mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel_ilmiah eva... · web...

22
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL ILMIAH Oleh Nama : Eva Kartika NPM : 4011072 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd. 2. Idul Adha, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Eva Kartika 1 , Sukasno 2 , Idul Adha 3 .

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ARTIKEL ILMIAH

Oleh

Nama : Eva Kartika

NPM : 4011072

Prodi : Pendidikan Matematika

Dosen Pembimbing : 1. Sukasno, M.Pd.

2. Idul Adha, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2016

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 2: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh: Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

ABSTRACT

This thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh Grade Students of SMP Negeri 6 Lubuklinggau in academic year 2015/2016. The research problems, whether learning outcomes math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly due ?. The purpose of research, the results of students' mathematics learning class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly due .. The method used in the study was a quasi-experimental comparison classless. The population is all students of class VII SMP 6 Lubuklinggau Academic Year 2015/2016. Sampling was conducted by random sampling study for every class has the ability and opportunity are relatively similar, and was selected as the sample is VII.6 class as a class experiment. The data collection was done by using the form of essay test consisting of six questions. The collected data was then analyzed using t-test. Based on the results of research and discussion obtained by the average value of the math test late at 82.76 with the percentage of students who completed study by 85.29%. This is supported by the results of the analysis obtained t thitung hypothesis testing (5315)> t table (1.703) so the hypothesis is proven that the results of learning math class VII SMP 6 Lubuklinggau after applied learning model Jigsaw significantly incomplete.

Keywords: Application, Learning Outcomes, Jigsaw

A. Pendahuluan

Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses

pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju

pada keadaan yang lebih baik. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dari

ketercapaian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan yang

dimaksud dapat diamati dari dua sisi yaitu dari tingkat pemahaman dan penguasaan

materi yang diberikan oleh guru (Sudjana, 2001:36). Salah satu upaya untuk

meningkatkan keberhasilan belajar siswa, yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran yang efektif di mana siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang

harus dilakukan. Rusman (2008:13) “Model pembelajaran didefinisikan sebagai

cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan”.

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 3: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

Menurut Sudjana (2001:37) "Pembelajaran merupakan hasil sinergi dari

tiga komponen pembelajaran utama yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas

pembelajaran". Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar atau pembelajaran.

Sedangkan menurut Djamarah (2010:107) ”Interaksi antara guru dengan siswa serta

siswa dengan siswa ini tidak akan terjadi bila guru belum mampu menciptakan iklim

pembelajaran yang kreatif dalam menciptakan siswa aktif dalam kegiatan belajar

mengajar”.

Berdasarkan observasi peneliti melalui wawancara dengan salah satu guru

matematika SMP Negeri 6 Lubuklinggau pada tanggal 9 Maret 2015 diperoleh

informasi bahwa hasil ulangan harian mata pelajaran matematika masih

menunjukkan nilai yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal ini dapat

dilihat nilai rata-rata siswa yang masih di bawah tingkat KKM yang ditetapkan

sebesar 75. KKM adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai

ketuntasan. KKM ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan

berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan.

Menurut Khabibah (2006:2) “Dalam kegiatan pembelajaran siswa akan

belajar dengan baik jika diberi kesempatan untuk berperan serta dalam menemukan

ide atau gagasan dengan berbagai macam aktivitas. Untuk menciptakan kondisi ini

guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses kegiatan

belajar mengajar”. Hal ini dapat terwujud jika di dalam ruang kelas terdapat

kebebasan dalam pengungkapan ide atau gagasan. Cara yang ditempuh untuk

mewujudkannya adalah dengan penerapan model pembelajaran kolaboratif yang

disertai dengan metode pembelajaran kooperatif.

Lie (2008:69) mengatakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif yaitu

metode pembelajaran yang didasarkan pada kebersamaan melalui proses gotong

royong ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi

pelajaran”. Salah satu model pembelajaran yang dibangun dengan prinsip kooperatif

adalah model pembelajaran Jigsaw. Masih menurut Lie (2008:73) mengatakan

bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar

kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat

sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling

ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dengan model

pembelajaran Jigsaw siswa dituntut lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 4: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

berpikir. Di samping itu, Jigsaw juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berionteraksi dengan siswa yang

menjadikan aktif dalam kelas.

Penggunaan model pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa secara optimal khususnya pada kelas VII SMP Negeri 6

Lubuklinggau tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, diharapkan dapat melatih siswa

dalam berinteraksi dan saling memberikan informasi materi pelajaran sehingga

terjalin komunikasi yang baik antar siswa dengan siswa lainnya dan antar siwa

dengan guru serta suasana belajar akan lebih menyenangkan yang akan berimplikasi

ke hasil belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah

1. Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau

setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas?

2. Bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran Jigsaw?

B. Landasan Teori

Menurut Tarigan (2005:62) “Efektivitas adalah keberhasilan mulai

berlakunya (tentang peraturan) hal yang ditimbulkan, hal yang mempengaruhi yang

mendapat membuat hasil lebih baik”. Menurut Anwar (2003:129) "Efektivitas yaitu

ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil

guna (tentang usaha, tindakan), hal mulai berlakunya tentang peraturan". Sedangkan

menurut Luthans (dalam Tarigan, 2005:61) Efektivitas merupakan gambaran tingkat

keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan

adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Eggen dan Kauchak yang dikutip oleh Trianto (2007:96) menjelaskan

bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika siswa secara aktif terlibat dalam

pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya

menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil pembelajaran ini tidak hanya

menghasilkan peningkatan pengetahuan (isi) tetapi juga meningkatkan keterampilan

berpikir.

Menurut Nurhadi (2007:112) pengajaran kooperatif (cooperative learning)

adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 5: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar

dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan,

sebagai latihan hidup di masyarakat.

Menurut Lie (2008:73), bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok

kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa

bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Sedangkan menurut Rusman (2008:203) Dalam model pembelajaran jigsaw siswa

memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah

imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii,

anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan

ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada

kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw adalah model belajar kooperatif dengan

cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan

enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif

dan bertanggung jawab secara mandiri.

Berdasarkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang

b. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.

c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan

menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan

semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling

membantu untuk menguasai topik tersebut.

f. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok

masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.

g. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi

h. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada

persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 6: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

i. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang

telah didiskusikan

j. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan. Menurut Abidin (2014:256) kelebihan dan kelemahan dalam

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berlatih

komunikasib. Adanya interaksi social yang baik dalam kelompokc. Membuat siswa lebih aktif dan kreatifd. Dengan adanya penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai

prestasi yang baik.Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw1) Diperlukan kesadaran siswa untuk memaksimalkan kinerjanya2) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang dalam

pembuatan bahan ajarMembutuhkan biaya yang cukup besar.

Abidin (2014:256) menyatakan terdapat beberapa kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran Think Pair Share. Kelebihan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw yaitu: (a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan berlatih komunikasi, (b) Adanya interaksi sosial yang baik dalam

kelompok, (c) Membuat siswa lebih aktif dan kreatif, (d) Dengan adanya

penghargaan yang diberikan pada kelompok mencapai prestasi yang baik.

Disamping kelebihan dari pembelajaran Jigsaw ada juga Kelemahannya,

menurut Abidin (2014:256) yaitu: (a) Diperlukan kesadaran siswa untuk

memaksimalkan kinerjanya, (b) Memerlukan waktu yang cukup lama dan persiapan

yang matang dalam pembuatan bahan ajar, (c) Membutuhkan biaya yang cukup

besar.

C. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu.

Eksperimen semu adalah eksperimen yang hanya menggunakan satu kelas tanpa

kelas pembanding. Adapun desain eksperimen yang digunakan berbentuk desain

eksperimen semu kategori pre-test and post-test group. Adapun desain ekpesimen

semu menurut Arikunto (2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut :

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 7: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pre-test

X : Penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam kelas

O2 : Post-test

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6

Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang terdiri dari 6 kelas dan berjumlah

200 siswa dan sebagai sampel kelas VII.6 dengan jumlah 34 siswa yang diberi

perlakuan pembelajaran matematika dengan model Jigsaw yang dipilih secara acak

(random). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik tes, observasi dan angket. Dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk

memperoleh dan mengukur data tentang hasil belajar matematika siswa pada kelas

eksperimen. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian,

Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung. Adapun observasi ini dilakukan saat pelaksanaan model

pembelajaran Jigsaw dalam kelas dengan guru pamong atau teman sejawat yang

menjadi observer, Pemberian angket dilakukan setelah pelaksanaan penerapan

model pembelajaran Jigsaw dalam kelas. Jumlah pernyataan yang di jawab

responden dalam hal ini siswa sebanyak 10 item. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif pada data tes, observasi

dan angket.

D. Data Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Maret

2016 di kelas VII.6 di SMP Negeri 6 Lubuklinggau. Pelaksanaannya dilakukan

secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlangsung di sekolah

tersebut. Model pembelajaran yang digunakan adalah model kooperatif tipe Jigsaw

pada materi pokok himpunan. Soal yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak 7

soal. Namun sebelum digunakan soal ini di ujicobakan di kelas yang lebih tinggi

yaitu kelas VIII. Berdasarkan hasil analisis uji intrumen dengan melihat validitas

soal, reabilitas soal, daya pembeda dan tingkat kesukaran didapat bahwa dari tujuh

soal, hanya enam soal yang dipakai. Soal nomor 5 tidak dapat digunakan karena soal

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 8: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

tidak valid. Sehari sebelum pertemuan pertama dilaksanakan, peneliti mengadakan

sosialisasi tentang pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw. Sosialisasi ini

perlu dilaksanakan mengingat pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini

belum pernah diterapkan sebelumnya. Peneliti juga menginformasikan materi yang

akan diajarkan dengan model kooperatif tipe Jigsaw ini yaitu materi pokok Diagram

Venn

Jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah lima kali pertemuan

dengan rincian satu kali pemberian tes awal, tiga kali proses pembelajaran dengan

model kooperatif tipe Jigsaw dan satu kali pemberian tes akhir. Berdasarkan hasil

pretest, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas Vll.6 adalah 53,65 Jadi

secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa secara deskriptif kemampuan awal siswa

sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk kategori belum tuntas.

Kegiatan posttest ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap

materi yang telah diajarkan mengunakan model pembelajaran Jigsaw. Berdasarkan

hasil kegiatan posttest yang telah dilakukan diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu

82.76. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah

penerapan model kooperatif tipe Jigsaw termasuk dalam kategori tuntas.

Berdasarkan data hasil pretest dan posttest dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

posttest mengalami peningkatan sebesar 29,11 dan jumlah siswa yang tuntas juga

mengalami peningkatan sebesar 85,29%. Perbandingan nilai rata-rata dan ketuntasan

hasil belajar siswa dapat dilihat pada garafik 1 dibawah ini.

Grafik 1Rata-rata dan Ketuntasan Belajar

Nilai Rata-Rata

Ketuntasan Belajar

0102030405060708090

53.65

0

82.76 85.29

pretespostes

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 9: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

Dikarenakan penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen

semu maka data yang diuji kenormalannya hanya data postest sedangkan data

pretest tidak digunakan. Data pretest hanya digunakan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Jigsaw.

Berdasarkan hasil postest diperoleh rata-rata ( x̄ ) sebesar 82,76 dan simpangan baku

(s) sebesar 8,52. untuk mengetahui kenormalan data, digunakan uji normalitas

dengan uji kecocokan χ2(chi kuadrat).

2. PembahasanSetelah dilakukan perbandingan hasil pretest dan postest maka dapat

diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Pada pretest nilai rata-rata siswa

(x̄ ) sebesar 53,65 dan setelah penerapan model kooperatif tipe jigsawe rata-rata

hasil belajar siswa (x̄ ) meningkat menjadi 82.76. Peningkatan yang terjadi sebesar 29,11. Jika dibandingkan dengan data pretest, terdapat pula peningkatan jumlah siswa yang tuntas. Jika pada pretest ketuntasan siswa 0% setelah penerapan model kooperatif tipe Jigsaw siswa yang tuntas mencapai 85,29%. Jadi terdapat peningkatan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar 85,29%.

Berdasarkan analisis rekapitulasi nilai rata-rata kelompok untuk tiap tes

yang dilakukan setiap pertemuan diperoleh bahwa pada pertemuan pertama rata-rata

kelompok sebesar 41,46. Jumlah tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar

sebanyak 3 kelompok dari 9 kelompok yang ada. Kecilnya rata-rata ini mungkin

disebabkan anggota tiap kelompok masih belum melaksanakan peranannya masing-

masing antara pembagian tugas dalam team investigasi yang akan ke kelompok lain.

Pada pertemuam kedua nilai rata-rata kelompok meningkat menjadi 61,46. Jumlah

tim ahli yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 6 kelompok dari 9

kelompok yang ada. Peningkatan ini cukup besar karena anggota kelompok telah

bisa melakukan peranannya masing-masing walaupun belum maksimal. Pada

pertemuan ketiga nilai rata-ratanya meningkat lagi menjadi 72,72. Jumlah tim ahli

yang mengerjakan tugas dengan benar sebanyak 8 kelompok dari 9 kelompok yang

ada. Pada pertemuan ini kendala-kendala teknis seperti siswa ribut atau malas tidak

terlihat lagi. Tiap anggota kelompok melaksanakan peranannya sangat baik,

walaupun masih ada satu kelompok yang membutuhkan bimbingan namun dalam

pelaksanaannya ini tidak menganggu kinerja kelompok lain. Jadi dapat dikatakan

bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kelompok untuk setiap pertemuan yang

dilakukan.

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 10: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

Hal yang tampak saat pertama kali diterapkan model kooperatif tipe

Jigsaw di kelas pada pertemuan pertama siswa merasa aneh kenapa mereka diminta

untuk berpikir kemudian berpasangan dan berbagi. Namun setelah dijelaskan

tentang model kooperatif tipe Jigsaw, siswa terlihat tertarik namun masih belum

mengerti cara pelaksanaannya. Sehingga pada pertemuan pertama ini hanya 5 siswa

dari 34 siswa yang menjawab. Pada pertemuan pertama ini penelitipun kewalahan

menghadapi ributnya siswa mencari pasangan kelompok mereka atau saat

melaksanakan pembelajaran kelompok. Hal inipun menjadi pelajaran dan akan

direfkleksi untuk pertemuan berikutnya.

TabelRekapitulasi Nilai Pertemuan Pertama

Nilai Tertinggi

Nilai Terrendah

Tuntas Tidak TuntasRata-Rata

Nilai

75 645 siswa

(14,71%)29 siswa(85,29%)

60,31

Adapun kendala yang tampak dalam penelitian ini untuk pertemuan

pertama adalah siswa-siswa yang pasif. Tahap diskusi kelompok yang seharusnya

menyelesaikan soal dengan berpikir dan berdiskusi dengan pasangan satu bangku

tetapi siswa masih memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi

pelajaran dan kurang berperan aktif dalam menemukan penyelesaian serta

menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan yang lain sehingga terjadi

keributan. Untuk mengatasi kendala dalam penerapan model kooperatif tipe Jigsaw

tersebut guru akan berkeliling kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang

harus siswa lalui. Hal ini dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya

dalam proses pembelajaran ini.

TabelRekapitulasi Nilai Pertemuan Kedua

Nilai Tertinggi

Nilai Terrendah

Tuntas Tidak TuntasRata-Rata

Nilai

81 7215 siswa(44,12%)

19 siswa(55,88%)

71,21

Dikarenakan siswa telah mengenal pola pelaksanaan model kooperatif tipe

Jigsaw maka pada pertemuan kedua ini terlihat siswa telah mulai bisa mengikuti

kegiatan. Siswa terlihat aktif dan antusias dalam kelompok sehingga pada waktu sesi

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 11: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

tanya jawab banyak siswa yang bisa menjawab. Dari 15 siswa sebanyak 30 siswa

mampu merespon dengan cepat pertanyaan peneliti.

TabelRekapitulasi Nilai Pertemuan Ketiga

Nilai Tertinggi

Nilai Terrendah Tuntas Tidak Tuntas

Rata-Rata Nilai

89 6925 siswa(73,53%)

9 siswa(26,47%)

79,69

Pada pertemuan ketiga tidak ada kendala yang berarti pada saat penerapan.

Fenomena dan kendala yang tampak setiap pertemuan dapat diatasi oleh peneliti

dengan bantuan guru pamong. Setiap akhir pertemuan peneliti mengadakan refleksi

dengan guru pamong, sehingga tiap pertemuan mengalami perbaikan pembelajaran

dan hasil belajar siswapun meningkat seiring dengan aktifnya siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Keaktifan siswa dinilai oleh observer melalui

empat indikator yang masing-masing terdiri dari tiga deskriptor. Rekapitulasi data

aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat dilihat pada tabel:

TabelRekapitulasi Persentase Data Aktivitas

Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan I

Kelompok A. Visual A. Lisan A. Mendengar A. Gerak1 41,67% 50% 41,67% 58,34%2 50% 58,34% 50% 66,67%3 58,34% 50% 58,34% 66,67%4 58,34% 66,67% 58,34% 58,34%5 33,34% 58,34% 50% 58,34%6 66,67% 50% 50% 75%7 50% 50% 50% 66,67%8 46,67% 46,67% 60% 60%9 40% 53,33% 60% 66,67%

Rata-rata 49,45% 53,70% 53,15% 64,01%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan I

pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara

keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (64,01%), dan yang paling

rendah adalah aktivitas visual (49,45 %).

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 12: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

TabelRekapitulasi Persentase Data Aktivitas

Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan IIKelompok A. Visual A. Lisan A. Mendengar A. Gerak

1 50% 66,67% 50% 66,67%2 75% 58,34% 58,34% 91,67%3 75% 66,67% 58,34% 75%4 58,34% 66,67% 58,34% 66,67%5 58,34% 75% 50% 66,67%6 66,67% 50% 50% 75%7 58,34% 50% 66.67% 66,67%8 53,33% 60% 66,67% 60%9 53,33% 60% 73,33% 73,33%

Rata-rata 60,93% 61,48% 59,08% 71,30%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan II

pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara

keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (71,30%), dan yang paling

rendah adalah aktivitas mendengar (59,08 %). Pada pertemuan kedua ini keaktifan

siswa terjadi peningkatan pada aktivitas gerak sedangkan yang paling rendah

bergeser pada pada aktivitas visual, berbeda dengan pertemuan yang pertama, yang

terendah terdapat pada aktivitas visual.

TabelRekapitulasi Persentase Data Aktivitas

Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Pertemuan IIIKelompok A. Visual A. Lisan A. Mendengar A. Gerak

1 50% 75% 66,67% 91,67%2 66,67% 58,34% 58,34% 91,67%3 75% 66,67% 58,34% 75%4 75% 66,67% 75% 75%5 75% 75% 58,34% 83,33%6 66,67% 50% 50% 75%7 58,34% 50% 66,67% 83,33%8 53,33% 60% 66,67% 60%9 60% 60% 80% 73,33%

Rata-rata 64,45% 62,41% 64,45% 78,70%

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa pada pertemuan III

pelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw secara

keseluruhan yang paling dominan adalah aktivitas gerak (78,70%), dan yang rendah

adalah aktivitas lisan (62,41%). Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 13: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

dominan dan semakin meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil

analisis data keempat indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi

peningkatan keaktifan siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata

71,34%. Dan yang paling rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase

rata-rata 58,28%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama

diterapkannya model kooperatif tipe Jigsaw terjadi peningkatan aktivitas belajar

siswa.

Pada pertemuan ketiga ini aktivitas gerak semakin dominan dan semakin

meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis data keempat

indikator yang terdiri masing-masing tiga deskriptor terjadi peningkatan keaktifan

siswa pada aktivitas gerak dengan persentase rata-rata 71,34%. Dan yang paling

rendah terdapat pada aktivitas visual dengan persentase rata-rata 58,28%. Sedang

untuk melihat respon siswa peneliti menyebarkan angket. Berikut hasil rekapitulasi

nilai angket siswa.

Tabel 4.10Rekapitulasi Persentase Data Respon Siswa

No Pernyataan Persentase(%)

1 Saya lebih suka pelajaran matematika dari pada pelajaran lain 95

2 Bagi saya pelajaran matematika karena merupakan pelajaran yang menyenangkan 98

3 Saya terpaksa belajar matematika karea merupakan salah satu pelajaran yang wajib diikuti 78

4 Pelajaran matematika sangat merpotkan karena harus disiapkan secara khusus 81

5 Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari0hari 94

6 Pelajaran matematika tidak dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari 55

7 Ne;ajar matematika dengan model pembelajaran jigsaw tidak menarik dan membosankan 93

8 Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran jigsawmembuat saya senang dan tertarik terhadap matematika 95

9Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Jigsaw tidak ada bedanya dengan pembelajaran matematika seperti biasanya

48

10Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw memudahkan saya memahami materi 88

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.

Page 14: mahasiswa.mipastkipllg.commahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL_ILMIAH Eva... · Web viewThis thesis titled Effectiveness Jigsaw Learning Model in Mathematics Learning Seventh

11Cara dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw bias membuat saya dapat memakai matematika dalam kehidupan sehari-hari

83

12 Saya lebih senang belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw daripada pembelajaran biasa 76

13 Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Jigsaw tidak bermanfaat bagi saya 47

14 Saya merasa tertekan dan tegang selama pembelajaran matematika berlangsung 50

15 Suasana belajar berlangsung menyenangkan dengan modal ini 69

16 Guru dapat mengolah kelas dengan baik 63

17 Cara guru mengajar di kelas tidak menyenangkan 41

18 Suasana belajar menjadi tidak menyenangkan dengan model pembelajaran Jigsaw 41

19 Saya tidak berminat mengikuti belajara matematika seperti yang telah diikuti saat ini 38

20 Saya berminat untuk mengikuti kegiatan belajar berikutnya seperti yang telah saya ikuti sekarang saya 48

Setelah dihitung rata-rata respon siswa di dapat 69% di mana termasuk

kategori sedang.

E. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 6 Lubuklinggau setelah

diterapkan model pembelajaran Jigsaw secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai

postest sebesar 82,76 dengan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar sebesar

85,29%.

DAFTAR PUSTAKA

Eva Kartika1, Sukasno2, Idul Adha3.