issn 2088-3633 jurnal psikologi prima volume 4 no 2 tahun...

12
ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Upload: hoangthu

Post on 23-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Page 2: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

DAFTAR ISI

MAKNA HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA. Hal 1-12.Rina Christina, Liana Mailani & Nurmaizar Nilawati

PERBEDAAN KONFORMITAS ANTARA REMAJA WANITA DAN REMAJA PRIA. Hal 13-20.Melda Kristina, Rianda Elvinawanty & Liana Mailani

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI. Hal 21-29.Juli Lunawaty, Rianda Elvinawanty & Sri Hartini

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 7 MEDAN. Hal 30-41.Fenty Zahara

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI, MORIL KERJA DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN. Hal 42-53.Sri Ngayomi Yudha Wastuti

HUBUNGAN INTELIGENSI DAN KREATIVITAS DENGAN PERILAKU MENGATASI MASALAH (COPING) SISWA DI SMP. W.R SUPRATMAN MEDAN. Hal 54-59.Yojana Petra Ginting

Page 3: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI PADA SISWA SMA PANCA KARYA STABAT

Juli Lunawaty, Rianda Elvinawanty, dan Sri HartiniFakultas Psikologi Universitas Prima Indonesia

Jalan Sekip Simpang Sikambing, Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT

The research aims at identifying relationship between self-efficacy and cheating behavior. The hypothesis drawn on the research is there is a negative relationship between self efficacy and cheating behavior, with an assumption that the higher self efficacy, the lower cheating behavior of one will be, or vice versa. The subjects of the research are 71 students of SMA Panca Karya selected by proportional stratified random samplings technique. Data were derived by using a scale to measure self efficacy and cheating behavior. The statistical calculation was conducted by prerequisite test (assumption test) consisting of spread normality testing and relation linearity testing. The data analysis used by employing Product Moment correlation by SPSS program for Windows. The result of data analysis reveals that correlation coefficient - 0,740 with p-value 0,000 (p < 0,05). This indicates that there is negative correlation between self efficacy and cheating behavior. The result of the study also shows that the contribution of self efficacy variable to cheating behavior with 54,8 percent and the rest 45,2 percent is influenced by other factors which have not yet been investigated. Based on the result research, it is concluded that the hypothesis stating that there is a negative relationship between variable of self efficacy and cheating behavior can be accepted.

Key words : cheating behavior, self efficacy

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting pada era globalisasi seperti sekarang ini. Pendidikan yang semakin tinggi, diharapkan akan menambah pengetahuan dan keahlian yang sangat diperlukan untuk menjalankan kehidupan kedepannya. Salah satu tempat untuk menuntut ilmu adalah di sekolah, di tempat ini para siswa akan diajarkan pengetahuan serta menjadi tempat untuk menempa mental, agar menjadi individu yang jujur, bermartabat dan berakal budi yang baik.

Salah satu perilaku yang harus dibina sejak dini adalah kejujuran dalam melaksanakan tugas apapun yang diberikan serta dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan pendidikan, ada berbagai macam masalah yang muncul karena berbagai perbedaan yang ada, baik dalam sistem, maupun kepribadian para pendidik dan murid yang bisa menjadi pendorong

munculnya suatu masalah yang berbeda-beda dari setiap individu tersebut. Masalah yang paling sering muncul yaitu masalah kecurangan yang dilakukan agar mendapat hasil yang baik dengan cara yang singkat dan tanpa perlu melakukan usaha yang keras untuk memperolehnya. Menyontek tidak hanya terbatas pada populasi siswa yang sedikit, Eisenberg (2004) dalam sebuah studi menemukan lebih dari 3000 siswa berprestasi tinggi (dimana rata-rata nilai A atau B yang berencana akan melanjutkan perkuliahan) yaitu sekitar 16-18 tahun, ditemukan 80 persen dari murid-murid terlibat perilaku menyontek untuk menjadi yang terbaik di kelas mereka, termasuk 40 persen yang menyontek saat kuis atau ujian. Hal ini mengindikasikan bahwa menyontek bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak hanya terbatas pada orang-orang tertentu.

Hartanto (2012) menyatakan terjadinya perilaku menyontek sering dikaitkan dengan efikasi diri seseorang. Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang

Page 4: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

tentang kemampuan diri dalam bertindak, sehingga dalam efikasi diri diperlukan kecakapan. Istilah efikasi diri dapat dimaknai dengan keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan tertentu. Siswa yang memiliki keyakinan diri yang rendah diketahui sering terlibat dengan masalah menyontek.

Menurut Bandura (dalam Baron, 2004), efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan. Efikasi diri dipandang sebagai sesuatu yang muncul dari interaksi struktur pengetahuan (apa yang diketahui orang tentang dirinya dan dunia dan proses penilaian di mana seseorang terus menerus mengevaluasi situasinya (Friedman, 2008).

Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apa ada peran efikasi diri pada perilaku menyontek siswa sma. Sesuai dengan rumusan yang telah dikemukakan, maka tujuan studi ini adalah untuk menguji apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek pada siswa SMA.

Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu Psikologi pada umumnya dan Psikologi Pendidikan pada khususnya, serta memberikan masukan dan informasi mengenai perilaku menyontek ditinjau dari efikasi diripada siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk tidak melakukan perilaku menyontek dan untuk semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan agar bisa mencari solusi untuk mengatasi budaya menyontek.

KERANGKA TEORITIS

Penelitian ini berpijak dari suatu pemikiran bahwa perilaku menyontek siswa dipengaruhi oleh efikasi diri dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Efikasi diri sering dibahas dalam literatur dikaitkan dengan perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa. (Hartanto, 2012, Salami, 2010, Anderman dan Murdock, 2007, dan Sieman, 2009).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Pustaka Pheonix, 2009), menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, menocoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana aslinya, menjiplak. Menurut Webster’s New Universal Unabridged Dictionary (dalam Schmelkin, dkk, 2008) menyontek diartikan sebagai perilaku yang menipu yaitu dengan dengan kecurangan.

Menurut Eric, dkk (dalam Hartanto, 2012), menyontek berarti upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur. Menurut cizek (dalam Anderman dan Murdock, 2007) perilaku menyontek digolongkan ke dalam tiga kategori : (1) memberikan, mengambil, atau menerima informasi yang dilarang, (2) menggunakan materi yang dilarang atau membuat catatan, dan (3) memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk mendapatkan keuntungan dalam tugas akademik. Menurut Mc Cabe (dalam Anderman dan Murdock, 2007) mendokumentasikan perilaku menyontek sebagai perilaku yang secara serius harus ditangani. Lebih lanjut ia mendefinisikan penyontek sebagai seseorang yang dapat menerima atau melakukan kegiatan mengkopi atau menyalin (menjiplak) pekerjaan orang lain pada saat tes atau menggunakan catatan yang tidak diperbolehkan atau membantu seseorang dalam menyontek ketika tes atau ujian sedang berlangsung.

Menurut Ronney dan Steinbach (dalam Barzegar dan Khezin, 2011) menyontek didefinisikan sebagai menggunakan cara apapun untuk mendapatkan sesuatu yang tidak adil, yang termasuk berbohong, menutupi kebenaran, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Pengertian lain menurut pendapat Wilkinson (dalam Barzegar dan Khezin, 2011), menyontek adalah menyalin dari siswa lain selama ujian, salah satu dari perbuatan yang tidak baik yang menjadi salah satu dari masalah yang serius dalam institusi pendidikan. Aspek-aspek perilaku menyontek dapat dilihat dari penelitian Brown dan Choong (2003), dimana ada tiga dimensi penting dari perilaku menyontek siswa, yaitu:Flagrant Cheating

Page 5: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Flagrant cheating adalah perilaku menyontek yang menyolok dimana dihubungkan dengan perilaku menyontek yang nyata dan sangat jelas terlihat yang secara langsung, terkait dengan ujian, tugas dan penjiplakan. Hal ini dapat terlihat dari menyalin tugas dari siswa lain atau membawa informasi yang tidak diizinkan kedalam situasi ujian atau tugas. Praktek seperti itu berkaitan dengan perilaku akademik yang umum dan jelas.CollusionCollusion adalah persekongkolan, berkaitan dengan bertanya mengenai informasi kepada orang lain tentang isi ujian kepada orang yang sudah mengikutinya atau memberikan informasi tentang isi ujian atau soal kepada orang lain yang belum mengikuti ujian tersebut, sehingga soal tersebut menjadi bukan rahasia lagi.Insidious CheatingInsidious Cheating, yaitu menyontek secara tersembunyi, dimana bekerja sama dengan orang lain dalam tugas individu, memanfaatkan izin secara salah untuk menunda ujian atau pengumpulan tugas, mengunjungi guru untuk mempengaruhi nilai, dan mencantumkan keikutsertaan pada suatu pekerjaan tanpa pembagian kerja yang adil.

Menurut Brown dan Choong (2003), faktor-faktor perilaku menyontek ada empat, yaitu ingin mendapatkan nilai dengan cara yang mudah, lingkungan pendidikan, kesulitan yang dihadapi, dan kurangnya kualitas pendidik

Pengertian diri (self) adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. Konsep self adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Selfmemberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya (Baron dan Byrne, 2004). Menurut Chaplin (2006) dalam Kamus Lengkap Psikologi, pengertian self adalah individu sebagai makhluk yang sadar, ego atau aku, kepribadian atau organisasi sifat-sifat.

Menurut Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2006) menyatakan efikasi diriadalah ekspektasi-keyakinan atau harapan tentang seberapa jauh seseorang mampu

melakukan satu perilaku dalam situasi tertentu. Menurut Bandura (dalam Kaufman, 2008) ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu:

Magnitude (Aspek tingkat kesulitan tugas)Magnitude adalah tingkat kesulitan

tugas yang diyakini dapat dikerjakan oleh seseorang. Apabila seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang dirasa mampu dilakukannya dan akan menghindari tingkah laku atau situasi yang dirasa di luar batas kemampuannya. Jadi hal ini akan berimplikasi pada tugas yang dirasakan akan dicoba atau dihindari.Generality (Aspek luas bidang perilaku)

Generality adalah derajat sejauh mana ekspektasi atau harapan yang digeneralisasikan dalam berbagai situasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. Beberapa pengharapan terbatas pada bidang tingkah laku yang khusus dan beberapa pengharapan mungkin menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku.Strength (Aspek tingkat kekuatan atau kemantapan keyakinan)

Strength adalah keyakinan tentang seberapa besar kekuatan atau kelemahan. Aspek ini berkaitan dengan keteguhan hati terhadap keyakinan dan harapan pada diri individu bahwa ia akan berhasil dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi. Pengharapan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung dan sebaliknya pengharapan yang mantap akan mendorong individu untuk tetap bertahan dalam usahanya meskipun mungkin dalam pengalaman yang kurang mendukung. Aspek ini dapat dilihat dari pengerjaan tugas yang diberikan.

Efikasi diri memiliki efek kekuatan dalam belajar, motivasi dan performance. Hal ini karena orang-orang mencoba belajar dan menunjukkan hanya pada tugas-tugas yang mereka percaya bahwa mereka dapat menunjukkannya dengan berhasil. Jadi efikasi diri yang positif disini sangat penting agar individu dapat melakukan tugas dengan baik serta dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek dapat dilihat dari berbagai literature yang ada. Hal yang diungkapkan oleh Bandura dan Anderman

Page 6: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

(dalam Hartanto, 2012), bahwa siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah memiliki indikasi untuk melakukan kecurangan yaitu menyontek. Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang tentang kemampuan diri dalam bertindak. Dalam efikasi diri yang diungkapkan Pajares (dalam Hartanto, 2012) dapat dimaknai dengan keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih baik.

Penelitian tahun-tahun belakangan oleh Mc Cabe, dkk (dalam Salami, 2010) bahwa efikasi diri dapat digunakan untuk mengurangi perilaku menyontek. hal ini berdasarkan pengertian bahwa individu dengan efikasi diri yang tinggi, merasa bahwa ia mampu untuk melakukan tugas yang diberikan serta memiliki keyakinan bahwa ia mampu untuk menyelesaikannya dengan baik. Penelitian oleh Murdock, dkk (dalam Anderman, 2007) pada salah satu studi pada siswa menengah melaporkan hubungan yang kuat antara menyontek dan efikasi diri, bahkan setelah dilakukan pengontrolan terhadap tujuan personal siswa dan jarak kelas. Banyak penelitian lain oleh para ahli diantaranya Calabrese, dkk (dalam Anderman, 2007) menyatakan bahwa siswa menyontek lebih sering ketika mereka memiliki masalah psikologis seperti rendahnya efikasi diri, termasuk ketakutan menghadapi kegagalan dan kekhawatiran akan hasil yang mereka capai.

Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Calabrese, dkk (dalam Anderman dan Murdock, 2007) mengungkapkan bahwa siswa akan lebih sering menyontek ketika memiliki tanda psikologis berupa rendahnya efikasi diri, termasuk ketakutan untuk mengalami kegagalan dan sangat khawatir akan performa mereka.

Penelitian lain yang melihat hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek adalah penelitian yang

dilakukan oleh Finn dan Frone (dalam Sieman, 2009) bagaimana identifikasi dalam interaksi variabel efikasi diri dalam hubungannya dengan perilaku menyontek. Identifikasi dengan sekolah yaitu efikasi diri yang rendah sangat berpengaruh pada perilaku menyontek.

Berdasarkan uraian diatas, setiap siswa diharapkan dapat mengembangkan efikasi dirinya sehingga mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya, percaya diri dalam menyelesaikan tugas serta dapat membuat keputusan yang baik dan yakin akan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan tugas tanpa perlu meyakinkan diri dahulu dengan melihat pekerjaan orang lain, karena sudah sangat yakin pada kemampuannya sendiri sehingga dapat mengurangi keinginan untuk melakukan kecurangan yaitu menyontek untuk mendapatkan hasil yang baik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagikan skala efikasi diri dan perilaku menyontek pada siswaSMA Panca Karya Stabat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Panca Karya Stabat pada tahun 2012 yang berjumlah 192 orang. Pemilihan sampel adalah menggunakan metode proporsional stratified random sampling yaitu dengam memilih secara proporsioanal jumlah siswa dalam setiap strata. Setelah itu dilakukan penentuan jumlah sampel yang akan digunakan adalah 71 orang, yaitu 24 orang dari kelas X, 20 orang dari kelas XI, dan 27 orang dari kelas XII. Dengan demikian, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 71 orang.

Pengumpulan data penelitian menggunakan pembagian skala, yaitu skala efikasi diri dan perilaku menyontek, skala disusun dalam bentuk pernyataan dengan menggunakan skala Likert. Pengujian skala dilakukan berdasarkan pengujian Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

Analisis data menggunakan korelasi Product Moment untuk mengetahui bagaimana

Page 7: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

hubungan antara variabel efikasi diri dengan variabel perilaku menyontek. Sebelum dilakukan uji ini, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan, sebagai prasyarat sebelum dilakukan uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek. Hasil analisis berdasarkan data primer dari 71 sampel untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan linearitas.

Uji normalitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah setiap variabel penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas sebaran menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Normalitas variabel perilaku menyontek dan efikasi diri dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas

Variabel SD K-SZ

Sig. P Ket

Perilaku Menyontek

17,298

0,657

0,781

P > 0,05

normal

Efikasi Diri 17,087

0,628

0,825

P > 0,05

normal

Data dikatakan berdistribusi normal jika p > 0,05. Dari hasil tes Kolmogorov Smirnov maka dapat disimpulkan variabel perilaku menyontek menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0, 657 dengan Sig sebesar 0,781 (p >0,05), artinya sebaran skor perilaku menyontek mengikuti distribusi normal dan variabel efikasi diri menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,628 dengan Sig sebesar 0,825 (p > 0,05), artinya sebaran skor efikasi diri mengikuti distribusi normal.

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian yaitu variabel perilaku menyontek dan efikasi diri memiliki hubungan linear Uji F (Anova). Variabel perilaku menyontek dan efikasi diri dikatakan memiliki hubungan linear jika p <

0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Hasil Uji Linearitas Hubungan

Variabel F P Ket

Perilaku MenyontekEfikasi Diri

107,619 0,000 Linear

Berdasarkan Tabel 2 dapat dikatakan bahwa variabel perilaku menyontek dan efikasi diri memiliki hubungan linear. Hal ini terlihat dari nilai P yang diperoleh yaitu 0,000 maka p < 0,05 maka dapat disimpulkan adalah kedua variabel memiliki hubungan linear dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisa korelasi Product Moment.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek. Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan Uji Pearson Correlation. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Korelasi Antara Efikasi Diri dengan Perilaku Menyontek

Analisis Pearson Correlation

Signifikansi (p)

Korelasi -0,740 0,000

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara efikasi diri dengan perilaku menyontek, diperoleh koefisien korelasi product momentsebesar -0,740 dengan p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek dan hubungan ini berada pada rentang 0,60-0,799 sehingga dikategorikan hubungan yang kuat (Priyatno, 2010).

Dari hasil perhitungan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek pada siswa SMA diterima, dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek.

Hasil penelitian pada 71 siswa SMA Panca Karya yang menjadi subjek penelitian

Page 8: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek dengan koefisien korelasi product momentsebesar r = -0,740, nilai p sebesar 0,000, artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka perilaku menyontek semakin rendah, dan sebaliknya. Hal ini sejalan pendapat Bandura dan Anderman (dalam Hartanto, 2012), bahwa siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah memiliki indikasi untuk melakukan kecurangan yaitu menyontek. Penelitian lain menghubungkan efikasi diri dengan pencapaian akademis, sikap dan perilaku (Salami, 2010). Penelitian tahun-tahun belakangan oleh Mc Cabe, dkk (dalam Salami, 2010) bahwa efikasi diri dapat digunakan untuk mengurangi perilaku menyontek.

Dalam penelitian ini diperoleh koefisien determinasi (r2) sebesar 0,548. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa 54,8 persen efikasi diri mempengaruhi perilaku menyontek dan selebihnya 45,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor lain yang tidak diteliti seperti pengaturan waktu, pengaruh teman sebaya, tekanan orang tua, dan lain sebagainya.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka perilaku menyontek semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri seseorang, maka perilaku menyontek semakin tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan perilaku menyontek pada siswa SMA Panca Karya dengan korelasi Product Moment (r) sebesar -0,740 dengan p sebesar 0,000 (p < 0,05), artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka perilaku menyontek akan semaki rendah, dan sebaliknya jika semakin rendah efikasi diri seseorang, maka perilaku menyontek akan semakin tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan yang diberikan variabel

efikasi diri terhadap perilaku menyontek adalah sebesar 54,8 persen, selebihnya 45,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti, seperti pengaturan waktu, pengaruh teman sebaya, tekanan orang tua, dan lain sebagainya.

Dari kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang diharapkan akan berguna untuk kelanjutan studi korelasional ini. Saran bagi siswa agar lebih percaya akan kemampuan diri dalam menyelesaikan kewajiban akademis sehingga dapat mengurangi kecenderungan terjadinya perilaku menyontek, agar dapat memperoleh hasil yang maksimal dan dapat mencapai cita-cita, bagi pihak sekolah disarankan untuk terus mendukung para siswa agar dapat terus berkembang menjadi pribadi yang percaya diri dan yakin akan kemampuan yang dimiliki agar terjadinya kecurangan dapat diminimalisir serta memberi semangat pada pada siswa dalam mengerjakan segala sesuatu, tidak mudah menyerah sehingga membentuk siswa yang berkualitas dan membanggakan bagi diri sendiri, orang tua, dan sekolah dan kepada peneliti selanjutnya yang ingin menyempurnakan penelitian ini agar mengkaji lebih dalam dan terperinci lagi mengenai faktor-faktor lain dari terbentuknya perilaku menyontek, seperti pengaturan waktu, pengaruh teman sebaya dan tekanan orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Anderman, E. M., dan Murdock, T. B. (2007). Psychology of Academic Cheating. San Diego, C.A.: Elsevier

Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A., dan Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jilid I Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 9: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Barzegar, K., dan Khezin, H. (2011). Predicting Academic Cheating Among Fifth Grade Students; The Role of Self Efficacy and Academic Self-Handicapping. Journal of Life Science and Biomedicine. Diakses dari http;//jlsb.science _line.com/attachments/article/10/jlsb_2012_bi&201-6.pdf, tanggal 25 Mei 2012.

Brown, B.S., dan Choong, P. (2003). Identifying The Salient Dimensions of Student Cheating and Their Key Determinants in a Private University. Journal of Business and Economics Research Volume 1, Number 3.Diakses dari http://journals.cluteonline.com/index.php/jber/article/download /2988/3036., tanggal 25 Mei 2012.

Chaplin. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Eisenberg, J. (2004). To Cheat or Not to Cheat: Effects of Moral Perspective and Situational Variables on Student’s Attitudes. Journal of Moral Education, Vol 33, No. 2. Diakses dari www.tebege.net/ar/articles/to_cheat_or.pdf, tanggal 26 Mei 2012.

Etter, S., Cramer, J.J., dan Finn, S. (2006). Origins of Academic Dishonesty: Ethical Orientations and Personality Factors Associated with Attitudes about Cheating with Information Technology. Journal of Research on Technology in Education, 39(2), 133-155. Diakses dari http://faculty.mwsu.edu/psychology/dave.carlston/writing%20in%20psychology/academic%20d ishonesty/new/adeth.pdf, tanggal 17 Januari 2012

Friedman, H.S., dan Schustack, M.W. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hall, T.S. (2007). Improving Self Efficacy in Problem Solving: Learning From Errors and Feedback. Diakses dari http://libres.uncg.edu/ir/uncg/f/umi-uncg-1514.pdf, tanggal 28 Mei 2012.

Hartanto, D. (2012). Bimbingan dan Konseling Menyontek: Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Penerbit Indeks.

Kaufman, H.E. (2008). Moral and Ethical Issues Related to Academic Dishonesty on College Campuses. Journal of College & Character, Volume IX, No. 5, Juli 2008. University of Florida. Diakses dari www. journals.naspa.org/cgi/view, tanggal 17 Januari 2012.

Lanier, M.M. (2006). Academic Integrity and Distance Learning. Journal of Criminal Justice Education. Volume 17 Number 2. Diakses dari www.uri.edu/online /integrity/academic_integrity_lanier.pdf, tanggal 17 Januari 2012.

Lunenberg, F. C., dan Ornstein, A.C. (2003). Educational Administration: Concepts and Practices. Florence: Wadworth Publishing.

Margianto, H. (2012). Tak Menyontek, Jujur dari Diri Sendiri. Diakses dari http://m.kompas.com/news/read/2012/01/09/09/09131858/tak.mencontek.jujur.dari, tanggal 27 Mei 2012.

Mc Cabe, D.L., Trevino, L.K., dan Butterfield, K.D. (2001). Cheating in Academic Institutions: A Decade of Research. Ethics and Behavior, Diakses dari http://faculty.mwsu.edu/psychology/dave.carlston/writing%20in%20 psycho logy /academic%20dishonesty/gropu%203/review.pdf., tanggal 25 Mei 2012.

Nugroho, Y.A. (2011). It’s Easy…Olah Data dengan SPSS. Jakarta: PT. Skripta Media Creative.

Page 10: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Nurfuadah, R.N. (2012). Internet Tingkatkan Kebiasaan Mnyontek. Diakses dari http://m.okezone.com/read/2012/03/23/373/598547, tanggal 27 Mei 2012.

Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman, R.D. (2008). Human Development. Jakarta: Kencana.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media.

Putra, D. (2010). Kenapa Sih Banyak Anak Nyontek Saat Ulangan. Diakses dari http://m.kompasiana.com/post/edukasi/2010/10/08/kenapa-sih-banyak-anak-nyontek-saat-ulangan/, tanggal 2 Februari, 2012.

Rizki, S. A. (2008). Hubungan Prokrastinasi Akademis dengan Kecurangan Akademis Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi USU.

Salami, S.O. (2010). Emotional Intelligence, Self efficacy, Psychological Well-Being and Students’ Attitudes: Implications for Quality education. European Journal of Educational Studies. Diakses dari tanggal www.ozelacademy.com /EJES_v2n3_8.pdf., tanggal 17 Januari 2012.

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur SPSS). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Schmelkin, L.P., Gilbert, K., Spencer, K.J., Pincus, H.S., dan Silva, R. (2008). Multidimensional Scaling of college Students’ perceptions of Academic Dishonesty. Journal of Higher Education Vol. 79. No. 5. Diakses dari faculty.mwsu.edu/psychology/dave.carlston/writing%20in%20psychology/a

cademic%20dishonesty/new/admcol.pdf., tanggal 27 Mei 2012.

Schunk, D.H., dan Meece, J.L. (2005). Self Efficacy Beliefs of Adolescence.Information Age Publishing. Diakses dari http://www.des.emory.edu/mf p/03 schunkmeeceadoeds.pdf., tanggal 27 Mei 2012.

Sieman, A. (2009). Motivational Predictors of Academic Cheating Among First Year College: Goals, Expectations, and Costs. Mouberry: North Carolina State University. Diakses dari www.repository.lib.ncsu.edu.ir/b itstream/1840.16/ 5375/1/etd.pdf., tanggal 8 Februari 2012.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suryabrata, S. (2007). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tim Pustaka Pheonix. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta : PT. Media Pustaka Pheonix.

Ulfah, S.H. (2010). Efikasi Diri Mahasiswa yang Bekerja pada Saat Penyusunan Skripsi. Diakses dari http://etd.prints.ums.ac.id/7998/2/F100050099.pdf., tanggal 27 Mei 2012.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Weaver, J. (2008). The Effect of Self Efficacy on Motivation and Achievement Among Fifth Grade Science Student. Diakses dari http://cebs.ohio.edu /resources/documents/weaver.pdf., tanggal 28 Mei2012.

Wilson, L.M. (2003). The Effects of Reward System on Academic Performance.

Page 11: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012

Middle School Journal Research. Diakses dari www.pembinatrails .ca/program/middleyears/documents/the%20of%20reward%20system%20an%20academic%20performance.doc., tanggal 27 Mei 2012.

Page 12: ISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun …s3.amazonaws.com/.../f826c0c07c7b6822292e6fa4521336578e79c888.pdfISSN 2088-3633 Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun

ISSN 2088-3633

Jurnal Psikologi Prima Volume 4 No 2 Tahun 2012