faktor penyebab dan dampak change …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/isi-edisi-6-11-22.pdffaktor...

12
JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 7 Vol. 4 No. 01 Juni 2018 FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE ORDER PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN AIR Dikdik Muh. NS. Pelaksana Dinas PUPR Kabupaten Kuningan Jawa Barat Email: [email protected] Abstract Change Order (CO) is changes of work in a construction project. water infrastucture construction is naturally exposed to high risk of CO events, which should be mitigated at the earliest possible stage. One of means- ures is by identifying the underlying causes of CO and later determining the most important ones necessary to be anticipated. This research identifies and analyzes the factors causing CO events in water infrasructure construction projects using path analysis method. Based on previous literature and interview, identified 11 factors of 133 respondents, these respondents were clients, contractors and consultants operating in Garut, Kuningan, Cirebon, Majalengka Regency and West Java Province. Based on the part-analysis total effect (i.e. direct and indirect effects), five factors were ranked as the most important factors causing CO: “error and negligence in design,” “contractors-related problem,” “site conditions,” “supervisory consultant / or internal supervisor related problems,” “ /or omissions in contract documentation”, and shows significant positive correlation between the frequency of CO occurrencse and cost impacts if incurred. Keywords: change order, risiko, construction waterworks, path analysis Abstrak Change Order (CO) adalah perubahan pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Proyek konstruksi bangu- nan air secara alami memiliki tingkat risiko terjadinya CO cukup tinggi, sehingga harus diminimalisasi sejak dari awal, salah satunya dengan mengidentifikasi penyebab utama CO dan kemudian menentukan faktor paling penting yang perlu diantisipasi. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya CO dalam proyek konstruksi bangunan air, menggunakan metode analisis jalur. Berdasarkan kajian literatur dan wawancara, teridentifikasi 11 faktor penyebab berdasarkan analisis data atas 133 responden yang terdiri atas kontraktor dan konsultan yang beroperasi di Kabupaten Garut, Kunin- gan, Cirebon, Majalengka dan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengaruh total analisis jalur (i.e. dampak langsung dan tidak langsung), terdiri lima faktor digolongkan sebagai faktor terpenting yang menyebabkan CO yaitu: “kesalahan dan kelalaian dalam desain,” “masalah kontraktor,” “kondisi fisik lapangan,” “masalah konsultan pengawas/pengawas internal,” “kesalahan/kelalaian dalam dokumentasi kontrak”, dan mempu- nyai korelasi positif yang signifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak biaya yang ditimbulkan. Kata Kunci: change order, risiko, konstruksi bangunan air, analisis jalur

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 7

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE ORDER PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN AIR

Dikdik Muh. NS.

Pelaksana Dinas PUPR Kabupaten Kuningan Jawa Barat

Email: [email protected]

Abstract

Change Order (CO) is changes of work in a construction project. water infrastucture construction is naturally exposed to high risk of CO events, which should be mitigated at the earliest possible stage. One of means-ures is by identifying the underlying causes of CO and later determining the most important ones necessary to be anticipated. This research identifies and analyzes the factors causing CO events in water infrasructure construction projects using path analysis method. Based on previous literature and interview, identified 11 factors of 133 respondents, these respondents were clients, contractors and consultants operating in Garut, Kuningan, Cirebon, Majalengka Regency and West Java Province. Based on the part-analysis total effect (i.e. direct and indirect effects), five factors were ranked as the most important factors causing CO: “error and negligence in design,” “contractors-related problem,” “site conditions,” “supervisory consultant /or internal supervisor related problems,” “ /or omissions in contract documentation”, and shows significant positive correlation between the frequency of CO occurrencse and cost impacts if incurred.

Keywords: change order, risiko, construction waterworks, path analysis

Abstrak

Change Order (CO) adalah perubahan pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Proyek konstruksi bangu-nan air secara alami memiliki tingkat risiko terjadinya CO cukup tinggi, sehingga harus diminimalisasi sejak dari awal, salah satunya dengan mengidentifikasi penyebab utama CO dan kemudian menentukan faktor paling penting yang perlu diantisipasi. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya CO dalam proyek konstruksi bangunan air, menggunakan metode analisis jalur. Berdasarkan kajian literatur dan wawancara, teridentifikasi 11 faktor penyebab berdasarkan analisis data atas 133 responden yang terdiri atas kontraktor dan konsultan yang beroperasi di Kabupaten Garut, Kunin-gan, Cirebon, Majalengka dan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengaruh total analisis jalur (i.e. dampak langsung dan tidak langsung), terdiri lima faktor digolongkan sebagai faktor terpenting yang menyebabkan CO yaitu: “kesalahan dan kelalaian dalam desain,” “masalah kontraktor,” “kondisi fisik lapangan,” “masalah konsultan pengawas/pengawas internal,” “kesalahan/kelalaian dalam dokumentasi kontrak”, dan mempu-nyai korelasi positif yang signifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak biaya yang ditimbulkan.

Kata Kunci: change order, risiko, konstruksi bangunan air, analisis jalur

Page 2: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 8

1. PENDAHULUAN

Proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang kom-plek, unik, dinamis, penuh dengan risiko dan ketida-kpastian karena di dalamnya berkaitan dengan bi-aya, waktu, mutu, kebijakan dan sumber daya (i.e. alam dan sosial). Menurut Ibbs dan Seth (2009) risiko dan ketidakpastian dapat menjadi faktor pe-nyebab kegagalan proyek konstruksi untuk men-capai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soe-harto, 1995). Asiyanto (2005) menyatakan bahwa risiko ialah kemungkinan terjadinya sesuatu ke-adaan/peristiwa dalam proses kegiatan usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sa-saran usaha yang telah ditetapkan, terdapat tujuh peristiwa risiko yang sering muncul dalam proyek konstruksi salah satunya ialah pengadaan pekerjaan tambah kurang (Change Order; CO).

Change Order merupakan dampak dari risiko tinggin-ya ketidakpastian, pekerjaan yang ditambahkan atau dihapuskan dari lingkup asli pekerjaan kontrak yang mengubah seluruh nilai kontrak atau waktu penyelesaian pekerjaan. Jaydeep et al. 2015, men-gungkapkan bahwa dalam setiap proyek konstruksi sering terjadi perubahan yang bisa disebut dengan CO. Nunnaly (1993) dalam Sandy et al. (2012) me-nyatakan bahwa jarang sekali dalam suatu proyek konstruksi tidak terjadi perubahan sampai proyek tersebut selesai, namun banyaknya proses CO suatu proyek tidak dianjurkan karena lebih banyak meru-gikan terhadap proyek itu sendiri.

Faktor penyebab CO bisa muncul dari berbagai sumber yaitu pemilik proyek, konsultan, kontraktor, subkontraktor, faktor alam, faktor sosial, kebijakan dan lainnya. Sementara itu, Fleming el al. (1990) dalam Jaydeep et al. (2015) mengemukakan bahwa perubahan pekerjaan atau CO terhadap biaya kon-struksi menyebabkan pembengkakan antara 10-15% dari nilai kontrak.Pengguna jasa memiliki peran yang besar terhadap perubahan pekerjaan karena pengguna jasa tidak memberikan waktu yang cukup pada konsultan perencana dalam melakukan de-sain proyek konstruksi (Ndihokubwoyo dan Haupt, 2009). Sementara menurut Ibbs (1997) dari 54 proyek yang ditelitinya, perubahan pekerjaan atau CO proyek konstruksi dapat menyebabkan tingkat produktivitas menurun.

Di sisi lain, proyek konstruksi bangunan air yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR pada tahun 2017 cukup banyak yaitu: membangun 49 bendun-gan, membangun 1 juta hektar daerah irigasi baru dan merehabilitasi 3 juta hektar daerah irigasi. Pe-nyelesaiannya ditargetkan pada tahun 2019 (n.n. 2016). Berdasarkan fakta tingginya proyek bangu-nan air Kementerian PUPR yang akan diselesaikan, apabila tidak diantisipasi dengan baik mengenai dampak buruknya, CO dapat menjadi kendala pada pelaksanaannya. Berdasarkan pemaparan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan kajian terhadap identifikasi faktor penyebab dan dampak change or-der pada proyek konstruksi bangunan air khususnya yang ada di pemerintah tingkat 1 dan tingkat 2 yang ada di Jawa Barat.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi faktor penyebab CO pada proyek konstruksi bangunan air, mengetahui penyebab CO yang paling dominan atau paling berpengaruh pada proyek konstruksi bangunan air dan menge-tahui sejauh mana keterkaitan antara faktor penye-bab yang satu dengan yang lainnya sehingga ter-jadi CO. Mengingat banyaknya jenis konstruksi dan cakupan wilayah yang perlu dikaji, maka penelitian ini dibatasi dengan proyek bangunan irigasi sesuai dengan PP No. 20 tahun 2006 dan bangunan sun-gai dan proyek bangunan sungai sesuai dengan PP No. 38 tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data kuesioner yang berasal dari responden, terdiri dari pengguna dan penyedia jasa proyek konstruksi ban-gunan air di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cire-bon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut dan Provinsi Jawa Barat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Adendum/Amandemen Kontrak

Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak adalah dua buah kata yang berpadanan. Kedua kata berarti adanya sebuah perubahan atau penam-bahan dan pengurangan. Dengan demikian, dapat dikatakan adendum dan amandemen secara sub-stantif tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata tersebut lebih lazim digunakan di salah satu topik, yaitu adendum pada suatu perikatan perjanjian atau kontrak, sedangkan amandemen pada domain undang-undang atau dasar hukum tertulis (Gusti, 2015).

Segala sesuatu perubahan pada kontrak dilakukan melalui adendum kontrak. Menurut Hartoyo (2012) dalam Maulana (2016), adendum kontrak terdiri dari tiga bagian yaitu:

A. Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan (CCO) atau sering disebut adendum tambah/kurang, yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis perlakuan, yaitu:

1. adendum tambah/kurang, nilai kontrak tetap.

2. adendum tambah/kurang, nilai kontrak bert-ambah.

3. adendum tambah/kurang, nilai kontrak tetap, target/sasaran berubah.

4. adendum tambah/kurang, nilai kontrak bert-ambah, target/sasaran berubah.

B. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan atau sering disebut adendum waktu.

Page 3: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 9

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

C. Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi atau sering disebut sebagai adendum penye-suaian harga/eskalasi atau sering disebut aden-dum harga/nilai kontrak. Biasanya adendum je-nis ini untuk kontrak tahun jamak (multy years contract) atau terdapat kenaikan harga bahan bakar minyak yang sangat tinggi.

2.2. Perubahan Pekerjaan (Change Order)

Perubahan dalam satu proyek dapat mempengaruhi proyek lainnya ini terjadi apa bila dalam proses pe-rubahan tersebut menarik sumber daya dari lokasi proyek lain. Adanya perubahan pekerjaan mem-buat dampak negatif pada sebuah proyek, tidak hanya alur kerja terganggu, tetapi juga harus ada penyesuaian waktu setelah dilakukan perubahan pekerjaan (Rashid et al., 2012). CO dalam suatu proyek konstruksi hampir dipastikan terjadi agar suatu proyek dapat terselesaikan dengan tujuan memenuhi keinginan dan harapan pengguna jasa, tetapi di sisi lain apabila banyak terjadi CO akan merugikan terhadap proyek konstruksi. Oleh karena itu harus ada pengelolaan yang tepat mengenai CO agar tercapainya tujuan dari proyek konstruksi.

Fisk (2006) dalam Sandy et al. (2012) mengemuka-kan bahwa CO merupakan suatu kesepakatan antara pemilik dan kontraktor untuk menegaskan adanya perubahan-perubahan rencana dan jumlah kompen-sasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan kerja antara pemilik dan kontraktor. Sementara itu, Soeharto (1995) mengungkapkan bahwa peruba-han karena CO adalah perubahan setelah kontrak ditandatangani. Ibbs dan Allen (1995) dalam Ibbs et al. (2007) mengemukakan bahwa perubahan bi-asanya didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang menghasilkan modifikasi lingkup asli, waktu pelak-sanaan, biaya dan kualitas kerja. Sementara menu-rut American Institute of Architect (AIA) dalam Nur-laela (2013), perubahan pekerjaan adalah sebuah permintaan secara tertulis yang ditandatangani oleh arsitek, kontraktor, dan pemilik yang dibuat setelah kontrak diterbitkan, yang mempunyai kuasa untuk mengubah ruang lingkup pekerjaan atau melakukan penyesuaian terhadap nilai kontrak dan waktu peny-elesaian pekerjaan.

2.3. Dampak Change Order

Dampak dari CO pada proyek konstruksi sangat be-sar jika tidak diantisipasi dengan baik, di antaranya meningkatnya biaya konstruksi, waktu penyelesa-ian pekerjaan terlambat, produktivitas menurun, adanya konflik antara kontraktor dengan pemilik dan lain-lain. Sun dan Xianhai (2009) membagi dampak CO ke dalam lima kelompok yaitu:

A. Hubungan dengan waktuDampak ini antara lain terlambatnya penyelesa-iaan pekerjaan, keterlambatan logistik, material dan persyaratan pengaadaan terlambat, rework,

demolition dan rencana ulang.

B. Hubungan dengan biayaDampak yang berhubungan dengan biaya dian-taranya penambahan biaya, penambahan biaya overhead, adanya dana kompensasi, adanya pe-rubahan pada cash flow, hilangnya keuntungan dan adanya penambahan pembayaran bagi kon-traktor.

C. Hubungan dengan produktivitasDampak yang mempengaruhi pada produktivitas antara lain penurunan produktivitas kerja baik pada peralatan maupun pada tenaga kerja ma-nusia, adanya pemadatan pada jadual proyek

D. Hubungan dengan risikoCO juga akan mengakibatkan dampak tingkat risiko terhadap pengerjaan proyek tersebut meningkat diantaranya kemajuaan proyek ter-hambat, berkurangnya kesempatan percepatan proyek, hilangnya float, meningkatnya sensitivi-tas pada keterlambatan, hambatan di lokasi kerja dan gangguan-gangguan pada setiap pekerjaan.

E. Hubungan dengan lainnyaAdapun dampak lainnya diantaranya rendahnya hubungan profesionalisme, terjadinya klaim dan sengketa, rendahnya kualitas pekerjaan, meru-sak nama baik dan kondisi keamanan yang buruk

3. METODE PENELITIAN

3.1. Analisis Jalur (Path Analysis)

Penelitian ini menggunakan analisis jalur, hal terse-but dilakukan karena terindikasi bahwa ada hubun-gan sebab akibat antara faktor-faktor penyebab. David (2003) dalam Sarwono (2007) mengemu-kakan bahwa analisis jalur merupakan model per-luasan regresi yang digunakan untuk menguji ke-selarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Metode analisis jalur ini menggunakan metode Trimming. Metode Triming merupakan suatu cara untuk menemukan signifiknsi model dengan membuang hubungan yang dianggap tidak signifi-kan atau nilai P-value > 0,05. Namun, proses elimi-nasi hubungan yang tidak signifikan tidak dilakukan secara bersamaan karena apabila salahsatu hubun-gan telah dihilangkan yang memiliki nilai P-value terbesar, kemungkinan hubungan yang seblumnya signifikan menjadi tidak signifikan dan begitu juga sebaliknya.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengawas ban-gunan air, perencana, Pejabat/Panitia Penerima Ha-sil Pekerjaan (PPHP) dan Pejabat Pembuat Komit-men (PPK) yang ada di lingkungan Dinas PUPR di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa Barat serta pelaksana penyedia jasa yang terlibat

Page 4: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 10

dalam proyek bangunan air.

Penelitian ini menggunakan metode purposive sam-pling. Sugiyono (2014) mengungkapkan jika akan melakukan analisis dengan multivariate (i.e. korela-si atau regresi ganda), peneliti membutuhkan jum-lah sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya, jumlah variabel penelitian seluruh-nya adalah 5 (eksogen dan endogen) maka jumlah anggota sampel = 10 × 5 = 50 sampel.

3.3. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini digunakan teknik penggabungan kue-sioner dan wawancara. Wawancara dilakukan di lingkungan Dinas Sumber Daya Air Pertambangan Kabupaten Kuningan yang terlibat dalam proyek bangunan air (i.e. pengawas, perencana, PPK dan PPHP). Wawancara ini dilakukan untuk memberikan masukan atau informasi mengenai faktor penyebab CO yang dianggap tidak terwakili oleh studi terda-hulu. Hasil dari pengelompokan faktor penyebab se-lanjutnya menjadi desain variabel.

Selanjutnya alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuesioner untuk mendapatkan per-sepsi responden mengenai faktor-faktor penyebab CO proyek bangunan air. Persepsi dinyatakan dalam bentuk skala ordinal. Untuk mengukur frekuensi faktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den-gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang, 3 = sedang, 4 = sering, dan 5 = sangat sering.

Sama halnya, mengukur seberapa sering atau frekuensi terjadinya CO selama masa proyek dari faktor penyebab digunakan skala Likert 1-5 dengan 1 = sangat jarang ( < 2 kali selama masa proyek), 2 = jarang (antara 2 dan 5 kali selama masa proyek), 3 = sedang (antara 6 dan 10 kali selama masa

proyek), 4 = sering (antara 11 dan 15 kali selama masa proyek) dan 5 = sangat sering ( > 15 kali selama masa proyek). Sementara untuk mengukur dampak masih digunakan skala Likert 1-5 dengan 1 = sangat kecil (< 1% terhadap nilai kontrak), 2 = kecil (antara 1% dan 5% terhadap nilai kontrak), 3 = sedang (antara 6% dan 10% terhadap nilai kon-trak), 4 = besar (antara 11% dan 15% terhadap nilai kontrak), 5 = sangat besar ( > 15% terhadap nilai kontrak).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Penyebab dan Variabel Change Order

Pelaksanaan identifikasi faktor-faktor penyebab CO dilakukan dengan dua data penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, sementara data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu. Identi-fikasi dilakukan untuk mengkaji faktor apa saja yang meyebabkan terjadinya CO. Berdasarkan ha-sil wawancara diperoleh 4 faktor penyebab CO den-gan responden pengawas, perencana, Pejabat/Pa-nitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ada di lingkungan Dinas Sumber Daya Air Pertambangan Kabupaten Kuningan. Sementara hasil kajian studi literatur ter-dahulu diperoleh 91 faktor penyebab CO. Dari data primer dan sekunder diperoleh secara keseluruhan 95 faktor penyebab CO. Selanjutnya, faktor pe-nyebab yang terdiri dari 95 dikelompokkan dengan metode deskriptif kualitatif berdasarkan kesamaan faktor penyebab atau masih berkaitan antara fak-tor penyebab lainnya, dari pengelompokan tersebut menghasilkan 11 faktor penyebab. Data identifikasi faktor penyebab digunakan dari Dikdik (2017), Un-tuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi variabel faktor penyebab CO

Page 5: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 11

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Keterangan:

1 = Hsieh et al. (2004), 2 = Wu et al. (2005), 3 = Oladapo et al. (2007), 4 = Hendrik dan Mega (2007), 5 = Mubarak dan Nurisra (2009), 6 = Yit-men dan Ebrahim (2010), 7 = Sandy et al. (2012), 8 = Alaryan et al. (2014), 9 = Yana et al. (2015), 10 = Zakari et al. (2015), 11 = Nurmala dan Sarwono (2015), 12 = wawancara (dilakukan dari tanggal 15 September 2016 sampai tanggal 20 November 2016).

4.2. Analisis Jalur (Path analysis)

Pada penelitian ini didapat hipotesis hubungan jalur yang dibuat oleh penulis dan diskemakan untuk se-lanjutnya dilakukan pengujian. Keterangan faktor dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk lebih jelasnya hi-potesis analisis jalur dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa pene-

Gambar 1. Diagram jalur model struktural

litian ini menggunakan model jalur bersifat media-tor, tidak ada hubungan yang saling mempengaruhi dalam faktor tersebut. Dalam penelitian ini proses estimisa dilakukan empat tahap yaitu: mengestima-si struktur asumsi, (2) mengestimasi struktur per-baikan pertama, (3) mengestimasi struktur perbai-kan kedua dan (4) mengestimasi struktur perbaikan ketiga. Untuk mempermudah melakukan estimasi model digunakan SPSS Amos 21.

4.3. Struktur Asumsi

Berdasarkan Gambar 1 dilakukan analisis dan hasil-nya menunjukkan ada empat hubungan yang ti-dak signifikan karena memiliki nilai P-value > dari 0,05. Untuk lebih jelasnya, nilai P-value dari empat hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil regression weight struktur asumsi

Page 6: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 12

Tabel 3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan hubungan variabel telah signifikan dan struktur model tersebut menjadi struktur model baru dari analisis penelitian ini. Namun struktur model baru tersebut terlebih dahulu harus di uji Overall fit Model (Goodness of Fit Model).

4.4. Uji Kecocokan Model

Overall fit Model (Goodness of Fit Model) merupakan indikasi dari perbandingan antara model yang dispe-sifikasi dengan matriks kovarian antar indikator atau observed variabel (Hengky, 2013). Jika GOF yang dihasilkan baik maka model tersebut dapat diterima dan apabila GOF yang dihasilkan itu sangat buruk maka model tersebut ditolak atau diperbaiki. Pene-litian ini menggunakan GOF berdasarkan parsimony fit indices di mana pada uji tersebut dilihat dari ni-lai parsimony ratio (PRATIO), parsimony normed indices (PNFI) dan parsimony comparative fit indi-ces (PCFI). Hasil default model dari struktur model penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Regression Weight struktur model perbaikan ketiga

Hengky (2013) mengungkapkan ada beberapa cara lain untuk memperbaiki GOF seperti (1) di-perbaiki jalur modelnya tetapi harus dilaku-kan justifikasi terhadap perubahan model terse-but, jangan sampai struktur model memiliki nilai GOF sangat baik tetapi secara hipotesisnya tidak berkaitan, (2) memperbaharui data dari sampel-nya, dapat dilakukan penambahan sampel atau membuang sampel yang dianggap tidak konsisten.

Tabel 4. Hasil Uji Kecocokan Model berdasarkan Parsimony Fit Indices

Page 7: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 13

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

4.5. Dekomposisi dan Estimasi Koefisien Jalur

Setelah dilakukan analisis data, tahap selanjutnya dilakukan perhitungan estimasi koefisien jalur terh-adap substruktur model untuk mengetahui besarnya nilai pengaruh masing-masing variable terhadap substruktur tersebut, estimasi tersebut dapat dilihat dari nilai R-Square. Untuk nilai beta dan nilai re-sidu (i.e. pengaruh variabel lain) dapat dilihat pada Gambar 2.

Model struktur penelitian ini sebelumnya terdiri dari 28 hubungan antarvariabel, terbagi dalam 9 sub-struktur dan 9 persamaan. Setelah dilakukannya es-timasi dengan metode trimming dekomposisi men-jadi 24 hubungan antarvariabel, terbagi dalam 9 substruktur dan 9 persamaan. Estimasi persamaan strukturnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Model X2 = ρ1.X1 + ρ8.X4 + ρ9.X5 + ε1 = 0,35.X1 + 0,27.X4 + 0,42.X5 + ε1

Model X5 = ρ13.X9 + ε2

= 0,54.X9 + ε2

Model X6 = ρ2.X1 + ρ12.X7 + ρ16.X11 + ε3

= 0,37.X1 + 0,38.X7 + 0,21.X11 + ε3

Model X7 = ρ6.X2 + ε4

= 0,46.X2 + ε4

Model X8 = ρ3.X1 + ρ7.X3+ ρ14.X11 + ε5 = 0,37.X1 + 0,24.X3+ 0,22.X11 + ε5

Model X10 = ρ3.X1 + ρ10.X5 + ρ15.X11 + ε6 = 0,32.X1 + 0,22.X5 + 0,28.X11 + ε6

Model X11 = ρ5.X1 + ε7 = 0,59.X1 + ε7

Model Y1 = ρ17.X1 + ρ19.X3 + ρ20.X4 + ρ22.X6 + ρ23.X7 + ρ24.X8+ ρ25.X9 + ρ27.X11 + ε8

= 0,11.X1 + 0,16.X3 + 0,10.X4 + 0,17.X6

+ 0,09.X7 + 0,17.X8 + 0,16.X9 + 0,10.X11 + ε8

Model Y2 = ρ28.Y1 + ε9 = 0,36.Y1+ ε9

Nilai R-Square dari model persamaan di atas dan kontribusi variabel lain untuk lebih jelas dapat dik-etahui melalui Tabel 5.

Nilai R-Square model variabel substruktur X2 adalah sebesar 0,611. Dengan demikian, koefisien deter-minasi pengaruh “kesalahan dan kelalaian dalam desain” (X1), “perubahan kebijakan pemerintah/undang-undang” (X4) dan “masalah pembiayaan proyek” (X5) terhadap variabel terikat “masalah di lokasi proyek” (X2) adalah sebesar 61,1%, sedan-gkan sisanya sebesar 38,9% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Interpretasi yang sama diberlakukan untuk substruktur X5, X6, X7, X8, X10, X11, Y1 dan Y2.

4.6. Urutan Pengaruh Antarvariabel

Sarwono (2007) mengungkapkan bahwa fungsi dari analisis jalur ialah untuk melihat dekomposisi pengaruh antarvariabel. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam analisinya akan dilihat pengaruh faktor eksogen terhadap faktor endogen. Apakah penga-ruh tersebut lebih besar secara direct (i.e. langsung) atau indirect (i.e. tidak langsung). Tabel 6 memper-

Gambar 2. Hubungan keterkaitan antarvariabel struktur baru/dekomposisi

Tabel 5. Rekapitulasi nilai R-Square dan variabel lain

Page 8: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 14

lihatkan pengaruh langsung, pengaruh tidak lang-sung dan pengaruh total masing-masing variabel terhadap frekuensi terjadinya CO dan dampak ter-jadinya CO.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan faktor “kesala-han dan kelalaian desain” (X1) menjadi faktor yang sangat dominan terhadap frekuensi terjadinya CO. Secara keseluruhan hubungan langsung yang paling tinggi dari 11 faktor tersebut adalah faktor “kesalah-an kontraktor” (X6). Untuk hubungan tidak langsung secara keseluruhan, faktor “kesalahan dan kelalaian desain” (X1) memiliki tingkat hubungan paling tinggi dan bila dibandingkan dengan hubungan langsung-nya pun nilainya tetap lebih besar. Hal ini disebab-kan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan karena banyaknya faktor lainnya yang berdampak pada tingginya risiko terjadinya CO.

Dilihat dari sumber faktor maka “kesalahan dan kel-alaian dalam desain” (X1) muncul diakibatkan oleh buruknya kinerja pihak pengguna jasa dalam hal ini pemerintah. Selanjutnya, hasil analisis jalur mem-perlihatkan korelasi positif yang secara statistik sig-nifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak terjadinya dengan persamaan estimasi Y2 = 0,36 Y1 + ε9.

4.7. Pembahasan

Ada beberapa penelitian terdahulu yang menempat-kan desain menjadi faktor yang paling dominan ter-jadinya frekuensi CO seperti Hsieh et al. (2004), Hen-drik dan Mega (2007), Mubarak dan Nurisra (2009), Sandy et al. (2012), Alaryan et al. (2014), Zakari et al. (2015) dan Nurmala dan Sarwono (2015). Burati et al. (1992) mengungkapkan bahwa perubahan de-sain konstruksi menghasilkan deviasi terbesar dari biaya konstruksi, deviasi mencapai 12,4% dari total biaya proyek. Untuk mengurangi perubahan desain selama proyek konstruksi, identifikasi dan evaluasi faktor penyebab perubahan desain pada saat kon-struksi sangatlah penting. Faktor-faktor ini dapat

Tabel 6. Urutan Pengaruh Antarvariabel

digunakan sebagai referensi dan strategi yang te-pat untuk mengurangi terjadinya perubahan desain dalam proyek konstruksi.

Yana et al. (2015) secara khusus meneliti faktor yang mempengaruhi perubahan desain dalam proyek konstruksi dan menempatkan pemilik proyek/peng-guna jasa yang meyebabkan banyaknya terjadi pe-rubahan dalam desain. Ada beberapa sebab yang terjadi sehingga banyak melakukan perubahan de-sain dalam proyek bangunan air yaitu:

A. Adanya paradigma dari perencana bahwa dalam kontrak konstruksi bangunan air sering menggu-nakan kontrak harga satuan (unit price), di mana dalam kontrak tersebut memberikan keleluasaan untuk dilakukannya perubahan desain pada saat pelaksanaan. Akibatnya, perencana kurang me-maksimalkan hasil desainnya pada waktu peren-canaan.

B. Banyaknya perencanaan yang ada di daerah tidak berkelanjutan, sehingga rencana stategis pem-bangunan yang sudah ada di dinas tidak dijalank-an dengan baik. Perencanaan banyak dilakukan di bulan Februari tahun anggaran berjalan, meski sebenarnya dapat dilakukan pada tahun angga-ran sebelumnya yang memungkinkan waktu per-encanaan lebih lama dengan kualitas yang lebih baik.

C. Masih terjadinya pembiayaan proyek berdasar-kan anggaran yang ditetapkan oleh pemberi ang-garan bukan berdasarkan kebutuhan yang diren-canakan.

Urutan selanjutnya variabel yang paling dominan ialah “masalah kontraktor” (X6), menunjukkan bah-wa kinerja penyedia jasa di daerah masih rendah, penyebabnya adalah:

A. Belum terkelolanya sistem administrasi proyek

B. Pelaksana dan pekerja proyek kurang terampil

C. Masih banyak kontraktor daerah tidak memiliki tenaga kerja tetap

D. Masih terjadi kontraktor memperoleh paket pe-kerjaan bukan berdasarkan profesionalisme teta-pi berdasarkan lobby dan negosiasi.

Fenomena yang berbeda dilihat dari urutan frekuensi terjadinya CO pada proyek bangunan air dibanding-kan dengan proyek bangunan lainnya seperti faktor “masalah konsultan pengawas/pengawas internal” (X11). Faktor tersebut tidak muncul berdasarkan penelitian terdahulu namun teridentifikasi dari ha-sil wawancara dan dijadikan variabel penelitian. Ada beberapa hal yang mengakibatkan faktor “masalah konsultan pengawas / pengawas internal” (X11) cuk-up berpengaruh terhadap frekuensi CO pada proyek bangunan air yaitu:

Page 9: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 15

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

A. Kepengawasan proyek bangunan air di daerah tidak menggunakan tenaga independen yang profesional (i.e. konsultan pengawas). Namun, menggunakan tenaga kepengawasan yang ada di internal dinas. Hal ini berdampak pada kurang-nya mutu pengawas dan mungkin terjadi konflik kepentingan.

B. Banyaknya SDM pengawas yang ada di internal pengguna jasa yang tidak memenuhi persyaratan pendidikan seperti masih adanya pengawas yang berpendidikan di luar teknik sipil/teknik bangu-nan dan arsitektur.

C. Adanya paradigma di daerah bahwa kepenga-wasan tersebut peluang bagi-bagi kegiatan ter-hadap pegawai yang ada di dinas sehingga orang yang kurang paham pun mendapatkan tugas kepengawasan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan faktor “ke-salahan dan kelalaian dalam desain” (X1) sangat dominan apabila digunakan metode analisis jalur yaitu:

A. Tingginya hubungan secara langsung (Direct) terhadap variabel “frekuensi Change Order” (Y1) dengan nilai sebesar 0,171.

B. Banyaknya faktor lain yang dipengaruhi oleh fak-tor “kesalahan dan kelalaian dalam desain” (X1) sehingga menghasilkan nilai estimasi hubungan tidak langsung cukup tinggi yaitu sebesar 0,378 sehingga menghasilkan total effect yang besar.

Pentingnya penelitian ini menggunakan analisis jalur karena: (1) adanya indikasi hubungan antara masing-masing variabel, (2) diharapkan akar per-masalahan yang sesungguhnya mengenai terjadin-ya CO pada proyek konstruksi bangunan air dapat diketahui, sehingga pemangku kepentingan dalam melakukan mitigasinya dapat dilakukan dengan maksimal. Namun, analisis jalur memiliki kelema-han yaitu membutuhkan lebih banyak perhitungan dan pengujian. Sebagaimana diperlihatkan hasil analisis jalur, semakin tinggi frekuensi terjadinya CO akan berdampak negatif bagi keberhasilan proyek. Dengan demikian, secara keseluruhan, bila persoa-lan kesalahan dan kelalaian dalam desain, masalah kontraktor, kondisi fisik lapangan dan masalah kon-sultan pengawas/pengawas internal tingkat frekue-nsi terjadinya CO dapat dikurangi, risiko terjadinya eskalasi biaya dan/atau perubahan ruang lingkup dapat termitigasi dengan lebih baik.

4.8. Implikasi Kebijakan

Tingginya frekuensi CO pada proyek bangunan air khususnya di daerah Jawa Barat sangat berpenga-ruh terhadap kualitas pekerjaan. Berdasarkan 11 faktor yang telah dibahas secara garis besar kejadi-an CO sering diakibatkan oleh empat aspek yaitu: aspek sosial, aspek lingkungan, aspek pengguna

jasa dan aspek penyedia jasa. Namun, dari keem-pat aspek tersebut yang paling banyak mempenga-ruhi terhadap frekuensi terjadinya CO adalah aspek pengguna jasa dan penyedia jasa. Berbeda dengan aspek sosial dan lingkungan, aspek pengguna jasa dan penyedia jasa lebih mudah dimodifikasi. Sehu-bungan dengan hal tersebut. Beberapa saran kebi-jakan untuk mengurangi risiko terjadinya CO dapat disampaikan:

A. Meningkatkan kualitas detailed engineering de-sign (DED), karena kualitas perencanaan menjadi faktor dominan yang sering menyebabkan CO terjadi pada penelitian ini. Pada proyek-proyek bangunan air di daerah. perencanaan biasanya menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Fakta di lapangan menunjukkan perencanaan detail baru dilaksanakan setelah anggaran ditetapkan sehingga waktu penyiapan perencanaan untuk menghasilkan DED yang berkualitas baik pun menjadi sangat terbatas. Perbaikan kualitas yang dapat diusulkan meliputi:

1. perencanaan yang dilakukan secara simultan atau berkelanjutan sesuai dengan rencana strategis SKPD.

2. penggunaan konsultan perencana yang berkualitas dan berkomitmen.

3. penggunaan kontrak lumpsum atau setida-knya kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan untuk proyek bangunan air yang jen-is-jenis pekerjaannya dapat diprediksi relatif akurat.

4. pelaksanaan survei lapangan yang lebih detail dan akurat untuk memitigasi risiko peruba-han kondisi lapangan yang dapat berdampak negatif bagi kelangsungan proyek konstruksi.

B. Meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia jasa. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan adalah:

1. Penerapan sanksi yang tegas terhadap oknum penyedia jasa yang bertindak tidak sesuai dengan kontrak.

2. penegakan persyaratan bahwa pengguna jasa harus benar-benar memiliki tenaga ahli pelaksana, mandor dan tukang yang mema-hami. Hal ini dapat dilakukan dengan pem-buktian di lapangan saat evalusi pengadaan barang dan jasa.

3. persyaratan bahwa penyedia jasa harus me-mahami sistem administrasi proyek (e.g. laporan harian, laporan MC, laporan as-built drawing dan usulan CO) untuk menghindari terjadinya klaim yang tidak perlu.

C. Meningkatkan kualitas pengawasan proyek. Se-bagaimana dipahami, proyek bangunan air di

Page 10: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 16

daerah memiliki karakteristik tersendiri diband-ingkan dengan proyek lainnya yaitu fungsi pen-gawasan biasanya dilakukan oleh tenaga penga-was internal dari pengguna jasa sendiri. Upaya perbaikan yang dapat diusulkan adalah:

1. penugasan pengawas internal yang secara teknis mumpuni di lapangan.

2. pembatasan jumlah paket kegiatan bagi tena-ga pengawas dalam satu waktu.

3. pembatasan pemecahan paket pekerjaan yang semestinya dapat disatukan sesuai PP No. 04 tahun 2015.

4. Penggunaan tenaga pengawas yang berinteg-ritas yang tidak berkeinginan melakukan pe-mufakatan untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi.

5. Peningkatan kapasitas PPK proyek bangunan air.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Hasil identifikasi faktor penyebab terjadinya CO pada proyek bangunan air menghasilkan 95 fak-tor, yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 11 faktor utama. Berdasarkan dekomposisi penga-ruh antarvariabel analisis jalur, faktor yang pal-ing dominan secara berurutan adalah: kesalahan dan kelalaian dalam desain, masalah kontrak-tor, kondisi fisik lapangan, masalah konsultan pengawas/pengawas internal, perubahan ruang lingkup, kesalahan/kelalaian dalam dokumentasi kontrak, kendala keamanan dan keselamatan, perubahan kebijakan pemerintah/undang-un-dang, masalah di lokasi proyek, kebijakan pemi-lik proyek dan masalah pembiayaan proyek. Se-mentara, terjadi korelasi positif yang signifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak ter-jadinya CO. Faktor penyebab terjadinya CO pada proyek bangunan air terindikasi 95 faktor, yang dapat dikelompokkan menjadi 11 faktor utama, secara berurutan adalah kesalahan dan kelalaian dalam desain, masalah kontraktor, kondisi fisik lapangan, masalah konsultan pengawas/penga-was internal, perubahan ruang lingkup, kesala-han/kelalaian dalam dokumentasi kontrak, ken-dala keamanan dan keselamatan, perubahan kebijakan pemerintah/undang-undang, masalah di lokasi proyek, kebijakan pemilik proyek dan masalah pembiayaan proyek.

B. Frekuensi terjadinya CO pada proyek konstruk-si bangunan air yang dikelola oleh pemerintah daerah tingkat 1 dan daerah tingkat 2 termasuk

cukup tinggi, termasuk diwilayah studi sebe-sar 10,8% dari nilai kontrak. Terdapat tiga im-plikasi kebijakan untuk memperbaiki tingginya frekuensi terjadinya CO yaitu: i). Meningkatkan kualitas detailed engineering design (i.e. peren-canaan berkelanjutan, penggunaan konsultan perencana dan survei lapangan yang detail), ii). Meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia jasa (i.e. penerapan sanksi yang tegas, adanya persyaratan tenaga yang profesional dan per-syaratan harus paham administrasi proyek) dan iii). Meningkatkan kualitas pengawasan proyek (i.e. penggunaan pengawas yang betul-betul paham, pembatasan jumlah paket pengawasan, pembatasan pemecahan paket, penggunaan pengawas yang berintegritas dan peningkatan kapasitas PPK).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas se-belumnya penelitian ini memiliki dua saran (i.e. aka-demisi dan pemangku kepntingan) yaitu:

A. Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan, baik dari aspek ruang lingkup maupun jumlah sampel. Untuk lebih mengeneralisasikan hasil penelitian, disarankan adanya penelitian men-genai frekuensi terjadinya CO dan dampak ter-jadinya CO, namun (1) adanya penelitian dengan ruang lingkup tingkat provinsi jumlah kabupaten dalam satu provinsi diperbanyak dengan jumlah kabupaten minimal 30% dan mewakili karakter-istik masing-masing wilayah dan/atau (2) adanya penelitian dengan ruang lingkup nasional dengan jumlah populasi masing-masing kabupaten dari bebagai provinsi.

B. Berdasarkan hasil implikasi kebijakan, maka un-tuk memperbaiki tingginya frekuensi terjadinya CO pemangku kepntingan diharapkan mem-perbaiki tiga hal yaitu: meningkatkan kualitas detailed engineering design (DED) (i.e. peren-canaan berkelanjutan, penggunaan konsultan perencana dan survei lapangan yang detail), meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia jasa (i.e. penerapan sanksi yang tegas, adanya persyaratan tenaga yang profesional dan per-syaratan harus paham administrasi proyek) dan meningkatkan kualitas pengawasan proyek (i.e. penggunaan pengawas yang betul-betul paham, pembatasan jumlah paket pengawasan, pem-batasan pemecahan paket, penggunaan penga-was yang berintegritas dan peningkatan kapasi-tas PPK).

DAFTAR PUSTAKA

Alaryan, A., Emadelbeltagi, Ashraf, E. dan Mah-moud, D. (2014), “Causes and Effects of Change Orders on Construction Projects in Kuwait”. Journal of Engineering Research and Applications, Vol. 4, No. 7, 1–8.

Page 11: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 17

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Asiyanto (2005). Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Burati Jr., Farrington, J. J. and Ledbetter, W. B. (1992), “Causes of Quality Deviations in De-sign and Construction,” Journal Constuction Engineering and Management, Vol. 118, No. 1, 34–49.

Dikdik, M. NS. (2017), “Analisis Change Order Pada Proyek Konstruksi Bangunan Air Di Jawa Barat”. Jurnal Infrastruktur, Vol. 3, No. 02,. 1–11.

Gusti, N. A. (2015), “Addendum Kontrak Pembo-rongan Perspektif Hukum Perjanjian di Indo-nesia”. Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2, 183–198.

Hendrik, S. dan Mega, W. (2008), “Analysis And Evaluation Change Order In Flexible Pave-ment (Case Study: Road Projects In East Kali-mantan)”. Media Komunikasi Teknik Sipil, No. 1, 31–47.

Hengky, L., (2013). Model Persamaan Struktural Teori dan Implementasi Amos 21.0, Alfabeta, Bandung.

Hsieh, T., Lu, S. dan Wu, C. (2004), “Statistical analysis of causes for change orders in met-ropolitan public works International”, Journal of Project Management, No. 22. 679–686.

Ibbs, W. (1997), ”Quantitative Impacts of Change on Project Cost & Schedule”. Journal of Con-struction Engineering and Management, Vol. 123, No. 3, 8–011.

Ibbs, W. dan Seth, G. (2009), “Managing Construc-tion Projects Using the Advanced Program-matic Risk Analysis and Management Model”, Journal of Construction Engineering and Man-agement, No.135, 8–772.

Jaydeep, N. D., Pitroda, J. dan Bhavsar, J. J. (2015), “A Review on Change Order And Assessing-causes Affecting Change Order in Construc-tion”, Journal of International Academic Re-search for Multidisciplinary Impact Factor, Vol. 2, No.12, 152–162.

Maulana, A., (2016), “Faktor Penyebab Terjadinya Contract Change Order (CCO) dan Pengaruh-nya Terhadap Pelaksanaan Proyek Konstruksi Pembangunan Bendung”, Jurnal Infrastruktur, Vol.2 No.2, 40–51.

Mubarak dan Nurisra (2009), “Kajian Risiko Pe-kerjaan Tambah Kurang Change Order pada Proyek Konstruksi”, Jurnal Teknik Sipil Vol. 8, No. 1, 11–18.

n.n. (2016). Kementerian PUPR Dukung Ketahanan Pangan dengan Bangun Irigasi dan Waduk,

(http://pu.go.id.diakses tanggal 11 Oktober 2016).

Ndihokubwayo, R. and Haupt, T. (2009), “Variation Orders on Construction Projects: Value Add-ing or Waste”, International Journal of Con-struction Project Management, Vol. 1, No. 2, 1–17.

Nurlaela, S. D. (2015), “Analisis Faktor-Faktor Pe-nyebab Change Order dan Pengaruhnya yang Dominan Terhadap Kinerja Biaya Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara”, Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol. 3, No. 1, 42–48.

Nurmala, A. dan Sarwono, H. (2015), “Penyebab dan Dampak Variation Order (VO) Pada Pelak-sanaan Proyek Konstruksi”, Jurnal Konstruk-sia. Vol. 6, No. 2, 63–77.

Oladapo, A. (2007), “A Quantitative Assessment of the Cost and Time Impact of Variation Orders on Construction Projects”, Journal of Engi-neering Design and Technology, Vol. 5, No. 1, 35–48.

Peraturan Presiden R.I. Nomor 70 tahun 2012 ten-tang Pengadaan barang/jasa.

Rashid, I., Elmikawi, M. and Saleh, A. (2012). “The Impact of Change Orders on Construction Projects Sports Facilities Case Study”, Journal of American Science, Vol. 8 No. 8, 628–631.

Sandy G.A., Sompie, B. F. dan Rantung, J.P. (2012), “Analisis Faktor-faktor Penyebab Change Or-der dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Waktu Pelaksanaan Proyek konstruksi di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara”, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2, No. 4, 247–256.

Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.

Soeharto, I. (1995). Manajemen Proyek: Dari Kon-septual Sampai Operasional. Erlangga, Ja-karta.

Sugiyono (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Al-fabeta, Bandung

Sun, M. dan Xianhai, M. (2009), “Taxonomy for Change Causes and Effects in Construction Projects” International Journal of Project Man-agement, No. 27, 560–572.

Wu , C., Hsieh, T. dan Cheng W. (2005), “Statistical Analysis of Causes for Design Change in High-way Construction on Taiwan”, International Journal Project Managemen, Vol. 23, No. 7, 554–563.

Page 12: FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE …bpsdm.pu.go.id/.../uploads/2018/07/Isi-Edisi-6-11-22.pdffaktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den - gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang,

Vol. 4 No. 01 Juni 2018

JURNAL INFRASTRUKTUR1 - 18

Yana, G. A. (2015), “Factors That Cause Design Changes In The Implementation Of Construc-tion Project”, Procedia Engineering, No.125, 40–45.

Yitmen, I. (2010), “An Artificial Neural Network Model for Estimating the Influence of Change Orders on Project Performance and Dispute Resolution”, In Proceedings of The Interna-tional Conference on Computing in Civil and Building Engineering.

Zakari, N., Keyvanfara, M. Z., Majida, A., Arezou, S., Aliyu, M. dan Nafisa, S. (2015), “Causes of Variation Order in Building and Civil Engi-neering Projects in Nigeria”, Jurnal Teknologi Universitas Tektologi Malaya. No.16, 91–97.