efektifitas diplomasi budaya dalam penyebaran anime dan...

13
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 66 Efektifitas Diplomasi Budaya Dalam Penyebaran Anime Dan Manga Sebagai Nation Branding Jepang Caraka Wahyu Erwindo Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Email: [email protected] Abstract The development of Japanese anime and manga began when before the second World War. At that time the emergence of anime and manga still can not compete with the animation industry owned by the United States, Disney. Japan's defeat in the second World War, made the anime and manga industries collapse and restarted by Japan a few years after the end of the second World War. Japan's defeat in the Second World War also resulted in Japan's image becoming worse in the eyes of their colonies. There was an attempt to reshape Japan's post-World War II image. This then made the Japanese government consider using anime and manga used as a nation branding aspect. This research attempts to examine how government efforts in using anime and manga as cultural diplomacy by Japan in an effort to achieve nation branding. With explanations through cultural diplomacy and nation branding can see how the effectiveness of the use of anime and manga is used as a nation branding. Keywords: Japanese Cultural Diplomacy, Japanese Nation Branding, Anime and Manga, Effectiveness of Japanese Cultural Diplomacy. Abstrak Perkembangan dari anime dan manga Jepang dimulai ketika sebelum terjadinya Perang Dunia kedua.Pada saat itu kemunculan dari anime dan manga masih kalah bersaing dengan adanya industri animasi milik Amerika Serikat, Disney. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua, membuat industri anime dan manga menjadi runtuh dan dimulai kembali oleh Jepang beberapa tahun pasca berakhirnya Perang Dunia kedua. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua juga mengakibatkan citra Jepang menjadi buruk di mata negara jajahan mereka.Muncul upaya untuk membentuk kembali citra Jepang pasca Perang Dunia kedua.Hal ini kemudian menjadikan pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk menggunakan anime dan manga digunakan sebagai aspek nation branding.Maka dari itu Penelitian ini berusaha mengkaji bagaimanya usaha pemerintah dalam menggunakan anime dan manga sebagi diplomasi budaya oleh Jepang dalam upaya mencapai nation branding. Dengan penjelasan melalui diplomasi budaya serta nation branding dapat melihat bagaimana efektifitas dari penggunaan anime dan manga ini digunakan sebagai nation branding Kata kunci: Diplomasi Budaya Jepang, Nation Branding Jepang, Anime dan Manga, Efektifitasan Diplomasi Budaya Jepang. Era Perang Dingin menjadi salah satu awal bersejarah ketika budaya menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh setiap negara. Perlu diketahui pasca Perang Dingin membuat peran dari budaya ini tidak hanya bersifat sebagai low politics melainkan juga hard politics. Hal ini terlihat ketika pemerintahan di suatu negara menggunakan budaya sebagai alat mereka untuk mempengaruhi atau memberitahu negara-negara lain terkait perspektif

Upload: phamthuan

Post on 30-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 66

Efektifitas Diplomasi Budaya Dalam Penyebaran

Anime Dan Manga Sebagai Nation Branding

Jepang

Caraka Wahyu Erwindo

Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

Email: [email protected]

Abstract

The development of Japanese anime and manga began when before the second World War. At that time the emergence of anime and manga still can not compete with the animation industry owned by the United States, Disney. Japan's defeat in the second World War, made the anime and manga industries collapse and restarted by Japan a few years after the end of the second World War. Japan's defeat in the Second World War also resulted in Japan's image becoming worse in the eyes of their colonies. There was an attempt to reshape Japan's post-World War II image. This then made the Japanese government consider using anime and manga used as a nation branding aspect. This research attempts to examine how government efforts in using anime and manga as cultural diplomacy by Japan in an effort to achieve nation branding. With explanations through cultural diplomacy and nation branding can see how the effectiveness of the use of anime and manga is used as a nation branding.

Keywords: Japanese Cultural Diplomacy, Japanese Nation Branding, Anime and Manga, Effectiveness of Japanese Cultural Diplomacy.

Abstrak

Perkembangan dari anime dan manga Jepang dimulai ketika sebelum terjadinya Perang Dunia kedua.Pada saat itu kemunculan dari anime dan manga masih kalah bersaing dengan adanya industri animasi milik Amerika Serikat, Disney. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua, membuat industri anime dan manga menjadi runtuh dan dimulai kembali oleh Jepang beberapa tahun pasca berakhirnya Perang Dunia kedua. Kekalahan Jepang pada Perang Dunia kedua juga mengakibatkan citra Jepang menjadi buruk di mata negara jajahan mereka.Muncul upaya untuk membentuk kembali citra Jepang pasca Perang Dunia kedua.Hal ini kemudian menjadikan pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk menggunakan anime dan manga digunakan sebagai aspek nation branding.Maka dari itu Penelitian ini berusaha mengkaji bagaimanya usaha pemerintah dalam menggunakan anime dan manga sebagi diplomasi budaya oleh Jepang dalam upaya mencapai nation branding. Dengan penjelasan melalui diplomasi budaya serta nation branding dapat melihat bagaimana efektifitas dari penggunaan anime dan manga ini digunakan sebagai nation branding

Kata kunci: Diplomasi Budaya Jepang, Nation Branding Jepang, Anime dan Manga, Efektifitasan Diplomasi Budaya Jepang.

Era Perang Dingin menjadi salah satu awal bersejarah ketika budaya menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh setiap negara. Perlu diketahui pasca Perang Dingin membuat peran dari budaya ini tidak hanya bersifat sebagai

low politics melainkan juga hard politics. Hal ini terlihat ketika pemerintahan di suatu negara menggunakan budaya sebagai alat mereka untuk mempengaruhi atau memberitahu negara-negara lain terkait perspektif

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

67 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

atau keinginan negara tersebut. Salah satunya adalah negara Jepang. Penulis disini berusaha menjelaskan mengenai bagaimana efektifitas dari diplomasi budaya anime dan manga Jepang sebagai nation branding. Pada sejarahnya, diawali pada tahun 1917, dimana pada saat itu Jepang sebagai negara yang sedang berkembang dalam produk film animasinya, yaitu anime dan manga. Anime dan Manga muncul pada tahun 1910 yakni terdapat tiga orang yang dikenal juga sebagai fathers of anime Oten Shimokawa, Jun’ichi Kouchi dan Seitaro Kitayama. Terbentuknya anime dan manga terinspirasi oleh animator dari Disney, sehingga mereka berinisiatif membuat anime dan manga yang lebih baik dibanding milik Amerika Serikat (Yasuo, 2013). Pada saat itu perkembangan dari sebuah kebudayaan tidak begitu langsung digunakan oleh Jepang untuk alat pemerintah dalam memperkenalkan masyarakat Jepang ataupun pemerintahannya, tetapi hanya sebatas alat untuk mengembangkan produk animasi Jepang.

Pada tahun 1923 terjadi sebuah Gempa bumi pada tahun 1923 menyebabkan kerusakan pada beberapa wilayah, terutama wilayah Kanto yang merupakan lokasi industri film animasi tersebut. Namun industri film animasi berkembang lagi, bahkan bersamaan dengan munculnya teknologi talkie dan film berwarna pada tahun 1929 hingga 1932. Pada saat itu film pertama yang dikembangkan oleh Jepang sebagai film animasi pendek berjudul Bagudojo no Tozoku, atau “Pencuri di Istana Baghdad”. Ofuji Noburo sebagai kreator film tersebut mendapatkan “Mainichi Film Awards”, sebuah penghargaan dari lembaga yang disponsori oleh salah satu perusahaan surat kabar terbesar, Mainichi Shinbun. Sejak itu produk film animasi Jepang mulai dikenal negara-negara lain (Yasuo, 2013). Pada akhirnya terjadilah Perang Dunia kedua, dimana pada saat itu Jepang juga terlibat dalam peperangan tersebut, Penggunaan dari anime dan manga disini dapat dilihat melalui pemerintah Jepang yang berusaha mengerahkan sumber daya

mereka untuk kepentingan perang. Angkatan laut memproduksi sebuah film anime berjudul Momotaro no Uwimashi (Elang Laut Momotaro) pada tahun 1943 yang bersifat propaganda kepada masyarakat yang bertujuan untuk membangkitkan semangat dan meningkatkan komitmen prajurit dalam peperangan. Beberapa tahun berikutnya pada tahun 1960 hingga 1970 Anime-Anime Jepang memproduksi banyak film seperti Astro Boy dan Mazinger Z. yang bergenre robot sehingga menjadi cukup populer di Amerika Serikat (Sieg, 2008). Tahun-tahun inilah yang merupakan awal penyebaran budaya populer yang lebih menceritakan citra baik bangsa Jepang.Sampai dengan memasuki tahun 1990an dan tahun 2000an, pemerintah Jepang memanfaatkan teknologi yang berkembang untuk menyebarkanproduk-produk anime dan manga ke pasar internasional.

Pada tahun 2012 pemerintah Jepang menerapkan kebijakan cool Japan iniative Cool Japan iniatitve adalah sebuah kebijakan dimana pemerintah Jepang berusaha menggunakan budaya populer mereka dalam penyebaran di sistem internasional. Budaya populer dari Jepang adalah berupa anime dan manga salah satunya, kemudian ada makanan khas serta pakaian tradisional Jepang (Anon, t.t). Cool Japan Iniatitve dimulai pada tahun 2012 walaupun praktik penyebarannya sudah ada sebelum tahun 2012.Pada akhirnya seiring berjalannya waktu, perkembangan dari kebijakan ini adalah dengan ditunjuknya Doraemon sebagai ‘Duta Besar Anime’ negara Jepang.Terpilihnya Doraemon sebagai ‘Duta Besar Anime’ diharapkan dapat menyebarkan nilai-nilai positif dari masyarakat Jepang (MOFA, 2008 dalam Nakamura, 2009). Hal ini yang kemudian membuat peneliti melakukan penelitian terkait bagaimanakah efektifitas peran dari produksi anime dan manga dapat digunakan sebagai nation branding untuk citra budaya milik Jepang.

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 68

Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai diplomasi budaya Jepang, penulis mendefinisikan terlebih dahulu apa itu anime dan manga. perlu diketahui terlebih dahulu definisi terkait anime dan manga tersebut.Anime dipahami sebagai animasi Jepang, sedangkan manga dipahami sebagai buku komik Jepang.Pemahaman terkait kemunculan anime dan manga ini dipahami sebagai inovasi kultural dari bangsa Jepang terhadap perkembangan kebudayaan.Anime dan manga juga dianggap sebagai budaya visual dan estetika dari bentuk kultural sebuah negara.Terdapat beberapa anggapan yang melihat bahwa kemunculan dari anime adalah sebuah inisiatif kreatif berdasarkan dari manga yang ada.Dengan adanya manga tersebut dinilai memunculkan beberapa hal yang berkaitan lainnya seperti anime, merchandise terkait manga tersebut dan video game (Norris, 2008).Pemahaman terkait subjek anime dan manga sebagai pengembangan kultural bangsa Jepang, dipahami melalui penyebaran terkait anime dan manga tersebut berusaha untuk mencerminkan, mengungkapkan, dan mempromosikan terkait identitas budaya.Anime juga dipahami sebagai istilah yang menggambarkan kartun animasi Jepang yang dibuat pada tahun 1980an. Pada umumnya anime dikonsumsi melalui serial televisi dengan biaya produksi murah tetapi dengan hasil yang bagus. Biasanya durasi dari serial televisi anime Jepang ini berdurasi setengah jam atau 30 menit (Sullivan, 2005). Manga dipahami oleh beberapa wilayah di luar Jepang sebagai dua hal, pertama, komik jepang dengan segala sosio-budaya yang ada di dalamnya.Kedua adalah perkembangan industrialisasinya dan komunitas yang terkait di dalamnya (Cohn, 2007).

Dalam melihat efektifitas dari diplomasi budaya Jepang sebagai nation branding, maka harus mendefinisikan apa itu diplomasi budaya dan apa itu nation branding. Diplomasi adalah Diplomasi menurut The Oxford English Dictionary (Roy, 1995) adalah sebuah manajemen hubungan internasional,

dimana dalam hal ini proses diplomasi dilaksanakan dan diatur oleh duta besar dan para wakil negara masing-masing. Diplomasi juga berjalan dalam segi bisnis dan juga dilakukan dengan para diplomat.The Chamber’s Twentieth Century Dictionary (dalam Roy, 1995) menganggap bahwa diplomasi adalah sebuah seni dalam melakukan negosiasi dalam pembahasan terkait perjanjian dengan negara-negara.Dalam hal ini, permbahasan terkait diplomasi dipahami melalui kegiatan pelaksanannya dan seni dalam berundingnya (Roy, 1995). Jika dikaitkan dengan diplomasi budaya, dapat dipahami bahwa diplomasi budaya adalah pertukaran budaya antar negara yang berusaha untuk memberikan pandangan yang sama terkait kebudayaan di negara tujuan, tujuan dari praktik diplomasi budaya ini adalah masyarakat. maka dari itu praktik diplomasi budaya erat kaitannya dengan diplomasi publik. Selain itu, konsep diplomasi budaya dipahami sebagai sebuah praktik dalam diplomasi dimana pada implementasinya lebih menggunakan aspek kebudayaan di dalam bernegosiasi dengan negara lain, dengan tujuan demi mendapatkan kepentingan nasional mereka dalam menjalankan diplomasi budaya tersebut.Penggunaan diplomasi budaya dapat dipahami sebagai penggunaan seni musik, seni tari, upacara adat, bahkan makanan yang ada di negara tersebut.Penjelasan terkait diplomasi memang tidak berhenti pada satu definisi tunggal, seiring dinamika yang terjadi definisi dari diplomasi dapat berubah-ubah. Walaupun nilai dasar yang dipahami dalam diplomasi tetaplah sama, yaitu bernegosiasi. Pada pemahaman selanjutnya perlu dimengerti bagaimana tujuan dari penggunaan diplomasi budaya tersebut. Kautilya seorang diplomat kuno dari India, berusaha menjelaskan tujuan dilakukannya diplomasi budaya, setidaknya ada empat tujuan, yaitu acquisition (Perolehan), preservation (Pemeliharaan), augmentation (Penambahan) dan Proper Distribution (Pembagian yang adil).

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

69 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

Kautilya berusaha menjelaskan tujuan dari diplomasi budaya sebagai, pertama perolehan dimaksudkan ke dalam suatu negara yang melakukan diplomasi budaya akan memperoleh negara yang berdiri sebagai teman, yang nantinya membantu dalam sistem internasional. Setiap negara tentunya memiliki national interest mereka masing-masing dalam sistem internasional dan dalam hal ini berteman dengan banyak negara tentunya membuat national interest tersebut dapat tercapai dengan mudah.Kedua adalah pemeliharaan, setelah mendapatkan negara-negara sebagai teman dalam sistem internasional, kemudian setiap negara harus bisa menjaga hubungan yang telah dibangun agar tetap baik dan tidak merusak hubungan yang sudah ada. Menjaga suatu hubungan antar negara menjadi hal yang penting, dikarenakan hubungan negara yang rusak juga dapat memicu terjadinya konflik dan dalam keterkaitannya dengan pencapaian national interest menjadi lebih sulit tercapai. Ketiga adalah penambahan, setelah menjalin dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara lain, maka setiap negara harus mulai menyebarkan praktik diplomasi budayanya.Dalam hal ini perluasan hubungan diplomatik mempermudah setiap negara untuk mencapai national interest mereka.Penambahan disini menandakan bahwa hubungan yang dijalin antar negara harus selalu ditambah dan semakin meluas.Keempat adalah distribusi yang adil, dalam hal ini negara yang telah melakukan diplomasi budaya harus bersifat adil dalam menjalani komunikasi dengan negara-negara tersebut (Chakraborti, 2016). Menjalin hubungan dengan negara lain diharuskan dapat memberikan dampak yang baik bagi negara lain dan tidak menjadi parasit bagi negara tersebut. Dalam hal ini pembagian distribusi yang adil juga dapat menjaga keharmonisan hubungan antar negara dan menciptakan kondisi perdamaian diantara hubungan antar negara tersebut (Chakraborti, 2016)

Penjelasan terkait nation branding adalah Pada penjelasan terkait nation branding dipahami sebagai keunikan yang bersifat multidimensional yang menjadikan suatu bangsa memiliki diferensiasi dan relevansi kebudayaan negara mereka dalam tujuan masyarakat tertentu. Nation branding juga digunakan sebagai alat untuk mengintegrasikan kebudayaan di suatu negara terhadap penggambaran kebudayaan di suatu negara tujuan. Nation branding juga dipahami sebagai alat untuk membentuk persepsi terhadap target pasar yang ingin dituju, target pasar disini dipahami sebagai tujuan negara tertentu. Pada dasarnya dalam mendefenisikan nation branding perlu dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan branding. Branding pada umumnya dipahami dalam dua sisi, pertama branding dipahami sebagai perwujudan visual dari sebuah brand itu sendiri. Kedua, branding tidak hanya dipahami sebagai perwujudan visual tetapi juga bisa dipahami melalui substansi yang terdapat dalam brand tersebut (Dinnie, 2008). Dalam upaya memahami nation branding perlu diketahui terdapat empat aspek yang memiliki keterkaitan yang erat, negara asal, tujuan nation branding, diplomasi publik, dan citra nasional.Khusus aspek negara asal dan tujuan nation branding memiliki kecenderungan nation branding sebagai aspek perekonomian.Sedangkan pada aspek diplomasi publik dan juga citra nasional membawa image dari suatu negara di dalam aspek internasional. Dalam hal ini nation branding berkaitan dengan image negara terkait aspek politik, ekonomi, dan kebudayaan. Dalam hal ini nation branding lebih bermanfaat dalam penggunaan sebagai membentuk citra dan mendapatkan reputasi suatu negara di dalam sistem internasional (Ying, t.t). Salah satu hal dalam melihat upaya untuk nation branding memang dapat dilihat melalui dua hal yaitu ekspor dan impor suatu negara serta national identity yang dalam hal ini membuat nation branding benar-benar membentuk brand dari sebuah negara.

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 70

Berdasarkan penjelasan terkait efektifitas dari diplomasi budaya dapat dilihat melalui dua hal yaitu, ekspor yang berkelanjutan dan juga nilai-nilai yang dipahami. Pertama adalah ekspor yang berkelanjutan. Praktik diplomasi budaya pada dasarnya melibatkan beberapa negara yang menjadi negara asal ataupun negara tujuan.Kedua negara tersebut pada dasarnya sepakat untuk membahas terkait bagaimana kerjasama nantinya dibentuk melalui ada diplomasi tersebut.Damapk atau hasil dari diplomasi budaya tersebut dapat diiihat melalui adanya ekspor yang berkelanjutan. Salah satu aspek penggunaan dalam diplomasi budaya adalah seni, musik, film, tarian, komik-komik dan budaya berbicara.Dalam melihat ekspor yang berkelanjutan dapat dipahami melalui bagaimana setiap negara melakukan ekspor yang berkelanjutan antar negara tujuan terkait produk budaya. Salah satunya adalah dalam hal ini anime dan manga yang menjadi salah satu obyek yang menjadi barang untuk di ekspor. Ekspor yang berkelanjutan dilihat melalui ketika negara mengekspor anime atau manga yang sama dalam setiap tahun ke tahunnya. Apabila anime dan manga ini disukai oleh setiap negara-negara yang mengkonsumsinya biasanya berusaha mengekspor anime tersebut dikarenakan minat masyarakat di dalamnya membuat negara merasa bahwa anime dan manga membantu perekonomian negara-negara.. Produk anime dan manga ini tidak terlebih hanya pada film ataupun komik saja. Seperti serial televisi yang juga diimpor dari Jepang.bentuk ekspor juga bermacam-macam seperti pertukaran budaya melalui adanya acara-acara yang berbasis pada kebudayaan Jepang. Beberapa ekspor yang dilakukan seperti festival budaya, penyiaran film-film yang berkaitan dengan kebudayaan tersebut.

Maka dari itu ekspor yang berkelanjutan tersebut dilihat melalui data-data terkait bagaimana negara-negara tersebut tetap mengekspor impor tersebut.Ekspor yang berkelanjutan juga harus berdasarkan kesepakatan antara

kedua negara, dimana produk-produk ekspor dan kecenderungannya adalah produk-produk baru.Maka dari itu ekspor yang berkelanjutan pada umumnya adalah produk-produk baru dari setaip tahunnya, hal ini dikarenakan minat masyarkat yang ingin mengetahui bagaimana perkembangan dari produk budaya tersebut. Walaupun ekspor yang berkelanjutan mengalami penurunan secara kuantitas, hal tersebut tetap dapat dilihat sebagai efektifitas dari adanya diplomasi budaya. Maka penting adanya indikator ekspor yang berkelanjutan sebagai salah satu penanda bahwa apakah diplomasi budaya yang dilakukan diterima oleh negara tujuan atau tidak.

Pemahaman terkait nilai-nilai yang dipahami adalah suatu produk budaya, yang diimpor ataupun yg diekspor oleh suatu negara, tentunya memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Dalam setiap produk anime dan manga tersebut ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.Dalam hal ini juga, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mengartikan bagaimana kebudayaan di Jeepang.Hal ini menunjukkan bahwa ada tujuan dibalik nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam produk kebudayaan tersebut.nilai-nilai tersebut juga tidak hanya menggambarkan masyarakatnya, tetapi menggambarkan bagaimana masyarakat Jepang dalam berkomunikasi dalam bertindak. Terdapat beberapa produk anime dan mangayang juga menggambarkan pemerintahan Jepang.Dalam hal ini diletakkannya nilai-nilai tersebut juga digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan nasional oleh negara asal.Penggunaan dari diplomasi budaya ini pada umumnya memiliki dampak besar terhadap masyarakat. Diplomasi budaya juga erat kaitannya dengan publik, maka dari itu praktik diplomasi budaya erat kaitannya dengan hubungan antar masyarakat. Sama halnya dengan pemahaman nilai-nilai, yang dapat diperhatikan melalui tingkah laku masyarakat yang ada di negara tujuan.

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

71 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

Nilai-nilai yang dipahami tidak hanya sebatas nilai positif, tetapi terkadang tanpa disadari terdapat nilai-nilai negatif, yang dapat mempengaruhi dampak dari diplomasi budaya tersebut.Pada umumnya, nilai-nilai yang dipahami menjadi indikator dari bagaimana citra dari masyarakat negara asal terkait gambaran yang ada di dalam produk kebudayaan tersebut.Nilai-nilai yang dipahami tersebut dapat dinilai melalui perspektif masyarakat yang nanti menjadi data sebagai penilaian.Nilai-nilai yang dipahami nantinya menggambarkan karakteristik masyarakat Jepang, seperti masyarakat Jepamg adalah orang-orang yang pantang menyerah, orang yang tetap menganut nilai kebudayaan, orang yang menghormati orang yang lebih tua.Pada akhirnya pemahaman nilai-nilai tersebut yang harus dipahami dalam konteks penyebaran anime dan manga di negara tujuan.

Maka dari itu Pasca Perang Dunia kedua dijadikan upaya Jepang untuk merekonstruksi ulang citra mereka dan menunjukkan bahwa masyarakat Jepang adalah pekerja keras, disiplin akan aturan yang ada, displin terkait norma umum dalam kehidupan bermasyarakat, pantang menyerah, menghargai pertemanan, dan menghormati yang lebih tua. Segala citra yang dibangun oleh masyarakat Jepang adalah mengenai norma bersosialisasi dan mengenai kehidupan sehari-hari. Selain itu, menurut Harumi (2004: 8) masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menjunjung tinggi adanya nilai-nilai kebudayaan. Budaya dari bangsa Jepang, terkenal unik dan khas dibandingkan dengan negara lainnya.Hal ini terlihat ketika komunikasi yang ada pada masyarakat Jepang, tidak bisa seenaknya sendiri. Hal ini terlihat ketika masyarakat Jepang, menjunjung tinggi etika sopan dan santun terutama terhadap lawan bicara dan hal ini juga berguna untuk menjaga harmonisasi antar masyarakat Jepang. A.A. Azhari mengungkapkan bahwa Jepang adalah satu-satunya negara yang bisa bangkit dari keterpurukan pasca Perang

Dunia.Kebangkitan Jepang ini melibatkan seluruh aspek kenegaraan di Jepang, salah satunya adalah masyarakat.Masyarakat Jepang bersifat pantang menyerah inilah yang menjadi nilai bagi kehidupan mereka, hingga membawa Jepang menjadi seperti saat ini. Jepang saat ini memiliki teknologi yang maju dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Proses pantang menyerah inilah yang memunculkan sikap-sikap positif lainnya, seperti tekun, teliti, dan tangguh. Perjuangan Jepang juga menemui banyak halangan, seperti kejadian gempa bumi dan tsunami yang seringkali melanda di Jepang. Hal ini tidak membuat masyarakat Jepang pantang menyerah untuk terus berkembang dan bangkit dari keterpurukan.

Penyebaran anime dan manga sendiri sudah berjalan cukup jauh dimulai sejak tahun 2000 hingga saat ini, anime dan manga telah banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat di luar Jepang. Hal ini terlihat ketika terdapat beberapa negara yang memiliki kerjasama dalam kaitannya penyebaran anime dan manga tersebut. Perkembangan dari anime dalam penyebarannya di sistem internasional sedikit banyak didukung dengan adanya globalisasi saat ini. Perkembangan media massa, seperti majalah, koran dan televisi. Setidaknya terdapat beberapa negara yang telah menjalin kontrak dengan Jepang terkait penyebaran animenya, tercatat ada 221 negara yang telah menjalin kontrak dengan Jepang. China menjadi negara pertama yang memiliki jumlah negara yang telah menjalin kontrak terkait produk animasinya yaitu 335 negara, kemudian ada Korea Selatan dengan 308 negara, kemudian ada Taiwan dan juga Amerika Serikat. Kontrak disini berkaitan dengan hak penyiaran yang menjadi salah satu fokus dari dibentuknya kontrak perjanjian ini.kemudian terdapat distributor film melalui internet. Kontrak juga berkaitan dengan pengawasan dalam distribusi film melalui internet, dengan berkembangnya era teknologi internet kali ini bisa menjadi wadah bagi

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 72

bisnis yang baru bagi beberapa pihak. Hal ini membuat industri anime Jepang berusaha untuk menjaga hak cipta mereka diambil oleh orang lain. Kontrak disini dijelaskan melalui penjualan merchandise, penjualan manga ataupun anime dalam bentuk VCD atau kaset film.Kontrak juga berkaitan bagaimana seharusnya anime disiarkan di dalam suatu negara tersebut. Kontrak juga bersifat timbal balik dimana Jepang lebih diuntungkan saja, melainkan negara-negara tujuan penyebaran anime dan manga juga dapat melakukan permintaan terkait bagaimana kontrak itu nantinya berjalan.

Pendapatan dari industri anime Jepang tersebut pendapatan mereka meningkat sebanyak satu setengah kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Penyebaran terkait anime ini harus membuat kontrak dengan negara-negara tujuan dalam upaya untuk memasukkan anime ke dalam negara tujuan. Dalam penyebaran ini terdapat beberapa produk-produk yang digunakan, seperti produksi serial televisi ini dipahami sebagai serial televisi yang disebarkan melalui media televisi. Produksi film yang dipahami melalui penyebaran film teatrikal.Produksi video berdasarkan pendapatan dari videogram animasi seperti kaset film dan video game. Kemudian terdapat produksi melalui distribusi internet.Kemudian terdapat produksi merchandising, dipahami melalui cindera mata dan penjualan suvenir-suvenir.Produksi musik yaitu meliputi musik-musik yang menjadi original soundtrack dari suatu anime.Produksi Pachinko slot, yaitu alat permainan yang memainkan permainan video game. Kemudian terdapat produksi dari live entertaintment, pertunjukan yang berkaitan acara, pameran, dan cosplay yang menunjukkan anime tersebut (Masuda, 2017: 1) Pendapatan dari industri anime tersebut memang fluktuatif dari awal perkembangannya, tetapi sejak tahun 2013 hingga 2016 mengalami kenaikan secara berkala. Produksi yang paling kontributif dalam perkembangan pada industri anime yaitu ada pada pendapatan luar negeri dan

merchandise.Pada sektor pendapatan luar negeri justru mencapai titik tertinggi pada tahun 2016.Pada mesin pachinko, justru pendapatan produksinya baru muncul ketika tahun 2008.

Terdapat 30 negara yang menjalin kerjasama dengan Jepang tentang penyebaran anime ke dalam negara tersebut.berdasarkan gambar di atas, China menjadi negara pertama yang memiliki kontrak terbanyak dengan Industri Anime Jepang yakni sebanyak 355 kontrak diikuti dengan Korea dengan 308 kontrak. Louxemburg dan Malta menjadi negara dengan paling sedikit jumlah kontrak dengan Jepang, yaitu 55 kontrak dan 48 kontrak. Penyebaran terkait anime juga dilihat melalui jam tayang di rata-rata negara. Jam tayang ini juga digunakan untuk mengamati apakah anime dinikmati oleh anak-anak dan juga pemuda. Walaupun China sebagai negara yang memiliki kontrak terbanyak dengan industri anime Jepang, tetapi China tidak menjadi negara yang paling menggemari anime dan manga.Negara-negara penggemar anime dan manga justru berasal dari negara berkembang seperti Filipina, Indonesia, Peru, dan Malaysia.Negara-Negara maju justru mempelajari anime dan manga untuk dijadikan referensi dalam pengembangan industri mereka sendiri (Hiromichi, 2017: 4).Beberapa terdapat dua wilayah yang menjadi penggemar dari anime ataupun manga, yaitu Asia terutama Asia Tenggara dan wilayah Amerika Selatan.

Terdapat dua jadwal siaran yang menjadi perbandingan yaitu pada jam siang hari dan tengah malam. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2014 jam tayang siang hari menjadi favorit dari setiap negara, dimana pada saat itu titik tertinggi mencapai angka 77.326 jam per tahunnya yaitu pada tahun 2006 dan titik terendah dari jam tayang siang hari ada pada tahun 2016 yakni sekitar 50,775 jam per tahunnya. Berbeda dengan dua tahun terakhir yang menunjukkan bahwa tengah malam lebih disukai oleh para penikmat anime yaitu pada tahun 2015 dan 2016. Pada tahun 2015 jam tayang

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

73 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

tengah malam masuk pada angka 60,800 dan tahun 2016 semakin meningkat pada angka 65.030. Hal ini menunjukkan bahwa anime tidak hanya disukai oleh anak-anak melainkan orang dewasa juga melihatnya dengan dibuktikan bahwa jam tayang siang hari pernah disukai oleh masyarakat dan jam tayang juga menjadi disukai pada 2015 dan 2016. Penyebaran anime Jepang, juga dilakukan melalui penyebaran film.Pemutaran Jam tayang ini bisa menjadi tanda bahwa anime dan manga tidak hanya digemari oleh anak-anak saja dengan dikategorikan sebagai jam tayang pada siang hari, melainkan pemutaran jam tayang pada malam hari menandakan bahwa orang dewasa juga melihat dan menikmati anime tersebut. Dapat dilihat pada gambar diatas bagaimana perkembangan dari film anime Jepang yang sudah dikembangkan sejak tahun 2000 hingga tahun 2016.Pada tahun 2001 menjadi titik tertinggi dari perkembangan film anime Jepang, pada tahun tersebut “Sprited Away” menjadi tokoh utama dibalik meningkatnya antusiasme penikmat film anime Jepang di berbagai negara. Pasca 2001, perkembangan dari anime menjadi semakin menurun bahkan pada tahun 2003 menurun hingga angka 29.1%, setelah 2003 perkembangan film anime Jepang menjadi fluktuatif dan semakin terus berkembang. Pada tahun 2016 kemarin perkembangan dari produksi film anime berada pada angka 44,3%. Perkembangan dari anime ini semakin meluas ketika jaringan internet muncul pada era globaliasasi.Jaringan internet membantu menyebarkan anime-anime Jepang melalui website-website yang dapat diakses di setiap negara (Hiromichi, 2017: 2). Era globalisasi membuat penyebaran anime dan manga juga dibantu dengan adanya jaringan internet.Hal ini kemudian berkontribusi pada industri anime Jepang.Dimulai pada tahun 2002 pendapatan dari penyebaran anime dan manga melalui internet dimulai pada angka 0.2 milliar yen. Pada tahun 2002 hingga 2004 penyebaran anime dan manga melalui internet masih meningkat hanya sekitar 1,6 milliar yen. Pada tahun 2005

meningkat cukup pesat mencapai angka 4.1 milliar yen dan tahun 2005 menjadi awal untuk penyebaran melalui internet terus meningkat hingga pada data terakhir, yaitu tahun 2016 tercatat sudah mencapai 47,8 milliar yen (Hiromichi, 2017: 6)

Jepang sendiri memiliki tujuan dibalik adanya penyebaran budaya populer tersebut, Pemerintah Jepang berusaha menyebarkan budaya populer mereka sebagai salah satu upaya peningkatan soft power Jepang, selain itu terdapat satu hal positif dibalik penyebaran anime dan manga tersebut yaitu agar setiap negara memahami bagaimana karakteristik dari masyarakat Jepang, bagaimana kehidupan sehari-hari di Jepang dan bagaimana budaya masyarakat di Jepang. Mengetahui bahwa anime dan manga telah menjadi konsumsi masyarakat global, pemerintah Jepang menerapkan langkah yang telah diterapkan oleh pemerintah Jepang adalah dengan diadakannya “Japan International Manga Award”. Dengan diadakannya ”Japan International Manga Award” diharapkan bahwa penyebaran anime dan manga terus berlanjut dan berdampak positif terhadap pemerintah Jepang. Peran dari anime dan manga sebagai perkembangan ekonomi di Jepang memang menjadi salah satu alasan dibalik penyebaran budaya populer tersebut, tetapi beberapa aspek lain juga menjadi fokus utama pemerintah Jepang bagi penyebaran anime dan manga. Salah satunya adalah pertukaran budaya, dalam hal ini pemerintahan Jepang menerapkannya dalam diplomasi budaya dimana masyarakat menjadi tujuan dilakukannya diplomasi tersebut.

Pemerintahan Jepang mengharapkan diplomasi budaya memberikan dampak yang baik kepada negara serta masyarakat Jepang. Diplomasi Budaya Jepang berfokus pada diplomasi publik, yang pada akhirnya publik menjadi tujuan pada bagaimana produk dari budaya populer anime dan manga ini dapat diterima oleh masyarakat di negara tujuan.Hal ini

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 74

memberikan dampak yang berkelanjutan dimana ketika masyarakat mulai memahami bagaimana karakteristik masyarakat Jepang melalui penyebaran produk-produk anime dan manga ini. Dengan begitu masyarakat menyukai dan mengkonsumsi produk anime dan manga tersebut dan hal ini memiliki dampak positif lainnya pada aspek keuntungan perekonomian bagi Jepang. Kedua tujuan tersebut bisa menjadi beberapa alasan dibalik mengapa penyebaran anime dan manga dilakukan oleh pemerintah Jepang.

Kemudian masuk pada pemahaman terhadap efektifitas dari diplomasi budaya Jepang sebagai nation branding menggunakan studi kasus Indonesia. Pertama-tama penulis menjelaskan masuknya anime dan manga di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa pertama kalinya anime masuk ke dalam Indonesia pada tahun 1970an, walaupun pada saat itu hanya terdapat satu anime yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia, yaitu “Wanpaku Omukashi Kum-Kum”.Pada tahun 1980an mulai muncul adanya VCR player walaupun dalam bentuk beta dan anime yang masuk pertama kali adalah “Cyborg 009”.Pada saat itu anime pertama kali hadir dalam bentuk video kaset. Pertama kalinya beberapa anime masuk ke dalam Indonesia kebanyakan bergenre pertarungan antar robot atau menceritakan mengenai manusia robot (Anon, t.t) Seiring berjalannya waktu, anime mengalami perkembangan yang naik turun, dimana pada saat itu dikarenakan video kaset dalam format beta telah berakhir pada tahun 1986an. Pada saat itu produksi film Amerika serikat dan beberapa negara di Eropa telah mengalami perkembangan dan disukai oleh masyarakat Indonesia. Hal ini mengakibatkan anime dan manga perlahan-lahan mengalami kemunduran akibat kemunculan dari film-film Amerika Serikat di stasiun televisi di Indonesia (Anon, t.t) Pada tahun 1990 menjadi awal mula kedua bagi perkembangan anime dan manga untuk berkembang di Indonesia. Pada saat itu jam tayang yang diberikan kepada anime

Jepang memang tidak banyak, tetapi hal ini menjadi awal mula bagi anime Jepang untuk berkembang di Indonesia. Terdapat banyak anime yang disiarkan oleh stasiun televisi pada saat itu, seperti saint seiya, sailor moon, dragon ball, dan magic girls (Anon, t.t)

Memasuki tahun 2000an perkembangan anime menjadi pesat dimana selain penambahan jam tayang, jumlah anime yang disiarkan di stasiun televisi juga bertambah. Terdapat banyak anime yang disiarkan pada saat itu, seperti pokemon, crayon shincan, digimon, sailor moon, dan one piece (Anon, t.t) Walaupun memasuki era globalisasi ini, masyarakat Indonesia lebih menyukai melihat anime melalui internet dibanding melalui televisi. Memasuki tahun 2003 perkembangan anime dan manga di Indonesia telah berkembang pesat, dimana pada saat itu stasiun televisi nasional milik Indonesia banyak yang menayangkan adanya anime tersebut, seperti Surya Citra Televisi atau SCTV, Televisi Republik Indonesia atau TVRI, dan Rajawali Citra Televisi Indonesia. Dengan disiarkannya beberapa anime di stasiun televisi Indonesia, menandakan bahwa perkembangan anime di Indonesia dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan dari anime dan manga ini menjadi semakin berkembang ketika, anime mulai masuk pada industri film bioskop di Indonesia. anime yang menjadi film bioskop pertama di Indonesia adalah petualangan Doraemon dan teman-temannya di Negeri Mayana. Hal ini kemudian menjadi awal mula dimana banyak anime yang masuk ke dalam penyiaran bioskop di Indonesia (Anon, t.t).

Dalam upaya melihat ekspor yang berkelanjutan penulis melihat melalui bagaimana anime yang masih ditayangkan hingga saat ini. Pengertian terkait ekspor yang berkelanjutan dapat dipahami sebagai bagaimana anime ataupun manga masih terus dperjual belikan melalui sistem ekspor dagang antara Jepang dengan negara tujuan yang salah satunya adalah

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

75 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

Indonesia.ekspor yang berkelanjutan juga dapat dilihat melalui anime ataupun manga apa yang tetap ada hingga sekaran ini yaitu pada tahun 2018, jika tercatat anime atau manga tersebut tetap ada maka dikatakan bahwa ekspor yang terjadi tetap berlaku hingga saat ini. Kaitannya dengan Indonesia adalah peneliti dapat melihat bagaimana anime yang masih disiarkan hingga tahun 2017 terakhir sebagai tanda bahwa ekspor perdagangan anime tetap dilakukan antara Jepang dengan Indonesia.kemudian pada kaitannya manga juga dilihat pada bagaimana penjualan komik-komik Jepang yang masih berkelanjutan hingga sampai saat ini. kedua hal tersebut akan dijelaskan pada sub bab kali ini peneliti berusaha memberikan penjelasan terkait bagaimana ekspor yang berkelanjutan dapat dipahami melalui pengembangan anime dan manga di Indonesia.

Siaran anime di Indonesia memang membeludak ketika tahun 2000an, ketika itu hampir di setiap stasiun televisi memutar sedikitnya 5 anime dalam satu harinya dengan masing-masing berdurasi 30 menit, seperti SCTV, Indosiar, Lativi (sekarang menjadi TV One), Rcti, TV7 (sekarang trans 7), ANTV, Global TV, dan Trans TV. Beberapa anime yang diputar tersebut disukai oleh masyarakat Indonesia.Hal ini membuat stasiun televisi berfikir bahwa penayangan anime dapat meningkatkan minat masyarakat terutama anak-anak untuk melihat televisi dan hal ini diperlukan oleh stasiun televisi untuk popularitas mereka. Anime yang populer dalam penayangannya melalui siaran televisi di Indonesia. Hampir semua dari tabel diatas menjadi salah satu anime yang paling disukai oleh masyarakat. Hal ini terlihat ketika hingga mencapai tahun 2009an anime masih menjadi salah satu penayangan yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia. seperti Captain Tsubasa disiarkan pertama kali yaitu pada tahun 2002 dan langsung disukai oleh banyak masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan mengikuti kemunculan piala dunia tahun 2002 Captain Tsubasa

muncul dengan tema sepakbola dan olahraga yang paling digemari di Indonesia adalah olahraga sepakbola.Captain Tsubasa tercatat pernah tayang pada tahun 2002, 2006, 2010, 2011 dan 2014. Bahkan pada tahun 2018 saat ini Captain Tsubasa berencana diremake ulang dengan kualitas yang lebih bagus dan disiarkan di Indonesia melalui Global TV sebagai salah satu stasiun televisi Indonesia. Naruto adalah salah satu anime yang disukai oleh masyarakat Indonesia dan dalam hal ini penyiaran Naruto menjadi salah satu anime yang paling lama bertahan dalam siaran televisi di Indonesia.tercatat Naruto sudah tidak tayang sejak tahun 2017 di Stasiun Televisi, hal ini memang dikarenakan jalan ceritanya sudah tamat. Naruto sendiri pada awalnya ditayangkan di Global TV atau GTV.Penyiaran anime biasanya dilakukan pada hari minggu dan disiarkan pada waktu pagi hari hingga siang hari, tetapi tidak jarang anime disiarkan pada malam hari ataupun sore hari (Pemita, 2016).

Pada tahun 2018 saat ini, jumlah anime yang disiarkan semakin sedikit jumlahnya. Berdasarkan catatannya per minggu bahkan bisa menyiarkan lebih dari 30 hingga 40 anime di stasiun televisi yang berbeda, tetapi sekarang dalam jangka satu minggu hanya sekitar 10 anime per minggunya. Walaupun jumlah siaran televisi anime di Indonesia saat ini tidak sebanyak pada awal masuk yaitu tahun 2000an, tetapi antusiasme masyarakat masih tinggi dengan mengakses melalui jaringan internet.Terdapat beberapa anggapan terkait mengapa anime jarang tayang di Indonesia.hal ini dikarenakan salah satunya adalah alasan pembajakan film. Kasus pembajakan film seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia memang tetapi hampir di seluruh negara menganggap bahwa pembajakan film adalah sebuah hal yang kriminal. Dalam hal ini kemudian film-film anime tidak diuntungkan dan membuat perlahan-lahan menarik diri dalam peredaran film bioskop di Indonesia. Pada kasus per filman bioskop, anime juga dianggap

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 76

tidak lulus sensor oleh Komisi Perfilman Indonesia, walaupun di semua bioskop telah ada batasan umur dan menganjurkan setiap orang yang menonton mengikuti batasan umur yang ada. Kemudian terdapat anggapan bahwa anime yang bermunculan saat ini memiliki biaya lisensi yang cukup mahal, sehingga jumlah anime juga semakin berkurang mengingat harga lisensi yang cukup mahal dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Jika dilihat melalui stasiun televisi dapat diketahui bahwa stasiun televisi saat ini kecenderungannya adalah mengambil topik yang sama dalam sebuah acara, yaitu komedi. Berbeda dengan pada tahun 2000an ketika anime masih ditayangkan banyak di setiap stasiun televisi, mengingat yang diperlukan adalah rating bagi stasiun televisi saat ini, sehingga mereka berfikir bahwa anime tidak semuanya suka dengan hal tersebut, tetapi acara televisi yang bertajuk komedi pasti disukai oleh masyarakat dari setiap umur.

Dalam melihat bagaimana keberhasilan dari Jepang dalam upaya untuk mendapatkan nation branding terkait citra budaya di Indonesia, maka harus dilihat melalui perspektif masyarakat yang melihat anime dan manga.Peneliti akan mengamati bagaimana keberhasilan dari nation branding terkait citra budaya oleh Jepang di Indonesia. Maka dari itu peneliti telah melakukan survey mengenai respon masyarakat di Indonesia tentang anime dan manga, terkait masyarakat yang ada di Jepang, melalui penggambaran melalui karakter atau jalan cerita yang ada di anime dan manga. Para responden ini diberi beberapa pertanyaan yang nantinya digunakan untuk menjawab penelitian kali ini, 1) nama responden, 2) umur responden, 3) jenis kelamin, 4) apakah respon mengetahui tentang anime dan manga, 5) menurut para responden apa itu anime dan manga, 6) Anime atau manga apa yang pernah dibaca atau ditonton, sebutkan maksimal 3, 7) Menurut para responden, apakah penggambaran di anime dan manga

dapat menggambarkan kehidupan masyarakat di Jepang, 8) bagaimana persepsi para responden terkait masyarakat Jepang berdasarkan dari anime dan manga tersebut, 9) apakah yang responden ketahui terkait Jepang, selain anime dan manga, 10) selain dari anime dan manga, darimana para responden mengetahui gambaran masyarakat Jepang.

Pertama melihat dari umur responden, berdasarkan data yang didapatkan diambil rata-rata yaitu berumur 21 hingga 22 tahun. Dengan persentase jumlah responden yang berumur 21 dan 22 tahun adalah 20,6%. Jika dilihat pada tabel ini umur paling rendah adalah umur 14 tahun dan umur tertua adalah umur 40 tahun, dimana keduanya memiliki persentase 0,7%. Dengan melihat data diatas maka dapat dipahami bahwa rata-rata responden adalah orang yang lahir pada tahun 1999 hingga 1995. Hal ini tentunya sejalan ketika anime yang mulai masuk dalam pertelevisian Indonesia adalah sekitar tahun 2000an, yang artinya beberapa responden dapat dikatakan adalah penikmat anime ketika pertelevisian Indonesia mulai menyiarkan anime dalam jumlah yang banyak. Kedua, para responden yang telah mengisi survey rata-rata adalah perempuan dapat dilihat melalui persentasenya yang begitu tinggi, yaitu 52,9% dibandingkan dengan laki-laki sejumlah 47,1%. Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui bahwa walaupun anime ataupun manga adalah sesuatu yang ditujukan oleh kaum pria, hal ini terlihat pada alur cerita yang lebih suka bertarung, terlihat ketika beberapa pemimpin adalah kaum pria.Pada grafik diatas menunjukkan bahwa tidak hanya kaum pria yang menyukai adanya anime dan manga ini melainkan kaum perempuan juga menyukainya. Kemudian pertanyaan selanjutnya mengarah kepada apakah para responden mengetahui mengenai anime ataupun manga. Ketiga, Responden yang mengetahui mengenai anime dan manga sebesar 97,1% sedangkan responden yang tidak mengetahui terkait anime dan manga sebesar 2,9. Hal ini merupakan

EFEKTIFITAS DIPLOMASI BUDAYA

77 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018

sebuah nilai positif dalam melihat apakah efektifitas dari diplomasi budaya berhasil atau tidak, dikarenakan setidaknya sejumlah 97,1% mengetahui apa itu anime dan manga sedangkan sisanya tidak mengerti. Tetapi pemahaman akan anime dan manga saja tidak cukup menjadi tolak ukur apakah diplomasi budaya yang dilakukan adalah efektif atau tidak. Keempat adalah melihat anime atau manga yang disukai, yaitu enam terbesar yang menjadi favorit dari para responden, pertama, Naruto dengan jumlah 53 persen. Kedua, One Piece dengan 35 persen, ketiga Detective Conan 29 persen, keempat adalah Doraemon dengan 15 persen, kelima adalah Captain Tsubasa dengan jumlah suara yaitu 10 suara, dan keenam adalah Dragon Ball dan Crayon Shincan dengan 8 persen. Berdasarkan tabel diatas dapat dikaitkan pada sub bab sebelumnya dimana beberapa anime tersebut masih menjadi anime yang disiarkan di televisi maka dari itu beberapa anime tersebut masih bertahan hingga saat ini, seperti One Piece, Naruto, Captain Tsubasa dan Doraemon. Melalui anime atau manga favorit inilah responden nantinya dapat menggambarkan bagaimana karakteristik masyarakat Jepang.Dengan pemahaman terkait isi dari anime atau manga tersebut maka dapat diindikasikan bahwa nilai-nilai dari cerita tersebut dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia. responden setelah melihat atau membaca anime dan manga dan apa pendapat mereka terkait gambaran masyarakat yang ada di dalam penggambaran cerita tersebut. Peneliti memberikan 5 jawaban tertinggi, yaitu pada posisi pertama diisi dengan sekitar 35 responden menganggap bahwa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang pekerja keras, kedua adalah masyarakat Jepang dianggap menghargai nilai sopan santun dengan 20 suara, ketiga adalah menjunjung nilai budaya dengan 15 suara, para responden menganggap walaupun pada saat ini era globalisasi mengakibatkan segala aktivitas menjadi lebih modern tetapi masyarakat Jepang dianggap masih memperhatikan nilai-nilai budaya dari leluhur mereka. Keempat, adalah

masyarakat Jepang memiliki sifat yang disiplin dengan 13 suara yang dapat dilihat melalui penggambaran karakter mereka di beberapa anime, kelima adalah sifat hidup teratur dan taat akan adanya aturan dengan jumlah suara 9 suara. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya masyarakat Indonesia memahami bagaimana gambaran dari masyarakat Jepang melalui penggambaran karakteristik yang ada di anime dan manga.

Dengan melihat keterangan diatas dapat dilihat bahwa penerapan nation branding terkait citra budaya dari Jepang di dalam anime dan manga dapat dikatakan berhasil.Tabel diatas menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam melihat apakah praktik diplomasi budaya Jepang sebagai nation branding dapat dikatakan efektif atau tidak.Dalam hal ini indikator kedua adalah nilai-nilai yang dipahami dari kebudayaan tersebut.animedan manga sebagai pop culture telah berhasil membawa nilai-nilai dari kebudayaan masyarakat Jepang yang mana terlihat pada tabel diatas. Kemudian, anime dan manga juga menunjukkan bahwa negara Jepang berbeda dengan apa yang terjadi pada era Perang Dunia kedua dulu. Dalam hal ini penggambaran anime dan manga yang menarik dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk melihat lebih dalam masyarakat Jepang tidak hanya menggunakan perspektif era Perang Dunia kedua.Selain itu, peneliti juga melihat bahwa dengan menggunakan tabel diatas dapat dilihat bahwa gambaran masyarakat Jepang pada era Perang Dunia Kedua sudah hilang dan dalam hal ini anime dan manga memiliki andil dalam rekonstruksi identitas ini.

Dapat diambil kesimpulan dalam melihat efektifitas yang didapatkan oleh Jepang melalui praktik diplomasi budaya anime dan manga sebagai nation branding dapat dilihat melalui dua hal yaitu ekspor yang berkelanjutan dan nilai-nilai yang dapat dipahami. Penjelasan keduanya dipahami melalui bagaimana efektifitas dari diplomasi

Caraka wahyu erwindo

Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, mei 2018 78

kebudayaan.Ekspor yang berkelanjutan disini dipahami sebagai sebuah produk-produk yang diperjual belikan oleh Jepang sebagai bentuk budaya populer mereka.Produk-produk disini dipahami melalui film, komik, pakaian, videogame, merchandise. Hal tersebut yang menjadi beberapa indikator bagaimana melihat apakah diplomasi budaya tersebut dapat berjalan efektif. Peneliti dalam hal ini menggunakan indikator film Jepang yang menggunakan studi kasus di Indonesia. kemudian pada indikator kedua peneliti menggunakan penjelasan bahwa nilai yang dipahami adalah bagaimana nilai-nilai yang ada dalam anime atau manga tersebut dapat

dipahami oleh masyarakat di negara tujuan. Hal ini kemudian dapat dipahami melalui penggambaran karakter anime tersebut.nilai-nilai yang dipahami disini dapat menandakan bahwa bagaimana praktik diplomasi budaya tersebut disukai dan meresap hingga ke masyarakat di negara tujuan.Peneliti juga berusaha memahami terkait bagaimana identitas masyarakat dari Jepang terbentuk dari interpretasi masyarakat dalam melihat anime atau manga tersebut.Hasilnya adalah melalui survey tersebut masyarakat dinilai benar-benar diberikan gambaran terkait bagaimana karakteristik dari masyarakat Jepang.

Daftar Pustaka

[1] Anon. (t.t) Sejarah Singkat Anime dan Manga.

[2] Chakraborti, Tridib. (2016). Contemporary Relevance of Kautilya’s Mandala Theory and Diplomacy.(Online) dalam http://www.academia.edu/33923280/KAUTILYAs_Concept_of_Diplomacy Diakses pada tanggal 7 Mei 2018.

[3] Chon, Neil. (2007). Japanese Visual Languange The Structure of Manga. Publish by: Continuum Books in 2008.

[4] Dinnie, Keith. Nation Branding: CONCEPTS, ISSUES, PRACTICE. (2008). Elsevier ltd.

[5] Fan, Ying. (t.t)Branding The Nation: Towards a Better Understanding.Brunel Business School.

[6] Masuda, Hiromichi et.al. (2017)Anime Industry Report 2017. The Association of Japanese Animations

[7] Nakamura, Toshiya. (2009) Paburikku Dipuromashiito Anzenhoshouseisaku: Doitsuno Shiza [Public Diplomacy and Security Policy: the German Standpoint].

Nagasaki Kenritsu Daigaku Kokusaijouhougakubu Kenkyukiyou 10: 183-193.

[8] Norris, Craig (2008). Manga, Anime and Visual art culture.University of Tasmania.

[9] Pemita, Desika.(2016)Ini Anime yang Menemani Masa Kecil Anda. (Online)dalam https://www.liputan6.com/showbiz/read/2617123/ini-anime-yang-menemani-masa-kecil-anda (Diakses pada tanggal 1 Juni 2018).

[10] Sieg, Linda. (2008) Japan Finds films by early “anime” pioneers.The Tompson Reuters Trust Principles.(Online) dalam https://www.reuters.com/article/us-japan-anime-pioneers/japan-finds-films-by-early-anime-pioneers-idUST23069120080327(diakses pada tanggal 20 Februari 2018)

[11] Sullivan, Jeremy. (2005). AnIme: The Cultural Signification of The Otaku. Mcmaster University

[12] Yasuo, Yamaguchi. (2013)The Evolution of Japanese Anime Industry. (2013) (Online) dalamhttps://www.nippon.com/en/features/h00043/ (Diakses pada tanggal 10 April 2018).