indonesian capital market master plan 2005

Upload: oliviane-theodora-wenno

Post on 30-May-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    1/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    1

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    2/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    2

    Master Plan

    Pasar Modal

    Indonesia

    Indonesian

    Capital Market

    Master Plan

    2005

    2009

    BAPEPAMBadan Pengawas Pasar Modal

    Departemen Keuangan Republik Indonesia

    Capital Market Supervisory AgencyMinistry of Finance of The Republic of Indonesia

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    3/78

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    4/78

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    5/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    5

    Sambutan

    Menteri Keuangan

    Pasar modal adalah industri yang sangat dinamis, atraktif, selalu berubah dan mempunyai interdepedensi yangsedemikian tinggi dengan sektor jasa keuangan lainnya di tingkat domestik, regional maupun global. Karakteristik tersebutmembawa setidaknya dua konsekuensi utama: pelaku pasar modal harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang

    terjadi dan regulator harus pula mempersiapkan dirinya untuk menghadapi dinamika dari perubahan tersebut.

    Kreativitas dan inovasi pelaku pasar modal yang terlibat di industri ini merupakan kunci sukses dalam menghadapi

    konsekuensi yang pertama. Kemunculan varian dari berbagai instrumen keuangan dengan berbagai kompleksitasnya,

    kelahiran berbagai hybrid products yang lintas sektor industri keuangan, trend konglomerasi, serta semakin terintegrasinya

    industri jasa keuangan global saat ini sudah t idak lagi sekedar gejala namun sudah merupakan fakta yang ada di sekeliling

    kita. Kreativitas dan inovasi sekali lagi merupakan jawaban untuk menghadapi konsekuensi tersebut.

    Konsekuensi kedua mempunyai keterkaitan dengan fenomena dari konsekuensi yang pertama tadi. Regulator harus mau,

    mampu dan mempunyai kesungguhan yang kuat untuk memfasilitasi sekaligus mendorong daya kreatif dan inovatif

    pelaku pasar modal tadi. Hal ini akan sulit diaktualisasikan sekiranya regulator tidak mempunyai program kongkret untuk

    meningkatkan kapasitas serta kapabilitasnya untuk mencermati berbagai gejala juga gejolak yang perlu diantisipasi di

    balik gelombang perubahan yang telah dan akan terus terjadi.

    Selain itu, kecenderungan diadopsinya sistem pengawasan industri jasa keuangan secara terpadu yang mengawasi tidak

    hanya pasar modal tetapi juga perusahaan asuransi, dana pensiun dan lembaga keuangan lainnya termasuk perbankan

    oleh beberapa negara selama satu dekade terakhir, hendaknya dapat pula dijadikan referensi oleh kita semua dalam rangka

    lebih meningkatkan lagi efektivitas pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan

    di tanah air.

    Kedua konsekuensi tadi adalah tantangan aktual yang dihadapi industri pasar modal di tanah air. Tugas kita semua di

    industri ini untuk mentransformasikan tan tangan tersebut menjadi peluang yang harus bisa kita manfaatkan secara

    optimal untuk pengembangan- nya di masa mendatang. Tugas tersebut akan lebih ringan dilaksanakan jika pelaku pasar

    modal dan regulator mempunyai arah dan program pengembangan industri yang lebih kongkret, terpadu, terarah, terukur,dan sangat mungkin tercapai.

    Penyusunan Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 mengakomodasi keinginan sekaligus kebutuhan tersebut. Dari

    perspektif domestik, sasaran dan strategi serta t ahapan implementasi di dalamnya selain diarahkan untuk meningkatkan

    integritas dan kredibilitas pasar modal Indonesia, juga untuk mengaktualisasikan segenap potensi pengembangan yan g

    dimiliki. Dari perspektif internasional, Masterplan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kompetitif industri

    sekuritas nasional di tengah persaingan industri pasar modal global saat ini dan di masa mendatang.

    Jakarta, Agustus 2005

    Jusuf Anwar

    Menteri Keuangan

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    6/78

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    7/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    7

    Sambutan

    Ketua Bapepam

    Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 (Masterplan) selain mencakup program dan strategi lanjutan darikeberadaan dua Cetak Biru Pasar Modal Indonesia yang telah ada sebelumnya, juga mencerminkan upaya, semangat dan

    komitmen pembaharuan yang diusung pelaku pasar modal Indonesia dalam menyongsong era dan tantangan aktual yangdihadapi industri sesuai dengan dinamika dan perubahan yang terjadi.

    Penguatan struktur dan mekanisme pengawasan di industri ini menjadi sasaran prioritas pertama dalam kurun waktu 5

    tahun mendatang. Integritas dan kredibilitas industri ini sangat bergantung dari implementasi kongkret program u tama

    tersebut yang mencakup peningkatan independensi lembaga pengawas, optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

    untuk mendukung fungsi pengawasan, peningkatan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia, dan penerapan

    metode pengawasan berbasis risiko (risk-based supervision).

    Peningkatan kepastian hukum jelas tidak kalah penting dikaitkan dengan tekad dan upaya kita un tuk membangun

    sekaligus meningkatkan kepercayaan pemodal terhadap industri efek nasional. Sasaran prioritas kedua ini mencakup upaya

    harmonisasi aturan, peningkatan kualitas penegakan hukum, dan peningkatan kualitas kerjasama kelembagaan yang lebih

    efektif dan sinergis pada level domestik, regional maupun internasional.

    Peningkatan peran dan kualitas pelaku pasar merupakan sasaran prioritas ketiga dalam Masterplan ini. Masa depan

    industri ini sangat tergantung dari peran aktif dan kontribusi pelaku pasar di dalamnya. Berangkat dari pemikiran tersebut,

    sasaran dan strategi yang terkait dengan program prioritas ketiga ini mengambil porsi terbesar dari seluruh muatan

    Masterplan. Mulai dari lembaga bursa efek, perusahaan efek, asosiasi profesi, emiten, hingga pemodal menjadi pihak yang

    sangat diharapkan partisipasi dan kontribusinya un tuk merealisasikan berbagai program beserta tahapan implementasi

    didalamnya.

    Sasaran prioritas keempat terkait dengan upaya pengembangan produk atau instrumen keuangan di industri ini. Dari sisi

    demand, keragaman instrumen keuangan yang tersedia di pasar akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemodal yang

    lebih jauh lagi diharapkan akan semakin meningkatkan likuiditas pasar. Sedangkan dari sisi supply, hal tersebut

    diharapkan akan semakin mendorong pemanfaatan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan oleh pelaku bisnis

    di tanah air.

    Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, instrumen pasar modal berbasis syariah perlu menjadi salah

    satu prioritas utama pengembangan di dalam Masterplan. Kejelasan mengenai arah pengembangan sekaligus strategi yang

    akan diterapkan sebagaimana tertuang di dalamnya sangat diperlukan guna mengaktualisasikan potensi yang besar

    tersebut.

    Sebagaimana proses penyusunannya, pencapaian seluruh sasaran yang tertuang dalam Masterplan ini juga memerlukan

    komitmen dan partisipasi dari seluruh pihak yang turut memberikan kontribusi dalam proses penyusunannya. Kami

    meyakini, dengan tekad, semangat dan kesungguhan yang t erlihat selama proses penyusunannya, strategi beserta tahapan

    implementasi dalam Masterplan ini akan dapat direalisasikan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.

    Jakarta, Agustus 2005

    Darmin Nasution

    Ketua Bapepam

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    8/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    8

    Chairman of Bapepam

    Statement

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 reflects hard work, strong will, and commitment to reform echoedby Indonesian capital market participants in embracing new era and challenges in the industry as the results of marketdynamics. The Master Plan incorporates all programs and strategies that were elaborated in the previous two Capital

    Market Blue Prints.

    Top priority for the next 5 years is given efforts to solidify structure and mechanism of industry supervision. Integrity and

    credibility of securities industry depend to a large extent on concrete implementation of major programs in the Master

    Plan, which cover establishing independent capital market regulator, optimizing information technology in capital market

    to support supervision function, improving human resource quality and professionalism, and implementing risk-based

    supervision.

    Strengthening legal certainty in capital market by a ll means is important element in our commitment to build and improve

    investors trust in domestic securities industry. This second priority evolves around measures to harmonize rules, enhance

    law enforcement, and create a more effective and synergic inter-agency coordination in domestic, regional, and interna-

    tional level.

    Enhancing roles and quality of capital market participants is the third priority in the Master Plan. The future of this

    industry will depend on the contribution from its participants. Based on the thinking, targets and strategies within this

    third strategy by far cover substantial parts of this Master Plan. Parties that are expected to contribute to materialize all

    programs and action plans include exchange institutions, securities companies, professionals association, issuers, and

    investors.

    The fourth priority is related to expanding products and instruments in this industry. From the demand side, variety of

    financial instruments available in the market will attract more investors so that liquidity is enhanced. On the other hand,

    from the supply side, such variety will further promote capital market as an alternative of financing sources to all business

    players in the country.

    As the home for largest Moslem population in the world, syariah-based instruments in Indonesian capital market should bea pivotal object of development in the Master Plan. This huge potential can only be unearth with the presence of clarity in

    policy development and strategies.

    The attainment of all targets in this Master Plan requires commitment and participation from all parties that take part in

    the drafting process. With strong motivation, spirit, and determination, we believe that all those strategies and action plans

    can be achieved within their agreed time frames.

    Jakarta, August 2005

    Darmin Nasution

    Chairman of Bapepam

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    9/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    9

    TAKE EACH DAY

    AND RELISH

    EACH MOMENT.

    TAKE EACH BAD

    DAY AND WORK

    TO MAKE IT

    GOOD.

    PendahuluanIntroduction

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    9

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    10/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    10

    Pendahuluan Introduction

    Latar Belakang

    Pasar modal Indonesia terus berkembang di tengah

    berbagai perubahan ekonomi dan politik yang terjadi baik

    di lingkungan nasional maupun internasional. Dalam

    menghadapi perubahan tersebut serta a rus globalisasi yang

    begitu deras, pasar modal Indonesia memerlukan arahan

    strategis guna memperkokoh posisi dan perannya dalam

    perekonomian nasional dan regional. Dalam rangka

    mewadahi hal tersebut Master Plan Pasar Modal Indonesia

    2005-2009 disusun untuk menjadi pedoman bagi seluruh

    pelaku pasar modal dalam mengembangkan industri pasar

    modal Indonesia.

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009 merupakan

    kelanjutan dari Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2000-

    2004 yang merupakan arahan pasar modal Indonesia untuk

    periode 2000-2004. Dalam implementasinya selama lima

    tahun tersebut, banyak target yang ditetapkan telah

    tercapai. Namun demikian, masih terdapat pula hal-hal

    yang perlu diupayakan pencapaiannya.

    Perencanaan yang terdapat pada Master Plan ini

    merupakan penjabaran lebih jauh dari visi pasar modal

    Indonesia yakni mewujudkan pasar modal Indonesia

    sebagai penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan

    berdaya saing global. Oleh karena itu diharapkan bahwa

    dengan tercapainya sasaran dan strategi yang ditetapkan

    dalam Master Plan ini, maka visi pasar modal Indonesia

    akan terwujud.

    Pendekatan Yang Digunakan

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    merupakan pedoman arah pengembangan industri pasar

    modal selama lima tahun ke depan. Pengembangan industri

    ini tentunya tidak terlepas dari peran serta seluruh pihak

    yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, dalam rangka

    mengakomodasi program pengembangan seluruh pihak

    dalam industri pasar modal tersebut, maka penyusunan

    Master Plan Pasar Modal Indonesia ini tidak hanya

    dilakukan oleh Bapepam namun juga Self Regulatory

    Organizations (SROs) serta asosiasi-asosiasi yang mewakili

    seluruh pelaku pasar modal.

    Dalam struktur pasar modal Indonesia, Bapepam bertindak

    selaku regulator, sedangkan SROs terdiri dari PT Bursa Efek

    Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring

    Background

    Indonesian capital market continues to expan d amid

    changes in domestic and international economic and

    political landscapes. Anticipating those changes and ever-

    stronger globalization force, Indonesian capital market

    needs strategic directions as to solidify its position and role

    in the national and regional economies. It is for that

    purpose that Indonesian Capital Market Master Plan 2005 -

    2009 is designed to provide guidelines for all capital

    market participants in their efforts to develop the

    Indonesian capital market.

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 is a

    continuation of Indonesian Capital Market Blue Print 2000

    - 2004 that provided similar guidelines for the period of

    2000 to 2004. There are a number of targets in the

    Indonesian Capital Market Blue Print 2000 - 2004 that

    have already met. However, there are also several targets

    that are yet to be achieved.

    Strategic planning in the Indonesian Capital Market Master

    Plan 2005 - 2009 is basically the elaboration of Indonesian

    capital market vision, which is to create a strong and

    globally competitive Indonesian capital market capable to

    spearhead development of national economy. It is expected

    that by meeting targets and following strategies set in the

    Master Plan, the vision of Indonesian capital market will be

    materialized.

    Approach

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009 is

    essentially guidelines for developing capital market

    industry for the next five years. Participation from all

    parties involved in the industry is an integral part of the

    development efforts. Therefore, in designing this

    Indonesian Capital Market Master Plan, the contributions

    of regulator and other market participants from Self

    Regulatory Organizat ions (SROs) to associations are needed

    so that their respective development programs are

    accommodated in the Master Plan.

    Regulator in Indonesian capital market structure is

    Indonesian Capital Market Supervisory Agency (Bapepam

    in Indonesian acronym), whereas SROs include Jakarta

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    11/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    11

    Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Lembaga Kliring

    dan Penjaminan (LKP), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia

    (KSEI) sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian

    (LPP), dan Himpunan Pedagang Surat Utang Negara

    (HIMDASUN). Selanjutnya pihak lain yang berperan dalam

    penyusunan Master Plan ini adalah asosiasi dari

    perusahaan efek (APEI), penasihat investasi, pemeringkatefek, wakil penjamin emisi efek (AWPE2I), wakil perantara

    pedagang efek (AWP2EI dan IPEI), wakil manajer investasi

    (AWMI), dan pengelola reksa dana (APRDI). Disamping itu,

    asosiasi profesi akuntan (FAPM), konsultan hukum

    (HKHPM), penilai (MAPPI dan GAPPI), notaris (INI), dan

    asosiasi lembaga penunjang seperti bank kustodian (ABKI),

    biro administrasi efek (ABI), dan wali amanat (AWAI), serta

    asosiasi emiten (AEI) dan Pusat Pengkajian Hukum juga

    turut berperan dalam penyusunan Master Plan pasar modal

    ini.

    Pendekatan yang dilakukan dalam menyusun Master Plan

    ini adalah dengan menentukan sasaran-sasaran besar yang

    akan dicapai oleh industri pasar modal Indonesia dalam

    lima tahun ke depan. Kemudian sesuai dengan sasaran

    yang ingin dicapai tersebut, disusun strategi pencapaian

    untuk masing-masing sasaran. Selanjutnya, strategi

    tersebut dijabarkan dalam implementasi strategi yang

    merupakan langkah nyata yang akan dilakukan dalam

    menerapkan strategi yang telah ditentukan berikut rencana

    waktu pelaksanaan serta pencapaiannya.

    Penyusunan sasaran, strategi, dan implementasi strategi

    yang komprehensif tersebut memerlukan waktu selama

    hampir satu tahun . Proses yang cukup panjang tersebut

    dilalui dengan melibatkan seluruh pelaku pasar modal yang

    sudah dimulai sejak tahap pengumpulan ide hingga tahap

    akhir penyelesaian. Dengan keterlibatan yang intensif

    tersebut diharapkan seluruh pelaku pasar modal akan

    memiliki komitmen dalam mengimplementasikan

    kesepakatan bersama yang tertuang dalam Master Plan

    Pasar Modal Indonesia 2005-2009.

    Sistematika

    Dalam rangka memberikan pedoman yang komprehensif

    bagi pengembangan pasar modal Indonesia, Master Plan ini

    diawali dengan gambaran mutakhir mengenai

    perkembangan berbagai aspek yang berpengaruh terhadap

    industri pasar modal. Selanjutnya sebagai suatu rencana

    Stock Exchange (BEJ in Indonesian acronym), Surabaya

    Stock Exchange (BES in Indonesian acronym), Indonesian

    Clearing and Guarantee Corporation (KPEI/LKP in

    Indonesian acronym), Indonesian Central Securities

    Depository (KSEI/LPP in Indonesian acronym), and

    Association of Government Debt Securities Traders

    (HIMDASUN in Indonesian acronym). Other parties thatcontribute in drafting this Master Plan are associations that

    represent securities companies (APEI in Indon esian

    acronym), investment advisers, rating agencies,

    underwriters (AWPE2I in Indonesian acronym), broker/

    dealers (AWP2EI and IPEI in Indonesian acronym),

    investment manager representatives (AWMI in Indonesian

    acronym), investment fund managers (APRDI in Indonesian

    acronym). Also taking parts are supporting professionals

    and supporting institution associations that represent

    accountants (FAPM in Indonesian acronym), legal

    consultan ts (HKHPM in Indonesian acronym), appraisers(MAPPI and GAPPI in Indonesian acronym), notaries (INI

    in Indonesian acronym), custodian banks (ABKI in

    Indonesian acronym), securities administration bureaus

    (ABI in Indonesian acronym), and trustees (AWAI in

    Indonesian acronym). Finally, Association of Indonesian

    Issuers (AEI in Indonesian acronym) and Center for Legal

    Studies also play a role in designing this Master Plan.

    Approach that is taken in designing this Master Plan is to

    set major targets to be achieved by the securities industry

    in the next five years period. Then, strategies are developed

    in order to meet those targets. Finally, these strategies are

    translated into action plans, which constitute actions to be

    taken within the given strategies along with their datelines

    of execution and completion.

    The whole process of formulating these comprehensive

    targets, strategies, and implementing steps take nearly a

    year to finish. This extensive process involves all capital

    market participants starts from the early stage all the way

    up to finishing stage. With this start-to-finish involvement,

    it is expected that all participants will have the same

    commitment to implement collective agreements that are

    incorporated in Indonesian Capital Market Master Plan

    2005 - 2009.

    Methodology

    In effort to deliver comprehensive guidelines for market

    development, this Master Plan starts with illustration on

    various aspects that influence overall capital market

    activities. Then, as it is essentially a strategic planning, the

    Master Plan continues with details on actual steps to be

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    12/78

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    13/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    13

    Gambaran Umum

    & TantanganOverall Outlook & Challenges

    THERE IS NO

    ACHIEVEMENT

    WITHOUT GOALS.

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    13

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    14/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    14

    PASAR MODAL GLOBAL

    Grafik 1. Perkembangan Indeks Bursa Regional1995 s.d Juni 2005Sumber: Bapepam dan Bloomberg

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Indeks BursaIndonesia, Malaysia,

    Thailand, danSingapura

    Exchange Indicesfor Indonesia,

    Malaysia, Thailand,and Singapore

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000 Indeks Bursa Philipina,Australia, dan Jepang

    Exchange Indicesfor Philippines,Australia, and Japan

    Indonesia Malaysia Thailand Singapore Philippines

    Australia Japan

    Gambaran Umum

    & Tantangan Overall Outlook & Challenges

    Indikator Pasar Modal Regional

    Sejak tahun 1995, perkembangan kinerja bursa regional di

    Asia Pasifik relatif bervariasi. Hal ini terlihat dari

    pergerakan indeks harga sahamnya. Bursa Indonesia

    selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan rata -rata

    indeks tahunan sebesar 12,76%. Peningkatan ini

    merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan

    pergerakan indeks bursa regional lainnya. Perkembangan

    indeks ini tetap menunjukkan peningkatan yang positif

    meskipun beberapa negara Asia seperti Malaysia, Thailand,

    Philipina termasuk Indonesia mengalami krisis ekonomi

    pada periode 1997-1999.

    GLOBAL CAPITAL MARKET

    Graph 1. Development of Regional Exchange Indices 1995 toJune 2005Source: Bapepam dan Bloomberg

    Regional Market Indicators

    Asia Pacific regional stock exchanges have posted

    relatively mixed performance since 1995. This can be seen

    from stock prices movements in those exchanges. For the

    last ten years, stock exchanges in Indonesia have recorded

    an average annual increase of 12.76% in term of indices.

    This performance is the best in the region. This index

    indicator is showing positive numbers instead of monetary

    crisis that swept countries in the region such as Malaysia,

    Thailand, and the Philippines in the period of 1997 - 1999.

    In the last decade, Indonesian capital market has fluctuated

    significantly in the midst of political and economic

    dynamic in Indonesia. This market fluctuation is going on

    within an environment where international financial

    market shows rapid progress. Therefore, it is very important

    for Indonesian capital market to redefine what it plans to

    pursue in the future relative to global market development.

    This chapter intends to give an overall outlook on global

    market movement as well as Indonesian capital market

    development for the last ten years along with challenges

    that Indonesian market faces for the next five years.

    Pasar modal Indonesia pada dekade terakhir mengalami

    fluktuasi yang signifikan di tengah gejolak perkembangan

    ekonomi dan politik Indonesia. Fluktuasi pasar modal

    Indonesia tersebut terjadi di tengah perkembangan pasar

    keuangan internasional yang pesat. Oleh karena itu,

    sangatlah penting pada saat ini untuk mendefinisikan

    kembali arah yang ingin dicapai pasar modal Indonesia ke

    depan di tengah pergerakan pasar modal global. Bab ini

    dimaksudkan un tuk memberikan gambaran mengenai

    perkembangan pasar modal global dan pasar modal

    Indonesia pada periode sepuluh tahun terakhir serta

    tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia lima tahun

    ke depan.

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    15/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    15

    Dari beberapa indikator bursa lainnya dapat dilihat bahwa

    dalam tahun 2004 bursa Indonesia juga menunjukkan

    perkembangan yang meningkat. Hal tersebut terlihat dari

    perkembangan nilai kapitalisasi pasar yang meningkat

    34,01% dan n ilai perdagangan yang meningkat 87,80%

    dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi apabila

    dibandingkan dengan bursa regional lainnya, peranan

    pasar modal Indonesia terhadap perekonomian negara,

    yang t erlihat dari perbandingan nilai kapitalisasi pasar

    terhadap produk domestik bruto (PDB), masih berada pada

    posisi yang cukup rendah. Pada tahun 2004, rasio nilai

    kapitalisasi pasar terhadap PDB di Indonesia hanya

    mencapai 29,5%, sementara beberapa bursa regional

    lainnya telah melampui 100%. Di sisi lain, kondisi ini

    menunjukkan masih besarnya potensi pengembangan pasar

    modal Indonesia.

    Tabel 1. Beberapa Indikator Bursa Regional

    (Sumber: FIBV, Jakart a Stock Exha nge, Bloomberg* dalam USD miliar

    Perkembangan Produk Pasar Modal

    Produk pasar modal selalu berkembang sesuai dengan

    kebutuhan dan kemampuan infrastruktur pasar. Secara

    tradisional, dikenal adanya dua instrumen yaitu saham dan

    obligasi. Dalam perkembangannya, dengan adanya

    tuntutan untuk melakukan manajemen atas risikoportofolio, maka diciptakanlah produk-produk derivatif

    yaitu kontrak keuangan yang penilaiannya berdasarkan

    nilai aset induk(underlying asset).

    Disamping digunakan untuk melakukan manajemen risiko

    investasi, produk derivatif juga digunakan untuk

    memperoleh keuntungan. Produk derivatif dapat

    digolongkan dalam jenis option, futures, forwards, swap

    dan repurchase agreement (repo). Keempat jenis produk

    derivatif tersebut dapat bervariasi tergantung dari aset

    induknya yang berupa efek, tingkat suku bunga, mata uang

    dan kurs mata uang.

    Perkembangan produk lain yang cukup signifikan adalah

    produk pasar modal dengan menggunakan prinsip-prinsip

    syariah. Produk pasar modal berbasis syariah yang telah

    Perusahaan yg sahamnya Nilai Kapitalisasi pasar /

    Nilai Kapitalisasi Pasar* / Nilai Perdagangan* / listing di bursa / PDB /

    Negara / Country Market Capitalization Value* Trading Value* Number of companies Market capitalization

    listing in exchange Value/GDP (%)

    2003 2004 2003 2004 2003 2004 2003 2004

    Indonesia 54.65 73.25 14.65 27.51 333 331 22,5 29,5

    Malaysia 160.97 181.62 52.23 61.63 902 959 155,6 160,6

    Philippines 23.19 28.60 2.67 3.68 236 235 30,6 100,6

    Singapore 173.81 217.61 91.92 107.24 560 633 183,4 142,6

    Thailand 119.01 115.39 102.42 116.38 420 463 79,5 68,8

    Australia 585.43 776.40 371.97 523.66 1,471 1,583 99,06 118,05

    Japan 2,953.09 3,557.67 2,092.14 3,218.11 2,206 2,306 63,58 72,16

    Table 1. Regional Exchanges Indicator

    (Source: FIBV, Jakart a Stock Exha nge, Bloomberg)* in USD billion

    Compared to indicators from other exchanges in the region,

    Indonesian exchanges showed significant increase in 2004.

    This can be seen from increase of market capitalization

    value that was up by 34.01% and trading values that

    jumped 87.80% from the same numbers in the previous

    year. However, from other angle-contribution of capital

    market to national economy as seen from comparison of

    market capitalization to gross domestic product (GDP)

    Indonesian market has recorded lesser performance relative

    to other markets in the region. In 2004, ratio of market

    capitalization to gross national product stood at 29.5%

    where in several other markets the number exceeded 100%.

    On the flip side, this can also be interpreted as huge

    potential to grow for Indonesian capital market.

    Development of Capital Market Products

    Capital market products always evolve following the needs

    and capacity of market infrastructure. Traditionally, capital

    market recognizes two products namely shares and bonds.

    In the course of their development coupled with the need to

    manage portfolio risks, derivative products-financialproducts whose values are determined by the values of

    their underlying assets-are introduced.

    In addition to their traditional objectives as a tool for risks

    management, derivatives products are also employed to

    gain financial benefits. Derivatives can be categorized as

    option, futures, forward, swap, and repurchase agreement

    (repo). These categories can further be expanded depending

    upon their underlying, which among other things are

    securities, interest rate, currency, and exchange rate.

    Other types of capital market products that are also rapidly

    developing are products that are issued and traded in

    accordance with syariah (Islamic) principles. Syariah-based

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    16/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    16

    berkembang adalah saham, obligasi, efek beragun aset

    (EBA) dan reksa dana. Beberapa negara di kawasan Timur

    Tengah, Asia, Eropa, dan Amerika telah secara intensif

    mengembangkan produk tersebut. Walaupun produk-

    produk tersebut berkembang dengan skala yang berbeda

    pada masing-masing negara, namun produk tersebut

    banyak diminati dan akan terus berkembang.

    Produk lain yang berkembang di pasar modal global adalah

    EBA sebagai hasil sekuritisasi aset. Produk ini timbul

    karena adanya kebutuhan pendanaan bagi perusahaan

    namun terdapat keterbatasan untuk mendapatkan sumber

    pendanaan lain di luar perusahaan. Sekuritisasi aset sendiri

    adalah suatu cara untuk merestrukturisasi keuangan di

    mana suatu entitas mengumpulkan arus kas masuk yang

    teridentifikasi di masa datang dan kemudian mentransfer

    kumpulan arus kas tersebut kepada investor dengan atau

    tanpa jaminan. Sekuritisasi aset muncul pertama kali di

    Amerika Serikat dengan diperkenalkannya mortgage backed

    securities dan kemudian berkembang dengan pesat. Dalam

    perkembangannya arus kas yang disekuritisasi semakin

    bervariasi antara lain EBA berbasis tagihan seperti kartu

    kredit maupun kredit mobil.

    Berkembangnya kebutuhan alternatif investasi pemodal

    yang sesuai dengan tujuan dan tingkat penerimaan risiko

    masing-masing pemodal telah mendorong bertambahnya

    jenis produk reksa dana. Beberapa jenis produk reksa dana

    telah berkembang cukup lama, an tara lain index funds,

    sector funds, foreign funds, dan global/international funds.

    Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan pemodal terhadap

    alternatif investasi yang relatif tidak berfluktuasi dan

    berisiko rendah, maka konsep reksa dana dengan struktur

    khusus (structured funds) mulai diperkenalkan seperti

    capital protected funds dan guaranteed funds.

    Kecenderungan lain yang berkembang berkaitan dengan

    produk reksa dana adalah proses transaksi secara elektronik

    yang dilakukan melalui central fund hub yang melibatkan

    manajer investasi, agen penjual efek reksa dana, bank

    kustodian dan bank penerima. Central fund hub ini sudah

    diterapkan di Amerika, Kanada, Eropa, Australia, dan

    Singapura, dalam rangka menciptakan standarisasimekanisme transaksi reksa dana.

    Perkembangan Institusi dan

    Pelaku Pasar Modal

    Dalam satu dekade terakhir terdapat perkembangan

    infrastruktur yang cukup pesat dalam industri pasar modal

    global terutama pada institusi pengawas pasar modal,

    lembaga bursa, dan perusahaan efek.

    Secara garis besar institusi pengawas pasar modal

    mengalami perkembangan yang signifikan. Jikasebelumnya pengawasan pasar modal dilakukan oleh

    institusi khusus pengawas pasar modal, saat ini

    pengawasan dilakukan oleh suatu institusi pengawasan

    products that are out in the market right now include

    shares, bonds, assets backed securities (EBA in Indonesian

    acronym) and investment funds. A number of countries in

    the Middle East, Asia, Europe, and America have

    intensively developed such products. Despite different

    levels of development in different countries, those products

    have quickly gained popularity and continuously

    developed.

    Another type of securities in the capital market that is

    growing is EBA as a result of asset securitization. This

    product is created to cater the need for financing and the

    fact that there are limited resources available to meet the

    need of the financing activities. Asset securitization is a

    way to restructure financial position in which an entity

    pools identified future cash inflows and transfer those cash

    flows to investors with or without guarantee. Assets

    securitization was first introduced in the United States with

    the launch of mortgage-backed securities, which then

    becomes popular. In its development, more and more

    variety of securitized cash flow emerged to include EBA

    whose underlying assets were resulted from credit card bills

    and car loans.

    The ever-growing needs of investment alternatives for

    investors to match their diverse investment objectives and

    risk profiles have also ignited the development of

    investment fund products. Examples of such products that

    have been around for quite some time include index funds,

    sector funds, foreign funds, and global/international funds.

    Further, to meet the needs of the investors who want

    products with lesser volatility and relatively low risks, the

    concept of structured funds such as capital protected funds

    and guaranteed funds are introduced. Another trend related

    to the development of investment fund industry is related

    to electronic transaction process conducted through central

    fund hub, which involves investment managers, selling

    agents, custodian banks, and receiving banks. This central

    fund hub concept has been practiced in the United States,

    Canada, and Singapore in order to create standardized

    transaction mechanism for investment fund products.

    Latest Trends on Institutions and

    Capital Market Players

    The last decade witnesses significant growth in term of

    infrastructure happening in global securities industries

    especially with regard to market regulators, exchange

    institutions, and securities companies.

    Significant growth in general term has actually taken place

    in capital market regulator institutions. In previouspractices, market supervision was conducted by market

    regulator. Now, surveillance is conducted by an integrated

    institution that is also responsible for overseeing activities

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    17/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    17

    terpadu yang mengawasi seluruh kegiatan sektor keuangan.

    Institusi pengawasan terpadu ini dibentuk dengan maksud

    untuk menciptakan lembaga pengawas yang terintegrasi

    bagi pasar modal, perbankan, dana pensiun, asuransi, serta

    lembaga keuangan lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka

    meningkatkan kepercayaan pasar, perlindungan konsumen,

    transparansi, standar praktik bisnis keuangan , dan

    mengurangi kejahatan di bidang keuangan. Sebagai contoh

    beberapa negara yang telah menerapkan bentuk

    pengawasan terpadu tersebut adalah The Financial Services

    Agency (FSA) di Jepang, The Financial Services Authority

    (FSA) di Inggris, Financial Supervisory Services (FSS) di

    Korea, dan The Monetary Authority of Singapore (MAS) di

    Singapura.

    Disamping itu, beberapa bursa efek di dunia juga

    mengalami perubahan yang signifikan. Bursa-bursa

    tersebut membentuk aliansi dengan bursa lain un tuk

    meningkatkan efisiensi dan likuiditasnya. Pembentukan

    aliansi antar bursa efek ini mengikuti perkembangan arus

    ekuitas lintas batas. Faktor penentu dalam keberhasilan

    aliansi bursa adalah kesamaan perangkat peraturan yang

    menunjang di masing-masing bursa, infrastruktur

    teknologi, dan sistem kliring yang terintegrasi. Hasil aliansi

    tersebut misalnya adalah Euronext (aliansi antara bursa

    Paris, Amsterdam dan Brussel), Newex (aliansi an tara

    Deutsche Brse dan bursa Vienna), Norex (aliansi antara

    bursa Kopenhagen, Stockholm, Oslo dan Irlandia), dan

    aliansi antara Sydney Future Exchange dan New Zealand

    Futures and Options Exchanges.

    Kecenderungan lain yang berkembang adalah

    demutualisasi bursa efek. Tujuan dilakukannya

    demutualisasi bursa efek antara lain adalah memperluas

    kepemilikan saham bursa efek, meningkatkan alternatif

    sumber dana untuk pengembangan bursa, serta

    menghindarkan benturan kepentingan antara bursa dan

    anggota bursa sebagai pemegang saham. Beberapa bursa

    mencatatkan diri pada bursanya sendiri seperti London

    Stock Exchange, Toronto Stock Exchange, Deutsche Brse,

    dan Osaka Stock Exchange.

    Dari sudut perusahaan efek, industri jasa keuangan global

    saat ini mengarah pada penerapan konsep universal

    banking yang menggabun gkan kegiatan bank komersial,

    investment bank, dan industri keuangan lainnya. Konsep

    universal banking mempunyai pengertian

    dimungkinkannya bank komersial melakukan kegiatan di

    bidang perbankan, pasar modal, asuransi, sewa guna usaha,

    dan sebagainya. Konsep universal banking merupakan

    jawaban atas meningkatnya kebutuhan masyarakat akan

    produk dan jasa di sektor keuangan yang bersifat

    menyeluruh.

    Dalam penerapan konsep universal banking terdapat

    beberapa variasi. Australia, Kanada, Selandia Baru dan

    Inggris telah mengurangi batasan bagi bank untuk

    memiliki saham pada perusahaan efek. Austria, Swiss,

    of the overall financial services sector. This integrated

    institution is established as a watchdog for capital market,

    banks, pension fund, insurance, companies and other

    financial industries. The objective behind this establishment

    is to increase market integrity, investor protection,

    transparency, standards of business practices, and to

    minimize violation in financial services sector. Some of the

    countries that have adopted this integrated supervisory

    body include Japan with Financial Services Agency (FSA),

    the United Kingdom with the Financial Services Authority

    (FSA), Republic of Korea with Financial Supervisory

    Services (FSS), and Singapore with Monetary Authority of

    Singapore (MAS).

    Apart from that, stock exchange institutions also

    experience significant changes. A number of exchanges are

    forming alliances with other exchanges to improve

    efficiency and liquidity. These alliances are formed to

    follow the lead of cross border movements of equities. The

    determining success factor in establishing these alliances is

    harmonization of regulatory framework, technology

    infrastructure, and clearing system. Examples of the

    alliances include Euronext (an alliance among exchanges

    in Paris, Amsterdam, an d Brussel), Newex (an alliance

    between Deutsche Borse and Vienna stock exchange),

    Norex (an alliance among exchanges in Kopenhagen,

    Stockholm, Oslo, and Ireland), and an alliance between

    Sydney Futures Exchange and New Zealand Futures and

    Options Exchange.

    Another trend in the securities industry is demutualization.

    The objective of demutualization is to expand the base of

    shares ownership, to enhance alternative sources of fund

    for exchange development, and to minimize the possibility

    of conflict of interests between the exchange and its

    members as the exchange shareholders. There are

    exchanges that list their shares in their own floor such as

    London Stock Exchange, Toronto Stock Exchange,

    Deutsche Borse, and Osaka Stock Exchange.

    From securities companies perspective, global financial

    services sector is moving toward the application of

    universal banking practices, which are essentially a mix of

    commercial bank, investment bank, and other financial

    industries. Universal banking concept allows a commercial

    bank to carry out activities in banking, capital market,

    insurance, leasing, and other areas in financial services

    sector. This concept is the answer for the increasing needs

    of customers who desire for all-in products and services in

    the financial services sector.

    There are slight variations with regard to these universal

    banking practices among different countries. Australia,

    Canada, New Zealand, and the United Kingdom limit their

    respective banks from owning shares of securities

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    18/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    18

    Jerman dan Belanda telah memperkenankan bank termasuk

    anak perusahaannya menyediakan jasa-jasa yang berkaitan

    dengan pasar modal. Amerika Serikat dan Jepang sudah

    mulai mengurangi batasan-batasan hukum bagi bank

    komersial untuk mengadopsi universal banking dengan

    menerapkan konsep investment bankdalam kegiatan

    operasionalnya.

    Perkembangan di atas yang ditunjang oleh semakin

    meningkatnya jumlah pelaku pasar modal t elah

    meningkatkan aktivitas pasar modal secara signifikan dan

    membuat industri pasar modal menjadi lebih dinamis dan

    kompetitif.

    Standar Internasional di Pasar Modal

    Untuk tetap dapat diperhitungkan dalam era persaingan

    global, pasar modal harus meningkatkan kualitas aturan

    dan menerapkan praktik bisnis yang berstandar

    internasional. Penerapan standar internasional sangat

    diperlukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi global

    terhadap risiko sistemik yang disebabkan meningkatnya

    saling keterkaitan dan ketergantungan industri jasa

    keuangan antar negara. Pengalaman masa lalu

    menunjukkan dampak dari krisis moneter bersifat global

    dan tidak bersifat nasional atau regional. Disamping itu,

    dominannya peran sektor swasta dalam memacu

    pertumbuhan ekonomi global menuntut penerapan standar

    internasional yang dapat mengakomodasi aktivitas sektor

    swasta dalam melakukan transaksi lintas batas.

    Beberapa standar internasional yang terkait dengan pasar

    modal antara lain International Organization of Securities

    Commissions (IOSCO) Principles, The Group of 30 (G30)

    Recommendations, Federation Internationale des Bourses de

    Valuers (FIBV) Principles, International Securities Services

    Association (ISSA) Recommendations, The Financial Action

    Task Force (FATF) Recommendations, International

    Accounting Standards (IAS)/ International Financial

    Reporting Standards (IFRS), dan Good Corporate

    Governance (GCG) Principles.

    Standar-standar di atas merupakan standar internasional

    yang berkaitan dengan pengaturan pasar modal secara

    umum, kliring dan penyelesaian, perdagangan efek dan

    derivatif di lembaga bursa efek, pemberian jasa dalam

    industri efek, pencegahan dan penanggulangan kegiatan

    pencucian uang dan pembiayaan kegiatan terorisme,

    standar akuntansi, dan tata kelola perusahaan yang baik.

    companies. Austria, Switzerland, Germany, and Netherlands

    allow their banks and their subsidiaries to provide services

    related to capital market industry. The United States and

    Japan begin lowering legal barriers in order to adopt this

    concept by implementing investment bank concepts in the

    business operations of banking industries.

    The aforementioned examples of growth coupled with theincreasing numbers of market players have considerably

    escalated capital market activities and have triggered the

    industry to be more dynamic and competitive.

    International Standards in Capital Market

    As an attempt to become a major player in todays global

    competition, capital market must improve its regulation

    and implement business practices to follow international

    standards. The application of international standards is

    necessary to improve global economy resistance to

    systemic risks caused by inter-related and inter-dependent

    financial services sectors among countries. Past experiences

    show that implications of financial crisis are not limited to

    particular country or region. Besides, domination of private

    sector in supporting global economic growth requires the

    adoption of international standards that can accommodate

    private sector activities in conducting cross-border

    transactions.

    Examples of international standards in capital market

    include International Organization of Securities

    Commissions (IOSCO) Principles, The Group of 30 (G 30)

    Recommendations, Federation Internationale des Bourses

    de Valuers (FIBV) Principles, International Securities

    Services Association (ISSA) Recommendations, The

    Financial Action Task Force (FATF) Recommendations,

    International Accounting Standards (IAS)/International

    Financial Reporting Standards (IFRS), an d Good Corporate

    Governance (GCG) Principles.

    International standards that a re governed by principles and

    recommendations by the above organizations include

    general supervision of capital market, clearing and

    settlement, trading of shares and derivatives in exchanges,

    offer of services in securities industry, preventing and

    combating money laundering and terrorism financing,

    accounting standards, and good corporate governance.

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    19/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    19

    Grafik.2 Perkembangan Emiten, Nilai Kapitalisasi Pasar,Nilai Perdagangan, dan Nilai Emisi Saham 1995 s.d Juni 2005(Sumber: Bapepam)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Triliun Rp / IDR Trillion

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    Jumlah Emiten/Number of Issuers

    Nilai Emisi (Kumulatif)Issuance Value (Cumulative)

    Nilai kapitalisasi pasarMarket Capitalization Value

    Nilai perdagangan sahamShare Trading Value

    Jumlah Emiten (Kumulatif)Number of Issuers (Cumulative)

    Penggalangan Dana

    Perkembangan pasar modal Indonesia, khususnya

    penggalangan dana melalui pasar modal sangat

    terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat

    dilihat ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun

    1997 hingga tahun 1998, jumlah emiten hanya tumbuh

    sebesar 1% dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,1%

    pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya.

    Sedangkan untuk obligasi, tidak ada emiten baru yang

    menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998.

    Pasar Ekuitas

    Setelah mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi tahun

    1997 yang lalu, pasar saham mulai kembali bergairah sejak

    tahun 1999. Hal ini terlihat pada saat pasar modal menjadi

    sarana perusahaan dalam melakukan restrukturisasi. Pada

    tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesar 172,2%

    yaitu dari Rp75,9 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp206,7

    triliun pada tahun 1999. Setelah mengalami peningkatan

    yang sangat signifikan pada tahun 1999, selanjutnya

    memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah

    emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% per tahun,

    dengan n ilai emisi mengalami pertumbuhan rata -rata 3,4%

    pada periode yang sama (lihat grafik 2)

    Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002

    sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi

    makro yang tidak stabil. Namun demikian, dengan

    PASAR MODAL INDONESIA

    INDONESIAN CAPITAL MARKET

    Graph 2 Development of Issuers, Market Capitalization Value,Trading Value, and Share Issuance Value 1995 to June 2005(Source: Bapepam)

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    Fund Pooling

    Development of Indonesian capital market, especially fund

    pooling activities through capital market, is very much

    influenced by macro economic condition. This can be seen

    with relatively sluggish growth within the period of 1997

    to 1998 when financial crisis hit the country. The number

    of issuers during that period only grew by 1% and value of

    issues increased by 7.1%. Worse condition happened in

    bond market where there was virtually no new issue during

    this period.

    Equity Market

    Following stagnancy during monetary crisis in 1997, stock

    market was breathing fresh air again in 1999 when

    corporations conducted restructuring process by using

    capital market. Values of issuance increased by 172.2%, i.e.

    from IDR 75.9 trillion in 1998 to IDR 206.7 trillion in 1999.

    In the following period, from 2000 to 2005 the value of

    issuance only grows at an annual rate of 3.4% whereas the

    number of issuers grows at an annual rate of 4.5% (see

    graph 2).

    Market capitalization during the period of 2000 to 2002

    decreased following unstable macro economic condition.

    However, the year 2003 saw a more stable condition and as

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    20/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    20

    Grafik 3. Perbandingan Nilai Kapitalisasi PasarTerhadap PDB Periode 1995 s/d 2004(Sumber: Bapepam, BPS)

    membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003

    memberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga

    nilai kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp765,81

    triliun pada bulan Juni 2005 (lihat grafik 2).

    Selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB

    pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang merupakan

    peningkatan yang cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir.

    Namun demikian rasio tersebut masih di bawah rasio yang

    pernah dicapai pada saat sebelum krisis (lihat grafik 3).

    Walaupun perkembangan emisi saham terlihat tidak terlalu

    signifikan, namun transaksi saham di BEJ bergerak cukup

    aktif. Rata-rata nilai perdagangan pada periode 1999

    hingga Juni 2005 berada pada kisaran Rp794,43 miliar per

    hari dengan volume saham berkisar 1,03 miliar lembar per

    hari dan frekuensi berkisar 16 ribu transaksi per hari (lihat

    tabel 2).

    25.48

    39.83

    47.31

    18.39

    41.08

    20.25

    16.51 16.67

    29.5

    22.5

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

    Prosentase (%) / Percentage (%)

    Graph 3 Comparison of Market Capitalization Value to GDPPeriod 1995 to 2004Source: Bapepam, BPS

    a result, total value of market capitalization grew to IDR

    765.81 trillion level as of June 2005 (see graph 2).

    Then, in 2004 ratio of market capitalization to gross domestic

    product stood at 29.5%, which is a significant increase

    compared to the same numbers within the last five years.

    However, this number is still lower from the same number

    recorded before financial crisis erupted (see graph 3).

    Despite slow growth with regard to share issuance, share

    trading activities in BEJ were relatively active. Average

    value of daily transaction from the period of 1999 to June

    2005 was around IDR 794.43 billion with shares volume of

    1.03 billion and frequency of around 16 thousand

    transactions per day (see table 2).

    Tabel 2. Perkembangan Indikator Pasar Saham Bursa Efek Jakarta

    1995 s/d 2005(Sumber: Statistik Pasar Modal, Bapepam)

    Indikator 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 June 2005

    Indeks 513,84 637,43 401,71 398,04 676,92 416,32 392,04 424,95 691,89 1.000,23 1.122,37

    Nilai rata-rat a

    perdagangan harian

    (miliar Rp) 131,53 304,14 489,37 403,58 598,70 513,70 396,43 492,91 518,41 1.024,9 2.015,93

    Volume rata- rata

    Perdagangan harian

    (juta saham) 43,28 118,58 311,39 366,88 722,58 562,89 603,18 698,81 968,10 1.708,58 1.913,61

    Frekuensi rata-rata

    Perdagangan

    harian (ribu) 2,48 7,06 12,08 14,19 18,42 19,22 14,72 12,62 12,16 15,46 18,98

    Aliran Modal

    Asing (triliun Rp) 3,39 4,27 0,34 5,11 12,11 0,81 4,49 7,91 9,88 18,81 (30,93)

    Table 2. Development of Share Indicator Bursa Efek Jakarta

    1995 to 2005(Source: Capital Market Statistics, Bapepam)

    Indicator

    Indices

    Average value of

    daily tradings

    (IDR billion)

    Average volume of

    daily tradings

    (million shares)

    Average Frequency

    of Daily Tradings

    (thousand)

    Foreign Capital

    Flow (IDR Trillion)

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    21/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    21

    Pasar Obligasi

    Pasar obligasi mengalami beban berat dan sangat terpukul

    dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Asia dan

    Indonesia pada tahun 1997. Disamping tidak adanya

    emiten baru yang menerbitkan obligasi pada tahun 1998,

    kesulitan juga dihadapi oleh banyak emiten obligasi dalam

    membayar bunga dan bahkan n ilai pokok dari obligasi

    yang jatuh tempo.

    Namun demikian, pasar obligasi kembali tumbuh pada tahun

    1999 dan mengalami puncak pertumbuhannya pada tahun

    2003. Pada tahun 2003 tersebut, nilai emisi obligasi tumbuh

    sebesar 67,9% dari tahun sebelumnya dan jumlah emiten

    bertambah 34 emiten (34%). Selanjutnya, peningkatan

    tersebut berlangsung terus hingga pertengahan tahun 2005,

    sehingga secara kumulatif jumlah emiten mencapai 155

    perusahaan dengan total nilai emisi obligasi mencapai

    Rp88,83 triliun. Perkembangan tersebut di atas menunjukkan

    peningkatan peran pasar obligasi sebagai alternatif

    pembiayaan bagi perusahaan (lihat grafik 4).

    Perkembangan obligasi korporasi yang makin baik ini juga

    diimbangi oleh perkembangan Surat Utang Negara (SUN).

    Sejak 25 September 1998, Pemerintah RI telah menerbitkanSUN untuk Bank Indonesia, yaitu SUN untuk membiayai

    program penjaminan dalam rangka menutupi Bantuan

    Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan SUN untuk

    membiayai program kredit. Kedua SUN ini tidak dapat

    diperdagangkan (lihat grafik 5).

    Kemudian pada tanggal 28 Mei 1999, Pemerintah RI telah

    memanfaatkan pasar modal untuk menggalang dana

    dengan menerbitkan SUN untuk membiayai program

    restrukturisasi perbankan dan SUN ini dapat

    diperdagangkan (obligasi negara). Hingga Juni 2005 posisioutstanding obligasi negara yang dapat diperdagangkan

    telah mencapai Rp417,82 triliun yang terdiri dari Rp197,83

    triliun fixed rates dan Rp219,99 triliun variable rates.

    Bond Market

    Bond market suffered a great burden during the economic

    crises, which hit Asia and Indonesia in 1997. There was no

    new issuer listing its bonds in 1998. Meanwhile, the

    outstanding issuers faced difficulties in paying interest

    rates and even the principles when the bonds reached

    maturity.

    However, bond market regained its strength in 1999 and

    achieved its top growth in 2003. During that year, the

    issuance value increased by 67.9% of the previous year and

    the number of issuers increased by 34% compared to that

    of a year before. The escalation kept continuing until mid

    2005 so much so that the cumulative number of issuers

    reached 155 companies and the tota l bond issuance value

    achieved IDR 88, 83 trillion. The significant progress

    showed an increasing role of bond market as an alternative

    of financing for companies (see graph 4).

    The optimistic growth of corporate bonds has been well

    balanced with the development of Government Debt

    Securities (SUN in Indonesian acronym). Starting from 25September 1998, Indonesian Government has issued some

    SUNs for Bank Indonesia, i.e. SUNs which were intended to

    finance guarantee program with respect to Bank Indonesia

    Liquidity Injection (BLBI in Indonesian acronym) and those

    which were aimed to finance credit program. These two

    securities cannot be traded (see graph 5).

    Then, starting from 28 May 1999, Indonesian Government

    has employed capital market to pull together public fund

    by issuing SUN to finance banking restructuring. These

    securities are tradable (Government bonds). Up to June

    2005 the outstanding position of Government Bonds whichcan be traded has reached IDR 417.82 trillion consisting of

    IDR 197.83 trillion of fixed rates and IDR 219.99 trillion of

    variable rates bonds.

    Grafik 4. Perkembangan Emiten, Nilai Obligasi Yang Beredar, NilaiPerdagangan (yang dilaporkan), dan Nilai Emisi Obligasi Korporasi 1999 s.dJuni 2005(Sumber: Bapepam)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Triliun Rp / IDR Trillion

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    200

    Jumlah Emiten /Number of Issuers

    Nilai Emisi (Kumula tif)Issuance Value (Cumulative)

    Nilai PerdaganganTrading Value

    Nilai Obligasi Yang BeredarOutstanding Bond Value

    Jumlah Emiten (Kumulatif)Number of Issuers (Cumulative)

    Graph 4. Growth of issuers, outstanding bond value, reported trading value,and corporate bond issuance value 1999 to June 2005(Source: Bapepam)

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    22/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    22

    Grafik 5. Perkembangan Nilai Obligasi Yang Beredar dan Nilai PerdaganganObligasi Pemerintah 2000 s.d Juni 2005(Sumber: Bapepam)

    Usaha mengembangkan SUN telah dilakukan oleh

    Pemerintah dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara (UU SUN) di

    mana fungsi pengaturan dan pengawasan perdagangannya

    dilakukan oleh Bapepam. Pada tahun 2003, Bapepam telah

    memberikan izin usaha kepada HIMDASUN untuk

    menyelenggarakan perdagangan SUN di luar bursa efek.

    Perluasan Produk dan Jasa

    Produk derivatif

    Pasar derivatif mulai berkembang sejak diperkenalkannya

    instrumen baru berupa LQ-45 Index Futures atau KontrakBerjangka Indeks Efek (KBIE) oleh BES pada tanggal 13

    Agustus 2001. Kemudian pada tanggal 27 April 2004 BES

    meluncurkan Kontrak Berjangka atasDow Jones Industrial

    Average(DJIA) dan Dow Jones Japan Titans 100. Pada saat

    ini BES juga tengah mengembangkan Single Stock Futures

    (SSF) atau disebut juga sebagai Kontrak Berjangka Saham

    Individual.

    BEJ juga telah mengembangkan produk derivatif. Pada

    tanggal 6 Oktober 2004, BEJ memulai perdagangan

    Kontrak Opsi Saham (KOS). Saat ini KOS yang ditawarkan

    baru berdasarkan 4 saham induk dan tercatat 36 anggota

    bursa yang berpartisipasi dalam perdagangan KOS.

    Berkembangnya pasar derivatif ini diharapkan akan

    semakin memperkuat pasar modal Indonesia dan

    memperluas alternatif investasi bagi investor. Dengan

    adanya produk derivatif, investor dapat melakukan lindung

    nilai atas portofolionya yang terdiri dari aset-aset

    domestik, dan investor juga tidak perlu melakukan

    transaksi di bursa negara lain untuk dapa t mengakses

    pergerakan pasar di bursa-bursa tersebut. Tantan gan utama

    dalam pengembangan pasar derivatif ini adalah

    pengenalan dan pemahaman yang benar akan instrumen

    derivatif kepada investor.

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Triliun Rp / IDR Trillion

    Nilai Obligasi Yang BeredarOutstanding Bond Value

    Nilai PerdaganganTrading Value

    Graph 5. Growth of Outstanding Bond Value and Government Bond TradingValue 2000 to June 2005(Source: Bapepam)

    Government has encouraged the development of SUN by

    establishing Law Number 24 Year 2002 concerningGovernment Debt Securities in which its regulatory and

    supervisory function/authority is under Bapepam. During

    2003, Bapepam granted business license to HIMDASUN in

    Indonesian Acronym) to organize the trading of SUN

    outside securities exchanges.

    Expansion of Products and Services

    Derivative products

    Derivative products started developing since the

    introduction of new instrument called LQ-45 Index Futuresor Securities Index Futures (KBIE in Indon esian acronym)

    by Surabaya Stock Exchange (BES in Indonesian Acronym)

    on 13 August 2001. Then on 27 April 2004 BES launched

    Futures on Dow Jones Industrial Average (DJIA) and Dow

    Jones Japan Titans 100. Right now BES is also developing

    Single Stock Futures.

    BEJ has also developed derivative products. On 6 October

    2004, BEJ initiated to launch Single Stock Options (KOS in

    Indonesian acronym). Now, the instrument offered consists

    of 4 underlying shares and there are 36 exchange members

    participating in the trading.

    The development of derivative market is expected to

    strengthen the Indonesian capital market and widen the

    investment alternatives. Investors may utilize derivative

    products as hedging instrument for their portfolios, which

    consist of domestic assets. Moreover, they do not have to

    make transactions in foreign exchanges in order to have

    access to market movements in those exchanges. The main

    challenge of the derivative market development is the

    instrument familiarization and investor education.

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    23/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    23

    Produk Pasar Modal Berbasis Syariah

    Secara formal, peluncuran pasar modal dengan prinsip-

    prinsip syariah Islam dilakukan pada Maret 2003. Pada

    kesempatan itu ditandatangan i Nota Kesepahaman antara

    Bapepam dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

    Indonesia (DSN-MUI), yang dilan jutkan dengan Nota

    Kesepahaman antara DSN-MUI dengan SROs. Namun

    demikian, instrumen pasar modal berbasis syariah telah

    diperkenalkan terlebih dahulu melalui penerbitan reksa

    dana syariah pada pertengahan tahun 1997. Instrumen

    berbasis syariah dibentuk dengan tujuan memberikan

    sarana dan alternatif investasi yang berbasis syariah.

    Secara khusus DSN-MUI telah menetapkan dalam fatwanya

    tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana

    Syariah dan jenis emiten yang sahamnya tidak

    diperkenankan sebagai portofolio pada reksa dana syariah.

    Sampai dengan saat ini, Bapepam telah memberikan

    pernyataan efektif kepada 13 reksa dana syariah. Namun

    demikian, dari 13 reksa dana ini 2 diantaranya telah bubar.

    Berdasarkan da ta sampai dengan tanggal 30 Jun i 2005,

    total nilai aktiva bersih reksa dana syariah adalah

    Rp977,4 miliar.

    Sebagai acuan dalam menilai perkembangan harga saham

    berbasis syariah, BEJ meluncurkan Jakarta Islamic Index

    (JII) pada tanggal 3 Ju li 2000. JII yang merupakan indeks

    harga saham yang berbasis syariah terdiri dari 30 saham

    emiten yang dianggap telah memenuhi prinsip-prinsip

    syariah. Data pada akhir Juni 2005 tercatat nilai

    kapitalisasi pasar sebesar Rp325,90 triliun atau 43% dari

    total nilai kapitalisasi pasar di BEJ. Sementara itu, volume

    perdagangan saham JII sebesar 348,9 juta lembar saham

    atau 39% dari total volume perdagangan saham dan nilai

    perdagangan saham JII sebesar Rp322,3 miliar atau 42%

    dari total nilai perdagangan saham.

    Pada tahun 2002 diluncurkan produk syariah berbentuk

    obligasi dan produk ini berkembang cukup pesat. Hingga

    30 Juni 2005 terdapat 15 emiten yang telah mendapatkan

    pernyataan efektif untuk dapat menerbitkan obligasi

    syariah dengan total nilai emisi sebesar Rp1,95 triliun.

    Reksa Dana

    Industri reksa dan a mengalami perkembangan yang cukup

    signifikan dalam sepuluh tahun terakhir, baik dari jumlah

    reksa dana yang efektif, dana kelolaan, maupun jumlah

    pemegang unit penyertaan. Sampai dengan Juni 2005

    jumlah reksa dana yan g memperoleh pernyataan efektif

    dari Bapepam berjumlah 290 yang dikelola oleh 64 manajer

    investasi. Peningkatan jumlah reksa dana ini juga diikuti

    peningkatan pada jumlah pemegang unit penyertaan.

    Dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah pemegang

    unit penyertaan bertambah 15.750 nasabah (5,27%)

    menjadi 314.813 nasabah. Dari sisi jumlah dana kelolaan

    atau nilai aktiva bersih (NAB), sampai Juni 2005 telah

    mencapai Rp83,29 triliun.

    Syariah- based capital market products

    The official launching of syariah-based capital market

    products took place in March 2003. During the same

    occasion, Memorandum of Understandings was signed

    between National Syariah Board - Indonesian Ulemas

    Council (DSN-MUI in Indonesian acronym) and Bapepam

    as well as between DSN-MUI and SROs. However, this

    product had actua lly been introduced through the issuance

    of syariah-based investment fund in mid 1997. The

    syariah-based instruments were created to widen the

    syariah-based investment vehicles and alternatives.

    DSN-MUI has specifically stated in its rulings (fatwa)

    regarding the Guidelines of Investment in Syariah

    Investment Fund. It has also listed issuers whose shares

    cannot be included in portfolio of Syariah Investment

    Fund. Until now, Bapepam has granted declaration of

    effectiveness to 13 syariah-based investment funds.

    However, two of them have now been winded up. As of 30

    June 2005, the total net asset value of syariah- based

    investment fund reached IDR 977.4 billion.

    BEJ launched the Jakarta Islamic Index (JII) on 3 July 2000

    as a reference to measure price movements of syariah-

    based shares. JII consists of 30 shares, which are considered

    to meet the requirement of the syariah principles. At the

    end of June 2005, the market capitalization value of JII

    reached IDR 325.90 trillion or 43% of total market

    capitalization value of BEJ. Then, the JII trading volume

    reached 348.9 million shares or 39% of total share trading

    volume. Meanwhile, the JII share trading value was IDR

    322.3 billion or 42% of total share trading value.

    In year 2002, syariah-based product in the form of bond

    was launched and it has since grown rapidly. Until 30 June

    2005, Bapepam granted declaration of effectiveness

    statement to 15 issuers that released syariah bonds with the

    total issuance value of IDR 1.95 trillion.

    Investment Fund

    Investment fund industry experienced quite significant

    progress during the last ten years, from the point of view of

    the number of investment funds, fund managed, and un it

    holders. Until June 2005, Bapepam has granted declaration

    of effectiveness to 290 investment funds managed by 64

    investment managers. The increasing number of investment

    funds was followed by the proliferation of participation

    unit holders. The number of unit holders increased by

    15,750 clients (5.27%) to reach 314,813. From the point of

    view of fund managed or Net Asset Value, until June 2005

    it reached IDR 83,29 trillion.

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    24/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    24

    Industri reksa dana juga didukung oleh semakin banyaknya

    jumlah wakil agen penjual efek reksa dana yang hingga

    Juni 2005 mencapai 9.235. Investor di reksa dana juga

    semakin dimudahkan dengan maraknya penggunaan

    sarana teknologi Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam

    melakukan transaksi reksa dana. Dalam industri reksa dana

    telah diterapkan sistem pengawasan secara elektronik

    (e-monitoring). E-monitoring terhadap reksa dana

    mencakup monitoring terhadap aktivitas reksa dana,

    manajer investasi, dan bank kustodian. Sistem ini

    dilakukan melalui pelaporan da ta reksa dana secara

    elektronik dari bank kustodian ke Bapepam.

    Efek Beragun Aset

    Sekuritisasi aset telah diperkenalkan melalui penerbitan

    peraturan tentang EBA pada tahun 1997. EBA merupakan

    Grafik 6. Jumlah Reksa Dana !996 s.d Juni 2005 (revisi Juni)(Sumber: Bapepam)

    Grafik 7. Nilai Aktiva Bersih (NAB)1996 s.d Juni 2005 (Miliar Rp)(Sumber: Bapepam)

    alternatif pembiayaan bagi dunia usaha dan juga

    merupakan alternatif instrumen investasi bagi pemodal.

    Namun demikian, hingga Juni 2005 belum ada perusahaanyang menerbitkan EBA di pasar modal Indonesia walaupun

    sudah cukup banyak perusahaan- perusahaan di Indonesia

    menjadi originatoratas sekuritisasi di luar negeri.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    SahamShares

    Pendapatan TetapFixed Income

    Pasar UangMoney Market

    CampuranMixed

    0

    20.000

    40.000

    60.000

    80.000

    100.000

    120.000

    1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

    Miliar Rp / IDR Billions

    SahamShares

    Pendapatan TetapFixed Income

    Pasar UangMoney Market

    CampuranMixed

    Graph 6. Number of Investment Fund 1996 to June 2005(Source: Bapepam)

    Graph 7. Net Asset Value (NAV) 1996 to June 2005(IDR Billion)(Source: Bapepam)

    The growth of Investment Fund Industry has also been

    supported by the increasing number of Investment Fund

    Selling Agent Representatives, which reached 9,235

    representatives in June 2005. The use of Automatic Teller

    Machine (ATM) has also made the investment fund

    transactions more convenient. E-monitoring has been

    applied as investment fund electronic monitoring system by

    Bapepam, which include the monitoring of activities of

    investment fund, investment managers, and custodian

    banks. The systems data are derived from custodian banks

    information, which is electronically submitted to Bapepam

    through e-reporting system.

    Asset Backed Securities (EBA in Indonesian

    acronym)Asset securitization was introduced through the issuance of

    Bapepam rule regarding EBA in 1997. EBA is one of

    alternatives of financing for business world and investment

    instrument for investors. Yet, until June 2005 no company

    issued EBA in Indonesian capital market even though therehave been quite numbers of Indonesian companies that

    become originators of foreign securitization.

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    25/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    25

    Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI)

    Sejak tahun 1997 Bapepam telah memperkenalkan SPEI

    sebagai instrumen baru di pasar modal. Hal ini

    dimaksudkan untuk mengakomodasi dan memberikan

    fasilitas bagi pihak asing yang ingin melakukan penawaran

    umum di pasar modal Indonesia, memberikan alternatif

    investasi bagi investor asing dan domestik di Indonesia,

    serta memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi

    pemodal.

    SPEI diperuntukkan bagi emiten asing yang telah

    melakukan penawaran umum di negaranya dan peraturan

    negara yang bersangkutan setara dengan peraturan pasar

    modal Indonesia. Namun demikian, sejak diperkenalkan

    sampai dengan Juni 2005, belum ada satupun emiten asing

    yang menawarkan instrumen ini.

    Obligasi Pemerintah Daerah

    Dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah berupa

    Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

    Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah, pemerintah daerah dapat

    memanfaatkan pasar modal sebagai sarana perolehan

    pembiayaan jangka panjang untuk pembangunan proyek-

    proyek terutama yang terkait dengan pembangunan

    fasilitas umum melalui penerbitan obligasi. Penerbitan

    obligasi pemerintah daerah telah dimungkinkan oleh

    Undang-undang Pasar Modal, namun dalam

    pelaksanaannya masih memerlukan perangkat hukum

    tambahan sehingga sampai saat ini belum ada pemerintah

    daerah yang menerbitkan obligasi.

    Penerapan Standar Internasional

    Prinsip-prinsip IOSCO

    IOSCO sebagai organisasi otoritas pasar modal seluruh

    dunia telah menerbitkan IOSCO Objectives and Principles of

    Securities Regulation yang merupakan kerangka umum

    bagi pengaturan pasar modal. IOSCO Principles terdiri dari

    30 prinsip yang bertujuan untuk melindungi para investor,

    menjamin terbentuknya pasar modal yang wajar, efisien,

    dan transparan, serta mengurangi risiko sistemik. Prinsip-

    prinsip tersebut berkaitan dengan lembaga pengawas,

    lembaga bursa efek, penegakan hukum, kerjasama di

    bidang pengaturan, emiten dan perusahaan publik, skema

    investasi kolektif, lembaga intermediasi, dan pasar

    sekunder.

    Bapepam sebagai otoritas pasar modal di Indonesia yang

    merupakan anggota dari IOSCO, pada bulan Oktober 2003

    telah melaksanakan self assessmentmengenai implementasi

    prinsip-prinsip IOSCO di pasar modal Indonesia sesuai

    dengan metodologi yang telah disediakan oleh IOSCO.

    Berdasarkan self assessmenttersebut, secara umum

    Indonesian Depository Receipt

    (SPEI in Indonesian acronym)

    In 1997, Bapepam introduced SPEI as a new instrument in

    capital market area. This step was taken in order to provide

    facilities for foreign issuers that intend to do public

    offering in Indonesian capital market, as well as to widen

    the investment alternatives for both foreign and domestic

    investors in Indonesia, to enhance investor protection, and

    to strengthen legal certainty.

    SPEI is created for foreign issier that has submitted

    registration statement in its respective country whose

    regulations are in line with that of Indonesia. However,

    since its introduction in June 2005, there has been no

    issuer that has made use of this instrument.

    Municipal Bond

    Along with the implementation of Regional Autonomy

    Policy stated in Law Number 32 Year 2004 regarding

    Regional Government and Law Number 33 Year 2004

    regarding Financial Balancing between Central and

    Regional Governments, regional government may utilize

    capital market as a vehicle to obtain long- term financing

    for public infrastructure projects. The issuance of municipal

    bond has been accommodated by Capital Market Law.

    Nevertheless, no regional government has ever issued any

    municipal bond yet because in its implementation phase, it

    is necessary to provide some additional legal frameworks.

    Implementation of International Standards

    IOSCO Principles

    IOSCO, as an international organization of securities

    regulators around the globe, has established the IOSCO

    Objectives and Principles of Securities Regulation which

    function as the general framework reference of securities

    market regulations. It consists of 30 principles which aim

    to protect investors, to ensure fair, efficient, and

    transparent markets, as well as to reduce systemic risks.

    They relate to regulators, self-regulation, enforcement,

    cooperation, issuers, collective investment schemes, market

    intermediaries, and secondary market.

    Bapepam as the Indonesian capital market authority, which

    is also an ordinary member of IOSCO, in October 2003

    accomplished its self assessment on the implementation of

    IOSCO Principles in Indonesian capital market in

    accordance to methodology set by IOSCO. Based on the

    results of self assessment, Bapepam has generally complied

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    26/78

    Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005 - 2009

    26

    Bapepam telah dapat memenuhi sebagian besar isi dan

    ketentuan yang terdapat pada prinsip-prinsip tersebut.

    Namun demikian, terdapat beberapa hal yang belum

    sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip IOSCO antara

    lain mengenai independensi lembaga pengawas, kerjasama

    dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka

    pengawasan dan penegakan hukum di pasar modal,kewenangan berbagi informasi non publik dan menjaga

    kerahasiaan informasi dengan otoritas lainnya,

    peningkatan kualitas keterbukaan emiten dan perusahaan

    publik, dan restrukturisasi lembaga bursa efek serta

    penyelarasan peraturan antara Bapepam dengan SROs.

    Rekomendasi The Group of 30 (G30)

    G30 menerbitkan 20 rekomendasi yang berkaitan dengan

    kliring dan penyelesaian transaksi efek. Keduapuluh

    rekomendasi tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

    kelompok yaitu pembentukan jaringan sistem berstandar

    global (global network), pengurangan risiko, dan

    peningkatan pengelolaan jasa kliring dan penyelesaian.

    Secara umum pasar modal Indonesia, terutama jasa kliring

    dan penyelesaian yang diselenggarakan oleh KPEI dan

    KSEI, telah memenuhi rekomendasi tersebut . Proses

    perdagangan di pasar modal Indonesia telah menerapkan

    perdagangan tan pa warkat dan memperpendek jangka

    waktu penyelesaian transaksi efek. Lebih lanjut, KSEI telah

    menyediakan jasa berkaitan dengan penyampaian

    konfirmasi dan informasi mengenai alokasi dana dan efek

    dari hasil transaksi bursa melalui sistem yang tersedia di

    KSEI, meskipun masih terbatas bagi manajer investasi

    kepada bank kustodian.

    Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal

    telah mengatur ketentuan berkaitan dengan pengelolaan

    jasa kliring dan penyelesaian, termasuk pengangkatan

    direksi dan komisaris dan prosedur operasi dan

    pengendalian internal.

    Prinsip- prinsip FIBV

    FIBV atau World Federation of Exchanges (WFE) adalah

    asosiasi penyelenggara perdagangan efek dan derivatif

    yang memberikan panduan kepada lembaga bursa efekberupa standar minimal dalam pengorganisasian,

    pengaturan, dan pengawasan pasar. FIBV menyediakan

    fasilitas berupa forum untuk komunikasi, analisa dan

    diskusi bagi sesama an ggotanya berkaitan dengan

    peraturan dan perundangan terkait serta perkembangan di

    industri efek dan derivatif.

    Prinsip-prinsip FIBV terdiri dari 14 prinsip yang merupakan

    persyaratan untuk menjadi anggota dari asosiasi ini.

    Prinsip-prinsip tersebut adalah organisasi dan operasional

    bursa, akses terhadap pasar, pencatatan dan keterbukaan

    dari produk keuangan yang diperdagangkan, perdagangan,kliring dan penyelesaian, infrastruktur teknis, manajemen

    risiko, penyelesaian atas permasalahan, pengaduan investor

    dan fasilitas arbitrasi, pengawasan, surveillance dan

    with most of the provisions stated in the IOSCO Principles.

    Yet, there are some issues that have not been fully

    complied with the IOSCO Principles, such as independency

    of supervisory authority, cooperation with related parties

    with respect to supervision and enforcement in capital

    market area, enhancement of quality of issuers and public

    companies disclosure, and restructuring of self regulatoryorganization and harmonization of regulation between

    Bapepam and SROs.

    Recommendations of the Group of 30 (G30)

    G30 has released 20 recommendations related to securities

    transaction clearing and settlement. Those

    recommendations may be classified into three categories,

    including global network, risk reduction, and enhancement

    of clearing and settlement service management.

    Indonesian capital market, particularly the clearing and

    settlement service that are organized by KPEI and KSEI, has

    complied with the recommendations mentioned above. The

    trading process in Indonesian capital market has

    implemented scripless trading and shorter securities

    transaction settlement period. Further, KSEI has provided

    services related to confirmation and information

    submission on fund and securities allocation resulting from

    exchange transactions via a system in KSEI which

    unfortunately is still restrictedly provided by investment

    managers only to custodian ban ks.

    Rules and regulations in capital market area have stated

    provisions related governing the clearing and settlement

    services management, commissions and directors

    designation, as well as operational and internal control.

    FIBV Principles

    FIBV or World Federation of Exchanges (WFE) is a trade

    organization for regulated securities and derivative markets

    which provides guidelines to exchanges on organizationsminimal standards, regulations, and market surveillance.

    FIBV has provided forum for communication, analysis and

    debate among its members in relation with rules and

    regulations as well as development of securities and

    derivative markets.

    There are 14 FIBV principles which set the requirements for

    securities and derivatives markets which are members of

    this federation. The principles include exchange

    organizations and operations, market access, listing and

    disclosure of traded financial products, trading, clearingand settlement, technical infrastructure, risk management,

    dispute settlement, investor complaints and arbitration

    facilities, monitoring, surveillance and enforcement,

  • 8/14/2019 Indonesian Capital Market Master Plan 2005

    27/78

    Indonesian Capital Market Master Plan 2005 - 2009

    27

    penegakan hukum, perlindungan investor, perilaku bisnis,

    keterbukaan, investasi asing, dan kepatuhan terhadap

    rekomendasi FIBV.

    Sebagai anggota FIBV, BEJ memiliki tanggung jawab untuk

    menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan

    rekomendasi FIBV yang dalam pelaksanaannya dikaji ulang

    secara berkala. Sementara itu, BES baru merupakanresponden dari FIBV sehingga hanya dapat memperoleh

    semua publikasi yang diterbitkan oleh FIBV dan

    menghadiri workshops yang diadakan oleh FIBV.

    Dengan status keanggotaan BEJ dan peran aktif BES, hal

    tersebut menunjukkan bahwa bursa efek di Indonesia telah

    memenuhi standar minimal FIBV dalam menjalankan

    kegiatan usahanya. Berdasarkan Annual Report and

    Statistics 2004 FIBV, BEJ menduduki urutan ke-6 dalam

    The 10 Top Broad Price Index Performance in 2004.

    Rekomendasi International Securities Services

    Association (ISSA)

    Pada tahun 2000, ISSA yang dibentuk oleh G30

    menerbitkan rekomendasi dan prinsip-prinsip yang

    berkaitan dengan pemberian jasa di dalam industri efek

    yang dikenal dengan Recommendations 2000. Secara

    umum pasar modal Indonesia sudah memenuhi sebagian

    besar dari rekomendasi tersebut antara lain sudah

    tersedianya sistem yang dapat menyediakan proses

    transaksi yang efektif dengan biaya relatif rendah dan juga

    pilihan akses jaringan dalam basis interaktif. Sementara

    itu, beberapa hal yang belum terpenuhi antara lain

    pemenuhan penyelesaian transaksi T+1, skema

    perlindungan investor (investor protection scheme), dan

    pengaturan terkait dengan kepailitan perusahaan efek.

    Skema perlindungan investor dapat berupa pembentukan

    suatu lembaga khusus yang berperan memberikan

    perlindungan kepada investor dalam bentuk investor

    protection fundatau kewajiban perusahaan efek untuk

    mengasuransikan rekening efek nasabah. Meskipun

    peraturan mengenai asuransi rekening efek nasabah telah

    diterbitkan oleh Bapepam namun belum dapat

    dilaksanakan.

    Sesuai dengan UU Nomor 4 tahun 1998 tentang Kepailitan,

    proses pengajuan permohonan kepailitan terhadap

    Perusahaan efek hanya dapat diajukan oleh Bapepam.

    Namun demikian, hingga saat ini belum ada peraturan

    pelaksanaan lebih lanjut atas proses pengajuan

    permohonan kepailitan dan hal-hal lain terkait dengan

    kepailitan perusahaan efek dimaksud.

    Rekomendasi FATF

    FATF merupakan satuan tugas internasional yang dibentuk

    oleh negara-negara kelompok G-7 yang menerbitkan

    prinsip-prinsip dan rekomendasi dalam rangka pencegahandan penanggulangan kegiatan pencucian uang dan

    pembiayaan kegiatan terorisme. Sebagai wujud

    keikutsertaan Bapepam dalam penanganan tindak pidana

    investor protection, business conducts, disclosure, foreign

    investment, and compliance to FIBV recommendations.

    As a member of FIBV, BEJ has the responsibility to operate

    its business activities in accordance to FIBV

    recommendations, which in practice are reviewed on

    regular basis. Meanwhile, BES is now a respondent of FIBVso that it may only get access to all publications circulated

    by FIBV and attend workshops held by FIBV.

    The membership of BEJ and active role of BES as

    respondent show that Indonesian exchanges have fulfilled

    the minimum standards of FIBV in operating their business

    activities. Based on Annual Report and Statistics 2004

    FIBV, BEJ ranked 6th in the 10 Top Broad Price Index

    Performance in 2004.

    Recommendations of International Securities

    Services Association (ISSA)

    In year 2000, ISSA, which was formed by G30, established

    recommendations and principles related to service in

    securities industry, which is known as Recommendations

    2000. In general, Indonesian capital market has met the

    terms set in the recommendations, such as implementing a

    securities system, which allows effective low cost

    processing as well as the option of network access on an

    interactive basis. However, there are some

    recommendations that have not been fulfilled yet, such as

    the T+1 trading settlement, investor protection scheme, and

    regulations related to market intermediary bankruptcy.

    Investor protection scheme may be facilitated by

    constructing a particular institution which is responsible

    for protecting investors in the form of investor protection

    fund or require market intermediaries to insure their clients

    securities accounts. Bapepam has enacted rule re