dan perusahaan lainnya banyak dijual
berbagai bisnis yang tidak terkait erat dengan bisnis inti mereka.
Sebuah motif kedua untuk divestasi adalah untuk mendapatkan dana. Divestasi
menghasilkan dana bagi perusahaan karena menjual salah satu bisnis di tukar dengan uang.
Sebagai contoh, CSX Corporation dibuat divestasi untuk fokus pada bisnis inti kereta api dan
juga untuk mendapatkan dana sehingga bisa melunasi beberapa utang yang ada.
Motif ketiga divestasi adalah bahwa nilai "suatu perusahaan break-up" kadang-kadang
diyakini lebih besar dari nilai perusahaan secara keseluruhan. Dengan kata lain, jumlah nilai
likuidasi individual aset perusahaan melebihi nilai pasar aset gabungan perusahaan. Hal ini
mendorong perusahaan untuk menjual apapun yang kelak bernilai lebih ketika dilikuidasi
daripada saat ditahan.
Motif keempat untuk divestasi bagi suatu perusahaan ialah untuk menciptakan
stabilitas. Philips, misalnya, divestasi divisi chip yang disebut NXP karena pasar begitu volatile
chip dan tak terduga yang NXP bertanggung jawab atas fluktuasi saham mayoritas Philips,
sementara itu hanya mewakili bagian yang sangat kecil dari Philips NV.
Motif kelima bagi perusahaan untuk divestasi adalah bahwa pembagian yang dilihat
berdasarkan yang kinerjanya buruk atau bahkan gagal. Risiko ini dapat diatasi dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
35
1. Strategi yang dilakukan perusahaan dalam menjual unit bisnis, divisi, atau investasi
yang dimiliki.
2. Melihat perusahaan dengan kritis.
3. Menjual aset saat masih beroperasi dengan baik.
Dalam bagan berikut, dijelaskan tentang ciri-ciri divisi yang sebaiknya dipertahankan
dan yang sebaiknya dijual, dalam upaya mencegah risiko divestasi bagi perusahaan.
Gambar.3 : Strategi Divestasi
H. Intellectual property
Intellectual property atau yang dikenal sebagai ‘hak kekayaan intelektual’ di Indonesia
adalah nilai yang didapat dari selisih nilai aktual perusahaan dengan nilai asset. Dari situs
www.dgip.go.id yang merupakan situs resmi dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Hak Kekayaan
Intelektual dapat terbagi dalam dua kategori, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri.
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan
tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 19 thn 2002).
Hak Kekayaan Industri, diantaranya meliputi:
1. Patent
Divisi yang dipertahankan Divisi yang dijual
Menyita sedikit waktu manajemen Menyita banyak waktu manajemen
Secara geografis berdekatan dengan Secara geografis berjauhan dengan
divisi/bisnis yang lainnya divisi/bisnis yang lainnya
Bersinergi dengan divisi/bisnis Kurangnya sinergi dengan divisi/bisnis
perusahaan yang lainnya perusahaan yang lainnya
Bagian dari fokus utama (core) Bukan bagian dari fokus utama (core)
perusahaan perusahaan
Menguntungkan Keuntungan sedikit atau merugikan
Pasar dalam fase 'growing' Pasar dalam fase 'maturity' atau
declining'
Hubungan dengan industri yang baik Hubungan dengan industri yang
tidak baik
Manajemen yang kompeten Manajemen yang lemah
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
36
Hak milik yang dimiliki penemu atas penemuannya. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang
diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi,
yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (Pasal 1
Ayat 1).
2. Trademark and Service Mark
Yakni simbol atau brand yang dimiliki oleh orang yang menciptakannya.
Sebagai contoh yakni gambar Makara yang merupakan simbol almamater milik
Universitas Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek , Merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Pasal 1
Ayat 1).
3. Internet Domains
Alamat domain dari website yang umum atau perusahaan miliki. Alamat
domain di internet yang dimiliki perusahaan, tidak hanya bagian dari branding
perusahaan, tetapi juga sebagai bagian menyatu dari proses pendistribusian,
operasi, dan marketing.
4. Copyright
Hak eksklusif yang diberikan pada tulisan, musik, foto, dan materi artistic
lainnya, termasuk di dalamnya film, records, dan buku.
5. Trade Secrets
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang,
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.
Contohnya yaitu kontrak pekerja.
6. Industry Designs
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
37
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri,
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.
(Pasal 1 Ayat 1).
Industri dimana IP bukan sebuah Prioritas. Pada praktik bisnis oleh perusahaan,
Intellectual Property tidak selalu menjadi prioritas bagi beberapa industri tertentu,
diantaranya adalah:
1. Industri Retail
Pada industri retail, yang menjadi kekuatan penting adalah bagaimana
memilih luas took yang tepat, lokasi took yang tepat, me-manage stock,
mendistribusikan barang pada waktu yang tepat, serta meminimumkan harga. Hal-
hal tersebut dapat menjadi competitive advantage bagi perusahaan-perusahaan
yang bergerak di industri retail.
Namun bagi perusahaan yang memiliki kelemahan dalam hal-hal tersebut,
mereka dapat melakukan pendekatan pada hal lain, yaitu membangun image atau
brand yang unik, sehingga konsumen dapat tetap men-diferensiasi mereka. Dengan
image atau brand yang unik, perusahaan dapat memiliki konsumen yang loyal
terhadap perusahaan tersebut.
2. Bank dan Perusahaan Asuransi (Industri Servis)
IP juga dianggap bukanlah sebagai prioritas pada industri perbankan dan
asuransi sebab bagi kedua industri tersebut, pelayanan terhadap klien dan
pemilihan lokasi adalah apa yang membentuk competitive advantage yang mereka
miliki. Keunggulan yang dibentuk pada industria ini merupakan atribut tidak
berbentuk (intangible) yang terkait erat dengan sektor jasa yang dikelola.
3. Software
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
38
Contoh lain dapat ditemukan dalam perusahaan yang bergerak di industri
servis yang menganggap bahwa IP merupakan prioritas. Microsoft misalnya, telah
berjuang keras mematenkan software yang mereka ciptakan, sebelum mereka
menjualnya ke pasar agar mereka mendapatkan hak cipta dari software ciptaan
mereka.
Disamping itu mereka pun mengadakan sistem manajemen risiko yang
terimplementasi dalam bisnis secara menyeluruh. Sebagaimana mereka gabungkan
dengan strategi pemasaran yang menarik, seperti patroli yang kita temukan di
pameran multimedia dan komputer bertujuan dalam pengawasan dan penilaian
terhadap risiko dan aspek etika bisnis yang sehat. Hal ini guna mencegah terjadinya
fraud yang dapat merugikan aset dan potensi yang mereka miliki kelak.
I. Legal risk of email
Dalam bisnis yang dikelola perusahaan, email dapat menimbulkan risiko yang tinggi
bagi perusahaan. Risiko legal yang ada meliputi :
Bocornya rahasia
Beredarnya rahasia penting milik perusahaan yang telah disebarluaskan oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab via email.
Berkurangnya produktivitas
Akibat dari adanya fasilitas internet yang dimiliki perusahaan, membuat
berkurangnya produktifitas karyawan karena karyawan menggunakan fasilitas
internet tersebut terlalu lama dan mengabaikan tugasnya.
Virus dari file download dan attachments
Kacaunya system komputer perusahaan karena adanya virus yang masuk
melalui attachment yang di download melalui email.
Gangguan jaringan
Gangguan jaringan menghambat kinerja perusahaan, karena perusahaan
sangat bergantung oleh jaringan tersebut dalam melakuan kegiatan bisnisnya.
Rusaknya reputasi
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
39
Menjelek-jelekan reputasi perusahaan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab melalui email perusahaan kepada masyarakat luas.
Untuk menghindari risiko tersebut, sebaiknya diterapkan pengaturan-pengaturan :
Penggunaan internet dan email yang aman—Karyawan harus dihimbau agar tidak
membuka attachment dari sumber yang tidak terpercaya dan tidak mendownload
sembarang file.
Netiquette—Etika di dunia maya, meliputi pemberitahuan bagi para karyawan
mengenai cara menulis email yang baik dan benar.
Personal use—Karyawan tidak diperbolehkan menggunakan internet di kantor
untuk urusan pribadi secara berlebihan, harus diberikan batasan-batasan. Terdapat
Internet Acceptable Use Policy (AUP) sebagai acuan.
Offensive content—Sistem email tidak diperbolehkan mengandung pelecehan
seksual.
Confidential data—Kewaspadaan agar tidak ada informasi perusahaan yang bocor.
Reporting abuse—Karyawan harus diberikan email untuk melaporkan
penyalahgunaan email.
Privacy—Karyawan harus diberikan email pribadi agar dapat memahami
penggunaan internet dan email mereka (monitor internet & email).
Train Staff—Karyawan harus dilatih untuk menjawab email dengan baik dan benar,
terutama yang berkaitan dengan customer service.
Use standard replies—Gunakan email standar; mencegah kesalahan informasi.
Permanently delete emails—sistem email perusahaan dapat membuat sebagian
email terhapus dalam rentang waktu tertentu, kecuali untuk email yang disimpan.
Use an email disclaimer—Memberikan pernyataan di bawah email, sehingga
melindungi perusahaan dari kasus hukum, mis-statement, penyebaran virus, dan
kontrak yang tidak semestinya.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
40
Monitor Internet usage—Perusahaan dapat mengawasi penggunaan internet
karyawan mereka dengan menginstall software yang me-record situs apa saja yang
dikunjungi oleh karyawan, berikut pemakaian waktunya.
Keep confidential information safe—Informasi perusahaan yang bersifat rahasia
harus dijaga agar tidak dapat diakses oleh karyawan yang tidak berkepentingan.
KASUS : Prita Mulyasari Kronologi dari kasus gugatan Prita Mulyasari adalah sebagai berikut: 7 Agustus 2008
Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional dengan keluhan panas tinggi dan pusing
kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium: Thrombosit 27.000 (normal 200.000), suhu badan
39 derajat. Malam itu langsung dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan diagnosa
positif demam berdarah.
8 Agustus 2008
Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi 181.000. Mulai mendapat banyak
suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai membangkak, Prita minta
dihentikan infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39 derajat.
9 Agustus 2008
Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter menjelaskan dia terkena virus udara. Infus
dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap dilakukan. Malamnya Prita terserang
sesak nafas selama 15 menit dan diberi oksigen. Karena tangan kanan juga bengkak, dia
memaksa agar infus diberhentikan dan menolak disuntik lagi.
10 Agustus 2008
Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter. Dokter menyalahkan bagian lab terkait
revisi thrombosit. Mengalami pembengkakan pada leher kiri dan mata kiri.
15 Agustus 2008
Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas kembali 39 derajat. Prita memutuskan untuk
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
41
keluar dari rumah sakit dan mendapatkan data-data medis yang menurutnya tidak sesuai
fakta. Prita meminta hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya
informasi thrombosit 181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah
dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena
hasilnya memang tidak valid.
Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia terserang virus
yang menular.
15 Agustus 2008
Prita mengirimkan email yang berisi keluhan atas pelayanan diberikan pihak rumah sakit ke
[email protected] dan ke kerabatnya yang lain dengan judul “Penipuan RS
Omni Internasional Alam Sutra”. Emailnya menyebar ke beberapa milis dan forum online.
30 Agustus 2008
Prita mengirimkan isi emailnya ke Surat Pembaca Detik.com.
5 September 2008
RS Omni mengajukan gugatan pidana ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus.
22 September 2008
Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi ke seluruh costumernya.
8 September 2008
Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan berisi bantahan atas isi email Prita
yang dimuat di harian Kompas dan Media Indonesia.
24 September 2008
Gugatan perdata masuk.
11 Mei 2009
Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni. Prita terbukti
melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis membayar kerugian
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
42
materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di koran nasional dan 100 juta
untuk kerugian imateril.
13 Mei 2009
Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang juga dilaporkan oleh
Omni.
2 Juni 2009
Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009. Informasi itu diterima keluarga Prita dari
Kepala Lapas Wanita Tangerang.
3 Juni 2009
Megawati dan JK mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI meminta MA membatalkan
tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota.
4 Juni 2009
Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di PN Tangerang.
Analisis:
Karena sikap Omni Hospitalis yang masih tidak mau mengalah dan tetap melanjutkan
ke pengadilan, membuat masyarakat untuk memberikan dukungan dan empati kepada Prita
Mulyasari dan semakin menekan RS. Omni International kepada posisi yang tidak
menguntungkan. Mulai bermunculan hujatan-hujatan dari masyarakat terhadap rumah sakit
tersebut yang secara langsung memberikan dampak negatif terhadap citra dari RS. Omni
International tersebut.
Dengan memperkarakan Prita ke proses litigasi (pengadilan), masyarakat dan media
jadi cenderung ingin tahu hingga persoalan jadi melebar tak terkendalikan. Sekarang, hampir
seluruh masyarakat Indonesia tahu kasus tersebut, inilah akibatnya apabila RS. Omni
International tidak mau mengalah dan tetap membawa permasalahan tersebut ke meja
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
43
hijau. Andai saja Omni lebih taktis menangani masalah itu secara non-litigasi, perusahaan ini
justru dapat meredam eskalasi 'degradasi citra' bahkan bisa mengolah isu dengan elegan
melalui strategi komunikasi yang tepat.
Dalam hal ini, RS Omni Internasional tidak melakukan langkah-langkah yang
seharusnya dilakukan dalam menindak lanjuti keluhan berat yang memungkinkan untuk
menimbulkan gugatan, khususnya Avoid going to court if all possible, Leave your ego behind,
Some litigants anger can be assuaged by apologies, dan Use an abitration service.
Apabila RS Omni melakukan langkah-langkah ini, mungkin masalahnya tidak akan
berdampak sebesar sekarang, walaupun pada akhirnya RS Omni mencabut tuntutan perdata
dengan mencabut tuntutan materi sebesar Rp 204.000.000,- namun hal ini saya rasa
percuma, karena kasus tersebut sudah menyebar kemana-mana tanpa terkendali. Dan lagi,
terdengar bahwa RS Omni belum mencabut tuntutan pidana terhadap Prita Mulyasari.
Manajemen Risiko – Semester Genap 2009/2010 Staying Financially Healthy & Liability, Legal Risk and Intellectual Property
44
BIBLIOGRAPHY
Books:
Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM,
2006.
Reuvid, Jonathan. Managing Business Risk: A Practical Guide to Protecting Your Business. 2.
London: Kogan Page, 2005.
Sadgrove, Kit. The Complete Guide to Business Risk Management, 2nd Edition. Burlington,
USA: Gower, 2005.
Solihin, Ismail. Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability. Jakarta:
Salemba Empat, 2009.
Websites:
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/20/03141237/jal.akhirnya.bangkrut
http://dunia.vivanews.com/news/read/122685-japan_airlines_akhirnya_mengaku_bangkrut
http://www.crn.com.au/Feature/117496,mitigating-financial-risk.aspx
http://www.akuntansiku.com/?p=237
http://harianjoglosemar.com/berita/waspadai-warning-kebangkrutan-4609.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Basel_II
http://nofieiman.com/2005/04/sarbanes-oxley/
http://sofyan.syafri.com/2008/07/03/dampak-sarbanes-oxley-act-pada-profesi-akuntan/
http://www.wipo.int/ipstats/en/
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/merger-dan-akuisisi-pengertian-jenis.html
http://www.investorwords.com/3045/merger.html
http://www.investorwords.com/80/acquisition.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Divestment
http://www.referenceforbusiness.com/management/De-Ele/Divestment.html
http://www.ipr-helpdesk.org/home.html
Lain-lain:
Dominic Elliott, Steve Letza, Martina McGuinness, Clive Smallman. “Governance, Control and
Operational Risk: The Turnbull Effect.” Palgrave Macmillan Journals (JSTOR), 2000: 50.
Divisi Riset PPM Manajemen. Outsourcing. Jakarta: PPM Manajemen, 2008.