perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/jurnal dwi ajeng... · web...

14
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS Sprague- Dawley. Dwi Ajeng Rahmawati 1) , E. Mulyati Effendy 2) , dan Yulianita 3) 1,3) Program Studi Farmasi – Fakultas MIPA – Universitas Pakuan 2) Program Studi Biologi – Fakultas MIPA – Universitas Pakuan Email : [email protected] ABSTRAK Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) diketahui memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak daun bangun-bangun terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus, menentukan dosis serta waktu yang paling efektif dan menentukan adanya pengaruh interaksi antara pemberian dosis dan lama pemberian ektrak daun bangun-bangun terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus. Penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, terdiri dari bioplacenton sebagai (kontrol +), aqudestilata sebagai (kontrol-), ekstrak daun bangun-bangun dosis 20 mg/200g BB (dosis I), ekstrak daun bangun-bangun dosis 40 mg/200g BB (dosis II), dan ekstrak daun bangun-bangun dosis 80 mg/200g BB (dosis III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bangun-bangun memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus dengan dosis yang paling efektif 80 mg/200g BB dengan lama waktu pemberian selama 24 hari dengan nilai penyembuhan sebesar 92,88%. Kata kunci : daun bangun-bangun, penyembuhan luka, luka bakar. ABSTRACT Bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour) contain alkaloids, flavonoids, tannins, and saponins that can accelerate the process of wound healing. The aims of this research are to see the effectiveness of bangun-bangun leaf extract on healing of burn wounds in rats, to determine the most effective dose and time to heal burns in mice, and to determine the effect of interaction between dosing and duration of bangun-bangun leaf extract on healing burns in mice. The study was divided into 5 treatment groups, consisting of bioplacenton as (control +), aqudestilata as 1 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS Sprague-Dawley.

Dwi Ajeng Rahmawati1), E. Mulyati Effendy2), dan Yulianita3)

1,3)Program Studi Farmasi – Fakultas MIPA – Universitas Pakuan2) Program Studi Biologi – Fakultas MIPA – Universitas Pakuan

Email : [email protected]

ABSTRAKDaun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) diketahui memiliki kandungan

alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak daun bangun-bangun terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus, menentukan dosis serta waktu yang paling efektif dan menentukan adanya pengaruh interaksi antara pemberian dosis dan lama pemberian ektrak daun bangun-bangun terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus. Penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, terdiri dari bioplacenton sebagai (kontrol +), aqudestilata sebagai (kontrol-), ekstrak daun bangun-bangun dosis 20 mg/200g BB (dosis I), ekstrak daun bangun-bangun dosis 40 mg/200g BB (dosis II), dan ekstrak daun bangun-bangun dosis 80 mg/200g BB (dosis III). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun bangun-bangun memberikan pengaruh yang nyata terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus dengan dosis yang paling efektif 80 mg/200g BB dengan lama waktu pemberian selama 24 hari dengan nilai penyembuhan sebesar 92,88%.Kata kunci : daun bangun-bangun, penyembuhan luka, luka bakar.

ABSTRACTBangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour) contain alkaloids, flavonoids,

tannins, and saponins that can accelerate the process of wound healing. The aims of this research are to see the effectiveness of bangun-bangun leaf extract on healing of burn wounds in rats, to determine the most effective dose and time to heal burns in mice, and to determine the effect of interaction between dosing and duration of bangun-bangun leaf extract on healing burns in mice. The study was divided into 5 treatment groups, consisting of bioplacenton as (control +), aqudestilata as (control -), bangun-bangun leaf extract dose of 20 mg/200g BB (dose I), bangun-bangun leaf extract dose 40 mg/200g BB (dose II), and bangun-bangun leaves extract dose 80 mg/200g BB (dose III). The results showed that bangun-bangun leaf extract gave a significant effect on healing burns in rats with the most effective doses of 80 mg/200g BB with a 24-day with a healing value of 92.88%.Key words: bangun-bangun leaves, wound healing, burns.

PENDAHULUANSeiring dengan perkembangan zaman

dan perkembangan tehnologi, penggunaan bahan alam sebagai obat akhir-akhir ini semakin meningkat. Penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan obat sangat berkembang pesat. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa tanaman tradisional potensial sebagai agen penyembuhan suatu penyakit. Pemakaian obat tradisional ini telah diterima luas di kalangan masyarakat. Obat herbal ini sebagian besar disukai masyarakat karena ketersediannya yang luas dan tidak

adanya efek samping dan lebih mudah didapatkan di sekitar lingkungan hidup masyarakat.

Banyak tanaman yang digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit, misalnya untuk pengobatan luka bakar. Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas. Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/tahun diseluruh dunia terutama dinegara miskin dan berkembang (Kristanto, 2005). Di Indonesia sendiri

1 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 2: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

prevalensi luka bakar pada tahun 2013 sebesar 0,7% dengan prevalensi tertinggi terdapat di papua (2%) dan Bangka Belitung sebesar 1,4% (Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Salah satu solusi alternatif dalam penanganan luka bakar yaitu dengan menggunakan obat herbal yang dapat menekan biaya perawatan sehingga lebih ekonomis. Salah satu tanaman yang diduga dapat menyembuhkan luka bakar adalah daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Secara empiris masyarakat telah menggunakan secara tradisional rebusan daun bangun-bangun untuk pengobatan asma, batuk, perut kembung, demam tinggi, luka atau borok, sakit kepala, epilepsi, dan sariawan (Sahaykhare, dkk., 2011). Untuk pemakaian luar biasanya daun bangun-bangun diambil secukupnya kemudian digiling halus, bubuhkan pada tempat yang sakit seperti luka, borok dan panu dengan cara dibalut dan ganti dua kali perhari (Setiawan, 2008). Penelitian ini akan menggunakan metode ekstraksi dekok, dimana metode ini hampir sama dengan penggunaan daun bangun-bangun secara empiris di kalangan masyarakat. Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada pada suhu 90C selama 30 menit (Depkes, 2007).

Penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian terhadap ekstrak daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang dikombinasikan dengan ekstrak pegagan (Centella asiatica L) terhadap penyembuhan luka eksisi pada tikus hiperglikemia yang di induksi aloksan yang dibuat dalam bentuk sediaan salep. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa salep dengan ekstrak tunggal herba pegagan dengan konsentrasi 1,5% memberikan efek penyembuhan lebih efektif dibandingkan dengan salep kombinasi ekstrak herba pegagan 1,5% dan ekstrak daun bangun-bangun 5% (Kurnawan, 2014). Khasiat daun bangun-bangun ini masih perlu dibuktikan secara ilmiah, sehingga dosis efektif yang dapat digunakan dalam pengobatan khususnya dalam pengobatan luka bakar dapat diketahui. Molekul-molekul bioaktif seperti yang terdapat dalam daun

bangun-bangun diduga memiliki kemampuan untuk membantu proses penyembuhan luka. Tanin membantu proses penyembuhan luka melalui peningkatan jumlah pembentukan pembuluh darah kapiler dan sel-sel fibroblas (Li,dkk., 2011). Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan pengujian terhadap uji efektivitas ekstrak daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan.

METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan dari bulan

Desember hingga Februari 2018 bertempat di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor.

Alat dan Bahan PenelitianAlat yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain: ayakan mesh 30, oven (Memmert®), timbangan digital (AND G-120®), kompor (Rinnai®), tanur (Ney®), Moisture balance (AND MX SOR®), corong, jangka sorong, vacum dryer (Ogawa®), logam besi, spirtus, alat cukur, dan alat gelas lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang diperoleh dari Pasar Tarutung-Sumatera Utara yang kemudian dideterminasi di Pusat Konversi Tanaman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, tikus putih jantan, pakan konvensional Br12, etanol 70%, cream emla 5%, bioplacenton. Pelarut dan pereaksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi aquadestilata, etanol 96%, asam klorida 2 N, gelatin 1%, Natrium klorida 10%, besi (III) klorida, asam klorida pekat, Natrium asetat 1M, metanol, serbuk magnesium, pereaksi Mayer, Bouchardat, dan Dragendorff, Natrium karbonat 7,5%, asam galat.

Pembuatan Serbuk Simplisia Bahan baku diperoleh dari Pasar

Trutung-Sumatra Utara. Simplisia daun bangun-bangun yang didapat dilakukan proses pengeringan kembali pada pagi hari

2 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 3: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

sebelum jam.10:00 dan diatas jam.15:00 dan terhindar dari sinar matahari langsung hingga diperoleh simplisia daun bangun-bangun yang benar-benar kering. Setelah kering selanjutnya dilakukan penyortiran kering untuk memisahkan simplisia daun bangun-bangun dari benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan lalu dilakukan proses penyerbukan simplisia daun bangun-bangun menggunakan grinder, kemudian serbuk simplisia diayak menggunakan ayakan mesh 30 sehingga diperoleh serbuk simplisia dengan ukuran yang seragam. Proses selanjutnya dilakukan penimbangan terhadap bobot akhir simplisia kemudian simplisia serbuk disimpan dalam wadah yang kering dan bersih.

Pembuatan Ekstrak Kering Pembuatan ekstrak dilakukan dengan

menggunakan metode Dekok. Siapkan panci pertama telakkan diatas pemanas kemudian isi dengan air sampai setengah bagian dari panci tersebut, lalu masukkan panci kedua kedalam panci pertama isi dengan aquadestilata sebanyak 5000 mL (1:5). Kemudian dipanaskan sampai suhu mencapai 90oC. Masukkan serbuk simplisia sebanyak 1000 g selama 30 menit sambil sesekali diaduk terhitung pada saat suhu mencapai 90oC. Diserkai selagi panas menggunakan kain batis, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume ekstrak yang dikehendaki. Dilakukan proses ekstraksi sebanyak empat kali hingga diperoleh ekstrak dari 3500 g. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian digabungkan, dipekatkan dan dikeringkan dengan vacuum dryer sehingga diperoleh ekstrak kering daun bangun-bangun. Karakterisasi ekstrak kering daun bangun-bangun meliputi uji kadar abu, kadar air, dan perhitungan rendemen ekstrak kering (Rikkit, 2017).

Uji FitokimiaUji fitokimia dilakukan pada

simplisia serbuk dan ekstrak kering daun bangun-bangun meliputi identifikasi pada

senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin.

Persiapan hewan ujiHewan uji yang digunakan adalah

tikus putih jantan sebanyak 25 ekor yang relatif homogen berdasarkan bobot badan, kemudian diaklimatisasi selama satu minggu. Setiap tikus diberi makan dan minum ad libitum, lalu ditimbang kembali berat badannya dan diamati kondisi umumnya.

Tikus putih jantan dikelompokkan menjadi lima kelompok dan jumlah ulangan tiap kelompok perlakuan adalah 5 ekor, Penentuan dosis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ramadhan dan Hastuti (2016) :

1. Kelompok I (K-) : aquadestilata.2. Kelompok II (K +) : merk dagang

bioplacenton3. Kelompok III : ekstrak daun

bangun-bangun dosis 20 mg/200g BB.4. Kelompok IV : ekstrak daun

bangun-bangun dosis 40 mg/200g BB.5. Keompok V : ekstrak daun

bangun-bangun dosis 80 mg/200g BB.

Induksi Luka BakarPembuatan luka dilakukan menurut

metode Morton. Pertama-tama area punggung tikus putih jantan dibersihkan dari bulu (dicukur bersih), kemudian bagian punggung yang telah dicukur dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70% lalu dilakukan anastesi lokal menggunakan cream emlaa 5% baru setelah itu dilukai dengan cara menempelkan logam panas ke punggung tikus selama 10 detik (Mappa et al., 2013) menggunakan lempeng logam berdiameter 2,31cm dengan cara lempeng terlebih dahulu dipanaskan di api merah sampai berpijar.

Pengamatan dan Pengambilan DataPengamatan efektivitas penyembuhan

luka bakar ekstrak daun bangun-bangun dilakukan setelah hewan uji diberi perlakuan. Pengamatan dilakukan dimulai dari hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15 berturut-turut sampai sembuh dengan mengamati secara

3 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 4: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

makroskopik perkembangan penyembuhan luka bakar pada kulit punggung tikus putih jantan. Parameter yang diukur adalah diameter luka yang merupakan parameter utama. Sebagai parameter penunjang terdiri dari ada tidaknya kemerahan, pembengkakan, pembentukan scar dan pelepasan scar yang dapat diamati langsung secara makroskopis. Diameter luka diukur menggunakan jangka sorong dengan metode morton, yakni dengan cara mengukur 4 diameter luka secara tetap sampai didapatkan diamter luka 0, kemudian diambil rata-ratanya. Untuk menilai parameter penunjang dilakukan penskoran. Pengukuran dan pengambilan data diameter luka dilakukan setiap 3 hari sekali (Okarisman dan Sri, 2012).

Gambar 1. Pengukuran 4 arah diameter luka

Sumber : Silalahi & Chemayanti (2015)

Analisa DataUntuk memperoleh suatu kesimpulan

hasil penelitian, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk Rancangan Lengkap Faktorial dikarenakan terdapat lebih dari satu faktor penelitian yang diuji dan karena faktor perlakuan diduga ada interaksinya. Faktor perlakuan pertama terdiri dari 3 dosis ekstrak yang berbeda dan 2 sebagai pembanding P (+) dan P (-), faktor perlakuan kedua terdiri dari 25 ekor tikus putih jantan yang masing-masing terdiri dari 5 ekor sebagai ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pembuatan Simplisia dan EkstrakBahan yang digunakan yaitu daun

bangun-bangun sebanyak 40 kg. Dibuat simplisia kering, diperoleh serbuk simplisia

sebanyak 4002 g dengan nilai rendemen simplsia sebesar 10,01%.

Gambar 2. Serbuk Simplisia Daun Bangun-Bangun

Dari 3502,12 g serbuk simplisa yang diekstraksi didapatkan 535,49 g ekstrak kering daun bangun-bangun dengan nilai rendemen ekstrak sebesar 15,29%.

Gambar 3. Ekstrak Kering Daun Bangun-Bangun

Hasil Skrining FitokimiaKandungan metabolit sekunder

pada daun bangun-bangun diidentifikasi dengan cara penapisan fitokimia. Kandungan senyawa yang akan diidentifikasi meliputi alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi menggunakan pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari tiap golongan senyawa dari metabolit sekunder (Harbone, 1987).

Tabel 1. Hasil Skrining FitokimiaGolongan Senyawa

Serbuk Simplisia

Ekstrak

Alkaloid + +Flavonoid + +

Tanin + +Saponin + +

Hasil Pengamatan Luka BakarPengamatan dilakukan selama 24

hari, dimana pada hari ke- 24 ini proses pengobatan dihentikan, disebabkan karena pada perlakuan kontrol (+) dan perlakuan dosis 80mg/200gBB proses penyembuhan luka bakar telah selesai yang ditandai dengan sudah tidak dapat dilakukan pengukuran terhadap diameter luka, yang artinya diameter luka sudah 0cm.

4 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 5: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

pengukuran terhadap diameter luka dilakukan setiap 3 hari sekali. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong dengan menggunakan metode morton, yakni dengan cara mengukur 4 diameter luka secara tetap sampai didapatkan diameter luka 0, kemudian diambil rata-ratanya (Okarisman dan Sri, 2012). Luka

bakar yang dibuat merupakan luka bakar derajat II, yang ditandai dengan adanya eskar tipis dipermukaan kulit tikus dan bila terkelupas terlihat dasar luka berwarna kemerahan. Dari data yang telah didapat maka diperoleh nilai rata-rata dan SD diameter luka bakar yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Rata-rata Pengamatan Terhadap Diameter Luka BakarKelompok Perlakuan

Rata-rata Penurunan Diameter Luka (cm)Hari Ke-3

HariKe-6

HariKe-9

HariKe-12

HariKe-15

HariKe-18

Hari Ke-21

HariKe-24

Rata-rata±SD

Kontrol (+)

2,16±

0,08

1,97±

0,09

1,79±

0,13

1,59±

0,15

1,25±

0,09

0,99±

0,27

0,43±

0,18

0±0

1,27±

0,12Kontrol

(-)2,29

±0,01

2,19±

0,09

2,08±

0,09

2,01±

0,11

1,88±

0,11

1,72±

0,09

1,65±

0,09

1,58±

0,13

1,93±

0,09Dosis 1 2,24

±0,05

2,03±

0,17

1,98±

0,09

1,90±

0,07

1,81±

0,11

1,69±

0,13

1,48±

0,21

1,41±

0,17

1,82±

0,13Dosis 2 2,21

±0,05

2,13±

0,08

2,02±

0,12

1,81±

0,11

1,57±

0,12

1,43±

0,08

1,23±

0,11

1,09±

0,12

1,69±

0,10Dosis 3 2,19

±0,04

1,99±

0,14

1,91±

0,08

1,77±

0,15

1,38±

0,23

1,16±

0,17

0,88±

0,14

0,62±

0,07

1,49±

0,13Rata-

rata±SD2,22

±0,05

2,06±

0,11

1,96±

0,10

1,82±

0,12

1,58±

0,13

1,40±

0,15

1,13±

0,15

0,94±

0,10

1,64±

0,11

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan pemberian ekstrak daun bangun-bangun dapat memberikan efek penyembuhan pada luka bakar yang ditunjukkan dengan adanya penurunan diameter luka dari hari ke hari, hal tersebut menunjukkan bahwa daun bangun-bangun

memiliki khasiat sebagai obat luka bakar. Pada perlakuan kontrol positif dan perlakuan dosis 3 memperlihatkan kesembuhan luka yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya.

3 6 9 12 15 18 21 240

20

40

60

80

100

120

KONTROL +KONTROL -DOSIS 1DOSIS 2DOSIS 3

Hari Ke-

Pers

enta

se P

enye

mbu

han

Luka

Bak

ar

Gambar 3. Grafik Persentase Rata-rata Kesembuhan Luka BakarDari hasil evaluasi grafik di atas

menunjukkan adanya perbedaan penyembuhan luka, didapatkan bahwa perlakuan kontrol positif lebih cepat

sembuh pada hari ke-24 dibandingkan perlakuan yang lainnya dengan nilai persentase kesembuhan mencapai 100%, hal ini disebabkan karena bioplacenton

5 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 6: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

yang dipergunakan sebagai kontrol positif merupakan obat umum yang biasa dipergunakan dalam pengobatan luka bakar, dimana bioplacenton ini memiliki kandungan berupa ekstrak placenta dan neomycin sulfate yang telah terbukti secara klinis dapat menyebuhkan luka bakar. Pada perlakuan pengujian dosis 1, dosis 2, dan kontrol negatif menunjukkan bahwa hasil pengobatan tidak seefisien pada perlakuan kontrol positif dengan nilai persentase kesembuhan luka yang hanya mencapai 62,56% untuk perlakuan dosis 1, 77,34% untuk perlakuan dosis 2 dan 53,73% untuk perlakuan kontrol negatif . Namun pada perlakuan pengujian ekstrak daun bangun-bangun pada dosis 3 menunjukkan hasil pengobatan luka yang hampir efisien seperti pada perlakuan kontrol positif dengan nilai persentase kesembuhan luka bakar mencapai 92,878%.

Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji statistik RAL Pola Faktorial. Pertama data diuji terlebih

dahulu normalitasnya jika diperoleh P>0,05 maka data dinyatakan terdistribusi normal dan hasil yang di peroleh adalah P = 0,813 yang berarti data dari masing-masing kelompok terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, diperoleh hasil sebesar 0,123 (P>0,05) yang menandakan bahwa data yang ada memiliki karakteristik yang homogen. Dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil yang diperoleh adalah P = 0,000 (P<0,05) yang menunjukkan bahwa pemberian dosis, lama waktu pemberian, dan interaksi keduanya adanya perbedaan yang sangat bermakna pada setiap kelompok perlakuan. Selanjutnya dilakukan pengujian lanjut, yaitu dengan menggunakan uji duncan. Uji duncan ini dilakukan untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan, hari serta interaksi yang terjadi antar kelompok perlakuan dengan lamanya pemberian ekstrak daun bangun-bangun. Hasil uji duncan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Persentase Kesembuhan Luka Bakar (%)KelompokPerlakuan

Hari Ke- X3 6 9 12 15 18 21 24

Kontrol + 13,58 28,42 40,29 52,53 70,77 80,58 96,1a 100a 60,28e

Kontrol - 2,67 11,26 19,48 25,24 34,30 44,90 49,14 53,73 30,09a

Dosis 1 6,71 23,03 27,22 33,00 38,97 46,78 59,01 62,56 37,16b

Dosis 2 8,82 15,88 24,2 38,47 54,02 61,62 71,58 77,34 43,99c

Dosis 3 9,91 26,16 31,59 41,42 63,63 74,71 85,23 92,88a 53,19d

X 8,34a 20,95b 28,56c 38,13d 52,34e 61,72f 72,21g 77,30h 44,94Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama pada kolom dan baris menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05).

Pengamatan yang dilakukan merupakan pengamatan secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap ada tidaknya kemerahan, pembengkakan, pembentukan dan pelepasan scar. Proses penyembuhan luka bakar terdiri dari 3 fase sampai luka benar-benar sembuh total yaitu fase inflamasi, fase fibroblastik dan fase maturasi (Effendy, 1999). Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya perubahan vaskular dan

proliferasi selular, kemudian fase fibroblastik ditandai dengan timbulnya benang-benang fibrin yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan dan fase maturasi ditandai dengan proses terbentuknya jaringan baru yang berarti luka sudah mengecil atau sembuh bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis,

6 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 7: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

lemas tanpa rasa nyeri atau gatal (Effendy, 1999).

Aktivitas penyembuhan luka bakar dengan ekstrak kering daun bangun-bangun berkaitan dengan adanya senyawa aktif yang terkandung didalamnya. Diawali dengan fase inflamasi, fase ini ditandai dengan adanya pembengkakan dan kemerahan karena terjadi proses permeabilitas membran sel. Berdasarkan hasil yang telah didapat pada hari ke-0 tidak teramati adanya inflamasi pada tikus, inflamasi mulai dapat teramati pada hari ke-3, dimana pada semua kelompok perlakuan terjadi pembengkakan. Berlangsungnyaa proses inflamasi dari tiap kelompok perlakuan berbeda-beda. Pada kelompok perlakuan kontrol + dan kelompok perlakun dosis 1, 2, dan 3 proses inflamasi berakhir lebih cepat yaitu hanya terjadi pada hari ke-3 hal ini disebabkan karena pada kelompok kontrol + mengandung zat antiinflamasi. Sedangkan pada kelompok perlakuan dosis 1, 2, dan 3 ekstrak daun bangun-bangun ini memiliki kandungan senyawa flavonoid yang bertindak sebagai antiinflamasi dengan mekanisme kerja, yaitu dengan menghambat sekresi enzim lisosom yang merupakan mediator inflamasi, sehingga menghambat proliferasi dari sel radang (Robinson, 1995). Sedangkan pada kelompok perlakuan kontrol negatif proses inflamasi terjadi lebih lama yaitu sampai hari ke-6, hal ini disebabkan karena pada perlakuan kontrol – tikus hanya diberikan aquadestilata yang tidak memiliki kandungan senyawa yang betindak sebagai antiinflamasi.

Pada fase inflamasi sebelumnya terjadi proses hemostatis (penghentian perdarahan), dibantu benang-benang fibrin yang saling bertautan sehingga sel-sel darah merah bersama plasma (platelet) akan terjaring dan membentuk scar (keropeng). Senyawa aktif yang berperan adalah tanin dengan mekanisme kerja sebagai adstingen yang dapat menciutkan pori-pori kulit, memperkeras kulit, dan menghentikan perdarahan (Sentat dan

Rizki, 2015). Lapisan ini dapat mencegah terjadinya oksidasi pada luka sehingga mikroorganisme atau kuman bakteri yang ada disekitar luka tidak dapat berkembang menginfeksi luka (Oktriani dkk., 2012). Senyawa aktif yang berperan adalah saponin, dengan mekanisme kerja sebagai antimikroba, dimana senyawa ini dapat berinteraksi dengan sel bakteri yang kemudian akan melisis dinding bakteri, sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri (Sentat dan Rizki, 2015). Pembentukan scar ini menandakan bahwa proses penyembuhan luka sudah masuk dalam tahap fase fibroblastik atau proliferasi. Kecepatan terbentuknya keropeng pada masing-masing kelompok perlakuan berbeda-beda, kecepatan ini yang menandakan kecepatan dari penyembuhan luka (Appono dkk., 2014).

Proses pembentukan scar pada seluruh kelompok perlakuan terjadi pada hari ke-6, akan tetapi proses pelepasan scar pada setiap kelompok perlakuan berbeda-beda. Pada kelompok perlakuan kontrol + pelepasan scar terjadi pada hari ke-15, pada kelompok perlakuan dosis 1 pelepasan scar terjadi pada hari ke-24, pada kelompok perlakuan dosis 2 pelepasan scar terjadi pada hari ke-21, pada kelompok perlakuan dosis 3 pelepasan scar terjadi pada hari ke-18, sedangkan pada kelompok perlakuan kontrol – sampai hari ke-24 tidak menunjukkan adanya pelepasan scar. Proses pelepasan scar ini menandakan sudah terjadinya pertumbuhan sel-sel baru pada kulit, sehingga membantu lepasnya scar dan merapatnya tepi luka (Appono dkk., 2014).

Pada awal fase maturasi atau remodeling ini ditandai dengan adanya pelepasan keropeng yang selanjutnya akan terlihat jaringan kulit baru. Pada kelompok perlakuan kontrol + fase remodeling ini telah terjadi secara sempurna, akan tetapi pada kelompok perlakuan dosis 1, 2, dan 3 proses fase maturasi atau remodeling ini belum terjadi sempurna, dimana masih terlihat adanya kemerahan pada kulit tikus. Kecepatan proses penyembuhan luka

7 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 8: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

berbeda-beda pada masing-masing kelompok perlakuan.

Pada kelompok perlakuan kontrol + proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lainnya, hal ini disebabkan karena pada perlakuan kontrol positif yang diberi salep komersil bioplacenton mengandung ekstrak placenta dan neomycin sulfat yang telah terbukti dapat meningkatkan regenerasi sel sehingga mempercepat proses penyembuhan luka dan neomycin sulfat yang berperan sebagai anti bakteri yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka bakar. Sedangkan pada kelompok perlakuan kontrol – yang hanya diberikan aquadestilata proses penyembuhan luka terjadi sangat lambat, hal ini dikarenakan didalam aquadestilata tidak terdapat senyawa yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka, dengan kata lain penyembuhan luka terjadi secara alami. Pada kelompok perlakuan dosis 1, 2, dan 3 yang lebih cepat sembuh terjadi pada tikus yang diberi perlakuan dosis 3, hal ini berhubungan dengan kandungan senyawa aktif yang terkandung didalamnya, dimana semakin besar dosis yang diberikan maka kandungan senyawa yang terkandung didalamnya akan semakin besar pula, sehingga proses penyembuhan luka akan lebih cepat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan1. Pemberian ekstrak daun bangun-bangun

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus Sprague-Dawley.

2. Ekstrak kering daun bangun-bangun pada perlakuan dosis 80mg/200gBB dengan lama waktu pemberian selama 24 hari memberikan efek yang paling efektif terhadap penyembuhan luka bakar pada tikus Sprague-Dawley.

3. Terdapat interaksi antara pemberian dosis dan lama waktu pemberian ektrak daun bangun-bangun, dimana pada dosis 3 pada hari ke 24 menunjukkan hasil

interaksi yang paling baik dengan nilai penyembuhan sebesar 92,88%,

SaranPerlu dilakukan penelitian lebih

lanjut terhadap ekstrak kering daun bangun-bangun dengan dosis ekstrak yang lebih tinggi untuk mengetahui dosis ekstrak yang optimal yang dapat mempercepat penyembuhan luka bakar, dan perlu dilakukan penimbangan terhadap bioplacenton sebelum perlakuan agar bobot bioplacenton yang dioleskan merata pada setiap tikus.

DAFTAR PUSTAKA

Appono, J. V., Paulina V.Y.Y dan Hamidah S.S. 2014. Uji Efektifitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Terhadap Penyembuhan Luka yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus Pada Kelinci (Orytolagus cuniculus). Pharmcon Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(3):279-286

Depkes RI. 2007. Direktorat Obat Asli Indonesia, Acuan Sediaan Herbal, Vol 3, Edisi I. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan..

Effendy, C. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Kurnawan, E. 2014. Efek Salep Kombinasi Ekstrak Daun Bangun-bangun Dan Ekstrak Heba Pegagan Terhadap Penyembuhan Luka Eksisi Pada Tikus Hiperglikemia Yang Diinduksi Aloksan. Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Okarisman, H., dan Sri, N.N.M. 2012. Pengaruh Gel Kombinasi Ekstrak Jatropha Multifida dan Daun Carica Papaya Terhadap Penyembuhan Luka Bahan Bakar Kimia Pada Ratus Norvegicus. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran dan Ilmu

8 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan

Page 9: perpustakaan.fmipa.unpak.ac.idperpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/Jurnal Dwi Ajeng... · Web viewUJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) TERHADAP PENYEMBUHAN

Kesehatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta. Yogyakarta. 12(1):49-55.

Rikkit. Formulasi Sediaan Tablet dan Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour). 2017. Skripsi. Program Studi Farmasi Universitas Pakuan Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerjemah: Padmawinata, K. Bandung : Penerbit ITB.

Sahaykhare, R., Banerjee, S., dan Kundu, K. 2011. Coleus aromaticus Benth-A Nutritive Medicinal Plant of Potential Therapeutik Value. International

Journal of Pharma and Bio Science. 2(3):488-500.

Sentat, T dan Rizki P. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Punggung Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2):100-106.

Setiawan, D. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid V. Jakarta : Pustaka Bunda.

Silalahi, J. And Chemayanti, S. 2015. Burn Wound Healing Activity of Virgin Coconut oil. International Journal Pharm Tech Research. 8(1):67-73.

9 | Dwi Ajeng Rahmawati – Jurnal Farmasi Universitas Pakuan