Download - Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL 70% BUNGA
ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) BERDASARKAN AKTIVITAS
SOD (SUPEROXYD DISMUTASE) DAN KADAR MDA
(MALONILDIALDEHIDE) PADA SEL DARAH MERAH DOMBA
YANG MENGALAMI STRES OKSIDATIF IN VITRO
Fatimah Nisma, Almawati Situmorang dan Muhammad Fajar
Jurusan Farmasi, FMIPA, UHAMKA
ABSTRACT
Rosellla (Hibiscus sabdariffa L ) has been used traditionally as medicine for
various element. The flower of rosella was reported as containing secondary
metabolite favonoid, terpenoid and vitamin C, which is considered as antioxidant.
To find out the antioxidant property, an experiment in vitro has been conducted.
The flower was prepared in the form of extract in 70% ethanol. The treatment
were 5, i.e. K-1 normal control group without tBHP, K-2 negative control + t-
BHP, K-3 with the extract 0,3 mg/mL blood + t-BHP, K-4 with extract 0,6 mg/mL
blood + 1 mL t-BHP and K-5 with extract 1,2 mg/mL blood + 1 mL tBHP. The
result showed that ethanol extract of rosella flower could increase SOD and
decrease the MDA content in red blood cells of sheep. Statistical analysis showed
significant difference in the SOD. As the temporary conclusion the ethanol 70%
extract of rosella flower has the antioxidant activity.
Keywords: Rosella, antioxidant, SOD, MDA, SMDB
ABSTRAK
Rosellla (Hibiscus sabdariffa L) telah digunakan secara tradisional sebagai obat
untuk berbagai elemen. Bunga dari rosella dilaporkan sebagai mengandung
favonoid metabolit sekunder, terpenoid dan vitamin C, yang dianggap sebagai
antioksidan. Untuk mengetahui properti antioksidan, percobaan in vitro telah
dilakukan. Bunga disiapkan dalam bentuk ekstrak dalam etanol 70%. Perawatan
adalah 5, yaitu K-1 kelompok kontrol normal tanpa tBHP, K-2 kontrol negatif + t-
BHP, K-3 dengan 0,3 mg ekstrak darah / mL + t-BHP, K-4 dengan ekstrak 0, 6
mg / mL darah + 1 mL t-BHP dan K-5 dengan ekstrak 1,2 mg / mL darah tBHP 1
+ mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga rosella dapat
meningkatkan SOD dan menurunkan kadar MDA dalam sel darah merah domba.
Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam SOD tersebut.
Sebagai kesimpulan sementara ekstrak etanol 70% dari bunga rosella memiliki
aktivitas antioksidan.
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan
merupakan anugerah yang sangat besar dari Allah SWT. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pengobatan penyakit juga
berkembang, tetapi sampai saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang
memanfaatkan tanaman sebagai obat untuk mengatasi penyakit dalam
meningkatkan kesehatan. Banyak sekali jenis tanaman obat tradisional yang
tersebar diberbagai daerah di Indonesia, salah satunya adalah rosella (Hibiscus
sabdariffa L.). Rosella merupakan herba tahunan, anggota dari famili Malvaceae.
Rosella dapat hidup dengan kondisi lahan, cuaca, serta suhu apapun, akan tetapi di
setiap daerah yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula
(Wahida..2008). Setiap bagian tanaman rosella mempunyai kandungan senyawa
kimia yang bermanfaat untuk pengobatan maupun sebagai bahan makanan. Salah
satu diantaranya adalah corolla (mahkota) bunga rosella yang memiliki
kandungan kimia antara lain antosianin, betakaroten, vitamin C, tiamin,
riboflavin, flavonoid dan niasin (Maryani, H.2008). Selain sebagai antioksidan
bunga rosella juga bermanfaat sebagai antihipertensi, diuretik, antelmintik,
tonikum dan obat batuk (Maryani dan Hary.2008).
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6–C3–C6 (Sirait, M. 2007).
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari
dan akar. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali
dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan, dan terdapat
campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna
yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon atau flavonol.
Biasanya antosianin juga terdapat sebagai campuran terutama dalam bunga
tanaman hias dan suatu jaringan bunga dapat mengandung sampai sepuluh pigmen
yang berlainan (Harborne, J.B. 1987). Kegunaan flavonoid bagi tumbuhan adalah
untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan serta untuk menarik
perhatian binatang yang membantu penyebaran biji. Sedangkan kegunaan
flavonoid bagi manusia adalah pada dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulant
pada jantung, hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon
terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai antioksidan pada lemak
(Sirait, M. 2007).
Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres oksidatif
pada molekul. Antioksidan terbagi menjadi antioksidan enzimatik (enzim) dan
antioksidan non enzimatik (ekstraseluler). Antioksidan enzim antara lain
superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GSH-Px), dan katalase.
Sedangkan antioksidan nonenzimatik (ekstraseluler) diantaranya adalah vitamin
E, vitamin C, beta-karoten, glutation, ceruloplasmin, albumin, asam urat dan
selenium (Priyanto. 2007). Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (Kumalaningsih.2008).
1. Antioksidan primer
Antioksidan primer merupakan antioksidan yang bekerja dengan cara
mencegah terbentuknya radikal bebas yang baru dan mengubah radikal
bebas menjadi molekul yang tidak merugikan. Contohnya adalah Butil
Hidroksi Toluen (BHT), Tersier Butyl Hidro Quinon (TBHQ), propil
galat, tokoferol alami maupun sintetik dan alkil galat.
2. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap
radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak
terjadi kerusakan yang lebih besar. Contohnya adalah vitamin E, vitamin
C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.
3. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang
termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan
reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut
bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.
Sebagaimana diketahui bahwa di dalam tubuh manusia dapat terbentuk radikal
bebas. Radikal bebas adalah atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri
sendiri, mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital
terluarnya (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat menarik elektron yang ada di
dalam tubuh dan menyebabkan ketidakstabilan sehingga sulit untuk dideteksi.
Adanya radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan dan dapat menimbulkan beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, hipertensi, dan kanker (Silalahi, J. 2006). Dalam keadaan normal suatu
radikal bebas dapat dinetralisir dengan menggunakan zat antioksidan.
Antioksidan adalah zat yang dapat memperlambat atau menghambat stres
oksidatif pada molekul target (Priyanto. 2007). Radikal bebas dapat terbentuk
dari senyawa non radikal melalui reaksi redok (menerima atau melepaskan
elektron) melalui absorbsi radiasi (ionisasi, UV) atau jika ikatan kovalen dalam
suatu senyawa pecah (homolitic fusion) atau karena adanya reaksi fenton. Banyak
orang beranggapan bahwa radikal bebas hanya merugikan tubuh semata, pendapat
ini tidak tepat karena radikal bebas juga berperan penting dalam proses-proses
biokimiawi yang diperlukan tubuh. Proses-proses itu seperti reaksi oksidasi suatu
zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses
fagositosis Generated by Foxit PDF Creator. (Priyanto. 2007). Adanya radikal
bebas yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan, antara lain (Muhilal. 1992) :
1. Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein termasuk oksidasi protein akan
mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada, sebagai
contoh kerusakan protein pada lensa mata mengakibatkan terjadinya
katarak.
2. Kerusakan DNA
Radikal bebas hanya salah satu dari banyak faktor yang menyebabkan
kerusakan DNA. Sebagai akibat kerusakan DNA ini dapat timbul penyakit
kanker. Kerusakan dapat berupa kerusakan awal, fase transisi dan
permanen.
3. Membran sel
Terutama komponen penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh
yang merupakan bagian dari fosfolipid dan mungkin juga protein.
Serangan radikal hidroksil pada asam lemak tak jenuh dimulai dengan
interaksi oksigen pada rangkaian karbon pada posisi tak jenuh sehingga
terbentuk lipid hidroperoksida, yang selanjutnya merusak bagian sel
dimana hidroperoksida ini berada. Berdasarkan penelitian sebelumnya
telah diketahui bahwa bunga rosella mempunyai senyawa antioksidan
yang dibuktikan menggunakan spektrofotometri uv-vis (Maryani, H..2008)
Oleh karena itu, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas
ekstrak etanol 70% kelopak rosella secara in vitro untuk melindungi sel darah
merah domba yang diberikan perlakuan stres oksidatif menggunakan t-BHP (tert-
Butil Hidroperoksida), dengan parameter pengukuran yang dilakukan meliputi
MDA dan SOD. MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh
jamak (PUFA) yang mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang
kemudian mengalami dekomposisi (Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006). Pada
proses peroksidasi lipid MDA terbentuk relatif konstan proporsional sehingga
merupakan indikator yang baik untuk mengetahui adanya peroksidasi lipid,
khususnya in vitro. Cara yang paling banyak untuk mengukur MDA adalah TBA
test, karena mudah dikerjakan dan dapat digunakan pada homogenat. Prinsipnya
adalah adanya pengaruh asam dan panas yang akan menyebabkan dekomposisi
lipid peroksida dan membentuk perubahan warna menjadi warna merah muda.
Perubahan warna ini diukur melalui spektrofotometri pada panjang gelombang
532 nm(Isnansetyo, A. dan Kurniastuti. 1995). SOD (Superoxyd Dismutase)
merupakan salah satu antioksidan enzimatik. Ada tiga jenis SOD yang sudah
diketahui, yaitu CuZnSOD, Mn-SOD dan FeSOD. CuZnSOD dan Mn-SOD
terdapat pada manusia, sedangkan FeSOD tidak terdapat pada manusia.
CuZnSOD terdapat di retikulum endoplasma, nukleus dan peroksisom, sedangkan
Mn-SOD terdapat di mitokondria. Logam Cu+ sebagai kaalisator sedangkan Zn++
diperlukan sebagai stabilisator enzim. Fungsi SOD untuk mempercepat dismutasi
O2 dan menjaga keseimbangan antara jumlah O2 dan pembentukan H2O2
(Priyanto. 2007). Karena substrat SOD kurang stabil dan sukar diukur secara
konvensional, ini akan menyulitkan pengukuran SOD. Saat ini tersedia metode
Adenochrom Assay yang mudah dilaksanakan dan sensitif untuk mengukur
aktivitas SOD. Pengukuran didasarkan pada kemampuan SOD menghambat
autooksidasi spontan dari efineprin. Larutan efineprin dalam keadaan asam akan
stabil, tetapi spontan akan teroksidasi dengan adanya kenaikan pH. Autooksidasi
terjadi paling cepat disertai dengan terbentuknya adenokrom dengan kecepatan
linier yaitu pada pH 10,2 dan suhu 30°C. Sel darah merah domba dipilih karena
mudah didapat dan memiliki metabolisme yang sederhana dan mudah diamati.
Sedangkan t-BHP dipilih karena merupakan suatu oksidator organik yang kuat,
mudah terurai dan membentuk radikal bebas (Murray, R.K. 1995).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi ekstrak etanol 70% kelopak
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai antioksidan dilihat dari parameter
penurunan kadar MDA dan peningkatan aktifitas SOD terhadap sel darah merah
domba yang diberikan stres oksidatif dengan t-BHP secara in vitro.
METODOLOGI
Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu),
pipet volume, pipet Eppendorf, labu ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas beker,
timbangan analitik (OHAUSS), incubator (Memmert), sentrifugator (HC1180T),
penangas air, pH meter, lemari pendingin,lemari asam dan stopwatch.
Bahan
a. Bahan uji
1. Ekstrak etanol 70% kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.).
dari Balitro. LIPI. Cibinong-Bogor
2. Sel darah merah domba (SDMD) segar dari Departemen
Mikrobiologi FKUI.
b. Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan meliputi: tert-Butil hidroperoksida (t-
BHP), Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4), Dikalium hidrogen fosfat
(K2PO4), Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Kalsium
Klorida (CaCl2), Magnesium Sulfat (MgSO4), Natium dihidrogen
fosfat (NaH2PO4), Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), Asam
triklorasetat (TCA), Asam tiobarbiturat (TBA), Natrium hidroksida
(NaOH), Tetraetoksipropan (TEP), d-l epinefrin (Lucas), Asam
Klorida (HCl), Na2CO3, NaHCO3, Na EDTA, Kloroform pro analis,
Etanol pro analis.
c. Persiapan Bahan Uji
1. Penyiapan simplisia
Kelopak bunga rosella diperoleh dari hasil budidaya para petani di
Indramayu Jawa Barat. Kelopak bunga rosella yang telah diambil
dibersihkan dari semua kotoran yang melekat lalu dicuci sampai
bersih. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari. Kemudian
diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor 40 sehingga
diperoleh serbuk yang homogen.
2. Ekstraksi simplisia
Serbuk simplisia kering yang sebelumnya sudah diayak dengan
menggunakan pengayak nomor 40, dimasukkan ke dalam wadah
maserasi. Maserasi dimulai dengan cara menuangkan etanol 70%
ke dalam wadah maserasi sampai seluruh simplisia terendam dan
pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan
simplisia. Simplisia direndam selama 6 hari, selama perendaman
dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa-senyawa yang
terdapat pada kelopak bunga rosella dapat larut dengan baik.
Maserat dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jumlah
pelarut yang sama. Maserat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan dengan rotary evaporatopada suhu dibawah 60ºC
sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Persiapan sel darah merah domba (SDMD)
Darah merah domba yang sudah didefibrinasi kemudian disentrifus
dengan
kecepatan 3000 rpm selama lima menit. Plasma bagian atas
dipisahkan, endapan
SDMD dicuci dengan PBS yang volumenya lima kali volume
endapan SDMD,
kemudian disentrifus kembali dengan kecepatan 3000 rpm setelah
itu cairan PBS
dibuang. Proses diulang sebanyak tiga kali.
c. Pembuatan Kurva Standar
Untuk pembuatan kurva standar digunakan larutan standar
tetraetoksipropan.
Dari larutan tersebut diambil 10 µl, 20 µl, 40 µl, 80 µl, 160 µl,
masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan akuades hingga 1
ml, kocok homogen. Kemudian tambahkan 0,5 ml TCA 20%, 1 ml
larutan TBA 0,67% ke dalam masing-masing tabung tersebut,
kocok sampai homogen. Untuk blangko masukkan 1 ml akuades,
0,5 ml larutan TCA 20%,dan 1 ml larutan TBA 0,67%, lalu
dikocok hingga homogen. Larutan standar blangko dibuat duplo.
Semua tabung dimasukkan dalam penangas air 95-100°C selama
10 menit, kemudian dinginkan pada air mengalir. Absorban diukur
pada panjang gelombang 532 nm. Dari data pengukuran tersebut
dibuatkurva kalibrasi dengan menghubungkan nilai absorban
sebagai koordinat (Y) dan konsenterassi larutan standar (nmol/ml)
sebagai absis (X). perhitungan dengan
membuat persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yaitu:
Y= a + bx…………………………..(1).
d. Pengelompokkan Bahan Uji
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak
lengkap. Sel darah merah domba dikelompokkan dalam 5 (lima)
kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 6 (enam) tabung
dengan pembagian perlakuan sebagai berikut:
1) Kelompk I : Kelompok kontrol normal (1ml SDMD + 1 ml
KRP)
2) Kelompok II : Kelompok negatif (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1
ml t-BHP).
3) Kelompok III : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml
t-BHP + 1ml ekstrak
etanol kelopak bunga rosella dosis 0.3 mg
4) Kelompok IV : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml
t-BHP + 1 ml
ekstrak etanol kelopak bunga rosella dosis 0,6 mg).
5) Kelompok V : Kelompok uji (1 ml SDMD + 1 ml KRP + 1 ml
t-BHP + 1 ml ekstrak
etanol kelopak bunga rosella1.2 mg.
e. Perosedur Pengukuran Kadar MDA
Masing-masing kelompok diinkubasi pada suhu 37°C selama 15
menit, lalu disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.
Kemudian diambil 1 ml supernatan dan ditambahkan 0,5 ml TCA
20%, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit. 1 ml supernatan didapat kemudian ditambahkan dengan 1
ml TBA 0,67%, kemudian dikocok hingga homogen. Setelah itu
dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100°C, larutan kemudian
didinginkan dengan air mengalir. Warna yang terbentuk diukur
serapannya pada panjang gelombang 532 nm.
f. Prosedur Pengukuran Aktivitas SOD
Sebanyak 1 ml SDMD 50% diinkubasi pada suhu 37°C selama 15
menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
menit. Lalu endapan yang didapat dicuci dengan larutan NaCl
0,9% dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit,
dilakukan sebanyak 3 kali. Sebanyak 500 µl hemolisat diambil dan
ditambahkan 800 µl kloroform-etanol (3:5), kocok sampai
homogen selama 1 menit. Kemudian sentrifus selama 10 menit.
Supernatan dapat disimpan dalam lemari pendingin. Untuk tabung
blangko dimasukkan 2800 µl buffer karbonat, 100 µl akuades dan
100 µl epinefrin. Dikocok hingga homogen dan dibaca
absorbannya pada panjang gelombang 480 nm pada suhu 30°C,
setelah menit ke 1, 2, 3, 4. Untuk tabung sampel dimasukkan 5 µl
sampel, kemudian ditambahkan 2800 µl buffer karbonat, 95 µl
akuades dan 100 µl epinefrin. Kemudian dibaca absorbannya pada
panjang gelombang 480 nm pada suhu 30°C, setelah menit ke 1, 2,
3, 4.
g. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisis terlebih dahulu dengan uji
prasyarat, yaitu uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan uji
homogenitas Levene. Bila data homogen dan terdistribusi normal
maka dilanjutkan dengan uji analisa varian (ANAVA) satu arah
pada taraf kepercayaan (α=0,05). Bila nilai sig < 0,05 maka
dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda (Tukey).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Tanaman
Identifikasi tanaman yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi–LIPI
Bogor. Hasilnya menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah
spesies Hibiscus sabdariffa L.dari suku Malvaceae dan di Indonesia
dikenal dengan nama tanaman rosella .
2. Ekstraksi Bunga Rosella
a. Hasil Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella
Sepuluh kilogram bunga rosella segar dibersihkan dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka. Setelah kering berat
bunga rosella menjadi 1,5 kg, kemudian dibuat serbuk dan diayak
dengan ayakan no 40 dan didapat serbuk bunga rosella dengan berat
1,3 kg. Sebanyak 0,9737 kg serbuk bunga rosella di ekstraksi dengan
cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil
ekstraksi yang didapat adalah sebanyak 0,3294 kg ekstrak etanol 70%
bunga rosella dengan rendemen sebesar 33,83% .
b. Karakteristik Ekstrak
Tabel I. Hasil Uji Karakteristik Ekstrak Etanol 70% Bunga Rosella
c. Penapisan fitokimia
1. Serbuk bunga rosella
Serbuk bunga rosella mengandung senyawa kimia berupa alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid, dan triterpenoid-steroid.
2. Ekstrak etanol 70% bunga rosella
Ekstrak etanol 70% bunga rosella mengandung senyawa kimia
berupa alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan triterpenoid-
steroid.
3. Kurva Kalibrasi Tetraetoksipropan (TEP)
Sebelum melakukan penetapan kadar MDA, dibuat kurva kalibrasi
TEP yang akan digunakan sebagai standar. Dari data hasil kurva
kalibrasi diperoleh persamaan garis: Y= 0,0012 + 0,0225 x
Selain itu, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,9998. Nilai (r)
yang mendekati 1 menunjukkan kurva kalibrasi linier dan terdapat
hubungan antara konsenterasi larutan TEP dengan absorban.
4. Perhitungan Kadar MDA (Malonildialdehid)
Kadar rata-rata MDA yang diperoleh dari setiap kelompok
percobaan adalah
sebagai berikut:
KI (normal, tanpa t-BHP) : 3,1378 ± 0,2561
KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 11,7511 ± 0,3834
KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 7,3422 ± 0,2450
KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,8088 ± 0,1865
KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 6,1570 ± 0,4692
Berdasarkan hasil uji kadar MDA pada masing-masing
kelompok uji dapat dilihat bahwa pada kelompok V dengan dosis
ekstrak 1,2 mg/ml persentase kadar MDA yang diperoleh dapat
menurunkan kadar MDA tetapi belum mendekati normal.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% bunga
rosella mampu menurunkan kadar MDA dalam SDMD.
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji
homogenitas Levene menunjukkan bahwa data kadar MDA dalam
SDMD terdistribusi normal dan homogen. Hal tersebut
diperlihatkan dari nilai Sig > 0,05. Hasil analisa statistik
Anava satu arah menunjukkan nilai Sig < 0,05, artinya
terdapat perbedaan bermakna antara konsentrasi kadar MDA dalam
SDMD dengan masing-masing kelompok uji. Hasil uji
perbandingan berganda (Tukey) memperlihatkan adanya perbedaan
bermakna ( Sig < 0,05 ) antara kelompok I dengan kelompok II,
III, IV, dan V, kelompok II dengan kelompok III, IV, dan V,
kelompok III dengan kelompok V serta
kelompok IV dengan kelompok V. Namun, tidak terdapat
perbedaan (Sig > 0,05) bermakna antara kelompok III dengan
kelompok IV.
5. Perhitungan Kadar SOD
Kadar rata-rata SOD yang diperoleh dari setiap kelompok
percobaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Diagram Batang Aktivitas SOD Pada Masing-masing
Kelompok Uji
KI (normal, tanpa t-BHP) : 63,3333 ± 8,1650
KII (kontrol negatif, dengan t-BHP) : 26,6667 ± 11,9257
KIII (ekstrak 0,7 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 41,6667 ± 9,1287
KIV (ekstrak 1,4 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 55,5556 ± 13,6083
KV (ekstrak 2,8 mg/ml + 1 ml t-BHP) : 72,2222 ± 13,6083
Berdasarkan hasil uji aktivitas SOD pada masing-masing
kelompok uji dapat dilihat bahwa pada kelompok IV dengan dosis
0,6 mg/ml dan kelompok V dengan dosis ekstrak 2,8 mg/ml dapat
meningkatkan aktivitas SOD. Hasil uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov dan uji homogenitas Levene aktivas SOD menunjukkan
nilai Sig > 0,05, artinya data aktivitas SOD terdistribusi normal dan
homogen. Hasil analisa statistik melalui Anava satu arah
menunjukkan nilai Sig < 0,05 (Sig = 0,000) yang berarti terdapat
perbedaan bermakna antara aktivitas SOD terhadap masing-masing
kelompok uji. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya perbedaan
bermakna antara kelompok I dengan kelompok II dan III,
kelompok II dengan kelompok IV dan V, kelompok III dengan
kelompok V. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok I dengan kelompok IV dan V serta kelompok IV dengan
kelompok V.
Dari hasil penelitian ini pemberian dosis ekstrak etanol
70% bunga rosella pada dosis 0,3 mg/ml, 0,6 mg/ml, 1,2 mg/ml
memperlihatkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol
normal (K1). Sedangkan pada pengujian aktivitas SOD, pemberian
ektrak etanol 70% bunga rosella pada dosis 0,6 mg/ml dan 1,2
mg/ml tidak memperlihatkan adanya perbedaan bermakna dengan
kelompok kontrol normal (K1). Dengan demikian dapat dikatakan
aktivitas MDA belum mendekati normal dan aktivitas SOD pada
dosis 0,6 mg/ml sudah mendekati normal, tapi pada dosis 1,2
mg/ml melebihi normal. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella dapat menurunkan kadar
MDA dan meningkatkan aktivitas SOD dalam SDMD.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada dosis 2,8
mg/ml dapat menurunkan kadar MDA hampir mendekati keadaan normal dan
meningkatkan aktivitas SOD dalam sel darah merah domba. Dari penelitian yang
telah dilakukan disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan menggunakan
ekstrak selain ekstrak etanol 70% bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) dengan
berbagai variasi dosis untuk mencapai dosis optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. Hal 770.
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat
Jenderal Badan Pengawas Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal 13-15.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 163-164.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. ITB.
Bandung. Hal. 71-72.
Hary. Bukti Khasiat Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2 Agustus
2008.
Isnansetyo,A. dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytopankton dan
Zooplankton. Kanisius. IPB Bogor. Hal 116.
Kumalaningsih,S. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya. http://
www.antioxidantcentre.com. 13 Juli 2008.
Maryani, H. dan L. Kristiana. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia
Pustaka. Jakarta. Hal 2-4, 6-7, 25-27.
Muhilal. 1992. Teori Radikal Bebas dalam Gizi dan Kedokteran. Dalam: Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran no. 73. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi,
Departemen Kesehatan RI. Bogor. Hal. 9-11.
Murray, R.K. 1995. Biokimia Harper, Edisi 22. EGC. Jakarta. Hal 132-135.
Pearce, E.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Hal 133-134.
Price, S.A. dan Lorraine M.W. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta. Hal 253.
Priyanto. 2007. Toksisitas Obat, Zat Kimia dan Terapi Antidotum. Leskonfi.
Depok. Hal 43-44, 48, 51,53.
Sadikin, M. 2002. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta. Hal 12.
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta. Hal 40.
Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. ITB. Bandung. Hal 129-130.
Soewoto, H. dkk. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Widya Medika.
Jakarta. Hal 153.
Wahida. Cara Hidup Tanaman Rosella. http:// www. Rosella-online.net. 2
Agustus 2008