hukum waris
TRANSCRIPT
-
5/24/2018 Hukum Waris
1/3
Pengertian Hukum Waris
Hukum waris menurut Vollmar merupakan perpindahan harta kekayaan secara utuh, yang berarti
peralihan seluruh hak dan kewajiban orang yang memberikan warisan atau yang mewariskan
kepada orang yang menerima warisan atau ahli waris.
Hukum waris menurut Pitlo adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai
kekayaan karena meninggalnya seseorang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai
kedudukan harta dan kekayaan seseorang setelah meninggal dunia dan mengatur mengenai cara-
cara berpindahnya harta kekayaan tersebut kepada orang lain.
Selain beberapa pengertian tersebut di atas, pengertian mengenai hukum waris juga dapat dilihat
dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, dalam pasal 171 disebutkan bahwa :
Hukum Waris adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan atas harta
peninggalan pewaris kemudian menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris danmenentukan berapa bagian masing-masing.
Pengertian Pewaris dan Ahli Waris
Menurut KBBI Pewaris adalah Orang yang mewariskan.
Menurut KBBI Ahli Waris adalah Orang yang berhak menerima warisan
Asas yang berlaku dalam Hukum Waris
Dalam Hukum Waris menurut BW berlaku suatu asas bahwa apabila seseorang meninggal
dunia,maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli
warisnya.Hak hak dan kewajibankewajiban yang beralih pada ahli waris adalah sepanjang
termasuk dalam lapangan hukum harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai
dengan uang.
SUBYEK HUKUM WARIS
Pewaris
Setiap orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan disebut pewaris (Erflater). Ini
berarti syarat sebagai pewaris adalah adanya hak-hak dan/atau sejumlah kewajiban yang harus
dipenuhi pada pihak ketiga, yang dapat dinilai dengan uang.
Ahli Waris
Orang-orang tertentu, yang secara limitatif diatur dalam KUH Perdata, yang menerima harta
peninggalan ialah :
Ahli Waris yang mewaris berdasarkan kedudukan sendiri (uit eigen hoofed)atau mewaris secara
langsung, misalnya jika ayah meninggal dunia, maka sekalian anak-anaknya tampil sebagai ahli waris.
Mengenai ahli waris yang tampil dalam kedudukannya sendiri ini, KUH Perdata menggolongkannya
sebagai berikut :
a. Golongan Pertama
Yaitu sekalian anak-anak beserta keturunannya dalam garis lancang ke bawah.
b. Golongan Kedua
Orang tua dan saudara-saudara pewaris; pada asasnya bagian orang tua disamakan dengan bagian
-
5/24/2018 Hukum Waris
2/3
saudara-saudara pewaris, tetapi ada jaminan di mana bagian orang tua tidak boleh kurang dari
seperempat harta peninggalan.
c. Golongan Ketiga.
Pasal 853 dan pasal 854 KUH Perdata menentukan dalam hal tidak terdapat golongan pertama dan
kedua, maka harta peninggalan harus dibagi dua (kloving), setengah bagian untuk kakek-nenek pihak
ayah, setengah bagian lagi untuk kakek-nenek pihak ibu.
d. Golongan Keempat.
Sanak keluarga si pewaris dalam garis menyimpang sampai derajat keenam.
Obyek Hukum Waris
Pada prinsipnya obyek Hukum Waris adalah harta kekayaan yang dipindahtangankan dari pewaris
kepada ahli waris. Harta kekayaan yang ditinggalkan tersebut berupa :
Aktiva
Yaitu sejumlah benda yang nyata ada dan/atau berupa tagihan/piutang kepada pihak ketiga. Selain
itu aktiva dapat pula berupa hak immaterial (hak cipta dan sebagainya).
Passiva
Yaitu sejumlah hutang pewaris yang harus dilunasi pada pihak ketiga, maupun kewajiban lainnya
(menyimpan benda orang lain dan sebagainya)
Dengan demikian berarti bahwa hak-hak dan kewajiban pewaris yang lahir dari hubungan Hukum
Keluarga tidak dapat diwariskan, kecuali hak suami/ayah untuk menyangkal anaknya.
-
5/24/2018 Hukum Waris
3/3