hubungan antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan … · 2019. 7. 12. · hubungan antara...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KUALITAS
PERSAHABATAN PADA MAHASISWA PERANTAU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Lucia Putri Kristiyanti
NIM : 139114054
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Give God your weakness and He’ll give you His strength”
“I can do all things through Christ who strengthens me “
(Philippians 4:13)
“Musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tuhan terimakasih atas campur tanganMu, waktuMu bukan waktuku, namunwaktuMu sungguh sempurna.
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menguatkan dan memberi berkat dan
pertolongan
Alm. Bapak Darmono
Ibu Sujatri
Adikku Ninda
Sahabat, teman, dan semua pihak yang telah setia memberi dukungan
Diriku sendiri
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KUALITAS
PERSAHABATAN PADA MAHASISWA PERANTAU
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara regulasi emosi dengan kualitas
persahabatan pada mahasiswa perantau. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang posistif antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan
mahasiswa perantau di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan kepada 160
mahasiswa perantau di Yogyakarta, dengan usia 18-23 tahun. Pemilihan
partisipan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan dua buah skala, yaitu skala Regulasi Emosi
dengan koefisien reliabilitas 0,842 dan skala Kualitas Persahabatan dengan
koefisien reliabilitas 0,938. Data yang didapat kemudian dikorelasikan dengan uji
korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi sebesar
0,173 dan nilai signifikansi sebesar 0,014 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa
ada hubungan positif di antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan pada
mahasiswa perantau. Hal tersebut berarti semakin tinggi regulasi emosi maka
semakin tinggi kualitas persahabatan mahasiswa perantau. Sebaliknya, semakin
rendah regulasi emosi maka semakin rendah kualitas persahabatan mahasiswa
perantau.
Kata kunci: regulasi emosi, kualitas persahabatan, mahasiswa perantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
THE CORRELATION BETWEEN EMOTION REGULATION AND
FRIENDSHIP QUALITY IN UNDERGRADUATE STUDENTS FROM
OUTSIDE YOGYAKARTA
ABSTRACT
This study is aimed to seek the correlation between emotion regulation and
friendship quality in undergraduate students from outside Yogyakarta. This study
had 160 undergraduate students from outside Yogyakarta , aged 18 - 23 as the
participant. The hypothesis was that there was positive relationship between
emotion regulation and friendship quality in undergraduate students from outside
Yogyakarta. Purposive sampling method was used in this study. Data collection
was accomplished with Emotion Regulation Scale and Friendship Quality Scale.
The reliability coefficient of emotion regulation scale was α = 0,842, and the
reliability coefficient of friendship quality scale was α = 0,938. The data itself was
correlated with Spearman’s rho correlation test. The results showed 0,173
correlation and significancy 0,014 (p<0,05). This data means that there is a
positive correlation between emotion regulation and friendship quality in
undergraduate students from outside Yogyakarta. It means the higher level of
emotion regulation, the higher level of friendship quality in undergraduate
students from outside Yogyakarta.
Keywords: emotion regulation, friendship quality, student
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus dan
Bunda Maria yang sungguh baik dengan kasih dan penyertaanNya selalu
menyertai penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulis dalam menjalani proses
penyelesaian studi tidak lepas dari bantuan serta doa yang diberikan orang-orang
terkasih di sekitar Penulis. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica Eviandaru M., M.Psych., Ph. D., selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Edward Theodorus M. App. Psy., yang telah mendampingi dan
membimbing saya dengan sangat sabar dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, M.Si, Bapak Minta Istono,
M. Si dan Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing
Akademik. Terima kasih bimbingan dan dukungannya dalam studi saya
pak.
5. Seluruh Dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu akademik,
sekaligus bekal kehidupan bagi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Seluruh karyawan dan staff di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih telah membantu proses administrasi sekaligus
memberi dukungan selama penulis berkuliah di Fakultas Psikologi.
7. (Alm) Bapak Tarcisius Darmono Handaya, terimakasih pak sudah
memberika dukungan finansial dan kasih sayang selalu. Untuk Ibu
Margaretha Sujatri terima kasih atas kerja kerasnya buk dan kesabaran
menunggu waktu hingga akhirnya aku lulus. Untuk adikku Maria Ninda
Sari, yang juga sangat semangat dalam mengerjakan tugas akhir dan
akhirnya sidang duluan, kamu juga sumber semangatku dik!
8. Romo Tri yang selalu memberikan semangat, saran dan mendoakan selalu.
9. Teman-teman Classyclass13 semua. Terima kasih kebersamaannya selama
ini, akan selalu menjadi kenangan terindah. “Friends are Diamond!”
10. Ratih, Chocho, Visky, KI, Mita, Ollyn dan teman-teman semua yang tidak
dapat kutulis satu persatu. Terimakasih atas bantuan dan waktunya ketika
aku panik dan butuh bantuan menyelesaikan skripsi.
11. Keluarga “CAH SETRONG” BEMF 2015/2016, terimakasih atas
kesempatan yang diberikan kepadaku untuk bersama-sama menjadi
pelayan di Fakultas Psikologi.
12. Untuk Mbak Dia, Evelin, dan Shinta, Divisi Sosial dan Rohani BEMF
2015/2016, terimakasih banyak atas kerjasama dan kenangannya.
Semangat mengerjakan skripsi juga ya dan jangan lupa berdoa .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
13. Komunitas Koor dan Organis dimana penulis berkecimpung. Terima kasih
telah memberikan kesempatan untuk menyalurkan talenta, terimakasih atas
candanya yang selalu menyegarkan pikiran.
14. Teman bimbingan skripsi: Cendy, Ratih, Monik, Visky, Chocho, Yesa,
Andre, Keke, Mbak Dia, Yayak, Age, Ciyus, Vio, Vita, Gabby, Anette,
Kak Rini, Rini, Kak Vivin, dan Mas Dedi. Terima kasih untuk dukungan
dan bantuan dari kalian. Tetap semangat kalian pasti bisa!.
15. Seluruh teman di Fakultas Psikologi USD, khususnya Psikologi angkatan
2013. Terima kasih untuk dinamika yang ada selama masa studi.
16. Seluruh partisipan dalam penelitian ini dan teman-teman yang membantu
menyebarkan skala penelitian ini. Terima kasih telah menyempatkan
waktu kalian, semoga Tuhan memberkati kalian semua.
17. Seluruh pihak yang tidak tercantum dalam halaman pengantar ini namun
ikut mendoakan serta memberikan dukungan kepada Penulis selama
menempuh pendidikan. Penulis mengucapkan terimakasih atas doa,
dukungan dan perhatiannya.
Penulis memohon maaf jika Pembaca masih menemukan kesalahan-kesalahan
dalam penulisan kata maupun kesalahan dalam hal lain. Penulis dengan senang
hati menerima kritik dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………. 17
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 17
D. Pertanyaan Penelitian……………………………………………….. 17
E. Manfaat……………………………………………………………... 17
1. Bagi mahasiswa perantau…………………………………… 18
2. Bagi orangtua……………………………………………….. 18
3. Bagi pihak universitas………………………………………. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Bagi masyarakat……………………………………………. 19
5. Bagi komunitas ilmuwan dan praktisi psikologi…………….19
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 20
A. Pengantar…………………………………………………………… 20
B. Dinamika Psikologis Mahasiswa Perantau…………………………. 21
1. Perspektif Psikologi Perkembangan………………………... 21
2. Perspektif Psikologi Sosial…………………………………. 26
C. Kualitas Persahabatan………………………………………………. 29
1. Definisi……………………………………………………… 29
2. Faktor-Faktor Pembentuk Persahabatan……………………...31
3. Aspek-Aspek Kualitas Persahabatan………………………....34
4. Proses dan Dampak Kualitas Persahabatan…………………. 37
5. Kualitas Persahabatan pada Mahasiswa Perantau…………... 39
D. Regulasi Emosi……………………………………………………… 43
1. Definisi……………………………………………………… 43
2. Faktor-Faktor Regulasi Emosi……………………………… 44
3. Strategi Regulasi Emosi……………………………………...46
4. Proses dan Dampak Regulasi Emosi……………………….. 50
5. Regulasi Emosi Mahasiswa Perantau………………………. 53
E. Hubungan Regulasi Emosi dan Kualitas Persahabatan pada Mahasiswa
Perantau…………………………………………………………….. 54
F. Kerangka Konseptual………………………………………………. 56
G. Hipotesis……………………………………………………………. 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. .63
A. Pengantar……………………………………………………………..63
B. Rancangan Penelitian…………………………………………………63
C. Partisipan……………………………………………………………..64
D. Identifikasi Variabel……………………………………………….....65
E. Definisi Operasional Variabel………………………………………..65
F. Prosedur Pelaksanaan………………………………………………...66
G. Instrumen Pengumpulan Data………………………………………..68
H. Validitas dan Reliabilitas…………………………………………….73
1. Validitas…………………………………………………….. 73
2. Reliabilitas………………………………………………….. 74
I. Seleksi Item…………………………………………………………..76
J. Analisis Data………………………………………………………... 79
1. Uji Normalitas………………………………………………. 79
2. Uji Linearitas………………………………………………....79
3. Uji Hipotesis………………………………………………… 80
K. Pertimbangan Etis………………………………………………….... 81
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………..83
A. Pengantar ……………………………………………………………..83
B. Hasil Penelitian……………………………………………………...83
1. Deskripsi Data Partisipan……………………………………83
2. Deskripsi Data Penelitian……………………………………85
3. Uji Normalitas……………………………………………… 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4. Uji Linearitas………………………………………………. 89
5. Uji Hipotesis……………………………………………….. 89
C. Pembahasan………………………………………………………… 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 97
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 97
B. Keterbatasan Penelitian…………………………………………….. 97
C. Saran………………………………………………………………... 99
1. Bagi mahasiswa perantau…………………………………... 99
2. Bagi orangtua………………………………………………. 99
3. Bagi pihak universitas……………………………………... 100
4. Bagi masyarakat di lingkungan sekitar mahasiswa perantau.100
5. Bagi komunitas ilmuwan psikologi………………………... 100
D. Komentar Penutup…………………………………………………. 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 103
LAMPIRAN .................................................................................................. 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blueprint Skala Kualitas Persahabatan ....................................... 69
Tabel 3.2. Bobot Skala Kualitas Persahabatan ............................................ 70
Tabel 3.3. Sebaran Item Skala Kualitas Persahabatan untuk Try Out ......... 70
Tabel 3.4. Blueprint Skala Regulasi Emosi ................................................. 72
Tabel 3.5. Bobot Skala Regulasi Emosi ....................................................... 72
Tabel 3.6. Sebaran Item Skala Regulasi Emosi untuk Try Out ................... 72
Tabel 3.7. Distribusi Item Kualitas Persahabatan setelah seleksi item ........ 77
Tabel 3.8. Distribusi Item Regulasi Emosi setelah seleksi item .................. 78
Tabel 4.1. Jenis Kelamin Partisipan ............................................................. 84
Tabel 4.2. Rentang Usia Partisipan .............................................................. 84
Tabel 4.3. Daerah Asal Partisipan ................................................................ 85
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Regulasi Emosi ............... 86
Tabel 4.5. Analisis pada Mean Empiris dan Mean Teoretis
Regulasi Emosi ............................................................................................ 86
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Kualitas Persahabatan .... 87
Tabel 4.7. Analisis pada Mean Empiris dan Mean Teoretis ............................
Kualitas Persahabatan .................................................................................. 87
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 88
Tabel 4.9. Hasil Uji Linearitas ..................................................................... 89
Tabel 4.10 .Hasil Uji Hipotesis .................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala Kualitas Persahabatan sebelum try out ......................... 111
Lampiran 2 Skala Regulasi Emosi sebelum try out ................................... 113
Lampiran 3 Kuesioner online ..................................................................... 115
Lampiran 4 Reliabilitas Skala .................................................................... 125
Lampiran 5 Perhitungan SPSS ................................................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini membahas mengenai kualitas persahabatan mahasiswa
perantau di Yogyakarta. Peneliti melihat banyak teman perantau yang begitu
kompak dalam persahabatan mereka sampai di tempat perantauan sehingga
mampu menyelesaikan kuliah dengan lancar. Namun demikian juga tidak
dipungkiri bahwa ada sebagian mahasiswa perantau yang kurang mampu
menjalin persahabatan dengan baik sampai pada akhirnya banyak kesulitan yang
dialami. Berawal dari pengalaman tersebut, sesuai dengan kapasitasnya sebagai
mahasiswa psikologi, peneliti ingin berkontribusi untuk membuat kondisi
mahasiswa perantau menjadi lebih baik melalui penelitian ini.
Alasan-alasan tersebut menunjukkan bahwa topik penelitian menurut
peneliti penting. Setelah peneliti membahas ketertarikan peneliti terhadap topik
penelitian ini, selanjutnya akan dibahas mengenai latar belakang penelitian ini.
Di Indonesia banyak calon mahasiswa yang memilih merantau untuk
melanjutkan pendidikan tingkat perguruan tinggi. Salah satu alasan yang
mendorong mahasiswa untuk merantau ke beberapa kota di Pulau Jawa adalah
keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas (Aksan & Sadewo,
2016; Vidya, 2017). Hal ini terkait dengan tidak meratanya kualitas pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2
antara perkotaan dan pedalaman (Murni, 2018), serta terbatasnya sarana dan
prasarana merupakan kendala yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia
(Awaliyah, 2017).
Salah satu kota yang menjadi tujuan para perantau adalah kota Yogyakarta.
Menurut data, Yogyakarta mempunyai 107 perguruan tinggi (Kementerian Riset,
Teknologi, dan Perguruan Tinggi, 2016). Biaya hidup di Yogyakarta relatif murah
dibandingkan dengan biaya hidup di kota-kota lain (Araro, 2018). Tahun 2013
sekitar 310.860 mahasiswa dari 33 provinsi di Indonesia belajar di Yogyakarta.
Dari jumlah itu, 78,7 persen merupakan mahasiswa perantau (Pertahankan
‘Indonesia Mini’ di Yogyakarta, 2013).
Ketika jumlah mahasiswa perantau selalu meningkat di suatu kota, pertemuan
antara budaya yang berbeda tak terelakkan. Dengan konteks tersebut terdapat sisi
positif bagi mahasiswa perantau antara lain mereka dapat mempelajari budaya
baru (Nindra, 2017), menjadi lebih mandiri, lebih bertanggungjawab, serta dapat
menumbuhkan rasa cinta pada negara, dan lain sebagainya (Fadhilla, 2017;
Tarana, 2017). Namun di balik sisi positif menjadi mahasiswa perantau, Bochner
(dalam Church, 1982) mengatakan adanya kesulitan atau tantangan yang perlu
dihadapi mahasiswa perantau yakni mengenai pembelajaran budaya yang baru,
penyesuaian diri dengan stress yang umumnya terjadi pada siswa awal yang
menghadapi sistem pendidikan yang baru, sebagai orang dewasa yang
berkembang, serta sebagai orang yang peduli dengan tujuan dan makna hidup
mereka. Kesepian karena berpindah ke daerah yang baru serta harus berpisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
3
dengan keluarga juga merupakan tantangan besar bagi mahasiswa (Young dalam
Weiten & Lloyd, 2006).
Kesepian bisa jadi merupakan dampak dari kesulitan menjalin relasi
persahabatan di daerah perantauan. Hal itu tergambar dari hasil wawancara
peneliti dengan mahasiswa perantau. Peneliti menemukan bahwa pada awalnya
sebagian mahasiswa perantau mengalami kesulitan dalam menjalin relasi
persahabatan dan mengalami berbagai tantangan serta konflik dengan sahabat
barunya.
Aku di sini tuh sendiri, ga ada temen yang dari SMAku masuk
sini juga, jadi bingung mau gimana. Ga ada yang kenal juga.
Terus ya aku kenalan lah sama satu temenku, dia temennya dah
agak banyak. Tapi ya aku kadang merasa ga cocok sama dia,
kadang ya ke aku kalau cuma butuh bantuan aja,kalau dah gitu
aku mending sama yang lain (wawancara dengan S, 7 Januari
2018).
Ya kalau aku mungkin karena aku baru pertama kali ke jogja,
terus di sini ga ada siapa-siapa, maksudku sodara yang kenal gitu,
ya merasa bingung, sendiri, mau tanya-tanya atau sok akrab juga
awalnya bingung karena yang di kosku kebanyakan kakak tingkat
terus beda prodi gitu. Aku ngerasa malu kalau mau nanya-nanya.
Terus ya aku ada sahabat temen sekelas sih, tapi ya kadang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4
gimana ya misalnya aku pengennya tuh dia gini, dia kayak tetep
cuek gitu. Aku pengen bareng dia, tapi dia sama yang lainnya
(wawancara dengan Y, 7 Januari 2018).
Kurangnya kemampuan menjalin relasi persahabatan dapat pula menimbulkan
dampak negatif yang ekstrem, salah satunya adalah tindakan kriminal. Di sekitar
kita banyak kasus kriminal yang melibatkan persahabatan. Seperti kasus di
Kebayoran Baru tahun 2016 di mana seorang sahabat membunuh sahabatnya
karena tak terima sering diolok-olok tidak punya motor (Dwi, 2016).
Hasil wawancara serta kasus di atas menggambarkan kegagalan dalam
membangun relasi persahabatan dengan kualitas yang baik. Relasi persahabatan
dengan kualitas yang baik membutuhkan proses atau tahap-tahap yang harus dilalui.
Menurut Tucker (2018), relasi persahabatan diawali dari bertemu dengan orang
yang belum dikenal secara kebetulan dengan membawa kesan baik ataupun buruk.
Bila yang terjadi kesan baik maka akan berkembang menjadi tahap kenalan. Pada
tahap ini akan terjadi saling tukar informasi dan mengenal pada taraf permukaan
seperti nama, pekerjaan, ataupun tempat tinggal. Menyusul berikutnya adalah tahap
teman biasa. Pada tahap tersebut terdapat perjumpaan yang direncanakan, pujian,
ataupun dukungan. Tahap selanjutnya adalah teman dekat yang di dalamnya ada
saling berbagi emosi, keakraban, saling membantu dalam tujuan bersama dan
memahami satu sama lain. Tahap terakhir yaitu terbentuknya persahabatan. Dalam
relasi ini kedua orang bisa berbagi apa saja secara mendalam dengan melibatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
5
emosi, perasaan, pikiran dan harapan-harapan bersama. Dengan begitu, hasil
wawancara serta kasus diatas memperlihatkan bahwa proses untuk membentuk
persahabatan berawal dari tahap teman.
Hasil wawancara dan kasus tersebut dapat menggambarkan bahwa terdapat
sebagian mahasiswa perantau yang belum mampu menjalankan tugas-tugas
perkembangannya. Salah satu dari tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa perantau adalah membangun hubungan interpersonal yang intim dan
mendalam (Arnett dalam Miller, 2011). Hubungan interpersonal yang dimaksud
terkait dengan kualitas relasi persahabatan. Sejalan dengan hal tersebut, Erikson
(dalam Newman & Newman, 2012) menyatakan bahwa pada tahap kehidupan
tersebut mahasiswa perantau akan mengalami krisis psikososial yaitu identitas vs
kebingungan identitas. Jika mahasiswa perantau mengalami kebingungan identitas
dapat memunculkan permasalahan seperti kurang memiliki gambaran diri yang
jelas dan ketidakmampuan membangun relasi persahabatan (Feist & Feist, 2006).
Dalam bidang psikologi, persahabatan memiliki arti dukungan di mana dua
orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi dalam berbagai situasi dan
menyediakan dukungan emosional (Baron & Byrne, 2005). Menurut Duck (dalam
(Jackson & Dwyer, 2013) persahabatan mencakup beberapa aspek seperti
seseorang yang peduli, mendukung, setia, dan yang memberi prioritas pada
kepentingan orang lain. Hays (dalam Jackson & Dwyer, 2013) menyatakan bahwa
persahabatan adalah kondisi adanya saling ketergantungan sukarela antara dua
orang dari waktu ke waktu, untuk memfasilitasi tujuan sosial-emosional dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
6
melibatkan keintiman, kasih sayang, dan saling membantu. Definisi tersebut
menekankan pada motivasi seseorang membentuk persahabatan untuk memberi
pendampingan dan dukungan sosial emosional.
Berdasarkan definisi persahabatan tersebut Fitria (2016) mengisahkan
bahwa selama di perantauan, sahabat merupakan rumah kedua bagi dirinya.
Dirinya merasa sahabat sebagai orang yang selalu ada ketika ia membutuhkannya,
mudah memaafkan, selalu siap sedia membantu, memastikan keadaan dirinya baik
dan tercukupi.
Menurut Falki dan Khatoon (2016) kualitas persahabatan berkorelasi positif
dengan kesejahteraan psikologis. Hal itu berarti ketika kualitas persahabatan
bagus, maka tingkat kesejahteraan psikologis juga meningkat. Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Gleckel (2015) yang menunjukkan bahwa
kualitas persahabatan yang baik dapat berkontribusi dalam kesejahteraan
psikologis individu.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam mengembangkan kualitas
persahabatan yang baik terkadang timbul konflik antarindividu. Masing-masing
individu muncul emosi negatif, misalnya marah, kecewa, kesal, dan lain-lain.
Untuk itulah diperlukan kemampuan regulasi emosi yang baik sehingga konflik-
konflik yang dialami tidak menurunkan kualitas persahabatan.
Parkinson et al.,(dalam Lopes et al., 2011) mengungkapkan bahwa regulasi
emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi setidaknya dalam dua cara yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, orang dapat memodifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
7
situasi atau interaksi (emosional dan sosial), melemahkan konflik dan mengelola
emosi orang lain secara langsung, terlepas dari pengaruh seseorang. Secara tidak
langsung, orang dapat meningkatkan pengalaman afektif mereka sendiri, yang
kemudian mempengaruhi pengalaman afektif orang lain dan nada emosional
dalam interaksi, memunculkan keramahan dan tanggapan positif dari orang lain
melalui penularan emosional, penilaian sosial, dan penguatan antarpribadi dalam
lingkaran umpan balik positif. Dengan demikian terdapat asumsi bahwa terdapat
hubungan antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan.
Penelitian mengenai asumsi tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia.
Penelitian mengenai kualitas persahabatan yang sudah pernah dilakukan dikaitkan
dengan empati (Angraini & Cucuani, 2014), penyesuaian sosial pada transisi
sekolah (Kingery, Erdley, & Marshall, 2011), performa akademik pada sekolah
menengah (Jacobson & Burdsal, 2012), serta perbedaan kualitas persahabatan
mahasiswa ditinjau dari media komunikasi (Suyono & Nugraha, 2012). Oleh
karena itu, peneliti memilih melakukan penelitian mengenai hubungan regulasi
emosi dan kualitas persahabatan. Sehingga dapat memperkaya penelitian
mengenai kualitas persahabatan.
Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan
permasalahan sebagai berikut. Semua mahasiswa perantau akan bertemu dengan
situasi dan lingkungan yang baru, orang-orang dari berbagai daerah, dan budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
8
yang berbeda. Dukungan dari orang tua pun secara langsung berkurang. Karena itu,
dukungan sosial dari orang terdekat terutama sahabat sangat diperlukan. Dengan
memiliki kualitas persahabatan yang baik, maka kesejahteraan psikologis dapat
meningkat (Gleckel, 2015). Dalam kenyataannya terdapat banyak mahasiswa
perantau di Yogyakarta, namun tidak semua dapat membangun kualitas
persahabatan dengan baik. Jika individu tidak mampu membangun relasi
persahabatan dengan baik maka individu akan mengalami rasa kesepian dan harga
diri menurun (Saputri, Rahman, & Kurniadewi, 2002).
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya akan melihat hubungan antara regulasi emosi dengan
kualitas persahabatan mahasiswa perantau di Yogyakarta.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara regulasi emosi
dengan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau.
Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara regulasi emosi dengan kualitas
persahabatan pada mahasiswa perantau?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
9
Manfaat Penelitian
Bagian ini akan menjabarkan manfaat-manfaat apa saja yang diberikan
melalui penelitian ini yang terdiri dari manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang psikologi sosial, khususnya mengenai hubungan
regulasi emosi dan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pihak, antara lain:
2.1.Mahasiswa perantau maupun calon mahasiswa perantau semakin
mampu membangun relasi persahabatan dengan kualitas yang baik.
2.2.Universitas dapat memperoleh tambahan materi untuk program
pengembangan diri mahasiswa perantau.
2.3.Masyarakat semakin terlibat untuk mendampingi mahasiswa
perantau agar mereka mampu menjalin relasi persahabatan dengan
kualitas yang baik.
2.4.Orangtua dapat mempersiapkan anak mereka agar mampu mencapai
kematangan sosial dan emosi di tempat perantauan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
10
2.5.Komunitas ilmuwan dan praktisi psikologi memperoleh materi bagi
pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang psikologi
perkembangan dan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan teori dan penelitian-penelitian yang
dapat menggambarkan variabel serta hubungan antara kedua variabel. Pertama,
peneliti akan memberi penjelasan tentang dinamika psikologis mahasiswa perantau
dilihat dari perspektif psikologi perkembangan dan psikologi sosial. Dalam
perspektif psikologi perkembangan akan dijelaskan mengenai rentang usia serta
tahapan dan tugas perkembangan yang sedang dijalani oleh mahasiswa perantau.
Sedangkan pada perspektif psikologi sosial, akan dibahas dinamika kelompok yang
memiliki pengalaman dan dinamika serupa dengan mahasiwa perantau.
Kemudian peneliti juga akan menjabarkan kualitas persahabatan mulai dari
definisi, aspek-aspek, faktor–faktor yang mempengaruhi, hingga dinamika kualitas
persahabatan itu sendiri. Setelah itu, peneliti mencoba untuk mendinamikakan
kedua variabel ke dalam subbab ‘Hubungan Regulasi Emosi dan Kualitas
Persahabatan pada Mahasiswa Perantau’. Selain kualitas persahabatan, regulasi
emosi juga akan dibahas dengan cara yang sama. Setelah itu, peneliti merangkum
keseluruhan pembahasan ke dalam narasi kerangka konseptual yang dibantu dengan
skema sederhana. Pembahasan dalam bab ini akan diakhiri dengan hipotesis
sementara dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
12
Dinamika Psikologis Mahasiswa Perantau
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau. Gambaran mengenai
mahasiswa perantau akan dibahas menggunakan dua perspektif, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi sosial. Pada perspektif psikologi perkembangan,
mahasiswa perantau akan dilihat sebagai individu yang berada dalam tahap
emerging adulthood. Sedangkan dari perspektif psikologi sosial, mahasiswa
perantau akan dipandang sebagai sojourner.
1. Perspektif Psikologi Perkembangan
Perspektif psikologi perkembangan dalam penelitian ini menggunakan
teori Arnett (1994). Mahasiswa berada di tahap perkembangan emerging
adulthood yaitu berusia 18 - 23 tahun (Arnett, 1994). Rentang usia tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa tidak lagi dalam tahap kehidupan masa
remaja tetapi juga belum menjalankan peran sebagai orang dewasa (Arnett,
1994). Mahasiswa dalam tahap perkembangan tersebut dalam proses
mempersiapkan dirinya untuk memiliki peran dewasa (Arnett, 1994).
Ada banyak tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
individu pada masa transisi menuju kedewasaan ini, antara lain tinggal
terpisah dari orangtua, terdapat peningkatan dalam hal karier dan akademis,
membangun hubungan interpersonal yang intim dan mendalam, membuat
keputusan-keputusan sendiri serta memiliki kematangan emosional (Arnett
dalam Miller, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
13
Pada tahapan emerging adulthood, individu memiliki tugas khusus, yaitu
eksplorasi (Arnett, 2000). Proses eksplorasi sudah dimulai sejak individu
berada di tahap perkembangan remaja untuk menemukan identitas dirinya
(Feist & Feist, 2006). Pada tahap emerging adulthood, tugas eksplorasi
semakin terfokus pada tiga hal, yaitu cinta, pekerjaan, dan pandangan tentang
dunia (Arnett, 2000). Individu akan mendapat berbagai pandangan tentang
dunia melalui berbagai hal, seperti pengalaman hidup yang dialami (Gutierrez
& Park, 2015) dan proses untuk pergi meninggalkan rumah (Arnett, 2015).
Dalam eksplorasi ini, terkadang individu juga dapat menemukan nilai-nilai
yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa sejak kecil (Arnett, 2000).
Dengan adanya eksplorasi ini, individu akan memiliki gambaran yang jelas
tentang dirinya yang digunakan sebagai bekal untuk memasuki masa dewasa
nanti.
Selain itu, pada tahap ini individu mulai melepaskan ketergantungannya
terhadap orang lain tidak seperti anak-anak dan remaja yang masih
bergantung pada orangtuanya. Individu pada tahap emerging adulthood
memiliki tugas agar memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri dalam
mengambil keputusan tanpa bergantung pada orang tua (Newman & Newman
2012), Namun dalam tahap perkembangan ini, individu belum memiliki
tanggungjawab yang dimiliki oleh orang dewasa, seperti bekerja dan
menghidupi keluarga (Arnett, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
14
Sejalan dengan teori Arnett (1994), Erikson (dalam Newman & Newman,
2012) juga mengemukakan Teori Perkembangan Psikososial yang
menyatakan bahwa pada masa perkembangan ini individu akan mengalami
krisis psikososial yaitu identitas versus kebingungan identitas. Erikson
mengungkapkan bahwa identitas berkaitan dengan tujuan hidup dan nilai-
nilai yang dianut (Newman & Newman, 2012). Individu akan mengalami
kebingungan identitas jika individu tersebut tidak atau belum menemukan
identitas diri mereka (Feist & Feist, 2006). Hal tersebut dapat memunculkan
permasalahan seperti kurang memiliki gambaran diri yang jelas dan
ketidakmampuan membangun relasi. Pada masa dewasa, individu yang
mengalami kebingungan identitas dapat mengalami berbagai kesulitan,
misalnya berpindah-pindah tempat kerja tanpa tujuan pasti, bergonta-ganti
pasangan, dan lain sebagainya (Feist & Feist, 2006).
Pada tahap perkembangan ini juga individu dapat mengalami konflik
intimasi vs isolasi sebagai konflik mendasar (Newman & Newman, 2012).
Individu dengan intimasi mengalami keterbukaan untuk mengkomunikasikan
perasaan terhadap orang yang dekat dengannya dan akan dihargai serta
dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, beberapa individu pada tahap dewasa
awal akan kurang dapat terlibat dalam hubungan, kurang dapat membangun
kepercayaan, terbuka atau responsif karena mereka mengalami penolakan,
dikucilkan, yang kemudian membuat individu mengalami isolasi (Newman
& Newman, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
15
Menurut Havighurst (dalam Sarwono, 1989), terdapat delapan tugas
perkembangan individu pada masa dewasa awal antara lain, menerima
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin mana
pun, berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua
dan orang dewasa lainnya, merencanakan tingkah laku sosial yang
bertanggung jawab, serta mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai
pedoman tingkah lakunya. Salah satu tugas perkembangan pada masa ini
yang tersulit adalah berkaitan dengan penyesuaian sosial, hal ini dikarenakan
individu perlu melakukan penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh
kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, serta nilai-nilai
baru dalam dukungan dan penolakan sosial (Hurlock, 1991). Dengan adanya
tugas perkembangan tersebut individu diharapkan mampu memenuhi
tugasnya agar dapat mencapai tugas perkembangan selanjutnya dengan baik.
Selain tugas-tugas perkembangan yang sudah disebutkan tadi, terdapat
tugas perkembangan sebagai internalized morality di mana individu akan
mulai memandang diri mereka sebagai makhluk bermoral yang tindakannya
dapat memberi dampak pada kesejahteraan orang lain (Newman & Newman,
2012).
Mahasiswa yang merupakan bagian dari tahap perkembangan emerging
adulthood dilihat sebagai individu yang sedang berproses untuk
mengeksplorasi berbagai kemungkinan dalam pendidikan (Arnett, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
16
Pendidikan memiliki arti bagi mahasiswa, di mana mereka harus memikirkan
bagaimana pendidikan setelah masa sekolah dapat mendorong mereka
menuju jalur karier (Arnett, 2015). Mahasiswa mengalami perubahan tempat
tinggal dari rumah orang tua ke tempat lain untuk mengikuti perguruan tinggi.
Ada yang pindah dari kota asal ke kota lainnya serta ada yang pindah ke
negara lain, dan sebagain yang lain menetap di rumah (Arnett, 2015).
Proses eksplorasi berbagai kemungkinan dalam pendidikan tersebut
memiliki tujuan untuk mengembangkan identitas mahasiswa yang lebih pasti,
termasuk mengenai pemahaman diri, kemampuan dan keterbatasan,
keyakinan dan nilai diri, serta partisipasi dalam lingkungan masyarakat
sekitar (Arnett, 1994). Pada tahapan tersebut individu berusaha
mengembangkan eksistensi diri mereka dalam masyarakat (Papalia &
Feldman, 2014). Tentunya dalam melewati krisis perkembangan psikososial
tersebut remaja tidak terlepas dari menjalin relasi dengan orang lain, termasuk
menjalin persahabatan.
Tugas perkembangan yang menjadi sorotan dalam penelitian ini yaitu
membangun hubungan interpersonal yang intim dan mendalam, melakukan
eksplorasi dengan melepaskan ketergantungan diri dari orangtua, serta
merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
17
2. Perspektif Psikologi Sosial
Target group penelitian ini adalah mahasiswa perantau. Dinamika yang
dialami oleh mahasiswa perantau bisa dilihat dari dinamika psikologis dari
sojourner, yaitu orang yang meninggalkan daerah asalnya dan tinggal di
daerah tertentu untuk sementara waktu (Church, 1982).
Perpindahan sojourner menuju daerah yang baru dan terjadinya kontak
dengan berbagai budaya dapat membawa dampak negatif bagi sojourner.
Misalnya timbul stress ketika berhadapan dengan budaya baru yang
ditemui, sehingga menyebabkan kecemasan, bahkan depresi pada individu
yang mengalaminya (Church, 1982; Hamamura & Laird, 2014; Berry,
2007).
Dampak lainnya adalah munculnya perasaan terisolasi karena jauh dari
keluarga, teman, dan harus hidup sendiri (Phillimore, 2011). Perasaan ini
muncul akibat hilangnya dukungan sosial yang biasa diterima sojourner di
tempat asalnya. Maka dari itu, dukungan sosial dari lingkungan baru sangat
diperlukan untuk menggantikan dukungan yang biasa didapat di tempat
asalnya (Ng, Tsang, & Lian, 2013; Sullivan & Kashubeck-West, 2015). Hal
ini tentu saja dapat membantu mengurangi dampak negatif yang dihadapi
oleh sojourner.
Beberapa perubahan pun dapat dialami oleh sojourner. Perubahan
tersebut antara lain perubahan bahasa yang digunakan. Perbedaan bahasa di
daerah perantauan dapat mengganggu proses komunikasi di tempat baru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
18
padahal komunikasi merupakan sarana untuk membaur dan terlibat dalam
kehidupan di daerah barunya (Selmer & Lauring, 2011). Usaha yang dapat
dilakukan sojourner ialah mempelajari bahasa di tempat barunya.
Selain harus berusaha menyesuaikan perubahan bahasa, terdapat masalah
yang umumnya dialami oleh mahasiswa perantau yaitu terkait, pengaturan
keuangan, penyesuaian pada sistem pendidikan yang baru, serta kebiasaan
sosial dan norma (Church, 1982). Menurut Bochner (dalam Church, 1982)
sojourner harus mampu menjalankan tugas sebagai orang dewasa yang
berkembang, serta sebagai orang yang peduli dengan tujuan dan makna
hidup mereka.
Sojourner juga rentan mengalami diskriminasi. Diskriminasi membuat
sojourner merasa tidak bisa menjalin relasi dengan budaya di sekitarnya
(Berry, et al., 2006; Ramos et al., 2016). Selain itu, diskriminasi dapat
memberi dampak negatif bagi kesehatan mental dan kepuasan hidup
sojourner (Berry & Hou, 2017).
Meski banyak tantangan yang dihadapi di perantauan, menjadi sojourner
juga memiliki berbagai manfaat. Pengalaman bertemu dengan bermacam-
macam budaya lain membuat sojourner dapat mempelajari bahasa baru
sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar budaya yang
berbeda (Salisbury, An, & Pascarella, 2013). Hal tersebut dapat menunjang
ketika individu ingin menjalin relasi dengan individu dari budaya berbeda
(Williams, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
19
Penyesuaian diri yang baik pada sojourner dapat meningkatkan
kesejahteraan sojourner selama berada di tempat baru (Berry & Hou, 2017).
Sebaliknya, ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri akan membawa
sojourner pada pengalaman kesepian, dan kehilangan makna hidup
(Russell, Rosenthal, & Thomson, 2010).
Grinberg & Grinberg (1989) mengungkapkan bahwa para perantau bisa
mendapatkan perasaan positif bila teman dari penduduk asli daerah tersebut
memberikan dukungan ego, terutama pada saat situasi sulit. Keterampilan
sosial juga sangat dibutuhkan oleh sojourner agar dapat meminimalisir atau
mengurangi kesepian. Komunitas yang terdiri dari orang-orang yang berasal
dari daerah yang sama cenderung berfungsi sebagai tempat perlindungan
awal bagi beberapa perantau yang secara bertahap mengalami akulturasi
sehingga kemudian dapat menyatu menjadi masyarakat pada umumnya.
Tindakan-tindakan tersebut nantinya bisa menjadi dasar para imigran untuk
menjalin relasi sosial dengan orang-orang baru pada daerah tersebut, salah
satunya adalah relasi persahabatan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mahasiswa perantau
memiliki beberapa kesulitan, tantangan, dan peran baru yang harus dijalani.
Agar dapat menjalani tantangan dan peran-peran tersebut, khususnya agar
dapat menyesuaikan diri dengan stres yang umumnya terjadi pada semua
siswa pada tingkat pendidikan yang baru (Church, 1982), maka mahasiswa
perlu menjalin relasi yang baik dengan orang-orang baru pula yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
20
disekitarnya. Salah satu relasi yang terjalin ialah relasi persahabatan. Hal ini
dikarenakan mahasiswa yang masuk dalam tahap perkembangan dewasa
awal menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang
sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang dapat
dipercayai dalam membahas masalah yang tidak dapat dibicarakan dengan
orang tua maupun pengajar (Hurlock, 1991). Maka, relasi persahabatan
yang berkualitas baik penting untuk dibangun, terlebih bagi mahasiswa
perantau yang tentu saja jauh dari lingkungan keluarga. Oleh sebab itu, pada
subbab selanjutnya akan dijelaskan mengenai kualitas persahabatan.
Kualitas Persahabatan
Dalam subbab ini peneliti akan menjabarkan kualitas persahabatan mulai dari
definisi, faktor-faktor yang memengaruhi, aspek-aspek, proses dan dampak serta
kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau.
1. Definisi
Sebelum membahas mengenai kualitas persahabatan, peneliti akan
menjelaskan mengenai definisi persahabatan secara umum. Persahabatan
adalah dukungan di mana dua orang menghabiskan waktu bersama,
berinteraksi dalam berbagai situasi dan menyediakan dukungan emosional
(Baron & Byrne, 2005). Menurut Duck (dalam Jackson & Dwyer, 2013),
dalam persahabatan diperlukan beberapa hal seperti seseorang yang
peduli, mendukung, setia, dan yang memberi prioritas pada kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
21
orang lain. Hays (dalam Jackson & Dwyer, 2013) menyatakan bahwa
persahabatan adalah kondisi di mana adanya saling ketergantungan
sukarela antara dua orang dari waktu ke waktu, untuk memfasilitasi tujuan
sosial-emosional dan melibatkan keintiman, kasih sayang, dan saling
membantu. Persahabatan melibatkan kesenangan, penerimaan,
kepercayaan, saling menghormati, saling mendukung, perhatian dan
spontanitas (Davis, dalam Hall, 1983).
Sedangkan kualitas persahabatan itu sendiri menurut Mendelson
(dalam Brendgen et all.,2001) adalah suatu proses bagaimana fungsi
persahabatan yang meliputi hubungan pertemanan, pertolongan,
keintiman, kualitas hubungan yang dapat diandalkan, pengakuan diri, rasa
aman secara emosional dapat terpuaskan. Menurut Hartup, dkk (dalam
Brendgen et al., 2001), kualitas persahabatan adalah hubungan
persahabatan yang memiliki aspek hubungan pertemanan, dukungan dan
konflik. Menurut Bukowksi dan Hoza (dalam Ladd, Kochenderfer, &
Coleman, 1996) kualitas persahabatan merupakan atribut atau
karakteristik dari persahabatan itu sendiri seperti adanya keakraban
(intimacy), kebersamaan (companionship), dan konflik. Kualitas
persahabatan ditentukan bagaimana suatu hubungan persahabatan
berfungsi secara baik dan bagaimana pula seseorang dapat menyelesaikan
dengan baik-baik apapun konflik yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
22
Berndt (2002) mengistilahkan ciri-ciri persahabatan yang positif dan
negatif sebagai kualitas persahabatan. Ciri-ciri positif dari kualitas
persahabatan yang dimaksud yaitu pembukaan diri (self disclosure),
keakraban (intimacy), dukungan dalam harga diri (self esteem support),
kesetiaan (loyality) dan perilaku sosial (prosocial behavior). Sedangkan
ciri-ciri negatif dari kualitas persahabatan menurut Berndt (2002) yang
dimaksud adalah persaingan dan konflik. Motivasi seseorang membentuk
persahabatan menurut Berndt (2002) yaitu untuk memberi pendampingan
dan dukungan sosial emosional. Kualitas persahabatan yang tinggi
ditandai dengan beberapa ciri, antara lain level prososial yang tinggi,
intimasi, serta tingkat konflik dan persaingan yang rendah. Kualitas
persahabatan diasumsikan memberi dampak pada aspek–aspek
perkembangan sosial termasuk harga diri dan penyesuaian sosial.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas persahabatan adalah suatu tingkat baik buruknya hubungan
emosional antara dua atau lebih individu yang dilandasi oleh rasa saling
percaya, keintiman, saling berbagi, keterbukaan, dan saling memberikan
dukungan dari waktu ke waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
23
2. Faktor – Faktor Kualitas Persahabatan
Sarwono, (2005) mengungkapkan ada dua hal yang berpengaruh dalam
pembentukan persahabatan, yaitu:
a. Kemiripan
Kemiripan atau kesamaan yang dapat mempererat hubungan antar
pribadi adalah dalam hal pandangan atau sikap. Persamaan juga sebagai
ikatan ketertarikan pada hubungan yang akrab.
b. Saling menilai positif
Hal yang dapat memperkuat hubungan antar pribadi adalah saling
menilai positif sehingga timbul perasaan atau kesan suka sama suka
antara kedua pihak.
Sedangkan menurut (Baron & Byrne, 2005), faktor-faktor pembentuk
persahabatan yaitu:
a. Ketertarikan secara fisik
Salah satu faktor yang paling kuat dan paling banyak dipelajari adalah
ketertarikan secara fisik. Aspek ini menjadi penentuan yang utama dari
apa yang dicari oleh orang lain untuk membentuk sebuah hubungan.
Apakah pertemanan atau perkenalan yang terus menerus berkembang
tergantung pada ketertarikan secara fisik dari masing-masing individu.
b. Kesamaan
Salah satu alasan kita ingin mengetahui kesukaan dan ketidaksukaan
orang lain adalah karena kita cenderung menerima seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
24
memiliki berbagai kesamaan dengan kita untuk menjalin sebuah
persahabatan. Kesamaan tersebut bisa muncul dari berbagai jenis
karakteristik yang ditunjukkan oleh orang lain.
c. Timbal balik
Adanya rasa saling menguntungkan yang didapatkan dari
persahabatan dapat membuat persahabatan menjadi berkembang ke arah
yang lebih baik lagi.
Kualitas persahabatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
meliputi:
a. Orangtua
Dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua secara tidak langsung
memengaruhi kualitas persahabatan melalui dukungan sosial yang
diberlakukan terhadap sahabat mereka. Dukungan sosial tersebut
misalnya merawat, bertindak dengan penuh kasih sayang, menunjukkan
penghargaan, dan membantu tugas-tugas penting. Individu dengan ibu
dan ayah yang sering menunjukkan penghargaan tindakan penuh kasih
sayang, sikap menghargai dan membantu tugas-tugas penting secara
signifikan akan lebih cenderung menunjukkan sikap mendukung
terhadap sahabat-sahabat mereka. Dengan perilaku suportif yang
diberikan kepada sahabat mereka, maka hal tersebut dapat menunjang
kualitas persahabatan yang memuaskan (Flynn et al.,2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
25
b. Teman Sebaya
Relasi yang baik dapat dihasilkan dari peningkatan kontak dengan
teman, kurangnya kontak akan mengurangi peluang untuk mempererat
hubungan dekat. Semakin banyak individu memiliki teman dan
melakukan banyak kontak dengan teman-teman diasosiasikan dengan
kualitas persahabatan yang positif (Flynn et al.,2014).
c. Pasangan
Individu dewasa muda yang pasangannya menyukai sahabat mereka
secara signifikan lebih memiliki kualitas persahabatan yang relatif
tinggi, berbeda dengan individu yang pasangannya tidak menyukai
sahabat dan teman mereka. Selain itu, keterikatan pasangan dapat terkait
dengan kualitas persahabatan. Individu yang memiliki lebih banyak
sahabat yang sama dengan pasangan mereka memiliki kualitas
persahabatan yang lebih memuaskan dibandingkan dengan yang
memiliki lebih sedikit atau tidak punya sahabat dari pasangan mereka
(Flynn et al.,2014).
d. Regulasi Emosi
Menurut Gross (2014) regulasi emosi merujuk pada pembentukan
emosi yang dimiliki seseorang dan bagaimana ungkapan emosi tersebut
pada suatu pengalaman. Regulasi emosi biasanya digunakan untuk
menekan emosi negatif. Individu yang memiliki kemampuan strategi
regulasi emosi tinggi cenderung mengalami lebih sedikit konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
26
dengan orang lain dan memiliki hubungan sosial yang lebih positif.
Sebagai indikator kualitas interaksi sosial tersebut Lopes et al., (2011)
menyelidiki kualitas persahabatan.
3. Aspek – Aspek Kualitas Persahabatan
Berikut ini merupakan lima aspek kualitas persahabatan menurut Bukowski,
et al., (1994):
a. Kebersamaan (Companionship)
Aspek ini mengarahkan kepada aktivitas bersama yang membangkitkan
kesenangan, kegembiraan dan gairah atau semangat (Bukowski et al., 1994).
Menurut Gottman dan Parker (dalam Santrock, 2003) persahabatan akan
memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi
sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu
aktivitas. Dalam Skala Kualitas Persahabatan, aspek ini diwakili oleh item-
item yang berfokus pada jumlah waktu sukarela yang dihabiskan bersama.
b. Konflik/Masalah (Conflict)
Aspek ini melihat sejauh mana perselisihan dalam hubungan
persahabatan dapat diselesaikan secara efisien dan baik (Bukowski et al.,
1994). Penelitian mengenai persahabatan telah menunjukkan bahwa
penyelesaian konflik memiliki peran dalam kelangsungan dan kualitas
hubungan persahabatan (Berndt; Gottman dalam Bukowski et al., 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
27
c. Bantuan (Help)
Seiring berjalannya tahap perkembangan, fungsi penting dari
persahabatan adalah melindungi individu dari menjadi korban oleh orang
lain (Davies; Rizzo dalam Bukowski et al., 1994). Maka aspek ini mengacu
pada kesediaan sahabat untuk saling membantu jika ada orang lain yang
mengganggunya. Dengan kata lain, aspek ini mengarah pada penyediaan
bantuan, pemberian informasi, saran dan bentuk bantuan lain yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sahabatnya (Bukowski
et al., 1994).
d. Keamanan (Security)
Aspek ini merujuk pada rasa aman dan keyakinan yang diberikan seorang
individu pada situasi-situasi yang baru atau mengancam sahabatnya.
Menurut kalangan psikolog perkembangan, keamanan adalah salah satu
sifat terpenting dalam hubungan dengan sahabat (Blatz, 1966; Coleman,
1974; Davies, 1984; Douvan & Adelson, 1966; Salter / Ainsworth, 1940
dalam Bukowski et al., 1994). Semua penulis tersebut berpendapat bahwa,
dua ciri utama persahabatan adalah (a) kesan bahwa persahabatan mereka
aman dan mampu bertahan meskipun ada masalah atau konflik, dan (b)
kepercayaan yang dapat mereka andalkan dari sahabat mereka.
e. Kedekatan/Keintiman (Closeness)
Kedekatan (closeness) yaitu keadaan di mana individu bersifat peka
terhadap kebutuhan dan kondisi sahabatnya serta menerima sahabat apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
28
adanya (Bukowski et al., 1994). Gottman dan Parker (dalam Santrock,
2003) mengungkapkan bahwa kedekatan menunjukkan adaya ketulusan,
kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak
ada maksud ataupun niat untuk mengkhianati sahabatnya karena mereka
saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan sahabatnya. Fine
dan Rutter (dalam Bukowski et al., 1994) mengungkapkan bahwa salah satu
tema yang kuat dalam literatur teoretis mengenai hubungan persahabatan
adalah hubungan ini mampu memenuhi perasaan akan penerimaan dan
keterikatan. Dengan adanya hubungan persahabatan, individu memiliki
kesempatan untuk mendapatkan kasih sayang yang menunjukkan kepada
mereka bahwa hal itu penting dan diri mereka dihargai oleh sahabat mereka.
4. Proses dan Dampak Kualitas Persahabatan
Setelah menjelaskan mengenai aspek-aspek yang menyusun kualitas
persahabatan, pada bagian ini peneliti akan memberi gambaran mengenai
proses persahabatan pada individu dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Setelah itu peneliti juga akan menjelaskan mengenai dampak dari kualitas
persahabatan.
Persahabatan memiliki bentuk yang berbeda dalam setiap tahap
perkembangan. Pada anak usia prasekolah biasanya anak memiliki beberapa
teman sebaya yang menunjukkan perilaku lebih intim, namun konsep
persahabatan belum terbentuk sebagai relasi yang dapat bertahan lama, hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
29
sebagai teman bermain. Kemudian sekitar usia 8 tahun, anak-anak mulai
melihat teman sebagai orang yang memilki beberapa sifat, antara lain setia,
bisa dipercaya, kooperatif, dan peka terhadap kebutuhan orang lain (Pataki et
al dalam Jackson & Dwyer, 2013). Hartup (dalam Jackson & Dwyer, 2013)
mengungkapkan bahwa pada masa remaja, teman-teman dianggap sebagai
orang yang mampu memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing dan
bersedia menceritakan berbagai hal dari diri mereka. Kemudian memasuki
tahap usia dewasa, yang menjadi fokus relasi yang dibangun menjadi relasi
romantis.
Sullivan (dalam Santrock, 2003) mengungkapkan bahwa setiap individu
memiliki kebutuhan sosial dasar termasuk kebutuhan kasih sayang (ikatan yang
aman), teman yang menyenangkan, serta penerimaan oleh lingkungan sosial.
Dalam tahapan perkembangan, sahabat menjadi salah satu hal yang sangat
diandalkan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sullivan juga
menyatakan bahwa jika individu gagal membentuk persahabatan yang akrab
maka akan berakibat mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa harga
diri yang menurun. Individu menginginkan sahabat yang mempunyai minat
dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman,
dan yang dapat dipercaya untuk membahas masalah-masalah dan hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun orang lain (Hurlock, 1991).
Kualitas persahabatan yang baik dapat memberikan dampak positif terhadap
individu antara lain meningkatnya kesejahteraan psikologis (Falki & Khatoon,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
30
2016). Artinya ketika kualitas persahabatan baik, maka tingkat kesejahteraan
psikologis juga meningkat. Gleckel (2015) juga menyatakan bahwa kualitas
persahabatan yang baik dapat berkontribusi dalam kesejahteraan psikologis
individu khususnya mengenai kebahagiaan dan rasa memiliki. Sulivan (dalam
Santrock, 2014) juga berpendapat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan
sosial dasar termasuk kebutuhan akan teman yang menyenangkan dan
lingkungan sosial yang mampu menerima dirinya. Terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan emosi seorang
individu. Jika seorang individu tidak mampu membangun relasi persahabatan
yang baik maka individu tersebut akan mengalami rasa kesepian dan harga diri
menurun. Dengan asumsi tersebut, maka kualitas persahabatan dirasa penting
bagi remaja agar memiliki aspek perkembangan sosial yang baik yang nantinya
dapat menunjang kesejahteraan aspek psikologis yang lain.
Regulasi Emosi
Dalam subbab ini peneliti akan menjabarkan regulasi emosi mulai dari definisi,
faktor-faktor yang mempengaruhi, aspek-aspek, proses dan dampak serta regulasi
emosi pada mahasiswa perantau.
1. Definisi
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan definisi regulasi emosi.
Menurut Thompson (1994) regulasi emosi merupakan proses yang terdiri
dari proses intrinsik dan ekstrinsik yang bertanggungjawab untuk
memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosional, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
31
mencapai tujuan seseorang. Sedangkan menurut Gross (2014) regulasi
emosi merujuk pada pembentukan emosi yang dimiliki seseorang dan
bagaimana ungkapan emosi tersebut pada suatu pengalaman. Regulasi
emosi biasanya digunakan untuk menekan regulasi emosi negatif dengan
cara mengurangi intensitas atau durasi, misalnya terkait kemarahan,
kesedihan, dan kecemasan, dengan fokus khusus pada menurunnya
pengalaman dan perilaku emosi negatif. Regulasi emosi juga dapat
didefinisikan sebagai sebuah proses dinamis yang dimiliki individu,
berkaitan dengan kapan individu menggunakan dan bagaimana ia
mengalami serta mengekspresikan emosi tersebut (Gross, dalam Lopes et
al., 2011; Urry & Gross, 2010). Dari beberapa definisi regulasi emosi yang
telah dipaparkan sebelumnya, peneliti lebih mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Gross (2014) karena pendapat Gross (2014) lebih baru,
komprehensif, dan menjadi referensi banyak penelitian pada masa kini.
2. Faktor-Faktor Regulasi Emosi
Terdapat empat faktor yang memengaruhi regulasi emosi, yaitu:
a. Usia
Usia dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah waktu yang berlalu
sejak suatu organisme lahir (VandenBos, 2006). Sebuah penelitian yang
dilakukan Silvers et al., (2012) menyatakan bahwa individu dengan usia
lebih muda cenderung kurang mampu meregulasikan emosinya. Individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
32
dengan usia lebih tua memiliki regulasi emosi yang lebih baik dari pada
usia yang lebih muda, hal ini dikarenakan pengalaman (Silvers et al.,
2012).
b. Kemampuan Kognitif
Informasi yang diterima oleh individu dapat memengaruhi persepsi dan
cara berpikir terhadap situasi yang individu alami. Hal tersebut juga
dapat memengaruhi respons emosi yang muncul dalam diri individu. Jika
suatu situasi dipandang positif, maka individu mengembangkan respons
emosi yang positif. Begitu pula sebaliknya, jika individu memandang
negatif suatu situasi, maka respons emosi yang muncul adalah emosi
negatif (Utomo, 2015).
c. Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu interaksi sosial timbal balik antara
individu dengan individu lain yang saling melengkapi dalam suatu
periode tertentu (VandenBos, 2006). Perkembangan kemampuan
regulasi emosi salah satunya juga dipengaruhi oleh hubungan sosial
individu tersebut dengan individu lainnya. Contohnya hubungan individu
dengan keluarga. Morris, Silk, Steinberg, Myers, & Robinson (2007),
menyatakan terdapat tiga hal yang dapat menjelaskan pengaruh
hubungan individu dengan keluarga terhadap perkembangan regulasi
emosi yaitu (1) individu mulai belajar mengenai regulasi emosi dengan
melakukan observasi (2) sosialisasi dari regulasi emosi dipengaruhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
33
pengasuhan dan perilaku yang ditunjukkan orangtua dan (3) regulasi
emosi yang dimiliki individu merupakan dampak dari iklim emosional
yang dimiliki dalam keluarga yang ditunjukkan dengan adanya kualitas
hubungan kelekatan (Cassidy, 1994; Matsumoto, Nakagawa, & Yoo,
2008), gaya pengasuhan dan keterlibatan orangtua (Morris et al., 2007;
R.A Thompson & S.Meyer, 2007), ekspresi keluarga, serta kualitas
emosi dari hubungan suami dan istri. Salovey dan Sluyter (dalam
Nisfianoor, M, & Kartika, 2004) mengatakan bahwa hubungan
interpersonal dan individual saling berhubungan dan mempengaruhi
regulasi emosi sehingga emosi dapat meningkat bila individu yang ingin
mencapai tujuan dapat berinteraksi dengan lingkungan dan individu
lainnya. Emosi positif dapat meningkat apabila individu dapat mencapai
tujuannya. Sebaliknya emosi negatif meningkat apabila individu
kesulitan dalam mencapai tujuan.
d. Budaya
Budaya adalah hal-hal yang khas dalam suatu masyarakat atau
komunitas, seperti adat istiadat, nilai, kepercayaan, pengetahuan, sikap,
dan perilaku yang membedakan dengan kelompok masyarakat atau
komunitas lainnya (VandenBos, 2006). Nilai dalam budaya yang dianut
kelompok masyarakat tertentu dapat memengaruhi regulasi emosi
seseorang. Matsumoto et al., (2003) menyatakan bahwa regulasi emosi
dapat dipengaruhi oleh nilai budaya yang dianut di suatu negara. Budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
34
dalam suatu kelompok masyarakat memengaruhi bagaimana individu
menerima dan menilai pengalaman emosi yang dialaminya, serta
bagaimana menampilkan suatu respons emosi.
3. Strategi Regulasi Emosi
Gross dan Thompson (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya regulasi
emosi melibatkan dua proses, yaitu proses intrisik dan proses ekstrinsik.
Proses intrinsik adalah cara individu mengelola emosi yang muncul dari
dalam dirinya sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan proses ekstrinsik
adalah cara individu dalam memengaruhi emosi individu lain. Berikut
merupakan proses regulasi emosi yang terdiri dari lima tahapan yang
dikemukakan (Gross, 2014).
a. Seleksi Situasi (Situation Selection)
Seleksi situasi merupakan tindakan yang dilakukan individu untuk
mendekati atau menghindari individu lain, objek, atau situasi tertentu
untuk mengurangi atau meningkatkan emosi (Gross, 2014). Dengan
melakukan seleksi situasi dalam meregulasi emosi, diharapkan individu
memiliki pertimbangan kapasitas pengaturan dirinya. Seleksi situasi ini
melibatkan pengambilan tindakan yang memungkinkan seseorang agar
berada dalam situasi yang diharapkan serta menimbulkan emosi yang
diinginkan atau tidak diinginkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
35
b. Modifikasi Situasi (Situation Modification)
Modifikasi situasi termasuk dalam stategi regulasi emosi eksternal,
di mana modifikasi situasi bertugas untuk menyesuaikan situasi
lingkungan fisik (eksternal) untuk mengubah dampak emosional, dan
menciptakan situasi yang diinginkan (Gross, 2014). Usaha mengubah
situasi secara langsung tersebut bertujuan untuk mengalihkan emosi
yang dirasakan. Modifikasi situasi dilakukan langsung untuk mengubah
emosi yang ditimbulkan dari situasi yang ada. Perubahan dampak
emosional yang ada tersebut merupakan bentuk nyata dari regulasi
emosi (Gross, 2014).
c. Penyebaran Perhatian (Attentional Deployment)
Penyebaran perhatian merupakan tindakan individu mengarahkan
perhatian pada situasi tertentu sehinga dapat mempengaruhi emosi
mereka (Gross, 2014). Penyebaran perhatian merupakan strategi
regulasi emosi pertama yang muncul sepanjang tahapan perkembangan
(Rothbart, Ziuie, & O’Boyle, 1992). Sejak bayi sampai dewasa individu
menggunakan penyebaran perhatian, terlebih lagi ketika individu tidak
mungkin untuk mengubah atau memodifikasi situasi (Gross, 2014).
Penyebaran perhatian memiliki dua strategi, yaitu distraksi dan
konsentrasi. Dengan melakukan distraksi, individu memfokuskan
perhatiannya pada aspek atau hal lain yang berbeda dari situasi yang
sedang dihadapi (Stifter & Moyer, 1991). Hal tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
36
mengalihkan perhatian individu dari situasi yang sedang dialami. Fokus
internal individu dapat berubah ketika distraksi tersebut terjadi (Watts,
dalam Gross, 2014). Sedangkan konsentrasi merupakan cara
meregulasi emosi dengan memfokuskan perhatian pada bentuk emosi
yang muncul dari situasi tersebut (Gross, 2014).
d. Perubahan Kognitif (Cognitive Change)
Perubahan kognitif merupakan strategi regulasi emosi dengan cara
individu mengubah penilaiannya terhadap situasi yang dialami untuk
mengubah emosinya, serta mengatur tuntutan sikap yang sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki (Gross, 2014). Perubahan kognitif merupakan
salah satu strategi regulasi emosi internal, yaitu berkaitan dengan
memodifikasi lingkup internal individu (kognisi atau pikiran individu).
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam perubahan kognitif
adalah dengan melakukan penilaian ulang (reappraisal). Penilaian
kembali (reappraisal) mengacu pada cara individu menafsirkan
kembali situasi yang dapat memunculkan emosi (Gross, 2014).
e. Perubahan Respons (Responsse Modulation)
Tahap ini terjadi pada bagian akhir sebagai bentuk respons
seseorang setelah mengalami emosi (Gross, 2014). Perubahan respons
memiliki strategi regulasi emosi supresi ekspresif (expressive
suppression). Supresi dilakukan dengan cara mengubah respons secara
sadar dari ekspresi perilaku saat individu sedang merasa emosional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
37
Perubahan respons secara langsung dapat memengaruhi respons
fisiologis, pengalaman, atau perilaku (Gross, 2014). Supresi melibatkan
perilaku untuk mengurangi pengeskpresian emosi saat individu sudah
dalam keadaan emosional (Gross, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua strategi regulasi
emosi yang merupakan bagian dari tahap regulasi emosi. Gullone et al.,(2010)
menyebutkan dua hal yang dapat dioperasionalkan dalam dua strategi yang
dikemukakan Gross (2014) yaitu reappraisal dan suppresion. Penilaian ulang
(reappraisal) merupakan strategi di mana individu menafsirkan kembali
situasi agar dapat mengubah dampak emosionalnya (Gross, 2014). Ketika
individu mengalami kejadian yang memunculkan stress, penilaian ulang
dapat membantu individu menginterpretasikan kejadian tersebut dengan cara
yang lebih positif (Gullone et al., 2010). Penilaian ulang dapat membuat
individu lebih mengalami dan mengekspresikan afek yang lebih positif dan
mengurangi afek negatif yang sebelumnya dirasakan.
Sedangkan supresi (suppresion) merupakan bentuk dari perubahan
respons yang dilakukan dengan cara menghambat atau penekanan perilaku
mengekspresikan emosi yang sedang dialami (Gross, 2014). Individu yang
dapat melakukan penekanan (suppresion) akan mengalami dan
mengekspresikan afek positif yang lebih sedikit. Ketika individu mengurangi
pengalaman emosi negatif dengan cara menekan emosi negatif, hal tersebut
dapat mengurangi pengalaman emosi positif yang utuh (Gullone et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
38
Individu menggunakan reappraisal maupun suppression sesuai dengan
situasi dan tujuannya. Hal tersebut dikarenakan reappraisal maupun
suppression memiliki kegunaannya masing-masing. Artinya, reappraisal
maupun suppression memiliki manfaat bagi individu dalam meregulasi
emosinya.
4. Proses dan Dampak Regulasi Emosi
Menurut Gross (2014) proses regulasi emosi diawali dengan pemilihan
situasi (situation selection) yaitu tindakan menghindar atau mendekati objek
dan situasi tertentu dengan tujuan mengurangi atau meningkatkan emosi.
Dalam proses ini individu melibatkan pengambilan tindakan yang akan
membawa individu tersebut dalam situasi yang diharapkan. Situasi tersebut
selanjutnya menimbulkan emosi yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Kemudian individu akan berusaha mengubah situasi secara langsung untuk
mengalihkan emosi yang dirasakan (situation modification). Selanjutnya
penyebaran perhatian (attention deployment) merupakan pengelolaan emosi
dengan mengalihkan perhatian pada situasi tertentu. Setelah itu, individu
melakukan perubahan kognitif (cognitive change) yaitu bagaimana individu
menilai situasi yang dialami agar mengubah emosinya secara signifikan dan
bagaimana individu berpikir mengenai situasinya sesuai dengan
kapasitasnya. Proses perubahan kognitif ini memiliki strategi regulasi emosi
yaitu reappraisal. Reappraisal merupakan strategi di mana individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
39
mencoba menafsirkan kembali situasi yang dapat memunculkan emosi.
Kelima, perubahan respons (response modulation) yang bertujuan untuk
mempengaruhi fisiologis, pengalaman atau perilaku aspek dari respons
emosional. Tahap ini terjadi pada bagian akhir yang merupakan respons
seseorang setelah mengalami emosi (Gross, 2014).
Gross (2014) memaparkan bahwa regulasi emosi dapat terjadi secara
otomatis atau dikontrol, disadari atau tidak disadari dan bisa memiliki efek
pada satu atau lebih proses yang membangkitkan emosi. Proses regulasi
emosi dari pemilihan situasi sampai perubahan kognitif dapat dianggap
sebagai antecedent-focused. Proses regulasi emosi perubahan respons
dapat dianggap sebagai response-focused. Proses regulasi emosi
diibaratkan rangkaian besar dari regulasi emosi yang memiliki rangkaian
kecil untuk mencapai tujuan dari rangkai tersebut. Rangkaian-rangkaian
kecil merupakan strategi regulasi emosi. Strategi regulasi emosi merupakan
suatu rencana atau tindakan yang dilakukan untuk meregulasi emosi
(Gross, 2014).
Berdasarkan pemaparan di atas Gross menegaskan bahwa cara
suppression dan reappraisal bisa terjadi secara bersamaan dalam proses
regulasi emosi. Dalam hal itu individu mengelola emosi dengan
melibatkan proses intrinsik dan proses ekstrinsik. Proses yang berjalan itu,
menjadikan individu mampu merespon hubungan persahabatan secara
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
40
5. Regulasi Emosi Mahasiswa Perantau
Setelah pada subbab sebelumnya sudah dijelaskan mengenai proses dan
dampak regulasi emosi, selanjutnya pada bab ini akan menggambarkan
mengenai regulasi emosi pada mahasiswa perantau.
Regulasi emosi memungkinkan individu terlibat dalam pemikiran
jernih tentang kejadian antarbudaya. Jika mahasiswa perantau tidak
memiliki kemampuan untuk mengatur atau mengendalikan emosinya,
mereka tidak mungkin menyesuaikan diri dengan baik, mereka akan
terkunci dalam cara berpikir otomatis dan kebiasaan mereka dalam
berinteraksi dengan dunia (Matsumoto et al., 2003).
Kemampuan regulasi emosi saja tidak cukup. Mahasiswa perantau
kemudian harus terlibat dalam proses pembelajaran budaya baru, yang
mengharuskan mereka untuk menganalisis dasar-dasar konteks budaya,
dan memahami maksud dan perilaku yang menghasilkan konflik di tempat
asal dari perspektif budaya yang berbeda. Empat faktor utama untuk
pertumbuhan pribadi dalam kaitannya dengan menghadapi perbedaan
budaya, yaitu regulasi emosi, pemikiran kritis, keterbukaan, dan
fleksibilitas (Matsumoto et al., 2003).
Kontak antarbudaya dan perubahan adalah peristiwa kehidupan yang
signifikan dan erat kaitannya dengan stres, dan kemampuan memecahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
41
masalah. Sehingga diperlukan upaya tertentu untuk menghadapi kehidupan
di lingkungan yang baru dan berbeda (Ward, 2001).
Selain daripada itu, subbab berikutnya mengenai hubungan regulasi
emosi dan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau.
Hubungan Regulasi Emosi dan Kualitas Persahabatan pada Mahasiswa
Perantau
Selanjutnya, telah sampai pada dinamika antarvariabel pada mahasiswa
perantau. Ketika mahasiswa perantau berada pada lingkungan sosial yang baru,
maka interaksi sosial dengan orang-orang baru pun akan dimulai. Interaksi sosial
yang dibentuk tersebut salah satunya adalah relasi persahabatan.
Pada mahasiswa perantau, dapat dilihat bahwa mahasiswa perantau yang
berasal dari etnis yang sama lebih cenderung memiliki sistem kepercayaan
bersama dengan tantangan serupa seperti akulturasi, oleh karena itu mereka
memiliki pemahaman yang saling menguntungkan yang diperlukan untuk
keterbukaan diri mereka (Maharaj & Connolly, 1994). Berbagai kesamaan
yang ditemukan pada mahasiswa perantau dapat membuat ikatan yang erat
serta dapat meningkatkan kebersamaan (Akhtar, 2009). Selain itu, hubungan
para perantau dengan sahabat yang berasal dari daerah yang sama berpola pada
ikatan keluarga awal (Titzmann, 2014).
Selain itu dalam relasi persahabatan terdapat tindakan saling memberikan
bantuan. Hal tersebut dikarenakan pada diri mahasiswa perantau dengan teman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
42
sahabat atau masyarakat terdapat perbedaan dalam banyak hal yang dapat
menimbulkan hambatan bagi persahabatan, misalnya status sosial dan
komunikasi (Maharaj & Connolly, 1994). Pada mahasiswa perantau, mereka
mendapatkan perasaan positif bila sahabat yang asli dari daerah tersebut
memberikan dukungan ego, terutama pada saat situasi sulit, misalnya ketika
menemukan budaya baru yang sebelumnya belum pernah dijumpai (Church,
1982).
Dalam menjalin relasi persahabatan tidak dapat dipungkiri, akan muncul
beragam emosi seperti senang, sedih, kecewa, marah,dan lain-lain. Saat marah,
orang mungkin mengatakan dan melakukan hal-hal yang kemudian mereka
sesali dan dapat merusak hubungan. Emosi yang kuat dapat merusak
pengambilan keputusan yang rasional dengan mengganggu pemrosesan
informasi yang kompleks (Simon, dalam Lopes et al., 2011). Emosi juga dapat
menafsirkan bias situasi ambigu dan penilaian risiko, yang menyebabkan
keputusan buruk (Tiedens & Lerner, 2006). Yang terakhir namun tidak kalah
pentingnya, individu mungkin dikucilkan jika mereka tidak dapat mengolah
tanggapan emosional mereka sesuai dengan perasaan dan peraturan yang berlaku
(Eid & Diener, 2001; Ekman, 2003).
Persahabatan identik dengan melakukan berbagai kegiatan bersama, namun
seiring bertambahnya usia, persahabatan menjadi semakin saling terlibat,
termasuk saling meningkatkan keterbukaan dan keintiman (Aboud &
Mendelson, 1998). Salah satu indikator terkuat dalam hal ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
43
penggunaan bahasa baru oleh perantau (Masgoret & Ward, 2006).
Menggunakan bahasa baru tidak hanya meningkatkan komunikasi interetnis,
namun juga menyampaikan identitas, menyampaikan pengetahuan tentang
budaya baru (Caldas & Caron-caldas, 2002; Gudykunst & Schmidt, 1987) dan
mungkin membuat persahabatan mahasiswa perantau menjadi lebih menarik.
Dengan menggunakan bahasa daerah yang baru secara lebih sering maka akan
menghasilkan banyak kesamaan antara mahasiswa perantau dan individu-
individu yang asli daerah tersebut. Proses penggunaan bahasa daerah pada
daerah yang baru juga dapat membuat mahasiswa perantau menjalin
persahabatan dengan sahabat yang berasal pada daerah tersebut.
Mahasiswa perantau juga harus memiliki kemampuan yang mendukung
agar bisa mencapai kualitas relasi persahabatan yang tinggi. Salah satu
kemampuan yang perlu dimiliki adalah regulasi emosi. Regulasi emosi
memungkinkan individu terlibat dalam pemikiran jernih tentang kejadian antar
budaya (Matsumoto et al., 2003). Jika mahasiswa perantau tidak memiliki
kemampuan untuk mengatur atau mengendalikan emosinya, mereka tidak
mungkin menyesuaikan diri dengan baik, karena mereka akan terkunci dalam
cara berpikir otomatis dan kebiasaan mereka dalam berinteraksi dengan dunia
(Matsumoto,et al., 2003). Empat hal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
pribadi dalam kaitannya dengan menghadapi perbedaan budaya, yaitu regulasi
emosi, pemikiran kritis, keterbukaan, dan fleksibilitas (Matsumoto et al.,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
44
Gross (2014) mendefinisikan regulasi emosi sebagai proses dinamis di
mana individu mempengaruhi emosi yang mereka miliki, kapan mereka
memilikinya, dan bagaimana mereka mengalami dan mengekspresikan emosi
ini. Setiap orang masing-masing berbeda dalam kemampuan mereka untuk
mengidentifikasi secara efektif strategi regulasi, mengakses strategi ini, dan
menggunakannya secara fleksibel (Cole, Michel, & Teti, 1994) dan perbedaan
individu dalam kemampuan ini diperkirakan mempengaruhi adaptasi dalam
berbagai domain kehidupan.
Regulasi emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial setidaknya
dalam dua cara. Secara lebih langsung, orang dapat memodifikasi situasi atau
interaksi (emosional dan sosial), melemahkan konflik dan mengelola emosi
orang lain secara langsung, terlepas dari pengaruh seseorang. Secara tidak
langsung, orang dapat meningkatkan pengalaman afektif mereka sendiri, yang
kemudian mempengaruhi pengalaman afektif orang lain dan nada emosional
interaksi, melahirkan keramahan dan tanggapan positif dari orang lain melalui
penularan emosional, penilaian sosial, dan penguatan antarpribadi dalam
lingkaran umpan balik positif (Parkinson et al., 2005 dalam Lopes et al., 2011).
Penelitian mengenai regulasi emosi mempengaruhi interaksi sosial sudah
pernah dilakukan oleh (Lopes et al., 2011). Maka peneliti dalam hal ini ingin
meneliti regulasi emosi dengan kualitas persahabatan pada mahasiwa perantau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
45
Kerangka Konseptual
Dari perspektif psikologi perkembangan, mahasiswa berada di tahap
perkembangan emerging adulthood yaitu berusia 18 -23 tahun (Arnett, 1994).
Rentang usia tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa tidak lagi dalam tahap
kehidupan masa remaja tetapi juga belum menjalankan peran sebagai orang
dewasa (Arnett, 1994). Mahasiswa dalam tahap perkembangan tersebut dalam
proses mempersiapkan dirinya untuk memiliki peran dewasa Arnett (1994).
Pada tahapan tersebut, mahasiswa perantau memiliki tugas khusus, yaitu
eksplorasi (Arnett, 2000). Selain itu, pada tahap ini individu mulai melepaskan
ketergantungannya terhadap orang lain tidak seperti anak-anak dan remaja yang
masih bergantung pada orangtuanya. Dalam eksplorasi ini, terkadang individu
juga dapat menemukan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
dibawa olehnya sejak kecil (Arnett, 2000). Dengan adanya eksplorasi ini,
individu akan memiliki gambaran yang jelas tentang dirinya yang digunakan
sebagai bekal untuk memasuki masa dewasa nanti.
Erikson (dalam Newman & Newman, 2012) juga mengemukakan Teori
Perkembangan Psikososial yang menyatakan bahwa pada masa perkembangan
ini mahasiswa perantau dapat mengalami krisis psikososial yaitu identitas versus
kebingungan identitas. Erikson mengungkapkan bahwa identitas berkaitan
dengan tujuan hidup dan nilai-nilai yang dianut (Newman & Newman, 2012).
Individu akan mengalami kebingungan identitas jika individu tersebut tidak atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
46
belum menemukan identitas diri mereka (Feist & Feist, 2006). Hal tersebut dapat
memunculkan permasalahan seperti kurang memiliki gambaran diri yang jelas
dan ketidakmampuan membangun relasi.
Pada tahapan tersebut, remaja diharapkan mampu menjawab siapakah dirinya
dengan cara mengeksplorasi berbagai hal. Pada tahapan tersebut remaja
berusaha mengembangkan eksistensi diri mereka dalam masyarakat (Papalia &
Feldman, 2014). Tentunya dalam melewati krisis perkembangan psikososial
tersebut mahasiswa perantau tidak terlepas dari menjalin relasi dengan orang
lain, termasuk menjalin persahabatan. Hal tersebut perlu dikembangkan dengan
baik agar mahasiswa perantau mampu membekali diri mereka untuk melewati
krisis psikososial pada tahap perkembangan selanjutnya. Menurut Robert
Havighurst (dalam Sarwono, 1989) terdapat delapan tugas perkembangan antara
lain, menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang mana pun, berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi
terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya, merencanakan tingkah laku sosial
yang bertanggung jawab, dan mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai
pedoman tingkah lakunya. Salah satu tugas perkembangan pada masa tersebut
yang sulit adalah berkaitan dengan penyesuaian sosial, hal ini dikarenakan
individu perlu melakukan penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh
kelompok teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, serta nilai-nilai
baru dalam dukungan dan penolakan sosial (Hurlock, 1991). Tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
47
perkembangan yang menjadi sorotan dalam penelitian ini yaitu menjalin
hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin mana pun.
Hubungan dengan teman sebaya tersebut salah satunya adalah dengan menjalin
relasi persahabatan. Relasi persahabatan yang dijalin sebaiknya memiliki
kualitas yang baik. Kualitas persahabatan diasumsikan dapat mempengaruhi
perkembangan sosial bahkan sejak individu masih berada pada tahap
perkembangan masa kanak-kanak. Seiring berjalannya masa perkembangan
individu, mahasiswa mulai memasuki masa pendidikan yang baru di daerah
yang berbeda. Maka, mahasiswa perantau mulai berpisah dari keluarga dan
memasuki lingkungan yang baru.
Dalam persepktif psikologi sosial, menurut Church (1982) mahasiswa
perantau termasuk dalam golongan sojourner. Populasi sojourner terdiri dari
orang-orang yang belum tentu tinggal secara menetap. Sojourner tinggal dalam
sebuah tempat atas kemauan sendiri, tidak terikat secara mendalam dengan
tempat itu dan dapat dengan mudah berpindah (Hamann, 2001). Selain itu,
dalam perspektif psikologi sosial beberapa masalah yang pada umumnya dialami
oleh mahasiswa perantau ialah terkait kesulitan bahasa, masalah keuangan,
penyesuaian pada sistem pendidikan baru, serta kebiasaan sosial dan norma
(Church, 1982). Menurut Bochner (dalam Church, 1982) terdapat 4 peran yang
berbeda yang perlu disesuaikan oleh mahasiswa perantau antara lain sebagai
orang asing dengan masalah pembelajaran budaya yang baru, sebagai siswa yang
menyesuaikan diri dengan stres yang umumnya terjadi pada semua siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
48
menghadapi sistem tingkat pendidikan yang baru, sebagai orang dewasa yang
berkembang, serta sebagai orang yang peduli dengan tujuan dan makna hidup
mereka. Agar dapat menjalani peran-peran tersebut, khususnya agar dapat
menyesuaikan diri dengan stres yang umumnya terjadi pada semua siswa pada
tingkat pendidikan yang baru, maka mahasiswa perlu menjalin relasi yang baik
dengan orang-orang baru pula yang ada disekitarnya. Salah satu relasi yang
terjalin ialah relasi persahabatan. Mahasiswa perantau sebagai bagian dari
individu dewasa awal tentu masih menginginkan teman yang mempunyai minat
dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman,
dan yang dapat diberi kepercayaan membahas masalah-masalah dan hal-hal
yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun pengajar (Hurlock,
1991). Karena itu relasi persahabatan yang berkualitas baik penting untuk
dibangun, terlebih bagi mahasiswa perantau yang tentu saja jauh dari lingkungan
keluarga.
Regulasi emosi adalah salah satu kemampuan yang dibutuhkan oleh
mahasiswa perantau. Jika mahasiswa perantau tidak memiliki kemampuan untuk
mengatur atau mengendalikan emosinya, mereka tidak mungkin menyesuaikan
diri dengan baik, karena mereka akan terkunci dalam cara berpikir otomatis dan
kebiasaan mereka dan berinteraksi dengan dunia (Matsumoto et al., 2003).
Kemampuan regulasi emosi saja tidak cukup. Mahasiswa perantau kemudian
harus terlibat dalam proses belajar tentang budaya baru, yang mengharuskan
mereka untuk menganalisis dasar-dasar konteks budaya, dan memahami maksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
49
dan perilaku yang menghasilkan konflik di tempat asal dari perspektif budaya
yang berbeda. Empat bahan utama untuk pertumbuhan pribadi dalam kaitannya
dengan menghadapi perbedaan budaya, yaitu regulasi emosi, pemikiran kritis,
keterbukaan, dan fleksibilitas (Matsumoto et al., 2003). Emosi yang kita rasakan
dan ekspresikan sangat penting bagi kesehatan psikososial dan fisik kita,
misalnya dapat meningkatkan pencapaian tujuan, dan memfasilitasi interaksi
interpersonal. Regulasi emosi dipahami sebagai proses ekstrinsik dan intrinsik
yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi
reaksi emosional, untuk mencapai tujuan seseorang (Thompson, 1994). Dengan
demikian, regulasi emosi dibutuhkan oleh mahasiswa perantau yang yang
berpindah ke daerah yang baru. Hal ini dikarenakan karena mahasiswa perantau
akan menghadapi tugas-tugas yang baru diiringi dengan berbagai tantangan dan
kesulitan yang dihadapi pada daerah yang baru, salah satunya terkait dengan
relasi interpersonal, yaitu persahabatan. Persahabatan berkorelasi positif dengan
kesejahteraan psikologis, artinya ketika persahabatan bagus, maka tingkat
kesejahteraan psikologis juga meningkat (Falki & Khatoon, 2016). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kualitas persahabatan penting dalam aspek kehidupan
individu di lingkup sosial.
Hal ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan (Gleckel, 2015)
yang menunjukkan bahwa kualitas persahabatan yang baik dapat berkontribusi
dalam kesejahteraan psikologis individu khususnya mengenai kebahagiaan dan
rasa memiliki. Selain itu, Sulivan (1963) juga berpendapat bahwa setiap individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
50
memiliki kebutuhan sosial dasar termasuk kebutuhan akan teman yang
menyenangkan dan lingkungan sosial yang mampu menerima dirinya.
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan
emosi seorang individu. Jika seorang individu tidak mampu membangun relasi
persahabatan yang baik maka individu tersebut akan mengalami rasa kesepian
dan harga diri menurun. Dengan asumsi tersebut, maka kualitas persahabatan
dirasa penting bagi mahasiswa perantau agar memiliki aspek perkembangan
sosial yang baik yang nantinya dapat menunjang kesejahteraan aspek psikologis
yang lain.
Gambar 1. Skema hubungan antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan
pada mahasiswa perantau
Regulasi Emosi Tinggi Regulasi Emosi Rendah
Emosi positif, tingkat konflik rendah Emosi negatif, tingkat konflik tinggi
Kualitas Persahabatan Tinggi Kualitas Persahabatan Rendah
Mahasiswa Perantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
51
Hipotesis
Berdasarkan paparan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang positif antara regulasi emosi dan kualitas persahabatan
pada mahasiswa perantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana metode penelitian secara keseluruhan.
Dalam bagian rancangan penelitian, peneliti akan membahas seperti apa bentuk dan
desain penelitian ini. Kemudian, peneliti membahas individu-individu yang akan
menjadi target penyebaran skala pada penelitian ini. Pada bagian definisi
operasional, kedua variabel akan dibahas berdasarkan definisi yang dapat diamati
dan diukur. Selanjutnya, pada prosedur penelitian, peneliti akan membahas tata cara
bagaimana penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga
mengajak kita untuk mengetahui alat ukur yang digunakan oleh peneliti untuk
pengumpulan data. Selanjutnya, analisis data membahas bagaimana data yang
diperoleh akan diolah. Terakhir, pada pertimbangan etis, peneliti akan membahas
dampak dari penelitian ini terhadap partisipan dan bagaimana menanggulanginya.
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif di mana data akan
dikumpulkan kemudian dipresentasikan dalam rupa angka (Goodwin, 2010).
Penelitian kuantitatif menekankan pada analisis data-data kuantitatif (angka) yang
dikumpulkan melalui prosedur pengukuran dan diolah dengan metode analisis
statistika (Azwar, 2017). Penelitian ini menggunakan analisis korelasional yang
bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan arah hubungan yang ada di antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
53
variabel-variabel (Azwar, 2017). Penelitian ini mengumpulkan data dengan
menggunakan metode survei. Survei merupakan kumpulan pertanyaan atau
pernyataan yang terstruktur kemudian diberikan kepada sekelompok individu untuk
mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kecenderungan perilakunya (Goodwin,
2010). Desain penelitian survei tersebut dianggap paling efektif karena data yang
diperoleh lewat penggunaan kuesioner dapat dikategorikan sebagai data faktual.
Kuesioner merupakan bentuk instrumen pengumpulan data penelitian yang sangat
fleksibel dan relatif mudah untuk digunakan (Azwar, 2017). Survei akan dilakukan
dengan menggunakan google form.
B. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa perantau, dengan kata
lain mahasiswa yang berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta. Partisipan juga
merupakan mahasiswa dengan rentang usia 18-23 tahun. Untuk memenuhi
kebutuhan partisipan tersebut, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kriteria
tertentu yang dimiliki oleh partisipan (Siregar, 2013). Dengan adanya pertimbangan
pada kriteria partisipan, jenis sampling ini termasuk dalam sampling yang bersifat
nonprobabilitas. Artinya, populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini (Neuman, 2014). Hal ini membuat hasil
penelitian dengan metode sampling yang bersifat non probabilistik tidak dapat
digeneralisasikan ke seluruh populasi. Namun metode tersebut tetap dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
54
memberikan informasi mengenai kondisi subjek penelitian terkait dengan hasil
penelitian ini.
C. Identifikasi Variabel
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel tergantung
(dependent variabel) dan variabel bebas (independent variable). Supratiknya,
(2015) menyebutkan bahwa variabel tergantung merupakan variabel yang
diasumsikan sebagai hasil atau akibat pengaruh dari variabel bebas. Sedangkan
variabel bebas merupakan variabel yang kemungkinan mempengaruhi atau
berdampak pada hasil tertentu. Variabel dalam penelitian ini adalah:
Variabel bebas : Regulasi Emosi
Variabel tergantung : Kualitas Persahabatan
D. Definisi Operasional Variabel
1. Kualitas Persahabatan
Kualitas persahabatan merupakan tingkat baik buruknya hubungan
emosional antara dua atau lebih individu yang dilandasi oleh rasa saling
percaya, keintiman, saling berbagi, keterbukaan, dan saling memberikan
dukungan dari waktu ke waktu. Kualitas persahabatan dalam penelitian ini
akan diukur menggunakan skala Kualitas Persahabatan yang terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
55
aspek kebersamaan (companionship), konflik/masalah (conflict), bantuan
(help), keamanan (security), kedekatan/keintiman (closeness).
2. Regulasi Emosi
Regulasi emosi merupakan serangkaian proses yang dilakukan individu
untuk mengatur emosi dalam dirinya berkaitan dengan cara yang dilakukan
individu untuk merasakan dan mengekspresikan emosi tersebut. Regulasi
emosi dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Regulasi Emosi
yang terdiri dari aspek penilaian kembali (reappraisal) dan penekanan
(suppression).
E. Prosedur Pelaksanaan
Penelitian ini menggunakan skala Kualitas Persahabatan dan skala Regulasi
Emosi yang disusun oleh peneliti untuk pengumpulan data. Skala Kualitas
Persahabatan dibuat berdasarkan teori Kualitas Persahabatan oleh Bukowski
(1994). Peneliti membuat item-item berdasarkan aspek-aspek Kualitas
Persahabatan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Begitu pula dengan
skala Regulasi Emosi yang disusun berdasarkan aspek teori Regulasi Emosi oleh
Gross (2014). Setelah item dibuat, peneliti meminta bantuan kepada rekan
peneliti (peer judgement) sejumlah tujuh orang untuk menilai relevansi item-
item dengan konsruk teorinya. Selain itu, peneliti juga meminta bantuan kepada
dosen pembimbing untuk melakukan validasi isi (profesional judgement).
Alhasil peneliti mendapatkan revisi pada skala yang telah dibuat, di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
56
peneliti harus membenahi beberapa kalimat item dalam skala agar kalimat pada
skala mudah dipahami subjek. Setelah selesai pada tahap ini, skala tersebut
sudah siap digunakan untuk pengambilan data try out sampai akhirnya skala siap
digunakan.
Setelah melakukan persiapan, peneliti melakukan uji coba (try out) terlebih
dahulu, karena peneliti menyusun skala sendiri dan bukan adaptasi dari skala
yang sudah ada. Kuesioner disebar secara online. Proses uji coba ini berlangsung
dari tanggal 13 sampai 19 Oktober 2018 namun karena reliabilitas yang di
peroleh skala regulasi emosi kurang memuaskan maka uji coba di lakukan
kembali pada tanggal 6 Desember 2018 sampai 11 Desember 2018. Dari proses
ini peneliti mendapatkan 78 partisipan. Setelah melakukan uji coba, peneliti
melakukan perhitungan statistika untuk mendapatkan reliabilitas dan validitas
yang akan dibahas pada subbab Validitas dan Reliabilitas. Selain itu, peneliti
juga melakukan seleksi item dengan melihat indeks korelasi antar item untuk
memilah item-item yang layak digunakan dalam penelitian. Pembahasan terkait
seleksi item kemudian akan dijelaskan dalam subbab Seleksi Item.
Perhitungan statistika untuk melihat reliabilitas, validitas, dan melakukan
seleksi item menghasilkan 40 item pada skala Kualitas Persahabatan dan 18 item
pada skala Regulasi Emosi. Setelah melakukan uji coba, peneliti kemudian
mengambil data terhadap partisipan dengan rentang usia 18-23 tahun,
merupakan mahasiswa perantau atau berasal dari luar Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada 19 Desember 2018 sampai 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
57
Desember 2018. Kuesioner disebar secara online. Dari proses ini peneliti
mendapatkan 160 partisipan.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Kedua variabel dalam penelitian ini diukur menggunakan alat pengumpulan
data. Proses pengumpulan data pada variabel Kualitas Persahabatan dan variabel
Regulasi Emosi ini menggunakan metode survei. Peneliti akan membagikan
kuesioner dalam bentuk skala mengenai variabel dalam penelitian ini kepada
sampel. Skala yang digunakan berupa skala likert. Partisipan akan diminta untuk
menyatakan respons kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap suatu
pernyataan dalam rentang yang bersifat kontinum (Supratiknya, 2014). Dalam
skala tersebut akan disajikan sejumlah pernyataan yang bersifat favorable dan
unfavorable dengan alternatif pilihan jawaban yang meliputi “Sangat Sesuai”
(SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), dan “Sangat Tidak Sesuai” (STS).
1. Kualitas Persahabatan
Pengumpulan data kualitas persahabatan dilakukan dengan
menggunakan skala yang disusun oleh peneliti. Skala ini mengacu pada
teori kualitas persahabatan yang ditulis oleh Bukowski (1994) di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
58
kualitas persahabatan disusun dari Kebersamaan (Companionship),
Konflik/Masalah (Conflict), Bantuan (Help), Keamanan (Security),
Kedekatan/keintiman (Closeness) (Bukowski, 1994).
Skala ini terdiri dari item-item favorable dan unfavorable. Pada
item-item favorable, skor bergerak dari 1-4. Semakin individu menyetujui
pernyataan yang terdapat pada item, semakin tinggi pula skor yang didapat
oleh partisipan. Hal ini menunjukkan kualitas persahabatan yang tinggi
pula. Pada item unfavorable, skor juga bergerak dari 1-4. Sebaliknya,
semakin individu menyetujui pernyataan yang terdapat pada item, semakin
rendah skor yang didapat oleh partisipan.
Untuk mendapatkan data skor variabel kualitas persahabatan,
peneliti menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri.
Kuesioner berisi 40 item dengan penjabaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
59
Tabel 1
Blueprint Skala Kualitas Persahabatan
No. Aspek Indikator Sebaran Item
Total Persentase Favorable Unfavorable
1. Kebersamaan
(Companionship)
Meluangkan banyak waktu bersama-
dengan sahabat, banyak melakukan
hal-hal menyenangkan sambil
berbagi cerita, saling mengunjungi
tempat tinggal.
5, 2,17,23,33 28,38,43,48,41 10 20,40 %
2. Konflik/Masalah
(Conflict)
Mampu menghadapi masalah,
banyak berargumen.
1,20,3,26,36 46,13,31,22,34 10 20,40 %
3. Bantuan (Help) Mampu saling memberikan berbagai
bentuk bantuan kepada sahabat.
45,7,16,30,25 49,40,47,37,42 10 20,40 %
4. Keamanan (Security) Dapat membicarakan masalah yang
dimiliki pada sahabat, memiliki
sahabat yang dapat melindunginya
dari gangguan.
39,44,35,32 29,24,21,18,14 9 18,37 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
60
5. Kedekatan/keintiman
(Closeness)
Merasa rindu dengan sahabat yang
jaraknya jauh, merasa bahagia jika
berada dekat dengan sahabatnya,
melakukan hal-hal yang membuat
sahabat senang/merasa dihargai.
19,27,10,4,8 6,12,15,9,11 10 20,40 %
Total 49 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
61
2. Regulasi Emosi
Pengumpulan data regulasi emosi dilakukan dengan menggunakan skala
yang disusun oleh peneliti. Skala ini mengacu pada teori regulasi emosi yang
ditulis oleh Gross (2014) di mana regulasi emosi disusun dari Reappraisal
dan Suppression (Gross, 2014).
Skala ini terdiri dari item-item favorable dan unfavorable. Pada item-item
favorable, skor bergerak dari 1-4. Semakin individu menyetujui pernyataan
yang terdapat pada item, semakin tinggi pula skor yang didapat oleh
partisipan. Hal ini menunjukkan regulasi emosi yang tinggi pula. Pada item
unfavorable, skor juga bergerak dari 1-4. Sebaliknya, semakin individu
menyetujui pernyataan yang terdapat pada item, semakin rendah skor yang
didapat oleh partisipan.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei.
Peneliti akan membagikan kuesioner dalam bentuk skala mengenai variabel
dalam penelitian ini kepada sampel. Skala yang digunakan berupa skala likert.
Partisipan akan diminta untuk menyatakan respons kesetujuan atau
ketidaksetujuannya terhadap suatu pernyataan dalam rentang yang bersifat
kontinum (Supratiknya, 2014). Respons yang disediakan ada lima, yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Untuk mendapatkan data skor variabel regulasi emosi, peneliti
menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Kuesioner berisi
18 item dengan penjabaran sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
62
Tabel 3
Blueprint Skala Regulasi Emosi
No. Aspek Indikator Sebaran Item
Total Persentase Favorable Unfavorable
1 Reappraisal Partisipan mengendalikan emosi (lebih
sedikit emosi negatif atau lebih banyak
emosi positif) dengan mengubah cara
berpikir tentang situasi yang dihadapi.
3,2,9,13,18 20,11,16,8,14 10 50 %
2 Suppresion Partisipan mengendalikan emosi dengan
tidak mengungkapkan emosi tersebut.
4,15,5,7,17 10,12,19,6,1 10 50 %
Total 20 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
63
G. Seleksi Item
Seleksi item pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji coba
skala kemudian menghitung korelasi skor antar item terhadap skor skala
yang diolah menggunakan SPSS for Windows ver. 22. Uji coba dilakukan
pada tanggal 6 Desember 2018 sampai 11 Desember 2018 dengan menyebar
link berisi skala secara online. Dari uji coba skala, peneliti mendapatkan
sebanyak 78 orang.
Setelah melakukan uji coba, korelasi antara distribusi skor per-item
dengan skor skala dihitung dengan menggunakan Pearson’s product
moment correlation dalam SPSS for Windows ver.22. Diskriminasi item
adalah kemampuan item dalam membedakan individu atau kelompok
individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur
(Azwar, 2009). Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0
sampai dengan 1,0 dengan tanda positif maupun negatif. Semakin baik daya
diskriminasi itemnya, maka koefisien korelasinya semakin mendekati 1,0.
Daya diskriminasi item diartikan sebagai sejauh mana item mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan
yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Lebih lanjut Azwar
(2009) menjelaskan bahwa kriteria item berdasarkan korelasi item total
biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,30. Seluruh item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memiliki daya beda yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
64
memuaskan. Item yang memiliki rix kurang dari 0,30 dianggap memiliki
daya beda yang rendah. Berikut merupakan hasil seleksi item pada kedua
skala. Seleksi item dilakukan dengan uji coba skala penelitian dan kemudian
menghitung korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala
dengan program SPSS for Windows versi 22.0 yang menghasilkan koefisien
korelasi item total menggunakan batasan rix ≥ 0,3. Jika jumlah item yang
lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka batasan tersebut
dapat dipertimbangkan untuk diturunkan menjadi rix ≥0,25 (Azwar, 2009).
1. Skala Kualitas Persahabatan
Pada skala ini terdapat beberapa item yang kurang dari batasan rix ≥ 0,3,
sehingga peneliti mengugurkan item yang tidak sesuai dengan standar yang
seharusnya. Di sisi lain, peneliti sengaja menggugurkan beberapa item pada
tiap aspek agar komposisi yang ada pada setiap aspek seimbang. Peneliti
menggugurkan item dengan nilai rix paling rendah pada tiap aspek hingga
jumlah item tiap aspek seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
65
Tabel 3
Distribusi Item Kualitas Persahabatan Setelah Seleksi Item
ASPEK Item
Favorable
Item
Unfavorable Jumlah Persentase
Kebersamaan
(Companionship)
5, (2), 17,
23, 33
28*, 38 ,43,
48, 41
8 20 %
Konflik/Masalah
(Conflict)
1, 20, (3),
26, 36
46, 13*,31,
22, 34
8 20 %
Bantuan (Help) 45, 7*, 16,
30, 25
49, 40, 47,
(37), 42
8 20 %
Kemanan (Security) 39, 44, 35,
32
29, 24, 21,
18, 14*
8 20 %
Kedekatan/Keintiman
(Closeness)
19, 27,
10,(4), 8
6, 12, 15, 9,
(11)
8 20 %
Total 22 23 40 100 %
*) item yang gugur
() item yang sengaja digugurkan
2. Skala Regulasi Emosi
Sama halnya pada skala variabel sebelumnya, pada skala regualsi emosi
terdapat beberapa item yang kurang dari batasan rix≥0,3, sehingga peneliti
menggugurkan item yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
66
Tabel 4
Distribusi Item Regulasi Emosi Setelah Seleksi Item
ASPEK Item
Favorable
Item
Unfavorable Jumlah Persentase
Reapprasial 3, 2, 9, 13,
18
20*, 11, 16,
8, 14
9 50 %
Suppresion 4, 15, 5, 7,
17
10, 12*, 19,
6, 1
9 50 %
Total 7 8 18 100 %
*) item yang gugur
H. Validitas dan Reliabilitas
Dalam subbab validitas dan reliabilitas ini, peneliti akan menjelaskan
mengenai jenis validitas apa yang digunakan dalam penelitian ini dan
menjelaskan mengenai teknik analisis apa yang digunakan dalam reliabilitas
penelitian ini yang juga menyertakan keterangan tentang kategori koefisien
reliabilitas pada setiap variabel penelitian ini.
1. Validitas
Azwar (2003) mengartikan validitas sebagai sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dapat melakukan fungsi ukurnya. Alat
ukur dapat dikatakan mempunyai tingkat validitas tinggi jika alat ukur
tersebut dapat menunjukkan hasil yang sesuai dengan maksud yang
dilakukakannya pengukuran tersebut dan berlaku juga sebaliknya
(Azwar, 2011). Upaya untuk mengetahui apakah skala tersebut memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
67
data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukurnya, maka diperlukan
proses pengujian validitas (Supratiknya, 2014).
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
validitas isi. Validitas isi dari skala ini diselidiki melalui analisis rasional
terhadap isi tes atau melalui profesional judgment. Dalam penelitian ini
analisis rasional atau profesional judgment dilakukan dengan
mengkonsultasikan item-item yang ada kepada dosen pembimbing yang
ahli dalam hal ini. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
item-item dalam alat ukur ini mencakup keseluruhan isi objek yang
hendak diukur (Goodwin, 2010).
2. Reliabilitas
Dalam hal ini reliabilitas diartikan sebagai sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Goodwin, 2010). Hasil pengukuran yang
dapat dipercaya akan memperoleh hasil yang konsisten jika alat ukur
tersebut digunakan beberapa kali terhadap kelompok subjek yang sama.
Sebaliknya, pengukuran yang dikatakan tidak reliabel akan
memperlihatkan hasil skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan
skor yang terjadi lebih dikarenakan error of measurement. Dari waktu ke
waktu pengukuran akan memperoleh hasil yang tidak konsisten sebab
alat ukur tersebut tidak reliabel (Goodwin, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
68
Penelitian ini menggunakan reliabilitas dengan teknik analisis Alpha
Cronbach. Teknik ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi,
sebab hanya satu kali percobaan pada satu kelompok subjek (Azwar,
2013). Menurut Supratiknya (2014) nilai koefisiensi reliabilitas lebih dari
0,7 masuk dalam kategori memuaskan. Sedangkan nilai koefisien
reliabilitas kurang dari 0,7 masuk dalam kategori meragukan.
1. Skala Kualitas Persahabatan
Pada skala kualitas persahabatan, koefisien Alpha’s Cronbach yang
dihasilkan setelah dilakukan penyeleksian item adalah sebesar α =
0,938. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa pada skala
kualitas persahabatan secara keseluruhan dapat dikatakan memiliki
tingkat reliabilitas yang memuaskan.
2. Skala Regulasi Emosi
Pada koefisien Aplha’s Cronbach di skala regulasi emosi awalnya
menghasilkan koefisien sebesar α = 0,541 yang artinya masuk pada
kategori meragukan. Maka, peneliti melakukan try out ulang sehingga
skala regulasi emosi menghasilkan koefisien sebesar α = 0,842.
Menurut jumlah koefisien yang dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa
skala regulasi emosi secara keseluruhan memiliki tingkat reliabilitas
yang memuaskan
Oleh karena itu, singkatnya penelitian ini menggunakan jenis validitas
isi dan menggunakan teknik analisis reliabilitas Aplha’s Cronbach yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
69
menghasilkan koefisien reliabilitas memuaskan pada skala kualitas
persahabatan dan skala regulasi emosi. Untuk bagian selanjutnya peneliti
akan menjelaskan tentang aturan serta hasil dari item-item pada tiap
variabel setelah dilakukan seleksi item.
I. Analisis Data
Bagian analisis data ini, akan menjelaskan mengenai uji asumsi,
yaitu pengujian yang hasilnya nanti akan menentukan apakah hasil
perhitungannya bisa dilanjutkan ke tahap uji hipotesis. Uji asumsi terdiri
dari uji normalitas dan uji linearitas, di mana bagian tersebut juga akan
menjelaskan aturan serta teknik analisis yang digunakan dalam perhitungan
pada program SPSS for Windows versi 22.0. Begitupun pada bagian uji
hipotesis akan menjelaskan teknik analisis korelasi yang digunakan dalam
penelitian ini beserta aturannya.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas data atau
sebaran data penelitian yang dilakukan (Noor, 2011). Uji normalitas
dilakukan dengan teknik Kolmogorov-smirnov SPSS for Windows versi
22.0. Persebaran data yang normal atau tidak ditentukan dari
signifikansi data. Jika nilai p yang diperoleh lebih besar dari 0,05 (p >
0,05), maka data tersebut dikatakan terdistribusi secara normal dan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
70
nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05), maka data terdistribusi secara tidak
normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel
yang dianalisis apakah mengikuti garis lurus, ketika terjadi peningkatan
maupun penurunan dalam satu variabel maka akan diikuti secara linear
oleh peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel lainnya
(Santoso, 2010). Uji linearitas menjadi salah satu syarat dilakukannya
uji hipotesis dalam analisis korelasional (Azwar, 1998).
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menentukan hubungan antar dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen (Sarwono,
2006). Dalam penelitian ini, uji hipotesis dilakukan untuk melihat
apakah terdapat hubungan yang antara regulasi emosi dengan kualitas
persahabatan pada mahasiswa perantau di Yogyakarta. Pengujian
hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi
Spearman’s rho pada SPSS for Windows versi 22.0.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, lalu
pada uji linearitas menggunakan tes for linearity, dan pada uji hipotesis
menggunakan teknik analisis korelasi Spearman’s rho. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
71
teknik-teknik yang digunakan tersebut ada di dalam program SPSS for
Windows versi 22.0.
J. Pertimbangan Etis
Dalam bagian pertimbangan etis pada penelitian ini akan menjelaskan
bahwa terdapat beberapa resiko atau pun dampak yang mungkin terjadi pada
subjek saat mereka mengisi skala psikologis yang diberikan oleh peneliti.
Penelitian ini mungkin saja membuat partisipan merasa tidak nyaman atau
menimbulkan perasaan negatif lainnya karena pernyataan dalam skala akan
menggali informasi mengenai kehidupan personal individu. Keadaan
tersebut dapat membuat partisipan berpikir untuk tidak jujur dalam
menunjukkan dirinya sendiri dalam skala psikologis tersebut.
Oleh sebab itu, berdasarkan Kode Etik Psikologi Bab IX Pasal 9 terkait
pelaksanaan kegiatan di bidang riset, pada halaman awal di skala akan
terdapat uraian terkait tujuan riset, prosedur, proses yang akan dijalani
sehingga calon/partisipan dapat mengambil kesimpulan dari penelitian ini
dan memahami kaitannya dengan dirinya. Selain itu, terdapat penjelasan
dalam kode etik psikologi Indonesia pasal 49, di mana dalam alat ukur yang
akan diberikan pada subjek tertulis kesediaan sebagai subjek pada penelitian
ini, sekaligus penjelasan mengenai tujuan penelitian serta penjelasan bahwa
penelitian ini dilakukan secara sukarela sehingga subjek juga memiliki hak
untuk mundur sebagai subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
72
kuesioner anonim di mana partisipan diperkenankan untuk mengisi kolom
nama inisial sehingga informed consent tidak diperlukan (HIMPSI, 2010).
Meskipun begitu, terkait publikasi hasil penelitian, peneliti akan
menggunakan data partisipan untuk penelitian ini saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti akan membahas mengenai hasil dari penelitian yang
telah diperoleh peneliti setelah melalui perhitungan statistik dengan menggunakan
SPSS for Windows versi 22.0. Peneliti akan menjabarkan deskripsi data penelitian
dengan membandingkan mean teoretis dan mean empirik. Selain itu, peneliti juga
akan menampilkan hasil perhitungan statistika untuk melihat apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak melalui uji normalitas, apakah variabel
regulasi emosi dan kualitas persahabatan linear atau tidak melalui uji linearitas, dan
apakah terdapat korelasi yang signifikan antara variabel regulasi emosi dan kualitas
persahabatan melalui uji hipotesis. Kemudian pada subbab pembahasan, peneliti
akan menjabarkan makna dari perhitungan statistika yang telah didapat dan
dijabarkan pada subab hasil penelitian.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Partisipan
Berikut ini merupakan deskripsi data partisipan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
74
Tabel 5
Jenis Kelamin Partisipan
Jenis Kelamin Jumlah Partisipan Persentase
Perempuan 105 65,625%
Laki-laki 55 34,375%
Total 160 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas partisipan
dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan dengan
persentase sebesar 65,625% dari total partisipan sebesar 160 orang.
Sedangkan partisipan laki-laki berjumlah 55 orang atau 34,375% dari
jumlah partisipan.
Tabel 6
Rentang Usia Partisipan
Usia Jumlah Persentase
18 8 5 %
19 34 21,3%
20 52 32,5%
21 51 31,88%
22 10 6,25%
23 5 3,13%
Total 160 100%
Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa perantau yang
berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta dengan rentang usia 18-
23 tahun. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini mewakili seluruh
usia dalam rentang tersebut, meskipun jumlahnya tidak selalu sama.
Dalam rentang tersebut, mayoritas partisipan berusia 20 tahun dengan
persentase sebesar 32,5% dari total partisipan 160 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
75
Tabel 7
Daerah Asal Partisipan
Daerah Asal Jumlah Persentase
Jawa 65 40,63%
Kalimantan 18 11,25 %
Sumatera 30 18,75%
Bali 15 9,375%
Papua 2 1,25%
Sulawesi 20 12,5%
Lain-Lain* 10 6,25%
Total 160 100%
*Mataram, NTB, Ende, Flores, Nias, Lombok, NTT
Partisipan terbanyak dalam penelitian ini berasal dari Jawa, yaitu 65
orang atau 40,63%. Partisipan dari Sumatera berjumlah 30 dan 20
partisipan berasal dari Sulawesi. Partisipan dari Kalimantan, Bali dan
Papua masing-masing berjumlah 18,15, dan 2 partisipan. Selain
keenam daerah yang sudah disebutkan, terdapat partisipan dari daerah
lain seperti Mataram, NTB, Ende, Flores, Lombok, NTT, dan Nias.
2. Deskripsi Data Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan deskripsi data penelitian
yang telah didapatkan. Peneliti akan membandingkan mean teoretis dan
mean empiris dari hasil penelitian yang diperoleh menggunakan one-
sample t-test dengan tujuan memperoleh gambaran umum mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
76
tingkat regulasi emosi dan kualitas persahabatan yang dimiliki oleh
partisipan. Berikut merupakan gambaran data penelitian ini.
Tabel 8
Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Regulasi Emosi
Teoretis Empiris
Min Max Mean Min Max Mean
18 72 45 36 69 49,60
Hasil perhitungan teoretis sebagai berikut:
Jumlah item : 18
Nilai minimum : 1 x 18 = 18
Nilai maksimum : 4 x 18 = 72
Mean teoretik = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚+𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
2 =
18+72
2=
90
2= 45
Sedangkan perhitungan empiris didapatkan melalui perhitungan
menggunakan SPSS versi 22.
Tabel 9
Analisis One-Sample T-Test Pada Mean Empiris dan Mean Teoretis
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Regulasi emosi 160 49,60 5,707 0,451
Test Value = 45
t Df Sig. Mean
Difference
Regulasi emosi 10,196 159 0,000 4,600
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar
0,000. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
77
empiris dan mean teoretis. Mean teoretis skala regulasi emosi sebesar
45 sedangkan mean empirisnya sebesar sedangkan mean empirisnya
sebesar 49,60. Dengan begitu, mean empiris secara signifikan lebih
besar dari mean teoretisnya. Hal ini berarti bahwa partisipan dalam
penelitian ini memiliki regulasi emosi yang tinggi.
Tabel 10
Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Kualitas Persahabatan
Teoretis Empiris
Min Max Mean Min Max Mean
40 160 100 49 160 124,57
Hasil perhitungan teoretis sebagai berikut:
Jumlah item : 40
Nilai minimum : 1 x 40 = 40
Nilai maksimum : 4 x 40 = 160
Mean Teoretik = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚+𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
2=
40+60
2= 100
Tabel 11
Analisis One-Sample T-Test Pada Mean Empiris dan Mean Teoretis
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Kualitas persahabatan 160 124,81 20,406 1,613
Test Value = 100
t Df Sig. Mean
Difference
Kualitas persahabatan 15,376 159 0,000 24,806
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
78
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi untuk
skala Kualitas Persahabatan sebesar 0000. Hal ini berarti ada perbedaan
yang signifikan antara mean empirik dan mean teoretis skala Kualitas
Persahabatan. Mean teoretis skala Kualitas Persahabatan diketahui
sebesar 100 sedangkan mean empiriknya sebesar 124,81 di mana mean
empirik lebih tinggi dibandingkan mean teoretisnya. Hal ini berarti
bahwa partisipan dalam penelitian ini memiliki kualitas persahabatan
yang tinggi.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Data dikatakan
terdistribusi normal jika nilai p lebih dari 0,05 (p>0,05) (Santoso,
2010). Sedangkan, data dikatakan tidak terdistribusi secara normal jika
nilai p kurang dari 0,05 (p<0,05). Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS for Windows ver.22 dan berikut ini
merupakan uji normalitas yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
79
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
Test of Normality Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Kualitas
Persahabatan
0,065 160 0,091
Regulasi Emosi 0,073 160 0,037
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang didapat
adalah 0,037 untuk variabel regulasi emosi di mana hal ini berarti
bahwa data yang didapat tidak terdistribusi secara normal (p < 0,05). Di
sisi lain untuk variabel kualitas persahabatan, nilai yang di dapat adalah
0,091 di mana hal ini berarti data terdistribusi secara normal (p > 0,05).
4. Uji Linearitas
Pengujian selanjutnya adalah uji linearitas dengan bantuan SPSS for
Windws ver.22 menggunakan test for linearity. Asumsi linearitas
terpenuhi jika nilai signifikansi linearitas kurang dari 0,05 (p < 0,05)
(Santoso, 2010). Sebaliknya, asumsi linearitas tidak terpenuhi jika nilai
signifikansi linearitas lebih dari 0,05 (p > 0,05). Hasil dari uji linearitas
dapat dilihat sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
80
Tabel 13
Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas F Sig
Kualitas
persahabatan
Regulasi emosi
Linearity 5,277 0,023
Deviation from
linearity
1,400 0,116
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi pada baris Linearity sebesar 0,023 (p < 0,05). Hal ini
berarti bahwa variabel regulasi emosi dan kualitas persahabatan
berada dalam satu garis lurus atau linear. Oleh sebab itu, peneliti
dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu uji hipotesis.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
regulasi emosi dan kualitas persahabatan. Telah diketahui sebelumnya
bahwa penelitian ini memiliki data yang tidak terdistribusi secara
normal. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan perhitungan
statistik nonparametrik, yaitu Spearman’s Rho. Variabel regulasi emosi
dan kualitas persahabatan dikatakan memiliki korelasi yang signifikan
jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Sebaliknya kedua
variabel dalam penelitian ini dikatakan tidak memiliki korelasi yang
signifikan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05). Berikut ini
merupakan hasil uji hipotesis menggunakan SPSS for Windows ver.22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
81
Tabel 14
Hasil Uji Hipotesis Menggunakan Spearman’s Rho
Kualitas
Persahabatan
Regulasi Emosi
Kualitas
Persahabatan
Correlation
Coefficient
1.000 0,173
Sig. (1-tailed) 0,014
N 160 160
Regulasi
Emosi
Correlation
Coefficient
0,173 1.000
Sig. (1-tailed) 0,014
N 0,160 160
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,014
(p<0,05). Hal ini berarti regulasi emosi dan kualitas persahabatan
memiliki korelasi yang positif (n=160; r=0,173; p=0,014). Selain itu
berdasarkan koefisien korelasi dalam (Siregar, 2013), koefisien
korelasi dalam penelitian ini (0,173) termasuk dalam kategorisasi
lemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
82
6. Analisis Tambahan
Tabel 15
Hasil Uji Korelasi Bentuk-Bentuk Strategi Regulasi Emosi dengan
Kualitas Persahabatan
Kualitas Persahabatan
Reappraisal Correlation
Coefficient
0,231
Sig. (1-tailed) 0,002
N 160
Suppression Correlation
Coefficient
0,050
Sig. (1-tailed) 0,265
N 160
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa strategi reappraisal
terhadap kualitas persahabatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,002
dengan nilai korelasi 0,231. Nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi
regulasi emosi reappraisal memiliki pengaruh terhadap kualitas
persahabatan. Sedangkan suppression memiliki signifikansi sebesar
0,265 dan nilai korelasi 0,050. Hal ini menunjukkan suppression tidak
secara signifikan mempengaruhi kualitas persahabatan pada mahasiswa
perantau. Berdasarkan kedua perolehan nilai tersebut terlihat bahwa
korelasi yang paling besar terhadap kualitas persahabatan adalah regulasi
emosi reappraisal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
83
Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara regulasi
emosi dan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau. Setelah melakukan
penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan statistik dan hasilnya diperoleh
nilai signifikansi sebesar 0,014 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian yang menyatakan adanya hubungan yang positif antara
regulasi emosi dan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau diterima.
Artinya semakin tinggi regulasi emosi pada mahasiswa perantau semakin
tinggi pula kualitas persahabatan mahasiswa perantau. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah regulasi emosi mahasiswa perantau, semakin rendah kualitas
persahabatan pada mahasiswa perantau.
Hasil dari penelitian Lopes et al., (2011) menyatakan bahwa individu yang
memiliki kemampuan strategi regulasi emosi tinggi cenderung mengalami
lebih sedikit konflik dengan orang lain dan memiliki hubungan sosial yang
lebih positif. Sebagai indikator kualitas interaksi sosial tersebut Lopes et al.,
(2011) menyelidiki kualitas persahabatan. Partisipan dengan skor tinggi pada
kemampuan regulasi emosi memiliki lebih sedikit konflik dan ketegangan
dalam interaksi sosial dan lebih sedikit mengalami peristiwa sosial yang negatif
sehari-hari.
Kemampuan strategi regulasi emosi berguna untuk mengelola konflik dan
situasi sulit dengan sahabat. Setiap orang masing-masing memiliki kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
84
yang berbeda untuk mengidentifikasi secara efektif strategi regulasi,
mengakses strategi ini, dan menggunakannya secara fleksibel (Cole et al.,
1994;Thompson, 1994), dan perbedaan individu dalam kemampuannya
tersebut diperkirakan mempengaruhi adaptasi dalam berbagai aspek
kehidupan.
Regulasi emosi dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial setidaknya
dalam dua cara. Secara lebih langsung, orang dapat memodifikasi situasi atau
interaksi secara emosional dan sosial, melemahkan konflik dan mengelola
emosi orang lain secara langsung. Secara tidak langsung, orang dapat
meningkatkan pengalaman afektif mereka sendiri, yang kemudian
mempengaruhi pengalaman afektif orang lain dan memunculkan tanggapan
positif dari orang lain melalui penularan emosional, dan penilaian sosial
(Parkinson, Fischer, & Manstead, 2005). Dengan kemampuan regulasi emosi
yang mampu mengontrol tingkat konflik, maka hal tersebut dapat menjadi
salah satu ciri yang menunjang kualitas persahabatan yang tinggi, karena salah
satu ciri kualitas persahabatan yang tinggi adalah tingkat konflik dan
persaingan yang rendah (Berndt, 2002).
Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi karena
penggunaan sampling yang tidak memungkinkan seluruh populasi mendapat
kesempatan yang sama untuk terlibat dalam penelitian ini (Neuman, 2014).
Namun hasil penelitian ini dapat mengungkapkan informasi mengenai keadaan
partisipan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
85
Mahasiswa perantau sebagai partisipan dalam penelitian ini akan menjalin
interaksi sosial dengan orang-orang baru. Interaksi sosial yang dibentuk
tersebut salah satunya adalah relasi persahabatan. Dalam menjalin relasi
persahabatan tersebut, akan muncul beragam emosi seperti senang, sedih,
kecewa, marah,dan lain-lain. Saat marah, partisipan mungkin mengatakan dan
melakukan hal-hal yang kemudian mereka sesali, dan dapat merusak
hubungan. Emosi yang kuat dapat merusak pengambilan keputusan yang
rasional dengan mengganggu pemrosesan informasi yang kompleks (Simon &
Simon, 1967). Emosi juga dapat menyebabkan keputusan buruk (Tiedens &
Lerner, 2006). Selain itu, individu mungkin dikucilkan jika mereka tidak
mampu mengolah tanggapan emosional mereka sesuai dengan perasaan dan
peraturan yang berlaku (Eid & Diener, 2001; Ekman, 2003).
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini, partisipan memiliki kualitas
persahabatan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai mean empiris yang
lebih besar dari mean teoretis pada variabel kualitas persahabatan (124,57
>100). Kualitas persahabatan yang tinggi ditandai dengan beberapa ciri, antara
lain perilaku prososial yang tinggi, intimasi, serta konflik dan persaingan yang
rendah, dan ciri negatif lain (Berndt, 2002).
Individu akan lebih memilih berinteraksi dengan individu-individu yang
mengalami dan mengekspresikan emosi positif (Harker & Keltner;
Lyubomirsky, King, & Diener, dalam Lopes et al., 2011) dan menghindari
orang-orang yang memiliki pengalaman dan mengekspresikan emosi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
86
terus-menerus (Furr & Funder, dalam Lopes et al., 2011). Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan kebersamaan (companionship) yang merupakan salah satu
aspek kualitas persahabatan. Partisipan yang mampu mengalami dan
mengekspresikan emosi positif akan lebih memiliki kualitas persahabatan yang
baik dibandingkan dengan partisipan yang memiliki pengalaman dan
mengekspresikan emosi negatif terus-menerus. Manajemen konflik yang baik
juga membutuhkan regulasi emosi (Mischel & DeSmet, dalam Lopes et al.,
2011).
Dalam penelitian ini nilai koefisien korelasi sebesar 0,173. Menurut Siregar
(2013), koefisien korelasi dalam penelitian ini (0,173) termasuk dalam
kategorisasi lemah. Hal tersebut dapat disebabkan karena kualitas persahabatan
tidak hanya dipengaruhi oleh regulasi emosi saja, namun juga oleh faktor lain.
Antara lain faktor sosial yaitu orang tua, dan teman sebaya. Flynn, Felmlee,
dan Conger, (2014) menunjukkan bahwa orangtua merupakan sumber utama
dari dukungan sosial semenjak anak-anak untuk membentuk dasar
pengembangan hubungan dengan teman sebaya, sahabat dan kesejahteraan
psikologis. Perilaku suportif orangtua berdampak pada perilaku suportif
partisipan terhadap sahabat-sahabat mereka (Cui, Conger, Bryant, & Elder,
2002).
Flynn et al., (2014) mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diberikan
oleh orang tua secara tidak langsung memengaruhi kualitas persahabatan
melalui dukungan sosial yang diberlakukan terhadap sahabat mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
87
Dukungan sosial yang berlaku dalam penelitian ini termasuk merawat,
bertindak dengan penuh kasih sayang, menunjukkan penghargaan, dan
membantu dengan tugas-tugas penting. Individu dengan ibu dan ayah yang
sering terlibat tindakan penuh kasih sayang, menunjukkan penghargaan dan
membantu tugas-tugas penting secara signifikan lebih cenderung mendukung
juga terhadap sahabat-sahabat mereka. Dengan perilaku suportif yang
diberikan kepada sahabat mereka maka hal tersebut dapat menunjang kualitas
persahabatan yang memuaskan.
Partisipan yang memiliki lebih banyak teman dan sahabat menunjukkan
kesehatan mental yang lebih baik dan lebih sedikit memiliki gejala depresi
(Ueno, 2005). Orang yang memiliki banyak sahabat juga dianggap lebih ramah,
kooperatif, dan percaya diri (Hartup, 1993). Selain itu, Flynn et al., (2014)
mengungkapkan bahwa kualitas hubungan yang lebih baik dapat dihasilkan
dari peningkatan kontak dengan sahabat, kurangnya kontak kemungkinan
mengurangi peluang untuk mempererat hubungan dekat. Semakin banyak
orang yang berada dalam jaringan persahabatan partisipan, maka persahabatan
mereka juga semakin memuaskan. Memiliki jumlah sahabat yang lebih banyak
dan lebih banyak kontak dengan sahabat dikaitkan dengan kualitas
persahabatan yang positif.
Jaringan sosial yang dekat dan mendukung juga memberikan keuntungan.
Partisipan dengan jaringan dukungan sosial yang kuat cenderung memiliki
pencapaian psikologis yang lebih baik, pandangan hidup yang lebih baik, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
88
bahkan peningkatan dalam karier dan pengalaman hidup. Partisipan yang
memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat cenderung memiliki kinerja
akademis lebih baik, lebih berkembang secara psikologis, dan bahkan lebih
sehat (Sima & Singh, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya
hubungan antara regulasi emosi dengan kualitas persahabatan pada
mahasiswa perantau di Yogyakarta. Di mana dalam penelitian ini memiliki
hasil korelasi yang positif dan signifikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
semakin tinggi regulasi emosi, maka semakin tinggi pula kualitas
persahabatan pada mahasiswa perantau di Yogyakarta. Selain itu, hal tersebut
juga berlaku sebaliknya, di mana jika semakin rendah regulasi emosi, maka
semakin rendah pula kualitas persabahatan pada mahasiswa perantau di
Yogyakarta. Hasil yang diperoleh tersebut dapat menjelaskan bahwa
hipotesis pada penelitian ini diterima, yaitu ada hubungan antara regulasi
emosi dengan kualitas persahabatan pada mahasiswa perantau di Yogyakarta.
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu penggunaan metode
sampling nonprobabilitas, di mana metode tersebut tidak dapat
menggambarkan seluruh populasi. Hal ini disebabkan karena populasi tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Dengan digunakannya metode sampling probabilitas, hasil penelitian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
90
digeneralisir untuk populasi yang lebih luas. Meskipun begitu, metode
nonprobabilitas yang digunakan oleh peneliti juga dapat memberi manfaat
dalam hal menguji hipotesis dalam penelitian ini. Selain itu jumlah subjek
yang tidak terlalu banyak, membuat data pada uji normalitas menghasilkan
data yang terdistribusi dengan tidak normal. Hal tersebut mengartikan bahwa
sampel yang diambil dan digunakan sebagai subjek pada penelitian ini tidak
bisa menggambarkan populasi mahasiswa perantau yang ada di Yogyakarta.
Selain itu, peneliti merupakan mahasiswa S1 yang masih belum bisa
menganalisis hasil penelitian dengan kualitas pembahasan yang sangat baik,
sehingga teknik menganalisis yang dilakukan peneliti kurang menghasilkan
pembahasan yang mendalam. Akan tetapi, penelitian ini didampingi oleh
dosen yang berpengalaman dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian
ini masih masuk dalam standar penelitian ilmiah.
Penelitian ini menggunakan metode sampel nonprobabilitas, sehingga
hasil yang didapatkan tidak dapat digeneralisasikan ke dalam populasi.
Meskipun begitu, metode nonprobabilitas yang digunakan juga dapat
bermanfaat dalam hal menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Saran
Telah diketahui berdasarkan penjabaran-penjabaran sebelumnya bahwa
semakin tinggi regulasi emosi dalam diri mahasiswa perantau maka semakin
tinggi pula kualitas persahabatannya. Oleh sebab itu selanjutnya akan disajikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
91
saran tentang hal apa yang dapat dilakukan target grup, orang tua, pihak
universitas, masyarakat dan komunitas ilmuwan psikologi selanjutnya.
1. Bagi mahasiswa perantau
Mahasiswa dapat lebih mampu mengelola pengungkapan emosi mereka
ketika menjalin relasi dengan teman, sahabat, maupun orang lain. Terlebih
mengingat bahwa mahasiswa perantau banyak menghadapi relasi dengan
orang-orang baru, hal tersebut diperlukan karena masing-masing orang
yang dijumpai dapat menginterpretasikan sikap atau tindakan kita secara
berbeda.
2. Bagi orangtua
Orangtua mahasiswa perantau perlu mempersiapkan mahasiswa sebelum
pergi untuk melanjutkan pendidikan di kota lain. Persiapan tersebut bisa
dengan membiasakan anak mereka untuk mampu menyelesaikan masalah
dengan baik, berlatih mengekspresikan emosi dengan baik, bersosialisasi
dengan orang baru. Orangtua juga dapat memberikan saran atau nasihat jika
mahasiswa perantau berbagi pengalaman mengenai relasi persahabatan
mereka.
3. Bagi pihak universitas
Universitas perlu memberikan dukungan bagi mahasiswa perantau.
Dukungan yang diberikan bisa dalam bentuk program pengembangan diri
yang bertujuan agar mahasiswa perantau dapat mengembangkan diri selama
di daerah perantauan. Universitas dapat membentuk komunitas-komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
92
untuk mahasiswa perantau sehingga mahasiswa perantau dapat memperluas
relasi persahabatan mereka.
4. Bagi masyarakat di lingkungan sekitar mahasiswa perantau
Masyarakat di sekitar mahasiswa perantau dapat mengajak mahasiswa
perantau untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat. Misalnya dengan
memberikan informasi serta melibatkan mahasiswa perantau dalam
berbagai kegiatan kerja bakti, pertemuan pemuda atau warga, acara
keagamaan, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membantu mahasiswa
perantau untuk lebih mengenal lingkungan serta warga masyarakat sekitar
mereka sehingga mahasiswa perantau memiliki kesempatan untuk
mendapatkan sahabat baru dari lingkungan masyarakat daerah tempat
mereka tinggal.
5. Bagi komunitas ilmuwan psikologi
Ilmuwan psikologi diharapkan dapat menemukan pendekatan yang
sesuai untuk mahasiswa perantau agar kualitas persahabatan mahasiswa
perantau meningkat yang nanti akan memberikan dampak yang baik bagi
kesejahteraan individu dan hubungan interpersonalnya. Selain itu, ilmuwan
psikologi perlu lebih banyak melakukan penelitian mengenai kualitas
persahabatan di Indonesia terutama bagi mahasiswa perantau. Penelitian
selanjutnya bisa dilakukan dengan metode sampling yang mampu
merepresentasikan populasi dengan lebih luas. Penelitian mengenai kualitas
persahabatan dalam konteks mahasiswa perantau masih jarang dilakukan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
93
Indonesia. Maka komunitas ilmuwan psikologi dapat menambah kajian
ilmiah mengenai mahasiswa perantau dikaitkan dengan topik variabel yang
lain.
Komentar Penutup
Pada Bab I peneliti telah mengungkapkan bahwa terdapat pula alasan
pribadi mengapa peneliti memilih topik ini. Walaupun peneliti bukan
merupakan mahasiswa perantau namun peneliti merasa senang dapat
melakukan penelitian terhadap mahasiswa perantau. Hal ini dapat menambah
bekal bagi diri peneliti sendiri yang dari dulu memang ingin mencoba menjadi
warga di daerah perantauan. Dengan melakukan penelitian ini, tentunya
peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman bagaimana dinamika
kehidupan mahasiswa perantau terlebih yang berada di sekitar diri peneliti
sendiri. Peneliti sendiri dalam hal ini termasuk dalam lingkup orang-orang
yang berada di sekitar mahasiswa perantau. Dengan proses penelitian ini
peneliti semakin memahami dan berusaha merangkul dengan kehidupan para
mahasiswa perantau.
Peneliti merasa senang dapat memberikan kontribusi bagi mahasiswa
perantau sesuai dengan kapasitas peneliti sebagai mahasiswa psikologi.
Selain itu peneliti mendapat tambahan ilmu yang tentu saja bermanfaat dan
dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk dibawa dalam kehidupan jika suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
94
saat peneliti menjadi warga di daerah perantauan dan menjalin relasi yang
baru.
Peneliti berharap pembaca juga mendapat banyak manfaat dari penelitian
ini. Semakin banyak pembaca yang mendapat manfaat dari penelitian ini,
tentu saja peneliti semakin senang. Akhir kata, meskipun penelitian ini
memiliki keterbatasan namun peneliti sudah melakukan sesuai dengan
kemampuan peneliti dan peneliti sudah berusaha melakukan penelitian ini
dengan baik. Peneliti mengucapkan terimakasih terhadap semua pihak yang
membantu proses penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
95
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, S. (2009). Friendship, socialization, and the immigrant experience.
Psychoanalysis, Culture & Society, 14(3), 253–272. doi:10.1057/pcs.2009.14
Aksan, S. P. H., & Sadewo, F. S. (2016). Pembentukan Habitus Baru Mahasiswa
Perantauan Sumbawa di Surabaya (Studi Tentang Bentuk Adaptasi dan Bentuk
Habitus Baru Mahasiswa Sumbawa di Surabaya). Paradigma, 04(01), 1–8.
Angraini, D., & Cucuani, H. (2014). Hubungan Kualitas Persahabatan Dan Empati
Pada Pemaafan Remaja Akhir. Jurnal Psikologi, 10 Nomor 1.
Araro, R. (2018). Biaya Hidup Anak Kos, Kota Mana Termurah? Retrieved from
http://manado.tribunnews.com/2018/10/29/biaya-hidup-anak-kos-kota-mana-
termurah
Arnett, J. J. (1994). Are college students adults? Their conceptions of the transition
to adulthood. Journal of Adult Development, 1(4), 213–224.
doi:10.1007/BF02277582
Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: A theory of development from the late
teens through the twenties. American Psychologist, 55(5), 469–480.
doi:10.1037/0003-066X.55.5.469
Arnett, J. J. (2015). Emerging adulthood: The winding road from the late teens
through the twenties. Oxford: University Press
Awaliyah, G. (2017). Mendikbud Akui Kualitas Pendidikan Belum Merata.
Retrieved from
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/12/18/p15nv7359-
mendikbud-akui-kualitas-pendidikan-belum-merata
Azwar, S. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berndt, T. J. (2002). Friendship quality and social development. Current Directions
in Psychological Science, 11(1), 7–10. doi:10.1111/1467-8721.00157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
96
Berry, J. W., & Hou, F. (2017). Acculturation, discrimination and wellbeing among
second generation of immigrants in Canada. International Journal of
Intercultural Relations, 61(March), 29–39. doi:10.1016/j.ijintrel.2017.08.003
Berry, J. W., Phinney, J. S., Sam, D. L., & Vedder, P. (2006). Immigrant youth :
Acculturation, identity, and adaptation. 55(3), 303–332.
doi:org/10.1353/mpq.2001.0013
Brendgen, M., Markiewicz, D., Doyle, A.-B., & Bukowski, W. M. (2007). The
relations between friendship quality, ranked-friendship preference, and
adolescents’ behavior with their friends. Merrill-Palmer Quarterly, 47(3),
395–415. doi:10.1353/mpq.2001.0013
Bukowski, W. M., Hoza, B., & Boivin, M. (1994). Measuring friendship quality
during pre- and early adolescence: The development and psychometric
properties of the friendship qualities scale. Stress Inoculation Training, 16(1),
69–90. doi:10.1177/0265407594113011
C.Ward. (2001). The A, B, Cs of Acculturation. In Hanbook of Culture and
Psychology (pp. 411–446). New York: Oxford University Press.
Caldas, S. J., & Caron-caldas, S. (2002). A sociolinguistic analysis of the language
preferences of adolescent bilinguals : Shifting allegiances and developing
identities. 490–514. doi:10.1093/applin/23.4.490
Cassidy, J. (1994). Emotion regulation: Influences of attachment relationships.
Monographs of the Society for Research in Child Development, 59(2–3).
doi:10.1111/j.1540-5834.1994.tb01287.x.
Church, A. T. (1982). Sojourner adjustment. Psychological Bulletin, 91(3), 540–
572. doi:10.1037/0033-2909.91.3.540
Cole, P. M., Michel, M. K., & Teti, L. O. D. (1994). The development of emotion
regulation and dysregulation: A clincial perspective. Monographs of the
Society for Research in Child Development, 59(2). doi:10.2307/1166139
Cui, M., Conger, R. D., Bryant, C. M., & Elder, G. H. (2002). Parental behavior
and the quality of adolescent friendships : A social-contextual perspective.
Journal of Marriage and Family, 64(August), 676–689. doi:10.1111/j.1741-
3737.2002.00676.x
Dwi. (2016). Alasan AS Bunuh Sahabatnya Sendiri, Iptu Verdika: Sering di olok-
olok. Retrieved from http://wartakota.tribunnews.com/2016/10/30/alasan-as-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
97
bunuh-sahabatnya-sendiri-iptu-verdika-terus-diolok-olok
Eid, M., & Diener, E. (2001). Norms for experiencing emotions in different
cultures: Inter- and intranational differences. Journal of Personality and Social
Psychology, 81(5), 869–885. doi:10.1037/0022-3514.81.5.869
Ekman, P. (2003). Emotions Revealed Recognizing Faces and Feelings to Improve
Communication and Emotional Life. New York: Times Books.
F.E.Aboud, & M.J.Mendelson. (1998). Determinants of friendship selection and
quality: Developmental perspective. Cambridge Studies in Social and
Emotional Development.
Fadhilla, I. (2017). Pergilah Merantau, Supaya Kamu Dapat Merasakan 12 Hal
Ini. Retrieved from https://www.idntimes.com/life/inspiration/dhilla/inilah-
beberapa-manfaat-menjadi-seorang-perantau/full
Falki, S., & Khatoon, F. (2016). Friendship and psychological well-being. The
International Journal of Indian Psychology, 4(1).
Feist, J., & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality. New York: Mc Graw Hill.
Fitria, A. (2016). Untuk Sahabat di Perantauan, Terimakasih Telah Menjadi
Rumah Keduaku di Sini. Retrieved from
https://www.hipwee.com/narasi/untuk-sahabat-di-perantauan-terimakasih-
telah-menjadi-rumah-keduaku-di-sini/
Flynn, H. K., Felmlee, D. H., & Conger, R. D. (2014). The social context of
adolescent friendships: Parents, peers, and romantic partners. Youth and
Society, 49(5), 679–705. doi:10.1177/0044118X14559900
Gleckel, E. (2015). Friendship quality and personality as predictors of
psychological well-being in emerging adults. Retrieved from
http://scholarship.richmond.edu/honors-theses
Goodwin, C. J. (2010). Research in Psychology Methods and Design (6th ed). USA:
John Wiley & Sons.
Grinberg, L., & R.Grinberg. (1989). Psychoanalytic Perspectives on Migration and
Exile. New Haven, CT,US: Yale University Press.
Gross, J. J. (2014). Handbook of Emotion Regulation. New York, London: The
Guilford Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
98
Gross, J.J., & John, O.P. (2003). Individual differences in two emotion regulation
processes: Implications for affect, relationship, and well-being. Journal of
Personality and Social Psychology. 85(2), 348-362.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.85.2.348
Gudykunst, W. B., & Schmidt, K. L. (1987). Language and ethnic identity: An
overview and prologue. Journal of Language and Social Psychology, 10(3),
453–482.doi:10.1177/0261927X8763001
Gullone, E., Hughes, E. K., King, N. J., & Tonge, B. (2010). The normative
development of emotion regulation strategy use in children and adolescents:
A 2-year follow-up study. Journal of Child Psychology and Psychiatry and
Allied Disciplines, 51(5), 567–574. doi:10.1111/j.1469-7610.2009.02183.x
Gutierrez, I. A., & Park, C. L. (2015). Emerging adulthood, evolving worldviews:
How life events impact college students’ developing delief systems. Emerging
Adulthood, 3(2), 85–97. doi:10.1177/2167696814544501
Hall, E. (1983). Psychology today an introduction. New York: Random Hous, Inc.
Hamamura, T., & Laird, P. G. (2014). The effect of perfectionism and acculturative
stress on levels of depression experienced by east asian international students.
Journal of Multicultural Counseling and Development, 42(4), 205–217.
doi:10.1002/j.2161-1912.2014.00055.x
Hamann, E. T. (2001). Theorizing the sojourner student (with a sketch of
appropriate school responsiveness). Teacher Education and Professional
Development Commons.
Harijanto, J., & Setiawan, J.L. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial dan
Kebahagiaan pada Mahasiswa Perantau di Surabaya. Psychopreneur Journal,
1(1)
Hartup, W. W. (1993). Adolescent and their friends. Close friendship in
adolescence, 3–22. doi:10.1002/cd.23219936003
HIMPSI. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia. Surakarta: HIMPSI.
Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Istiwidayanti, Soedjarwo, & R. M. Sijabat, Terj.).
Jakarta: Erlangga.
J.W.Berry. (2007). Acculturation. In In J.E. Grusec & P.D.Hastings (Eds.)
Handbook of Socialization. New York: The Guilford Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
99
Jackson, D., & Dwyer. (2013). Interpersonal Relationships. New York: Routledge
Jacobson, L. T., & Burdsal, C. A. (2012). Academic performance in middle school :
Friendship influences. Global Journal of Community Psychology Practice,
2(c), 1–10.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi. (2016). Retrieved from
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index/php/kopertis-wilayah-v-d-i-
yogyakarta/
Kingery, J. N., Erdley, C. A., & Marshall, K. C. (2011). Peer acceptance and
friendship as predictors of early adolescents’ adjustment across the middle
school transition. Merrill-Palmer Quarterly, 57(3), 215–243.
doi:10.1353/mpq.2011.0012
Ladd, G. W., Kochenderfer, B. J., & Coleman, C. C. (1996). Friendship quality as
a predictor of young children’s early school adjustment. Child Development,
1103–1118. doi:10.1111/j.1467-8624.1996.tb01785.x
Lerner, J.S., & Tiedens, L.Z. (2006). Potrait of the angry decision maker: How
appraisal tendencies shape anger's influence on cognition. Journal of
Behavioral Decision Making, 137, 115-137. doi:10.1007/s12564-013-9285-6
Lian, Y., Tsang, K. K., & Ng, T. K. (2013). Acculturation strategies, social support,
and cross-cultural adaptation: A mediation analysis, 593-601. doi:
10.1007/s12564-013-9285-6
Lopes, P. N., Nezlek, J. B., Extremera, N., Hertel, J., Fernández-Berrocal, P.,
Schütz, A., & Salovey, P. (2011). Emotion regulation and the quality of social
interaction: Does the ability to evaluate emotional situations and identify
effective responses matter? Journal of Personality, 79(2), 429–467.
doi:10.1111/j.1467-6494.2010.00689.x
Maharaj, S. I., & Connolly, J. A. (1994). Peer network composition of acculturated
and ethnoculturally-affiliated adolescents in a multicultural setting. Journal of
Adolescent Research, 9 No.2. doi:10.1177/074355489492006
Masgoret, A., & Ward, C. (2006). Culture learning approach to acculturation. The
Cambridge Handbook of Acculturation Psychology, (July), 58–77.
doi:10.1017/cbo9780511489891.008
Matsumoto, D., Hirayama, S., & LeRoux, J. A. (2003). Psychological skills related
to intercultural adjustment. In The Encyclopedia of Cross-Cultural Psychology
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
100
(pp.744–746). doi:10.1002/9781118339893.wbeccp299
Matsumoto, D., Nakagawa, S., & Yoo, S. H. (2008). Culture, emotion regulation,
and adjustment. 94(6), 925–937. doi:10.1037/0022-3514.94.6.925
Miller, P. H. (2011). Theories of Developmental Psychology (fifth edit). USA:
Catherine Woods.
Morris, A. S., Silk, J. S., Steinberg, L., Myers, S. S., & Robinson, L. R. (2007). The
role of the family context in the development of emotion regulation. Social
Development, 16(2), 361–388. doi:10.1111/j.1467-9507.2007.00389.x
Murni. (2018). Pendidikan Belum Merata. Retrieved from
http://aceh.tribunnews.com/2018/04/02/pendidikan-belum-merata
Neuman, W. L. (2014). Basics of Social Research: Qualitative & Quantitative
Approaches (Third Edit). Harlow: Pearson Education.
Newman, B. M., & Newman, P. R. (2012). Development Through Life A
Psychosocial Approach. USA: Wadsworth Cengage Learning.
Nindra, R. (2017). 6 Manfaat yang Bisa Kamu Dapatkan Jika Merantau Sat
Kuliah. Retrieved from https://www.hipwee.com/list/6-manfaat-yang-bisa-
kamu-dapatkan-jika-merantau-saat-kuliah/
Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Parkinson, B., Fischer, A. H., & Manstead, A. S. R. (2005). Emotion in social
relations: Cultural, group, and interpersonal processes. UK: Psychology
Press.
Pertahankan ‘Indonesia Mini’ di Yogyakarta. (2013). Retrieved from
https://nasional.kompas.com/read/2013/04/08/03164776/Pertahankan.Indone
sia.Mini.di.Yogyakarta.
Phillimore, J. (2011). Refugees, acculturation strategies, stress and integration.
Journal of Social Policy, 40(3), 575–593. doi:10.1017/S0047279410000929
R, A. B., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
101
Ramos, M. R., Cassidy, C., Reicher, S., & Haslam, S. A. (2016). A longitudinal
study of the effects of discrimination on the acculturation strategies of
international students. Journal of Cross-Cultural Psychology, 47(3), 401–420.
doi:10.1177/0022022116628672
Rothbart, M. K., Ziuie, H., & O’Boyle, C. G. (1992). Self-regulation and emotion
in infancy. (55). doi:10.1002/cd.23219925503
Russell, J., Rosenthal, D., & Thomson, G. (2010). The international student
experience: Three styles of adaptation. Higher Education, 60(2), 235–249.
doi:10.1007/s10734-009-9297-7
Sarwono. (2005). Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Salisbury, M. H., An, B. P., & Pascarella, E. T. (2013). The effect of study abroad
on intercultural competence among undergraduate college students. Journal of
Student Affairs Research and Practice, 50(1), 1–20. doi:10.1515/jsarp-2013-
0001
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku.
Yogyakarta: Penerbit USD.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2014). Adolescence. New York: Mc Graw Hill.
Saputri, N. S., Rahman, A. A., & Kurniadewi, E. (2002). Hubungan Antara
Kesepian dengan Konsep Diri Mahasiswa Perantau asal Bangka yang
Tinggal di Bandung. (105).
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Sarwono, S. W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.
Selmer, J., & Lauring, J. (2011). Host country language ability and expatriate
adjustment : The moderating effect of language difficulty. The International
Journal of Human Resource Management, (December 2014), 37–41.
doi:10.1080/09585192.2011.561238
Silvers, J. A., McRae, K., Gabrieli, J. D. E., Gross, J. J., Remy, K. A., & Ochsner,
K. N. (2012). Age-related differences in emotional reactivity, regulation, and
rejection sensitivity in adolescence. Emotion, 12(6), 1235–1247.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
102
doi:10.1037/a0028297
Sima, W., & Singh, P. (2017). College students’ friendship quality. Journal of
Humanities And Social Science, 22(2), 85–89. doi:10.9790/0837-2202038589
Simon, H. A., & Simon, H. A. (1967). Motivational and emotional controls of
cognition 1. Psychological Review, 74(1), 29–39. doi:10.1037/h0024127
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif SPSS. Jakarta: Kencana.
Stifter, C. A., & Moyer, D. (1991). The regulation of positive affect: Gaze aversion
activity during mother-infant interaction. Infant Behavior and Development,
14(1), 111–123. doi:10.1016/0163-6383(91)90058-Z
Sullivan, C., & Kashubeck-West, S. (2015). The Interplay of International Students
’ Acculturative Stress , Social Support , and Acculturation Modes. Journal of
International Students, 5(1), 1–11.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: USD.
Supratiknya, A. (2015). Metodeologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Suyono, N. P. D., & Nugraha, S. P. (2012). Perbedaan Kualitas Persahabatan
Mahasiswa Ditinjau Dari Media Komunikasi. PSIKOLOGIKA, 17 Nomor 1,
39–44.
Tarana, H. C. (2017). Kiat dan Manfaat Hidup Merantau. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/takayomi21/597efab9ed967e153617c112/kiat-
dan-manfaat-hidup-merantau?page=all
Thompson, R.A, & S.Meyer. (2007). Socialization of emotion regulation in the
family. Handbook of Emotion Regulation.
Thompson, Ross A. (1994). Emotion regulation: A theme in search of definition.
doi:10.1111/j.1540-5834.1994.tb01276.x
Thompson, Ross A. (2006). Emotion regulation : Conceptual foundations. (July).
Tiedens, L. Z., & Lerner, J. S. (2006). Portrait of the angry decision maker: How
appraisal tendencies shape anger’s influence on cognition. Journal of
Behavioral Decision Making, 19, 115–137. doi:10.1002/bdm.515
Titzmann, P. F. (2014). Immigrant adolescents’ adaptation to a new context: Ethnic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
103
friendship homophily and its predictors. Child Development Perspectives,
8(2), 107–112. doi:10.1111/cdep.12072
Tucker, J. (2018). Stages of Friendship. Retrieved from
https://humans.media/stages-of-friendship
Ueno, K. (2005). The effects of friendship networks on adolescent depressive
symptoms. Social Science Research, 34(3), 484–510.
doi:10.1016/j.ssresearch.2004.03.002
Urry, H. L., & Gross, J. J. (2010). Emotion regulation in older age. Current
Directions in Psychological Science, 19(6), 352–357.
doi:10.1177/0963721410388395
Utomo, H. B. (2015). Keterkaitan Antara Kognitif dengan Regulasi Emosi.
Research Gate, (September), 1–3. doi:10.13140/RG.2.1.2410.0325
VandenBos, G. R. (2006). APA Dictionary of Clinical Psychology. American
Psychological Association.
Vidya, N. (2017). 5 Kota Paling Cocok Buat Melanjutkan Kuliah di Indonesia.
Retrieved from https://www.zetizen.com/show/7882/5-kota-paling-cocok-
buat-melanjutkan-kuliah-di-indonesia
Weiten, W., & Lloyd, M. A. (2006). Psychology Applied to Modern Life
Adjustment in the 21st Century. Canada: Thomson Wadsworth.
Williams, T. R. (2005). in International Education Skills : Adaptability and
Sensitivity. Journal of Studies in International Education, 9:356.
doi:10.1177/1028315305277681
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
105
Lampiran 1 Skala Kualitas Persahabatan sebelum try out
No. Pernyataan
1. Saya meluangkan waktu untuk membicarakan penyelesaian masalah
dengan sahabat saya.
2. Jika ada waktu luang di antara jadwal perkuliahan, saya berkumpul
dengan sahabat saya sambil bercerita.
3. Jika sahabat saya tidak membalas chat WA atau Line saya, saya bisa
mengerti kesibukannya.
4. Saya sangat mengerti kebiasaan sahabat saya.
5. Saya menggunakan waktu luang untuk berkumpul bersama sahabat saya.
6. Saya jarang berkomunikasi dengan sahabat yang sudah lama tidak saya
temui.
7. Ketika saya sakit, sahabat saya mengantar saya berobat.
8. Ketika sahabat saya ulang tahun, saya memberi ucapan atau kejutan untuk
sahabat saya.
9. Jika sahabat saya tidak berada satu kota, saya akan jarang berkomunikasi
dengannya.
10. Saya turut merasa bahagia ketika sahabat saya berhasil mencapai suatu
pencapaian.
11. Saya mudah melupakan peristiwa spesial yang pernah terjadi dengan
sahabat saya.
12. Saya kurang memiliki informasi mengenai hal-hal terbaru yang terjadi
pada sahabat saya.
13. Saya mempertahankan pendapat saya di hadapan sahabat saya.
14. Saya merasa cemburu ketika sahabat saya pergi dengan teman lain.
15. Saya iri dengan keberhasilan sahabat saya.
16. Saya merasa sahabat saya selalu ada ketika saya membutuhkan bantuan.
17. Mengunjungi rumah/kos sahabat saya adalah hal yang menyenangkan
bagi saya.
18. Sahabat saya menceritakan keburukan saya pada teman lain.
19. Saya mudah merasa rindu dengan sahabat saya.
20. Jika terjadi perbedaan pendapat antara saya dan sahabat maka kami akan
saling mendiskusikannya.
21. Sahabat saya sulit menjaga rahasia yang saya ceritakan kepadanya.
22. Jika saya dan sahabat sedang bertengkar, saya menghindari bertemu
sahabat saya.
23. Saya sering mengajak sahabat saya berkunjung ke rumah/kos saya.
24. Jika saya mempunyai persoalan, sahabat saya menjauh dari saya.
25. Ketika saya tidak memiliki kendaraan, sahabat saya mau mengantar saya
ke tempat tujuan.
26. Jika saya melakukan kesalahan dengan sahabat saya, saya bersedia minta
maaf kepadanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
106
27. Saya dan sahabat saya saling mengetahui hal-hal yang kami suka.
28. Saya sulit meluangkan waktu untuk bertemu sahabat saya.
29. Saya merasa malu menceritakan persoalan yang saya hadapi kepada
sahabat saya.
30. Ketika saya sedang membutuhkan uang, biasanya sahabat saya
meminjami saya uang.
31. Saya sulit meluangkan waktu untuk membahas permasalahan yang terjadi
dengan sahabat saya.
32. Sahabat saya selalu memastikan bahwa saya dalam keadaan baik-baik
saja.
33. Saya sering merencanakan kegiatan akhir pekan bersama sahabat saya.
34. Ketika saya berbuat kesalahan terhadap sahabat saya, saya merasa gengsi
untuk meminta maaf.
35. Saya merasa beban permasalahan yang saya hadapi berkurang setelah
saya bercerita kepada sahabat.
36. Saya mengetahui cara agar sahabat saya memaafkan saya.
37. Ketika saya sedang sedih, sahabat saya cuek.
38. Ketika ada waktu libur, saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu
saya sendirian dibandingkan bersama sahabat.
39. Saya merasa nyaman membicarakan permasalahan yang saya hadapi
kepada sahabat saya.
40. Sahabat saya jarang menawarkan bantuan pada saya.
41. Saya malas menanggapi ajakan sahabat saya untuk pergi bersama.
42. Ketika saya sedang membutuhkan bantuan, sahabat saya pura-pura tidak
mengetahui keadaan saya.
43. Saya enggan mengajak sahabat saya berkunjung ke rumah/kos saya.
44. Jika saya pulang larut malam, sahabat saya rela mengantar saya sampai
kos/rumah.
45. Ketika saya lupa membawa suatu barang, biasanya sahabat saya mau
meminjamkan barangnya.
46. Perbedaan pendapat membuat saya dan sahabat saya bertengkar.
47. Sahabat saya bukanlah orang yang bias diandalkan saat saya
membutuhkan bantuan.
48. Saya sulit meluangkan waktu untuk menelepon/berkomunikasi dengan
sahabat saya.
49. Sahabat saya memiliki banyak alasan ketika saya ingin meminjam
barang-barangnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
107
Lampiran 2 Skala Regulasi Emosi sebelum try out
No. Pernyataan
1. Saya mudah tersinggung jika teman saya membicarakan hal yang tidak
benar mengenai diri saya.
2. Ketika berada dalam situasi yang membuat saya merasa cemas, saya
berusaha memikirkan manfaat apa yang saya dapatkan dari tetap berada
pada situasi tersebut.
3. Ketika saya kurang nyaman karena kurang memahami bahasa daerah
tempat kuliah saya, dan teman saya bersedia menjelaskannya pada saya,
saya berpikir saya mendapat ilmu baru.
4. Ketika saya marah pada teman, saya berusaha tetap berperilaku baik
pada teman saya.
5. Ketika saya kecewa dengan teman, saya tidak mengungkapkannya.
6. Ketika saya kesal karena mengetahui teman kos saya melanggar
peraturan kos, saya langsung memarahinya.
7. Meskipun saya tidak setuju dengan aturan atau norma yang berlaku di
daerah tempat tinggal saya yang baru, saya tetap menghargai dan
mengikutinya.
8. Ketika saya sedih mendapatkan nilai rendah dalam ujian, saya
menyalahkan banyaknya tugas yang ada.
9. Ketika saya meraih keberhasilan, saya memikirkan strategi baru untuk
meraih keberhasilan selanjutnya.
10. Ketika saya marah pada teman, saya mampu berhadapan langsung
dengannya untuk mengungkapkan kemarahan saya.
11. Ketika saya mencemaskan sesuatu, saya sulit mengalihkan pikiran dari
hal-hal buruk yang akan terjadi.
12. Ketika saya tidak setuju dengan aturan atau norma yang berlaku di
daerah tempat tinggal saya yang baru, saya menceritakan ketidaksukaan
tersebut pada orang lain.
13. Saya menganggap setiap masalah yang terjadi membuat diri saya
menjadi lebih baik.
14. Ketika saya sedih karena tidak ada teman yang menemani saya, saya
berpikir bahwa kehadiran saya tidak diharapkan.
15. Saya hanya diam ketika saya tidak menyukai tindakan teman saya.
16. Ketika saya sedih mendapat nilai rendah, saya kurang paham bagaimana
caranya meningkatkan prestasi akademik saya.
17. Saya berusaha tetap tersenyum kepada teman kos saya, walaupun saya
sedang memiliki masalah dengannya.
18. Ketika saya sedih mendapatkan nilai rendah dalam ujian, saya berpikir
bahwa saya kurang belajar.
19. Jika ada hal-hal buruk yang saya alami, saya biasanya mengungkapkan
perasaan saya dengan bercerita pada teman baik saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
108
20. Ketika saya hadir saat teman-teman sedang mengobrol dengan bahasa
daerah mereka, namun mereka tetap melanjutkan obrolan dengan bahasa
tersebut, saya menganggap mereka kurang menghargai kehadiran saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
109
Lampiran 3 Kuesioner Online
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
118
Lampiran 4 Reliabilitas Skala
Skala Kualitas Persahabatan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 78 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 78 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.938 40
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 126.46 263.083 .405 .937
Item5 126.69 259.411 .407 .937
Item6 126.42 262.897 .392 .937
Item8 126.28 260.543 .491 .936
Item9 126.94 258.113 .402 .937
Item10 126.08 264.436 .426 .937
Item12 127.03 255.532 .507 .936
Item15 126.32 262.584 .338 .937
Item16 126.78 255.653 .566 .936
Item17 126.40 259.489 .570 .936
Item18 126.51 255.915 .523 .936
Item19 126.73 254.017 .597 .935
Item20 126.46 260.563 .524 .936
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
119
Item21 126.56 261.184 .382 .937
Item22 126.92 255.838 .433 .937
Item23 126.58 256.221 .503 .936
Item24 126.40 255.905 .628 .935
Item25 126.37 259.821 .439 .937
Item26 126.26 259.752 .603 .936
Item27 126.37 257.198 .584 .935
Item29 126.73 257.420 .441 .937
Item30 126.55 253.731 .627 .935
Item31 126.86 256.824 .519 .936
Item32 126.65 257.034 .614 .935
Item33 126.78 256.900 .457 .937
Item34 126.56 256.846 .486 .936
Item35 126.50 259.214 .480 .936
Item36 126.59 257.128 .583 .935
Item38 126.78 254.744 .578 .935
Item39 126.62 256.993 .525 .936
Item40 126.58 256.143 .550 .936
Item41 126.44 256.431 .593 .935
Item42 126.41 252.739 .717 .934
Item43 126.62 257.201 .484 .936
Item44 126.63 258.730 .447 .937
Item45 126.41 258.271 .592 .936
Item46 126.99 260.948 .347 .937
Item47 126.47 253.837 .664 .935
Item48 126.77 255.556 .520 .936
Item49 126.50 255.786 .560 .936
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
120
Skala Regulasi Emosi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 78 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 78 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.842 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 42.14 30.746 .367 .838
Item2 42.09 29.070 .609 .825
Item3 42.09 30.732 .458 .834
Item4 42.26 30.375 .462 .833
Item5 42.17 30.374 .472 .833
Item6 42.22 31.108 .363 .838
Item7 42.14 30.538 .412 .836
Item8 42.09 31.304 .317 .840
Item9 42.22 30.277 .471 .833
Item10 42.12 31.376 .371 .838
Item11 42.12 30.311 .503 .831
Item13 42.23 29.894 .604 .827
Item14 42.21 31.074 .352 .839
Item15 42.17 30.998 .361 .838
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
121
Item16 42.18 30.539 .467 .833
Item17 42.13 31.204 .304 .842
Item18 42.18 30.045 .524 .830
Item19 42.17 30.556 .510 .832
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
122
Reliabilitas Skala Kualitas Persahabatan Try Out 1
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 127 100.0
Excludeda 0 .0
Total 127 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.922 49
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 153.60 289.274 .400 .921
Item2 153.57 289.930 .319 .921
Item3 153.57 290.611 .289 .922
Item4 153.63 289.584 .363 .921
Item5 153.80 285.794 .441 .920
Item6 154.42 286.674 .305 .922
Item7 153.99 287.881 .316 .921
Item8 153.42 287.674 .452 .920
Item9 154.07 283.765 .408 .921
Item10 153.24 292.202 .346 .921
Item11 153.67 286.763 .367 .921
Item12 154.13 282.815 .494 .920
Item13 154.55 294.995 .080 .923
Item14 154.28 290.423 .164 .924
Item15 153.54 290.251 .271 .922
Item16 153.95 282.934 .515 .920
Item17 153.54 285.536 .581 .919
Item18 153.65 284.689 .459 .920
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
123
Item19 153.87 283.561 .500 .920
Item20 153.57 288.660 .427 .920
Item21 153.69 288.945 .328 .921
Item22 154.02 286.666 .325 .922
Iitem23 153.76 286.198 .382 .921
Item24 153.57 283.564 .514 .920
Item25 153.57 287.422 .393 .921
Item26 153.35 287.945 .537 .920
Item27 153.54 284.996 .547 .919
Item28 154.17 288.970 .281 .922
Item29 153.93 285.368 .392 .921
Item30 153.82 287.673 .354 .921
Item31 154.02 284.190 .469 .920
Item32 153.79 285.105 .575 .919
Item33 154.00 286.111 .368 .921
Item34 153.64 285.773 .422 .920
Item35 153.61 287.304 .424 .920
Item36 153.78 282.665 .576 .919
Item37 153.70 280.767 .580 .919
Item38 153.97 281.872 .541 .919
Item39 153.75 285.079 .476 .920
Item40 153.69 282.040 .576 .919
Item41 153.60 282.623 .617 .919
Item42 153.54 280.552 .699 .918
Item43 153.69 284.310 .495 .920
Item44 153.76 286.833 .391 .921
Item45 153.57 284.771 .596 .919
Item46 154.06 286.710 .357 .921
Item47 153.59 283.006 .580 .919
Item48 153.95 284.966 .412 .921
Item49 153.67 282.334 .560 .919
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
124
Reliabilitas Skala Regulasi Emosi Try Out 1
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 127 100.0
Excludeda 0 .0
Total 127 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.541 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item1 53.83 23.716 .228 .517
Item2 52.96 25.959 .050 .545
Item3 52.64 24.947 .228 .521
Item4 52.96 24.133 .282 .511
Item5 53.36 25.407 .057 .549
Item6 53.35 25.389 .083 .543
Item7 52.63 25.108 .223 .523
Item8 53.02 23.397 .326 .500
Item9 52.72 25.046 .231 .522
Item10 53.73 24.706 .150 .532
Item11 54.12 25.581 .066 .545
Item12 53.74 23.035 .367 .492
Item13 52.69 24.468 .278 .513
Item14 53.50 23.347 .244 .514
Item15 53.58 27.690 -.183 .588
Item16 53.61 24.066 .211 .521
Item17 53.08 24.311 .204 .522
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
125
Item18 52.79 25.153 .170 .529
Item19 54.43 26.897 -.083 .562
Item20 53.52 22.553 .376 .487
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 5 Perhitungan SPSS
Analisis One Sample T-Test Kualitas Persahabatan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kualitas_persahabatan 160 124.81 20.406 1.613
One-Sample Test
Test Value = 100
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Kualitas_persahabatan 15.376 159 .000 24.806 21.62 27.99
Analisis One Sample T-Test Regulasi Emosi
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Regulasi_emosi 160 49.60 5.707 .451
One-Sample Test
Test Value = 45
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Regulasi_emosi 10.196 159 .000 4.600 3.71 5.49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kualitas_persahabatan .065 160 .091 .968 160 .001
Regulasi_emosi .073 160 .037 .989 160 .225
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Kualitas_persahabatan
* Regulasi_emosi
Between Groups (Combined) 15386.775 26 591.799 1.549 .058
Linearity 2016.692 1 2016.692 5.277 .023
Deviation
from Linearity 13370.083 25 534.803 1.400 .116
Within Groups 50824.219 133 382.137
Total 66210.994 159
Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Correlations
Kualitas_persah
abatan Regulasi_emosi
Spearman's rho Kualitas_persahabatan Correlation Coefficient 1.000 .173*
Sig. (1-tailed) . .014
N 160 160
Regulasi_emosi Correlation Coefficient .173* 1.000
Sig. (1-tailed) .014 .
N 160 160
Analisis Tambahan
Correlations
Kualitas_pers
ahabatan Reappraisal Suppresion
Spearman's rho Kualitas_persahabatan Correlation Coefficient 1.000 .231** .050
Sig. (1-tailed) . .002 .265
N 160 160 160
Reappraisal Correlation Coefficient .231** 1.000 .314**
Sig. (1-tailed) .002 . .000
N 160 160 160
Suppresion Correlation Coefficient .050 .314** 1.000
Sig. (1-tailed) .265 .000 .
N 160 160 160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI