jendela geosaintis fgmi edisi 01/april/fgmi/2015

31
Edisi: 01/FGMI/April/15 Bincang Tamu Aveliansyah (Ketua FGMI 2014-2016) “Senyum, Kreatif, Anti MainstreamKenneth E. Peters The Biomarker GuideSM IAGI Sosialisasi Mitigasi Longsor “Pengenalan, Pelatihan & Pemetaan” Jendela Geosaintis SHALE v SHEIKS Penyebab Harga Minyak Turun Info Lengkap: http://fgmi.iagi.or.id “Menyingkap Cakrawala” Tokoh Jurnal 1. Metode Geolistik di Candi Plaosan 2. Fasies Karbonat Paciran Fm. Geosaintis Jurnal Geosaintis

Upload: forum-geosaintis-muda-indonesia-fgmi

Post on 21-Jul-2016

231 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Edisi perdana buletin FGMI "Jendela Geosaintis".

TRANSCRIPT

Page 1: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Edisi: 01/FGMI/April/15

Bincang TamuAveliansyah (Ketua FGMI 2014-2016)“Senyum, Kreatif, Anti Mainstream”

Kenneth E. Peters“The Biomarker Guide”

SM IAGI

Sosialisasi Mitigasi Longsor“Pengenalan, Pelatihan & Pemetaan”

Jendela Geosaintis

SHALE v SHEIKSPenyebab Harga Minyak Turun

SHALE v SHEIKSPenyebab Harga Minyak Turun

Info Lengkap: http://fgmi.iagi.or.id

“Menyingkap Cakrawala”

Tokoh

Jurnal1. Metode Geolistik di Candi Plaosan2. Fasies Karbonat Paciran Fm.

GeosaintisJurnalGeosaintis

Page 2: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Sambutan Pemimpin Redaksi

Rekan- rekan Geosaintis Muda Indonesia,Waktu yang berlalu begitu cepat tak terasa membawa kita ke tahun 2015. Pada awal tahun ke-3 FGMI ini kami dari divisi media dan jurnalistik yang beranggotakan pemuda pemudi pilihan sangat senang sekali dapat berkesempatan menyajikan edisi ke-3 e-buletin FGMI dan sekaligus memberikan sebuah nama “Jendela Geosaintis”. Kami berterimakasih atas dukungan rekan-rekan dalam membuat perbaikan terus menerus e-bulletin ini.

Dalam edisi kali ini kami menyajikan beberapa rubrik yang sangat menarik untuk dibaca. Dari mulai liputan ESK, halaman kontributor hingga foto juga kita kemas dalam rubrik yang Indah.

Pembaca Jendela Geosaintis,Sajian khusus mengenai profil formasi baru FGMI dengan komandan barunya tersaji apik dalam e-bulletin kali ini. E-buletin Edisi kali ini dapat di terbitkan berkat dukungan rekan-rekan FGMI pada umumnya dan dan kerja keras squad media dan jurnalistik yang luar biasa gesitnya sehingga bisa sesuai yang diharapkan.Pastikan untuk membaca semua rubrik dan cerita serta laporan kegiatan di JENDELA GEOSAINTIS edisi ke 3 kali ini,Selamat Membaca!

Salam,Muhlis Adi|Pemimpin Redaksi

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI

JendelaGeosaintis FGMIMenyingkap Cakrawala

Pemimpin Umum

Aveliansyah (PHE ONWJ | Ketua FGMI)

Pemimpin Redaksi

Muhlis Adi (Adaro)

Kontributor

Ragil Pratiwi (Geoservices)

Yasinta Dewi S. (PHE ONWJ)

Editor

Zakki R. (Kontributor Jakarta Globe)

Aisha Shaidra (Tempo)

Citta Parahita Widagdo (UC London)

Layouting dan Design

Muhammad Azka Yusuf (Andalas Petroleum)

Ragil Pratiwi (Geoservices)

Redaksi

1

Foto: Muhlis Adi

Page 3: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Sambutan Ketua FGMI

Sobat GeoMuda Indonesia,

Pernahkah kalian membayangkan betapa hebatnya pemuda Indonesia di masa lalu? Bayangkan berapa lama persiapan yang harus mereka lakukan untuk mengadakan kongres pemuda pada 28 Oktober 1928? Tanpa alat komunikasi canggih seperti handphone, email, twitter bahkan facebook, mereka berhasil mengumpulkan pemuda-pemuda terbaik dari Sumatera, Jawa dan Sulawesi kemudian serempak melakukan ikrar sumpah pemuda: bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu.

Sekitar 84 tahun sejak sejarah Kongres Pemuda II tersebut berlalu, terjadi pertemuan 8 orang geosaintis muda di Jakarta. Beruntung bagi mereka yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini, hanya dengan berkomunikasi via email, dalam waktu singkat pertemuan tersebut dapat dilakukan. Kelak, pertemuan 8 orang geosaintis muda ini menjadi sejarah awal lahirnya sebuah organisasi bernama Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI).

Tidak terasa 3 tahun telah berlalu. Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggota yang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa. FGMI telah mengadakan 14 kali kegiatan Experience Sharing Knowledge, turun tangan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia, aktif berbagi pengetahuan ke kampus-kampus, membimbing 15 SM IAGI dan berbagai kegiatan lain yang tidak dapat saya utarakan satu persatu disini.

Pada Januari 2015, secara resmi Bhaskara Aji menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada saya untuk memimpin FGMI selama 2 tahun kedepan. Saat ini, bersama dengan pengurus baru yang berjumlah 50 orang profesional muda yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan juga Eropa, FGMI berkomitmen untuk fokus kepada 3K yaitu peningkatan kompetensi, pembangunan karakter dan pengabdian kemasyarakatan.

Belajar kepada semangat para pemuda di masa lalu yang dengan segala keterbatasan di zamannya telah menorehkan tinta emas pada lembar sejarah Indonesia, maka tidak ada alasan bagi kami para pemuda di masa kini untuk tidak belajar dan bergerak. Pemuda masa kini yang tetap memberikan kontribusi positif bagi Indonesia pada umumnya dan masyarakat ilmu kebumian Indonesia pada khususnya.

Salam Pemuda,AveliansyahKetua FGMI (2014-2016)

JendelaGeosaintis FGMIMenyingkap Cakrawala

Redaksi

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 2

Foto: Aveliansyah

Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggotayang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa

“”

Page 4: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Daftar Isi

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 3

SAMBUTAN

1Pemimpin Redaksi

SAMBUTAN

2Ketua FGMI 14-16

HEAD LINE

5 Shale vs Sheiks

FGMI EVENT

7SERTIJAB PengurusFGMI 2014-2016

BINCANG TOKOH

9Aveliansyah“Senyum, Kreatif,Anti-Mainstream”

JURNAL

11“PENDUGAAN KEMENERUSANPARIT CANDI PLAOSANBAGIAN BARAT MENGGUNAKANMETODE GEOLISTRIK”

TOKOH

19Kenneth E. Peters

SM IAGI

20Sosialisasi MitigasiBencana Longsor

Page 5: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Selamat Ulangtahun, FGMI!

#3TahunFGMI | orum eosaintis uda ndonesiaF G M I

Page 6: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Headline

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 5

Sumber Gambar: The Economist

Shale vs Sheiks-Penyebab Harga Minyak Turun?Oleh: Ragil Pratiwi dan Yasinta Dewi Setiawati

idak dapat dipungkiri bahwa teknologi

fracking atau hydraulic fracturing yang Tsaat ini dikembangkan oleh Amerika,

menjadi penyebab perubahan suplai energi dunia.

Fracking merupakan salah satu revolusi energi yang

'bertanggung jawab' atas turunnya harga minyak

mentah dunia. Fracking dilakukan terhadap lapisan

shale yang mampu menghasilkan minyak sebanyak 9

juta barrel perhari di Amerika. Hal inilah yang

ditengarai menjadi kompetitor migas konvensional,

sehingga

pasokan minyak mentah jauh lebih banyak dibanding

permintaan.

Institute for Energy Research (IER) memperkirakan,

Amerika memiliki cadangan oil shale sekitar 1 triliun

barel, atau empat kali lipat cadangan minyak Arab

Saudi.

Formasi Green River di Colorado, Utah, dan Wyoming

merupakan salah satu formasi penghasil oil shale di

Amerika. Formasi ini menyimpan cadangan oil shale

terbesar di dunia, yang diprediksi mencapai 3 triliun

barel.

Meskipun pasokan yang berlebih, negara-negara

pengekspor minyak (OPEC) menolak untuk

mengurangi produksi minyak mentah mereka, karena

mayoritas negara-negara ini bergantung pada hasil

penjualan minyak mentah mereka.

Nampaknya, negara-negara OPEC lebih memilih untuk

bersaing dengan Amerika Utara (Kanada, Amerika,

dan Meksiko) dibanding mengurangi produksinya,

dengan konsekuensi menjual minyak mentah dengan

harga yang sangat murah. Faktor lain adalah fakta

bahwa Amerika dan negara negara lain yang sudah

matang perekonomi-

annya, menjadi sangat efisien dalam penggunaan

bahan bakar.

Lalu bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah

terhadap Indonesia? Tentunya tidak dapat dipungkiri

bahwa turunnya harga minyak memberikan untung

untuk Indonesia. Subsidi bahan bakar minyak dapat

dialihkan untuk pembangunan ekonomi, pendidikan,

maupun sektor lainnya, dan tentunya sebagai negara

pengimpor minyak, Indonesia diuntungkan dengan

murahnya harga minyak.

Eksplorasi menjadi jauh lebih mahal dibanding

membeli minyak mentah dari negara-negara

produsen. Namun tentu saja kita tidak dapat

mengandalkan pasokan dari negara lain, bukan?

Lagipula, kita tidak tahu kapan harga minyak mentah

akan kembali naik drastis, seperti pada tahun 2012-

2013 saat terjadi perang sipil di Libya, harga minyak

mentah mencapai US$ 127 per barrel, karena What

Comes Up Must Come Down, dan What Comes Down

Must Come Up, kan?

Headline

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 6

Sumber: Energy Information Administration (EIA)

Sumber: Bloomberg

Page 7: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Headline

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 5

Sumber Gambar: The Economist

Shale vs Sheiks-Penyebab Harga Minyak Turun?Oleh: Ragil Pratiwi dan Yasinta Dewi Setiawati

idak dapat dipungkiri bahwa teknologi

fracking atau hydraulic fracturing yang Tsaat ini dikembangkan oleh Amerika,

menjadi penyebab perubahan suplai energi dunia.

Fracking merupakan salah satu revolusi energi yang

'bertanggung jawab' atas turunnya harga minyak

mentah dunia. Fracking dilakukan terhadap lapisan

shale yang mampu menghasilkan minyak sebanyak 9

juta barrel perhari di Amerika. Hal inilah yang

ditengarai menjadi kompetitor migas konvensional,

sehingga

pasokan minyak mentah jauh lebih banyak dibanding

permintaan.

Institute for Energy Research (IER) memperkirakan,

Amerika memiliki cadangan oil shale sekitar 1 triliun

barel, atau empat kali lipat cadangan minyak Arab

Saudi.

Formasi Green River di Colorado, Utah, dan Wyoming

merupakan salah satu formasi penghasil oil shale di

Amerika. Formasi ini menyimpan cadangan oil shale

terbesar di dunia, yang diprediksi mencapai 3 triliun

barel.

Meskipun pasokan yang berlebih, negara-negara

pengekspor minyak (OPEC) menolak untuk

mengurangi produksi minyak mentah mereka, karena

mayoritas negara-negara ini bergantung pada hasil

penjualan minyak mentah mereka.

Nampaknya, negara-negara OPEC lebih memilih untuk

bersaing dengan Amerika Utara (Kanada, Amerika,

dan Meksiko) dibanding mengurangi produksinya,

dengan konsekuensi menjual minyak mentah dengan

harga yang sangat murah. Faktor lain adalah fakta

bahwa Amerika dan negara negara lain yang sudah

matang perekonomi-

annya, menjadi sangat efisien dalam penggunaan

bahan bakar.

Lalu bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah

terhadap Indonesia? Tentunya tidak dapat dipungkiri

bahwa turunnya harga minyak memberikan untung

untuk Indonesia. Subsidi bahan bakar minyak dapat

dialihkan untuk pembangunan ekonomi, pendidikan,

maupun sektor lainnya, dan tentunya sebagai negara

pengimpor minyak, Indonesia diuntungkan dengan

murahnya harga minyak.

Eksplorasi menjadi jauh lebih mahal dibanding

membeli minyak mentah dari negara-negara

produsen. Namun tentu saja kita tidak dapat

mengandalkan pasokan dari negara lain, bukan?

Lagipula, kita tidak tahu kapan harga minyak mentah

akan kembali naik drastis, seperti pada tahun 2012-

2013 saat terjadi perang sipil di Libya, harga minyak

mentah mencapai US$ 127 per barrel, karena What

Comes Up Must Come Down, dan What Comes Down

Must Come Up, kan?

Headline

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 6

Sumber: Energy Information Administration (EIA)

Sumber: Bloomberg

Page 8: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

FGMI Event

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 7

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Hadir

dalam Serah Terima Jabatan Pengurus

FGMI 2014/2016 dalam Experience

Sharing Knowledge ke-13

Jakarta - Ketua FGMI 2012/2014, Bhaskara Aji, menyerahkan tugas dan tanggung jawab jabatan

secara resmi kepada Ketua FGMI 2014/2016 terpilih, Aveliansyah.

Acara serah terima jabatan dilaksanakan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia pada Hari Sabtu, 31

Januari di ruang rapat Pertamina Hulu Energi, PHE Tower lantai 1. Acara serah terima jabatan FGMI

dihadiri langsung oleh ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sekaligus melantik pengurus FGMI

yang baru.

Dalam sambutannya, Bapak Sukmandaru mengingatkan pentingnya organisasi profesi untuk generasi

muda, untuk menyiapkan calon-calon pengurus IAGI. Peran FGMI sebagai penghubung antara IAGI

dengan Seksi Mahasiswa IAGI yang ada di 14 kampus di Indonesia. Selain itu, beliau juga

mengingatkan pentingnya FGMI untuk membangun karakter para geosaintis muda, dan dapat

berkontribusi kepada masyarakat.

Dalam acara serah terima jabatan ini juga dilaksanakan Experience Sharing Knowledge yang berjudul

“Introduction to Risk Analysis and Decision Making” yang diberikan oleh Bapak Munji Syarif dari

Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Bapak Munji Syarif menjelaskan

mengenai pentingnya ilmu ekonomi untuk mengatur sumberdaya yang terbatas seperti minyak bumi

dan gas alam.

Beliau menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam industri migas, harus rasional dan

unbiased, yaitu dengan cara analisa statistik yang memenuhi prosedur, memperhatikan parameter

geologi, mengemukakan beberapa hipotesis, peta geologi, serta estimasi cadangan. Selain itu,

menerapkan metode reality checks, meliputi analisa field size distributions, dan membandingkan

antara analog dengan database.

Beliau juga memberikan studi kasus mengenai investasi dan gambling dalam menentukan sumur

eksplorasi migas, dan menjelaskan bahwa dalam industri migas, sangat penting untuk mentukan nilai

ekspektasi, yang memperhitungkan nilai probabilitas kesuksesan dengan kegagalan.

Pada akhir acara, seluruh pengurus FGMI 2014/2016 melakukan rapat kerja untuk menyampaikan

program kerja selama 2 tahun kedepan. Ketua FGMI, Aveliansyah menghimbau pentingnya koordinasi

dan persiapan agar FGMI menjadi organisasi yang lebih solid, serta dapat bermanfaat bagi anggota

secara khusus, dan masyarakat, secara umum.

Oleh : Ragil Pratiwi

Jakarta - Ketua FGMI 2012/2014, Bhaskara Aji, menyerahkan tugas dan tanggung jawab jabatan

secara resmi kepada Ketua FGMI 2014/2016 terpilih, Aveliansyah.

Acara serah terima jabatan dilaksanakan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia pada Hari Sabtu, 31

Januari di ruang rapat Pertamina Hulu Energi, PHE Tower lantai 1. Acara serah terima jabatan FGMI

dihadiri langsung oleh ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sekaligus melantik pengurus FGMI

yang baru.

Dalam sambutannya, Bapak Sukmandaru mengingatkan pentingnya organisasi profesi untuk generasi

muda, untuk menyiapkan calon-calon pengurus IAGI. Peran FGMI sebagai penghubung antara IAGI

dengan Seksi Mahasiswa IAGI yang ada di 14 kampus di Indonesia. Selain itu, beliau juga

mengingatkan pentingnya FGMI untuk membangun karakter para geosaintis muda, dan dapat

berkontribusi kepada masyarakat.

Dalam acara serah terima jabatan ini juga dilaksanakan Experience Sharing Knowledge yang berjudul

“Introduction to Risk Analysis and Decision Making” yang diberikan oleh Bapak Munji Syarif dari

Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Bapak Munji Syarif menjelaskan

mengenai pentingnya ilmu ekonomi untuk mengatur sumberdaya yang terbatas seperti minyak bumi

dan gas alam.

Beliau menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam industri migas, harus rasional dan

unbiased, yaitu dengan cara analisa statistik yang memenuhi prosedur, memperhatikan parameter

geologi, mengemukakan beberapa hipotesis, peta geologi, serta estimasi cadangan. Selain itu,

menerapkan metode reality checks, meliputi analisa field size distributions, dan membandingkan

antara analog dengan database.

Beliau juga memberikan studi kasus mengenai investasi dan gambling dalam menentukan sumur

eksplorasi migas, dan menjelaskan bahwa dalam industri migas, sangat penting untuk mentukan nilai

ekspektasi, yang memperhitungkan nilai probabilitas kesuksesan dengan kegagalan.

Pada akhir acara, seluruh pengurus FGMI 2014/2016 melakukan rapat kerja untuk menyampaikan

program kerja selama 2 tahun kedepan. Ketua FGMI, Aveliansyah menghimbau pentingnya koordinasi

dan persiapan agar FGMI menjadi organisasi yang lebih solid, serta dapat bermanfaat bagi anggota

secara khusus, dan masyarakat, secara umum.

Page 9: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015
Page 10: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Bincang Tokoh

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 9 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 10

Bincang Tokoh

Q : Avel selalu terlihat bersemangat, hal apa yang

selama ini selalu memotivasi?

A : Aku selalu termotivasi dari kalimat Imam Syafii

begini.. “Aku melihat air menjadi rusak karena

diam tertahan. Jika mengalir, menjadi jernih, jika

tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak

tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak

panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena

sasaran”. Avel mengungkapkan hal tersebut berapi-

api. Matanya menyiratkan semangat. “Intinya ya

kalau kita cuma hidup untuk diri kita pribadi, itu

sayang sekali. Baiknya kita bisa memberikan

sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita.

Kesimpulannya, motivasi utama aku ya berasal dari

diri sendiri.”

Sejenak, usai menyampaikan hal tersebut Avel tersenyum,

dinginnya AC ruangan seolah tak terasa menembus kulit.

Perbincangan hangat pun masih terus berlanjut.

Q : Apa sih rencana hidup kamu 5 tahun ke depan?

A : Kembali aktif menulis. Terutama mempublikasi

paper atau riset mengenai lapangan ONWJ, karena

tiga tahun terakhir ini aku rehat dalam menulis.

Q : Jika kamu diberi kesempatan 100%, bagaimana

pembagiannya untuk waktu bermain dan bekerja

dalam hidup kamu?

A : Bekerjanya 100 persen hahaha....., hmmm bisa

dibilang 50 persen untuk bekerja, dan 50 persen

sisanya aku pakai untuk bermain. Aku lebih suka

menghabiskan waktu luangku untuk bermain yang

bermanfaat dalam artian di situ tetap ada unsur

belajarnya. Contoh, kalau Sabtu-Minggu ada yang

mengajakku ke mall, aku akan lebih memilih untuk

datang ke acara ESK (Experience Sharing

Knowledge). ESK itu adalah acara berbagi ilmu yang

diadakan setiap bulan oleh FGMI. Bagiku itu sudah

bermain dan “happy”-nya itu adalah bisa tambah

ilmu dan tambah teman.

Q : Nah itu tentang 100%, sekarang kalau seorang

Aveliansyah diberikan kekuatan super, apa yang

ada di pikiran kamu?

A : Jurus perpindahan tempat, haha.. Hidup di jakarta

ini membuat aku berimajinasi untuk bisa berpindah

tempat dalam sekejap, cukup dengan

membayangkan suatu tempat maka aku bisa

berteleportasi ke tempat tersebut. Akan ada

banyak waktu yang bisa diselamatkan untuk

melakukan aktivitas lainnya, karena yang paling

mahal bagiku adalah waktu.

Q : Dari sekian banyak tokoh-tokoh geologist, kamu

mau jadi seperti siapa sih?

A : Tokoh inspiratif aja kali yah, soalnya kalau mau

terlahir menjadi siapa ya aku bersyukur terlahir

menjadi Aveliansyah, Bengkulu.. haha.. tapi kalau

ditanya tokoh inspiratifnya siapa, aku akan

menjawab Pak Andang Bachtiar. Dimataku, beliau

adalah sosok yang mampu membagi 4 wilayah

kehidupannya dengan sangat baik, yaitu keluarga,

karier profesional, agama, dan kehidupan sosial

bermasyarakat.

Foto: Aveliansyah

Mengawal kepengurusan baru, profil edisi kali menampilkan sosok utama dalam

kepengurusan FGMI 2015-2017. Aveliansyah, terpilih sebagai Ketua FGMI 2015-2017

pada pemilihan yang digelar Januari lalu. Sosok yang lahir di Bengkulu, 5 September

1988 ini rupanya orang yang lebih memilih pintar ketimbang gaul, memilih lapangan

ketimbang kantor, keluarga ketimbang karir, dan memilih ibu rumah tangga ketimbang

wanita karir (hehehe..). Berikut obrolan Yasinta bersama Avel, demikian ia biasa

dipanggil, saat dijumpai di kantornya di Kawasan TB Simatupang pada Jumat, 6 Maret

2015. Di ruangan berukuran 3x4 meter tersebut, Avel bercerita tentang rencana dan

mimpi-mimpi besarnya, juga hal-hal yang pernah dilaluinya hingga saat ini.

Aveliansyah:“Senyum, Kreatif, Anti-mainstream”

Q : Bagaimana kamu berpikir cara orang mengingat

kamu?

A : Pengennya diingat sebagai teman yang selalu ada,

dan bisa diandalkan. Sedangkan dalam bidang

profesional, ingin dikenang sebagai geologist

yang memiliki karya, seperti mahasiswa geologi

saat ini mengenang Katili, ataupun Van

Bemmelen.

Q : Tempat paling jauh dan paling berkesan yang

pernah kamu kunjungi?

A : Jepang! Secara jarak jelas paling jauh, ketika

kecil dulu aku suka nonton Dragon Ball,

Doraemon, Sinchan yang menjadikan kehidupan

masyarakat jepang menjadi sangat akrab

denganku. Berkesan karena disana aku bisa

presentasi paper, dan semua biaya disana

ditanggung oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI)

yang pada saat itu memberikanku penghargaan

berupa KMI awards.

Q : Berarti kamu suka banget travelling dong?

A : Enggak juga, aku suka travelling kalau ada

“tujuannya”, kalau kamu ngajak aku untuk

EuroTrip aku pasti gak ikut, soalnya mahal haha..

tapi kalau diajak nulis bareng untuk

dipresentasikan di pertemuan ilmiah di Eropa,

maka aku akan sangat bersemangat. Kalau aku

diajak piknik ke puncak Rinjani aku juga bisa

memilih untuk tidak ikut, tetapi kalau diajak ke

kampung di kaki gunung Rinjani untuk

memberikan edukasi, itu akan lebih berkesan dan

aku akan semangat untuk ikut.

Q : A p a p e n g a l a m a n y a n g p e r n a h

mengecewakanmu?

A : Saat itu ada seleksi mahasiswa Fakultas Teknik

untuk diberangkatkan ke Malaysia mengikuti

forum diskusi internasional, aku cukup percaya

diri untuk mendapatkan 1 dari 10 tiket yang

diperebutkan, karena statusku pada waktu itu

adalah Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik.

Proses seleksi mirip dengan pemilihan Mawapres,

Q : Momen pemberontakan apa yang pernah kamu

lakukan?

A : Mmmhh.. Ga ada kayaknya, hehe.. sampai

sekarang belum ada kejadian yang harus

menggunakan jalan pemberontakan. Guruku

pernah berkata, “Kekuatan bukan terletak di

otot, tapi di otak”, semua konflik seharusnya bisa

diselesaikan dengan komunikasi yang baik.

dan pesaingku juga mereka yang aku kalahkan di

seleksi Mawapres yang lalu. Namun, ketika hasilnya

diumumkan, namaku tidak tercantum, bahkan

tidak pula masuk di list peserta cadangan.

Seminggu setelah itu, aku ditelpon oleh PT.GDA

yang menerima lamaran Kerja Praktik-ku dan aku

segera di berangkatkan ke Kalimantan. Rasa

kecewa itu masih muncul, ketika teman-teman

memposting foto di depan Twin Tower Malaysia, aku

malah keluar masuk hutan Samarinda. Empat bulan

kemudian, barulah aku bersyukur dan menyadari

hikmah dibalik kegagalanku pergi ke Malaysia. Hasil

penelitianku di hutan Kalimantan tersebut telah

mengantarkanku menjadi Juara di IPA Convention,

salah satu ajang paling prestisius di industri migas

Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi jika aku

pergi ke Malaysia waktu itu.

Semua kekecewaan itu selalu ada hikmahnya, kalau

Steve Job bilang,“titik-titik itu selalu bisa

dihubungkan ketika kita sudah melihat itu ke

belakang.” Jadi jangan pernah takut untuk GAGAL.

Q : Apa pelajaran utama yang kamu pelajari dalam

hidup?

A : "Nothing is impossible, but nothing is easy.” Jika

menginginkan sesuatu, kejarlah dengan usaha

maksimal, jika masih belum tercapai tambah

usahanya menjadi ekstra maksimal, yakinlah pasti

kamu bisa. Tetapi jika masih gagal lagi setelah

menambah usaha ekstra, maka yakinlah Tuhan

menyiapkan hal lain yang lebih baik untuk kamu.

Q : Setelah bicara soal mimpi pribadi, pencapaian,

dan harapan. DI FGMI sendiri, sebenarnya apa visi

dan misi pribadi Mas Avel untuk Kepengurusan

saat ini?

A : “Inget 3K saja... Kompetensi, Karakter, dan

Kemasyarakatan. Aku ingin semua program FGMI

merujuk kepada peningkatan kompetensi

(technical skill), namun kompetensi tanpa karakter

itu bagai sayur tanpa garam, hambar! Maka dari itu

juga harus fokus terhadap program penguatan

karakter (soft skill), dan terakhir harus menebar

banyak manfaat ke masyarakat. Untuk tahun ini,

program kemasyarakatan akan lebih fokus kepada

peningkatan people awareness di daerah rawan

bencana di Indonesia.

Q : Ada pesan yang mau disampaikan untuk

generasi muda?

A : Pendek aja, mari mempercepat kehadiran

masa depan!”

“Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok...”

Page 11: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Bincang Tokoh

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 9 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 10

Bincang Tokoh

Q : Avel selalu terlihat bersemangat, hal apa yang

selama ini selalu memotivasi?

A : Aku selalu termotivasi dari kalimat Imam Syafii

begini.. “Aku melihat air menjadi rusak karena

diam tertahan. Jika mengalir, menjadi jernih, jika

tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak

tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak

panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena

sasaran”. Avel mengungkapkan hal tersebut berapi-

api. Matanya menyiratkan semangat. “Intinya ya

kalau kita cuma hidup untuk diri kita pribadi, itu

sayang sekali. Baiknya kita bisa memberikan

sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita.

Kesimpulannya, motivasi utama aku ya berasal dari

diri sendiri.”

Sejenak, usai menyampaikan hal tersebut Avel tersenyum,

dinginnya AC ruangan seolah tak terasa menembus kulit.

Perbincangan hangat pun masih terus berlanjut.

Q : Apa sih rencana hidup kamu 5 tahun ke depan?

A : Kembali aktif menulis. Terutama mempublikasi

paper atau riset mengenai lapangan ONWJ, karena

tiga tahun terakhir ini aku rehat dalam menulis.

Q : Jika kamu diberi kesempatan 100%, bagaimana

pembagiannya untuk waktu bermain dan bekerja

dalam hidup kamu?

A : Bekerjanya 100 persen hahaha....., hmmm bisa

dibilang 50 persen untuk bekerja, dan 50 persen

sisanya aku pakai untuk bermain. Aku lebih suka

menghabiskan waktu luangku untuk bermain yang

bermanfaat dalam artian di situ tetap ada unsur

belajarnya. Contoh, kalau Sabtu-Minggu ada yang

mengajakku ke mall, aku akan lebih memilih untuk

datang ke acara ESK (Experience Sharing

Knowledge). ESK itu adalah acara berbagi ilmu yang

diadakan setiap bulan oleh FGMI. Bagiku itu sudah

bermain dan “happy”-nya itu adalah bisa tambah

ilmu dan tambah teman.

Q : Nah itu tentang 100%, sekarang kalau seorang

Aveliansyah diberikan kekuatan super, apa yang

ada di pikiran kamu?

A : Jurus perpindahan tempat, haha.. Hidup di jakarta

ini membuat aku berimajinasi untuk bisa berpindah

tempat dalam sekejap, cukup dengan

membayangkan suatu tempat maka aku bisa

berteleportasi ke tempat tersebut. Akan ada

banyak waktu yang bisa diselamatkan untuk

melakukan aktivitas lainnya, karena yang paling

mahal bagiku adalah waktu.

Q : Dari sekian banyak tokoh-tokoh geologist, kamu

mau jadi seperti siapa sih?

A : Tokoh inspiratif aja kali yah, soalnya kalau mau

terlahir menjadi siapa ya aku bersyukur terlahir

menjadi Aveliansyah, Bengkulu.. haha.. tapi kalau

ditanya tokoh inspiratifnya siapa, aku akan

menjawab Pak Andang Bachtiar. Dimataku, beliau

adalah sosok yang mampu membagi 4 wilayah

kehidupannya dengan sangat baik, yaitu keluarga,

karier profesional, agama, dan kehidupan sosial

bermasyarakat.

Foto: Aveliansyah

Mengawal kepengurusan baru, profil edisi kali menampilkan sosok utama dalam

kepengurusan FGMI 2015-2017. Aveliansyah, terpilih sebagai Ketua FGMI 2015-2017

pada pemilihan yang digelar Januari lalu. Sosok yang lahir di Bengkulu, 5 September

1988 ini rupanya orang yang lebih memilih pintar ketimbang gaul, memilih lapangan

ketimbang kantor, keluarga ketimbang karir, dan memilih ibu rumah tangga ketimbang

wanita karir (hehehe..). Berikut obrolan Yasinta bersama Avel, demikian ia biasa

dipanggil, saat dijumpai di kantornya di Kawasan TB Simatupang pada Jumat, 6 Maret

2015. Di ruangan berukuran 3x4 meter tersebut, Avel bercerita tentang rencana dan

mimpi-mimpi besarnya, juga hal-hal yang pernah dilaluinya hingga saat ini.

Aveliansyah:“Senyum, Kreatif, Anti-mainstream”

Q : Bagaimana kamu berpikir cara orang mengingat

kamu?

A : Pengennya diingat sebagai teman yang selalu ada,

dan bisa diandalkan. Sedangkan dalam bidang

profesional, ingin dikenang sebagai geologist

yang memiliki karya, seperti mahasiswa geologi

saat ini mengenang Katili, ataupun Van

Bemmelen.

Q : Tempat paling jauh dan paling berkesan yang

pernah kamu kunjungi?

A : Jepang! Secara jarak jelas paling jauh, ketika

kecil dulu aku suka nonton Dragon Ball,

Doraemon, Sinchan yang menjadikan kehidupan

masyarakat jepang menjadi sangat akrab

denganku. Berkesan karena disana aku bisa

presentasi paper, dan semua biaya disana

ditanggung oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI)

yang pada saat itu memberikanku penghargaan

berupa KMI awards.

Q : Berarti kamu suka banget travelling dong?

A : Enggak juga, aku suka travelling kalau ada

“tujuannya”, kalau kamu ngajak aku untuk

EuroTrip aku pasti gak ikut, soalnya mahal haha..

tapi kalau diajak nulis bareng untuk

dipresentasikan di pertemuan ilmiah di Eropa,

maka aku akan sangat bersemangat. Kalau aku

diajak piknik ke puncak Rinjani aku juga bisa

memilih untuk tidak ikut, tetapi kalau diajak ke

kampung di kaki gunung Rinjani untuk

memberikan edukasi, itu akan lebih berkesan dan

aku akan semangat untuk ikut.

Q : A p a p e n g a l a m a n y a n g p e r n a h

mengecewakanmu?

A : Saat itu ada seleksi mahasiswa Fakultas Teknik

untuk diberangkatkan ke Malaysia mengikuti

forum diskusi internasional, aku cukup percaya

diri untuk mendapatkan 1 dari 10 tiket yang

diperebutkan, karena statusku pada waktu itu

adalah Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik.

Proses seleksi mirip dengan pemilihan Mawapres,

Q : Momen pemberontakan apa yang pernah kamu

lakukan?

A : Mmmhh.. Ga ada kayaknya, hehe.. sampai

sekarang belum ada kejadian yang harus

menggunakan jalan pemberontakan. Guruku

pernah berkata, “Kekuatan bukan terletak di

otot, tapi di otak”, semua konflik seharusnya bisa

diselesaikan dengan komunikasi yang baik.

dan pesaingku juga mereka yang aku kalahkan di

seleksi Mawapres yang lalu. Namun, ketika hasilnya

diumumkan, namaku tidak tercantum, bahkan

tidak pula masuk di list peserta cadangan.

Seminggu setelah itu, aku ditelpon oleh PT.GDA

yang menerima lamaran Kerja Praktik-ku dan aku

segera di berangkatkan ke Kalimantan. Rasa

kecewa itu masih muncul, ketika teman-teman

memposting foto di depan Twin Tower Malaysia, aku

malah keluar masuk hutan Samarinda. Empat bulan

kemudian, barulah aku bersyukur dan menyadari

hikmah dibalik kegagalanku pergi ke Malaysia. Hasil

penelitianku di hutan Kalimantan tersebut telah

mengantarkanku menjadi Juara di IPA Convention,

salah satu ajang paling prestisius di industri migas

Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi jika aku

pergi ke Malaysia waktu itu.

Semua kekecewaan itu selalu ada hikmahnya, kalau

Steve Job bilang,“titik-titik itu selalu bisa

dihubungkan ketika kita sudah melihat itu ke

belakang.” Jadi jangan pernah takut untuk GAGAL.

Q : Apa pelajaran utama yang kamu pelajari dalam

hidup?

A : "Nothing is impossible, but nothing is easy.” Jika

menginginkan sesuatu, kejarlah dengan usaha

maksimal, jika masih belum tercapai tambah

usahanya menjadi ekstra maksimal, yakinlah pasti

kamu bisa. Tetapi jika masih gagal lagi setelah

menambah usaha ekstra, maka yakinlah Tuhan

menyiapkan hal lain yang lebih baik untuk kamu.

Q : Setelah bicara soal mimpi pribadi, pencapaian,

dan harapan. DI FGMI sendiri, sebenarnya apa visi

dan misi pribadi Mas Avel untuk Kepengurusan

saat ini?

A : “Inget 3K saja... Kompetensi, Karakter, dan

Kemasyarakatan. Aku ingin semua program FGMI

merujuk kepada peningkatan kompetensi

(technical skill), namun kompetensi tanpa karakter

itu bagai sayur tanpa garam, hambar! Maka dari itu

juga harus fokus terhadap program penguatan

karakter (soft skill), dan terakhir harus menebar

banyak manfaat ke masyarakat. Untuk tahun ini,

program kemasyarakatan akan lebih fokus kepada

peningkatan people awareness di daerah rawan

bencana di Indonesia.

Q : Ada pesan yang mau disampaikan untuk

generasi muda?

A : Pendek aja, mari mempercepat kehadiran

masa depan!”

“Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok...”

Page 12: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 11

Jurnal

SARI

Penelitian dilakukan di Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui lithologi dan kemenerusan parit candi. Alat yang digunakan

dalam penelitian adalah Naniura NRD 22S.

Penelitian dilakukan dengan 9 lintasan menggunakan konfigurasi

dipole-dipole dengan spasi elektroda adalah 2 meter, panjang lintasan

adalah 50 meter, n adalah 6 dan arah lintasan N 271°E memotong parit

candi.

Dengan menganalisis 9 penampang 2D hasil inversi menggunakan

software RES2DINV dapat diketahui arah penyebaran parit candi

adalah N 355°E. Berdasarkan atas nilai resistivitas sebenarnya (104 -

70.125) Ohm.m, batuan penyusun parit candi adalah andesit.

Kedalaman parit candi bervariasi antara 0.5 – 3.3 meter di bawah

permukaan dari arah selatan ke utara. Kedalaman candi pada bagian

utara lebih dalam dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan

proses tektonik dan endapan material vulkanik dari Gunung Merapi.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah kebudayaan yang

beragam, salah satu dari peninggalan tersebut berupa candi. Penyebaran

Candi di Indonesia banyak terdapat di Jawa, tepatnya di daerah Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Candi Borobudur,

Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan banyak candi lainnya. Candi

Plaosan merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum ditemukan secara keseluruhan

dan diperkirakan masih ada bagian dari candi yang terpendam dan

belum diketahui letaknya secara pasti. Berdasarkan sejarah, Candi

Plaosan merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9 oleh

Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman kerajaan Mataram

kuno.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemenerusan parit Candi

Plaosan bagian barat dan jenis batuan apa yang menyusun parit serta

untuk mengetahui kedalaman parti yang terkubur oleh material vulkanik

hasil letusan Gunung Merapi.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian pertama di Candi Plaosan dilakukan di bulan Agustus 1909

oleh arkeolog Belanda bernama Ijzerman yang menghasilkan penemuan

berupa 16 candi kecil dalam keadaan rusak. Penelitian kemudian

dilanjutkan oleh (Anonim, 2000) dengan hasil bahwa kompleks Candi

Plaosan dikelilingi parit persegi panjang berukuran 440 x 279 m, secara

keseluruhan lebar parit kurang lebih 10 m dengan kedalaman parit 2.5 m.

Geologi daerah penelitian berupa endapan material vulkanik Gunung

Merapi. Batuan penyusun daerah ini pada bagian atas adalah lapisan

berseling antara pasir vulkanik dengan endapan alluvial yang berumur

kuarter, di bawahnya merupakan endapan breksi lepas.

Batuan penyusun candi bervariasi di daerah Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta dan dibagi berdasarkan elevasi atau ketinggiannya

oleh Sri Mulyaningsih (2006) Batuan penyusun candi pada ketinggian >

200 mdpl dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman tersusun

atas andesit porfirik fragmen endapan klastika Gunung Merapi. Candi

yang terletak pada ketinggian 145 – 190 mdpl dibangun dari campuran

andesit Gunung Merapi (50%-75%) dan batupasir tuff (25%-50%) dari

pegunungan sebelah selatan (F.Semilir). Candi yang terletak pada

ketinggian <130 mdpl (Kec.Berbah dan Bantul) di bangun dari batupasir

tuffan (F.Semilir).

DASAR TEORI

Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari bumi dengan menerapkan

prinsip ilmu fisika, salah satunya metodenya adalah metode geolistrik.

Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari

sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana pendeteksiannya di

permukaan bumi; meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan

elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi

arus listrik ke dalam bumi.

PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Ary Wijaya I Putu (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta) Rizal Sujono (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)

Kresna Bayu Aji (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)

Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian

Rock type Resistivity range (Ohm.m)

Granite Diorite Dasite Andesite Lavas Basalt Tuffs Clay Alluvium and sands

3 x 102 – 106 104 – 105 2 x 104 (Wet) 4 – 5 x 104 (wet), 1 – 7 x 102 (dry) 102 – 5 x 104 10 – 1.3 x 107 (dry) 2 x 103 (wet) – 6 – 5 x 105 (dry) 1 – 100 10 – 800

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 12

Jurnal

Terdapat beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode

potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization (IP),

metode resistivitas. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik

tahanan jenis atau resistivitas.

Hukum dasar yang diterapkan pada metode geolistrik resistivitas adalah

hukum Ohm yang menggambarkan hubungan antara hambatan (R), arus

(I) dan potensial (V) dan dinyatakan dalam persamaan :

R = V/I

Disini bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen, meskipun

pada kenyataanya kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen

karena terdiri atas lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis (ρ) yang

berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari

lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu, harga resistivitas yang terukur

bukan merupakan harga resistivitas sebenarnya untuk satu lapisan saja,

akan tetapi yang terukur merupakan resistivitas semu (Apparent

Resistivity), sehingga berlaku persamaan:

ρ = K x R

dimana K merupakan faktor konfigurasi. Resistivitas semu merupakan

resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan

medium berlapis. Sebagai contoh medium berlapis adalah terdiri dari

dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda.

Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) maka

dilakukan teknik “least square inversion”, yang dapat dilakukan

menggunakan software RES2DINV.

Tabel 1. Tahanan jenis material bumi (Telford, 1976)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kompleks Candi Plaosan di Dusun Plaosan, Desa

Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten (Gambar 2). Batas

wilayah yang mengelilingi kompleks Candi Plaosan adalah Desa

Kebondalem di sebelah utara, Desa Kemuda di sebelah timur, Desa Taji

di sebelah selatan, dan Desa Bugisan di sebelah barat. Secara geografis

daerah penelitian terletak pada 7°44ˈ32.13ˈˈ LS dan 110°30ˈ11.07ˈˈ BT

pada ketinggian 148 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan

selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 – 5 April 2009 dalam keadaan cuaca

cerah.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (www.googleearth.com)

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama proses akuisisi data

lapangan metode geolistrik antara lain Resistivitymeter (NANIURA

NRD 22S), sumber arus (Accu) 12 Volt, 2 buah elektroda potensial dan

arus, 4 buah palu, 4 buah kabel roll, meteran 100 m, GPS, dan kompas.Pengambilan data dilakukan sebanyak 9 lintasan yang berarah N271°E

(timur-barat) dengan panjang masing-masing lintasan adalah 50 m.

Jarak antar lintasan adalah 20 meter, namun untuk lintasan 4 dan 5

panjang lintasan yaitu 50 meter dan lintasan 5 dan 6 adalah 30 meter. Hal

ini disebabkan karena adanya lubang bekas galian dan sawah warga.

Pada pengukuran ini spasi elektroda adalah 2 meter dengan 'n' sebanyak

6.

Gambar 3. Desain survey penelitian metode geolistrik resistivitas

Page 13: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 11

Jurnal

SARI

Penelitian dilakukan di Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui lithologi dan kemenerusan parit candi. Alat yang digunakan

dalam penelitian adalah Naniura NRD 22S.

Penelitian dilakukan dengan 9 lintasan menggunakan konfigurasi

dipole-dipole dengan spasi elektroda adalah 2 meter, panjang lintasan

adalah 50 meter, n adalah 6 dan arah lintasan N 271°E memotong parit

candi.

Dengan menganalisis 9 penampang 2D hasil inversi menggunakan

software RES2DINV dapat diketahui arah penyebaran parit candi

adalah N 355°E. Berdasarkan atas nilai resistivitas sebenarnya (104 -

70.125) Ohm.m, batuan penyusun parit candi adalah andesit.

Kedalaman parit candi bervariasi antara 0.5 – 3.3 meter di bawah

permukaan dari arah selatan ke utara. Kedalaman candi pada bagian

utara lebih dalam dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan

proses tektonik dan endapan material vulkanik dari Gunung Merapi.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah kebudayaan yang

beragam, salah satu dari peninggalan tersebut berupa candi. Penyebaran

Candi di Indonesia banyak terdapat di Jawa, tepatnya di daerah Jawa

Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Candi Borobudur,

Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan banyak candi lainnya. Candi

Plaosan merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum ditemukan secara keseluruhan

dan diperkirakan masih ada bagian dari candi yang terpendam dan

belum diketahui letaknya secara pasti. Berdasarkan sejarah, Candi

Plaosan merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9 oleh

Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman kerajaan Mataram

kuno.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemenerusan parit Candi

Plaosan bagian barat dan jenis batuan apa yang menyusun parit serta

untuk mengetahui kedalaman parti yang terkubur oleh material vulkanik

hasil letusan Gunung Merapi.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian pertama di Candi Plaosan dilakukan di bulan Agustus 1909

oleh arkeolog Belanda bernama Ijzerman yang menghasilkan penemuan

berupa 16 candi kecil dalam keadaan rusak. Penelitian kemudian

dilanjutkan oleh (Anonim, 2000) dengan hasil bahwa kompleks Candi

Plaosan dikelilingi parit persegi panjang berukuran 440 x 279 m, secara

keseluruhan lebar parit kurang lebih 10 m dengan kedalaman parit 2.5 m.

Geologi daerah penelitian berupa endapan material vulkanik Gunung

Merapi. Batuan penyusun daerah ini pada bagian atas adalah lapisan

berseling antara pasir vulkanik dengan endapan alluvial yang berumur

kuarter, di bawahnya merupakan endapan breksi lepas.

Batuan penyusun candi bervariasi di daerah Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta dan dibagi berdasarkan elevasi atau ketinggiannya

oleh Sri Mulyaningsih (2006) Batuan penyusun candi pada ketinggian >

200 mdpl dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman tersusun

atas andesit porfirik fragmen endapan klastika Gunung Merapi. Candi

yang terletak pada ketinggian 145 – 190 mdpl dibangun dari campuran

andesit Gunung Merapi (50%-75%) dan batupasir tuff (25%-50%) dari

pegunungan sebelah selatan (F.Semilir). Candi yang terletak pada

ketinggian <130 mdpl (Kec.Berbah dan Bantul) di bangun dari batupasir

tuffan (F.Semilir).

DASAR TEORI

Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari bumi dengan menerapkan

prinsip ilmu fisika, salah satunya metodenya adalah metode geolistrik.

Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari

sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana pendeteksiannya di

permukaan bumi; meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan

elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi

arus listrik ke dalam bumi.

PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Ary Wijaya I Putu (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta) Rizal Sujono (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)

Kresna Bayu Aji (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)

Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian

Rock type Resistivity range (Ohm.m)

Granite Diorite Dasite Andesite Lavas Basalt Tuffs Clay Alluvium and sands

3 x 102 – 106 104 – 105 2 x 104 (Wet) 4 – 5 x 104 (wet), 1 – 7 x 102 (dry) 102 – 5 x 104 10 – 1.3 x 107 (dry) 2 x 103 (wet) – 6 – 5 x 105 (dry) 1 – 100 10 – 800

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 12

Jurnal

Terdapat beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode

potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization (IP),

metode resistivitas. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik

tahanan jenis atau resistivitas.

Hukum dasar yang diterapkan pada metode geolistrik resistivitas adalah

hukum Ohm yang menggambarkan hubungan antara hambatan (R), arus

(I) dan potensial (V) dan dinyatakan dalam persamaan :

R = V/I

Disini bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen, meskipun

pada kenyataanya kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen

karena terdiri atas lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis (ρ) yang

berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari

lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu, harga resistivitas yang terukur

bukan merupakan harga resistivitas sebenarnya untuk satu lapisan saja,

akan tetapi yang terukur merupakan resistivitas semu (Apparent

Resistivity), sehingga berlaku persamaan:

ρ = K x R

dimana K merupakan faktor konfigurasi. Resistivitas semu merupakan

resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan

medium berlapis. Sebagai contoh medium berlapis adalah terdiri dari

dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda.

Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) maka

dilakukan teknik “least square inversion”, yang dapat dilakukan

menggunakan software RES2DINV.

Tabel 1. Tahanan jenis material bumi (Telford, 1976)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kompleks Candi Plaosan di Dusun Plaosan, Desa

Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten (Gambar 2). Batas

wilayah yang mengelilingi kompleks Candi Plaosan adalah Desa

Kebondalem di sebelah utara, Desa Kemuda di sebelah timur, Desa Taji

di sebelah selatan, dan Desa Bugisan di sebelah barat. Secara geografis

daerah penelitian terletak pada 7°44ˈ32.13ˈˈ LS dan 110°30ˈ11.07ˈˈ BT

pada ketinggian 148 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan

selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 – 5 April 2009 dalam keadaan cuaca

cerah.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian (www.googleearth.com)

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama proses akuisisi data

lapangan metode geolistrik antara lain Resistivitymeter (NANIURA

NRD 22S), sumber arus (Accu) 12 Volt, 2 buah elektroda potensial dan

arus, 4 buah palu, 4 buah kabel roll, meteran 100 m, GPS, dan kompas.Pengambilan data dilakukan sebanyak 9 lintasan yang berarah N271°E

(timur-barat) dengan panjang masing-masing lintasan adalah 50 m.

Jarak antar lintasan adalah 20 meter, namun untuk lintasan 4 dan 5

panjang lintasan yaitu 50 meter dan lintasan 5 dan 6 adalah 30 meter. Hal

ini disebabkan karena adanya lubang bekas galian dan sawah warga.

Pada pengukuran ini spasi elektroda adalah 2 meter dengan 'n' sebanyak

6.

Gambar 3. Desain survey penelitian metode geolistrik resistivitas

Page 14: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 13

Jurnal

Hasil dan Pembahasan

Lintasan 2

Gambar 4. Penampang 2D true resistivity lintasan 2

Dari penampang 2D true resistivity di atas pada lintasan 2

memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.18-920) Ohm.m. Nilai

resistivitas (137-920) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan andesit

yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan yang terdapat pada

meter 6 sampai 20 dan meter 30 sampai 38 pada kedalaman 0.5 sampai

2.35 meter dan lebar parit adalah 10 meter. Nilai resistivitas (1.18-137)

Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil

letusan gunung api yang mengubur parit candi.

Lintasan 3

Gambar 5. Penampang 2D true resistivity lintasan 3

Penampang 2D true resistivity lintasan 3 memperlihatkan kisaran nilai

resistivitas (1.33-5985) Ohm.m. Nilai resistivitas (163-5985) Ohm.m

yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai

bongkahan atau boulder dari batu penyusun parit Candi Plaosan,

sementara yang diinterpretasikan sebagai parit Candi terdapat pada

meter 10 sampai 16 dan meter 26 sampai 30 pada kedalaman 2.5 meter

dengan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (1.33-163) Ohm.m

diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan

gunung api yang mengubur parit Candi.

Lintasan 5

Gambar 6. Penampang 2D true resistivity lintasan 5

Pada penampang 2D true resistivity lintasan 5 memperlihatkan kisaran

nilai resistivitas (7.54-45794) Ohm.m. Nilai resistivitas (315-45794)

Ohm.m diinterpretasikan sebagai batu andesit yang merupakan

penyusun parit Candi Plaosan terdapat pada meter 6 sampai 18 dan 28

sampai 45 pada kedalaman 2.6 meter dan lebar 10 meter. Nilai

resistivitas (7.54-315) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir

vulkanik lepas dan sedikit terisi air karena pada lintasan ini terdapat pada

areal persawahan.

Lintasan 9

Gambar 7. Penampang 2D true resistivity lintasan 9

Penampang 2D true resistivity lintasan 9 memperlihatkan kisaran nilai

resistivitas (5.14-5699) Ohm.m. Nilai resistivitas yang berada pada

kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai boulder yang merupakan

material vulkanik Gunung Merapi sedangkan parit candi pada lintasan

ini sudah tidak terlihat dengan jelas karena letak kedalamannya

diperkirakan lebih dari 3.4 meter. Nilai resistivitas (5.14-104) Ohm.m

diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan

Gunung Merapi.

Berdasarkan gambar 8 yang merupakan korelasi antar lintasan

pengukuran sepanjang 190 meter ke arah utara dari total panjang parit

440 meter, dapat diinterpretasikan jika arah penyebaran parit Candi

Plaosan bagian barat adalah N355°E dengan distribusi tidak beraturan

dari anomali pada penampang 2D true resistivity, yang mengindikasikan

jika kondisi parit sudah tidak utuh lagi atau rusak.

Gambar 8. Korelasi penampang 2D true resistivity semua lintasan

Menurut penelitian terdahulu oleh (Anonim, 2000) kedalaman parit

adalah 2.5 meter. Atas dasar perhitungan yang membandingkan antara

model dengan tinggi 1.7 meter dan kedalaman parit pada singkapan

seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, diperoleh hasil jika kedalaman

parit pada singkapan yang terletak di bagian selatan dari lintasan 1 itu

adalah 2.8 meter. Diperkirakan penambahan kedalaman sebesar 0.3

meter disebabkan oleh endapan tanah ataupun proses sedimentasi yang

terjadi pada singkapan parit dan terendapkan.

Jurnal

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 14

Gambar 9. Perbandingan antara model dengan singkapan parit Candi Plaosan bagian barat.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada parit Candi Plaosan bagian

barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:

1. Batuan penyusun parit Candi Plaosan adalah batuan andesit yang

merupakan material Gunung Merapi dengan nilai resistivitas (104-

70125) Ohm.m.2. Distribusi kemenerusan bangunan parit candi pada bagian barat Candi

Plaosan dari utara ke selatan adalah N355°E.3. Kedalaman ditemukannya parit berdasarkan penampang 2D true

resistivity adalah 0.5 sampai 3.3 meter di bawah permukaan.

Kondisi parit Candi Plaosan sudah tidak utuh/rusak, yang disebabkan

oleh gempa bumi yang terjadi pada masa lalu di daerah Yogyakarta dan

sekitarnya. Selain itu, kerusakan tersebut diakibatkan oleh hempasan

material Gunung Merapi seperti lahar ataupun aliran piroklastik,

sehingga kedalaman ditemukannya parit semakin ke utara akan semakin

dalam dibandingkan dengan temuan di daerah selatan.

REFERENSI

Anonim. Geolistrik Tahanan Jenis. 2007. Institut Teknologi Bandung

<www.geocis.net>.

Mulyaningsih, S. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai

Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta. 2006. 1(2) Jurnal Geologi

Indonesia.

Telford, W. M, dkk. Applied Geophysics (Cambridge University Press

1976).

Singkapan Parit

10 M

10 M

10 M

10 M

1.7 M

1.1 M

2.8 M

Page 15: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 13

Jurnal

Hasil dan Pembahasan

Lintasan 2

Gambar 4. Penampang 2D true resistivity lintasan 2

Dari penampang 2D true resistivity di atas pada lintasan 2

memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.18-920) Ohm.m. Nilai

resistivitas (137-920) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan andesit

yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan yang terdapat pada

meter 6 sampai 20 dan meter 30 sampai 38 pada kedalaman 0.5 sampai

2.35 meter dan lebar parit adalah 10 meter. Nilai resistivitas (1.18-137)

Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil

letusan gunung api yang mengubur parit candi.

Lintasan 3

Gambar 5. Penampang 2D true resistivity lintasan 3

Penampang 2D true resistivity lintasan 3 memperlihatkan kisaran nilai

resistivitas (1.33-5985) Ohm.m. Nilai resistivitas (163-5985) Ohm.m

yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai

bongkahan atau boulder dari batu penyusun parit Candi Plaosan,

sementara yang diinterpretasikan sebagai parit Candi terdapat pada

meter 10 sampai 16 dan meter 26 sampai 30 pada kedalaman 2.5 meter

dengan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (1.33-163) Ohm.m

diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan

gunung api yang mengubur parit Candi.

Lintasan 5

Gambar 6. Penampang 2D true resistivity lintasan 5

Pada penampang 2D true resistivity lintasan 5 memperlihatkan kisaran

nilai resistivitas (7.54-45794) Ohm.m. Nilai resistivitas (315-45794)

Ohm.m diinterpretasikan sebagai batu andesit yang merupakan

penyusun parit Candi Plaosan terdapat pada meter 6 sampai 18 dan 28

sampai 45 pada kedalaman 2.6 meter dan lebar 10 meter. Nilai

resistivitas (7.54-315) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir

vulkanik lepas dan sedikit terisi air karena pada lintasan ini terdapat pada

areal persawahan.

Lintasan 9

Gambar 7. Penampang 2D true resistivity lintasan 9

Penampang 2D true resistivity lintasan 9 memperlihatkan kisaran nilai

resistivitas (5.14-5699) Ohm.m. Nilai resistivitas yang berada pada

kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai boulder yang merupakan

material vulkanik Gunung Merapi sedangkan parit candi pada lintasan

ini sudah tidak terlihat dengan jelas karena letak kedalamannya

diperkirakan lebih dari 3.4 meter. Nilai resistivitas (5.14-104) Ohm.m

diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan

Gunung Merapi.

Berdasarkan gambar 8 yang merupakan korelasi antar lintasan

pengukuran sepanjang 190 meter ke arah utara dari total panjang parit

440 meter, dapat diinterpretasikan jika arah penyebaran parit Candi

Plaosan bagian barat adalah N355°E dengan distribusi tidak beraturan

dari anomali pada penampang 2D true resistivity, yang mengindikasikan

jika kondisi parit sudah tidak utuh lagi atau rusak.

Gambar 8. Korelasi penampang 2D true resistivity semua lintasan

Menurut penelitian terdahulu oleh (Anonim, 2000) kedalaman parit

adalah 2.5 meter. Atas dasar perhitungan yang membandingkan antara

model dengan tinggi 1.7 meter dan kedalaman parit pada singkapan

seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, diperoleh hasil jika kedalaman

parit pada singkapan yang terletak di bagian selatan dari lintasan 1 itu

adalah 2.8 meter. Diperkirakan penambahan kedalaman sebesar 0.3

meter disebabkan oleh endapan tanah ataupun proses sedimentasi yang

terjadi pada singkapan parit dan terendapkan.

Jurnal

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 14

Gambar 9. Perbandingan antara model dengan singkapan parit Candi Plaosan bagian barat.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada parit Candi Plaosan bagian

barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:

1. Batuan penyusun parit Candi Plaosan adalah batuan andesit yang

merupakan material Gunung Merapi dengan nilai resistivitas (104-

70125) Ohm.m.2. Distribusi kemenerusan bangunan parit candi pada bagian barat Candi

Plaosan dari utara ke selatan adalah N355°E.3. Kedalaman ditemukannya parit berdasarkan penampang 2D true

resistivity adalah 0.5 sampai 3.3 meter di bawah permukaan.

Kondisi parit Candi Plaosan sudah tidak utuh/rusak, yang disebabkan

oleh gempa bumi yang terjadi pada masa lalu di daerah Yogyakarta dan

sekitarnya. Selain itu, kerusakan tersebut diakibatkan oleh hempasan

material Gunung Merapi seperti lahar ataupun aliran piroklastik,

sehingga kedalaman ditemukannya parit semakin ke utara akan semakin

dalam dibandingkan dengan temuan di daerah selatan.

REFERENSI

Anonim. Geolistrik Tahanan Jenis. 2007. Institut Teknologi Bandung

<www.geocis.net>.

Mulyaningsih, S. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai

Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta. 2006. 1(2) Jurnal Geologi

Indonesia.

Telford, W. M, dkk. Applied Geophysics (Cambridge University Press

1976).

Singkapan Parit

10 M

10 M

10 M

10 M

1.7 M

1.1 M

2.8 M

Page 16: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 15

Jurnal

SARI

Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia, secara geografis terletak di terletak di 111051'5 "BT - 111057'1" Bujur Timur dan 06053'9 "LS - 06058'32".

Daerah penelitian terdiri batuan karbonat yang berumur Oligo - Miosen sampai Pliosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paleogeografi dan fasies batuan karbonat Formasi Paciran di daerah penelitian, dengan melakukan observasi lapangan dan analisis laboratorium, yaitu petrografi dan analisis mikrofosil.

Formasi Paciran telah melingkungi beberapa fasies karbonat. Pada asosiasi fasies reef (bagian tengah sepanjang barat ke timur) terdiri dari fasies wackestone dan packstone yang memiliki kelimpahan koral, alga merah dan fosil foraminifera besar. Pada asosiasi fore reef (bagian utara) dari Montongsekar dominan terdiri dari wackstone dan packstone. Fasies, packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda serta pada beberapa tempat ditemukan batugamping koral dan juga foramnifera planktonik.

PENDAHULUAN

Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis

0daerah penelitian terletak pada koordinat 111 51'5”

0 0BT sampai 111 57'1” BT dan 06 53'9” LS sampai

0 206 58'32” LS dengan luas sekitar 100 km . Daerah penelitian termasuk ke dalam peta topografi, Lembar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakosurtanal). Daerah penelitian terletak ke dalam sebagian lembar Peta Jojogan (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No.1509-221) dan sebagian lembar Peta Merakutak (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No. 1509-222) dengan skala 1:25000.

Objek penelitian dari riset ini untuk mengetahui fasies karbonat dan paleogeografi dari Formasi Paciran. Metodologi dari riset ini adalah dengan pengamatan singkapan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya dan didukung dengan analisis laboratorium untuk penelitian yang lebih detail dari batuan pada Formasi Paciran. Analisis laboratorium yang dilakukan antara adalah analisis mikrofosil dan analisis petrografi.

GEOLOGI REGIONAL

Daerah penelitian dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan barat laut, sedangkan ke arah utara dan barat dibatasi oleh dataran tinggi Meratus dan dataran tinggi Masalembo-doang yang berada di tenggara Pulau Kalimantan. Pada bagian selatan, busur vulkanik atau busur magmatik membatasi daerah penelitian dari bagian timur hingga selatan. Sejarah geologi Lembar Jatirogo dimulai pada kala Miosen, yaitu sejak terbentuknya Formasi Tawun. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Tawun terjadi gerakan batuan dasar yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan, serta pembentukan tinggian (highs) dan rendahan (lows) sesuai pendapat Spencer (1977).

Pada waktu pembentukan lipatan, tinggian, dan rendahan tersebut, proses pengendapan terus berjalan, kemudian pada akhir Miosen Awal atau bagian bawah Miosen Tengah, terjadi pengendapan satuan batupasir yang berselingan dengan batugamping bioklasitika dan batulempung (Anggota Ngrayong Formasi Tawun). Pada bagian bawah Miosen Tengah atau sesudah pengendapan Anggota Ngrayong, diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran (Formasi Bulu), dan selanjutnya pada awal Miosen Akhir, terendapkan Formasi Wonocolo yang terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Pada Pliosen akhir, terendapkan satuan batupasir glaukonitan dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Ledok). Pada akhir Miosen Akhir atau Pliosen Awal, daerah setempat berupa tinggian dan rendahan.

Fasies Pengendapan Karbonat dan Paleogeografi dari Formasi Paciran, Jawa Timur, Indonesia

Maulida Balgis Arbinesya ( Teknik Geologi ITB )

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 16

Jurnal

Di bagian tengah sampai ke arah barat Lembar Jatirogo yang merupakan daerah rendahan, terendapkan Formasi Mundu, sedangkan di bagian timur dan sebagian kecil di bagian barat lembar Jatirogo terendapkan tinggian dan didalamnya terendapkan batugamping terumbu (Formasi Paciran).

Pada kala Plistosen, daerah ini merupakan laut dangkal , te rbuka , dan tenang, sehingga memungkinkan terus terbentuknya batugamping terumbu (Formasi Paciran) di daerah tinggian tersebut; sedangkan di daerah rendahan pengendapan napal terus berlangsung hingga akhir Pliosen yang membentuk Formasi Mundu. Sementara itu, dibagian selatan Lembar Jatirogo, pengendapan Formasi Mundu diikuti oleh pengendapan Formasi Lidah yang terdiri dari lempung, lempung hitam, dan batupasir.

Pada kala Plistosen Akhir secara keseluruhan daerah ini terangkat menjadi daratan dan bersamaan dengan pengangkatan tersebut, di bagian barat laut terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan breksi gunung api dan lava andesit di Gunung Lasem, Gunung Pucuk, Gunung Butak dan Gunung Gerang. Pada kala Holosen hingga sekarang terendapkan lempung, lanau, kerikil, dan pasir yang membentuk satuan aluvium.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang utama dalam riset ini adalah melalui pengamatan lapangan. Pengamatan lapangan dipilih sebagai metodologi untuk meneliti karakteristik litologi dari skala megaskopis, yaitu dengan melihat geomorfologi sampai skala singkapan untuk melihat tekstur dan struktur dari proses sedimentasi. Selain itu, riset ini juga menggunakan analisis labotarium, yang antara lain dilakukan dengan analisis mikrofosil dan analisis petrografi. Analisis mikrofosil dilakukan melalui pengamatan formanifera besar dengan tujuan untuk mengidentifikasi umur dan lingkungan pengendapannya. Sementara itu, analisis petrografi dilakukan untuk melihat karakteristik interior batuan secara mikroskopis.

PEMBAHASANMengacu kepada Reeckman (1981), peneliti membagi daerah penelitian secara umum, yang terdiri dari asosiasi fasies reef dan asosiasi fore reef.

Deskripsi dari karakteristik masing-masing fasies adalah sebagai berikut:

Asosiasi Fasies Reef

Asosisasi fasies reef terdiri dari batugamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh fragmen koral, red algae, dan foramnifera besar. Kedua batuan tersebut dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna putih kecoklatan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, sangat keras, kemudian pada beberapa tempat teroksidasi, masif, dan terdapat mineral karbonat serta branching coral. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 65 % di bagian tengah, hingga kemudian memanjang dari barat ke arah timur, selatan, dan timur laut dari daerah penelitian yang mencakup Desa Hargoretno, Montongsekar, Pakel, Sumurgung, Jetak, dan Talun.

Pada asosiasi fasies reef, analisis pada beberapa sampel telah dilakukan, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, dan Borellis curdica. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Borellis curdica yang mewakili satuan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa satuan ini berumur Upper Tf – Tg (Miosen Akhir - Pliosen).

Asosiasi Fasies Fore Reef

Asosisasi fasies fore reef terdiri dari batu gamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda, serta pada beberapa tempat juga ditemukan batugamping koral serta foramnifera planktonik. Kedua batuan tersebut dapat dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna coklat kekuningan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, masif, memiliki mineral karbonan, keras, serta terdapat pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 30 % di bagian utara daerah penelitian yang mencakup Desa Gaji, Mergomulyo, Karanglo, Pongpongan, dan Padasan.

Page 17: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 15

Jurnal

SARI

Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia, secara geografis terletak di terletak di 111051'5 "BT - 111057'1" Bujur Timur dan 06053'9 "LS - 06058'32".

Daerah penelitian terdiri batuan karbonat yang berumur Oligo - Miosen sampai Pliosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paleogeografi dan fasies batuan karbonat Formasi Paciran di daerah penelitian, dengan melakukan observasi lapangan dan analisis laboratorium, yaitu petrografi dan analisis mikrofosil.

Formasi Paciran telah melingkungi beberapa fasies karbonat. Pada asosiasi fasies reef (bagian tengah sepanjang barat ke timur) terdiri dari fasies wackestone dan packstone yang memiliki kelimpahan koral, alga merah dan fosil foraminifera besar. Pada asosiasi fore reef (bagian utara) dari Montongsekar dominan terdiri dari wackstone dan packstone. Fasies, packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda serta pada beberapa tempat ditemukan batugamping koral dan juga foramnifera planktonik.

PENDAHULUAN

Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis

0daerah penelitian terletak pada koordinat 111 51'5”

0 0BT sampai 111 57'1” BT dan 06 53'9” LS sampai

0 206 58'32” LS dengan luas sekitar 100 km . Daerah penelitian termasuk ke dalam peta topografi, Lembar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakosurtanal). Daerah penelitian terletak ke dalam sebagian lembar Peta Jojogan (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No.1509-221) dan sebagian lembar Peta Merakutak (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No. 1509-222) dengan skala 1:25000.

Objek penelitian dari riset ini untuk mengetahui fasies karbonat dan paleogeografi dari Formasi Paciran. Metodologi dari riset ini adalah dengan pengamatan singkapan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya dan didukung dengan analisis laboratorium untuk penelitian yang lebih detail dari batuan pada Formasi Paciran. Analisis laboratorium yang dilakukan antara adalah analisis mikrofosil dan analisis petrografi.

GEOLOGI REGIONAL

Daerah penelitian dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan barat laut, sedangkan ke arah utara dan barat dibatasi oleh dataran tinggi Meratus dan dataran tinggi Masalembo-doang yang berada di tenggara Pulau Kalimantan. Pada bagian selatan, busur vulkanik atau busur magmatik membatasi daerah penelitian dari bagian timur hingga selatan. Sejarah geologi Lembar Jatirogo dimulai pada kala Miosen, yaitu sejak terbentuknya Formasi Tawun. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Tawun terjadi gerakan batuan dasar yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan, serta pembentukan tinggian (highs) dan rendahan (lows) sesuai pendapat Spencer (1977).

Pada waktu pembentukan lipatan, tinggian, dan rendahan tersebut, proses pengendapan terus berjalan, kemudian pada akhir Miosen Awal atau bagian bawah Miosen Tengah, terjadi pengendapan satuan batupasir yang berselingan dengan batugamping bioklasitika dan batulempung (Anggota Ngrayong Formasi Tawun). Pada bagian bawah Miosen Tengah atau sesudah pengendapan Anggota Ngrayong, diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran (Formasi Bulu), dan selanjutnya pada awal Miosen Akhir, terendapkan Formasi Wonocolo yang terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Pada Pliosen akhir, terendapkan satuan batupasir glaukonitan dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Ledok). Pada akhir Miosen Akhir atau Pliosen Awal, daerah setempat berupa tinggian dan rendahan.

Fasies Pengendapan Karbonat dan Paleogeografi dari Formasi Paciran, Jawa Timur, Indonesia

Maulida Balgis Arbinesya ( Teknik Geologi ITB )

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 16

Jurnal

Di bagian tengah sampai ke arah barat Lembar Jatirogo yang merupakan daerah rendahan, terendapkan Formasi Mundu, sedangkan di bagian timur dan sebagian kecil di bagian barat lembar Jatirogo terendapkan tinggian dan didalamnya terendapkan batugamping terumbu (Formasi Paciran).

Pada kala Plistosen, daerah ini merupakan laut dangkal , te rbuka , dan tenang, sehingga memungkinkan terus terbentuknya batugamping terumbu (Formasi Paciran) di daerah tinggian tersebut; sedangkan di daerah rendahan pengendapan napal terus berlangsung hingga akhir Pliosen yang membentuk Formasi Mundu. Sementara itu, dibagian selatan Lembar Jatirogo, pengendapan Formasi Mundu diikuti oleh pengendapan Formasi Lidah yang terdiri dari lempung, lempung hitam, dan batupasir.

Pada kala Plistosen Akhir secara keseluruhan daerah ini terangkat menjadi daratan dan bersamaan dengan pengangkatan tersebut, di bagian barat laut terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan breksi gunung api dan lava andesit di Gunung Lasem, Gunung Pucuk, Gunung Butak dan Gunung Gerang. Pada kala Holosen hingga sekarang terendapkan lempung, lanau, kerikil, dan pasir yang membentuk satuan aluvium.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang utama dalam riset ini adalah melalui pengamatan lapangan. Pengamatan lapangan dipilih sebagai metodologi untuk meneliti karakteristik litologi dari skala megaskopis, yaitu dengan melihat geomorfologi sampai skala singkapan untuk melihat tekstur dan struktur dari proses sedimentasi. Selain itu, riset ini juga menggunakan analisis labotarium, yang antara lain dilakukan dengan analisis mikrofosil dan analisis petrografi. Analisis mikrofosil dilakukan melalui pengamatan formanifera besar dengan tujuan untuk mengidentifikasi umur dan lingkungan pengendapannya. Sementara itu, analisis petrografi dilakukan untuk melihat karakteristik interior batuan secara mikroskopis.

PEMBAHASANMengacu kepada Reeckman (1981), peneliti membagi daerah penelitian secara umum, yang terdiri dari asosiasi fasies reef dan asosiasi fore reef.

Deskripsi dari karakteristik masing-masing fasies adalah sebagai berikut:

Asosiasi Fasies Reef

Asosisasi fasies reef terdiri dari batugamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh fragmen koral, red algae, dan foramnifera besar. Kedua batuan tersebut dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna putih kecoklatan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, sangat keras, kemudian pada beberapa tempat teroksidasi, masif, dan terdapat mineral karbonat serta branching coral. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 65 % di bagian tengah, hingga kemudian memanjang dari barat ke arah timur, selatan, dan timur laut dari daerah penelitian yang mencakup Desa Hargoretno, Montongsekar, Pakel, Sumurgung, Jetak, dan Talun.

Pada asosiasi fasies reef, analisis pada beberapa sampel telah dilakukan, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, dan Borellis curdica. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Borellis curdica yang mewakili satuan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa satuan ini berumur Upper Tf – Tg (Miosen Akhir - Pliosen).

Asosiasi Fasies Fore Reef

Asosisasi fasies fore reef terdiri dari batu gamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda, serta pada beberapa tempat juga ditemukan batugamping koral serta foramnifera planktonik. Kedua batuan tersebut dapat dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna coklat kekuningan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, masif, memiliki mineral karbonan, keras, serta terdapat pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 30 % di bagian utara daerah penelitian yang mencakup Desa Gaji, Mergomulyo, Karanglo, Pongpongan, dan Padasan.

Page 18: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 17

Pada asosiasi fasies fore reef, analisis telah dilakukan pada beberapa sampel, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, Cyclocypeus carpenter dan Alveolinella praequoyi. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Cyclocypeus carpenter yang berumur Th – Recent (Pliosen - Resen) serta dengan perbandingan regional berumur Pliosen, mengarahkan pada kesimpulan bahwa pada satuan ini berumur Pliosen.

Pada kala Miosen Akhir, kondisi lingkungan pengendapan material sedimen mendukung terjadinya pertumbuhan terumbu, yang mana hal ini didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang baik dan kondisi air laut yang relatif lebih stabil. Pertumbuhan terumbu ini kemudian menghasilkan pembentukan asosiasi fasies reef. Kemudian, seiring dengan penurunan muka air laut secara regional, sebagian pertumbuhan terumbu terhenti dan mengalami pelapukan serta erosi sehingga menyebabkan pengendapan material karbonat disekitar terumbu, yang kemudian membentuk asosiasi fasies fore reef. Terdapat hubungan stratigrafi antara asosiasi fasies reef dengan asosiasi fasies fore reef yang selaras, lebih tepatnya menjemari. Pada kala Pliosen hingga Pleistosen terjadi peningkatan aktivitas tektonik berupa perlipatan yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, sehingga hal ini sekaligus menyebabkan terhentinya pertumbuhan terumbu.

KESIMPULAN

Formasi Paciran pada daerah penelitian dibagi menjadi: asosiasi fasies reef dan asosiasi fasies fore reef.

Umur dari Formasi Paciran pada daerah penelitian diinterpretasikan berada pada Miosen Akhir sampai Pliosen.

Paleogeografi dari Formasi Paciran pada daerah penelitian berupa fore reef, dengan basinward pada bagian utara daerah penelitian dan landward pada bagian selatan daerah penelitian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang Mardiana selaku pembimbing dalam melakukan riset ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, M.K., 1987. Notes on Cyclocypeus ( K a ta cyc lo cyeu s ) Ta n a n d C yc lo cyp eu s (Radiocyclocypeus) Tan. Geologi Survey Indonesia, Jawa Timur, Indonesia.

Dunham, Robert. J. 1962. Classification Of Carbonate Rocks According To Depotitional Texture, AAPG Memoir 1., Oklahoma, Amerika Serikat.

Howard, A.D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation A Summation, AAPG BulletinV.51, No 11, P. 2246-2259, Tulsa, Amerika Serikat.

Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung, 25h.

Postuma, J.A. 1971. Manual of Planktonik Foraminifera. Elseiver Publishing Company, Amsterdam-London-New York, 420h.

Pringgoprawiro, H. 1981. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.

Reeckman, A And Friedman, Gerald M. 1982. Exploration for Carbonate Reservoir. AWILEY-Interscience Publication. New York, Amerika Serikat.

Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Jatirogo skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Merakurak skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smiths Publisher, The Hague, Amsterdam.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. VoIume I A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland, 732h.

Vischer, A., 1952. Stratigraphy of the Younger Tertiary in North-East Java and Madura. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland.

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 18

Jurnal Jurnal

Gambar 1. (A) Lokasi daerah penelitian, (B) Kolom stratigrafi daerah penelitian (Situmorang, 1992)

Gambar 2. (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies reef

Gambar 3. Gambar 4 (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies fore reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies fore reef

Gambar 4. Paleogeografi dari Formasi Paciran daerah penelitian

Page 19: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 17

Pada asosiasi fasies fore reef, analisis telah dilakukan pada beberapa sampel, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, Cyclocypeus carpenter dan Alveolinella praequoyi. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Cyclocypeus carpenter yang berumur Th – Recent (Pliosen - Resen) serta dengan perbandingan regional berumur Pliosen, mengarahkan pada kesimpulan bahwa pada satuan ini berumur Pliosen.

Pada kala Miosen Akhir, kondisi lingkungan pengendapan material sedimen mendukung terjadinya pertumbuhan terumbu, yang mana hal ini didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang baik dan kondisi air laut yang relatif lebih stabil. Pertumbuhan terumbu ini kemudian menghasilkan pembentukan asosiasi fasies reef. Kemudian, seiring dengan penurunan muka air laut secara regional, sebagian pertumbuhan terumbu terhenti dan mengalami pelapukan serta erosi sehingga menyebabkan pengendapan material karbonat disekitar terumbu, yang kemudian membentuk asosiasi fasies fore reef. Terdapat hubungan stratigrafi antara asosiasi fasies reef dengan asosiasi fasies fore reef yang selaras, lebih tepatnya menjemari. Pada kala Pliosen hingga Pleistosen terjadi peningkatan aktivitas tektonik berupa perlipatan yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, sehingga hal ini sekaligus menyebabkan terhentinya pertumbuhan terumbu.

KESIMPULAN

Formasi Paciran pada daerah penelitian dibagi menjadi: asosiasi fasies reef dan asosiasi fasies fore reef.

Umur dari Formasi Paciran pada daerah penelitian diinterpretasikan berada pada Miosen Akhir sampai Pliosen.

Paleogeografi dari Formasi Paciran pada daerah penelitian berupa fore reef, dengan basinward pada bagian utara daerah penelitian dan landward pada bagian selatan daerah penelitian.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang Mardiana selaku pembimbing dalam melakukan riset ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, M.K., 1987. Notes on Cyclocypeus ( K a ta cyc lo cyeu s ) Ta n a n d C yc lo cyp eu s (Radiocyclocypeus) Tan. Geologi Survey Indonesia, Jawa Timur, Indonesia.

Dunham, Robert. J. 1962. Classification Of Carbonate Rocks According To Depotitional Texture, AAPG Memoir 1., Oklahoma, Amerika Serikat.

Howard, A.D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation A Summation, AAPG BulletinV.51, No 11, P. 2246-2259, Tulsa, Amerika Serikat.

Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung, 25h.

Postuma, J.A. 1971. Manual of Planktonik Foraminifera. Elseiver Publishing Company, Amsterdam-London-New York, 420h.

Pringgoprawiro, H. 1981. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.

Reeckman, A And Friedman, Gerald M. 1982. Exploration for Carbonate Reservoir. AWILEY-Interscience Publication. New York, Amerika Serikat.

Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Jatirogo skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Merakurak skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.

Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smiths Publisher, The Hague, Amsterdam.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. VoIume I A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland, 732h.

Vischer, A., 1952. Stratigraphy of the Younger Tertiary in North-East Java and Madura. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland.

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 18

Jurnal Jurnal

Gambar 1. (A) Lokasi daerah penelitian, (B) Kolom stratigrafi daerah penelitian (Situmorang, 1992)

Gambar 2. (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies reef

Gambar 3. Gambar 4 (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies fore reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies fore reef

Gambar 4. Paleogeografi dari Formasi Paciran daerah penelitian

Page 20: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 19

Tokoh

Kenneth E. Peters adalah seorang ahli geokimia yang sangat terkenal,

dan memiliki lebih dari 120 publikasi dalam bidang geologi, terutama

dalam bidang geokimia organik. Kenneth meraih gelar BS dan MS

dibidang geologi di University of California, Santa Barbara (UCSB), serta

Ph.D geochemistry dari University of California, Los Angeles (UCLA).

Kenneth merupakan author pertama untuk buku geokimia The

Biomarker Guide (1993, Prentice-Hall; 2005, Cambridge U. Press; 2011

Cambridge U. Press & Chinese Petroleum Industry Press), yang

merupakan salah satu buku yang sangat penting untuk geochemist,

maupun geologist.

Saat ini beliau bekerja sebagai penasihat sains di Schlumberger

Information Solutions, menggunakan metode geokimia dan pemodelan

numerik untuk studi sistem petroleum. Kenneth bekerja selama kurang

lebih 35 tahun sebagai geochemist di Chevron, Mobil, ExxonMobil, USGS,

and Schlumberger.

Selain itu, beliau juga aktif mengajar geokimia dan pemodelan cekungan untuk Chevron, Mobil, ExxonMobil, Oil &

Gas Consultants International, UC Berkeley, dan Stanford University. Kenneth adalah Honorary Teaching Fellow di

School of Geoscience, University of Aberdeen, Scotland, UK.

Beliau merupakan Ketua Konferensi Organic Geochemistry pada tahun 1998, Ketua Tim Riset AAPG tahun 2007 –

2010, Dosen Kehormatan AAPG tahun 2009 - 2010, editor dari AAPG Getting Started in Basin and Petroleum System

Modeling – compact disc tahun 2009. Kenneth adalah editor AAPG Hedberg Series 4 Basin Modeling: New Horizons in

Research and Applications tahun 2012, dan co-editor untuk SEPM Publikasi Khusus - 103 Analyzing the Thermal

History of Sedimentary Basins: Methods and Case Studies.

Pada tahun 2009, beliau meraih penghargaan Alfred E. Treibs Award, dari Organic Geochemistry Division,

Geochemical Society, atas kontribusinya dalam bidang geokimia organic. Tahun 2013, beliau meraih penghargaan

the AAPG Honorary Member Award, serta penghargaan Schlumberger Henri Doll Prize for Innovation tahun 2009

dan 2013, atas jasanya dalam bidang petroleum geologi.

(Sumber : earth.stanford.edu/kenneth-peters)

BIOGRAFI TOKOH: KENNETH E. PETERSOleh: Ragil Pratiwi

Page 21: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 20

SM IAGI

SM IAGI IndonesiaMengabdi Kepada Masyarakat MelaluiSosialisasi Mitigasi Longsor Banjarnegara

Indonesia Kembali Berduka. Bencana yang datang tak

diduga telah merenggut banyak korban jiwa. Pada Jumat

sore, 12 Desember 2014, tiba-tiba terdengar suara

gemuruh dari atas bukit. Selang beberapa menit

terdengar jeritan panik dari warga Dusun Jemblung di

kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Banyak warga

yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri namun tak

sedikit pula yang bernasib nahas. Bencana longsor yang

terjadi sore itu tak akan pernah dilupakan oleh

masyarakat Dusun Jemblung sampai kapanpun.

Menyadari hal itu, para mahasiswa yang tergabung dalam

SM IAGI Undip bersama dengan SM IAGI Unsoed, SM IAGI

UGM, dan SM IAGI IST Akprind, SM IAGI UPN Veteran YK

serta SM IAGI STTNAS mengirimkan perwakilan

mahasiswa ke lokasi bencana yang terletak di Dusun

Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,

Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. SM IAGI Undip dan

SM IAGI Unsoed tiba di Banjarnegara pada hari Minggu, 14

Desember 2014 dan langsung berangkat menuju lokasi

bencana. Sedangkan SM IAGI UGM bersama dengan yang

lain menyusul pada hari Kamis.

Selain memberikan bantuan dalam bentuk materi, tim SM

IAGI Undip dan Unsoed juga memberikan bantuan dalam

bentuk lain yaitu sosialisasi mengenai mitigasi bencana

meliputi pengenalan tentang bencana longsor, daerah-

daerah yang rawan longsor serta daerah yang dapat

dijadikan lokasi evakuasi dan relokasi yang aman untuk

dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal.

Tim mitigasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan

dikirim ke desa-desa sekitar lokasi bencana yang masih

memiliki potensi tinggi untuk terjadi longsor. Kegiatan

sosialisasi dari tim mitigasi berjalan lancar karena

antusiasme warga sekitar yang tinggi. Tak cukup sampai di

situ, tim mitigasi juga berperan dalam membuat peta

daerah rawan bencana longsor di sekitaran Dusun

Jemblung.

Saat tim tiba di lokasi, terdapat ratusan orang dari BNPB

(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta relawan

lainnya dari berbagai macam organisasi. Mereka bahu-

membahu memberikan pertolongan kepada para korban.

Pencarian korban yang masih selamat maupun yang sudah

meninggal dilakukan oleh tim BNPB dibantu oleh warga

sekitar dan beberapa tim relawan dengan menggunakan

alat sederhana seperti cangkul serta beberapa alat berat

seperti excavator. Para korban yang selamat yaitu sekitar

35 kepala keluarga direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan

Karangkobar.

Perwakilan SM IAGI berharap bantuan yang telah diberikan

dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat

Dusun Jemblung. Semoga di masa yang akan datang

dampak dari bencana longsor dapat diminimalisir dengan

adanya sosialisasi mitigasi bencana.

Foto: SM IAGI

Oleh : Muhammad Alamshah | SM IAGI Universitas Diponegoro

Indonesia Kembali Berduka. Bencana yang datang tak

diduga telah merenggut banyak korban jiwa. Pada Jumat

sore, 12 Desember 2014, tiba-tiba terdengar suara

gemuruh dari atas bukit. Selang beberapa menit

terdengar jeritan panik dari warga Dusun Jemblung di

kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Banyak warga

yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri namun tak

sedikit pula yang bernasib nahas. Bencana longsor yang

terjadi sore itu tak akan pernah dilupakan oleh

masyarakat Dusun Jemblung sampai kapanpun.

Menyadari hal itu, para mahasiswa yang tergabung dalam

SM IAGI Undip bersama dengan SM IAGI Unsoed, SM IAGI

UGM, dan SM IAGI IST Akprind, SM IAGI UPN Veteran YK

serta SM IAGI STTNAS mengirimkan perwakilan

mahasiswa ke lokasi bencana yang terletak di Dusun

Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,

Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. SM IAGI Undip dan

SM IAGI Unsoed tiba di Banjarnegara pada hari Minggu, 14

Desember 2014 dan langsung berangkat menuju lokasi

bencana. Sedangkan SM IAGI UGM bersama dengan yang

lain menyusul pada hari Kamis.

Selain memberikan bantuan dalam bentuk materi, tim SM

IAGI Undip dan Unsoed juga memberikan bantuan dalam

bentuk lain yaitu sosialisasi mengenai mitigasi bencana

meliputi pengenalan tentang bencana longsor, daerah-

daerah yang rawan longsor serta daerah yang dapat

dijadikan lokasi evakuasi dan relokasi yang aman untuk

dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal.

Tim mitigasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan

dikirim ke desa-desa sekitar lokasi bencana yang masih

memiliki potensi tinggi untuk terjadi longsor. Kegiatan

sosialisasi dari tim mitigasi berjalan lancar karena

antusiasme warga sekitar yang tinggi. Tak cukup sampai di

situ, tim mitigasi juga berperan dalam membuat peta

daerah rawan bencana longsor di sekitaran Dusun

Jemblung.

Saat tim tiba di lokasi, terdapat ratusan orang dari BNPB

(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta relawan

lainnya dari berbagai macam organisasi. Mereka bahu-

membahu memberikan pertolongan kepada para korban.

Pencarian korban yang masih selamat maupun yang sudah

meninggal dilakukan oleh tim BNPB dibantu oleh warga

sekitar dan beberapa tim relawan dengan menggunakan

alat sederhana seperti cangkul serta beberapa alat berat

seperti excavator. Para korban yang selamat yaitu sekitar

35 kepala keluarga direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan

Karangkobar.

Perwakilan SM IAGI berharap bantuan yang telah diberikan

dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat

Dusun Jemblung. Semoga di masa yang akan datang

dampak dari bencana longsor dapat diminimalisir dengan

adanya sosialisasi mitigasi bencana.

Oleh : Muhammad Alamshah | SM IAGI Universitas Diponegoro

Page 22: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Kontributor

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 21 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 22

Kontributor

Pembentukan Kaldera Ijen

Disadur dari Commission of Volcanic Lakes tentang Gunung

Ijen, kondisi sebelum kaldera (Pra-Kaldera), Gunung Ijen

Tua (Paleo Ijen) berupa gunung api strato yang

diperkirakan memiliki ketinggian 3500 m. Gunung Ijen

berisi lava dan piroklastik, berada diatas endapan berumur

Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batugamping.

Sejarah letusan terakhir pada tahun 2004, terjadi

peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai

dengan peningkatan suhu air danau mencapai 51°C, suhu

fumarol mencapai 240°C, serta tercatat adanya

peningkatan jumlah gempa vulkanik oleh seismograf

Gunung Ijen. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan

letusan.

Menuju Kawah Ijen & Akomodasi

Wisatawan dapat menuju Banyuwangi dengan pesawat

langsung dari Bandara Ngurah Rai (Bali) maupun dari

Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Blimbingsari

di Banyuwangi. Jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 30

menit. Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh

dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. Jarak

dari Surabaya menuju Bondowoso dan Banyuwangi sekitar

200 km sedangkan jarak dari Denpasar (Bali) menuju

Banyuwangi sekitar 142 km.

Dari Utara

Jika kamu berangkat dari Surabaya disarankan langsung

menuju Sempol (Bondowoso) melalui jalur Wonosari.

Kemudian menuju Pos Paltuding yang dapat dicapai dengan

kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan

jarak 93 km dan estimasi waktu sekitar 2.5 jam perjalanan.

Jarak yang ditempuh melalui jalur utara memang lebih

jauh dibanding jalur selatan, namun hal ini ditunjang

dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus sehingga

dapat menggunakan motor maupun mobil pribadi dengan

aman dan nyaman

Dari Selatan

Jalur selatan dicapai melalui Banyuwangi dengan jarak

sekitar 15 km menuju Kecamatan Licin. Dari Licin ke

Paltuding hanya berjarak 18 km namun melalui jalan yang

menanjak dan jalan yang rusak akibat hujan maupun

aktivitas truk pengangkut belerang. Jalur selatan memang

lebih dekat ke Pos Paltuding dibanding jalur selatan.

Akan tetapi jalanan yang rusak sulit untuk dilalui

sehingga disaranan untuk para traveller menggunakan

mobil jeep yang banyak disewakan di hotel-hotel di

Kecamatan Licin.

Tiket

Tiket masuk Kawah Ijen untuk wisatawan domestik hanya

sebesar Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari

libur. Cukup murah, kan? Sedangkan untuk wisatawan

asing tiket dipatok sebesar Rp 100.000 pada hari kerja

serta Rp 150.000 pada hari libur. Apabila kamu ingin

melihat api biru, disarankan untuk naik ke Kawah Ijen

pada saat dini hari antara jam 2-4 pagi. Tersedia

penginapan di sekitar Pos Paltuding dengan harga yang

relatif terjangkau di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000. Oh

iya, untuk mencapai Banyuwangi dengan kendaraan

umum dari Surabaya kamu bisa naik kereta api Sritanjung

tujuan Surabaya – Banyuwangi dengan tarif sekitar Rp

50.000 atau bus antar kota dengan tarif sekitar Rp

100.000 – Rp 200.000.

Kuliner

Kuliner khas yang wajib kamu coba jika mengunjungi

Banyuwangi yaitu rujak soto. Ini adalah makanan khas

rujak sayur dengan kuah soto babat tanpa santan dan

ditambah taburan kerupuk melinjo serta udang. Nah,

ngiler kan? Jarang banget lho kita bisa makan rujak soto di

tempat lain. Selain rujak soto ada juga pecel rawon, pecel

kare dan sego tempong yang banyak dijumpai di warung-

warung di Kota Banyuwangi. So, sudah kebayang kan

gimana serunya berpetualang di Kawah Ijen? Go grab your

bag and start the adventure!

PESONA KEINDAHANKAWAH IJENOleh: Ragil Pratiwi

Foto: Iqbal Hamidi

“Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata paling

terkenal di Jawa Timur. Lokasinya terletak di kawasan

Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen,

perbatasan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi

dengan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.

Saking terkenalnya objek wisata yang satu ini, yang datang

bukan cuma turis domestik saja lho tapi juga wisatawan

mancanegara.”

Foto: Iqbal Hamidi

Page 23: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Kontributor

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 21 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 22

Kontributor

Pembentukan Kaldera Ijen

Disadur dari Commission of Volcanic Lakes tentang Gunung

Ijen, kondisi sebelum kaldera (Pra-Kaldera), Gunung Ijen

Tua (Paleo Ijen) berupa gunung api strato yang

diperkirakan memiliki ketinggian 3500 m. Gunung Ijen

berisi lava dan piroklastik, berada diatas endapan berumur

Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batugamping.

Sejarah letusan terakhir pada tahun 2004, terjadi

peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai

dengan peningkatan suhu air danau mencapai 51°C, suhu

fumarol mencapai 240°C, serta tercatat adanya

peningkatan jumlah gempa vulkanik oleh seismograf

Gunung Ijen. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan

letusan.

Menuju Kawah Ijen & Akomodasi

Wisatawan dapat menuju Banyuwangi dengan pesawat

langsung dari Bandara Ngurah Rai (Bali) maupun dari

Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Blimbingsari

di Banyuwangi. Jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 30

menit. Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh

dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. Jarak

dari Surabaya menuju Bondowoso dan Banyuwangi sekitar

200 km sedangkan jarak dari Denpasar (Bali) menuju

Banyuwangi sekitar 142 km.

Dari Utara

Jika kamu berangkat dari Surabaya disarankan langsung

menuju Sempol (Bondowoso) melalui jalur Wonosari.

Kemudian menuju Pos Paltuding yang dapat dicapai dengan

kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan

jarak 93 km dan estimasi waktu sekitar 2.5 jam perjalanan.

Jarak yang ditempuh melalui jalur utara memang lebih

jauh dibanding jalur selatan, namun hal ini ditunjang

dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus sehingga

dapat menggunakan motor maupun mobil pribadi dengan

aman dan nyaman

Dari Selatan

Jalur selatan dicapai melalui Banyuwangi dengan jarak

sekitar 15 km menuju Kecamatan Licin. Dari Licin ke

Paltuding hanya berjarak 18 km namun melalui jalan yang

menanjak dan jalan yang rusak akibat hujan maupun

aktivitas truk pengangkut belerang. Jalur selatan memang

lebih dekat ke Pos Paltuding dibanding jalur selatan.

Akan tetapi jalanan yang rusak sulit untuk dilalui

sehingga disaranan untuk para traveller menggunakan

mobil jeep yang banyak disewakan di hotel-hotel di

Kecamatan Licin.

Tiket

Tiket masuk Kawah Ijen untuk wisatawan domestik hanya

sebesar Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari

libur. Cukup murah, kan? Sedangkan untuk wisatawan

asing tiket dipatok sebesar Rp 100.000 pada hari kerja

serta Rp 150.000 pada hari libur. Apabila kamu ingin

melihat api biru, disarankan untuk naik ke Kawah Ijen

pada saat dini hari antara jam 2-4 pagi. Tersedia

penginapan di sekitar Pos Paltuding dengan harga yang

relatif terjangkau di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000. Oh

iya, untuk mencapai Banyuwangi dengan kendaraan

umum dari Surabaya kamu bisa naik kereta api Sritanjung

tujuan Surabaya – Banyuwangi dengan tarif sekitar Rp

50.000 atau bus antar kota dengan tarif sekitar Rp

100.000 – Rp 200.000.

Kuliner

Kuliner khas yang wajib kamu coba jika mengunjungi

Banyuwangi yaitu rujak soto. Ini adalah makanan khas

rujak sayur dengan kuah soto babat tanpa santan dan

ditambah taburan kerupuk melinjo serta udang. Nah,

ngiler kan? Jarang banget lho kita bisa makan rujak soto di

tempat lain. Selain rujak soto ada juga pecel rawon, pecel

kare dan sego tempong yang banyak dijumpai di warung-

warung di Kota Banyuwangi. So, sudah kebayang kan

gimana serunya berpetualang di Kawah Ijen? Go grab your

bag and start the adventure!

PESONA KEINDAHANKAWAH IJENOleh: Ragil Pratiwi

Foto: Iqbal Hamidi

“Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata paling

terkenal di Jawa Timur. Lokasinya terletak di kawasan

Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen,

perbatasan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi

dengan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.

Saking terkenalnya objek wisata yang satu ini, yang datang

bukan cuma turis domestik saja lho tapi juga wisatawan

mancanegara.”

Foto: Iqbal Hamidi

Page 24: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Foto Blitz

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 23 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 24

Foto Blitz“Krakatau” | Foto: Aveliansyah

Page 25: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Foto Blitz

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 23 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 24

Foto Blitz“Krakatau” | Foto: Aveliansyah

Page 26: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Foto Blitz

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 25 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 26

Foto Blitz“Sebongkah Energi” | Foto: Muhlis Adi

Page 27: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Foto Blitz

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 25 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 26

Foto Blitz“Sebongkah Energi” | Foto: Muhlis Adi

Page 28: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Foto Blitz

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 27

“Disambut Pagi Bertemankan Longsor” | Foto: Rizky Syawal

Page 29: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 28

Suatu hari lahirnya seorang anak laki-laki dari keluarga Log bernama Neutron. Neutron

memiliki banyak teman bernama Gamma Ray, Spontaneously, dan Density. Semasa kecilnya

neutron dan teman-temannya senang bermain main di batuan di bawah permukaan bumi.

Sampai semasa ia dewasa, Neutron memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi isi batuan

seperti atom-atom penyusunnya. Namun berbeda dengan teman-teman lainnya, Neutron

lebih pandai membaca indeks atom hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom

lainnya.

KUIS GEOSAINTIS

Kuis

UJI KEMAMPUANMU SEBAGAI GEOSAINTIS MUDADENGAN MENJAWAB KUIS DI BAWAH INI!

1. Menurut kamu, mengapa Neutron Log memiliki kemampuan seperti itu?

2. Mengapa log neutron lebih membaca indeks hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom lainnya?

3. Fenomena apa sajakah yang dapat mempengaruhi anomali pada amplitude map?

4. Bagaimana bisa log densitas mengetahui densitas total suatu formasi batuan?

Kirim jawaban kamu ke email jurnalistik :

dengan Subject : Jawaban Kuis Buletin 3_Nama_Afiliasi

jawaban terbaik, akan memperoleh bingkisan cantik dari FGMI

[email protected]

Page 30: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Panggilan Menulis Untuk Jurnal Geosaintis!

#3TahunFGMI F Gorum eosaintis uda ndonesiaM I

Page 31: Jendela Geosaintis FGMI Edisi 01/April/FGMI/2015

Jendela GeosaintisEdisi 01/FGMI/April/15

Jendela GeosaintisTurut Disponsori Oleh:

Jendela GeosaintisEdisi 01/FGMI/April/15