eka 1

Upload: maria-eka

Post on 06-Jul-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

J. Agrivigor 7(3): 263-271, Mei-Agrrstfrs 2008; ISSN 1412-2286

PENAMPILAN FENOTIPII< DAN DAYA HASIL TANAMAN UBI JALAR LOKAL SULAWESI SELATANPhenotypic appearance and yield potential of local sweet potato at South Sulawesi A n d i Rusdayani A m i n , Syahianfy A. Syaiful d a n Syahrul Mubaraq Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar J1. P.Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Telp 0411(587064) ABSTRACT This research aimed to obtain a certain local sweet potato with better phenotypic appearance and yield potential to be recommended as a promising clone. An experiment was carried out at Experimental Farm of Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, from May 2006 to May 2007. It was arranged in a randomized complete block design, with experiment materials consisting of nine local clones and Cilembu variety as comparison. Experiment results indicated that there were seven (U2, U3, U4, U5, U66 and U9) out of nine clones having higher yield potential than Cilembu, with clone U5 had highest potential. These seven clones were potential to be developed as promising clones. Keywords: phenotypic appearance, yield potential, local sweet potato

PENDAHULUAN Ubt jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubijalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin Bl), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubijalar di antaranya adalah zat' besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Jumlah kandungan beta karoten dalam 100 g ubi jalar: Ubi jalar putih, mengandung 260 mkg (869 SI), ubi jalar ungu, mengandung 9000 mkg (32.967 SI), dan ubi jalar kuning keorangean, mengandung 2.900 nlkg (9.657 SI). S e m a k i kuat intensitas warna ubi jalar, makin hesar pula kandungan beta karotemya. Kelebihan lain ubi jalar juga mengandung antioksida yang kuat untuk menetralisir keganasan radikal bebas, penyebab penuaan dini d m pencetus aneka penyakit de-

generatif seperti kanker dan jantung. Saat ini perkembangan ubi jaIar d i Indonesia belum menggembiraka dan produksinya cenderung mengalami pasang sumt. Produktivitas tanaman ubi jalar di SUlawesi Selatan tahun 2004 mencapai 11,O ton ha-1 dengan produksi 76,496 ton dari luas panen 6.906 hektar, mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2003 dengan produktivitas 10,7 ton ha-1 dengan produksi 61.780 ton dari luas panen 5.748 ha (Anonim, 2005). Rendahnya produkivitas ubijalar di Indonesia, penyebabnya antara lain adalah petani umumnya menggunakan bibit setek yang diambil dari tunas persemaian umbi, kesulitan dalam mendapatkan bibit varietas unggul, input yang diberikan pada pertanaman rendah, gangguan hama boleng dan penyakit kudis serta adanya

Penampilan fenotipik dan daya haSil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

hambatan non biologis seperti kekeringan dan naungan. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki produktivitas yang rendah di antaranya melalui penggunaan bibit varietas unggul, perbaikan teknik budidaya, dan penerapan pola tanam yang tepat. Peluang meningkatkan produksi dan produktivitas ubijalar masih cukup besar dengan tersedianya klon-klon unggul harapan yang berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru. Varietasvarietas ubijalar unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan menguntungkan untuk dibudidayakan, antara lain Cengkuang, Sewu, Ciembu, Muara Takus dan (Anonim, 2001 ). Tanaman ubijalar telah banyak dibudidayakan secara intensif oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual di pasaran. Namun belurn banyak diketahui jenis ubijalar yang ada di Sulawesi Selatan yang baik untuk dikembangkan. Selama ini masyarakat ma& menggunakan jenis-je~s lokal yang telah lama dibudidayakan secara turun temunm di daerahnya. Petani tidak menggunakan varietas unggul karena sulitnya diperoleh. Pemuliaan tanaman meliputi tiga fase kegiatan yaitu: a) menciptakan variabilitas genetik tanaman; b) seleksi genetik yang mempunyai gen-gen pengendali karakter yang diinginkan dan ;c). melepas kultivar terbaik untuk produksi yang diinginkan (Frey, 1983 dalam Wahyuni et al. 2004). Selanjutnya menyatakan bahwa karakter pertumbuhan yang menyokong proses fisiologis yang efektif pada ubujilar adalah banyak, tegak, tipe tajuk kmpak dan mempunyai sulur yang pendek; dan kompenen hasil yang penting adalah jumlah umbi pertanaman serta panjang dan diameter umbi.

Hasil penelitian N m a h i d a h (2005) menemukan ada sekitar 15 plasma nutfah ubi jalar di kabupaten Sinjai dengan nilai produksi 9.689 ton ha-l . Hasil penelitian lain menemukan banyaknya jenis ubi jalar yang ditemukan di Emekang yang potensial untuk dikembangkan, meskipun diketahui Sulawesi Selatan dapat dijadikan sebagai daerah pengembangm komoditas ubi jalar karena didukung kondisi lingkungan yang sesuai untuk partumbuhannya. Penelitian mengenai tanaman ubi jalar telah banyak dilakukan mulai dari inventarisasi sampai korelasi antar karakter, namun penelitian tersebut belum melihat potensi daya hasil tanaman ubi jalar Eberhant dan Russel, 1966 dalam Marcia dan Takdir (2000), mengemukaka bahwa genotip unggul biasanya didasarkan pada penampilan fenotipik. Genotipik yang dapat mempertahankan tingkat penampilan yang tinggi pada lingkungan yang luas umumnya merupakan genotip yang dikehendaki oleh suatu program pemuliaan. Pembentukan varietas unggul ubi jalar dilakukan melalui seleksi dan pengujian kemantapan sifat-sifat unggul yang dimiliki. Bahan yang diseleksi diperoleh dari varietas lokal, iniroduksi dari luar negeri, dan h a d pessilangan para peneliti. Persyaratan pokok varietas unggul ubi jalar menurut kelompok peneliti sebagai berikut; 1) potensi hasil tinggi (20 30 ton ha-l), 2) kadar pati tinggi ( 2 0 %), 3) kadar karotein tinggi (di atas 5 mg 100g-1 bahan), 4) rasa daging umbi enak dan manis (untuk konsumsi langsung), 5) tahan terhadap hama dan penyakit utama, 6) umur panen sekitar 90 hari untuk dataran rendah, 120 - 150 hari untuk dataran medium, dan 180 hari untuk dataran

Andi Rusdayani Amin, Syatrianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq

tinggi dan 7) bentuk umbi baik dan mudah dipanen. Banyaknya jenis ubijalar lokal yang terdapat di Sulawesi Selatan maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis tanaman ubijalar Sulawesi Selatan dan mendapatkan jenis ubi jalar yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai klon unggul harapan. Penelitian bertujuan untuk menemukan jenis ubijalar lokal dengan penampilan fenotifik dan daya hasil tinggi yang dapat dijadikan sebagai klon harapan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan dalam upaya peningkatan produksi ubijalar lokal yang memiliii potensi sebagai kIon harapan. Selain itu diharapkan dapat mendorong peningkatan dan pengembangan ubi jalar sebagai salah satu komoditas pangan alternatif.

2. U2 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi kuning tua) 3. U3 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi kuning muda) 4. U4 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi putih) 5. U5 (kulit umbi merah dan daging umbi jingga) 6. U6 kulit umbi merah muda dan daging umbi kuning) 7. U7 (kulit umbi merah muda dan daging umbi putih bulat) 8. U8 (kulit umbi merah muda dan daging umbi putih lonjong) 9. U9 (kulit umbi putih dan daging umbi putih) 10. U10 (varietas Cilembu sebagai pembanding) Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 petak. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODEPenelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar, yang berlangsung mulai Mei 2006 sampai Mei 2007. Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit ubi jalar asal Sulawesi Selatan yang berasal~dari kota Maros, Sungguminasa dan Makassar diambil berdasarkan warna kulit dan daging umbi dan varietas Cilembu Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, sekop, ember, gunting, meteran, mistar geser, tirnbangan dan alat tulismenulis. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan lapang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 10 jenis ubijalar sebagai perlakuan, yaitu: 1. U (kulit umbi ungu d m daging l umbi ungu kuning)

Bibit diperoleh dari pasar-pasar tradisional yang telah memasarkan hasil; panen ubi jalar dari masing-masing daerah. Ubi tersebut ditanam pada lahan khusus penunasan. Setelah ubi bertunas dan berumur 2 bulan atau lebih segera dilakukan pernotongan bahan tanaman untuk dijadikan bibit. Lahan digemburkan dan diratakan dengan menggunakan cangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran 3 m x 2 m sebanyak 30 bedengan. Jarak antar bedengan 50 cm, sedangkan jarak antar kelompok adalah 100 cm. Setelah itu dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang sapi. Bibit yang digunakan adalah setek pucuk yang berasal dari umbi. Panjang set& antara 25 - 30 cm. Penanaman dilakukan dengan menanam bibit ubi jalar ke dalam tanah sedalam % - 2/3 bagian,

Penampilan fenotipik dan daya hasil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

kemuciian dipadatkan tanah dekat pangkal setek dengan jarak tanam 75 cm x 30 cm. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan dosis pupuk yaitu 60 g pet@ urea, 30 g petak-1 SP-36 dan 30 g petak-1 KCl. Pemupukan dilakukan satu minggu setelah tanam (MST). Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyulaman jika ada tanaman yang mati, penyiraman, pembumbunan tanah, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari terutama pada awal pertumbuhan. Pengamatan menggunakan delapan tanaman sampel. Komponen yang diamati dan diukur adalah : 1. Panjang sulur (cm), diukur dari pangkal hingga titik tumbuh pada saat Panen 2. Jumlah cabang, dihitung pada saat Panen 3. Jumlah d a m (helai), dihitung semua d a m yang terbentuk selama pertumbuhan 4. Panjang umbi (cm), tiap umbi yang terbentuk diukur pada saat panen mulai dari pangkal sampai ujung umbi 5. Diameter umbi (cm), tiap umbi yang . terbentuk diukur pada saat panen 6. Bobot per umbi (g), ditimbang pada saat panen 7. Bobot wnbi per tanaman (g), ditimbang pada saat panen 8. Bobot wnbi per petak (g), itimbang pada saat panen 9. Jumlah umbi (buah), dihitung mpel pada saat panen. 10. Umur panen (hari), dihitung dari awal penanaman hingga panen

HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1 menunjukkan bahwa varietas Cilembu menghasilkan jurnlah cabang terbanyak,jdah d a m terbanyak dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan tanaman ubi jalar lokal yang dicobakan. Namun demikian dari pengamatan komponen hasil terlihat bahwa tanaman ubijalar lokal menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tanaman U5 menunjukkan hasil yang terbaik dibandingkan dengan semua jenis tanaman yang diuji. Tanaman U5 adalah tanaman yang dengan umur panen yang tercepat. Jenis ubijalar lokal yang dicobakan juga memperlihatkan hasil yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh genotip masing-masing jenis. Pada Tabel 2 terlihat adanya korelasi sangat nyata antara parameter pertumbuhan dan hasil tanaman ubijalar yang diuji. Terlihat jumlah cabang tanaman berkorelasi sangat nyata dengan jumlah d a m seperti terlihat pada varietas Cilembu. Hal lain terlihat bahwa diameter umbi berkorelasi sangat nyata dengan bobot umbi. Tamp& bahwa jenis U1 mempunyai diameter wnbi d m bobot umbi terkecil. Rekapitulasi hasil pengamatan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis ubi jalar lokal yang diamati memperlihatkan tingkat kesamaan yang tinggi bila dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tingkat kesamaan umur panen dan umbi menunjukkan kisaran 66 - 100 %. Meskipun pada hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa bagian vegetatif varietas Cilembu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ubi jalar lokal.

Tabel 1.Pertumbuhan dan hasil Hon-Hon lokal d a n varietas pembmding Cilembu Panjang sulur Jumlah @ a % p Daun umbi (helai) (an) 49.17 bcd 45.46 cd 39.34 de 44.17 cde 35.17 e 48.75 bcd 56.17 b 46.63 bcd 51.63 bc 115.96 a 14.29 16.9 17.05 17.61 15.15 17.86 13.73 16.32 19.17 16.26 Diameter umbi (cm) 4.64 c 5.37 abc 5.04 bc 5.15 bc 5.07 bc 6.49 abc 7.10 a 6.68 ab 5.30 abc 6.09 abc Bobot perumbi (g) 77.08 a 135.13 cd 99.37 de 128.68 cd 94.70 de 191.11 a 153.96 abc 187.15ab 138.34bcd 162.5abc umbi pertanam an (g) 152.50 d 332.50 ab 253.75 bcd 288.96 abc 369.58 a 399.58 a 214.17 cd 355.00 ab 182.92 cd 207.92 cd Jumlah umbi @uah) 2.05 bcd 2.63 b 2.59 b 2.42 b 3.88 a 2.17 bc 1.50cd 2.04 bcd 1.46 cd 1.29 e Umur panen (haii) 132.00 b 120.00 bc 120.00 bc 124.00 bc 106.00 c 124.00 bc 124.00 bc 132.00 b 124.00 bc 278.00 a Bobotumbi per hektar (ton) 3.51 cde 8.22 b 7.19 bcd

Perlakum U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10

(459.8 b 79.94 b 61.41 b 68.64 b 80.00 b 85.06 b 76.22 b 53.85 b 65.67 b 38.32 a

Judah Cabang3.96 b 4.17 b 3.84 bc 4.21 b 3.09 d 3.55 c 3.88 bc 4.09 b 4.17 b 7.08 a

6.61bcd11.58 a 7.77 bc 5.09 cd 7.58 bcd 4.49 cd 4.94 e

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyatabpada t a d uji JBD a = 0.01

Penampilan fenotipik dan daya ha&l Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

Tabel 2. Matriks korelasi karakter tanaman Parameter Jdah Cabang panjang UmbiDiameter Umbi

Cabang1

Jumlah Panjang Diameter Bobot Per Umbi Umbi Umbi

tanaman

per IJrnbi per Sulur

pet&

Panjang Jumlah Jumlah Umur Daun Umbi Panen

0071 .63" 016' .50. 0261 .75" -0.4004" -.64" 0151 0.3014m 1 0.8537'"1

Umbi

perUmbi

per tanamanUmbi per petak

0.2042" 0 2 8 ' .48"

0371 .97" -.17" 000' -0.01071"

1 0.85900.8590" 1 1.0000-

-0.45271" 0 0 3 1 -0.04701" .44" -0.45P 003' .44" -.40. 0071

per ha

Umbi

Jumlah Dam Jumlah Umbi

0.9558"

-.51n 0301 0081 .09n

031' .48" -.77" 0481

-0.38591" -0.4483'" 0.9470064' .01" 0.8646-

1 1

-0.59511" - . 9 6 " -0.46621" 009'

-0.3628'"0,6268,.

Keterangan:

** = sangat nyata r(0,05)(8) = 0,632

t = tidak nyata n r(0,01)(8) = 0,765

Pembahasan H a d penelitian menunjukkan bahwa varietas Cilembu memiliki panjang sulur lebih panjang, jumlah cabang dan jumlah d a m yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman ubi jalar lokal yang dicobakan.Masing-masing klon dari hasil perbanyakan secara vegetatif memberikan informasi genetik dari sifat pewarisan keturunan dan penampakan fenotipe yang akan muncul kelika jaringan organisme mengalami perkembangan dan sifat itu berasal dari induknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Crowder (1993), bahwa bahan-bahan keturunan

mempunyai dua kemampuan yaitu duplikasi mandiri dan mengatur fenotipe. Mormasi genetik yang sama timbul dalam semua sel dari tubuh organisme. Sampai saat tertentu, sel dari organisme multiselluler adalah totipotensi yaitu mampu membentuk replika yang lengkap dan identik. Hal ini menunjukkan bahwa jenis lokal yang dicobakan pada urnurnnya memiliki panjang sulur yang lebih pendek, jumlah cabang dan jumlah d a m yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas Cilembu karena dipengaruhi oleh sifat genetik yang terbawa dalam bahan perbanyakan.

Andi Rusdayani Amin, Syatrianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq H a d pengamatan pada komponen hasil bahwa tanaman ubijalar lokal ratarata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tanaman U5 menunjukkan hasil yang terbaik dibandingkan dengan semua jenis tanaman yang diuji. Tanaman U5 adalah tanaman yang mempunyai umur panen yang tercepat. Hal ini disebabkan karena kemampuan klon-klon ini untuk menampung hasil assirnilasi di daerah perakaran sangat baik yang mampu meningkatkan pembesaran diameter akar. Sel-sel yang membentuk organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh pengaturan gengen yang berinteraksi dalam pertumbuhan organisme. Interaksi antar gen dan gen serta lingkungan mampu mengatur urutan perkembangan sel-sel tanaman. Interaksi dari gen-gen yang mengatur pembentukan hasil fotosintesis di d a m dan penyimpan hasil assimilasi di bagian akar, serta pertumbuhan akar yang baik dengan keadaan lingkungan yang mendukung seperti keadaan tanah yang baik mampu meningkatkan volume akar untuk pembentukan umbi. Sesuai pendapat Crowder (1993), bahwa pengaturan gengen mengakibatkan perkembangan yang teratur dan berurutan atau modifikasi dalam pertumbuhan organisme. Setiap tanaman memiliki kapasitas produksi yang khas secara fisiologis yang ditentukan oleh energi hara, air dan sumbersumber alami lain yang diperlukan suatu tanaman untuk dapat berproduksi namun setiap genotipe tidak mempunyai kapasitas fisiologis yang sama untuk menghasilkan. Selain itu parameter h a i l yang diperoleh berbeda-beda menunjukkan. bahwa karakter fenotipe tiap klon tanaman memiliki kemampuan yang berbeda n dalam aktivitas metabolismenya. Hal i i sesuai dengan yang dikemukakan oleh Welsh (1991), bahwa beberapa potensi hasil yang meningkat disebabkan karena adanya karakteristik fenotipe satu tanaman yang dapat memaksimalkan tingkat penggunaan pemupukan dan irigasi yang tinggi. Peningkatan tersebut disebabkan adanya informasi genetik yang mengarah pada potensi panen yang lebih besar dengan memperbaiki komponen-komponen hasil. Jumlah umbi yang terbentuk ditentukan oleh banyaknya akar sekunder yang mengalami pembesaran. Semakin banyak umbi yang terbentuk maka akan semakin mempengaruhi ukuran umbinya karena tejadi perebutan penimbunan hasil fotosintat di daerah perakaran. Selain itu klon U5 juga memiliki tipe d a m yang jumlahnya sedikit, lebar dan sedikit percabangan, hal ini yang menyebabkan optima& sasi hasil fotosintesis kedaerah perakaran cukup baik untuk pembentukan umbi. Jenis-jenis lokal lainnya juga memiliki rata-rata jumlah umbi yang lebih banyak dibandingkan varietas Cilembu. Varietas Cilembu memiliki jumlah umbi yang paling sedikit karena lebatnya pertumbuhan batang dan d a m mengakibatkan kegiatan metabolisme sel dan respirasi tinggi sehingga sebagian besar hasil fotosintesis akan digunakan untuk pertumbuhan batang dan d a m sedangkan yang digunakan untuk penimbunan fotosintat untuk cadangan makanan sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wargiono ddam Joharnas (1999), bahwa pertumbuhan batang yang berlebihan akan menyebabkan hasil umbi yang rendah. Bobot per umbi tanaman ubi jalar lokal tergolong kecil karena beratnya kurang dari 200 g menurut klasifikas, ukuran umbi di Inggris, Belanda dan Kanada. Namun demikian, bobot umbit

Penampilan fenotipik dan daya hasil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan Rekapitulasi hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ubijalar lokal yang diamati memperlihatkan tingkat kesamaan yang tinggi bila dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tingkat kesamaan umur panen dan umbi menunjukkan kisaran 66 - 100 %. Meskipun pada hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa bagian vegetatif varietas Cilembu lebih tinggi dibandhg dengan jenis ubijalar lokal. Menurut Gardner et al. (1991), sepanjang masa perturnbuhan vegetatif akar, d a m dan batang merupakan daerah pemanfaatan yang kompetitif dalam hasil assimilasi. Proporsi hasil asimilasi di bagian ketiga organ ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Adanya korelasi yang sangat nyata antara jumla cabang dengan jumlah daun disebabkan karena pada tanaman ubi jalar, daun muncul pada setiap cabang s h g g a semakin banyakcabang semakin banyak daunnya. Namun, pada komponen has3 panjang umbi berkorelasi negatif dengan jumlah umbi yang berarti jenis ubi jalar yang ukuran umbinya panjang cenderung n i menghasilkan jumlah umbi sedikit dan i sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al. (2004) pada 52 genotipe ubi jalar.

tersebut relatif masih lebih besar dibandingkan dengan belasan plasma nutfah ubi jalar koleksi dari beberapa daerah yang dievaluasi di Pacet Jawa Barat (Sutoro dan Minantyorini, 2003). Matriks korelasi beberapa karakter menunjukkan bahwa sebagian karakter yang diamati berkorelasi sangat nyata satu sama lain. Panjang sulur berkorelasi positif sangat nyata terhadap jumlah .. cabang jumlah d a m dengan jumlah cabang jumlah d a m dengan panjang sulur bobot per umbi deligan diameter umbi bobot umbi per petak .dengan bobot umbi per tanaman, dan jumlah umbi dengan bobot umbi per petak. Korelasi positif sangat nyata ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suatu karakter maka akan semakin tinggi pula nilai karakter yang berkorelasi positif dengannya. Menurut Falconer dalam Ruchjaningsih, Astanto dan Moedjiono (2000), korelasi positif terjadi bila gen-gen yang mengendalikan dua karakter yang berkorelasi meningkatkan keduanya. Jumlah cabang berkorelasi positif sangat nyata dengan panjang sulur, ini menunjukkan bahwa semakin panjang sulur tanaman yang tumbuh akan meningkatkan pula jumlah cabang yang terbentuk. Sifat genetik yang mengendalikan karakter panjang sulur dan jumlah cabang d i n g sinergi. Beberapa karakter atau peubah menunjukkan korelasi yang tidak nyata terhadap h a d seperti panjang umbi. h i bukan berarti bahwa karakter ini tidak mempunyai yengaruh terhadap hasil tetapi mungk& saja melalui karakter lain. Menurut Falconer dalam Basir (1998), karakter-karakter lain yang berkontribusi tidak nyata bukan berarti bahwa karakterkarakter tersebut tidak berperan tetapi secara tidak langsung dengan melalui karakter lain dapat mempengaruhi h a d .

KESIMPULANUbijalar lokal (U2,U3,U4,U5,Ub,U8, dan U9) memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Cilembu Jenis U5 memiliki potensi hasil yang tertinggi yaitu sebesar 11.58 ton ha-'.

Andi Rusdayani Amin, Syahianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2001. Desripsi Varietas Unggul Ubijalar. Balitkabi Malang. Jawa Tiur. . 2005. Sulawesi Selatan dalam Angka 2004. Biro Pusat Statistik, Makassar. Basir, M. 1998. Penelitian Beberapa Sifat Agronomi dalam Usaha Memperbaiki Seleksi Kedelai (Glycine mux L.) di Indonesia. Agrikam 3(3): 125-136, Crowder, L.V. 1993. Plant Genetic Genetika Tumbuhan Tejemahan Kusdiarti, L., Sutarso (ed.). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchel. 1991. Plant Physiology of Crops. Fisiologi Tanaman Budidaya. (Tejemahan Herawati Susilo). UNversitas Indonesia Press, Jakarta. Joharnas. 1999. Penampilan 13 Genotipe Ubi Jalar di Sumanik, Sumatera Barat. Pemuliaan Indonesia lO(2) : 66-71.

.

Marcia, B. P., dan M. Takdir. 2000. Penampilan Fenotipik d m Hasil Beberapa Karakter Penting 10 jagung Hibrida Harapan berumur Genjah. Zuriat (1): 27-32. Nurwahida, A. 2005. Identifikasi karakter Morfologi Plasma Nutfah Ubi jalar di Kabupaten Sinjai. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UNversitas Hasanuddin. Makassar. Sutoro dan Minantyorini. 2003. Karakterisasi Ukuran dan Bentuk Umbi Plasma Nutfah Ubijalar. Buletin Plasma NutFah 9(2): 1-5 Ruchjaningsih, Astanto dan Moedjiono. 2000. Penampilan Fenotipik dan Beberapa Parameter Genetik Delapan Kultivar Kacang Tanah pada Lahan Sawah. Zuriat (1): 8-14. Wahyuni, T. S., Ridwan S., Nani Hermiwati dan K.H. Hendroatmojo. 2004. Variabilitas Genetik, Heritabilitas dan Hubungan antara Hasil Umbi dengan Beberapa karakter Kuantitatif 52 genotip Ubijalar di Malang. Zuriat 15(2): 107-117.