implementation of curriculum 2013 in learning …
TRANSCRIPT
v
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 12 MAKASSAR
IMPLEMENTATION OF CURRICULUM 2013 IN LEARNING
INDONESIAN IN SMP NEGERI 12 MAKASSAR
Tesis
Oleh:
RAPIUDDIN No. Induk Mahasiswa : 04 07 813 2012
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
v
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 12 MAKASSAR
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Magister Pendidikan
Kekhususan: Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh
RAPIUDDIN Nomor Induk Mahasiswa: 04 07 813 2012
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
v
TESIS
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 12 MAKASSAR
Yang disusun dan diajukan oleh
RAPIUDDIN NIM 04 07 813 2012
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 11 November 2014
Menyetujui Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mahmudah, M.Hum. Dr. Salam, M.Pd.
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Prof.Dr.H.M.Ide Said D.M.,M.Pd. Dr. Rahman Rahim, M.Hum. NBM 988 463 NBM 922 699
v
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI .
Judul Tesis : Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar
Nama : Rapiuddin
NIM : 04.07.813.2014
Program Studi : Magister Pendidikan Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 11 Nopember 2014 dan dinyatakan telah memenuhi pensyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 17 November 2014
TIM PENGUJI
1. Dr. Mahmudah, M. Hum. Ketua / Pembimbing / Penguji ..............................................
2. Dr. Salam, M.Pd. Sekertaris / Penguji ..............................................
3. Prof.Dr.H.M.Ide Said D.M.,M.Pd. Penguji .............................................
4. Dr. A. Rahman Rahim, M. Hum. Penguji .............................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Rapiuddin
NIM : 04.07.813.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Tesis : Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 12 Makassar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 5 November 2014 Yang membuat pernyataan
Rapiuddin NIM 04.07.813.2014
v
ABSTRAK
RAPIUDDIN. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar (dibimbing oleh Mahmudah dan Salam)
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi Kurikulum 2013 pada (1) penyusunan perangkat pembelajaran, (2) proses pelaksanaan pembelajaran, (3) faktor penyebab yang menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum 2013.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan latar
pandidikan dasar yaitu SMP Negeri 12 Makassar, sekolah ini menjadi pilot projek Implementasi Kurikulum 2013. Penelitian dilaksanakan melalui pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, penyebaran angket, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum 2013
dalam penusunan perangkat pembelajaran berupa; 1) RPP oleh respondein 1 memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan kategori sangat baik dan responden 2 dengan nilai rata-rata 3,7 dengan kategori sangat baik, 2) penggunaan media pembelajaran oleh responden berupa media power point mendapat respons positif dari peserta didik yakni 94 % menyatakan senang, 3) responden tidak membuat LKPD dengan alasan sudah terdapat tugas-tugas dalam buku siswa, 4) pelaksanaan sistem penilaian belum optimal , guru masih mengalami kesulitan mengatur waktu antara pembelajaran dan penilaian. Implementasi Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran oleh responden 1 menunjukkan hasil nilai rata-rata 84 % dengan kategori baik dan oleh responden 2 menunjukkan hasil nilai rata-rata 82% dengan kategori baik, dengan kata lain pelaksanaan pembelajaran belum berjalan optimal. Respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru menunjukkan hasil 96 % menyatakan senang dan 4 % menyatakan tidak senang, dengan kata lain respons positif siswa sangat tinggi terhadap penerapan pendekatan ilmiah (scientific). Beberapa kendala yang dialami dalam implementasi kurikulum di sekolah ini adalah (1) keterbatasan sumber pembiayaan untuk menyiapkan fasilitas pendukung pembelajaran (2) keterbatasan inprastruktur, (3) mindset pendidik tentang penilaian masih bertumpu pada kesulitannya bukan pada solusinya, (4) keterlambatan pengiriman buku siswa dari Kemendikbud RI, (5) beban kerja guru terlalu padat.
v
ABSTRACT RAPIUDDIN. Implementation of Curriculum 2013 in Learning Indonesian in SMP Negeri 12 Makassar (guided by Mahmudah and Salam)
The research problems is how the implementation of Curriculum 2013 in learning Indonesian in SMP Negeri 12 Makassar. The purpose of this study is to describe the implementation of Curriculum 2013 on (1) the preparation of the learning device, (2) the process of implementation of learning, (3) factors that cause an obstacle in the implementation of Curriculum 2013.
This research is a qualitative descriptive study with the objective of
SMP 12 Makassar, this school became a pilot project Implementation of Curriculum 2013. The study was conducted through the collection of data by observation, interviews, questionnaires, and documentation.
The results showed that the implementation of Curriculum 2013 in the preparation of such a learning tool; 1) RPP respondents 1 to obtain an average value of 3.8 with very good categories and respondent 2 with an average value of 3.7 with very good category, 2) the use of instructional media by respondents in the form of the Media microsoft pawer pont accept positive response from students was 94% stated like, 3) the respondent did not make LKPD for the reasons already contained in the task of the student handbook, 4) the implementation of the grading system is not optimal, the teacher is still difficult to set the time between learning and assessment. Implementation of Curriculum 2013 in the learning process by respondent 1 shows the results of the average value of 84% in both categories and respondent 2 shows the results of the average value of 82% in both categories, in other words, learning application is not running optimally. Students' response to the application of the learning model applied by the teacher shows the results of 96% feel happy, and 4% said it was not happy. In other words, students gave a very high positive response to the application of the scientific approach. Some constraints experienced in the implementation of the curriculum at this school are (1) lack of financial resources to prepare for learning support facilities (2) limitations inprastruktur, (3) the mindset of educators on assessment still relies on the difficulty is not the solution, (4) delays in delivery of books for students of Kemendikbud RI, (5) the workload of teachers who are too dense.
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis senantiasa panjatkan ke hadirat Allah
Swt. karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar”.
Dalam penyelesaian tesis ini, tentu banyak menemui hambatan dan
rintangan yang dialami oleh penulis. Namun, berkat bimbingan dan arahan
serta petunjuk dari berbagai pihak akhirnya penulisan tesis ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Mahmudah, M.Hum. dan
Dr. Salam, M.Pd., masing-masing sebagai komisi pembimbing dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan telah meluangkan waktu untuk memberi
bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis sejak penyusunan proposal
hingga penyelesaian tesis ini.
Penulis juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Direktur Program Pascasarjana
Unismuh Makassar, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, semua dosen, dan civitas akademika Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
v
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala SMP
Negeri 12 Makassar beserta staf Tata Usaha yang telah banyak membantu
penulis. Terkhusus kepada Napisa, S.Pd dan Marniati, S.S., keduanya adalah
responden yang sangat tulus melayani penulis selama melaksanakan
penelitian. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Tarmini,S.Pd.,
M.M.Pd., Muhammad Raisuddin, dan Hartati, S.Pd., M.Pd., ketiganya selaku
observer yang banyak membantu penulis dalam menilai RPP yang disusun
oleh responden.
Secara khusus kepada istri tercinta Dra. Sitti Aming dan Ananda
tersayang Rezqiyah Nurul Amanah dengan tulus dan ikhlas memberikan
dukungan selama masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini. Kepada
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan sumbang saran kepada penulis selama pendidikan
sampai pada penulisan tesis ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah, penulis menyerahkan segalanya,
semoga segala bantuan, petunjuk, dan motivasinya dapat bernilai ibadah di
sisi-Nya.
Makassar. November 2014
Rapiuddin
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
PRAKATA viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 10 C. Tujuan Penelitian 11 D. Manfaat Penelitian 11 E. Batasan Istilah 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14
A. Pengertian Kurikulum 14 B. Sosialisasi Kurikulum 2013 18
v
C. Implementasi Kurikulum 2013 28 D. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti,
dan Kompetensi Dasar 45 E. Hakikat Pembelajaran 50 F. Pembelajaran Bahasa Indonesia 57 G. Kerangka Pikir 80
BAB III METODE PENELITIAN 83
A. Metode Penelitian 83 B. Waktu dan Tempat Penelitian 84 C. Subjek Penelitian 84 D. Prosedur Penelitian 84 E. Teknik Pengumpulan Data 86 F. Teknik Keabsahan Data 88 G. Teknik Analisis Data 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 94
A. Hasil Peneltian 94 B. Pembahasan Hasil Penelitian 140
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 150
A. Simpulan 150 B. Saran 152
DAFTAR PUSTAKA 155
LAMPIRAN 159
RIWAYAT HIDUP 208
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tabel 1.1 Perubahan Pola Pikir pada Kurikulum 2013 19
2. Tabel 2.1 Sasaran Pelatihan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Pendidikan Dasar 23
3. Tabel 3.1 Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B 29
4. Tabel 1.4 Kategori Penilaian RPP 96
5. Tabel 2.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Indikator Pembelajaran oleh Responden 1 98
6. Tabel 3.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh Responden 1 99
7. Tabel 4.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Materi
Pembelajaran oleh Responden 1 100
8. Tabel 5.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Sumber Belajar oleh Responden 1 101
9. Tabel 6.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan `
Media Pembelajaran oleh Responden 1 102
10. Tabel 7.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Model Pembelajaran oleh Responden 1 104
11. Tabel 8.4 Hasil Observasi RPP Indikator Langkah-Langkah
Pembelajaran oleh Responden 1 105
12. Tabel 9.4 Hasil Observasi RPP Indikator Sistem Penilaian oleh Responden 1 106
13. Tabal 10.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Indikator Pembelajaran oleh Responden 2 108
v
14. Tabel 11.4 Hasil Observasi RPP Indikator Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh Responden 2 109
15. Tabel 12.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Materi
Pembelajaran oleh Responden 2 110
16. Tabel 13.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Sumber Belajar oleh Responden 2 112
17. Tabel 14.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Media
Pembelajaran oleh Responden 2 113
18. Tabel 15.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Model Pembelajaran oleh Responden 2 114
19. Tabel 16.4 Hasil Observasi RPP Indikator Langkah-Langkah
Pembelajaran oleh Responden 2 115
20. Tabel 17.4 Hasil Observasi RPP Indikator Sistem Penilaian oleh Responden 2 116
21. Tabel 18.4 Rekapitulasi Hasil Observasi RPP Responden 1 dan Responden 2 118
22. Tabel 19.4 Kategori Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran 130
23. Tabel 20.4 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Responden 1 131
24. Tabel 21.4 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Responden 2 132
25. Tabel 22.4 Rekapitukasi Hasil Pengamatan Pembelajaran 134
26. Tabel 23.4 Respons Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran 136
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar 1.1 Perubahan Pola Pikir pada Kurikulum 2013. 20
2. Gambar 2.1 Rencana Implementasi Pelatihan Kurikulum 2013 21
3. Gambar 1.3 Bagan Kerangka Pikir 82
4. Gambar 1.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Indikator Pembelajaran oleh Responden 1 99
5. Gambar 2.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh Responden 1 100
6. Gambar 3.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Materi
Pembelajaran oleh Responden 1 101
7. Gambar 4.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Sumber Belajar oleh Responden 1 102
8. Gambar 5.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan `
Media Pembelajaran oleh Responden 1 103
9. Gambar 6.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Model Pembelajaran oleh Responden 1 104
10. Gambar 7.4 Hasil Observasi RPP Indikator Langkah-Langkah
Pembelajaran oleh Responden 1 105
11. Gambar 8.4 Hasil Observasi RPP Indikator Sistem Penilaian oleh Responden 1 107
12. Gambar 9.4 Hasil Observasi RPP Perumusan Indikator Pembelajaran oleh Responden 2 108
13. Gambar 10.4 Hasil Observasi RPP Indikator Perumusan Tujuan
Pembelajaran oleh Responden 2 110
v
14. Gambar 11.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Materi
Pembelajaran oleh Responden 2 111
15. Gambar 12.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Sumber Belajar oleh Responden 2 112
16. Gambar 13.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Media
Pembelajaran oleh Responden 2 113
17. Gambar 14.4 Hasil Observasi RPP Indikator Pemilihan Model Pembelajaran oleh Responden 2 114
18. Gambar 15.4 Hasil Observasi RPP Indikator Langkah-Langkah
Pembelajaran oleh Responden 2 115
19. Gambar 16.4 Hasil Observasi RPP Indikator Sistem Penilaian oleh Responden 2 117
20. Gambar 17.4 Hasil Observasi RPP Responden 1 dan 2 119
21. Gambar 18.4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
Responden 1 131
22. Gambar 19.4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 2 133
23. Gambar 20.4 Diagram Pelaksanaan Pembelajaran 134
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Program Pembelajaran 159
Lampiran 2 Instrumen Penilaian RPP 172
Lampiran 3 Instrumen/ Format Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran 174
Lampiran 4 Angket Respon Siswa 176
Lampiran 5 Pedoman Wawancara 177
Lampiran 6 Format Perangkat Pembelajaran 179
Lampiran 7 Format Penilaian 181
Lampiran 8 Hasil Telaah RPP Responden 1 193
Lampiran 9 Hasil Telaah RPP Responden 2 194
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 1 195
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 2 196
Lampiran 12 Respon Siswa 197
Lampiran 13 Foto-Foto Penelitian 198
Lampiran 14 Izin Penelitian 203
v
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti Analisis SWOT : Strengths, Weaknesses, Opportunities,
And Threats
BSNP : Badan Standar Nasional Pendidikan
IMTAQ : Iman dan Taqwa
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KD : Kompetensi Dasar
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
KI : Kompetensi Inti
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
LKS : Lembar Kegiatan Siswa
LKPD : Lembar Kegiatan Peserta Didik
PBL : Problem Based Learning
PjBL : Project Based Learning
PISA : Programme for International Student
Assesment
RPP : Rencana Program Pembelajaran
RSBI : Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
SDM : Sumber Daya Manusia
SKL : Standar Kompetensi Lulusan
TIMSS : Trends in International Mathematics and
Science Study
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak berdirinya Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara
yang berdaulat telah mencanangkan cita-cita luhur untuk memajukan
kesejahteran kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan strata sosial. Untuk mewujudkan cita-cita luhur
ini, pembangunan pada sektor pengembangan sumber daya manusia
mutlak dilakukan. Untuk pengembangan SDM dibutuhkan
pemerataan pendidikan dan inovasi perencanaan pendidikan yang
berkelanjutan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1, Ayat 1 tentang ketentuan umum
menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan dan perubahaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global,
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta seni dan
budaya. Perkembangan dan perubahan yang terus menerus ini
menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk
2
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang
mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Untuk mengantisipasi perubahan global yang terjadi diperlukan
standarisasi pendidikan secara nasional, hal ini diwujudkan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi; standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, standar pendidikan dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, serta standar penilaian. Seiring dengan
perkembangan zaman, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan terus-menerus melakukan inovasi dalam bidang
pendidikan dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 54 Tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah, Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Permendikbud
Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, dan
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah.
Lahirnya Kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan dan
pergeseran paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad
ke-21. Kurikulum 2013 bertujuan untuk menyiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
3
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta
mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.
Pemerintah berasumsi bahwa pengembangan kurikulum mutlak
diperlukan untuk menjawab tantangan masa depan yang dihadapi
bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bila tidak segera direspons,
maka bangsa kita akan kehilangan momentum untuk menyiapkan
generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045
(Kunandar,2013:16).
Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan dengan sejumlah
pertimbangan, pertimbangan tersebut dilihat dari beberapa
assessment internasional yang menyatakan bahwa kemampuan
peserta didik Indonesia masih dibawah peserta didik dari negara-
negara di kawasan Asia lainnya. Seperti pada Trendsin International
Mathematics and Science Studies (TIMSS), sebuah studi internasional
yang mengukur peningkatan pembelajaran matematika dan sains di
sejumlah negara. Pada tahun 2011 untuk bidang Matematika di kelas
8 misalnya, TIMSS menyatakan, lebih dari 95 persen siswa Indonesia
hanya mampu sampai level menengah, sedangkan hampir 50 persen
siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.
Assesment yang hampir sama juga ditunjukkan lewat
hasil Programme for International Student Assesment (PISA), sebuah
penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan setiap tiga tahun untuk
4
menguji performa akademis siswa yang berusia 15 tahun. Hasil pada
tahun 2009 diketahui bahwa hampir semua siswa Indonesia yang
menguasai pelajaran matematika dan IPA hanya sampai level 3 dari 6
level yang ada. Sementara negara lain seperti Singapura, China,
Jepang, dan Korea Selatan dapat mencapai level tertinggi, level 6.
Kenyataan miris tersebut merupakan alasan yang sangat kuat
untuk senantiasa melakukan perubahan ke arah perbaikan kualitas
pendidikan. Tanpa adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan di
negeri ini, kita akan terjebak pada situasi yang labil, pengangguran di
mana-mana akibanya pandangan pesimis akan bermunculan dari
kalangan orang tua terhadap dunia pendidikan. Oleh karena itu,
inovasi di bidang pendidikan mutlak diperlukan untuk mencetak
sumber daya manusia yang lebih kreatif, inovatif, produktif, dan
berdaya saing.
Berdasarkan kerangka kompetensi abad 21, proses
pembelajaran tidak cukup hanya meningkatkan pengetahuan
melalui (coresubject) semata, melainkan siswa harus dilengkapi
dengan kemampuan kreatif-kritis dan berkarakter kuat, seperti mampu
bertanggung jawab, memiliki jiwa sosial, toleran, produktif, dan adaptif.
Disamping itu, didukung pula dengan kemampuan
memanfaatkan informasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, proses
pembelajaran perlu diciptakan sedemikian rupa sehingga mendukung
kreativitas siswa.
5
Sebuah penelitian pada tahun 2011 oleh Harvard Bussiness
Review menyimpulkan, 2/3 kemampuan yang berbasis pada
kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan. Tetapi tingkat
intelegensia seseorang dipengaruhi 1/3 dari pendidikan dan 2/3 dari
genetika. Artinya, memang perlu ada ruang di dunia pendidikan untuk
membangun kreativitas siswa (Kunandar, 2013:20).
Sementara itu dalam kehidupan bermasyarakat ada
kecenderungan terjadi dekadensi moral seperti perkelahian antar-
pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian
nasional, anarkis dan berbagai tindakan tidak baik lainya. Hal ini kalau
dibiarkan maka peradaban kita sebagai bangsa dan negara terancam
eksistensinya, menyebabkan bangsa akan menuju jurang kehancuran.
Di sisi lain peserta didik di sekolah belum mendapatkan internalisasi
nilai-nilai secara matang dan bermakna. Hal ini disebabkan proses
pembelajaran masih terlalu menitikberatkan pada aspek kognitifnya,
sehingga aspek afektif dan psikomotorik yang bermuatan karakter
kurang diperhatikan.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama, (2) pola pembelajaran satu arah
(interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif
6
guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media
pembelajaran), (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran
secara jejaring (peserta didik dapat menimbah ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja) termasuk melalui internet, (4) pola pembelajaran pasif
menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran aktif mencari
diperkuat dengan pendekatan scientific), (5) pola belajar sendiri
menjadi belajar kelompok (berbasis tim), (6) pola pembelajaran alat
tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia, (7) pola
pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik, (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal
(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidiscipline), dan (9) pola pembelajaran fasif menjadi
pembelajaran kreatif (Kunandar, 2013:24).
Elemen perubahan pada Kurikulum 2013 meliputi 3 aspek,
yaitu: (1) Kompetensi Lulusan: Adanya peningkatan dan
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kedudukan mata
pelajaran (ISI): Kompetensi yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari
kompetensi.(2) Pendekatan (ISI): pada tingkat SD (Kompetensi
dikembangkan melalui: Tematik terpadu dalam semua mata
pelajaran); tingkat SMP dan SMA (Kompetensi dikembangkan
7
melalui: Mata pelajaran); sedangkan tingkat SMK (Kompetensi
dikembangkan melalui: vokasional).
Perubahan yang sangat mendasar pada Kurikulum 2013 pada
semua mata pelajaran adalah materi disusun seimbang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendekatan
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah dengan menonjolkan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran melalui pemanfaatan berbagai
sumber belajar. Penilaian autentik pada aspek kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang
disebut-sebut mengalami perombakan total dalam Kurikulum 2013 ini,
selain Matematika dan Sejarah. Bila dalam Kurikulum 2006 mata
pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan
berbahasa (dan bersastra), maka dalam Kurikulum 2013 ini bahasa
Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih
sangat rendah.
Studi Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2011, menunjukkan lima persen peserta didik
Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan
8
pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level
menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hapalan.
Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia
menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks
tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia
yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar
bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia untuk
menyampaikan materi belajar, tetapi peserta didik dituntut dapat
memahami struktur dan fitur kebahasaannya, serta mampu
memproduksi teks. Selain dari itu, perlu juga dipelajari soal makna
atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran
bahasa Indonesia tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran padahal
teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang
lengkap. Karena itu pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis
teks. Melalui teks maka peran Bahasa Indonesia sebagai penghela
dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai.
Implementasi kurikulum 2013 di Kota Makassar Sulawesi
Selatan untuk tingkat sekolah menengah pertama untuk tahun
pelajaran 2013-2014 terdapat 6 sekolah sasaran implementasi
Kurikulum 2013, yaitu SMP Negeri 6 Makassar, SMP Negeri 12
Makassar, SMP Islam Athira, SMP Swasta Nahdiat, SMP
Muhammadiyah 2, dan SMP Muhammadiyah 6, sedang pemberlakuan
secara menyeluruh akan dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014-
9
2015 untuk kelas 7 dan kelas 8 SMP. Pelaksanaan implementasi ini
pada jenjang kelas VII untuk sekolah sasaran. SMP Negeri 12
Makassar menjadi pilihan untuk menjadi subyek penelitian dengan
pertimbangan karakteristik sekolah tersebut yang siswanya sangat
heterogen.
Walaupun terbatas sekolah sasaran, namun bahan yang
diimplementasikan sudah lengkap mulai dari standar kompetensi
lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian. Namun
demikian masih ditemukan keluhan dari beberapa guru termasuk guru
bidang studi bahasa Indonesia. Keluhan itu berhubungan dengan
pelaksanan pembelajaran, penyusunan perangkat pembelajaran, dan
penilaian.
Kenyataan tersebut menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah
bahan ajarnya yang sulit dicerna atau karena banyaknya perangkat
yang berubah, atau guru yang kurang mampu mengimplementasikan
perangkat tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan
penelitian yang serius. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk
menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian yang berjudul,
“Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 12 Makassar”.
Penelitian tentang pendapat guru tentang penerapan kurikulum
2013 telah dilakukan oleh Purwandari (2013) dengan judul, “Pendapat
Guru terhadap Penerapan Kurikulum 2013” dan Wibowo (2013)
10
dengan judul,” Persepsi Guru SMA Negeri 1 Sekampung Terhadap
Rencana Pelaksanaan Kurikulum 2013”. Hasilnya menunjukkan
bahwa pada umumnya guru telah setuju terhadap pemberlakuan
Kurikulum 2013. Akan tetapi pada saat ditanyakan tentang
implementasinya pada umumnya mereka belum menyanggupi dengan
kata lain mereka merasa belum mampu untuk menerapkan secara
optimal.
Hal ini juga oleh didukung oleh hasil survei yang dilakukan
pada guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar, bahwa
mereka masih mengalami kesulitan dalam penilaian. Walaupun
demikian, masih perlu diadakan peneltian yang serius untuk semua
komponen pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian tentang Implementasi Kurikulum 2013
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dirumusan
permasalahan secara umum yaitu “ Bagaimanakah implementasi
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Negeri 12 Makassar ?”
Secara khusus dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 pada penyusunan
perangkat pembelajaran?
11
2. Bagaimana implelementasi Kurikulum 2013 proses pembelajaran?
3. Faktor apa yang menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum
2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri
12 Makassar.
Tujuan khusus penelian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan implementasi Kurikulum 2013 pada penyusunan
perangkat pembelajaran.
2. Mendeskripsikan implementasi Kurikulum 2013 pada proses
pembelajaran.
3. Mendeskripsikan faktor penyebab yang menjadi kendala dalam
implementasi Kurikulum 2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoretis
Walaupun dari hasil penelitian ini tidak diperoleh suatu teori baru,
namun ada beberapa fenomena dan konsep yang dapat diungkapkan
dari hasil penelitian ini untuk memperkuat teori yang sudah ada.
12
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan informasi tentang hasil pelaksanaan implementasi
Kurikulum 2013, khususnya di SMP Negeri 12 Makassar.
2. Sebagai bahan acuan bagi guru khususnya guru yang mengampu
bidang studi bahasa Indonesia untuk meningkatkan kompetensinya
dalam penerapan Kurikulum 2013.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah dan para
pengambil kebijakan dalam pengimplemetasian Kurikulum 2013
memperbaiki segala kekurangan yang terjadi dengan menekan
faktor-faktor penghambat dan mengoptimalkan peran faktor
pendukung.
E. Batasan Istilah
1. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah di susun secara matang dan terperinci.
2. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan peraturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dijadikan
pedoman untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional.
3. Pembelajaran adalah suatu proses mengorganisir lingkungan
terjadinya pembelajaran di sekolah dan guru berperan secara aktif
sebagai penyedia fasilitas belajar bagi siswa.
4. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah suatu rangkaian proses
interaksi peserta didik untuk pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan berbahasa Indonesia.
13
5. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana
yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini meliputi: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Media Pembelajaran, Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD), dan Penilaian.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah sebuah istilah yang dikenal dalam dunia
pendidikan sejak lebih satu abad yang lampau, semula hanya dipakai
dalam istilah olah raga baru kemudian dalam dunia pendidikan
khususnya dalam sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi. Di
Indonesia baru menjadi populer pada era tahun lima puluhan oleh
mereka-mereka yang pernah belajar di Amerika Serikat.
Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan
jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Secara
etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari kata curriculum
dalam Bahasa Inggris, yang berarti rencana pelajaran.
Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari cepat,
maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Banyak defenisi
kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Defenisi-defenisi
tersebut bersifat operasioanl dan sangat membantu proses
pengembangan kurikulum tetapi pengertian yang diajukan tidak
pernah lengkap. Hilda Taba (dalam Nasution 2014:2) mendefinisikan
kurikulum sebagai “a plan for learning”, Ada juga ahli yang
mengungkapkan bahwa kurikulum adalah pernyataan mengenai
tujuan (Mac Donald; Popham), ada juga yang mengemukakan bahwa
kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
15
peserta didik adalah, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat
ini banyak mewarnai teori-teori dalam penelitian dan praktek
pendidikan (Alexsander dan Lewis dalam Sanjaya, 2013:4).
Kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat berpartisipasi sebagai anggota masyarakat yang produktif.
Kurikulum yang komprehensip adalah kurikulum yang mendidik
peserta didik dalam ranah kognitif, psikomotorik dan afektif (Chatib
2013:109). Kurikulum senantiasa terkait dengan kegiatan
pendidikan. Kurikulum sebagai jembatan untuk mendapatkan ijasah.
Secara konseptual, kurikulum pada dasarnya adalah suatu
perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan di
sekolah (Peter F.Oliva, dalam Sanjaya 2013:8). Menurut UU No. 20
Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Berikut ini sejumlah definisi
kurikulum oleh beberapa ahli kurikulum:
1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curicullum Planning for Better Teaching and Learning(1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut, The Curriculum is the sum total of school’s effotrts to influence learning, whether in the clasroom, on the playground, or outof school.” Segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum.
2. Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for students by the school” Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander,
16
kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi melalui kejadian-kejadian lain, di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
3. William B. Ragam, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: ”The tendency in recent decades has ben to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term ... to include all the experiences of children for which the school accepts responsibility. It denotes the results of efferorts on the part of the adults of the comunity, and the nation to bring to the children the finest, most whole some influences that exist in the culture.”
4. Ragan mendefinisikan kurikulum dalam arti yang luas meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas (Nasution,2014:5).
5. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
6. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak sekolah.
7. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
9. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
10. Pengertian Kurikulum menurut David Nunan (1988): Kurikulum adalah prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur, implementasi, evaluasi, san pengelolaan suatu rancang pendidikan (Tarigan,2009:4).
17
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan untuk
pencapaian suatu program pendidikan. Apa yang direncanakan
biasanya bersifat ide atau suatu cita-cita tentang manusia yang akan
dibentuk menjadi lebih berkualitas. Dari berbagai pandangan dan
tafsiran tentang kurikulum yang pasti adalah kurikulum senantiasa
berkembang seiring dengan perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan sekalipun diakui bahwa tidak ada kurikulum yang tidak
mengandung kebaikan, namun seiring berjalannya waktu dan
penerapannya akan tampil dengan sendirinya kekurangan-
kekurangan yang membutuhkan inovasi.
Pengertian kurikulum ini sangat fundamental dan
menggambarkan posisi sesungguhnya kurikulum dalam suatu proses
pendidikan. Dalam sejarah kurikulum Indonesia telah berulang kali
melakukan perubahan kurikulum, yaitu; (1) Tahun 1947-Leer Plan
(Rencana Pelajaran), (2) Tahun 1952-Rencana Pelajaran Terurai,
(3).Tahun 1964-Rentjana Pendidikan, (4) Tahun 1968-Kurikulum
1968, (5) Tahun 1975-Kurikulum 1975, (6) Tahun 1984-Kurikulum
1984, (7) Tahun 1994 dan 1999-Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999, (8) Tahun 2004-Kurikulum Berbasis Kompetensi, (9)
Tahun 2006-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (10) Tahun 2013-
Kurikulum 2013.
18
B. Sosialisasi Kurikulum 2013
Ada beberapa pertimbangan terkait dengan kurikulum
sebelumnya (KTSP 2006) yang perlu penyempurnaan, yakni: (1)
konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran dan materi yang tingkat keluasan dan
tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak,
(2) kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai
dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, (3)
kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap,
keterampilan dan pengetahuan, (4) beberapa kompetensi yang
dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya
pendidikan karakter, kewirausahaan) belum terakomodasi secara
eksplisit di dalam kurikulum, (5) kurikulum belum peka dan tanggap
terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional
maupun global, (6) standar proses pembelajaran belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru, dan (7) standar
penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya
remidial secara berkala. (Kunandar, 2013:22).
19
a. Kebijakan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan KTSP
dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 didasari pemikiran tentang
tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan
fenomena negatif yang mengemuka. Perbedaan paradigma atau
pola pikir dalam penyusunan Kurikulum 2004 dan KTSP 2006
dengan Kurikulum 2013 terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Perubahan pola pikir pada Kurikulum 2013
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013 1 Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Sumber :Kemendikbud, 2013: 4 Perubahan tersebut harus disosialisasikan secara luas pada
semua pihak yang berkepentingan secara langsung dengan
pendidikan di sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan
20
berdasarkan Permendikbud No 54 tentang Standar Kompetensi
Lulusan, Permendikbud No 65 tentang standar proses dan No 66
tentang standar penilaian serta Permendikbud No. 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah
Tsanawiyah.
Strategi yang digunakan dalam sosialisasi Kurikulum 2013
adalah dengan cara menginformasikan kebijakan Implementasi
Kurikulum 2013 kepada Guru kepada DPR, DPRD, Gubernur,
Bupati / Wali Kota, Dewan Pendidikan, Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/ Kota dan masyarakat serta pelatihan
Kurikulum 2013 untuk guru, kepala sekolah dan pengawas
sekolah. Pola sosialisasi Kurikulum 2013 dapat digambarkan dalam
diagram berikut ini:
Gambar 1.1 Pola Sosialisasi Kurikulum 2013
Sumber: Kemdikbud, 2013:4
Pelatihan guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 dimulai
dengan kegiatan persiapan yakni penyiapan buku siswa dan buku
guru, serta pelatihan guru, pelaksanaan pelatihan guru, evaluasi, dan
21
pendampingan guru yang dalam implementasinya sesuai dengan
Permendikbud No 81a tentang Implementasi Kurikulum 2013, hal ini
digambarkan dalam diagram berikut ini :
Gambar 2.1 Rencana Implementasi Pelatihan Kurikulum 2013
Sumber: Kemdikbud 2013:5
b. Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Mengawali penerapan Kurikulum 2013 oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pelatihan-pelatihan di
seluruh Indonesia dengan dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan implementasi Kurikulum
2013 adalah perubahan pola fikir (mindset) guru dalam
mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan
mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan pendekatan dan
evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan baik dan
benar. Tujuan khusus dari pelatihan tersebut adalah agar
22
instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran mampu memahami
materi pelatihan yang terdiri atas: rasional Kurikulum 2013, elemen
perubahan kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD), strategi
implementasi Kurikulum 2013, isi Buku Guru, isi Buku Siswa,
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), cara
penilaian sesuai tuntutan Kurikulum 2013, serta cara
melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013.
Khusus bagi instruktur nasional dan guru inti harus memiliki
kemampuan sebagai pelatih dalam pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013; dan memahami mekanisme pendampingan
pelaksanaan Kurikulum 2013.
c. Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
a) Peserta pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 terdiri atas
Guru Kelas/Mata Pelajaran, Guru Inti, dan Instruktur Nasional.
Guru Kelas / Mata Pelajaran adalah guru dari sekolah terpilih
yang akan mengajar pada tahun ajaran 2013. Guru Inti akan
melatih Guru Kelas/Mata Pelajaran sedangkan Instruktur
Nasional akan melatih Guru Inti. Guru yang akan mengikuti
pelatihan Pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar
sebagai berikut: 1) Guru kelas I dan IV untuk jenjang SD. 2)
Untuk jenjang SMP guru kelas VII yang mengampu mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
23
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olah Raga (PJOK), dan
Prakarya. Jumlah sasaran guru, Guru Inti, dan Instruktur
Nasional yang akan mengikuti pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 dicantumkam dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Sasaran Pelatihan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Pendidikan Dasar
No Jenjang/Mata Pelajaran
Jumlah Sekolah
Guru Sasaran
Guru Inti
Instruktur Nasional Jumlah
I SD 2,598 17,029 1 Kelas 1 5,292 417 44 2 Kelas 4 5,141 411 48
II SMP 1,436 29,723 1 PKN 1,457 153 24 2 B. Indonesia 2,465 219 24 3 B. Inggris 2,465 219 24 4 Matematika 2,465 219 24 5 IPA 2,030 192 24 6 IPS 2,030 192 24 7 Seni Budaya 2,030 192 24 8 PJOK 1,457 153 24 9 Prakarya 2,030 192 24
Jumlah 4,034 28,862 2,559 308 46,752
Sumber: Kemdikbud 2013:7-8 4. Kompetensi Guru yang Diharapkan pada Kurikulum 2013
Secara umum kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh para
guru setelah mengikuti pelatihan sebagai berikut.
a. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013. b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan
Kurikulum 2013. c. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013
(rasional, elemen perubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi implementasi).
24
d. Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.
e. Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
f. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secara benar.
g. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
h. Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.
i. Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun (Kemdikbud,2013:8).
1. Landasan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis
yang mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan
filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis merupakan
ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan
kurikulum dan yang mengharuskan adanya pengembangan
kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan
kurikulum. Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik
pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses. Landasan
empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum
yang sedang berlaku di lapangan.
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor
25
32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
Isi.Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh
Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah
Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang
Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
b. Landasan Filosofis
`Secara singkat kurikulum adalah membangun kehidupan
masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari
warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian
diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan.
Ketiga dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-
masa yang akan datang, menjadi landasan filosofis
pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di
masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan
individu sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan
dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan
individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan
keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga negara di amsa
26
mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum
selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-
budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik
sebagai warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan
kualitas untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan
membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.
c. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di
tengah bayang-bayang resesi dunia. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%,
5,5%, 6,3%, 2008: 6,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi
negara – negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W.
Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012).
Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan
ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh,
kreatif, ulet, jujur, dan mandiri, sangat diperlukan untuk
memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi
alam, namun karena hasil gemblengan pada tiap jenjang satuan
pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Sebagai bangsa yang besar dari segi geografis, suku
bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan
27
pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun
ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum
harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu
menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan
kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa
Indonesia.
d. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar
adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warga negara untuk suatu jenjang pendidikan.
Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar
peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di
atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar
Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan
Satuan Pendidikan yaitu SKL SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap,
menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan
28
suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan di mana yang
bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan
yang dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar
tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan
manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
C. Implementasi Kurikulum 2013
Setiap kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia dari
periode sebelum tahun 1945 hingga Kurikulum 2006, memiliki
beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang terjadi bisa
merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu
sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat berasal dari
landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode maupun model
pengembangan kurikulum. Untuk memperbaiki keadaan yang ada,
maka disusunlah kurikulum yang baru yang diharapkan akan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Kurikulum 2013 memiliki komponen-komponen
pengembangan yang meliputi; komponen tujuan, komponen isi,
komponen metode, dan komponen evaluasi. Komponen tujuan
merupakan komponen pembentuk kurikulum yang berkaitan
dengan hal-hal yang ingin dicapai atau hasil yang diharapkan.
29
Tujuan institusional merupakan cerminan dari Standar Kompetensi
Lulusan yang diharapkan dari setiap tingkat satuan pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan terbagi menjadi tiga domain, yakni:
domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk tingkat satuan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah
Tsanawiah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB), dan pendidikan nonformal setara SMP (Paket B)
memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B
SMP / MTs / SMPLB / Paket B Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawabdalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dean kejadian yang tampak mata.
Keterampilan Memiliki Kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.
Sumber: Permendikbud nomor 54 tahun 2013
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif , inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa dan
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat sesuai
30
dengan perkembangan pisik dan psikologis peserta didik. Sesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,ada 14 prinsip
pembelajaran yang digunakan sebagai berikut : (1) peserta didik
dibimbing untuk mencari tahu, bukan diberi tahu, (2) sumber
belajar berbasis aneka sumber belajar. (3) menggunakan
pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5)
pembelajaran terpadu, semua materi pelajaran diletakkan dalam
sistem terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan, (6)
pembelajaran yang kebenarannya multi dimensi berdasarkan
sudut pandang peserta didik, (7) pembelajaran menuju
keterampilan aplikatif, peserta didik belajar menggunakan
segenap panca inderanya, (8) peningkatan dan keseimbangan
antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental
(softskills), (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang
hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas, (11)
pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas, tetapi kapan dan
di mana saja, (12) prinsip belajar kepada siapa saja, guru,
teman, orang tua dll., (13) pemanfaatan tenologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
31
pembelajaran, dan (14) pengakuan terhadap perbedaan
individual dan latar belakang peserta didik.
1. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis
kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-
based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum
ini diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan
dalam SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar diukur dari
pencapaian kompetensi. Kompetensi Kurikulum 2013 dirancang
sebagai berikut :
a. Isi atau konten kurikulum dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut
dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.yang harus dipelajari
oleh peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas,
dan mata pelajaran. Kompetensi inti adalah kualitas
yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap
kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan
dalam proses pembelajaran siswa aktif.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang
dipelajari oleh peserta didik untuk suatu tema SD/MI,
32
dan untuk mata pelajaran dikelas tertentu untuk
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK
d. KI dan KD pada jenjang pendidikan dasar diutamakan
pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan
kognitif tinggi).
e. Kompetensi inti menjadi unsur organisatoris
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam kompetensi inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan
pada prinsip akumulatif, saling memperkuat, dan
memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar
untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu
mata pelajaran (SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK).
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau
mata pelajaran di kelas tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan
dari setiap KD untuk mata pelajaran.
33
2. Pendekatan Scientific
Pada penerapan Kurikulum 2013, guru diharuskan
menggunakan pendekatan scientific. Pendekatan scientific atau
pendekatan ilmiah diharapkan melahirkan hasil belajar peserta
didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Kata scientific berasal dari Bahasa Inggris yang
berarti secara ilmiah, scientific approach berarti pendekatan
ilmiah (Echols1996:504). Pembelajaran merupakan proses
ilmiah. Oleh karena itu, pendekatan ilmiah diyakini dapat
membangun perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan ini
menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa kriteria
yaitu ; (1) substansi atau materi pembelajaran berbasis pada
fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda,
atau dongeng semata, (2) penjelasan guru, respon peserta
didik, dan interaksi edukatif terbebas dari prasangka yang serta-
merta, pemikiran subyektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berfikir logis, (3) mendorong dan menginspirasi peserta
didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
34
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran, (4)
mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari substansi, (5) mendorong dan menginspirasi
peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi, (6) berbasis pada konsep, teori dan fakta
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, dan (7) tujuan
pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengomunikasikan.
a. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dimaksudkan agar
pembelajaran dikaitkan dengan konteks yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik. Proses mengamati
fenomena atau fakta mencakup mencari informasi, melihat,
mendengar, membaca, dan menyimak. Keunggulan dari
kegiatan ini adalah menyediakan obyek secara nyata,
dengan demikian peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentunya membutuhkan persiapan
yang lama, matang, biaya, dan tenaga relatif banyak dan jika
35
tidak terkendali tentunya akan mengaburkan makna serta
tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah sebagai berikut: (1) menentukan objek apa yang
akan diobservasi, (2) membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang akan diobservasi, (3)
menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diobservasi, baik primer maupun skunder, (4) menentukan di
mana tempat obyek yang akan diobservasi, (5) menentukan
secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar, dan
(6) menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape
recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Kegiatan
mengamati dalam proses pembelajaran meniscayakan
keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini,
guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
b. Kegiatan menanya merupakan proses membangun
pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip,
prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, kritis, logis, dan
36
sistematis. Proses menanya dilakukan dalam bentuk diskusi,
kerja kelompok, dan diskusi kelas. Kegiatan menanyadapat
mendorong dan mengaspirasi peserta didik untuk aktif
belajar serta mengembangkan pertanyaan, memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan dan pemahamannya, membangkitkan
keterampilan dalam berbicara, mengajukan pertanyaan dan
memberikan jawaban yang logis, sistematis.
c. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan
keingintahuan peserta didik, mengembangkan kreativitas,
dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran
mencakup perencanaan, merancang, dan melaksanakan
percobaan, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah
data yang ditemukan.
d. Kegiatan mengasosiasi merupakan padanan dari
associating yang merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Kegiatan mengasosiasi bertujuan
untuk membangun kemampuan berpikir dan besikap ilmiah.
Pengalaman-pengalaman yang yang sudah tersimpan pada
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Menurut teori asosiasi,
proses pembelajaran akan berhasil jika terjadi interaksi
langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola
37
interaksi ini dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R)
teori ini dikembangkan berdasarkan eksperimen Thorndike.
e. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan, gambar, diagram atau grafik Kegiatan ini dilakaukan
agara peserta didik memiliki kemampuan mengomunikasikan
pengetahuan, keterampilan dan penerapannya. Peserta
didik memiliki kemampuan untuk mempresentasikan hasil
kerjanya, membuat laporan ataupun unjuk kerja (Kemdikbud,
2013:7). Dinamika kehidupan yang terus berubah dan
berkembang menuntut kegiatan pembelajaran bukan hanya
sekadar mengulangi fakta dan fenomena keseharian yang
dapat diduga melainkan mampu menjangkau situasi baru
yang tidak terduga. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi diharapkan pembelajaran mampu mendorong
kemampuan berpikir peserta didik sehingga menemukan
situasi baru yang tidak terduga sama sekali. Membangkitkan
kreativitas dan keingintahuan peserta didik dapat melahirkan
generasi bangsa yang mandiri dan produktif.
3. Model Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
38
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model dan
proses pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung.
Menurut Sagala (2009:175) model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: a) suatu tipe atau desain,
b) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk
membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati, c) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara
matematis suatu objek atau peristiwa, d) suatu desain yang
disederhanakan dari suatu sistem kerja, e) suatu deskripsi
dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, f) penyajian
yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan
sifat bentuk aslinya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Sagala, 2009:176) bahwa
model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar
yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus,
desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar,
buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan
bantuan belajar melalui program komputer”. Selanjutnya Joyce dan
Weil dalam Sagala (2009:176) mengemukakan ada empat kategori
39
yang penting diperhatikan dalam model pembelajaran, yakni: model
informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku.
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi metode atau prosedur, menurut Trianto (2007:6) model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi, metode atau prosedur, ciri-ciri tersebut adalah: a) rasional
teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau penggemarnya,
b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai), c) tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil, dan d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan itu
dapat tercapai.
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa ciri model
pembelajaran sebagai berikut : (1) rasional teoretik yang logis
disusun oleh para penciptanya, (2) landasan pemikiran apa dan
bagaimana siswa belajar, (tingkah laku pendidik sangat diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakn berhasil, dan (4) lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kurikulum 2013 merekomendasikan 3 model pembelajaran, yaitu:
Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery
Learning.
40
a. Problem Based learning adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui
tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah
(Kamdi,2007:77). PBL atau pembelajaran berbasis masalah
sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran. PBL memiliki karakteristik
sebagai berikut: (1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2)
memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan
dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar
masalah, bukan seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung
jawab yang besar kepada siswa untuk membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
(5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa
untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam
bentuk produk atau kinerja.
b. Project Based Learning merupakan sebuah model
pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-
negara maju seperti Amerika serikat. Project Based Learning
41
bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek, menurut The
george Lucas Educational Foundation (2005) Project Based
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang
menghendaki adanya standar isi dalam kurikulum. Melalui
Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan
pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek
(materi) dalam kurikulum (Nurohman 2012:7). Project Based
Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut
peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan
antar-berbagai subjek materi. Melalui jalan seperti ini, peserta
didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Project Based
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang
memperhatikan pemahaman, dengan pemahaman peserta
didik dapat melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan
mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Project
Based Learning, memiliki karakteristik, yaitu : (1) peserta didik
membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, (2)
adanya permasalahan atau tantanganyang diajukan kepada
peserta didik, (3) peserta didik mendesain proses untuk
menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan, (4) peserta didik secara kolaboratif bertanggung
42
jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
memecahkan permasalahan, (5) proses evaluasi dijalankan
secara kontinyu, (6) peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, (7) produk akhir
aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan (8)
Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan (Global SchoolNet, 2000).
c. Discovery Learning diartikan sebagai suatu prosedur mengajar
yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi
obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Model discovery learning merupakan komponen dari praktik
pendidikan yang meliputi metode pembelajaran yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut
Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan
suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki
dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk
mencapai tujuan belajarnya. Sund (dalam Suyitno, 2012:2)
menyebutkan discovery learning sebagai proses mental di
mana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu
prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
43
membuat simpulan, dan sebagainya. Karakteristik model
pembelajaran discovery learning, sebagai berikut: (a)
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
memperoleh dan memproses perolehan belajar, (b)
mengarahkan para siswa sebagai pelajar seumur hidup, (c)
mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya
sumber, (d) informasi yang diperlukan oleh para siswa, dan (e)
melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber informasi yang tidak pernah tuntas
digali. Syarat utama model discovery learning ada pada potensi
yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Potensi itu meliputi:
kemandirian siswa dalam data, keaktifan dalam memecahkan
masalah, kepercayaan pada diri sendiri.
4. Sistem Penilaian
Kompetensi guru yang diharapkan dalam menerapkan
Sistem penilaian yang sesuai Kurikulum 2013 itu adalah usaha
yang terpadu antara (1) rekonstruksi kompetensi lulusan,
dengan (2) kesesuaian dan kecukupan, keluasan dan
kedalaman materi, (3) revolusi pembelajaran dan (4) reformasi
penilaian. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin
perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
Pelaksanaan penilaian peserta didik diolah secara profesional,
44
terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks
sosial budaya. Demikian juga pelaporan hasil penilaian peserta
didik dilaksanakan secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Cakupan penilaian meliputi penilaian autentik, penilaian diri,
portofolio, tes, ulangan, dan ujian tingkat kompetensi. Prinsip
dan pendekatan penilaian meliputi: (1) obyektif yang berarti
penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai, (2) terpadu yang berarti penilaian oleh
pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan, (3) ekonomis yang
berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya, (4) transparan yang berarti
prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak, (5) akuntabel yang
berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya,dan (6) edukatif yang berarti mendidik
dan memotivasi peserta didik dan guru.
Mengacu pada Permendikbud nomor 66 Tahun 2013,
penilaian autentik (authentic assesment) mendapat penekanan
serius untuk diterapkan. Penilaian autentik adalah kegiatan
menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai
45
instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada pada standar kompetensi (SK) atau
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) (Kunandar,
2013: 36). Ciri-ciri penilaian autentik adalah (1) harus mengukur
semua aspek pembelajaran, yakni kinerja atau hasil produk, (2)
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, (3) menggunakan berbagai cara dan sumber, (4)
tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, (5) tugas-
tugas diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan
bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari,
(6) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan
keahlian peserta didik, bukan keluasannya.
D. Standar Kompetensi Lulusan, Kompetetensi Inti,
dan Kompetensi Dasar
1. Standar Kompetensi Lulusan
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 angka 1 adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri , keperibadian, kecerdasan, akhlak
46
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menjadi parameter
utama untuk merumuskan standar nasional pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Standar
Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar
nasional pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 35 Ayat
(1). Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan
menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai
berikut :
1. Kemampuan lulusan dalam dimensi sikap; manusia yang
memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan
peradabannya. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui
proses menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.
2. Kemampuan lulusan dalam dimensi pengetahuan; manusia
yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan.
47
Teknologi, seni, budaya, dan berwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Pencapaian pribadi
tersebut dilakukan melalui proses mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi.
3. Kemampuan lulusan dalam dimensi keterampilan; manusia
yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar,
dan mencipta.
Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan
mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan
memperhatikan kriteria berikut :
1) perkembangan psikologi anak,
2) lingkup dan kedalaman materi,
3) kesinambungan, dan
4) fungsi satuan pendidikan.
2. Kompetensi Inti
Menurut Kemdikbud (2013:5) kompetensi inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang
harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
48
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 Pasal 3 ayat 2 menyebutkan
bahwa kompetensi inti adalah merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai Standar kompetensi Lulusan yang harus dimiliki
oleh peserta didik sekolah menengah pertama / madrasah
tsanawiyah pada setiap tingkat kelas.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasian, Kompetensi Inti (KI) merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar
(KD). Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar (KD) satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas / jenjang di atasnya sehingga memenuhi
prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten KD satu
mata pelajaran dengan konten mata pelajaran yang lain dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling menguatkan.
49
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok, keempat
kelompok saling terkait antara satu dengan yang lainnya , yaitu
sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan
keterampilan (KI 4). Keempat kelompok tersebut menjadi acuan
untuk dikembangkan pada kompetensi dasar dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang
berkenaan dengan sikap spiritual dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirect teaching) atau terintegrasi ketika peserta
didik belajar tentang pengetahuan dan keterampilan.
3. Kompetensi Dasar
Menurut Kemdikbud (2013:6) kompetensi dasar
merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari kompetensi inti. Permendikbud Nomor 58
Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 4 menyebutkan kompetensi dasar pada
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk
mata pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama / Madrasah
Tsanawiyah yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi
dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi
inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata
50
pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi
bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan
disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi
esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan
organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu
atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi
rekonstruksi sosial, progresifisme atau pun humanisme.
E. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses yang dilakukan oleh
setiap individu untuk memperoleh sebuah perubahan dalam dirinya,
kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan di mana saja baik di
sekolah maupun di luar sekolah misalnya di rumah, di musium, di
hutan, dan lain-lain. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh
pengetahuan atau keterampilan untuk mencapai tujuan. Perubahan
tingkah laku dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau
interaksi dengan lingkungan. Dengan belajar akan terlihat
perubahan-perubahan tingkah laku yang lebih baik pada diri
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Belajar mempunyai definisi yang sangat kompleks di
antaranya. Sunaryo (1989: 1) menjelaskan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan, seseorang membuat atau
51
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya
dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sudah tentu, tingkah
laku tersebut adalah tingkah laku positif yang artinya untuk mencari
kesempurnaan hidup. Lebih lanjut Sudjana (1996: 5)
mengungkapkan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek pada
individu yang belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Mouly
(dalam Sudjana 1996: 5) belajar pada hakikatnya adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya
pengamalan. Sedangkan Mouly (dalam Sudjana 1996: 5) belajar
pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
berkat adanya pengamalan. Menurut Gerlach dan Ely (dalam
Arsyad 2011:3) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan
perilaku, sedangkan perilaku adalah tindakan yang dapat diamati.
Lebih lanjut Abdillah (dalam Aunurrahman, 2010:35)
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Hal ini
sejalan dengan pandangan Gagne dalam Whandi (2007) belajar
52
didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Dari beberapa
pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku seseorang yang disengaja untuk
mendapat pengalaman dan latihan-latihan dalam hal pengetahuan,
keterampilan, sikap, pemahaman, tingkah laku agar tercapai tujuan
yang diharapkan.
Constructivisme sebagai aliran yang mengembangkan
pandangan psikologi kognitif menekankan adanya empat komponen
kunci tentang belajar, yakni:
a. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka
belajar bukan karena disampaikan pada mereka.
b. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya.
c. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.
d. Penugasan-penugasan dalam belajar dapat meningkatkan
kebermaknaan proses pembelajaran ( Rosyada, 2012:91).
Dari berbagai pandangan para pakar tersebut di atas tentang
belajar hampir semuanya sejalan dengan tujuan penerapan
Kurikulum 2013, yakni peserta didik diharapkan dapat mengalami
perubahan dalam tingkah laku (sikap) baik sikap spiritual maupun
sikap sosial yang akan menjadi karakter permanen pada setiap
individu. Selain perubahan kompetensi sikap, peserta didik juga
53
diharapkan memiliki kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan yang bersifat kontekstual.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat dimaknai adanya dua aktifitas yang
sedang berlangsung yakni ada aktifitas mengajar yang dilakukan
oleh pendidik dan aktifitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik.
Dalam penerapan Kurikulum 2013 kata mengajar dihindari
mengingat aktifitas mengajar senantiasa mengacu pada pola
pembelajaran terpusat, pembelajaran satu arah, dan pembelajaran
pasif. Pembelajaran tidak lepas dari adanya proses belajar, baik
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja dan berlangsung
secara terus menerus. Pembelajaran merupakan proses interaksi
antara guru dan siswa serta sumber belajar yang berlangsung di
sekolah. Dengan adanya interaksi tersebut, maka pembelajaran
dapat mempengaruhi perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang menekankan pada unsur
pendidikan untuk pembekalan siswa agar tercapai tujuan pendidikan.
Peran pendidik lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar,
terutama berkenaan dengan kemampuan pendidik dalam
menetapkan strategi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa
(Degeng, 1989). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan
54
siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.
Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan
karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan
strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi
penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil
pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pendidik harus memiliki
keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi
pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran,
diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.
Arikunto (1993:12) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya suatu proses
penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap oleh subjek yang
sedang belajar. Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Dari berbagai pendapat para pakar tersebut dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengorganisir lingkungan
terjadinya pembelajaran di sekolah dan guru berperan secara aktif
sebagai penyedia fasilitas belajar bagi siswa. Pendapat lain tentang
pembelajaran diungkapkan Suprijono (2009: 13), pembelajaran
55
bermakna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada
pembelajaran guru yang mengajar dan dapat diartikan sebagai
upaya mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru
mengajar pada perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan
fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya. Jadi subjek
pembelajaran adalah para siswa.
Trianto (2010: 17) mengungkapkan pembelajaran adalah
aspek kegiatan manusia yang kompleks yang tidak dapat
sepenuhnya dijelaskan. Husama (2013:97) pembelajaran adalah
merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Schunk (2014:5) menyebutkan ada tiga kriteria yang
mencerminkan pembelajaran, yaitu:(1) pembelajaran melibatkan
perubahan dalam perilaku, (2) perubahan dalam perilaku bertahan
lama, dan (3) pembelajaran terjadi melalui pengalaman misalnya
praktik dan mengamati orang lain. Pembelajaran sangat simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran pada
hakikatnya adalah usaha sadar dari diri seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa dengan sumber
belajar yang lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
56
Dari berbagai pendapat ahli tersebut terkait dengan penerapan
Kurikulum 2013 dapat dimaknai bahwa pembelajaran sebagai suatu
kegiatan interaksi yang difokuskan pada bagaimana peserta didik
secara aktif melakukan interaksi dengan fasilitas dan sumber belajar
untuk meningkatkan kompetensinya yang meliputi kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan pendidik harus
berperan sebagai fasilitator yang berperan mengarahkan proses
belajar peserta didik. Proses pembelajaran diharapkan dapat
membangun proses perubahan pada diri peserta didik yang meliputi:
1) terjadinya perubahan sikap menjadi lebih baik yang bersipat
permanen baik sikap spiritual maupun sikap sosial yang diwujudkan
dengan adanya kematangan sikap dalam perilaku peserta didik, 2)
bangkitnya keingintahuan terhadap materi ajar sehingga terjadi
perubahan wawasan pengetahuan, dan 3) perubahan keterampilan
dari tidak bisa menjadi lebih bisa menerapkan pengetahuan yang
diperolehnya.
F. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia merentang
perjalanan yang diawali sebagai bahasa pengantar pergaulan,
bahasa pergerakan, bahasa negara, bahasa resmi nasional, dan
sebagai penghela ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersumber dari
ikrar pemuda tahun 1928, Pemerintah Republik Indonesia di awal
57
kemerdekaan secara yuridis menyebutkan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara sebagaimana amanat UUD 1945
Pasal 36. Penguatan tentang posisi dan fungsi Bahasa Indonesia
dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 25 – 45.Pasal 29, Ayat 1 secara
jelas menyebutkan Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai
bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Peran Bahasa
Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan disebutkan pada
pasal 35, Ayat 1 bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah (Undang-Undang
RI Nomor 24 Tahun 2009). Dalam dunia pendidikan di negeri
tercinta ini, Bahasa Indonesia digunakan untuk mengomunikasikan
pembelajaran untuk semua jenis pembelajaran.
Pembelajaran bahasa di Indonesia pada umumnya merupakan
pembelajaran bahasa kedua, sebagian dari peserta didik memang
telah menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama
(bahasa ibu).
Menurut Izzo (dalam Ghazali 2013:126) ada tiga kategori besar yang mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua, yaitu: (1) faktor personal (usia, ciri psikologis, sikap, motivasi, dan strategi pembelajaran), (2) faktor situasional (situasi, pendekatan pembelajaran, dan karakteristik guru), dan (3) faktor aspek linguistik ( perbedaan antara bahasa pertama dengan bahasa kedua dalam hal pengucapan, tata bahasa, dan pola wacana). Ketiga faktor ini merupakan acuan bagi guru untuk menentukan
model teoretis yang memudahkan untuk diserap oleh pembelajar.
58
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun
tulis. Hal ini relevan dengan Kurikulum 2004 bahwa kompetensi
pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Kemampuan
yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya
tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa.
Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman,
dan penggunaan. Sementara itu, dalam Kurikulum 2004 untuk SMA
dan MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia secara umum meliputi:
1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
2. Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna,
dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial.
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara
dan menulis).
59
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan,
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. Siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia
sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran bahasa
harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran, serta menjadikan aspek-
aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajaran.
Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut.
Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan
sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi
kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara
komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara
sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan
bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan
pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa
sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan
budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut
kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur
pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994). Istilah pendekatan
dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang
60
hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai
sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat
bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan tesis-tesis tentang
hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta
fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu
masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses
psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam
psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis
dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori
belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari
pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya
dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang
mengemukakan tesis-tesis linguistik menurut pandangan kaum
strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran
behaviorisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).
Dalam rumusan Kurikulum 2013, mencakup keseimbangan
antara kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini
merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang
hanya menekankan pada aspek pengetahuan (kognitif). Berikutnya
adalah lintasan yang berbeda untuk proses pembentukan tiap
kompetensi. Lalu penekanan pada keterampilan berpikir menuju
61
terbentuknya kreativitas. Kemampuan psikomotorik adalah
penunjang keterampilan.
Pembelajaran melalui pendekatan scientific (Mengamati -
Menanya - Mencoba - Menalar - Mengomunikasikan) proses
pembelajaran ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Tarakhir,
model pembelajaran yang dapat digunakan antara lain : Discovery
learning-Project based learning-Problem based learning. Khusus
untuk pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013
menekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan. Oleh karena itu,
peserta didik dibiasakan membaca dan memahami teks lalu
menyajikan ulang dengan menggunakan bahasa sendiri. Selain itu,
peserta didik dibiasakan menyusun teks yang sistematis, logis, dan
efektif serta mengekspresikan dirinya dengan bahasa yang
meyakinkan secara spontan. Pembelajaran bahasa Indonesia
pada Kurikulum 2013 bermuara pada pengembangan kompetensi
dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan (KI-3), dan (KI-4)
keterampilan. Pendekatan berbasis teks yang dikembangkan pada
kurikulum ini diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan (KI-
3) dan keterampilan (KI-4) mereka dalam memahami dan
menyusun berbagai jenis teks sesuai dengan jenjang. Kompetensi
dasar yang terdapat pada KI-1 dan KI-2 dikembangkan melalui
62
integrasi dalam pengembangan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan. Sebagai contoh, ketika peserta didik mempelajari
struktur teks laporan observasi dan mengaplikasikan konsep
tersebut melalui penyusunan teks, sikap-sikap yang diinginkan
pada KD di KI-2, yaitu disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras.
Guru harus selalu terus menerus mengembangkan sikap-sikap ini
di dalam KBM.
a. Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks juga disebut pembelajaran
berbasis genre. Teks terkadang disejajarkan dengan wacana,
menurut KBBI (1995) wacana berarti 1) ucapan ; perkataan; tutur
2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; 3) satuan
bahasa terlengkap, realisasinya pada bentuk karangan yang utuh
seperti novel, buku, atau artikel, atau pidato, khotbah, dan
sebagainya. Menurut Wiratno (2010) teks adalah satuan lingual
yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi
tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu
pula. Dari kedua istilah teks dan wacana dapat dinyatakan bahwa
perbedaan keduanya adalah teks mengacu pada bentuk fisik
sedangkan wacana mengacu pada tujuan (makna) atau ada yang
berbentuk lisan dan ada yang berbentuk tulis. Wiratno (2010)
menyebutkan 5 ciri teks, sebagai berikut: (1) teks merupakan
satuan lingual; (2) teks mempunyai tata organisasi yang kohesif;
63
(3) teks mengungkapkan makna; (4) teks tercipta pada sebuah
konteks; dan (5) teks dapat dimediakan secara tulis dan lisan.
Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan berbasis teks. Pendekatan ini bertujuan
agar siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai
dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa
yang berbasis teks, mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan
bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai
teks yang berfungsi untuk menjadi aktualisasi diri penggunanya
pada konteks sosial dan akademis. Teks harus dipandang sebagai
satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual.
Menurut Kemdikbud (2013) prinsip pembelajaran bahasa berbasis teks sebagai berikut: (1) bahasa dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.
Dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
SMP kelas 7 terdapat 5 teks, yaitu teks hasil observasi, teks
deskripsi, teks eksposisi, teks eksplanasi, dan teks cerpen.
Sedangkan yang diajarkan di kelas 8 terdapat teks cerita
moral/fabel, teks biografi, teks prosedur, teks diskusi, dan teks
ulasan. Sementara itu di kelas 9 terdapat empat teks, yaitu teks
eksemplum, teks tanggapan kritis, teks tantangan, dan teks
64
rekaman percobaan. Uraian teks yang terdapat pada silabus
menunjukkan bahwa pembelajaran teks membawa peserta didik
sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah
kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Adalah kenyataan,
masalah kehidupan sehari-hari tak terlepas dari kehadiran teks.
Untuk membuat minuman atau masakan, perlu digunakan teks
arahan/ prosedur. Untuk melaporkan hasil observasi terhadap
lingkungan sekitar, teks laporan perlu diterapkan. Untuk mencari
kompromi antarpihak bermasalah, teks negosiasi perlu dibuat.
Untuk mengkritik pihak lain pun, teks anekdot perlu dihasilkan.
Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif
dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu
terdapat pada setiap jenis teks, baik genre sastra maupun
nonsastra, yaitu genre faktual (teks laporan dan prosedural) dan
genre tanggapan (teks transaksional dan ekspositori). Materi
pembelajaran bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013
penuh struktur teks.
Pembelajaran berbasis teks sesuai Kurikulum 2013
dimulai dari memperkenalkan konteks sosial dari teks yang
dipelajari. Kemudian mengeksplorasi ciri-ciri dari konteks budaya
umum dari teks yang dipelajari serta mempelajari tujuan dari teks
tersebut. Selanjutnya adalah dengan mengamati konteks dan
situasi yang digunakan. Misalnya dalam teks eksposisi, siswa
65
harus bisa memahami peran dan hubungan antara orang-orang
yang berdialog apakah antar teman, editor dengan pembaca, guru
dengan siswa, dan sebagainya. Siswa juga harus memahami
media yang digunakan apakah percakapan tatap muka langsung
atau percakapan melalui telepon. Kegiatan yang dapat dilakukan
di dalam kelas adalah: (a) mempresentasikan konteks bisa
menggunakan berbagai media antara lain melalui gambar, benda
nyata, field-trip, kunjungan, wawancara kepada narasumber dan
sebagainya, (b) membangun tujuan sosial melalui diskusi, survey,
dan yang lainnya, (c) membandingkan dua kebudayaan. berbeda,
yaitu kebudayaan kita dengan kebudayaan penutur asli, dan (d)
membandingkan model teks dengan teks yang lainnya misalnya
membandingkan percakapan antara teman dekat, teman kerja,
atau orang asing.
Pembelajaran berbasis teks diinklusifkan dengan
pengamatan terhadap ciri-ciri teks yang dipelajari. Demikian juga
dalam penyusunan teks secara berkelompok dan mandiri
diinklusifkan dengan aspek pemahaman terhadap aspek
kebahasan, misalnya pelafalan, pembentukan kata, pemilihan
kata, pemakaian istilah, pembentukan frasa, penggunaan struktur
kalimat, kebenaran isi kalimat, kelogisan kalimat, penggunaan
penghubung antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, dan
66
antarparagraf, penulisan kalimat, pengembangan paragraf, dan
penggunaan ejaan dan tanda baca.
b. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dilakukan dengan mempelajari berbagai jenis teks sesuai
jenjangnya, keterampilan berbahasa yang meliputi; mendengarkan.
berbicara, membaca, dan menulis dikembangkan dan diperkuat
pencapaian kompetensinya melalui teks yang dipelajari oleh
peserta didik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran diwujudkan
dalam Rancangan Pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya
pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan
pendahuluan, kegitan inti dan kegiatan penutup disesuaikan
dengan alokasi waktu yang tersedia. Pada kegiatan ini peserta didik
akan mempelajari sebuah teks melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan
berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks. Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis teks
meliputi membangun konteks, pemodelan, penyusunan teks secara
bersama, dan penyusunan teks secara mandiri.
Pada tahapan membangun konteks , peserta didik akan
melakukan pengamatan baik melalui gambar maupun melalui
tayangan yang berkaitan dengan tema tertentu. Kegiatan ini
dilakukan dalam rangka membangun konteks atau mengarahkan
67
pemikiran peserta didik terhadap pokok persoalan yang akan
dibahas. Kegiatan mengamati dalam rangka membangun konteks
dapat dilakukan dengan mendengarkan lagu, mendengarkan
pembacaan puisi, cerpen, atau drama. Melalui kegiatan ini peserta
didik akan bertanya jawab tentang isi dari kegiatan mengamati
tersebut. Tahap selanjutnya adalah tahap pemodelan teks, pada
tahapan ini peserta didik akan disajikan teks model dan diarahkan
untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan teks
tersebut, misalnya tentang fungsi, struktur/ bentuk, dan unsur
kebahasaan teks. Pesrta didik akan mengeksplorasi tentang teks
baik fungsi teks maupun struktur/bentuk ataupun unsur
kebahasaan teks serta membedakan dengan teks-teks yang lain.
Pada kegiatan mengasosiasi atau menalar peserta didik diarahkan
untuk menyimpulkan fungsi sosial teks, menentukan struktur teks,
dan unsur kebahasaan yang membangun keutuhan teks. Dengan
demikian, akan mempertajam pemahaman peserta didik tentang
struktur dan bentuk teks serta unsur-unsur kebahasaan teks. Selain
dari itu, peserta didik juga diarahkan dan dilatih untuk menyusun
teks baik secara kelompok maupun secara individu. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap teks peserta didik diarahkan untuk
mengomunikasikan hasil simpulan, hasil telaah, hasil revisi, dan
hasil penyusunan teks dengan lugas dengan penuh percaya diri.
68
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berkualitas sangat
menentukan keberhasilan pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, Kurikulum
2013 mengharuskan menggunakan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran, karena pendekatan saintifik merupakan pendekatan
ilmiah yang mengutamakan langkah-langkah dari hal-hal yang
spesifik menuju ke arah penarikan simpulan atau langkah-langkah
yang dilakukan secara induktif. Langkah-langkah tersebut akan
menghindarkan pola pembelajaran secara pasif, yaitu pola yang
hanya mendengarkan penjelasan guru, Dengan pendekatan
saintifik akan tercipta pembelajaran yang mengharuskan peserta
didik lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Rangkaian langkah-langkah
pendekatan saintifik dipadukan dengan model-model pembelajaran
yang relevan berikut.
Discovery Learning atau model pembelajaran penemuan
mengutamakan agar peserta didik dapat membangun
pengetahuan sendiri atau menemukan sendiri tanpa harus
dijelaskan oleh guru, guru hanya berperan sebagai fasilitator
dengan memberikan stimulasi atau memberikan ransangan. Sund
(1975) menyebutkan bahwa model discovery learning merupakan
proses mental di mana peserta didik mengasimilasi sesuatu konsep
atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut dilakukan melalui
mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
69
menjelaskan , mengukur, dan membuat simpulan. Gulo (2004:84)
menyebut discovery learning sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Syah (2004:244) menguraikan bahwa
dalam penerapan discovery learning di kelas, pendidik melakukan
langkah-langkah berupa stimulasi untuk membangkitkan keinginan
peserta didik untuk melakukan penyelidikan, langkah selanjutnya
memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan identifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan. Hal ini
dilakukan untuk membangun kebiasaan peserta didik untuk
menemukan suatu masalah. Menurut Westwood (dalam Sani,
2014:98) pembelajaran dengan metode discovery learning akan
efektif jika terjadi hal-hal berikut; 1) proses belajar dilakukan secara
terstruktur dengan hati-hati, 2) peserta didik memiliki pengetahuan
dan keterampilan awal untuk belajar, dan 3) pendidik memberikan
dukungan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk melakukan
penyelidikan. Dari beberapa uraian di atas dapat dinyatakan bahwa
model pembelajaran discovery learning adalah suatu proses belajar
mengajar yang terpusat pada peserta didik, pendidik tidak perlu
menjejalkan seluruh informasi kepada peserta didik. Pendidik
hanya membimbing suasana belajar peserta didik untuk mencari
70
dan menemukan informasi dari bahan ajar yang dipelajari.
Penerapan model pembelajaran discovery learning dalam
pembelajaran bahasa Indonesia disesuaikan dengan kompetensi
dasar yang akan diajarkan, misalnya KD pengetahuan yang
meliputi memahami teks, membedakan teks, mengklaksifikasi teks,
mengidentifikasi kekurangan teks, dll. Di kelas 7 misalnya terdapat
tema cinta lingkungan, pemberian stimulasi dilakukan dengan
memperdengarkan pembacaan puisi “ Tanah Kelahiran” karya
Ramadhan K.H. Peserta didik diajak bertanya jawab tentang isi
puisi tersebut yang menggambarkan tentang keindahan alam yang
terdapat dalam puisi tersebut. Setelah itu, peserta didik diarahkan
untuk membaca teks dan mengidentifikasi sebanyak-banyaknya
informasi yang ditemukan pada teks yang telah dibaca. Intinya
adalah dalam pembelajaran dengan model pembelajaran ini diawali
dengan stimulation, yang kemudian dilanjutkan problem statement,
dan diakhir kegiatan peserta didik melakukan data collection. Data-
data dapat diperoleh dan ditemukan melalui literatur yang ada
diperpustakaan maupun melakukan browshing untuk dapat
menjelaskan tentang struktur teks hasil observasi.
Poblem Based Learning (PBL) merupakan model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan
yang membutuhkan penyelidikan. Pada model pembelajaran ini
dimulai dengan bagaimana peserta didik memikirkan penyelesaian
71
suatu tugas yang kemudian diikuti dengan mengomunikasikan hasil
pemikirannya. Dalam bahasa Indonesia model pembelajaran ini
diartikan sebagai pembelajaran berbasis masalah, jenis
pembelajaran ini sangat efektif untuk proses pembelajaran berpikir
tingkat tinggi. Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:92) PBL
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri
dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Lebih lanjut Tan (dalam Rusman,
2012:232) mengatakan bahwa pembelajran berdasarkan masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
dperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia
nyata, kemampuan untuk menghadapi kompleksitas yang ada.
Pendapat lain tentang PBL oleh Duch (dalam Riyanto, 2012:285)
adalah suatu model yang dimaksudkan untuk mengembangkan
siswa berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan serta
menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar. Nurman
dan Schmidt menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam beberapa hal, yakni; 1)
mentransfer konsep pada permasalahan baru, 2) integrasi konsep,
3) ketertarikan belajar, 4) belajar dengan arahan sendiri, dan 5)
keterampilan belajar (Sani, 2014: 130). Dari berbagai pendapat
72
pakar tersebut dapat dinyatakan bahwa PBL adalah suatu model
pembelajaran yang mengharuskan peserta didik berpikir tingkat
tinggi dan berpikir secara sistematis untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 8 dengan KD memahami
teks cerita moral / fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita
biografi baik melalui lisan maupun tulisan dan menangkap makna
teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek baik lisan maupun tulisan dapat menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah atau PBL. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan membimbing peserta didik untuk
melakukan orientasi terhadap masalah dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran, memberikan konsep dasar berupa petunjuk atau
referensi yang diperlukan dalam pembelajaran serta memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah
yang ditemukan. Langkah selanjutnya guru membantu peserta didik
untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah. Dengan membentuk kelompok kecil
peserta didik diarahkan untuk merancang jawaban sementara yang
kemudian dilanjutkan penyelidikan individu dan kelompok untuk
mengumpulkan informasi untuk menciptakan dan membangun ide
peserta didik dalam memecahkan masalah.
73
Project Based Learning, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan pembelajaran berbasil proyek. Pembelajaran
berbasis proyek pada umumnya terkait dengan pembahasan
permasalahan nyata, PjBL dilakukan untuk memperdalam
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara
membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar. Grant
(2008) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek
menawarkan metode pembelajaran yang menarik untuk membuat
peserta didik aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Sementara
itu, Doppelt (2010) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
proyek mempunyai nilai keaslian dalam dunia pendidikan yang
mampu membimbing siswa membuat rencana, melaksanakn
penelitian, dan menyajikan hasil dari proyek yang dilakukan.
Menurut Patton (2012) dalam PjBL, harus melibatkan siswa
membuat proyek atau produk yang akan dipamerkan pada
masyarakat (Sani, 2014:171). Dari berbagai pendapat pakar
tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek
atau PjBL adalah proses pembelajaran yang memberikan
pengalaman kepada peserta didik untuk memperdalam
pengetahuan dan keterampilan dengan jalan menghasilkan
proyek/produk. Produk yang dihasilkan dalam pembelajaran PjBL
dapat berupa media eletronika, media cetak, teknologi tepat guna,
karya tulis, dan sebagainya. Dalam pembelajaran bahasa
74
Indonesia PjBL dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis teks
laporan hasil observasi, membuat dialog, menulis teks eksposisi,
dan lain-lain.
c. Strategi Penyampaian dengan Media Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan isi
pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi
atau bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan
unjuk kerja (seperti latihan tes).
Media pembelajaran adalah komponen strategi
penyampaian yang dapat dimuat pesan yang akan disampaikan
kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan. Interaksi
pebelajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian
pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun
bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian
pembelajaran yang mengacu pada apakah pembelajaran dalam
kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau mandiri
(Degeng, 1989).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-
hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh
75
sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru
sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan
bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Disamping mampu
menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk
dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut
untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media
pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum
tersedia.
Hamalik (1994) mengemukakan bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pembelajaran yang meliputi; 1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pembelajaran, 2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3) seluk-beluk proses belajar, 4) hubungan antara metode pembelajaran dan media pendidikan, 5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam pembelajaran, 6) pemilihan dan penggunaan media pendidikan, 7) berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, 8) media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, dan 9) usaha inovasi dalam media pendidikan. (Arsyad, 2007:2)
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa media adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran demi
tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pembelajaran di sekolah pada khususnya. Bentuk interaksi antara
pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang
kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini
penting karena strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa
76
memberi gambaran tentang pengaruh apa yang dapat ditimbulkan
oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh sebab itu,
komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai
kegiatan belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana
peranan media untuk merangsang kegiatan pembelajaran.
Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang sangat
penting adalah metode/model pembelajaran dan media
pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah
satu metode/model pembelajaran tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang
diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan
konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun
demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu yang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan
oleh guru.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran
adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Manfaat media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu; 1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
77
menarik. 3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) efisiensi dalam waktu dan tenaga, 4) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, 5) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, 6) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, dan 7) merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif (Arsyad, 2007: 17)
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan
oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat
menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat
praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.
Arsyad (2007: 27) mengemukakan beberapa manfaat media
pembelajaran sebagai berikut; 1) media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, 2)
media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya, 3) media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, dan 4) media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya.
78
Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah:
a) bermaksud mendemosntrasikannya seperti halnya pada kuliah
tentang media, b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, c)
ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit; dan
d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa
dilakukannya. Jadi dasar pertimbangan untuk memilih media
sangatlah sederhana, yaitu memenuhi kebutuhan atau mencapai
tujuan yang diinginkan atau tidak. Mc. Connell (1974) mengatakan
bila media itu sesuai pakailah “If The Medium Fits, Use
It!”(Sadiman, 2007:84).
Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip
psikologi yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media adalah; motivasi, perbedaan individual, tujuan
pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi,
partisipasi umpan balik, penguatan (reinforcement), latihan dan
pengulangan, latihan dan pengulangan, dan penerapan (Arsyad,
2007:74).
d. Lembar Kegiatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional (2008:12) menjelaskan
bahwa lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran yang
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Perangkat ini
menjadi pendukung dalam pencapaian kompetensi yang
79
diharapkan. Lembar ini diperlukan guna mengarahkan proses
belajar siswa, di mana pembelajaran yang berorientasi kepada
peserta didik. Dalam serangkaian langkah aktivitas siswa harus
berkenaan dengan tugas-tugas dan pembentukan konsep bahasa
Indonesia. Dengan adanya lembar kerja , maka partisipasi aktif
peserta didik sangat diharapkan, sehingga dapat memberikan
kesempatan lebih luas dalam proses konstruksi pengetahuan
dalam dirinya.
Trianto (2007:73) menguraikan bahwa lembar kerja kegiatan
siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah’ Lembar kegiatan
ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek
kognitif maupun panduan untuk latihan pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen ataupun
demonstrasi.
Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa lembar
kegiatan siswa, Depdiknas (2008:23) menguraikan rambu-rambu
bahwa LKS/LKPD akan memuat paling tidak : judul, kompetensi
dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat,
langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus
dikerjakan.
80
Langkah-langkah persiapan lembar kerja siswa dijelaskan
dalam Depdiknas (2008:23-24) sebagai berikut:
1. Analisis kurikulum, analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
2. Menyusun peta kebutuhan lembar kegiatan siswa. Peta ini berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan dan urutan LKS/LKPD.
3. Menentukan judul-judul Lembar Kegiatan Siswa. Judul ini harus sesuai dengan KD, materi pokok, dan pengalaman belajar.
4. Penulisan Lembar Kegiatan Siswa/LKPD langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) perumusan KD yang harus dikuasai, (2) menentukan alat penilaian, (3) penyusunan materi dari berbagai sumber, dan memperhatikan struktur, yang meliputi; (a) judul, (b) petunjuk belajar, (c)kompetensi yang akan dicapai, (d) informasi pendukung, (e) tugas dan langkah-langkah kerja, dan Penilaian.
G. Kerangka Pikir
Kerangka pikir sebagai landasan konseptual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah unsur yang paling penting dalam
implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar. Kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh guru bahasa Indonesia SMP Negeri 12
makassar setelah mengikuti pelatihan sebagai berikut: (1) Memiliki
sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013. (2) Memiliki
keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
(3) Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013
(rasional, elemen perubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi
implementasi). (4) Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan
81
antara Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI),
Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa. (5) Memiliki
keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)
dengan mengacu pada Kurikulum 2013. (6) Memiliki keterampilan
mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secara benar.
(7) Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning,
dan Discovery Learning. (8) Memiliki keterampilan melaksanakan
penilaian autentik dengan benar. (9) Memiliki keterampilan
berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.
Kerangka Pikir ini dapat dilihat melalui visualisasi pada
implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar yang meliputi kemampuan
guru bahasa Indonesia dalam menerapkan Kurikulum 2013.
Secara sederhana bagan alur kerangka pikir tersebut, dapat
dilihat pada gambar berikut.
82
Gambar 4.1 Kerangka Pikir
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
a. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
b. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
c. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 (rasional, elemen perubahan, SKL, KI dan KD, serta strategi implementasi).
d. Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.
e. Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada Kurikulum 2013.
f. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan Scientific secara benar.
g. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
h. Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.
i. Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.
GURU PESERTA DIDIK
a. Mampu melakukan
eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi
b. Kreativitas, Inovatif
c. Menciptakan kondisi
menyenangkan dan
menantang
d. Bermuatan nilai,
etika,estetika, logika,
dan kinestetika
e. Meningkatkan nilai
karakter kemandirian,
kerjasama,
solidaritas,empati,
toleransi dan kecakapan
hidup peserta didik
83
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang
bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Selain itu data hasil
penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan dilapangan. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam
penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang
dan perilaku yang diamati” (Sugiyono. 2008). Penelitian deskriptif
dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal
yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena
kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum
berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Hal tersebut
digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau menentukan
suatu tindakan yang memerlukan sejumlah informasi. Informasi
tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif. Pemilihan
pendekatan ini berdasarkan alasan bahwa permasalahan yang
diangkat dalam penelitian adalah implementasi Kurikulum 2013 dalam
84
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 12
Makassar. Kurikulum kedudukannya sangat penting dalam
pembelajaran jika dikembangkan dengan baik oleh pemerintah.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 1-2
bulan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 (Bulan
Agustus 2013 – September 2014).
2. Tempat Penelitian
Adapun Lokasi Penelitian adalah salah satu sekolah sasaran
implementasi Kurikulum 2013 di kota Makassar yaitu SMP Negeri
12 Makassar yang beralamat di jalan perumahan dosen Unhas
Tamalanrea kecamatan Biringkanaya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru bahasa Indonesia SMP Negeri
12 Makassar dan peserta didik kelas VII.
D. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, langkah-langkah penelitian dilaksanakan
dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap analisis data. Berikut ini akan dipaparkan setiap tahapan
tersebut secara lebih jelas.
85
1. Tahap persiapan, meliputi:
a) Menyusun proposal
b) Mengurus perizinan kepada pihak sekolah
c) Observasi dilapangan dengan memastikan guru dan siswa
yang bersedia untuk dijadikan subjek penelitian melalui
wawancara
d) Mempersiapkan instrumen untuk pengambilan data
penelitian berupa alat perekam, angket, format wawancara
dengan guru dan siswa
2. Tahap pelaksanaan, meliputi:
a) Mengunjungi sekolah yang terkait dalam penelitian.
b) Mengobservasi kelas yang sedang melakukan pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan merekam kegiatan pembelajaran.
c) Mewancarai pengawas pendidikan, kepala sekolah, guru dan
peserta didik, mengenai persiapan perubahan Kurikulum
2013.
d) Menyebarkan angket kepada pihak yang terlibat dalam
implementasi Kurikulum 2013.
3. Tahap analisis data, meliputi:
a) Data yang dihasilkan dari analisis hasil wawancara, angket,
buku ajar, dan Kurikulum 2013 dibandingkan berdasarkan
tingkat kesesuaian dengan kurikulum.
86
b) Data yang di hasilkan akan di analisis dalam persiapan
sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah wawancara semi
terstruktur. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-
dept interview. Dalam pelaksanaannya wawancara lebih bebas
dan tujuannya untuk menemukan permasalahan lebuh terbuka
(Sudjana dan Ibrahim. 2007). Wawancara dalam penelitian ini
menggunakan pedoman wawancara agar mengingatkan
peneliti mengenai aspek-aspek yang harus ditanyakan. Tujuan
dari wawancara adalah memperoleh informasi mengenai
harapan dan hambatan yang dialami oleh guru bahasa
Indonesia dan peserta didik dalam implementasi Kurikulum
2013.
2. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisifatif, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari
hari guru bahasa Indonesia yang menjadi sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
membantu apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
87
merasakan suka dukanya. Penggunaan observasi partisipan
ini akan menghasilkan data yang lebih lengkap, tajam dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak (Sugiyono 2008). Observasi yang dilakukan
peneliti adalah dengan menggunakan instrumen observasi
menurut Ditjen. Manajemen Dikdasmen (2008) dan lembar
observasi menurut yang merupakan deskripsi dari pengamatan
proses belajar-mengajar di kelas. Selama observasi
berlangsung, peneliti menggunakan alat perekam berupa
kamera digital yang digunakan untuk merekam proses belajar
mengajar.
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono,2011:
199). Angket yang digunakan untuk memilih pernyataan yang
siswa anggap sesuai dengan hati nurani mereka selama proses
pembelajaran berlangsung. Pemberian respon terhadap
pernyataan dalam penelitian ini, subjek menunjukan senang
dan tidak senang atau ya dan tidak karena yang dilihat adalah
berupa fakta mengenai respons siswa terhadap guru bahasa
Indonesia yang mengimplementasikan Kurikulum 2013.
88
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan catatan lapangan
peneliti, alat kamera digital untuk bukti
audio visual proses belajar mengajar. Hasil dari dokumentasi
digunakan peneliti untuk menganalisa perangkat pembelajaran
yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia dalam
mengimplementasikan kurikulum.
F. Teknik Keabsahan Data
1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan akan memungkinkan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan
pengamatan yang peneliti lakukan adalah melakukan
observasi proses belajar mengajar di kelas sebanyak empat
kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan untuk
pembiasaan guru dan peserta didik di kelas dengan
keberadaan peneliti. Selanjutnya hanya tiga pertemuan yang
digunakan untuk proses analisis data yang lebih rinci
mengenai analisis perangkat pembelajaran yang
diimplikasikan dalam proses pembelajaran.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan
ciri-ciri dan aspek-aspek dalam situasi yang sangat relevan
89
dengan persoalan yang akan dicari yaitu implementasi
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah. Dengan kata lain, ketekunan pengamatan
menyediakan kedalaman (Sudjana dan Ibrahim. 2007)
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
tersebut. Triangulasi yang dilakukan peneliti adalah triangulasi
teknik dan triangulasi pengamat. Triangulasi teknik yang
dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk
sumber data. Sedangkan triangulasi pengamat yaitu dengan
adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa
hasil pengumpulan data.
d. Menggunakan Bahan Referensi
Bahan referensi adalah pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Peneliti
menggunakan angket dan kamera digital untuk merekam
proses pembelajaran guru bahasa Indonesia. Angket sebagai
bukti real dalam penelitan dan Perekaman tersebut
digunakan untuk mendukung hasil analisis data. Selain itu
digunakan juga berbagai teori yang berlainan untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki
90
syarat. Berbagai teori pada penelitian ini telah dijelaskan pada
bab II dipergunakan untuk menguji terkumpulnya data
tersebut.
2. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan berupa analisis
deskriptif kualitatif, Peneliti membahas mengenai hasil penelitian
implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif
yaitu :
1. Transkripsi
Data utama yang diperoleh pada penelitian ini berupa
kondisi sekolah yang akan menghadapi Kurikulum 2013. Selain
itu untuk memperkuat data pada penelitian ini ditambahkan
dengan hasil rekaman, observasi dan wawancara. Hasil
pengumpulan data tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk
teks atau transkripsi. Pembuatan teks dasar dilakukan dengan
mengubah transkripsi yang diperoleh dengan penghalusan teks.
Penghalusan teks ini dilakukan dengan cara penghapusan dan
91
penyisipan pada kalimat tanpa mengurangi makna dan tujuan
dari kalimat tersebut. Tujuan dari penghalusan untuk
memperbaiki kalimat agar lebih terstruktur sehingga lebih mudah
dipahami untuk keperluan analisis selanjutnya dengan catatan
tidak mengubah isi dan makna dari tekstersebut. Sedangkan
penyisipan dilakukan supaya proposisi yang ada lebih tajam dan
mengacu pada makna yang dimaksud oleh kalimat tersebut
(Sudjana dan Ibrahim. 2007)
2. Organisasi Data
Data kualitatif yang sangat beragam dan banyak,
menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya
dengan rapi, sistematis, dan selengkap mungkin. Hal-hal yang
penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah
(catatan lembar observasi dan hasil rekaman). Dari transkripsi,
peneliti melakukan organisasi data dengan mengelompokan
sesuai dengan kronologinya, yakni persiapan guru dan buku
guru, buku siswa yang akan di gunakan pada Kurikulum 2013.
3. Analisis
Hasil dari pengumpulan data akan dianalisis
berdasarkan implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar.
92
4. Tahap Interpretasi
Meskipun dalam penelitian kualitatif istilah “analisis
dan “interpretasi sering digunakan bergantian, Kvale dalam
menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya
memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam.
Peneliti memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti
dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut, pada
tahap interpretasi ini, dari hasil pengolahan data yang
didapat, peneliti mengolahnya dalam bentuk deskriptif.
5. Temuan
Hasil penelitian yang telah dianalisis akan
menghasilkan temuan persiapan implementasi Kurikulum 2013
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12
Makassar. Hasil temuan akan terlihat dengan jelas saat hasil
penelitian benar-benar telah dianalisis, dan dapat dikaitkan
dengam sejumlah teori yang ada serta dapat memperkuat hasil
temuan tersebut.
6. Penarikan Kesimpulan
Proses analisis data dari data yang didapatkan
dilapangan dibuat dalam bentuk deskriptif. Penulisan yang
diperoleh selama penelitian dapat membantu penulis untuk
memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah
selesai. Penulisan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
93
presentase data yang didapat berdasarkan wawancara
mendalam dan observasi. Proses dimulai dari data-data yang
diperoleh dari subjek dibaca berulang kali sehingga penulis
mengerti benar permasalahannya, kemudian dianalisis, sehingga
didapat gambaran mengenai penghayatan pengamalan dari
subjek, selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan,
dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari
hasil penelitian.
94
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berhasil tidaknya penerapan Kurikulum 2013 pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar tidak dapat
dipisahkan dari kualitas tenaga pendidik, kualitas peserta didik,
kualitas manajemen sekolah, ketersediaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan dukungan sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri
12 Makassar. Selain itu ini juga bertujuan untuk mengetahui kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 dan
mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh guru dan
stakeholder sekolah dalam menyikapi kendala-kendala yang dihadapi.
Penelitian ini difokuskan pada: a) deskripsi tentang penyusunan
perangkat pembelajaran yang meliputi penyusunan RPP, dan
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, b) deskripsi tentang
pelaksanaan pembelajaran, c) deskripsi tentang sistem penilaian, dan
d) deskripsi tentang kendala-kendala yang dialami dalam
implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia
kelas VII SMP Negeri 12 Makassar.
95
1. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Penyusunan Perangkat
Pembelajaran
a. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh
kemampuan pendidik (guru) dalam mendisain sebuah perencanaan
pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
merupakan penjabaran dari silabus yang berfungsi mengarahkan
kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi
dasar. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam menyusun
RPP, pendidik hendaknya dapat memerhatikan beberapa prinsip
berikut: 1) memerhatikan perbedaan individu peserta didik, misalnya
perbedaan jenis kelamin. Perbedaan kemampuan awal, minat,
motivasi belajar,dll, 2) mendorong partisipasi aktif peserta didik, 3)
mengembangkan budaya membaca dan menulis, 4) memberikan
umpan balik berupa penguatan, pengayaan, dan remedi, 5) Adanya
keterpaduan antara KI dan KD, indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
96
media, pengalaman belajar dan evaluasi,dan 6) menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Observasi dilakukan dengan melibatkan tiga observer untuk
menilai RPP yang telah dirancang oleh guru, yaitu: Dra. Hj. Hartati,
M.Pd. (pengawas Mapel Bahasa Indonesia Disdikbud Kota Makassar),
Muhammad Raisuddin, S.Pd.,M.Pd. (Dosen Universitas Islam
Makassar), dan Hj. Tarmini, S.Pd., M.M.Pd. (Pengawas Sekolah SMP
Negeri 12 Makassar). Hasil penilaian dari ketiga observer dirata-
ratakan dengan kategori penilaian sebagai berikut:
Tabel 1.4 Kategori Penilaian RPP
Kategori Penilaian Rentang Skor Sangat Baik 3,5 < A < 4,0
Baik 2,5 < B < 3,5 Cukup 1,5 < C < 2,5 Kurang D < 1,5
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan 8 (delapan) indikator
yang diamati dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang dihasilkan oleh guru bahasa Indonesia Kelas VII SMP Negeri 12
Makassar berdasarkan Kurikulum 2013. Indikator pertama adalah
perumusan indikator pembelajaran terdiri atas tiga aspek yang
pengamatan, meliputi; a) kesesuaian standar kompetensi lulusan,
kompetensi inti, dan kompetensi dasar, b) kesesuaian penggunaan
kata kerja operasional yang diukur, dan c) kesesuaian aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Indikator kedua adalah perumusan
tujuan pembelajaran terdiri atas dua aspek yang diamati, sebagai
97
berikut; a) kesesuain proses dengan hasil belajar yang diharapkan
dicapai dan b) kesesuaian dengan kompetensi dasar. Indikator ketiga
adalah pemilihan materi pembelajaran terdiri atas tiga aspek sbb; a)
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, b) kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik, dan c) kesesuaian dengan alokasi waktu.
Indikator keempat adalah pemilihan sumber belajar terdiri atas tiga
aspek sbb.; a) kesesuaian dengan kompetensi inti dan kompetensi
dasar, b) kesesuaian dengan materi pembelajaran dengan
pendekatan scientific, dan c) kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik. Indikator kelima adalah pemilihan media pembelajaran terdiri
atas tiga aspek sbb.; a) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, b)
kesesuaian dengan materi pembelajaran dengan pendekatan
scientific, dan c) kesesuaian dengan karakteristik peserta didik.
Indikator keenam adalah pemilihan model pembelajaran yang terdiri
atas dua aspek sbb., a) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan
b) kesesuaian dengan pendekatan scientific. Indikator ketujuh adalah
menentukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri atas empat
aspek sbb.; a) menampilkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup dengan jelas, b) kesesuaian dengan pendekatan scientific, c)
kesesuaian penyajian dengan sistematika materi, dan d) kesesuaian
alokasi waktu dengan cakupan materi. Indikator kedelapan adalah
penilaian proses dan hasil pembelajaran terdiri atas empat aspek
pengamatan yang meliputi; a) kesesuaian dengan teknik dan bentuk
98
penilaian autentik, b) kesesuaian dengan indikator pencapaian
kompetensi, c) kesesuaian kunci jawaban dengan soal, dan d)
kesesuaian pedoman penskoran dengan soal. Dalam penelitian ini
diamati RPP yang disusun oleh responden 1 (R1) dan responden 2
(R2).
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Responden 1
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun
oleh respoden 1 dengan indikator pertama yaitu perumusan indikator
pembelajaran yang terdiri atas tiga aspek pengamatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Hasil Observasi Perumusan Indikator Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuaindengan SKL, KI, dan KD 4,0
2. Kesesuaian penggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yang
diukur
3,3
3. Kesesuain dengan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
3,7
Rata-rata 3,7
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator
perumusan indikator pembelajaran dari RPP yang disusun oleh
responden 1 tampak seperti berikut:
99
Gambar 1.4 Hasil Observasi Perumusan Indikator Pembelajaran oleh R1
Tabel 2.4 dan gambar 1.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian dengan SKL, dan KI memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuain penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi
yang diukur memperoleh nilai 3,7. Aspek kesesuaian dengan aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan memperoleh nilai 3,0. Tingkat
rata-rata perumusan indikator pembelajaran memperoleh nilai rata-
rata 3,6. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan perumusan
indikator pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator kedua yaitu perumusan tujuan pembelajaran yang
terdiri atas dua aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Hasil Observasi Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuain proses dengan hasil belajar
yang diharapkan dicapai
3,6
2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 4,0
Rata-rata 3,8
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
100
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator
perumusan tujuan pembelajaran dari RPP yang disusun oleh
responden 1 tampak seperti berikut:
Gambar 2.4 Penilaian Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh R1
Tabel 3.4 dan gambar 2.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuain proses dengan hasil belajar yang diharapkan dicapai
memperoleh nilai 3,6 dan aspek kesesuaian dengan kompetensi
dasar memperoleh nilai 4,0. Tingkat rata-rata perumusan indikator
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,8. Ini berarti bahwa
penyusunan RPP dengan perumusan tujuan pembelajaran dalam
kategori penilaian sangat baik.
Indikator ketiga yaitu pemilihan materi pembelajaran yang
terdiri atas empat aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Observasi Pemilihan Materi Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuaian konsep dengan tujuan pembelajaran
4.0
2. Kesesuaian dengan karakteristik peserta didik 4,0 3. Kebenaran konsep 4,0 4. Ketepatan urutan penyajian konsep 4,0
Rata-rata 4.0
3,4
3,6
3,8
4
4,2
Aspek 1 Aspek 2 Rata-Rata
101
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
materi pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 1
tanpak seperti berikut:
Gambar 3.4 Hasil Observasi Pemilihan Materi Pembelajaran oleh R1
Tabel 4.4 dan gambar 3.4 menunjukkan bahwa keempat
aspek pengamatan dalam dalam indikator pemilihan materi
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 4,0. Ini berarti bahwa
penyusunan RPP dengan pemilihan materi pembelajaran dalam
kategori sangat baik.
Indikator keempat yaitu pemilihan sumber belajar terdiri atas
tiga aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Hasil Observasi Pemilihan Sumber Belajar oleh R1
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuaian KI dan KD 4.0
2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran
dengan pendekatan scientific
4,0
3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
4,0
Rata-rata 4.0
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
102
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
sumber pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 1
tampak seperti berikut:
Gambar 4.4 Hasil Obsevasi Pemilihan Sumber Belajar oleh R1
Tabel 5.4 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa ketiga aspek
pengamatan dalam dalam indikator pemilihan sumber pembelajaran
memperoleh nilai rata-rata 4,0. Ini berarti bahwa penyusunan RPP
dengan pemilihan sumber pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator kelima yaitu pemilihan media pembelajaran terdiri
atas tiga aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.4 Hasil Observasi Pemilihan Media Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4.0
2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran
dengan pendekatan scientific
3,6
3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
4,0
Rata-rata 3,9
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
103
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
media pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 1
tampak seperti berikut:
Gambar 5.4 Hasil Observasi Pemilihan Media Pembelajaran oleh R1
Tabel 6.4 dan gambar 5.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian dengan tujuan pembelajaran memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuaian dengan materi pembelajaran dengan pendekatan
scientific memperoleh nilai 3,6. Aspek Kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik memperoleh nilai 4,0. Aspek kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik memperoleh nilai 4,0. Tingkat rata-
rata dalam indikator pemilihan media pembelajaran memperoleh nilai
3,9. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan indikator pemilihan
media pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator keenam yang terdiri atas dua aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
3,4
3,5
3,6
3,7
3,8
3,9
4
4,1
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
104
Tabel 7.4 Hasil Observasi Pemilihan Model Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4.0
2. Kesesuaian dengan pendekatan scientific 4,0
3. Dukungan model pembelajaran terhadap
pencapaian hasil belajar
4,0
Rata-rata 4,0
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
model pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 1
tampak seperti berikut:
Gambar 6.4 Hasil Observasi Pemilihan Model Pembelajaran oleh R1
Tabel 7.4 dan gambar 6.4 menunjukkan bahwa ketiga aspek
pengamatan dalam dalam indikator pemilihan model pembelajaran
memperoleh nilai rata-rata 4,0. Ini berarti bahwa penyusunan RPP
dengan pemilihan sumber pembelajaran dengan kategori penilaian
sangat baik.
Indikator ketujuh yaitu langkah-langkah pembelajaran yang
terdiri atas empat aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
105
Tabel 8.4 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran oleh R1
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kejelasan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran
- Kegiatan Pendahuluan
- Kegiatan inti
- Penutup
4.0
2. Kejelasan alokasi waktu setiap kegiatan
pembelajaran
1,0
3. Kesesuaian dengan pendekatan scientific 3,6
4. Kesesuaian penyajian dengan sistematika
materi
4,0
Rata-rata 3,1
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator langkah-
langkah pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 1
tampak seperti berikut:
Gambar 7.4 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran oleh R1
Tabel 8.4 dan gambar 7.4 menunjukkan bahwa indikator
langkah-langkah kegiatan pembelajaran aspek kejelasan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran memperoleh nilai 4,0. Aspek
kejelasan alokasi waktu setiap kegiatan pembelajaran memperoleh
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
106
nilai 1,0. Aspek kesesuaian dengan pendekatan scientific memperoleh
nilai 4,0. Tingkat rata-rata dalam indikator langkah-langkah kegiatan
pembelajaran memperoleh nilai 3,1. Ini berarti bahwa penyusunan
RPP dengan indikator langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam kategori baik.
Indikator kedelapan yaitu sistem penilaian terdiri atas empat
aspek pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9.4 Hasil Observasi Sistem Penilaian oleh R1
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuain dengan teknikdan bentuk
penilaian autentik
4.0
2. Kesesuain dengan indikator pencapaian
kompetensi
4,0
3. Kesesuain kunci jawaban dengan soal 2,3
4. Kesesuaian pedoman penskoran dengan
soal
4,0
Rata-rata 3,6
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator sistem
penilaian dari RPP yang disusun oleh responden 1 tampak seperti
berikut:
107
Gambar 8.4 Hasil Observasi Sistem Penilaian oleh R1
Tabel 9.4 dan gambar 8.4 menunjukkan bahwa indikator
sistem penilaian dengan aspek kesesuain dengan teknik dan bentuk
penilaian autentik memperoleh nilai 4,0. Aspek kesesuain dengan
indikator pencapaian kompetensi memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuain kunci jawaban dengan soal memperoleh nilai 2,3. Aspek
kesesuaian pedoman penskoran dengan soal memperoleh nilai 4,0.
Tingkat rata-rata dalam indikator sistem penilaian memperoleh nilai
3,6. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan indikator langkah-
langkah kegiatan pembelajaran dengan kategori sangat baik.
RPP yang disusun oleh responden 1 memperoleh skor rata-
rata 3,8. Berdasarkan analisis data tersebut menujukkan bahwa RPP
yang disusun oleh Responden 1 dalam kategori sangat baik (3,5 < A <
4), ini berarti bahwa hasil penyusunan RPP oleh responden 1 sudah
optimal, dengan kata lain layak digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
108
2) Rencana Program Pembelajaran (RPP) Responden 2
Rencana program pembelajaran (RPP) yang disusun oleh
respoden 2 dengan indikator pertama yaitu perumusan indikator
pembelajaran yang terdiri atas tiga aspek pengamatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 10.4 Hasil Observasi Perumusan Indikator Pembelajaran oleh R2
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuain dengan SKL, KI, dan KD 4,0
2. Kesesuaianpenggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yang
diukur
4,0
3. Kesesuain dengan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan
4,0
Rata-rata 4,0
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator
perumusan indikator pembelajaran dari RPP yang disusun oleh
responden 2 tampak seperti berikut:
Gambar 9.4 Hasil Observasi Perumusan Indikator Pembelajaran oleh R2
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
109
Tabel 10.4 dan gambar 9.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian dengan SKL, dan KI memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuain penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi
yang diukur memperoleh nilai 4,0. Aspek kesesuaian dengan aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan memperoleh nilai 4,0. Tingkat
rata-rata perumusan indikator pembelajaran memperoleh nilai rata-
rata 4,0. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan perumusan
indikator pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator kedua yang terdiri atas dua aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11.4 Hasil Observasi Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh R2
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuain proses dengan hasil
belajar yang diharapkan dicapai
3,6
2. Kesesuaian dengan kompetensi
dasar
3,3
Rata-rata 3,5
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator
perumusan tujuan pembelajaran dari RPP yang disusun oleh
responden 2 tampak seperti berikut:
110
Gambar 10.4 Hasil Observasi Perumusan Tujuan Pembelajaran oleh R2
Tabel 11.4 dan gambar 10.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuain proses dengan hasil belajar yang diharapkan dicapai
memperoleh nilai 3,6 dan aspek kesesuaian dengan kompetensi
dasar memperoleh nilai 3,3. Tingkat rata-rata perumusan indikator
pembelajaran memperoleh nilai 3,5. Ini berarti bahwa penyusunan
RPP dengan perumusan tujuan pembelajaran dalam kategori
penilaian sangat baik.
Indikator ketiga yang terdiri atas empat aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12.4 Hasil Observasi Pemilihan Materi Pembelajaran oleh R2
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuaian konsep dengan tujuan
pembelajaran
4.0
2. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
3,3
3. Kebenaran konsep 4,0
4. Ketepatan urutan penyajian konsep 4,0
Rata-Rata 3,8
3,13,23,33,43,53,63,7
Aspek 1 Aspek 2 Rata-Rata
111
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
materi pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 2
tampak seperti berikut:
Gambar 11.4 Hasil Observasi Pemilihan Materi Pembelajaran oleh R2
Tabel 12.4 dan gambar 11.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian konsep dengan tujuan pembelajaran memperoleh nilai
4,0. Aspek kesesuaian dengan karakteristik peserta didik memperoleh
nilai 3,3. Aspek kebenaran konsep memperoleh nilai 4,0. Aspek
ketepatan urutan penyajian konsep memperoleh nilai 4,0. Indikator
pemilihan materi pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,8. Ini
berarti bahwa penyusunan RPP dengan pemilihan materi
pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator keempat yang terdiri atas tiga aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
0
1
2
3
4
5
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
112
Tabel 13.4 Hasil Observasi Pemilihan Sumber Belajar oleh R2
Aspek Rata-rata hasil
penilaian
1. Kesesuaian KI dan KD 4.0
2. Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dengan pendekatan
scientific
4,0
3. Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
4,0
Rata-rata 4.0
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
sumber pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 2
tampak seperti berikut:
Gambar 12.4 Hasil Observasi Pemilihan Sumber Belajar oleh R2
Tabel 13.4 dan gambar 12.4 menunjukkan bahwa ketiga
aspek pengamatan dalam dalam indikator pemilihan sumber
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 4,0. Ini berarti bahwa
penyusunan RPP dengan pemilihan sumber pembelajaran dalam
kategori sangat baik.
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
113
Indikator kelima terdiri atas tiga aspek pengamatan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14.4 Hasil Observasi Pemilihan Media Pembelajaran oleh R2
Aspek Rata-rata hasil
penilaian 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4.0
2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran
dengan pendekatan scientific
3,3
3. Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik
4,0
Rata-rata 3,7
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
media pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 2
tampak seperti berikut:
Gambar 13.4 Hasil Observasi Pemilihan Media Pembelajaran oleh R2
Tabel 14.4 dan gambar 13.4 menunjukkan bahwa aspek
kesesuaian dengan tujuan pembelajaran memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuaian dengan materi pembelajaran dengan pendekatan
scientific memperoleh nilai 3,3. Aspek Kesesuaian dengan
karakteristik peserta didik memperoleh nilai 4,0. Tingkat rata-rata
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
114
dalam indikator pemilihan media pembelajaran memperoleh nilai rata-
rata 3,7. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan indikator
pemilihan media pembelajaran dalam kategori sangat baik.
Indikator keenam yang terdiri atas dua aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15.4 Hasil Observasi Pemilihan Model Pembelajaran oleh R2
Aspek
Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 4.0 2. Kesesuaian dengan pendekatan scientific 4,0 3. Dukungan model pembelajaran terhadap
pencapaian hasil belajar 4,0
Rata-rata 4,0 Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator pemilihan
model pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 2
tampak seperti berikut:
Gambar 14.4 Hasil Observasi Pemilihan Model Pembelajaran oleh R2
Tabel 15.4 dan gambar 14.4 menunjukkan bahwa ketiga
aspek pengamatan dalam dalam indikator pemilihan model
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 4,0. Ini berarti bahwa
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Rata-Rata
115
penyusunan RPP dengan pemilihan sumber pembelajaran dalam
kategori sangat baik.
Indikator ketujuh yang terdiri atas empat aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 16.4 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran oleh R2
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kejelasan langkah-langkah kegiatan pembelajaran - Kegiatan Pendahuluan - Kegiatan inti - Penutup
4.0
2. Kejelasan alokasi waktu setiap kegiatan pembelajaran
1,0
3. Kesesuaian dengan pendekatan scientific 4,0 4. Kesesuaian penyajian dengan sistematika
materi 4,0
Rata-rata 3,3
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator langkah-
langkah pembelajaran dari RPP yang disusun oleh responden 2
tampak seperti berikut:
Gambar 15.4 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran oleh R2
Tabel 16.4 dan gambar 15.4 menunjukkan bahwa indikator
langkah-langkah kegiatan pembelajaran aspek kejelasan langkah-
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
116
langkah kegiatan pembelajaran memperoleh nilai 4,0. Aspek
kejelasan alokasi waktu setiap kegiatan pembelajaran memperoleh
nilai 1,0. Aspek kesesuaian dengan pendekatan scientific memperoleh
nilai 4,0. Tingkat rata-rata dalam indikator langkah-langkah kegiatan
pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 3,3. Ini berarti bahwa
penyusunan RPP dengan indikator langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dalam kategori baik.
Indikator kedelapan terdiri atas empat aspek pengamatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17.4 Hasil Observasi Sistem Penilaian oleh R2
Aspek Rata-rata hasil penilaian
1. Kesesuain dengan teknik dan bentuk penilaian autentik
4.0
2. Kesesuain dengan indikator pencapaian kompetensi
4,0
4. Kesesuain kunci jawaban dengan soal 1,0 5. Kesesuaian pedoman penskoran dengan soal 4,0 Rata-rata 3,3
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, indikator sistem
penilaian dari RPP yang disusun oleh responden 2 tampak seperti
berikut:
117
Gambar 16.4 Hasil Observasi Sistem Penilaian oleh Responden 2
Tabel 17.4 dan gambar 16.4 menunjukkan bahwa indikator
sistem penilaian dengan aspek kesesuain dengan teknik dan bentuk
penilaian autentik memperoleh nilai 4,0. Aspek kesesuain dengan
indikator pencapaian kompetensi memperoleh nilai 4,0. Aspek
kesesuain kunci jawaban dengan soal memperoleh nilai 1,0. Aspek
kesesuaian pedoman penskoran dengan soal memperoleh nilai 4,0.
Tingkat rata-rata dalam indikator sistem penilaian memperoleh nilai
rata-rata 3,3. Ini berarti bahwa penyusunan RPP dengan indikator
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam kategori baik.
RPP yang disusun oleh responden 2 (R2) memperoleh skor
rata-rata 3,7. Bardasarkan hasil analisis data menujukkan bahwa RPP
yang disusun oleh responden 2 dalam kategori sangat baik (3,5 < A <
4). Jadi ditinjau dari keseluruhan aspek RPP yang disusun oleh
responden 2 sudah optimal, dengan kata lain layak untuk digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
012345
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Rata-Rata
118
3). Deskripsi Penyusunan Rencana Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan implementasi
kurikulum 2013 pada penyusunan RPP oleh guru Bahasa Indonesia
kelas VII SMP Negeri 12 Makassar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18.4 Hasil Observasi RPP Responden 1 dan 2
Indikator Responden 1 Responden 2 Skor Kategori Skor Kategori
1. Perumusan Indikator Pembelajaran 3,6 Sangat Baik
4,0 Sangat Baik
2. Perumusan Tujuan Pembelajaran 3,8 Sangat Baik
3,5 Sangat Baik
3. Pemilihan Materi Pembelajaran 4,0 Sangat Baik
3,8 Sangat Baik
4. Pemilihan Sumber Belajar 4,0 Sangat Baik
4,0 Sangat Baik
5. Pemilihan Media Pembelajaran 4,0 Sangat Baik
3,7 Sangat Baik
6. Pemilihan Model Pembelajaran 4,0 Sangat Baik
4,0 Sangat Baik
7. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
3,1 Baik 3,3 Baik
8. Sistem Penilaian 3,6 Sangat Baik
3,5 Sangat Baik
RATA-RATA 3,8 Sangat Baik
3,7 Sangat Baik
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, implementasi
kurikulum 2013 dalam penyusunan RPP oleh guru Bahasa Indonesia
kelas VII tampak seperti berikut:
119
Gambar 17.4 Hasil Observasi RPP Responden 1 dan 2
Tabel 18.4 dan gambar 17.4 di atas menunjukkan bahwa
penyusunan RPP pada perumusan indikator pembelajaran, responden
1 memperoleh nilai rata-rata 3,6 dengan kategori penilaian sangat
baik sedang responden 2 memperoleh nilai rata-rata 4,0 dengan
kategori penilaian sangat baik. Indikator perumusan tujuan
pembelajaran, responden 1 memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan
kategori penilaian sangat baik sedang responden 2 memperoleh nilai
rata-rata 3,5 dengan kategori penilaian sangat baik. Indikator
pemilihan materi pembelajaran, responden 1 memperoleh nilai 4,0
dengan kategori penilaian sangat baik sedang responden 2
memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan kategori penilaian sangat baik.
Indikator pemilihan sumber belajar, responden 1 dan 2 memperoleh
nilai rata-rata 4,0 dengan kategori penilaian sangat baik. Indikator
pemilihan media pembelajaran, responden 1 memperoleh nilai rata-
3,23,33,43,53,63,73,83,9
4
Indikator
1
Indikator
2
Indikator
3
Indikator
4
Indikator
5
Indikator
6
Indikator
7
Indikator
8
Rata-Rata
Responden 1 3,6 4 4 4 3,9 4 4 3,6 3,8Responden 2 4 3,5 3,8 4 3,7 4 4 3,5 3,7
120
rata 4,0 dengan kategori penilaian sangat baik sedang responden 2
memperoleh nilai rata-rata 3,7 dengan kategori penilaian sangat baik.
Indikator pemilihan model pembelajaran, responden 1 dan 2
memperoleh nilai rata-rata 4,0 dengan kategori penilaian sangat baik.
Indikator langkah-langkah kegiatan pembelajaran, responden 1
memperoleh nilai rata-rata 3,1 dengan kategori penilaian baik sedang
responden 2 memperoleh nilai rata-rata 3,3 dengan kategori penilaian
baik. Indikator sistem penilaian, responden 1 memperoleh nilai rata-
rata 3,6 dengan kategori penilaian sangat baik sedang responden 2
memperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan kategori penilaian sangat baik.
Rata-rata penilaian dari 8 (delapan) indikator penyusunan RPP,
responden 1 memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan kategori sangat
baik dan responden 2 memperoleh nilai rata-rata 3,7 dengan kategori
penilaian sangat baik. Ini berarti bahwa RPP yang dibuat oleh guru
Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 12 Makassar termasuk
kategori sangat baik atau layak digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan
bahwa implementasi Kurikulum 2013 dalam penyusunan RPP oleh
guru bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri Makassar telah berjalan
dengan optimal.
b. Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi
121
dalam proses pembelajaran. Para pendidik dituntut mampu
menggunakan berbagai alat yang untuk pencapaian tujuan
pembelajaran. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang
tersedia, pendidik juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat
yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat membuat media
pembelajaran yang akan digunakannya bilamana media tersebut
belum tersedia. Pada penyusunan perencanaan pembelajaran telah
dideskrifsikan tentang pemilihan media pembelajaran. Namun pada
bagian ini peneliti memfokuskan pada bagaimana efektifitas
penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran oleh
guru Bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 12 Makassar.
Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 12 Makassar sudah
mampu menggunakan teknologi informatika, hal ini didukung oleh
tersedianya fasilitas LCD proyektor di dalam kelas sekalipun di
beberapa kelas sudah ada yang mengalami kerusakan. Pada
pembelajaran Bahasa Indonesia yang di ampu oleh Marniati, S.S. di
kelas 7.3 dengan materi pokok Teks Hasil Observasi (Pelestarian
Biota Laut) menggunakan media microsof power point. Secara umum
pemamfaatan media ini dapat menciptakan suasana belajar menjadi
lebih hidup atau memiliki daya tarik bagi peserta didik, membantu
memudahkan pemahaman terhadap materi pelajaran, dan dapat
memicu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan respons peserta didik terhadap penggunaan media microsof
122
power point sbb; 91 % menyatakan bahwa media power point sangat
menarik, 100 % menyatakan media power point memudahkan
memahami materi pembelajaran, dan 91 % menyatakan dapat
memicu lebih aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
Sekalipun demikian guru dituntut untuk lebih trampil dalam mendisain
media power point tersebut. Fakta yang ditemukan bahwa guru
Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 12 Makassar memang sudah
memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi sebagai
media pembelajaran, namun masih dalam bentuk yang sangat
sederhana. Keterampilan mendisain media power point dengan disain
latar yang ekslusif dan pemamfaatan animasi akan dapat
mengeksplorasi daya tarik dari peserta didik.
Media microsof fower point dapat membantu dalam hal
memperjelas penyajian materi pembelajaran agar tidak hanya bersifat
verbal, dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indera,
dapat menghindari kesalahpahaman terhadap suatu objek dan
konsep, dapat menghubungkan antara yang konkret dengan yang
abstrak, serta dapat mengatasi sifat pasif peserta didik.
c. Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar ini digunakan untuk mengarahkan proses belajar siswa, di
mana pembelajaran berorientasi kepada peserta didik. Dengan
123
adanya LKPD, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan,
sehingga memberikan kesempatan lebih luas dalam proses
rekonstruksi pengetahuan dalam diri peserta didik. Kenyataan yang
penulis temukan di SMP Negeri 12 Makassar adalah guru tidak
membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik dengan alasan bahwa
dalam buku siswa sudah terdapat tugas-tugas yang harus dikerjakan
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kreatifitas pendidik tidak
tersalurkan dengan baik. Sejalan dengan pernyataan Drs. Hamzah,
M.Pd. kepala SMP Negeri 12 Makassar mengatakan bahwa pihaknya
tidak mengharuskan guru-guru menyusun LKPD, sebelum
pemberlakuan Kurikulum 2013 para guru hanya menyalurkan LKS
yang disediakan oleh penerbit. Sekalipun demikian, kepala sekolah
tetap menyarankan untuk menyusun LKPD dengan menyediakan
fasilitas pendukung sehingga peserta didik tidak terbebani
pembiayaan (wawancara, 28/8/2014). Faktanya adalah belum ada
guru yang menggunakan fasilitas yang disediakan oleh manajemen
sekolah untuk membuat LKPD.
Fenomena seperti ini telah menjadi kebiasaan buruk yang
melanda lembaga pendidikan khususnya ditingkat SMP di kota
Makassar. Guru sebagai tenaga professional lebih mengutamakan
perangkat instan ketimbang menuangkan ide-ide kreatifnya dalam
bentuk LKPD. Pendidik hendaknya dapat mengasah dan melatih
kemampuannya dalam menulis. Kenyataan ini sejalan dengan
124
pernyataan responden yang mengatakan bahwa sejak diangkat
menjadi guru belum pernah membuat LKPD, mereka hanya
memanfaatkan LKS yang disediakan oleh penerbit (wawancara,
28/8/2014). Padahal LKS yang diedarkan oleh penerbit belum tentu
sesuai karakteristik peserta didik. Beban kerja yang terlalu padat bagi
guru juga menjadi penghambat. mengakibatkan kurangnya waktu
luang untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa LKPD.
Sebagaimana dikemukakan oleh responden 1 bahwa beban mengajar
dengan sejumlah perangkat pembelajaran yang jauh lebih banyak dari
pada kurikulum 2006 (KTSP) membuat mereka kesulitan mengatur
waktu. Menurutnya kehadiran buku siswa sangat membantu sebagai
pengganti LKPD. Buku siswa yang diterbitkan oleh Kemendikbud
selain berisi materi pembelajaran juga berisi soal-soal latihan untuk
peserta didik. Namun demikian, tidak menutup peluang bagi pendidik
untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam menyusun lembar
kegiatan untuk peserta didik. Lembar kegiatan Peserta didik
diperlukan untuk mengarahkan proses belajar peserta didik, di mana
pembelajaran berorientasi kepada peserta didik, maka dalam
serangkaian langkah aktivitas siswa harus berkenaan dengan tugas-
tugas dan pembentukan konsep. Dengan LKPD pula diharapkan
partisipasi aktif peserta didik dan dapat memberikan kesempatan luas
dalam rekonstruksi pengetahuan dalam diri peserta didik.
125
d. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Sistem Penilaian
Sistem penilaian Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang
bertujuan menjamin perencanaan penilaian peserta didik sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-
prinsip penilaian. Pelaksanaan penilaian untuk peserta didik harus
dikerjakan secara profesional bukan berdasarkan perasaan pendidik
tetapi penilaian dikerjakan secara terbuka, edukatif, efisien dan sesuai
dengan konteks sosial budaya. Pelaksanaan penilaian pun harus
dikelola secara objektif, akuntabel, dan informatif. Sejak KTSP
diterapkan sebenarnya penilaian autentik yang menjadi penekanan
penilaian pada Kurikulum 2013 telah diberi ruang untuk diterapkan,
namun implementasi dilapangan belum berjalan secara optimal. Hal
ini pulalah yang menjadi keluhan terbesar dikalangan pendidik. Sama
halnya yang penulis temukan di SMP Negeri 12 Makassar. Dari tiga
kali pertemuan yang penulis amati dalam proses pembelajaran
pendidik belum optimal melakukan penilaian autentik, penilaian
dilakukan setelah selesai satu materi pokok. Tuntutan penilaian
autentik memerhatikan keseimbangan antara ranah sikap,
pengetahuan dan keterampilan, jenis penilaian sesungguhnya bukan
menunggu selesainya satu materi pokok baru dilakukan penilaian,
melainkan dalam setiap pertemuan minimal ada dua jenis penilaian
yang dilakukan oleh pendidik yaitu penilaian sikap dan pengetahuan,
126
ataupun penilaian sikap dan keterampilan. Yang sangat
mengkhawatirkan bilamana penilaian hanya sekadar dijadikan
sebagai alat ukur belaka, padahal sesungguhnya penilaian dijadikan
alat untuk mengetahui letak kekurangan peserta didik dalam rangka
melakukan perencanaan perbaikan atau pengayaan. Keluhan
mendasar yang diutarakan guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP
Negeri 12 Makassar terangkum dalam wawancara dengan responden
1 mengatakan bahwa penilaian autentik terlalu banyak menyita waktu
sehingga mereka kesulitan melakukan penilaian bersamaan dengan
proses pembelajaran. Selain dari itu, terlalu banyak format penilaian
yang harus disediakan (wawancara, 28/8/2014).
Kenyataan seperti ini mestinya tidak terjadi karena penilaian
autentik yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 merupakan
penilaian yang seiring dengan jalannya proses pembelajaran. Keluhan
yang sama disampaikan oleh responden 2 yang mengatakan bahwa
mereka kewalahan mengatur waktu dalam melaksanakan penilaian
ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, sehingga rata-rata
penilaian dilaksanakan pada saat selesai satu materi pokok atau satu
tema (Wawancara, 28/8/2014). Pernyataan ini senada yang
disampaikan oleh Wakasek Kurikulum SMP Negeri 12 Makassar,
yang sering menerima keluhan dari guru-guru terkait dengan sistem
penilaian yang agak rumit dan menyita waktu. Keluhan tersebut erat
kaitannya dengan teknis pelaksanaan penilaian, sedangkan mengenai
127
pemahaman terhadap jenis-jenis penilaian dan fungsi penilaian oleh
guru-guru SMP Negeri 12 Makassar, khususnya guru Bahasa
Indonesia kelas VII sudah sangat memahaminya. Keluhan seperti ini
bukan hanya dialami oleh guru-guru SMP Negeri 12 Makassar, tetapi
dalam berbagai pertemuan baik diklat maupun workshof kurikulum
penilaian selalu menjadi bahan perdebatan, bahkan ada diantaranya
meminta agar dipertimbangkan untuk menerapkan penilaian autentik
dalam implementasi Kurikulum 2013. Dalam penerapan penilaian
autentik pendidik harus pandai-pandai menyiasati dan membiasakan
diri melakukan penilaian dalam proses pembelajaran. Pendidik
seharusnya berpegang teguh pada ungkapan sebuah peribahasa “Ala
bisa karena biasa” sehingga tiba saatnya nanti suatu ketika bila tidak
melakukan penilaian terasa ada yang hilang. Prinsipnya bila tidak
melakukan penilaian maka akan menyulitkan bagi pendidik untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah mencapai kompetensi yang
diharapkan atau belum sama sekali, sehingga ujung-ujungnya yang
akan terjadi adalah pemberian nilai berdasarkan rekayasa. Disinilah
dituntut profesionalisme seorang pendidik karena beban dan tanggung
jawab terbesar menyonsong 100 tahun Indonesia merdeka sangat
tergantung pada kualitas sumber daya manusia.
128
2. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pelaksanaan
Pembelajaran
Pembelajaran adalah situasi formal yang secara sengaja
diprogramkan oleh pendidik dalam usahanya mentransformasikan
ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang
hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses
belajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
diprogramkan. Upaya pembelajaran yang berakar pada guru
dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-
langkah teratur , terarah, dan sistematik. yaitu secara utuh dengan
memerhatikan berbagai aspek. Pembelajaran secara umum dirancang
untuk merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk
mencapai tujuan, sedangkan fungsi belajar adalah dapat
memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai
tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai proses
pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 12 Makassar
melalui proses observasi. Terkait dengan keterlaksanaan proses
pembelajaran terdapat tiga bidang pengamatan berikut.
Kegiatan pendahuluan yang terdiri atas tujuh aspek
pengamatan sbb; 1) guru memfasilitasi peserta didik untuk berdoa
sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru mengaitkan materi
pembelajaran dengan pengalaman peserta didik dan pembelajaran
129
sebelumnya, 3) mengajukan pertanyaan menantang untuk
memunculkan rasa ingin tahu peserta didik, 4) menyampaikan
manfaat materi pembelajaran, 5) mendemonstrasikan sesuatu yang
terkait dengan materi pembelajaran, 6) menyampaikan rencana
kegiatan pembelajaraniatan, dan 7) menyampaikan rencana kegiatan.
Kegiatan inti yang terdiri atas 11 (sebelas) aspek sbb; 1)
kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, 2)
kemampuan mengaikan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan perkembangan iptek dan kehidupan nyata, 3) menyajikan
pembahasan materi pembelajaran dengan tepat dan runtut, 4)
menyajikan materi secara sistematis (dari mudah ke sulit, dari konkret
ke abstrak), 5) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai, 6) menumbuhkan partisifasi aktif
peserta didik, 7) merespon partisifasi aktif peserta didik, 8)
memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan, 9) melaksanakan
pembelajaran yang bersifat kontekstual, 10) melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, dan
11) kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia.
Kegiatan penutup yang terdiri atas 5 (lima) aspek
pengamatan sbb; 1) melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan peserta didik, 2) memberikan tes lisan atau tulisan,
3) mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio, 4)
130
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan
berikutnya dan tugas pengayaan, dan 5) memfasilitasi peserta didik
untuk berdoa sebagai ungkapan rasa syukur telah melaksanakan
proses belajar.
Penulis melakukan observasi pada pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VII di SMP Negeri 12 Makassar yang diampu oleh
Napisa S.Pd. (responden 1) dan Marniati,S.S. (responden 2).
Pengamatan dilakukan tiga pertemuan sesuai dengan alokasi waktu/
jumlah pertemuan yang terdapat pada RPP yang digunakan oleh
responden dengan kategori penilaian sebagai berikut:
Tabel 19.4 Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Kategori Penilaian Rentang Skor Sangat Baik 90 < A < 100
Baik 75 < B < 90 Cukup 60 < C < 75 Kurang D < 60
Berikut ini akan dibahas hasil observasi pembelajaran yang
diampu oleh responden 1 dan responden 2 dengan materi pokok teks
hasil observasi (Cinta Lingkungan).
a. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran pada Responden 1
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh respoden 1
dengan materi pokok teks hasil observasi (Cinta Lingkungan) dapat
dilihat pada tabel berikut:
131
Tabel 20.4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 1
Bidang Pengamatan
Jum
lah
Aspe
k
Pelaksanaan Pembelajaran P 1 P 2 P 3
Skor Hasil (%)
Skor Hasil (%)
Skor Hasil (%)
Kegiatan Pendahuluan
7 7 100 7 100 7 100
Kegiatan Inti 11 10 90,90 10 90,90 10 90,90 Kegiatan Penutup 5 3 60,00 4 80,00 4 80,00 Total/Rata-Rata 23 18 78,20 20 86,90 20 86,90
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang proses
pelaksananan pembelaran oleh responden 1 terlihat sebagai berikut:
Gambar 18.4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 1
Berdasarkan tabel 20.4 dan gambar 18.4 menunjukkan
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran oleh responden 1 pada
pertemuan pertama yang meliputi;1) kegiatan pendahuluan mencapai
100 %, 2) kegiatan inti mencapai 90,90 %, dan 3) kegiatan penutup
mencapai 60 %. Rata-rata pelaksanaan pembelajaran mencapai
78,20 % dengan kategori baik (75 < B < 90). Pelaksanaan proses
pembelajaran pada pertemuan kedua dengan materi pokok lanjutan
teks hasil observasi (Cinta Lingkungan) yang meliputi; 1) kegiatan
pendahuluan mencapai 100 %, 2) kegiatan inti mencapai 90,90 %,
0%20%40%60%80%
100%120%
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti Kegiatan Penutup
Rata-Rata
Pertemuan I
Pertemuan 2
Pertemuan 3
132
dan 3) kegiatan penutup mencapai 80 %. Rata-rata pelaksanaan
pembelajaran mencapai 86,90 % dengan kategori baik (75 < B < 90).
Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan
materi pokok lanjutan teks Hasil observasi (Cinta Lingkungan) yang
meliputi; 1) kegiatan pendahuluan mencapai 100 %, 2) kegiatan inti
mencapai 90,90%, dan 3) kegiatan penutup mencapai 80%. Rata-rata
pelaksanaan pembelajaran mencapai 86,90 % dengan kategori baik
(75 < B < 90). Rata-rata pelaksanaan pembelajaran dari tiga kali
pertemuan mencapai 84 % dengan kategori baik.
b. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Responden 2
Pelaksanaan pembelajaran oleh respoden 2 dengan materi
pokok Teks Hasil Observasi (Pelestarian Biota Laut) dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 21.4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Responden 2
Bidang Pengamatan Ju
mla
h As
pek
Pelaksanaan Pembelajaran P 1 P 2 P 3
Skor Hasil (%)
Skor Hasil (%)
Skor Hasil (%)
Kegiatan
Pendahuluan 7 6 85,70 6 85,70 6 85,70
Kegiatan Inti 11 9 81,80 10 90,90 10 90,90
Kegiatan Penutup 5 3 60,00 3 60,00 4 80,00
Total/Rata-Rata 23 18 78,20 19 82,60 20 86,90
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang proses
pelaksananan pembelaran oleh responden 2 terlihat sebagai berikut:
133
Gambar 19.4 Hasil Obeservasi Proses Pembelajaran Responden 2
Berdasarkan tabel 21.4 dan 19.4 menunjukkan bahwa
pelaksanaan proses pembelajaran oleh responden 2 pada pertemuan
pertama yang meliputi;1) kegiatan pendahuluan mencapai 85,70 %, 2)
kegiatan inti mencapai 81,80 %, dan 3) kegiatan penutup mencapai 60
%. Rata-rata pelaksanaan pembelajaran mencapai 78,20 % dengan
kategori baik (75 < B < 90). Pelaksanaan proses pembelajaran pada
pertemuan kedua dengan materi pokok lanjutan Teks Hasil Observasi
(Pelestarian Biota Laut) yang meliputi; 1) kegiatan pendahuluan
mencapai 85,70 %, 2) kegiatan inti mencapai 90,90 %, dan 3)
kegiatan penutup mencapai 60 %. Rata-rata pelaksanaan
pembelajaran mencapai 82,60 % dengan kategori baik (75 < B < 90).
Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan
materi pokok lanjutan Teks Hasil Observasi (Pelestarian Biota Laut)
yang meliputi; 1) kegiatan pendahuluan mencapai 85,70 %, 2)
kegiatan inti mencapai 90,90 %, dan 3) kegiatan penutup mencapai
80%. Rata-rata pelaksanaan pembelajaran mencapai 86,90 %
dengan kategori baik (75 < B < 90). Rata-rata pelaksanaan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti Kegiatan Penutup
Rata-Rata
Pertemuan I
Pertemuan 2
Pertemuan 3
134
pembelajaran dari tiga kali pertemuan mencapai 82,60% dengan
kategori baik.
c. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi dari kedua responden dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 22.4 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
Responden Kegiatan Pembelajaran Rata- Rata Kegiatan
Pendahuluan Kegiatan
Inti Kegiatan Penutup
R 1 100% 90,9% 73,9% 84%
R 2 85,7% 87,9% 66,7% 82,6%
Apabila diilustrasikan dalam diagram batang, implementasi
kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru Bahasa
Indonesia kelas VII tampak seperti berikut:
Gambar 20.4 Diagram Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 22.4 dan gambar 20.4 menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh responden 1 yang meliputi;
kegiatan pendahuluan yang terdiri atas 7 aspek pembelajaran
K.Pendahuluan K. Inti K. Penutup Rata-rata
Responden 1 100% 90,90% 73,90% 84%
Responden 2 85,70% 87,90% 66,70% 82,60%
0%20%40%60%80%
100%120%
135
terlaksana 100% dengan kategori penilaian baik sekali, kegitan inti
yang terdiri atas 11 aspek terlaksana 90,90 % dengan kategori
penilaian baik sekali, dan kegiatan penutup yang terdiri atas 5 aspek
terlaksana 73,90% dengan kategori penilaian cukup. Rata-rata
pelaksanaan secara keseluruhan yang terdiri atas 23 aspek
terlaksana 84 % dengan kategori penilaian baik (75 < B < 90).
Responden 2 dalam pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan
pendahuluan mencapai 85,70 % dengan kategori penilaian baik,
kegiatan inti mencapai 87,90 % dengan kategori penilaian baik, dan
kegiatan penutup mencapai 66,70 % dengan kategori penilaian cukup.
Rata-rata pelaksanaan pembelajaran oleh responden 2 mencapai
82,60 % dengan kategori penilaian baik (75 < B < 90). Ini berarti
bahwa implementasi kurikulum 2013 pada pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia kelas VII
SMP Negeri 12 Makassar dalam kategori baik dengan kata lain belum
optimal.
d. Respons Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Selain mengamati proses pembelajaran, peneliti juga
membagikan angket kepada siswa setelah guru meninggalkan ruang
kelas dengan pertanyaan “Bagaimana perasaanmu terhadap proses
pembelajaran?” Respons peserta didik terhadap proses pembelajaran
dapat dilihat pada tabel berikut:
136
Tabel 23.4 Respons Siswa terhadap Proses Pembelajaran
Bagaimana perasaanmu terhadap proses pembelajaran
F Senang F Tidak Senang
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
30 94% 2 6%
2. Keterlibatan anda dalam kegiatan mengamati sesuatu sesuai materi pembelajaran
29 91% 3 9%
3. Keterlibatan anda dalam bertanya sesuai materi pembelajaran
30 94% 2 6%
4. Keterlibatan anda dalam kegiatan percobaan (mencoba)
32 100% 0 0%
5. Keterlibatan anda dalam mengemukakan pendapat sesuai fakta yang anda temukan/alami
32 100% 0 0%
6. Keterlibatan anda untuk mempresentasikan hasil kerja sendiri / kelompok di depan teman-teman sekelas.
31 97% 1 3%
Rata-Rata 96% 4% Berdasarkan tabel 22.4 dari enam aspek yang direspon,
yakni:1) Aspek model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, 94%
peserta didik menyatakan senang, 6 % menyatakan tidak senang 2)
Aspek keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengamati sesuai
dengan materi pembelajaran,91 % menyatakan senang dan 9 %
menyatakan tidak senang. 3) Aspek keterlibatan peserta didik
terhadap kegiatan bertanya, 94 % menyatakan senang dan 6 %
menyatakan tidak senang. 4) Aspek keterlibatan peserta didik
terhadap kegiatan percobaan (mencoba), 100 % menyatakan senang.
5) Aspek keterlibatan peserta didik dalam mengemukakan pendapat
sesuai fakta yang ditemukan/dialami sendiri, 100 % menyatakan
senang dan 6) Aspek keterlibatan peserta didik dalam
mempresentasikan hasil kerja sendiri/ kelompok di depan kelas, 97 %
137
menyatakan senang dan 3 % menyatakan tidak senang. Respons
siswa terhadap pendekatan ilmiah (scientific) dengan model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru, rata-rata 96% menyatakan
senang dan 4 % menyatakan tidak senang. Ini berarti bahwa respons
peserta didik terhadap pembelajaran yang diterapkan oleh guru
dengan pendekatan ilmiah (scientific) termasuk tinggi.
3. Kendala-Kendala yang Dialami dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 12 Makassar
Meskipun guru-guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP
Negeri 12 Makassar telah mengikuti berbagai pelatihan dan workshof
yang diadakan oleh LPMP Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas
Pendidikan Kota Makassar, dan pihak manajemen sekolah, tetapi
para guru pun tetap mengalami banyak hambatan terkait penerapan
Kurikulum 2013. Hal ini terekam dalam pengamatan peneliti dan
wawancara dengan guru-guru dan stakeholder di SMP Negeri 12
Makassar. Kendala-kendala yang dimaksud terdiri atas beberapa
aspek sebagai berikut:
a. Pembiayaan
Untuk kelancaran implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 12
Makassar membutuhkan sumber pembiayaan untuk menopang
infrastruktur terkait implementasi Kurikulum 2013. Sumber
pembiayaan yang ada hanya Dana BOS dari pemerintah pusat dan
Dana Gratis dari pemerintah provinsi yang penggunaannya telah
diatur dalam juknis. Sementara itu dana bantuan yang diharapkan
138
dari partisifasi masyarakat tidak mungkin lagi dilakukan dengan
kebijakan pendidikan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah. Hal
ini mengakibatkan sulitnya melakukan pembiayaan dalam
pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana pendukung dalam
penerapan Kurikulum 2013.
b. Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang ada di dalam ruangan kelas di SMP Negeri
12 Makassar tidak merata sehingga guru kesulitan dalam
melaksanakan perlakuan yang sama dalam proses pembelajaran
dengan kelas lain terutama dalam pemanfaatan teknologi informasi
sebagai alat dan media pembelajaran. Misalnya LCD Proyektor
yang terdapat di kelas 1.9 tidak terdapat di kelas 1.8. demikian juga
yang terdapat di kelas lain sebagian sudah rusak. Selain dari itu,
buku siswa yang ada masih buku lama yang digunakan setahun
sebelumnya. Padahal buku siswa ini telah mengalami proses edit
mengingat banyaknya ketidaksesuaian dengan silabus. Sekalipun
tahun ajaran baru telah berjalan lebih satu bulan distribusi buku
siswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI belum juga
sampai di sekolah.
c. Tenaga Pendidik
Umumnya guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 12
Makassar telah mengerti dan memahami tentang konsep
penerapan Kurikulum 2013. Tenaga pendidik di sekolah ini telah
139
mengikuti berbagai pelatihan dan workshof Kurikulum 2013, baik
yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan maupun yang
diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Makassar. Kalaupun masih
terdapat banyak kekurangan rata-rata pendidik
mempermasalahkan sulitnya mengatur waktu dan terlalu
banyaknya beban mengajar yang dipikul oleh guru, misalnya
responden 1 mengajar 30 jam perminggu dan responden 2
mengajar 36 jam perminggu. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang penulis lakukan menunjukan bahwa guru bahasa
Indonesia kelas VII SMP Negeri 12 Makassar masih terkendala
dalam perumusan indikator pembelajaran dan pengalokasian
waktu pada langkah-langkah pembelajaran pada penyusunan RPP.
Dalam proses pembelajaran guru belum membiasakan diri
menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, demikian juga dalam pelaksanaan penilaian autentik guru
masih terkendala pada teknis pelaksanaannya. Terbukti dalam
observasi yang dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa
kelemahan yang ditemukan dalam RPP yang disusun oleh guru
sbb; (1) aspek penggunaan kata kerja operasional dalam
perumusan indikator pembelajaran (2) alokasi waktu dalam
langkah-langkah pembelajaran tidak dicantumkan, dan (3) kunci
jawaban dalam sistem penilaian tidak ditampilkan dengan jelas.
Demikian juga dalam proses pembelajaran beberapa kelemahan
140
yang ditemukan pada beberapa aspek diantaranya; (1) guru tidak
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai baik kompetensi inti
maupun kompetensi dasar, (2) materi pelajaran tidak dikaikan
dengan pengetahuan lain yang relevan perkembangan IPTEK
dengan kehidupan nyata, (3) tidak konsisten dengan alokasi waktu
yang tersedia, (4) hasil kerja siswa tidak dinilai secara langsung,
dan (5) tidak melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan untuk pertemuan berikutnya.
Terkait dengan berbagai kendala yang terdapat dalam
implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 12 Makassar
Wakasek Kurikulum menjelaskan beberapa langkah yang diambil
oleh manajemen sekolah sebagai berikut:
1. Mengadakan MGMP Lokal
2. Mengikutkan guru dalam kegiatan MGMP tingkat kota.
3. Menghadirkan pengawas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
untuk membimbing guru.
4. Mengadakan pelatihan dan workshof khusus untuk guru-guru
SMP Negeri 12 Makassar. (wawancara dengan Wakasek
Kurikulum, 8 September 2014)
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data terhadap implementasi
Kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP
141
Negeri 12 Makassar maka hasil penelitian dibahas secara berurut,
sebagai berikut.
1. Implementasi Kurikulum 2013 pada Perangkat Pembelajaran
Implelentasi Kurikulum 2013 pada perangkat pembelajaran
meliputi; penyusunan RPP, penggunaan media pembelajaran, dan
penyusunan LKPD dan penilaian.
a. Implementasi dalam penyusunan RPP
Penyusunan perangkat pembelajaran berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada lampiran IV
Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 yang berpegang pada prinsip-
prinsip penyusunan RPP sebagai berikut:
1. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional.
2. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan.
3. Mendorong partisipasi aktif peserta didik. 4. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. 5. Mengembangkan budaya membaca. 6. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam dalam bacaan , dan berekspresi dalam bentuk tulisan.
7. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. 8. RPP memuat rancangan pemberian umpan balik positif,
penguatan, pengayaan, dan remedi. 9. Keterkaitan dan keterpaduan. 10. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan
antara KI dan KD, materi pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar.
11. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. 12. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Kemdikbud, 2013:8).
142
Mengacu pada hal tersebut sesuai sistematika penyusunan
RPP yang terdapat pada lampiran IV Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013 dan sesuai Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum SMP/Madrasah Tsanawiah ditemukan dalam
penyusunan RPP oleh guru bahasa Indonesia SMP Negeri 12
Makassar sbb; Indikator perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan
materi pembelajaran, pemilihan sumber belajar, pemilihan media
pembelajaran, pemilihan model pembelajaran, dan indikator sistem
penilaian dalam kategori penilaian sangat baik. Sedangkan indikator
langkah-langkah pembelajaran dalam kategori penilaian baik.
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa guru Bahasa Indonesia
kelas VII SMP Negeri 12 Makassar telah mampu menyusun RPP
dengan sangat baik terbukti hasil pengamatan dari 8 (delapan)
indikator penyusunan RPP yang terdiri atas 26 aspek pengamatan
dengan melibatkan 3 (tiga) observer diperoleh hasil untuk responden
1 memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan kategori sangat baik.
Responden 2 memperoleh nilai rata-rata 3,7 dengan kategori
penilaian sangat baik. Berdasarkan hasil penilaian observer masih
terdapat kekurangan terutama pada pengalokasian waktu pada
langkah-langkah pembelajaran dan kunci jawaban soal tidak
dicantumkan dalam RPP. Sekalipun masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan RPP oleh guru bahasa Indonesia SMP Negeri 12
Makassar dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP telah berjalan
143
optimal. Untuk lebih mengoptimalkan penyusunan RPP, guru
hendaknya mencermati payung hukum dan pedoman penyusunan
RPP yang telah disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
b. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya terutama sebagai
faktor pendukung berhasil tidaknya implementasi Kurikulum 2013.
Pemahaman pendidik tentang manfaat sebuah media pembelajaran
sangat penting untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagaimana
pandangan ahli pendidikan tentang manfaat media pembelajaran
berikut ini.
Manfaat media pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu; 1) penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. 3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) efisiensi dalam waktu dan tenaga, 4) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, 5) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, 6) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, dan 7) merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif (Arsyad, 2007: 17)
Kesadaran tentang manfaat media pembelajaran oleh guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 12 Makassar telah ada, terbukti hasil
temuan menunjukkan bahwa guru bahasa Indonesia kelas VII SMP
Negeri 12 Makassar menggunakan alat teknologi komunikasi sebagai
144
media pembelajaran yakni media microsof power pont. Terkait dengan
pemanfaatan media microsof power pont oleh guru mendapat respon
positif dari siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan oleh
guru sbb; 91% menyatakan bahwa media pembelajaran yang
digunakan guru sangat menarik, 100% siswa menyatakan bahwa
media power point membantu mempermudah pemahaman terhadap
materi pelajaran, dan 91% menyatakan media power point memicu
keaktifan peserta didik terhadap proses pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa respons peserta didik terhadap pemanfaatan
media pawer point sangat tinggi.
c. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Penyusunan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah lembaran-
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar ini digunakan untuk mengarahkan proses belajar siswa, di
mana pembelajaran berorientasi kepada peserta didik. Dengan
adanya LKPD, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan,
sehingga memberikan kesempatan lebih luas dalam proses
rekonstruksi pengetahuan dalam diri peserta didik. Trianto (2007:73)
menguraikan bahwa lembar kerja kegiatan siswa adalah panduan
siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah’ Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan
untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
latihan pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
145
panduan eksperimen ataupun demonstrasi. Hal ini sejalan dengan
model pembelajaran yang direkomendasikan oleh Kurikulum 2013,
yaitu model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning),
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Temuan
dalam penilitian ini berdasarkan hasil observasi pada tiga kali
pertemuan dalam proses pembelajaran dengan kedua responden
terbukti bahwa guru tidak menggunakan perangkat pembelajaran
berupa LKPD/ LKS dengan alasan bahwa buku siswa yang diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kedudayaan RI sudah memuat
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
d. Implementasi Kurikulum 2013 pada Sistem Penilaian
Sistem penilaian Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud
nomor 66 Tahun 2013, penilaian autentik (authentic assesment)
mendapat penekanan serius untuk diterapkan. Penilaian autentik
adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa
yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai
instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi
yang ada pada kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD)
(Kunandar, 2013: 36). Ciri-ciri penilaian autentik adalah (1) harus
mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja atau hasil produk,
(2) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung, (3) menggunakan berbagai cara dan sumber, (4) tes
146
hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, (5) tugas-tugas
diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian
kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, (6) penilaian harus
menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik,
bukan keluasannya.
Penilaian autentik idealnya dilaksanakan sesuai ciri-ciri tersebut
di atas, namun kenyataannya berdasarkan hasil observasi, ditemukan
bahwa guru bahasa Indonesia SMP Negeri 12 Makassar belum
melaksanakan penilaian autentik. Pendidik masih kesulitan mengatur
waktu antara proses pembelajaran dengan penilaian. Faktanya
adalah guru menyediakan format penilaian berupa penilaian sikap,
penilaian pengetahuan, dan keterampilan tetapi belum difungsikan
secara optimal.
Sistem penilaian pada Kurikulum 2013 berdasarkan
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 meliputi penilaian sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Jenis penilaian
yang harus dilaksanakan oleh guru disesuaikan dengan kompetensi
dasar, sehingga tidak perlu melaksanakan semua jenis penilaian
secara serentak. Apalagi proses pembelajaran pada satu materi
pokok atau tema dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan,
sehingga semua jenis penilaian dapat terpenuhi.
147
2. Implementasi Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran bahasa Indonesia
Pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga bagian yaitu; bagian
pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup. Setiap tahapan dalam
proses pembelajaran disesuaikan model pembelajaran yang telah
dipilih oleh pendidik. Model pembelajaran yang digunakan disesuaikan
dengan karakteristik materi pokok dan kompetensi dasar yang akan
dicapai dalam pembelajaran. Schunk (2014:5) menyebutkan ada tiga
kriteria yang mencerminkan pembelajaran, yaitu:(1) pembelajaran
melibatkan perubahan dalam perilaku, (2) perubahan dalam perilaku
bertahan lama, dan (3) pembelajaran terjadi melalui pengalaman
misalnya praktik dan mengamati orang lain. Pandangan Schunk
sejalan dengan harapan Kurikulum 2013 utamanya pembentukan
karakter peserta didik melalui KI 1 dan KI 2.
Proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri
12 Makassar menunjukkan hasil bahwa telah berjalan dengan baik.
Terbukti dari hasil pengamatan peneliti sebanyak 6 (enam) kali
pertemuan yaitu masing-masing tiga kali pertemuan pada responden
1 dan 2. Pengamatan dilakukan pada tiga bidang pengamatan dengan
23 aspek pengamatan, dari 3 (tiga) kali pertemuan pada responden 1
menunjukkan bahwa rata-rata pelaksanaan pembelajaran mencapai
84 % dengan kategori penilaian baik (75 < B < 90), sedang pada
responden 2 menunjukkan rata-rata pelaksanaan pembelajaran
148
mencapai 82,6 % dari 23 aspek pengamatan dengan kategori
penilaian baik (75 < B < 90).
3. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi Kurikulum 2013
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa masih
terdapat beberapa kendala dalam pengimplentasian kurikulum 2013
khususnya pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMP
Negeri 12 Makassar diantaranya adalah pihak manajemen sekolah
masih kewalahan dari faktor pembiayaan untuk pengadaan dan
perawatan sarana dan sarana pendukung pembelajaran, sedang
faktor sumber daya manusia khususnya peserta didik masih
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
kurikulum terutama membangun kemandirian siswa dalam
pembelajaran. Pendidik sebagai salah satu penentu keberhasilan
implementasi kurikulum 2013 khususnya pada pembelajaran bahasa
Indonesia kelas VII di SMP Negeri 12 Makassar masih terdapat
beberapa kendala yang dihadapi yaitu pada penyusunan RPP masih
kesulitan dalam perumusan indikator pembelajaran dan
pengalokasian waktu pada langkah-langkah pembelajaran. Sedang
pada proses pembelajaran guru masih terkendala dalam
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai baik kompetensi inti
maupun kompetensi dasar, materi pelajaran tidak dikaikan dengan
pengetahuan lain yang relevan perkembangan IPTEK dengan
kehidupan nyata, tidak konsisten dengan alokasi waktu yang tersedia,
149
hasil kerja siswa tidak dinilai secara langsung, dan tidak
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan untuk
pertemuan berikutnya. Kendala lain yang dihadapi oleh guru adalah
lambatnya distribusi bahan ajar dari Kemendikbud dan tidak
meratanya sarana prasarana yang tersedia di kelas.
Dari keseluruhan aspek pendeskripsian dalam implementasi
Kurikulum 2013 pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP
Negeri 12 Makassar sebagai berikut: 1) Penyusunan perangkat
pembelajaran yang meliputi; (a) penyusunan RPP oleh guru bahasa
Indonesia SMP Negeri 12 Makassar dilaksanakan secara optimal, (b)
guru telah mampu menggunakan media informasi dan komunikasi
berbasis teknologi sekalipun belum optimal pelaksanaannya, (d) guru
tidak menggunakan LKPD dengan alasan telah ada tugas-tugas
dalam buku siswa, dan (d) guru belum optimal dalam melakukan
penilaian authentik. Implementasi dalam pelaksanaan pembelajaran
oleh kedua responden telah menerapkan meotde dan model
pembelajaran berbasis ilmiah, namun masih terdapat banyak
kekurangan. Faktor-faktor yang menghambat dalam implementasi
Kurikulum 2013 di SMP Negeri 12 Makassar meliputi; keterbatasan
sumber pembiayaan, keterbatasan infrastruktur pendukung, mindset
guru belum berubah 100%, dan keterlambatan droffing buku siswa
dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan.
150
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data-data yang telah dianalisis pada bab
sebelumnya mengenai implementasi Kurikulum 2013 pada
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 12
Makassar , maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pertama,
Implementasi Kurikulum 2013 pada penyusunan RPP oleh guru
Bahasa Indonesia telah berjalan dengan sangat baik, sekalipun
masih terdapat kekurangan yang membutuhkan perbaikan yaitu
perumusan indikator pembelajaran, pengalokasian waktu pada
langkah-langkah pembelajaran, dan pencantuman kunci jawaban
soal penilaian pengetahuan. Guru sudah menguasai IT sebagai
modal dasar memperkaya pengetahuan melalui browsing dan
pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran sehingga
terwujud proses pembelajaran yang efektif, kreatif, dan
menyenangkan. Guru belum membiasakan diri membuat LKPD /
LKS sebagai sarana mengasah kemampuan menulis ilmiah dan
perangkat pembelajaran yang dapat membantu mengarahkan
proses belajar peserta didik dengan serangkaian langkah aktivitas
siswa yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pembentukan
konsep. Guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 12
Makassar belum mampu mengorganisasikan waktu dengan baik
151
dalam proses pembelajaran untuk melakukan penilaian autentik.
Penilaian dilakukan pada saat selesai satu materi pokok atau satu
tema.
Kedua, implementasi Kurikulum 2013 pada proses
pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII berjalan dengan baik
dengan sejumlah kekurangan yang masih membutuhkan perbaikan
diantaranya ; (1) guru belum menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai baik kompetensi inti maupun kompetensi dasar, (2) guru
belum mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
perkembangan IPTEK dengan kehidupan nyata, (3) guru belum
konsisten dengan alokasi waktu yang tersedia, (4) penilaian hasil
kerja siswa belum dinilai secara langsung, dan (5) guru belum
melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan untuk
pertemuan berikutnya.
Ketiga, kendala-kendala dihadapi guru Bahasa Indonesia
kelas VII dan manajemen sekolah SMP Negeri 12 Makassar dalam
pengimplementasian kurikulum 2013 sebagai berikut. 1)
Keterbatasan dalam pembiayaan untuk pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan sarana pendukung pembelajaran. 2)
Keterbatasan fasilitas dikelas yang belum merata seperti LCD
proyektor sehingga menyulitkan bagi guru untuk memberikan
perlakuan yang sama dengan kelas lain. 3) Keterlambatan buku
siswa dari Kemendikbud. 4) Beban mengajar guru bahasa
152
Indonesia terlalu banyak, terbukti responden 1 mengajar 30 jam
pelajaran perminggu dan responden 2 mengajar 36 jam perminggu.
4) Mindset guru terhadap penilaian autentik masih terfokus pada
kesulitannya melaksanakan penilaian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya,
maka disarankan kepada beberapa pihak yang terkait sebagai
berikut.
1. Saran kepada Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kepada guru bahasa Indonesia disarankan beberapa hal
sebagai berikut. Pertama, mengoreksi perangkat pembelajaran
dengan menggunakan insrumen penilaian yang dikeluarkan
oleh Kemendikbud sebagai penjabaran dari Permendikbud
Nomor 81 a Tahun 2013 dan Permendikbud Nomor 58 Tahun
2014..
Kedua, kepada guru bahasa Indonesia disarankan agar
lebih kreatif dalam mendisain media pembelajaran terutama
media microsof power point karena penelitian membuktikan
bahwa pemanfaatan media IT sangat efektif dalam
pembelajaran.
Ketiga, disarankan kepada guru bahasa Indonesia
membiasakan diri membuat Lembar Kegiatan Peserta Didik
153
(LKPD) dengan tujuan untuk lebih mengefektifkan keterlibatan
siwa dalam proses pembelajaran.
Keempat, disarankan kepada guru bahasa Indonesia agar
menghilangkan pikiran-pikiran negatif terhadap penilaian
autentik dengan belajar menyiasati kesempatan menilai aktifitas
belajar dan hasil belajar peserta didik.
Kelima, disarankan kepada guru bahasa Indonesia agar
melakukan microteahcing dengan melibatkan teman guru yang
lain untuk menilai pelaksanaan pembelajaran.
Keenam, disarankan kepada guru bahasa Indonesia
proaktif menambah keterampilan dan pengetahuan tentang
Kurikulum 2013 baik melalui internet maupun dengan membaca
buku-buku rujukan.
2. Saran kepada Kepala Sekolah dan Stakeholder Lainnya
Kepada kepala sekolah dan stakeholder SMP Negeri 12
Makassar disarankan beberapa hal sebagai berikut. Pertama,
kepada kepala SMP Negeri 12 Makassar disarankan agar
melakukan perbaikan dan pengadaan fasilitas pendukung
pembelajaran secara bertahap sesuai alokasi dana yang
tersedia.
Kedua, mendorong, memotivasi, dan memfasilitasi guru
bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mengelola pembelajaran melalui pelatihan dan workshof
154
dengan bekerjasama dengan pihak terkait untuk memperbaiki
kualitas sumber daya setiap guru dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan.
Ketiga, disarankan agar kepala sekolah proaktif melakukan
supervisi akademik dengan melibatkan pengawas sekolah
Dinas Pendidikan Kota Makassar.
Keempat, disarankan kepada pemerintah/dinas terkait agar
faktor pendukung pengimplementasian kurikulum dipenuhi
sebelum penerapan sebuah kebijakan baru tentang pendidikan.
3. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan. Oleh
karena itu, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
Pertama, disarankan kepada peminat, pemerhati pendidikan,
para peneliti, dan ilmuwan agar dapat melakukan penelitian
lanjutan mengenai implementasi Kurikulum 2013 pada
pembelajaran bahasa Indonesia.
Kedua, disarankan kepada pemerhati pendidikan
khususnya peneliti untuk melakukan penelitian yang sama, baik
pada pembelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran
lain.
155
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia
Kurikulum 1994?.Yogyakarta: Depdikbud Chatib, Chatib. 2013. Gurunya Manusia. Bandung :Mizan Media Utama Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan
Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI Depdikbud. 1995a. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta:
Proyek Pembinaan Sekolah Dasar Depdikbud. 1995b. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta :
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menegah Depdiknas Ghazali, H.A. Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa,
dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Etika Aditama
Gulo,W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustaka Jakarta. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik berdasarkan Kurikulum 2013.
Jakarta: Raja Grafindo Persada Kementerian pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikbud.
Kemdikbud.2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum
2013, Analisis Materi Ajar Jenjang SD, SMP, dan SMA, Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber
156
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikbud.
Kemdikbud.2013. Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kemendikbud.
Kemdikbud.2013. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Menengah, Direktorat PSMA
Kemdikbud, 2013.Permendikbud No 54 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Kemdikbud, 2013.Permendikbud No 65 tentang Standar Proses Kemdikbud, 2013.Permendikbud No 66 tentang Standar Penilaian Kemdikbud, 2013.Permendikbud No 81 a tentang Implementasi Kurikulum
2013 Kemdikbud, 2013. Permendikbud No. 58 tentang Kurikulum 2013 Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosyda Karya. Nasution, S. 2014. Asas-asas Kurikulum.Jakarta : Bumi Aksara Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Purwandari, Elce. 2013. Pendapat Guru terhadap Penerapan Kurikulum
2013. www.slideshare.net › elcepurwandarie (diunduh 6 April 2014).
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru dalam Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Rosyada, Dede. 2012. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta:
Prenadamedia Group
157
Ruhana, Faria dan Yesi Yuliana. 2010. Implementasi Kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. 10: 141-153
Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada Sadiman, Arief. S. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada Sagala, Syaiful. 2009.Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang:
IKIP Malang Sanjaya Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Prenada Media Group Schunk, Dale H. Learning Theories An Educational Persfective.
Terjemahan oleh Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar.2012. Pustaka Pelajar
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdikbud Sudjana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo Sugiono, S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing.
Makalah Konferensi Bahasa Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2 Nopember 1993
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D . Bandung: Alfabet Suharyanto. 1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta:
Depdikbud Suprijono, Agus. 2009. Teori dan Aplikasi. http://history22 education.
wordpress.com – Blog History Education (diunduh 4 April 2013) Suyitno, Amin, 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran.Semarang:
UNNES Press
158
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka
----------. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan
Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
----------, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group Wandi. 2007. Pengertian Belajar Menurut Ahli. http://www.whandi.
net/2007/05/16/ pengertian – belajar – menurut - ahli. Diakses 4 Oktober 2014
Wibowo, Suhandi. 2013. Persepsi Guru SMA Negeri 1 Sekampung
terhadap Rencana Pelaksanaan Kurikulum 2013.http://jurnal. fkip.unila. ac.id/index.php/JKD/article/view/2373
Winarno, Tri. 2010. Realisasi Makna Tekstual pada Artikel Jurnal Ilmiah
dalam Bahasa Indonesia. http://sastra.um.ac.id/wp-content /upload/ 2010/01/048-Tri-Wiratno-UNS-Ralisasi-Makna-Tekstual -.-... pdf (diunduh 19 April 2014)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
159
Lampiran 1 Rencana Program Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Negeri 12 Makassar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Materi Pokok : Teks Hasil Observasi (Cinta Lingkungan) Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit (3 x Pertemuan)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam jangkauan 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator 1.2 Menghargai dan mensyukuriperbedaan
bahasa Indonesia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulisan
2.1 Memiliki perilaku jujur,tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi
1) Menghargai dan mensyukuri perbedaan bahasa Indonesia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulisan 2) Memiliki perilaku jujur,tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi 3) Memhami teks hasil observasi
4) Memahami struktur teks hasil observasi
5) Memahami kata, istilah dalam teks hasil observasi
6) Memahami ciri bahasa teks hasil observasi
3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi dan cerita pendek melalui lisan maupun tulisan
4.1Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisis, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan
160
C. Tujuan Pemelajaran : 1. Siswa menggunakan Bahasa Indonesia untuk memahami informasi
secara lisan dan tulis sebagai bentuk dari rasa menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
2. Siswa menunjukkan perilaku jujur dalam menanggapi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi
3. Siswa menunjukkan perilaku tanggung jawab dalam menanggapi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi
4. Siswa menunjukkan perilaku santun dalam menanggapi hal-hal atau kajadian baerdasarkan hasil observasi
5. Siswa memahami teks hasil observasi 6. Siswa memahami struktur teks hasil observasi 7. Siswa memahami kata dalam teks hasil observasi 8. Siswa memahami istilah dalam teks hasil observasi 9. Siswa memahami cirri bahasa teks hasil observasi
D. Materi Pembelajaran
Teks hasil observasi
Struktur teks hasil observasi
Pemahaman kata, istilah dalam teks hasil observasi
Pemahaman ciri bahasa teks hasil observasi
E. Metode Pembelajaran Metode discovery learning, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan presentasi.
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
a. Media 1. Teks laporan hasil observasi
2. Gambar lingkungan
161
b. Sumber Belajar
1. Buku Siswa 2. LKS
G. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru
berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan 4. Untuk mengenali dan memahami teks hasil observasi, siswa
diberikan contoh teks hasil observasi yang berjudul “Cinta Lingkungan” ( buku siswa hal. 5-6)
b. Kegiatan Inti 1. Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap
percaya diri dan tanggung jawab, siswa menjawab pertanyaan tentang Cinta Lingkungan Hidup
2. Untuk memahami teks hasil observasi, siswa membaca contoh teks hasil observasi yang berjudul “Cinta Lingkungan”
3. Siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks hasil observasi yang berjudul “Cinta Lingkungan”
4. Siswa mengidentifikasi struktur teks hasil observasi b. Kegiatan Penutup
1. Dengan sikap peduli,responsif dan santun siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami struktur teks hasil observasi
162
3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami struktur teks hasil observasi.
4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
2. Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru
berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
2. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti 1. Untuk mengetahui Kedalaman pengetahuan dan
kemampuan siswa tentang teks hasil observasi dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contoh atau model teks hasil observasi.
2. Siswa bertanya jawab mengenai teks hasilobservasi 3. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 3-
5 orang 4. Siswa membaca teks hasil observasi yang berjudul “Cinta
lingkungan” 5. Siswa mengamati gambar lingkungan yang dibagikan oleh
guru 6. Siswa secara berkelompok mengidentifikasi dan melabeli
bagian-bagian pada gambar lingkungan 7. Salah satu dari perwakilan kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya 8. Kelompok lain menaggapinya
c. Kegiatan Penutup 1. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 2. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat mengidentifikasi atau melabeli gambar tersebut
3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam
163
mengidentifikasi atau melabeli bagian-bagian pada gambar lingkungan
4. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa menyimak informasi mengenai rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
3. Pertemuan Ketiga a. Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya
2. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti 1. Siswa bekerja secara berkelompok mendiskusikan kata-kata
sulit dan istilah dalam teks hasil observasi yang dibaca 2. Siswa bekerja secara berkelompok mendiskusikan ciri
bahasa teks hasil observasi yang dibaca 3. Salah satu dari perwakilan kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya 4. Kelompok lain menanggapinya
c. Kegiatan Penutup 1. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran 2. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat mengidentifikasi ciri bahasa teks hasil observasi
3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan untuk memahami ciri bahasa teks hasil observasi
4. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa menyimak informasi mengenai rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
H. Penilaian
1. Teknik dan Bentuk Instrumen Teknik Bentuk
Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik Tes Tertulis Tes Uraian dan Pilihan Tes Unjuk Kerja Tes Uji Petik Kerja dan Rubrik
2. Contoh Instrumen Penilaian
a. Pengamatan Sikap
164
Lembar Pengamatan Sikap
No. Nama Siswa
Religius Jujur Tanggung jawab Santun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. 2. 3.
…. Rubrik penilaian sikap
Rubrik Skor
sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan
1
menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
2
menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
3
menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
4
b. Tes Tertulis
Tes Uraian 1. Berdasarkan teks hasil observasi, identifikasikanlah dan jelaskan
struktur teks hasil observasi dengan data yang mendukung (kalimat atau bagian paragraf)
2. Berdasarkan teks hasil observasi, identifikasi dan jelaskan cirri-ciri bahasa teks hasil observasi dengan data yangmendukungg (kalimat atau bagian paragraf)!
Kunci
Catatan: kalimat disesuaikan dengan teks
1) Disesuaikan dengan hasil kerja siswa
Struktur Teks Kalimat Definisi umum
Deskripsi bagian
Deskripsi manfaat
165
Pedoman Penskoran
No. Aspek dan Kriteria Skor
1. Kelengkapan a. Struktur teks hasil observasi lengkap b. Struktur teks hasil observasi kurang lengkap c. Struktur teks hasil observasi tidak lengkap
3 2 1
2. Kesesuaian a. Data (kalimat) mendukung atau sesuai dengan
struktur teks hasil observasi b. Data (kalimat) kurang mendukung atau kurang
sesuai dengan struktur teks hasil observasi c. Data (kalimat) kurang mendukung atau kurang
sesuai dengan struktur teks hasil observasi yang dimaksud
3 2 1
1) Tes unjuk kerja
2) Tes uji petik kerja 1) Berdasarkan teks laporan hasil observasi, tentukan makna kata satau
istilah yang digarisbawahi pada teks laporan hasil observasi tersebut!
2) Berdasarkan teks laporan hasil observasi, tentukan makna isi teks laporan hasil observasi!
Mengetahui: Makassar, Juli 2014
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Drs. H. Hamzah, M. Pd Napisa, S. Pd. NIP 19591231 198503 1 168 NIP 19681231 199003 2 074
166
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Negeri 12 Makassar Mata : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/Ganjil Materi Pokok : Teks Laporan Hasil observasi (Pelestarian Biota Laut) Alokasi Waktu : 6 X 40 Menit (3 x Pertemuan) A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial danalam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
A. KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulisan
2. Memiliki perilaku jujur, dantanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadihal-hal atau kejadian berdasasrkan hasil observasi
3. Mengklasifikasi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi.
4. Menelaah dan merevisi teks hasil eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
B. INDIKATOR 1. Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulisan
2. Memiliki perilaku jujur, dantanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadihal-hal atau kejadian berdasasrkan hasil observasi
167
3. Mengklasifikasi teks hasil observasi berdasarkan struktur isi 4. Mengklasifikasi teks hasil observasi berdasarkan ciri bahasa 5. Menelaah teks hasil observasi 6. Merivisi isi teks hasil observasi 7. Merevisi bahasa teks hasil observasi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat mengklasifikasi teks hasil observasi berdasarkan struktur isi 2. Dapat mengklasifikasi teks hasil observasi berdasarkan ciri bahasanya 3. Dapat menelaah teks hasil observasi 4. Dapat merevisi isi teks hasil observasi 5. Dapat merevisi bahas teks hasil observasi
E. Materi Pembelajaran
1. Klasifikasi teks hasil observasi: Teks laporan Teks berita
2. Telaah dan revisi teks (struktur dan kaidah kebahasaan)
F. Metode Pembelajaran Metode : discovery learning, diskusi, tanya jawab, penugasan, dan presentasi. G. Media dan Sumber pembelajaran 1. Media
Contoh teks hasil observasi
2. Sumber Belajar 1. Buku teks peserta didik kelas VII, kemendikbud 2. Contoh teks hasil observasi dari internet
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan /Kegiatan Awal 1. Peserta didik menrespon salam dan pertanyaan dari pendidik
berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan 4. Untuk mengenali dan memahami teks hasil observasi, peserta didik
diberikan contoh teks hasil observasi
168
b. Kegiatan Inti 1. Untuk membangun konteks pembelajaran, dengan sikap percaya diri
dan tanggung jawab, peserta didik mengamati contoh teks hasil observasi.
2. Dengan bantuan pendidik, peserta didik mengungkapkan hal yang berkaitan dengan cara pengklasifikasian teks hasil observasi.
3. Untuk memahami teks hasil observasi, peserta didik membaca contoh teks hasil observasi
4. secara berkelompok, peserta didik mengklasifikasi teks hasil observasi 5. Dengan sikap tanggung jawab, santun,dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar salah satu perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusinya.
6. Kelompok lain menanggapi dengan responsif dan santun.
c. Penutup 1. Dengan sikap peduli,responsif dan santun siswa bersama guru
menyimpulkan pembelajaran 2. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
dialami saat mengklasifikasi teks hasil observasi 3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun siswa mendengarkan
umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam mengklasifikasi teks hasil observasi.
4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
2. Pertemuan Kedua a. Pendahuluan/Kegiatan Awal 1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan dari pendidok
berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti 1. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santunpeserta
didik membaca dan mengamati teks hasil observasi yang berjudul “Biota Laut” (buku siswa hlm. 21)
2. Dengan sikap responsif dan peduli peserta didik menyimak penjelasan pendidik mengenai ciri bahasa teks hasil observasi
3. Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, peserta didik bertanya hal-hal yang berhubungan dengan ciri bahasa teks hasil observasi.
4. Kedalaman pengetahuan dan kemampuan peserta didik mengklasifikasi ciri bahasa teks hasil observasi dipancing oleh
169
pendidik dengan memperlihatkan contoh atau model teks hasil observasi.
5. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif dan santun peserta didik berdiskusi menentukan ciri-ciri bahasa teks hasil observasi.
6. Dengan sikap tanggung jawab, santun,dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar salah satu perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusinya.
7. Kelompok lain menanggapi dengan responsif dan santun.
c. Penutup 1. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun peserta
didik bersama pendidik menyimpulkan pembelajaran 2. Bersama pendidik, peserta didik mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami saat memahami ciri bahasa teks hasil observasi 3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun peserta didik
mendengarkan umpan balik dan penguatan dari pendidik atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami ciri bahasa teks hasil observasi.
4. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun peserta didik menyimak informasi mengenai rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
3. Pertemuan Ketiga
a. Kegiatan Pendahuluan 1. Peserta didik menrespon salam dan pertanyaan dari pendidik
berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya 2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 3. Peserta didik menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti 1. Dengan sikap responsif siswa mengamati teks hasil observasi . 2. Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan merevisi isi dan bahasa teks hasil observasi
3. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santunsiswa membaca dan memerhatikan unsur kebahasaan teks hasil observasi yang berjudul “Biota Laut” (buku siswa hlm. 21)
4. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santunsiswa berdiskusi menjawab pertanyan teks (buku siswa hlm. 21-22).
5. Dengan sikap tanggung jawab, santun,dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar salah satu perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusinya.
6. Kelompok lain menanggapi dengan responsif dan santun.
170
c. Kegiatan Penutup 1. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun peserta
didik bersama pendidik menyimpulkan pembelajaran 2. Bersama pendidik, peserta didik mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang dialami saat memahami menelaah teks hasil ovbservasi
3. Dengan sikap peduli, responsif, dan santun peserta didik mendengarkan umpan balik dan penguatan dari pendidik atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam memahami merevisi isi teks hasil observasi.
4. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun peserta menyimak informasi mengenai rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
I. Penilaian 1. Teknik dan Bentuk Instrumen
2. Contoh Instrumen Penilaian
a. Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap
No. Nama Siswa
Religius Jujur Tanggung jawab Santun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
…. Rubrik penilaian sikap
Rubrik Skor
sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan
1
menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
2
menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
3
menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
4
Teknik Bentuk
Pengamatan Sikap LembarPengamatanSikap dan Rubrik Tes Tertulis Tes Uraian dan Pilihan Tes Unjuk Kerja Tes Uji Petik Kerja dan Rubrik
171
b. Tes Tertulis Tes Uraian 1. Berdasarkan teks yang diberikan, klsifikasikanlah berdasarkan
struktur isi dengan data yang mendukung (kalimat atau bagian paragraf)
2. Berdasarkan teks deskripsi, identifikasi dan jelaskanlah ciri-ciri bahasa teks deskripsi dengan data yang mendukung (kalimat atau bagian paragraf)!
Pedoman Penskoran
No. Aspek dan Kriteria Skor
1. Kelengkapan a. Struktur dan ciri bahas teks lengkap b. Struktur dan ciri bahasa teks kurang lengkap c. Struktur dan ciri bahasa teks lengkap
3 2 1
2. Kesesuaian a. Data (kalimat) mendukung atau sesuai dengan
struktur dan ciri-ciri teks dimaksud b. Data (kalimat) kurang mendukung atau kurang
sesuai dengan struktur dan ciri-ciri teks dimaksud c. Data (kalimat) kurang mendukung atau kurang
sesuai dengan struktur dan ciri-ciri teks dimaksud
3 2 1
c. Tes Unjuk Kerja
Tes uji petik kerja 1) Berdasarkan teks hasil observasi, tentukan klasifikasi teks hasil
observasi tersebut! 2) Berdasarkan teks hasil observasi, tentukan revisi teks hasil observasi
tersebut disertai dengan data yang mendukung!
Rubrik ……………. Mengetahui : Makassar, Juli 2013
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
Drs. H. Hamzah, M.Pd Marniati, S.S. NIP 19591231 198503 1 168 NIP 19761126 200612 2 067
172
LAMPIRAN 2 Instrumen Penilaian RPP Format Penelaahan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kemendikbud, 2013: 271) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : Materi Pokok :
Berikan tanda cek ( ) pada kolom pilihan ya atau tidak, sesuai media pembelajaran yang digunakan
Skor penilaian: 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = sangat baik
Bidang Telaah Uraian/Aspek Penilaian Ket. 1 2 3 4
1.Perumusan Indikator
1.Kesesuain dengan SKL, KI, dan KD 2.Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan kompetensi yang diukur
3.Kesesuain dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Total Skor dan Rata-rata 2.Perumusan Tujuan Pembelajaran
1.Kesesuain proses dengan hasil belajar yang diharapkan dicapai
2.Kesesuaian dengan kompetensi dasar Total Skor dan Rata-rata
3.Pemilihan Materi Pembelajaran
1.Kesesuaian konsep dengan tujuan Pembelajaran
2.Kesesuaian dengan karakteristik peserta Didik
3.Kebenaran konsep 4.Ketepatan urutan penyajian konsep
Total Skor dan Rata-rata 4.Pemilihan Sumber Belajar
1.Kesesuaian KI dan KD 2.Kesesuaian dengan materi pembelajaran dengan pendekatan scientific
3.Kesesuaian dengan karakteristik peserta Didik
Total Skor dan Rata-rata 5.Pemilihan Media Pembelajaran
1.Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 2.Kesesuaian dengan materi pembelajarandengan pendekatan scientific
3.Kesesuaian dengan karakteristik peserta Didik
Total Skor dan Rata-rata 6.Model Pembelajaran
1.Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 2.Kesesuaian dengan pendekatan scientific 3.Dukungan model pembelajaran terhadap pencapaian hasil belajar
Total Skor dan Rata-rata
173
7.Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1.Kejelasan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
- Kegiatan Pendahuluan - Kegiatan inti - Penutup
2.Kejelasan alokasi waktu setiap kegiatan Pembelajaran
3.Kesesuaian dengan pendekatan scientific
4.Kesesuaian penyajian dengan sistematika Materi
Total Skor dan Rata-rata 8.Sistem Penilaian
1. Kesesuain dengan teknik dan bentuk penilaian autentik
2.Kesesuain dengan indikator pencapaian Kompetensi
3.Kesesuain kunci jawaban dengan soal 4.Kesesuaian pedoman penskoran dengan Soal
Total Skor dan Rata-rata Total Skor = ...............
RATA-RATA = .............. Kategori penilaian rata-rata setiap indikator :
a. Sangat Baik = 3,5 < A < 4,0 b. Baik = 2,5< B < 3,5 c. Cukup = 1,5< C < 2,5 d. Kurang = D < 1,5
Mohon observer menuliskan butir-butir saran/komentar di bawah ini....................................................................................................................................................................................................................................................................
Makassar, ................................................. Observer (.............................................)
174
Lampiran 3 Format Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Nama Guru : ................................................................. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Materi Pokok : ..............................................
Bidang Pengamatan Uraian/ Aspek Ya Tdk
Kegiatan Pendahuluan
1. Memfasilitasi peserta didik berdoa sebelum pembelajaran dimulai
2. Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik dan pembelajaran sebelumnya
3. Mengajukan pertanyaan menantang untuk memunculkan rasa ingin tahu peserta didik
4. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran 5. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan
materi pembelajaran
6. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 7. Menyampaikan rencana kegiatan
Total Ya/7 x 100 % Kegiatan Inti 1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran
2. Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan iptek, dan kehidupan nyata
3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat dan runtut
4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkret ke abstrak)
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
6. Menumbuhkan partisifasi aktif peserta didik 7. Merespon partisifasi aktif peserta didik 8. Memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan
9. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
10.Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
11.Sesuai alokasi waktu yang tersedia Total Ya/11 x 100 %
Penutup Pembelajaran
1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik
2. Memberikan tes lisan atau tulisan
Berikan tanda cek ( ) pada kolom pilihan sesuai pelaksanaanpembelajaran
175
Rumus = Skor perolehan ------------------ x 100 Total Skor Kategori penilaian :
a. Sangat baik = 90 < A < 100 b. Baik = 75 < B < 90 c. Cukup = 60 < C < 75 d. Kurang = K < 60
Mohon observer menuliskan butir-butir saran/komentar di bawah ini...................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Makassar, ................................................. Observer (.............................................)
3. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio
4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan
5. Memfasilitasi peserta didik untu berdoa sebagai ungkapan rasa syukur telah melaksanakan pembelajaran
Total Ya/5 x 100 % Total Ya/23 x 100 %
176
Lampiran 4 Angket Respon Peserta Didik Angket Respon Peserta Didik ......................................
Berikan tanda cek ( ) pada kolom pilihan (...........) sesuai perasaan anda No Aspek yang Direspon Respon Siswa 1 Bagaimana perasaanmu terhadap proses pembelajaran
Bahasa Indonesia 1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru 2. Keterlibatan anda dalam kegiatan mengamati sesuatu
sesuai materi pembelajaran 3. Keterlibatan anda dalam bertanya sesuai materi
pembelajaran 4. Keterlibatan anda dalam mencoba mengerjakan sesuatu
sesuai materi pembelajaran 5. Keterlibatan anda dalam mengemukakan pendapat sesuai
fakta yang anda temukan/alami 6. Keterlibatan anda untuk mempresentasikan hasil kerja
sendiri / kelompok di depan teman-teman sekelas.
senang ............ ............ ............ ............ ............ .............
Tdk .......... .......... .......... .......... .......... ..........
2 Penggunaan media dalam proses Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Apakah media pembelajaran yang digunakan menarik
menurut anda? 2. Media membantu anda memudahkan memahami materi
pembelajaran 3. Media pembelajaran memicu anda lebih aktif melibatkan
diri dalam proses pembelajaran
Ya ............ ............ ............
Tidak
..........
..........
..........
177
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
A. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 12 Makassar
1. Kapan Kurikulum 2013 diberlakukan di sekolah ini? 2. Menurut Anda apakah pemberlakuan kurikulum 2013 sudah tepat waktunya
atau terlalu buru-buru? 3. Apakah sudah dibentuk tim pengembang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ? Siapa saja anggotanya? 4. Apakah Komite Sekolah proaktif memberikan dukungan dalam penerapan
kurikulum 2013 di sekolah ini, dalam bentuk apa dukungannya? 5. Apa saja kegiatan Tim Pengembang Kurikulum dalam kaitannya dengan
penyusunan dan pengembangan kurikulum tngkat satuan Pendidikan (sosialisasi, workshop, penyusunan dan pengembangan serta evaluasi)?
6. Adakah kegiatan pendampingan dan pemantauan dari dinas pendidikan kota sejak diberlakukannya kurikulum 2013 di sekolah ini? Berapa kali sejak diberlakukannya kurikulum 2013
7. Menurut Anda, apakah Dewan Pendidikan Kota Makassar memberikan dukungan terhadap pemberlakuan Kurikulum 2013?
8. Apakah dukungan SARPRAS di sekolah ini sudah cukup memadai untuk mendukung penerapan kurikulum 2013?
9. Kendala apa saja yang dialami sejak pemberlakuan kurikulum 2013 di sekolah ini? Bagaimana solusinya?
10. Apa saran Anda terhadap pemangku kebijakan dalam implementasi kurikulum 2013?
B. Wawancara dengan Wakasek Urusan Kurikulum? 1. Berdasarkan penjelasan kepala sekolah, di sekolah ini sudah ada tim
pemgembang kurikulum, sebagai anggota pengembang apa yang sudah Anda lakukan?
2. Bagaimana proses pengembangan kurikulum 2013 dan siapa saja yang terlibat?
3. Pernahkah mengikuti workshop di tempat lain atau studi banding ke sekolah lain yang telah menerapkan kurikukum 2013?
4. Hambatan apa yang ditemui saat Anda menjalankan tugas pengembangan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum 2013?
5. Apa harapan Anda terhadap implementasi kurikulum 2013 di Sekolah ini ?
C. Wawancara dengan Guru 1. Siapakah yang pernah memberikan informasi tentang kurikulum 2013 di
sekolah Anda? 2. Teknik penyampaian informasi yang digunakan ketika sosialisasi dalam
bentuk apa? Dengan media apa?
178
3. Seberapa sering sosialisasi tentang kurikulum 2013 dilakukan di sekolah ini dalam satu tahun terakhir, dan siapa saja pesertanya?
4. Menurut pendapat Anda, apakah materi yang disampaikan dalam sosialisasi/ workshop relevan dengan masalah yang berhubungan dengan kurikulum 2013?
5. Apakah anda cukup memahami materi sosialisasi kurikulum yang disampaikan oleh Narasumber dalam kegiatan sosialisasi dan workshop?
6. Langkah-langkah apa yang anda lakukan untuk menambah pengetahuan anda terkait penerapan kurikulum 2013?
7. Sejak anda menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia apakah tim monitoring/ pendamping membantu Anda dalam menyelesaikan kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013?
8. Menurut anda, seberapa besar dukungan Kepala Sekolah dalam membantu memecahkan permasalahan penerapan kurikulum yang dialami guru dalam penerapan kurikulum 2013?
9. Menurut Anda apakah kepala sekolah proaktif dalam pengembangan implementasi kurikulum 2013 di sekolah ini?
10. Sejak kurikulum 2013 diberlakukan apakah anda pernah dilibatkan menjadi pengembang kurikulum tingkat satuan pendidikan?
11. Sebagai guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia apakah penyusunan RPP anda lakukan sendiri, disusun bersama teman guru yang lain, hasil kerja MGMP, atau hanya mencopy RPP dari sekolah lain?
12. Dalam penyusunan RPP hambatan apa yang Anda alami? Dan solusi apa yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?
13. Apakah Anda membuat sendiri LKS, atau dibuat bersama teman guru yang lain atau LKS hasil kerja MGMP?
14. Setiap Anda mengajar apakah media pembelajaran anda sediakan terlebih dahulu? Jenis media apa yang Anda gunakan?
15. Apakah anda mendapat kesulitan dalam penggunaan media ? Jenis media apa yang sulit Anda gunakan?
16. Apakah Anda sudah menerapkan model pembelajaran yang direkomendasikan dalam kurikmulum 2103?
17. Apakah anda mendapat kesulitan dalam penerapan model pembelajaran tersebut?
18. Apakah setiap anda keluar dari ruang kelas sudah memperoleh nilai hasil belajar peserta didik?
19. Hambatan apa yang Anda dapatkan dalam melakukan penilaian autentik? 20. Menurut Anda kemampuan menerapkan kurikulum 2013 sudah cukup atau
masih membutuhkan pelatihan-pelatihan? 21. Menurut anda apakah SARPRAS yang ada di sekolah ini sudah memadai
untuk mendukung implementasi kurikulum 2013? 22. Apa saran dan harapan Anda terkait dengan implementasi kurikulum 2013?
179
Lampiran 6 Format Perangkat Pembelajaran
A. Format RPP (Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : ............................................
Mata Pelajaran : ............................................
Kelas / Semester : ............................................
Materi Pokok/ Topik : ...........................................
Alokasi Waktu/ Jumlah Pertemuan : ..........................................
A. Kompetensi Inti
.........................................................................................................................................
........................................................................
B. Kompetensi Dasar
1. ..................................... (KD pada KI-1)
2. ..................................... (KD pada KI-2)
3. .................................... (KD pada KI-3)
4. .................................... (KD pada KI-4)
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. ....................................
2. ...................................
3. dst, KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 inclub dalam proses pembelajaran
C. Tujuan Pembelajaran
1. ....................................
2. ....................................
3. dst.
D. Materi Pembelajaran (rincian dari materi pokok)
180
E. Metode Pembelajaran (rincian dari kegiatan pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu
a. Pendahuluan (....menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (...menit)
2. Pertemuan Kedua
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (....menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (...menit)
3. dst....
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran
181
B. Format Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD)
A. Waktu (.....menit/tgl pelaksanaan)
B. Petunjuk umum:
1. ........................................................... 2. ........................................................... 3. dst.
C. Tujuan Pembelajaran 1. ........................................................... 2. ........................................................... 3. dst.
D. Aktivitas / Tugas : 1. Aktivitas / Tugas 1
Masalah/soal : .......................................................................................................................................................................................................................................................................................... Penyelesaian :
1. ....................................................................................................................................................................................................................................................................
2. ...................................................................................................................................................................................................................................................................
3. dst. Simpulan : .................................................................................................................................................................................................................................................................
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK Kompensi Inti : ....................................................................................................
Kompetensi Dasar : .................................................................................................... ................................................................................................... ................................................................................................... ...................................................................................................
Indikator : .................................................................................................. ................................................................................................. ................................................................................................. ................................................................................................. .................................................................................
Nama Siswa : ........................... N I S : ............... KeLas : ...........
182
2. Aktivitas / Tugas 2
3. dst.
E. Penskoran :
................................................................................................................................................
.....................................................................................
F. Nilai
G. Rujukan
Masalah/soal : .......................................................................................................................................................................................................................................................................................... Penyelesaian :
4. ....................................................................................................................................................................................................................................................................
5. ...................................................................................................................................................................................................................................................................
6. dst. Simpulan : .................................................................................................................................................................................................................................................................
183
Lampiran 7 Format Penilaian
1. Format Penilaian Sikap Spritual
Nama Peserta Didik : ....................................
Kelas : ....................................
Tanggal Pengamatan : ....................................
Materi Pokok : ...................................
No Aspek Pengamatan Skor 1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
2 Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan. 3 Memberikan salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat / presentasi.
4 Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tertulis terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan.
5 Merasakan keberadaan dan Kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan.
Jumlah skor A. Petunjuk :
Berilah tanda cek () pada kolom skor sesuai sikap spritual yang ditampilkan oleh peserta didik, sesuai dengan kriteria berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang
tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
B. Pedoman Penskoran :
Skor diperoleh x 4 = skor akhir Skor maksimal
184
2. Format Penilaian Diri (Sikap Jujur)
Nama Peserta Didik : ...........................................
Kelas : ...........................................
Materi Pokok : ...........................................
Tanggal : ...........................................
Petunjuk :
Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti.
Berilah tanda cek () sesuai dengan kondisi dan keaadaan kalian sehari-
hari.
No Pernyataan TP KD SR SL
1 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan ulangan
2 Saya menyalin karya orang lain dengan menyebutkan sumbernya pada saat mengerjakan tugas.
3 Saya melaporkan kepada yang berwenang jika menemukan barang.
4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya lakukan
5 Saya mengerjakan soal ujian tanpa melihat jawaban teman yang lain.
Keterangan :
SL = Selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
SR = Sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-
kadang tidak melakukan
KD = Kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering
tidak melakukam
TP = Tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
185
3. Format Penilaian Antarpeserta Didik (Sikap Disiplin)
Petunjuk :
Berilah tanda cek () pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang
ditampilkan oleh pserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan. 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan. 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan. 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.
Nama Peserta Didik yang dinilai : .................................
Kelas : .................................
Tanggal Pengamatan : .................................
Materi Pokok : .................................
No Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas tepat waktu
3 Memakai seragamj sesuai tata tertib
4 Mengerjakan tugas yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6 Membawa buku teks sesuai mata pelajaran
Jumlah skor
Pedoman Penskoran :
Skor diperoleh x 4 = skor akhir Skor maksimal
186
4. Format Penilaian Sikap Peserta Didik
Mata Pelajaran : ....................................
Kelas : ....................................
Hari / Tanggal : ....................................
Materi Pokok : ....................................
No Nama Siswa
Sikap / Skor
Skor
Per
oleh
an
Nila
i
Ket
erbu
kaan
Ket
ekun
an b
elaj
ar
Ker
ajin
an
Teng
gang
ras
a K
edis
iplin
an
Ker
jasa
ma
R
amah
den
gan
tem
an
Hor
mat
pad
a or
ang
tua
Kej
ujur
an
Men
epat
i jan
ji K
eped
ulia
n Ta
nggu
ng Ja
wab
Skala penilaian :
1 = sangat kurang
2 = kurang konsisten
3 = mulai konsisten
4 = konsisten
5 = selalu konsisten
187
5. Format Penilaian Proyek
Mata Pelajaran : .............................................
Nama Proyek : .............................................
Alokasi Waktu : ............................................
Guru Pembimbing : ............................................
Nama : .................................................
NIS : .................................................
Kelas/Semester : .................................................
No Aspek Skor
1 2 3 4 5
1 PERENCANAAN
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
Total Skor
Pedoman Penskoran : A. Skala penilaian : 1 = sangat baik 2 = baik 3 = cukup 4 = kurang 5 = sangat kurang B. Skor penilaian :
188
6. Format Penilaian Produk
Mata Pelajaran : .............................................
Nama Produk : ............................................
Alokasi Waktu : ...........................................
Nama Peserta Didik : ...........................................
Kelas/Semester : ...........................................
No TAHAPAN SKOR
1 2 3 4 5
1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan,
dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Pedoman Penskoran : C. Skala penilaian : 1 = sangat baik 2 = baik 3 = cukup 4 = kurang 5 = sangat kurang D. Skor penilaian :
189
7. Format Penilaian Fortofolio
Satuan Pendidikan : .......................................................
Mata Pelajaran : ......................................................
Durasi Waktu : .....................................................
Nama Peserta Didik : ....................................................
Kelas/Semester : ...................................................
No KI / KI / PI Waktu
(Tgl)
KRITERIA
Ket
eran
gan
Ber
bica
ra
Tata
B
ahas
a
Kos
a K
ata
Uca
pan
Catatan :
PI = Pencapaian Indikator
Skor penilaian 0-10 atau 10-100
190
8. Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik
Nama Sekolah : ...................................................
Mata Ajar : ..................................................
Nama Peserta Didik : .................................................
Kelas : .................................................
No PERNYATAAN Alternatif Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar
2 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh 3 Saya yakin dapat meraih prestasi 4 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita 5 Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan
masyarakat
6 Saya suka membahas masalah politik, hukum, dan pemerintahan
7 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku 8 Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan 9 Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara
10 Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR Pedoman penskoran :
1. Jawaban (ya) nilainya 2 sedang jawaban (tidak) nilainya 1
2. Kriteria penilaian :
0-5 = kategori tidak positif
6-10 = kategori kurang positif
11-15 = kategori positif
16-20 = kategori sangat positif
191
9. Format Penilaian Gagasan Kreatif
Mata Pelajaran : ..........................................
Nama Peserta Didik : ..........................................
Topik : Energi Alternatif (contoh)
No Aspek Penilaian Skor Catatan 1 2 3 4 5 1 Kebermaknaan gagasan 2 Pemahaman pengetahuan pendukung
gagasan
3 Argumentasi gagasan 4 Bahasa dan penulisan 5 Estetika (penjilidan, kerapihan, dll) Jumlah Nilai
Pedoman Penskoran :
5 = sangat baik
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = sangat kurang
192
10. Format Penilaian Kinerja Mata Pelajaran : .......................................
Nama Peserta Didik : ......................................
Kelas : ......................................
No Aspek yang Dinilai Tingkat Kemampuan
(Skor) 1 2 3
1
2
3
Jumlah Skor
Kriteria penilaian (Skor): Sesuai aspek penilaian, misalnya : aspek pengamatan,
skor 3 (pengamatan cermat dan bebas interpretasi), skor 2 (pengamatan cermat,
tetapi mengandung interpretasi), dan skor 1 (tidak cermat)
193
Lampiran 8 Hasil Telaah RPP Responden 1
Bidang Telaah Uraian / Aspek
Penilaian / Observer Rata- Rata Ket. HAR RAI TAR
1.Perumusan indikator pembelajaran ID1.1 4 4 4 4,0 ID1.2 4 3 4 3,7 ID1.3 3 3 3 3,0
RATA-RATA 3,6 2.Perumusan tujuan pembelajaran ID2.1 4 3 4 3,6
ID2.2 4 4 4 4,0 RATA-RATA 3,8
3.Pemilihan materi pembelajaran ID3.1 4 4 4 4,0 ID3.2 4 4 4 4,0 ID3.3 4 4 4 4,0 ID3.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 4,0 4.Pemiihan sumber belajar ID4.1 4 4 4 4,0
ID4.2 4 4 4 4,0 ID4.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 4,0 5.Pemilihan media pembelajaran ID5.1 4 4 4 4,0 ID5.2 4 4 3 3,6 ID5.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,9 6.Model pembelajaran ID6.1 4 4 4 4,0 ID6.2 4 4 4 4,0 ID6.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 4,0 7.Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
ID7.1 4 4 4 4,0 ID7.2 1 1 1 1,0 ID7.3 3 4 4 3,6 ID7.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,1 8.Sistem penilaian ID8.1 4 4 4 4,0
ID8.2 4 4 4 4,0 ID8.3 2 2 3 2,3 ID8.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,6 Total Rata-rata Skor 30
RATA-RATA 3,8 Observer HAR = Dra. Hj. Hartati, M.Pd. RAI = Muhammad Raisuddin, S.Pd.,M.Pd. TAR = Hj. Tarmini, S.Pd., M.Pd. Kategori penilaian rata-rata setiap indikator :
A. Sangat Baik = 3,5 <A< 4,0 B. Baik = 2,5 <B< 3,5 C. Cukup = 1,5 < C < 2,5 D. Kurang = D< 1,5
194
Lampiran 9 Hasil Telaah RPP Responden 2
Bidang Telaah Uraian / Aspek
Penilaian / Observer Rata- Rata Ket. HAR RAI TAR
1.Perumusan indikator ID1.1 4 4 4 4,0 ID1.2 4 4 4 4,0 ID1.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,1 2.Perumusan tujuan pembelajaran ID2.1 4 3 4 3,6
ID2.2 3 4 3 3,3 RATA-RATA 3,5
3.Pemilihan materi pembelajaran ID3.1 4 4 4 4,0 ID3.2 3 4 3 3,3 ID3.3 4 4 4 4,0 ID3.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,8 4.Pemilihan sumber belajar ID4.1 4 4 4 4,0
ID4.2 4 4 4 4,0 ID4.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 4,0 5.Pemilihan media pembelajaran ID5.1 4 4 4 4,0 ID5.2 3 4 3 3,3 ID5.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,7 6.Model pembelajaran ID6.1 4 4 4 4,0 ID6.2 4 4 4 4,0 ID6.3 4 4 4 4,0
RATA-RATA 4,0 7.Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
ID7.1 4 4 4 4,0 ID7.2 1 1 1 1,0 ID7.3 4 4 4 4,0 ID7.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,3 8.Sistem penilaian ID8.1 4 4 4 4,0
ID8.2 4 4 4 4,0 ID8.3 1 1 1 1,0 ID8.4 4 4 4 4,0
RATA-RATA 3,5 Total Rata-rata Skor 29,8
RATA-RATA 3,7 Observer HAR = Dra. Hj. Hartati, M.Pd. RAI = Muhammad Raisuddin, S.Pd.,M.Pd. TAR = Hj. Tarmini, S.Pd., M.Pd. Kategori penilaian rata-rata setiap indikator :
A. Sangat Baik = 3,5 <A< 4,0 B. Baik = 2,5 <B< 3,5 C. Cukup = 1,5 < C < 2,5 D. Kurang = D < 1,5
195
Lampiran 10 Hasil pengamatan Proses Pembelajaran Responden 1
Bidang Pengamatan Aspek P1 P2 P3 Ket Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Rata-rata (Ya)
100 % Rata-rata (Tidak)
0 %
Kegiatan Pendahuluan
K1.1 - - - K1.2 - - - K1.3 - - - K1.4 - - - K1.5 - - - K1.6 - - - K1.7 - - -
Total Skor 6 - 7 - 7 - Prosentase 100 0 100 0 100 0
Kegiatan Inti K2.1 - - - Rata-rata (Ya) 90,9 %
Rata-rata (Tidak) 9,1 %
K2.2 - - K2.3 - - - K2.4 - - - K2.5 - - - K2.6 - - - K2.7 - - - K2.8 - - - K2.9 - - -
K2.10 - - - K2.11 - -
Total Skor 10 1 10 1 10 1 Prosentase 90,9 9,1 90,9 9,1 90,9 9,1
Kegiatan Penutup K3.1 - - - Rata-rata (Ya) 73,3 %
Rata-rata (Tidak) 26,7 %
K3.2 - - - K3.3 - - - K3.4 - - - K3.5 - - -
Total Skor 3 2 4 1 4 1 Prosentase 60 40 80 20 80 20
Total skor semua aspek 18 3 21 2 21 2
Prosentase Keseluruhan 78,2 21,8 86,9 13,1 86,9 13,1
Rata-rata (ya) 84 %
Rata-rata (tdk) 16 %
196
Lampiran 11 Hasil pengamatan Proses Pembelajaran Responden 2
Bidang Pengamatan Aspek P1 P2 P3 Ket Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Rata-rata (Ya)
85,7 % Rata-rata (Tidak) 14,3 %
Kegiatan Pendahuluan
K1.1 - - - K1.2 - - - K1.3 - - - K1.4 - - - K1.5 - - - K1.6 - - - K1.7 - - -
Total Skor 6 1 6 1 6 1 Prosentase 85,7 14,3 85,7 14,3 85,7 14,3
Kegiatan Inti K2.1 - - - Rata-rata (Ya) 87,9 %
Rata-rata (Tidak) 12,1 %
K2.2 - - K2.3 - - - K2.4 - - - K2.5 - - - K2.6 - - - K2.7 - - - K2.8 - - - K2.9 - - -
K2.10 - - - K2.11 - - -
Total Skor 9 2 10 1 10 1 Prosentase 81.8 19,2 90,9 9,1 90,9 9,1
Kegiatan Penutup K3.1 - - - Rata-rata (Ya) 66,7 %
Rata-rata (Tidak) 33,3 %
K3.2 - - - K3.3 - - - K3.4 - - - K3.5 - - -
Total Skor 3 2 3 2 4 1 Prosentase 60 40 60 40 80 20
Total skor semua aspek 18 5 19 4 20 3
Prosentase Keseluruhan 78,2 21,8 82,6 17,4 86,9 13,1
Rata-rata (ya) 82,6 %
Rata-rata (tdk) 17,4 %
197
Lampiran 12 Respon Siswa Tabel Respon Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia No Aspek yang Direspon F % F % 1 Bagaimana Perasaanmu terhadap proses
pembelajaran Senang Tidak
Senang 7. Model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. 30 94 2 6
8. Keterlibatan anda dalam kegiatan mengamati sesuatu sesuai materi pembelajaran
29 91 3 9
9. Keterlibatan anda dalam bertanya sesuai materi pembelajaran
30 94 2 6
10. Keterlibatan anda dalam mencoba mengerjakan sesuatu sesuai materi pembelajaran
32 100 0 0
11. Keterlibatan anda dalam mengemukakan pendapat sesuai fakta yang anda temukan/alami
32 100 0 0
12. Keterlibatan anda untuk mempresentasikan hasil kerja sendiri / kelompok di depan teman-teman sekelas.
31 97 1 3
2 Penggunaan media dalam proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Apakah media pembelajaran yang digunakan menarik menurut anda?
29 91 3 9
2. Media membantu anda memudahkan memahami materi pembelajaran
32 100 0 0
3. Media pembelajaran memicu anda lebih aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran
29 91 3 9
198
Lampiran 13 Foto-Foto Penelitian
Gerbang Sekolah (Dijaga Ketat) Wawancara dengan Wakasek
Wawancara dengan Respoden 1 Wawancara dengan Responden 2
199
Bagian Pendahuluan, responden 1 sedang melakukan apersepsi
Bagian Inti, siswa memerhatikan Guru mengarahkan untuk pembentukan penjelasan guru kelompok
200
Siswa mengomunikasikan hasil Guru melakukan refleksi sebelum pengamatan dari kelompoknya menutup pembelajaran /
Bagian pembukaan, responden 2 melakukan apersepsi
201
Bagian Inti, Guru mengarahkan peserta didik untuk mengamati teks
Peserta Didik Mengomuikasikan Hasil Pengamatannya Terhadap
Teks Hasil Observasi (Pelestarian Lingkungan Biota Laut)
202
Bagian penutup, guru melakukan refleksi
Pengisian angket oleh peserta didik
203
204
205
206
207
208
RIWAYAT HIDUP
RAPIUDDIN. Lahir pada tanggal 31 Desember 1967 di
Soppeng Sulawesi Selatan. Anak bungsu dari tiga
bersaudara dari pasangan Paddai dengan Nakkase.
Pendidikan formal yang ia tempuh yakni pada tahun 1980
di SD Negeri Paccora Takkalala Kecamatan
Maioriwawo Kabupaten Soppeng, kemudian ia lanjut pendidikan di SMP Negeri
1 Takkalala selama tiga tahun dan selanjutnya masuk SMA Negeri 200 Watan
Soppeng (1983-1986). Tahun 1986-1990 ia melanjutkan pendidikan di IKIP
Ujung Pandang pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia program strata satu.
Pada bulan Desember tahun 1994 ia diangkat menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI dan
ditempatkan sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 31.
Makassar. Sebelum ia diangkat menjadi pegawai negeri sipil ia mengajar di
beberapa lembaga pendidikan diantaranya Madrasah Tsanawiah dan Madrasah
Aliyah MDIA Taqwa Makassar (1990-1994), SMA Publik Makassar (1991-1993),
Madrasah Tsanawiah Negeri 1 Makassar (1992-1994), dan mengajar MKDU
Bahasa Indonesia di Akademi Pariwisata dan Akademi Ilmu Gizi Ammanagappa
Makassar (1992-1993). Pada bulan April 2013 diangkat menjadi Pengawas
Sekolah dalam lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar. Selain
berprofesi sebagai PNS, ia juga aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
berskala nasional yaitu sebagai Sekjen dalam Pengurus Besar PPS “Nur Rachmat”
Indonesia (2004 sampai sekarang).