e m aksi m alkan teknologi pe m...

44
Edisi 18 Tahun X Juni 2012 Diterbitkan oleh PPPPTK Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan MEMAKSIMALKAN TEKNOLOGI DALAM PEMBELAJARAN Designing Reading Comprehension Test for General English Students in EFL Classroom Sukses Ujian Nasional dengan Metode Uji Ulang Kembali (Balik) Memaksimalkan Foto dalam Keterampilan Menulis Bahasa Jerman/ Fotohörsehgeschichte Berbagai Pendekatan dan Metodologi Pengajaran Bahasa Inggris Perbedaan Ejaan, Kosakata, dan Makna Kata Bahasa Melayu (Malaysia) dengan Bahasa Melayu (Indonesia) atau Bahasa Indonesia

Upload: others

Post on 26-Oct-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

1Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Diterbitkan olehPPPPTK Bahasa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

MeMaksiMalkan Teknologi dalaM PeMbelajaran

Designing Reading Comprehension Test for General English Students in EFL Classroom

Sukses Ujian Nasional dengan Metode Uji Ulang Kembali (Balik)Memaksimalkan Foto dalam Keterampilan Menulis Bahasa Jerman/

FotohörsehgeschichteBerbagai Pendekatan dan Metodologi Pengajaran Bahasa InggrisPerbedaan Ejaan, Kosakata, dan Makna Kata Bahasa Melayu (Malaysia) dengan

Bahasa Melayu (Indonesia) atau Bahasa Indonesia

Page 2: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

2 3Edisi 18 Tahun X Juni 2012 3Edisi 18 Tahun X Juni 2012

MEDIA Komunikasi dan Informasi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa ini merupakan salah satu media informasi dan komunikasi antar-unit di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional,

terutama antara PPPPTK Bahasa dengan PPPPTK lain, LPMP, Direktorat-Direktorat yang relevan, pendidik, dan tenaga kepen-didikan bahasa.

Media Informasi dan Komunikasi ini memuat informasi tentang kebahasaan dan pengajarannya serta kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guru bahasa. Kami mengundang para pembaca untuk berperan serta menyum-bangkan buah pikiran yang sesuai dengan misi media ini, berupa pendapat atau tanggapan tentang bahasa, pengajarannya, dan ulasan tulisan pada media ini serta tulisan di bidang non-pendidikan bahasa.

Kami akan memperbaiki redaksional tulisan atau meringkas naskah yang akan terbit tanpa mengubah materi pokok tulisan. Bagi penulis yang artikel atau tulisan beritanya dimuat akan diberi honorarium yang pantas. e

Kata sekarang

dan kini

kelihatannya

persis sama maknanya

sehingga seolah-olah

keduanya dapat selalu saling

menggantikan, sebagaimana

yang terdapat pada contoh

berikut ini.

Karena dulu para petani 1.

di daerah itu berpindah-

pindahan, kini/sekarang

banyak terdapat lahan

yang rusak.

Akan tetapi, jika diamati

secara lebih cermat,

kemungkinan pemunculan

kata kini lebih terbatas

daripada sekarang. Kata kini

mengandung nuansa yang

lebih khusus. Penggunaan

kata kini mengandalkan

adanya kesinambungan

antara yang terjadi pada waktu

lampau dan yang terjadi pada

saat ihwalnya dibicarakan,

antara yang terjadi dulu dan

yang terjadi pada saat ini.

Perhatikan contoh berikut.

Yang dulu dipandang remeh 2.

kini disegani banyak orang.

Ia, yang selama ini dikenal 3.

sebagai peragawati, kini

mencoba nasib sebagai

perancang busana.

Ia pernah belajar 4.

antropologi di luar negeri

dan kini bekerja di kantor

swasta.

Meskipun penggunaan kata

kini selalu mengait ke peristiwa

yang terjadi pada masa lampau,

peristiwa lampau itu sendiri

tidak harus selalu disebutkan

secara eksplisit. Peristiwa

lampau yang terkena kaitan itu

dapat saja hanya secara implisit

tersingkap dari konteksnya.

Amatilah contoh berikut.

Kini 5. Batam sudah siap

menerima arus wisatawan.

Kini6. tiada lagi orang yang

berpakaian seragam seperti

itu.

Tanpa dikaitkan dengan

waktu lampau, kata kini tidak

dapat digunakan. Pemakaian

kata kini pada contoh berikut

tidak berterima. (Tanda asteris

(*) menunjukkan pemakaian

yang tidak berterima).

Sekarang7. /*Kini atau besok

penggenangan waduk itu

dilakukan?

A: Kapan daerah itu 8.

dikosongkan?

B: Sekarang/*Kini.

Kata kini tidak digunakan

sebagai atribut untuk

senaraibahasa

Kata Sekarang dan KiniDitulis ulang oleh Yusup Nurhidayat dari buku Buku Praktis Bahasa Indonesia 1

Dendy Sugono (ed.) (Jakarta. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011)

Page 3: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

3Edisi 18 Tahun X Juni 2012 3Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Senarai Bahasa

Laporan Utama

Memaksimalkan Teknologi dalam

Pembelajaran [4]

Bahasa dan Sastra

Designing Reading Comprehension

Test for General English Students

in EFL Classroom [11]

Sukses Ujian Nasional dengan

Metode Uji Ulang Kembali

(Balik) [16]

Memaksimalkan Foto dalam

Keterampilan Menulis Bahasa

Jerman/Fotohörsehgeschichte

[23]

Berbagai Pendekatan dan Metodologi

Pengajaran Bahasa Inggris [28]

Perbedaan Ejaan, Kosakata, dan

Makna Kata Bahasa Melayu

(Malaysia) dengan Bahasa

Melayu (Indonesia) atau Bahasa

Indonesia [36]

Lintas Bahasa Budaya

Serambi Foto

daftarisi

Pembina Kepala PPPPTK Bahasa Teriska R. Setiawan Penanggung Jawab Kabag Umum Abdul Rozak Pemimpin Redaksi Kasubbag Tata Usaha dan Rumah Tangga Joko Isnadi, Kaur Protokol dan Dokumentasi Iri Agus Sudirdjo Redaktur Pelaksana Yusup Nurhidayat Redaktur Ririk Ratnasari, Winda Scorfi, Joko Subroto Desain Sampul dan Tataletak Yusup Nurhidayat Pencetakan dan Distribusi Naidi, Djudju, Komariah Alamat Redaksi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa Jalan Gardu, Srengseng

Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Kotak Pos 7706 JKS LA Telp. (021) 7271034 Faks. (021) 7271032 Website: www.pppptkbahasa.net Email: [email protected]

e

menerangkan nomina. Bandingkan

pemakaiannya sebagai atribut (yang

tidak berterima) pada contoh 9 dan

penggunaannya sebagai kata keterangan

waktu (yang berterima) pada contoh 10

di bawah ini.

Gurunya yang 9. sekarang/*kini lebih

pandai menyampaikan bahan

pelajaran.

Istrinya, yang 10. sekarang/kini menjadi

dokter, akan bertugas di Puskesmas

Pandeglang.

Akan tetapi, ada rangkaian dengan

nomina tertentu yang membolehkan

penggunaan sebagai atribut meskipun

jumlahnya terbatas, misalnya, masa

kini. Namun, rangkaian seperti ini pada

umumnya tidak berterima: *zaman kini,

*pemuda kini.

Masih ada satu perbedaan lagi antara

sekarang dan kini. Perhatikan contoh

berikut.

Jika keadaan memaksa, 11.

sekaranglah/*kinilah kita benahi tata

kerja kita.

Sekarang12. /*kini ini juga pemugaran

gedung itu hendaknya dimulai.

Page 4: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

4 5Edisi 18 Tahun X Juni 2012 5Edisi 18 Tahun X Juni 2012

MeMaksiMalkan Teknologi dalaM PeMbelajaran

MeMaksiMalkan Teknologi dalaM PeMbelajaran

Page 5: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

5Edisi 18 Tahun X Juni 2012 5Edisi 18 Tahun X Juni 2012

laporanutama

Teknologi. Siapa

yang tidak me-

ngenal kata

itu di planet bumi ini?

Teknologi bagi sebagian

orang sudah seperti

udara yang jika diting-

galkan menjadi sesak-

lah hidupnya. Berbin-

cang tentang teknolo-

gi ini PPPPTK Bahasa

membuka tahun 2012

dengan menggandeng

penerbit kenamaan

PEARSON menyeleng-

garakan seminar in-

ternasional bertajuk

Maximasing the Use of

Technology in Teacher

Professional Develop­

ment. Seminar tersebut

mengha dirkan pembi-

cara tunggal Jeremy

Harmer. Trainer, guru,

dan penulis kawakan

ini seorang ahli pedagogik yang kaya peng-

alaman dan menye nangi dunia teknologi pen-

didikan. Beberapa buku yang lahir dari tangan-

nya antara lain The Practice of Language Teach­

ing, How to Teach

English and How

to Teach Write­

ing yang semua

buku tersebut

diterbitkan oleh

Pearson.

“Siapa yang tidak mau

mengikuti perkem-

bangan akan ter-

tinggal”, begitulah

pernyataan yang

bia sa kita de ngar. Ini

juga berlaku pada

teknologi beserta

pemanfaat annya da-

lam berbagai bidang,

termasuk di dalam-

nya pendidik an dan

peng ajaran. Peng-

ajaran saat ini tidak

bisa hanya meng-

andal kan media-media konvensional yang telah tersedia

seperti surat kabar, majalah, katalog belanja, televisi, ra-

dio, dll. Kemajuan teknologi mau tidak mau ikut memberi

warna dalam pembelajaran.

Page 6: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

6 7Edisi 18 Tahun X Juni 2012 7Edisi 18 Tahun X Juni 2012

laporanutama

Dalam seminar sete ngah hari

itu Harmer menuturkan bah-

wa perkembangan teknologi

tidak mengharuskan siswa

dan guru untuk melakukan

tatap muka ketika melaku-

kan pembelajar an, tetapi ber-

kat perkembangan teknologi

kita tidak lagi harus berada

di ruangan yang sama un-

tuk belajar. Salah contoh

yaitu dengan Twitter, lebih

lanjut Harmer menuturkan

bahwa keha diran Twitter

dapat meng ubah kehidup-

an profesional seorang

guru. Anda bisa bertanya

masalah-masalah profesi-

onal Anda dengan siapapun

di Twitter di seluruh dunia.

Anda juga dapat berdiskusi

dengan siswa Anda mela-

lui Twitter dan dapat mem-

berikan tantang an kepada

mereka dalam keterampilan

menulis dalam bahasa Ing-

gris. Dengan kata lain, Anda

dapat meng optimalkan ba-

hasa Inggris siswa Anda

melalui media teknologi

yang sedang “ngetren” yang

disukai siswa Anda yaitu

Twitter.

Dalam kesempatan yang juga

sebagai ajang berbagi peng-

alaman para bagi guru terse-

but Harmer melontarkan per-

masalahan klasik dalam peng-

ajaran bahasa Inggris yang

ternyata dapat diberi solusi

dengan sentuh an teknologi.

Pemasalahan yang dilontar-

kan Harmer terkait dengan

keterampilan berbicara.

Bagaimanakah keterampilan

berbicara dapat dipraktik-

kan di kelas? Apakah mung-

kin setiap siswa mendapat

Saat ini, dengan teknologi yang

Semakin canggih, SiSwa dan guru

tidak diharuSkan untuk bertatap muka

Saat melakukan pembelajaran.

(Jeremy Harmer)

Page 7: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

7Edisi 18 Tahun X Juni 2012 7Edisi 18 Tahun X Juni 2012

ke sempatan untuk berbi-

cara? Bagaimana Anda me-

nilai f uency (kefasihan)

berbicara siswa Anda? Untuk

menyelesaikan masalah ini

Harmer mempunyai tiga ju-

rus jitu.

Pertama, learner autonomy is

the key for speaking fuency;

kemandirian siswa sebagai

kunci sukses bagi nya untuk

berbicara dengan fasih. Pe-

ran guru sangatlah penting

untuk membangun kemandi-

rian siswa melalui berbagai

kegiatan yang menarik dan

mengembangkan kemandi-

rian mereka, hal ini dapat

dilakukan melalui Creat ing

English Environment.

Pengadaan lingkungan ber-

bahasa Inggris merupakan

jurus kedua yang diusulkan

Harmer yang dapat dilaku-

kan para guru melalui ber-

bagai media teknologi yang

sedang “ngetren” saat ini.

Jurus ketiga adalah group

work recorded then upload;

disini guru membentuk

kelom pok-kelompok siswa

untuk melakukan tugas

atau kegiatan belajar kemu-

dian mengunggah hasil ker-

ja mereka di media internet,

misalnya.

Selain itu, Harmer menjelas-

kan bahwa ketika seseorang

berada dalam lingkungan

pembelajaran bahasa asing

akan ada rasa ketakutan.

Rasa takut tersebut harus

dihilangkan dengan cara

diberi kesempatan untuk

berbicara. Dan, menghilang-

kan rasa takut inilah yang

menjadi tugas guru karena

itu Harmer menyebutkan

bahwa fuency lebih dekat

dengan masalah psikologi

yaitu bagaimana membuat

siswa tersebut berani ber-

bicara. Salah satunya guru

dapat memanfaatkan acara-

acara yang ada di televisi

Page 8: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

8 9Edisi 18 Tahun X Juni 2012 9Edisi 18 Tahun X Juni 2012

untuk dijadikan media yang

dapat melatih keberanian

siswa berbicara.

Ketika ditanya tentang

perkembangan pembelajaran

bahasa berbasis IT di Indo-

nesia oleh reporter Ekspresi,

Harmer menuturkan bahwa

Indonesia has a long way

to go yang berarti Indone-

sia masih memiliki banyak

kesempatan untuk mengem-

bangkan teknologi dalam

bidang pendidikan. Harmer

memberikan contoh di North

Carolina, salah satu negara

bagian di Amerika Serikat

yang (sekitar) tujuh tahun

yang lalu belum memiliki

koneksi nirkabel, tapi seka-

rang seluruh sekolah dan

rumah sudah terhubung de-

ngan internet. Hal ini juga

bisa berlaku di Indonesia.

Lebih lanjut dia menjelaskan

bahwa perkembangan pem-

belajaran ini berhubung an

juga dengan perkembangan

IT, yang sampai saat ini

masih terus berjalan. Untuk

itu, Harmer membagikan tips

untuk guru pertama, guna-

kan satu teknologi untuk

satu waktu, pelajari dengan

baik, kuasai kemudian gu-

nakan dalam pembelajaran,

setelah itu baru mempelajari

teknologi yang lain. Harmer

juga memberikan contoh

berdasarkan tipsnya ini dia

menggunakan teknologi

I movie untuk merekam

pernyataan-pernyataan guru

yang ditemui di berbagai

negara tentang pembela-

jaran terbaik yang pernah

mereka lakukan.

Setelah itu, dia tampilkan

rekaman tersebut dalam

kelas atau seminar-seminar.

“Setelah itu, saya baru men-

coba mempelajari teknologi

lain yang bermanfaat bagi

dunia pendidikan”, begitu

tuturnya.

laporanutama

kemandirian SiSwa Sebagai

kunci SukSeS bagi nya untuk

berbicara dengan faSih.

peran guru Sangatlah penting

untuk membangun kemandirian

SiSwa melalui berbagai

kegiatan yang menarik dan

mengembangkan kemandirian

mereka, hal ini dapat dilakukan

melalui Creating englisH environment.

Page 9: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

9Edisi 18 Tahun X Juni 2012 9Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Menghilangkan

rasa takut adalah

tugas seorang guru.

karena itu, guru

harus MaMpu MeMbuat

siswa berani untuk

berbicara. dengan

berbicara, rasa

takut akan Mudah

dihilangkan dalaM

situasi peMbelajaran

bahasa asing.

Selain tips di atas Harmer

juga menambahkan bahwa

penggunaan teknologi da-

lam pembelajaran didasar-

kan atas kondisi dan kebu-

tuhan guru itu sendiri. Jadi,

penggunaan teknologi bu-

kan merupakan keharusan

karena itu jalan tengah yang

baik adalah guru menguasai

dan memiliki teknologi

yang sesuai dengan

kebutuhannya dalam

meng ajar. Sebagai con-

toh, jika seorang guru

ingin menggunakan

website untuk pembela-

jaran di kelasnya, tetapi

tidak memiliki koneksi

internet, guru tersebut

dapat mengantisipasi-

nya dengan menyimpan

situs dalam filenya atau

mencetak materi-materi

dan tugas yang terdapat

di dalamnya kemudian

menggunakannya di dalam

kelas.

Dalam seminar yang di-

hadiri oleh 116 peserta ini

Harmer juga menuturkan

bahwa teknologi ada di sini

dan telah menjadi bagian

dari diri kita sehingga kita

harus menggunakannya,

Page 10: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

10 11Edisi 18 Tahun X Juni 2012 11Edisi 18 Tahun X Juni 2012

laporanutamadan bukan hanya mengeluh,

menge luh, dan mengeluh.

Kunci sukses pembelajaran

adalah kepercayaan para

guru , apa yang mereka per-

caya dengan pembelajaran.

Guru seharusnya mampu

memberikan konteks pembe-

lajaraan yang mudah diingat,

menantang, sekaligus me-

narik sehingga siswa dapat

memahami materi yang dibi-

carakan. Karena itu, tidaklah

berlebihan jika dikatakan

bahwa teknologi hanyalah

alat, diibaratkan sebagai

kuas yang dapat digunakan

oleh guru untuk melukis

materi-materi yang menarik

dan menantang se hingga

siswa menyukai proses pem-

belajaran dan pada akhirnya

mendapatkan manfaat dari

pembelajaran tersebut untuk

kehidupannya. e

Page 11: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

11Edisi 18 Tahun X Juni 2012 11Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Background

According to Hughes (1989) designed tests are a common feature of most EFL students, and are one way of assessing learners’ language abilities. Designing a test for a specific group of learners may be ‘a matter of problem solving, with every teaching situation setting a different testing problem. it is important to be clear about the purpose for which a specific test is to be used and to make sure the test designed is appropriate for that purpose. A test of reading comprehension can be seen as testing a particular skill (reading, as opposed to writing, listening or speaking), but such a test could also be designed as a collection of tasks reflecting activities normally performed outside the testing situation.

Beside that reading is meant as one of the four language skill. Teacher faces the problems not only in teaching but also in assessment which is claimed as reading comprehension. Strategic way

Joko SukatonStaf PPPPTK Bahasa

Silih WarniInstruktur English First

Page 12: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

12 13Edisi 18 Tahun X Juni 2012 13Edisi 18 Tahun X Juni 2012

to full understanding includes important factors in assessing learners.

Description of General English Students in EFL Classroom

General English students are common feature of the learners. They usually include general learners who want to learn English as language knowledge. They are expected to be able to :

Understand the basic reading materials•Find the general and specific information •in materialCommunicate well based on the •materialRetell based on the material with own •sentence

Designing Tests

According to Bachman and Palmer (1996) that design operationalization and administration need to be carried out for every test…develop[ed]’ but the difference is in the amount of detail and resources involved. It is important to ensure that the test being designed is suited to its purpose, as inferences about language ability, and possibly far-reaching decisions about a candidate’s future may be based on the results. (see Table 1)

In order to assess if a test measures what it intends to measure (that is, it has construct validity) a set of specifications should be written as part of the overall test design. These include information about content, format, timing, criteria levels of performance (the

Type of Test Purpose

1. Proficiency Test To assess general ability in a second language.

2. Achievement Test To evaluate how much a learner knows from a defined amount of course or class work

3. Diagnostic Test To identify a student’s strengths or weaknesses in specific areas of language.

4. Placement Tests

To determine which would be the most appropriate class, stream or level in which to place a student so that subsequent language teaching is appropriate to their needs.

Page 13: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

13Edisi 18 Tahun X Juni 2012 13Edisi 18 Tahun X Juni 2012

required level of performance for success) and scoring procedures (Hughes, 1989). Furthermore Brown (1994: 387) observes that for classroom tests a specification can be ‘a simple and practical outline of [the] test’ (original emphasis), derived from the test objectives.

Designing a Reading Comprehension Test

The reading test to be discussed was developed as part of the assessment of a course module concerned with the topic of travelling. The test can be considered an achievement test in so far as it is an evaluation for a specific module, but it could also be considered a proficiency test, as it measures a learner’s ability to gain information from an authentic text (that is, a text originally written for a purpose other than language teaching) through reading.

1. Specification

Writing a specification for a reading comprehension test can focus the task of choosing an appropriate text or texts, and according to Lynch and Davidson (1994: 732) is critical in task development; in this case writing the questions in order to test reading

comprehension. The specification for the reading comprehension test under discussion was used for developing the test questions and the final version can be seen in table 2. As mentioned by Lynch and Davidson (1994: 730) writing the questions also ‘[feeds] back to the elaboration of the test specification’, and they suggest that the test specification ‘also provides a detailed record of evidence for judging how well the test items…match what the test claims to be measuring.’ (see Table 2)

2. Developing The Questions

Kirschner et al (1996: 89) express clearly the obligations a test writer has when developing a test. ‘It is the test writer’s task to define, identify and subsequently remove any potential difficulties inherent in the test questions.’ This implies the importance of pre-testing in the process of test development. It may also mean checking the test specifications and considering how well the tasks (questions) are reflective of the specifications. The specifications themselves may also need to be reconsidered.

As pointed out above it became apparent the test was too long, and consequently the number of questions needed to be reduced. As the minimum number of questions for

Page 14: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

14 15Edisi 18 Tahun X Juni 2012 15Edisi 18 Tahun X Juni 2012

a section in the original test was four, I decided to reduce the number of questions to four for all three sections. This meant in practical terms that each test taker would have three pages of authentic text clipped together, and three pages with questions separately clipped together, individual pages of text and questions corresponding. I thought this would give the students enough opportunity to show their ability in scanning and reading for detail, and also give, in Hughes’ terminology, several ‘fresh starts (1989: 119)’. In the final version (see table 6) the first section, Getting Around, gave three fresh starts, the second section, Resources, gave three fresh starts, and the final section,

Emergencies, gave two fresh starts.

This was also reflected in the way the questions were presented, and in addition implied changes in the marking may be necessary, as a simple and clear marking scheme is easier to operate for a busy. (see Table 3)

Questions 2, 5, 7 and 8 were omitted in the second version as questions requiring similar information were already in the test and the scope for answers was too diverse. In the case of question 8, the item in question on reflection was thought to be too difficult. The format of questions 4 and 6 in the original was changed to multiple choice. In this way a focus for looking for the answers was provided,

but evidence of reading with understanding would still be necessary in order to arrive at the correct answer. Question 3 in the original was still thought to be valid, as to get the correct answer the student would simply have to write (copy) one or more options from the text, once the correct part of the text was identified.

Reliability and Validity

Reliability and validity may not be at the top of a classroom teacher’s agenda when planning a test, but it is still important to take them into consideration. Reliability is concerned with consistency of measurement and is ‘an essential quality of test scores (Bachman

Specification for a reading comprehension test

The purpose of this test is to assess the ability of a pre-intermediate • learner to obtain accurate information from an authentic written text. It can be important for students to be able to access relevant information from an informational text written for native speakers, using the techniques of skimming and scanning.

The text and the questions will relate in some way to travelling. •

Both the text and the tasks will be authentic, that is, replicating as • closely as possible what a learner may be expected to do in the ‘real world’. In Bachman and Palmer’s terms (1996: 18) ‘target language use’ (TLU) domain or tasks.

There will be instructions at the beginning of the test in Finnish • to explain the purpose of the test, and how the student should go about doing the test.

The reading comprehension questions will be in Finnish to reflect • TLU.

The questions will either be multiple-choice or require a word or • words for the answer which can be found within the text. The learner is required to select the correct response or provide the appropriate word or words from the text as an answer.

The test will last no longer than 45 minutes and allow time for slower • candidates to complete within this time.

The scoring will be one or two points for each correct answer, • depending on the amount of information required, and the question format.

Page 15: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

15Edisi 18 Tahun X Juni 2012 15Edisi 18 Tahun X Juni 2012

and Palmer 1996: 20).’ While no test can be considered completely reliable it may be possible to ‘…minimize the effects of those potential sources of inconsistency that are under our control through test design (ibid).’ Hughes (1989: 38-41) offers some practical guidelines for increasing reliability which include: making sure there are no ambiguous items, providing clear and explicit instructions and writing a detailed scoring key.

If a test has construct validity it should measure the ability it is said to measure. Hughes (1989: 26) states that construct validity is generally unproblematic in a direct test of reading ability. This may well be a reasonable assumption for a teacher-written test for assessing reading comprehension in the classroom. I am however left with one concern in this regard which relates to the particular students I work with. This is the tension between using an authentic text in facsimile form and the fact some of my students have reading difficulties relating

to the physical parameters of reading in any language. This may mean the format of the text itself could be responsible for apparent reading comprehension problems in English as measured by this test, which may not exist if the text size and density were different. e

ReferencesBachman, L.F. and Palmer, A. S. (1996)

Language Testing in Practice. Oxford: Oxford University Press.

Brown, H.D. (1994) Teaching by Principles. New Jersey: Prentice-Hall.

Hughes, A. (1989) Testing for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

Kirschner, M. Spector-Cohen, E. and Wexler, C. (1996) ‘A teacher Education Workshop on the Construction of EFL Tests and Materials’. TESOL Quarterly 30: 85-107.

Lynch, B.K. and Davidson, F.(1994) ‘Criterion-Referenced Language Test Development: Linking curricula, Teachers and Tests’. TESOL Quarterly 28: 727-743.

VERSION 1 FINAL VERSION

GETTING AROUND

1. Which is the nearest airport to central

London: Gatwick or Heathrow

2. Where can you find information on public

transport in London?

3. Where can you buy a travel card in London?

4. If you were going to London for the day with

an adult friend and two children under the

age of 10, which travel card would you buy?

5. Why?

6. Which section would you look under to find

out how much it costs to travel on the London

Underground?

7. How much would it cost you to hire a bike for

a day?

8. If you hired a bike you would need to pay

£100 deposit. Explain what you think a

deposit is.

GETTING AROUND

1. Which airport is nearer to central London?

Gatwick □

Heathrow □2. Where can you buy a travel card in London?

3. If you were going to London for the day with

an adult friend and two children under the

age of 10, which travel card would you buy?

Day Travelcard □One-day Family Travelcard □Three-day Travelcard □Oystercard □

4. Which section would you look under to

find out how much it costs to travel on the

London Underground?

Using the system □Underground timetable □

Fares □

Page 16: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

16 17Edisi 18 Tahun X Juni 2012 17Edisi 18 Tahun X Juni 2012

PENDAHULUAN

Bagaimana cara mempersiapkan anak didik untuk dapat sukses dalam Ujian Nasion-

al (UN)? Pertanyaan tersebut tentu menggelitik siapa saja yang berkecimpung dalam

dunia pendidik an, bahkan juga orang tua siswa. Orang tua yang anaknya mengikuti

pelaksanaan UN, sa ngat berharap anaknya berhasil karena nilai UN sangat berpenga-

ruh untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan berikutnya. Selain itu, orang tua juga ber-

harap anaknya dapat diterima di sekolah favorit. Sebuah sekolah akan menjadi terkenal

di kalangan masyarakat jika tamatan dari sekolah tersebut banyak dapat diterima pada

sekolah-sekolah yang menjadi rebutan orang tua siswa.

SUKSES UJIAN NASIONAL DENGAN METODE UJI ULANG KEMBALI (BALIK)

A zwirmanPengawas Sekolah Menengah Kota Sawahlunto

Sumatera Barat

Page 17: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

17Edisi 18 Tahun X Juni 2012 17Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Oleh karena itu, baik

orang tua maupun sekolah

akan melakukan bermacam-

macam cara yang dapat di-

lakukan untuk dapat sukses

dalam pelaksanaan UN. Salah

satu usaha yang dilaksana-

kan oleh sekolah adalah be-

lajar tambahan bagi siswa

kelas tiga. Dengan mem-

perpanjang waktu belajar

di sekolah diharapkan anak

didik mendapat tambahan

materi pelajar an. Bagi guru

memberi ke longgaran waktu

kepadanya untuk menyam-

paikan materi pembelajaran

dengan instensif.

Dengan tambahan waktu

tersebut guru diharapkan da-

pat melaksanakan perbaik-

an dan pengayaan, seperti

de ngan membahas soal-soal

ujian nasional terdahulu,

sehingga dapat mengukur

kemampuan siswa dan dapat

mengidentifikasi kelemahan

siswa sehingga siswa mem-

punyai bekal dalam pelaksa-

naan UN. Yang menjadi per-

tanyaan selanjutnya adalah

apakah ada cara lain untuk

meningkatkan nilai UN se-

lain dengan tambahan jam

pelajaran untuk siswa yang

akan ditamatkan pada suatu

sekolah?

Yang menjadi objek pem-

bicaraan adalah usaha untuk

siswa kelas tingkat terakhir

yang akan tamat sekolah,

kelas enam untuk Sekolah

Dasar (SD) dan kelas tiga

untuk tingkat Sekolah Me-

nengah (SM). Sedangkan

yang menjadi sasaran dalam

tulisan ini adalah siswa yang

akan tamat tersebut sukses

dalam mengikuti pelaksana-

an UN. Jadi usaha apa yang

mungkin dapat dilaksanakan

untuk siswa yang akan tamat

tersebut, supaya membawa

bekal yang banyak dan an-

dal sehingga mereka mampu

menjawab dengan mudah, se-

mua pertanyaan-pertanyaan

ujian yang diberikan kepada

mereka sewaktu mereka

diuji, sehingga mereka da-

pat sukses dalam mengikuti

pelaksanaan UN.

Persiapan semua materi

ajar yang terdapat dalam

kurikulum sekolah pada

satuan pendidikan sudah

diberikan oleh guru secara

bersama-sama sesuai de ngan

waktu yang ada dan ini ada-

lah merupakan tanggung

jawab sekolah. Pembelajaran

berupa standar isi yang men-

cakup ruang lingkup materi

dan tingkat kompetensi un-

tuk mencapai kompetensi

lulusan pada jenjang pen-

didikan dari awal semester

sampai pada semester akhir

sudah diberikan oleh satuan

pendidikan, diajarkan secara

terpadu kepada siswa, hal ini

sengaja dilebihkan pemberi-

annya pada materi ajar yang

akan diujikan dalam pelaksa-

naan UN.

Menurut pasal dua dan

tiga Peraturan Menteri (PP)

Pendidikan Nasional RI No-

mor 34 Tahun 2007 “Ujian

Nasional bertujuan menilai

pencapaian Kompetensi Lu-

lusan secara Nasional pada

pelajaran tertentu dalam ke-

lompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi,

dan hasil ujian nasional di-

gunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk:

pemetaan mutu satuan a.

dan/atau program pen-

didikan;

seleksi masuk jenjang b.

pendidikan berikutnya;

penentuan kelulusan pe-c.

serta didik dari program

dan/atau satuan pen-

didikan;

pembinaan dan pem-d.

berian bantuan kepada

satuan pendidikan da-

lam upaya meningkatkan

mutu pendidikan”.

Dari uraian di atas jelaslah

bahwa tujuan UN adalah me-

nilai pencapaian kompetensi

lulusan, yang dititikberat-

Page 18: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

18 19Edisi 18 Tahun X Juni 2012 19Edisi 18 Tahun X Juni 2012

kan pada pencampai an

kompetensi lulusan pada

satuan pendidikan karena

itu masing-masing satuan

pendidikan mengkondisikan

diri untuk dapat tampil lebih

baik dalam mempersiapkan

anak didik untuk menguasai

standar kompetensi lulusan.

Sedangkan yang dimaksud

dengan standar Kompetensi

lulusan adalah kualifikasi ke-

mampuan lulusan yang men-

cakup sikap, pengetahuan

dan keterampilan dari anak

didik pada satuan pendidik-

an.

FENOMENA UJIAN NASIONALJika seorang anak didik mem-

peroleh nilai UN yang baik,

maka dia akan mudah untuk

dapat melanjutkan dan di-

terima pada tingkat sekolah

berikutnya. Begitu juga ter-

jadi sebaliknya jika seorang

anak mendapat nilai UN

kurang baik (rendah), maka

dia akan banyak mendapat-

kan kendala dan tantangan

dalam melanjutkan seko-

lahnya. Lebih jauh dari hal

tersebut ditemui juga, jika

seorang anak didik mem-

peroleh nilai UN yang baik,

mendapat peringkat atas

dibandingkan dengan teman-

temannya yang lain, jika

kondisi ini berada pada ting-

kat kota maka anak tersebut

dapat memilih sekolah mana

yang akan dia masuki di kota

tersebut, kalau kondisi terse-

but berada pada berada pada

papan atas ditingkat provinsi

maka siswa tersebut akan

mudah diterima pada sekolah

yang menjadi rebutan dalam

provinsi tersebut.

Mengingat begitu beratnya

beban yang akan dipikul jika

seorang anak mempunyai

nilai UN rendah, maka segala

cara dilakukan oleh anak

tersebut, seperti mencontek

sewaktu pelaksanaan ujian

berlangsung, walaupun dalam

beresiko besar. Sebaliknya

dari pihak penyelenggara

UN setiap tahunnya diberi-

kan perbaikan pelaksanaan

ujian, sehingga bermacam-

macam model ke curangan

Page 19: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

19Edisi 18 Tahun X Juni 2012 19Edisi 18 Tahun X Juni 2012

yang mungkin terjadi dapat

diantisipasi, se hingga tujuan

pelaksanaan UN tersebut

betul-betul dapat tercapai.

Suatu sekolah akan

mendapat nama baik jika

semua anak didik yang dita-

matkan pada sekolah tersebut

mendapatkan nilai UN yang

bagus karena siswa tamatan

dari sekolah tersebut akan

banyak dapat ditampung

pada sekolah yang menjadi

rebutan. Untuk dapat di-

terima pada suatu sekolah

sebagian besar menggunakan

ranking urutan nilai ujian

nasional. Kalau seorang siswa

mempunyai nilai UN yang ba-

gus akan segera masuk da-

lam jurnal sekolah penerima

yang didasarkan pada rank­

ing nilai UN. Dan terjadi juga

sebaliknya jika seorang siswa

mempunyai UN yang rendah,

dengan sendirinya tergeser

pada keperingkat bawah da-

lam proses perankingan oleh

sekolah penerima.

Sebagai orang tua yang

sedang menyekolahkan

anaknya akan ikut pusing

memikirkan nilai UN yang

akan mungkin diterima oleh

anaknya setelah pelaksana-

an UN. Mengingat apa yang

mungkin terjadi de ngan nilai

UN yang diterima anaknya.

Kalau seandainya anak

mendapatkan nilai UN yang

tinggi tentu sangat melega-

kan karena akan mudah un-

tuk dapat melanjutkan pada

jenjang pendidikan berikut-

nya dan juga me nimbulkan

suatu kebanggaan tersendiri

dari pihak keluarganya. Na-

mun, jika terjadi sebaliknya

nilai UN didapatkan oleh

seorang anak pas-pasan

akan menimbulkan beban

pemikiran dari pihak orang

tuanya, mau kemana nanti-

nya sang anak yang mungkin

dapat diterima dalam melan-

jutkan pendidikan anaknya.

UJI ULANG KEMBALI (BA-LIK)Salah satu kelemahan yang

mungkin terjadi dari proses

pembelajaran yang ada ada-

lah terletak pada sistem

pelaksanaan ujian semester,

yang biasa dilaksanakan se-

cara bersama-sama dan se-

rentak sekali enem bulan

atau satu kali dalam satu

semester. Kelemahan terse-

but terjadi pada materi yang

diujikan dalam pelaksanaan

ujian semester bersama. Kon-

disi yang terjadi jika suatu

materi pelajaran yang sudah

pernah diujikan pada suatu

semester, tidak pernah lagi

diujikan kembali pada semes-

ter berikutnya, akhirnya ma-

teri tersebut sudah tertinggal

begitu saja dari ingatan pe-

serta anak didik, kecuali ada

pada materi pelajaran yang

ada saling berkaitan.

Dalam pembelajaran di

sekolah adakalanya terjadi

penggantian guru mata pela-

jaran, terutama pada seko-

lah besar di tingkat sekolah

menengah. Guru yang meng-

ajar mata pelajaran sejenis

berbeda-beda atau tidak satu

orang guru. Guru yang meng-

ajar pada semester satu dan

dua pada kelas satu akan

berbeda dengan guru yang

mengajar pada semester tiga

dan empat pada kelas dua.

Seterusnya guru yang meng-

ajar di kelas dua adakalanya

berbeda dengan guru yang

mengajar pada kelas tiga.

Kondisi ini menyebabkan

masing-masing guru mem-

berikan materi pelajaran

yang berbeda dan bahan

materi ujian semester yang

saling berbeda pula. Kondisi

seperti ini berlanjut secara

terus menerus, sehingga ma-

teri pelajaran yang sudah

lama diajarkan semakin lama

semakin tertinggal adaka-

lanya materi tersebut sudah

terlupakan sama sekali.

Kondisi yang terjadi di

sekolah jika seorang siswa

yang berada pada kelas satu

Page 20: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

20 21Edisi 18 Tahun X Juni 2012 21Edisi 18 Tahun X Juni 2012

semester satu, mereka mem-

pelajari materi pelajaran yang

diajarkan pada semester satu

dan sebagai materi ujian se-

mester diambil dari materi

selama semester satu. Begitu

juga kalau sudah berada pada

semester dua mereka akan

mempelajari materi pelajaran

yang diajarkan selama semes-

ter dua, dan sebagai materi

ujian semester diambil dari

materi selama semester dua,

begitu juga selanjutnya pada

semester tiga sampai pada

semester terakhir.

Mengingat kondisi yang

terjadi seperti uraian di atas,

maka pemecahan masalah

yang dapat digunakan un-

tuk keluar dari permasalahan

yang ada adalah memperbaik i

materi yang yang diujikan

secara bersama dalam setiap

pelaksanaan ujian semester

tersebut. Sebagai contoh dari

pemecahan masalah yang

diusulkan pada tulisan ini

adalah dalam pelaksanaan

ujian semester dua, tepat-

nya pada ujian naik kelas,

ikut diuji materi pelajaran

yang di ajarkan pada semes-

ter satu, walaupun dalam

porsi yang tidak sama; misal-

kan materi pelajaran yang

diajarkan pada semester satu

diambil se banyak 40%, dan

materi yang diajarkan selama

semester dua 60% dengan

perbandingan 2 dan 3. De-

ngan demikian, untuk naik

kekelas dua kontribusi bahan

ajar semester satu meme-

ngaruhi 40% dan bahan ajar

pada semester dua meme-

ngaruhi 60%.

Untuk pelaksanakan ujian

semester tiga sewaktu siswa

berada dikelas dua, materi

pelajaran selama semester

satu dan dua juga ikut di -

ujikan kembali dengan per-

bandingan soal ujian 2 : 3

: 5, dengan proporsi 20%

materi ajar selama semester

satu, 30% materi ajar selama

semester dua dan 50% ma-

teri ajar selama semester tiga

dengan proporsi setengah

untuk materi yang sedang

dipelajari karena materinya

baru dikenal dan tingkat ke-

sukarannya tinggi. Sedang-

kan untuk materi ajar pada

semester satu 20% dan dua

30% karena sifatnya meng-

ulang kembali materi pelajar-

an yang sudah pernah di-

ajarkan dan pernah diujikan

kepada siswa.

Kalau dilaksanakan model

pelaksanaan materi ujian se-

mester seperti teori di atas,

maka akan ditemukan kondi-

si pada siswa yang telah naik

ke kelas dua: siswa akan tun-

tas menguasai materi yang

Page 21: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

21Edisi 18 Tahun X Juni 2012 21Edisi 18 Tahun X Juni 2012

diajarkan selama semester

satu dan dua. Karena materi

semester satu sudah dua kali

diujikan otomatis anak didik

sudah dua kali balik mem-

pelajari materi tersebut.

Untuk pelaksanaan ujian

semester empat tepatnya

siswa berada pada posisi per-

pindahan kelas dari kelas dua

kekelas tiga diujikan materi

pelajaran selama berada di

kelas satu dan dua dengan

perbandingan 1 : 1 : 3 : 5.

Perbandingan tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut

10% materi semester satu,

10% materi semester dua,

30% materi semester tiga

dan 50% materi semester

empat. Maka secara otomatis

siswa sudah empat kali balik

mempelajari materi semes-

ter satu sudah tiga kali balik

mempelajari materi semes-

ter dua sudah dua kali balik

mempelajari materi semester

tiga, dan baru satu kali balik

mempelajari materi semester

empat. Lebih lanjut perkem-

bangannya untuk berada

pada semester empat, siswa

sudah tiga kali membahas

materi semester satu dua kali

membahas materi semester

dua dan baru satu kali mem-

bahas materi semester tiga.

Untuk pelaksanaan ujian

semester lima, tepatnya siswa

berada pada posisi semester

terakhir untuk Sekolah Me-

nengah (SM) akan berhadap-

an dengan pelaksanaan UN

maka diujikan materi pela-

jaran pada setiap semester

dengan perbandingan 1 : 1 :

1 : 2 : 5; dengan penjabaran

sebagai berikut: 10% materi

semester satu, 10% materi

semester dua, 10% materi se-

mester tiga dan 20% materi

semester empat, dan 50%

materi semester lima. Maka

secara otomatis siswa sudah

lima kali balik mempelajari

materi semester satu sudah

empat kali balik mempelajari

materi semester dua sudah

tiga kali balik mempelajari

materi semester tiga, dua kali

balik mempelajari materi se-

mester empat, dan baru satu

kali balik mempelajari materi

semester lima.

Dengan memperhatikan

uraian seperti di atas tidak

adalagi istilah belajar seper-

ti mengayam tikar dalam is-

tilah pepatah Minang. Arti-

nya materi/bahan pelajaran

yang sudah selesai diajarkan

dipelajari dan diujikan akan

berlewat begitu saja, tidak

pernah lagi diulang kembali

dan akhirnya bisa terlupa-

kan. Tetapi akan terjadi se-

baliknya, materi pelajaran

yang sudah lama diajarkan

makin mantap dalam ingatan

siswa karena sudah berulang-

ulang kali dihapal dan diuji-

kan dan akhirnya akan per-

manen tinggal dalam benak

siswa. Materi pelajaran yang

sudah pernah diuji pada

ujian semester sebelumnya

tetap diuji kembali pada se-

mester berikutnya, supaya

materi yang pernah diujikan

tersebut, tidak berlalu begitu

saja dalam benak siswa, dan

akhirnya bisa terlupakan.

SIMPULANKalau materi pelajaran yang

sudah terlupakan siswa akan

mendapat kesukaran da-

lam menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan

de ngan materi tersebut. Da-

lam pelaksanaan ujian ter-

akhir dalam bentuk UN perlu

dikondisi siswa untuk dapat

me nguasai materi pelajaran

yang sudah pernah diajar-

kan pada tingkat satuan

pendidik an, mulai dari ting-

kat awal sampai tingkat ter-

akhir, karna akan diuji kem-

bali secara terpadu, saling

berkaitan secara keseluruhan

pada porsi-porsi tertentu da-

lam memenuhi Standar Kom-

petensi Lulusan (SKL).

Kalau materi ajar su-1.

dah lama tertinggal dan

tidak pernah diuji kem-

Page 22: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

22 23Edisi 18 Tahun X Juni 2012 23Edisi 18 Tahun X Juni 2012

bali maka akan terjadi kelupaan. Untuk

mengulang kembali terlalu banyak yang

akan dipelajari maka akan mendapat ke-

sukaran, karena sebagianya sudah terlu-

pakan. Dalam hal ini siswa akan menda-

pat kesulitan dan menjadi kendala yang

berarti dalam menjawab soal-soal ujian

yang diujikan dalam UN.

Metode uji ulang kembali (balik) meru-2.

pakan salah satu solusi untuk mengatasi

kelupaan pada materi yang sudah pernah

diajarkan selama siswa belajar pada ting-

kat satuan pendidikan dan sangat mem-

bantu siswa untuk sukses pelaksanaan

Ujian Akhir Nasional (UN). e

DAFTAR PUSTAKADepartemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Pendidikan Guru

dan Tenaga Teknis: Keputusan Bersama

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan

Menteri Negara Penggunaan Aparatur

Negara. Nomor: 118/1996, Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

Kreditnya, Jakarta 1996

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Direktorat Pendidikan Guru

dan Tenaga Teknis: Keputusan Bersama

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dan Menteri Negara Penggunaan

Aparatur Negara. Nomor: 38 Tahun 1996

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah dan

Angka Kreditnya, Jakarta 1996

Departemen Pendidikan Nasional: Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Jakarta 2003.

Departemen Pendidikan Nasional:

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan,

Jakarta 2005.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 12 Tahun 2007: Tentang

Kompetensi Pengawas Sekolah, Jakarta

2007.

Departemen Pendidikan Nasional:

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2007, tentang Kompetensi Guru Dalam

Jabatan, Jakarta 2007.

Departemen Pendidikan Nasional:

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2007, tentang Standar Pengelolaan

Pendidikan dasar dan menengah,

Jakarta 2007.

Istana Negara Presiden Republik Indonesia:

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2008,

tentang Guru, Jakarta 2008.

T. Raka Joni, (1984). Pedoman Umum Alat

Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Page 23: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

23Edisi 18 Tahun X Juni 2012 23Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Berbicara foto dalam

pembelajaran ber arti

membicarakan me-

dia. Oleh karena itu, sedikit

kita menoleh tentang me-

dia. Banyak ahli membicara-

kan tentang media, antara

lain Heyd yang mengklasi-

fikasikannya menjadi 3

kategori yaitu teknis atau

tidak, spesifik atau tidak

dan kate gori terakhir apak-

ah media tersebut visual,

auditif ataukah audiovisual.

Kita semua setuju bahwa

media akan mempermudah

proses belajar mengajar. Hal

ini dapat diyakinkan oleh

Edgar Dale seperti di sam-

ping ini.

Tentunya hal tersebut akan tercapai apabila kita melakukan pemilihan media yang tepat

di dalam penerapannya. Memang tidaklah mudah untuk mempersiapkan sebuah media da-

lam pembelajaran. Karena ada kompetensi prasyarat yang harus kita punya sebelumnya.

Dari bagan berikut dapat kita pahami bahwa dalam menggunakan media dituntut ba-

nyak hal, antara lain kompetensi kita tentang: (1) informasi (menemukan, memilih, me-

nilai, mengkritisi dan merefleksi media tersebut); (2) dalam hal teknis yaitu bagaimana

Memaksimalkan Foto dalam Keterampilan Menulis Bahasa Jerman/

Fotohörsehgeschichte

Dwi Yoga Peni HadyantiWidyaiswara Bahasa Jerman PPPPTK Bahasa

Page 24: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

24 25Edisi 18 Tahun X Juni 2012 25Edisi 18 Tahun X Juni 2012

menggunakan ber bagai me-

dia, membuat media sendiri

dan mengenali fungsi me-

dia tersebut, (3) dalam hal

menggunakan media terse-

but apakah da pat menggu-

nakannya de ngan efektif;

dan (4) bagaimana meng-

komunikasikannya (dalam

tahap mana kita mengguna-

kannya).

Mengapa foto?Heyd pun menegaskan bahwa

melalui gambar (foto) akan

lebih mudah mengaktifkan

organ-organ yang penting

dalam mencerna sesuatu

yang baru, (Man kann etwas

umso leichter und dauern­

hafter behalten, je mehr Sin­

nesorgane an der Wahrneh­

mung beteiligt sind).

Banyak alasan yang men-

dukung dilihat dari berbagai

sudut pandang, mengapa

gambar mempunyai peranan

yang besar dalam pembela-

jaran. Misal (1) dari sudut

padang psikologi belajar

bahwa gambar berpengaruh

positif terhadap pembelajar

karena tanpa disadari infor-

masi yang disampaikan ter-

simpan dalam gambar terse-

but; (2) dari sudut pandang

pembelajaran bahasa

asing. Alasannya bahwa

seseorang akan dengan

mudah mendapatkan

sesuatu hanya melalui

pandangan kedua mela-

lui gambar tersebut dan

gambar sering mempu-

nyai banyak makna jika

dibandingkan dengan

teks. Karena melalui

gambar banyak ruang

yang memungkinkan in-

terpretasi berkembang

untuk bahan pembicara-

an; (3) dari sudut pandang

Cros Culture/Landeskunde

yang mengatakan bahwa

dengan gambar dapat me-

mudahkan pemahaman.

Sedangkan gambar fo-

tografi menurut Nana Sudja-

na termasuk gambar diam

atau still picture yang terdiri

dari dua kelompok, yaitu:

Pertama fat opaque picture

atau gambar datar tidak

Page 25: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

25Edisi 18 Tahun X Juni 2012 25Edisi 18 Tahun X Juni 2012

tembus pandang, misalnya

gambar fotografi, gambar

dan lukisan tercetak. Kedua

adalah transparent picture

atau gambar tembus pan-

dang, misalnya film slides,

film strips dan transparen­

cies. Gambar fotografi itu

pada dasarnya membantu

mendorong para siswa dan

dapat membangkitkan mi-

natnya pada pelajaran.

Membantu mereka dalam

mengembangkan kemam-

puan berbahasa, kegiatan

seni, dan pernyataan kreatif

dalam bercerita, dan drama-

tisasi.

Apa dan Bagaimanakah Fotohörsehgeschichte?Fotohörsehgeschichte dalam

bahasa Jerman merupakan

gabungan kata, yang terdiri

dari 4 kata Foto + hören +

sehen + Geschichte yang arti-

nya secara berurutan adalah

foto + mendengar + melihat

+ cerita. Dari nama tersebut

kita dapat menebaknya de-

ngan mudah bahwa kegiat-

an pembelajarannya pasti

ada mendengar dan melihat.

Fotohöregeschichte merupa-

kan satu contoh integrated

learning dalam pembelajar-

an bahasa, karena keem-

pat keterampilan berbahasa

akan diramu dalam sebuah

proses pembelajaran sedang-

kan tujuan akhirnya adalah

keterampilan menulis.

Namun dalam kegiatan

menulis dua hal berikut

ini akan terjadi dalam pro-

sesnya, yaitu menulis seba-

gai proses dan menulis seba-

gai tujuan. Hal ini ditegas-

kan oleh Gerdes dalam Bernd

Kast (1999: 8) terdapat dua

jenis aktivitas menulis yaitu

“Menulis sebagai tujuan”

misal menulis sebuah su-

rat ataukah “Menulis seba-

gai proses” ke arah tujuan

yang lain misal melatihkan

grammatik/struktur. “Es

gibt Schreibaktivitäten, bei

denen das Schreiben das Ziel

ist: zB, wenn Brief schreiben,

ist das Ziel meiner Handlung

ein Brief, den ich jemanden

schicken möchte. Es gibt

auch viele Schreibaktivitäten

bei denen Schreiben nur Mit­

tel für einen anderen Zweck

ist: zB bei schriftlichen Gram­

matikübungen; da ist mein

ziel, eine bestimte Struktur

zu üben”.

Lalu bagaimanakah men-

jadikan proses kegiatan un-

tuk keterampilan menulis

ini menjadi menarik, salah

satunya adalah melalui Fo­

tohörsehgeschichte. Perasaan

senang, nyaman, tidak ter-

bebani, dan termotivasi dari

siswa merupakan atmosfer

belajar yang harus tercipta.

Karena menurut Vester hal

seperti inilah yang akan

memaksimalkan siswa da-

lam proses belajar. Vester

menegaskan “Somit ist der

Mechanismus des Lernvor­

gangs schon rein biologisch

auf eine Atmosphäre der Ver­

trautheit, der Entspannung,

des Sichwohlfühlen“.

Secara berurutan proses

kegiatan Fotohörsehgeschich­

te tersebut adalah sebagai

berikut:

Kegiatan ini dipersiap-

kan untuk kelas kira-kira 20

orang.

Langkah ke-1Untuk pembentukan ke-

lompok telah disiapkan 5

foto yang merupakan bagian

dari cerita yang akan diba-

has. Foto tersebut dipotong-

potong menjadi 5 bagian

secara acak. Potongan

foto tersebut dimasukkan

kedalam map coklat besar.

Masing-masing siswa akan

mengambil satu bagian, me-

lihatnya dan mencari bagian

yang lain sehingga puzzle

foto tersebut terselesaikan.

Dan 5 orang tersebut akan

menjadi satu kelompok. Con-

toh Puzzle: (lihat gambar 1)

Page 26: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

26 27Edisi 18 Tahun X Juni 2012 27Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Langkah ke-2Mereka harus mencari

tempat untuk mengerja-

kan tugas berikutnya, yaitu

menuliskan satu paragraf

tentang foto yang didapat-

kan dari puzzle pada waktu

pembentukan kelompok.

Langkah ke-3Setiap kelompok mema-

jangkan hasil tulisannya

beserta fotonya di dinding

dengan posisi agak berjauh-

an. Semua kelompok akan

berkeliling searah jarum jam

membaca hasil karya kelom-

pok lain (seperti melihat pa-

meran).

Langkah ke-4Kembali ke kelompoknya,

dan masing-masing keompok

mendapatkan satu seri foto.

Mereka diminta menyusun

kira-kira bagaimana urutan

ceritanya. Masing-masing

k e l o m p o k

memberikan

alasan, meng-

apa urutannya

seperti itu. (li­

hat gambar 2)

L a n g k a h ke-5

S i s w a

dimin ta mem-

perhatikan kembali foto yang

sudah disusunnya, sambil

mende ngarkan dialog dari

tape recorder/video tanpa

melihat gambarnya (audio-

nya saja). Siswa berdiskusi

dengan ke lompoknya apak-

ah urutan ceritanya sudah

benar.

Langkah ke-6Untuk membahas isi cerita

tersebut, dialog dapat diper-

dengarkan beberapa kali.

Langkah ke-7Untuk mengoreksinya,

diperlihatkan cerita tersebut

melalui video secara keselu-

ruhan (audio dan visual).

Langkah ke-8Siapa sajakah tokoh da-

lam cerita tersebut dan ba-

gaimana sikapnya, dll. Ini

dapat merupakan latihan

untuk berbicara.

Langkah ke-9Dalam kelompok diminta

mempersiapkan drama kecil

berdasarkan potongan ceri-

ta yang ada. Mereka bebas

memilih bagian yang mana

saja, tetapi diberi waktu

drama tersebut hanya berdu-

rasi kira-kira 15 menit. (Dan

selanjutnya menampilkan

hasilnya)

Langkah ke-10Siswa (secara perwakilan)

menampilkan drama yang

dibuatnya dalam 5 menit.

Guru mengomentari hal-hal

positif dari tampilan terse-

but. (bukan hal-hal yang

negatifnya).

Langkah ke-11Masih dalam kelompok

siswa diminta menulis lanjut-

an cerita tersebut. Hasilnya

dibacakan kembali sehing-

ga kelompok lain mende-

ngarkan hasilnya. Guru da-

pat meminta hasil tersebut,

membacakannya kembali,

menuliskan kalimat kalimat

yang mengandung kesalah-

an. Di pertemuan berikut-

nya, guru menayangkan

kumpulan kalimat tersebut

melalui OHP/LCD/ membagi-

kan fotocopy­nya dan siswa

diminta mengoreksi kalimat

Page 27: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

27Edisi 18 Tahun X Juni 2012 27Edisi 18 Tahun X Juni 2012

tersebut, serta memperbaiki-

nya bersama-sama. Kesalah-

an mayoritas yang dibuat

akan menjadi tema tersendiri

untuk dibahas dan diperha-

tikan (mungkin memerlukan

waktu khusus dan tambahan

latihan untuk pemantapan

gramatik atau ujaran ter-

tentu).

Tugas mandiriMenceritakan satu tokoh

dari video tersebut dengan

bantuan pertanyaan:

Bagaimanakah ciri-ciri 1.

fisik tokoh tersebut?

Bagaimanakah karakter 2.

dalam video tersebut?

Tokoh manakah yang le-3.

bih kamu sukai, dan

meng apa? e

Daftar PustakaCo-Teacher Bahan Seminar

dari Goethe Institut, di

Hotel Cemara Menteng

Jakarta Pusat tgl 19-20

November 2010.

Bern Kast, Fertigkeit

Schreiben,

Fernstudieneinheit

12, Langenscheidt,

München, 1999.

Frederic Vester, Denkrn,

Lernen, Vergessen,

Deutscher Taschenbuch

Verlag, München, 2004,

p. 182.

Heyd, Getraude-

Deutschlehren-

Grundwissen für den

Unterricht in Deutsch als

Fremdsprache-Mannheim

1991 Seite 186.

Sudjana, Nana dan Ahmad

Rivai, Media Pengajaran.

Bandung: 2005, Sinar

Baru Algensindo, diambil

dari http://www.google.

de/search?hl=id&sour

ce=hp&q=medi+foto+

dlm+pembelajaran&aq

=f&aqi=&aql=&oq=&gs_

rfai = diunduh tgl 1

Desember 2010.

Zeitschrift, Medien,

Medienkompetenzen,

2002 LpB Baden-

Württemberg HOMElpb@

lpb-bw.de, http://www.

politikundunterricht.

de/1_02/A25.htm,

diunduh tgl 1 Desember

2010.

Page 28: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

28 29Edisi 18 Tahun X Juni 2012 29Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Keberhasilan siswa dalam penerimaan pelajaran dari guru tidak hanya bergan-

tung pada materi ajar, tetapi juga bagaimana guru menyampaikannya kepa-

da siswa dan bagaimana siswa menerima dan memahaminya. Oleh karena

itu, seorang guru perlu memahami pendekatan, metode dan teknik menyampaikan

materi ajar kepada siswa sehingga siswa memahami materi tersebut dengan baik.

Dengan demikian, perlu dikemukakan beberapa pendekatan dan metodologi dalam

pengajaran bahasa, termasuk bahasa Inggris. Beberapa pendekatan pembelajaran

bahasa akan dijelaskan sebagai berikut.

BERBAGAI PENDEKATAN DAN METODOLOGIPENGAJARAN BAHASA INGGRIS

Nuhung Ruis Widyaiswara Bahasa Inggris PPPPTK Bahasa

Metode Pencelupan (Immersion Method)Metode pencelupan ini adalah sebuah me-

tode yang berkaitan dengan ‘content based

instruction’. Genese (1985) dalam Hadley

(1993: 155) mendefinisikan program pence-

lupan ‘as those in which the target language

is used for teaching regular school subjects’.

Dia menguraikan tiga buah model pencelup-

an yang digunakan di sekolah di Kanada

yaitu early immersion, delay ed, dan late

immersion. Metode ini dibuat berdasarkan

pada ide bahwa pembelajar dapat menyerap

dan menggunakan bahasa asing seperti hal-

nya anak memperoleh bahasa aslinya. Con-

toh penggunaan metode ini adalah dalam

suatu kelas siswa menggunakan bahasa ibu

(misalnya bahasa Indonesia) guru menggu-

nakan bahasa sasar an (misalnya bahasa Ing-

gris) selama berada di sekolah mulai masuk

di halaman sekolah sampai meninggalkan

sekolah, semua aktivitas yang behubungan

dengan siswa harus menggunakan bahasa

Inggris seperti guru memberi salam dalam

bahasa Inggris, apalagi dalam proses bela-

jar-mengajar.

Pada awalnya, siswa-siswa masih men-

jawab pertanyaan atau perintah guru atau

melakukan interaksinya dalam bahasa Indo-

nesia. Di sini guru berbicara bahasa Inggris

dan siswa bahasa Indonesia. Tetapi lambat

laun situasi ini berubah dan akhirnya semua

siswa mampu menggunakan bahasa Inggris

sebagai alat komunikasi di sekolah. Dapat

ditambahkan di sini bahwa selain ketiga

model pencelupan di atas ada pula yang di-

sebut de ngan pencelupan menyeluruh (total

immersion) yaitu siswa tinggal dan belajar

di tempat atau negara penutur asli bahasa

yang dipelajari. Misalnya, orang Indonesia

yang belajar bahasa Inggris di negara yang

berpenutur bahasa Inggris seperti, Ing gris,

Amerika Serikat atau Australia.

Page 29: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

29Edisi 18 Tahun X Juni 2012 29Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Metode Terjemahan Tata Bahasa (Grammar Trans­

lation Method)Inti dari metode ini adalah

mengajarkan aturan-aturan

tata bahasa secara rinci de-

ngan penjelasan dalam ba-

hasa siswa. Di sam ping itu

dalam proses belajar-meng-

ajar, lebih banyak waktu di-

habiskan untuk membahas

aturan-aturan tata bahasa

(misalnya tenses, nouns, ad­

verbs dan lain sebagainya).

Kemudian siswa diberikan

latihan-latihan terjemahan

bahasa asing kedalam ba-

hasa siswa atau sebaliknya.

Kalimat-kalimat yang dibuat

selalu berdasarkan pada

aturan tata bahasa sasaran

dengan penjelasan yang

rinci dan latihan terjemahan

de ngan kalimat yang terpi-

sah. Ditambahkan pula oleh

Pratordan Celce-Murcia yang

mengatakan bahwa sangat

sedikit latihan ucapan se-

dangkan kata-kata diajar-

kan secara terpisah (Brown

2001:18-19).

Melihat karakteristik me-

tode ini dapat dikatakan

bahwa sangat sedikit atau

tidak mungkin dapat me-

ningkatkan keterampilan

ko munikasi siswa dalam ba-

hasa sasaran. Hal ini karena

siswa lebih banyak dijejali

dengan aturan-aturan tata

bahasa dan kosa kata yang

tidak atau sedikit berguna

dalam kehidupan berkomu-

nikasi sehari-hari. Demikian

pula siswa dipaksa meng-

hafal sejumlah kata dan

mencoba menterjemahkan

kalimat-kalimat dalam dua

bahasa yaitu bahasa sasaran

ke dalam bahasa siswa atau

sebaliknya. Namun, banyak

guru yang suka dengan me-

tode ini sehingga metode ini

sangat terkenal karena cara

menggunakannya mudah,

termasuk dalam membuat

soal/tes serta mengorek-

sinya. Kelemahan metode

ini tidak menarik bagi siswa

karena membuat siswa ber-

sikap pasif.

Metode Langsung (Direct

Method)

Dasar pikiran dalam pem-

buatan metode ini adalah

sama dengan metode yang

dikembangkan oleh Gouin

dalam Richard dan Rongers

(1986) bahwa belajar bahasa

kedua harus sama dengan

belajar memperoleh bahasa

pertama. Dalam kegiatan

pembelajaran tersebut, yang

paling banyak dilakukan

adalah interaksi se-

cara lisan, penggu-

naan bahasa secara

spontan, tidak ada

terjemahan baik

dari bahasa pertama

ke bahasa kedua

atau sebaliknya,

dan tidak melaku-

kan pembahasan

atau analisis tata

bahasa. Richard dan

Rogers (1986-9-10)

meringkas prinsip-

Page 30: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

30 31Edisi 18 Tahun X Juni 2012 31Edisi 18 Tahun X Juni 2012

prinsip Direct Method

sebagai berikut yaitu:

bahasa pengantar da-

lam kelas menguna-

kan bahasa sasaran,

kata-kata yang nyata

diajarkan melalui

demonstrasi, obyek,

dan gambar sedangkan

kata-kata yang abstrak

diajarkan dengan cara

memberikan asosiasi

ide-ide dan keterampi-

lan komunikasi lisan

dilakukan melalui ta-

nya jawab antara guru

dan siswa dalam kelas

kecil secara intensif.

Perkembangan po-

pu laritas metode ini

tidak stabil. Pada awal-

nya metode ini sangat

diminati karena da-

pat memotivasi siswa

untuk belajar bahasa

sasaran. Kendala yang

dihadapi dalam metode

ini, terutama pada

kelas-kelas besar (siswanya

lebih dari 40 orang) membu-

tuhkan biaya besar, waktu,

dan guru perlu mempunyai

keterampilan bahasa sasar-

an yang memadai. Metode

ini idela untuk kelas kecil

dan diutamakan perhatian

individu serta belajar yang

intensif.

Metode Tanggapan Fisik Secara Menyeluruh (Total

Physical Response­TPR)Metode ini dikembangkan

oleh Asher (1977) dalam

Brown (2001:29) yang mulai

melakukan eksperimennya

pada tahun 1960-an. Asher

menemukan bahwa di da-

lam belajar bahasa pertama,

anak-anak lebih ba nyak

mendengarkan sebelum

berbicara dan diikuti de-

ngan respon fisik (misalnya;

gerak an, melihat, meng-

goyang-goyangkan tangan

dan kaki, dan sebagainya).

Menurut Asher gerak kegiat-

an itu dimotori oleh fungsi

otak kanan yang mendahu-

lui otak kiri dalam proses

berbahasa.

Metode ini digunakan

dengan cara meminta siswa

Approach Roles of Learners

Model of Immersion Learner acquires and uses the target languageas the child acquares the mother language

Grammar Translation Method

Learner is just a receiver and trained to be a translator.There is no chance for him/her to use the target language

Direct Method Learner is a user of the target language,and he/she is trained to practice the use of target language spontanuously

Total physical Response(TPR)

Learner is a listener and performer; little influence over content and none over methodology

Audiolingual Method(ALM)

Learner has little control; react to teacher direction; passive,reactive role

Community Language Learneing (CLL)

Learners are of social group or community; move from dependence to autonomy as learning progresses.

The Silent Way Learners learners through systematic analysisis; must become independent and autonomous

Suggestopedia Learners are passive, have little control over content or methods

The Natural Approach Learners play an active role and have relatively high degree of control over content language production

Oral/Situational Learner listens to teacher and repeats; no control over content or methods

Communicative Approach

Learner has an active, negociative role; should contribute as well as receive.

( Nunan: 1989:80)

Page 31: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

31Edisi 18 Tahun X Juni 2012 31Edisi 18 Tahun X Juni 2012

untuk melakukan sesuatu.

Metode ini biasanya diguna-

kan untuk siswa yang baru

mulai belajar bahasa asing,

misalnya guru menyuruh

siswa untuk membuka pintu

maka ungkapan yang di ke-

mukakan oleh guru adalah

open the door. Kata-kata

lainnya misalnya, stand up,

walk over there, stop, turn

round, sit down, close your

eyes, open the book, pick up

the book, sit down, give it

to John, put your pencil on

the table, dan sebagainya.

Se perti halnya pendekat-

an imersi, metode ini juga

searah dengan pemerolehan

bahasa pertama, yaitu se-

lalu ada kaitannya antara

kata-kata dan tindakan.

Kelemah an metode ini ha nya

bisa efektif untuk meng-

ajarkan siswa-siswa pemula

(pada level beginner) untuk

kelas-kelas yang lebih tinggi

metode ini kurang sesuai.

Namun demikian, pada akhir

-akhir ini TPR lebih banyak

digunakan sebagai model

kegiatan belajar-mengajar

di dalam kelas karena lebih

banyak bermanfaat dalam

komunikatif dan interaktif

di kelas baik sebagai latih-

an mendengar (auditory in­

put) maupun kegiatan fisik

(physical activity).

Metode Audiolingual (Au­

diolingual Method­ALM)Metode ini menekankan

pada unsur-unsur tata baha-

sa (grammar), tetapi tidak

sama dengan grammar trans­

lation method. Dalam metode

ini grammar tidak dijelaskan

secara rinci, tetapi pokok-

pokok tata bahasa tertulis

lebih jelas dalam buku teks

de ngan berbagai contoh-con-

toh kalimat, gambar-gambar

sehingga makna tata bahasa

itu jelas. Waktu yang dise-

diakan untuk meng ajarkan

tata bahasa inipun sa ngat

sedikit dan tidak begitu

mendominasi pembahasan

dalam suatu pokok bahasan.

Di samping itu, metode ini

menggunakan teknik umpan

tanggap (Stimulus­Response)

melalui proses penguat an

(reinforcement) secara terus-

menerus agar siswa terbiasa

dengan pola yang diajarkan.

Siswa diberikan latihan da-

lam bentuk pentubian (drill)

sehingga inti dari tata baha-

sa tersebut dapat dipahami

oleh siswa atau mereka men-

jadi terbiasa dengan pola

tersebut. Ciri utama metode

ini adalah belajar bahasa

membentuk kebiasaan. Oleh

sebab itu, pelaksanaan dan

latihannya lebih banyak di-

lakukan dalam bentuk drill.

Berikut ini adalah contoh

latihan pentubian dalam

Audio­Lingual Method.

Teacher: There’s a glass on the table ……. repeat

Students: There’s a glass on the table

Teacher: PencilStudents: There’s pencil on the

tableTeacher: Book Students: There’s a book on the

table Teacher: On the chairStudents: There’s a book on the

chair.

Dengan latihan ini, siswa

diharapkan dapat menggu-

nakan bahasa yang benar dan

tidak membiarkan adanya

kesalahan yang dibuat oleh

siswa di luar dari pola yang

dilatihkan. Pada mulanya,

Audiolingual Method (ALM)

ini diilhami oleh kebutuhan

tentara Amerika mengenai

pentingnya keterampilan

bahasa lisan, baik bahasa

lisan pihak lawan maupun

sekutunya dalam peran

Dunia kedua. Oleh sebab itu,

metode ini awalnya dikenal

dengan The Army Specially

Training Progammed (ASTP)

atau disebut juga de ngan

Army Method (Brown: 2001:

74) maka karakteritik utama

metode ini adalah terletak

pada latih an percakap an

(oral activity), ucapan (pro­

nunciation), dan latihan

pentubian (drill tentang po-

la-pola percakapan). Brown

Page 32: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

32 33Edisi 18 Tahun X Juni 2012 33Edisi 18 Tahun X Juni 2012

menyimpulkan beberapa ka-

rak teristik ALM yang dikutip

dari Prator dan Cele-Murcia

seperti materi-materi baru

diajarkan dalam dialog dan

kata, dipelajari dalam kon-

teks (Brown:2001: 74-75).

Metode ini diminati dan

mengakar dalam pembelajar-

an bahasa karena materi ajar

dipilih dengan saksama, diuji

coba dan didesiminasikan ke

berbagai lembaga pendidik-

an. Di samping itu, metode

ini diminati pula oleh siswa

karena memberikan berbagai

bentuk dialog/percakapan.

Namun, hal ini tidak lama

bertahan karena banyak kri-

tikan dari berbagai ahli baha-

sa karena kegagalannya da-

lam mengajarkan kemahiran

komunikatif. Hal lain yang

menyebabkan kurang dimi-

natinya metode ini adalah be-

lajar bahasa tidak diperoleh

melalui proses kebiasaan,

dan terlalu ba nyak

waktu untuk

mempelajarinya.

Selain itu, struk-

tur linguistiknya

tidak memberi-

kan se suatu ten-

tang bahasa yang

d i ing in kan

oleh siswa.

Belajar Bahasa dalam Komunitas (Community

Language Learning­CLL)Metode ini hampir dika-

takan tidak seperti metode-

metode lainnya dalam pelak-

sanaannya dalam kelas.

Metode ini tidak berbentuk

seperti pengajaran dalam

kelas pada umumnya, tapi

lebih menyerupai antara

klien (siswa) dan konselor

(guru). Mereka duduk mem-

bentuk lingkaran, sedang-

kan guru berada di luar

lingkaran itu sehingga guru

dapat mengontrol dengan

berjalan mengelilingi mere-

ka. Bahan atau topik yang

mau didiskusikan tergan-

tung dari pada kesepakatan

siswa. Selama diskusi ber-

jalan, siswa kadang-kadang

mengungkapkan

ide atau penda-

patanya dalam bahasa

mere ka. Pada saat itu, guru

memberikan ungkapan yang

ekuivalen dengan maksud

siswa tersebut mengganti

atau memahami ungkapan

yang sebenarnya dalam ba-

hasa sasaran atau mungkin

juga diterjemahkan (misal-

nya dalam bahasa Inggris).

Proses diskusi itu biasanya

direkam, kemudian dibahas

bersama setelah selesai dis-

kusi sehingga siswa dapat

merefleksikan perasaan dan

pandangan mereka sendiri

terhadap pengalaman bela-

jar selama itu. Oleh karena

itu, guru sangat memegang

pe ranan dalam mengatur

pelaksanaan kegiatan terse-

but seperti apa yang dikata-

kan oleh Wright, apakah se-

bagai motivator, pengorek si

(corrector) atau pimpinan

(leader), hakim (judge),

orang tua (parents) dan

sebagainya (Wright

1997:5). Khusus-

nya dalam ke-

giatan berbi-

cara, peran

guru bisa seba-

gai peman cing

(prompte r ) ,

m a n a k a l a

siswa terham-

bat berbicara kare-

na lupa sebuah kata

Page 33: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

33Edisi 18 Tahun X Juni 2012 33Edisi 18 Tahun X Juni 2012

atau frasa, guru berperan

memberikan pancing an un-

tuk meng ung kapkan idenya

tersebut. Sebagai peserta

(partici pant), guru bisa ber-

tindak sebagai peserta dis-

kusi atau sebagai salah satu

pemeran dalam pemainan

peran. Yang paling banyak

dilakukan adalah sebagai

pemberi umpan (feedback

provider), artinya pada saat

siswa berbicara, kadang-

kadang mereka memerlukan

koreksi dari guru yang tidak

menghambat pembicaraan

mereka sehingga mereka

bisa melangsungkan per-

cakapannya.

Sebagai konselor, John-

son (2001:9-10) memberikan

contoh tentang orang-orang

Amerika yang belajar bahasa

Rusia dan mencoba berbi-

cara dalam bahasa Rusia

dengan topik pilihan mereka

sendiri. Dalam menjelaskan

kata-kata atau frasa misal-

nya, konselor tidak langsung

menjelaskan secara terbuka,

tetapi melalui bisikan atau

hanya menjelaskan dalam

bentuk mimik atau gerakan,

dan klien dapat melangsung-

kan percakapanya.

Cara Diam (The Silent Way)Metode ini ditemukan

oleh Gattegno, Chamot &

McKeon (1985) dalam Brown

(2000:106) yang sangat ter-

tarik dengan pendekatan hu-

manistik terhadap pendidik-

an. Salah satu karakteristik

metode ini adalah pendekat-

an pemecahan masalah ter-

hadap pemelajar. Salah satu

ciri utama dari metode ini

adalah guru berusaha se-

maksimal mungkin tidak

langsung terlibat dalam

percakap an siswa atau pa-

ling sedikit ikut menginter-

vensi proses percakapan

siswa. Menurut Harmer,

penemu metode ini, Caleb

Cattegno percaya bahwa be-

lajar bisa berjalan dengan

baik kalau siswa menirukan

dan menciptakan bahasanya

sendiri dari pada mengingat

atau mengulangi apa yang

di ajarkan oleh guru. De-

ngan demikian, siswa harus

me ngendalikan belajarnya

sendiri dan bukan guru

(Harmer 2001:88-89).

Dalam silent way, guru

berbicara sambil menunjuk

phonemic chart atau menyu-

sun cuisenaire rods. Harmer

(2001:89) menjelaskan bah-

wa Cuisenaire rods adalah

potongan kayu kecil yang

berbeda panjang. Masing

-masing potongan kayu

tersebut berbeda warnanya.

Cuisenaire rods sederhana

sekali, tetapi dapat diguna-

kan dalam berbagai kegiat-

an pembelajaran, misalnya

pembelajaran kosa kata se-

perti belajar warna, jumlah,

kata sifat (long, short), kata

kerja (give, take, pick up)

dan syntx (tense, compara­

tive, pluralization, word or­

der dan sejenisnya). Untuk

belajar kata benda (noun)

misalnya, kita dapat me-

ngatakan potongan kayu

itu adalah pen atau pencil

or telephone, a dog, atau a

key sehingga dengan meng-

angkat potongan kayu itu

atau menempatkannya da-

lam satu kelompok, sebuah

cerita dapat terbentuk. Un-

tuk itu, diperlukan sedikit

khayalan. Potongan kayu

ini pun dapat digunakan

untuk mempresentasikan

suku kata (syllables) dalam

satu kata dalam kalimat,

dan menunjukkan tekanan

kata (stress).

Kita juga dapat memben-

tuk sebuah kata atau frasa,

misalnya; lima buah potong-

an kayu dan siswa diminta

mengurutkannya dengan

benar. Dengan memindah-

kan potongan kayu tersebut

dan menunjukkan dimana

terbentuk atau tidak sebuah

kalimat se hingga siswa da-

pat menyaksikan dengan

Page 34: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

34 35Edisi 18 Tahun X Juni 2012 35Edisi 18 Tahun X Juni 2012

jelas sesuatu yang ia coba

tentang apa yang dipikir-

kanya. Demikian juga dalam

mengajarkan kata depan

(preposition), guru dapat

memberi model dengan po-

tongan kayu seper ti kalimat:

the red one is on top of/un­

der/beside/over/behind (etc)

the green one.

Selanjutnya, dalam ke-

giat an belajar-mengajar, pe-

ran guru hanya memberikan

isyarat (tanpa berbicara)

bahwa apa yang diungkap-

kan oleh siswa itu benar.

Kalau siswa mengungkap-

kan kesalahan, siswa lain

dengan cepat menyarankan

agar siswa tersebut mem-

perbaiki kesalahan yang

dibuat.

Jadi, siswa yang memper-

baiki kesalahannya sendiri

atau teman lainnya de-

ngan cara yang lebih me-

nyenangkan. Berdasarkan

uraian dan ciri-ciri metode

ini, Richards and Rodgers

(1986:99) menyimpulkan

teori belajar di belakang

silent way ini, yaitu pela-

jar terfasilitasi jika siswa

menemukan atau mencipta-

kan dan bukan mengingat

dan mengulangi apa yang

dipelajari baik melalui ob-

jek fisik atau dengan cara

memecahkan masalah.

Sugestopedia (Sugestopedia)Metode ini dikembang-

kan oleh Georgi Lozanov,

seorang ahli psikologi dari

Uni Soviet Harmer (2001:89-

90). Menurut Lozanov orang

mampu belajar lebih banyak

dari pada apa yang mereka

berikan pada dirinya sendiri.

Metode ini memandang bah-

wa lingkungan dan keadaan

dalam kelas merupakan se-

suatu yang penting sekali.

Ciri-ciri suggestopedia ada-

lah mengacu pada “infa­

tilazation” (bersifat keka-

nak-kanakan) yang berarti

bahwa hubungan guru dan

siswa sama dengan hubung-

an anak dan orang tua dan

untuk menghindari kendala

proses belajar siswa diberi

nama samaran. Tema-tema

pembahasan yang traumatik

sedapat mungkin dihindari

dan rasa simpati guru dalam

memperlakukan siswa sa-

ngat penting.

Dalam pelaksanaan pem-

belajaran bahasa asing,

Lozanov dan pengikutnya

melaksanakan eksperimen

dengan mempresentasikan

vocabulary, reading, dialog,

role plays, drama, dan berba-

gai macam kegiatan di kelas

lainnya (Brown (2000:103).

Beberapa metodologi yang

digunakan dalam kelas

tidak mempunyai keunikan

khusus. Perbedaannya ada-

lah bahwa selama perjalan-

an berlangsung di dalam

kelas, guru memutar musik

klasik, dan siswa-siswa dan

duduk dengan rileks di tem-

pat duduk yang empuk dan

menyenangkan. Siswa-siswa

tersebut dianjurkan bertin-

dak seperti seorang anak

dan menjauhkan perasaan-

nya dari kondisi antara guru

dan siswa.

Metode suggestopedia

mempunyai tiga bagian

utama, ada sub-bagian lisan

dengan materi yang dipela-

jari sebelumnya digunakan

sebagai bahan diskusi, ke-

mudian dilanjutkan dengan

presentasi dan diskusi me-

ngenai materi dialog yang

baru. Akhirnya, dalam sesi

seansce atau concert, siswa

mendengarkan musik de-

ngan rileks. Sementara itu,

guru membaca materi dialog

yang baru disesuaikan de-

ngan alur musik. dan diskusi

mengenai materi dialog yang

baru. Akhirnya dalam sesi

‘séance’ atau ‘concert’ siswa

mendengarkan musik de-

ngan rileks. Sementara itu,

guru membaca materi dialog

yang baru. Selama tahap ini

siswa dan guru berhenti se-

jenak, Kemudian siswa me-

Page 35: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

35Edisi 18 Tahun X Juni 2012 35Edisi 18 Tahun X Juni 2012

ninggalkan ruangan dengan

tenang (silently).

Pendekatan Alamiah (The

Natural Approach) Metode ini dikembang-

kan oleh Terrell, yang diku-

tip dalam Brown (2000:31).

Seperti halnya Asher de-

ngan Total Physical Response

(TPR), Krashen dan Terrell

merasa bahwa siswa lebih

baik menunda berbicara

sampai siswa berbicara de-

ngan sendirinya dan siswa

harus rileks sehingga terjadi

komunikasi dan peroleh-

an bahasa. Kenyataannya,

na tural approach diilhami

oleh penggunaan kegiatan-

kegiat an TPR pada tingkat

pembelajar pemula ketika

ada masukan yang kompre-

hensif dalam pemerolehan

bahasa.

Dalam metode ini dike-

mukakan beberapa tujuan

pengajaran; bahasa kedua

dipelajari untuk tujuan ko-

munikasi lisan dan komu-

nikasi tertulis, misalnya;

untuk persiapan dalam bi-

dang akademik; mendengar-

kan kuliah, diskusi dalam

kelas, menulis makalah, pe-

nelitian atau buku dan lain

sebagai nya. Untuk tujuan

komunikasi lisan, Natural

Approach dapat memberikan

dasar-dasar keterampil an

berkomunikasi, misalnya

percakapan setiap hari, ber-

belanja, mende ngarkan radio

dan sebagai nya. Dalam hal

ini, tugas pertama guru ada-

lah memberikan masukan

(input) yang komprehensif

yaitu berbicara bahasa Ing-

gris yang dapat dimengerti

oleh siswa atau sedikit le-

bih tinggi dari dari tingkat

keterampilan/pengetahuan

siswa. Selama periode diam

itu (silent period), siswa

tidak berbicara apapun sam-

pai mereka merasa siap un-

tuk berbicara. Guru adalah

sumber masukan bagi siswa

dan merupakan pencipta

kegiatan–kegiatan yang me-

narik di dalam kelas seperti;

perintah, permainan, kelom-

pok kecil dan sebagainya.

Di dalam metode pende-

ka t an alamiah (Natural Ap­

proach) ini siswa mengikuti

tiga langkah yang dikem-

bangkan oleh Krashen dan

Terrell yaitu: a) Tahap re-

produksi yaitu merupakan

tahap pengembangan kete-

rampilan mendengar (Listen­

ing Skill); b) Tahap produksi

awal biasanya ditandai de-

ngan kesalahan-kesalahan

siswa akibat dari kesulitan

penggunaan bahasa. Disini

guru memfokuskan pembela-

jarannya dengan arti bukan

pada bentuk. Oleh karena

itu, guru tidak mengoreksi

kesalahan-kesalahan siswa

selama tahap ini (kalau

tidak akan terhambat dalam

arti secara menyeluruh); c)

Tahap terakhir adalah salah

satu tahap produksi bahasa

ke dalam rangkaian wacana

(discourse) yang melibat-

kan lebih banyak permainan

yang rumit (complex games),

bermain peran (role plays),

dialog terbuka (open ended

dialogues), diskusi, dan ke-

lompok kecil. e

Page 36: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

36 37Edisi 18 Tahun X Juni 2012 37Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Keindahan bahasa

Indonesia dapat

ditunjukkan

melalui perbedaan dengan

bahasa terdekatnya, yaitu

bahasa Melayu negeri

Jiran, Malaysia. Berikut ini

akan dibahas perbedaan

ejaan, kosa kata, dan

makna kata antara bahasa

Melayu (Malaysia) dengan

bahasa Mela-

yu (Indonesia)

atau bahasa

Indonesia.

Perbedaan EjaanKetika zaman

penjajahan,

bahasa Indonesia

menggunakan

/o/ untuk bunyi

/u/, sama seperti

bahasa Belanda,

namun setelah

penaklukan

Jepang ejaan

tersebut diganti

menjadi /u/. Di

Malaysia sebelum

Perbedaan Ejaan, Kosakata, dan Makna Kata Bahasa Melayu (Malaysia)

dengan Bahasa Melayu (Indonesia) atau Bahasa Indonesia

Hari WibowoStaf PPPPTK Bahasa

Page 37: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

37Edisi 18 Tahun X Juni 2012 37Edisi 18 Tahun X Juni 2012

tahun 1972, bunyi /ch/ dieja

dengan /ch/ dan bahasa

Indonesia menggunakan (tj).

Oleh ka rena itulah, perkataan

/cap/ telah dieja sebagai

[chap] di Semenanjung

Malaya dan [tjap] dalam

bahasa Indonesia. Setelah

"Ejaan Yang Disempurnakan"

diperkenalkan pada tahun

1972, kedua bahasa itu

menggunakan ejaan yang

sama, yaitu [cap]. Contoh lain

yaitu bunyi /dj/ (Indonesia)

diganti dengan /j/

seperti di Malaysia. Ada

beberapa ejaan yang masih

dipertahankan atas sebab

sejarah, contohnya wang

(Semenanjung Malaya) dan

uang (Indonesia).

Perbedaan Kosakata Awal penulis tiba di

Malaysia dikejutkan

beberapa kata bahasa Melayu

yang maknanya sangat jauh

bila diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia. Misalnya

kata tewas yang biasa

diartikan ‘mati dalam perang

atau bencana bermakna

diartikan ‘kalah’ dalam

bahasa Melayu. Berikut ini

contoh kata-kata yang yang

penulis temukan di lapangan

menunjukkan perbedaan yang

Tabel 1

Bahasa Inggris Bahasa Melayu (Malaysia) Bahasa IndonesiaAugust Ogos Agustus beautiful cantik indahbecause kerana karenabicycle basikal sepedacar kereta mobilchallenge cabaran tantanganeraser pemadam penghapushead office ibu pejabat kantor pusathospital hospital (dari bahasa inggris) rumah sakit ice box peti sejuk kulkasMarch Mac (dar bahasa Inggris) Maret Monday Isnin Seninorange oren (dari bahasa inggris) jerukpost office pejabat pos kantor posrestaurant kedai makan rumah makanshop kedai tokospeak bercakap, berbual berbicara, bercakap-cakaptelevision televisyen televisi ticket tiket karcisuniversity universiti universitasvisit melawat berkunjungzoo taman haiwan, zoo kebun binatang

Sumber data: Kunjungan penulis ke Malaysia

Page 38: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

38 39Edisi 18 Tahun X Juni 2012 39Edisi 18 Tahun X Juni 2012

sangat jauh

antara bahasa

Melayu dan

bahasa Indonesia.

(lihat tabel 1)

Kosa kata

Bahasa Melayu

Malaysia meski

berasal dari

bahasa Melayu

yang sama

dengan bahasa

Indonesia,

ternyata dalam

bahasa Inggris

berbeda. Berikut

ini terlihat

contoh-contoh

kata dan

terjemahannya

dalam bahasa

Melayu dan

Inggris. (lihat tabel

2)

Kata-Kata yang Berbeda Maknanya

Kedua bahasa

ini memiliki

kata-kata

yang sama,

tetapi berbeda

maksudnya atau

berhomonim.

Kata-kata

tersebut seringkali dituturkan

Tabel 2

Kata Terjemahan dari Bahasa Melayu Terjemahan dari Bahasa Indonesia

akta act (= law) act (= written legal document)

baja fertilizer steel Malaysian: besi waja

banci census effeminate, transvestite homosexual

bisa venom can/able (same as "boleh" in malay), venom

bogel naked very short person, dwarf, midgetbudak kid slave

comel cute, pretty

(to call) someone who can not keep a secret (example: mulutnya comel= her mouth can't keep a secret)

duduk a place to live on, and also: to sit to sit

gampangbastard from 'anak gampang' lit. easy child

easy (non negative meaning)

jabatan department positionjawatan position departmentjemput invite pick up

kaki tangan employee member of mafia/criminal organisation

kapan or kafan: muslim burial shroud (kain kafan/kapan)

when (kapan mau pulang?= when do you want to go home?)

karya work of art (karyawan=artists) work (karyawan= workers)kereta car trainkhidmat service fully concentrate

konfeksi confection, sweets clothing industry, any fancy or luxurious woman's clothings

pelanplan (associated with architectural work, site map etc only)

slow (perlahan in malay)

pejabat officeofficer/officials (those who hold office, malay (pegawai)

pemerintah ruler governmentpolis police (insurance) policypolisi policy police

pusing to go around a place, circular in motion, to spin/rotate dizzy, confused

tandas toilet to explain; to finish

Page 39: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

39Edisi 18 Tahun X Juni 2012 39Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Tabel 3

Perkataan Makna dalam Bahasa Malaysia Makna/Sinonim dalam Bahasa Indonesia

akta undang-undang surat resmi yang disahkan oleh suatu badan resmi atau pemerintah

baja bahan untuk menyuburkan tetumbuhan besi tahan karat

bercinta menyatakan rasa kasih sayang kepada orang lain menaruh rasa cinta

biji pil, tablet benih

boleh dapat(contoh:dia boleh bicara=dia bisa/dapat bicara) 1. mengizinkan (contoh:Dia diizinkan bicara)

bontot/buntut punggung ekor; terakhir (untuk urutan anak)

bual bersembang (berbual) omong kosong (membual), cakap besar (sombong)

butuh/butoh alat kelamin lelaki (lucah) perlu gampang anak luar nikah (kesat) mudah, senangjahat nakal durjana, tidak baik

jemput mengajak atau menyilakan datang 1. memetik; 2. pergi mendapatkan orang yang akan diajak pergi bersama

jeruk buah-buahan (sayur, telur, ikan, dll) yang telah diasamkan (atau diasinkan) buah jeruk

jimat cermat (tentang uang atau penggunaan sesuatu), hemat, tidak boros azimat, benda bertuah

kacak tampan, menarik (bagi lelaki)memegang kiri kanan pinggang dengan kedua-dua belah tangan (berkacak pinggang); tampak gagah, segak

kerajaan semua bentuk pemerintahan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh rajapajak gadai janji cukaipengajian pendidikan pembelajaran Alquranpercuma gratis tidak berguna, sia-siapijat kutu; ralat pemrograman komputer urutpupuk menyemai (nilai murni dsb.) penyubur tanaman

tambang bayaran penggunaan pengangkutan awam

1. tempat menggali mineral; 2. semacam tali yang kuat

sulit rahasia; sukar sukar dicari karenaDiadaptasi dari http://www.id.wikipedia.org

Page 40: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

40 41Edisi 18 Tahun X Juni 2012 41Edisi 18 Tahun X Juni 2012 41

oleh masyarakat pengguna kedua bahasa tersebut. Hal ini mudah menimbulkan

kesalahpahaman. Berikut ini daftar kata-kata tersebut: (lihat tabel 3)

Inilah penjabaran bahasa Indonesia yang begitu indah. Dengan kekayaannya

menerima unsur bahasa lain sehingga mampu “menyihir” bahasa Melayu, bahasa Jawa,

bahasa asing seperti Belanda, menjadi bahasa yang sangat mudah digunakan dan tinggi

nilai sastranya. Berbanggalah berbahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia itu indah.

Seindah mentari menyambut pagi, sesejuk embun membasahi bumi. e

Senarai Sumber PustakaMahayana S, Maman. Artikel Kompas, 2005. “Sihir Bahasa Indonesia.” Jakarta.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Software offline. Jakarta.

Hasan dan Sadeli, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia dan bahasa Indonesia-Inggris.

Jakarta: Gramedia.

http://www.id.wikipedia.org

Wawancara: 1. Siswa BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dari Negara

Turmenistan dan Tajikistan; 2. Penutur bahasa Melayu di Semenanjung dan Sabah,

Malaysia.

Page 41: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

41Edisi 18 Tahun X Juni 2012 41Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Ditulis ulang oleh Yusup Nurhidayat dari buku Komunikasi Jenaka karya Dr. Deddy Mulyana, M.A. (Bandung. Remaja Rosdakarya. 2003)

lintasbudayabahasa

41

Ikan

Masyarakat Buton mempunyai keunikan dalam pengucapan kata-

kata yang mempunyai akhiran “n”. Mereka biasanya tidak menyebut secara lengkap kata-kata yang berakhiran “n” tersebut, seperti kata makan menjadi maka.

Sementara itu, masyarakat Makassar juga mempunyai keunikan tersendiri. Mereka menambah kata-kata yang berakhiran “n” dengan “g” seperti makan menjadi makang.

Alkisah, seorang nelayan asal Pulau Buton menjual ikannya di sebuah pulau tempat berkumpul pedagang-pedagang dari berbagai daerah. Sambil berteriak “Ika! Ika! Ika!” ia menawarkan dagangannya. Saat itu, lewatlah orang Makassar yang kebetulan hendak membeli ikan. Ia menghampiri penjual ikan itu dan bertanya, “Ikangnya

berapa, Pak?”Orang Buton

yang memang sedang kesal karena

dagangannya dari tadi belum laku merasa diejek. Tetapi

dengan sabar ia berkata,

“Kita jual ika, Pak, bukan ikang.”Sekarang giliran orang Makassar yang

merasa diolok-olok. “Saya memang orang baru disini, tapi saya tahu ini ikang bukan ika seperti Bapak sebut tadi,” kata orang Makassar.

Tetapi orang Buton berkeras mengatakan itu ika bukan ikang. Karena merasa saling dipermainkan, kedua orang tersebut berkelahi sampai akhirnya dipisahkan oleh masyarakat setempat. Mereka berdua

sepakat bahwa kasus ini harus dibawa ke pemimpin negara

yang konon arif bijaksana berasal dari Pulau Jawa.

Sesampainya di istana negara, orang Buton

langsung mengatakan kepada pemimpin negara mereka. “Bapak Presiden, ini saya membawa ika tapi orang itu

bilang ikang.”Di depan presiden

yang orang Jawa itu mereka bertengkar dan saling

berbalasan:“Ika!“

“Ikang!““Ika!““Ikang!“Akhirnya presiden berkata,

“Saudara-saudaraku, ini bukan ika ataupun ikang, seperti yang saudara-saudara katakan.”

Dengan tenang ia berkata, “Ini adalah iken!” []

Page 42: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

serambifoto

Peserta Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Arab berdiskusi (30/4) dengan dipandu widyaiswara PPPPTK Bahasa.

Widyaiswara dan calon widyaiswara PPPPTK Bahasa tampak sedang mengikuti kegiatan Teacher Development Interactive PEARSON di PPPPTK Bahasa (5/3).

Salah seorang peserta Diklat Tingkat Tinggi Guru Bahasa

Mandarin tengah melakukan presentasi (11/5) di kelas

PPPPTK Bahasa.

Page 43: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

serambifoto

Para pegawai PPPPTK Bahasa mengikuti upacara

peringatan Hari Pendidikan Na sional (2/5) di lapangan

PPPPTK Bahasa.

Para pegawai PPPPTK Bahasa yang dibagi dalam beberapa angkatan mengikuti Diklat Karakter Bangsa MHMMD di bawah binaan Ibu Marwah Daud Ibrahim. Tampak sebagian pegawai berfoto bersama (3/3).

Kepala BPSDMPK-PMP Prof. Syawal Gultom dan perwakilan dari

pemerintah China bertukar dokumen

kerja sama Pembinaan Guru Bahasa Mandarin

Indonesia dengan Lembaga Pengajaran

Bahasa Mandarin RRC di Hotel Mulia, Jakarta

(26/4).

Page 44: e M aksi M alkan Teknologi Pe M belajaranp4tkbahasa.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/06/014-Ekspresi... · antara yang terjadi pada waktu lampau dan yang terjadi pada saat

44 44Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Edisi 18 Tahun X Juni 2012

Diterbitkan olehPPPPTK BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BAHASA