inkoteninsia alvi
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 INKOTENINSIA ALVI
1/4
INKOTENINSIA ALVI
Pendahuluan
Inkontinensia alvi sering digambarkan sebagai peristiwa yang tidak
menyenangkan tapi tidak terelakkan, berkaitan dengan usia lanjut. Sebenarnya, seperti
halnya dengan ulkus dekubitus, inkontinensia alvi seringkali terjadi akibat sikap dokterdan tindakan keperawatan yang kurang tepat. Dengan diagnosis dan pengobatan yang
sesuai, inkontinensia alvi pada usia lanjut hampir seluruhnya dapat dicegah.
inkontinensia alvi lebih jarang ditemukan dibandingkan inkontinensia urin. Tiga
puluh lima persen pasien dengan inkontinensia urin, juga menderita inkontinensia alvi.
Keadaan ini menunjukkan mekanisme patofisiologi yang sama antara inkontinensia urin
dan inkontinensia alvi.
Untuk sebagian orang lanjut usia, inkontinensia alvi dapat mengakibatkan
pengurangan aktivitas fisis, kehilangan kontak sosial, dan lebih jelek lagi sampai
diisolasi. Inkontinensia alvi saat ini merupakan penyebab kedua di Amerika Serikat
untuk memasukkan orang usia lanjut di rumah-rumah perawatan. Sekitar 7% dari
populasi usia lanjut mengalami inkontinensia alvi paling sedikit sekali seminggu, dansampai 50% dari mereka yang dirawat di rumah-rumah perawatan bagi usia lanjut,
menderita inkontinensia alvi.
Kebanyakan pasien tidak pernah melaporkan masalah ini pada dokternya. Pria
usia lanjut lebih sering mengalami inkontinensia alvi dibandingkan perempuan usia
lanjut, dan bentuk inkontinensianya lebih sering cair daripada bentuk padat.
Pengaturan Defekasi Normal
Defekasi, seperti halnya berkemih, adalah suatu proses fisiologis yang
melibatkan:
Koordinasi susunan saraf pusat dan perifer serta sistem refleks
Kontraksi yang baik dari otot-otot polos dan serat lintang yang terlibat
Kesadaran dan kemampuan untuk mencapai tempat buang air besar
Di daerah rektum dan anus sendiri, ada tiga hal yang penting untuk mekanisme
pengaturan buang air besar, yang tugasnya mempertahankan penutupan yang baik dari
saluran anus, yaitu:
Sudut anorektal yang dipertahankan pada posisi yang palung ideal, dibawah
100% oleh posisi otot-otot pubo-rektal.
Sfingter anus eksterna yang melindungi terutama terhadap kenaikan mendadak
dari tekanan intra-abdominal, misalnya batuk, bersin, olahraga, dan sebagainya
Bentuk anus sendiri yang seakan menguncup berbentuk katup, dengan otot-ototserta lipatan mukosa yang saling mendukung
Gambaran Klinis
Klinis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan:
1. Feses yang cair atau belum terbentuk, sering bahkan selalu keluar merembes
2. Keluarnya feses yang sudah terbentuk, sekali atau dua kali per hari, di pakaian
atau di tempat tidur.
Perbedaan dari penampilan klinis kedua macam inkontinensia alvi ini dapat
mengarahkan pada penyebab yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis.
Penyebab dari inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
1. inkontinensia alvi akibat konstipasi
-
7/31/2019 INKOTENINSIA ALVI
2/4
2. inkontinensia alvi simptomatik, yang berkaitan dengan penyakit pada usus besar
3. inkontinensia alvi akibat ganggu kontrol persarafan dari proses defekasi
(inkontinensia neurogenik)
4. inkontinensia alvi karena hilangnya refleks anal
Selanjutnya akan dibicarakan masing-masing tipe dari inkontinensia dan
pengelolaannya
inkontinensia alvi akibat kontipasi
Batasan dari kontipasi (obstipasi) masih belum tegas. Secara teknis
dimaksudkan untuk buang air besar kurang dari tiga kali per minggu, tetapi banyak
pasien sudah mengeluhkan konstipasi bila ada kesulitan mengeluarkan feses yang keras
atau merasa kurang puas saat buang air besar. Konstipasi sering kali dijumpai pada usia
lanjut dan merupakan penyebab utama pada inkontinensia alvi pada usia lanjut.
Obstipasi bila berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan/impaksi dari
massa feses yang keras (skibala). Massa feses yang tidak dapat dikeluarkan ini akan
menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari sudut anorektal.
Kemampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan ataufeses. Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar.
Skibala yang terjadi juga akan menyebabkan iritasi pada mukosa rektum
sehingga akan diproduksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari
feses yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia alvi. Diagnosis ditegakkan
dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, antara lain meraba adanya skibala pada colok
dubur.
Dari anamnesis didapatkan keterangan keluarnya feses yang tidak berbentuk
atau lunak sekali, beberapa kali sehari dan penderita hampir selalu basah tercemar. Pada
colok dubur bila didapatkan massa feses yang keras akan mendukung diagnosis
konstipasi sebagai penyebab inkontinensia alvi, tetapi dapat juga massa feses yang
lunak sebagai penyebab. Pengelolaan yang sesuai untuk konstipasi akan
menyembuhkan inkontinensia alvi.
Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua kemungkinan penyebabnya.
Secara umum diet yang kurang baik, imobilitas, kebiasaan buang air besar yang tidak
tertib dan penggunaan laksans yang tidak tepat merupakan penyebab paling sering
untuk inkontinensia pada usia lanjut.
Pemberian diet tinggi serat dengan cairan cukup dan meningkatkan
aktivitas/mobilitas merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan. Buang air
besar secara teratur dengan menyesuaikan refleks gaster-kolon yang timbul beberapa
menit setelah selesai makan harus dimanfaatkan, dengan mengatur waktu untuk buang
air besar pada saat itu. Tempat buang air besar yang tenang dan pribadi juga akanmendukung.
Bila konstipasi merupakan keluhan yang baru saja dialami dan ada perubahan
dari buang air besar, maka macam-macam kelainan/penyakit kolo-rektal harus dicari.
Demikian juga kelainan metabolik, misalnya neuropati diabetik, kelainan-kelainan
neurologis lain seperti stroke, gangguan medula spinalis, depresi dan lain-lain.
Akhirnya tidak boleh dilupakan adalah efek samping yang penggunaannya
kurang tepat. Beberapa golongan obat-obatan memang sering dimanfaatkan untuk
pengobatan konstipasi, dengan catatan digunakan secara rasional sesuai konstipasi yang
dihadapi. Bila indikasi tidak sesuai, obat tersebut bahkan dapat berakibat konstipasi.
Misalnya penggunaan secara berlebihan dapat menyebabkan atoni kolon, sehingga
dianjurkan pemakaian tidak lebih dari tiga kali seminggu.
-
7/31/2019 INKOTENINSIA ALVI
3/4
Obat-obatan yang disebut sebagai laksans atau pencahar tersebut, kerjanya
antara lain dengan menambah volume feses, atau dengan cara melunakkan dan
melicinkan permukaan feses hingga mudah keluar, meningkatkan pembentukkan cairan
dalam lumen usus, menstimulasi pergerakan usus dan meningkatkan refleks buang air
besar.
Inkontinensia alvi simptomatik
inkontinensia alvi simptomatik dapat merupakan penampilan klinis dari
berbagai macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini
mungkin dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia
dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair dan
gangguan pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair.
Beberapa penyebab diare yang mengakibatkan inkontinensia alvi simtomatik ini
antara lain gastroenteritis, diverkulitis, proktitis, kolitis iskemik, kolitis ulseratif,
karsinoma kolon-rektum. Semua pertimbangan diagnosis di atas, menunjukkan
perlunya pemeriksaan tambahan misalnya kolonoskopi dan foto kolon dengan barium
enema. Penyebab lain dari inkontinensia alvi simtomatik misalnya kelainan metabolik,seperti diabetes melitus, kelainan endokrin, seperti tirotoksikosis, kerusakan sfingter
anus sebagai komplikasi dari operasi hemoroid yang kurang berhasil, dan prolaps-
rektum.
Akhirnya jangan dilupakan penyebab paling umum dari diare pada usia lanjut
adalah obat-obatan, antara lain yang mengandung unsur besi atau memang akibat kerja
pencahar.
Pengobatan dari inkontinensia alvi simtomatik adalah terhadap kelainan
penyebabnya, dan bila tidak dapat diobati dengan cara tersebut, maka diusahakan
terkontrol dengan obat-obatan yang menyebabkan obstipasi.
inkontinensia alvi neurogenik
inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari
korteks serebri saat terjadi regangan/distensi rektum. Proses normal dari defekasi
melalui refleks gastro-kolon. Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung
/gaster, akan menyebabkan pergerakan feses dari kolon desende ke arah rektum.
Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung
kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena
ada inhibisi/hambatan dari pusat korteks serebri. Bila buang air besar tidak
memungkinkan, maka hal ini tetap ditunda dengan inhibisi yang disadari terhadap
kontraksi rektum dan sfingter eksternanya. Pada usia lanjut dan terutama pada pasien
dengan penyakit cerebrovasculer, kemampuan untuk menghambat proses defekasi inidapat terganggu bahkan hilang.
Karakteristik inkontinensia neurogenik ini tampak pada penderita dengan infark
serebri multipel atau penderita dementia. Gambaran klinisnya ditemukan satu-dua
potong feses yang sudah terbentuk di tempat tidur, dan biasanya setelah minum panas
atau makan.
Pengelolaan inkontinensia alvi neurogenik kadang-kadang dengan cara yang
sederhana dan cukup baik hasilnya, tetapi sering dilupakan. Penderita disiapkan pada
suatu komodo(commode), duduk santai dengan ditutup kain sebatas lututnya, kemudian
diberi minuman hangat, relaks dan dijaga ketenangannya sambil ditunggu sampai feses
keluar.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, diberikan obat-obatan yangmenyebabkan konstipasi, tetapi dipastikan diikuti evaluasi usus bagian bawah satu atau
-
7/31/2019 INKOTENINSIA ALVI
4/4
dua kali seminggu dengan supositoria atau enema. Cara ini membutuhkan penyesuaian
individual yang hati-hati dan teliti, agar tidak mengubah inkontinensia menjadi
konstipasi sesungguhnya.
inkontinensia alvi akibat hilangnya refleks anal
inkontinensia alvi ini terjadi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahanotot-otot serat lintang. Parks, Henry, dan Swash dalam penelitiannya, menunjukkan
berkurangnya unit-unit yang berfungsi motorik pada otot-otot daerah sfingter dan pubo-
rektal. Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleks anal, berkurangnya sensasi pada
anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia alvi pada
peningkatan tekanan intra-abdomen dan prolaps dari rektum. Pengelolaan inkontinensia
ini sebaiknya diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.