inf, sbi, kurs terhadap ihsg

13

Click here to load reader

Upload: universitas-mulawarman-samarinda

Post on 20-Jun-2015

3.310 views

Category:

Economy & Finance


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

ISSN : 0216-7743, Vol. VII No. 1 Maret 2011.

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA

SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA The Influence of Inflation, Interest Rate, and Exchange Rate Toward To Composite Stock Price Index In

Indonesia Stock Exchange

Musdalifah Azis1

ABSTRACT

This research aim is to point out the influence of inflation, interest rate, and exchange rate

toward to Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange.

This research used purposive sampling method, data were then analyzed using double

regression analysis, F-test, and adjusted R-Square. The results show that the inflation, interest

rate, and exchange rate measured simultaneously not give significant influence toward to

Composite Stock Price Index in Indonesia Stock Exchange.

Keywords : inflation, the rate of interest, the exchange rate, and Composite Stock Price Index

A. PENDAHULUAN

IHSG merupakan cerminan dari kegiatan pasar modal secara umum. Peningkatan IHSG

menunjukkan kondisi pasar modal sedang bullish, sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi

pasar modal sedang bearish. Untuk itu, seorang investor harus memahami pola perilaku harga

saham di pasar modal.

Moradoglu, et al. (2000), dikemukakan bahwa penelitian tentang perilaku harga saham

telah banyak dilakukan, terutama dalam kaitannya dengan variabel makroekonomi, diantaranya

Chen et al. (1986), dan Fama (1981). Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa harga saham

dipengaruhi oleh fluktuasi makroekonomi. Beberapa variabel makroekonomi yang digunakan

antara lain; tingkat inflasi, tingkat bunga, nilai tukar, indeks produksi industri, dan harga minyak.

Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan dalam jangka waktu

yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Hubungan antara positif antara inflasi dan harga saham

adalah semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi barang dan jasa yang pada akhirnya

meningkatkan profit perusahaan dan harga sahamnya. Penelitian tentang tingkat inflasi

berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham telah banyak dilakukan antara lain : Balduzzi

(1994), Sitorus (2004), Schmeling dan Schrimpf (2008).

1 Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda

Page 2: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

Jika suku bunga ini lebih tinggi daripada return yang diarapkan maka investor akan

memilih deposito sebagai pilihan investasinya. Dalam penelitiannya, Lee (1992) dan Gan et al

(2006) telah ditemukan bahwa perubahan tingkat bunga (interest rate) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap indeks harga saham.

Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the amount of one

currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items

of another currency. Ajayi dan Mougoue (1996) juga menggunakan variabel makroekonomi nilai

tukar dan harga saham. Mereka meneliti hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar

pada “Delapan Besar” pasar saham, yaitu kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda,

Inggris, dan Amerika Serikat dengan menggunakan bivariate error correction model. Hasil

penelitian mereka menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai tukar dan harga saham

(pasar modal dan pasar uang). Hasil ini kemudian didukung juga oleh Dimitrova (2005), Sudjono

(2002) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap IHSG.

Selanjutnya Gupta (2000) yang mengadakan penelitian di Indonesia dengan

menggunakan data periode 1993-1997 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas

antara tingkat bunga, nilai tukar, dan harga saham. Hasil ini sama dengan yang ditemukan oleh

Budilaksono (2005). Tetapi hasil ini bertolak belakang dengan Sitinjak dan Kurniasari (2003)

yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG,

sementara tingkat inflasi tidak berhubungan dengan IHSG. Namun Saadah dan Panjaitan (2006)

kembali menunjukkan bahwa tidak ada interaksi dinamis yang signifikan antara harga saham dan

nilai tukar.

Penelitian ini menggunakan alur pemikiran seperti yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tingkat Inflasi

Suku Bunga SBI

Kurs

IHSG

Page 3: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai

bagaimana pengaruh inflasi, suku bunga, dan kurs terhadap IHSG dari perusahaan yang listing

di Bursa Efek Jakarta.

B. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel yang terdiri dari 1 (satu) variabel

dependen dan 3 (tiga) variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu IHSG

(Y), sedangkan variabel independen terdiri atas Tingkat Inflasi (X1), Suku Bunga SBI (X2) dan

Nilai Tukar Rupiah/US$ (X3).

Penelitian ini juga menggunakan data-data seperti Inflasi, tingkat suku bunga SBI dan

Kurs (http://www.bi.go.id) dan IHSG (http://www.idx.go.id) dengan periode 2003 hingga 2008.

Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Tingkat Inflasi, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$) terhadap IHSG, penelitian ini menggunakan teknik

analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat

terkecil (Ordinary Least Square) dengan model dasar sebagai berikut:

Y = α + 1X1 + 2X2 + 3X3 ................................................................................................... (1)

Dimana :

Rx = Return Saham

X1 = Tingkat Inflasi

X2 = Suku Bunga SBI

X3 = Kurs Rupiah Terhadap US $

Sebelum melangkah lebih jauh bagaiman model yang akan dibentuk, terlebih dahulu

harus mengetahui tahapan-tahapan dalam penyusunan model regresi berganda. Adapun tahapan-

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menentukan variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

2. Menentukan metode penyusunan model regresi

3. Mengamati ada tidaknya data yang ekstrim (outlier)

4. Menguji asumsi-asumsi pada regresi berganda, seperti Normalitas, Multikolinearitas

dan Heterokedastisitas.

5. Menguji signifikansi model.

Page 4: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

6. Intepretasi hasil model regresi berganda.

Dalam regresi linear berganda, prinsip-prinsip yang mendasarinya tidaklah berbeda dengan

prinsip-prinsip dalam regresi linear sederhana. Akan tetapi dalam regresi linear berganda akan

dijumpai beberapa permasalahan, seperti Multikolinearitas dan Heterokedastis (ditemukan juga

dalam regresi linear sederhana). Proses pembentukan model yang dilakukan secara berulang-

ulang guna mendapatkan model terbaik yang sesuai dengan substansi yang ada. Setelah model

terbaik diperoleh, analisa dilanjutkan dengan melakukan uji terhadap hipotesis.

C. PEMBAHASAN

1. ANALISIS DATA

Pada pengujian deskriptif ini untuk menguji seberapa besar nilai mean, standar deviasi,

variance, nilai minimum, median dan maksimum. Tujuan dari statistic deskriptif ini untuk

mengetahui seberapa besar keakuratan data dan penyimpangan pada data tersebut. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IHSG 72 388.44 2745.83 1359.0233 685.10250

INFLASI 72 4.60 18.38 8.8824 3.77606

SBI 72 7.32 12.75 9.3614 1.79991

KURS 72 7779.00 11651.00 8728.1389 628.52103

Valid N (listwise) 72

Sumber : SPSS 15.00

Dari tabel 1. menunjukkan bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari pada nilai rata-rata (mean)

untuk variabel (IHSG, Inflasi, SBI dan Kurs). Hal ini berarti semua variabel penelitian tersebut

memiliki sebaran data yang normal (baik).

2. UJI ASUMSI KLASIK

a. NORMALITAS

Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model

Page 5: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Berdasarkan sampel data

(n = 72), keadaan tersebut dapat dilihat dari Gambar 2.

Dari Gambar 2, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal yang berarti bahwa model regresi terdistribusi normal. Dengan demikian model regresi

layak digunakan untuk memprediksi IHSG berdasarkan masukan variable Inflasi, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$

b. MULTIKOLINEARITAS

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel bebasnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah nilai VIF (Varians

Inflation Factor) dan tolerance yang mendekati satu. Nilai VIF mendekati satu menunjukkan

tidak terjadinya multikolinieritas, sedangkan jika VIF mendekati lima, maka terdapat persoalan

multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Ex

pe

cte

d C

um

Pro

p

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IHSG

Page 6: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

Tabel 2. Nilai Varians Inflation Factor (VIF)

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 INFLASI .375 2.670

SBI .418 2.393

KURS .843 1.186

Sumber : Hasil Pengujian-pengujian Hipótesis

Pada model persamaan regresi tersebut, terlihat bahwa nilai VIF dan tolerance dari variabel

SBI dan Kurs nilainya mendekati satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa tiga variabel bebas

tidak saling berhubungan satu sama lain.

c. HETEROKEDASTISITAS

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi yang dibentuk

terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Sedangkan jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Model regresi

yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan analisis

grafik scatterplot dengan IHSG sebagai variabel terikatnya.

Menurut Singgih (2000), deteksi adanya heterokedastisitas dilihat dengan ada tidaknya pola

tertentu pada grafik tersebut, di mana sumbu X adalah Y (IHSG) yang telah diprediksi, dan

sumbu Y adalah nilai residualnya (Y prediksi – Y sesungguhnya). Dasar pengambilan keputusan

adalah jika titik-titik pada output tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka

terjadi heterokedastisitas. Dari analisis Gambar 2. secara berurutan dari kiri ke kanan yaitu

Inflasi, SBI dan Kurs, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola

yang jelas, dan tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model regresi berdasarkan variabel bebas yang dipilih.

Page 7: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

Gambar 2. Scatterplot Inflasi, SBI, dan Kurs

3. ANALISIS REGRESI

Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan

Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap IHSG di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pembatasan masalah

dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya maka diperoleh hasil pengolahan data dengan

paket programkomputer statistik SPSS 15.0 yang tampak pada Tabel 3.

Tabel3.Coefficients(a)

Berdasarkan tabel 3. di atas diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 953.003 + 55.858X1 – 149.217 X2 + 0.150 X3 + ε ……………………………………… (2)

Dimana:

Y : IHSG (Indeks harga Saham Gabungan)

953.003 1261.458 .755 .453 -1564.196 3470.202 55.858 34.223 .308 1.632 .107 -12.433 124.150 .062 .194 .188

-149.217 67.974 -.392 -2.195 .032 -284.856 -13.577 -.130 -.257 -.253 .150 .137 .137 1.093 .278 -.124 .423 .172 .131 .126

(Constant)

)

INFLASI SBI KURS

Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta

Standardized Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Zero-order Partial Part Correlations

Dependent Variable: IHSG a.

Regression Standardized Predicted Value 2 1 0 -1 -2 -3

Re

gre

ss

ion

Stu

de

nti

zed

Re

sid

ua

l

2

1

0

-1

-2

Dependent Variable: IHSG

Page 8: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

X1 : Inflasi

X2 : Tingkat Suku Bunga SBI

X3 : Nilai Tukar Rupiah/US$

ε : disturbance error (faktor pengganggu/residual)

Dari model regresi tersebut diperoleh konstanta sebesar 953.003. Hal ini berarti bahwa tanpa

adanya rasio Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ akan terjadi

perubahan IHSG sebesar 953.003. Inflasi mempunyai koefisien regresi sebesar 55.858, berarti

setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi yang lainnya tetap maka IHSG akan

mengalami perubahan sebesar 55,858 dengan arah yang sama. Tingkat Suku Bunga SBI

mempunyai koefisien regresi sebesar– 149.217 bertanda negatif berarti setiap perubahan Tingkat

Suku Bunga SBI satu persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan IHSG akan

mengalami perubahan sebesar – 149.217 dengan arah yang berlawanan dan koefisien regresi

Nilai Tukar Rupiah/US$ sebesar 0.150, dan setiap perubahan Nilai Tukar Rupiah/US$ satu

persen dengan asumsi variabel lainnya tetap maka perubahan IHSG akan mengalami perubahan

sebesar 0.150 dengan arah yang sama.

Koefisien Determinasi (Adjusted R²)

Berdasarkan output SPSS 15.0 nampak bahwa pengaruh secara bersama-sama 3 (dua) variabel

independen (Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$) terhadap IHSG

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Model Summary

Sumber : SPSS 15.00

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat berapa % dari variasi variabel dependen

(IHSG) dijelaskan oleh variasi dari variabel independen (perubahan Nilai Tukar Rupiah/US$ dan

Tingkat Suku Bunga SBI). Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,054, berarti

variasi variabel Inf[asi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ dalam

menjelaskan variasi variabel IHSG adalah sebesar 5,4 % dan sisanya 94,5 % dijelaskan oleh

Model Summaryb

.306a .094 .054 666.37430 .094 2.349 3 68 .080 .059

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

R Square

Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change

Change Statistics

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), KURS, SBI, INFLASIa.

Dependent Variable: IHSGb.

Page 9: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

factor lain yang tidak diteliti. Nilai Adjusted R² untuk IHSG yang besar akan membuat model

regresi semakin tepat dalam memprediksi IHSG di bursa Efek Jakarta. Dengan melihat

kemampuan model dalam menjelaskan variasi perubahan nilai variabel IHSG, maka model

persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dinyatakan baik untuk dijadikan sebagai

penaksir nilai variabel IHSG yang akan datang. Untuk meyakinkan keakuratan model persamaan

regresi, maka model persamaan regresi tersebut perlu diuji dengan pengujian hipotesis.

4. PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F seperti dalam Tabel 5.. Pengujian ini bertujuan

untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan signifikansi 5 % (α = 0,05) dan

degree of freedom (k-1) dan (n-k), dihasilkan nilai Ftabel sebesar 2,76. Nilai Fhitung dalam

Tabel 5. sebesar 2,349 sehingga nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (2,349 < 2,76). Nilai

signifikansinya juga sebesar 0,080 (sig. > 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini

berarti bahwa secara bersama-sama variasi variabel-variabel independen (Inflasi, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

variasi variabel dependen IHSG. Dengan demikian Hipotesis yang menyatakan “Diduga bahwa

variabel-variabel independen Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga SBI (X2) dan Nilai Tukar

Rupiah/US$ (X3) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap

IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2008.

Setelah diuji secara parsial, Tingkat Inflasi juga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan

terhadap IHSG karena nilai thitung < ttabel (1,632 < 1,980) dan nilai signifikansinya juga lebih besar dari

0,05 yaitu sebesar 0,107. Kesimpulan ini bertolak belakang dengan penelitian bahwa tingkat inflasi

berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham yang telah banyak dilakukan antara lain :

Balduzzi (1994), Sitorus (2004), Schmeling dan Schrimpf (2008). Hal ini disebabkan tingkat

Tabel 5. ANOVA b

3129227 3 1043075.520 2.349 .080 a

30195720 68 444054.702 33324946 71

Regression

Residual Total

Model 1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KURS, SBI, INFLASI a.

Dependent Variable: IHSG b.

Page 10: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

inflasi yang terjadi masih tergolong normal. Kenaikan biaya diikuti kenaikan harga produk,

sehingga menyebabkan pendapatan pun meningkat.

Tingkat Suku Bunga SBI juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap IHSG karena

nilai thitung > ttabel (2,195 > 1,980) dan nilai signifikansinya juga lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar

0,032. Kesimpulan ini mempertegas penelitian Lee (1992) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang

menyimpulkan bahwa Tingkat Bunga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.

Berdasarkan hasil tersebut berarti kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban

perusahaan (emiten) untuk memenuhi kewajiban/utang kepada bank sehingga dapat menurunkan laba

perusahaan dan akhirnya harga saham pun turun. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor

mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai

bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Sedangkan sebaliknya, jika tingkat suku

bunga turun, maka beban perusahaan pun menurun sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan

yang akhirnya dapat meningkatkan pembagian jumlah dividen kas kepada investor, kemudian harga

saham perusahaan pun meningkat.

Nilai Tukar Rupiah/US$ mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap IHSG karena

nilai thitung < ttabel (1,093 < 1,980) dan nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,278.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Ajayi dan Mougoue (1996) yang

menunjukkan adanya hubungan dinamis antara harga saham dan nilai tukar di 8 (delapan) negara

maju (Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat). Demikian

juga penelitian Sudjono (2002), memiliki pendapat yang senada bahwa variabel ekonomi makro yang

direfleksikan dengan nilai rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa selama kurun waktu 2003-2008, nilai tukar rupiah/US$ tergolong

stabil, sehingga dianggap tidak berpengaruh terhadap perubahan keadaan perekonomian secara

umum dan kinerja perusahaan. Tidak adanya fluktuasi yang signifikan dari nilai tukar rupiah/US$

selama periode inilah yang menjadikannya tidak diperhatikan oleh investor dalam pengambilan

keputusan investasi di pasar modal.

D. KESIMPULAN

1. SIMPULAN

Dari penelitian mengenai analisis pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar

Rupiah/US$ Tingkat terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-

2008 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Secara bersama-sama ada pengaruh yang tidak

Page 11: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

signifikan antara Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2008. Hal ini ditunjukkan dari

besarnya nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (2,349 < 2,76) dan signifikansi sebesar 0,080. Dan

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,054, berarti variasi variabel Inf[asi, Tingkat

Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ dalam menjelaskan variasi variabel IHSG adalah

sebesar 5,4 % dan sisanya 94,5 % dijelaskan oleh factor lain yang tidak diteliti.

2. SARAN – SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian

ini baik kepada investor, perusahan maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut

adalah sebagai berikut:

1) Investor sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Inflasi, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$ yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena

dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediksi IHSG di BEI

yang kemudian untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan investasinya.

2) Perusahaaan sebelum melakukan kebijakan seperti ekspor atau impor, harus mengkaji

terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya beban perusahaan yang

dapat diakibatkan oleh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$

sehingga dalam pelaksanaannya nanti manajemen perusahaan dapat mengambil kebijakan

dalam rangka menarik investor di pasar modal.

3) Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor makroekonomi (Inflasi, Tingkat Suku

Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah/US$) melalui kebijakan-kebijakan yang diambil,

yang selanjutnya untuk menarik minat investor baik domestic maupun asing di Bursa

Efek Jakarta.

4) Adanya keterbatasan faktor makroekonomi yang digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi IHSG hanya terbatas pada Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar

Rupiah/US$, diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk memperhatikan pengaruh

faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG.

5) Adanya keterbatasan dalam pengambilan periode penelitian yang hanya 5 tahun,

diharapkan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dapat memperpanjang periode

Page 12: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

penelitian agar hasil yang diperoleh dapat lebih merefleksikan pergerakan IHSG di BEI

secara historikal.

DAFTAR PUSTAKA

Ajayi, R.A dan M. Mougoue. 1996. On The Dynamic Relation Between Stock Prices and

Exchange Rate. Journal Of Finance Research. 19:193-207.

Balduzzi, Pierluigi. 1994. Stock Return, Inflation, and The Proxy Hypothesis : A new Look at

The Data. Working Paper Series.

Budilaksono, Agung. 2005. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Kepemilikan Saham Oleh

Investor Asing, dan SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Bursa Efek Jakarta (BEJ). Risetakuntansi4.blogspot.com.

Case, K. E. dan R. C. Fair (1999), Principle of Economics, 5th Edition, Prentice Hall

International, Inc., New Jersey

Chen, N.F., R.Roll and S.Ross (1986). Economic Forces and the Stock Market. Journal of

Business, Vol.59, pp.383-403.

Dimitrova, Desislava. 2005. The Relationship between Exchange Rate and Stock Price : Studied

in A Multivariate Model. Issues in Political Economy, Vol. 14.

Fabozzi, E.J. and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and Instrument. Upper

Saddle River New Jersey

Fama, E.F. dan K.R. French. 1992. The Cross Section Of Expected Stock Returns.Journal Of

Finance. 47:427-465.

Gan, Christopher, Minsoo Lee, Hua Hwa Au Yong, dan jun Zhang. 2006. Macroeconomic

Variables and Stock Market Interactions : New Zealand Evidence, Investment

Management and Financial Innovations, Vol. 3, Issues 4, 2006 : 89-101.

Gupta, Jyoti P., Alain Chevalier and Fran Sayekt. 2000. The Causality Between Interest Rate,

Exchange Rate and Stock Price in Emerging Market: The

Case Of The Jakarta Stock Exchange. Working Paper Series. EFMA 2000.Athens.

Lee, SB. 1992. Causal Relations Among Stock Return, Interest Rate, Real Activity, and Inflation.

Journal Of Finance,47:1591-1603.

Page 13: Inf, sbi, kurs terhadap ihsg

Muradoglu, G., Fatma Taskin, and Iike Bigan.2000. Causality Between Stock Returns and

Macroeconomic Variables in Emerging Markets. Russian and East European Finance and

Trade. 36:35-53.

Schmeling, Maik dan Andrew Schrimpf. 2008. Expected Inflation, Expected Stock Returns, and

Money Illusion: What Can We Learn From Survey Expectation? SFB 649 Discussion

Paper 2008-036.

Sitorus Maurin. 2004. Pengaruh Variable Makroekonomi Terhadap Kinerja Saham

Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Sebagai Emiten Di Bursa Efek Indonesia.

www.yai.ac.id.

Sudjono. 2002. Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi

Makro Terhadap Indeks Harga Saham di BEJ dengan Metode VAR (Vector

Autoregression) dan ECM ( Error Correction Model). Jurnal Riset Ekonomi dan

Manajemen. Vol. 2. no. 3.

Website Bank Indonesia. www.bi.go.id

Website Jakarta Stock Exchange. www.jsx.co.id