giant geriatric
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 Giant Geriatric
1/43
PENDAHULUAN
A. Besaran masalah
Populasi dari penduduk lanjut usia (lansia), berusia 65 tahun ke atas, menunjukkan
kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan paling besar populasi lansia di dunia dipikirkan
akan terjadi pada tahun 2020, aitu sebesar !00"#.$i %ndonesia sendiri, jumlah populasi lansiadiperkirakan akan meningkat ! kali lipat pada tahun 2025, dibandingkan tahun #&&0. 'aat ini
terdapat sekitar #5 juta orang lansia di %ndonesia #.'ecara keseluruhan, peningkatan populasi
berusia 65 tahun ke atas di dunia diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari kali lipat.
Peningkatan usia harapan hidup tidak selalu disertai dengan kondisi kesehatan ang baik pula.
Berbagai masalah isik, psikologis, dan sosial akan muncul akibat proses degenerati ang terjadi
seiring dengan menuana seseorang2.*asalah+masalah tersebut berdampak pada kondisi
kesehatan seseorang pada saat usia lanjut. $alam pelaanan kesehatan primer, lebih kurang
sepertiga pasien ang datang berkunjung berusia lebih dari 65 tahun. $an sekitar !0" biaa
kesehatan, peraatan, serta peresepan obat diperuntukan untuk lansia#.-leh karena itu,
membantu populasi lanjut usia dengan menambah #5+20 tahun dari usia harapan hidup (65 tahun)dan tetap dapat hidup sehat dan akti, menjadi tantangan di bidang kesehatan masarakat pada
abad 2#!.
Proses pertambahan usia pada pasien geriatri juga diikuti dengan penurunan ungsi organ dan
kemampuan kompensasi. Beberapa teori penuaan, seperti loss of self-renewal capacity,!
menatakan hal tersebut dapat terjadi karena dalam proses penuaan secara biologis terdapat
berkurangna kemampuan memperbaiki diri (tissue-repair ) sehingga terjadi kerusakan perlahan
dan progresi pada sistem organ ang berdampak terjadi penurunan kapasitas aal. al ini
menebabkan /ariasi gejala pada pasien geriatri sangat luas sehingga sulit membedakan kondisi
isiologis dan patologis. klasik dari ineksi seperti demam seringkali tidak ditemukan, adakalana
didapatkan sebalikna, hipotermia.
'elain itu, penurunan ungsi satu organ dapat mempengaruhi ungsi organ lain ataupun terjadi
penurunan ungsi secara serentak. 'ehinggapasien usia lanjut seringkali memiliki lebih dari satu
permasalahan kesehatan (multipatologi). ima puluh persen dari pasien berusia di atas 65 tahun,
memiliki lebih dari satu penakit kronis dan keduana bisa saling mempengaruhi
penatalaksanaanna, seperti penakit serebro1askuler dan ulkus peptikum2. 'elain itu, pasien
lanjut usia juga rentan risiko poliarmasi karena banakna morbiditas ang dapat meningkatkan
eek samping obat. al tersebut menebabkan sangat perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan
kondisi medis pada pasien geriatri2.
'elain itu, berbagai gejala atau kumpulan gejala juga sering dijumpai pada pasien geriatri
bersamaan dengan penakit dasarna. ejala+gejala atau kondisi medis tersebut tidak dapat
diabaikan karena dapat menimbulkan komplikasi ang akan memperburuk keadaan pasien.3umpulan gejala tersebut disebut sindrom geriatri.# tantri3ane, et al, dalam bukuna menebutkan
sindrom geriatri ang seringkali dijumpai pada pasien geriatri, aitu4 immobility, instability,
incontinence, intellectual impairment, infection, impairment of vision and hearing, irritable
colon, isolation (depression), inanition (malnutrition), impecunity, iatrogenesis, insomnia,
immune deficiency, dan impotence ang dikenal juga dengan #! %.
$ari sindrom geriatri tersebut terdapat empat masalah ang sering terjadi pada pasien geriatri
dan menebabkan seorang lansia harus diraat di rumah sakit. mpat masalah tersebut adalah
inkontinensia, imobilisasi, instabilitas, penurunan intelektual (delirium dan demensia). 3ondisi
medis tersebut sering disebut sebagai geriatric giants karena dapat meningkatkan angka
kesakitan dan angka kematian seorang lansia bila tidak ditangani dengan baik.
*elalui makalah ini akan dibahas mengenai geriatric giants, mulai dari penebab, diagnosis,
hingga penatalaksanaanna.
-
8/19/2019 Giant Geriatric
2/43
B. pidemiologi
Populasi lanjut usia, diperkirakan akan mengalami ledakan ang cukup besar, perkiraan PBB,
jumlahna akan meningkat lebih dari kali lipat, 600 juta pada tahun #&&& menjadi 2 milar
pada tahun 2050. Peningkatan ini tentuna menjadi tantangan bagi negara ini untuk dapat
melaani populasi senior ini, salah satuna dalam bidang pelaanan kesehatan, dimana
permasalahan kesehatan pada kelompok ini tidaklah sedikit. $i %ndonesia sendiri, sepertidinatakan sebelumna, peningkatan populasi lansia akan mencapai ! kali lipat dari tahun #&&0
sampai tahun 2025. Perkiraan lainna menebutkan dari tahun #&0 sampai 2020 akan
bertambah lebih dari 20 juta orang, mencakup ##,!" dari populasi keseluruhan6.
*enurut Agate pada tahun #&70, ang dipentingkan dalam geriatri adalah usia biologis. 8sia
harapan hidup populasi %ndonesia pada tahun #&& adalah 62,6 tahun untuk pria dan 66,7 tahun
untuk anita. 'edangkan 9- menghitung harapan hidup dengan Disability Adjusted Life-Ep
ectancy ( DALE ) dimana penduduk lanjut usia ang mengalami disabilitas tidak disertakan.
Angka $A untuk %ndonesia adalah 5&,7 tahun, menduduki peringkat ke+#06. 8sia diantara
$A dan usia harapan hidup inilah ang juga menjadi tantangan di bidang kesehatan
khususna geriatri, bagaimana mencegah kesakitan, menurunkan disabilitas, sehinggameningkatkan kualitas hidup pada populasi lanjut usia.
Permasalahan kesehatan pada populasi lanjut usia tentuna berbeda dengan populasi usia
muda, dimana umumna penakit kronis degenerati lebih mendominasi, disertai juga penakit+
penakit ineksi ang mungkin berkaitan atau mempengaruhi penakit+penakit kronis ang
sudah diderita.
$ata epidemiologi mengenai kondisi+kondisi medis ang la:im ditemukan pada populasi
lanjut usia ber1ariasi dari tahun ke tahun dan di beberapa negara. 'eperti ditampilkan pada tabel
berikut.
;abel #. pidemiologi kondisi+kondisi medis pada lanjut usia di %ndonesia
IndonesiaTahun 1978a
(n = 567)
Tahun 1986b 1990
(n=1!0")
Pen#a$i% & Pen#a$i% '100 Pen#a$i%'e*asa+ahan &
%neksi #,5 3ardio1askuler #5,7 Arthritis; tahun #&6 dikutip dari $armojo, >B, 200!. $emograi dan pidemiologi
Populasi anjut 8sia dalam Buku Ajar eriatri disi ke+
c. $ata dari 9-+=ommunit 'tud o te lderl, =entral ?a1a #&&0 dikutip dari $armojo, >B, 200!. $emograi dan
pidemiologi Populasi anjut 8sia dalam Buku Ajar eriatri disi ke+
=. aktor >isiko
Populasi lanjut usia memiliki karakteristik ang berbeda dari kelompok umur lain. 3arakteristikini harus menjadi pertimbangan dalam penilaian, in1estigasi, dan penatalaksaan pada pasien lanjut
usia. Populasi geriatri memiliki karakteristik ang berbeda karena4
-
8/19/2019 Giant Geriatric
3/43
a. *ultipatologi
Penurunan ungsi aal organ+organ ang terjadi seiring pertambahan usia, dapat pula
disertai dengan adana penakit kronis dan komplikasina, seringkali menebabkan
pasien geriatri memiliki lebih dari satu permasalahan medis (komorbiditas) dan
menebabkan penatalaksaan pada pasien lanjut usia menjadi kompleks.
Presentasi
-
8/19/2019 Giant Geriatric
4/43
kanker, penakit jantung, dan stroke, giant geriatric mencerminkan kondisi ang mempengaruhi
sebagian besar lansia dan menebabkan ketidakmampuan dalam melakukan ungsi sehari+hari.
3ondisi+kondisi medis tersebut adalah4 inkontinensia, imobilisasi, instabilitas, penurunan intelektual
(delirium dan demensia).
1/ In$on%inensia uin%nkontinensia urin dideinisikan sebagai pengeluaran urin secara in1olunter, tidak diinginkan,
dalam jumlah dan rekuensi tertentu ang menimbulkan masalah kesehatan dan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
5/43
D
I
A
P
E
-
Delirium!confusional state
"nfection-urinary
Atropic urethritis!vaginitis
#harmaceuticals
Ecess urine output (seperti =, hiperglikemia)
$estricted mobility
%tool impaction
Pada pasien delirium, pasien memerlukan tata laksana untuk kondisi medis ang
mendasarina dibandingkan tata laksana berkemih. %neksi saluran kemih (%'3) menebabkan
inkontinensia akut ketika disuria dan urgensi sangat dominan ang menebabkan pasien lanjut
usia tidak dapat menuju toilet sebelum sempat berkemih. al tersebut hana terjadi pada %'3
ang simptomatik, sedangkan pada bakteriuria asimptomatik, sering pada lanjut usia, tidak
menimbulkan inkontinensia. 3arena gejala %'3 pada lanjut usia dapat tidak khas, perlu die1aluasi
dengan baik adana %'3 pada usia lanjut##,#2,#.
8retritis
-
8/19/2019 Giant Geriatric
6/43
hipotensi postural. Penebab+penebab tersebut dapat dimodiikasi oleh karena itu, perlu e1aluasi
ang cermat dalam menilai inkontinensia urin ang berhubungan dengan immobilisasi#.
;erakhir, impaksi eses dapat menebabkan inkontinensia urin pada sekitar #0" pasien
geriatri ang datang ke klinik inkontinensia. Pasien biasana menunjukkan inkontinensia tipe
urgensi atau overflow dan juga disertai inkontinensia al1i.Penebab+penebab inkontinensia akut
sangat penting die1aluasi secara cermat. Bila penebab telah diidentiikasi makan dapat segeraditata laksana dan hampir sebagian besar ungsi berkemih kembali normal#5,#6.
1/1/!/In$on%inensia Uin Pesis%en
%nkontinensia urin persisten ang tidak terkait pada penakit akut dan bersiat menetap.
%nkontinensia urin persisten terdiri atas tipe stres, tipe urgensi, tipe overflow, tipe ungsional, dan
campuran. >ingkasan inkontinensia urin persisten dapat dilihat pada tabel 5.
;abel 5. ;ipe+tipe %nkontinensia 8rine,#7
$einisi < mekanisme tiologi ejala
'tres Pengeluaran urin in1olunterketika terjadi peningkatan tekanan
intraabdomen.
Prolaps pel1is,hipermobilitas uretra,
perubahan posisi uretra,
kelemahan singter
internus, kelemahan otot
dasar panggul
3eluarna urin pada saatadana pencetus (batuk<
bersin
-
8/19/2019 Giant Geriatric
7/43
Tidak
Terapi empiris sesuai tipe inkontinensiaEvaluasi lanjut urologi/ginekolo
Ya
Terapi tidak efektif
Tidak
$alam melakukan penilaian inkontinensia ini, diperlukan e1aluasi dasar dan e1aluasi lanjut.
1aluasi dasar meliputi anamnesis, pemeriksaan isik, urinalisis, dan pengukuram 1olume residual
pasca berkemih (post 1oid residual
). 1aluasi dasar bertujuan untuk mengidentiikasi
penebab inkontinensia ang bersiat sementara ( D"A#E$% ), mengidentiikasikan kondisi ang
memerlukan e1aluasi khusus (pemeriksaan lebih lanjut), dan menetapkan tipe inkontinensia pasien
sehingga dapat menentukan penatalaksanaan ang tepat. 1aluasi dasar menentukan diagnosis
presumti dan diberikan terapi empiris. ?ika diagnosis presumti tidak dapat ditentukan atau terapi
empiris tidak eekti, diperlukan e1aluasi lanjut padapasien.#,## (lihat algoritma)
ambar 2. Algoritma e1aluasi pasien geriatri dengan inkontinensia#
;abel 6. 1aluasi dasar dan lanjutan pada pasien dengan inkontinensia urin#,,&
Anamnesis
• ;ipe (urge, stres, campuran, overflow)
• rekuensi, keparahan, durasi
• Pola (diurnal, nokturnal, campuran, situasi tertentu)
•ejala ang berhubungan urinasi
• Penakit penerta
• *edikasi
-
8/19/2019 Giant Geriatric
8/43
• ungsi ungsional (status mental, kogniti, kemampuan untuk self-toilet , mobilitas)
Pemeriksaan isik
• %dentiikasi kondisi medis
• ;es stress-induced leaage ketika buli penuh
• Palpasi distensi buli pasca pengosongan
• Pemeriksaan pel1is
• Pemeriksaan rektal
• Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan penunjang dasar
• >ekam pengosongan
• Pemeriksaan 1olume residu pasca pengosongan (P/>) dengan kateterisasi atau 8'
• 8rinalisis, sitologi,dan kultur
Pemeriksaan penunjang lanjutan
• Pemeriksaan metabolik seperti kadar glukosa dan kalsium
• 8' ginjal
• 8rolometri
• 'istometrogram
• 'istoskopi
• 1aluasi urodinamik
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk mendeteksi adana piuria, hematuria, dan glukosuria.
Pemeriksaan P/> dilakukan untuk menentukan adana retensi urin dan dapat digunakan untuk
menentukan tipe inkontinensia terutama pada kasus ang tidak spesiik (ambar ).
ambar . Algoritma e1aluasi pemeriksaan P/> #
-
8/19/2019 Giant Geriatric
9/43
Pada kasus+kasus tertentu perlu dilakukan e1aluasi khusus atau rujukan bagi pasien dengan
inkontinensia (;abel 7). Pemeriksaan penunjang lanjutan antara lain pemeriksaan urodinamik
(urolometri) untuk menentukan adana obstruksi atau diungsi instrinsik singter uretra,
sistometrogram untuk menentukan adana disungsi detrusor atau sensorik serta pemeriksaan
sistoskopi untuk melihat adana kelainan pada saluran kemih baah. 8' ginjal juga perlu dilakukan
untuk menilai ungsi ginjal terutama pada pasien dengan retensi urin bermakna.#,#
;abel 7. indikasi untuk e1aluasi lanjut pada pasien inkontinensia#
• %nkontinensia tipe urgensi ang baru terjadi dalam 2 bulan terakhir
• >iaat pembedahan anti+inkontinensia
• >iaat pembedahan pel1is radikal
• >iaat inkontinensia simptomatik berulang ( kali atau lebih dalam kurun aktu #2 bulan)
• Pembesaran prostat dan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
10/43
Aonis a+4aadenei$
$oHa:osin # H # + mg 'verflow dengan
BP;amsulosin # H 0,! + 0, mg
;era:osin # H # + #0 mg
Alu:osin # H #0 mg setelah makan
Aonis $o+inei$ Bethanecol H #0 + 0 mg 'verflow dengan
atonia kandung kemih
Aonis a+4aadenei$
Pseudoephedrine H 0 + 60 mg 'tres
Es%oen %oi$a+
3rim 0,5 D # g%4 $uloHetine 20 D !0 mg 'tres sedang D berat
!/ I*obi+isasi
%mobilisasi diartikan sebagai kehilangan gerak anatomi akibat perubahan ungsi anatomis.
%mobilisasi digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana seseorang membutuhkan tirah
baring atau mobilisasi ang sangat terbatas, akibat suatu penakit atau kondisi ang dideritana.
Penebabna beragam, termasuk aktor psikologis (depresi, kecemasan), perubahan isik (kardio1askuler, neurologi, muskuloskeletal, neri), dan lingkungan (tidak adana alat bantu).
$ari beberapa data epidemiologi, masalah muskuloskeletal, arthritis, dan neri menunjukkan
angka kejadian ang tinggi pada populasi lanjut usia#,,6
Beragam aktor isik, psikologis, dan lingkungan dapat menebabkan imobilisasi pada geriatri
(;abel #0). aktor+aktor tersebut perlu diidentiikasi secara cermat karena sebagian besar dapat
dicegah atau ditata laksana sehingga tidak menebabkan imobilisasi lagi.3onsep mobilisasi dini
telah dilontarkan sejak aal #&!0+an pada pasien+pasien usia lanjut ang diraat di rumah sakit.
Antibiotik dan pembedahan kurati membantu mempersingkat lamana imobilisasi.
;abel #0. Penebab umum imobilisasi pada lanjut usia#
angguan muskuloskeletal
• Artritis
• -steoporosis
• raktur (terutama tulang panggul dan emur)
• *asalah podiatrik
• ain+lain (misal4 penakit Paget)
angguan neurologis
• 'troke
• Parkinson
•
@europati• ormal #ressure *ydrocephalus
• $emensia
-
8/19/2019 Giant Geriatric
11/43
• ain+lain (disungsi serebelar, neuropati)
Penakit kardio1askuler
• agal jantung kongesti (berat)
• Penakit arteri koroner (angina ang sering)
• Penakit pembuluh darah perier (klaudikasio ang sering)
Penakit paru
• PP-3 (berat)
aktor sensori
• angguan penglihatan
• Penurunan sensasi kinestetik
• Penurunan sensasi perier
Penebab lingkungan
• %mobilisasi ang dipaksakan (di rumah sakit atau rumah peraatan)
• 3urangna alat bantu
• @eri akut dan kronis
ain+lain
• Deconditioning (setelah tirah baring berkepanjangan)
• *alnutrisi
• Penakit sistemik ang berat (keganasan)
• $epresi
• ek samping obat (rigiditas karena antipsikotik)
• ;akut akan jatuh
• Apatis dan kurangna moti1asi
$alam manajemenna, mengoptimalkan mobilitas menjadi sasaran dari terapi. 'edikit
perbaikan dapat menurunkan insiden dan keparahan dari komplikasi, memperbaiki kesejahteraan
pasien, menurunkan beban dan biaa peraatan. %mobilisasi memiliki dampak ang besar dan
bersiat sistemik, komplikasi ang atal juga dapat terjadi.
$alam penilaian pasien lanjut usia ang mengalami imobilisasi, anamnesis ang terokus
harus meliputi identiikasi penebab terjadina imobilisasi, baik masalah internal maupun
lingkungan pasien. Perubahan kecil ang seringkali kurang diperhatikan atau dianggap ajar
dapat merupakan tanda+tanda aal dari suatu kelainan, seperti misalna keluhan keseimbangan
dimana kelainan dapat terjadi dari organ sensorik perier D susunan sara pusat D organ eektorI
kelambatan berjalan (bradikinesia) dapat merupakan tanda+tanda dini penakit Parkinson. Pada
umumna memang didapatkan penurunan kecepatan berjallan E 20" pada usia lanjut, dimana
rentang melangkah pada usia lanjut menurun, tetapi jumlah langkah per menitna konstan,#&
;abel ##. Penilaian terhadap pasien usia lanjut dengan imobilisasi
Anamnesis
• Perjalanan dan durasi dari disabilitas ang menebabkan imobilisasi
• 3ondisi medis ang ikut berperan
• @eri
• -bat+obatan ang berisiko menebabkan imobilisasi
• *oti1asi dan aktor psikologis lainna
• ingkungan
Pemeriksaan isik • 3ulit
• 'tatus kardiopulmonal
-
8/19/2019 Giant Geriatric
12/43
Pemeriksaan muskuloskeletal
• ;onus dan kekuatan otot
• ingkup gerak sendi
• $eormitas dan lesi
$eisit neurologis
• 3elemahan okal
• 1aluasi kogniti, sensori dan persepsi
• 3eseimbangan
;ingkat mobilisasi
• ;empat tidur
• 3emampuan untuk berpindah
• Perpindahan dengan kursi roda
• 3eseimbangan saat berdiri
• ait
• @eri dengan pergerakan
@utrisi
• Protein
• 25+- 1itamin $
!/1/ o*++i$asi I**obi+isasi
%mmobilisasi dapat menebabkan komplikasi ang dapat memperburuk kondisi medis penerta
dan immobilisasi itu sendiri. %mobilisasi menebabkan proses degenerasi pada hampir semua
sistem organ sebagai akibat berukurangna ungsi motorik dan berubahna tekanan gra1itasi.
'ehingga perlu juga untuk mengidentiikasi komplikasi ang terjadi maupun ang potensial untuk
terjadi seperti pada tabel #2.
;abel #2. 3omplikasi ang sering terjadi pada pasien immobilisasi
3ulit
• 8lkus dekubitus
*uskuloskeletal
• Atroi dan deconditioning
• 3ontraktur
• -steoporosis
3ardio1askular
• $econditioning• *enurunna 1olume darah hipotensi ortostatik
• ;rombo+emboli 1ena
Pulmonal
• Penurunan 1entilasi
• Atelektasis
• Pneumonia aspirasi
astrointestinal
• Anoreksia
• 3onstipasi
• %mpaksi ekal, inkontinensia8rogenital
• %neksi
-
8/19/2019 Giant Geriatric
13/43
• >etensi
• 3alkulus buli
• %nkontinensia
*etabolik
• Perubahan komposisi tubuh (misalna4 penurunan 1olume plasma perubahan
armakokinetik obat)
• 3eseimbangan nitrogen negati
• angguan toleransi glukosa
Psikologi
• Penurunan sensoris
• $elirium
• $epresi
$iantara komplikasi tersebut, terdapat empat komplikasi utama dapat menjadi sangat serius dan
atal ang berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, aitu tromboemboli 1ena,
ulkus dekubitus, hipotensi ortostatik, dan kontraktur.a. ;romboemboli 1ena
;romboemboli 1ena adalah penakit 1askular ang kompleks ang bermaniestasi sebagai
trombosis 1ena dalam atau emboli paru. Angka kejadian tromboemboli 1ena pada lanjut usia
secara signiikan lebih tinggi dibanding pada usia muda, dapat mencapai lebih dari 5 kali
lipat. Analisis post-hoc dari studi *$@-F, menunjukkan usia di atas 75 tahun sebagai
aktor risiko independen untuk terjadina tromboemboli 1ena.
Patogenesis timbulna tromboemboli 1ena melibatkan tiga aktor, ang dikenal trias +irchow,
aitu disungsiiaat tromboemboli 1ena
/ena 1arikosa
-besitas
3eganasan
;romboilia
agal jantung
Penakit respirasi berat
Penakit ineksi akut
3eganasan
'troke
%mobilisasi berkepanjangan
%nark miokard
;erapi sulih hormon
*enetap di >'< rumah
peraatan
3emoterapi
3ateter 1ena sentral
i) $iagnosis
$iagnosis tromboemboli 1ena (trombosis 1ena dalam dan emboli paru) sulit ditegakan. ejala
klasik dari trombosis 1ena dalam adana edema, neri, dan perubahan arna pada sekitar
ekstremitas ang terkena. @amun bila trombosis tidak menebakan sumbatan seringkali
asimptomatik. dema ekstremitas merupakan tanda paling spesiik, namun jarang sampai
terjadi edema massi dengan sianosis dan iskemik ( phegmasia ceruleadolens). @eri
ekstremitas terjadi pada 50" pasien, namun tidak terlalu spesiik. @eri dapat muncul pada
saat dorsoleksi kaki (tanda omans), neri tersebut muncul pada 75" pasien $/; tetapi juga muncul pada 50" pasien tanpa $/;. Bahkan pasien dengan gejala klasik masih sekitar
-
8/19/2019 Giant Geriatric
14/43
!6" memiliki hasil negati pada 1enogram. ejala dan tanda emboli pulmonal, dispnue dan
takikardi, hana muncul pada #0" dari pasien dengan $/;.#
9ells dkk. ;elah mengembangkan sistem skoring untuk memprediksi terjadina $/;.
'kor 9ells ini membantu untuk dapat menstratiikasi pasien menjadi kelompok risiko tinggi,
risiko sedang, dan risiko rendah (;abel #!). *engkombinasikan skor ells dengan
pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonograi (doppler ), tes $+dimer, angiograi paru,ventilation-perfusion scanning , dapat memastikan atau meningkirkan kemungkinan
diagnosis $/; atau P.#
;abel #!. %nterprestasi risiko $/; dan P dengan menggunakan skor 9ells
$/;
@ilai C
@ilai #+2
@ilai J #
>isiko tinggi (75")
>isiko sedang (#7")
>isiko rendah (")
P
@ilai C 6
@ilai 2+6 @ilai J 2
>isiko tinggi (7,!")
>isiko sedang (27,")>isiko rendah (,!")
ii) Pencegahan
;romboemboli 1ena pada usia lanjut, menjadi tantangan bagi klinisi, banak hal ang perlu
diperhatikan, antara lain4 adana komorbid, diagnosis ang lebih sulit (emboli paru dapat
tidak menunjukan gejala, pemeriksaan $+dimer tidak dapat dijadikan acuan, sidik paru kurang
dapat diandalkan karena adana kelainan paru, =; angiograi sering terkendala masalah
gangguan ungsi ginjal), mortalitas ang lebih tinggi (usia C 0 tahun /' usia J !0 tahun,
#6" /' 2"), presentasi klinis ang lebih berat (emboli paru). Belum ada uji klinis mengenai
pencegahan tromboemboli 1ena ang mengkhususkan pada populasi usia lanjut, alaupun
dari studi ang sudah dilakukan populasi usia lanjut termasuk di dalamna.20Pencegahan tromboemboli 1ena pada usia lanjut menjadi tantangan, selain diagnosis ang
sulit, risiko perdarahan akibat pemberian antikoagulan juga lebih tinggi ditambah pula dengan
adana poliarmasi ang meningkatkan kemungkinan interaksi antar obat. >isiko perdarahan
akibat pemberian antikoagulan, berkisar antara #,6 D 2 kali lipat pada populasi usia lanjut.
Perlu diperhatikan, pada insuisiensi ginjal ang berat, heparin tidak terraksinasi dapat
dipakai, sedangkan heparin berat molekul rendah dikontraindikasikan.20 -bat+obat
tromboproilaksis ang diberikan meliputi antiplatelet dan antikoagulan (;abel #5).$alam
memutuskan apakah perlu pemberian tromboproilaksis, perlu dinilai risiko trombosis secara
indi1idual (;abel #). @amun demikian, mengingat usia di atas 75 tahun merupakan aktor
risiko independen, adana kondisi medis akut pada populasi ini, pemberian tromboproilaksis perlu dipertimbangkan.
;abel #5. -bat+obatan ang digunakan dalam pencegahan $/;
Antikoagulan
nfractionated heparin (8) $osis rendah (5000 unit) secara subkutan setiap
atau #2 jam sampai pasien dapat mobilisasi.
Pada pembedahan, diberikan #+2 jam sebelum
operasi dan dilanjutkan tiap +#2 jam sampai
pasien dapat mobilisasi.
Low olecular .eight *eparin (*9) ebih eekti dan memiliki risiko lebih rendah
perdarahan.
-
8/19/2019 Giant Geriatric
15/43
$alteparin
noHaparin
$osis 2500+5000 unit secara subkutan sekali
setiap hari sampai 5+#0 hari atau pasien dapat
mobilisasi.
$osis !0 mg secara subkutan setiap hari sampai
pasien dapat mobilisasi.
%nhibitor aktor Fa
ondaparinuH
Biasa digunakan untuk proilaksis operasi besar ortopedik.
$osis 2,5 mg secara subkutan sekali setiap hari
sampai pasien 5+& hari. ;ambahan 2! hari untuk
operasi raktur pinggul.
Antagonis 1itamin 3
9ararin
Biasa digunakan untuk pencegahan sekunder
$osis terapi dengan aktu Protrombin ekui1alen
dengan %@> 2,0+,0.
Antiplatelet $apat digunakan bersama+sama dengan
antikoagulan. A==Pa tidak merekomendasikan
penggunaan antiplatelet sendiri sebagai
pencegahan tunggal
ambar !. 1aluasi penentuan penggunaan tromboproilaksis
'elain secara armakologis, pencegahan dapat juga dengan metode mekanik seperti
penggunaan stoking elastis ( graduated compression stocing
-
8/19/2019 Giant Geriatric
16/43
pengobatan seumur hidup mungkin dipertimbangkan. ;ata laksana ini memiliki risiko
kumulati komplikasi perdarahan kurang dari #2". 'ebagian besar pasien dengan $/; aman
diterapi secara raat jalan kecuali pada pasien42#
• ;erdapat emboli paru konkomitan
• ;erdapat komorbid penakit paru dan kardio1askular
• Area ilioemoral• 3ontraindikasi antikoagulasi
• 3elainan koagulasi dan perdarahan amilial
• 3ehamilan
• -besitas berisiko (C #50 kg)
• angguan ginjal (=r C 2 mg
-
8/19/2019 Giant Geriatric
17/43
STAGE I STAGEII
STAGEIII
STAGEIV
b. $aa regang, besar gaa ang memberikan penekanan pada permukaan.Pada usia
lanjut, diperberat dengan kondisi jaringan kulit ang kendur dan longgar
c. riksi(gesekan).esekan antara kulit dan permukaan seprei, pakaian, dapat
menebabkan trombosis dari pembuluh darah kecil, mengakibatkan aliran darah tidak
adekuat.
d. 3elembaban, seperti pada pasien geriatri dengan inkontinensia urin.Adana keradangan pada tingkat epidermis dalam bentuk eritema, indurasi, edema,
sedangkan kulit sendiri masih tampak intak merupakan stadium aal dari suatu ulkus
dekubitus. Berdasarkan modiikasi klasiikasi 'hea, ulkus dekubitus dibagi menjadi empat
stadium ang dapat dilihat pada tabel #7 dan gambar 5. 8lkus dekubitus juga dapat dibagi
berdasarkan aktu penembuhan dan suhu ulkus dengan kulit sekitarna (;abel #).
;abel#7. 'tadium ulkus dekubitus berdasarkan modiikasi klasiikasi 'hea.#
'tadium *aniestasi klinis
'tadium % dema nonblanchable pada kulit ang masih utuh atau perubahan arna
kulit ang hangat, edema, dan berindurasi pada pasien dengan kulit gelap'tadium %% Peradangan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
18/43
;abel #. ;ipe ulkus dekubitus#
;ipe *aniestasi klinis ama penembuhan
@ormal Perbedaan suhu dengan kulit sekitar kurang
dari 2,5
o
=
6 minggu
Arteriosklerotik ;erdapat gangguan aliran darah akibat
arteriosklerotik. Perbedaan temperatur
dengan kulit sekitar kurang dari #o=
#0 minggu
;erminal ;erjadi pada pasien ang akan meninggal ;idak dapat sembuh
/he Agency for *ealth &are #olicy and $esearch (AP=P>) menggalakan panduan untuk
pencegahan ulkus dekubitus, ang meliputi pengkajian aktor risiko, peraatan kulit,
pencegahanisiko ulkus dekubitus harus die1aluasi
berkesinambungan dan diulang setiap ada perubahan dalam tingkat akti1itas atau mobilisasi.
%ndi1idu ang harus berbaring atau duduk dalam jangka panjang atau dengan
ketidakmampuan untuk melakukan akti1itas atau berubah posis dianggap sebagai kelompok
risiko tinggi.#
Beberapa alat bantu untuk menilai risiko ulkus dekubitus, antara lain adalah dengan
menggunakan skala @orton (J #! L rentan, J #2 L berisiko sangat tinggi)#.Alat bantu lainna
adalah skala Braden (#5+#6 L risiko rendah, #+#! L risiko sedang, J #2 L risiko tinggi). ?ika
nilai kurang dari #6, tindakan pencegahan perlu dilakukan.2
;indakan+tindakan ang dapat dilakukan untuk mencegah ulkus dekubitus adalah4#,2
• Peraatan kulit dan terapi aal.
3ulit pasien setiap hari harus diamati secara sistemik, kulit perlu dibersihkan dengan
bahan ang lembut secara rutin dan hindari pemakaian air. indari paparan terhadap
dingin, cedera, dan kekeringan. $apat diberikan pelembab untuk kulit kering. 3urangi
kelembaban akibat keringat, paparan basah, atau drainase luka. Bahan topikal ang
mengurangi kelembaban juga dapat digunakan.
• atihan dan penatalaksanaan inkontinensia.
%nkontinensia dapat meningkatkan kelembaban pada kulit sehingga berisiko terjadina
ulkus. ?ika inkontinensia tidak dapat dikendalikan, setelah penatalaksanaan ang sesuai,
dapat digunakan bahan absorpti atau alas ompol (underpad ).
•Pencegahan terhadap tekanan, gesekan, dan regangan*engubah posisi (reposisi) sesering mungkin dapat mencegah eek akibat tekanan,
gesekan, dan regangan. 8mumna dengan mengubah punggung pasien miring 0 o dari
permukaan tempat tidur bergantian ke kanan dan kiri ang dilakukan setiap 2+ jam untuk
risiko tinggi dan 2+! kali per hari untuk risiko rendah. indari posisi &0oterhadap
permukaan tubuh ang sempit atau penonjolan tulang.
8ntuk mencegah gaa renggangan, jangan mengambil posisi ang rentan terhadap
penarikan kulit atau lekukan pada pembuluh darah seperti jangan mendudukan pasien
pada sudut 0o karena menebabkan lekukan pembuluh darah pada gluteal dan sakrum.
• %upport surfaces
Pengurangan tekanan dapat menggunakan matras
-
8/19/2019 Giant Geriatric
19/43
terbukti cukup eekti diantarna adalah matras khusus, foam, kulit domba ang lebih
tebal, alas ang dilapisi gel. *asih terdapat perdebatan mengenai dynamic support vs
static support . 'ebuah penelitian menunjukkan reposisi setiap ! jam dan penggunaan
matras khusus lebih baik daripada reposisi setiap 2 jam tanpa menggunakan matras
khusus.
• Perbaikan nutrisi'ebuah studi ang cukup baik menunjukkan baha pada kelompok kontrol (diet biasa)
risiko relati terjadina ulkus dekubitus pada peraatan di rumah sakit sebesar #,5 kali
dibanding kelompok inter1ensi.
• dukasi
dukasi terhadap tenaga kesehatan, pasien, keluarga, dan pramuerdha (caregiver )
mengenai aktor risiko dan peraatan pada pasien dengan aktor riaiko dapat mengurangi
angka kejadian ulkus dekubitus.
'edangkan untuk penatalaksanaan dari ulkus dekubitus, sesuai dengan panduan A=P>,
meliputi#,,22
•
Pendekatan sistemik 'tatus hidrasi dan nutrisi ang adekuat sangat diperlukan untuk penembuhan ulkus
dekubitus. Pada pasien malnutrisi, nutrisi ang diberikan sekitar 0 D 5 kalori
-
8/19/2019 Giant Geriatric
20/43
dan< atau alginate dan phenytoin solution 1s normal saline) menunjukkan tidak
didapatkan perbedaan dengan penutup luka jenis apapun.
• Pembedahan
$ebrideman dan nekrotomi dilakukan pada stadium %%% dan %/. Pada stadium %/ dapat
pembedahan rekonstruksi meliputi penutupan luka, cangkok kulit, dan lap miokutaneus
serta membuang ragmen tulang ang menonjol. Amputasi dapat dipertimbangkan pada
ulkus ang terineksi ang menebabkan komplikasi.
• ;erapi eksperimental
;erapi oksigen hiperbarik serta beberapa jenis terapi topikal dan aktor pertumbuhan
( growth factor ) dapat dipertimbangkan sebagai terapi adju1an. #latelet-derived growth
factor (P$), dari uji klinik acak, menunjukkan hasil ang memuaskan dalam terapi
ulkus dekubitus.
c. ipotensi -rtostatik
ipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik C20 mmg atau diastolik C#0
mmg ang terjadi segera dalam aktu 2+ menit dari posisi berbaring ke posisi tegak dan
dapat disertai keluhan pusing atau sinkop (hipotensi ortostatik simptomatik).#
ipotensi ortostatik dapat dicegah dengan mobilisasi bertahap secara cepat. Perubahan posisi
dari berbaring ke posisi duduk dilakukan secepatna dengan kakik menggantung kebaah
sambil digerak+gerakan. 1aluasi terhadap aktor risiko terjadina hipotensi ortostatik perlu
dilakukan dengan cermat. *edimentosa seperti obat+obat anti hipertensi, diuretik,
antiparkinson, antipsikotik, antidepresan, dan 1asodilatasi dapat menebabkan hipotensi
ortostatik. $eisit cairan juga dapat menebabkan hipotensi ortostatik.#
Bila telah terjadi hipotensi ortostatik, maka atasi aktor risiko ang re1ersibel dan dapat
dilakukan latihan rekondisi untuk memulihkan tekanan darah menjadi normal serta
penggunaan alat seperti stoking elastik pada abdomen dan ekstremitas baah dapat juga
membantu mengatasi hipotensi ortostatik.
d. 3ontraktur 3ontraktur adalah deormitas akibat pemendekan serabut otot akibat imobilisasi pada posisi
non ungsional contohna berbaring lama pada posisi tungkai menekuk, membuka keluar,
atau drop foot .#
Pencegahan kontraktur dapat dilakukan dengan body positioning!stretching seperti mobilisasi
bertahap secara cepat, proper positioning, dan static splinting . Apabila telah terjadi
kontraktur, dapat dilakukan latihan sendi ekstremitas baik secara akti maupun pasi ang
disertai slow stretching minimal # D 2 kali sehari. %tretching dapat ditambahkan dengan terapi
diatermi untuk lebih mempermudah mobilisasi.#
"/ Ins%abi+i%as dan a%uh
?atuh merupakan masalah ang serius pada populasi lanjut usia. 'etiap tahun,
sekitarsepertiga populasi usia usia diatas 65 tahun dan 50" dari populasi diatas 0 tahun pernah
mengalami jatuh. 'etengah dari populasi tersebut mengalami jatuh berulang. 'ekitar 7" dari
populasi di atas 75 tahun masuk ke unit gaat darurat setiap tahun dan lebih dari !0" dari
kunjungan tersebut perlu diraat di rumah sakit.3ejadian lebih banak pada anita daripada pria.
$ata di 3linik aanan ;erpadu 8sia anjut >'8P@ dr. =ipto *angunkusumo (2007)
menunjukkan angka kejadian instabilitas sebesar #&," atau 66# kasus. ngka tersebut mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan data hasil penelitian andaani tahun 200. 3ejadian
instabilitas di di1isi eriatri >'8P@ =ipto *angunkusumo dilaporkan sebesar 2,".20 'elain
gangguan keseimbangan, seiring dengan penuaan juga terjadi penurunan kecepatan berjalansekitar 0,2" per tahun sampai dengan usia 6 tahun. Penurunan kecepatan Penurunan kecepatan
tersebut meningkat sampai dengan #,6" per tahun setelah usia 6 tahun.#
-
8/19/2019 Giant Geriatric
21/43
?atuh dapat menebabkan cedera serius bahkan atal pada lansia dan merupakan penanda
klinis ang penting dalam kondisi frailty ang berhubungan dengan kondisi medis lainna dan
peningkatan tingkat mortalitas ang tidak berhubungan langsung dengan cedera akibat jatuh.
?atuh merupakan penebab kelima kematian pada geriatri. $ampak dari jatuhpun sangat
signiikan mempengaruhi kualitas hidup pada populasi lanjut usia.#
"/1/ a$%o Pesdisosisi dan esii%asi
Penebab jatuh pada geriatri adalah multiaktorial, banak hal ang berkontribusi terhadap
terjadina jatuh. *odel epidemiologi mengenai hubungan host, agen (akti1itas), dan lingkungan
merupakan aktor terjadina insiden jatuh. 'tabilitas, merupakan aktor pencegah jatuh,
bergantung integrasi antara ungsi komponen sensorik, susunan sara pusat, dan eektor
muskuloskeletal. 3omponen tersebut saling o1erlapping dan mengkompensasi satu sama lain,
namun komponen tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi host seperti sistem kardio1askular,
respiratorik, dan metabolik, serta dipengaruhi juga oleh akti1itas dan lingkungan.Akumulasi
perubahan atau gangguan ang mempengaruhi komponen tersebut dapat menjadi aktor
predisposisi terjadina jatuh.'ecara umum, aktor+aktor tersebut dapat dibagi menjadi aktor
intrinsik dan aktor ekstrinsik (ambar 6), #,2!
-
8/19/2019 Giant Geriatric
22/43
FAK TOR
INTRINSI
K
FAK TOR
EKSTRINSIK
JA
TUH
Kon
disimed
isdanneuropsikiatr
ik
Gangguanpenglihat
andanpendengaran
Perubahan
neuromuskular,gait
reeks
postural,
terkaitusia
Ob
atobatan
!latbantu
"an
gkurangtepat
#ingkungan
ambar 6. aktor intrinsik dan ekstrinsik jatuh
Penggunaan obat ang tidak tepat merupakan aktor risiko paling sering menebabkan insiden
jatuh pada geriatri (;abel #&) Beberapa kondisi patologis ang timbul seiring dengan
bertambahna usia dapat memperbesar kemungkinan terjadina instabilitas dan jatuh. Penakitsendi degenerati (terutama di leher, daerah lumbosakral, dan ekstremitas baah) dapat
menebabkan neri, ketidakstabilan sendi, kelemahan otot, serta gangguan neurologis. raktur di
-
8/19/2019 Giant Geriatric
23/43
pangkal paha dan emur dapat menebabkan gaa berjalan ang abnormal dan kurang stabil.
3elemahan otot atau deisit sensori akibat stroke juga dapat menjadi penebab instabilitas. 25
;abel #&. analisis pengaruh jensi obat terhadap risiko jatuh25
olongan obat ?umlah studi #ooled -> &5" =%
Psikotropik
@euroleptik
'edati
Anti depresan
Ben:odia:epin
$iuretik
$igoksinAnti aritmia kelas #A
20
2
2
2
#!
27
###
#,7
#,5
#,5!
#,66
#,!
#,0
#,22#,5&
#,52+#,&7
#,25+#,7&
#,!0+#,70
#,!0+#,&5
#,2+#,77
#,02+#,#6
#,05+#,!2#,02+2,!
'elain aktor risiko ang telah disebutkan, kecelakan ang tidak terduga dan sinkop
mendadak dapat menebabkan insiden jatuh. %nsiden jatuh juga disebabkan gangguan
keseimbangan akibat penakit 1estibular maupun non 1estibular.#,26
angguan keseimbangan dan cara berjalan pada akhirna dapat menebabkan jatuh dan
selanjutna patah tulang ang mengancam naa. $i >uang >aat Akut eriatri >'8P@ dr.
=ipto *angunkusumo (200#) tercatat #5 pasien dari #!6 pasien ang diraat karena instabilitas
dan sering jatuh.$i ruangan ang sama pada tahun #&&&, 2000, dan 200# masing+masing tercatat
sebanak 25, #, dan !2 pasien ang harus diraat karena raktur emur akibat jatuh.#
ipotensi ortostatik juga berperan terhadap kejadian instabilitas dan jatuh. ipotensiortostatik terjadi pada sekitar 20" orang ang berusia 65 tahun atau lebih. ipotensi ortostatik
dapat dipengaruhi oleh obat+obatan, dehidrasi, atau akibat perubahan atau penakit ang
mempengaruhi kontrol otonom tonus 1askular. 'edangkan hipotensi postprandial dapat dicurigai
pada orang ang mengeluh pusing atau jatuh setelah makan. *ereka dengan hipotensi ortostatik
dan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
24/43
b Activities of Daily Living
3ejadian jatuh pada geriatri sulit diprediksi kapan terjadina. 'ekitar 70" insiden jatuh ternata
terjadi pada saat berjalan biasa dirumah, #0" insiden jatuh terjadi pada saat menuruni tangga dan
sekitar 5" pada saat menanjak kursi atau tangga, serta jatuh juga dapat dipicu pada saat pasien
berubah posisi.27
"/!/ Ea+uasi isi$o a%uh
1aluasi risiko jatuh pada lanjut usia dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan isik ang
komprehensi dan sistematis untuk mengidentiikasi semua aktor+aktor predisposisi. Perlu
diperhatikan baha aktor+aktor ang berhubungan dengan kondisi medis pada lanjut usia tidak
khas dan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga menilai semua aspek dan aktor ang
berkontribusi sangat essential. $engan mengindetiikasi aktor+aktor tersebut diharapkan dapat
menurunkan risiko jatuh dengan memodiikasi aktor+aktor tersebut.27
$alam anamnesis perlu diketahui kondisi umum saat ini untuk melihat risiko kasar terjadina jatuh. >iaat jatuh sebelumna termasuk gejala ang mendahuluina, lokasi, situasi sekitar saat
terjatuh perlu juga ditelusuri. 3ondisi medis ang berhubungan dengan risiko jatuh perlu
die1aluasi satu persatu seperti penakit neurologis perlu pemeriksaan keseimbangan, gait, tonus
otot, dan koordinasi. 1aluasi kondisi lain dan inter1ensina dapat dilihat di tabel 2#.27
;abel 2#. aktor predisposisi jatuh dan inter1ensi27
aktor Predisposisi =ontoh inter1ensi
ensoi$
/isual4 tajam penglihatan, persepsi
Pendengaran
$isungsi 1estibular
propriosepti
aa4 usa%
Penakit sara pusat 4 seperti parkinson, @P
$ementia
3us$u+os$e+e%a+
3elemahan otot4 ekstremitas atas dan
baah
Arthropati
angguan kaki4 propiosepti, pola gait
Lain+ain
ipotensi postural
$epresi
*edikamentosa
;ata laksana penakit dasar, koreksi reraksi,
ekstrasi katarak, pencahaaan ang baik ;ata laksana penakit dasar, hearing aid,
mengurangi bising
;ata laksana penakit dasar, latihan
1estibular, hindari obat 1estibulotoksik
;ata laksana penakit dasar, latihan
keseimbangan, koreksi pola berjalan
;ata laksana penakit dasar, isioterapi
;ata laksana penakit dasar, instrumentasi,
ambulansi
;ata laksana penakit dasar, latihan
keseimbangan dan gait
;ata laksana penakit dasar, rehidrasi, hindari
obat pencetus, ele1asi kepala saat tidur
Antidepresan dengan eek antikolinergik
minimal
Penggunaan dosis eekti ang paling
minimal atau dihentikan bila memungkinkan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
25/43
Pada pasien ang mengalami jatuh, diperlukan e1aluasi ang komprehensi terdiri atas
anamnesis ang rinci termasuk riaat jatuh dan riaat medis lainna terutama aktor risiko
terjadina jatuh, pemeriksaan isik, pengkajian cara berjalan dan keseimbangan, pengkajian
terhadap kondisi lingkungan tempat pasien tinggal atau terjatuh, serta pada keadaan tertentu
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium (ambar 7).
Pada insiden jatuh pertama kali, sangat penting untuk mencari mekanisme, situasi, aktu,
lokasi, dan aktor penebab
-
8/19/2019 Giant Geriatric
26/43
$irst
Target
%e&ond Target
Third
Target
$ourth
Target
hipotensi perlu dikaji untuk mencari adana penakit akut seperti pneumonia atau sepsis, inark
miokard, emboli paru, atau perdarahan gastrointestinal. Adana hipotensi postural juga perlu
diaspadai karena selain dapat terjadi pada lansia ang sehat dan tanpa gejala, dapat pula terjadi
pada orang ang mengalami deconditioning akibat imobilisasi berkepanjangan atau mengalami
insuisiensi 1ena. ipotensi postural dapat diakibatkan oleh dehidrasi, kehilangan darah akut, atau
eek samping obat.27,2&
ambar . Pendekatan sistematik tata laksana jatuh
"/"/ Ta%a La$sana 2a%uh
Prinsip dasar tata laksana lansia dengan masalah instabilitas dan jatuh adalah mengkaji serta
mengobati trauma isik akibat jatuh.*orbiditas paling sering dari jatuh adalah raktur pel1is
terutama pada anita dengan osteoporosis, ketidakmampuan untuk bangun tanpa bantuan, dan
kecemasan untuk jatuh kembali serta kehilangan kepercaaan diri.0
?atuh adalah sumber mortalitas dan morbiditas pada lanjut usia ang dapat dicegah. $alammenangani pasien usia lanjut ang mengalami jatuh, ang pertama dilakukan adalah mengobati
jejas isik terlebih dahulu, kemudian menangani kondisi ang mendasarina, mencegah
terulangna jatuh. dukasi dan terapi isik seperti latihan keseimbangan, penguatan otot, alat
bantu, terapi perilaku juga perlu dilakukan. *odiikasi lingkungan juga tidak kalah pentingna,
terutama dalam mencegah terulangna jatuh, seperti alat+alat rumah tangga, urnitur, karpet,
tangga, pencahaaan ang disesuaikan. Pada gambar dapat dilihat pendekatan sistematik
pencegahan insiden jatuh dan raktur pada lanjut usia. Pencegahan terbagi atas empat tahap
aitu40
a. ;arget pertama4 Penatalaksanaan pada insiden jatuh dengan komplikasi raktur panggul.
Perlu adana usaha untuk terus memperbaiki kondisi pada pasien dengan raktur panggultidak stabil baik pada prognosis, aktu operasi, lama peraatan, maupun pencegahan
pasca peraatan.
b. ;arget kedua4 Penatalaksanaan pada insiden jatuh tanpa komplikasi raktur
-
8/19/2019 Giant Geriatric
27/43
$alam menata laksana pasien jatuh, perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu karena
penilaian multidisiplin dalam pencegahan kejadian jatuh berulang akan menurunkan
angka kejadian jatuh di masa ang akan datang. Penilaian multidisiplin pada pasien di
rumah sakit mampu menurunkan risiko kejadian jatuh berikutna pada lansia dengan
jatuh rekuren ang tinggal di komunitas sebesar &".2!3emudahan dalam mengakses
pusat pelaanan harus sangat diperhatikan untuk pencegahan sekunder dan pemantauan
berkala pada pasien geriatri dapat menurunkan risiko jatuh berulang.
*engobati berbagai kondisi ang mendasari instabilitas dan jatuh juga sangat penting
pasca insiden jatuh. *emberikan terapi isik dan edukasi berupa latihan cara berjalan,
penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal ang sesuai, serta mengubah lingkungan
agar lebih aman seperti pencahaaan ang cukup, pegangan, dan lantai ang tidak licin
dapat mencegah terjadi jatuh berulang.20
c. ;arget ketiga4 Penatalaksanan atau inter1ensi aal pada kelompok risiko tinggi.
Perluna identiikasi multiaktor risiko, seperti ang telah disebutkan diatas, pada lanjut
usia kelompok risiko tinggi serta penanganan segera terhadapat aktor+aktor risiko
tersebut. 8ntuk pasien lansia dengan risiko tinggi jatuh dan raktur pangkal paha,
penggunaan hip protector sebaikna dipertimbangkan. *eskipun berbagai studi klinis
dan metaanalisis telah dilakukan, tidak terdapat bukti pasti baha hip protector
mengurangi morbiditas pada pasien jatuh. @amun, pada pasien risiko tinggi ang
menggunakan hip protector , alat tersebut dapat menjadi alat pre1enti ang sederhana dan
relati tidak mahal.2#
d. ;arget keempat4 Pencegahan primer insiden jatuh.
Proses penuaan tidak dapat dicegah, oleh karena itu diperlukan inter1ensi sejak aal
(sebelum masuk usia lanjut) untuk menahan atau mencegah terjadina aktor predisposisi
jatuh. al ini dapat dilakukan dengan meningkatkan akti1itas isik ang sehat,
memodiikasi gaa hidup, dan mengurangi aktor risiko ang berasal dari eksternal.
%nter1ensi pencegahan ini bersiat indi1idual ang tidak dapat disamakan pada setiap pasien.27 3omponen penting ang harus diperhatikan dari tata laksana multidisiplin
adalah olahraga dan latihan untuk memperbaiki deisit keseimbangan, mobilitas, dan
kekuatanI memperbaiki deisit sensorik (penglihatan, pendengaran, 1estibular, dan ungsi
propriosepti)I e1aluasi dan terapi hipotensi posturalI mengkaji dan mengurangi obat+
obatanI menata laksana masalah kakiI serta modiikasi lingkungan dan menggunakan alat
bantu.2!
-lahraga merupakan bagian penting dari strategi pencegahan jatuh. -lahraga tersebut
meliputi latihan kekuatan dan keseimbangan di baah pengaasan terapis isik. $engan
demikian akan memperbaiki rasa percaa diri lansia dan mengurangi rasa takut akan jatuh
sehingga menurunkan angka kejadian jatuh. 'elain itu, lansia juga dapat diajarkan carauntuk bangkit dari lantai setelah jatuh.2!,25,2
/itamin $ dipercaa dapat menurunkan kejadian jatuh dengan meningkatkan kekuatan
otot. @amun, bukti dari # studi dengan 2.##2 partisipan menatakan baha 1itamin $
tidak eekti dalam menurunkan kejadian jatuh pada lansia, dengan kemungkinan
pengecualian bagi mereka ang mengalami deisiensi 1itamin $.2
'tudi illespie, dkk. (200&) mengemukakan baha inter1ensi lingkungan rumah tidak
menurunkan kejadian jatuh (>a> 0,&0I &5" =% 0,7& D #,0 dan >> 0,&I &5" =% 0,0 D
#,00), tetapi eekti bagi mereka dengan gangguan penglihatan berat dan memiliki risiko
jatuh ang lebih tinggi. Penggunaan sepatu anti+slip pada lantai ang licin dapat
mengurangi kejadian jatuh (>a> 0,!2I &5" =% 0,22 D 0,7).2,2&
Beberapa obat+obatan meningkatkan risiko jatuh. Penghentian obat psikotropik secara bertahap serta modiikasi peresepan ang komprehensi oleh dokter pelaanan primer
dapat menurunkan kejadian jatuh, tetapi tidak dengan risiko jatuh. %nter1ensi pemedahan
-
8/19/2019 Giant Geriatric
28/43
juga diuji pada beberapa studi, meskipun dalam jumlah sedikit. asil tinjauan studi
tersebut adalah baha alat pacu jantung untuk orang dengan hipersensiti1itas sinus
karotid dan operasi katarak pada mata ang terkena dapat menurunkan kejadian jatuh
pada lansia.2,2&
:/ Penuunan in%e+e$%ua+ (de+iiu* dan de*ensia)
$elirium dan demensia dapat ditemukan pada usia lanjut, pada keduana didapatkan penurunan
ungsi kogniti. $elirium bersiat re1ersibel, sedangkan demensia progresi. 3eduana dapat
saling tumpang tindih dimana usia lanjut rentan mengalami delirium pada setiap kondisi medis
akut.
$elirium dan demensia dapat dibedakan dari4
$elirium $emensia
-nset Akut, mendadak, sering muncul pada
malam hari
Perlahan, progresi
Perjalanan luktuati, dengan inter1al lucidumumna pada pagi hari
8mumna stabil progresi
$urasi ?am D minggu Bulan D tahun
3easpadaan *enurun Baik
Atensi *enurun< meningkat, mudah
dialihkan, berluktuasi
Biasana normal (pada saat aal)
-rientasi Biasana terganggu untuk aktu,
tempat dan orang
'eringkali terganggu
*emori ;erganggu untuk jangka pendek dan
menengah
;erganggu dari jangka sangat pendek
hingga jangka panjang (seiring
dengan progresi1itas)
Proses berpikir $isorganisasi 3emampuan berpikir menurunPersepsi %lusi dan halusinasi, cukup sering Biasana normal
Bicara %nkoheren, tidak lancar, lambat atau
cepat
3esulitan menemukan kata+kata
'iklus tidur+
bangun
'elalu terganggu ;erragmen
Penakit isik,
keracunan obat
$idapatkan 'eringkali tidak ada, umumna
penakit Al:heimer
ambar &. 3arakteristik perjalanan demensia karena penakit Al:heimer dan demensia 1askuler
(multi+inark) dan perbedaana dengan delirium (9attis and =urran, 200&)
-
8/19/2019 Giant Geriatric
29/43
:/1/ De+iiu*
$elirium merupakan kondisi dimana terjadi luktuasi akut dari kesadaran, atensi, dan kogniti.
$elirium merupakan penebab ang sering, serius, berpotensi menebabkan morbiditas dan
mortalis pada lanjut usia namun delirium juga merupakan gangguan ang dapat dicegah atau
re1ersibel. Pre1alensi delirium (studi %noue. 2006) pada pasien ang masuk rumah sakit sekitar #!+2!" dan inisiden terjadina delirium di rumah sakit 6 hingga 56 ".$elirium juga terjadi pada
#5+5" pada pasien lansia pasca operasi dan 70+7" pada pasien di unit peraatan intensi. #+5
'edangkan pre1alensi sindrom delirium Pre1alensi sindrom delirium di ruang raat akut geriatri
>'=* pada tahun 200! adalah sebesar 2", sedangkan insidensna mencapai #7" pada pasien
ang sedang diraat inap.6
'elain itu, tingkat mortalitas pasien dengan sindrom delirium sebesar 22 D 76". Angka
tersebut sama tinggi dengan tingkat mortalitas ang berhubungan dengan inark miokard akut atau
sepsis.!,5
$elirium sebelumna dianggap kondisi ang bersiat transien dan re1ersibel, namun
berdasarkan studi delirium dapat persisten.7, $urasi delirium lebih dari 0 hari merupakan
tipikal pada pasien lanjut usia dan terjadi pemanjangan ase transisional ang ditandai gangguan
kogniti, aekti, dan perilaku. Bahkan 20" pasien memerlukan 6 bulan untuk pulih dari
delirium.7
:/1/1/Dianosis
$iagnosis delirium sering menggunakan kriteria Diagnostic and %tatictical anual +ersion
"+ ($'*+%/) oleh American #sychiatric Association2 $alam $'*+%/, disebutkan kriteria
diagnosis untuk delirium adalah4!+6,&
• angguan kesadaran disertai dengan menurunna kemampuan untuk memusatkan,
mempertahankan, dan merubah perhatian
• Perubahan kogniti seperti deisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi ang tidak berkaitan dengan demensia sebelumna,ang sedang berjalan atau memberat
• Perkembangan dari gangguan selama eriode aktu ang singkat (umumna jam sampai
hari) dan kecenderungan untuk berluktuasi dalam perjalanan harianna
• Bukti dari riaat, pemeriksaan isik atau temuan laboratorium, baha gangguan tersebut
disebabkan oleh4 (a) kondisi medis umum, (b) intoksikasi, eek samping, putus obat dari
suatu substansi
'elain kriteria diagnosis berdasarkan $'*+%/, dapat juga menggunakan algoritma /he
&onfusion Assessment ethod (=A*). =A* merupakan metode standarisasi sehingga
memungkinkan identiikasi demensia dengan lebih cepat dan akurat. Algoritma =A* (;abel 22)
memiliki sensiti1itas &!+#00", spesiisitas &0+&5", nilai prediksi positi +&!", dan nilai prediksi
negati &0+#00" dalam menentukan delirium.!0,!#
;abel 22. Algoritma kriteria diagnostik delirium berdasarkan =A*.25,!#
3riteria #. -nset akut dan adana luktuasi
3riteria ini dapat didapatkan dengan anamnesis dari pihak keluarga dengan pertanaan4 adakah
perubahan status mental
-
8/19/2019 Giant Geriatric
30/43
3riteria ini dapat didapatkan dengan pertanaan4 Apakah pasien terdapat inkoherensi dalam
percakapanM Apakah terdapat pemikiran
-
8/19/2019 Giant Geriatric
31/43
• >iaat stroke
• Penakit neurologi
• angguan metabolik
• raktur atau trauma
• Penakit terminal
• %neksi %/
• Peraatan %=8
• Penggunaan kateter
• Penggunaan prosedur multipel
• @eri
• 'tres emosional
angguan tidur ang berkepanjangan
:/1/!/Peneahan
Pencegahan primer, sebelum terjadina delirium, merupakan strategi paling eekti mencegah
terjadina delirium dan komplikasina. -leh karena itu, identiikasi dan inter1ensi aktor+aktor
risiko terjadina delirium harus dilakukan secara cermat dan secepatna. Pada sebuah >=; !,5,!!
mengemukakan baha pencegahan primer terhadap aktor risiko dapat menurunkan !0" risiko
terjadina delirioum.;abel memperlihatkan aktor risiko terjadina delirium beserta inter1ensi
untuk mencegahna.
;abel 2!. aktor risiko delirium dan inter1ensi25
aktor >isiko Program inter1ensi
angguan kogniti
angguan tidur
%mobilisasi
*edikasi
angguan penglihatan dan
pendengaran
$ehidrasi
Program rehabilitasi akti
Program orientasi realitas
'trategi reduksi tingkat kebisingan
Pengaturan jadal pemberian obat pada malam hari
*obilisasi dini
%nstrumentasi alat bantu
Penggunaan dan pengaturan obat ang rasional
Program terapi nonarmakologisPerbaikan kondisi penglihatan dan pendengaran baik
terapi kausal maupun alat bantu
'elalu menjaga status hidrasi dengan baik
:/1/"/Ta%a La$sana
:/1/"/1/ Teai non4a*a$o+oi
Pada delirium, penatalaksanaan dititikberatkan pada penebab dasarna. Penatalaksanaan non
armakologis harus dilakukan pada setiap pasien delirium.;ata laksana ang dapat diberikan pada
pasien dengan delirium adalah melindungi jalan napas, memelihara status hidrasi dan nutrisi,
memobilisasi pasien untuk mencegah ulkus dekubitus dan trombosis 1ena dalam, serta membantu
pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari+hari.5
%nter1ensi lingkungan dan sosial merupakan terapi nonarmakologi ang sangat penting
setelah pasien stabil. ;ata laksana tersebut termasuk inter1ensi perilaku dan reorientasi seperti
meningkatkan peran keluarga, penggunaan asisten, dan memodiikasi aktor+aktor sehingga
mudah menjalankan ungsi sehari+hari dan mudah untuk disuper1isi. *eningkatkan kepercaaan
diri dan status ungsional dalam akti1itas sehari+hari sangat perlu dilakukan.
:/1/"/!/ Teai 4a*a$o+oi
;ata laksana terapi armakologi membutuhkan pertimbangan ang sangat hati+hati antara ris-
benefit antara eekti1itas pengobatan dengan eek samping. Penatalaksanaan armakologis
ditujukan hana pada pasien ang agitasi atau membahaakan baik pasien sendiri maupun orang
lain. Perlu ditekankan baha penggunaan obat untuk delirium adalah obat ang memiliki eek
psikoakti ang dapat mempengaruhi delirium juga. -leh karena itu, penggunaan obat harus
menggunakan dosis eekti ang minimal dengan durasi sependek+pendekna.
-
8/19/2019 Giant Geriatric
32/43
Antipsikotik merupakan dasar terapi armakologi sindrom delirium. @euroleptik memperbaiki
gejala, eekti pada pasien dengan gambaran klinis hiperakti atau hipoakti, dan umumna dapat
memperbaiki ungsi kogniti. *ula kerja obat ini cepat, perbaikan biasana terjadi dalam
beberapa jam atau hari.
3lorproma:in, droperidol, dan haloperidol memiliki eektiitas ang sama, tetapi haloperidol
memiliki kelebihan karena memiliki metabolit akti ang lebih sedikit, eek antikolinergik terbatas, serta eek sedati dan hipotensi ang ringan. *eskipun penggunaan obat antipsikotik
potensi tinggi seperti haloperidol dapat meningkatkan risiko eek samping ekstrapiramidal, tetapi
insidens ang dilaporkan rendah. Bila keadaan memungkinkan, pemberian haloperidol secara
intra1ena paling disarankan karena onset cepat dengan durasi pendek dibandingkan intramuskular.
Pemberian haloperidol intra1ena lebih jarang menimbulan eek samping ekstrapiramidal pada
pasien dengan sindrom delirium. 'edangkan droperidol lebih baik digunakan bila membutuhkan
mula kerja ang lebih cepat atau eek sedasi ang lebih besar. Pimo:ide merupakan antagonis
kalsium ang kuat dan lebih sesuai untuk tata laksana delirium ang diserta hiperkalsemia.
-lan:apin dan risperidon dapat digunakan untuk kasus sindrom delirium ang tidak terkontrol.
-bat ini memiliki eek sedasi ringan dan eek samping ekstrapiramidal ang lebih jarang. @amun,
obat ini hana tersedia dalam bentuk oral dan manaat penggunaanna dalam terapi jangka
pendek sindrom delirium masih belum jelas.!5
aloperidol diberikan 0,5 sampai # mg parenteral atau oral, diulang tiap 20+0 menit setelah
semua tanda 1ital diperiksa. Endpoint pemberian haloperidol adalah pasien dalam keadaan sadar
dan stabil bukan dalam keadaan sedasi. Pasien geriatri ang belum pernah mendapatkan obat
antipsikotik sebelumna loading dose tidak boleh melebihi +5 mg.#,2
Pada studi onergan, dkk (200&) menatakan baha tidak terdapat bukti baha haloperidol
dosis rendah (J,0 mg per hari) memiliki eekti1itas ang berbeda bila dibandingkan dengan
antipsikotik atipikal olan:apin dan risperidon dalam menata laksana sindrom delirium. 'elain itu,
haloperidol dosis rendah juga tidak menebabkan insidens eek samping ang lebih besar
dibandingkan dengan olan:apin dan risperidon.!6
Ben:odia:epin tidak direkomendasikan untuk terapi delirium karena terdapat risiko
o1ersedasi, depresi pernapasan, dan eksarsebasi status konusional. ;etapi mereka tetap sebagai
obat pilihan untuk terapi withdrawal syndrome dari alkohol dan obat sedasi+hipnotik.
Ben:odia:epin juga digunakan sebagai terapi aju1an bagi pasien ang tidak dapat mentoleransi
obat+obat antipsikotik karena dapat diberikan dosis ang lebih rendah. 8ntuk pasien lanjut usia,
lora:epammerupakan agen rekomendasi karena memiliki mula kerja cepat, durasi pendek, tidak
mempunai metabolit akti ang besar, dan bentuk parenteral. ora:epam dapat diberikan dengan
dosis aal 0,5+#,0 mg dapat dinaikan hingga 2 mg secara intra1ena atau intramuskular tiap empat
jam.25,!5
:/!/ De*ensia
$emensia merupakansindrom penurunan ungsi mental global dan progresi ang cukup berat
sehingga mempengaruhi akti1itas kehidupan sehari+hari dan ungsi sosialna. $emensia
merupakan masalah besar dan serius ang dihadapi oleh negara+negara maju, dan telah menjadi
masalah kesehatan ang mulai muncul di negara berkembang seperti %ndonesia. al ini
disebabkan makin meningkatna penakit+penakit degenerati serta makin meningkatna usia
harapan hidup hampir di seluruh dunia.
'ebagian besar demensia ire1ersibel, hana 5" ang dapat re1ersibel. Angka kejadian
demensia meningkat seiring dengan pertambahan usia, jarang sekali didapatkan pada usia J 65
tahun, tetapi pada usia C 5 tahun dapat di atas 20". 'tudi pre1alensi menunjukkan baha pada
populasi berusia lebih dari 65 tahun di Amerika 'erikat, persentase orang dengan penakitAl:heimer (penebab terbana demensia) meningkat dua kali lipat setiap penambahan umur 5
tahun. ;anpa pencegahan dan pengobatan ang memadai, jumlah pasien dengan penakit
-
8/19/2019 Giant Geriatric
33/43
Al:heimer di Amerika 'erikat meningkat dari !,5 juta pada tahun 2000 menjadi #,2 juta orang
pada tahun 2050.tanti 'edangkan di klinik geriatri >'8P@ =ipto *angunkusumo pada tahun
2007 didapatkan #50 kasus demensia.#
ejala dari demensia ber1ariasi antara lain penurunan daa ingat (terutama memori jangka
pendek), disorientasi aktu dan tempat, gangguan dalam berbahasa, perubahan perilaku dan aek,
perubahan kepribadian, dan menurunna kemampuan melaksanakan akti1itas sehari+hari.$emensia pada geriatri terdiri atas demensia re1ersibel atau re1ersibel parsial dan ire1ersibel. #
$emensia re1ersibel.
:/!/1/E%io+oi
Beberapa aktor risiko
-
8/19/2019 Giant Geriatric
34/43
"nstitute of eurogical and &ommunicative Disorder (@%@=$') dan /he Al0heimer4s Disease and
$elated Disorder Association (A$>$A). 3riteria tersebut dapat dilihat pada tabel 27.
;abel 26. 3riteria $iagnosis $emensia50
A *unculna deisit kogniti multipel ang bermaniestasi pada kedua gangguan berikut4
#. angguan memori ketidakmampuan untuk mempelajari inormasi baru atau untuk
mengingat inormasi ang baru saja dipelajari
2. 'atu atau lebih gangguan kogniti di baah ini4
a. Aasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan akti1itas motorik alaupun ungsi motorik
masih normal)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentiikasi benda alaupun ungsi
sensorik masih normal)
d. angguan ungsi eksekuti (seperti merencanakan, mengorganisasi, berpikir runut, berpikir
abstrak)
B $eisit kogniti ang terdapat pada kriteria A# dan A2 menebabkan gangguan bermakna
pada ungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan ang bermakna dari ungsisebelumna. $eisit ang terjadi bukan terjadi khusus saat timbulna delirium.
;abel 27. 3riteria diagnosis penakit Al:heimer 50
#. 3riteria diagnosis klinis untuk probable penakit Al:heimer mencakup4
+ $emensia ang ditegakkan oleh pemeriksaan klinis dan tercatat dengan pemeriksaan ini
ental /est , 3lesse Dementia %cale, atau pemeriksaan sejenis dan dikonirmasi dengan tes
neuropsikologis
+ $eisit pada dua atau lebih area kogniti
+ ;idak ada gangguan kesadaran
+ Aitan antara !0 dan &0 tahun, umumna setelah umur 65 tahun
+ ;idak ada kelainan sistemik atau penakit otak lain ang dapat menebabkan deisit progresi
pada memori dan kogniti
2.
$iagnosis probable penakit Al:heimer didukung oleh4
+ Penurunan progresi ungsi kogniti spesiik seperti aasia, apraksia, dan agnosia
+ angguan akti1itas hidup sehari+hari dan perubahan pola perilaku
+ >iaat keluarga dengan gangguan ang sama, terutama bila sudah dikonirmasi secara
neuropatologi
+ asil laboratorium ang menunjukkan4
a. Pungsi lumbal normal ang die1aluasi dengan teknik standar b. Pola normal atau perubahan non+spesiik pada seperti peningkatan akti1itas slow wave
c. Bukti adana atroi otak pada pemeriksaan =; ang progresi dan terdokumentasi oleh
pemeriksaan serial
. ambaran klinis ang konsisten dengan diagnosis probable penakit Al:heimer setelah
mengeksklusi penebab demensia selain penakit Al:heimer4
+ Perjalanan penakit ang progresi namun lambat
+ ejala+gejala ang berhubungan seperti depresi, insomnia, inkontinensia, delusi, halusinasi,
1erbal katastroik, emosional, gangguan seksual, dan penurunan berat badan
+ Abnormalitas neurologis pada beberapa pasien, terutama pada penakit tahap lanjut seperti
peningkatan tonus otot, mioklonus, dan gangguan melangkah
+ 3ejang pada penakit lanjut+ Pemeriksaan =; normal untuk usiana
-
8/19/2019 Giant Geriatric
35/43
!. ambaran ang membuat diagnosis probable penakit Al:heimer menjadi tidak cocok adalah4
+ Aitan ang mendadak dan apolectic
+ ;erdapat deisit neurologis okal seperti hemiparesis, gangguan sensorik, deisit lapang
pandang, dan inkoordinasi pada tahap aal penakitI dan kejang atau gangguan melangkah
pada saat aitan atau tahap aal perjalanan penakit.
5. $iagnosis possible penakti Al:heimer4
+ $ibuat berdasarkan adana sindrom demensia tanpa adana gangguan neurologis, psikiatrik,
atau sistemik lain ang dapat menebabkan demensia dan adana 1ariasi pada aitan, gejala
klinis atau perjalanan penakit
+ $ibuat berdasarkan adana gangguan otak atau sistemik sekunder ang cukup untuk
menebabkan demensia, namun penebab primerna bukan merupakan penebab demensia
6. 3riteria untuk definite penakit Al:heimer adalah4
+ 3riteria klinis untuk probable penakit Al:heimer
+ Bukti histopatologi ang didapat dari biopsi atau otopsi
7. 3lasiikasi penakit Al:heimer untuk tujuan penelitian dilakukan bila terdapat gambarankhusus ang mungkin merupakan subtipe penakit Al:heimer seperti4
+ Banak anggota keluarga ang mengalami hal ang sama
+ Aitan sebelum usia 65 tahun
+ Adana trisomi 2#
+ ;erjadi bersamaan dengan kondisi lain ang rele1an seperti penakit Parkinson
:/!/"/Ea+uasi De*ensia
$alam menge1aluasi pasien demensia perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan isik, dan
pemeriksaan penunjang dengan cermat. $okter harus melakukan anamnesis pada keluarga atau
pelaku raat pasien. Pertama perlu ditanakan adalah aktu munculna gejala, selanjutna
tanakan riaat keluarga ang demensia, trauma kepala, riaat jatuh, penggunaan alkohol,kelemahan okal, gangguan berjalan, serta riaat pengobatan secara lengkap (;abel 2).
*engidentiikasi aktor risiko
-
8/19/2019 Giant Geriatric
36/43
• ungsi ang terganggu
• ejala psikologis terkait (depresi, kecemasan, gelisah, paranoid, gangguan proses
berpikir)
*asalah khusus
• NberkeliaranO (dan hilang)
• Berkendara dan kecelakaan
• Perilaku ang mengganggu dan membahaakan diri sendiri
• Agitasi 1erbal
• Agresi isik
• %nsomnia
• igiene ang buruk
• *alnutrisi
• %nkontinensia
@ilai situasi sosial
• Living arrangements
• $ukungan social
• 3etersediaan keluarga atau orang ang meraat
• 3esehatan dari orang ang meraat
3ondisi medis saat ini
>iaat keluarga dengan demensia
>iaat jatuh dan trauma kepala
-bat+obatan ang dikonsumsi (termasuk obat -;=)
>iaat kardio1askular dan neurologi
Pendekatan klinis demensia juga mencakup pemeriksaan isik dan neurologis ang
komprehensi. Pemeriksaan terutama dilakukan untuk melihat kelemahan okal, gangguan
berjalan, gangguan berbahasa, serta mencari tanda+tanda ekstrapiramidal seperti rigiditas, tremor,dan bradikinesia. 'tatus ungsional pasien pun perlu dinilai dengan menanakan akti1itas pasien
seperti apakah pasien masih bisa mandi, berpakaian, ke toilet, serta melakukan akti1itas sedang
seperti mengatur keuangan, memasak, dan berbelanja. 'elain menilai status ungsional, seorang
dokter perlu pula menge1aluasi status mental pasien dengan menggunakan *ini+=og,
menebutkan nama+nama binatang dalam satu menit, **', 1eriatric Depression %cale, dan
P+&.5# Penilaian status mental meliputi4 derajat kesadaran, perilaku dan penampakan
umum, orientasi, daa ingat (jangka pendek dan jangka panjang), kemampuan berbahasa,
ungsi 1isuospasial, ungsi pengendalian eksekusi, ungsi kogniti lain, tilikan dan
penilian, isi pikiran, aek dan emosi.
Pemeriksaan penunjang tidak selalu dilakukan pada pasien dengan demensia. Beberapa
pemeriksaan ang dapat dilakukan seperti memeriksa darah perier lengkap, ungsi hati dan ginjal,serta elektrolit (;abel 2&). $apat pula dilakukan pemeriksaan neuroimaging (*>% atau =; scan
otak). 3emungkinan ditemukanna lesi struktural akan meningkat pada pasien dengan usia J60
tahun, adana tanda atau gejala neurologi okal ang tidak dapat dijelaskan, onset tiba+tiba atau
penurunan ungsi kogniti dengan cepat (dalam beberapa minggu sampai bulan), serta adana
kondisi predisposisi seperti metastasis kanker atau penggunaan antikoagulan.!7,5#
;abel 2&. 1aluasi pemeriksaan penunjang pasien demensia
Pemeriksaan darah
• $arah perier lengkap termasuk laju endap darah
•ula darah
• 8rea dan elektrolit (termasuk kalsium dan osat)
• Pemeriksaan ungsi li1er
-
8/19/2019 Giant Geriatric
37/43
• ;'
• /itamin B#2 dan olat
• Pemeriksaan serologis siilisQ
• Antibodi %/Q
'tudi radiograi
• =; atau *>% kepala
• P;QQ
QPada pasien dengan risiko
QQebih sering pada penelitian
'elain itu, perlu die1aluasi dengan cerma adana gangguan mental atau perilaku ang
menertai demensia. angguan mental dan perilaku muncul pada lebih dari setengah pasien
geriatri dengan demensia. ejala+gejala gangguan dapat dilihat tabel 0.52
;abel 0. Pre1alensi gangguan perilaku ang menertai pasien demensia
Apatis
$epresi (1askular C Al:heimer)
Agitasi
%ritabilitas
$elusi (Al:heimer C 1askular)
Ansietas
alusinasi
25"
2!"
2!"
20"
#"
#7"
#!"
:/!/:/Ta%a +a$sana
;ujuan utama tata laksana demensia adalah memperbaiki kualitas hidup serta memaksimalkan
ungsi sosial dengan meningkatkan ungsi kogniti dan memantau mood serta perilaku pasien.!7
Pada penebab demensia re1ersibel,pasien ditata laksana sesuai dengan penakit dasarna.
Pada pasien dengan demensia dengan penakit spesiik seperti parkinson, selain pengobatan
demensiana itu sendiri juga ditata laksana spesisik sesuai penakitna.Pada demensia,
penatalaksanaanna terdiri dari armakologis dan non+armakologis.!7
:/!/:/1/ Teai 4a*a$o+oi
;ata laksana armakologi pada pasien demensia lebih bersiat mencegah progresiitas,
simptomatik, dan bersiat paliatia, tidak dapat mencegah terjadina demensia. $alam tata
laksana pasien demensia harus berdasarkan pada tiga pendekatan, aituI
#. *emberikan obat ang dapat meningkatkan ungsi kogniti
2. ;ata laksana depresi ang terjadi bersamaan dengan demensia. ;ata laksana gangguan perilaku akibat demensia seperti paranoid, delusi, psikosis, serta
agitasi (1erbal dan isik)
Penggunaan antipsikotik untuk mengobati gejala+gejala neuropsikiatri pada pasien demensia
sangat kontro1ersial ('ink, dkk. 2005I 9ang, dkk. 2005). ;erapi armakologi primer untuk
menata laksana penakit Al:heimer adalah dengan menggunakan penghambat kolinesterase.
ekti1itas obat ini dalam memperbaiki ungsi dan kualitas hidup masih kontro1ersi, dan
manaat potensial obat tersebut terhadap risiko dan biaa ang dikeluarkan harus
dipertimbangkan dengan baik pada setiap pasien. Beberapa bukti penelitian menatakan baha
penghambat kolinesterase memiliki manaat untuk mengobati demensia multi+inark dan
demensia dengan Lewy bodies. ;erdapat empat obat penghambat kolinesterase ang telah
disetujui oleh % 6ood and Drug Administration ($A), aitu tacrine, donepe:il, ri1astigmin,
dan galantamin. 'tudi klinis terkontrol acak menebutkan baha penghambat kolinesterasememiliki eek positi terhadap ungsi kogniti serta dapat memperbaiki atau mencegah
penurunan ungsi pada pasien.
-
8/19/2019 Giant Geriatric
38/43
;acrine bersiat hepatotoksik sehingga jarang digunakan. Penghambat kolinesterase
memiliki eek samping gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare.!7,50 'ebuah studi juga
menebutkan baha penambahan 1itamin pada donepe:il tidak berpengaruh pada pasien
dengan gangguan kogniti ringan (Peterson, dkk. 2005). -bat penghambat kolinesterase juga
digunakan untuk terapi gejala perubahan perilaku ang berkaitan dengan demensia, tetapi salah
satu studi terhadap donepe:il gagal membuktikan eekti1itas hal tersebut (oard, dkk.
2007).!7 -bat lain ang juga telah disetujui oleh $A sebagai terapi demensia adalah
memantin, suatu antagonis @+metil+$+aspartat. ek terapina diduga melalui pengaruhna
pada glutaminergic ecitotoicity dan ungsi neuron di hipokampus.50 Pemberian memantin
pada demensia sedang sampai berat memiliki eekti1itas sedang bila dibandingkan dengan
plasebo, baik sebagai monoterapi maupun kombinasi dengan donepe:il.!
-bat+obatan lain seperti estrogen (pada anita), 1itamin , ginkgo biloba, dan @'A%$ telah
digunakan untuk mencegah demensia. @amun, tidak terdapat bukti baha obat+obat tersebut
eekti dalam mencegah atau menata laksana demensia. 'elain itu, suplementasi 1itamin B#2,
B6, atau asam olat tidak terbukti mampu memperbaiki ungsi kogniti pasien (Balk, dkk.
2007).!7
'tudi lain pun dilakukan oleh /eld, dkk (200#) pada subjek berusia 55 tahun atau lebih
tanpa demensia. asil studi tersebut menatakan baha penggunaan @'A%$ jangka panjangdapat mengurangi risiko terjadina penakit Al:heimer, tetapi tidak mengurangi risiko
terjadina demensia 1askular.5
-bat+obatan pada pasien demensia4
?enis obat $osis inisiasi $osis akhir
Antikolinesterase
$onepe:il
>i1astigmine
alantamine
Anti oksidan
'elegiline
R+;okoerolain+lain
1ingo biloba
# H 5 mg
2 H #,5 mg
2 H ! mg
# H 5 mg
# H 0 %8
# H 60
# H #0 mg
2 H 6 mg
2 H #6 mg
# H 5 mg
# H #000 %8
# H 60
:/!/:/!/ Teai non4a*a$o+oi
;erapi nonarmakologi pada pasien demensia dapat memperbaiki ungsi secara keseluruhan.
;arget tata laksana non armakologis bertujuan mengoptimalisasi ungsi kogniti, mental, isik,
dan akti1itas sehari+hari. %nter1ensi ang dapat diberikan ber1ariasi mulai dari perubahan
lingkungan, rehabilitasi dan resosialisasi, menggunakan alat bantu pengingat, menghindari
pekerjaan ang penuh tekanan, menediakan inormasi, dukungan nutrisi ang baik, dan
pelaanan konseling.!7
Agitasi, halusinasi, delusi, dan kebingungan (confusion) seringkali sulit ditata laksanadan menjadi alasan utama memasukkan seorang lansia dengan demensia ke panti erdha atau
ruang raat geriatri. 'ebelum memberikan obat untuk berbagai gangguan perilaku tersebut,
harus disingkirkan aktor lingkungan atau metabolik ang mungkin dapat dikoreksi atau
dimodiikasi. %mobilisasi, asupan makanan ang kurang, neri, konstipasi, ineksi, dan
intoksikasi obat adalah beberapa aktor ang dapat mencetuskan gangguan perilaku.
$alam mengelola pasien dengan demensia, perlu pula diperhatikan upaa+upaa
mempertahankan kondisi isik pasien. 'eiring dengan progresi demensia, maka banak sekali
komplikasi ang akan muncul seperti pneumonia dan ineksi saluran napas atas, septikemia,
ulus dekubitus, raktur, dan berbagai masalah nutrisi. 3ondisi+kondisi ini terkadang merupakan
sebab utama kematian pasien dengan demensia sehingga pencegahan dan penatalaksanaan
menjadi sangat penting. Pada stadium aal penakit, seorang dokter harus mengusahakan berbagai akti1itas dalam rangka mempertahankan status kesehatan pasien seperti melakukan
olahraga, pengolahan nutrisi ang baik, mengendalikan penakit penerta seperti hipertensi dan
$*, imunisasi terhadap pneumokok dan inluen:a, memperhatikan higiene dan sanitasi pribadi
-
8/19/2019 Giant Geriatric
39/43
pasien, serta mengupaakan kacamata dan alat bantu dengar bila terdapat gangguan penglihatan
atau pendengaran. Pada ase lanjut demensia, merupakan hal ang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi, hidrasi, mobilisasi, dan peraatan kulit untuk
mencegah ulkus dekubitus. Sang juga sangat penting dalam pengelolaan paripurna pasien
demensia adalah kerja sama ang baik antara dokter dengan pelaku raat.50
-
8/19/2019 Giant Geriatric
40/43
PENUTUP
esi*u+an
Populasi geriatri dengan segala karakteristik khasna akan meningkat seiring dengan peningkatan
usia harapan hidup, baik di %ndonesia maupun di dunia. Peningkatan jumlah populasi geriatri
menebabkan semakin meningkatna masalah isik, psikologis, dan sosial ang terkait dengan
proses bertambahna usia. $iantara permasalahan tersebut, terdapat 1eriatric 1iants, empat
masalah utama ang meningkatkan morbiditas, mortalitas dan ungsi pasien geriatri ang dapat
dicegah, ang perlu menjadi okus utama dalam penatalaksanaan pada pasien geriatri.
Penatalaksanaan 1eriatric1iants merupakan tantangan bagi bidang kesehatan masarakat. -leh
karena itu, diperlukan pendekatan paripurna pasien geriatri sebagai e1aluasi multidimensi
terhadap berbagai permasalahan pada pasien geriatri. 'ehingga pasien geriatri dapat mencapai
derajat kesehatan ang optimal dan meningkatkan kualitas hidup.
#. Bagaimana agar kualitas hidup usia lanjut tetap baik, adalah tantangan bagi bidang kesehatan
masarakat.
2. Beberapa kondisi ang sering ditemukan pada geriatri adalah4
a. %nkontinensia
b. %mobilisasi
c. %nstabilitas dan jatuh
d. angguan %ntelektual (delirium dan demensia)
. ;atalaksana ang optimal terhadap kondisi di atas dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
!. ;atalaksana tidak hana dititikberatkan pada armakologis, tetapi juga non+armakologis
termasuk penesuaian lingkungan.
-
8/19/2019 Giant Geriatric
41/43
Da4%a Pus%a$a
#. 'etiati '. Pengenalan dan Pemahaman 'indrom eriatri. $alam4 *akalah 9orkshop
Pendekatan 3linik dan ;ata aksana Paripurna Pasien eriatri ;ahap $asar. 200&.
2. $ei 'S, $anardi, $harmono ', eriaan =, Aries 9, Ariaan %. aktor >isiko ang
Berperan terhadap ;erjadina $epresi pada Pasien eriatri ang $iraat di >' dr. =ipto*angunkusumo. =ermin $unia 3edokteran. 2007I#564##7+2
. 3ane, >obert , ?oseph . -uslander, %tamar B. Abrass, Barbara >esnick. 200&. ssentials o
=linical eriatrics 6th dition. *craill =o.
!. ried, inda P. 2000. pidemiolog o Aging. pidemiologic >e1ie /ol. 22 @o. #
5. 'il1a, aroldo, %rina *. =onbo. 200. Aging and stemcell reneal. 'tembook
6. $armojo, >, Boedhi. 200!. $emograi dan pidemiologi Populasi anjut 8sia dalam Buku
Ajar eriatri disi ke+. Balai Penerbit 38%
7. =ooper, @icole, raham *ulle. 200&. %ntroducing eriatric *edicine in AB= o eriatric
*edicine. Blackell Publishing
. Burns, ileen, Anne 'iddle. 200&. 8rinar %ncontinence in AB= o eriatric *edicine.
Blackell Publishing&. =hutka, $arrl . 3e1in =. leming, *ar P. 1ans, ?onathan *. 1ans, 3aren . Andres.
#&&6. 8rinar incontinence in elderl population. *ao =linic Proceeding /ol. 7# page &+
#0#
#0. @oriuki @akanisihi, 3o:o ;atara, umiaki 'hinsho, 'higeki *urakami, ;oshio ;akatorige,
ideki ukuda, 3a:ue @akajima, iromie @aramura. #&&&. *ortait in relation to urinar
and ecal incontinenc in elderl people li1ing at home. Age and Ageing @o. 2 page 0#+6
##. >esnick @*. /oiding $sunction in the lderl. %n4 Salla '/, *cuire ?, Blai1as ?, eds.
@eurourolog and 8rodnamics4 Principles and Practice. @e Sork4*acmillanI #&40+0
#2. Brocklehurst ?=, $illane ?B, riiths , r ?. ;he Pre1alence and 'mptomatolog o
8rinar %nection in an Aged Population. 1erontol &lin. #&6I#042!2+5
#. >obinson ?*. 1aluation o methods or assesment o bladder and urethral unction. %n4Brocklehurst ?=,ed. 8rolog in ;he lderl. @e Sork4 =hurchill i1ingstoneI#&!4#&+5!
#!. 1erett =. ;he use o bethanechol chloride ith tricclic antidepressants. Am ? Pschiatr.
#&75I#24#202+0!
#5. *arshall ?, Bee1ers $. Alpha adrenoceptor blocking drugs and emale urinar
incontinence4 pre1alence and re1ersibilit. Br ? =lin Pharmacol. #&&6I!24507+0&
#6. >esnick @*, *arcantonio >. o should clinical care o the aged dierM
ancet.#&&7I504##57+5
#7. rank, =hristopher, Agata ':lanta. 20#0. -ice management o urinar incontinence among
older patients. =anadian amil Phsician @o. 56 p. ###5+20
#. >esnick @*, Brandeis , Baumann **, *orris ?@. 1aluating a national assessment
strateg or urinar incontinence in nursing home residents4 reliabilit o the minimum data
set and 1alidit o resident assessment protocol. @eurourol 8rodn. #&&6I#545+&
#&. ubbard, >uth , amonn eles, 3enneth >ockood. 20#0. %mpaired mobilit in
BrocklehurstTs ;eHtbook o eriatric *edicine and erontolog 7th d. 'aunders =o
20. acut, 3arine, regoire e al, $ominiUue *ottier. 200. Primar pre1ention o 1enous
thromboembolism in elderl medical patients. =linical %nter1entions in Agng /ol. @o.
page &&+!##
2#. Patel 3, =hun ?. $eep /enous ;hrombosis. http4ochon. 2006. Pre1enting Pressure 8lcers4 a
ssematic re1ie. ?A*A /ol. 2&6
-
8/19/2019 Giant Geriatric
42/43
2!. 'tudenski, 'tephanie A. 20#0. alls in BrocklehurstTs ;eHtbook o eriatric *edicine and
erontolog 7th d. 'aunders =o
25. =assel =3, eip:ig >*, =ohen ?, arson B, *eier $. eriantric *edicine4 1idence
based approach. ! ed.@e Sork. 200.
26. 9eiss B$. $iagnostic 1aluation o 8rinar %ncontinence in eriatric Patients. /he American
Academy of 6amily #hysicians. #&&. $iunduh tanggal 22 'eptember 20#.27. 3ulmala ?, /iljanen A, 'ipila ', Pajala ', Parssinen -, 3auppinen *, et al. Poor /ision
Accompanied ith -ther 'ensor %mpairments as a Predictor o alls in -lder 9omen. Age
and Ageing 200&I4#62+7.
2. =ooper, @icola. 200&. alls in AB= o eriatric *edicine. Blackell Publishing
2&. 'etiati ', aksmi P9. angguan 3eseimbangan, ?atuh, dan raktur. $alam4 'udoo A9,
'etiohadi B, Ali %, 'imadibrata *, 'etiati '. ditor. Buku Ajar %lmu Penakit $alam ?ilid
%%%. disi %/. ?akarta4 Pusat Penerbitan $epartemen %lmu Penakit $alam 38%. 2006. hal
#+&7.
0. British eriatric 'ociet. Ne;% %es 4o a++s and a%ue -edu%ion/ Age and Ageing
200&I "8< 6!0D6!
#. Bergman 3, astham ?. Pschogeriatric ascertainment and assessment or treatment in anacute medical ard setting. Age Ageing. #&7!I4#7!+.
2. rancis ?, *artin $, 3apoor 9@. A prospecti1e stud o delirium in hospitali:ed elderl.
?A*A. #&&0I264#0&7+#0#.
. odkindson *. *ental impairment in elderl. ? > =oll Phsicians ond. #&7I7405+#7.
!. %noue '3, earing *A, *arcantonio >. $elirium. %n4 alter ?B, -uslander ?, ;inetti *,
'tudenski ', ih 3P, Asthana '. ditors. a::ardTs eriatric *edicine and erontolog.
8'A4 ;he *cra ill. 200&. p.6!7+5.
5. %oue '3. $elirium in -lder Persons. Engl 7 ed 2006I5!4##57+65.
6. 'oejono =. 'indrom $elirium ( Acute &onfusional %tate). $alam4 'udoo A9, 'etiohadi B,
Ali %, 'imadibrata *, 'etiati '. ditor. Buku Ajar %lmu Penakit $alam ?ilid %%%. disi %/.
?akarta4 Pusat Penerbitan $epartemen %lmu Penakit $alam 38%. 2006. hal #!+6.7. e1ko ', 1ans $A, ipt:in B, et al. $elirium4 the occurence and persistence o
smptoms among elderl hospitali:ed patients. Arch %ntern *ed. #&&2I#524!+!0.
. >ockood 3. ;he oocurence and duration o the smptoms in elderl patiens ith delirium. ?
erontol *ed 'ci. #&&I!4*#62+6.
&. American Pschiatric association. $iagnositc and 'tatistical *anual o *ental disorders
($'*+%/), !th.d. 9ashinton, $=4 American Pschiatric AssociationI #&&!
!0. 'haron 3, %noue '3. ;he =onusion Assessment *ethod (=A*)4 ;raining *anual and
=oding uide. 200. $iunduh tanggal # @o1ember 20#.
!#. %noue '3. /an $ck =. Alessi =A, Balkin ', 'iegel AP, orit: >%. =lariing conusion4
;he =onusion Assessment *ethod, a ne method or detection o delirium. Ann %ntern *ed.
#&&0I##4&!#+.
!2. %noue '3, =harpentier PA. Precipitating actors or delirium in hospitali:ed elderl persons4
predicti1e model and interrelationship ith baseline 1ulnerabilit. ?A*A.#&&6I275452+7.
!. >osin A?, Bod >/. =omplication o illness in geriatric patients in hospital. =hronic $is.
#&66I#&407+#.
!!. %noue '3, =harpentier PA, et al. A multicomponent inter1ention to pre1ent delirium in
hospitali:ed older persons. @ ng ? *ed.#&&&I!0466&+76.
!5. *eagher $?. $elirium4 -ptimising *anagement. 37 200#I224#!!+&.
!6. onergan , Britton A*, uHenberg ?. Antipschotics or $elirium (>e1ie). &ochrane
Database of %ystematic $eviews 2007.
!7. 3ane >, -uslander ?, Abrass %B, >esnick B. =onusion $elirium and $ementia. %n4
ssentials o =linical eriatrics. 'iHth edition. 8'A4 ;he *cra ill. 200&. p.#!5+7.!. eles, amonn, >an '. Bhat. 20#0. $elirium in BrocklehurstTs ;eHtbook o eriatric
*edicine and erontolog 7th d. 'aunders =o
-
8/19/2019 Giant Geriatric
43/43
!&. eles, amonn, >an '.