jurnal al-makrifat vol 4, no 1, april 2019 · pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori...

12
92 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 KECERDASAN PROFETIK DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM Siti Yumnah Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana Bangil Indonesia [email protected] Abstract Education can be understood as a set of theories that not only describe and interpret social phenomena, and not only change things for change, but more than that, it is expected to direct change on the basis of ethical and prophetic ideals, so it is concluded that prophetic education ( prophetic teaching) is an educational method that always draws inspiration from the teachings of the Prophet Muhammad. The principle in prophetic education is to prioritize integration. In providing a certain field of material also associated with the foundation that is in the Qur'an and Sunnah, so that both worldly and hereafter goals can be achieved. Prophetic intelligence is the potential or ability to interact, adapt, understand or potential that is always under the guidance of the Almighty God through conscience. Key words: Prophetic Intelligence Abstrak Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentafsirkan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik, sehingga disimpulkan bahwa, pendidikan profetik (profetik teaching) adalah sebuah metode pendidikan yang selalu mengambil inspirasi dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Prinsip dalam pendidikan profetik yaitu mengutamakan integrasi. Dalam memberikan suatu materi bidang tertentu juga dikaitkan dengan landasan yang ada di Al-Qur‟an dan As-Sunnah, sehingga tujuan baik duniawi maupun akhirat dapat tercapai . kecerdasan kenabian adalah potensi atau kemampuan berinteraksi, menyesuaikan diri, memahami atau potensi itu senantiasa dalam bimbingan ALLAH SWT melalui nurani. Kata kunci: Kecerdasan Profetik CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by Portal Jurnal Online Kopertais Wilyah IV (EKIV) - Cluster TAPALKUDA-BALI

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

92 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

KECERDASAN PROFETIK DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN

MUSLIM

Siti Yumnah

Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana Bangil Indonesia

[email protected]

Abstract

Education can be understood as a set of theories that not only describe

and interpret social phenomena, and not only change things for change, but more

than that, it is expected to direct change on the basis of ethical and prophetic

ideals, so it is concluded that prophetic education ( prophetic teaching) is an

educational method that always draws inspiration from the teachings of the

Prophet Muhammad. The principle in prophetic education is to prioritize

integration. In providing a certain field of material also associated with the

foundation that is in the Qur'an and Sunnah, so that both worldly and hereafter

goals can be achieved. Prophetic intelligence is the potential or ability to interact,

adapt, understand or potential that is always under the guidance of the Almighty

God through conscience.

Key words: Prophetic Intelligence

Abstrak

Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya

mendeskripsikan dan mentafsirkan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah

suatu hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan

perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik, sehingga disimpulkan bahwa,

pendidikan profetik (profetik teaching) adalah sebuah metode pendidikan yang

selalu mengambil inspirasi dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Prinsip dalam

pendidikan profetik yaitu mengutamakan integrasi. Dalam memberikan suatu

materi bidang tertentu juga dikaitkan dengan landasan yang ada di Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, sehingga tujuan baik duniawi maupun akhirat dapat tercapai .

kecerdasan kenabian adalah potensi atau kemampuan berinteraksi, menyesuaikan

diri, memahami atau potensi itu senantiasa dalam bimbingan ALLAH SWT

melalui nurani.

Kata kunci: Kecerdasan Profetik

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

Provided by Portal Jurnal Online Kopertais Wilyah IV (EKIV) - Cluster TAPALKUDA-BALI

Page 2: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

93 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

PENDAHULUAN

Membangun kecerdasan kenabian (prophetic intelellegence) merupakan

anugrah dari ALLAH SWT. Yang telah diberikan-Nya kepada para Nabi, Rasul

dan Auliya-Nya. Potensi itu semata-mata karena peroleh karunia ketaatan dan

ketauladanan telah hadir dalamnya, sehingga tersingkap bagi mereka hakikat ilmu,

hikmah, kehidupan hakiki, serta pemahaman terhadap sesuatu.

Kata profetik berasal dari bahasa Inggris Prophetical yang mempunyai

makna kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang Nabi.1 Yaitu sifat Nabi

yang mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual,

tetapi juga menjadi pelopor eprubahan. Membimbing masyarakat ke arah

perbaikan dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan. Dalam

Sejarah, Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun, Nabi

muhammad SAW. Yang membing kaum miskin dan budak beliau melawan setiap

penindasan dan ketidakadilan, mempunyai tujuan mengajarkan dzikir dan do‟a

rtetapi mereka juga datang dengan suatu ideologi pembebasan.

Secara definitif, pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat

teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial,

dan tidak pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan, namun lebihi dari itu,

diharapkan dapat mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik.

Kuntowijoyo sendiri memang mengakkuinya, terutama dalam sejarahnya

Islamisasi ilmu itu, dalam rumusan Kuntowijoyo seperti hendak memasukkan

sesuatu dari luar atau menolak sama sekali ilmu yang ada2 Dengan eksisnya

kecerdasan-kecerdasan maka di setiap hari akan terhindar dari kerusakan dan

bencana yang setiap saat mengancam hidup dan kehidupannya. Dengan

kecerdasan ruhaniah ilmiah (spiritual intellegence) diri akan terlepas dari penyakit

syirik (menyekutukan Allah), Nifaq (mendua), Fasiq (merendakan kebenaran) dan

kufur (mendustakan kebenaran). Dengan kecerdasan Intelektual atau kecerdasan

berpikir (intellegence quotient), diri akan terddik, terpimpin dan tersembuhkan

dari kebodohan, kebuasan dan kehidupan yang sia-sia. Dengan kecerdasan

berjuang (adversity intellegence) diri akan terlepas dari kehinaan,

1 Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, (Bandung: Mizan, 2001). hal. 357.

2 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik: Upaya membongkar Dikotomi Sistem

Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ircisod, 2004) hal. 131.

Page 3: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

94 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

keterbelakangan, kemalasan, kepengecutan dan sikap kerdil. Dengan kecerdasan

emosional (emotional intellegence) diri akan terlepas dari kutukan Allah SWT,

manusia, lingkungan dan alam semesta. Jika seluruh kecerdasan-kecerdasa itu

terhimpun, diri akan mudah melakukan interaksi yang seluas-luasnya dan

sebebas-beasnya, baik interaksi terhadap kehidupan vertikal maupun horizontal

dengan seluk-beluknya dan adanya timbal balik dari interaksi keduanya.

Konsep dan Fungsi Kecerdasan Profetik

Secara normatik konseptral, paradigma profetik versi Kuntowijoyo3

melalui rumusannya tentang ilmu sosial profetik4 didasarkan padaAl-Qur‟an surat

Ali-Imran ayat 110:

لك ن خ ر ار لن خ ر خ ك ن ر كلن ك ن خ ن خ ك م ة ك ن ر خ ن ر لم ار خ ن ك ك ن خ ر ن خ ن ك ن ر خ خلن خ ن خ خ ر ن ك

Artinya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah SWT.5

Dengan berpijak pada ayat tersebut, terdapat tiga pilar utama dalam

paradigma profetik, yaitu: „amar ma‟ruf (humanisasi) mengandung pengertian

pembebasan, nahi munkar (liberasi) mengandung pengertian pembebasan, dan

tu‟minuna billah (transendensi), dimensi keimanan manusia.

Selain itu dalam ayat tersebut juga terdapat empat konsep: pertama,

konsep tentang ummat terbaik (the chosen people), umat Islam sebagai umat

terbaik dengan syarat mengerjakan tiga hal sebagaimana disebutkan dalam ayat

tersebut, umat Islam tidak secara otomatis menjadi The Chosen People, karena

umat Islam dalam konsep The Chosen People ada sebuah tantangan untuk bekerja

lebih keras dan ber-fastabiqul khoirot. Kedua, authurisme atau praksisme gerakan

sejarah. Bekerja keras dan ber-fastabiqul khoirot di ttengah-tengah umat manusia

(ukhrijat linnas) berarti bahwa yang ideal bagi Islam adalah keterlibatan umat

3 M. Fahmi, Islam Transendental: Menelusuri Jejak-Jejak Pemikiran Islam Kuntowijoyo

(Yogyakarta: Pilar Religia, 2005). Hal 30. 4 Kuntowijoyo: Islam Sebagai Ilmu: Epistimologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta:

Tiara Wacana). Hal. 87. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2002), hal

50.

Page 4: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

95 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

dalam percaturan sejarah, pengasingan diri secara ekstrim dan kerahiban tidak

diberikan dalam Islam.

Para intelektual yang hanya bekerja untuk ilmu atau kecerdasan out side

tanpa menyapa dan bergelut dengan realitas sosial juga tidak dibenarkan. Ketiga,

pentingnya kesadaran nilai-nilai profetik harus selalu menjadi landasan

rasionalitas nilai bagi setiap praksisme gerakan dan membangun kesadaran umat,

terutama umat Islam. Keempat, etika profetik, ayat tersebut mengandung etika

yang berlaku umum atau untuk siapa saja baik itu individu (mahasiswa,

intelektual, aktifis dan sebagainya) maupun organisasi (gerakan kolektifitas,

universitas, ormas dan orsospol), maupun kolektifitas (jama‟ah, ummat, telompok,

paguyuban) point yang terakhir ini merupakan konsekuensi logis dari tiga

kesadaran yang telah dibangun sebelumnya.6

Fungsi Kecerdasan Profetik

Sebuah studi tentang Al-Qur‟an dan tradisi telah berlangsung secara

intensif, sejak tahun 1996, terutama berkonsentrasi pada teks-teks yang mewakili

psokologi Islam. Upaya untuk mendefinisikan psikologi Islam dengan lebih baik

tidak hanya harus menggunakan teks-teks mainstream dan masukkan ke dalam

konteks komunitas muslim. Sebaliknya harus lebih menekankan untuk

mengeksplorasi teks Islam yang bersifat psikologis dan dalam arti mewakili

konteks nyata umat Islam. Dengan demikian strategi untuk memajukan psikologi

Islam akan menjadi “scientification of Islamic texts”.7

Kecerdasan profetik dikembangkan oleh beberapa psikologi dan ulama

muslim8 Sebgai respon terhadap multidimensi dalam krisis di Indonesia. Di dalam

fungsi kecerdasan profetik, diantaranya:

1. Membantu pembentukan akhlak yang mulia, bahwa pendidikan akhlak adalah

jiwa pendidikan Islam, dan untuk mencapai akhlak sempurna adalah tujuan

pendidikan yang sebenarnya.

6 Moh. Shofan, loc cit, hal 365

7 Kuntowijoyo, 2003, Islam Sebagai Ilmu: Epistimologi, Metodologi, dan Etika,

Yogyakarta: Mahus Script to be published by Terajo. 8 Adz Dzaky. M.H.B, 2004, Konseling dan Psikoterapi Islam. Penerapan Metode Sufistik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 5: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

96 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan diakhirat, pendidikan Islam

menaruh untuk perhatian kehidupan tersebutm sebab memang itulah tujuan

tertinggi dan terakhir pendidikan,

3. Perisapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Islam

memandang, manusia sempurna tidak akan tercapai kecuali memadukan antara

ilmu pengetahuan dan agama, atau mempunyai kepedulian (concern) pada

aspek spiritual, akhlak dan pada segi-segi kemanfaatan.

4. Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan memuaskan

keinginan arti untuk mengetahui (co-riosity) dan kemungkinan untuk mengkaji

ilmu sekedar ilmu.

5. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, tehnis, dan perusahaan supaya dapat

menguasai profesi tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat mencari rezeki.

Selain fungsi di atas, kecerdasan profetik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Memperkenalkan generasi muda akan skidah-akidah Islam, dasar-dasarnya,

asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakannya dengan betul, dengan

membiasakan mereka berhati-hati, mematuhi akidah agama serta menjalankan

dan menghormati syiar-syiar agama.

b. Menumbuhkan kesadaran yang betul pada pelajar terhadap agama termasuk

prinsip-prinsip dan dasar-dasar akhlak mulia. Juga membuang bid‟ah-bid‟ah,

khurafatkepalsuan, dan kebiasaan usang yang melekat kepada Islam tanpa

disadari. Padahal Islam itu bersih.

c. Menambah keIslaman kepada Allah SWT pencipta alam, juga kepada malaikat,

rasul-rasul, kitab-kitab, dan hari akhir berdasarkan pada faham kesadaran dan

keharusan perasaan.

d. Menumbuhkan minat generasi muda menambahkan pengetahuan dalam adab

dan pengetahuan keagamaan agar patuh mengikuti hukum-hukum agama

dengan kecintaan dan kerelaan.

e. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur‟an, berhubungan

dengan Nya, membaca dengan baik, memahami dan mengamalkan ajran-

ajarannya

Page 6: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

97 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

Strategi Membangun Kecerdasan Profetik

Adapun strategi membangun kecerdasan profetik sebagaimana pola didik

Rasulullah SAW atas para sahabat dari beberapa usia, serta statement umum,

tahap perkembangan prilaku seseorang berlangsung dalam tiga tahap. Pertama,

tahap perilaku lahiriah (0-10 tahun). Pada usia ini, anak memperlihatkan perilaku

lahiriah yang bersifat formalistic, tidak tetap, dan memungkinkan untuk berubah .

pada tahap ini, prilaku anak sangat dipengaruhi oleh doronga-dorongan eksternal,

seperti sanjungan atau kritikan, imbalan atau hukuman, persetujuan atau

penolakan.. penilaian anak terhadap semua prilakunya bersifat egosentris dan

diukur berdasarkan kesenangan materi yang diperolehnya.

Strategi yang tepat untuk pengembangan karakter pada tahap ini, antara

lain: pengarahan, habituasi, keteladanan, penguatan (biasanya melalui imbalan,

sanjungan, dan sebagainya) dan pelemahan (biasanya melalui hukuman

mendidik), indoktrinasi. Jika masih bersifat tradisional. Dalam hal ini yang perlu

diperhatikan bukan bentuk strategi yang dipilih, tetapi ketepatan strategi tersebut

untuk menghubungkan karakter pada usia kematangan anak yang tepat. Kedua,

tahap prilaku berkesadaran (11-15 tahun). Pada usia ini, anak-anak mulai

memiliki kesadaran sebagai hasil dari perkembangan kapasitas intelektualitas

yang mulai rasional. Mereka telah mampu membedakan yang baik dan yang

buruk. Pilihan-pilihan prilaku yang dilakukannya tidak lagi bersifat egosentris,

tetapi mulai memperhatikan faktor psikososial dan kesadaran dirinya untuk

beradaptasi dengan masyarakat. Perkembangan-perkembangan inilah yang

akhirnya mendorong penerapan strategi yang berbeda dari tahapan sebelumnya.

Pada tahapan ini ada beberapa strategi pembentukan karakter yang daapt

dilakukan, antara lain: (1) menanamkan nilai melalui proses dialogis sehingga

tertanam struktur berfikir yang benar untuk akhirnya menentukan prilaku yang

bnar pula. (2) Pembimbingan dan pendampingan agar anak-anak mampu

menghadapi kenyataan kehidupan denga baik, dan (3) pe;ibatan langsung anak

dalam praktik prilaku mulia. Ketiga, tahap kontrol intelektualitas prilaku (15

tahun ke atas). Al-Qur‟an menyebutkan tahap usia ini dengan Asyuddahu (QS. Al-

Ahqaf:15). Padatahap ini, anak-anak ditandai dengan menguatnya kesadaran-

kesadaran akan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Nilai-nilai tersebut

Page 7: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

98 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

mulai memberi arah dan pedoman bagi prilaku anak. Kesadaran untuk

memadukan nilai-nilai individual dengan nilai-nilai sosial mulai terbentuk secara

utuh. Strategi yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan karakter tahap ini,

antara lain: (1) pendampingan anak untuk memperkuatvisi dan orientasi hidup

anak sehingga anak dapat mengambil kepuptusan endiri, (2) Pengembangan soft

skill anak, dan (3) penguatankesadaran atau tanggungjawab kepada Allah SWT.

Keseluruhan strategi dia atas sebenarnya ,e,umgkinkan untuk diterapkan

pada setiap tahapan. Penerapan masing-masing strategi sangat ditentukan oleh

kondisi siswa. Itulah sebabnya, ketika mempertahankan pola sisik Rasulullah

SAW. Dapat diketahui bahwa penerapan masing-masing strategi ditentukan oleh

kondisi siswa.

Konstruksi Kecerdasan Profetik

Kecerdasan kenabian, dikembangkan dari teks Islam (Al-Qur‟an dan

Hadits /Sunnah /Prilaku teladan Nabi Muhammad) dalam kecerdasan profestik.

Hati nurani menjadi pusat untuk mendefinisikan berbagai aspek kecerdasan9

dalam teks Islam, istilah Nuur (hati nurani) sering digunakan untuk

menggambarkan keberadaan penilaian kita yang dipandu oleh rasa pamungkas

tentang benar dan salah. Jadi, semua dimensi dalam kecerdasan profetik

dikembangkan tidak hanya berdasarkan pada sumsi “ seberapa baik dan dilakukan

“ tetapi jugapada seberapa baik hati burani dimasukkan dalam mentafsirkannya,

rasionalitas, emosi, dan kerohanian manusia karenanya dibangun dan

dikembangkan dengan menggunakan Nur/cahaya sebagai pusatnya.

Berikut ini adalah dimensi dari beberapa penjabaran dari kecerdasan

profetik:

1. Kecerdasan intelektual: kecerdasan intelektual: mencakup indikator

berikut: a) proses pemikiran yang dipandu oleh hati nurani. Dalam

pengambilan keputudan, penilaian pertimbangan apakah keputusanitu

berguna atau tidak membuahkan hasil ( manfaat dan madharat ). b) ide,

sebagai hasil dari proses pemikiran, dapat dimenegerti dan mudah diikuti,

orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual juga dapat menjelaskan

9 Adz Dzaky, M. Konseling dan Psikoterapi Islam.

Page 8: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

99 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

maslah yang komplek dengan cara yang lebih seerhana. Mampu

menghasilkan rencana untuk solusi tentang masalah, dan rencana itu bisa

diterapkan dan opersional dan dapat diikuti oleh orang lain. c)

menggunakan kerangka sebab dan akibat dalam memeriksa suatu masalah:

orang yang cerdas akan melihat jauh ke penyebab dasar masalah. Ini akan

memberikan ke solusi yang kongkrit dan bermakna.

2. Kecerdasan Psikologis (Dalam menghadapi kesulitan):

a) Kesabaran (shober): kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit

dengan meyakini bahwa setiap peristiwa sulit memiliki arti positif dan

bahwa stiap peristiwa adalah rencana tuhan.

b) Optimisme: percaya bahwa tidak peduli betapa sulitnya situasiitu akan

memiliki akhir yang baik. Ia juga akan termotivasi oleh keberhasilan

orang lain.

c) Ketekunan sebagai hasil dari iman kepada tuhan.

d) Penilian diri yang realitas: mampu melihat kelemahan dan kekurangan

serta belajar dari keberhasilan orang lain dalam mengatasi masalah

baru.

e) Berani: bersedia berkorban dan berjuang, sampi-sampai keberadaan

mereka dipertaruhkan (mujahadah).

3. Kecerdasan Psikologis (emosional):

a) Pandangan hidup yang positif

b) Hati-hati (wara‟): kemampuan mengubah hal-hal yang halal/

diizinkan, menurut hukumk agama dan dalam interaksi dengan orang-

orang, kemapuan untuk mempertimbangkan resiko suatu tindakan.

c) Muraqoba‟: sadar akan kelemahan mereka sendiri

d) Toleransi: dapat melihat sudut pandang orang lain, memperhitungkan

keharmonisan dalam berhubungan dengan orang lain selain dirinya

sendiri.

4. Kecerdasan Spiritual (Ruhanyah):

a) Liqa‟: kapasitas untuk merasa dekat dengan Tuhan dan merasa bahwa

dia bertemu dengan-Nya.

Page 9: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

100 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

b) Ihsan: melakukan ritual dan kegiatan dengan percya bahwa tuhan

mengawasi mereka.

c) Memahami dan menerima pesan Tuhan.

d) Mampu melihat /merasakan diluar hal-hal ( keberasaan fisik ), melihat

hal-hal dari substansinya (mukasyafah).

Dalam rangka mencapai tujuannya maka pendidikan profetik

menggunakan metode, menurutAbdurrahman an-Nahlawi adalah sebagai berikut:

1. Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi. Hiwar artinya

percakapan silih berganti antara dua pilihan mengenai suatu topik yang

mengarah pada suatu tujuan. Dalam Al-Qur‟an dan Sunnah terdapat lima

jenis Hiwar diantaranya: Hiwar Khitabi atau ta‟abbudi (percakapan

pengabdian), hiwar washfi (percakapan deskriptif), hiwar jadali

(percakapan dialektif) dan hiwar nabawi.

2. Mendidik dengan kisah Qurani dan Nabawi. Dalam pendidikan Islam,

kisah merupakan fungsi edukatif yang tidak dapat dihilangkan atau diganti

dengan bentuk penyampaian lain selain bahsa. Hal ini disebabkan karena

kisah Qurani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang

mempunyai dampak psikologi dan edukatif.

3. Mendidik dengan Mitsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi.

Perumpamaan dalam pendidikan Islam sering dipergunakan biasanya

perumpamaan yang digunakan berasal dari cerita di al-Qur‟an ataupun dari

kisah Nabi. Misal perumpamaan seorang yang berbuat baik, maka akan

mendapatkan pahala.

4. Mendidik dengan memberi teladan. Keteladanan adalah sangat penting

bagi berlangsungnya suatu pendidikan, hal ini menekankan kepada setiap

pendidik harus berprilaku baik dan selalu meneladani sifat-sifat rasul

sehingga peserta didik pun akan segan dan akan meneladani sikap.

5. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman mendidik dengan

latihan dan pengalaman dapat menggugah akhlak yang baik pada jiwa

anak didik, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang sukses dalam perbuatan

dan pekerjaan.

Page 10: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

101 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

6. Mendidik dengan mengambil Ibrah (pelajaran) dan Mau‟izah (peringatan).

Makna ibrah adalah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia

intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan

nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya, sedangkan mau‟izah ialah

nasihat yang lembut dapat diterima oleh hati dengan cara menjelaskan

pahala atau ancamannya.

7. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut).

Targhib ialah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat orang

senang terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang

pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan

dengan melakukan amal shaleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang

mengandung bahaya atau perbuatan buruk. Sedangkan tarhib ialah

ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan

yang dilarang oleh Allah SWT atau akibat lengah dalam menjalankan

kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Sementara itu, menurut Cecep Darmawan, metode dalam pembinaan dan

pelatihan yang berbasis profetik adalah sebagai berikut:

a) Metode Tilawah. Metode ini memiliki makna membaca metode ini

diarahkan untuk membaca Al-Qur‟an, dengan begitu akan terciptanya

pembudayaan membaca Al-Qur‟an.

b) Metode Taklim. Metode ini berartikan proses pengajaran. Taklim di sini

dalam arti pemahaman kita dalam proses tranfer dan transformasi dari

pihak pertama kepada pihak kedua. Sementara itu dalam konsep

pembiasaan maka dalam kaitannya pembekalan teori, nilai-nilai, kiat-kiat

sukses, kiat kinerja produktif, aturan, atau tata tertib yang berlaku pada

lingkungan perusahaan.

c) Metode Tazkiyah. Kata tazkiyah berasal dari kata “zaka” yang berarti

tumbuh kembang atau penyucian. Konsep ini kita maknai sebagai satu

kemampuan memisahkan atau membersihkan implikasinya adalah

memberikan pelatihan dan pendidikan kepada karyawan dengan tujuan

untuk melakukan eliminasi perilaku-perilaku buruk.

Page 11: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

102 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

d) Metode Hikmah. Konsep hikmah ditujukan untuk menunjukkan

pengetahuan filosofis sehingga orang yang berfilsafat disebut ahli hikmah.

Dalam implementasi Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelligence)

tumbuh berkembangnya kecerdasan kenabian dalam diri seseorang akan

membuatnya memperoleh kemudahan dalam meningkatkan kualitas diri serta

mengaktualisasikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai hamba yang mampu

mengemban amanah kekhalifahanNya.

PENUTUP

Tumbuh dan berkembangnya kecerdasan atau potensi dalam diri seseorang

akan membuat dan memperoleh kemudahan-kemudahan dalam meningkatkan

kualitas diri serta mengaktualisasikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai hamba

yang mampu mengemban amanah kekhalifahanNya.

Pembelajaran profetik dapat membentuk karakter bangsa, nilai profetik

yang dapat dijadikan bingkai acuan dalam mengarahkan perubahan masyarakat,

yakni humanisasi, liberasi dan transdensi.

Pendidikan profetik mempunyai implikasi terhadap perubahan yaitu: a)

transformasi individual yang menjadikan ilmuan profetik, b) transformasi sosial,

dan c) transformasi budaya. Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelligence) adalah

potensi atau kemampuan berinteraksi, menyesuaikan diri, memahami, dan

mengambil manfaat dan hikmah dari kehidupan langit dan bumi, rohani dan

jasmani, lahir dan batin, serta dunia dan akhirat.

Page 12: Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019 · Pendidikan dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya ... Nabi Ibrahim melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir‟aun,

103 Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 1, April 2019

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, M.H.B, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Departement Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro,

2000.

Hamdani Bakran Adz-Dzakey, Prophetic Intelligence, Yogyakarta: Penerbit

Islamika, 2004.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika,

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Bandung: Mizan, 2001

M. Fahmi, Islam Transendental Menelusuri Jejak-Jejak Pemikiran Islam,

Yogyakarta: Pilar Religia, 2005.

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif

Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ircisad,

2004.