faktor-faktor yang berhubungan dengan...

178
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN MEAT PREPARATION PT. BUMI SARIMAS INDONESIA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : ANNISA SEPTIANI 1111101000100 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439H/2017M

Upload: dangtu

Post on 10-May-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN

MEAT PREPARATION PT. BUMI SARIMAS INDONESIA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

ANNISA SEPTIANI

1111101000100

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439H/2017M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

i

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2017 Annisa Septiani, NIM: 1111101000100 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017. xviii + 114 halaman, 11 tabel, 4 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK

Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah sekumpulan gejala / gangguan yang berkaitan dengan otot, saraf, tendon, sendi, kartilago, sistem saraf, struktur, dan pembuluh darah. Dalam praktik kerja sehari-hari, pada bagian Meat Preparation dalam pengupasan kelapa pekerja melakukan gerakan pengulangan pada tangan dalam waktu kerja 7jam/hari. adanya pengulangan gerakan ini dapat menjadi faktor munculnya keluhan MSDs.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017. Penelitian dilakukan selama bulan Januari-Februari tahun 2017 menggunakan desain studi cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Variabel yang diteliti diantaranya risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 22 pekerja (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang dan sebanyak 66 pekerja (94,3%) memiliki tingkat risiko pekerjaan sedang. Hasil uji statistik menunjukkan variabel yang terbukti berhubungan dengan keluhan MSDs adalah usia (p value = 0,000 OR 10,714) dan masa kerja (p value 0,000)

Untuk mencegah atau mengurangi keluhan MSDs sebaiknya dilakukan rotasi pada pekerja yang sudah bekerja lebih dari 3 tahun di bagian Meat Preparation. Selain itu perusahaan dapat melakukan modifikasi pada ketinggian mesin sehingga memungkinkan pekerja untuk bekerja pada posisi aman atau tidak terlalu membungkuk. Untuk pekerja yang mempunyai kebiasaan merokok diharapkan dapat mengurangi kebiasaan merokok baik dari segi kuantitas, maupun intensitasnya. Pekerja juga dapat melakukan workplace stretching excercise untuk meregangkan otot-otot.

Daftar Bacaan : 54 (1989-2015)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Undergraduated Thesis, August 2017 Annisa Septiani, NIM : 1111101000100 Factor Associated with Musculoskeletal Disorders (MSDs) among Workers in Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Year 2017. xviii + 114 page, 11 table, 4 images, 6 attachments

ABSTRACT

Musculoskeletal Disorder (MSDs) is a set of symptoms associated with muscles, nerves, tendons, joints, cartilages, nervous system, structures, and blood vessels. In daily work practice, in the Meat Preparation section, workers in coconut peeling doing repetitions on hand in work time 7hours / day. the existance of a repetition of this movement can be a factor in MSDs complaints.

This study aims to determine the factors that associated with symptom of Musculoskeletal Disorders (MSDs) in the Worker Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Year 2017. The research was conducted during the month of January-February of the year 2017 using a cross sectional study design. Statistical test used was Chi Square. The variables examind include the risks of the job, age, smoking habit, physical fitness, work period, body mass index, and psychosocial.

The results showed that there were as many as 22 workers (31.4%) had MSDs complaints. And as much as 66 workers (94.3%) had a moderate level of risk work. The result of statistical test show a proven variable associated with symptoms of MSDs is the age (p value = 0.000 OR 10.714) and work period (p value 0.000)

To prevent or reduce MSDs complaints, workers who have worked more than 3 years at the Meat Preparation should be rotated. In addition, the company can make modification to the height of the machine to allow the workers to work in secure position or not too bent. For workers who have the habit of smoking is expected to reduce smoking habit both in terms of quantity, and intensity. Workers also can do a workplace stretching excercise to stretch the muscle.

Reference : 54 (1989-2015)

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

iv

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

v

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Annisa Septiani

Tempat /Tanggal Lahir : Lubuk Alung, 19 September 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kp. Tangah Balah Hilir, No. 86, Kec. Lubuk Alung,

Kab. Padang Pariaman. 25581

No. Handphone : 089610304253

Alamat Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

SD : SDN 06 Lubuk Alung

SMP : MTsN Paninjauan

SMA : MAN Kotobaru Padangpanjang

Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PENGALAMAN ORGANISASI

- Divisi IT , Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( FSK3) UIN

Jakarta 2013

- HRD , FSK3 UIN Jakarta Tahun 2014 – 2015

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

vii

PELATIHAN

- Orientasi Akademik dan Kebangsaan Tahun 2011 Oleh BEM FKIK

- Training for Young Researcher Tahun 2012 oleh PAMI

- Basic Fire Fighting Training Tahun 2013 oleh Forum Studi K3

KEPANITIAAN

- DIVISI Konsumsi , Kongres Forum Studi K3 tahun 2013

- Panitia Pendidikan dan Pelatihan Juru Pemantau Jentik di RW 07 Kelurahan

Pamulang Barat, Tahun 2014

- DIVISI Acara , Raker Forum Studi K3 Tahun 2014

- DIVISI Acara , Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50

Tahun 2012 “– Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Seminar Pengembangan Profesi K3 di UIN Syarif Hidaytullah Jakarta,

Tahun 2014

KEIKUTSERTAAN KEGIATAN

- Diskusi Publik “Profesionalisasi Kepemimpinan Mahasiswa Kesehatan

Islam dalam Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) 2015”

Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Lokakarya Nasional : Rancangan Undang-Undang Tenaga Kesehatan Tahun

2012 di Aula Balai Pelatihan dan Riset TIK BLSDM Kementerian

Komunikasi dan Informatika RI Ciputat, Tangerang selatan

- Workshop Gerakan Nurani Nusantara “Hidup Positif Bermakna Untuk

Sesama” Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Senyum Muharram Komda FKIK Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Talkshow Nasional Peringatan Hari AIDS se-Dunia 2012 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

- Seminar Profesi K3 Tanggap Darurat Gedung Bertingkat Tahun 2012 di

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Public Health Profession Seminar “ Eco Driving : Smart Sollution to Reduce

Pollution” Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Seminar Profesi Gizi 2012 “ Body Image : Bongkar Kebiasaan Lama Ganti

dengan Diet yang Tepat” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Seminar Profesi MPK “ Toward Universal Health Coverage and Equity”

Tahun 2012 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Workshop “School Of Rescue” Tahun 2013 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Seminar Profesi K3 Gambaran Budaya K3 Di Rumah Sakit Tahun 2013 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Seminar Kajian Ilmu K3 Bersama “ Basic Safety Awareness & Contractor

Safety Management System” Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Workshop “Ergonomi di Tempat Kerja” Tahun 2014 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

- Workshop “ Investigasi dan Pencegahan Kecelakaan Kerja” Tahun 2014 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Workshop “ Risk Assessment In The Work Place” Tahun 2014 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

- Workshop “Management Of Fire Safety” Tahun 2014 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

- Training “SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No. 50 Tahun 2012 “–

Tahun 2014 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 25 Agustus 2017

( Annisa Septiani )

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT, pemilik

segala sumber ilmu dan kehidupan, yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis

\dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-faktoryang

berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pekerja Bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan ummat Islam,

Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya

hingga akhir zaman.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Keluarga tercinta : Ama, Apa, Uda, Uni, Bg boy, Bg dek, Kak dia and

Aji, atas doa, restu dan dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas

waktu.

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST. MKKK. selaku dosen Peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus pembimbing.

5. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes dan Bapak dr. Yuli Prapanca Satar,

MARS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu,

dukungan, arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Gitalia Budhi Utami, MKM, Ibu Yuli Amran, MKM dan Bapak Ir.

Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku Penguji Sidang Skripsi yang telah

memebrikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

x

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat atas semua

ilmu yang telah diberikan.

8. Bapak Dharma HRD maneger PT BSI yang telah memberikan izin

kepada penulis dalam melakukan study pendahuluan sampai akhir

penelitian.

9. Segenap staff dan karyawan PT BSI yang ikut bekerja sama selama

penelitian berlangsung.

10. Teman-teman PayTren Star Dream Team, khususnya Team Solid, yang

senantiasa mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk

segera menyelasaikan skirpsi.

11. Sahabat Nuklear3 (Iyit, Ayu dan Tika) dan Adik-adik G5 (Hanum,

Yuni dan Dara) yang selalu memberi motivasi kepada penulis untuk

segera menyelesaikan tugas ini.

12. Kepada Alya, Ayu, April, Gita, Zura, Icha. Teman sepermainan, teman

seperjuangan yang telah berbagi suka-duka. Terima kasih peluk

hangatnya.

13. Teman-teman Kesmas 2011, semoga kita semua berhasil di jalan

masing-masing.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap,

semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan

menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis mengakui masih banyak kekurangan yang dimiliki dalam penulisan

skripsi ini, baik dari segi isi maupun dari segi penyusunannya. Oleh karena itu

segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat berarti bagi penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta , Agustus 2017

Annisa Septiani

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

ABSTRACT ........................................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 8

D. Tujuan .......................................................................................................... 9

E. Manfaat ...................................................................................................... 10

F. Ruang Lingkup ........................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12

A. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ........................................................... 12

1. Pengertian MSDs ................................................................................... 12

2. Gejala MSDs ......................................................................................... 13

3. Keluhan MSDs ...................................................................................... 13

4. Cara mengukur keluhan MSDs : ........................................................... 15

a. PLIBEL checklist ............................................................................. 15

b. NIOSH Discomfort Survey .............................................................. 15

c. Nordic Body Map (NBM) ................................................................ 16

B. Faktor Risiko MSDs ................................................................................... 18

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xii

1. Faktor Pekerjaan .................................................................................... 18

a. Postur kerja.................................................................................... 18

b. Force atau beban ........................................................................... 20

c. Durasi ............................................................................................ 20

d. Frekuensi ....................................................................................... 21

e. Alat perangkai/genggaman............................................................ 22

2. Faktor Pekerja/Faktor Individu............................................................. 23

a. Usia ................................................................................................ 23

b. Jenis Kelamin ................................................................................ 23

c. Lama Kerja .................................................................................... 24

d. Kebiasaan Merokok ....................................................................... 25

e. Kesegaran jasmani ......................................................................... 26

f. Masa Kerja ..................................................................................... 27

g. Indeks Masa Tubuh (IMT) ............................................................ 27

h. Kekuatan Fisik ............................................................................... 28

3. Faktor Lingkungan ................................................................................ 29

a. Suhu ................................................... ............................................29

b. Getaran .......................................................................................... 29

c. Tekanan ......................................................................................... 30

4. Faktor Psikososial .................................................................................. 30

C. Metode Penilaian Faktor Risiko Pekerjaan ................................................ 31

1. Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ................................. 31

2. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) .................................. 33

3. Metode OWAS (Ovako working analysis system) ............................... 35

4. Metode BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors) 36

5. Metode QEC (Quick Exposure Check) ................................................. 37

D. Metode Penilaian Faktor Psikososial ......................................................... 40

1. Copenhagen Psychososial Questionnaire II (CopSoq II) .................... 40

2. Depression Anxiety Stress Scale (Dass) ............................................... 41

3. Job Content Questionannaire (JCQ) ..................................................... 42

E. Pencegahan dan pengendalian MSDs ........................................................ 44

1. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs) .................................. 44

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xiii

2. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs) ................................ 45

F. Kerangka Teori ........................................................................................... 46

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 48

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 48

B. Definisi Operasional................................................................................... 51

C. Hipotesis ..................................................................................................... 53

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 54

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 54

B. Waktu dan Lokasi ...................................................................................... 54

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 54

D. Instrumen penelitian ................................................................................... 56

E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 57

F. Pengolahan Data......................................................................................... 64

G. Analisis Data.............................................................................................. 66

BAB V HASIL ...................................................................................................... 68

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 68

B. Analisis Univariat....................................................................................... 72

1. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017 ... 72

2. Gambaran Faktor-faktor Risiko keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation tahun 2017 ...................... 74

C. Analisis Bivariat ......................................................................................... 78

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 84

A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 84

B. Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada pekerja ...................................... 85

C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan, Usia, Kebiasaan Merokok, Kesegaran Jasmani, Indeks Massa Tubuh dan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs ......................................................................................................... 88

1. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan keluhan MSDs......................... 88

2. Hubungan Faktor Usia dengan Keluhan MSDs ................................ 92

3. Hubungan Faktor Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs ....... 94

4. Hubungan Faktor Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs ......... 97

5. Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Keluhan MSDs ..................... 99

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xiv

6. Hubungan Faktor Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs....... 101

7. Hubungan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs ................... 103

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 107

A. Simpulan .................................................................................................. 107

B. Saran ......................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 110

LAMPIRAN ........................................................................................................ 114

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan pengukuran keluhan MSDs .......... 17

Tabel 2.2 Matriks Action Level RULA..................................................... 33

Tabel 2.3 Matriks Action Level REBA.................................................... 34

Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan penilaian faktor Risiko pekerja 37

Tabel 2.5 Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran psikososial 42

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 51

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017................................................................................ 72

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017....................... 74

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi lama merokok, jumlah batang rokok/ hari dan masa kerja pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 ................................................... 75

Tabel 5.4 Distribusi penilaian psikososial berdasakan masing-masing Item pada pekerj PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 ............................... ...........................

77

Tabel 5.5

Analisis hubungan pekerjaan, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, dan faktor psikososial pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017.................................................. 79

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1 Kerangka Teori........................................ 47

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................... 50

Gambar 5.1 Alur proses produksi PT Bumi Sarimas Indonesia ...............................................

71

Gambar 5.2 Posisi kerja ............................................. 75

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat Izin Penelitian

B. Kuesioner Penelitian

C. Lembar Nordic Body Map (NBM)

D. Kuesioner Penilaian Psikososial

E. Lembar observasi REBA

F. Output Analisis SPSS

G. Dokumentasi

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

xviii

DAFTAR ISTILAH

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

ILO International Labour Organization

MSDs Musculoskeletal Disorders

PAK Penyakit Akibat Kerja

RULA Rapid Upper Limb Assessment

REBA Rapid Entire Body Assessment

OWAS Ovako Working Analysis system

BRIEF Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor

QEC Quick Exposure Check

CTD Cumulative Trauma Disorders

NBM Nordic Body Map

BSI Bumi Sarimas Indonesia

MP Meat Preparation

NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health

PLIBEL Plan for Identifiering av Belastningsfaktorer

CopSoq Copenhagen Psychososial Questionnaire

DASS Depression Anxiety Stress Scale

JCQ Job Content Questionnaire

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia saat ini semakin pesat dengan

diikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan

tersebut mendukung penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan

kimia dalam proses produksi untuk menghasilkan produk atau jasa yang

bagus agar dapat bersaing di pasaran. Sebaliknya, kemajuan dan

perkembangan tersebut memiliki dampak yang memicu berbagai masalah

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), seperti meningkatnya jumlah dan

ragam sumber bahaya di tempat kerja, meningkatnya jumlah maupun tingkat

keseriusan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Notoatmodjo, 2007).

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2013, Setiap

15 detik seorang pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit

akibat kerja. Setiap hari 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau

penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, atau lebih dari 2,3 juta

kematian per tahun. Disamping itu, setiap tahun ada sekitar 270 juta pekerja

yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan sekitar 160 juta pekerja terkena

penyakit akibat pekerjaan. Selain itu, hasil laporan pelaksanaan kesehatan

kerja di 26 Provinsi Indonesia tahun 2013 menunjukkan jumlah kasus

penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus

penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus

(Kemenkes RI, 2014).

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

2

Proporsi Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut European

Occupational Disease Statistic yaitu musculoskeletal disorders sebanyak

38,1%, gangguan syaraf 20,9%, gangguan pernafasan 14,3%, organ sensorik

12,8%, penyakit kulit 7,1 %, kanker 5% dan infeksi 0,5% (European Agency

Safety and Health at Work, 2010). Selain itu hasil studi Departemen

Kesehatan RI dalam “Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia Tahun

2005” menunjukan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja

berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang dialami

pekerja menurut studi yang dilakukuan terhadap 9482 pekerja di 12

Kabupaten/Kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan MSDs (16%),

kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan

gangguan THT (1,5%) (Depkes RI, 2005).

Musculoskeletal Disorder (MSDs) adalah sebuah cedera yang

mempengaruhi gerakan sistem tubuh manusia seperti otot, tendon, ligamen,

saraf, pembuluh darah dan lainnya (Middlesworth, 2015). Keluhan

muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat

sakit, apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang

lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligamen, dan tendon (Grandjen & Lemaster dalam Tarwaka, 2015).

Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja, tingginya biaya

pengobatan dan material, meningkatnya absensi, rendahnya kualitas kerja,

injuri dan ketegangan otot, meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

3

kerja dan eror, meningkatnya biaya pergantian tenaga kerja dan berkurangnya

cadangan yang berhubungan dengan keadaan darurat. (Pulat & Alexander,

1991)

Menurut Labor Force Survey dalam Self-reported work-related ill

health and workplace injuries pada tahun 2014-2015 diperkirakan prevalensi

orang di Britania Raya yang menderita muskuloskeletal disorders akibat

pekerjaan adalah 553.000 orang, sedangkan menurut Bereau of Labor

Statistics pada tahun 2014 terdapat 365.580 kasus gangguan muskuloskeletal

(MSDs) untuk semua pekerja di Amerika.

Iridiastadi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Prevalence Of

Musculoskeletal Symptoms Among Indonesian Workers, menyatakan bahwa

prevalensi 1 tahun MSDs pekerja di Indonesia berkisar antara 40-80%.

Prevalensi MSDs pada pekerja kantor adalah 68% pada bagian leher, 62%

punggung atas, dan 60% punggung bawah. Prevalensi MSDs pada perawat

yaitu leher 44%, bahu 47%, punggung bawah 51% dan punggung bawah

45%. Sedangkan pada pekerja pabrik (tekstil) prevalensi tertinggi dirasakan

pada bagian punggung bawah yaitu 47%.

Pada penelitian Kumar, dkk (2015) mengenai nyeri yang berhubungan

dengan pekerjaan pada pekerja pengupas nanas di India, diketahui 41%

pekerja merasakan nyeri di bahu, 37,1% merasakan nyeri di lengan atas dan

45,4% merasakan nyeri di punggung bawah. Selain itu, pada perhitungan

dengan metode RULA diketahui 89,4% peserta menunjukkan tingkat action

level 3, yang artinya dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan perubahan

segera.

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

4

Hasil penelitian Hastuti dan Sugiharto (2009) tentang hubungan sikap

kerja duduk dengan cumulative trauma disorders (CTD) menunjukkan bahwa

pada bahu kanan (p= 0,021), bahu kiri (p= 0,011), pinggang (p= 0,021),

punggung (p= 0,042) dan leher bagian bawah (p= 0,042), artinya sikap kerja

duduk berhubungan dengan CTD. Hal serupa pada penelitian Gayo (2010)

disebutkan bahwa para pekerja penyortir kopi bekerja dengan sikap duduk

pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan kepala agak menunduk

menyebabkan keluhan pada leher 100% dan sikap tubuh yang cenderung

membungkuk menyebabkan keluhan pada pinggang 100%. Selain itu

penyortir kopi dengan sikap berdiri juga mengalami keluhan pada leher

80,5%, lutut (kiri dan kanan) sebanyak 89,7%, dan pada betis (kiri dan kanan)

sebanyak 97,7%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia memiliki lahan

tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal perkebunan pada tahun

2013 mencapai 3,6 juta Ha. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 107

perusahaan perkebunan besar komoditas kelapa di Indonesia salah satu

diantaranya yaitu PT Bumi Sarimas Indonesia (BSI). PT BSI merupakan

perusahaan kelapa terpadu dan industri minuman. Perusahaan ini

memproduksi produk seperti santan, air kelapa, minyak kelapa (Virgin

coconut oil & Crude coconut oil), coconut expeller, Nata De Coco, air

mineral dalam kemasan dan minuman olahan kelapa lainnya.

Dalam memenuhi permintaan pasaran, perusahaan ini mengolah hampir

500.000 kelapa dan 60.000 Kg copra /hari. Kelapa dan kopra terlebih dahulu

diolah oleh bagian produksi Meat Preparation (MP). Bagian MP merupakan

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

5

bagian produksi tahap awal yang bertugas melakukan pengupasan tempurung

kelapa dan kulit ari yang menempel pada daging kelapa. Pada bagian ini,

pekerjaan yang dilakukan masih bersifat manual, sehingga masih memerlukan

banyak tenaga manusia. Sedangkan, proses produksi setelahnya seperti:

filtration, cooling, blending, pre-heating, sterilization, dll sudah bersifat

otomatis, sehingga hanya memerlukan sedikit pekerja untuk monitoring

mesin.

Pada bagian produksi MP PT BSI terdapat 743 pekerja yang terbagi

kedalam pekerjaan pengupasan tempurung kelapa dan pengupasan kulit ari.

Pengupasan tempurung kelapa dilakukan oleh pekerja laki-laki (sheller).

Pekerjaan pengupasan tempurung ini menggunakan bantuan mesin pengupas

tempurung kelapa dengan ketinggian 100cm. Pekerjaan dilakukan dengan

posisi tubuh statis berdiri. Selain itu pekerjaan membutuhkan tenaga untuk

menahan kelapa yang dipegang agar tidak terlepas ketika didekatkan ke

mesin pengupas. Penggunaan mesin pengupas tempurung ini dapat

menyebabkan pekerja mengalami postur janggal pada bagian tubuh seperti

punggung membungkuk, leher menunduk serta fleksi, ekstensi, dan deviasi

pada lengan, tangan dan pergelangan tangan saat menahan kelapa.

Pengupasan kulit ari dilakukan oleh pekerja perempuan (Parer).

Pengupasan kulit ari kelapa dilakukan menggunakan pisau sejenis pengupas

kulit buah. Pekerjaan ini dilakukan dengan posisi tubuh statis duduk. Letak

duduk pekerja, letak kelapa sebelum dikupas dan letak kelapa sesudah di

kupas mempengaruhi fleksi dan ekstensi pada tangan pekerja. Selain itu,

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

6

posisi duduk pada kursi tanpa sandaran juga dapat menimbulkan postur

janggal pada punggung, leher dan kaki.

Banyaknya kelapa yang harus dikupas, menyebabkan adanya gerakan

repetitif, khususnya pada bagian lengan, tangan dan pergelangan tangan.

Selain itu pekerja harus melakukan pekerjaan menoton tersebut selama

kurang lebih 7 jam/hari. Bentuk kelapa yang hampir bulat menyebabkan

diperlukannya kekuatan pada genggaman agar kelapa yang dipegang tidak

mudah jatuh. Tata letak kelapa yang akan dikupas dan seletah dikupas

mempengaruhi postur tubuh pekerja. Beberapa hal tersebut, dapat

menimbulkan terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja. Untuk

mengetahui adanya keluhan muskuloskeletal digunakan kuesioner Nordic

Body Map (NBM).

NBM merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menilai

tingkat keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada sistem

muskuloskeletal. Dalam aplikasinya metode ini menggunakan lembar kerja

berupa peta tubuh (Body Map), sehingga dapat mempermudah dan

mempersingkat observasi. Observer dapat langsung mewawancarai responden

sistem muskuloskeletal mana saja yang mengalami gangguan dan responden

dapat menunjuk langsung bagian tubuh sesuai yang tercantum pada lembar

kerja NBM (Tarwaka, 2015).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 orang pekerja

bagian MP (5 sheller dan 5 parer) menggunakan kuesioner NBM, diketahui

bahwa sebanyak 90% pekerja memiliki keluhan MSDs dengan rincian

keluhan: pinggang 60%, bahu kiri 50%, bahu kanan 60%, dan pergelangan

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

7

tangan kanan 50%., pergelangan tangan kiri, tangan kiri dan tangan kanan

masing-masing 40%.

Dari pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa banyak postur

janggal yang dilakukan pekerja saat melakukan pekerjaannya, seperti

punggung membungkuk, punggung memuntir, leher menunduk, leher

memuntir, fleksi dan ekstensi pada tangan dan lengan saat mengambil kelapa

yang belum dikupas dan meletakkan kelapa yang sudah dikupas, dan deviasi

pada tangan saat mengarahkan dan menahan posisi kelapa pada mesin

pengupas. Pekerja melakukan pekerjaan selama ± 7jam/hari, namun pekerja

sheller melakukan pekerjaan dalam posisi tubuh statis berdiri, dan pekerja

parer melakukan pekerjaan dalam posisi duduk pada kursi tanpa sandaran.

Belum adanya penelitian yang dilakukan mengenai faktor-fakor yang

terkait dengan keluhan MSDs di PT BSI, membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bagian MP PT. Bumi

Sarimas Indonesia tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan pada pekerja bagian

MP PT. Bumi Sarimas Indonesia menggunakan Nordic Body Map (NBM),

diketahui bahwa 9 dari 10 pekerja memiliki keluhan MSDs dengan keluhan

sakit di pinggang, bahu, tangan dan pergelangan tangan. Gangguan

muskuloskeletal merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja, meningkatnya absensi,

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

8

rendahnya kualitas kerja, injuri dan ketegangan otot serta meningkatnya

kemunginan terjadinya kecelakaan kerja. Dari informasi yang diperoleh, PT.

BSI belum pernah melakukan penelitian terkait keluhan muskuloskeletal pada

pekerja, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian Meat

Preparation di PT. Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI

tahun 2017?

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan pada pekerja bagian MP PT BSI

tahun 2017?

3. Bagaimana gambaran faktor individu (usia, kebiasaan merokok, kesegaran

jasmani, masa kerja, dan indeks masa tubuh) pada pekerja bagian MP PT

BSI tahun 2017?

4. Bagaimana gambaran faktor psikososial pada pekerja bagian MP PT BSI

tahun 2017?

5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?

6. Apakah ada hubungan antara faktor individu (usia, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?

7. Apakah ada hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan MSDs

pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017?

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

9

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT

BSI tahun 2017.

b. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan pada pekerja bagian MP PT

BSI tahun 2017.

c. Diketahuinya gambaran faktor individu (usia, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) pada pekerja

bagian MP PT BSI tahun 2017.

d. Diketahuinya gambaran faktor psikososial pada pekerja bagian MP PT

BSI Tahun 2017

e. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs

pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.

f. Diketahuinya hubungan antara faktor individu (usia, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa) dengan

keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.

g. Diketahuinya hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

10

E. Manfaat

1. Bagi perusahaan

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian MP PT. BSI, sehingga program-program K3

dapat dijalankan.

b. Perusahaan dapat mempertimbangkan/koreksi terhadap potensi MSDs

yang ada dilingkungan perusahaan.

2. Bagi Program studi kesehatan masyarakat

a. Menjadi masukan dalam keilmuan K3, khususnya mengenai faktor

risiko ergonomi dan MSDs.

3. Bagi peneliti

a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan

meneliti terkait ergonomi.

b. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di

perkuliahan pada tempat kerja sesungguhnya.

c. Meningkatkan pengetahuan khususnya dalam hal kajian faktor risiko

ergonomi.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

11

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan

Musculoskeletal disorders dan faktor-faktor yang berhubungan. Faktor

tersebut adalah faktor pekerjaan, dan faktor individu (usia, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, masa kerja dan indeks masa tubuh) dan faktor

psikososial. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-februari 2017 di

PT BSI bagian Meat Preparation yang terletak di Jln. Duku KM 21 Padang

Pariaman Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian

ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional

study, populasi penelitian adalah seluruh karyawan MP yang berjumlah 743

orang. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus sampel uji

hipotesis beda dua proporsi didapatkan jumlah sampel penelitian sebanyak 70

orang. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung keluhan MSDs

dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau daftar

pertanyaan, form Nordic Body Map, lembar form REBA, kuesioner CopSoq

II, camera digital, timbangan, microtoise dan MB ruler. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan

referensi lainnya.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

1. Pengertian MSDs

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah cedera atau gangguan

otot, saraf, tendon, sendi, kartilago, sistem saraf, dan struktur penunjang

seperti discus invertebral yang diperburuk oleh kegiatan fisik yang terlalu

lama seperti gerakan pengulangan, beban, getaran, atau postur janggal

(NIOSH, 1997).

MSDs terjadi tidak secara langsung, melainkan dari penumpukan-

penumpukan cedera benturan kecil dan besar yang terakumulasi secara

terus menerus dalam waktu yang cukup lama yang diakibatkan oleh

pengangkatan beban saat bekerja, sehingga menimbulkan cedera dimulai

dari rasa sakit, nyeri, pegal-pegal pada anggota tubuh. Musculoskeletal

disorders merupakan suatu istilah yang memperlihatkan bahwa adanya

gangguan pada sistem musculoskeletal (Humantech, 2003).

Pada beberapa negara, digunakan istilah yang berbeda-beda untuk

menggambarkan kejadian MSDs, diantaranya Repetitive Motion Injuries,

Repetitive Strain Injuries (RSIs), Cumulative Trauma Disorders (CTDs),

Occupational Cervicobracial Disorders (OCD) Overuse Syndrome,

Regional Musculoskeletal Disorders dan Soft Tissue Disorders (Canadian

Centre for Occupational Health and Safety-CCOHS).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

13

2. Gejala MSDs

Gejala MSDs biasanya sering disertai dengan keluhan yang sifatnya

subjektif, sehingga sulit untuk menentukan derajat keparahan penyakit

tersebut. MSDs ditandai adanya gejala seperti: nyeri, bengkak, kemerah-

merahan, panas, mati rasa retak atau patah pada tulang dan sendi,

kekakuan, rasa lemas atau kehilangan daya koordinasi tangan, susah untuk

digerakkan (Suma’mur, 1996)

Gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah:

a. Leher dan punggung terasa kaku.

b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas.

c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.

d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.

e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri

disertai bengkak.

f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

g. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan

serta kehilangan kepekaan.

h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi

rasa panas.

3. Keluhan MSDs

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan

sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang

dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

14

kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. (Grandjean, 1993; Lemaster,

1996 dalam Tarwaka, 2015).

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut

akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot masih terus berlanjut.

Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs dapat dilihat dari

tingkatan sebagai berikut : (Humantech 1995; Oborne,1995)

a. Tahap 1

Nyeri dan kelelahan pada saat bekerja tetapi setelah beristirahat yang

cukup tubuh akan pulih kembali. Tidak mengganggu kapasitas kerja.

b. Tahap 2

Keluhan rasa nyeri tetap ada setelah waktu semalam, istirahat, timbul

gangguan tidur, dan sedikit mengurangi performa kerja.

c. Tahap 3

Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat, nyeri dirasakan saat

bekerja, saat melakukan gerakan yang repetitif, tidur terganggu, dan

kesulitan dalam menjalankan pekerjaan yang pada akhirnya akan

mengakibatkan terjadinya inkapasitas.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

15

4. Cara mengukur keluhan MSDs :

Pengukuran keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan dengan beberapa

metode, seperti berikut:

a. PLIBEL checklist

PLIBEL (Plan för Identifiering av. Belastningsfaktorer) adalah

ceklist sederhana yang digunakan untuk mengetahui risiko

muskuloskeletal yang berkaitan dengan tempat kerja. Ceklist ini

dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menilai bahaya ergonomis

pada lima wilayah bagian tubuh. (Leher, bahu dan punggung bagian

atas, siku dan lengan,kaki, lutut dan pinggul, serta pingang belakang).

PLIBEL cepat untuk digunakan dan mudah dimengerti, namun

metode penilaian subjektif ini membutuhkan pemahaman yang baik

tentang ergonomi. Metode ini bersifat umum dan tidak dapat menilai

pekerjaan atau tugas-tugas tertentu (Stanton,et al 2005).

b. NIOSH Discomfort Survey

Survey keluhan musculoskeletal yang digunakan dalam NIOSH

menggunakan peta tubuh bersama-sama dengan skala penilaian untuk

menilai ketidaknyamanan di beberapa daerah tubuh. Metode yang

hampir sama juga di gunakan dalam SNQ (survey nordic

questionnaire) dan UMUEQ (university of michigan upper extremity

questionnaire).

Peta tubuh yang digunakan dalam banyak penelitian NIOSH

hampir sama dengan diagram standar yang digunakan untuk

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

16

membedakan ektremitas tubuh bagian atas dan bawah dalam SNQ

(leher, bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, punggung bagian atas

dan bawah, pinggul/paha, lutut, pergelangan kaki/kaki) berbeda

dengan UMUEQ yang menggunakan deskripsi verbal untuk

membedakan daerah tubuh (diagram hanya digunakan untuk

melokalisasi ketidaknyamanan pada tangan). Namun, untuk penilaian

rasa tidak nyaman di tubuh, survei NIOSH lebih mirip dengan metode

UMUEQ yang mengungkap informasi lebih lengkap dari metode SNQ

(Stanton,et al 2005).

c. Nordic Body Map (NBM)

NBM merupakan metode sederhana yang digunakan untuk

menilai tingkat keparahan atas terjadinya gangguan atau cedera pada

sistem musculoskeletal. Tingkat keluhan yang dinilai mulai dari rasa

tidak nyaman (sedikit sakit), sakit hingga sangat sakit. Dengan melihat

dan menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasi tingkat dan

jenis keluhan otot skelektal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini

sangat sederhana, namun kurang teliti karena mengandung nilai

subjektifitas yang tinggi (Kuorinka et al, 1987).

Metode NBM menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh

(Body Map). Peta tubuh ini meliputi 28 bagian otot pada sistem

musculoskeletal. Ke 28 bagian otot ini dibagi menjadi 9 bagian utama,

yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian

bawah, pergelangan tangan/tangan, pinggul/paha, lutut , tumit/kaki.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

17

Pen-skoran keluhan/nyeri dikategorikan menjadi 4 yaitu tidak

sakit, agak sakit, sakit, dan sangat sakit. Tingkat keluhan MSDs

dikatakan rendah apabila total skor NBM 0-20. Dikatakan sedang jika

skor NBM 21-41, tinggi jika skor NBM 42-62 dan sangat tinggi jika

skor NBM 63-84. (Tarwaka, 2015).

Tabel 2.1 kelebihan dan kekurangan pengukuran keluhan MSDs

Metode Kekurangan Kelebihan

PLIBEL Bersifat umum dan tidak

bisa untuk menilai tugas-

tugas tertentu. Penilaian

subjektif, membutuhkan

pemahaman yang lebih

tentang ergonomi

Cepat digunakan, dan mudah

dimengerti dapat menilai

keluhan pada leher, bahu dan

punggung bagian atas, siku

dan lengan, kaki, lutut dan

pinggul, serta pingang

belakang

NIOSH

Discomfort

survey

Belum ada standar baku,

dan belum ditentukan

penilaian mana yang

terbaik.

Survey ini telah banyak

digunakan dan diterima

sebagai proxy faktor risiko

gangguan muskuloskeletal.

Merupakan kompilasi dari

berbagai macam penelitian

NBM Penilaian subjektif Penilaian hampir pada seluruh

tubuh pekerja

Ketiga cara pengukuran yang telah disebutkan menggunakan peta

tubuh untuk penilaiannya. Meskipun demikian pada penelitian ini

peneliti menggunakan metode NBM karena penilaian keluhan hampir

pada seluruh tubuh pekerja, sehingga dianggap paling mewakili

dibandingkan dua cara pengukuran lainnya.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

18

B. Faktor Risiko MSDs

1. Faktor Pekerjaan

a. Postur kerja

Menurut Santoso (2004), postur kerja adalah proses kerja yang

sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang

digunakan pada saat bekerja. Postur kerja merupakan pengaturan

sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan

menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja

sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat

meminimalisasi timbulnya cedera muskuloskeletal.

Pembagian postur kerja dalam ergonomi didasarkan atas posisi

tubuh dan pergerakan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam

ergonomi terdiri dari (Bridger, 2003) :

1) Postur Netral, yaitu postur dimana seluruh bagian tubuh berada

pada posisi yang sewajarnya atau seharusnya dan kontraksi otot

tidak berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan

lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran, penekanan,

ataupun kontraksi yang berlebih.

2) Postur Janggal, yaitu postur dimana posisi tubuh (tungkai, sendi

dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisi netral

pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan oleh

keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka

waktu lama. ILO (1998) mengkategorikan postur tubuh sebagai

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

19

postur janggal adalah berdiri, duduk tanpa dukungan lumbar,

duduk tanpa dukungan punggung, duduk tanpa footrest (tumpuan

kaki) yang baik dengan ketinggian yang sesuai, duduk dengan

mengistirahatkan bahu pada permukaan alat kerja yang terlalu

tinggi, tangan bagian atas terangkat tanpa dukungan dari alas

vertikal, tangan meraih sesuatu yang sulit terjangkau

(jauh/tinggi), kepala mendongak, posisi membungkuk, punggung

yang mengarah ke depan, membawa beban berat dengan cara

memanggul atau memikul, semua posisi tegang, posisi ekstrim

yang terus menerus setiap sendi.

Sedangkan berdasarkan pergerakan, postur kerja dalam ergonomi

terdiri dari :

1) Postur Statis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar

tubuh tidak aktif atau hanya sedikit sekali terjadi pergerakan.

Postur satis dalam jangka waktu lama dengan kontraksi otot

secara terus-menerus dapat menyebabkan tekanan atau stress pada

bagian tubuh (Bridger, 2003).

2) Postur dinamis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar

anggota tubuh bergerak.

Dalam penelitian Gayo (2010), pekerja penyortir kopi bekerja

dengan sikap duduk pada kursi tanpa sandaran dan bantalan dengan

kepala agak menunduk menyebabkan keluhan pada leher 100% dan

sikap tubuh yang cenderung membungkuk menyebabkan keluhan

pada pinggang 100%. Selain itu penyortir kopi dengan sikap berdiri

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

20

mengalami keluhan pada leher 80,5%, lutut (kiri dan kanan) sebanyak

89,7%, dan pada betis (kiri dan kanan) sebanyak 97,7%.

b. Force atau beban

Force merupakan usaha yang dibutuhkan untuk melakukan

pergerakan. Pekerjaan yang menuntut penggunaan tenaga besar akan

memberikan beban pada otot, tendon, ligamen dan sendi. Objek

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan

otot rangka, begitu pula dengan bentuk dan ukurannya. Semakin berat

objek yang ditangani, maka tenaga yang dibutuhkan juga meningkat.

Secara umum, semakin besar gaya yang dikeluarkan untuk

menangani suatu objek, maka risiko kesehatan yang akan terjadi juga

semakin besar. Namun pada penelitian Pratiwi, dkk (2009) berat

beban tidak memiliki hubungan yang spesifik dengan nyeri punggung

bawah (p= 0,538), hal ini terjadi karena berat beban yang tidak

konstan, semakin lama berat gendongan akan semakin ringan karena

jamu laku terjual. sehinggga secara otomatis berat beban juga

berkurang. Pengurangan berat beban akan mengurangi pembebanan

pada tulang belakang.

c. Durasi

Durasi merupakan jumlah waktu/ lamanya terpajan suatu faktor

risiko. Durasi dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari

pekerja terpajan risiko. Secara umum, semakin besar pajanan durasi

pada faktor risiko, semakin besar pula tingkat risikonya.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

21

Durasi dikategorikan sebagai berikut:

a. Durasi singkat jika < 1 jam/hari,

b. Durasi sedang jika 1-2 jam/hari dan

c. Durasi lama jika > 2 jam/hari.

Menurut Humantech (1995), pekerjaan yang menggunakan otot

yang sama untuk durasi yang lama dapat meningkatkan potensi

timbulnya fatigue dan menyebabkan MSDs bila waktu

istirahat/pemulihan tidak mencukupi. Semakin lama durasi melakukan

pekerjaan yang berisiko maka waktu yang diperlukan untuk recovery

(pemulihan) juga akan semakin lama .

Pada penenun yang melakukan pekerjaan selama 10 jam perhari

dan 7 hari per minggu, 92% merasakan ketidaknyamanan dalam

bekerja dengan keluhan tinggi pada tangan dan pergelangan tangan.

Pada penjahit yang melakukan pekerjaan selama lebih dari 10 jam per

hari dan 6 hari per minggu, 84% merasakan ketidaknyamanan dalam

bekerja dengan keluhan terbanyak di bagian punggung bawah

(Gangopadhyay, dkk 2003). Hasil penelitian Ini menunjukkan bahwa

lamanya durasi melakukan pekerjaan mempengaruhi kelelahan dan

berisiko terkena MSDs.

d. Frekuensi

Banyaknya aktifitas (mengangkat atau memindahkan) dalam

satuan waktu (menit) yang dilakukan oleh pekerja dalam satu hari.

Frekuensi terjadinya postur janggal terkait dengan terjadinya

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

22

repetitive motion dalam melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi

karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus-menerus tanpa

melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin banyak

pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, maka akan

mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan

secara repetitif dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan

risiko MSDs apalagi bila ditambah dengan gaya atau beban dan postur

janggal (OHSC, 2007)

Dalam penelitian Banerjee & Gangopadhyay (2003) menyatakan

bahwa ketidaknyamanan pada bagian tangan penenun disebabkan

karena lamanya paparan dan tingginya intensitas gerakan berulang.

Hasil penelitian menunjukkan penenun melakukan pola gerakan

berulang sebanyak 61.6%.

e. Alat perangkai/genggaman

Genggaman diartikan sebagai tingkat kenyamanan tangan dalam

memegang alat penunjang kerja, material kerja, atau postural jari dan

lengan ketika melakukan pekerjaan. Seringnya terjadi tekanan

langsung pada jaringan otot yang lunak dapat menyebabkan rasa nyeri

otot yang menetap. sebagai contoh pada saat tangan harus memegang

alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan

langsung dari pegangan alat (Tarwaka, dkk. 2004).

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

23

2. Faktor Pekerja/Faktor Individu

a. Usia

Pada umumnya keluhan sistem muskuloskeletal sudah mulai

dirasakan pada usia kerja, namun keluhan pertama biasanya dirasakan

pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah

baya, kekuatan dan ketahan otot mulai menurun sehingga risiko

terjadinya keluhan otot meningkat. (Chaffin, 1979; Guo et al.;1995

dalam Tarwaka. 2015)

Dalam penelitian Mirbod, dkk (1995) pekerja laki-laki dengan

usia lebih dari 28 tahun memiliki prevalensi lebih tinggi dibanding

usia dibawah 28 tahun untuk keluhan punggung. Hal yang sama

dengan penelitian Guo, dkk (2004) prevalensi MSDs pada pekerja di

Taiwan lebih tinggi pada pekerja usia 45-64 tahun.

b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian beberapa ahli menunjukkan bahwa jenis kelamin

mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena

secara fisiologis kemampuan otot perempuan memang lebih rendah

daripada laki-laki. Astrand dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa

kekuatan otot perempuan hanya sekitar dua pertiga (2/3) dari kekuatan

otot laki-laki sehingga daya tahan otot laki-laki lebih tinggi

dibandingkan otot perempuan, (Tarwaka, 2015)

Dalam penelitian Iriastadi (2007) pada pekerja kantor, tidak

terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal baik pada perempuan

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

24

maupun laki-laki. Namun, pada perawat, ditemukan prevalensi lebih

tinggi pada pekerja laki-laki dibanding pekerja perempuan sebaliknya

pada pekerja pabrik, prevalensi keluhan lebih tinggi pada pekerja

perempuan dari pada pekerja laki-laki.

Pada penelitian Mirbod, dkk (1995) prevanlensi nyeri punggung

lebih tinggi pada laki laki (72,2%) dibanding perempuan (63%),

sebaliknya, dalam penelitian Guo, dkk (2004) prevalensi

musculoskeletal disorders perempuan lebih tinggi (39,5%) dibanding

laki-laki (35,2%).

c. Lama Kerja

Umumnya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan

sisanya 14-18 jam digunakan untuk beristirahat. Adanya penambahan

jam kerja dapat menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan

produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengakibatkan penyakit

dan kecelakaan. Lama kerja diatur dalam undang-undang No. 13

Tahun 2003 yang menyatakan bahwa jam kerja yang berlaku adalah 7

jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam

1 minggu, 8 jam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja.

Lama kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot

dan dapat meningkatkan risiko musculoskeletal disorders terutama

untuk jenis pekerjaan dengan menggunakan kekuatan kerja yang

cukup tinggi.

Dalam penelitian Gangopadhyay, dkk (2003) diketahui penenun

melakukan pekerjaan selama 10 jam perhari dan 7 hari per minggu,

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

25

dan ditemukan sebanyak 92% pekerja merasakan ketidaknyamanan

dalam bekerja dengan keluhan tinggi pada tangan dan pergelangan

tangan. Selain itu pada pemotong daging dan penjahit yang

melakukan pekerjaan selama lebih dari 10 jam per hari dan 6 hari per

minggu ditemukan sebanyak 80% pemotong daging merasakan

ketidaknyamanan dalam bekerja, dengan keluhan pada tangan,

pergelangan tangan dan jari. 84% penjahit merasakan

ketidaknyamanan dalam bekerja dengan keluhan terbanyak di bagian

punggung bawah.

d. Kebiasaan Merokok

Semakin lama dan semakin tinggi tingkat merokok, semakin

tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et.al

(1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan

merokok dengan keluhan otot pinggang khususnya untuk pekerja yang

memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait dengan

kondisi kesegaran tubuh seseorang, kebiasaan merokok akan

menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk

mengkonsumsi oksigen juga menurun. Pekerja akan mudah lelah

karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat akan terhambat dan terjadi penumpukan asam laktat yang

akhirnya menimbulkan rasa nyeri di otot (Tarwaka, 2015).

Bustan (2007), mengkategorikan kebiasaan merokok menjadi 4

kategori, yaitu: kategori kebiasaan merokok berat, jika >20

batang/hari, kebiasaan merokok sedang jika 10-20 batang/hari,

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

26

kebiasaan merokok ringan jika <10 batang/hari, dan tidak merokok,

yaitu tidak pernah merokok, atau pernah merokok namun telah

berhenti > 1 tahun.

Pada penelitian Suriyatmini (2011), dari 85 orang yang tidak

merokok, terdapat 94% pekerja yang merasakan keluhan MSDs, dari

25 orang yang mempunyai kebiasaan merokok ≤ 10 batang/hari

terdapat 96% pekerja yang merasakan keluhan MSDs, dan dari 5

orang yang meiliki kebiasaan merokok 11-20 batang/ hari, terdapat

60% pekerja yang merasakan keluhan MSDs.

e. Kesegaran jasmani

Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan yang dimiliki atau

dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk

melakukan kerja atau aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang

berarti. Pada umumnya keluhan otot akan dialami oleh seseorang

yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan

tidak cukup istirahat. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan

mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot.

Salah satu cara untuk menjaga kesegaran tubuh adalah dengan

berolahraga. Olahraga teratur dapat memperkuat otot-otot, tulang dan

jaringan, serta meningkatkan sirkulasi darah dan nutrisi pada semua

jaringan tubuh. Jika sirkulasi darah tersumbat maka akan mengganggu

kinerja otot sehingga keluhan otot akan semakin cepat terjadi.

Bagi pekerja dengan kesegaran jasmani yang rendah, risiko

keluhan menjadi tiga kali lipat dibandingan yang memiliki kekuatan

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

27

fisik tinggi (Suriyatmini, 2011) Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010), bahwa paling banyak pekerja

yang mengalami keluhan MSDs adalah pekerja yang kurang

melakukan olahraga.

f. Masa Kerja

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali

pekerja masuk kerja hingga saat penelitian mulai berlangsung. Masa

kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan

meningkatkan risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), terutama

untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.

Pada penelitian yang dilakukan Suriyatmini (2011) didapatkan

hasil pekerja dengan masa kerja <5 tahun merasakan keluhan MSDs

94%, pekereja dengan masa kerja 5-10 tahun merasakan keluhan

MSDs 87%, dan pekerja dengan masa kerja >10 merasakan keluhan

MSDs 95%.

g. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan

dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2015). Keterikatan antara

indeks masa tubuh dengan MSDs yaitu semakin gemuk seseorang

maka akan bertambah besar risiko orang tersebut untuk mengalami

MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan kelebihan berat

badan akan berusaha untuk menopang berat badan dengan cara

mengontraksikan otot punggung, jika ini dilakukan terus menerus

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

28

dapat menyebabkan adanya penekanan pada bantalan saraf tulang

belakang.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), kategori ambang

batas IMT untuk orang dewasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kurus sekali, jika IMT < 17,0

2. Kurus, jika IMT 17,0-18,4

3. Normal jika IMT 18,5-25,0

4. Gemuk jika IMT 25,1-27,0

5. Gemuk sekali jika IMT >27,0

Hasil penenlitian Silva. dkk (2013) menyatakan bahwa Pekerja

dengan obesitas cenderung memiliki rasa sakit dan gejala terkait

MSDs dengan OR 2,129 dibanding pekerja dengan berat badan

normal.

h. Kekuatan Fisik

Kekuatan fisik merupakan suatu kemampuan fungsional

seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang

memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu. Lamanya

waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik untuk pekerjaan

yang memerlukan kekuatan sampai beberapa jam untuk waktu yang

memerlukan ketahanan (Tarwaka, dkk. 2004).

Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH

menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada

pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas

kekuatan otot pekerja. Pekerja dengan kekuatan otot rendah memiliki

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

29

risiko keluhan otot tiga kali lipat dibanding pekerja yang mempunyai

kekuatan tinggi (Bukhori, 2010).

3. Faktor Lingkungan

a. Suhu

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat mempengaruhi

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan menjadi

lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan

otot. Demikian juga dengan paparan udara panas, beda suhu tubuh

dengan suhu lingkungan akan membuat sebagian energi dalam tubuh

termanfaatkan untuk beradaptasi dengan lingkungan, jika tidak

diimbangi dengan suplai energi yang cukup maka akan terjadi

kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya peredaran darah

kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan nyeri di otot (Suma’mur 1982; Grandjean, 1993)

Dibanding suhu normal, pekerja yang bekerja pada temperature

yang dingin (OR 1,6) memiliki risiko lebih rentan terkena

musculoskeletal disorders (Nag, dkk 2012)

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi

otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah

tidak lancar, penimbunan asam laktat yang meningkat akan

menimbulkan rasa nyeri otot. Dari hasil semua study ditemukan

hubungan yang signifikan antara CTS dengan getaran, kebanyakan

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

30

penelitian memiliki OR > 3,0 sedangkan pada study mengenai low

back pain, setengah hasil study menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara getaran dengan low back pain (NIOSH, 1997)

c. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak pada

saat memegang alat dapat menyebabkan rasa nyeri yang menetap.

4. Faktor Psikososial

Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/

emosionalnya. Istilah “psikososial” umumnya digunakan dibidang

kesehatan sebagai istilah yang menggambarkan faktor-faktor yang terkait

dalam tiga domain terpisah: (1) faktor yang terkait dengan pekerjaan dan

lingkungan kerja, (2) faktor yang terkait dengan lingkungan ekstra-kerja,

dan (3) karakteristik individu pekerja. Interaksi antara faktor-faktor dalam

setiap domain inilah yang disebut sebagai “proses stress” yang dianggap

berdampak, baik pada status kesehatan maupun performa kerja (Bernard,

et al 1997).

Domain dari faktor yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungan

kerja atau yang disebut “Faktor organisasi kerja” mencakup berbagai

aspek seperti : konten pekerjaan (misalnya beban kerja, kontrol pekerjaan,

tuntutan mental, kejelasan pekerjaan dll), karakteristik organisasi

(misalnya struktur organisasi tall vs flat, masalah komunikasi), hubungan

interpersonal ditempat kerja (misalnya hubungan atasan-karyawan,

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

31

dukungan sosial), aspek temporal pekerjaan dan tugas (misalnya siklus

waktu dan shift kerja), aspek keuangan dan ekonomi (misalnya gaji,

keuntungan dan masalah keadilan), aspek masyarakat (reputasi dan status

pekerjaan).

Parameter faktor yang terkait dengan lingkungan ekstra-kerja

mencakup faktor yang berkaitan dengan tuntutan yang timbul dari peran

diluar kerja, seperti tanggung jawab dengan orang tua, pasangan atau anak-

anak. Sedangkan faktor karakteristik individu pekerja meliputi faktor

genetik (jenis kelamin, kecerdasan), aspek-aspek yang diperoleh (tingkat

sosial, budaya, status pendidikan) dan faktor dispositional (seperti ciri-ciri

kepribadian, karakteristik dan sikap seperti kepuasan hidup dan

pekerjaan).

C. Metode Penilaian Faktor Risiko Pekerjaan

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan metode

observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti Rapid Upper Limb

Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), Ovako

Working Posture Analysis (OWAS), Quick Exposure Checklist (QEC),

Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF). Beberapa

metode penilaian tersebut dijabarkan seperti di bawah ini:

1. Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Lynn McAtamney dan

Nigel Corlett, E. (1993), seorang ahli ergonomi dari Nottingham’s

Institute of Occupational Ergonomics England. Metode ini

mengobservasi segmen tubuh khususnya upper limb dan mentransfernya

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

32

dalam bentuk skoring. Selanjutnya, skor final yang diperoleh akan

digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan saran perbaikan

secara tepat (Tarwaka, 2015).

Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan

target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot

skeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb

disorders), seperti; adanya gerakan repetitif, pekerjaan diperlukan

pengerahan kekuatan aktivitas otot statis pada otot skeletal, dll. Selain itu

metode RULA juga merupakan alat untuk melakukan analisis awal yang

mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh oleh

faktor-faktor penyebab cedera, yaitu: postur tubuh, kontraksi otot statis,

gerakan repetitif, serta pengerahan tenaga dan pembebanan.

Pengukuran terhadap postur tubuh dengan metode RULA pada

prinsipnya adalah mengukur sudut dasar yaitu sudut yang dibentuk oleh

perbedaan anggota tubuh (limbs) dengan titik tertentu pada postur tubuh

yang dinilai. Metode RULA membagi tubuh ke dalam dua segmen yang

membentuk dua grup yang terpisah yaitu Grup A dan B. Grup A meliputi

anggota tubuh bagian atas (lengan atas, lengan bawah dan pergelangan

tangan). Sementara itu Grup B meliputi leher, badan dan kaki..

Skor Grup A dan Grup B dihitung dengan menggunakan tabel

dengan memasukkan skor untuk masing-masing postur tubuh secara

individu, sehingga didapatkan hasil Skor Postur Grup A, dan Skor Postur

Grup B. Kemudian, Skor total untuk grup A dan B dapat dimodifikasi

tergantung jenis aktifitas otot yang terlibat dan pengerahan tenaga selama

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

33

melakukan pekerjaan, sehingga didapatkan Skor C dan skor D. Terakhir,

skor final (grand skore) didapatkan dari hasil modifikasi Skor C dan D.

Berdasarkan perhitungan grand score, dapat diketahui tingkat aksi

yang harus dilakukan. Apakah diperlukan perbaikan atau tidak untuk

mencegah terjadinya cedera pada sistem muskuloskeletal. Tingkat aksi

yang akan dilakukan dibedakan menjadi 4 Action Level seperti berikut :

Tabel 2.2 Matriks Action Level RULA

Grand

Score

Tingkat

Risiko

Kategori

Risiko Tindakan

1-2 0 Rendah Tidak ada masalah dengan postur

tubuh

3-4 1 Sedang

Diperlukan investigasi lebih lanjut,

mungkin diperlukan adanya

perubahan untuk perbaikan sikap

kerja

5-6 2 Tinggi Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan segera

7+ 3 Sangat

Tinggi

Diperlukan adanya investigasi dan

perbaikan secepat mungkin Sumber : Lynn McAtamney dan Nigel Corlett, E. (1993)

2. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn

McAtamney. Metode ini memungkinkan dilakukan suatu analisis secara

bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (Lengan,

lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. Metode

ini juga mendifinisikan faktor lain yang dapat menentukan penilaian

akhir dari postur tubuh seperti beban atau atau gaya yang dilakukan, jenis

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

34

pegangan atau jenis aktivitas otot yang dilakukan pekerja. (Tarwaka,

2015)

Sama hal nya dengan metode RULA, metode REBA ini juga

membagi tubuh kedalam 2 kelompok, dimana kelompok A meliputi

badan, leher dan kaki, sedangkan kelompok B meliputi anggota tubuh

bagian atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan). Skor

kelompok A dan B dihitung dengan memasukkan nilai dari masing

masing postur badan, leher, kaki, lengan, lengan bawah dan pergelangan

tangan.

Setelah didapatkan skor kelompok A, maka ditambah dengan skor

beban/Force, untuk mendapatkan hasil total skor A, sedangkan skor

kelompok B ditambah dengan skor pegangan, untuk mendapatkan hasil

total skor B. Kemudian, total skor A dan total skor B dimasukkan ke

tabel C. hasil akhir skor REBA didapatkan dari skor C ditambah dengan

skor aktivitas otot. Dari skor akir REBA, barulah ditentukan tingkat

risiko dan tindakan yang harus dilakukan, seperti tabel berikut:

Tabel 2.3 Matriks Action level REBA Grand Score

Tingkat Risiko

Kategori Risiko

Tindakan

1 0 Sangat rendah Tidak ada tindakan yang diperlukan

2-3 1 Rendah Mungkin diperlukan tindakan

4-7 2 Sedang Diperlukan tindakan

8-10 3 Tinggi Diperlukan tindakan segera

11-15 4 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan sesegera mungkin

Sumber : (Hignett and McAtamney, 2000)

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

35

3. Metode OWAS (Ovako working analysis system)

Metode OWAS pertama kali diperkenalkan oleh seorang penilis

dari Osmo Karhu Finlandia, tahun 1977 dengan judul “Correcting

Working Postures in Industry: A Practical Methode for Analysis”.

Awalnya metode ini ditujukan untuk mempelajari suatu pekerjaan di

industri baja di Finlandia, dimana akhirnya para ergonomists

memperkenalkan metode ini secara luas dan menamainya dengan metode

“OWAS”. Metode ini merupakan sebuah metode yang digunakan untuk

menganalisa suatu pembebanan pada postur tubuh. Metode ini

mengidentifikasi beberapa posisi seperti punggung, lengan dan kaki,

namun ini tidak menilai secara mendetail tingkat keparahan masing

masing posisi (Tarwaka, 2015).

Prosedur aplikasi metode OWAS, antara lain:

1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerja tiap kegiatan

menggunakan video atau foto

2. Pemberian kode posisi yang diamati untuk setiap posisi dan

pembebanan

3. Menentukan skor postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :

punggung, lengan dan kaki

4. Menghitung setiap kode posisi, kategori risiko, untuk mengidentifikasi

posisi kritis atau yang lebih tinggi tingkat risikonya bagi pekerja.

5. Menghitung presentase repetitif dari masing masing posisi punggung,

lengan dan kaki yang berhubungan dengan posisi lainnya.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

36

6. Penentuan hasil identifikasi pada posisi kritis, tergantung pada

frekuensi relatif dari masing masing posisi, kategori risiko

berdasarkan pada masing masing posisi dari bagian tubuh (Punggung,

lengan dan kaki)

4. Metode BRIEF (Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors)

Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF) adalah

suatu alat yang digunakan untuk skrinning awal dengan menggunakan

sistem rating untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang diterima

oleh pekerja dalam kegiatan sehari hari. BRIEF digunakan untuk

menentukan sembilan bagian tubuh yang dapat berisiko terhadap

terjadinya CTD (Cummulative Trauma Disorders) atau risiko gangguan

kesehatan pada sistem rangka. Bagian tubuh yang diperiksa meliputi :

tangan kiri dan pergelangannya, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung,

tangan kanan dan pergelangannya, siku kanan, bahu kanan dan kaki

(Humantech, 1995)

Dalam BRIEF survey terdapat 4 faktor risiko ergonomi yang perlu

diketahui yaitu:

a. Postur; sikap anggota tubuh janggal waktu menjalankan pekerjaan

b. Gaya; beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh saat

melakukan postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh

c. Lama; lama waktu yang digunakan untuk melakukan gerakan

pekerjaan dengan postur janggal

d. Frekuensi; jumlah postur janggal yang berulang dalam satuan waktu.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

37

semakin banyak skor yang di dapat dalam suatu pekerjaan , maka

pekerjaan tersebut semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan

segera. Skor maksimal yang bisa didapat dalam survei ini yaitu sebesar 4

skor

5. Metode QEC (Quick Exposure Check)

Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu metode untuk penilaian

secara cepat pajanan dari risiko-risiko terjadinya Work-related

Musculoskeletal Disorders (WMSDs). QEC dibuat berdasarkan

kebutuhan dari praktisi dan penelitian tentang faktor-faktor risiko

WMSDs. QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi

serta dapat diterima secara luas reabilitasnya. (Stanton, 2005).

Kelebihan dan Kekurangan Metode

Masing masing metode penilaian risiko mempunyai kekurangan

dan kelebihan. Kekurangan dan kelebihan tersebut di jabarkan dalam

tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Kelebihan dan kekurangan penilaian faktor Risiko pekerja

No Metode Kelebihan Kekurangan

1 Rapid

Upper Limb

Assessment

(RULA)

• Pembagian skor

pada rula lebih rinci

• Mudah digunakan,

cepat dan praktis.

Dapat

dikombinasikan

dengan metode

lainnya

• Dapat digunakan

• Hanya untuk pekerjaan

dengan postur statis,

kurang cocok dengan

pekerjaan dengan

gerakan dinamis

• Metode ini tidak bisa

mengukur gerakan

tangan, menggenggam,

meluruskan, memutar,

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

38

No Metode Kelebihan Kekurangan

untuk menilai secara

teliti pekerjaan atau

postur untuk satu

pekerja atau

kelompok.

dan memerlukan

tekanan pada telapak

tangan.

• Tidak

mempertimbangkan

faktor lingkungan &

faktor psikososial

2 Rapid Entire

Body

Assessment

(REBA)

• Menilai risiko

hampir semua

bagian tubuh

• Dapat digunakan

pada postur tubuh

yang stabil maupun

tidak stabil

• Hasil skor reba

dapat menunjukkan

tingkat risiko dan

pentingnya tindakan

yang perlu

dilakukan

• Belum menilai faktor

risiko ergonomi dari

lingkungan

• Tidak

mempertimbangkan

kondisi yang dialami

oleh pekerja terutama

yang berkaitan dengan

faktor psikososial

• Tidak

mempertimbangkan

kondisi lingkungan

kerja

3 Ovako

working

analysis

system

(OWAS)

• Banyak digunakan

dan

didokumentasikan

• Mudah digunakan,

cepat , praktis dan

dapat

dikomninasikan

dengan metode

lainnya.

• Tidak menilai secara

mendetil tingkat

keparahan pada masing

masing posisi

• Tidak memisahkan

bagian tubuh kiri dan

kanan, tidak ada

penilaian siku atau

pergelangan tangan.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

39

No Metode Kelebihan Kekurangan

• Tidak

mempertimbangkan

pengulangan atau

durasi postur

4 BRIEF

(Baseline

Risk

Identificatio

n of

Ergonomics

Factors)

• Dapat mengkaji

hampir semua

bagian tubuh

• Dapat menentukan

risiko terjadinya

CTD

• Tidak membutuhkan

ahli ergonomi untuk

melakukan

penelitian ini

• Tidak dapat

mengetahui skor total

secara menyeluruh dari

suatu pekerjaan

• Membutuhkan waktu

pengamatan lebih lama

• Tidak dapat digunkan

untuk manual handling

5 Quick

Exposure

Check

(QEC)

• Mencakup sebagian

besar faktor risiko

utama penyebab

MSDs.

• Tingkat sensitifitas

dan penggunaan

yang baik.

• Tingkat keandalan

yang baik (inter dan

intra pengamat).

• Mudah dipelajari

dan mudah

digunakan/

diterapkan

• Mempertimbangkan

kombinasi dan

• Metode ini hanya fokus

pada faktor fisik di

tempat kerja

• Skor/nilai paparan yang

disarankan butuh

validitas kembali.

• Perlu pengembangan

lebih lanjut untuk

memberikan

pengukuran yang tepat.

• Pelatihan dan praktek

tambahan diperlukan

oleh pengguna yang

belum berpengalaman

untuk pengembangan

reliabilitas pengukuran.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

40

No Metode Kelebihan Kekurangan

interaksi berbagai

faktor risiko di

tempat kerja.

Penilaian tingkat risiko ergonomi yang digunakan yaitu metode

REBA, karena pengukuran dengan metode ini dapat di aplikasikan pada

pekerja yang bekerja dengan postur tubuh statis dan dinamis, dan dapat

menilai risiko pada hampir seluruh bagian tubuh.

D. Metode Penilaian Faktor Psikososial

Untuk menilai keadaan psikososial dapat dilakukan dengan metode

berikut:

1. Copenhagen Psychososial Questionnaire II (CopSoq II)

CopSoq II merupakan kuesioner yang digunakan untuk

mengevaluasi faktor psikososial yang ada di tempat kerja. Kuesioner

ini merupakan perkembangan dari CopSoq I. Kuesioner CopSoq II

memiliki 3 versi yaitu long version, medium length version, dan short

version.

a. CopSoq II long version biasanya digunakan untuk penelitian

dengan jumlah 141 pertanyaan dan 30 pengukuran.

b. CopSoq II medium length version biasanya digunakan untuk

lingkungan kerja profesional dengan jumlah 95 pertanyaan dan 26

pengukuran.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

41

c. CopSoq II short version biasanya digunakan untuk pengukuran di

tempat kerja dengan jumlah 44 pertanyaan dan 8 pengukuran.

CopSoq II menggunakan skala likert untuk menyediakan respon

dari pertanyaan terkait psikososial. Skala likert yang digunakan

biasanya skala 4 atau 5. Semua pertanyaan diberi rentang nilai 0-100.

Apabila menggunakan skala 5, nilainya adalah 0, 25, 50, 75, dan 100

sedangkan jika menggunakan skala 4 maka penilaiannya adalah 0,

33,3, 66,7, dan 100. Semakin besar nilainya menunjukkan hal yang

baik dan juga sebaliknya. Walaupun ada beberapa pertanyaan yang

mengandung makna negatif (Kristensen, 2010).

2. Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

DASS (Depression Anxiety Stress Scale) merupakan instrumen

penelitian yang biasa digunakan untuk mengukur tiga masalah

kesehatan akibat pekerjaan, yaitu: depresi, kecemasan, dan stres.

DASS terdiri dari 42 item pertanyaan dengan masing-masing skala

berisi 14 item. Skala depresi meliputi: dysphoria, putus asa, devaluasi

hidup, sikap meremehkan diri, kurangnya minat/keterlibatan,

anhedonia, dan inersia. Skala kecemasan meliputi gairah otonom, efek

otot rangka, kecemasan situasional, dan pengalaman subjektif dari

mempengaruhi cemas. Skala stres sensitif terhadap tingkat kronis non-

spesifik gairah, seperti: kesulitan santai, gairah saraf, dan menjadi

mudah marah/gelisah, mudah tersinggung/over-reaktif dan tidak sabar.

Terdapat 4 skor penilaian terhadap masing-masing skala, yaitu: 0=

tidak pernah, 1 = jarang, 2 = sering, 3 = selalu (Damanik, 2006).

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

42

3. Job Content Questionannaire (JCQ)

JCQ merupakan sebuah kuesioner yang digunakan untuk menilai

faktor psikososial dari sebuah pekerjaan. Terdapat lima skala utama

yang digunakan pada JCQ, yaitu: decision latitude (kebebasan dalam

mengambil keputusan), physical demands (tuntutan fisik),

psychological demands (tuntutan psikologi), social support (dukungan

sosial), organizational level (mutu organisasi), job dissatisfaction

(ketidakpuasan pekerjaan), dan job insecurity (ketidakamanan dalam

bekerja). Semua skala tersebut digunakan untuk level mikro, dimana

mempunyai tujuan untuk menganalisis karakteristif pekerjaan, seperti:

menilai risiko relatif dari paparan yang diterima individu pada tempat

kerja yang berbeda dengan penyakit akibat kerja yang berhubungan,

stres psikologi, penyakit jantung koroner, penyakit muskuloskeletal,

dan kelainan organ reproduksi. Pada JCQ (Job Content

Questionnaire) terdapat variasi pilihan sebanyak empat jawaban,

yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat

setuju (Karasek dkk, 1998).

2.5. Tabel Kelebihan dan kekurangan metode pengukuran psikososial No Metode Kelebihan Kekurangan

1 Copenhagen

psychosocial

questionnaire

• Pembahasan faktor-

faktor psikososial lebih

mendetail

• Terdapat variasi jenis

pertanyaan sesuai

dengan kebutuhan

• Kuesioner dapat

• Pertanyaan yang

cukup banyak

sehingga

membutuhkan

banyak waktu dan

sumber daya

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

43

No Metode Kelebihan Kekurangan

digunakan untuk

berbagai macam

pekerjaan dan industri

2 Depression

anxiety stress

scale

• Dapat diberikan baik

secara kelompok

maupun perorangan

• Sangat cocok

digunakan untuk

responden dengan

rentang umur 17 – 35

tahun

• Bagus digunakan

apabila ingin

mengetahui etiologi,

sifat, dan mekanisme

gangguan emosional

• Hanya dapat

menilai skala

depresi,

kecemasan, dan

stres

3 Job content

questionnaire

• Terdiri dari beberapa

jenis faktor psikososial

sehingga

pembahasannya akan

lebih mendetail

• Sangat cocok

digunakan untuk

mengukur beban kerja

psikososial

• Tidak adanya

faktor terkait stres

kerja

Pada penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah COPSOQ (The

Copenhagen Psychosocial Questionnaire) II. COPSOP II dipilih karena

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

44

dapat digunakan pada berbagai macam pekerjaan dan industri. Pada

COPSOP II terdapat beberapa variasi jumlah pertanyaan yang disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Jenis kuesioner yang dipilih juga dapat

disesuaikan dengan waktu dan biaya penelitian yang ada.. Selain itu,

pembahasan faktor psikososial yang terdapat di dalamnya lebih mendetail

karena terdapat faktor penyebab seperti faktor tuntutan di tempat kerja dan

juga dampaknya yaitu faktor kesehatan dan kesejahteraan.

E. Pencegahan dan pengendalian MSDs

1. Pencegahan Musculoskeletal disorders (MSDs)

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health

Administration (OSHA) dalam Tarwakal, et al (2004), tindakan

ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah memalui dua

cara yaitu Rekayasa Teknik ( desain stasiun dan alat kerja) dan Rekayasa

Menejemen ( kriteria dan organisasi kerja).

a. Rekayasa Teknik

Rekayasa Teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan

beberapa alternatif, meliputi :

1) Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada.

Hal ini jarang dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerja

yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada;

2) Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau

bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan

menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan;

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

45

3) Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan

pekerja;

4) Ventilasi, menambah ventilasi untk mengurangi risiko sakit.

b. Rekayasa Menejemen

Rekayasa Menejemen dapat dilakukan melalui tindakan berikut :

1) Pendidikan dan pelatihan agar pekerja lebih memahami

lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya pencegahan

terhadap risiko sakit akibat kerja;

2) Pengaruh waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakterisktik

pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan

terhadap sumber bahaya;

3) Pengawasan yang intensif, agar dapat dilakukan pencegahan

secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit

akibat kerja

2. Pengendalian Musculoskeletal disorders (MSDs)

Pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan melakukan

evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu juga

dapat dilakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan

area kerja untuk mengurangi risiko MSDs, libatkan karyawan untuk

memberikan ide-ide agar sistem kerja menjadi lebih baik sehingga

produktivitas kerja dapat meningkat.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

46

Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et

al,1997):

a. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya

menggunakan pengendalian teknik;

b. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang

sering disebut pengendalian administratif;

c. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko MSDs

pada saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus

dihindari. Hal tersebut adalah:

1) Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping;

2) Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara

sembarangan karena dapat meningkatkan risiko cedera;

3) Jangan ragu meminta tolong pada orang;

4) Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gabungan dari beberapa teori yang telah

dikemukakan oleh para ahli, sehingga diperoleh kesimpulan faktor-faktor

risiko penyebab terjadinya musculoskeletal disorder. Faktor risiko tersebut

adalah: Faktor pekerjaan (postur kerja, force/beban, durasi, frekuensi,dan

genggaman). Faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, indeks masa tubuh serta

kekuatan fisik). Faktor lingkungan (getaran, suhu dan tekanan) dan faktor

psikososial. Adapun skema yang didapat adalah sebagai berikut :

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

47

Sumber : Humantech ,1995; Bridger, 2003; Tarwaka, 2015 Bernard et.al 1997

Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori

Faktor Psikososial: 1. Organisasi kerja 2. Ketidakpuasan kerja 3. Karakteristik

individu

Faktor Pekerjaan: 1. Postur 2. Force/Beban 3. Durasi 4. Frekuensi 5. Genggaman

Faktor lingkungan : 1. Suhu 2. Getaran 3. Tekanan

Faktor Individu: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Lama Kerja 4. Kebiasaan Merokok 5. Kesegaran Jasmani 6. Masa Kerja 7. Indeks Masa Tubuh

(IMT) 8. Kekuatan Fisik

Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

48

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat untuk menjelaskan kaitan antara keluhan

Musculoskeletal disorder dengan faktor pekerjaan (postur, beban, durasi,

frekuensi dan genggaman), faktor pekerja (usia, jenis kelamin, lama kerja,

kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, indeks masa tubuh dan

kekuatan fisik), faktor lingkungan (suhu, getaran dan tekanan), dan faktor

psikososial.

Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

keluhan MSDs pada pekerja bagian MP PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun

2017 ini, tidak semua variabel diteliti karena beberapa pertimbangan, adapun

rincian variabel-variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Faktor pekerja:

a. Faktor Jenis kelamin, tidak diteliti karena sudah dipastikan

seluruh pekerja sheller adalah laki-laki, sehingga data yang

dihasilkan akan bersifat homogen

b. Faktor lama kerja, tidak diteliti karena waktu bekerja yang

diterapkan kepada seluruh pekerja adalah sama yaitu 8jam/hari.

c. Faktor Kekuatan fisik, tidak diteliti karena secara fisiologis tiap

orang dilahirkan dengan struktur otot yang berbeda-beda. Ada

yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

49

fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. dalam

kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus melakukan

pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang

mempunyai kekuatan fisik rendah akan lebih rentan terhadap

risiko cedera otot. Selain itu pengukuran kekuatan fisik

memerlukan serangkaian pengukuran yang cukup rumit,

memakan banyak waktu dan biasanya dilakukan oleh seseorang

yang memiliki keahlian dibidang ini.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seperti suhu, getaran dan tekanan tidak diteliti

karena semua faktor tersebut bersifat homogen.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Nordic Body Map

(NBM) untuk melihat keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja dan metode

Rappid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengukur faktor risiko

pekerjaan, serta kuesioner CopSoq untuk penilaian psikososial.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

50

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

maka peneliti merumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep

Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs)

Kebiasaan Merokok

Masa Kerja

Usia

Kesegaran jasmani

Psikososial

Faktor pekerjaan (Berdasarkan metode REBA)

IMT

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

51

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel-variabel yang menjadi unsur penting dalam penelitian.

Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Tingkat

Keluhan Musculoskeletal disorder

Hasil perhitungan total skor tingkat rasa sakit yang dirasakan pekerja pada 28 titik tubuh berdasarkan Nordic Body Map

Kuesioner Nordic Body

Map

Wawancara/ mengisi lembar NBM

Tingkat keluhan : 1. Rendah jika skor akhir

NBM 0-20 2. Sedang jika skor akhir

NBM 21-41 (Tarwaka, 2015)

Ordinal

2 Faktor pekerjaan (berdasarkan REBA)

Nilai akhir dari identifikasi postur pekerjaan dengan menggunakan metode REBA

Kamera MB ruler Lembar

observasi REBA

Merekam kegiatan pekerja Menilai postur kerja Mengisi form REBA

Tingkat Risiko 1. Rendah = risiko rendah

dan tindakan perbaikan mungkin diperlukan, total skor =2-3

2. Sedang = risiko sedang dan tindakan perbaikan perlu dilakukan , total skor 4-7

(Hignett and cAtamney, 2000)

Ordinal

3 Usia Jumlah tahun yang dihitung dari tanggal responden lahir sampai saat dilakukan penelitian ini.

Kuesioner Wawancara 1. ≥ 35 tahun 2. <35 tahun (Tarwaka, 2015)

Ordinal

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

52

No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur 4 Kebiasaan

merokok Kegiatan menghisap rokok yang dilakukan berulang kali, teratur dan sulit dilepaskan

Kuesioner Wawancara 1. merokok 2. Tidak merokok/ telah

berhenti merokok 1 tahun yang lalu (Bustan, 2007)

Ordinal

5 Kesegaran Jasmani

Kegiatan melakukan senam pagi/olahraga dalam seminggu.

Kuesioner Wawancara 1. Kurang; jika melakukan senam pagi/olahraga < 3 x/minggu

2. Cukup; jika melakukan senam pagi/olahraga 3-5 x/minggu

Ordinal

6 Masa kerja Waktu kerja responden terhitung mulai pertama kerja dibagian MP sampai dengan waktu dilakukannya penelitian

Kuesioner Wawancara 1. Berisiko, jika > 3 tahun 2. Tidak berisiko, jika ≤ 3

tahun

Ordinal

7 Indeks Masa Tubuh

Kondisi status gizi pekerja saat dilakukannya penelitian. Diukur berdasarkan rasio antara berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) pangkat 2

Kuesioner Pengukuran tinggi dan berat

badan

1. Berisiko , jika IMT = Gemuk

2. Tidak berisiko , jika IMT = kurus/ Normal (Bernard, et al 1997)

Ordinal

8 Psikososial Hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/ emosionalnya

Kuesioner CopSoq

Wawancara/ mengisi

kuesioner CopSoq

1. Baik , jika skor CopSoq > mean (75,50)

2. Buruk jika skor CopSoq ≤ mean (75,50)

Ordinal

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

53

C. Hipotesis

a. Ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.

b. Ada hubungan antara usia dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian

MP PT BSI tahun 2017.

c. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.

d. Ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017.

e. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan MSDs pada pekerja

bagian MP PT BSI tahun 2017.

f. Ada hubungan indeks masa tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja

bagian MP PT BSI tahun 2017.

g. Ada hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian MP PT BSI tahun 2017

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

54

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan rancangan

cross sectional study (study potong lintang) dimana pengumpulan data

variabel independen dan dependen dilakukan pada waktu (periode) yang

sama.

B. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2017. Penelitian

ini dilakukan pada pekerja bagian Meat Preparation PT BSI yang bertempat

di JL Duku KM 21 Padang Pariaman Sumatera Barat.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai MP yang berjumlah

743 orang. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik simple

random sampling. Jumlah sampel diperoleh berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan rumus jumlah sampel uji hipotesis beda dua proporsi.

Rumus jumlah sampel uji hipotesis beda dua proporsi yaitu:

N =

(Z1-α/2√2P (1-P) + Z1-β√P1(1-P1) + P2(1-P2))2 (P1-P2)2

Keterangan :

N : Besar sampel minimal yang diperlukan

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

55

P1 : Proporsi usia pekerja <35 tahun terhadap keluhan MSDs

P2 : Proporsi usia pekerja ≥ 35 tahun terhadap keluhan MSDs

Z1-α/2: Derajat kemaknaanα pada uji dua sisi (two tail) yaitu 5% = 1,96

Z1-β: Kekuatan uji 80% = 0.84

Peneliti melakukan perhitungan pada beberapa penelitian

sebelumnya, sehingga didapatkan hasi sampel minimal seperti berikut :

No Variabel Peneliti Proporsi N Sampel

1 Risiko

Pekerjaan

B. endang P1= 95%

P2= 66.7%

22 44

2 Risiko

Pekerjaan

Nurhikmah P1=81.5%

P2= 50%

35 70

3 Usia Sholeha P1 = 80.5%

P2 = 47 %

32 64

4 Usia Nurhikmah P1= 81.8%

P2= 45.8%

27 54

5 Usia B. endang P1 = 95%

P2= 67%

28 56

6 Kebiasaan

Olah raga

Wita P1= 84%

P2=45%

23 46

7 Kebiasaan

Olah raga

Nurhikmah P1= 64%

P2= 16.7%

17 34

8 IMT Wita P1= 86.7 %

P2=67.4%

13 26

9 Masa

Kerja

Nurhikmah P1= 81.5%

P2= 35.9%

16 32

10 Riwayat

penyakit

Wita P1= 94.7%

P2= 64.7%

27 54

Berdasarkan perhitungan dengan rumus jumlah sampel uji hipotesis beda

dua proporsi pada beberapa penelitian sebelumnya, maka di ambil sampel

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

56

terbanyak yaitu 35, kemudian sampel dikali 2 sehingga sampel yang

dibutuhkan adalah 70 sampel.

D. Instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner atau daftar pertanyaan

Kuesioner atau daftar pertanyaan mengenai faktor risiko pekerja

meliputi usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja,

indeks masa tubuh, dan Kuesioner CopSoq II untuk mengukur

faktor psikososial.

2. Nordic Body Map (NBM)

Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui tingkat

keluhan/nyeri pada tubuh pekerja

3. Lembar Form REBA

Lembar form REBA digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja

4. Camera digital

Camera digital digunakan untuk merekam postur kerja saat bekerja.

Kamera yang digunakan adalah Nicon Pro Sumer

5. Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengukur berat badan pekerja pada

saat penelitian dilakukan. Timbangan yang digunakan adalah

timbangan badan merk Camry

6. Microtoise stature meter

Microtoise stature meter digunakan untuk mengukur tinggi badan

pekerja pada saat penelitian dilakukan.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

57

7. MB ruler

MB Ruler digunakan untuk melakukan pengukuran sudut yang

terbentuk pada postur kerja. Software MB ruler yang digunakan

adalah MB Ruler versi 5.3

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer diperoleh langsung dari pekerja bagian Meat

Preparation PT. BSI dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner Nordic

Body Map, lembar Form REBA, timbangan, microtoise stature meter,

camera digital dan MB ruler. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pofil

perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan data pendukung lainnya. adapun

penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen

penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Variabel keluhan MSDs

Keluhan MSDS pada pekerja diperoleh dengan menanyakan

langsung melalui instrumen kuesioner dan menggunakan Nordic

Body Map untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan.

Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk memberikan

penilaian terhadap tingkat nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh.

Kuesioner ini diberikan kepada seluruh sampel yang terdapat di

bagian meat preparation .

Adapun data yang diperoleh adalah :

- Rendah, jika skor akhir NBM 0-20

- Sedang, jika skor akhir NMB 21-41

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

58

2. Variabel faktor pekerjaan

Data mengenai faktor pekerjaan diperoleh melalui perhitungan

risiko MSDs pada bagian tubuh pekerja menggunakan instrumen

Rapid Entire Body Assessment (REBA). Adapun tahapannya adalah

sebagai berikut :

a. Persiapan pengukuran

- Memilih pekerja yang akan diobservasi

- Membagi pekerjaan ke dalam beberapa tahapan untuk

kemudian diukur risikonya

- Memilih postur pekerjaan yang berisiko tinggi

menyebabkan MSDs

- Mencatat data pekerja, detail pekerjaan, nama peneliti,

waktu dan tanggal pengukuran

b. Pelaksanaan pengukuran

- Melakukan pengamatan terhadap pekerja pada posisi yang

jelas,

- Menggunakan kamera untuk merekam / memotret postur

tubuh pekerja yang berisiko dan menggunakan MB ruler

untuk mengetahui besar sudut postur tubuh

Dalam pengukuran postur tubuh menggunakan teknik

REBA, tubuh dibagi menjadi 2 kelompok, dimana kelompok A

meliputi badan, leher dan kaki, sedangkan kelompok B meliputi

anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan bawah, dan

pergelangan tangan). Langkah observasi penilaiannya yaitu:

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

59

1) Kelompok A (badan, leher dan kaki)

a) Mengobservasi dan menentukan skor postur badan

Skor postur badan dapat dinilai berdasarkan posisi

berikut :

b) Mengobservasi dan menentukan skor postur leher

Skor postur leher dapat dinilai berdasarkan posisi

berikut:

Skor Posisi 1 Badan tegak lurus 2 Badan ekstensi/fleksi < 20° 3 Badan fleksi 20-60° 4 Badan fleksi > 60°

+1 Jika posisi badan miring/memuntir

Skor Posisi 1 Leher fleksi / ekstensi <20° 2 Leher fleksi / ekstensi >20°

+1 Jika posisi leher miring/ memuntir

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

60

c) Mengobservasi dan menentukan skor postur kaki

Skor postur kaki dapat dinilai berdasarkan posisi berikut:

2) Kelompok B (lengan, lengan bawah, & pergelangan tangan)

a) Mengobservasi dan menentukan skor postur lengan

Skor postur lengan dapat dinilai berdasarkan posisi

berikut :

Skor Posisi 1 kaki tertopang, bobot tersebar

merata, jalan atau duduk 2 kaki tidak tertopang/postur tidak

stabil +1 jika lutut antara 30°-60° flexion +2 jika lutut >60° flexion tidak ketika

duduk

Skor Posisi 1 Lengan fleksi/ ekstensi antara 0-20° 2 Lengan fleksi antara 20°-45° atau

ekstensi >20 3 Lengan fleksi antara 45-90° 4 Lengan fleksi > 90°

+1 Lengan diangkat atau diputar atau dirotasi

+1 Jika bahu ditinggikan -1 Jika bersandar , bobot lengan ditopang

sesuai gravitasi

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

61

b) Mengobservasi dan menentukan skor postur lengan

bawah

Skor postur lengan bawah dapat dinilai berdasarkan

posisi berikut :

c) Mengobservasi dan menentukan skor postur pergelangan

tangan

Skor postur pergelangan tangan dapat dinilai berdasarkan

posisi berikut :

c. Perhitungan hasil pengukuran

- Hasil observasi dimasukkan kedalam form observasi REBA

(form terdapat di lampiran)

- Menilai hasil akhir pengukuran.

Skor Posisi 1 Fleksi/ ekstensi antara 60°-100° 2 Fleksi <20° atau ekstensi>100°

Skor Posisi 1 Fleksi/ekstensi 0°-15° 2 Fleksi/ekstensi > 15°

+1 Jika tangan memutar kekiri/kekanan

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

62

Hasil pengukuran kelompok A dan B dimasukkan kedalam

tabel skor A dan tabel Skor B dengan ketentuan tabel skor

A ditambah dengan skor beban dan skor B ditambah dengan

skor pegangan .

Skor Beban Skor Pegangan 0 Beban < 5 kg 1 Pegangan pas 1 Beban 5-10kg 2 pegangan dapat

diterima, tapi tidak ideal

2 Beban > 10 kg 3 pegangan tidak bisa diterima, walau memungkinkan

+1 Ada pembebanan secara tiba-tiba

4 dipaksakan, pegangan yang tidak aman

Setelah mendapatkan nilai skor tabel A dan tabel B, maka

tahap terakhir yaitu memasukkan skor tabel A dan tabel B

ke tabel C dengan penambahan skor aktifitas otot. Skor

akhir inilah yang menjadi patokan nilai REBA.

Adapun pengelompokan data yang diperoleh untuk variabel faktor

pekerjaan yaitu :

- Rendah jika skor REBA 2-3

- Sedang jika skor REBA 4-7

3. Variabel umur

Data umur pekerja diperoleh dengan menanyakan tanggal lahir

pekerja. Adapun pengelompokan data yang diperoleh adalah :

- ≥ 35 tahun

- < 35 tahun

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

63

4. Variabel kebiasaan merokok

Data mengenai kebiasaan merokok diperoleh dengan cara

menanyakan langsung kepada pekerja melalui instrumen berupa

kuesioner. Adapun data yang diperoleh adalah :

- Merokok

- Tidak merokok atau telah berhenti merokok sejak 1 tahun

yang lalu

5. Variabel kesegaran jasmani

Data kesegaran jasmani diperoleh dengan cara menanyakan

langsung kepada responden mengenai kebiasaan olahraga. Adapun

pengelompokan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

- Kurang , jika melakukan senam pagi/ olahraga <3x/minggu

- Cukup, jika melakukan senam pagi/olahraga 3-5x/minggu

6. Variabel masa kerja

Data mengenai masa kerja diperoleh dengan menanyakan

langsung kepada responden berapa lama responden telah bekerja di

bagian meat preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Adapun

pengelompokan data yang diperoleh adalah:

- Berisiko jika > 3 tahun

- Tidak berisiko jika ≤ 3 tahun

7. Variabel Indeks masa tubuh

Data mengenai indeks masa tubuh didapatkan dengan

melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi pekerja

Adapun pengelompokan data yang diperoleh adalah :

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

64

- Tidak berisiko jika IMT Normal/Kurus

- Berisiko jika IMT Gemuk

8. Variabel psikososial

Data mengenai variabel psikososial didapatkan dengan mengisi

kuesioner CopSoq II yang ditanyakan langsung kepada pekerja.

Adapun data yang diperoleh adalah

- Baik jika > mean (75,50)

- Buruk jika ≤ mean (75,50)

F. Pengolahan Data

Seluruh data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data

sekunder akan diolah melalui tahapan berikut:

a. Menyunting data (Editing)

Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan ketepatan pengisisan

lembar kuesioner dan lembar penilaian risiko MSDs. pemerikasaan ini

dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan.

b. Mengkode data (Coding)

Coding merupakan kegiatan memberikan kode pada jawaban

kuesioner yang ada untuk mempermudah proses pengolahan dalam

komputerisasi. Adapun coding yang diberikan adalah :

1. Variabel Keluhan Muskuloskeletal

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah :

- 1 jika keluhan MSDs rendah

- 2 jika keluhan MSDs sedang.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

65

2. Variabel faktor pekerjaan

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika tingkat risiko rendah

- 2 jika tingkat risiko sedang.

3. Variabel usia

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika ≥ 35 tahun

- 2 jika usia < 35 tahun

4. Variabel kebiasaan merokok

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika merokok

- 2 jika tidak merokok atau sudah berhenti merokok sejak 1

tahun yang lalu.

5. Variabel Kesegaran jasmani

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika kesegaran jasmani kurang

- 2 jika kesegaran jasmani cukup

6. Variabel masa kerja

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika masa kerja berisiko,

- 2 jika masa kerja tidak berisiko.

7. Variabel Indeks Masa Tubuh

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika IMT tidak berisko

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

66

- 2 jika IMT berisiko.

8. Variabel psikososial

Pada variabel ini, coding yang dilakukan adalah:

- 1 jika psikososial baik

- 2 jika psikososial buruk

c. Memasukkan Data (Entry)

Data yang telah dikode dimasukkan ke dalam program komputer

untuk diolah.

d. Membersihkan data (Cleaning)

Mengecek data yang dimasukkan ke komputer apakah sesuai

dengan kuesioner agar data yang dimasukkan menghasilkan data yang

valid.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi

frekuensi, persentase, dan statistik deskriptif dari setiap variabel yang

diteliti. Analisis ini akan disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, maupun

grafik. Variabel yang dianalisis ialah variabel dependen dan

independen. Variabel tersebut ialah keluhan MSDs, faktor pekerjaan,

usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, IMT, faktor

psikososial.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian.

Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan antara variabel

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

67

dependen dengan variabel independen. Untuk melihat hubungan

mengenai variabel dependen dan variabel independen digunakan uji Chi

Square. Jika Pvalue > 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna

secara statistik antara variabel Faktor pekerjaan, usia, kebiasaan

merokok, masa kerja, kesegaran jasmani, IMT dan faktor psikososial

dengan keluhan MSDs. Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka terdapat

hubungan yang bermakna antara Faktor pekerjaan, usia, kebiasaan

merokok, kesegaran jasmani, masa kerja, IMT dan faktor psikososial

dengan keluhan MSDs.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

68

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

PT Bumi Sarimas Indonesia (BSI) didirikan pada Februari 1999.

Perusahaan ini mengalami perubahaan nama dari “PT Bumi Sarimas

Kelapa” menjadi “PT. Bumi Sarimas Indonesia” pada bulan Juni 2004.

PT BSI merupakan perusahaan makanan dan minuman yang terlibat dalam

pembuatan produk kelapa terpadu, dengan kelapa kering, santan dan air

kelapa sebagai produk utama.

Perusahaan ini berlokasi di Jl. Duku, KM 21 Padang Pariaman. Luas

perusahaan meliputi area kantor dan area produksi seluas 80.000 M2 yang

digunakan untuk produksi kelapa kering, santan, air kelapa, minyak kelapa

mentah, minyak kelapa murni, nata de coco, tepung kelapa, dan minuman

olahan kelapa lainnya. Kapasitas produksi mencapai 500.000 kelapa dan

60 MT kopra perhari dengan 70% bahan baku berasal dari petani kelapa

dan 30% lainnya dari kelompok perusahaan.

PT BSI memiliki pekerja sebanyak 1.972 orang yang terdiri dari top

management (Direktur & General Manager), 28 orang Middle

management (manager/asisten manager, kepala divisi/asisten kepala

divisi), 106 orang lower management (supervisor/assisten supervisor,

Foreman/assisten foreman) dan 1.836 pekerja non-manajerial.

Produksi di PT BSI meliputi proses perencanaan, persiapan produksi

(Meat Preparation), produksi, dan distribusi. pada tahap perencanaan,

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

69

perusahaan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk kegiatan

produksi, memastikan ketersediaan kelapa sebagai bahan baku,

menentukan jadwal produksi dan menyusun strategi prosedur

pendistribusian produk ke pelanggan.

Tahap persiapan dilakukan pada unit Meat Preparation (MP). MP

merupakan unit produksi tahap awal yang bertugas menyiapkan daging

kelapa sebagai bahan baku utama untuk diolah menjadi produk kelapa

kering, santan, minyak dll. Pada unit ini terdapat 743 pekerja yang dibagi

menjadi sheller (pengupas kulit dan tempurung kelapa), parer (pengupas

kulit ari kelapa) dan sisanya admin, asah pisau, loading, mekanik, operator

panel, operator mobil dll. Pembagian kerja pada unit ini terdiri dari 3 sift

kerja dengan jam kerja rata-rata 7jam/hari.

Tahapan pada unit ini dimulai dari penerimaan kelapa dari pemasok,

penyortiran dan penyimpanan kelapa di bin, pengupasan kulit kelapa,

pemisahan air kelapa, pengupasan tempurung dan kulit ari. Pada proses

pengupasan kelapa, 1 orang pekerja mampu mengupas sebanyak 2.000

butir kelapa perharinya. Atau 285 butir kelapa perjam setara dengan 4-5

butir kelapa permenit.

Pada penelitian ini, peneliti hanya fokus pada bagian pengupasan

kelapa, karena proses ini dinilai lebih memakan banyak tenaga dibanding

proses penerimaan dan penyortiran kelapa. Tahap pengupasan kelapa

terdiri dari 4 gerakan, gerakan pertama mengambil kelapa yang sudah

tersedia di bin, gerakan kedua membolongi kelapa, gerakan ketiga

mengosongkan air yang ada dalam kelapa, dan gerakan keempat

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

70

pengupasan tempurung kelapa. Keempat gerakan ini dilakukan berulang-

ulang, dalam 1 menit pekerja bisa mengupas 5 kelapa, artinya kurang lebih

terdapat gerakan bolak balik tangan sebanyak 20 kali. Pengulangan

gerakan merupakan salah satu faktor munculnya keluhan otot pada

pekerja.

Pekerjaan pada tahap pengupasan kelapa dilakukan dalam postur

tubuh berdiri. Postur kerja berdiri merupakan salah satu kondisi postur

tubuh janggal yang termasuk kedalam salah satu penyebab munculnya

keluhan otot pada pekerja.

Dari bagian MP, dilanjutkan pada proses produksi. Proses produksi

dipisahkan menjadi dua bagian dengan air kelapa dan daging kelapa

sebagai bahan baku utama. Pada tahap produksi ini sebagian besar

menggunakan mesin otomatis yang tidak terlalu membutuhkan banyak

pekerja. Adapun beberapa tahap yang membutuhkan tenaga manusia, tidak

memerlukan perkerja dalam jumlah yang terlalu banyak seperti halnya

pada bagian MP.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

71

Diagram alur proses produksi dapat digambarkan seperti berikut:

Sumber: Profil Perusahaan

Gambar 5.1 Alur proses produksi PT Bumi Sarimas Indonesia

Perencanaan

Persiapan produksi ( Meat Preparation)

- Pengumpulan air kelapa - Pengupasan tempurung kelapa

Pengupasan kulit ari kelapa

Proses Produksi

COCONUT WATER

Filtration

Balance tank

Cooling

Filtration

Blending tank

Pre-heating

Sterilization

Sterile tank

Aseptic bulk filling machine

Coding

COCONUT OIL

Balance tank

Separator OSD

Separator BTE

Filtration

Balance tank

Balance tank

Filtration

Filling

Collection of coconut cream

Coding

Packing

Shipping to custumer Warehouse Product

Loading

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

72

B. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari variabel-

variabel yang diteliti. Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi

frekuensi masing-masing variabel. Hasil analisis univariat adalah sebagai

berikut:

1. Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017

Hasil penelitian terkait keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat

Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keluhan MSDs pada pekerja

PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 Keluhan Jumlah % Rendah 48 68,6 Sedang 22 31,4 Total 70 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 70 pekerja,

terdapat 48 orang (68,6%) yang mengalami keluhan MSDs rendah dan

sebanyak 22 orang (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang.

Keluhan MSDs ini dinilai berdasarkan 28 titik pada tubuh, sesuai

kuesioner Nordic Body Map. Dari data yang dikumpulkan, distribusi

pekerja yang mengalami MSDs berdasarkan bagian tubuh dapat dilihat

pada grafik berikut:

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

73

Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi keluhan MSDs berdasarkan bagian tubuh pada pekerja bagian Meat

Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017

Sumber : Data Primer

Dari grafik di atas, diketahui bahwa mayoritas pekerja mengalami

keluhan pada bagian tangan, bahu, betis, leher atas, pergelangan, lengan

atas, lutut, punggung bawah dan pinggang. Sedangkan keluhan paling

sedikit dirasakan pada bagian bokong, lengan kiri bawah, leher bawah

dan punggung.

Dari hasil penelitian, diketahui tingkat keluhan yang dirasakan

pekerja, antara tidak sakit, agak sakit, sakit dan sangat sakit, keluhan

tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :

0

10

20

30

40

50

60Le

her a

tas

Lehe

r baw

ahB

ahu

kiri

Bah

u ka

nan

Leng

an k

iri a

tas

Pung

gung

Leng

an k

anan

ata

sPu

nggu

ng b

awah

Ping

gang

boko

ngSi

ku k

iriSi

ku k

anan

Leng

an k

iri b

awah

Leng

an k

anan

baw

ahPe

rgel

anga

n ta

ngan

kiri

Perg

elan

gan

tang

an k

anan

Tang

an k

iriTa

ngan

kan

anPa

ha k

iriPa

ha k

anan

Lutu

t kiri

Lutu

t kan

anB

etis

kiri

Bet

is ka

nan

Perg

elan

gan

kaki

kiri

Perg

elan

gan

kaki

kan

anTe

lapa

k ka

ki k

iriTe

lapa

k ka

ki k

anan

52

8

45

55

24

9

40 37 36

6

13 16

8

20

47 50

54 56

21

31 33

39

51 53

26

34

21

32

pekerja

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

74

Grafik 5.2 Tingkat keluhan yang dirasakan pekerja per bagian tubuh

Berdasarkan grafik di atas, diketahui keluhan sakit terbanyak yaitu

pada bagian bahu kanan, tangan kanan, bahu kiri, tangan kiri, leher atas,

betis kanan, punggung bawah dan betis kiri. Sedangkan keluhan agak

sakit terbanyak dirasakan pada pergelangan tangan, lutut, betis,

pergelangan kaki, leher atas, lengan atas dan pinggang.

2. Gambaran Faktor-faktor Risiko keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation tahun 2017

Hasil yang diperoleh mengenai faktor-faktor risiko keluhan MSDs

pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation

Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan risiko pekerjaan, usia, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan psikososial pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017

NO Variabel Kategori Jumlah % 1 Risiko

Pekerjaan Sedang 66 94,3% Rendah 4 5,7%

2 Usia ≥ 35 Tahun 23 32,9% < 35 Tahun 47 67,1%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Lehe

r ata

sLe

her b

awah

Bah

u ki

riB

ahu

kana

nLe

ngan

kiri

ata

sPu

nggu

ngLe

ngan

kan

an a

tas

Pung

gung

baw

ahPi

ngga

ngbo

kong

Siku

kiri

Siku

kan

anLe

ngan

kiri

baw

ahLe

ngan

kan

an b

awah

Perg

elan

gan

tang

an k

iriPe

rgel

anga

n ta

ngan

…Ta

ngan

kiri

Tang

an k

anan

Paha

kiri

Paha

kan

anLu

tut k

iriLu

tut k

anan

Bet

is k

iriB

etis

kan

anPe

rgel

anga

n ka

ki k

iriPe

rgel

anga

n ka

ki k

anan

Tela

pak

kaki

kiri

Tela

pak

kaki

kan

an

tidak sakit agak sakit sakit

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

75

NO Variabel Kategori Jumlah % 3 Kebiasaan

Merokok Merokok 43 61,4% Tidak/telah berhenti 27 38,6%

4 Kesegaran Jasmani

Kurang 54 77,1% cukup 16 22,9%

5 Masa Kerja Berisiko 42 60% Tidak berisiko 28 40%

6 IMT Berisiko 8 11,4% Tidak berisiko 62 88,6%

7 Psikososial Buruk 35 50% Baik 35 50%

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi lama merokok, jumlah batang rokok/ hari dan masa kerja

pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017 No Variabel Mean Min Max Std. Deviasi

1 Lama Merokok 10,95 2 21 6,410

2 Batang Rokok/hari 4,5 3 6 1,203

3 Masa Kerja 3,47 2 10 1,783

a. Gambaran Faktor Pekerjaan

Hasil Penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari

pengukuran bagian tubuh badan, leher, kaki dan lengan pekerja.

Berdasarkan data yang dianalisis, didapatkan hasil sebanyak 66 orang

(94,3%) pekerja memiliki tingkat risiko Sedang, yang artinya

diperlukan adanya tindakan perbaikan.

Gambar 5.2

Postur pekerja di bagian MP

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

76

b. Gambaran Usia

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan distribusi usia pekerja PT Bumi

Sarimas Indonesia Bagian MP usia ≥ 35 tahun sebanyak 23 orang

(32,9%) dan usia < 35 tahun sebanyak 47 orang (67,1%). Dari hasil

analisis juga diketahui rata-rata pekerja berusia 31 tahun, dengan usia

termuda 21 tahun dan tertua 45 tahun.

c. Gambaran Kebiasaan Merokok

Distribusi kebiasaan merokok pada pekerja PT Bumi Sarimas

Indonesia bagian MP adalah sebanyak 43 orang (61,4%) merokok,

dan 27 orang (38,6%) tidak/sudah berhenti merokok. Dari pekerja

yang masih merokok, diketahui bahwa rata-rata pekerja sudah

merokok selama 10 tahun dan rata-rata menghabiskan 5 batang rokok

perhari.

d. Gambaran Kesegaran Jasmani

Dari hasil analisis mengenai kesegaran jasmani, diketahui

sebanyak 54 orang (77,1%) pekerja memiliki kesegaran jasmani

kurang, dengan kata lain hanya sekitar 16 orang (22,9%) pekerja yang

memiliki kesegaran jasmani cukup.

e. Gambaran Masa Kerja

Masa kerja yang berisiko ditentukan dengan nilai median pada

hasil perhitungan, dengan ketentuan lebih besar dari median berisiko

dan lebih kecil dari median tidak berisiko. Berdasarkan hasil

perhitungan didapatkan median 3, sehingga pekerja yang sudah

bekerja selama 3 tahun dikategorikan menjadi berisiko dan dibawah 3

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

77

tahun tidak berisiko. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa masa

kerja yang berisiko terdapat sebanyak 42 orang (60%) dan yang tidak

berisiko 28 orang (40%).

f. Gambaran Indeks Masa Tubuh

Dari hasil analisis Indeks Masa Tubuh pada pekerja PT. Bumi

Sarimas Indonesia bagian MP diketahui bahwa IMT yang berisiko

sebanyak 8 orang (11,4%) dan sisanya 62 orang (88,6%) tidak

berisiko.

g. Gambaran psikososial

Dari hasil analisis mengenai psikososial pekerja, diketahui 50%

pekerja memiliki psikososial baik, dan 50% buruk. Dalam penilaian

faktor psikososial menggunakan kuesioner CopSoq II terdapat 8 item

yang dinilai diantaranya tuntutan di tempat kerja , organisasi kerja dan

konten pekerjaan, hubungan interpersonal dan kepemimpinan,

kepuasan, bekerja antar inividu, nilai-nilai di level tempat kerja,

kesehatan dan kesejahteraan dan perilaku ofensif.

Tabel 5.4 Distribusi penilaian psikososial berdasakan masing-masing Item pada pekerja

PT Bumi Sarimas Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017

NO Item Kategori Psikososial Jumlah %

1 Tuntutan ditempat kerja

Buruk 46 65,7% Baik 24 34,3%

2 Organisasi Kerja

Buruk 39 55,7% Baik 31 44,3%

3 Hubungan Interpersonal

Buruk 35 50% Baik 35 50%

4 Kepuasan Buruk 2 2,9% Baik 68 97,1%

5 Antarmuka individu

Buruk 1 1,4% Baik 69 98,6%

6 Nilai-nilai di level tempat

Buruk 20 28,6% Baik 50 71,4%

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

78

NO Item Kategori Psikososial Jumlah %

kerja 7 Kesehatan Buruk 47 67,1%

Baik 23 32,9% 8 Perilaku

Ofensif Buruk 0 0% Baik 70 100%

Sebanyak 65,7% pekerja memiliki psikososial buruk berdasarkan

tuntutan pekerjaan, 55,7% memiliki psikososial buruk berdasarkan

organisasi kerja dan konten pekerjaan, sebanyak 97,1% pekerja

memiliki psikososial baik berdasarkan kepuasan terhadap pekerjaan,

71,4% pekerja memiliki psikososial baik berdasarkan nilia-nilai level

tempat kerja, 67,1% pekerja memiliki psikososial buruk berdasarkan

kesehatan secara umum, sedangkan dari segi perilaku ofensif, 100%

memiliki psikososial baik.

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi-

square. Melalui uji tersebut akan diperoleh nilai p (p value) dimana dalam

penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian

antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai p value <0,05 dan

dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

79

1. Hubungan antara faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks massa tubuh, faktor psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017

Hubungan antara faktor pekerjaan, usia, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, indeks massa tubuh, faktor psikososial dengan

keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas

Indonesia Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5 Analisis hubungan pekerjaan, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, dan faktor psikososial pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi

Sarimas Indonesia Tahun 2017

NO Variabel Kategori

Keluhan MSDs Jumlah P value OR CI 95 % Keluhan

sedang Keluhan rendah

n % n % n % 1 Risiko

Pekerjaan Sedang 22 33,3 44 66,7 66 100 0,163 - 1,265-1,779 Rendah 0 0 4 100 4 100

2 Usia ≥ 35 15 65,2 8 34,8 23 100 0,000 10,714 3,308-34,701 < 35 7 14,9 40 85,1 47 100 3 Kebiasaan

merokok Merokok 15 34,9 28 65,1 43 100

0,432 1,537 0,528-4,440 Tidak/berhenti merokok

7 25,9 20 74,1 27 100

4 Kesegaran jasmani

Kurang 15 27,8 39 72,2 54 100 0,227 0,495 0,156-1,567 Cukup 7 43,8 9 56,3 16 100

5 Masa Kerja Berisiko 22 52,4 20 47,6 42 100 0,000 - 0,347-0,654 Tidak Berisiko 0 0 28 100 28 100 6 IMT Berisiko 4 50 4 50 8 100 0,229 2,444 0,551-10,851 Tidak berisiko 18 29 44 71 62 100 7 Psikososial Buruk 10 28,6 25 71,4 35 100

0,607 0,767 0,279-2,110 Baik 12 34,3 23 65,7 35 100

a. Hubungan antara pekerjaan dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 66 orang pekerja

yang memiliki risiko sedang, sebanyak 22 pekerja (33,3%) memiliki

keluhan MSDs sedang dan 44 pekerja (66,7%) memiliki keluhan MSDs

rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

80

sebesar 0,163 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara faktor pekerjaan dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia

Tahun 2017.

b. Hubungan antara usia dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 23 orang yang

berusia ≥35 tahun, sebanyak 15 pekerja (65,2%) memiliki keluhan MSDs

sedang dan 8 orang (34,8%) memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan

dari 47 pekerja yang berusia < 35 tahun, hanya 7 orang pekerja (14,9%)

yang memiliki keluhan MSDs sedang, dan 40 orang (85,1%) memiliki

keluhan MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square

diperoleh p value sebesar 0,000 (p value ≤ 0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan

keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas

Indonesia tahun 2017. Selain itu juga didapatkan nilai OR sebesar 10,714

yang menunjukkan bahwa pekerja dengan usia ≥ 35 tahun memiliki risiko

10x lipat untuk mengalami keluhan MSDs dibanding pekerja dengan usia

< 35 tahun.

c. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 43 pekerja yang merokok,

terdapat 15 orang (34,9%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 28 pekerja

(65,1%) mempunyai keluhan MSDs rendah. Sedangkan dari 27 orang

yang tidak/sudah berhenti merokok, terdapat 7 orang (25,9%) memiliki

keluhan MSDs sedang dan 20 orang (71,4%) memiliki keluhan rendah.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

81

Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh p value sebesar

0,432 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia

tahun 2017. Meskipun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada pekerja, jika dilihat dari

nilai OR 1,537 menunjukkan bahwa pekerja dengan kebiasaan merokok

memiliki risiko 1.5x lebih banyak untuk mengalami keluhan MSDs

dibanding pekerja yang tidak merokok.

d. Hubungan antara kesegaran jasmanai dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 54 orang yang memiliki

kesegaran jasmani kurang, sebanyak 15 orang (27,8%) memiliki keluhan

MSDs sedang dan 39 orang (72,2%) memiliki keluhan MSDs rendah,

sedangkan dari 16 pekerja yang memiliki kesegaran jasmani cukup,

sebanyak 7 orang (43,8%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 9 orang

(56,3%) mengeluh MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi

square diperoleh nilai p value sebesar 0,227 OR 0,495. Dari nilai tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat

Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017.

e. Hubungan Masa Kerja dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui dari 42 pekerja yang memiliki masa

kerja berisiko, sebanyak 22 orang (52,4%) mengalami keluhan MSDs

sedang dan 20 orang (47,6%) mengalami keluhan MSDs rendah.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

82

Sedangkan dari 28 orang yang memiliki masa kerja tidak berisiko,

sebanyak 28 orang (100%) mengalami keluhan MSDs rendah. Dari hasil

uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 (p < 0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja

dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi

Sarimas Indonesia tahun 2017.

f. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui dari 8 orang yang memiliki IMT

berisiko, sebanyak 50% mengalami keluhan MSDs rendah dan 50%

mengalami keluhan MSDs sedang. Sedangkan dari 62 orang dengan IMT

tidak berisiko, sebanyak 18 orang (29%) mengalami keluhan MSDs

sedang dan 44 orang (71%) mengalami keluhan MSDs rendah. Dari hasil

uji statistik didapatkan nilai p value 0,229 (p > 0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks

masa tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation

PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Selain itu, dari hasil analisis

didapatkan nilai OR sebesar 2,444 hal ini menunjukkan bahwa pekerja

dengan indeks masa tubuh berisiko memiliki risiko 2.4x lebih banyak

untuk mengalami keluhan MSDs dibanding pekerja dengan indeks masa

tubuh tidak berisiko.

g. Hubungan psikososial dengan Keluhan MSDs

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 35 pekerja yang memiliki

psikososial baik, sebanyak 12 orang (34,3%) memiliki keluhan MSDs

sedang dan 23 orang (65,7%) memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

83

dari 35 orang yang memiliki psikososial buruk, sebanyak 10 orang

(28,6%) memiliki keluhan MSDs sedang dan 25 orang (71,4%) memiliki

keluhan MSDs rendah. Dari hasil uji statistik menggunakan chi square

diperoleh nilai p value sebesar 0,607 OR 0,767. Dari nilai tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor

psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation

PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

84

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

Musculoskeletal disorders pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia

bagian MP tahun 2017 memiliki beberapa keterbatasan diantaranya

sebagai berikut:

1. Observasi dan pengambilan gambar pada faktor pekerjaan tidak dari

segala arah tetapi hanya pada arah yang memungkinkan saja karena

situasi dan prosedur ditempat kerja.

2. Kemungkinan adanya recall bias pada variabel kebiasaan merokok

karena responden keliru mengingat kapan mulai merokok atau berhenti

merokok, sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.

3. Pada faktor kesegaran jasmani, peneliti hanya menanyakan frekuensi

olahraga pekerja, tidak menanyakan jenis olahraga apa yang dilakukan

oleh pekerja, sehingga memungkinkan adanya perbedaan persepsi antara

responden dengan peneliti yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

85

B. Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada pekerja

MSDs adalah cedera atau gangguan otot, saraf, tendon, sendi,

kartilago, sistem saraf, dan struktur penunjang seperti discus invertebral

yang diperburuk oleh kegiatan fisik yang terlalu lama seperti gerakan

pengulangan, beban, getaran, atau postur janggal (NIOSH, 1997). MSDs

merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh

ergonomis. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri atau duduk

dalam waktu lama juga dapat mengakibatkan terjadinya MSDs.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa 68,6%

pekerja mengalami keluhan MSDs rendah dan 31,4% mengalami keluhan

MSDs sedang. Berdasarkan grafik 5.1 diketahui bahwa mayoritas pekerja

mengalami keluhan di bagian bahu kanan dan tangan kanan 54 orang

(77,1%), tangan kiri 53 orang (75,4%), pergelangan tangan kanan 51 orang

(72,8%), pergelangan tangan kiri 48 orang (68,5%) leher atas 45 orang

(64,2%), bahu kiri 43 orang (61,4%), lengan kanan atas 39 orang (55,7%)

dan punggung bawah 34 orang (48,5%).

Berdasarkan study European Survey on Working Condition (ESWC),

MSDs yang dirasakan oleh pekerja kebanyakan dirasakan pada tubuh

bagian leher, pinggang, serta otot-otot rangka bagian atas. Keluhan pada

pinggang serta anggota tubuh bagian atas disebabkan karena adanya

pekerjaan posisi janggal yang dilakukan berulang-ulang, mengangkat

beban yang berat serta postur tubuh yang tidak dapat menyesuaikan

dengan posisi objek yang dikerjakan, sehingga tidak terlalu

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

86

memperhatikan posisi keja ergonomis (European Agency for Safety and

Health at Work, 2010)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nag, Anjali dkk (2012)

mengenai faktor risiko MSDs pada pekerja pengolahan ikan di India

diketahui bahwa 54% pekerja merasakan keluhan pada bagian punggung

atas, 33% merasakan keluhan pada punggung bagian bawah dan 35%

merasakan keluhan pada lutut. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan

oleh Kumar, dkk (2015) mengenai nyeri yang berhubungan dengan

pekerjaan pada pekerja pengupas nanas di India, diketahui bahwa 45,4%

pekerja merasakan nyeri di punggung bawah, 41% pekerja merasakan

nyeri di bahu dan 37,1% merasakan nyeri di lengan atas.

Sementara itu di Indonesia, pada penelitian yang dilakukan oleh

Iridiastadi (2007) dalam “Prevalence Of Musculoskeletal Symptoms

Among Indonesian Workers”, menyatakan bahwa prevalensi 1 tahun

MSDs pekerja pabrik (tekstil) tertinggi dirasakan pada bagian punggung

bawah yaitu 47%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gayo

(2010) mengenai keluhan MSDs pada penyortir kopi dengan sikap kerja

berdiri, diketahui bahwa terdapat keluhan pada bagian leher atas sebanyak

80,5%, pinggang 88,5%, tangan sebanyak 85,1%, lutut sebanyak 89,7%

dan betis sebanyak 97,7%.

Hasil pengamatan di tempat penelitian, menunjukkan bahwa keluhan

yang dirasakan kemungkinan disebabkan karena faktor pekerjaan berupa

postur janggal seperti posisi kerja berdiri, badan memuntir, dan tangan

terangkat, adanya pengulangan gerakan, dan lama kerja. Dalam waktu 1

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

87

menit, pekerja mampu mengupas 5 buah kelapa. Rata-rata pekerja bekerja

selama 7 jam perhari, dengan melakukan kegiatan yang berulang. Semakin

banyak pengulangan gerakan dalam suatu aktivitas kerja, akan

mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan

secara repetitif dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko MSDs

apalagi bila ditambah dengan gaya atau beban dan postur janggal (OHSC,

2007). Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi yang

lama dapat meningkatkan potensi timbulnya fatigue dan menyebabkan

MSDs bila waktu istirahat/pemulihan tidak mencukupi. (Humantech,

1995). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode REBA

diketahui sebanyak 94,3% pekerja mengalami risiko sedang.

Selain faktor pekerjaan, terdapat faktor lain yang bisa mempengaruhi

munculnya keluhan MSDs seperti faktor risiko individu yang meliputi

usia, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, indeks masa tubuh, masa

kerja dan faktor psikososial. Usia menjadi salah satu risiko munculnya

keluhan MSDs karena semakin bertambahnya usia tingkat kekuatan dan

ketahanan otot akan semakin berkurang.

Dari hasil penelitian diketahui terdapat 2 variabel yang memiliki

hubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas

Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017, yaitu usia dan lama kerja.

Sedangkan variabel lainnya seperti faktor pekerjaan, kebiasaan merokok,

kesegaran jasmani, Indeks Masa Tubuh dan psikososial tidak memiliki

hubungan dengan keluhan MSDs. Meskipun faktor pekerjaan tidak

berhubungan dengan keluhan MSDs pada pekerja , faktor pekerjaan tetap

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

88

harus menjadi perhatian mengingat 94,3% pekerja memiliki tingkat

keluhan sedang.

C. Hubungan antara Faktor Pekerjaan, Usia, Kebiasaan Merokok, Kesegaran Jasmani, Indeks Massa Tubuh dan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs

1. Hubungan Faktor Pekerjaan dengan keluhan MSDs

Faktor pekerjaan adalah salah satu faktor yang dapat

memepengaruhi munculnya keluhan MSDs pada pekerja, karena

selama melakukan pekerjaan, faktor ini akan terus menerus memajan

pekerja. Faktor pekerjaan ini dapat dinilai berdasarkan postur tubuh

pekerja saat bekerja, beban pekerjaan yang berkaitan dengan besarnya

penggunaan tenaga, durasi dan frekuensi suatu pekerjaan, serta

genggaman (kenyamanan tangan dalam memegang alat kerja, atau

material kerja ketika melakukan pekerjaan).

Dalam penelitian ini, penilaian faktor pekerjaan dilakukan dengan

menggunakan metode REBA. Metode ini diperkenalkan oleh Sue

Hignett dan Lynn McAtamney. Dalam metode ini dilakukan analisis

secara bersama dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas

(Lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan

kaki. Pengukuran tingkat risiko pekerjaan ditentukan berdasarkan

hasil skor hitung REBA. Tingkat risiko dibedakan menjadi sangat

rendah (skor 1, risiko bisa diabaikan), rendah (skor 2-3, risiko rendah

dan tindakan perbaikan munkin diperlukan), sedang (skor 4-7, risiko

sedang dan tindakan perbaikan diperlukan ), tinggi (skor 8-10, risiko

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

89

tinggi dan tindakan perbaikan diperlukan segera) dan sangat tinggi

(skor 11-15, risiko sangat tinggi, tindakan perbaikan diperlukan saat

itu juga).

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode REBA, tingkat

risiko yang didapatkan menunjukkan adanya tingkat risiko rendah dan

tingkat risiko sedang, dengan hasil perhitungan sebanyak 4 orang

(57%) memiliki tingkat risiko rendah dan 66 orang (94,3%) pekerja

memiliki tingkat risiko sedang. Dari 66 orang pekerja yang memiliki

risiko sedang, terdapat 44 pekerja (66,7%) yang mengeluh MSDs

rendah dan 22 pekerja (33,3%) memiliki keluhan MSDs Sedang.

Menurut hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh

p value sebesar 0,163 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko pekerjaan

dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia

bagian Meat Preparation Tahun 2017.

Meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor

pekerjaan dengan keluhan MSDs pada pekerja PT Bumi Sarimas

Indonesia bagian Meat Preparation Tahun 2017, faktor ini tetap harus

diperhatikan mengingat hasil perhitungan Skor REBA menunjukkan

94,3% pekerja memiliki tingkat risiko sedang. Faktor pekerjaan, jika

dibiarkan dalam waktu yang lama terus memajan pekerja, maka dapat

memperparah keluhan MSDs, karena keluhan MSDs bersifat

akumulatif yang berarti semakin lama pajanan, semakin besar

kemungkinan munculnya keluhan yang dirasakan.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

90

Penilaian tingkat risiko pekerjaan berdasarkan metode REBA ini,

mengelompokkan tubuh menjadi dua bagian. Penilaian dilakukan pada

tubuh kelompok A (leher, badan dan kaki) yang ditambahkan dengan

skor beban, dan kelompok B (tangan, lengan dan pergelangan tangan)

ditambahkan dengan skor pegangan. Hasil perhitungan inilah yang

kemudian menjadi patokan dalam penilaian tingkat risiko pekerjaan.

Nilai pada masing-masing postur tubuh ini dapat menjadi salah satu

penyebab tidak adanya hubungan antara faktor pekerjaan dengan

keluhan MSDs.

Berdasarkan hasil pengolahan data, sebanyak 34,4% pekerja

memiliki posisi badan berisiko (skor 3 / badan berada pada posisi

fleksi/ekstensi > 20° dan memuntir). Selain itu hampir keseluruhan

pekerja (94,3%) memiliki posisi leher berisiko (skor 1 atau 2 + leher

memuntir). Posisi berisiko ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan

yang harus dilakukan secara berulang ulang. Posisi mesin dan tempat

penyimpanan kelapa yang berada bersampingan, mengakibatkan

pekerja harus bolak balik memutar badan/ leher setiap kali mengambil

atau meletakkan kelapa.

Pada penilaian postur kaki, diketahui bahwa posisi kaki seluruh

pekerja berada pada keadaan yang aman. Tidak ada posisi kaki

pekerja yang berisiko. Selain itu, pada faktor beban tidak ada

penambahan skor / skor = 0 karena berat kelapa < 5kg, sehingga tidak

ada penambahan pada skor beban. Hal ini menyebabkan tidak adanya

perubahan signifikan pada hasil akhir skor REBA.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

91

Pada postur tangan, meskipun skor posisi tangan dinilai tidak

berisiko, postur tangan tetap menjadi perhatian penting, karena

keseluruhan proses kerja melibatkan tangan sebagai alat gerak paling

utama. Selama jam kerja kurang lebih 7 jam, tangan adalah anggota

tubuh yang paling aktif melakukan kegiatan, terjadinya pengulangan

gerakan tangan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan tingkat

keluhan semakin bertambah dari hari kehari.

Hasil perhitungan REBA (94,3% pekerja memiliki tingkat risiko

sedang) kemungkinan juga menjadi salah satu faktor tidak adanya

hubungan MSDs dengan faktor pekerjaan karena data yang didapatkan

secara keseluruhan hampir sama, tidak terdapat variasi hasil antara

pekerja dengan skor REBA rendah, sedang ataupun tinggi.

Menurut teorinya, tingkat risiko REBA sedang adalah tingkat risiko

yang memerlukan tindakan perbaikan. Salah satu perbaikan faktor

pekerjaan yang dapat dilakukan adalah dengan penyesuaian tinggi

mesin dengan pekerja. Pekerja yang lebih tinggi biasanya akan

cendrung membungkuk ke arah mesin untuk menyesuaikan posisi

kerja. Posisi membungkuk akan mempengaruhi skor pada saat

penilaian faktor risiko, semakin membungkuk posisi pekerja, semakin

tinggi tingkat risiko pekerjaannya. Penyesuaian tinggi mesin dengan

pekerja dapat dilakukan mengingat hampir keseluruhan pekerja

memiliki posisi leher berisiko, dan 34,4% pekerja memiliki posisi

badan berisiko. Ketinggian mesin dapat dinaikkan sesuai kebutuhan

tinggi pekerja dengan cara pemberian bantalan dibawah kaki mesin.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

92

Dengan adanya penambahan bantalan pada kaki mesin, posisi

badan dan leher pekerja tidak akan terlalu membungkuk, sehingga

skor kelompok A yang tadinya 4 bisa berkurang menjadi 3 dan dengan

asumsi skor kelompok B adalah 1 didapatkan hasil akhir reba 3 yang

berarti risiko sedang berubah menjadi rendah. sedangkan untuk skor

kelompok A yang tadinya 4, dengan skor kelompok B adalah 2 atau 3,

skor akhir reba akan tetap berada pada tingkat risiko sedang.

Posisi mesin dan penyimpanan kelapa yang bersampingan tidak

dapat dimodifikasi sehingga, posisi kerja memutar badan/leher setiap

melakukan pekerjaan tidak bisa dihindarkan. Untuk mengantisipasi

bertambahnya tingkat keluhan MSDs karena posisi kerja ini, maka

disarankan pada pekerja untuk melakukan Workplace Stretching

exercise (WSE) yang didesain dengan prinsip gerakan peregangan

otot, yaitu suatu usaha untuk memperpanjang otot istirahat/relaksasi.

Dalam hasil penelitiannya, Wahyono (2014) menyatakan bahwa

terdapat pengaruh pemberian Workplace Stretching exercise terhadap

keluhan musculoskeletal.

2. Hubungan Faktor Usia dengan Keluhan MSDs

Keluhan muskuloskeletal biasanya dialami pada usia kerja yaitu

25-65 tahun, namun keluhan pertama dirasakan pada usia 35 tahun.

Seiring bertambahnya usia, tingkat keluhan akan terus meningkat. Hal

ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan

otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot

meningkat. (Chaffin, 1979; Guo et al.;1995 dalam Tarwaka. 2015).

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

93

Menurut Bridger (2003) sejalan dengan meningkatnya usia maka akan

terjadi degenerasi pada tulang. Keadaan ini mulai terjadi saat

seseorang berusia 30 tahun. Pada usia ini terjadi degenerasi berupa

kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, dan

pengurangan cairan sehingga hal tersebut menyebabkan stabilitas

tulang dan otot berkurang.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa rata-rata usia pekerja adalah

31,6 tahun, dengan usia paling muda 21 tahun dan usia paling tua 45

tahun. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 23 orang (32,9%)

pekerja berusia diatas 35 tahun. Hasil analisis bivariat didapatkan

angka p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas

Indonesia Tahun 2017.

Selain itu, pada hasil analisis menggunakan metode chi square juga

didapatkan nilai OR sebesar 10,714 yang berarti bahwa pekerja

dengan usia diatas 35 tahun memiliki kemungkinan untuk mengalami

keluhan MSDs 10kali lipat dibanding pekerja dengan usia dibawah

35tahun.

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Nurhikmah (2011),

dalam hasil penelitiannya beliau menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs pada

pekerja furnitur di Kecamatan Benda Kota Tangerang (p value 0,002 -

OR 5,3)

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

94

Sebagian besar pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas

Indonesia Tahun 2017 adalah pekerja dengan usia muda, dengan hasil

perhitungan sebanyak 67,1% adalah pekerja dengan usia dibawah 35

tahun. Dari yang memiliki usia dibawah 35 tahun ini, pekerja yang

mengeluh MSDs rendah lebih banyak dibanding yang mengeluh

MSDs sedang, sedangkan pekerja dengan usia lebih dari 35 tahun

lebih banyak memiliki keluhan sedang dibanding keluhan rendah. Hal

ini menunjukkan hasil yang sama sesuai teori, bahwa keluhan MSDs

lebih dirasakan oleh orang dengan usia diatas 35 tahun. Meskipun

demikian, tidak menutup kemungkinan untuk pekerja usia dibawah 35

tahun memiliki keluhan MSDs karena keluhan MSDs bisa dipengaruhi

oleh banyak faktor.

Semakin tinggi tingkat usia seseorang, maka semakin meningkat

pula keluhan yang dirasakannya, hal ini terjadi karena tubuh

menerima pajanan yang terus menerus selama beberapa tahun bekerja.

Untuk menanggulangi bertambah beratnya tingkat keluhan yang

dirasakan pada pekerja yang memasuki usia berisiko, maka perlu

dilakukan rotasi pekerjaan. Pekerja dapat dipindahkan kebagian yang

memiliki tingkat risiko pekerjaan lebih rendah.

3. Hubungan Faktor Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs

Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru,

sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen juga menurun.

Pekerja akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah

rendah, pembakaran karbohidrat akan terhambat dan terjadi

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

95

penumpukan asam laktat yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri di

otot (Tarwaka, 2015).

Menurut hasil analisis data diketahui sebanyak 61,4% pekerja

memiliki kebiasaan merokok. Rata-rata pekerja mengkonsumsi 5

batang rokok perhari dan sebagian pekerja telah merokok selama 10

tahun. Dari pekerja yang memiliki kebiasaan merokok diketahui

bahwa hanya 34,9% memiliki keluhan sedang dan 65,1% sisanya

memiliki keluhan MSDs rendah. Sedangkan pada pekerja yang tidak

merokok/sudah berhenti merokok terdapat 25,9% pekerja yang

memiliki keluhan sedang. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi

square diperoleh p value sebesar 0,432 ( p value ≥ 0,05), hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan munculnya keluhan MSDs pada pekerja

bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.

Selain itu, pada analisis data kebiasaaan merokok didapatkan nilai

OR sebesar 1,537 yang artinya, pekerja dengan kebiasaan merokok

1,5x lebih memiliki risiko mengalami keluhan MSDs dibanding

pekerja yang tidak merokok.

Tidak adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan

MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas

Indonesia tahun 2017 mungkin saja terjadi karena diantara pekerja

yang tidak merokok, juga terdapat pekerja yang merasakan keluhan

MSDs. Sementara itu, pekerja yang memiliki kebiasaan merokok lebih

banyak mengalami keluhan rendah dibanding keluhan sedang dapat

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

96

terjadi karena 58,1% pekerja yang merokok adalah pekerja dengan

usia muda / dibawah 35 tahun. Sehingga dampak dari kebiasaan

merokok belum terlalu terlihat.

Dengan demikian, meskipun tidak ditemukan hubungan yang

signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan MSDs pada

pekerja bagian Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun

2017, faktor kebiasaan merokok tetap menjadi salah satu faktor yang

perlu diwaspadai, mengingat semakin lama dan semakin tinggi

frekuensi merokok, juga akan semakin meningkatkan keluhan yang

dirasakan.

Sebanyak 23 orang (53,5%) pekerja yang merokok, mengaku telah

merokok selama lebih dari 10 tahun. Seseorang yang merokok

sebanyak 10 batang perhari memiliki peningkatan risiko terkena

MSDs mencapai 20% (Croasmun, 2003). Berdasarkan teori tersebut,

kebiasaaan merokok perlu menjadi perhatian bagi pihak perusaan dan

pekerja mengingat didalam rokok terdapat kandungan berbagai

macam zat yang dapat merusak tubuh.

Dalam studi yang dilakukan oleh Bernard, et al (1997) dikatakan

bahwa kandungan Nikotin dalam rokok dapat menyebabkan terjadinya

penurunan aliran darah. Selain itu merokok dapat mengurangi

kandungan mineral dalam tulang dan mengakibatkan fraktur mikro.

Hal lain juga disebutkan bahwa sakit punggung disebabkan oleh batuk

akibat merokok. Batuk meningkatkan tekanan abdomen dan tekanan

intradiscal sehingga menyebabkan ketegangan pada tulang belakang.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

97

Hal inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab munculnya

keluhan pada pekerja yang memiliki kebiasaan merokok.

Pada variabel kebiasaan merokok ini, terdapat keterbatasan

penelitian berupa adanya kemungkinan recall bias yang disebabkan

karena responden keliru mengingat kapan mulai merokok atau

berhenti merokok, sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden

mengenai sudah berapa lama waktu responden merokok.

4. Hubungan Faktor Kesegaran Jasmani dengan Keluhan MSDs

Tingkat kesegaran jasmani yang rendah akan meningkatkan risiko

terjadinya keluhan otot. Pada umumnya, keluhan otot jarang dialami

oleh seseorang yang dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup

waktu untuk istirahat dan berolahraga. Sebaliknya, pekerja dengan

keseharian kerja memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat

akan lebih sering mengalami keluhan otot. (Mitchell, 2008)

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa 72,2% pekerja yang

memiliki kesegaran jasmani kurang mengalami keluhan MSDs

rendah, sedangkan pekerja dengan kesegaran jasmani cukup, diketahui

sebanyak 43,8% mengalami keluhan MSDs sedang. Berdasarkan hasil

analisis bivariat didapatkan hasil p value sebesar 0,227 (≥ 0,05) hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

kesegaran jasmani dengan keluhan MSDs yang dialami pekerja bagian

Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.

Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kebiasaan merokok.

Seseorang perokok memiliki tingkat kesegaran jasmani lebih rendah

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

98

dari seorang yang bukan perokok, hal ini terjadi karena suplai oksigen

akan berkurang karena hemoglobin akan lebih berikatan dengan

karbon monoksida daripada dengan oksigen sehingga saat melakukan

olahraga seorang perokok akan cepat dengan terengah-engah untuk

memenuhi kebutuhan dan kebugaran optimal. Hal ini sesuai dengan

kondisi di lapangan dimana 50% pekerja yang merokok memiliki

kesegaran jasmani kurang.

Pada hasil perhitungan didapatkan nilai OR sebesar 0,495 yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang protektif antara

kesegaran jasmani kurang dengan munculnya keluhan MSDs. Dimana

pekerja dengan kesegaran jasmani kurang lebih banyak mengalami

keluhan rendah dibanding keluhan sedang. Hal ini terjadi karena

pekerja dengan kesegaran jasmani kurang sebagian besar (83%)

adalah pekerja dengan usia muda ( < 35 tahun), sehingga meskipun

kesegaran jasmaninya kurang, kondisi tubuhnya masih lebih kuat

dibandingkan dengan kondisi tubuh pekerja usia tua ( >35 tahun).

Selain itu, sebagaimana dalam hasil sebelumnya juga diketahui bahwa

pekerja pada PT Bumi Sarimas Indonesia sebagian besar adalah

pekerja dengan usia <35tahun dan memiliki keluhan MSDs rendah.

Pada hasil mengenai kesegaran jasmani cukup, pekerja dengan

kesegaran jasmani cukup lebih banyak mengalami keluhan rendah

dibanding keluhan sedang sudah sejalan dengan teori yang

menyatakan kesegaran jasmani seseorang dapat mempengaruhi

munculnya keluhan MSDs.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

99

Pada variabel kesegaran jasmani ini terdapat keterbatasan

penelitian dimana peneliti hanya menanyakan frekuensi olahraga yang

dilakukan pekerja, peneliti tidak menanyakan jenis olah raga apa yang

dilakukan oleh pekerja, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian

yang disebabkan karena adanya perbedaaan persepsi antara responden

dengan peneliti. Salah satu bentuk olahraga untuk kesehatan atau

pencegahan penyakit dapat dilakukan dalam bentuk olahraga aerobik

yang sedang, bentuk olahraga tersebut bisa berupa jalan cepat, lari

ditaman, berenang, mengayuh sepeda dan lain-lain. Menurut spesialis

orthopedi ar. Adib Khumaidi SpOT latihan aerobik selama 30 menit

dapat menguatkan tubuh.

5. Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Keluhan MSDs

MSDs adalah salah satu penyakit kronis yang membutuhkan waktu

lama untuk berkembang. Masa kerja merupakan faktor risiko yang

sangat mempengaruhi meningkatnya risiko musculoskeletal disorders,

terutama untuk pekerjaan yang menggunakan kekuatan tinggi.

Menurut Ohlsson et al (1989) semakin lama masa kerja seseorang

menyebabkan terjadinya kejenuhan pada daya tahan otot dan tulang

secara fisik maupun secara psikis. Hal ini karena tingkat endurance

otot yang sering digunakan untuk bekerja akan menurun seiring

lamanya seorang bekerja.

Masa kerja adalah panjangnya waktu terhitung mulai pertama kali

pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung. Masa kerja

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

100

memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan

risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs), terutama untuk pekerjaan

yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.

Pada penelitian ini, masa kerja dikategorikan berdasarkan nilai

median, karena data tidak terdistribusi secara normal. Adapun

pengkategorian masa kerja yaitu berisiko jika lebih dari 3 tahun dan

tidak berisiko jika kurang dari 3 tahun.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pekerja memiliki masa kerja

minimal 2 tahun dan maksimal 10 tahun dengan rata-rata masa kerja

3,5 tahun. Data dalam tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 42

orang (60%) pekerja memiliki masa kerja berisiko. Pada pekerja yang

memiliki masa kerja berisiko diketahui bahwa sebagian besar

memiliki keluhan MSDs sedang. Sedangkan pada pekerja dengan

masa kerja tidak berisiko sebagian besar mengalami keluhan MSDs

rendah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin lama seorang

bekerja, semakin tinggi kemungkinan untuk mengalami keluhan

MSDs, karena keluhan akan meningkat seiring bartambahnya waktu.

Pada penelitian yang dilakukan Suriyatmini (2011) didapatkan

hasil pekereja dengan masa kerja 5-10 tahun merasakan keluhan

MSDs 87%, dan pekerja dengan masa kerja >10 merasakan keluhan

MSDs 95%. Hal ini sesuai dengan Ohlssson et al (1989) menyatakan

bahwa keluhan MSDs akan semakin bertambah ketika masa kerja

seseorang bertambah juga kejenuhan baik secara fisik maupun secara

psikis.

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

101

Dari hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 (<0,05)

yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara massa kerja

dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat Preparation PT

Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Berdasarkan hal ini dapat

disimpulkan bahwa keluhan MSDs yang dirasakan akan semakin

meningkat seiring lamanya masa kerja seseorang, karena semakin lama

seseorang bekerja pajanan risiko yang didapatkan akan semakin banyak.

Untuk meminimalisir keluhan MSDs yang disebabkan oleh lamanya

masa kerja seseorang, maka dapat dilakukan upaya pencegahan berupa

rotasi pekerja dengan masa kerja yang telah lebih 3 tahun ke bagian yang

tidak terlalu memiliki risiko terkena MSDs seperti pada bagian

penyortiran kelapa yang tidak memerlukan banyak tenaga.

6. Hubungan Faktor Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs

Semakin gemuk seorang maka semakin besar risiko untuk

mengalami MSDs. Hal ini disebabkan karena seseorang dengan

kelebihan berat badan akan berusaha untuk menopang berat badan

dengan cara mengontraksikan otot punggung, jika ini dilakukan terus

menerus dapat menyebabkan adanya penekanan pada bantalan saraf

tulang belakang (Tan HC dan Horn SE. 1998).

Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan IMT kedalam 2

kategori, yaitu berisiko dan tidak berisiko. Kategori berisiko adalah

pekerja dengan IMT gemuk, sedangkan kategori tidak berisiko yaitu

pekerja dengan IMT normal atau IMT kurus. Penilaian ini berdasarkan

pada Vessey dkk. (1990) dalam Bernard, et al (1997) menemukan

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

102

bahwa risiko CTS di antara wanita gemuk dua kali lipat dibanding

wanita ramping.

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian pekerja dengan

IMT berisiko memiliki keluhan sedang sedangkan pada pekerja

dengan IMT tidak berisiko diketahui sebagian besar pekerja memiliki

keluhan rendah, hanya sedikit yang merasakan keluhan sedang. Dari

hasil analisis bivariat didapatkan p-value sebesar 0,229 (> 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Indeks

Masa Tubuh dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat

Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017. Meskipun

demikian, pada hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 2,444 yang

berarti bahwa pekerja dengan IMT berisiko memiliki kemungkinan

merasakan keluhan MSDs sebanyak 2,4x lebih besar dibanding

pekerja dengan IMT tidak berisiko.

Secara teori, IMT merupakan faktor yang berhubungan dengan

munculnya keluhan MSDs, namun pada hasil penelitian kali ini

diperoleh hasil yang berbeda. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi

karena pekerja yang diteliti memiliki rata-rata Indeks Masa Tubuh

normal (80% pekerja memiliki IMT normal). Selain itu pekerjaan di

bagian MP tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat karena beban

(kelapa) yang diangkat tidak lebih dari 5kg. Hal ini sesuai dengan

yang dijelaskan Tarwaka (2015) yang menyatakan bahwa keluhan

sistem muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia

lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

103

menerima beban, baik berat beban tubuh manusia itu sendiri, maupun

beban tambahan lainnya.

7. Hubungan Faktor Psikososial dengan Keluhan MSDs

Istilah “psikososial” adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan faktor faktor yang terkait dengan pekerjaan dengan

lingkungannya, lingkungan diluar kerja dan karakteristik pekerja.

faktor yang terkait dengan pekerjaan dan lingkungannya bisa berupa

konten pekerjaan, karakteristik organisasi, hubungan interpersonal

ditempat kerja, waktu dan sift kerja. Faktor diluar kerja dapat berupa

tanggung jawab sebagai orang tua, pasangan atau anak. Sedangkan

karakteristik pekerja dapat meliputi faktor genetik (jenis kelamin dan

kecerdasan), tingkat sosial budaya, status pendidikan dan kepribadian

masing masing pekerja.

Dalam penelitian ini, Faktor psikososial pekerja diukur

menggunakan kuesioner CopSoq II. Kuesioner ini berisi 7 item yang

meliputi tuntutan ditempat kerja, organisasi kerja dan konten

pekerjaan, hubugan interpersonal dan kepemimpinan , bekerja antar

inividu, nilai-nilai di level tempat kerja, kesehatan dan kesejahteraan

dan perilaku ofensif. kuesioner ini terdiri dari 44 pertanyaan dengan

skala pengukuran 5. Semakin besar nilainya menunjukkan hal yang

baik dan juga sebaliknya (Kristensen, 2010).

Dari pengolahan data didapatkan hasil, sebanyak 35 orang (50%)

pekerja memiliki psikososial baik. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

104

bahwa dari 35 pekerja yang memiliki psikososial baik, sebanyak 23

orang (65,7%) memiliki keluhan MSDs rendah, dan 12 orang (34,3%)

memiliki keluhan MSDs sedang, sedangkan dari 35 orang yang

memiliki psikososial buruk, sebanyak 25 orang (71,4%) memiliki

keluhan MSDs rendah dan 10 orang (28.,%) memiliki keluhan MSDs

sedang.

Dari analisis bivariat, didapatkan p value sebesar 0,607 (p> 0,05)

yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor

psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat

Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2018. Tidak adanya

hubungan antara faktor psikososial dengan MSDs pada pekerja bagian

Meat Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017 ini

kemungkinan karena antara psikososial baik dan buruk terdapat hasil

penilaian yang seimbang masing-masing 50%.

Pada hasil analisis didapatkan nilai OR sebesar 0,767 yang

menunjukkan adanya hubungan protektif antara psikososial buruk

dengan keluhan MSDs, dimana pekerja dengan psikososial buruk

lebih banyak mengalami keluhan rendah dibanding keluhan sedang.

Hal ini dapat terjadi karena pada pekerja dengan psikososial buruk

sebagian besar (57,1%) adalah pekerja dengan usia muda (kurang dari

35 tahun), sebagaimana dalam hasil sebelumnya telah diketahui

bahwa pekerja PT Bumi Sarimas Indonesia dengan usia dibawah 35

tahun sebagian besar mengalami keluhan MSDs rendah.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

105

Dari 7 aspek yang dinilai meliputi: tuntutan ditempat kerja,

organisasi kerja dan konten pekerjaan, hubungan interpersonal dengan

kepemimpinan, bekerja antarmuka individu, nilai-nilai di level tempat

kerja, kesehatan dan kesejahteraan, serta perilaku ofensif dijabarkan

sebagai berikut: Sebanyak 65,7% pekerja memiliki psikososial buruk

jika dinilai berdasarkan tuntutan pekerjaan. Sebanyak 60% pekerja

mengaku situasi pekerjaanya kadang-kadang menganggu kondisi

emosial mereka. Selain itu, berdasarkan organisasi kerja dan konten

pekerjaan diketahui sebanyak 55,7% pekerja memiliki psikososial

buruk. hanya 42,9% pekerja yang dapat mengatur banyaknya tugas

yang harus dikerjakan dan hanya 7,1% pekerja yang mempelajari

sesuatu yang baru dari pekerjaannya. Hal ini terjadi karena pekerjaan

yang dilakukan setiap harinya bersifat menoton.

Sementara itu, untuk hubungan interpersonal dan kepemimpinan

diketahui bahwa 50% pekerja memiliki psikososial baik. Lain halnya

dengan aspek kepuasan, sebanyak 97,1% psikososial pekerja dinilai

baik, dimana pekerja rata-rata mengaku puas dan sangat puas dengan

pekerjaanya. selain itu, berdasarkan aspek nilai-nilai di level tempat

kerja juga diketahui sebanyak 71,4% pekerja memiliki psikososial

baik.

Berdasarkan kesehatan secara umum, (67,1%) psikososial pekerja

dinilai buruk. Diketahui pada sebagian waktu sebanyak 65,7% pekerja

mengaku merasa letih, 30% merasa emosi, 17,1% merasa tertekan

dan 5,7% merasa terganggu oleh suatu hal ketika bekerja. Sedangkan

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

106

berdasarkan aspek perilaku ofensif diketahui bahwa 100% pekerja

memiliki psikososial baik, hal ini dikarenakan tidak satupun pekerja

yang menerima perlakuan buruk seperti pelecehan seksual, tindak

kekerasan, maupun gertakan.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

107

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pekerja bagian MP

PT Bumi Sarimas Indonesia, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 48 orang (68,6%) pekerja mengalami keluhan MSDs rendah

dan 22 orang (31,4%) mengalami keluhan MSDs sedang.

2. Sebanyak 66 pekerja (94,3%) memiliki tingkat risiko pekerjaan

sedang.

3. Sebanyak 67,1% pekerja memiliki usia < 35 tahun dengan masa kerja

rata-rata 3,5 tahun dan masa kerja terlama 10 tahun.

4. Sebanyak 61,4% pekerja memiliki kebiasan merokok dan 77,1%

pekerja memiliki kesegaran jasmani kurang.

5. Sebanyak 11,4% pekerja memiliki Indeks Massa Tubuh berisiko,

6. Sebanyak 50 % pekerja memiliki psikososial baik.

7. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan keluhan MSDs

(p-value 0,000 OR 10,714) dan terdapat hubungan antara masa kerja

dengan keluhan MSDs ( p-value 0,000)

8. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pekerjaan,

kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, Indeks Massa Tubuh dan

psikososial dengan keluhan MSDs pada pekerja bagian Meat

Preparation PT Bumi Sarimas Indonesia tahun 2017.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

108

B. Saran

1. Bagi perusahaan

Untuk menanggulangi dan mencegah MSDs pada pekerja, pihak

perusahaan dapat melakukan upaya sebagai berikut:

a. Memberikan pelatihan pada pekerja tentang bahaya

muskuloskletal dan cara penanggulangannya.

b. Melakukan modifikasi pada ketinggian mesin sehingga

memungkinkan pekerja untuk bekerja pada posisi aman atau tidak

terlalu membungkuk

c. Melakukan rotasi pada pekerja yang sudah bekerja lebih dari 3

tahun pada bagian MP ke bagian yang memiliki risiko pekerjaan

lebih rendah seperti bagian penyortiran kelapa yang tidak terlalu

menggunakan banyak kekuatan.

d. Membuat program workplace stretching excercise agar para

pekerja dapat melakukan peregangan ketika otot-otot mulai

tegang.

e. Menciptakan kondisi psikososial yang baik untuk pekerja

2. Bagi pekerja

a. Mempelajari tentang bahaya muskuloskeletal dan cara

penanggulangannya.

b. Mengurangi kebiasaan merokok baik dari segi kuantitas

(banyaknya rokok) maupun dari segi intensitas (keseringan

merokok)

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

109

c. Melakukan workplace stretching excercise atau peregangan ketika

otot-otot mulai tegang.

d. Melakukan aktifitas fisik di luar waktu kerja untuk menjaga

kesegaran jasmani.

e. Menjaga hubungan harmonis di lingkungan kerja agar tercipta

lapangan kerja dengan kondisi psikososial baik

3. Bagi peneliti

a. Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penilaian MSDs

dengan metode yang lebih objektif (dengan diagnosis atau uji

lab)

b. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor

lingkungan dan kekuatan fisik pekerja

c. Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan pertanyaan dan

pilihan jawaban pada variabel kebiasaan merokok, berupa sejak

usia berapa mulai merokok, atau sejak tingkat sekolah apa

merokok (SD, SMP, SMA atau tamat SMA) sehingga

kemungkian bias mengenai lama merokok dapat diminimalisir.

d. Untuk peneliti selanjutnya agar menambahkan pertanyaan

mengenai jenis olahraga apa yang biasa dilakukan oleh pekerja.

e. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penilaian psikososial

lebih rinci, sehingga dapat dilihat hubungannya secara lebih

jelas.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

110

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Propinsi dan Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ton), 2012-2014*) Available at http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/839

Banerjee, Prasun & Gangopadhyay, Somnath. 2003. A Study on the Prevalence of Upper Extremity Repetitif Strain Injuries Among the Handloom Weavers of West Bengal. Journal Human Ergo.. Volume 32, 2003. Pages 17-22

Bereau of Labor Statistics. 2015. Nonfatal Occupational Injuries and Illnesses Requiring Days Away From Work, 2014 available at http://www.bls.gov/news.release/pdf/osh2.pdf

Bernard, BP et al. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors: A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work Related MSDs of Neck, Upper Extremity and Low Back. U.S Department of Health and Human Services, PH Service for Disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Safety and Helath

Bridger, R. S. 2003. Introduction to Ergonomics. USA: Taylor and Francis

Bukhori, Endang. 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Banten Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) diakses pada tanggal 7 september 2015 dari http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/rmirsi.html

Croasmun, Jenie. 2003. Link reported between smoking and MSDs. Annals of Rheumatic diseases: Reuters. diakses dari http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.

Damanik, Evelina Debora. (2006).Pengujian Reliabilitas, Validitas, Analisis Item Danpembuatan Norma Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Berdasarkan Penelitian Pada Kelompok Sampel Yogyakarta dan Bantul yang Mengalami Gempa Bumi dan Kelompok Sampel Jakarta dan Sekitarnya yang Tidak Mengalami Gempa Bumi. Tesis S2 Fakultas Psikologi, UI, Depok

Departemen Kesehatan RI.2005 Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia Tahun 2005.Jakarta: Departemen Kesehatan RI

European Agency For Safety and Health at Work. 2010. European Risk Observatory Report . Luxembourg: Publications Office of the European

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

111

Union Available at https://osha.europa.eu/en/tools-and-publications/publications/reports/TERO09009ENC

Gangopadhyay, Somnath. dkk. 2003. A Study on Upper Extremity cumulative Trauma Disorders in Diferent Unorganised Sectors of West bengal, India. Journal of Occupational Health. Volume 45, 2003. Pages 351-357.

Gayo, Ipak. 2010. Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal pada Penyortir Kopi di Industri Kopi Baburrayyan Takengon Aceh Tengah Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan

Guo, How-Ran dkk. 2004. Prevalence of Musculoskeletal Disorders Among Workers in Taiwan : A Nationwide Study. Journal of Occupational Health. Volume 46, 2004. Pages 26-36.

Handayani, Wita. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Pekerja bagian Polishing PT. Surya Toto Indonesia . Tbk Tangerang Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hastuti, Rina Putri & Sugiharto. 2009. Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk dengan Gejala Cumulative Trauma Disorders. Jurnal Kesehatan Masyarakat 6 (1) (2010) hal. 8-15

Healt and Safety Executive. 2015 . LFS - Labour Force Survey - Self-reported work-related ill health and workplace injuries: Index of LFS tables available at http://www.hse.gov.uk/Statistics/lfs/index.htm

Humantech. 1995. Applied Ergonomic Training Manual. Berkeley Vale Australia: Protector and Gamble Inc

Humantech. 2003. Applied Ergonomic Training Manual 2 nd edition. Australia: Berkeley Vale.

International labour organization. Safety and health at working. Diakses pada tanggal 2 september 2015 dari http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/index.htm

Iridiastadi, Hardianto. 2007 Prevalence Of Musculoskeletal Symptoms Among Indonesian Workers: A Preliminary Study. The Eight Pan-Pacific Conference on Occupational Ergonomics (PPCOE 2007)

Karasek, R., Chantal Brisson, Norito Kawakami, Irene Houtman, Paulien Bongers. (1998). TheJob Content Questionnaire (JCQ): An Instrument for Internationally Comparative Assessment of Psychosocial Job Characteristics. Journal of Occupational Health Psychology, 3(4), 322-355.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 1 Orang Pekerja Di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan Kerja. Jakarta Available

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

112

at http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html

Kristensen, Tage Sondergard. (2010). A questionnaire Is More Than A Questionnaire. Scandinavian Journal of Public Health, 38(3), 149-155

Kroemer Karl, et al. 2001. Ergonomic :How To Design For Ease And Efficiene. 2nded. New Jersey: Prentice Hall of International Series

Kumar, Prakash dkk. 2015. Work-related Pains among the Workers Associated with Pineapple Peeling in Small Fruit Processing Units of North East India. International Journal of Industrial Ergonomic. Volume 53, 2016. Pages 124-129

Kuorinka, et al. 1987. Standardized Nordic questionnaire for the analysis of musculoskeletal symptoms.

Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Assembling PT. X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Middlesworth, Matt 2015. The definition and causes of musculoskeletal disorders (MSDs) : Ergonomic plus, diakses pada tanggal 7 september 2015 dari http://ergo-plus.com/musculoskeletal-disorders-msd/ .

Mirbod, Seyed Mohammad dkk. 1995. Some Aspects of Occupational Safety and Health in Green Tea Workers. Industrial Health. Volume 33, 1995. Pages101-117

Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear (ed). ___

Nag, Anjali. dkk. 2012. Risk Factors and Musculoskeletal Disorders Among Workers Performing Fish Processing. American Journal Of Industrial Medicine.

National Institute for Occupational Safety and Health. 1997. Musculoskeletal disorders and workplace factors; a critical review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and low back.

Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Imu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhikmah. 2011. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Furniture di Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun 2011. Skripsi . Universitas Islam Negeri Jakarta.

Oborne, David (1995). Ergonomic at Work. Chicester, UK. Jhon willey & Sons, Ltd

Ohlsson K, et al. 1989. Self- reported symptoms in the neck and upper limbs of female assembly workers. Scand J Work Environ Health.

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

113

OHSC. 2007. Resource Manual for The MSDs Prevention Guideline for Ontario

Pratiwi, Mayrika. dkk. 2009. Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 4 (1) (2009) hal. 1-7

PT Bumi Sarimas Indonesia . Company Profile. 2015

Pulat, Babur Mustafa & David C. Alexander. 1991. Industrial ergonomics : case studies. New York : McGraw-Hill, inc.

Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Silva, Isabel Moreira dkk. 2013. Associations Between Body Mass Index and Musculoskeletal Pain and Related Symptoms in Different Body Regions Among Workers. SAGE Open 3 (2013)

Stanton, Neville, et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomic Methods. USA: CRC Press

Suma’mur, P.K. 1996. Hygiene Perusahaan Dan Keselamatan Kerja. Cetakan 13. Jakarta: Haji masagung.

Suparsiasi, I dewa. dkk. 2001. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC

Suriyatmini, Septina. 2011. “Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi Terhadap keluhan Muskuloskeletal pada Aktivitas Manual Handling pada Pekerja di Bagian Produksi PTMI Tahun 2010. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan. Produktivitas. Surakarta : Uniba Press

Tarwaka, 2015. Ergonomi Industri : Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan Press Solo

Tan HC dan Horn SE. 1998. Pratical manual of physical medicine and rehabilitation. St. louis, Mosby

Viester et al . 2013. “The relation between body mass index and musculoskeletal symptoms in the working population” BioMed Central Ltd.

Wahyono, Yulianto. 2014. Pengaruh Workplace Excercise terhadap keluhan Muskuloskeletal pada pekerja di bagian sewing CV Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Jurnal ilmu kesehatan vol 3 (2) (2014).

Zulfiqor, Muhammad Taufik. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT. Caterpillar IndonesiaTahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan KesehatanMasyarakat. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

114

LAMPIRAN

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow
Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA BAGIAN MEAT

PREPARATION PT. BUMI SARIMAS INDONESIA TAHUN 2017

Oleh

Nama : Annisa Septiani

NIM : 1111101000100

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan Hormat, Perkenalkan saya Annisa Septiani, mahasiswi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas

akhir (Skripsi) “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Pekerja Bagian Meat Preparation PT. Bumi Sarimas Indonesia Tahun 2017”

Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana.

Berkenaan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan saudara/i untuk mengisi

kuesioner ini dengan sebaik-baiknya karena jawaban saudara/i sangat bermanfaat dalam

penelitian ini. Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap pekerjaan dan

posisi saudara/i, serta jawaban yang saudara/i berikan akan terjamin kerahasiaannya.

Atas partisipasi dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih

Peneliti,

Annisa Septiani

No. Kuesioner :

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

A. Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : P / L 3. Tanggal lahir : 4. No. Hp : 5. Tinggi badan : .......... cm (diukur oleh peneliti) 6. Berat Badan : .......... kg (diukur oleh peneliti)

B. Keluhan Muskuloskeletal

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah sebelum bekerja di perusahaan ini, saudara/i pernah mengalami masalah pada otot dan tulang?

1. Ya, pernah 2. Tidak pernah

2 Apakah saat bekerja di perusahaan ini saudara/i pernah merasakan masalah pada otot dan tulang?

1. Ya, pernah 2. Tidak pernah

3 Sebutkan pada bagian mana saja keluhan tersebut dirasakan (Lingkari gambar Peta tubuh)

(gambar peta tubuh)

C. Kebiasaan Merokok

No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah saudara/i pernah merokok? 1. Ya.

2. Tidak (langsung ke bagian D)

2 Jika ya, apakah sekarang saudara/i masih merokok? 1. Ya 2. Tidak (langsung

ke no 5) 3 Sudah berapa lama saudara/i merokok? ..... Tahun 4 Berapa banyak rokok saudara/i habiskan setiap hari ..... Batang 5 Jika jawaban no 2 tidak, sudah berapa lama saudara/i

berhenti merokok .... Tahun

6 Saat masih merokok, berapa batang rokok yang saudara/i habiskan setiap hari

..... Batang

D. Kesegaran Jasmani

No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah saudara/i suka berolahraga? 1. Ya

2. Tidak (langsung ke bagian E)

2 Bagaimana frekuensi olahraga yang saudara/i lakukan?

0. Jarang (1-3 kali/bulan)

1. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

2. Sering (≥ 3 kali/ minggu)

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

E. Masa kerja No Pertanyaan Jawaban

1 Sudah berapa lama saudara/i bekerja di Perusahaan ini ?

..... Tahun

2 Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? ..... Tahun

3 Apakah saudara/i sebelumnya pernah bekerja di perusahaan lain yang karakteristik pekerjaannya serupa dengan pekerjaan di bagian MP?( duduk/ berdiri berjam-jam, melakukan pekerjaan yang konstan)

1. Ya, ..... Tahun 2. Tidak

F. Psikososial Lengkapi pertanyaan pada bagian kuesioner penilaian psikososial

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Lingkari bagian tubuh yang terdapat keluhan :

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Lingkarilah pilihan keluhan yang dirasakan, tingkat keluhan, waktu timbul dan frekuensi dirasakannya keluhan dibawah ini sesuai bagian tubuh yang telah dipilih pada bagian sebelumnya. Keterangan a. Tingkat keluhan :

0. Tidak sakit 1. Agak sakit/nyeri ringan 2. Sakit/Nyeri sedang 3. Sangat sakit/Sangat nyeri

b. Sejak kapan keluhan dirasakan: 1. ≤ satu tahun terakhir 2. > satu tahun terakhir

c. Waktu timbul: 1. Saat bekerja 2. Setelah bekerja 3. Malam hari/saat istirahat.

No Lokasi Rasa sakit Tingkat Keluhan

Sejak kapan keluhan dirasakan

Waktu Timbul

0 Leher atas 1 Leher bawah 2 Bahu kiri 3 Bahu kanan 4 Lengan kiri atas 5 Punggung 6 Lengan kanan atas 7 Punggung bawah 8 Pinggang 9 Bokong

10 Siku kiri 11 Siku kanan 12 Lengan kiri bawah 13 Lengan kanan bawah 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Tangan kiri 17 Tangan kanan 18 Paha kiri 19 Paha kanan 20 Lutut kiri 21 Lutut kanan 22 Betis kiri 23 Betis kanan 24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Telapak kaki kiri 27 Telapak kaki kanan

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

KUESIONER PENILAIAN PSIKOSOSIAL

Silahkan pilih jawaban yang cocok untuk masing-masing pertanyaan berikut :

No

Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah

Skor 4 3 2 1 0

A. TUNTUTAN DITEMPAT KERJA

1A Apakah anda mendapatkan sesuatu

dari pekerjaan anda setelah lembur

(seperti uang tambahan atau hadiah)?

1B Apakah waktu yang tersedia cukup

bagi anda untuk mengerjakan

pekerjaan di tempat kerja?

2A Apakah anda membutuhkan motivasi

yang tinggi dalam bekerja (seperti

motivasi mendapatkan upah)?

2B Apakah anda bekerja dengan

motivasi yang tinggi setiap hari

(seperti motivasi mendapatkan

upah)?

3A Apakah situasi pekerjaan anda itu

menggangu kondisi emosional anda?

3B Apakah anda pernah menceritakan

masalah pribadi orang lain di tempat

kerja anda?

B. ORGANISASI KERJA DAN KONTEN PEKERJAAN

4A Apakah diri anda cukup berpengaruh

terhadap pekerjaan di tempat anda

bekerja?

4B Dapatkah anda mengatur banyaknya

tugas-tugas yang harus anda

kerjakan?

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah

Skor 4 3 2 1 0

5A Apakah anda punya kemungkinan untuk

mempelajari sesuatu yang baru dari

pekerjaan anda?

5B Apakah pekerjaan anda memerlukan

untuk mengambil inisiatif?

6A Apakah pekerjaan anda sangat berarti?

6B Apakah anda merasa perkerjaan yang

anda kerjakan itu penting?

7A Apakah anda merasa tempat kerja anda

mempunyai kepentingan yang tinggi

untuk anda?

7B Apakah anda mau merekomendasikan

teman baik anda untuk mendaftar di

satu posisi di tempat kerja anda?

C. HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN KEPEMIMPINAN

8A Apakah di tempat kerja anda bisa

mendapat informasi tentang keputusan

yang penting, perubahan, rencana untuk

kedepannya?

8B Apakah anda menerima semua

informasi yang anda butuhkan untuk

melakukan pekerjaan anda dengan baik?

9A Apakah pekerjaan anda diapresiasikan

dan dikenal oleh manajer?

9B Apakah anda diperlakukan secara adil

dan tidak dibeda-bedakan dengan

karyawan lain di tempat kerja?

10A Apakah tujuan pekerjaan anda jelas?

10B Apakah anda tahu persis apa yang

diharapkan dari pekerjaan anda?

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang-kadang

Jarang Tidak pernah

Skor 4 3 2 1 0

11A

Sebesar apa anda nyatakan bahwa

atasan langsung anda memperhatikan

kepuasan kerja anda?

11B Bagaimana pengaruh atasan anda dalam

membuat perencanaan terkait pekerjaan

secara langsung?

12A Seberapa sering atasan yang dekat

dengan anda mau mendengarkan

masalah anda terkait pekerjaan?

12B Seberapa sering anda mendapatkan

bantuan dan dukungan dari atasan

terdekat anda?

No Pertanyaan Sangat

puas Puas Tidak

puas Sangat

tidak puas Skor

3 2 1 0

D. BEKERJA ANTARMUKA INDIVIDU

13 Bagaimana tingkat kepuasan anda

terhadap pekerjaan yang anda lakukan?

No Pertanyaan Ya, tentu saja

Ya, beberapa

Ya, tapi hanya sedikit

Tidak

Skor 3 2 1 0

14A Apakah anda merasa bahwa pekerjaan

anda menghabiskan banyak energi

anda yang bisa membuat efek negatif

dikehidupan pribadi anda?

14B Apakah anda merasa bahwa pekerjaan

anda menghabiskan banyak waktu

anda yang bisa membuat efek negatif

pada kehidupan pribadi anda?

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

No Pertanyaan Sangat besar

Besar Sedikit Kecil Sangat kecil

Skor 4 3 2 1 0

E. NILAI-NILAI DI LEVEL TEMPAT KERJA 15A Apakah anda mempercayai informasi

yang anda dapat dari manajemen?

15B Apakah manajemen mempercayai bahwa anda bekerja dengan baik?

16A Apakah konfik dipecahkan dengan secara adil?

16B Apakah pembagian kerja anda adil? No Pertanyaan Baik

sekali Sangat

baik Baik Lumayan Buruk

Skor 4 3 2 1 0

F. KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN

17 Secara umum, bagaimana kesehatan

anda?

No Pertanyaan Sepanjang waktu

Sebagian besar waktu

Sebagian waktu

Sedikit Tidak semua

Skor 4 3 2 1 0

18A Dalam sehari-hari seberapa sering anda merasa letih?

18B Seberapa sering anda merasa emosi dalam bekerja?

19A Seberapa sering anda stres (dapat tertekan)?

19B Seberapa sering anda merasa terganggu oleh suatu hal atau seseorang ketika bekerja?

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

No Pertanyaan Ya, setiap hari

Ya, setiap

minggu

Ya, setiap bulan

Ya, beberpa waktu

Tidak

F. PERILAKU OFENSIF 20 Apakah anda pernah mendapatkan

pelecehan seksual (seperti dipegang tanpa izin) di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?

Teman kerja

manajer bawahan Tamu

Jika ya, dari siapa ? 21 Apakah anda pernah

berkemungkinan mengalami kekerasan di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?

Teman kerja

manajer bawahan Tamu

Jika ya, dari siapa ? 22 Apakah anda pernah tidak terlindung

dari kekerasan fisik di tempat kerja selama 12 bulan terakhir?

Teman kerja

manajer bawahan Tamu

Jika ya, dari siapa ? 23 Apakah anda pernah tidak terlidung

dari gertakan di tempat kerja anda selama 12 bulan terakhir?

Teman kerja

manajer bawahan Tamu

Jika ya, dari siapa ?

-Selesai-

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

LEMBAR OBSERVASI REBA

Nama pekerja :

Grup A Postur Gambar Postur kerja

Badan Skor 1= lurus Skor 2= ekstensi/fleksi < 20° Skor 3= fleksi 20-60° Skor 4 = fleksi > 60° Skor + 1 jika miring/memuntir

Leher Skor 1= fleksi/ ekstensi <20° Skor 2= fleksi/ekstensi > 20° Skor +1 = mirng/memutar

Kaki Skor 1= kaki tertopang, bobot tersebar merata , jalan atau duduk Skor 2= kaki tidak tertopang/postur tidak stabil Skor +1 = jika lutut antara 30°-60° flexion Skor +2 = jika lutut >60° flexion tidak ketika duduk

Beban Skor 0= <5kg Skor 1= 5-10kg Skor 2 = >10kg Skor +1 = ada pembebanan secara tiba-tiba

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Grup B Postur Gambar Postur pekerja Lengan atas Skor 1 = 0-20° fleksi/ ekstensi Skor 2= >20°-45° fleksi Skor 3= 45-90° fleksi Skor 4= > 90° fleksi Skor +1= lengan adducted atau rotated Skor +1 = bahu ditinggikan Skor -1= bersandar , bobot lengan ditopang sesuai gravitasi

Lengan bawah Skor 1= 60°-100° fleksi/ekstensi Skor 2= <20° fleksi atau >100°ekstensi

Pergelangan tangan Skor 1= 0°-15° fleksi atau ekstensi Skor 2= >15° fleksi atau ekstensi Skor +1 = jika tangan memutar ke kiri/kanan

Pegangan Skor 1= pegangan pas Skor 2= pegangan dapat diterima , tapi tidak ideal Skor 3= pegangan tidak bisa diterima, walau memungkinkan Skor 4 = dipaksakan , pegangan yang tidak aman

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Tabel Skor A Punggung Leher

1 2 3 Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Beban 0 1 2 +1

< 5kg 5-10 kg >10kg Penambahan beban secara tiba-tiba atau

secara cepat Tabel Skor B

Lengan bawah Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 3 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9

Coupling 0- Good 1-Fair 2-Poor 3- unacceptable

Peganagan pas dan tepat ditengah,

genggaman kuat

Peganagn tangan bisa diterima tapi tidak

ideal

Pegangan tangan tidak bisa diterima walaupun

memungkinkan

Dipaksakan,genggaman yang tidak aman

Tabel Scor C

Skor A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Scor

B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 8 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity Score +1 jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1

menit

+1 jika penguangan gerakan dalam rentang waktu singkat,

diulang lebih dari 4kali permenit (tidak termasuk berjalan)

+1 jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran

postur yang cepat dari postur awal

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent (A3) Usia : 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error (A3) Usia : Mean 31,56 ,835 95% Confidence

Interval for Mean Lower Bound 29,89

Upper Bound 33,22

5% Trimmed Mean 31,40 Median 31,00 Variance 48,801 Std. Deviation 6,986 Minimum 21 Maximum 45 Range 24 Interquartile Range 12 Skewness ,272 ,287 Kurtosis -1,187 ,566

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. (A3) Usia : ,112 70 ,030 ,935 70 ,001

a Lilliefors Significance Correction (A3) Usia : (A3) Usia : Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 16,00 2 . 1222333333444444 14,00 2 . 55556677788899 17,00 3 . 00011112223344444 9,00 3 . 556677899 13,00 4 . 0111111122344 1,00 4 . 5 Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

50403020

Observed Value

4

2

0

-2

-4

Expe

cted

Nor

mal

Normal Q-Q Plot of (A3) Usia :

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

454035302520

Observed Value

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

Dev

from

Nor

mal

Detrended Normal Q-Q Plot of (A3) Usia :

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

(A3) Usia :

45

40

35

30

25

20

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Explore Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

Mean 3,47 ,213

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 3,05

Upper Bound 3,90

5% Trimmed Mean 3,27 Median 3,00 Variance 3,180 Std. Deviation 1,783 Minimum 2 Maximum 10 Range 8 Interquartile Range 2 Skewness 1,540 ,287 Kurtosis 2,528 ,566

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

,233 70 ,000 ,796 70 ,000

a Lilliefors Significance Correction

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP? Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 28,00 2 . 0000000000000000000000000000 ,00 2 . 16,00 3 . 0000000000000000 ,00 3 . 10,00 4 . 0000000000 ,00 4 . 6,00 5 . 000000 ,00 5 . 7,00 6 . 0000000 3,00 Extremes (>=8,0) Stem width: 1 Each leaf: 1 case(s)

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

1086420

Observed Value

2

1

0

-1

Expe

cted

Nor

mal

Normal Q-Q Plot of (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

108642

Observed Value

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

Dev

from

Nor

mal

Detrended Normal Q-Q Plot of (E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja dibagian MP?

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

10

8

6

4

2

1

2

3

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Frequencies Statistics

Keluhan_b

aru Pekerjaan (A3) Usia

: Merokok Kesegaran_jasm

ani

(E2) Sudah berapa lama

saudara/i bekerja di

bagian MP? IMT SkorPsikososial N Valid 70 70 70 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 1,6857 1,0571 31,56 1,39 1,23 3,47 2,0286 74,81 Median 2,0000 1,0000 31,00 1,00 1,00 3,00 2,0000 75,50 Std. Deviation ,46758 ,23379 6,986 ,490 ,423 1,783 ,44952 7,388 Minimum 1,00 1,00 21 1 1 2 1,00 58 Maximum 2,00 2,00 45 2 2 10 3,00 89

Frequency Table Keluhan_baru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid sedang 22 31,4 31,4 31,4

rendah 48 68,6 68,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid sedang 66 94,3 94,3 94,3

rendah 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

(A3) Usia :

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 21 1 1,4 1,4 1,4

22 3 4,3 4,3 5,7 23 6 8,6 8,6 14,3 24 6 8,6 8,6 22,9 25 4 5,7 5,7 28,6 26 2 2,9 2,9 31,4 27 3 4,3 4,3 35,7 28 3 4,3 4,3 40,0 29 2 2,9 2,9 42,9 30 3 4,3 4,3 47,1 31 4 5,7 5,7 52,9 32 3 4,3 4,3 57,1 33 2 2,9 2,9 60,0 34 5 7,1 7,1 67,1 35 2 2,9 2,9 70,0 36 2 2,9 2,9 72,9 37 2 2,9 2,9 75,7 38 1 1,4 1,4 77,1 39 2 2,9 2,9 80,0 40 1 1,4 1,4 81,4 41 7 10,0 10,0 91,4 42 2 2,9 2,9 94,3 43 1 1,4 1,4 95,7 44 2 2,9 2,9 98,6 45 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid merokok 43 61,4 61,4 61,4

tidak merokok 27 38,6 38,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Kesegaran_jasmani

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid kurang 54 77,1 77,1 77,1 cukup 16 22,9 22,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

(E2) Sudah berapa lama saudara/i bekerja di bagian MP?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2 28 40,0 40,0 40,0

3 16 22,9 22,9 62,9 4 10 14,3 14,3 77,1 5 6 8,6 8,6 85,7 6 7 10,0 10,0 95,7 8 1 1,4 1,4 97,1 9 1 1,4 1,4 98,6 10 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

IMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid kurus 6 8,6 8,6 8,6

normal 56 80,0 80,0 88,6 gemuk 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

SkorPsikososial

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 58 1 1,4 1,4 1,4

60 1 1,4 1,4 2,9 61 1 1,4 1,4 4,3 62 1 1,4 1,4 5,7 63 1 1,4 1,4 7,1 64 2 2,9 2,9 10,0 65 2 2,9 2,9 12,9 67 3 4,3 4,3 17,1 68 2 2,9 2,9 20,0 69 2 2,9 2,9 22,9 70 5 7,1 7,1 30,0 71 4 5,7 5,7 35,7 72 4 5,7 5,7 41,4 73 2 2,9 2,9 44,3 74 3 4,3 4,3 48,6 75 1 1,4 1,4 50,0 76 2 2,9 2,9 52,9 77 3 4,3 4,3 57,1 78 7 10,0 10,0 67,1 79 4 5,7 5,7 72,9 80 2 2,9 2,9 75,7 81 2 2,9 2,9 78,6 82 3 4,3 4,3 82,9

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

83 5 7,1 7,1 90,0 85 2 2,9 2,9 92,9 86 2 2,9 2,9 95,7 88 2 2,9 2,9 98,6 89 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

Frequencies Statistics

usia Masa_kerja IMTrisiko Psikososial_ N Valid 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 Mean 1,6714 1,4000 1,8857 1,5000 Median 2,0000 1,0000 2,0000 1,5000 Std. Deviation ,47309 ,49344 ,32046 ,50361 Minimum 1,00 1,00 1,00 1,00 Maximum 2,00 2,00 2,00 2,00

Frequency Table usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid >= 35 tahun 23 32,9 32,9 32,9

< 35 tahun 47 67,1 67,1 100,0 Total 70 100,0 100,0

Masa_kerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid berisiko 42 60,0 60,0 60,0

tidak berisiko 28 40,0 40,0 100,0 Total 70 100,0 100,0

IMTrisiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid berisiko 8 11,4 11,4 11,4

tidak berisiko 62 88,6 88,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Psikososial_

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid buruk 35 50,0 50,0 50,0

baik 35 50,0 50,0 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Frequency Table (C3) Sudah berapa lama saudara/i merokok?

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 2 1 1,4 2,3 2,3

3 5 7,1 11,6 14,0 5 8 11,4 18,6 32,6 6 1 1,4 2,3 34,9 7 2 2,9 4,7 39,5 8 3 4,3 7,0 46,5 10 4 5,7 9,3 55,8 12 3 4,3 7,0 62,8 14 1 1,4 2,3 65,1 15 2 2,9 4,7 69,8 17 2 2,9 4,7 74,4 18 3 4,3 7,0 81,4 20 6 8,6 14,0 95,3 21 2 2,9 4,7 100,0 Total 43 61,4 100,0

Missing System 27 38,6 Total 70 100,0

(C4) Berapa banyak rokok saudara/i habiskan setiap hari

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid 3 15 21,4 34,9 34,9

4 1 1,4 2,3 37,2 5 17 24,3 39,5 76,7 6 10 14,3 23,3 100,0 Total 43 61,4 100,0

Missing System 27 38,6 Total 70 100,0

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Frequencies

Leher atas

Leher bawah

Bahu kiri

Bahu kanan

Lengan kiri atas

PUNGGUNG

Lengan

kanan atas

Punggung bawah

PINGGANG

BOKONG

Siku kiri

Siku kana

n

Lengan kiri

bawah

Lengan

kanan bawah

Pergelangan tangan kiri

Pergelanga

n tanga

n kana

n

Tangan kiri

Tangan

kanan

Paha kiri

Paha kanan

Lutut kiri

Lutut kanan

Betis

kiri

Betis kana

n

Pergelanga

n kaki kiri

Pergelanga

n kaki kana

n

Telapak kaki kiri

Telapak

kaki kanan

N Valid 70 70 70 70 70 70 70 70 70

70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 7

0 70 70 70 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table Leher atas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 18 25,7 25,7 25,7

agak sakit 34 48,6 48,6 74,3 sakit 18 25,7 25,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Leher bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 62 88,6 88,6 88,6

agak sakit 8 11,4 11,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Bahu kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 25 35,7 35,7 35,7

agak sakit 21 30,0 30,0 65,7 sakit 24 34,3 34,3 100,0 Total 70 100,0 100,0

Bahu kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 15 21,4 21,4 21,4

agak sakit 21 30,0 30,0 51,4 sakit 34 48,6 48,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Lengan kiri atas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 46 65,7 65,7 65,7

agak sakit 22 31,4 31,4 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

PUNGGUNG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 61 87,1 87,1 87,1

agak sakit 7 10,0 10,0 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Lengan kanan atas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 30 42,9 42,9 42,9

agak sakit 33 47,1 47,1 90,0 sakit 7 10,0 10,0 100,0 Total 70 100,0 100,0

Punggung bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 33 47,1 47,1 47,1

agak sakit 20 28,6 28,6 75,7 sakit 17 24,3 24,3 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

PINGGANG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 34 48,6 48,6 48,6

agak sakit 30 42,9 42,9 91,4 sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

BOKONG

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 64 91,4 91,4 91,4

agak sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Siku kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 57 81,4 81,4 81,4

agak sakit 9 12,9 12,9 94,3 sakit 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Siku kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 54 77,1 77,1 77,1

agak sakit 10 14,3 14,3 91,4 sakit 6 8,6 8,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Lengan kiri bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 62 88,6 88,6 88,6

agak sakit 7 10,0 10,0 98,6 sakit 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

Lengan kanan bawah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 50 71,4 71,4 71,4

agak sakit 17 24,3 24,3 95,7 sakit 3 4,3 4,3 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Pergelangan tangan kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 23 32,9 32,9 32,9

agak sakit 40 57,1 57,1 90,0 sakit 7 10,0 10,0 100,0 Total 70 100,0 100,0

Pergelangan tangan kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 20 28,6 28,6 28,6

agak sakit 38 54,3 54,3 82,9 sakit 12 17,1 17,1 100,0 Total 70 100,0 100,0

Tangan kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 16 22,9 22,9 22,9

agak sakit 29 41,4 41,4 64,3 sakit 25 35,7 35,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Tangan kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 14 20,0 20,0 20,0

agak sakit 25 35,7 35,7 55,7 sakit 31 44,3 44,3 100,0 Total 70 100,0 100,0

Paha kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 49 70,0 70,0 70,0

agak sakit 21 30,0 30,0 100,0 Total 70 100,0 100,0

Paha kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 39 55,7 55,7 55,7

agak sakit 29 41,4 41,4 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Lutut kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 37 52,9 52,9 52,9

agak sakit 31 44,3 44,3 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Lutut kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 31 44,3 44,3 44,3

agak sakit 35 50,0 50,0 94,3 sakit 4 5,7 5,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Betis kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 19 27,1 27,1 27,1

agak sakit 35 50,0 50,0 77,1 sakit 16 22,9 22,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Betis kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 17 24,3 24,3 24,3

agak sakit 35 50,0 50,0 74,3 sakit 18 25,7 25,7 100,0 Total 70 100,0 100,0

Pergelangan kaki kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 44 62,9 62,9 62,9

agak sakit 26 37,1 37,1 100,0 Total 70 100,0 100,0

Pergelangan kaki kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 36 51,4 51,4 51,4

agak sakit 34 48,6 48,6 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Telapak kaki kiri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 49 70,0 70,0 70,0

agak sakit 20 28,6 28,6 98,6 sakit 1 1,4 1,4 100,0 Total 70 100,0 100,0

Telapak kaki kanan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid tidak sakit 38 54,3 54,3 54,3

agak sakit 30 42,9 42,9 97,1 sakit 2 2,9 2,9 100,0 Total 70 100,0 100,0

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pekerjaan * Keluhan_baru

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

usia * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Merokok * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Kesegaran_jasmani * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Masa_kerja * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

IMTrisiko * Keluhan_baru 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0% Psikososial_ * Keluhan_baru

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Pekerjaan * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah Pekerjaan sedang Count 22 44 66 % within Pekerjaan 33,3% 66,7% 100,0% rendah Count 0 4 4 % within Pekerjaan ,0% 100,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Pekerjaan 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,944(b) 1 ,163 Continuity Correction(a) ,705 1 ,401 Likelihood Ratio 3,128 1 ,077 Fisher's Exact Test ,301 ,212 Linear-by-Linear Association 1,917 1 ,166

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper For cohort Keluhan_baru = rendah ,667 ,562 ,791

N of Valid Cases 70 usia * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 7 40 47 % within usia 14,9% 85,1% 100,0% Total Count 22 48 70 % within usia 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 18,147(b) 1 ,000 Continuity Correction(a) 15,887 1 ,000 Likelihood Ratio 17,867 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear Association 17,888 1 ,000

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,23. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) 10,714 3,308 34,701

For cohort Keluhan_baru = sedang 4,379 2,077 9,231

For cohort Keluhan_baru = rendah ,409 ,231 ,724

N of Valid Cases 70

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Merokok * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah Merokok merokok Count 15 28 43 % within Merokok 34,9% 65,1% 100,0% tidak merokok Count 7 20 27 % within Merokok 25,9% 74,1% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Merokok 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,618(b) 1 ,432 Continuity Correction(a) ,272 1 ,602 Likelihood Ratio ,627 1 ,429 Fisher's Exact Test ,598 ,303 Linear-by-Linear Association ,609 1 ,435

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,49. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Merokok (merokok / tidak merokok) 1,531 ,528 4,440

For cohort Keluhan_baru = sedang 1,346 ,631 2,869

For cohort Keluhan_baru = rendah ,879 ,643 1,202

N of Valid Cases 70

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Kesegaran_jasmani * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah Kesegaran_jasmani kurang Count 15 39 54 % within

Kesegaran_jasmani 27,8% 72,2% 100,0%

cukup Count 7 9 16 % within

Kesegaran_jasmani 43,8% 56,3% 100,0%

Total Count 22 48 70 % within

Kesegaran_jasmani 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,461(b) 1 ,227 Continuity Correction(a) ,814 1 ,367 Likelihood Ratio 1,407 1 ,236 Fisher's Exact Test ,238 ,182 Linear-by-Linear Association 1,440 1 ,230

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,03. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Kesegaran_jasmani (kurang / cukup)

,495 ,156 1,567

For cohort Keluhan_baru = sedang ,635 ,314 1,282

For cohort Keluhan_baru = rendah 1,284 ,808 2,039

N of Valid Cases 70

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Masa_kerja * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah Masa_kerja berisiko Count 22 20 42 % within Masa_kerja 52,4% 47,6% 100,0% tidak berisiko Count 0 28 28 % within Masa_kerja ,0% 100,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Masa_kerja 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 21,389(b) 1 ,000 Continuity Correction(a) 19,027 1 ,000 Likelihood Ratio 29,019 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear Association 21,083 1 ,000

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,80. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper For cohort Keluhan_baru = rendah ,476 ,347 ,654

N of Valid Cases 70

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

IMTrisiko * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah IMTrisiko berisiko Count 4 4 8 % within IMTrisiko 50,0% 50,0% 100,0% tidak berisiko Count 18 44 62 % within IMTrisiko 29,0% 71,0% 100,0% Total Count 22 48 70 % within IMTrisiko 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,446(b) 1 ,229 Continuity Correction(a) ,636 1 ,425 Likelihood Ratio 1,355 1 ,244 Fisher's Exact Test ,249 ,209 Linear-by-Linear Association 1,425 1 ,233

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,51. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for IMTrisiko (berisiko / tidak berisiko) 2,444 ,551 10,851

For cohort Keluhan_baru = sedang 1,722 ,778 3,813

For cohort Keluhan_baru = rendah ,705 ,346 1,434

N of Valid Cases 70

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Psikososial_ * Keluhan_baru Crosstab

Keluhan_baru Total

sedang rendah Psikososial_ buruk Count 10 25 35 % within Psikososial_ 28,6% 71,4% 100,0% baik Count 12 23 35 % within Psikososial_ 34,3% 65,7% 100,0% Total Count 22 48 70 % within Psikososial_ 31,4% 68,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,265(b) 1 ,607 Continuity Correction(a) ,066 1 ,797 Likelihood Ratio ,265 1 ,606 Fisher's Exact Test ,797 ,399 Linear-by-Linear Association ,261 1 ,609

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Psikososial_ (buruk / baik)

,767 ,279 2,110

For cohort Keluhan_baru = sedang ,833 ,415 1,672

For cohort Keluhan_baru = rendah 1,087 ,791 1,494

N of Valid Cases 70

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Merokok * Kesegaran_jasmani 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Merokok * Kesegaran_jasmani Crosstabulation

Kesegaran_jasmani Total

kurang cukup Merokok merokok Count 35 8 43 % of Total 50,0% 11,4% 61,4% tidak merokok Count 19 8 27 % of Total 27,1% 11,4% 38,6% Total Count 54 16 70 % of Total 77,1% 22,9% 100,0%

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Merokok (merokok / tidak merokok) 1,842 ,596 5,691

For cohort Kesegaran_jasmani = kurang 1,157 ,871 1,536

For cohort Kesegaran_jasmani = cukup ,628 ,267 1,474

N of Valid Cases 70

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent usia * Kesegaran_jasmani

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

usia * Kesegaran_jasmani Crosstabulation

Kesegaran_jasmani Total

kurang cukup usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 39 8 47 % within usia 83,0% 17,0% 100,0% Total Count 54 16 70 % within usia 77,1% 22,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,763(b) 1 ,096 Continuity Correction(a) 1,847 1 ,174 Likelihood Ratio 2,651 1 ,103 Fisher's Exact Test ,131 ,089 Linear-by-Linear Association 2,723 1 ,099

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) ,385 ,122 1,211

For cohort Kesegaran_jasmani = kurang

,786 ,568 1,088

For cohort Kesegaran_jasmani = cukup

2,043 ,879 4,750

N of Valid Cases 70

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent usia * Psikososial_ 70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

usia * Psikososial_ Crosstabulation

Psikososial_ Total

buruk baik usia >= 35 tahun Count 15 8 23 % within usia 65,2% 34,8% 100,0% < 35 tahun Count 20 27 47 % within usia 42,6% 57,4% 100,0% Total Count 35 35 70 % within usia 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,173(b) 1 ,075 Continuity Correction(a) 2,331 1 ,127 Likelihood Ratio 3,211 1 ,073 Fisher's Exact Test ,126 ,063 Linear-by-Linear Association 3,128 1 ,077

N of Valid Cases 70 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50. Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for usia (>= 35 tahun / < 35 tahun) 2,531 ,899 7,124

For cohort Psikososial_ = buruk 1,533 ,981 2,395

For cohort Psikososial_ = baik ,605 ,329 1,116

N of Valid Cases 70

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37369/1/ANNISA... · company can make modification to the height of themachine to allow

Dokumentasi