1
STUDI TERHADAP TIMBULAN SAMPAH PLASTIK HDPE DAN
LDPE SERTA UPAYA REDUKSI YANG DAPAT DITERAPKAN DI
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA
STUDY ON HDPE AND LDPE PLASTIC WASTE GENERATION
WITH IT’S REDUCTION EFFORTS THAT CAN BE
IMPLEMENTED IN SUKOLILO DISTRICT, SURABAYA
ENDI PRIMA SETIA PUTRA dan YULINAH TRIHADININGRUM
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Abstrak
Plastik HDPE dan LDPE banyak sekali dimanfaatkan untuk kemasan produk-produk serta
alat-alat permukiman terutama untuk tas plastik sehingga permukiman menghasilkan sampah
plastik HDPE dan LDPE yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan sampah plastik HDPE dan LDPE
ini masih banyak ditemukan di LPA.
Dalam penelitian ini telah dilakukan studi terhadap timbulan sampah plastik HDPE dan
LDPE di Kecamatan Sukolilo agar dapat memberikan rekomendasi strategi menurunkan timbulan
sampah plastik HDPE dan LDPE, sehingga mengurangi jumlah sampah yang dibawa menuju LPA.
Penelitian ini dimulai dari analisis timbulan dan komposisi sampah permukiman dan LPS
Kelurahan Keputih, Kelurahan Medokan Semampir, dan Kelurahan Nginden Jangkungan kemudian
di LPA Benowo terutama untuk sampah plastik HDPE dan LDPE. Pengambilan sampel dilakukan
di 3 kawasan permukiman dan 3 LPS masing-masing selama 8 hari dan di LPA Benowo selama 1
hari.
Berdasarkan hasil sampling dari permukiman dan LPS 3 Kelurahan di Kecamatan Sukolilo,
rata-rata komposisi sampah di permukiman Kecamatan Sukolilo adalah 5,36% untuk HDPE dan
4,19% untuk LDPE sedangkan rata-rata komposisi sampah di LPS Kecamatan Sukolilo adalah
4,01% untuk HDPE dan 2,7% untuk LDPE. Kemudian untuk rata-rata komposisi sampah di LPA
Benowo adalah 5,882% untuk HDPE dan 2,092% untuk LDPE.
Kata Kunci: Reduksi, Pemilahan, Komposisi.
Abstract
HDPE and LDPE plastics are used for packaging many products and settlement tools,
especially for plastic bags so that the settlement produces high enough plastic waste HDPE and
LDPE. Therefore the plastic waste HDPE and LDPE are still commonly found in LPA.
This final project was carried out a study about plastic waste HDPE and LDPE generation
in Sukolilo District so that improved plastik waste HDPE and LDPE reduction, thereby reducing
the amount of solid waste brought into the LPA. This study started from an analysis generation and
composition of solid waste in settlement and LPS at Keputih Subdistrict, Medokan Semampir
Subdistrict, and Nginden Jangkungan Subdistrict and then LPA Benowo especially for plastic waste
HDPE and LDPE. Sampling was conducted in 3 areas of settlement and 3 LPS respectively for 8
days and LPA Benowo for 1 day.
2
Based on a sampling of the settlement and LPS 3 Subdistrict in Sukolilo District, average
composition of solid waste in the settlement at Sukolilo District is 5,36% for HDPE and 4,19% for
LDPE, then the average composition of solid waste in the LPS at Sukolilo District is 4,01% for
HDPE and 2,7% LDPE. Then for the average composition of solid waste in LPA Benowo is 5,882%
for HDPE and 2,092 for LDPE.
Key Words: Reduce, Sorting, Composition
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Kondisi pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya masih menggunakan LPA (Lahan
Pembuangan Akhir) sebagai sarana untuk menampung semua sampah yang tidak terolah dan
akhirnya menjadi residu (material sampah yang tidak terolah/tidak dimanfaatkan). Tidak terkecuali
dengan sistem pengolahan sampah di Kota Surabaya juga masih menganut sistem LPA ini,
sehingga apabila tidak dilakukan perbaikan di sektor pengelolaannya maka sampah di LPA akan
terus menumpuk hingga penuh. Jika LPA tersebut penuh maka otomatis pemerintah Kota Surabaya
harus mencari lahan untuk menggantikan fungsi LPA sebelumnya. Padahal lahan kosong di wilayah
Kota Surabaya sendiri sudah sangat jarang, dan apabila memang ada pasti lahan tersebut sudah
dekat dengan area permukiman penduduk. Sehingga lahan kosong tersebut tidak akan layak apabila
dijadikan sebagai LPA.
Salah satu jenis sampah yang berkontribusi dalam menambah beban di LPA adalah sampah
plastik. Sampah plastik dibuat dari bahan sintetis, umumnya menggunakan minyak bumi sebagai
bahan dasar, ditambah bahan-bahan tambahan yang umumnya merupakan logam berat (kadnium,
timbal, nikel) atau bahan beracun lainnya seperti Chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada saat
terurai atau terbakar (Milyandra, 2009). Plastik menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan sehari-hari kita sejak diperkenalkan lebih dari 100 tahun yang lalu. Plastik memiliki
fleksibilitas yang tinggi dalam aplikasi dan juga membawa masalah dalam pembuangannya
sehingga plastik menjadi bahan perbincangan dalam isu-isu lingkungan. Oleh karena itu harus
dilakukan daur ulang limbah plastik untuk mengatasi masalah tersebut (Dalen dan Nasir, 2009)
Sampah plastik memiliki beraneka ragam jenis yang dikategorikan berdasarkan komponen
penyusunnya seperti HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene),
PETE/PET (Polyethylene Terephthalate), V atau PVC (Polyvinyl Chloride), PP (Polypropylene),
PS (Polystyrene), dan Lain-lain (Other). Dari ke 7 jenis sampah plastik tersebut, HDPE dan LDPE
memiliki potensi penyebab kekumuhan yang paling besar dikarenakan HDPE dan LDPE banyak
sekali dimanfaatkan untuk botol susu, botol shampo, botol sabun cair, kantong plastik, botol
kosmetik, kursi lipat, jerigen, botol pelumas (oli), botol obat, dan botol minuman. Hal ini
disebabkan oleh sifat dari HDPE dan LDPE yang tahan panas dan tahan terhadap bahan kimia
sehingga HDPE dan LDPE memiliki aplikasi yang sangat luas (Nurminah, 2002). Sampah plastik
HDPE dan LDPE jumlahnya sangat banyak sehingga dapat mencemari lingkungan, akan tetapi
kenyataannya reduksi sampah plastik jenis ini masih kurang.
Dalam proses produksi plastik, dibutuhkan sumber daya alam berupa bahan bakar fosil yang
sangat besar jumlahnya baik sebagai bahan baku maupun sebagai energi untuk proses
manufakturing. Untuk produksi setiap ton plastik jenis polyethylene dibutuhkan 1,8 ton minyak
bumi. Setiap tahunnya sekitar 4% produksi minyak bumi dunia digunakan sebagai bahan baku
plastik, dan 3-4% digunakan untuk sumber energi dalam proses manufacturing plastik
(Trihadiningrum, 2007).
Oleh karena itu untuk memaksimalkan skema pola potensi recovery factor dan recycle
sampah plastik jenis HDPE dan LDPE agar semakin sedikit yang menjadi residu ke LPA maka
3
diperlukan suatu studi mengenai timbulan sampah plastik HDPE dan LDPE dan upaya reduksi yang
dapat diterapkan, dalam hal ini mengambil case study di Kecamatan Sukolilo Surabaya. Dengan
studi ini nantinya diharapkan dapat mengurangi residu sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di
Kecamatan Sukolilo. Karena studi ini akan menghasilkan data-data mengenai skema daur hidup
dari sampah plastik jenis HDPE dan LDPE sehingga nantinya dapat diketahui bagaimana cara untuk
memaksimalkan skema pola daur ulang sampah plastik di Kecamatan Sukolilo.
Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan beberapa
permasalahannya, yaitu:
1. Seberapa besar timbulan sampah plastik jenis HDPE dan LDPE yang dibuang oleh
rumah tangga Kecamatan Sukolilo?
2. Seberapa besar komposisi sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di rumah tangga dan
LPS Kecamatan Sukolilo dan juga dari LPA Benowo?
3. Seberapa besar potensi recovery factor sampah plastik jenis HDPE dan LDPE yang
berasal dari rumah tangga, LPS dan LPA?
4. Upaya reduksi apa yang sudah diterapkan dan yang dapat diterapkan untuk
memaksimalkan pemanfaatan sampah plastik HDPE dan LDPE di Kecamatan Sukolilo?
Tujuan
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1. Menganalisis jumlah timbulan sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di Kecamatan
Sukolilo yang berasal dari rumah tangga.
2. Menganalisis komposisi sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di rumah tangga dan
LPS Kecamatan Sukolilo dan juga dari LPA Benowo.
3. Menganalisis potensi recovery factor sampah plastik jenis HDPE dan LDPE yang
berasal dari rumah tangga, LPS dan LPA.
4. Menganalisis upaya reduksi yang sudah diterapkan dan yang dapat diterapkan dalam
memaksimalkan pemanfaatan sampah plastik HDPE dan LDPE di Kecamatan
Sukolilo.
Landasan Teori
Sampah sering kali menjadi sebuah permasalahan yang cukup serius di kota-kota besar di
Indonesia. Menurut SNI 19-2454-2002, sampah harus dikelolah agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Untuk dapat mengelolah sampah dengan baik
maka diperlukan pengenalan lebih jauh mengenai definisi sampah dan tata cara pengelolaan sampah
yang baik.
Perkiraan timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jumlah sampah yang harus
dikelola. Kajian terhadap data mengenai timbulan sampah merupakan langkah awal yang dilakukan
dalam pengelolaan persampahan (Tchobanoglous, Theisen, and Vigil, 1993).
Menurut Wardani (2009), jenis plastik dibagi menjadi 7, yaitu:
a. PETE/PET (Polyethylene Terephthalate)
PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik tembus
pandang/transparan seperti botol air mineral, botol minuman, botol jus, botol minyak
goreng, botol kecap, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik dan hampir semua
botol minuman lainnya.
b. HDPE (High Density Polyethylene)
HDPE (high density polyethylene) memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram
dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE biasa dipakai untuk botol kosmestik, botol
obat, botol minuman, botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air
4
minum, kursi lipat, dan jerigen, pelumas, dan lain-lain. Bahan HDPE bila ditekan tidak
kembali ke bentuk semula.
c. V atau PVC (Polyvinyl Chloride)
PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Jenis plastik
PVC ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), untuk mainan, selang,
pipa bangunan, taplak meja plastik, botol kecap, botol sambal dan botol sampo.
d. LDPE (Low Density Polyethylene)
LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari
minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol
yang lembek. LDPE dipakai untuk tutup plastik, kantong / tas kresek dan plastik tipis
lainnya. Walaupun baik untuk tempat makanan, barang berbahan LDPE ini sulit
dihancurkan.
e. PP (Polypropylene)
Plastik jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik yang cukup baik,
terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan,
tutup botol, cup plastik, mainan anak, botol minum dan pembuatan botol minum untuk
bayi. Bahan yang terbuat dari PP memiliki sifat yang elastis, yaitu apabila ditekan akan
kembali ke bentuk semula.
f. PS (Polystyrene)
PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari
Jerman, secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam,
tempat minum sekali pakai, dan lain-lain.
g. Lain-lain (Other)
Jenis plastik Other ini ada 4 jenis, yaitu : SAN (styrene acrylonitrile), ABS
(acrylonitrile butadiene styrene), PC (polycarbonate), dan Nylon. SAN dan ABS
memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan
tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan sehingga merupakan salah satu bahan plastik
yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman. Biasanya
terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi,
dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
PC atau Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita, botol
minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu
formula.
Penerapan sistem 3R atau reduce, reuse, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan
sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi sumber
energi. Pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) ini sangat aplikatif karena
dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
2. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian ini berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian
penelitian studi terhadap timbulan sampah plastik HDPE dan LDPE di Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya serta upaya reduksi yang dapat diterapkan ini karena didalamnya berisi tahapan-tahapan
mengenai proses penelitian. Dengan metodologi penelitian ini diharapkan nantinya dapat
mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar
4.1.
5
Gambar 1 Metodologi Penelitian
3. Analisa dan Pembahasan
Wilayah penelitian penelitian ini berada di Kecamatan Sukolilo. Kecamatan Sukolilo secara
geografis berada di wilayah Surabaya Timur, dengan ketinggian + 4-12 meter diatas permukaan
laut.
• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan
Mulyorejo.
• Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Madura.
• Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan
Rungkut dan Kecamatan
Tenggilis Mejoyo.
• Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan
Gubeng.
Peta wilayah Kecamatan Sukolilo dapat dilihat pada Gambar 2.
6
Gambar 2 Peta Wilayah Kecamatan Sukolilo
Analisis Sampah Permukiman
Untuk menentukan upaya reduksi timbulan sampah plastik HDPE dan LDPE di Kecamatan
Sukolilo maka terlebih dahulu dilakukan sampling di 3 kawasan permukiman di Kecamatan
Sukolilo. Tiga kawasan permukiman yang dijadikan titik sampling terdiri dari 3 strata ekonomi
yaitu bawah, menengah, dan atas.
Volume Timbulan Sampah Kecamatan Sukolilo
Dari perhitungan mengenai volume timbulan sampah di wilayah permukiman dengan strata
ekonomi bawah, menengah, dan atas maka dapat diketahui rata-rata volume timbulan sampah
Kecamatan Sukolilo. Karena menurut SNI 19-3964-1995 hasil sampling volume timbulan sampah 3
strata ekonomi tadi sudah dapat mewakili volume timbulan untuk suatu permukiman, dalam hal ini
adalah permukiman di wilayah Kecamatan Sukolilo. Dengan diketahuinya volume timbulan sampah
Kecamatan Sukolilo ini maka dapat diketahui seberapa besar sampah yang dikontribusi oleh
masyarakat Kecamatan Sukolilo ini.
Perhitungan rata-rata volume timbulan sampah Kecamatan Sukolilo:
Vol. Timbulan Sampah:
Vol.Timbulan Sampah=(Strata Bawah+ Strata Menengah+Strata
Atas) .
3
Vol. Timbulan HDPE=2,2+2,7+3
3
Vol. Timbulan HDPE = 2,63 liter/orang.hari
7
Volume Timbulan Sampah HDPE dan LDPE Kecamatan Sukolilo
Seperti halnya menghitung volume timbulan sampah Kecamatan Sukolilo, untuk
menghitung volume timbulan sampah HDPE dan LDPE Kecamatan Sukolilo juga berdasarkan rata-
rata volume timbulan dari 3 strata ekonomi. Tetapi untuk menghitung volume timbulan sampah
plastik HDPE dan LDPE Kecamatan Sukolilo menggunakan hasil perhitungan volume timbulan
sampah HDPE dan LDPE nya bukan menggunakan hasil perhitungan volume timbulan sampah
total. Dengan diketahuinya volume timbulan sampah HDPE dan LDPE Kecamatan Sukolilo ini
maka dapat diketahui seberapa besar sampah HDPE dan LDPE yang dikontribusi oleh masyarakat
Kecamatan Sukolilo ini.
Perhitungan rata-rata volume timbulan sampah HDPE Kecamatan Sukolilo:
Vol. Timbulan HDPE:
Vol. Timbulan HDPE=Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
Vol. Timbulan HDPE=0,4+0,56+0,76
3
Vol. Timbulan HDPE = 0,57 liter/orang.hari
Perhitungan rata-rata volume timbulan sampah LDPE Kecamatan Sukolilo:
Vol. Timbulan LDPE:
Vol. Timbulan LDPE=Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
Vol. Timbulan LDPE=0,39+0,47+0,56
3
Vol. Timbulan LDPE = 0,47 liter/orang.hari
Analisis Sampah HDPE dan LDPE di LPS
Sebagai lanjutan upaya untuk menentukan upaya reduksi timbulan sampah plastik HDPE
dan LDPE di Kecamatan Sukolilo maka kemudian dilakukan sampling lanjutan di LPS 3 kawasan
permukiman. Tiga LPS yang dilakukan sampling adalah 3 LPS yang melayani 3 kawasan
permukiman yang sebelumnya dilakukan sampling. Tiga kawasan permukiman yang dijadikan titik
sampling terdiri dari 3 strata ekonomi yaitu bawah, menengah, dan atas.
Perbandingan Persentase Komposisi HDPE dan LDPE Di Permukiman, LPS, dan LPA
Dari hasil pemilahan yang dilakukan maka didapatkan komposisi HDPE dan LDPE baik di
permukiman, LPS, maupun LPA. HDPE dan LDPE yang didapatkan kemudian ditimbang dan
beratnya dibandingkan dengan total berat sampah masing-masing, baik di permukiman, LPS,
maupun LPA. Sehingga dengan proses perbandingan komposisi tersebut dapat diketahui besar
persentase penurunan komposisi HDPE dan LDPE dari permukiman menuju LPS kemudian menuju
LPA.
Didaerah permukiman persentase HDPE dan LDPE cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh
belum adanya upaya reduksi sampah HDPE dan LDPE untuk kawasan permukiman. Persentase
komposisi sampah HDPE dan LDPE di 3 wilayah permukiman berdasarkan strata ekonomi dapat
dilihat di Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.
8
Tabel 1 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di Strata Ekonomi
Bawah
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 1,1 1,8 1,5 2 1,4 1,75 1,9 2,6 1,76 4,81
LDPE 0,6 1,5 1,2 1 1,7 2,23 1,7 2,2 1,52 4,15
Sampah Lainnya 31,90 29,53 34,70 39,54 29,50 35,99 31,25 33,69 33,26 91,04
Total Seluruh Sampah 36,54 100,00
Tabel 2 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di Strata Ekonomi
Menengah
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 3,2 2,52 1,54 1,7 2,74 2,5 2,1 1,8 2,26 5,53
LDPE 2,5 1,8 1,44 1,3 1,6 1,8 1,8 1,5 1,72 4,19
Sampah
Lainnya 34,99 35,11 37,91 39,30 38,52 33,50 39,41 37,00 36,97 90,28
Total Seluruh Sampah 40,95 100,00
Tabel 3 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di Strata Ekonomi Atas
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 3,4 2,8 3,8 2,2 2,5 3 2,7 1,22 2,70 5,75
LDPE 2,72 2,3 1,7 1,75 1,6 2,3 2,25 1,3 1,99 4,24
Sampah Lainnya 49,58 46,10 37,70 39,90 42,80 39,40 37,90 44,78 42,27 90,01
Total Seluruh Sampah 46,96 100,00
Komposisi sampah plastik HDPE dan LDPE di strata ekonomi menengah mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan strata ekonomi bawah dan komposisi sampah plastik HDPE dan
LDPE di strata ekonomi atas juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan strata ekonomi
menengah. Hal ini disebabkan karena daya beli di 3 strata ekonomi ini yang berbeda sehingga pola
konsumsinya pun berbeda. Strata ekonomi atas memiliki kemampuan daya beli yang lebih baik
ketimbang strata ekonomi menengah dan strata ekonomi menengah memiliki kemampuan daya beli
yang lebih baik ketimbang strata ekonomi bawah. Oleh karena dari hasil sampling yang ditampilkan
pada tabel diatas didapatkan hasil bahwa strata ekonomi atas memiliki kontribusi timbulan sampah
plastik HDPE dan LDPE yang paling besar.
Dari tabel diatas kemudian didapatkan persentase rata-rata komposisi sampah HDPE dan
LDPE permukiman 3 strata ekonomi tersebut. Perhitungan persentase rata-rata komposisi sampah
HDPE dan LDPE di permukiman Kecamatan Sukolilo 3 strata ekonomi:
Persentase HDPE:
Persentase HDPE = Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
9
Persentase HDPE = 4,81+5,53+5,75
3
Persentase HDPE = 5,36 %
Persentase LDPE
Persentase LDPE = Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
Persentase LDPE = 4,15+4,19+4,24
3
Persentase LDPE = 4,19 %
Dari perhitungan persentase HDPE dan LDPE permukiman 3 strata ekonomi diatas maka
dapat diketahui perbandingan sampah HDPE dan LDPE terhadap sampah lainnya. Persentase
sampah HDPE dan LDPE ini akan mewakili persentase komposisi sampah HDPE dan LDPE di
permukiman wilayah Kecamatan Sukolilo. Gambar perbandingan persentase komposisi sampah
HDPE dan LDPE di permukiman Kecamatan Sukolilo akan ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Perbandingan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di Permukiman
Kecamatan Sukolilo
Selanjutnya dilakukan pula perhitungan yang sama terhadap komposisi sampah HDPE dan
LDPE di 3 LPS yang melayani 3 wilayah permukiman dengan 3 strata ekonomi yang berbeda guna
untuk membandingkan komposisi sampah HDPE dan LDPE di permukiman dengan komposisi
sampah HDPE dan LDPE di LPS untuk dilihat penurunan atau kenaikannya. Persentase komposisi
sampah HDPE dan LDPE di 3 LPS yang melayani 3 wilayah permukiman dengan 3 strata ekonomi
yang berbeda dapat dilihat di Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di LPS Strata Ekonomi
Bawah
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 2,25 3,6 3,68 2,1 4,46 2,5 3,24 3,75 3,20 3,20
LDPE 1,1 2,65 3,25 1,6 3,4 0,8 2,2 2,3 2,16 2,16
Sampah Lainnya 96,65 93,75 93,07 96,30 92,14 96,70 94,56 93,95 94,64 94,64
Total Seluruh Sampah 100,00 100,00
10
Tabel 5 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di LPS Strata Ekonomi
Menengah
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 4,60 5,25 4,20 3,20 6,80 2,50 3,40 3,87 4,23 4,23
LDPE 2,78 3,15 3,10 2,80 2,35 1,80 3,75 1,90 2,70 2,70
Sampah Lainnya 92,62 91,60 92,70 94,00 90,85 95,70 92,85 94,23 93,07 93,07
Total Seluruh Sampah 100,00 100,00
Tabel 6 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di LPS Strata Ekonomi
Atas
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata Komposisi
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg) (%)
HDPE 5,7 3,2 5,2 3,45 5,5 5,15 4,4 4,25 4,61 4,61
LDPE 4,45 3,5 2,6 1,7 3,5 2,7 4,2 3,1 3,22 3,22
Sampah Lainnya 89,85 93,30 92,20 94,85 91,00 92,15 91,40 92,65 92,18 92,18
Total Seluruh Sampah 100,00 100,00
Dari tabel diatas kemudian didapatkan persentase rata-rata komposisi sampah HDPE dan
LDPE di LPS 3 strata ekonomi tersebut. Perhitungan persentase rata-rata komposisi sampah HDPE
dan LDPE di LPS 3 strata ekonomi:
Persentase HDPE:
Persentase HDPE = Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
Persentase HDPE = 3,2+4,23+4,61
3
Persentase HDPE = 4,01 %
Persentase LDPE
Persentase LDPE = Strata Bawah+ Strata Menengah+ Strata Atas
3
Persentase LDPE = 2,16+2,7+3,22
3
Persentase LDPE = 2,7 %
Dari perhitungan persentase HDPE dan LDPE di LPS 3 strata ekonomi diatas maka dapat
diketahui perbandingan sampah HDPE dan LDPE terhadap sampah lainnya. Persentase sampah
HDPE dan LDPE ini akan mewakili persentase komposisi sampah HDPE dan LDPE di LPS
wilayah Kecamatan Sukolilo. Gambar perbandingan persentase komposisi sampah HDPE dan
LDPE di LPS Kecamatan Sukolilo akan ditampilkan pada Gambar 4.
11
Gambar 4 Perbandingan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di LPS Kecamatan
Sukolilo
Pada tingkat LPS terjadi penurunan komposisi sampah HDPE dan LDPE, hal ini
dikarenakan sampah HDPE dan LDPE tersebut sebagian ada yang diambil oleh pemulung dan
sebagian lagi diambil oleh petugas LPS untuk dijual kembali ke pengepul. Akan tetapi karena faktor
ketelitian dan kemampuan mereka dalam mengambil ada sebagian sampah HDPE dan LDPE yang
tidak terambil sehingga terbuang ke container di LPS.
Setelah perhitungan di LPS kemudian dilanjutkan dengan perhitungan persentase komposisi
HDPE dan LDPE di LPA Benowo. Hasil dari persentase komposisi HDPE dan LDPE di LPA
Benowo akan dibandingkan dengan rata-rata persentase komposisi HDPE dan LDPE di LPS untuk
dibandingkan dan dilihat penurunan atau kenaikannya. Persentase komposisi sampah HDPE dan
LDPE di LPS Benowo dapat dilihat di Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Persentase Komposisi Sampah HDPE dan LDPE di LPA Benowo
Jenis Sampah Berat Sampah (kg) hari ke- Rata-rata
1 2 3 4 5 (%)
HDPE 4,93 7,23 6,57 5,47 5,21 5,882
LDPE 1,86 1,59 3,21 1,97 1,83 2,092
Sampah Lainnya 93,21 91,18 90,22 92,56 92,96 92,03
Total Seluruh Sampah 100
Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata persentase komposisi sampah HDPE
adalah 5,882 % dan untuk LDPE adalah 2,092%. Hasil dari perbandingan persentase sampah HDPE
dan LDPE dengan sampah lainnya telah ditampilkan pada Gambar 5.14 mengenai Persentase HDPE
dan LDPE di LPA Benowo sebelumnya.
Pada komposisi sampah HDPE di LPA Benowo terjadi kenaikan, hal ini disebabkan oleh
LPA Benowo tidak hanya menerima sampah dari permukiman saja, akan tetapi sampah HDPE yang
berasal dari fasilitas umum seperti pertokoan dan pasar juga menuju ke LPA Benowo. Meskipun
sebelumnya sudah ada pemulung yang mengambil tetapi tidak sepadan dengan jumlah sampah
HDPE yang masuk ke LPA Benowo.
Lain halnya dengan komposisi sampah LDPE di LPA Benowo. Untuk LDPE terjadi
penurunan komposisi, hal ini dikarenakan harga LDPE yang cukup mahal sehingga dengan sugesti
sampah LDPE yang memiliki nilai ekonomi yang lebih baik maka para pemulung akan lebih
berminat untuk mengumpulkan sampah LDPE ini. Maka dari itu untuk pengolahan sampah di masa
depan orientasi nilai ekonomi ini harus lebih dipikirkan. Karena dari hasil perbandingan komposisi
12
sampah diatas LDPE memiliki tingkat reduksi yang lebih baik ketimbang HDPE karena nilai
ekonomis LDPE lebih baik dibanding HDPE, sehingga masyarakat baik pemulung maupun non
pemulung akan mendapatkan keuntungan yang lebih dari LDPE. Karena keuntungan yang lebih
maka masyarakat akan berlomba-lomba untuk mengumpulkan LDPE ini sehingga tingkat
reduksinya pun akan meningkat. Perbandingan rata-rata persentase komposisi sampah HDPE dan
LDPE di permukiman, LPS dan LPA dapat dilihat di Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5 Perbandingan Rata-Rata Persentase Komposisi Sampah HDPE di Permukiman, LPS, dan
LPA
Gambar 6 Perbandingan Rata-Rata Persentase Komposisi Sampah LDPE di Permukiman, LPS, dan
LPA
Dari Gambar 5 dan Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa untuk sampah HDPE terjadi
penurunan komposisi HDPE sebanyak 1,35 % untuk di LPS dan kemudian di LPA komposisi
tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,872 %. Untuk LDPE terjadi penurunan komposisi sebesar
1,49 % dan kemudian di LPA komposisi tersebut turun kembali sebesar 0,608 %.
Dari trendline pada Gambar 5 dan Gambar 6 diatas maka dapat diketahui bahwa tingkat
reduksi yang dilakukan untuk sampah plastik jenis LDPE sudah cukup baik karena persentase
LDPE terus menurun hingga ke LPA. Sedangkan untuk sampah plastik jenis HDPE meskipun
sudah ada penurunan persentase komposisi ketika di LPS namun persentase komposisi tersebut naik
kembali ketika di LPA. Hal ini disebabkan oleh nilai ekonomis LDPE lebih tinggi ketimbang
HDPE. Sehingga masyarakat lebih gemar untuk mengumpulkan sampah plastik LDPE untuk dijual
kembali.
13
Potensi Recovery Factor Sampah HDPE&LDPE Rata-Rata
Dari perhitungan mengenai potensi recovery factor sampah plastik HDPE dan LDPE baik di
permukiman, LPS, maupun LPA sebelumnya maka dapat diketahui potensi recovery factor rata-
ratanya. Hasil perhitungan potensi recovery factor sampah plastik HDPE dan LDPE rata-rata baik
di permukiman, LPS, dan LPA dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Hasil Perhitungan Potensi Recovery Factor Sampah Plastik HDPE Rata-Rata
Lokasi
Recovery Factor HDPE di Strata
Ekonomi (%) Recovery Factor
Rata-rata
Bawah Menengah Atas
Perkukiman 100 100 100 100
LPS 100 98,73 100 99,58
LPA 94,25 94,25
Tabel 9 Hasil Perhitungan Potensi Recovery Factor Sampah Plastik LDPE Rata-Rata
Lokasi
Recovery Factor LDPE di Strata
Ekonomi (%) Recovery Factor
Rata-rata
Bawah Menengah Atas
Perkukiman 100 93,58 100 97,86
LPS 100 99,42 99,26 99,56
LPA 93,06 93,06
Dari Tabel 8 dan Tabel 9 diatas maka dapat diketahui bahwa potensi recovery factor di
wilayah permukiman adalah 100% untuk HDPE dan 97,86% untuk LDPE, kemudian untuk di
wilayah LPS adalah 99,58% untuk HDPE dan 99,56% untuk LDPE, sedangkan untuk di LPA
adalah 94,25% untuk HDPE dan 93,06% untuk LDPE.
Rekomendasi Strategi Upaya Reduksi Sampah Plastik HDPE dan LDPE
Sampah plastik HDPE dan LDPE yang dibuang ke LPS sebenarnya sudah ada upaya reduksi
tetapi pada saat sampling di LPS menunjukkan bahwa komposisi HDPE dan LDPE masih cukup
tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor ketelitian baik dari pemulung maupun dari petugas LPS yang
terbiasa mengumpulkan sampah HDPE dan LDPE untuk dijual kembali. Dikarenakan jumlah
sampah yang terlalu besar yang tidak sebanding dengan jumlah petugas LPS yang mereduksi
sampah. Dengan keadaan tersebut faktor ketelitian dari petugas untuk mereduksi sampah plastik
HDPE dan LDPE pun menjadi tidak maksimal sehingga masih banyak sampah HDPE dan LDPE
ini yang terlewat dan akhirnya tertimbun di LPA. Karena itu strategi untuk menyiasati hal ini adalah
dengan menambah pekerja untuk memilah sampah di LPS guna untuk mengimbangi besarnya
jumlah sampah plastik HDPE dan LDPE ini, sehingga faktor ketelitian dalam mereduksinya pun
akan meningkat. Tetapi sebenarnya cara yang paling baik adalah dengan melakukan reduksi di
sumber. Karena dengan melakukan reduksi di sumber maka jumlah sampah akan berkurang
sehingga seimbang dengan jumlah petugas pemilah yang ada. Solusi ini dapat ditempuh dengan
cara pemerintah membuat peraturan untuk membatasi penggunaan plastik khususnya HDPE dan
LDPE. Dalam hal ini pemerintah harus membatasi dan mengawasi produksi plastik dan distribusi
plastik yang ada. Diharapkan dengan membatasi penggunaan plastik ini nantinya akan timbul
semangat dan ide-ide untuk mengganti plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Dengan
mengurangi penggunaan sampah plastik HDPE dan LDPE ini maka kita juga dapat menghemat
minyak bumi yang digunakan dalam proses pembuatan plastik. Karena plastik berbahan dasar
minyak bumi maka kini ada teknologi yang dapat mengubah plastik menjadi minyak mentah
kembali di Jepang, tetapi untuk penerapannya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk disesuaikan
dengan karakteristik plastik yang ada di Indonesia.
14
Solusi yang lain adalah dengan menerapkan MRF (Material Recovery Facility) di LPA.
Dikarenakan di wilayah Kecamatan Sukolilo ini sudah tidak tersedia lagi lahan untuk mendirikan
MRF maka fasilitas MRF akan dibangun di LPA. Sampah yang masuk ke MRF ini didapatkan dari
LPS di Kota Surabaya. Truk sampah yang biasanya akan mengangkut sampah dari LPS kemudian
membuangnya di LPA kini truk sampah tersebut akan membawanya menuju fasilitas MRF di LPA
terlebih dahulu, kemudian di MRF ini dilakukan pemilahan sampah sehingga sampah yang akan
dibuang ke LPA nantinya hanyalah sampah yang benar-benar sudah tidak dapat dimanfaatkan saja.
Sampah yang dapat dimanfaatkan akan dijual kembali untuk di recycle. Kemudian keuntungan dari
hasil penjualan selain digunakan untuk menggaji pegawai juga dapat digunakan untuk pemeliharaan
fasilitas MRF. Dengan MRF ini selain dapat memberikan keuntungan bagi pengelolanya dan
mengurangi timbulan sampah tetapi juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi warga Kota
Surabaya untuk pengelolaan sampah yang baik dan benar.
Strategi yang telah dijelaskan diatas dapat digabung dengan penerapan bank sampah. Bank
sampah merupakan suatu fasilitas tempat yang dapat menerima sampah yang dapat didaur ulang,
seperti plastik. Disini masyarakat dapat memberikan sampah mereka untuk ditukar dengan uang.
Masyarakat yang menukarkan sampahnya pada bank sampah ini akan menabungkan sampah di
bank sampah ini, kemudian jika masyarakat tersebut ingin mengambil hasil tabungan sampah
mereka maka akan ditukar dengan sejumlah uang. Bank sampah ini bisa diterapkan untuk skala RW
di Kecamatan Sukolilo. Jadi setiap RW memiliki satu fasilitas bank sampah. Masyarakat di setiap
RW di Kecamatan Sukolilo ini secara sukarela bertugas untuk mengumpulkan semua jenis sampah
plastik yang mereka konsumsi ketika membeli makanan atau minuman baik disekolah ataupun
tempat bekerja mereka. Mereka juga dapat mengumpulkan sampah-sampah plastik yang tercecer
dijalan. Lalu sampah plastik yang telah mereka kumpulkan tadi akan dibawa ke bank sampah untuk
dipilah. Pemilahan dilakukan dengan memanggil pemulung untuk memilah sampah tersebut, tetapi
dalam proses pemulung nantinya harus ada petugas dari bank sampah ini untuk mengawasi
pemulung tersebut karena khawatir sampah tersebut sebagian akan diambil oleh pemulung.
Kemudian sampah hasil pemilahan ditimbang dan hasil timbangan akan dicatat untuk setiap
masyarakat yang mengumpulkan sampah plastik tersebut. Setelah itu hasil timbangan tadi akan
dihargai dengan rupiah, dan rupiah ini akan dicatat di buku tabungan para nasabah bank sampah
tersebut. Nilai rupiah yang tercatat tersebut nantinya dapat ditabung atau bisa langsung diambil para
nasabah bank sampah tersebut. Dengan solusi ini maka masyarakat tidak akan terbebani karena
kapanpun dan dimanapun mereka dapat ikut membantu upaya reduksi di Kecamatan Sukolilo ini.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang didapat dari laporan penelitian ini adalah:
1. Timbulan sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di Kecamatan Sukolilo yang
berasal dari rumah tangga adalah sebesar 0,57 liter/orang.hari untuk HDPE dan 0,47
liter/orang.hari untuk LDPE. Titik sampling permukiman strata ekonomi bawah
sudah ada kegiatan reduksi oleh warganya sendiri sehingga memberikan kontribusi
timbulan sampah plastik HDPE dan LDPE yang paling kecil.
2. Dari hasil sampling dari permukiman dan LPS 3 Kelurahan di Kecamatan Sukolilo,
rata-rata komposisi sampah di permukiman Kecamatan Sukolilo adalah 5,36% untuk
HDPE dan 4,19% untuk LDPE sedangkan rata-rata komposisi sampah di LPS
Kecamatan Sukolilo adalah 4,01% untuk HDPE dan 2,7% untuk LDPE. Kemudian
untuk rata-rata komposisi sampah di LPA Benowo adalah 5,882% untuk HDPE dan
2,092% untuk LDPE.
3. Potensi recovery factor sampah plastik jenis HDPE dan LDPE yang berasal dari
rumah tangga adalah 100% untuk HDPE dan 100% untuk LDPE, dari LPS adalah
15
99,6% untuk HDPE dan 99,56 % untuk LDPE dan dari LPA adalah 94,25% untuk
HDPE dan 93,06% untuk LDPE.
4. Upaya reduksi yang sudah diterapkan di Kecamatan Sukolilo ini adalah reduksi dari
pemulung dan petugas LPS, juga ada sebagian masyarakatnya yang mengumpulkan
sampah HDPE dan LDPE yang mereka konsumsi untuk dijual kembali.
Saran dari penelitian ini adalah dibutuhkan penelitian lanjutan untuk merencanakan MRF
(Material Recovery Facility) di LPA dan sistem pengangkutan sampah dari LPS menuju MRF
kemudian pengangkutan residunya ke LPA. Juga harus dilakukan penelitian berapa seharusnya
pekerja yang dibutuhkan di LPS untuk memilah sampah karena proses pemilahan sangat membutuhkan ketelitian sehingga dengan jumlah pekerja yang sesuai dengan jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan maka dapat mengefektifkan reduksi sampah.
5. Daftar Pustaka
Anonim, 1995. “Metode Pegambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah
Perkotaan”. SNI 19-3964.
Anonim, 2002. “Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan”. SNI 19-2454.
Anonim, 2008. “Pengelolaan Sampah”. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Anonim, 2008. “Sukolilo Dalam Angka 2008”. BPS Propinsi Jawa Timur.
Dalen, M.B. dan Nasir, T., 2009. “Plastic Waste Recycling”. Science World Jurnal Vol. 4,
No. 1 : 7-10
Luthfiah, W., 2008. “Bahaya Sampah Plastik”,
(http://penulismuda.com/artikel-mainmenu-42/1358 bahaya-sampah-plastik). 17 Agustus
2008 jam 08.42
Margareta, A.M. 2010. “Perencanaan Material Recovery Facility (MRF) Untuk Area Wisata Kebun
Binatang Surabaya dan Kecamatan Wonokromo
Milyandra., 2009. “Sampah”, (http://mily.wordpress.com/2009/02/28/sampah/).
28 Februari 2009 jam 13.35
Morgan, S., 2009. “Daur Ulang Sampah”. Diterjemahkan oleh : Utami, I. Tiga Serangkai, Solo
Nurminah, M., 2002. “Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas Serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas”, FakultasPertanian Jurusan Teknologi
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Suarna, I.S. 2008. “Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan dan Perdesaan”. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana
Tchobanoglous, G., Theisen, H. dan Vigil, S. 1993. “Integrated Solid Waste Management:
Engineering Principles ang Management Issues”. McGraw-Hill, Inc. Singapore
Vesilind, P. A., Worrell, W., dan Reinhart, D. 2002. “Solid Waste Engineering”. Thomson Learning
Academic Resource Center
Trihadiningrum, Y., 2007. “Perkembangan Paradigma Dalam Penanganan Sampah Kota dan
Kontribusinya Terhadap Pencapaian Milennium Development Goals”. Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan ITS Nopember Surabaya
Wardani, R., 2009. “Bahaya Penggunaan Plastik”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangkaraya