faktor berulang kejang demam

6
Volume 46, Nomor 2, Tahun 2012 75 MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Ciptaゥ2012 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak Prastiya Indra Gunawan *, Darto Saharso * ABSTRACT Risk factors of recurrent febrile seizures in children Background: Febrile seizures (FS) are the most common seizure disorder in childhood. Recurrent febrile seizures (RFS) occur in one third of children who experience a first FS. About nine percent had three or more recurrence. Little is known about predictors of recurrence. The aim of this study is to determine the incidence and the risk factors of RFS in children with FS at Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Method: This is a cohort prospective study. Data was taken from all children with first FS aged 6 month-old to 5 year-old who were admitted at pediatric ward Dr. Soetomo Hospital from August 2009 to November 2010. They were observed for one year period to ascertain wether FS recurred. Logistic regression statistic was used to analyze those variables including sex, age, body temperature during the fever episode, family history of seizures, diagnosis at the first onset, maternal illness, abnormal delivery and recurrence of FS. Results: Recurrent FS occured in 65% of the 100 children at one year observation, and 26% of them had further attack. Male to female ratio was 2:1. Thirty-one (77.5%) of subjects were less than 12 months-old. Body temperature ≤38.5 O C (OR=5.50, 95%CI, p=0.019) and complex FS (OR 5.03, 95%CI, p=0.025) were related to increase risk of reccurence. Conclusions: The risk of RFS increased with body temperature ≤38.5 O C and diagnosed as complex FS at the first FS. Keywords: Children, risk factors, recurrent febrile seizures ABSTRAK Latar belakang: Kejang demam (KD) adalah kasus kejang yang sering dialami anak-anak. KD berulang terjadi pada sepertiga anak yang mengalami KD pertama. Sekitar 9% dari penderita KD mengalami tiga atau lebih kejadian berulang. Hanya sedikit yang diketahui tentang prediktor berulangnya KD. Tujuan penelitian untuk mengetahui angka kejadian KD berulang dan menentukan faktor risiko terjadinya KD berulang pada anak yang mengalami KD di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode: Studi kohort prospektif dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2010. Subyek diambil dari anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang menderita KD pertama yang MRS di RSUD Dr. Soetomo. Subyek diamati selama 1 tahun untuk menentukan apakah KD terjadi berulang. Analisis antar variabel jenis kelamin, usia, suhu badan saat terjadi demam, riwayat kejang pada keluarga, diagnosis awal, penyakit ibu, kelahiran yang tidak normal dan kejadian KD berulang, dilakukan dengan regresi logistik. Hasil: KD berulang terjadi 65% pada 100 anak yang diobservasi selama 1 tahun pertama dan 26% mengalami KD lebih dari 2 kali. Rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 2:1. Tiga puluh satu (77,5%) anak berusia kurang dari 12 bulan. Faktor risiko suhu badan ≤38,5 O C (OR=5,50, 95%CI, p=0,019) dan KD komplikata (OR 5,03, 95%CI, p=0,025) bermakna secara signifikan untuk kejadian berulangnya KD. Simpulan: Risiko KD berulang pada anak meningkat pada suhu badan ≤38,5 O C dan diagnosis KD komplikata pada saat KD pertama. * Divisi Syaraf Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6-8, Surabaya, Indonesia Artikel Asli M Med Indones

Upload: pemburugratis

Post on 21-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

faktor-faktor berulang kejang demam

TRANSCRIPT

  • Artikel Asli Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 2012 75

    MEDIA MEDIKAINDONESIANA

    Hak Cipta2012 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah

    Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada AnakPrastiya Indra Gunawan *, Darto Saharso *

    ABSTRACTRisk factors of recurrent febrile seizures in childrenBackground: Febrile seizures (FS) are the most common seizure disorder in childhood. Recurrent febrile seizures (RFS) occur inone third of children who experience a first FS. About nine percent had three or more recurrence. Little is known about predictors ofrecurrence. The aim of this study is to determine the incidence and the risk factors of RFS in children with FS at Dr. SoetomoHospital Surabaya.Method: This is a cohort prospective study. Data was taken from all children with first FS aged 6 month-old to 5 year-old who wereadmitted at pediatric ward Dr. Soetomo Hospital from August 2009 to November 2010. They were observed for one year period toascertain wether FS recurred. Logistic regression statistic was used to analyze those variables including sex, age, body temperatureduring the fever episode, family history of seizures, diagnosis at the first onset, maternal illness, abnormal delivery and recurrence ofFS.Results: Recurrent FS occured in 65% of the 100 children at one year observation, and 26% of them had further attack. Male tofemale ratio was 2:1. Thirty-one (77.5%) of subjects were less than 12 months-old. Body temperature 38.5OC (OR=5.50, 95%CI,p=0.019) and complex FS (OR 5.03, 95%CI, p=0.025) were related to increase risk of reccurence.Conclusions: The risk of RFS increased with body temperature 38.5OC and diagnosed as complex FS at the first FS.Keywords: Children, risk factors, recurrent febrile seizures

    ABSTRAKLatar belakang: Kejang demam (KD) adalah kasus kejang yang sering dialami anak-anak. KD berulang terjadi pada sepertiga anakyang mengalami KD pertama. Sekitar 9% dari penderita KD mengalami tiga atau lebih kejadian berulang. Hanya sedikit yangdiketahui tentang prediktor berulangnya KD. Tujuan penelitian untuk mengetahui angka kejadian KD berulang dan menentukanfaktor risiko terjadinya KD berulang pada anak yang mengalami KD di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.Metode: Studi kohort prospektif dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2010. Subyek diambil dari anak usia 6 bulansampai 5 tahun yang menderita KD pertama yang MRS di RSUD Dr. Soetomo. Subyek diamati selama 1 tahun untuk menentukanapakah KD terjadi berulang. Analisis antar variabel jenis kelamin, usia, suhu badan saat terjadi demam, riwayat kejang padakeluarga, diagnosis awal, penyakit ibu, kelahiran yang tidak normal dan kejadian KD berulang, dilakukan dengan regresi logistik.Hasil: KD berulang terjadi 65% pada 100 anak yang diobservasi selama 1 tahun pertama dan 26% mengalami KD lebih dari 2 kali.Rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 2:1. Tiga puluh satu (77,5%) anak berusia kurang dari 12 bulan. Faktor risiko suhubadan 38,5OC (OR=5,50, 95%CI, p=0,019) dan KD komplikata (OR 5,03, 95%CI, p=0,025) bermakna secara signifikan untukkejadian berulangnya KD.Simpulan: Risiko KD berulang pada anak meningkat pada suhu badan 38,5OC dan diagnosis KD komplikata pada saat KDpertama.

    * Divisi Syaraf Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga - RSUD Dr. Soetomo,Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6-8, Surabaya, Indonesia

    Artikel Asli M Med Indones

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 201276

    PENDAHULUANKejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadipada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38OC)yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2Kejang demam adalah kasus kejang yang sering terjadipada anak-anak. Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulansampai 5 tahun. Bila terjadi pada usia kurang dari 6bulan harus dipikirkan penyebab lain seperti infeksisusunan saraf pusat, maupun epilepsi yang terjadibersama demam.2Hampir 1,5 juta kejadian kejang demam terjadi tiaptahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalamrentang usia 6 hingga 36 bulan, dengan puncak padausia 18 bulan.3 Angka kejadian KD bervariasi diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan Amerikatercatat 2-4% angka kejadian KD per tahunnya.4Sedangkan di India sebesar 5-10% dan di Jepang 8,8%.5Hampir 80% kasus adalah KD sederhana (kejang 15 menit, fokal atau kejang umum didahuluikejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam24 jam).2,4Kejang demam berulang adalah KD yang timbul padalebih dari 1 episode demam. Bila kejang terjadi padademam yang tidak tinggi, anak berisiko tinggi untukmengalami kejang berulang.1 Hanya sedikit penelitianyang membahas tentang prediktor berulangnya KD.Beberapa faktor risiko berulangnya kejang antara lainkejang pertama terjadi sebelum usia 18 bulan, suhutubuh rendah saat kejang (di bawah 38OC), waktupendek antara demam dan kejang, serta adanya riwayatKD dalam keluarga. Hirtz menyebutkan bahwa adanyakejang neonatal, keterlambatan perkembangan, rendah-nya kadar natrium darah, dan panas sangat tinggi jugamerupakan faktor risiko berulangnya KD.4 Anak-anakyang mempunyai seluruh faktor risiko tersebutkemungkinan mengalami KD berulang 80% dan yangtidak memiliki faktor risiko tersebut kemungkinanmengalami KD berulang hanya sebesar 10-15%.3Kemungkinan besar (75%) berulang dalam tahunpertama.4-7Tujuan penelitian ini adalah mengetahui angka kejadianKD berulang setelah diikuti selama satu tahun, danfaktor risiko KD berulang pada anak.METODEPenelitian dilakukan secara prospektif terhadap anakberusia 6 bulan - 5 tahun dengan KD pertama kali yangmenjalani rawat inap di ruang anak RSUD Dr. SoetomoSurabaya. Data awal diambil pada bulan Agustus-November 2009.

    Kriteria inklusi adalah anak yang mengalami KDpertama kali dengan penyebab kejang ekstrakranial,berusia 6 bulan-5 tahun, dan orangtua setuju ikut dalampenelitian. Pasien dieksklusi bila terdapat riwayatkejang tanpa demam, ada kelainan neurologis sebelum-nya, telah mendapat obat anti konvulsan jangka panjang(>2 minggu) sebelumnya, atau pasien tidak kontrol dantidak dapat dilacak keberadaannya. Pasien dianggapdrop out bila menarik diri dari penelitian ini.Proporsi kejadian berulangnya KD sangat bervariasisekitar 12-75% dengan proporsi terbanyak antara 30-40%. Maka asumsi angka berulangnya KD secarakeseluruhan sekitar 35%. Perkiraan terjadi drop outsebesar 10%, maka besar sampel menjadi 100 anak.Variabel yang diamati adalah data demografi (usia saatKD pertama, jenis kelamin), riwayat KD pertama(kejang umum/fokal, lama kejang, etiologi panas,riwayat kelainan neurologis sebelum kejang), kejadianKD berulang, gangguan perkembangan setelah KD,riwayat kejang dalam keluarga (ayah, ibu, saudarakandung), riwayat gangguan kehamilan dan riwayatkelahiran. Selanjutnya pasien diamati saat kontrol kepoli rawat jalan neurologi anak RS Dr. Soetomo, hinggasatu tahun berikutnya. Bila pasien tidak kontrol, penelitimenghubungi via telepon.Pasien yang memenuhi kriteria penelitian, dikelompok-kan berdasarkan usia (15 menit), etiologi panas(ISPA, diare, penyebab lain seperti morbili), riwayatKD dalam keluarga (ayah, ibu, saudara kandung),riwayat kelainan neurologis sebelum KD pertama,adanya gangguan perkembangan pada KD berulang,riwayat gangguan kehamilan (perdarahan, panas, asupankurang, penyakit kronis seperti hipertensi atau asma),dan riwayat kelahiran normal atau abnormal.Semua anak yang masuk dalam penelitian dilakukananamnesis, pemeriksaan fisik dan dilakukan observasiselama satu tahun untuk melihat bila terjadi kejangberulang. Batasan operasional berdasarkan KonsensusPenatalaksanaan Kejang Demam UKK Neurologi AnakIDAI 2006, yaitu (1) Kejang demam adalah bangkitankejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhurektal di atas 38OC) yang disebabkan oleh suatu prosesekstrakranium. Diklasifikasikan sebagai kejang demamsederhana (KDS) dan kejang demam komplikata(KDK); (2) Umur saat kejang demam pertama kali(onset) adalah usia pasien saat pertama kali menderitaKD, dihitung dalam bulan; (3) KDS adalah kejangdemam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit,dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentukumum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.

    Faktor risiko KDberulang

  • Artikel Asli Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 2012 77

    Kejang tidak berulang dalam 24 jam; (4) KDK adalahkejang demam dengan salah satu ciri kejang lama >15menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejangumum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari1 kali dalam 24 jam; (5) Sifat kejang umum dan fokal;(6) Riwayat KD pada keluarga adalah riwayat kejangdemam pada orangtua atau saudara kandung pasienyang didapatkan dengan cara auto/allo anamnesis; (7)Proses ekstakranial yaitu penyebab demam apabila tidakterdapat tanda-tanda infeksi intrakranial serta tidakditemukan kelainan pada cairan serebrospinalis.Data dianalisis menggunakan SPSS 17.0 dengan analisisbivariat dan regresi logistik untuk melihat faktor-faktoryang mempengaruhi kejadian KD berulang. Penelitiantelah mendapat persetujuan komite etik RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

    HASILSubyek penelitian adalah 100 anak yang mengalami KDpertama kalinya. Berdasarkan kelompok usia per bulan,pada awal pendataan, didapatkan rata-rata usia saatkejang pertama adalah 16,8 bulan, terbanyak pada usia12 bulan. Perbandingan anak laki-laki dan perempuanyang mengalami KD adalah 2:1. Berdasarkan anamnesisdan pemeriksaan fisik, 53% didiagnosis sebagai KDSdan 47% merupakan KDK. Tidak ada anak yangmengalami kelambatan perkembangan atau mempunyaikelainan neurologis sebelum KD pertama.Keadaan KD pertama kali rata-rata membutuhkan waktuselama 3-5 menit, setelah itu penderita sadar ataumenangis. Hanya 8 anak yang mengalami kejang kuranglebih 15 menit. Semua anak kejang setelah mengalamipanas, namun tidak semua ibu atau pengasuh dapatmemastikan berapa lama panas terjadi sebelum anakkejang. Suhu badan saat kejang berkisar di atas 38,5OC(81%), sebagian kejang setelah suhu meningkat antara37-38,5OC. Hanya 2 anak mengalami kejang fokal, 98%lainnya mengalami kejang umum. Sebelum kejang, 44%anak mengalami batuk pilek, 44% panas tanpa sebabyang jelas dan 11 anak dengan diare serta 1 anak meng-alami morbili sebelum kejang.Berdasarkan riwayat KD dalam keluarga tingkatpertama (ayah kandung, ibu kandung dan saudarakandung) didapatkan 11% ibu kandung pernah meng-alami KD semasa anak-anak dan 23% ayah serta 13%saudara kandung pernah mengalami KD saat kecil.Berdasarkan riwayat kehamilan dan persalinan didapat-kan sebagian besar ibu (99%) memeriksakan kehamilan-nya secara teratur, baik ke bidan (72%), ke dokterspesialis kandungan (25%). Hanya 3 ibu yang me-meriksakan kandungannya ke dukun. Sebagian besaribu tidak pernah sakit selama hamil (91%), sisanya

    pernah sakit seperti batuk pilek, panas, diare, sakit gigi.Riwayat pengobatan tidak jelas. Satu orang mengalamiasma berulang dan menggunakan obat hisap. Satu orangmalas makan hingga kurang lebih 6 bulan kehamilan.Ditinjau dari berat lahir, 97% lahir dengan berat badanlebih dari 2500 gram, sisanya 3 bayi dengan berat lahirrendah (

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 201278

    Tabel 1. Hasil analisis data faktor risiko kejang demam berulang

    Faktor risikoKejang demam berulang

    p OR CI 95%Ya TidakN % N % Min Maks

    Usia38,5OC

    adalah prediktor yang konsisten untuk terjadinya KDberulang walaupun beberapa penelitian terbaru me-nemukan adanya peningkatan hubungan dengan riwayatKD pada keluarga.Jenis kelamin lelaki lebih berpengaruh terhadap kejadi-an KD berulang daripada perempuan. Beberapa studimelaporkan bahwa lelaki lebih banyak mengalami KDdibandingkan perempuan, terutama pada ras kulit

    hitam.13,14 Penelitian ini menunjukkan bahwa jeniskelamin lelaki merupakan faktor risiko baik untuk KDkedua maupun ketiga.Suhu tubuh saat KD berulang sangat bervariasi, namunsangat bermakna dalam kejadian KD berulang. Sadleirdalam penelitiannya menyatakan bahwa suhu tubuhkurang dari 38OC saat kejang pertama merupakan faktorrisiko terjadinya KD berulang.15 Habib dalam studinya

  • Artikel Asli Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 2012 79

    di Pakistan melaporkan bahwa 27% dari anak denganKD berulang suhu berskala 37,5-38,5OC.13 Studiprospektif dari Berg menghasilkan kesimpulan bahwadurasi dari panas sebelum terjadinya KD dan suhu tubuhyang rendah berhubungan dengan kejadian berulangnyaKD.7Diagnosis KDK saat pertama anak kejang merupakanfaktor risiko berulangnya kejang, namun hal ini masihbanyak diperdebatkan.4,7 Kejang berulang dalamperiode demam yang sama saat KD pertama tampaknyaterkait dengan risiko terjadinya KD berulang.5 Hasilpenelitian menunjukkan bahwa lama kejang dan sifatkejang tidak berbeda bermakna pada kejadian KDberulang. Namun bila dilihat berdasarkan jenisdiagnosis, apakah termasuk dalam kategori KDK atauKDS, ternyata bermakna untuk terjadinya KD berulang.Salah satu kriteria KDK adalah kejang lebih dari 1 kalidalam 24 jam. Jumlah kejang dalam satu periodedemam perlu ditindaklanjuti dengan pengamatan lebihlanjut dalam penelitian berikutnya. Berg menyatakanbahwa diagnosis KDK pada saat KD pertama adalahindikasi untuk diberikan profilaksis anti konvulsan,tetapi sebenarnya faktor ini tidak konsisten untukterjadinya rekurensi.7Riwayat gangguan kehamilan dan hambatan persalinancukup bermakna dalam kejadian KD berulang. Tidakbanyak artikel yang menyebutkan kedua hal ini sebagaifaktor risiko berulangnya kejang demam. Hirtzmenyebutkan bahwa bayi yang dirawat lebih dari 28hari merupakan faktor risiko yang bermakna. Namuntidak dijelaskan penyebab lamanya perawatan.Kemungkinan adanya gangguan pada janin akibatpenyakit ibu dan hambatan persalinan, menyebabkanhipoksia dan gangguan perkembangan janin.Penelitian yang bertujuan mengetahui faktor risikoterjadinya KD berulang umumnya dilakukan selama 2tahun, dengan perkiraan KD berulang dalam tahunkedua adalah 90% dari jumlah anak yang mengalamiKD berulang pada tahun pertama. Pada penelitian inipengamatan hanya dilakukan selama 1 tahun setelahpengambilan sampel. Diharapkan ada penelitianberikutnya dengan waktu pengamatan lebih lama danjumlah sampel serta variabel yang lebih banyak. Karenaadanya tendensi dari masa lalu untuk mempertimbang-kan KD sebagai bentuk dari epilepsi, kebanyakan studimemfokuskan untuk prediktor epilepsi. Penelitian inihanya memfokuskan untuk kejadian berulangnya KDdan bukan untuk terjadinya epilepsi. Jenis KD dan suhutubuh saat terjadinya KD pertama menunjukkan suatuinformasi yang berguna untuk anak-anak termasukdalam kategori risiko tinggi atau risiko rendah untuk

    terjadinya rekurensi.SIMPULANFaktor risiko yang mempengaruhi kejadian KD berulangadalah suhu tubuh 38,5OC dan diagnosis KDK saat KDpertama. Probabilitas terjadinya KD berulang pada anakdengan suhu tubuh di bawah 38,5OC, dan didiagnosismengalami KDK adalah 48%.

    DAFTAR PUSTAKA1. Soetomenggolo TS. Kejang demam. In: Soetomenggolo

    TS, Ismael S, eds. Buku ajar neurologi anak. Jakarta:IDAI;1999;244-52.

    2. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensuspenanganan kejang demam. UKK Neurologi PP IDAI;2006:1-10.

    3. Jones T, Jacobsen S. Childhood febrile seizures,overview and implications. Int J Med Sci. 2007;4:110-14.

    4. Hirtz DG. Febrile seizures. Ped in Rev. 1997;18:5-9.5. Waruiru C, Appleton R. Febrile seizures:an update. Arch

    Dis Child. 2004;89:751-56.6. Dube CM, Brewster AL, Richici C, Zha Q, Baram TZ.

    Fever, febrile seizures and epilepsy. Trens Neurosci.2007;30:490-6.

    7. Berg AT, Shinnar S, Hauser WA, Alemary M, ShapiroED, Salomon ME, et al. A prospective study of recurrentfebrile seizures. NEJM. 1992;327:1122-7.

    8. Srinivasan J, Wallace KA, Scheffer IE. Febrile seizure.Austr Fam Phys. 2005;34:1021-5.

    9. Baldin E, Ludvigsson P, Mixa O, Hesdorffer DC.Prevalence of recurrent symptoms and their associationwith epilepsy and febrile seizure in school-agedchildren: a community-based survey in Iceland. EpilepsyBehav. 2012;25:121-7.

    10. Subcommittee on febrile seizures, American Academyof Pediatrics. Febrile seizures: Guideline for theneurodiagnostric evaluation of the child with a simplefebrile seizure. Pediatrics. 2011;127:389-94.

    11. Martin ET, Kerin T, Christakis A, Blume HK, GospeSM, Vinje J, et al. Redefining outcome of first seizuresby acute illness. Pediatrics. 2010;126:477-84.

    12. Stuijvenberg M, Steyerberg EW, Luben GD, Moll HA.Temperature, age and recurrence of febrile seizure. ArchPediatr Adolesc Med. 1998;152:1170-5.

    13. Habib Z, Akram S, Ibrahim S, Hasan B. Febrileseizures: factors affecting risk of recurrence in Pakistanichildren presenting at The aga Khan University hospital.JPMA. 2003;53:11-7.

    14. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in children withfebrile seizures. Pediatrics. 1978;61:720-7.

    15. Sadleir LG, Scheffer IE. Febrile seizures. BMJ.2007;334:307-11.

    Faktor risiko KDberulang

  • Media Medika Indonesiana

    Volume 46, Nomor 2, Tahun 201280