implementasi perencanaan audit berbasis risiko …
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERENCANAAN AUDIT BERBASIS RISIKO SESUAI INTERNATIONAL STANDARDS ON AUDITING DALAM INDUSTRI
BROADCASTING (STUDI KASUS: PT ABC)
Clara Stephanie, Ludovicus Sensi Wondabio
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
clara,[email protected]
Abstrak
Skripsi ini berisi tentang implementasi perencanaan audit berbasis risiko sesuai International Standards on Auditing dalam industri broadcasting (studi kasus: PT ABC). Indonesia sebagai bagian dari G20 dan IFAC, berkomitmen untuk sepenuhnya mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013. Konsekuensi dari adopsi ISA adalah perubahan mendasar terhadap cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja auditor di Indonesia. Perbedaan utama antara ISA dan standar terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis. Penulis memfokuskan laporannya pada proses perencanaan audit yang dilakukan oleh auditor di dalam melakukan audit atas industri penyiaran. Kesimpulan yang didapat adalah tahapan cara audit berbasis risiko dan isu-isu kritis di dalam akuntansi dan audit sebuah perusahaan penyiaran, seperti isu pendapatan, persediaan dan uang muka.
Kata Kunci: Audit; Audit Berbasis Risiko; ISA; Penyiaran; Standar Audit.
Implementation of Risk-Based Audit Planning Appropriate to International Standards on Auditing in the Broadcasting Industry (Case Study: PT ABC)
Abstract
This thesis describes the implementation of risk-based audit planning appropriate to international standards on auditing in the broadcasting industry (case study:PT ABC). Indonesia as part of the G20 and IFAC, committed to fully adopt ISA on January 1, 2013. The consequences of the adoption ISA is a fundamental change to the way of looking, thinking and how to work the auditor in Indonesia. The main difference between the previous standard is in the pressure on critical thinking. The author focuses on the audit planning process undertaken by the auditor in the audit of broadcasting industry. The conclusion was the process of risk-based audit method and the critical issues in accounting and auditing in a broadcasting company such as the issue of revenue, inventory and advances.
Keywords: Audit, Risk-based audit, ISA, Auditing Standards, Broadcasting 1. Pendahuluan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini pasar modal dan pasar uang dunia diguncang oleh
manipulasi pelaporan keuangan yang dalam istilah International Standards on Auditing/ISA
bersifat massive (besar) dan pervasive (meluas). Wall Street bertanya dimanakah peran auditor
dalam berbagai skandal pelaporan keuangan. Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi
laporan keuangan. Kita sedikit lebih “beruntung” karena sejauh ini ukuran kerugian belum Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
meluas, dan masih terisolasi dalam pembahasan di kalangan terbatas. Dengan latar belakang
yang tertulis di atas maka ISA dan standar lain yang dikeluarkan IFAC (International Federation
of Accountants) dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas pada tatanan
global. Indonesia sendiri, sebagai bagian dari G20 dan IFAC, berkomitmen untuk sepenuhnya
mengadopsi ISA pada 1 Januari 2013. Konsekuensi dari adopsi ISA adalah perubahan mendasar
terhadap cara pandang, cara berpikir dan cara bekerja auditor di Indonesia. Meskipun ISA
berbeda dalam substansi dari standar audit terdahulu, tujuannya tidak berbeda. ISA seperti
standar terdahulu ingin mencapai mutu audit yang dapat diandalkan pemakai laporan keuangan,
dengan memberikan asurans yang memadai (reasonable assurance). ISA dan standar audit
terdahulu tidak memberikan asurans yang mutlak (absolute assurance). Perbedaan utama antara
ISA dan standar terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis.
Indonesia sendiri pada saat ini sedang mengalami masa kejayaan pada bidang penyiaran
terkhusus televisi. Terbukti dengan munculnya beberapa stasiun televisi baru yang sangat
diminati dan kemudian menggeser posisi stasiun-stasiun televisi yang sudah lama ada. Ini
menimbulkan tantangan tersendiri bagi stasiun televisi yang sudah lama ada untuk tetap bisa
bertahan baik dalam segi daya tarik masyarakat maupun dalam segi keuangan. Segi keuangan
sangatlah sensitif, jika tak ada support dalam hal keuangan maka suatu perusahaan tidak akan
dapat bertahan. Di sinilah muncul hal yang ditakutkan, apakah yang disajikan dalam laporan
keuangan perusahaan adalah benar hasil usaha perusahaan selama setahun atau hanya angka
buatan agar terlihat bagus di mata pemegang saham dan pembaca laporan keuangan? Di sinilah
peran auditor dibutuhkan, untuk memberikan asurans yang memadai. Ditambah lagi dengan
adanya perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA yang lebih menekankan berpikir kritis,
diharapkan dapat meningkatkan asurans yang diberikan kepada pembaca dan pengguna laporan
keuangan. Maka dari itu, skripsi ini akan melakukan penelitian bagaimana implementasi
perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA yang dilakukan oleh auditor dalam industri
penyiaran (broadcasting) terkhusus televisi di Indonesia, dengan mengambil sampel salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang penyiaran televisi yaitu PT ABC. Kemudian akan
disimpulkan apa saja isu terkait akuntansi dan audit di dalam industri penyiaran.
2. Tinjauan Teoritis
Mengapa ISA?
Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara berbeda, yakni apa insentif
bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA. Kita bisa mendekatinya dari sisi kekuatan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
pasar dan nilai tambah. Kekuatan pasar sebagai penentu disebabkan oleh KAP yang melayani
klien global dan internasional mau tidak mau sudah mulai menggunakan audit berbasis ISA
karena menurut mereka ISA bukanlah pilihan. Atau lebih tepatnya, “pilih ISA atau pilih keluar
dari jaringan kerja sama global atau jaringan kerjasama internasional”. Selain itu untuk nilai
tambah, yang dimaksud disini adalah nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa
peningkatan mutu audit. (Tuanakotta, 2013).
Perbedaan Standar Audit Berbasis ISA dan Standar Audit Sebelum ISA
a. Audit berbasis risiko
Ciri yang paling menonjol dari audit berbasis ISA adalah penekanan terhadap aspek risiko. ISA
memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor
mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya
sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan. ISA berulang-ulang menegaskan
kewajiban auditor (dengan istilah “the auditor shall”) dalam menilai risiko (to assess risk), dalam
menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang
ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas.
Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent).
ISA merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit.
b. Berbasis aturan (rule-based) ke berbasis prinsip (principles-based standards)
ISA dan IFRS (Itnternational Financial Reporting Standards) adalah standar-standar berbasis
prinsip (principles-based standards), yang merupakan perubahan besar dari standar-standar
sebelumnya yang berbasis aturan (rule-based standards).
c. Berpaling dari model matematis
Ciri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman (manuals) dari KAP
besar seperti the Big Four di era Assurance Model ialah membantu auditornya dengan
memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical sampling maupun non-statistical
sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius, yakni membuat auditor
menjadi robot. Sedangkan ISA menekankan penggunaan professional judgement.
d. Kearifan profesional dan konsekuensinya
Setiap auditor akan mengklaim bahwa ia telah menggunakan kearifan profesional. ISA
mendefinisikan dan menjelaskan makna kearifan profesional dengan contoh-contoh. Apa Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
konsekuensi dari ISA mewajibkan kearifan profesional? Konsekuensinya adalah keterlibatan
partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau
jenis audit tertentu), pendidikan, dan pelatihan dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap
skeptis (professional skepticism). Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum
mempunyai pengalaman yang memadai, ISA menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan
ISA. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISA yang paling jelas ialah seberapa besar keterlibatan
partner yang pakar dalam penugasan audit tersebut.
e. Pengendalian internal
Pengendalian internal (internal control) bukanlah hal baru dalam auditing. Akan tetapi yang
ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun, memelihara, dan
mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor (dalam menilai
pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta komunikasi dengan manajemen
dalam hal auditor menemukan defisiensi dalam pengendalian internal. Pengendalian internal
merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit
berbasis risiko. Contoh dari cara berpikir lama dapat dilihat dalam banyak praktik di Indonesia.
Akuntan publik mereviu sistem pengendalian internal, dan produk yang dihasilkannya ialah
rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat manajemen atau management letter). Hal yang
terpenting justru tidak dilakukan auditor, yakni tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnya
dengan hasil reviu atas pengendalian internal. Seolah-olah keduanya (prosedur audit selanjutnya
dan reviu atas pengendalian internal) berdiri sendiri, independen satu dari yang lain. Inilah
perubahan mendasar (perubahan pola pikir yang ditekankan ISA).
f. Those Charged with Governance
Istilah ini dapat ditemukan dalam banyak ISA. Mengapa? ISA menekankan berbagai kewajiban
entitas dan manajemen. Namun perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir
menekankan perlunya orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi
entitas. Mereka inilah yang disebut TCWG. Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau
lembaga TCWG itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya di pasar-pasar modal di dunia, ini
sudah menjadi best practice), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.
Penjelasan ISA yang digunakan:
1. ISA 220 “Pengendalian Mutu untuk Audit Atas Laporan Keuangan”
Tujuan auditor adalah untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
penugasan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor bahwa:
a. Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku
b. Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya
Dalam ISA 220 ini, partner penugasan mempunyai posisi yang penting dimana partner
penugasan harus bertanggungjawab penuh terhadap audit dan pengendalian mutu.
2. ISA 240 “Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit Atas
Laporan Keuangan”
Tujuan auditor adalah untuk:
a. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang diakibatkan oleh kecurangan
b. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, melalui perancangan dan implementasi
respon yang tepat
c. Memberikan respon terhadap kecurangan atau dugaan kecurangan yang diidentifikasi
selama audit
Sementara itu, apa sebenarnya definisi kecurangan (fraud)? Kecurangan adalah suatu
tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga, yang melibatkan penggunaan tipu muslihat
untuk memperoleh suatu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum. Sedangkan faktor
risiko kecurangan adalah peristiwa atau kondisi yang menunjukkan adanya insentif atau tekanan
untuk melakukan kecurangan atau memberikan peluang untuk melakukan kecurangan.
3. ISA 250 “Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas Laporan
Keuangan.”
Tujuan auditor adalah:
a. untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan dalam
peraturan perundang-undangan yang pada umumnya berdampak langsung dalam menentukan
jumlah dan pengungkapan material dalam laporan keuangan
b. untuk melaksanakan prosedur audit tertentu untuk membantu mengungkapkan adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lain yang dapat berdampak material
terhadap laporan keuangan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
c. Untuk merespons adanya ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan peraturan perundang-
undangan yang diidentifikasi selama pelaksanaan audit secara tepat
4. ISA 315 “Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya.”
Tujuan auditor adalah untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas, oleh karena
itu menyediakan suatu dasar untuk merancang dan mengimplementasikan respons terhadap risiko
yang ditetapkan atas kesalahan penyajian material tersebut.
5. ISA 330 “Respon Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai”
Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan dengan
penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan respons yang
tepat terhadap risiko tersebut.
Audit Berbasis Risiko
Ciri penting dari audit berbasis ISA ialah bahwa audit ini berbasis risiko (risk-based audit).
Makna dari audit berbasis risiko dapat dipahami melalui beberapa konsep dasar berikut
a. Asurans yang layak (Reasonable assurance)
Dicapai ketika auditor memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menekan risiko audit.
b. Kendala bawaan (Inherent limitations)
Berikut adalah kendala bawaan dalam penugasan audit:
• Sifat pelaporan keuangan
• Sifat bukti audit yang tersedia
• Sifat prosedur audit
• Pelaporan keuangan tepat waktu
c. Lingkup audit (Audit scope)
Lazimnya, lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya, dibatasi pada menjawab
pertanyaan: apakah laporan keuangan dibuat, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
d. Salah saji yang material (Material misstatement)
Terjadi jika secara layak dapat diharapkan, akan memengaruhi keputusan ekonomis pemakai
laporan keuangan. Salah saji material bisa terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama, berupa
salah saji yang tidak dikoreksi, berupa pengungkapan yang menyesatkan, atau berupa kesalahan
atau kecurangan.
e. Asersi (Asersi)
Merupakan pernyataan yang diberikan manajemen, secara eksplisit maupun implisit, yang
tertanam di dalam atau merupakan bagian dari laporan keuangan.
Proses audit adalah suatu metodologi yang tersusun rapi untuk mengorganisasikan suatu audit,
untuk memastikan bahwa bukti-bukti audit yang terkumpul telah memadai dan kompeten untuk
semua tujuan audit. Menurut Theodorus M. Tuanakotta dalam bukunya Audit Berbasis ISA,
proses audit terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:
1. Menilai Risiko (Risk Assessment)
Auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan. Prosedur yang dilakukan antara lain:
• Memperoleh pemahaman strategi bisnis klien dan memproses serta menilai risiko.
• Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
• Melakukan prosedur analitis awal.
2. Menanggapi Risiko
Pada tahap ini auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi
risiko salah saji yang material yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan
dan asersi.
Prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
• Melaksanakan pengujian pengendalian (test of control), yaitu prosedur audit untuk menguji
efektivitas pengendalian dalam mendukung suatu pengurangan pada taksiran risiko pengendalian. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
• Melaksanakan pengujian substantif atas transaksi (substantive test of transaction), yaitu
pengujian atas kesalahan saji secara material untuk menentukan apakah keenam tujuan audit
terkait transaksi telah tercapai untuk setiap transaksi.
b. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
• Melaksanakan prosedur analitis, yaitu penggunaan perbandingan dan hubungan untuk
menilai kewajaran atas saldo akun maupun data lain pada laporan keuangan.
• Melaksanakan pengujian terinci atas saldo, yaitu pengujian atas kesalahan saji secara
material untuk menentuan apakah kesembilan tujuan audit terkait saldo telah terpenuhi untuk
setiap saldo.
3. Pelaporan
Tahap pelaporan meliputi :
a. Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh.
b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.
Dalam tahap ini auditor juga harus menelaah kewajiban bersyarat dan komitmen, yaitu potensi
kewajiban masa datang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak diketahui sebagai akibat
dari aktivitas yang telah terjadi serta menelaah peristiwa kemudian (subsequent event), yaitu
prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
peristiwa kemudian.
Landasan Teori Penyiaran
Berdasarkan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 3/P/KPI/08/2006
Sistem penyiaran adalah tatanan penyelenggaraan penyiaran nasional berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-uundangan yang berlaku menuju tercapainya asas, tujuan, fungsi, dan arah
penyiaran nasional sebagai upaya mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Izin penyelenggaraan penyiaran merupakan bagian dari perilaku penyiaran yang berlaku bagi jasa
penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi yang diselenggarakan oleh Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
a. Lembaga penyiaran publik
Adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat
independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan
masyarakat.
b. Lembaga penyiaran swasta
Adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang
bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.
c. Lembaga penyiaran berlangganan
Adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan.
d. Lembaga penyiaran komunitas
Adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas
tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan
wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
Izin penyelenggaraan penyiaran diberikan kepada pemohon melalui tahapan sebagai berikut:
a. Melengkapi persyaratan administratif dan dokumen
b. Menyerahkan studi kelayakan ke KPI
c. Tahap verifikasi administratif yang merupakan pemeriksaan kelengkapan dokumen
d. Tahap verifikasi faktual yang merupakan pemeriksaan keaslian dokumen dan kecocokan
kondisi di lapangan
e. Prosedur evaluasi dengar pendapat yang diadakan KPI dan pemohon
f. Forum rapat bersama yang diadakan antara KPI dan pemerintah khusus untuk perizinan.
Sementara untuk izin penyelenggaraan penyiaran atau perpanjangan izin dalam waktu paling
lambat 30 hari kerja terhitung sejak kesepakatan. Izin penyelenggaraan penyiaran radio diberikan
untuk jangka waktu 5 tahun dan izin penyelenggaraan penyiaran televisi diberikan jangka waktu
10 tahun. Akan tetapi, sebelum mendapat izin tetap penyelenggaraan penyiaran, lembaga
penyiaran radio wajib melalui masa uji coba siaran paling lama 6 bulan untuk radio dan 1 tahun
untuk televisi.
Selain itu, izin penyelenggaraan penyiaran dapat dicabut karena:
a. Tidak lulus masa uji coba siaran yang sudah ditetapkan.
b. Melanggar penggunaan sistem spektrum frekuensi radio dan/atau wilayah jangkauan siaran
yang ditetapkan.
c. Tidak melakukan kegiatan siaran lebih dari tiga bulan tanpa pemberitahuan kepada KPI. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
d. Dipindahtangankan ke pihak lain.
e. Melanggar ketentuan rencana dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat
penyiaran.
f. Melanggar ketentuan mengenai standar program siaran setelah adanya putusan pengadilan
yang memperoleh kekuatan hukum tetap.
Sumber penyiaran lembaga penyiaran swasta diperoleh dari:
1. Siaran iklan.
2. Usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.
3. Metode Penelitian Dalam rangka memperoleh data yang relevan, metodologi penelitian yang digunakan terdiri dari
dua cara yaitu:
1. Metodologi Penelitian Studi Pustaka (Library Research).
a. Buku-buku yang memuat tentang pandangan-pandangan/teori-teori dari para ahli yang menulis
mengenai masalah auditing dan audit berbasis risiko sesuai ISA.
b. Hasil-hasil dari seminar mengenai audit berbasis risiko sesuai ISA
c. Penelitian working papers (kertas kerja) yang penulis dapatkan selama bekerja pada Kantor
Akuntan.
2. Metodologi Penelitian Lapangan (Field Research).
Penulis menggunakan metode wawancara dan praktik langsung dengan orang-orang yang
berkecimpung di bidang perencanaan audit berbasis risiko sesuai ISA. Juga dari hasil praktik
langsung pada saat melakukan audit atas perusahaan penyiaran yang kemudian penulis padukan
dengan hasil penelitian studi pustaka. Maka penulis mencoba membuat beberapa kesimpulan,
sebagaimana penulis susun dalam penulisan skripsi ini.
4. Pembahasan 4.1 Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal (Accept Client and Perform Initial
Audit Planning) Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
PT ABC merupakan klien audit sejak tahun 2012, sehingga penugasan audit pada tahun 2013
merupakan penugasan audit lanjutan (client continuance). Pada tanggal 22 Oktober 2013, auditor
dari KAP XYZ dan pihak manajemen PT ABC memutuskan untuk melakukan rapat. Rapat ini
didakan untuk membuat memo penugasan audit lanjutan (Client Continuance Memo (CCM)).
Auditor PT ABC melakukan tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan informasi-informasi
penting mengenai perusahaan, antara lain jika dibandingkan dengan tahun 2012, apakah terjadi
perbedaan yang signifikan sehubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, pelaporan
keuangan dan susunan komisaris dan direksi perusahaan. Pada dasarnya, untuk tahun 2013 tidak
mengalami banyak perbedaan dengan audit tahun 2012. Perusahaan tidak merubah lini bisnisnya,
akan tetapi pada tahun 2013, Perusahaan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari diskon
pelunasan obligasi perusahaan. Dari hasil rapat, dapat juga ditarik kesimpulan beberapa alasan
mengapa PT ABC menginginkan atau membutuhkan audit yakni:
1. Untuk dilakukan konsolidasi oleh induk perusahaan PT ABC.
2. Untuk pelaporan terhadap kantor pajak.
3. Untuk pelaporan kepada pihak bank terkait utang bank yang dimiliki oleh PT ABC.
Selain itu juga dibuat memo strategi komunikasi klien. Memo ini dibuat untuk menolong partner
untuk memastikan bahwa komunikasi yang efektif telah dilakukan baik di dalam tim internal
maupun dengan PT ABC. Kemudian ditentukan juga tim yang akan mengerjakan penugasan audit
PT ABC ini. PT ABC juga menjelaskan kebutuhan-kebutuhannya di dalam penugasan ini termasuk
target dari induk perusahaan dalam rangka memenuhi syarat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebagai rangkuman, maka dibuatlah Memo Jasa Klien yang dapat dilihat dalam Lampiran 4 Jasa
Klien. Memo ini dibuat untuk membantu Partner dalam perencanaan. Memo ini juga berguna untuk
semua tim yang terlibat karena di dalam memo ini dijelaskan latar belakang dari PT ABC dan
kebutuhan-kebutuhan PT ABC.
4.2 Memahami Bisnis Klien dan Industri Klien, Menilai Risiko Bisnis Klien
Dalam melakukan penugasan audit, kita harus memiliki atau memperoleh pengetahuan tentang
bisnis entitas yang cukup untuk memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dan memahami
peristiwa, transaksi dan praktik yang menurut penilaian mungkin memberikan dampak yang
signifikan terhadap penugasan audit dan laporan keuangan.
Dalam tahapan ini dibagi menjadi:
a. Operasi bisnis
b. Manajemen dan kepemilikan Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
c. Komite audit
d. Pihak berelasi
e. Sumber pendanaan
f. Strategi dan tujuan perusahaan
g. Pengukuran kinerja dan rencana kompensasi
h. Masalah dan tren industri
i. Lingkungan bisnis umum
j. Kerangka pelaporan keuangan
k. Performa keuangan
4.3 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan
Dari Neraca Saldo yang diberikan oleh PT ABC, auditor kemudian membandingkan angka neraca
saldo 2013 (per buku) dengan laporan audit tahun 2012 yang dapat dilihat di Lampiran 13 Analisis
Pendahuluan dan berbekal buku besar dan wawancara dengan pihak manajemen, berikut adalah
hasil analisis pendahuluan PT ABC.
a. Kas dan bank mengalami penurunan Rp 291 atau sebesar 16,71% dikarenakan adanya
pelunasan utang bank di akhir tahun.
b. Piutang usaha naik Rp 5.815 atau sebesar 35,97% karena di akhir bulan Desember 2013, para
pelanggan tidak dapat melunasi tagihan mereka dan meminta perpanjangan masa waktu.
c. Persediaan naik Rp 426 atau sebesar 25,73% karena ada penambahan persediaan program di
akhir tahun.
d. Uang muka dan biaya dibayar dimuka naik Rp 131 atau sebesar 7,32% karena ada acara di
awal tahun sehingga bagian acara sudah mengambil dana di bulan Desember.
e. Biaya dibayar dimuka turun Rp 1.785 atau sebesar 32,44% dikarenakan pada tahun 2013 tidak
terdapat penambahan biaya dibayar dimuka sehingga murni penurunan dikarenakan amortisasi dari
biaya dibayar dimuka.
f. Utang usaha naik Rp 1.464 atau sebesar 20,86% karena pembelian program di akhir tahun
dilakukan dengan utang.
g. Utang lain-lain naik Rp 15.734 atau sebesar 114,57% karena perusahaan menerima pinjaman
dari PT MNO dan tidak terkait dengan kegiatan usaha.
h. Pendapatan diterima dimuka naik Rp 2.882 atau sebesar 15,14% karena adanya pembayaran
dimuka di akhir tahun dari pelanggan baru.
i. Utang pihak berelasi naik sebesar Rp 38.800 atau sebesar 446,06% setelah dilihat ke buku
besar dan melakukan tanya jawab ternyata utang obligasi oleh perusahaan dimasukan ke dalam Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
akun ini.
j. Beban program dan penyiaran meningkat Rp 4.512.998.076 atau sebesar 32,84% salah satunya
disebabkan adanya salah pos akun dan juga kenaikan biaya gaji karyawan mengikuti standar upah
yang ditetapkan oleh pemerintah dan diikuti kenaikan biaya program.
k. Pendapatan (beban) lain meningkat Rp 32.975.589.548 atau sebesar 177% dikarenakan adanya
keuntungan akibat potongan harga saat melakukan pelunasan utang obligasi.
4.4 Menetapkan Materialitas dan Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima
Tahap selanjutnya adalah menentukan risiko audit yang dapat diterima oleh auditor. Alasan
penggunaan basis laba kotor dalam menghitung materialitas keseluruhan adalah karena laba bersih
perusahaan yang tidak stabil pada tahun 2012 dan 2013, sehingga digunakan angka 1% dari laba kotor
pada tahun berjalan yang lebih stabil. Materialitas keseluruhan ini adalah perkiraan auditor atas batas
angka nominal salah saji di laporan keuangan secara keseluruhan. Sedangkan untuk performance
materiality adalah 50% dari materialitas keseluruhan. Performance materiality adalah tingkat
materialitas per masing-masing akun untuk PT ABC. Sedangkan untuk Nominal SAD amount adalah
5% dari materialitas keseluruhan. Nominal SAD Amount adalah batas kesalahan catat yang ditolerir
untuk tidak dilakukan penyesuaian oleh auditor. Akan tetapi kesalahan-kesalahan tersebut harus
dikumpulkan terlebih dahulu, jika setelah dikumpulkan nilai kesalahan tersebut melebihi materialitas
keseluruhan maka perlu diadakan penyesuaian oleh auditor.
4.5 Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian
Selain melihat risiko eksternal dan internal perusahaan, auditor juga harus memahami pengendalian
internal perusahaan dan menilai risiko dari pengendalian tersebut. Dalam tahap ini auditor sekaligus
mengetahui proses akuntansi perusahaan. Berikut penjelasannya yang dibagi berdasarkan siklus
operasi perusahaan.
1. Siklus pendapatan
• Alur siklus pendapatan:
Divisi marketing yang melakukan pencarian pelanggan, membuat perjanjian dan membuat TBO (TV
Booking Order). Untuk pelanggan-pelanggan baru diharapkan untuk melakukan pembayaran dimuka.
Jadwal tayang dari pelanggan tersebut akan diberikan kepada bagian traffic. Setelah pesanan dari
pelanggan ditayangkan, bagian traffic akan memberikan kepada bagian penagihan Airing dokumen
dan bukti tayang. Berdasarkan hal ini, bagian penagihan akan mencocokan terlebih dahulu dengan
TBO dan jika sudah sesuai bagian penagihan akan membuat invoice. Invoice akan langsung Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
dikirimkan kepada pelanggan. Untuk pelanggan lama dan yang tidak melakukan pembayaran dimuka.
Bagian penagihan akan melakukan follow up dengan pelanggan terkait piutang yang akan jatuh
tempo.
• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi
Setelah mengetahui siklus pendapatan iklan dan program perusahaan, auditor mencoba mengambil
sampel untuk setiap hal yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya TBO, airing document, perjanjian,
dan faktur pajak di lampiran invoice. Dari hasil sampling untuk siklus pendapatan iklan dan program
dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain
kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus
pendapatan iklan dan program PT ABC disimpulkan moderate.
2. Siklus pengeluaran
• Alur siklus pengeluaran:
Untuk divisi GA, News, Marketing, Finance Treasury dan technology department mempunyai petty
cash masing-masing dengan nominal dibawah Rp 5.000.000 yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya kecil dan mendadak. Sedangkan untuk pembayaran yang
sifatnya lebih besar seperti biaya untuk persiapan program dilakukan dengan proses advance.
Advance biasanya diberikan per program yang sedang dibuat dengan melampirkan form advance
yang sudah mendapat approval dari pihak yang berwenang. Biasanya advance akan diselesaikan
paling lama 2 bulan dan untuk setiap program ada maksimal batas untuk pengajuan advance per
program sehingga harus segera menyelesaikan advance jika ingin melakukan pengajuan advance
kembali. Untuk advance-advance yang sudah diselesaikan maka akan dilampirkan bukti
pertanggungjawaban beserta bon-bon asli terkait beban-beban tersebut dan approval dari pihak yang
berwenang.
• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi
Setelah mengetahui siklus pengeluaran, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal yang
dijelaskan PT ABC, seperti adanya form advance dan settlement of advance beserta invoice-invoice.
Dari hasil sampling untuk siklus beban dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan
adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat
mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus pengeluaran PT ABC disimpulkan
maksimum.
3. Siklus pembelian aset tetap
• Alur siklus pembelian aset tetap: Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
Setiap divisi yang membutuhkan penambahan aset tetap wajib mengisi form permintaan pembelian
dan diserahkan kepada bagian pengadaan. Bagian pengadaan akan mengecek ke budget setahun
yang dibuat kemudian bagian pengadaan akan melakukan perbandingan kepada minimal tiga
supplier untuk mencari harga dan spesifikasi yang sesuai (pitching). Jika sudah menemukan yang
sesuai, maka akan dibuat order pembelian oleh bagian pengadaan. Jika barang sudah diterima maka
akan diserahkan ke divisi yang memerlukan dan bagian pengadaan akan memberikan dokumen-
dokumen terkait ke bagian utang.
• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi
Setelah mengetahui siklus pembelian aset tetap, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal
yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya form permintaan pembelian dan pitching beserta invoice-
invoice. Dari hasil sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko
kontrol dari perusahaan adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi
lemah pada saat mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus pembelian aset tetap PT
ABC disimpulkan rendah.
4. Siklus penggajian dan personel
• Alur siklus penggajian dan personel
Setiap divisi akan mengajukan ke divisi HRD jika membutuhkan karyawan tambahan di divisinya.
Divisi HRD akan meminta persetujuan direktur terlebih dahulu baru kemudian memasang iklan.
Setiap lamaran yang masuk akan di seleksi terlebih dahulu CV dan kemudian diadakan tes dan
wawancara. Jika sudah diterima menjadi karyawan makan harus menandatangani kontrak kerja.
Sedangkan untuk pengajuan pengunduran diri dilakukan sebulan dimuka dan harus mengajukan
surat pengunduran diri.
Untuk penggajian akan didasarkan pada absensi kehadiran dan lembur. Untuk lembur harus
mendapat persetujuan dari superior untuk memverifikasi kebenaran dari lembur tersebut. Sedangkan
untuk cuti, setiap karyawan mendapat cuti 12 hari setahun dan jika tidak digunakan maka akan
hangus dan tidak bisa di akumulasi ataupun diuangkan.
• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi
Setelah mengetahui siklus penggajian dan personel, auditor mencoba mengambil sampel untuk
setiap hal yang dijelaskan PT ABC, seperti adanya form lembur, bukti kehadiran. Dari hasil
sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan
adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat
mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus penggajian dan personel PT ABC
disimpulkan rendah. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
5. Siklus treasury
• Alur siklus treasury
Untuk melakukan pinjaman bank, dilihat dari kebutuhan pembiayaan dan harus didiskusikan antara
direktur keuangan, direktur dan meminta persetujuan dari dewan komisaris. Begitu pula dengan
keputusan menerbitkan obligasi.
• Risiko yang timbul dalam siklus akuntansi
Setelah mengetahui siklus treasury, auditor mencoba mengambil sampel untuk setiap hal yang
dijelaskan PT ABC, seperti adanya perjanjian, perhitungan pinjaman dan beban bunga. Dari hasil
sampling untuk siklus pembelian aset tetap dapat disimpulkan bahwa risiko kontrol dari perusahaan
adalah tinggi. Perusahaan mempunyai disain kontrol yang baik akan tetapi lemah pada saat
mengimplementasikan. Untuk risiko bawaan dari siklus treasury PT ABC disimpulkan moderate.
Selain mengetahui siklus akuntansi, auditor juga harus melakukan reviu atas kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh perusahaan apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku umum atau
belum.
Setelah melakukan reviu atas siklus akuntansi dan kebijakan akuntansi, berikut adalah hal-hal yang
biasanya menjadi titik fokus dari audit atas industri penyiaran
a. Pendapatan iklan-Tunai
b. Pendapatan iklan-Barter
c. Beban program dan penyiaran
d. Piutang usaha
e. Persediaan
f. Uang muka
g. Aset tetap
h. Utang usaha
i. Pendpatan diterima dimuka
4.6 Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan
Secara keseluruhan, hal-hal yang dilakukan oleh auditor PT ABC adalah
a. Memastikan angka saldo awal TB dan GL sudah sesuai dengan laporan audit PT ABC tahun
2012.
b. Memastikan angka saldo akhir TB dan GL adalah sama. Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
c. Mengirim konfirmasi untuk bank, piutang usaha, utang usaha, utang bank, konsultan
hukum/pengacara dan pemegang saham per 31 Desember 2013.
d. Mengecek setiap akun dengan memperhatikan tingkat materialitas yang telah ditetapkan dan
berdasarkan reviu dari internal kontrol perusahaan.
e. Mengecek setiap pergerakan-pergerakan akun yang tidak normal berdasarkan profesional
judgment auditor.
f. Melakukan prosedur lainnya untuk memastikan saldo dari utang usaha dan piutang usaha.
g. Untuk akun-akun bersaldo debit maka cara pengecekannya adalah dari buku besar ke bukti. Ini
dilakukan untuk memastikan keakuratan pencatatan. Jangan sampai ada akun bersaldo debit yang
sengaja dibesar-besarkan agar mengurangi pajak.
h. Untuk akun-akun bersaldo kredit maka cara pengecekannya adalah dari bukti ke buku besar. Ini
dilakukan untuk mengantisipasi adanya kewajiban yang tidak dicatat oleh PT ABC.
5. Kesimpulan Setelah memahami semua proses yang dilakukan oleh auditor PT ABC dalam implementasi
perencanaan audit berbasis risiko sesuai International Standards on Auditing industri penyiaran
(broadcasting), dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa langkah yang harus dilalui.
Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berbasis risiko sesuai
International Standards on Audititng:
1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industri klien dan menilai risiko bisnis klien
3. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
4. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima
5. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
6. Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan
Untuk langkah-langkah yang dilakukan oleh KAP XYZ, sudah sesuai dengan ISA yang
menekankan pada pertimbangan risiko di setiap tahap pelaksanaan perencanaan audit PT ABC.
Selain langkah-langkah dalam melakukan perencanaan audit berbasis risiko, berikut adalah
kesimpulan terkait risiko-risiko di industri penyiaran (broadcasting)
1. Risiko bisnis
a. Risiko Eksternal
b. Risiko Internal
2. Risiko akuntansi Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014
3. Risiko audit 6. Saran
Saran yang diberikan kepada PT ABC adalah:
a. Melakukan pelatihan kepada bagian akuntansi agar dapat meminimalisir kesalahan dalam
penginputan jurnal
b. Ada yang melakukan pengecekan ulang atas jurnal yang sudah diinput.
c. Lebih diperhatikan masalah pengakuan dari pendapatan diterima dimuka menjadi pendapatan DAFTAR REFERENSI
Buku
Arens, Alvin A., Mark S. Beasley, Randal J. Elder dan Amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance
Service an Indonesian Adaptation. Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba 4, 2009.
Gray, Iain dan Stuart Manson. The Audit Process: Principles, Practice and Cases. Edisi Kelima.
Cengage, 2011.
Hayes, Rick, Philip Wallage dan Hans Gortemaker. The Principles of Auditing: An Introduction to
Internal Standards on Auditing. Edisi Ketiga. Pearson, 2014.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Tuanakotta, Theodorus M. Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:
Salemba 4, 2013.
Tuanakotta, Theodorus M. Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba 4, 2011. Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaannya
Komisi Penyiaran Indonesia. Nomor 3/P/KPI/08/2006. Jakarta: Republik Indonesia, 2006.
Implementasi perencanaan audit..., Clara Stephanie, FE UI, 2014