Download - Tan Malaka Guru Revolusioner
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
1/153
BAB 1PENDAHULUAN
Mengajari anak-anak Indonesia saya anggap pekerjaan tersuci
dan terpenting(Tan Malaka)
A. Latar Belakang
Tan Malaka, seorang anak bangsa yang menghabiskan 100 persen
hidupnya hanya untuk mencapai sebuah cita-cita yaitu, menujuRepublik Indonesia. Republik yang dimaksud Tan Malaka adalah
sebuah negara yang 100 persen mengatur dirinya sendiri,
mengatur perekonomiannya sendiri, politik yang bebas
menegakkan demokrasi, serta martabat bangsa yang sejajar
dimata negara-nagara lain.
Tan Malaka sebagai ahli propaganda, politikus, dan sebagai
seorang pendidik rakyat, sangat ditakuti oleh pemerintah Hindia
Belanda. Dikarenakan proses penyadaran yang agresif
revolusioner, yang dilakukan terus menerus oleh Tan Malaka
akan memperkuat kesadaran rakyat.
Ketakutan pemerintah Hindia Belanda tak hanya pada saat
kondisi fisik Tan Malaka dalam keadaan sehat, tetetapi juga dalam
keadaan sakit TBC nya yang kompleks dengan berbagai penyakit
memperburuk kondisi kesehatan dan fisiknya. Sosok Tan Malaka
merupakan ancaman yang sangat berbahaya bagi posisi
pemerintahan kolonial, karena Tan Malaka dianggap akan
menganggu ketertiban umum dengan berbagai kegiatan politik
dan kegiatan pendidikan untuk rakyat. Oleh karena itu
pemerintah Hindia Belanda sangat mempertimbangkanpermohonan Tan Malaka untuk diintrinirke Jawa setelah
beberapa tahun dalam pembuangannya di Eropa.
Rakyat Indonesia harus belajar memberi nilai yang tepat pada
akhlak (moral) mereka yang menamakan dirinya para atasan dan
berkata bahwa mereka akan memberi peradaban kepada
pribumi, Rakyat Indonesia harus sadar bahwa rasa belas kasih
dan kasihan dan peri kemanusiaan tak dapat diharapkan dari
1
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
2/153
pihak penjajah untuk perbaikan peri kehidupan rakyat, apalagi
untuk kemerdekaan rakyat.1
Sosok Tan Malaka dikenal sebagai tokoh komunis tulen,
namun apabila dilihat kembali visi pendidikan yang ingin
ditanamkannya sangat mendekati tujuan pendidikan Islam
dimana tujuan pendidikan Islam yaitu untuk menciptakan
manusia yang mempunyaiakhlakul karimahdan menjadi Insan
Kamil. Pendidikan harus sebagai proses untuk mewujudkan
peserta didik menjadi orang yang baik dan bajik. Pendidikan
menciptakan manusia yang baik dan bajik akan memberi
kekuatan kepada peserta didik. Karena itulah menurut Tan
Malaka pendidikan akhlak harus menjadi tujuan utama.2Jauh sebelum pendidikan keterampilan belum dikembangkan
di nusantara, Tan Malaka sudah sangat menekankan bahwa
pendidikan anak-anak harus tak hanya sebatas kognitif, seperti
mempelajari Sejarah, Ilmu bumi, dan Ilmu hitung sebagaimana
yang sangat difokuskan di banyak sekolah-sekolah Eropa pada
masa itu. Tan Malaka memandang bahwa sebuah kewajiban
untuk menanamkan etos kerja, dan keterampilan-keterampilan
praktis yang akan memunculkan kepada pribumi untuk
mencintai kerja. Seharusnyalah pendidikan memberikan nilaitambah bagi peserta didik.
Tujuan pendidikan untuk anak-anak para kuli terutama
adalah membuat otak mereka lebih tajam dan kemauan mereka
lebih kuat, di samping menghaluskan perasaan mereka, seperti
apa yang menjadi cita-cita pendidikan setiap bangsa atau
golongan di negeri manapun. Di samping memajukan otak, daya
kemampuan, dan perasaan, maka perlu dikembangkan kehendak
dan kebiasaan anak-anak untuk melakukan pekerjaan tangan
serta perasaan bahwa pekerjaan itu penting artinya, dan bahwapekerjaan seperti itu di mata masyarakat tak lebih rendah
nilainya daripada pekerjaan otak.3
Pendidikan rakyat yang berlangsung pada masa Tan Malaka
sangat tak memuaskan hatinya. Masih banyak masyarakat yang
buta huruf dan masih banyak kalangan intelektual yang terasing
dari masyarakat, karena menganggap mereka lebih tinggi dari
1Surat Kapar API dalam Harry A. Poeze.Pergulatan Menuju Republik 1897-
1925.Jakarta: Grafiti. 2000. h. 3372Ibid.h. 1213Ibid.h. 121
2
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
3/153
kaum tani dan buruh. Olehkarena itu menurut Tan Malaka, lebih
baik pendidikan itu tak diberikan sama sekali bila setelah
mengenyam pendidikan mereka menjadi kaum elit eksklusif.
Pendidikan harus menanamkan kepada pribumi untuk
mencintai pekerjaan fisik dan itu harus ditanamkan ketika anak
masih kecil: dibiasakan waktu muda, dikenal waktu tua,
demikianlah sebuah periBahasa Belanda yang dipakai Tan Malaka
dalam filosofi pendidikannya. Di sekolah, kaum muda harus biasa
melakukan pekerjaan secara teratur dan produktif, dan tentunya
nanti mereka akan merasakan manfaatnya.
Tan Malaka menekankan bahwa pembiasaan kerja fisik, bukan
berarti pendidikan merancang dan akan mencetak kaum kuli dankaum tani seperti yang dilakukan oleh kaum kolonial yang
mengikat masyarakat untuk terus menjadi budak: Sungguh
sudah keterlaluan kalau kita berpikir bahwa setiap murid harus
menjadi kuli, Tan Malaka menentang pendidikan yang dirancang
untuk mengkulikan manusia. Anak-anak yang cerdas harus
dididik untuk menempati kedudukan-kedudukan yang lebih baik
di perkebunan-perkebunan, kerani, tukang, mandor, guru, sopir,
atau juru tulis. Pribumi harus menyadari bahwa anaknya yang
cerdas bisa mencapai suatu kedudukan lebih baik, daripadahanya sekedar kuli. Dengan demikian pendidikan di sekolah akan
lebih menarik, dan mereka yang tak begitu cerdas akan terdorong
untuk tetap bekerja di perkebunan. Tan Malaka secara tegas
mengarahkan, bahwa peserta didik yang memiliki potensi
intelektual harus diberdayakan, sedangkan yang lebih tertarik
dikerja fisik, mereka dapat mengasah keahlian mereka agar lebih
profesional di bidangnya.
Buku ini mengulas secara khusus pemikiran pendidikan dan
aksi pendidikan Tan Malaka. Penting membaca kembaliketeladanan Tan Malaka sebagai guru maupun sebagai pejuang
kemerdekaan. Tan Malaka adalah seorang Bapak Pendiri Bangsa
yang lebih menonjol aktifitas politiknya, namun tak banyak yang
mengetahui bahwa Tan Malaka memiliki latar belakang
pendidikan seorang guru dikweekschoolBukit Tinggi dan
melanjutkan pendidikan gurunya di Haarlem Belanda. Banyak
penelitian maupun buku yang membahas pemikiran Tan Malaka
khususnya bidang politik, namun bidang pendidikan belum
banyak yang membahas secara khusus dan mendalam, untuk
itulah penulis merasa perlu mengkaji pemikiran dan aksi
3
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
4/153
pendidikan Tan Malaka. Buku ini menjadi refleksi dan introspeksi
bagi stakeholder pendidikan dalam merumuskan dan
menjalankan pendidikan nasional.
B. Pendekatan Kajian
Menurut Syahrin Harahap, dalam menanalisis data penelitian
studi tokoh ada lima konsep yang perlu diperhatikan, yaitu:
koherensi interen, idealisasi dancritical approach,kesinambungan
historis, Bahasa inklusif dan analogal, dan kontribusi tokoh.4
Guna menganalisis pemikiran pendidikan Tan Malaka tersebut,
penulis mengunakan pendekatan sebagai berikut.
1. Koherensi interen
Agar penulis dapat menganalisis secara tepat dan medalam
konsep pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan, maka penulis
menyeleksi dari sekian banyak pemikirannya dari berbagai bidang
(ekonomi, militer, politik, filsafat, pendidikan).Penulis tetapkan
bahwa yang akan dibahas mendalam di buku ini adalah
pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan. Setelah penulis
menemukan pemikiran Tan Malaka tentang pendidikan,kemudian menganalisa secara logis dan sistematis.
2. Idealisasi danCritical Approach
Tan Malaka berpikiran sangat universal, berbagai hal menjadi
bahan pemikirannya. Di buku ini penulis berusaha menganalisa
pemikiran pendidikan Tan Malaka secara mendalam dan kritis,
sehingga tak hanyareportivedandescriptive.Menurut Syahrin
Harahap,selain menggunakan kritik, penulis sendiri dapat jugamenggunakan pandangan pemikir lain namun penulis harus bisa
membedakan antara narasi (penuturan dan cara pandang) tokoh
yang dikaji (emik), narasi pemikir lain mengenai tokoh yang dikaji
(etiki), dan narasi penulis sendiri. Penulis juga dapat
menggunakan verstehenyang artinya dapat menggali pikiran,
perasaan, dan motif yang ada dibalik tindakan tokoh.5Dengan
4Syahrin Harahap.Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam.Jakarta: Istiqamah
Mulya Press. 2006. h. 425Ibid.h. 44
4
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
5/153
jelasnya sudut pandang tersebut di maksudkan agar dapat
menganalisis secara objektif.
3. Kesinambungan Historis
Penulis berusaha melihat kesinambungan historis Tan Malaka
dengan dua sisi.Pertama, pengaruh sosok Tan Malaka dan
pemikirannya dengan zaman dan lingkungannya.Kedua, Penulis
ber empatidalam memandang dan menganalisis pemikiran
pendidikan Tan Malaka. Tan Malaka dianalisis sesuai zaman dan
lingkungannya perlu dilakukan agar dapat dilihat bagaimana
rangkaian dan peristiwa yang dialami oleh Tan Malaka menjadimata rantai hingga terbentuk pemikiran pendidikannya.
4. Bahasa Inklusif dan Analogal
Bahasa yang digunakan Tan Malaka sering menggunakan Bahasa
dan konsep inklusif sehingga tak populer, untuk itu penulis
menggunakan istilah-istilah yang digunakan dan berusaha
memahami istilah itu dengan logika yang Tan Malaka maksud.
Pada sisi lain Bahasa dan konsep tersebut penulis pelajari dalamBahasa analogal, artinya pemahaman lain atau yang sama juga
digunakan pemikir atau aliran lain mengenai Bahasa maupun
konsep yang dipakai Tan Malaka. Hal ini dilakukan untuk melihat
unsur yang sama maupun berbeda dari pemikiran pendidikan
Tan Malaka dengan pemikiran tokoh maupun aliran lain.
5. Kontribusi Tokoh
Pemikiran, gagasan, ide-ide dan aksi Tan Malaka dimaksudkanuntuk menganalisis, pemaknaan, metode, dan solusi sebuah
permasalahan yang dihadapi pada masa sebelum ataupun
sesudahnya, bahkan proyeksi persoalan masa depan. Penulis
berusaha memperlihatkan kontribusi pemikiran pendidikan Tan
Malaka pada zamannya maupun sesudahnya dengan melihat
secara konseptual maupun hal praksis. Untuk itulah penulis juga
mengkaji aksi pendidikan Tan Malaka sebagai manifestasi
pemikiran pendidikannya. Penjelasan mengenai kontribusi
pemikiran pendidikan Tan Malaka akan memperlihatkan
5
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
6/153
kesejajaran antara gagasan dengan kontribusinya bagi
perkembangan masyarakat dan memperlihatkan kontribusi
pemikiran pendidikan Tan Malaka secara keseluruhan.
C. Kajian Teoritik
1. Konsep Pedagogik
Buku ini berangkat dari konsep pedagogik. Pedagogik berasal dari
Bahasa Yunanipaidagogiayang berarti pergaulan dengan anak-
anak.6Pedagogik merupakan aktifitas mendidik anak-anak.
Sedangkan yang dimaksud dengan pedagogi adalah aktifitas
mengajar, danpaedagoog adalah seorang yang bertugas
membimbing anak ke arah pertumbuhan yang lebih baik. Dalam
Oxford Dictionaryberikut derivasinya.Peda-gogue, school master,
pedantic teacher.Pedagogy, science of teaching.Pedagogic. Adj of
pedagogy.7Soegarda menjelaskan bahwapedagogymerupakan
praktek, cara mengajar, serta ilmu pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip, metode-metode membimbing dan mengawasi
pelajaran; yang disebut pendidikan.8Langeveld menjelaskan
bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan
dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak agar dapat menjalankan tugas hidupnya
sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa maupun yang
diciptakan orang dewasa yang ditujukan kepada orang yang
belum dewasa.9Menurut John Dewey, pendidikan merupakan
sebuah proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin
akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengajadan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pendidikan adalah
6Warul Walidin. Konstelasi Pemikiran Pedagogik Ibnu Khaldun: Perspektif
Pendidikan Modern.Nanggroe Aceh Darussalam: Nadiya Foundation. h. 67As Hornby.Oxford Advanced Dictionary of Current English.Oxford University
Press. 1987. h. 7.8Soegarda Poerbakwadja. dalam Warul Walidin.Op. Cit. Konstelasi. h. 79Langeveld.Paedagogiek Teoritis.FIP-FKIP. Jakarta. 1971
6
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
7/153
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
2. Kerangka Teoritik
Tan Malaka sulit diidentifikasi sosoknya sebagai sosiolog, ekonom,
maupun politisi.10Bisa dikatakan Tan Malaka adalah sosok
universalis: sebagai ekonom bahkan pakar militer dia menulisbukuGerpolek(Gerilya Politik Ekonomi), sebagai Sejarahwan dia
menulisNaar de Republiek Indonesia,sebagai seorang filsuf dan
ilmuwan (eksak) dia menulis buku Madilog,sebagai seorang
politisi dia menulisMassa Aksi,dan sebagai seorang pendidik dia
menulis bukuDasar-dasar Pendidikan,danSekolah Sarekat Islam
dan Onderwijs.Untuk lebih lengkap memetakan seorang Tan
Malaka, berikut penulis tampilkan karya-karya Tan Malaka.11
1.De Menangkabausche Maleirs,Hou en Trouw, tanggal 1-6-
19192.Is er een koloniaal problem (adakah suatu masalah
kolonial),Hindia Poetra, 1918-9.
3.Armoedeland. Het Vrije Woord. 27-3-1920.
4.Engelsche arbeidstoestanden in 1919.Het Vrije Woord. 5-4-
1920.
5.Verbruikscooperaties voor Javaansche proletariaat. Het
Vrije Woord
6.Het Roode Deli.15-9-1920
7.De Delische Staking.20-10-19208.Deli en de arbeidersbeweging.18-3-1921
9.Raden kamil, de nestor.10-8-1921
10. Sovyet-Rusland.Sumatera Post. 24-7-1920
10Peni Chalid.Epistemologi Tan Malaka.dalamApa, Siapa & Bagaimana Tan
Malaka.Editor. DP. Asral. Jakarta: LPPM Tan Malaka. h. 13011Daftar publikasi Tan Malaka ini penulis kutip dari buku Harry Poeze.Op. Cit.
Pergulatan
7
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
8/153
11. Sovyet atau Parlement. Soeara Rajat. (terdapat
empat tulisan dengan judul yang sama. 16-5-1921. 1-7-
1921.1-8-1921. 16-8-1921)
12. Kaoem Moeslimin dan Bolsjewisme.Soeara Rajat. 1-
10-1921
13. SI Semarang dan Onderwijs.Soeara Rajat. 20-11-
1921
14. Een Woord tot Jong-Java.Sinar Hindia 22-6-1921
(ditulis dengan Seamun)
15. Wie zal de sterkeste zijn?.Sinar Hindia. 1-10-1921
16. Mijn Verbanning.De Tribune (terdapat empat tulisan
dengan judul yang sama, 15-5-1922. 16-5-1922. 18-5-1922.20-5-1922)
17. De Sarekat-Islamschool als een pistool op de borst der
Koloniale Regeering(Sekolah Sarekat Islam sebagai Pestol
terbidik pada dada Pemerintah Kolonial). De Tribune.
(terdapat tiga tulisan dengan judul yang sama. 29-5-1922.
30-5-1922. 31-5-1922)
18. Het wettig Gezag in Indonesia.De Tribune
(Pemerintah yang sah di Indonesia). De Tribune
19. De beweging in Indonesie.(Gerakan di Indonesia).De Tribune 5-9-122
20. De Sarekat Islam-schoolen(Sekolah-sekolah Sarekat
Islam). De Tribune 21-9-1922
21. De Islam en het Bolsjewisme(Islam dan Boljewisme).
De Tribune . -9-1922.
22. Een Open Brief Tan Malaka aan de Indonesische
studenten en intelektuelen I(Surat Terbuka Tan Malaka
kepada Para mahasiswa dan Kaum Cendikiawan Indonesia
I). De Tribune. 29-8-192323. Die Rote Gewerschafts-Internationale(Buruh Merah
Internasional) De Tribune
24. Der Gewerkschafts bewegung in Indo-Cina
(Holladisch-Ost-Inden)(Gerakan Buruh di Indocina, Hindia
Belanda). De Tribune. Oktober 1922
25. Die Vertragskulis(Kuli Kontrak). De Tribune.
Februari 1923
26. Der Anschuluss des NAS an die RGI.De Tribune.
April (tak tertulis tahun)
8
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
9/153
27. Die GewerskchaftsbewegungDe Tribune. Mei-Juni
1923
28. Die Arbeiter in der Zuckkerindustrie auf insel Java
(Buruh di Industri Gula Pulau Jawa) De Tribune. Mei-Juni
(tanpa tahun)
29. Der Kommunismus auf Java(Komunis di Jawa).
Internationale Presse-Korespondentz. 20-7-1923
30. Die Kommunistische Bewegung in Indonesien
(Gerakan Komunis di Indonesia). Die Komunistische
Internationale. Agustus 1923
Berikut adalah buku-buku karya Tan Malaka yang penuliskutip dari penelitian Harry A.Poeze.
1.Sovyet atau Parlement (1921)
2.SI Semarang dan Onderwijs (1921)
3.Toendoek kepada Kekoeasaan, tetetapi tak Toendoek kepada
Kebenaran(1922)
4.Indonesia i ejo mesto na proboesjdajoesjtsjemsja vostoke
(1924)
5.Goetji Wasiat Kaoem Militer (1924)
6.Naar de Republiek Indonesia (1925)7.Semangat Moeda (1926)
8.Massa actie (1926)
9.Lokal dan Nasional Aksi di Indonesia (1926)
10. Parimanifest (1927)
11. Pari dan Kaum Intelektuil Indonesia (1927)
12. Pari en het Internationalisme (1927)
13. Pari dan PKI (Pari dengan PKI) (1927)
14. Brief aan Sukarno, Singgih en Sutomo (1929)
15. Pari dan Komintern (Pari dengan Komintern)16. Stalinisme dan Trotskyisme
17. PKI dan Digul (brosur dari nomor 15-17 hanya
judulnya yang dikenal namun bukunya tak ditemukan oleh
Harry A Poeze)
18. Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika (1943)
19. Gabungan Aslia (1943 selesai separuh)
20. Manifesto Jakarta (1945)
21. Rencana Ekonomi Berjuang (1945)
22. Politik (1945)
9
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
10/153
23. Muslihat (1945)
24. Situasi Politik Luar dan Dalam Negeri (1946)
25. Thesis (1946)
26. Pandangan Hidup (1948)
27. Kuhandel di kaliurang (1948)
28. Proklamasi 17-8-1945 isi dan Pelaksanaannya (1948)
29. Coomunisme and Pan Islamisme (1922)
Dalam Arsip Indonesia Marxis, terdapat dua judul yang tak
dimasukkan oleh Poeze, yaitu:Dari Ir. Soekarno sampai ke
Presiden Soekarno (1948),dan Keterangan Ringkas tentang
Program Maksimum(1948).Selain artikel dan buku yang dipublikasikan di atas. Tan
Malaka juga menulis di sebuah koran Cina bernama De
Voorkhoede(prapidato), pada tahun 1924 dengan nama Ma La
Chia menulis artikel dengan judul Gerakan Sosial di Hindia
Belanda. Tan Malaka juga menulis secara teratur di Surat Kabar
The Dawnpada akhir tahun 1924 sampai awal tahun 1925. pada
tahun 1925 sampai tahun 1931 surak kabarEl Debate,Tan
Malaka menulis artikel secara teratur. Dengan nama Tan Malacca
pada tanggal 29-10-1927, menulis artikel berjudulCuando isnaturlsleza habla el arte calladi surat kabarLa Opinion.Dalam
sebuah koran milik Pari,Oborsecara teratur dari tahun 1927
sampai 1931 terdapat banyak tulisan Tan Malaka, namun
menurut Poeze, tak satu eksemplar koranpun ini ditemukan.12
Tulisan-tulisan karya Tan Malaka yang berbentuk buku
maupun artikel tersebut tak banyak yang membahas tentang
pendidikan. Beberapa karya tulis Tan Malaka yang khusus
membahas pendidikan adalah:SI Semarang dan Onderwijs, De
Sarekat-Islamschool als een pistool op de borst der KolonialeRegeering,De Sarekat Islam-schoolen,Een Open Brief Tan
Malaka aan de Indonesische studenten en intelektuelen . Penulis
lebih banyak menemukan pemikiran pendidikan Tan Malaka
dalam bukunya yang tak secara khusus membahas pendidikan.
Pemikiran pendidikan Tan Malaka tentang pendidikan banyak
disampaikannya di brosurSI Semarang dan Onderwijs.Di brosur
ini Tan Malaka menjelaskan landasan sistem pendidikan di
sekolah yang dipimpinnya. Tan Malaka menguraikan landasan
12Ibid.h. 399
10
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
11/153
pendidikan bagi cita-cita rakyat miskin. Tan Malaka juga banyak
membahas sekolah SI dalam buku Pembuanganku.
3. Ideologi Pendidikan
Dalam buku ini penulis lebih banyak melihat konsep pendidikan
Tan Malakalebih bersifat ideologis dan politis. Olehkarena itu
konsep ideologi dan pendidikan penulis bahas sebagai pemetaan
arah ideologi pendidikan Tan Malaka.
William ONeil memetakan dua aliran ideologi besar, Pertama,
Konservatif dengan varian: fundamentalisme, intelektualisme, dan
konservatisme. Kedua, Liberalisme, dengan varian: anarkisme.13
Henry Giroux menjelaskan ideologi pendidikan: konservatisme,
liberalisme, dan kritisisme.14Menurut Achmadi, antara Giroux
dan ONeil sebenarnya memiliki kesamaan dalam memetakan
ideologi pendidikan, yaitu konservatisme, dan liberalisme. Hanya
saja rumusan antitesa dua aliran tersebut menyebutnya dengan
berbeda, Giroux menyebutnya dengan kritisisme, sedangkan
ONeil menyebutnya anarkisme.15Achmadi menjelaskan ciri-ciri
ideologi tersebut, sebagai berikut:
a. Konservatisme
Aliran ini berpandangan bahwa pendidikan yang berlangsung tak
perlu ada perubahan karena masih cocok dengan keadaan zaman.
Konsep determinisme aliran ini meyakini bahwa keadaan
masyarakat yang bodoh, miskin, dan tertindas dikarenakan
kesalahan mereka sendiri. Aliran ini berpandangan kondisi sosial
masyarakat yang bobrok bukan dikarenakan kesalahan
struktural, sehingga dalam pelaksanaan masyarakat yangberpandangan konservatif enggan berkonflik.
b. Liberalisme
13William F.ONeil.Ideologi-ideologi Pendidikan.Alih Bahasa Omi Intan Naomi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 200114H.A. Giroux.Culture and the Process of the Schooling.Philadelphia: Temple
University and Falmer Press. 198115Achmadi.Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005
11
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
12/153
Liberalisme menekankan kepada hak dan kebebasan individu,
dan pola pikir rasional, dan individualisme Barat sebagai acuan.
Mereka berpandangan bahwa pola pikir rasionalisme dan
individulaisme akan meningkatkan kreatifitas, inovasi, dan
optimalisasi individu. Dalam praktik pendidikan, aliran ini lebih
mengejar kualitas akademis dan profesionalisme.
c.Kritisisme
Kritisisme lebih cendrung kepada sebuah paham anti kemapanan.
Pandangan aliran ini bahwa pendidikan harus bisa menjadi alat
rekonstruksi sosial, yaitu memperbaiki sendi kehidupan politikdan ekonomi masyarakat. Pola revolusioner, yaitu dekonstruksi
dan rekonstruksi menjadi ciri khas aliran ini. Paulo Freire, dan
Ivan Illich adalah dua orang tokoh aliran kritisisme, mereka
berpandangan bahwa pendidikan merupakan wadah strategis
untuk penyadaran manusia sebagai manusia. Manusia harus
menyadari haknya akan kemerdekaan, dan membebaskan
manusia yang belum terbebaskan. Penindasan, kemiskinan, dan
kebodohan adalah musuh utama yang harus dilawan oleh
individu yang harus sadar akan hakikatnya sebagai manusiamerdeka.
Bila dipahami dari tiga ideologi pendidikan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemikiran pendidikan Tan Malaka lebih
cendrung kepada kritisisme, namun corak liberalisme Barat juga
dapat ditemukan dalam pemikiran dan aksi pendidikan Tan
Malaka. Bagi Tan Malaka untuk memerdekakan manusia
tertindas dan bodoh, maka rasionalisme Baratlah yang dapat
dijadikan alat untuk melawan paham mistisisme rakyat yang
masih mengakar, dan belum memiliki budaya unggul yang patutdijadikan landasan. Prinsip kemerdekaan manusia juga harus
dilandasi kemampuan intelektualisme, dan profesionalisme
individu yang dapat menjadi bekal hidup mereka.
d. Metode Penelitian
Buku ini termasuk dalam kategori studi tokoh. Studi tokoh
merupakan pengkajian secara sistematis terhadap pemikiran,
gagasan seorang tokoh secara keseluruhan maupun
12
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
13/153
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
14/153
2.Harry A. Poeze.Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi
Indonesia: Jilid 1: Agustus 1945 Maret 1946.Jakarta:
KITLV. Edisi Pertama. 2008
3.Harry A. Poeze.Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi
Indonesia: Jilid 2: Agustus 1946 Maret 1947.Jakarta:
KITLV. Edisi Pertama. 2009
Tidak hanya mempelajari hasil penelitian Harry A. Poeze,
penulis juga menjadikan penulis lain yang mempelajari Tan
Malaka, dipakai sebagai sumber sekunder, yaitu:
1.Zulhasril. Tan Malaka dan Gerakan Kiri
Minangkabau.Yogyakarta: Ombak. 2007
2.Tengku Ibrahim Alfian.Tan Malaka Pejuang Revolusioneryang Kesepian.Dalam Manusia dalam Kemelut Sejarah.
Editor Taufik Abdullah. Jakarta: LP3ES. 1978
3.Editor: DP. Asral.Apa, Siapa, dan Bagaimana Tan Malaka.
Jakarta: LPPM Tan Malaka. 2007
Penulisan buku ini dibahas dengan beberapa tahap
pemBahasan.Pertama,dimulai dari Epistemologi Tan Malaka
yang berusaha mengkaji struktur pengalaman Tan Malaka hingga
terlahir pemikiran dan aksi pendidikannya. Adapun EpistemologiTan Malaka tersebut dapat dirunut mulai dari masa kecilnya di
Minangkabau, adat budaya yang mempengaruhi, masa studinya
di Bukit Tinggi, hingga ketika Tan Malaka melanjutkan studinya di
Haarlem Belanda, dan ketika Tan Malaka pulang ke Indonesia.
Keadaan nusantara yang dalam jajahan Belanda ini sangat
mempengaruhi pemikirannya secara umum dan pendidikan
secara khusus.
Kedua,penulis membahas pemikiran-pemikiran pendidikan
Tan Malaka mengenai konsep pendidikan, kurikulum, metode,lembaga pendidikan, pendanaan pendidikan, kompetensi guru.
TahapKetiga, penulis membahas dan menelusuri dimana dan
kapan Tan Malaka mulai bergerak aktif di lapangan pendidikan.
Keempat, penulis mencoba mengelaborasi bagaimana pemikiran
pendidikan Tan Malaka agar dapat memberi kontribusi bagi dunia
pendidikan saat ini.
Penulis menyadari bahwa Tan Malaka merupakan seorang
tokoh sejarah. Maka pendekatan sejarah juga harus dipakai
dalam membahas pemikiran pendidikan Tan Malaka. Anton
14
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
15/153
Bakker dalam Syahrin Harahap memasukan studi tokoh sebagai
bagian dari penelitian sejarah.17Menurut Muhammad Nazir
(1998) dalam pendekatan sejarah dapat dikategorikan sebagai
biografi yang membahas kehidupan seorang tokoh dalam
hubungannya dengan masyarakat; sifat-sifat, watak, pengaruh
pemikiran dan idenya, serta pembentukan watak tokoh tersebut
selama hayatnya.18Menurut Kuntowijoyo, penelitian sejarah
mempunyai lima tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2)
pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan
sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan.19
e. Kajian Terdahulu
Banyak penelitian dan karya ilmiah yang telah membahas
sejarah, pemikiran, dan aktifitas Tan Malaka dalam berbagai
bidang: Politik, Ekonomi, Militer, dan Pendidikan. Dalam bagian
kajian terdahulu ini, penulis hanya menampilkan penelitian yang
mengkaji aspek pemikiran dan tindakan pendidikan Tan Malaka.
Berdasarkan survey penulis, tak banyak karya ilmiah dan
penelitian yang serius membahas pemikiran dan aksi pendidikan
Tan Malaka. Namun tak tertutup kemungkinan daftar penelitianberikut akan bertambah, seiring informasi yang penulis peroleh.
Berikut adalah penelitian yang mengkaji Tan Malaka dalam aspek
pendidikan:
1.Cahyo Hakiki Baskoro Putro.Murbaisme Tan Malaka (Suatu
Kajian Sejarah Pemikiran Modern) dan keterkaitannya dalam
Pembelajaran Sejarah.Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah.
Universitas Negeri Malang.2011. Pembimbing: Prof. Dr.
Hariyono.2.Furqon Ulya Himawan.Konsep Pendidikan Kerakyatan Tan
Malaka dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam.Skripsi
Fakultas Tarbiyah - Universitas Islam Negeri Sunan Kali
Jaga. 2009.
3.Pemikiran Tan Malaka Selama di Sumatera Utara (1920-
1921).http://ramadhan15071983. wordpress.com
17Ibid.h. 818Ibid.h.819Kuntowijoyo.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Bentang Pustaka. 2005. h.
91
15
http://ramadhan/http://ramadhan/ -
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
16/153
Dalam Cahyo (2011), penelitian yang berjudulMurbaisme TanMalaka (Suatu Kajian Sejarah Pemikiran Modern) dan
keterkaitannya dalam Pembelajaran Sejarah.Peneliti menekankan
pada bagaimana pengaruh alam pergerakan nasional terhadap
latar pemikiran Tan Malaka serta menjawab bagaimana konsep
pemikiran Tan Malaka mengenai idologi yang disebut dengan
Murbaisme. Pada penelitian ini, Cahyo juga ingin menjawab
bagaimana peran pemikiran Murbaisme Tan malaka dalam
kaitannya dengan pembelajaran sejarah.
Hasil penelitian Cahyo, menemukan bahwa secara garis besar
kehidupan Tan Malaka dipengaruhi kehidupan dalam dan luar
negeri. Sehingga Tan Malaka sangat dipengaruhi dengan dua
pemikiran dunia yaitu modernisme islam dan komunisme.
Murbaisme merupakan sebuah paham yang ingin mewujudkan
masyarakat Indonesia baru berbasiskan sosialis kerakyatan tanpa
menafikkan adanya Tuhan.
Materi Murbaisme menurut Cahyo, mengandung nilai-nilai
kepemimpinan, perjuangan, nasionalisme, toleransi, politik dan
pendidikan kerakyatan. Olehkarena itu, menurut Cahyo, dalam
konteks pendidikan, Murbaisme masih dapat dijadikan teladanbagi generasi saat ini. Cahyo menganjurkan Murbaisme diajarkan
pada sekolah tingkat menengah dan tingkat perguruan tinggi
sebagai sejarah pemikiran modern dan sebagai sejarah politik.
Furqon ( 2009), meneliti Tan Malaka dengan judul,Konsep
Pendidikan Kerakyatan Tan Malaka dan Relevansinya dengan
Pendidikan Islam.Rumusan permasalahan, mencari konsep
pendidikan Tan Malaka, bagaimana relevansi konsep pendidikan
Tan Malaka dengan konsep pendidikan Islam. Hasil penelitian
tersebut mengemukakan bahwa konsep pendidikan Tan Malakaberbasis kerakyatan, demokratis, dan sebagai sebuah usaha
pergerakan kemerdekaan rakyat Indonesia dari Belanda.
Pendidikan Tan Malaka mengajarkan kepada siswa untuk
berorganisasi, mencintai rakyat dan mencintai pekerjaan tangan.
Menurut Furqon, konsep pendidikan Tan Malaka memiliki
relevansi dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam
menekankan pengoptimalan fungsi akal sebagai potensi manusia.
Dalam Islampun diajarkan untuk membela kaum lemah dan
tertindas sebagaimana yang menjadi prinsip di sekolah Tan
16
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
17/153
Malaka. Islam menganjurkan manusia untuk selalu membaca,
sebagai alat membaca diri, dan sosial. Prinsipnya, konsep
pendidikan Tan Malaka memiliki relevansi dengan pendidikan
Islam.
Sedangkan penelitian yang berjudulPemikiran Tan Malaka
selama di Sumatera Utara (1920-1921).Permasalah penelitian
yang diajukan: (a) Apa yang melatarbelakangi Tan Malaka ke
Sumatera Utara; (b) Bagaimana pemikiran dan gagasan Tan
Malaka di Sumatera Utara (1920-1921); (c) Bagaimana aktifitas
Tan Malaka selama di Sumatera Utara (1920-1921); (4) Apakah
yang menyebabkan Tan Malaka meninggalkan Sumatera Utara.
Bagian penelitian yang penulis peroleh di http://ramadhan15071983. wordpress.com ini tidak diperoleh dengan utuh
(termasuk nama penulis). Penelitian ini diperoleh hanya sampai
pada Bab Metode penelitian, tidak diperoleh kesimpulan dari
penelitian.
Dari tiga penelitian tentang Tan Malaka tersebut, penelitian
Cahyo (2011), Furqon (2009) adalah penelitian yang fokus
mengkaji Tan Malaka dari aspek pendidikan. Dalam beberapa
aspek buku ini memiliki kesamaan, memandang bahwa konsep
pendidikan lebih bersifat kerakyatan dan sebagai mediamemandirikan pribumi dan kemudian sebagai media merebut
kemerdekaan. Kekhasan buku ini,Pertama, penulis memulai
pembahasan dari proses pembentukan pemikiran Tan Malaka
hingga mempengaruhi konsep dan aksi pendidikan Tan Malaka.
Kedua,penulis menganalisa konsep Filsafat Pendidikan, Psikologi
Pendidikan, Kurikulum, Manajemen Pendidikan, dan peran
pendidikan dalam kehidupan masyarakat yang digagas Tan
Malaka.Ketiga,penulis mengungkapkan secara detail tahap-
tahap dan kronologis pemikiran dan aksi pendidikan Tan Malaka.Keempat,penulis berusaha melihat relevansi pemikiran dan aksi
pendidikan Tan Malaka dalam konteks kekinian, sehingga konsep
tersebut menjadi praxis.
17
http://ramadhan/http://ramadhan/ -
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
18/153
BAB 2
EPISTEMOLOGI
TAN MALAKA
Akuilah dengan hati bersih bahwa kalian dapat belajar dari orang
Barat. Tapi jangan sekali-kali kalian meniru dari orang Barat.
Kalian harus menjadi murid-murid dari Timur yang cerdas
(Tan Malaka)
A. Alam Minangkabau
1. Alam Terkembang menjadi Guru
Alam takambang jadi guru merupakan ungkapan filosofis
Minangkabau yang bermakna dialektis, bahwa seseorang harus
dapat membaca alam sekitar, orang sekitar, belajar dari apa yang
mereka tampakkan, dimanapun berada kita dapat menjadikannyapelajaran dalam memaknai dan menjalankan kehidupan.
Menurut Rudolf Mrazek bahwa falsafah Minangkabau pada
dasarnya telah membentuk cara berpikir Barat yang rasional,
logis, dan dialektis. Tan Malaka yang dibesarkan dalam budaya
Minangkabau telah membentuk struktur pengalaman dan
visinya.1Struktur pengalaman menurut Marzek yaitu totalitas
pola-pola kebudayaan yang terkumpul dalam diri seseorang,
1Alfian.Tan Malaka: Pejuang Revolusioner yang Kesepian.dalam bukuManusia
dalam Kemelut Sejarah. Editor. Taufik Abdullah. Jakarta: LP3ES. h. 137
18
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
19/153
melalui mana ia menghayati atau memahami apa-apa yang terjadi
disekitarnya. Struktur pengalaman tersebut akan mempengaruhi
visi tertentu bagi seseorang dalam mengartikan apa-apa yang
berlaku. Struktur pengalaman Tan Malaka menurut Mrazek tak
terlepas dari budaya masyakat Minang yang memiliki dinamisme
tinggi.
Saat kelahiran Tan Malaka, di alam Minangkabau3,Republik
Indonesia belum dalam kesatuan politik. Alam Minangkabau
merupakan ranah yang banyak melahirkan kaum intelek dan
pejuang kemerdekaan. Nama Minangkabau dalam Mavie Ros
(1991) dipercayai masyarakat Minangkabau sebagai ungkapan
menang kerbau.Legenda masyarakat Minangkabau, bahwa orangMinang yang memakai aduan kerbau memenangi sebuah
pertandingan dengan orang Jawa yang menggunakan Sapi (Jawi,
dalam Bahasa Minang).
Strategi menang pertandingan itu dikarenakan kecerdikan
orang Minang yang memasangkan pisau baja di tanduk kerbau
ketika bertanding dengan banteng besar yang dipakai oleh orang
Jawa.4Olehkarena itu masyarakat Minang sangat mengagungkan
simbol-simbol berbentuk kerbau, misalnya atap rumah yang
berbentuk tanduk kerbau.Tafsiran lain yang disampaikan Mavi Rose, kata Minangkabau
diambil dari istilahpinang kabhuyang berarti rumah asal, yang
berarti tanah pegunungan dengan dataran tinggi yang subur,
membentang dari pantai Barat Sumatera Tengah melintasi
pegunungan Bukit Barisan. Tiga daerah inti pemukiman atau
luhakyang membentuk rumah asal- Agam, Tanah Datar, dan
Lima Puluh Kota. Satu sama lain terpisah oleh pegunungan yang
tinggi dan ngaraiyang dalam yang terbagi dalam dua adat
berbeda yaitu koto-Piliang dan Bodi Caniago.Menurut Taufik Abdulah dalam Poeze bahwa orang
Minangkabau menganggap tiga daerah yang disebutluhaksebagai
inti dari negerinya, yaitu: Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh
Koto. Orang Minangkabau yang menuruti tradisi pertama
menempati daerah-daerah pedalaman Sumatera Barat. Semakin
3Alam Minangkabau bermakna sebagai dunia alami orang Minangkabau yaitu
wilayah yang mereka rumuskan sebagai tanah asal mereka,. Mavie Ross dalam
D. Darwis Datuk rajo Malano.Filsafat Adat Minangkabau: Sebagai Pembina
Budi Luhur.Padang: yayasan Lembaga Studi Minangkabau. 1991. h. xxiv4Ibid.h. 63
19
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
20/153
berkembangnya suku Minang membuat daerahnya semakin
meluas yang di luar ketigaluhakdan disebutrantau.Daerah
rantauini menyusuri pantai Sumatera Barat dan Padang sebagai
pusat. Luhak maupun rantau-rantau tersebut termasuk
Masyarakat Minangkabau (Alam Minangkabau).5
Menurut Dobbin sebagaimana dikutip oleh Rose bahwa suku
yang mengidentifikasi diri dengan tradisi Koto Piliang bermukim
di Luhak Tanah Datar dan Lima Puluh Kota. Secara politis
pemerintahan yang berlangsung adalah pemerintahan desa. Pintu
gerbang ke daerah Minangkabau adalah Padang. Dari sana jalan
pos raya dan sebuah rel kereta api masuk ke pedalaman. Alam
Minangkabau berupa pegunungan, dan jalan serta rel kereta apisetelah melalui Padang Panjang menuju Fort de Kock (Bukit
Tinggi)di ketinggian.
Tan Malaka dilahirkan di sebuah Lembah bernama Suliki di
desa Pandan Gadang. Negeri Pandan Gadang berada di lintasan
Koto Tinggi dan Manggani, masuk ke pedalaman Bukit Barisan
sejauh 35 km di bagian Barat Payakumbuh, 75 km dari
Bukittinggi dan 165 km dari Padang.6
Menurut Poeze, Tan Malaka pernah bercerita kepada rekan
seperjuangannya Djamaluddin Tamin tentang sejarah desaPandan Gadang. Pada awalnya leluhur Tan Malaka tinggal di
sebuah daerah bernama Kamal, karena tanah disana tak subur
sementara jumlah penduduk terus bertambah maka pada awal
abad kesembilan belas, keluarlah Datuk Tan Malaka bersama
kemenakannya mencari daerah lain untuk ditempati. Dalam
sebuah perjalanan Datuk Tan Malaka melihat sebuah lembah
dengan sebuah sumber mata air di bawah sebuah pohon pandan
yang besar (gadang). Maka Datuk Tan Malaka memutuskan
tinggal di lembah tersebut, dan memberi nama desa denganPandan Gadang. Di bawah pimpinan Datuk Tan Malaka desa
tersebut semakin berkembang, dan kemudian beralih
kepemimpinan di bawah Datuk Mahurun Basa.7
5Taufik Abdullah.Schools and Politics: the Kaum Muda Movement in West
Sumatera.USA: Itacha. 1974. sebagaimana dikutip Poeze.Op. Cit. Pergulatan.
h. 36Zulhasril Nasir,Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau,Yogyakarta:
Ombak. h.67Joustra.Minangkabau,h. 83;encyclopaedie van Nederlandsch-Indie,Jilid III,
h. 252 dalam Harry Poeze.Pergulatan...h. 10
20
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
21/153
Peni Chalid menjelaskan Tiga Epistemologi Tan malaka (petani,
pedagang, pejuang) yang merupakan manifestasi dari tanah
lahirnya Minangkabau. Epistemologi Petani merupakan mayoritas
kehidupan yang dijalani masyarakat Indonesia. Dengan pola
hidup agraris, kecendrungan mistis akan ditemukan di
masyarakat, dengan ritual - ritual upacara menanam dan menuai.
Di masyarakat agraris kehidupan manusia sangat tergantung
pada dialektika alam.
Epistemologi Pedagang merupakan aktifitas yang cendrung
dilakukan oleh etnis tertentu, dalam hal ini, Suku Minang yang
merupakan suku Tan Malaka, lebih cendrung pada aktifitas
berdagang. Tipe pedagang, pola pikirnya lebih bersifat rasionaldan memakai pola transaksional dengan berbagai kepentingan.
Berbeda dengan tipe masyarakat agraris di masyarakat pedagang
unsur mistis tak menjadi hal yang terlalu diperhatikan dalam pola
kehidupan sehari-hari, tetetapi lebih realistis dan penuh
perhitungan. Sedangkan Epistemologi Pejuang, tipe ini
merupakan pola pikir ideologis dan visioner seseorang untuk
kepentingan bangsanya, berjuang demi keyakinan yang
dianggapnya kebenaran.
Menurut Peni Chalid Tan Malaka mengalami prosespengembangan pemikiran terhadap masyarakat dengan transisi
epistemologi pedagang ke epistemologi pejuang (dari real-
materialistik ke kritis-revolusioner). Keyakinan Tan Malaka
tersebut termanifestasi dalam dua bukunya yang tergolong
sebagai filsafat, yaitu Pandangan Hidup, dan Madilog.
2. Pencak Silat
Silat atau silekmerupakan sebuah aktifitas yang hampir ratadilakukan oleh anak-anak muda Minang. Silat bukan hanya
sekedar olahraga tetetapi juga melatih disiplin, solidaritas,
ketabahan yang merupakan karakter pendekar. Anak muda yang
akan merantau belum lengkap kalau belum belajar silat. Di
Minangkabau, hal yang biasa kalau di surau-surau tak hanya
belajar agama, tetetapi juga belajar silat. Kegiatan belajar silat
bersifat sukarela, tak ada patokan biaya.
Sudah menjadi tradisi, bahwa yang menjadi guru silat adalah
mereka yang sudah dianggap tinggi kepandaiannya. Menurut
21
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
22/153
Zulhasril untuk mengawasi kualitas latihan, maka sekalikali
pandeka tuo8akan datang dari dalam nagariatau dari luarnagari
tetangga.9Gerakan silat Minangkabau yang seperti menari
mengandung filosofi mikrokosmos dan makrokosmos. Bagi orang
Minang bahwa alam, binatang, tumbuhan dan fenomena alam
tunduk kepada hukum alam yang diatur oleh Tuhan. Bagi orang
yang mempelajari silat maka akan dapat memahami makna
kehidupan dengan kearifan dan strategi.10Seorang peneliti
bernama Barendregt menjelaskan gerak silat tak hanya melatih
orang terhadap gerak fisik tetetapi juga gelagat pemikiran,
perkataan dapat dibaca,Tahu digarak jo garik, tahu diangin nan
bakisa.Artinya mengerti tentang gerak-gerik dan gelagat.Selain kemampuan gerak fisik dan akal (strategi), pada tahap
tertentu yang biasanya disebut sakti, silat menggunakan tenaga
supranatural yang sufistik. Agama (Islam) tak terlepas dari silat.
Kesempurnaan ilmu silat seorang pendekar, nampak pada
perilaku sosial kemasyarakatannya yang tak mencari musuh,
terkenal dengan sloko musuah indak dicari, basuo pantang
dielakkan.Berlatih silat, bukan untuk gagah-gagahan mencari
musuh, namun ketika ada musuh adalah pantang untuk
dielakkan.Silat menjadi bekal bagi kaum muda untuk merantau. Tan
Malaka sebelum merantau pada saat berumur 16 tahun dia
sudah berbekal ilmu agama dan silat. Jurus-jurus silat Tan
Malaka yang lama terpendam selama di Belanda, secara spontan
keluar ketika dia merasa diremehkan dan terancam. Peristiwa
keluarnya pusaka silat Tan Malaka ini terjadi ketika dia di
Belanda, lehernya dibelit sehingga dia tertekan dan sulit bernafas,
karena gerak yang terlatih pada masa kecilnya, dengan beberapa
jurus maka lawannya terpelanting, sehingga dia digelari siharimau.Silek Harimauatau Silat Harimau, merupakan sebuah
aliran silat padang yang terkenal, melihat budaya budaya
masyarakat Minang, ada kemungkinan Tan Malaka pernah
mempelajarinya. Tan Malaka mengisahkannya di buku dari
Penjara ke PenjaraEntah bagaimana jalannya saya meloncat dan
dia terpelanting jatuh didinding. Semenjak itu di belakang saya dia
8Pendekar yang sudah terlatih dan tinggi ilmu silatnya9Zulhasril Nasir.Op. Cit. Gerakan .... h. 810Strategi merupakan kemampuan bertindak berdasarkan akal (aka) atau
logika, dalam belajar silat akal lebih utama daripada kekuatan fisik
22
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
23/153
menggelari saya De tijger.11De tijgeryang dimaksud orang
Belanda yang terkenasilek Minangitu adalah Tan Malaka Sang
Harimau. Sebuah gelar yang sangat berwibawa, dan membuat
kawan-kawannya menyegani dan menghormati Tan Malaka.
3. Pola Komunikasi Orang Minang
Orang Minang paling terkenal dengan retorikanya, sehingga tak
salah kalau ilmu tersebut banyak diterapkan dalam berdagang.
Diibaratkan kalau orang Minang yang pandai berdagang orang
bisa merasa berhutang, dalam artian menjadi sebuah kewajiban
baginya membeli atau memenuhinya karena telah terkenapendekatan persuasif ala Minang tersebut. Orang Minang dalam
memecahkan sebuah persoalan diselesaikan secara musyawarah,
ketika terjadi dialog, permasalahan utama tak langsung
dilemparkan, tetetapi memulainya dengan berbagaislokohingga
suasana terasa cair untuk menyelesaikan perkara berat sekalipun
sehingga menjadi terasa ringan.
Walaupun masyarakat Minang merupakan masyarakat yang
egaliter dan tak aristokratis, namun pola komunikasi Langgam
Empat adalah etika komunikasi berdasarkan umur, dan posisidalam masyarakat yang menjadi etika pergaula, jika tak dipakai
maka bisa dikatakan orang yang tak beradat.Kata menurun,
merupakan pola komunikasi ayah kepada anak, guru kepada
murid, dan mamakkepada kemenakan. Kata mendaki,pola
komunikasi anak kepada ayah, murid kepada guru, kemenakan
kepadamamak.Kata mendatar,merupakan pola komunikasi yang
seumur.Kata melereng, pola komunikasi dalam kendudukan yang
sama dan saling menyegani, pola komunikasikata melerengini
mungkin adalah tingkat komunikasi yang tertinggi, karenamerupakan hal tabu untuk berkata terus terang tetetapi
menyampaikannya dengan Bahasa sindiran, periBahasa, dengan
tata Bahasa yang rapi.12Menurut Hamka dalam Zulhasril, secara
kelembagaan pola komunikasi orang Minang: kata raja
melimpahkan, kata penghulu bermufakat, kata nan tua menyelesai,
kata dubalang kata menderas, kata banyak kata bagalau, kata
perempuan kata merendah.
11Tan Malaka.Dari Penjara ke Penjara I.Jakarta: LPPM Tan Malaka. h.3812Navis dalam Zulhasril.Op. Cit. Gerakan h. 12
23
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
24/153
Tan Malaka sebagai perantau bisa jadi telah mempelajari
filosofi Minangkabau berikut: berkata di bawah-bawah,
manyauak di hilir-hilir, ranting orang dipatah, sumur orang digali,
adatnya diisi, Ibu cari sanak cari, induk semang cari
dahulu(berkata merendah-rendah, mengambil air di hilir,
mengambil ranting yang patah, membuat sumur untuk keperluan
bersama, adat diperkaya,Ibu cari sanak cari, induk semang cari
dahulu). Makna filosofi tersebut sangat dalam, sosok Tan Malaka
adalah manifestasi filosofi tersebut. Tan Malaka dalam pergaulan,
dan guru-gurunya sangat terkenal sopan santun dan tak
sombong, ketika berbicara tak merasa paling hebat. Soal
penghormatan kepada orang dirantau Tan Malaka sudah terujidari setiap negara yang pernah dikunjunginya dia selalu
mempelajari budaya dan karakter sebuah tempat yang
dikunjunginya sebelum menentukan dan melakukan sikap yang
pantas bagi mereka.
Mengambil ranting patah, bisa dipahami sebagai seorang
perantau jangan bersikap serakah, egois, dan tak menenggang
pada masyarakat yang telah lebih dulu hidup pada tempat yang
baru dipijaknya. Ketika mencari sumber penghidupan baginya
janganlah sampai mengusik sumber pendapatan orang lain,lihatlah peluang apa yang bisa dilakukan untuk bisa
menghidupkan dirinya. Tan Malaka dalam perantauannya tak
pernah menganggu sumber kehidupan orang lain, bahkan watak
enterpreneurnya selalu muncul untuk bertahan hidup, dia selalu
melihat peluang apa yang bisa dijadikannya sumber
penghidupannya tetetapi juga bisa membantu orang lain.
Sumur orang digali, bisa dimaknai ketika seorang perantau
mendiami sebuah tempat barunya, sudah selayaknya dia
berpartisipasi mengembangkan daerah tersebut agar lebih baikdemi kepentingan bersama. Sedangkan makna adatnya diisi,
seorang perantau tetap memperhatikan dan menghormati adat
budaya dimana dia berpijak, orang Minang menurut Mochtar
Naim bukan tipe, eksklusif dimanapun mereka berada dapat
bergaul dan terbuka. Hal paling menonjol dari Tan Malaka adalah
Ibu cari sanak cari, induk semang cari dahulu, yang berarti di
perantauan carilah tempat berlindung dan yang bisa mengasihi
kita. Tan Malaka dimanapun dia berada hampir selalu ada orang
yang menganggapnya anak angkat, saudara angkat, bapak
24
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
25/153
angkat. Guru Horensma, Dr. Jansen, Snevliet dan istri adalah
beberapa orang Eropa yang menyayangi Tan Malaka, sehingga
mereka selalu siap sedia membantu Tan Malaka.
4. Egaliter
Sosok Tan Malaka yang egaliter, terbentuk dari budaya egaliter
masyarakat Minangkabau. Tak hanya prinsip egaliter, tetetapi
penerapan sosialisme, demokrasi dan hak manusia. Menurut
Zulhasril pada masa kekuasaan kerajaan Pagaruyung tak
mengenal apa yang dikatakan otoritarinisme dan sentralisasi
kekuasaan. Menurut Kartikawening, kerajaan dapat berkuasa
tetetapi tak mengatur setiapnagari.13Nagariadalah sebuah unit
otonom dalam struktur politik masyarakat Minangkabau yang
mengatur dirinya sendiri yang dapat mengatur segalanya.14Nagari
ini menurut Zulhasril terdiri empat kelompok komunitas yang
disebut: kaum, suku, jorong danpayuang. Komunitas ini
terbangun berdasarkan nilai demokrasi dan nilai-nilai tanggung
jawab. Bentuk demokrasi yang dilakukan masyarakat
Minangkabau adalah pemerintahan yang diserahkan kepada
penghulu atau datuk-datuk pemangku adat, mereka memerintahberlandaskan berdasarkan undang-undang yang berdasar
mufakat, prinsip ini berbunyi,anak kemenakan beraja kepada
penghulu, penghulu beraja kepada mufakat, dan mufakat beraja
kepada alur yang patut. (anak kemenakan beraja kepada
penghulu, penghulu beraja kepada mufakat, dan mufakat beraja
kepada alur yang patut.15
Penyelenggaraan pemerintahan nagariini disebuttali tiga
sepilinsering juga disebuttungku tiga sajarangan. Tiga unsur
tersebut merupakan tiga unsur yang mempersatukan, merekaadalah unsur adat, agama, cerdik cendikia.16Ketiga unsur yang
disebutberingin di tengahkampung tersebut mengadakan rapat di
balairung atau mesjid ketika memecahkan permasalahan
13Dyah Kartikawening.Public in Space Dynamic in Minangkabau Rural Area
Indonesia.(Thesis) University of Cincinnati. 2006. dalam Zulhasril.Op. Cit.
Gerakan..h. 514Ibid.h. 1515Indra Mulya bakti.Pemikiran Politik Tan Malaka.dalam DP. Asral.Op. Cit.
Apa, Siapa, dan....h.15616Zulhasril.Op. Cit.h.Gerakanh.16
25
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
26/153
masyarakat. Pemimpin nagari dipilih berdasarkan mufakat
mereka.17Tentang konsep mufakat ini Tan Malaka telah
menjadikannya dasar dalam konsep demokrasi, bagi Tan Malaka
bulat air dek pembuluh, bulat kata dek mufakatbahwa mufakat
harus jauh dari kekerasan dan paksaan yang menjadi dasar
perundingan adalah penjelasan logis menurut adat dan undang-
undang.18mufakat beraja kepada alur dan patut
Apabila dilihat penjelasan Zulhasril, dan Kartikawening
tersebut, dapat dipahami bahwa permasalahan egaliter,
demokrasi, sudah lebih dahulu diterapkan dan menjadi nilai-nilai
masyarakat Minangkabau. Nilai - nilai tersebut menyerap dalam
pribadi Tan Malaka, yang memang membentuk dia menjadi orangyang menghargai kemanusiaan, demokrasi, dan memandang
bahwa setiap manusia mempunyai hak yang sama.
Adat sebagai pengatur kehidupan masyarakat,adat bersendi
syara, syarak bersendi kitbullah. Adat terbagi dua, adat yang tak
dapat diubah atau adat sebenar adat, dan adat yang dapat diubah
atau adat yang diadatkan atau adat teradat.19Yang menjadi
kebiasaan masyarakat disebut adat istiadat, tingkah laku, mana
yang baik dan buruk dibiarkan.20Menurut Navis setelah Islam
masuk Alquran menjadi rujukan dalam adat inilah yangdimaksudadat bersendi syara, syarak bersendi kitbullah.
Peraturan masalah adat tersebut terdapat dalam Undang-
undang nan Empat (undang-undang nagari, undang-undang isi
nagari, undang-undang luhak dan rantau, dan undang-undang
dua puluh).21Perundangan adat ini mengatur hubungan individu
dan masyarakat, etika, filsafat, kesenian, pesta, keramaian,
pertanian, harta waris, keamanan, dan suku. Melihat tatanan
masyarakat yang rapi, budaya egaliter dan demokratis ini
menurut Zulhasril, pernah membuat Jenderal Van den Boschingin menghancurkan kearifan lokal masyarakat Minangkabau
17Seorang pemimpin dalam masyarakat Minangkabau filosofinya,orang yang
didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting,artinya pemimpin tak
dikultus individu tetetapi harus merakyat, bukan menjadi kelas sendiri.18Tan Malaka.Pandangan Hidup.http://www.marxists.org/indonesia/index.htm
19Zulhasril.Op.Cit. Gerakan...h. 1720Ibid.h. 1821Ibid.h. 18
26
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
27/153
tersebut dengan cara menciptakan aristokrasi seperti kerajaan
Jawa, dengan mengeluarkan Plakat Panjang.22Tak hanya
dengan Plakat Panjang, Belanda juga menempuh jalur
pendidikan untuk Jawanisasi tanah Melayu, pada tahun 1919
pelajaran Bahasa Melayu dihapuskan, dan diganti dengan
pelajaran Bahasa dan adat Jawa yang disampaikan guru-guru
dari Jawa. Prinsip gotong royong merupakan nilai yang berlaku di
masyarakat Minangkabau, Tegak dikampung pagar kampung,
tinggal di alam pagarnya alam, melompatlah sama pata, menuruk
sama hilang.22
5. Merantau
Merantau bisa dikatakan sebagai puncak dari pendidikan seorang
pemuda Minang. Seorang pemuda memang dilatih mandiri dalam
mengatasi permasalahan hidupnya, selama masih dikampung,
pemuda biasanya selalu tidur di surau sambil belajar berbagai
hal, mulai dari agama sampai silat. Setelah dirasakan cukup
bekal seorang pemuda, maka merantau adalah sebuah keharusan
bagi pemuda, apakah merantau menuntut ilmu maupun bekerja.
Merantau merupakan sebuah sikap, pemikiran, tindakanmeninggalkan kampung asal menuju ke sebuah tempat untuk
menyerap ilmu, maupun mencari kekayaan yang suatu saat akan
bermanfaat bagi daerah asalnya, maupun bangsanya. Perantauan
Tan Malaka dalam menyerap berbagai hal dan pengalam di negeri
orang telah memperkaya dan sebagai modalnya dalam
memperjuangkan bangsanya merdeka.
Merantau bukan semata-mata mencari uang dan harta namun
menuntut ilmu juga bisa dikatakan merantau. Merantau tak
hanya secara fisik, tetetapi merantau secara mental, misalnyakaum cendikiawan juga bisa merantau. Alfian mengatakan bahwa
Tan Malaka merupakan perantau secara fisik dan mental.23
22Plakat Panjang dikeluarkan tahun 1833, Jenderal Van den Bosch
memanfaatkan keturunan raja-raja Pagaruyung dan penghulu-penghululuhak
agar memecah belah masyarakat. Zulhasril menulis, bukan tak mungkin
Perang Paderi adalah akibat politik aristokrasi yang diterapkan Belanda ke
masyarakat Minangkabau.22Tan Malaka.Pandangan Hidup.http://www.marxis.org/indonesia/index.htm23Alfian.Op. Cit. Kemelut Sejarah.h.140
27
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
28/153
Merantau merupakan sebuah filsafat dialektika yang secara
tak sadar telah dialami oleh Tan Malaka. Dengan merantau
seorang perantau memiliki keyakinan ada sebuah kehidupan yang
lebih baik di sebuah tempat yang lain dengan membatalkan
kenyamanan dan tak manja terhadap kesuburan alam, dan
kedamaian kampung halaman.
Menurut Alfian, dengan merantau, mengundang perantau
untuk berpikir kritis dengan berusaha melihat dan merasakan
daerah lain sebagai pembanding kampung asal. Visi perantau ini
merupakan cara berpikir dialektis sehingga kontradiksi, dan
konflik dianggap hal biasa.24Menurut Mrazek konsep rantau
membuat Tan Malaka terbuka menerima unsur-unsur luar ataubaru. Melalui merantau warga Minang dapat melihat dunia luar
yang begitu luas sehingga ketika dia pulang kampung dia akan
merasakan posisinya yang jelas dalam konteks kepulangannya.25
Rantau bagi Tan Malaka adalah antithesis yang berkonflik dengan
thesis (alam sebagai referensi asal), dan dari situ lahirlah synthesis-
hasil pemikiran atau idealisme baru- yang mendorong manusia
untuk mengadakan perubahan-perubahan buat perbaikan
nasibnya........Madilog dimaksudkannya sebagai suatu cara
berpikir baru yang dapat dipakai untuk memerangi cara berfikir
lama yang amat dipengaruhi oleh dunia mistik atau takhyul yang
menyebabkan orang menyerah kepada alam.26
Momen pertama Tan Malaka merantau adalah ketika dia
belajar diKweekschooldi Bukit Tinggi walaupun masih dalam
daerah Minangkabau. Tan Malaka dalam usia yang relatif muda
telah menjadi orang terpandang, dia adalah seorang
berpendidikan yang juga menyandang gelar Datuk yang
memimpin kaumnya. Merantau menuntut ilmu ke Bukit Tinggiternyata belum membuat dahaga Tan Malaka akan ilmu dan
pengetahuan belum terlepaskan. Tan Malaka yang masih berumur
16 tahun, selanjutnya menuju Belanda merantau menuntut
24Ibid.h. 14025 Sejauh jauh bangau terbang akan turun juga ke rawa, pepatah ini sering
dipakai mengibaratkan perantau yang pergi kemanapun suatu saat akan
kembali ke asalnya kampung halaman. Namun apa yang terjadi pada
perantauan Tan Malaka, dia benar-benar merantau cina pergi merantau
dengan tak pernah sama sekali kembali ke kampung halaman26Alfian.Op. Cit. Kemelut...h.142
28
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
29/153
ilmu. Siklus ketiga perantauan Tan Malaka adalah masa
pembuangan politiknya. Masa pembuangan selama 20 tahun pun
dimanfaatkan oleh Tan Malaka untuk memperdalam dan
memantapkan tekad perjuangannya menuju Republik Indonesia.
Selama pembuangan tersebut Tan Malaka memantapkan jati
dirinya sebagai pemikir, pejuang, Guru Bangsa, dan sebagai
Idealis yang suatu saat akan kembali ke negerinya dengan
membawa semangat dan pemikiran baru bagi masyarakatnya.
Pada masa pulang dari pembuangan inilah Tan Malaka berpikir
dia akan total mencurahkan seluruh hidupnya bagi kemerdekaan,
tetetapi tak dengan langsung terjun melainkan masuk dulu
dengan merubah cara berpikir pribumi yaitu dengan menulisMadilog.
Pola pikir Dialektika menurut Tan Malaka dapat dibagi empat,
yaitu: Tempo, Berkena-kenaan, berseluk beluk, Pertentangan, dan
Gerakan. Apabila dilihat dari Tempo, dialektika merupakan ilmu
berpikir berlainan dimana masa suatu benda tumbuh dan hilang,
hidup dan mati. Dipandang dari kena-mengena dan seluk beluk
suatu benda dengan benda lain, maka dialektika adalah ilmu
berpikir dalam hal kena mengena dalam hal seluk-beluk
(Varkettung und Zusammenhang). Sebagai ilmu pertentangan,dialektika adalah kontradiksi - kontradiksi dan pembatalan dari
kebatalan (negation deer negation). Sedangkan dialektika dalam
artian gerakan yaitu mempelajari suatu benda dengan
memperhatikan pertentangannya, kena mengenanya serta seluk
beluknya, pergerakannya, dan tumbuh hilangnya.27
6. Masa Kecil di Ranah Minang
Tan Malaka, atau Ibrahim Datuk Tan Malaka28
memiliki pertaliankeluarga dengan dua pemimpin desa Pandan Gadang: Datuk Tan
Malaka dan Datuk Mahurun Basa. Tanggal kelahiran Tan Malaka
tak tercatatat pasti karena pada masa itu belum ada pencatatan
bagi penduduk Indonesia. Namun Harry Poeze menyampaikan
beberapa kemungkinan tahun kelahiran Tan Malaka, sebagai
berikut: 1893, 1894, 1895, 2 Juni 1896, 2 Juni 1897, dan 1899.
27Tan Malaka.Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika.Jakarta: LPPM Tan
Malaka. h. 12828Nama lengkap yang merupakan sekaligus gelar adat diperolehnya untuk
melanjutkan kepemimpinan adat
29
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
30/153
Poeze lebih cendrung memilih kelahiran Tan Malaka pada tahun
1894 dengan fakta bahwa pada tahun 1903 Tan Malaka
mengikuti pendidikan di sekolah rendah, maka menurut
kesimpulan Poeze dapat ditarik kesimpulan pada masa itu Tan
Malaka berumur lebih kurang enam tahun.
Sesuai adat masa itu, setiap anak yang dilahirkan akan diberi
nama kecil dengan nama Islam baru kemudian akan mendapat
nama atau gelar menurut adapt, maka Ibrahim adalah nama
Islam yang melekat pada Tan Malaka. Tan Malaka dalam bukunya
dari Penjara ke Penjara menjelaskan bahwa ia mempunyai adik
bernama Kamaruddin enam tahun lebih muda, dan tak memiliki
adik atau kakak perempuan.Tan Malaka dilahirkan dalam sebuah keluarga pemeluk Islam
yang taat, ayah dan ibu Tan Malaka sangat alim dan menjalankan
perintah agama Islam. Dalam Madilog Tan Malaka menulis
bagaimana ibunya ketika menjelang ajal, membaca Surat Yasin
berkali-kali karena ibunya hampir sebagian hafal Al-quran.
Sewaktu ibunya masih hidup, Tan Malaka sering diceritakan
tentang nabi-nabi, seperti kisah Adam dan Hawa, Nabi Yusuf, dan
Nabi Muhammad yang menurut penuturan Tan Malaka setiap
mendengar kisah nabi-nabi dari ibunya itu dia selalu menangis.Ayah dan Ibu Tan Malaka yang sangat peduli terhadap akhlak
anaknya tak hanya menyekolahkan anaknya di Sekolah rakyat,
tetetapi juga menyuruhnya belajar ngaji di surau. Ayah Tan
Malaka adalah penganut tarekat. Menurut Tan Malaka ketika
masih kecil dia sudah bisa menafsirkan Al-quran dan sudah
dijadikan sebagai guru muda. Tan Malaka juga menguasai Bahasa
Arab,dia sangat mengagumi Bahasa Arab yang indah dan mulia.
Sampai di Belanda Tan Malaka tahan menghemat pengeluaran
untuk makan demi membeli buku Sejarah Dunia karena didalamnya terdapat sejarah Islam dan Arab.
Tan Malaka adalah seorang anak pemberani, nakal dan keras
kepala di masa kecilnya. Alam Minangkabau yang asri penuh
pemandangan alam; gunung bebukitan dan sungai, menjadi
guru bagi Tan Malaka untuk menempa mental dan fisiknya. Tan
Malaka pernah hanyut dibawa arus Sungai Ombilin yang deras
karena berusaha menyebranginya dengan kawan-kawan. Pada
peristiwa hampir hanyut tersebut Tan Malaka beruntung
30
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
31/153
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
32/153
.....Sampai sekarang saya merasa heran, kenapa saya saja yang
menjadi sasaran pilin pusat itu. Satu kali lagi dilakukan dibelakang hari, karena saya hampir hanyut pula disebabkan
bermain menyelam-nyelam di bawah perahu yang sedang
menyeberang sungai Ombilin itu pula, dan membawa-bawa lagi
anak-anak para Engku. Lain kali karena main simbur air, artinya
bertanding menyimburi muka sampai salah satunya kalah.
Walaupun saya lihat sampai semua anak-anak lari, saya teruskan
juga menyimbur lawan saya. Akhirnya lawan inipun lari. Saya fikir
perjuangan sudah selesai, kemenangan akhir di pihak saya, dan
saya berhak penuh merasakan lezatnya kemenangan itu. Cuma
heran, kenapa saya sendiri saja yang tinggal. Ketika saya naik ketepi mau berpakaian, maka saya ditunggu oleh lima jarinya Guru
Gadang buat menjalankan hukuman pilinan pusat. Rupanya
anak-anak lain sudah melihat Guru Gadang itu di tepi sungai. Dan
saya asyik berjuang membelakangi Guru Gadang. Kalau di
belakang hari pula seterusnya saya yang dikatakan mengajak
anak-anak Engku melihat macan ditangkap digunung, maka saya
saja yang dikenai hukuman pilin pusat. Permainan perang
jeruk (barisan yang satu melempar yang lain dengan jeruk),
berakhir dengan perang batu antar anak sekolah dikampung
Tanjung Ampalu, dengan anak dari kampung Tanjung, maka yangharus menjalani hukuman sebagai penjahat perang saya
juga......33
Ternyata nasib Tan Malaka kecil yang dianggap sebagai
provokator selalu disalahkan dan mendapat hukuman yang tak
adil baginya, juga dialami sampai akhir hidupnya yang selalu
dianggap sebagai pengacau besar dan memperoleh perilaku yang
tak adil. Masa kecil Tan Malaka di alam Minangkabau dengan
adat istiadatnya banyak mempengaruhi berbagai segi caraberpikir dan bertindak Tan Malaka.34
B. Biografi Intelektual
1. Pendidikan Tan Malaka
33Ibid.h. 2234Poeze.Op. Cit.Pergulatan. h. 3
32
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
33/153
Menurut Poeze sekolah untuk pendidikan rendah pada saat itu
belum banyak. Pemerintah kolonial membagi dua sekolah,
pertama sekolah pemerintah kelas satu, dimana anak didik
adalah golongan priyayi dan mereka dipersiapkan untuk
melanjutkan sekolah. Sedangkan golongan dua, adalah sekolah
pemerintah kelas dua yang merupakan pendidikan dasar yang
rudimentersaja. Sekolah kelas dua awalnya selama tiga tahun,
sejak tahun 1895 terbuka kemungkinan pendidikan selama
empat tahun.
Masyarakat Minangkabau sangat peduli terhadap pendidikan
anak mereka. Poeze mengatakan sekolah-sekolah yang ada
sempat kewalahan menghadapi besarnya keinginan untuksekolah, bahkan Minangkabau mencapai angka tertinggi
dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tahun 1915 terdapat 65
sekolah di Sumatera Barat dengan jumlah murid 10.000, para
murid sekolah kelas dua harus membayar uang sekolah sebanyak
10 sampai 50 sen setiap bulan, namun tetap tergantung pada
pendapatan.35
Tahun 1903 sampai tahun 1908 Tan Malaka belajar di sekolah
kelas dua. Karena dia seorang yang pintar, maka gurunya
menganjurkan agar melanjutkan pelajarannya. Keluarga TanMalaka mendukung saran guru tersebut, sehingga Tan Malaka
melanjutkan sekolahnya dikweekschool(Sekolah Guru) diFort de
kock (Bukittinggi). Pada masa itu kweekschooladalah satu-
satunya lembaga pendidikan lanjutan bagi pribumi di Sumatera.
Menurut Poeze, Tan Malaka menjadi murid kweekschoolpada
tahun 1908.
Tahun 1908-1909 kweekschoolmemiliki 76 murid yang
mencakup seluruh Sumatera, untuk sekolah disini harus
melewati ujian. Tan Malaka merupakan salah seorang murid asalMinangkabau yang diterima.36Disekolah ini siswa memperoleh
bayaran f 19,- setiap bulan selain buku-buku, alat sekolah dan
asrama.
Waktu belajar yang padat harus ditempuh Tan Malaka selama
enam tahun. Selama enam hari masuk belajar jam 7.30 sampai
pukul 13, pada sore hari pukul 16 sampai pukul 17 murid kelas 6
harus memberi pelajaran di sekolah pribumi, dan pada malam
35Ibid.h. 1436Ibid.h. 17
33
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
34/153
hari pukul 18.30 sampai pukul 20.30 murid menyelesaikan
pekerjaan rumah. Waktu berlibur diberikan setiap tahun selama
enam minggu.37
Bahasa pengantar yang dipakai adalah Bahasa Belanda, dan
tentunya Bahasa Belanda merupakan pelajaran terpenting.
Menurut Poeze, dari 35 jam belajar, 15 sampai 18 jam digunakan
untuk belajar Bahasa Belanda, namun Bahasa Melayu juga
dipelajari. Mata pelajaran yang lain adalah berhitung, ilmu ukur,
mengukur tanah, ilmu bumi, sejarah bumi, ilmu alam, ilmu
hayat, ilmu hewan, ilmu tumbuhan, ilmu pendidikan,
menggambar, menulis dan menyanyi.38Melihat kurikulum yang
begitu padat ini, bukanlah hal gampang bagi Tan Malaka untukmenyelesaikan studinya, pada masa itu sistem penilaian dan
kelulusan sangatlah ketat, menuntut Tan Malaka harus belajar
keras. Selain pelajaran yang padat dan berat, murid juga diatur
dengan berbagai peraturan ketat yang tak memberikan ruang
gerak bagi mereka untuk berbuat banyak hal.
Ketika Tan Malaka masuk sekolah guru, sekolah tersebut
terdapat empat staf dan guru bangsa Eropa, yaitu: B.J. Visscher
(Direktur), T. Kramer (Guru kedua), G.H. Horensma, dan C.F.
Ijspeert (Guru pembantu). Pada masa berikutnya ketika TanMalaka sekolah ke Haarlem, Guru Horensma adalah orang
Belanda yang berjasa dan banyak membantu Tan Malaka dalam
berbagai hal, memberikan pinjaman biaya sekolah adalah salah
satunya.
Selain peraturan dan disiplin yang begitu ketat di sekolah
tersebut, menurut Sakti Arga dalam Poeze, Tan Malaka
merupakan sosok yang sangat tertib, hormat dan ramah,
sehingga orang banyak yang mengenalnya. Tan Malaka
merupakan anak yang cerdas sehingga dia mendapat perhatiankhusus dari Guru Horensma dan istrinya yang menganggapnya
sebagai anak angkat.39Walaupun Tan Malaka menguasai
37Ibid.h. 1738Ibid.h. 17
39Menurut Harry Poeze, Gerard Hendrik Horensma lahir tanggal 2 Mei 1873 di
Groningen, tahun 1904 ia pergi ke Hindia dan menikah dengan Mathilde Elzas
(1873-1946). Tahun 1915-1920 GH. Horensma menjabat Direktur di sekolah
guru Fort de Kock, selanjutnya menjadiadjunct-inspecteurdi Jawa. GH.
Horensma meninggal di Brussel pada tahun 1945 tanpa memiliki anak.
34
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
35/153
pelajarannya, bukan berarti hari-harinya diisi hanya dengan
belajar, dia berbeda dengan kawan-kawan sekelasnya, Tan Malaka
tak membutuhkan begitu banyak waktu untuk menguasai
pelajaran, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk bermain
bola, dan musik. Masa belajar dikweekschoolini sempat terhenti
karena Tan Malaka harus menerima gelar adat menjadi Ibrahim
Datuk Tan Malaka.
Tahun 1913 Tan Malaka terakhir mengikuti ujian teori, dan
mulai praktek di sekolah ekstern. Dengan bakat dan minatnya
yang luar biasa Tan Malaka telah menjadi inspirasi bagi anak-
anak didiknya. Melihat kesungguhan Tan Malaka dalam
pengajaran tersebut membuat Horensma ingin agar Tan Malakamelanjutkan studinya di Belanda. Untuk mencari cara
pembiayaan pendidikan Tan Malaka tersebut, Horensma mengajak
Tan Malaka ke Suliki untuk menemui kawan baik Horensma, W.
Dominicus yang bekerja sebagai kontrolir. Menurut Poeze atas
prakarsa mereka maka didirikanlah sebuah yayasan sebagai
jaminan beberapa orang berjanji untuk menyetor sebanyak f 30
setiap bulan untuk membiayai studinya. Anggota yayasan tersebut
terdiri dari para guru di sekolah guru, pegawai negeri, dan
sejumlah orang di Suliki. Setelah adanya jaminan pada bulanOktober bersama keluarga Horensma berangkat ke Belanda
dengan kapal Wills.40
Menurut Tan Malaka sebenarnya ia tak perlu melanjutkan
studi selama 2 tahun diRijkskweekschoolsampai Belanda hanya
untuk memperolehhulp-acte.Akte pendidikannya diKweekschool
Fort de Kock pada masa itu sudah merupakan pendidikan
tertinggi di Sumatera.Kweekschoolsudah pendidikan tertinggi
untuk ukuran rakyat Sumatera yang berjumlah 10 juta, apalagi
kalau hanya diukur dengan daerah Minangkabau.Tan Malaka tiba di Belanda pada tanggal 15-12-1913 sekaligus
diterima sebagai murid di Sekolah Guru Kepala di Kota Haarlem
dengan Keputusan Menteri tanggal 10 Januari 1914.41Setiba di
Belanda, tepatnya di Haarlem dijalanJacobijnenstraat,Tan Malaka
tinggal di sebuah rumah keluarga buruh. Tan Malaka menempati
sebuah kamar loteng yang sempit dan gelap, tentunya tetap
dengan membayar sewa sebagai biaya hidup. Tetapi menurutnya,
40Poeze.Op.Cit. Pergulatanh. 2441Ibid.h. 15
35
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
36/153
sewa yang dibayarnya tak setimpal, karena dia terus dibantu
makanan dengan wanita tua tersebut, belum lagi anaknya yang
sebagai sorang juru tulis sering mendapat bantuan.
Di Belanda, pada bulan-bulan pertama menjalani masa berat,
namun keluarga Horensma tetap memberi bantuan. Sedangkan
lingkungan di sekolah guru Tan Malaka tak mengalami
diskriminasi, sebagaimana surat C. Wilkeshuis dikutip oleh Harry
Poeze. Tan Malaka merupakan warga Hindia yang menerima
perlakuan khusus karena rekomendasi dari orang-orang Eropa
berpengaruh.
Tan Malaka ditempatkan di kelas tahun belajar kedua, di
Haarlem Tan Malaka menampakkan minat luar biasa terhadappelajaran ilmu pasti yang membuat gurunya berpikir bahwa tak
mungkin orang Hindia menguasai ilmu pasti. Namun anggapan
bahwa Tan Malaka tak mampu dalam ilmu pasti dipatahkan
setelah melihat bagaimana Tan Malaka menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ilmu pasti, bahkan dengan caranya
sendiri. Namun Tan Malaka terlihat lemah dalam pelajaran
Biologi, karena bersifat hafalan.
Mata pelajaran di Haarlem terasa jauh berbeda ketika sekolah
diKweekschooldiFort De Kock.Tidak ada satupun pelajaran yangsama, Ilmu Tumbuh-tumbuhan, Ilmu Bumi, Pedagogi,
Menggambar, Ilmu Ukur (meetkunde), Sejarah Tanah Air, Aljabar,
Stereometri (Ilmu Ukur Ruang), Trigonometri, dan Mekanika.
Walupun Bahasa Belanda terasa sulit bagi Tan Malaka, namun
pengakuan C. Wilkeshuis Bahasa Belanda Tan Malaka cukup
bagus hanya permasalahan logat khas Tan Malaka saja, namun
itu bukanlah masalah.
Tidak hanya dalam kondisi kesulitan keuangan tetetapi juga
dalam kondisi sakit terus menerus Tan Malaka berjuang kerasuntuk menyelesaikan studinya, sehingga kondisi buruk kesehatan
Tan Malaka berdampak pada nilai-nilainya. Van der Ley menulis
bahwa sejak 1 septmeber 1915 sampai ujian diselenggarakan Tan
Malaka sama sekali tak bisa belajar.
Teman Tan Malaka (P. De Koning) menulis bahwa ketika ujian,
guru yang merupakan ujian negara yang diselenggarakan pada
tanggal 23 Mei 1916 kondisi Tan Malaka sangat buruk. Sehingga
menimbulkan kekhawatiran beberapa penguji dengan
menanyakan apakan Tan Malaka telah belajar dengan baik, dan
dia menjawab Tan Malaka sangat belajar dengan baik hanya saja
36
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
37/153
dia sudah sakit beberapa lama sehingga tak bisa berjalan kaki ke
gedung ujian.42
Ketika berpamitan dari sekolahnya, Tan Malaka memperoleh
sebuah surat keterangan yang berisi sebagai berikut.
Kelakuan : Baik Sekali
Pengetahuan : Baik
Kemajuan pada Umumnya: Baik43
2. Gagal Meraih Akta Kepala
Cita-cita Tan Malaka untuk memperoleh ijazah Akta Kepala harus
kandas, karena setelah beberapa kali mengikuti ujian, dia selalugagal. Selesai soal ujian yang terasa berat juga subjektifitas
penguji mempengaruhi. Dari 15 orang yang mengikuti tes hanya
enam orang yang lulus. Tan Malaka menyimpulkan dengan nada
satiris bahwa orang dapat lulus Akta Kepala, apabila: (a) Betul-
betul mempelajari cara mengikuti ujian; (b) Penguji dengan
pertanyaan-pertanyaan tanpa henti-hentinya itu tak mau
menggagalkan seorang calon; (c) Orang bernasib baik.42Tulisan
satir Tan Malaka tentang kegagalannya: Tak mudah bagiku!
Betul, orang harus menjadiUbermesch(manusia super) Hindia,untuk dapat mengambil khususnya akta kepala. Dalam inkarnasi
yang berikut kuharap akan memilih lapangan kerja yang lain.43
Tan Malaka kurang mendapat angka baik pada tiga mata
pelajaran: Menggambar, Membaca, dan Pengetahuan Alam. Pada
mata pelajaran Membaca, Tan Malaka merasa kesulitan menjawab
soal sastra Yahudi berjudulLuciferkarya Vondel, yang terasa sulit
baginya adalah ketika harus memecahkan kalimat menurut
beberapa dasar karena berkaitan dengan adat istiadat dan agama
Yahudi. Pada mata pelajaran Pengetahuan Alam, Tan Malakagagal lebih karena subjektifitas penguji yang tak mau
memberikan angka yang terlampau jauh dari angka yang
diperoleh Tan Malaka sebelumnya, yaitu 3, maka diberilah angka
42Ibid. h. 48
43Ibid. h. 48
42Surat Tan Malaka kepada Horensma, Bussum, 19 September 191, dalam
Poeze.Pergulatan Menuju Republik.h. 8843
Surat Tan Malaka kepada D.J.L. Van Wijngaarden, Bussum, 25/6-1919,
dalam Poeze.Op. Cit. Pergulatan.....h.103
37
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
38/153
4. padahal Tan Malaka sangat menguasai Ilmu Kimia yang
diujikan.
Tan Malaka sangat kecewa akan kegagalannya memperoleh
Akta Kepala. Hal ini hal wajar, karena waktu tiga tahun bukanlah
waktu sebentar dan menghabiskan banyak biaya. Tan Malaka
menyesalinya seandai saja dia mempelajari hal lain yang akan
lebih bermanfaat, daripada hanya kegagalan demi selembar ijazah
Akta Kepala.
Ketika menjadi guru di Deli, perlahan Tan Malaka bersentuhan
dan bergelut dalam dunia politik. Selain bertugas sebagai guru,
Tan Malaka sangat aktif menulis permasalahan sosial politik.
Ditengah-tengah kesibukan ini Tan Malaka ternyata masihmemiliki keinginan untuk mengambil Akta Kepala di Batavia,
sehingga dalam suratnya dia ingin belajar lagi, dibantu oleh J.de
Waard Tan Malaka belajar Sejarah dan Ekonomi dengan harapan
ia akan menjadi guru di Jawa. Keputusan Tan Malaka untuk ke
Jawa ini menjadi diskusi antara Horensma dan Dr. Jansen, untuk
mencari guru pengganti Tan Malaka. Guru-guru pengganti
tersebut mendapat arahan terlebih dahulu dari Tan Malaka.
3. Tan Malaka dan Buku
Semangat belajar Tan Malaka selayaknya menjadi inspirasi bagi
para pembelajar. Tan Malaka sangat mencintai Bahasa asing,
kecerdasannya dalam belajar Bahasa dapat dilihat ketika tahun
1922 dia harus berbicara di depan kongres Komintern dalam
Bahasa Jerman. Bahasa Jerman tersebut dipelajarinya hanya
dalam waktu 3 bulan. Bahasa Inggris juga menjadi lahapan Tan
Malaka walaupun dalam masa pelariannya di tengah-tengah
masyarakat Tionghoa, dan dalam kondisi sakit, dan tekanansosial dia menghabiskan waktu dengan membaca buku sebanyak-
banyaknya.
Tan Malaka merupakan seorang yang sangat tergila-gila pada
ilmu pengetahuan, sehingga dalam pelarian politiknya tak pernah
dia lupa membawa berpeti-peti buku.44Dalam Madilog Tan
44 Namun kebiasaannya membawa berpeti-peti buku tersebut harus
dihilangkannya demi keselamatan dan kemudahan perjalanannya.
Pemeriksaan demi pemeriksaan membuat akan mengancam jiwanya apabila
ditemukan buku-buku yang dianggap menentang kolonial. Untuk mengatasi
itu, maka Tan Malaka menerapkan sebuah teori mengingat bacaan dengan apa
38
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
39/153
Malaka menceritakan kebiasaan dua tokoh: Leon Trotzky dan
Mohammad Hatta yang membawa berpeti-peti buku ke
pembuanganya. Buku adalah hal terpenting bagi seseorang yang
merasa pemikirannya harus disebarkan.
Bagi Tan Malaka seseorang yang hidup dengan pemikiran yang
harus disebarkan baik melalui pena maupun penyampaian lisan,
kepustakaan merupakan sebuah hal yang wajib. Tan Malaka
mengibaratkannya dengan tukang yang tak akan bisa
membangun apabila tak memiliki semen, batu dan bahan-bahan
lainnya. Menjalankan peran sebagai propagandis dia harus
membuat catatan-catatan yang dianggapnya bisa menaklukkan
musuh dan merebut permufakatan.45Pada tanggal 22 Maret 1922 adalah pembuangan pertama yang
dialami Tan Malaka, dia tak mau menyia nyiakan waktu hanya
dalam kesunyian pembuangan. Dia membawa buku dengan
beragam tema, mulai dari buku Agama, Alquran, Bibel,
Budhisme, Confusialisme, Darwinisme, Ekonomi Liberal,
Komunisme, Sejarah Dunia, Ilmu Perang, Ilmu Berhitung, sampai
Ilmu Mendidik. Melihat bacaan Tan Malaka tersebut maka tak
salah kiranya apabila Peni Chalid mengatakan Tan Malaka sulit
untuk didefinisikan sebagai seorang Sosiolog, Ekonom, atau ahliPolitik, karena secara spesifik Tan Malaka tak memperdalam ilmu
tertentu.46Sosok Tan Malaka adalah seorang Universalis.
Namun buku-buku dan catatan Tan Malaka harus ditinggal di
Nederland ketika hendak pergi ke Moskow, karena harus melalui
Polandia yang anti Komunisme, untuk itulah dia harus bebas dari
segala hal yang membuat orang yang memeriksanya akan
membaca kecendrungan pemikirannya. Namun di Moskow selama
8 bulan kebiasaan membaca Tan Malaka agak berkurang, tetetapi
lebih banyak mencermati pelaksanaan Komunisme.Di Moskow Tan Malaka lebih melihat aplikasi komunisme dan
mengamati sendi kehidupan Uni Soviet dari Pendidikan, Politik,
Ekonomi maupun Kebudayaan. Observasi itu juga ditambah Tan
Malaka dengan melakukan dialog-dialog dengan berbagai
golongan. Data dari pengamatan dan menyelami keadaan tersebut
Tan Malaka catat sebagai bahan untuk menulis buku. Selain
yang dinamakannya dengan jembatan keledai.45Tan Malaka.Op. Cit. Madilog.h. 846Peni Chalid.Op. Cit. Apa, Siapa, dan .h. 130
39
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
40/153
dengan kegiatan pengamatan tersebut dikarenakan ketatnya
aturan tentang sumber-sumber buku yang tak bisa dibawa.47
Kegiatan membaca Tan Malaka selama di Tiongkok muncul lagi
(namun waktu membacanya sedikit dikarenakan sakit), dia mulai
mengumpulkan buku-buku Ekonomi, Politik, Sejarah, Ilmu
Pengetahuan, Sains, Sosialisme dan Komunisme. Berbelanja buku
bagi Tan Malaka adalah sebuah hiburan. Walaupun untuk
membeli buku dia harus mengencangkan ikat pinggang
menghemat biaya makan ditengah kondisi kesehatan yang
menurun. Namun buku-buku yang dibeli Tan Malaka tersebut tak
banyak terbaca karena tak lebih dari satu jam waktunya untuk
membaca, karena lemah kondisi fisik. Untuk bisa membacatumpukan buku-buku tersebut Tan Malaka harus menunggu
pulih fisiknya.48
Peristiwa yang menyedihkan Tan Malaka mengenai buku-
bukunya adalah ketika dia dan buku-bukunya terkepung pada
Perang Jepang-Tiongkok di sebuah jalan bernamaNorth Su Chuan
Road. Setelah selama dua hari terkepung, akhirnya Jepang
memberi kesempatan kepada warga kampung dimana Tan Malaka
terkepung untuk pergi hanya dalam waktu lima menit. Tentunya
waktu yang sangat singkat tersebut, Tan Malaka tak sempatmembawa buku-buku yang menemaninya. Namun ketika perang
selesai Tan Malaka kembali lagi ke rumah dimana buku-bukunya
ditinggalkan, naasnya tak selembar kertaspun lagi yang tersisa
karena telah diambil olehlalilong(pencuri). Begitu menarik cerita
Tan Malaka tentang kecintaannya kepada buku. Ternyata
peristiwa tersebut tak membuat Tan Malaka menyerah dalam
mengumpulkan buku-buku. Baginya selama masih ada toko
buku, maka perpustakaannya masih bisa dibuat kembali,
walaupun harus dengan mengurangi makanan dan pakaian.Peristiwa lain yang membuat Tan Malaka harus berpisah
dengan pustakanya adalah ketika dia ditangkap di Hongkong
pada 10 November 1932. disini dia sebenarnya sudah memiliki
satu peti buku, tetetapi dia harus meninggalkannya agar dapat
melarikan diri dan dengan menyamar dia masuk ke Amoy selama
empat tahun, disana dia beristirahat sambil berobat. Di Amoy
tahun 1936 sampat 1937 Tan Malaka mulai kembali
mengumpulkan buku. Namun hal yang paling menyakitkannya
47
Tan Malaka.Op. Cit. Madilog.h. 848Ibid. h. 9
40
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
41/153
adalah catatan observasinya yang harus dibuang ke laut, demi
keamanan. ......malah dua tiga buku peringatan yang penting
sekali yang bahannya diperoleh dengan mata sendiri, ialah:
catatan penting, buat buku-buku yang sekarang saya mau tulis,
saya lemparkan ke laut Merqui, sebelum sampai di Rangoon.
Putusan bercerai dengan dua buku catatan itu diambil dengan
duka cita sekali.......
Namun keputusan membuang catatan observasi tersebut tak
salah diambil oleh Tan Malaka, karena di Rangoon pemeriksaan
ketat sekali. Tan Malaka hanya menyisakan sebuah kamus
English Dictionary, itupun tetap mendapat pemeriksaan yang
ketat, sampai kulit-kulit bukupun diperiksa. Demikianberbahayanya sebuah buku bagi sebuah rezim.
Di Singapura kondisi kesehatan Tan Malaka mulai membaik
dan siap untuk fokus kembali belajar, tetapi sayangnya kondisi
keuanganya tak memungkinkan dia untuk membeli sejumlah
buku. Sulit baginya untuk mencari uang tambahan, termasuk
menjadi pengajar Bahasa Inggris, karena sulit memperoleh izin
dari inspektur. Dalam kondisi uang untuk makan dan pakaian
yang sulit Tan Malaka pun tak bisa mendaftar sebagai anggota di
perpustakaan karena mahalnya biaya anggota. Untuk mengobatikehausannya akan membaca, Tan Malaka hanya membaca surat
kabar, dan pengamatan langsung. Namun usaha menutupi
ketakbisaan membaca ini membuahkan hasil beberapa buku.
Dalam perkembangannya Tan Malaka menjadi pengajar Bahasa
Inggris dan Matematika di NanyangChinese Normal School.Maka
aktifitas mengumpulkan referensi mulai dilakukannya. Pihak
Raffles Librarypun memperbolehkanya membaca referensi untuk
menulis buku. Buku yang paling sering dibaca Tan Malaka adalah
Das Capital karya Karl Marx. Tetetapi ada saja halangan bagi TanMalaka untuk belajar, disaat itu Jepang terus memborbardir
Singapura, yang membuat Tan Malaka harus membaca Das
Capitaldi dalam lubang perlindungan. Namun akhirnya
Singapura menyerah, seluruh penduduk menyerah dalam
halauan pedang terhunus, untungnya pembantaian yang
direncanakan tak jadi dilaksanakan.
Kondisi kritis seperti itu, Tan Malaka masih sempat
memikirkan bukuDas Capitalyang harus diselamatkannya, maka
disembunyikannya ke dalam air terjemahan Bahasa InggrisDas
41
-
8/12/2019 Tan Malaka Guru Revolusioner
42/153
Capitalyang dipinjam dari Raffles Library di Singapura. Peristiwa
ini terjadi diUpper Serangoon Roaddi depan rumah Tuan Kin
Can.
Masih mengenai perjalanan Tan Malaka dan buku, setelah dua
minggu Singapura menyerah, Tan Malaka mencoba menyebrang
ke Sumatera, namun gagal karena angin sakal. Maka Tan Malaka
menempuh jalan Penang-Medan, selama dua bulan di jalan
antara Singapura dan Jakarta, melalui Semenanjung Malaka,
Penang, Selat Malaka, Medan, Padang, Lampung, Selat Sunda dan
Jakarta. Dalam perjalanan tersebut Tan Malaka masih
menyempatkan diri berburu buku. Buku-buku yang diburu Tan
Malaka mengenai Sejarah Indonesia yang ditulis oleh penulisIndonesia. uniknya Tan Malaka harus menyembunyikan baik-baik
buku sejarah tersebut, karena terdapat fotonya sendiri.
Kesadaran politik dan pembebasan Tan Malaka, tak bisa
dilepaskan dari buku-buku yang dipelajarinya. Sebelum dia sadar
akan politik, ketika dia berangkat ke Belanda, Guru Horensma
memberi dia sebuah buku berjudul de Fransche Revolutieyang
dikarang oleh Th. Carlyle. Awalnya buku tersebut hanya masuk
peti, namun setelah banyak bersentuhan dengan pemikiran kiri,
pelan-pelan Tan Malaka mulai tertarik tentangLiberte, Egalite,Fraternite,sehingga baginya buku pemberian Horensma ini
menjadi teman dalam pencariannya.
Tan Malaka juga seorang penikmat sastra, selama di Belanda
dia membaca literatur-literatur Belanda. Menurut Nyonya
Koopmans dimana dia pernah tinggal di rumahnya mengatakan