infrastruktur publik dan percepatan …
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
453
INFRASTRUKTUR PUBLIK DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Rudi Alamsyah1*, M.Ilhamsyah Siregar2
1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected]
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Email: [email protected]
Abstract This study aims to find out and analyze the budget in accelerating economic growth in Indonesia. The method used in this study is a quantitative analysis method using the Autoregressive Distributed Lag (ARDL) model. The data used are time series data from 1968 to 2017. The variables used are economic growth, spending and exchange as a control variable. The results showed that infrastructure spending had a negative influence on economic growth in the short term and from the results of the study. Based on the findings, this research recommended to use infrastructure spending wisely to provide the infrastructures. The infrastructure, later on will safeguard the economic growth in the future Keywords: Economic growth, infrastructure spending, ARDL, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh anggaran belanja di sektor infrastruktur terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Data yang digunakan adalah data seri waktu tahun 1968 hingga 2017. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah dan populasi sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja infrastruktur memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan dari hasil penelitian juga ditemukan adanya kointegrasi jangka panjang antara belanja infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dari penelitian ini perlunya pemerintah untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kebijakan yang tepat, memanfaatkan sumberdaya keuangan secara efisien dan mengalokasikan belanja untuk infrastruktur dengan pertimbangan bahwa dalam jangka panjang, belanja infrastruktur tersebut memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi, Belanja infrastruktur, ARDL, Indonesia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
454
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi adalah hal penting dan menjadi cerminan pada kesejahteraan rakyatnya di sebuah negara. Dalam meningkatkan perekonomian maka dapat dilakukan dalam dua hal yaitu jangka pendek dan jangka panjang, baik itu ditingkat provinsi atau kabupaten/kota di setiap daerah yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya Perekonomian , maka akan dapat membantu meningkatkan sektor-sektor lainnya.
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah),2018
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2012-2016 (dalam persen)
Gambar 1.1. menggambarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia lima tahun tahun
terakhir dari 2012-2016 memiliki rata-rata pertumbuhan mencapai 5,37 persen dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,26 persen dan yang terendah pada tahun 2015 yaitu sebesar 4,79 persen. Dan pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali menstabilkan diri seperti ditahun 2014, yang angka pertumbuhan ekonominya di tahun 2016 berada pada angka 5,03 persen.
Dalam melihat pertumbuhan ekonomi Neo-klasik, menurut Solow pertumbuhan ekonomi ada tiga faktor yaitu “peningkatan dalam kuantitas dan kualitas pekerja (labour), kenaikan dalam kapital atau modal (melalui tabungan dan investasi) dan peningktan dalam teknologi”. Sektor Infrastruktur atau investasi fisik menjadi salah satu modal yang dimaksud Solow tersebut. Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi dan apabila mengabaikannnya maka produktivitas pun menurun.
Tabel 1.1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
455
Perkembangan Anggaran Infrastruktur (Triliun) Periode 2007-2016
Tahun Anggaran infrastruktur (Triliun) % terhadap total belanja 2007 54,0 7,1
2008 70,0 7,1
2009 78,9 8,1
2010 82,6 8,3
2011 114,2 8,8
2012 145,5 9,8
2013 155,9 10,2
2014 154,7 8,7
2015 256,1 14,2
2016 269,1 15,2
Sumber : Kementerian Keuangan (diolah),2018 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat besaran belanja pemerintah untuk infrastruktur 10
tahun terakhir dari 2007 sampai 2016. Pada tahun 2014 merupakan tahun terakhir pemerintahan SBY, yang porsi anggaran infrastruktur hanya sebesar Rp154,7 triliun atau 8,7 persen dari total belanja negara. Namun sejak pemerintahan Jokowi porsi infrastruktur melonjak menjadi 14,2 persen pada tahun 2015 dan nilainya juga semakin tinggi pada anggaran 2016 menjadi 15,2 persen.
Sumber: Kementerian Keuangan, 2018 (data diolah)
Gambar 2.
Perkembangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Indonesia Periode 2007-2016
Pada Gambar 1.2 jika dilihat dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) dari tahun 2007-2016 selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya dengan berbagai macam langkah yang diambil khusunya pada masa pemerintahan jokowi yang merupakah infrastruktur menjadi fokus utamanya. Alasannya mengambil berbagai terobosan itu ialah supaya pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak selalu berada dikisaran 5-6 persen per
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
456
tahun. Dengan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 7-8 persen per tahun.
Selanjutnya, penting pula untuk melihat infrastruktur sebagai salah satu pilar daya saing perekonomian. Kini yang menjadi perhatian khusus dari WEF (World Economic Forum) adalah masalah persaingan. WEF telah mengeluarkan surveynya tentang Global Competitive Index ( GCI) yang memuat 144 negara termasuk di dalamnya Indonesia. faktor penggerak dan faktor efisiensi iklim usaha ekonomi suatu Negara adalah menjadi pendukung 12 pilar , yang merupakan penyusunana yang ada dalam GCI dan menggunakan angka penilaian skala 1-7. Pilar-pilar yang dimaksud di atas tersebut meliputi; (1) kelembagaan, (2) infrastrukurnya, (3) stabilitas makroekonominya, (4) tingkat kesehatan dan pendidikan dasar negara, (5) pendidikan tinggi serta intensitas pelatihan-pelatihan, (6) efisiensi dalam usaha perdagangan, (7) pasar-pasar tenaga kerja, (8) keunggulan pasar keuangan, (9) ketersediaan teknologi, (10) keterjangkauan pasar, (11) kecanggihan berbisnis, serta (12) kemampuan inovasi. Ke-12 Pilar ini saling berkaitan atau tidak hanya bergantung satu faktor saja.
Berdasarkan Global Competitiveness Report 2015-2016, laporan daya saing global yang terlihat di Tabel 1.2 menunjukkan peringkat daya saing Indonesia secara keseluruhan berada pada posisi ke-37 dari 144 negara. Jika dibandingkan dengan negara berkembang di Asia Indonesia berada pada posisi ke-4. Peringkat Indonesia masih kalah dari negara Malaysia yang berada di posisi pertama, kedua China dan ketiga Thailand.
Tabel 1.2 Peringkat Daya Saing Negara Berkembang di Asia Tahun 2016
Thailand 32
Indonesia 37
Philipiness 47
India 55
Vietnam 56
Sri Lanka 68
Lao PDR 83
Cambodia 90
Nepal 100
Mongolia 104
Bhutan 105
Bhangladesh 107
Myanmar 131
Sumber : Global Competitiveness Report 2015-2016
Ini menunjukkan pembenahan infrastruktur masih sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing bangsa dan menjawab tantangan kurang meratanya pembangunan yang mendukung jalur distribusi dan logistik sehingga mempengaruhi pendapatan di setiap
Negara Peringkat
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
457
daerah di tanah air. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh infrastruktur publik terhadap percepatan pembangunan Indonesia”
Tujuan Penelitian Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh anggran belanja di sektor infrastruktur terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kaum klasik mengemukakan teori mengenai
pertumbuhan ekonomi sebelum tahun 1870. Kaum klasik mengemukakan “Bahwa peranan modal sangat penting bagi pembangunan ekonomi, penggunaan modal tersebut juga ditekankan untuk meningkatkan penawaran setinggi-tingginya yang kemudian akan diikuti pula oleh permintaan yang tinggi pula (supply creates its own demand)”. Tetapi dalam faktanya, sebuah penawaran yang tinggi itu tidak diikuti dengan permintaan yang tinggi. Yang akhirnya menimbulkan masalah seperti; over produksi, pengangguran dan deflasi. Perintis teori ini adalah Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus dan John Mill.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Teori ini dikembangkan oleh Robert M.Solow (1970) dan T.W Swan (1956). Dengan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,akumulasi capital, kemajuan teknologi dan besarnya output yang saling berinteraksi. Modelnya menggunakan fungsi produksi yang memungkinkan terjadi substitusi antara tenaga kerja dan kapital. Teori ini melihat banyak hal di mekanisme pasar tercipta keseimbangan sehingga tidak dibutuhkan campura tangan dari pemerintah. Campur tangan hanya di kebijakan moneternya dan fiskal (Tarigan, 2006).
Teori Harrod-Domar
Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod (1948) di inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Teori mereka adalah teori yang melengkapi teori yang sebelumnya sudah dikemukakan oleh Keynes. Teori Keynes menjelaskan dalam jangka pendek (kondisi statis) sedangkan Harrod-Domar melihat dalam jangka panjang (kondisi dinamis).
Teori Pertumbuhan Ekonomi Endogen
Teori pertumbuhan endogen menjelaskan “Bahwa pertumbuhan GNP sebenarnya merupakan konsekuensi alamiah atas adanya ekuilibrium jangka panjang”. Teori ini memiliki kesamaan struktural dengan teori neoklasik. Perbedaannya hanya di dalam asumsi yang mendasi dan kesimpulannya. Perbedaan yang signifikan berasal dari hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi modal. Dengan mengasumsikan bahwa “investasi sektor publik dan swasta dalam sumber daya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan peroduktivitas yang membalikkan kecendrungan hasil yang semakin menurun yang alamiah”, Di dalam teori ini teknologi masih menjadi pemegang peranan, sehingga tidak perlu menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
458
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data time series yaitu dari tahun 1968-2017. Terdapat dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder, namun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi dan belanja pemerintah di sektor infrastruktur. Data Pertumbuhan ekonomi diperoleh dari World Bank dan belanja pemerintah di sektor infrastruktur diperoleh dari publikasi kementerian keuangan.
Metode Analisis Data dan Pengujian Model
Penelitian ini menggunakan metode time series yaitu dengan menggunakan model ARDL (Autoregressive Distributed Lag) yang digunakan untuk melihat pengaruh dan hubungan berbagai variabel yang digunakan. Model umum ARDL, seperti yang disarankan oleh Pesaran, dkk. (2001) adalah:
……………………….……………….(3.1) Model di atas ditransformasikan menjadi model ARDL operasional untuk penelitian
ini sebagai berikut:
…….(3.2) untuk melihat hubungan dua arah antara belanja pemerintah di sektor infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka digunakan model ARDL kedua sebagai berikut:
…....(3.3) di mana EGT adalah pertumbuhan ekonomi, ExPI adalah belanja pemerintah di sektor infrastruktur, dan adalah konstanta, , , λ3, ,θ3 adalah koefisien-koefisien persamaan jangka pendek, , ,δ3 ,γ2,γ3 adalah koefisien-koefisien persamaan jangka panjang dan adalah term gangguan stokastik. Variabel penduduk (populasi) dimasukkan dalam model sebagai variabel kontrol. HASIL PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Model
Sebelum melakukan estimasi dengan menggunakan model ARDL, diperlukan beberapa pengujian-pengujian, agar model ARDL yang digunakan adalah model yang terbaik. Beberapa pengujian yang dimaksud adalah sebagai berikut;
Pengujian Statisionaritas
Berdasarkan penjelasan pada Metode Penelitian, pengujian stasioneritas dilakukan dengan menggunakan Pengujian Augmented Dickey-Fuller (ADF) dan PP. Hasil pengujian stasioneritas untuk masing-masing variabel ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Stasioneritas Variabel Penelitian Variabel Hasil Pengujian Kesimpulan ADF PP
Pertumbuhan ekonomi t-statistik Pada I(0) -5.030591 -5.030591 Stasioner pada I(0) (prob) (0,0001) (0,0001) Log Belanja Infrastruktur
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
459
t-statistik Pada I(1) -6.446945 -6.446946 Stasioner pada I(1) (prob) (0,00000) (0,00000) Sumber: Hasil Penelitian (2018)
Estimasi Model ARDL
Dengan data yang relative panjang, maka dibutuhkan pengujian structural break untuk mendapatkan break yang berkesesuaian dengan perekembangan dan dinamika perekonomian di Indonesia saat itu. Berdasarkan hasil pengujian structural break dengan menggunakan metode Bai-Perron (2003) diperoleh break pada tahun 1982, 1997 dan 2004. Sedangkan seleksi periode ARDL dilakukan dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC). Hasil estimasi model ARDL dengan structural break memberikan hasil seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Estimasi Model ARDL dengan 3 break
Variabel Penelitian Koefisien Std. Error t-Stat Prob. a. Jangka Pendek
Δ Pertumbuhan ekonomi (-1) -0.102981 0.275074 -0.374378 0.7112 Δ Pertumbuhan ekonomi (-2) -0.764887 0.245886 -3.110735 0.0045 Δ Log Penduduk (0) -165.5919 149.9049 -1.104647 0.2794 Δ Log Penduduk (-1) -85.20746 198.3615 -0.429556 0.6711 Δ Log Penduduk (-2) -87.61784 198.1524 -0.442174 0.6620 Δ Log Penduduk (-3) -29.40811 196.2712 -0.149834 0.8821 Δ Log Penduduk (-4) 361.5949 170.6685 2.118698 0.0438 Δ Log Belanja Infrastruktur -0.629460 2.294699 -0.274310 0.7860 Dummy 1997 -7.024727 1.763494 -3.983414 0.0005 Dummy 1982 -3.429333 2.153007 -1.592811 0.1233 Dummy 2004 2.783445 1.714193 1.623764 0.1165 Konstanta 77.05306 47.38528 1.626097 0.1160
Catatan: koefisien jangka panjang tidak ditampilkan.
Sumber: Hasil Penelitian (2018)
Berdasarkan hasil estimasi diatas, koefisien dummy yang diestimasi menunjukkan bahwa dummy tahun 1982 dan 2004 secara statistic tidak signifikan, dan oleh karenanya dilakukan estimasi model ARDL dengan menggunakan satu dummy, yaitu dummy 1997. Sesuai dengan realitas perekonomian Indonesia pada tahun 1997 yang terjadi krisis ekonomi yang parah.oleh karenanya , pemilihan break tahun 1997 adalah akurat. Hasil estimasi dengan dummy 1997 ditunjukkan oleh Tabel 3.
Tabel 3 Estimasi Model ARDL dengan 1 break Variabel Penelitian Koefisien Std.Error t-stat. Prob. a. Jangka Pendek
Δ Pertumbuhan ekonomi (-1) 0.263069 0.149449 1.760262 0.0864 Δ Pertumbuhan ekonomi (-2) -0.142974 0.152778 -0.935831 0.3553 Δ Pertumbuhan ekonomi (-3) 0.278080 0.135751 2.048453 0.0475
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
460
Δ Log Penduduk (0) 0.746210 4.679429 0.159466 0.8741 Δ Log Belanja Infrastruktur (0) -0.268186 1.031193 -0.260074 0.7962 Dummy 1997 -5.390632 1.537166 -3.506865 0.0012 Konstanta 2.881966 14.81231 0.194566 0.8468 b. Jangka Panjang Pertumbuhan ekonomi (-1) -0.601825 0.210064 -2.864962 0.0068 Log Penduduk (0) 0.746210 4.679429 0.159466 0.8741 Log Belanja Infrastruktur -0.268186 1.031193 -0.260074 0.7962 Dummy 1997 -0.399146 0.873829 -0.456778 0.6504 ECT -0.601825 0.157184 -3.828799 0.0005
Sumber: Hasil Penelitian (2018)
Model ARDL harus bebas dari gangguan auto korelasi dan harus homoskedastik.
Untukitu, dilakukan pengujian Breusch-Godfrey (B-G) untuk autokorelasi dan Breusch-Pagan-Godfrey (B-P-G) untuk heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian B-G, diperoleh kesimpulan bahwa model bebasdari autokorelasi karena nilai probabilitas dari Chi-square dari Obs*R-square lebih besar dari 0,05 sehingga kita menerima hipotesis bahwa model bebas autokorelasi (lihat Tabel 4).
Tabel 4 Hasil Pengujian Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.642262 Prob. F(2,36) 0.5320
Obs*R-squared 1.619240 Prob. Chi-Square(2) 0.4450 Sumber: Hasil Penelitian, 2018
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian B-P-G, model ternyata tidak homoskedastik.
Hal tersebut disimpulkan dari lebih besarnya nilai probabilitas dari Chi-square dari Obs*R-square yang lebihbesardari 0,05sehingga hipotesis homoskedastisitas harus ditolak (lihat Tabel 5). Gangguan ini dapat diabaikan, karena tidak mengganggu stabilitas model.
Tabel 5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic 1.023841 Prob. F(8,38) 0.4353
Obs*R-squared 8.334232 Prob. Chi-Square(8) 0.4015 Scaled explained SS 10.99859 Prob. Chi-Square(8) 0.2018
Sumber : Hasil Penelitian, 2018
Model ARDL yang dipakai memiliki stabilitas yang baik, karena hasil pengujian dengan CUSUM (lihat Gambar 4.1) menunjukkan bahwa CUSUM tidak pernah melewati batas keyakinan lima persen. Pengujian dengan CUSUMQ juga menunjukkan konsistensi yang sama sehingga model dianggap stabil.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
461
-12
-8
-4
0
4
8
12
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
CUSUM 5% Significance Panel (a) Pengujian CUSUM
-0.4
0.0
0.4
0.8
1.2
1.6
2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
CUSUM of Squares 5% Significance Panel (b) Pengujian CUSUMQ
Gambar 3. Hasil Pengujian Stabilitas Model dengan CUSUM dan CUSUMQ
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai infrastruktur publik dan percepatan pembangunan di Indonesia maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Selama tahun 1968-2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif positif terkecuali beberapa periode. Yaitu pada tahun 1997 yang mengalami krisis ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 mengalami penurunan menjadi (-13,12%). Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumbuh sedikit menjadi (0,79%) dan setelah itu pertumbuhan Indonesia makin membaik dan berangsur-angsur membaik dan menstabilkan diri. Namun selama kurun waktu yang sama, belanja infrastruktur Indonesia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya dan menjadi bagian yang besar dari pengeluaran pemerintah.
2. Dalam jangka pendek, pertumbuhan ekonomi periode-periode sebelumnya memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan ekonomi periode saat ini. Pertumbuhan ekonomi periode setahun sebelumnya memiliki efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi periode sekarang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi periode dua tahun sebelumnya memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sekarang. Hal ini menunjukkan adanya siklus yang tetap dari pengaruh pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya;
3. Dalam jangka pendek dan panjang, belanja infrastruktur ternyata memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada komposisi belanja pemerintah. Jika belanja infrastruktur ditambah, maka belanja lainnya harus dikurangi, sehingga pertumbuhan ekonomi justru mengalami kontraksi.
4. Dalam jangka panjang, terdapat kointegrasi di dalam kedua variabel, dengan kecepatan 60,1825 persen setiap tahunnya.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan temuan bahwa ada siklus naik dan turun dari pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, maka direkomendasikan kepada pemerintah untuk menjaga kestabilan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
462
pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan yang tepat. Saat perekonomian mengalami kontraksi, dibutuhkan kebijakan ekspansif agar pertumbuhan ekonomi dapat dipelihara, demikian pula sebaliknya.
2. Berdasarkan hasil temuan bahwa belanja infrastruktur memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, direkomendasikan kepada pemerintah untuk memanfaatkan sumberdaya keuangan secara efisien agar belanja infrastruktur dapat dipenuhi, dengan tidak mengorbankan belanja-belanja yang penting lainnya, seperti belanja untuk pendidikan, kesehatan dan layanan umum lainnya yang cenderung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
3. Berdasarkan temuan adanya kointegrasi jangka panjang antara belanja infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi, maka direkomendasikan kepada pemerintah untuk tetap mengalokasikan belanja untuk infrastruktur dengan pertimbangan bahwa dalam jangka panjang, belanja infrastruktur tersebut akan memberikan hasil yang positif terhadap petumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Perkembangan Produk Domestik 2010-2016.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu). 2016. Ringkasan APBN 2000-2017. Kurtz, Peter. 2002. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jakarta, Ghalia Indonesia. Palei, T. 2015. Assessing The Impact Of Infrastructure On Economic Growth and Global
Competitiveness. Elsevier B.V , 170
Pamungkas, B.T. 2009. Pengaruh Infrastruktur Ekonomi, Sosial, dan Administrasi/Institusi terhadap Pertumbuhan Provinsi-Provinsi di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Pramasha,R.R 2014. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bandar Lampung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Lampung.
Pravakar Sahoo, R. K. 2010. Infrastructure Development and Economic Growth in China.
Institute of Developing Economies, JETRO , 21. Putra,W. 2017. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
Indeks Pembangunan Manusia di Perbatasan Indonesia. Jurnal ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, 6: 120-138
Rindang Bangun Prasetyo, M. F. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan , 2: 222-236. Serven, C. C. 2004. The Effect Of Infrastructure Development On Growth And Income
Distribution. Working Papers Of The Central Bank of Chile , 4
Setiawan,Y .2016. Infrastruktur Publik dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2014. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.4 No.4 November 2019 : 453-463
463
Siyan Peter, E. H. 2015. The Impact of Road Transportation Infrastructure on Economic Growth In Nigeria. International Journal of Management and Commerce Innovations , 677
Sodik,J. 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: studi kasus
data panel di Indonesia. Jurnal ekonomi pembangunan, 12:27-36 Tanjung, H. 2011. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Jakarta: Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. World Economic Forum (Weforum). 2016. Regional Rankings – Emerging and Developing
Asia.