jurnal bu rini

9
It : . ;.'.-l '.' Tungau Fitofag dan Kelimpahan Populasinya Pada Pertanaman Kopi Di , , Kebun Bangelan-PTPN Xll . ! Retno Dyah Puspitarinidan Riyanti Nareswari Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145 Tilp. (03a1) 575843 email: [email protected] Abstrak Di lndonesia penelitian tentang tungau fitofag dan musuh alaminya pada tanaman kopi belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tungau fitofag dan tungau predator, kelimpahan populasi, persentase daun kopi yang dihuni, preferensi bagian permukaan daun yang disukai dan struktur populasi tungau. Penelitian dilaksanakan di dua afdeling pada bulan Agustus sampai Oktober 20A7.Pada setiap afdeling ditetapkan 80 tanaman contoh secara acak. Setiap tanaman contoh ditentukan empat lembar daun kopi sebagai contoh secara acak.Pengambilan daun contoh dilakukan setiap minggu dan penghitungan populasi dan identifikasi setiap spesies tungau dilakukan di laboratorium Entomologi FP-UB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan tiga spesies tungau fitofag yaitu Brevipalpus phoenicis Geijskes (Tenuipalpidae), Oligonychus coffeae (Neitn.) (Tetranychidae), Panonychus citi iMc.Gregor) (Tetranychidae) serta tungau predator Amblyseius sp. (Phytoseiidae). Rerata kelimpahan populasi tertinggi adalah B. phoenicis (7,48 ekor per daun) disusul oleh O. caffeae (5,33 ekor per daun) dan P. citri (2,37 ekor per daun), sedangkan Amblyseius sp. adalah 0, 68 ekor per daun. Hampir semua daun contoh dihuni oleh tungau fitofag (95%). Sebanyak 18 % daun dihuni hanya oleh B. phoenicis,l6 % daun oleh B.phoenicis dan O. coffeae, 19 % oleh B. phoenicis dan P. citri serla 41 % daun dihuni oleh ketiga spesies tungau itu. Sekitar 80% populasitungau fitofag menempati permukaan atas daun, sedangkan Ambtyseius sp.hanya 1To/o menyenangi permukaan atas daun. Struktur populasi tungau fitofag didominasi oleh fase telur, Sebaliknya populasi Amblyseius sp. didominasi fase imago. Tungau B. pboenicis merupakan tungau yang dominan di pertanaman kopi Kata kunci: Kelimpahan, kopi, tungau fitofag, tungau predator PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang menunjang perekonomian masyarakat dan sumber devisa negara. Salah satu masalah yang dihadapi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kopi adalah adanya organisme pengganggu tumbuhan (Anonymous, 2000). Kopi termasuk tanaman yang disenangi banyak hama. Kerugian akibat serangan hama dan penyakit tumbuhan selalu dihadapi oleh para petani dan produsen pertanian lainnya. Kalshoven (1981) menyebutkan Oligoycus coffeae (Nietn.) (Tetranychidae) sebagai hama kopi dari golongan tungau. Hama ini merupakan hama minor di lndonesia.

Upload: daewee-han-elf

Post on 11-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hggjhm

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Bu Rini

It

: . ;.'.-l '.'

Tungau Fitofag dan Kelimpahan Populasinya Pada Pertanaman Kopi Di , ,

Kebun Bangelan-PTPN Xll . !

Retno Dyah Puspitarinidan Riyanti Nareswari

Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145Tilp. (03a1) 575843 email: [email protected]

Abstrak

Di lndonesia penelitian tentang tungau fitofag dan musuh alaminya pada tanaman kopi

belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tungau fitofagdan tungau predator, kelimpahan populasi, persentase daun kopi yang dihuni, preferensi

bagian permukaan daun yang disukai dan struktur populasi tungau. Penelitiandilaksanakan di dua afdeling pada bulan Agustus sampai Oktober 20A7.Pada setiapafdeling ditetapkan 80 tanaman contoh secara acak. Setiap tanaman contoh ditentukanempat lembar daun kopi sebagai contoh secara acak.Pengambilan daun contohdilakukan setiap minggu dan penghitungan populasi dan identifikasi setiap spesies tungau

dilakukan di laboratorium Entomologi FP-UB. Hasil penelitian menunjukkan bahwaditemukan tiga spesies tungau fitofag yaitu Brevipalpus phoenicis Geijskes(Tenuipalpidae), Oligonychus coffeae (Neitn.) (Tetranychidae), Panonychus citiiMc.Gregor) (Tetranychidae) serta tungau predator Amblyseius sp. (Phytoseiidae). Rerata

kelimpahan populasi tertinggi adalah B. phoenicis (7,48 ekor per daun) disusul oleh O.

caffeae (5,33 ekor per daun) dan P. citri (2,37 ekor per daun), sedangkan Amblyseius sp.

adalah 0, 68 ekor per daun. Hampir semua daun contoh dihuni oleh tungau fitofag(95%). Sebanyak 18 % daun dihuni hanya oleh B. phoenicis,l6 % daun oleh B.phoenicisdan O. coffeae, 19 % oleh B. phoenicis dan P. citri serla 41 % daun dihuni oleh ketiga

spesies tungau itu. Sekitar 80% populasitungau fitofag menempati permukaan atas daun,

sedangkan Ambtyseius sp.hanya 1To/o menyenangi permukaan atas daun. Strukturpopulasi tungau fitofag didominasi oleh fase telur, Sebaliknya populasi Amblyseius sp.

didominasi fase imago. Tungau B. pboenicis merupakan tungau yang dominan di

pertanaman kopi

Kata kunci: Kelimpahan, kopi, tungau fitofag, tungau predator

PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang menunjang perekonomian

masyarakat dan sumber devisa negara. Salah satu masalah yang dihadapi dalam

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kopi adalah adanya organisme pengganggu

tumbuhan (Anonymous, 2000). Kopi termasuk tanaman yang disenangi banyak hama.

Kerugian akibat serangan hama dan penyakit tumbuhan selalu dihadapi oleh para petani

dan produsen pertanian lainnya. Kalshoven (1981) menyebutkan Oligoycus coffeae

(Nietn.) (Tetranychidae) sebagai hama kopi dari golongan tungau. Hama ini merupakan

hama minor di lndonesia.

Page 2: Jurnal Bu Rini

Sekitar tahun 1992, tungau merah jeruk Panonychus citri (Mc.Gregor)

(Tetranychidae) diperkirakan masuk ke lndonesia dan menimbulkan masalah pada

tanaman jeruk di daerah Malang (Sosromarsono 1997). Tungau ini menghisap cairan

daun, buah dan kadang-kadang ranting yang masih hijau menyebabkan timbulnya

bercak-bercak pucat atau keperakan pada daun dan buah. Kerusakan daun yang parah

dapat menghambat proses fotosintesis menyebabkan daun gugur, menurunkan vigor

tanaman dan menurunkan kualitas dan kuantitas buah sehingga tidak laku bila dipasarka

(Davidson dan Peairs 1975). Hama ini tampaknya merupakan hama eksotik karena

Kalshoven (1979) tidak menyebutnya sebagai hama tanaman pertanian lndonesia. Pada

tahun 2002 penulis pertama menemukan P. citri menyerang tanaman apel di daerah

Malang. Di belahan dunia lain, tidak pernah diberitakan bahwa P. ct'fn menyerang

tanaman apel. Sedangkan spesies yang menyerang tanaman apel di negeri lain adalah P'

utmi.Dengan demikian P. citi di lndonesia menemukan inang baru yaitu tanaman apel

dan populasinya adalah paling tinggi diantara populasi tungau fitofag lainnya (Widyana

2008). Tampaknya P. citi yang menyerang tanaman apel berasal dari P.citri yang ada

pada tanaman jeruk.

Adanya pertanaman kopi yang cukup luas di daerah Malang bisa menjadi inang

P.citri, meskipun di berbagai pustaka belum pernah dilaporkan P. citri merupakan hama

pada tanaman kopi. Karena itu penelitian tungau fitofag dan musuh alaminya pada

tanaman kopi diperlukan selain untuk mengetahui tingkat populasi P. citri juga untuk

mengamati jenis dan tingkat populasi tungau fitofag lainnya dan musuh alaminya.

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi dasar pengembangan pengendalian hama-hama

dari golongan tungau pada tanaman kopi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di perkebunan kopi milik PTPN Xll di Kebun Bangelan,

Kabupaten Malang dan di Laboratorium Entomologi Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan Universitas Brawijaya. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Agustus

sampai dengan bulan Oktober 2AQT dan penelitian di laboratorium berlangsung selama

dua bulan setelah penelitian lapangan.

Kebun Bangelan terletak diwilayah Desa Bangelan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten

Malang. Kebun Bangelan terdiri dari 2 afdeling yaitu Afdeling Besaran dan Afdeling

Kampung Baru. Ketinggian Kebun Bangelan dari permukaan laut adalah 450-680 meter.

Hanya terdapat satu jenis tanaman kopi yaitu kopi Robusta dengan beragam klon. Klon

yang diamati yaitu BGN 371 dan BP 358. Luas kebun Bangelan adalah 883.20 Ha. Luas

lahan yang ditanami tanaman kopi adalah 415.96 Ha dengan populasi pohon kopi

2

Page 3: Jurnal Bu Rini

sebanyak 5A4J40 pohon atau rata-rata populasi 1.213 pohon/Ha. Penanaman kopi di

Afdeling Besaran dilakukan secara monokultur. Sedangkan penanaman kopi di Afdeling

Kampung Baru dilakukan secara tumpang sari yaitu seluas 11.30 Ha ditanamanijagung.

Pada blok tersebut penanaman jagung dilakukan untuk memutuskan siklus hidup

nematoda dan juga untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif sebagai hasil

samping bagi Kebun Bangelan. Sebelum nematoda menyerang tanaman kopi,

penanaman kopidilakukan se€ra monokultur seperti pada Afdeling Besaran.

Tanaman kopi di Kebun Bangelan dibudidayakan secara intensif untuk tujuan

komersil. Penyiangan gulma, pemupukan, pemangkasan dilakukan secara terjadwal

Aplikasi pestisida tidak dilakukan karena serangan hama dan penyakit tidak menurunkan

produksi dan tidak menyebabkan kerugian.

Penyiangan gulma dilakukan secara manual maupun kimiawi, Pemangkasan

halus dan kasar dilakukan secara terjadwal. Pemupukan pada tanaman kopi di Kebun

Bangelan pada tahun 2AA7 dilakukan dua kali dalam waktu satu tahun. Pemupukan

dilakukan pada awal tahun dan akhir tahun atau awal musim hujan. Namun pemupukan

yang terealisasi hanya satu kali yaitu pada bulan Maret dan April 2OOV. Sedangkan

pemupukan yang kedua sampai akhir penelitian tidak dilakukan, karena masih musim

kemarau. Di Kebun Bangelan selain tanaman kopijuga di tanam tanaman lamtoro, yang

berfungsi sebagai penaung tanaman kopi. Tanaman lamtoro termasuk ke dalam golongan

Leguminocae yang dapat mengikat nitrogen dari dalam tanah, dan berfungsi menurunkan

suhu tanah. Dari fungsi tersebut tanaman lamtoro dapat membantu memperbaiki

mikroklimat yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Perlakuan budidaya pada tanaman kopi di Kebun Bangelan, disajikan pada Tabel

1 dibawah ini.

Tabel 1. Perlakuan Budidaya pada Tanaman Kopi

Perlakuan Afdeling

Besaran Kampung Baru

Urea

KCLRock PhospatAplikasi PestisidaHerbisidaPemangkasanPenyianganPengairanPerompesanPola tanam

1x

1x1x

12xierjadwalterjadwal

terjadwalmonokultur

1x

1x1x

12xterjadwalterjadwal

terjadwaltumpang sari

Penauno lamtoro lamtoroKeterangan : - = tidak mendapat perlakuan

Page 4: Jurnal Bu Rini

Pengambilan daun contoh dilakukan pada ke 2 afdeling. Setiap afdeling terdiri dari 12

blok kemudian ditentukan 4 blok contoh secara acak. Pada blok yang terpilih ditentukan

20 tanaman contoh secara acak diagonal. Dengan demikian terdapat 80 tanaman contoh

pada setiap afdeling. Lokasi tanaman yang dipilih berada ditengah kebun untuk

mendapatkan kondisi yang relatif homogen dan dengan lahan yang tidak curam.

Studi kelimpahan populasi hama tungau dan musuh alaminya dilakukan pada kedua

afdeling. Dari setiap pohon diambil empat daun contoh. Daun contoh diambil secara acak

dengan menggunakan gunting. Setiap daun contoh ditempatkan dalam satu kantung

plastik yang telah diberi label penanda. Kemudian kantung plastik dimasukkan dalam

kotak pendingin (cool box) untuk menjaga tungau tidak berpindah tempat atau hilang.

Sebelum dilakukan pengamatan tungau pada daun contoh, daun contoh disimpan dalam

lemari pendingin di Laboratorium Entomologi. Pengambilan daun contoh dilakukan 1

minggu sekali dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2A07.

Penghitungan populasi tungau dilakukan pada permukaan atas daun dan permukaan

bawah daun. Pengamatan tungau pada daun contoh dilakukan di bawah mikroskop

binokuler dan dihitung kelimpahan populasi telur, larva, nimfa dan imago jantan dan

betina. Persentase daun contoh yang dihuni oleh tungau hama dan tungau predator juga

dicatat dan dihitung. Data kelimpahan populasi tungau pada tanaman kopi pada Afdeling

Besaran dan Afdeling Kampung Baru yang diperoleh diuji dengan ujit 5%.

Untuk keperluan identifikasi, tungau yang ditemukan pada daun contoh diambil

dengan menggunakan kuas dan dibuat preparat dengan media larutan Hoyer. Preparat

tungau kemudian diamati di bawah mikroskop stereo untuk ditentukan spesiesnya

dengan panduan buku identifikasitungau Zhang (2003).

Jenis Tungau Yang Terdapat Di Kebun Bangelan dan Karakteristik Populasinya

Jenis Tungau. Tungau fitifag yang ditemukan pada tanaman kopi yaitu

Brevipatpus phoenicis Geijskes (Tenuipalpidae), Panonychus crtri (Mc.GregoQ

(Tetranychidae), dan Oligonychus coffeae (Nietn.) iTetranychidae). Selain ditemukan

tungau fitofag juga ditemukan tungau predator Phytoseiidae yaitu Amblyseius sp..

Tungau-tungau fitofag itu sampai saat ini bukan merupakan hama utama karena

serangannya tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomi pada tanaman kopi. B.

obovatus, B. phoenicis. dan O. coffeae merupakan tungau hama yang ditemukan pada

tanaman kopi di lndia, tetapi keberadaan tungau tersebut bukan merupakan hama yang

serius (Nair, 1970).

Page 5: Jurnal Bu Rini

Karakteristik Populasi Tungau

Kelimpahan populasi. Rata-rata populasi tungau fitofag dan tungau predator

yang ditemukan pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baru disajikan pada Tabel

2.

Tabel2. Rata-Rata Kelimpahan PopulasiTungau Fitofag dan Tungau Predator perDaun Kopi

Spesies AfdelingBesaran

AfdelingKampung Baru

Brevipalpus phoenicisOligonychus coffeaePanonychus citiAmblyseius sp. (Predator)

10,923,911,93

0,81

4.046,752,820,53

Secara statistik kelimpahan populasi tungau fitofag pada kedua afdeling adalah

sama (Tabbel 2). Namun rata-rata kelimpahan populasi tungau predator Amblyseius sp.

pada tanaman kopi lebih tinggi (0.81 ekor per daun) secara nyata pada Afdeling Besaran

dibandingkan kelimpahan populasi di Afdeling Kampung Baru (0.53 ekor per daun). B.

phoenicis merupakan tungau yang paling tinggi populasinya dibandingkan tungau fitofag

lainnya. Tingkat populasi P. citri adalah yang terendah. Dengan demikian P. citri yang

merupakan hama eksotik, bukan merupakan hama utama pada kopi. Bahkan A. coffeae

yang di negeri lain merupakan hama utama, namun tidak demikian pada penelitian ini.

Persentase Daun Kopi yang Dihuni oleh Tungau Fitofag. Kelimpahan populasi

tungau B. phaenicis selain mendominasi populasi tungau fitofag lainnya juga sebagian

daun kopi hanya diserang oleh tungau itu (Tabel 3). Tampaknya hal ini merupakan

kemampuan B. phoenlcis untuk menggeser populasi O. coffeae dan P. citri karena

sebagian daun kopi lainnya dihuni secara bersama oleh ketiga tungau itu.

Page 6: Jurnal Bu Rini

Iabel 3. Persentase Daun Kopi pada Afdeling Besaran dan Afdeling Kampung Baruyang Dihunioleh Tungau Fitofag

Spesies AfdelingBesaran

AfdelingKampung BarL

1.

2.

B. phoenicisB. phoenicis + O. coffeae

B. phoenicis + P. citri

B. phoenicis+O. coffeae + P. citri

25.3113.75

(09,60a : 04,69 b)a8.12

(05,62a: 02.50c)42.81

(24.69a : 16.56b: 1 1.56c)

10.9418.44

(13.44a: 05.00b)31.25

{21.56a: 09.69b)39.37

(2A.62a : 11.87b: 06.88c)

3.

4.

Keterangan : a'. B. phoenicis b : O. coffeae c: P. citri

Sebagian besar daun kopi yaitu sebanyak 96 o/o dihuni oleh ketiga spesies tungau fitofag

dan setiap daun selalu terdapat populasi B. phoenicis. Pada daun yang dihuni oleh ke

tiga spesies itu, populasi B. phoenicis adalah tertinggi. Hal ini perlu diwaspadai,

khususnya bila kondisi lingkungan mendukung perkembangn populasi B. phoenicis, tidak

menutup kemungkinan populasi tungau itu bisa meningkat dan bahkan mungkin bisa

menggeser populasi a. coffeae dan P. citri. Di tanaman jeruk dan tanaman apel juga

ditemukan populasi B. phoenicis yang hidup bersama spesies tungau yang lain namun

dengan populasi yang tidak dominan (Puspitarini, 2005 dan Widyana 2008).

Preferensi pada permukaan daun. Karena larva, nimfa, dan imago aktif

bergerak, maka preferensi tungau fitofag B. phoenicis, a. coffeae, P. citri dan tungau

predator Arnblyseius sp. pada permukaan daun hanya didasarkan pada banyaknya telur

yang diletakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur tungau dapat dijumpai di

kedua bagian permukaan daun. (Gambar 1). Pada tungau fitofag, telur tungau lebih

banyak terdapat di permukaan daun bagian atas. van de Vrie et al. (1972) menyatakan P.

cifn menempati kedua permukaan daun daritanaman yang diserangnya. Di lsrael hampir

80 % populasi P. clfn terdapat di permukaan atas daun. Tetranychid berperilaku

fototaksis posistif terhadap cahaya, karena permukaan atas daun tanaman mendapatkan

cahaya lebih banyak daripada permukaan bawah daun, karena itu populasinya lebih

banyak di atas permukaan daun. Perilaku demikian sangat menunjang pemencaran

TMJ, karena mereka lebih mudah terbawa angin, sehingga memungkinkan berpindah

tempat secara pasif namun menguntungkan, karena memberi peluang mendapatkan

sumber pakan baru.

Page 7: Jurnal Bu Rini

E Permukaan Atas El Permukaan Baraah

100

90

80

70

60

50

40

30

2A

10

o

B. phoenicis O. coffeae P. citri

Jenis Tunpu

Amblyseius sp.

Gambar 1. Preferensi Tungau pada Permukaan daun di Afdeling Besaran dan AfdelingKampung Baru

khususnya bila kondisi tanaman tidak sesuai lagi sebagai sumber pakan (Swirski ef al.

19SG). Puspitarini (2005), yang meneliti P. cifn di tiga lokasi pertanaman jeruk

(Perkebunan Jeruk di Cibeureum dan Situ Tengah, Bogor, serta Kebun Pala, Cianjur)

menemukan bahwa P.citri lebih menyukai permukaan atas dibandingkan permukaan

bawah. Demikian juga hasil penelitian Widyana (2008) pada tanaman apel. Pada

penelitian ini telur predator Ambtyseius sp. lebih banyak diletakkan di permukaan daun

bagian bawah. Widyana (2008), menemukan telur tungau predator Amblyseius sp. lebih

banyak pada bagian bawah permukaan daun apel.

Struktur populasi. Stadia tungau yang ditemukan di tanaman kopi pada Afdeling

Besaran dan Afdeling Kampung Baru terdiri dari telur, larva, nimfa, imago jantan dan

imago betina. Struktur populasi tungau Tenuipalpidae dan Tetranychidae di Afdeling

Besaran dan Kampung Baru disajikan pada Gambar 2.

Dari Gambar 2 terlihat bahwa fase telur adalah yang paling banyak jumlahnya,

disusul oleh fase nimfa, betina dan jantan. Secara umum fase tungau tenuipalpid dan

tetranychid yang paling banyak ditemukan adalah telur. Demikian juga penelitian

Widyana (2008), bahwa stadia tungau tetranychid di tanaman apel didominasi oleh fase

telur. Lebih banyaknya fase telur yang ditetakkan karena telur merupakan stadia yang

tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung bagi perkembangan hidupnya.

Jeppson {1963), menyatakan bahwa fase telur adalah fase yang paling tahan terhadap

kondisi cuaca yang panas dan kering. Tingginya jumlah telur yang diletakkan

G

Ad6

J15

^o

ar.

-d)F

oo

91 .4389.83

[..,....rl'..

l

6.46

iTlTl;itii:;il

81.93

li

lr

li

* rrlil-,--=11

t 8.07t?'?I

iiri,iiil

lr

[,:''lll.ll

I

to.7

Page 8: Jurnal Bu Rini

E Telur [] Nimfa tr Jantan tr Betina

61.38

Brevipalpus phoenicis Oligonychus coffeae Panon

Jenis Tungau

Gambar 2. Struktur PopulasiTungau Fitofag diAfdeling Besaran danAfdelingKampung Baru

kemungkinan juga untuk menghadapi banyaknya telur yang dimangsa predator (Huffaker

et at. 1969).Hasil penelitian Puspitarini (2005) di laboratorium menunjukkan bahwa

predator Amblyseius tongispinosus Evans (Phytoseiidae) lebih menyukai memangsa telur

P. crtri bila dibandingkan fase lainnya.

Fase Amblyselus sp. yang ditemukan yaitu telur, larva, nimfa, jantan dan betina.

Dari Gambar 2. terlihat bahwa fase yang paling tinggi adalah dewasa betina. Demikian

juga pada tanaman jeruk dan apel (Puspitarini 2005 dan Widiyana 2008)^ Banyaknya

fase dewasa betina, karena siklus hidup tungau itu relatif singkat yaitu sekitar 4 hari dan

lama hidup imago dewasa betina yang relatih panjang, dengan demikian dalam waktu

yang singkat telur telah menjadi dewasa. Lebih lagi populasi genus Amblyseius lebih bias

betina sehingga poputasinya lebih banyak betina (McMurtry dan Croft 1997,

Puspitarini 2005).

KESIMPULAN

i. Tungau fitofag yang ditemukan pada Kebun Kopi Bangelan yaitu Brevipalpus

phoenicis (Tenuipalpldae), Otigonychus coffeae dan Panonychus cifn (Tetranychidae).

Sedangkan musuh alaminya adalah tungau predator Amblyseius sp. (Phytoseiidae).

Tingkat populasi B. phoenicis adalah yang terTinggi disusul O. coffeae dan yang

terendah adalah P. citri.

80

,^7A\o

=60cSb0

J --F9+oE63

=30Lo?nHo- 10

0

13.8312 6314.79

Panonychus citri

Page 9: Jurnal Bu Rini

2. Sekitar 95 % daun kopi dihuni oleh tungau fitofag. Pada sebagian daun kopi hanya

dihuni oleh B. phoenicis, sedangkan sebagian daun kopi lainnya dihuni secara

bersama antara B. phoenicis. O. eoffeae, dan P.citri ^

3. Tungau tetranychid dan tenuipalpid lebih menyukai permukaan daun bagian atas,

sedangkan tungau predator phytoseiid lebih memilih permukaan daun bagian bawah.

Fase tenuipalpid dan tetranychid yang paling banyak adalah telur, sedangkan

phytoseiid adalah dewasa betina.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Hama Penyakit Kopi Dan Musuh Alaminya. Bagian Proyek IPM -SEC.Jawa timur. Hal l-2.

Davidson RH, Peairs LM. 1975. lnsect pests of farm, garden, and orchad. Sixth edition.John Willey dan Sons lnc.

Huffaker, C.B, M. van de Vrie, J.A McMrtry. 1969. The Ecology of Tetranychid Mites andTheir Natural Control. Ann Rev Entomol 14: 125-174.

Jeppson, L.R. 1963. lnterrelationships of Weather and Acaricides with Citrus Mitelnfestations. Di dalam Naegele J A, editor. Advances in Acarology. Vol l^ lthaca NewYork: Comstock Publishing Associates. Hlm 9-13..

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in lndonesia. Rev. by PA van der Laan. PT.lchtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

McMurtry JA, Crofi BA. 1997. Life-style of phytoseiid mites and their roles in biologicalcontrol. Ann Rev Entomol 42:291-321.

Nair, M.R.G.K. 197A. lnsects and Mites of Crops ln lndia. lndian Council of AgricultrureResearch. New Delhi. Hal 304-331.

Puspitarini, R.D. 2005. Biologi dan Ekologi Tungau Merah Jeruk, Panonychus citi(McGregor) (Acari: Tetranychidae). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. lPB. Bogor.

Sosromarsono, S. 1997. Komunikasi Singkat : Tungau Merah Jeruk, Panonychus citri(McGregor) : pendatang baru di Indonesia.

Swirski E, Gokkes M, Amitai S. 1986. Phenology and natural enemies of citrus red mitePanonychus citri(McGrego$ in lsrael. lsrael J Entomol20:37-44.

Widiyana, A. 2008. Kelimpahan Populasi Tungau Hama Dan Musuh Alaminya padaTanaman Apel di Poncokusumo Malang. Skripsi. Jur HPT, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya. Malang.

Zhang, Z.Q. 2003. Mites of greenhouses . Identification, Biology and Control. CABlnternational Publishing Wallingford Oxon. United States of America.