e-issn 2549 7162 - bkd
TRANSCRIPT
Ruang Baca Prodi Pendidikan Fisika
UIN Ar-Raniry Banda AcehFakultas Tarbiyah dan Keguruan
Email : [email protected]
Alamat Redaksi;“Phi Jurnal Pendidikan Fisika dan Terapan”
ISSN 2460-4348ISSN 2460-4348ISSN 2460-4348E-ISSN 2549-7162E-ISSN 2549-7162E-ISSN 2549-7162
ISSN 2
46
0-4
34
8IS
SN 2
46
0-4
34
8IS
SN 2
46
0-4
34
8Ju
rn
al P
en
did
ikan
Fis
ika &
Terap
an
Volume�7,�No�1,�Jan�-�Jul�2019
Volum
e�7,�No�1,�Jan�-�Jul�2019
i
Phi (Physics of Ar-Raniry)
JURNAL KEPENDIDIKAN FISIKA DAN TERAPAN
Vol.7, No.1, Jan-Jul 2019
ii
SUSUNAN TIM PENYUSUN
Phi (Physics Of Ar-Raniry)
JURNAL KEPENDIDIKAN FISIKA DAN TERAPAN
Vol.7, No.1, Jan-Jul 2019
Penanggung Jawab
Muslim Razali
Redaktur
Misbahul Jannah
Editor
Fitriyawany
Juniar Afrida
Desain Grafik
Arusman
Sekretariat
Sabaruddin
Rahmati
Alamat Redaksi;
Ruang Baca Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh
Email [email protected]
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadhirat Allah SWT kami ucapkan atas tersusunnya Phi
(Physics of Ar-Raniry) Jurnal Kependidikan Fisika dan Terapan edisi Januari-Juli
2018. Penyusunan artikel di dalam jurnal ini dilandasi dengan semangat untuk
membangun semangat kependidikan kepada masyarakat terkait dengan
perkembangan pendidikan dan teknologi.
Phi Jurnal Kependidikan Fisika dan Terapan mempublikasikan artikel
hasil penelitian di bidang Pendidikan Fisika dan Sains Murni Fisika. Penelitian
pada jurnal ini dilaksanakan oleh mahasiswa, guru, dan dosen bidang fisika dalam
rangka meningkatkan pengetahuan tentang ilmu fisika.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada segenap jajaran Jurnal Phi
atas dedikasi dan kerjasamanya dalam upaya mewujudkan penerbitan Jurnal Phi
edisi ini.
Salam,
Redaksi
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Susunan Tim Penyusun ................................................................................. ii
Kata Pengantar .............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Eksperimen Menghitung Momen Inersia Dalam Pesawat Atwood Menggunakan
Katrol Dengan Penambahan Massa Beban .................................................... 1
Mulyadi Abdul Wahid (Fitria Rahmadhani)
Kajian Penerapan Metode Lattice Boltzmann Untuk Pemodelan Aliran Fluida 8
Nazaruddin Ahmad
Analisis pH Dan Daya Ikat Air (Water Holding Capacity) Dalam Proses
Bioremediasi Limbah Oli .............................................................................. 17
Husnawati Yahya
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Dasar Elektonika Pada Siswa Kelas X Di
SMK Negeri 2 Banda Aceh ......................................................................................................................... 23
Fadhel Hidayat (Hadi Kurniawan, Malahayati)
Penurunan Kadar Polutan Pada Limbah Cair Tahu Dengan Menggunakan
Kombinasi Adsorpsi Dan Fitoremediasi ........................................................ 29
Muhammad Riza (T. Muhammad Ashari, Aulia Rohendi)
Pengaruh Metode Elektrokoagulasi Dalam Mendapatkan Air Bersih ............. 36
Sri Nengsih (Elly Hartaty)
Pembuatan Bioetanol Dari Singkong Dan Ampas Tebu Secara Fermentasi Dengan
Menggunakan Ragi Tape .............................................................................. 39
Risnawati (Mulyadi Abdul Wahid)
Manajemen Proses Dan Manajemen Memori Pada Sistem Operasi Linux ..... 48
Malahayati
Analisa Dan Perancangan Game Edukatif “Muslimah Adventure” Sebagai Media
Dakwah Menggunakan Aplikasi Scratch 2.0 ................................................. 56
Resi Rizki Nanda (Andika Prajana, Khairan AR)
v
Penentuan Panjang Gelombang Spektrum Dengan Menggunakan Spektrometer
Kisi Difraksi ................................................................................................. 73
Luthfi Putriana (Abd Mujahid Hamdan)
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
39
PEMBUATAN BIOETANOL DARI SINGKONG DAN AMPAS
TEBU SECARA FERMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN
RAGI TAPE
Risnawati1, Mulyadi Abdul Wahid2
1Mahasiswa Prodi PFS FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh 2Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Abstrak
Minyak alam dibumi semakin menipis sedangkan kebutuhan kita dalam menggunakan
bahan bakar semakin meningkat, maka perlu adanya bahan bakar alternatif selain
diperoleh dari fosil yang ada dibumi yaitu yang dibuat dari campuran ampas tebu dan
singkong. Produk industri gula dan dan produk industri tapioka selain dapat
menghasilkan produk juga dapat menghasilkan limbah seperti ampas. Ampas yang
telah diolah kemudian diolah kembali untuk dijadiakn sebagai produk yang lebih
berguna yaitu etanol. Bioetanol adalah bahan bakar dari tumbuhan yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium (khairani 2007). Etanol juga disebut juga etil alkohol
dengan rumus kimia C2H2OH dengan titik didih nya 78,40C untuk mendapatkan
bioetanol harus dengan beberapa proses untuk mengubah pati menjadi selulosa dan
fermentasi secara anaerob.
Keywords:Bioetanol, Fermentasi, C2H2OH
1. PENDAHULUAN
Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia.
Terlebih saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi, berbagai alat
pendukung seperti peralatan rumah tangga, motor penggerak dan mesin-mesin indrustri dapat
difungsikan jika ada energi. Kebutuhan dan konsumsi energi semakin meningkat sejalan
dengan bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya perekonomian masyarakat. Secara
umum dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan kebutuhan energi di negara berkembang
lebih tinggi dibandingkan negara maju, kebutuhan energi didunia sampai saat ini masih
bergantung pada sumber daya fosil, terutama minyak dan gas bumi serta batubara.
Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di indonesia, disebabkan kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan kesediaan cadangan BBM semakin
berkurang, karena merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaruhi. Kusnadi dan yusuf
(2009) menyatakan bahan bakar minyak yang berasal dari minyak bumi merupakan sumber
energi fosil yang tidak dapat diperbaruhi1.
1Zen,Energi Sumber Daya Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Berkesinambungan(Jakarta: Dian Rakyat, 1988), hal.1
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
40
Penggunaan BBM tersebut juga dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan
dan sebagai pemicu terjadinya fenomena pemanasan global . Saat ini untuk mengatasi
masalah tersebut, dibutuhkan energi alaternatif yang berpeluang sebagai pengganti BBM
salah satunya ialah bioetanol.
Di Indonesia kebutuhan dan konsumsi energi terfokus kepada bahan bakar minyak yang
cadangannya kian menipis. Salah satu gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini yaitu
kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti minyak tanah bensin dan solar. Kelangkaan
terjadi karena tingkat kebutuhan BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap tahunnya.
Bioetanol adalah etanol yang bahan utama nya dari tumbuhan dan umum nya
menggunakan proses fermentasi, etanol atau ethly alkohol CHOH berupa cairan bening tak
bewarna terurai secara biologis toksitas rendah dan tidak menimbulkan populasi udara yang
besar bila bocor. Etanol yang terbakar menghasilkan karbondioksida (CO) dan 2 air.
Bioetanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras untuk
keperluan medis dan sebagai zat perlarut. Namun saat ini yang paling populer selain ketiga
penggunaan diatas tersebut adalah pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.2
Masalah keterbatasan bahan bakar minyak (BBM) terjadi karena bahan baku yang
berasal dari fosil semakin menipis sehingga dilakukan langkah-langkah penghemat energi
dan mencari sumber-sumber energi baru untuk menggantikan minyak bumi. Untuk
menggurangi konsumsi BBM jenis bensin, dapat dilakukan dengan menambahkan 10 %
bioetanol ,bioetanol memiliki banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada
komposisi beberapa pun memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi yang
dihasilkan oleh bahan bakar minyak (bensin). Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 %
dengan bensin 90 % sering disebut gasohol E - 10 yang memiliki angka oktan 92
dibandingkan dengan premium hanya bioetanol yang dikenal sebagai octan enhance.
Permasalahan ini menjadikan pemerintah dan peneliti harus berpikir
bagaimana caranya mengatasi bahan bakar yang murah dan tepat guna. Sebagai jawaban dari
permasalahan tersebut peneliti mengolah campuran ampas singkong dan ampas tebu menjadi
bioetanol. Bioetanol memiliki kelebihan dibandingkan BBM karena sumbernya terbarukan
dan memiliki nilai oktan tinggi sehingga proses pembakaran menjadi lebih sempurna tingkat
emisi gas CO2 nya menjadi 40-80% lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan.
2Nugraha, Karekteristik Termal Briket Orang Ampas Tebu denan Variasi Bahan perekat Lumpur Lapindo
Skripsi (Surabaya: Institus teknologi, 2013), hal.20
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
41
Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar tambahan juga dapat menurunkan emisi
senyawa organik hidrokarbon, benzene karsinogonik, buta diena dan emisi partikel yang
dihasilkan dari pembakaran minyak bumi. Jadi dapat disimpulkan bioetanol merupakan
energi alternatif pengganti bahan bakar atau pensubsidi minyak bumi yang dibuat melalui
proses fermentasi menggunakan bantuan mikroorganisme.3
Bioetanol dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula sederhana, pati, maupun
bahan berserat misalnya ubi jalar, pisang, ampas tebu, singkong, kulit nanas, jerami, bonggol
jagung, dan kayu. Jadi pada penelitian ini peneliti memilih bahan baku pembuatan bioetanol
menggunakan ampas tebu dan singkong. Yang mana kedua bahan tersebut merupakan salah
satu bahan dasar pembuatan bioetanol. Ampas tebu mengandung kadar selulosa yang cukup
tinggi dengan kandungan selulosa 52,7%, hemiselulosa 20,0% dan lignin 24,2%.singkong
merupakan tanaman yang sangat populer khusus nya dinegara tropis kandungan pati dalam
singkong yang tinggi sekitar 25-30 % sangat cocok untuk pembuatan bioetanol.
Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana menghasilkan bioetanol dari singkong
dan ampas tebu serta melihat bagaimana pengaruh penggunaan ragi terhadap volume
bioetanol selama proses fermentasi.
2. LANDASAN TEORI
Bioetanol adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber
karbohidratyang menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioeatanol yaitu etanol yang
dihasilkan dari fermentasi glukosa (gula) yang dilnjutkan dengan proses distrilasi. Proses
distrilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 95 % volume untuk digunakan sebagi
bahan bakar (biofuel) perlu lebih dimurnikan mencapi 99 % yang alzim disebut fuel grade
ethanol (FGE).Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar yang tidak beracun dan cukup
ramah lingkungan serta dihasilkan melalui proses yang cukup sederhana yaitu melaui proses
fermentasi menggunakan mikrobia tertentu. Bioetanol sebagai bahan bakar memiliki nilai
oktan lebih tinggi dari bensin sehingga dapat meghasilkan timbal (Pb) pada saat pembakaran.
Bioetanol adalah salah satu energi alternatif yang dipertimbangkan sebagai pengganti bahan
bakar atau pensubsitusi minyak bumi. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar atau
3Euis Hrmiati, dkk, pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk Produksi Bioetanol, Jurnal
Litbang pertanian, 2010,hal.121
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
42
substituent akan menurukan emisi gas berbahaya (CO, NO dan SO2) dan menghasilkan gas
rumah kaca yang sangat rendah bila dibandingkan dengan pembakaran minyak bumi.4
Menurut artikel di bisnis indonesia ( 25 desember 2013) populasi kendaran di
Indonesia tidak kurang dari 100 juta unit dari jumlah tersebut 80 juta unit adalah sepeda
motor.pertumbuhan kendaraan bermotor diindonesia, khusus nya sepeda motor melonjak
secara signitifikan pada tahun belakangan dengan pertumbuhan eksponensial. Hal ini
berakibat pada kebutuhan BBM yang meningkat pula dengan kondisi seperti ini dimana BBM
semakin lama semakin menipis, bioetanol berpotensi menjadi bahan bakar alternatif
pengganti bensin dengan keunggulannya seperti pembakaran lebih sempurna, mengurangi
emisi karbon monoksida dan lain nya.5
Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN.
Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan bergula (molasses, aren dan nira lain), bahan berpati
(singkong, jagung, sagu, dan jenis umbi lainnya), dan bahan berserat (lignoselulosa). Salah
satu bahan pokok yang baik digunakan untuk menghasilkan bioetanol adalah singkong/ubi
kayu. Namun pada saat ini Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Indonesia
sedang mengadakan program “Mengangkat Gengsi Singkong untuk Memperkuat Ketahanan
Pangan Alternatif” sehingga singkong lebih diutamakan untuk persediaan bahan pangan.6
Tumbuhan ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.) merupakan tanaman pangan berupa
perdu dengan nama lain ketela pohon, singkong, atau cassava, ubi kayu atau singkong berasal
dari Brazil, Amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang
Spanyol dari Mexico ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk
Indonesia.Singkong merupakan bahan pangan yang banyak diproduksi di Indonesia.
Singkong sangat potensial untuk diolah menjadi tepung.ditinjau dari segi komposisi kimia
nya, singkong mengandung 1,57 g protein, 1,06 g lemak, 21,10 g serat dan 1,10 g abu. Serat
pada serat yang berligneselulosa mengandung selulosa (36,6%), hemiselulosa (21,3%) dan
lignin (17,3 %). Hemiselulosa pada singkong adalah komponen terbesar kedua setelah
selulosa. Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang tersusun atas satuan satuan gula
pentosa dan hektosa.
Tanaman tebu (Saccharum Officinarum) dikategorikan sebagai tanaman berserat yang
memiliki kandungan polisakarida yang cukup tinggi dan kandungan lignin yang relatif rendah
4Sri Komarayati, Prospek Bioetanol Sebagai Pengganti Minyak Tanah, (Bogor:2010) hal.32 5Dyah Pratiwi M., Dahlia Qadari, Nurul Utami SM, potensi pembuatan Etanol Dari eceng gondok Melalui
proses Hidrothermal ( Makassar:2013) hal.6-10 6Rayhan M.W Surya Pratama dan T. R Sutardi, Fermentasi Ampas Tebu menggunakan Phamerochacle
chrysosporium Sebagai Upaya Meningkatkan Kecernaan bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik
Secara Intitro, Jurnal Ilmiah Peternakan:2013 hal.42
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
43
sehingga pemanfaatan terbesarnya adalah untuk industry gula. Diperkirakan kandungan
polisakarida pada tebu mencapai 70%.Ampas tebu temasuk biomassa berlignoselulosa yang
dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol dan biogas. Ampas
tebu mengandung kadar selulosa yang cukup tinggi dengan kandungan selulosa 52,7%,
hemiselulosa 20,0% dan lignin 24,2% . Ampas tebu adalah suatu residu dari proses
penggilingan tanaman tebu (saccharum oficinarum) setelah diexstrak atau dikeluarkan nira
nya pada industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk
limbah berserat yang dikenal dengan ampas tebu (bagasse).7
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sejak awal, persiapan dilakukan dengan
mempersiapkan banyak alat dan bahan seperti singkong, ampas tebu. Kemudian kegiatan
selanjutnya dilakukan eksperimen dengan cara memasak adonan yang terdiri dari bahan
ampas tebu dan singkong dan kemudian dilakukan observasi terhadap pembentukan bioetanol
selama proses eksperimen tersebut.
7Tarmidi A. R. Pengaruh Pemberian Ransum Yang Mengandung Ampas Tebu Hasil Biokonversi Oleh Jamur
Tiram Putih Tehadap Performans Domba Priyanga, Jurnal penelitian Ilmu Peternakan Universitas Padjajaran
(bandung:2004), hal.50-53
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
44
Gambar 1. Proses pembuatan bioatanol dari singkong dan ampas tebu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dimana pada hari ke 1 - 3 proses fermentasi
bioetanol dari singkong dan ampas tebu belum terdapat perubahan, selanjutnya pada hari ke 4
volume bioetanol sudah mulai kelihatan, dimana adonan singkong dan ampas tebu yang ada
didalam botol tempat fermentasi sudah mulai mengeluarkan cairan bioetanol dan selanjutnya
pada hari ke 5 cairan bioetanol yang berada pada botol yang beriisi adonan sudah mulai
mengalir keselang menuju ke botol yang kosong sampai hari ke 6 - 7. Hasil pengamatan
dalam bentuk tabel dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1. Hasil observasibioetanol selama dalam proses fermentasi
No Hari Keterangan
1. Hari ke 1 Belum terdapat perubahan
2. Hari ke 2 Belum terdapat perubahan
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
45
3. Hari ke 3 Belum terdapat perubahan
4. Hari ke 4 Sudah mulai ada perubahan, dimana adonan campuran singkong dan
tebu sudah mulai mengeluarkan cairan.
5. Hari ke 5 Cairan bioetanol yang terdapat dalam botol yang berisi adonan sudah
mulai mengalir melalui selang menuju ke botol yang kosong
6. Hari ke 6 Bioetanol sudah mulai terisi kedalam botol
7. Hari ke 7 Bioetanol sudah mulai terisi setengah botol
Setelah dilakukan fermentasi, ternyata bioetanol dari bahan singkong dan ampas tebu
baru diperoleh hasil setelah 6 hari. Kemudian bioetanol yang dihasilkan diukur densitasnya
dan didapatkan sebesar 1013,6 gr/l. Dari percobaan yang telah dilakukan peneliti maka dapat
dibahas bahwa proses pembuatan bioetanol pada prinsipnya adalah proses pengolahan
singkong dan ampas tebu dengan cara fermentasi , dari hasil yang di dapat dilihat bahwa
terjadi fluktuasi selama rentang waktu 7 hari. Yang mana pada hari 1 sampai 3 belum
terdapat perubahan tetapi pada hari ke 4 sudah mulai nampak perubahan yaitu terdapat cairan
didalam adonan, dan pada hari ke 5 air dalam selang mulai menetes ke dalam botol yang
kosong sampai hari ke 7.
Bioetanol yang diperoleh setelah fermentasi dengan menggunakan ragi tape hasilnya
masih belum murni karena kadar bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi biasanya hanya
mencapai 8 sampai 10% saja. Sehingga untuk memperoleh ethanol yang berkadar alkohol
95% diperlukan proses lainnya, yaitu proses distilasi tetapi pada penelitian ini tidak ada
proses distilasi di karenakan keterbatasan alat distilasi, dan untuk menjadikan bioetanol
sebagai bahan bakar maka perlu dilakukan pengujian lanjutan.8 Pada umumnya hasil
fermentasi bioetanol yang mempunyai kemurnian 30-40% belum dapat dikategorikan sebagai
fuel based ethanol.9
Setelah bioetanal dihasilkan maka diukur kekentalannya (viskositas) mengan
mangujinya dengan cara :
8Sutijastogo,kebijakan energi mix (jakarta:BPTT,2005) 9Astuty, Fermentasi Ethanol Kulit Buah Pisang, (Yogyakarta: UGM, 1991).
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
46
Gambar 2. Mengukur viskositas bioatanol dan dibandingkan dengan tanah
Berdasarkan percobaan tersebut, maka didapatkan kekentalan dari bioetanol adalah
22,3751 Pa.S. adalah 17,1553 Pa.S.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yaitu untuk menguji bioetanol dari campuran singkong
dan ampas tebu secara fermentasi dengan menggunakan ragi tape yang mana pada hari 1
sampai 3 belum terdapat perubahan tetapi pada hari ke 4 sudah mulai nampak perubahan
yaitu terdapat cairan didalam adonan, dan pada hari ke 5 air dalam selang mulai menetes ke
dalam botol yang kosong sampai hari ke 6 - 7. Didapat visikositas pada bioetanol diperoleh
22,375 Pa.S sedangkan visikositas pada minyak tanah 17,155 Pa.S Jadi, dapat dilihat bahwa
bioetanol lebih kental dibandingkan minyak tanah.
REFERENSI
Zen,Energi sumber daya lingkungan hidup dalam pembangunan bersinambungan
(Jakarta: Dian Rakyat,1988),Hal.1
Nugraha, Karakteristik termal briket orang ampas tebu denan variasi bahan perekat lumpur
lapindo skripsi (Surabaya:institusi teknologi,2013),Hal 20
Euis Hermiati, Dkk,Pemanfaatan biomassa lignoselulosa ampas tebu untuk produksi
bioetanol,Jurnal litbang pertanian (2010)Hal :121
Darrotun qoni’ah,Pembuatan bioetanol dari ampas tebu,(Universitas internasional semen
indonesia(2007)Hal:17
Srikomarayati,Prospek bioetanol sebagai pengganti minyak tanah(Bogor ,2010)Hal :32
Jurnal Pendidikan Fisika & Terapan (PHI), Vol.7, No.1, Jan-Jun 2019. ISSN 2460-4348
47
Dyah Pratiwi M.,Dahlia Qadari.,Nurul Utami SM,Potensi pembuatan etanol dari enceng
gondok melalui proses hidrothermal (Makassar,2013) Hal :6-10
Rayhan M.W Surya pratama dan T.R Sutardi Fermentasi ampas tebu menggunakan
phamerochale chrysosporium sebagai upaya meningkatkan kecernaan bahan kering
dan kecernaan bahan organik secara intitro, Jurnal ilmiah pertanian (2013) Hal:42
Tarmidi A.R Pengaruh pemberian ransum yang mengandung ampas tebu hasil biokonversi
oleh jamur tiram putih terhadap performans domba priyanga,jurnal penelitian ilmu
pertenakan Universitas padjajaran (Bandung :2014) Hal :50-53)
Sutjastogo,Kebijakan energi mix(Jakarta:BPTT,2005)
Astuti,Fermentasi etanol kulit buah pisang (Yogyakarta:UGM.1991)