dummy book - litapdimas.kemenag.go.id
TRANSCRIPT
DUMMY BOOK
ANALISIS KOMPETENSI
PROFESIONAL CALON GURU PAI
DI IAIN BATUSANGKAR
OLEH
RIZKI PEBRINA, MA
i
DAFTAR ISI
Cover i
Daftar Isi………………………………………. i
Kata Pengantar………………………………… iii ii
Abstrak………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………….... 1
B. Identifikasi Masalah……………………… 12
C. Batasan Masalah………………………......12
D. Rumusan Masalah………………………....12
E. Tujuan Penelitian………………………….12
F. Sasaran Penelitian ………………………. 13 7
G. Defenisi Operasional ……………………. 14
H. Kajian Riset Sebelunya…………………... 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru
1. Pengertian………………………………25
2. Calon Guru PAI………………………. 30
B. Kompetensi Profesional
1. Pengertian……………………………... 34
2. Indikator Kompetensi Profesional…….. 42
3. Faktor Yang Mempengaruhi
Kompetensi Profesional………………..53
ii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian…………………………… 55
B. Populasi dan Sampel………………………56 56 .27
C. Instrumen Penelitian………………………63
D. Teknik Pengumpulan Data……………….. 68
E. Teknik Analisis Data………………………69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………71
B. Pembahasan………………………………. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan….……………………………..105
B. Saran……………………………………….106
DAFTAR PUSTAKA
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
Dummy Book ini. Dummy Book ini tidak akan bisa
dibuat tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak,
oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil demi
kesempurnaan Dummy Book ini. Dummy Book ini
berisikan tentang gambaran kompetensi profesional
calon guru PAI di IAIN Batusangkar. Menjadi
seorang guru tidak cukup hanya lulus secara
kualifikasi akademik tetapi juga mempunyai
serangkaian kompetensi yang akan mendukung
dalam menjalankan tugas keprofesionalan nya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, bagi calon guru
mesti mempersiapakan dan membekali diri dengan
serangkaian kompetensi yang dimaksud termasuk
kompetensi profesional yang akan dikupas lebih
mendalam di dalam Dummy Book ini
Wassalam
Penulis
Rizki Pebrina, MA
iv
ABSTRAK
Guru merupakan salah satu komponen dalam
pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap keberlangsungan proses pendidikan.
Guru juga sangat menentukan terhadap keberhasilan
proses pembelajaran yang dilakukan. Upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan tanpa
didukung oleh guru yang profesional dan
berkualitas. Oleh sebab itu agar proses pendidikan
berhasil dan berjalan secara maksimal, seorang guru
harus memenuhi kualifikasi secara akademik dan
juga memiliki berbagai kompetensi yang akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan. Memiliki kompetensi profesional
merupakan suatu keharusan bagi guru dan calon
guru. Sehingga dengan adanya kompetensi tersebut
guru/calon guru dituntut mampu menguasai ilmu
yang akan diajarkan di sekolah/madrasah. Sehingga
guru dapat menjalankan tugas keprofesionalannya
dengan baik dan maksimal.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif, dengan melakukan observasi terhadap
v
penampilan mahasiswa. Adapun yang menjadi
populasi yaitu mahasiswa PAI semester VI tahun
akademik 2017/2018 dengan jumlah sampel
sebanyak 33 orang. Teknik analisis data dilakukan
dengan cara analisis statistik deskriptif. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan terkait
kompetensi profesional calon guru PAI di IAIN
Batusangkar maka di dapatkan gambaran bahwa
untuk persentase masing-masing item indikator
diperoleh hasil 9 item masuk ke dalam kategori
“mampu” sementara 8 item lainnya berada dalam
kategori “cukup”. Untuk hasil persentase secara
keseluruha terkait kompetensi profesional calon guru
PAI di IAIN Batusangkar dengan jumlah indikator
sebanyak 17 item, maka di dapatkan hasilnya
sebesar 58,50% dengan kategori “cukup mampu”
Kata Kunci : Kompetensi Profesional Calon Guru
PAI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia. Artinya,
melalui pendidikan potensi yang dimiliki oleh
setiap manusia bisa lebih dikembangkan
sehingga dapat menghasilkan manusia yang
memiliki berbagai kemampuan sehingga bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya, sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (UU Sisdiknas, 2003). Lebih
lanjut dalam UU tersebut Pasal 3 dijelaskan
bahwa bahwa;
2
“Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
pendidikan merupakan sebuah sistem, dimana
dalam pelaksanaan pendidikan mesti di dukung
oleh beberapa komponen yang saling terkait
antara satu dengan yang lainnya. Artinya proses
pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika
komponen-komponen yang terkait tidak
menyatu serta menjalin kerjasama. Adapun
komponen yang yang dimaksud yang akan
mendukung terlaksananya proses pendidikan
antara lain guru, siswa, kurikulum, tujuan,
sarana prasarana dan lainnya.
Guru merupakan salah satu komponen
3
dalam pendidikan dan mempunyai peranan yang
sangat besar terhadap keberlangsungan proses
pendidikan. Artinya, guru memegang peranan
yang utama dalam pembangunan pendidikan,
khususnya yang diselenggarakan secara formal
di sekolah. Guru adalah orang yang memiliki
keahlian khusus dalam mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih dan
mengevaluasi peserta didik serta mempunyai
jabatan profesional yang mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap peserta didik baik
di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Guru juga sangat menentukan terhadap
keberhasilan proses pembelajaran yang
dilakukan. Upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan tidak akan memberikan pengaruh
yang signifikan tanpa didukung oleh guru
yang profesional dan berkualitas. (Mulyasa,
2008:5) Oleh sebab itu agar proses pendidikan
berhasil dan berjalan secara maksimal, seorang
guru harus memenuhi kualitikasi secara
akademik dan juga memiliki berbagai
kompetensi yang akan mempengaruhi
4
pencapaian tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan.
Kompetensi guru adalah kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya. Kompetensi juga
diartikan dengan seperangkat penguasaan
kemampuan yang harus ada dalam diri guru
agar dapat mewujudkan kinerjanya secara
tepat dan efektif (Kunandar, 2007:55).
Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugasnya (2006:7).
Ada empat kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru yaitu 1) kompetensi
paedagogik, 2) kompetensi personal, 3)
kompetensi personal dan 4) kompetensi
profesional. Kompetensi paedagogik adalah
kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Untuk bisa mengelola
pembelajaran, guru harus memiliki wawasan
terkait teori kependidikan serta mampu
5
mengembangkan silabus yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran.
Adapun kompetensi personal yaitu
kemampuan pribadi yang harus dimiliki oleh
seorang guru.
Di antaranya adalah jujur, berwibawa,
mempunyai akhlak, disiplin, adil, dan sifat-
sifat terpuji alainnya. Kompetensi sosial
terkait dengan bagaimana guru mampu
menjalin hubungan baik dengan lingkungan
sosialnya. Baik hubungan guru dengan
sesama guru, guru dengan siswa, ataupun
hubungan guru dengan masyarakat.
Kompetensi yang juga sangat penting dimiliki
oleh seorang guru adalah kompetensi
profesional. Kompetensi ini terkait dengan
kemampuan guru dalam menguasai materi
yang akan ia ajarkan kepada siswa.
Kompetensi profesional merupakan salah
satu aspek yang mesti dimiliki oleh seorang
guru dan calon guru. Kompetensi profesional
yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya untuk membimbing peserta
6
didik dalam memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan
Nasional (Triyanto, 2007:72). Kompetensi
profesional besar pengaruhnya terhadap kualitas
dari seorang guru pada saat melakukan
pembelajaran. Guru yang memiliki kompetensi
profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahliannya baik dalam menyampaikan materi
maupun dalam menggunakan metode
pembelajaran.
Di samping itu, kompetensi profesional
juga memberikan pengaruh terhadap motivasi
dan hasil belajar siswa. Artinya guru yang tidak
profesional akan memberikan efek terhadap
proses pembelajaran yang dilakukan. Hal
senada juga digambarkan dari hasil penelitian
sebelumnya yang ditulis oleh Sulistyowati, dkk
tentang pengaruh motivasi belajar dan
kompetensi profesional guru terhadap prestasi
belajar mata pelajaran IPS Ekonomi siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Magelang. Hasilnya
diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang antara
kompetensi profesional guru terhadap prestasi
7
belajar siswa dengan nilai kontribusi parsial
sebesar 28,40% (Sulistyowati,2012:2)
Oleh sebab itu, salah satu upaya yang bisa
dilakukan untuk mempersiapkan guru yang
profesional, adalah dengan cara membekali para
calon guru dengan serangkaian pengetahuan baik
terkait bidang keilmuannya ataupun ilmu lain yang
berhubungan dengan bidang yang diajarkannya.
Seseorang yang hendak menjadi guru harus
melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Pada
saat sekarang guru dituntut mempunyai ijazah
S1 atau sarjana Fakultas Tarbiyah. Dari Fakultas
tersebut diharapkan dapat membantu
pematangan para mahasiswa dalam hal
kepribadian guru, pembekalan mereka dengan
berbagai cabang ilmu jiwa yang membantu
pemahaman peserta didik di samping
penguasaan materi bidang studi yang akan
diajarkannya. (Zakiah Daradjat,1994:95)
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
merupakan salah satu jurusan yang ada di bawah
ruang lingkup Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
8
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Jurusan PAI
adalah
1. Menghasilkan tenaga pendidik PAI
yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, mandiri, serta bertanggung
jawab.
2. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang
menguasai materi PAI di
madrasah/sekolah.
3. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang
mampu merancang, melaksanakan, serta
mengevaluasi pembelajaran pendidikan
agama Islam di madrasah/sekolah.
4. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang
mampu melakukan penelitian dalam
bidang agama islam di
sekolah/madrasah.
5. Menghasilkan penelitian dengan
melibatkan mahasiswa agar
menghasilkan tenaga pendidik PAI yang
dapat mengembangkan kemampuannya
dalam bidang pendidikan agama Islam di
sekolah/madrasah.
9
Tujuan di atas merupakan sasaran yang akan
dicapai oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Oleh sebab itu, dibuat sebuah kebijakan bahwa
mahasiswa yang akan melaksanakan PPL harus
mengambil serangkaian mata kuliah prasyarat
agar bisa mengikuti PPL. Di antaranya harus
mengambil mata kuliah terkait materi PAI yang
terdiri dari materi fiqih, materi quran hadits,
materi aqidah akhlak, materi SKI. Mata kuliah
materi PAI ini diberikan dengan harapan setelah
menyelesaikan mata kuliah tersebut, mahasiswa
mempunyai serangkaian pengetahuan dan
pemahaman seta menguasai materi yang akan
diajarkan di madrasah/ sekolah sehingga dapat
mereka bisa menjadi guru yang profesional
dibidangnya.
Kebijakan di atas diharapkan efektif dalam
upaya menghasilkan calon guru Pendidikan
Agama Islam yang memiliki kompetensi serta
dapat bersaing di tengah-tengah masyarakat.
Karena di masa depan persaingan semakin ketat.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
ditulis oleh M. Nasir tentang Profesionalisme
Guru Agama Islam ( Sebuah Upaya Peningkatan
10
Mutu Melalui LPTK yang menjelaskan bahwa
tantangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di
masa depan sangat besar dan berat. Oleh sebab
itu, diperlukan profil guru yang ideal dan
profesional yang mampu melakukan tugas
pengajaran dan pendidikan untuk menghadapi
berbagai tantangan zaman di masa depan. Guru
ideal dan profesional yang diharapkan adalah
guru PAI yang memiliki empat kompetensi utama
yaitu kompetensi paedagogik, personal, sosial dan
profesional.( Nasir, 2013).
Memiliki kompetensi profesional merupakan
suatu keniscayaan bagi guru dan calon guru,
menurut Munadi dalam penelitiannya yang
berjudul strategi meningkatkan mutu calon guru
agama Islam diperlukan berbagai strategi untuk
mewujudkannya. Di antaranya 1) dimulai pada
saat rekruitmen mahasiswa yang dilakukan
melalui tes dan non tes, 2) penguatan Ilmu Dasar
Keislaman diberikan dengan cara mentoring
kokurikuler, 3) penguatan konten PAI, 4)
penguatan kompetensi pedagogik. Strategi ini
ditempuh dengan cara memecah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam menjadi dua peruntukan
11
yakni untuk memenuhi kebutuhan menjadi guru
Agama Islam di sekolah dan menjadi guru Agama
Islam di madrasah. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan menjadi guru di madrasah,
pembelajaran Agama Islam diuraikan menjadi
lebih spesifik dan disesuaikan dengan pembagian
bidang studi keagamaan Islam di madrasah,
seperti bidang studi Akidah, Akhlak, Fiqih,
Tafsir, Hadis, Tasawuf, Mantiq dan al-
Qur‟an.(Munadi 2012).
Pada dasarnya hasil penelitian yang telah
dipaparkan di atas menguatkan bahwa
kompetensi profesional merupakan suatu
keharusan bagi guru dan calon guru. Sehingga
dengan adanya kompetensi tersebut guru dituntut
mampu menguasai ilmu yang akan diajarkan di
sekolah/madrasah. Sehingga guru dapat
menjalankan tugas keprofesionalannya dengan
baik dan maksimal. Berdasarkan fenomena di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dan kajian yang lebih mendalam dengan judul
penelitian “Analisis Kompetensi Profesional
Calon Guru PAI di IAIN Batusangkar”
12
B. Identifikasi Masalah
1. Pentingnya kompetensi profesional bagi
guru dan calon guru
2. Kompetensi profesional memberikan
pengaruh terhadap pelaksanaan
pembelajaran.
3. Tantangan guru PAI masa depan adalah
menjadi guru yang inspiratif,, ideal dan
profesional.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka
penulis menfokuskan pada kompetensi
profesional calon guru Pendidikan Agama Islam
(PAI) di IAIN Batusangkar
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka
rumusan masalahnya adalah Bagaimana
kompetensi profesional calon guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) di IAIN Batusangkar?
E. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana gambaran kompetensi
profesional calon guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) di IAIN Batusangkar.
13
F. Sasaran Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
1. Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam
Hasil penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi ketua jurusan PAI untuk
dapat mengevaluasi kebijakan terkait
rancangan kurikulum PAI untuk masa
yang akan datang.
2. Dosen yang mengampu mata kuliah
materi PAI
Penelitian ini juga dapat memberikan
masukan kepada dosen yang mengajar
mata kuliah materi PAI agar dapat
meningkatkan bimbingan serta
melakukan pendampingan lebih
maksimal lagi bagi mahasiswa yang
akan menjadi calon guru PAI.
3. Peneliti
Untuk mendapatkan data terkait
bagaimana gambaran penguasaan materi
serta faktor yang mempengaruhi
penguasaan materi calon guru PAI di
IAIN Batusangkar.
14
G. Defenisi Operasional
1. Kompetensi Profesional yaitu
kemampuan guru dalam menguasai
materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya
untuk dapat membimbing peserta didik
dalam memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar
Pendidikan Nasional (Triyanto,
2007:72). Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan
mahasiswa dalam menguasai materi
yang akan diajarkan kepada siswa di
sekolah/ madrasah secara luas dan
mendalam.
2. Calon Guru PAI yaitu mahasiswa
jurusan PAI yang akan melaksanakan
PPL di sekolah/ madrasah semester
ganjil tahun akademik 2018/2019.
H. Kajian Riset Sebelumnya
Penelitian yang relevan dan berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang berjudul “Profesionalisme
15
Guru Agama Islam ( Sebuah Upaya
Peningkatan Mutu Melalui LPTK” yang
ditulis oleh Muhammad Nasir (Dosen
Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda) pada
tahun 2013. Hasil penelitian ini berkaitan
dengan bagaimana mempersiapakan guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) masa
depan yang mampu menghadapi berbagai
problem global dan problem local.
Tantangan guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) di masa depan sangat besar
dan berat. Oleh karena itu, diperlukan
profil guru ideal dan profesional yang
mampu melakukan tugas pengajaran dan
pendidikan untuk menghadapi barbagai
tantangan zaman di masa depan. Untuk
mencetak guru ideal dan profesional
seperti di atas, maka diperlukan Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang professional dan ideal pula.
2. Jurnal yang ditulis oleh Abhanda Amra
yang berjudul “profesionalisme guru
untuk meningkatkan mutu pendidikan di
era teknologi informasi”. Tahun 2011.
16
Hasil penelitian tersebut adalah guru masa
depan adalah kemampuan merencanakan
dan mengelola perubahan baik yang
bersifat kebijakan administratif maupun
sub- stansi pendidikan yang bersifat
makro, messeo dan mikro. Perubahan
merupakan bagian dari kehidupan yang
tidak dapat dielakkan, teristimewa
berkaitan dengan pelayanan pendidikan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
masa depan. Oleh sebab itu seorang guru
dituntut mampu 1) Menerima perubahan
sebagai suatu cirri kehidupan, 2)
Memahami berbagai akibatnya bagi
organisasi pendidikan, 3)
Mengidentifikasi perlunya perubahan,4)
Merencanakan, melaksanakan, serta
mengevaluasi perubahan.
3. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad
Munadi dkk yang berjudul strategi
meningkatkan mutu calon guru agama
Islam, IAIN Surakarta tahun 2012. Hasil
penelitiannya Strategi meningkatkan
mutu calon Guru (Agama) Pendidikan
17
Agama Islam yang dilakukan oleh
Program Studi PAI Universitas
Muhammadiyah Surakarta meliputi: 1)
rekruitmen mahasiswa ditempuh melalui
tes dan non tes, 2) penguatan Ilmu Dasar
Keislaman diberikan dilakukan dengan
cara mentoring kokurikuler. Strategi ini
dilaksanakan dengan cara mendidik
mahasiswa untuk menjadi mentee, mentor
dan “pengelola lembaga pendidikan”.
Kegiatan ini dilakukan di awal semester
selama satu tahun, 2) penguatan konten
PAI.
Strategi ini ditempuh dengan cara
memecah Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam menjadi dua peruntukan yakni
untuk memenuhi kebutuhan menjadi guru
Agama Islam di sekolah dan menjadi guru
Agama Islam di madrasah. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan menjadi guru di
madrasah, pembelajaran Agama Islam
diuraikan menjadi lebih spesifik dan
disesuaikan dengan pembagian bidang
studi keagamaan Islam di madrasah,
18
seperti Bidang Studi Akidah, Akhlak,
Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf, Mantiq dan
al-Qur‟an; 3) penguatan kompetensi
pedagogik. Strategi ini ditempuh dengan
cara memberikan Mata Kuliah Komputer
Studi Islam. Cara ini ditempuh dalam
rangka membekali mahasiswa dengan
pengetahuan aplikatif Agama Islam
berbasis internet agar mahasiswa dapat
meng-up-date materi PAI di laman-laman
yang direferensikan.
4. Jurnal yang ditulis oleh M. Saekan
Muchith, tahun 2016 yang berjudul Guru
PAI yang Profrsional. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan diperoleh
gambaran bahwa Perkembangan atau
dinamika ilmu pengetahuan, teknologi dan
budaya yang sangat cepat mengharuskan
guru PAI selalu meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam
menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai guru yang profesional.
Guru PAI yang profesional memiliki
perbedaan yang esensial jika dibanding
19
guru non PAI yang profesional khususnya
jika dilihat dari ruanglingkup wilayah
materi PAI dan karakteristik materi PAI
yang berbeda dengan materi pelajaran non
PAI. Guru PAI yang profesional selain
memiliki kreteria guru profesi juga harus
memiliki kreteria sebagai pendakwah
Islam, sebagai pelaksana nilai nilai ajaran
Islam dan juga sebagai contoh atau model
umat beragama yang baik dan benar bagi
masyarakat.
5. Jurnal yang ditulis oleh Amru Almu‟tasim
tahun 2016 tentang Menyoal
Profesionalisme Guru Profesional:
sebuah telaah kritis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa guru adalah salah
satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar, yang ikut berperan
dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial dalam
pembangunan. Oleh karena itu, guru
haruslah sosok yang dapat „digugu‟ dan
„ditiru‟. Guru harus berperan serta aktif
dan menempatkan kedudukannya sebagai
20
tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang.
6. Jurnal yang ditulis oleh Sulistyowati dkk
tahun 2012 yang berjudul Pengaruh
Motivasi Belajar Dan Kompetensi
Profesional Guru Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang.
Hasil penelitiannya menggambarkan
bahwa Ada pengaruh yang signifikan
antara motivasi belajar terhadap prestasi
belajar ekonomi siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Magelang dengan nilai
kontribusi parsial sebesar 22,09%. Ada
pengaruh yang signifikan antara kom-
petensi profesional guru terhadap prestasi
belajar ekonomi siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Magelang dengan nilai
kontribusi parsial sebesar 28,40%.
7. Jurnal yang ditulis oleh Musa Al-Fadhil
tahun 2013 tentang kompetensi
profesional guru. Hasilnya adalah
peningkatan kompetensi profesional guru
merupakan kegiatan yang harus dilakukan
21
secara rutin dan terus menerus. Dual
Mode System sebagai salah satu program
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan diharapkan mampu
mewujudkan dan mencetak guru-guru
yang handal dan profesional.
8. Penelitian yang berjudul hubungan antara
kompetensi profesionalisme guru dan
kinerja guru di SMA xxx Tangerang yang
ditulis oleh Deny Surya Saputra. Hasil
penelitiannya menggambarkan bahwa
Guru di SMA XXX Tangerang lebih
banyak tergolong ke dalam tingkat
kompetensi profesionalisme yang rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata guru di
SMA XXX Tangerang. Artinya, dalam
ruang lingkup rata-rata guru di SMA XXX
Tangerang, ada guru yang termasuk ke
dalam tingkat kompetensi profesionalisme
yang rendah. Fakta ini juga menunjukkan
bahwa adanya ketidaksesuaian dengan
criteria kompetensi kompetensi
profesionalisme guru dalam hal
kompetensi kognitif, afektif, dan
22
psikomotorik. Dalam hal ini, secara
khusus guru dengan tingkat kompetensi
profesionalisme rendah pada umumnya
memiliki skor rendah pada kompetensi
kognitif dan kompetensi afektif. Hal
tersebut terlihat pada jawaban item
kompetensi kognitif dan kompetensi
afektif yang memiliki skor rendah.
9. Jurnal yang ditulis oleh Rosidin tahun
2016 yang berjudul strategi peningkatan
kinerja pendidik professional berbasis
etos kerja qur’ani. Ada tiga simpulan
penelitian ini. Pertama, “kesadaran diri”
merupakan konsep kunci etos kerja
Qur‟ani dalam meningkatkan kinerja
pendidik profesional. Detailnya,
peningkatan kompetensi profesional
melalui kesadaran atas kewajiban asasi
pendidik; peningkatan kompetensi
pedagogik melalui kesadaran atas hak
asasi peserta didik; peningkatan
kompetensi kepribadian melalui kesadaran
atas kekurangan diri sendiri; peningkatan
kompetensi sosial melalui kesadaran atas
23
kelebihan orang lain. Kedua, strategi
implementasi kesadaran diri dalam
meningkatkan kinerja pendidik
professional bersifat teologis (iman),
teoretis (ilmu), praktis (amal) dan
moralistis (akhlak). Ketiga, ada tiga
tingkatan kualitas implementasi kesadaran
diri, yaitu di bawah standar (zhalim);
sesuai standar (muqtashid); dan di atas
standar (sabiq).
10. Penelitian yang berjudul penguatan
kompetensi calon guru melalui program
magang pada mahasiswa PGSD FKIP
UMS yang ditulis oleh Achmad Fathoni,
dkk tahun 2013. Hasil penelitian ini
adalah bahwa Penguatan Kompetensi
Paedagogik meliputi 1)mahasiswa
magang memahami istilah kurikulum 2)
mahasiswa memiliki kemampuan
merumuskan indikator pembelajaran. 3)
.Mahasiswa magang memiliki
kemampuan menyiapkan bahan
pelajaran.4).mahasiswa magang
menguasai pengetahuan keguruan. 5)
24
mahasiswa magang mengusai
pengetahuan yang diajarkan. Penguatan
Kompetensi Profesional meliputi 1)
mahasiswa magang mempunyai peryaca
diri.2) mahasiswa magang memiliki
konsekuensi & persiapan dalam profesi.3)
mahasiswa magang selalu mengevaluasi
kelemahan diri. Penguatan Kompetensi
Sosial meliputi 1) mahasiswa memiliki
kemampuan berkomunikasi. 2) mahasiswa
memiliki kemampuan berorganisasi.
Penguatan Kompetensi Kepribadian
meliputi 1).mahasiswa terampil dalam
mengorganisasikan urutan materi. 2)
mahasiswa terampil dalam menyiapkan
bahan pembelajaran.3)mahasiswa terampil
merumuskan indikator pembelajaran. 4)
mahasiswa menguasai pengetahuan
keguruan. 5) mahasiswa mengusai
pengetahuan yang diajarkan.
25
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru
1. Pengertian
Istilah guru merupakan istilah yang
sangat sering disebut dalam dunia
pendidikan. Secara sederhana guru berasal
dari dua kata yaitu ”digugu” dan ”ditiru”.
Digugu adalah ucapannya dapat dipercayai.
Sedangkan ditiru berarti segala tingkah
lakunya harus dapat menjadi contoh atau
tauladan bagi masyarakat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar
(KBBI,2005:377).Oleh sebab itu, untuk
menjadi guru, seseorang harus memenuhi
persyaratan profesi. Guru merupakan
profesi, jabatan dan pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus, dan
pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang
kependidikan.(Sukadi,2006:8).
26
Menurut Undang-Undang No. 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen
dijelaskan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.Guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Guru merupakan salah satu
komponen dalam proses pendidikan yang
ikut bergerak aktif dalam pembentukan
Sumber Daya Manusia (SDM). Guru
merupakan ujung tombak pendidikan, sebab
guru secara langsung berupaya
mempengaruhi, dan mengembangakan
pengetahuan siswa sehingga siswa menjadi
manusia yang cerdas, terampil dan
bermoral. (Ngaimun Naim, 2009:1).
27
Dalam konteks pendidikan Islam,
guru adalah semua pihak yang berusaha
memperbaiki orang lain secara Islami.
Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu),
paman, kakak, tetangga, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan masyarakat luas.Ada
beberapa istilah dalam bahasa Arab yang
biasa dipakai sebagai sebutan bagi para
guru, yaitu ustâdz, mu’allim, mursyîd,
murabbî, mudarris, dan muaddib. Istilah-
istilah ini, dalam penggunaannya, memiliki
makna tertentu. Muhaimin (2005:50)
memberikan pengertian yang berbeda untuk
masing-masing istilah guru di atas. Dapat
dilihat di dalam tabel sebagai berikut:
Tabel. 1.1
Istilah guru dalam Bahasa Arab
No
Predikat
Karakteristik
1
Ustadz
Orang yang berkomitmen
terhadap profesionalisme, yang
melekat pada dirinya sikap
28
dedikatif, komitmen terhadap
mutu, proses, dan hasil kerja,
serta sikap continous improvement
2
Mu’allim
Orang yang menguasai ilmu dan
mampu mengembangkannya serta
menjelaskan fungsinya dalam
kehidupan, menjelaskan dimensi
teoritis dan praktisnya, atau
sekaligus melakukan transfer
ilmu/pengetahuan, internalisasi,
serta amaliah.
3
Murabbî
Orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, serta mampu
mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi
dirinya, masyarakat dan alam
sekitarnya.
4
Mursyîd
Orang yang mampu menjadi model
atau sentral identifikasi diri, atau
menjadi pusat panutan, teladan dan
konsultan bagi peserta didiknya.
29
Di samping istilah-istilah atau predikat di
atas, dalam tradisi Islam Indonesia ditemukan
pula beberapa predikat bagi guru yang
biasanya berbeda dalam setiap daerah.
Misalnya, Kyai di pulau Jawa dan Madura,
Ajengan di Jawa Barat, Tuan Guru di Lombok,
dan Teuku di Aceh.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
5
Mudarris
Orang yang memiliki kepekaan
intelektual dan informasi, serta
memperbaharui pengetahuan dan
keahliannya secara berkelanjutan,
dan berusaha mencerdaskan
peserta didiknya, memberantas
kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuannya.
6
Mu-
addib
Orang yang mampu menyiapkan
peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam
membangun peradaban yang
berkualitas di masa depan.
30
bertanggung jawab dalam membimbing,
melatih, mengarahkan dan membentuk
kepribadian anak didiknya dalam
perkembangan sikap jasmani maupun rohani
agar mencapai kedewasaan maupun
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk
Allah SWT dan sebagai pengganti orang tua
dalam mendidik anak di lembaga formal.
Dengan demikian seorang gru tidak hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan saja, akan
tetapi juga harus membentuk watak dan
karakter peserta didik dengan memberikan
pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama
Islam.
2. Calon Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pada dasarnya melalui istilah guru,
sudah tencakup di dalamnya setiap orang
yang bertanggung jawab dalam membimbing,
melatih, mengarahkan dan membentuk
kepribadian anak didiknya. Seorang guru
disebut Guru Pendidikan Agama Islam karena
tugas utamanya terletak pada kemampuan
membelajarkan bagaimana agama Islam bisa
dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik
secara tepat dan proporsional.
31
PAI memiliki ruang lingkup sangat luas,
antara lain menyangkut tentang materi yang
bersifat normatif (al-Qur„an), keyakinan atau
kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan
(aqidah), tatacara norma kehidupan manusia
(Syariah/Fiqh), sikap dan perilaku inter dan
antar manusia (akhlak) dan realitas masa lalu
(sejarah/tarikh) (Putra dan Lisnawati, 2013).
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan
proses bimbingan dan arahan yang dilakukan
secara sadar dan terencana untuk memberi
pemahaman terhadap pesan yang terkandung
di dalam agama Islam secara utuh dan
komprehensif. Dengan kata lain, PAI
merupakan proses memahamkan nilai-nilai
atau pesan yang terkandung dalam agama
Islam yang meliputi tiga aspek yang tidak bisa
dipisahkan yaitu aspek knowing, doing dan
being.
Pelajaran PAI memiliki karakteristik
yang bersifat integral, lintas sektor dan zig
zag. Artinya pelajaran PAI selalu berkaitan
dengan ilmu ilmu lain di luar PAI misalnya
berkaitan dengan ilmu psikologi, sosiologi,
32
geografi, ilmu manajemen dan ilmu lainnya.
Pelajaran PAI akan dipahami secara utuh oleh
siswa jika materi tersebut disampaikan dengan
didukung dengan penjelasan ilmu lain di luar
PAI. Oleh karenaitu, guru PAI mesti memiliki
pengetahuan tidak saja terkait bidang ilmu
yang akan di ajarkan tetapi juga ilmu lain yang
terkait dengan PAI.
Lebih lanjut PAI dapat dipahami dari
beberapa sudut pandang, yaitu 1) dari sudut
pandang simbol, PAI sebagai proses atau
lembaga yang secara formal menggunakan
istilah yang relevan dengan agama Islam,
seperti madrasah, pondok pesantren, majelis
ta„lim, atau menggunakan nama Islam, seperti
SD Islam Terpadu, SMP Islam terpadu, SMA
Islam terpadu. Pengertian PAI dalam sudut
pandang ini hanya didasarkan formalitas
kelembagaan; 2) dari sudut pandang subyek
pengelola, PAI merupakan suatu proses atau
lembaga yang dilaksanakan atau dikelola oleh
orang-orang yang memiliki komitmen untuk
mengembangkan nilai-nilai agama Islam, 3)
dari sudut pandang materi, PAI sebagai proses
33
dan atau lembaga yang mengajarkan tentang
nilai-nilai atau ruang lingkup agama Islam.
Profesi pendidikan yang bertugas mengajarkan
atau mendidik materi agama Islam maka
disebut guru agama Islam.(M. Saekan
Muchith,2016: 221).
Dari paparan di atas dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan calon guru PAI
adalah calon guru atau pendidik yang akan
mengajar atau memberikan wawasan terkait
Pendidikan Agama Islam yang bersumber dari
al-Quran dan hadits baik pada sekolah atau
madrasah. Calon guru PAI juga bisa diartikan
dengan mahasiswa calon lulusan program
studi/jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)
yang berada di bawah naungan Kementerian
Agama yang secara formal lulusannya
dipersiapkan untuk menjadi guru PAI di
Sekolah atau menjadi guru bidang studi Al-
Qur‟an al-Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan
Sejarah Peradaban Islam di Madrasah
Perubahan yang cepat pada dunia kerja,
baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
34
bidang lainnya, menuntut Perguruan Tinggi
Agama Islam harus mempersiapkan dengan
sungguh-sungguh calon tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan yang ia bina. Sebagai
calon guru Agama Islam dan calon tenaga
kependidikan, seluruh mahasiswa harus
dididik dan dilatih agar memiliki berbagai
kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.
(Munadi,2012:37).
Adapun yang penulis maksud dengan
calon guru PAI pada penelitian ini adalah
mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri
Batusangkar yang nantinya akan
menyelesaikan pendidikan formal (Sarjana)
dan akan mengajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di sekolah atau madrasah.
B. Kompetensi Profesional
1. Pengertian
Kompetensi (competency) adalah
kemampuan atau kecakapan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesiakompetensi
diartikan sebagai kewenangan/kekuasaan
untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
35
(KBBI,2002:584). Menurut UU No.14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1
Ayat 10 dijelaskan bahwa kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Padanan kata yang berasal
dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan
yang lebih relevan dengan pembahasan ini
adalah proficiency and ability yang
memiliki arti kurang lebih sama yaitu
kemampuan.
Kompetensi tidak hanya terkait dengan
kesuksesan seseorang dalam menjalankan
tugasnya, tetapi apakah ia juga berhasil
bekerja sama dalam sebuah tim, sehingga
tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan.
Kompetensi adalah kemampuan untuk
mencapai tujuan organisasi, tujuan lembaga
hanya munngkin tercapai ketika individu
dalam lembaga itu bekerja sebagai tim
sesuai standar yang diterapkan.
Menurut Gordon sebagaimana yang
36
dikutip E. Mulyasa (2002: 39) menjelaskan
beberapa aspek atau ranah yang terkandung
dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge) yaitu
kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman (understanding) yaitu ke
dalaman kognitif, dan afektif yang
dimiliki oleh individu.
c. Kemampuan (skill) adalah sesuatu
yang dimiliki individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya.
d. Nilai (value) adalah suatu standar
perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu
dalam diri seseorang.
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau
reaksi terhadap sesuatu rangsangan
yang datang dari luar.
f. Minat (interest) adalah
kecenderungan seseorang untuk
melakukan sesuatu perbuatan.
Kompetensi guru merupakan perpaduan
antara kemampuan personal, keilmuan,
37
teknologi, sosial, dan spiritual yang secara
kaffah membentuk kompetensi standar profesi
guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan
pribadi dan profesionalisme. Artinya dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
seorang guru mesti mempunyai serangkaian
kompetensi atau kemampuan sehingga
mencapai tujuan secara maksimal. Muhibbin
Syah (2000:229) mengemukakan bahwa
kompetensi guru adalah kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab dan
layak.
Kompetensi seorang guru sangat
menentukan terhadap kelangsungan proses
belajar mengajar, karena dengan mempunyai
serangkaian kompetensi, guru dapat memenuhi
kebutuhan yang diperlukan pendidikan secara
material. Memiliki kompetensi merupakan hal
utama dan pertama bagi individu khususnya
guru dalam melaksanakan pendidikan.
Keberhasilan seseorang dalam mendidik
38
merupakan prestasi atau sumbangan yang amat
berharga, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif yang terukur dalam rangka
membantu tercapainya tujuan sekolah. Agar
fungsi guru sekolah berhasil dalam
memberdayakan segala sumber daya lembaga
pendidikan diperlukan seorang guru yang
memiliki berbagaikemampuan baiksecara
personal, sosial, professional serta memahami
ilmu dalam mengajar atau mendidik.
Menurut Hamalik (2004) ada 4 alasan
pentingnya kompetensi guru bagi dunia
pendidikan antara lain:
1) Kompetensi guru sebagai acuan
dalam penerimaan guru
Perlu ditentukan secara umum
jenis kompetensi apa yang perlu
dipenuhi sebagai syarat agar seseorang
dapat menjadi guru. Dengan adanya
syarat sebagai criteria penerimaan calon
guru, maka akan terdapat pedoman bagi
administrator dalam memilih mana yang
diperlukan untuk satu sekolah. Asumsi
yang mendasari criteria ini adalah bahwa
39
setiap calon guru yang memenuhi syarat
tersebut, diharapkan atau diperkirakan
bahwa calon guru tersebut akan berhasil
mengemban tugasnya selaku pengajar di
sekolah.
2) Kompetensi guru penting dalam
rangka pembinaan guru
Jika telah ditentukan jenis
kompetensi guru yang diperlukan, maka
atas dasar ukuran itu akan dapat
diobservasi dan ditentukan guru yang
telah memiliki kompetensi penuh dan
guru yang masih kurang memadai
kompetensinya. Informasi tentang hal ini
sangat diperlukan oleh para
administrator dalam usaha pembinaan
dan pengembangan terhadap para guru.
3) Kompetensi guru penting dalam
penyusunan kurikulum
Kurikulum pendidikan guru harus
disusun atas dasar kompetensi yang
diperlukan olehsetiap guru. Tujuan
program pendidikan, sistem
penyampaian, evaluasi dan sebagainya
40
hendaknya direncanakan sedemikian
rupa agar relevan dengan tuntutan
kompetensi guru secara umum. Dengan
demikian diharapkan guru tersebut
mampu menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sebaik mungkin.
4) Kompetensi guru penting dalam
proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar dan hasil
belajar para peserta didik bukan saja
ditentukan oleh sekolah, pola struktur
dan isi kurikulumnya, akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi profesional guru yang
mengajar dan membimbing mereka.
Guru yang kompeten akan lebih
mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, menyenangkan,
dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga para peserta didik
dapat belajar lebih optimal.
Adapun istilah profesional menekankan
kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi
41
penerapannya, profesional bukan sekadar
pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi
lebih merupakan sikap, pengembangan
profesional lebih dari seorang teknisi bukan
hanya memiliki keterampilan yang tinggi
tetapi memiliki tingkah laku yang
dipersyaratkan. Untuk mengerti hakikat
profesional, ada beberapa kata kunci yang
perlu dipahami yaitu profesi, profesionalisme
dan profesional. Profesi adalah suatu jabatan
atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para petugasnya. Artinya pekerjaan yang
disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan
secara khusus terlebih dahulu untuk
melakukan pekerjaan itu. (Mungin, 2001:6)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud
kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Dari pengertian tersebut
kompetensi profesional merupakan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang
42
memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional
pendidikan.. Dengan menguasai materi, maka
diharapkan guru akan mampu menjelaskan
materi ajar dengan baik.
2. Indikator Kompetensi Profesional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar,
dan menengah. Menurut Hamalik (2004) guru
adalah jabatan profesional yang memerlukan
berbagai keahlian khusus. Sejalan dengan yang
telah dijelaskan di atas, Uno (2008)
berpendapat bahwa guru merupakan suatu
profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai seorang
guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang pendidikan.
Peraturan Menteri No.16 Tahun 2007
43
Tentang Standar Kualitas Akademik dan
Kompetensi Guru, menjelaskan kompetensi
profesional dapat dijabarkan menjadi beberapa
indikator :
1) Menguasai materi, stuktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
Penguasaan terhadap materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan menjadi
salah satu persyaratan untuk dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif.
Penguasaan ranah keilmuan merupakan hal
terpenting yang harus dimiliki oleh semua
guru. Menguasai materi secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran
dan atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu merupakan suatu keharusan
bagi seorang guru sehingga ia bisa
menjalankan tugasnya secara profesional.
Materi Pembelajaran adalah substansi
yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran. Ada dua persoalan dalam
penguasaan materi pelajaran yakni
44
penguasaan materi pelajaran pokok dan
materi pelajaran pelengkap.Materi pelajaran
pokok adalah materi pelajaran yang
menyangkut bidang studi yang dipegang
oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin
ilmunya). Sedangkan materi pelajaran
pelengkap atau petunjang adalah materi
pelajaran yang dapat membuka wawasan
seorang guru agar dalam membelajarkan
dapat menunjang penyampaian materi
pelajaran pokok. Dalam hal ini guru juga
mesti memiliki wawasan dan informasi
yang tepat dan mutakhir.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan materi
pelajaran yaitu :
a. Materi pelajaran hendaknya sesuai
dengan/menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
b. Materi pelajaran hendaknya sesuai
dengan tingkat pendidikan dan
perkembangan siswa secara umumnya .
c. Materi pelajaran hendaknya
terorganisasi secara sistematik dan
45
berkesinambungan.( Ibrahim, Syaodih,
2003: 100)
d. Materi pelajaran hendaknya mencakup
hal-hal yang bersifat faktual maupun
konseptual
2) Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran atau
bidang yang diampu.
Setiap guru harus menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar dari mata
pelajaran yang diampu. Melalui penguasaan
standar kompetensi dan kompetensi dasar,
guru dapat mengembangkan silabus dan
RPP sebagai perangkat pembelajarannya.
Dalam hal ini guru harus mampu
melakukan pemetaan Standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang nantinya akan
tertuang di dalam RPP
3) Mengembangkan materi pelajaran yang
diampu secara kreatif.
Prinsip utama dalam penguasaan
kompetensi ini adalah agar materi
pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa
menjadi bermakna bagi mereka, sehingga
46
tidak hanya diketahui tetapi juga dihayati dan
diamalkan oleh siswa.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
Seorang guru profesional untuk
menjadi lebih maju tidak lepas adanya unsur
refleksi diri, karena refleksi diri dapat
mengembangkan kompetensi profesional
secara berkelanjutan.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Pemanfaatan teknologi informasi
dalam kompetensi profesional diperuntukkan
oleh guru untuk mengembangkan diri atau
berkomunikasi dengan kolega atau sejawat.(
R. Marseleus Payong, 2011: 46-49). Artinya
guru yang profesional harus menguasai
konsep dan metode disiplin keilmuan,
teknologi atau seni yang relevan yang secara
konseptual serta kohern dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau
kelompok pelajaran yang akan diampu
(muchith,2009:46).
47
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru
secara langsung sudah menjabarkan tentang
indikator kompetensi profesional guru yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2
Indikator Kompetensi Profesional Guru
NO INDIKATOR
KOMPETENSI
PROFESIONAL
JABARAN
INDIKATOR
1 Menguasai materi,
struktur, konsep,
dan pola pikir
keilmuan yang
mendukung mata
pelajaran yang
diampu.
1.1 Menguasai
bidang ilmu
yang diampu
2 Menguasai standar
kompetensi dan
kompetensi dasar
mata pelajaran
yang diampu.
2.1. Memahami
standar
kompetensi
mata pelajaran
yang diampu.
48
2.2. Memahami
kompetensi
dasar mata
pelajaran yang
diampu
2.3. Memahami
tujuan
pembelajaran
yang diampu.
3 Mengembangkan
materi
pembelajaran yang
diampu secara
kreatif.
3.1 Memilih materi
pembelajaran
yang diampu
sesuai dengan
tingkat
perkembangan
peserta didik.
3.2 Mengolah
materi pelajaran
yang diampu
secara kreatif
sesuai dengan
tingkat
perkembangan
peserta didik.
49
NO INDIKATOR
KOMPETENSI
PROFESIONAL
JABARAN
INDIKATOR
4 Mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dengan melakukan
tindakan reflektif.
4.1 Melakukan
refleksi
terhadap kinerja
sendiri secara
terus menerus.
4.2 Memanfaatkan
hasil refleksi
dalam rangka
peningkatan
keprofesionalan
4.3 Melakukan
penelitian
tindakan kelas
untuk
peningkatan
keprofesionalan
4.4 Mengikuti
kemajuan
zaman dengan
belajar dari
berbagai
sumber.
50
5 Memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk
mengembangkan
diri
5.1 Memanfaatkan
teknologi
informasi dan
komunikasi
dalam
berkomunikasi.
5.2 Memanfaatkan
teknologi
informasi dan
komunikasi
untuk
pengembangan
diri.
Sumber : Permendiknas No 16 tahun 2007
Menurut Dedi Supriadi (2011: 179)
karakteristik guru profesional harus memiliki
persyaratan, yang meliputi :
1. Mempunyai komitmen pada proses
belajar siswa
2. Menguasai secara mendalam materi
pelajaran dan cara mengajarkannya
51
3. Mampu berfikir sistematis tentang apa
yang dilakukan dan belajar dari
pengalamannya
4. Merupakan bagian dari masyarakat
dalam lingkungan profesinya yang
memungkinkan mereka untuk selalu
meningkatkan profesionalitasnya.
Guru profesional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan pengabdian tugasnya
yang ditandai tiga dimensi, yaitu :
1) Ahli (Expert)
Guru profesional adalah guru yang
memiliki keahlian baik dalam materi
maupun metode. Keahlian yang dimiliki
guru profesional adalah keahlian yang
diperoleh melalui suatu proses pendidikan
dan latihan yang diprogramkan khusus
untuk itu. Keahlian tersebut mendapatkan
pengakuan formal yang dinyatakan dalam
bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi
dari pihak yang berwenang (dalam hal ini
pemerintah dan organisasi profesi).
Dengan keahlian yang dimilikinya
52
seorang guru mampu menunjukkan
otonominya baik sebagai pribadi ataupun
sebagai pemangku profesi
2) Memiliki rasa tanggung jawab
Guru profesional harus menguasai
apa yang disajikan dan bertanggungjawab
(accountability) atas semua yang
diajarkan. Ia bertanggungjawab atas
segala tingkah lakunya. Pengertian
bertanggungjawab menurut teori ilmu
mendidik mengandung arti bahwa
seseorang mampu memberi
pertanggungjawaban dan kesediaan untuk
dimintai pertanggungjawaban. Tanggung
jawab yang mempunyai makna
multidimensional ini berarti bertanggung
jawab terhadap diri sendiri, terhadap
siswa, terhadap orang tua, lingkungan
sekitarnya, masyarakat, bangsa, negara,
sesama manusia, agama, dan yang
akhirnya bertanggungjawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Tangung jawab pribadi tercermin
dari kemampuan mewujudkan dirinya
53
sebagai pribadi yang mandiri dan
menghargai serta mengembangkan
dirinya. Tangungjawab sosial diwujudkan
melalui kompetensi guru dalam
memahami dirinya sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari lingkungan sosial,
serta memiliki kemampuan interaktif yang
efektif. Tanggung jawab spiritual dan
moral diwujudkan melalui penampilan
guru sebagai makhluk yan beragama, yang
perilakunya senantiasa tidak menyimpang
dari norma agama dan moral.
3) Memiliki Rasa kesejawatan
Rasa kesejawatan adalah satu
perwujudan solidaritas kebersamaan
sesama guru sebagai sumber dinamika
kebersamaan dalam mencapai tujuan
bersama. (Al-Mu‟tasim,A.2016: 61-62)
3. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
Profesional Guru
Menurut M. Ngalim Purwanto
(2008:276) kompetensi professional guru
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
54
Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
Faktor ini adalah faktor yang muncul
dari dalam diri seseorang, seperti: 1)
Kesadaran, 2) Bakat dan Minat, 3)
Motivasi
b. Faktor Eksternal
Faktor ini adalah faktor yang muncul
dari luar diri seseorang seperti:1) Latar
belakang pendidikan,2)Pengalaman,3)
Dukungan kepala sekolah, 4) Kontrol
Masyarakat
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field research) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang
terjadi di lapangan. Adapun dari segi
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian
yang pengolahan datanya berkaitan dengan
angka dan analisisnya menggunakan statistik
(Sugiono,2007:13). Sedangkan metode
deskriptif merupakan metode penelitian yang
dimaksud untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada sesuai
dengan apa adanya. Dari penjelasan di atas
dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini,
penulis akan mendeskripsikan apa adanya
terkait hal yang terjadi di lapangan tentang
kompetensi profesional calon guru PAI di IAIN
Batusangkar.
56
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono,2011:80). Adapun yang menjadi
populasi dari penelitian ini adalah semua
mahasiswa PAI semester VI tahun akademik
2017/2018 yang berjumlah 106 orang untuk
lebih jelasnya dapat dilihat di tabel di bawah
ini:
Tabel. 1.3
Jumlah Populasi
NO LOKAL JUMLAH SISWA
1 PAI VI/A 35 Orang
2 PAI VI/B 36 Orang
3 PAI VI/C 35 Orang
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan
dilakukan pada penelitian ini adalah secara
acak (simple random sampling). Artinya
57
setiap pengambilan populasi atau unit dalam
populasi mendapat kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel. Agar sampel
yang dipilih representatif, maka pengembilan
sampel dilakukan dengan cara :
a. Mengumpulkan nilai UTS mahasiswa
semester VI tahun akademik 2017/2018
pada salah satu mata kuliah materi yaitu
materi fikih, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di bawah ini:
58
59
60
b. Melakukan uji normalitas dan homogenitas
terhadap nilai mahasiswa dengan menggunakan
aplikasi SPSS dan hasilnya dapat dilihat di
bawah ini:
1. Uji Normalitas
Uji yang digunakan adalah uji lilliefors,
dengan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut
Tests of Normality
KELAS
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Stati
stic df Sig.
Stati
stic df Sig.
NILAI KELAS A .127 35 .169 .974 35 .569
KELAS B .106 35 .200* .977 35 .655
KELAS C .089 36 .200* .965 36 .307
a. Lilliefors Significance
Correction
61
Tests of Normality
KELAS
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Stati
stic df Sig.
Stati
stic df Sig.
NILAI KELAS A .127 35 .169 .974 35 .569
KELAS B .106 35 .200* .977 35 .655
KELAS C .089 36 .200* .965 36 .307
*. This is a lower bound of the true
significance.
Dari tabel di atas diperoleh nilai sign masing masing
kelas:
kelas A ; sign = 0,169 > α = 0,05
kelas B ; sign = 0,200 > α = 0,05
kelas C ; sign = 0,200 > α = 0,05
Sehingga dapat disimpulkan ketiga kelas tersebut
berdistribusi normal
62
2. Uji Homogenitas
Uji yang digunakan adalah uji levene,
dengan bantuan SPSS diperoleh hasil berikut :
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
NILAI Based on Mean 2.071 2 103 .131
Based on Median 2.016 2 103 .138
Based on Median
and with adjusted
df
2.016 2 102.
991 .138
Based on trimmed
mean 2.069 2 103 .132
Nilai sign = 0,131 > α = 0,05 maka varian
dari ketiga kelas tersebut dikatakan homogen.
Ho diterima sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan nilai antara ketiga kelas
tersebut
63
c. Menentukan sampel. Artinya setelah dilakukan
uji normalitas dan homogenitas langkah
selanjutnya adalah menentukan sampel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara acak. Apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil
seluruhnya, namun apabila jumlah subjeknya
besar maka dapat diambil dengan
menggunakan persentase seperti 10-15% atau
20-25%. (Arikunto,2002:112). Maka dalam
hal ini untuk penentuan sampel penulis
mengambil 30% dari total populasi yang
dilakukan secara acak maka didapatkan jumlah
sampel untuk masing-masing lokal adalah
sebagai berikut:
NO LOKAL JUMLAH SISWA
1 PAI VI/A 11 Orang
2 PAI VI/B 11 Orang
3 PAI VI/C 11 Orang
JUMLAH 33 Orang
C. Instrumen penelitian
Menurut Sugiono (2011:103) instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan
64
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati secara spesifik. Dalam penelitian
ini penulis akan menyusun sebuah instrumen.
Langkah yang penulis lakukan sebelum
melakukan observasi adalah 1) membuat kisi-
kisi dengan mengacu kepada indikator yang ada
tentang kompetensi profesional, 2) melihat
performance mahasiswa yang menjadi sampel
penelitian, dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai observer.
Kisi-kisi yang akan disusun selain merujuk
pada teori penulis juga mengembangkan dari
penilaian kinerja guru (PKG) yang merupakan
tindak lanjut dari Permenegpan dan RB
No.16/2009 tentang jabatan fungsional guru dan
angka kreditnya yang mana secara keseluruhan
peraturan ini mengandung semangat yang
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru sebagai tenaga profesional
yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.
Dari beberapa rumusan indikator yang ada,
maka penulis akan membuat kisi-kisi
berdasarkan indikator yang bisa penulis amati
65
sesuai dengan objek yang akan diteliti. Indikator
4 dan 5 terkait mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan melalui tindakan reflektif
dan indikator terkait memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam
mengembangkan diri tidak penulis masukkan,
mengingat sampel yang diteliti adalah
mahasiswa yang akan menjadi calon guru bukan
guru. Berikut ini merupakan indikator yang
akan diamati :
Item Indikator Kompetensi Profesional
NO
ITEM
1
Mahasiswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP
2
Mahasiswa memberikan penekanan
pada point-point penting yang terdapat
pada SK dan KD
3
Mahasiswa menyampaikan materi
sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa
66
4
Mahasiswa memberikan contoh-contoh
yang konkrit sesuai dengan
perkembangan siswa
5
Mahasiswa menyajikan materi dengan
menggunakan media yang representatif
6
Mahasiswa menyajikan materi secara
kreatif dalam bentuk mind map (peta
konsep)
7
Mahasiswa menguasai materi dengan
baik
8
Mahasiswa menyampaikan materi
dengan benar dan tidak ada yang
menyimpang
9
Mahasiswa menjelaskan materi dengan
bahasa yang sederhana dan tidak
berbelit-belit
10
Mahasiswa menyampaikan materi
secara sistematis
11
Mahasiswa memberikan contoh-contoh
untuk menanamkan konsep
67
NO
ITEM
12
Mahasiswa memberikan informasi
mutakhir (terkini) terkait materi
13
Mahasiswa memberikan contoh yang
berbeda dan relevan dengan materi
14
Mahasiswa mengintegrasikan materi
dengan berbagai aspek keilmuan
15
Mahasiswa menjelaskan materi dengan
lancar tanpa melihat catatan/ buku
paket
16
Mahasiswa menjelaskan materi dengan
bahasa yang mudah dimengerti
17
Mahasiswa menjelaskan materi dengan
santai dan tenang
68
Agar instrumen yang telah disusun valid,
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
validitas isi yang mengacu kepada sejauh mana
suatu instrumen mengukur konsep dari suatu
teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen.
Dalam hal ini instrumen yang sudah dirancang
akan diberikan kepada validator untuk di
validasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi
Data dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan cara observasi.
Observasi merupakan teknik
pengumpulan data melalui suatu
pengamatan terhadap objek yang akan
diteliti. Teknik ini dilakukan untuk
mengamati bagaimana kompetensi
profesional calon guru PAI. Jenis
observasi yang dipakai adalah observasi
terstruktur. Artinya observasi yang telah
dirancang secara sistematis tentang apa
yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti menggunakan
69
pedoman berupa lembar observasi yang
telah teruji validitasnya oleh pakar.
E. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data hal yang
dilakukan adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data,menyajikan data, dan
melakukan penghitungan untuk penelitian
yang memiliki hipotesis (Sugiyono,
2016:238). Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif yaitu
statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul.
Penyajian data bisa dilakukan melalui tabel,
grafik, diagram, perhitungsn persentasedesil,
persentil. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menghitung jumlah skor untuk setiap
butir pernyataan sesuai dengan aspek
yang diamati
70
2. Menghitung skor Rata-rata (SR) dengan
modifikasi rumus yaitu:
SR= Jumlah skor mahasiswa x 100
Jumlah skor ideal
3. Menghitung persentase penilaian untuk
masing-masing item indikator dengan
cara:
PP= Jumlah skor mahasiswa /item x 100
Jumlah skor ideal
4. Menafsirkan persentase masing-masing
item indikator dengan modifikasi rumus
yaitu sebagai berikut:
NO INTERVAL
%
KATEGORI
1 81-100 Sangat Mampu
2 61-80 Mampu
3 41-60 Cukup Mampu
4 21-40 Kurang Mampu
5 0-20 Tidak Mampu
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Berikut ini akan dipaparkan hasil
penelitian tentang kompetensi profesional calon
guru PAI di IAIN Batusangkar. Penelitian ini
dikumpulkan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap performance yang
dilakukan oleh mahasiswa calon guru PAI
semester VI tahun akademik 2017/2018.
Pedoman yang digunakan dalam melakukan
observasi mengacu kepada indikator yang ada
terkait kompetensi profesional yang terdapat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru. Indikator tersebut kemudian
dijabarkan menjadi sub indikator yang
berjumlah 17 item yang akan diamati.
Indikator yang telah dirumuskan
digunakan sebagai panduan dalam melakukan
pengamatan terhadap penampilan mahasiswa
calon guru PAI. Berdasarkan hasil pengamatan
dapat diketahui bahwa dari 17 indikator yang
72
telah dirumuskan terdapat 8 indikator yang
persentasenya berada di atas 60%, sementara 9
indikator lainnya berada dalam rentang 50%-
60% dengan kategori cukup.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambaran tabel di
bawah ini :
73
74
75
76
77
Tabel 1.6
PERSENTASE HASIL OBSERVASI TIAP
INDIKATOR TENTANG KOMPETENSI
PROFESIONAL CALON GURU PAI
DI IAIN BATUSANGKAR
NO
ITEM
JMLH
1
Mahasiswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai
dengan RPP
61%
2
Mahasiswa memberikan
penekanan pada point-point
penting yang terdapat pada SK
dan KD
62%
3
Mahasiswa menyampaikan
materi sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa
65%
4
Mahasiswa memberikan contoh-
contoh yang konkrit sesuai
dengan perkembangan siswa
59%
5
Mahasiswa menyajikan materi
dengan menggunakan media
yang representatif
62%
78
NO
ITEM
JMLH
6
Mahasiswa menyajikan materi
secara kreatif dalam bentuk
mind map (peta konsep)
52%
7
Mahasiswa menguasai materi
dengan baik
59%
8
Mahasiswa menyampaikan
materi dengan benar dan tidak
ada yang menyimpang
66%
9
Mahasiswa menjelaskan materi
dengan bahasa yang sederhana
dan tidak berbelit-belit
60%
10
Mahasiswa menyampaikan
materi secara sistematis
67%
11
Mahasiswa memberikan contoh-
contoh untuk menanamkan
konsep
61%
12
Mahasiswa memberikan
informasi mutakhir (terkini)
terkait materi
47%
13
Mahasiswa memberikan contoh
yang berbeda dan relevan
dengan materi
48%
79
NO
ITEM
JMLH
14
Mahasiswa mengintegrasikan
materi dengan berbagai aspek
keilmuan
42%
15
Mahasiswa menjelaskan materi
dengan lancar tanpa melihat
catatan/ buku paket
59%
16
Mahasiswa menjelaskan materi
dengan bahasa yang mudah
dimengerti
59%
17
Mahasiswa menjelaskan materi
dengan santai dan tenang
61%
Persentase terkait keterampilan secara keseluruhan
dapat dihitung dengan rumus:
SR = Jumlah skor mahasiswa x 100
Jumlah skor ideal
80
Jumlah skor mahasiswa adalah 1636.
Sedangkan jumlah skor ideal didapatkan dari jumlah
indikator dikalikan dengan skor maksimal dikalikan
jumlah mahasiswa, maka di dapatkan 2805. Jika
dilakukan penghitungan secara keseluruhan maka
didapatkan hasilnya 58,32 % dengan kategori
“cukup mampu”.
Jika diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin
terkait kmpetensi profesional calon guru PAI laki-
laki dan perempuan maka didapatkan gambaran
bahwa persentase kompetensi profesional
mahasiswa perempuan diperoleh sebesar 59,9 %
dengan kategori “cukup mampu”. Sedangkan
persentase untuk mahasiswa laki-laki didapatkan
sebesar 55,2 % dengan kategori “cukup mampu”.Hal
ini berarti bahwa, setelah dilakukan pengukuran
terhadap kompetensi profesional calon guru PAI,
maka didapatkan gambaran bahwa persentase untuk
mahasiswa perempuan lebih tinggi dibandingkan
dengan mahasiswa laki-laki dengan selisihnya
sebesar 4,71%.
B. PEMBAHASAN
Dalam Peraturan Menteri No.16 Tahun 2007
81
Tentang Standar Kualitas Akademik dan
Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa kompetensi
profesional dapat dijabarkan menjadi beberapa
indikator di antaranya adalah 1) menguasai
materi, stuktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran atau bidang yang diampu, 3)
Mengembangkan materi pelajaran yang diampu
secara kreatif yang telah dijabarkan dalam 17
indikator.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terkait kompetensi profesional calon
guru PAI di IAIN Batusangkar, maka di dapatkan
gambaran bahwa untuk persentase secara
keseluruhan dari 17 item indikator yang diamati
maka didapatkan persentasenya sebesar 58,50%.
Ini berarti bahwa persentase yang didapatkan
berada dalam rentang < 60 dan berada dalam
kategori “cukup”. Artinya berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan maka diperoleh gambaran
bahwa kompetensi profesional calon guru PAI di
IAIN Batusangkar berada dalam kategori
“cukup”.
82
Di samping itu, untuk masing- masing
indikator di dapatkan gambaran bahwa dari 17
item indikator yang ada, 8 indikator yang
persentasenya di atas 60%. Sementara 9 indikator
lainnya persentasenya berada dalam rentang 50%-
60%. Untuk lebih jelasnya maka akan dilakukan
pembahasan lebih lanjut untuk masing-masing
indikator yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP.
RPP merupakan rancangan yang
mesti dibuat oleh seorang guru. Di dalam
RPP akan tergambar SK dan KD serta
tujuan yang akan dicapai. Setiap guru harus
menguasai standar kompetensi, kompetensi
dasar serta tujuan dari mata pelajaran yang
diajarkan. Melalui penguasaan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD), guru dapat mengembangkan silabus
dan RPP sebagai perangkat
pembelajarannya. Dalam hal ini guru harus
mampu melakukan pemetaan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang
nantinya akan tertuang di dalam RPP.
83
Terkait indikator pertama selama
dilakukan pengamatan dapat dilihat bahwa
sebelum mahasiswa tampil, mereka sudah
mempersiapkan rancangan pembelajaran
dalam bentuk RPP. Format RPP rata-rata
mahasiswa memakai format RPP kurikulum
2013.di dalam RPP sudah dijabarkan SK dan
KD yang akan dipelajari.
Hasil pengamatan didapatkan bahwa
dalam kegiatan pembelajaran, tidak semua dari
mereka mampu menerapkan langkah
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dibuat. Ada yang mampu melaksanakan
dengan baik, ada yang melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan RPP akan tetapi
tidak maksimal dalam langkah pembelajaran,
dan ada juga yang berbeda dalam rancangan
RPP dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal
ini banyak terjadi pada saaat pemakaian
metode dan strategi. Rancangan metode yang
dibuat berbeda dengaan metode yang
diterapkan pada saat pembelajaran.
Penulis melihat hal ini terjadi disebabkan
beberapa faktor yaitu, ketidaksiapan mental
84
pada saat tampil sehingga apa yang telah
dirancang tidak terlaksana dengan baik, di
samping itu pengelolaan dan pemanfaatan
waktu bagi mahasiswa pada saat tampil juga
membuat mereka tidak maksimal dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP.
Jadi berdasarkan hasil yang didapatkan
untuk indikator pertama didaptkan
persentasenya sebesar 61 % dan jika dilihat
dari klasifikasi kategori yang telah dibuat
angka 61 berada dalam rentang 61-80 dengan
kategori „mampu”. Jadi untuk indikator
pertama mahasiswa mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran berdasarkan kepada SK
dan KD yang ada dalam RPP.
2. Mahasiswa memberikan penekanan pada
point-point penting yang terdapat pada SK dan
KD
Sebagai seorang guru, memberikan
penekanan terhadap materi yang dijelaskan
merupakan suatu hal yang mesti dilakukan.
Hal ini akan memberikan kontribusi dalam
menanamkan konsep kepada peserta didik.
85
Persentase yang didapatkan untuk indikator ini
adalah sebesar 62% dengan kategori mampu.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilaksanakan, maka didapatkan bahwa
sebagian besar dari mahasiswa sudah mampu
menjelaskan materi sesuai dengan SK dan KD
yang terdapat di dalam RPP dan memberikan
penekanan pada point-point yang terdapat di
dalam SK dan KD. Penekanan dilakukan
dalam bentuk menjelaskan materi sesuai
dengan SK dan KD serta menjelaskan setiap
indikator yang terdapat di dalam SK dan KD.
3. Mahasiswa menyampaikan materi sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa.
Dalam menyampaikan materi ada
beberapa hal yang mesti diperhatikan. Di
antaranya adalah melihat kesesuaian materi
dengan peserta didik yang akan diajar. Artinya
dalam pembelajaran guru tidak saja dituntut
untuk mampu menguasai materi dengan baik
akan tetapi guru juga dituntut untuk mampu
mengkemas materi dengan melihat dan
mempertimbangkan audien yang akan
dihadapi. Terkait indikator ini, didapatkan
86
bahwa dalam menjelaskan materi, mahasiswa
sudah mampu menjelaskan materi dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan
siswa. Hal ini terlihat dari persentase hasil
yang di dapatkan yaitu sebesar 65% yang
berada dalam kategori” mampu”. Seperti
dalam pemakaian bahasa, karena mereka akan
mengajar siswa tingkat MTs dan MA, maka
bahasa yang digunakan sudah bagus sesuai
dengan tingkatan siswa. Begitu juga dengan
memberikan respon terhadap siswa,
4. Mahasiswa memberikan contoh-contoh yang
konkrit sesuai dengan perkembangan siswa.
Dalam menjelaskan materi, guru tidak
saja dituntut untuk menjelaskan materi dengan
detail akan tetapi juga mampu untuk
memberikan contoh-contoh yang konkrit dan
dekat dengan kehidupan siswa sehingga
pembelajaran yang dilakukan bermakna.
Menurut Asril (2010:85) ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam
menjelaskan materi yaitu merencanakan materi
(pesan) yang akan disampaikan, menggunakan
contoh-contoh, menyajikan pesan itu sendiri
87
dengan dengan memperhatikan kejelasan,
pengorganisasian, dan penekanan. Pemberian
contoh secara konkrit perlu dilakukan agar
konsep yang diberikan mampu dipahami
dengan baik oleh siswa. Terkait kemampuan
memberikan contoh terkait materi, mahasiswa
cenderung menjelaskan contoh-contoh yang
sudah ada di dalam buku paket. Mahasiswa
cukup mampu memberikan contoh-contoh
yang sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil
persentase yang didapatkan dimana untuk
indikator ini diperoleh persentase sebesar 59%
dengan kategori cukup mampu. Hal ini berarti
bahwa mahasiswa cukup mampu memberikan
contoh-contoh sesuai dengan perkembangan
siswa.
5. Mahasiswa menyajikan materi dengan
menggunakan media yang representatif
Dalam proses pembelajaran, terjadi
internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya
maupun norma. Dalam upaya mewujudkan hal
tersebut perlu diciptakan suasana pembelajaran
yang kundusif. Salah satu cara yang bisa
88
dilakukan adalah dengan memanfaatkan media
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya
media dapat mempercepat proses
pembelajaran bagi siswa serta dapat menarik
perhatian dan mempermudah pemahaman bagi
siswa (Ramayulis,2012: 292).
Berkaitan dengan pemakaian media
dalam pembelajaran, mahasiswa mampu
membuat media. Hal ini dapat dilihat dari
pengolahan data yang didapatkan bahwa untuk
indikator ini diperoleh persentase sebesar 62%
dengan kategori mampu. Akan tetapi perlu
juga dipahami bahwa persentase yang
didapatkan tidak begitu signifikan karena
hanya selisih 2 angka dari kategori
dibawahnya yaitu”cukup mampu (rentangnya
40-60).
Dalam menjelaskan materi sebagian
besar mahasiswa,telah memakai media dalam
bentuk power point. Meskipun dalam desain
power point yang ditampilkan bervariasi. Ada
yang menampilkan slide power point dengan
mencantumkan pointer-pointer saja dan ada
juga dengan membuat power point yang
89
jumlah katanya melebihi 100 kata dalam satu
slide atau dalam artian slide yang ditampilkan
tidak dalam bentuk pointer tetapi uraian secara
rinci. Jadi untuk pemakaian media mahasiswa
sudah mampu akan tetapi media yang
ditampilkan belum maksimal.
6. Mahasiswa menyajikan materi secara kreatif
dalam bentuk mind map (peta konsep)
Menjadi seorang guru banyak hal yang
perlu dipahami agar dapat menjalankan tugas
keprofesionalan dengan baik. Selain
menguasai materi guru juga dituntut untuk
mampu menyajikan materi dengan kreatif
yang nantinya dapat merangsang minat dan
motivasi siswa dalam memperhatikan materi.
Untuk itu pemakaian media dalam
pembelajaran sangat diperlukan. Media yang
baik adalah media yang menarik dan mudah
dipahami dengan cepat. Karena di antara
fungsi media yaitu mempermudah siswa dalam
memahami materi, membangkitkan motivasi
belajar, menjadikan pembelajaran lebih
menarik (Ramayulis,2015:225).
Tujuan ini dapat terwujud apabila materi
90
yang ditampilkan di desain secara kreatif
seperti menyajikannya dalam bentuk peta
konsep (mind map). Menyajikan materi
dengan peta konsep dirasa cukup efektif
dibandingkan hanya sekedar menjelaskan
dengan metode ceramah. Artinya dalam
menyajikan materi, di samping
menjelaskannya dengan baik, membuat peta
konsep terkait materi juga dapat membantu
memberikan pemahaman kepada siswa.
Terkait dengan indikator ini, dari hasil
persentase yang didapatkan maka dapat
dipahami bahwa dalam membuat peta konsep
tidak semua mahasiswa mampu
melakukannya. Mereka lebih banyak
menyajikan materi dengan membuat ringkasan
materi di dalam slide power point. Dan materi
yang dibuat juga tidak dalam bentuk pointer
akan tetapi penjelasan yang sangat rinci
sehingga belum terlihat seperti power point
yang ideal. Penggunaan mind maping dalam
menyajikan materi hanya dapat dilakukan oleh
sebagian kecil saja. Hal ini didukung dengan
hasil yang di dapatkan untuk indikator ini
91
yaitu sebesar 52% dengan kategori “cukup”.
7. Mahasiswa menguasai materi dengan baik
Menguasai materi juga merupakan hal
yang mesti dilakukan guru pada saat
pembelajaran. Hal ini akan memberikan
pengaruh terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas. Ketika guru tidak
menguasai materi dengan baik maka apa yang
akan ia sampaikan kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Terkait inidikator ini, penulis
melakukan pengamatan maka didapatkan
gambaran bahwa kemampuan mahasiswa
dalam menguasai materi yang akan
disampaikan termasuk ke dalam kategori
cukup dengan perolehan persentase sebesar
59%.
Dalam menyampaikan materi, rata-rata
mahasiswa kesulitan dalam menguasai materi.
Kecenderungan mereka adalah menghafal
materi bukan memahami materi. Hal ini
tentunya akan berpengaruh terhadap
kemampuan mereka dalam menyajikan materi.
Ketika beberapa materi yang mereka hafal
tidak mampu mereka ingat kembali maka
92
mereka sudah kesulitan dalam menjelaskan
materi lainnya karena sifatnya menghafal
bukan memahami.
Penulis melihat kemampuan mahasiswa
dalam memahami materi masih perlu
ditingkatkan. Mereka lebih terpaku terhadap
apa yang ada di dalam buku paket sehingga
kemampuan dalam mengembangkan materi
serta menjelaskan dengan bahasa mereka
sendiri sulit dilakukan karena mereka tidak
terbiasa efeknya dalam menjelaskan materi
mereka dibantu dengan membaca buku paket
atau catatan yang sudah dibuat sebelumnya.
8. Mahasiswa menyampaikan materi dengan
benar dan tidak ada yang menyimpang
Persentase untuk indikator ini
didapatkan sebesar 66% dengan kategori
mampu. Artinya rata-rata dalam menjelaskan
materi, mahasiswa tidak ada yang keluar dari
konsep materi yang sedang dipelajari (sesuai
dengan SK dan KD).
9. Mahasiswa menjelaskan materi dengan bahasa
yang sederhana dan tidak berbelit-belit
93
Dalam keterampilan menjelaskan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
seorang guru di antaranya adalah bahasa yang
digunakan. Artinya dalam menjelaskan materi
guru harus memilih bahasa yang mudah
dipahami oleh siswa. Tujuannya adalah agar
pesan yang disampaikan, dapat ditanggap oleh
siswa. Ini berarti bahwa dalam menyajikan
materi diperlukan pemakaian bahasa yang
sederhana, dan tidak berbelit-belit. Terkait
indikator ini, didapatkan persentasenya sebesar
60% dengan kategori “cukup mampu”.
Artinya setelah dilakukan pengamatan
maka di dapatkan gambaran bahwa dalam
menjelaskan materi mahasiswa masih
kesulitan dalam menyampaikan materi dengan
bahasa mereka sendiri. Mereka terpaku dengan
bahasa yang ada di dalam buku dan tidak
mengkemas dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami. Hal ini juga bisa
pengaruh dari tidak menguasai terhadap
materi.
10. Mahasiswa menyampaikan materi secara
sistematis
94
Menurut Marno dan Idris (2014: 95)
keterampilan menjelaskan adalah menuturkan
secara lisan mengenai suatu bahan pelajaran
yang disampaikan secara sistematis dan
terencana sehingga memudahkan siswa untuk
memahami pelajaran. Berdasarkan hal tersebut
dapat dipahami bahwa dalam penyampaian
materi mesti dilakukan secara sistematis dan
terorganisir. Terkait inidikator ini mahasiswa
sudah mampu menjelaskan materi secara
sistematis. Hal ini dapat dilihat dari perolehan
persentasenya yaitu sebesar 67%.
11. Mahasiswa memberikan contoh-contoh untuk
menanamkan konsep
Terkait kemampuan memberikan contoh
terkait materi, rata-rata mahasiswa mampu
menjelaskan materi dengan memberikan
contoh-contoh. Hal ini dapat dilihat dari hasil
persentase yang didapatkan dimana untuk
indikator ini diperoleh persentase sebesar 61%
dengan kategori “mampu”. Akan tetapi contoh
yang dijelaskan cenderung contoh yang sudah
ada di dalam buku paket. Kesulitan mereka
terlihat dalam memberikan contoh-contoh
95
yang kontekstual dan mengkaitkannya dengan
kehidupan siswa.
12. Mahasiswa memberikan informasi mutakhir
(terkini) terkait materi
Dalam menjelaskan materi guru tidak
saja dituntut untuk bisa menguasai dan
menjelaskan materi dengan baik, akan tetapi
seorang guru juga dituntut untuk menguasai
informasi mutakhir terkait materi yang sedang
dipelajari dan mampu mengintegrasikan
dalam pembelajaran.
Terkait memberikan informasi mutakhir
yang relevan dengan materi, kemampuan
mahasiswa dalam hal ini perlu ditingkatkan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase yang
didapatkan u ntuk indikator ini sebesar 47%
dengan kategori “cukup mampu”. Artinya rata-
rata dalam menjelaskan materi mahasiswa
hanya mengandalkan materi yang ada di dalam
buku paket. Mereka tidak memilki inisiatif
dalam mengkaitkan materi dengan informasi-
informasi mutakhir yang sedang berkembang
yang ada kaitannya dengan materi yang sedang
dipelajari.
96
13. Mahasiswa memberikan contoh yang berbeda
dan relevan dengan materi
Indikator ini juga salah satu indikator
yang berada dalam kategori cukup dengan
hasil persentase yang didapatkan sebesar 48%.
Selain kesulitan dalam mengkaitkan informasi
mutakhir dengan materi yang sedang
dipelajari, mahasiswa juga kesulitan dalam
mencari contoh-contoh lain yang berbeda dan
relevan dengan materi. Kebanyakan
mahasiswa hanya memberikan contoh yang
sudah ada di dalam buku paket, mereka juga
terlihat dalam mencari contoh yang berbeda
namun ada kaitannya dengan materi yang
sedang dibahas.
14. Mahasiswa mengintegrasikan materi dengan
berbagai aspek keilmuan
Dalam menjelaskan materi seorang guru
juga mesti bisa melakukan pengembangan
terhadap materi. Materi yang diajarkan tidak
saja terpaku kepada materi yang ada di dalam
buku paket akan tetapi materi tersebut mesti
dikembangkan serta di integrasikan dengan
berbagai aspek kelimuan. Karena ilmu
97
pengetahuan itu tidak berdiri sendiri,
melainkan ada kaitan antara satu dengan yang
lainnya, dan dapat diintegrasikan. Kemampuan
mahasiswa dalam mengintegrasikan serta
mengembangkan materi perlu juga
ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
persentase yang didapatkan yaitu sebesar 42%
dengan kategori “cukup mampu”.
Rata-rata dari mahasiswa kesulitan
dalam mengintegrasikan materi dengan
berbagai aspek keilmuan. Mereka
mengandalkan apa yang ada di dalam buku.
Seharusnya seorang guru yang profesional
tidak saja menguasai bidang ilmu yang diampu
akan tetapi juga menguasai bidang ilmu
lainnya sehingga ia dapat mengintegrasikan
materi yang disampaikan dengan berbagai
bidang ilmu sesuai dengan indikator yang
terdapat dalam Permendiknas no 16 tahun
2007.
15. Mahasiswa menjelaskan materi dengan lancar
tanpa melihat catatan/ buku paket 59%
Penguasaan terhadap materi yang akan
disampaikan akan mempengaruhi terhadap
98
cara penyampaian dari seorang guru. Ketika
seorang guru tidak menguasai materi dengan
baik tentu ia akan mengalami kesulitan dalam
menjelaskan materi. Efeknya adalah
menjelaskan materi bisa tidak lancar,
tersendat-sendat, atau harus melihat catatan
terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi
karena materi tidak dipahami dan dikuasai.
Oleh sebab itu, salah satu upaya yang
bisa dilakukan agar materi dapat disampaikan
dengan baik dan lancar adalah dengan cara
memahami materi dan menguasai materi
dengan baik. Terkait kemampuan mahasiswa
dalam menyampaikan materi dengan lancar,
penulis melihat bahwa beberapa mahasiswa
sudah mampu menjelaskan materi bahkan
gaya mengajarnya sudah sangat bagus. Akan
tetapi, ada beberapa mahasiswa yang perlu
ditingkatkan kemampuan mereka dalam
menyampaikan materi.Hal ini juga dapat
dilihat dari hasil persentase yang didapatkan
yaitu sebesar 59% dengan kategori “cukup
mampu”.
Artinya masih ada mahasiswa yang
99
kesulitan dalam menyampaikan materi. Ada
diantara mereka yang menyampiakn materi
kurang lancar, bahkan ada yang tersendat-
sendat. Di samping itu, ada juga yang dibantu
dengan melihat buku catatan atau ringkasan
dalam menjelaskan materi.
16. Mahasiswa menjelaskan materi dengan bahasa
yang mudah dimengerti
Kemampuan mahasiswa dalam
menjelaskan materi perlu ditingkatkan, hal ini
dapat dilihat dari hasil persentase yang
diperoleh sebesar 59% dengan kategori “cukup
mampu”. Dalam menjelaskan materi
mahasiswa mengalami kesulitan dalam
menjelaskan dengan menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti.
Hal ini disebabkan beberapa hal di
antaranya, mahasiswa tidak memahami dengan
baik materi, lemah dalam mengembangkan
materi serta ada juga disebabkan karena tidak
dapat mengendalikan rasa gugup yang dialami.
Ketika menjelaskan materi guru harus memilih
bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
Tujuannya adalah agar pesan yang
100
disampaikan, dapat ditanggap oleh siswa. Ini
berarti bahwa dalam menyajikan materi
diperlukan kemampuan guru dalam
mengkemas bahasa yang lebih mudah untuk
dipahami.
17. Mahasiswa menjelaskan materi dengan santai
dan tenang
Terkait indikator ini, mahasiswa mampu
melaksanakannya, Hal ini dapat dilihat dari
persentase yang didapatkan yaitu 61% dengan
kategori” mampu”. Artinya dalam
menyampaikan materi mahasiswa mampu
bersikap santai dan tenang, meskipun materi
yang disampaikan tidak semuanya terkuasai.
101
Diagram
Terkait Kompetensi Profesional Calon Guru PAI
Dari diagram di atas dapat dipahami bahwa
ada beberapa kemampuan yang perlu ditingkatkan.
Di antaranya adalah terkait penguasaan mahasiswa
terhadap materi yang akan diajarkan. Mahasiswa
memiliki kelemahan dalam menguasai materi, serta
sulit untuk memberikan contoh-contoh lain yang
lebih konkrit. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah mahasiswa memilki
minat baca yang rendah. Minat untuk membaca
buku terkait keilmuan serta memperdalam ilmu
dengan membaca berbagai referensi sudah mulai
102
berkurang di kalangan mahasiswa.
Sebagian besar mahasiswa lebih senang
menerima apa yang disampaikan dosen di kelas
dibandingkan mereka mencari tahu sendiri dengan
membaca berbagai literatur yang ada serta
membagi informasi tersebut kepada teman lainnya
di kelas. Di samping itu, suasana akademisi sudah
mulai memudar di kalangan mahasiswa. Idealnya
mahasiswa menghabiskan waktu untuk melakukan
diskusi ilmiah, membaca buku ilmiah serta
memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana untuk
belajar.
Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Deni Hardianto yang berjudul “
Studi tentang Minat Baca Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNY” tahun 2011 dimana hasil
penelitiannya menggambarkan beberapa hal pertama
minat membaca mahasiswa FIP UNY secara umum
termasuk dalam kategori rendah. Kedua aktivitas
mahasiswa di kampus paling banyak adalah
menunggu di depan kelas dan sedikit sekali
mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang untuk
membaca buku atau berkunjung ke perpustakaan.
Ketiga buku teks ilmiah kurang diminati untuk
103
dibaca karena beberapa hal di antaranya tulisannya
terlalu kaku, bahasanya sulit dipahami, layout yang
tidak menarik dan lain-lain. Keempat , intensitas
waktu yang diluangkan mahasiswa dalam membaca
relatif rendah, yaitu kurang dari 1 jam tiap
harinya bahkan ada yang tidak perna sama
sekali meluangkan waktu untuk membaca.kecuali
saat-saat menjelang ujian. Kelima faktor yang
menghambat mahasiswa dalam membaca, yang
paling besar adalah berasal dari dalam diri
mahasiswa yang ditunjukan dengan kebiasaan atau
kegemaran membaca yang sangat rendah.(
Hardianto, 2011:108)
Di samping faktor di atas penulis juga melihat
faktor kecemasan pada saat tampil di depan umum
juga memberikan pengaruh bagi mahasiswa ketika
menyampaikan materi. Faktor kecemasan ini juga
merupakan efek dari kurangnya persiapan yang
dimiliki mahasiswa. Baik persiapan secara fisik,
mental maupun penguasaan terhadap materi yang
akan disampaikan. Hal ini juga di dukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah, dan
Martunis Yahya yang menjelaskan bahwa penyebab
kecemasan mahasiswa FISIP dan FKIP Universitas
104
Syiah Kuala adalah kurangnya persiapan dan
pengalaman, faktor lingkungan sampai faktor
audiens yang hadir ( Hidayatullah, 2017:1)
105
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan terkait kompetensi profesional calon
guru PAI di IAIN Batusangkar maka di
dapatkan gambaran bahwa hasil persentase
untuk masing-masing item indikator didapatkan
bahwa dari 17 item yang diamati, ada 9 item
indikator berada dalam rentang > 60 dengan
kategori “mampu”. Sementara 8 item lainnya
diperoleh persentasenya < 60 dan berada dalam
kategori “cukup”.
Untuk persentase secara keseluruhan dari
17 item indikator yang diamati maka didapatkan
persentasenya sebesar 58,50%. Ini berarti bahwa
persentase yang didapatkan berada dalam
rentang < 60 dan berada dalam kategori
“cukup”. Artinya berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan maka diperoleh gambaran
bahawa kompetensi profesional calon guru PAI
di IAIN Batusangkar berada dalam kategori
“cukup”.
106
B. SARAN
Memiliki kompetensi profesional
merupakan suatu keniscayaan bagi guru. Oleh
sebab itu, sebagai calon guru di masa depan,
mahasiswa harus mempersiapkan diri lebih
maksimal lagi karena guru profesional tidak saja
dituntut untuk menguasai materi terkait
bidangnya, akan tetapi juga mesti memiliki
kemampuan dalam mengembangkan materi,
mengintegrasikan materi, serta mengkaitkannya
dengan isu-isu mutakhir. Bagi pihak terkait
seperti ketua jurusan dan dosen PAI hal ini juga
bisa menjadi evaluasi sehingga untuk ke depan
bisa mempersiapkan perencanaan dalam
menyiapkan calon guru yang profesional.
107
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mu‟tasim,A.2016.Menyoal Profesionalisme Guru
Profesional: Sebuah Telaah Kritis..Jurnal
Pendidikan Agama Islam , 2(2): 61-62
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta
Asril,Z.2010. Micro Teaching disertai dengan
Pedoman Pengalaman Lapangan,
Jakarta:Rajawali Pers
Daradjat, Zakiah.1994. Pendidikan Islam Dalam
Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara
Hardianto,D, 2011. Studi Tentang Minat Baca
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY,
Majalah Ilmiah Pembelajaran 1 (7);108
Ibrahim dan Syaodih. 2003, Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kunandar.2007.Guru Profesional Implementasi
KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Marno dan Idris.2014.Strategi, Metode, dan
Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan
Mengajar Secara Efektif& Edukatif),
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Muchith, Saekhan. 2009. Issu-Issu Kontemporer
Dalam Pendidikan Islam. Kudus: DIPA STAIN
Kudus
108
Muhaimin. 2005.Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Raja Grafindo
Perkasa
____________.2006. Nuansa Baru Pendidikan
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
____________ 2002. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Munadi,M.2012.Strategi Meningkatkan Mutu Calon
Guru Agama Islam, Jurnal IAIN Surakarta,
XVII (1): 36
Nasir,M.2013. Profesionalisme guru agama Islam
sebuah upaya peningkatan mutu melalui LPTK,
Jurnal Dinamika Ilmu, 13 (2): 194
Payong, R. Marseleus.2011, Seritifikasi Profesi
Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya, Jakarta : PT.Indeks Permata
Puri Media
Purwanto, Ngalim.2008. Ilmu Pendidikan Teoritis
dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia
2015.Dasar-Dasar Kependidikan.
Jakarta: Kalam Mulia
Sanjaya,Wina.2011. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
109
Syah, Muhibbin.2000.Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Guru. Bandung:
RemajaRosdakarya
Syaodih Sukmadinata, Nana.2009. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukadi. 2006.Guru Powerful, Guru Masa Depan,
Jakarta: Rieneka Cipta
Sulistyowati,Y.2012 Pengaruh Motivasi Belajar
Dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap
Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang
Tahun Pelajaran 2011/2012, Economic
Education Analysis Journal 1 (2): 2
Supriadi, Dedi.2002 Mengankat Citra Dan Martabat
Guru, Yogyakarta : Adi Citra Karya Nusa
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005.Kamus
BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Umar, Bukhari.2010.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Amzah
Undang-Undang Republik Sistem
PendidikanNasional(SISDIKNAS). 2003
Bandung: Citra Umbara
Undang-Undang Republik Indonesia. 2005. Guru
danDosen. Jakarta: Sinar Grafika
110
Usman, Uzer.2006, Menjadi Guru Profesional,
Bandung:Remaja Rosdakarya
Wibowo, Agus dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru
Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar