jendela geosaintis fgmi edisi 01/april/fgmi/2015
DESCRIPTION
Edisi perdana buletin FGMI "Jendela Geosaintis".TRANSCRIPT
Edisi: 01/FGMI/April/15
Bincang TamuAveliansyah (Ketua FGMI 2014-2016)“Senyum, Kreatif, Anti Mainstream”
Kenneth E. Peters“The Biomarker Guide”
SM IAGI
Sosialisasi Mitigasi Longsor“Pengenalan, Pelatihan & Pemetaan”
Jendela Geosaintis
SHALE v SHEIKSPenyebab Harga Minyak Turun
SHALE v SHEIKSPenyebab Harga Minyak Turun
Info Lengkap: http://fgmi.iagi.or.id
“Menyingkap Cakrawala”
Tokoh
Jurnal1. Metode Geolistik di Candi Plaosan2. Fasies Karbonat Paciran Fm.
GeosaintisJurnalGeosaintis
Sambutan Pemimpin Redaksi
Rekan- rekan Geosaintis Muda Indonesia,Waktu yang berlalu begitu cepat tak terasa membawa kita ke tahun 2015. Pada awal tahun ke-3 FGMI ini kami dari divisi media dan jurnalistik yang beranggotakan pemuda pemudi pilihan sangat senang sekali dapat berkesempatan menyajikan edisi ke-3 e-buletin FGMI dan sekaligus memberikan sebuah nama “Jendela Geosaintis”. Kami berterimakasih atas dukungan rekan-rekan dalam membuat perbaikan terus menerus e-bulletin ini.
Dalam edisi kali ini kami menyajikan beberapa rubrik yang sangat menarik untuk dibaca. Dari mulai liputan ESK, halaman kontributor hingga foto juga kita kemas dalam rubrik yang Indah.
Pembaca Jendela Geosaintis,Sajian khusus mengenai profil formasi baru FGMI dengan komandan barunya tersaji apik dalam e-bulletin kali ini. E-buletin Edisi kali ini dapat di terbitkan berkat dukungan rekan-rekan FGMI pada umumnya dan dan kerja keras squad media dan jurnalistik yang luar biasa gesitnya sehingga bisa sesuai yang diharapkan.Pastikan untuk membaca semua rubrik dan cerita serta laporan kegiatan di JENDELA GEOSAINTIS edisi ke 3 kali ini,Selamat Membaca!
Salam,Muhlis Adi|Pemimpin Redaksi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
JendelaGeosaintis FGMIMenyingkap Cakrawala
Pemimpin Umum
Aveliansyah (PHE ONWJ | Ketua FGMI)
Pemimpin Redaksi
Muhlis Adi (Adaro)
Kontributor
Ragil Pratiwi (Geoservices)
Yasinta Dewi S. (PHE ONWJ)
Editor
Zakki R. (Kontributor Jakarta Globe)
Aisha Shaidra (Tempo)
Citta Parahita Widagdo (UC London)
Layouting dan Design
Muhammad Azka Yusuf (Andalas Petroleum)
Ragil Pratiwi (Geoservices)
Redaksi
1
Foto: Muhlis Adi
Sambutan Ketua FGMI
Sobat GeoMuda Indonesia,
Pernahkah kalian membayangkan betapa hebatnya pemuda Indonesia di masa lalu? Bayangkan berapa lama persiapan yang harus mereka lakukan untuk mengadakan kongres pemuda pada 28 Oktober 1928? Tanpa alat komunikasi canggih seperti handphone, email, twitter bahkan facebook, mereka berhasil mengumpulkan pemuda-pemuda terbaik dari Sumatera, Jawa dan Sulawesi kemudian serempak melakukan ikrar sumpah pemuda: bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu.
Sekitar 84 tahun sejak sejarah Kongres Pemuda II tersebut berlalu, terjadi pertemuan 8 orang geosaintis muda di Jakarta. Beruntung bagi mereka yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini, hanya dengan berkomunikasi via email, dalam waktu singkat pertemuan tersebut dapat dilakukan. Kelak, pertemuan 8 orang geosaintis muda ini menjadi sejarah awal lahirnya sebuah organisasi bernama Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI).
Tidak terasa 3 tahun telah berlalu. Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggota yang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa. FGMI telah mengadakan 14 kali kegiatan Experience Sharing Knowledge, turun tangan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia, aktif berbagi pengetahuan ke kampus-kampus, membimbing 15 SM IAGI dan berbagai kegiatan lain yang tidak dapat saya utarakan satu persatu disini.
Pada Januari 2015, secara resmi Bhaskara Aji menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada saya untuk memimpin FGMI selama 2 tahun kedepan. Saat ini, bersama dengan pengurus baru yang berjumlah 50 orang profesional muda yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan juga Eropa, FGMI berkomitmen untuk fokus kepada 3K yaitu peningkatan kompetensi, pembangunan karakter dan pengabdian kemasyarakatan.
Belajar kepada semangat para pemuda di masa lalu yang dengan segala keterbatasan di zamannya telah menorehkan tinta emas pada lembar sejarah Indonesia, maka tidak ada alasan bagi kami para pemuda di masa kini untuk tidak belajar dan bergerak. Pemuda masa kini yang tetap memberikan kontribusi positif bagi Indonesia pada umumnya dan masyarakat ilmu kebumian Indonesia pada khususnya.
Salam Pemuda,AveliansyahKetua FGMI (2014-2016)
JendelaGeosaintis FGMIMenyingkap Cakrawala
Redaksi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 2
Foto: Aveliansyah
Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggotayang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa
“”
Daftar Isi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 3
SAMBUTAN
1Pemimpin Redaksi
SAMBUTAN
2Ketua FGMI 14-16
HEAD LINE
5 Shale vs Sheiks
FGMI EVENT
7SERTIJAB PengurusFGMI 2014-2016
BINCANG TOKOH
9Aveliansyah“Senyum, Kreatif,Anti-Mainstream”
JURNAL
11“PENDUGAAN KEMENERUSANPARIT CANDI PLAOSANBAGIAN BARAT MENGGUNAKANMETODE GEOLISTRIK”
TOKOH
19Kenneth E. Peters
SM IAGI
20Sosialisasi MitigasiBencana Longsor
Selamat Ulangtahun, FGMI!
#3TahunFGMI | orum eosaintis uda ndonesiaF G M I
Headline
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 5
Sumber Gambar: The Economist
Shale vs Sheiks-Penyebab Harga Minyak Turun?Oleh: Ragil Pratiwi dan Yasinta Dewi Setiawati
idak dapat dipungkiri bahwa teknologi
fracking atau hydraulic fracturing yang Tsaat ini dikembangkan oleh Amerika,
menjadi penyebab perubahan suplai energi dunia.
Fracking merupakan salah satu revolusi energi yang
'bertanggung jawab' atas turunnya harga minyak
mentah dunia. Fracking dilakukan terhadap lapisan
shale yang mampu menghasilkan minyak sebanyak 9
juta barrel perhari di Amerika. Hal inilah yang
ditengarai menjadi kompetitor migas konvensional,
sehingga
pasokan minyak mentah jauh lebih banyak dibanding
permintaan.
Institute for Energy Research (IER) memperkirakan,
Amerika memiliki cadangan oil shale sekitar 1 triliun
barel, atau empat kali lipat cadangan minyak Arab
Saudi.
Formasi Green River di Colorado, Utah, dan Wyoming
merupakan salah satu formasi penghasil oil shale di
Amerika. Formasi ini menyimpan cadangan oil shale
terbesar di dunia, yang diprediksi mencapai 3 triliun
barel.
Meskipun pasokan yang berlebih, negara-negara
pengekspor minyak (OPEC) menolak untuk
mengurangi produksi minyak mentah mereka, karena
mayoritas negara-negara ini bergantung pada hasil
penjualan minyak mentah mereka.
Nampaknya, negara-negara OPEC lebih memilih untuk
bersaing dengan Amerika Utara (Kanada, Amerika,
dan Meksiko) dibanding mengurangi produksinya,
dengan konsekuensi menjual minyak mentah dengan
harga yang sangat murah. Faktor lain adalah fakta
bahwa Amerika dan negara negara lain yang sudah
matang perekonomi-
annya, menjadi sangat efisien dalam penggunaan
bahan bakar.
Lalu bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah
terhadap Indonesia? Tentunya tidak dapat dipungkiri
bahwa turunnya harga minyak memberikan untung
untuk Indonesia. Subsidi bahan bakar minyak dapat
dialihkan untuk pembangunan ekonomi, pendidikan,
maupun sektor lainnya, dan tentunya sebagai negara
pengimpor minyak, Indonesia diuntungkan dengan
murahnya harga minyak.
Eksplorasi menjadi jauh lebih mahal dibanding
membeli minyak mentah dari negara-negara
produsen. Namun tentu saja kita tidak dapat
mengandalkan pasokan dari negara lain, bukan?
Lagipula, kita tidak tahu kapan harga minyak mentah
akan kembali naik drastis, seperti pada tahun 2012-
2013 saat terjadi perang sipil di Libya, harga minyak
mentah mencapai US$ 127 per barrel, karena What
Comes Up Must Come Down, dan What Comes Down
Must Come Up, kan?
Headline
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 6
Sumber: Energy Information Administration (EIA)
Sumber: Bloomberg
Headline
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 5
Sumber Gambar: The Economist
Shale vs Sheiks-Penyebab Harga Minyak Turun?Oleh: Ragil Pratiwi dan Yasinta Dewi Setiawati
idak dapat dipungkiri bahwa teknologi
fracking atau hydraulic fracturing yang Tsaat ini dikembangkan oleh Amerika,
menjadi penyebab perubahan suplai energi dunia.
Fracking merupakan salah satu revolusi energi yang
'bertanggung jawab' atas turunnya harga minyak
mentah dunia. Fracking dilakukan terhadap lapisan
shale yang mampu menghasilkan minyak sebanyak 9
juta barrel perhari di Amerika. Hal inilah yang
ditengarai menjadi kompetitor migas konvensional,
sehingga
pasokan minyak mentah jauh lebih banyak dibanding
permintaan.
Institute for Energy Research (IER) memperkirakan,
Amerika memiliki cadangan oil shale sekitar 1 triliun
barel, atau empat kali lipat cadangan minyak Arab
Saudi.
Formasi Green River di Colorado, Utah, dan Wyoming
merupakan salah satu formasi penghasil oil shale di
Amerika. Formasi ini menyimpan cadangan oil shale
terbesar di dunia, yang diprediksi mencapai 3 triliun
barel.
Meskipun pasokan yang berlebih, negara-negara
pengekspor minyak (OPEC) menolak untuk
mengurangi produksi minyak mentah mereka, karena
mayoritas negara-negara ini bergantung pada hasil
penjualan minyak mentah mereka.
Nampaknya, negara-negara OPEC lebih memilih untuk
bersaing dengan Amerika Utara (Kanada, Amerika,
dan Meksiko) dibanding mengurangi produksinya,
dengan konsekuensi menjual minyak mentah dengan
harga yang sangat murah. Faktor lain adalah fakta
bahwa Amerika dan negara negara lain yang sudah
matang perekonomi-
annya, menjadi sangat efisien dalam penggunaan
bahan bakar.
Lalu bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah
terhadap Indonesia? Tentunya tidak dapat dipungkiri
bahwa turunnya harga minyak memberikan untung
untuk Indonesia. Subsidi bahan bakar minyak dapat
dialihkan untuk pembangunan ekonomi, pendidikan,
maupun sektor lainnya, dan tentunya sebagai negara
pengimpor minyak, Indonesia diuntungkan dengan
murahnya harga minyak.
Eksplorasi menjadi jauh lebih mahal dibanding
membeli minyak mentah dari negara-negara
produsen. Namun tentu saja kita tidak dapat
mengandalkan pasokan dari negara lain, bukan?
Lagipula, kita tidak tahu kapan harga minyak mentah
akan kembali naik drastis, seperti pada tahun 2012-
2013 saat terjadi perang sipil di Libya, harga minyak
mentah mencapai US$ 127 per barrel, karena What
Comes Up Must Come Down, dan What Comes Down
Must Come Up, kan?
Headline
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 6
Sumber: Energy Information Administration (EIA)
Sumber: Bloomberg
FGMI Event
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 7
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Hadir
dalam Serah Terima Jabatan Pengurus
FGMI 2014/2016 dalam Experience
Sharing Knowledge ke-13
Jakarta - Ketua FGMI 2012/2014, Bhaskara Aji, menyerahkan tugas dan tanggung jawab jabatan
secara resmi kepada Ketua FGMI 2014/2016 terpilih, Aveliansyah.
Acara serah terima jabatan dilaksanakan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia pada Hari Sabtu, 31
Januari di ruang rapat Pertamina Hulu Energi, PHE Tower lantai 1. Acara serah terima jabatan FGMI
dihadiri langsung oleh ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sekaligus melantik pengurus FGMI
yang baru.
Dalam sambutannya, Bapak Sukmandaru mengingatkan pentingnya organisasi profesi untuk generasi
muda, untuk menyiapkan calon-calon pengurus IAGI. Peran FGMI sebagai penghubung antara IAGI
dengan Seksi Mahasiswa IAGI yang ada di 14 kampus di Indonesia. Selain itu, beliau juga
mengingatkan pentingnya FGMI untuk membangun karakter para geosaintis muda, dan dapat
berkontribusi kepada masyarakat.
Dalam acara serah terima jabatan ini juga dilaksanakan Experience Sharing Knowledge yang berjudul
“Introduction to Risk Analysis and Decision Making” yang diberikan oleh Bapak Munji Syarif dari
Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Bapak Munji Syarif menjelaskan
mengenai pentingnya ilmu ekonomi untuk mengatur sumberdaya yang terbatas seperti minyak bumi
dan gas alam.
Beliau menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam industri migas, harus rasional dan
unbiased, yaitu dengan cara analisa statistik yang memenuhi prosedur, memperhatikan parameter
geologi, mengemukakan beberapa hipotesis, peta geologi, serta estimasi cadangan. Selain itu,
menerapkan metode reality checks, meliputi analisa field size distributions, dan membandingkan
antara analog dengan database.
Beliau juga memberikan studi kasus mengenai investasi dan gambling dalam menentukan sumur
eksplorasi migas, dan menjelaskan bahwa dalam industri migas, sangat penting untuk mentukan nilai
ekspektasi, yang memperhitungkan nilai probabilitas kesuksesan dengan kegagalan.
Pada akhir acara, seluruh pengurus FGMI 2014/2016 melakukan rapat kerja untuk menyampaikan
program kerja selama 2 tahun kedepan. Ketua FGMI, Aveliansyah menghimbau pentingnya koordinasi
dan persiapan agar FGMI menjadi organisasi yang lebih solid, serta dapat bermanfaat bagi anggota
secara khusus, dan masyarakat, secara umum.
Oleh : Ragil Pratiwi
Jakarta - Ketua FGMI 2012/2014, Bhaskara Aji, menyerahkan tugas dan tanggung jawab jabatan
secara resmi kepada Ketua FGMI 2014/2016 terpilih, Aveliansyah.
Acara serah terima jabatan dilaksanakan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia pada Hari Sabtu, 31
Januari di ruang rapat Pertamina Hulu Energi, PHE Tower lantai 1. Acara serah terima jabatan FGMI
dihadiri langsung oleh ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sekaligus melantik pengurus FGMI
yang baru.
Dalam sambutannya, Bapak Sukmandaru mengingatkan pentingnya organisasi profesi untuk generasi
muda, untuk menyiapkan calon-calon pengurus IAGI. Peran FGMI sebagai penghubung antara IAGI
dengan Seksi Mahasiswa IAGI yang ada di 14 kampus di Indonesia. Selain itu, beliau juga
mengingatkan pentingnya FGMI untuk membangun karakter para geosaintis muda, dan dapat
berkontribusi kepada masyarakat.
Dalam acara serah terima jabatan ini juga dilaksanakan Experience Sharing Knowledge yang berjudul
“Introduction to Risk Analysis and Decision Making” yang diberikan oleh Bapak Munji Syarif dari
Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Bapak Munji Syarif menjelaskan
mengenai pentingnya ilmu ekonomi untuk mengatur sumberdaya yang terbatas seperti minyak bumi
dan gas alam.
Beliau menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam industri migas, harus rasional dan
unbiased, yaitu dengan cara analisa statistik yang memenuhi prosedur, memperhatikan parameter
geologi, mengemukakan beberapa hipotesis, peta geologi, serta estimasi cadangan. Selain itu,
menerapkan metode reality checks, meliputi analisa field size distributions, dan membandingkan
antara analog dengan database.
Beliau juga memberikan studi kasus mengenai investasi dan gambling dalam menentukan sumur
eksplorasi migas, dan menjelaskan bahwa dalam industri migas, sangat penting untuk mentukan nilai
ekspektasi, yang memperhitungkan nilai probabilitas kesuksesan dengan kegagalan.
Pada akhir acara, seluruh pengurus FGMI 2014/2016 melakukan rapat kerja untuk menyampaikan
program kerja selama 2 tahun kedepan. Ketua FGMI, Aveliansyah menghimbau pentingnya koordinasi
dan persiapan agar FGMI menjadi organisasi yang lebih solid, serta dapat bermanfaat bagi anggota
secara khusus, dan masyarakat, secara umum.
Bincang Tokoh
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 9 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 10
Bincang Tokoh
Q : Avel selalu terlihat bersemangat, hal apa yang
selama ini selalu memotivasi?
A : Aku selalu termotivasi dari kalimat Imam Syafii
begini.. “Aku melihat air menjadi rusak karena
diam tertahan. Jika mengalir, menjadi jernih, jika
tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak
tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak
panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena
sasaran”. Avel mengungkapkan hal tersebut berapi-
api. Matanya menyiratkan semangat. “Intinya ya
kalau kita cuma hidup untuk diri kita pribadi, itu
sayang sekali. Baiknya kita bisa memberikan
sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita.
Kesimpulannya, motivasi utama aku ya berasal dari
diri sendiri.”
Sejenak, usai menyampaikan hal tersebut Avel tersenyum,
dinginnya AC ruangan seolah tak terasa menembus kulit.
Perbincangan hangat pun masih terus berlanjut.
Q : Apa sih rencana hidup kamu 5 tahun ke depan?
A : Kembali aktif menulis. Terutama mempublikasi
paper atau riset mengenai lapangan ONWJ, karena
tiga tahun terakhir ini aku rehat dalam menulis.
Q : Jika kamu diberi kesempatan 100%, bagaimana
pembagiannya untuk waktu bermain dan bekerja
dalam hidup kamu?
A : Bekerjanya 100 persen hahaha....., hmmm bisa
dibilang 50 persen untuk bekerja, dan 50 persen
sisanya aku pakai untuk bermain. Aku lebih suka
menghabiskan waktu luangku untuk bermain yang
bermanfaat dalam artian di situ tetap ada unsur
belajarnya. Contoh, kalau Sabtu-Minggu ada yang
mengajakku ke mall, aku akan lebih memilih untuk
datang ke acara ESK (Experience Sharing
Knowledge). ESK itu adalah acara berbagi ilmu yang
diadakan setiap bulan oleh FGMI. Bagiku itu sudah
bermain dan “happy”-nya itu adalah bisa tambah
ilmu dan tambah teman.
Q : Nah itu tentang 100%, sekarang kalau seorang
Aveliansyah diberikan kekuatan super, apa yang
ada di pikiran kamu?
A : Jurus perpindahan tempat, haha.. Hidup di jakarta
ini membuat aku berimajinasi untuk bisa berpindah
tempat dalam sekejap, cukup dengan
membayangkan suatu tempat maka aku bisa
berteleportasi ke tempat tersebut. Akan ada
banyak waktu yang bisa diselamatkan untuk
melakukan aktivitas lainnya, karena yang paling
mahal bagiku adalah waktu.
Q : Dari sekian banyak tokoh-tokoh geologist, kamu
mau jadi seperti siapa sih?
A : Tokoh inspiratif aja kali yah, soalnya kalau mau
terlahir menjadi siapa ya aku bersyukur terlahir
menjadi Aveliansyah, Bengkulu.. haha.. tapi kalau
ditanya tokoh inspiratifnya siapa, aku akan
menjawab Pak Andang Bachtiar. Dimataku, beliau
adalah sosok yang mampu membagi 4 wilayah
kehidupannya dengan sangat baik, yaitu keluarga,
karier profesional, agama, dan kehidupan sosial
bermasyarakat.
Foto: Aveliansyah
Mengawal kepengurusan baru, profil edisi kali menampilkan sosok utama dalam
kepengurusan FGMI 2015-2017. Aveliansyah, terpilih sebagai Ketua FGMI 2015-2017
pada pemilihan yang digelar Januari lalu. Sosok yang lahir di Bengkulu, 5 September
1988 ini rupanya orang yang lebih memilih pintar ketimbang gaul, memilih lapangan
ketimbang kantor, keluarga ketimbang karir, dan memilih ibu rumah tangga ketimbang
wanita karir (hehehe..). Berikut obrolan Yasinta bersama Avel, demikian ia biasa
dipanggil, saat dijumpai di kantornya di Kawasan TB Simatupang pada Jumat, 6 Maret
2015. Di ruangan berukuran 3x4 meter tersebut, Avel bercerita tentang rencana dan
mimpi-mimpi besarnya, juga hal-hal yang pernah dilaluinya hingga saat ini.
Aveliansyah:“Senyum, Kreatif, Anti-mainstream”
Q : Bagaimana kamu berpikir cara orang mengingat
kamu?
A : Pengennya diingat sebagai teman yang selalu ada,
dan bisa diandalkan. Sedangkan dalam bidang
profesional, ingin dikenang sebagai geologist
yang memiliki karya, seperti mahasiswa geologi
saat ini mengenang Katili, ataupun Van
Bemmelen.
Q : Tempat paling jauh dan paling berkesan yang
pernah kamu kunjungi?
A : Jepang! Secara jarak jelas paling jauh, ketika
kecil dulu aku suka nonton Dragon Ball,
Doraemon, Sinchan yang menjadikan kehidupan
masyarakat jepang menjadi sangat akrab
denganku. Berkesan karena disana aku bisa
presentasi paper, dan semua biaya disana
ditanggung oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI)
yang pada saat itu memberikanku penghargaan
berupa KMI awards.
Q : Berarti kamu suka banget travelling dong?
A : Enggak juga, aku suka travelling kalau ada
“tujuannya”, kalau kamu ngajak aku untuk
EuroTrip aku pasti gak ikut, soalnya mahal haha..
tapi kalau diajak nulis bareng untuk
dipresentasikan di pertemuan ilmiah di Eropa,
maka aku akan sangat bersemangat. Kalau aku
diajak piknik ke puncak Rinjani aku juga bisa
memilih untuk tidak ikut, tetapi kalau diajak ke
kampung di kaki gunung Rinjani untuk
memberikan edukasi, itu akan lebih berkesan dan
aku akan semangat untuk ikut.
Q : A p a p e n g a l a m a n y a n g p e r n a h
mengecewakanmu?
A : Saat itu ada seleksi mahasiswa Fakultas Teknik
untuk diberangkatkan ke Malaysia mengikuti
forum diskusi internasional, aku cukup percaya
diri untuk mendapatkan 1 dari 10 tiket yang
diperebutkan, karena statusku pada waktu itu
adalah Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik.
Proses seleksi mirip dengan pemilihan Mawapres,
Q : Momen pemberontakan apa yang pernah kamu
lakukan?
A : Mmmhh.. Ga ada kayaknya, hehe.. sampai
sekarang belum ada kejadian yang harus
menggunakan jalan pemberontakan. Guruku
pernah berkata, “Kekuatan bukan terletak di
otot, tapi di otak”, semua konflik seharusnya bisa
diselesaikan dengan komunikasi yang baik.
dan pesaingku juga mereka yang aku kalahkan di
seleksi Mawapres yang lalu. Namun, ketika hasilnya
diumumkan, namaku tidak tercantum, bahkan
tidak pula masuk di list peserta cadangan.
Seminggu setelah itu, aku ditelpon oleh PT.GDA
yang menerima lamaran Kerja Praktik-ku dan aku
segera di berangkatkan ke Kalimantan. Rasa
kecewa itu masih muncul, ketika teman-teman
memposting foto di depan Twin Tower Malaysia, aku
malah keluar masuk hutan Samarinda. Empat bulan
kemudian, barulah aku bersyukur dan menyadari
hikmah dibalik kegagalanku pergi ke Malaysia. Hasil
penelitianku di hutan Kalimantan tersebut telah
mengantarkanku menjadi Juara di IPA Convention,
salah satu ajang paling prestisius di industri migas
Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi jika aku
pergi ke Malaysia waktu itu.
Semua kekecewaan itu selalu ada hikmahnya, kalau
Steve Job bilang,“titik-titik itu selalu bisa
dihubungkan ketika kita sudah melihat itu ke
belakang.” Jadi jangan pernah takut untuk GAGAL.
Q : Apa pelajaran utama yang kamu pelajari dalam
hidup?
A : "Nothing is impossible, but nothing is easy.” Jika
menginginkan sesuatu, kejarlah dengan usaha
maksimal, jika masih belum tercapai tambah
usahanya menjadi ekstra maksimal, yakinlah pasti
kamu bisa. Tetapi jika masih gagal lagi setelah
menambah usaha ekstra, maka yakinlah Tuhan
menyiapkan hal lain yang lebih baik untuk kamu.
Q : Setelah bicara soal mimpi pribadi, pencapaian,
dan harapan. DI FGMI sendiri, sebenarnya apa visi
dan misi pribadi Mas Avel untuk Kepengurusan
saat ini?
A : “Inget 3K saja... Kompetensi, Karakter, dan
Kemasyarakatan. Aku ingin semua program FGMI
merujuk kepada peningkatan kompetensi
(technical skill), namun kompetensi tanpa karakter
itu bagai sayur tanpa garam, hambar! Maka dari itu
juga harus fokus terhadap program penguatan
karakter (soft skill), dan terakhir harus menebar
banyak manfaat ke masyarakat. Untuk tahun ini,
program kemasyarakatan akan lebih fokus kepada
peningkatan people awareness di daerah rawan
bencana di Indonesia.
Q : Ada pesan yang mau disampaikan untuk
generasi muda?
A : Pendek aja, mari mempercepat kehadiran
masa depan!”
“Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok...”
Bincang Tokoh
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 9 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 10
Bincang Tokoh
Q : Avel selalu terlihat bersemangat, hal apa yang
selama ini selalu memotivasi?
A : Aku selalu termotivasi dari kalimat Imam Syafii
begini.. “Aku melihat air menjadi rusak karena
diam tertahan. Jika mengalir, menjadi jernih, jika
tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak
tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak
panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena
sasaran”. Avel mengungkapkan hal tersebut berapi-
api. Matanya menyiratkan semangat. “Intinya ya
kalau kita cuma hidup untuk diri kita pribadi, itu
sayang sekali. Baiknya kita bisa memberikan
sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita.
Kesimpulannya, motivasi utama aku ya berasal dari
diri sendiri.”
Sejenak, usai menyampaikan hal tersebut Avel tersenyum,
dinginnya AC ruangan seolah tak terasa menembus kulit.
Perbincangan hangat pun masih terus berlanjut.
Q : Apa sih rencana hidup kamu 5 tahun ke depan?
A : Kembali aktif menulis. Terutama mempublikasi
paper atau riset mengenai lapangan ONWJ, karena
tiga tahun terakhir ini aku rehat dalam menulis.
Q : Jika kamu diberi kesempatan 100%, bagaimana
pembagiannya untuk waktu bermain dan bekerja
dalam hidup kamu?
A : Bekerjanya 100 persen hahaha....., hmmm bisa
dibilang 50 persen untuk bekerja, dan 50 persen
sisanya aku pakai untuk bermain. Aku lebih suka
menghabiskan waktu luangku untuk bermain yang
bermanfaat dalam artian di situ tetap ada unsur
belajarnya. Contoh, kalau Sabtu-Minggu ada yang
mengajakku ke mall, aku akan lebih memilih untuk
datang ke acara ESK (Experience Sharing
Knowledge). ESK itu adalah acara berbagi ilmu yang
diadakan setiap bulan oleh FGMI. Bagiku itu sudah
bermain dan “happy”-nya itu adalah bisa tambah
ilmu dan tambah teman.
Q : Nah itu tentang 100%, sekarang kalau seorang
Aveliansyah diberikan kekuatan super, apa yang
ada di pikiran kamu?
A : Jurus perpindahan tempat, haha.. Hidup di jakarta
ini membuat aku berimajinasi untuk bisa berpindah
tempat dalam sekejap, cukup dengan
membayangkan suatu tempat maka aku bisa
berteleportasi ke tempat tersebut. Akan ada
banyak waktu yang bisa diselamatkan untuk
melakukan aktivitas lainnya, karena yang paling
mahal bagiku adalah waktu.
Q : Dari sekian banyak tokoh-tokoh geologist, kamu
mau jadi seperti siapa sih?
A : Tokoh inspiratif aja kali yah, soalnya kalau mau
terlahir menjadi siapa ya aku bersyukur terlahir
menjadi Aveliansyah, Bengkulu.. haha.. tapi kalau
ditanya tokoh inspiratifnya siapa, aku akan
menjawab Pak Andang Bachtiar. Dimataku, beliau
adalah sosok yang mampu membagi 4 wilayah
kehidupannya dengan sangat baik, yaitu keluarga,
karier profesional, agama, dan kehidupan sosial
bermasyarakat.
Foto: Aveliansyah
Mengawal kepengurusan baru, profil edisi kali menampilkan sosok utama dalam
kepengurusan FGMI 2015-2017. Aveliansyah, terpilih sebagai Ketua FGMI 2015-2017
pada pemilihan yang digelar Januari lalu. Sosok yang lahir di Bengkulu, 5 September
1988 ini rupanya orang yang lebih memilih pintar ketimbang gaul, memilih lapangan
ketimbang kantor, keluarga ketimbang karir, dan memilih ibu rumah tangga ketimbang
wanita karir (hehehe..). Berikut obrolan Yasinta bersama Avel, demikian ia biasa
dipanggil, saat dijumpai di kantornya di Kawasan TB Simatupang pada Jumat, 6 Maret
2015. Di ruangan berukuran 3x4 meter tersebut, Avel bercerita tentang rencana dan
mimpi-mimpi besarnya, juga hal-hal yang pernah dilaluinya hingga saat ini.
Aveliansyah:“Senyum, Kreatif, Anti-mainstream”
Q : Bagaimana kamu berpikir cara orang mengingat
kamu?
A : Pengennya diingat sebagai teman yang selalu ada,
dan bisa diandalkan. Sedangkan dalam bidang
profesional, ingin dikenang sebagai geologist
yang memiliki karya, seperti mahasiswa geologi
saat ini mengenang Katili, ataupun Van
Bemmelen.
Q : Tempat paling jauh dan paling berkesan yang
pernah kamu kunjungi?
A : Jepang! Secara jarak jelas paling jauh, ketika
kecil dulu aku suka nonton Dragon Ball,
Doraemon, Sinchan yang menjadikan kehidupan
masyarakat jepang menjadi sangat akrab
denganku. Berkesan karena disana aku bisa
presentasi paper, dan semua biaya disana
ditanggung oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI)
yang pada saat itu memberikanku penghargaan
berupa KMI awards.
Q : Berarti kamu suka banget travelling dong?
A : Enggak juga, aku suka travelling kalau ada
“tujuannya”, kalau kamu ngajak aku untuk
EuroTrip aku pasti gak ikut, soalnya mahal haha..
tapi kalau diajak nulis bareng untuk
dipresentasikan di pertemuan ilmiah di Eropa,
maka aku akan sangat bersemangat. Kalau aku
diajak piknik ke puncak Rinjani aku juga bisa
memilih untuk tidak ikut, tetapi kalau diajak ke
kampung di kaki gunung Rinjani untuk
memberikan edukasi, itu akan lebih berkesan dan
aku akan semangat untuk ikut.
Q : A p a p e n g a l a m a n y a n g p e r n a h
mengecewakanmu?
A : Saat itu ada seleksi mahasiswa Fakultas Teknik
untuk diberangkatkan ke Malaysia mengikuti
forum diskusi internasional, aku cukup percaya
diri untuk mendapatkan 1 dari 10 tiket yang
diperebutkan, karena statusku pada waktu itu
adalah Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik.
Proses seleksi mirip dengan pemilihan Mawapres,
Q : Momen pemberontakan apa yang pernah kamu
lakukan?
A : Mmmhh.. Ga ada kayaknya, hehe.. sampai
sekarang belum ada kejadian yang harus
menggunakan jalan pemberontakan. Guruku
pernah berkata, “Kekuatan bukan terletak di
otot, tapi di otak”, semua konflik seharusnya bisa
diselesaikan dengan komunikasi yang baik.
dan pesaingku juga mereka yang aku kalahkan di
seleksi Mawapres yang lalu. Namun, ketika hasilnya
diumumkan, namaku tidak tercantum, bahkan
tidak pula masuk di list peserta cadangan.
Seminggu setelah itu, aku ditelpon oleh PT.GDA
yang menerima lamaran Kerja Praktik-ku dan aku
segera di berangkatkan ke Kalimantan. Rasa
kecewa itu masih muncul, ketika teman-teman
memposting foto di depan Twin Tower Malaysia, aku
malah keluar masuk hutan Samarinda. Empat bulan
kemudian, barulah aku bersyukur dan menyadari
hikmah dibalik kegagalanku pergi ke Malaysia. Hasil
penelitianku di hutan Kalimantan tersebut telah
mengantarkanku menjadi Juara di IPA Convention,
salah satu ajang paling prestisius di industri migas
Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi jika aku
pergi ke Malaysia waktu itu.
Semua kekecewaan itu selalu ada hikmahnya, kalau
Steve Job bilang,“titik-titik itu selalu bisa
dihubungkan ketika kita sudah melihat itu ke
belakang.” Jadi jangan pernah takut untuk GAGAL.
Q : Apa pelajaran utama yang kamu pelajari dalam
hidup?
A : "Nothing is impossible, but nothing is easy.” Jika
menginginkan sesuatu, kejarlah dengan usaha
maksimal, jika masih belum tercapai tambah
usahanya menjadi ekstra maksimal, yakinlah pasti
kamu bisa. Tetapi jika masih gagal lagi setelah
menambah usaha ekstra, maka yakinlah Tuhan
menyiapkan hal lain yang lebih baik untuk kamu.
Q : Setelah bicara soal mimpi pribadi, pencapaian,
dan harapan. DI FGMI sendiri, sebenarnya apa visi
dan misi pribadi Mas Avel untuk Kepengurusan
saat ini?
A : “Inget 3K saja... Kompetensi, Karakter, dan
Kemasyarakatan. Aku ingin semua program FGMI
merujuk kepada peningkatan kompetensi
(technical skill), namun kompetensi tanpa karakter
itu bagai sayur tanpa garam, hambar! Maka dari itu
juga harus fokus terhadap program penguatan
karakter (soft skill), dan terakhir harus menebar
banyak manfaat ke masyarakat. Untuk tahun ini,
program kemasyarakatan akan lebih fokus kepada
peningkatan people awareness di daerah rawan
bencana di Indonesia.
Q : Ada pesan yang mau disampaikan untuk
generasi muda?
A : Pendek aja, mari mempercepat kehadiran
masa depan!”
“Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok...”
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 11
Jurnal
SARI
Penelitian dilakukan di Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lithologi dan kemenerusan parit candi. Alat yang digunakan
dalam penelitian adalah Naniura NRD 22S.
Penelitian dilakukan dengan 9 lintasan menggunakan konfigurasi
dipole-dipole dengan spasi elektroda adalah 2 meter, panjang lintasan
adalah 50 meter, n adalah 6 dan arah lintasan N 271°E memotong parit
candi.
Dengan menganalisis 9 penampang 2D hasil inversi menggunakan
software RES2DINV dapat diketahui arah penyebaran parit candi
adalah N 355°E. Berdasarkan atas nilai resistivitas sebenarnya (104 -
70.125) Ohm.m, batuan penyusun parit candi adalah andesit.
Kedalaman parit candi bervariasi antara 0.5 – 3.3 meter di bawah
permukaan dari arah selatan ke utara. Kedalaman candi pada bagian
utara lebih dalam dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan
proses tektonik dan endapan material vulkanik dari Gunung Merapi.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah kebudayaan yang
beragam, salah satu dari peninggalan tersebut berupa candi. Penyebaran
Candi di Indonesia banyak terdapat di Jawa, tepatnya di daerah Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Candi Borobudur,
Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan banyak candi lainnya. Candi
Plaosan merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum ditemukan secara keseluruhan
dan diperkirakan masih ada bagian dari candi yang terpendam dan
belum diketahui letaknya secara pasti. Berdasarkan sejarah, Candi
Plaosan merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9 oleh
Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman kerajaan Mataram
kuno.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemenerusan parit Candi
Plaosan bagian barat dan jenis batuan apa yang menyusun parit serta
untuk mengetahui kedalaman parti yang terkubur oleh material vulkanik
hasil letusan Gunung Merapi.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian pertama di Candi Plaosan dilakukan di bulan Agustus 1909
oleh arkeolog Belanda bernama Ijzerman yang menghasilkan penemuan
berupa 16 candi kecil dalam keadaan rusak. Penelitian kemudian
dilanjutkan oleh (Anonim, 2000) dengan hasil bahwa kompleks Candi
Plaosan dikelilingi parit persegi panjang berukuran 440 x 279 m, secara
keseluruhan lebar parit kurang lebih 10 m dengan kedalaman parit 2.5 m.
Geologi daerah penelitian berupa endapan material vulkanik Gunung
Merapi. Batuan penyusun daerah ini pada bagian atas adalah lapisan
berseling antara pasir vulkanik dengan endapan alluvial yang berumur
kuarter, di bawahnya merupakan endapan breksi lepas.
Batuan penyusun candi bervariasi di daerah Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan dibagi berdasarkan elevasi atau ketinggiannya
oleh Sri Mulyaningsih (2006) Batuan penyusun candi pada ketinggian >
200 mdpl dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman tersusun
atas andesit porfirik fragmen endapan klastika Gunung Merapi. Candi
yang terletak pada ketinggian 145 – 190 mdpl dibangun dari campuran
andesit Gunung Merapi (50%-75%) dan batupasir tuff (25%-50%) dari
pegunungan sebelah selatan (F.Semilir). Candi yang terletak pada
ketinggian <130 mdpl (Kec.Berbah dan Bantul) di bangun dari batupasir
tuffan (F.Semilir).
DASAR TEORI
Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari bumi dengan menerapkan
prinsip ilmu fisika, salah satunya metodenya adalah metode geolistrik.
Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana pendeteksiannya di
permukaan bumi; meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi
arus listrik ke dalam bumi.
PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
Ary Wijaya I Putu (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta) Rizal Sujono (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)
Kresna Bayu Aji (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian
Rock type Resistivity range (Ohm.m)
Granite Diorite Dasite Andesite Lavas Basalt Tuffs Clay Alluvium and sands
3 x 102 – 106 104 – 105 2 x 104 (Wet) 4 – 5 x 104 (wet), 1 – 7 x 102 (dry) 102 – 5 x 104 10 – 1.3 x 107 (dry) 2 x 103 (wet) – 6 – 5 x 105 (dry) 1 – 100 10 – 800
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 12
Jurnal
Terdapat beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode
potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization (IP),
metode resistivitas. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik
tahanan jenis atau resistivitas.
Hukum dasar yang diterapkan pada metode geolistrik resistivitas adalah
hukum Ohm yang menggambarkan hubungan antara hambatan (R), arus
(I) dan potensial (V) dan dinyatakan dalam persamaan :
R = V/I
Disini bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen, meskipun
pada kenyataanya kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen
karena terdiri atas lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis (ρ) yang
berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu, harga resistivitas yang terukur
bukan merupakan harga resistivitas sebenarnya untuk satu lapisan saja,
akan tetapi yang terukur merupakan resistivitas semu (Apparent
Resistivity), sehingga berlaku persamaan:
ρ = K x R
dimana K merupakan faktor konfigurasi. Resistivitas semu merupakan
resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan
medium berlapis. Sebagai contoh medium berlapis adalah terdiri dari
dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda.
Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) maka
dilakukan teknik “least square inversion”, yang dapat dilakukan
menggunakan software RES2DINV.
Tabel 1. Tahanan jenis material bumi (Telford, 1976)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kompleks Candi Plaosan di Dusun Plaosan, Desa
Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten (Gambar 2). Batas
wilayah yang mengelilingi kompleks Candi Plaosan adalah Desa
Kebondalem di sebelah utara, Desa Kemuda di sebelah timur, Desa Taji
di sebelah selatan, dan Desa Bugisan di sebelah barat. Secara geografis
daerah penelitian terletak pada 7°44ˈ32.13ˈˈ LS dan 110°30ˈ11.07ˈˈ BT
pada ketinggian 148 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan
selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 – 5 April 2009 dalam keadaan cuaca
cerah.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian (www.googleearth.com)
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama proses akuisisi data
lapangan metode geolistrik antara lain Resistivitymeter (NANIURA
NRD 22S), sumber arus (Accu) 12 Volt, 2 buah elektroda potensial dan
arus, 4 buah palu, 4 buah kabel roll, meteran 100 m, GPS, dan kompas.Pengambilan data dilakukan sebanyak 9 lintasan yang berarah N271°E
(timur-barat) dengan panjang masing-masing lintasan adalah 50 m.
Jarak antar lintasan adalah 20 meter, namun untuk lintasan 4 dan 5
panjang lintasan yaitu 50 meter dan lintasan 5 dan 6 adalah 30 meter. Hal
ini disebabkan karena adanya lubang bekas galian dan sawah warga.
Pada pengukuran ini spasi elektroda adalah 2 meter dengan 'n' sebanyak
6.
Gambar 3. Desain survey penelitian metode geolistrik resistivitas
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 11
Jurnal
SARI
Penelitian dilakukan di Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui lithologi dan kemenerusan parit candi. Alat yang digunakan
dalam penelitian adalah Naniura NRD 22S.
Penelitian dilakukan dengan 9 lintasan menggunakan konfigurasi
dipole-dipole dengan spasi elektroda adalah 2 meter, panjang lintasan
adalah 50 meter, n adalah 6 dan arah lintasan N 271°E memotong parit
candi.
Dengan menganalisis 9 penampang 2D hasil inversi menggunakan
software RES2DINV dapat diketahui arah penyebaran parit candi
adalah N 355°E. Berdasarkan atas nilai resistivitas sebenarnya (104 -
70.125) Ohm.m, batuan penyusun parit candi adalah andesit.
Kedalaman parit candi bervariasi antara 0.5 – 3.3 meter di bawah
permukaan dari arah selatan ke utara. Kedalaman candi pada bagian
utara lebih dalam dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan
proses tektonik dan endapan material vulkanik dari Gunung Merapi.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah kebudayaan yang
beragam, salah satu dari peninggalan tersebut berupa candi. Penyebaran
Candi di Indonesia banyak terdapat di Jawa, tepatnya di daerah Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Candi Borobudur,
Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan banyak candi lainnya. Candi
Plaosan merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum ditemukan secara keseluruhan
dan diperkirakan masih ada bagian dari candi yang terpendam dan
belum diketahui letaknya secara pasti. Berdasarkan sejarah, Candi
Plaosan merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9 oleh
Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman kerajaan Mataram
kuno.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemenerusan parit Candi
Plaosan bagian barat dan jenis batuan apa yang menyusun parit serta
untuk mengetahui kedalaman parti yang terkubur oleh material vulkanik
hasil letusan Gunung Merapi.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian pertama di Candi Plaosan dilakukan di bulan Agustus 1909
oleh arkeolog Belanda bernama Ijzerman yang menghasilkan penemuan
berupa 16 candi kecil dalam keadaan rusak. Penelitian kemudian
dilanjutkan oleh (Anonim, 2000) dengan hasil bahwa kompleks Candi
Plaosan dikelilingi parit persegi panjang berukuran 440 x 279 m, secara
keseluruhan lebar parit kurang lebih 10 m dengan kedalaman parit 2.5 m.
Geologi daerah penelitian berupa endapan material vulkanik Gunung
Merapi. Batuan penyusun daerah ini pada bagian atas adalah lapisan
berseling antara pasir vulkanik dengan endapan alluvial yang berumur
kuarter, di bawahnya merupakan endapan breksi lepas.
Batuan penyusun candi bervariasi di daerah Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta dan dibagi berdasarkan elevasi atau ketinggiannya
oleh Sri Mulyaningsih (2006) Batuan penyusun candi pada ketinggian >
200 mdpl dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman tersusun
atas andesit porfirik fragmen endapan klastika Gunung Merapi. Candi
yang terletak pada ketinggian 145 – 190 mdpl dibangun dari campuran
andesit Gunung Merapi (50%-75%) dan batupasir tuff (25%-50%) dari
pegunungan sebelah selatan (F.Semilir). Candi yang terletak pada
ketinggian <130 mdpl (Kec.Berbah dan Bantul) di bangun dari batupasir
tuffan (F.Semilir).
DASAR TEORI
Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari bumi dengan menerapkan
prinsip ilmu fisika, salah satunya metodenya adalah metode geolistrik.
Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana pendeteksiannya di
permukaan bumi; meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi
arus listrik ke dalam bumi.
PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
Ary Wijaya I Putu (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta) Rizal Sujono (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)
Kresna Bayu Aji (Geofisika, UPN “Veteran” Yogyakarta)
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian
Rock type Resistivity range (Ohm.m)
Granite Diorite Dasite Andesite Lavas Basalt Tuffs Clay Alluvium and sands
3 x 102 – 106 104 – 105 2 x 104 (Wet) 4 – 5 x 104 (wet), 1 – 7 x 102 (dry) 102 – 5 x 104 10 – 1.3 x 107 (dry) 2 x 103 (wet) – 6 – 5 x 105 (dry) 1 – 100 10 – 800
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 12
Jurnal
Terdapat beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode
potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization (IP),
metode resistivitas. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik
tahanan jenis atau resistivitas.
Hukum dasar yang diterapkan pada metode geolistrik resistivitas adalah
hukum Ohm yang menggambarkan hubungan antara hambatan (R), arus
(I) dan potensial (V) dan dinyatakan dalam persamaan :
R = V/I
Disini bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen, meskipun
pada kenyataanya kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen
karena terdiri atas lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis (ρ) yang
berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu, harga resistivitas yang terukur
bukan merupakan harga resistivitas sebenarnya untuk satu lapisan saja,
akan tetapi yang terukur merupakan resistivitas semu (Apparent
Resistivity), sehingga berlaku persamaan:
ρ = K x R
dimana K merupakan faktor konfigurasi. Resistivitas semu merupakan
resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan
medium berlapis. Sebagai contoh medium berlapis adalah terdiri dari
dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda.
Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) maka
dilakukan teknik “least square inversion”, yang dapat dilakukan
menggunakan software RES2DINV.
Tabel 1. Tahanan jenis material bumi (Telford, 1976)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kompleks Candi Plaosan di Dusun Plaosan, Desa
Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten (Gambar 2). Batas
wilayah yang mengelilingi kompleks Candi Plaosan adalah Desa
Kebondalem di sebelah utara, Desa Kemuda di sebelah timur, Desa Taji
di sebelah selatan, dan Desa Bugisan di sebelah barat. Secara geografis
daerah penelitian terletak pada 7°44ˈ32.13ˈˈ LS dan 110°30ˈ11.07ˈˈ BT
pada ketinggian 148 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan
selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 – 5 April 2009 dalam keadaan cuaca
cerah.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian (www.googleearth.com)
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama proses akuisisi data
lapangan metode geolistrik antara lain Resistivitymeter (NANIURA
NRD 22S), sumber arus (Accu) 12 Volt, 2 buah elektroda potensial dan
arus, 4 buah palu, 4 buah kabel roll, meteran 100 m, GPS, dan kompas.Pengambilan data dilakukan sebanyak 9 lintasan yang berarah N271°E
(timur-barat) dengan panjang masing-masing lintasan adalah 50 m.
Jarak antar lintasan adalah 20 meter, namun untuk lintasan 4 dan 5
panjang lintasan yaitu 50 meter dan lintasan 5 dan 6 adalah 30 meter. Hal
ini disebabkan karena adanya lubang bekas galian dan sawah warga.
Pada pengukuran ini spasi elektroda adalah 2 meter dengan 'n' sebanyak
6.
Gambar 3. Desain survey penelitian metode geolistrik resistivitas
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 13
Jurnal
Hasil dan Pembahasan
Lintasan 2
Gambar 4. Penampang 2D true resistivity lintasan 2
Dari penampang 2D true resistivity di atas pada lintasan 2
memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.18-920) Ohm.m. Nilai
resistivitas (137-920) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan andesit
yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan yang terdapat pada
meter 6 sampai 20 dan meter 30 sampai 38 pada kedalaman 0.5 sampai
2.35 meter dan lebar parit adalah 10 meter. Nilai resistivitas (1.18-137)
Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil
letusan gunung api yang mengubur parit candi.
Lintasan 3
Gambar 5. Penampang 2D true resistivity lintasan 3
Penampang 2D true resistivity lintasan 3 memperlihatkan kisaran nilai
resistivitas (1.33-5985) Ohm.m. Nilai resistivitas (163-5985) Ohm.m
yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai
bongkahan atau boulder dari batu penyusun parit Candi Plaosan,
sementara yang diinterpretasikan sebagai parit Candi terdapat pada
meter 10 sampai 16 dan meter 26 sampai 30 pada kedalaman 2.5 meter
dengan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (1.33-163) Ohm.m
diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan
gunung api yang mengubur parit Candi.
Lintasan 5
Gambar 6. Penampang 2D true resistivity lintasan 5
Pada penampang 2D true resistivity lintasan 5 memperlihatkan kisaran
nilai resistivitas (7.54-45794) Ohm.m. Nilai resistivitas (315-45794)
Ohm.m diinterpretasikan sebagai batu andesit yang merupakan
penyusun parit Candi Plaosan terdapat pada meter 6 sampai 18 dan 28
sampai 45 pada kedalaman 2.6 meter dan lebar 10 meter. Nilai
resistivitas (7.54-315) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir
vulkanik lepas dan sedikit terisi air karena pada lintasan ini terdapat pada
areal persawahan.
Lintasan 9
Gambar 7. Penampang 2D true resistivity lintasan 9
Penampang 2D true resistivity lintasan 9 memperlihatkan kisaran nilai
resistivitas (5.14-5699) Ohm.m. Nilai resistivitas yang berada pada
kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai boulder yang merupakan
material vulkanik Gunung Merapi sedangkan parit candi pada lintasan
ini sudah tidak terlihat dengan jelas karena letak kedalamannya
diperkirakan lebih dari 3.4 meter. Nilai resistivitas (5.14-104) Ohm.m
diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan
Gunung Merapi.
Berdasarkan gambar 8 yang merupakan korelasi antar lintasan
pengukuran sepanjang 190 meter ke arah utara dari total panjang parit
440 meter, dapat diinterpretasikan jika arah penyebaran parit Candi
Plaosan bagian barat adalah N355°E dengan distribusi tidak beraturan
dari anomali pada penampang 2D true resistivity, yang mengindikasikan
jika kondisi parit sudah tidak utuh lagi atau rusak.
Gambar 8. Korelasi penampang 2D true resistivity semua lintasan
Menurut penelitian terdahulu oleh (Anonim, 2000) kedalaman parit
adalah 2.5 meter. Atas dasar perhitungan yang membandingkan antara
model dengan tinggi 1.7 meter dan kedalaman parit pada singkapan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, diperoleh hasil jika kedalaman
parit pada singkapan yang terletak di bagian selatan dari lintasan 1 itu
adalah 2.8 meter. Diperkirakan penambahan kedalaman sebesar 0.3
meter disebabkan oleh endapan tanah ataupun proses sedimentasi yang
terjadi pada singkapan parit dan terendapkan.
Jurnal
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 14
Gambar 9. Perbandingan antara model dengan singkapan parit Candi Plaosan bagian barat.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada parit Candi Plaosan bagian
barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:
1. Batuan penyusun parit Candi Plaosan adalah batuan andesit yang
merupakan material Gunung Merapi dengan nilai resistivitas (104-
70125) Ohm.m.2. Distribusi kemenerusan bangunan parit candi pada bagian barat Candi
Plaosan dari utara ke selatan adalah N355°E.3. Kedalaman ditemukannya parit berdasarkan penampang 2D true
resistivity adalah 0.5 sampai 3.3 meter di bawah permukaan.
Kondisi parit Candi Plaosan sudah tidak utuh/rusak, yang disebabkan
oleh gempa bumi yang terjadi pada masa lalu di daerah Yogyakarta dan
sekitarnya. Selain itu, kerusakan tersebut diakibatkan oleh hempasan
material Gunung Merapi seperti lahar ataupun aliran piroklastik,
sehingga kedalaman ditemukannya parit semakin ke utara akan semakin
dalam dibandingkan dengan temuan di daerah selatan.
REFERENSI
Anonim. Geolistrik Tahanan Jenis. 2007. Institut Teknologi Bandung
<www.geocis.net>.
Mulyaningsih, S. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai
Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta. 2006. 1(2) Jurnal Geologi
Indonesia.
Telford, W. M, dkk. Applied Geophysics (Cambridge University Press
1976).
Singkapan Parit
10 M
10 M
10 M
10 M
1.7 M
1.1 M
2.8 M
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 13
Jurnal
Hasil dan Pembahasan
Lintasan 2
Gambar 4. Penampang 2D true resistivity lintasan 2
Dari penampang 2D true resistivity di atas pada lintasan 2
memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.18-920) Ohm.m. Nilai
resistivitas (137-920) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan andesit
yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan yang terdapat pada
meter 6 sampai 20 dan meter 30 sampai 38 pada kedalaman 0.5 sampai
2.35 meter dan lebar parit adalah 10 meter. Nilai resistivitas (1.18-137)
Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil
letusan gunung api yang mengubur parit candi.
Lintasan 3
Gambar 5. Penampang 2D true resistivity lintasan 3
Penampang 2D true resistivity lintasan 3 memperlihatkan kisaran nilai
resistivitas (1.33-5985) Ohm.m. Nilai resistivitas (163-5985) Ohm.m
yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai
bongkahan atau boulder dari batu penyusun parit Candi Plaosan,
sementara yang diinterpretasikan sebagai parit Candi terdapat pada
meter 10 sampai 16 dan meter 26 sampai 30 pada kedalaman 2.5 meter
dengan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (1.33-163) Ohm.m
diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan
gunung api yang mengubur parit Candi.
Lintasan 5
Gambar 6. Penampang 2D true resistivity lintasan 5
Pada penampang 2D true resistivity lintasan 5 memperlihatkan kisaran
nilai resistivitas (7.54-45794) Ohm.m. Nilai resistivitas (315-45794)
Ohm.m diinterpretasikan sebagai batu andesit yang merupakan
penyusun parit Candi Plaosan terdapat pada meter 6 sampai 18 dan 28
sampai 45 pada kedalaman 2.6 meter dan lebar 10 meter. Nilai
resistivitas (7.54-315) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir
vulkanik lepas dan sedikit terisi air karena pada lintasan ini terdapat pada
areal persawahan.
Lintasan 9
Gambar 7. Penampang 2D true resistivity lintasan 9
Penampang 2D true resistivity lintasan 9 memperlihatkan kisaran nilai
resistivitas (5.14-5699) Ohm.m. Nilai resistivitas yang berada pada
kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai boulder yang merupakan
material vulkanik Gunung Merapi sedangkan parit candi pada lintasan
ini sudah tidak terlihat dengan jelas karena letak kedalamannya
diperkirakan lebih dari 3.4 meter. Nilai resistivitas (5.14-104) Ohm.m
diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan
Gunung Merapi.
Berdasarkan gambar 8 yang merupakan korelasi antar lintasan
pengukuran sepanjang 190 meter ke arah utara dari total panjang parit
440 meter, dapat diinterpretasikan jika arah penyebaran parit Candi
Plaosan bagian barat adalah N355°E dengan distribusi tidak beraturan
dari anomali pada penampang 2D true resistivity, yang mengindikasikan
jika kondisi parit sudah tidak utuh lagi atau rusak.
Gambar 8. Korelasi penampang 2D true resistivity semua lintasan
Menurut penelitian terdahulu oleh (Anonim, 2000) kedalaman parit
adalah 2.5 meter. Atas dasar perhitungan yang membandingkan antara
model dengan tinggi 1.7 meter dan kedalaman parit pada singkapan
seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, diperoleh hasil jika kedalaman
parit pada singkapan yang terletak di bagian selatan dari lintasan 1 itu
adalah 2.8 meter. Diperkirakan penambahan kedalaman sebesar 0.3
meter disebabkan oleh endapan tanah ataupun proses sedimentasi yang
terjadi pada singkapan parit dan terendapkan.
Jurnal
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 14
Gambar 9. Perbandingan antara model dengan singkapan parit Candi Plaosan bagian barat.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada parit Candi Plaosan bagian
barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut:
1. Batuan penyusun parit Candi Plaosan adalah batuan andesit yang
merupakan material Gunung Merapi dengan nilai resistivitas (104-
70125) Ohm.m.2. Distribusi kemenerusan bangunan parit candi pada bagian barat Candi
Plaosan dari utara ke selatan adalah N355°E.3. Kedalaman ditemukannya parit berdasarkan penampang 2D true
resistivity adalah 0.5 sampai 3.3 meter di bawah permukaan.
Kondisi parit Candi Plaosan sudah tidak utuh/rusak, yang disebabkan
oleh gempa bumi yang terjadi pada masa lalu di daerah Yogyakarta dan
sekitarnya. Selain itu, kerusakan tersebut diakibatkan oleh hempasan
material Gunung Merapi seperti lahar ataupun aliran piroklastik,
sehingga kedalaman ditemukannya parit semakin ke utara akan semakin
dalam dibandingkan dengan temuan di daerah selatan.
REFERENSI
Anonim. Geolistrik Tahanan Jenis. 2007. Institut Teknologi Bandung
<www.geocis.net>.
Mulyaningsih, S. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai
Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta. 2006. 1(2) Jurnal Geologi
Indonesia.
Telford, W. M, dkk. Applied Geophysics (Cambridge University Press
1976).
Singkapan Parit
10 M
10 M
10 M
10 M
1.7 M
1.1 M
2.8 M
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 15
Jurnal
SARI
Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia, secara geografis terletak di terletak di 111051'5 "BT - 111057'1" Bujur Timur dan 06053'9 "LS - 06058'32".
Daerah penelitian terdiri batuan karbonat yang berumur Oligo - Miosen sampai Pliosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paleogeografi dan fasies batuan karbonat Formasi Paciran di daerah penelitian, dengan melakukan observasi lapangan dan analisis laboratorium, yaitu petrografi dan analisis mikrofosil.
Formasi Paciran telah melingkungi beberapa fasies karbonat. Pada asosiasi fasies reef (bagian tengah sepanjang barat ke timur) terdiri dari fasies wackestone dan packstone yang memiliki kelimpahan koral, alga merah dan fosil foraminifera besar. Pada asosiasi fore reef (bagian utara) dari Montongsekar dominan terdiri dari wackstone dan packstone. Fasies, packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda serta pada beberapa tempat ditemukan batugamping koral dan juga foramnifera planktonik.
PENDAHULUAN
Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis
0daerah penelitian terletak pada koordinat 111 51'5”
0 0BT sampai 111 57'1” BT dan 06 53'9” LS sampai
0 206 58'32” LS dengan luas sekitar 100 km . Daerah penelitian termasuk ke dalam peta topografi, Lembar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakosurtanal). Daerah penelitian terletak ke dalam sebagian lembar Peta Jojogan (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No.1509-221) dan sebagian lembar Peta Merakutak (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No. 1509-222) dengan skala 1:25000.
Objek penelitian dari riset ini untuk mengetahui fasies karbonat dan paleogeografi dari Formasi Paciran. Metodologi dari riset ini adalah dengan pengamatan singkapan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya dan didukung dengan analisis laboratorium untuk penelitian yang lebih detail dari batuan pada Formasi Paciran. Analisis laboratorium yang dilakukan antara adalah analisis mikrofosil dan analisis petrografi.
GEOLOGI REGIONAL
Daerah penelitian dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan barat laut, sedangkan ke arah utara dan barat dibatasi oleh dataran tinggi Meratus dan dataran tinggi Masalembo-doang yang berada di tenggara Pulau Kalimantan. Pada bagian selatan, busur vulkanik atau busur magmatik membatasi daerah penelitian dari bagian timur hingga selatan. Sejarah geologi Lembar Jatirogo dimulai pada kala Miosen, yaitu sejak terbentuknya Formasi Tawun. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Tawun terjadi gerakan batuan dasar yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan, serta pembentukan tinggian (highs) dan rendahan (lows) sesuai pendapat Spencer (1977).
Pada waktu pembentukan lipatan, tinggian, dan rendahan tersebut, proses pengendapan terus berjalan, kemudian pada akhir Miosen Awal atau bagian bawah Miosen Tengah, terjadi pengendapan satuan batupasir yang berselingan dengan batugamping bioklasitika dan batulempung (Anggota Ngrayong Formasi Tawun). Pada bagian bawah Miosen Tengah atau sesudah pengendapan Anggota Ngrayong, diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran (Formasi Bulu), dan selanjutnya pada awal Miosen Akhir, terendapkan Formasi Wonocolo yang terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Pada Pliosen akhir, terendapkan satuan batupasir glaukonitan dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Ledok). Pada akhir Miosen Akhir atau Pliosen Awal, daerah setempat berupa tinggian dan rendahan.
Fasies Pengendapan Karbonat dan Paleogeografi dari Formasi Paciran, Jawa Timur, Indonesia
Maulida Balgis Arbinesya ( Teknik Geologi ITB )
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 16
Jurnal
Di bagian tengah sampai ke arah barat Lembar Jatirogo yang merupakan daerah rendahan, terendapkan Formasi Mundu, sedangkan di bagian timur dan sebagian kecil di bagian barat lembar Jatirogo terendapkan tinggian dan didalamnya terendapkan batugamping terumbu (Formasi Paciran).
Pada kala Plistosen, daerah ini merupakan laut dangkal , te rbuka , dan tenang, sehingga memungkinkan terus terbentuknya batugamping terumbu (Formasi Paciran) di daerah tinggian tersebut; sedangkan di daerah rendahan pengendapan napal terus berlangsung hingga akhir Pliosen yang membentuk Formasi Mundu. Sementara itu, dibagian selatan Lembar Jatirogo, pengendapan Formasi Mundu diikuti oleh pengendapan Formasi Lidah yang terdiri dari lempung, lempung hitam, dan batupasir.
Pada kala Plistosen Akhir secara keseluruhan daerah ini terangkat menjadi daratan dan bersamaan dengan pengangkatan tersebut, di bagian barat laut terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan breksi gunung api dan lava andesit di Gunung Lasem, Gunung Pucuk, Gunung Butak dan Gunung Gerang. Pada kala Holosen hingga sekarang terendapkan lempung, lanau, kerikil, dan pasir yang membentuk satuan aluvium.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang utama dalam riset ini adalah melalui pengamatan lapangan. Pengamatan lapangan dipilih sebagai metodologi untuk meneliti karakteristik litologi dari skala megaskopis, yaitu dengan melihat geomorfologi sampai skala singkapan untuk melihat tekstur dan struktur dari proses sedimentasi. Selain itu, riset ini juga menggunakan analisis labotarium, yang antara lain dilakukan dengan analisis mikrofosil dan analisis petrografi. Analisis mikrofosil dilakukan melalui pengamatan formanifera besar dengan tujuan untuk mengidentifikasi umur dan lingkungan pengendapannya. Sementara itu, analisis petrografi dilakukan untuk melihat karakteristik interior batuan secara mikroskopis.
PEMBAHASANMengacu kepada Reeckman (1981), peneliti membagi daerah penelitian secara umum, yang terdiri dari asosiasi fasies reef dan asosiasi fore reef.
Deskripsi dari karakteristik masing-masing fasies adalah sebagai berikut:
Asosiasi Fasies Reef
Asosisasi fasies reef terdiri dari batugamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh fragmen koral, red algae, dan foramnifera besar. Kedua batuan tersebut dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna putih kecoklatan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, sangat keras, kemudian pada beberapa tempat teroksidasi, masif, dan terdapat mineral karbonat serta branching coral. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 65 % di bagian tengah, hingga kemudian memanjang dari barat ke arah timur, selatan, dan timur laut dari daerah penelitian yang mencakup Desa Hargoretno, Montongsekar, Pakel, Sumurgung, Jetak, dan Talun.
Pada asosiasi fasies reef, analisis pada beberapa sampel telah dilakukan, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, dan Borellis curdica. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Borellis curdica yang mewakili satuan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa satuan ini berumur Upper Tf – Tg (Miosen Akhir - Pliosen).
Asosiasi Fasies Fore Reef
Asosisasi fasies fore reef terdiri dari batu gamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda, serta pada beberapa tempat juga ditemukan batugamping koral serta foramnifera planktonik. Kedua batuan tersebut dapat dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna coklat kekuningan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, masif, memiliki mineral karbonan, keras, serta terdapat pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 30 % di bagian utara daerah penelitian yang mencakup Desa Gaji, Mergomulyo, Karanglo, Pongpongan, dan Padasan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 15
Jurnal
SARI
Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia, secara geografis terletak di terletak di 111051'5 "BT - 111057'1" Bujur Timur dan 06053'9 "LS - 06058'32".
Daerah penelitian terdiri batuan karbonat yang berumur Oligo - Miosen sampai Pliosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paleogeografi dan fasies batuan karbonat Formasi Paciran di daerah penelitian, dengan melakukan observasi lapangan dan analisis laboratorium, yaitu petrografi dan analisis mikrofosil.
Formasi Paciran telah melingkungi beberapa fasies karbonat. Pada asosiasi fasies reef (bagian tengah sepanjang barat ke timur) terdiri dari fasies wackestone dan packstone yang memiliki kelimpahan koral, alga merah dan fosil foraminifera besar. Pada asosiasi fore reef (bagian utara) dari Montongsekar dominan terdiri dari wackstone dan packstone. Fasies, packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda serta pada beberapa tempat ditemukan batugamping koral dan juga foramnifera planktonik.
PENDAHULUAN
Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis
0daerah penelitian terletak pada koordinat 111 51'5”
0 0BT sampai 111 57'1” BT dan 06 53'9” LS sampai
0 206 58'32” LS dengan luas sekitar 100 km . Daerah penelitian termasuk ke dalam peta topografi, Lembar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakosurtanal). Daerah penelitian terletak ke dalam sebagian lembar Peta Jojogan (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No.1509-221) dan sebagian lembar Peta Merakutak (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No. 1509-222) dengan skala 1:25000.
Objek penelitian dari riset ini untuk mengetahui fasies karbonat dan paleogeografi dari Formasi Paciran. Metodologi dari riset ini adalah dengan pengamatan singkapan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya dan didukung dengan analisis laboratorium untuk penelitian yang lebih detail dari batuan pada Formasi Paciran. Analisis laboratorium yang dilakukan antara adalah analisis mikrofosil dan analisis petrografi.
GEOLOGI REGIONAL
Daerah penelitian dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan barat laut, sedangkan ke arah utara dan barat dibatasi oleh dataran tinggi Meratus dan dataran tinggi Masalembo-doang yang berada di tenggara Pulau Kalimantan. Pada bagian selatan, busur vulkanik atau busur magmatik membatasi daerah penelitian dari bagian timur hingga selatan. Sejarah geologi Lembar Jatirogo dimulai pada kala Miosen, yaitu sejak terbentuknya Formasi Tawun. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Tawun terjadi gerakan batuan dasar yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan, serta pembentukan tinggian (highs) dan rendahan (lows) sesuai pendapat Spencer (1977).
Pada waktu pembentukan lipatan, tinggian, dan rendahan tersebut, proses pengendapan terus berjalan, kemudian pada akhir Miosen Awal atau bagian bawah Miosen Tengah, terjadi pengendapan satuan batupasir yang berselingan dengan batugamping bioklasitika dan batulempung (Anggota Ngrayong Formasi Tawun). Pada bagian bawah Miosen Tengah atau sesudah pengendapan Anggota Ngrayong, diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran (Formasi Bulu), dan selanjutnya pada awal Miosen Akhir, terendapkan Formasi Wonocolo yang terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Pada Pliosen akhir, terendapkan satuan batupasir glaukonitan dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Ledok). Pada akhir Miosen Akhir atau Pliosen Awal, daerah setempat berupa tinggian dan rendahan.
Fasies Pengendapan Karbonat dan Paleogeografi dari Formasi Paciran, Jawa Timur, Indonesia
Maulida Balgis Arbinesya ( Teknik Geologi ITB )
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 16
Jurnal
Di bagian tengah sampai ke arah barat Lembar Jatirogo yang merupakan daerah rendahan, terendapkan Formasi Mundu, sedangkan di bagian timur dan sebagian kecil di bagian barat lembar Jatirogo terendapkan tinggian dan didalamnya terendapkan batugamping terumbu (Formasi Paciran).
Pada kala Plistosen, daerah ini merupakan laut dangkal , te rbuka , dan tenang, sehingga memungkinkan terus terbentuknya batugamping terumbu (Formasi Paciran) di daerah tinggian tersebut; sedangkan di daerah rendahan pengendapan napal terus berlangsung hingga akhir Pliosen yang membentuk Formasi Mundu. Sementara itu, dibagian selatan Lembar Jatirogo, pengendapan Formasi Mundu diikuti oleh pengendapan Formasi Lidah yang terdiri dari lempung, lempung hitam, dan batupasir.
Pada kala Plistosen Akhir secara keseluruhan daerah ini terangkat menjadi daratan dan bersamaan dengan pengangkatan tersebut, di bagian barat laut terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan breksi gunung api dan lava andesit di Gunung Lasem, Gunung Pucuk, Gunung Butak dan Gunung Gerang. Pada kala Holosen hingga sekarang terendapkan lempung, lanau, kerikil, dan pasir yang membentuk satuan aluvium.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang utama dalam riset ini adalah melalui pengamatan lapangan. Pengamatan lapangan dipilih sebagai metodologi untuk meneliti karakteristik litologi dari skala megaskopis, yaitu dengan melihat geomorfologi sampai skala singkapan untuk melihat tekstur dan struktur dari proses sedimentasi. Selain itu, riset ini juga menggunakan analisis labotarium, yang antara lain dilakukan dengan analisis mikrofosil dan analisis petrografi. Analisis mikrofosil dilakukan melalui pengamatan formanifera besar dengan tujuan untuk mengidentifikasi umur dan lingkungan pengendapannya. Sementara itu, analisis petrografi dilakukan untuk melihat karakteristik interior batuan secara mikroskopis.
PEMBAHASANMengacu kepada Reeckman (1981), peneliti membagi daerah penelitian secara umum, yang terdiri dari asosiasi fasies reef dan asosiasi fore reef.
Deskripsi dari karakteristik masing-masing fasies adalah sebagai berikut:
Asosiasi Fasies Reef
Asosisasi fasies reef terdiri dari batugamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh fragmen koral, red algae, dan foramnifera besar. Kedua batuan tersebut dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna putih kecoklatan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, sangat keras, kemudian pada beberapa tempat teroksidasi, masif, dan terdapat mineral karbonat serta branching coral. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 65 % di bagian tengah, hingga kemudian memanjang dari barat ke arah timur, selatan, dan timur laut dari daerah penelitian yang mencakup Desa Hargoretno, Montongsekar, Pakel, Sumurgung, Jetak, dan Talun.
Pada asosiasi fasies reef, analisis pada beberapa sampel telah dilakukan, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, dan Borellis curdica. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Borellis curdica yang mewakili satuan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa satuan ini berumur Upper Tf – Tg (Miosen Akhir - Pliosen).
Asosiasi Fasies Fore Reef
Asosisasi fasies fore reef terdiri dari batu gamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda, serta pada beberapa tempat juga ditemukan batugamping koral serta foramnifera planktonik. Kedua batuan tersebut dapat dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna coklat kekuningan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, masif, memiliki mineral karbonan, keras, serta terdapat pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 30 % di bagian utara daerah penelitian yang mencakup Desa Gaji, Mergomulyo, Karanglo, Pongpongan, dan Padasan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 17
Pada asosiasi fasies fore reef, analisis telah dilakukan pada beberapa sampel, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, Cyclocypeus carpenter dan Alveolinella praequoyi. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Cyclocypeus carpenter yang berumur Th – Recent (Pliosen - Resen) serta dengan perbandingan regional berumur Pliosen, mengarahkan pada kesimpulan bahwa pada satuan ini berumur Pliosen.
Pada kala Miosen Akhir, kondisi lingkungan pengendapan material sedimen mendukung terjadinya pertumbuhan terumbu, yang mana hal ini didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang baik dan kondisi air laut yang relatif lebih stabil. Pertumbuhan terumbu ini kemudian menghasilkan pembentukan asosiasi fasies reef. Kemudian, seiring dengan penurunan muka air laut secara regional, sebagian pertumbuhan terumbu terhenti dan mengalami pelapukan serta erosi sehingga menyebabkan pengendapan material karbonat disekitar terumbu, yang kemudian membentuk asosiasi fasies fore reef. Terdapat hubungan stratigrafi antara asosiasi fasies reef dengan asosiasi fasies fore reef yang selaras, lebih tepatnya menjemari. Pada kala Pliosen hingga Pleistosen terjadi peningkatan aktivitas tektonik berupa perlipatan yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, sehingga hal ini sekaligus menyebabkan terhentinya pertumbuhan terumbu.
KESIMPULAN
Formasi Paciran pada daerah penelitian dibagi menjadi: asosiasi fasies reef dan asosiasi fasies fore reef.
Umur dari Formasi Paciran pada daerah penelitian diinterpretasikan berada pada Miosen Akhir sampai Pliosen.
Paleogeografi dari Formasi Paciran pada daerah penelitian berupa fore reef, dengan basinward pada bagian utara daerah penelitian dan landward pada bagian selatan daerah penelitian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang Mardiana selaku pembimbing dalam melakukan riset ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, M.K., 1987. Notes on Cyclocypeus ( K a ta cyc lo cyeu s ) Ta n a n d C yc lo cyp eu s (Radiocyclocypeus) Tan. Geologi Survey Indonesia, Jawa Timur, Indonesia.
Dunham, Robert. J. 1962. Classification Of Carbonate Rocks According To Depotitional Texture, AAPG Memoir 1., Oklahoma, Amerika Serikat.
Howard, A.D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation A Summation, AAPG BulletinV.51, No 11, P. 2246-2259, Tulsa, Amerika Serikat.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung, 25h.
Postuma, J.A. 1971. Manual of Planktonik Foraminifera. Elseiver Publishing Company, Amsterdam-London-New York, 420h.
Pringgoprawiro, H. 1981. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
Reeckman, A And Friedman, Gerald M. 1982. Exploration for Carbonate Reservoir. AWILEY-Interscience Publication. New York, Amerika Serikat.
Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Jatirogo skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Merakurak skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smiths Publisher, The Hague, Amsterdam.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. VoIume I A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland, 732h.
Vischer, A., 1952. Stratigraphy of the Younger Tertiary in North-East Java and Madura. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 18
Jurnal Jurnal
Gambar 1. (A) Lokasi daerah penelitian, (B) Kolom stratigrafi daerah penelitian (Situmorang, 1992)
Gambar 2. (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies reef
Gambar 3. Gambar 4 (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies fore reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies fore reef
Gambar 4. Paleogeografi dari Formasi Paciran daerah penelitian
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 17
Pada asosiasi fasies fore reef, analisis telah dilakukan pada beberapa sampel, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, Cyclocypeus carpenter dan Alveolinella praequoyi. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Cyclocypeus carpenter yang berumur Th – Recent (Pliosen - Resen) serta dengan perbandingan regional berumur Pliosen, mengarahkan pada kesimpulan bahwa pada satuan ini berumur Pliosen.
Pada kala Miosen Akhir, kondisi lingkungan pengendapan material sedimen mendukung terjadinya pertumbuhan terumbu, yang mana hal ini didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang baik dan kondisi air laut yang relatif lebih stabil. Pertumbuhan terumbu ini kemudian menghasilkan pembentukan asosiasi fasies reef. Kemudian, seiring dengan penurunan muka air laut secara regional, sebagian pertumbuhan terumbu terhenti dan mengalami pelapukan serta erosi sehingga menyebabkan pengendapan material karbonat disekitar terumbu, yang kemudian membentuk asosiasi fasies fore reef. Terdapat hubungan stratigrafi antara asosiasi fasies reef dengan asosiasi fasies fore reef yang selaras, lebih tepatnya menjemari. Pada kala Pliosen hingga Pleistosen terjadi peningkatan aktivitas tektonik berupa perlipatan yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, sehingga hal ini sekaligus menyebabkan terhentinya pertumbuhan terumbu.
KESIMPULAN
Formasi Paciran pada daerah penelitian dibagi menjadi: asosiasi fasies reef dan asosiasi fasies fore reef.
Umur dari Formasi Paciran pada daerah penelitian diinterpretasikan berada pada Miosen Akhir sampai Pliosen.
Paleogeografi dari Formasi Paciran pada daerah penelitian berupa fore reef, dengan basinward pada bagian utara daerah penelitian dan landward pada bagian selatan daerah penelitian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang Mardiana selaku pembimbing dalam melakukan riset ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, M.K., 1987. Notes on Cyclocypeus ( K a ta cyc lo cyeu s ) Ta n a n d C yc lo cyp eu s (Radiocyclocypeus) Tan. Geologi Survey Indonesia, Jawa Timur, Indonesia.
Dunham, Robert. J. 1962. Classification Of Carbonate Rocks According To Depotitional Texture, AAPG Memoir 1., Oklahoma, Amerika Serikat.
Howard, A.D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation A Summation, AAPG BulletinV.51, No 11, P. 2246-2259, Tulsa, Amerika Serikat.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung, 25h.
Postuma, J.A. 1971. Manual of Planktonik Foraminifera. Elseiver Publishing Company, Amsterdam-London-New York, 420h.
Pringgoprawiro, H. 1981. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
Reeckman, A And Friedman, Gerald M. 1982. Exploration for Carbonate Reservoir. AWILEY-Interscience Publication. New York, Amerika Serikat.
Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Jatirogo skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Merakurak skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smiths Publisher, The Hague, Amsterdam.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. VoIume I A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland, 732h.
Vischer, A., 1952. Stratigraphy of the Younger Tertiary in North-East Java and Madura. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 18
Jurnal Jurnal
Gambar 1. (A) Lokasi daerah penelitian, (B) Kolom stratigrafi daerah penelitian (Situmorang, 1992)
Gambar 2. (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies reef
Gambar 3. Gambar 4 (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies fore reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies fore reef
Gambar 4. Paleogeografi dari Formasi Paciran daerah penelitian
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 19
Tokoh
Kenneth E. Peters adalah seorang ahli geokimia yang sangat terkenal,
dan memiliki lebih dari 120 publikasi dalam bidang geologi, terutama
dalam bidang geokimia organik. Kenneth meraih gelar BS dan MS
dibidang geologi di University of California, Santa Barbara (UCSB), serta
Ph.D geochemistry dari University of California, Los Angeles (UCLA).
Kenneth merupakan author pertama untuk buku geokimia The
Biomarker Guide (1993, Prentice-Hall; 2005, Cambridge U. Press; 2011
Cambridge U. Press & Chinese Petroleum Industry Press), yang
merupakan salah satu buku yang sangat penting untuk geochemist,
maupun geologist.
Saat ini beliau bekerja sebagai penasihat sains di Schlumberger
Information Solutions, menggunakan metode geokimia dan pemodelan
numerik untuk studi sistem petroleum. Kenneth bekerja selama kurang
lebih 35 tahun sebagai geochemist di Chevron, Mobil, ExxonMobil, USGS,
and Schlumberger.
Selain itu, beliau juga aktif mengajar geokimia dan pemodelan cekungan untuk Chevron, Mobil, ExxonMobil, Oil &
Gas Consultants International, UC Berkeley, dan Stanford University. Kenneth adalah Honorary Teaching Fellow di
School of Geoscience, University of Aberdeen, Scotland, UK.
Beliau merupakan Ketua Konferensi Organic Geochemistry pada tahun 1998, Ketua Tim Riset AAPG tahun 2007 –
2010, Dosen Kehormatan AAPG tahun 2009 - 2010, editor dari AAPG Getting Started in Basin and Petroleum System
Modeling – compact disc tahun 2009. Kenneth adalah editor AAPG Hedberg Series 4 Basin Modeling: New Horizons in
Research and Applications tahun 2012, dan co-editor untuk SEPM Publikasi Khusus - 103 Analyzing the Thermal
History of Sedimentary Basins: Methods and Case Studies.
Pada tahun 2009, beliau meraih penghargaan Alfred E. Treibs Award, dari Organic Geochemistry Division,
Geochemical Society, atas kontribusinya dalam bidang geokimia organic. Tahun 2013, beliau meraih penghargaan
the AAPG Honorary Member Award, serta penghargaan Schlumberger Henri Doll Prize for Innovation tahun 2009
dan 2013, atas jasanya dalam bidang petroleum geologi.
(Sumber : earth.stanford.edu/kenneth-peters)
BIOGRAFI TOKOH: KENNETH E. PETERSOleh: Ragil Pratiwi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 20
SM IAGI
SM IAGI IndonesiaMengabdi Kepada Masyarakat MelaluiSosialisasi Mitigasi Longsor Banjarnegara
Indonesia Kembali Berduka. Bencana yang datang tak
diduga telah merenggut banyak korban jiwa. Pada Jumat
sore, 12 Desember 2014, tiba-tiba terdengar suara
gemuruh dari atas bukit. Selang beberapa menit
terdengar jeritan panik dari warga Dusun Jemblung di
kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Banyak warga
yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri namun tak
sedikit pula yang bernasib nahas. Bencana longsor yang
terjadi sore itu tak akan pernah dilupakan oleh
masyarakat Dusun Jemblung sampai kapanpun.
Menyadari hal itu, para mahasiswa yang tergabung dalam
SM IAGI Undip bersama dengan SM IAGI Unsoed, SM IAGI
UGM, dan SM IAGI IST Akprind, SM IAGI UPN Veteran YK
serta SM IAGI STTNAS mengirimkan perwakilan
mahasiswa ke lokasi bencana yang terletak di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,
Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. SM IAGI Undip dan
SM IAGI Unsoed tiba di Banjarnegara pada hari Minggu, 14
Desember 2014 dan langsung berangkat menuju lokasi
bencana. Sedangkan SM IAGI UGM bersama dengan yang
lain menyusul pada hari Kamis.
Selain memberikan bantuan dalam bentuk materi, tim SM
IAGI Undip dan Unsoed juga memberikan bantuan dalam
bentuk lain yaitu sosialisasi mengenai mitigasi bencana
meliputi pengenalan tentang bencana longsor, daerah-
daerah yang rawan longsor serta daerah yang dapat
dijadikan lokasi evakuasi dan relokasi yang aman untuk
dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal.
Tim mitigasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan
dikirim ke desa-desa sekitar lokasi bencana yang masih
memiliki potensi tinggi untuk terjadi longsor. Kegiatan
sosialisasi dari tim mitigasi berjalan lancar karena
antusiasme warga sekitar yang tinggi. Tak cukup sampai di
situ, tim mitigasi juga berperan dalam membuat peta
daerah rawan bencana longsor di sekitaran Dusun
Jemblung.
Saat tim tiba di lokasi, terdapat ratusan orang dari BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta relawan
lainnya dari berbagai macam organisasi. Mereka bahu-
membahu memberikan pertolongan kepada para korban.
Pencarian korban yang masih selamat maupun yang sudah
meninggal dilakukan oleh tim BNPB dibantu oleh warga
sekitar dan beberapa tim relawan dengan menggunakan
alat sederhana seperti cangkul serta beberapa alat berat
seperti excavator. Para korban yang selamat yaitu sekitar
35 kepala keluarga direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan
Karangkobar.
Perwakilan SM IAGI berharap bantuan yang telah diberikan
dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat
Dusun Jemblung. Semoga di masa yang akan datang
dampak dari bencana longsor dapat diminimalisir dengan
adanya sosialisasi mitigasi bencana.
Foto: SM IAGI
Oleh : Muhammad Alamshah | SM IAGI Universitas Diponegoro
Indonesia Kembali Berduka. Bencana yang datang tak
diduga telah merenggut banyak korban jiwa. Pada Jumat
sore, 12 Desember 2014, tiba-tiba terdengar suara
gemuruh dari atas bukit. Selang beberapa menit
terdengar jeritan panik dari warga Dusun Jemblung di
kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Banyak warga
yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri namun tak
sedikit pula yang bernasib nahas. Bencana longsor yang
terjadi sore itu tak akan pernah dilupakan oleh
masyarakat Dusun Jemblung sampai kapanpun.
Menyadari hal itu, para mahasiswa yang tergabung dalam
SM IAGI Undip bersama dengan SM IAGI Unsoed, SM IAGI
UGM, dan SM IAGI IST Akprind, SM IAGI UPN Veteran YK
serta SM IAGI STTNAS mengirimkan perwakilan
mahasiswa ke lokasi bencana yang terletak di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar,
Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. SM IAGI Undip dan
SM IAGI Unsoed tiba di Banjarnegara pada hari Minggu, 14
Desember 2014 dan langsung berangkat menuju lokasi
bencana. Sedangkan SM IAGI UGM bersama dengan yang
lain menyusul pada hari Kamis.
Selain memberikan bantuan dalam bentuk materi, tim SM
IAGI Undip dan Unsoed juga memberikan bantuan dalam
bentuk lain yaitu sosialisasi mengenai mitigasi bencana
meliputi pengenalan tentang bencana longsor, daerah-
daerah yang rawan longsor serta daerah yang dapat
dijadikan lokasi evakuasi dan relokasi yang aman untuk
dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal.
Tim mitigasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan
dikirim ke desa-desa sekitar lokasi bencana yang masih
memiliki potensi tinggi untuk terjadi longsor. Kegiatan
sosialisasi dari tim mitigasi berjalan lancar karena
antusiasme warga sekitar yang tinggi. Tak cukup sampai di
situ, tim mitigasi juga berperan dalam membuat peta
daerah rawan bencana longsor di sekitaran Dusun
Jemblung.
Saat tim tiba di lokasi, terdapat ratusan orang dari BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta relawan
lainnya dari berbagai macam organisasi. Mereka bahu-
membahu memberikan pertolongan kepada para korban.
Pencarian korban yang masih selamat maupun yang sudah
meninggal dilakukan oleh tim BNPB dibantu oleh warga
sekitar dan beberapa tim relawan dengan menggunakan
alat sederhana seperti cangkul serta beberapa alat berat
seperti excavator. Para korban yang selamat yaitu sekitar
35 kepala keluarga direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan
Karangkobar.
Perwakilan SM IAGI berharap bantuan yang telah diberikan
dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat
Dusun Jemblung. Semoga di masa yang akan datang
dampak dari bencana longsor dapat diminimalisir dengan
adanya sosialisasi mitigasi bencana.
Oleh : Muhammad Alamshah | SM IAGI Universitas Diponegoro
Kontributor
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 21 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 22
Kontributor
Pembentukan Kaldera Ijen
Disadur dari Commission of Volcanic Lakes tentang Gunung
Ijen, kondisi sebelum kaldera (Pra-Kaldera), Gunung Ijen
Tua (Paleo Ijen) berupa gunung api strato yang
diperkirakan memiliki ketinggian 3500 m. Gunung Ijen
berisi lava dan piroklastik, berada diatas endapan berumur
Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batugamping.
Sejarah letusan terakhir pada tahun 2004, terjadi
peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai
dengan peningkatan suhu air danau mencapai 51°C, suhu
fumarol mencapai 240°C, serta tercatat adanya
peningkatan jumlah gempa vulkanik oleh seismograf
Gunung Ijen. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan
letusan.
Menuju Kawah Ijen & Akomodasi
Wisatawan dapat menuju Banyuwangi dengan pesawat
langsung dari Bandara Ngurah Rai (Bali) maupun dari
Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Blimbingsari
di Banyuwangi. Jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 30
menit. Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh
dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. Jarak
dari Surabaya menuju Bondowoso dan Banyuwangi sekitar
200 km sedangkan jarak dari Denpasar (Bali) menuju
Banyuwangi sekitar 142 km.
Dari Utara
Jika kamu berangkat dari Surabaya disarankan langsung
menuju Sempol (Bondowoso) melalui jalur Wonosari.
Kemudian menuju Pos Paltuding yang dapat dicapai dengan
kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan
jarak 93 km dan estimasi waktu sekitar 2.5 jam perjalanan.
Jarak yang ditempuh melalui jalur utara memang lebih
jauh dibanding jalur selatan, namun hal ini ditunjang
dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus sehingga
dapat menggunakan motor maupun mobil pribadi dengan
aman dan nyaman
Dari Selatan
Jalur selatan dicapai melalui Banyuwangi dengan jarak
sekitar 15 km menuju Kecamatan Licin. Dari Licin ke
Paltuding hanya berjarak 18 km namun melalui jalan yang
menanjak dan jalan yang rusak akibat hujan maupun
aktivitas truk pengangkut belerang. Jalur selatan memang
lebih dekat ke Pos Paltuding dibanding jalur selatan.
Akan tetapi jalanan yang rusak sulit untuk dilalui
sehingga disaranan untuk para traveller menggunakan
mobil jeep yang banyak disewakan di hotel-hotel di
Kecamatan Licin.
Tiket
Tiket masuk Kawah Ijen untuk wisatawan domestik hanya
sebesar Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari
libur. Cukup murah, kan? Sedangkan untuk wisatawan
asing tiket dipatok sebesar Rp 100.000 pada hari kerja
serta Rp 150.000 pada hari libur. Apabila kamu ingin
melihat api biru, disarankan untuk naik ke Kawah Ijen
pada saat dini hari antara jam 2-4 pagi. Tersedia
penginapan di sekitar Pos Paltuding dengan harga yang
relatif terjangkau di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000. Oh
iya, untuk mencapai Banyuwangi dengan kendaraan
umum dari Surabaya kamu bisa naik kereta api Sritanjung
tujuan Surabaya – Banyuwangi dengan tarif sekitar Rp
50.000 atau bus antar kota dengan tarif sekitar Rp
100.000 – Rp 200.000.
Kuliner
Kuliner khas yang wajib kamu coba jika mengunjungi
Banyuwangi yaitu rujak soto. Ini adalah makanan khas
rujak sayur dengan kuah soto babat tanpa santan dan
ditambah taburan kerupuk melinjo serta udang. Nah,
ngiler kan? Jarang banget lho kita bisa makan rujak soto di
tempat lain. Selain rujak soto ada juga pecel rawon, pecel
kare dan sego tempong yang banyak dijumpai di warung-
warung di Kota Banyuwangi. So, sudah kebayang kan
gimana serunya berpetualang di Kawah Ijen? Go grab your
bag and start the adventure!
PESONA KEINDAHANKAWAH IJENOleh: Ragil Pratiwi
Foto: Iqbal Hamidi
“Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata paling
terkenal di Jawa Timur. Lokasinya terletak di kawasan
Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen,
perbatasan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi
dengan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Saking terkenalnya objek wisata yang satu ini, yang datang
bukan cuma turis domestik saja lho tapi juga wisatawan
mancanegara.”
Foto: Iqbal Hamidi
Kontributor
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 21 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 22
Kontributor
Pembentukan Kaldera Ijen
Disadur dari Commission of Volcanic Lakes tentang Gunung
Ijen, kondisi sebelum kaldera (Pra-Kaldera), Gunung Ijen
Tua (Paleo Ijen) berupa gunung api strato yang
diperkirakan memiliki ketinggian 3500 m. Gunung Ijen
berisi lava dan piroklastik, berada diatas endapan berumur
Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batugamping.
Sejarah letusan terakhir pada tahun 2004, terjadi
peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai
dengan peningkatan suhu air danau mencapai 51°C, suhu
fumarol mencapai 240°C, serta tercatat adanya
peningkatan jumlah gempa vulkanik oleh seismograf
Gunung Ijen. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan
letusan.
Menuju Kawah Ijen & Akomodasi
Wisatawan dapat menuju Banyuwangi dengan pesawat
langsung dari Bandara Ngurah Rai (Bali) maupun dari
Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Blimbingsari
di Banyuwangi. Jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 30
menit. Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh
dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. Jarak
dari Surabaya menuju Bondowoso dan Banyuwangi sekitar
200 km sedangkan jarak dari Denpasar (Bali) menuju
Banyuwangi sekitar 142 km.
Dari Utara
Jika kamu berangkat dari Surabaya disarankan langsung
menuju Sempol (Bondowoso) melalui jalur Wonosari.
Kemudian menuju Pos Paltuding yang dapat dicapai dengan
kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan
jarak 93 km dan estimasi waktu sekitar 2.5 jam perjalanan.
Jarak yang ditempuh melalui jalur utara memang lebih
jauh dibanding jalur selatan, namun hal ini ditunjang
dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus sehingga
dapat menggunakan motor maupun mobil pribadi dengan
aman dan nyaman
Dari Selatan
Jalur selatan dicapai melalui Banyuwangi dengan jarak
sekitar 15 km menuju Kecamatan Licin. Dari Licin ke
Paltuding hanya berjarak 18 km namun melalui jalan yang
menanjak dan jalan yang rusak akibat hujan maupun
aktivitas truk pengangkut belerang. Jalur selatan memang
lebih dekat ke Pos Paltuding dibanding jalur selatan.
Akan tetapi jalanan yang rusak sulit untuk dilalui
sehingga disaranan untuk para traveller menggunakan
mobil jeep yang banyak disewakan di hotel-hotel di
Kecamatan Licin.
Tiket
Tiket masuk Kawah Ijen untuk wisatawan domestik hanya
sebesar Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari
libur. Cukup murah, kan? Sedangkan untuk wisatawan
asing tiket dipatok sebesar Rp 100.000 pada hari kerja
serta Rp 150.000 pada hari libur. Apabila kamu ingin
melihat api biru, disarankan untuk naik ke Kawah Ijen
pada saat dini hari antara jam 2-4 pagi. Tersedia
penginapan di sekitar Pos Paltuding dengan harga yang
relatif terjangkau di kisaran Rp 100.000 – Rp 300.000. Oh
iya, untuk mencapai Banyuwangi dengan kendaraan
umum dari Surabaya kamu bisa naik kereta api Sritanjung
tujuan Surabaya – Banyuwangi dengan tarif sekitar Rp
50.000 atau bus antar kota dengan tarif sekitar Rp
100.000 – Rp 200.000.
Kuliner
Kuliner khas yang wajib kamu coba jika mengunjungi
Banyuwangi yaitu rujak soto. Ini adalah makanan khas
rujak sayur dengan kuah soto babat tanpa santan dan
ditambah taburan kerupuk melinjo serta udang. Nah,
ngiler kan? Jarang banget lho kita bisa makan rujak soto di
tempat lain. Selain rujak soto ada juga pecel rawon, pecel
kare dan sego tempong yang banyak dijumpai di warung-
warung di Kota Banyuwangi. So, sudah kebayang kan
gimana serunya berpetualang di Kawah Ijen? Go grab your
bag and start the adventure!
PESONA KEINDAHANKAWAH IJENOleh: Ragil Pratiwi
Foto: Iqbal Hamidi
“Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata paling
terkenal di Jawa Timur. Lokasinya terletak di kawasan
Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen,
perbatasan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi
dengan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso.
Saking terkenalnya objek wisata yang satu ini, yang datang
bukan cuma turis domestik saja lho tapi juga wisatawan
mancanegara.”
Foto: Iqbal Hamidi
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 23 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 24
Foto Blitz“Krakatau” | Foto: Aveliansyah
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 23 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 24
Foto Blitz“Krakatau” | Foto: Aveliansyah
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 25 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 26
Foto Blitz“Sebongkah Energi” | Foto: Muhlis Adi
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 25 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 26
Foto Blitz“Sebongkah Energi” | Foto: Muhlis Adi
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 27
“Disambut Pagi Bertemankan Longsor” | Foto: Rizky Syawal
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI 28
Suatu hari lahirnya seorang anak laki-laki dari keluarga Log bernama Neutron. Neutron
memiliki banyak teman bernama Gamma Ray, Spontaneously, dan Density. Semasa kecilnya
neutron dan teman-temannya senang bermain main di batuan di bawah permukaan bumi.
Sampai semasa ia dewasa, Neutron memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi isi batuan
seperti atom-atom penyusunnya. Namun berbeda dengan teman-teman lainnya, Neutron
lebih pandai membaca indeks atom hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom
lainnya.
KUIS GEOSAINTIS
Kuis
UJI KEMAMPUANMU SEBAGAI GEOSAINTIS MUDADENGAN MENJAWAB KUIS DI BAWAH INI!
1. Menurut kamu, mengapa Neutron Log memiliki kemampuan seperti itu?
2. Mengapa log neutron lebih membaca indeks hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom lainnya?
3. Fenomena apa sajakah yang dapat mempengaruhi anomali pada amplitude map?
4. Bagaimana bisa log densitas mengetahui densitas total suatu formasi batuan?
Kirim jawaban kamu ke email jurnalistik :
dengan Subject : Jawaban Kuis Buletin 3_Nama_Afiliasi
jawaban terbaik, akan memperoleh bingkisan cantik dari FGMI
Panggilan Menulis Untuk Jurnal Geosaintis!
#3TahunFGMI F Gorum eosaintis uda ndonesiaM I
Jendela GeosaintisEdisi 01/FGMI/April/15
Jendela GeosaintisTurut Disponsori Oleh:
Jendela GeosaintisEdisi 01/FGMI/April/15