dummy book - litapdimas.kemenag.go.id

116
DUMMY BOOK ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL CALON GURU PAI DI IAIN BATUSANGKAR OLEH RIZKI PEBRINA, MA

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

DUMMY BOOK

ANALISIS KOMPETENSI

PROFESIONAL CALON GURU PAI

DI IAIN BATUSANGKAR

OLEH

RIZKI PEBRINA, MA

Page 2: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

i

DAFTAR ISI

Cover i

Daftar Isi………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………… iii ii

Abstrak………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………….... 1

B. Identifikasi Masalah……………………… 12

C. Batasan Masalah………………………......12

D. Rumusan Masalah………………………....12

E. Tujuan Penelitian………………………….12

F. Sasaran Penelitian ………………………. 13 7

G. Defenisi Operasional ……………………. 14

H. Kajian Riset Sebelunya…………………... 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru

1. Pengertian………………………………25

2. Calon Guru PAI………………………. 30

B. Kompetensi Profesional

1. Pengertian……………………………... 34

2. Indikator Kompetensi Profesional…….. 42

3. Faktor Yang Mempengaruhi

Kompetensi Profesional………………..53

Page 3: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

ii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian…………………………… 55

B. Populasi dan Sampel………………………56 56 .27

C. Instrumen Penelitian………………………63

D. Teknik Pengumpulan Data……………….. 68

E. Teknik Analisis Data………………………69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……………………………71

B. Pembahasan………………………………. 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan….……………………………..105

B. Saran……………………………………….106

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat NYA

sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan

Dummy Book ini. Dummy Book ini tidak akan bisa

dibuat tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak,

oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun materil demi

kesempurnaan Dummy Book ini. Dummy Book ini

berisikan tentang gambaran kompetensi profesional

calon guru PAI di IAIN Batusangkar. Menjadi

seorang guru tidak cukup hanya lulus secara

kualifikasi akademik tetapi juga mempunyai

serangkaian kompetensi yang akan mendukung

dalam menjalankan tugas keprofesionalan nya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, bagi calon guru

mesti mempersiapakan dan membekali diri dengan

serangkaian kompetensi yang dimaksud termasuk

kompetensi profesional yang akan dikupas lebih

mendalam di dalam Dummy Book ini

Wassalam

Penulis

Rizki Pebrina, MA

Page 5: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

iv

ABSTRAK

Guru merupakan salah satu komponen dalam

pendidikan dan mempunyai peranan yang sangat

besar terhadap keberlangsungan proses pendidikan.

Guru juga sangat menentukan terhadap keberhasilan

proses pembelajaran yang dilakukan. Upaya

perbaikan apapun yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan

memberikan pengaruh yang signifikan tanpa

didukung oleh guru yang profesional dan

berkualitas. Oleh sebab itu agar proses pendidikan

berhasil dan berjalan secara maksimal, seorang guru

harus memenuhi kualifikasi secara akademik dan

juga memiliki berbagai kompetensi yang akan

mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan yang

telah dirumuskan. Memiliki kompetensi profesional

merupakan suatu keharusan bagi guru dan calon

guru. Sehingga dengan adanya kompetensi tersebut

guru/calon guru dituntut mampu menguasai ilmu

yang akan diajarkan di sekolah/madrasah. Sehingga

guru dapat menjalankan tugas keprofesionalannya

dengan baik dan maksimal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif, dengan melakukan observasi terhadap

Page 6: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

v

penampilan mahasiswa. Adapun yang menjadi

populasi yaitu mahasiswa PAI semester VI tahun

akademik 2017/2018 dengan jumlah sampel

sebanyak 33 orang. Teknik analisis data dilakukan

dengan cara analisis statistik deskriptif. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan terkait

kompetensi profesional calon guru PAI di IAIN

Batusangkar maka di dapatkan gambaran bahwa

untuk persentase masing-masing item indikator

diperoleh hasil 9 item masuk ke dalam kategori

“mampu” sementara 8 item lainnya berada dalam

kategori “cukup”. Untuk hasil persentase secara

keseluruha terkait kompetensi profesional calon guru

PAI di IAIN Batusangkar dengan jumlah indikator

sebanyak 17 item, maka di dapatkan hasilnya

sebesar 58,50% dengan kategori “cukup mampu”

Kata Kunci : Kompetensi Profesional Calon Guru

PAI

Page 7: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya

yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia. Artinya,

melalui pendidikan potensi yang dimiliki oleh

setiap manusia bisa lebih dikembangkan

sehingga dapat menghasilkan manusia yang

memiliki berbagai kemampuan sehingga bisa

dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya, sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara (UU Sisdiknas, 2003). Lebih

lanjut dalam UU tersebut Pasal 3 dijelaskan

bahwa bahwa;

Page 8: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

2

“Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa

pendidikan merupakan sebuah sistem, dimana

dalam pelaksanaan pendidikan mesti di dukung

oleh beberapa komponen yang saling terkait

antara satu dengan yang lainnya. Artinya proses

pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika

komponen-komponen yang terkait tidak

menyatu serta menjalin kerjasama. Adapun

komponen yang yang dimaksud yang akan

mendukung terlaksananya proses pendidikan

antara lain guru, siswa, kurikulum, tujuan,

sarana prasarana dan lainnya.

Guru merupakan salah satu komponen

Page 9: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

3

dalam pendidikan dan mempunyai peranan yang

sangat besar terhadap keberlangsungan proses

pendidikan. Artinya, guru memegang peranan

yang utama dalam pembangunan pendidikan,

khususnya yang diselenggarakan secara formal

di sekolah. Guru adalah orang yang memiliki

keahlian khusus dalam mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih dan

mengevaluasi peserta didik serta mempunyai

jabatan profesional yang mempunyai wewenang

dan tanggung jawab terhadap peserta didik baik

di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Guru juga sangat menentukan terhadap

keberhasilan proses pembelajaran yang

dilakukan. Upaya perbaikan apapun yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan tidak akan memberikan pengaruh

yang signifikan tanpa didukung oleh guru

yang profesional dan berkualitas. (Mulyasa,

2008:5) Oleh sebab itu agar proses pendidikan

berhasil dan berjalan secara maksimal, seorang

guru harus memenuhi kualitikasi secara

akademik dan juga memiliki berbagai

kompetensi yang akan mempengaruhi

Page 10: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

4

pencapaian tujuan pendidikan yang telah

dirumuskan.

Kompetensi guru adalah kemampuan yang

harus dimiliki guru dalam menjalankan tugas

dan tanggung jawabnya. Kompetensi juga

diartikan dengan seperangkat penguasaan

kemampuan yang harus ada dalam diri guru

agar dapat mewujudkan kinerjanya secara

tepat dan efektif (Kunandar, 2007:55).

Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa “

kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

dalam melaksanakan tugasnya (2006:7).

Ada empat kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru yaitu 1) kompetensi

paedagogik, 2) kompetensi personal, 3)

kompetensi personal dan 4) kompetensi

profesional. Kompetensi paedagogik adalah

kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran. Untuk bisa mengelola

pembelajaran, guru harus memiliki wawasan

terkait teori kependidikan serta mampu

Page 11: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

5

mengembangkan silabus yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

Adapun kompetensi personal yaitu

kemampuan pribadi yang harus dimiliki oleh

seorang guru.

Di antaranya adalah jujur, berwibawa,

mempunyai akhlak, disiplin, adil, dan sifat-

sifat terpuji alainnya. Kompetensi sosial

terkait dengan bagaimana guru mampu

menjalin hubungan baik dengan lingkungan

sosialnya. Baik hubungan guru dengan

sesama guru, guru dengan siswa, ataupun

hubungan guru dengan masyarakat.

Kompetensi yang juga sangat penting dimiliki

oleh seorang guru adalah kompetensi

profesional. Kompetensi ini terkait dengan

kemampuan guru dalam menguasai materi

yang akan ia ajarkan kepada siswa.

Kompetensi profesional merupakan salah

satu aspek yang mesti dimiliki oleh seorang

guru dan calon guru. Kompetensi profesional

yaitu kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya untuk membimbing peserta

Page 12: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

6

didik dalam memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Pendidikan

Nasional (Triyanto, 2007:72). Kompetensi

profesional besar pengaruhnya terhadap kualitas

dari seorang guru pada saat melakukan

pembelajaran. Guru yang memiliki kompetensi

profesional akan tercermin dalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan

keahliannya baik dalam menyampaikan materi

maupun dalam menggunakan metode

pembelajaran.

Di samping itu, kompetensi profesional

juga memberikan pengaruh terhadap motivasi

dan hasil belajar siswa. Artinya guru yang tidak

profesional akan memberikan efek terhadap

proses pembelajaran yang dilakukan. Hal

senada juga digambarkan dari hasil penelitian

sebelumnya yang ditulis oleh Sulistyowati, dkk

tentang pengaruh motivasi belajar dan

kompetensi profesional guru terhadap prestasi

belajar mata pelajaran IPS Ekonomi siswa kelas

VII SMP Negeri 3 Magelang. Hasilnya

diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang antara

kompetensi profesional guru terhadap prestasi

Page 13: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

7

belajar siswa dengan nilai kontribusi parsial

sebesar 28,40% (Sulistyowati,2012:2)

Oleh sebab itu, salah satu upaya yang bisa

dilakukan untuk mempersiapkan guru yang

profesional, adalah dengan cara membekali para

calon guru dengan serangkaian pengetahuan baik

terkait bidang keilmuannya ataupun ilmu lain yang

berhubungan dengan bidang yang diajarkannya.

Seseorang yang hendak menjadi guru harus

melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Pada

saat sekarang guru dituntut mempunyai ijazah

S1 atau sarjana Fakultas Tarbiyah. Dari Fakultas

tersebut diharapkan dapat membantu

pematangan para mahasiswa dalam hal

kepribadian guru, pembekalan mereka dengan

berbagai cabang ilmu jiwa yang membantu

pemahaman peserta didik di samping

penguasaan materi bidang studi yang akan

diajarkannya. (Zakiah Daradjat,1994:95)

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

merupakan salah satu jurusan yang ada di bawah

ruang lingkup Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Page 14: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

8

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Jurusan PAI

adalah

1. Menghasilkan tenaga pendidik PAI

yang beriman, bertaqwa, berakhlak

mulia, mandiri, serta bertanggung

jawab.

2. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang

menguasai materi PAI di

madrasah/sekolah.

3. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang

mampu merancang, melaksanakan, serta

mengevaluasi pembelajaran pendidikan

agama Islam di madrasah/sekolah.

4. Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang

mampu melakukan penelitian dalam

bidang agama islam di

sekolah/madrasah.

5. Menghasilkan penelitian dengan

melibatkan mahasiswa agar

menghasilkan tenaga pendidik PAI yang

dapat mengembangkan kemampuannya

dalam bidang pendidikan agama Islam di

sekolah/madrasah.

Page 15: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

9

Tujuan di atas merupakan sasaran yang akan

dicapai oleh Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Oleh sebab itu, dibuat sebuah kebijakan bahwa

mahasiswa yang akan melaksanakan PPL harus

mengambil serangkaian mata kuliah prasyarat

agar bisa mengikuti PPL. Di antaranya harus

mengambil mata kuliah terkait materi PAI yang

terdiri dari materi fiqih, materi quran hadits,

materi aqidah akhlak, materi SKI. Mata kuliah

materi PAI ini diberikan dengan harapan setelah

menyelesaikan mata kuliah tersebut, mahasiswa

mempunyai serangkaian pengetahuan dan

pemahaman seta menguasai materi yang akan

diajarkan di madrasah/ sekolah sehingga dapat

mereka bisa menjadi guru yang profesional

dibidangnya.

Kebijakan di atas diharapkan efektif dalam

upaya menghasilkan calon guru Pendidikan

Agama Islam yang memiliki kompetensi serta

dapat bersaing di tengah-tengah masyarakat.

Karena di masa depan persaingan semakin ketat.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang

ditulis oleh M. Nasir tentang Profesionalisme

Guru Agama Islam ( Sebuah Upaya Peningkatan

Page 16: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

10

Mutu Melalui LPTK yang menjelaskan bahwa

tantangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di

masa depan sangat besar dan berat. Oleh sebab

itu, diperlukan profil guru yang ideal dan

profesional yang mampu melakukan tugas

pengajaran dan pendidikan untuk menghadapi

berbagai tantangan zaman di masa depan. Guru

ideal dan profesional yang diharapkan adalah

guru PAI yang memiliki empat kompetensi utama

yaitu kompetensi paedagogik, personal, sosial dan

profesional.( Nasir, 2013).

Memiliki kompetensi profesional merupakan

suatu keniscayaan bagi guru dan calon guru,

menurut Munadi dalam penelitiannya yang

berjudul strategi meningkatkan mutu calon guru

agama Islam diperlukan berbagai strategi untuk

mewujudkannya. Di antaranya 1) dimulai pada

saat rekruitmen mahasiswa yang dilakukan

melalui tes dan non tes, 2) penguatan Ilmu Dasar

Keislaman diberikan dengan cara mentoring

kokurikuler, 3) penguatan konten PAI, 4)

penguatan kompetensi pedagogik. Strategi ini

ditempuh dengan cara memecah mata kuliah

Pendidikan Agama Islam menjadi dua peruntukan

Page 17: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

11

yakni untuk memenuhi kebutuhan menjadi guru

Agama Islam di sekolah dan menjadi guru Agama

Islam di madrasah. Dalam rangka memenuhi

kebutuhan menjadi guru di madrasah,

pembelajaran Agama Islam diuraikan menjadi

lebih spesifik dan disesuaikan dengan pembagian

bidang studi keagamaan Islam di madrasah,

seperti bidang studi Akidah, Akhlak, Fiqih,

Tafsir, Hadis, Tasawuf, Mantiq dan al-

Qur‟an.(Munadi 2012).

Pada dasarnya hasil penelitian yang telah

dipaparkan di atas menguatkan bahwa

kompetensi profesional merupakan suatu

keharusan bagi guru dan calon guru. Sehingga

dengan adanya kompetensi tersebut guru dituntut

mampu menguasai ilmu yang akan diajarkan di

sekolah/madrasah. Sehingga guru dapat

menjalankan tugas keprofesionalannya dengan

baik dan maksimal. Berdasarkan fenomena di atas

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dan kajian yang lebih mendalam dengan judul

penelitian “Analisis Kompetensi Profesional

Calon Guru PAI di IAIN Batusangkar”

Page 18: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

12

B. Identifikasi Masalah

1. Pentingnya kompetensi profesional bagi

guru dan calon guru

2. Kompetensi profesional memberikan

pengaruh terhadap pelaksanaan

pembelajaran.

3. Tantangan guru PAI masa depan adalah

menjadi guru yang inspiratif,, ideal dan

profesional.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka

penulis menfokuskan pada kompetensi

profesional calon guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) di IAIN Batusangkar

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka

rumusan masalahnya adalah Bagaimana

kompetensi profesional calon guru Pendidikan

Agama Islam (PAI) di IAIN Batusangkar?

E. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana gambaran kompetensi

profesional calon guru Pendidikan Agama

Islam (PAI) di IAIN Batusangkar.

Page 19: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

13

F. Sasaran Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi:

1. Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam

Hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan bagi ketua jurusan PAI untuk

dapat mengevaluasi kebijakan terkait

rancangan kurikulum PAI untuk masa

yang akan datang.

2. Dosen yang mengampu mata kuliah

materi PAI

Penelitian ini juga dapat memberikan

masukan kepada dosen yang mengajar

mata kuliah materi PAI agar dapat

meningkatkan bimbingan serta

melakukan pendampingan lebih

maksimal lagi bagi mahasiswa yang

akan menjadi calon guru PAI.

3. Peneliti

Untuk mendapatkan data terkait

bagaimana gambaran penguasaan materi

serta faktor yang mempengaruhi

penguasaan materi calon guru PAI di

IAIN Batusangkar.

Page 20: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

14

G. Defenisi Operasional

1. Kompetensi Profesional yaitu

kemampuan guru dalam menguasai

materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkannya

untuk dapat membimbing peserta didik

dalam memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar

Pendidikan Nasional (Triyanto,

2007:72). Dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan kompetensi

profesional adalah kemampuan

mahasiswa dalam menguasai materi

yang akan diajarkan kepada siswa di

sekolah/ madrasah secara luas dan

mendalam.

2. Calon Guru PAI yaitu mahasiswa

jurusan PAI yang akan melaksanakan

PPL di sekolah/ madrasah semester

ganjil tahun akademik 2018/2019.

H. Kajian Riset Sebelumnya

Penelitian yang relevan dan berkaitan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang berjudul “Profesionalisme

Page 21: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

15

Guru Agama Islam ( Sebuah Upaya

Peningkatan Mutu Melalui LPTK” yang

ditulis oleh Muhammad Nasir (Dosen

Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda) pada

tahun 2013. Hasil penelitian ini berkaitan

dengan bagaimana mempersiapakan guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) masa

depan yang mampu menghadapi berbagai

problem global dan problem local.

Tantangan guru Pendidikan Agama

Islam (PAI) di masa depan sangat besar

dan berat. Oleh karena itu, diperlukan

profil guru ideal dan profesional yang

mampu melakukan tugas pengajaran dan

pendidikan untuk menghadapi barbagai

tantangan zaman di masa depan. Untuk

mencetak guru ideal dan profesional

seperti di atas, maka diperlukan Lembaga

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(LPTK) yang professional dan ideal pula.

2. Jurnal yang ditulis oleh Abhanda Amra

yang berjudul “profesionalisme guru

untuk meningkatkan mutu pendidikan di

era teknologi informasi”. Tahun 2011.

Page 22: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

16

Hasil penelitian tersebut adalah guru masa

depan adalah kemampuan merencanakan

dan mengelola perubahan baik yang

bersifat kebijakan administratif maupun

sub- stansi pendidikan yang bersifat

makro, messeo dan mikro. Perubahan

merupakan bagian dari kehidupan yang

tidak dapat dielakkan, teristimewa

berkaitan dengan pelayanan pendidikan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

masa depan. Oleh sebab itu seorang guru

dituntut mampu 1) Menerima perubahan

sebagai suatu cirri kehidupan, 2)

Memahami berbagai akibatnya bagi

organisasi pendidikan, 3)

Mengidentifikasi perlunya perubahan,4)

Merencanakan, melaksanakan, serta

mengevaluasi perubahan.

3. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad

Munadi dkk yang berjudul strategi

meningkatkan mutu calon guru agama

Islam, IAIN Surakarta tahun 2012. Hasil

penelitiannya Strategi meningkatkan

mutu calon Guru (Agama) Pendidikan

Page 23: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

17

Agama Islam yang dilakukan oleh

Program Studi PAI Universitas

Muhammadiyah Surakarta meliputi: 1)

rekruitmen mahasiswa ditempuh melalui

tes dan non tes, 2) penguatan Ilmu Dasar

Keislaman diberikan dilakukan dengan

cara mentoring kokurikuler. Strategi ini

dilaksanakan dengan cara mendidik

mahasiswa untuk menjadi mentee, mentor

dan “pengelola lembaga pendidikan”.

Kegiatan ini dilakukan di awal semester

selama satu tahun, 2) penguatan konten

PAI.

Strategi ini ditempuh dengan cara

memecah Mata Kuliah Pendidikan Agama

Islam menjadi dua peruntukan yakni

untuk memenuhi kebutuhan menjadi guru

Agama Islam di sekolah dan menjadi guru

Agama Islam di madrasah. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan menjadi guru di

madrasah, pembelajaran Agama Islam

diuraikan menjadi lebih spesifik dan

disesuaikan dengan pembagian bidang

studi keagamaan Islam di madrasah,

Page 24: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

18

seperti Bidang Studi Akidah, Akhlak,

Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf, Mantiq dan

al-Qur‟an; 3) penguatan kompetensi

pedagogik. Strategi ini ditempuh dengan

cara memberikan Mata Kuliah Komputer

Studi Islam. Cara ini ditempuh dalam

rangka membekali mahasiswa dengan

pengetahuan aplikatif Agama Islam

berbasis internet agar mahasiswa dapat

meng-up-date materi PAI di laman-laman

yang direferensikan.

4. Jurnal yang ditulis oleh M. Saekan

Muchith, tahun 2016 yang berjudul Guru

PAI yang Profrsional. Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan diperoleh

gambaran bahwa Perkembangan atau

dinamika ilmu pengetahuan, teknologi dan

budaya yang sangat cepat mengharuskan

guru PAI selalu meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan dalam

menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya sebagai guru yang profesional.

Guru PAI yang profesional memiliki

perbedaan yang esensial jika dibanding

Page 25: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

19

guru non PAI yang profesional khususnya

jika dilihat dari ruanglingkup wilayah

materi PAI dan karakteristik materi PAI

yang berbeda dengan materi pelajaran non

PAI. Guru PAI yang profesional selain

memiliki kreteria guru profesi juga harus

memiliki kreteria sebagai pendakwah

Islam, sebagai pelaksana nilai nilai ajaran

Islam dan juga sebagai contoh atau model

umat beragama yang baik dan benar bagi

masyarakat.

5. Jurnal yang ditulis oleh Amru Almu‟tasim

tahun 2016 tentang Menyoal

Profesionalisme Guru Profesional:

sebuah telaah kritis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa guru adalah salah

satu komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan

dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial dalam

pembangunan. Oleh karena itu, guru

haruslah sosok yang dapat „digugu‟ dan

„ditiru‟. Guru harus berperan serta aktif

dan menempatkan kedudukannya sebagai

Page 26: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

20

tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan

masyarakat yang semakin berkembang.

6. Jurnal yang ditulis oleh Sulistyowati dkk

tahun 2012 yang berjudul Pengaruh

Motivasi Belajar Dan Kompetensi

Profesional Guru Terhadap Prestasi

Belajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi

Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang.

Hasil penelitiannya menggambarkan

bahwa Ada pengaruh yang signifikan

antara motivasi belajar terhadap prestasi

belajar ekonomi siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Magelang dengan nilai

kontribusi parsial sebesar 22,09%. Ada

pengaruh yang signifikan antara kom-

petensi profesional guru terhadap prestasi

belajar ekonomi siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Magelang dengan nilai

kontribusi parsial sebesar 28,40%.

7. Jurnal yang ditulis oleh Musa Al-Fadhil

tahun 2013 tentang kompetensi

profesional guru. Hasilnya adalah

peningkatan kompetensi profesional guru

merupakan kegiatan yang harus dilakukan

Page 27: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

21

secara rutin dan terus menerus. Dual

Mode System sebagai salah satu program

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan diharapkan mampu

mewujudkan dan mencetak guru-guru

yang handal dan profesional.

8. Penelitian yang berjudul hubungan antara

kompetensi profesionalisme guru dan

kinerja guru di SMA xxx Tangerang yang

ditulis oleh Deny Surya Saputra. Hasil

penelitiannya menggambarkan bahwa

Guru di SMA XXX Tangerang lebih

banyak tergolong ke dalam tingkat

kompetensi profesionalisme yang rendah

jika dibandingkan dengan rata-rata guru di

SMA XXX Tangerang. Artinya, dalam

ruang lingkup rata-rata guru di SMA XXX

Tangerang, ada guru yang termasuk ke

dalam tingkat kompetensi profesionalisme

yang rendah. Fakta ini juga menunjukkan

bahwa adanya ketidaksesuaian dengan

criteria kompetensi kompetensi

profesionalisme guru dalam hal

kompetensi kognitif, afektif, dan

Page 28: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

22

psikomotorik. Dalam hal ini, secara

khusus guru dengan tingkat kompetensi

profesionalisme rendah pada umumnya

memiliki skor rendah pada kompetensi

kognitif dan kompetensi afektif. Hal

tersebut terlihat pada jawaban item

kompetensi kognitif dan kompetensi

afektif yang memiliki skor rendah.

9. Jurnal yang ditulis oleh Rosidin tahun

2016 yang berjudul strategi peningkatan

kinerja pendidik professional berbasis

etos kerja qur’ani. Ada tiga simpulan

penelitian ini. Pertama, “kesadaran diri”

merupakan konsep kunci etos kerja

Qur‟ani dalam meningkatkan kinerja

pendidik profesional. Detailnya,

peningkatan kompetensi profesional

melalui kesadaran atas kewajiban asasi

pendidik; peningkatan kompetensi

pedagogik melalui kesadaran atas hak

asasi peserta didik; peningkatan

kompetensi kepribadian melalui kesadaran

atas kekurangan diri sendiri; peningkatan

kompetensi sosial melalui kesadaran atas

Page 29: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

23

kelebihan orang lain. Kedua, strategi

implementasi kesadaran diri dalam

meningkatkan kinerja pendidik

professional bersifat teologis (iman),

teoretis (ilmu), praktis (amal) dan

moralistis (akhlak). Ketiga, ada tiga

tingkatan kualitas implementasi kesadaran

diri, yaitu di bawah standar (zhalim);

sesuai standar (muqtashid); dan di atas

standar (sabiq).

10. Penelitian yang berjudul penguatan

kompetensi calon guru melalui program

magang pada mahasiswa PGSD FKIP

UMS yang ditulis oleh Achmad Fathoni,

dkk tahun 2013. Hasil penelitian ini

adalah bahwa Penguatan Kompetensi

Paedagogik meliputi 1)mahasiswa

magang memahami istilah kurikulum 2)

mahasiswa memiliki kemampuan

merumuskan indikator pembelajaran. 3)

.Mahasiswa magang memiliki

kemampuan menyiapkan bahan

pelajaran.4).mahasiswa magang

menguasai pengetahuan keguruan. 5)

Page 30: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

24

mahasiswa magang mengusai

pengetahuan yang diajarkan. Penguatan

Kompetensi Profesional meliputi 1)

mahasiswa magang mempunyai peryaca

diri.2) mahasiswa magang memiliki

konsekuensi & persiapan dalam profesi.3)

mahasiswa magang selalu mengevaluasi

kelemahan diri. Penguatan Kompetensi

Sosial meliputi 1) mahasiswa memiliki

kemampuan berkomunikasi. 2) mahasiswa

memiliki kemampuan berorganisasi.

Penguatan Kompetensi Kepribadian

meliputi 1).mahasiswa terampil dalam

mengorganisasikan urutan materi. 2)

mahasiswa terampil dalam menyiapkan

bahan pembelajaran.3)mahasiswa terampil

merumuskan indikator pembelajaran. 4)

mahasiswa menguasai pengetahuan

keguruan. 5) mahasiswa mengusai

pengetahuan yang diajarkan.

Page 31: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

25

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru

1. Pengertian

Istilah guru merupakan istilah yang

sangat sering disebut dalam dunia

pendidikan. Secara sederhana guru berasal

dari dua kata yaitu ”digugu” dan ”ditiru”.

Digugu adalah ucapannya dapat dipercayai.

Sedangkan ditiru berarti segala tingkah

lakunya harus dapat menjadi contoh atau

tauladan bagi masyarakat. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan

sebagai orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya, profesinya) mengajar

(KBBI,2005:377).Oleh sebab itu, untuk

menjadi guru, seseorang harus memenuhi

persyaratan profesi. Guru merupakan

profesi, jabatan dan pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus, dan

pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang

kependidikan.(Sukadi,2006:8).

Page 32: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

26

Menurut Undang-Undang No. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen

dijelaskan bahwa guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.Guru mempunyai

kedudukan sebagai tenaga profesional pada

jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan anak usia dini

pada jalur pendidikan formal yang diangkat

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Guru merupakan salah satu

komponen dalam proses pendidikan yang

ikut bergerak aktif dalam pembentukan

Sumber Daya Manusia (SDM). Guru

merupakan ujung tombak pendidikan, sebab

guru secara langsung berupaya

mempengaruhi, dan mengembangakan

pengetahuan siswa sehingga siswa menjadi

manusia yang cerdas, terampil dan

bermoral. (Ngaimun Naim, 2009:1).

Page 33: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

27

Dalam konteks pendidikan Islam,

guru adalah semua pihak yang berusaha

memperbaiki orang lain secara Islami.

Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu),

paman, kakak, tetangga, tokoh agama,

tokoh masyarakat, dan masyarakat luas.Ada

beberapa istilah dalam bahasa Arab yang

biasa dipakai sebagai sebutan bagi para

guru, yaitu ustâdz, mu’allim, mursyîd,

murabbî, mudarris, dan muaddib. Istilah-

istilah ini, dalam penggunaannya, memiliki

makna tertentu. Muhaimin (2005:50)

memberikan pengertian yang berbeda untuk

masing-masing istilah guru di atas. Dapat

dilihat di dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 1.1

Istilah guru dalam Bahasa Arab

No

Predikat

Karakteristik

1

Ustadz

Orang yang berkomitmen

terhadap profesionalisme, yang

melekat pada dirinya sikap

Page 34: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

28

dedikatif, komitmen terhadap

mutu, proses, dan hasil kerja,

serta sikap continous improvement

2

Mu’allim

Orang yang menguasai ilmu dan

mampu mengembangkannya serta

menjelaskan fungsinya dalam

kehidupan, menjelaskan dimensi

teoritis dan praktisnya, atau

sekaligus melakukan transfer

ilmu/pengetahuan, internalisasi,

serta amaliah.

3

Murabbî

Orang yang mendidik dan

menyiapkan peserta didik agar

mampu berkreasi, serta mampu

mengatur dan memelihara hasil

kreasinya untuk tidak

menimbulkan malapetaka bagi

dirinya, masyarakat dan alam

sekitarnya.

4

Mursyîd

Orang yang mampu menjadi model

atau sentral identifikasi diri, atau

menjadi pusat panutan, teladan dan

konsultan bagi peserta didiknya.

Page 35: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

29

Di samping istilah-istilah atau predikat di

atas, dalam tradisi Islam Indonesia ditemukan

pula beberapa predikat bagi guru yang

biasanya berbeda dalam setiap daerah.

Misalnya, Kyai di pulau Jawa dan Madura,

Ajengan di Jawa Barat, Tuan Guru di Lombok,

dan Teuku di Aceh.

Dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa guru adalah orang yang

5

Mudarris

Orang yang memiliki kepekaan

intelektual dan informasi, serta

memperbaharui pengetahuan dan

keahliannya secara berkelanjutan,

dan berusaha mencerdaskan

peserta didiknya, memberantas

kebodohan mereka, serta melatih

keterampilan sesuai dengan bakat,

minat dan kemampuannya.

6

Mu-

addib

Orang yang mampu menyiapkan

peserta didik untuk

bertanggungjawab dalam

membangun peradaban yang

berkualitas di masa depan.

Page 36: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

30

bertanggung jawab dalam membimbing,

melatih, mengarahkan dan membentuk

kepribadian anak didiknya dalam

perkembangan sikap jasmani maupun rohani

agar mencapai kedewasaan maupun

melaksanakan tugasnya sebagai makhluk

Allah SWT dan sebagai pengganti orang tua

dalam mendidik anak di lembaga formal.

Dengan demikian seorang gru tidak hanya

mengajarkan ilmu pengetahuan saja, akan

tetapi juga harus membentuk watak dan

karakter peserta didik dengan memberikan

pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama

Islam.

2. Calon Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pada dasarnya melalui istilah guru,

sudah tencakup di dalamnya setiap orang

yang bertanggung jawab dalam membimbing,

melatih, mengarahkan dan membentuk

kepribadian anak didiknya. Seorang guru

disebut Guru Pendidikan Agama Islam karena

tugas utamanya terletak pada kemampuan

membelajarkan bagaimana agama Islam bisa

dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik

secara tepat dan proporsional.

Page 37: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

31

PAI memiliki ruang lingkup sangat luas,

antara lain menyangkut tentang materi yang

bersifat normatif (al-Qur„an), keyakinan atau

kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan

(aqidah), tatacara norma kehidupan manusia

(Syariah/Fiqh), sikap dan perilaku inter dan

antar manusia (akhlak) dan realitas masa lalu

(sejarah/tarikh) (Putra dan Lisnawati, 2013).

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan

proses bimbingan dan arahan yang dilakukan

secara sadar dan terencana untuk memberi

pemahaman terhadap pesan yang terkandung

di dalam agama Islam secara utuh dan

komprehensif. Dengan kata lain, PAI

merupakan proses memahamkan nilai-nilai

atau pesan yang terkandung dalam agama

Islam yang meliputi tiga aspek yang tidak bisa

dipisahkan yaitu aspek knowing, doing dan

being.

Pelajaran PAI memiliki karakteristik

yang bersifat integral, lintas sektor dan zig

zag. Artinya pelajaran PAI selalu berkaitan

dengan ilmu ilmu lain di luar PAI misalnya

berkaitan dengan ilmu psikologi, sosiologi,

Page 38: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

32

geografi, ilmu manajemen dan ilmu lainnya.

Pelajaran PAI akan dipahami secara utuh oleh

siswa jika materi tersebut disampaikan dengan

didukung dengan penjelasan ilmu lain di luar

PAI. Oleh karenaitu, guru PAI mesti memiliki

pengetahuan tidak saja terkait bidang ilmu

yang akan di ajarkan tetapi juga ilmu lain yang

terkait dengan PAI.

Lebih lanjut PAI dapat dipahami dari

beberapa sudut pandang, yaitu 1) dari sudut

pandang simbol, PAI sebagai proses atau

lembaga yang secara formal menggunakan

istilah yang relevan dengan agama Islam,

seperti madrasah, pondok pesantren, majelis

ta„lim, atau menggunakan nama Islam, seperti

SD Islam Terpadu, SMP Islam terpadu, SMA

Islam terpadu. Pengertian PAI dalam sudut

pandang ini hanya didasarkan formalitas

kelembagaan; 2) dari sudut pandang subyek

pengelola, PAI merupakan suatu proses atau

lembaga yang dilaksanakan atau dikelola oleh

orang-orang yang memiliki komitmen untuk

mengembangkan nilai-nilai agama Islam, 3)

dari sudut pandang materi, PAI sebagai proses

Page 39: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

33

dan atau lembaga yang mengajarkan tentang

nilai-nilai atau ruang lingkup agama Islam.

Profesi pendidikan yang bertugas mengajarkan

atau mendidik materi agama Islam maka

disebut guru agama Islam.(M. Saekan

Muchith,2016: 221).

Dari paparan di atas dapat dipahami

bahwa yang dimaksud dengan calon guru PAI

adalah calon guru atau pendidik yang akan

mengajar atau memberikan wawasan terkait

Pendidikan Agama Islam yang bersumber dari

al-Quran dan hadits baik pada sekolah atau

madrasah. Calon guru PAI juga bisa diartikan

dengan mahasiswa calon lulusan program

studi/jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

pada Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

yang berada di bawah naungan Kementerian

Agama yang secara formal lulusannya

dipersiapkan untuk menjadi guru PAI di

Sekolah atau menjadi guru bidang studi Al-

Qur‟an al-Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan

Sejarah Peradaban Islam di Madrasah

Perubahan yang cepat pada dunia kerja,

baik dalam bidang pendidikan maupun dalam

Page 40: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

34

bidang lainnya, menuntut Perguruan Tinggi

Agama Islam harus mempersiapkan dengan

sungguh-sungguh calon tenaga pendidik dan

tenaga kependidikan yang ia bina. Sebagai

calon guru Agama Islam dan calon tenaga

kependidikan, seluruh mahasiswa harus

dididik dan dilatih agar memiliki berbagai

kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja.

(Munadi,2012:37).

Adapun yang penulis maksud dengan

calon guru PAI pada penelitian ini adalah

mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan di Institut Agama Islam Negeri

Batusangkar yang nantinya akan

menyelesaikan pendidikan formal (Sarjana)

dan akan mengajar mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di sekolah atau madrasah.

B. Kompetensi Profesional

1. Pengertian

Kompetensi (competency) adalah

kemampuan atau kecakapan. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesiakompetensi

diartikan sebagai kewenangan/kekuasaan

untuk menentukan (memutuskan sesuatu).

Page 41: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

35

(KBBI,2002:584). Menurut UU No.14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1

Ayat 10 dijelaskan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Padanan kata yang berasal

dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan

yang lebih relevan dengan pembahasan ini

adalah proficiency and ability yang

memiliki arti kurang lebih sama yaitu

kemampuan.

Kompetensi tidak hanya terkait dengan

kesuksesan seseorang dalam menjalankan

tugasnya, tetapi apakah ia juga berhasil

bekerja sama dalam sebuah tim, sehingga

tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan.

Kompetensi adalah kemampuan untuk

mencapai tujuan organisasi, tujuan lembaga

hanya munngkin tercapai ketika individu

dalam lembaga itu bekerja sebagai tim

sesuai standar yang diterapkan.

Menurut Gordon sebagaimana yang

Page 42: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

36

dikutip E. Mulyasa (2002: 39) menjelaskan

beberapa aspek atau ranah yang terkandung

dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge) yaitu

kesadaran dalam bidang kognitif.

b. Pemahaman (understanding) yaitu ke

dalaman kognitif, dan afektif yang

dimiliki oleh individu.

c. Kemampuan (skill) adalah sesuatu

yang dimiliki individu untuk

melakukan tugas atau pekerjaan yang

dibebankan kepadanya.

d. Nilai (value) adalah suatu standar

perilaku yang telah diyakini dan

secara psikologis telah menyatu

dalam diri seseorang.

e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau

reaksi terhadap sesuatu rangsangan

yang datang dari luar.

f. Minat (interest) adalah

kecenderungan seseorang untuk

melakukan sesuatu perbuatan.

Kompetensi guru merupakan perpaduan

antara kemampuan personal, keilmuan,

Page 43: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

37

teknologi, sosial, dan spiritual yang secara

kaffah membentuk kompetensi standar profesi

guru, yang mencakup penguasaan materi,

pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pengembangan

pribadi dan profesionalisme. Artinya dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

seorang guru mesti mempunyai serangkaian

kompetensi atau kemampuan sehingga

mencapai tujuan secara maksimal. Muhibbin

Syah (2000:229) mengemukakan bahwa

kompetensi guru adalah kemampuan seorang

guru dalam melaksanakan kewajiban-

kewajibannya secara bertanggung jawab dan

layak.

Kompetensi seorang guru sangat

menentukan terhadap kelangsungan proses

belajar mengajar, karena dengan mempunyai

serangkaian kompetensi, guru dapat memenuhi

kebutuhan yang diperlukan pendidikan secara

material. Memiliki kompetensi merupakan hal

utama dan pertama bagi individu khususnya

guru dalam melaksanakan pendidikan.

Keberhasilan seseorang dalam mendidik

Page 44: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

38

merupakan prestasi atau sumbangan yang amat

berharga, baik secara kualitatif maupun

kuantitatif yang terukur dalam rangka

membantu tercapainya tujuan sekolah. Agar

fungsi guru sekolah berhasil dalam

memberdayakan segala sumber daya lembaga

pendidikan diperlukan seorang guru yang

memiliki berbagaikemampuan baiksecara

personal, sosial, professional serta memahami

ilmu dalam mengajar atau mendidik.

Menurut Hamalik (2004) ada 4 alasan

pentingnya kompetensi guru bagi dunia

pendidikan antara lain:

1) Kompetensi guru sebagai acuan

dalam penerimaan guru

Perlu ditentukan secara umum

jenis kompetensi apa yang perlu

dipenuhi sebagai syarat agar seseorang

dapat menjadi guru. Dengan adanya

syarat sebagai criteria penerimaan calon

guru, maka akan terdapat pedoman bagi

administrator dalam memilih mana yang

diperlukan untuk satu sekolah. Asumsi

yang mendasari criteria ini adalah bahwa

Page 45: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

39

setiap calon guru yang memenuhi syarat

tersebut, diharapkan atau diperkirakan

bahwa calon guru tersebut akan berhasil

mengemban tugasnya selaku pengajar di

sekolah.

2) Kompetensi guru penting dalam

rangka pembinaan guru

Jika telah ditentukan jenis

kompetensi guru yang diperlukan, maka

atas dasar ukuran itu akan dapat

diobservasi dan ditentukan guru yang

telah memiliki kompetensi penuh dan

guru yang masih kurang memadai

kompetensinya. Informasi tentang hal ini

sangat diperlukan oleh para

administrator dalam usaha pembinaan

dan pengembangan terhadap para guru.

3) Kompetensi guru penting dalam

penyusunan kurikulum

Kurikulum pendidikan guru harus

disusun atas dasar kompetensi yang

diperlukan olehsetiap guru. Tujuan

program pendidikan, sistem

penyampaian, evaluasi dan sebagainya

Page 46: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

40

hendaknya direncanakan sedemikian

rupa agar relevan dengan tuntutan

kompetensi guru secara umum. Dengan

demikian diharapkan guru tersebut

mampu menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya sebaik mungkin.

4) Kompetensi guru penting dalam

proses pembelajaran.

Proses belajar mengajar dan hasil

belajar para peserta didik bukan saja

ditentukan oleh sekolah, pola struktur

dan isi kurikulumnya, akan tetapi

sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi profesional guru yang

mengajar dan membimbing mereka.

Guru yang kompeten akan lebih

mampu menciptakan lingkungan

belajar yang efektif, menyenangkan,

dan akan lebih mampu mengelola

kelasnya sehingga para peserta didik

dapat belajar lebih optimal.

Adapun istilah profesional menekankan

kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau

kemampuan manajemen beserta strategi

Page 47: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

41

penerapannya, profesional bukan sekadar

pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi

lebih merupakan sikap, pengembangan

profesional lebih dari seorang teknisi bukan

hanya memiliki keterampilan yang tinggi

tetapi memiliki tingkah laku yang

dipersyaratkan. Untuk mengerti hakikat

profesional, ada beberapa kata kunci yang

perlu dipahami yaitu profesi, profesionalisme

dan profesional. Profesi adalah suatu jabatan

atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari

para petugasnya. Artinya pekerjaan yang

disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh

orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan

secara khusus terlebih dahulu untuk

melakukan pekerjaan itu. (Mungin, 2001:6)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud

kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam. Dari pengertian tersebut

kompetensi profesional merupakan

kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang

Page 48: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

42

memungkinkan membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam standar nasional

pendidikan.. Dengan menguasai materi, maka

diharapkan guru akan mampu menjelaskan

materi ajar dengan baik.

2. Indikator Kompetensi Profesional

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen menyatakan bahwa

guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar,

dan menengah. Menurut Hamalik (2004) guru

adalah jabatan profesional yang memerlukan

berbagai keahlian khusus. Sejalan dengan yang

telah dijelaskan di atas, Uno (2008)

berpendapat bahwa guru merupakan suatu

profesi, yang berarti suatu jabatan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai seorang

guru dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Peraturan Menteri No.16 Tahun 2007

Page 49: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

43

Tentang Standar Kualitas Akademik dan

Kompetensi Guru, menjelaskan kompetensi

profesional dapat dijabarkan menjadi beberapa

indikator :

1) Menguasai materi, stuktur, konsep, dan

pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu.

Penguasaan terhadap materi, struktur,

konsep dan pola pikir keilmuan menjadi

salah satu persyaratan untuk dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif.

Penguasaan ranah keilmuan merupakan hal

terpenting yang harus dimiliki oleh semua

guru. Menguasai materi secara luas dan

mendalam sesuai dengan standar isi

program satuan pendidikan, mata pelajaran

dan atau kelompok mata pelajaran yang

akan diampu merupakan suatu keharusan

bagi seorang guru sehingga ia bisa

menjalankan tugasnya secara profesional.

Materi Pembelajaran adalah substansi

yang akan disampaikan dalam proses

pembelajaran. Ada dua persoalan dalam

penguasaan materi pelajaran yakni

Page 50: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

44

penguasaan materi pelajaran pokok dan

materi pelajaran pelengkap.Materi pelajaran

pokok adalah materi pelajaran yang

menyangkut bidang studi yang dipegang

oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin

ilmunya). Sedangkan materi pelajaran

pelengkap atau petunjang adalah materi

pelajaran yang dapat membuka wawasan

seorang guru agar dalam membelajarkan

dapat menunjang penyampaian materi

pelajaran pokok. Dalam hal ini guru juga

mesti memiliki wawasan dan informasi

yang tepat dan mutakhir.

Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam menentukan materi

pelajaran yaitu :

a. Materi pelajaran hendaknya sesuai

dengan/menunjang tercapainya tujuan

pembelajaran.

b. Materi pelajaran hendaknya sesuai

dengan tingkat pendidikan dan

perkembangan siswa secara umumnya .

c. Materi pelajaran hendaknya

terorganisasi secara sistematik dan

Page 51: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

45

berkesinambungan.( Ibrahim, Syaodih,

2003: 100)

d. Materi pelajaran hendaknya mencakup

hal-hal yang bersifat faktual maupun

konseptual

2) Menguasai standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran atau

bidang yang diampu.

Setiap guru harus menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar dari mata

pelajaran yang diampu. Melalui penguasaan

standar kompetensi dan kompetensi dasar,

guru dapat mengembangkan silabus dan

RPP sebagai perangkat pembelajarannya.

Dalam hal ini guru harus mampu

melakukan pemetaan Standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang nantinya akan

tertuang di dalam RPP

3) Mengembangkan materi pelajaran yang

diampu secara kreatif.

Prinsip utama dalam penguasaan

kompetensi ini adalah agar materi

pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa

menjadi bermakna bagi mereka, sehingga

Page 52: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

46

tidak hanya diketahui tetapi juga dihayati dan

diamalkan oleh siswa.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

Seorang guru profesional untuk

menjadi lebih maju tidak lepas adanya unsur

refleksi diri, karena refleksi diri dapat

mengembangkan kompetensi profesional

secara berkelanjutan.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri.

Pemanfaatan teknologi informasi

dalam kompetensi profesional diperuntukkan

oleh guru untuk mengembangkan diri atau

berkomunikasi dengan kolega atau sejawat.(

R. Marseleus Payong, 2011: 46-49). Artinya

guru yang profesional harus menguasai

konsep dan metode disiplin keilmuan,

teknologi atau seni yang relevan yang secara

konseptual serta kohern dengan program

satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau

kelompok pelajaran yang akan diampu

(muchith,2009:46).

Page 53: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

47

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang standar

kualifikasi akademik dan kompetensi guru

secara langsung sudah menjabarkan tentang

indikator kompetensi profesional guru yang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Indikator Kompetensi Profesional Guru

NO INDIKATOR

KOMPETENSI

PROFESIONAL

JABARAN

INDIKATOR

1 Menguasai materi,

struktur, konsep,

dan pola pikir

keilmuan yang

mendukung mata

pelajaran yang

diampu.

1.1 Menguasai

bidang ilmu

yang diampu

2 Menguasai standar

kompetensi dan

kompetensi dasar

mata pelajaran

yang diampu.

2.1. Memahami

standar

kompetensi

mata pelajaran

yang diampu.

Page 54: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

48

2.2. Memahami

kompetensi

dasar mata

pelajaran yang

diampu

2.3. Memahami

tujuan

pembelajaran

yang diampu.

3 Mengembangkan

materi

pembelajaran yang

diampu secara

kreatif.

3.1 Memilih materi

pembelajaran

yang diampu

sesuai dengan

tingkat

perkembangan

peserta didik.

3.2 Mengolah

materi pelajaran

yang diampu

secara kreatif

sesuai dengan

tingkat

perkembangan

peserta didik.

Page 55: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

49

NO INDIKATOR

KOMPETENSI

PROFESIONAL

JABARAN

INDIKATOR

4 Mengembangkan

keprofesionalan

secara

berkelanjutan

dengan melakukan

tindakan reflektif.

4.1 Melakukan

refleksi

terhadap kinerja

sendiri secara

terus menerus.

4.2 Memanfaatkan

hasil refleksi

dalam rangka

peningkatan

keprofesionalan

4.3 Melakukan

penelitian

tindakan kelas

untuk

peningkatan

keprofesionalan

4.4 Mengikuti

kemajuan

zaman dengan

belajar dari

berbagai

sumber.

Page 56: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

50

5 Memanfaatkan

teknologi informasi

dan komunikasi

untuk

mengembangkan

diri

5.1 Memanfaatkan

teknologi

informasi dan

komunikasi

dalam

berkomunikasi.

5.2 Memanfaatkan

teknologi

informasi dan

komunikasi

untuk

pengembangan

diri.

Sumber : Permendiknas No 16 tahun 2007

Menurut Dedi Supriadi (2011: 179)

karakteristik guru profesional harus memiliki

persyaratan, yang meliputi :

1. Mempunyai komitmen pada proses

belajar siswa

2. Menguasai secara mendalam materi

pelajaran dan cara mengajarkannya

Page 57: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

51

3. Mampu berfikir sistematis tentang apa

yang dilakukan dan belajar dari

pengalamannya

4. Merupakan bagian dari masyarakat

dalam lingkungan profesinya yang

memungkinkan mereka untuk selalu

meningkatkan profesionalitasnya.

Guru profesional akan tercermin dalam

penampilan pelaksanaan pengabdian tugasnya

yang ditandai tiga dimensi, yaitu :

1) Ahli (Expert)

Guru profesional adalah guru yang

memiliki keahlian baik dalam materi

maupun metode. Keahlian yang dimiliki

guru profesional adalah keahlian yang

diperoleh melalui suatu proses pendidikan

dan latihan yang diprogramkan khusus

untuk itu. Keahlian tersebut mendapatkan

pengakuan formal yang dinyatakan dalam

bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi

dari pihak yang berwenang (dalam hal ini

pemerintah dan organisasi profesi).

Dengan keahlian yang dimilikinya

Page 58: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

52

seorang guru mampu menunjukkan

otonominya baik sebagai pribadi ataupun

sebagai pemangku profesi

2) Memiliki rasa tanggung jawab

Guru profesional harus menguasai

apa yang disajikan dan bertanggungjawab

(accountability) atas semua yang

diajarkan. Ia bertanggungjawab atas

segala tingkah lakunya. Pengertian

bertanggungjawab menurut teori ilmu

mendidik mengandung arti bahwa

seseorang mampu memberi

pertanggungjawaban dan kesediaan untuk

dimintai pertanggungjawaban. Tanggung

jawab yang mempunyai makna

multidimensional ini berarti bertanggung

jawab terhadap diri sendiri, terhadap

siswa, terhadap orang tua, lingkungan

sekitarnya, masyarakat, bangsa, negara,

sesama manusia, agama, dan yang

akhirnya bertanggungjawab terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

Tangung jawab pribadi tercermin

dari kemampuan mewujudkan dirinya

Page 59: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

53

sebagai pribadi yang mandiri dan

menghargai serta mengembangkan

dirinya. Tangungjawab sosial diwujudkan

melalui kompetensi guru dalam

memahami dirinya sebagai bagian yang

tak terpisahkan dari lingkungan sosial,

serta memiliki kemampuan interaktif yang

efektif. Tanggung jawab spiritual dan

moral diwujudkan melalui penampilan

guru sebagai makhluk yan beragama, yang

perilakunya senantiasa tidak menyimpang

dari norma agama dan moral.

3) Memiliki Rasa kesejawatan

Rasa kesejawatan adalah satu

perwujudan solidaritas kebersamaan

sesama guru sebagai sumber dinamika

kebersamaan dalam mencapai tujuan

bersama. (Al-Mu‟tasim,A.2016: 61-62)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi

Profesional Guru

Menurut M. Ngalim Purwanto

(2008:276) kompetensi professional guru

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Page 60: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

54

Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal

Faktor ini adalah faktor yang muncul

dari dalam diri seseorang, seperti: 1)

Kesadaran, 2) Bakat dan Minat, 3)

Motivasi

b. Faktor Eksternal

Faktor ini adalah faktor yang muncul

dari luar diri seseorang seperti:1) Latar

belakang pendidikan,2)Pengalaman,3)

Dukungan kepala sekolah, 4) Kontrol

Masyarakat

Page 61: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang

terjadi di lapangan. Adapun dari segi

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif dengan metode

deskriptif.

Pendekatan kuantitatif adalah penelitian

yang pengolahan datanya berkaitan dengan

angka dan analisisnya menggunakan statistik

(Sugiono,2007:13). Sedangkan metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang

dimaksud untuk mengumpulkan informasi

mengenai status suatu gejala yang ada sesuai

dengan apa adanya. Dari penjelasan di atas

dapat dipahami bahwa dalam penelitian ini,

penulis akan mendeskripsikan apa adanya

terkait hal yang terjadi di lapangan tentang

kompetensi profesional calon guru PAI di IAIN

Batusangkar.

Page 62: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

56

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiono,2011:80). Adapun yang menjadi

populasi dari penelitian ini adalah semua

mahasiswa PAI semester VI tahun akademik

2017/2018 yang berjumlah 106 orang untuk

lebih jelasnya dapat dilihat di tabel di bawah

ini:

Tabel. 1.3

Jumlah Populasi

NO LOKAL JUMLAH SISWA

1 PAI VI/A 35 Orang

2 PAI VI/B 36 Orang

3 PAI VI/C 35 Orang

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan

dilakukan pada penelitian ini adalah secara

acak (simple random sampling). Artinya

Page 63: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

57

setiap pengambilan populasi atau unit dalam

populasi mendapat kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai sampel. Agar sampel

yang dipilih representatif, maka pengembilan

sampel dilakukan dengan cara :

a. Mengumpulkan nilai UTS mahasiswa

semester VI tahun akademik 2017/2018

pada salah satu mata kuliah materi yaitu

materi fikih, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat di bawah ini:

Page 64: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

58

Page 65: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

59

Page 66: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

60

b. Melakukan uji normalitas dan homogenitas

terhadap nilai mahasiswa dengan menggunakan

aplikasi SPSS dan hasilnya dapat dilihat di

bawah ini:

1. Uji Normalitas

Uji yang digunakan adalah uji lilliefors,

dengan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai

berikut

Tests of Normality

KELAS

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Stati

stic df Sig.

Stati

stic df Sig.

NILAI KELAS A .127 35 .169 .974 35 .569

KELAS B .106 35 .200* .977 35 .655

KELAS C .089 36 .200* .965 36 .307

a. Lilliefors Significance

Correction

Page 67: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

61

Tests of Normality

KELAS

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Stati

stic df Sig.

Stati

stic df Sig.

NILAI KELAS A .127 35 .169 .974 35 .569

KELAS B .106 35 .200* .977 35 .655

KELAS C .089 36 .200* .965 36 .307

*. This is a lower bound of the true

significance.

Dari tabel di atas diperoleh nilai sign masing masing

kelas:

kelas A ; sign = 0,169 > α = 0,05

kelas B ; sign = 0,200 > α = 0,05

kelas C ; sign = 0,200 > α = 0,05

Sehingga dapat disimpulkan ketiga kelas tersebut

berdistribusi normal

Page 68: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

62

2. Uji Homogenitas

Uji yang digunakan adalah uji levene,

dengan bantuan SPSS diperoleh hasil berikut :

Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

NILAI Based on Mean 2.071 2 103 .131

Based on Median 2.016 2 103 .138

Based on Median

and with adjusted

df

2.016 2 102.

991 .138

Based on trimmed

mean 2.069 2 103 .132

Nilai sign = 0,131 > α = 0,05 maka varian

dari ketiga kelas tersebut dikatakan homogen.

Ho diterima sehingga dapat disimpulkan tidak

terdapat perbedaan nilai antara ketiga kelas

tersebut

Page 69: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

63

c. Menentukan sampel. Artinya setelah dilakukan

uji normalitas dan homogenitas langkah

selanjutnya adalah menentukan sampel.

Penentuan sampel dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara acak. Apabila

subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil

seluruhnya, namun apabila jumlah subjeknya

besar maka dapat diambil dengan

menggunakan persentase seperti 10-15% atau

20-25%. (Arikunto,2002:112). Maka dalam

hal ini untuk penentuan sampel penulis

mengambil 30% dari total populasi yang

dilakukan secara acak maka didapatkan jumlah

sampel untuk masing-masing lokal adalah

sebagai berikut:

NO LOKAL JUMLAH SISWA

1 PAI VI/A 11 Orang

2 PAI VI/B 11 Orang

3 PAI VI/C 11 Orang

JUMLAH 33 Orang

C. Instrumen penelitian

Menurut Sugiono (2011:103) instrumen

penelitian adalah suatu alat yang digunakan

Page 70: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

64

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati secara spesifik. Dalam penelitian

ini penulis akan menyusun sebuah instrumen.

Langkah yang penulis lakukan sebelum

melakukan observasi adalah 1) membuat kisi-

kisi dengan mengacu kepada indikator yang ada

tentang kompetensi profesional, 2) melihat

performance mahasiswa yang menjadi sampel

penelitian, dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai observer.

Kisi-kisi yang akan disusun selain merujuk

pada teori penulis juga mengembangkan dari

penilaian kinerja guru (PKG) yang merupakan

tindak lanjut dari Permenegpan dan RB

No.16/2009 tentang jabatan fungsional guru dan

angka kreditnya yang mana secara keseluruhan

peraturan ini mengandung semangat yang

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan

profesionalisme guru sebagai tenaga profesional

yang mempunyai fungsi untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional.

Dari beberapa rumusan indikator yang ada,

maka penulis akan membuat kisi-kisi

berdasarkan indikator yang bisa penulis amati

Page 71: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

65

sesuai dengan objek yang akan diteliti. Indikator

4 dan 5 terkait mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan melalui tindakan reflektif

dan indikator terkait memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi dalam

mengembangkan diri tidak penulis masukkan,

mengingat sampel yang diteliti adalah

mahasiswa yang akan menjadi calon guru bukan

guru. Berikut ini merupakan indikator yang

akan diamati :

Item Indikator Kompetensi Profesional

NO

ITEM

1

Mahasiswa melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan RPP

2

Mahasiswa memberikan penekanan

pada point-point penting yang terdapat

pada SK dan KD

3

Mahasiswa menyampaikan materi

sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa

Page 72: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

66

4

Mahasiswa memberikan contoh-contoh

yang konkrit sesuai dengan

perkembangan siswa

5

Mahasiswa menyajikan materi dengan

menggunakan media yang representatif

6

Mahasiswa menyajikan materi secara

kreatif dalam bentuk mind map (peta

konsep)

7

Mahasiswa menguasai materi dengan

baik

8

Mahasiswa menyampaikan materi

dengan benar dan tidak ada yang

menyimpang

9

Mahasiswa menjelaskan materi dengan

bahasa yang sederhana dan tidak

berbelit-belit

10

Mahasiswa menyampaikan materi

secara sistematis

11

Mahasiswa memberikan contoh-contoh

untuk menanamkan konsep

Page 73: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

67

NO

ITEM

12

Mahasiswa memberikan informasi

mutakhir (terkini) terkait materi

13

Mahasiswa memberikan contoh yang

berbeda dan relevan dengan materi

14

Mahasiswa mengintegrasikan materi

dengan berbagai aspek keilmuan

15

Mahasiswa menjelaskan materi dengan

lancar tanpa melihat catatan/ buku

paket

16

Mahasiswa menjelaskan materi dengan

bahasa yang mudah dimengerti

17

Mahasiswa menjelaskan materi dengan

santai dan tenang

Page 74: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

68

Agar instrumen yang telah disusun valid,

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

validitas isi yang mengacu kepada sejauh mana

suatu instrumen mengukur konsep dari suatu

teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen.

Dalam hal ini instrumen yang sudah dirancang

akan diberikan kepada validator untuk di

validasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Data dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan cara observasi.

Observasi merupakan teknik

pengumpulan data melalui suatu

pengamatan terhadap objek yang akan

diteliti. Teknik ini dilakukan untuk

mengamati bagaimana kompetensi

profesional calon guru PAI. Jenis

observasi yang dipakai adalah observasi

terstruktur. Artinya observasi yang telah

dirancang secara sistematis tentang apa

yang akan diamati. Dalam melakukan

pengamatan peneliti menggunakan

Page 75: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

69

pedoman berupa lembar observasi yang

telah teruji validitasnya oleh pakar.

E. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data hal yang

dilakukan adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data,menyajikan data, dan

melakukan penghitungan untuk penelitian

yang memiliki hipotesis (Sugiyono,

2016:238). Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis kuantitatif yaitu

statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul.

Penyajian data bisa dilakukan melalui tabel,

grafik, diagram, perhitungsn persentasedesil,

persentil. Analisis data dalam penelitian ini

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menghitung jumlah skor untuk setiap

butir pernyataan sesuai dengan aspek

yang diamati

Page 76: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

70

2. Menghitung skor Rata-rata (SR) dengan

modifikasi rumus yaitu:

SR= Jumlah skor mahasiswa x 100

Jumlah skor ideal

3. Menghitung persentase penilaian untuk

masing-masing item indikator dengan

cara:

PP= Jumlah skor mahasiswa /item x 100

Jumlah skor ideal

4. Menafsirkan persentase masing-masing

item indikator dengan modifikasi rumus

yaitu sebagai berikut:

NO INTERVAL

%

KATEGORI

1 81-100 Sangat Mampu

2 61-80 Mampu

3 41-60 Cukup Mampu

4 21-40 Kurang Mampu

5 0-20 Tidak Mampu

Page 77: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Berikut ini akan dipaparkan hasil

penelitian tentang kompetensi profesional calon

guru PAI di IAIN Batusangkar. Penelitian ini

dikumpulkan dengan cara melakukan

pengamatan terhadap performance yang

dilakukan oleh mahasiswa calon guru PAI

semester VI tahun akademik 2017/2018.

Pedoman yang digunakan dalam melakukan

observasi mengacu kepada indikator yang ada

terkait kompetensi profesional yang terdapat

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007

tentang standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru. Indikator tersebut kemudian

dijabarkan menjadi sub indikator yang

berjumlah 17 item yang akan diamati.

Indikator yang telah dirumuskan

digunakan sebagai panduan dalam melakukan

pengamatan terhadap penampilan mahasiswa

calon guru PAI. Berdasarkan hasil pengamatan

dapat diketahui bahwa dari 17 indikator yang

Page 78: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

72

telah dirumuskan terdapat 8 indikator yang

persentasenya berada di atas 60%, sementara 9

indikator lainnya berada dalam rentang 50%-

60% dengan kategori cukup.Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambaran tabel di

bawah ini :

Page 79: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

73

Page 80: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

74

Page 81: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

75

Page 82: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

76

Page 83: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

77

Tabel 1.6

PERSENTASE HASIL OBSERVASI TIAP

INDIKATOR TENTANG KOMPETENSI

PROFESIONAL CALON GURU PAI

DI IAIN BATUSANGKAR

NO

ITEM

JMLH

1

Mahasiswa melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai

dengan RPP

61%

2

Mahasiswa memberikan

penekanan pada point-point

penting yang terdapat pada SK

dan KD

62%

3

Mahasiswa menyampaikan

materi sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa

65%

4

Mahasiswa memberikan contoh-

contoh yang konkrit sesuai

dengan perkembangan siswa

59%

5

Mahasiswa menyajikan materi

dengan menggunakan media

yang representatif

62%

Page 84: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

78

NO

ITEM

JMLH

6

Mahasiswa menyajikan materi

secara kreatif dalam bentuk

mind map (peta konsep)

52%

7

Mahasiswa menguasai materi

dengan baik

59%

8

Mahasiswa menyampaikan

materi dengan benar dan tidak

ada yang menyimpang

66%

9

Mahasiswa menjelaskan materi

dengan bahasa yang sederhana

dan tidak berbelit-belit

60%

10

Mahasiswa menyampaikan

materi secara sistematis

67%

11

Mahasiswa memberikan contoh-

contoh untuk menanamkan

konsep

61%

12

Mahasiswa memberikan

informasi mutakhir (terkini)

terkait materi

47%

13

Mahasiswa memberikan contoh

yang berbeda dan relevan

dengan materi

48%

Page 85: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

79

NO

ITEM

JMLH

14

Mahasiswa mengintegrasikan

materi dengan berbagai aspek

keilmuan

42%

15

Mahasiswa menjelaskan materi

dengan lancar tanpa melihat

catatan/ buku paket

59%

16

Mahasiswa menjelaskan materi

dengan bahasa yang mudah

dimengerti

59%

17

Mahasiswa menjelaskan materi

dengan santai dan tenang

61%

Persentase terkait keterampilan secara keseluruhan

dapat dihitung dengan rumus:

SR = Jumlah skor mahasiswa x 100

Jumlah skor ideal

Page 86: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

80

Jumlah skor mahasiswa adalah 1636.

Sedangkan jumlah skor ideal didapatkan dari jumlah

indikator dikalikan dengan skor maksimal dikalikan

jumlah mahasiswa, maka di dapatkan 2805. Jika

dilakukan penghitungan secara keseluruhan maka

didapatkan hasilnya 58,32 % dengan kategori

“cukup mampu”.

Jika diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin

terkait kmpetensi profesional calon guru PAI laki-

laki dan perempuan maka didapatkan gambaran

bahwa persentase kompetensi profesional

mahasiswa perempuan diperoleh sebesar 59,9 %

dengan kategori “cukup mampu”. Sedangkan

persentase untuk mahasiswa laki-laki didapatkan

sebesar 55,2 % dengan kategori “cukup mampu”.Hal

ini berarti bahwa, setelah dilakukan pengukuran

terhadap kompetensi profesional calon guru PAI,

maka didapatkan gambaran bahwa persentase untuk

mahasiswa perempuan lebih tinggi dibandingkan

dengan mahasiswa laki-laki dengan selisihnya

sebesar 4,71%.

B. PEMBAHASAN

Dalam Peraturan Menteri No.16 Tahun 2007

Page 87: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

81

Tentang Standar Kualitas Akademik dan

Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa kompetensi

profesional dapat dijabarkan menjadi beberapa

indikator di antaranya adalah 1) menguasai

materi, stuktur, konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2)

Menguasai standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran atau bidang yang diampu, 3)

Mengembangkan materi pelajaran yang diampu

secara kreatif yang telah dijabarkan dalam 17

indikator.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan terkait kompetensi profesional calon

guru PAI di IAIN Batusangkar, maka di dapatkan

gambaran bahwa untuk persentase secara

keseluruhan dari 17 item indikator yang diamati

maka didapatkan persentasenya sebesar 58,50%.

Ini berarti bahwa persentase yang didapatkan

berada dalam rentang < 60 dan berada dalam

kategori “cukup”. Artinya berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan maka diperoleh gambaran

bahwa kompetensi profesional calon guru PAI di

IAIN Batusangkar berada dalam kategori

“cukup”.

Page 88: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

82

Di samping itu, untuk masing- masing

indikator di dapatkan gambaran bahwa dari 17

item indikator yang ada, 8 indikator yang

persentasenya di atas 60%. Sementara 9 indikator

lainnya persentasenya berada dalam rentang 50%-

60%. Untuk lebih jelasnya maka akan dilakukan

pembahasan lebih lanjut untuk masing-masing

indikator yaitu sebagai berikut:

1. Mahasiswa melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan RPP.

RPP merupakan rancangan yang

mesti dibuat oleh seorang guru. Di dalam

RPP akan tergambar SK dan KD serta

tujuan yang akan dicapai. Setiap guru harus

menguasai standar kompetensi, kompetensi

dasar serta tujuan dari mata pelajaran yang

diajarkan. Melalui penguasaan standar

kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

(KD), guru dapat mengembangkan silabus

dan RPP sebagai perangkat

pembelajarannya. Dalam hal ini guru harus

mampu melakukan pemetaan Standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang

nantinya akan tertuang di dalam RPP.

Page 89: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

83

Terkait indikator pertama selama

dilakukan pengamatan dapat dilihat bahwa

sebelum mahasiswa tampil, mereka sudah

mempersiapkan rancangan pembelajaran

dalam bentuk RPP. Format RPP rata-rata

mahasiswa memakai format RPP kurikulum

2013.di dalam RPP sudah dijabarkan SK dan

KD yang akan dipelajari.

Hasil pengamatan didapatkan bahwa

dalam kegiatan pembelajaran, tidak semua dari

mereka mampu menerapkan langkah

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

dibuat. Ada yang mampu melaksanakan

dengan baik, ada yang melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan RPP akan tetapi

tidak maksimal dalam langkah pembelajaran,

dan ada juga yang berbeda dalam rancangan

RPP dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal

ini banyak terjadi pada saaat pemakaian

metode dan strategi. Rancangan metode yang

dibuat berbeda dengaan metode yang

diterapkan pada saat pembelajaran.

Penulis melihat hal ini terjadi disebabkan

beberapa faktor yaitu, ketidaksiapan mental

Page 90: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

84

pada saat tampil sehingga apa yang telah

dirancang tidak terlaksana dengan baik, di

samping itu pengelolaan dan pemanfaatan

waktu bagi mahasiswa pada saat tampil juga

membuat mereka tidak maksimal dalam

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

RPP.

Jadi berdasarkan hasil yang didapatkan

untuk indikator pertama didaptkan

persentasenya sebesar 61 % dan jika dilihat

dari klasifikasi kategori yang telah dibuat

angka 61 berada dalam rentang 61-80 dengan

kategori „mampu”. Jadi untuk indikator

pertama mahasiswa mampu melaksanakan

kegiatan pembelajaran berdasarkan kepada SK

dan KD yang ada dalam RPP.

2. Mahasiswa memberikan penekanan pada

point-point penting yang terdapat pada SK dan

KD

Sebagai seorang guru, memberikan

penekanan terhadap materi yang dijelaskan

merupakan suatu hal yang mesti dilakukan.

Hal ini akan memberikan kontribusi dalam

menanamkan konsep kepada peserta didik.

Page 91: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

85

Persentase yang didapatkan untuk indikator ini

adalah sebesar 62% dengan kategori mampu.

Berdasarkan hasil observasi yang

dilaksanakan, maka didapatkan bahwa

sebagian besar dari mahasiswa sudah mampu

menjelaskan materi sesuai dengan SK dan KD

yang terdapat di dalam RPP dan memberikan

penekanan pada point-point yang terdapat di

dalam SK dan KD. Penekanan dilakukan

dalam bentuk menjelaskan materi sesuai

dengan SK dan KD serta menjelaskan setiap

indikator yang terdapat di dalam SK dan KD.

3. Mahasiswa menyampaikan materi sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa.

Dalam menyampaikan materi ada

beberapa hal yang mesti diperhatikan. Di

antaranya adalah melihat kesesuaian materi

dengan peserta didik yang akan diajar. Artinya

dalam pembelajaran guru tidak saja dituntut

untuk mampu menguasai materi dengan baik

akan tetapi guru juga dituntut untuk mampu

mengkemas materi dengan melihat dan

mempertimbangkan audien yang akan

dihadapi. Terkait indikator ini, didapatkan

Page 92: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

86

bahwa dalam menjelaskan materi, mahasiswa

sudah mampu menjelaskan materi dengan

mempertimbangkan tingkat perkembangan

siswa. Hal ini terlihat dari persentase hasil

yang di dapatkan yaitu sebesar 65% yang

berada dalam kategori” mampu”. Seperti

dalam pemakaian bahasa, karena mereka akan

mengajar siswa tingkat MTs dan MA, maka

bahasa yang digunakan sudah bagus sesuai

dengan tingkatan siswa. Begitu juga dengan

memberikan respon terhadap siswa,

4. Mahasiswa memberikan contoh-contoh yang

konkrit sesuai dengan perkembangan siswa.

Dalam menjelaskan materi, guru tidak

saja dituntut untuk menjelaskan materi dengan

detail akan tetapi juga mampu untuk

memberikan contoh-contoh yang konkrit dan

dekat dengan kehidupan siswa sehingga

pembelajaran yang dilakukan bermakna.

Menurut Asril (2010:85) ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam

menjelaskan materi yaitu merencanakan materi

(pesan) yang akan disampaikan, menggunakan

contoh-contoh, menyajikan pesan itu sendiri

Page 93: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

87

dengan dengan memperhatikan kejelasan,

pengorganisasian, dan penekanan. Pemberian

contoh secara konkrit perlu dilakukan agar

konsep yang diberikan mampu dipahami

dengan baik oleh siswa. Terkait kemampuan

memberikan contoh terkait materi, mahasiswa

cenderung menjelaskan contoh-contoh yang

sudah ada di dalam buku paket. Mahasiswa

cukup mampu memberikan contoh-contoh

yang sesuai dengan tingkat perkembangan

siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil

persentase yang didapatkan dimana untuk

indikator ini diperoleh persentase sebesar 59%

dengan kategori cukup mampu. Hal ini berarti

bahwa mahasiswa cukup mampu memberikan

contoh-contoh sesuai dengan perkembangan

siswa.

5. Mahasiswa menyajikan materi dengan

menggunakan media yang representatif

Dalam proses pembelajaran, terjadi

internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya

maupun norma. Dalam upaya mewujudkan hal

tersebut perlu diciptakan suasana pembelajaran

yang kundusif. Salah satu cara yang bisa

Page 94: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

88

dilakukan adalah dengan memanfaatkan media

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya

media dapat mempercepat proses

pembelajaran bagi siswa serta dapat menarik

perhatian dan mempermudah pemahaman bagi

siswa (Ramayulis,2012: 292).

Berkaitan dengan pemakaian media

dalam pembelajaran, mahasiswa mampu

membuat media. Hal ini dapat dilihat dari

pengolahan data yang didapatkan bahwa untuk

indikator ini diperoleh persentase sebesar 62%

dengan kategori mampu. Akan tetapi perlu

juga dipahami bahwa persentase yang

didapatkan tidak begitu signifikan karena

hanya selisih 2 angka dari kategori

dibawahnya yaitu”cukup mampu (rentangnya

40-60).

Dalam menjelaskan materi sebagian

besar mahasiswa,telah memakai media dalam

bentuk power point. Meskipun dalam desain

power point yang ditampilkan bervariasi. Ada

yang menampilkan slide power point dengan

mencantumkan pointer-pointer saja dan ada

juga dengan membuat power point yang

Page 95: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

89

jumlah katanya melebihi 100 kata dalam satu

slide atau dalam artian slide yang ditampilkan

tidak dalam bentuk pointer tetapi uraian secara

rinci. Jadi untuk pemakaian media mahasiswa

sudah mampu akan tetapi media yang

ditampilkan belum maksimal.

6. Mahasiswa menyajikan materi secara kreatif

dalam bentuk mind map (peta konsep)

Menjadi seorang guru banyak hal yang

perlu dipahami agar dapat menjalankan tugas

keprofesionalan dengan baik. Selain

menguasai materi guru juga dituntut untuk

mampu menyajikan materi dengan kreatif

yang nantinya dapat merangsang minat dan

motivasi siswa dalam memperhatikan materi.

Untuk itu pemakaian media dalam

pembelajaran sangat diperlukan. Media yang

baik adalah media yang menarik dan mudah

dipahami dengan cepat. Karena di antara

fungsi media yaitu mempermudah siswa dalam

memahami materi, membangkitkan motivasi

belajar, menjadikan pembelajaran lebih

menarik (Ramayulis,2015:225).

Tujuan ini dapat terwujud apabila materi

Page 96: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

90

yang ditampilkan di desain secara kreatif

seperti menyajikannya dalam bentuk peta

konsep (mind map). Menyajikan materi

dengan peta konsep dirasa cukup efektif

dibandingkan hanya sekedar menjelaskan

dengan metode ceramah. Artinya dalam

menyajikan materi, di samping

menjelaskannya dengan baik, membuat peta

konsep terkait materi juga dapat membantu

memberikan pemahaman kepada siswa.

Terkait dengan indikator ini, dari hasil

persentase yang didapatkan maka dapat

dipahami bahwa dalam membuat peta konsep

tidak semua mahasiswa mampu

melakukannya. Mereka lebih banyak

menyajikan materi dengan membuat ringkasan

materi di dalam slide power point. Dan materi

yang dibuat juga tidak dalam bentuk pointer

akan tetapi penjelasan yang sangat rinci

sehingga belum terlihat seperti power point

yang ideal. Penggunaan mind maping dalam

menyajikan materi hanya dapat dilakukan oleh

sebagian kecil saja. Hal ini didukung dengan

hasil yang di dapatkan untuk indikator ini

Page 97: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

91

yaitu sebesar 52% dengan kategori “cukup”.

7. Mahasiswa menguasai materi dengan baik

Menguasai materi juga merupakan hal

yang mesti dilakukan guru pada saat

pembelajaran. Hal ini akan memberikan

pengaruh terhadap proses pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas. Ketika guru tidak

menguasai materi dengan baik maka apa yang

akan ia sampaikan kepada siswa dalam proses

pembelajaran. Terkait inidikator ini, penulis

melakukan pengamatan maka didapatkan

gambaran bahwa kemampuan mahasiswa

dalam menguasai materi yang akan

disampaikan termasuk ke dalam kategori

cukup dengan perolehan persentase sebesar

59%.

Dalam menyampaikan materi, rata-rata

mahasiswa kesulitan dalam menguasai materi.

Kecenderungan mereka adalah menghafal

materi bukan memahami materi. Hal ini

tentunya akan berpengaruh terhadap

kemampuan mereka dalam menyajikan materi.

Ketika beberapa materi yang mereka hafal

tidak mampu mereka ingat kembali maka

Page 98: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

92

mereka sudah kesulitan dalam menjelaskan

materi lainnya karena sifatnya menghafal

bukan memahami.

Penulis melihat kemampuan mahasiswa

dalam memahami materi masih perlu

ditingkatkan. Mereka lebih terpaku terhadap

apa yang ada di dalam buku paket sehingga

kemampuan dalam mengembangkan materi

serta menjelaskan dengan bahasa mereka

sendiri sulit dilakukan karena mereka tidak

terbiasa efeknya dalam menjelaskan materi

mereka dibantu dengan membaca buku paket

atau catatan yang sudah dibuat sebelumnya.

8. Mahasiswa menyampaikan materi dengan

benar dan tidak ada yang menyimpang

Persentase untuk indikator ini

didapatkan sebesar 66% dengan kategori

mampu. Artinya rata-rata dalam menjelaskan

materi, mahasiswa tidak ada yang keluar dari

konsep materi yang sedang dipelajari (sesuai

dengan SK dan KD).

9. Mahasiswa menjelaskan materi dengan bahasa

yang sederhana dan tidak berbelit-belit

Page 99: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

93

Dalam keterampilan menjelaskan ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

seorang guru di antaranya adalah bahasa yang

digunakan. Artinya dalam menjelaskan materi

guru harus memilih bahasa yang mudah

dipahami oleh siswa. Tujuannya adalah agar

pesan yang disampaikan, dapat ditanggap oleh

siswa. Ini berarti bahwa dalam menyajikan

materi diperlukan pemakaian bahasa yang

sederhana, dan tidak berbelit-belit. Terkait

indikator ini, didapatkan persentasenya sebesar

60% dengan kategori “cukup mampu”.

Artinya setelah dilakukan pengamatan

maka di dapatkan gambaran bahwa dalam

menjelaskan materi mahasiswa masih

kesulitan dalam menyampaikan materi dengan

bahasa mereka sendiri. Mereka terpaku dengan

bahasa yang ada di dalam buku dan tidak

mengkemas dengan bahasa yang sederhana

dan mudah dipahami. Hal ini juga bisa

pengaruh dari tidak menguasai terhadap

materi.

10. Mahasiswa menyampaikan materi secara

sistematis

Page 100: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

94

Menurut Marno dan Idris (2014: 95)

keterampilan menjelaskan adalah menuturkan

secara lisan mengenai suatu bahan pelajaran

yang disampaikan secara sistematis dan

terencana sehingga memudahkan siswa untuk

memahami pelajaran. Berdasarkan hal tersebut

dapat dipahami bahwa dalam penyampaian

materi mesti dilakukan secara sistematis dan

terorganisir. Terkait inidikator ini mahasiswa

sudah mampu menjelaskan materi secara

sistematis. Hal ini dapat dilihat dari perolehan

persentasenya yaitu sebesar 67%.

11. Mahasiswa memberikan contoh-contoh untuk

menanamkan konsep

Terkait kemampuan memberikan contoh

terkait materi, rata-rata mahasiswa mampu

menjelaskan materi dengan memberikan

contoh-contoh. Hal ini dapat dilihat dari hasil

persentase yang didapatkan dimana untuk

indikator ini diperoleh persentase sebesar 61%

dengan kategori “mampu”. Akan tetapi contoh

yang dijelaskan cenderung contoh yang sudah

ada di dalam buku paket. Kesulitan mereka

terlihat dalam memberikan contoh-contoh

Page 101: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

95

yang kontekstual dan mengkaitkannya dengan

kehidupan siswa.

12. Mahasiswa memberikan informasi mutakhir

(terkini) terkait materi

Dalam menjelaskan materi guru tidak

saja dituntut untuk bisa menguasai dan

menjelaskan materi dengan baik, akan tetapi

seorang guru juga dituntut untuk menguasai

informasi mutakhir terkait materi yang sedang

dipelajari dan mampu mengintegrasikan

dalam pembelajaran.

Terkait memberikan informasi mutakhir

yang relevan dengan materi, kemampuan

mahasiswa dalam hal ini perlu ditingkatkan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase yang

didapatkan u ntuk indikator ini sebesar 47%

dengan kategori “cukup mampu”. Artinya rata-

rata dalam menjelaskan materi mahasiswa

hanya mengandalkan materi yang ada di dalam

buku paket. Mereka tidak memilki inisiatif

dalam mengkaitkan materi dengan informasi-

informasi mutakhir yang sedang berkembang

yang ada kaitannya dengan materi yang sedang

dipelajari.

Page 102: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

96

13. Mahasiswa memberikan contoh yang berbeda

dan relevan dengan materi

Indikator ini juga salah satu indikator

yang berada dalam kategori cukup dengan

hasil persentase yang didapatkan sebesar 48%.

Selain kesulitan dalam mengkaitkan informasi

mutakhir dengan materi yang sedang

dipelajari, mahasiswa juga kesulitan dalam

mencari contoh-contoh lain yang berbeda dan

relevan dengan materi. Kebanyakan

mahasiswa hanya memberikan contoh yang

sudah ada di dalam buku paket, mereka juga

terlihat dalam mencari contoh yang berbeda

namun ada kaitannya dengan materi yang

sedang dibahas.

14. Mahasiswa mengintegrasikan materi dengan

berbagai aspek keilmuan

Dalam menjelaskan materi seorang guru

juga mesti bisa melakukan pengembangan

terhadap materi. Materi yang diajarkan tidak

saja terpaku kepada materi yang ada di dalam

buku paket akan tetapi materi tersebut mesti

dikembangkan serta di integrasikan dengan

berbagai aspek kelimuan. Karena ilmu

Page 103: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

97

pengetahuan itu tidak berdiri sendiri,

melainkan ada kaitan antara satu dengan yang

lainnya, dan dapat diintegrasikan. Kemampuan

mahasiswa dalam mengintegrasikan serta

mengembangkan materi perlu juga

ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

persentase yang didapatkan yaitu sebesar 42%

dengan kategori “cukup mampu”.

Rata-rata dari mahasiswa kesulitan

dalam mengintegrasikan materi dengan

berbagai aspek keilmuan. Mereka

mengandalkan apa yang ada di dalam buku.

Seharusnya seorang guru yang profesional

tidak saja menguasai bidang ilmu yang diampu

akan tetapi juga menguasai bidang ilmu

lainnya sehingga ia dapat mengintegrasikan

materi yang disampaikan dengan berbagai

bidang ilmu sesuai dengan indikator yang

terdapat dalam Permendiknas no 16 tahun

2007.

15. Mahasiswa menjelaskan materi dengan lancar

tanpa melihat catatan/ buku paket 59%

Penguasaan terhadap materi yang akan

disampaikan akan mempengaruhi terhadap

Page 104: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

98

cara penyampaian dari seorang guru. Ketika

seorang guru tidak menguasai materi dengan

baik tentu ia akan mengalami kesulitan dalam

menjelaskan materi. Efeknya adalah

menjelaskan materi bisa tidak lancar,

tersendat-sendat, atau harus melihat catatan

terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi

karena materi tidak dipahami dan dikuasai.

Oleh sebab itu, salah satu upaya yang

bisa dilakukan agar materi dapat disampaikan

dengan baik dan lancar adalah dengan cara

memahami materi dan menguasai materi

dengan baik. Terkait kemampuan mahasiswa

dalam menyampaikan materi dengan lancar,

penulis melihat bahwa beberapa mahasiswa

sudah mampu menjelaskan materi bahkan

gaya mengajarnya sudah sangat bagus. Akan

tetapi, ada beberapa mahasiswa yang perlu

ditingkatkan kemampuan mereka dalam

menyampaikan materi.Hal ini juga dapat

dilihat dari hasil persentase yang didapatkan

yaitu sebesar 59% dengan kategori “cukup

mampu”.

Artinya masih ada mahasiswa yang

Page 105: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

99

kesulitan dalam menyampaikan materi. Ada

diantara mereka yang menyampiakn materi

kurang lancar, bahkan ada yang tersendat-

sendat. Di samping itu, ada juga yang dibantu

dengan melihat buku catatan atau ringkasan

dalam menjelaskan materi.

16. Mahasiswa menjelaskan materi dengan bahasa

yang mudah dimengerti

Kemampuan mahasiswa dalam

menjelaskan materi perlu ditingkatkan, hal ini

dapat dilihat dari hasil persentase yang

diperoleh sebesar 59% dengan kategori “cukup

mampu”. Dalam menjelaskan materi

mahasiswa mengalami kesulitan dalam

menjelaskan dengan menggunakan bahasa

yang mudah di mengerti.

Hal ini disebabkan beberapa hal di

antaranya, mahasiswa tidak memahami dengan

baik materi, lemah dalam mengembangkan

materi serta ada juga disebabkan karena tidak

dapat mengendalikan rasa gugup yang dialami.

Ketika menjelaskan materi guru harus memilih

bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.

Tujuannya adalah agar pesan yang

Page 106: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

100

disampaikan, dapat ditanggap oleh siswa. Ini

berarti bahwa dalam menyajikan materi

diperlukan kemampuan guru dalam

mengkemas bahasa yang lebih mudah untuk

dipahami.

17. Mahasiswa menjelaskan materi dengan santai

dan tenang

Terkait indikator ini, mahasiswa mampu

melaksanakannya, Hal ini dapat dilihat dari

persentase yang didapatkan yaitu 61% dengan

kategori” mampu”. Artinya dalam

menyampaikan materi mahasiswa mampu

bersikap santai dan tenang, meskipun materi

yang disampaikan tidak semuanya terkuasai.

Page 107: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

101

Diagram

Terkait Kompetensi Profesional Calon Guru PAI

Dari diagram di atas dapat dipahami bahwa

ada beberapa kemampuan yang perlu ditingkatkan.

Di antaranya adalah terkait penguasaan mahasiswa

terhadap materi yang akan diajarkan. Mahasiswa

memiliki kelemahan dalam menguasai materi, serta

sulit untuk memberikan contoh-contoh lain yang

lebih konkrit. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya adalah mahasiswa memilki

minat baca yang rendah. Minat untuk membaca

buku terkait keilmuan serta memperdalam ilmu

dengan membaca berbagai referensi sudah mulai

Page 108: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

102

berkurang di kalangan mahasiswa.

Sebagian besar mahasiswa lebih senang

menerima apa yang disampaikan dosen di kelas

dibandingkan mereka mencari tahu sendiri dengan

membaca berbagai literatur yang ada serta

membagi informasi tersebut kepada teman lainnya

di kelas. Di samping itu, suasana akademisi sudah

mulai memudar di kalangan mahasiswa. Idealnya

mahasiswa menghabiskan waktu untuk melakukan

diskusi ilmiah, membaca buku ilmiah serta

memanfaatkan perpustakaan sebagai sarana untuk

belajar.

Hal di atas sejalan dengan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Deni Hardianto yang berjudul “

Studi tentang Minat Baca Mahasiswa Fakultas Ilmu

Pendidikan UNY” tahun 2011 dimana hasil

penelitiannya menggambarkan beberapa hal pertama

minat membaca mahasiswa FIP UNY secara umum

termasuk dalam kategori rendah. Kedua aktivitas

mahasiswa di kampus paling banyak adalah

menunggu di depan kelas dan sedikit sekali

mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang untuk

membaca buku atau berkunjung ke perpustakaan.

Ketiga buku teks ilmiah kurang diminati untuk

Page 109: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

103

dibaca karena beberapa hal di antaranya tulisannya

terlalu kaku, bahasanya sulit dipahami, layout yang

tidak menarik dan lain-lain. Keempat , intensitas

waktu yang diluangkan mahasiswa dalam membaca

relatif rendah, yaitu kurang dari 1 jam tiap

harinya bahkan ada yang tidak perna sama

sekali meluangkan waktu untuk membaca.kecuali

saat-saat menjelang ujian. Kelima faktor yang

menghambat mahasiswa dalam membaca, yang

paling besar adalah berasal dari dalam diri

mahasiswa yang ditunjukan dengan kebiasaan atau

kegemaran membaca yang sangat rendah.(

Hardianto, 2011:108)

Di samping faktor di atas penulis juga melihat

faktor kecemasan pada saat tampil di depan umum

juga memberikan pengaruh bagi mahasiswa ketika

menyampaikan materi. Faktor kecemasan ini juga

merupakan efek dari kurangnya persiapan yang

dimiliki mahasiswa. Baik persiapan secara fisik,

mental maupun penguasaan terhadap materi yang

akan disampaikan. Hal ini juga di dukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah, dan

Martunis Yahya yang menjelaskan bahwa penyebab

kecemasan mahasiswa FISIP dan FKIP Universitas

Page 110: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

104

Syiah Kuala adalah kurangnya persiapan dan

pengalaman, faktor lingkungan sampai faktor

audiens yang hadir ( Hidayatullah, 2017:1)

Page 111: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

105

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan terkait kompetensi profesional calon

guru PAI di IAIN Batusangkar maka di

dapatkan gambaran bahwa hasil persentase

untuk masing-masing item indikator didapatkan

bahwa dari 17 item yang diamati, ada 9 item

indikator berada dalam rentang > 60 dengan

kategori “mampu”. Sementara 8 item lainnya

diperoleh persentasenya < 60 dan berada dalam

kategori “cukup”.

Untuk persentase secara keseluruhan dari

17 item indikator yang diamati maka didapatkan

persentasenya sebesar 58,50%. Ini berarti bahwa

persentase yang didapatkan berada dalam

rentang < 60 dan berada dalam kategori

“cukup”. Artinya berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan maka diperoleh gambaran

bahawa kompetensi profesional calon guru PAI

di IAIN Batusangkar berada dalam kategori

“cukup”.

Page 112: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

106

B. SARAN

Memiliki kompetensi profesional

merupakan suatu keniscayaan bagi guru. Oleh

sebab itu, sebagai calon guru di masa depan,

mahasiswa harus mempersiapkan diri lebih

maksimal lagi karena guru profesional tidak saja

dituntut untuk menguasai materi terkait

bidangnya, akan tetapi juga mesti memiliki

kemampuan dalam mengembangkan materi,

mengintegrasikan materi, serta mengkaitkannya

dengan isu-isu mutakhir. Bagi pihak terkait

seperti ketua jurusan dan dosen PAI hal ini juga

bisa menjadi evaluasi sehingga untuk ke depan

bisa mempersiapkan perencanaan dalam

menyiapkan calon guru yang profesional.

Page 113: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

107

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mu‟tasim,A.2016.Menyoal Profesionalisme Guru

Profesional: Sebuah Telaah Kritis..Jurnal

Pendidikan Agama Islam , 2(2): 61-62

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka

Cipta

Asril,Z.2010. Micro Teaching disertai dengan

Pedoman Pengalaman Lapangan,

Jakarta:Rajawali Pers

Daradjat, Zakiah.1994. Pendidikan Islam Dalam

Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan

Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara

Hardianto,D, 2011. Studi Tentang Minat Baca

Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNY,

Majalah Ilmiah Pembelajaran 1 (7);108

Ibrahim dan Syaodih. 2003, Perencanaan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar.2007.Guru Profesional Implementasi

KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi

Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Marno dan Idris.2014.Strategi, Metode, dan

Teknik Mengajar (Menciptakan Keterampilan

Mengajar Secara Efektif& Edukatif),

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Muchith, Saekhan. 2009. Issu-Issu Kontemporer

Dalam Pendidikan Islam. Kudus: DIPA STAIN

Kudus

Page 114: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

108

Muhaimin. 2005.Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Raja Grafindo

Perkasa

____________.2006. Nuansa Baru Pendidikan

Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan

Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

____________ 2002. Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munadi,M.2012.Strategi Meningkatkan Mutu Calon

Guru Agama Islam, Jurnal IAIN Surakarta,

XVII (1): 36

Nasir,M.2013. Profesionalisme guru agama Islam

sebuah upaya peningkatan mutu melalui LPTK,

Jurnal Dinamika Ilmu, 13 (2): 194

Payong, R. Marseleus.2011, Seritifikasi Profesi

Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan

Implementasinya, Jakarta : PT.Indeks Permata

Puri Media

Purwanto, Ngalim.2008. Ilmu Pendidikan Teoritis

dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:

Kalam Mulia

2015.Dasar-Dasar Kependidikan.

Jakarta: Kalam Mulia

Sanjaya,Wina.2011. Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana

Page 115: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

109

Syah, Muhibbin.2000.Psikologi Pendidikan dengan

Pendekatan Guru. Bandung:

RemajaRosdakarya

Syaodih Sukmadinata, Nana.2009. Landasan

Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukadi. 2006.Guru Powerful, Guru Masa Depan,

Jakarta: Rieneka Cipta

Sulistyowati,Y.2012 Pengaruh Motivasi Belajar

Dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap

Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Ekonomi

Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Magelang

Tahun Pelajaran 2011/2012, Economic

Education Analysis Journal 1 (2): 2

Supriadi, Dedi.2002 Mengankat Citra Dan Martabat

Guru, Yogyakarta : Adi Citra Karya Nusa

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005.Kamus

BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Umar, Bukhari.2010.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:

Amzah

Undang-Undang Republik Sistem

PendidikanNasional(SISDIKNAS). 2003

Bandung: Citra Umbara

Undang-Undang Republik Indonesia. 2005. Guru

danDosen. Jakarta: Sinar Grafika

Page 116: DUMMY BOOK - litapdimas.kemenag.go.id

110

Usman, Uzer.2006, Menjadi Guru Profesional,

Bandung:Remaja Rosdakarya

Wibowo, Agus dan Hamrin. 2012. Menjadi Guru

Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar