inovasi dalam organisasi

21
INOVASI DALAM ORGANISASI DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSI INOVASI BAGI INDIVIDU DAN SISTEM SOSIAL Laporan Bab 10 dan 11: Rogers, Everett M. 1971. Diffusion of Innovation. New York, USA: The Free Press, Macmillan Publishing Co. Inc. 1. Pendahuluan Kreativitas dan inovasi mengalami peningkatan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat ilmu pengetahuan pada abad ke-21. Kedua hal tersebut sangat berkontribusi misalnya terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan kehidupan individu sebagai faktor pendukung kompetitif dan kedinamisan kehidupan secara global. Selain itu, kreativitas dan inovasi juga memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan dan belajar. Sementara intelegensia tidak dipandang sebagai prakondisi lahirnya kreatifitas, banyak penelitian menunjukkan keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya yang dimiliki seseorang ternyata menjadi dasar bagi terciptanya kreativitas dan pemupukan pengetahuan. Banyak peneliti memandang kreativitas sebagai format penyusunan pengetahuan dan pembentukan pemahaman individual. Pemahamn individual kemudian menjadi dasar bagi terciptanya pemahaman yang lebih luas melalui saluran-saluran organisasi atau sistem sosial lainnya. Melalui bukunya Diffusion of Innovation (1971), Everett M. Rogers mengembangkan konsep difusi inovasi yang dirangkum dalam sebelas bab pembahasan. Dalam laporan bab ini, akan ditampilkan intisari dari bab 10 dan 11. Bab 10 membahas tentang inovasi dalam organisasi yang diteliti dengan riset variansi, yaitu diteliti korelasinya dengan sejumlah variabel bebas yang merupakan komponen-komponen sebuah organisasi. Sedangkan bab 11 membahas tentang konsekuensi inovasi sebagai perubahan

Upload: izzay

Post on 23-Jun-2015

1.895 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: INOVASI DALAM ORGANISASI

INOVASI DALAM ORGANISASI DAN

KONSEKUENSI-KONSEKUENSI INOVASI BAGI INDIVIDU DAN SISTEM SOSIAL

Laporan Bab 10 dan 11:

Rogers, Everett M. 1971. Diffusion of Innovation. New York, USA: The Free Press,

Macmillan Publishing Co. Inc.

1. Pendahuluan

Kreativitas dan inovasi mengalami peningkatan sebagai sesuatu yang sangat

penting dalam pembangunan masyarakat ilmu pengetahuan pada abad ke-21. Kedua

hal tersebut sangat berkontribusi misalnya terhadap perkembangan ekonomi, sosial,

dan kehidupan individu sebagai faktor pendukung kompetitif dan kedinamisan

kehidupan secara global.

Selain itu, kreativitas dan inovasi juga memiliki hubungan yang erat dengan

pengetahuan dan belajar. Sementara intelegensia tidak dipandang sebagai prakondisi

lahirnya kreatifitas, banyak penelitian menunjukkan keterkaitan antara pengetahuan

sebelumnya yang dimiliki seseorang ternyata menjadi dasar bagi terciptanya

kreativitas dan pemupukan pengetahuan. Banyak peneliti memandang kreativitas

sebagai format penyusunan pengetahuan dan pembentukan pemahaman individual.

Pemahamn individual kemudian menjadi dasar bagi terciptanya pemahaman yang

lebih luas melalui saluran-saluran organisasi atau sistem sosial lainnya.

Melalui bukunya Diffusion of Innovation (1971), Everett M. Rogers

mengembangkan konsep difusi inovasi yang dirangkum dalam sebelas bab

pembahasan. Dalam laporan bab ini, akan ditampilkan intisari dari bab 10 dan 11. Bab

10 membahas tentang inovasi dalam organisasi yang diteliti dengan riset variansi,

yaitu diteliti korelasinya dengan sejumlah variabel bebas yang merupakan komponen-

komponen sebuah organisasi. Sedangkan bab 11 membahas tentang konsekuensi

inovasi sebagai perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial sebagai akibat

dari adopsi suatu inovasi.

2. Isi Bab 10 dan 11

2.1 Bab 10: Inovasi dalam Organisasi

Kebanyakan buku yang terbit pada masa kini memusatkan perhatiannya

kepada difusi inovasi terhadap individu. Banyak inovasi, bagaimanapun juga, yang

sebenarnya diaopsi pula oleh organisasi-organisasi. Dan dalam banyak hal, seorang

individu tidak dapat mengadopsi suatu gagasan baru sampai suatu organisasi telah

terlebih dahulu mengadopsinya; misalnya seorang guru sekolah tidak dapat

Page 2: INOVASI DALAM ORGANISASI

menggunakan komputer sampai distrik tempat sekolah itu berada memutuskan untuk

membeli perlengkapan tersebut.

Berdasarkan konsep tersebut, bab 10 difokuskan khususnya pada keputusan-

keputusan kolektif dan otoritas, karena kedua tipe ini biasanya memerlukan organisasi

sebagai sistem dimana keputusan-inovasi tersebut terjadi. Di sini ditelusuri perubahan-

perubahan yang penting dari studi-studi keinovatifan organisasional, di mana data

dikumpulkan dari suatu sampel yang besar berupa organisasi-organisasi dalam usaha

menentukan karakteristik-karakteristik dari organisasi-organisasi yang lebih atau

kurang inovatif, menuju penyelidikan proses inovasi dalam organisasi-organisasi. Studi

tersebut umumnya telah dilakukan sejak kira-kira pertengahan tahun 1970-an, berupa

studi-studi kasus dari proses keputusan-inovasi. Pendekatan penelitian proses seperti

itu telah menyediakan pengetahuan yang penting dalam hakekat proses inovasi dan

tingkah laku organisasi-organisasi ketika organisasi itu berubah.

Studi-studi proses inovasi menekankan fase-fase implementasi yang terlibat

dalam menempatkan suatu gagasan baru ke dalam pemakaian oleh suatu organisasi;

dengan demikian, studi-studi ini telah menyempurnakan penelitian difusi sebelumnya,

yang umumnya berhenti dengan kurangnya menyelidiki implementasi dengan

memfokuskan pada keputusan untuk mengadopsi atau menolak. Penelitian-penelitian

masa kini yang diingatkan dalam bab ini menunjukkan bahwa implementasi suatu

inovasi bukanlah suatu kepastian, ketika keputusan untuk mengadopsi dibuat. Bila

dibandingkan dengan proses keputusan inovasi oleh individu, proses inovasi dalam

organisasi jauh lebih rumit. Hal tersebut terjadi karena dalam proses inovasi organisasi

mungkin melibatkan sejumlah individu yang masing-masing memainkan peranan yang

berbeda dalam keputusan inovasi.

Organisasi

Organisasi merupakan suatu sistem yang stabil terdiri dari individu-individu

yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama melalui hirarki pangkat dan suatu

pembagian pekerjaan. Organisasi dibentuk untuk menangani tugas rutin dan untuk

meminjamkan stabilitas kepada hubungan manusia. Efisiensinya organisasi sebagai

alat untuk mengorganisasikan usaha manusia sebagian disebabkan oleh stabilitas ini,

yang berasal dari tingkat yang relatif tinggi dari struktur yang dibebankan pada pola

komunikasi.

Struktur organisasi yang stabil dan dapat diramalkan diperoleh melalui:

a) tujuan-tujuan yang ditentukan terlebih dahulu;

b) perincian tugas;

c) struktur otoritas;

d) kebiasaan dan peraturan; serta

e) pola-pola informal.

Page 3: INOVASI DALAM ORGANISASI

Gambaran mengenai proses inovasi dalam suatu organisasi misalnya dapat

dipahami dalam sebuah contoh urutan kejadian, tindakan-tindakan, dan keputusan-

keputusan melalui gagasan membuat jadwal secara komputerisasi dimulai dan

diimplementasikan di sebuah sekolah menengah pemerintah yang bernama Troy High

School (Troy, Michigan, Detroit, USA).

THS mengadopsi suatu sistem penjadwalan moduler yang fleksibel –perubahan

revolusioner dalam prosedur yang biasa di sekolah tersebut–, pada bulan September

1965. Inonasi tersebut mulanya dikembangkan di Universitas Stanford, berupa sebuah

aplikasi membagi hari sekolah ke dalam 24 modul pengajaran masing-masing selama

15 menit. Modul dikombinasikan ke dalam periode kelas selama empat puluh lima

menit, satu jam, atau satu setengah jam. Masing-masing siswa memiliki jadwal kelas

yang unik, dan dapat memasuki beberapa kelas yang berbeda; sekitar 50 % waktu

siswa tidak dijadwalkan. Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya dalam menentukan

bagaimana ia memanfaatkan jam belajar, termasuk masuk atau tidak ke dalam

kelas.masing-masing jadwal harian siswa digeneralisasi oleh komputer Stanford.

Konsekuensi penjadwalan secara komputerisasi tersebut adalah dapat diakses jarak

jauh, menyebabkan setiap siswa, guru, tenaga administrasi, dan orang tua siswa

tersambung secara terus menerus dengan THS. Berkat inovasi tersebut, THS berhasil

meraih penghargaan sebagai salahsatu dari sebelas sekolah yang inovatif di Amerika

Serikat pada tahun 1965.

Setelah beberapa waktu berjalan melaui berbagai proses inisiasi dan

implementasi berkelanjutan, inovasi tersebut mengalami kemunduran pada tahun

1969. Secara garis besar, kegagalan inovasi penjadwalan secara komputerisasi di THS

disebabkan oleh: 1) teknologi yang digunakankan tidak benar-benar dikembangkan

pada saat pertama diadaptasi; 2) inovasi tersebut tidak dipahami secara luas, dan

secara nyata menyebabkan berbagai hal berjalan salah di THS; Kepala Sekolah dan

manajemen sekolah sebagai pemegang kunci terhadap inovasi tersebut, tidak

berpartisipasi secara menyeluruh dalam proses inovasi dari sejak pertama kali inovasi

tersebut diperkenalkan di THS; dan 4) struktur komunikasi staf sekolah tidak dipahami

benar oleh Joe Blanchar (THS Principal) dan juga penggerak-penggerak inovasi yang

lainnya.

Keinovatifan Organisasi

Studi tentang keinovatifan organisasi telah banyak dilakukan sebelumnya.

Dalam kurun tahun 1970, penelitian tentang difusi secara berbeda mulai dilakukan

terhadap organisasi, menelaah-ke-dalam organisasi pada saat proses inovasi. Melalui

berbagai data dalam beberapa penelitian sebelumnya, seperti Mohr (1969), dapat

ditemukan beberapa konsep yang menjelaskan tentang karakteristik keinovatifan

organisasi; beberapa karakteristik ternyata sebanding dengan karakteristik-

Page 4: INOVASI DALAM ORGANISASI

karakteristik keinovatifan individual. Contohnya, organisasi yang lebih besar ternyata

lebih inovatif, sama seperti individu yang memiliki pendapatan dan status sosial-

ekonomi yang lebih tinggi. Tapi, beberapa karakteristik khusus hanya dijumpai pada

tingkat organisasi tidak memiliki kesamaan dengan tingkat individu; sebagai contoh,

karakteristik struktur organisasi seperti keterbukaan pada sistem dan formalisasi

ditemukan berhubungan positif dan negatif, berturut-turut, menuju keinovatifan

organisasi.

Setelah beberapa ratus kajian tentang keinovatifan organisasi dilaksanakan,

pendekatan terhadap inovasi dalam organisasi tersebut berakhir dengan

ditemukannya berbagai kelemahan. Hal tersebut disebabkan karena:

a) Studi-studi tentang keinovatifan organisasi menemukan hubungan yang rendah

antara variabel bebas yang diteliti dengan varibel terikat dari keinovatifan.

b) Salahsatu masalah yang menjengkelkan dalam studi-studi keinovatifan organisasi

adalah seberapa cukup data yang disediakan oleh pimpinan organisasi (ketua)

menunjukkan tingkah laku inovasi anggota organisasi tersebut.

Walaupun demikian, ditemukan beberapa konsep tentang keinovatifan

organisasi, di anataranya hubungan antara ukuran dan karakteristik struktur dengan

keinovatifan organisasi. Ukuran sebuah organisasi secara konstan ditemukan secara

positif berhubungan erat dengan keinovatifan. Contohnya, Mytinger (1968)

menemukan keinovatifan empat puluh departemen kesehatan lokal di California yang

berhubungan dengan (1) staf dan anggaran berjumlah besar, (2) ukuran kota yang

besar, dan (3) kekosmopolitan, akreditasi, dan prestise dari kepala kesehatan di

anatara petugas kesehatan di bawahnya. Secara umum, kajian tersebut menunjukkan

bahwa ukuran –komunitas dan departemennya– mungkin merupakan alasan yang

memaksakan kecocokan terhadap keinovatifan. Ukuran mungkin juga merupakan

wakil dari beberapa dimensi yang mengarahkan kepada inovasi, seperti: sumber daya

yang total, kelenturan sumber daya, struktur organisasi, dan sebagainya.

Karakteristik-karakteristik struktur hubungannya dengan keinovatifan banyak

dikaji antara tahun 1960 sampai 1970. Keinovatifan berhubungan erat dengan variabel

bebas yang diukur sebagai dimensi struktur organisasi, seperti: pemusatan,

kompleksitas, formalisasi, interkoneksi, kelenturan organisasai, dan keterbukaan,

seperti tampak pada bagan berikut ini.

Page 5: INOVASI DALAM ORGANISASI

Tahapan Proses Inovasi dalam Organisasi

Proses inovasi biasanya terdiri dari lima tahap, masing-masing ditandai dengan

cakupan sebagian dari peristiwa, aksi, dan keputusan yang dibuat pada titik tersebut.

Kelima tahapan tersebut adalah (1) Latar-Belakang-Agenda, (2) Penyesuaian, (3)

Pemaknaan Ulang/Penstrukturan Ulang, (4) Klarifikasi, dan (5) Pembiasaan,

sebagaimana bagan di bawah ini.

Proses inovasi bisa bergerak lambat atau cepat; tergantung pada penyelesaian

masalah-masalah yang ditemukan pada tahapan sebelumnya. Dimungkinkan pula

bahwa beberapa tahapan dari kelima tahapan diatas, dilewati. Salah satu dari sekian

banyak masalah yang ditemui yang dapat mempengaruhi atau memutuskan tahapan

implementasi dari sebuah inovasi dalam organisasi adalah kenyataan bahwa inovasi

tersebut terlalu besar untuk dimulai.

Contohnya adalah inovasi Dial-A-Ride yang dicoba diimplementasikan sebagai

penggunaan telepon dalam kendaraan pada kurun waktu tahun 1970, mengalami

kegagalan yang oleh Carlson (1976) diidentifikasi memiliki empat penyebab: (1)

Page 6: INOVASI DALAM ORGANISASI

Pelaksanaan sistem Dial-A-Ride secara serentak pada berbagai jenis moda kendaraan,

(2) Sistem komunikasi pelanggan yang tidak memadai, (3) Jumlah kendaraan yang

tidak memadai, dan (4) Pengalihoperasian perusahaan taksi.

2.2 Bab 11: Konsekuensi-Konsekuensi Inovasi

Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi terhadap seseorang atau

terhadap suatu sistem sosial sebagai dampak pengadopsian atau penolakan

terhadap sebuah pembaharuan (inovasi). sebuah pembaharuan akan berdampak

kecil, bila tidak disebarluaskan kepada suatu kelompok ma-syarakat untuk

mempergunakannya. Sebaliknya, Sebuah inovasi akan ber-dampak besar bila inovasi

tersebut disebarluaskan kepada anggota suatu ke-lompok masyarakat dan

dipergunakannya. Maka, penemuan dan difusi men-jadi tujuan yang ingin dicapai. Dan

ini merupakan konsekuensi dalam menga-dopsi sebuah pembaharuan.

Walaupun konsekuensi dari sebuah inovasi ini suatu hal yang penting, namun

hal ini kurang mendapat perhatian dari para peneliti. Bahkan kurang-nya data dan

perhatian dari para peneliti konsekuensi, menyulitkan peneliti untuk

menggeneralisasikan mengenai konsekuensi dari suatu inovasi. Kita dapat

menguraikan berbagai konsekuensi dan menentukan kategori-kategori untuk

mengklasifikasikan berbagai konsekuensi, namun kita tidak dapat memprediksi kapan

dan bagaimana konsekuensi tersebut akan terjadi.

Bukan saja para peneliti yang kurang memperhatikan hal ini, demikian pula

para agen. Mereka sering berasumsi bahwa mengadopsi suatu inovasi hanya

menghasilkan hal hal yang menguntungkan mereka saja. Asumsi ini termasuk kategori

bias pro inovasi. Agen perubahan seharusnya mengenal kewajiban mereka terhadap

inovasi yang mereka kenal. Mereka harus mam-pu memprediksi kerugian dan

keuntungan sebelum inovasi mereka tersebut diperkenalkan kepada klien mereka,

tetapi ini jarang dilakukan.

(Contoh Kasus: Mobil Salju di Antartika)

Cerita ini menggambarkan bagaimana inovasi dari sebuah mobil salju merubah

tatanan masyarakat di daerah kutub. Mereka yang tadinya menggu-nakan rusa

sebagai alat transportasi, dan hewan peliharaan berubah total sejak hadirnya

mobil salju. Disatu sisi Kehadiran mobil salju ini membawa dampak positif. Dari

jarak tempuh, yang tadinya harus ditempuh dalam 2 hari perjalkanan kini

cukup dalam waktu 5 jam. Hal ini menggeser sistem trans-portasi yang

biasanya menggunakan rusa dan alat ski. Namun, disisi lain, hal ini membawa

dampak negative. Kedekatan antara manusia dan rusa rusa tersebut

terganggu. Ini diakibatkan karena banyak rusa dipotong untuk dijual agar bias

membeli mobil. Lama kelamaan peternakan rusa menurun dan Ini

Page 7: INOVASI DALAM ORGANISASI

mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan menganggur. Revolusi

mobil salju mendorong masyarakat disana menjadi ketergantungan terhadap

uang tunai, utang dan pengangguran.

Sebuah Model dalam mempelajari Konsekuensi

Banyak kajian sebelumnya membahas: ‘variabel apa yang berkaitan dengan

inovasi?’ kini pertanyaannya beralih kepada : ‘Apa dampak-dampak mengadopsi

suatu inovasi?

Pembaharuan, dulu merupakan dependent variabel utama. Kini dia ada-lah

gambaran dari sebuah variabel yang paling utama yakni konsekuensi ino-vasi.

Ilustrasinya dapat dilihat dari pemikiran Mason and Halter (1968) halaman 376.

Asal MulaPembaharuan(Indeependen

Variable)

Pembaharuan Kini(Dependent Varia-

ble lama)KONSEKUENSI PEMBAHARUAN

(Dependent Variable baru)

1. Pendidikan2. Status Sosial

Ekonomi3. Cosmopolitene

ss4. Jalur komun-

nikasi5. Dan lain lain

Kesigapan mengadposi

gagasan baru

Konsékuénsi Langsung :1. Peningkatan

produktifitas dan efisiensi

2. Peningkatan pendapatan

3. Lebih banyak Kesenangan

4. Dan lain-lain

Konsékuénsi Terselubung :1. Mahalnya

ongkos2. Memerlukan

lebih banyak modal

3. Sulitnya pe-merataan ke-pemilikan har ta,pendapatan dan sumber daya lainnya.

4. Dan lain-lain

Penelitian tentang Konsekuensi Inovasi sangat sedikit karena :

1. Agen perubahan, sering kali mensponsori penelitian ini terlalu menekan-kan pada adopsinya saja, beranggapan bahwa keputusan untuk menga-dopsi pembaharuan hanya akan berakibat positif saja.

2. Mungkin metode penelitian yang dipergunakan tidak tepat untuk menyeli-diki konsekuensi inovasi.Penelitian ini sangat rumit mengingat kenyataan bahwa waktu yang diperlukan akan sangat lama dan tidak cukup dengan hanya menambahkan jumlah pertanyaan dalam survey, jumlah sampel, atau jenis pengumpulan data lainnya.

3. Konsekuensi sulit untuk diukur.Seseorang yang menggunakan suatu inovasi biasanya tidak sadar akan akibat

yang akan dihadapinya. Oleh sebab itu, cara apapun yang dipakai untuk meneliti

hal ini mungkin akan berakibat pada kesimpulan yang ti-dak sempurna dan

menyesatkan.

Page 8: INOVASI DALAM ORGANISASI

Konsep ‘relativisme budaya’ adalah: suatu sudut pandang bahwa ma-sing

masing budaya seharusnya tidak dipandang dari sisi situasi dan kebutuhannya

semata. Tidak ada satu budayapun yang ‘terbaik’ dalam makna tertentu. Masing

masing budaya memilikii norma, nilai, keper-cayaan, sikap yang berfungsi efektif

dalam lingkungannya sendiri.

Klasifikasi Konsekuensi

Satu langkah untuk meningkatan pemahaman kita akan konsekuensi inovasi

adalah dengan mengklasifikasikannya kedalam suatu taksonomi (sis-tem klasifikasi):

1. Konsekuensi Yang Diharapkan dan Yang Tidak Diharapkan. Konsekuensi yang diharapkan adalah akibat yang bermanfaat yang dipe-roleh

individu atau suatu sistem sosial. Sebaliknya, Konsekuensi yang ti-dak diharapkan

artinya bila inovasi itu tidak berfungsi dengan baik pada individu atau suatu sistem

sosial.

Dalam konsekuensi yang diharapkan akan timbul :

- Keuntungan BerlipatKeuntungan ini adalah suatu keuntungan yang diperoleh oleh orang yang

pertama kali mengadposi ide ide baru dalam suatu sistem sosial. Hal ini

disebabkan karena ketika mulai banyak orang yang menga-dopsi sebuah

inovasi, maka total produksi dan efisiensi meningkat se-hingga harga barang

atau jasa akan turun. Hal ini adalah manfaat dari turunnya biaya produksi.

Mungkin juga pembaharu harus menanggung resiko untuk mendapat-kan rejeki

yang berlipat. Tidak semua ide akan berhasil.

Bahkan mungkin, bukannya keuntungan yang berlipat melainkan keru-gian

yang berlipat.

Keuntungan berganda ini adalah salah satu keuntungan yang relatif yang

diperoleh sebagian orang saja.

- Kesalahan Asumsi Tentang PemisahanMaksudnya adalah: Konsekuensi yang diharapkan dari suatu inovasi teknologi

dapat dipisahkan dari konsekuansi yang tidak diinginkan. Contoh kasus terjadi

di Iran dimana Ayatullah Khomaeni tidak menolak inovasi teknologi dibidang

teknologi seperti media dan alat komunikasi buatan barat tetapi ia mentah

mentah menolak pengaruh yang diaki-batkan oleh barat terhadap pemuda Iran.

Hal ini berkaitan dengan generalisasi 11 – 1: Sulit bahkan tidak mungkin untuk

mengendalikan akibat akibat dari inovasi begitu juga untuk memisahkan antara

konsekuensi yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.

2. Konsekuensi Langsung dan Konsekuensi Tidak LangsungKonsekuensi Langsung : Perubahan perubahan yang terjadi langsung saat

meresponse terhadap suatu inovasi. Ilustrasinya ada pada hal. 385 ketika suku

Page 9: INOVASI DALAM ORGANISASI

suku di Madagaskar berubah dari sistem sawah kering ke sistem tanah basah.

Perubahan ini merubah tatanan kepemilikan tanah, status social, dan sistem

pemerintahan.

Konsekuensi Tidak Langsung : Perubahan perubahan yang terjadi pada suatu

individu atau sistem social sebagai akibat dari suatu inovasi.

3. Konsekuensi Yang Diduga dan Konsekuensi Yang Tak DidugaKonsekuensi yang Diduga : Konsekuensi yang diketahui dan yang di-inginkan oleh

anggota dari suatu sistem kemasyarakatan.

Konsekuensi yang Tak Diduga : Sebaliknya

(Cerita tentang kapak besi untuk Suku Aborigin di Jaman Batu)

Dari cerita ini dapat diambil pelajaran mengenai:

BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA SEBUAH INOVASI:1. Bentuk (Form): berupa bentuk tampilan/fisik dari sebuah inovasi

yang dapat dilihat.2. Fungsi (Function): manfaat yang dihasilkan dari sebuag inovasi

terhadap cara hidup suatu masyarakat.3. Makna (Meaning): Persepsi yang bersifat subjektif dan sering kali

tidak disadari oleh suatu masyarakat akan sebuah inovasi. TIGA HAL YANG PERLU DIKETAHUI AGEN PERUBAHAN UNTUK

STABILITAS/PENYEIMBANG :1. Stabilitas Yang Tetap: terjadi ketika sama sekali tidak terjadi

perubahan dalam struktur atau fungsi sitem kemasyarakan.2. Stabilitas Yang Dinamis: terjadi ketika tingkat perubahan dalam

sistem kemasyarakatan sesuai dengan kemampuan masyarakat untuk menangani pembaharuan tersebut.

3. Ketidakseimbangan: terjadi ketika tingkat perubahan terlalu cepat untuk mampu dikejar oleh masyarakat.

KEPADA SIAPA INOVASI DIPERKENALKANKetidaktahuan akan budaya dari suatu masyarakat akan membawa

kegagalan sebuah pembaharuan. Masalah kepada siapa inovasi

diperkenalkan membawa kita pada isu pemerataan.

PEMERATAAN DALAM KONSEKUENSI KONSEKUENSI INOVASI

Seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, difusi biasanya menyebabkan

kesenjangan social ekonomi karena:

1. Orang yang pertama mengadopsi memiliki sikap yang positif terhadap ide ide baru dan senantiasa berusaha untuk mencari inovasi baru.

2. Agen perubahan professional cenderung untuk berkonsentrasi dengan klien atau orang yang pertama mengadopsi dengan harapan pendapat mereka akan diikuti oleh para pengikutnya.

3. Dengan lebih dulu mengasopsi inovasi, mereka mengharapkan keuntungan yang berlipat ganda.

Page 10: INOVASI DALAM ORGANISASI

ISU ISU PENYETARAAN DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN

Pentingnya isu penyetaraan baru dirasakan pada tahun 1970. Sebelumnya, isu

ini sering kali diabaikan dan umumnya menganut teori: “trickle down’ untuk mengatasi

kesenjangan difusi inovasi dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan pola piker

terjadi pada awal tahun 1970 sebagai bagian dari factor dominan pembangunan.

Kenaikan pendapatan perkapita 5 - 10% dianggap sebagai suatu keberhasilan. Namun

keberhasilan ini dipertanyakan. Misalnya: jika pendapatan perkapita naik dan

dihabiskan untuk membeli minuman alcohol, apakah itu suatu pembangunan?

Pertanyaan yang sulit ini membawa pada suatu penekanan terhadap

penyentaraan dalam munculnya berbagai alternative terhadap paradigm

pembangunan.

Para perencana tingkat nasional tidak mengukur pembangunan hanya

berdasarakan pendapatan perkapita mereka mulai berfikir tentang penyetaraan social

ekonomi sebagai tujuan pembangunan dan memcoba untuk mengukur indikator

indikator non-ekonomi sebagai upaya peningkatan mutu kehidupan.

Ketika para ilmuwan dan agen perubahan mulai untuk membedakan antara: (1)

tingkat barang dan (2) Penyetaraan distribusi barang maka langkah berikutnya adalah

mulai memyelidiki dampak kesenjangan yang luas dan dampak kesenjangan yang

sempit dari sebuag difusi inovasi.

KESENJANGAN DAMPAK DAMPAK KOMUNIKASI DAN KONSEKUENSI

KONSEKUENSI DIFUSI

Masalah ini dimulai dengan pertanyaan: “Apa akibat dari aktivitas komunikasi?”

Efek disini terutama berdasarkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau perilaku

seseorang. Dimensi ke dua sedikit berbeda: “Apakah aktifitas komunikasi memiliki

akibat yang lebih besar, atau berbeda terhadap seseorang dibandingkan dengan orang

lain?

Ahli dibidang difusi mencoba untuk menganalisa data mereka untuk melihat

saejauh mana program difusi dapat berdampak pada kesenjangan yang lebar atau

sempit (diistilahkan: ‘atas’ dan ‘bawah’). Misalnya: status ekonomi atas dan bawah,

pengadopsi awal dan akhir atau tingkat informasi (kaya dan miskin informasi).

Bagaimanapun ‘atas’ ‘bawah’ diklasifikasikan, keberaturan sebuah penyetaraan akan

ditemukan.

KONSEKUENSI KESENJANGAN YANG LUAS DALAM ADOPSI INOVASI

1. Konsekuensi dari adoptasi inovasi biasanya cenderung untuk memper-besar kesenjangan antara pengadopsi pertama dan terakhir.

2. Konsekuensi dari adposi inovasi biasanya cenderung untuk memperle-bar kesenjangan social ekonomi diantara para segmen masyarakat da-lam status ekonomi tinggi dan rendah.

Page 11: INOVASI DALAM ORGANISASI

STRUKTUR SOSIAL DAN KONSEKUENSI PENYETARAAN (Kasus irigasi di

Bangladesh dan Pakistan)

STRATEGI UNTUK MEMPERKECIL KESENJANGAN:

I. Golongan ‘atas’ memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi mengenai informasi disbanding golongan ‘bawah’.1. Informasi mungkin terkesan basi untuk kelas ‘atas’ namun bisa saja

disampaikan kepada warga kelas bawah. ‘Efek Langit Langit’ ini berhasil memurunkan kesenjangan social ekonomi di India.

2. Seseorang dapat merangkai pesan pesan komunikasi terutama untuk para ekonomi kelas bawah dengan mempertimnangkan karakteristik mereka seperti: pendidikan, kepercayaan, kebiasaan komunikasi, dan sejenisnya.

3. Seseorang seharusnya menggunakan jalur komunikasi agar mampu mengangkat golongan ‘bawah’ sehingga akses bukan menjadi penghalang dalam memperoleh kesadaran untuk memperoleh inovasi.

4. Golongan ‘bawah’ dapat diorganisir kedalam kelompok kecil dimana mereka dapat mempelajari tentang inovasi dan mendiskusikan ide ide baru ini.

5. Konsentrasi para agen perubahan dapat dialihtugaskan dari innovator kr pengadopsi awal.

II. Golongan ‘atas’ Memiliki Akses Yang Lebih Besar Terhadap Informasi Evaluasi suatu Inovasi dari Teman Temannya Dibanding Golongan ‘bawah’.1. Pendapat para pemimpin dari kelompok yang kurang beruntung dapat

diketahui dan agen perubahan dapat dilimpahkan kepada mereka.2. Pembantu pembantu agen perubahan diambil dari kelompok ‘bawah’

sebagai penyampai inovasi. 3. Grup grup resmi dari kelompok ‘bawah’ dapat diatur untuk memperoleh

pendidikan kepemimpinan dan memajukan pembuatan keputusan inovasi.

III. Golongan ‘atas’ Memiliki Keleluasan Sumber Daya Untuk Mengadopsi Inovasi Dibanding Kelompok ‘Bawah’.1. Prioritas dapat diberikan untuk pengembangan dan rekomendasi

sebuah inovasi kepada kelompok bawah. 2. Organisasi Sosial dapat diberikan pada tingkat local sehingga golongan

‘bawah’ dapat memperoleh penyetaraan dengan golongan ‘atas’ dalam keleluasaan menggunakan sumber daya untuk mengadopsi inovasi.

3. Alat harus diberikan agar golongan ‘ bawah’ dapat berpartisipasi untuk merencanakan dan melaksanakan program inovasi. Termasuk pengaturan prioritas program.

4. Agen agen difusi khusus dapat dibentuk untuk bekerja dengan golongan ‘bawah’ sehingga agen perubahan mampu untuk me-ngetahui kebutuhan golongan sosialk ekonomi rendah.

5. Penekanan harus dialihkan dari yang bersifat sentralisasi kepa-da desentralisasi.

Page 12: INOVASI DALAM ORGANISASI

KESENJANGAN YANG LEBIH LUAS DAPAT DIPREDIKSI

Hal ini berdasarkan Generalisasi 11 – 7: Ketika upaya upaya khusus dibuat oleh

agen perubahan, maka mungkin untuk memperkecil atau setidaknya tidak

memperluas kesenjangan social ekonomi dalam suatu sistem masyarakat. Kasus ini

berhasil di India ketika informasi tentang pertanian disampaikan melalui televisi.

Rolling (at all, 1976) menyimpulkan bahwa: ‘Difusi generalisasi secara tepat

memberikan kesimpulan tentang usaha usaha pada saat ini, tetapi hal ini mungkin

sangat berbeda dari menyajikan rekomendasi untuk usaha yang lebih optimal’.

3. Pembahasan

Perubahan organisasi adalah “usaha yang direncanakan oleh manajemen untuk

menghasilkan prestasi keseluruhan individu, kelompok dan organisasi dengan

mengubah struktur, perilaku dan proses”. Perubahan seperti itu bukanlah sekedar

berubah saja, tetapi perubahan yang disertai dengan pembaruan dalam berbagai hal

berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan hal inilah yang

sering dimaknai sebagai pembaruan atau inovasi. Inovasi itu lebih dari sekedar

perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan.

Dalam inovasi ada kegiatan menciptakan sesuatu hal baru yang bertujuan

untuk meningkatkan kinerja organisasi. Penciptaan sesuatu hal baru di sini erat

kaitannya dengan teknologi baru, produk-produk baru maupun metode yang baru,

sehingga ketika menyebut istilah inovasi membuat sebagian besar orang berpikir

pertama-tama tentang teknologi, produk-produk baru, dan metode-metode baru untuk

membuatnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, agar setiap organisasi dapat

sustainnable dalam lingkungan dinamis yang selalu berubah, maka perlu

menumbuhkan dan me-lakukan inovasi secara terus-menerus yang dikenal dengan

inovasi tiada henti. Inovasi yang tiada henti itu maksudnya adalah inovasi yang

dilakukan secara terus menerus dalam berbagai hal dan selalu menyesuaikan dengan

perkembangan zaman.

Siapakah pihak yang berperan melakukan inovasi dalam suatu organisasi?

Tidak lain adalah setiap orang atau individu yang ada di dalam organisasi tersebut.

Prestasi organisasi tergantung dari prestasi individu. Sedangkan prestasi individu

merupakan bagian dari prestasi kelompok yang pada gilirannya merupakan prestasi

organisasi. Karena itu semua unsur di dalam organisasi, baik pimpinan maupun

anggota harus mempunyai niat dan perhatian serta konsistensi yang terintegrasi dan

berkesinambungan. Hal ini penting ditekankan agar semua pihak yang berperan serta

dalam proses inovasi, mulai dari pimpinan tertinggi hingga anggota terendah pun

Page 13: INOVASI DALAM ORGANISASI

mengetahui tujuan-nya, sasarannya dan perencanaan maupun strategi yang

dipergunakan, sehingga hasilnya dapat memenuhi harapan organisasi.

Inilah tantangan bagi organisasi yang bergerak di bidang pendidikan.

Bagaimana organisasi pendidikan mengantisipasi perubahan tersebut? Apa langkah-

langkah yang perlu dilakukan sehingga penyelenggara pendidikan kita di Indonesia ini

mampu menem-patkan kualitas sumber daya manusia kita pada level yang patut

diperhitungkan di kancah global? Hal ini merupakan tugas yang tidak ringan, terutama

bagi penyelenggara kegiatan pendidikan. Di sini dibutuhkan manajemen pendidikan

yang baik (well manage) dan stra-tegi pelaksanaan inovasi agar organisasi pendidikan

mampu menghasilkan SDM yang berkualitas.

Inovasi merupakan perubahan yang direncanakan oleh organisasi dengan

kegiatan yang berorientasi pada pengembangan dan penerapan gagasan-gagasan

baru agar menjadi kenyataan yang bermanfaat dan menguntungkan. Proses inovasi

dapat dianalogikan seba-gai proses pemecahan masalah yang di dalamnya

terkandung unsur kreativitas. Dalam hal inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan

pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait

di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti kepala sekolah, guru dan

siswa.

Perubahan–perubahan yang terjadi dalam lingkungan eksternal suatu

organisasi pada umumnya akan memaksa organisasi terus melakukan perubahan.

Adanya paradigma–paradigma yang berubah baik secara internal sebagai tanggapan

dari adanya perubahan eksternal mendesak juga untuk berubah. Perubahan–

perubahan dalam struktur organisasi, kultur dan filosofi yang mendasari organisasi

akan memerlukan sejumlah inovasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

Perubahan dan Inovasi dalam organisasi Pendidikan juga perlu dikembangkan dengan

tujuan untuk orientasi kerja, kehidupan masa depan dalam koridor long life education.

Inovasi dalam dunia pendidikan meliputi organisasi sekolah sebagai suatu sistem,

mencakup mulai dari input, proses, output dan outcome. Pengelolaan Pendidikan

mendasarkan pada Broad Based Society yang kemudian membuat satu terobosan

inovasi dengan manajemen berbasis sekolah, dalam bentuk proses pembelajaran juga

mencakup metode–metode seperti Contextual teaching and learning, group learning,

dan metode pembelajaran lain. Inovasi yang terus berkembang dalam organisasi

adanya reengineering yang mencakup berbagai aspek dengan tujuan terjadinya

efisiensi dan efektifitas.

Joyce Wycoff (2004) mengemukakan tentang 10 langkah praktis untuk

mempertahankan kehidupan inovasi dalam suatu organisasi. Kesepuluh langkah

tersebut adalah:

Page 14: INOVASI DALAM ORGANISASI

1. Hilangkan rasa takut dalam organisasi. Innovasi artinya melakukan sesuatu yang

baru dan sesuatu yang baru itu mungkin akan gagal, jika orang-orang senantiasa

diliputi ketakutan akan kegagalan.

2. Jadikan inovasi sebagai bagian dari sistem penilaian kinerja setiap orang. Tanyakan

kepada mereka, apa yang akan mereka ciptakan atau tingkatkan pada masa-

masa yang akan datang, kemudian ikuti kemajuannya.

3. Dokumentasikan setiap proses inovasi dan pastikan setiap orang dapat memahami

peran didalamnya dengan sebaik-baiknya.

4. Berikan keluasaan kepada setiap orang untuk dapat mengeksplorasi kemungkinan-

kemungkinan baru (new possibilities) dan berkolaborasi dengan orang lain, baik

yang ada dalam organisasi maupun di luar organisasi.

5. Pastikan setiap orang dapat memahami strategi organisasi dan pastikan pula

bahwa semua usaha inovasi benar-benar sudah selaras dengan strategi yang

ada.

6. Belajarkan setiap orang untuk mampu memindai lingkungan, seperti tentang trend

baru, teknologi atau perubahan mindset pelanggan.

7. Belajarkan setiap orang untuk menghargai keragaman, baik dalam gaya berfikir,

perspektif, pengalaman maupun keahlian, karena keragaman seluruh aktivitas ini

merupakan bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam proses

menuju inovasi.

8. Tentukan kriteria yang terukur dengan fokus pada cita-cita masa depan organisasi.

Kriteria yang ketat hanya akan menghambat terhadap pencapaian cita-cita dan

melestarikan berbagai asumsi dan mindset masa lampau. Curahkan waktu untuk

pengembangan dan kesuksesan yang hendak organisasi pada masa yang akan

datang.

9. Team Inovasi berbeda dengan team proyek regular. Oleh karena itu, dibutuhkan

perlengkapan dan mindset yang berbeda pula. Sediakanlah pelatihan yang cukup

sehingga setiap orang dapat bekerja dalam inovasi secara sukses.

10. Kembangkan sistem pengelolaan gagasan dan tangkaplah setiap gagasan untuk

dikembangkan dan dievaluasi berbagai kemungkinannya

4. Kesimpulan

Bab 10 mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem stabil dari sejumlah

individu yang bekerja sama untuk mecapai tujuan bersama lewat suatu hiearki jabatan

dan pembagian tugas. Inovasi dilakukan secara opsional, kolektif atau didasarkan

pada otoritas atau inovasi sebelumnya. Sampai tahun 1970-an, inovasi dalam

organisasi diteliti dengan riset variansi, yaitu diteliti korelasinya dengan sejumlah

Page 15: INOVASI DALAM ORGANISASI

variabel bebas. Variabel bebas dan sifat korelasinya dengan keinovatifan (+ atau -)

tersebut adalah (a) karakteristik pemimpin: sikap pemimpin terhadap perubahan (+),

dst.; (b) karakteristik internal struktur organisasi: sentralisasi (-), kompleksitas (+),

formalitas (-), kesalingterkaitan (+), ketersediaan cadangan (+), dst. dan (c )

karakteristik eksternal organisasi: keterbukaan sistem (+), dst. Riset variansi sekarang

diganti dengan riset proses inovasi yang mempunyai dua momen, yaitu inisiasi dan

implementasi. Dalam inisiasi terdapat tahap agenda setting (perumusan masalah) dan

matching (penyelarasan masalah dan solusi), sementara dalam implementasi ada

tahap redefinisi/restruktrurisasi masalah, klarifikasi dan rutinisasi (hasil) inovasi.

Bab 11 mendefinisikan konsekuensi inovasi sebagai perubahan yang terjadi

pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari adopsi suatu inovasi. Konsekuensi

inovasi jarang diteliti karena (a) agensi perubahan memberi perhatian terlalu banyak

pada adopsi dan mengasumsikan konsekuensi adopsi pasti positif, (b) metode riset

survei mungkin tidak cocok untuk meneliti konsekuensi inovasi dan (c) sulitnya

mengukur konsekuensi inovasi. Konsekuensi inovasi dapat dibagi menjadi (a)

diinginkan vs. tidak diinginkan, (b) langsung vs. tidak langsung dan (c) diantisipasi vs.

tidak diantisipasi; sementara itu, dari contoh penggunaan kappa besi di suku

Aborijinal, diketahui tiga unsur intrinsik dari inovasi: (a) bentuk: penampakan fisik dan

substansi inovasi; (b) fungsi: kontribusi inovasi pada cara hidup adopter dan (c)

makna: persepsi subjektif dan sering di bawah sadar dari adopter terhadap inovasi.

Hal lain yang berkaitan dengan konsekuensi inovasi adalah tingkat perubahan dalam

sistem yang mungkin mengalami (a) kesetimbangan stabil (inovasi tidak

menyebabkan perubahan dalam struktur dan/atau fungsi sistem sosial), (b)

kesetimbangan dinamis (perubahan yang disebabkan inovasi setara dengan

kemampuan sistem sosial untuk menanganinya), atau (c) disequilibrium (perubahan

yang disebabkan inovasi terlalu cepat untuk dapat ditangani sistem sosial). Dengan

demikian, tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai kesetimbangan dinamis.

Akhirnya, hal lainnya lagi yang harus dikaji dalam konsekuensi inovasi adalah

cara mengatasi kenyataan bahwa inovasi sering memperlebar kesenjangan sosio-

ekonomik masyarakat. Beberapa cara tersebut adalah (a) menangani kecenderungan

orang kaya mempunyai akses lebih banyak dibanding orang miskin: pesan

disampaikan lewat (a1) cara masal seperti lewat radio atau televisi; penggunaan

bahasa yang dimengerti orang miskin; penggunaan multi-media yang didasarkan

kondisi sosial budaya orang miskin; penyampaian dalam kelompok kecil di mana orang

miskin biasanya berkumpul, dan pengubahan fokus dari sasaran inovasi tradisional

(yaitu pada kelompok yang paling berpotensi untuk berubah) ke kelompok yang paling

tidak berpotensi untuk berubah; (b) menangani kecenderungan orang kaya

mempunyai akses lebih banyak pada hasil evaluasi inovasi dibanding orang miskin:

pemimpin opini orang miskin harus ditemukan (meski pun relatif lebih sulit dibanding

Page 16: INOVASI DALAM ORGANISASI

dengan menemukan pemimpin opini orang kaya) dan hubungan agen perubahan

dikonsentrasikan pada mereka, aide dari kalangan orang miskin digunakan untuk

menghubungi kelompok homofilinya dan kelompok formal di kalangan orang miskin

diperkuat dan/atau dibina serta ( c) menangani kecenderungan orang kaya

mempunyai sumber daya lebih dibanding orang miskin: pemilihan inovasi yang cocok

untuk orang miskin; membangun organisasi (misalnya koperasi) di kalangan orang

miskin; memberi kesempatan orang miskin berpartisipasi dalam perencanaan dan

pelaksanaan inovasi; pengembangan programdan/atau agensi yang diperuntukkan

khusus orang miskin dan pergeseran dari difusi inovasi yang datang dari riset dan

pengembangan (R & D) formal ke penyebaran informasi tentang gagasan yang

didasarkan pada pengalaman lewat sistem difusi desentralistik: sering untuk ikatan

intelektual dari kebijakan konvensional adalah eksperimen di lapangan.

Bibliografi

Ferrari, Anusca, Romina Cachia dan Yves Punie. 2009. Innovation and Creativity in

Education and Training in the EU Member States: Fostering Creative Learning and

Supporting Innovative Teaching. Seville, Spain: European Commission.

Innovation Journal, Volume 10, Issue 3. 2005. http://www.innovation.cc/ [diakses 1 Juni

2010]

Rogers, Everett M. 1971. Diffusion of Innovation. New York, USA: The Free Press,

Macmillan Publishing Co. Inc.

Wlodkowski, Raymon J. 1991. Developing Motivation for Lifelong Learning. Dalam In

Context #27. USA: Context Institute.

Wycoff, Joyce. 2004. Ten Practical Steps to Keep Your Innovation System Alive & Well.

http://thinksmart.com/ [diakses 1 Juni 2010]